Anda di halaman 1dari 125

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


NOMOR … TAHUN …

TENTANG

TATA CARA PERENCANAAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI


PEMBANGUNAN DAERAH, TATA CARA EVALUASI RANCANGAN PERATURAN
DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
DAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, SERTA TATA
CARA PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH,
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, DAN RENCANA
KERJA PEMERINTAH DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 277 Undang-


Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
b. bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun
2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan
Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah belum mendukung
pelaksanaan proses perencanaan pembangunan daerah
secara optimal sehingga perlu diganti; dan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
-2-

Menteri Dalam Negeri tentang Tata Cara Perencanaan,


Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata
Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta
Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Republik


Indonesia Nomor 4916); Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
Tambahan Lembaran Negara;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679); dan
3. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 Tentang
Kementerian Dalam Negeri (Lembaran Negera Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 12).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG TATA CARA


PERENCANAAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PEMBANGUNAN DAERAH, TATA CARA EVALUASI
RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH DAN RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, SERTA TATA
CARA PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH, DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH
DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas
-3-

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam


sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah
yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
4. Gubernur adalah kepala daerah provinsi.
5. Bupati/Wali kota adalah kepala daerah kabupaten/kota.
6. Sekretaris daerah adalah pimpinan sekretariat daerah yang
selanjutnya di singkat Sekda mempunyai tugas membantu
kepala daerah dalam penyusunan kebijakan dan
pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas
Perangkat Daerah serta pelayanan administratif.
7. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah
unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah.
8. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau sebutan
lain yang selanjutnya disingkat Bappeda adalah PD yang
melaksanakan tugas dan mengoordinasikan penyusunan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan daerah.
9. Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah
bagian wilayah dari daerah kabupaten/kota yang dipimpin
oleh camat.
10. Masyarakat adalah orang perseorangan warga negara
Indonesia, kelompok masyarakat, dan/atau organisasi
kemasyarakatan yang mendapatkan manfaat atau dampak
dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Daerah.
11. Pembangunan Daerah merupakan perwujudan dari
pelaksanaan urusan pemerintahan yang telah diserahkan
ke daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional.
12. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses
untuk menentukan kebijakan masa depan, melalui urutan
pilihan, yang melibatkan berbagai unsur Masyarakat, guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada
dalam jangka waktu tertentu di daerah.
13. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan
daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
14. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen
-4-

perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun


terhitung sejak dilantik sampai dengan berakhirnya masa
jabatan kepala daerah.
15. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya
disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang
selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan
daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
16. Rencana Strategis PD yang selanjutnya disingkat dengan
Renstra PD adalah dokumen perencanaan PD untuk
periode 5 (lima) tahun.
17. Rencana Kerja PD yang selanjutnya disingkat Renja PD
adalah dokumen perencanaan PD untuk periode 1 (satu)
tahun.
18. Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
yang selanjutnya disingkat Perda RTRW adalah hasil
perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran
strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota kedalam struktur
dan pola pemanfaatan ruang wilayah.
19. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya
disingkat Musrenbang adalah forum antarpemangku
kepentingan dalam rangka menyusun Rencana
Pembangunan Daerah.
20. Konsultasi publik merupakan cara, mekanisme, dan proses
melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan
dan perumusan kebijakan dalam perencanaan
pembangunan daerah.
21. Forum PD/Lintas PD merupakan forum sinkronisasi
usulan Masyarakat dengan kebijakan Pembangunan
Daerah, keselarasan rancangan program/kegiatan antar
PD dalam upaya pencapaian kebijakan Pembangunan
Daerah, merumuskan program dan kegiatan sesuai dengan
kewenangan provinsi dan kabupaten/kota, serta
penjadwalan pelaksanaan program/kegiatan.
22. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau
yang disebut dengan nama lain adalah Perda provinsi dan
Perda kabupaten/kota.
23. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut
Perkada adalah peraturan Gubernur dan peraturan
Bupati/Wali Kota.
24. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang
selanjutnya disingkat RPJPN adalah dokumen
perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20
(dua puluh) tahun.
25. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang
selanjutnya disingkat RPJMN adalah dokumen
perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5
(lima) tahunan.
26. Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disingkat
-5-

dengan RKP adalah dokumen perencanaan nasional untuk


periode 1 (satu) tahun.
27. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang
diinginkan pada akhir periode Perencanaan Pembangunan
Daerah.
28. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi.
29. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus
diperhatikan atau diprioritaskan dalam Perencanaan
Pembangunan Daerah karena dampaknya yang signifikan,
mendasar, mendesak, dan menentukan pencapaian tujuan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dimasa yang akan
datang.
30. Prioritas Pembangunan Daerah adalah fokus
penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dilaksanakan
secara bertahap untuk mencapai sasaran Pembangunan
Daerah.
31. Tujuan adalah suatu kondisi yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu Perencanaan
Pembangunan Daerah.
32. Sasaran adalah rumusan secara terukur dalam rangka
tercapainya tujuan rencana Pembangunan Daerah.
33. Strategi adalah langkah-langkah yang diprioritaskan untuk
mencapai sasaran.
34. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau
lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga untuk mencapai Sasaran dan Tujuan
serta memperoleh alokasi anggaran.
35. Indikatif adalah informasi, baik tentang sumber daya yang
diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum
di dalam dokumen rencana, hanya merupakan indikasi
yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku.
36. Kegiatan adalah kegiatan pokok yang harus ada untuk
mencapai sasaran hasil (outcome) dari suatu Program.
37. Indikator adalah alat ukur dari suatu Kegiatan, Program,
atau Sasaran dalam bentuk keluaran (output), hasil
(outcome), dampak (impact).
38. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan dari suatu
Kegiatan, Program, atau Sasaran.
39. Pengendalian adalah bagian kegiatan perencanaan untuk
menjamin bahwa materi dan proses perencanaan
pembangunan daerah telah disusun sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
40. Evaluasi adalah bagian dari kegiatan perencanaan
pembangunan untuk menilai capaian kinerja kegiatan,
program, dan sasaran.
41. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya di singkat APBD adalah rencana keuangan
tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda.
-6-

42. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA


adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
43. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya
disingkat PPAS adalah program prioritas dan batas
maksimal anggaran yang diberikan kepada PD untuk
setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana
kerja dan anggaran PD.
44. Kerangka Pendanaan adalah analisis pengelolaan
keuangan daerah untuk menentukan sumber-sumber
dana yang digunakan dalam pembangunan, optimalisasi
penggunaan sumber dana dan peningkatan kualitas
belanja dalam membiayai penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dalam upaya mencapai visi dan misi Gubernur dan
Bupati/Wali kota serta target pembangunan nasional.
45. Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya
disingkat dengan KLHS adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program.
46. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri.
47. Hari adalah hari kerja.

Pasal 2

Ruang lingkup peraturan menteri ini meliputi:


a. tata cara penyusunan rencana pembangunan daerah;
b. tata cara pelaksanaan dan evaluasi hasil rencana
pembangunan daerah;
c. tata cara penyusunan perubahan rencana pembangunan
daerah; dan
d. koordinasi teknis pembangunan tahunan.

Pasal 3

Perencanaan pembangunan Daerah bertujuan untuk


mewujudkan pembangunan Daerah dalam rangka
peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat,
kesempatan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan publik dan daya saing Daerah.
-7-

Pasal 4
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun
rencana pembangunan Daerah dengan prinsip- prinsip,
meliputi:
a. merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional;
b. dilakukan pemerintah Daerah bersama para pemangku
kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-
masing;
c. meningkatkan partisipasi Masyarakat untuk berperan aktif;
d. mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana
pembangunan Daerah;
e. memperhatikan hasil KLHS; dan
f. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki
masing-masing Daerah, sesuai dengan dinamika
perkembangan Daerah dan nasional.

Pasal 5

Rencana pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam


Error! Reference source not found., dirumuskan secara:
a. transparan;
b. responsif;
c. efisien;
d. efektif;
e. akuntabel;
f. partisipatif;
g. terukur;
h. berkeadilan;
i. berwawasan lingkungan; dan
j. berkelanjutan.

Pasal 6

(1) Transparan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf


a, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan
Daerah dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
(2) Responsif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b,
yaitu dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan
perubahan yang terjadi di Daerah.
(3) Efisien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c,
yaitu pencapaian keluaran (output) tertentu dengan
masukan terendah atau masukan terendah dengan
keluaran (output) maksimal.
(4) Efektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d,
-8-

yaitu kemampuan mencapai target dengan sumber daya


yang dimiliki, melalui cara atau proses yang paling
optimal.
(5) Akuntabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e,
yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari perencanaan
pembangunan Daerah harus dapat dipertanggung-
jawabkan kepada masyarakat.
(6) Partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f,
merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap
proses tahapan perencanaan pembangunan Daerah dan
bersifat inklusif terhadap kelompok masyarakat rentan
termarginalkan, melalui jalur khusus komunikasi untuk
mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak
memiliki akses dalam pengambilan kebijakan.
(7) Terukur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g,
yaitu penetapan target kinerja yang jelas dan dapat diukur
serta cara untuk mencapainya.
(8) Berkeadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
h, merupakan prinsip keseimbangan antarwilayah,
sektor, pendapatan, gender dan usia.
(9) Berwawasan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf i, yaitu untuk mewujudkan kehidupan adil
dan makmur tanpa harus menimbulkan kerusakan
lingkungan dalam mengoptimalkan manfaat sumber daya
alam dan sumber daya manusia.
(10) Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf j, yaitu pembangunan yang mewujudkan keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan dengan memperhatikan potensi
dampak pembangunan dalam mengoptimalkan sumber
daya alam dan sumber daya manusia.

Pasal 7

(1) Penyusunan, pengendalian, pelaksanaan dan evaluasi


hasil, dan perubahan RPJPD, RPJMD, RKPD, Renstra PD
dan Renja PD, dilaksanakan berbasis sistem informasi
pembangunan daerah.
(2) Sistem informasi pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berisikan data dan informasi
daerah, penyusunan rencana, pengendalian, pelaksanaan
serta evaluasi hasil yang berbasis elektronik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi
pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-
undangan.
-9-

BAB II
TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA
PEMBANGUNAN DAERAH

Bagian Pertama
Pendekatan

Pasal 8

Penyusunan dokumen rencana Daerah menggunakan


pendekatan:
a. teknokratik;
b. partisipatif;
c. politis; dan
d. atas-bawah dan bawah-atas.

Pasal 9

(1) Pendekatan teknokratik dalam Perencanaan


Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf a, dilaksanakan dengan menggunakan
metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai
tujuan dan sasaran Pembangunan Daerah.
(2) Metode dan kerangka berpikir ilmiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), merupakan proses keilmuan
untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis terkait
perencanaan pembangunan berdasarkan bukti fisis, data
dan informasi yang akurat, serta dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Metode dan kerangka berpikir ilmiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), antara lain digunakan untuk;
a. mereview menyeluruh kinerja pembangunan daerah
periode yang lalu;
b. merumuskan capaian kinerja penyelenggaraan
urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah;
c. mengidentifikasi permasalahan dan penyebab
masalah pembangunan sesuai kondisi dan
karakteristik daerah;
d. merumuskan isu strategis, tujuan, sasaran, strategi,
dan arah kebijakan Pembangunan Daerah;
e. memproyeksikan kemampuan keuangan daerah dan
sumber daya lainnya berdasarkan perkembangan
kondisi makro ekonomi;
f. merumuskan program dan kegiatan untuk
pencapaian sasaran Pembangunan Daerah;
- 10 -

g. menetapkan indikator dan target kinerja keluaran dan


hasil capaian, lokasi, serta kelompok sasaran program
dan kegiatan Pembangunan Daerah; dan
h. memproyeksikan pagu indikatif program dan kegiatan
pada tahun yang direncanakan, serta prakiraan maju
untuk satu tahun berikutnya.

Pasal 10

(1) Pendekatan partisipatif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 huruf b, dilaksanakan dengan melibatkan
Masyarakat dan mempertimbangkan:
a. adanya transparansi dan akuntabilitas dalam proses
Perencanaan Pembangunan Daerah kepada
Masyarakat melalui media cetak, media elektronik,
dan/atau papan pengumuman;
b. relevansi masyarakat yang dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan, di setiap tahapan
penyusunan dokumen Perencanaan Pembangunan
Daerah;
c. peran aktif Masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan;
d. keterwakilan seluruh segmen Masyarakat, termasuk
kelompok Masyarakat rentan termarjinalkan dan
pengarusutamaan gender;
e. terciptanya rasa memiliki terhadap dokumen
rencana Pembangunan Daerah; dan
f. keikutsertaan Masyarakat pada setiap tahapan
antara lain seperti perumusan permasalahan, isu
strategis, tujuan, strategi, arah kebijakan, program
dan kegiatan.
(2) Pemerintah Daerah wajib mendorong partisipasi
Masyarakat dalam:
a. perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pemonitoran, dan pengevaluasian Pembangunan
Daerah; dan
b. penyusunan, pembahasan, dan penetapan Perda dan
Perkada terkait dengan rencana Pembangunan
Daerah.
dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan

Pasal 11

Pendekatan politis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8


huruf c, dilaksanakan melalui:
- 11 -

a. perumusan visi, misi, dan arah pembangunan jangka


panjang daerah mempertimbangkan aspek politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan;
b. penjabaran yang tepat dan sistematis atas visi, misi, dan
program Gubernur dan Bupati/Wali kota dan wakil
Gubernur dan Bupati/Wali kota terpilih ke dalam tujuan,
sasaran, strategi, arah kebijakan, dan program
pembangunan jangka menengah daerah selama masa
jabatan;
c. perumusan program dan kegiatan, indikator, kelompok
sasaran, lokasi, dan pendanaan pada rancangan
pembangunan tahunan telah sinkron dan sinergi dalam
pencapaian sasaran pembangunan nasional dan
Pembangunan Daerah; dan
d. mempertimbangkan hasil pembahasan dengan DPRD dan
menindaklanjuti hasil evaluasi pemerintah tingkat atasnya,
dalam penetapan dokumen rencana Pembangunan Daerah.

Pasal 12

Pendekatan atas-bawah dan bawah-atas sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 huruf d merupakan hasil
perencanaan yang diselaraskan antara kebijakan pemerintah
dan aspirasi masyarakat yang disepakati dalam musyawarah
pembangunan yang dilaksanakan mulai dari tingkat
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga
nasional.

Pasal 13

Tata cara penyusunan rencana pembangunan daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, terdiri dari:
a. RPJPD;
b. RPJMD; dan
c. RKPD.

Pasal 14

(1) Bappeda mengoordinasikan penyusunan RPJPD, RPJMD,


dan RKPD.
(2) Dalam penyusunan RPJPD, RPJMD, dan RKPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bappeda
melakukan, koordinasi, sinergi dan harmonisasi dengan
Perangkat Daerah dan Masyarakat.
- 12 -

Pasal 15

(1) Perangkat Daerah menyusun Renstra PD dan Renja PD.


(2) Dalam penyusunan Renstra PD dan Renja PD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PD melakukan
koordinasi, sinergi, dan harmonisasi dengan PD terkait
lainnya dan usulan Masyarakat yang dikoordinasikan
oleh Bappeda.

Bagian Kedua
Tata Cara Penyusunan RPJPD

Pasal 16

RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a


memuat visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok
pembangunan daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh)
tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPN dan
RTRW.

Pasal 17

(1) Arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, merupakan arah
pembangunan daerah yang ingin diwujudkan
berdasarkan kondisi, potensi, dan karakteristik daerah.
(2) Sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, merupakan
target yang diharapkan dari hasil pembangunan selama
periode RPJPD secara bertahap.
(3) Pencapaian sasaran pokok pembangunan jangka panjang
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan secara bertahap dalam periode 5 (lima)
tahunan.

Pasal 18

Tata cara penyusunan RPJPD dilaksanakan melalui tahapan


sebagai berikut:
a. persiapan penyusunan RPJPD;
b. penyusunan rancangan awal RPJPD;
c. penyusunan rancangan RPJPD;
d. pelaksanaan Musrenbang RPJPD;
e. perumusan rancangan akhir RPJPD;
f. pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir
RPJPD; dan
- 13 -

g. penetapan Perda RPJPD.

Paragraf 1
Persiapan Penyusunan RPJPD

Pasal 19

(1) Persiapan penyusunan RPJPD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 18 huruf a, meliputi:
a. pembentukan tim penyusun RPJPD;
b. orientasi mengenai RPJPD;
c. penyiapan agenda kerja penyusunan RPJPD; dan
d. penyiapan data dan informasi.
(2) Agenda kerja penyusunan RPJPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Wali kota dan dipublikasikan kepada Masyarakat.

Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Awal RPJPD

Pasal 20

(1) Penyusunan Rancangan awal RPJPD provinsi, disusun:


a. mengacu pada RPJPN; dan
b. berpedoman pada RTRW provinsi.
(2) Rancangan awal RPJPD kabupaten/kota, disusun:
a. mengacu pada RPJPD provinsi dan/atau RPJPN; dan
b. berpedoman pada RTRW kabupaten/kota.

Pasal 21

(1) Rancangan awal RPJPD provinsi mengacu pada RPJPN


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a,
dilakukan melalui penyelarasan visi dan misi, arah
kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan jangka
panjang daerah provinsi dengan arah, tahapan, dan
sasaran pokok pembangunan jangka panjang nasional.
(2) Rancangan awal RPJPD provinsi berpedoman pada RTRW
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
huruf b, dilakukan melalui penyelarasan arah kebijakan
dan sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah
provinsi dengan struktur dan pola ruang RTRW provinsi.
- 14 -

Pasal 22

(1) Rancangan awal RPJPD kabupaten/kota mengacu RPJPD


provinsi dan/atau RPJPN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (2) huruf a, dilakukan melalui penyelarasan
visi dan misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang daerah kabupaten/kota
dengan arah kebijakan dan sasaran pokok pembangunan
jangka panjang provinsi dan/atau arah, tahapan, dan
prioritas pembangunan jangka panjang nasional.
(2) Rancangan awal RPJPD kabupaten/kota berpedoman pada
RTRW kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (2) huruf b, dilakukan melalui penyelarasan
arah kebijakan dan sasaran pokok pembangunan jangka
panjang daerah kabupaten/kota dengan struktur dan pola
ruang RTRW kabupaten/kota.

Pasal 23

Penyusunan rancangan awal RPJPD, sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 18 huruf b, terdiri atas:
a. perumusan rancangan awal RPJPD; dan
b. penyajian rancangan awal RPJPD.

Pasal 24

(1) Perumusan rancangan awal RPJPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, untuk provinsi
mencakup:
a. pengolahan data dan informasi;
b. penelaahan RTRW provinsi;
c. analisis gambaran umum kondisi daerah provinsi;
d. perumusan permasalahan pembangunan daerah
provinsi;
e. penelaahan RPJPN;
f. perumusan isu-isu strategis pembangunan jangka
panjang provinsi;
g. perumusan visi dan misi daerah provinsi;
h. perumusan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang provinsi; dan
i. mempertimbangkan hasil KLHS.
(2) Perumusan rancangan awal RPJPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, untuk kabupaten/kota
mencakup:
a. pengolahan data dan informasi;
b. penelaahan RTRW kabupaten/kota;
- 15 -

c. analisis gambaran umum kondisi daerah


kabupaten/kota;;
d. perumusan permasalahan pembangunan daerah
kabupaten/kota;
e. penelaahan RPJPD provinsi dan/atau RPJPN;
f. perumusan isu-isu strategis pembangunan jangka
panjang kabupaten/kota;
g. perumusan visi dan misi daerah kabupaten/kota;
h. perumusan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang kabupaten/kota; dan
i. mempertimbangkan hasil KLHS.

Pasal 25

Penyajian rancangan awal RPJPD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf
b, dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. gambaran umum kondisi daerah.
c. isu-isu strategis.
d. visi dan misi daerah.
e. arah kebijakan dan sasaran pokok pembangunan jangka
panjang.
f. Penutup.

Pasal 26

(1) Rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 25, di bahas dan di sepakati dengan perangkat
daerah.
(2) Bappeda menyampaikan rancangan awal RPJPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada Gubernur
dan Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk memperoleh
persetujuan konsultasi publik.

Pasal 27

(1) Rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 26 ayat (2), disebarluaskan kepada Masyarakat
melalui sistem informasi, media cetak/elektronik,
dan/atau papan pengumuman kepada Masyarakat dalam
rangka pelaksanaan forum konsultasi publik yang
dikoordinasikan oleh Bappeda.
(2) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
untuk memperoleh masukan penyempurnaan rancangan
awal RPJPD.
- 16 -

(3) Hasil konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat


(2), di rumuskan dalam berita acara kesepakatan dan
ditandatangani oleh perwakilan dari setiap unsur yang
menghadiri konsultasi publik.
(4) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), menjadi
masukan dalam perumusan rancangan awal RPJPD.

Paragraf 3
Penyusunan Rancangan RPJPD

Pasal 28

(1) Bappeda mengkoordinasikan penyempurnaan rancangan


awal RPJPD berdasarkan hasil konsultasi publik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4), menjadi
rancangan RPJPD.
(2) Rancangan RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disampaikan kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota
melalui Sekda untuk memperoleh persetujuan untuk
dibahas dalam musrenbang RPJPD.

Paragraf 4
Pelaksanaan Musrenbang RPJPD

Pasal 29

(1) Rancangan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28


ayat (2), disebarluaskan kepada Masyarakat melalui sistem
informasi, media cetak/elektronik, dan/atau papan
pengumuman, sebagai bahan Masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi dalam Musrenbang RPJPD.
(2) Musrenbang RPJPD dilaksanakan untuk penajaman,
penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap
rancangan RPJPD dengan mempertimbangkan aspirasi
Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mencakup:
a. penajaman visi dan misi daerah;
b. penajaman dan penyelarasan arah kebijakan dan
sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah
provinsi atau kabupaten/kota dengan pencapaian visi
dan misi daerah provinsi atau kabupaten/kota;
c. klarifikasi dan penajaman tahapan dan prioritas
pembangunan jangka panjang daerah untuk mencapai
sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah;
dan
- 17 -

d. kesepakatan bersama terhadap isu strategis, visi, misi,


arah kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan
jangka panjang daerah.
(4) Peserta Musrenbang RPJPD provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat 4 huruf a, terdiri dari unsur
pemerintah pusat terkait, anggota DPD terkait, anggota
DPR terkait, DPRD provinsi, bupati/wali kota, para kepala
PD provinsi, perwakilan Masyarakat, dan unsur terkait
lainnya.
(5) Peserta Musrenbang RPJPD kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat 4 huruf b, terdiri dari unsur
pemerintah provinsi, anggota DPRD provinsi terkait, DPRD
kabupaten/kota, para kepala PD kabupaten/kota,
perwakilan Masyarakat, dan unsur terkait lainnya.

Pasal 30

Hasil Musrenbang RPJPD dirumuskan dalam berita acara


kesepakatan dan ditandatangani oleh perwakilan dari setiap
unsur yang menghadiri Musrenbang.

Paragraf 5
Rumusan Rancangan Akhir RPJPD

Pasal 31

(1) Berita acara hasil Musrenbang RPJPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 30, menjadi bahan masukan
penyempurnaan rancangan RPJPD menjadi rancangan
akhir RPJPD.
(2) Rancangan akhir RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dirumuskan paling lama 1 (satu) tahun sebelum periode
RPJPD yang lalu berakhir.
(3) Rancangan akhir RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) sebelum ditetapkan, dilakukan pengendalian
perumusan kebijakan RPJPD.

Paragraf 6
Pengendalian Perumusan Kebijakan
Rancangan Akhir RPJPD

Pasal 32

Pengendalian terhadap perumusan kebijakan rancangan akhir


RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf f,
dilakukan untuk menjamin bahwa materi RPJPD sebagaimana
- 18 -

dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) telah disusun selaras dengan


kebijakan perencanaan pembangunan nasional dan/atau
daerah, serta sesuai dengan tahapan dan tata cara dalam
peraturan perundang-undangan.

Pasal 33

(1) Pengendalian terhadap perumusan kebijakan perencanaan


pembangunan jangka panjang daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32, dilaksanakan melalui kegiatan
evaluasi terhadap materi RPJPD.
(2) Kegiatan evaluasi terhadap materi RPJPD provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh
kepala Bappeda untuk memastikan:
a. keselarasan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang daerah provinsi, dengan
arah, tahapan, dan sasaran pokok pembangunan
jangka panjang nasional;
b. keselarasan arah kebijakan pembangunan jangka
panjang daerah provinsi dengan kebijakan struktur dan
pola pemanfaatan ruang wilayah provinsi;
c. perumusan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang daerah provinsi telah
memperhatikan hasil KLHS;
d. penyusunan dokumen RPJPD provinsi, didasarkan
pada data dan informasi sesuai kondisi provinsi
dimaksud; dan
e. penyusunan dokumen RPJPD provinsi dilakukan
sesuai dengan tahapan dan tata cara sebagaimana
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Kegiatan evaluasi terhadap materi RPJPD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh
kepala Bappeda untuk memastikan:
a. keselarasan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang daerah kabupaten/kota
dengan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang provinsi dan/atau arah,
tahapan, dan sasaran pokok pembanguan jangka
panjang nasional;
b. keselarasan arah kebijakan pembangunan jangka
panjang daerah kabupaten/kota dengan kebijakan
struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota;
c. perumusan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang daerah kabupaten/kota
telah memperhatikan hasil KLHS;
- 19 -

d. penyusunan dokumen RPJPD kabupaten/kota,


didasarkan pada data dan informasi sesuai kondisi
kabupaten/kota dimaksud; dan
e. penyusunan dokumen RPJPD kabupaten/kota
dilakukan sesuai dengan tahapan dan tata cara
sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

Pasal 34

(1) Hasil evaluasi materi beserta rancangan akhir RPJPD


provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2),
disampaikan oleh kepala Bappeda kepada Gubernur
melalui Sekda untuk disetujui sebagai dasar penyusunan
rancangan Perda tentang RPJPD provinsi.
(2) Hasil evaluasi materi beserta rancangan akhir RPJPD
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (3), disampaikan oleh kepala Bappeda kepada
Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk disetujui sebagai
dasar penyusunan rancangan Perda tentang RPJPD
kabupaten/kota.

Pasal 35

Rancangan akhir RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal


34 dijadikan dasar penyusunan rancangan Perda tentang
RPJPD.

Paragraf 7
Penetapan Perda tentang RPJPD

Pasal 36

(1) Rancangan Perda tentang RPJPD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 35, disampaikan kepada DPRD dan dibahas
bersama Gubernur dan Bupati/Wali kota untuk mendapat
persetujuan Bersama.
(2) Pembahasan bersama rancangan Perda RPJPD
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), dapat dihadiri oleh
perwakilan Masyarakat.
(3) Persetujuan bersama antara DPRD dengan Gubernur dan
Bupati/Wali kota paling lambat 4 (empat) bulan sebelum
periode RPJPD lalu berakhir.
- 20 -

Pasal 37

(1) Rancangan Perda tentang RPJPD provinsi yang telah


mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) disampaikan oleh
Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris
Jenderal.
(2) Rancangan perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan Sekretaris Jenderal paling lama 3 (tiga) hari
kepada Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah
untuk dievaluasi.

Pasal 38

Rancangan Perda tentang RPJPD kabupaten/kota yang telah


mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (1), disampaikan oleh Bupati/Wali kota
kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat melalui
Sekda untuk dilakukan evaluasi.

Pasal 39

(1) Penyampaian rancangan Perda tentang RPJPD provinsi


kepada Menteri cq Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1),
dilengkapi dengan:
a. surat Gubernur kepada Menteri perihal evaluasi
rancangan Perda RPJPD provinsi;
b. rancangan Perda tentang RPJPD beserta lampirannya
berupa dokumen RPJPD provinsi;
c. surat keputusan Gubernur tentang tim penyusun
RPJPD provinsi;
d. agenda kerja penyusunan RPJPD provinsi;
e. berita acara hasil konsultasi publik dan Musrenbang
RPJPD provinsi;
f. hasil pengendalian perumusan kebijakan RPJPD
provinsi yang telah disetujui Gubernur;
g. hasil reviu APIP provinsi; dan
h. berita acara persetujuan bersama antara DPRD provinsi
dengan Gubernur tentang rancangan Perda RPJPD
provinsi.
(2) Penyampaian rancangan Perda tentang RPJPD
kabupaten/kota kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,
dilengkapi dengan:
a. surat Bupati/Wali kota kepada Gubernur perihal
evaluasi rancangan Perda RPJPD kabupaten/kota;
- 21 -

b. rancangan Perda tentang RPJPD beserta lampirannya


berupa dokumen RPJPD kabupaten/kota;
c. surat keputusan Bupati/Wali kota tentang tim
penyusun RPJPD kabupaten/kota;
d. agenda kerja penyusunan RPJPD kabupaten/kota;
e. berita acara hasil konsultasi publik dan Musrenbang
RPJPD kabupaten/kota;
f. hasil pengendalian perumusan kebijakan RPJPD
kabupaten/kota yang telah disetujui Bupati/Wali kota;
dan
g. hasil reviu APIP kabupaten/kota; dan
h. berita acara persetujuan bersama antara DPRD
kabupaten/kota dengan Bupati/Wali kota tentang
rancangan Perda RPJPD kabupaten/kota.

Pasal 40

(1) Menteri cq Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah


melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda tentang
RPJPD provinsi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang
disampaikan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (1);
b. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
RPJPD provinsi sudah sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundangan;
c. memastikan bahwa penyusunan RPJPD provinsi,
didasarkan pada data dan informasi yang akurat,
terkini dan dapat dipertanggungjawabkan;
d. menguji keselarasan arah kebijakan dan sasaran
pokok pembangunan jangka panjang daerah provinsi,
dengan arah, tahapan, dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang nasional; dan
e. melihat keterkaitan antara rumusan isu strategis
dengan visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok.
(2) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat cq kepala
Bappeda provinsi melakukan evaluasi terhadap
rancangan Perda tentang RPJPD kabupaten/kota dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang
disampaikan oleh Bupati/Wali kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2);
b. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
RPJPD kabupaten/kota sudah sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundangan;
c. memastikan bahwa penyusunan RPJPD kabupaten/
kota, didasarkan pada data dan informasi yang
- 22 -

akurat, terkini dan dapat dipertanggungjawabkan;


dan
d. menguji keselarasan arah kebijakan dan sasaran
pokok pembangunan jangka panjang daerah
kabupaten/kota, dengan arah kebijakan dan sasaran
pokok pembangunan jangka panjang provinsi
dan/atau arah, tahapan, dan sasaran pokok
pembanguan jangka panjang nasional.

Pasal 41

(1) Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan Perda


RPJPD provinsi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
ayat (1), Menteri cq Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah mengundang perwakilan dari
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, unsur
DPRD dan PD pemerintah daerah provinsi, dan pihak lain
yang dibutuhkan.
(2) Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan Perda
RPJPD kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (2), Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat
cq kepala Bappeda provinsi mengundang perwakilan unsur
DPRD dan PD pemerintah daerah kabupaten/kota, unsur
PD provinsi terkait, dan pihak lain yang dibutuhkan.

Pasal 42

(1) Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melaporkan


hasil evaluasi terhadap rancangan Perda RPJPD provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) kepada
Menteri.
(2) Kepala Bappeda provinsi melaporkan hasil evaluasi
terhadap rancangan Perda RPJPD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) kepada
Gubernur.

Pasal 43

Tata cara evaluasi rancangan Perda tentang RPJPD


berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 44

(1) Peraturan Daerah tentang RPJPD provinsi dan Peraturan


Daerah tentang RPJPD kabupaten/kota ditetapkan paling
- 23 -

lama 6 (enam) bulan setelah penetapan RPJPN, kecuali


ditetapkan lain dengan peraturan perundang-undangan.
(2) RPJPD yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi pedoman
penyusunan visi, misi dan program calon Gubernur dan
Bupati/Wali kota.

Bagian Keempat
Tata Cara Penyusunan RPJMD dan Renstra PD

Pasal 45

(1) RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b


merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Gubernur dan Bupati/Wali kota yang memuat Tujuan,
Sasaran, Strategi, Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
dan keuangan daerah, serta program PD dan lintas PD yang
disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan
berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.
(2) Jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terhitung sejak Gubernur dan Bupati/Wali kota
dilantik sampai dengan berakhirnya masa jabatan.
(3) Renstra PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
memuat tujuan, sasaran, program, dan kegiatan
pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan
Pemerintahan Wajib dan/atau Urusan Pemerintahan
Pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat
Daerah.

Pasal 46

(1) Visi, Misi dan program Gubernur dan Bupati/Wali kota


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1),
merupakan keadaan daerah yang diharapkan pada masa
depan melalui berbagai kebijakan pembangunan
berdasarkan janji-janji politik pada saat kampanye yang
ditawarkan oleh Gubernur dan Bupati/Wali kota terpilih.
(2) Arah kebijakan pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1), pedoman untuk
menentukan tahapan pembangunan selama lima tahun
periode Gubernur dan Bupati/Wali kota guna mencapai
sasaran RPJMD secara bertahap.
(3) Arah kebijakan keuangan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (1), merupakan kebijakan keuangan
daerah yang dibutuhkan dalam rangka pendanaan
pembangunan daerah selama 5 (lima) tahunan.
- 24 -

(4) Program PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat


(1), merupakan program yang dirumuskan berdasarkan
tugas dan fungsi PD, memuat indikator, lokasi program,
tahun pelaksanaan, dan sumber daya yang diperlukan.
(5) Program lintas PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1), merupakan program yang melibatkan beberapa PD
untuk mencapai sasaran pembangunan yang ditetapkan
termasuk indikator, lokasi, tahun pelaksanaan, dan
sumber daya yang diperlukan berdasarkan tugas dan
fungsi masing-masing PD.

Pasal 47

Tata Cara Penyusunan RPJMD dan Renstra PD dilaksanakan


melalui tahapan sebagai berikut:
a. persiapan penyusunan RPJMD dan Renstra PD;
b. penyusunan rancangan awal Renstra PD;
c. penyusunan rancangan awal RPJMD;
d. penyusunan rancangan Renstra PD;
e. penyusunan rancangan RPJMD;
f. pelaksanaan musrenbang RPJMD;
g. perumusan rancangan akhir RPJMD;
h. pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir
RPJMD;
i. penetapan Perda RPJMD;
j. penyusunan rancangan akhir Renstra PD;
k. pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir
Renstra PD;
l. penetapan Renstra PD.

Paragraf 1
Persiapan Penyusunan RPJMD dan Renstra PD

Pasal 48

(1) Persiapan penyusunan RPJMD dan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 47 huruf a, meliputi:
a. pembentukan tim penyusunan RPJMD;
b. penyiapan agenda kerja penyusunan RPJMD;
c. penjabaran visi, misi, dan program Gubernur dan
Bupati/Wali kota terpilih;
d. orientasi mengenai RPJMD; dan
e. penyiapan data dan informasi.
(2) Agenda kerja penyusunan RPJMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Wali kota dan dipublikasikan kepada masyarakat.
- 25 -

Pasal 49

(1) Penjabaran visi, misi, dan program Gubernur dan


Bupati/Wali kota terpilih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 huruf c, merupakan penjelasan lebih rinci dari visi
dan misi, serta penjabaran program Gubernur dan
Bupati/Wali kota terkait dengan target yang disepakati
untuk periode 5 (lima) tahun ke depan.
(2) Penjelasan visi, misi, dan penjabaran program Gubernur
dan Bupati/Wali kota terpilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), sebagai bahan rumusan tujuan, sasaran, dan
alokasi pendanaan indikatif pembangunan jangka
menengah daerah.
(3) Alokasi pendanaan indikatif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) di jabarkan untuk masing-masing PD, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut, antara lain:
a. pencapaian visi dan misi Gubernur dan Bupati/Wali
kota;
b. dukungan tujuan dan sasaran PD dalam rangka
pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD;
c. pencapaian standar pelayanan minimal;
d. pencapaian prioritas pembangunan nasional;
e. hasil evaluasi kinerja PD; dan
f. belanja operasional PD.
(4) Rumusan penjelasan visi, misi, tujuan, dan sasaran
pembangunan jangka menengah daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), serta alokasi pendanaan indikatif
masing-masing PD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dibahas dan disepakati oleh Tim.

Pasal 50

(1) Rumusan penjelasan visi, misi, tujuan, dan sasaran


pembangunan jangka menengah daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (4) beserta alokasi
pendanaan indikatif PD, disampaikan oleh kepala Bappeda
kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota melalui Sekda
untuk ditetapkan dalam surat edaran Gubernur dan
Bupati/Wali kota.
(2) Surat edaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan dasar penyusunan rancangan awal Renstra
PD.

Pasal 51
- 26 -

(1) Persiapan penyusunan Renstra PD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 47 huruf a, meliputi:
a. pembentukan tim penyusunan Renstra PD;
b. penyiapan agenda kerja penyusunan Renstra PD;
c. penelaahan surat edaran perihal penjelasan visi, misi,
tujuan, sasaran pembangunan dan alokasi pendanaan
indikatif;
d. orientasi mengenai Renstra PD; dan
e. penyiapan data dan informasi.
(2) Agenda kerja penyusunan Renstra PD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh kepala PD.

Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Awal Renstra PD

Pasal 52

Penyusunan rancangan awal Renstra PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 47 huruf b, terdiri atas:
a. perumusan rancangan awal; dan
b. penyajian rancangan awal.

Pasal 53

(1) Perumusan rancangan awal Renstra PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 52 huruf a, untuk provinsi
mencakup:
a. penelaahan surat edaran Gubernur perihal rumusan
penjelasan visi, misi, tujuan, sasaran pembangunan
jangka menengah daerah, serta alokasi pendanaan
indikatif PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50;
b. pengolahan data dan informasi;
c. analisis gambaran pelayanan PD provinsi;
d. perumusan permasalahan berdasarkan tugas dan
fungsi PD provinsi;
e. review Renstra kementerian/lembaga;
f. penelaahan RTRW provinsi;
g. analisis terhadap hasil KLHS sesuai dengan tugas dan
fungsi PD provinsi;
h. perumusan isu-isu strategis;
i. perumusan tujuan pelayanan jangka menengah PD
provinsi dalam pencapaian Misi Gubernur;
j. perumusan sasaran pelayanan jangka menengah PD
provinsi dalam pencapaian program Gubernur;
k. perumusan strategi dan arah kebijakan jangka
menengah PD provinsi guna mencapai sasaran dan
- 27 -

target program Gubernur yang menjadi tugas dan


fungsi PD provinsi; dan
l. perumusan rencana program, kegiatan, indikator,
lokasi, dan alokasi pendanaan indikatif selama 5 (lima)
tahun.
(2) Perumusan rancangan awal Renstra PD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf a, untuk kabupaten/kota
mencakup:
a. penelaahan surat edaran Bupati/Wali kota perihal
rumusan penjelasan visi, misi, tujuan, sasaran
pembangunan jangka menengah daerah, serta alokasi
pendanaan indikatif PD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50;
b. pengolahan data dan informasi;
c. analisis gambaran pelayanan PD kabupaten/kota;
d. perumusan permasalahan berdasarkan tugas dan
fungsi PD kabupaten/kota;
e. review Renstra provinsi dan/atau Renstra
kementerian/lembaga;
f. penelaahan RTRW kabupaten/kota;
g. analisis terhadap hasil KLHS sesuai dengan tugas dan
fungsi PD kabupaten/kota;
h. perumusan isu-isu strategis;
i. perumusan tujuan pelayanan jangka menengah PD
kabupaten/kota dalam pencapaian Misi Bupati/Wali
kota;
j. perumusan sasaran pelayanan jangka menengah PD
kabupaten/kota dalam pencapaian program
Bupati/Wali kota;
k. perumusan strategi dan arah kebijakan jangka
menengah PD kabupaten/kota guna mencapai sasaran
dan target program Bupati/Wali kota yang menjadi
tugas dan fungsi PD kabupaten/kota; dan
l. perumusan rencana program, kegiatan, indikator,
lokasi, dan alokasi pendanaan indikatif selama 5 (lima)
tahun.

Pasal 54

(1) Hasil rumusan rancangan awal Renstra PD sebagaimana


dimaksud pada Pasal 53 disampaikan oleh kepala PD
kepada Bappeda untuk dibahas dan disepakati Bersama
oleh Tim.
(2) Hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bahan masukan dalam penyusunan rancangan
awal RPJMD.
- 28 -

Pasal 55

Penyajian rancangan awal Renstra PD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf
b, dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. gambaran pelayanan PD.
c. isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi.
d. tujuan dan sasaran.
e. strategi dan arah kebijakan.
f. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi kegiatan, dan
pendanaan indikatif.

Paragraf 3
Penyusunan Rancangan Awal RPJMD

Pasal 56

(1) Dalam penyusunan rancangan awal RPJMD, Bappeda


berkordinasi dengan PD.
(2) Rancangan awal RPJMD provinsi disusun:
a. mempedomani surat edaran Gubernur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1);
b. mempertimbangkan rancangan awal Renstra PD;
c. berpedoman pada RPJPD dan RTRW provinsi;
d. memperhatikan hasil KLHS; dan
e. memperhatikan RPJMN.
(3) Rancangan awal RPJMD kabupaten/kota disusun:
a. mempedomani surat edaran Bupati/Wali kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1);
b. mempertimbangkan rancangan awal Renstra PD;
c. berpedoman pada RPJPD dan RTRW kabupaten/kota;
d. memperhatikan hasil KLHS; dan
e. memperhatikan RPJMD provinsi dan/atau RPJMN.

Pasal 57

(1) Mempertimbangkan rancangan awal Renstra PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) huruf b,
dengan menjadikan materi:
a. gambaran pelayanan PD;
b. isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi
PD; dan;
c. program, indikator, lokasi, dan alokasi pendanaan
indikatif.
sebagai bahan masukan dalam perumusan gambaran
umum kondisi daerah, dan isu-isu strategis, program,
- 29 -

indikator, lokasi, dan alokasi pendanaan indikatif pada


rancangan awal RPJMD provinsi.
(2) Berpedoman pada RPJPD dan RTRW Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) huruf c, dilakukan
dengan:
a. menyelaraskan tujuan dan sasaran pembangunan
jangka menengah daerah dengan arah kebijakan dan
sasaran pokok RPJPD; dan
b. menyelaraskan strategi, arah kebijakan, dan program
pembangunan jangka menengah daerah dengan
struktur dan pola ruang RTRW provinsi.
(3) Memperhatikan hasil KLHS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 ayat (2) huruf d, dengan menjadikan prinsip
pembangunan berkelanjutan sebagai dasar dan
terintegrasi dalam penyusunan kebijakan dan/atau
program yang terkait dengan pembangunan
wilayah/Kawasan.
(4) Memperhatikan RPJMN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 ayat (2) huruf e, dilakukan melalui penyelarasan
pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan
jangka menengah daerah provinsi dengan kebijakan umum
serta prioritas pembangunan nasional, berdasarkan
bidang-bidang pembangunan dan pembangunan
kewilayahan sesuai kewenangan, kondisi, dan karakteristik
daerah.

Pasal 58

(1) Berdasarkan rancangan awal Renstra PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) huruf b, dengan
menjadikan materi:
a. gambaran pelayanan PD;
b. isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi;
dan
c. program, indikator, lokasi, dan alokasi pendanaan
indikatif.
sebagai bahan masukan dalam perumusan gambaran
umum kondisi daerah, dan isu-isu strategis, program,
indikator, lokasi, dan alokasi pendanaan indikatif pada
rancangan awal RPJMD kabupaten/kota.
(2) Berpedoman pada RPJPD dan RTRW kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) huruf c,
dilakukan dengan:
a. menyelaraskan tujuan dan sasaran pembangunan
jangka menengah daerah dengan arah kebijakan dan
sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah;
dan
- 30 -

b. menyelaraskan strategi, kebijakan dan program


pembangunan jangka menengah daerah dengan
struktur dan pola ruang RTRW kabupaten/kota.
(3) Memperhatikan hasil KLHS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 ayat (3) huruf d, dengan menjadikan prinsip
pembangunan berkelanjutan sebagai dasar dan
terintegrasi dalam penyusunan kebijakan dan/atau
program yang terkait dengan pembangunan
wilayah/kawasan.
(4) Memperhatikan RPJMD provinsi dan/atau RPJMN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) huruf e,
dilakukan melalui penyelarasan pencapaian visi, misi,
tujuan, dan sasaran pembangunan jangka menengah
daerah kabupaten/kota dengan sasaran dan arah
kebijakan RPJMD provinsi serta kebijakan umum serta
prioritas pembangunan nasional, berdasarkan bidang-
bidang pembangunan dan pembangunan kewilayahan
sesuai kewenangan, kondisi, dan karakteristik daerah.

Pasal 59

Penyusunan rancangan awal RPJMD, sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 47 huruf c, terdiri atas:
a. perumusan rancangan awal RPJMD; dan
b. penyajian rancangan awal RPJMD.

Pasal 60

(1) Perumusan rancangan awal RPJMD provinsi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 59 huruf a, terdiri atas:
a. perumusan penjelasan visi, misi, dan program
Gubernur;
b. penelaahan RTRW provinsi;
c. penelaahan RPJPD provinsi;
d. memperhatikan hasil KLHS;
e. pengolahan data dan informasi;
f. analisis gambaran umum kondisi daerah provinsi;
g. analisis pengelolaan keuangan daerah serta kerangka
pendanaan;
h. perumusan permasalahan pembangunan daerah
provinsi;
i. penelaahan RPJMN;
j. analisis isu-isu strategis pembangunan jangka
menengah provinsi;
k. perumusan tujuan dan sasaran;
l. perumusan strategi dan arah kebijakan;
- 31 -

m. perumusan program, indikator, lokasi, dan alokasi


pendanaan indikatif;
n. pembahasan dengan PD provinsi; dan
o. pelaksanaan forum konsultasi publik.
(2) Perumusan rancangan awal RPJMD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf a, terdiri
atas:
a. perumusan penjelasan visi, misi, dan program
Bupati/Wali kota;
b. penelaahan RTRW kabupaten/kota;
c. penelaahan RPJPD kabupaten/kota;
d. memperhatikan hasil KLHS;
e. pengolahan data dan informasi;
f. analisis gambaran umum kondisi daerah
kabupaten/kota;
g. analisis pengelolaan keuangan daerah serta kerangka
pendanaan;
h. perumusan permasalahan pembangunan daerah
kabupaten/kota;
i. penelaahan RPJMD provinsi dan/atau RPJMN;
j. analisis isu-isu strategis pembangunan jangka
menengah kabupaten/kota;
k. perumusan tujuan dan sasaran;
l. perumusan strategi dan arah kebijakan;
m. perumusan program, indikator, lokasi, dan alokasi
pendanaan indikatif;
n. pembahasan dengan PD provinsi; dan
o. pelaksanaan forum konsultasi publik.

Pasal 61

Penyajian rancangan awal RPJMD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf
b, dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. gambaran umum kondisi daerah.
c. gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka
pendanaan.
d. isu-isu srategis.
e. visi, misi, tujuan, dan sasaran.
f. strategi dan arah kebijakan.
g. rencana program, indikator, lokasi, dan alokasi pendanaan
indikatif.

Pasal 62
- 32 -

(1) Rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 61, disampaikan oleh kepala Bappeda kepada
Gubernur dan Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk
persetujuan konsultasi publik dan pembahasan dengan
DPRD.
(2) Bappeda menyebarluaskan rancangan awal RPJMD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai bahan
konsultasi publik kepada Masyarakat melalui sistem
informasi, media cetak/elektronik, dan/atau papan
pengumuman.
(3) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
untuk memperoleh masukan dari masyarakat untuk
penyempurnaan rancangan awal RPJMD.
(4) Gubernur dan Bupati/Wali kota membahas rancangan
awal RPJMD dengan DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terkait dengan rencana program, indikator, dan
lokasi yang disertai kebutuhan pendanaan indikatif untuk
memperoleh kesepakatan.
(5) Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJMD
berdasarkan hasil konsultasi publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dan hasil kesepakatan antara
Gubernur dan Bupati/Wali kota dengan DPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

Pasal 63

(1) Rancangan awal RPJMD yang telah disempurnakan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (5),
disampaikan oleh kepala Bappeda kepada Gubernur dan
Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk mendapat
persetujuan dalam bentuk surat edaran Gubernur dan
Bupati/Wali kota.
(2) Surat edaran Gubernur dan Bupati/Wali kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada kepala PD
sebagai pedoman untuk penyempurnaan rancangan awal
Renstra PD menjadi rancangan Renstra PD.

Paragraf 4
Penyusunan Rancangan Renstra PD

Pasal 64

Penyusunan rancangan Renstra PD, sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 47 huruf d, terdiri atas:
a. perumusan rancangan Renstra PD; dan
b. penyajian rancangan Renstra PD.
- 33 -

Pasal 65

(1) Perumusan rancangan Renstra PD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 64 huruf a, untuk provinsi dan
kabupaten/kota dilaksanakan melalui:
a. penyempurnaan program, kegiatan, indikator, lokasi,
dan alokasi pendanaan indikatif;
b. publikasi rancangan Renstra PD;
c. pelaksanaan forum PD/lintas PD;
d. perumusan kinerja penyelenggaraan urusan; dan
e. perumusan rancangan Renstra PD.
(2) Penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, berpedoman pada surat edaran Gubernur dan
Bupati/Wali kota.

Pasal 66

(1) Dalam melaksanakan forum PD/lintas PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf c, kepala PD
berkoordinasi dengan kepala Bappeda.
(2) Kepala PD penyelenggara forum PD/lintas PD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), mengundang perwakilan unsur-
unsur masyarakat, unsur DPRD, dan pemangku
kepentingan lainnya seperti perwakilan unsur
kementerian/lembaga, PD provinsi, dan/atau PD
kabupaten/kota terkait.
(3) Hasil pelaksanaan forum PD/lintas PD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dituangkan dalam berita acara
kesepakatan dan menjadi bahan masukan dalam
perumusan rancangan Renstra PD.

Pasal 67

Penyajian rancangan Renstra PD provinsi dan kabupaten/kota


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 huruf b, dengan
sistematika paling sedikit memuat:
a. pendahuluan.
b. gambaran pelayanan PD.
c. isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi.
d. tujuan dan sasaran.
e. strategi dan arah kebijakan.
f. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi kegiatan, dan
alokasi pendanaan indikatif.
g. kinerja penyelenggaraan urusan.
h. Penutup.
- 34 -

Pasal 68

Rancangan Renstra PD sebagaimana dimaksud pada Pasal 67


disampaikan oleh kepala PD kepada Bappeda sebagai dasar
dalam penyusunan rancangan RPJMD.

Paragraf 5
Penyusunan Rancangan RPJMD

Pasal 69

Penyusunan rancangan RPJMD, sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 47 huruf e, terdiri atas:
a. perumusan rancangan RPJMD; dan
b. penyajian rancangan RPJMD.

Pasal 70

Perumusan rancangan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 69 huruf a, untuk provinsi dan kabupaten/kota
mencakup:
a. menyempurnakan rumusan masalah pembangunan
daerah;
b. menyempurnakan isu-isu strategis pembangunan jangka
menengah daerah;
c. menyempurnakan rumusan tujuan dan sasaran;
d. menyempurnakan rumusan strategi dan arah kebijakan;
e. menyempurnakan rumusan program, indikator, lokasi, dan
alokasi pendanaan indikatif berdasarkan rancangan
Renstra PD; dan
f. perumusan kinerja Pemerintahan Daerah.

Pasal 71

Penyajian rancangan RPJMD provinsi dan kabupaten/kota


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b, disajikan
dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. gambaran umum kondisi daerah.
c. gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka
pendanaan.
d. isu-isu srategis.
e. visi, misi, tujuan dan sasaran.
f. strategi dan arah kebijakan.
- 35 -

g. rencana program, indikator, lokasi, dan alokasi pendanaan


indikatif.
h. kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
i. penutup.

Pasal 72

Kepala Bappeda mengajukan rancangan RPJMD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 71 kepada Gubernur dan Bupati/Wali
kota melalui Sekda, untuk mendapat persetujuan dibahas
dalam forum Musrenbang.

Paragraf 6
Pelaksanaan Musrenbang RPJMD

Pasal 73

(1) Kepala Bappeda menyebarluaskan rancangan RPJMD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 kepada masyarakat
untuk mendapatkan aspirasi dan sebagai bahan
Musrenbang RPJMD, melalui sistem informasi, media
cetak/elektronik, dan/atau papan pengumuman.
(2) Musrenbang RPJMD dilaksanakan untuk penajaman,
penyelarasan, klarifikasi, dan kesepakatan terhadap
rancangan RPJMD dengan mempertimbangkan aspirasi
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi, dan kesepakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup:
a. penajaman sasaran pembangunan jangka menengah
daerah;
b. penyelarasan strategi dan arah kebijakan
pembangunan jangka menengah daerah dengan
kebijakan pemerintah di atasnya dan aspirasi
masyarakat, sesuai dengan kewenangan
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
c. penajaman rencana program, indikator, dan lokasi
pembangunan jangka menengah daerah, untuk
disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah;
d. klarifikasi capaian kinerja pemerintah daerah pada
akhir periode RPJMD; dan
e. kesepakatan bersama antara pemangku kepentingan
untuk mempedomani RPJMD dalam melaksanakan
pembangunan daerah.
(4) Musrenbang RPJMD dilaksanakan dan dikoordinasikan
oleh:
a. Bappeda provinsi untuk Musrenbang RPJMD provinsi;
dan
- 36 -

b. Bappeda kabupaten/kota untuk Musrenbang RPJMD


kabupaten/kota.
(5) Peserta Musrenbang RPJMD provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat 4 huruf a terdiri dari unsur
pemerintah pusat terkait, DPRD provinsi, bupati/walikota,
para kepala PD provinsi, perwakilan Masyarakat, dan
unsur terkait lainnya.
(6) Peserta Musrenbang RPJMD kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat 4 huruf b terdiri dari unsur
pemerintah provinsi, DPRD kabupaten/kota, para kepala
PD kabupaten/kota, perwakilan Masyarakat, dan unsur
terkait lainnya.

Pasal 74

Hasil Musrenbang RPJMD dirumuskan dalam berita acara


kesepakatan dan ditandatangani oleh perwakilan dari setiap
unsur yang menghadiri Musrenbang.

Paragraf 7
Perumusan Rancangan Akhir RPJMD

Pasal 75

(1) Berita acara hasil Musrenbang RPJMD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 74, menjadi bahan masukan
perumusan rancangan akhir RPJMD.
(2) Penyajian rancangan akhir RPJMD sesuai dengan
penyajian rancangan RPJMD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 71.

Pasal 76

Rancangan akhir RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal


75, diselesaikan paling lambat 4 (empat) bulan sejak Gubernur
dan Bupati/Wali kota terpilih dilantik.

Paragraf 8
Pengendalian Perumusan Kebijakan
Rancangan Akhir RPJMD

Pasal 77

(1) Pengendalian terhadap perumusan kebijakan rancangan


akhir RPJMD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
- 37 -

47 huruf h, dilakukan untuk menjamin bahwa materi


rancangan akhir RPJMD provinsi telah disusun selaras
dengan kebijakan RPJMN, serta sesuai dengan tahapan
dan tata cara dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Pengendalian terhadap perumusan kebijakan rancangan
akhir RPJMD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf h, dilakukan untuk menjamin bahwa
materi rancangan akhir RPJMD kabupaten/kota telah
disusun selaras dengan kebijakan RPJMD provinsi
dan/atau RPJMN, serta sesuai dengan tahapan dan tata
cara dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 78

(1) Pengendalian terhadap perumusan kebijakan rancangan


akhir RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat
(1) dan ayat (2), dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi
terhadap materi RPJMD.
(2) Kegiatan evaluasi terhadap materi rancangan akhir RPJMD
provinsi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan oleh kepala Bappeda untuk memastikan:
a. penyusunan RPJMD provinsi, didasarkan pada data
dan informasi;
b. tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah
daerah provinsi konsisten dengan arah kebijakan dan
sasaran pokok RPJPD provinsi sesuai periode rencana;
c. sasaran pembangunan jangka menengah daerah
provinsi selaras dengan sasaran prioritas
pembangunan jangka menengah nasional, berdasarkan
kewenangan, kondisi, dan karakteristik daerah;
d. strategi dan arah kebijakan pembangunan merupakan
kebijakan untuk pencapaian sasaran pembangunan
jangka menengah daerah;
e. perumusan program pembangunan jangka menengah
daerah provinsi, merupakan kebijakan penyelesaian
permasalahan dan selaras dengan indikasi program
pemanfaatan ruang provinsi, serta memperhatikan
hasil KLHS; dan
f. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
RPJMD provinsi, telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Kegiatan evaluasi terhadap materi rancangan akhir RPJMD
kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan oleh kepala bappeda untuk memastikan:
a. penyusunan RPJMD kabupaten/kota, didasarkan pada
data dan informasi;
b. tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah
daerah kabupaten/kota konsisten dengan arah
- 38 -

kebijakan dan sasaran pokok RPJPD kabupaten/kota


sesuai periode rencana;
c. sasaran pembangunan jangka menengah daerah
kabupaten/kota selaras dengan sasaran prioritas
pembangunan jangka menengah provinsi dan/atau
nasional, sesuai dengan kewenangan, kondisi, dan
karateristik daerah;
d. strategi dan arah kebijakan pembangunan merupakan
kebijakan untuk pencapaian sasaran pembangunan
jangka menengah daerah;
e. perumusan program pembangunan jangka menengah
daerah kabupaten/kota, merupakan kebijakan
penyelesaian permasalahan dan selaras dengan indikasi
program pemanfaatan ruang kabupaten/kota, serta
memperhatikan hasil KLHS; dan
f. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan RPJMD
kabupaten/kota, telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 79

(1) Kepala Bappeda menyampaikan hasil evaluasi materi


beserta rancangan akhir RPJMD provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2), kepada Gubernur
melalui Sekda untuk mendapat persetujuan.
(2) Kepala Bappeda menyampaikan hasil evaluasi materi
beserta rancangan akhir RPJMD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (3), kepada
Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk mendapat
persetujuan.

Pasal 80

Rancangan akhir RPJMD yang disetujui sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 79, dijadikan dasar penyusunan
rancangan Perda tentang RPJMD.

Paragraf 9
Penetapan Perda RPJMD

Pasal 81

(1) Rancangan Perda tentang RPJMD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 80, disampaikan kepada DPRD dan dibahas
bersama Gubernur dan Bupati/Wali kota untuk mendapat
persetujuan bersama.
- 39 -

(2) Pembahasan rancangan Perda RPJMD sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), dapat dihadiri oleh perwakilan
Masyarakat.
(3) Persetujuan bersama antara Gubernur dan Bupati/Wali
kota dan DPRD terhadap rancangan Perda tentang RPJMD,
paling lambat 5 (lima) bulan setelah Gubernur dan
Bupati/Wali kota terpilih dilantik.

Pasal 82

(1) Gubernur menyampaikan rancangan Perda tentang


RPJMD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81
ayat (1), kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris
Jenderal.
(2) Sekretaris Jenderal menyampaikan rancangan Perda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 3 (tiga)
hari, kepada Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah
untuk dievaluasi.

Pasal 83

Bupati/Wali kota menyampaikan Rancangan Perda tentang


RPJMD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
81 ayat (2), kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat
melalui Sekda untuk dilakukan evaluasi.

Pasal 84

(1) Penyampaian rancangan Perda tentang RPJMD provinsi


kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82
ayat (1), dilengkapi dengan:
a. surat Gubernur kepada Menteri perihal evaluasi
rancangan Perda RPJMD provinsi;
b. rancangan Perda tentang RPJMD beserta lampirannya
berupa dokumen RPJMD provinsi;
c. surat keputusan Gubernur tentang tim penyusun
RPJMD provinsi;
d. agenda kerja penyusunan RPJMD provinsi;
e. berita acara hasil konsultasi publik dan Musrenbang
RPJMD provinsi;
f. hasil pengendalian perumusan kebijakan RPJMD
provinsi yang telah disetujui Gubernur;
g. hasil reviu APIP provinsi; dan
h. berita acara persetujuan bersama antara DPRD provinsi
dengan Gubernur tentang rancangan Perda tentang
RPJMD provinsi.
- 40 -

(2) Penyampaian rancangan Perda tentang RPJMD


kabupaten/kota kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83
dilengkapi dengan:
a. surat Bupati/Wali kota kepada Gubernur perihal
evaluasi rancangan Perda RPJMD kabupaten/kota;
b. rancangan Perda tentang RPJMD beserta lampirannya
berupa dokumen RPJMD kabupaten/kota;
c. surat keputusan Bupati/Wali kota tentang tim
penyusun RPJMD kabupaten/kota;
d. agenda kerja penyusunan RPJMD kabupaten/kota;
e. berita acara hasil konsultasi publik dan Musrenbang
RPJMD kabupaten/kota;
f. hasil pengendalian perumusan kebijakan RPJMD
kabupaten/kota yang telah disetujui Bupati/Wali kota;
g. hasil reviu APIP kabupaten/kota; dan
h. berita acara persetujuan bersama antara DPRD
kabupaten/kota dengan Bupati/Wali kota tentang
rancangan Perda tentang RPJMD kabupaten/kota.

Pasal 85

(1) Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan


evaluasi terhadap rancangan Perda tentang RPJMD
provinsi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang disampaikan
oleh Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84
ayat (1);
b. memastikan bahwa penyusunan RPJMD provinsi,
didasarkan pada data dan informasi yang akurat, terkini
dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
c. menguji keselarasan rumusan sasaran, strategi, arah
kebijakan dan program pembangunan jangka menengah
daerah provinsi, dengan arah dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang nasional.
(2) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat cq kepala
Bappeda provinsi melakukan evaluasi terhadap rancangan
Perda tentang RPJMD kabupaten/kota dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang
disampaikan oleh Bupati/Wali kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2);
b. memastikan bahwa penyusunan RPJMD
kabupaten/kota, didasarkan pada data dan informasi
yang akurat, terkini dan dapat dipertanggungjawabkan;
dan
c. menguji keselarasan rumusan sasaran, strategi, arah
kebijakan dan program pembangunan jangka
- 41 -

menengah daerah kabupaten/kota, dengan rumusan


sasaran, strategi, arah kebijakan dan program
pembangunan jangka menengah daerah provinsi,
dan/atau arah dan sasaran pokok pembangunan
jangka panjang nasional.

Pasal 86

(1) Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan Perda


tentang RPJMD provinsi, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 85 ayat (1), Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah mengundang perwakilan dari
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, unsur
DPRD dan PD provinsi, dan pihak lain yang dibutuhkan.
(2) Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan Perda
tentang RPJMD kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 85 ayat (2), Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat cq kepala Bappeda provinsi mengundang
perwakilan unsur DPRD dan PD kabupaten/kota, unsur
PD provinsi terkait, dan pihak lain yang dibutuhkan.

Pasal 87

(1) Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melaporkan


hasil evaluasi terhadap rancangan Perda tentang RPJMD
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1)
kepada Menteri.
(2) Kepala Bappeda provinsi melaporkan hasil evaluasi
terhadap rancangan Perda tentang RPJMD
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86
ayat (2) kepada Gubernur.

Pasal 88

Tata cara evaluasi rancangan Perda tentang RPJMD


berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Pasal 89

(1) Perda tentang RPJMD provinsi dan Perda tentang RPJMD


kabupaten/kota ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan
setelah Gubernur dan Bupati/Wali kota terpilih dilantik.
(2) RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda merupakan
dasar penyusunan rancangan akhir Renstra PD.
- 42 -

Paragraf 10
Penyusunan Rancangan Akhir Renstra PD

Pasal 90

(1) PD menyusun rancangan akhir Renstra PD berpedoman


pada Perda tentang RPJMD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 89 ayat (2).
(2) Penyajian rancangan akhir Renstra PD provinsi dan
kabupaten/kota sesuai dengan penyajian rancangan
Renstra PD sebagaiman dimaksud dalam Pasal 67.

Paragraf 11
Pengendalian Perumusan Kebijakan
Rancangan Akhir Renstra PD

Pasal 91

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


Renstra PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf
k, dilakukan untuk menjamin bahwa rancangan akhir
Renstra PD telah disusun sesuai tahapan, tatacara, dan
keselarasan dengan kebijakan RPJMD.
(2) Keselarasan dengan kebijakan RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), mencakup rumusan sasaran,
strategi, arah kebijakan, program, lokasi, alokasi
pendanaan indikatif pada Renstra PD, sesuai dengan
RPJMD.

Pasal 92

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


Renstra PD sebagaimana dimaksud pada Pasal 91 ayat (1),
dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi.
(2) Kegiatan evaluasi terhadap rancangan akhir Renstra PD
provinsi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
dilaksanakan oleh Kepala PD untuk memastikan:
a. penyusunan Renstra PD provinsi, didasarkan pada
data dan informasi;
b. tujuan dan sasaran pada Renstra PD provinsi
mendukung tujuan dan sasaran pada RPJMD
provinsi;
c. strategi dan arah kebijakan pada Renstra PD provinsi
mendukung strategi dan arah kebijakan RPJMD
provinsi;
- 43 -

d. rencana program, lokasi, dan alokasi pendanaan


indikatif pada Renstra PD provinsi, konsisten dengan
program, lokasi, dan alokasi pendanaan indikatif pada
RPJMD provinsi;
e. kinerja pada Renstra PD provinsi, sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi PD;
f. perumusan kegiatan pada Renstra PD provinsi,
mendukung pencapaian hasil (outcome) program dan
dirumuskan berdasarkan penyebab masalah;
g. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
Renstra PD provinsi, telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Kegiatan evaluasi terhadap rancangan akhir Renstra PD
kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan oleh Kepala PD untuk memastikan:
a. penyusunan Renstra PD kabupaten/kota, didasarkan
pada data dan informasi;
b. tujuan dan sasaran pada Renstra PD kabupaten/kota
mendukung tujuan dan sasaran pada RPJMD
kabupaten/kota;
c. strategi dan arah kebijakan pada Renstra PD
kabupaten/kota mendukung strategi dan arah
kebijakan RPJMD kabupaten/kota;
d. rencana program, lokasi, dan alokasi pendanaan
indikatif pada rancangan akhir Renstra PD
kabupaten/kota, konsisten dengan program, lokasi, dan
alokasi pendanaan indikatif pada RPJMD
kabupaten/kota;
e. kinerja pada Renstra PD kabupaten/kota, sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi PD;
f. perumusan kegiatan pada rancangan akhir Renstra PD
kabupaten/kota, mendukung pencapaian hasil
(outcome) program dan dirumuskan berdasarkan
penyebab masalah; dan
g. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan Renstra
PD kabupaten/kota, telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 93

(1) Berdasarkan hasil pengendalian perumusan kebijakan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92, kepala PD
menyempurnakan rancangan akhir Renstra PD.
(2) Kepala PD menyampaikan rancangan akhir Renstra PD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada kepala
Bappeda selaku koordinator perencanaan pembangunan
daerah untuk di evaluasi.
- 44 -

(3) Penyampaian rancangan akhir Renstra PD sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), dilengkapi:
a. surat kepala PD kepada kepala Bappeda perihal
rancangan akhir Renstra PD;
b. agenda kerja penyusunan Renstra PD;
c. berita acara hasil Forum PD/Lintas PD;
d. hasil reviu APIP tentang Renstra PD; dan
e. hasil pengendalian perumusan kebijakan Renstra PD
oleh kepala PD.

Paragraf 12
Penetapan Perkada Renstra PD

Pasal 94

(1) Kepala Bappeda melaksanakan evaluasi terhadap


rancangan akhir Renstra PD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 93 ayat (2), untuk memastikan:
a. kelengkapan administrasi penyusunan Renstra PD;
b. penyusunan Renstra PD didasarkan pada data dan
informasi yang akurat, terkini, dan dapat
dipertanggungjawabkan;
c. data dan informasi penyusunan Renstra PD
sebagaimana pada huruf b, sesuai dengan data dan
informasi RPJMD berdasarkan tugas dan fungsi PD;
d. menguji keselarasan kebijakan Renstra PD, mencakup
rumusan tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan,
program, indikator, lokasi, dan/atau alokasi
pendanaan indikatif mendukung dan sesuai dengan
kebijakan RPJMD; dan
e. kesesuaian kegiatan dan indikator yang dirumuskan,
mendukung pencapaian program dan sesuai dengan
penyebab masalah.
(2) Kepala Bappeda menyampaikan hasil evaluasi rancangan
akhir Renstra PD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota melalui Sekda
untuk ditetapkan.
(3) Gubernur dan Bupati/Wali kota berdasarkan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menetapkan Perkada
tentang Renstra PD.

Pasal 95

Penetapan Perkada tentang Renstra PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 94 ayat (3), paling lambat 1 (satu) bulan
setelah Perda tentang RPJMD ditetapkan.
- 45 -

Bagian Kelima
Tata Cara Penyusunan RKPD dan Renja PD

Pasal 96

(1) RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c


merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat
rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas
pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaan
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan
berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah dan program
strategis Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(2) Renja PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
memuat program, kegiatan, lokasi, dan kelompok sasaran
yang disertai indikator kinerja dan pendanaan sesuai
dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat Daerah.

Pasal 97

(1) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


96 ayat (2), meliputi program dan kegiatan Renstra PD pada
tahun rencana, program dan kegiatan lanjutan,
pergeseran, dan/atau baru.
(2) Lokasi program dan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 96 ayat (2), merupakan lokasi atau tempat dari
setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
(3) Kelompok sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96
ayat (2), memuat kelompok masyarakat yang memperoleh
manfaat langsung dari hasil kegiatan.
(4) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96
ayat (2), terdiri dari:
a. Indikator kinerja program, merupakan alat ukur
spesifik dari hasil yang akan dicapai suatu program
secara kuantitatif; dan
b. Indikator kinerja kegiatan, merupakan alat ukur
spesifik dari keluaran suatu kegiatan secara kuantitatif.

Pasal 98

(1) Program dan kegiatan lanjutan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 97 ayat (1), yaitu program dan kegiatan yang
telah dilaksanakan namun belum memberikan keluaran
dan hasil yang sesuai dengan sasaran Renstra PD.
(2) Pergeseran program dan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 97 ayat (1), merupakan program dan kegiatan
- 46 -

PD/lintas PD yang berdasarkan analisis perlu dilakukan


pergeseran pelaksanaannya atas pertimbangan
mempercepat pencapaian sasaran pembangunan daerah.
(3) Program dan kegiatan baru sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 97 ayat (1), yaitu program dan kegiatan yang tidak
tercantum pada Renstra PD dengan kriteria sebagai
berikut:
a. adanya kebijakan pemerintah yang menjadi prioritas
nasional;
b. adanya perubahan mendasar, antara lain terjadinya
bencana alam, goncanagan politik, krisis ekonomi,
konflik sosial budaya, gangguan keamanan, atau
pemekaran daerah; dan/atau
c. adanya kebijakan nassional berupa peraturan
perundang-undangan.

Pasal 99

Tata Cara Penyusunan RKPD dan Renja PD dilaksanakan


melalui tahapan sebagai berikut:
a. pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan dan kecamatan;
b. persiapan penyusunan RKPD dan Renja PD;
c. penyusunan rancangan awal Renja PD;
d. penyusunan rancangan awal RKPD;
e. penyusunan rancangan Renja PD;
f. penyusunan rancangan RKPD;
g. pelaksanaan musrenbang RKPD;
h. perumusan rancangan akhir RKPD;
i. pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir RKPD;
j. penetapan Perkada tentang RKPD;
k. penyusunan rancangan akhir Renja PD;
l. pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir Renja
PD; dan
m. penetapan Perkada tentang Renja PD.

Paragraf 1
Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan dan Kecamatan

Pasal 100

(1) Kepala Bappeda provinsi menyiapkan surat edaran


Gubernur perihal kebijakan pembangunan tahunan daerah
provinsi pada tahun berkenaan.
(2) Surat edaran Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan kepada Bupati/wali kota, untuk dibahas
dalam Musrenbang kecamatan.
- 47 -

(3) Kepala Bappeda kabupaten/kota, menyiapkan surat


edaran Bupati/wali kota perihal kebijakan pembangunan
tahunan daerah kabupaten/kota pada tahun berkenaan.
(4) Surat edaran Bupati/wali kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) disampaikan kepada camat, untuk dibahas
dalam Musrenbang desa dan Musrenbang kelurahan.
(5) Surat edaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (3) memuat antara lain:
a. prioritas pembangunan tahunan daerah pada tahun
rencana; dan
b. kegiatan, dan lokasi pembangunan di desa dan di
kelurahan.

Pasal 101

(1) Masyarakat desa menyampaikan usulan dan saran


terhadap kebijakan pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 100 ayat (5), dalam Musrenbang
desa pada bulan Juli tahun sebelumnya.
(2) Bentuk usulan dan saran masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), antara lain berupa:
a. jenis dan lokasi kegiatan terkait dengan pembangunan
kawasan perdesaan; dan/atau
b. jenis dan lokasi kegiatan yang merupakan kewenangan
desa dan mendukung prioritas pembangunan daerah.
(3) Hasil Musrenbang desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dirumuskan dalam berita acara kesepakatan dan
ditandatangani oleh perwakilan dari setiap unsur yang
hadir.
(4) Berita acara kesepakatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), menjadi bahan masukan pada Musrenbang
kecamatan.

Pasal 102

(1) Masyarakat kelurahan menyampaikan usulan dan saran


terhadap kebijakan pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 100 ayat (5), dalam Musrenbang
kelurahan yang dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum pelaksanaan Musrenbang kecamatan.
(2) Bentuk usulan dan saran masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), antara lain berupa:
a. jenis dan lokasi kegiatan terkait dengan pembangunan
kawasan kelurahaan; dan/atau
b. jenis dan lokasi kegiatan yang mendukung prioritas
pembangunan daerah.
(3) Hasil Musrenbang kelurahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dirumuskan dalam berita acara kesepakatan dan
- 48 -

ditandatangani oleh perwakilan dari setiap unsur yang


hadir.
(4) Berita acara kesepakatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), menjadi bahan masukan pada Musrenbang
kecamatan.

Pasal 103

(1) Musrenbang kecamatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 101 ayat (4) dilaksanakan pada bulan Januari tahun
berjalan.
(2) Penyelenggaraan musrenbang RKPD kabupaten/kota di
kecamatan dilaksanakan oleh camat, setelah berkoordinasi
dengan kepala Bappeda kabupaten/kota.
(3) Camat mengundang perwakilan masyarakat yang
sekurang-kurangnya terdiri dari unsur-unsur:
a. pakar/akademisi, praktisi, asosiasi profesi dan pelaku
usaha;
b. kepala desa dan lurah;
c. perwakilan masyarakat desa/kelurahan;
d. unsur DPRD;
e. unsur PD kabupaten/kota; dan/atau
f. unsur lainnya sesuai dengan kebutuhan.
(4) Musrenbang kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) membahas:
a. hasil kesepakatan Musrenbang desa;
b. hasil kesepakatan Musrenbang kelurahan; dan
c. prioritas pembangunan daerah provinsi dan
kabupaten/kota
(5) Hasil kesepakatan dalam Musrenbang kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), merumuskan jenis
kegiatan yang mendukung pembangunan daerah provinsi
dan kabupaten/kota berdasarkan kewenangan masing-
masing tingkat pemerintahan.
(6) Hasil Musrenbang kecamatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), dirumuskan dalam berita acara kesepakatan dan
ditandatangani oleh perwakilan dari setiap unsur yang
hadir.
(7) Hasil kesepakatan Musrenbang kecamatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), menjadi bahan masukan
penyusunan rancangan awal Renja PD provinsi dan
kabupaten/kota sesuai kewenangannya.

Paragraf 2
Persiapan Penyusunan RKPD dan Renja PD
- 49 -

Pasal 104

(1) Persiapan penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 99 huruf b, meliputi:
a. pembentukan tim penyusunan RKPD;
b. penyiapan agenda kerja penyusunan RKPD;
c. penjabaran dokumen RPJMD tahun berkenaan;
d. memperhatikan program strategis nasional;
e. orientasi mengenai RKPD; dan
f. penyiapan data dan informasi.
(2) Agenda kerja penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Wali kota dan dipublikasikan kepada masyarakat.

Pasal 105

(1) Penjabaran dokumen RPJMD tahun berkenaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 huruf c,
merupakan penjelasan lebih rinci dari rancangan kerangka
ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana
kerja, dan alokasi pendanaan indikatif pada tahun
rencana.
(2) Rancangan kerangka ekonomi daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), memuat gambaran kondisi
ekonomi, kemampuan pendanaan dan pembiayaan
pembangunan daerah paling sedikit 2 (dua) tahun
sebelumnya, perkiraan untuk tahun yang direncanakan,
dan prognosis tahun berikutnya.
(3) Prioritas pembangunan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), menggambarkan sasaran yang diprioritaskan
pada tahun yang direncanakan sesuai dengan arah
kebijakan RPJMD.
(4) Rencana kerja dan alokasi pendanaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), mempertimbangkan kemampuan
pendanaan dan alokasi pendanaan indikatif masing-
masing PD, yang bersumber dari APBD maupun sumber-
sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.

Pasal 106

(1) Alokasi pendanaan indikatif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 105 ayat (4) dijabarkan untuk masing-masing PD,
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut, antara
lain:
a. pencapaian prioritas pembangunan daerah;
b. pencapaian standar pelayanan minimal;
- 50 -

c. pencapaian prioritas pembangunan nasional;


d. hasil evaluasi kinerja PD; dan
e. belanja operasional PD.
(2) Sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 105 ayat (4), pelibatan peran serta masyarakat baik
dalam bentuk dana, material maupun sumber daya
manusia, dan teknologi.

Pasal 107

Rumusan terkait program strategis nasional sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 104 huruf d, menggambarkan
keserasian dan keselarasan antara program strategis nasional
dengan prioritas pembangunan daerah.

Pasal 108

Rumusan penjelasan terhadap prioritas pembangunan daerah


dan alokasi pendanaan indikatif masing-masing PD serta
kesesuaian dengan program strategis nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 107, dibahas dan disepakati bersama
oleh Tim.

Pasal 109

(1) Hasil kesepakatan Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal


108, disampaikan oleh kepala Bappeda kepada Gubernur
dan Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk ditetapkan
dalam surat edaran Gubernur dan surat edaran
Bupati/Wali kota.
(2) Surat edaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan dasar penyusunan rancangan awal Renja PD.

Pasal 110

(1) Persiapan penyusunan Renja PD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 99 huruf b, meliputi:
a. pembentukan tim penyusunan Renja PD;
b. penyiapan agenda kerja penyusunan Renja PD;
c. penelaahan surat edaran tentang penyusunan
rancangan awal Renja PD;
d. orientasi mengenai Renja PD; dan
e. penyiapan data dan informasi.
- 51 -

(2) Agenda kerja penyusunan Renja PD sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Kepala PD.

Paragraf 3
Penyusunan Rancangan Awal Renja PD

Pasal 111

Penyusunan rancangan awal Renja PD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 99 huruf c, terdiri atas:
a. perumusan rancangan awal Renja PD; dan
b. penyajian rancangan awal Renja PD.

Pasal 112

(1) Perumusan rancangan awal Renja PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 111 huruf a untuk provinsi
mencakup:
a. reviu evaluasi hasil program dan kegiatan tahun
sebelumnya;
b. pengolahan data dan informasi;
c. analisis gambaran pelayanan PD provinsi;
d. mempedomani surat edaran Gubernur perihal prioritas
pembangunan daerah serta alokasi pendanaan indikatif
PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 ayat (1);
e. memperhatikan berita acara kesepakatan musrenbang
kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103
ayat (7);
f. memperhatikan sasaran, program, kegiatan, indikator,
lokasi, dan alokasi pendanaan indikatif dalam Renstra
PD tahun berkenaan;
g. memperhatikan prioritas pembangunan tahunan
kementerian/lembaga;
h. perumusan tujuan dan sasaran pelayanan tahunan PD
provinsi; dan
i. perumusan rencana program, kegiatan, indikator,
lokasi, kelompok sasaran, dan alokasi pendanaan
indikatif selama 1 (satu) tahun.
(2) Perumusan rancangan Renja PD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 111 huruf a, untuk kabupaten/kota
mencakup:
a. reviu evaluasi hasil program dan kegiatan tahun
sebelumnya;
b. pengolahan data dan informasi;
c. analisis gambaran pelayanan PD kabupaten/kota;
- 52 -

d. mempedomani surat edaran Bupati/wali kota perihal


prioritas pembangunan daerah serta alokasi pendanaan
indikatif PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109
ayat (1);
e. memperhatikan berita acara kesepakatan musrenbang
kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103
ayat (7);
f. memperhatikan sasaran, program, kegiatan, indikator,
lokasi, dan alokasi pendanaan indikatif dalam Renstra
PD tahun berkenaan;
g. memperhatikan prioritas pembangunan tahunan
provinsi dan/atau kementerian/lembaga;
h. perumusan tujuan dan sasaran pelayanan tahunan PD
kabupaten/kota; dan
i. perumusan rencana program, kegiatan, indikator,
lokasi, kelompok sasaran, dan alokasi pendanaan
indikatif selama 1 (satu) tahun.

Pasal 113

Penyajian rancangan awal Renja PD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111
huruf b, dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. evaluasi hasil Renja PD tahun lalu.
c. gambaran pelayanan PD.
d. tujuan dan sasaran PD
e. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi kegiatan,
kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif.

Pasal 114

(1) Hasil rumusan rancangan awal Renja PD sebagaimana


dimaksud pada Pasal 113, disampaikan kepada Bappeda
untuk dibahas dan disepakati bersama Tim.
(2) Hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bahan masukan dalam penyusunan rancangan
awal RKPD.

Paragraf 4
Penyusunan Rancangan Awal RKPD

Pasal 115

Penyusunan rancangan awal RKPD, sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 99 huruf d, terdiri atas:
- 53 -

a. perumusan rancangan awal RKPD; dan


b. penyajian rancangan awal RKPD.

Pasal 116

(1) Perumusan rancangan awal RKPD provinsi, sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 115 huruf a untuk provinsi
mencakup:
a. berpedoman pada RPJMD provinsi tahun rencana;
b. memuat tujuan dan sasaran, serta prioritas
pembangunan provinsi yang dirumuskan berdasarkan
surat edaran Gubernur;
c. memperhatikan rancangan awal Renja PD;
d. evaluasi kinerja tahun lalu;
e. pengolahan data dan informasi;
f. analisis gambaran umum kondisi daerah provinsi;
g. analisis ekonomi dan keuangan daerah provinsi;
h. penelaahan terhadap kebijakan nasional;
i. penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD;
j. perumusan permasalahan pembangunan daerah
provinsi;
k. perumusan program, kegiatan, indikator, lokasi,
kelompok sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif;
dan
l. pelaksanaan forum konsultasi publik.
(2) Perumusan rancangan awal RKPD kabupaten/kota,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 huruf a untuk
kabupaten/kota mencakup:
a. berpedoman pada RPJMD kabupaten/kota tahun
rencana;
b. memuat tujuan dan sasaran, serta prioritas
pembangunan kabupaten/kota yang dirumuskan
berdasarkan surat edaran Bupati/Wali kota;
c. memperhatikan rancangan awal Renja PD;
d. evaluasi kinerja tahun lalu;
e. pengolahan data dan informasi;
f. analisis gambaran umum kondisi daerah
kabupaten/kota;
g. analisis ekonomi dan keuangan daerah
kabupaten/kota;
h. penelaahan terhadap kebijakan provinsi dan/atau
nasional;
i. penelahaan pokok-pokok pikiran DPRD;
j. perumusan permasalahan pembangunan daerah
kabupaten/kota;
k. perumusan program, kegiatan, indikator, lokasi,
kelompok sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif; dan
l. pelaksanaan forum konsultasi publik.
- 54 -

Pasal 117

Penyajian rancangan awal RKPD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115
huruf b, dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. evaluasi hasil RKPD tahun lalu.
c. rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka
pendanaan.
d. tujuan, sasaran dan prioritas pembangunan daerah.
e. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif.

Pasal 118

(1) Rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 117, disampaikan oleh kepala Bappeda kepada
Gubernur dan Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk
persetujuan konsultasi publik
(2) Rancangan awal RKPD untuk konsultasi publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disebarluaskan
kepada Masyarakat melalui sistem informasi, media
cetak/elektronik, dan/atau papan pengumuman kepada
masyarakat yang dikoordinasikan oleh Bappeda.
(3) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
untuk memperoleh masukan dari masyarakat untuk
penyempurnaan rancangan awal RKPD.
(4) Berdasarkan hasil konsultasi publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Bappeda menyempurnakan
rancangan awal RKPD.

Pasal 119

(1) Rancangan awal RKPD yang telah disempurnakan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (4),
disampaikan oleh kepala Bappeda kepada Gubernur dan
Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk mendapat
persetujuan dalam bentuk surat edaran Gubernur dan
surat edaran Bupati/Wali kota.
(2) Surat edaran Gubernur dan Bupati/Wali kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada kepala PD
sebagai pedoman untuk penyempurnaan rancangan awal
Renja PD menjadi rancangan Renja PD.
- 55 -

Paragraf 5
Penyusunan Rancangan Renja PD

Pasal 120

Penyusunan rancangan Renja PD, sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 99 huruf e, terdiri atas:
a. perumusan rancangan Renja PD; dan
b. penyajian rancangan Renja PD.

Pasal 121

(1) Perumusan rancangan Renja PD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 120 huruf a, untuk provinsi dilaksanakan
melalui:
a. penyempurnaan program, kegiatan, indikator, lokasi,
kelompok sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif
berdasarkan surat edaran Gubernur;
b. publikasi rancangan Renja PD;
c. pelaksanaan forum PD/lintas PD provinsi;
d. perumusan kinerja penyelengaraan urusan provinsi;
dan
e. perumusan rancangan Renja PD.
(2) Perumusan rancangan Renja PD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 120 huruf a, untuk kabupaten/kota
mencakup:
a. penyempurnaan program, kegiatan, indikator, lokasi,
kelompok sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif
surat edaran Bupati/Wali kota;
b. publikasi rancangan Renja PD;
c. pelaksanaan forum PD/lintas PD kabupaten/kota;
d. perumusan kinerja penyelenggaraan urusan
kabupaten/kota; dan
e. perumusan rancangan Renja PD.

Pasal 122

(1) Dalam melaksanakan forum PD/lintas PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 121 ayat (1) huruf c dan ayat (2)
huruf c, kepala PD berkoordinasi dengan kepala Bappeda.
(2) Kepala PD penyelenggara forum PD/lintas PD provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengundang
perwakilan unsur masyarakat, unsur DPRD, unsur PD
kabupaten/kota terkait, unsur perwakilan
kementerian/lembaga terkait, dan pemangku kepentingan
lainnya.
- 56 -

(3) Kepala PD penyelenggara forum PD/lintas PD


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mengundang perwakilan unsur masyarakat, unsur DPRD,
unsur PD provinsi terkait, dan pemangku kepentingan
lainnya.

Pasal 123

(1) Hasil pelaksanaan forum PD/lintas PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 122 dituangkan dalam berita acara
kesepakatan dan menjadi bahan masukan dalam
perumusan rancangan Renja PD.
(2) Penyajian rancangan Renja PD provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120
huruf b, dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. evaluasi hasil Renja PD tahun lalu.
c. gambaran pelayanan PD.
d. tujuan dan sasaran PD.
e. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi,
kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif.
f. kinerja penyelenggaraan urusan.
g. Penutup.

Pasal 124

Rancangan Renja PD sebagaimana dimaksud pada Pasal 123


ayat (2) disampaikan oleh kepala PD kepada kepala Bappeda
sebagai dasar dalam penyusunan rancangan RKPD.

Paragraf 6
Penyusunan Rancangan RKPD

Pasal 125

Penyusunan rancangan RKPD, sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 99 huruf f, terdiri atas:
a. perumusan rancangan RKPD; dan
b. penyajian rancangan RKPD.

Pasal 126

Perumusan rancangan RKPD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 125 huruf a, untuk provinsi dan kabupaten/kota
mencakup:
- 57 -

a. menyempurnakan rumusan prioritas pembangunan


tahunan daerah;
b. menyempurnakan rumusan program, kegiatan, indikator,
lokasi, kelompok sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif;
dan
c. perumusan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah.

Pasal 127

Penyajian rancangan RKPD provinsi dan kabupaten/kota


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 huruf b, disajikan
dengan sistematika sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. evaluasi hasil RKPD tahun lalu.
c. rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka
pendanaan.
d. tujuan, sasaran, dan prioritas pembangunan.
e. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif.
f. kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
g. penutup.

Pasal 128

Kepala Bappeda menyampaikan rancangan RKPD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127, kepada Gubernur
dan Bupati/Wali kota melalui Sekda guna mendapat
persetujuan untuk dibahas dalam Musrenbang RKPD.

Paragraf 7
Pelaksanaan Musrenbang RKPD

Pasal 129

Pelaksanaan Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 99 huruf g, terdiri dari:
a. pelaksanaan Musrenbang RKPD provinsi; dan
b. pelaksanaan Musrenbang RKPD kabupaten/kota.

Pasal 130

(1) Musrenbang RKPD provinsi dilaksanakan untuk


penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan
- 58 -

terhadap rancangan RKPD provinsi dan usulan untuk


mendukung pembangunan daerah.
(2) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi, kesepakatan, dan
usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup:
a. hasil kesepakatan rapat koordinasi teknis antara Pusat
dan daerah;
b. penyelarasan prioritas pembangunan daerah provinsi
dengan program strategis Nasional;
c. penajaman, penyelarasan, dan klarifikasi usulan yang
disepakati pada Musrenbang RKPD kabupaten/kota,
dan merupakan kewenangan provinsi;
d. usulan program dan/atau kegiatan untuk
kementerian/lembaga yang mendukung pembangunan
Nasional dan daerah; dan
e. klarifikasi dan kesepakatan program, kegiatan,
indikator lokasi, dan kelompok sasaran pembangunan
daerah provinsi.
(3) Peserta Musrenbang RKPD provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari unsur pemerintah
Pusat terkait, DPRD provinsi, unsur PD provinsi,
bupati/wali kota, para kepala PD provinsi, perwakilan
Masyarakat, dan/atau unsur terkait lainnya.
(4) Narasumber musrenbang RKPD provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat berasal dari Pimpinan DPRD
provinsi, pejabat dari kementerian/lembaga, atau dari
unsur terkait lainnya.
(5) Musrenbang RKPD provinsi dilaksanakan dan
dikoordinasikan oleh Bappeda provinsi.

Pasal 131

(1) Pembahasan terkait dengan penajaman, penyelarasan,


klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130 ayat
(3), dilaksanakan dalam sidang kelompok setelah acara
pembukaan.
(2) Hasil kesepakatan pembahasan sidang kelompok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dirumuskan ke
dalam berita acara kesepakatan hasil Musrenbang RKPD
provinsi dan ditandatangani oleh perwakilan setiap unsur
yang menghadiri Musrenbang.
(3) Berita acara kesepakatan hasil Musrenbang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), memuat antara lain:
a. kesepakatan terkait rencana program, kegiatan,
indikator lokasi, dan kelompok sasaran pembangunan
daerah provinsi;
b. usulan program dan/atau kegiatan yang merupakan
kewenangan kementerian/lembaga; dan
- 59 -

c. usulan kegiatan yang merupakan kewenangan daerah


provinsi yang didanai oleh DAK.

Pasal 132

Berita acara hasil kesepakatan musrenbang RKPD provinsi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131 ayat (2), dijadikan
sebagai bahan penyusunan rancangan akhir RKPD provinsi.

Pasal 133

(1) Musrenbang RKPD kabupaten/kota sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan untuk penajaman,
penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap
rancangan RKPD kabupaten/kota dan usulan untuk
mendukung pembangunan daerah.
(2) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi, kesepakatan, dan
usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mencakup:
a. hasil kesepakatan rapat koordinasi teknis antara
provinsi dan kabupaten/kota;
b. penyelarasan prioritas pembangunan daerah
kabupaten/kota dengan prioritas pembangunan daerah
provinsi dan/atau program strategis Nasional;;
c. penajaman, penyelarasan, dan klarifikasi hasil
kesepakatan musrenbang desa/kelurahan, kecamatan,
dan forum PD/forum Lintas PD;
d. usulan program dan/atau kegiatan provinsi dan/atau
kementerian/lembaga yang mendukung pembangunan
Nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan
e. klarifikasi dan kesepakatan program, kegiatan,
indikator, lokasi, dan kelompok sasaran pembangunan
daerah kabupaten/kota
(3) Peserta Musrenbang RKPD kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari DPRD kabupaten/kota,
unsur pemerintah provinsi, para kepala PD
kabupaten/kota, perwakilan Masyarakat desa, dan/atau
unsur terkait lainnya.
(4) Narasumber musrenbang RKPD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berasal dari
Pimpinan DPRD kabupaten/kota atau dari unsur terkait
lainnya.
(5) Musrenbang RKPD kabupaten/kota dilaksanakan dan
dikoordinasikan oleh Bappeda kabupaten/kota.

Pasal 134
- 60 -

(1) Pembahasan terkait dengan penajaman, penyelarasan,


klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat
(3), dilaksanakan dalam sidang kelompok setelah acara
pembukaan.
(2) Hasil kesepakatan pembahasan sidang kelompok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dirumuskan ke
dalam berita acara kesepakatan hasil Musrenbang RKPD
kabupaten/kota dan ditandatangani oleh perwakilan setiap
unsur yang menghadiri Musrenbang.
(3) Berita acara kesepakatan hasil Musrenbang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), memuat antara lain:
a. kesepakatan terkait rencana program, kegiatan,
indikator lokasi, dan kelompok sasaran pembangunan
daerah kabupaten/kota;
b. usulan program dan/atau kegiatan yang merupakan
kewenangan provinsi dan/atau kementerian/lembaga;
dan
c. usulan kegiatan yang merupakan kewenangan daerah
kabupaten/kota yang didanai oleh DAK dan/atau
bantuan daerah provinsi.

Pasal 135

Berita acara hasil kesepakatan musrenbang RKPD


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134
ayat (2), dijadikan sebagai bahan penyusunan rancangan
akhir RKPD kabupaten/kota.

Paragraf 8
Perumusan Rancangan Akhir RKPD

Pasal 136

Perumusan rancangan akhir RKPD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 99 huruf h, berdasarkan berita acara kesepakatan
hasil musrenbang RKPD.

Pasal 137

(1) Rancangan akhir RKPD yang telah dirumuskan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136, dibahas oleh
seluruh kepala PD yang dikoordinir oleh Bappeda.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memastikan prioritas program dan kegiatan pembangunan
daerah terkait dengan tugas dan fungsi masing-masing PD
telah tertampung dalam rancangan akhir RKPD.
- 61 -

Pasal 138

(1) Penyelesaian rumusan rancangan akhir RKPD provinsi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137, paling lambat
pada paling lambat pada minggu pertama bulan Mei.
(2) Penyelesaian rumusan rancangan akhir RKPD
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137,
paling lambat pada minggu kedua bulan Mei.

Pasal 139

(1) Dalam penyusunan RKPD, pemerintah Daerah


berpedoman pada peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
pedoman penyusunan RKPD.
(2) Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diterbitkan paling lambat bulan Januari setiap tahunnya.

Paragraf 9
Pengendalian Perumusan Kebijakan
Rancangan Akhir RKPD

Pasal 140

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir RKPD


provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 huruf i,
dilakukan untuk menjamin bahwa materi rancangan akhir
RKPD provinsi telah disusun selaras dengan kebijakan
Nasional, serta sesuai dengan tahapan dan tata cara dalam
peraturan perundang-undangan.
(2) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir RKPD
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99
huruf i, dilakukan untuk menjamin bahwa materi
rancangan akhir RKPD kabupaten/kota telah disusun
sesuai tahapan, tata cara, dan keselarasan dengan
kebijakan provinsi dan/atau Nasional.

Pasal 141

(1) Pengendalian terhadap perumusan kebijakan rancangan


akhir RKPD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
140 ayat (1), dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi
terhadap materi, tahapan dan tata cara penyusunan RKPD
provinsi oleh kepala Bappeda untuk memastikan:
- 62 -

a. penyusunan RKPD provinsi sudah mempedomani


Peraturan Menteri tentang pedoman penyusunan
RKPD dan/atau arahan pemerintah pusat pada saat
musrenbang provinsi;
b. tujuan, sasaran, program, dan kegiatan RKPD provinsi
beserta indikatornya, didasarkan pada data dan
informasi yang akurat, terkini, dan dapat
dipertanggungjawabkan;
c. tujuan dan sasaran pembangunan tahunan daerah
provinsi selaras dengan tujuan dan sasaran RPJMD;
d. prioritas pembangunan tahunan daerah provinsi
selaras dengan arah kebijakan jangka menengah
daerah provinsi sesuai tahun rencana;
e. prioritas pembangunan tahunan daerah provinsi
selaras dengan program strategis nasional;
f. program dan kegiatan pembangunan tahunan daerah
provinsi, merupakan kebijakan penyelesaian
permasalahan dan pencapaian prioritas pembangunan
daerah; dan
g. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan RKPD
provinsi, telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pengendalian terhadap perumusan kebijakan rancangan
akhir RKPD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 140 ayat (2), dilaksanakan melalui kegiatan
evaluasi terhadap materi, tahapan dan tata cara
penyusunan RKPD kabupaten/kota oleh kepala Bappeda
untuk memastikan:
a. penyusunan RKPD kabupaten/kota, sudah
mempedomani Peraturan Menteri tentang pedoman
penyusunan RKPD dan/atau arahan dari pemerintah
provinsi pada saat musrenbang kabupaten/kota;
b. tujuan, sasaran, program, dan kegiatan RKPD
kabupaten/kota beserta indikatornya, didasarkan pada
data dan informasi yang akurat, terkini, dan dapat
dipertanggungjawabkan;
c. tujuan dan sasaran pembangunan tahunan daerah
kabupaten/kota selaras dengan tujuan dan sasaran
RPJMD;
d. prioritas pembangunan tahunan daerah
kabupaten/kota selaras dengan arah kebijakan RPJMD
kabupaten/kota pada tahun rencana;
e. prioritas pembangunan tahunan daerah
kabupaten/kota selaras dengan prioritas pembangunan
tahunan provinsi dan/atau program strategis nasional;
f. program dan kegiatan pembangunan tahunan daerah
kabupaten/kota, merupakan kebijakan penyelesaian
permasalahan dan pencapaian prioritas daerah; dan
- 63 -

g. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan RKPD


kabupaten/kota, telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 142

(1) Hasil evaluasi rancangan akhir RKPD provinsi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (1) beserta
rancangan akhir RKPD, disampaikan oleh kepala Bappeda
kepada Gubernur melalui Sekda untuk mendapat
persetujuan.
(2) Hasil evaluasi rancangan akhir RKPD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (2) beserta
rancangan akhir RKPD, disampaikan oleh kepala Bappeda
kepada Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk mendapat
persetujuan.

Pasal 143

Rancangan akhir RKPD yang disetujui sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 142, dijadikan dasar penyusunan rancangan
Perkada tentang RKPD.

Paragraf 10
Penetapan Perkada RKPD

Pasal 144

(1) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan Perkada tentang


RKPD, berdasarkan rancangan akhir RKPD yang telah
disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143.
(2) Rancangan Perkada tentang RKPD provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Gubernur
melalui Sekda untuk mendapat persetujuan di evaluasi
oleh Menteri.
(3) Rancangan Perkada tentang RKPD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada
Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk mendapat
persetujuan di evaluasi oleh Gubernur.

Pasal 145

(1) Gubernur menyampaikan rancangan Perkada tentang


RKPD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144
- 64 -

ayat (2), kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris


Jenderal.
(2) Sekretaris Jenderal menyampaikan rancangan Perkada
tentang RKPD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), paling lama 3 (tiga) hari kepada Direktur Jenderal Bina
Pembangunan Daerah untuk dievaluasi.

Pasal 146

Bupati/Wali kota menyampaikan rancangan Perkada tentang


RKPD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
144 ayat (3), kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat
untuk di evaluasi.

Pasal 147

(1) Penyampaian rancangan Perkada tentang RKPD provinsi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 ayat (1),
dilengkapi dengan:
a. surat Gubernur kepada Menteri perihal evaluasi
rancangan Perkada RKPD provinsi;
b. rancangan Perkada tentang RKPD beserta lampirannya
berupa dokumen RKPD provinsi;
c. surat Keputusaan Gubernur tentang Tim penyusun
RKPD provinsi;
d. agenda kerja penyusunan RKPD provinsi;
e. berita acara hasil konsultasi publik dan kesepakatan
Musrenbang RKPD provinsi;
f. hasil pengendalian dan evaluasi perumusan kebijakan
perencanaan pembangunan tahunan; dan
g. Hasil reviu APIP provinsi.
(2) Penyampaian rancangan Perkada tentang RKPD
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 146,
dilengkapi dengan:
a. surat Bupati/Wali kota kepada Gubernur perihal
evaluasi rancangan Perkada RKPD kabupaten/kota;
b. rancangan Perkada tentang RKPD beserta lampirannya
berupa dokumen RKPD kabupaten/kota;
c. surat Keputusaan Bupati/Wali kota tentang Tim
penyusun RKPD kabupaten/kota;
d. agenda kerja penyusunan RKPD kabupaten/kota;
e. berita acara kesepakatan Musrenbang kecamatan,
konsultasi publik, dan Musrenbang RKPD
kabupaten/kota;
f. hasil pengendalian dan evaluasi perumusan kebijakan
perencanaan pembangunan tahunan; dan
g. hasil reviu APIP kabupaten/kota.
- 65 -

Pasal 148

(1) Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan


evaluasi terhadap rancangan Perkada tentang RKPD
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang
disampaikan oleh Gubernur;
b. memastikan bahwa penyusunan RKPD provinsi,
didasarkan pada data dan informasi yang akurat,
terkini dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
c. menguji keselarasan rumusan prioritas dan rumusan
program pembangunan tahunan daerah dengan arah
kebijakan dan program pembangunan RPJMD provinsi
dan program strategis Nasional.
(2) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat cq kepala
Bappeda provinsi melakukan evaluasi terhadap rancangan
Perkada tentang RKPD kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 146, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang disampaikan
oleh Bupati/Wali kota;
b. memastikan bahwa penyusunan RKPD
kabupaten/kota, didasarkan pada data dan informasi
yang akurat, terkini dan dapat dipertanggungjawabkan;
dan
c. menguji keselarasan rumusan prioritas dan program
pembangunan tahunan daerah kabupaten/kota dengan
arah kebijakan dan program RPJMD, prioritas
pembangunan provinsi, dan/atau program strategis
nasional.

Pasal 149

(1) Dalam melaksanakan evaluasi terhadap rancangan


Perkada RKPD provinsi, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 148 ayat (1), Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah mengundang perwakilan dari
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, unsur
Pemerintahan Daerah provinsi, dan/atau pihak lain yang
dibutuhkan.
(2) Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan Perkada
RKPD kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 148 ayat (2), Gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat cq kepala Bappeda provinsi mengundang unsur
pemerintahan daerah kabupaten/kota, unsur Pemerintah
- 66 -

Daerah provinsi terkait, dan/atau pihak lain yang


dibutuhkan.

Pasal 150

(1) Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melaporkan


hasil evaluasi terhadap rancangan Perkada RKPD provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (1) kepada
Menteri.
(2) Kepala Bappeda provinsi melaporkan hasil evaluasi
terhadap rancangan Perkada RKPD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (2) kepada
Gubernur.

Pasal 151

Tata cara evaluasi rancangan Perkada tentang RKPD


berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 152

(1) Perkada tentang RKPD provinsi ditetapkan paling lama


minggu ketiga bulan Juni.
(2) Perkada tentang RKPD kabupaten/kota ditetapkan paling
lama akhir bulan Juni.
(3) Jadwal penetapan Perkada tentang RKPD provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), dapat berubah apabila ditetapkan lain dengan
ketentuan peraturan perundangan.

Pasal 153

Perkada tentang RKPD provinsi dan kabupaten/kota


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152, merupakan pedoman
penyusunan KUA dan PPAS.

Paragraf 11
Penyusunan Rancangan Akhir Renja PD

Pasal 154

(1) Perkada tentang RKPD provinsi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 152 ayat (1), merupakan pedoman
- 67 -

penyempurnaan rancangan Renja PD menjadi rancangan


akhir Renja PD provinsi.
(2) Perkada tentang RKPD kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 152 ayat (2), merupakan pedoman
penyempurnaan rancangan Renja PD menjadi rancangan
akhir Renja PD kabupaten/kota.
(3) Penyajian rancangan akhir Renja PD provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. evaluasi hasil Renja PD tahun lalu.
c. gambaran pelayanan PD.
d. tujuan dan sasaran PD.
e. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, dan pendanaan indikatif.
f. kinerja penyelenggaraan urusan.
g. Penutup.

Paragraf 12
Pengendalian Perumusan Kebijakan
Rancangan Akhir Renja PD

Pasal 155

(1) Pengendalian terhadap perumusan kebijakan rancangan


akhir Renja PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99
huruf l, dilakukan untuk menjamin bahwa rancangan
akhir Renja PD telah disusun sesuai tahapan, tatacara, dan
selaras dengan kebijakan RKPD.
(2) Keselarasan dengan kebijakan RKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), mencakup rumusan tujuan,
sasaran, program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, alokasi pendanaan indikatif pada Renja PD,
mendukung dan sesuai dengan RKPD.

Pasal 156

(1) Pengendalian terhadap perumusan kebijakan rancangan


akhir Renja PD sebagaimana dimaksud pada Pasal 155
ayat (1), dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi.
(2) Kegiatan evaluasi terhadap rancangan akhir Renja PD
provinsi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
dilaksanakan oleh Kepala PD untuk memastikan:
a. berpedoman pada Renstra PD tahun berkenaan;
- 68 -

b. penyusunan Renja PD, sudah mempedomani Peraturan


Menteri tentang pedoman penyusunan RKPD sesuai
dengan tugas dan fungsi PD;
c. penyusunan Renja PD, didasarkan pada data dan
informasi;
d. tujuan dan sasaran Renja PD mendukung tujuan dan
sasaran RKPD;
e. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif pada Renja
PD selaras dengan program, kegiatan, indikator, lokasi,
kelompok sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif
pada RKPD;
f. kinerja Renja PD, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
PD;
g. perumusan kegiatan pada Renja PD, mendukung
pencapaian indikator program; dan
h. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan Renja
PD, telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan.
(3) Kegiatan evaluasi terhadap rancangan akhir Renja PD
kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan oleh Kepala PD untuk memastikan:
a. berpedoman pada Renstra PD tahun berkenaan;
b. penyusunan Renja PD, sudah mempedomani Peraturan
Menteri tentang pedoman penyusunan RKPD sesuai
dengan tugas dan fungsi PD;
c. penyusunan Renja PD didasarkan pada data dan
informasi;
d. tujuan dan sasaran pada Renja PD mendukung tujuan
dan sasaran pada RKPD;
e. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif pada Renja
PD, selaras dengan program, kegiatan, indikator, lokasi,
kelompok sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif
pada RKPD;
f. kinerja Renja PD, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
PD;
g. perumusan kegiatan pada Renja PD, mendukung
pencapaian indikator program; dan
h. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan Renja
PD, telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan.

Pasal 157

(1) Berdasarkan hasil pengendalian perumusan kebijakan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156, kepala PD
menyempurnakan rancangan akhir Renja PD.
- 69 -

(2) Kepala PD menyampaikan rancangan akhir Renja PD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada kepala
Bappeda selaku koordinator perencanaan pembangunan
Daerah untuk dievaluasi.
(3) Penyampaian rancangan akhir Renja PD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dilengkapi:
a. surat kepala PD kepada kepala Bappeda perihal
rancangan Perkada tentang Renja PD;
b. agenda kerja penyusunan Renja PD;
c. berita acara hasil Forum PD/Lintas PD;
d. hasil reviu APIP; dan
e. hasil pengendalian perumusan kebijakan Renja PD oleh
kepala PD.

Paragraf 13
Penetapan Perkada Renja PD

Pasal 158

(1) Kepala Bappeda melaksanakan evaluasi terhadap


rancangan akhir Renja PD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 157 ayat (2), untuk memastikan;
a. kelengkapan administrasi penyusunan Renja PD;
b. penyusunan Renja PD didasarkan pada data dan
informasi yang akurat, terkini, dan dapat
dipertanggungjawabkan;
c. data dan informasi penyusunan Renja PD sebagaimana
dimaksud pada huruf b, sesuai dengan data dan
informasi RKPD berdasarkan tugas dan fungsi PD; dan
d. menguji keselarasan kebijakan Renja PD mencakup
rumusan tujuan, sasaran, program, kegiatan,
indikator, lokasi, kelompok sasaran, dan alokasi
pendanaan indikatif sesuai dengan kebijakan RKPD.
(2) Kepala Bappeda menyampaikan hasil evaluasi rancangan
akhir Renja PD beserta lampirannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), kepada Gubernur dan Bupati/Wali
kota melalui Sekda untuk ditetapkan.
(3) Gubernur dan Bupati/Wali kota berdasarkan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menetapkan Perkada
tentang Renja PD.

Pasal 159

Penetapan Perkada tentang Renja PD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 158 ayat (3), paling lambat 10 (sepuluh) hari
setelah Perkada tentang RKPD ditetapkan.
- 70 -

Pasal 160

(1) Penyampaian hasil evaluasi materi beserta rancangan


akhir RPJPD, RPJMD, dan RKPD kepada Gubernur dan
Bupati/Wali kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34,
Pasal 79, dan Pasal 142, dilampiri hasil reviu APIP provinsi
dan kabupaten/kota.
(2) Penyampaian hasil reviu APIP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Bappeda, paling lambat 1 (satu) minggu
sebelum penyampaian rancangan akhir RPJPD, RPJMD,
dan RKPD kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota.
(3) Penyampaian hasil evaluasi materi beserta rancangan
akhir Renstra PD dan Renja PD kepada Bappeda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (2) dan Pasal
157 ayat (2), dilampiri hasil reviu APIP.
(4) Penyampaian hasil reviu APIP sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) kepada Kepala PD, paling lambat 1 (satu) minggu
sebelum penyampaian rancangan akhir Renstra PD dan
Renja PD kepada Bappeda.

BAB III
TATA CARA PELAKSANAAN DAN
EVALUASI HASIL RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

Pasal 161

(1) Pelaksanaan dan evaluasi RPJPD, RPJMD, RKPD, Renstra


PD dan Renja PD, dilaksanakan berbasis sistem informasi
pembangunan daerah.
(2) Sistem informasi pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berisikan aplikasi terkait data,
perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan
berbasis elektronik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi
pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undagan.

Pasal 162

Tata cara pelaksanaan rencana dan evaluasi hasil


pembangunan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b, terdiri dari:
a. tata cara pelaksanaan dan evaluasi hasil Renja PD dan
RKPD;
- 71 -

b. tata cara pelaksanaan dan evaluasi hasil Renstra PD dan


RPJMD; dan
c. tata cara pelaksanaan dan evaluasi hasil RPJPD.

Pasal 163

(1) Pelaksanaan rencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal


162, merupakan evaluasi terhadap proses pelaksanaan
rencana untuk menjamin terlaksananya rencana
pembangunan Daerah.
(2) Evaluasi hasil sebagaimana dalam Pasal 162, merupakan
penilaian terhadap capaian sasaran, program, kegiatan,
dan kinerja pembangunan Daerah.

Pasal 164

(1) Menteri melakukan evaluasi terhadap rencana


pembangunan Daerah provinsi.
(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan
evaluasi terhadap rencana pembangunan Daerah
kabupaten/kota.
(3) Gubernur melakukan evaluasi hasil rencana pembangunan
Daerah provinsi.
(4) Bupati/Wali kota melakukan evaluasi terhadap rencana
pembangunan Daerah kabupaten/kota.

Bagian Pertama
Tata Cara Pelaksanaan dan
Evaluasi Hasil Renja PD dan RKPD

Pasal 165

Tata cara pelaksanaan dan evaluasi hasil Renja PD dan RKPD


sebagaimama dimaksud dalam Pasal 162 huruf a, meliputi:
a. tata cara pelaksanaan Renja PD dan RKPD; dan
b. tata cara evaluasi hasil Renja PD dan RKPD.

Paragraf 1
Tata Cara Pelaksanaan Renja PD dan RKPD

Pasal 166

Tata cara pelaksanaan Renja PD dan RKPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 165 huruf a, dilaksanakan melalui
kegiatan evaluasi triwulanan untuk mengetahui:
- 72 -

a. hasil pelaksanaan program dan/atau kegiatan Renja PD


berdasarkan realisasi dokumen pelaksanaan anggaran PD;
dan
b. hasil pelaksanaan program dan/atau kegiatan RKPD
berdasarkan hasil pelaksanaan program dan/atau kegiatan
Renja PD.

Pasal 167

(1) Kepala PD menyampaikan hasil pelaksanaan Renja PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166 huruf a, kepada
Bappeda setiap triwulan.
(2) Hasil pelaksanaan Renja PD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bertujuan untuk:
a. mengetahui konsistensi kebijakan Renja PD dengan
realisasi dokumen pelaksanaan anggaran PD;
b. mengatahui capaian target kinerja PD per-triwulan;
c. mengetahui kendala dan hambatan pencapaian kinerja
PD; dan
d. merumuskan saran serta tindak lanjut penyelesaian
kendala dan hambatan.
(3) Kepala Bappeda menghimpun dan mengevaluasi laporan
triwulan Renja PD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Kepala Bappeda bersama kepala PD membahas hasil
evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan
menyepakati solusi dan tindak lanjut percepatan
pencapaian target kinerja PD.

Pasal 168

(1) Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan hasil


pelaksanaan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
166 huruf b, berdasarkan laporan pelaksanaan triwulanan
Renja PD.
(2) Hasil pelaksanaan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), bertujuan:
a. mengetahui konsistensi kebijakan RKPD dengan
realisasi pelaksanaan triwulanan APBD:
b. mengetahui capaian target kinerja RKPD per-triwulan;
c. mengetahui kendala dan hambatan pencapaian kinerja
daerah; dan
d. merumuskan saran serta tindak lanjut penyelesaian
kendala dan hambatan.
(3) Kepala Bappeda melaporkan pelaksanaan RKPD dan Renja
PD setiap triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kepada kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota melalui
Sekda.
- 73 -

Pasal 169

(1) Laporan pelaksanaan Renja PD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 167 ayat (1), disajikan dengan sistematika
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. konsistensi perencanaan dan penganggaran Renja PD.
c. capaian kinerja PD per-triwulan.
d. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
e. kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.
(2) Laporan pelaksanaan RKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 168 ayat (1), disajikan dengan sistematika sekurang-
kurangnya sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. konsistensi perencanaan dan penganggaran daerah.
c. capaian kinerja daerah per-triwulan.
d. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
e. kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.

Pasal 170

(1) Penyampaian laporan pelaksanaan triwulanan Renja PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 ayat (1) oleh
kepala PD kepada kepala Bappeda, paling lambat minggu
terakhir bulan Juni.
(2) Penyampaian laporan pelaksanaan triwulanan RKPD dan
Renja PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 oleh
kepala Bappeda kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota
melalui Sekda, paling lambat minggu pertama bulan Juli.
(3) Penyampaian laporan semesteran pelaksanaan RKPD
kabupaten/kota oleh Bupati/Wali kota kepada Gubernur
melalui Sekda, paling lambat minggu pertama bulan Juli.
(4) Penyampaian laporan semesteran pelaksanaan RKPD
provinsi oleh Gubernur kepada Menteri melalui Sekretaris
Jenderal, paling lambat minggu keempat bulan Juli.

Paragraf 2
Tata Cara Evaluasi Hasil Renja PD dan RKPD

Pasal 171

Tata cara evaluasi hasil Renja PD dan RKPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 165 huruf b, dilaksanakan melalui
kegiatan evaluasi pada akhir tahun rencana untuk
mengetahui:
- 74 -

a. capaian kinerja program dan kegiatan Renja PD


berdasarkan realisasi pelaksanaan dokumen pelaksanaan
anggaran PD; dan
b. capaian kinerja program dan kegiatan RKPD berdasarkan
capaian target kinerja program dan kegiatan Renja PD.

Pasal 172

(1) Kepala PD menyampaikan capaian kinerja program dan


kegiatan Renja PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171
huruf a, kepada Bappeda setiap akhir tahun anggaran.
(2) Hasil evaluasi Renja PD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), bertujuan:
a. mengetahui capaian target kinerja PD akhir tahun
anggaran;
b. bahan pertimbangan dalam penyusunan Renja PD
tahun berikutnya:
c. bahan masukan dalam perubahan Renstra PD; dan
d. sebagai dokumen pelaksanaan Renstra PD tahun
berkenaan.
(3) Laporan hasil evaluasi Renja PD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disajikan dengan sistematika sekurang-
kurangnya sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. konsistensi perencanaan dan penganggaran Renja PD.
c. capaian kinerja PD pada akhir tahun pelaksanaan.
d. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
e. kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.
(4) Kepala Bappeda menghimpun dan mengevaluasi laporan
akhir tahun Renja PD sebagaimana dimaksud pada ayat
(3).

Pasal 173

(1) Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan hasil


evaluasi RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171
huruf b, berdasarkan laporan akhir tahun Renja PD.
(2) Hasil evaluasi RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bertujuan:
a. mengetahui capaian target kinerja daerah akhir tahun;
b. bahan pertimbangan dalam penyusunan RKPD tahun
berikutnya;
c. sebagai salah satu dasar pertimbangan perubahan
RPJMD; dan
d. sebagai dokumen pelaksanaan RPJMD tahun
berkenaan.
- 75 -

(3) Laporan hasil evaluasi RKPD sebagaimana dimaksud pada


ayat (3), disajikan dengan sistematika sekurang-kurangnya
sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. konsistensi perencanaan dan penganggaran daerah.
c. capaian kinerja daerah.
d. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
e. kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.

Pasal 174

(1) Kepala Bappeda menyampaikan laporan evaluasi hasil


Renja PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (4)
dan evaluasi hasil RKPD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 173 ayat (3), kepada kepada Gubernur dan
Bupati/Wali kota melalui Sekda paling lambat minggu
kedua bulan Januari tahun berikutnya.
(2) Bupati/Wali kota menyampaikan laporan evaluasi hasil
RKPD kabupaten/kota kepada Gubernur melalui Sekda,
paling lambat minggu ketiga bulan Januari tahun
berikutnya.
(3) Gubernur menyampaikan laporan evaluasi hasil RKPD
provinsi kepada Menteri cq Direktur Jenderal Bina
Pembangunan Daerah paling lambat minggu pertama
bulan Februari tahun berikutnya.

Pasal 175

(1) Gubernur dan Bupati/Wali kota berdasarkan laporan


evaluasi hasil Renja PD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 174 ayat (1), memberikan penilaian terhadap kinerja
PD.
(2) Gubernur berdasarkan laporan evaluasi hasil RKPD
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174
ayat (2), memberikan penilaian terhadap kinerja
penyelenggaraan pemerintahan kabupaten/kota.
(3) Menteri berdasarkan laporan evaluasi hasil RKPD provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 ayat (3),
memberikan penilaian terhadap kinerja penyelenggaraan
pemerintahan provinsi.

Bagian Pertama
Tata Cara Pelaksanaan dan
Evaluasi Hasil Renstra PD dan RPJMD
- 76 -

Pasal 176

Tata cara pelaksanaan dan evaluasi hasil Renstra PD dan


RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162 huruf b,
meliputi:
a. tata cara pelaksanaan Renstra PD dan RPJMD; dan
b. tata cara evaluasi hasil Renstra PD dan RPJMD.

Paragraf 1
Tata Cara Pelaksanaan Renstra PD dan RPJMD

Pasal 177

Tata cara pelaksanaan Renstra PD dan RPJMD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 176 huruf a, dilaksanakan melalui
kegiatan evaluasi akhir tahun untuk mengetahui:
a. capaian sasaran, program dan/atau kegiatan tahunan
Renstra PD berdasarkan laporan evaluasi hasil Renja PD;
dan
b. capaian sasaran dan/atau program tahunan RPJMD
berdasarkan laporan evaluasi hasil RKPD.

Pasal 178

(1) Kepala PD menyampaikan hasil pelaksanaan Renstra PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 huruf a, kepada
Bappeda setiap tahun.
(2) Hasil pelaksanaan Renstra PD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bertujuan:
a. mengetahui konsistensi kebijakan tahunan Renstra PD
dengan evaluasi hasil Renja PD;
b. mengetahui capaian target kinerja PD setiap tahun; dan
c. menginventarisasi kendala dan hambatan pencapaian
kinerja PD;
d. perumusan dasar pertimbangan inkonsistensi
perencanaan dengan penganggaran; dan
e. sebagai salah satu dasar pertimbangan perubahan
RPJMD.
(3) Kepala Bappeda memverifikasi laporan hasil pelaksanaan
Renstra PD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk
mengetahui ketidakesesuaian dan penyebab
ketidaksesuaian antara kebijakan Renstra PD dengan
realisasi pelaksanaan pada Renja PD.
(4) Memverifikasi ketidaksesuaian dan penyebab
ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
dilakukan untuk:
- 77 -

a. memastikan perubahan kebijakan Renstra PD sesuai


dengan hasil evaluasi Renja PD;
b. memastikan penyebab perubahan terhadap kebijakan
Renstra PD, sesuai dengan dasar pertimbangan
perubahan; dan
c. mengetahui hasil capaian target sasaran Renstra PD
yang terlaksana, dapat mendukung capaian sasaran
RPJMD.

Pasal 179

(1) Kepala Bappeda menyampaikan hasil pelaksanaan RPJMD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 huruf b, kepada
Gubernur dan Bupati/Wali kota.
(2) Hasil pelaksanaan RPJMD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bertujuan:
a. mengetahui konsistensi kebijakan tahunan RPJMD
dengan evaluasi hasil RKPD dan hasil pelaksanaan
Renstra PD tahun berkenaan;
b. mengetahui capaian target kinerja daerah setiap tahun;
c. menginventarisasi kendala dan hambatan pencapaian
kinerja daerah; dan
d. perumusan dasar pertimbangan inkonsistensi
perencanaan jangka menengah dan tahunan.

Pasal 180

(1) Laporan pelaksanaan Renstra PD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 178 ayat (1), disajikan dengan sistematika
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. konsistensi kebijakan Renstra PD dengan Renja PD
tahun berkenaan.
c. capaian kinerja PD tahun berkenaan.
d. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
e. kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.
(2) Laporan pelaksanaan RPJMD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 179 ayat (1), disajikan dengan sistematika
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. konsistensi kebijakan RPJMD dengan RKPD tahun
berkenaan.
c. capaian kinerja daerah tahun berkenaan.
d. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
e. kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.
- 78 -

Pasal 181

Kepala Bappeda menyampaikan laporan pelaksanaan Renstra


PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 ayat (1) dan
laporan pelaksanaan RPJMD sebagaimana dimaksud pada
Pasal 180 ayat (2), kepada kepada Gubernur dan Bupati/Wali
kota melalui Sekda paling lambat minggu kedua bulan Januari
tahun berikutnya.

Paragraf 2
Tata Cara Evaluasi Hasil Renstra PD dan RPJMD

Pasal 182

Tata cara evaluasi Renstra PD dan RPJMD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 176 huruf b, dilaksanakan melalui
kegiatan evaluasi pada akhir periode untuk mengetahui:
a. hasil evaluasi capaian target kinerja sasaran, program, dan
kegiatan Renstra PD berdasarkan evaluasi hasil Renja PD;
dan
b. hasil evaluasi capaian target kinerja sasaran dan program
RPJMD berdasarkan evaluasi hasil RKPD serta evaluasi
hasil Renstra PD.

Pasal 183

(1) Kepala PD menyampaikan evaluasi hasil Renstra PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 huruf a, kepada
Bappeda setiap akhir periode Renstra PD.
(2) Evaluasi hasil Renstra PD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bertujuan:
a. mengetahui capaian target kinerja PD akhir periode
perencanaan lima tahunan; dan
b. sebagai bahan masukan untuk evaluasi kinerja PD
dalam menghadapi periode RPJMD berikutnya.
(3) Laporan evaluasi hasil Renstra PD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disajikan dengan sistematika sekurang-
kurangnya sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. konsistensi kebijakan Renja PD dengan Renstra PD.
c. capaian kinerja PD pada akhir periode.
d. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
e. kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut..

Pasal 184
- 79 -

(1) Kepala Bappeda menyusun laporan evaluasi hasil RPJMD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 huruf b,
berdasarkan laporan evaluasi hasil RKPD dan evaluasi
hasil Renstra PD.
(2) Laporan evaluasi hasil RPJMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bertujuan:
a. mengetahui capaian target kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
b. mengetahui capaian target kinerja Gubernur dan
Bupati/Wali kota pada akhir masa jabatan;
c. sebagai salah satu dasar pertimbangan perubahan
RPJPD; dan
d. mengetahui capaian sasaran pokok RPJPD periode
berkenaan.
(3) Laporan evaluasi hasil RPJMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disajikan dengan sistematika sekurang-
kurangnya sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. capaian kinerja RPJMD pada akhir periode.
c. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
d. gambaran keuangan daerah.
e. permasalahan dan isu strategis pembangunan daerah.

Pasal 185

(1) Bupati/Wali kota menyampaikan laporan evaluasi hasil


RPJMD kabupaten/kota kepada Gubernur selaku wakil
pemerintah pusat melalui Sekda, paling lambat 2 (dua)
bulan setelah periode RPJMD berakhir.
(2) Gubernur menyampaikan laporan evaluasi hasil RPJMD
provinsi kepada Menteri cq Direktur Jenderal Bina
Pembangunan Daerah, paling lambat 2 (dua) bulan setelah
periode RPJMD berakhir.

Pasal 186

(1) Gubernur berdasarkan laporan evaluasi hasil RPJMD


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185
ayat (1), melakukan penilaian kinerja penyelenggaraan
pemerintah kabupaten/kota.
(2) Menteri berdasarkan laporan evaluasi hasil RPJMD
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185 ayat (2),
melakukan penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintah
provinsi.
- 80 -

Pasal 187

Laporan evaluasi hasil RPJMD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 184 ayat (3), menjadi:
a. salah satu pedoman penyusunan visi, misi, dan program
calon Gubernur dan Bupati/Wali kota periode berikutnya;
dan
b. dasar pertimbangan dalam penyusunan RPJMD periode
berikutnya.

Bagian Ketiga
Tata Cara Pelaksanaan dan Evaluasi RPJPD

Pasal 188

Tata cara pelaksanaan dan evaluasi hasil RPJPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 162 huruf c, meliputi:
a. tata cara pelaksanaan RPJPD; dan
b. tata cara evaluasi RPJPD.

Paragraf 1
Tata Cara Pelaksanaan RPJPD

Pasal 189

Tata cara pelaksanaan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 188 huruf a dilaksanakan melalui kegiatan capaian
target sasaran pokok periode lima tahunan berdasarkan
laporan hasil evaluasi RPJMD.

Pasal 190

(1) Kepala Bappeda menyampaikan hasil pelaksanaan RPJPD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 189 kepada Gubernur
dan Bupati/Wali kota paling lambat 2 (dua) bulan setelah
periode RPJMD berakhir.
(2) Hasil pelaksanaan RPJPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bertujuan:
a. mengetahui konsistensi kebijakan tahunan RPJPD
dengan evaluasi hasil RPJMD;
b. mengetahui capaian target kinerja daerah setiap lima
tahunan;
c. mengetahui kendala dan hambatan pencapaian kinerja
daerah;
- 81 -

d. merumuskan saran dan tindak lanjut penyelesaian


kendala dan hambatan; dan
e. sebagai salah satu dasar pertimbangan perubahan
RPJPD.
(3) Laporan pelaksanaan RPJPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), disajikan dengan sistematika sekurang-kurangnya
sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. konsistensi kebijakan RPJMD dengan RPJPD periode
berkenaan.
c. capaian target kinerja sasaran pokok RPJPD.
d. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
e. kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.

Pasal 191

Kepala Bappeda menyampaikan laporan pelaksanaan RPJPD


sebagaimana dimaksud pada Pasal 190 ayat (3), kepada
kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota melalui Sekda paling
lambat paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode RPJMD
berakhir.

Paragraf 2
Tata Cara Evaluasi Hasil RPJPD

Pasal 192

Tata cara evaluasi hasil RPJPD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 188 huruf b dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi pada
akhir periode RPJPD untuk mengetahui capaian target kinerja
sasaran pokok akhir periode RPJPD.

Pasal 193

(1) Kepala Bappeda menyusun laporan evaluasi hasil RPJPD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 192, berdasarkan
laporan evaluasi hasil RPJMD.
(2) Laporan evaluasi hasil RPJPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bertujuan untuk mengetahui target kinerja
sasaran pokok RPJPD akhir periode.
(3) Laporan evaluasi hasil RPJPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), disajikan dengan sistematika sekurang-kurangnya
sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. capaian kinerja RPJPD pada akhir periode.
c. faktor pendorong dan penghambat pencapaian kinerja.
- 82 -

d. kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.

Pasal 194

(1) Kepala Bappeda menyampaikan laporan evaluasi hasil


RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 193 ayat (3),
kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota melalui Sekda
paling lambat 1 (satu) bulan sejak berakhirnya periode
RPJPD.
(2) Bupati/Wali kota menyampaikan laporan evaluasi hasil
RPJPD kabupaten/kota kepada Gubernur melalui Sekda,
paling lambat 2 (dua) bulan sejak berakhirnya periode
RPJPD.
(3) Gubernur menyampaikan laporan evaluasi hasil RPJPD
provinsi kepada Menteri cq Direktur Jenderal Bina
Pembangunan Daerah, paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
berakhirnya periode RPJPD.

BAB IV
TATA CARA PENYUSUNAN PERUBAHAN RENCANA
PEMBANGUNAN DAERAH

Pasal 195

Tata cara penyusunan perubahan rencana pembangunan


daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, terdiri
dari:
a. Tata cara perubahan RPJPD;
b. Tata cara perubahan RPJMD dan Renstra PD; dan
c. Tata cara perubahan RKPD dan Renja PD

Pasal 196

(1) Bappeda mengoordinasikan penyusunan perubahan


RPJPD, RPJMD, dan RKPD dengan melakukan koordinasi,
sinergi dan harmonisasi dengan Perangkat Daerah dan
Masyarakat.
(2) Perangkat Daerah menyusun perubahan Renstra PD dan
perubahan Renja PD.

Bagian Pertama
Tata Cara Penyusunan Perubahan RPJPD
- 83 -

Pasal 197

Tata cara perubahan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 195 huruf a mencakup:
a. dasar pertimbangan perubahan RPJPD; dan
b. tata cara perubahan RPJPD.

Pasal 198

(1) Dasar pertimbangan perubahan RPJPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 197 huruf a, apabila:
a. terjadi perubahan kebijakan jangka panjang Nasional;
b. hasil evaluasi RPJMD mengakibatkan terjadi perubahan
terhadap kebijakan RPJPD; atau
c. terjadi perubahan mendasar.
(2) Perubahan kebijakan jangka panjang Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adanya
perubahan terhadap arah, tahapan, dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang Nasional yang
mengakibatkan perubahan terhadap visi, misi, arah
kebijakan, sasaran pokok, indikator dan/atau target
pembangunan jangka panjang daerah.
(3) Hasil evaluasi RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, mengakibatkan adanya perubahan pencapaian
terhadap visi, misi, arah kebijakan, sasaran pokok,
indikator dan/atau target pembangunan jangka panjang
daerah.
(4) Perubahan mendasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, antara lain perubahan yang diakibatkan bencana
alam, goncangan politik, krisis ekonomi, konflik sosial
budaya, gangguan keamanan, atau pemekaran daerah.

Pasal 199

Perubahan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 198


ayat (1) huruf a dan huruf b, tidak dapat dilakukan apabila sisa
masa berlaku RPJPD kurang dari 7 (tujuh) tahun.

Pasal 200

Tata cara perubahan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 197 huruf b dilaksanakan melalui tahapan sebagai
berikut:
a. persiapan penyusunan perubahan RPJPD;
b. penyusunan rancangan perubahan RPJPD;
c. pelaksanaan Musrenbang perubahan RPJPD;
- 84 -

d. perumusan rancangan akhir perubahan RPJPD;


e. pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir
perubahan RPJPD; dan
f. penetapan Perda tentang perubahan RPJPD.

Paragraf 1
Persiapan Penyusunan Perubahan RPJPD

Pasal 201

(1) Persiapan penyusunan perubahan RPJPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 200 huruf a, meliputi:
a. pembentukan tim penyusun perubahan RPJPD;
b. orientasi mengenai perubahan RPJPD;
c. penyiapan agenda kerja penyusunan perubahan
RPJPD; dan
d. penyiapan data dan informasi.
(2) Agenda kerja penyusunan perubahan RPJPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan oleh Gubernur
dan Bupati/Wali kota dan dipublikasikan kepada
Masyarakat.

Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Perubahan RPJPD

Pasal 202

Penyusunan rancangan perubahan RPJPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 200 huruf b, terdiri atas:
a. perumusan rancangan perubahan RPJPD; dan
b. penyajian rancangan perubahan RPJPD.

Pasal 203

(1) Perumusan rancangan perubahan RPJPD provinsi dan


kabupaten/kota akibat perubahan kebijakan jangka
panjang Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 198
ayat (1) huruf a, mencakup:
a. penelaahan perubahan kebijakan RPJPN;
b. pengolahan data dan informasi;
c. perumusan permasalahan pembangunan daerah;
d. perumusan isu-isu strategis pembangunan;
e. perumusan visi dan misi daerah; dan
f. perumusan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang.
- 85 -

(2) Perumusan rancangan perubahan RPJPD provinsi dan


kabupaten/kota berdasarkan hasil pelaksanaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 198 ayat (1) huruf b,
mencakup:
a. penelaahan hasil pelaksanaan RPJPD yang telah
dilaksanakan melalui evaluasi hasil RPJMD;
b. pengolahan data dan informasi;
c. perumusan permasalahan daerah;
d. perumusan isu-isu strategis pembangunan; dan
e. perumusan perubahan visi, misi, arah kebijakan,
dan/atau sasaran pokok pembangunan jangka panjang.
(3) Perumusan rancangan perubahan RPJPD provinsi dan
kabupaten/kota akibat perubahan mendasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 198 ayat (1) huruf c, mencakup:
a. penelaahan dampak perubahan mendasar;
b. pengolahan data dan informasi;
c. penelaahan RTRW, khusus bencana alam atau
pemekaran daerah;
d. analisis gambaran umum kondisi daerah;
e. perumusan permasalahan pembangunan daerah;
f. perumusan isu-isu strategis pembangunan jangka
panjang;
g. perumusan visi dan misi daerah, khusus pemekaran
daerah; dan
h. perumusan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang.

Pasal 204

Penyajian rancangan perubahan RPJPD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202
huruf b, dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. gambaran umum kondisi daerah.
c. isu-isu strategis.
d. visi dan misi daerah.
e. arah kebijakan dan sasaran pokok.
f. penutup.

Paragraf 3
Pelaksanaan Musrenbang Perubahan RPJPD

Pasal 205

(1) Rancangan perubahan RPJPD sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 204 disebarluaskan kepada Masyarakat
melalui sistem informasi, media cetak/elektronik,
- 86 -

dan/atau papan pengumuman, sebagai bahan Masyarakat


untuk menyampaikan aspirasi dalam Musrenbang
perubahan RPJPD.
(2) Musrenbang perubahan RPJPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 200 huruf c, dilaksanakan untuk penajaman,
penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap
rancangan perubahan RPJPD dengan mempertimbangkan
aspirasi Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mencakup:
a. penajaman dasar pertimbangan perubahan;
b. penajaman dan penyelarasan perubahan arah
kebijakan dan sasaran pokok pembangunan jangka
panjang daerah provinsi dengan arah, tahapan, dan
sasaran pokok pembangunan jangka panjang nasional;
c. penajaman dan penyelarasan perubahan arah
kebijakan dan sasaran pokok pembangunan jangka
panjang daerah kabupaten/kota dengan arah kebijakan
dan sasaran pokok pembangunan jangka panjang
provinsi dan/atau arah, tahapan, dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang Nasional;
d. klarifikasi dan penajaman perubahan tahapan dan
prioritas pembangunan jangka panjang daerah untuk
mencapai sasaran pokok pembangunan jangka panjang
daerah; dan
e. membangun komitmen kawasan antar pemangku
kepentingan untuk mempedomani perubahan RPJPD
dalam pelaksanaan Pembangunan Daerah.
(4) Musrenbang perubahan RPJPD dilaksanakan dan
dikoordinasikan oleh:
a. Bappeda provinsi untuk Musrenbang perubahan RPJPD
Provinsi; dan
b. Bappeda kabupaten/kota untuk Musrenbang
perubahan RPJPD kabupatan/kota.
(5) Peserta Musrenbang perubahan RPJPD provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf a terdiri dari
unsur pemerintah pusat terkait, anggota DPR terkait,
anggota DPD terkait, DPRD provinsi, bupati/wali kota, para
kepala PD provinsi, perwakilan Masyarakat, dan/atau
unsur terkait lainnya.
(6) Peserta Musrenbang perubahan RPJPD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf b terdiri dari
unsur pemerintah provinsi, anggota DPRD provinsi terkait,
DPRD kabupaten/kota, para kepala PD kabupaten/kota,
perwakilan Masyarakat, dan/atau unsur terkait lainnya.

Pasal 206
- 87 -

Hasil Musrenbang perubahan RPJPD dirumuskan dalam berita


acara kesepakatan dan ditandatangani oleh perwakilan dari
setiap unsur yang menghadiri Musrenbang.

Paragraf 4
Rumusan Rancangan Akhir Perubahan RPJPD

Pasal 207

(1) Berita acara hasil Musrenbang perubahan RPJPD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 206, menjadi bahan
masukan perumusan rancangan akhir perubahan RPJPD.
(2) Rancangan akhir perubahan RPJPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dirumuskan paling lama 6 (enam)
bulan sejak proses penyusunan perubahan RPJPD.
(3) Rancangan akhir perubahan RPJPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), sebelum di tetapkan dilakukan
pengendalian perumusan kebijakan perubahan RPJPD.

Paragraf 5
Pengendalian Perumusan Kebijakan
Rancangan Akhir Perubahan RPJPD

Pasal 208

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


perubahan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 200
huruf e, dilakukan untuk menjamin bahwa materi
rancangan akhir perubahan RPJPD telah disusun sesuai
tahapan, tata cara, dan penyebab perubahan.
(2) Sesuai penyebab perubahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), mencakup dasar penyebab perubahan dan
perumusan visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok.

Pasal 209

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


perubahan RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
208, dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi terhadap
materi perubahan RPJPD.
(2) Kegiatan evaluasi terhadap materi rancangan akhir
perubahan RPJPD provinsi, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan oleh Kepala Bappeda untuk
memastikan:
- 88 -

a. penyusunan perubahan RPJPD provinsi didasarkan


pada penyebab perubahan;
b. penyebab perubahan didasarkan pada data dan
informasi akurat dan dapat dipertangungjawabkan;
c. perubahan visi, misi, arah kebijakan dan sasaran pokok
RPJPD provinsi selaras dengan arah, tahapan, dan
sasaran pokok pembangunan jangka panjang Nasional;
dan
d. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
perubahan RPJMD provinsi, telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Kegiatan evaluasi terhadap materi rancangan akhir
perubahan RPJPD kabupaten/kota, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Kepala Bappeda
untuk memastikan:
a. penyusunan perubahan RPJPD kabupaten/kota
didasarkan pada penyebab perubahan;
b. penyebab perubahan didasarkan pada data dan
informasi akurat dan dapat dipertangungjawabkan;
c. perubahan visi, misi, arah kebijakan dan sasaran pokok
RPJPD kabupaten/kota selaras dengan arah kebijakan
dan sasaran pokok RPJPD provinsi dan/atau arah,
tahapan, dan sasaran pokok pembangunan jangka
panjang Nasional; da
d. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
perubahan RPJMD kabupaten/kota, telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 210

(1) Hasil evaluasi materi beserta rancangan akhir perubahan


RPJPD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209
ayat (2), disampaikan oleh kepala Bappeda kepada
Gubernur melalui Sekda untuk mendapat persetujuan.
(2) Hasil evaluasi materi beserta rancangan akhir perubahan
RPJPD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 209 ayat (3), disampaikan oleh kepala Bappeda
kepada Bupati/wali kota melalui Sekda untuk mendapat
persetujuan.

Pasal 211

Rancangan akhir perubahan RPJPD yang di setujui


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210, dijadikan dasar
penyusunan rancangan Perda tentang perubahan RPJPD.
- 89 -

Paragraf 6
Penetapan Perda Perubahan RPJPD

Pasal 212

(1) Rancangan Perda tentang perubahan RPJPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 211 disampaikan kepada DPRD dan
dibahas Gubernur dan Bupati/Wali kota untuk mendapat
persetujuan.
(2) Pembahasan rancangan Perda tentang perubahan RPJPD
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat dihadiri oleh
perwakilan Masyarakat.
(3) Persetujuan antara DPRD dengan Gubernur dan
Bupati/Wali kota paling lambat 2 (dua) bulan sejak
rancangan akhir disampaikan oleh Gubernur dan
Bupati/Wali kota kepada DPRD.

Pasal 213

(1) Rancangan Perda tentang perubahan RPJPD provinsi yang


telah mendapatkan persetujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 212 ayat (1) disampaikan oleh Gubernur
kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal.
(2) Rancangan perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan Sekretaris Jenderal paling lama 3 (tiga) hari
kepada Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah
untuk dievaluasi.

Pasal 214

Rancangan Perda tentang perubahan RPJPD kabupaten/kota


yang telah mendapatkan persetujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 212 ayat (1) disampaikan oleh Bupati/Wali kota
kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat untuk
dilakukan evaluasi.

Pasal 215

(1) Penyampaian rancangan Perda tentang perubahan RPJPD


provinsi kepada Menteri cq Direktur Jenderal Bina
Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
213 ayat (1) dilengkapi dengan:
a. surat Gubernur kepada Menteri perihal evaluasi
rancangan Perda perubahan RPJPD provinsi;
- 90 -

b. rancangan Perda tentang perubahan RPJPD beserta


lampirannya berupa dokumen perubahan RPJPD
provinsi;
c. surat keputusan Gubernur tentang tim penyusun
perubahan RPJPD provinsi;
d. agenda kerja penyusunan perubahan RPJPD provinsi;
e. berita acara Musrenbang perubahan RPJPD provinsi;
f. hasil pengendalian perumusan kebijakan perubahan
RPJPD provinsi yang telah disetujui Gubernur;;
g. hasil reviu APIP provinsi; dan
h. berita acara persetujuan bersama antara DPRD
provinsi dengan Gubernur tentang rancangan Perda
tentang perubahan RPJPD provins.
(2) Penyampaian rancangan Perda tentang perubahan RPJPD
kabupaten/kota kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 214
dilengkapi dengan:
a. surat Bupati/Wali kota kepada Gubernur perihal
evaluasi rancangan Perda tentang perubahan RPJPD
kabupaten/kota;
b. rancangan Perda tentang perubahan RPJPD beserta
lampirannya berupa dokumen perubahan RPJPD
kabupaten/kota;
c. surat keputusan Bupati/Wali kota tentang tim
penyusun perubahan RPJPD kabupaten/kota;
d. agenda kerja penyusunan perubahan RPJPD
kabupaten/kota;
e. berita acara Musrenbang perubahan RPJPD
kabupaten/kota;
f. hasil pengendalian perumusan kebijakan perubahan
RPJPD kabupaten/kota yang telah disetujui
Bupati/Wali kota;
g. hasil reviu APIP kabupaten/kota; dan
h. berita acara persetujuan bersama antara DPRD
kabupaten/kota dengan Bupati/Wali kota tentang
rancangan Perda tentang perubahan RPJPD
kabupaten/kota.

Pasal 216

(1) Menteri cq Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah


melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda tentang
perubahan RPJPD provinsi dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang
disampaikan oleh Gubernur;
- 91 -

b. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan


perubahan RPJPD provinsi sudah sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundangan;
c. memastikan bahwa penyusunan perubahan RPJPD
provinsi, didasarkan pada hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan RPJPD tahap sebelumnya, data dan
informasi yang akurat, terkini dan dapat
dipertanggungjawabkan; dan
d. menguji keselarasan antara perubahan visi, misi, arah
kebijakan, dan/atau sasaran pokok pembangunan
jangka panjang daerah provinsi, dengan dasar
pertimbangan perubahan.
(2) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat cq kepala
Bappeda provinsi melakukan evaluasi terhadap rancangan
Perda tentang perubahan RPJPD kabupaten/kota dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang disampaikan
oleh Bupati/Wali kota;
b. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan RPJPD
kabupaten/kota sudah sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundangan:
c. memastikan bahwa penyusunan perubahan RPJPD
kabupaten/ kota, didasarkan pada hasil evaluasi
terhadap pelaksanaan RPJPD tahap sebelumnya, data
dan informasi yang akurat, terkini dan dapat
dipertanggungjawabkan; dan
d. menguji keselarasan antara perubahan visi, misi, arah
kebijakan dan/atau sasaran pokok pembangunan
jangka panjang daerah kabupaten/kota, dengan dasar
pertimbangan perubahan.

Pasal 217

Pelaksanaan dan tata cara evaluasi terhadap rancangan Perda


tentang perubahan RPJPD provinsi dan kabupaten/kota,
dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41, Pasal 42, dan Pasal 43.

Pasal 218

(1) Perda tentang perubahan RPJPD ditetapkan paling lambat


6 (enam) tahun sebelum periode RPJPD berakhir.
(2) Hasil perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digunakan sebagai dasar penyusunan RPJMD periode
berkenaan.
- 92 -

Pasal 219

Dalam hal pelaksanaan RPJPD terjadi perubahan capaian


sasaran pokok periode lima tahunan tetapi tidak mengubah
target pencapaian sasaran pokok akhir RPJPD, perubahan
hanya dilakukan melalui perubahan Perda tentang RPJMD.

Bagian Kedua
Tata Cara Penyusunan Perubahan RPJMD dan Renstra PD

Pasal 220

Tata cara perubahan RPJMD dan Renstra PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 195 huruf b mencakup:
a. dasar pertimbangan perubahan RPJMD dan Renstra PD;
dan
b. tata cara perubahan RPJMD dan Renstra PD.

Pasal 221

(1) Dasar pertimbangan perubahan RPJMD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 220 huruf a, apabila:
a. terjadi perubahan kebijakan RPJMN;
b. hasil evaluasi RKPD mengakibatkan terjadi perubahan
terhadap kebijakan RPJMD;
c. terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau
d. terdapat kebijakan nasional berupa peraturan
perundang-undangan.
(2) Perubahan kebijakan RPJMN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, adanya perubahan arah kebijakan umum
serta prioritas pembangunan jangka menengah nasional
yang mengakibatkan perubahan terhadap sasaran,
program, indikator, target, dan/atau lokasi pembangunan
jangka menengah daerah.
(3) Hasil evaluasi RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap
sasaran, program, indikator, target, dan/atau lokasi
RPJMD.
(4) Perubahan yang mendasar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, antara lain terjadinya bencana alam,
goncangan politik, krisis ekonomi, konflik sosial budaya,
gangguan keamanan, atau pemekaran daerah.

Pasal 222
- 93 -

(1) Perubahan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal


221 ayat (1) huruf b, diselesaikan paling lambat 2 (dua)
tahun sebelum periode RPJMD berakhir.
(2) Hasil perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digunakan sebagai dasar penyusunan RKPD tahun
rencana berikutnya.

Pasal 223

(1) Perubahan RPJMD akibat perubahan kebijakan RPJMN,


perubahan mendasar, dan kebijakan nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 221 ayat (1) huruf a,
huruf c, dan huruf d kurang dari 2 (dua) tahun periode
RPJMD berakhir, tidak perlu dilakukan perubahan
RPJMD.
(2) Perubahan sasaran, program, lokasi, indikator, dan/atau
organisasi pelaksanaan sebagai akibat perubahan
kebijakan RPJMN, perubahan mendasar, dan kebijakan
nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), cukup
dilaksanakan pada RKPD.

Pasal 224

(1) Dasar pertimbangan perubahan Renstra PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 220 huruf a, apabila:
a. terjadinya perubahan kebijakan RPJMD; dan
b. hasil evaluasi Renja PD mengakibatkan terjadi
perubahan terhadap kebijakan Renstra PD.
(2) Perubahan kebijakan RPJMD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, adanya perubahan terhadap sasaran,
program, indikator, target dan/atau lokasi.
(3) Hasil evaluasi Renja PD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b mengakibatkan perubahan kegiatan, indikator,
target, dan/atau lokasi.

Pasal 225

(1) Perubahan Renstra PD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 224 ayat (1) huruf a, diselesaikan paling lambat 2
(dua) tahun sebelum periode Renstra PD berakhir.
(2) Perubahan Renstra PD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 224 ayat (1) huruf b, dilakukan paling banyak 2 (dua)
kali berdasarkan hasil evaluasi Renja PD.
(3) Hasil perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digunakan sebagai dasar penyusunan Renja PD tahun
rencana berikutnya.
- 94 -

Pasal 226

(1) Tata cara penyusunan perubahan RPJMD dan Renstra PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 221 ayat (1) huruf a,
huruf b, dan huruf c dilaksanakan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. persiapan penyusunan perubahan RPJMD dan
perubahan Renstra PD;
b. penyusunan rancangan perubahan RPJMD;
c. pelaksanaan musrenbang perubahan RPJMD;
d. penyusunan rancangan akhir perubahan RPJMD;
e. pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir
perubahan RPJMD;
f. penetapan Perda tentang Perubahan RPJMD;
g. penyusunan rancangan akhir perubahan Renstra PD;
h. pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir
perubahan Renstra PD; dan
i. penetapan Perkada tentang perubahan Renstra PD.
(2) Tata cara penyusunan perubahan RPJMD yang di
sebabkan adanya kebijakan Nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 221 ayat (1) huruf d, tidak melalui
tahapan rancangan dan Musrenbang perubahan RPJMD.

Paragraf 1
Persiapan Penyusunan Perubahan RPJMD dan Renstra PD

Pasal 227

(1) Persiapan penyusunan perubahan RPJMD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 226 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. pembentukan Tim penyusun perubahan RPJMD;
b. orientasi mengenai perubahan RPJMD;
c. penyiapan agenda kerja penyusunan perubahan
RPJMD; dan
d. penyiapan data dan informasi.
(2) Agenda kerja penyusunan perubahan RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan oleh Gubernur
dan Bupati/Wali kota dan dipublikasikan kepada
Masyarakat.

Pasal 228

(1) Persiapan penyusunan perubahan Renstra PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 226 ayat (1) huruf a,
meliputi:
- 95 -

a. pembentukan Tim penyusun perubahan Renstra PD;


b. orientasi mengenai perubahan Renstra PD;
c. penyiapan agenda kerja penyusunan perubahan
Renstra PD; dan
d. penyiapan data dan informasi.
(2) Agenda kerja penyusunan perubahan Renstra PD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan
oleh Kepala PD.

Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Perubahan RPJMD

Pasal 229

Penyusunan rancangan perubahan RPJMD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 226 ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. perumusan rancangan perubahan RPJMD; dan
b. Penyajian rancangan perubahan RPJMD.

Pasal 230

(1) Perumusan rancangan perubahan RPJMD provinsi dan


kabupaten/kota akibat perubahan RPJMN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 221 ayat (1) huruf a, mencakup:
a. penelaahan perubahan kebijakan RPJMN;
b. pengolahan data dan informasi;
c. analisis pengelolaan keuangan daerah serta kerangka
pendanaan;
d. analisis isu-isu strategis pembangunan jangka
menengah;
e. perumusan tujuan dan sasaran;
f. perumusan strategi dan arah kebijakan;
g. perumusan program, indikator, lokasi, dan alokasi
pendanaan indikatif; dan
h. pelaksanaan musrenbang.
(2) Perumusan rancangan perubahan RPJMD provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 221
ayat (1) huruf b, mencakup:
a. penelaahan hasil evaluasi RKPD;
b. pengolahan data dan informasi;
c. analisis pengelolaan keuangan daerah serta kerangka
pendanaan;
d. perumusan strategi dan arah kebijakan;
e. perumusan program, indikator, lokasi, dan alokasi
pendanaan indikatif; dan
f. pelaksanaan musrenbang.
- 96 -

(3) Perumusan rancangan perubahan RPJMD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 221
ayat (1) huruf c, mencakup:
a. penelaahan RTRW, khusus bencana alam atau
pemekaran daerah;
b. pengolahan data dan informasi;
c. analisis pengelolaan keuangan daerah serta kerangka
pendanaan;
d. analisis isu-isu strategis pembangunan;
e. perumusan tujuan dan sasaran;
f. perumusan strategi dan arah kebijakan;
g. perumusan program, indikator, lokasi, dan alokasi
pendanaan indikatif; dan
h. pelaksanaan musrenbang.

Pasal 231

Penyajian rancangan perubahan RPJMD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229
huruf b, dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. gambaran umum kondisi daerah.
c. gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka
pendanaan.
d. isu-isu srategis.
e. visi, misi, tujuan dan sasaran.
f. strategi dan arah kebijakan.
g. rencana program, lokasi, dan alokasi pendanaan indikatif.
h. kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
i. penutup.

Pasal 232

(1) Bappeda mengajukan rancangan perubahan RPJMD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 231, kepada Gubernur
dan Bupati/Wali kota untuk disebarluaskan kepada
masyarakat.
(2) Penyebarluasan rancangan perubahan RPJMD kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan melalui sistem informasi, media
cetak/elektronik, dan/atau papan pengumuman yang
dikoordinasikan oleh Bappeda.
(3) Rancangan perubahan RPJMD yang di sebarluaskan
kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjadi bahan pembahasan dalam Musrenbang
perubahan RPJMD.
- 97 -

Paragraf 3
Pelaksanaan Musrenbang Perubahan RPJMD

Pasal 233

(1) Musrenbang perubahan RPJMD dilaksanakan untuk


penajaman, penyelarasan, klarifikasi, dan kesepakatan
terhadap rancangan perubahan RPJMD dengan
mempertimbangkan aspirasi masyarakat.
(2) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi, dan kesepakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup:
a. penajaman perubahan sasaran pembangunan jangka
menengah daerah;
b. penyelarasan perubahan strategi dan arah kebijakan
pembangunan jangka menengah daerah dengan
kebijakan pemerintah di atasnya, dan aspirasi
masyarakat sesuai dengan kewenangan
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
c. penajaman perubahan rencana program, indikator, dan
lokasi pembangunan jangka menengah daerah, untuk
disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah;
d. klarifikasi perubahan capaian kinerja pemerintah
daerah pada akhir periode RPJMD; dan
e. kesepakatan bersama antara pemangku kepentingan
untuk mempedomani perubahan RPJMD dalam
melaksanakan pembangunan daerah.
(3) Cakupan penajaman, penyelarasan, klarifikasi, dan
kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), di
dasarkan pada perumusan rancangan perubahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 230.
(4) Musrenbang perubahan RPJMD dilaksanakan dan
dikoordinasikan oleh:
a. Bappeda provinsi untuk Musrenbang perubahan
RPJMD provinsi; dan
b. Bappeda kabupaten/kota untuk Musrenbang
perubahan RPJMD kabupaten/kota.
(5) Peserta Musrenbang perubahan RPJMD provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf a terdiri dari
unsur pemerintah pusat terkait, DPRD provinsi,
bupati/wali kota, para kepala PD provinsi, perwakilan
Masyarakat, dan/atau unsur terkait lainnya.
(6) Peserta Musrenbang perubahan RPJMD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf b terdiri dari
unsur pemerintah provinsi, DPRD kabupaten/kota, para
kepala PD kabupaten/kota, perwakilan Masyarakat,
dan/atau unsur terkait lainnya.
- 98 -

Pasal 234

Hasil Musrenbang perubahan RPJMD dirumuskan dalam


berita acara kesepakatan dan ditandatangani oleh perwakilan
dari setiap unsur yang menghadiri Musrenbang.

Paragraf 4
Rumusan Rancangan Akhir Perubahan RPJMD

Pasal 235

(1) Berita acara hasil Musrenbang perubahan RPJMD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 234, menjadi bahan
masukan perumusan rancangan akhir perubahan RPJMD.
(2) Perubahan RPJMD yang disebabkan kebijakan Nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 226 ayat (2), langsung
dirumuskan menjadi rancangan akhir perubahan RPJMD.
(3) Rancangan akhir perubahan RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebelum di tetapkan
dilakukan pengendalian perumusan kebijakan perubahan
RPJMD.

Paragraf 5
Pengendalian Perumusan Kebijakan
Rancangan Akhir Perubahan RPJMD

Pasal 236

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


perubahan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
221 ayat (1) huruf e, dilakukan untuk menjamin bahwa
materi rancangan akhir perubahan RPJMD telah disusun
sesuai tahapan, tata cara, dan penyebab perubahan.
(2) Sesuai penyebab perubahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), mencakup penyebab perubahan dan perumusan
perubahan tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan,
program, indikator, lokasi, alokasi pendanaan indikatif,
dan/atau organisasi pelaksana.

Pasal 237

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


perubahan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
236, dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi terhadap
materi dan proses perubahan RPJMD.
- 99 -

(2) Kegiatan evaluasi terhadap materi rancangan akhir


perubahan RPJMD provinsi, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan oleh kepala Bappeda untuk
memastikan:
a. penyusunan perubahan RPJMD provinsi, didasarkan
pada penyebab perubahan;
b. penyebab perubahan didasarkan pada data dan
informasi akurat dan dapat pertangungjawabkan;
c. perubahan tujuan dan sasaran RPJMD provinsi selaras
dengan arah kebijakan dan sasaran pokok RPJPD
provinsi periode berkenaan;
d. perubahan tujuan dan sasaran RPJMD provinsi selaras
dengan sasaran prioritas pembangunan Nasional dan
sesuai dengan kewenangan, kondisi, dan karakteristik
daerah, serta memperhatikan hasil KLHS;
e. perubahan strategi dan arah kebijakan pembangunan
merupakan kebijakan untuk pencapaian perubahan
tujuan dan sasaran RPJMD;
f. perumusan perubahan program dalam RPJMD
provinsi, merupakan kebijakan penyelesaian
permasalahan dan selaras dengan perubahan sasaran;
dan
g. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
perubahan RPJMD provinsi, telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Kegiatan evaluasi terhadap materi rancangan akhir
perubahan RPJMD kabupaten/kota, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh kepala bappeda
untuk memastikan:
a. penyusunan perubahan RPJMD kabupaten/kota,
didasarkan pada penyebab perubahan;
b. penyebab perubahan didasarkan pada data dan
informasi akurat dan dapat pertangungjawabkan;
c. perubahan tujuan dan sasaran RPJMD kabupaten/kota
selaras dengan arah kebijakan dan sasaran pokok
RPJMD kabupaten/kota sesuai periode berkenaan;
d. perubahan tujuan dan sasaran pembangunan RPJMD
kabupaten/kota selaras dengan tujuan dan sasaran
RPJMD provinsi dan/atau sasaran prioritas
pembangunan Nasional dan sesuai dengan
kewenangan, kondisi, dan karakteristik daerah, serta
memperhatikan hasil KLHS;
e. perubahan strategi dan arah kebijakan pembangunan
merupakan kebijakan untuk pencapaian perubahan
tujuan dan sasaran RPJMD;
f. perumusan perubahan program dalam RPJMD
kabupaten/kota, merupakan kebijakan penyelesaian
permasalahan dan selaras dengan perubahan sasaran;
dan
- 100 -

g. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan


perubahan RPJMD kabupaten/kota, telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 238

(1) Hasil evaluasi materi beserta rancangan akhir perubahan


RPJMD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 237
ayat (2), disampaikan oleh kepala Bappeda kepada
Gubernur melalui Sekda untuk mendapat persetujuan.
(2) Hasil evaluasi materi beserta rancangan akhir perubahan
RPJMD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 237 ayat (3), disampaikan oleh kepala Bappeda
kepada Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk mendapat
persetujuan.

Pasal 239

Rancangan akhir perubahan RPJMD yang disetujui


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 238, dijadikan dasar
penyusunan rancangan Perda tentang perubahan RPJMD.

Paragraf 6
Penetapan Perda Perubahan RPJMD

Pasal 240

(1) Rancangan Perda tentang perubahan RPJMD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 239 disampaikan kepada DPRD dan
dibahas bersama Gubernur dan Bupati/Wali kota untuk
mendapat persetujuan Bersama.
(2) Pembahasan bersama rancangan Perda perubahan RPJMD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dihadiri oleh
perwakilan Masyarakat.
(3) Persetujuan bersama antara Gubernur dan Bupati/Wali
kota dan DPRD terhadap rancangan Perda tentang
perubahan RPJMD, paling lama 3 (tiga) bulan sejak
pembentukan Tim penyusun.

Pasal 241

(1) Rancangan Perda tentang perubahan RPJMD provinsi yang


telah mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 240 ayat (1), disampaikan oleh
- 101 -

Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris


Jenderal.
(2) Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disampaikan Sekretaris Jenderal paling lama 3 (tiga) hari
kepada Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah
untuk dievaluasi.

Pasal 242

Rancangan Perda tentang perubahan RPJMD kabupaten/kota


yang telah mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 240 ayat (1), disampaikan oleh
Bupati/Wali kota kepada Gubernur melalui Sekda provinsi
selaku wakil pemerintah pusat untuk dilakukan evaluasi.

Pasal 243

(1) Penyampaian rancangan Perda tentang perubahan RPJMD


provinsi kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241 ayat (1) dilengkapi
dengan:
a. surat Gubernur kepada Menteri perihal evaluasi
rancangan Perda tentang perubahan RPJMD provinsi;
b. rancangan Perda tentang perubahan RPJMD beserta
lampirannya berupa dokumen perubahan RPJMD
provinsi;
c. surat keputusan Gubernur tentang Tim penyusun
perubahan RPJMD provinsi;
d. agenda kerja penyusunan perubahan RPJMD provinsi;
e. berita acara hasil Musrenbang perubahan RPJMD
provinsi, khusus perubahan yang disebabkan
kebijakan Nasional tidak diperlukan;
f. hasil reviu APIP provinsi; dan
g. berita acara persetujuan bersama antara DPRD provinsi
dengan Gubernur tentang rancangan Perda tentang
perubahan RPJMD provinsi.
(2) Penyampaian rancangan Perda tentang perubahan RPJMD
kabupaten/kota kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 242
dilengkapi dengan:
a. surat Bupati/Wali kota kepada Gubernur perihal
evaluasi rancangan Perda tentang perubahan RPJMD
kabupaten/kota;
b. rancangan Perda tentang perubahan RPJMD beserta
lampirannya berupa dokumen perubahan RPJMD
kabupaten/kota;
- 102 -

c. surat keputusan Bupati/Wali kota tentang Tim


penyusun perubahan RPJMD kabupaten/kota;
d. agenda kerja penyusunan perubahan RPJMD
kabupaten/kota;
e. berita acara hasil Musrenbang RPJMD kabupaten/kota,
khusus perubahan yang disebabkan kebijakan Nasional
tidak diperlukan;
f. hasil reviu APIP kabupaten/kota; dan
g. berita acara persetujuan bersama antara DPRD
kabupaten/kota dengan Bupati/Wali kota tentang
rancangan Perda tentang perubahan RPJMD
kabupaten/kota.

Pasal 244

(1) Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan


evaluasi terhadap rancangan Perda tentang perubahan
RPJMD provinsi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang
disampaikan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 243 ayat (1);
b. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
perubahan RPJMD provinsi sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundangan;
c. memastikan bahwa penyusunan perubahan RPJMD
provinsi, didasarkan pada data dan informasi yang
akurat, terkini dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
d. menguji keselarasan rumusan perubahan tujuan,
sasaran, strategi, arah kebijakan, dan program RPJMD
provinsi dengan sasaran prioritas pembangunan
Nasional.
(2) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat cq kepala
Bappeda provinsi melakukan evaluasi terhadap rancangan
Perda tentang perubahan kabupaten/kota dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang disampaikan
oleh Bupati/Wali kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 243 ayat (2);
b. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
perubahan RPJMD kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundangan;
c. memastikan bahwa penyusunan perubahan RPJMD
kabupaten/kota, didasarkan pada data dan informasi
yang akurat, terkini dan dapat dipertanggungjawabkan;
dan
d. menguji keselarasan rumusan perubahan tujuan,
sasaran, strategi, arah kebijakan dan program RPJMD
kabupaten/kota dengan rumusan kebijakan RPJMD
- 103 -

provinsi, dan/atau sasaran prioritas pembangunan


Nasional.

Pasal 245

(1) Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan Perda


perubahan RPJMD provinsi, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 244 ayat (1), Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah mengundang perwakilan dari
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, unsur
DPRD dan PD pemerintah daerah provinsi, dan/atau pihak
lain yang dibutuhkan.
(2) Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan Perda
perubahan RPJMD kabupaten/kota, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 244 ayat (2), Gubernur sebagai
wakil pemerintah Pusat mengundang perwakilan unsur
DPRD dan PD pemerintah daerah kabupaten/kota, unsur
PD provinsi terkait, dan/atau pihak lain yang dibutuhkan.

Pasal 246

(1) Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melaporkan


hasil evaluasi terhadap rancangan Perda tentang
perubahan RPJMD provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 245 ayat (1) kepada Menteri.
(2) Kepala Bappeda provinsi melaporkan hasil evaluasi
terhadap rancangan Perda tentang perubahan RPJMD
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 245
ayat (2) kepada Gubernur.

Pasal 247

Tata cara evaluasi rancangan Perda tentang perubahan RPJMD


berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Pasal 248

(1) Penetapan Perda tentang perubahan RPJMD provinsi dan


kabupaten/kota paling lama 4 (empat) bulan, terhitung
sejak pembentukan Tim penyusun.
(2) Perda tentang perubahan RPJMD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan dasar penyusunan rancangan
akhir Perubahan Renstra PD.
- 104 -

Pasal 249

Dalam hal pelaksanaan RPJMD terjadi perubahan capaian


sasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian
sasaran akhir RPJMD, perubahan hanya dilakukan melalui
perubahan Perkada tentang Renstra PD dan RKPD.

Paragraf 7
Penyusunan Rancangan Akhir Perubahan Renstra PD

Pasal 250

(1) PD menyusun rancangan akhir perubahan Renstra PD


berpedoman pada Perda tentang perubahan RPJMD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248 ayat (2).
(2) PD menyusun rancangan akhir perubahan Renstra PD
berdasarkan hasil evaluasi Renja PD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 225 ayat (2).

Pasal 251

Penyajian rancangan akhir perubahan Renstra PD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 250
dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. gambaran pelayanan PD.
c. isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi.
d. tujuan dan sasaran.
e. strategi dan arah kebijakan.
f. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi kegiatan, dan
alokasi pendanaan indikatif.
g. kinerja penyelenggaraan urusan
h. penutup.

Paragraf 8
Pengendalian Perumusan Kebijakan
Rancangan Akhir Perubahan Renstra PD

Pasal 252

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


perubahan Renstra PD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 226 ayat (1) huruf h, dilakukan untuk menjamin
bahwa rancangan akhir perubahan Renstra PD telah
disusun sesuai tahapan, tata cara, dan keselarasan dengan
kebijakan perubahan RPJMD.
- 105 -

(2) Keselarasan dengan kebijakan perubahan RPJMD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup rumusan
perubahan tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan,
program, lokasi, dan/atau alokasi pendanaan indikatif
pada Renstra PD sesuai dengan perubahan RPJMD.

Pasal 253

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


perubahan Renstra PD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 252 ayat (1), dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi.
(2) Kegiatan evaluasi terhadap rancangan akhir perubahan
Renstra PD provinsi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
yang dilaksanakan oleh Kepala PD untuk memastikan:
a. penyusunan perubahan Renstra PD provinsi,
didasarkan pada Perda tentang perubahan RPJMD:
b. penyusunan perubahan Renstra PD provinsi,
didasarkan pada data dan informasi;
c. perubahan tujuan dan sasaran pada perubahan
Renstra PD provinsi mendukung tujuan dan sasaran
pada perubahan RPJMD provinsi;
d. perubahan strategi dan arah kebijakan pada perubahan
Renstra PD provinsi, mendukung strategi dan arah
kebijakan perubahan RPJMD provinsi;
e. rencana perubahan program, lokasi, dan alokasi
pendanaan indikatif pada Renstra PD provinsi,
konsisten dengan program, lokasi, dan alokasi
pendanaan indikatif pada perubahan RPJMD provinsi;
f. kinerja pada perubahan Renstra PD provinsi, sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi PD, khusus perubahan
struktur organisasi PD; dan
g. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
perubahan Renstra PD provinsi, telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Kegiatan evaluasi terhadap rancangan akhir perubahan
Renstra PD kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan oleh Kepala PD untuk memastikan:
a. penyusunan perubahan Renstra PD kabupaten/kota,
didasarkan pada Perda perubahan RPJMD;
b. penyusunan perubahan Renstra PD kabupaten/kota,
didasarkan pada data dan informasi;
c. perubahan tujuan dan sasaran pada perubahan Renstra
PD kabupaten/kota, selaras dengan tujuan dan sasaran
pada perubahan RPJMD kabupaten/kota;
d. perubahan strategi dan arah kebijakan pada perubahan
Renstra PD kabupaten/kota, selaras dengan strategi
dan arah kebijakan perubahan RPJMD
kabupaten/kota;
- 106 -

e. rencana perubahan program, lokasi, dan alokasi


pendanaan indikatif pada perubahan Renstra PD
kabupaten/kota, konsisten dengan program, lokasi, dan
alokasi pendanaan indikatif pada perubahan RPJMD
kabupaten/kota;
f. kinerja pada perubahan Renstra PD kabupaten/kota,
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi PD, khusus
perubahan struktur organisasi PD;
g. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
perubahan Renstra PD kabupaten/kota, telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 254

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


perubahan Renstra PD akibat perubahan kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 250 ayat (2),
dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi.
(2) Kegiatan evaluasi terhadap rancangan akhir perubahan
Renstra PD provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yang dilaksanakan oleh kepala PD
untuk memastikan perubahan kegiatan mendukung
pencapaian indikator program.

Pasal 255

(1) Berdasarkan hasil pengendalian perumusan kebijakan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 252 dan/atau Pasal
254, kepala PD menyempurnakan rancangan akhir
perubahan Renstra PD.
(2) Kepala PD menyampaikan rancagan akhir perubahan
Renstra PD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada
kepala kepala Bappeda selaku koordinator perencanaan
pembangunan daerah untuk di evaluasi.
(3) Penyampaian rancangan akhir perubahan Renstra PD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilengkapi:
a. surat kepala PD kepada kepala Bappeda perihal
evaluasi rancangan akhir perubahan Renstra PD;
b. agenda kerja penyusunan perubahan Renstra PD;
c. hasil reviu APIP tentang perubahan Renstra PD; dan
d. hasil pengendalian perumusan kebijakan perubahan
Renstra PD oleh kepala PD.

Paragraf 9
Penetapan Perkada Perubahan Renstra PD
- 107 -

Pasal 256

(1) Kepala Bappeda melaksanakan evaluasi terhadap


rancangan akhir perubahan Renstra PD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 255 sebagai akibat perubahan
RPJMD, untuk memastikan:
a. kelengkapan administrasi yang disampaikan;
b. penyusunan perubahan Renstra PD didasarkan pada
data dan informasi yang akurat, terkini, dan dapat
dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan data dan
informasi pada perubahan RPJMD;
c. menguji keselarasan kebijakan perubahan Renstra PD,
mencakup rumusan perubahan tujuan, sasaran,
strategi, arah kebijakan, program, lokasi, dan/atau
alokasi pendanaan indikatif sesuai dengan kebijakan
perubahan RPJMD; dan
d. memastikan perubahan kegiatan mendukung
pencapaian indikator program.
(2) Kepala Bappeda menyampaikan hasil evaluasi terhadap
rancangan akhir perubahan Renstra PD sebagaimana
dimaksud ayat (1), kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota.
(3) Gubernur dan Bupati/Wali kota berdasarkan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menetapkan Perkada
tentang perubahan Renstra PD.

Pasal 257

(1) Kepala Bappeda melaksanakan evaluasi terhadap


rancangan akhir perubahan Renstra PD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 255 sebagai akibat perubahan
kegiatan, untuk memastikan:
a. kelengkapan administrasi yang disampaikan; dan
b. memastikan perubahan kegiatan mendukung
pencapaian indikator program.
(2) Kepala Bappeda menyampaikan hasil evaluasi terhadap
rancangan akhir perubahan Renstra PD sebagaimana
dimaksud ayat (1), kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota.
(3) Gubernur dan Bupati/Wali kota berdasarkan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menetapkan Perkada
tentang perubahan Renstra PD.

Pasal 258

(1) Penetapan Perkada tentang perubahan Renstra PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 256 ayat (3), paling
lambat 1 (satu) bulan setelah Perda tentang perubahan
RPJMD ditetapkan.
- 108 -

(2) Penetapan Perkada tentang perubahan Renstra PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 257 ayat (3), paling
lambat 1 (satu) bulan sebelum periode Renstra PD
berakhir.

Bagian Ketiga
Tata Cara Penyusunan Perubahan RKPD dan Renja PD

Pasal 259

Tata cara perubahan RKPD dan Renja PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 195 huruf c mencakup:
a. dasar pertimbangan perubahan RKPD dan Renja PD; dan
b. tata cara perubahan RKPD dan Renja PD.

Pasal 260

(1) Dasar pertimbangan perubahan RKPD dan Renja PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259 huruf a,
dilakukan berdasarkan:
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi
kerangka ekonomi daerah, kerangka pendanaan,
prioritas pembangunan daerah, rencana program, dan
kegiatan daerah;
b. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih
tahun anggaran sebelumnya, harus digunakan untuk
tahun berjalan; dan/atau
c. keadaan darurat.
(2) Dasar pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mengakibatkan penghapusan program dan/atau kegiatan,
penambahan program dan/atau kegiatan baru, pergeseran
pelaksanaan program dan/atau kegiatan, perubahan
indikator program dan/atau kegiatan, penambahan atau
pengurangan target kinerja, pergeseran pagu antar PD,
penambahan atau pengurangan pagu kegiatan, perubahan
lokasi, dan/atau kelompok sasaran.
(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi:
a. bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial
dan/atau kejadian luar biasa;
b. pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan;
dan/atau
c. kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu
kegiatan pelayanan publik.
- 109 -

(4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (3),


pemerintah daerah dapat melaksanakan kegiatan terlebih
dahulu sebelum melakukan perubahan RKPD.
(5) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada
pembahasan KUA dan PPAS dan/atau RAPBD, perlu
adanya kesepakatan bersama antara Gubernur dan
Bupati/Wali kota dengan pimpinan DPRD.

Pasal 261

Tata cara penyusunan perubahan RKPD dan Renja PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259 huruf b,
dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
a. persiapan penyusunan Perubahan RKPD dan Renja PD;
b. penyusunan rancangan akhir Perubahan RKPD;
c. pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir
perubahan RKPD;
d. penetapan Perkada tentang perubahan RKPD;
e. penyusunan rancangan akhir perubahan Renja PD;
f. pengendalian perumusan kebijakan perubahan Renja PD;
dan
g. penetapan Perkada tentang perubahan Renja PD.

Paragraf 1
Persiapan Penyusunan Perubahan RKPD dan Renja PD

Pasal 262

(1) Persiapan penyusunan perubahan RKPD dan Renja PD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 261 huruf a, meliputi:
a. pembentukan Tim penyusun perubahan RKPD;
b. penyiapan agenda kerja penyusunan perubahan RKPD
dan Renja PD; dan
c. penyiapan data dan informasi, antara lain bersumber
dari hasil pelaksanaan RKPD tahun berjalan.
(2) Agenda kerja penyusunan perubahan RKPD dan Renja PD
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b di tetapkan
oleh Gubernur dan Bupati/Wali kota dan di publikasikan
kepada masyarakat.

Pasal 263

Persiapan penyusunan perubahan Renja PD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 261 huruf a, meliputi:
a. pembentukan Tim penyusun perubahan Renja PD; dan
- 110 -

b. penyiapan data dan informasi, antara lain bersumber dari


hasil pelaksanaan Renja PD triwulanan pada tahun
berjalan.

Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Akhir Perubahan RKPD

Pasal 264

Penyusunan rancangan akhir perubahan RKPD sebagaimana


dimaksud Pasal 261 huruf b, terdiri atas:
a. perumusan rancangan akhir perubahan RKPD; dan
b. penyajian rancangan akhir perubahan RKPD.

Pasal 265

Perumusan rancangan akhir perubahan RKPD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 264 ayat
(1) mencakup:
a. penelaahan hasil pelaksanaan kinerja tahun berjalan;
b. hasil kesepakatan bersama antara kepala daerah dengan
pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 260
ayat (5);
c. pengolahan data dan informasi;
d. analisis perubahan ekonomi dan keuangan daerah;
e. penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD;
f. perumusan permasalahan penyebab perubahan; dan
g. perumusan program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif.

Pasal 266

Penyajian rancangan akhir perubahan RKPD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 264
huruf b, dengan sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. hasil pelaksanaan RKPD tahun berjalan.
c. rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka
pendanaan.
d. tujuan, sasaran dan prioritas pembangunan.
e. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, dan alokasi pendanaan indikatif.
f. Kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
g. Penutup.

Paragraf 3
- 111 -

Pengendalian Perumusan Kebijakan


Rancangan Akhir Perubahan RKPD

Pasal 267

(1) Kepala Bappeda melaksanakan pengendalian perumusan


kebijakan terhadap rancangan akhir perubahan RKPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 266.
(2) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir
perubahan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan untuk menjamin bahwa materi rancangan akhir
perubahan RKPD, telah disusun sesuai tahapan, tatacara,
dan penyebab perubahan.
(3) Penyebab perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mencakup faktor penyebab perubahan terhadap program,
kegiatan, indikator, lokasi, kelompok sasaran, dan/atau
alokasi pendanaan indikatif.

Pasal 268

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


perubahan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 267
ayat (2), dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi terhadap
materi perubahan RKPD.
(2) Kegiatan evaluasi terhadap materi rancangan akhir
perubahan RKPD provinsi dan kabupaten/kota,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh
kepala Bappeda untuk memastikan:
a. faktor penyebab perubahan RKPD provinsi dan
kabupaten/kota, sesuai dengan dasar pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 260 ayat (1):
b. faktor penyebab perubahan didasarkan pada data dan
informasi akurat dan dapat pertangungjawabkan;
c. perumusan perubahan program, kegiatan, indikator,
lokasi, kelompok sasaran dan/atau alokasi pendanaan
indikatif dalam rangka pencapaian tujuan, sasaran,
dan prioritas pembangunan tahunan daerah; dan
d. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
perubahan RKPD provinsi dan kabupaten/kota, telah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.

Pasal 269

(1) Hasil evaluasi materi, tahapan, dan tata cara rancangan


akhir perubahan RKPD provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 268 ayat (2) beserta rancangan akhir RKPD
- 112 -

provinsi, disampaikan oleh kepala Bappeda kepada


Gubernur melalui Sekda untuk mendapat persetujuan.
(2) Hasil evaluasi materi, tahapan, dan tata cara rancangan
akhir perubahan RKPD kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 268 ayat (2) beserta rancangan
akhir RKPD kabupaten/kota, disampaikan oleh kepala
Bappeda kepada Bupati/Wali kota melalui Sekda untuk
mendapat persetujuan.

Pasal 270

(1) Rancangan akhir perubahan RKPD provinsi dan


kabupaten/kota yang disetujui sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 269 dijadikan dasar penyusunan rancangan
Perkada tentang perubahan RKPD.
(2) Kepala Bappeda menyusun rancangan Perkada tentang
perubahan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Kepala Bappeda menyampaikan rancangan Perkada
tentang perubahan RKPD provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada Gubernur melalui Sekda untuk
mendapat persetujuan di evaluasi oleh Menteri.
(4) Kepala Bappeda menyampaikan rancangan Perkada
tentang RKPD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada Bupati/Wali kota melalui Sekda
untuk mendapat persetujuan di evaluasi oleh Gubernur
selaku wakil Pemerintah Pusat.

Paragraf 4
Penetapan Perkada Perubahan RKPD

Pasal 271

(1) Rancangan Perkada tentang perubahan RKPD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 270 ayat (3)
disampaikan oleh Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri
melalui Sekretaris Jenderal.
(2) Rancangan Perkada sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan Sekretaris Jenderal paling lama 3 (tiga) hari
kepada Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah
untuk dievaluasi.

Pasal 272

Rancangan Perkada tentang perubahan RKPD kabupaten/kota


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 270 ayat (4) disampaikan
oleh Bupati/Wali kota kepada Gubernur selaku wakil
- 113 -

pemerintah pusat untuk dilakukan evaluasi.

Pasal 273

(1) Penyampaian rancangan Perkada tentang perubahan RKPD


provinsi kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 271 ayat (1) dilengkapi
dengan:
a. surat Gubernur kepada Menteri perihal evaluasi
rancangan Perkada tentang perubahan RKPD provinsi;
b. rancangan Perkada tentang perubahan RKPD beserta
lampirannya berupa dokumen perubahan RKPD
provinsi;
c. hasil perumusan penyebab perubahan; dan
d. Hasil reviu APIP provinsi.
(2) Penyampaian rancangan Perkada tentang perubahan RKPD
kabupaten/kota kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 272
dilengkapi dengan:
a. surat Bupati/Wali kota kepada Gubernur perihal
evaluasi rancangan Perkada perubahan RKPD
kabupaten/kota;
b. rancangan Perkada tentang perubahan RKPD beserta
lampirannya berupa dokumen perubahan RKPD
kabupaten/kota;
c. hasil perumusan penyebab perubahan; dan
d. Hasil reviu APIP kabupaten/kota.

Pasal 274

(1) Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan


evaluasi terhadap rancangan Perkada tentang perubahan
RKPD provinsi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. memeriksa kelengkapan administrasi yang
disampaikan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 273 ayat (1):
b. memastikan bahwa penyusunan perubahan RKPD
provinsi, didasarkan pada data dan informasi yang
akurat, terkini dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
c. menguji keselarasan rumusan program, kegiatan,
indikator, lokasi, kelompok sasaran dan/atau alokasi
pendanaan indikatif dalam rangka pencapaian tujuan,
sasaran, dan prioritas pembangunan tahunan daerah.
(2) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat cq kepala
Bappeda provinsi melakukan evaluasi terhadap rancangan
Perkada tentang perubahan RKPD kabupaten/kota dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
- 114 -

a. memeriksa kelengkapan administrasi yang disampaikan


oleh Bupati/Wali kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 273 ayat (2);
b. memastikan bahwa penyusunan perubahan RKPD
kabupaten/kota, didasarkan pada data dan informasi
yang akurat, terkini dan dapat dipertanggungjawabkan;
dan
c. menguji keselarasan rumusan program, kegiatan,
indikator, lokasi, kelompok sasaran dan/atau alokasi
pendanaan indikatif dalam rangka pencapaian tujuan,
sasaran, dan prioritas pembangunan tahunan daerah.

Pasal 275

(1) Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan Perkada


perubahan RKPD provinsi, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 274 ayat (1), Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah mengundang perwakilan dari
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, unusr
PD provinsi, dan/atau pihak lain yang dibutuhkan.
(2) Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan Perkada
perubahan RKPD kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 274 ayat (2), Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat cq kepala Bappeda provinsi mengundang
unsur PD pemerintah daerah kabupaten/kota, unsur PD
provinsi terkait, dan/atau pihak lain yang dibutuhkan.

Pasal 276

(1) Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melaporkan


hasil evaluasi terhadap rancangan Perkada perubahan
RKPD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 275
ayat (1) kepada Menteri.
(2) Kepala Bappeda provinsi melaporkan hasil evaluasi
terhadap rancangan Perkada perubahan RKPD
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 275
ayat (2) kepada Gubernur.

Pasal 277

Tata cara evaluasi rancangan Perkada tentang perubahan


RKPD berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Pasal 278
- 115 -

(1) Penetapan Perkada tentang perubahan RKPD provinsi dan


kabupaten/kota paling lama minggu ketiga bulan Juli.
(2) Perkada tentang perubahan RKPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan dasar penyusunan rancangan
akhir perubahan Renja PD.

Pasal 279

Perkada tentang perubahan RKPD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278,
merupakan pedoman penyusunan KUPA dan PPAS perubahan.

Paragraf 5
Penyusunan Rancangan Akhir Perubahan Renja PD

Pasal 280

Perangkat Daerah menyusun rancangan akhir perubahan


Renja PD berpedoman pada Perkada tentang perubahan RKPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 ayat (1).

Pasal 281

Rancangan akhir perubahan Renja PD provinsi dan


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280,
disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
a. pendahuluan.
b. hasil pelaksanaan Renja PD tahun berjalan.
c. tujuan dan sasaran Renja PD.
d. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, dan pendanaan indikatif.
e. kinerja penyelenggaraan urusan.
f. Penutup.

Paragraf 6
Pengendalian Perumusan Kebijakan
Rancangan Akhir Perubahan Renja PD

Pasal 282

(1) Pengendalian perumusan kebijakan rancangan akhir


perubahan Renja PD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
261 huruf f, dilakukan untuk menjamin bahwa rancangan
akhir perubahan Renja PD telah disusun sesuai tahapan,
- 116 -

tata cara, dan keselarasan dengan kebijakan perubahan


RKPD.
(2) Keselarasan dengan kebijakan rancangan akhir perubahan
RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup
rumusan perubahan program, kegiatan, indikator, lokasi,
kelompok sasaran, dan/atau alokasi pendanaan indikatif
pada perubahan Renja PD, sesuai dengan perubahan
RKPD.

Pasal 283

(1) Pengendalian terhadap perumusan kebijakan rancangan


akhir perubahan Renja PD sebagaimana dimaksud pada
Pasal 282 ayat (1), dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi.
(2) Kegiatan evaluasi terhadap rancangan akhir perubahan
Renja PD provinsi dan kabupaten/kota, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yang dilaksanakan oleh kepala PD
untuk memastikan:
a. penyusunan perubahan Renja PD, didasarkan pada
Perkada tentang perubahan RKPD;
b. penyusunan perubahan Renja PD, didasarkan pada
hasil pelaksanaan Renja PD tahun berjalan;
c. rencana program, kegiatan, indikator, lokasi, kelompok
sasaran, dan/atau alokasi pendanaan indikatif pada
Renja PD, selaras dengan kebijakan perubahan RKPD;
d. perumusan kegiatan dan indikator pada perubahan
Renja PD, mendukung pencapaian indikator program;
dan
e. memastikan tahapan dan tata cara penyusunan
perubahan Renja PD, telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.

Pasal 284

(1) Berdasarkan hasil pengendalian perumusan kebijakan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 283, kepala PD
menyempurnakan rancangan akhir perubahan Renja PD.
(2) Kepala PD menyampaikan rancangan akhir perubahan
Renja PD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disampaikan kepada kepala Bappeda selaku koordinator
perencanaan pembangunan daerah untuk di evaluasi.
(3) Penyampaian rancangan akhir perubahan Renja PD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilengkapi:
a. surat kepala PD kepada kepala Bappeda perihal
evaluasi rancangan akhir perubahan Renja PD;
b. agenda kerja penyusunan perubahan Renja PD;
c. hasil reviu APIP tentang perubahan Renja PD; dan
- 117 -

d. hasil pengendalian perumusan kebijakan perubahan


Renja PD oleh kepala PD.

Paragraf 7
Penetapan Perkada Perubahan Renja PD

Pasal 285

(1) Kepala Bappeda melaksanakan evaluasi terhadap


rancangan akhir perubahan Renja PD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 284 ayat (2), untuk memastikan:
a. kelengkapan administrasi yang disampaikan;
b. penyusunan perubahan Renja PD didasarkan pada
data dan informasi hasil pelaksanaan Renja PD tahun
berjalan, serta sesuai dengan dasar pertimbangan
perubahan RKPD;
c. menguji keselarasan kebijakan perubahan Renja PD,
mencakup rumusan program, kegiatan, indikator,
lokasi, kelompok sasaran dan/atau alokasi pendanaan
indikatif sesuai dengan kebijakan perubahan RKPD;
dan
d. memastikan perubahan kegiatan dan indikator
mendukung pencapaian indikator program.
(2) Kepala Bappeda menyampaikan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud ayat (1), kepada Gubernur dan
Bupati/Wali kota untuk mendapat persetujuan penetapan.
(3) Gubernur dan Bupati/Wali kota berdasarkan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menetapkan Perkada
tentang perubahan Renja PD.

Pasal 286

Penetapan perubahan Renja PD dengan Perkada sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 285 ayat (3), paling lambat 10 (sepuluh)
hari setelah Perkada tentang perubahan RKPD ditetapkan.

Pasal 287

(1) Penyampaian hasil evaluasi materi beserta rancangan


akhir perubahan RPJPD, perubahan RPJMD, dan
perubahan RKPD kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210, Pasal 238, dan
Pasal 269, dilampiri hasil reviu APIP provinsi dan
kabupaten/kota.
(2) Penyampaian hasil reviu APIP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Bappeda, paling lambat 1 (satu) minggu
- 118 -

sebelum penyampaian rancangan akhir RPJPD, RPJMD,


dan RKPD kepada Gubernur dan Bupati/Wali kota.
(3) Penyampaian hasil evaluasi materi beserta rancangan
akhir Renstra PD dan Renja PD kepada Bappeda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 255 ayat (2) dan Pasal
284 ayat (2), dilampiri hasil reviu APIP.
(4) Penyampaian hasil reviu APIP sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) kepada Kepala PD, paling lambat 1 (satu) minggu
sebelum penyampaian rancangan akhir Renstra PD dan
Renja PD kepada Bappeda

BAB V
KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN TAHUNAN

Pasal 288

(1) Dalam rangka mencapai target pembangunan nasional


dilakukan koordinasi teknis pembangunan antara
kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian
dan Daerah.
(2) pemerintah nonkementerian dan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan oleh Menteri
dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang perencanaan pembangunan.
(3) Koordinasi teknis pembangunan antara Daerah provinsi
dan Daerah kabupaten/kota dan antar-Daerah
kabupaten/kota lingkup Daerah provinsi dilaksanakan
oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
(4) Koordinasi teknis pembangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan, serta pengendalian dan evaluasi
pembangunan Daerah.

Pasal 289

Koordinasi teknis pembangunan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 288 ayat (1), bertujuan untuk:
a. sinkronisasi kebijakan rencana pembangunan nasional
dan daerah;
b. penyepakatan tindak lanjut dan rekomendasi terhadap
pelaksanaan rencana pembangunan daerah; dan
c. kesepakatan bersama antara pusat dan daerah untuk
menindaklanjuti hasil evaluasi rencana sebagai dasar
perumusan kebijakan rencana pembangunan periode
berikutnya.
- 119 -

Pasal 290

(1) Koordinasi teknis pembangunan tahap perencanaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 288 ayat (4) tingkat
Pusat, bertujuan untuk:
a. penyelarasan program strategis Nasional dengan
prioritas pembangunan Daerah;
b. sinkronisasi program kementerian/lembaga dengan
program dan kegiatan PD dalam mendukung
pencapaian sasaran pembangunan Nasional; dan
c. menyepakati pendanaan untuk mendukung sasaran
pembangunan Nasional yang bersumber dari dana
alokasi khusus (DAK).
(2) Koordinasi teknis pembangunan tahap perencanaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 288 ayat (4) tingkat
provinsi, bertujuan untuk:
a. penyelarasan prioritas pembangunan Nasional dengan
prioritas Pembangunan Daerah provinsi dan prioritas
Pembangunan Daerah kabupaten/kota;
b. penyelarasan prioritas pembangunan Daerah provinsi
dengan prioritas pembangunan Daerah
kabupaten/kota;
c. sinkronisasi program dan kegiatan
kementerian/lembaga dengan program dan kegiatan PD
provinsi, dan program dan kegiatan PD kabupaten/kota
dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan
nasional;
d. sinkronisasi program dan kegiatan PD provinsi dengan
program dan kegiatan PD kabupaten/kota dalam
mendukung pencapaian sasaran Pembangunan Daerah;
dan
e. menyepakati pendanaan untuk mendukung sasaran
Pembangunan Daerah provinsi yang bersumber dari
belanja bantuan Daerah.

Pasal 291

(1) Koordinasi teknis pembangunan tahap pelaksanaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 288 ayat (4) tingkat
Pusat, bertujuan untuk:
a. sinkronisasi pelaksanaan kegiatan
kementerian/lembaga dengan kegiatan provinsi dan
kabupaten/kota;
b. menyepakati langkah-langkah strategis penyelesaian
permasalahan dalam pelaksanaan rencana di daerah;
dan
c. menyepakati kebijakan terkait dengan pergeseran
program dan/atau kegiatan,
- 120 -

penambahan/pengurangan program dan/atau


kegiatan, atau perubahan capaian target program
dan/atau kegiatan untuk percepatan pencapaian
sasaran pembangunan nasional dan daerah.
(2) Koordinasi teknis pembangunan tahap pelaksanaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 288 ayat (4) tingkat
provinsi, bertujuan untuk:
a. sinkronisasi pelaksanaan kegiatan provinsi dengan
kegiatan kabupaten/kota;
b. menyepakati langkah-langkah strategis penyelesaian
permasalahan dalam pelaksanaan rencana di daerah
kabupaten/kota; dan
c. menyepakati kebijakan terkait dengan pergeseran
program dan/atau kegiatan,
penambahan/pengurangan program dan/atau
kegiatan, atau perubahan capaian target program
dan/atau kegiatan untuk percepatan pencapaian
sasaran Pembangunan Daerah provinsi dan
kabupaten/kota.

Pasal 292

(1) Koordinasi teknis pembangunan tahap pengendalian dan


evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 288 ayat (4)
tingkat Pusat, bertujuan untuk:
a. menilai capaian kinerja pemerintah daerah dalam
mendukung kebijakan rencana pembangunan nasional;
b. menyepakati kendala yang dihadapi serta tindaklanjut
terhadap program dan/atau kegiatan yang belum
memenuhi target pembangunan nasional; dan
c. menyepakati evaluasi hasil rencana guna perumusan
kebijakan perencanaan pembangunan nasional dan
daerah periode berikutnya.
(2) Koordinasi teknis pembangunan tahap pengendalian dan
evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 288 ayat (4)
tingkat provinsi, bertujuan untuk:
a. menilai capaian kinerja pemerintah daerah dalam
mendukung kebijakan rencana Pembangunan Daerah;
b. menyepakati kendala yang dihadapi serta tindaklanjut
terhadap program dan/atau kegiatan yang belum
memenuhi target Pembangunan Daerah; dan
c. menyepakati evaluasi hasil rencana guna perumusan
kebijakan perencanaan pembangunan provinsi dan
kabupaten/kota periode berikutnya.

Pasal 293
- 121 -

(1) Peserta koordinasi teknis pembangunan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 288 ayat (1), untuk:
a. tingkat pusat, terdiri dari unsur pemerintah provinsi,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, dan kementerian/lembaga
terkait; dan
b. tingkat provinsi, terdiri dari unsur pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota.
(2) Pelaksanaan kegiatan koordinasi teknis pembangunan
tingkat Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a:
a. koordinasi teknis pembangunan tahap perencanaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 290 ayat (1), paling
lambat minggu kedua bulan Februari;
b. koordinasi teknis pembangunan tahap pelaksanaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 291 ayat (1), paling
lambat minggu kedua bulan Juli; dan
c. koordinasi teknis tahap pengendalian dan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 292 ayat (1), paling
lambat minggu kedua bulan Februari tahun
berikutnya.
(3) Pelaksanaan kegiatan koordinasi teknis pembangunan
tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
menghasilkan:
a. berupa kesepakatan yang ditindaklanjuti dalam
perumusan rencana tahunan;
b. berupa rekomendasi sebagai dasar perumusan
perubahan rencana tahunan; dan
c. berupa kesepakatan untuk perumusan rencana tahun
berikutnya.
(4) Pelaksanaan kegiatan koordinasi teknis pembangunan
tingkat provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b:
a. koordinasi teknis pembangunan tahap perencanaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 290 ayat (2), paling
lambat minggu keempat bulan Februari;
b. koordinasi teknis pembangunan tahap pelaksanaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 291 ayat (2), paling
lambat minggu kedua bulan Juli; dan
c. koordinasi teknis tahap pengendalian dan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 292 ayat (2), paling
lambat minggu keempat bulan Februari tahun
berikutnya.
(5) Pelaksanaan kegiatan koordinasi teknis pembangunan
tingkat provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
menghasilkan:
a. berupa kesepakatan yang ditindaklanjuti dalam
perumusan rencana tahunan;
- 122 -

b. berupa rekomendasi sebagai dasar perumusan


perubahan rencana tahunan; dan
c. berupa kesepakatan untuk perumusan rencana tahun
berikutnya.

Pasal 294

(1) Tata cara pengolahan data dan informasi perencanaan


pembangunan daerah, tahapan dan tata cara penyusunan
dan perubahan RPJPD, RPJMD dan Renstra PD, serta
RKPD dan Renja PD, tata cara pengendalian dan evaluasi
pembangunan daerah, tata cara koordinasi teknis
pembangunan tahunan masing-masing tercantum dalam
Lampiran.
(2) Lampiran sebagaimana di maksud pada ayat (1)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini, terdiri dari:
a. data dan informasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah;
b. tata cara penyusunan RPJPD;
c. tata cara penyusunan RPJMD dan Renstra PD;
d. tata cara penyusunan RKPD dan Renja PD;
e. tata cara pelaksanaan rencana dan evaluasi hasil
pembangunan daerah;
f. tata cara penyusunan perubahan rencana
pembangunan daerah; dan
g. koordinasi teknis pembangunan tahunan.

BAB VI
PEMBINAAN

PASAL 295

(1) Menteri melaksanakan pembinaan terhadap perencanaan,


pengendalian, evaluasi, dan perubahan rencana
pembangunan daerah.
(2) Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap
perencanaan, pengendalian, evaluasi, dan perubahan
rencana pembangunan daerah provinsi.
(3) Gubernur selaku wakil pemerintah pusat melaksanakan
pembinaan terhadap perencanaan, pengendalian, evaluasi,
dan perubahan rencana pembangunan daerah
kabupaten/kota.
- 123 -

(4) Bupati/Wali kota melaksanakan pembinaan terhadap


perencanaan, pengendalian, evaluasi, dan perubahan
rencana pembangunan daerah kabupaten/kota.

Pasal 296

(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 295,


meliputi pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, dan
konsultasi.
(2) Pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, dan konsultasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup aspek
penyusunan rencana, pengendalian, evaluasi, dan
perubahan rencana pembangunan daerah.

BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 297

(1) Untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan


pemerintahan dan pembangunan daerah provinsi,
penyusunan RKPD berpedoman pada arah kebijakan,
sasaran pokok, dan tahapan RPJPD provinsi periode
berkenaan dan mengacu kebijakan RPJMN tahun rencana.
(2) Untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah kabupaten/kota,
penyusunan RKPD berpedoman pada arah kebijakan,
sasaran pokok, dan tahapan RPJPD kabupaten/kota
periode berkenaan dan mengacu kebijakan RPJMD provinsi
dan/atau kebijakan RPJMN tahun rencana.
(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
menjadi bahan masukan dalam penyusunan RPJMD
periode berikutnya.

Pasal 298

(1) Penjabat Gubernur dan Bupati/Wali kota otonom baru


menyusun rancangan RKPD.
(2) Penyusunan rancangan RKPD provinsi baru sebagaimana
dimaksud ayat (1), berpedoman pada RPJMN dan/atau
RKP.
(3) Penyusunan rancangan RKPD kabupaten/kota baru
sebagaimana dimaksud ayat (1), berpedoman pada RPJMD
- 124 -

provinsi dan RKPD provinsi dan/atau RPJMN dan/atau


RKP.
(4) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Perkada sebagai dasar penyusunan KUA, PPAS,
dan RAPBD.

Pasal 299

Tatacara perencanaan, pengendalian, dan evaluasi RKPD bagi


daerah yang belum memiliki RPJMD dan bagi daerah otonom
baru, tetap berpedoman pada ketentuan Peraturan Menteri ini.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 300

(1) Bagi daerah yang sedang melakukan penyusunan rencana


pembangunan daerah berpedoman pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017, dapat melanjutkan
proses penyusunan.
(2) Rencana pembangunan daerah yang telah ditetapkan,
tetap berlaku sampai akhir periode rencana.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 301

Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata
Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negera Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
- 125 -

Pasal 302

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Agar setiap orang mengetahuinya mengundangkan Peraturan
Menteri ini dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 20…

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 20….


NOMOR

Anda mungkin juga menyukai