Anda di halaman 1dari 2

BIO AUDI HANANTIO

F1316031
KELAS C – S1 TRANSFER AKUNTANSI/BPKP

AKUNTANSI ASET TIDAK LANCAR

Akuntansi Penyusutan Aset Tetap

Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap
dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional. Metode penyusutan yang
dipergunakan antara lain:
1. Metode garis lurus (straight line method)
2. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
3. Metode unit produksi (unit of production method).
Informasi yang harus diungkapkan dalam hal penyusutan antara lain yaitu nilai penyusutan, metode
penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, nilai tercatat bruto
dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

Akuntansi Aset Bersejarah


Pemerintah tidak harus menyajikan aset bersejarah (heritage assets) di neraca namun aset tersebut
harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (PP Nomor 71 Tahun 2010). Aset
bersejarah meliputi bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites)
seperti candi, dan karya seni (works of art).

Karakteristik atau ciri-ciri aset bersejarah adalah sebagai berikut:


1. Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh
dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar.
2. Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya untuk
dijual.
3. Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan walaupun
kondisi fisiknya semakin menurun.
4. Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya, untuk beberapa kasus dapat mencapai ratusan
tahun.
Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan dalam laporan
operasional sebagai beban tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk seluruh
beban yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada
pada periode berjalan.

Akuntansi Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud (intangible asset) adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau
digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi
Goodwill, Hak Paten/Hak cipta, Royalti, Software, Lisensi, hasil Kajian/Penelitian yang memberikan
manfaat jangka panjang, aset tak berwujud lainnya, dan aset tak berwujud dalam pengembangan. Aset
tak berwujud diakui jika:
1) Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di masa datang yang diharapkan atau jasa
potensial yang diakibatkan dari ATB tersebut akan mengalir kepada entitas pemerintah daerah
atau dinikmati oleh entitas; dan
2) Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal.
Pengukuran aset tak berwujud yang diperoleh secara internal adalah:
a) Aset Tak Berwujud dari kegiatan pengembangan yang memenuhi syarat pengakuan, diakui
sebesar biaya perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak memenuhi kriteria
pengakuan.
b) Pengeluaran atas unsur tidak berwujud yang awalnya telah diakui oleh entitas sebagai beban
tidak boleh diakui sebagai bagian dari harga perolehan aset tak berwujud di kemudian hari.
c) Aset tak berwujud yang dihasilkan dari pengembangan software komputer, maka pengeluaran
yang dapat dikapitalisasi adalah pengeluaran tahap pengembangan aplikasi.

Anda mungkin juga menyukai