DENGANRAHMATTUHANYANGMAHAESA
WALIKOTABANDUNG,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUANUMUM
Pasal 1
", Dalam Peraturan Walikota ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Bandung.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Bandung.
3. Walikota adalah Walikota Bandung.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Bandung.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat
SKPD adalah satuan kerja perangkat daerah di lingkungan
Pemerintah Daerah.
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang
selanjutnya disingkat Bappeda adalah Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Bandung.
7. Perencanaan adalah serangkaian proses untuk
menentukan tindakan yang tepat dimasa depan dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kota Bandung.
9. Kepala ...
4
BABII
RKPD
Pasal 2
RKPD Tahun 2017 adalah dokumen pereneanaan Daerah
untuk periode 1 (satu) tahun yang digunakan sebagai
pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah pada tahun 2017.
Pasal ...
..
5
Pasal 3
(1) RKPD Tahun 2017 memuat dokumen perencanaan
pembangunan tahunan Daerah untuk periode Tahun
2017.
(2) Dokumen perencanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdiri dari:
a. rancangan kerangka ekonomi daerah;
b. program prioritas pembangunan daerah; dan
c. rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju.
(3) Rincian dokumen perencanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.
Pasa14
RKPDTahun 2017 dijadikan sebagai:
a. acuan bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pembangunan di Daerah, baik yang dilaksanakan secara
langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat; dan
b. pedoman dalam penyusunan KUA dan PPAS untuk
menyusun RAPBD.
Pasa15
.. (1) RKPD Tahun 2017 dapat diubah dalam hal tidak sesuai
dengan perkembangan keadaan dalam tahun berjalan.
(2) Perubahan RKPD Tahun 2017 ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah dan menjadi landasan
penyusunan perubahan KUAdan Perubahan PPAS untuk
menyusun Perubahan RAPBDTahun 2017.
Pasal ...
..
6
Pasal 6
(1) Penambahan program baru dalam RKPD dapat dilaksanakan
setelah dilakukan perubahan dan Zatau penambahan program
dalam RPJMD.
(2) Dalam hal penambahan program baru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kebijakan nasional yang tercantum
dalam RKPD,tidak perlu merubah RPJMD.
(3) Penambahan kegiatan baru dalam RKPD ditindaklanjuti
dengan perubahan dan/ atau penambahan kegiatan dalam
Rencana Strategis SKPD, sebagai acuan penyusunan Rencana
Kerja SKPD.
Pasal 7
(1) Kepala SKPD wajib membuat laporan kinerja triwulan dan
tahunan atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang
.. berisi uraian tentang keluaran kegiatan dan indikator kinerja
masing-rnasing program dan zatau kegiatan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
kepada Walikota melalui Kepala Bappeda, paling lambat 14
(empat belas) hari kerja setelah triwulan yang berkenaan
berakhir.
(3) Kepala Bappeda melakukan evaluasi atas laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan selanjutnya
menyerahkan hasil evaluasi berikut rekomendasi dan langkah-
langkah yang diperlukan kepada Walikota.
• (4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dipergunakan sebagai bahan dalam penyusunan RKPD
periode tahun berikutnya.
Pasa18
Dalam hal terjadi kelebihan anggaran pada proses penyusunan
APBD Tahun 2017, maka kelebihan dimaksud diarahkan kepada
Program Prioritas sebagaimana tercantum dalam RKPD Tahun
2017.
BAB ...
7
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Bandung
pada tanggal30 Juni 2016
WALIKOTABANDUNG,
ttd.
Diundangkan di Bandung
pada tanggal30 Juni 2016
ttd.
YOSSI IRIANTO
n>-~JLnL.P:~ SUHARI, SH
--=::::::::::=:E~[bina,
IV/ a
NIP. 19650715 198603 1 027
LAMPIRAN
PERATURAN WALIKOTA BANDUNG
NOMOR 783 TAHUN 2016
TENTANG
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH
KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Perencanaan merupakan proses menentukan apa yang hendak dicapai pada masa yang akan
datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Proses perencanan
dilakukan dengan menguji berbagai cara pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada,
mengukur kapasitas yang ada untuk kemudian memilih arah terbaik serta langkah-langkah untuk
mencapainya. Salah satu tahapan perencanaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bandung setiap
tahunnya adalah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas dan
sasaran pembangunan daerah serta rencana kerja dan pendanaannya, sekaligus sebagai pedoman
penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) serta
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) serta penyusunan Rencana Kerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD). Sebagai suatu dokumen yang menjembatani antara perencanaan
strategis jangka menengah dengan penganggaran, maka dalam penyusunannya dilakukan melalui 5
(lima) metode pendekatan, yaitu (1) Pendekatan Teknokratis, (2) Pendekatan partisipatif dan Bottom-up,
(3) Pendekatan Top-Down, (4) Pendekatan Politis, serta (5) Pendekatan Inovatif, sehingga diperoleh hasil
yang akuntabel dan bermanfaat bagi masyarakat. Untuk lebih mengedepankan aspek sinkronisasi,
penyusunan RKPD juga diselaraskan dengan prioritas pembangunan nasional dan prioritas
pembangunan provinsi.
RKPD Kota Bandung tahun 2017 merupakan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah tahun
keempat dari RPJMD Kota Bandung tahun 2013-2018. Oleh karena itu, penentuan dan pencapaian
program prioritas pembangunan daerah tahun 2017 menjadi krusial untuk memenuhi target kinerja
periode kepemimpinan Kepala Daerah terpilih, sehingga diperlukan program prioritas pembangunan yang
dapat membawa dampak signifikan bagi peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | KATA PENGANTAR i
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berkontribusi
dalam penyelesaian dokumen ini, jajaran aparat di lingkungan Pemerintah Kota Bandung dan masyarakat
yang telah mendukung penyusunan dokumen RKPD Kota Bandung Tahun 2017. Semoga apa yang
dirumuskan dalam dokumen perencanaan ini dapat dijadikan pedoman dan memberikan manfaat bagi
pelaksanaan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Bandung.
WALIKOTA BANDUNG
TTD
ii KATA PENGANTAR | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
DAFTAR ISI
iv DAFTAR ISI | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2.1.3.1.20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian ....................... 2 - 38
2.1.3.1.21 Ketahanan Pangan ...................................................... 2 - 39
2.1.3.1.22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ........................ 2 - 40
2.1.3.1.23 Statistik ........................................................................ 2 - 41
2.1.3.1.24 Kearsipan .................................................................... 2 - 41
2.1.3.1.25 Komunikasi dan Informatika ........................................ 2 - 42
2.1.3.1.26 Perpustakaan .............................................................. 2 - 42
2.1.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan ..................................................... 2 - 43
2.1.3.2.1 Pertanian ..................................................................... 2 - 43
2.1.3.2.2 Pariwisata .................................................................... 2 - 44
2.1.3.2.3 Kelautan dan Perikanan .............................................. 2 - 44
2.1.3.2.4 Perdagangan ............................................................... 2 - 44
2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah ......................................................................... 2 - 45
2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ........................................... 2 - 45
2.1.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur ............................................ 2 - 46
2.1.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi ............................................................... 2 - 47
2.1.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia ...................................................... 2 - 53
2.1.4.5 Fokus Seni Budaya ...................................................................... 2 - 54
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2015
dan Realisasi RPJMD............................................................................................. 2 - 56
2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah ................................................................. 2 - 115
2.3.1 Permasalahan Urusan Pendidikan ........................................................... 2 - 115
2.3.2 Permasalahan Urusan Kesehatan ............................................................ 2 - 115
2.3.3 Permasalahan Urusan Pekerjaan Umum ................................................. 2 - 116
2.3.4 Permasalahan Urusan Perumahan .......................................................... 2 - 116
2.3.5 Permasalahan Urusan Penataan Ruang .................................................. 2 - 117
2.3.6 Permasalahan Urusan Perencanaan Pembangunan ............................... 2 - 117
2.3.7 Permasalahan Urusan Perhubungan ....................................................... 2 - 118
2.3.8 Permasalahan Urusan Lingkungan Hidup ................................................ 2 - 118
2.3.9 Permasalahan Urusan Pertanahan .......................................................... 2 - 118
2.3.10 Permasalahan Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil ........................ 2 - 119
2.3.11 Permasalahan Urusan Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak ............................................................................ 2 - 119
2.3.12 Permasalahan Urusan Keluarga Berencana ............................................. 2 - 119
2.3.13 Permasalahan Urusan Sosial ................................................................... 2 - 120
2.3.14 Permasalahan Urusan Ketenagakerjaan .................................................. 2 - 120
2.3.15 Permasalahan Urusan Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah ......................................................................................... 2 - 120
2.3.16 Permasalahan Urusan Penanaman Modal ................................................ 2 - 121
2.3.17 Permasalahan Urusan Kebudayaan ......................................................... 2 - 121
2.3.18 Permasalahan Urusan Kepemudaan danOlahraga .................................. 2 - 121
2.3.19 Permasalahan Urusan Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri ................................................................................ 2 - 122
2.3.20 Permasalahan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian, dan Persandian ................................................... 2 - 122
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | DAFTAR ISI v
2.3.21 Permasalahan Urusan Ketahanan Pangan .............................................. 2 - 129
2.3.22 Permasalahan Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ................. 2 - 129
2.3.23 Permasalahan Urusan Statistik ................................................................ 2 - 131
2.3.24 Permasalahan Urusan Kearsipan ............................................................. 2 - 131
2.3.25 Permasalahan Urusan Komunikasi dan Informatika ................................. 2 - 132
2.3.26 Permasalahan Urusan Perpustakaan ....................................................... 2 - 132
2.3.27 Permasalahan Urusan Pertanian ............................................................. 2 - 133
2.3.28 Permasalahan Urusan Pariwisata ............................................................ 2 - 133
2.3.29 Permasalahan Urusan Kelautan dan Perikanan ....................................... 2 - 133
2.3.30 Permasalahan Urusan Perdagangan ....................................................... 2 - 133
2.3.31 Permasalahan Urusan Perindustrian ........................................................ 2 - 134
2.3.32 Permasalahan Urusan Ketransmigrasian ................................................. 2 - 134
vi DAFTAR ISI | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
DAFTAR TABEL
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | DAFTAR TABEL ix
x DAFTAR TABEL | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
DAFTAR GAMBAR
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | DAFTAR GAMBAR xi
xii DAFTAR GAMBAR | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
DAFTAR GRAFIK
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan tahunan
yang wajib disusun oleh Pemerintah Daerah sebagai bentuk implementasi amanat Undang-undang Nomor
25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) pasal 3 ayat (2) yang
menyatakan bahwa Pemerintah Daerah diwajibkan untuk menyusun dokumen perencanaan
pembangunan secara terpadu sesuai dengan kewenangannya.
RKPD merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun yang dalam penyusunannya mengacu juga pada Rencana Kerja Pemerintah
(RKP). Secara substantif RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas
pembangunan daerah, serta rencana kerja, pendanaannya, dan prakiraan maju. Selain hal tersebut,
RKPD juga memuat kebijakan publik dan arah kebijakan pembangunan daerah selama satu tahun, yang
diharapkan dapat menciptakan kepastian kebijakan sebagai komitmen pemerintah daerah yang harus
dilaksanakan secara konsisten.
RKPD disusun melalui tahapan panjang selama kurang lebih 5 (lima) bulan yang terdiri dari persiapan
penyusunan RKPD, penyusunan rancangan awal RKPD, penyusunan rancangan RKPD, pelaksanaan
musrenbang RKPD, perumusan rancangan akhir RKPD, dan penetapan RKPD.
Gambar 1.1
Tahapan dan Tatacara Penyusunan RKPD
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 1 1-1
Tahapan dan tatacara penyusunan RKPD sebagaimana tergambarkan dalam gambar 1.1 diatas dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan penyusunan RKPD
Pada tahap persiapan ini serangkaian aktivitas yang dilakukan meliputi:
a. Penyusunan rancangan surat keputusan kepala daerah tentang pembentukan tim penyusun
RKPD
b. Orientasi mengenai RKPD kepada seluruh anggota tim dalam rangka penyamaan persepsi
dan memberikan pemahaman terhadap berbagai peraturan perundang-undangan , panduan
atau pedoman teknis, dan buku literatur
c. Penyusunan agenda kerja tim penyusun RKPD
d. Pengumpulan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang akurat serta
dapat dipertanggungjawabkan
2. Penyusunan rancangan awal RKPD
Penyusunan rancangan awal RKPD dilakukan melalui 2 (dua) tahapan kegiatan yang merupakan
suatu rangkaian proses yang berurutan, yaitu:
a. Tahap perumusan rancangan awal RKPD, yang dilakukan melalui serangkaian berikut:
1) Pengolahan data dan informasi
2) Analisis gambaran umum kondisi daerah
3) Analisis ekonomi dan keuangan daerah
4) Evaluasi kinerja tahun lalu
5) Penelaahan terhadap kebijakan pemerintah nasional dan provinsi
6) Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD
7) Perumusan permasalahan pembangunan daerah
8) Perumusan rancangan kerangka ekonomi dan kebijakan keuangan daerah
9) Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah beserta pagu indikatif
10) Perumusan program prioritas beserta pagu indikatif
11) Pelaksanaan forum konsultasi publik
12) Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu indikatif
b. Tahap penyajian rancangan awal RKPD, yang merupakan penyajian dari hasil analisis
data/informasi dari tahap perumusan kedalam dokumen RKPD.
3. Penyusunan rancangan RKPD
Tahapan penyusunan rancangan RKPD mencakup kegiatan-kegiatan: evaluasi rancangan awal
RKP dan rancangan awal RKP tahun rencana, verifikasi dan integrasi rancangan renja SKPD,
dan penyelarasan penyajian rancangan RKPD melalui rangkaian proses berurutan, mencakup:
a. Tahap perumusan rancangan RKPD
b. Tahap penyajian rancangan RKPD
4. Pelaksanaan musrenbang RKPD
Musyawarah perencanaan pembangunan RKPD merupakan forum antarpemangku kepentingan
dalam rangka membahas rancangan RKPD yang bertujuan untuk:
a. Menyelaraskan prioritas dan sasaran pembangunan daerah dengan arah kebijakan, prioritas
dan sasaran pembangunan daerah provinsi
b. Mengklarifikasi usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan masyarakat kepada
pemerintah daerah pada musrenbang RKPD di kecamatan dan/atau sebelum musrenbang
RKPD kota dilaksanakan
c. Mempertajam indikator kinerja program dan kegiatan prioritas daerah kabupaten/kota
d. Menyepakati prioritas pembangunan daerah serta program dan kegiatan prioritas daerah
1-2 BAB 1 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
5. Perumusan rancangan akhir RKPD
Setelah musrenbang RKPD provinsi dan musrenbang RKPD kabupaten/kota diselenggarakan,
tahap selanjutnya adalah mensinkronkan hasil kesepakatan musrenbang tersebut kedalam
Rancangan RKPD menjadi Rancangan Akhir RKPD. Pada saat bersamaan, dilakukan evaluasi
terhadap hasil musrenbang nasional RKP dan musrenbang RKPD provinsi untuk kabupaten/kota
guna memperoleh tambahan informasi atau kebijakan yang harus diacu atau diselaraskan dalam
rancangan akhir RKPD.
6. Penetapan RKPD
RKPD ditetapkan dengan Peraturan Walikota setelah RKP dan RKPD Provinsi ditetapkan, hal ini
diharapkan agar terjadi keselarasan antara perencanaan ditingkat pusat dengan daerah.
Tahapan panjang dalam proses penyusunan RKPD dimaksud tidak terlepas dari empat pendekatan
perencanaan. Pertama pendekatan teknokratis, yaitu menggunakan metoda dan kerangka pikir ilmiah
untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Kedua pendekatan partisipatif, dilaksanakan
dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders). Ketiga Pendekatan politis, penjabaran
dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan KDH terpilih ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan
program pembangunan daerah selama masa jabatan. Dan keempat pendekatan bawah-atas (bottom-up)
dan atas-bawah (top-down) dimana hasilnya diselaraskan melalui musyawarah nasional, provinsi,
kabupaten/ kota, kecamatan dan desa sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran
rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.
RKPD Kota Bandung Tahun 2017 merupakan pelaksanaan perencanaan tahun keempat dari RPJMD
Kota Bandung Tahun 2013-2018. Berkenaan dengan janji walikota dan wakil walikota terpilih, dalam
RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 mencatat ada 20 item janji politik yang terbagi atas aspek:
Bandung Sehat (3 item), Bandung Resik (4 item), Bandung nyaman (7 item), Bandung sejahtera (6 item).
Dari 20 item tersebut yang harus tercapai di tahun 2017 adalah bebas macet. Untuk mewujudkannya,
rencana pembangunan untuk di dua tahun terakhir memprioritaskan pada bidang infrastruktur dan
transportasi publik. Selain macet masih ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan,
diantaranya pembangunan Bandung Technopolis di kawasan Bandung Timur, konsep Smart City yang
perlu diterjemahkan bentuk aplikasinya, dan soal pengolahan sampah. Selain itu juga yang masih harus
menjadi perhatian Pemerintah Kota Bandung adalah berkenaan dengan Indeks Daya Beli.
Dengan tujuan untuk menjaga konsistensi, keterpaduan, transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan
efektivitas seluruh proses perencanaan dan penganggaran, Pemerintah Kota Bandung dalam penyusunan
RKPD Tahun 2017, telah menggunakan sistem e-Budgeting. Sistem e-Budgeting tersebut merupakan
inovasi Pemerintah Kota Bandung untuk memastikan bahwa setiap kebijakan, program, kegiatan dan
pagu anggaran yang akan dilaksanakan oleh SKPD benar-benar dihasilkan melalui proses perencanaan
yang transparan.
Dengan proses perencanaan dan penganggaran yang terpadu, RKPD Kota Bandung Tahun 2017 menjadi
lebih transparan dalam proses penyusunan, dapat dipertanggungjawabkan dari sisi akuntabilitas,
konsisten dalam menjaga arah kebijakan jangka menengah, sinergis dengan kebijakan Pemerintah Pusat,
berkualitas dalam substansi kebijakan, lebih efisien dan efektif dalam pengelolaan RAPBD, serta
mencegah kebocoran dan penyimpangan dalam pengelolaan sumber daya dan anggaran daerah.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 1 1-3
1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN
Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasasan penyusunan RKPD Kota Bandung Tahun 2017
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Nasional 2005-2025;
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Negara;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
19. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional tahun 2010-2014;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerahsebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017;
23. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Kewenangan Daerah;
24. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung 2005-2025;
1-4 BAB 1 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
25. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2009 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota
Bandung Nomor 07 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Serta Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Daerah;
26. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
Tahun 2011-2031;
27. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2013-2018.
28. Peraturan Walikota Bandung Nomor 704 Tahun 2016 tentang Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah, Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Kebijakan Umum Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Prioritas Plafon Anggaran Sementara, Perubahan Kebijakan
Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
serta Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui Electronic Budgeting.
RKPD Kota Bandung Tahun 2017 disusun untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dan
harus selaras dan sinergi antar daerah, antar waktu, antar ruang, dan antar fungsi pemerintah, serta
menjamin keselarasan, keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi.
RKPD Kota Bandung tahun 2017 merupakan penjabaran taktis rencana pembangunan jangka panjang
(RPJPD Tahun 2005-2025) dan jangka menengah Kota Bandung (RPJMD Tahun 2013-2018), sehingga
keberadaannya tidak dapat terpisahkan. Penyusunan RKPD Kota Bandung Tahun 2017 berpedoman
pada Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017, RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017, serta RPJMD Kota
Bandung Tahun 2013-2018. Agar RKPD Kota Bandung Tahun 2017 selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional dan Provinsi Jawa Barat, perlu dilakukan telaahan terhadap pembangunan
nasional yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017 dan RKPD Provinsi Jawa Barat
Tahun 2017.
Gambar 1.2
Keterkaitan Dokumen Rencana
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 1 1-5
Secara lebih terperinci hubungan antara RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya adalah sebagai
berikut :
a. Hubungan RKPD Kota Bandung dengan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017
RKPD Kota Bandung Tahun 2017 merupakan dokumen perencanaan pembangunan tahunan
daerah yang wajib mempedomani Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017. Strategi dan kebijakan
pembangunan daerah harus sesuai dan bersinergi dengan Rencana Kerja Pemerintah. Beberapa
hal penting yang harus diperhatikan diantaranya adalah agenda prioritas nasional dan dimensi
pembangunan. Sembilan agenda prioritas nasional (Nawacita) yang harus diperhatikan dalam
penyusunan RKPD Kota Bandung Tahun 2017 yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman kepada seluruh warga negara.
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
3. Membangun indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka Negara Kesatuan
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat indonesia
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Selain 9 agenda prioritas, fokus pembangunan nasional diarahkan pada dimensi pembangunan:
a. Dimensi pembangunan manusia (revolusi mental, pendidikan, kesehatan, serta perumahan)
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan (kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan
ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri)
c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan (antar kelompok pendapatan, antar wilayah: desa,
perbatasan, tertinggal dan perkotaan)
b. Hubungan RKPD Kota Bandung dengan RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017
Penyusunan RKPD Kota Bandung Tahun 2017 wajib mengacu pada dokumen RKPD Provinsi
Jawa Barat Tahun 2017. Proses penyusunan RKPD Kota Bandung Tahun 2017 perlu
memperhatikan prioritas pembangunan Provinsi Jawa Barat, yaitu:
1. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, kualitas, daya saing pendidikan dan
kesejahteraan tenaga pendidik, kependidikan, dan pengembangan budaya baca serta
pembinaan perpustakaan
2. Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, kualitas dan kesejahteraan tenaga kesehatan
3. Peningkatan iklim investasi dan daya saing usaha
4. Penyediaan infrastruktur layanan dasar permukiman dan infrastruktur strategis di perkotaan
dan perdesaan
5. Peningkatan ketahanan pangan, pengelolaan pertanian, perikanan dan kelautan serta
kehutanan
6. Peningkatan kapasitas koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) dan daya saing
industri
7. Peningkatan kualitas destinasi wisata dan pengembangan seni budaya
1-6 BAB 1 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
8. Peningkatan pelayanan publik dan kualitas tata kelola pemerintah berbasis IPTEK
9. Peningkatan stabilitas ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
10. Peningkatan kesadaran politik dan hukum
11. Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam, daya dukung dan daya tampung lingkungan
12. Pengurangan dan penanganan resiko bencana
13. Penanganan kemiskinan
14. Peningkatan penataan ruang daerah
15. Peningkatan kualitas ketahanan keluarga
16. Peningkatan peran pemuda dan olahraga
c. Hubungan RKPD Kota Bandung dengan RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018
RKPD adalah dokumen perencanaan tahunan pembangunan daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJMD. RKPD Kota Bandung Tahun 2017 merupakan rencana pembangunan
tahun keempat dari pelaksanaan RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018. Oleh sebab itu,
penyusunan RKPD Kota Bandung Tahun 2017 memuat prioritas dan sasaran pembangunan,
rincian program dan kegiatan, serta target pembangunan tahun ketiga RPJMD Kota Bandung
Tahun 2013-2018. Prioritas dan sasaran pembangunan tahunan daerah harus selaras dengan
program pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RPJMD. Selain itu, rencana program serta
kegiatan prioritas tahunan daerah juga harus selaras dengan indikasi rencana program prioritas
yang ditetapkan dalam RPJMD.
Gambar 1.3
Hubungan RKPD Kota Bandung 2017 dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
RKP
Nasional Tahun 2017
Renja SKPD
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 1 1-7
d. Hubungan RKPD Kota Bandung dengan RTRW Kota Bandung 2011-2031
Penyusunan RKPD Kota Bandung Tahun 2017 berpedoman pada RTRW Kota Bandung, yaitu
dengan menyelaraskan pencapaian strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
tahunan daerah dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang kota. Penyusunan RKPD Kota
Bandung Tahun 2017 memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai pola dan struktur tata
ruang yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031.
Penelaahan rencana tata ruang bertujuan untuk melihat kerangka pemanfaatan ruang daerah yang
asumsi-asumsinya, meliputi: 1) Struktur ruang dalam susunan pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional; 2) Distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya; dan
3) Pemanfaatan ruang melalui program yang disusun dalam rangka mewujudkan rencana tata
ruang yang bersifat indikatif, melalui sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan baik di pusat
maupun di daerah secara terpadu.
e. Hubungan RKPD Kota Bandung dengan Renja SKPD
Berdasarkan Pasal 130 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, RKPD
Kota yang telah ditetapkan dijadikan pedoman penyempurnaan rancangan Renja SKPD Kota.
Program dan kegiatan dalam Renja SKPD dirumuskan dalam rangka mewujudkan pencapaian
sasaran serta target kebijakan program dan kegiatan pembangunan dalam RKPD Kota Bandung
Tahun 2017. Perumusan Renja SKPD merupakan proses yang tidak terpisahkan dan dilakukan
bersamaan dengan tahap perumusan rancangan RKPD. Penyempurnaan rancangan Renja SKPD
bertujuan untuk mempertajam tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang ditetapkan dalam RKPD.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, telah menentukan sistematika Dokumen Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Kota Bandung Tahun 2017 sebagai berikut:
BAB1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penyusunan RKPD, dasar hukum penyusunan
RKPD, hubungan antar dokumen perencanaan,sistematika dokumen RKPD, serta maksud
dan tujuan.
BAB2 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Bab ini menjelaskan tentang : (1) Gambaran umum daerah yang meliputi: aspek geografi
dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya
saing daerah; (2) Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai tahun berjalan
dan realisasi RPJMD; serta (3) Permasalahan pembangunan daerah.
1-8 BAB 1 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
BAB3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN
DAERAH
Bab ini menguraikan tentang: (1) Arah kebijakan ekonomi daerah, yang meliputi: kondisi
ekonomi daerah tahun lalu dan tahun berjalan, kondisi ekonomi daerah tahun 2016 dan
prakiraan tahun 2017, kontribusi sektor-sektor dalam PDRB, serta perkembangan indikator
makro ekonomi; (2) Tantangan dan prospek perkonomian daerah tahun 2016 dan 2017
yang menerangkan tentang kondisi ekonomi global dan regional, kondisi ekonomi nasional,
serta kondisi ekonomi jawa barat; (3) Arah kebijakan keuangan daerah, yang menerangkan
proyeksi keuangan daerah dan kerangka pendanaan, serta arah kebijakan keuangan daerah
yang menguraikan arah kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Bab ini menguraikan secara eksplisit rencana program dan kegiatan prioritas pembangunan
Kota Bandung tahun 2017 yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan,
kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD.
Bab ini memuat penutup dan kaidah pelaksanaan dari RKPD Kota Bandung Tahun 2017.
Maksud penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bandung tahun 2017
adalah:
1. Tersusunnya dokumen rencana kerja pemerintah Kota Bandung selama kurun waktu satu tahun yang
memadukan penjabaran RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018, Renstra SKPD, dan Rencana Kerja
SKPD.
2. Terdokumentasikannya rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan, rencana kerja
yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun yang
melibatkan partisipasi masyarakat.
Tujuan penyusunan Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bandung Tahun 2017
adalah:
1. Sebagai pedoman/acuan pelaksanaan program dan kegiatan bagi seluruh Satuan Kerja Perangkat
Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bandung.
2. Sebagai pedoman/acuan penyusunan KUA-PPAS dan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota Bandung Tahun 2017.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 1 1-9
BAB 2
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Gambaran umum Kota Bandung merupakan deskripsi dari kondisi daerah Kota Bandung yang mencakup:
(i) aspek geografi dan demografi;
(ii) aspek kesejahteraan;
(iii) aspek pelayanan umum; dan
(iv) aspek daya saing daerah.
2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah Kota Bandung
2.1.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung yang merupakan tindak lanjut dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah
Tingkat II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, luas wilayah Kota Bandung adalah
seluas 16.729,65 Ha. Secara administratif berbatasan dengan beberapa daerah kabupaten/kota lainnya,
yaitu :
1. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat;
2. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi;
3. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung; dan
4. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
Wilayah administrasi Kota Bandung terbagi menjadi 30 kecamatan dan 151 kelurahan, dengan dibantu
oleh masyarakat dalam bentuk organisasi masyarakat dalam bentuk organisasi rukun warga sebanyak
1.578 Rukun Warga (RW) dan 9.843 Rukun Tetangga (RT), dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.1
Wilayah Administrasi Kota Bandung
Jumlah
No. Kecamatan Nama Kelurahan
Kelurahan
1. Bandung Kulon 8 Gempolsari, Cigondewah Kaler, Cigondewah Kidul, Cigondewah
Rahayu, Caringin, Warungmuncang, Cibuntu, Cijerah
2. Babakan Ciparay 6 Margasuka, Cirangrang, Margahayu Utara, Babakan Ciparay,
Babakan, Sukahaji
3. Bojongloa Kaler 5 Kopo, Suka Asih, Babakan Asih, Babakan Tarogong, Jamika
4. Bojongloa Kidul 6 Cibaduyut Kidul, Cibaduyut Wetan, Mekarwangi, Cibaduyut,
Kebonlega, Situsaeur
5. Astanaanyar 6 Karasak, Pelindung Hewan, Nyengseret, Panjunan, Cibadak, Karang
Anyar
6. Regol 7 Ciseureuh, Pasirluyu, Ancol, Cigereleng, Ciateul, Pungkur Balonggede
7. Lengkong 7 Cijagra, Turangga, Lingkar Selatan, Malabar, Burangrang, Cikawao,
Paledang
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2-1
Jumlah
No. Kecamatan Nama Kelurahan
Kelurahan
8. Bandung Kidul 4 Wates, Mengger, Batununggal, Kujangsari
9. Buah Batu 4 Cijawura, Margasari, Sekejati, Jati Sari
10. Rancasari 4 Darwati, Cipamokolan, Manjahlega, Mekar Jaya
11. Gedebage 4 Rancabolang, Rancanumpang, Cisaranten Kidul, Cimincrang
12. Cibiru 4 Pasirbiru, Cipadung, Palasari, Cisurupan
13. Panyileukan 4 Mekar Mulya, Cipadung Kidul, Cipadung Wetan, Cipadung Kulon
14. Ujung Berung 5 Pasanggrahan, Pasirjati, Pasirwangi, Cigending, Pasirendah
15. Cinambo 4 Cisaranten Wetan, Babakan Penghulu, Pakemitan, Sukamulya
16. Arcamanik 4 Cisaranteun Kulon, Cisaranteun Binaharapan, Sukamiskin,
Cisaranten Endah
17. Antapani 4 Antapani Kidul, Antapani Tengah, Antapani Wetan, Antapani Kulon
18. Mandalajati 4 Jatihandap, Karang Pamulang, Sindang Jaya, Pasir Impun
19. Kiaracondong 6 Kebonkangkung, Sukapura, Kebonjayanti, Babakansari,
Babakansurabaya, Cicaheum
20. Batununggal 8 Gumuruh, Binong, Kebongedang, Maleer, Cibangkong, Samoja,
Kacapiring, Kebonwaru
21. Sumur Bandung 4 Braga, Kebonpisang, Merdeka, Babakanciamis
22. Andir 6 Campaka, Maleber, Garuda, Dunguscariang, Ciroyom, Kebon jeruk
23. Cicendo 6 Arjuna, Pasirkaliki, Pamoyanan, Pajajaran, Husensastranegara, Sukaraja
24. Bandung Wetan 3 Tamansari, Citarum, Cihapit
25. Cibeunying Kidul 6 Sukamaju, Cicadas, Cikutra, Padasuka, Pasirlayung, Sukapada
26. Cibeunying Kaler 4 Cihaurgeulis, Sukaluyu, Neglasari, Cigadung
27. Coblong 6 Cipaganti, Lebak Siliwangi, Lebak Gede, Sadang Serang, Sekeloa,
Dago
28. Sukajadi 5 Sukawarna, Sukagalih, Sukabungah, Cipedes, Pasteur
29. Sukasari 4 Sarijadi, Sukarasa, Gegerkalong, Isola
30. Cidadap 3 Hegarmanah, Ciumbuleuit, Ledeng
Jumlah 151
Sumber: BPS Kota Bandung, 2015
2 -2 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Secara topografi & morfologi regional, Kota Bandung terletak pada Cekungan Bandung. Cekungan
Bandung merupakan suatu cekungan (basin) yang dikelilingi oleh gunung api dengan ketinggian 650 m
sampai lebih dari 2.000 meter. Sungai Citarum yang berhulu di gunung Wayang, Kabupaten Bandung
(1.700 m dpl) melewati dasar cekungan dan mengalir ke Waduk Saguling dan bermuara di pantai Utara
Jawa.Sebagian besar wilayah cekungan Bandung merupakan daerah datar (kemiringan 0 – 8 %), 21 %
merupakan daerah landai (kemiringan 8 % – 15%), 20 % bergelombang (kemiringan lereng 15 % - 25 %),
12 % merupakan daerah curam (kemiringan lereng 25 % - 40 %), dan 5 % merupakan daerah sangat
curam (kemiringan lereng > 40 %).
2.1.1.1.4 Kondisi Geologi
Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada jaman kwarter dan mempunyai lapisan
tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya
merupakan jenis andosol, sedangkan di bagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial
kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol. Secara
geologis Kota Bandung berada di Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh Gunung Berapi yang masih
aktif dan berada di antara 3 (tiga) daerah sumber gempa bumi yang saling melingkup, yaitu (i) sumber
gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, (ii) sumber gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, serta (iii)
sumber gempa bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis. Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar-sesar yang
ada, sehingga menimbulkan gempa tektonik yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
2.1.1.1.5 Kondisi Hidrologi
Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km, yaitu Sungai Cikapundung, Sungai
Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cicadas, Sungai Cinambo, Sungai Ciwastra, Sungai Citepus,
Sungai Cibedung, Sungai Curug Dog-dog, Sungai Cibaduyut, Sungai Cikahiyangan, Sungai Cibuntu,
Sungai Cigondewah, Sungai Cibeureum, dan Sungai Cinanjur. Sungai-sungai tersebut selain
dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan, juga oleh sebagian kecil penduduk masih
dipergunakan untuk keperluan MCK.
Kota Bandung juga termasuk dalam wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Citarum bagian hulu.
Secara Nasional, DPS ini sangat penting karena merupakan pemasok utama waduk Saguling dan Cirata
yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, pertanian, dan lainnya. Saat ini kondisi sebagian
besar sungai di Kota Bandung telah mengalami pencemaran. Regulasi yang tidak tegas terhadap
pengelolahan limbah pabrik menjadi salah satu penyebab tercemarnya sungai yang ada. Selain itu,
penurunan kualitas sungai disebabkan oleh pembuangan air kotor oleh warga. Sungai Cikapundung
merupakan salah satu sungai penting yang membelah Kota Bandung dan saat ini telah banyak kehilangan
fungsi ekologisnya.
2.1.1.1.6 Kondisi Klimatologi
Iklim asal Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya, sehingga cuaca yang terbentuk
sejuk dan lembab. Namun beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan suhu, serta musim hujan yang
lebih lama dari biasanya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, musim hujan dirasakan lebih lama terjadi di
Kota Bandung.
Curah Hujan
Pada tahun 2014, tingkat curah hujan Kota Bandung bervariasi dari 0,6mm sampai dengan 418,7mm.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan maret dengan 418,7mm, dan curah hujan terendah pada bulan
September dengan nilai 0,6mm. Kondisi curah hujan rata-rata Kota Bandung dari tahun 2010-2014 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2-3
Tabel 2.2
Rata-Rata Curah Hujan Kota Bandung Tahun 2010-2014
Tahun Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) LPM (%)
2014 198,80 18,8 60,3
2013 223,45 20 59
2012 209,23 18 61,5
2011 149,06 17,92 61
2010 322,40 23,8 50
Sumber : BPS Kota Bandung, 2015
Suhu
Pada Tahun 2014 Kota Bandung tercatat mencapai suhu tertinggi 30,90 C yang terjadi pada bulan
Oktober dan suhu terendah 18,30 C pada bulan September. Secara alamiah, Kota Bandung
tergolong daerah yang cukup sejuk. Kondisi temperatur rata-rata Kota Bandung dari tahun 2010-2014
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.3
Temperatur Rata-rata Kota Bandung Tahun 2010-2014
Temperatur (0C)
Tahun
Rata-rata Maksimum Minimum
2014 23,4 29,1 19,8
2013 23,5 29,0 19,9
2012 23,4 29,3 19,5
2011 23,4 29,2 19,7
2010 23,3 28,4 20,0
Sumber : BPS Kota Bandung, 2015
Adanya dampak perubahan iklim, menjadikan kondisi udara lebih buruk dari keadaan yang semestinya..
Pada kondisi tertentu, polutan di udara membutuhkan adanya suhu yang sesuai dan perputaran angin
yang lancar. Polutan dapat terjebak lebih lama di udara lokal, dan membahayakan penduduk kota.
Sebaliknya polutan yang sudah terjebak itupun dapat beresiko terurai menjadi materi yang lebih
membahayakan penduduk kota dan sekitarnya. Di pusat kota polutan pun lebih banyak di bandingkan
dengan wilayah pinggiran.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perlu ditingkatkan dalam mengendalikan kualitas udara dan pencemaran
udara yang dikarenakan aktivitas penduduk berkontribusi dalam meningkatkan iklim mikro di Kota
Bandung. Pada tahun 2014 Ruang Terbuka Hijau seluas 2.030,76 Ha atau sebesar 12,14% dari luas Kota
Bandung, meningkat menjadi 12,15% (20.329,78 Ha) pada tahun 2015.
Kelembaban
Selama tahun 2014, nilai kelembaban tertinggi yang terjadi pada bulan Januari dan Maret dengan nilai
82%. Kelembapan terendah terjadi pada bulan September dengan nilai 64%.Kondisi kelembaban rata-rata
Kota Bandung dari tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
2 -4 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.4
Kelembaban Kota Bandung Tahun 2010-2014
No Tahun Rata-rata (%)
1 2014 77,17
2 2013 77
3 2012 76
4 2011 76
5 2010 84
Sumber : BPS Kota Bandung, 2015
b. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian hidup
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung di Kota Bandung terdiri
dari:
Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan pelestarian alam dan cagar
kawasan bawahannya budaya
Kawasan perlindungan setempat Kawasan Eks Industri
Kawasan RTH Kawasan rawan bencana
Kawasan lindung lainnya.
Penggunaan lahan di Kota Bandung didominasi oleh lahan permukiman, meningkat sangat signifikan dari
tahun 2013. Pada tahun 2014 sebesar 57,23% (9.601,46 Ha), persentase tersebut terus meningkat seiring
pertumbuhan penduduk dan pembangunan Kota Bandung, terutama pertumbuhan perumahan di bagian
timur dan utara Kota Bandung. Persentase luas lahan pertanian basah di tahun 2014 tercatat hanya
sekitar 6,75% berkurang dari tahun sebelumnya. Sedangkan penggunaan lahan untuk perdagangan dan
jasa mencapai 2,35% dan penggunaan lahan untuk industri sebesar 5,36% dari total lahan yang ada.
2.1.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri dan
pergudangan, wisata buatan, ruang terbuka nonhijau, ruang sektor informal, ruang evakuasi bencana, dan
kawasan peruntukan lainnya.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2-5
2.1.1.2.1 Pengembangan Kawasan Perumahan
Pengembangan perumahan diklasifikasikan menjadi perumahan kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan
kepadatan rendah. Perumahan dengan kepadatan tinggi berbentuk rumah susun, flat atau apartemen,
direncanakan di Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo, Andir, Bandung Kulon, BojongLoa Kidul, Regol,
Babakan Ciparay, BojongLoa Kaler, AstanaAnyar, Lengkong, Sumur Bandung, BuahBatu, Batununggal,
Kiara Condong, Antapani, dan Cibeunying Kidul.
Perumahan kepadatan sedang rata-rata kavling bangunan direncanakan 150 m2, yaitu di Kecamatan
Bandung Wetan, Bandung Kidul, Cibeunying Kaler, MandalaJati, Arcamanik, Rancasari, dan Cibiru.
Perumahan kepadatan rendah rata-rata kavling bangunan direncanakan 200 m2, yaitu di Kecamatan
Cidadap, UjungBerung, Gedebage, Cinambo, dan Panyileukan. Kepadatan perumahan yang direncanakan
ini untuk rata-rata perwilayah dan kecamatan dengan pengembangan secara horizontal yang disesuaikan
dengan ketersediaan ruang untuk pengembangan perumahan.
Selain itu, kebijakan pembangunan perumahan secara vertikal diterapkan untuk perencanaan perumahan
dikawasan sekitar inti pusat kota, yang saat ini merupakan kawasan sangat padat yang sebagian besar
merupakan slumarea (daerah kumuh) dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) yang mendekati 80%-
90%, sementara nilai lahannya sangat strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Pada daerah kumuh ini akan
dilakukan urbanrenewal dan revitalisasi sehingga tercapai kualitas lingkungan yang baik, baik dengan
cara pendekatan land consolidation (konsolidasi lahan) maupun land sharing (sharing lahan). Urban
renewal dan redevelopment direncanakan pada beberapa daerah kumuh antara lain di Kelurahan
Tamansari, Andir, Braga, Cigondewah, Cicadas dan Kiara Condong diatas tanah milik pemerintah daerah.
2.1.1.2.2 Pengembangan KawasanPerdagangan dan Jasa
Berdasarkan RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031, kawasan jasa meliputi kegiatan berikut ini:
a. Jasa keuangan,meliputi bank,asuransi,keuangannon bankdan pasar modal;
b. jasa pelayanan,meliputi komunikasi,konsultan dan kontraktor;
c. jasa profesi,meliputi pengacara,dokter dan psikolog;
d. jasa perdagangan,meliputi ekspor-impor dan perdagangan berjangka;dan
e. jasa pariwisata,meliputi agen dan biro perjalanan dan penginapan
Kawasan jasa direncanakan untuk dikembangkan sebagai berikut:
a. pengembangan kegiatan jasa profesional, jasa perdagangan, jasa pariwisata, dan jasa keuangan
kewilayah BandungTimur;
b . pengembangan kegiatan jasa profesional, jasa perdagangan, jasa pariwisata, dan jasa keuangan di
SPK wilayah Bandung Timur, SPK Sadang Serang, dan sisi jalan arteri primer dan arteri sekunder
sesuai dengan peruntukannya; dan
c. pembatasan konsentrasi perkantoran di wilayah Bandung Barat.
Untuk kawasan perdagangan di Kota Bandung terdiri atas pasar tradisional dan pusat perbelanjaan
berupa grosir, eceran aglomerasi, dan eceran tunggal/toko. Pengembangan kawasan pasar tradisional
akan dilakukan di pusat kegiatan yang akan dijadikan sebagai pusat sekunder. Bentuk pasar ini bisa
berupa pasar modern (shoppingmall), ataupun pasar tradisional namun dengan penataan dan pengaturan
yang ketat agar terjaga lingkungannya (sebaiknya berupa pasar tertutup/dalam gedung). Rencana
pengembangan fasilitas pasar tradisional adalah sebagai berikut:
a. peningkatan Pasar Induk Gedebage yang terpadu dengan pengembangan PPK Gedebage. Sejalan
dengan rencana pengembangan pusat lelang ternak, maka di Gedebage juga akan dibangun pasar
pusat pelelangan ternak. Untuk itu diperlukan perencanaan yang lebih lengkap, mengingat bahwa
untuk pasar hewan tentu ada prasarana dan sarana khusus yang harus disiapkan seperti tempat
pemeriksaan kesehatan ternak, kandang, pool kendaraan pengangkut,dan lain-lain;
2 -6 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
b. pembangunan kembali (redevelopment) kawasan Pasar Andir, Pasar Kiaracondong, Pasar
Ciroyom, Pasar Ujungberung, dan pasar-pasar khusus lainnya
c. pengaturan dan penataan pasar yang masih sesuai dengan peruntukannya dan relokasi pasar
lingkungan kelurahan/kecamatan dan sekitarnya yang sudah tidak sesuai lagi peruntukannya di 30
kecamatan
d. pengaturan kegiatan perdagangan grosir diJalan Soekarno-Hatta, termasuk Pasar Induk Caringin
dan Gedebage.
Arahan pengembangan kawasan pusat perbelanjaan adalah sebagai berikut:
a. pengendalian pusat belanja di Wilayah Bandung Barat;
b. pengembangan pusat belanja ke Wilayah Bandung Timur
c. pengendalian perkembangan pusat belanja dan pertokoan yang cenderung linier sepanjang jalan
arteri dan kolektor.
2.1.1.2.3 Pengembangan Kawasan Perkantoran
Konteks pengembangan kawasan perkantoran yang dimaksud adalah pengembangan kawasan
perkantoran pemerintahan. Pengembangan kawasan perkantoran Kota Bandung dilaksanakan dengan
mempertahankan perkantoran pemerintah berskala nasional, provinsi dan kota pada lokasi yang sudah
berkembang dan mengembangkan perkantoran pemerintahan baru di PPK Gedebage.
2.1.1.2.4 Pengembangan Kawasan Industri dan Pergudangan
Rencana pengembangan kawasan industri dan pergudangan adalah sebagai berikut:
Relokasi industri yang tidak ramah lingkungan dan menimbulkan dampak terhadap lalu lintas dan
jaringan jalan ke wilayah luar kota secara bertahap;
Mempertahankan industri kecil dan menengah ramah lingkungan yang ada di lingkungan
perumahan;
Pengalihfungsian industri yang tidak ramah lingkungan menjadi kegiatan jasa dan perumahan;
Pembatasan kawasan pergudangan di Wilayah Bandung Barat, dan diarahkan untuk
dikembangkan ke Wilayah Bandung Timur.
Sedangkan pengembangan kawasan industri rumah tangga adalah sebagai berikut:
menetapkan dan mengembangkan kawasan industri rumah tangga yang terdiri atas –sentra kaos
Surapati, sentra Tekstil Cigondewah, sentra Boneka Sukamulya, sentra Rajutan Binongjati, sentra
Sepatu dan Olahan Kulit Cibaduyut; serta-sentra industri potensial lainnya yang dapat
dikembangkan
pengembangan fasilitas kota yang menunjang kegiatan industri rumah tangga;dan
revitalisasi bangunan tua/bersejarah menjadi bagian dari industri rumah tangga.
2.1.1.2.5 Pengembangan Kawasan Wisata Buatan
Rencana pengembangan kawasan wisata buatan adalah sebagai berikut:
Mempertahankan kawasan dan bangunan bersejarah;
Pengembangan obyek wisata di Wilayah Bandung Timur;
Mempertahankan obyek wisata pendidikan dan wisata budaya kota;
Pengembangan sarana konferensi ke arah Wilayah Bandung Timur;
Pengendalian dan pembatasan kegiatan hiburan di lokasi sekitar kegiatan peribadatan, pendidikan
dan perumahan.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2-7
2.1.1.2.6 Pengembangan Kawasan Ruang Terbuka NonHijau (RTNH)
Rencana pengembangan kawasan ruang terbuka non hijau terdiri dari RTNH Publik dan RTNH Privat.
RTNH publik meliputi lapangan terbuka nonhijau yang dapat diakses oleh masyarakat secara bebas.
RTNH privat adalah plaza milik swasta atau perorangan yang dapat diakses oleh masyarakat sesuai
ketentuan yang ditetapkan.
2.1.1.2.7 Pengembangan Ruang Kegiatan Sektor Informal
Rencana pengembangan ruang kegiatan sektor informal di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
Pembatasan ruang publik yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk kegiatan sektor
informal;
Kewajiban dan insentif bagi sektor formal dalam penyediaan ruang paling kurang 10% untuk
kegiatan sektor informal;
Pemanfaatan ruang publik untuk kegiatan PKL hanya diperbolehkan pada lokasi dan waktu sesuai
dengan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan;dan
Ketentuan lainnya yang harus diatur adalah batas gangguan yang diijinkan, ketentuan ketertiban,
kebersihan, dan keindahan kota, perlindungan terhadap fungsi utama ruang publik, serta
keamanan dan keselamatan pengguna ruang publik
2.1.1.2.8 Pengembangan Ruang Evakuasi Bencana
Rencana pengembangan ruang evakuasi bencana di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
pengembangan ruang evakuasi bencana banjir diarahkan di Taman Tegallega di Kecamatan Regol
dan Stadion Utama Sepakbola di Kecamatan Gedebage;
pengembangan ruang evakuasi bencana longsor diarahkan di Taman Gasibu dan Sasana Budaya
Ganesha di Kecamatan Bandung Wetan dan Sport Centre Jawa Barat di Kecamatan Arcamanik;
pengembangan taman-taman lingkungan berupa taman skala Rukun Tetangga (RT), taman skala
Rukun Warga (RW), lapangan olahraga, atau ruang terbuka publik lainnya menjadi titik atau pos
evakuasi skala lingkungan dikawasan perumahan;
pengembangan ruang evakuasi bencana gempa bumi diarahkan pemanfaatan ruang terbuka publik
yang cukup besar seperti dialun-alun kota, dilapangan-lapangan olahraga, halaman/gedung
sekolah, dan lain-lain sebagai ruang evakuasi skala kota;
pengembangan ruang evakuasi bencana kebakaran diarahkan ditaman-taman lingkungan skala
rukun warga dan skala rukun tetangga, lapangan olahraga, atau ruang terbuka publik.
2.1.1.2.9 Rencana Pengembangan Kawasan Peruntukan Lainnya
Rencana pengembangan kawasan peruntukan lainnya di Kota Bandung terdiri dari, kawasan pertahanan
dan keamanan, kawasan pertanian dan pelayanan umum pendidikan, kesehatan dan peribadatan.
a. Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Kondisi eksisting dari kawasan kegiatan militer adalah terkonsentrasi di Kota Bandung bagian Barat, yaitu
berada di SWP Cibeunying dan SWP Karees. Pengembangan kawasan kegiatan militer ini direncanakan
sebagai berikut:
Mempertahankan perkantoran dan instalasi pertahanan keamanan meliputi Kawasan Pangkalan
Angkatan Udara (LANUD) Husein Sastranagara dan Pangkalan Angkatan Laut (LANAL) Bandung;
Pengamanan kawasan perkantoran dan instalasi pertahanan keamanan yangbaru sesuai dengan
rencana tata ruang kawasan pertahanan keamanan.
b. Kawasan Pertanian
Rencana mempertahankan kawasan pertanian yaitu mempertahankan kawasan pertanian tanaman
pangan melalui intensifikasi lahan pertanian di Kecamatan Mandalajati, Ujung Berung dan Cibiru.
2 -8 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2.1.1.3 Wilayah Rawan Bencana
Kota Bandung berada di Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh gunung berapi yang masih aktif dan
berada di antara 3 (tiga) daerah sumber gempa bumi yang saling melingkup, yaitu (i) sumber gempa bumi
Sukabumi-Padalarang-Bandung, (ii) sumber gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, serta (iii) sumber gempa
bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis. Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar-sesar yang ada, sehingga
menimbulkan gempa tektonik yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Selain itu, Kota Bandung yang
berpenduduk banyak dan padat serta kerapatan bangunan yang cukup tinggi juga berisiko tinggi pada
berbagai bencana.
Ancaman bencana geologis bagi Kota Bandung sangat besar karena dikelilingi patahan (sesar/fault) dari 3
(tiga) penjuru, setiap sesar menyimpan potensi kegempaan. Di utara Sesar Lembang, di Barat patahan
Cimandiri dan di selatan patahan dengan jalur Baleendah dan Ciparay hingga Tanjungsari. Selain itu
dasar Cekungan Bandung memiliki tingkat sedimentasi yang tinggi akan memberikan efek yang lebih
besar apabila terkena rambat gelombang gempa. Sedimentasi tertinggi terdapat di Kawasan Cibiru,
Gedebage, Soekarno-Hatta dan Tol Purbaleunyi.
Beberapa wilayah rawan bencana di Kota Bandung yang terindentifikasi antara lain sebagai berikut:
1. Daerah Rawan Banjir, diutara jalan tol Purbaleunyi dan 68 (enampuluh delapan) lokasi; terutama
daerah-daerah yang dilewati oleh 5 (lima) aliran sungai yaitu aliran sungai Cipaku, Cikapundung,
Cibeunying, Cipamokolan dan Cipadung.
2. Daerah Rawan Bencana Gempa Bumi: Bandung Kulon, Bandung Wetan, Batununggal,
Bojongloakaler, Cicendo, Cinambo, Coblong, Kiaracondong, Lengkong, Regol, Sukajadi, Sukasari
dan Sumur Bandung.
3. Daerah Rawan Longsor: Cibiru, Mandalajati, Ujungberung, Cibeunying Kaler, Cidadap dan
Coblong.
4. Daerah Rawan Kebakaran di permukiman padat diantaranya: Kecamatan Babakan Ciparay dan
Cicendo merupakan kecamatan dengan jumlah kejadian yang terbanyak, kemudian disusul
kecamatan Astana Anyar, Bandung Kidul, Bandung Wetan, Sukajadi, Bandung Kulon,
Batununggal, Bojongloa Kaler, Cibeunying kidul dan Cibiru.
5. Daerah rawan bencana letusan gunung berapi
Berikut merupakan rencana penangan kawasan bencana di Kota Bandung.
Tabel 2.5
Rencana Penanganan Kawasan Bencana
No Rencana Penanganan Kawasan Bencana
1 Rencana penanganan rawan a. pengembangan sistem proteksi kebakaran pada bangunan;dan
bencanakebakaran b. peningkatan cakupan pelayanan penangulangan bencana
kebakaran
2 Rencana penanganan rawan a. relokasi bangunan di wilayah rawan bencana longsor
bencana gerakan tanah b. pengendalian pembangunan di wilayah rawan gerakan tanah
3 Rencana penanganan rawan a.rehabilitasi dan penataan saluran drainase jalan;
bencana genangan banjir b.peningkatan kapasitas saluran drainase jalan;
c. pengendalian terhadap alih fungsi lahan;dan
d.peningkatan peresapan air melalui rekayasa teknis
4 Rencana penanganan rawan pengendalian pembangunan pada kawasan rawan gempa bumi
bencana gempa bumi sesuai dengan tingkat kerentanan bencana.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2-9
2.1.1.4 Demografi
Perubahan demografis merupakan salah satu tantangan utama pembangunan daerah saat ini. Salah satu
modal pembangunan, selain sumber daya alam, ilmu pengetahuan, dan teknologi adalah jumlah
penduduk dan Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan kata lain, penduduk merupakan modal dasar yang
sangat penting dalam pencapaian tujuan pembangunan. Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development), diperlukan komponen penduduk yang berkualitas. Hanya dengan adanya
penduduk yang berkualitas, keberadaan potensi sumber daya yang beraneka ragam dapat dimanfaatkan
secara tepat, efisien, dan berkesinambungan. Keberadaan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan
bermoral adalah jaminan masa depan suatu daerah.
Perkembangan jumlah penduduk Kota Bandung selama periode 2013-2015 cukup mengalami
peningkatan yang signifikan. Jika pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Bandung berjumlah 2.458.503
jiwa, kemudian mengalami peningkatan menjadi sebanyak 2.470.802 jiwa pada tahun 2014, atau
mengalami peningkatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,50%. Di tahun 2015, jumlah penduduk
kembali bertambah menjadi sebesar 2.481.469 jiwa, atau mengalami laju pertumbuhan penduduk sebesar
0,43%. Jika dilihat dari tren-nya, LPP (Laju Pertumbuhan Penduduk) Kota Bandung selama 3 tahun
terakhir ini cenderung mengalami penurunan secara moderat.
Penduduk atau masyarakat merupakan titik sentral dalam pembangunan (people-centered development).
Hal tersebut menjadi penting karena peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek dan objek dari
pembangunan. Besaran, komposisi, kualitas, dan distribusi penduduk akan mempengaruhi struktur ruang
dan kegiatan sosial, serta kebijakan pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan
yang cepat, namun memiliki kualitas yang rendah, akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal
antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan yang
semakin terbatas. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan interaksi dengan kondisi
kependudukan yang ada, sehingga informasi tentang demografi memiliki posisi strategis dalam penentuan
kebijakan.
Selain akibat pertumbuhan penduduk secara alami (fertilitas), adanya migrasi masuk yang lebih besar dari
migrasi keluar (migrasi neto positif) inilah yang menyebabkan jumlah penduduk Kota Bandung terus
bertambah setiap tahunnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa geliat perkembangan aspek sosial ekonomi
Kota Bandung yang terus meningkat hingga saat ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk daerah
lain untuk mengadu nasib. Ditambah lagi peran Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat yang
menjadikan magnet penarik bagi penduduk dari daerah lain untuk datang ke Kota Bandung, baik yang
bertujuan untuk menetap ataupun komuter. Penduduk yang semakin besar ini mendorong perubahan
tatanan aspek-aspek kehidupan Kota Bandung yang meliputi aspek sosial, ekonomi, spasial, pola
demografis, dan sebagainya yang semakin kompleks. Dinamika ini perlu diantisipasi oleh Pemerintah Kota
Bandung dalam penyediaan pelayanan publik (public services) secara layak dan menyeluruh bagi
masyarakat.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, diketahui bahwa Kota Bandung merupakan kota
terpadat ke-3 (tiga) di Indonesia, setelah Jakarta dan Surabaya. Penduduk yang semakin besar ini
mendorong perubahan tatanan aspek-aspek kehidupan Kota Bandung yang meliputi aspek sosial,
ekonomi, spasial, pola demografis, dan sebagainya yang semakin kompleks.
2 - 10 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.6
Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Bandung Tahun 2013-2015
Peningkatan/Penurunan
Uraian 2013 2014 2015*
Periode 2014-2015 (%)
Grafik 2.1
Perkembangan Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung
Tahun 2013 – 2015
2.500.000 0,4
2.481.469
2.480.000 2.470.802 0,3
2.458.503
2.460.000 0,2
2.440.000 0,1
2.420.000 0,0
2013 2014 2015
Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan Penduduk
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 11
2.1.1.4.1 Distribusi Jumlah Penduduk
Perkembangan jumlah penduduk di Kota Bandung pada Tahun 2013-2014 dapat dilihat dari data berikut:
Tabel 2.7
Distribusi Penduduk Per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2013-2014
Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km2)
Kecamatan
2013 2014 2013 2014
1 Bandung Kulon 142.411 142.697 22.045 22.089
2 Babakan Ciparay 147.096 147.388 19.744 19.784
3 Bojongloa Kaler 120.405 120.644 39.737 39.817
4 Bojongloa Kidul 85.668 85.992 13.685 13.737
5 Astanaanyar 68.830 68.694 23.817 23.770
6 Regol 81.467 81.635 18.946 18.985
7 Lengkong 71.187 71.333 12.065 12.090
8 Bandung Kidul 58.957 59.075 9.729 9.748
9 Buah Batu 95.108 94.946 11.994 11.973
10 Rancasari 76.895 75.144 10.490 10.252
11 Gedebage 37.082 35.757 3.870 3.732
12 Cibiru 72.016 70.066 11.395 11.086
13 Panyileukan 40.248 39.169 7.891 7.680
14 Ujung Berung 76.902 75.151 12.015 11.742
15 Cinambo 25.231 24.663 6.857 6.702
16 Arcamanik 69.313 67.999 11.808 11.584
17 Antapani 74.461 74.234 19.647 19.587
18 Mandalajati 63.578 62.875 9.532 9.427
19 Kiaracondong 131.972 131.566 21.564 21.498
20 Batununggal 120.927 120.555 24.042 23.967
21 Sumur Bandung 36.579 35.749 10.759 10.514
22 Andir 97.553 97.278 26.295 26.220
23 Cicendo 99.752 99.468 14.541 14.500
24 Bandung Wetan 31.124 30.805 9.181 9.087
25 Cibeunying Kidul 107.806 107.727 2.054 20.519
26 Cibeunying Kaler 70.924 70.878 15.761 15.751
27 Coblong 131.530 131.435 17.895 17.882
28 Sukajadi 108.375 108.045 25.204 25.127
29 Sukasari 81.908 81.659 13.063 13.024
30 Cidadap 58.672 58.175 9.602 9.521
Jumlah Total 2.483.977 2.470.802 14.847 15.713
Sumber: BPS Kota Bandung, 2016
Dapat dipastikan bahwa semakin besar jumlah penduduk tiap tahunnya, maka tantangan Kota Bandung
dalam pembangunan ke depan pun menjadi lebih besar pula. Untuk itu diperlukan kebijakan yang tepat
sehingga tekanan penduduk yang semakin besar tidak memunculkan konflik sosial, kesenjangan
ekonomi, degradasi lingkungan, dan kurangnya dukungan ketersediaan infrastruktur yang layak.
Besaran jumlah penduduk tersebut mendiami wilayah seluas 167,31 km 2 (berdasarkan data BPS Kota
Bandung), sehingga rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung pada tahun 2015 adalah 14.832 jiwa
per km2. Dalam tataran regional Jawa Barat ataupun Nasional, tingkat kepadatan penduduk Kota
Bandung merupakan salah satu yang tertinggi jika dibandingkan dengan kab/kota lainnya. Dari grafik
berikut terlihat bahwa kepadatan penduduk Kota Bandung terus mengalami kenaikan tiap tahunnya.
Peningkatan kepadatan dan aktivitas penduduk ini juga berimplikasi pada makin terbatasnya pemanfaatan
lahan di Kota Bandung.
2 - 12 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Grafik 2.2
Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kota Bandung Tahun 2013-2015
Kepadatan Penduduk/Km2
14.850 14.832
14.800
14.768
14.750
14.694
14.700
14.650
14.600
2013 2014 2015*
Potensi tersebut harus dioptimalkan oleh Pemerintah Kota melalui peningkatan kualitas dan investasi
sumber daya manusia (human capital investement) mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan
komunikasi, keterampilan, serta penguasaan teknologi. Bonus demografi tidak akan memberikan dampak
yang signifikan jika Pemerintah minim melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Jika,
mayoritas penduduk yang berusia produktif memiliki kualitas yang rendah, maka akan memicu gelombang
pengangguran massal dan semakin menambah beban daerah.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 13
Grafik 2.3
Komposisi Penduduk Kota Bandung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 – 2015
1.228.195
1.230.000
1.222.324
1.220.000 1.215.618
1.210.000
1.200.000
1.190.000
2013 2014 2015*
· Pria (orang) · Perempuan (orang)
Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang berjenis kelamin pria lebih banyak dibanding dengan
perempuan. Di tahun 2015, jumlah penduduk Kota Bandung yang berjenis kelamin pria adalah sebanyak
1.253.274 jiwa, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.228.195 jiwa. Pertumbuhan
penduduk Kota Bandung menurut jenis kelamin relatif seimbang selama periode tahun 2014-2015,
dimana peningkatan penduduk pria dan perempuan masing-masing sebesar 0,43%.
2 - 14 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Grafik 2.4
Perkembangan Tenaga Kerja dan Pengangguran Kota Bandung Periode 2014-2015
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 15
2.1.2.1.1 Pertumbuhan PDRB
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
wilayah, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar
Harga Konstan . PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu wilayah. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut sektor menunjukkan
struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. Sektor-sektor ekonomi
yang mempunyai peranan besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah. Sementara, PDRB Atas
Dasar Harga Konstan berguna untuk menunjukkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) secara keseluruhan
maupun sektoral dari tahun ke tahun. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang besar pula. Nilai dan kontribusi sektoral (lapangan usaha) PDRB Kota Bandung tahun
2012-2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.10
PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2012─2014
2012 2013* 2014**
No Lapangan Usaha
Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp (Juta) %
Pertanian, Kehutanan,
A 173.418 0,1% 180.669 0,1% 180.982 0,1%
dan Perikanan
Pertambangan dan
B - 0,0% - 0,0% - 0,0%
Penggalian
C Industri Pengolahan 28.225.278 23,6% 29.371.304 22,8% 30.755.949 22,1%
Pengadaan Listrik dan
D 131.660 0,1% 138.005 0,1% 142.707 0,1%
Gas
Pengadaan Air,
E Pengelolaan Sampah, 232.966 0,2% 247.171 0,2% 260.825 0,2%
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 10.576.563 8,8% 11.480.053 8,9% 12.260.691 8,8%
Perdagangan Besar dan
G Eceran; Reparasi Mobil 34.543.406 28,9% 37.550.557 29,1% 40.412.177 29,1%
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
H 8.686.235 7,3% 9.502.248 7,4% 10.315.597 7,4%
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
I 5.355.101 4,5% 5.900.297 4,6% 6.552.048 4,7%
dan Makan Minum
Informasi dan
J 10.711.883 9,0% 12.155.505 9,4% 13.947.533 10,0%
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
K 6.332.910 5,3% 6.801.284 5,3% 7.320.271 5,3%
Asuransi
L Real Estat 1.662.292 1,4% 1.777.795 1,4% 1.880.435 1,4%
M,N Jasa Perusahaan 850.784 0,7% 940.256 0,7% 1.039.534 0,7%
Administrasi
Pemerintahan,
O 3.986.088 3,3% 3.985.219 3,1% 4.022.538 2,9%
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 3.494.789 2,9% 3.760.747 2,9% 4.027.142 2,9%
Jasa Kesehatan dan
Q 1.038.193 0,9% 1.149.455 0,9% 1.274.377 0,9%
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa lainnya 3.630.685 3,0% 4.048.003 3,1% 4.518.257 3,3%
PDRB 119.632.251 100,0% 128.988.568 100,0% 138.911.063 100,0%
Sumber: BPS Kota Bandung, 2015.
*) Angka sangat sementara ** Angka sangat sementara
2 - 16 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.11
PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2012─2014
2012 2013* 2014**
No Lapangan Usaha
Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp (Juta) %
A Pertanian, Kehutanan, 193.987 0,1% 219.109 0,1% 236.522 0,1%
dan Perikanan
B Pertambangan dan - 0,0% - 0,0% - 0,0%
Penggalian
C Industri Pengolahan 30.575.874 23,2% 33.136.007 21,8% 37.095.553 21,5%
D Pengadaan Listrik dan 126.565 0,1% 128.446 0,1% 134.553 0,1%
Gas
E Pengadaan Air, 259.174 0,2% 291.785 0,2% 332.944 0,2%
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 11.809.520 8,9% 13.657.347 9,0% 15.542.878 9,0%
G Perdagangan Besar dan 37.466.189 28,4% 43.172.759 28,4% 47.982.312 27,8%
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan 10.096.139 7,6% 12.932.830 8,5% 15.966.908 9,2%
Pergudangan
I Penyediaan Akomodasi 5.823.784 4,4% 6.785.258 4,5% 7.986.461 4,6%
dan Makan Minum
J Informasi dan 11.601.911 8,8% 13.608.490 9,0% 15.627.204 9,1%
Komunikasi
K Jasa Keuangan dan 7.228.931 5,5% 8.687.069 5,7% 10.016.161 5,8%
Asuransi
L Real Estat 1.743.671 1,3% 1.961.795 1,3% 2.139.832 1,2%
M,N Jasa Perusahaan 994.813 0,8% 1.153.165 0,8% 1.328.737 0,8%
O Administrasi 4.484.025 3,4% 4.781.210 3,2% 5.129.944 3,0%
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 4.297.600 3,3% 4.890.266 3,2% 5.559.570 3,2%
Q Jasa Kesehatan dan 1.183.806 0,9% 1.421.210 0,9% 1.734.019 1,0%
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa lainnya 4.103.550 3,1% 4.945.669 3,3% 5.815.783 3,4%
PDRB 131.989.539 100,0% 151.772.415 100,0% 172.629.381 100,0%
Sumber: BPS Kota Bandung, 2015.
Bandung saat ini memang telah terkenal sebagai kota jasa yang unggul dalam banyak bidang. Hal ini
menjadikan pemerintah daerah menempatkan sektor jasa sebagai faktor utama pengembangan daya
saing di kota. Berdasarkan harga berlaku, pada tahun 2012, sektor perdagangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda motor memberikan kontribusi sebesar 28,4% terhadap perekonomian Kota
Bandung dan kemudian mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar 27,8% di tahun 2014.
Industri pengolahan merupakan sektor terbesar kedua yang memberikan kontribusi sebesar 21,5%
terhadap perekonomian Kota Bandung berdasarkan harga berlaku di tahun 2014. Namun jika dilihat dari
tren-nya, kontribusi sektor industri pengolahan cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya, dimana
pada tahun 2012 kontribusi sektor ini masih berada di kisaran 23,2%. Kontribusi sektor lainnya yang
cukup besar adalah (i) sektor konstruksi, (ii) sektor transportasi dan pergudangan, dan (iii) sektor informasi
dan komunikasi, dimana pada tahun 2014 berada di kisaran 9% (berdasarkan harga berlaku).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 17
Grafik 2.5
Kontribusi Jenis Lapangan Usaha Terhadap PDRB Kota Bandung Tahun 2014
(Atas Dasar Harga Berlaku)
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 27,8%
Industri Pengolahan 21,5%
Transportasi dan Pergudangan 9,2%
Informasi dan Komunikasi 9,1%
Konstruksi 9,0%
Jasa Keuangan dan Asuransi 5,8%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,6%
Jasa lainnya 3,4%
Jasa Pendidikan 3,2%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,0%
Real Estat 1,2%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,0%
Jasa Perusahaan 0,8%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,2%
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,1%
Pengadaan Listrik dan Gas 0,1%
Pertambangan dan Penggalian 0,0%
0% 10% 20% 30%
Kontribusi
Sumber: BPS Kota Bandung, 2015
Dominasi peranan sektor tersier di Kota Bandung juga terlihat dari persentase penduduk yang bekerja
menurut lapangan usaha. Penduduk yang bekerja di jasa dan perdagangan di tahun 2014 telah mencapai
58,1%. Untuk menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, pengembangan ekonomi Kota Bandung
memerlukan pendekatan yang bersifat terobosan atau revolusioner. Terdapat 4 (empat) aspek yang perlu
dikembangkan dalam meningkatkan daya saing kota (city competitiveness), yaitu (i) lembaga (institutions),
(ii) kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi dunia usaha, (ii) infrastruktur fisik dasar (hard connectivity),
dan (iv) modal sosial (soft connectivity).
Langkah yang perlu dipersiapkan lebih lanjut oleh kalangan dunia usaha Kota Bandung adalah
diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 31
Desember tahun 2015. Dengan adanya kesepakatan MEA, maka akan diberlakukannya free trade (pasar
bebas) di antara negara-negara ASEAN, sehingga baik barang, jasa, investasi, serta tenaga kerja (skilled
labor) bisa bebas masuk ke seluruh negara-negara ASEAN. Dengan MEA 2015, ASEAN akan menjadi
pasar tunggal dan satu kesatuan basis produksi. Hal ini akan mengakibatkan persaingan akan semakin
menguat dan memunculkan peluang sekaligus tantangan. Kesiapan Kota Bandung perlu dilakukan di
segala bidang secara cermat dan menyeluruh. Edukasi masyarakat tentang peluang MEA, peningkatan
daya saing perekonomian daerah, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja akan menjadi
aset berharga untuk meraih keberhasilan MEA.
Perkembangan LPE Kota Bandung dengan menggunakan tahun dasar 2000 (metode lama) dari tahun
2010 hingga tahun 2012 mengalami tren kenaikan, namun sedikit mengalami penurunan di tahun 2013.
Jika pada tahun 2010 LPE Kota Bandung ada di kisaran 8,45%, di tahun 2013 menjadi sebesar 8,87%. Di
sisi lain, LPE dengan menggunakan metode baru (tahun dasar 2010) cukup mengalami fluktuasi. Pada
tahun 2011 LPE berada di kisaran 7,91%, meningkat menjadi 8,53% di tahun 2012, namun selanjutnya
mengalami penurunan secara berturut-turut menjadi 7,82% dan 7,69% pada tahun 2013 dan 2014.
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akibat pengurangan subsidi yang dilakukan pemerintah di
tahun 2013 memberikan dampak pada melambatnya berbagai kategori lapangan usaha ekonomi di Kota
Bandung, sehingga pada tahun 2013 secara rata-rata pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan.
Walaupun LPE Kota Bandung masih relatif tinggi, namun kondisi ini menunjukkan sedikit pelambatan.
2 - 18 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pemulihan pertumbuhan ekonomi global yang masih belum sesuai harapan dan perekonomian Indonesia
yang masih terus mengalami perlambatan berpengaruh terhadap LPE Kota Bandung. Pemulihan ekonomi
dunia diprediksi masih akan berjalan lambat sebagai akibat dari lesunya aktivitas investasi. Kondisi ini
adalah imbas dari tingkat konsumsi dunia yang rendah. Lesunya konsumsi dunia merupakan konsekuensi
dari tingkat kemakmuran (wealth) dunia yang masih rendah pasca terjadinya krisis keuangan dunia yang
terjadi di tahun 2008 yang lalu. Pertumbuhan yang terus berjalan lambat juga disertai dengan menurunnya
harga minyak dunia.
Grafik 2.6
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung Tahun 2010–2014
9,5
8,98 8,87
9,0 8,73
LPE (Metode Lama)
8,45
Persentase (%)
8,5
8,53
8,0 LPE (Metode Baru)
7,91 7,82
7,5
7,69
7,0
2010 2011 2012 2013 2014
Selama periode 2011-2014, laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung selalu lebih tinggi jika dibandingkan
dengan Provinsi Jawa Barat dan Tingkat Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
Kota Bandung relatif lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi makro secara regional Jawa
Barat dan nasional. Pada tahun 2013-2014, di tengah masih melemahnya perekonomian global dan
domestik, Kota Bandung masih dapat mempertahankan LPE-nya di atas 7,6%. Relatif stabilnya iklim
perekonomian Kota Bandung selama ini harus tetap dijaga dan dipelihara oleh semua pemangku
kepentingan agar dapat mempertahankan laju pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan pemerataan
hasil-hasil pembangunan bagi masyarakat secara lebih luas lagi.
Potret perkembangan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Kota Bandung dapat dilihat dari
dimensi yang lebih luas lagi. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan ekonomi tidak berdiri sendiri dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara luas, melainkan saling bertautan (berkorelasi) dan berinteraksi
dengan aspek dan indikator makro lainnya. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi dan
mempengaruhi indikator-indikator pembangunan lainnya. Hal ini berguna untuk dapat melihat kerangka
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat secara lebih komprehensif
dan holistik.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 19
Grafik 2.7
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung Tahun 2011–2014 dan Perbandingannya
dengan Jawa Barat dan Nasional (Metode Tahun Dasar 2010)
9,0 8,53
8,5
7,91 7,82 7,69
8,0
Persentase (%)
7,5
7,0
6,50 6,50 6,34
6,5 6,17 6,03
6,0
5,58
5,5
5,02 5,06
5,0
4,5
2011 2012 2013 2014
Nasional Jawa Barat Kota Bandung
Keterangan:
LPE Kota Bandung dan Jawa Barat (Sumber: BPS Kota Bandung dan Jawa Barat, 2015)
LPE Nasional (Sumber: BPS Pusat, 2015)
Secara umum, indikator makro ekonomi Kota Bandung periode 2010-2014 menunjukkan peningkatan dan
pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi bahwa tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan masyarakat Kota Bandung menjadi lebih baik jika dibandingkan sebelumnya.
Tujuan utama pembangunan pada dasarnya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan inklusif, yaitu pertumbuhan yang memiliki basis luas dan dapat mengurangi
ketidaksetaraan pendapatan. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, maka
tujuan pembangunan dalam mencapai kemakmuran dan kesejahteraan diharapkan dapat terwujud.
Namun secara pararel juga harus didukung dengan adanya pemerataan dan keadilan atas hasil-hasil
pembangunan secara luas. Ini berarti bahwa pertumbuhan yang dicapai bersifat inklusif yang dapat
menjangkau seluruh wilayah dan masyarakat dengan tetap menjaga keberlanjutan di masa depan.
2 - 20 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa telah dilakukan perubahan tahun dasar
PDRB dari tahun 2000 ke 2010. Hal ini berimplikasi juga terhadap nilai Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Kota Bandung. LPE dengan menggunakan metode lama (tahun dasar 2000) memiliki kecenderungan nilai
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan LPE menggunakan metode baru (tahun dasar 2010).
Penurunan inflasi yang terjadi di tahun 2015 terutama disebabkan oleh komoditas yang harganya
ditentukan oleh pemerintah (kelompok administered prices), seperti bahan bakar rumah tangga, bensin,
maupun tarif listrik (khususnya golongan industri) seiring kebijakan pemerintah merespon perkembangan
ekonomi global. Pergerakan harga komoditas kelompok administered prices cenderung menurun seiring
penetapan berbagai kebijakan pemerintah berupa penurunan harga, seperti BBM subsidi jenis solar serta
BBM non subsidi, seperti Pertamax, Gas Elpiji 12 Kg, dan penurunan TTL golongan industri. Tekanan
inflasi dari kelompok inti juga relatif stabil bahkan menurun sebagai dampak dari pergerakan nilai tukar
rupiah yang lebih terkendali, maupun dari harga komoditas global yang terus terkoreksi. Namun demikian,
tekanan inflasi dari kelompok volatile foods mendekati penghujung tahun 2015 terpantau semakin
meningkat.
Di Jawa Barat selama dua belas bulan terakhir ini dari tujuh kelompok pengeluaran, yang mengalami
inflasi tertinggi, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 5,30%, diikuti
kelompok bahan makanan sebesar 4,73%, kelompok kesehatan sebesar 4,60%, kelompok perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 2,53%, kelompok sandang sebesar 2,23% dan kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,50%. sementara kelompok transportasi, komunikasi, dan
jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 1,02%.
Grafik 2.8
Inflasi Tahunan Kota Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, dan Nasional Periode 2010-2015
10
9
7,97
8
7,76
7
Persentase (%)
5
4,53
4 4,02 3,93
3
2,75
2
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jika dibandingkan dengan tingkat inflasi di level nasional dan regional Jawa Barat, besaran inflasi di Kota
Bandung pada tahun 2015 memiliki nilai yang lebih tinggi. Selain itu, tingkat inflasi Kota Bandung di tahun
2015 juga relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan 6 kota lainnya di Jawa Barat (Cirebon, Depok,
Sukabumi, Bekasi, Bogor, Tasikmalaya).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 21
Grafik 2.9
Inflasi Tahun 2015 Kota di Jawa Barat
4,50
3,93
4,00
3,53
3,50 3,35
1,00
0,50
-
Cirebon Depok Sukabumi Bekasi Bogor Tasikmalaya Bandung Jawa Barat Nasional
Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan secara luas untuk mengukur
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Jika pendapatan per kapita (riil) meningkat, dapat dikatakan
bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Perkembangan pendapatan per kapita Kota
Bandung menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Jika pada tahun 2010 pendapatan per kapita riil
(metode baru) baru mencapai Rp 42,35 juta per orang, pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan menjadi Rp 56,22 juta per orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 32,8%.
2 - 22 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Grafik 2.10
Perkembangan Pendapatan per Kapita Kota Bandung Periode 2010-2014
80 60 56,22
69,87 52,47
70 61,73 48,94
50 45,38
60 53,99 42,35
52,96
47,43 40
50
42,35 45,14
Rp Juta
Rp Juta
40 34,69 39,22 30
30
20
15,26 16,63
13,41 14,14
20
10
10
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
PDRB per Kapita (Berlaku) (Metode Lama) PDRB per Kapita (Konstan) (Metode Lama)
PDRB per Kapita (Berlaku) (Metode Baru) PDRB per Kapita (Konstan) (Metode Baru)
Sumber: BPS Kota Bandung. 2015
Jika menggunakan harga berlaku (metode baru), pendapatan per kapita Kota Bandung pada tahun 2010
mencapai Rp 42,35 juta per orang, kemudian mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp69,87 juta per
orang di tahun 2014 atau mengalami peningkatan sebesar 65%.
Jika dibandingkan dengan tingkat nasional, pendapatan per kapita Kota Bandung berada di atas level
Provinsi Jawa Barat dan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kota
Bandung relatif lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata regional Jawa Barat dan tingkat nasional.
Pada tahun 2010, pendapatan per kapita nasional (atas dasar harga konstan 2010) berada di level
Rp28,78 juta per orang dan meningkat di tahun 2014 menjadi sebesar Rp33,98 juta per orang atau
meningkat sebesar 18,1%.
Sedangkan di wilayah regional Jawa Barat terlihat bahwa pada tahun 2010 pendapatan per kapita Jawa
Barat (atas dasar harga konstan 2010) berada di level Rp20,97 juta per orang dan meningkat di tahun
2014 menjadi sebesar Rp24,96 juta per orang atau meningkat sebesar 19%. Terlihat bahwa pendapatan
per kapita Kota Bandung lebih dari 2 kali lipat pendapatan per kapita Jawa Barat.
Grafik 2.11
Perbandingan Pendapatan Per Kapita Harga Konstan 2010 (Metode Baru)
Kota Bandung, Jawa Barat, dan Tingkat Nasional Periode 2010-2014
60
52,47 56,22
48,94
50 42,35 45,38
40 32,79 33,98
31,48
Rp Juta
28,78 30,12
30 23,04 24,12 24,96
20,97 21,98
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014
Jawa Barat Nasional Kota Bandung
Sumber:
PDRB per kapita Kota Bandung (Sumber: BPS Kota Bandung, 2015)
PDRB per kapita Jawa Barat (Sumber: BPS Prov. Jawa Barat, 2015)
PDB per kapita Nasional (Sumber: BPS Pusat, 2015)
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 23
2.1.2.1.4 Indeks Gini
Tujuan pembangunan adalah peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Bila peningkatan
tidak diiringi dengan pemerataan, maka akan menimbulkan fenomena ketimpangan wilayah. Indikator
yang sering digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan adalah Gini Ratio, Indeks Williamson
dan Kriteria Bank Dunia.
Koefisien Gini (Gini Ratio) merupakan salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur
tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz. yaitu
sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi variabel tertentu dengan distribusi
Uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk.
Ukuran kesenjangan Indeks Gini berada pada besaran 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai 0 (nol) pada indeks gini
menunjukkan tingkat pemerataan yang sempurna. Semakin besar nilai Indeks Gini, maka semakin tidak
sempurna tingkat pemerataan pendapatan atau semakin tinggi pula tingkat ketimpangan pengeluaran
antar kelompok penduduk berdasarkan golongan pengeluaran. Jadi. Indeks Gini bernilai 0 (nol) artinya
terjadi kemerataan sempurna, sementara Indeks Gini bernilai 1 (satu) berarti ketimpangan sempurna.
Standar penilaian ketimpangan Gini Rasio ditentukan dengan menggunakan kriteria seperti berikut (Hera
Susanti dkk. Indikator-Indikator Makro Ekonomi. LPEM-FEUI. 1995) :
GR < 0,4 dikategorikan sebagai ketimpangan rendah
0,4 <GR < 0,5 dikategorikan sebagai ketimpangan sedang (Moderat)
GR > 0,5 dikategorikan sebagai ketimpangan tinggi.
Grafik 2.12
Perbandingan Gini Ratio Kota Bandung Serta Daerah Disekitarnya dan Jawa Barat
0,2 0,404
0,373
0,344
0,15 0,296
0,272 0,274
0,1
0,05
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Perkembangan gini ratio di Kota Bandung merupakan yang terbesar dibandingkan dengan daerah
sekitarnya yang ada di Jawa Barat serta dari Provinsi Jawa Barat itu sendiri. Dari tahun 2010 hingga tahun
2013 angka gini ratio selalu merangkak naik dan bahkan sudah mencapai angka 0,422 pada tahun 2012.
Angka gini ratio yang lebih dari 0,5 mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut ketimpangan distribusi
2 - 24 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
pendapatannya tergolong tinggi, sebaliknya jika angka gini ratio kurang dari 0,4 maka dapat
mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut ketimpangan pendapatannya tergolong rendah.
Angka gini ratio dari tahun 2008-2010 di Kota Bandung dapat mengandung arti bahwa ketimpangan
pendapatan antar golongan masyarakat di kota tersebut tergolong rendah, akan tetapi angka gini ratio dari
tahun 2011-2013 di Kota Bandung dapat memberikan gambaran bahwa ketimpangan pendapatan antar
golongan masyarakat di kota tersebut sudah menaik ke level sedang. Ini merupakan suatu peringatan dini
terhadap Kota Bandung agar bisa menurunkan angka gini ratio yang sudah mencapai level sedang
tersebut, jangan sampai angka tersebut berubah lebih parah menjadi level yang tinggi di tahun-tahun
berikutnya.
Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat dimana aktivitas ekonomi, pemerintahan, maupun
pendidikan semuanya berada di Kota bandung sudah tentu harus bisa menjadi panutan bagi kota dan
kabupaten lainnya, terutama yang berada di Propinsi jawa Barat. Pertumbuhan ekonomi yang rata-rata
diatas 8 % pertahun tidak bisa mengindikasikan bahwa kesejahteraan di kota tersebut juga tercapai,
masih banyak indikator yang harus dipertimbangkan jika kita ingin melihat tingkat kesejahteraan di suatu
wilayah. Berikut ini adalah perkembangan laju pertumbuhan ekonomi dan gini ratio di Kota Bandung dari
tahun 2008-2013.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 25
Grafik 2.13
Perkembangan Tenaga Kerja dan Pengangguran Kota Bandung Periode 2014-2015
800.000 5
4
600.000
1.096.799 1.084.989 3
400.000
2
200.000 1
0 0
2014 2015
Jumlah yg Bekerja Jumlah Pengangguran Tingkat Pengangguran
2 - 26 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.15
Rata-Rata Lama Sekolah Kota Bandung Tahun 2010-2015
1 Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) - tahun 10,68 10,70 10,74 10,81 10,85
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 27
Tabel 2.18
Capaian Kinerja Aspek Pendidikan Kota Bandung Tahun 2010-2015
No APT 2010 2011 2012 2013 2014
1 SD / MI / Sederajat 22,3% 25,0% 23,7% 21,2% 20,9%
2 SLTP / MTs / Sederajat 20,6% 19,6% 20,1% 18,3% 20,2%
3 SMU / MA / Sederajat 32,3% 32,6% 32,5% 35,3% 32,9%
4 Perguruan Tinggi 14,6% 14,1% 14,3% 13,5% 15,8%
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2016
2 - 28 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Angka Putus Sekolah
Salah satu indikator yang digunakan dalam menilai berhasil/tidaknya pembangunan di bidang pendidikan
adalah angka putus sekolah, yaitu indikator yang mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidak
bersekolah lagi atau tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Data yang tersedia
menunjukkan bahwa angka putus sekolah di Kota bandung pada periode 2011 sampai dengan 2015
cukup rendah (< 1 %). Misalnya pada tahun 2015, angka putus sekolah untuk masing-masing jenjang
pendidikan diperoleh persentase sebagai berikut, SD/MI sebesar 0,01%, SMP/MTs sebesar 0,01% dan
SMA/SMK/MA sebesar 0,2%. Kecilnya angka putus sekolah tersebut diantaranya disebabkan oleh adanya
program sekolah gratis, meningkatnya fasilitas pendidikan, kemampuan pendidik, serta peningkatan
anggaran pendidikan yang berasal dari daerah maupun pusat. Berikut adalah gambaran lengkap
mengenai angka putus sekolah Kota Bandung berdasarkan jenjang pendidikan selama kurun waktu 2011
– 2015.
Tabel 2.20
Angka Putus Sekolah Berdasarkan Jenjang Pendidikan di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015
1 SD/MI: 0,001% 0,001% 0,001% 0,001% 0,01%
2 SMP/MTs: 0,04% 0,02% 0,02% 0,01% 0,01%
3 SMA/MA/SMK: 0,20% 0,10% 0,05% 0,02% 0,2%
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2016
Selain dua indikator tersebut diatas, pelayanan pendidikan dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah,
indeks pendidikan, angka rata-rata lama sekolah, dan penduduk berusia >15 tahun melek huruf. Pada
tahun 2015, Angka Partisipasi Sekolah (APS) baik Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni di
tiap level pendidikan di Kota Bandung mencapai 100 %. Capaian Indeks Pendidikan Kota Bandung
sebesar 90,53%. Capaian angka Rata-rata lama sekolah di Kota Bandung sebesar 11,15 tahun, dan
persentase penduduk berusia >15 tahun melek huruf sebesar 99,65%.
2.1.3.1.2 Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan. Bahkan Untuk mendapatkan penghidupan yang layak di bidang kesehatan,
amandemen kedua UUD 1945, Pasal 34 ayat (3) menetapkan: ”Negara bertanggungjawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang layak”. Di era otonomi daerah
amanat amandemen dimaksud, mempunyai makna penting bagi tanggung jawab Pemerintah Daerah
untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang layak, tanpa ada diskriminasi sosial, budaya,
ekonomi dan politik.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 29
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan kesehatan dasar dengan fokus pada ibu dan anak yang
meliputi: peningkatan status kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman,
pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif
(daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak, secara pengalaman empirik dibeberapa tempat
dapat dilakukan pada tingkatan Posyandu. Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan
Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai. Berikut adalah
gambaran lengkap mengenai ketersediaan posyandu selama kurun waktu 2011-2015.
Tabel 2.22
Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita di Kota Bandung Tahun 2010-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Posyandu 1.945 1.959 1.959 1.967 1.973
2.1.3.1.3Pekerjaan Umum
Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat sangat
berkaitan dengan jaringan jalan yang baik. Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat
dalam menjalani roda perekonomian, maka semakin baik kondisi infrastruktur jalan, maka semakin baik
pula roda perekonomiannya. Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi didasarkan pada besarnya
persentase tingkat kerusakan, terbagi ke dalam beberapa tingkatan, yaitu: baik, sedang, rusak sedang,
rusak dan rusak berat. Berikut gambaran proporsi panjang jaringan jalan di Kota bandung dalam kondisi
baik selama kurun waktu 2011-2015.
Tabel 2.24
Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Proporsi Kondisi Baik (%) 49,22% 57,68% 64,15% 68,96% 80% 91,22%
Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, 2016
2 - 30 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2.1.3.1.4 Perumahan
Rasio Rumah Layak Huni
Rasio rumah layak huni adalah perbandingan jumlah rumah layak huni dengan jumlah penduduk. Berikut
gambaran rasio rumah layak huni di Kota bandung berdasarkan kondisi selama kurun waktu 2011-2015.
Tabel 2.25
Rasio Rumah Layak Huni di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Rasio Rumah Layak Huni 69,60% 70,69% 71,47% 71,61% 71,74%
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, 2016
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 31
Tabel 2.26
Ketersediaan Dokumen Perencanaan di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Dokumen RPJPD Ada Ada Ada Ada Ada
2.1.3.1.7Perhubungan
Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum
Jumlah arus penumpang umum (bis/kereta api/pesawat udara) yang masuk/keluar daerah Kota bandung
selama 1 (satu) tahun, dalam kurun waktu 2011-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.27
Jumlah Penumpang Angkutan Umum di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum 5.834.592 6.156.085 9.186.378 8.195.919 6.956.581
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2016
2.1.3.1.8Lingkungan Hidup
Persentase Penanganan Sampah
Salah satu masalah yang dihadapi kota-kota di Indonesia khususnya di Kota Bandung adalah masalah
persampahan. Salah satu masalah persampahan yang cukup rumit dalam penyelesaiannya adalah
pengadaan dan pengelolaan fasilitas tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) yang layak, baik secara
teknis maupun non teknis. Keberadaan TPSA selain dapat menampung timbulan sampah yang dihasilkan
juga harus dapat meminimalisasi bahaya yang mungkin timbul akibat penimbunan sampah tersebut.
Berikut adalah kondisi penanganan persampahan di Kota Bandung secara lengkap dalam kurun waktu
2011-2015.
Tabel 2.28
Persentase Penanganan Sampah di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Persentase Pananganan Sampah 73% 85% 74% 87,23% 87,41%
Sumber: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandung, 2016
2 - 32 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.29
Persentase Penduduk Berakses Air Minum di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Persentase Penduduk berakses air 72,00% 72,43% 70% 70% 70,65%
Minum
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, 2016
2.1.3.1.9Pertanahan
Persentase Luas Lahan Bersertifikat
Dalam hal pertanahan, indikator penilaian difokuskan pada persentase konflik pertanahan yang
terfasilitasi dan sertifikat tanah milik pemerintah kota.Pada tahun 2015 dari target sebesar 100% dapat
terealisasi sebesar 58,33%. Pada tahun 2015 terdapat 12 kasus yang terdaftar, terdiri atas 4 kasus yang
dimenangkan oleh Pemerintah Kota Bandung (gugatan perdata tanah akses Jalan Tol Saroja, tanah
kantor Kelurahan Braga, tanah eks RPH Setiabudi, dan tanah SMUN 22), 3 kasus yang dimenangkan oleh
penggugat (gugatan perdata atas tanah eks TPA Cieunteung, gugatan TUN dalam proses banding atas
tanah mata air Cikareo, dan gugatan perdata dalam proses banding atas tanah Jalan Cibadak), serta 5
proses perkara dalam proses pemeriksaan (gugatan perdata atas tanah Puskesmas Dago, tanah kantor
Kelurahan Binong dan SDN Binong Jati, tanah kantor Kelurahan Ledeng dan Puskesmas Ledeng, tanah
ruang dagang/kios Pasar Balubur, dan gugatan perdata atas hak-hak sewa tanah masyarakat Kawasan
Kiaracondong). Tidak tercapainya target (kasus terselesaikan) karena dari 12 kasus yang masuk, 5 kasus
masih dalam proses. Sedangkan Sertifikat Tanah Milik Pemerintah Kota dari target sebanyak 150
dokumen, dapat terealisasi sebanyak 71 dokumen. Penyerahan hasil pengadaan tanah tahun 2015 tidak
tercapai karena pengadaan tanah tidak terealisasi.
2.1.3.1.10 Kependudukan dan Catatan Sipil
Persentase Jumlah Penduduk yang sudah Terdaftar dalam Catatan Sipil
Indikator ini dapat menggambarkan tertib administrasi kependudukan. Salah satu bentuk tertib
administrasi kependudukan dapat dilihat dari jumlah penduduk yang telah memiliki KTP, KK, Akte
Kelahiran dan Akte Nikah. Peningkatan/penurunan jumlah penduduk yang telah memiliki KTP, KK, Akte
Kelahiran dan Akte Nikah menggambarkan tingkat kesadaran masyarakat mengenai identitas
diri/administrasi kependudukan. Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai kepemilikan
administrasi kependudukan dengan fokus kepemilikan KTP selama kurun waktu 2011-2015.
Tabel 2.30
Persentase Jumlah Penduduk Yang Sudah Terdaftar Dalam Catatan Sipil di Kota Bandung
Tahun 2011-2014
No Uraian 2011 2012 2013 2014
1 Persentase Penduduk memiliki KTP 96,75 96,75% 95,5 % 99,05%
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung, 2015
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 33
Tabel 2.31
Persentase Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan di Kota Bandung Tahun 2011-2014
No Uraian 2011 2012 2013 2014
1 Persentase Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan 54% 43,47% 38,00% 47.97%
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, 2015
2.1.3.1.13 Sosial
Sarana Sosial seperti Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi
Menunjukan jumlah sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo, panti rehabilitasi, rumah singgah dll
yang terdapat di suatu daerah. Adapun jumlah sarana sosial di Kota Bandung dalam kurun waktu 2011-
2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.33
Sarana Sosial di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Sarana Sosial 60 buah 60 buah 60 buah 60 buah 60 buah
2.1.3.1.14 Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran
tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam
periode survei.Pada kelompok umur muda (15-24) tahun, TPAK cenderung rendah, karena pada usia ini
mereka lebih banyak masuk kategori bukan angkatan kerja (sekolah). Begitu juga pada kelompok umur
tua (diatas 65 tahun), TPAK rendah dikarenakan mereka masuk pada masa purnabakti (pensiun). Berikut
adalah gambaran secara lengkap mengenai TPAK di Kota Bandung selama kurun waktu 2011-2015.
2 - 34 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.34
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 61,40% 63,14% 63,55% 63,04% 62,52%
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, 2016
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2016
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 35
3. Usaha menengah
Kriteria Usaha Menengah Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa Jumlah Usaha Kecil Mikro dan menengah di Kota
Bandung selama kurun waktu 2011-2015 berada pada kisaran 4400-5200 unit. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.37
Jumlah Usaha Kecil Mikro dan Menengah di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Usaha Kecil Mikro dan Menengah 4425 4531 4581 4336 5251
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2016
2 - 36 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.39
Jumlah Investasi PMDN/PMA (Milyar) di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 PMA 9.016,3 624,1 183,8 190,5 321
2 PMDN 515,1 933,1 1.578,4 3.420,6 4.957
3 Total 9.531,4 1.557,2 1.762,2 3.611,1 5.278
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung, 2016
2.1.3.1.17 Kebudayaan
Pembangunan kebudayaan ditujukan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta
mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi
dan pengaruh negatif budaya global. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kebudayaan
salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja jumlah sarana dan penyelenggaraan seni dan budaya
serta jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan.Berikut gambaran indikator kinerja
kebudayaan di Kota bandung selama kurun waktu 2011-2015.
Tabel 2.40
Sarana dan Penyelenggaraan Seni dan Budaya serta Jumlah Cagar Budaya yang Dilestarikan
di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Sarana Penyelenggaraan Seni dan 26 buah 26 buah 26 buah 26 buah 26 buah
Budaya
2 Penyelenggaraan Festival Seni dan 486 kali 154 kali 87 120 146
Budaya pagelaran pagelaran pagelaran
3 Benda, Situs dan Kawasan Cagar 15,54% 15,54% 15,54% 15,54% 15,54%
Budaya yang Dilestarikan
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, 2016
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 37
2.1.3.1.19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
diantaranya dapat dilihat dari indikator kinerja kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP serta
kegiatan pembinaan politik daerah. terkait dengan hal tersebut, berikut gambaran mengenai indikator
kinerja kesatuan bangsa dan politik dalam negeri di Kota Bandung dalam kurun waktu 2011-2015.
Tabel 2.41
Indikator Kinerja Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kegiatan Pembinaan terhadap LSM, 1 1 1 1 1
Ormas dan OKP kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat, 2016
Dari target sebesar 75% dapat terealisasi sebesar 83,99%. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung
dalam melaksanakan penyelesaian penegakan Perda mampu melebihi target kinerja sebesar 111,98%.
Hal ini terjadi dikarenakan pada tahun 2015 Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung mampu
menyelesaikan penindakan sebanyak 3.806 orang pelanggar dari sejumlah laporan yang masuk sebesar
4.531 laporan.
2 - 38 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tingkat Waktu Tanggap Daerah Layanan Wilayah Manajemen Kebakaran
Untuk memberikan proteksi terhadap bencana kebakaran, menurut Kepmeneg PU No. 11/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Manajemen Kebakaran Perkotaan, suatu kotaperlu membentuk WMK (Wilayah
Manajemen Kebakaran. Jumlah minimal WMK untuk suatu daerah tergantung luas daerah tersebut,
dengan minimal satu WMK.Manajemen Penanggulangan Kebakaran adalah upaya proteksi kebakaran
suatu daerah yang akan dipenuhi dengan adanya instansi kebakaran sebagai suatu public service dalam
suatu WMK.
Respon time (waktu tanggap) adalah waktu minimal yang diperlukan dimulai saat menerima informasi dari
warga/penduduk sampai tiba di tempat kejadian serta langsung melakukan tindakan yang diperlukan
secara cepat dan tepat sasaran di Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK). Pada tahun 2015 dari target <
18 menit dapat terealisasi 14,20 menit. Kesadaran masyarakat/khususnya pengguna jalan meningkat
dalam memberikan akses yang seluas-luasnya di ruas jalan tertentu ketika terjadi TK 65 (kejadian
kebakaran) maupun ketika tiba di lokasi kebakaran. Untuk mencapai SRT < 15 menit, perlu didukung oleh
penyediaan SDM, sarana prasarana (mobil pemadam kebakaran dan motor unit reaksi cepat), pos
kewilayahan, hydrant, dan peran serta masyarakat/satwankar.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 39
2.1.3.1.22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
PKK Aktif
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan gerakan nasional dalam pembangunan
masyarakat yang tumbuh dari bawah serta pengelolaanya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju
terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia
dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesejahteraan dan keadilan gender serta kesadaran
hukum dan lingkungan.
Semakin besar rata-rata jumlah kelompok binaan PKK maka dapat menggambarkan keaktifan
masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah melalui PKK, juga menunjukkan besarnya
pelayanan penunjang yang dapat diciptakan oleh pemerintah daerah dalam pemberdayakan masyarakat
untuk berperan aktif dalam pembangunan daerah melalui PKK. Adapun perkembangan PKK Kota
Bandung dalam kurun waktu 2011-2015 dapat terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.44
PKK Aktif di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Persentase PKK Aktif 86% 100% 100% 100% 100%
Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat, 2016
Posyandu Aktif
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari
Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan
pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Tujuan penyelenggaraan Posyandu:
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu Hamil, melahirkan dan nifas).
2. Membudayakan NKKBS.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat
sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan
Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
Adapun perkembangan Posyandu Kota Bandung dalam kurun waktu 2011-2015 dapat terlihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.45
Posyandu Aktif di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Persentase Posyandu Aktif 10% 100% 100% 100% 100%
2 - 40 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2.1.3.1.23 Statistik
Dokumen Statistik (Buku Kota Dalam Angka dan Buku PDRB Kota)
Instrumen analisis sebagai bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dan sebagai
bahan penentuan/perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah adalah data/informasi
statistik (dokumen statistik). Ketersediaan dokumen statistik memudahkan pemerintah dalam
mendapatkan data potensi daerah secara umum sebagai bahan evaluasi atas kinerja/pelaksanaan
pembangunan daerah dan sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Dokumen Statistik sebagaimana dimaksud di atas
adalah antara lain buku kota dalam angka dan buku PDRB Kota. Berikut adalah ketersediaan dokumen
statistik di Kota bandung selama kurun waktu 2011-2015.
Tabel 2.46
Dokumen Statistik di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Buku Bandung Dalam Angka Ada Ada Ada Ada Ada
2.1.3.1.24 Kearsipan
Pengelolaan Arsip secara Baku
Kearsipan (filing) adalah sesuatu proses pengaturan dan penyimpanan bahan-bahan secara sistematis
sehingga bahan-bahan secara sistematis sehingga bahan-bahan tersebut dengan cepat dicari atau
diketahui tempatnya setiap kali diperlukan. Pengertian arsip menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun
2009 tentang Kearsipan adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media
sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh
lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dalam pelaksanaan penyimpanan arsip, pada pokoknya dikenal 4 (empat)
macam sistem penyimpanan arsip yaitu :
1. Penyimpanan arsip menurut abjad
2. Penyimpanan menurut wilayah
3. Penyimpanan menurut nomor
4. Penyimpanan menurut tanggal
Dalam hal pengelolaan arsip secara baku ini, baru sebagian kecil SKPD di lingkungan Pemerintah Kota
Bandung yang melaksanakannya. Sampai tahun 2014 hanya 11% dari seluruh SKPD di lingkungan
Pemerintah Kota Bandung yang melaksanakan pengelolaan arsip secara baku. Penerapan pengelolaan
arsip secara baku di Kota Bandung dalam kurun waktu 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.47
Pengelolaan Arsip Secara Baku di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pengelolaan Arsip secara Baku 7.69% 7,69% 11% 11% 58,23%
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 41
Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan
Mengelola arsip adalah mengelola informasi, yang mana pengetahuan menyeluruh mengenai arsip, baik
dari segi fisik, struktur, content maupun context-nya menjadi sangat diperlukan. Oleh karena itu,
diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, mampu, dan terampil mengelola arsip dengan baik.
terkait dengan hal ini, Pasal 7 dan 30 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
menegaskan perlunya pengembangan sumber daya manusia melalui upaya pengembangan kompetensi
dan keprofesionalan arsiparis melalui penyelenggaraan, pengaturan, serta pengawasan pendidikan dan
pelatihan kearsipan. Selama kurun waktu 2011-2015 Pemerintah Kota Bandung senantiasa konsisten
melaksanakan kegiatan dalam rangka peningkatan SDM pengelola kearsipan.
Tabel 2.48
Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Kegiatan Peningkatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 1 Kegiatan 1 Kegiatan 3 pameran & 1
SDM Pengelola Kearsipan kegiatan
Sumber: Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung, 2016
2.1.3.1.26 Perpustakaan
Jumlah Pengunjung Perpustakaan Per Tahun
Indikator efektivitas penyediaan pelayanan perpustakaan di daerah dapat dilihat dari banyaknya
jumlah pengunjung perpustakaan. Banyaknya jumlah pengunjung perpustakaan dapat menggambarkan
tingginya budaya baca di daerah. pada tahun 2015 jumlah pengunjung perpustakaan daerah Kota
Bandung tercatat sebanyak 0,69%, jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya,
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
2 - 42 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.50
Jumlah Pengunjung Perpustakaan Per Tahun di Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah pengunjung Perpustakaan per 0,07% 0,20% 0,25% 0,33% 0,69%
Tahun
Sumber: Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung, 2016
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 43
Tabel 2.53
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kontribusi sektor pertanian, kehutanan, 0,16% 0,15% 0,14% 0,14% 0,13%
dan perikanan terhadap PDRB
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, 2016
2.1.3.2.1Pariwisata
Kunjungan Wisata
Jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara ke Kota
Bandung semakin mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan antara lain oleh semakin meningkatnya
infrastruktur kota dan peningkatan promosi pariwisata. Jumlah wisawatan yang datang ke Kota Bandung
dalam kurun waktu 2011-2015.
Tabel 2.54
Jumlah Kunjungan Wisata Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Kunjungan wisata (orang) 4.076.072 3.513.705 3.726.447 5.807.564 6.061.094
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, 2016
2.1.3.2.3Perdagangan
Ekspor Bersih Perdagangan
Nilai ekspor perdagangan Kota Bandung didapat sebesar US$ 635 juta, dihitung berdasarkan atas
penerbitan surat keterangan asal komoditi yang merupakan rekomendasi yang menyatakan barang
tersebut diproduksi di Bandung. Berikut gambaran mengenai ekspor bersih perdagangan Kota Bandung
selama kurun waktu 2011-2015
Tabel 2.56
Ekspor Bersih Perdagangan Kota Bandung Tahun 2011-2015
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Ekspor bersih perdagangan ($ juta) 653,6 669,2 601,5 603 635
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2016
2 - 44 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2.1.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH
2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas
ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan
akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.
Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap indikatorpengeluaran
konsumsi rumah tangga per kapita, pengeluaran konsumsi nonpangan per kapita, produktivitas total
daerah, dan nilai tukar petani.
Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga Per Kapita (Angka Konsumsi RT Per Kapita)
Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin
besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi RT
per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan
pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup
seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan
mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya.
Komponen tertinggi penyumbang PDRB menurut penggunaan pada tahun 2012 adalah komponen
pengeluaran konsumsi rumah tangga, yang menyumbang sekitar 60,57% terhadap total PDRB. Hal ini
menunjukkan bahwa ditinjau dari sisi pengeluaran, perekonomian Kota Bandung sebagian besar
digunakan untuk konsumsi rumah tangga.
Tabel 2.57
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Atas Dasar Harga Berlaku Kota Bandung
Periode 2009-2012 (Rp Milyar)
Tahun
Kelompok Pengeluaran
2009*) 2010*) 2011*) 2012**)
Konsumsi Rumah Tangga 43.136,26 50.374,67 58.363,29 67.306,69
Makanan 18.081,11 21.085,55 25.224,68 28.068,96
Non Makanan 25.055,14 29.289,12 33.138,61 39.237,73
Produk Domestik Regional Bruto 70.281,16 82.002,18 95.612,86 111.121,55
Sumber: BPS Kota Bandung, PDRB Menurut Penggunaan Kota Bandun Tahun 2009-2015
*) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara
Tabel 2.58
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Atas Dasar Harga Konstan Kota Bandung
Periode 2009-2012 (Rp Milyar)
Tahun
Kelompok Pengeluaran
2009*) 2010*) 2011*) 2012**)
Konsumsi Rumah Tangga 19.303,12 20.995,85 22.988,97 24.901,53
Makanan 8.215,33 8.736,11 9.400,39 9.697,99
Non Makanan 11.087,79 12.259,73 13.588,58 15.203,54
Produk Domestik Regional Bruto 29.228,27 31.697,28 34.463,63 37.558,32
Sumber: BPS Kota Bandung, PDRB Menurut Penggunaan Kota Bandung Tahun 2009-2013
*) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara
Secara total pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki kecenderungan yang meningkat setiap
tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan tingkat perekonomian di Kota Bandung.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 45
Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita (Persentase Konsumsi RT untuk Non Pangan)
Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita dibuat untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga di
luar pangan. Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita dapat dicari dengan menghitung persentase
konsumsi RT untuk non pangan, yaitu proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk non pangan
terhadap total pengeluaran. Sejak tahun 2009 konsumsi non makanan memiliki proporsi yang lebih besar
daripada konsumsi makanan. Pada tahun 2009, konsumsi non makanan mencapai Rp 25.055,14 milyar
dan meningkat menjadi Rp 39.237,73 milyar pada tahun 2012 (atas dasar harga berlaku). Komposisi
pengeluaran non makanan yang makin besar menjadi indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
mengalami peningkatan.
Tabel 2.59
Kontribusi Kelompok Pengeluaran Makanan dan Non Makanan
Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kota Bandung Periode 2010-2013 (%)
Tahun
Kelompok Pengeluaran
2010 2011 2012 2013
Makanan 41,91 41,85 43,29 41,70
Non Makanan 58,09 58,15 56,71 58.30
TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00
Atas Dasar Harga Konstan
Makanan 42,56 41,61 40,89 38,94
Non Makanan 57,44 58,39 59,11 61,06
TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kota Bandung, PDRB Menurut Penggunaan Kota Bandung Tahun 2009-2014 (olahan)
2 - 46 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2.1.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi
Angka Kriminalitas
Angka kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Artinya
dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas untuk berbagai kategori seperti curanmor,
pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan tingkat
keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan
masyarakat.Keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah satu aspek
strategis yang perlu dijaga untuk mewujudkan stabilitas suatu daerah yang berimbas pada Iklim investasi.
Tabel 2.61
Angka Kriminalitas Kota Bandung Tahun 2013-2014
Jenis Kejadian 2013 2014
1. Pencurian Kendaraan Roda 2 960 1152
2. Pencurian Kendaraan Roda 4 144 143
3. Pencurian dengan Pemberatan 574 654
4. Pencurian Dengan Kekerasan 370 312
5. Pencurian Biasa 184 223
6. Penganiayaan Ringan 203 182
7. Penganiayan Berat 96 141
8. Penipuan 748 877
9. Penggelapan 251 224
10. Pemerasan/Ancaman Keras 36 23
11. Pengrusakan 49 32
12. Kebakaran 12 1
13. Pembunuhan 4 4
14. Pemerkosaan 14 11
15. Perzinahan 9 11
16. Penculikan 6 1
17. Narkotika 151 198
18. Pemalsuan Mata Uang 2 5
19. Pemalsuan Surat 41 32
20. Pemalsuan Merk 9 5
21. Sumpah Palsu 8 2
22. Perjudian 32 18
23. Penghinaan 5 8
24. Cemar Nama Baik 8 6
25. Penadahan 2 2
26. Korupsi 1 0
27. Senpi, Handak, Sajam 17 11
28. Lain-lain Kriminalitas 639 611
Jumlah / Total 4575 4889
Sumber: BPS Kota Bandung, 2015
Berdasarkan tabel di atas, pada periode tahun 2013-2014 angka kriminalitas di Kota Bandung cenderung
meningkat.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 47
Jumlah dan Macam Pajak Dan Retribusi Daerah
Instrumen utama dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal dilakukan melalui pemberian kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk memungut pajak (taxing power) dan transfer ke daerah. Dalam hal ini,
kebijakan taxing power kepada daerah dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berdasarkan undang-undang tersebut, pajak daerah yang
dapat dipungut oleh daerah adalah 16 jenis, meliputi 5 jenis yang dapat dipungut provinsi dan kab/kota
sebanyak 11 jenis. Jenis pajak daerah yang menjadi pendapatan asli daerah, meliputi: a) pajak hotel; b)
pajak restoran; c) pajak hiburan; d) pajak reklame; e) pajak penerangan jalan; f) pajak parkir; g) Pajak
Bumi Bangunan (PBB); h) Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan i) pajak air tanah.
Tabel 2.62
Perincian Pendapatan Pajak Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015
(Sebelum Dilakukan Audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2015
No Uraian Target Pendapatan Realisasi Pendapatan
%
(Rp) (Rp)
1 Pajak Hotel 260.000.000.000,00 215.285.361.236,00 82.80
2 Pajak Restoran 170.000.000.000,00 181.868.358.705,00 106.98
3 Pajak Hiburan 60.000.000.000,00 50.449.101.884,00 84.08
4 Pajak Reklame 15.000.000.000,00 18.107.052.336,00 120.71
5 Pajak Penerangan Jalan 180.000.000.000,00 178.144.137.262,00 98.97
6 Pajak Parkir 30.000.000.000,00 20.234.816.571,00 67.45
7 Pajak Air Bawah Tanah 32.850.000.000,00 30.260.440.425,00 92.12
8 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 422.000.000.000,00 399.912.248.339,00 94.77
9 Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
428.150.000.000,00 399.885.860.295,00 93.40
Bangunan (BPHTB)
Jumlah 1.598.000.000.000,00 1.494.147.377.053,00 93.50
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa pajak hotel realisasinya tidak mencapai target, (82.80%) dari
yang telah ditetapkan pada tahun 2015. Sedangkan realisasi pajak restoran melampaui target pada tahun
2015. Hal ini sejalan dengan penambahan jumlah restoran dan rumah makan baru, serta penerapan pajak
restoran atas jasa boga/catering sebagai pengganti pajak pertambahan nilai yang dimulai tahun 2012.
Grafik 2.14
Kontribusi Tiap Komponen Pendapatan Pajak Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 (%)
Pajak Air
Tanah Pajak
2,0% Pajak Hotel Restoran
BPHTB 14,4% 12,2%
26,8%
PBB
Pajak
26,8%
Hiburan
3,4%
Pajak
Reklame
1,2%
Pajak
Pajak Parkir Penerangan
1,4% Jalan
11,9%
2 - 48 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa komponen pajak daerah yang memberikan kontribusi terbesar
diperoleh dari BPHTB dan PBB yang mencapai 26,8%. Kontribusi terbesar kedua berasal dari pajak hotel
yang mencapai 14,4%, kemudian diikuti oleh pajak hiburan sebesar 3,4%. Hal ini menunjukkan efektifnya
pelimpahan kewenangan BPHTB dan PBB yang diserahkan kepada pemerintah daerah. Selain itu juga
menunjukkan semakin dominannya peran sektor jasa dan perdagangan di Kota Bandung. Sektor
pariwisata yang terus menunjukkan akselerasinya di Kota Bandung sangat mendorong penerimaaan
pajak daerah.
Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Retribusi memiliki dua prinsip yaitu sebagai sumber pendapatan (budgetary) dan sebagai pengatur
(regulatory). Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Jenis retribusi daerah yang
menjadi bagian PAD Kota Bandung, meliputi:
a) retribusi pelayanan kesehatan;
b) retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat;
c) retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum;
d) retribusi pengujian kendaraan bermotor;
e) retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran;
f) retribusi bidang perhubungan;
g) retribusi rumah potong hewan;
h) retribusi tempat rekreasi dan olah raga;
i) retribusi izin mendirikan bangunan;
j) retribusi izin gangguan/keramaian; dan
k) retribusi ijin trayek.
Adapun rincian pendapatan dari retribusi daerah pada tahun anggaran 2015 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.63
Perincian Penerimaan Retribusi Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015
(Sebelum Dilakukan Audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2015
No Uraian Target Realisasi
% SKPD
Pendapatan (Rp) Pendapatan (Rp)
Retribusi Pelayanan Kesehatan
1 5.523.238.797,00 8.012.980.000,00 145.08 Dinkes
– Puskesmas
Retribusi Pelayanan
2 3.590.050.000,00 3.793.450.000,00 105.67 Diskamtam
Penguburan / Pemakaman
Retribusi Pelayanan Parkir di
3 9.120.000.000,00 5.071.064.500,00 55.60 Dishub
Tepi Jalan Umum
Retribusi Pengujian Kendaraan
4 0,00 5.502.006.200,00 Dishub
Bermotor
Retribusi Pelayanan
Pemeriksaan dan/atau
5 1.400.000.000,00 810.208.600,00 57.87 DPPK
Pengujian Alat Pemadam
Kebakaran
Pemanfaatan Ruang untuk
6 3.200.000.000.00 0,00 0.00 Diskominfo
Menara Telekomunikasi
7 Retribusi Tempat Rekreasi 609.950.000,00 1.193.276.000,00 195.64 Diskamtam
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 49
Tahun Anggaran 2015
No Uraian Target Realisasi
% SKPD
Pendapatan (Rp) Pendapatan (Rp)
8 Retribusi Bidang Perhubungan 0,00 7.798.136.620,00 Dishub
9 Retribusi Rumah Potong Hewan 2.000.000.000,00 1.652.970.000,00 82.65 Dispertapa
Retribusi Ijin Mendirikan
10 77.250.000.000,00 26.133.792.450,00 33.83 BPPT
Bangunan (IMB)
Retribusi Ijin Gangguan Tempat
11 4.000.000.000,00 4.429.516.460,00 110,74 BPPT
Usaha/Kegiatan
12 Retribusi Pemberian Izin Trayek 870.000.000,00 588.447.000,00 67,64 Dishub, BPPT
Jumlah 107.563.238.797,00 64.985.847.830,00 60.42
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015
Tabel tersebut, menunjukan bahwa total perolehan retribusi daerah Kota Bandung pada tahun 2015 tidak
mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu Rp107.563.238.797,00 dan hanya terealisasi sebesar
Rp64.985.487.830,00 atau 60,42%. Dari 12 (dua belas) komponen retribusi yang dipungut, terdapat 4
(empat) komponen retribusi yang melebihi target, 2 (dua) komponen tidak ditarget, 5 (lima) komponen
tidak mencapai target, dan 1 (satu) komponen tidak menghasilkan retribusi.
Empat komponen retribusi yang melebihi target yang telah ditetapkan, adalah sebagai berikut.
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan– Puskesmas yang dikelola oleh Dinas Kesehatan dengan
perolehan sebesar Rp 8.012.980.000,00 dari target sebesar Rp 5.523.238.797,00 atau
mencapai 145,08%. Retribusi ini berhasil melebihi target dikarenakan adanya penurunan target
retribusi serta adanya klaim jaminan persalinan(Jampersal) melalui BPJS yang masuk ke Dinas
Kesehatan Kota Bandung.
2. Retribusi Pelayanan Penguburan/Pemakaman yang dikelola oleh Dinas Pemakaman dan
Pertamanan, penerimaannya terealisasi sebesar Rp3.793.450.000,00 dari target sebesar
Rp3.590.050.000,00 atau mencapai 105.67%. Retribusi ini berhasil melebihi target dikarenakan
telahdilaksanakannya pemberitahuan/sosialisasi door to door oleh petugas pemakaman serta
sosialisasi melaui media koran dan elektronik.
3. Retribusi Tempat Rekreasi yang dikelola oleh Dinas Pemakaman dan Pertamananmendapat
pencapaian yang cukup menggembirakan dengan perolehan melebihi target. Retribusi ini
melebihi target, dengan realisasi penerimaan mencapai Rp1.193.276.000,00dari target sebesar
Rp609.950.000,00 atau mencapai 195.64%. Retribusi ini melebihi target dikarenakan semakin
banyaknya kunjungan wisatawan ke tempat rekreasi, serta banyaknya event-event dan
permohonan ijin sewa lapang (di Lapangan Tegallega).
4. Retribusi Izin Gangguan/Keramaian yang dikelola oleh BPPT yang semula dianggarkan
mendapat perolehan Rp4.000.000.000,00, pada akhir tahun perolehan mencapai
Rp4.429.516.460,00 atau mencapai 110,74%. Hal ini dikarenakanadanya pengawasan dan
pengendalian perpanjangan/heregistrasi izin gangguan. Serta implikasi dari meningkatnya
pendapatan IMB tahun 2013 dan 2014 dari peruntukan usaha yang dilanjutkan dengan
pendaftaran izin gangguan di tahun 2015, yang dikarenakan pula kemudahan dalam pendaftaran
perijinan melalui On Stop Service (OSS).
Sedangkan 2 (dua) jenis retribusi yang tidak ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan tetapi
menghasilkan pendapatan adalah Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dan Retribusi Bidang
Perhubungan yang dikelola oleh Dinas Perhubungan. Terdapat beberapa komponen retribusi yang sudah
direncanakan, namun tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Adapun 5 (lima) retribusi yang tidak
mencapai target tersebut adalah sebagai berikut:
2 - 50 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
1. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum yang dikelola Dinas Perhubungan,pada tahun
2015 terealisasi sebesar Rp5.071.064.500,00 dari target sebesar Rp9.120.000.000,00 atau
mencapai 55,60%. Retribusi tersebut belum dapat memenuhi target walaupunDinas
Perhubungan Kota Bandung telah melakukan upaya penertiban dan pembinaan juru parkir;
melaksanakan kajian uji potensi dan uji petik serta mencari lokasi parkir yang potensial;
melaksanakan penggunaan mesin parkir dalam pengelolaan retribusi parkir oleh pihak ketiga;
serta menerapkan retribusi parkir langganan terhadap taxi dan travel di Kota Bandung.
2. Retribusi Pelayanan Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran yang dikelola Dinas
Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran dengan perolehan sebesar Rp810.208.600,00 dari
target sebesar Rp1.400.000.000,00 atau mencapai 57,87%. Retribusi tersebut belum memenuhi
target dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penyuluhan
bahaya kebakaran serta kurangnya tenaga ahli yang sesuai dibidangnya yaitu tentang
pemeriksaan dan pengawasan proteksi gedung.Disamping itu, dilihat dari sumber daya manusia
dari Dinas Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran (DPPK), yaitu: kurangnya sosialisasi
tentang penanggulangan dan pencegahan kebakaran, kurangnya petugas penagih retribusi,
kurangnya tim pemeriksa Alat Pemadam Kebakaran (APK), serta kurangnya tim pengawasan
gedung.
3. Retribusi Rumah Potong Hewan yang dikelola oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
mendapat perolehan sebesar R1.652.970.000,00 dari target yang ditetapkan sebesar
Rp2.000.000.000,00 atau hanya mencapai 82.65% dari target. Hal tersebut dikarenakan:
a) Tingginya target PAD pada tahun 2015 yang naik sebesar Rp500.000.000,00 tidak
berdasarkan potensi jumlah kenaikan pemotongan;
b) Harga karkas sapi yang terus naik sejak awal Ramadhan sampai akhir tahun 2015 dari
harga Rp74.000,00 menjadi Rp88.000,00, menyebabkan para pemotong sebagian beralih
ke daging beku impor yang harganya lebih murah Rp15.000,00 – Rp20.000,00 per kg;
c) Pengurangan kuota impor sapi dari Australia dan New Zealand pada triwulan III tahun
2015 sebesar 20% dari kebutuhan sapi impor, menyebabkan pengurangan jumlah sapi
yang dipotong di RPH. Hal ini sangat berdampak karena 90% sapi yang dipotong di Kota
Bandung adalah sapi impor;
d) Sapi impor memiliki berat hidup rata-rata satu setengah kali berat hidup sapi lokal,
sementara tarif retribusi per ekor sama yaitu Rp30.000,00. Hal ini menyebabkan jumlah
potongan per ekor berkurang sehingga pendapatan retribusi juga berkurang.
4. Retribusi IMB yang dikelola oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dengan
capaianRp26.133.792.450,00dari target sebesar Rp77.250.000.000,00 atau mencapai 33.83%.
Retribusi ini tidak mencapai target dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam
pengurusan perijinan serta belum terintegrasinya pelayanan perijinan secara penuh dari
persyaratan-persyaratan yang menjadi syarat dalam pengajuan perijinan. Terjadinya kekosongan
Peraturan Walikota Bandung tentang Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan sejak
penerapan On-Line Services System (OSS) tanggal 28 Mei 2015 sampai dengan terbitnya
Peraturan Walikota Bandung Nomor 855 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Walikota Bandung Nomor 495 Tahun 2015 tentang Standar Operasional Prosedur Pelayanan
Perizinan Terpadu pada tanggal 8 September 2015, implikasi dari penerapan OSS yang
merubah rekomendasi gambar teknis Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya menjadi persyaratan
dalam mendaftarkan Izin Mendirikan Bangunan.
5. Retribusi Izin Trayek yang dikelola oleh BPPT mendapat perolehan sebesar Rp588.447.000,00
dari target sebesar Rp870.000.000,00 atau mencapai 67,64%. Hal ini dikarenakan adanya
keterlambatan permohonan perpanjangan izin trayek yang harusnya jatuh tempo tahun 2015,
akibat akan adanya peraturan baru yang mengharuskan pengusaha angkot berbentuk badan
usaha.Serta fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu sebagai pelayanan perijinan terpadu
yangmengeluarkan izin sebagai kontrol, bukan sebagai fungsi pendapatan.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 51
6. Sedangkan Retribusi Pemanfaatan Ruang untuk Menara Telekomunikasi tidak dapat terealisasi
akibat:
a. Bahwa berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-XII/2014 pada
tanggal 26 Mei 2015 bahwa penjelasan Pasal 124 UU Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) yang menyatakan bahwa tarif retribusi ditetapkan paling tinggi 2% dari
NJOP PBB menara telekomunikasi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat.
b. Berdasarkan surat Kementerian Keuangan RI Dirjen Perimbangan Keuangan Nomor: S-
349/PK/2015 perihal Perhitungan Tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
terkait putusan Mahkamah Konstitusi, yaitu:
1) Berkenaan dengan Keputusan MK tersebut, diminta kepada seluruh Kepala
Daerah agar perhitungan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi yang
telah dan diatur dalam Peraturan Daerah berpedoman pada tata cara
perhitungan tarif retribusi sebagaimana diatur dalam pasal 151, pasal 152 dan
pasal 161 Undang-Undang PDRD;
2) Terkait dengan hal tersebut, diminta bantuan para gubernur selaku wakil
Pemerintah Pusat di daerah untuk melakukan koordinasi dan evaluasi atas
pelaksanaan putusan MK dimaksud.
c. Berdasarkan Surat Kementerian Keuangan Republik Indonesia Dirjen Perimbangan
Keuangan Nomor: S-743/PK/2015 tanggal 18 November 2015 perihal Tindaklanjut
Perhitungan Tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, bahwa peraturan
daerah yang tarif retribusinya didasarkan pada penjelasan pasal 124 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tidak bisa dijadikan dasar pemungutan retribusi pengendalian
menara telekomunikasi;
d. Sehubungan dengan hal tersebut, Dinas Komunikasi dan Informatika berupaya untuk
merubah Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Menara
Telekomunikasi dan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi serta Perubahan
Peraturan Walikota Nomorh 1127 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda
Nomor 15 Tahun 2012 sebagai dasar penetapan retribusi pengendalian dan sudah
masuk dalam prolegda tahun 2016, sehingga pemungutan retribusi menara
telekomunikasi tahun 2015 belum dapat direalisasikan.
Nilai Investasi
Selama kurun waktu 10 tahun dari tahun 2005-2015, nilai investasi Kota Bandung Tahun 2005-2015
mengalami fluktuasi yang cukup dinamis. Pada tahun 2015, nilai investasi Kota Bandung (PMDN dan
PMA) mencapai 5.550.089.995.203 dengan jumlah proyek 182 proyek, dan penyerapan tenaga kerja
sebanyak 5.102 orang. Berikut merupakan data lengkap, nilai investasi Kota Bandung Tahun 2005-2015.
Tabel 2.64
Nilai Investasi Kota Bandung Tahun 2005-2015
PMA PMDN T O T A L PMA dan PMDN
Tahun Jumlah
Proy Jumlah
Proy Nilai Investasi Tenaga Nilai Investasi Tenaga Tenaga Jumlah Investasi
ek Proyek
ek Kerja Kerja Kerja
2 - 52 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
PMA PMDN T O T A L PMA dan PMDN
Tahun Jumlah
Proy Jumlah
Proy Nilai Investasi Tenaga Nilai Investasi Tenaga Tenaga Jumlah Investasi
ek Proyek
ek Kerja Kerja Kerja
Data dari tabel diatas, menunjukkan rasio pendidikan sarjana dan pasca sarjana masyarakat kota
Surakarta masih rendah dan cenderung menurun setiap tahun. Implikasi kebijakan ke depan adalah
mendorong masyarakat meningkatkan jenjang pendidikan anak-anaknya hingga sarjana atau pasca
sarjana, untuk mengantisipasi tuntutan kebutuhan lapangan pekerjaan formal.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 53
Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)
Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap
penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15
tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih
tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65
tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun,
adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan
berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat,
rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat
menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang
berkembang. Dependencyratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin
tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban
yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi.
Tabel 2.66
Rasio Ketergantungan Kota Bandung Tahun 2011-2014
No Uraian 2011 2012 2013 2014
1 Jumlah Penduduk < 15 Tahun 607.955 615.051 575.782 580.181
2 Jumlah Penduduk > 64 Tahun 102.156 105.721 136.660 113.380
3 Jumlah Penduduk usia Tidak Produktif (1+2) 710.111 720.772 712.442 693.561
4 Jumlah Penduduk 15-64 1.714.846 1.734.745 1.771.535 1.777.241
5 Rasio Ketergantungan 41,41 41,55 40,22 39,03
Sumber: BPS Kota Bandung, Tahun 2015
Dari tabel di atas, trend angka ketergantungan Kota Bandung dari tahun 2011-2014 cenderung
mengalami penurunan. Pada tahun 2014, nilai rasio ketergantungan Kota Bandung sebesar 39.03. Artinya
setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 39 orang
yang belum produktif dandianggap tidak produktif lagi. Dari data demografi Kota Bandung, isu
pengendalian jumlah penduduk dan pengendalian penduduk tumbuh seimbang perlu mendapat perhatian
dan prioritas.
2 - 54 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.67
Rekapitulasi Potensi Seni Budaya di Kota Bandung Tahun 2014
No GEDUNG SENI DAN BUDAYA JUMLAH
1 Lembaga Pendidikan Seni 7
2 Galeri 6
3 Gedung Pertunjukan 13
4 Museum 6
5 Gedung Bersejarah 637
6 Benda Cagar Budaya / Bangunan Lama 100/171
JUMLAH 769
Sumber : Bandung Dalam Angka, 2015
Jumlah Lingkung Seni dan Forum Komunitas Seni Budaya pada 2014 sebanyak 1284 orang. Jika
dibandingkan dengan tahun 2006 jumlah lingkup seni dan forum komunitas seni budaya di Kota Bandung
cenderung mengalami peningkatan.
Grafik 2.15
Jumlah Lingkung Seni dan Forum Komunitas Seni Budaya Kota Bandung Tahun 2006–2014
1300 1284
1250
1200
1150
& Forum Komunitas Seni
1100
Jumlah Lingkug Seni
1050
1000 938
950 876 876
900 817 834 834
850
800
750
700
650 591 591
600
550
500
450
400
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jenis sanggar seni dan lingkung seni yang ada di Kota Bandung juga cukup beragam. Uraian detail terkait
jenis sanggar seni dan lingkungan seni dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.68
Jenis Sanggar Seni dan Lingkung Seni di Kota Bandung Tahun 2014
Sanggar Dan Lingkung Seni Jumlah Sanggar dan lingkung seni Jumlah
a Lingkung Seni Kampus 13 l Kuda Lumping 2
Lingkung Seni Masyarakat 565 m 6
b Kuda Renggong
Umum
c Tembang Sunda Cianjuran 11 n Celempungan 1
d Degung 25 o Seni Terebang 4
e Kacapian 87 p Seni Pantun 2
f Wayang Golek 19 q Pencak Silat 144
g Calung 33 r Barongsay -
h Teater 183 s Benjang 23
i Tari Klasik 96 t Reak 16
j Angklung 6 u Komunitas Sastra Sunda 9
k Reog 39 Jumlah (Total) 1284
Sumber: Bandung Dalam Angka, 2015
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 55
Namun hingga kini, Kota Bandung masih memerlukan sarana dan prasarana seni dan budaya yang lebih
representatif. Selain itu, apresiasi generasi muda terhadap seni dan budaya daerah dirasa masih relatif
minim. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi kondisi ini adalah melalui pencanangan
pembangunan kawasan sentra seni budaya kreatif berwawasan lingkungan hidup seluas 10 hektar di
Jalan Ciporeat, Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Cibiru. Sentra seni tersebut akan menjadi wadah
berkesenian para seniman dan warga Kota Bandung. Sentra seni dan budaya kreatif ini merupakan satu-
satunya di Jawa Barat. Kawasan ini juga diharapkan menjadi ruang ekspresi para seniman. Di sisi lain,
pengunjung dapat melihat tempat latihan seni, pembuatan angklung, calung, wayang, serta melihat
pentas seni. Sentra seni dirasakan kebutuhannya untuk mengembangkan budaya kreatif warga Kota
Bandung.
2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD TAHUN 2015 DAN
REALISASI RPJMD
Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2015 mencakup telaahan terhadap hasil evaluasi
status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah, berdasarkan rekapitulasi hasil evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan RKPD tahun 2015 dan realisasi capaian kinerja misi RPJMD tahun
kedua sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
2 - 56 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 2.69
Evaluasi Program Pembangunan Hasil Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2015
Perkiraan Realisasi Capaian
Target dan Kinerja Realisasi Program
Target Target RPJMD Sampai Dengan
Target Realisasi Tahun 2015
Capaian Tahun 2016
Capaian Target
Kinerja Perkiraan
No Urusan/Program Indikator Kinerja Kinerja Kinerja Perkiraan Unit Kerja
Realisasi Tingkat RPJMD Tingkat Capaian
RPJMD Program s.d Target Realisasi
Tahun Realisasi Tahun Realisasi Target
Tahun 2018 Tahun 2014 Tahun 2015 Capaian S.d
2015 Tahun 2015 2016 RPJMD s.d
Tahun 2016
Tahun 2016
A1 Urusan Pendidikan
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Dinas
1 Pendidikan Anak Usia Dini 97% 74% 70% 70.1% 100,14% 87% 87% 89,69%
Pendidikan
(PAUD)
Angka Partisipasi Murni (APM) Dinas
2 78% 72% 58% 59.04% 101,79% 65% 65% 83,33%
PAUD Pendidikan
Dinas
3 Kegiatan Keagamaan di PAUD 85% 64,89% 69% 69.07% 100,10% 76% 76% 89,41%
Pendidikan
Program Pendidikan Anak Cakupan Peningkatan Kualitas
1 Dinas
Usia Dini 4 Sarana dan Prasarana 80% 57,68% 62% 62.08% 100,13% 68% 68% 85,00%
Pendidikan
Penunjang PAUD
Implementasi Kurikulum, Materi
dan Metode Pembelajaran yang
Berwawasan Lingkungan dan Dinas
5 50% 20% 28% 30% 107,14% 35% 35% 70,00%
Warisan Budaya Daerah Pendidikan
sebagai Perekat Budaya
Nasional
APK Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah Dinas
6 131,05% 109,13 % 131.05% 108.71% 82,95% 131,05% 131,05% 100,00%
(MI)/Paket A (Termasuk Siswa Pendidikan
dari Luar Kota Bandung)
Program Wajib Belajar APK SD/MI/Paket A (Khusus Dinas
7 100% 106,17 % 100% 102.01% 102,01% 100% 100% 100,00%
2 Pendidikan Dasar Sembilan Siswa dari Kota Bandung) Pendidikan
Tahun APM SD/MI/Paket A (Termasuk Dinas
8 123,13% 104,03 % 123.13% 103.1% 83,73% 123,13% 123,13% 100,00%
Siswa dari Luar Kota Bandung) Pendidikan
APM SD/MI/Paket A (Khusus
Dinas
9 Siswa dari Kota Bandung) 100% 100% 100% 100% 100,00% 100% 100% 100,00%
Pendidikan
2 - 57 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 58 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 59 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 60 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
di Setiap Kabupaten/Kota
Semua Kepala SD/MI
Dinas
31 Berkualifikasi Akademik S-1 99,85% 99,39 % 99.45% 99,51 100,06% 99,60% 99,60% 99,75%
Pendidikan
atau D-IV dan Telah Memiliki
Sertifikasi Pendidik
di Setiap Kabupaten/Kota
Semua Kepala SMP/MTs
Dinas
32 Berkualifikasi Akademik S-1 99,90% 99,54 99,45 99,55 100,10% 99,60% 99,60% 99,70%
Pendidikan
atau D-IV dan Telah Memiliki
Sertifikasi Pendidik
2 - 61 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 62 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pemerintah Kabupaten/Kota
Memiliki Rencana dan
Melaksanakan Kegiatan untuk
Dinas
34 Membantu Satuan Pendidikan 100% 100% 100% 100% 100,00% 100% 100% 100,00%
Pendidikan
dalam Mengembangkan
Kurikulum dan Proses
Pembelajaran yang Efektif
Kunjungan Pengawas ke
Satuan Pendidikan Dilakukan 1
SD:
(Satu) Kali Setiap Bulan dan SD: 99,95%, SD: 87,22% SD:99,90%,
SD: '99,88%, 99,88% SD:99,90%, Dinas
35 Setiap Kunjungan Dilakukan SMP : dan SMP: 108,59% SMP:98,80 100,00%
SMP: 97,24% dan SMP: SMP:98,80% Pendidikan
Selama 3 (Tiga) Jam untuk 99,30% 97,40% %
100,00%
Melakukan Supervisi dan
Pembinaan
Setiap SD/MI Menyediakan
Buku Teks yang Sudah
Ditetapkan Kelayakannya oleh
Pemerintah Mencakup Mata
Dinas
36 Pelajaran Bahasa Indonesia, 95,60% 93,76 % 94% 95.71% 101,82% 94,70% 94,70% 99,06%
Pendidikan
Matematika, IPA dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
dengan Perbandingan 1 (Satu)
Set untuk Setiap Peserta Didik
Perkiraan Realisasi Capaian
Target dan Kinerja Realisasi Program
Target Target RPJMD Sampai Dengan
Target Realisasi Tahun 2015
Capaian Tahun 2016
Capaian Target
Kinerja Perkiraan
No Urusan/Program Indikator Kinerja Kinerja Kinerja Perkiraan Unit Kerja
Realisasi Tingkat RPJMD Tingkat Capaian
RPJMD Program s.d Target Realisasi
Tahun Realisasi Tahun Realisasi Target
Tahun 2018 Tahun 2014 Tahun 2015 Capaian S.d
2015 Tahun 2015 2016 RPJMD s.d
Tahun 2016
Tahun 2016
Setiap SMP/MTs Menyediakan
Buku Teks yang Sudah
Ditetapkan Kelayakannya oleh
Dinas
37 Pemerintah Mencakup Semua 97,55% 95,85% 96% 97.24% 101,29% 96,60% 96,60% 99,03%
Pendidikan
Mata Pelajaran dengan
Perbandingan 1 (Satu) Set
untuk Setiap Peserta Didik
Setiap SD/MI Menyediakan 1
(Satu) Set Peraga IPA dan
Bahan yang Terdiri atas Model
Kerangka Manusia, Model Dinas
38 99,90% 97,91% 98% 98.28% 100,29% 98,60% 98,60% 98,70%
Tubuh Manusia, Bola Dunia Pendidikan
(Globe), Contoh Peralatan
Optik, Kit IPA untuk Eksperimen
Dasar dan Poster/Carta IPA
Setiap SD/MI Memiliki 100
(Seratus) Judul Buku
Pengayaan dan 10 (Sepuluh) SD:
SD: 87,22% SD: 100%,
Buku Referensi, dan Setiap SD: 100%, SD : '100%, 100,00% SD: 100%, Dinas
39 dan SMP: 108,66% SMP : 100,00%
SMP/MTs Memiliki 200 (Dua SMP : 100% SMP: 97,24% dan SMP: SMP : 100% Pendidikan
97,40% 100%
Ratus) Judul Buku Pengayaan 100,00%
dan 20 (Dua Puluh) Buku
Referensi
Setiap Guru Tetap Bekerja 37,5
Jam per Minggu di Satuan
Pendidikan, Termasuk
SD:
Merencanakan Pembelajaran, SD: 99,60%, SD: 87,22% SD:99,35%,
SD : '99,45 %, 99,36% SD:99,35%, Dinas
40 Melaksanakan Pembelajaran, SMP : dan SMP: 103,87% SMP:90,45 100,00%
Menilai Hasil Pembelajaran,
SMP: 97,26% dan SMP: SMP:90,45% Pendidikan
99,45% 97,40% %
Membimbing atau Melatih Peserta 91,39%
Didik dan Melaksanakan Tugas
Tambahan
2 - 63 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 64 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 65 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 66 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 67 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 68 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 69 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 70 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 71 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 72 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 73 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 74 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Program Pengembangan
dan Pengelolaan Jaringan Panjang Jaringan Pengairan
5 5 100% 60% 80% 81.2% 101,50% 100% 100% 100,00% DBMP
Irigasi, Rawa dan Jaringan dalam Kondisi Baik
Pengairan lainnya
Program Pengembangan,
Pengelolaan, dan Konservasi Lingkungan Sungai yang 2 Lokasi, 68 2 Wilayah, 32 2 Lokasi, 68 2 Lokasi, 68
6 6 2 lokasi 2 lokasi 100,00% 100,00% DBMP
Sungai, Danau dan Sumber Tertata Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi
Daya Air Lainnya
Program Pengendalian Berkurangnya Titik Banjir di
7 7 68 Lokasi 30 lokasi 50 lokasi 50 lokasi 100,00% 68 Lokasi 68 Lokasi 100,00% DBMP
Banjir Kota Bandung
Program Peningkatan Semua
Terwujudnya Kualitas Tata Semua Semua SWK semua SWK Semua SWK
Kualitas dan Penertiban Wilayah SWK di
8 8 Bangunan dan Keandalan SWK di Kota di Kota di Kota - di Kota 100,00% Distarcip
Bangunan serta Karees Kota
Bangunan Bandung Bandung Bandung Bandung
Pembangunan Bangunan Bandung
Persentase Wilayah Kota
Program Penerangan Jalan
9 9 Bandung yang Terang pada 100% 55% 75% 83.27% 111,03% 100% 100% 100,00% DBMP
Umum
Malam Hari
A4 Urusan Perumahan
Program Pengembangan Perbaikan Rumah Tidak Layak
1 1 - 85 unit 2480 unit 419 unit 16,90% 2480 unit 2480 unit - Distarcip
Perumahan Huni
Program Lingkungan Sehat Berkurangnya Luas Kawasan
2 2 - 8,50% 10.5% 8.71% 82,95% 10,27 10,27 - Distarcip
Perumahan Permukiman Kumuh
Tingkat Keterlibatan Masyarakat
Program Pemberdayaan
3 3 dalam Pembangunan Prasarana 100% 100,00% 100% 100% 100,00% 100% 100% 100,00% Distarcip
Komunitas Perumahan
dan Sarana Dasar Permukiman
Perkiraan Realisasi Capaian
Target dan Kinerja Realisasi Program
Target Target RPJMD Sampai Dengan
Target Realisasi Tahun 2015
Capaian Tahun 2016
Capaian Target
Kinerja Perkiraan
No Urusan/Program Indikator Kinerja Kinerja Kinerja Perkiraan Unit Kerja
Realisasi Tingkat RPJMD Tingkat Capaian
RPJMD Program s.d Target Realisasi
Tahun Realisasi Tahun Realisasi Target
Tahun 2018 Tahun 2014 Tahun 2015 Capaian S.d
2015 Tahun 2015 2016 RPJMD s.d
Tahun 2016
Tahun 2016
Program Peningkatan
4 Kesiagaan dan Pencegahan 4 Response Time Rate < 15 Menit < 20 < 18 menit 14.2 menit 100,00% < 16 Menit < 16 Menit 93,75% DPPK
Bahaya Kebakaran
Program Pengelolaan Areal Cakupan Pengelolaan Areal
5 5 15% 125,75 100% 115.94% 115,94% 20% 20% 133,33% Diskamtam
Pemakaman Pemakaman
A5 Urusan Penataan Ruang
Dokumen Perencanaan Tata 2 Dok
1 - 8 dok 2 dok 2 dok 100,00% 2 Dok RTBL - Distarcip
Ruang RTBL
Program Perencanaan Tata
1 Persentase Dokumen
Ruang
2 Perencanaan Tata Ruang yang 40% 71,43 % 25% 100% 400,00% 30% 30% 75,00% Bappeda
Ditindaklanjuti
Program Pemanfaatan Terwujudnya Tertib
2 3 100% 100% 100% 100% 100,00% 100% 100% 100,00% Distarcip
Ruang Pemanfaatan Ruang
Persentase Penertiban
Program Pengendalian
3 4 Pelanggaran Pemanfaatan 63,34% - 65% 100,00% - - - Distarcip
Pemanfaatan Ruang
Ruang
A6 Urusan Perencanaan Pembangunan
Terwujudnya Akuntabilitas
Program Pengembangan 1 Kinerja Badan Pelayanan 100% 100% 100% 100% 100,00% 100% 100% 100,00% BPPT
1 Perizinan Terpadu (BPPT)
Data/Informasi
2 Persentase Data Tersampaikan 100% 100% 100% 100% 100,00% 100% 100% 100,00% DPKAD
Program Kerjasama Persentase Dokumen Kerjasama
2 3 40% 50% 25% 100% 400,00% 30% 30% 75,00% Bappeda
Pembangunan Daerah yang Ditindaklanjuti
Persentase Dokumen
Program Perencanaan
Perencanaan Pengembangan
3 Pengembangan Wilayah 4 40% 75% 25% 100% 400,00% 30% 30% 75,00% Bappeda
Wilayah Strategis dan Cepat
Strategis dan Cepat Tumbuh
Tumbuh yang Ditindaklanjuti
Persentase Dokumen
Program Perencanaan
Perencanaan Pengembangan
4 Pengembangan Kota-Kota 5 40% 50% 25% 66.67% 266,68% - - - Bappeda
Kota Bandung yang
Menengah dan Besar
Ditindaklanjuti
2 - 75 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 76 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 77 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 78 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Program Peningkatan
Kualitas dan Akses Informasi Informasi Lingkungan Hidup
5 11 3 Media 3 - 3 dok 100,00% 3 Media 3 Media 100,00% BPLH
Sumber Daya Alam dan Kota Bandung Mudah Diakses
Lingkungan Hidup
Tingkat Kualitas Udara
12 Perkotaan Memenuhi Baku 70% 96% 35% 92.6% 264,57% 60% 60% 85,71% BPLH
Program Peningkatan Mutu Udara Ambien
6
Pengendalian Polusi
Persentase Penurunan Emisi
13 100% 6,38% 2% 5.23% 261,50% 95% 95% 95,00% BPLH
Gas Rumah Kaca
2 - 79 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 80 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 81 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 82 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 83 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 84 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 85 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 86 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 87 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 88 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Program Peningkatan 3
Jumlah Gelanggang Pemuda 3 3 8
8 Sarana dan Prasarana 8 3 gelanggang 266,67% Gelanggan 3 Gelanggang 100,00% Dispora
dan Sarana Pendukung Gelanggang gelanggang gelanggang
Kepemudaan g
A19 Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Program Peningkatan Cakupan Petugas Perlindungan
1 1 1,2399 1,00 1,18 118,00% 1 1 100,00% Satpol PP
1 Keamanan dan Masyarakat (Linmas)
Kenyamanan Lingkungan 2 Jumlah Linmas Terlatih 650 orang 180 orang 550 orang 550 orang 100,00% 580 orang 580 orang 89,23% Satpol PP
Program Pemeliharaan
Keamanan, Ketentraman dan
2 3 Jumlah Operasi Gabungan 270 kali 144 kali 220 kali 244 kali 110,91% 250 kali 250 kali 92,59% Satpol PP
Ketertiban Masyarakat dan
Pencegahan Tindak Kriminal
Tingkat Pemahaman Terhadap
Wawasan Kebangsaan, Ideologi
Program Pengembangan
3 4 Negara, Toleransi Antar Umat Baik Baik (80%) Baik Baik 100,00% Baik Baik 100,00% BKBPM
Wawasan Kebangsaan
Beragama dan Antar Etnis di
Kota Bandung
Perkiraan Realisasi Capaian
Target dan Kinerja Realisasi Program
Target Target RPJMD Sampai Dengan
Target Realisasi Tahun 2015
Capaian Tahun 2016
Capaian Target
Kinerja Perkiraan
No Urusan/Program Indikator Kinerja Kinerja Kinerja Perkiraan Unit Kerja
Realisasi Tingkat RPJMD Tingkat Capaian
RPJMD Program s.d Target Realisasi
Tahun Realisasi Tahun Realisasi Target
Tahun 2018 Tahun 2014 Tahun 2015 Capaian S.d
2015 Tahun 2015 2016 RPJMD s.d
Tahun 2016
Tahun 2016
Tingkat Pemahaman Rasa
Persatuan dan Kesatuan
Bangsa dan 4 (Empat) Pilar
Program Kemitraan Kehidupan Berbangsa dan
68,50 –
4 Pengembangan Wawasan 5 Bernegara (Pancasila, UUD 78,00% 75% 96.7% 128,93% 80% 80% 100,00% BKBPM
69,00
Kebangsaan 1945, NKRI dan Bhineka
Tunggal Ika), dan Terciptanya
Suasana Kondusivitas, Rasa
Aman di Masyarakat
Program Peningkatan Tingkat Pemahaman
5 Pemberantasan Penyakit 6 Masyarakat Terhadap Penyakit 70% 120% 65% 65% 100,00% 65% 65% 92,86% Satpol PP
Masyarakat Masyarakat (Pekat)
Tingkat Partisipasi Politik
7 85% 77,76% - - - - - - BKBPM
Program Pendidikan Politik Masyarakat Kota Bandung
6
Masyarakat
8 Indeks Demokrasi 58% - 66,50 - 67,00 N/A - - - - BKBPM
Tingkat Kondusifitas Kota
melalui Badan Narkotika Kota
9 75% 78,00% 60% 96% 160,00% 65% 65% 86,67% BKBPM
Program Penegakan (BNK) dan Komunitas Intelijen
7 Ketentraman dan Ketertiban Daerah (Kominda)
Umum Cakupan Penanganan
10 Gangguan Ketentraman dan 100% 100% 100% 100% 100,00% 100% 100% 100,00% Satpol PP
Ketertiban Umum (Trantibum)
Program Penegakan
Cakupan Penegakan Peraturan
8 Peraturan Daerah dan 11 90,00% 70,36% 75% 84% 112,00% 80% 80% 88,89% Satpol PP
Daerah (Perda)
Peraturan Walikota
A20 Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Program Peningkatan
Terwujudnya Lembaga
1 Kapasitas Lembaga 1 100% 70,00 85% 87.5% 102,94% 90% 90% 90,00% Setwan
Perwakilan Rakyat yang Handal
Perwakilan Rakyat Daerah
2 - 89 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 90 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 91 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 92 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
b Indeks Kepuasan Masyarakat 82,9 80,02 68,50 82,04 119,77% 82,5 82,5 99,52% Kec. Antapani
Kec.
c Indeks Kepuasan Masyarakat 85 73,50 73,31 79,50 108,44% 80 80 94,12%
Arcamanik
Kec.
d Indeks Kepuasan Masyarakat 82 77,25 78,15 80,03 102,41% 81 81 98,78%
Astanaanyar
Kec. Babakan
e Indeks Kepuasan Masyarakat 85 77,25 74,94 82,55 110,15% 81 81 95,29%
Ciparay
Kec. Bandung
f Indeks Kepuasan Masyarakat 85 73,79 71,25 78,50 110,18% 80 80 94,12%
Kidul
Program Peningkatan Peran Kec. Bandung
14 g Indeks Kepuasan Masyarakat 74,5 72,5 67,50 75,00 111,11% 73,5 73,5 98,66%
Kecamatan dan Kelurahan Kulon
Kec. Bandung
h Indeks Kepuasan Masyarakat 81,35 81,00 81,00 81,75 100,93% 81,15 81,15 99,75%
Wetan
Kec.
i Indeks Kepuasan Masyarakat 82 71,13 75,00 75,55 100,73% 78 78 95,12%
Batununggal
Kec.
j Indeks Kepuasan Masyarakat 80 80,02 68,50 83,00 121,17% 80 80 100,00% Bojongloa
Kaler
Kec.
k Indeks Kepuasan Masyarakat 90 78,00 67,50 80,03 118,56% 85 85 94,44% Bojongloa
Kidul
Kec.
l Indeks Kepuasan Masyarakat 81,5 72,38 72,50 82,30 113,52% 80,5 80,5 98,77%
Buahbatu
Kec.
m Indeks Kepuasan Masyarakat 85 86,30 80,00 86,60 108,25% 86,7 86,7 102,00% Cibeunying
Kaler
2 - 93 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 94 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
p Indeks Kepuasan Masyarakat 87 75,25 68,50 80,67 117,77% 81 81 93,10% Kec. Cicendo
q Indeks Kepuasan Masyarakat 85 75,2 80,00 79,50 99,38% 78 78 91,76% Kec. Cidadap
r Indeks Kepuasan Masyarakat 82 69,62 72,00 84,75 117,71% 80 80 97,56% Kec. Cinambo
s Indeks Kepuasan Masyarakat 86 77,05 73,75 80,25 108,81% 82 82 95,35% Kec. Coblong
Kec.
t Indeks Kepuasan Masyarakat 100 75,42 77,50 81,03 104,55% 81,05 81,05 81,05%
Gedebage
Kec.
u Indeks Kepuasan Masyarakat 85 69,74 72,50 81,33 112,18% 82 82 96,47%
Kiaracondong
Kec.
v Indeks Kepuasan Masyarakat 85 81,68 80,00 81,72 102,15% 81 81 95,29%
Lengkong
Kec.
w Indeks Kepuasan Masyarakat 83 79,05 79,05 80,14 101,38% 80 80 96,39%
Mandalajati
Kec.
x Indeks Kepuasan Masyarakat 87,5 77,86 80,00 80,05 100,06% 82,5 82,5 94,29%
Panyileukan
Kec.
y Indeks Kepuasan Masyarakat - 71,25 70,00 69,07 98,67% - - -
Rancasari
z Indeks Kepuasan Masyarakat - 75,40 65,00 61,06 93,94% - - - Kec. Regol
aa Indeks Kepuasan Masyarakat 85,75 72,43 72,50 78,50 108,28% 79,33 79,33 92,51% Kec. Sukajadi
bb Indeks Kepuasan Masyarakat 80 79,5 71,95 80,72 112,19% 75,15 75,15 93,94% Kec. Sukasari
Kec. Sumur
cc Indeks Kepuasan Masyarakat 85,1 74,57 60,00 78,15 130,25% 81,2 81,2 95,42%
Bandung
Kec.
dd Indeks Kepuasan Masyarakat 87 81,00 80,00 83,19 103,99% 82 82 94,25%
Ujungberung
Perkiraan Realisasi Capaian
Target dan Kinerja Realisasi Program
Target Target RPJMD Sampai Dengan
Target Realisasi Tahun 2015
Capaian Tahun 2016
Capaian Target
Kinerja Perkiraan
No Urusan/Program Indikator Kinerja Kinerja Kinerja Perkiraan Unit Kerja
Realisasi Tingkat RPJMD Tingkat Capaian
RPJMD Program s.d Target Realisasi
Tahun Realisasi Tahun Realisasi Target
Tahun 2018 Tahun 2014 Tahun 2015 Capaian S.d
2015 Tahun 2015 2016 RPJMD s.d
Tahun 2016
Tahun 2016
Program Peningkatan
Terpenuhinya Standar Diklat
15 Kapasitas Sumber Daya 31 17% 30% 24.64% 82,13% 15% 15% 88,24% BKD
SDM Aparatur Sipil Negara
Aparatur
Persentase Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang Telah
32 90% 75% 80% 106,67% 80% 80% 88,89% BKD
Memenuhi Target Sasaran
Kerja Pegawai (SKP)
Pembangunan Database
37 - - 1 paket - - 1 paket 1 paket - Distarcip
Kepegawaian
Mewujudkan Pengelolaan
Administrasi, Kepegawaian 12 unit
39 12 dok - 12 unit kerja 100,00% 12 dok 12 dok 100,00% Bag. TU
yang Tertib, Akurat dan Valid di kerja
Lingkungan Setda
2 - 95 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 96 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 97 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 98 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 99 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 100 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 101 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 102 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 103 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 104 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 105 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 106 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Misi 2 : Menghadirkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Akuntabel, Bersih, dan Melayani
Tujuan 1 : Meningkatnya Kinerja Perencanaan Pembangunan.
1. Persentase Usulan Masyarakat melalui ≥30 % 33,08% ≥30 % 32,57% 100,00% ≥ 30 ≥ 30 100,00% Bappeda
Musrenbang yang Diakomodir dalam
Perencanaan Pembangunan
Tujuan 2 : Terlaksananya Reformasi Birokrasi
2 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan WTP WDP WTP WDP WTP WTP 100,00% DPKAD
Daerah
3 Menurunnya SKPD yang Mendapat 13% 6,56% 23% 19,67% 85,52% 20% 20% 65,00% Inspektorat
Temuan Berindikasi Tidak Pidana
Korupsi yang Material
2 - 107 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 108 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 109 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 110 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tujuan 4: Meningkatkan Pelestarian Seni Budaya Peran Pemuda Prestasi Olah Raga
21 Jumlah Seni Budaya Tradisi yang 3 unit 3 unit 10 unit 333,33% 3 unit 3 unit Disbudpar
Dilestarikan
Perkiraan Realisasi Capaian
Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2015 Target RPJMD Sampai
Dengan Tahun 2016
Target
Realisasi Capaian Perkiraan
Target Capaian Perkiraan
Target Kinerja Realisasi
No Indikator Kinerja Kinerja RPJMD Tingkat SKPD
Kinerja Tahun Target RPJMD Capaian
Tahun 2018 Tingkat Capaian
2014 Kinerja Realisasi Tahun Target
Realisasi 2016 Realisasi
Sasaran 2015 RPJMD
Tahun 2015 Target
2015 Sampai
RPJMD S.d
Dengan
Tahun 2016
Tahun 2016
22 Prestasi Olahraga di Tingkat Provinsi - Juara 2 POR Juara 1 POR Juara 12 Persentase Persentase Dispora
dan Nasional Pemda Pemda POR Pemda kontribusi kontribusi atlit
atlit dlm dlm kontingen
kontingen PON Jabar,
PON Jabar, Juara 1 POR
Juara 1 Pemda
POR
Pemda
Tujuan 5: Mewujudkan Toleransi dan Pembinaan Umat Beragama
23 Terwujudnya Pemahaman dan B - C N/A N/A B B 100,00% Bagian Kesra
Pengamalan Agama Sesuai dengan
Agama dan Keyakinan Masing-Masing
24 Terwujudnya Toleransi dan Kerukunan B - C Tinggi 100,00% B B 100,00% Bagian Kesra
Umat Beragama
2 - 111 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 112 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
17 Lapangan Pekerjaan Baru 256.989 lapangan 9.695 40.000 11.021 27,55% 50.000 50.000 19,46% Disnaker,
pekerjaan lapangan lapangan lapangan lapangan lapangan Dinas KUKM
pekerjaan pekerjaan pekerjaan Indag
baru
2 - 113 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2 - 114 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 115
5. Puskesmas Rawat Inap yang Mampu Melaksanakan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi
Dasar (PONED): Jumlah dan kualifikasi SDM serta sarana sesuai standar belum terpenuhi
(Dinas Kesehatan).
6. Terdapat gagal lelang pada pembangunan gedung Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut tahap III
sehingga pembangunan gedung tahap III tidak dapat diselesaikan seluruhnya sesuai target
perencanaan awal (Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut).
7. Terdapat pelonjakan jumlah kunjungan pasien dari 48.834 kunjungan pada tahun 2014 menjadi
62.455 terutama pasien BPJS,sehingga membutuhkan tenaga tambahan untuk kelancaran
operasional pelayanan (Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut).
8. Pembangunan rumah sakit berstandar internasional belum dapat dilaksanakan pada tahun 2015,
hal ini berkaitan dengan pengadaan lahan untuk relokasi rumah sakit dilaksanakan di penghujung
tahun 2015sehingga proses awal dalam tahap untuk membangun rumah sakit belum dapat
terwujud (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak).
9. Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung belum terakreditasi versi 2012 (Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak).
10. Masih banyaknya masyarakat yang belum menjadi peserta JKN ditandai dengan masih tingginya
pasien yang menjadi pasien umum dibandingkan dengan pasien dengan kepesertaan JKN
(Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak).
11. Rencana pembelian tanah untuk relokasi Rumah Sakit Umum Daeraholeh DPKAD tidak
terlaksana (Rumah Sakit Umum Daerah).
2.3.3 PERMASALAHAN URUSAN PEKERJAAN UMUM
Pada tahun 2015, Urusan Pekerjaan Umum mendapat alokasi anggaran sebesar Rp850.263.859.130,32
dengan realisasi sebesar Rp594.396.621.718,00 atau 69,91%. Program dan kegiatan pada Urusan
Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh:1) Dinas Bina Marga dan Pengairan; dan 2) Dinas Tata Ruang dan
Cipta Karya. Adapun permasalahan pada urusan pekerjaan umum adalah:
1. Kegiatan pembangunan dan pemeliharaan drainase dan lingkungan terdapat irisan kewenangan
antara Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya dengan Dinas Bina Marga dan Pengairan(Dinas Tata
Ruang dan Cipta Karya).
2.3.4 PERMASALAHAN URUSAN PERUMAHAN
Pada tahun 2015, urusan Perumahan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp101.408.910.224,00
dengan realisasi sebesar Rp 74.918.358.095,00 atau 73,88%. Program dan kegiatan pada Urusan
Perumahan dilaksanakan oleh: 1) Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya; 2) Dinas Pemakaman dan
Pertamanan; dan 3) Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran. Adapun permasalahan pada
urusan perumahan adalah:
1. Masih kurangnya tingkat pemahaman dan kepedulian masyarakat akan arti pentingnya
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran masih kurang (Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran).
2. Kurangnya kesadaran pemilik bangunan dalam melengkapi bangunan dengan sistem proteksi
kebakaran (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran).
3. Masih rendahnya kerjasama antara instansi terkait dalam sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dalam pembuatan IMB (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran).
4. Terbatasnya sarana prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan bencana
lainnya (kurangnya pos wilayah) (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran).
5. Masih adanya gangguan informasi komunikasi kejadian kebakaran melalui telepon (Dinas
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran)
2 - 116 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
6. Kondisi kemacetan lalu lintas menghambat penanggulangan kebakaran (Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran).
7. Kurangnya sumber air dengan banyaknya hidrant yang tidak berfungsi, serta kecilnya volume
debit air sungai (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran).
8. Masih kurangnya keterampilan petugas (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran).
9. Masih kurangnya kesejahteraan petugas (Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran).
10. Terbatasnya jumlah/personil pemadam kebakaran yang bersertifikat (Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran).
11. Permasalahan yang mendasar dalam pemberian hibah ini adalah bahwa mekanismenya harus
sudah ditempuh 1 (satu) tahun sebelumnya atau minimal 6 (enam) bulan sebelum tahun
anggaran kedepan terealisasi dan telah mendapatkan rekomendasi dari Inspektorat. Dengan
banyaknya aspirasi dan proposal masyarakat yang masuk dalam pengajuan sarana dan
prasarana dasar tersebut dan mengingat mekanisme yang harus ditempuh sesuai Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011, berakibat semua kegiatan yang bersifat belanja hibah
barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat menjadi tertunda waktu
pelaksanaannya hingga tahun anggaran ke depan.(Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya).
2.3.5 PERMASALAHAN URUSAN PENATAAN RUANG
Pada tahun 2015, urusan Penataan Ruang mendapat alokasi anggaran sebesar Rp8.283.640.000,00
dengan realisasi sebesar Rp 6.819.873.167,00 atau 82,33%. Program dan kegiatan pada Urusan
Penataan Ruang dilaksanakan oleh: 1) Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya; 2) Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah; dan 3) Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Adapun permasalahan
pada urusan penataan ruang adalah:
1. Penyiapan perangkat untuk perwujudan tertib pemanfaatan ruang telah terlaksana pada tahun
2015 dengan telah ditetapkannya Perda Nomor 10 tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTR dan PZ) Kota Bandung, sebagai acuan dalam pemanfaatan
dan pengendalian ruang terutama sebagai acuan dalam perizinan (Dinas Tata Ruang dan Cipta
Karya).
2.3.6 PERMASALAHAN URUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Pada tahun 2015, urusan Perencanaan Pembangunan mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp19.866.884.817,00 dengan realisasi sebesar Rp17.689.504.678,00 atau 89,04%. Program dan
kegiatan pada Urusan Perencanaan Pembangunan dilaksanakan oleh:1) Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah; 2) Badan Kepegawaian Daerah; 3) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu; 4) Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; 5) Dinas Pelayanan Pajak; 6) Dinas Pemakaman dan
Pertamanan; 7) Bagian Organisasi dan Pemberdayaan Aparatur Daerah Sekretariat Daerah; 8)
Kecamatan Astanaanyar;9) Kecamatan Sukasari; dan 10) Kecamatan Sumur Bandung. Adapun
permasalahan pada urusan perencanaan pembangunan adalah :
1. Belum optimalnya kapasitas aparatur perencana karena masih kurangnya capacity building
(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah).
2. Kondisi kantor, sarana dan prasarana penunjang yang masih kurang memadai (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah).
3. Belum optimalnya pengelolaan data dan informasi sebagai pendukung dalam proses
perencanaan (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah).
4. Belum optimalnya kesinambungan/keselarasan dokumen perencanaan kota sebagai dokumen
strategis dengan dokumen perencanaan operasional pada SKPD (Bagian Organisasi dan
Pemberdayaan Aparatur Daerah Sekretariat Daerah).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 117
5. Pengumpulan bahan data penunjang pembuatan Renstra dan Renja SKPD terkadang kurang
lengkap atau terlambat baik dari internal maupun eksternal (Dinas Pelayanan Pajak).
6. Akurasi bahan data tentang penyusunan perencanaan pembangunan daerah dari internal bidang
dan sekretariat kurang terkoordinasi (Dinas Pelayanan Pajak).
2.3.7 PERMASALAHAN URUSAN PERHUBUNGAN
Pada tahun 2015, urusan Perhubungan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp130.354.910.505,00
dengan realisasi sebesar Rp99.251.695.725,00 atau 76,14%. Program dan kegiatan pada Urusan
Perhubungan dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan. Adapun permasalahan pada urusan perhubungan
adalah:
1. Peralatan ATCS sudah tua dan sering membutuhkan perbaikan sehingga berimbas pada tidak
berfungsinya lampu lalu lintas secara optimal (Dinas Perhubungan).
2. Masih ada beberapa kendaraan yang parkir di sembarang tempat yang berakibat pada
kemacetan lalu lintas khususnya di daerah sekitar area pendidikan, perbelanjaan, perkantoran,
dan kantor pemerintahan (Dinas Perhubungan).
3. Peralihan trayek 05 Cicaheum-Cibaduyut ke trayek 08 Cicaheum-Leuwi Panjang belum
beroperasi secara optimal mengingat masih adanya keberatan dari pihak seperti pangkalan ojeg
Cicaheum dan sopir angkot Antapani-Ciroyom (Dinas Perhubungan).
2.3.8 PERMASALAHAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP
Pada tahun 2015, urusan Lingkungan Hidup mendapat alokasi anggaran sebesar Rp134.421.237.260,00
dengan realisasi sebesar Rp94.767.720.092,00 atau 70,50%. Program dan kegiatan pada Urusan
Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh:1) Badan Pengelola Lingkungan Hidup; 2) Dinas Pemakaman dan
Pertamanan; dan 3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Adapun permasalahan pada urusan
lingkungan hidup adalah:
1. Tidak adanya penggantian kepada warga masyarakat yang terkena bencana antara lain akibat
pohon tumbang (Dinas Pemakaman dan Pertamanan).
2. Status lahan yang diajukan oleh warga untuk dibangun Taman RW masih milik private (Dinas
Pemakaman dan Pertamanan).
3. Kegiatan 3R dan pengurangan sampah dari sumber belum optimal (Badan Pengelola
Lingkungan Hidup).
4. Kurang optimalnya penanganan sampah perkotaan (Badan Pengelola Lingkungan Hidup).
5. Kota Bandung belum memiliki TPA yang representatif (Badan Pengelola Lingkungan Hidup).
2.3.9 PERMASALAHAN URUSAN PERTANAHAN
Pada tahun 2015, urusan Pertanahan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp332.527.573.180,00
dengan realisasi sebesar Rp112.730.639.746,00 atau 33,90%.Program dan kegiatan pada Urusan
Pertanahan dilaksanakan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Adapun permasalahan
pada urusan pertanahan adalah :
1. Permasalahan pengadaan tanah
a. Tahap Perencanaan
i. Sulitnya mencari lokasi tanah yang sesuai dengan kebutuhan.
ii. Sulitnya menentukan lokasi tanah yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
b. Tahap Persiapan
i. Dokumen lahan yang tersedia sedang dijaminkan kepada pihak bank.
ii. Pemilik menguasai dokumen namun fisik tanah dikuasai oleh pihak lain.
2 - 118 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
iii. Dokumen kepemilikan tanah tidak lengkap.
iv. Harga yang dikeluarkan apraisal/penilai tidak sepakat dengan harga yang
ditawarkan oleh pemilik lahan.
c. Tahap Penyerahan Hasil
i. Keterbatasan waktu penyerapan anggaran tahap penyerahan hasil pengadaan
tanah (Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah).
2. Permasalah konflik tanah milik Pemerintah Kota Bandung
Lemahnya penguasaan tanah milik Pemerintah Kota Bandung karena ketidaklengkapan data dan
dokumen kepemilikan tanah (Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah).
2.3.10 PERMASALAHAN URUSAN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
Pada tahun 2015, urusan Kependudukan dan Catatan Sipil mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp3.971.586.458,00 dengan realisasi sebesar Rp3.591.773.008,00 atau 90,44%. Program dan kegiatan
pada Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil. Adapun permasalahan pada urusan kependudukan dan catatan sipil adalah :
1) Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran penduduk tentang arti penting serta manfaat
kartu identitas penduduk dan akta-akta pencatatan sipil serta masih kurangnya disiplin
penduduk dalam melaporkan baik peristiwa kependudukan maupun peristiwa penting (Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil).
2.3.11 PERMASALAHAN URUSAN PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Pada tahun 2015, urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mendapat alokasi anggaran
sebesar Rp1.884.500.000,00 dengan realisasi sebesar Rp1.633.180.400,00 atau 86,66%. Program dan
kegiatan pada Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dilaksanakan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Adapun permasalahan pada urusan Pemberdayaan
dan Perlindungan Anak :
1) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang program pengarusutamaan gender, masih adanya
anggapan dimasyarakat yang masih tabu tentang gender terutama pada unsur pendid ikan,
pekerjaan, politik, dan lainnya. Masih adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga terhadap
perempuan dan anak yang terjadi tidak melapor dikarenakan masih beranggapan hal tersebut
adalah urusan rumah tangga (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana).
2.3.12 PERMASALAHAN URUSAN KELUARGA BERENCANA
Pada tahun 2015, urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera mendapat alokasi anggaran
sebesar Rp3.990.833.000,00 dengan realisasi sebesar Rp3.601.855.000,00 atau 90,25%.Program dan
kegiatan pada Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera dilaksanakan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Adapun Permasalahan Urusan Keluarga
Berencana adalah :
1) Masih banyaknya keluarga yang beranggapan banyak anak banyak rezeki, masih kurangnya
peserta KB Pria (metode MOP), masih banyaknya peserta KB dari luar Kota Bandung, dan
masih banyaknya keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I yang belum mengikuti Kelompok
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) (Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 119
2.3.13 PERMASALAHAN URUSAN SOSIAL
Pada tahun 2015, urusan Sosial mendapat alokasi anggaran sebesar Rp48.588.387.675,00 dengan
realisasi sebesar Rp32.576.338.458,00 atau 67,05%.Program dan kegiatan pada Urusan Sosial
dilaksanakan oleh:1) Dinas Sosial; dan 2) Bagian Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan Sekretariat
Daerah. Adapun Permasalahan Urusan Sosial adalah :
1. Belum adanya sarana Panti Rehabilitasi Sosial yang representatif (Dinas Sosial).
2. Masih kurangnya SDM aparatur pada Dinas Sosial (Dinas Sosial).
2.3.14 PERMASALAHAN URUSAN KETENAGAKERJAAN
Pada tahun 2015, urusan Ketenagakerjaan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp9.352.313.198,00
dengan realisasi sebesar Rp8.474.946.780,00 atau 90,62%. Program dan kegiatan pada Urusan
Ketenagakerjaan dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja. Adapun Permasalahan Urusan Ketenagakerjaan
adalah :
1. Ketidaksesuaian antara kualifikasi jabatan lowongan kerja dengan bakat,minat, dan kemampuan
pencari kerja (Dinas Tenaga Kerja).
2. Masih banyaknya pelanggaran norma kerja dan norma K3 oleh perusahaan yang disebabkan
kurangnya kepatuhan perusahaan dalam menerapkan peraturan ketenagakerjaan dan
keterbatasan kemampuan sebagian perusahaan untuk melaksanakan ketentuan serta adanya
ketidakseimbangan antara jumlah perusahaan sebanyak 7.124 perusahaan dengan tenaga
fungsional pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 14 orang (Dinas Tenaga Kerja).
3. Meningkatnya kasus perselisihan hubungan industrial yang masuk ke Dinas Tenaga Kerja (Dinas
Tenaga Kerja).
4. Terbitnya Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, diantaranya mengatur bahwa kabupaten/kota
sama sekali tidak mempunyai kewenangan apapun dalam urusan pengawasan ketenagakerjaan,
namun sesuai Undang Undang Nomor 17 Tahun 1981 menyatakan bahwa perusahaan
mempunyai kewajiban melaporkan kinerja kelembagaannya kepada pemerintah melalui instansi
yang membidangi ketenagakerjaan (Dinas Tenaga Kerja). Dengan terbitnya Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2014, maka dinas daerah akan mengalami kesulitan dalam memperoleh data
perusahaan, karena selama ini penggerak atau pemeriksaan perusahaan yang melanggar norma
ketenagakerjaan (diantaranya norma: perusahaan wajib lapor) adalah fungsional pengawas
ketenagakerjaan (Dinas Tenaga Kerja).
2.3.15 PERMASALAHAN URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
Pada tahun 2015, urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp16.107.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp5.300.938.087,00 atau 32,91%. Program dan kegiatan
pada Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dilaksanakan oleh:1) Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Perindustrian Perdagangan; dan 2) Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah. Adapun
permasalahan pada urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah adalah :
1. Tidak terkelola dengan baik data peserta pelatihan yang dilakukan oleh SKPD (Bagian
Perekonomian Sekretariat Daerah).
2. Masih banyak rentenir yang berkedok koperasi (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan).
3. Masih banyak koperasi dlm menjalankan aktivitasnya tidak sejalan dengan jatidiri, prinsip dan
azas sebuah organisasi koperasi (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian
Perdagangan).
4. Masih banyak koperasi yang belum melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) (Dinas
Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan).
2 - 120 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
5. Terbatasnya UMKM akses terhadap sumber pembiayaan karena masih tingginya tingkat suku
bungan perbankan (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan).
6. Legalitas usaha UMKM masih mengalami kesulitan (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan).
7. Terbatasnya pemasaran produk UMKM (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan).
8. Keterbatasan SDM dalam aspek enterpreunership, manajemen, teknis produksi, pengembangan
produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik
pemasaran dan penelitian pasar (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian
Perdagangan).
2.3.16 PERMASALAHAN URUSAN PENANAMAN MODAL
Pada tahun 2015, urusan Penanaman Modal mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 8.130.533.850,00
dengan realisasi sebesar Rp7.096.910.845,00 atau 87,29%.Program dan kegiatan pada Urusan
Penanaman Modal dilaksanakan oleh:1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; dan 2) Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu. Adapun permasalahan pada urusan koperasi dan usaha kecil dan
menengah adalah :
1. Masih perlunya peningkatan pelayanan perijinan yang memerlukan rekomendasi teknis dari
SKPD (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu).
2. Kelembagaan unit kerja yang menangani urusan penanaman modal di Kota Bandung belum
berdiri sendiri sehingga banyak keterbatasan dalam melaksanakan 7 fungsi penanaman modal,
yaitu: kebijakan, diklat, kerjasama, data informasi, pelayanan,promosi, dan pengendalian (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah).
3. Kota Bandung memiliki banyak potensi investasi, namun belum terpetakan dalam bentuk
feasibility study (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah).
2.3.17 PERMASALAHAN URUSAN KEBUDAYAAN
Pada tahun 2015, urusan Kebudayaan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp27.914.118.772,00 dengan
realisasi sebesar Rp16.294.706.585,00 atau 58,37%.Program dan kegiatan pada Urusan Kebudayaan
dilaksanakan oleh:1) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; dan 2) Bagian Kesejahteraan Rakyat dan
Kemasyarakatan Sekretariat Daerah. Adapun permasalahan pada urusan kebudayaan adalah :
1) Belum optimalnya keterlibatan dinas terkait dan stakeholder (Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata).
2.3.18 PERMASALAHAN URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
Pada tahun 2015, urusan Kepemudaan dan Olahraga mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp127.389.093.134,71 dengan realisasi sebesar Rp88.885.032.330,00 atau 69,77%.Program dan
kegiatan pada Urusan Kepemudaan dan Olahraga dilaksanakan oleh Dinas Pemuda dan Olah Raga.
Adapun permasalahan pada urusan kepemudaan dan olahraga adalah :
1. Belum adanya sistem pembinaan pemuda secara komprehensif yang dapat memberi wadah bagi
para pemuda untuk mengekspresikan aspirasi dan partisipasi didalam proses pembangunan
dalam upaya untuk menciptakan keunggulan dan prestasi pemuda Kota Bandung (Dinas
Pemuda dan Olah Raga).
2. Organisasi pemuda yang mandiri menjadi salah satu tantangan yang harus dijadikan fokus bagi
agenda pembangunan diberbagai bidang. Hal ini karena tanpa upaya serius untuk menjawab
persoalan ini, pencapaian tujuan dan target pembangunan bisa jadi akan terganggu atau menjadi
lebih lambat karena ada kelompok yang lebih tidak punya akses dan manfaat terhadap
pembangunan (Dinas Pemuda dan Olah Raga).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 121
3. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) keolahragaan dalam pembinaan prestasi
cukup kritis, pendekatan ilmiah dalam pelatihan masih kurang diterapkan oleh pelatih cabang
olahraga tertentu, sehingga parameter standar yang dibutuhkan untuk mengetahui taraf kualitas
fisik, fisiologis dan psikologis atlet yang akan menunjang prestasi sulit diterapkan. Belum adanya
sentra pembinaan bibit atlet berupa PPLP sangat menentukan regenerasi atlet berprestasi di
kota Bandung, sehingga kesinambungan prestasi terbaik di Jawa Barat dapat terjaga (Dinas
Pemuda dan Olah Raga).
4. Sumber dana pembinaan olahraga prestasi, olahraga pendidikan, dan olahraga rekreasi masih
dari pos dana hibah dimana peluncuran subsidi dana pada induk organisasi olahraga yang
dibutuhkan untuk mendukung pembinaan tersendat-sendat, sehingga secara nyata dan signifikan
menghambat kesinambungan dan waktu aktif berlatih yang menjadi standar pembinaan untuk
pencapaian prestasi (Dinas Pemuda dan Olah Raga).
5. Kesejahteraan atlet dan pelatih sebagai subjek pembinaan sangat kritis dan patut diperhatikan
kondisinya, terutama dalam karier pekerjaan dan pendidikan, serta kualitas hidupnya sebagai top
atlet/pelatih yang telah dan/atau akan menjunjung prestasi dan prestise olahraga Jawa Barat di
forum nasional dan internasional (Dinas Pemuda dan Olah Raga).
2.3.19 PERMASALAHAN URUSAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI
Pada tahun 2015, urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri mendapat alokasi anggaran
sebesar Rp28.153.962.461,00 dengan realisasi sebesar Rp23.758.075.717,00 atau 84,39%.Program dan
kegiatan pada Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri dilaksanakan oleh:1) Badan Kesatuan
Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat; 2) Satuan Polisi Pamong Praja; dan 3) Bagian Kesejahteraan
Rakyat dan Kemasyarakatan Sekretariat Daerah. Adapun Permasalahan Pada Urusan Kesatuan Bangsa
Dan Politik Dalam Negeri:
a) Belum maksimalnya tupoksi Kesbangpol dalam membangun karakter kebangsaan (Badan
Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat).
b) Perlunya peningkatan penanganan masalah yang terkait dengan SKB 3 menteri (izin rumah
ibadah),bebas menjalankan ibadah, menyiarkan agama, dan lain sebagainya (Badan
Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat).
c) Masih cukup tingginya peredaran dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pemuda (Badan
Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat).
d) Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan unsur intel dari pihak berwajib belum cukup
solid (Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat).
e) Parpol dan ormas belum pro aktif dan berinisiatif untuk memberikan bekal pendidikan politik
pada kader mereka masing-masing (Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan
Masyarakat).
2.3.20 PERMASALAHAN URUSAN URUSAN OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM,
ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN, DAN
PERSANDIAN
Pada tahun 2015, urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp197.385.846.786,36 dengan realisasi sebesar Rp171.527.707.995,00 atau 86,90%.Program dan
kegiatan pada Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian dilaksanakan oleh:1) Inspektorat Kota; 2) Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah; 3) Badan Kepegawaian Daerah; 4) Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah; 5) Dinas Pelayanan Pajak; 6) Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 7) Bagian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Sekretariat Daerah; 8) Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah; 9) Bagian
2 - 122 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Organisasi dan Pemberdayaan Aparatur Daerah Sekretariat Daerah; 10) Bagian Pembangunan dan
Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah; 11) Bagian Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah; 12) Bagian
Perekonomian Sekretariat Daerah; 13) Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah; 14) Bagian Umum dan
Perlengkapan Sekretariat Daerah; 15) Sekretaris Daerah (Non Bagian); dan 16) 30 Kecamatan.
Adapun Permasalahan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah :
1. Dalam menentukan batas wilayah kota selain dari batas-batas kondisi fisik alam, misalnya
sungai, gunung atau laut, masih ada beberapa patok batas wilayah yang bergeser, rusak dan
hilang sehingga sulit untuk menentukan batas wilayah secara akurat (Bagian Pemerintahan
Umum Sekretariat Daerah).
2. Kendala utama dalam program pembangunan berbasis kolaborasi adalah aspek monitoring dan
birokrasi khususnya dalam pengadministrasian berdasarkan prosedur dan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku (Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah).
3. Dalam aspek monitoring terkendala oleh kurangnya SDM sebagai operator dan pengawas
kegiatan.Selain itu, belum adanya kesekretariatan yang dapat mendukung proses
monitoring.Sedangkan dalam aspek birokrasi, terkendala proses administrasi dan jenjang
koordinasi antar lembaga.Hal tersebut dikarenakan belum optimalnya sosialisasi kepada SKPD
dan aparat kewilayahan khususnya tentang kesepahaman prosedur/alur program pembangunan
berbasis kolaborasi berdasarkan peraturan perundang-undangan (Bagian Perekonomian
Sekretariat Daerah).
4. Dari aspek sarana, diperlukan server khusus yang berfungsi sebagai database berjalannya
aplikasi Program TJSL dimana saat ini server masih tercampur dengan aplikasi lainnya pada
Dinas Komunikasi dan Informatika serta berjalan belum stabil sehingga menghambat akses
perusahaan dan masyarakat yang mau memanfaatkan aplikasi Program TJSL (Bagian
Perekonomian Sekretariat Daerah).
5. BUMD:
a. PD. Kebersihan:
i. Rendahnya prosentase masyarakat yang membayar retribusi kebersihan.
ii. Penetapan tarif yang masih di bawah harga keekonomisan.
iii. Belum ditetapkannya sistem penagihan atas jasa pelayanan kebersihan secara
proporsional.
b. PD. Pasar Bermartabat:
i. Belum berakhirnya masa kerjasama dari kontrak penataan pasar sehingga
belum dapat dilakukan penyesuaian dan peningkatan kontribusi bagi PD.
Pasar Bermartabat.
ii. Belum optimalnya upaya ekstensifikasi dan intensifikasi sumber-sumber
pendapatan.
iii. Belum dilakukannya penyesuaian tarif sesuai dengan kondisi terkini (Bagian
Perekonomian Sekretariat Daerah).
6. Belum semua kota memiliki sistem quadro helix yang baik dimana pemerintah, akademisi, pelaku
usaha, dan komunitas belum bersinergi dalam memajukan pengembangan ekonomi kreatif
sehingga menyulitkan dalam menjalin kerjasama. Selain itu, belum sinkronnya peraturan pusat
dengan daerah terkait kriteria produk unggulan daerah (Bagian Perekonomian Sekretariat
Daerah).
7. Adanya pengaruh tekanan Inflasi terhadap perekonomian di Kota Bandung (Bagian
Perekonomian Sekretariat Daerah).
8. Masih kurangnya pemahaman aparatur tentang kepegawaian, keuangan, sandi, dan
telekomunikasi (Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 123
9. Adanya Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara hingga saat ini
belum disertai dengan peraturan pelaksanaan sehingga menimbulkan keraguan/ketidakpastian
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah (Badan Kepegawaian Daerah).
10. Tujuh mata pajak yang tidak dapat tercapai dikarenakan adanya beberapa alasan atau
permasalahan, yaitu:
a. Pajak Hotel
i. Surat Edaran (SE) Menpan Nomor 11 Tahun 2014 tentang larangan PNS rapat
di hotel atau melarang rapat di luar kantor sejak bulan November 2014 sampai
dengan direvisinya dengan Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 6 Tahun 2015
tentang Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor yang baru
diterbitkan per tanggal 1 April 2015. Sehingga banyak instansi pemerintah
yang tidak menganggarkan kegiatan tersebut dan baru dianggarkan pada
anggaran perubahan instansi pemerintah. Pelaksanaan rapat-rapat dinas
dihotel menyumbangkan rata-rata 40% dari okupansi hotel, sehingga dengan
adanya pelarangan tersebut maka terjadi penurunan okupansi hotel.
ii. Penurunan tingkat hunian hotel menurut riset properti komersial Bank
Indonesia (BI) terjadi sejak kuartal I tahun 2015. Saat itu tingkat hunian
mencapai 77,29% atau 2,27% lebih rendah dibanding pencapaian kuartal IV
tahun 2014 yaitu 79,08%. Merosotnya tingkat hunian berpengaruh terhadap
tarif kamar per malam. Dalam catatan BI, tarif rata-rata kamar hotel sekitar
Rp986.542,00 per malam,anjlok 14,41% ketimbang tarif rata-rata per
malamkuartal sebelumnya yaitu Rp1.152.635,00.
iii. Penurunan kunjungan wisatawan Malaysia yang masuk melalui Bandara
Husen Sastranegara sebanyak 57% menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
Jawa Barat.
iv. Adanya denda/tunggakan pajak daerah dari piutang pajak hotel yang belum
dibayarkan oleh wajib pajak hotel.
b. Pajak Hiburan
i. Himbauan Kapolda Jawa Barat dan Kapolrestabes Bandung tentang
pembatasan jam operasional dari yang tercantum di Perda tutup jam 03.00
WIB menjadi tutup jam 00.00 WIB. Himbauan tersebut baru melonggar setelah
Idul Fitri 2015.
ii. Pajak Hiburan merupakan pajak self atau wajib pajak yang melaporkan dan
menghitung pendapatan/omzet untuk dihitung pajaknya sehingga kita perlu
mengadakan verifikasi dan pemeriksaan dan tarif pajak hiburan 35% masih
dianggap memberatkan pengusaha.
iii. Belum adanya data potensi pajak hiburan untuk menentukan target yang real
sesuai dengan realisasi pendapatan pajak hiburan.
iv. Adanya denda/tunggakan pajak daerah dari piutang pajak hiburan yang belum
dibayarkan oleh wajib pajak hiburan.
c. Pajak Parkir
i. Meskipun adanya kenaikan tarif parkir sekitar 50% tetapi kenaikan tersebut
tidak terlalu signifikan terhadap penerimaan pajak daerah karena tidak
dibarengi penambahan luas/lahan parkir.
ii. Pajak parkir merupakan pajak self atau wajib pajak yang melaporkan dan
menghitung pendapatan/omzet untuk dihitung pajaknya sehingga kita perlu
mengadakan verifikasi dan pemeriksaan.
2 - 124 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
iii. Belum adanya data potensi pajak parkir untuk menentukan target yang real
sesuai dengan realisasi pendapatan pajak parkir.
iv. Adanya denda/tunggakan pajak daerah dari piutang pajak parkir yang belum
dibayarkan oleh wajib pajak parkir.
d. Pajak Air Tanah
i. Tidak semua objek pajak air tanah menggunakan meteran digital yang
terintegrasi dengan penetapan nilai perolehan air (NPA) di BPLH.
ii. Belum adanya komunikasi data antara Disyanjak dan BPLH berkaitan dengan
monitoring data yang dapat memudahkan dan mempercepat proses penetapan
NPA menjadi SKPD, serta dapat mempercepat proses pembayaran oleh WP.
e. PBB
i. Masih banyak wajib pajak yang bahkan sampai dengan bulan Desember 2015
belum menerima SPPT.
ii. Channel pembayaran PBB yang sangat terbatas, baik cara pembayarannya
maupun lokasi-lokasi tempat pembayarannya.
iii. Adanya wacana penghapusan PBB yang menyebakan WP menunda
pembayarannya dan lebih memiih menunggu perkembangan dari wacana
penghapusan PBB tersebut.
iv. Adanya distorsi data dari hasil pemutakhiran data tahun 2014 yang ternyata
tidak sesuai dengan data dan fakta sebenarnya di lapangan.
f. Pajak Penerangan Jalan
i. Penentuan tarif dan pemungutan pajak penerangan jalan dilakukan oleh PT.
PLN sehingga penetapan hasil target berdasarkan pelaporan penerimaan dari
PT.PLN saja.
ii. Adanya himbauan pemerintah tentang penghematan energi termasuk hemat
pemakaian listrik.
g. BPHTB
i. Pajak BPHTB merupakan penerimaan pajak hasil dari transaksi jual
beli/transaksional properti yang dilakukan masyarakat yang tidak bisa
diprediksi kejadiannya.
ii. Harga transaksi hanya berdasarkan pelaporan dari pihak Notaris, PPAT, atau
BPN.
iii. Belum memiliki payung hukum harga pasar dalam menentukan nilai yang
sebenarnya dan adanya penundaan pembayaran pajak BPHTB dalam proses
balik nama sertifikat karena belum ada kewenangan harga pasar (Dinas
Pelayana Pajak).
11. Alokasi anggaran untuk kegiatan penyelenggaraan pengawasan tidak memadai dengan melihat
beban tugas Inspektorat yang semakin bertambah (Inspektorat).
12. Keterbatasan SDM Auditor terutama yang memiliki latarbelakang pendidikan akuntansi, farmasi,
dan teknik sipil (Inspektorat).
13. Sarana gedung kantor belum ada, pada saat ini masih menggunakan gedung kantor milik
pemerintah pusat (Inspektorat).
14. Dalam pelaksanaan rapat kerja dengan SKPD terkait, masih ada beberapa SKPD yang
kehadirannya diwakilkan sehingga pengambilan keputusan tidak bisa dilaksanakan secara tepat
waktu (Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).
15. Implementasi kelembagaan ketiga sub bagian di Bagian Pembangunan dan SDAbelum optimal
dikarenakan antar sub bagian belum menjadi siklus kelembagaan yang terintegrasi (Bagian
Pembangunan dan SDA Sekretariat Daerah).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 125
16. Sub BagianAdministrasi Pengendalian Program melaksanakan tupoksi administrasi program dan
kegiatan, serta sebagian implementasi Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa (PBJ) Pemerintah. Sedangkan, dua sub bagian lainnya yaitu Sub Bag Bina Sarana
dan Prasarana serta Sub Bagian Bina Sumber Daya Alam berdasarkan tupoksi membantu
pimpinan dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana serta
sumber daya alam. Hal inilah menurut pemahaman kami yang menjadi bertolak belakang karena
antar Sub Bagian tidak menjadi alur pekerjaan yang berhubungan (Bagian Pembangunan dan
SDA Sekretariat Daerah).
17. Dalam pengukuran tingkat kepuasan masyarakat dalam hal ini Kecamatan Andir belum optimal
karena masih dilakukan dengan sistem manual (Kecamatan Andir).
18. Penelaahan penyelenggaraan SAKIP masih dilakukan secara ringkas (Kecamatan Andir).
19. Pengesahan APBD Kota Bandung yang terlambat (Kecamatan Antapani, Kecamatan
Astanaanyar, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Bojongloa
Kaler, Kecamatan Coblong, Kecamatan Regol).
20. Secara kuantitas jumlah aparatur di kelurahan masih kurang (Kecamatan Antapani).
21. Adanya kekosongan jabatan yaitu Lurah Antapani Wetan dan Kasi Kemasyarakatan Kelurahan
Antapani Kulon (Kecamatan Antapani).
22. Masih ada kelurahan yang belum memiliki kantor tetap, sampai saat ini masih mengontrak
(Kecamatan Antapani).
23. Terlambatnya pengesahan anggaran/DPA(Kecamatan Arcamanik dan Kecamatan Cibeunying
Kaler), serta masih belum pahamnya lurah selaku KPA dimana lurah belum aktif dalam
melakukan proses pengelolaan keuangan yang menjadi tanggungjawabnya (Kecamatan
Arcamanik).
24. Kurangnya kualitas dan kuantitas aparatur kecamatan (Kecamatan Bandung Kidul).
25. Kecenderungan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap program-program
pemerintah (Kecamatan Bandung Kidul).
26. Masih kurangnya fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada di pemukiman penduduk
(Kecamatan Bandung Kidul).
27. Masih adanya penduduk yang termasuk dalam keluarga pra sejahtera (alasan ekonomi)
(Kecamatan Bandung Kidul).
28. Masih adanya daerah yang rawan banjir, khususnya di daerah sempadan sungai (Kecamatan
Bandung Kidul).
29. Masih rendahnya kesadaran penduduk dalam pengelolaan lingkungan hidup, khususnya dalam
penggunaan dan pemanfaatan lahan milik pemerintah, sungai, dan pohon (Kecamatan Bandung
Kidul).
30. Masih kurangnya prasarana dan sarana pengelolaan K-3 di lingkungan pemukiman penduduk
(Kecamatan Bandung Kidul).
31. Pemerintahan (pelayanan publik):
a. Kualitas pelayanan publik, baik dalam pelayanan dasar masyarakat maupun perijinan,
perlu ditingkatkan.
b. Integritas dan profesionalitas aparatur pemerintah daerah masih perlu ditingkatkan.
c. Daya dukung infrastruktur pelayanan publik perlu ditingkatkan (Kecamatan Bandung
Wetan).
32. Pembangunan/penataan prasarana permukiman dan lingkungan hidup perlu ditingkatkan,
diantaranya:
a. Kualitas infrastruktur;
b. Kualitas lingkungan hidup;
c. Sampah;
2 - 126 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
d. Rutilahu;
e. Sungai Cikapundung dan Cikapayang;
f. Banjir cileuncang (Kecamatan Bandung Wetan).
33. Kualitas kemasyarakatanperlu ditingkatkan, diantaranya:
a. Kualitas pendidikan;
b. Kualitas kesehatan;
c. Fasilitasi keluarga tidak mampu;
d. Peran lembaga masyarakat;
e. Peran organisasi keagamaan (Kecamatan Bandung Wetan).
34. Kualitas ketentraman dan ketertibanperlu ditingkatkan, diantaranya:
a. Penanganan PKL;
b. Pencegahan curanmor;
c. Pengendalian narkoba dan miras (Kecamatan Bandung Wetan).
35. Jumlah aparatur kecamatan dan kelurahan khususnya untuk jabatan fungsional umum
(pelaksana) masih sangat kurang (Kecamatan Bojongloa Kidul).
36. Belum adanya petunjuk operasional untukbeberapa bidang pelimpahan kewenangan dari
walikota kepada camat dan lurah (Kecamatan Bojongloa Kidul).
37. Masih terlambatnya penetapan anggaran perubahan 2015 (Kecamatan Bojongloa Kidul).
38. Kekurangan SDM untuk penempatan di kelurahan (Kecamatan Buahbatu).
39. Kurangnya jumlah personil yang ada di Kecamatan Cibeunying Kidul, yaitu sebanyak 61 orang,
sedangkan idealnya berjumlah 100 orang (Kecamatan Cibeunying Kidul).
40. Pengurusan izin bangunan belum melibatkan unsur kelurahan dan kecamatan (Kecamatan
Cibeunying Kidul).
41. Masih terdapatnya sengketa kepemilikan tanah yang belum terselesaikan (Kecamatan
Cibeunying Kidul).
42. Tanah TNI/PPI yang dikuasai masyarakat sampai dengan saat ini belum tuntas (Kecamatan
Cibeunying Kidul).
43. Kualitas ketenteraman dan ketertiban tingkat kecamatan dan kelurahan:
a. Belum adanya pelaksana/personil Satpol PP dalam membantu pelaksanaan tugas
dibidang ketenteraman dan ketertiban.
b. Personil di tingkat kelurahan yang melaksanakan tugas pokok ketenteraman dan
ketertiban masih disatukan dengan Seksi Pemerintahan Kelurahan.
c. Ketersediaan dana yang masih terbatas.
d. Kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan K-3 masih rendah dan bahaya kebakaran
(Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Rancasari).
44. Perekonomian, infrastruktur,dan lingkungan hidup
a. Usulan daftar prioritas untuk Musrenbang Tingkat Kota Bandung tidak lengkap dan
mengalami kesulitan untuk dianalisis.
b. Keterbatasan jumlah tenaga gorong-gorong ditingkat kecamatan dalam membersihkan
saluran gorong-gorong dan drainase.
c. Kesadaran masyarakat tentang upaya pengelolaan sampah masih kurang (Kecamatan
Cicendodan Kecamatan Rancasari).
45. Kepegawaian
a. Masih kosongnya jabatan struktural yang ada ditingkat kelurahan sehingga pelaksanaan
tupoksinya tidak sesuai semestinya (Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Rancasari).
b. Kekurangan SDM untuk menangani hal yang sifatnya teknis
i. Keuangan yang memahami SAP berbasis akrual.
ii. Tenaga IT (Kecamatan Cicendo).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 127
46. SDM di tiap kelurahan kurang memadai (Kecamatan Cidadap).
47. Pelaporan data penduduk dari RT/RW sering mengalami keterlambatan (Kecamatan Cidadap).
48. Tenaga yang menangani kurang memahami pentingnya registrasi kependudukan (Kecamatan
Cidadap).
49. Terbatasnya SDM yang memiliki sertifikat PPBJ (Kecamatan Cinambo).
50. Masih ada SDM yang belum memahami teknis pengelolaan keuangan sesuai juklak dan juknis
yang berlaku (Kecamatan Cinambo).
51. Kualitas ketenteraman dan ketertiban tingkat kecamatan dan kelurahan
a. Belum adanya pelaksanaan pengarahan dalam membantu ketentraman dan ketertiban.
b. Personil di tingkat kelurahan yang melaksanakan tugas pokok ketertiban masih
disatukan dengan seksi pemerintahan kelurahan.
c. Tersedianya dana yang masih terbatas.
d. Kurangnya tenaga ketertiban K-3 di kecamatan dan kelurahan.
e. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan masih rendah dan tingkat
kesadaran terhadap kebakaran masih rendah (Kecamatan Gedebage).
52. Perekonomian, infrastruktur, dan lingkungan hidup
a. Usulan daftar prioritas untuk Musrenbang Tingkat Kota Bandung perlu dilakukan analisis
disesuaikan dengan Program Walikota kedepannya.
b. Kurangnya kesadaran masyarakat akan tertib K-3 dan fungsinya tanaman hijau sebagai
fungsi pelindung.
c. Belum optimalnya pengelolaan sampah basah/kering dan 3R (Kecamatan Gedebage).
53. Kepegawaian:
a. Masih kurangnya aparatur di kelurahan dalam bidang akuntansi dan IT.
b. Masih kurangnya pemahaman aparatur terhadap tupoksi pekerjaan serta perlunya
pelatihan kepada pejabat struktural di tingkat kecamatan dan kelurahan (Kecamatan
Gedebage).
54. Masih terbatasnya kewenangan kewilayahan dalam penanganan permasalahan di masyarakat
terutama ketenteraman dan ketertiban (Kecamatan Kiaracondong).
55. Masih kurangnya kuantitas aparatur staf/pelaksana (Kecamatan Kiaracondong).
56. Masih rendahnya kualitas sumber daya aparatur kelurahan dan kecamatan, masih kurangnya
kuantitas aparaturkelurahan dan kecamatan, serta masih kurangnya tenaga ahli dalam bidang IT
dan keuangan/akuntansi (Kecamatan Lengkong).
57. Belum adanya aparatur yang memiliki sertifikat PPBJ (Kecamatan Mandalajati).
58. Masih kurangnya kuantitas aparatur di kelurahan (Kecamatan Panyileukan, Kecamatan Regol).
59. Masih belum memadainya gedung kantor kelurahan (Kecamatan Panyileukan, ).
60. Kurangnya aparatur kelurahan diantaranya kasi ekbang dan personil tenaga operator pengelola
keuangan (Kecamatan Sukajadi).
61. Terbatasnya aparaturkecamatan serta adanya beberapa kekosongan jabatan karena mutasi dan
meninggal dunia (Kecamatan Sukasari).
62. Penyerapan anggaran masih bertumpuk pada akhir triwulan (Kecamatan Sumur Bandung).
63. Kurang optimalnya perencanaan pelaksanaan kegiatan sehingga mempersulit penyerapan
anggaran (Kecamatan Sumur Bandung).
2 - 128 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2.3.21 PERMASALAHAN URUSAN KETAHANAN PANGAN
Pada tahun 2015, urusan Ketahanan Pangan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp1.700.000.000,00
dengan realisasi sebesar Rp1.673.760.950,00 atau 98,46%.Program dan kegiatan pada Urusan
Ketahanan Pangan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Adapun Permasalahan
pada urusan ketahanan pangan adalah:
1. Belum optimalnya implementasi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) lokal
yang diharapkan dapat mengurangi konsumsi beras, serta belum tersedianya bahan pangan
pokok pengganti beras (umbi-umbian) sebagai pengganti karbohidrat lainya (Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan).
2. Program/kegiatan ketahanan pangan menyangkut berbagai kepentingan mulai dari ketersediaan,
distribusi, dan konsumsi yang dalam pelaksanaannya melibatkan bidang dan SKPD terkait,
sehingga untuk mencapai target ketahanan pangan tidak bisa terlepas dari kontribusi data dari
bidang dan SKPD terkait (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan).
3. Belum optimalnya masyarakat menerima sosialisasi tentang keamanan pangan (Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan).
2.3.22 PERMASALAHAN URUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
Pada tahun 2015, urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp225.202.346.808,98 dengan realisasi sebesar Rp212.808.890.478,00 atau 94,50%.Program dan
kegiatan pada Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dilaksanakan oleh:1) Badan Kesatuan
Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat; dan 2) 30 Kecamatan. Adapun Permasalahan pada urusan
pemberdayaan masyarakat dan desa:
1. Belum optimalnya kegiatan pada lingkup penguatan kelembagaan dan pengembangan
partisipasi masyarakat:
a. Data profil kelurahan.
b. Penguatan kelembagaan masyarakat.
c. Pelatihan masyarakat.
d. Pengembangan manajemen pembangunan partisipatif (Badan Kesatuan Bangsa dan
Pemberdayaan Masyarakat).
2. Belum optimalnya kegiatan pada lingkup pengembangan sosial budaya masyarakat yaitugotong
royong masyarakat (Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat).
3. Belum optimalnya kegiatan pada lingkup pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat:
a. Penguatan kelembagaan masyarakat usaha ekonomi masyarakat kelurahan.
b. Pelatihan masyarakat.
c. Monitoring, evaluasi, dan inventarisasi (Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan
Masyarakat).
4. Belum optimalnya kegiatan pada lingkup pemasyarakatan dan pemanfaatan teknologi tepat guna
(TTG) yaitu dalampemasyarakatan dan pemanfaatan TTG (Badan Kesatuan Bangsa dan
Pemberdayaan Masyarakat).
5. Kurangnya kapasitas SDM pelaku pemberdayaan masyarakat (Badan Kesatuan Bangsa dan
Pemberdayaan Masyarakat).
6. Kurangnya sarana prasarana penunjang pelaksanaan program/kegiatan pemberdayaan
masyarakat (Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat).
7. Tiga hal pokok yang dihadapi Pemerintah Kota Bandung dalam penanggulangan kemiskinan:
a. Data kemiskinan:
i. Setiap SKPD memiliki data yang berbeda;
ii. Data bersifat dinamis.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 129
b. Tidak ada keterpaduan dalam penanganan kemiskinan antar SKPD, dan antara
pemerintah dengan dunia usaha.
c. Kebijakan yang diambil pemerintah pada umumnya hanya bersifat
bantuan/pengurangan beban bukan pada akar permasalahan kemiskinan (Badan
Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat).
8. Belum optimalnya kegiatan pemberdayaan masyarakat (Kecamatan Andir).
9. Sebagian besar masyarakat lokal dan pelaku pemberdayaan masyarakat masih terjebak dalam
konsep lama yaitu community development (pembangunan masyarakat) (Kecamatan Andir).
10. Sebagian masyarakat lokal masih lebih suka “menikmati” posisinya sebagai objek pembangunan
bukan sebagai subjek pembangunan (Kecamatan Andir).
11. Pengesahan APBD Kota Bandung yang terlambat (Kecamatan Antapani, Kecamatan
Astanaanyar, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Bojongloa
Kaler, Kecamatan Coblong, dan Kecamatan Regol).
12. Payung hukum petunjuk pelaksanaaan teknis kegiatan PIPPK yang berubah-ubah (Kecamatan
Antapani, (Kecamatan Astanaanyar, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon,
Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Panyileukan, dan Kecamatan Regol).
13. Keterlambatan regulasi berkenaan dengan pengadaan barang/jasa yang akan dikelola oleh
RW/masyarakat serta regulasi pelimpahan kewenangan masih belum sepenuhnya memayungi
seluruh kegiatan kewilayahan (Kecamatan Arcamanik).
14. Juklak dan juknis PIPPK masih belum jelas (Kecamatan Bojongloa Kidul).
15. Pengurus LKK masih beranggapan PIPPK sama dengan bantuan hibah (Kecamatan Bojongloa
Kidul).
16. Perwal yang mengatur tentang PIPPK terlambat serta regulasi pelimpahan kewenangan masih
belum sepenuhnya memayungi seluruh kegiatan kewilayahan (Kecamatan Cibeunying Kaler).
17. Masih adanya pemahaman bahwa bantuan 100 juta adalah dalam bentuk uang tunai
(Kecamatan Cibeunying Kidul).
18. Pemahaman mengenai alokasi dana PIPPK oleh RW belum begitu dipahami dan petunjuk
pelaksanaan/perwal ada yang tidak sesuai dengan dokumen perencanaan (Kecamatan
Cicendo).
19. Keterlambatan penetapan dan pengesahan Perda tentang PIPPK (Kecamatan Cidadap).
20. Masyarakat kurang memahami mekanisme penyelenggaraan pelaksanaan PIPPK (Kecamatan
Cidadap).
21. Keterbatasan tenaga penyedia pihak ketiga (Kecamatan Cidadap).
22. Terlambatnya pengesahan dan payung hukum PIPPK dan tidak/kurang jelasnya juklak dan
juknis peng-SPJ-an PIPPK (Kecamatan Cinambo).
23. Dasar hukum petunjuk pelaksanaaan teknis kegiatan PIPPK yang baru disahkan pada semester
2 (Kecamatan Coblong).
24. Nilai UP (uang persediaan) yang relatif kecil untuk membiayai kegiatan (Kecamatan Coblong).
25. Usulan PIPPK yang diajukan RW belum sesuai dengan standar harga, serta perlu arahan dan
pendampingan dari Bappeda dalam pengendalian progres capaian (Kecamatan Gedebage).
26. Adanya aturan Perda LKK yang tidak sesuai dengan aturan diatasnya (Kecamatan
Kiaracondong).
27. Terlambat disahkannya Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) sehingga menghambat
pelaksanaan kegiatan (Kecamatan Kiaracondong).
28. Kurangnya partisipasi masyarakat (Kecamatan Lengkong).
29. Masih banyaknya masalah sosial ekonomi dan budaya di kalangan masyarakat (Kecamatan
Lengkong).
30. Masih adanya masalah kemiskinan dan pengangguran (Kecamatan Lengkong).
2 - 130 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
31. Masih banyak masalah keamanan dan ketertiban (Kecamatan Lengkong).
32. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan serta pemanfaatan dan pengelolaan
sampah (Kecamatan Lengkong).
33. Terlambatnya pengesahan payung hukum PIPPK (Kecamatan Mandalajati).
34. Usulan PIPPK yang diajukan oleh RW masih banyak belum sesuai antara barang dan harga
(Kecamatan Rancasari).
35. Masih terdapat warga miskin yang bergantung pada Raskin(Kecamatan Sukasari).
36. Minimnya kuantitas SDM pelaksana di tingkat kewilayahan dibandingkan dengan tingginya beban
kerja PIPPK sehingga menghambat capaian kinerja (Kecamatan Sumur Bandung).
37. Adanya pemahaman yang tidak menyeluruh dari masyarakat tentang penyelenggaraan PIPPK
(Kecamatan Sumur Bandung).
38. Kurang matangnya perencanaan PIPPK tahun 2015 menyebabkan terlambatnya pelaksanaan
karena menunggu anggaran perubahan tahun 2015 (Kecamatan Sumur Bandung).
2.3.23 PERMASALAHAN URUSAN STATISTIK
Pada tahun 2015, urusan Statistik mendapat alokasi anggaran sebesar Rp3.249.990.000,00 dengan
realisasi sebesar Rp2.845.207.850,00 atau 87,55%. Program dan kegiatan pada Urusan Statistik
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Permasalahan pada urusan statisti:
1. Ketiadaan data indikator makro dari BPS pada tahun berjalanmenyebabkan pemutakhiran
pengukuran kinerja pembangunan tidak dapat dilakukan (Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah).
2. Adanya perubahan metode perhitungan pada IPM dan PDRB sehingga terjadi ketidakselarasan
data dengan tahun-tahun sebelumnya (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah).
2.3.24 PERMASALAHAN URUSAN KEARSIPAN
Pada tahun 2015, urusan Kearsipan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp3.093.378.222,00 dengan
realisasi sebesar Rp2.678.173.890,00 atau 86,58%. Program dan kegiatan pada Urusan Kearsipan
dilaksanakan oleh:1) Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah; 2) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu; 3)
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya; 4) Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; 5) Dinas
Pelayanan Pajak; 6) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; dan 7) Bagian Tata Usaha Sekretariat
Daerah. Adapun permasalahan pada urusan kearsipan :
1. Belum terselesaikannya pembangunan gedung arsip (lokasi: Jl. Caringin No. 103 Bandung)
(Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah).
2. Kurangnya sumber daya manusia pengelola arsip dan arsiparis baik di Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerahmaupun di unit SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung (Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dan Bagian Tata
Usaha Sekretariat Daerah).
3. Perlunya peningkatan wawasan aparatur dalam pengelolaan arsip (Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, dan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah).
4. Kurangnya sarana dan prasarana kearsipan (Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah).
5. Masih kurangnya sarana gedung penyimpanan arsip (Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil).
6. Belum tersedianya tempat penyimpanan arsip yang layak (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
dan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 131
7. Pengarsipan dokumen di Dinas Pelayanan Pajak diperlukan karena pelaporan pajak berupa
Daily Salary Report (DSR) berupa bon/nota pembayaran manual atau hasil cash register sebagai
bukti penyampaian pelaporan untuk ditetapkan pembayaran pajaknya memerlukan tempat
penyimpanan yang tertata dan tersusun dengan rapih sehingga akan mudah apabila ada
pemeriksaan internal maupun eksternal. Permasalahan yang dihadapi, meliputi:
a. Volume dokumen yang tidak dapat diprediksi;
b. Tempat penyimpanan arsip yang tidak memadai;
c. Kurangnya SDM yang memahami kearsipan (Dinas Pelayanan Pajak).
8. Belum tersedianya tempat penyimpanan yang memadai (gudang arsip) (Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah).
2.3.25 PERMASALAHAN URUSAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Pada tahun 2015, urusan Komunikasi dan Informatika mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp42.788.818.540,00 dengan realisasi sebesar Rp37.346.820.350,00 atau 87,28%. Program dan
kegiatan pada Urusan Komunikasi dan Informatika dilaksanakan oleh:1) Dinas Komunikasi dan
Informatika; 2) Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah; dan 3) Bagian Umum dan Perlengkapan
Sekretariat Daerah. Adapun Permasalahan pada urusan komunikasi dan informatika adalah :
1. Masih rendahnya pemahaman SDM di SKPD mengenai format data penunjang open data (.csv)
(Dinas Komunikasi dan Informatika).
2. Kondisi jaringan infrastruktur SKPD untuk mendukung smart government belum optimal karena
kurangnya pemahaman aparatur SKPD dalam menangani permasalahan teknis jaringan TI
(Dinas Komunikasi dan Informatika).
3. Masyarakat belum dapat mengoptimalkan keberadaan websitePejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) dan open data Kota Bandung (Dinas Komunikasi dan Informatika).
4. Belum adanya tata kelola mengenai infrastruktur untuk mendukung pekerjaan ducting bersama
dan Micro Cell Pole (MCP). Pekerjaan ducting dan MCP akan menurunkan kabel-kabel fiber optic
udara (Dinas Komunikasi dan Informatika).
5. SDM yang memiliki wawasan tentang persandian masih kurang memadai (Bagian Tata Usaha
Sekretariat Daerah).
6. Belum adanya tempat penyimpanan alat-alat studio dan komunikasi (Bagian Tata Usaha
Sekretariat Daerah).
7. Belum adanya sandiman (Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah).
2.3.26 PERMASALAHAN URUSAN PERPUSTAKAAN
Pada tahun 2015, urusan Perpustakaan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp2.411.815.707,00 dengan
realisasi sebesar Rp2.016.403.600,00 atau 83,61%.Program dan kegiatan pada Urusan Perpustakaan
dilaksanakan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah. permasalahan pada urusan perpustakaan:
1. Rendahnya minat baca masyarakat (Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah).
2. Masih kurangnya SDM pengelola perpustakaan dan pustakawan baik di Kantor Pusarda maupun
di perpustakaan kelurahan dan kecamatan di lingkungan Pemerintah Kota Bandung (Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah).
3. Kurangnya sarana dan prasarana perpustakaan baik di Kantor Pusarda maupun di perpustakaan
wilayah (Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah).
4. Belum optimalnya pertumbuhan perpustakaan kelurahan (Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah).
5. Keanekaragaman koleksi bahan pustaka masih terbatas sehingga belum dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat (Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah)
2 - 132 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
2.3.27 PERMASALAHAN URUSAN URUSAN PERTANIAN
Pada Tahun 2015, urusan Pertanian mendapat alokasi anggaran sebesar Rp20.995.691.000,00 dengan
realisasi sebesar Rp16.654.011.490,00 atau 79,32%. Program dan kegiatan pada Urusan Pertanian
dilaksanakan oleh: 1) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan; dan 2) Dinas Pemakaman dan
Pertamanan. Adapun permasalahan pada urusan pertanian adalah:
1. Semakin sempitnya lahan pertanian sebagai akibat alih fungsi lahan (Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan).
2. Kota Bandung merupakan pusat pemasaran ternak terbesar di Jawa Barat, sehingga resiko
masuknya penyakit zoonosa (penyakit yang menular dari ternak ke manusia) dari daerah asal
ternak ke Kota Bandung relatif tinggi (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan).
3. Masih rendahnya pengetahuan dan sikap pelaku usaha dibidang pertanian serta masyarakat
tentang bahaya penggunaan bahan kimia berbahaya dan produk pertanian yang tidak memenuhi
persyaratan keamanan mutu pangan (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan).
4. Limbah padat RPH babi berupa jerahan dan feces tidak bisa dibuang langsung ke luar RPH
(Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan).
2.3.28 PERMASALAHAN URUSAN URUSAN PARIWISATA
Urusan Pariwisata mendapat alokasi anggaran sebesar Rp21.964.462.837,00 dengan realisasi sebesar
Rp18.139.212.654,00 atau 82,58%. Program dan kegiatan pada Urusan Pariwisata dilaksanakan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Adapun permasalahan pada urusan Pariwisata adalah:
1. Belum maksimalnya peningkatan infrastruktur dalam mengurangi kemacetan lalu lintas di Kota
Bandung (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata).
2.3.29 PERMASALAHAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pada tahun 2015, Urusan Kelautan dan Perikanan mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp2.350.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp2.291.912.250,00 atau 97,53%.Program dan kegiatan
pada Urusan Kelautan dan Perikanan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Adapun permasalahan pada urusan kelautan dan perikanan adalah:
1. Semakin sempitnya lahan untuk budidaya perikanan sebagai akibat alih fungsi lahan di Kota
Bandung (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan).
2. Masih rendahnya pengetahuan dan sikap pelaku usaha dan masyarakat tentang bahaya
penggunaan bahan kimia berbahaya dan produk perikanan yang tidak memenuhi persyaratan
keamanan mutu pangan (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan).
2.3.30 PERMASALAHAN URUSAN PERDAGANGAN
Urusan Perdagangan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp14.588.100.696,00 dengan realisasi
sebesar Rp5.760.841.946,00 atau 39,49%.Program dan kegiatan pada Urusan Perdagangan
dilaksanakan oleh:1) Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan; dan 2)
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya. Adapun permasalahan pada urusan perdagangan adalah :
1. Kelangkaan dan kenaikan harga gas 3 kg (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan).
2. Kenaikan harga kebutuhan bahan pokok masyarakat (beras, gula pasir, minyak goreng, telur
ayam negeri, daging ayam dan daging sapi) (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan).
3. Terbatasnya peningkatan akses pasar ekspor, fasilitasi perdagangan luar negeri dan informasi
peluang pasar komoditi ekspor (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian
Perdagangan).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 2 2 - 133
4. Terbatasnya kemampuan calon eksportir Kota Bandung dalam mengembangkan produk yang
berdaya saing (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan).
5. Terbatasnya informasi distribusi barang impor di Kota Bandung (Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Perindustrian Perdagangan).
2.3.31 PERMASALAHAN PADA URUSAN PERINDUSTRIAN
Urusan Perindustrian mendapat alokasi anggaran sebesar Rp11.622.466.000,00 dengan realisasi
sebesar Rp8.200.080.228,00 atau 70,55%.Program dan kegiatan pada Urusan Perindustrian
dilaksanakan oleh:1) Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan; 2) Dinas
Tata Ruang dan Cipta Karya; dan 3) Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah. Adapun permasalahan
pada urusan perindustrian :
1. Belum adanya payung hukum tentangpengembangan ekonomi kreatif di Kota Bandung (Bagian
Perekonomian Sekretariat Daerah).
2. Belum optimalnya penjajakan kerjasama dengan kota/kabupaten terkait perluasan jejaring kota
kreatif di Indonesia (Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah).
3. Belum optimalnya sinkronisasi program kegiatan dengan SKPD terkait pengembangan kota
kreatif (Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah).
4. Kurangnya kreatifitas dalam melakukan diversifikasi produk makanan dan minuman dengan
bahan baku lokal (Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan).
5. Kurangnya promosi untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saing produk (Dinas
Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan).
6. Kurangnya pengetahuan tentang akses permodalan bagi peningkatan usaha (Dinas Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan).
7. Kurangnya kemampuan dan kreatifitas dalam mendesain busana muslim yang up to date (Dinas
Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan).
8. Kurangnya kemampuan dan kreatifitas dalam mendesain produk dan kemasan produk (Dinas
Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan).
2.3.32 PERMASALAHAN URUSAN KETRANSMIGRASIAN
Pada tahun 2015, urusan Ketransmigrasian mendapat alokasi anggaran sebesar Rp479.971.250,00
dengan realisasi sebesar Rp429.861.460,00 atau 89,56%. Program dan kegiatan pada Urusan
Ketransmigrasian dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja. Adapun Permasalahan Urusan
Ketransmigrasian adalah :
1) Tidak konsistennya kuota penempatan transmigrasi oleh pemerintah pusat berdampak pada
tahun 2014 dan 2015 pemberangkatan transmigrasi tidak jadi dilaksanakan (Dinas Tenaga
Kerja).
2 - 134 BAB 2 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
BAB 3
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI
DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3-1
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,
2. Pertambangan dan Penggalian,
3. Industri Pengolahan,
4. Pengadaan Listrik dan Gas,
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang,
6. Konstruksi,
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor,
8. Transportasi dan Pergudangan
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum,
10. Informasi dan Komunikasi,
11. Jasa Keuangan dan Asuransi,
12. Real Estat,
13. Jasa Perusahaan,
14. Administrasi Pemerintahan; Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib,
15. Jasa Pendidikan,
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial,
17. Jasa lainnya.
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi
perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:
PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh
suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar,
begitu juga sebaliknya.
PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk
suatu wilayah
PDRB harga konstan (rill) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun
Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur perekonomian atau
peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategorikategori ekonomi yang mempunyai
peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah. PDRB harga berlaku menurut
pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan
diperdagangkan dengan pihak luar wilayah.
Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha ekonomi.
PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan
konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
PDRB dan PRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan PRB per satu
orang penduduk.
PDRB dan PRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
3-2 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Terjadi perubahan tahun dasar dalam menghitung Produk Domestik Regional Bruto karena selama
sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan lokal yang sangat
berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008,
penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA), perubahan sistem pencatatan
perdagangan internasional dan meluasnya jasa layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang
perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan
statistik nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke 2010.
PDRB tahun dasar 2010 mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang
dalam 2008 System of National Accounts (SNA 2008) melalui penyusunan kerangka Supply and Use
Tables (SUT).
SNA 2008 merupakan standar rekomendasi internasional tentang cara mengukur aktivitas ekonomi yang
sesuai dengan penghitungan konvensional berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Rekomendasi yang
dimaksud dinyatakan dalam sekumpulan konsep, definisi, klasifikasi, dan aturan neraca yang disepakati
secara internasional dalam mengukur item tertentu seperti PDRB. SNA dirancang untuk menyediakan
informasi tentang aktivitas pelaku ekonomi dalam hal produksi, konsumsi dan akumulasi harta dan dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan analisis, pengambilan keputusan, dan pembuatan kebijakan. Dengan
menggunakan Kerangka SNA, fenomena ekonomi dapat dengan lebih baik dijelaskan dan dipahami.
Sementara manfaat dengan adanya perubahan tahun dasar perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
adalah :
Menginformasikan perekonomian regional yang terkini seperti pergeseran struktur dan pertumbuhan
ekonomi;
Meningkatkan kualitas data PDRB;
Menjadikan data PDRB dapat diperbandingkan secara internasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan perubahan tahun dasar secara berkala sebanyak 5
(lima) kali yaitu pada tahun 1960, 1973, 1983, 1993, dan 2000. Tahun 2010 dipilih sebagai tahun
dasar baru menggantikan tahun dasar 2000 karena beberapa alasan berikut :
Perekonomian Indonesia tahun 2010 relatif stabil;
Telah terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir terutama dibidang
informasi dan teknologi serta transportasi yang berpengaruh terhadap pola distribusi dan munculnya
produk-produk baru;
Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar dilakukan setiap 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun
(SNA1993)
Adanya pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi, cakupan, sumber data dan metodologi sesuai
rekomendasi dalam SNA 2008;
Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDRB seperti data Sensus Penduduk 2010 (SP
2010) dan Indeks harga produsen (Producers Price Index /PPI);
Tersedianya kerangka kerja SUT yang menggambarkan keseimbangan aliran produksi dan
konsumsi (barang dan jasa) dan penciptaan pendapatan dari aktivitas produksi tersebut.
Klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 (2000=100) menggunakan Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010 (2010=100)
menggunakan KBLI 2009. Perbandingan keduanya pada tingkat paling agregat dapat dilihat pada tabel
berikut :
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3-3
Tabel 3.1
Perbandingan Sektor Usaha Tahun Dasar 2000 dan 2010
5. Konstruksi F. Kontruksi
9. Jasa-jasa O. Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan
Q. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
R. S. T. U. Jasa Lainnya
Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk memberikan gambaran mengenai tinjauan ekonomi
suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kota Bandung atas dasar harga
berlaku tahun 2010 mencapai 102,15 trilyun rupiah. Secara umum nilai PDRB atas dasar harga berlaku
Kota Bandung mengalami peningkatan setiap tahunnya. PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011
meningkat menjadi 115,20 trilyun rupiah dan menjadi 131,99 trilyun rupiah pada tahun 2012. Kemudian
pada tahun 2013 PDRB Kota Bandung mencapai 151,77 trilyun rupiah dan meningkat sebesar 13,74
persen menjadi 172,93 trilyun rupiah pada tahun 2014.
3-4 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Jika dihitung atas dasar harga konstan tahun dasar 2010, pada tahun 2011 PDRB Kota Bandung
meningkat menjadi 110,23 trilyun rupiah. Kemudian pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi 119,63
trilyun rupiah. Tahun 2013 PDRB atas dasar harga konstan mencapai 128,99 trilyun rupiah atau
meningkat sebesar 7,82 persen. Kemudian pada tahun 2014 mencapai 138,91 trilyun rupiah atau
meningkat sebesar 7,69 persen dibandingkan tahun 2013. Secara nominal, sejak tahun 2010 baik PDRB
yang dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan mengalami peningkatan.
Grafik 3.1
PDRB Menurut Lapangan Usaha
Kota Bandung Tahun 2010 – 2014 (Trilyun Rupiah)
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3-5
sebesar 29,17 persen terhadap total PDRB Kota Bandung. Kemudian pada tahun 2011 kategori ini
memberikan peranan sebesar 28,82 persen, melambat sebesar 0,35 persen dibandingkan 2010. Pada
tahun 2012 peranan kategori ini kembali melambat menjadi 28,39 persen atau melambat sebesar 0,43
persen dibandingkan 2011. Kemudian pada tahun 2013, kategori perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor mengalami peningkatan peranan sebesar 0,06 persen dibandingkan
2012 mencapai 28,45 persen dan kembali melambat cukup tinggi sebesar 0,66 persen dari tahun 2013
menjadi 27,79 persen pada tahun 2014.
Peranan lapangan usaha kategori industri pengolahan pada tahun 2010 mencapai 25,42 persen terhadap
total PDRB Kota Bandung. Peranannya cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2011 peranan lapangan usaha kategori industri pengolahan mencapai 24,44 persen, kemudian
menurun menjadi 23,17 persen pada tahun 2012. Pada tahun 2013 dan 2014 peranan lapangan usaha
kategori industri pengolahan kembali menurun menjadi 21,83 persen dan 21,49 persen.
Tabel 3.2
Kontribusi sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha
Kota Bandung 2010 – 2014 (Persen)
Katagori 2010 2011 2012 2013* 2014*
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
Pertanian, Kehutanan, dan
A 0,16 0,15 0,15 0,14 0,14
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian - - - - -
C Industri Pengolahan 25,42 24,44 24,44 21,83 21,83
D Pengadaan Listrik dan gas 0,12 0,10 0,10 0,08 0,08
Pengadaan Air, Pengolahan
E Sampah, Limbah dan Daur 0,20 0,20 0,20 0,19 0,19
Ulang
F Konstruksi 8,02 8,43 8,95 9,00 9,00
Perdagangan Besar dan
G Eceran, Reparasi Mobil dan 29,17 28,82 28,39 28,45 27,79
Sepeda Motor
H Trasportasi dan Pergudangan 6,55 6,75 7,65 8,52 9,25
Penyediaan Akomodasi dn
I 4,52 4,44 4,41 4,47 4,63
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 7,84 8,68 8,79 8,97 9,05
K Jasa Keuangan dan Asuransi 5,41 5,38 5,48 5,72 5,80
L Real Estate 1,41 1,38 1,32 1,29 1,24
M,N Jasa Perusahaan 0,68 0,73 0,75 0,76 0,77
Admiistrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan Sosial 3,80 3,57 3,40 3,15 0,97
Wajib
P Jasa Pendidikan 2,96 3,06 3,26 3,22 3,22
Jasa kesehatan dan Kegiatan
Q 0,85 0,90 0,90 0,94 1,00
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 2,89 3,01 3,11 3,26 3,37
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
BRUTO
Sumber BPS Kota Bandung 2015
3-6 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Peranan lapangan usaha konstruksi dari tahun 2010 hingga 2014 memperlihatkan peningkatan setiap
tahunnya. Pada tahun 2010 peranan lapangan usaha kategori konstruksi mencapai 8,02 persen terhadap
PDRB Kota Bandung, kemudian meningkat menjadi 8,43 persen pada tahun 2011 dan 8,95 persen pada
tahun 2012. Tahun 2013 peranan kategori konstruksi kembali meningkat menjadi 9,00 persen. Pada tahun
2014 peranan kategori konstruksi masih sama dengan tahun 2013, yaitu sebesar 9,00 persen terhadap
total PDRB Kota Bandung.
Lapangan usaha kategori informasi dan komunikasi merupakan lapangan usaha yang memberikan
peranan terbesar keempat dalam pembentukan PDRB Kota Bandung. Pada tahun 2010 peranannya
mencapai 7,84 persen, dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011
peranan kategori informasi dan komunikasi meningkat 0,84 persen dari tahun 2010 menjadi 8,68 persen
dan 8,79 persen pada tahun 2012. Pada tahun 2013 dan 2014 peranan kategori informasi dan komunikasi
kembali meningkat menjadi 8,97 persen dan 9,05 persen.
Lapangan usaha kategori transportasi dan pergudangan memberikan peranan yang cukup besar dalam
struktur perekonomian Kota Bandung, yaitu mencapai 6,55 persen pada tahun 2010. Peranannya
cenderung meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2014 peranannya mencapai 9,25 persen
menjadikannya berada pada peringkat ketiga dalam persentase peranan dalam PDRB Kota Bandung
2014, menggeser peranan kategori konstruksi yang turun menjadi posisi kelima pada tahun 2014.
Lapangan usaha kategori jasa keuangan dan asuransi pada tahun 2010 berperan sebesar 5,41 persen
terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung. Besarnya peranan kategori jasa keuangan dan asuransi
berada pada peringkat keenam, dan setiap tahunnya memberikan peranan yang meningkat, walau
sempat menurun pada tahun 2011. Tahun 2011 peranannya turun menjadi 5,38 persen, kemudian
meningkat pada tahun-tahun berikutnya, yaitu 5,48 persen pada tahun 2012, kemudian 5,72 persen pada
tahun 2013 dan 5,80 persen pada tahun 2014.
Lapangan usaha kategori penyediaan akomodasi dan makan minum memperlihatkan peranan yang
berfluktuasi dari tahun 2010 hingga 2014. Pada tahun 2010 peranannya mencapai 4,52 persen, kemudian
menurun menjadi 4,44 persen pada tahun 2011 dan kembali menurun menjadi 4,41 persen pada tahun
2012. Pada tahun 2013 dan 2014 peranan lapangan usaha kategori penyediaan akomodasi dan makan
minum menunjukkan peningkatan, yaitu menjadi 4,47 persen pada tahun 2013 dan 4,63 persen pada
tahun 2014.
Kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib pada tahun 2010 memberikan
peranan sebesar 3,80 persen terhadap PDRB Kota Bandung. Peranan kategori ini setiap tahunnya
menunjukkan penurunan. Tahun 2011 peranan kategori ini turun menjadi 3,57 persen, kemudian turun
menjadi 3,40 persen di tahun 2012. Pada tahun 2013 peranannya kembali menurun menjadi 3,15 persen
dan tahun 2014 menjadi 2,97 persen.
Jasa pendidikan merupakan salah satu lapangan usaha yang memperlihatkan fluktuasi peranan dari
tahun 2010 hingga 2014. Pada tahun 2010 peranan lapangan usaha kategori jasa pendidikan mencapai
2,96 persen. Kemudian pada tahun 2011 dan 2012 meningkat menjadi 3,06 persen dan 3,26 persen.
Adapun pada tahun 2013 dan 2014 peranannya menurun menjadi 3,22 persen baik tahun 2013 maupun
2014.
Lapangan usaha jasa lainnya tahun 2010 memberikan peranan sebesar 2,89 persen terhadap PDRB Kota
Bandung. Kecenderungannya menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 meningkat
menjadi 3,01 persen dan 3,11 persen pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi
3,26 persen dan 3,37 persen pada tahun 2014.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3-7
Lapangan usaha kategori real estate di Kota Bandung memberikan peranan sebesar 1,41 persen pada
tahun 2010. Peranannya cenderung terus menurun hingga 2014. Tahun 2011 peranannya turun menjadi
1,38 persen dan 1,32 persen pada tahun 2012. Tahun 2013 peranannya kembali turun menjadi 1,29
persen dan 1,24 persen di tahun 2014.
Lapangan usaha kategori kesehatan dan kegiatan sosial memperlihatkan peranan yang meningkat setiap
tahunnya. Tahun 2010 peranan kategori ini mencapai 0,85 persen kemudian meningkat menjadi 0,87
persen tahun 2011. Tahun 2012 meningkat menjadi 0,90 persen, kemudian 0,94 persen di tahun 2013
dan meningkat menjadi 1,00 persen pada tahun 2014.
Jasa perusahaan merupakan salah satu kategori lapangan usaha yang peranannya meningkat setiap
tahunnya. Tahun 2010 peranan jasa perusahaan mencapai 0,68 persen, kemudian meningkat menjadi
0,73 persen pada tahun 2011 dan 0,75 persen pada tahun 2012. Tahun 2013 peranannya kembali
meningkat menjadi 0,76 persen dan 0,77 persen di tahun 2014.
Lapangan usaha kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang merupakan
kategori lapangan usaha yang peranannya relatif tidak banyak berubah setiap tahunnya. Pada tahun 2010
hingga 2012 kategori ini berperan sebesar 0,20 persen terhadap PDRB Kota Bandung. Kemudian tahun
2013 dan 2014 peranannya turun menjadi 0,19 persen.
Peranan lapangan usaha kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan pada tahun 2010 mencapai 0,16
persen terhadap total PDRB Kota Bandung. Peranan lapangan usaha kategori pertanian, kehutanan, dan
perikanan cenderung mengalami
penurunan pada tahun 2011 hingga 2014. Pada tahun 2014 peranan kategori ini hanya sebesar 0,14
persen. Semakin terbatasnya lahan pertanian di Kota Bandung dan beralihnya Kota Bandung menjadi
kota jasa, merupakan diantara penyebab masyarakat yang bekerja pada lapangan usaha kategori
pertanian, kehutanan, dan perikanan semakin sedikit.
Lapangan usaha kategori pengadaan listrik dan gas merupakan kategori yang memberikan peranan
terkecil dalam perekonomian Kota Bandung. Pada tahun 2010 peranan kategori ini mencapai 0,12 persen
dan pada tahun berikutnya peranannya cenderung menurun. Pada tahun 2011 dan 2012 mencapai 0,10
persen, kemudian pada tahun 2013 hingga 2014 peranan katgeori ini mencapai 0,08 persen.
Walaupun sejak tahun 2000 peranan lapangan usaha kategori industri pengolahan dan kategori
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mengalami penurunan, namun kedua
lapangan usaha ini masih merupakan kategori lapangan usaha yang mendominasi dalam membentuk
struktur perekonomian Kota Bandung.
Tapi secara umum menunjukkan bahwa sebesar 27,79 persen struktur ekonomi Kota Bandung tahun
2014 dibentuk oleh lapangan usaha kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor. Kemudian sebesar 21,49 persen dibentuk oleh lapangan usaha kategori industri pengolahan.
Struktur ekonomi Kota Bandung dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
3-8 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Grafik 3.2
Struktur Ekonomi Kota Bandung Tahun 2014
Lapangan usaha kategori transportasi dan pergudangan memberikan peranan sebesar 9,25 persen dalam
struktur ekonomi Kota Bandung tahun 2014. Kemudian lapangan usaha kategori informasi dan
komunikasi berperan sebesar 9,05 persen, serta lapangan usaha konstruksi berperan sebesar 9,00
persen dalam struktur ekonomi Kota Bandung tahun 2014. Lapangan usaha kategori pertanian,
kehutanan dan perikanan, kategori pengadaan listrik dan gas, kategori pengadaan air, pengeloaan
sampah, limbah dan daur ulang, dalam struktur perekonomian Kota Bandung tahun 2014 hanya
memberikan peranan sebesar 0,41 persen. Adapun sebesar 44,49 persen struktur ekonomi Kota Bandung
dibentuk oleh lapangan usaha kategori lainnya.
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung
Perekonomian Kota Bandung pada tahun 2014 mampu tumbuh sebesar 7,69 persen, melambat sebesar
0,13 persen dibandingkan tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung dari tahun 2011 hingga 2014
memperlihatkan adanya fluktuasi. Tahun 2011 perekonomian Kota Bandung yang dihitung berdasarkan
tahun dasar 2010 mampu tumbuh 7,91 persen. Kemudian pada tahun 2012 perekonomian Kota Bandung
tumbuh mencapai 8,53 persen atau meningkat 0,62 persen dari tahun 2011. Kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) akibat pengurangan subsidi yang dilakukan pemerintah di tahun 2013 memberikan dampak
pada melambatnya berbagai kategori lapangan usaha ekonomi di Kota Bandung, sehingga pada tahun
2013 secara rata-rata pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Tahun 2013 LPE Kota Bandung
melambat sebesar 0,71 persen dibandingkan tahun 2012 menjadi 7,83 persen. Kemudian pada tahun
2014 pertumbuhan ekonomi kembali melambat menjadi 7,69 persen.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3-9
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi
terjadi atau tidak. Namun pada intinya pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan suatu perkembangan
dari berbagai kegiatan ekonomi. Secara umum pertumbuhan ekonomi lapangan usaha yang dirinci
menurut kategori di Kota Bandung memperlihatkan fluktuasi dari tahun 2011, kecuali beberapa kategori
lapangan usaha yang menunjukkan pertumbuhan positif dan meningkat setiap tahunnya.
Grafik 3.3
LPE Kota Bandung Tahun 2011– 2014 (berdasarkan Tahun Dasar 2010)
Kategori lapangan usaha yang menunjukkan trend meningkat setiap tahunnya di Kota Bandung pada
tahun 2011 hingga 2014 adalah lapangan usaha kategori penyediaan akomodasi dan makan minum,
kategori jasa keuangan dan asuransi, kategori jasa perusahaan, kategori jasa kesehatan dan kegiatan
sosial, serta kategori jasa lainnya. Adapun lapangan usaha kategori lainnya menunjukkan fluktuasi.
Sementara berdasarkan kontribusi 17 kategori lapangan usaha dalam pertumbuhan ekonomi Kota selama
kurun waktu tahun 2011-2014 ada beberapa lapangan usaha yang mengalami percepatan pertumbuhan
dan ada lapangan usaha yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Hal ini diakibatkan oleh faktor
eksternal yang turut mempengaruhi pertumbuhan tiap kategori lapangan usaha tersebut. Faktor eksternal
tersebut diantaranya adalah : dinamika pertumbuhan ekonomi global dan nasional Indonesia dan
kebijakan ekonomi nasional yang dibuat oleh Pemerintah Pusat.
Sebagai gambaran kontribusi masing-masing kategori lapangan usaha yang terdiri dari 17 kateregori
lapangan usaha dapat dilihat pada tabel sebagai berikut di bawah ini :
3 - 10 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 3.3
Pertumbuhan Ekonomi 17 Kategori Lapangan Usaha 2011 - 2014
Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2014 adalah lapangan usaha kategori informasi dan
komunikasi, yaitu mencapai 14,74 persen. Kategori informasi dan komunikasi merupakan kategori
lapangan usaha dengan laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011, 2013, dan 2014.
Adapun pada tahun 2012 LPE tertinggi terjadi pada kategori transportasi dan komunikasi. Secara berturut-
turut capaian pertumbuhan ekonomi masing-masing kategori di Kota Bandung tahun 2014 dari yang
tertinggi adalah : Informasi dan komunikasi (14,74%), Jasa lainnya (11,62%), Penyediaan akomodasi dan
makan minum (11,05%), Jasa kesehatan dan kegiatan sosial (10,87%), Jasa perusahaan (10,56%),
Transportasi dan pergudangan (8,56%), Jasa keuangan dan asuransi (7,63%), Perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (7,62%), Jasa pendidikan (7,08%), Konstruksi (6,80%), Real
estate (5,77%), Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang (5,52%), Industri pengolahan
(4,71%), Pengadaan listrik dan gas (3,41%), Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial
wajib (0,94%), dan kategori pertanian, kehutanan dan perikanan (0,17%).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 11
Terdapat satu hal yang perlu disadari terkait dengan angka LPE. Tingginya LPE Kota Bandung
menunjukkan tingginya kinerja ekonomi dari lapangan usaha perekonomian yang ada di Kota Bandung,
yaitu terjadi peningkatan kinerja produksi dari berbagai kegiatan ekonomi yang ada. Namun ada kalanya
tingginya LPE ini tidak sejalan dengan tingginya tingkat daya beli masyarakat atau pendapatan
masyarakat. LPE dihitung berdasarkan perkembangan PDRB suatu wilayah, yaitu perkembangan dari
aktivitas ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Adapun daya beli masyarakat adalah tingkat kemampuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya, dan belum tentu mereka menikmati pertumbuhan
yang tinggi. Oleh karena itu upaya percepatan pertumbuhan saja tidak cukup, yang lebih penting adalah
bagaimana angka pertumbuhan tersebut bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Yang perlu
dicapai adalah adanya pemerataan pendapatan masyarakat sehingga pendapatan per kapita adalah riil
bisa dinikmati.
b. PDRB per Kapita
Indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan kemakmuran masyarakat secara makro adalah
pendapatan per kapita atau Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di
suatu wilayah berarti tingkat kesejahteraannya bertambah baik dan sebaliknya penurunan pendapatan per
kapita berarti tingkat kesejahteraannya semakin menurun. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor
produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan
transfer masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB per kapita. Asumsi ini
digunakan karena sulitnya mendapatkan data pendapatan yang masuk dan keluar.
Tabel 3.4
PDRB per Kapita Kota Bandung Tahun 2010-2014
ADH
ADH
Konstan
Berlaku Pertumbuhan Pertumbuhan
Tahun 2010
(Juta (%) (%)
(Juta
Rupiah)
Rupiah)
[1] [2] [3] [4] [5]
2010 42,35 42,35
2011 44,43 11,98 45,38 7,15
2012 53,99 13,85 48,94 7,84
2013* 61,73 14,34 52,47 7,21
2014** 69,87 13,18 56,22 7,16
Sumber BPS Kota Bandung 2015
PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk
akibat adanya aktivitas produksi. PDRB per kapita dihitung dengan cara PDRB dibagi jumlah penduduk
pertengahan tahun. Data jumlah penduduk yang dipakai dalam publikasi ini menggunakan angka proyeksi
penduduk pertengahan tahun 2010 – 2014.
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tahun 2010 mencapai 42,35 juta rupiah. Kemudian meningkat
sekitar 11,98 persen di tahun 2011 menjadi 47,43 juta rupiah per kapita setahun. Pada tahun 2012
kembali meningkat sekitar 13,85 persen menjadi 53,99 juta rupiah per kapita setahun dan tahun 2013
meningkat sebesar 14,34 persen menjadi 61,73 juta rupiah. Pada tahun 2014 PDRB per kapita meningkat
sebesar 13,18 persen menjadi 69,87 juta rupiah. Artinya dari jumlah nilai tambah bruto yang tercipta oleh
sektor ekonomi di Kota Bandung tahun 2014 jika dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun, rata-rata
perkapita memperoleh pendapatan sebesar 69,87 juta rupiah per tahun.
3 - 12 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Angka PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kapita tahun berjalan,
dimana masih terkandung faktor inflasi di dalamnya. Untuk mengetahui PDRB perkapita secara riil, biasa
digunakan PDRB perkapita atas dasar harga konstan. PDRB perkapita riil tahun 2010 atas dasar harga
konstan 2010 mencapai 42,35 juta rupiah dan meningkat sekitar 7,15 persen pada tahun 2011 menjadi
45,38 juta rupiah. PDRB per kapita tahun 2012 menjadi 48,94 juta rupiah atau mengalami peningkatan
sekitar 7,84 persen. Kemudian pada tahun 2013 secara riil PDRB per kapita mengalami peningkatan 7,21
persen menjadi 52,47 juta rupiah. Pada tahun 2014, PDRB per kapita riil meningkat sebesar 7,16 persen
menjadi 56,22 juta rupiah.
Sekali lagi, angka ini merupakan pendekatan bagi pendapatan perkapita masyarakat. PDRB per kapita ini
adalah pendekatan untuk menghitung pendapatan per kapita masyarakat dikarenakan sulitnya
memperoleh data pendapatan masyarakat. Menjadi penting mengetahui berapa perkembangan
pendapatan per kapita masyarakat, namun yang lebih penting adalah bagaimana pendapatan per kapita
tersebut merata dirasakan secara riil oleh seluruh lapisan masyarakat.
c. Perbandingan Regional Wilayah Bandung Raya
Dalam sistem perekonomian terbuka saat ini perekonomian Kota Bandung dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian wilayah luar Kota bandung. Demikian juga sebaliknya, perekonomian Kota Bandung sedikit
banyak memberikan pengaruh terhadap perekonomian wilayah sekitar Kota Bandung. Wilayah di luar
Kota Bandung yang memenuhi sebagian besar kebutuhan pangan di Kota Bandung adalah wilayah
sekitar Kota Bandung, seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang,
dan Kota Cimahi. Sebetulnya, keterkaitan industri antara Kota Bandung dengan wilayah sekitarnya tidak
hanya sebatas pemenuhan dan distribusi hasil produksi pangan saja, namun hampir terjadi di semua
sektor ekonomi, baik sektor barang maupun sektor jasa. Keterkaitan industri ini erat kaitannya dengan
potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh masing-masing
wilayah. Berikut ini disajikan gambaran mengenai potensi ekonomi wilayah Bandung Raya tahun 2010 –
2014 melalui gambaran struktur ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi, dan PDRB per kapita.
1. Struktur Ekonomi
PDRB Provinsi Jawa Barat (dengan migas) atas dasar harga berlaku tahun 2014 mencapai 1.385,96
trilyun rupiah. Adapun jika dihitung atas dasar harga konstan, PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2014
mencapai 1.148,95 trilyun rupiah. Wilayah Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi) memberikan sumbangan yang
cukup besar dalam pembentukan PDRB provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2014 wilayah Bandung Raya
berperan sebesar 23,27 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat.
Tabel 3.5
PDRB Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat termasuk Migas
Tahun 2010 – 2014 (Trilyun Rupiah)
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013* 2014**
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Bandung 102,15 115,20 131,99 151,77 172,63
Kabupaten Bandung 48,43 53,85 60,05 67,84 76,32
Kabupaten Sumedang 14,69 16,39 18,14 20,26 22,34
Kabupaten Bandung Barat 19,32 21,34 24,14 27,38 30,66
Kota Cimahi 13,57 14,93 16,50 18,39 20,57
Bandung Raya 198,17 221,71 250,82 285,64 322,52
Provinsi Jawa barat 906,69 1021,63 1128,25 1258,91 1385,96
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 13
Atas Dasar Harga Konstan
Kota Bandung 102,15 110,23 119,63 128,99 138,91
Kabupaten Bandung 48,43 51,25 54,47 57,68 61,07
Kabupaten Sumedang 14,69 15,39 16,40 17,19 18,00
Kabupaten Bandung Barat 19,32 20,42 21,65 22,94 24,25
Kota Cimahi 13,57 14,32 15,21 16,03 16,95
Bandung Raya 198,17 211,61 227,37 242,82 259,18
Provinsi Jawa barat 906,69 965,62 1.093,41 1.093,95 1.148,95
Sumber BPS Kota Bandung 2015
Di wilayah Bandung Raya, capaian PDRB tertinggi diraih oleh Kota Bandung, kemudian disusul oleh
Kabupaten Bandung. Pada tahun 2014 Kabupaten Bandung mencapai PDRB atas dasar harga berlaku
senilai 76,32 trilyun rupiah. Pada urutan ketiga adalah Kabupaten Bandung Barat dengan capaian PDRB
atas dasar harga berlaku senilai 30,66 trilyun rupiah. Adapun pada urutan keempat adalah Kabupaten
Sumedang dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2014 sebesar 22,34 trilyun rupiah dan
pada urutan terakhir di wilayah Bandung Raya adalah PDRB Kota Cimahi sebesar 20,57 trilyun rupiah.
Berdasarkan tabel tersebut di atas Kota Bandung menyumbang sebesar 53,52 persen pembentukan
PDRB wilayah Bandung Raya. Kemudian Kabupaten Bandung memberikan peranan sebesar 23,66
persen, Kabupaten Bandung Barat sebesar 9,51 persen, Kabupaten Sumedang sebesar 6,93 persen, dan
Kota Cimahi sebesar 6,38 persen.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan kinerja perekonomian seluruh aktivitas/kegiatan perekonomian di
wilayah. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tahun 2010 hingga 2014 lebih tinggi dari pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kota di wilayah Bandung Raya dan pertumbuhan ekonomi ratarata Provinsi Jawa
Barat. Pada tahun 2014 LPE rata-rata Provinsi Jawa Barat berada pada level 5,06 persen, mengalami
perlambatan dari LPE tahun 2013 yang mencapai 6,34 persen.
Tabel 3.6
LPE Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat
termasuk Migas Tahun 2011 – 2014 (Persen)
Pada tahun 2014 hampir seluruh kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya mengalami perlambatan
ekonomi, kecuali Kota Cimahi. Perlambatan ekonomi terjadi sebagai dampak dari melambatnya kinerja
beberapa sektor ekonomi potensi di wilayah masing-masing kabupaten/kota. Salah satu penyebab yang
memberikan dampak terberat bagi dunia usaha hingga melambatnya perekonomian wilayah adalah
adanya penghapusan subsidi BBM yang berdampak pada meningkatnya harga BBM. Peningkatan harga
BBM tidak hanya berpengaruh pada sektor pengangkutan saja, namun memberikan multiplier effect pada
sektor ekonomi lainnya.
3 - 14 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Jika rata-rata LPE Provinsi Jawa Barat dijadikan sebagai dasar analisis, maka sejak tahun 2010 Kota
Bandung berada pada kelompok pertama, yaitu memiliki LPE lebih tinggi dari LPE rata-rata Provinsi Jawa
Barat. Hal ini mengindikasikan kinerja sektor ekonomi di Kota Bandung lebih tinggi dari rata-rata kinerja
sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat
dimaklumi karena Kota Bandung sebagai salah satu pusat pertumbuhan berbagai kegiatan ekonomi.
Adapun Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi pada tahun 2010 hingga 2013
mempunyai kinerja yang lebih rendah daripada rata-rata Provinsi Jawa Barat, ditunjukkan dengan LPE
yang lebih rendah dari LPE Jawa Barat. Namun pada tahun 2014 ketiga Kabupaten Kota ini mampu
mencapai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Jawa Barat, dimana angka LPE
Provinsi Jawa Barat lebih rendah dari LPE Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota
Cimahi di tahun 2014. Sedangkan Kabupaten Sumedang, dari tahun 2010 hingga 2014 memiliki capaian
LPE yang lebih rendah dari LPE Provinsi Jawa Barat.
3. PDRB Per Kapita
PDRB per kapita merupakan salah satu pendekatan untuk mengetahui pendapatan per kapita
masyarakat. Indikator pendapatan per kapita sering digunakan sebagai base line yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Kendati masih banyak kelemahan dari indikator ini, namun sampai
dengan saat ini indikator PDRB per kapita banyak digunakan untuk mengetahui perkembangan
pembangunan di suatu wilayah.
PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku tahun 2014 mencapai 30,1 juta rupiah.
PDRB per kapita Kota Bandung dan Kota Cimahi berada di atas rata-rata PDRB per kapita Provinsi Jawa
Barat. Adapun PDRB per kapita Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten
Sumedang masih berada di bawah rata-rata Provinsi Jawa Barat.
Tabel 3.7
PDRB Per Kapita Wilayah Bandung Raya
dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2014 (Juta Rupiah)
Untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah digunakan analisis
Klassen Typology. Sjafrizal (1997:28-38) mengemukakan analisis ini digunakan untuk membedakan suatu
daerah menjadi empat klasifikasi yaitu :
1. daerah maju dan tumbuh cepat (rapid growth region) apabila kabupaten/kota memiliki laju
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi;
2. daerah maju tapi tertekan (retarded region) apabila laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota lebih
kecil dari pada laju pertumbuhan ekonomi provinsi akan tetapi pendapatan per kapita kabupaten/kota
lebih besar dari pendapatan per kapita provinsi;
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 15
3. daerah berkembang cepat (growing region) yaitu daerah yang berkembang dengan cepat apabila laju
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi
provinsi akan tetapi pendapatan per kapita kabupaten/kota lebih rendah dari pendapatan per kapita
provinsi;
4. daerah relatif tertinggal (relatively backward region) apabila kabupaten/ kota memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih rendah dari tingkat pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita provinsi.
Tabel berikut di bawah ini menunjukkan perbandingan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di
wilayah Bandung Raya dan PDRB per kapita kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya dengan laju
pertumbuhan dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat tahun 2014. LPE Jawa Barat tahun 2014
mencapai 5,06 persen dan PDRB per kapita mencapai 30,01 juta rupiah.
L
P
Kota Bandung
E Kota Cimahi KUADRAN I
J
KUADRAN III
a
b Kab Bandung
Kab Sumedang
a Kab Bandung Barat
r
KUADRAN IV
5,06 %
Kabupaten/ kota yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita lebih tinggi dari laju
pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat terletak pada kuadran I, yaitu Kota
Bandung dan Kota Cimahi. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Bandungdan Kota Cimahi adalah daerah
maju dan tumbuh cepat (rapid growth region), karena merupakan kota yang memiliki laju pertumbuhan
ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita provinsi.
Pada kuadran II, adalah kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan
ekonomi lebih rendah dengan PDRB per kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per
kapita Provinsi Jawa Barat Adapun kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang memiliki laju
pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB
per kapita Provinsi Jawa Barat ada pada kuadran III. Pada kuadran ini terdapat Kabupaten Sumedang.
Dengan demikian Kabupaten Sumedang merupakan daerah relatif tertinggal (relatively backward region),
yaitu kabupaten/ kota yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih
rendah dari tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi.
3 - 16 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pada kuadran IV adalah kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat, namun PDRB per kapitanya
lebih rendah. Pada kuadran ini terdapat Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Dengan
demikian kedua kabupaten ini merupakan daerah berkembang cepat (growing region) yaitu daerah yang
berkembang dengan cepat karena laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota lebih besar dibandingkan
dengan laju pertumbuhan ekonomi provinsi akan tetapi pendapatan per kapita kabupaten/kota lebih
rendah dari pendapatan per kapita provinsi.
1 IPM (Metode Lama) Poin 78,99 79,12 79,32 79,47 79,66 N/A
2 IPM (Metode Baru) Poin 77,49 78,13 78,3 78,55 78,98 N/A
Indeks Pendidikan
3 Poin 90,09 90,14 90,25 90,44 90,53 N/A
(Metode Lama)
Indeks Kesehatan
4 Poin 81,22 81,32 81,35 81,38 81,4 N/A
(Metode Lama)
Indeks Daya Beli
5 Poin 65,66 65,9 66,35 66,59 67,05 N/A
(Metode Lama)
Angka Harapan Hidup
6 Thn 73,73 73,79 73,81 73,83 73,84 N/A
(AHH) (Metode Lama)
Angka Melek Hurup
7 % 99,54 99,55 99,58 99,62 99,63 N/A
(AMH) (Metode Lama)
Rata-rata Lama
8 Sekolah (RLS) (Metode Thn 10,68 10,7 10,74 10,81 10,85 N/A
Lama)
Standar Hidup Layak
Konsumsi per kapita Ribu
9 584,14 585,15 587,1 648,13 650,15 N/A
yang Disesuaikan Rp
(Metode Lama)
10 LPE (Metode Lama) % 8,45 8,73 8,98 8,87 N/A N/A
11 LPE (Metode Baru) % 7,91 8,53 7,82 7,69 N/A
PDRB (Berlaku) Milyar
12 82.002 95.612 111.121 130.209 N/A N/A
(Metode Lama) Rp
PDRB per Kapita Juta
13 (Berlaku) (Metode 34,69 39,22 45,14 52,96 N/A N/A
Lama) Rp
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 17
NO URAIAN STN 2010 2011 2012 2013 2014 2015
PDRB
Milyar
14 (Konstan)(Metode 31.697 34.463 37.558 40.890 N/A N/A
Rp
Lama)
PDRB per Kapita Juta
15 (Konstan) (Metode 13,41 14,14 15,26 16,63 N/A N/A
Lama) Rp
Secara umum arah kebijakan pembangunan ekonomi Kota Bandung telah ditetapkan di dalam RPJMD
Kota Bandung Tahun 2013-2018 mengacu pada Misi ke empat yaitu : “Membangun Perekonomian yang
Kokoh, Maju dan Berkeadilan. Mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal daerah,untuk menjaga
stabilitas pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi Kota Bandung yang berkelanjutan, maka
dapat dirumuskan beberapa arah kebijakan pembangunan ekonomi kota sebagai berikut:
1. Urusan Ketenagakerjaan, melalui:
a. menciptakan wirausaha baru dengan arah kebijakan pelatihan bagi calon wirausaha baru.
b. pemberian kesempatan memperoleh pelatihan, peningkatan kompetensi kerja produktivitas
tenaga kerja dengan arah kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia tenaga kerja.
c. mengupayakan hubungan industrial harmonis, dinamis dan berkeadilan, kelangsungan usaha
serta peningkatan kesejahteraan pekerja dan perlindungan tenaga kerja dengan arah
kebijakan, peningkatan perlindungan tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.
d. mengupayakan penciptaan lapangan pekerjaan baru dengan arah kebijakan peningkatan
penempatan kerja dan perluasan kesempatan kerja.
2. Urusan Penanaman Modal, melalui:
a. meningkatkan koordinasi dan sinergitas antar stakeholder penanaman modaldengan arah
kebijakan, (1) fasilitasi dan mediasi antara pelaku usaha Kota Bandung dengan investor; (2)
Pembentukan & penguatan Task Force atau representasi Promotion Business Centre (PBC)
dlm menangani pangsa & peluang investasi di Kota Bandung.
b. optimalisasi kinerja pelayanan perijinan investasi dengan arah kebijakan penyederhanaan
prosedur perijinan serta optimalisasi pemanfaatan TIK dalam pelayanan perijinan.
3 - 18 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
3. Urusan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, melalui:
a. mengembangkan produk-produk unggulan Kota dengan arah kebijakan (1) menciptakan iklim
usaha yang kondusif bagi perkembangan UMKM; (2) meningkatkan kontribusi swasta dalam
pengembangan sektor usaha kecil dan menengah.
b. menciptakan wirausaha baru dengan arah kebijakan memfasilitasi wirausaha pemula.
c. memberikan dukungan pembiayaan usaha dan formalisasi usaha bagi pelaku ekonomi dengan
arah kebijakan fasilitasi pelaku ekonomi untuk mendapatkan HKI, sertifikasi halal, dan
standarisasi internasional dalam produksi.
d. meningkatnya kontribusi dan berkembangnya koperasi dan UMKM dengan arah kebijakan (1)
peningkatan kualitas kelembagaan dan usaha koperasi dan UMKM, serta perlindungan dan
dukungan usaha bagi koperasi dan UMKM.
e. mengupayakan penciptaan lapangan pekerjaan baru dengan arah kebijakan (1) penciptaan
lapangan pekerjaan baru dengan mengembangkan koperasi; (2) penciptaan lapangan
pekerjaan baru dengan pada sektor industri kecil dan menengah.
f. mendorong investasi yang bersifat padat karya dengan arah kebijakan peningkatan akses
teknologi SDM, pasar, kualitas produk dan permodalan bagi koperasi dan UMKM.
g. fasilitasi dan intermediasi pengembangan KUMKM dengan arah kebijakan meningkatkan
peran KUMKM dalam perekonomian.
h. penguatan KUMKM melalui peningkatan kompetensi dan kualitas SDM, jaringan usaha,
perluasan aspek permodalan dan daya saing produk KUMKM dengan arah kebijakan fasilitasi
dan intermediasi pengembangan KUMKM.
4. Urusan Perindustrian, melalui:
a. mengembangkan produk-produk unggulan Kota dengan arah kebijakan pembinaan dan
fasilitasi sentra industri potensial melalui pengenalan produk dan promosi offline dan online.
b. peningkatan peran industri kecil menengah, sentra industri potensial dan industri kreatif yang
berwawasan lingkungan dengan arah kebijakan meningkatkan jumlah komunitas dan klaster
industri kecil dan menengah berbasis industri kreatif dan pelaku usaha kreatif.
c. memberikan dukungan pembiayaan usaha dan formalisasi usaha bagi pelaku ekonomi dengan
arah kebijakan fasilitasi pelaku ekonomi untuk mendapatkan HKI, sertifikasi halal, dan
standarisasi internasional dalam produksi.
5. Urusan Pariwisata, melalui:
a. optimalisasi daya dukung potensi pariwisata yang berdaya saing serta pengembangan promosi
pariwisata yang efektif, kreatif, terarah, terpadu, dan berkelanjutan dengan arah kebijakan
optimalisasi pemasaran pariwisata melalui pemanfaatan media cetak maupun elektronik,
website, peningkatan koordinasi dengan sektor pendukung pariwisata, pameran dan
peningkatan kemitraan promosi wisata.
b. penguatan dan pengembangan destinasi pariwisata dengan arah kebijakan pengembangan
destinasi pariwisata.
c. mengembangkan Kota Bandung sebagai Kota MICE (Meetings, Incentives, Conventions,
Exhibitions) dengan arah kebijakan, mengembangkan sarana prasarana utama dan
pendukung bagi pengembangan MICE yang dapat secara signifikan menjadi faktor penarik
wisatawan serta trigger bangkitan ekonomi lainnya.
6. Urusan Perdagangan, melalui:
a. menjaga stabilitas ketersediaan dan distribusi barang kebutuhan pokok dengan arah kebijakan
menjaga keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan barang.
b. mendorong pertumbuhan ekonomi dari sector jasa serta perdagangan dalam dan luar negeri
dengan arah kebijakan meningkatkan pendapatan sector perdagangan.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 19
c. peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan penataan peranan kelembagaan
perdagangan, dengan arah kebijakan peningkatan diversifikasi pasar tujuan ekspor serta
peningkatan keberagaman, kualitas dan citra produk ekspor.
7. Urusan Ketahanan Pangan, melalui memfasilitasi ketersediaan dan kemudahan pangan bagi
masyarakat, dengan arah kebijakan, meningkatkan pola kosumsi pangan, beragam, bergizi,
berimbang dan aman.
8. Urusan Pertanian dan Perikanan, melalui:
a. menciptakan wirausaha baru dengan arah kebijakan menciptakan wirausaha pertanian.
b. meningkatkan usaha pertanian melalui pemilihan komoditas pertanian yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi, produktivitas tinggi, dan mempunyai peluang pasar dengan arah kebijakan
mengembangkan sistem agribisnis yang berdaya saing.
c. mengembangkan sistem agribisnis yang berdaya saing dengan arah kebijakan peningkatan
produksi ikan hias.
9. Urusan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian, melalui:
a. membangun sistem pengawasan pajak sebagai sistem pengendalian internal yang handal,
arah kebijakan, meningkatkan kompetensi dan integritas petugas pelayanan pajak dengan
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petugas pajak yang ramah, bersih dan
berwibawa.
b. membangun sistem pelayanan publik dalam manajemen pajak daerah yang transparan,
partisipatif dan akuntabel, arah kebijakan, tersedianya sistem informasi pelayanan perpajakan
yang terintegrasi dan mengembangkan sistem informasi manajemen pajak daerah online.
c. membangun kemudahan layanan sarana dan prasarana sebagai partisipasi layanan publik
terhadap kebijakan pengawasan pajak daerah, dengan arah kebijakan, tersedianya sarana
dan prasarana yang memadai dalam menunjang operasional pengelolaan pajak daerah.
d. intensifikasi penerimaan retribusi daerah dengan arah kebijakan pemanfaatan teknologi
informasi dalam pencatatan dan pengelolaan retribusi daerah.
e. optimalisasi penerimaan daerah yang bersumber dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dengan arah kebijakan pembinaan BUMD.
f. memberikan potongan/keringanan pajak daerah atau retribusi daerah dan kemudahan promosi
di fasilitas publik yang disediakan dengan arah kebijakan memberikan insentif fiscal bagi
swasta dan masyarakat yang memberikan layanan penyediaan fasilitas publik.
g. membentuk perusahaan patungan untuk beberapa layanan jasa umum dan barang publik
dengan arah kebijakan pengembangan usaha daerah yang sehat dan profitable.
Masih berlanjutnya perlambatan pertumbuhan ekonomi global masih menjadi kendala bagi perekonomian
nasional untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan pada tahun 2015 yaitu
sebesar 5,1 – 5,3 persen. Terbukti realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada akhir tahun 2015 hanya
dapat tumbuh sebesar 4,7 persen. Hal ini terjadi karena tekanan krisis perekonomian dunia yang melanda
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa masih belum bisa diatasi sepenuhnya. Kebijakan-kebijakan
ekonomi yang diambil oleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dengan dibantu oleh lembaga-
lembaga keuangan dunia seperti World Bank, Asian Development Bank, dan IMF, masih belum
sepenuhnya mampu mendorong akselerasi percepatan pertumbuhan ekonomi dunia. Perlambatan
pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2016 dan 2017. Walaupun
optimisme adanya perbaikan perekonomian dunia pada tahun tersebut masih tetap ada.
3 - 20 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Hal ini tentunya akan menjadi tantangan yang cukup berat bagi perekonomian daerah, khususnya bagi
Kota Bandung. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi dunia dan nasional kondisi
perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut akan berpengaruh juga pada pertumbuhan ekonomi Kota
Bandung. Terbukti dalam kurun waktu tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung trennya
cenderung mengalami perlambatan. Pada tahun 2012 LPE Kota Bandung sebesar 8,53 persen, tahun
2013 LPE Kota Bandung sebesar 7,82 persen dan pada tahun 2014 ekonomi Kota Bandung tumbuh
sebesar 7,69 persen.
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan Provinsi Jawa Barat pertumbuhan
ekonomi Kota Bandung relatif lebih baik. Tapi bila perlambatan ekonomi dunia dan nasional masih terus
berlanjut pada tahun 2016 dan 2017, maka tidak menutup kemungkinan pertumbuhan ekonomi Kota
Bandung akan lebih terpuruk dari pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat atau nasional, bila
Pemerintah Kota Bandung tidak bisa mengantisipasinya. Optimisme perbaikan pertumbuhan ekonomi
dunia tahun 2016 masih tetap ada, dalam kondisi krisis ekonomi masih tetap ada peluang yang bisa
dimanfaatkan untuk tetap bangkit menjaga pertumbuhan ekonomi tetap stabil. Semuanya akan tergantung
pada bagaimana sikap Pemerintah Kota Bandung untuk menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi
tersebut.
Bercermin pada krisis ekonomi dunia pada tahun 1998 yang membuat ekonomi Kota Bandung sangat
terpuruk dengan pertumbuhan ekonomi – 20 persen, telah memberi pelajaran yang berharga bagi
Pemerintah Kota Bandung dalam mengatasi krisis ekonomi. Fakta menunjukan bahwa penopang
kebangkitan ekonomi Indonesia dan Kota Bandung untuk keluar dari krisis, ternyata adalah UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menengah). Produksi UMKM yang berbasis bahan baku lokal sangat membantu
pertumbuhan ekonomi Kota Bandung secara bertahap meningkat secara positif. Dengan didukung upaya
penguatan pasar dalam negeri pada akhirnya berhasil membawa Kota Bandung keluar dari krisis ekonomi
yang berlarut-larut. Pelajaran yang sangat berharga dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, bisa
menjadi pola yang bisa diterapkan agar perlambatan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tidak terus
berkelanjutan pada tahun 2016 dan 2017.
3.2.1. KONDISI EKONOMI GLOBAL DAN REGIONAL
Setelah diperkirakan mengalami perlambatan pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi dunia
diproyeksikan meningkat secara keseluruhan pada tahun 2016, yang didorong oleh peningkatan
perekonomian negara maju dan berkembang secara umum (Kajian ekonomi dan keuangan Regional
Provinsi Jawa Barat BI Triwulan IV 2015). World Economic Outlook (WEO) IMF periode Januari 2016
memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 adalah sebesar 3,4 % (yoy) meningkat
dibandingkan tahun 2015 meskipun tidak seoptimis sebelumnya, karena prediksi tersebut lebih rendah
jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada Oktober 2015 sebesar 3,6 % (yoy).
Perbaikan ekonomi di Amerika Serikat masih tertahan meskipun tetap menunjukan level yang meningkat,
yang dipengaruhi oleh masih lemahnya penjualan ritel dan pengeluaran personal, seta kondisi masih
melambatnya lapangan usaha manufaktur yang tercermin dari menurunnya PMI manufaktur negara
tersebut. Sementara itu, pemulihan ekonomi di Eropa terus berlanjut yang didorong oleh membaiknya
kondisi permintaan domestik maupun kinerja manufaktur.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 21
Grafik 3.4
Penjualan Ritel dan Personal Expenditure AS
Grafik 3.5
PMI Manufaktur dan Orders Breakdown AS
Peningkatan ekonomi dunia pada tahun 2016 juga disumbangkan oleh peningkatan perkembangan
ekonomi negara berkembang. Ekonomi India diperkirakan tumbuh meningkat pada level 7,5 % (yoy)
tercermin dari peningkatan output produksi dan indeks infrastruktur. Namun perlambatan ekonomi
Tiongkok menahan laju pertumbuhan negara berkembang yang lebih tinggi. Pertumbuhan investasi dan
produksi manufaktur Tiongkok mengalami penurunan, meskipun penjualan eceran mengalami kenaikan,
yang sejalan dengan masih berlangsungnya proses rebalancing ekonomi negara tersebut.
3 - 22 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Grafik 3.6
Indeks Manufaktur India
Grafik 3.7
Penjualan eceran, IP dan FAI
Tabel 3.9
Outlook Pertumbuhan Ekonomi Dunia
WEO IMF Bank Indonesia
Rincian
2015 2016 2017 2015 2016
Dunia 3,1 3,4 3,6 3,1 3,5
Negara Maju 1,9 2,1 2,1 2,0 2,2
Amerika Serikat 2,5 2,6 2,6 2,6 2,7
Eropa 1,5 1,7 1,7 1,5 1,6
Jepang 0,6 1,0 0,3 0,6 1,0
Negara Berkembang 4,0 4,3 4,7 4,0 4,5
Negara Berkembang Asia 6,6 6,3 6,2
Tiongkok 6,9 6,3 6,0 6,8 6,3
India 7,3 7,5 7,5 7,3 7,5
ASEAN 4,7 4,8 5,1
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 23
3.2.2. KONDISI EKONOMI NASIONAL
Secara umum kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2015 masih tidak berbedah jauh dengan
kondisi ekonomi tahun 2014. Dalam arti masih berhadapan dengan sejumlah tantangan global dan juga
domestik. Dari sisi global, pemulihan ekonomi di negara-negara maju masih sesuai dengan harapan.
Membaiknya perekonomian Amerika Serikat secara konsisten belum diikuti dengan irama yang sama di
kawasan Eropa. Bahkan, China mengarah pada perlambatan yang menghabat pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Tantangan
ini menjadi semakin kompleks ketika dinamika geopolitik, sentimen kebijakan normalisasi the Fed (Bank
Central AS), dan terus menurunnya harga komoditas utama dunia, sangat mempengaruhi dinamika
perekonomian global.
Dapat dikatakan bahwa pada tahun 2015, kinerja perekonomian nasional terus diliputi oleh kondisi global
yang kurang menggembirakan. Ketidakpastian terkait normalisasi kebijakan moneter di AmerikaSerikat,
perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju dan negara berkembang utama, serta tren penurunan
harga komoditas global masih mewarnai kinerja perekonomian nasional pada tahun 2014 dan 2015.
Perekonomian Indonesia tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas
dasar harga berlaku mencapai Rp11.540,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp45,2 juta atau
US$3,377.1. Ekonomi Indonesia tahun 2015 tumbuh 4,79 persen melambat bila dibanding tahun
2014 sebesar 5,02 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha
Informasi dan Komunikasi sebesar 10,06 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 5,38 persen (Berita Resmi Statistik, 5
Februari 2016 BPS).
Grafik 3.8
Perekonomian Indonesia tahun 2015 tumbuh 4,79 persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan
usaha, kecuali pertambangan dan penggalian yang terkontrasi 5.08 persen. Informasi dan Komunikasi
merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,06 persen, diikuti oleh
jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,53 persen dan jasa lainnya sebesar 8,08 persen.
Struktur perekonomian Indonesia merurut lapangan usaha tahun 2015 didominasi oleh tiga lapangan
usaha utama yaitu : Industri Pengolahan (20,84 %); Pertanian,Kehutanan dan Perikanan (13,52 %) dan
Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi Mobil-Sepeda Motor (13,29 %). Bila dilihat dari penciptaan sumber
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015, Industri Pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi
sebesar 0,92 persen, diikuti Konstruksi sebesar 0,64 persen dan Pertanian sebesar 0,53 persen.
3 - 24 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Grafik 3.9
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada tahun 2015 masih didominasi oleh kelompok
Provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,29
persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22, 21 persen, Pulau Kalimantan 8,15 persen dan
Pulau Sulawesi 5,92 persen, dan sisanya 5,43 persen di pulau-pulau lainnya.
Grafik 3.10
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 25
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga menjadi faktor utama pendorong peningkatan pertumbuhan
pada triwulan IV. Sementara konsumsi pemerintah tumbuh melambat dan Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) tumbuh negatif sehingga menahan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada
triwulan IV. Sedangkan kinerja ekspor dan impor mengalami peningkatan, meskipun peningkatan
pertumbuhan impor jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor sehingga turut menyebabkan terhambatnya laju
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan IV 2015.
Dari sisi sektoral, peningkatan kinerja industri pengolahan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan
ekonomi pada triwulan IV. Peningkatan kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan dan
minum; lapangan usaha jasa keuangan; lapangan usaha pertambangan dan penggalian; lapangan usaha
jasa perusahaan; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; serta jasa lainnya juga turut
memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV tahun 2015.
Grafik 3.11
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Jawa dan Nasional
Sumber Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan IV 2015 Bank Indonesia, 2016
Perkembangan Inflasi
Inflasi Jawa Barat tercatat mengalami penurunan pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 2,73 % (yoy).
Secara tahunan, inflasi Jawa Barat berdasarkan perhitungan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 7
Kota pada triwulan IV tahun 2015 menunjukan penurunan. Secara tahunan, pada triwulan IV 2015 inflasi
Jawa Barat 2,73 % (yoy), menurun dibandingkan triwulan III 2015 yang berada pada lebel 6,11 %(yoy).
Sementara secara triwulanan Jawa Barat mengalami penurunan dari triwulan III 2015 mencapai 1,19%
(qtq) menjadi sebesar 0,79% (qtq) pada triwulan IV 2015.
Menurunnya tekanan inflasi disumbangkan terutama oleh penurunan tekanan administered prices dan
kelompik inti. Penurunan yang terjadi terutama disebabkan oleh komoditas yang harganya ditentukan oleh
pemerintah (kelompok administered prices) seperti bahan bakar rumah tangga, bensin maupun tarif listrik
(khususnya golongan industri), seiring kebijakan pemerintah merespon perkembangan ekonomi global.
Tekanan inflasi dari kelompok inti juga relatif stabil bahkan menurun sebagai dampak dari pergerakan nilai
3 - 26 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
tukar rupiah yang lebih terkendali maupun dari harga komoditas global yang terus terkoreksi. Namun
demikian tekanan inflasi dari kelompok volatile food mendekati penghujung tahun 2015 terpantau semakin
meningkat. Selain karena seasonal factor yaitu momen Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang diikuti
dengan peningkatan permintaan masyarakat, mulai berkurangnya pasokan di pasar seiring mulai
masuknya musim tanam menjadi faktor-faktor pendorong inflasi dari kelompok tersebut.
Inflasi Jawa Barat pada akhi tahun 2015 sebesar 2,73 % (yoy), merupakan inflasi tahunan terendah sejak
2009 dan sekaligus terkendali dibawah inflasi nasional yang mencapai 3,35 % (yoy). Dengan
perkembangan tersebut optimisme akan kinerja pengendalian inflasi di Jawa Barat dalam mencapai target
sasaran inflasi nasional 2016 sebesar 4,0 ± 1 % semakin terjaga.
Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan dan Pengelolaan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan Jawa Barat pada triwulan IV masih tumbuh terbatas. Pada perbankan konvensional,
pertumbuhan kredit pada Triwulan IV 2015 tercatat lebih rendah (9,6 %) dibandingkan Triwulan III 2015
sebesar 10,55 %. Perlambatan pertumbuhan kredit juga diikuti perlambatan pertumbuhan KPR meskipun
sempat mengalami peningkatan pada Triwulan III 2015 pasca pelonggaran LTV. Sementara itu,
pertumbuhan DPK juga menunjukan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 11,39 %
dari 12,18 % pada TW III 2015. Perlambatan DPK tersebut pada gilirannya mendorong tingkat LDR
mengalami kenaikan sebesar 90,33 %.
Stabilitas sistem keungan hingga triwulan IV 2015 masih terjaga dengan baik. Pertumbuhan kredit
terindikasi tumbuh melambat namun dengan kualitas kredit relatif masih terjaga. Resiko kredit masih
terjaga dan bergerak dalam tren menurun. Non Performing Loan (NPL) hingga Triwulan IV 2015
cenderung menurun menjadi 2,61 %, namun masih lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 2,47 %.
Pada aspek sistem pembayaran, Kinerja sistem pembayaran non tunai pada triwulan IV 2015 yang dilihat
dari penggunaan fasilitas SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) mengalami peningkatan baik
dari segi nominal maupun volume dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara nominal, transaksi
keuangan melalui SKNBI pada periode triwulan IV 2015 sebesar Rp 67,57 triliun, meningkat dibandingkan
triwulan III 2015 sebesar Rp 55,56 Triliun. Dari sisi volume, transaksi SKNBI juga menunjukan
peningkatan pada periode triwulan IV 2015 menjadi 1,73 juta transaksi dari sebelumnya sebesar 1,52 juta
transaksi. Transaksi keuangan ritel melalui SKNBI ini mengalami pertumbuhan yang signifikan dari 1,4 %
pada triwulan III 2015 menjadi 20,1 % (yoy).
Sementara itu, pada sistem pembayaran tunai, terjadi penurunan netflow pada triwulan IV 2015. Netflow di
Jawa Barat tercatat turun menjadi Rp 5,27 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp
9,78 triliun. Penurunan perputaran uang kartal ini sering berakhir pada historis di triwulan III yang terdapat
hari raya idul fitri dan idul adha.
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Perbaikan kinerja perekonomian Jawa Barat pada semester II 2015, terindikasi berdampak terhadap
peningkatan kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan Provinsi Jawa Barat pada periode laporan.
Berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha, kondisi data ketenagakerjaan di Jawa Barat tercermin dari
indeks perkembangan penggunaan tenaga kerja menunjukan perbaikan dengan peningkatan saldi bersih
tertimbang (SBT) dari triwulan III 2015 sebesar 4,69 menjadi sebesar – 1,85 pada triwulan IV 2015. Sinyal
positif lainnya dari kenaikan indeks ekspektasi kegiatan usaha berdasarkan hasil survei konsumen pada
triwulan IV 2015.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 27
Prospek Perekonomian
Setelah mengalami peningkatan pada triwulan IV 2015 sebesar 5,23 %, kinerja perekonomian Jawa Barat
pada triwulan I 2016 diperkirakan sedikit melambat pada kisaran 5,17 % (yoy). Dari sisi permintaan,
investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dengan perkiraan meningkat menjadi faktor yang
mendorong kinerja perekonomian di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah sesuai pola historisnya. Sementara itu dari sisi penawaran (lapangan usaha), melambatnya
lapangan usaha industri pengolahan menjadi faktor yang menyebabkan perlambatan. Sedangkan
lapangan usaha pertanian dan perdagangan serta konstruksi yang diperkirakan meningkat menjadi faktor
yang menahan laju perlambatan pada periode tersebut.
Disisi lain, tekanan inflasi diperikan meningkat yang didorong oleh berbagai komponen khususnya volatile
food. Risiko peningkatan harga pangan pokok dengan terbatasnya pasokan beras menjelang musim
panen serta terbatasnya pasokan telur ayam serta adanya tekanan harga daging ayam akibat kenaikan
harga pakan menjadi faktor yang mendorong kenaikan komponen volatile foods. Sementara itu tekanan
inflasi inti dan inflasi administered price juga diperkirakan meningkat dan mendorong peningkatan inflasi
keseluruhan. Tekanan inflasi inti diperkirakan dari kelompok perumahan, makanan jadi dan harga emas.
Perekonomian Jawa Barat diperkirakan cenderung meningkat pada kisaran 5,0 % - 5,4 % (yoy) pada
triwulan II 2015. Dari sisi permintaan, peningkatan diperkirakan disumbang oleh peningkatan seluruh
komponen, seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi maupun ekspor. Sementara
itu, secara sektoral, kinerja dua sektor utama Jawa Barat, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor diperkirakan meningkat dibanding
triwulan sebelumnya dan menjadi pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan II
2015.
Sementara itu dari sisi inflasi, diperkirakan akan terjadi peningkatan tekanan inflasi Jawa Barat pada
triwulan II 2015 pada kisaran 6,2 % - 6,6 % (yoy). Peningkatan tekanan inflasi diperkirakan terjadi
khususnya pada kelompok volatile foods menjelang rhamadan dan dari kelompok administered price
khususnya akibat resiko pada peningkatan harga bahan bakar minyak dan bahan bakar rumah tangga.
Namun demikian, tingkat inflasi Jawa Barat secara keseluruhan tahun 2015 diperkirakan masih berada
dalam batas sasaran nasional kisaran 4% ± 1% (yoy).
Keuangan daerah menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, didefinisikan sebagai:
“semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu, baik uang
maupun barang yang dijadikan milik daerah berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah
tersebut”. Hak merupakan hak daerah untuk mencari sumber pendapatan daerah berupa pungutan pajak
daerah, retribusi daerah, atau sumber penerimaan lain-lain yang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Sedangkan kewajiban adalah kewajiban daerah untuk mengeluarkan uang dalam
rangka melaksanakan semua urusan pemerintah di daerah (Mamesah, 1995:5).
Arah kebijakan keuangan daerah berisi uraian tentang kebijakan yang akan dipedomani oleh Pemerintah
Daerah dalam mengelola pendapatan daerah, belanja daerah,dan pembiayaan daerah. Tujuan utama
kebijakan keuangan daerah adalah bagaimana meningkatkan kapasitasriilkeuangan daerah dan
mengefisiensikan penggunaannya.
3 - 28 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, bahwa pendanaan penyelenggaraan pemerintahan
daerah telah diatur sesuai kewenangan yang diserahkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah
tumpang tindih ataupun ketidaktersedianya pendanaan pada suatu urusan pemerintahan. Sumber
pendanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (meliputi pajak
daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain
Pendapatan yang sah.
Kedudukan APBD sangatlah penting sebagai alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian daerah dalam proses pembangunan di daerah. APBD juga merupakan
alat/wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang diwujudkan
melalui program dan kegiatan. APBD merupakan instrumen kebijakan, yaitu sebagai alat untuk
meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah yang harus mencerminkan
kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah serta dapat memenuhi tuntutan
terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik. Proses
penganggaran yang telah direncanakan dengan baik dan dilaksanakan dengan tertib serta disiplin akan
mencapai sasaran yang lebih optimal. APBD juga menduduki posisi sentral dan vital dalam upaya
pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah.
3.3.1. REALISASI DAN PROYEKSI PENDAPATAN DAERAH 2014-2017
Pendapatan Daerahmenurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, didefinisikan sebagai:
“hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih”.
Secara umum, sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang
diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004, sumber PAD terdiri atas:
(a) Hasil pajak daerah, yaitu pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kepada semua
obyek pajak, seperti orang/badan, benda bergerak/tidak bergerak;
(b) Hasil retribusi daerah, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa/fasilitas
yang berlaku oleh Pemerintah Daerah secara langsung dan nyata;
(c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain:
i. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;
ii. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN;
iii. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha
masyarakat.
(d) Lain-lain PAD yang sah, antara lain:
i. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
ii. Jasa giro;
iii. Pendapatan bunga;
iv. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;
v. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
vi. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 29
vii. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
viii. Pendapatan denda pajak;
ix. Pendapatan denda retribusi;
x. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
xi. Pendapatan dari pengembalian;
xii. Fasilitas sosial dan fasilitas umum;
xiii. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan
xiv. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
Pemberian sumber PAD bagi daerah ini bertujuan untuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah
Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai
perwujudan desentralisasi.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana
Perimbangan/ Pendapatan Transfer merupakan penerimaan daerah sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dana perimbangan ini terdiri atas: (1) Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak; (2) Dana Alokasi
Umum; dan (3) Dana Alokasi Khusus. Dana Perimbangan bertujuan untuk mengurangi ketimpangan
sumber pendanaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, serta mengurangi
kesenjangan pendanaan pemerintahan antardaerah.
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
meliputi: Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi antara lain meliputi bagi hasil pajak
kendaraan bermotor, bea balik nama, pajak bahan bakar, bagi hasil air permukaan, dan dana
penyesuaian dari otonomi khusus serta Bantuan Keuangan dari Provinsi, pada saat nanti ketika
evaluasi gubernur atas rancangan APBD.
Analisis dan perhitungan pendapatan daerah dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar realisasi
dan potensi pendapatan daerah yang dapat digunakan untuk pendanaan pembangunan di Kota Bandung.
Analisis dan perhitungan pendapatan daerah dilakukan dengan melihat data: 1) realisasi pendapatan
tahun 2014, 2) realisasi pendapatan tahun 2015, 3) penetapan APBD tahun 2016 dan 4) proyeksi
pendapatan tahun 2017 (tahun rencana)
Berdasarkan data tahun 2013-2014 terlihat bahwa sumber penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah mengalami kenaikan, sementara penerimaan yang
berasal dari Dana Perimbangan mengalami penurunan.
Secara agregat, realisasi pendapatan daerah tahun 2015 sebesar Rp. 5,098 Trilyun lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi tahun 2014 sebesar Rp. 4,953 Trilyun. Secara umum kontribusi per
komponen pendapatan adalah sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 1,859 Trilyun
(36,44%) pada tahun 2015 dan Rp. 1,715 Trilyun (34,65%) pada tahun 2014. Dari sisi persentase
kontribusi ada kenaikan sebesar 1,79 persen pada tahun 2015. Dana Perimbangan sebesar Rp. 1,765
Trilyun (34,62%) pada tahun 2015 dan Rp. 1,886 Trilyun (38,07%) pada tahun 2014. Dari sisi persentase
kontribusi ada penurunan sebesar 3.45 persen pada tahun 2015. Lain-lain Pendapatan yang Sah
sebesar Rp. 1,472 Trilyun (28,83%) pada tahun 2015 dan Rp. 1,351 Trilyun (27,27%) pada tahun 2014.
Dari sisi persentase kontribusi ada kenaikan sebesar 1,56 persen pada tahun 2015. Penurunan kontribusi
dana perimbangan disebabkan oleh perubahan struktur yaitu PBB dan BPHTB yang semula masuk dalam
komponen dana perimbangan beralih menjadi komponen Pajak Daerah.
3 - 30 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pada tahun 2016, pendapatan daerah ditetapkan pada nilai Rp. 6,355 Trilyun, dengan komposisi terdiri
dari Rp. 2,751 Trilyun untuk Pendapatan Asli Daerah, Rp. 2,802 Trilyun untuk Dana Perimbangan, dan
Rp. 801,593 Milyar untuk Lain-lain Pendapatan yang Sah. Sementara itu, untuk perhitungan proyeksi
pendapatan daerah tahun 2017, diproyeksikan mencapai angka Rp. 5,817 Trilyun dengan komposisi
terdiri dari Rp. 3,252 Trilyun untuk Pendapatan Asli Daerah, Rp. 1,886 Trilyun untuk Dana Perimbangan,
dan Rp. 678,995 Milyar untuk Lain-lain Pendapatan yang Sah. Proyeksi pendapatan tahun 2017 tersebut
telah memperhitungkan tingkat pertumbuhan masing-masing sumber penerimaan, baik dari pendapatan
asli daerah, Dana Perimbangan, maupun Lain-lain Pendapatan yang sah.
Tabel 3.10
Realisasi Pendapatan Tahun 2014-2015, Penetapan APBD Tahun 2016,
dan Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2017
Jumlah (Rp)
No Uraian
Realisasi Realisasi Penetapan APBD Proyeksi
2014 * 2015 * 2016 ** 2017 ***
4 PENDAPATAN 4.953.463.224.360 5.098.071.916.848 6.355.754.514.638 5.817.400.460.524
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 31
Keterangan lebih lanjut mengenai rincian proyeksi pendapatan daerah tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.11
Rincian Proyeksi Pendapatan SKPD Tahun 2017
3 - 32 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Rincian Pendapatan Tahun 2017
No URAIAN SKPD
Per Rincian Total
4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 20.000.000.000
yang Dipisahkan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 33
Rincian Pendapatan Tahun 2017
No URAIAN SKPD
Per Rincian Total
4.2 DANA PERIMBANGAN 1.886.001.532.429
4.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan 213.544.943.429
Pajak
Bagi Hasil Pajak Penghasilan Orang Dinas Pengelolaan 184.517.195.065
Pribadi Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Dinas Pengelolaan 2.741.146.437
Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Dinas Pengelolaan 11.077.683.494
Bangunan Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi Hasil Dari Iuran Hak Dinas Pengelolaan 61.786.616
Pengusahaan Hutan Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi Hasil Dari Pungutan Hasil Dinas Pengelolaan 798.986.769
Perikanan Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi Hasil Dari Pertambangan Dinas Pengelolaan 1.984.723.189
Minyak Bumi Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi Hasil Dari Pertambangan Gas Dinas Pengelolaan 5.847.041.116
Bumi Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi Hasil Dari Pertambangan Dinas Pengelolaan 6.023.859.693
Panas Bumi Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi Hasil dari Pertambangan Dinas Pengelolaan 492.521.050
Umum Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
4.2.2 Dana Alokasi Umum 1.672.456.589.000
Dana Alokasi Umum Dinas Pengelolaan 1.672.456.589.000
Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
4.2.3 Dana Alokasi Khusus 0
Dana Alokasi Khusus Dinas Pengelolaan 0
Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
3 - 34 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Rincian Pendapatan Tahun 2017
No URAIAN SKPD
Per Rincian Total
Bagi Hasil Dari Pajak Bahan Bakar Dinas Pengelolaan 150.596.257.818
Kendaraan Bermotor Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi Hasil Dari Pajak Pengambilan Dinas Pengelolaan 205.089.814
dan Pemanfaatan Air Permukaan Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
Bagi hasil dari pajak rokok Dinas Pengelolaan 79.700.699.900
Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
4.3.3 Dana Penyesuaian dan Otonomi 0
Khusus
Dana Penyesuaian Dinas Pengelolaan 0
Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
4.4.4 Bantuan Keuangan dari Provinsi 0
atau Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan Dari Provinsi Dinas Pengelolaan 0
Keuangan dan Aset
Daerah selaku PPKD
JUMLAH 5.817.400.460.524
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 35
2. Penguatan data base yang lengkap dan valid sebagai penunjang kebutuhan pembiayaan
pembangunan daerah.
c) Arah kebijakan pendapatan daerah untuk meningkatkan penerimaan pendapatan non-konvensional,
antara lain melalui : peluang pendanaan pihak ketiga berupa dana Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
3 - 36 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Jumlah (Rp)
No Uraian
Realisasi Realisasi Penetapan APBD Proyeksi
2014 * 2015 * 2016 ** 2017 ***
5.1.6 Belanja Bantuan 835.418.959 900.741.220 1.000.000.000 1.000.000.000
Keuangan kepada
Provinsi/ Kab/Kota dan
Pem. Desa Lainnya
5.1.7 Belanja Tidak Terduga 65.560.700 116.993.530 132.256.569.422 12.000.000.000
Keterangan lebih lanjut mengenai rincian proyeksi belanja tidak langsung tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 3.13
Rincian Proyeksi Belanja Tidak Langsung SKPD Tahun 2017
4 Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Belanja gaji dan tunjangan 8.555.513.906
Tambahan penghasilan (TPP) 5.188.738.172
5 Rumah Sakit Khusus Gigi dan Belanja gaji dan tunjangan 5.891.707.101
Mulut
Tambahan penghasilan (TPP) 3.241.037.464
6 Dinas Bina Marga dan Pengairan Belanja gaji dan tunjangan 23.320.540.415
Tambahan penghasilan (TPP) 23.037.735.083
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 37
No. SKPD Rincian Rincian BTL Tahun 2017
9 Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Belanja gaji dan tunjangan 16.800.700.538
Tambahan penghasilan (TPP) 17.946.370.929
3 - 38 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
No. SKPD Rincian Rincian BTL Tahun 2017
22 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Belanja gaji dan tunjangan (termasuk tunj. 15.408.137.244
kesehatan DPRD)
Belanja penunjang komunikasi, insentif 3.780.000.000
pimpinan dan anggota DPRD
23 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Belanja gaji dan tunjangan 163.171.036
Daerah
Biaya penunjang operasional KDH/Wa. 4.229.261.033
KDH *
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 39
No. SKPD Rincian Rincian BTL Tahun 2017
3 - 40 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
No. SKPD Rincian Rincian BTL Tahun 2017
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 41
No. SKPD Rincian Rincian BTL Tahun 2017
3 - 42 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4. Mengalokasikan belanja bantuan keuangan yang digunakan untuk menganggarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah daerah kepada pemerintah kelurahan.
Bantuan keuangan yang bersifat umum diberikan dalam rangka peningkatan kemampuan keuangan
bagi penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dapat dianggarkan dalam rangka
untuk membantu capaian program prioritas pemerintah daerah yang dilaksanakan sesuai urusan
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah seperti pembangunan sarana pendidikan dan
kesehatan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dari pemerintah daerah ke pemerintah
kelurahan diarahkan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan di kelurahan. Pemberian
bantuan keuangan kepada partai politik tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
terkait.
5. Mengalokasikan belanja tidak terduga secara rasional, yang merupakan belanja untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 43
3.3.5. REALISASI DAN PROYEKSI PEMBIAYAAN DAERAH 2014-2017
Pengertian pembiayaan menurut peraturan perundangan adalah sebagai berikut:
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. (UU No.23/2014)
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk
memanfaatkan surplus (Permendagri No.13/2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011)
Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan (funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang
dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Sisi pendapatan dari pembiayaan
sebagai faktor penambah sisi penerimaan/pendapatan daerah dimana pos pembiayaan digunakan untuk
menutupi anggaran pendapatan dan belanja daerah yang defisit.
Jenis pembiayaan daerah dapat dibedakan sebagai berikut:
Penerimaan Pembiayaan, yang meliputi: SILPA tahun anggaran sebelumnya, Pencairan dana
cadangan, Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, Penerimaan pinjaman, Penerimaan
kembali pemberian pinjaman dan Penerimaan piutang daerah;
Pengeluaran Pembiayaan yang meliputi: Pembentukan dana cadangan, Penyertaan modal pemerintah
daerah, Pembayaan pokok utang dan Pemberian pinjaman.
Selanjutnya Pembiayaan Netto adalah selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran
pembiayaan. Jumlah pembiayaan Netto harus dapat menutup defisit APBD. Berikut ini ditampilkan tabel
mengenai perkembangan pembiayaan daerah tahun 2014-2017.
Tabel 3.14
Realisasi Pembiayaan Tahun 2014-2015, Penetapan APBD 2016,
Dan Proyeksi Pembiayaan Daerah Tahun 2017
Jumlah (Rp)
No Uraian
Realisasi Realisasi Penetapan APBD Proyeksi
2014 * 2015 * 2016 ** 2017 ***
6 PEMBIAYAAN 694.656.377.543 1.098.007.180.955 859.066.038.384 621.325.765.231
3 - 44 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
6.2 PENGELUARAN 15.500.000.000 115.000.000.000 0 11.140.000.000
PEMBIAYAAN DAERAH
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 45
3.3.7. PROYEKSI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2017
Berdasarkan arah kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan diatas, serta kecenderungan
perkembangan (trend) keuangan dalam kurun waktu 2014-2016, selanjutnya diperkirakan pendapatan
dan belanja daerah tahun 2017 sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.15
Penetapan APBD 2016 dan Proyeksi Tahun 2017
Jumlah (Rupiah)
No Uraian
Penetapan APBD 2016 ** Proyeksi 2017 ***
4 PENDAPATAN 6.355.754.514.638 5.817.400.460.524
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 2.751.416.770.000 3.252.403.587.029
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 2.186.416.770.000 2.645.564.291.700
4.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 203.756.058.000 186.078.930.000
4.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 20.000.000.000 20.000.000.000
yang Dipisahkan
4.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 341.243.942.000 400.760.365.329
4.2 DANA PERIMBANGAN 2.802.754.414.240 1.886.001.532.429
4.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak atau BH Bukan Pajak 291.171.316.000 213.544.943.429
(SDA)
4.2.2 Dana Alokasi Umum 1.672.456.589.000 1.672.456.589.000
4.2.3 Dana Alokasi Khusus 839.126.509.240 0
4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 801.583.330.398 678.995.341.066
4.3.1 Pendapatan Hibah 15.500.000.000 0
4.3.2 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 744.980.302.398 678.995.341.066
Pemerintah Daerah Lainnya
4.3.3 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 0 0
4.3.4 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah 41.103.028.000 0
Daerah Lainnya
3 - 46 BAB 3 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Jumlah (Rupiah)
No Uraian
Penetapan APBD 2016 ** Proyeksi 2017 ***
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 3 3 - 47
BAB 4
PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Prioritas pembangunan Kota Bandung pada Tahun 2017 merupakan prioritas pembangunan pada tahun
ke-empat RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 yang secara khusus berhubungan dengan capaian
sasaran pembangunan daerah, memiliki tingkat urgensi yang tinggi untuk segera diwujudkan, serta
memiliki daya ungkit yang tinggi bagi peningkatan kinerja pembangunan daerah.
Perumusan prioritas pembangunan dilakukan dengan mengevaluasi capaian kinerja pembangunan dan
analisa lebih lanjut terhadap permasalahan pembangunan daerah terkait, dihubungkan dengan program
pembangunan daerah yang tercantum dalam RPJMD pada tahun rencana dan kemungkinan
perubahannya.
Perumusan prioritas pembangunan Kota Bandung Tahun 2017 dilakukan dalam rangka mencapai visi
Pemerintah Kota Bandung Tahun 2013-2018 yaitu:
“Terwujudnya Kota Bandung Yang Unggul, Nyaman dan Sejahtera”,
dengan penjabaran sebagai berikut:
Bandung : meliputi wilayah dan seluruh isinya. Artinya Kota Bandung dan semua warganya yang
berada dalam suatu kawasan dengan batas-batas tertentu yang berkembang sejak tahun
1811 hingga sekarang.
Unggul : menjadi yang terbaik dan terdepan dengan mempertahankan pencapaian sebelumnya
serta menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya terobosan perubahan bagi
kenyamanan dan kesejahteraan warga Kota Bandung.
Nyaman : terciptanya suatu kondisi dimana kualitas lingkungan terpelihara dengan baik melalui
sinergitas lintas sektor sehingga dapat memberikan kesegaran dan kesejukan bagi
penghuninya. Kota yang nyaman adalah suatu kondisi dimana berbagai kebutuhan dasar
manusia seperti tanah, air, dan udara terpenuhi dengan baik sehingga nyaman untuk
ditinggali serta ruang-ruang kota dan infrastruktur pendukungnya responsif terhadap
berbagai aktifitas dan perilaku penghuninya.
Sejahtera : mengarahkan pembangunan kota pada pemenuhan kebutuhan lahir dan batin melalui
peningkatan partisipasi dan kerjasama seluruh lapisan masyarakat, agar dapat
memfungsikan diri sebagai hamba dan wakil Tuhan di bumi. Kesejahteraan yang ingin
diwujudkan merupakan kesejahteraan yang berbasis pada ketahanan keluarga dan
Iingkungan sebagai dasar pengokohan sosial. Masyarakat sejahtera tidak hanya dalam
konteks lahiriah dan materi saja, melainkan juga sejahtera jiwa dan batiniah.
Kesejahteraan dalam artinya yang sejati adalah keseimbangan hidup yang merupakan
buah dari kemampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan dasar seluruh dimensi
dirinya, meliputi ruhani, akal, dan jasad. Kesatuan elemen ini diharapkan mampu saling
berinteraksi dalam melahirkan masa depan yang cerah, adil dan makmur. Keterpaduan
antara sejahtera lahiriah dan batiniah adalah manifestasi dari sejahtera yang paripurna.
Kesejahteraan yang seperti inilah yang akan membentuk kepecayaan diri yang tinggi
pada masyarakat Kota Bandung untuk mencapai kualitas kehidupan yang semakin baik,
hingga menjadi teladan bagi kota lainnya.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4-1
Dalam rangka mewujudkan Visi Kota Bandung Tahun 2013-2018, ditetapkan 4 misi untuk memberikan
kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang
akan ditempuh untuk mencapai visi. Substansi dan keterkaitan Visi dan Misi Kepala Daerah dapat dilihat
dalam gambar di bawah ini.
Gambar 4.1
Keterkaitan Visi dan Misi Kepala Daerah
VISI:
TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG
YANG UNGGUL, NYAMAN, DAN SEJAHTERA
MISI:
Dalam upaya mencapai visi misi pembangunan jangka menengah serta dengan memperhatikan evaluasi
kinerja pencapaian pembangunan sampai dengan tahun 2015 dan mempertimbangkan isu strategis
RKPD Kota Bandung Tahun 2017, maka tema pembangunan yang akan diusung adalah sebagai berikut:
“Peningkatan Kualitas Sosial Ekonomi Kota Bandung yang Cerdas dan
Berdaya Saing melalui Penguatan Infrastruktur, Daya Beli dan
Pemberdayaan Kewilayahan Tahun 2017”
4-2 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4.1 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
Tujuan dan sasaran pembangunan dirumuskan untuk memberikan arah terhadap program pembangunan
daerah serta dalam rangka memberikan kepastian operasionalisasi dan keterkaitan antara misi dengan
program pembangunan sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang ukuran-ukuran terlaksananya
misi dan tercapainya visi. Tujuan dan sasaran pembangunan menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam
perencanaan pembangunan jangka menengah yang selanjutnya akan menjadi dasar dalam mengukur
kinerja pembangunan secara keseluruhan.
Tujuan dan sasaran pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Bandung Tahun 2017
diturunkan berdasarkan misi pembangunan sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Kota Bandung Tahun
2013-2018 pada Tahun keempat.
Secara lebih rinci, uraian Misi 1 sampai dengan Misi 4 dengan menyertakan strategi dan arah kebijakan
dalam rangka pencapaian target kinerja yang direncanakan dapat digambarkan pada tabel-tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Penjabaran Tujuan dan Sasaran Pembangunan pada Misi 1
ke dalam Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Misi 1 :
Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tataruang, pembangunan infrastruktur serta
pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4-3
Misi 1 :
Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tataruang, pembangunan infrastruktur serta
pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan
Mengembangkan
prasarana pengendali
banjir dengan
mengedepankan konsep
eco-drain
Mengembangkan dan
memelihara bantaran
tanggul sungai
Normalisasi sungai dan
menata lingkungan
sempadan sungai
Pengembangan sungai
yang hijau, bersih,
memiliki kapasitas
pengairan yang memadai
dan menajdi ruang publik
yang nyaman
4-4 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Misi 1 :
Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tataruang, pembangunan infrastruktur serta
pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan
Sinergitas pembiayaan
dalam penyediaan rumah
tidak layak huni dengan
Pemerintah Jawa Barat
dan Pemerintah Pusat
Mengembangkan
kerjasama dengan
kab/kota lain dalam
operasionalisasi tempat
pembuangan akhir
sampah
Menerbitkan peraturan
mengenai kawasan bebas
sampah dan peraturan lain
terkait pengelolaan
sampah
Terbangunnya
infrastruktur TPA
berteknologi tinggi yang
ramah lingkungan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4-5
Misi 1 :
Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tataruang, pembangunan infrastruktur serta
pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan
4-6 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Misi 1 :
Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tataruang, pembangunan infrastruktur serta
pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan
Tabel 4.2
Penjabaran Tujuan dan Sasaran Pembangunan pada Misi 2
ke dalam Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Misi 2 :
Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih, dan melayani
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Meningkatnya kinerja Meningkatnya Mewujudkan Meningkatkan partisipasi
perencanaan pembangunan partsisipasi perencanaan yang masyarakat dalam
masyarakat dalam berkualitas dan perencanaan
perencanaan akuntabel pembangunan daerah
pembangunan yang berkualitas, aplikatif
dan responsif.
2. Terlaksananya reformasi Terwujudnya Meningkatnya Mewujudkan opini BPK :
birokrasi pemerintahan yang akuntabilitas WTP
bersih dan bebas pengelolaan keuangan
Peningkatan pengelolaan
KKN dan aset daerah
pengawasan
penyelenggaraan
pemerintah daerah
Menerapkan sistem Penerapan SPIP di SKPD
pengawasan internal
Terwujudnya Meningkatkan kualitas Meningkatkan standar
peningkatan pelayanan publik kualitas pelayanan SKPD
kualitas pelayanan
publik Desentralisasi urusan Pelaksanaan pelimpahan
pemerintah daerah kewenangan SKPD ke
Kecamatan/Kelurahan
disertai dengan
pendistribusian personil,
peralatan, penganggaran,
dan dokumen (P3D)
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4-7
Misi 2 :
Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih, dan melayani
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Meningkatnya kualitas Pelaksanaan standard
pelayanan perijinan dan operating procedure
non perijinan (SOP) pelayanan perijinan
dan non perijinan
Meningkatnya kinerja Terwujudnya sinergitas
pelayanan tugas dan penyelenggaraan
fungsi DPRD Kota pemerintahan daerah
bandung antara eksekutif dan
legislatif
Meningkatnya Mengkaji, merumuskan, Pemantapan standar
kapasitas dan mengembangkan dan kompetensi, perencanaan
akuntabilitas kinerja mengimplementasikan pengembangan
birokrasi merit sistem dalam kompetensi serta merit
rekruitmen/ mutasi/ sistem bagi aparatur
promosi aparatur serta
memperkuat
pengawasan
pelaksanaannya
Melaksanakan
administrasi
kependudukan yang
berkualitas
4-8 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Misi 2 :
Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih, dan melayani
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Berkembangnya Pemanfaatan teknologi Pelayanan jaringan dan
tata kelola informasi komunikasi peningkatan penggunaan
pemerintahan dalam diseminasi teknologi informasi di area
berbasis e- program pembangunan publik menuju cyber city
government dan penyediaan dan tersedianya
database profil wilayah infrastruktur teknologi
komunikasi dan
informatika
Pengembangan kerjasama
daerah dengan swasta
dalam pembangunan
basis data kewilayahan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4-9
Tabel 4.3
Penjabaran Tujuan dan Sasaran Pembangunan pada Misi 3
ke dalam Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Misi 3 :
Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas, dan berdaya saing
Pendidikan terjangkau
bagi anak-anak dari
golongan tidak mampu
serta Bantu an Siswa
Miskin (Siswa Miskin untuk
Tingkat SMA/SMK/MA dan
Warga Belajar
Pengembangan PAUD
Pengembangan standar
pelayanan pendidikan
mengacu pada standar
pendidikan nasional
Pengembangan dan
pengawasan kapasitas
guru
Pengembangan kurikulum,
kualitas materi dan
metode pembelajaran
Melaksanakan Kemitraan
Global
Peningkatan kualitas
pendidikan non-formal dan
informal
4 - 10 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Misi 3 :
Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas, dan berdaya saing
Membangun sistem
terpadu pendidikan
kejuruan (STPK) yang
mencakup semua program
kejuruan yang diminati
oleh pasar dan telah
berkembang pada SMK,
dan program-program
PNF kejuruan (lembaga
kursus, pelatihan kerja,
pendidikan kecakapan
hidup, dan pendidikan
kewirausahaan)
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 11
Misi 3 :
Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas, dan berdaya saing
4 - 12 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Misi 3 :
Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas, dan berdaya saing
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 13
Misi 3 :
Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas, dan berdaya saing
4 - 14 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 4.4
Penjabaran Tujuan dan Sasaran Pembangunan pada Misi 4
ke dalam Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Misi 4 :
Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Membangun perekonomian Terjaganya Memfasilitasi Meningkatkan pola
kota yang kokoh ketersediaan ketersediaan dan konsumsi pangan,
pangan dan kemudahan pangan bagi beragam, bergizi,
stabilitas harga masyarakat berimbang dan aman
Meningkatkan usaha Mengembangkan sistem
pertanian melalui agribisnis yang berdaya
pemilihan komoditas saing
pertanian yg mempunyai
nilai ekonomis tinggi,
produktivitas tinggi, dan
mempunyai peluang
pasar
Mengembangkan sistem Peningkatan produksi Ikan
agribisnis yang berdaya Hias
saing
Menjaga stabilitas Menjaga keseimbangan
ketersediaan dan antara permintaan dan
distribusi barang ketersediaan barang
kebutuhan pokok
Monitoring dan Evaluasi
ketersediaan komoditas
barang yang beredar
Menyediakan informasi
pasokan harga dan akses
pangan di daerah
Terjaganya Mengembangkan Pembinaan dan fasilitasi
pertumbuhan produk- produk sentra industri potensial
ekonomi unggulan kota melalui pengenalan produk
& promosi offline & online
Menciptakan iklim usaha
yang kondusif bagi
perkembangan UMKM
Meningkatkan kontribusi
Swasta dalam
pengembangan sektor
usaha kecil dan menengah
Mendorong Meningkatkan pendapatan
pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan
dari sektor jasa serta
perdagangan dalam dan
luar negeri
Meningkatnya Peningkatan Peningkatan diversifikasi
akses dan kualitas pertumbuhan ekonomi pasar tujuan ekspor serta
usaha perdagangan yang berkualitas dan peningkatan keberagaman,
dalam dan luar penataan peranan kualitas dan citra produk
negeri kelembagaan ekspor
perdagangan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 15
Misi 4 :
Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Meningkatnya Membangun Sistem Meningkatkan kompetensi
pendapatan asli Pengawasan Pajak dan integritas petugas
daerah Sebagai Sistem pelayanan pajak dengan
Pengendalian Internal meningkatkan
Yang Handal keterampilan dan
pengetahuan petugas
pajak yang ramah, bersih
dan berwibawa
4 - 16 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Misi 4 :
Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Penggunaan Mengembangkan Mengembangkan jejaring
instrumen Sistem dan prosedur kemitraan dalam
pembiayaan non- kemitraan untuk pendanaan pembangunan
konvensional dalam pembiayaan
pembiayaan pembangunan
pembangunan infrastruktur
(obligasi, kemitraan
dengan swasta)
2. Membangun perekonomian Terciptanya iklim Meningkatkan Fasilitasi dan mediasi
kota yang maju usaha yang koordinasi dan antara pelaku usaha Kota
kondusif dan sinergitas antar Bandung dengan Investor
kemudahan invetasi stakeholder penanaman
Pembentukan &
modal
Penguatan Task Force
atau Representasi
Promotion Business Centre
dlm menangani pangsa &
peluang investasi
Mengembangkan Sistem
Inovasi daerah (SIDa)
melalui penguatan Quadro
Helix untuk mendukung
pencapaian Bandung Kota
kreatif
Menciptakan sistem
pendukung kreatif melalui
pendidikan &
pemberdayaan komunitas
kreatif
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 17
Misi 4 :
Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Peningkatan peran Meningkatkan jumlah
industri kecil menengah, komunitas dan klaster
sentra industri potensial industri kecil dan
dan industri kreatif yang menengah berbasis
berwawasan lingkungan industri kreatif dan pelaku
usaha kreatif
Berkembangnya Memberikan dukungan Fasilitasi pelaku ekonomi
koperasi dan pembiayaan usaha dan untuk mendapatkan HKI,
UMKM formalisasi usaha bagi sertifikasi halal, dan
pelaku ekonomi standarisasi internasional
dalam produksi
Meningkatnya kontribusi Peningkatan kualitas
dan berkembangnya kelembagaan dan usaha
Koperasi dan UMKM koperasi dan UMKM, serta
perlindungan dan
dukungan usaha bagi
koperasi dan UMKM
Optimalisasi Kota Optimalisasi daya Optimalisasi pemasaran
Bandung sebagai dukung potensi pariwisata melalui
kota tujuan wisata pariwisata yang berdaya pemanfaatan media cetak
yang berdaya saing saing serta maupun elektronik,
pengembangan promosi website, peningkatan
pariwisata yang efektif, koordinasi dengan sektor
kreatif, terarah, terpadu pendukung pariwisata,
dan berkelanjutan pameran dan peningkatan
kemitraan promosi wisata
Penguatan dan Pengembangan Destinasi
pengembangan Pariwisata
destinasi Pariwisata
Mengembangkan Kota Mengembangkan sarana
Bandung sebagai Kota prasarana utama dan
MICE (Meetings, pendukung bagi
Incentives, Conventions, pengembangan MICE yg
Exhibitions) dapat secara signifikan
menjadi factor penarik
wisatawan serta trigger
bangkitan ekonomi lainnya
Mengembangkan kampung
wisata kreatif
3. Membangun perekonomian Meningkatnya Pemberian kesempatan Peningkatan kualitas
kota yang berkeadilan kesempatan kerja memperoleh pelatihan, sumber daya manusia
peningkatan kompetensi tenaga kerja
kerja produktivitas
tenaga kerja
Mengupayakan hubungan Peningkatan perlindungan
industrial harmonis, tenaga kerja, keselamatan
dinamis dan berkeadilan, dan kesehatan kerja
kelangsungan usaha
serta peningkatan
kesejahteraan pekerja
dan perlindungan tenaga
kerja
4 - 18 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Misi 4 :
Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Mengupayakan Peningkatan penempatan
Penciptaan Lapangan kerja dan perluasan
Pekerjaan Baru kesempatan kerja
Penciptaan lapangan
pekerjaan baru dengan
mengembangkan koperasi
Penciptaan lapangan
pekerjaan baru dengan
pada sektor industri kecil
dan menengah
Menciptakan wirausaha Memfasilitasi wirausaha
baru pemula
Menciptakan Wirausaha
Pertanian
Menumbuhkan calon
wirausaha baru
Pelatihan bagi calon
wirausaha baru
Mendorong upaya Mendorong investasi Peningkatan akses
peningkatan daya yang bersifat padat teknologi, SDM, pasar,
beli masyarakat karya kualitas produk dan
permodalan bagi Koperasi
dan UMKM
Fasilitasi dan Meningkatkan peran
intermediasi KUMKM dalam
pengembangan KUMKM perekonomian
Penguatan KUMKM Fasilitasi dan intermediasi
melalui peningkatan pengembangan KUMKM
kompetensi dan kualitas
SDM, jaringan usaha,
perluasan aspek
permodalan dan daya
saing produk KUMKM
Suatu prioritas pembangunan daerah, pada dasarnya adalah gambaran prioritas pembangunan tahun
rencana yang diambil dan dikaitkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) tahun rencana.
Prioritas pembangunan daerah tahun 2017 disusun dengan memperhatikan;
Penetuan Prioriotas Pembangunan didasarkan pada hasil evaluasi capaian kinerja pembangunan serta
permasalahan yang belum dapat diselesaikan sehingga menjadi isu strategis. Analisis permasalahan dan
hasil evaluasi sebagai dasar penentuan prioritas dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 19
Tabel 4.5
Permasalahan dan Hasil Evaluasi Kinerja Pembangunan Tahun 2015 sebagai Dasar Penentuan
Prioritas Pembangunan Tahun 2017
IDENTIFIKASI ISU
NO PERMASALAHAN ANALISIS
STRATEGIS
1 Belum Optimalnya Kualitas Kulitas Infrastruktur perkotaan masih Peningkatan Kualitas
Infrastruktur Perkotaan terutama menjadi permasalahan ditandai dengan (1) Infrastruktur Perkotaan
yang mendukung pada belum terselesaikannya permasalahan
penyelesaian masalah kemacetan kemacetan, dari target kecepatan rata-rata
kota tempuh kendaraan 23,50 km/jam baru
terealisasi 24,70 km/jam (2) Target Indeks
Aksesibilitas Jalan belum tercapai (3)
Masih terdapat titik PJU yang tidak
menyala (4) Sistem drainase belum
seluruhnya terpelihara dalam kondisi baik
(5) Lamanya genangan pasca banjir belum
tercapai sesuai target (6) Permasalahan
pemukiman kumuh yang akan diselesaikan
dengan membangun Rumah Susun belum
dapat dilaksanakan, dari target 14 unit baru
terealisasi 1 unit, demikian juga untuk
perbaikan rutilahu, dari target 2480 unit
hanya terealisasi 1529 unit (7) Perbaikan
rumah tidak layak huni merupakan target
yang tidak terpenuhi dari rencana 2.480
Unit tahun 2015 realisasi baru mencapai
419 unit.
4 - 20 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
IDENTIFIKASI ISU
NO PERMASALAHAN ANALISIS
STRATEGIS
3 Belum optimalnya Pelayanan Kota Bandung merupakan salah satu Kota Peningkatan Pelayanan
Publik dan pengembangan tata di Asia yang menjadi pionir dalam Publik dan
kelola pemerintahan berbasis perwujudan smart city, Kota dengan pengembangan tata
Teknologi Komunikasi dan pelayanan publik prima dengan kelola pemerintahan
Informasi memanfaatkan Teknologi Informasi. berbasis Teknologi
Pemanfaatan TIK dalam pelayanan publik Komunikasi dan Informasi
dan tata kelola pemerintahan menjadi isu
strategis berkaitan dengan beberapa fakta
(1) Cakupan layanan informasi
pembangunan belum mencapai target (2)
belum semua SKPD memanfaatkan IT
dalam tata kelola pemerintahan (3) target
aplikasi SKPD/pelayanan publik belum
terealisasi seluruhnya (4) efisiensi dan
efektifitas pelayanan publik masih dapat
ditingkatkan dengan memanfaatkan TIK
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 21
IDENTIFIKASI ISU
NO PERMASALAHAN ANALISIS
STRATEGIS
6 Tingkat ketergantungan APBD Kondisi Pendapatan Daerah Kota Bandung Peningkatan PAD
terhadap DAU/DAK masih cukup dapat digambarkan pada data kinerja
tinggi, sementara Potensi PAD sebagai berikut : (1) proporsi PAD terhadap
masih dapat ditingkatkan APBD baru mencapai 30% (2) Potensi
Pajak Kota Bandung terutama dari pajak
dan restoran masih potensial untuk
ditingkatkan (3) Realisasi PAD pada Tahun
2015 belum memenuhi target yang
ditetapkan, dari target 1,598 T baru dapat
direalisasikan sebesar 1.494.T
7 Belum optimalnya pengembangan Beberapa indikasi yang menunjukan bahwa Pengembangan Ekonomi
KUMKM dan pariwisata Daerah pengembangan KUMKM dan pariwisata Kreatif, Usaha Mikro,
daerah Kota Bandung belum berjalan Kecil dan Menengah dan
secara optimal adalah: 1. Terbatasnya Pengembangan
akses UMKM terhadap sumber Pariwisata Daerah
pembiayaan karena masih tingginya tingkat
suku bunga perbankan, 2. Legalitas usaha
UMKM masih mengalami kesulitan, 3.
Terbatasnya pemasaran produk UMKM, 4.
Keterbatasan SDM dalam aspek
enterpreunership, manajemen, teknis
produksi, pengembangan produk,
engineering design, quality control,
organisasi bisnis, akuntansi, data
processing, teknik pemasaran dan
penelitian pasar, 5. Belum maksimalnya
peningkatan infrastruktur dalam
mengurangi kemacetan lalu lintas menuju
objek wisata.
8 Masalah PMKS, Pemberdayaan (1) Jumlah Penyandang Masalah Penanggulangan PMKS,
Perempuan, Perlindungan Anak Kesejahteraan Sosial di Kota Bandung Pemberdayaan
serta Pengendalian penduduk semakin banyak, target penanganan oleh Perempuan, Perlindungan
Dinas Sosial masih relatif rendah yaitu Anak serta Pengendalian
sebesar 11,91%, demikian juga target penduduk
penanganan anak jalanan yang berada
pada nilai 8,16%, oleh karenanya perlu
dilakukan upaya lebih optimal agar target
penangangan PMKS dapat ditingkatkan. (2)
Kondisi pemberdayaan perempuan serta
perlindungan anak juga masih belum
mendapatkan porsi yang cukup
dibandingkan dengan permasalahan yang
terjadi. (3) Pada aspek pengendalian
penduduk, upaya harus dilakukan terutama
untuk menangani pertumbuhan penduduk
yang bersumber dari urbanisasi.
4 - 22 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
IDENTIFIKASI ISU
NO PERMASALAHAN ANALISIS
STRATEGIS
10 Rendahnya partisipasi masyarakat Secara data capaian indikator terkait Peningkatan partisipasi
dalam bidang hukum, politik dan hukum, politik dan stabilitas keamanan dan kesadaran
stabilitas keamanan selama tahun 2015 menunjukkan kinerja masyarakat dalam bidang
yang baik, namun terlepas dari itu masih hukum, politik dan
terdapat permasalahan yang perlu stabilitas keamanan
diselesaikan pada tahun 2017, antara lain:
1. jumlah partisipasi pemilih dalam pilwalkot
2013 hanya mencapai 60,13 persen, 2.
Masih cukup tingginya peredaran dan
penyalahgunaan narkoba di kalangan
pemuda, 3. Masih terdapat PKL yang
berjualan di tempat yang dilarang
Tabel 4.6
Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Kota Bandung Tahun 2017
Prioritas
Pembangunan 2017 Program Prioritas Pembangunan Daerah
No Sasaran (RPJMD)
berdasarkan analisis (RKPD)
isu dan permasalahan
1 Peningkatan Kualitas Terwujudnya infrastruktur 1. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan
Infrastruktur Perkotaan jalan yang berkualitas dan dan Jembatan
merata 2. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
3. Program Pembangunan Saluran Drainase/
Gorong-gorong
4. Program Pembangunan Prasarana Dan
Fasilitas Perhubungan
5. Program Peningkatan Kualitas dan
Penertiban Bangunan serta Pembangunan
Bangunan
Terwujudnya Bandung Program Penerangan Jalan Umum
caang baranang
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 23
Prioritas
Pembangunan 2017 Program Prioritas Pembangunan Daerah
No Sasaran (RPJMD)
berdasarkan analisis (RKPD)
isu dan permasalahan
Terwujudnya sistem 1. Program Pembangunan Sarana dan
transportasi publik yang Prasarana Perhubungan
nyaman serta 2. Program Pembangunan prasarana dan
mengendalikan kemacetan fasilitas perhubungan
3. Program rehabilitasi dan pemeliharaan
prasarana dan fasilitas LLAJ
4. Program Peningkatan Kelaikan
pengoperasian kendaraan bermotor
5. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
6. Program Pengendalian dan Pengamanan lalu
lintas
Terselesaikannya 1. Program Pembangunan Saluran/ Drainase
permasalahan banjir di kota dan Gorong-gorong
Bandung 2. Program Pengendalian Banjir
3. Program Pengembangan dan Pengelolaan
Jaringan Irigasi, Rawa Dan Jaringan
Pengairan Lainnya
Meningkatkan ketersediaan 1. Program Penataan Kawasan Kumuh
dan kualitas perumahan Perkotaan
2. Program Pengembangan Lingkungan Sehat
4 - 24 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Prioritas
Pembangunan 2017 Program Prioritas Pembangunan Daerah
No Sasaran (RPJMD)
berdasarkan analisis (RKPD)
isu dan permasalahan
Meningkatnya akses 1. Pelayanan Kesehatan Dasar, dan
pelayanan kesehatan dasar Pencegahan Penyakit
dan rujukan bagi 2. Program Pengadaan, Peningkatan dan
masyarakat yang bermutu, Perbaikan Sarana dan Prasarana
merata dan terjangkau Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan
Jaringannya
3. Program Penyelidikan Epidemiologi dan
Penanggulangan KLB
4. Program Pelayanan Kesehatan Rujukan
5. Program Peningkatan Keselamatan Ibu
Melahirkan dan Anak
6. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
7. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana
Prasarana Rumah Sakit/ RSJ/ Rumah Sakit
Paru/ Rumah Sakit Mata
8. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
9. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
10. Program Pemeliharaan Sarana Prasarana
Rumah Sakit/RSJ/ Rumah Sakit Paru/
Rumah Sakit Mata
3 Peningkatan Pelayanan Terwujudnya Pemerintahan 1. Program Peningkatan dan Pengembangan
Publik dan yang bersih dan bebas KKN Pengelolaan Keuangan Daerah
pengembangan tata 2. Program Peningkatan Sistem Pengawasan
kelola pemerintahan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan
berbasis Teknologi Kebijakan KDH
Komunikasi dan 3. Program Penataan dan Penyempurnaan
Informasi Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 25
Prioritas
Pembangunan 2017 Program Prioritas Pembangunan Daerah
No Sasaran (RPJMD)
berdasarkan analisis (RKPD)
isu dan permasalahan
Meningkatnya kapasitas 1. Program Pembinaan dan Pengembangan
dan akuntabilitas kinerja Sumber Daya Aparatur
birokrasi 2. Program Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Aparatur
3. Program Pembangunan dan Pengembangan
Assesment Center
4. Program Penataan Peraturan Perundang-
undangan
5. Program Pembinaan dan Pengembangan
Aparatur
6. Program Perencanaan Pembangunan
7. Program Penataan Penguasaan,
Kepemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan
Tanah
8. Program Perbaikan Sistem Administrasi
Kearsipan
9. Program Penyelamatan dan Pelestarian
Dokumen Arsip Daerah
10. Program Penataan Administrasi
Kependudukan
Berkembangnya tata kelola 1. Program Pengembangan Komunikasi,
pemerintahan berbasis e- Informasi dan Media Massa
government 2. Program Perencanaan Kerjasama Daerah
3. Program Pengembangan Data/Informasi
4 Meningkatnya Meningkatnya pengelolaan 1. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
pengelolaan lingkungan lingkungan hidup yang 2. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan
hidup berkualitas dan Lingkungan Hidup
tertanggulanginya bencana 3. Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya
secara dini komprehensif Alam
4. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
5. Pengelolaan Areal Pemakaman
6. Program peningkatan kesiagaan dan
pencegahan bahaya kebakaran
4. Program Perlindungan dan Konservasi
Sumberdaya Alam
5. Program Pengembangan, Pengelolaan dan
Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya
Air Lainnya
Meningkatnya kesadaran 1. Program Promosi Kesehatan dan
individu, keluarga dan Pemberdayaan Masyarakat
masyarakat melalui 2. Program Pengembangan Lingkungan Sehat
promosi, pemberdayaan
dan penyehatan lingkungan
5 Penanggulangan Meningkatnya 1. Program Pengembangan Pemberdayaan
Kemiskinan pemberdayaan masyarakat Masyarakat
dan sinergitas program- 2. Program Inovasi Pembangunan dan
program penanggulangan Pemberdayaan Kewilayahan
kemiskinan 3. Program Penanggulangan Kemiskinan
4. Program Perlindungan Konsumen dan
Pengamanan Perdagangan
4 - 26 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Prioritas
Pembangunan 2017 Program Prioritas Pembangunan Daerah
No Sasaran (RPJMD)
berdasarkan analisis (RKPD)
isu dan permasalahan
6 Peningkatan PAD Meningkatnya pendapatan 1. Program Peningkatan dan Pengembangan
asli daerah Pengelolaan Keuangan Daerah
2. Program Pembinaan, Pengendalian dan
Monitoring Pajak Daerah
3. Program Pemanfaatan Teknologi Informasi
4. Program Koordinasi Perumusan dan
Implementasi Kebijakan Ekonomi
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 27
Prioritas
Pembangunan 2017 Program Prioritas Pembangunan Daerah
No Sasaran (RPJMD)
berdasarkan analisis (RKPD)
isu dan permasalahan
8 Penanggulangan Meningkatnya 1. Program Pembinaan Panti Asuhan/Panti
PMKS, Pemberdayaan penanggulangan PMKS Jompo
Perempuan, 2. Program Pembinaan Anak Terlantar
Perlindungan Anak 3. Program Pemberdayaan Fakir Miskin
serta Pengendalian
4. Program Pembinaan Eks-Penyandang
penduduk
Penyakit Sosial (Eks-Narapidana, PSK,
Narkoba, dan Penyakit Sosial Lainnya)
5. Program Pembinaan Para Penyandang
Cacat dan Eks-Trauma
6. Program Pemberdayaan Kelembagaan
Kesejahteraan Sosial
Meningkatnya 1. Program Peningkatan Peran Serta Dan
pemberdayaan perempuan Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan
dan perlindungan anak 2. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan
dalam kehidupan Perlindungan Perempuan
bermasyarakat dan 3. Program Penguatan Kelembagaan
bernegara Pengarusutamaan Gender Dan Anak
4 - 28 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Prioritas
Pembangunan 2017 Program Prioritas Pembangunan Daerah
No Sasaran (RPJMD)
berdasarkan analisis (RKPD)
isu dan permasalahan
Terjaganya pertumbuhan 1. Program Pengembangan Sentra-sentra
ekonomi Industri Potensial
2. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil
Menengah yang Kondusif
3. Program Koordinasi, Perumusan Dan
Implementasi Kebijakan Ekonomi
4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan
Dalam Negeri
5. Program Pengembangan Sistem Pendukung
Usaha bagi UMKM
6. Program Pengembangan Kewirausahaan
dan Keunggulan Kompetitif UKM
7. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
(Pertanian/Perkebunan)
8. Program Pendidikan Menengah
9. Program Peningkatan Peran Serta
Kepemudaan
10. Program Peningkatan Penempatan Kerja
Dan Perluasan Kesempatan Kerja
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 29
Prioritas
Pembangunan 2017 Program Prioritas Pembangunan Daerah
No Sasaran (RPJMD)
berdasarkan analisis (RKPD)
isu dan permasalahan
Terwujudnya kehidupan 1. Program Sosial Keagamaan
harmoni intern dan antar 2. Program Pengembangan Wawasan
umat beragama Kebangsaan
3. Program Kemitraan Pengembangan
Wawasan Kebangsaan
4. Program Pendidikan Anak Usia Dini
5. Program Wajib Pendidikan Dasar 9 Tahun
6. Program Pendidikan Menengah
Sumber: RPJMD Kota Bandung 2013-2018 (diolah)
Secara lebih lengkap prioritas, sasaran dan program prioritas beserta SKPD yang Penanggungjawabnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
4 - 30 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 4.7
Target Kinerja Prioritas Dan Sasaran Pembangunan Daerah Kota Bandung Tahun 2017
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
1 Peningkatan Terwujudnya Rasio Luas Jalan 100% Program Rehabilitasi/ Jalan dan Jembatan fungsional 100% Pekerjaan Umum DBMP
Kualitas infrastruktur jalan dalam Kondisi Baik Pemeliharaan Jalan dan – (panjang)
Infrastruktur yang berkualitas Jembatan
Perkotaan dan merata
Indeks Aksesibilitas 7,48 Program Pembangunan Jalan Rasio panjang jalan dalam 100% Pekerjaan Umum DBMP
Jalan dan Jembatan kondisi baik
Program Pembangunan Saluran Panjang saluran drainase dan 100% Pekerjaan Umum DBMP
Drainase/ Gorong-gorong trotoar yg dibangun skala kota
Program Pembangunan Jumlah prasarana dan fasilitas 2 unit Perhubungan Dishub
Prasarana Dan Fasilitas terminal yang dibangun
Perhubungan
Program Peningkatan Kualitas Terwujudnya kualitas tata -- Pekerjaan Umum Distarcip
dan Penertiban Bangunan serta bangunan dan keandalan
Pembangunan Bangunan bangunan
Terwujudnya Persentase Wilayah 100% Program Penerangan Jalan Persentase Wilayah Kota 100% Pekerjaan Umum DBMP
Bandung caang Kota Bandung terang Umum Bandung terang pada malam
baranang pada malam hari hari
Terwujudnya sistem Persentase 42% Program Pembangunan Sarana Persentase halte yang 75% Perhubungan Dishub
transportasi publik tersedianya fasilitas dan Prasarana Perhubungan terbangun di jalur yang telah
yang nyaman serta sarana dan dilayani angkutan umum dalam
mengendalikan prasarana SAUM trayek
kemacetan sesuai dengan
Rencana Induk
Transportasi Kota
Persentase aspek 100% Program rehabilitasi dan Jumlah fasilitas yg berfungsi 3 Perhubungan Dishub
penyebab pemeliharaan prasarana dan dan kondisi baik
kemacetan yang fasilitas LLAJ
terkendali
4 - 31 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 32 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Program Peningkatan Kelaikan Kelaikan pengoperasian 97% Perhubungan Dishub
pengoperasian kendaraan kendaraan bermotor
bermotor
Program Pengendalian dan Kecepatan rata-rata tempuh 24,5 km/jam Perhubungan Dishub
Pengamanan lalu lintas kendaraan
Terselesaikannya Panjang saluran 100% Program Pembangunan Saluran/ Panjang saluran drainase dan 100% Pekerjaan Umum DBMP
permasalahan drainase yang Drainase dan Gorong-gorong trotoar yg dibangun skala kota
banjir di kota berfungsi dengan
Bandung baik
Titik banjir 68 lokasi Program Pengendalian Banjir Berkurangnya titik banjir di Kota 68 lokasi Pekerjaan Umum DBMP
terselesaikan Bandung
Program Pengembangan dan Panjang jaringan pengairan 100% Pekerjaan Umum DBMP
Pengelolaan Jaringan Irigasi, dalam kondisi baik
Rawa Dan Jaringan Pengairan
Lainnya
Meningkatkan Luas kawasan 10,03% Program Lingkungan Sehat Berkurangnya luas kawasan -- Pekerjaan Umum Distarcip
ketersediaan dan permukiman kumuh Perumahan pemukiman kumuh
kualitas perumahan
Jumlah rumah 19 unit Program Pengembangan Jumlah rumah susun yang -- Perumahan Distarcip
susun yang Perumahan terbangun
terbangun
Perbaikan rumah 2.480 unit Program Pengembangan Perbaikan rumah tidak layak -- Perumahan Distarcip
tidak layak huni Perumahan huni
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Terwujudnya Tingkat 90% Program Pengembangan Kinerja Tingkat Pengelolaan Sampah 6 kec Lingkungan Hidup BPLH
infrastruktur sanitasi Pengelolaan Pengelolaan Persampahan Kota
dan air bersih yang Sampah Kota
berkualitas dan
merata
1.persentase 35% Program Pengembangan Kinerja Persentase pemrosesan -- Lingkungan Hidup BPLH
pemrosesan Pengelolaan Persampahan sampah di Landfill (tingkat
sampah di Landfill pengangkutan ke TPA)
(tingkat
pengangkutan ke
TPA)
2.Persentase 55% Program Pengembangan Kinerja Persentase Pengolahan dan -- Lingkungan Hidup BPLH
Pengolahan dan Pengelolaan Persampahan Pengurangan Sampah di
Pengurangan Sumber
Sampah di Sumber
2.a. Persentase 25% Persentase sampah yang -- Lingkungan Hidup BPLH
sampah yang dikelola dengan sistem 3R
dikelola dengan
sistem 3R
4 - 33 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 34 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Terwujudnya Persentase 71% Program Perencanaan Tata Dokumen Perencanaan Tata -- Penataan Ruang Distarcip
perencanaan, penertiban Ruang Ruang
pemanfaatan dan pelanggaran
pengendalian tata pemanfaatan ruang
ruang kota yang
konsisten
Tingkat 50% Program Pengendalian & Persentase Penertiban -- Penataan Ruang Distarcip
Keterbangunan Pemanfaatan Ruang Pelaanggaran pemanfaatan
Infrastruktur PPK Ruang
Gedebage
Program Peningkatan Kualitas Terwujudnya kualitas tata -- Penataan Ruang Distarcip
dan Penertiban Bangunan serta bangunan dan keandalan
Pembangunan Bangunan bangunan
Program Pengendalian dan Kecepatan Rata-rata tempuh 24,5 km/jam Perhubungan Dishub
Pengamanan Lalulintas kendaraan
Program Pembangunan Jalan Rasio panjang jalan dalam 100% Pekerjaan Umum DBMP
dan Jembatan kondisi baik
2 Peningkatan Mewujudkan sistem Indeks Pendidikan 92,71 Program PengembanganSekolah Persentase angka putus 0,01% Pendidikan Disdik
Kualitas Layanan pendidikan nasional Gratis sekolah SD/MI
Pendidikan dan di Kota Bandung
Kesehatan yang merata,
berkeadilan
danberdaya saing
secara global
Angka Rata-rata 12 Tahun Program Wajib Pendidikan Dasar Persentase angka putus 0,01% Pendidikan Disdik
Lama Sekolah 9 Tahun sekolah SMP/MTs
Penduduk diatas 99,93% Persentsase angka putus 0,02% Pendidikan Disdik
usia 15 tahun melek sekolah SMA/SMK/MA
huruf
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Persentase siswa yg 100% Pendidikan Disdik
menyelesaikan wajar Dikmen 12
Tahun
APK SD/MI/Paket A (Termasuk 131,05% Pendidikan Disdik
siswa dari luar kota )
APK SD/MI/Paket A (Khusus 100% Pendidikan Disdik
siswa dari kota Bandung)
APM SD/MI/Paket A (Termasuk 123,13% Pendidikan Disdik
siswa dari luar kota Bandung )
APM SD/MI/Paket A (khusus 100% Pendidikan Disdik
siswa dari kota bandung)
APK SMP/MTs/Paket B 116,16% Pendidikan Disdik
(Termasuk siswa dari Luar Kota
Bandung)
APK SMP/MTs/Paket B 100% Pendidikan Disdik
(Termasuk siswa dari Luar Kota
Bandung)
APM/SMP/MTs/Paket B 100% Pendidikan Disdik
(Termasuk siswa dari Luar Kota
Bandung)
APM/SMP/MTs/Paket B 100% Pendidikan Disdik
(Termasuk siswa dari Luar Kota
Bandung)
Kegiatan Keagamaan di 80% Pendidikan Disdik
Pendidikan Dasar 9 Tahun
Rehabilitas Berat SD/SMP 105/8 Pendidikan Disdik
Rehabilitas sedang SD/SMP 58/31 Pendidikan Disdik
Pembangunan unit sekolah baru 1 unit Pendidikan Disdik
SMP Negeri
4 - 35 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 36 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Pembangunan unit sekolah baru 2 unit Pendidikan Disdik
SMP Negeri (kegiatan lanjutan )
4 - 37 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 38 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Di setiap SMP/MTs tersedia 90,60% Pendidikan Disdik
guru dengan kualifikasi
akademik S I atau D-IV
sebanyak 70% dan separuh
diantaranya (35%) dari
keseluruhan guru telah memiliki
sertifikasi pendidik, untuk
daerah khusus masing-masing
sebanyak 40% dan 20%
Di setiap SMP/MTs tersedia 98,40% Pendidikan Disdik
guru dengan kualifikasi
akademik S I atau D-IV dan
telah memiliki sertifikasi
pendidik masing-masing satu
orang mata pelajaran
Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris
Di setiap Kab/Kota semua 99,75% Pendidikan Disdik
kepala SD/MI berkualifikasi
akademik S I atau D-IV dan telah
memiliki sertifikasi pendidik
Di setiap kab/kota semua 100% Pendidikan Disdik
pengawas sekolah dan
madrasah memiliki kualifikasi
akademik S-I atau D-IV dan
telah memiliki sertifikasi
pendidik
Pemerintah kab/kota memiliki 100% Pendidikan Disdik
rencana dan melaksanakan
kegiatan untuk membantu
satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum dan
proses pembelajaran yang
efektif
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Kunjungan pengawas ke satuan SD : 99,95% Pendidikan Disdik
pendidikan dilakukan satu kali SMP : 98,90%
setiap bulan dan setiap kunjungan
dilakukan selama 3 jam untuk
melakukan supervise dan
pembinaan
4 - 39 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 40 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam SD : 99,40% Pendidikan Disdik
per minggu di satuan SMP : 95,45%
pendidikan,termasuk
merencanakan
pembelajaran,menilai hasil
pembelajaran, membimbing atau
melatih peserta didik dan
melaksanakan tugas tambahan
Satuan pendidikan 100% Pendidikan Disdik
menyelenggarakan proses
pembelajaran selama 34 minggu
per tahun dengan kegiatan tatap
muka sebagai berikut:
a). Kelas I-II : 18 jam per
minggu;
b). Kelas III: 24 jam per minggu;
c). Kelas IV-V : 27 jam per
minggu;
d). Kelas VII-IX : 27 jam per
minggu;
Satuan pendidikan menerapkan 100% Pendidikan Disdik
kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) sesuai
ketentuan yang berlaku
Setiap guru menerapkan rencana 100% Pendidikan Disdik
pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang disusun berdasarkan silabus
untuk setiap mata pelajaran yang
diampunya
Setiap guru mengembangkan SD : 98,98% Pendidikan Disdik
dan menerapkan program SMP : 95,00%
penilaian untuk membantu
meningkatkan kemampuan
belajar peserta didik
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Kepala sekolah melakukan SD : 99,90% Pendidikan Disdik
supervisi kelas dan memberikan SMP : 99,45%
umpan balik kepada guru dua
kali dalam setiap semester
Setiap guru menyampaikan 100% Pendidikan Disdik
laporan hasil evaluasi mata
pelajaran serta hasil penilaian
setiap peserta didik kepada
kepala sekolah pada akhir
semester dalam bentuk laporan
hasil prestasi belajar peserta
didik
Kepala sekolah atau madrasah 100% Pendidikan Disdik
menyampaikan laporan hasil
ulangan akhir semester (UAS)
dan Ulangan Kenaikan Kelas
(UKK) serta ujian akhir (US/UN)
kepada orang tua peserta didik
dan menyampaikan
rekapitulasinya kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
atau Kantor Kementrian Agama di
kab./kota setiap akhir semester
Setiap satuan pendidikan SD : 99%
menerapkan prinsip-prinsip SMP : 99%
manajemen berbasis sekolah
(MBS)
Program Pendidikan Menengah APK SMA/MA/SMK/Paket C 97,62% Pendidikan Disdik
(Khusus Kota Bandung)
APM SMA/MA/SMK/Paket C 97,62% Pendidikan Disdik
(Khusus Kota Bandung)
Jumlah rintisan sekolah inklusif 4 sekolah Pendidikan Disdik
SMA
4 - 41 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 42 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Rehabilitasi berat SMA/SMK 5 Pendidikan Disdik
Rehabilitasi sedang SMA/SMK 9 Pendidikan Disdik
Ruang kelas baru SMA/SMK 28 Pendidikan Disdik
Jumlah SMK yang bekerjasama 100% Pendidikan Disdik
dgn dunia industry & dunia
usaha
Peningkatan pendidikan 95% Pendidikan Disdik
kewiraswastaan yang berbasis
industri kreatif
Kegiatan keagamaan di 80% Pendidikan Disdik
pendidikan menengah
Cakupan peningkatan kualitas 100% Pendidikan Disdik
sarana & prasarana penunjang
pendidikan SMA/MA/SMK
Implementasi kurikulum, materi, SMA : 143 sekolah Pendidikan Disdik
dan metoda pembelajaran yang SMK : 138 sekolah
berwawasana lingkungan dan
warisan budaya daerah sebagai
perekat budaya nasional
Program Pendidikan Non formal APK pendidikan non formal 100% Pendidikan Disdik
Program Manajemen Pelayanan Tersedianya sistem informasi 205 sekolah Pendidikan Disdik
Pendidikan berbasis ICT di Dikdas
Program Peningkatan Kualitas Jumlah Pemustaka (orang) 5.472 pemustaka Pendidikan Disdik
Pelayanan Informasi
Perpustakaan dan Budaya Baca
Program Peningkatan Cakupan sistem Perpustakaan 1 database Pendidikan Disdik
Administrasi Perpustakaan TI
4 - 43 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 44 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Meningkatnya Persentase 90% Program Pelayanan Kesehatan Cakupan ibu Hamil K4 95% Kesehatan Dinas
akses pelayanan pelayanan Dasar Kesehatan
kesehatan dasar kesehatan dasar
dan rujukan bagi pada bayi,
masyarakat yang balita,anak,remaja
bermutu, merata dan ibu
dan terjangkau
Persentase penyakit 100% Cakupan Komplikasi kebidanan 80% Kesehatan Dinas
menular yang yang ditangani Kesehatan
ditangani
Persentase pasien 100% Cakupan pertolongan persalinan 90% Kesehatan Dinas
miskin yang dirujuk oleh tenaga kesehatan yang Kesehatan
dan dilayani oleh memiliki kompetensi kebidanan
PPK II
4 - 45 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 46 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Program Pelayanan Kesehatan Cakupan Penderita DBD yang 100% Kesehatan Dinas
Rujukan ditangani Kesehatan
Program Peningkatan Pelayanan Cakupan Kesehatan ibu dan 100% Kesehatan Dinas
Kesehatan Badan Layanan anak Kesehatan
Umum Daerah (BLUD)
Program Pengadaan, Cakupan layanan pengadaan 100% Kesehatan Dinas
Peningkatan Sarana Prasarana sarana dan prasarana rumah Kesehatan
Rumah Sakit/ RSJ/ Rumah Sakit sakit
Paru/ Rumah Sakit Mata
Cakupan Pemeliharaan sarana 100% Kesehatan Dinas
dan prasarana rumah sakit Kesehatan
Program Standarisasi Pelayanan Tenaga Kesehatan yang 100% Kesehatan Dinas
Kesehatan memiliki sertifikat ijin Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang 100% Kesehatan Dinas
memiliki sertifikat ijin Kesehatan
Puskesmas terakditasi 56 Kesehatan Dinas
Kesehatan
Program Obat dan Perbekalan Terpenuhinya ketersediaan obat 100% Kesehatan Dinas
Kesehatan dan perbekalan kesehatan Kesehatan
sesuai dengan kebutuhan
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Program Pemeliharaan Sarana Cakupan layanan pengadaan 100% Kesehatan Dinas
Prasarana Rumah Sakit/RSJ/ sarana dan prasarana rumah Kesehatan
Rumah Sakit Paru/ Rumah Sakit sakit
Mata
Cakupan pemeliharaan sarana 100% Kesehatan Dinas
dan prasarana rumah sakit Kesehatan
Terkendalinya Kasus penyakit 8 kasus Program Pencegahan dan Kasus penyakit zoonosa 8 kasus kesehatan Dinas Pertanian
kasus penyakit zoonosa Penanggulangan Penyakit dan Ketahanan
zoonosa Ternak Pangan
3 Peningkatan Terwujudnya Opini BPK terhadap WTP Program Peningkatan dan Opini audit BPK terhadap WTP Otonomi Daerah, Seluruh SKPD
Pelayanan Publik Pemerintahan yang laporan keuangan Pengembangan Pengelolaan laporan keuangan daerah Pemerintahan
dan bersih dan bebas daerah Keuangan Daerah Umum
pengembangan KKN
tata kelola
pemerintahan
berbasis
Teknologi
Komunikasi dan
Informasi
SKPD yang 16% Program Peningkatan Sistem Persentase SKPD yang 16% Otonomi Daerah, Inspektorat
mendapat temuan Pengawasan Internal dan mendapat temuan berindikasi Pemerintahan
berindikasi Pengendalian Pelaksanaan tindak pidana korupsi yang Umum
penyimpangan Kebijakan KDH material
materia/administrasi
SKPD yang telah 100% Program Penataan Persentase SKPD yang telah 80% Otonomi Daerah, Inspektorat
menerapkan SPIP danPenyempurnaan Kebijakan menerapkan SPIP level Pemerintahan
level berkembang Sistem dan Prosedur Pengawasan berkembang Umum
Program Penataan dan Tingkat tercapainya 100% Otonomi Daerah, Inspektorat
Penyempurnaan Kebijakan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan
Sistem dan Prosedur pengawasan Umum
Pengawasan
4 - 47 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 48 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Terwujudnya Rata-rata Indeks A Program Peningkatan Peran Indeks Kepuasan Masyarakat A Otonomi Daerah, Kecamatan
peningkatan kualitas Kepuasan Kecamatan dan Kelurahan Pemerintahan
pelayanan publik Masyarakat (IKM) Umum
Program Peningkatan dan Indeks Kepuasaan Masyarakat 3,3 (sangat baik) Otonomi Daerah, Badan
Pengembangan (IKM) Pemerintahan Pelayanan
Penyelenggaraan Pelayanan Umum Perizinan
Perizinan Terpadu Terpadu
Program Peningkatan Sistem Jumlah SKPD yang tefasilitasi 68 SKPD Otonomi Daerah, Bagian Orpad
Pengawasan Internal dan Surveilance SMM ISO Pemerintahan
Pengendalian Pelaksanaan 9001:20018 Umum
Kebijakan KDH
Jumlah SKPD yang dilakukan 15 SKPD Otonomi Daerah, Bagian Orpad
Pengukuran IKM Pemerintahan
Umum
Jumlah Dokumen Reviu 2 dokumen Otonomi Daerah, Bagian Orpad
Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintahan
dan Evaluasi Reformasi Umum
Birokrasi
Meningkatnya Persentase jabatan 82% Program Pembinaan dan Persentase PNS yang telah 85% Otonomi Daerah, BKD
kapasitas dan yang disi sesuai Pengembangan Sumber Daya memenuhi target SKP Pemerintahan
akuntabilitas kinerja dengan kompetensi Aparatur Umum
birokrasi
Terpenuhinya kompetensi SDM 80% Otonomi Daerah, BKD
Aparatur Sipil Negara sesuai Pemerintahan
standar Umum
Persentase penanganan 100% Otonomi Daerah, BKD
terhadap pelanggaran disiplin Pemerintahan
PNS Umum
Pelayanan Administrasi 100% Otonomi Daerah, BKD
Kepegawaian tepat waktu Pemerintahan
Umum
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Persentase SKPD yang sudah 100% Otonomi Daerah, BKD
online data kepegawaian Pemerintahan
Umum
Program Peningkatan Kapasitas Terpenuhinya standar diklat 16% Otonomi Daerah, BKD
Sumber Daya Aparatur SDM Aparatur Sipil Negara Pemerintahan
Umum
Program Peningkatan Kapasitas Persentase Sumber Daya 90% Otonomi Daerah, BKD
Sumber Daya Aparatur Aparatur yang memiliki Pemerintahan
kompetensi sesuai bidangnya Umum
Program Pembangunan dan Penempatan SDM Aparatur Sipil 86% Otonomi Daerah, BKD
Pengembangan Assesment Negara Sesuai formasi dan Pemerintahan
Center kompetensi Umum
Tingkat ketepatan Baik Program Penataan Peraturan Jumlah SKPD yang dievaluasi 33 SKPD Otonomi Daerah, Bag Orpad
struktur dan ukuran Perundang-undangan SOTK- nya (non Akumulasi) Pemerintahan
organisasi Umum
Jumlah SKPD yang 14 SKPD Otonomi Daerah, Bag Orpad
menerapkan Standar Prosedur Pemerintahan
dan Pelayanan Umum
Nilai evaluasi AKIP A Program Perencanaan Persentase SKPD memiliki nilai 91,80% Otonomi Daerah, Bag Orpad
Kota Pembangunan Evaluasi AKIP Minimal B Pemerintahan
Umum
Nilai LPPD Sangat baik= Program Peningkatan Pelayanan Nilai dan Pemeringkatan LPPD 1 Otonomi Daerah, Bagian Pemum
3,1876 Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Pemerintahan
Kepala Daerah Umum
Berkembangnya tata Cakupan wilayah 100% Program Pengembangan Cakupan wilayah untuk 100% Otonomi Daerah, Dinas Kominfo
kelola pemerintahan untuk Pelayananan Komunikasi, Informasi dan Media Pelayanan informasi Pemerintahan
berbasis e- informasi Massa pembangunan Umum
government pembangunan
Tingkat layanan 100% Program Perencanaan Tingkat Ketersediaan Data Profil 100% Otonomi Daerah, Bappeda
interaksi pengaduan Kerjasama Daerah RW Pemerintahan
secara on-line Umum
4 - 49 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 50 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Program Pengembangan Tingkat Integrasi Data SKPD 5 SKPD Otonomi Daerah, Bappeda
Data/Informasi dalam Bandung Satu Data Pemerintahan
Umum
4 Meningkatnya Meningkatnya Tingkat kualitas 45% Program Peningkatan Tingkat kualitas udara 65% Lingkungan Hidup BPLH
pengelolaan pengelolaan udara perkotaan Pengendalian Polusi perkotaan memenuhi baku mutu
lingkungan hidup lingkungan hidup memenuhi baku udara ambien
yang berkualitas mutu udara ambien
dan
tertanggulanginya
bencana secara dini
komprehensif
Persentase 2% - Persentase penurunan emisi 95% Lingkungan Hidup BPLH
penurunan emisi Gas Gas Rumah Kaca
Rumah Kaca
Sungai yang 17% Program Rehabilitasi dan Sungai yang memenuhi baku 17% Lingkungan Hidup BPLH
memenuhi baku Pemulihan Cadangan mutu kelas IV gol B.(dari
mutu kelas IV gol Sumberdaya Alam tercemar berat mjd tercemar
B.(dari tercemar ringan)
berat mjd tercemar
ringan)
Jumlah mata air yang dipulihkan 5 titik Lingkungan Hidup BPLH
akibat pencemaran air
Program Pengendalian Penanganan pengaduan kasus 1 dokumen laporan Lingkungan Hidup BPLH
Pencemaran dan Perusakan lingkungan
Lingkungan Hidup
Program Pengembangan, Lingkungan sungai yang tertata 2 lokasi, 68 lokasi Lingkungan Hidup BPLH
Pengelolaan dan Konservasi
Sungai, Danau dan Sumber
Daya Air Lainnya
Ruang terbuka hijau 20% Program Pengelolaan Ruang Tertata dan Terpeliharanya Penataan 25 taman, Lingkungan Hidup Diskamtam
(RTH) kota yang Terbuka Hijau Taman dan RTH di Kota Pemeliharaan 130
efektif menunjang Bandung taman, 20 Lokasi
fungsi hidroorologi penataan RTH, 388
taman RW, 4 taman
tematik pemeliharaan 15
Program Pengelolaan Areal Cakupan pengelolaan areal 15% Lingkungan Hidup Diskamtam
Pemakaman pemakaman
Tingkat waktu < 15 menit Program peningkatan kesiagaan Response Time Rite < 15 menit DPPK
tanggap (response dan pencegahan bahaya
time rate) kebakaran
Cakupan pelayanan 91,96% Cakupan pelayanan bencana 91,96% DPPK
bencana kebakaran kebakaran
Meningkatnya Jumlah RW siaga 1321 RW Program Promosi Kesehatan dan Jumlah RW Siaga Aktif 1321 RW Kesehatan Dinkes
kesadaran individu, aktif Pemberdayaan Masyarakat
keluarga dan
masyarakat melalui
promosi,
pemberdayaan dan
penyehatan
lingkungan
4 - 51 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 52 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Persentase 27% Program Pengembangan Jumlah kelurahan yang 75 kel Kesehatan Dinkes
kelurahan yang Lingkungan Sehat melaksankan Sanitasi Total
melaksanakan Berbasis Masyarakat (STBM)
sanitasi total berbasis
masyarakat
Persentase sarana 77,3% Program Pengembangan Persentase penduduk yang 80% Kesehatan Dinkes
air minum yang Lingkungan Sehat memiliki akses terhadap air
memenuhi syarat minum berkualitas
Persentase kualitas air minum 70% Kesehatan Dinkes
yang memenuhi syarat
Persentase penduduk yang 75% Kesehatan Dinkes
menggunakan Jamban sehat
5 Penanggulangan Meningkatnya Peran Serta Rp. Program Pengembangan Jumlah Swadaya Masyarakat 199.650.000.000 Pemberdayaan BKBPM
Kemiskinan pemberdayaan Swadaya Masyarakat 199.650.000.000 Pemberdayaan Masyarakat dalam bentuk partisipasi keungan Masyarakat
masyarakat dan terhadap Program
sinergitas program- pemberdayaan
program masyarakat
penanggulangan
kemiskinan
Angka kemiskinan 292.923 jiwa Program Penanggulangan Jumlah penduduk Miskin Penurunan Masy. Miskin Pemberdayaan BKBPM
Kemiskinan 678.526 Masyarakat
Tingkat Inovasi Tinggi Program Perencanaan Bidang Tingkat Inovasi Pemberdayaan Tinggi Pemberdayaan Bappeda
Pemberdayaan dan Pemerintahan dan Pembangunan Kewilayahan Masyarakat
Pembangunan
Kewilayahan
Program Inovasi Pembangunan Tingkat Inovasi Pemberdayaan Tinggi Pemberdayaan Kecamatan
dan pemberdayaan Kewilayahan dan Pembangunan Kewilayahan Masyarakat
Program Perlindungan Konsumen Persentase komoditas peredaran 18,9% UKM Dinas Koperasi
dan Pengamanan Perdagangan barang yang diawasi UKM dan Indag
Fasilitas penyaluran subsidi gas 3 62.255 KK (RTM) UKM Dinas Koperasi
kg UKM dan Indag
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
6 Peningkatan PAD Meningkatnya Penerimaan Pajak Rp. 2.118.181 Program Peningkatan dan Penerimaan Pajak Rp. 2.118.181 Milyar Otonomi Daerah, Disyanjak
pendapatan asli Daerah Milyar Pengembangan Pengelolaan Pemerintahan
daerah Keuangan Daerah Umum
Penerimaan Rp. 144.000 Juta Program Koordinasi Perumusan Jumlah Perusahaan yang Rp. 144.000 Juta Bagian
Retribusi Daerah dan Implementasi Kebijakan berkontribusi terhadap Perekonomian
Ekonomi pembangunan kota setiap tahun
Mengembangkan Insentif pajak 1 kelompok Program Perencanaan dan Jumlah kelompok sasaran/ jenis 1 kelompok sasaran Otonomi Daerah, Disyanjak
insentif fiskal untuk daerah sasaran Pengembangan Pajak Daerah yang mendapatkan insentif Pemerintahan
menarik sektor pajak Umum
swasta/masyarakat
dalam pembiayaan
dan penyediaan
fasilitas publik
Meningkatnya Terbentuknya Terbentuknya Program Penelitian dan - Pembentukan Perusda Perencanaan Bappeda
kontribusi perusahaan Perusahaan Pengembangan Holding Pembangunan
perusahaan patungan untuk Patungan
patungan untuk beberapa layanan
layanan jasa dan jasa umum dan
penyediaan barang barang publik
publik terhadap PAD
4 - 53 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 54 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Program Pengembangan Jumlah Aktivitasi Bag
Ekonomi Kreatif Dan Teknopolis Pengembangan Sub Sektor Perekonomian
Ekonomi Kreatif
Berkembangnya Pelaku usaha bernilai 475 unit Program Pengembangan Jumlah unit usaha industri 220 pelaku industri KUKM Dinas KUKM
koperasi dan tambah dalam aspek Ekonomi Kreatif Dan Teknopolis kreatif yang dibina (pelaku kreatif Perindag
UMKM HKI,paten,omzet,aks industri kreatif)
es modal sertifikasi
halal, kuantitas, dan
kualitas produksi
Koperasi aktif 86,24% Program Peningkatan kualitas Persentase Koperasi Aktif 86,24% Koperasi Dinas KUKM
Kelembagaan Koperasi Perindag
Program pengembangan Industri Jumlah unit usaha dan sentra 180 pelaku usaha IKM KUKM Dinas KUKM
Kecil Menengah yang dibina Perindag
Program Pengembangan Sistem Jumlah UMKM binaan 275 UMKM KUKM Dinas KUKM
Pendukung Usaha bagi UKM Perindag
Meningkatnya Jumlah Seni 3 unit Program Pengembangan Nilai Apresiasi pemerintah terhadap 10 orang Pariwisata Disbudpar
pelestarian seni Budaya Tradisi Budaya seniman dan budayawan
budaya serta yang dilestarikan
prestasi
kepemudaan dan
olahraga
Program Pengelolaan Kekayaan Perlidungan bangunan cagar 100 Pariwisata Disbudpar
Budaya budaya
Program Pengelolaan Jumlah Pagelaran dan festival 60 Pariwisata Disbudpar
Keragaman Budaya seni budaya
Prestasi Olah raga Juara 1 POR Program Pembinaan dan Jumlah kejuaraan atau 8 kejuaraan/perlombaan Kepemudaan Dispora
di tingkat Prov dan Pemda Pemasyarakatan Olahraga perlombaan yang diikuti (olahraga
Nasional prestasi, olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi/ masyarakat)
Program Peningkatan Sarana Jumlah sarana olahraga yang 14 SOR/GOR Kepemudaan Dispora
Dan Prasarana Olah Raga terbangun
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Program Peningkatan Peran Jumlah Gelanggang Pemuda 3 gelanggang Kepemudaan Dispora
Serta Kepemudaan dan Sarana Pendukung
Optimalisasi Kota Jumlah kunjungan 5.843.652 orang Program Pengembangan Jumlah kunjungan wisatawan : 5.843.652 Pariwisata Disbudpar
Bandung sebagai wisatawan Pemasaran Pariwisata Wisnus & Wisman
kota tujuan wisata
yang berdaya saing
Program Pengembangan Pengembangan Objek Daya 5 ODTW Pariwisata Disbudpar
Destinasi Pariwisata Tarik Wisata
8 Penanggulangan Meningkatnya Persentase 26% Program Pembinaan Panti Jumlah Penghuni Panti yang 3554 orang Sosial Dinsos
PMKS, penanggulangan penyandang Asuhan/Panti Jompo ditangani
Pemberdayaan PMKS masalah
Perempuan, kesejahteraan
Perlindungan sosial yang terlayani
Anak serta
Pengendalian
penduduk
Program Pembinaan Anak Persentase penanganan anak 4,77% Sosial Dinsos
Terlantar terlantar dan anak jalanan
4 - 55 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 56 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Meningkatnya Indeks 65,55 Program Keserasian Kebijakan Indeks pembangunan gender 65,6 Pemberdayaan BPPKB
pemberdayaan pembangunan peningkatan kualitas anak dan (IPG) Perempuan
perempuan dan gender (IPG) perempuan
perlindungan anak
dalam kehidupan
bermasyarakat dan
bernegara
Indeks 70,2 Program Peningkatan Peran Indeks Pemberdayaan Gender 65,6 Pemberdayaan BPPKB
pemberdayaan Serta Dan Kesetaraan Gender (IPG) Perempuan
Gender (Gender Dalam Pembangunan
Empo-werment
Measurement )
Program Peningkatan Kualitas Cakupan perempuan dan anak 100% Pemberdayaan BPPKB
Hidup dan Perlindungan koraban kekerasan yang Perempuan
Perempuan mendapatkan penanganan
pengaduan oleh petugas terlatih
di dalam unit pelayanan terpadu
4 - 57 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 58 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
9 Peningkatan Mendorong upaya Indeks daya beli 67,56 Program Pengembangan Sistem Jumlah UMKM binaan 275 UMKM KUKM Dinas KUKM
kesempatan kerja peningkatan daya Pendukung Usaha bagi UKM Perindag
dan Daya beli beli masyarakat
masyarakat
PDRB/Kapita Rp. 21.598.737 Program Koordinasi Perumusan Dokumen Kebijakan Ekonomi 1 dokumen KUKM Bagian
dan Implementasi Kebijakan Makro Perekonomian
Ekonomi
Terciptanya iklim Nilai investasi Rp. 4,523 Triliun Program Penciptaan Iklim Usaha Jumlah UKM yang berdaya 5.246 KUKM Dinas KUKM
usaha yang kondusif berskala nasional Kecil Menengah Yang Kondusif saing Perindag
dan kemudahan (PMDN/PMA)
investasi
Program Peningkatan Promosi Nilai investasi berskala nasional 4,523 Triliun Bappeda
Dan Kerjasama Investasi (PMDN/PMA)
Program Peningkatan Iklim Nilai investasi berskala nasional 4,523 Triliun Bappeda
Investasi dan Realisasi Investasi (PMDN/PMA)
Terjaganya Penguatan 60 ton Program Ketahanan Pangan Skor Pola Pangan Harapan Pertanian Distan KP
ketersediaan cadangan pangan (PPH) dalam %
pangan dan ekuivalen beras
stabilitas harga
Penguatan cadangan pangan 91,00% Pertanian Distan KP
ekuivalen beras
Program Peningkatan Ketahanan Produktivitas tanaman padi 69,05 kw/ha Pertanian Distan KP
Pangan (Pertanian/Perkebunan)
Peningkatan Jumlah Pelaku 250 Pertanian Distan KP
Usaha Olahan hasil pertanian
Menurunnya komoditas produk 40 kasus Pertanian Distan KP
pertanian yang tercemar
Tingkat Inflasi < 10 Program Koordinasi Perumusan Dokumen Kebijakan Ekonmi 1 dokumen KUKM Bagian
Umum dan Implementasi Kebijakan Makro Perekonomian
Ekonomi
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Program Perlindungan Persentase komoditas 18,9% KUKM Dinas KUKM
Konsumen Dan Pengamanan peredaran barang yang diawasi Perindag
Perdagangan
Terjaganya Laju Pertumbuhan 10,06% Program Pengembangan Sentra- Jumlah sosialisasi Bandung 3 kali KUKM Dinas KUKM
pertumbuhan Ekonomi sentra Industri Potensial Kota Kreatif Perindag
ekonomi
Program Penciptaan Iklim Usaha Jumlah UKM yang berdaya 5.246 KUKM Dinas KUKM
Kecil Menengah yang Kondusif saing Perindag
4 - 59 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 60 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Meningkatnya akses Nilai Ekspor Kota $ 612 Juta Program Peningkatan Dan Nilai Ekspor Kota Bandung $ 612 Juta Perdagangan Dinas KUKM
dan kualitas usaha Bandung Pengembangan Ekspor Perindag
perdagangan dalam
dan luar negeri
Meningkatkan Tingkat 10,17% Program Peningkatan Kualitas Jumlah orang yang dilatih 1,68 Ketenagakerjaan Disnaker
kesempatan kerja pengangguran Dan Produktifitas Tenaga Kerja mandiri
terbuka
Lapangan 60.000 Program Perlindungan Dan Jumlah fasilitasi penyelesaian 58 kasus Ketenagakerjaan Disnaker
pekerjaan baru Pengembangan Lembaga perselisihan hubungan industrial
Ketenagakerjaan
Program Peningkatan Jumlah pencari kerja yang 2.743 Ketenagakerjaan Disnaker
Kesempatan Kerja ditempatkan
Wirausaha baru 25.000 orang Program Pengembangan Wirausaha baru 4.783 KUKM Dinas KUKM
Kewirausahaan dan Keunggulan Perindag
Kompetitif UKM
Program Pengembangan Industri Jumlah unit usaha dan sentra 180 pelaku usaha IKM KUKM Dinas KUKM
Kecil Menengah yang dibina Perindag
10 Peningkatan Meningkatkan Indeks demokrasi - Program Pengembangan Tingkat pemahaman terhadap baik BKBPM
partisipasi dan pemahaman Wawasan Kebangsaan wawasan kebangsaan, ideology
kesadaran masyarakat tentang negara, toleransi antar umat
masyarakat dalam pendidikan politik beragama dan antar etnis di
bidang hukum, dan perilaku Kota Bandung
politik dan demokratis
stabilitas
keamanan
Meningkatnya Persentase usulan ≥ 30 Program Perencanaan Tingkat Akomodasi Hasil ≥ 30 Perencanaan Bappeda
partisipasi masyarakat melalui Pembangunan Musrenbang Pembangunan
masyarakat dalam Musrenbang yang
perencanaan diakomodir dalam
pembangunan Perencanaan
Pembangunan
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Meningkatnya Tingkat Partisipasi - Program Pendidikan Politik Tingkat partisipasi politik - Pemberdayaan BKBPM
partisipasi Pemilihan Umum Masyarakat masyarakat Kota Bandung Masyarakat
masyarakat dalam
Pemilu
Indeks demokrasi - Pemberdayaan BKBPM
Masyarakat
Meningkatnya Cakupan 85% Program Pembangunan Produk Tersusunnya rancangan produk 80% Otonomi Bagian Hukum
kesadaran dan penegakan Perda Hukum Daerah hukum
ketaatan
masyarakat dalam
penerapan produk
hukum
Program Penegakan Peraturan Cakupan Penegakan Perda 85% Ketentraman/ Satpol PP
Daerah dan Peraturan Walikota ketertiban
Terwujudnya Terwujudnya B Program Sosial Keagamaan Terwujudnya toleransi dan B Bagian Kesra
kehidupan harmoni pemahaman dan kerukunan umat beragama
intern dan antar pengalaman agama
umat beragama sesuai dengan
agama dan
keyakinan masing-
masing
Meningkatnya pemahaman dan B Bagian Kesra
pengamalan agama sesuai
dengan agama dan keyakinan
masing-masing
Meningkatnya kualitas 100% Bagian Kesra
kehidupan sosial keagamaan di
Kota Bandung
Terwujudnya B Program Pengembangan Tingkat pemahaman terhadap Baik Pemberdayaan BKBPM
toleransi dan Wawasan Kebangsaan wawasan kebangsaan, ideology Mayarakat
kerukunan umat negara, toleransi antar umat
beragama beragama dan antar etnis di Kota
Bandung
4 - 61 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
4 - 62 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Target Kinerja
Prioritas Indiktor Kinerja Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program
No Sasaran Sasaran Tahun Urusan SKPD
Pembangunan 2017 Sasaran Daerah (RKPD) (Outcome) 2017
2017
Program Kemitraan Tingkat pemahaman rasa 85% Pemberdayaan BKBPM
Pengembangan Wawasan persatuan & kesatuan bangsa Mayarakat
Kebangsaan dan 4 pilar kehidupan
berbangsa dan bernegara
terciptanya suasana
kondusivitas, rasa aman di
masyarakat
Program Pendidikan Anak Usia APK PAUD Pendidikan DIsdik
Dini
Program Wajib Pendidikan Dasar APK SD/MI/Paket A (Termasuk Pendidikan Disdik
9 Tahun siswa dari luar kota )
Selain berpedoman pada pencapaian target kinerja pada Tahun ke 4 RPJMD Kota Bandung, penetapan
prioritas pembangunan juga dilakukan dengan memperhatikan rencana pembangunan pada level yang
lebih tinggi yaitu RKP Tahun 2017 serta RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017. Matriks Keterkaitan
perencanaan pembangunan nasional, regional Jawa Barat dengan RKPD Kota Bandung terlihat pada
Tabel di bawah ini:
Keterkaitan Tema RKP 2017, Tema RKPD Provinsi Jawa Barat 2017,
dengan Tema RKPD Kota Bandung 2017
Sementara untuk melihat keterkaitan prioritas pembangunan nasional dengan prioritas pembangunan
Kota Bandung, dapat dilihat dalam tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8
Keterkaitan Prioritas Pembangunan Nasional dengan
Prioritas Pembangunan Kota Bandung Tahun 2017
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 63
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
Penegakan Hukum dan Peningkatan partisipasi 1. Menyediakan produk
kelembagaan Politik dan kesadaran hukum daerah untuk
masyarakat dalam bidang mendukung
hukum, politik dan penyelenggaraan
stabilitas keamanan pemerintahan
2. Penegakan perda
Pembangunan Kesehatan Memperkuat upaya Peningkatan kualitas 1. Meningkatkan RW siaga
promotif dan preventif layanan pendidikan dan aktif
dengan gerakan kesehatan 2. Meningkatkan promosi
masyarakat hidup sehat kesehatan rumah sakit
3. Meningkatkan sanitasi
total berbasis
masyarakat
Meningkatkan akses dan 1. Meningkatkan
mutu pelayanan pelayanan puskesmas
kesehatan dengan fasilitas
ambulance 24 jam
2. Meningkatkan
pengendalian penyakit
menular dan tidak
menular
3. Meningkatkan penataan
sistem rujukan
pelayanan kesehatan
kepada masyarakat
miskin
4. Meningkatkan sarana
dan prasarana serta
manajemen rumah sakit
5. Pembangunan rumah
sakit standar
internasional
Meningkatkan pelayanan Penanggulangan PMKS, 1. Meningkatkan
keluarga berencana dan pemberdayaan kelestarian dan
kesehatan reproduksi perempuan, perlindungan kemandirian peserta KB
anak serta pengendalian 2. Pembentukan,
penduduk pembinaan dan
pengembangan pusat
informasi konseling-
kesehatan reproduksi
remaja (PIK-KRR)
Pembangunan Pendidikan Meningkatkan akses dan Peningkatan kualitas 1. Peningkatan Sarana
kualitas layanan layanan pendidikan dan dan prasarana
pendidikan dasar, serta kesehatan pendidikan
memperluas dan 2. Pengembangan
meningkatkan pemerataan Sekolah Gratis Tingkat
akses, kualitas, dan SD/MI, SMP/MTs, SMA/
relevansi pendidikan SMK dan MA dalam
menengah rangka Penguatan
Wajar Dikdas sembilan
Tahun dan rintisan
wajar Dikmen 12 Tahun
pada tahun 2018
4 - 64 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
3. pendidikan terjangkau
bagi anak-anak dari
golongan tidak mampu
serta Bantuan Siswa
Miskin (Siswa Miskin
untuk SMA/SMK/MA
dan Warga Belajar
4. Perluasan sekolah
inklusif
5. Penuntasan buta aksara
6. Pengembangan standar
pelayanan pendidikan
mengacu pada standar
pendidikan nasional
Meningkatkan kualitas Pengembangan kurikulum,
pembelajaran melalui kualitas materi dan metode
perkuatan penjaminan pembelajaran
mutu pendidikan,
pengembangan kurikulum
sesuai kebutuhan zaman,
serta perkuatan sistem
penilaian pendidikan yang
komprehensif dan kredibel
Meningkatkan Pengembangan dan
profesionalisme, kualitas, pengawasan kapasitas guru
pengelolaan, dan
penempatan guru yang
merata
Meningkatkan akses dan Pengembangan PAUD
kualitas pendidikan
masyarakat dan layanan
pendidikan anak usia dini
Meningkatkan kualitas 1. Mewujudkan pendidikan
pendidikan vokasi serta kejuruan yang luwes
pendidikan dan pelatihan dan fleksibel dan
keterampilan kerja mampu menyesuaikan
diri dengan kebutuhan
pasar kerja yang
berubah
2. Membangun sistem
terpadu pendidikan
kejuruan yang
mencakup semua
program kejuruan yang
diminati oleh pasar dan
telah berkembang pada
SMK, dan program-
program PNF kejuruan
(lembaga kursus,
pelatihan kerja,
pendidikan kecakapan
hidup, dan pendidikan
kewirausahaan)
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 65
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
Pembangunan perumahan Meningkatkan akses Peningkatan kualitas Sinergitas pembiayaan
dan permukiman masyarakat infrastruktur perkotaan dalam penyediaan rumah
berpendapatan rendah tidak layak huni dengan
terhadap hunian baru yang Pemerintah Jawa Barat dan
layak, aman, dan Pemerintah Pusat
terjangkau
Dimensi Pembangunan
sektor Unggulan
Kedaulatan Pangan Peningkatan produksi padi Peningkatan kesempatan Mengembangkan sistem
dan pangan lain, terutama kerja dan daya beli agribisnis yang berdaya
produktivitas, diversifikasi masyarakat saing
dan efisiensi rantai
pasokan pangan
Kelancaran distribusi 1. Menjaga keseimbangan
pangan dan akses pangan antara permintaan dan
masyarakat ketersediaan barang
2. Monitoring dan Evaluasi
ketersediaan komoditas
barang yang beredar
3. Menyediakan informasi
pasokan harga dan
akses pangan di daerah
4 - 66 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
Kedaulatan energi Meningkatkan peranan Peningkatan kualitas Peningkatan daur ulang
energi baru dan energi infrastruktur perkotaan sampah dan mengkonversi
terbarukan dalam bauran sampah menjadi energi
energi dengan teknologi yang
ramah lingkungan
Percepatan Pertumbuhan Peningkatan daya saing Peningkatan kesempatan Pembinaan dan fasilitasi
Industri dan Kawasan dan produktivitas industri kerja dan daya beli sentra industri potensial
Ekonomi (KEK) nasional masyarakat melalui pengenalan produk
& promosi offline & online
Pemerataan dan
Kewilayahan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 67
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
4. Fasilitasi dan mediasi
antara pelaku usaha
Kota Bandung &
Investor
5. Pembentukan &
Penguatan Task Force
atau Representasi
Promotion Business
Centre dlm menangani
pangsa & peluang
investasi
4 - 68 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
2. Pengembangan PPK
Gedebage melalui: 1)
pembangunan pusat
pemerintahan, 2)
pengembangan
kawasan bisnis, 3)
pengembangan pusat
ilmu pengetahuan &
teknologi, 4)
pembangunan
infrsatruktur TPA
berteknologi tinggi yang
ramah lingkungan
3. Pembangunan trotoar,
ruang tunggu terminal
serta bangunan publik
yang dilengkapi dengan
fasilitas bagi kaum
difabel
4. Pembangunan dan
pemeliharaan
penerangan jalan umum
5. Mengembangkan dan
meningkatkan
kapasitas & kualitas
saluran drainase
melalui pembangunan
& rehabilitasi
saluran/drainase &
gorong-gorong
6. Mengembangkan
prasarana pengendali
banjir dengan
mengedepankan
konsep eco-drain
7. Mengembangkan dan
memelihara bantaran
tanggul sungai
8. Normalisasi sungai
dan menata ling.
sempadan sungai
9. Pengembangan sungai
yang hijau, bersih,
memiliki kapasitas
pengairan yang
memadai dan menjadi
ruang publik yang
nyaman
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 69
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
Mengembangkan kota Meningkatnya pengelolaan 1. Mendorong peningkatan
hijau yang berketahanan lingkungan hidup kualitas udara
iklim dan bencana perkotaan melalui
penerapan berbagai
instrumen pengendalian
dan peningkatan RTH
2. Mendorong terciptanya
kawasan babakan
siliwangi menjadi pusat
ekologi kota
3. Menambah luasan RTH
4. Memeliharan RTH yang
sudah ada
5. Meningkatkan cakupan
pelayanan kebakaran
dan bencana
6. Meningkatkan sarana
dan prasarana
penanggulangan
kebakaran dan bencana
Mengembangkan kota Peningkatan pelayanan Pelayanan jaringan dan
cerdas yang berdaya publik dan pengembangan peningkatan penggunaan
saing dan berbasis tata kelola pemerintahan teknologi informasi di area
teknologi dan TIK berbasis teknologi publik menuju cyber city
komunikasi dan dan tersedianya
informatika infrastruktur teknologi
komunikasi dan informatika
Peningkatan PAD Pemanfaatan Teknologi
Informasi dlm pencatatan
dan pengelolaan Retribusi
Daerah
Meningkatkan kapasitas Peningkatan partisipasi Meningkatkan partisipasi
pengelolaan kota yang dan kesadaran masyarakat dalam
transparan, akuntabel, masyarakat dalam bidang perencanaan pembangunan
partisipatif, dan profesional hukum, politik dan daerah yang berkualitas,
stabilitas keamanan aplikatif dan responsif
4 - 70 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
Meningkatkan jaringan 1. Peningkatan sarana dan
transportasi yang prasarana dasar
mendukung aksesibilitas perhubungan
dari dan menuju kawasan 2. Menyediakan fasilitas
strategis terminal yang layak
3. Rehabilitasi dan
pemeliharaan prasarana
dan fasilitas
perhubungan
Mengurangi kemacetan Pengembangan sistem
dan penggunaan angkutan umum massal
kendaraan pribadi (berbasis rel dan non-rel)
Pembangunan Politik,
Hukum, Peertahanan,
dan Keamanan
Reformasi regulasi, Penegakan hukum yang Peningkatan partisipasi 1. Menyediakan produk
kepastian dan penegakan berkualitas dan kesadaran hukum daerah untuk
hukum masyarakat dalam bidang mendukung
hukum, politik dan penyelenggaraan
stabilitas keamanan pemerintahan
2. Penegakan perda
Pencegahan dan Peningkatan pelayanan 1. Mewujudkan opini WTP
pemberantasan korupsi publik dan pengembangan 2. Peningkatan
tata kelola pemerintahan pengelolaan
berbasis teknologi dan pengawasan
informasi penyelenggaraan
pemerintah daerah
3. Penerapan SPIP
Penghormatan, Penaggulangan PMKS, Pemberian layanan
perlindungan dan pemberdayaan (konseling, mediasi dan
pemenuhan hak atas perempuan, perlindungan pendampingan) kepada
keadilan anak serta pengendalian perempuan dan anak
penduduk korban tindak kekerasan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 71
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
Stabilitas Keamanan dan Membangun lingkungan Penaggulangan PMKS, Pendayagunaan dan
Ketertiban masyarakat bersih dari pemberdayaan pemberdayaan PSKS
penyalahgunaan narkoba perempuan, perlindungan dalam penanganan PMKS
anak serta pengendalian dan pembangunan
penduduk kesejahteraan sosial
Konsolidasi Demokrasi Peningkatan kualitas Peningkatan partisipasi dan Peningkatan peran serta
dan Efektivitas Diplomasi lembaga demokrasi dan kesadaran masyarakat masyarakat dalam pemilu
hak-hak politik, serta dalam bidang hukum, politik
kebebasan sipil dan stabilitas keamanan
4 - 72 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKP TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Nasional Kota Bandung
Peningkatan kesempatan Penyederhanaan prosedur
kerja dan daya beli perijinan serta optimalisasi
masyarakat pemanfaatan TIK dalam
pelayanan perijinan
Peningkatan Ekspor Non Peningkatan ekspor Peningkatan kesempatan Peningkatan diversifikasi
Migas nonmigas barang dan jasa kerja dan daya beli pasar tujuan ekspor serta
yang bernilai tambah lebih masyarakat peningkatan keberagaman,
tinggi kualitas dan citra produk
ekspor
Reformasi Fiskal Perpajakan Peningkatan PAD 1. Meningkatkan
kompetensi dan
integritas petugas
pelayanan pajak dengan
meningkatkan
keterampilan dan
pengetahuan petugas
pajak yang ramah,
bersih dan berwibawa
2. Tersedianya sarana dan
prasarana yang
memadai dalam
menunjang operasional
pengelolaan pajak
daerah
Adapun keterkaitan prioritas pembangunan Provinsi Jawa Barat dengan prioritas pembangunan Kota
Bandung, dapat dilihat dalam tabel 4.9 di bawah ini:
Tabel 4.9
Keterkaitan Prioritas Pembangunan Jawa Barat dengan
Prioritas Pembangunan Kota Bandung Tahun 2017
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Peningkatan sarana dan Pendidikan gratis dasar Peningkatan Kualitas Pengembangan Sekolah
prasarana pendidikan, dan menengah Layanan Pendidikan dan Gratis Tingkat SD/MI,
kualitas, daya saing Kesehatan SMP/MTs, SMA/ SMK dan
pendidikan dan MA dalam rangka
kesejahteraan tenaga Penguatan Wajar Dikdas
pendidik, kependidikan, sembilan Tahun dan rintisan
dan pengembangan wajar Dikmen 12 Tahun
budaya baca serta pada tahun 2018
pembinaan perpustakaan Peningkatan sarana dan 1. Peningkatan Sarana &
kapasitas pendidikan prasarana pendidikan
formal dan non formal 2. Peningkatan kualitas
pendidikan non-formal
dan informal
3. Mewujudkan minat baca
masyarakat
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 73
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Pendidikan terjangkau Pendidikan terjangkau bagi
bagi masyarakat anak-anak dari golongan
berpenghasilan rendah tidak mampu serta Bantuan
Siswa Miskin (Siswa Miskin
untuk Tingkat
SMA/SMK/MA dan Warga
Belajar)
4 - 74 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Peningkatan iklim Peningkatan daya saing Peningkatan Kesempatan Peningkatan kualitas
investasi dan daya saing tenaga kerja Kerja dan Daya Beli sumber daya manusia
usaha Masyarakat tenaga kerja
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 75
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Peningkatan peran, kinerja Peningkatan PAD Pembinaan BUMD
dan daya saing BUMD dan
lembaga keuangan dalam
pengokohan ekonomi
Jawa Barat
Peningkatan unit usaha Pengembangan ekonomi 1. Meningkatkan jumlah
industri kecil dan kreatif, usaha mikro, kecil komunitas dan klaster
menengah serta kemitraan dan menengah dan industri kecil dan
antar industri pengembangan pariwisata menengah berbasis
daerah industri kreatif dan
pelaku usaha kreatif
2. Fasilitasi pelaku
ekonomi untuk
mendapatkan HKI,
sertifikasi halal, dan
standarisasi
internasional dalam
produksi
3. Peningkatan kualitas
kelembagaan dan
usaha koperasi dan
UMKM, serta
perlindungan dan
dukungan usaha bagi
koperasi dan UMKM
Penyediaan infrastruktur Pembangunan, Peningkatan kualitas 1. Mengembangkan dan
layanan dasar peningkatan dan infrastruktur perkotaan meningkatkan kapasitas
permukiman dan rehabilitasi jaringan jalan dan kualitas jaringan
infrastruktur strategis di dan jembatan untuk jalan dan jembatan
perkotaan dan perdesaan menunjang aktivitas melalui pembangunan,
perekonomian peningkatan dan
pemeliharaan jalan dan
jembatan
2. Pembangunan jalan
baru dan pembangunan
fly-over di titik rawan
macet
3. Mengembangkan trotoar
yang nyaman, menerus
dan universal
4. Pembangunan trotoar,
ruang tunggu terminal
serta bangunan publik
yang dilengkapi dengan
fasilitas bagi kaum
difabel
4 - 76 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Peningkatan kondisi 1. Mengembangkan dan
infrastruktur sumber daya meningkatkan kapasitas
air dan irigasi untuk & kualitas saluran
konservasi, drainase melalui
pendayagunaan sumber pembangunan &
daya air, dan rehabilitasi
pengendalian daya rusak saluran/drainase &
air gorong-gorong
2. Mengembangkan
prasarana pengendali
banjir dengan
mengedepankan
konsep eco-drain
3. Mengembangkan dan
memelihara bantaran
tanggul sungai
4. Normalisasi sungai dan
menata lingkungan
sempadan sungai
5. Pengembangan sungai
yang hijau, bersih,
meiliki kapasitas
pengairan yang
memadai dan menajdi
ruang publik yang
nyaman
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 77
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Pengembangan sistem Pengembangan sistem
transportasi darat, udara, angkutan umum massal
dan perairan (berbasis rel dan non-rel)
Pengembangan sistem
transportasi massal (mass
rapid transport)
Peningkatan sarana dan 1. Peningkatan sarana dan
prasarana dasar prasarana dasar
perhubungan perhubungan
2. Menyediakan fasilitas
terminal yang layak
3. Rehabilitasi dan
pemeliharaan prasarana
dan fasilitas
perhubungan
4. Meningkatkan kelaikan
pengoperasian
kendaraan bermotor
5. Menyediakan fasilitas
kelengkapan jalan
(rambu, marka, traffic
light, paku jalan)
Peningkatan ketahanan Peningkatan ketersediaan, Peningkatan kesempatan 1. Menjaga keseimbangan
pangan, pengelolaan penguatan cadangan, kerja dan daya beli antara permintaan dan
pertanian, perikanan dan distribusi, akses dan masyarakat ketersediaan barang
kelautan serta kehutanan penganekaragaman 2. Monitoring dan Evaluasi
pangan ketersediaan komoditas
barang yang beredar
3. Menyediakan informasi
pasokan harga dan
akses pangan di daerah
Peningkatan produksi, Peningkatan produksi Ikan
hasil pengolahan dan nilai Hias
tambah produk perikanan
dan kelautan
Peningkatan produksi dan Mengembangkan sistem
produktivitas komoditas agribisnis yang berdaya
pertanian, perkebunan, saing
dan peternakan
Peningkatan kapasitas Peningkatan kualitas Pengembangan ekonomi Peningkatan kualitas
koperasi, usaha mikro, kelembagaan dan usaha kreatif, usaha mikro, kecil kelembagaan dan usaha
kecil dan menengah KUMKM dan menengah dan koperasi dan UMKM, serta
(KUMKM) dan daya saing pengembangan pariwisata perlindungan dan
industri Peningkatan perlindungan daerah dukungan usaha bagi
dan dukungan usaha
koperasi dan UMKM
KUMKM
Peningkatan kualitas 1. peningkatan akses
SDM, akses pasar, teknologi, SDM, pasar,
teknologi, kualitas produk kualitas produk dan
dan pembiayaan bagi permodalan bagi
KUMKM Koperasi dan UMKM
4 - 78 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
2. Fasilitasi dan
intermediasi
pengembangan
KUMKM
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 79
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Peningkatan kualitas Peningkatan kualitas 1. Penyusunan instrumen
perencanaan, infrastruktur perkotaan pengawasan dan
pengendalian dan evaluasi pengendalian yang
pembangunan daerah mengacu kepada
rencana tata ruang
2. Penyelenggaraan forum
konsultasi publik dalam
peyusunan dokumen
perencanaan penataan
ruang
4 - 80 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Peningkatan Penerapan SPIP di SKPD
penyelenggaraan sistem
pengendalian intern
pemerintah (SPIP)
Peningkatan pengawasan Peningkatan pengelolaan
internal untuk mendukung pengawasan
tata kelola dan kinerja penyelenggaraan
penyelenggaraan pemerintah daerah
pemerintahan daerah
Peningkatan stabilitas Peningkatan pemahaman Peningkatan partisipasi 1. Pembinaan dan
ketertiban umum dan dan pengamalan agama dan kesadaran pelaksanaan kegiatan
ketentraman masyarakat dalam kehidupan masyarakat dalam bidang keagamaan di
bermasyarakat hukum, politik dan masyarakat
stabilitas keamanan 2. Pelaksanaan kegiatan
keagamaan di sekolah-
sekolah
Peningkatan kesadaran Peningkatan peran Peningkatan partisipasi Peningkatan peran serta
politik dan hukum masyarakat dalam dan kesadaran masyarakat dalam pemilu
pembangunan politik masyarakat dalam bidang
pemilu hukum, politik dan
stabilitas keamanan
Peningkatan pemahaman Peningkatan pemahaman
masyarakat tentang masyarakat tentang ideologi
ideologi bangsa dan bangsa dan negara
negara
Optimalisasi pengelolaan Peningkatan pengendalian Meningkatnya pengelolaan 1. Mendorong peningkatan
sumber daya alam, daya pencemaran air, udara lingkungan hidup kualitas udara
dukung dan daya tampung dan tanah, serta perkotaan melalui
lingkungan penerapan teknologi penerapan berbagai
bersih pada industri instrumen pengendalian
dan peningkatan ruang
terbuka hijau
2. Perluasan cakupan uji
emisi kendaraan
bermotor
Peningkatan kualitas 1. Menambah luasan RTH
pengelolaan kawasan 2. Memeliharan RTH yang
lindung hutan dan non sudah ada
hutan 3. Pembangunan 1 taman
di setiap RW
Pengurangan dan Peningkatan mitigasi Meningkatnya pengelolaan 1. Meningkatkan cakupan
penanganan resiko bencana dan adaptasi lingkungan hidup pelayanan kebakaran
bencana perubahan iklim dan bencana
2. Meningkatkan sarana
dan prasarana
penanggulangan
kebakaran dan bencana
Peningkatan kualitas Mendorong terciptanya
pengelolaan kawasan kawasan babakan siliwangi
lindung hutan dan non menjadi pusat ekologi kota
hutan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 81
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Penanganan kemiskinan Peningkatan pelayanan Penanggulangan PMKS, 1. Meningkatkan
dan rehabilitasi sosial, pemberdayaan rehabilitasi sosial,
pemberdayaan sosial, perempuan, perlindungan pemberdayaan sosial,
perlindungan sosial anak serta pengendalian jaminan sosial dan
terhadap PMKS penduduk perlindungan sosial
terhadap PMKS;
2. Peningkatan kualitas
dan kuantitas
bantuan/jaminan sosial
4 - 82 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
RKPD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 RKPD KOTA BANDUNG TAHUN 2017
Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Arah Kebijakan
Provinsi Jawa barat Kota bandung
Penguatan ketahanan Pembentukan, Pembinaan
keluarga secara fisik, dan Pengembangan Bina
ekonomi dan sosial Keluarga (BKB, BKR, BKL)
psikologi dan UPPKS
Pokok-pokok pikiran DPRD memuat pandangan dan pertimbangan DPRD mengenai arah prioritas
pembangunan serta rumusan usulan kebutuhan program/kegiatan yang bersumber dari hasil penelaahan
pokok-pokok pikiran DPRD tahun sebelumnya yang belum terbahas dalam musrenbang dan agenda kerja
DPRD untuk tahun rencana.
Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD yaitu penelaahan kajian pembangunan daerah yang diperoleh
dari DPRD berdasarkan hasil rapat dengan DPRD, seperti rapat dengar pendapat dan/atau rapat hasil
penyerapan aspirasi melalui reses.
Pokok-pokok Pikiran DPRD Kota Bandung menjadi bahan masukan didalam penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bandung Tahun 2017. Adapun pokok-pokok pikiran DPRD yang
disampaikan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung Tahun 2016 secara
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 83
1. MAKNA MUSRENBANG
Kata musrenbang merupakan singkatan dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan. Kata
musyawarah berasal dari Bahasa Arab yang menggambarkan bagaimana warga saling
berdiskusi memecahkan masalah konflik dan juga problem di masyarakat. Musrenbang, oleh
karena itu, identik dengan diksusi di masyarakat/kelurahan tentang kebutuhan pembangunan
daerah.
Musrenbang merupakan agenda tahunan di mana warga saling bertemu mendiskusikan masalah
yang mereka hadapi dan memutuskan prioritas pembangunan jangka pendek. Ketika prioritas
telah tersusun, kemudian di usulkan kepada pemerintah di level yang lebih tinggi, dan melalui
badan perencanaan Daerah (BAPPEDA) usulan masyarakat dikategorisasikan tentu berdasar
urusan dan alokasi anggaran yang berlandaskan kepada Peraturan Daerah Kota Bandung
Nomor 03 Tahun 2014 tentang RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 dan dijabarkan kepada
Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang merupakan rencana kerja tahunan..
Proses penganggaran partisipatif ini menyediakan ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan
kebutuhan masyarakat pada pihak pemerintah. Sehingga diharapkan dalam proses musrenbang
pemerintah benar-benar menampung dan menindaklanjuti partisipasi masyarakat dalam rangka
merumuskan program pembangunan jangka pendek Pemerintah Daerah Kota Bandung;
Responsibilitas pemerintah dalam pelaksanaan musrenbang menjadi satu kewajiban mutlak
dalam rangka menciptakan kesejahteraan yang berkeadilan bagi masyarakat Kota Bandung,
sehingga program perencanaan pembangunan Kota Bandung benar-benar berasal dan berakar
dari masyarakat
4 - 84 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
3. PRIORITAS KEBIJAKAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Kebijakan pendapatan keuangan daerah Kota Bandung seyogyanya diarahkan kepada
ketersediaan dana yang berkelanjutan dengan jumlah yang memadai. Semua potensi
pendapatan semaksimal mungkin digali agar mampu memenuhi seluruh kebutuhan belanja.
Sumber-sumber pendapatan yang mendukung APBD diidentifikasi dengan baik, ditingkatkan
penerimaannya (intensifikasi), dan diupayakan sumber-sumber pendapatan baru (ekstensifikasi).
Beberapa langkah strategis untuk mendukung pencapaian target ini antara lain dilakukan dengan
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah, Optimalisasi Aset Daerah, dan Peningkatan
Dana Perimbangan dan bagi hasil Pemerintah Propinsi dan Pusat
Kebijakan belanja keuangan daerah kota bandung diarahkan untuk mendukung kebijakan dan
prioritas strategis, terutama untuk mendukung kebutuhan dana program strategis yang memiliki
nilai tambah (value-added).
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 85
(b) Peningkatan Investasi
Peningkatan investasi dapat didorong dengan pembangun iklim usaha yang kondusif bagi
berlangsungnya investasi.
4 - 86 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
tata kelola APBD, seperti keterlambatan penetapan APBD dan rendahnya penyerapan APBD,
serta adanya inefisiensi, pemborosan.
ii. Pemerintah daerah perlu membuat skala prioritas dalam menentukan kegiatan-kegiatan apa
yang akan dilaksanakan yang didanai dengan APBD, untuk mencegah terjadinya misalokasi.
Penentuan prioritas (priority setting) ini penting karena adanya keterbatasan sumberdaya untuk
mencapai outcome dan impact yang diinginkan. Dalam penyusunan prioritas ini perlu
diperhatikan masalah-masalah mendasar yang dihadapi masyarakat serta faktor-faktor yang
menghambat tercapainya tujuan.
iii. Ciri proses penyusunan prioritas yang efektif adalah dimulai dari menentukan program-program
yang dibutuhkan, bukan dari besarnya jumlah dana yang tersedia. Dalam priority-based
budgeting, fokus utama adalah output bukannya input. Yang pertama diputuskan adalah fungsi
pemerintah daerah yang diikuti dengan penyusunan indikator kinerja dan penyesuaian belanja
berdasarkan prioritas.
iv. Perlunyan keterkaitan antara input dengan output dan outcome dari program dan kegiatan, yang
didasarkan pada indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga dan standar
pelayanan minimal. Dalam pencapaian output dan outcome tersebut harus dipertimbangkan
aspek efisiensi.
7. PRIORITAS PEMBANGUNAN
Prioritas Pembangunan:
Peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk penciptaan lapangan kerja
(meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanaman modal)
Penanggulangan kemiskinan (Meningkatnya pendapatan masyarakat dan menurunnya disparitas
pendapatan dan terkendalinya laju pertumbuhan penduduk);
Peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik;
Menjaga kualitas kesehatan masyarakat;
Menjaga kualitas mutu pendidikan;
Peningkatan kualitas sarana prasarana publik;
Menjaga stabilitas ketahanan pangan;
Menjaga kualitas sumber daya manuisa yang profesional dan lingkungan hidup;
Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat;
Peningkatan kesetaraan gender dalam pembangunan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 87
3) Sesuai dengan kearipan lokal
4) Berwawasan lingkungan
5) Non diskrimiatif
6) Mengembangkan potensi Kemitraan
7) Berbasis pada pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta profesional dan akuntabel
8) Anggaran berbasis kinerja
4 - 88 BAB 4 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
b. Misalnya membuat zona-zona wisata agro wisata dan agro industri
Wisata Belanja ,
Wisaa Seni Budaya Tradisional dan Industri Kerajinan
Wisata Sejarah dan Heritage;
Wisata Industri Tekstil;
Wisata Hiburan;
Wisata Rekreasi Alam;
Wisata Pendidikan;
Wisata Kuliner;
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 4 4 - 89
BAB 5
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS
Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagai dokumen rencana tahunan memuat program dan kegiatan
yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan dalam bentuk kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan, yang disajikan dalam bentuk rencana program dan kegiatan prioritas
yang dapat dilaksanakan oleh SKPD.
Program dan kegiatan prioritas pembangunan merupakan program dan kegiatan yang diselenggarakan
oleh SKPD baik secara langsung maupun tidak langsung mendukung terwujudnya capaian visi, misi dan
tujuan pembangunan jangka menengah sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kota Bandung 2013-2018,
prioritas pembangunan daerah, pemenuhan standar pelayanan minimal, maupun untuk pemenuhan
pelayanan SKPD dalam menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah guna melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam bentuk peningkatan
pelayanan kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta optimalisasi pengembangan sistem jaminan sosial.
Proses penyusunan program dan kegiatan prioritas dilakukan melalui pendekatan perencanaan
komprehensif yang meliputi pendekatan teknokratis, partisipatif, bottom up, top-down, dan politis serta
unsur inovatif sehingga diperoleh hasil yang akuntabel dan bermanfaat bagi masyarakat Kota Bandung.
1. Pendekatan teknokratis dalam penyusunan RKPD Tahun 2017 berati bahwa RKPD memuat metode
dan kerangka berpikir ilmiah serta sistematik dalam melakukan analisis masalah. Dalam pendekatan
teknokratis ini dilakukan pelibatan akademisi yang berfungsi sebagai narasumber, serta pelibatan
fungsional perencana yang berfungsi sebagai tim pelaksana penyusunan RKPD.
2. Pendekatan partisipatif dan bottom-up dalam penyusunan RKPD Tahun 2017 dilakukan melalui:
a. Pelaksanaan musrenbang RKPD yang berkualitas
b. Transaparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan, dilakukan melalui e-musrenbang,
sehingga masyarakat dapat memantau proses perencanaan pembangunan secara real time.
c. Keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama kaum perempuan dan
kelompok marjinal
d. Pelibatan media
3. Pendekatan top-down yang dilaksanakan dalam penyusunan RKPD Tahun 2017 dijalankan melalui
penyusunan rencana kerja yang sinergi dengan agenda dan prioritas pembangunan nasional yang
tercantum dalam RKP Tahun 2016, sinergi dan konsisten dengan RPJMD maupun RPJPD, serta
sinergi dan komitmen terhadap tujuan global seperti SDGs dan pemenuhan SPM.
4. Pendekatan politis pada prinsipnya memandang bahwa proses penyusunan rencana kerja harus
mengedepankan kehendak dan kepentingan politis, diantaranya dilakukan melalui:
a. Konsultasi dengan kepala daerah untuk penerjemahan yang tepat dan sistematis atas visi, misi
dan program kepala daerah.
b. Keterlibatan aktif DPRD dalam proses penyusunan rencana, diantaranya dalam bentuk pokok-
pokok pikiran DPRD maupun reses anggota DPRD.
5. Pendekatan inovatif berarti bahwa RKPD Kota Bandung Tahun 2017 memuat hal-hal yang bersifat
baru dan berbeda dari yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya dalam UU 25/2004,
diantaranya berupa rapat koordinasi pimpinan daerah dengan pimpinan SKPD dalam menentukan
program dan kegiatan unggulan yang akan dilaksanakan pada tahun 2017, serta implementasi
e-budgeting.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5-1
5.1. RINGKASAN ANGGARAN SKPD
Ringkasan anggaran SKPD yang tertuang di dalam RKPD bersifat indikatif, dalam artian bahwa seluruh
data dan informasi baik tentang sumber daya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang
tercantum di dalam dokumen RKPD merupakan indikasi yang hendak dicapai. Ringkasan anggaran yang
tertuang dalam RKPD ini untuk selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum
Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Tahun 2017. Hal-hal yang menjadi perhatian SKPD dalam
menetapkan anggaran program dan kegiatan yang tertuang dalam rencana kerja SKPD yang diinput ke
dalam e-budgeting adalah sebagai berikut:
A Prioritas I:
Prioritas I merupakan prioritas pembangunan daerah tahun rencana dengan tema atau program unggulan
(dedicated) Kepala Daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJPD (program pembangunan daerah)
dan amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana,
termasuk untuk prioritas pendidikan 20% (dua puluh persen) yang terangkum dalam prioritas dan sasaran
pembangunan tahunan. Prioritas I berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat
monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan yang tinggi, memberikan dampak luas pada
masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian Visi dan Misi Kepala Daerah Dan Wakil Kepala
Daerah. Di samping itu, prioritas I juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B Prioritas II:
Prioritas II merupakan prioritas program ditingkat SKPD yang berhubungan dengan pencapaian prioritas
dan sasaran pembangunan daerah yang didalamnya telah mengandung penghitungan alokasi pagu
kewilayahan dan dengan memperhatikan prioritas I yang berhubungan dengan SKPD terkait. Suatu
prioritas II berhubungan dengan tema/program/kegiatan unggulan SKPD yang paling berdampak luas
pada masing-masing segmentasi masyarakat yang dilayani.
C Prioritas III:
Prioritas III merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja tidak langsung, seperti:
tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, belanja
bantuan keuangan kepada provinsi dan kabupaten/kota dan pemerintahan desa, serta belanja tidak
terduga
Secara rinci rumusan program prioritas SKPD beserta ringkasan anggarannya dapat terlihat pada tabel
5.1 berikut.
5-2 BAB 5 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Tabel 5.1
Ringkasan Anggaran SKPD Tahun 2017
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
1 Dinas Pendidikan 352.424.904.476
1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 2.846.209.602
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 6.904.030.511
3 Program Pendidikan Anak Usia Dini 1.980.234.016
4 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 55.994.076.500
5 Program Pendidikan Menengah 195.437.000
6 Program Pendidikan Non Formal 73.699.295.251
7 Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga 884.356.000
Kependidikan
8 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 926.533.266
9 Program Penyelenggaraan Sekolah Gratis 208.994.732.330
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5-3
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
5-4 BAB 5 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
4 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.796.765.820
5 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 247.350.000
6 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 352.635.000
7 Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana 7.084.487.332
rumah sakit/ rumah sakit jiwa/ rumah sakit paru-paru/ rumah
sakit mata
8 Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/ 1.057.595.000
rumah sakit jiwa/ rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5-5
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
5-6 BAB 5 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 8.045.346.354
3 Program peningkatan disiplin aparatur 541.784.020
4 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 609.609.700
5 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas 1.904.617.900
Perhubungan
6 Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan 4.951.863.641
Fasilitas LLAJ
7 Pogram peningkatan pelayanan angkutan 32.313.319.200
8 Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan 7.911.596.400
9 Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas 97.087.009.166
10 Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan 2.382.923.096
bermotor
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5-7
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
7 Program Keluarga Berencana 1.034.456.600
8 Program pelayanan kontrasepsi 144.644.342
9 Program pembinaan peran serta masyarakat dalam 1.279.471.400
pelayanan KB/KR yang mandiri
10 Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui 25.380.000
kelompok kegiatan dimasyarakat
11 Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan 194.648.200
konseling KRR
12 Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS 37.542.000
termasuk HIV/AIDS
13 Program penyiapan tenaga pedamping kelompok bina 258.846.500
keluarga
5-8 BAB 5 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
17 Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan 39.788.261.738
1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.670.807.833
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 567.601.060
3 Program peningkatan disiplin aparatur 57.750.000
4 Program Penciptaan Iklim Usaha Usaha Kecil Menengah 396.246.500
Yang Kondusif
5 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan 19.835.425.327
Kompetitif Usaha Kecil Menengah
6 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 1.147.844.000
7 Program Perlindungan konsumen dan pengamanan 1.143.378.125
perdagangan
8 Program peningkatan dan pengembangan ekspor 842.742.093
9 Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri 265.529.800
10 Program pengembangan industri kecil dan menengah 1.228.686.000
11 Program peningkatan kemampuan teknologi industri 60.000.000
12 Program Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Teknopolis 12.572.251.000
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5-9
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
6 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat 2.615.035.650
7 Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam 572.302.400
Membangun Desa/Kelurahan
8 Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah 142.419.600
Desa/Kelurahan
9 Program Peningkatan Peran Perempuan Di 324.575.250
Pedesaan/Kelurahan
10 Program Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat 1.017.376.050
11 Program Penanggulangan Kemiskinan 986.044.730
5 - 10 BAB 5 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
16 Program Koordinasi Perumusan dan Implementasi Kebijakan 2.258.062.600
Ekonomi
17 Program Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 642.782.000
18 Program peningkatan disiplin aparatur 1.478.675.000
19 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 156.200.000
20 Program perbaikan sistem administrasi kearsipan 72.532.800
21 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media 79.730.000
Massa
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5 - 11
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
3 Program peningkatan disiplin aparatur 55.000.000
4 Program peningkatan sistem pengawasan internal dan 6.770.106.636
pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
5 Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan 1.267.880.000
aparatur pengawasan
6 Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem 492.255.650
dan prosedur pengawasan
7 Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi 85.200.000
8 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 36.590.000
5 - 12 BAB 5 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5 - 13
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
2 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.440.154.157
3 Program Peningkatan Peran Kecamatan dan Kelurahan 4.198.219.020
4 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 863.978.233
5 - 14 BAB 5 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
2 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.489.689.893
3 Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan 11.103.000
capaian kinerja dan keuangan
4 Program Peningkatan Peran Kecamatan dan Kelurahan 5.913.101.350
5 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 1.057.661.787
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5 - 15
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
5 - 16 BAB 5 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
51 Kecamatan Rancasari 18.003.217.572
1 Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan 9.827.441.321
Kewilayahan
2 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.338.635.042
3 Program Peningkatan Peran Kecamatan dan Kelurahan 6.295.519.009
4 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 541.622.200
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5 - 17
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
2 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.105.659.980
3 Program peningkatan disiplin aparatur 49.500.000
4 Program Peningkatan Peran Kecamatan dan Kelurahan 4.025.404.990
5 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 550.330.360
5 - 18 BAB 5 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7
Pagu Belanja
NO SKPD/Unit Kerja
Langsung (Rp)
(pertanian/perkebunan)
6 Program peningkatan pemasaran hasil produksi 1.598.567.663
pertanian/perkebunan
7 Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan 255.350.253
8 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak 2.953.728.284
9 Program peningkatan produksi hasil peternakan 554.615.090
10 Program pengembangan budidaya perikanan 2.164.208.230
Program dan kegiatan SKPD Tahun 2017 merupakan rekapitulasi dari hasil Rencana Kerja SKPD Tahun
2017 yang disusun menggunakan matrik program dan kegiatan SKPD, sekurang-kurangnya memuat
informasi mengenai:
Kode Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan.
Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan;
Indikator Kinerja;
Lokasi Kegiatan;
Target Kinerja capaian program;
Besaran dana yang dibutuhkan;
Target kinerja capaian program/kegiatan;
Penjelasan lebih rinci terkait program dan kegiatan SKPD Kota Bandung pada tahun 2017 dapat dilihat
pada tabel Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD di bawah ini.
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 5 5 - 19
BAB 6
PENUTUP KAIDAH PELAKSANAAN
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bandung Tahun 2017 merupakan pedoman bagi
pemerintah dan masyarakat di dalam penyelenggaraan pembangunan di Kota Bandung pada Tahun
2017. RKPD ini akan menjadi dasar penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kota Bandung Tahun Anggaran 2017. Dalam penyusunan RKPD
Kota Bandung Tahun 2017, pendekatan penyusunan dokumen perencanaan digunakan 5 (lima)
pendekatan yaitu Pendekatan Teknokratis, Pendekatan partisipatif dan Bottom-up, Pendekatan Top-
Down, Pendekatan Politis, serta Pendekatan Inovatif, sehingga diharapkan dapat disusun dokumen
perencanaan yang memenuhi asas akuntabilitas dan kemanfaatannya, sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan pembangunan Kota Bandung pada Tahun 2017.
Dalam penyusunan RKPD Kota Bandung Tahun 2017 untuk menjamin terlaksananya program dan
kegiatan pembangunan secara terarah, efektrif dan efisien, maka ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan
sebagai berikut :
1. Seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung, masyarakat, serta dunia usaha
berkewajiban melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam RKPD Tahun
2017 secara sinergis dan terintegrasi.
2. Pemerintah Kota Bandung berkewajiban menjamin konsistensi antar dokumen perencanaan dan
penganggaran. Sebagai pedoman dalam penyusunan APBD Kota Bandung Tahun 2017, RKPD
Kota Bandung Tahun 2017 dijabarkan lebih lanjut dalam dokumen Kebijakan Umum Anggaran
Pendapatan & Belanja Daerah (KUA-APBD) dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (PPAS)
Tahun 2017.
3. Dalam rangka sinkronisasi & sinergitas pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan, yang
pendanaannya bersumber dari APBD Kota, APBD Provinsi, APBN/BLN/PHLN dan sumber-sumber
lainnya yang sah, maka setiap SKPD harus menyusun dan membuat Renja SKPD, sebagai dasar
pelaksanaan rencana program dan kegiatan tahun 2017 dengan berpedoman pada dokumen
RPKD 2017.
4. Pemerintah Kota Bandung berkewajiban memantau dan mengevaluasi pelaksanaan RKPD Kota
Bandung Tahun 2017.
5. Untuk menjaga efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program, setiap Kepala SKPD wajib
melakukan pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan/kegiatan melalui upaya koreksi dan
melaporkannya secara berkala 3 (tiga) bulan kepada Walikota melalui Kepala Bappeda.
6. Apabila realisasi SILPA pada akhir tahun anggaran 2016 melebihi dari proyeksi, maka kelebihan
tersebut di prioritaskan untuk mendanai kegiatan sebagai berikut :
Pembangunan Infrastruktur pelayanan publik
Kegiatan yang berkaitan dengan Penanggulangan Kemiskinan dan peningkatan daya beli
Kegiatan Penangulangan Masalah Sosial
Kegiatan Penataan Kelembagaan.
Kegiatan yang berkaitan dengan percepatan pembangunan di PPK Gedebage
Kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian kemacetan
Kegiatan pengelolaan sampah berbasis waste to energy
Penyertaan modal PDAM untuk peningkatan cakupan layanan
R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7 | BAB 6 6-1
7. Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisa hasil pemantauan pelaksanaan rencana
pembangunan/kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing Kepala SKPD.
8. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, dimungkinkan terjadi perubahan RKPD Kota Bandung
tahun 2017 bila diperlukan.
9. RKPD Kota Bandung Tahun 2017 berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan akhir tahun
2017. Langkah-langkah persiapan dimulai sejak tanggal ditetapkan hingga pelaksanaannya perlu
terus dilakukan dengan memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, sinkronisasi,
sinergitas, harmonisasi dan efektivitas serta efesiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
Sembilan point di atas merupakan kaidah yang sistematis sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh
sebagai panduan sekaligus acuan yang harus ditaati berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di
dalam menghadapi dinamika pembangunan. Sebab bagaimana pun, pembangunan adalah mencakup
seluruh sistem sosial sebagai proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai
aspek kehidupan masyarakat.
WALIKOTA BANDUNG
TTD
6-2 BAB 6 | R K P D K O T A B A N D U N G T A H U N 2 0 1 7