KOTA BANDUNG
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN
Jl. Sadang Tengah No.4 – 6, Sadang Serang – Bandung Telp./Fax. (022)2514327
email : dlhkkota@bandung.go.id
KEPUTUSAN
KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN
NOMOR : 800 / 1509 - DLHK
TENTANG
RENCANA STRATEGIS
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN KOTA BANDUNG
TAHUN 2018 – 2023
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 18 April 2019
Kepala,
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaannirrohiiim
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat di
dalam proses penyusunan Dokumen Renstra ini. Semoga seluruh jerih payahnya
dihargai dan dicatat sebagai amal shalih oleh Allah SWT. Dan semoga dokumen ini
ii | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
DAFTAR ISI
Hal.
Kata Pengantar i
iii | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan didefinisikan
sebagai pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang nyata, baik dalam aspek
pendapatan, kesempatan kerja, lapangan
berusaha, akses terhadap pengambilan
kebijakan, berdaya saing, maupun
peningkatan indeks pembangunan
manusia. Karenanya, tujuan akhir
pembangunan adalah pencapaian besar
yang tidak bisa didapat dengan mudah
dan cepat. Prosesnya terdiri dari langkah-
langkah kecil yang harus terarah dan
berkesinambungan sehingga tujuan akhir
dapat dicapai secara bertahap, efektif dan
efisien.
Perencanaan pembangunan
menjadi hal yang krusial dalam
menentukan tahapan yang harus
dilakukan dalam mencapai tujuan jangka
pendek, menengah dan panjang.
Kesalahan dalam melakukan perencanaan
pembangunan dapat mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tujuan akhir
yang diinginkan. Karenanya, perencanaan
pembangunan perlu dilakukan dengan
cermat, teliti dan menyeluruh.
I-1 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Renstra DLHK Kota Bandung Tahun 2018-2023 dibuat, untuk memastikan agar
permasalahan strategis mengenai lingkungan hidup di Kota Bandung dapat
diselesaikan. Di sisi lain, terselesaikannya isu strategis mengenai lingkungan hidup
berarti pula tercapainya sasaran pembangunan pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung sehingga secara langsung dapat dinyatakan
bahwa Renstra DLHK Kota Bandung disusun untuk mencapai sasaran pembangunan
yang telah ditetapkan pada Dokumen RPJMD Kota Bandung.
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Penyusunan Renstra OPD
I-2 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
I-3 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Renstra DLHK Kota Bandung Tahun 2018-2023 ini disusun dengan maksud
untuk menetapkan kondisi akhir lingkungan hidup dan kebersihan yang ingin dicapai
di akhir periode renstra serta menetapkan tahapan-tahapan yang akan ditempuh untuk
mencapai kondisi akhir tersebut.
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
C. Maksud dan Tujuan
D. Sistematika Penulisan Renstra
I-4 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
I-5 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN DLHK KOTA BANDUNG
2.1. Tugas Pokok dan Fungsi serta Struktur Organisasi DLHK Kota Bandung
M
enurut Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1390 Tahun 2016, Tugas Pokok
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung adalah membantu
Walikota yang merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah di bidang lingkungan hidup dan sub urusan
persampahan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, DLHK Kota Bandung
mempunyai fungsi :
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan
fungsinya.
II-1 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
a. Kepala Dinas;
II-2 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
II-3 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Sumber daya yang dimiliki DLHK Kota Bandung terdiri dari pegawai, sarana dan
prasarana dan anggaran dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Pegawai
Data Pegawai DLHK Kota Bandung berdasarkan latar belakang pendidikan, pangkat,
golongan dan ruang per 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai DLHK Kota Bandung
Tabel 2.2
Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan
Tabel 2.3
Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat, Golongan dan Ruang
II-4 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Kantor DLHK Kota Bandung berdiri diatas lahan seluas 1.446 m2 berada di jalan Sadang
Tengah No. 4-6, Sadang Serang Bandung dengan asal usul tanah Milik Departemen
Perindustrian dan Perdagangan serta Milik Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, mulai
digunakan pada tahun 2002. Secara umum dari tahun 2002 kondisi sarana dan
prasarana DLHK Kota Bandung adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4
Kondisi Sarana dan Prasarana Kantor
Kondisi
No. Sarana dan Prasarana Kantor Rusak
Baik Rusak Berat
Ringan
1. Tanah Baik
2. Bangunan Kantor Baik
3. Kendaraan Bermotor Roda 4/6 Baik
4. Kendaraan Bermotor Roda 2 Baik
5. Komputer Baik
6. Notebook Baik
7. Jaringan Komputer Baik
8. Printer Baik
9. Kamera Baik
10. Scanner Baik
13. GPS Baik
14. Handycamp Baik
II-5 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Kondisi
No. Sarana dan Prasarana Kantor Rusak
Baik Rusak Berat
Ringan
15. Infocus Baik
16. OHP Baik
17. Layar OHP Baik
18. Televisi Baik
19. Pendingin Ruang / AC Baik
23. Mesin Penghancur Kertas Baik
24. Pesawat Telepon Baik
25. Mesin Fax Baik
27. Filling Cabinet Baik
28. Rak arsip bahan besi Baik
29. Lemari besi 2 pintu Baik
30. Lemari pakaian Baik
31. Lemari buku bahan kayu Baik
32. Dispenser portable Baik
33. White Board Baik
34. Sofa Baik
35. Sice Baik
36. Meja biro Baik
37. Meja 1/2 Biro Baik
38. Meja Rapat 1 set 12 buah Baik
39. Meja besi Baik
40. Kursi putar D500/ Executive Baik
41. Kursi putar D.300 Baik
42. Kursi Lipat/Chitose Baik
43. Kursi rangka kayu Baik
44. Alat Cuci Piring bahan besi Baik
45. Menara jaringan Baik
46. Speaker Aktif Baik
47. Sound system Baik
48. Box Jaringan Baik
II-6 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
II-7 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Indikator Kinerja Targ Targ Target Renstra Tahun Realisasi Capaian Tahun Rasio Capaian Tahun
No Sesuai Tugas dan Satuan et et
Fungsi DLHK SPM IKK 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Cakupan sampah
dikonversi menjadi
7. energi dengan % - - 1 2 10 13 15 0.23 0,49 0,7 2 0 23.00 24.50 7 15,38 0,00
teknologi ramah
lingkungan
Bawah
Tingkat muka air
Muka -31,30 -31,29 -31,28 -31,27 -31,26 -31.30 -31,29 -31,28 -31,27 -39,77
8. tanah (MAT) - - 100 100 100 100 72,78
Tanah BMT BMT BMT BMT BMT BMT BMT BMT BMT BMT
meningkat
(BMT)
% jumlah mata air
9. % - 30 10 20 60 80 100 20 40 60 80 100 200 200 100 100 100,00
yang terlindungi
Persentase tertib
10. administrasi % - 100 100 100 100 - - 100 100 100 100 - 100 100 100 100 -
barang/aset daerah
Persentase temuan
pengelolaan
11. anggaran dari % - 100 100 100 100 - - 100 100 100 100 - 100 100 100 100 -
BPK/Inspektorat
yang ditindaklanjuti
Nilai evaluasi
Akuntabilitas Kinerja
12. Baik - Baik Baik Baik Baik - - Baik Baik Baik Baik - 100 100 100 100 -
Instansi Pemerintah
(AKIP)
II-8 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Dari tabel di atas terlihat bahwa ada beberapa indikator yang menunjukkan kinerja
sangat baik sehingga rasio capaiannya melebihi 100%, namun terdapat pula indikator
yang menunjukkan kinerja pelayanan kurang baik sehingga rasio capaiannya berada di
bawah 100%. Indikator yang capaiannya melebihi 100% adalah indikator :
Dari tahun 2014 hingga tahun 2016, hampir seluruh titik pantau kualitas udara ambien
memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Namun, capaian kinerja layanan pada tahun
2017 mengalami penurunan yang cukup drastis, meskipun masih sesuai dengan target
yang telah ditetapkan. Penurunan ini diakibatkan oleh penggunaan metode pemantauan
yang berbeda.
Pada tahun 2014 hingga tahun 2016, pemantauan dilakukan melalui metode sampling
manual dengan alat active sampler dan pengujian dilakukan oleh laboratorium
terakreditasi. Periode pemantauan hanya sebanyak satu kali dalam satu tahun. Titik
lokasi yang dipantau terdiri dari 27 titik yang mewakili lokasi terpapar oleh emisi dari
transportasi, lokasi terpapar emisi industri, lokasi pemukiman dan lokasi komersil seperti
pusat perdagangan dan perkantoran.
Pada tahun 2017, pemantauan dilakukan juga dengan menggunakan alat AQMS (Air
Quality Monitoring System), di samping pemantauan secara manual dengan alat
sampling active sampler. Pemantauan dengan alat AQMS dilakukan sepanjang waktu
selama 24 jam per hari, 7 hari per minggu dan 365 hari per tahun. Pengukuran oleh alat
dilakukan secara otomatis setiap 10 menit dan data dikirim melalui email ke pengelola
data di DLHK Kota Bandung. Data kemudian diolah hingga didapat data harian,
mingguan, bulanan dan tahunan sehingga dapat disimpulkan kondisi udara sepanjang
tahun. Namun, saat ini baru ada 4 lokasi stasion AQMS sehingga data yang dihasilkan
masih belum bisa menunjukkan kondisi udara Kota Bandung secara keseluruhan. Lokasi
stasiun pemantau AQMS di Kota Bandung berada di Jalan Pajajaran, Jalan Ujungberung,
Jalan Dago Pakar dan Jalan Gedebage.
II-9 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Emisi GRK menunjukkan kinerja layanan yang sangat tinggi. Pada tahun 2014, rasio
capaian kinerja layanan mencapai angka 319% yang menunjukkan bahwa terjadi
penurunan emisi GRK jauh melebihi target yang telah ditetapkan. Namun, apabila dilihat
lebih rinci ke dalam kegiatan yang dilakukan, penurunan emisi GRK hanyalah
berdasarkan hasil perhitungan dari data-data sekunder mengenai sektor-sektor
penyumbang emisi GRK.
Sektor penyumbang GRK terdiri dari 3 jenis, yaitu : Sektor Energi, Sektor
Pertanian/Peternakan dan Sektor Pengelolaan Limbah. Sektor Energi, terbagi lagi ke
dalam 3 sub sektor, yaitu sub sektor energi transportasi, sub sektor energi rumah tangga
dan sub sektor energi industri. Dari seluruh sektor ini, penyumbang terbesar nilai emisi
GRK di Kota Bandung adalah dari sektor energi sub transportasi.
Untuk menurunkan emisi GRK, intervensi program perlu diberikan kepada sektor
penyumbang emisi GRK terbesar. Pada tahun 2014, beberapa program pembangunan
terkait penurunan emisi dari sektor transportasi ini telah dilakukan. Kebijakan
pengembangan transportasi massal, kampanye bike to work, jum’at mengangkot,
penyediaan bis sekolah gratis, penetapan lokasi Car Free Day (CFD) dan penetapan
kawasan lolos uji emisi kendaraan bermotor, menjadi salah satu bagian program untuk
menurunkan emisi GRK dari sektor transportasi.
Apabila penurunan emisi GRK dari sektor transportasi didominasi oleh program dari
Dinas Perhubungan, maka DLHK memiliki pengaruh yang cukup besar di dalam
menurunkan emisi GRK dari sektor pengelolaan limbah. Bukan hanya berupa limbah cair
tetapi yang juga cukup signifikan adalah dari pengelolaan limbah padat atau sampah.
Emisi GRK dari sampah jumlahnya cukup besar, terutama dari timbunan sampah secara
landfill yang menghasilkan gas CH4. Hal ini biasanya terjadi di TPA, namun Kota Bandung
saat ini tidak memiliki fasilitas TPA sehingga emisi GRK ini berasal dari timbunan sampah
liar. Karenanya, dengan menyelesaikan permasalahan penanganan sampah, secara tidak
langsung juga telah mengurangi emisi GRK dari sektor pengelolaan sampah dan limbah.
II-10 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
pola 3R, sedangkan pada tahun 2017 sudah mencapai 342 ton. Hal ini menunjukkan
adanya potensi di dalam peningkatan pengelolaan persampahan kota.
Persentase mata air yang terlindungi mencapai target yang ditetapkan. Dari 25 mata air
yang direncanakan di awal penyusunan Renstra, seluruh mata air telah dilakukan
penataan dan terlindungi. Penataan yang dilakukan meliputi pembuatan turap dan
penanaman pohon di wilayah tangkapan airnya. Penataan mata air ini diharapkan dapat
meningkatkan penyediaan air baku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga
dengan terpeliharanya mata air, potensi penyediaan air bersih menjadi meningkat.
- Jumlah sungai utama kualitas airnya memenuhi status mutu kelas IV golongan B
- Cakupan sampah yang dikelola secara Landfill
- Cakupan sampah dikonversi menjadi energi dengan teknologi ramah lingkungan
Status mutu air sungai yang memenuhi kelas IV golongan B artinya adalah sungai yang
termasuk ke dalam golongan B atau status “cemar ringan” menurut Indeks Storet apabila
dibandingkan dengan baku mutu kelas IV pada Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun
2001. Kriteria ini sudah merupakan kriteria paling rendah karena menurut peraturan
pemerintah tersebut, apabila suatu sungai belum ditetapkan kelas mutu peruntukkannya
maka baku mutu yang diacu haruslah Baku Mutu Kelas 2 pada PP tersebut.
Dari hasil pengolahan data, di Kota Bandung hanya terdapat 2 sungai yang memenuhi
status “cemar ringan” menurut Indeks Storet. Namun, hasil ini belum menunjukkan hasil
sebenarnya karena kriteria perhitungan yang digunakan di dalam pengolahan data
belum memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk penentuan Indeks Storet.
Indikator layanan lain yang belum menunjukkan perbaikan adalah jumlah sampah yang
dibuang secara landfill dan diolah menjadi energi. Kedua indikator ini saling
berhubungan, yaitu dikarenakan jumlah sampah yang diolah menjadi energi masih
kurang jauh dari target yang ditetapkan, maka sampah berakhir dengan pengolahan
secara landfill. Namun, sampah yang diubah menjadi energi sepertinya masih menjadi
II-11 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
kendala, karena PLTSa yang telah direncanakan untuk dibangun, belum terlihat tindak
lanjutnya.
Dari hasil evaluasi terhadap kinerja layanan DLHK Kota Bandung periode 2013-2018 di
atas terlihat bahwa terdapat potensi dan permasalahan terkait kinerja layanan organisasi,
yaitu :
1) Permasalahan :
- Indeks Kualitas Air Kota Bandung masih berada pada status “waspada”.
- Indeks Kualitas Udara Kota Bandung masih berada pada status “kurang”.
- Cakupan sampah yang dikelola secara Landfill masih sangat tinggi
- Cakupan sampah yang diubah menjadi energi masih sangat rendah
- Emisi GRK terlihat ada penurunan tetapi emisi dari sektor pengolahan sampah
dan limbah belum teridentifikasi dengan baik
2) Potensi :
- Cakupan sampah yang dikelola secara 3R masih belum optimal dan masih dapat
ditingkatkan
- Jumlah mata air yang sudah terdata cukup banyak, yaitu sebanyak 142 mata air.
Namun, masih belum diketahui cakupan pemanfaatan air mata air sebagai
sumber air bersih.
II-12 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Tabel 2.6
Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan DLHK Kota Bandung
PAGU ANGGARAN REALISASI ANGGARAN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Program
Pengembangan
I 7,640,000,000 40,800,000,000 7,950,500,000 166,348,400,636 66,380,573,274 6,986,465,020 36,757,087,756 5,993,994,642 161,893,407,823 57.259.188.390
Kinerja Pengelolaan
Persampahan
Penyediaan prasarana
dan sarana
1 5,550,000,000 35,300,000,000 3,100,000,000 8,010,555,584 22,144,139,900 5,524,294,180 33,759,996,385 2,849,821,266 5,586,025,998 17.597.262.525
pengelolaan
persampahan
Pengembangan
teknologi
2 470,000,000 600,000,000 600,000,000 - - 0 337,893,800 366,463,427 - -
pengelolaan
persampahan
Bimbingan teknis
3 370,000,000 700,000,000 715,900,000 - 460,875,000 275,052,250 631,390,701 599,108,368 - -
persampahan
Peningkatan peran
serta masyarakat
4 1,250,000,000 2,500,000,000 3,134,600,000 2,719,168,571 3,108,911,750 1,187,118,590 1,830,384,870 1,846,881,981 2,179,238,000 2.177.586.135
dalam pengelolaan
persampahan
Penyusunan
5 Kebijakan Manajemen - 1,700,000,000 400,000,000 - - - 197,422,000 331,719,600 - -
Pengelolaan Sampah
Kerjasama
6 Pengelolaan - - - 155,618,676,481 34,588,708,304 - - - 154,128,143,825 33.703.231.418
Persampahan
Peningkatan
Kapasitas Pengelolaan
7 - - - - 4,856,361,320 - - - - 3.388.409.312
persampahan dan
lingkungan
II-13 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
II-14 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
II-15 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Perwujudan Green
16 Provinsi Jawa Barat 200,000,000 - - - - 19,500,000 - - - -
(Banprov)
Fasilitasi
17 Implementasi Green 60,000,000 - - - - 41,850,000 - - - -
Provinsi (Banprop)
Penyelenggaraan Air
18 Quality Monitoring - 100,000,000 12,120,000,000 705,674,787 - - 37,784,960 10,898,164,215 388,691,308 -
System (AQMS)
Pengujian Kadar
20 Polusi limbah padat - - - 249,999,701 - - - - 234,135,400 -
dan limbah cair
Program
Perlindungan dan
III 6,398,000,000 6,831,500,000 8,227,350,000 1,290,863,593 6,094,464,125 5,766,806,718 4,800,177,954 6,181,785,338 1,113,365,550 3.546.838.900
Konservasi Sumber
Daya Alam
Konservasi sumber
daya air dan
1 pengendalian 400,000,000 2,029,000,000 2,300,000,000 696,056,920 4,983,729,242 348,682,610 1,688,126,770 1,834,483,100 662,763,150 2.916.081.700
kerusakan sumber-
sumber air
Pengendalian dampak
2 862,000,000 1,250,000,000 1,199,850,000 260,496,600 - 652,788,400 880,888,350 1,052,642,020 222,334,600 -
perubahan iklim
Peningkatan
Konservasi daerah
3 316,000,000 350,000,000 750,000,000 334,310,073 866,274,084 311,426,098 345,481,822 734,367,725 228,267,800 403.162.600
tangkapan air dan
sumber-sumber air
II-16 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
II-17 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
II-18 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
II-19 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
II-20 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Tabel 2.7
Rasio Realisasi dan Rata-rata Pertumbuhan Pendanaan Pelayanan
DLHK Kota Bandung
RATA-RATA
RASIO REALISASI DENGAN PAGU ANGGARAN
PERTUMBUHAN
NO URAIAN
ANGGAR REALISA
2014 2015 2016 2017 2018
AN SI
1 2 13 14 15 16 17 18 19
Program Pengembangan Kinerja
I 91.45% 90.09% 75.39% 97.32% 86,26% 454% 597%
Pengelolaan Persampahan
Penyediaan prasarana dan sarana
1 99.54% 95.64% 91.93% 69.73% 79,47% 155% 283%
pengelolaan persampahan
Pengembangan teknologi pengelolaan
2 0.00% 56.32% 61.08% - - -30% -38%
persampahan
3 Bimbingan teknis persampahan 74.34% 90.20% 83.69% - 0,00% 0% 0%
Peningkatan peran serta masyarakat
4 94.97% 73.22% 58.92% 80.14% 70,04% 42% 26%
dalam pengelolaan persampahan
Penyusunan Kebijakan Manajemen
5 - 11.61% 82.93% - - 0% 0%
Pengelolaan Sampah
6 Kerjasama Pengelolaan Persampahan - - - 99.04% 97,44% -16% -17%
Peningkatan Kapasitas Pengelolaan
7 - - - - 69,77% 0% 0%
persampahan dan lingkungan
Fasilitasi edukasi pengelolaan
8 persampahan dan lingkungan kawasan - - - - 89,51% 0% 0%
sekolah
Pengembangan teknologi pengelolaan
9 - - - - 0,00% 0% 0%
persampahan (DAK)
Program Pengendalian Pencemaran
II 75.56% 65.41% 83.90% 84.33% 97,66% 27% 24%
dan Perusakan Lingkungan Hidup
1 Koordinasi penilaian kota sehat/Adipura 95.21% 86.08% 97.47% 83.69% - 57% 48%
2 Pemantauan kualitas lingkungan 46.00% 94.06% 75.72% 93.16% 96,78% 2% -19%
Pengawasan pelaksanaan kebijakan
3 83.11% 83.73% 85.32% - - 0% 0%
bidang lingkungan hidup
4 Pengelolaan B3 dan limbah B3 64.42% 50.10% 79.32% 99.56% 97,87% -5% -4%
5 Pengkajian dampak lingkungan 91.65% 94.06% 87.05% 93.75% - 57% 58%
Peningkatan peringkat kinerja
6 87.58% 79.80% 82.63% 98.96% - 35% 32%
perusahaan (Proper)
Koordinasi pengelolaan
7 78.55% 83.51% 93.02% 87.58% 98,00% 86% 61%
Prokasih/Superkasih
Pengembangan produksi ramah
8 65.57% 69.73% 86.63% - - 0% 0%
lingkungan
Penyusunan kebijakan pengendalian
9 pencemaran dan perusakan lingkungan 97.76% 67.92% 72.21% - - 0% 0%
hidup
10 Koordinasi dan penyusunan AMDAL 88.78% 95.09% 94.83% 94.32% - -1% -6%
II-21 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
RATA-RATA
RASIO REALISASI DENGAN PAGU ANGGARAN
PERTUMBUHAN
NO URAIAN
ANGGAR REALISA
2014 2015 2016 2017 2018
AN SI
1 2 13 14 15 16 17 18 19
Peningkatan peran serta masyarakat
11 97.13% 76.22% 67.73% 97.71% - 7% -3%
dalam pengendalian lingkungan hidup
12 Gerakan penghijauan 98.47% 98.05% 98.67% 85.77% - -25% -26%
Perencanaan sistem air limbah dan
13 sanitasi di sempdan sungai utama Kota 31.46% 23.19% 52.87% - - 0% 0%
Bandung.
Kegiatan peningkatan sarana prasarana
14 87.99% - - - - 0% 0%
bidang lingkungan hidup (DAK)
Kegiatan peningkatan sarana prasarana
15 bidang lingkungan hidup (Pendamping 81.00% - - - - 0% 0%
DAK)
Perwujudan Green Provinsi Jawa Barat
16 9.75% - - - - 0% 0%
(Banprov)
Fasilitasi Implementasi Green Provinsi
17 69.75% - - - - 0% 0%
(Banprop)
Penyusunan kebijakan pengendalian
18 pencemaran dan perusakan lingkungan - - - - - 0% 0%
hidup
Penyelenggaraan Air Quality Monitoring
19 - 37.78% 89.92% 55.08% - 0% 0%
System (AQMS)
Pengujian Kadar Polusi limbah padat
20 - - - 93.65% 58,20% 78% -5%
dan limbah cair
Program Perlindungan dan
III 90.13% 70.27% 75.14% 86.25% 58,51% 210% 75%
Konservasi Sumber Daya Alam
Konservasi sumber daya air dan
1 pengendalian kerusakan sumber- 87.17% 83.20% 79.76% 95.22% - 0% -7%
sumber air
2 Pengendalian dampak perubahan iklim 75.73% 70.47% 87.73% 85.35% 46,54% 56% 30%
Peningkatan Konservasi daerah
3 98.55% 98.71% 97.92% 68.28% - 0% 0%
tangkapan air dan sumber-sumber air
Pengendalian dan pengawasan
4 85.95% 89.61% 67.23% - 93,10% 0% 0%
pemanfaatan SDA
Pengelolaan keanekaragaman hayati
5 99.55% 94.42% 95.21% - - 0% 0%
dan ekosistem
Peningkatan peran serta masyarakat
6 dalam perlindungan dan konservasi 87.89% 16.39% 63.98% - - 0% 0%
SDA
7 Monitoring, evaluasi dan pelaporan 94.59% 99.14% 32.29% - - 0% 0%
8 Inventarisasi komunikasi burung 96.80% 93.87% 86.49% - 98,78% 0% 0%
Program Rehabilitasi dan Pemulihan
IV 93.77% 68.36% 93.92% - - 0% 0%
Cadangan sumber Daya Alam
II-22 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
RATA-RATA
RASIO REALISASI DENGAN PAGU ANGGARAN
PERTUMBUHAN
NO URAIAN
ANGGAR REALISA
2014 2015 2016 2017 2018
AN SI
1 2 13 14 15 16 17 18 19
Perencanaan dan penyusunan program
1 pembangunan pengendalian sumber 90.13% 93.31% 97.93% - - 0% 0%
daya alam dan lingkungan hidup
Peningkatan peran serta masyarakat
2 dalam rehabilitasi dan pemulihan 95.69% 57.13% 92.32% - 98,78% 0% 0%
cadangan SDA
Pengembangan Sistem air limbah dan
3 - - - - - 9% 2%
sanitasi
Program Peningkatan Kualitas dan
V Akses Informasi SDA dan Lingkungan 80.34% 86.54% 78.74% 74.61% - 10% 11%
Hidup
Peningkatan edukasi dan komunikasi
1 96.41% 82.23% 86.39% 88.55% - -19% -21%
masyarakat di bidang lingkungan
Pengembangan data dan informasi
2 64.78% 70.17% 73.08% 91.63% - 32% 14%
lingkungan
Peningkatan kapasitas sekolah
3 82.43% 97.09% 73.36% 49.67% - 0% 0%
berbudaya lingkungan
Penyelenggaraan Air Quality Monitoring
4 0.00% - - - 93,75% 0% 0%
System (AQMS)
Program Peningkatan Pengendalian
VI 91.52% 72.57% 59.24% - - 0% 0%
polusi
1 Pengujian emisi kendaraan bermotor 91.52% 72.57% 59.24% - 98,25% 0% 0%
2 Pemantauan Kualitas Udara - - - - 98,19% 0% 0%
3 Gerakan Penghijauan - - - - 90,56% 0% 0%
Penyelenggaraan Air Quality Monitoring
4 - - - - - 0% 0%
System (AQMS)
Program Pembinaan dan
VII 96.15% 5.98% 78.06% - - 0% 0%
Pengembangan Bidang Energi
Inventarisasi, identifikasi data
1 97.23% 93.54% 96.78% - - 0% 0%
pengelolaan energi
2 Kebijakan Pengelolaan Energi 94.98% 3.79% 79.86% - - 0% 0%
Kajian Energi Listrik Non PLN di Kota
3 99.04% 93.65% 97.62% - - 0% 0%
Bandung
Study Kelayakan Energi Bio Gas dari
4 Sanitasi Komunal Pedesaan Jabar - - 0.00% - - 0% 0%
(Banprov)
Program Pengelolaan Bidang Air
VIII 68.27% 53.73% 78.38% - - 0% 0%
Tanah
Kegiatan penatagunaan dengan zonasi
1 68.27% 53.73% 78.38% - 97,05% 0% 0%
air tanah
Program Pembinaan Lingkungan
IX - - - - 97,05% 0% 0%
Hidup
II-23 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
RATA-RATA
RASIO REALISASI DENGAN PAGU ANGGARAN
PERTUMBUHAN
NO URAIAN
ANGGAR REALISA
2014 2015 2016 2017 2018
AN SI
1 2 13 14 15 16 17 18 19
Penanganan Pengaduan lingkungan
1 - - - - 47,24% 0% 0%
hidup
X Program Penataan Lingkungan - - - - 97,31% 0% 0%
1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis - - - - 96,22% 0% 0%
2 Penerapan Dokumen Lingkungan - - - - 0,95% 0% 0%
Penyusunan Standar dan norma bidang
3 - - - - 97,13% 0% 0%
lingkungan hidup
Program Mitigasi dan Perubahan
XI - - - - 98,76% 0% 0%
Iklim
1 Mitigasi perubahan iklim - - - - 94,51% 0% 0%
Adaptasi pengendalian dampak
2 - - - - 86,26% 454% 597%
perubahan iklim
Apabila dilihat dari tabel tersebut terlihat bahwa pagu anggaran dan realisasi anggaran
pada periode tahun 2014-2018 mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Anggaran
pengelolaan kebersihan meningkat dengan cukup tajam, hal ini terkait dengan
terjadinya perubahan SOTK beserta tugas pokok dan fungsinya yaitu perubahan SOTK
dari BPLH menjadi DLHK pada tahun 2017.
Sejak tahun 2017, urusan kebersihan menjadi salah satu bagian dari tupoksi DLHK Kota
Bandung sehingga anggaran terkait pengelolaan kebersihan dibebankan kepada
anggaran DLHK Kota Bandung. Pada tahun 2017, anggaran pengelolaan kebersihan
dikelola melalui mekanisme belanja langsung pada anggaran DLHK. Namun, pada tahun
2018 anggaran pengelolaan kebersihan diberikan kepada PD. Kebersihan melalui
mekanisme penugasan sehingga pos anggaran terletak pada belanja subsidi. Hal
tersebut membuat anggaran DLHK kembali menurun pada tahun 2018.
Terkait realisasi anggaran, sepanjang tahun 2013-2018 terdapat realisasi kegiatan yang
lebih kecil dari 85%. Beberapa alasan rendahnya serapan, sekaligus merupakan
permasalahan terkait pendanaan pelayanan organisasi selain permasalahan kebutuhan
anggaran persampahan. Karena itu, permasalahan terkait anggaran yang dihadapi DLHK
Kota Bandung adalah :
- Adanya kendala pada proses pengadaan barang dan jasa menyebabkan beberapa
kegiatan pembangunan infrastruktur yang telah direncanakan tidak terealisasi.
- Keterbatasan personel pelaksana yang menyebabkan beberapa personel harus
mengerjakan pekerjaan teknis dan administrasi secara bersamaan.
- Proses perencanaan yang tidak terstruktur, contohnya tidak ada analisis kebutuhan
infrastruktur, belum adanya hasil studi kelayakan atau pun Detail Engineering Design
(DED) terhadap kebutuhan infrastruktur. Hal ini menyebabkan kebutuhan anggaran
pembangunan infrastruktur tidak dapat diajukan pendanaannya melalui Bantuan
Keuangan Provinsi ataupun Bantuan Keuangan Pusat.
- Meningkatnya kebutuhan anggaran terkait pemenuhan kebutuhan sarana
penyapuan dan pengangkutan sampah ke TPA oleh DLHK Kota Bandung dan biaya
tipping fee ke TPA Legoknangka.
Indikator sasaran urusan lingkungan hidup yang ingin dicapai di tingkat Provinsi, apabila
dilihat dari rancangan RPJMD Provinsi Jawa Barat dan Renstra DLH Provinsi Jawa Barat
periode 2018-2023 adalah :
- Indeks Kualitas Lingkungan Hidup mencapai angka 50,64 pada tahun 2023 dengan
target awal di tahun 2019 sebesar 49,76 poin. Indeks ini merupakan agregat dari :
II-25 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
o Indeks Kualitas Air sebesar 42,47 poin di tahun 2019 dan 43,27 poin di tahun
2023 yang diampu oleh DLH Provinsi Jawa Barat;
o Indeks Kualitas Udara sebesar 79,31 poin pada tahun 2019 dan 80,11 poin
pada tahun 2023 yang diampu oleh DLH Provinsi Jawa Barat, dan
o Indeks Kualitas Tutupan Lahan sebesar 33,06 poin pada tahun 2019 dan
34,06 pada tahun 2023 yang diampu oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa
Barat.
- Tingkat upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), ditargetkan sebesar 7% pada
tahun 2019 dan 9% pada tahun 2023. Indikator sasaran sesuai tugas pokok dan
fungsi DLH Provinsi Jawa Barat adalah Penurunan Emisi GRK dari sektor limbah dan
sampah dengan target sebesar 0,33% pada tahun 2019 dan 0,74% pada tahun 2023.
Sedangkan tantangan yang dihadapi dari Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah Kota,
berasal dari kebijakan dan strategi di dalam pengembangan struktur ruang dan pola
ruang kota. Dari Dokumen Teknis Penyusunan RTRW Kota Bandung diketahui bahwa
kebijakan terkait pengembangan struktur ruang terdiri dari :
1. Mengembangkan dua PPK untuk wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung
Timur;
2. Membagi daerah menjadi delapan SWK, masing-masing dilayani oleh satu SPK;
3. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata;
4. Menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala
pelayanannya;
5. Menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat pelayanan dengan fungsi dan
kapasitas jaringan jalan;
6. Menjaga fungsi dan hirarki jalan;
7. Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran jalan,
pengelolaan lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan;
8. Memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum massal yang terpadu;
9. Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat-pusat
kegiatan;
II-26 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
10. Mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun terminal di batas
kota dengan menetapkan lokasi yang dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah
yang berbatasan;
11. Mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem transportasi kota;
12. Menjaga keseimbangan ketersediaan air baku;
13. Mempertahankan kualitas air permukaan dan air tanah dangkal;
14. Mewajibkan penyediaan sumur resapan dalam setiap kegiatan pembangunan;
15. Mengupayakan ketersediaan sumber air baku melalui kerjasama antar daerah;
16. Mengurangi tingkat kebocoran air minum;
17. Memperluas jaringan prasarana air limbah;
18. Mewajibkan penyediaan instalasi pengelolaan limbah khusus pada setiap kegiatan
yang menghasilkan limbah;
19. Meningkatkan pelayanan prasarana drainase dalam rangka mengatasi
permasalahan banjir dan genangan;
20. Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPAS dengan cara pengolahan
setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang ramah lingkungan;
21. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
22. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat pelayanan daerah
dan lingkungan sesuai dengan skala pelayanannya;
23. Mempertahankan serta memelihara fasilitas sosial dan fasilitas umum yang ada;
24. Mengarahkan pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum baru skala daerah
dan wilayah ke wilayah Bandung Timur;
25. Melengkapi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang kurang di seluruh wilayah
daerah;
26. Menyebarkan dan memeratakan fasilitas sosial dan fasilitas umum dan membatasi
fasilitas yang sudah jenuh;
27. Mengendalikan dampak negatif dari berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum;
dan
28. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana
pemadam kebakaran.
II-28 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
BAB III
PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS
DLHK KOTA BANDUNG
Di dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DLHK Kota Bandung untuk membantu
Walikota yang merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah di bidang lingkungan hidup dan sub urusan persampahan,
terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaannya. Permasalahan yang muncul
terkait kinerja layanan, berdasarkan hasil analisis terhadap evaluasi pencapaian pada
periode renstra sebelumnya adalah :
III-1 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Tabel 3.1
Pemetaan Permasalahan Tugas dan Fungsi Pelayanan DLHK Kota Bandung
III-2 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
III-3 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan pembangunan daerah. Visi juga dapat diartikan sebagai arah
pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima)
III-4 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Bandung : Meliputi seluruh wilayah dan isinya. Artinya Kota Bandung dan
seluruh warganya yang berada di dalam satu kawasan dalam batas-
batas tertentu yang berkembang sejak tahun 1810 hingga
sekarang,
Unggul : Dengan berbagai capaian prestasi yang telah diraih pada periode
sebelumnya, maka Pemerintah Kota Bandung akan terus berusaha
untuk menjadi yang terbaik disetiap sektor serta tetap menjadi
contoh bagi daerah lain dalam bentuk terobosan bagi
pembangunan daerah. Dukungan SDM Kota Bandung
yang berkualitas baik secara fisik dan mental akan berdampak
positif tidak hanya terhadap peningkatan daya saing dan
kemandirian daerah, namun juga dalam mendukung
pembangunan Kota Bandung.
Nyaman : Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan, maka
kualitas infrastruktur yang sudah baik harus terus ditingkatkan
dengan tetap memperhatikan dampak terhadap kualitas
lingkungan. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti tanah,
air dan udara harus terpenuhi dengan baik sehingga nyaman untuk
ditinggali dengan ruang-ruang kota dan infrastruktur
pendukungnya yang responsif terhadap berbagai aktifitas dan
perilaku penghuninya. Kebutuhan ruang dalam konteks
pelaksanaan pembangunan harus tetap berpihak terhadap
lingkungan
III-5 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Makna dari visi Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera dan
Agamis adalah “Layanan dasar yang unggul dalam hal birokrasi, pembangunan
manusia, infrastruktur dan layanan publik lainnya akan menghadirkan kenyamanan
dalam melakukan aktivitas sosial ekonomi sehari-hari, serta kemudahan dalam
berinvestasi dan berwirausaha yang pada gilirannya akan secara terus menerus
meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat yang menjadi tujuan akhir
pembangunan. Sedangkan, agamis adalah perwujudan nilai-nilai luhur yang
mencerminkan kepatuhan terhadap norma dan aturan sebagai pijakan dasar dalam
bermasyarakat”.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis internal
dan eksternal. Rumusan Misi yang ditetapkan di Kota Bandung pada tahun 2018-2023
adalah sebagai berikut:
III-6 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Program Pembangunan Daerah yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) Tahun periode
2018-2023 untuk menjawab isu strategis Kota Bandung terdiri atas:
1. Peningkatan modal sosial
2. Peningkatan kualitas pendidikan
3. Peningkatan derajat kesehatan masayarakat
4. Penanggulangan kemiskinan dan PMKS
5. Peningkatan perekonomian kota untuk mengurangi kesenjangan
6. Tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien dalam peningkatan kualitas
layanan publik
7. Optimalisasi infrastruktur dan pengendalian penataan ruang
8. Lingkungan hidup berkualitas dan optimalisasi pengelolaan persampahan
9. Sinergitas pembiayaan pembangunan
Sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang memiliki fungsi membantu Wali Kota
dalam urusan lingkungan hidup dan persampahan, maka misi yang diampu oleh DLHK
Kota Bandung adalah Misi ke-4 yaitu :
Permasalahan
No. Faktor Penghambat Faktor Pendorong
Pelayanan
(1) (2) (3) (4)
1. Indeks Kualitas Air Kota Faktor Eksternal : Adanya beberapa Lembaga Swadaya
Bandung masih berada 1. Masih tingginya pencemaran akibat limbah Masyarakat yang bergerak di dalam
pada status “waspada”. domestik pengelolaan sampah dan lingkungan
2. Sebagian pelaku usaha/kegiatan mikro, kecil yang dapat menjadi agen penggerak
dan menengah masih belum mengelola masyarakat di sekitarnya
limbahnya dengan benar.
III-7 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Permasalahan
No. Faktor Penghambat Faktor Pendorong
Pelayanan
(1) (2) (3) (4)
3. Masih terdapat banyak sampah yang
dibuang ke sungai
4. Masih banyak sarana septic tank yang
merembeskan airnya ke tanah sehingga
terjadi infiltrasi bakteri ke sumber air bersih
penduduk
5. Masih ada sarana TPS yang berada di
pinggir sungai sehingga ada air leachet
sampah/limbah B3 rumah tangga yang
masuk ke sungai.
6. Berkurangnya kuantitas air permukaan di
musim kemarau menyebabkan air menjadi
pekat dan kualitasnya menjadi buruk.
7. Terjadinya pendangkalan sungai karena
erosi di daerah hulu sehingga air menjadi
keruh, kualitasnya menjadi buruk dan sungai
menjadi dangkal.
Faktor internal :
1. Kurangnya jumlah personel pengawas
lingkungan sehingga pelaku pencemaran
sungai belum dapat ditindak secara efektif.
2. Masih minimnya produk hukum yang
mengatur pengendalian kualitas air, baik air
permukaan maupun air tanah.
2. Indeks Kualitas Tutupan Faktor Eksternal Masih terdapat lahan-lahan milik pemkot
Lahan Kota Bandung 1. Luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota yang terletak di daerah Bandung Utara
masih berada pada status Bandung masih sangat rendah yang fungsi hidrologisnya masih dapat
“waspada” 2. Kualitas tutupan lahan yang ada masih dioptimalkan
kurang baik karena masih banyak terjadi
perkerasan di RTH yang ada
3. Masih banyak kawasan yang diperuntukkan
untuk konservasi, digunakan untuk
pemukiman/usaha
4. Kawasan konservasi yang ada tidak ditata
atau dipelihara sehingga fungsi
hidrologisnya menjadi hilang.
Faktor Internal
Wewenang pengelolaan RTH saat ini masih
tumpang tindih antara beberapa SKPD sehingga
tidak ada kepastian penanggung jawab
pengelolaan RTH
3. Indeks Kualitas Udara 1. Pencemaran udara oleh kendaraan Perbaikan kualitas udara dengan
Kota Bandung masih bermotor semakin meningkat karena menggunakan tanaman sebagai
berada pada status jumlah kendaraan yang masuk ke Kota penyerap masih memungkinkan
“kurang”. Bandung semakin bertambah dilakukan, yaitu dengan memanfaatkan
2. Pencemaran udara oleh asap dari sumber kegiatan urban farming, Bandung
tidak bergerak pun masih terjadi. berkebun dan kegiatan sejenis lainnya.
III-8 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Permasalahan
No. Faktor Penghambat Faktor Pendorong
Pelayanan
(1) (2) (3) (4)
4. Berdasarkan perhitungan, Terjadi fenomena Urban Heat Island (UHI) yaitu Adanya upaya penerapan ecooffice yang
emisi GRK mengalami peningkatan suhu kota yang diakibatkan oleh dapat memicu dilakukannya penataan
penurunan, namun tingginya aktivitas manusia di perkotaan. bangunan sehingga lebih ramah
kondisi udara di Bandung Fenomena ini terjadi karena perubahan lingkungan dan hemat energi.
terasa semakin pengap penggunaan lahan dari vegetasi menjadi daerah
beraspal, beton, lahan terbangun, dan lahan
terbuka non-vegetasi
5. Persentase sampah yang Masyarakat belum terbiasa memilah dan Saat ini gerakan KangPisman sudah
dibuang ke TPA masih mengolah sampah sejak dari rumah sehingga mulai dikenal sehingga dapat
sangat tinggi sampah masih dibuang dengan cara dicampur mendorong upaya pemilahan sampah
dengan lebih baik
6. Persentase sampah yang 1. Bank Sampah yang saat ini sudah banyak Saat ini gerakan KangPisman sudah
diolah sejak dari sumber dibuat oleh masyarakat ternyata masih mulai dikenal sehingga dapat
masih rendah belum bisa menampung sampah recycable mendorong upaya pemilahan sampah
dalam jumlah besar dan jenis sampah yang dengan lebih baik
dapat diterimanya pun masih terbatas
2. Pelaku pengelola sampah organik non
formal belum terinventarisir dengan baik
sehingga jumlah sampah yang dikelolanya
pun belum diketahui dengan pasti
3. Masyarakat belum mengetahui dan belum
terbiasa mengolah samoah organiknya
menjadi kompos.
III-9 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Indikator sasaran urusan lingkungan hidup yang ingin dicapai di tingkat Provinsi,
apabila dilihat dari rancangan RPJMD Provinsi Jawa Barat dan Renstra DLH Provinsi
Jawa Barat periode 2018-2023 adalah :
- Indeks Kualitas Lingkungan Hidup mencapai angka 50,64 pada tahun 2023 dengan
target awal di tahun 2019 sebesar 49,76 poin. Indeks ini merupakan agregat dari :
o Indeks Kualitas Air sebesar 42,47 poin di tahun 2019 dan 43,27 poin di tahun
2023 yang diampu oleh DLH Provinsi Jawa Barat;
o Indeks Kualitas Udara sebesar 79,31 poin pada tahun 2019 dan 80,11 poin pada
tahun 2023 yang diampu oleh DLH Provinsi Jawa Barat, dan
o Indeks Kualitas Tutupan Lahan sebesar 33,06 poin pada tahun 2019 dan 34,06
pada tahun 2023 yang diampu oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.
- Tingkat upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), ditargetkan sebesar 7%
pada tahun 2019 dan 9% pada tahun 2023. Indikator sasaran sesuai tugas pokok
dan fungsi DLH Provinsi Jawa Barat adalah Penurunan Emisi GRK dari sektor limbah
dan sampah dengan target sebesar 0,33% pada tahun 2019 dan 0,74% pada tahun
2023.
III-10 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Tabel 3.3
Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan DLHK Kota Bandung berdasarkan Sasaran
Renstra KLHK Republik Indonesia dan Renstra DLH Provinsi Jawa Barat
Kebijakan dan strategi di dalam pengembangan struktur ruang dan pola ruang kota,
menjadi hal utama yang dibahas di dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah. Dari
Dokumen Teknis Penyusunan RTRW Kota Bandung diketahui bahwa kebijakan terkait
pengembangan struktur ruang terdiri dari :
III-11 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
1. Mengembangkan dua PPK untuk wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung
Timur;
2. Membagi daerah menjadi delapan SWK, masing-masing dilayani oleh satu SPK;
3. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata;
4. Menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala
pelayanannya;
5. Menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat pelayanan dengan fungsi dan
kapasitas jaringan jalan;
6. Menjaga fungsi dan hirarki jalan;
7. Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran
jalan, pengelolaan lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan;
8. Memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum massal yang terpadu;
9. Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat-pusat
kegiatan;
10. Mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun terminal di
batas kota dengan menetapkan lokasi yang dikoordinasikan dengan Pemerintah
Daerah yang berbatasan;
11. Mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem transportasi kota ;
12. Menjaga keseimbangan ketersediaan air baku;
13. Mempertahankan kualitas air permukaan dan air tanah dangkal;
14. Mewajibkan penyediaan sumur resapan dalam setiap kegiatan pembangunan;
15. Mengupayakan ketersediaan sumber air baku melalui kerjasama antar daerah;
16. Mengurangi tingkat kebocoran air minum;
17. Memperluas jaringan prasarana air limbah;
18. Mewajibkan penyediaan instalasi pengelolaan limbah khusus pada setiap
kegiatan yang menghasilkan limbah;
19. Meningkatkan pelayanan prasarana drainase dalam rangka mengatasi
permasalahan banjir dan genangan;
20. Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPAS dengan cara
pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang ramah lingkungan;
21. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
22. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat pelayanan daerah
dan lingkungan sesuai dengan skala pelayanannya;
23. Mempertahankan serta memelihara fasilitas sosial dan fasilitas umum yang ada;
III-12 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
24. Mengarahkan pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum baru skala
daerah dan wilayah ke wilayah Bandung Timur;
25. Melengkapi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang kurang di seluruh wilayah
daerah;
26. Menyebarkan dan memeratakan fasilitas sosial dan fasilitas umum dan
membatasi fasilitas yang sudah jenuh;
27. Mengendalikan dampak negatif dari berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum;
dan
28. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana
pemadam kebakaran.
III-13 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Di dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis terhadap Dokumen RPJMD Kota Bandung
Tahun 2018-2023, rumusan isu strategis merupakan capaian TPB dalam kelompok
yang belum mencapai target (SB), memiliki data tetapi belum menjadi target dalam
RPJMD (TT) dan yang belum memiliki data (NA). Selain ketiga kelompok hasil capaian
TPB, isu strategis juga dikaitkan dengan kondisi dan perubahan 6 muatan lingkungan
hidup dalam PP 46 Tahun 2016 tentang KLHS yang meliputi daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup, kinerja jasa ekosistem, risiko lingkungan hidup, sumber
daya alam, kerentanan dan adaptasi perubahan iklim, emisi gas rumah kaca dan
kemampuan penyediaan lingkungan hidup.
Tabel 3.4
Isu Strategis pada Dokumen KLHS RPJMD Kota Bandung Tahun 2018-2023
III-14 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
III-15 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
III-16 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Tabel 3.5
Perbandingan hasil penelaahan permasalahan layanan DLHK Kota Bandung
III-17 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
1) Rendahnya Kualitas dan Kuantitas Air (Air Permukaan dan Air Tanah), hal ini
menjadi perhatian pada Renstra KLHK yang memasukkan ketahanan air sebagai
sasaran yang ingin diwujudkan serta Indeks Kualitas Air sebagai sasaran pada
Renstra DLH Provinsi. Pada Dokumen KLHS RPJMD Kota Bandung, isu ini menjadi
isu yang secara gamlang dinyatakan. Pada RTRW Kota Bandung dinyatakan bahwa
daya dukung dan daya tampung lingkungan semakin menurun dan infrastruktur
yang masih dianggap kurang meliputi sarana IPAL, jaringan air bersih dan supply
air baku yang semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan
kualitas dan kuantitas air ini menjadi perhatian bersama yang harus dituntaskan,
terutama karena hasil capaian Renstra DLHK pada periode sebelumnya pun
menunjukkan bahwa baru 5 (lima) titik sungai di Kota Bandung yang sudah
memiliki status cemar ringan melalui metode analisis Indeks Storet dari 46 anak
sungai yang ada di Kota Bandung.
2) Rendahnya Kualitas Tutupan Lahan. Kota Bandung dengan luasan RTH sebesar
12,67% memiliki korelasi dengan terjadinya permasalahan terkait kuantitas air dan
kualitas udara. Luasan RTH yang rendah telah mengakibatkan serapan air menurun
sehingga mengakibatkan banjir dan cadangan air tanah yang semakin menurun. Di
sisi lain, rendahnya luasan RTH berpengaruh pula pada jumlah tumbuhan yang
memiliki fungsi sebagai penetral kualitas udara, sehingga kualitas udara pun
semakin memburuk.
3) Menurunnya kualitas udara. Hal ini menjadi konsekuensi dari rendahnya luasan
RTH, kurangnya tutupan vegetasi dan bertambahnya jumlah penduduk Kota
Bandung beserta aktivitasnya. Permasalahan ini pun menjadi sasaran perbaikan
yang ingin dicapai di Renstra KLHK dan Renstra DLH Provinsi Jawa Barat, sejalan
dengan dokumen KLHS Kota Bandung.
4) Pengelolaan Persampahan yang belum optimal. Hal ini terlihat dari capaian
kinerja pengelolaan persampahan oleh DLHK Kota Bandung pada periode
sebelumnya, dimana capaian layanan pengelolaan persampahan baru mencapai
97,97%. Permasalahan lainnya dari pengelolaan persampahan adalah proporsi
pengelolaan sampah yang masih sebagian besar dibuang ke TPA, hal ini
menimbulkan permasalahan terkait ketersediaan anggaran pengolahan sampah.
Di sisi lain, terdapat permasalahan internal yang juga perlu diselesaikan yaitu :
III-18 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
4. Perbaikan prosedur kerja serta komunikasi antar bidang di internal DLHK Kota
Bandung.
III-19 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
BAB IV
IV-1 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
IV-2 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Tujuan pada Misi ke-4 Walikota adalah “Terwujudnya infrastruktur dan tata ruang kota
yang berkualitas dan berwawasan lingkungan”, dengan indikator capaian tujuan adalah
Indeks Liveable City Aspek Tata Ruang, Lingkungan Hidup, dan Infrastruktur Kota
Bandung.
Berdasarkan uraian Tugas Pokok dan Fungsi DLHK Kota Bandung, maka sasaran utama
yang diampu oleh DLHK Kota Bandung adalah Sasaran “Meningkatnya Kualitas
Lingkungan Hidup Kota Bandung”, dengan indikator sasaran yaitu :
Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan tersebut kemudian dilakukan pemetaan
kinerja yang dapat menggambarkan penyelesaian isu-isu strategis melalui pendekatan
urusan. Hal tersebut digambarkan di dalam pemetaan kinerja berikut ini :
IV-3 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Isu Strategis
LINGKUNGAN HIDUP BERKUALITAS DAN OPTIMALISASI
KERANGKA LOGIS PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
RPJMD TAHUN 2018 – 2023
MISI 4 SASARAN 4.1 TERWUJUDNYA INFRASTRUKTUR DAN TATA RUANG Tujuan
KOTA YANG BERKUALITAS DAN BERWAWASAN
LINGKUNGAN
INDIKATOR : Indeks Liveable City (8,00)
Sasaran
MENINGKATNYA KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
KOTA BANDUNG Long Term
Outcome
INDIKATOR : Indeks Kualitas LH (33,16) (Sasaran dan
Indikator
RPJMD)
Meningkatnya
Meningkatnya
Indeks
Indeks
Kualitas Air Intermediat
Kualitas Udara
e Term
Outcome
CC MISI 2
IV-4 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Intermediat
Meningkatnya Meningkatnya e Term
Penanganan Pengurangan Outcome
Sampah Sampah
(Kontribusi: 72%) (Kontribusi: 27%)
Meningkatnya Meningkatnya
Meningkatnya
Percepatan Optimalisasi Meningkatnya Meningkatnya
Penyediaan dan Short Term
Pembangunan Pengangkutan Pengelolaan Kesadaran/Prilaku
Pengelolaan TPS
TPPAS Regional Sampah sampah dari Masyarakat Outcome
Sumber terhadap
Program: Program: Pengelolaan
Program: Program: Program:
Program: Pegembangan Pemberdayaan Program: Program: Persampahan
Peningkatan Peningkatan Pegembangan
Pegembangan Kinerja Kewilayahan Pegembangan Pencegahan
Kerjasama Kerjasama Kinerja
Kinerja Pengelolaan Pengelolaan Indikator: Kinerja Dampak Program:
Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pengelolaan Program:
Persampahan Persampahan Tingkat Pengelolaan Lingkungan Penegakan Produk
Indikator: Indikator: Persampahan Pembinaan dan Program
Indikator: Indikator: Pemberdayaan Persampahan Indikator: Hukum Daerah
Persentase Persentase Indikator: Pengawasan
Kerjasama Aktif Jumlah Sampah Kerjasama Aktif
Jumlah Sampah
Jumlah Sampah Lembaga Indikator: Cakupan Indikator: Dan
yang Pencegahan Lingkungan Hidup
yang di yang Termanfaatkan yang di yang Kemasyrakatan Jumlah Sampah Persentase Indikator
Termanfaatkan dan Dampak Indikator:
dan di Daur Ulang di Termanfaatkan Target: yang Penegakan Perda
Implementasikan Implementasikan
di Daur Ulang di Termanfaatkan dan Lingkungan Akibat Cakupan Urusan
Target: Sumber Sampah Target: dan di Daur Ulang 80,20% Target:
Sumber Sampah Kebijakan dan Perlindungan
100% Target: 100% di Sumber Urusan Penunjang di Daur Ulang di 100%
Target: Usaha/Kegiatan Kualitas
Urusan Penunjang 174.054,2 Ton Urusan Penunjang Sampah Sumber Sampah Urusan
174.054,2 Ton Target: Lingkungan
Urusan LH Target: Target: Trantibumlinmas
Urusan LH 100% Target:
174.054,2 Ton 174.054,2 Ton
33,49% Program:
Urusan LH Urusan LH Urusan LH
Urusan LH Pemberdayaan
Kewilayahan
Program: Indikator:
Pemberdayaan Program: Tingkat
Kewilayahan Pencegahan Pemberdayaan
CC MISI 5 CC MISI 5 CC MISI 5
Indikator: Dampak Lembaga
Tingkat Lingkungan Kemasyrakatan
Pemberdayaan Indikator: Target:
Lembaga Cakupan 80,20%
Kemasyrakatan Pencegahan Urusan Penunjang
Target: Dampak
80,20% Lingkungan Akibat
Urusan Penunjang Kebijakan dan
Usaha/Kegiatan
Target:
100%
Urusan LH
CC MISI 2
dan 3
IV-5 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Dengan pendekatan urusan, maka semua pihak yang mengampu urusan tersebut
harus menyelesaikan isu strategis/permasalahan yang terjadi secara bersama. Apabila
pemetaan kinerja di atas dicermati maka terlihat bahwa persoalan peningkatan
kualitas lingkungan hidup dan layanan pengelolaan sampah, tidak dapat diselesaikan
sendiri oleh DLHK Kota Bandung tapi juga harus melibatkan OPD lain di lingkungan
Kota Bandung. Hal ini karena penyebab terjadinya suatu permasalahan terdiri dari
banyak faktor, dimana penyelesaian masing-masing faktor penyebab tersebut diampu
oleh OPD yang berbeda-beda.
Tujuan adalah sesuatu kondisi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu
5 (lima) tahunan. Sedangkan, sasaran adalah rumusan kondisi yang menggambarkan
tercapainya tujuan, berupa hasil pembangunan Daerah/Perangkat Daerah yang
diperoleh dari pencapaian hasil (outcome) program Perangkat Daerah.
Tujuan dan sasaran menjadi kebijakan strategis yang menunjukkan tingkat prioritas
tertinggi dalam perencanaan pembangunan kota. Tujuan adalah pernyataan tentang
hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi dengan
menjawab isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah. Sasaran adalah hasil
yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, dapat
dicapai, rasional, untuk dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Tujuan dan sasaran pembangunan daerah mempunyai peran penting sebagai rujukan
utama dalam perencanaan pembangunan daerah. Rumusan tujuan dan sasaran dari
visi dan misi kepala daerah menjadi landasan perumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran
rencana strategis perangkat daerah. Karena itu, Tujuan dan Sasaran pada Rencana
Strategis DLHK Kota Bandung dilandaskan oleh Tujuan dan Sasaran Wali Kota pada
RPJMD Kota Bandung.
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi Kota Bandung untuk menyelesaikan isu strategis
Kota Bandung terkait Lingkungan Hidup, serta mengacu kepada Renstra KLHK 2015-
2019, Renstra DLH Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023 dan RPJMD Kota Bandung
Tahun 2018-2023, maka DLHK Kota Bandung menetapkan Tujuan yang ingin dicapai
pada Tahun 2018-2023 yaitu sebagai berikut :
VII-6 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Target capaian IKLH di akhir masa RPJMD Kota Bandung yaitu di tahun 2023 adalah
mencapai angka 35,83 poin, atau naik sebesar 0,48 poin dari awal masa RPJMD.
Penentuan target tersebut disesuaikan dengan kenaikan target IKLH Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2018-2023 yaitu 49,76 poin di awal periode RPJMD dan 50,64 poin
di akhir periode RPJMD.
VII-7 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Untuk menyatakan kondisi kualitas udara di suatu tempat dapat dilakukan dengan
indeks kualitas udara. Indeks kualitas udara dibuat untuk memberikan kemudahan
mengetahui kondisi kualitas udara ambien kepada masyarakat dengan informasi yang
sederhana, tanpa harus menggunakan satuan-satuan yang tidak mudah dimengerti
masyarakat.
Untuk menentukan indeks mutu lingkungan, diperlukan dua tahapan mendasar yaitu:
1. Perhitungan sub indeks untuk setiap variabel polutan yang ditinjau
2. Penggabungan antara sub indeks menjadi suatu indeks gabungan
Perhitungan Sub Indeks untuk kualitas udara ambien dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
𝟓𝟎
𝑰𝑲𝑼 = 𝟏𝟎𝟎 − ( × (𝑰𝑬𝑼 − 𝟎, 𝟏))
𝟎, 𝟗
𝑰𝑬𝑼𝑵𝑶𝟐 + 𝑰𝑬𝑼𝑺𝑶𝟐
𝑰𝑬𝑼 = ( )
𝒏
VII-8 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003, bahwa
salah satu metode untuk menentukan indeks kualitas air digunakan metode indeks
pencemaran air sungai (PIj). Indeks pencemaran air dapat digunakan untuk menilai
kualitas badan air, dan kesesuaian peruntukan badan air tersebut. Informasi indeks
pencemaran juga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas badan air apabila
terjadi penurunan kualitas dikarenakan kehadiran senyawa pencemar.
PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij,
di mana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air ke i dan Lij menyatakan
konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan
air j. Dalam hal ini peruntukan yang digunakan adalah klasifikasi baku mutu air kelas I
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Nilai Pij > 1 artinya bahwa air sungai tersebut tidak memenuhi baku mutu air kelas I
sebagaimana dimaksud PP No. 82 Tahun 2001. Penghitungan Indeks Kualitas Air (IKA)
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Setiap titik pantau pada lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai
dianggap sebagai satu sampel;
2) Hitung indeks pencemaran (PIj) setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD,
COD, Total Fosfat, Fecal Coli dan Total Coliform;
3) Penentuan IKA berdasarkan nilai dari PIj sebagai berikut:
a. IK = 100, untuk Pij ≤1,
b. IK = 80, untuk Pij>1 dan Pij≤4,67 (4,67 adalah nilai Pij dari baku mutu kelas II
terhadap kelas I),
c. IKA = 60, untuk Pij≥4,67 dan Pij≤6,32 (6,32 adalah nilai Pij dari buku mutu kelas
III terhadap kelas I),
d. IKA = 40, untuk Pij≥6,32 dan Pij≤6,88 (6,88 adalah nilai Pij dari buku mutu kelas
IV terhadap kelas I),
e. IKA = 20, untuk Pij>6,88.
4) Nilai IKA dipengaruhi oleh berbagai variable antara lain:
a. Penurunan beban pencemaran serta upaya pemulihan (restorasi) pada
beberapa sumber air;
b. Ketersedian dan fuktuasi debit air yang dipengaruhi oleh perubahan fungsi
lahan serta faktor cuaca lokal, iklim regional dan global;
VII-9 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
𝟓𝟎
𝑰𝑲𝑻𝑳 = 𝟏𝟎𝟎 − ((𝟖𝟒, 𝟑 − (𝑻𝑯 × 𝟏𝟎𝟎)) × )
𝟓𝟒, 𝟑
Cakupan layanan pengelolaan sampah ini menunjukkan apakah seluruh sampah yang
dihasilkan di Kota Bandung telah ditangani dengan baik sehingga tidak ada lagi
sampah yang ditimbun di pinggir jalan atau dibuang ke sungai. Semakin tinggi
cakupan layanan pengelolaan sampah harus ditunjukkan dengan kondisi bersih tanpa
ceceran sampah di seluruh wilayah Kota Bandung.
VII-10 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Target cakupan layanan sampah pada akhir periode RPJMD adalah sebesar 99,00%
atau naik sebesar 2% dari kondisi eksisting terakhir. Hal ini telah disesuaikan dengan
Peraturan Wali Kota mengenai kebijakan dan strategi daerah dalam penanganan
sampah atau yang dikenal dengan Jakstrada Pengelolaan Sampah.
VII-11 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VII-12 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Tabel 4.1
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan DLHK Kota Bandung
Meningkatnya
Cakupan Cakupan Pengelolaan
2. 98,00% 98,30% 98,50% 98,70% 99,00%
Pengelolaan sampah Sampah Kota
kota
Capaian Pengurangan
Meningkatnya 20,00% 22,00% 24,00% 26,00% 27,00%
sampah
2.1. cakupan pengelolaan
Capaian Penanganan
sampah kota 78,00% 76,30% 74,50% 72,70% 72,00%
Sampah
VII-13 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
BAB V
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 86 Tahun 2017 dinyatakan bahwa
Strategi adalah langkah berisikan program-program sebagai prioritas Pembangunan
Daerah/Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran. Sedangkan, Arah Kebijakan adalah
rumusan kerangka pikir atau kerangka kerja untuk menyelesaikan permasalahan
pembangunan dan mengantisipasi isu strategis Daerah/Perangkat Daerah yang
dilaksanakan secara bertahap sebagai penjabaran strategi.
Perencanaan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien sebagai pola strategis
pembangunan akan memberikan nilai tambah (value added) pada pencapaian
pembangunan daerah dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sebagai salah satu
rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah, rumusan strategi akan
mengimplementasikan bagaimana sasaran pembangunan akan dicapai dengan
serangkaian arah kebijakan dari pemangku kepentingan. Oleh karena itu, strategi
diturunkan dalam sejumlah arah kebijakan dan program pembangunan operasional
dari upaya-upaya nyata dalam mewujudkan visi pembangunan daerah.
Logic Model adalah alat yang menyampaikan skema, program, atau proyek singkat,
format yang visual. Model logika ini menjelaskan tindakan yang direncanakan dan hasil
yang diharapkan. Sebuah model adalah gambaran pemikiran saat individu atau
kelompok tentang bagaimana ide atau program mereka mungkin bekerja.
V-1 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal), serta dapat menjadi acuan dalam
menyusun rencana aksi Pemerintah Kota maupun pada Perangkat Daerah.
Untuk menentukan strategi dan arah kebijakan untuk mencapai sasaran Meningkatnya
kualitas udara Kota Bandung, dilakukan analisis dengan menggunakan kerangka logis
terhadap penyebab terjadinya peningkatan kualitas udara. Dari hasil analisis terhadap
penyebab masalah, dapat ditentukan strategi yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan hal tersebut.
Gambar 5.1
Analisis terhadap faktor yang mempengaruhi kualitas udara
Gambar 5.2.
Strategi dan arah kebijakan penyelesaian masalah penurunan kualitas udara
V-2 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Sumber pencemar udara di Kota Bandung terutama disebabkan oleh emisi kendaraan
bermotor dan emisi dari sumber tidak bergerak seperti cerobong industri dan asap
genset. Dalam jumlah sedikit, diakibatkan pula oleh aktivitas warga yang melakukan
pembakaran sampah.
Emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh berbagai hal, yaitu jumlah kendaraan yang
semakin banyak, pemeliharaan kendaraan yang tidak teratur sehingga kinerja mesin
memburuk dan mengakibatkan emisi gas buangnya pun ikut memburuk, serta
kemacetan yang menyebabkan polutan terakumulasi dalam satu waktu tertentu.
Emisi dari cerobong industri disebabkan oleh penggunaan bahan bakar yang
berkualitas buruk dan penggunaan boiler dengan spesifikasi yang tidak sesuai/tidak
lengkap. Sedangkan emisi dari genset disebabkan oleh faktor yang sama dengan emisi
pada kendaraan bermotor karena memiliki sistem mesin yang sama dengan kendaraan
bermotor.
Hal yang tidak kalah penting di dalam usaha pengendalian pencemaran adalah
meningkatkan kemampuan alamiah lingkungan dalam menyeimbangkan kandungan
gas di udara. Diantara upaya tersebut adalah melalui penanaman pohon yang dapat
menyerap bahan-bahan polutan dari udara.
Pemantauan kualitas udara pun menjadi hal yang penting untuk dilakukan karena
efektifitas kinerja pengendalian pencemaran hanya dapat diketahui dari hasil
pengukuran/pemantauan. Untuk pemanfaatan yang lebih lanjut, pemantauan yang
V-3 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
bersifat real time pun diperlukan sebagai sumber data bagi sistem pendukung
keputusan. Saat ini, sistem pemantauan real time telah dimiliki oleh DLHK Kota
Bandung dengan dipasangnya 4 unit stasiun pemantau Air Quality Monitoring System
(AQMS) di 4 lokasi pemantauan, namun belum dapat dimanfaatkan untuk sumber data
bagi sistem pendukung keputusan.
Apabila dilihat dari berbagai strategi yang perlu dilakukan, terlihat bahwa upaya
perbaikan kualitas udara ini harus dilakukan secara bersama-sama dengan OPD lain
seperti Dinas Perhubungan. Hal ini harus dilakukan karena upaya penyelesaian
masalah bersifat lintas sektoral.
Gambar 5.3
Analisis faktor penyebab penurunan kualitas air
V-4 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Gambar 5.4
Strategi dan arah kebijakan penyelesaian masalah penurunan kualitas air
Layanan pengelolaan air kotor yang dilakukan oleh PDAM Tirtawening pun, belum
mencakup keseluruhan warga di Kota Bandung sehingga penambahan jumlah IPAL
komunal menjadi hal yang krusial untuk dilakukan, di samping upaya untuk
meningkatkan swadaya masyarakat di dalam mengelola sendiri air limbah domestik
yang dihasilkannya.
Upaya lain yang diperlukan adalah melakukan pembinaan terhadap para pelaku usaha
terkait pengelolaan limbah cair yang dihasilkannya, baik melalui sosialisasi secara
langsung atau melalui penertiban ketersediaan dokumen lingkungan sebagai dasar ijin
usaha. Penegakan hukum pun diperlukan untuk melindungi lingkungan dari para
pelaku pencemaran, di samping usaha untuk mengawasi pelaksanaan/implementasi
dokumen lingkungan yang telah dibuat sebagai komitmen pelaku usaha untuk
melindungi dan mengelola lingkungannya.
V-5 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Strategi lainnya yang akan digunakan adalah dengan melakukan pengelolaan limbah
B3 rumah tangga serta limbah B3 dari para pelaku UMKM dan mengawasi pelaksanaan
pengelolaan limbah B3 oleh para pelaku usaha lainnya. Pengelolaan limbah B3 rumah
tangga dan limbah B3 pelaku UMKM, diantaranya dilakukan dengan penyediaan
sarana prasarana serta pengembangan sistem pengelolaan limbah B3 terpadu.
Gambar 5.5
Analisis faktor penyebab penurunan kualitas tutupan lahan
Dari kerangka logis di atas terlihat bahwa upaya yang harus dilakukan untuk
peningkatan kualitas tutupan lahan adalah penertiban terhadap alih fungsi lahan dan
penambahan luasan ruang terbuka hijau. Namun, urusan penertiban terhadap alih
V-6 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
fungsi lahan dan penambahan luasan RTH, tidak menjadi tanggung jawab DLHK Kota
Bandung.
Gambar 5.6
Strategi dan arah kebijakan penyelesaian masalah penurunan kualitas tutupan lahan
Upaya yang dapat dilakukan oleh DLHK Kota Bandung untuk menjaga bahkan
meningkatkan kualitas tutupan lahan adalah dengan upaya perbaikan fungsi hidrologi
dari ruang-ruang terbuka yang saat ini ada. Hal ini dapat dilakukan, baik melalui upaya
pembuatan sumur-sumur resapan, pembuatan lubang biopori, maupun penataan dan
penanaman pohon di wilayah konservasi seperti mata air dan sempadan sungai. Upaya
lainnya yaitu dengan membangun taman keanekaragaman hayati untuk meningkatkan
kualitas dari ruang terbuka hijau yang sudah ada.
V-7 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Gambar 5.7
Analisis faktor penyebab rendahnya cakupan layanan persampahan kota
Gambar 5.8
Strategi dan arah kebijakan penyelesaian masalah rendahnya cakupan layanan persampahan kota
V-8 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Mengembangkan Bank Sampah menjadi bagian dari arah kebijakan yang dipilih
sehingga upaya untuk meningkatkan kapasitas pengelola Bank Sampah pun harus
dilakukan. Peningkatan kapasitas tersebut dapat dilakukan melalui pemberian
Bimbingan Teknis bagi para pengelola Bank Sampah.
Analisis terhadap penentuan strategi dan arah kebijakan di atas, disandingkan dengan
tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tabel sanding antara tujuan, sasaran, strategi
dan arah kebijakan digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1
Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan
VISI Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera dan Agamis
V-9 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VISI Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera dan Agamis
V-10 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
BAB VI
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA
PENDANAAN
6.1. Program dan Kegiatan DLHK Kota Bandung Tahun 2018 – 2023
Program dan kegiatan ditetapkan sebagai implementasi dari penetapan strategi dan
arah kebijakan di dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena
itu, untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi yang dituju,
DLHK Kota Bandung menetapkan rencana program dan kegiatan Tahun 2018-2023
sebagai berikut :
VI-1 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Saat ini, jumlah titik lokasi sungai dengan status “cemar ringan” di Kota Bandung
masih sangat sedikit karena hampir seluruhnya berada pada kondisi cemar sedang
dan cemar berat. Diharapkan dengan adanya intervensi program ini, sungai Kota
VI-2 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Bandung akan mengalami perbaikan dan kondisi sungai akan berubah menjadi
lebih baik.
𝑲𝒆𝒕𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 ∶
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑢𝑠 𝐼𝑃 𝑐𝑒𝑚𝑎𝑟 𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
= ∑ 𝑆𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝐼𝑗 ≤ 5
𝐶 2 𝐶 2
( 𝑖) +( 𝑖)
√ 𝐿𝑖𝑗 𝑀
𝐿𝑖𝑗
𝑅
𝑃𝐼𝑗 =
2
Kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki kualitas air sungai pada tahun
2020-2023 adalah :
1) Kegiatan Pemantauan Kualitas Air
2) Kegiatan Pengendalian Pencemaran Air
3) Kegiatan Rehabilitasi Kerusakan Air
VI-3 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Hasil yang diharapkan atau indikator ketercapaian program ini adalah Cakupan
pencegahan dampak lingkungan akibat kebijakan dan usaha/kegiatan, dengan
target sebesar 100%. Perhitungan dari indikator ini adalah sebagai berikut :
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
𝐶𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐷𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑗𝑢𝑎𝑛 𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐷𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝐾𝐿𝐻𝑆 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝐿𝐻𝑆 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛
VI-4 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Indikator capaian dari program ini adalah Indeks SO2 yang menggambarkan
kandungan bahan Sulfur dioksida di dalam udara ambien Kota Bandung. Semakin
tinggi kadar SO2 di dalam udara ambien maka semakin berbahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam yang sangat berbahaya untuk mahluk hidup.
Sulfur dioksida di dalam udara merupakan hasil pembakaran dari sulfur yang
terdapat pada bahan bakar baik transportasi maupun industri, selain itu
dikeluarkan juga dari aktivitas gunung berapi.
VI-5 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Indikator capaian program ini adalah Jumlah sampah yang termanfaatkan dan di
daur ulang di sumber sampah (dalam tonase per tahun). Semakin tinggi jumlah
sampah yang dapat di daur ulang sejak dari sumbernya, menunjukkan
keberhasilan dari program ini.
VI-6 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Indikator capaian dari program ini adalah persentase limbah B3 UMKM yang
terkelola. Saat ini, limbah yang dihasilkan dari pelaku UMKM belum terkelola
dengan baik, padahal di Kota Bandung banyak terdapat pelaku UMKM yang
berpotensi menghasilkan limbah B3.
VI-7 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Program dan kegiatan yang disediakan untuk layanan administrasi umum terdiri dari :
VI-8 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Program ini dilaksanakan untuk mengelola data yang dihasilkan di DLHK dan
kemudian mengolahnya menjadi informasi. Informasi tersebut akan digunakan
sebagai bahan pelaporan dan bahan penyusunan kebijakan, selain sebagai bahan
informasi publik. Karenanya, kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai program
tersebut adalah :
1) Pengembangan Database Terpadu dan Sistem Informasi Perangkat Daerah
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung telah menetapkan indikator
kinerja dan pendanaan indikatif atas program dan kegiatan Tahun 2018 - 2023 sebagai
berikut :
VI-9 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Tabel 6.1
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN DLHK KOTA BANDUNG
VI-10 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-11 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-12 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-13 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
1 Kegiatan Rekapitulasi 1 Berkas 1 Berkas 149.429.737 1 Berkas 184.740.209 1 Berkas 183.067.132 1 Berkas 216.174.908 1 Berkas 225.359.918 5 Berkas 958.771.904
Pengelolaan B3 data pelaku
dan Limbah B3
usaha/kegiatan
yang mendapat
rekomendasi
ijin pengelolaan
LB3
Rekomendasi 30 50 30 30 30 30 170
ijin pengelolaan rekomen rekomen rekomen rekomen rekomenda rekomen dokumen
dasi dasi dasi si dasi
LB3 dasi
Tersusunnya 0 1 - - - - 1
Masterplan Dokume dokumen dokumen
n
VI-14 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-15 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-16 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-17 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-18 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-19 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-20 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Terjagan Indeks Kualitas 22,44 29,24 4.563.334.645 29,35 4.079.615.976 29,46 4.191.194.768 29,57 poin 4.301.983.425 29,68 4.411.250.430 29,68 21.547.379.244
ya Tutupan Lahan poin poin poin poin poin poin
Kualitas
Tutupan
Lahan
IV Program Persentase 8.8% 17,61% 4.563.334.645 28,99% 4.079.615.976 30,75% 4.191.194.768 49,18% 4.301.983.425 67,60% 4.411.250.430 67,60% 21.547.379.244 Bidang Kota
Perlindungan dan kawasan Tata Bandun
Konservasi konservasi Lingkunga g
Sumber Daya terpelihara n
Alam
1 Kegiatan Dokumen DED 0 1 - 2.196.717.469 1 2.256.798.389 1 Dokumen - 3
Konservasi Taman Kehati Dokume Dokumen 821.676.106 Dokumen 2.316.453.852 2.375.289.963 dokumen 9.966.935.779
Keanekaragaman
yang dapat n
hayati
disusun
Dokumen 0 1 - 1 1 Dokumen - 3
Lingkungan Dokume Dokumen Dokumen dokumen
Pembangunan n
Taman Kehati
Master Plan 0 1 - - - - 1
Pengelolaan Dokume Dokumen dokumen
Kehati n
Jumlah 0 pohon 100 1000 - 1000 1000 3100
tanaman khas pohon pohon pohon pohon pohon
yang diadakan
Pembangunan 0 Taman - 1 Taman - 1 Taman 1 Taman 3 Taman
Taman Kehati Kehati Kehati Kehati Kehati Kehati
VI-21 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-22 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Meningka Capaian 16,03 20,00 22,00 150.141.157.966 24,00 174.916.234.789 26,0 27,0 275.925.721.172 27,0
tnya Pengurangan persen persen 84.473.826.693 persen persen persen 259.656.353.832 persen persen 945.113.294.452
cakupan sampah
pengelola Capaian 81,94 78,00 76,30 74,50 72,70 72,0 72,0
an Penanganan persen persen persen persen persen persen persen
sampah Sampah
kota
VII Program Jumlah 103.601 116.915 130.735 150.141.157.966 145.002 174.916.234.789 176.363 206.653 275.925.721.172 206.653 Bidang Kota
Pengembangan sampah yang ton ton 84.473.826.693 ton ton ton 259.656.353.832 ton ton 945.113.294.452 Kebersiha Bandun
Kinerja termanfaatkan g
n
Pengelolaan dan di daur
Persampahan ulang di
sumber
sampah
1 Kegiatan Jumlah jenis 16 jenis 16 jenis 16 jenis 64.121.238.283 16 jenis 20.315.874.241 16 jenis 16 jenis 16 jenis
Penyediaan sarana 47.372.363.543 29.674.276.314 6.657.990.130 168.141.742.511
Prasarana dan
persampahan
Sarana
yang diadakan
Pengelolaan
Persampahan
2 Kegiatan Jenis pelatihan 4 jenis 4 jenis 6 jenis 573.523.745 8 jenis 573.523.745 8 jenis 8 jenis 722.639.919 8 jenis
Bimbingan Teknis yang pelatiha 951.086.750 688.228.495 3.509.002.655
Persampahan
dilaksanakan n
3 Kegiatan Jumlah laporan 12 12 12 38.912.173.298 - 10.677.496.208 - - -
Kerjasama layanan laporan laporan 30.865.675.400 laporan 11.745.245.829 1.832.508.121 94.033.098.856
Pengelolaan
pengelolaan bulanan bulanan bulanan
Persampahan
sampah
bulanan
Jumlah laporan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan
pelaksanaan
kerjasama
pengelolaan
persampahan
VI-23 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-24 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Indeks 75,00 76,00 3,855,326,200 78,00 3,556,392,814 80,00 3,653,490,443 81,50 poin 83,00 3,838,496,072 83,00
Kepuasan poin poin poin poin 3,749,899,031 poin poin 18,653,604,559
Masyarakat
VII Program Cakupan 100% 100% 100% 2,709,628,890 100% 2,783,674,055 100% 100% 2,927,272,849 100% Sekretaria Kota
Pelayanan Pelayanan 2,928,670,158 2,857,194,331 14,206,440,284 t Bandun
Administrasi g
Administrasi
Perkantoran
Perkantoran
VI-25 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-26 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-27 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VI-28 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Pengembangan Jumlah data 24 data 24 data 149,978,542 24 data 128,175,732 24 data 131,591,566 24 data 134,982,446 24 data 134,916,286 24 data 679,644,573
Database Terpadu yang
dan Sistem
dikompilasi dari
Informasi
Perangkat Daerah bidang
VI-29 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
BAB VII
Indikator Tujuan dari Rencana Strategis DLHK Kota Bandung Tahun 2018-2023 adalah
sebagai berikut :
Tabel 7.1
Indikator Tujuan DLHK Kota Bandung yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran
RPJMD
Kondisi Kondisi
Kinerja Kinerja
Indikator pada awal Target Capaian Setiap Tahun pada
No.
Tujuan periode akhir
RPJMD periode
2018 2019 2020 2021 2022 2023 RPJMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Indeks Kualitas
35,35 35,47 35,59 35,71 35,83 35,83
1. Lingkungan 35,23 poin
poin poin poin poin poin poin
Hidup (IKLH)
Cakupan
2. Pengelolaan 97,97% 98,00% 98,30% 98,50% 98,70% 99,00% 99,00%
Sampah Kota
VII-1 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Keterangan :
IKA = Indeks Kualitas Air
IKU = Indeks Kualitas Udara
IKTL = Indeks Kualitas Tutupan Lahan
Indeks ini telah digunakan sebagai indikator di dalam Dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dengan target
pencapaian sebesar 66,5-68,5 poin pada tahun 2019. Saat ini, indikator tersebut
menjadi indikator kinerja yang disarankan untuk digunakan pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 86 Tahun 2017.
Target capaian IKLH di akhir masa RPJMD Kota Bandung yaitu di tahun 2023 adalah
mencapai angka 33,16 poin, atau naik sebesar 0,6 poin dari awal masa RPJMD.
Penentuan target tersebut disesuaikan dengan kenaikan target IKLH Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2018-2023 yaitu 49,76 poin di awal periode RPJMD dan 50,64 poin di akhir
periode RPJMD.
Target cakupan layanan sampah pada akhir periode RPJMD adalah sebesar 99,00% atau
naik sebesar 2% dari kondisi eksisting terakhir. Hal ini telah disesuaikan dengan
Peraturan Wali Kota mengenai kebijakan dan strategi daerah dalam penanganan
sampah atau yang dikenal dengan Jakstrada Pengelolaan Sampah.
VII-2 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Indikator Sasaran dari Rencana Strategis DLHK Kota Bandung Tahun 2018-2023 adalah sebagai berikut :
Tabel 7.2
Indikator Sasaran DLHK Kota Bandung
Kondisi Kinerja pada Kondisi Kinerja pada
Target Capaian Setiap Tahun
No. Indikator Sasaran awal periode RPJMD akhir periode
2018 2019 2020 2021 2022 2023 RPJMD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1.1. Indeks Kualitas Udara (IKU) 58,61 poin 58,81 poin 59,01 poin 59,21 poin 59,41 poin 59,61 poin 59,61 poin
1.2. Indeks Kualitas Air (IKA) 20,00 poin 20,20 poin 20,40 poin 20,60 poin 20,80 poin 21,00 poin 21,00 poin
Capaian Pengurangan sampah 16,03% 20,00% 22,00% 24,00% 26,00% 27,00% 27,00%
2.1.
Capaian Penanganan Sampah 81,94% 78,00% 76,30% 74,50% 72,70% 72,00% 72,00%
VII-3 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Untuk menyatakan kondisi kualitas udara di suatu tempat dapat dilakukan dengan
indeks kualitas udara. Indeks kualitas udara dibuat untuk memberikan kemudahan
mengetahui kondisi kualitas udara ambien kepada masyarakat dengan informasi yang
sederhana, tanpa harus menggunakan satuan-satuan yang mudah dimengerti
masyarakat.
Untuk menentukan indeks mutu lingkungan, diperlukan dua tahapan mendasar yaitu:
Perhitungan Sub Indeks untuk kualitas udara ambien dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
2. Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2 dari setiap pemantauan untuk
masing-masing lokasi (titik) sehingga didapat data rerata untuk area
transportasi (A), industri (B), perumahan (C1) dan
perkantoran/perdagangan (C2). Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2
untuk masing-masing kota atau kabupaten yang merupakan perhitungan rerata
dari keempat titik pemantauan.
3. Angka rerata NO2 dan SO2 dibandingkan dengan referensi EU sehingga akan
didapatkan indek udara model EU (IEU) atau indeks antara sebelum
dinormalisasikan menjadi Indeks Kualitas Udara (IKU).
𝟓𝟎
𝑰𝑲𝑼 = 𝟏𝟎𝟎 − ( × (𝑰𝑬𝑼 − 𝟎, 𝟏))
𝟎, 𝟗
𝑰𝑬𝑼𝑵𝑶𝟐 + 𝑰𝑬𝑼𝑺𝑶𝟐
𝑰𝑬𝑼 = ( )
𝒏
𝑹𝒆𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝑵𝑶𝟐 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒑𝒂𝒔𝒔𝒊𝒗𝒆 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒍𝒆𝒓 𝑹𝒆𝒓𝒂𝒕𝒂 𝑵𝑶𝟐
𝑰𝑬𝑼𝑵𝑶𝟐 = =
𝑵𝑰𝒍𝒂𝒊 𝑹𝒆𝒇𝒆𝒓𝒆𝒏𝒔𝒊 𝑬𝑼 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑵𝑶𝟐 𝟒𝟎
VII-4 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003, bahwa
salah satu metode untuk menentukan indeks kualitas air digunakan metode indeks
pencemaran air sungai (PIj). Indeks pencemaran air dapat digunakan untuk menilai
kualitas badan air, dan kesesuaian peruntukan badan air tersebut. Informasi indeks
pencemaran juga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas badan air apabila
terjadi penurunan kualitas dikarenakan kehadiran senyawa pencemar.
PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij, di
mana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air ke i dan Lij menyatakan
konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan
air j. Dalam hal ini peruntukan yang digunakan adalah klasifikasi baku mutu air kelas I
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Nilai Pij > 1 artinya bahwa air sungai tersebut tidak memenuhi baku mutu air kelas I
sebagaimana dimaksud PP No. 82 Tahun 2001. Penghitungan Indeks Kualitas Air (IKA)
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Setiap titik pantau pada lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap
sebagai satu sampel;
2) Hitung indeks pencemaran (PIj) setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD, COD,
Total Fosfat, Fecal Coli dan Total Coliform;
3) Penentuan IKA berdasarkan nilai dari PIj sebagai berikut:
a. IK = 100, untuk Pij ≤1,
b. IK = 80, untuk Pij>1 dan Pij≤4,67 (4,67 adalah nilai Pij dari baku mutu kelas II
terhadap kelas I),
c. IKA = 60, untuk Pij≥4,67 dan Pij≤6,32 (6,32 adalah nilai Pij dari buku mutu kelas
III terhadap kelas I),
d. IKA = 40, untuk Pij≥6,32 dan Pij≤6,88 (6,88 adalah nilai Pij dari buku mutu kelas
IV terhadap kelas I),
e. IKA = 20, untuk Pij>6,88.
4) Nilai IKA dipengaruhi oleh berbagai variable antara lain:
a. Penurunan beban pencemaran serta upaya pemulihan (restorasi) pada
beberapa sumber air;
b. Ketersedian dan fuktuasi debit air yang dipengaruhi oleh perubahan fungsi
lahan serta faktor cuaca lokal, iklim regional dan global;
c. Penggunaan air; dan
d. Tingkat erosi dan sedimentasi.
VII-5 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
𝟓𝟎
𝑰𝑲𝑻𝑳 = 𝟏𝟎𝟎 − ((𝟖𝟒, 𝟑 − (𝑻𝑯 × 𝟏𝟎𝟎)) × )
𝟓𝟒, 𝟑
VII-6 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VII-7 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Kondisi Kinerja
Kondisi Kinerja
pada awal periode Target Capaian Setiap Tahun
No. Indikator Kinerja Kunci pada akhir
RPJMD
periode RPJMD
2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Tersusunnya RPPLH Kabupaten/Kota Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada
Terintegrasinya RPPLH dalam
2 rencana pembangunan Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada
kabupaten/kota
Terselenggaranya KLHS untuk K/R/P
3 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
tingkat daerah kabupaten/kota
4 Hasil Pengukuruan Indeks kualitas Air 20,00 20,20 20,40 20,60 20,80 21,00 21,00
Hasil Pengukuruan Indeks kualitas
5 58,61 58,81 59,01 59,21 59,41 59,61 59,61
Udara
Hasil Pengukuruan Indeks kualitas
6 29,13 poin 29,24 poin 29,35 poin 29,46 poin 29,57 poin 29,68 poin 29,68 poin
Tutupan Lahan
Pembinaan dan Pengawasan terkait
ketaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang diawasi
7 ketaatannya terhadap izin 12,50% 18,00% 23,50% 29,00% 34,50% 40,00% 40,00%
lingkungan, izin PPLH dan PUU LH d
yang diterbitkan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota
VII-8 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Kondisi Kinerja
Kondisi Kinerja
pada awal periode Target Capaian Setiap Tahun
No. Indikator Kinerja Kunci pada akhir
RPJMD
periode RPJMD
2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan kapasitas dan Sarana
Prasarana Pejabat Pengawas
8 2-1 2-2 3-2 3-3 4-3 4-4 4-4
Lingkungan Hidup di Daerah (PPLHD)
di Kabupaten/Kota
Terlaksananya pendidikan dan
9 13 pelatihan 15 pelatihan 15 pelatihan 20 pelatihan 20 pelatihan 20 pelatihan 20 pelatihan
pelatihan masyarakat
Terlaksananya pemberian
10 Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
penghargaan lingkungan hidup
Pengaduan masyarakat terkait izin
lingkungan, izin PPLH dan PUU LH
yang di terbitkan oleh Pemerintah
11 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
daerah Kabupaten/Kota, lokasi usaha
dan dampaknya di Daerah
kabupaten/kota.
12 Timbulan sampah yang ditangani 97,97% 98,00% 98,30% 98,50% 98,70% 99,00% 99,00%
14 Persentase cakupan area pelayanan 93,50% 95,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
VII-9 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
Formula untuk menghitung Indikator Kinerja Kunci sesuai Peraturan Menteri Dalam
negeri Nomor 86 Tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Hasil Pengukuruan PIj adalah Indeks Pencemaran yang merupakan fungsi dari
4 Ci/Lij
Indeks kualitas Air
𝟓𝟎
𝑰𝑲𝑼 = 𝟏𝟎𝟎 − ( × (𝑰𝑬𝑼 − 𝟎, 𝟏))
𝟎, 𝟗
𝑰𝑬𝑼𝑵𝑶𝟐 + 𝑰𝑬𝑼𝑺𝑶𝟐
𝑰𝑬𝑼 = ( )
𝒏
VII-10 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
VII-11 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
BAB VIII
PENUTUP
Renstra atau Rencana Strategis DLHK Kota Bandung adalah landasan yuridis
tahun mendatang. Selain itu, ditetapkan pula cara pencapaian dan langkah-
langkah strategis apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan, sasaran dan
dan persampahan Kota Bandung periode Tahun 2018 sampai dengan Tahun
2023. Dengan adanya dokumen ini maka ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan
sebagai berikut:
VIII-1 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3
Dinas Lingkungan Hidup dan KebersIhan Kota Bandung
berlaku.
dilakukan apabila sisa masa berlaku Renstra kurang dari 3 (tiga) tahun.
VIII-2 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 1 8 - 2 0 2 3