Halaman i
Halaman II
BUPATI PROBOLINGGO
PROVINSI JAWA TIMUR
PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO
NOMOR : 17 TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA STRATEGIS PERANGKAT DAERAH KABUPATEN
PROBOLINGGO TAHUN 2018-2023
Halaman iii
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 08 Tahun
2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJP Daerah) Kabupaten Probolinggo Tahun 2005-2025;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 6 Tahun
2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJM Daerah) Kabupaten Probolinggo Tahun
2018-2023;
MEMUTUSKAN
Halaman IV
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan
1. Daerah adalah Kabupaten Probolinggo
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Probolinggo
3. Bupati adalah Bupati Probolinggo
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJM Daerah Daerah adalah dokumen Perencanaan daerah untuk periode 5
(lima) tahun.
5. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renstra PD adalah
dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
6. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah.
7. Kepala Bappeda adalah Kepala Bappeda Kabupaten Probolinggo.
BAB II
RENSTRA PD
Pasal 2
(1) Renstra PD disusun berdasarkan RPJM Daerah Tahun 2018-2023 dan
diselarakan dengan pencapaian sasaran program dan kegiatan pembangunan
yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian atau Lembaga Pemerintah
Non Kementerian serta Renstra PD Provinsi Jawa Timur
(2) Jangka waktu efektif pelaksanaan Renstra PD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terhitung sejak tahun 2019 sampai dengan tahun 2023.
Pasal 3
Renstra PD sebagaiman dimaksud dalam pasal 2 sebagai landasan penyusunan
Rencana Kerja Perangkat Daerah serta alat evaluasi kinerja Perangkat Daerah Tahun
2019 sampai dengan Tahun 2023.
BAB III
SISTEMATIKA RENSTRA PD
Pasal 4
(1) Sistematika Renstra PD disusun sebagai berikut :
Halaman v
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH
BAB III : ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI
BAB IV : TUJUAN DAN SASARAN
BAB V : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI : RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB VII : KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN
BAB VIII : PENUTUP
(2) Penjabaran Renstra PD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan peraturan Bupati
ini.
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 5
(1) Kepala Perangkat Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Renstra PD.
(2) Kepala Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan
hasil pengendalian dan evaluasi Renstra PD kepada Bupati melalui kepala
Bappeda.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Probolinggo
Pada Tanggal 27 Maret 2019
BUPATI PROBOLINGGO
Halaman VI
Halaman vii
SAMBUTAN BUPATI PROBOLINGGO
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmatNya sehingga Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo menyelesaikan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo.
Akhirnya kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta
memberikan sumbangsih dalam penyusunan dokumen Rencana Strategis ini .
BUPATI PROBOLINGGO
Halaman i
Halaman II
DAFTAR TABEL
Halaman iii
Tabel 2.18 Luas Areal Panen Tanaman Pertanian di 33
Kabupaten Probolinggo
Tabel 2.19 Perkembangan Jumlah Alat Mesin Pertanian 35
Tahun 2013-2017
Tabel 2.20 Luas Daerah Berdasarkan Kemiringan Tanah 38
di Kabupaten Probolinggo (Ha)
Tabel 2.21 Sungai di Kabupaten Probolinggo 39
Tabel 2.22 Danau atau Ranu di Kabupaten Probolinggo 40
Tabel 2.23 Data Penggunaan Lahan Tahun 2018 di Kab. 42
Probolinggo (Ha)
Tabel 2.24 Penduduk berumur 15 tahun yang bekerja 46
menurut lapangan usaha dan jenis kelamin
tahun 2015
Tabel 2.25 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian 44
menurut Jenis Usaha Pertanian yang
dikerjakan
Tabel 2.26 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian 45
menurut Jenis Usaha Pertanian yang Utama
Tabel 3.1 Permasalahan Untuk Penentuan Prioritas 48
dan Sasaran Pembangunan Daerah
Tabel 3.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan 50
di Kab. Probolinggo Tahun 2017
Tabel 3.3 Kelompok Masyarakat yang pernah 54
mendapatkan bantuan sarana Lumbung
pangan
Tabel 3.4. Peringkat Desa berdasarkan Indeks 57
Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Tabel 3.5 Data Tingkat ketahanan dan kerentanan 59
pangan di Kabupaten Probolinggo
Tabel 3.6 Data desa yang sangat rawan Kabupaten 59
Probolinggo
Tabel 3.7 Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras 60
(ton) per per bulan
Tabel 3.8 Desa yang diprioritaskan dalam penanganan 62
balita stunting
Tabel 3.9 Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten 63
Probolinggo Tahun 2017
Tabel 3.10 Perbandingan Produksi dan Konsumsi 64
Pangan di Kabupaten Probolinggo
berdasarkan komoditi pertanian Tahun 2017
Tabel 3.11 Jenis bencana alam, Kerugian, Mitigasi 66
Adaptasi bencana Sektor Pertanian di
Kabupaten Probolinggo
Tabel 3.12 Luas (Ha) serangan OPT tahun 2016-2018 70
Halaman IV
Tabel 3.13 Perbandingan Penggunaan Lahan Sawah 71
untuk Padi Tahun 2010-2018 di Kabupaten
Probolinggo (dalam Ha)
Tabel 3.14 Kondisi alat mesin pertanian tahun 2017 72
Tabel 3.15 Perbandingan luas penggunaan lahan Tahun 74
2010-2017
Tabel 3.16 Rekap kelompok tani berdasarkan kelas 75
kelompok Provinsi Jawa Timur
Tabel 3.17 Data Kelas 1506 Kelompok Tani di 76
Kabupaten Probolinggo
Tabel 3.18 Jumlah Gapoktan dan Poktan berbadan 77
hokum
Tabel 3.19 Jumlah Tanaman Mangga yang dibongkar di 83
Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun
terakhir
Tabel 3.20 Jumlah tanaman Alpokat yang dibongkar di 84
Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun
terakhir
Tabel 3.21 Serangan Hama penyakit utama pada 88
bawang merah
Tabel 3.22 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kabupaten 93
Probolinggo Tahun 2018-20
Tabel 3.23 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten 94
Probolinggo Tahun 2019-2023 terkait DKPP
Tabel 3.24 Tujuan dan Indikator Tujuan Kabupaten 95
Probolinggo Tahun 2019-2023 terkait DKPP
Tabel 3.25 Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten 98
Probolinggo Tahun 2014 – 2018
Tabel 3.26 Perbandingan jumlah pengeluaran pangan 99
Tabel 3.27 Bobot indikator Kabupaten Probolinggo 101
Berdasarkan Expert Judgement
Tabel 3.28 Data PDRB ADHK Lapangan Usaha 103
Pertanian,Kehutanan, dan Perikanan
Kabupaten Probolinggo, tahun 2014-2017
Tabel 3.29 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian 105
Tabel 3.30 Jumlah anggaran dari Kementerian 109
Pertanian melalui Tugas Pembantuan dan
DAK kepada Kabupaten Probolinggo.
Tabel 3.31 Luas (Ha) Potensi Pengembangan Kawasan 110
Padi di Probolinggo
Tabel 3.32 Rencana Pentahapan Pemanfaatan 114
STRUKTUR RUANG sesuai RTRW
Kabupaten Probolinggo
Halaman v
Tabel 3.33 Rencana Pentahapan Pemanfaatan Pola 118
Ruang sesuai RTRW Kabupaten
Probolinggo periode 2010-2029
Tabel 3.34 Selama kurun waktu 2014-2018, terjadi 132
perubahan iklim setiap tahunnya
Tabel 3.35 Target dan Indikator SDG’s terkait dengan 134
Urusan Pangan dan Urusan Pertanian
Tabel 3.36 Luas Indikasi LP2B di Kabupaten 137
Probolinggo
Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah 144
Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo
Tabel 5. 1 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan kebijakan 147
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo
Tabel 6.1 Rencana Program, Kegiatan, dan 180
Pendanaan Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo TA 2019 –
2023
Tabel 7.1 Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan 199
dan Pertanian yang mengacu pada Tujuan
dan Sasaran RPJMD
Tabel 7.2 Target skor PPH Konsumsi Pangan 200
Penduduk Tahun 2019 – 2023
Tabel 7.3 Target Konsumsi Pangan Penduduk Tahun 200
2019 – 2023
Tabel 7.4 Target Penyediaan Pangan Penduduk Tahun 202
2019 – 2023
Tabel 7.5 Target Produksi di Kawasan Tanaman 203
Pertanian Tahun 2019 – 2023
Halaman VI
DAFTAR GAMBAR
Halaman vii
Gambar 3.12 Kerangka Konsep Ketahanan Pangan 101
Halaman VIII
GLOSARIUM
Konsep dasar
Tujuan, adalah suatu kondisi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5
(lima) Tahunan.
Program, penjabaran kebijakan perangkat daerah dalam bentuk upaya yang berisi satu
atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk
mencapai hasil yang terukur sesuai dengan tugas dan fungsi.
Kegiatan, adalah serangkaian aktivitas pembangunan yang dilaksanakan oleh
Perangkat Daerah untuk menghasilkan keluaran (output) dalam rangka mencapai
hasil (outcome) suatu program.
Kinerja, adalah capaian keluaran/ hasil/ dampak dari kegiatan/ program/ sasaran
sehubungan dengan penggunaan sumber daya pembangunan.
Isu Strategis, adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam
perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi
daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka
menengah/ panjang, dan menentukan pencapaian tujuan penyelenggaraan
pemerintah daerah di masa yang akan datang.
Indikator kinerja diartikan sebagai ukuran kuantitatif/kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja
merupakan sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar untuk menilai kinerja, baik
dalam tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap
setelah kegiatan selesai (ex-post). Indikator kinerja juga digunakan untuk
meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka
menuju tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Tanpa indikator kinerja, maka akan
sulit menilai kinerja kebijaksanaan/ program/kegiatan yang pada akhirnya
bermuara pada kinerja organisasi.
Sebagai tanda yang berfungsi sebagai alat ukur pencapaian kinerja suatu kegiatan,
progam atau sasaran dan tujuan dalam bentuk keluaran (output), hasil
(outcome), dan dampak (impact)
Indikator Masukan (input) adalah jumlah sumberdaya seperti dana, SDM, peralatan,
material dan masukan lain ; yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan dalam program. Dengan meninjau distribusi sumberdaya yang dimiliki,
akan diketahui apakah input telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Keluaran (output) adalah suatu bentuk akhir berupa barang atau jasa dari serangkaian
proses atas sumber daya pembangunan agar hasil (outcome) dapat terwujud.
Hasil (outcome) adalah keadaan yang ingin dicapai atau dipertahankan pada penerima
manfaat dalam periode waktu tertentu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran dari beberapa kegiatan dalam satu program.
Halaman ix
Indikator Manfaat (benefit) adalah gambaran manfaat yang diperoleh secara langsung
dari indikator hasil. Manfaat baru nampak setelah beberapa waktu kemudian, dan
bisa dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat
lokasi, tepat, waktu, dan tepat sasaran)
Dampak (impact) adalah kondisi yang ingin diubah berupa hasil pembangunan/ layanan
yang diperoleh dari pencapaian hasil (outcome) beberapa program.
SAKIP (Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah), adalah rangkaian sistematik dari
berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan
pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan
kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintahan.
Sistem Pengendalian Intern (SPI), adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dengan 5
unsur SPI, yaitu : [1] Lingkungan Pengendalian, [2] Penilaian resiko, [3] Kegiatan
pengendalian, [4] Informasi dan Komunikasi, [5] Pemantauan Pengendalian Intern
Musrenbang, (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), forum antar pelaku dalam
rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan
Daerah.
PRA (Participatory Rural Apraisal), metodologi yang lebih efektif menangkap
kompeksitas, dapat mengungkapkan ragam realitas (multiple reality),
memprioritaskan pada realitas kemiskinan dan ketidakberuntungan,
pemberdayaan masyarakat bawah, bernilai pembelajaran berkelanjutan dan
berhubungan dengan semangat belajar untuk berbuat.
Peta proses Bisnis (tata laksana), adalah diagram yang menggambarkan hubungan
kerja yang efektif dan efisien antar unit organisasi untuk menghasilkan kinerja
sesuai dengan tujuan pendirian organisasi agar menghasilkan keluaran yang
bernilai tambah bagi pemangku kepentingan.
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah dan/atau
desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta
dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
Berdaya Saing, dicirikan antara lain berorientasi pasar, meningkatnya pangsa pasar
khususnya pasar internasional dan mengandalkan produktivitas dan nilai tambah
melalui pemanfaatan modal (Capital driven), pemanfaatan teknologi (innovation
driven) serta kreativitas sumberdaya manusia terdidik (skill driven) dan bukan lagi
mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik (factor
driven)
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian, adalah yang dialokasikan dalam APBN
kepada daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan pemenuhan
sarana prasarana di bidang pertanian yang merupakan urusan daerah sesuai
dengan prioritas nasional di bidang pertanian.
Halaman X
Pemangku kepentingan (stakeholder) adalah individu dan perwakilan kelompok
masyarakat, institusi/lembaga yang mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh
RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD, yang meliputi unsur pemerintah, organisasi non
pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, dan masyarakat.
KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) adalah serangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa kaidah pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan atau program.
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan kualitas hidup manusia,
dengan cara: (a) memanfaatkan sumber daya hayati yang tidak melebihi
kemampuan regenerasinya, dan atau memanfaatkan sumber daya non hayati yang
tidak melebihi laju inovasi substitusinya; (b) memanfaatkan sumber daya alam saat
ini dengan tidak mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang; dan (c)
memanfaatkan sumber daya yang belum diketahui dampaknya secara hati-hati
dan didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai.
Nilai Tukar Petani (NTP), merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk melihat
perkembangan tingkat kesejahteraan petani (kemampuan daya beli) dari waktu ke
waktu. Disini diukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang
dihasilkan petani dengan barang / jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah
tangga dan untuk keperluan dalam menghasilkan produk pertanian.
Kedaulatan Pangan, hal-hal yang bersifat back to basic atau back to nature dengan
memprioritaskan produksi untuk pemenuhan dan keberlanjutan pangan lokal
dan pasar lokal melalui pengadaan input-input produksi pertanian yang
memanfaatkan kearifan setempat dan ramah lingkungan.
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), Total nilai tambah atas harga dasar barang
dan jasa yang dihasilkan berbagai unit produksi di suatu wilayah (regional)
tertentu dalam waktu tertentu biasanya dalam satu tahun ditambah pajak atas
produk neto. Tahun 2015 kontribusi PDRB di Kabupaten Probolinggo untuk
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 38,21 %.
Agropolitan, Siasat dalam pengembangan pedesaan dengan memberikan pelayanan
perkotaan di kawasan pedesaan. Pusat pelayanan diberikan baik dalam bentuk
pelayanan teknik budidaya pertanian, kredit modal kerja, dan informasi pasar
sehingga dapat menekan produksi dan biaya pemasaran.
.Agribisnis
Agribisnis, Seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana
produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan,
pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang
dihasilkan dari produksi pertanian.
SOP / SPO, (Standart Operational Prosedure), merupakan prosedur yang disusun untuk
diterapkan dalam budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura dengan
spesifik varietas dan lokasi (kawasan tertentu) dengan maksud untuk
menghasilkan kualitas tertentu.
Halaman xi
GAP (Good Agriculture Practice), merupakan prosedur yang disusun untuk diterapkan
dalam perlakuan pasca panen pada komoditi pertanian spesifik dan lokasi
(kawasan tertentu) agar dihasilkan kualitas dan keamanan pangan.
SCM (supply chain management) adalah suatu jejaring organisasi yang saling
tergantung dan bekerjasama secara menguntungkan melalui pengembangan
sistem manajemen untuk perbaikan sistem penyaluran produk, informasi,
pelayanan dan dana dari pemasok ke pengguna akhir (konsumen).
GHP (Good Handling Practice), merupakan prosedur yang disusun untuk diterapkan
dalam perlakuan pengolahan hasil pada komoditi pertanian spesifik dan lokasi
(kawasan tertentu) agar dihasilkan kualitas dan keamanan pangan.
Jaringan kerja (networking) Pembentukandan penguatan hubungan antara individu,
kelompok, dan organisasi dengan kepentingan dan tujuan yang sama.
Kelembagaan Petani, adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk
Petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan Petani (UU
19/2013).
Kelembagaan Ekonomi Petani, adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan Usaha Tani
yang dibentuk oleh, dari, dan untuk Petani guna meningkatkan produktivitas.
Pemberdayaan Petani, adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan Petani
untuk melaksanakan Usaha Tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan,
penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran
hasil pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi,
serta penguatan kelembagaan Petani (UU 19/2013).
Perlindungan Petani, adalah segala upaya untuk membantu Petani dalam menghadapi
permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, kepastian
usaha, resiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan
peruabahan iklim (UU 19/2013)
Pertanian, adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan
teknologi, modal, tenaga kerja, dan managemen untuk menghasilkan komoditas
Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan
peternakan dalam suatu agroekosistem (UU 19/2013).
Petani, orang perseorangan dan/ atau / beserta kelurganya melakukan usaha tani di
bidang tanaman pangan dan hortikultura
RC Ratio (Renewal of Cost Ratio), Merupakan angka indikator yang menunjukkan
indikator kesejahteraan petani dalam budidaya tanaman pertanian. Dimana dalam
rumusannya adalah Total Pendapatan dibandingkan dengan biaya tidak tetap dan
biaya tetap dalam usaha tani. Jika angka perbandingan lebih dari 1 maka dapat
dikatakan bahwa petani mengalami keuntungan dalam berusaha tani, demikian
juga sebaliknya.
Usaha tani, adalah Kegiatan dalam bidang pertanian mulai dari sarana produksi,
produksi / budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan, pemasaran hasil, dan
jasa penunjang (UU 19/2013).
Lembaga Pembiayaan, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal untuk memfasilitasi serta
membantu Petani dalam melakukan Usaha Tani (UU 19/2013).
Halaman XII
Kelompok tani, adalah kumpulan Petani/ peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial ekonomi, sumber
daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan serta
mengembangkan usaha anggota (UU 19/2013).
Gabungan Kelompok tani, adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung
dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (UU
19/2013).
Asosiasi Komoditas Pertanian, adalah kumpulan dari petani, Kelompok Tani, dan / atau
Gabungan Kelompok Tani untuk memperjuangkan kepentingan petani (UU
19/2013).
Pelaku Usaha, adalah Setiap orang yang melakukan usaha sarana produksi pertanian,
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, serta jasa penunjang Pertanian yang
berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia (UU 19/2013).
Ketahanan Pangan
Indeks Ketahanan Pangan (IKP), adalah ukuran dari indikator yang digunakan untuk
menghasilkan nilai komposit kondisi ketahanan pangan di suatu wilayah. Penilaian
menggunakan IKP memiliki peran strategis untuk mengevaluasi capaian ketahanan
pangan dan gizi (kabupaten/kota) dan memberikan gambaran peringkat (ranking)
pencapaian ketahanan pangan wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. IKP
juga menjadi salah satu alat dalam menentukan prioritas daerah dan intervensi
program.
Desa, Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, berwewenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kawasan, Suatu wilayah yang teritorialnya didasarkan pada pengertian dan batasan
fungsional tertentu.
Mandiri Pangan, Upaya pemenuhan pangan yang dapat dicukupi oleh kemampuan
sumberdaya yang dimiliki, dilihat dari bekerjanya subsistem ketersediaan,
subsistem distribusi dan subsistem konsumsi pangan.
Desa Mandiri Pangan, Desa/ kelurahan yang masyarakatnya mempunyai kemampuan
untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem
ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi pangan dengan
memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan.
Kawasan Mandiri Pangan, Kawasan yang dibangun dengan melibatkan keterwakilan
masyarakat yang berasal dari kampung-kampung terpilih (5 kampung/desa), untuk
menegakkan masyarakat miskin/ rawan pangan menjadi kaum mandiri.
Cadangan Pangan, Cadangan Pangan Nasional adalah persediaan Pangan di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk konsumsi manusia dan untuk
menghadapi masalah kekurangan Pangan, gangguan pasokan dan harga, serta
keadaan darurat.
Ketahanan Pangan, kondisi terpenuhinya pangan bagi bagi negara sampai dengan
perorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang mengganggu,
Halaman xiii
merugikan, dan membahayakan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
Ketersediaan Pangan, adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam
negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama
tidak dapat memenuhi kebutuhan
Pangan segar, adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat
dikonsumsi langsung dan/ atau yang dapat menjadi bahan baku pengolahan
pangan
Kerawanan Pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah,
masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar
kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat.
Desa Rawan Pangan, adalah kondisi suatu daerah yang tingkat ketersediaan, akses,
dan/atau keamanan pangan sebagian masyarakat dan rumah tangganya tidak
cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan
kesehatan atau desa dengan jumlah kepala keluarga miskin > 30% (tiga puluh
persen).
Rumah Tangga Miskin (RTM), adalah rumah tangga sasaran yang ditetapkan melalui
survei DDRT dengan 13 (tiga belas) indikator kemiskinan (tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan dan tingkat pendapatan, konsumsi pangan, konsumsi non pangan,
modal {lahan, tabungan, hewan ternak}, sarana transportasi, perabotan rumah
tangga, luas tempat tinggal, kondisi tempat tinggal, sumber air minum, sumber
penerangan, asupan gizi, dan porsi pangan antar anggota rumah tangga).
Konsumsi Pangan adalah jenis dan jumlah yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan
tertentu pada waktu tertentu
Penganekaragaman konsumsi pangan adalah upaya memantapkan atau
membudayakan pola konsumsi pangan yang beranekaragam dan seimbang serta
aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi
untuk mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif
Pola Konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah
bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi/ dimakan
penduduk dalam jangka waktu tertentu.
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada
sumbangan energi dari kelompok pangan utama baik secara absolut maupun dari
suatu pola ketersediaan atau konsumsi pangan.
SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) adalah suatu rangkaian kegiatan
pengamatan situasi pangan dan gizi melalui penyediaan data/ informasi,
pengolahan data dan analisis serta rencana intervensi untuk penanganan masalah
gangguan pangan dan gizi.
SPM (Standar Pelayanan Minimal), adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal, yang kualitas pencapaiannya merupakan tolok ukur
kinerja pelayanan ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh daerah
Cadangan Beras Pemerintah Kabupaten/Kota (CBPK), adalah persediaan beras yang
dikuasai dan dikelola oleh pemerintah Daerah Kabupaten / Kota dan pemerintah
desa yang perwujudannya memerlukan inventarisasi cadangan pangan,
Halaman XIV
memperkirakan kekurangan pangan dan keadaan darurat, sehingga
penyelenggaraan pengadaan dan pengelolaan cadangan pangan dapat berhasil.
Lumbung Pangan Masyarakat, adalah lembaga yang dibentuk masyarakat desa/ kota
yang bertujuan untuk pengembangan penyediaan cadangan pangan dengan
sistem tunda jual, penyimpanan, pendistribusian, pengolahan dan perdagangan
bahan pangan yang dikelola secara kelompok.
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kawasan Pertanian Pangan berkelanjutan adalah wilayah budidaya pertanian terutama
pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung
ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan nasional.
Kelembagaan Pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola
serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota
masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di
pedesaan.
PLP2B (Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) adalah sistem dan proses
dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan
membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan
kawasannya secara berkelanjutan.
Lahan Sawah, Lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang
(galengan), saluran untuk menahan / menyalurkan air, yang biasanya ditanami
padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut.
Lahan Sawah Berpengairan (Irigasi), Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari
sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan
dikuasai Dinas PU Pengairan maupun dikelola sendiri oleh masyarakat
Lahan Sawah irigasi teknis, Lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana
saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian
air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur . Biasanya
lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh PU. (Ciri-ciri
irigasi teknis ; Air dapat diatur sampai dengan saluran tersier serta bangunan
permanennya)
Lahan Sawah Irigasi Setengah Teknis, Lahan sawah yang memperoleh irigasi dari irigasi
setengah teknis, sama halnya dengan pengairan teknis, namun dalam hal ini PU
hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur
pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak
dikuasai oleh PU
(Ciri-ciri irigasi setengah teknis : Air dapat diatur seluruh sistem, tetapi yang dapat
diukur hanya sebagian [primer/sekunder]. Bangunan sebagian belum permanen
[sekunder/tersier], primer sudah permanen).
Lahan sawah irigasi sederhana, Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi
sederhana yang sebagian jaringannya (bendungan) dibangun oleh PU. Ciri-ciri
irigasi sederhana : Air dapat diatur, bangunan-bangunannya belum/ tidak
permanen (mulai dari primer sampai tersier).
Halaman xv
Lahan sawah irigasi desa / Non PU, Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari
sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat atau irigasi desa.
Lahan bukan sawah, Lahan bukan sawah adalah semua lahan selain lahan sawah
seperti lahan pekarangan, ladang, huma, tegalan / kebun, lahan perkebunan,
kolam, tambak, danau, padang penggembalaan / rumput, lahan sementara tidak
diusahkan, rawa yang tidak bisa ditanami padi dan lainnya. Lahan yang
berdasarkan statusnya lahan sawah, tetapi sudah tidak berfungsi sebagai lahan
sawah lagi, dimasukkan ke dalam lahan bukan sawah.
Pembenihan
Benih hibrida (hybrid seed), benih yang diproduksi dengan cara penyilangan genetika
tanaman yang berbeda, yakni dari varietas atau spesies yang berbeda; hasilnya
lebih unggul dari galur induknya namun tidak dapat dipertahankan untuk generasi
berikutnya; oleh karenanya benih ini umumnya harus dibeli setiap tahun.
Irigasi
HIPPA / GHIPPA (Gabungan/Himpunan Petani Pemakai Air) atau P3A (Perkumpulan
Petani Pemakai Air) adalah wadah perkumpulan dari petani atau kelompok tani
yang mengelola air irigasi dalam suatu petak tersier atau daerah irigasi pedesaan.
Wadah ini bersifat kegotongroyongan.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang usaha pertanian
yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
Irigasi Pompa adalah irigasi yang sumber airnya bersumber dari air tanah atau air
permukaan yang dinaikan dengan menggunakan pompa beserta perlengkapannya
dan tenaga penggerak.
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu-kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturanair irigasi dimulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian, dan penggunaanya.
Jaringan Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air
di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang disebut saluran
tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang
berikut seluruh bangunan turutan serta perlengkapannya termasuk jaringan irigasi
pompa yang luas areal pelayanannya disamakan dengan area tersier.
Pertanian Organik
Pertanian organik (organic farming), suatu sistem pertanian yang mendorong
kesehatan tanah dan tanaman melalui praktek seperti pendaurulangan unsur hara
dari bahan-bahan organik (seperti kompos dan sampah tanaman), rotasi tanaman,
pengolahan yang tepat dan menghindari pupuk sintetis serta pestisida (IASA,
1990).
Organik, senyawa kimiawi apapun yang mengandung karbon atau berasal dari
organisme hidup.
Pertanian berkelanjutan (sustaniable agriculture), Pengelolaan sumber daya pertanian
untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau
meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
APPO (Alat Pembuat Pupuk Organik), terdiri dari chopper dan granulator
Halaman XVI
Pengendalian Hama Penyakit
Pengendalian hama terpadu (integrated pest management), Suatu strategi dalam
konteks lingkungan pertanian dan dinamika populasi spesies hama yang
memanfaatkan semua langkah yang cocok (biologi, genetik, mekanis, dan kimia)
dengan cara yang paling sesuai untuk mempertahankan populasi hama hingga ke
tingkatan yang tidak dapat menyebabkan kerugian ekonomis.
Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur pengendali hama penyakit
Outbreak, adalah ledakan serangan OPT yang harus segera dikendalikan agar tidak
meluas secara masif.
Mikoriza (mycorrhiza), Gabungan simbiotik dari filamen seperti benang dari suatu
jamur dengan akar tanaman yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan
kemampuan tanaman menyerap unsur hara dari tanah.
Resurjensi, Peningkatan populasi suatu hama setelah terbebas dari pengendalian
alamiah, umumnya setelah penerapan suatu pestisida yang menghancurkan
musuh alaminya.
Sistem peringatan dini (Early warning sistem), suatu mekanisme untuk menghasilka
atau diseminasikan informasi peringatan yang tepat waktu dan bermakna untuk
memampukan orang, komunitas, dan organisasi yang terancam bahaya untuk
bersiap-siap dan bertindak secara tepat dan dalam waktu yang cukup untuk
mengurangi kemungkinan kerusakan atau kerugian
Adaptasi, penyesuaian dalam sistem alamiah atau sistem manusia, sebagai respon
terhadap rangsangan atau dampak iklim yang aktual ataupun yang diperkirakan
yang mengurangi kerusakan atau mengeksploitasi kesempatan yang
menguntungkan.
Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadap tanaman, organisme pengganggu
tumbuhan, dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya organisme
pengganggu tumbuhan di lokasi tertentu.
Mitigasi adalah upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak bencana baik
bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia maupun gabungan kedua
dalam suatu negara atau masyarakat. Mitigasi berupa penyediaan informasi,
sosialisasi, antisipasi, regulasi, dan penataan kawasan rawan bencana.
Produktivitas, hubungan antara jumlah barang atau jasa yang dihasilkan dan faktor-
faktor yang dipakai untuk memproduksinya; produktivitas pertanian dapat
diungkapkan sebagai output / keluaran per unit lahan, modal, waktu curahan
tenaga kerja, energi, air, unsur hara, dan sebagainya.
Tanaman (crop), tanaman tahunan atau perenial yang dibudidayakan untuk
memberikan hasil yang dikehendaki untuk konsumsi manusia atau untuk diproses,
misalnya gabah, sayuran, umbi-umbian, bunga, buah-buahan, serat, dan bahan
bakar.
Tujuan rumah tangga petani, berkenaan dengan proses dan hasil usaha tani
merupakan pusat sekaligus obyek pengambilan keputusan. Tiap rumah tangga
dan tiap individu di dalamnya memiliki kebutuhan dan keinginan khusus. Berbagai
macam tujuan yang bisa digolongkan sebagai berikut : produktivitas, keamanan,
kesinambungan, dan identitas.
Halaman xvii
Intensifikasi, upaya meningkatkan produktivitas usahatani dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya dan penerapan komponen teknologi yang dianjurkan
secara spesifik lokasi dan efisien, dengan tujuan peningkatan produksi,
pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja dan mempertahankan
kelestarian lingkungan / sumberdaya alam.
Daya saing,merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang
memenuhi pengujiaan internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat
memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan
daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi
dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.
Penyuluhan
Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Programa Penyuluhan Pertanian Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota Adalah
program penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Pemerintah, pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota yang disusun secara sistematis dengan
memperhatikan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha, serta pemangku
kepentingan lainnya sebagai arah dan pengendali dalam pencapaian
penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian.
Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan dan Desa/Kelurahan adalah perpaduan
antara rencana kerja pemerintah dengan aspirasi pelaku utama dan Pelaku usaha,
serta pemangku kepentingan lainnya yang disusun secara sistematis, sebagai alat
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.
Potensi Usaha Tani adalah peluang usaha tani dari hulu sampai hilir yang prospektif
untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar, kondisi agrosistem setempat,
sumber daya dan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.
Rencana Definitif Kelompok (RDK) adalah rencana kegiatan kelompoktani untuk satu
tahun yang berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan
usahatani.
Pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk mengubah pola pikir Petani dalam
peningkatan usahatani, penumbuhan dan penguatan kelembagaan petani guna
meningkatkan kesejahteraannya.
Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) adalah rencana kebutuhan kelompoktani
untuk periode satu musim tanam yang disusun berdasarkan musyawarah anggota
kelompok, meliputi: kebutuhan benih, pupuk, pestisida, rhizobium, kapur, alat dan
mesin pertanian serta modal kerja untuk mendukung pelaksanaan usahatani.
Halaman XVIII
EXECUTIVE SUMMARY
Halaman xix
Stabilitas harga pangan dan pasokan pangan 100%
Pencapaian skor PPH 90%
Pengawasan dan Pembinaan keamanan pangan 80%
Penanganan Kerawanan Pangan 100%
Peningkatan PDRB
Tanaman bahan pangan 10%
Tanaman hortikultura 10%
Tanaman perkebunan 10%
Halaman XX
Halaman xxi
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO
NOMOR : 17 TAHUN 2019
XIV. DINAS KETAHANAN PANGAN TANGGAL : 21 MARET 2019
DAN PERTANIAN
I. PENDAHULUAN
Halaman 1
c) merupakan janji Bupati dan Wakil Bupati Probolinggo dalam kampanye
Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2018 ;
d) Perencanaan Partisipatif. Pendekatan perencanaan ini memperhatikan dan
mensinkronkan perencanaan dan kebijakan dari OPD lainnya, antara lain
Bappeda, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Perikanan,
Bappemas, Dinas PU dan Penataan Ruang, Dinas Lingkungan Hidup, dan
Lainnya. Selama proses penyusunan Renstra, Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian membentuk Tim Penyusun Renstra yang terdiri dari staf-staf dari
OPD lain;
e) Perencanaan Top down. Pendekatan perencanaan ini adalah mengacu kepada
kebijakan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, antara lain dari
Kementerian Pertanian RI, Kementerian Dalam Negeri RI, Bappenas,
Kementerian Keuangan RI, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Timur;
f) Perencanaan Bottom Up. Pendekatan perencanaan ini adalah memperhatikan
aspirasi dan kepentingan dari masyarakat utamanya para petani atau
masyarakat yang berhubungan dan menunjang kinerja Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo.
Halaman 2
1.2. Landasan Hukum
Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun Anggaran 2019-2023 Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo disusun dengan memperhatikan :
Halaman 3
k) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
Halaman 4
t) Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 10 Tahun 2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Probolinggo;
Halaman 5
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Renstra DKPP adalah menyajikan segala latar
belakang, permasalahan, dan pencapaian pembangunan urusan pangan dan pertanian
dengan tujuan menyusun program dan kegiatan bagi Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian untuk tahun 2019-2023.
Halaman 6
3.1. Identifikasi permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Bupati dan Wakil Bupati
Probolinggo periode 2019-2023
Halaman 7
II. GAMBARAN PELAYANAN
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
KABUPATEN PROBOLINGGO
Tabel 2.1. Aspek dan Indikator Kinerja Menurut Bidang Urusan Penyelenggaraan
Tingkat Sasaran (dampak/impact) Pemerintah Daerah
BIDANG
NO RUMUS
URUSAN/INDIKATOR
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1. Pertumbuhan PDRB PDRB(t+1) − PDRB(t) PDRB(t) x 100%, dimana:
t+1 = tahun pengamatan PDRB
t = tahun pengamatan PDRB sebelumnya
3. PDRB per kapita PDRB Penduduk Pertengahan tahun
4. Pencapaian skor Pola Pangan PPH = % Angka Kecukupan Gizi (AKG) x bobot masing-
Harapan (PPH) masing kelompok pangan
29. Penguatan cadangan pangan Jumlah cadangan pangan kabupaten 100 ton x 100%
30. Penanganan daerah rawan Menjumlahkan 3 indikator:
pangan 1. Pertanian:ketersediaan pangan
= ketersediaan : kebutuhan beras
31. Kontribusi sektor pertanian Jumlah Kontribusi PDRB dari sektor pertanian Jumlah
terhadap PDRB PDRBx100%
33. Produksi sektor pertanian Jumlah produksi komoditas pertanian/ton
36. Kontribusi Produksi Jumlah Produksi padi/bahan pangan utama lokal hasil
kelompok petani terhadap kelompok petani (ton) Tahun n Jumlah produksi
PDRB padi/bahan pangan utama di daerah (ton)Tahun
nx100%
ASPEK DAYA SAING DAERAH
1. Pengeluaran konsumsi Total Pengeluaran RTJumlah RT
rumah tangga per kapita
2. Nilai tukar petani Indeks yang diterima petani (lt) Indeks yang dibayar
petani (lb) x 100
ASPEK PELAYANAN UMUM
Layanan Urusan Wajib Non Dasar
3. Pangan
3.1. Ketersediaan pangan utama Rata-rata jumlah ketersediaan pangan utama per Tahun
(kg) Jumlah penduduk x 100%
Halaman 8
3.2. Ketersediaan energi dan Ketersediaan energi (kkal /kapita /hari): Ketersediaan
protein perkapita pangan/kapita /hari X Kandungan Kalori X BDD100
Ketersediaan Protein (gram/kapita/hari): Ketersediaan
pangan/ kapita/hari X Kandungan Protein X
BDD100
3.3. Pengawasan dan pembinaan Jumlah sampel pangan yang aman dikonsumi di
keamanan pangan pedagang pengumpul di satu tempat sesuai standar
yang berlaku dalam kurun waktu tertentu Jumlah total
sampel pangan yang diPerdagangkan pengumpul di
suatu wilayah menurut ukuran yang telah ditetapkan
dalam kurun waktu tertentu x100%
Layanan Urusan Pilihan
2. Pertanian
2.1. Kontribusi sektor pertanian Jumlah Kontribusi PDRB dari sektor pertanian Jumlah
terhadap PDRB PDRB x100 %
2.4. Kontribusi Produksi Jumlah Produksi padi/bahan pangan utama lokal hasil
kelompok petani terhadap kelompok petani (ton) Tahun n Jumlah produksi padi
PDRB /bahan pangan utama di daerah (ton) Tahun n x 100 %
2.5. Produktivitas padi atau Produksi tanaman padi/bahan pangan utama lokal
bahan pangan utama lokal lainnya (ton) Luas areal tanaman padi / bahan pangan
lainnya per hektar utama lokal lainya (ha) x 100 %
2.6. Cakupan bina kelompok Jumlah kelompok petani yang mendapatkan bantuan
petani pemda Tahun n jumlah kelompok tani x100 %
Sumber : Lampiran Permendagri No 86 tahun 2017.
Target dari aspek-aspek tersebut diatas akan berusaha dicapai dengan nilai
yang terbaik, beberapa aspek sudah ditetapkan siapa yang akan menjadi
pengampunya. Terdapat beberapa aspek yang akan ditangani oleh Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian sesuai dengan kewenangan dan perangkat yang telah diberikan
.
2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo
Halaman 9
Tabel 2.2. Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pangan
NO SUB URUSAN KABUPATEN/KOTA
Penyelenggaraan Penyediaan infrastruktur dan seluruh pendukung kemandirian
1. Pangan Berdasarkan pangan pada berbagai sektor sesuai kewenangan Daerah
Kedaulatan Dan kabupaten/kota.
Kemandirian
Halaman 10
b. Pengawasan pemasukan hewan dan produk hewan ke
Daerah kabupaten/kota serta pengeluaran hewan dan
produk hewan dari Daerah kabupaten/kota.
c. Pengelolaan pelayanan jasa laboratorium dan jasa
medik veteriner dalam Daerah kabupaten/kota.
d. Penerapan dan pengawasan persyaratan teknis
kesehatan masyarakat veteriner.
e. Penerapan dan pengawasan persyaratan teknis
kesejahteraan hewan.
4. Pengendalian dan a) Pengendalian dan penanggulangan bencana
Penanggulangan pertanian kabupaten/kota.
bencana pertanian
5. Perizinan Usaha a. Penerbitan izin usaha pertanian yang Penerbitan izin
Pertanian usaha pengecer (toko, retail, sub distributor) obat
hewan. kegiatan usahanya dalam Daerah
kabupaten/kota.
b. Penerbitan izin usaha produksi benih/bibit ternak dan
pakan, fasilitas pemeliharaan hewan, rumah sakit
hewan/pasar hewan, rumah potong hewan.
c.
6. Karantina Pertanian
Pelaksanaan
karantina hewan
dan tumbuhan.
7. Varietas Tanaman
Penyelenggaraan
perlindungan
varietas tanaman
(PVT).
Sumber : Lampiran UU No 23 Tahun 2014.
Halaman 11
ii. Fungsi :
(1) Perumusan kebijakan dibidang Ketahanan Pangan, Pertanian dan
Perkebunan;
(2) Pelaksanaan kebijakan dibidang Ketahanan Pangan, Pertanian dan
Perkebunan;
(3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang Ketahanan Pangan,
Pertanian dan Perkebunan;
(4) Pelaksanaan administrasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian;
(5) Pembinaan terhadap UPT dan Kelompok Jabatan Fungsional Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian ;
(6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati.
Sekretariat
Halaman 12
Bidang Ketahanan Pangan
Halaman 13
Bidang Perkebunan
i. Tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang perkebunan;
ii. Fungsi :
(1) Penyusunan kebijakan perbenihan, produksi dan perlindungan, di
bidang perkebunan;
(2) Perencanaan kebutuhan dan penyediaan benih di bidang perkebunan;
(3) Pengawasan peredaran dan sertifikasi benih di bidang perkebunan;
(4) Pemberian bimbingan penerapan peningkatan produksi di bidang
perkebunan;
(5) Pengendalian dan penanggulangan hama penyakit, penanggulangan
bencana alam, dan dampak perubahan iklim di bidang perkebunan;
(6) Pemberian bimbingan produksi, mutu ,dan pascapanen di bidang
perkebunan;
(7) Pemantauan dan evaluasi di bidang perkebunan;
(8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Halaman 14
(7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian
i. Tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis program bidang
sarana dan prasarana pertanian;
ii. Fungsi :
(1) Penyusunan kebijakan di bidang prasarana, dan sarana pertanian;
(2) Penyediaan dukungan infrastruktur pertanian;
(3) Pengembangan potensi dan pengelolaan lahan dan irigasi
pertanian;
(4) Penyediaan dan pengawasan penyaluran pupuk, pestisida, serta alat
dan mesin pertanian;
(5) Pemantauan dan evaluasi di bidang prasarana, sarana dan pertanian;
dan;
(6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Halaman 15
b. Struktur Organisasi
Halaman 16
2.2. Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Sumber daya DKPP terdapat 3 jenis yaitu Sumber Daya Manusia, Aset/
Permodalan, dan Unit Usaha yang masih Operasional dimana ketiganya digunakan
untuk menunjang kinerja.
Halaman 17
Gambar 2.3. Komposisi tingkat pendidikan di DKPP Tingkat pendidikan 111 orang
PNS di DKPP terdapat 4 tingkatan,
dimana tingkat pendidikan S1 dan S2
paling banyak keberadaannya. Untuk
Jenis pendidikan S1 hampir semuanya
adalah jurusan Pertanian atau jurusan
yang serumpun dengan pertanian
sehingga sangat berfungsi dalam
menunjang penanganan urusan pangan
dan pertanian. Beberapa personel sudah
menduduki jabatan yang sesuai dengan
kompetensi pendidikannya. Sehingga
memudahkan dalam pencapaian kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Sumber daya manusia di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian saat ini
sangat tidak memadai, dimana dalam pelaksanaan tugas sangat memerlukan keahlian
yang sangat spesifik. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah Fungsional
Pelaksana seperti analisis komsumsi pangan, analisis ketersediaan pangan, ataupun
analisis ketahanan pangan. Namun SDM yang sudah diplot tersebut belum
mendapatkan pembekalan yang sesuai untuk menunjang kompetensinya dalam
berkinerja.
b. Aset / modal
Semua aset di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian digunakan sebagai
penunjang kinerja dimana aset ini berupa barang berwujud dan tidak berwujud.
Sebagian besar nilai aset adalah aset tetap yang dalam hal ini adalah tanah, gedung/
bangunan, jaringan jalan, dan jaringan irigasi. Selain aset tetap tersebut terdapat aset
yang berupa sarana perkantoran , software, tanaman hidup (pohon), pompa air,
handtraktor, dan peralatan alsintan lainnya.
Aset Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo terletak
di semua kecamatan, seperti misalnya bangunan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
Halaman 18
Tabel 2.5. Lokasi aset Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo
Halaman 19
Tabel 2.6. Neraca Keuangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian - Per 31 Desember 2018
KEWAJIBAN DAN
ASET TAHUN 2018 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2017
EKUITAS DANA
ASET LANCAR KEWAJIBAN
Persediaan 164.405.170,00 248.300.000,00 JANGKA PENDEK
Jumlah aset lancar 164.405.170,00 248.300.000,00 Utang beban 27.663.709,00 23.594.620,00
Utang jangka
0,00 0,00
ASET TETAP pendek lainnya
Tanah 1.891.074.275,67 5.543.633.941,67 Jumlah kewajiban
27.663.709,00 23.594.620,00
Peralatan dan Mesin 16.706.711.758,84 16.943.404.058,84 jangka pendek
Gedung dan Bangunan 23.529.989.550,00 23.529.989.550,00
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5.644.134.000,00 5.644.134.000,00
Aset Tetap Lainnya 2.877.719.965,00 2.877.719.965,00
Konstruksi Dalam
Pengerjaan 0,00 0,00
Akumulasi Penyusutan (20.794.258.109,98) (18.652.229.834,69) EKUITAS 30.168.267.100,53 36.322.945.160,82
Jumlah aset tetap 29.855.371.439,53 35.886.651.680,82 Jumlah ekuitas 30.168.267.100,53 36.322.945.160,82
ASET LAINNYA
Aset Tidak Berwujud 59.177.800,00 94.611.700,00
Aset Lain-lain 116.976.400,00 116.976.400,00
Jumlah aset lainnya 176.154.200,00 211.588.100,00
JUMLAH KEWAJIBAN
JUMLAH ASET 30.195.930.809,53 36.346.539.780,82 30.168.267.100,53 36.346.539.780,82
DAN EKUITAS DANA
Sumber : Subbag Keuangan DKPP Kab Probolinggo (2018)
Halaman 20
Tabel 2.7. Daftar dan nilai aset yang dimiliki oleh DKPP Tahun 2017
ASET
Tanah 5.544.633.941,67
Tanah Sawah Satu Tahun Ditanami 4 lokasi
Tanah Ladang 2 lokasi
Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa 28 lokasi
Tanah Kosong
Peralatan dan Mesin
Alat-Alat Berat 210.740.000
Alat-Alat Angkutan Mobil
Motor 2
Motor Roda 3
Alat Bengkel dan Alat Ukur 385.771.000,00
Alat Pertanian 5.128.022.544,00
Alat-Alat Kantor dan Rumah Tangga 25 lokasi
Alat Studio dan Alat Komunikasi 25 lokasi
Alat Laboratorium 388.064.036,00
Alat Keamanan 12.950.000,00
Gedung dan Bangunan 23.694.419.550,00
Bangunan Gedung 28 lokasi
Jalan, Jaringan dan Instalasi 5.644.134.000,00
Jalan dan Jembatan 2.153.320.000,00
Bangunan Air (Irigasi) 3.319.364.000,00
Instalasi 97.450.000,00
Jaringan 74.000.000,00
Selain aset tetap terdapat aset yang berupa barang bergerak seperti
kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor roda 2, dan kendaraan roda 3), laptop,
hand traktor, dan lainnya.
Selain aset yang dimiliki oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo juga terdapat aset yang dimiliki oleh Kementerian Pertanian
RI dan Provinsi Jawa Timur yang dimanfaatkan oleh para pegawai Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo, seperti misalnya sepeda motor yang
banyak dipakai oleh para PPL.
Unit usaha Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian terdapat 2 jenis, yaitu UPT
dan aset yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan UPT yang menjadi Unit usaha
saat ini adalah UPT Produksi Benih Tanaman Pangan dan UPT Produksi Benih Tanaman
Halaman 21
Hortikultura. Untuk non UPT berupa penyewaan peralatan alat mesin pertanian dan
Gudang Pangan sebagai cadangan pangan pemerintah daerah.
Halaman 22
Sumber Air / sumur bor 2 Titik Masih kurang 2 Titik lagi
Selang/Terpal lipat 100 m Masih kurang 300 m lagi
Saluran irigasi 400 m Masih kurang 200 m dan
kondisi saluran masih belum
diplengseng.
SARANA TRANSPORTASI
Sepeda motor roda 2 2 Unit
Sepeda motor roda 3 2 Unit
Mobil Pick Up 1 Unit
SARANA PROSSESING
Separator 1 unit
Blower 1 unit
Mesin Jahit 1 unit
Timbangan 1 unit
Pengukur kadar air 1 unit
Halaman 24
Tabel 2.11. Perkembangan Pembiayaan Unit Pembenihan Kentang Desa
Cepoko Kecamatan Sumber Tahun 2008-2018
Sarana dan Prasarana UPTD Alat Pembenihan Buah/ Hortikultura pada Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo, dengan lokasi di Kecamatan
Lumbang Desa Lumban kuning terdiri dari :
1) Luas lahan 20.000 Ha
2) Bangunan seluas 150 m2
3) Sarana Kantor : kursi, meja, almari.
4) Pagar 1.000 m
5) Sumur dalam 1 unit
Halaman 25
6) Screen house
7) Rak pembenihan
8) Pohon induk tanaman buah
i. Alpokat = 100 pohon
ii. Manggis = 10 pohon
iii. Mangga = 20 pohon
9) Pompa air
10) Cangkul
Gudang Pangan
Gudang pangan yang terletak di Desa Sidodadi Kecamatan Paiton ini berfungsi
sebagai gudang cadangan pangan milik pemerintah, dimana selama ini digunakan
untuk menyimpan beras yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Gudang ini dikelola
oleh Seksi Ketersediaan Pangan Bidang Ketahanan Pangan DKPP.
Untuk saat ini peralatan yang dimiliki oleh Gudang Pangan masih memadai,
dimana peralatan tersebut antara lain lantai jemur, mesin pengering, dan peralatan
penjemuran. Namun yang diperlukan lebih jauh adalah biaya pengelolaannya.
Luas lahan
Halaman 26
2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian kurun waktu 2014-2018 lebih
ditekankan kepada pencapaian ketahanan pangan dan peningkatan produksi tanaman
pertanian. Untuk urusan ketahanan pangan banyak yang harus dicapai, hal ini terjadi
karena dengan adanya ketentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dicapai
dalam Ketahanan Pangan. Ketetapan tersebut dalam pencapaiannya ditentukan dalam
tahun 2015, hal ini juga mengacu kepada MDG’s, dalam pelaksanaan masih banyak
belum tercapai. Beberapa diantaranya adalah cadangan pangan yang belum optimal,
akses pangan belum optimal, dan masih banyak desa yang rawan pangan.
Sedang untuk urusan pertanian, produksi pertanian cenderung stagnan dan
mengalami fluktuasi yang sangat tinggi. Selama kurun waktu 2014-2018 banyak yang
terjadi dengan tingkat produksi tanaman pertanian, dimana faktor iklim yang tidak
menentu menjadi tingkat produksi tanaman pertanian mengalami pasang-surut.
Selain SPM Ketahanan Pangan yang digunakan sebagai pedoman maka beberapa
pedoman pencapaian kinerja yaitu Indikator Kinerja Utama (Tujuan dan Sasaran) dan
Indikator Kinerja Kunci.
Halaman 27
Tabel 2.14. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo tahun 2014-2018
Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi Perangkat Target Target Renstra Perangkat Daerah Tahun Realisasi Capaian Tahun Rasio Capaian padaTahun (%)
Daerah1 NSPK 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
Urusan Ketahanan Pangan (SPM)
Ketersediaan energi dan protein per kapita (%) 90% 100 90 90 90 100 90 90 90 100 100 100 100 100 100
Penguatan cadangan pangan (100 ton) 60% 100% 100% 100% 100% 5% 60% 23% 23% 0 48 63 23 22
Ketersediaan informasi pasokan harga dan 90%
100% 100% 100% 100% 84% 84% 84% 84% 84 84 84 84
akses pangan didaerah
Stabilitas harga dan pasokan pangan 90% 95% 95% 95% 95% 1x 1x 1x 1x
Pencapaian skor pola pangan harapan (PPH 90%
74% 85% 85% 85% 62 69% 72% 72% 84 81 85 85
konsumsi)
Pengawasan dan pembinaan keamanan 80%
50% 50% 5% 5% 5%
pangan
Penanganan kerawanan pangan 60% 5% 5% 5% 5% 0% 0% 0% 3% 3% 0 0 60 60 60
Regulasi ketahanan pangan ada ada ada ada ada 1 perbup 1 perbup
Ketersediaan pangan utama (ton) 124.688 124.688 124.688 124.688 124.688 191.825 196.145 198.796 203.316
Urusan Pertanian
Peningkatan produksi Tanaman (ton)
Padi 315.515 326.784 332.418 338.052 360.423 335.233 354.121 361.736 312.127 286.828 106 108 109 92 80
Jagung 331.387 338.150 344.913 351.676 360.921 251.004 247.317 255.791 256.237 189.566 76 73 74 73 53
Ubi Kayu 140.227 140.232 140.235 140.240 140.455 119.578 102.869 93.219 52.700 52.920 85 73 66 38 38
Alpokat 6.519 6.519 6.519 6.519 7.450 4.234 4.441 3.622 1.251 21.144 65 68 56 19 284
Mangga 21.434 25.074 22.911 15.720 26.118
Bawang merah 48.900 48.900 52.975 57.050 65.260 61.154 49.023 44.734 50.632 56.060 125 100 84 89 86
Kentang 61.165 70.575 75.280 79.985 74.574 40.090 41.054 32.949 49.054 25.266 66 58 44 61 34
Kobis 41.282 42.340 44.457 46.574 48.762 15.920 17.893 33.132 45.378 3.796 39 42 75 97 8
Tembakau 13.228 10.026 9.716 12.844 12.456
Tebu 251.744 171.364 171.364 155.260 125.812
Kopi
1Tahun 2014-2016 pelaksanaan program kegiatan dikerjakan oleh Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluh Pertanian, Dinas Pertanian, dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Halaman 28
Tabel 2.15. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan DKPP Kabupaten Probolinggo (2014-2023)
Anggaran Tahun (Rp juta) Realisasi Anggaran tahun (Rp juta) Rasio Realisasi dan Anggaran Rerata pertum buhan
No U raian nama Program
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 Anggaran Realisasi
Pelayanan Adm inistrasi
1 1.658 2.070 2.952 1.714 1.692 1.557 1.903 2.760 1.159 1.590 94,0% 91,9% 93,5% 67,6% 94,0% 9 8
Perkantoran
Peningkatan Sarana Dan
2 Prasarana Aparatur 413 470 901 219 417 410 422 814 213 392 99,3% 89,7% 90,4% 97,2% 94,0% 1 -4
6 Peningkatan Kesejahteraan Petani 602 805 1.781 585 781 1.721 97,1% 97,0% 96,6% -151 -146
Pem berdayaan Penyuluh
7 Pertanian 4.502 4.369 2.633 4.367 4.245 2.600 97,0% 97,1% 98,8% -1.126 -1.092
Peningkatan Produksi.
9 Produktiv itas dan Mutu Kom oditi 3.532 4.128 4.116 3.397 4.065 4.018 96,2% 98,5% 97,6% -883 -849
Pertanian
Pem binaan Lingkungan Sosial di
10 Kaw asan Industri Hasil Tem bakau 2.075 3.700 1.000 1.723 3.630 975 83,0% 98,1% 97,5% -519 -431
14 Peningkatan Produksi Perkebunan 1.305 1.581 1.189 1.210 1.464 1.003 92,7% 92,6% 84,3% -326 -303
Peningkatan Sarana Prasarana
15 Perkebunan 464 400 497 452 374 372 97,5% 93,6% 74,9% -116 -113
19 Perlindungan Tanam an 550 834 409 532 805 353 96,7% 96,6% 86,3% -138 -133
20 Perkebunan
Peningkatan Kualitas Bahan Baku 3.500 1.500 3.270 1.410 93,4% 94,0% 375 353
Peningkatan SDM dan
21 686 97,8% 94,0% 183 172
Kelem bagaan Petani 611 730 598
22 Peningkatan Konsum si Pangan 400 98,2% 94,0% 106 100
137 425 135
23 Pengelolaan Cadangan Pangan 120 150 116 141 96,7% 94,0% 38 35
Penyediaan Insfrastruktur
24 244 99,8% 94,0% 65 61
Kem andirian Pangan 102 260 102
25 Peningkatan ketahanan Pangan 940 99,0% 94,0% 250 235
400 1.000 396
26 Peningkatan Sarana Pertanian 983 94,6% 94,0% 262 246
613 1.046 580
27 Peningkatan Prasarana Pertanian 2.663 99,4% 94,0% 708 666
5.520 2.834 5.485
Pengendalian Penanggulangan
28 Bencana dan Perijinan Usaha 1.754 98,3% 94,0% 466 438
1.349 1.866 1.326
24.162 49.056 29.694 14.523 12.178 22.403 46.682 27.558 13.579 11.447 92,7% 95,2% 92,8% 93,5% 94,0% -2.996 -2.739
Halaman 29
Pembangunan pertanian tahun 2015 mendapatkan perhatian yang cukup
besar, dimana anggaran tahun 2015 mendapatkan alokasi pagu yang sangat besar
dari pemerintah pusat melalui DAK (Dana Alokasi Khusus), dimana anggaran tersebut
digunakan untuk pembangunan jaringan irigasi, pembangunan sumber air irigasi
pertanian, dan jalan usaha tani.
Dari kegiatan tersebut terjadi peningkatan luas tanam tanaman padi yang
cukup signifikan antara tahun 2015 dan tahun 2016, peningkatan luas tanam ini
berdampak kepada peningkatan produksi tanaman padi. Kondisi ini didukung oleh
iklim yang menunjang selama tahun 2015-2016 dimana terjadi kemarau basah.
Sehingga ketersediaan air tercukupi .
Mulai tahun 2017, 3 OPD bergabung menjadi satu yaitu Badan Ketahanan
Pangan dan PPP, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan Kehutanan. Namun
bergabungnya ketiga OPD tidak menjadikan anggaran menjadi lebih besar, malahan
anggaran menjadi lebih kecil secara signifikan, hal ini terjadi karena pemerintah
Kabupaten Probolinggo memprioritaskan pembangunan kepada infrastruktur yang
sangat memerlukan dana yang sangat besar. Infrastruktur ini adalah pembangunan
jalan di seluruh Kabupaten Probolinggo.
Tabel 2.16. Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Realisasi Nasional Tahun 2017
Dari Tabel 2.16 terlihat bahwa secara umum kinerja sektor pertanian
semakin sulit untuk dicapai. Produksi padi Kabupaten Probolinggo merupakan 0,3 %
dari produksi nasional dan produksi jagung Probolinggo merupakan 0,91% dari
produksi jagung nasional, sedangkan untuk bawang merah adalah 3,2 %. Dari data
Halaman 30
tersebut terlihat bahwa Kabupaten Probolinggo hanyalah merupakan salah satu
daerah yang menopang keberadaan komoditas nasional yang menjadi perhatian
pemerintah. Selama beberapa tahun terakhir pemerintah telah menetapkan target
peningkatan produksi tanaman pertanian yang tinggi, dimana dalam penentuan
target disertai dengan bantuan sarana dan teknologi pertaniian yang cukup masif,
namun dalam realisasinya sebagaimana terlihat pada tabel 2.16. sulit dicapai. Selama
beberapa tahun memang terlihat bahwa tanaman padi mengalami kenaikan produksi
secara berkelanjutan, namun terdapat titik-titik waktu tanaman padi mengalami
penurunan. sedangkan untuk tanaman lain terjadi kecenderungan yang penurunan
ataupun keberadaan tidak ada lagi (jumlah menurun sangat signifikan, misalnya
kedelai). Beberapa komoditi mendapatkan program seperti jagung, bawang merah,
kopi, cabe mengalami kenaikan pada 3-4 tahun terakhir, namun kenaikan sangat
kecil.
Sedangkan untuk tanaman lain yang tidak tercantum di data ini jumlahnya
sangat kecil, tanaman hias, tanaman biofarmaka, tanaman perkebunan mengalami
kenaikan dan penurunan setiap tahun dalam jumlah produksi.
Halaman 31
Tabel 2.18. Luas Areal Panen Tanaman Pertanian di Kabupaten Probolinggo
No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Padi Ha 51.811 52.521 53.963 60.227 57.089 60.969 60.114 64.623 66.571 61.058 56.109
2. Jagung Ha 63.071 67.340 73.679 70.235 71.198 69.319 59.498 57.899 59.859 58.149 43.019
3. Ubi Kayu Ha 18.028 8.287 9.422 7.849 8.048 7.704 6.206 6.559 4.446 2.154 2.163
4. Ubi Jalar Ha 114 79 92 26 37 28 121 12 0 0 0
5. Kedele Ha 2.404 3.092 2.217 733 420 258 184 494 91 25 1.006
6. Kacang Tanah Ha 3.277 3.586 3.695 3.079 2.274 3.660 1.969 2.067 1.973 1380 1.026
7. Kacang Hijau Ha 440 614 746 785 811 477 310 267 120 2064 194
8. Sorghum Ha 16 23 37 28 10 31 16 4 16 0 0
9 Bw. Merah Ha 6.354 5.201 5.049 3.428 3.921 5.459 6.850 5.552 5.529 7.416 7.234
10 Bw. Putih Ha 16 8 8 - 0 2 1 2 2 62
11 Bw. Daun Ha 950 1085 1466 1685 3096 2521 1616 2223 2719 1665 2.143
12 Kentang Ha 2539 3029 3148 1094 4013 4541 4158 3920 3906 3483 2.845
13 Kubis Ha 2509 2622 2831 1392 2490 1693 1051 1499 2803 2685 2230
14 Petsai/ Sawi Ha 40 37 42 20 47 8 113 124 222 211 174
15 Wortel Ha 204 182 194 200 675 339 223 158 265 209 288
16 Cabe Besar Ha 850 158 608 383 560 949 268 137 224 382 795
17 Cabe Rawit Ha 656 498 2.279 3.545 3.377 3.505 1.488 1.020 1.854 2.846 2.873
18 Tomat Ha 98 67 200 114 3377 300 104 52 113 75 34
19 Terung Ha 41 26 106 67 344 58 13 10 13 15 29
20 Timun Ha 26 26 17 32 69 7 3 5 7 8 12
21 Labu Siam Ha 32 28 274 265 289 293 36 12 63 68 63
22 Alpukad Pohon 80.085 99.001 84.703 74.740 96.678 90.384 9086 132.799 110.453 80.137 262.395
23 Blimbing Pohon 12.610 8.768 10.200 9.739 10.097 5.418 2 7.198 7.274 4.813 5.253
24 Duku Pohon 52 383 14 356 5502 704 0 556 1053 51 1.950
25 Durian Pohon 55.902 68553 71724 69236 75452 74345 1313 92929 86768 46782 180.336
26 Jambu Biji Pohon 31.310 46524 40106 19179 17962 14983 691 15291 12320 30732 36.796
27 Jambu Air Pohon 6505 4656 5609 9135 5076 5237 10 5024 5420 9350 5.147
28 Jeruk Keprok Pohon 12453 15973 12721 3970 7961 5888 550 12338 11851 5965 12.947
29 Jeruk Besar Pohon 2519 1045 701 689 951 802 600 890 754 769 586
Halaman 32
No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
30 Mangga Pohon 987.164 1.035.768 788.669 970.640 1.066.664 431.078 1.439 645.932 689.813 626.488 596.622
31 Manggis Pohon 1223 1978 2153 2841 2637 6375 1010 10024 9323 1890 14.652
32 Nangka Pohon 37925 46090 49933 33086 37757 24110 282 44539 44247 35379 51.019
33 Nenas Pohon 422 604 372 140 148 296 120 2780 405 1057 3.244
34 Pepaya Pohon 55195 58439 62467 101.115 52296 32285 8446 73419 63253 39029 41.825
35 Pisang Pohon 989890 926226 908342 900182 836057 801023 20555 1181588 1270876 968.354 1.220.857
36 Rambutan Pohon 36318 20500 29153 27512 24222 1.1964 45 28.151 14.818 11.114 26241
37 Salak Pohon 14520 18306 20301 8888 15046 7509 0 11348 11624 198 18274
38 Sawo Pohon 9110 8656 6879 7417 5546 0 6837 8346 7819 7846
39 Sirsak Pohon 13564 13634 8341 8694 4855 25 9319 6121 14.344 12.928
40 Sukun Pohon 2286 2947 1881 3524 2302 500 3611 3781 3284 4.704
41 Anggur Pohon 7818 5027 5290 2078 1300 660 100 1464 548 188 1530
42 Semangka Ha 57 171 134 58 65 92 64 32 84 225 71
50 Tebu Ha 2013,7 1264,84 1388,66 1388,66 3058,45 3662,37 4212,14 2787,62 2787,62 2117,25 1.565
51 Tebkau Paiton vo Ha 13011 10481 11055,95 13058,8 13512,95 11107,95 11687,3 13000 8349 7784,6 9.205
52 Tembakau Kasturi Ha 0 0 0 0 0 0 115 0 5 5 14
53 Tembakau Jawa Ha 0 0 0 0 0 0 504 0 338 540 809
56 Aren Ha 293 186,36 7,81 186,5 186,6 183,7 183,7 239,96 247,06 121
57 Asam jawa Ha 6354 5049 117,74 117,37 89,49 101,014 94,573 193 264
58 Cengkeh Ha 717 394,5 114,95 454,15 392,45 486,85 392,45 654,15 691,4 435 329
59 Jambu Mete Ha 2,5 2,5 2,8 17,731 17,731 17,731 17,73 17,73 7,1 6
61 Jarak pagar Ha 24 10,06 12,72 17 19,1 24,096 19,4 19,87 18,97 65 1.354
63 Kapok Randu Ha 4078 1021,22 1001,26 987,445 1015,57 1.010,52 845,08 1137,39 491,869 315,092 677
66 Kelapa Ha 2448 1484,7 1254,95 1580,21 1695,96 1.433,89 1756,87 1697,85 2101,22 1488 1779
69 Kopi Arabika Ha 228,3 228 228 902 420
70 Kopi Robusta Ha 1.959 2.560 2.443 2.451 1.751 3.486 2.265 4.002 4.130 2852 2.159
71 Lada Ha 950 1466 1,43 1,43 1,43 0 0 0 2
76 Pinang Ha 255 14,1 40,47 183,18 194 272 189,8 288,7 110,75 634
78 Teh Ha 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo (2018)
Halaman 33
Dalam pencapaian kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mengalami
permasalahan Penerapan Teknologi Pertanian, Di Kabupaten Probolinggo penerapan
teknologi pertanian belum optimal sebagaimana penjelasan berikut ini :
1. Teknologi alat mesin pertanian,
Pada tahun 2015-2018 cukup banyak bantuan alat mesin pertanian yang
diberikan kepada kelompok tani dengan berbagai model, namun penggunaan
masih sangat kurang / belum optimal.
Halaman 34
Dari tabel di atas terdapat perubahan pola budidaya tanaman pertanian
dalam kurun waktu 5 tahun, beberapa peralatan yang tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman akan menurun jumlahnya ataupun hilang. Beberapa
peralatan yang meningkat jumlahnya secara signifikan adalah handtraktor,
rice transplanter, dan combine harvester. Dalam perkembangan para
Operator dari alat mesin pertanian ini terdapat kecenderungan menjadi
kelembagaan tersendiri sebagai penyedia jasa pertanian / jasa sewa menyewa
alsintan (wirausaha baru). Tahun 2013 terdapat UPJA sebanyak 77 unit
sedangkan tahun 2018 terdapat 119 unit.
Walaupun jumlah mesin pertanian yang canggih seperti Rice transplanter dan
combine harvester meningkat secara signifikan namun dalam praktek
pemanfaatannya masih sangat kurang. Hal ini karena terkendala dengan :
Ketidaksesuaian spesifikasi mesin dengan kondisi di lapangan.
Terjadinya kerusakan sparepart sehingga kelompok tani belum dapat
mengantikannya.
Masih adanya penolakan dari tenaga kerja tanam dan panen.
Belum tersedianya jalan usaha tani yang bisa digunakan untuk masuk ke
sawah, sedangkan di lahan sekitarnya masih banyak petani yang belum
waktunya panen.
Sering terjadi pencurian alat dan mesin pertanian, misalnya mesin
handtraktor, pompa air, jaring pengendali OPT, dan lainnya.
2. Teknologi perbenihan.
Teknologi perbenihan di Kabupaten Probolinggo telah ada namun masih belum
semaju teknologi yang dimiliki oleh swasta. Secara umum Penggunaan benih
bawang merah meningkat jumlahnya, namun produktivitas bawang merah
mengalami penurunan, sehingga memerlukan benih yang semakin lebih besar
dalam waktu 5 tahun terakhir. Selama kurun waktu 5 tahun terdapat
perubahan penggunaan benih kentang G4 menjadi G1 dan G2. Sehingga pada
tahun 2015 mengalami kesulitan dalam penyediaan benih.
Halaman 35
padahal Teknologi ini sebenarnya bisa membantu peningkatan pendapatan
para petani secara signifikan. Di Kabupaten Probolinggo semakin banyak yang
melakukan sistem Tebasan hasil panen pertanian, sehingga tidak memerlukan
sarana pasca panen dan pengolahan.
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo
Tantangan
Produksi, produktivitas, dan mutu komoditas pertanian cenderung
stagnan
Perundang-undangan tentang pangan dan pertanian belum diterapkan
secara optimal
Penerapan alat mesin pertanian belum optimal, beberapa tahun yang
lampau sudah ada alat mesin yang dibantukan oleh pemerintah namun
sebagian penggunaan belum optimal (malahan mangkrak) karena tidak
sesuai dengan kondisi di lapangan.
Topografi di Probolinggo mempunyai potensi dalam mengembangkan
pertanian, menurut keadaan fisik wilayah bentuk permukaan daratan di
Kabupaten Probolinggo diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
1) Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 m diatas
permukaan laut. Daerah ini membentang di sepanjang pantai utara
mulai dari Barat ke Timur kemudian membujur ke Selatan
2) Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 – 1.000 m diatas
permukaan laut. Daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah
sepanjang Pegunungan Tengger serta pada bagian selatan sisi Timur
sekitar Gunung Lamongan
3) Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari
permukaan laut. Daerah ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu
sekitar Pegunungan Tengger dan sebelah Tenggara yaitu di sekitar
Gunung Argopuro.
Halaman 36
Tabel 2.20. Luas Daerah Berdasarkan Kemiringan Tanah Kabupaten Probolinggo (Ha)
Kemiringan
Kecamatan
0–2% 2 – 15 % 15 – 40 % > 40 % Jumlah (Ha)
Sukapura 856,56 541,58 414,69 8.395,70 10.208,53
Sumber - 349,89 1.858,58 11.979,66 14.188,13
Kuripan 616,29 5.908,05 150,42 - 6.674,76
Bantaran 2.807,70 1.158,21 201,10 45,82 4.212,83
Leces 1.834,57 1.846,40 - - 3.680,97
Tegal Siwalan 2.790,49 1.348,00 35,07 - 4.173,56
Banyuanyar 1.716,98 2.816,67 8,88 27,10 4.569,63
Tiris 231,81 4.213,28 2.356,73 9.764,87 16.566,69
Krucil - 197,87 8.164,83 11.889,96 20.252,66
Gading 727,29 5.315,90 1.368,53 7.272,92 14.684,64
Pakuniran 1.784,29 1.463,37 1.949,72 6.187,62 11.385,00
Kotaanyar 1.491,58 1.267,20 650,69 848,53 4.258,00
Paiton 4.411,57 557,10 219,03 140,24 5.327,94
Besuk 2.579,23 924,40 - - 3.503,63
Kraksaan 3.779,75 - - - 3.779,75
Krejengan 3.328,61 114,23 - - 3.442,84
Pajarakan 2.134,35 - - - 2.134,35
Maron 3.567,63 1.493,06 78,58 - 5.139,27
Gending 3.001,48 660,00 - - 3.661,48
Dringu 3.034,96 78,58 - - 3.113,54
Wonomerto 2.317,50 1.942,50 222,00 84,84 4.566,84
Lumbang 2.317,50 2.256,87 2.690,67 2.185,95 9.271,00
Tongas - 7.163,20 599,00 33,00 7.795,20
Sumberasih 2.920,41 105,00 - - 3.025,41
Jumlah (Ha) 48.070,55 41.721,36 20.968,52 58.856,22 169.616,65
Prosentase (%) 28,34 24,60 12,36 34,69 100,00
Sumber: Kabupaten Probolinggo dalam Angka Tahun 2017
Jika dilihat dari kemiringan banyak lahan yang tidak sesuai budidaya
pertanian, namun kemiringan seperti tersebut bisa dimanfaatkan untuk
tanaman tahunan.
Peluang
Permintaan komoditi pertanian cenderung naik, dan tingkat harga
komoditi akan lebih tinggi lagi
Pembangunan di desa mulai diperhatikan dengan sektor pertanian
yang menjadi fokus
Sistem informasi sudah dapat diakses dimana saja dengan mudah
sehingga memudahkan semua pihak dalam berinteraksi
Halaman 37
Terdapat sarana air cukup banyak dimana 25 sungai mengalir dan
mengairi wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang adalah
Rondoningo dengan panjang 95,2 km, sedangkan sungai terpendek
adalah Ranu Bujel dengan panjang 2 km. Hulu sungai-sungai tersebut
kebanyakan berada di bagian tengah maupun selatan wilayah
Kabupaten Probolinggo yang bermuara di Selat Madura. Sungai-sungai
yang terdapat di Kabupaten Probolinggo sebagian besar digunakan
irigasi disamping untuk industri, air minum dan mandi cuci. Sungai-
sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo tersebut
sangat dipengaruhi oleh iklim yang berlangsung tiap tahun. Pada saat
musim kemarau, sebagian besar sungai yang mengalir mengalami
kekeringan kecuali sungai-sungai besar yang masih tergenang
sepanjang tahun.
Halaman 38
Selain sungai di Kabupaten Probolinggo juga terdapat danau/ranu
yaitu Ranu Segaran, Ranu Agung, Ranu Segaran Duwas dan Ranu Gedang yang
belum didayagunakan sebagaimana mestinya.
Selain itu tercatat pula sumur yang umumnya berupa sumur gali dan
beberapa sumur bor. Kedalaman dari sumur-sumur gali berkisar 3 - 30 m.
Kedalaman ini berarti air tanah dangkal sampai sedang dan sangat
dipengaruhi oleh keadaan iklim, sedangkan kedalaman sumur bor yang
merupakan air tanah dalam berkisar 40-200 m. Sumur bor yang sudah ada
mempunyai debit yang cukup besar, sebagian untuk kebutuhan air minum
dan sebagian besar lainnya diperuntukkan irigasi, hal ini mengingat pada saat
musim kemarau sebagian besar daerah mengalami kekeringan. Ditinjau dari
sisi kedalaman air tanah, 62,56 % dari luas wilayah Kabupaten Probolinggo
memiliki kedalaman > 90 m; seluas 11,17 % kedalaman air tanahnya antara 60
– 90 m; dan selebihnya 26,27 % mempunyai kedalaman air tanah < 60 m.
Halaman 39
menaikkan air irigasi ke lahan-lahan pertanian. Pembangunan embung juga
diupayakan dengan memanfaatkan sumber-sumber air agar tidak hilang
begitu, diharapkan dengan penampungan air hujan atau mata air yang kecil-
kecil bisa digunakan untuk mengairi lahan pertanian yang ada.
Halaman 40
Sedangkan suhu udara beragam rata-rata antara 27°C hingga 32°C
pada bagian Utara. Di wilayah pegunungan Argopuro dan Tengger, yaitu di
Kecamatan Tiris, Krucil, Sumber dan Sukapura suhu udaranya berkisar antara
5°C hingga 15°C.
Tabel 2.23. Data Penggunaan Lahan Tahun 2018 di Kab. Probolinggo (Ha)
Jumlah
Penggunaan Lahan Realisasi Dalam Satu Tahun
Luas
LAHAN PERTANIAN
Ditanami Padi Tidak ditanami padi
Ditanami Tidak
Lahan Sawah Satu Dua ≥ Tiga
tanaman ditanami
kali kali kali lainnya apapun*)
a. Irigasi 18.196 8.411 6.902 1.026 - 34.534
b. Tadah hujan 2.320 - - 191 - 2.511
c. Rawa pasang surut - 10 - - - 10
d. Rawa lebak - - - - - -
Jumlah Lahan Sawah 20.516 8.421 6.902 1.217 - 37.055
Lahan Pertanian Bukan Sawah
a. Tegal/kebun 45.849
b. Ladang/huma 6.344
c. Perkebunan 1.138
d. Ditanami pohon/hutan rakyat 3.627
e. Padang penggembalaan/padang rumput 7
f. Hutan negara 44.284
g. Sementara tidak diusahakan *) 4
h. Lainnya (tambak, kolam, empang, hutan negara dll) 2.649
Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah 103.902
LAHAN BUKAN PERTANIAN (jalan, pemukiman, perkantoran, sungai dll) 20.471
Total = Jumlah Lahan Sawah + Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah +
161.4282
Jumlah Lahan Bukan Pertanian
Sumber data : Statistik DKP2 Kab Probolinggo (2018)
2
Catatan Data DKP2 lebih kecil dari pada data BPN karena belum dimasukkannya daerah hutan
(penggunungan).
Halaman 41
Tabel 2.25. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Jenis Usaha Pertanian yang dikerjakan
Halaman 42
Tabel 2.26. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Jenis Usaha Pertanian yang Utama
Jenis Usaha Rumah Tangga Pertanian
Kecamatan Tanaman Tanaman Budidaya Menangkar
Tanaman Tanaman Budidaya Penangkapa Memungut Menangkap Jasa
Horti- Perke- Peternakan Tanaman Satwa/
Padi Palawija Ikan n Ikan Hasil Hutan Satwa Liar Pertanian
kultura bunan Kehutanan Tumbuhan Liar
Sukapura 150 474 3.079 565 263 0 0 188 0 1 0 0
Sumber 190 1.595 4.288 81 666 0 0 13 0 0 0 0
Kuripan 3.301 2.315 153 31 1.023 3 0 103 0 3 0 0
Bantaran 1.772 2.824 1.255 24 2.786 1 2 55 0 0 0 10
Leces 1.321 2.152 1.144 283 2.367 23 7 80 0 0 0 2
Tegalsiwalan 922 1.623 1.954 630 1.802 3 11 110 0 0 0 1
Banyuanyar 3.018 2.635 563 126 2.205 6 13 297 1 0 0 5
Tiris 2.597 3.858 1.440 3.593 3.194 1 0 1.121 0 1 0 0
Krucil 3.646 4.907 925 737 2.448 0 0 321 0 1 0 1
Gading 6.362 355 207 526 2.371 6 5 327 2 1 0 34
Pakuniran 2.960 409 180 2.631 2.651 2 1 307 0 1 1 9
Kotaanyar 1.477 458 53 4.225 1.450 3 0 25 0 3 2 2
Paiton 1.155 18 122 4.696 3.362 32 250 45 0 4 2 5
Besuk 1.350 17 157 2.595 2.010 0 4 60 0 2 0 17
Kraksaan 1.444 10 39 949 805 40 206 16 0 0 0 2
Krejengan 2.486 6 82 2.662 915 3 5 27 1 1 0 13
Pajarakan 1.422 7 112 174 585 58 290 23 0 0 0 6
Maron 4.584 218 377 436 2.537 10 4 283 1 7 0 12
Gending 1.503 133 762 39 907 160 156 62 0 1 0 13
Dringu 471 306 2.148 7 1.383 43 305 34 0 0 1 1
Wonomerto 3.699 3.361 509 119 1.020 0 0 18 0 0 0 4
Lumbang 5.319 792 789 47 605 3 0 247 0 0 0 2
Tongas 6.866 3.334 100 30 2.090 20 396 69 0 1 0 4
Sumberasih 1.827 3.436 143 9 2.728 21 633 30 0 1 0 11
Total 59.842 35.243 20.581 25.215 42.173 438 2.288 3.861 5 28 6 154
Sumber : Sensus Pertanian – BPS Kabupaten Probolinggo (2003)
Halaman 43
Kelemahan
Kepemilikan lahan pertanian kecil/ gurem
Kelembagaan petani masih belum mendukung kinerja petani secara
optimal
Belum ada kesiapan yang memadai menghadapi kecepatan
perubahan akibat mudahnya akses informasi dan mobilitas komoditas
antar daerah
Ketergantungan terhadap air hujan dalam budidaya masih sangat
tinggi bagi mayoritas petani, sehingga pilihan dan penerapan
program menjadi terbatas.
Tabel 2.24. Penduduk berumur 15 tahun yang bekerja menurut lapangan usaha dan
jenis kelamin tahun 2015
Jumlah penduduk (jiwa)
No Lapangan usaha %
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 193.088 139.750 332.838 56,74
2 Pertambangan dan Penggilingan 3.369 621 3.990 0,68
3 Industri Pengolahan 30.892 17.721 48.613 8,29
4 Listrik, gas, dan air 1.993 NA 1.993 0,34
5 Bangunan 36.408 254 36.662 6,25
6 Perdagangan, rumah makan, dan hotel 42.738 53.943 96.681 16,48
7 Angkutan 15.970 1.002 16.972 2,89
8 Keuangan, asuransi, persewaan, dan jasa 3.093 529 3.622 0,62
9 Jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan 25.767 19.417 45.184 7,70
Jumlah 353.318 233.237 586.555 100
Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo 2017
Halaman 44
Gambar 2.4. Komposisi matapencaharian penduduk Probolinggo
berdasarkan sektor
Halaman 45
tenaga kerja yang ada merupakan tenaga kerja yang terlatih. Hanya bidang
pertanianlah yang dapat menampung 77 % penduduk yang idle ini. Akibatnya
kinerja bidang pertanian di Kabupaten Probolinggo tidak begitu memuaskan
karena harus menanggung beban yang begitu besar.
Ancaman
Prasarana dan Sarana semakin terbatas bagi peningkatan produksi.
Utamanya masalah air dimana sektor lainnya juga meningkat
kebutuhannya, kualitas lahan pertanian mengalami penurunan (walaupun
penggunaan pupuk organik sudah diterapkan kepada para petani namun
kandungan tanah juga diperlukan dan perlu ada informasi yang lebih detail
dan akurat lagi bagi petani).
Kondisi iklim / alam yang sulit untuk diprediksi
Belum ada logistik yang mendukung hasil pertanian yang sepadan untuk
mengatasi dampak jalan tol
Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, walaupun sudah sudah ada
arahan luas untuk PLP2B namun ancaman penurunan jumlah produksi
akan terus terjadi karena ada lahan-lahan di luar PLP2B yang akan
dikonversi menjadi lahan non pertanian
Halaman 46
III. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
PENYEBAB
MASALAH UTAMA AKAR MASALAH
MASALAH
1 produksi a produktivitas 1 SDM fungsional tertentu dan fungsional pelaksana yang belum optimal
2 SDM petani yang belum optimal
3 pengendalian OPT yang belum optimal
4 kesuburan tanah yang cenderung menurun
5 berkurangnya ketersediaan air pertanian
6 ketersediaan sarana dan prasarana pertanian belum optimal
7 pemanfaatan dan penerapan aplikasi teknologi yang belum optimal
8 kelembagaan bidang pertanian belum terlaksana secara optimal
9 anomali iklim yang kadang tidak bisa diprediksi
b luas tanam 1 meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
2 berkurangnya ketersediaan air pertanian
3 ketersediaan sarana dan prasarana pertanian belum optimal
4 Terjadinya endemi serangan OPT
5 meningkatnya alih komoditas pertanian ke non pertanian
2 harga a kepastian 1 musim panen yang bersamaan
pasar 2 mutu produksi yang belum optimal
3 penanganan pasca panen yang belum optimal
4 penganekaragaman pangan yang belum optimal
5 kemitraan pertanian yang belum optimal
6 kelembagaan bidang pertanian belum terlaksana secara optimal
7 pengembangan kawasan pertanian yang belum optimal
8 pengaturan pola tanam yang belum optimal
9 ketersediaan informasi harga pasar belum optimal
10 akses distribusi komoditi pertanian belum optimal
Halaman 47
3.3.1. Permasalahan Urusan Pangan (Wajib non pelayanan dasar)
i. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan Pangan dapat diuraikan menjadi Ketersediaan Pangan dan
Cadangan Pangan, dimana kedua hal tersebut pada intinya adalah mengukur
keberadaan pangan bagi masyarakat di Kabupaten Probolinggo. Sedangn pangan yang
dihitung terdiri pangan nabati dan hewati. Kondisi ketersediaan pangan yang ada di
Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan sebagaimana berikut ini :
Halaman 48
Tabel 3.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan di Kab. Probolinggo Tahun 2017
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Jenis Estimasi Estimasi Estimasi Estimasi
Jenis Pangan
Pangan Impor Ekspor Impor Ekspor
(ton) (ton) (ton) (ton)
Beras 49.917 Susu 18.609 -
Jagung 246.263,5 Minyak Kelapa 10.973,6 -
sawit
Terigu 41.723, - Kelapa 696 -
5
Ubi Kayu 35.839 Kacang tanah - 756,2
Ubi Jalar 1.131,6 - Kacang kedelai 13.533 -
Kentang - 49.054 Gula pasir 4.111,3 -
Ikan - 868,5 Gula merah 283,3 -
Daging 74,2 - Sayuran - 47.167,7
Ruminansia
Daging 3.370,8 - Buah-buahan 27.228,1 -
Unggas
Telur 4.183,3 -
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan
Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Halaman 49
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah
Halaman 50
yang ada saat itu digunakan untuk pembelian belanja modal mesin pengeringan gabah
dan operasional pemeliharaan gabah.
Hal lainnya adalah masalah tata kelola yang perlu ditingkatkan lagi sehingga
pemeliharaan gabah dapat berkesinambungan dengan standar tinggi, diharapkan
mekanisme pengeluaran dan pemasukan gabah di gudang dapat diatur sebagai
persediaan barang yang lebih fleksibel, hal ini mengingat bahwa gabah adalah barang
pertanian yang bisa cepat rusak (oleh kapang, dll) dalam waktu beberapa bulan saja
sehingga kurang memenuhi kelayakan untuk konsumsi.
Kegunaan utama Lumbung Pangan Pemerintah antara lain adalah
Penanganan Kerawanan Pangan (bencana alam) namun hal tersebut tidak sering
terjadi sehingga gabah bisa tertumpuk dalam waktu cukup lama dengan resiko
kerusakan dengan akibat kerugian bagi negara. Karena itulah Lumbung Pangan perlu
difungsikan lebih jauh sebagai penyedia pangan (beras) bagi masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari ataupun sebagai instrumen stabilisasi harga komoditi pangan
pada hari-hari tertentu.
Halaman 51
Para petani sering menjual hasil panen dengan sistem tebas, hal ini
menandakan bahwa nilai tambah bagi hasil pertanian tidak bisa ditingkatkan lagi pada
petani yang langsung penjualan sistem tebas.
Dengan sistem tebas ini maka petani padi diartikan tidak menyimpan hasil
panennya sebagai cadangan pangan masyarakat. Dalam masyarakat sendiri
penyimpanan hasil panen sendiri baik gabah, jagung, ubi kayu sebagai persediaan
masih terjadi, pada saat ini masih ada RMU Gandrong/ keliling yang melayani
penggilingan padi dari para petani. Karena petani bisa menggilingkan gabah sesuai
kebutuhan sambil masih menyimpan persediaan gabah sebagai cadangan pangan. Hal
inilah yang bisa meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo.
Secara sosial budaya masyarakat petani di Kabupaten Probolinggo dalam
memenuhi kebutuhan pangan pokoknya (beras dan jagung) adalah dengan cara
menyimpan hasil panennya untuk konsumsi keluarganya secara berbulan-bulan, hal ini
dapat dikategorikan sebagai cadangan pangan masyarakat. Simpanan pangan ini
digunakan untuk disamping sebagai cadangan pangan keluarga juga sebagai tabungan,
dimana jika terdapat kelebihan hasil panen maka pada saat dibutuhkan dapat dijual
untuk kebutuhan hidup lainnya (lauk pauk, sandang, pendidikan, dan lain-lainnya),
karena itulah di Kabupaten Probolinggo banyak mesin penggilingan kecil yang
berkeliling untuk melayani pada petani. Sehingga kebutuhan konsumsi beras keluarga
petani dapat terpenuhi.
Namun seiring dengan perkembangan waktu terjadi banyak perubahan yang
mengarah kepada kondisi cadangan pangan masyarakat semakin berkurang, dalam
kehidupan sehari-hari semakin banyak petani yang dalam penjualan hasil panennya
melakukan dengan sistem tebas, hal ini menandakan bahwa semakin sedikit
masyarakat lokal menyimpan hasil panennya dan berarti cadangan pangan masyarakat
lokal semakin kecil keberadaan.
Pemilihan keputusan sistem tebas atau tidak, juga tergantung kepada
kemungkinan kualitas hasil panen yang akan didapat dan kemungkinan harga yang
akan didapatkan oleh petani. Jika kualitas bagus maka kemungkinan para petani juga
akan menyimpan hasil panennya tersebut dan akan menyimpannya.
Karena itulah maka dalam membangun kelembagaan cadangan pangan ini
tidaklah mudah jika pengadaan pangan isian lumbung pangan berbasis kepada produksi
pangan setempat. Secara umum pengelolaan lumbung pangan yang pernah dibina
Halaman 52
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian belum optimal, permasalahannya terletak
ketidakberhasilan dalam pengelolaan secara berkelanjutan. Dalam sejarah
pembinaan oleh DKPP, para penerima manfaat mendapatkan hibah berupa bangunan
lumbung dan dana untuk pembelian isi gudang (beras). Untuk kedepannya perlu
dilakukan pembinaan managemen tata kelola pengaturan stok barang/ persediaan
barang , sehingga lumbung pangan ini bisa berjalan dan memberikan keuntungan
bagi kelompok lumbung masyarakat.
No Uraian Keterangan
Halaman 53
5. Kelompok Tani Sumber Makmur III Desa Belum terisi
Sumber Poh Maron
i. Kerawanan Pangan
Kerawanan Pangan terdapat di Kabupaten Probolinggo, dimana Kerawanan
Pangan bisa diidentifikasi melalui metode Food Security and vulnerability Atlas (FSVA).
Terdapat Indikator yang digunakan untuk penentuan wilayah tahan dan rentan
terhadap kerentanan pangan antara lain :
1. Ketersediaan pangan
a. Rasio warung terhadap rumah tangga
b. Rasio toko terhadap rumah tangga
2. Keterjangkauan pangan
a. Rasio penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah
b. Rasio rumah tangga tanpa akses listrik
c. Desa tanpa akses penghubung yang memadai
3. Pemanfaatan pangan
a. Rasio anak tidak sekolah terhadap semua anah umur 7-15 tahun
b. Rasio rumah tangga tanpa akses ke air bersih
c. Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk
d. Rasio rumah tangga tanpa fasilitas buang air besar.
Dengan menggunakan data dari Potensi Desa (Podes) yang dimiliki oleh BPS
Kabupaten Probolinggo maka dapat disusun Peta ketahanan dan Kerentanan Pangan
di Kabupaten Probolinggo. Dengan data tersebut bisa diperoleh indeks ketahanan
pangan tiap-tiap desa sehingga dapat disusun peringkat desa di Kabupaten
Halaman 54
Probolinggo. dari Peta dan Data berikut ini dapat disimpulkan bahwa desa Kalianan
Krucil, desa Renteng Gading, desa Plaosan Krucil, dan desa Bulupandak Gading
merupakan daerah dengan kerawanan pangan tertinggi.
Halaman 55
Tabel 3.4. Peringkat3 Desa berdasarkan Indeks Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
PERINGKAT
PERINGKAT
PERINGKAT
PRIORITAS
PRIORITAS
PRIORITAS
INDEKS
INDEKS
INDEKS
KEC DESA KEC DESA KEC DESA
KRUCIL KALIANAN 22,60 330 MARON BRABE 56,60 275 PAKUNIRAN PATEMON KULON 62,79 220
PRIORITAS 1
GADING RENTENG 23,29 329 TIRIS TULUPARI 56,61 274 PAKUNIRAN RANON 63,07 219
KRUCIL PLAOSAN 28,95 328 TIRIS RANUGEDANG 56,77 273 TONGAS PAMATAN 63,16 218
GADING BULUPANDAK 33,97 327 BANTARAN TEMPURAN 56,78 272 BESUK SINDET ANYAR 63,19 217
SUMBER TUKUL 39,52 326 TIRIS REJING 56,93 271 LUMBANG TANDONSENTUL 63,62 216
PRIORITAS 4
KRUCIL WATUPANJANG 43,42 325 SUKAPURA NGEPUNG 57,00 270 SUMBERASIH GILI KETAPANG 63,62 215
TIRIS TLOGOSARI 43,89 324 SUMBER SUMBERANOM 57,02 269 WONOMERTO POHSANGIT NGISOR 63,66 214
KRUCIL SENENG 43,93 323 KURIPAN KARANGREJO 57,03 268 GADING SENTUL 63,70 213
GADING JURANGJERO 43,93 322 KURIPAN WRINGINANOM 57,09 267 PAJARAKAN PENAMBANGAN 63,78 212
PAKUNIRAN GUNGGUNGAN KIDUL 44,02 321 TEGALSIWALAN TEGALSONO 57,19 266 WONOMERTO PATALAN 63,91 211
KRUCIL KERTOSUKO 44,36 320 KURIPAN JATISARI 57,58 265 BANTARAN LEGUNDI 63,99 210
KRUCIL BETEK 44,52 319 BANYUANYAR GUNUNGGENI 57,71 264 TEGALSIWALAN MALASANWETAN 64,16 209
LUMBANG PALANGBESI 45,07 318 TIRIS SEGARAN 57,94 263 SUMBERASIH SUMBERBENDO 64,71 208
PRIORITAS 2
PAKUNIRAN KEDUNGSUMUR 45,57 317 TIRIS RANUAGUNG 58,00 262 LUMBANG NEGOROREJO 65,06 207
SUKAPURA NGADIREJO 47,60 316 SUMBER SUMBER 58,08 261 MARON SATREYAN 65,15 206
TIRIS WEDUSAN 47,82 315 TIRIS RACEK 58,13 260 PAITON BHINAR 65,45 205
SUMBER RAMBAAN 48,67 314 WONOMERTO POHSANGIT TENGAH 58,21 259 SUKAPURA WONOTORO 65,47 204
GADING BATUR 49,09 313 LECES MALASAN KULON 58,30 258 TEGALSIWALAN PARAS 65,75 203
GADING RANUWURUNG 49,39 312 GADING CONDONG 58,45 257 KREJENGAN SOKAAN 65,76 202
KRUCIL PANDANLARAS 49,87 311 TIRIS TEGALWATU 58,50 256 BESUK BESUK KIDUL 65,82 201
LUMBANG SAPIH 50,38 310 LECES TIGASAN WETAN 58,66 255 WONOMERTO KEDUNGSUPIT 65,98 200
GADING BETEKTAMAN 50,81 309 KURIPAN RESONGO 58,80 254 GADING WANGKAL 66,14 199
TIRIS TIRIS 51,11 308 PAKUNIRAN BIMO 59,17 253 LECES KERPANGAN 66,21 198
PAKUNIRAN KERTONEGORO 51,18 307 KURIPAN KEDAWUNG 59,17 252 GENDING CURAHSAWO 66,63 197
SUMBER PANDANSARI 51,28 306 LECES TIGASAN KULON 59,33 251 SUKAPURA SUKAPURA 66,74 196
TIRIS ANDUNGBIRU 51,29 305 BANTARAN BANTARAN 59,43 250 MARON BRANI KULON 66,96 195
PAKUNIRAN KALIDANDAN 51,39 304 MARON BRANI WETAN 59,45 249 SUKAPURA WONOKERTO 67,00 194
TIRIS JANGKANG 51,51 303 LUMBANG BOTO 59,60 248 LUMBANG LUMBANG 67,26 193
BANYUANYARGADING KULON 52,04 302 KURIPAN MENYONO 59,70 247 PAITON KALIKAJAR WETAN 67,44 192
DRINGU SEKARKARE 52,14 301 GADING KEBEN 59,77 246 GADING GADINGWETAN 67,60 191
BANTARAN KEDUNGREJO 52,23 300 WONOMERTO WONOREJO 59,79 245 KREJENGAN GEBANGAN 67,80 190
SUMBER CEPOKO 52,43 299 KRAKSAAN KALIBUNTU 59,97 244 KOTAANYAR PASEMBON 68,11 189
BANTARAN GUNUNGTUGEL 52,58 298 TEGALSIWALAN GUNUNGBEKEL 60,01 243 PAITON KALIKAJAR KULON 68,26 188
TONGAS SUMBEREJO 52,79 297 BANYUANYAR SENTULAN 60,10 242 TEGALSIWALAN BANJARSAWAH 68,36 187
PAKUNIRAN BLIMBING 52,86 296 PAKUNIRAN PAKUNIRAN 60,69 241 WONOMERTO SEPUHGEMPOL 68,72 186
KRUCIL SUMBERDUREN 52,90 295 TIRIS PESAWAHAN 60,70 240 WONOMERTO TUNGGAKCERME 68,92 185
MARON GERONGAN 53,57 294 TIRIS TLOGOARGO 60,76 239 TONGAS WRINGINANOM 68,97 184
SUKAPURA KEDASIH 53,78 293 PAKUNIRAN GONDOSULI 60,82 238 MARON MARON KULON 69,00 183
KRUCIL GUYANGAN 53,81 292 SUKAPURA SAPIKEREP 60,90 237 BESUK ALAS TENGAH 69,11 182
PRIORITAS 3
KRUCIL KROBUNGAN 54,21 291 WONOMERTO JREBENG 60,99 236 BESUK SINDET LAMI 69,16 181
GADING KALIACAR 54,27 290 LUMBANG LAMBANGKUNING 61,16 235 BESUK JAMBANGAN 69,30 180
KRUCIL TAMBELANG 54,34 289 GADING DANDANG 61,22 234 DRINGU TAMANSARI 69,38 179
KRUCIL KRUCIL 54,40 288 KOTAANYAR SIDOMULYO 61,32 233 KRAKSAAN ALASSUMUR KULON 69,40 178
MARON SUMBERDAWE 54,48 287 TIRIS ANDUNGSARI 61,34 232 TEGALSIWALAN TEGALSIWALAN 69,52 177
TIRIS PEDAGANGAN 54,62 286 MARON MARON KIDUL 61,35 231 GADING KERTOSONO 69,56 176
GADING DUREN 54,83 285 GADING SUMBERSECANG 61,48 230 KOTAANYAR SIDOREJO 69,57 175
SUMBER WONOKERSO 54,83 284 WONOMERTO SUMBERKARE 61,62 229 MARON GANTING KULON 69,58 174
SUMBER GEMITO 55,11 283 BANYUANYAR LIPRAK KIDUL 61,72 228 GADING MOJOLEGI 69,61 173
KRUCIL BERMI 55,63 282 SUKAPURA NGADAS 61,74 227 TONGAS TONGASKULON 69,67 172
SUKAPURA PAKEL 55,75 281 LUMBANG BRANGGAH 61,79 226 PAITON RANDUTATAH 69,69 171
SUMBER LEDOKOMBO 55,87 280 LUMBANG WONOGORO 61,88 225 SUKAPURA JETAK 69,69 170
KURIPAN WONOASRI 56,09 279 SUKAPURA SARIWANI 62,12 224 KREJENGAN KAMALKUNING 69,71 169
KOTAANYAR TAMBAKUKIR 56,24 278 LECES PONDOKWULUH 62,16 223 MARON MARON WETAN 69,82 168
KRUCIL ROTO 56,25 277 TEGALSIWALAN BULUJARANKIDUL 62,23 222 BANYUANYAR KLENANG KIDUL 69,86 167
KOTAANYAR CURAH TEMU 56,46 276 KREJENGAN KEDUNGCALUK 62,41 221 BESUK ALASSUMUR LOR 69,91 166
3
Semakin tinggi peringkatnya maka ketahanan dan kerentananan maka semakin Jelek
kondisinya dan harus mendapat prioritas utama
Halaman 56
PERINGKAT
PERINGKAT
PERINGKAT
PRIORITAS
PRIORITAS
PRIORITAS
INDEKS
INDEKS
INDEKS
KEC DESA KEC DESA KEC DESA
BANTARAN BESUK 69,97 165 BESUK ALAS KANDANG 73,33 110 PAKUNIRAN BUCOR WETAN 76,34 55
KRAKSAAN ASEMBAGUS 70,00 164 KREJENGAN SEBORO 73,41 109 BANYUANYAR BLADO WETAN 76,34 54
GENDING PESISIR 70,05 163 MARON KEDUNGSARI 73,51 108 GENDING BANYUANYAR LOR 76,43 53
BESUK BAGO 70,09 162 BESUK KRAMPILAN 73,54 107 BANYUANYAR BANYUANYAR TENGAH 76,56 52
GADING PRASI 70,16 161 GENDING GENDING 73,69 106 PAITON SUKODADI 76,65 51
KOTAANYAR KOTAANYAR 70,17 160 TONGAS TANJUNGREJO 73,72 105 PAJARAKAN TANJUNG 76,66 50
LECES LECES 70,22 159 PRIO RITAS 5 SUMBERASIH PESISIR 73,92 104 KRAKSAAN KANDANGJATI KULON 76,73 49
PAKUNIRAN ALASPANDAN 70,28 158 MARON GANTING WETAN 73,97 103 KRAKSAAN BULU 76,77 48
KREJENGAN OPO - OPO 70,31 157 GENDING JATIADI 74,01 102 LECES SUMBERKEDAWUNG 76,81 47
PAKUNIRAN SUMBERKEMBAR 70,38 156 KRAKSAAN KEBONAGUNG 74,05 101 GENDING BULANG 76,83 46
MARON WONOREJO 70,39 155 TONGAS CURAHTULIS 74,09 100 PAITON RANDUMERAK 76,95 45
KREJENGAN WIDORO 70,51 154 KREJENGAN KREJENGAN 74,14 99 GENDING PIKATAN 76,99 44
BESUK SUMUR DALAM 70,54 153 BESUK SUMBERAN 74,15 98 KOTAANYAR SAMBIRAMPAK KIDUL 76,99 43
TONGAS BAYEMAN 70,80 152 BANYUANYAR BANYUANYAR KIDUL 74,22 97 PAJARAKAN PAJARAKAN KULON 77,05 42
PAKUNIRAN SOGAAN 70,89 151 KRAKSAAN TAMANSARI 74,27 96 GENDING SEBAUNG 77,07 41
PAITON ALASTENGAH 70,89 150 DRINGU SUMBERSUKO 74,35 95 SUMBERASIH MUNENG KIDUL 77,18 40
KREJENGAN DAWUHAN 71,03 149 BESUK RANDUJALAK 74,51 94 PAITON PETUNJUNGAN 77,34 39
GADING NOGOSAREN 71,09 148 KREJENGAN SUMBERKATIMOHO 74,51 93 DRINGU TEGALREJO 77,39 38
LUMBANG PURUT 71,20 147 DRINGU KALIREJO 74,51 92 DRINGU KALISALAM 77,39 37
GENDING SUMBERKERANG 71,24 146 KREJENGAN TEMENGGUNGAN 74,64 91 PAJARAKAN KETOMPEN 77,51 36
PAITON JABUNGSISIR 71,30 145 KRAKSAAN RANGKANG 74,75 90 SUMBERASIH LAWEYAN 77,55 35
TONGAS SUMBERKRAMAT 71,54 144 BANTARAN KRAMATAGUNG 74,76 89 TONGAS DUNGUN 77,59 34
PAITON JABUNG CANDI 71,59 143 DRINGU WATUWUNGKUK 74,77 88 PAITON PONDOK KELOR 77,65 33
MARON BRUMBUNGAN KIDUL 71,68 142 KOTAANYAR TRIWUNGAN 74,81 87 TONGAS KLAMPOK 77,66 32
BANTARAN KARANGANYAR 71,73 141 TONGAS TONGASWETAN 74,89 86 KREJENGAN SENTONG 77,66 31
PAKUNIRAN GUNGGUNGAN LOR 71,79 140 BANYUANYAR LIPRAK WETAN 74,98 85 PAJARAKAN KARANGBONG 77,82 30
BESUK MATEKAN 71,86 139 LECES JORONGAN 75,07 84 SUMBERASIH POHSANGIT LERES 77,88 29
DRINGU RANDUPUTIH 71,91 138 PAKUNIRAN GLAGAH 75,09 83 KRAKSAAN RONDOKUNING 77,88 28
BANYUANYARLIPRAK KULON 72,02 137 PAITON PLAMPANG 75,13 82 PAITON TAMAN 78,07 27
SUMBERASIHLEMAHKEMBAR 72,14 136 WONOMERTO POHSANGIT LOR 75,19 81 KRAKSAAN ASEMBAKOR 78,36 26
MARON SUMBERPOH 72,22 135 SUMBERASIH AMBULU 75,21 80 PAITON SUMBERANYAR 78,37 25
MARON PUSPAN 72,27 134 BANYUANYAR ALASSAPI 75,31 79 PAKUNIRAN BUCOR KULON 78,53 24
TONGAS SUMENDI 72,34 133 SUMBERASIH MENTOR 75,31 78 PAJARAKAN SELOGUDIG KULON 78,65 23
TEGALSIWALAN
BLADUKULON 72,36 132 BANYUANYAR KLENANG LOR 75,36 77 LECES WARUJINGGO 78,71 22
TEGALSIWALAN
BULUJARANLOR 72,36 131 GENDING RANDUPITU 75,39 76 TEGALSIWALAN SUMBERKLEDUNG 78,80 21
PAITON JABUNG WETAN 72,42 130 KOTAANYAR TALKANDANG 75,43 75 KREJENGAN JATIURIP 78,87 20
KRAKSAAN KANDANGJATI WETAN 72,44 129 TONGAS CURAHDRINGU 75,49 74 SUMBERASIH JANGUR 78,98 19
PAITON SUMBEREJO 72,53 128 PAJARAKAN KARANGPRANTI 75,50 73 KOTAANYAR SUMBER CENTENG 79,06 18
BANYUANYARTAROKAN 72,54 127 BESUK BESUK AGUNG 75,50 72 DRINGU NGEPOH 79,07 17
BESUK KECIK 72,57 126 TONGAS TAMBAKREJO 75,53 71 DRINGU PABEAN 79,37 16
KOTAANYAR SUKOREJO 72,68 124 WONOMERTO KARENG KIDUL 75,64 69 LECES CLARAK 79,66 14
PAJARAKAN GEJUGAN 72,74 123 KOTAANYAR SAMBIRAMPAK LOR 75,68 68 SUMBERASIH SUMURMATI 79,81 13
BANTARAN PATOKAN 72,77 122 PAITON PANDEAN 75,70 67 TEGALSIWALAN SUMBERBULU 79,83 12
SUMBERASIHBANJARSARI 72,80 121 BESUK ALAS NYIUR 75,75 66 PAJARAKAN SUKOMULYO 79,97 11
GENDING KLASEMAN 72,87 120 KRAKSAAN KREGENAN 75,76 65 TEGALSIWALAN TEGALMOJO 79,99 10
BANTARAN KROPAK 72,94 119 GENDING BRUMBUNGAN LOR 75,78 64 KRAKSAAN PATOKAN 80,18 9
KREJENGAN KARANGREN 72,98 118 KREJENGAN PATEMON 75,84 63 SUKAPURA NGADISARI 80,28 8
MARON SUKO 73,00 117 DRINGU KEDUNGDALEM 75,90 62 PAITON KARANGANYAR 80,38 7
GENDING PAJURANGAN 73,00 116 MARON PEGALANGAN KIDUL 76,07 61 DRINGU MRANGGON LAWANG 80,53 6
PAJARAKAN SELOGUDIG WETAN 73,08 115 KRAKSAAN SIDOPEKSO 76,13 60 DRINGU SUMBERAGUNG 80,81 5
KREJENGAN RAWAN 73,13 114 KRAKSAAN KRAKSAAN WETAN 76,20 59 KREJENGAN TANJUNGSARI 80,88 4
BESUK KLAMPOKAN 73,13 113 BANYUANYAR PENDIL 76,26 58 KRAKSAAN SIDOMUKTI 80,94 3
PAJARAKAN KARANGGEGER 73,18 112 PAJARAKAN SUKOKERTO 76,28 57 KRAKSAAN SUMBERLELE 81,83 2
KOTAANYAR KEDUNG REJOSO 73,27 111 PAITON SIDODADI 76,32 56 KRAKSAAN SEMAMPIR 82,83 1
Halaman 57
Berdasarkan data tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten
Probolinggo, masih terdapat wilayah yang sangat rawan sebagaimana data
berikut ini.
Halaman 58
Tabel 3.7. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras (ton) per per bulan
Surplus dan Difisit antara Produksi dan Konsumsi Beras (Ton) per per Bulan Tahun 2017
No Kecamatan
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nop Des
1. Sukapura -107,5 -141,8 -141,5 -114,1 -105,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -142,0
2. Sumber -184,1 -130,1 -164,2 -111,9 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,7 -183,6
3. Kuripan -173,0 587,9 789,1 335,8 -79,7 67,1 -117,6 -212,4 -212,4 -212,5 -216,6 -224,0
4. Bantaran -309,6 29,6 983,5 212,0 -201,6 -290,7 -274,7 -303,4 -303,4 -303,4 -306,3 -309,7
5. Leces -399,4 -293,5 295,8 435,6 -256,5 -406,6 -332,0 -407,0 -406,6 -400,1 -357,2 -411,8
6. Tegalsiwalan -232,4 -125,7 926,4 1.124,7 -53,4 -235,9 -258,0 -258,0 -257,0 -256,9 -254,9 -246,6
7. Banyuanyar -381,4 609,2 2.864,1 979,5 -21,0 -358,3 -286,3 -388,6 -370,6 -394,3 -404,4 -421,5
8. Tiris 865,2 3.486,3 -111,0 54,5 25,9 -353,4 -223,0 -260,9 -167,8 -278,5 -204,4 363,3
9. Krucil -397,5 -387,4 1.047,4 711,4 295,4 7,6 -251,1 -382,7 -337,5 -311,1 -373,3 -362,9
10. Gading 1.411,1 1.748,3 1.662,7 1.335,5 1.450,6 1.502,2 1.644,1 1.527,1 1.527,4 1.495,2 1.720,2 1.313,9
11. Pakuniran -144,1 212,7 1.254,7 1.312,8 413,9 1.096,3 714,8 -298,9 -275,7 -92,6 -216,0 -240,0
12. Kotaanyar -287,1 -180,1 1.678,8 1.912,3 -164,6 -132,3 44,6 -248,1 -96,3 -264,2 -264,4 -271,0
13. Paiton -423,3 -436,2 935,4 3.677,6 387,6 -251,8 232,4 63,0 -466,4 -476,5 -476,5 -483,2
14. Besuk 522,6 2.324,4 3.136,8 2.190,2 2.673,4 2.349,0 1.886,8 691,7 40,4 -136,7 -160,5 -296,9
15. Kraksaan -288,4 -247,4 -205,7 3.443,6 891,5 86,2 1.216,4 867,7 -121,9 -40,8 638,9 774,2
16. Krejengan -165,3 481,3 3.496,3 2.428,1 2.783,2 2.401,9 885,3 211,1 -45,6 -49,4 -20,8 -34,3
17. Pajarakan -23,5 -17,7 317,0 1.149,2 1.293,1 509,0 408,8 744,4 424,1 397,1 671,4 168,0
18. Maron -326,2 1.007,3 3.503,4 1.468,3 -344,6 464,1 1.084,7 567,6 100,0 -313,7 11,3 130,6
19. Gending 96,0 294,8 415,6 990,7 414,2 670,1 854,7 546,3 394,7 101,8 74,9 78,4
20. Dringu -305,0 367,4 881,1 985,5 141,4 -322,2 -366,6 -264,3 -242,2 -355,3 -346,6 -365,9
21. Wonomerto -295,2 115,7 287,5 1.347,7 1.047,1 243,0 -216,3 -264,8 -282,2 -282,2 -283,6 -303,5
22. Lumbang -235,8 -164,1 484,2 707,0 67,4 366,3 70,7 -229,5 -228,3 -170,4 -77,0 -241,8
23. Tongas -150,8 -274,7 1.655,7 4.488,3 219,1 -429,5 -389,8 510,9 -267,2 -424,0 -407,0 149,5
24. Sumberasih -455,7 -360,5 1.100,0 3.484,0 -278,2 -263,2 -373,0 -115,4 -392,9 -392,4 -376,0 -378,2
Jumlah -2.390,0 8.505,7 27.093,2 34.548,3 10.415,2 6.394,2 5.630,3 1.771,1 -2.312,0 -3.485,6 -1.954,1 -1.939,0
Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP di olah (2017)
Halaman 59
Dari tabel di atas secara keseluruhan Kabupaten Probolinggo mengalami
surplus beras sebesar 82.277 ton beras, namun terdapat beberapa mengalami defisit
seperti Sukapura, Sumber, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Krucil, dan Dringu.
Dilihat dari persebaran persediaan setiap bulan maka dapat diketahui bahwa
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beras (pangan) harus mengambil beras dari
daerah lain (sekitar/ lain), disini peran distribusi pangan dan cadangan pangan menjadi
sangat penting. Contohnya adalah daerah seperti Sukapura menggantungkan pasokan
beras dari luar , Peran penyimpanan beras oleh masyarakat sendiri sangat penting.
4
Laporan akhir analisis pola konsumsi dan suplai
pangan Kabupaten Probolinggo tahun 2018 DKPP
& MWA
Halaman 60
Tabel 3.8. Desa yang diprioritaskan dalam penanganan balita stunting
Halaman 61
dan daging ruminansia (5%). Pola konsumsi vitamin dan mineral pada tahun 2016-2017
adalah sayuran dan buah-buahan. Minyak sawit adalah sumber kelompok minyak dan
lemak yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini terlihat dari kontribusi konsumsi energi
minyak sawit tahun 2016 dan 2017 sebesar 90% dan 93% berturut-turut. Gula pasir
menjadi pola konsumsi pangan sumber gula dengan kontribusi energi sebesar 98%.
Halaman 62
Tabel 3.10. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Pangan di Kabupaten
Probolinggo berdasarkan komoditi pertanian Tahun 2017
Surplus/
Produksi Konsumsi
No Komoditi Defisit
(ton) (ton)
(ton)
1 Beras 179.832 97.549,75 82.282
Halaman 63
3.3.2. Permasalahan Urusan Pertanian (Pilihan)
Secara umum masalah Urusan pertanian berkaitan dengan bagaimana
mendapatkan nilai tambah pada subsektor bahan pangan, hortikultikultura, dan
perkebunan. Nilai tambah dapat diketahui dengan menggunakan indikator Produksi
sektor Tanaman Pertanian. Sebagaimana kecenderungan pada tahun-tahun terakhir
sektor Pertanian semakin sulit untuk meningkatkan laju pertumbuhannya. Indikator
Produksi tanaman pertanian ini juga terkait secara langsung pendapatan para petani.
Baik produksi tanaman pertanian maupun pendapatan petani saling mempengaruhi
secara langsung. Namun peningkatan produksi tidak selalu meningkatkan pendapatan
petani, selama beberapa tahun terakhir ini semakin banyak faktor yang berpengaruh
seperti kebijakan impor komoditi pertanian, persaingan komoditi yang sama antar
daerah, kelembagaan petani yang belum menunjang, tata niaga lokal komoditi
pertanian yang kurang menguntungkan, dan kapasitas pasca panen yang masih
rendah.
Sedangkan untuk produksi pertanian mengalami kesulitan yang sangat besar
di 2 (dua) tahun terakhir (tahun 2017-2018), dimana produksi pertanian mengalami
penurunan yang sangat
Gambar 3.2. Produksi Pertanian Tahun 2003
drastis akibat serangan
hama penyakit dan
kurangnya air untuk
pertanian.
Sebagaimana terlihat
pada tabel 3.2. dimana
tanaman padi
mengalami penurunan
yang signifikan. Untuk
tanaman lainnya dari
tahun ke tahun secara
perlahan mengalami
penurunan produksi (tanaman ubi kayu, tembakau, mangga, tebu, kedelai, kelapa, dan
lainnya). Berdasarkan data yang ada penurunan ini terjadi karena alih komoditi (ke padi
atau ke jagung atau ke sengon) atau terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
(pemukiman, jalan, dan lainnya).
Halaman 64
Selain itu terdapat bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Probolinggo.
Bencana yang ada adalah Bencana Banjir, Longsor, Kekeringan, hujan tidak pada
musimnya, dan erupsi gunung Bromo. Kerugian terjadi karena kerusakan tanaman
atau musnahnya tanaman. Bencana alam hampir terjadi setiap tahunnya.
Tabel 3.11. Jenis bencana alam, Kerugian, Mitigasi dan Adaptasi bencana Sektor
Pertanian di Kabupaten Probolinggo
Jenis
Mitigasi dan
Bencana Bentuk kerugian Lokasi
adaptasi
alam
Halaman 65
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Probolinggo tahun 2016 bersama dengan Universitas Airlangga menunjukkan bahwa
bahwa permasalahan
Gambar 3.3. Tingkat permasalahan dirasakan petani terbesar yang dirasakan
petani di Kabupaten
Probolinggo adalah
masalah Stabilitas Harga.
Hingga sekarang harga
komoditi pertanian
belum memuaskan dan
belum dapat
memberikan
kesejahteraan kepada
petani secara layak.
Secara umum
ketidakseimbangan
Sumber: Evaluasi Indeks Kepuasan Masyarakat antara permintaan dan
terhadap Dinas Pertanian Unair (2016)
penawaran masih
menjadi permasalahan.
Ketidakseimbangan ini merugikan produsen (petani) dan konsumen (masyarakat)
karena ketidakpastian yang tinggi menyebabkan barang / komoditi pertanian tidak
tepat waktu panen dan konsumsi, dan menimbulkan kerugian akibat kerusakan-
kerusakan yang dialaminya selama masa tunggu antara panen dengan masa konsumsi.
Masalah harga ini juga disebabkan oleh petani tidak bisa mengelola hasil
produksinya, dimana petani secara umum tidak mempunyai kemampuan untuk
menyimpan hasil panennya secara maksimal beberapa sebab antara lain :
o Petani terikat untuk segera menjual dengan para pemodal yang memberikan
sarana produksi saat budidaya
o Petani membutuhkan dana untuk kehidupan sehari-hari;
o Hasil panen tidak maksimal (rusak akibat serangan OPT), sehingga dijual dengan
dengan umur tanaman tidak maksimal
o Biaya panen semakin mahal, misalnya ketiadaan prasarana (jalan usaha tani)
Halaman 66
o Petani tidak memanen hasil panennya sendiri, petani tidak mau mengalami
keruwetan dalam masalah panen dan pemasaran.
Stabilitas harga komoditi pertanian, Harga komoditi pertanian setiap tahun
selalu mengalami fluktuasi, dimana hal tersebut telah menyulitkan bagi produsen dan
konsumen. Tingkat harga komoditi pertanian terkait dengan tingkat produksi yang
selalu berubah setiap waktu dan keadaan. Selama lima tahun terakhir (2014-2018)
terjadi lonjakan inflasi beberapa kali akibat tingkat harga komoditi pertanian, utamanya
tanaman pangan (padi) dan tanaman hortikultura (bawang merah dan cabe). Beberapa
sebab utama fluktuasi harga komoditi pertanian yang tinggi antara lain :
o Produksi komoditi yang sama di daerah lain, dengan sering terjadinya bencana
alam yang mengakibatkan puso menyebabkan lonjakan harga komoditi;
o Petani kebanyakan sangat tergantung kepada pola pemasaran tradisional.
Sebagaimana contohnya terjadi pola kemitraan tradisional pemasaran
bawang merah yang melibatkan petani, kios pertanian, pedagang lokal,
pengepul, pedagang besar dimana proses pembiayaan yang didapatkan oleh
petani pada awal budidaya membawa konsekuensi pada penjualan hasil
panen yang tidak menguntungkan para petani dibandingkan potensi
keuntungan yang seharusnya didapatkan.
o Kualitas yang menurun akibat perubahan cuaca dan serangan hama penyakit;
o Semakin mudahnya akses teknologi informasi mempengaruhi perubahan
harga komoditi secara cepat;
o Kebijakan impor komoditi pertanian, isue impor bagi petani sering dianggap
tidak berpihak kepada para petani, pada beberapa kasus petani tebu sering
melakukan proses terhadap kebijakan impor gula oleh pemerintah. Sistem
pasar bebas menyebabkan hasil lelang gula harus berhadapan dengan gula
impor, sehingga menyulitkan peningkatan harga gula lokal;
o Tidak tersedianya sarana pasca panen dan pengolahan komoditi pertanian
yang memadai dalam mendongkrak daya saing komoditi pertanian. Hal ini
terjadi pada komoditi tebu, dimana animo petani tebu dalam budidaya sering
terkendala dengan proses penggilingan tebu di pabrik gula. Harapan yang
tinggi sering tidak tercapai karena hasil proses penghitungan rendemen
dianggap rendah, dengan beberapa sebab seperti antrian penggilingan yang
panjang.
Halaman 67
o Kurang sesuainya mutu komoditi dengan permintaan pasar, Hal ini terjadi
pada tanaman jagung, Dimana hasil panen jagung Kabupaten Probolinggo
kurang memenuhi mutu produk yang diharapkan beberapa perusahaan
pembeli karena dianggap masih kotor, tingkat kerusakan yang besar. Disini
pengaruh varietas benih jagung dengan produktivitas yang tinggi kadang tidak
bagus jika diolah dengan teknologi pasca panen yang dimiliki perusahaan
tersebut, akibatnya jagung Probolinggo dibeli dengan harga yang lebih rendah
dari jagung wilayah lain (Banyuwangi atau Situbondo)
Halaman 68
Serangan hama penyakit, Sejak beberapa tahun terakhir sering terjadi serangan
organisme pengganggu tanaman secara masif sehingga menimbulkan kerugian yang
sangat besar. Terjadinya serangan OPT yang masif ini bersamaan dengan perubahan
iklim yang tidak pasti (hujan sepanjang tahun ataupun cuaca yang sangat panas)
sehingga mendorong perkembangbiakan OPT yang ekstrim. Penyebab lain adalah pola
budidaya tanaman pertanian yang masif sehingga mengganggu ekosistem, seperti
misalnya tahun 2017 terjadi ledakan (outbreak) serangan hama wereng coklat pada
tanaman padi sehingga menyebabkan ratusan hektar mengalami penurunan
produktivitas dan puso. Pada kasus ini terjadi resurjensi karena hama tidak mempan
dikendalikan secara kimia, proses terjadi karena sejak tahun 2015 dilakukan
penamaman padi secara masif. Kejadian pada tanaman padi juga terjadi pada tanaman
bawang merah, dimana petani harus mengeluarkan biaya ektra untuk pengendalian
hama ulat bawang (spodoptera exiqua).
Halaman 69
16 Ulat grayak 27 30,4 43,25
17 hawar daun 9 23,75 37
18 bulai 170 121,6 110,05
19 peng tongkol 31 27,6 74,85
20 Lalat bibit 80 73,35 22,15
21 Tikus 275 - -
Tahun Tahun Tahun
Bawang Merah
2016 2017 2018
22 Spodoptera exiqua 964,75 665,55 557,1
23 coletroticum 1,05 3,9 -
24 layu fusarium 162,95 36,2 120,4
25 liriomyza sp 19,75 3,5 -
26 mati pucuk 284,55 151,6 36,35
Tahun Tahun Tahun
Kentang
2016 2017 2018
27 Layu Fusarium 7 63 43,75
28 liriomyza sp 69,22 106,25 39,45
29 phytoptora 101,95 205,86 84,95
Tahun Tahun Tahun
Kubis
2016 2017 2018
30 crosidolonia 24,62 - -
31 plutella sp 44,26 18,37 6,9
Tahun Tahun Tahun
Cabe Besar
2016 2017 2018
32 Virus Kuning 77,45 40,15 21,55
33 thrip 2,5 8,5 -
34 lalat buah 41,6 28,5 45,45
35 layu bakteri 26 3,1 9,4
36 antraknose 37,5 19,6 10,3
Tahun Tahun Tahun
Cabe Kecil
2016 2017 2018
37 Antraknose 3,65 - -
38 virus kuning 102,45 63,5 62,14
39 thrips 218,2 17,85 27,45
Halaman 70
Serangan hama penyakit pada tanaman padi – berdasarkan kawasan padi
terdapat perbedaan karakter seranngan OPT seperti misalnya Kecamatan Gading yang
lebih banyak mengalami serangan hama tikus dibandingkan jenis OPT lain.
Pada tanaman kelapa banyak terjadi serangan hama kwangwung, pada daerah
sepanjang pantai utara, sehingga sepanjang pantai utama tidak layak untuk
pengembangan tanaman kelapa.
Halaman 71
Subsidi pupuk, Para petani sering mengalami permasalahan dengan
ketersediaan pupuk, dimana waktu tanam dan ketesediaan pupuk tidak selalu sinkron.
Di wilayah yang agak jauh dari pusat perkotaan, petani sering tidak mendapatkan
pupuk yang berimbang atau hanya menggunakan pupuk urea saja akibatnya
produktivitasnya sangat rendah (hal ini dibuktikan dengan data ubinan yang ada).
Penyebabnya adalah petani belum memiliki pengetahuan dan kemampuan / akses
dalam mengaplikasikan teknologi pemupukan.
Halaman 72
Perontok Kedelai /Thresher 6 - 6
Perontok Multiguna (Padi, Jagung, Kedelai) 6 - 6
Pembersih Gabah /Winower 15 - 15
Pengering tipe datar /Flat Bed Dryer 10 - 10
Pengering tipe vertikal /Continuous Dryer 1 - 1
Penggilingan Padi Kecil /Small Rice Mill 268 3 271
Penggilingan Padi Menengah / Medium Rice
26 - 26
Mill
Penggilingan Padi Besar / Large Rice Mill 23 - 23
Penyimpan hasil tanaman pangan (Silo) 1 - 1
Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO)/Kompos 70 4 74
Sumber : Statistik Pertanian DKPP (2017)
Halaman 73
Namun pengendalian lahan ini masih banyak kendala diantaranya adalah belum
adanya data kepemilikan LP2B by name by adress. Berdasarkan Perda nomor 10 tahun
2015 tentang PLP2B, dalam pelaksanaan harus mempunyai data kepemilikan lahan
pertanian di kawasan PLP2B dalam bentuk by name by adress.
Tabel .3.16. Rekap kelompok tani berdasarkan kelas kelompok Provinsi Jawa Timur
Halaman 74
12 Situbondo 954 663 123 7 0 161
30 Kota Kediri 71 35 31 3 2 0
Kota
33 122 54 20 2 0 46
Probolinggo
34 Kota Pasuruan 47 41 5 0 0 1
Kota
35 65 51 11 0 0 3
Mojokerto
36 Kota Madiun 50 37 0 0 0 13
Halaman 75
Sebaran kelas kelompok tani ini yang perlu diperhatikan adalah kelompok tani
Pemula yang masih banyak di Kabupaten Probolinggo, jika dilihat korelasi antara
kelompok pemula dengan kinerja maka terlihat bahwa daerah dengan kelompok
pemula yang dominan juga mengalami kinerja yang tidak bagus.
7
Belum ada kelompok tani kelas utama
Halaman 76
kelompok petani yang berpotensi sehingga diharapkan dapat mengembangkan
agribisnis lebih lanjut di masa akan datang.
a. Tanaman Padi,
Halaman 77
sifatnya yang inelastisitas maka harga komoditi padi tidak bisa terlalu tinggi
maupun terlalu rendah. Upaya pemerintah tesebut antara lain tanaman padi
mendapatkan subsidi pupuk, bantuan benih, proteksi harga beras (HPP) dan
penetapan kouta impor besar. Karena itulah keberadaan tanaman padi
cenderung stabil setiap tahunan.
Perubahan kenaikan ataupun penurunan luas tanaman padi tergantung
kepada kondisi yang terjadi, selama beberapa tahun terakhir kejadian yang
mempengaruhi kenaikan luas tanam adalah adanya program dari pemerintah
dan iklim yang cenderung basah. Sedangkan kejadian yang menurunkan luas
tanaman padi adalah iklim yang kering, adanya serangan OPT yang masif pada
tanaman padi, dan penurunan luas lahan pertanian.
Secara umum di Kabupaten Probolinggo Prasarana, sarana, dan sumber
daya manusia yang mendukung pengembangan tanaman padi telah tersedia
mulai dari sumber air irigasi, saluran irigasi, pupuk, pestisida, alat mesin
pertanian, benih, penangkar benih, penggilingan padi, kelompok tanam,
kelompok panen. Namun target meningkatkan produksi padi yang semakin
tinggi sedangkan ketersediaan prasarana semakin berkurang maka dibutuhkan
ketersediaan air irigasi yang lebih besar melalui penyediaan prasarana (waduk
atau embung besar) maupun pengelolaan air irigasi yang efisien.
Varietas yang banyak dikembangkan di Kabupaten Probolinggo antara
lain IR64, Inpari, Mambaramo, Simbada, Situbagedit, Ciherang, dan beberapa
varietas lainnya. Penggunaan benih di Probolinggo dataran tinggi sering tidak
efisiensi (melebihi anjuran), sedang untuk di Probolinggo dataran rendah cukup
maju dalam pemanfaatan benih. Hampir semua benih padi yang digunakan
oleh petani di Kabupaten Probolinggo adalah benih berlabel dan unggul ini
menunjukkan bahwa kesadaran penggunaan benih berlabel sudah tinggi,
secara umum benih dari Banyuwangi cukup populer digunakan para petani di
Kabupaten Probolinggo.
Halaman 78
menyebabkan ratusan hektar tanaman padi mengalami puso, dimana
penanaman padi yang ekspansif dari tahun 2014 hingga tahun 2016 ternyata
menyebabkan perubahan pola tanam yang signifikan dan menyebabkan
perubanan lingkungan di areal pertanian sehingga hama berkembang dengan
cepat. Apa yang terjadi kemudian adalah resurjensi pada tanaman padi
sehingga pada para petani mengalami kesulitan dalam mengendalikan hama
penyakit karena hama penyakit tidak mempan terhadap pestisida yang
digunakan.
Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Probolinggo termasuk
dibawah rata-rata Provinsi Jawa Timur, persoalannya adalah banyak teknologi
pertanian yang tidak diterapkan di Kabupaten Probolinggo. Sedangkan kendala
penerapan teknologi pertanian antara lain : keterbatasan akses sarana produksi
pertanian dan kemampuan petani yang masih rendah.
Range rata-rata produktivitas tanaman padi di kabupaten Probolinggo
antara 3,05-7,58 ton/ha dengan rata-rata keseluruhan sebesar 54,55 ton/ha.
Tentu saja hal ini menjadi suatu permasalahan.
b. Tanaman Jagung,
Tanaman jagung di Kabupaten Probolinggo cukup signifikan jumlahnya,
fungsi utama komoditi jagung di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai
makanan sehari-hari dan sebagai pakan ternak. Untuk jagung lokal banyak
Gambar 3.6. Komposisi Tanaman Jagung tahun 2018 ditemukan di daerah yang
kering atau dataran tinggi
serta dimanfaatkan sebagai
konsumsi manusia. Jagung
lokal banyak dimanfaatkan
sebagai cadangan pangan para
petani. Sedangkan untuk
tanaman jagung komposit dan
jagung hibrida lebih banyak
digunakan sebagai pakan
ternak. Di beberapa tempat di
Kabupaten Probolinggo Tiris, Maron, Sumberasih, Paiton, dan lain-lain
tanaman jagung memang dari awal dimaksudkan sebagai pakan cadangan
Halaman 79
ternak sapi jika pakan sapi dari bahan lain mengalami kesulitan untuk
didapatkan. Dibeberapa tempat didapatkan penjualan secara khusus hijauan
tanaman jagung (tebon) untuk pakan sapi.
c. Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang dianggap strategis oleh
pemerintah namun dalam pengembangannya mengalami banyak kendala. Luas
tanam kedelai di Kabupaten
Gambar 3.7. Perkembangan Luas Panen Kedelai Probolinggo pernah melebihi 4000
tahun 2002- 2018 di Kabupaten
Probolinggo ha (tahun 2007) namun
keberadaan tanaman tersebut
semakin lama semakin berkurang.
Sebagaimana terlihat dalam
gambar 3.7. yang menunjukkan
bahwa tanaman kedelai semakin
menurun luas budidayanya, dan
beralih ke komoditi lainnya.
Tanaman kedelai banyak beralih ke
komoditi padi, jagung, dan sengon.
Daerah tanaman kedelai saat ini
antara lain Kuripan, Bantaran, Tegalsiwalan, Paiton, Maron, Wonomerto, dan
Tongas.
Beberapa hal yang mempengaruhi pengembangan tanaman kedelai
diantaranya adalah
Halaman 80
i. harga jual kedelai, benih kedelai tidak mudah didapat, dan produktivitas
tanaman kedelai cenderung stagnan (rendah) sehingga tidak
memberikan keuntungan bagi para petani dan cenderung merugikan.
ii. Pada saat ini budidaya tanaman kedelai dilakukan di lahan-lahan yang
marginal dan juga dilakukan budidaya pada masa peralihan dari
tanaman padi yang berlahan basah ke tanaman tembakau yang
memerlukan lahan yang kering.
iii. Terdapatnya bantuan sarana produksi bagi petani tanaman kedelai, hal
inilah sempat menaikkan luas tanaman kedelai. Namun hal ini tidak
mudah karena masa dormasi benih kedelai yang pendek, pemilihan
waktu realisasi bantuan benih dan waktu yang tanam kadang menjadi
kendala dalam pengembangan karena tidak sinkronnya watku.
Budidaya tanaman ubi kayu semuanya dilakukan di lahan non sawah , dan
waktu penanaman dilakukan pada musim hujan, dengan umur panen kurang lebih
selama 8 bulan. Ubi kayu disamping komoditi dapat digunakan sebagai persediaan
pangan bagi masyarakat di daerah yang tadah hujan. Dengan begitu ubi kayu
merupakan upaya masyarakat dalam mengatasi terbatas pangan bagi mereka
karena tidak banyak pilihan tanaman pertanian yang dapat digunakan untuk
persediaan pangan mereka.
Halaman 81
Pada saat ini,
Gambar 3.8. Sebaran Ubi kayu kabupaten Probolinggo
kelebihan produk ubi
300
kayu dapat diolah
Sumber
Kuripan
Krucil
Kotaanyar
Leces
Tongas
Tiris
Sumberasih
Wonomerto
Tegalsiwalan
e. Tanaman Mangga,
Halaman 82
Usaha ekonomi dari pengusahaan komiditi mangga dalam masih
menggunakan cara-cara yang
Gambar 3.9. Komposisi varietas mangga diusahakan
tradisional, yang mana di Kab Probolinggo (Sensus BPS 2013)
sifatnya adalah skala kecil,
menyebar ke pelosok-
Kweni/Kebemb Cengkir
pelosok daerah, keragaman em; 0,16% Indramayu;
0,01%
yang besar dan sering Manalagi;
melibatkan para pedagang 27,86%
Dari data Sensus Pertanian 2013 terdapat 248.194 buah pohon mangga yang
digunakan untuk usaha (dijual) Selebihnya digunakan untuk konsumsi sendiri oleh
masyarakat biasa. Upaya-upaya untuk meningkatkan ke skala usaha telah dilakukan
pada beberapa tahun terakhir ini, beberapa penerapan teknologi pertanian telah
dilakukan dan difasilitasi, dan telah timbul beberapa usaha baru yang bisa
meningkatkan nilai tambah dari komoditi mangga. Dengan penggunaan SOP dan
GAP komoditi mangga, terdapat peningkatan kualitas komoditi mangga mulai dari
budidaya, pasca panen, hingga pemasaran komoditi.
Halaman 83
Tabel 3.18. Jumlah Tanaman Mangga yang dibongkar di Kabupaten
Probolinggo selama 5 tahun terakhir
f. Tamanan Pisang,
Halaman 84
g. Tanaman Alpokat,
Halaman 85
Untuk saat ini pengembangan alpokat masih terfokus pada alpokat varietas
rengganis dan alpokat varietas mentera, salah satunya adalah di kebun benih
hortikultura di desa Lumbankuning Lumbang. Dimana di kebun benih telah
memiliki Pohon Induk yang akan digunakan untuk pengembangan varietas
alpokat unggul.
Gambar 3.10. Pola Tanam, Produksi, dan harga cabe daerah sangat berpengaruh.
rawit per bulan tahun 2016 di Kabupaten
30.000
Probolinggo Dengan ketersediaan jaringan
25.000 komunikasi membuat tingkat harga
20.000
cabe rawit menjadi volatil karena
15.000
10.000
tingkat harga dari daerah lain
5.000 dengan cepat dapat diketahui.
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kebutuhan cabe rawit sangat tinggi
Produksi (Kui) Tanam (Ha) Harga (Rp)
karena itulah maka petani sangat
menyenangi budidaya cabe rawit namun resiko penurunan harga ini telah membuat
budidaya cabe rawit terkendali. Sifat komoditi cabe yang tidak bisa disimpan lama
(Perishable) setelah dipanen bisa menjadi kerugian yang cukup besar.
i. Tanaman Kentang,
Halaman 86
Peningkatan produksi kentang dengan menyediakan prasarana air akan menjadi
salah satu solusi yang berdampak luas bagi kesejahteraan masyarakat.
Halaman 87
j. Tanaman Kubis
Berdasarkan pemetaan yang telah dimiliki oleh Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo maka per desa di wilayah Kabupaten
Probolinggo dapat dibagi menjadi 3 tipe kawasan (Pertumbuhan ~ 57 desa,
Pengembangan~24 desa, dan Pemantapan~31 desa). Desa-desa pada daerah
Pemantapan dan Pengembangan sebagian besar di Dringu, Tegalsiwalan, Leces,
Gending, dan Banyuanyar. Sedang kawasan pertumbuhan dan pengembangan
bawang merah ada di 10 lainnya. Pembagian kawasan tersebut berdasarkan
kepada besaran luas penanaman bawang merah dan kapasitas produksi. Dari
Halaman 88
pembagian kawasan tersebut dapat dilihat ketersediaan sarana prasarana
penunjang produksi tanaman bawang merah. Mulai dari irigasi, alsintan, pupuk
pestisida, gudang penyimpan, dan sentra pasar bawang merah.
Halaman 89
Kasus plasi selama beberapa tahun terakhir telah mendapatkan perhatian dari para
pemangku kepentingan.
m. Tanaman Tembakau
Halaman 90
Setiap tahun sudah terdapat komunikasi antara pemerintah Kabupaten
Probolinggo, pihak gudang tembakau, dan petani tembakau tentang jumlah
kebutuhan tembakau gudang sehingga diharapkan bisa meminimalisir terjadinya
kerugian para petani akibat over produksi.
Untuk tembakau jawa dan tembakau kesturi kebanyakan berada di wilayah
barat, yaitu tembakau kesturi di Tongas, tembakau Jawa di Wonomerto dan
Tongas. Pola pemasaran kedua tembakau adalah cara-cara tradisional yang sudah
cukup lama, dengan segmen pasar yang tradisional pula.
Dalam pengembangan tanaman tembakau terkendala dengan adanya
serangan penyakit keker, dimana serangan terjadi pada spot-spot di areal budidaya
tembakau, diperkirakan terjadinya serangan ini karena adanya penyakit dengan
inang tanaman pertanian yang ada di kawasan tersebut, untuk itulah perlu
dibuatkan pemetaan budidaya tanaman pertanian, sehingga pengendalian hama
penyakit dapat lebih lagi. Selain itu perubahan pola tanam di kawasan tanaman
tembakau, dimana penyebab perubahan itu adalah alih komoditi tembakau ke
tanaman pertanian lainnya, mengingat salah satu fungsi budidaya tanaman
tembakau adalah tata hubungan sosial maka hal ini menandakan perubahan sosial,
utamanya hubungan antara pemilik lahan dengan penggarap yang terjadi berubah
FCTC (Framework Convention on Tobacco Control), FCTC merupakan
perjanjian internasional tentang kesehatan masyarakat yang disepakati anggota
WHO. FCTC mengatur tentang pengendalian permintaan konsumsi dan
pengendalian pasokan rokok. Didalamnya mengatur paparan asap rokok orang lain,
iklim promosi dan sponsor rokok, harga dan cukai rokok, kemasan dan pelabelan,
kandungan produk tembakau, edukasi dan kesadaran publik, berhenti merokok
hingga penjualan rokok pada anak dibawah umur. Diseluruh dunia terdapat 187
negara yang melakukan penandatangan FCTC dan 9 negera yang belum
menandatanganinya. Indonesia termasuk negara yang tidak melakukan
penandatangan FCTC. Persoalan FCTC inilah membuat pemerintah tidak
melakukan kebijakan meningkatkan produksi tanaman tembakau, melainkan ke arah
peningkatan kualitas tembakau. Karena itulah maka hal positif yang perlu
dikemukakan terhadap masalah termbakau adalah peningkatan pendapatan petani
tembakau. Peningkatan pendapatan bagi petani juga bagi masyarakat terkait
tembakau bisa mengurangi isue negatif tentang pemanfaatan tembakau. Secara
Halaman 91
nyata memang di Kabupaten Probolinggo di beberapa tanaman tembakau begitu
diminati untuk dibudidayakan, bahkan menjadi jalan hidup bagi masyarakat bukan
saja petani tembakau tetapi juga masyarakat disekitar juga menjadi lapangan kerja
tersendiri seperti adanya industri rokok.
n. Tanaman Tebu,
Perkembangan tanaman tebu semakin tahun semakin menurun, terdapat
permasalahan dalam pengembangannya walaupun tebu merupakan tanaman
strategis nasional. Saat ini tanaman tebu mayoritas dibudidayakan di daerah lahan
kering, sedang petani tebu semakin terbatas jumlahnya, tanaman tebu yang umur
panennya lebih 1 tahun membuat para petani dengan lahan kecil tidak akan
melakukan penanaman karena uang hasil panen yang seharusnya diterima terlalu
lama untuk ditunggu, hal ini tentu berbeda dengan era Koperasi Unit Desa (KUD)
ketika masih ada COL (cost of living) yang menanggung biaya hidup para petani. Di
Indonesia sendiri sudah berdiri pabrik-pabrik gula swasta, namun persoalannya
adalah semakin sedikit lahan yang bisa digunakan untuk budidaya tebu. Berkaca
dari itu maka pabrik-pabrik gula tersebut mengalami kekurangan bahan baku.
Alasan dari dari lahan sedikit inilah maka impor raw sugar menjadi alternatif yang
mudah dalam memenuhi kebutuhan konsumsi seluruh Indonesia.
Tahun 2017 harga tebu jatuh akibat hasil lelang tidak mencai harga yang
bagus. Tentu saja hal ini menyebabkan keuntungan para petani menipis, sehingga
di tahun-tahun berikut banyak petani tidak mau lagi menanam tebu. Sehingga
produksi tebu (batangan) di Kabupaten Probolinggo tahun 2018 mengalami
penurunan. Persoalan lainnya adalah para petani mayoritas menanam di lahan non
pertanian yang airnya sangat kurang, pada tahun 2018 curah hujan minim, sehingga
tanaman tebu mengalami penurunan produktivitas, tentu saja hal ini menimbulkan
kerugian bagi para petani.
o. Tanaman kelapa,
Di seluruh Kabupaten Probolinggo terdapat kurang lebih 660 Ha Tanaman
kelapa (data statistik Pertanian 2018). Berdasarkan data sensus BPS (2013) terdapat
41,01 Ha Tanaman Kelapa yang diusahakan secara intensif dan menjadi tanaman
Halaman 92
industri (khusus dipasarkan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil tanaman
kelapa di kabupaten Probolinggo digunakan untuk konsumsi sendiri.
Potensi
Gambar 3.11.Peta
Gambar 3.10. Petaserangan
seranganKwangwung
Kwangwung pada
pada Kelapa
Kelapa pengembangan
tanaman kelapa di
Kabupaten
Probolinggo seluas
1000 ha atau
143.000 pohon.
Namun terdapat
permasalahan yang
menonjol pada
Sumber : UPPT Kabupaten Probolinggo 2018
tanaman kelapa yaitu
serangan hama
penyakit yang cukup
p. Tanaman Kopi,
Tanaman kopi di Kabupaten Probolinggo saat ini perkembangan terbanyak
adalah di hutan milik perhutani. Sedang di lahan milik petani sendiri banyak yang
sudah tua sehingga tentu saja produktivitas rendah. Di daerah Probolinggo barat
lahan milik pertanian kurang perawatan, beberapa tanaman sudah berumur tua dan
tanamannya tinggi sehingga menyulitkan dalam pemeliharaan tanaman kopi.
Halaman 93
Kendala pengembangan lainnya adalah kurangnya tanaman naungan bagi benih
kopi yang masih berumur muda sehingga benih tanaman kopi sering mati setelah
ditanam.
Permasalahan lainnya dalam pengembangan kopi adalah masih adanya
petani kopi yang memanennya dalam keadaan kopi belum waktu (petik merah)
sehingga mutu dan harga kopi tidak tinggi. Penyebabnya adalah ketakutan kopi
yang dibudidaya dicuri hasil panennya sedangkan kopi belum waktunya dipanen.
Untuk saat ini kopi yang dihasilkan di Kabupaten Probolinggo telah
dikembangkan pemasaran dengan beberapa cara, diantaranya adalah kopi organik,
kopi dalam kemasan yang modren, kopi racik. Kopi di Kabupaten Probolinggo
walaupun sangat luas budidaya namun brand image kurang kuat sehingga sering
kopi Probolinggo dipasarkan dengan brand image daerah lain.
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten Probolinggo
Halaman 94
manusia dan serta pengentasan 7 Menurunnya angka
penurunan angka kemiskinan pengangguran
kemiskinan; 8 Meningkatnya
Kesetaraan gender
9 Terkendalinya jumlah
penduduk
10 Meningkatnya ketahanan
pangan
3 Mewujudkan 4 Meningkatkan 11 Meningkatnya kualitas
Keadilan melalui Kualitas penyelenggaraan
Tata Kelola Penyelenggaraan pemerintah
Meningkatnya kualitas
Pemerintahan Pemerintahan dan
pelayanan publik
yang Baik dan Pelayanan Publik
Bersih
kondisi yang diharapkan pada tahun 2023 dari kedua kondisi tersebut
adalah tingkat kemiskinan dapat diturunkan menjadi 15,22% dan pertumbuhan
ekonomi rata –rata selama 5 tahun menjadi 4,9%. Kedua kondisi tersebut dapat
dicapai jika beberapa metode digunakan dengan beberapa tahapan.
Halaman 95
Tabel 3.21. Tujuan dan Indikator Tujuan Kabupaten Probolinggo Tahun 2019-2023 terkait DKPP
Kondisi Kondisi
Tujuan Indikator Tujuan
Awal 2018 Akhir 2023
3. Meningkatnya Keadilan dan Kesetaraan Gender, serta pengentasan kemiskinan. Tingkat Kemiskinan 18,87 % 15,22 %
Tabel 3.22. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten Probolinggo Tahun 2019-2023 terkait DKPP
Kondisi Kondisi
Indikator Target Capaian
Misi Tujuan Sasaran Awal Akhir
sasaran
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2023
Meningkatkan Kesejahteraan Meningkatnya Meningkatnya
Masyarakat yang Berkeadilan Keadilan dan ketahanan Indeks
melalui peningkatan kualitas Kesetaraan Gender, pangan Ketahanan NA 69,25 69,5 69,75 71 71,25 71,25
sumberdaya manusia dan serta pengentasan Pangan
menurunkan angka kemiskinan kemiskinan.
Mewujudkan daya saing Meningkatkan Meningkatnya
% laju PDRB
daerah melalui peningkatan pertumbuhan PDRB sektor
sektor 29,93 29,98 30,11 30,71 31,22 31,84 31,84
pertumbuhan ekonomi dan ekonomi yang strategis
strategis
pembangunan berkelanjutan inklusif
Sumber : RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2018-2023
Halaman 96
Sasaran meningkatnya ketahanan pangan. semuanya bertujuan meningkatkan
keadilan, kesetaraan gender, dan pengentasan kemiskinan. Dimana terdapat
beberapa kondisi di kabupaten Probolinggo yang perlu diperhatikan seperti indeks gini,
angka kemiskinan, dan indeks ketahanan pangan itu sendiri.
Halaman 97
Gambar Indeks Gini Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2017
0,36 0,36
0,35
0,34
0,33
0,32
0,32 0,31
0,31 0,3
0,3
0,29
0,28
0,27
2014 2015 2016 2017
Halaman 98
Tunai,Program Keluarga Harapan, jaminan kesehatan, batuan pendidikan, bantuan
modal usaha dan sebagainya.
Pada tahun 2014 s/d tahun 2016 jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Probolinggo mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah
penduduk miskin di di Kabupaten Probolinggo sebanyak 231,92 ribu atau 20,44%. Pada
tahun 2015 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Probolinggo mengalami kenaikan
menjadi 236,96 ribu atau 20,82%. Kemudian pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin
di Kabupaten Probolinggo kembali mengalami kenaikan menjadi 240.470 ribu atau
20,98%. Kondisi dan capain tersebut selaras dengan kondisi garis kemiskinan di
Kabupaten Probolinggo yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Garis
Kemiskinan Kabupaten Probolinggo pada tahun 2014 sebanyak 340.539. Pada tahun
2015 garis kemiskinan Kabupaten Probolinggo mengalami peningkatan menjadi
355.656. Kemudian pada tahun 2016 garis kemiskinan Kabupaten Probolinggo kembali
mengalami peningkatan menjadi 373.569. Berikut data terkait angka kemiskinan di
Kabupaten Probolinggo yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.23. Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 – 2018
No Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
1. Jumlah Penduduk Miskin 231,92 236,96 240.470 N/A N/A
(000 orang )
2. Prosentase Penduduk 20,44 20,82 20,98 N/A N/A
Miskin (%)
3. Garis Kemiskinan 340.539 355.656 373.569 N/A N/A
(Rp/Kap/Bln)
Sumber : BPS Kabupaten Probolinggo, 2017
Halaman 99
Kemiskinan harus dipandang secara luas agar dalam implementasi
kebijakannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Kemiskinan bukan hanya
persoalan banyaknya penduduk miskin, tetapi juga seberapa besar jarak rata-rata
pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang
disebut sebagai P1, dan keragaman pengeluaran antar penduduk miskin (P2).
Halaman 100
Tabel 3.24. Perbandingan jumlah pengeluaran pangan
Jumlah Komposisi
Jenis Pengeluaran
pengeluaran pengeluaran
Bukan Makanan Rp 289.319,- 45,6%
8
Laporan akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018 (DKPP)
Halaman 101
mangga, tebu, dan lain-lainnya. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan beras sebagai
sumber pangan utama semakin besar sehingga mengurangi jumlah budidaya tanaman
lainnya.
Padahal tanaman lain-lainnya tersebut juga dibutuhkan dalam penguatan
sistem pangan (pola konsumsi pangan /B2SA). Tanaman-tanaman lain juga berfungsi
sebagai penyedia protein, lemak, dan vitamin bagi masyarakat, sebagai rangkaian
penyedia pakan ternak yang efektif dan efisien bagi para peternak.
Halaman 102
Tabel 3.25. Bobot indikator Kabupaten Probolinggo Berdasarkan Expert
Judgement
Kabupaten
No Indikator Bobot
Probolinggo
Halaman 103
Sasaran meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto Sektor Strategis.
Upaya meningkatkan PDRB sekt. or strategis, salah satunya adalah sektor pertanian ,
merupakan salah satu yang cukup berat. Sebagaimana diketahui bahwa semakin
banyak kendala dalam meningkatkan produksi pertanian. PDRB lapangan usaha
pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhan
tersebut cenderung mengalami perlambatan. Perlambatan terjadi karena jumlah
produksi pertanian mengalami penurunan. Penyebab utama penurunan produksi
selama tahun 2017-2018 adalah anomali iklim dan penurunan kualitas lingkungan.
Anomali iklim dan penurunan kualitas lingkungan menyebabkan perubahan pola tanam,
ledakan hama penyakit (outbreak) sehingga mengalami penurunan produktivitas, puso
pada tanaman pertanian, luas tanam tanaman pertanian berkurang akibat dari para
petani menunda budidaya tanaman. Penyumbang terbesar penurunan PDRB adalah
penurunan produksi komoditi padi, Jagung, tanaman kentang, dan tanaman tebu. Dan
terdapat beberapa tanaman lain yang mengalami penurunan juga.
Tabel 3.26. Data PDRB ADHK Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Kabupaten Probolinggo, tahun 2014-2017
Lapangan Usaha Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Target pertumbuhan ekonomi yang ekslusif yang setiap tahun lebih dari 4 %
maka tentu saja hal tersebut sulit dicapai dari sektor pertanian saja. Walaupun saat ini
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih sebagai penyumbang PDRB terbesar
(35,92%) di Kabupaten Probolinggo.
Halaman 104
PDRB Per Kapita. PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah bruto
yang dihasilkan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas ekonomi.
Gambar 3.13. Laju Perkembangan PDRB per Kapita Nilainya diperoleh dari PDRB
Kabupaten ProbolinggoTh 2013-2017 dibagi dengan jumlah penduduk
(dalam Rp)
pertengahan tahun. Indikator ini
digunakan untuk mengukur
24.430.000…
tingkat kemakmuran penduduk
24.406.716,71 suatu daerah dalam periode
22.515.291,24
tahun tertentu. Walaupun nilai
PDRB per kapita dapat dijadikan
20.442.534,…
Halaman 105
Dalam bidang pertanian meskipun semakin berkurang perannya dalam
kontribusi PDRB namun bidang pertanian juga mengalami perkembangan dalam
usahanya, dimana terdapat diversifikasi Gambar 3.14. Kontribusi ekonomi per
Komoditi Pertanian Tahun 2018
usaha pertanian yang telah mendukung
upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas
dalam berusaha tani. Terdapat
spesialisasi usaha tani bagi tiap-tiap
anggota masyarakat, seperti misalnya
penyewaan peralatan pertanian
(handtraktor, combine harvester, Rice
Halaman 106
Sedang Misi 4 pemerintah Kabupaten Probolinggo periode 2019-2023
tentang daya saing daerah maka terhadap 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu daya
saing kompetitif dan daya saing komparatif komoditi pertanian.
9
Kajian atas kebijakan penguatan daya saing daerah dalam rangka
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat- Kementerian Keuangan RI
Ditjen Perimbangan Keuangan
Halaman 107
Gambar 3.15 Kecenderungan Produksi Pangan Tahun 2002-2018 (Ton)
NOMENKLATUR
PROGRAM
UNGGULAN KETERANGAN PROGRAM UNGGULAN
BUPATI
1 Hati Sejahtera Mewujudkan desa yang mandiri dalam pengelolaan
sumber daya alam, sosial, dan lingkungan hidup. Target 5
(Penguatan tahun : 10 desa mandiri pangan, 75 desa mandiri
Ekonomi) ekonomi, dan 100 desa mandiri ekonomi.
Halaman 108
5 Hati Melayani Peningkatan pelayanan publik berbasis TIK melalui
(Pelayanan pengembangan Smart City. Target 5 tahun :
Pemerintahan) Pengembangan 10.000 smart citizen, a smart
government, smart environment.
Halaman 109
3.3. Telaahan Renstra Kementerian Pertanian dan Renstra Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Halaman 110
Untuk komoditi padi dan komoditi bawang merah Kementerian Pertanian RI telah
menetapkan peta kawasan komoditi strategi dimana sebaran dari komoditi ini telah
ditentukan.
10
Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu Provinsi Jawa
Timur – Kementan RI 2015
Halaman 111
Sedangkan untuk komoditi bawang merah, juga telah ditetapkan melalui
penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional11 . dimana dengan
penetapan ini maka Kabupaten Probolinggo mendapatkan anggaran Tugas
Pembantuan untuk bawang merah. Dari penetapan inilah maka Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo membuat Rencana Aksi
Pengembangan Komoditi Bawang Merah. Terdapat sekitar 112 desa yang menjadi
sasaran pengembangan bawang di Kabupaten Probolinggo.
11
Kementan RI nomor 830/Kpts/RC.040/12/2016
Halaman 112
Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, secara
keseluruhan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur selalu
mengikutsertakan
Kabupaten Probolinggo
Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur dalam program kegiatan.
Kebijakan pembangunan tanaman pangan
dan hortikultura Provinsi Jawa Timur diarahkan
Dimana anggaran dari
untuk :
1. Pemanfaatan spesifikasi teknologi yang
Dinas Pertanian dan
tepat guna;
2. Penyediaan sarana produksi (benih/ bibit
Ketahanan Pangan
dan pupuk) memenuhi syarat 6 tepat dan
pengembangan pupuk organik;
kebanyakan digunakan
3. Pengembangan infrastruktur, sarana dan
prasarana pertanian
untuk demplot tanaman
4. Perlindungan tanaman dari serangan OPT
dan fenomena iklim;
pertanian, bantuan alat
5. Peningkatan efisiensi usaha pengolahan
hasil pertanian;
mesin pertanian, bantuan
6. Pengembangan agroindustri pedesaan
berbasis tanaman pangan dan
benih tanaman pangan,
hortikultura;
7. Pengembangan kawasan komoditas
bantuan pestisida
tanaman pangan dan hortikultura
penyangga, dan koordinasi
unggulan dan kawasan agropolitan;
8. Pengembangan SDM petugas melalui
program kegiatan yang
pembinaan teknis PPHP dan penerapan
sistem jaminan mutu;
berasal dari Kementerian
Pertanian RI. Hal-hal yang
menjadi fokus dari Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan dimasa akan datang adalah Kawasan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (KLP2B). Dimana terdapat penekanan bahwa semua insentif/
bantuan sarana produksi termasuk (pupuk bersubsidi) akan diprioritas ke LP2B, selain
LP2B kawasan agropolitan juga masih mendapatkan perhatian.
Halaman 113
Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (2014-2019), renstra Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Timur berisi tentang strategi peningkatan produksi tanaman
perkebunan, strategi peningkatan nilai tambah hasil produksi tanaman perkebunan,
dan pemberdayaan petani Strategi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur
1. Meningkatkan intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi
perkebunan. Selama ini tanaman perkebunan
2. Mengoptimalkan pengembangan perkebunan di lahan marginal
dalam prakteknya komiditi 3. Mempertahankan existing lahan historis perkebunan
4. Meningkatkan sarana dan prasarana budidaya
yang banyak mendapatkan 5. Mengoptimalkan pengendalian hama penyakit dan gangguan
usaha perkebunan
perhatian dari provinsi
6. Meningkatkan pengawasan pemakaian dan peredaran benih
adalah tanaman kopi dan perkebunan
7. Meningkatkan ketersediaan benih perkebunan unggul dan
tanaman tembakau. bermutu
8. Meningkatkan sarana dan prasarana pasca panen dan
Beberapa tahun pengolahan hasil perkebunan
9. Meningkatkan kapasitas SDM dalam proses pasca panen
terakhir Dinas Perkebunan perkebunan
10. Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan petani perkebunan
Provinsi telah memberikan secara berkelanjutan.
11. Meningkatkan sekolah lapang perkebunan
bantuan sarana produksi 12. Meningkatkan fasilitas kelembagaan petani perkebunan
tanaman perkebunan
berupa benih, pupuk, dan peralatan alat mesin pertanian.
Untuk program kedepan masih mengacu kepada perluasan areal lahan
perkebunan atau setidaknya mempertahankan luasan lahan perkebunan yang ada.
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
a. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Dalam kajian-kajian yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Probolinggo, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian selalu
diikutsertakan dalam penyusunan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang), dimana dalam
RDTR tersebut luasan LP2B selalu diperhitungkan, sehingga dengan adanya kepastian
hukum penataan ruang maka diharapkan dalam implementasi dikemudian hari
nantinya tidak menimbulkan konflik horisontal dan vertikal dalam urusan penataan
lahan pertanian dan non pertanian.
Halaman 114
Tabel 3.30. Rencana Pentahapan Pemanfaatan STRUKTUR RUANG sesuai RTRW Kabupaten Probolinggo
Halaman 115
3 Rencana Pengembangan jaringan transmisi tersebut antara lain: Desa : Bhinor, KaliKajar Wetan,
Jaringan energi 1) Pengembangan pembangkit, PLTU Jawa Timur Selatan, Kota Anyar, Talkandang, Kedung
PLTU Grati, PLTU Paiton III – IV, PLTU Madura, PLTU Rejoso, Sumber Centeng, Bucor
Kulon, Glagah, Sindet Lami, Sumur
Pasuruan, akan memberikan peningkatan supply
Dalam, Besuk Kidul, Besuk Agung,
energi listrik ke sistem Jawa Bali (termasuk Wilayah Krampilan, Matekan, Sokaan,
Madura) dengan pengendali sistem operasi di Jawa Dawuhan, Kedung Caluk,
Timur di Waru Kabupaten Sidoarjo. Karangren, Seboroh, Rawan, Opo-
2) Pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan opo, Petemon, Selogudig Wetan,
Ekstra Tinggi 500 KV dan Saluran Udara dan atau Kabel Puspan, Brani Lor, Wonorejo,
Tegangan Tinggi 150 KV diperlukan untuk menyalurkan Maron Wetan, Maron Kulon,
Kedung Sari, Klenang Lor, Tarokan,
energi listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit baru,
Liprak Wetan, Liprak Kulon,Banyu
yaitu SUTET 500 KV Paiton – Banyuwangi, serta Anyar Kidul, Blado Wetan, Blado
transmisi 150 KV, Kediri, Gresik, Sidoarjo, Nganjuk, Kulon, Sumber Kledung, Sumber
Tulungagung, Madiun, Mojokerto, Kota Surabaya dan Kedaung, Clarak, Leces,
Kabupaten Bangkalan Kerpangan, Kramat Agung,
3) Pengembangan sistem distribusi 20 KV diperlukan Tempuran, Tunggal Crème,
untuk menyalurkan energi ke kawasan yang Sumber Kare, Jrebeng,
Sepohgembol, Sumberrejo, Purut,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Sumber Kramat, Tongas Wetan,
serta daerah yang belum berlistrik dan bergantung Klampok Wetan, Curah Tulis,
pada dana yang ada. Sumuran, Tanjung Rejo, Wates
Tani, Sedarung, Wot Galih,
Dandang Genis, Sumber Anyar,
Sumber Dawe, Grati, Sumber
Agung, Gejug Jadi, Branang,
Halaman 116
BalungAnyar, Tampung, Jatirejo,
Wates
4 Rencana Pengembangan jaringan telepon mengikuti pola jaringan Seluruh di Kabupten Probolinggo
jaringan yang telah ada saat ini. Pengembangan yang akan dilakukan
telekomunikasi mempertimbangkan jumlah calon pelanggan, rencana
jaringan yang akan dikembangkan oleh Telkom, tingkat
perkembangan kawasan yang akan terjadi, dan efisiensi
serta efektifitas pemasangan sambungan
5 Rencana sistem Pengaturan tata cara dan prosedur pengelolaan sumber- luasan keseluruhan daerah irigasi
jaringan sumber sumber air berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang di Kabupaten Probolinggo sesuai
daya air sumberdaya air, Pola Pengelolaan sumberdaya air disusun dengan Kepmen PU No. 390 Tahun
untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi 2007 seluas 37.125 Ha.
masyarakat berdasarkan wilayah sungai dengan prinsip
keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Dalam
penyusunan pola tersebut, harus melibatkan masyarakat
dan dunia usaha.
Pemanfaatan sumberdaya air untuk pertanian diarahkan
pada sistem jaringan irigasi yang harus di perhatikan oleh
Dinas PU Daerah, terutama untuk pertanian lahan basah
melalui pembangunan dan pengembangan saluran.
Pemanfaatan sumberdaya air untuk keperluan irigasi
diarahkan pada pemanfaatan air permukaan yaitu air sungai,
mata air dan air tanah.
Peningkatan fungsi jaringan irigasi secara maksimal
berhubungan lansung dengan perbaikan pada kerusakan
jaringan irigasi kondisi eksisting dan faktor penunjang
lainnya. Karena dengan jaringan irigasi yang baik maka air
Halaman 117
dapat mengalir tanpa terhambat sesuai keinginan dengan
maksimal
Rencana pengembangan prasarana irigasi antara lain
dengan :
Peningkatan jaringan irigasi sederhana dan irigasi
setengah teknis
Peningkatan sarana dan prasarana pendukung
Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan
daerah resapan air
Pengembangan embung/waduk baru, bendungan dan
cek dam pada kawasan potensial
Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran
irigasi;
Rehabilitasi dan pemeliharaan kerusakan jaringan
irigasi
Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air
Pengembangan Agropolitan di Lumbang, Sukapura, dan Sumber sebagai Agropolitan dengan kegiatan utama sebagai pusat pengembangan
perkebunan dan hortikultura.
Halaman 118
Tabel 3.31. Rencana Pentahapan PEMANFAATAN POLA RUANG sesuai RTRW Kabupaten Probolinggo periode 2010-2029
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
1 Rencana I. Hutan lindung Lumbang, Sukapura,
Kawasan Pengembalian ke fungsi semula, konservasi, pengelolaan dan pengendalian Sumber Kuripan, Tiris,
erosi;
Lindung Krucil dan Gading
Pengembalian fungsi hutan, konservasi dan pengelolaan dengan prinsip
hutan kemitraan;
Pengendalian fungsi hutan, pengelolaan kawasan penyangga dan
mempertahankan keberadaan kebun campur;
Pengendalian top soil dengan metoda rorak;
Gerakan Penghutanan Kembali Kawasan Hutan lindung;
Perlindungan dan pemantapan Kawasan Hutan Lindung
II. Kawasan Resapan Air
Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu;
Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan
meresapkan air;
Pembuatan sumur-sumur resapan.
III. Kawasan Perlindungan Setempat Tongas, Sumberasih,
a) Sempadan Pantai Dringu, Gending,
Halaman 119
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan pantai, pengembalian fungsi Pajarakan, Kraksaan, dan
lindung pantai yang mengalami kerusakan dan pengembangan pariwisata Paiton
pantai
b) Sempadan Sungai
Pencegahan dan pengendalian kegiatan budidaya, pengamanan aliran
sungai, penanganan limbah industri, pengembangan sistem sanitasi dan
pengelolaan air buangan
Penataan sempadan sungai Pekalen
Penataan sempadan anak sungai
Pembangunan waduk
Penataan saluran gendongan sungai
c) Sekitar waduk
Penataan dan perlindungan kawasan sekitar ranu/waduk
Pengembangan waduk sebagai lokasi pariwisata
d) Sempadan Mata air
Penataan dan perlindungan kawasan sekitar mata air
IV. Kawasan Suaka Alam, pelestarian alam dan cagar budaya Sukapura kawasan
a) Cagar Alam Tengger – Bromo
Perlindungan cagar alam di pulau Gili Ketapang
Halaman 120
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
Perlindungan Cagar alam di Goa Lawe
Perlindungan Cagar alam di sungai Kolbu seluas 18,8 ha
Perlindungan dan konservasi lingkungan dataran tinggi Hyang
sepanjang pantai di
b) Kawasan pantai berhutan bakau
Tongas, Sumberasih,
Pelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan Dringu, Gending,
kondisi/ kualitasekosistem terumbu karang Pajarakan, Kraksaan dan
Reboisasi hutan mangrove Paiton
c) Taman Nasional
Pelestarian dan perlindungan terhadap kawasan Taman Nasional
d) Taman Wisata Alam
Pengembangan pariwisata di Kawasan Taman Nasional
Pengembangan obyek wisata alam pantai Bentar Indah
Pengembangan obyek wisata alam Pulau Gili Ketapang
Pengembangan obyek wisata alam air terjun Kalipedati
Pengembangan obyek wisata alam air terjun Madakaripura
Pengembangan obyek wisata alam Danau Taman Hidup
Pengembangan obyek wisata alam Danau Ronggojalu
Pengembangan obyek wisata alam Padang Rumput Sikasur
Pengembangan obyek wisata alam Ranu agung Ranu jeram
Halaman 121
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
Pengembangan obyek wisata alam perkebunan teh Adung Biru
Halaman 122
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
Penataan daerah lingkungan sungai lindung, serta kawasan
Menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir bersudut lereng lebih dari
45%. Terdapat di
Pengelolaan daerah tangkapan air dengan rehabilitasi hutan dan lahan
Sukapura, Lumbang,
yang rusak serta konservasi lahan dan air
Tongas, Kucil, Tiris,
c) Kawasan Rawan Longsor Kuripan, Gading,
Penanganan daerah-daerah rawan longsor dengan cara reboisasi Bantaran, Sumber,
d) Kawasan Rawan Banjir/ genangan Pakuniran, Kotaanyar,
Pengaturan debit banjir Wonomerto, Paiton,
Dringu dan Tegalsiwalan.
Penataan daerah lingkungan sungai
Selain kawasan rawan
Menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir bencana yang disebabkan
Pengelolaan daerah tangkapan air dengan rehabilitasi hutan dan lahan oleh hal-hal di atas,
yang rusak serta konservasi lahan dan air terdapat juga kawasan
rawan longsor di
Krejengan, Gading,
Kraksaan, Besuk,
Pakuniran, Paiton dan
Kotaanyar.
VI. Kawasan Kawasan Lindung Geologi
a) Kawasan rawan gempa
Penanganan daerah-daerah rawan gempa
Halaman 123
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
b) Kawasan rawan letusan gunung berapi
Penanganan daerah-daerah rawan letusan gunung berapi
Pembangunan saluran lahar dan posko siaga
VII. Kawasan Kawasan Lindung Lainnya (perlindungan plasma nutfah) kawasan Taman Nasional
Pengembangan perlindungan plasma nutfah di wilayah pantai Bromo Tengger Semeru
dan kawasan perairan
tepian pantai utara
Kabupaten Probolinggo
2 Rencana I. Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan kawasan barat
Pengembangan hutan produksi
Budidaya (Kecamatan Sukapura)
Upaya pengolahan hasil hutan secara terbatas melalui hak penguasaan
dan kawasan timur
yang hutan kemasyarakatan (HPHKM)
(Kecamatan Krucil).
memiliki Peningkatan pembinaan masyarakat desa hutan oleh HPH dan HPHTI
nilai Usaha peningkatan kualitas hutan dan lingkungan dengan
strategis pengembangan obyek wisata alam yang berbasis pada pemanfaatan
hutan
Halaman 124
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
II. Peruntukan Pertanian
Intensifikasi dan diversifikasi tanaman hortikultura
Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan
Kecamatan Gading,
Penyuluhan dan pendampingan petani Kecamatan Krucil,
Peningkatan peran/revitalisasi KUD dan KOPTAN Kecamatan Pakuniran,
Pembentukan kelompok UPJA dan peningkatan peranannya Kecamatan Pajarakan,
Mengoptimalkan konsep agrowisata Kecamatan Krejengan,
Pengembangan agropolitan Kecamatan Besuk,
Pengembangan komoditas unggulan Kecamatan Paiton,
Pengembangan komoditas pertanian lahan basah Kecamatan Maron,
Peningkatan kapasitas produktifitas pertanian suistanable kawasan agropolitan,
Perningkatan dan peluang ekstensifikasi kawasan minapolitan
Mempertahankan irigasi teknis dan peningkatan irigasi sederhana
Pengembangan kawasan pertanian lahan kering
III. Peruntukan perkebunan
Intensifikasi dan pengembangan tanaman perkebunan/keras
Penyediaan bibit unggul tanaman perkebunan
Intensifikasi tebu rakyat
Pengembangan perkebunan kopi, kelapa dan cengkeh
Pengembangan perkebunan kelapa, tembakau, tebu, jambu mete dan
kapas
Halaman 125
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan
Mengoptimalkan konsep agrowisata
Pengembangan agropolitan perkebunan
V. Peruntukan Pertambangan
Penanganan kawasan penambangan bahan batuan (darat dan sungai)
Lokasi galian daratan
berada di Kecamatan
Tongas, Kecamatan
Lumbang, Kecamatan
Sumberasih, Kecamatan
Wonomerto, Kecamatan
Bantaran dan Kecamatan
Halaman 126
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
Maron. Sedangkan galian
sungai berada di
Kecamatan Kraksaan,
Kecamatan Paiton,
Kecamatan Kotaanyar,
Kecamatan Pakuniran
dan Kecamatan Gading
Kecamatan Sumberasih,
Kecamatan Leces,
Kecamatan Gending,
Kecamatan Pajarakan,
dan Kecamatan Dringu
Halaman 127
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
Pengembangan industri pengolahan ikan tangkap Pariwisata alam yang ada
Pengembangan industri pengolahan perikanan budidaya di Kabupaten Probolinggo
Pengembangan industri kapal rakyat antara lain:daya tarik
Pengembangan dan peningkatan kawasan estate Paiton dikelola PMA Wisata Alam Gunung
Pengembangan kawasan industri Paiton dan Leces. Bromo, Air Terjun
VII. Peruntukan Pariwisata Madakaripura, Gua Lawa,
Danau Ronggojalu, Pantai
Rencana pengembangan jalur/koridor pariwisata Bentar Indah, Pulau Gili
Rencana prioritas pengembangan pariwisata Ketapang, Perkebunan
Penataan ruang kawasan yang berpotensi wisata Teh Andung Biru, Ranu
Pembangunan sarana dan prasarana wisata Agung, Ranu Segaran,
Pembangunan pasar wisata, pusat kawasan peristirahatan, dll Arung Jeram Sungai
Pengembangan fasilitas jalan menuju obyek wisata Pekalen, Air Terjun Kali
Pemeliharaan dan perbaikan berkala Candi Jabung Pedati, Suaka
Pengembangan agrowisata Kokap Margasatwa Dataran
Pengembangan Danau Ronggojalu Tinggi Yang (Danau
Taman Hidup, Puncak
Gunung Argopuro,
Reruntuhan Makam Dewi
Rengganis, dan Padang
Rumput Sikasur)
Halaman 128
Rencana pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Rencana Waktu Pelaksanaan
No Pola Lima Lima Lima Lima
Arah Pemanfaatan Ruang / Indikasi program Lokasi
Ruang tahun tahun tahun tahun
ke I ke II ke III ke IV
kawasan pendidikan yang
direncanakan di sekitar
PLTU Paiton
Halaman 129
Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian / perkebunan diarahkan
untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan
cooperative farming dan hortikultura dengan mengembangkan kawasan good
agriculture practices. Dalam perkembangan kawasan pertanian/ perkebunan yang
ditetapkan dalam Pola Ruang telah dilakukan dengan lebih rinci dalam Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B), namun cakupan dari PLP2B lebih kecil
dari kawasan pertanian yang ada dalam RTRW Kabupaten Probolinggo. Dalam LP2B
lebih banyak memasukkan lahan-lahan basah dan sebagaian lahan kering.
Halaman 140
resiko” para petani dalam budidaya pertanian. Para petani harus menyediakan biaya
yang lebih banyak dalam budidaya pertanian, sehingga harga komoditi pertanian
menjadi lebih mahal padahal keuntungan petani menjadi terbatas. Kenaikan angka
penggunaan pompa air dan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan menunjukkan
hal tersebut di atas.
Halaman 141
Penyusunan mitigasi terhadap bencana, hal ini sebagai upaya untuk
melindungi masyarakat dalam melalukan aktivitas pertanian. Beberapa bencana di
tahun-tahun terakhir ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang
terkena langsung dari bencana ini dengan kerugian yang sangat besar. Salah satu
langkap mitigasi dan adaptasi adalah dengan penyusunan SOP mitigasi pada terhadap
bencana, antara lain pengendalian hama penyakit dan bencana alam banjir, longsor.
Tabel 3.32. Selama kurun waktu 2014-2018, terjadi perubahan iklim setiap
tahunnya
Periode
Kondisi Iklim / kejadian alam Dampak pada bidang pertanian
waktu
2014 Curah hujan pada tahun 2014 Petani mengalihkan tanaman
banyak jagung ke tanaman padi, sehingga
Akhir tahun 2014 terjadi luas tanaman padi meningkat
penundaan musim hujan, cukup signifikan sedang tanaman
curah hujan dengan insentif jagung mengalami penurunan luas
normal tidak terjadi pada tanaman.
triwulan IV 2014 Curah hujan yang tinggi
menyebabkan kerusakan pada
pembungaan sehingga
menyebabkan penurunan
produktivitas tanaman
Triwulan IV petani banyak
menunda tanaman padi hingga
awal tahun 2015
2015 Awal musim hujan tahun 2015 Hingga bulan Nopember 2015
(bulan oktober hingga masih banyak lahan belum diolah.
Nopember 2015) mengalami Dengan cakupan yang lebih luas
penundaan (intensitas kecil). daripada tahun 2014.
Terjadi fenomena el nino. Terjadi kerusakan pada tanaman
Akhir 2015 terjadi erupsi hortikultura di kawasan Sumber,
Gunung Bromo Sukapura dan Lumbang.
2016 Terjadi musim hujan/ bulan Terjadi kenaikan produksi tanaman
basah yang lebih banyak pangan dan hortikultura.
daripada tahun 2015, dimana Terjadi penurunan produksi
hampir semua bulan terjadi tanaman tembakau (sejak tahun
hujan 2015)
2017 Iklim cenderung normal, Serangan hama wereng coklat sangat
dengan curah hujan tinggi akibat penanaman padi terus
menerus periode sebelumnya
2018 Musim kemarau lebih awal
datangnya
Sumber : LAKIP DKPP Kabupaten Probolinggo TA 2010-2018
Halaman 142
Tahun 2014 Perhutani melakukan pelarangan penanaman tanaman semusim
(sayur-sayuran) di lahan hutan tapi memperbolehkan menaman tanaman kopi
(tanaman keras). Dimana yang menjadi pertimbangan adalah tanaman keras lebih bisa
menjaga konservasi lahan, sedang tanaman semusim dapat mengakibatkan kerusakan
lahan (Longsor dan lain sebagainya). Akibat kebijakan tersebut tanaman kubis
berkurang hingga separuhnya dari kisaran 4000 Ha menjadi 2000 ha, tentu saja ini
sangat menurunkan produksi tanaman kubis atau tanaman hortikultura lainnya.
Masalah lingkungan yang perlu diperhatikan lebih serius adalah , yaitu pada
saat upaya peningkatan produksi pertanian secara masif dalam jangka waktu yang
cukup lama maka terdapat serangan hama penyakit yang masif pula sehingga
menyebabkan puso / penurunan produktivitas yang signifikan. Hal ini menandakan
terjadi perubahan lingkungan, dimana pola ekosistem yang menunjang kehidupan
sebelumnya telah berubah dengan cepat sehingga banyak organisme yang yang hidup
di kawasan tersebut tercerabut. Akibatnya terdapat keseimbangan telah berubah dan
terdapat organisme-organisme yang dominan dan menjadi hama penyakit bagi
tanaman pertanian. Sebenarnya secara Kabupaten Probolinggo mampu menyediakan
jasa ekosistem berupa jasa penyediaan Jasa Penyediaan Sumber Daya Genetik, hal ini
ditunjukkan dengan wilayah tersebut didominasi kategori sedang 36%. Tinggi 25%,
sangat tinggi 17%, rendah 13%, dan sangat rendah 9%. Dengan demikian pemerintah
memiliki kewajiban untuk mempertahankan kemampuan dalam mengelola sumber
kekayaan alam sekaligus perlindungan dan pemakaaian alam berkelanjutan.12
Sedangkan kecamatan yang memberikan jasa pengaturan pengendalian hama
dan penyakit sangat rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi secara berturut-turut
adalah kecamatan Sukapura sebesar 12,59%, Kraksaan 41,70, Sukapura 26,56%,
Sumber 74,47, dan Gading 73,44%13. Seluruh wilayah kecamatan dominasi oleh
kategori tinggi dan sangat tinggi menunjukkan bahwa keberadaan tanaman pada lahan
pertanian, perkebunan, dan hutan yang ada pada setiap wilayah mampu berfungsi
sebagai pengendali hama dan penyakit yang dilakukan secara alami, yaitu secara
biologis dngan organisme hidup, baik berupa binatang ternak, ikan maupun tumbuh-
tumbuhan. Sedangkan fungsi pencegahan penyakit merupakan penyakit yang dapat
12
Laporan Akhir Penyusunan Daya Tampung Daya Dukung Lingkungan
Hidup Kabupaten Proboliggo tahun 2018
13
Kecamatan Gading tanam padi bisa dilakukan 3 kali ~ bisa dilakukan
pengendalian hama terpadu (PHT) dan lokasi di dekat hutan.
Halaman 143
diserap oleh faktor abiotik (faktor yang disebabkan oleh lingkungan dan sifatnya tidak
menular).
Tabel 3.33. Target dan Indikator SDG’s terkait dengan Urusan Pangan dan Urusan
Pertanian
Halaman 144
produktif, dan input lainnya, pengetahuan, jasa
keuangan, pasar, dan peluang nilai tambah, dan
pekerjaan non-pertanian.
Halaman 145
mengurangi jumlah orang yang menderita
akibat kelangkaan air.
14
Rata-rata proporsi food loss dan food waste untuk di Asia Tenggara lebih
banyak terjadi di hulu, yaitu 8,7% untuk proses panen dan 9,6% untuk pasca
panen. Disisi hilir, food loss dan food waste relatif lebih kecil, antara lain 2,7%
untuk proses pengolahan dan pengemasan , 4,6% untuk proses tranportasi dan
2,6% untuk proses konsumsi.
Halaman 146
produk pertanian tidaklah banyak untuk dibagi kepada banyak orang, sehingga daya
ungkit dalam pengentasan kemiskinan tidak efektif.
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B). Dengan
ditetapkannya Perda no 10 tahun 2015 tentang PLP2B, maka terdapat acuan yang harus
dilaksanakan dan diperkiraan akan banyak kesulitan karena masalah lahan dan biaya
masa akan datang akan melibatkan banyak stakeholder. Untuk luasan LP2B di
Kabupaten Probolinggo mencapai 38.692,51 Ha yang tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Probolinggo kecuali Kraksaan.
15 Kraksaan - - -
Halaman 147
19 Gending 1.886,39 - 1.886,39
Dengan PLP2B ini alih fungsi lahan bisa terkendali dan terarah, dalam
beberapa kasus terdapat perubahan alih lahan pertanian ke bangunan jalan tol,
bangunan perusahaan, atau pemukiman. Pada pembebasan lahan untuk tol juga
sudah memperhatikan eksistensi LP2B, ketika harga-harga tanah yang digunakan oleh
pembangunan jalan tol sangat tinggi sehingga dianggap sebagai ganti untung. Bagi
sebagian orang hal tersebut sangat menguntungkan, sebagai catatan terjadi di Tongas-
Leces karena pemilik lahan mendapatkan milyaran rupiah. Sedangkan di sisi lain
terdapat para petani pajarakan yang kepemilikan lahannya kecil tapi sangat subur
sebagai gantungan hidup dan harga diri terancam hilang. Dengan lahan yang kecil
tentunya ganti untung tersebut akan sangat mengelisahkan masa depan para petani
ini. Terdapat pemikiran mendapatkan ratusan juta tapi kehilangan pekerjaan dan
status mereka sebagai petani adalah tidak mudah.
Halaman 148
Persoalan PLP2B sampai saat ini masih mengambang, hal ini terkait dengan
kesiapan insetif yang harus diberikan kepada para petani jika LP2B. Beberapa insetif
yang diinginkan oleh para petani ternyata tidak terdapat di perundangan yang berlaku,
seperti insentif Jaminan kesehatan dan pendidikan bagi keluarga petani.
Selain itu pembangunan Insfrastruktur skala nasional tersebut adalah
pembangunan jalan tol. Dengan dibangunnya jalan tol tersebut diperkirakan
membawa dampak yang besar terhadap yang diperkirakan akan semakin cepat seperti
misalnya
i. Tumbuhnya bangunan permukiman, gudang logistik, dan pabrik
menyebabkan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
ii. Hama penyakit akan semakin cepat persebarannya
Halaman 149
6. Desa Lumbang dan Negororejo Kecamatan Lumbang
7. Desa Pamatan dan Klampok Kecamatan Tongas.
Halaman 150
IV. TUJUAN DAN SASARAN
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO
Dalam melaksanakan Visi, Misi, Misi 2 - Tujuan 3 - Sasaran 10 dan Misi 4 -Tujuan
5 - Sasaran 13 Bupati Probolinggo dalam RPMD tahun 2018-2023, maka Dinas
ketahanan Pangan dan Pertanian meyusun dan menetapkan Tujuan untuk tahun 2023
dan Sasaran yang harus dicapai setiap tahunnya. Terdapat 2 TUJUAN yang ditetapkan
oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo, yaitu :
RENSTRA DKPP
keamanan pangan, dan
2019-2023 Penanganan kerawanan
Tujuan 1 RENSTRA Tujuan 2 RENSTRA pangan. Dimana target
Meningkatkan Ketahanan Pangan Meningkatkan PDRB subSektor tanaman
pangan, hortikultura, dan Pertkebunan
pencapaian mengacu
kepada kepada perundangan yang ada, dari UU, peraturan pemerintah, peraturan
menteri pertanian, dan hasil kajian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo. Mengacu kepada indeks ketahanan pangan dalam RPJMD.
Halaman 151
diperoleh kondisi yang menjadi tambahan perbaikan kondisi tahun sebelumnya
sehingga pada tahun 2023 memperoleh kondisi ideal ketahanan pangan (tabel 4.1).
Halaman 152
peningkatan jumlah dan harga jual produk dan jasa setiap usaha pertanian ditingkat
para petani.
PDRB sendiri terkait dengan jumlah produksi barang/ jasa dan tingkat harga
komoditi, semakin besar peningkatan produksi maka semakin besar angka PDRB
tersebut demikian juga sebaliknya. Karena itulah maka Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian menggunakan pendekatan peningkatan produksi dalam upaya meningkatkan
PDRB sektor pertanian. Sedangkan untuk tingkat harga Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian tidak bisa berbuat banyak karena mekanisme pasar yang ada sekarang ini
sudah diluar jangkauan, walaupun begitu Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian akan
berupaya meningkatkan daya saing melalui perbaikan mutu komoditi sehingga dapat
meningkatkan harga komoditi pertanian.
Halaman 153
mana indikator peningkatan produksi pertanian ditetapkan sebagai Sasaran untuk
setiap tahunnya. Sebagaimana tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian yang mengampu pada subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan maka peningkatan produksi difokuskan kepada ketiga subsektor tersebut.
Menjaga tingkat PDRB melalui peningkatan produksi dan harga, dimana untuk harga
didapat dari kualitas komoditi dan sebaran persediaan komoditi sepanjang tahun agar
harga tetap stabil dalam kualitas yang tinggi.
Pada tabel berikut ini ditampilkan hubungan antara tujuan dan sasaran Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian antara tahun 2019-2023 yang mencakup 2 tujuan
yaitu Meningkatkan Ketahanan Pangan dan meningkatkan PDRB subsektor Tanaman
Bahan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan.
Halaman 154
Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
TARGET KINERJA SASARAN TAHUN
NO TUJUAN INDIKATOR TUJUAN TAHUN 2023 SASARAN
2019 2020 2021 2022 2023
1 Meningkatkan Peningkatan Ketersediaan Pangan dan
Ketersediaan dan Cadangan Pangan
Ketahanan Pangan Cadangan Pangan
Ketersediaan energi dan energi per Ketersediaan energi dan energi per
80% 82% 86% 88% 90%
Kapita = 90% Kapita per tahun
Penguatan cadangan pangan per
Penguatan cadangan pangan = 391 ton 12 ton 100 ton 200 ton 250 Ton 391 ton
tahun
Distribusi & akses pangan Distribusi & akses pangan per tahun
Ketersediaan informasi pasokan,
Ketersediaan informasi pasokan, harga,
harga, dan akses pangan per desa 20% 40% 60% 80% 100%
dan akses pangan per desa=100%
per tahun
Stabilitas harga dan pasokan pangan = Stabilitas harga dan pasokan
20% 40% 60% 80% 100%
100% pangan per tahun
Penganekaragaman dan keamanan
Penganekaragaman dan keamanan pangan
pangan per tahun
Pencapaian skor PPH= 90% Pencapaian skor PPH per tahun 60% 70% 80% 80% 90%
Pengawasan dan pembinaan keamanan Pengawasan dan pembinaan
30% 40% 60% 70% 80%
pangan = 80% keamanan pangan per tahun
Penangan kerawanan pangan per
Penangan kerawanan pangan=100% 20% 40% 60% 80% 100%
tahun
2 Meningkatkan PDRB Peningkatan PDRB Sub sektor Peningkatan Produksi Sub sektor
Subsektor Tanaman
Bahan Pangan, Bahan pangan = 15% Tanaman Pangan 3% 3% 3% 3% 3%
Hortikultura, dan Tanaman Hortikultura = 15 % Tananaman Hortikultura 3% 3% 3% 3% 3%
Perkebunan Tanaman Perkebunan = 15% Tanaman Perkebunan 3% 3% 3% 3% 3%
Halaman 155
V. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Strategi dan arah kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Tahun
2019-2023 mengacu kepada RPJMD Kabupaten Probolinggo tahun 2018-2023, maka
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian, maka terdapat 2 strategi yang diacu dalam RPJMD yaitu : (1) Meningkatkan
indeks ketahanan pangan melalui optimalisasi program koordinatif Nawa Hati dan
peningkatan produksi, aksesbilitas serta diversifikasi pangan. (2) Peningkatan PDRD Sektor
Strategis melalui optimalisasi program koordinatif Nawa Hati dan peningkatan nilai tambah
sektor pertanian, pariwisata, jasa serta perdagangan.
Sebagaimana uraian Strategi Umum RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun
2018-2023 yaitu :
1. Percepatan Peningkatan Kualitas SDM dan Penanggulangan Kemiskinan melalui
Program Koordinatif Lintas Urusan. Strategi ini merupakan implementasi dari Misi
Kedua, yaitu “Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan melalui
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan menurunkan angka kemiskinan”.
Percepatan sector strategis sangat penting mengingat persentase penduduk
miskin Kabupaten Probolinggo masih relative tinggi, yaitu 20,52% dan menempati
peringkat 36 dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur, serta masih berada di
bawah rata-rata kemiskinan Jawa Timur sebesar 11,77%. Terkait dengan hal
tersebut, maka implementasi dari Misi ini merupakan ujung tombak
pembangunan, untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan
keterbelakangan. Melalui Program Pesona Hati diharapkan dapat dilakukan
percepatan pengentasan kemiskinan melalui program ekonomi yang tepat
sasaran.
Dengan melihat strategi umum dalam RPJMD diatas yang berfokus kepada
pengentasan kemiskinan maka upaya yang diperlukan adalah meningkatkan Pola
Pangan Harapan masyarakat miskin. Untuk meningkatkan PPH ini meningkatkan
aksesbilitas pangan masyarakat, Diversifikasi pangan melalui peningkatan PPH
melalui B2SA (Beragam, bergizi, Seimbang, dan Aman), dan antisipasi terjadinya
rawan pangan.
Halaman 145
2. Pemenuhan Infrastruktur Dasar Berkualitas yang difokuskan pada Pengembangan
Ekonomi Strategis Berkelanjutan. Strategi Umum ini merupakan operasionalisasi
dari Misi ketiga, yaitu “Mewujudkan daya saing daerah melalui peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan”. Penguatan daya
saing merupakan kata kunci untuk melakukan percepatan pembangunan. Struktur
Ekonomi yang didominasi oleh sector Pertanian sebesar 35,92% mencirikan derah
yang bertumpu pada sektor primer. Dengan demikian, percepatan penguatan daya
saing dapat dilakukan dengan peningkatan infrastruktur pendukung ekonomi yang
berkualitas dan merata. Pemenuhan infrastruktur akan mendorong investasi
daerah, yang lambat laun mendukung sector industry dan perdagangan sebagai
pengungkit perekonomian masyarakat.
Jika melihat uraian di atas maka perlu difokuskan kepada peningkatan daya saing
bidang pertanian. Bagaimana daya saing ini bisa dicapai adalah dengan bagaimana
kegiatan-kegiatan bidang pertanian diorientasikan kepada pasar (market oriented)
dilihat kepada Sedangkan Daya saing bidang pertanian sendiri bisa terwujud
melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Dimana daya saing ini bisa
didapatkan melalui 3 komponen yaitu: permodalan, SDM yang unggul, dan
teknologi yang unggul. Padahal mayoritas petani Kabupaten Probolinggo masih
banyak yang menggunakan teknologi tradisional hingga teknologi menengah.
Sedangkan nilai tambah pertanian dicapai bisa dilihat dari besaran angka PDRB
bidang pertanian artinya bahwa perlu ada peningkatan nilai tambah melalui
peningkatan produksi dan maupun tingkat harga ataupun mutu produksi.
Dengan melihat Acuan dari RPJMD di atas maka berikut ini disusun tabel yang
berisi penjelasan yang lebih rinci tahapan-tahapan untuk mencapainya.
Halaman 146
Tabel 5. 1. .Tujuan, Sasaran, Strategi, dan kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
VISI RPJMD : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Probolinggo Berakhlak Mulia yang Sejahtera, Berkeadilan, dan Berdaya Saing
MISI RPJMD : Mewujudkan Daya Saing Daerah melalui Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
RENCANA STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Ketahanan pangan Mengurangi jumlah desa
Peningkatan Ketahanan Pangan
rawan pangan
Untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia (Misi 2) maka salah satu hal yang diperlukan adalah
Penanganan stunting
tentang pangan, dimana konsumsi pangan masyarakat yang ideal adalah yang sesuai dengan konsep melalui pemberdayaan
B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). Strategi yang digunakan adalah menggunakan SPM KRPL
Meningkatan Pengelolaan
(Standar Pelayanan Minimal) yang sesuai arahan dari Permentan no 65 tahun 2010 tentang Standar
Cadangan Pangan secara
Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan pangan Provinsi dan Kabupaten /Kota, dengan penyesuaian target agribisnis
yang sesuai SGD’s, sekalipun masa berlaku SPM tersebut berakhir pada tahun 2015 namun metodologi Pengawasan dan sertifikasi
hasil pertanian
yang ada dalam SPM tersebut masih dapat digunakan sebagai pendekatan yang baik untuk mengetahui Menyediakan informasi
tahapan dalam pencapaian ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo. ketahanan pangan
1. Memetakan distribusi
A. Indikator Ketersediaan dan Cadangan Pangan pangan
2. Memberdayakan
Strategi yang diperlukan dalam meningkatkan ketersediaan pangan dan cadangan pangan kelompok usaha di
adalah desa rawan pangan
Halaman 147
(1) Menyusun Peta Ketersediaan Pangan daerah sentra produksi (nabati dan hewani) 3. Bantuan Pangan
berbasis B2SA
(2) Menyusun peta sentra Pengembangan Produksi Pangan lokal (nabati dan hewani)
4. Neraca Bahan Pangan
(3) Menyusun dan Menganalisa Neraca Bahan Pangan (NBM) setiap tahun
(4) Menyusun SOP pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat. Pembangunan Gudang
Cadangan Pangan
Strategi ini mengadopsi gagasan bahwa cadangan pangan milik pemerintah maupun
masyarakat harus berkelanjutan dan dapat lebih mandiri dalam pengelolaan. Kejadian dimasa
lalu dimana cadangan pangan/beras yang dimiliki oleh pemerintah maupun masyarakat habis
begitu saja tidak bisa dibiarkan, dimana faktor biaya operasional tidak dihitung secara baik
sehingga gudang pangan mengalami kerugian. Diharapkan dapat disusun SOP yang bisa
menjadi fungsi cadangan pangan sebagai jaminan pangan masyarakat dan fungsi cadangan
pangan sebagai ajang agribisnis bagi masyarakat.
(5) Menyusun Peta pengembangan kelembagaan cadangan pangan pemerintah dan dan
masyarakat.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Menyusun peta Menyusun peta Menyusun peta Menyusun peta Menyusun peta
ketersediaan ketersediaan ketersediaan ketersediaan ketersediaan
pangan pangan pangan pangan pangan
Halaman 148
Pengadaan Pengadaan Pengadaan Pengadaan Pengadaan
gabah untuk gabah untuk gabah untuk gabah untuk gabah untuk
gudang pangan gudang pangan gudang pangan gudang pangan gudang pangan
Menyusun NBM Menyusun NBM Menyusun NBM Menyusun NBM Menyusun NBM
Menyusun SOP
pengelolaan
cadangan --- --- --- ---
pangan
Halaman 149
(2) Menyediakan kondisi harga di tingkat produsen dan konsumen untuk komoditas pangan :
kondisi kelangkaan pasokan bahan pangan : kondisi masyarakat yang terbatas akses pangan
(rawan pangan) :
(3) Melakukan koordinasi melalui Satgas Pangan atau forum Dewan Ketahanan Pangan untuk
stabilisasi harga dan pasokan pangan.
(4) Melakukan pemantauan ketersediaan, harga, dan pasokan pangan dipasar besar -
menengah, dan di distributor daerah.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Penyusunan
SOP distribusi
---- ---- ---- ----
pangan dan
akses pangan
Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan
Informasi Informasi Informasi Informasi Informasi
Distribusi dan Distribusi dan Distribusi dan Distribusi dan Distribusi dan
akses pangan akses pangan akses pangan akses pangan akses pangan
Penjualan beras Penjualan beras Penjualan beras Penjualan beras Penjualan beras
murah murah murah murah murah
Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan
infomasi harga infomasi harga infomasi harga infomasi harga infomasi harga
pasar komoditi pasar komoditi pasar komoditi pasar komoditi pasar komoditi
pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian
Halaman 150
C. Indikator Penganekaragaman dan Keamanan Pangan
Terkait dengan Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi terdapat beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan yaitu : Perbaikan Konsumsi pangan di Kabupaten Probolinggo harus disesuaikan
dengan target pencapaian skor PPH tahun 2019-2023 yaitu melalui (1) Peningkatan konsumsi umbi
sebesar 50%, protein hewani sebesar 60%, serta sayur dan buah sebesar 30% ; (2) mempertahankan
konsumsi kacang-kacangan, minyak dan lemak serta gula; dan (3) penurunan konsumsi beras dan
terigu sebesar 10%.
(1) Penganekaragaman pangan dengan cara pengembangan pekarangan, pengembangan
olahan pangan lokal, lomba cipta menu bekerjasama dengan tim penggerak PKK
(2) Menyusun SOP tentang pembinaan, penanganan, dan pengawasan Keamanan Pangan segar
(3) Melakukan pembinaan sistem manajemen laboratorium uji mutu dan keamanan pangan
(4) Melakukan sertifikasi dan pelabelan prima di wilayah Kabupaten Probolinggo.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Survey keamanan Survey keamanan Survey keamanan Survey keamanan Survey keamanan
pangan pangan pangan pangan pangan
Halaman 151
Sosialisasi B2SA Sosialisasi B2SA Sosialisasi B2SA Sosialisasi B2SA Sosialisasi B2SA
Pengawasan dan Pengawasan dan Pengawasan dan Pengawasan dan Pengawasan dan
sertifikasi hasil- sertifikasi hasil- sertifikasi hasil- sertifikasi hasil- sertifikasi hasil-
hasil pertanian hasil pertanian hasil pertanian hasil pertanian hasil pertanian
Penguatan KRPL Penguatan KRPL Penguatan KRPL Penguatan KRPL Penguatan KRPL
untuk stunting untuk stunting untuk stunting untuk stunting untuk stunting
Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan
analisis Pola analisis Pola analisis Pola analisis Pola analisis Pola
Pangan Harapan Pangan Harapan Pangan Harapan Pangan Harapan Pangan Harapan
Halaman 152
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Membuat peta Membuat peta Membuat peta Membuat peta Membuat peta
ketahanan ketahanan ketahanan ketahanan ketahanan
pangan dan pangan dan pangan dan pangan dan pangan dan
kerentanan kerentanan kerentanan kerentanan kerentanan
pangan sebanyak pangan sebanyak pangan sebanyak pangan sebanyak pangan sebanyak
5 jenis 5 jenis 5 jenis 5 jenis 5 jenis
Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan
bantuan pangan bantuan pangan bantuan pangan bantuan pangan bantuan pangan
kepada kepada kepada kepada kepada
masyarakat yang masyarakat yang masyarakat yang masyarakat yang masyarakat yang
terkena resiko terkena resiko terkena resiko terkena resiko terkena resiko
kerentanan kerentanan kerentanan kerentanan kerentanan
pangan pangan pangan pangan pangan
Halaman 153
dan tanaman perkebunan
memberikan jaminan kualitas produk yang dihasilkan terstandar internasional dan berkelanjutan 2 kelompok
Halaman 154
atau berkemampuan untuk bersaing dalam menghasilkan output tertentu. Hal ini tersebut diatas ini Penerapan GAP
secara langsung menyebutkan dengan masyarakat yang harus segera disentuh untuk meningkatkan 1. Budidaya pertanian ~ 150
produktivitas, Sehingga terkait sektor pangan dan pertanian maka peran para petani dan masyarakat GAP
Halaman 155
2. Mengingat cakupan area revitalisasi pertanian yang sangat luas dan kompleks maka peran para
Penyuluh Pertanian Lapangan sangat dominan karena mengharuskan melibatkan kelompok-
kelompok pertanian yang sudah ada dari perencanaan hingga evaluasi, peran para PPL adalah
sebagai Pendamping dan Pembina akan lebih efektif.
3. Dalam perencanaan menggunakan pendekatan perencanaan teknokratik, partisipasi, top down,
dan bottom up. Untuk perencanaan bottom up menggunakan menggunakan arahan Permentan
no 47/Permentan/SM.010/9/2016 tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan
Pertanian.
Halaman 156
ni
Sebagaimana Visi-Misi RPJMD 2018-2023 yang menyebutkan bahwa daya saing adalah
Keadaan dimana masyarakat Kabupaten Probolinggo memiliki tingkat produktivitas sehingga
berkesanggupan atau berkemampuan untuk bersaing dalam menghasilkan output tertentu. Hal ini
tersebut diatas ini secara langsung menyebutkan dengan masyarakat yang harus segera disentuh
untuk meningkatkan produktivitas, Sehingga terkait sektor pangan dan pertanian maka peran para
petani dan masyarakat yang harus disentuh.
Pendekatan yang akan dicapai untuk meningkatkan produksi tanaman pertanian adalah
Revitalisasi Pertanian, pendekatan ini dengan cara merevitalisasi 7 (tujuh) aspek, yaitu : [1] lahan,
[2] perbenihan, [3] infrastruktur dan sarana, [4]sumber daya manusia, [5] pembiayaan petani, [6]
kelembagaan, [7] teknologi dan industri hilir. Dimana dalam pelaksanaannya, akan mensinergikan
kemampuan yang ada di pemerintah pusat dan daerah dengan kemampuan yang ada di masyarakat.
Ciri-ciri Revitalisasi Pertanian di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
antara lain :
a) Revitalisasi pertanian ini pada pokoknya meningkatkan upaya bidang pertanian sehingga upaya
produksi pertanian bisa lebih efektif dan effisien dari onfarm hingga offarm.
Halaman 157
b) Mengingat cakupan area revitalisasi pertanian yang sangat luas dan kompleks maka peran para
Penyuluh Pertanian Lapangan harus dominan melibatkan kelompok-kelompok pertanian yang
sudah ada dari perencanaan hingga evaluasi, peran para PPL adalah sebagai Pendamping.
c) Dalam perencanaan menggunakan pendekatan perencanaan teknokratik, partisipasi, top down,
dan bottom up. Untuk perencanaan bottom up menggunakan menggunakan arahan
Permentan no 47/Permentan/SM.010/9/2016 tentang Pedoman Penyusunan Programa
Penyuluhan Pertanian.
Ketujuh item revitalisasi pertanian tersebut dapat dijabarkan sebagaimana berikut ini :
1) Revitalisasi Lahan. Selama beberapa tahun terakhir peningkatan produktivitas terkendala
dengan masalah lahan. Revitalisasi lahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
lahan pertanian dengan maksud untuk meningkatkan produksi pertanian. Banyak lahan yang
kehilangan unsur makro dan mikro tanah sehingga tanaman tidak produktif. Berapa tahun ini
terdapat permasalahan dengan penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Probolinggo yang
mengancam upaya peningkatan produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura, antara
lain : unsur BO yang kurang 2%, debit air irigasi semakin berkurang, alih fungsi lahan pertanian
ke non pertanian semakin tinggi.
Halaman 158
Sejak tahun 2018 terjadi perubahan definisi luas lahan pertanian sebagaimana pengukuran
yang terbaru oleh Badan Pertanahan Negara (BPN) yang mana terjadi perubahan luasan dari
37.055 Ha menjadi 39.222 Ha.
Tabel 5.2. Perbandingan luas (Hektar) lahan pertanian sebelum dan sesudah verifikasi BPN
Sebelum setelah
Jenis Lahan verifikasi verifikasi
Sawah Irigasi 34.534 26.112
Halaman 159
ii. Peningkatan penggunaan lahan sektor non pertanian telah mengikis kemampuan peningkatan
produktivitas tanaman pertanian, dimana aliran air untuk pertanian telah berkurang akibat
terhalang oleh insfrastrukur yang semakin bertambah baik infrastruktur publik maupun privat.
Untuk itulah maka yang diperlukan adalah memberikan perhatian lebih terhadap penyusunan
Tata Ruang, misalnya dalam penyusunan detail RDTR. Sehingga legalitas lahan pertanian lebih
kuat.
iii. Perlu pembenahan / revitalisasi lahan terutama di LP2B, karena beberapa lahan di bidang LP2B
kondisinya tidak layak untuk budidaya intensif yang layak, seperti halnya sawah tadah hujan/
lahan kering, lahan di kawasan pantai sehingga kondisi airnya payau, lahan di kawasan yang
telah ditambang, di kawasan lahan kritis.
iv. Melakukan pendataan para petani dan lahannya yang terletak di Kawasan LP2B, sebagaimana
amanah Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo no 10 tahun 2015 tentang PLP2B pasal 5,
yang dalam pelaksanaan bekerjasama dengan BPN, Bappeda, dan Dinas yang mengurusi
Penataan Tata Ruang.
Halaman 160
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Pemberian pupuk Pemberian pupuk Pemberian pupuk Pemberian pupuk Pemberian pupuk
organik kepada organik kepada organik kepada organik kepada organik kepada
lahan-lahan lahan-lahan lahan-lahan lahan-lahan lahan-lahan
pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian
Mengawal Mengawal Mengawal Mengawal Mengawal
pengendalian pengendalian pengendalian pengendalian pengendalian
LP2B LP2B LP2B LP2B LP2B
Menyusun data Menyusun data Menyusun data Menyusun data
sebaran LP2B by sebaran LP2B by sebaran LP2B by sebaran LP2B by
name by adress name by adress name by adress name by adress
‘----
berdasarkan berdasarkan berdasarkan berdasarkan
numerik dan numerik dan numerik dan numerik dan
ordinat ordinat ordinat ordinat
Mengurangi Mengurangi Mengurangi Mengurangi Mengurangi
penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan
bahan kimia bahan kimia bahan kimia bahan kimia bahan kimia
untuk budidaya untuk budidaya untuk budidaya untuk budidaya untuk budidaya
pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian
Halaman 161
2) Revitalisasi Perbenihan. Sebagaimana UU no 23 tahun 2014 bahwa urusan perbenihan adalah
merupakan wewenang Pemerintah Provinisi. Sehingga dalam pelaksanaan revitalisasi
Perbenihan maka pemerintah Kabupaten Probolinggo akan mengambil peran sebagai
penggunaan benih-benih unggul. Karena itulah maka beberapa hal yang dilaksanakan, antara
lain :
i. Memperkuatan UPT Produksi Benih tanaman pangan dan UPT Produksi Benih
hortikultura. Untuk memperkuat kedua UPT tersebut beberapa hal yang menjadi
perhatian adalah kemitraan UPT dengan para penangkar benih utamanya dalam bentuk
kerjasama, pembangunan infrastruktur (gudang, irigasi) dan sarana penunjang lainnya.
ii. Memperbanyak jumlah penangkar padi, jagung, bawang merah, tembakau, bawang putih,
kentang, mangga, alpokat, dan lainnya;
iii. Memperbanyak pemanfaatan benih berlabel di Kabupaten Probolinggo;
iv. Menyusun SOP tata cara pemuliaan benih tanaman unggulan lokal;
v. Mengembangkan varietas unggul lokal probolinggo yang telah diakui untuk menjadi
komoditi unggulan di kawasan (Alpokat Rengganis/Mentera dan Manggis Cemani di
kawasan Tiris dan Krucil; bawang merah Biru Lancor di kawasan Dringu, Tegalsiwalan,
Leces, Banyuanyar, Gending. Pengujian perlakuan tembakau Paiton VO spesifik lokal.
Halaman 162
vi. Melakukan identifikasi plasma nutfah baru lokal yang unggul dan melakukan upaya
pelepasan varietas Kementerian Pertanian. Varietas kopi ‘Kobra’ di kecamatan Tiris-Krucil.
vii. Menfasilitasi para penangkar benih padi, jagung, bawang merah, bawang putih, kentang,
tanaman buah unggul, tembakau, dan kopi.
viii. Melakukan eradikasi terhadap tanaman tahunan hortikultura dan tanaman perkebunan
yang sudah tidak produktif lagi (rusak/tua), dan diberikan bantuan sarana benih unggul
yang berjenis sama dan baru.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Memperbanyak Memperbanyak Memperbanyak Memperbanyak Memperbanyak
benih unggul benih unggul benih unggul benih unggul benih unggul
lokal Probolinggo lokal Probolinggo lokal Probolinggo lokal Probolinggo lokal Probolinggo
Membina para Membina para Membina para Membina para Membina para
penangkar penangkar penangkar penangkar penangkar
tanaman tanaman tanaman tanaman tanaman
pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian
Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung
penangkar penangkar penangkar penangkar penangkar
Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Probolinggo agar Probolinggo agar Probolinggo agar Probolinggo agar Probolinggo agar
terlibat dalam terlibat dalam terlibat dalam terlibat dalam terlibat dalam
pengadaan benih pengadaan benih pengadaan benih pengadaan benih pengadaan benih
di pemerintahan di pemerintahan di pemerintahan di pemerintahan di pemerintahan
Halaman 163
Memperbanyak Memperbanyak Memperbanyak Memperbanyak Memperbanyak
penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan
benih unggulan benih unggulan benih unggulan benih unggulan benih unggulan
dalam budidaya dalam budidaya dalam budidaya dalam budidaya dalam budidaya
pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian
Menganti Menganti Menganti Menganti Menganti
tanaman yang tanaman yang tanaman yang tanaman yang tanaman yang
rusak/ tua rusak/ tua rusak/ tua rusak/ tua rusak/ tua
dengan tanaman dengan tanaman dengan tanaman dengan tanaman dengan tanaman
baru unggul baru unggul baru unggul baru unggul baru unggul
(eradikasi) (eradikasi) (eradikasi) (eradikasi) (eradikasi)
Halaman 164
iii. Melakukan identifikasi, pengasaran, perbaikan, pemeliharaan, dan meningkatkan
kualitas pemanfaatan alat mesin pertanian, antara lain : Handtraktor, combine
harvester, rice milling unit, hand sprayer, power sprayer, Pompa air, Pemipil jagung,
dryer, dan lainnya. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut maka DKPP perlu
mengikutsertakan UPJA atau bridgade alsintan yang ada. sebagai acuan adalah
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2001 tentang Alat dan Mesin Budidaya Tanaman
serta Peraturan Menteri Pertanian No. 65/Permentan/OT.140/12/2006 Tentang
Pedoman Pengawasan Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Alat dan Mesin
Pertanian
iv. Menyusun Standar kesesuaian dan rekomendasi kebutuhan alat mesin pertanian dengan
daerah dan jenis tanaman tanaman yang dibudidayakan
v. Mengubah keberadaan lahan persawahan tadah hujan menjadi lahan sawah beririgasi
dengan mengutamakan lahan-lahan di Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
vi. Menfasilitasi pembangunan gudang-gudang penyimpanan hasil panen dan gudang
benih penangkaran
Halaman 165
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Melakukan
identifikasi ulang
tentang alat
------ ------ ------ ------
mesin pertanian
di Kabupaten
Probolinggo
Pembinaan & Pembinaan & Pembinaan & Pembinaan & Pembinaan &
pelatihan pelatihan pelatihan pelatihan pelatihan
perbengkelan perbengkelan perbengkelan perbengkelan perbengkelan
alsintan bagi UPJA alsintan bagi UPJA alsintan bagi UPJA alsintan bagi UPJA alsintan bagi UPJA
Penyedian Penyedian Penyedian Penyedian Penyedian
alsintan melalui alsintan melalui alsintan melalui alsintan melalui alsintan melalui
penyewaan, penyewaan, penyewaan, penyewaan, penyewaan,
hibah, pembuatan hibah, pembuatan hibah, pembuatan hibah, pembuatan hibah, pembuatan
regulasi / regulasi / regulasi / regulasi / regulasi /
kebijakan, kebijakan, kebijakan, kebijakan, kebijakan,
pengadaan pengadaan pengadaan pengadaan pengadaan
barang/jasa barang/jasa barang/jasa barang/jasa barang/jasa
Menyediakan Menyediakan Menyediakan Menyediakan Menyediakan
sumber-sumber sumber-sumber sumber-sumber sumber-sumber sumber-sumber
air dan jaringan air irigasi melalui air irigasi melalui air irigasi melalui air irigasi melalui
irigasi melalui hibah, belanja hibah, belanja hibah, belanja hibah, belanja
hibah, belanja modal, modal, modal, modal,
modal, pemeliharaan, pemeliharaan, pemeliharaan, pemeliharaan,
pemeliharaan, pembinaan pembinaan pembinaan pembinaan
pembinaan
Halaman 166
Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan
jalan usaha tani jalan usaha tani jalan usaha tani jalan usaha tani jalan usaha tani
dan jalan produksi dan jalan produksi dan jalan produksi dan jalan produksi dan jalan produksi
Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan
pembangunan pembangunan pembangunan pembangunan pembangunan
gedung negara gedung negara gedung negara gedung negara gedung negara
(kantor dan BPP) (kantor dan BPP) (kantor dan BPP) (kantor dan BPP) (kantor dan BPP)
Mengawal Mengawal Mengawal Mengawal Mengawal
penyediaan pupuk penyediaan pupuk penyediaan pupuk penyediaan pupuk penyediaan pupuk
bersubsidi dan bersubsidi dan bersubsidi dan bersubsidi dan bersubsidi dan
pestisida yang pestisida yang pestisida yang pestisida yang pestisida yang
berkualitas dan berkualitas dan berkualitas dan berkualitas dan berkualitas dan
sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai
perundangan perundangan perundangan perundangan perundangan
yang ada yang ada yang ada yang ada yang ada
Halaman 167
d. Dinas Pertanian menyediakan informasi dan teknologi pertanian, yang akan
disampaikan kepada kelompok tani melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL);
e. Menyusun SOP bagi kerja kelompok-kelompok masyarakat pertanian dalam
melaksanakan program-program pemerintah, Jenis dokumen SOP (dari budidaya-pasca
panen) yang perlu disediakan diantaranya adalah :
i. SOP Peningkatan Produktivitas atau mutu tanaman padi dan sejenisnya
ii. SOP Peningkatan Produktivitas atau mutu tanaman hortikultura dan sejenisnya
iii. SOP Peningkatan Produktivitas atau mutu tanaman perkebunan semusim dan
sejenisnya
iv. SOP Peningkatan Produktivitas atau mutu tanaman perkebunan tahunan dan
sejenisnya
v. SOP pengendalian OPT per jenis tanaman tertentu atau per OPT, RPH, dll.
vi. SOP pemeliharaan alsintan atau SOP pengelolaan alsintan
vii. SOP pemeliharaan prasarana pengairan
viii. SOP pembenahan / perbaikan lahan pertanian
ix. SOP tatalaksana administrasi kelompok tani
x. SOP Pengelolaan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah, dan lain
sebagainya.
Halaman 168
SOP yang telah disusun oleh bidang-bidang yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian kemudian diterapkan oleh kelompok tani sebagai GAP (Good Agricultura
Practices). Dalam Pelaksanaan pelaksanaan GAP ini didampingi oleh para Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL). Jika pelaksanaan GAP ini difasilitasi oleh Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian maka dapat dianggap sebagai demplot usaha tani. Dalam
penyusunan SOP untuk komoditi pangan/hortikultura diarahkan kepada budidaya yang
aman untuk dikonsumsi (layak untuk primatani 1, 2, dan 3)
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Penyusunan SOP Penyusunan SOP Penyusunan SOP Penyusunan SOP
budidaya- pasca budidaya- pasca budidaya- pasca budidaya- pasca
-------
panen komoditi panen komoditi panen komoditi panen komoditi
pertanian pertanian pertanian pertanian
Penerapan GAP Penerapan GAP Penerapan GAP Penerapan GAP
------ komoditi komoditi komoditi komoditi
pertanian pertanian pertanian pertanian
Mengirim ASN Mengirim ASN Mengirim ASN Mengirim ASN Mengirim ASN
dalam dalam dalam dalam dalam
peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan
kompetensinya kompetensinya kompetensinya kompetensinya kompetensinya
ke diklat yang ada ke diklat yang ada ke diklat yang ada ke diklat yang ada ke diklat yang ada
Halaman 169
Mengirim para Mengirim para Mengirim para Mengirim para Mengirim para
petani ke diklat- petani ke diklat- petani ke diklat- petani ke diklat- petani ke diklat-
diklat yang ada diklat yang ada diklat yang ada diklat yang ada diklat yang ada
Halaman 170
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan
pelatihan pelatihan pelatihan pelatihan pelatihan
agribisnis bagi agribisnis bagi agribisnis bagi agribisnis bagi agribisnis bagi
kelompok tani kelompok tani kelompok tani kelompok tani kelompok tani
Pemberian kartu Pemberian kartu Pemberian kartu Pemberian kartu Pemberian kartu
tani bagi tani bagi tani bagi tani bagi tani bagi
kelompok tani kelompok tani kelompok tani kelompok tani kelompok tani
Halaman 171
b. Melakukan perbaikan administrasi kelembagaan dan pembukuan kepada kelompok tani
kelas pemula dan mendorong kelompok- kelompok tani untuk melakukan pertemuan
secara rutin, setidaknya setiap desa terdapat 1 kelompok tani melakukannya pertemuan
rutin setiap bulan.
c. Memperkuat permodalan usaha kelompok-kelompok dengan hibah/ penyediaan
prasarana dan sarana produksi melalui kerjasama ketersediaannya untuk pemanfaatan
secara effisien dan efektif;
d. Memberikan bantuan penataan management, kegiatan yang diperlukan adalah
pelatihan management, monitoring dan evaluasi management kelembagaan, bantuan
legalitas (badan hukum) kelembagaan, struktur organisasi Kelembagaan petani;
e. Memperkuat jaringan kelembagaan petani melalui peningkatan aksesbilitas informasi
dan teknologi.
f. Mendorong kelompok tani agar lebih berperan dalam musrenbangdes.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Mendorong Mendorong Mendorong Mendorong Mendorong
semua kelompok semua kelompok semua kelompok semua kelompok semua kelompok
tani untuk tani untuk tani untuk tani untuk tani untuk
melakukan melakukan melakukan melakukan melakukan
pertemuan rutin pertemuan rutin pertemuan rutin pertemuan rutin pertemuan rutin
Halaman 172
Melakukan Melakukan Melakukan Melakukan Melakukan
penilaian kelas penilaian kelas penilaian kelas penilaian kelas penilaian kelas
kelompok petani kelompok petani kelompok petani kelompok petani kelompok petani
Melakukan Melakukan Melakukan Melakukan Melakukan
pembinaan pembinaan pembinaan pembinaan pembinaan
administrasi dan administrasi dan administrasi dan administrasi dan administrasi dan
management management management management management
kepada kelompok kepada kelompok kepada kelompok kepada kelompok kepada kelompok
tani tani tani tani tani
Halaman 173
e. Meningkatkan penggunaan teknologi pasca panen, terutama penyimpanan komoditi
hortikultura, sehingga komoditi hortikultura yang sifatnya perrissible dapat lebih
bertahan lama. Diharapkan hal ini bisa menaikkan nilai tawar petani hortikultura.
f. Memperbanyak penggunaan teknologi offsession dalam budidaya tanaman buah
mangga dan alpokat.
g. Meningkatkan promosi komoditi Kabupaten Probolinggo unggul.
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
Bekerja sama Bekerja sama Bekerja sama Bekerja sama Bekerja sama
dengan Balai dengan Balai dengan Balai dengan Balai dengan Balai
Penelitian di Penelitian di Penelitian di Penelitian di Penelitian di
kementerian kementerian kementerian kementerian kementerian
Pertanian atau Pertanian atau Pertanian atau Pertanian atau Pertanian atau
dengan dengan dengan dengan dengan
Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi
Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan
SOP pasca SOP pasca SOP pasca SOP pasca SOP pasca
panen dan panen dan panen dan panen dan panen dan
pengolahan alat pengolahan alat pengolahan alat pengolahan alat pengolahan alat
mesin pertanian mesin pertanian mesin pertanian mesin pertanian mesin pertanian
Pengadaan Pengadaan Pengadaan Pengadaan Pengadaan
Prasarana bagi Prasarana bagi Prasarana bagi Prasarana bagi Prasarana bagi
UPT DKPP UPT DKPP UPT DKPP UPT DKPP UPT DKPP
Halaman 174
VI. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
Program kegiatan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo Tahun 2019-2023 mengacu kepada RPJMD Kabupaten
Probolinggo tahun 2019-2023 , dimana terdapat beberapa program yang harus diemban oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Berikut ini
merupakan disampaikan tentang program-program utama.
Peningkatan Ketahanan Pangan, program ini digunakan meningkatkan ketersediaan pangan, meningkatkan cadangan pangan, menyediakan
informasi distribusi pangan, pemasyarakatan konsumsi yang aman, bergizi, beragam, dan seimbang, penanganan kerawanan pangan.
Program Peningkatan Produktivitas dan mutu Tanaman Pangan dan Hortikultura
Program ini digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman pangan dan hortikultura dengan cara membenahi permasalahan pra
budidaya, budidaya, pasca panen, dan pemasaran hasil komoditi pertanian,
Program Peningkatan Produksi Tanaman Perkebunan, program ini digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman perkebunan,
Program ini digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman pangan dan hortikultura dengan cara membenahi permasalahan pra
budidaya, budidaya, pasca panen, dan pemasaran hasil komoditi pertanian,
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, program digunakan untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia dan kelembagaan petani yang
ada. Dengan peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat petani. Dimana representasi dari indikator
peningkatan pendapatan dalam bidang pertanian adalah R/C Ratio (ukuran efisiensi suatu usaha yang dapat dilihat dari rasio perbandingan antara
penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi pada usaha tani).
Halaman 175
Program Penyediaan Sarana dan Prasarana Pertanian, Program ini digunakan untuk menyediakan segala yang berhubungan dengan kebutuhan
para petani seperti pupuk pestisida, kebutuhan air, dan alat mesin pertanian.
Program Pelayanan Administrasi Umum Perkantoran, Program ini digunakan untuk mendukung kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan pertanian
melalui SDM yang berkualitas, Penyediaan dana, dan penyediaan perencanaan bagi operasional seluruh karyawan yang dimiliki oleh Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian.
Berikut ini disampaikan tabel yang menyebutkan program kegiatan beserta indikator-indikator yang harus dicapai :
Halaman 176
Tabel 6.1. Rencana Program, Kegiatan, dan Pendanaan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo TA 2019-2023
Target indikator Target Tahun Target Tahun Target Tahun Target Tahun Target Tahun
Indikator Sasaran
Indikator Tujuan
Kinerja
Sasaran
Tujuan
Tahun 2019
Tahun 2020
Tahun 2021
Tahun 2022
Tahun 2023
Kegiatan (Outcome) Pagu Pagu Pagu Pagu Pagu Akhir
dan Kegiatan Target Indikatif Target Indikatif Target Indikatif Target Indikatif Target Indikatif
(output) (Rpjuta) (Rpjuta) (Rpjuta) (Rpjuta) (Rpjuta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peningkatan
Ketahanan Indikator
Pangan Kinerja
Ketersediaan Program
Pangan dan Ketersediaan
Peningkatan Ketahanan Pangan
Cadangan Ketersediaan Pangan dan Cadangan bahan 110.836 110.668 110.303 110.112 110.112
110.487 ton
Pangan Panga pangan ton ton ton ton ton
pokok
90%
Jumlah
Ketersediaan energi dan protein per
cadangan 12 ton 100 ton 200 ton 250 ton 391 ton
pangan
1.094 2.300 2.300 2.300 2.300
jumlah desa
rawan 16 desa 16 desa 16 desa 16 desa 16 desa 16 desa
kapita 90% per tahun
80%
82%
86%
88%
90%
pangan
kapita 90% th 2023
Informasi
distribusi 20% 40% 60% 80% 100% 100%
pangan
Skor PPH 85 % 85 % 85 % 85 % 85 % 85 %
Halaman 177
Peningkatan Penguatan
100 ton
200 ton
250 ton
391 ton
12 ton
pangan n gudang
pangan)
Fasilitasi
ketesediaan
100% 100% 100% 100% 100%
pangan
Pemanfaatan
Pekarangan 10 desa 10 desa 10 desa 10 desa 50 desa
untuk pangan
tahun 2023
Peningkatan Survei
100 100 100 100 100
Konsumsi Keamanan
sample sample sample sample sample
dan Pangan segar
Keamanan Penganekara
Pangan gaman
pangan /
Pemasyaraka
tan B2SA
Distribusi Distribusi Pangan dan Akses Peningkatan Ketersediaan
Pangan dan Pangan Distribusi informasi 330
180 240 330
Akses Pangan dan pasokan, 120 desa/ desa/
desa/ desa/ desa/
Pangan Stabilisasi harga, dan semester semeste
semester semester semester
Harga Pangan akses pangan r
per desa 400 400 400 400
Ketersediaa
Ketersediaa
100%per
pangan per
desa tahun
n informasi
n informasi
harga, dan
harga, dan
Stabilitas
pasokan,
pasokan,
desa per
harga dan
100%
20%
40%
60%
80%
akses
tahun
Halaman 178
Penyusunan
Rencana Aksi
peningkatan 1
akses pangan dokumen
masyarakat
Peningkatan Melaksanakan
Pelayanan uji sertifikat
0 uji 20 uji 50 uji 50 uji 50 uji 170 uji
Unit pangan
Pelaksanan
Teknis Melakukan
Pangan Transaksi
keuangan
pelayanan
0 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 5 tahun
pangan 200 200 200 200
dengan
masyarakat
Melakukan
pemeliharaan
0 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 5 tahun
aset UPTD
Pengem- Pembinaan
Stabilitas harga pangan dan pasokan
bangan lembaga
16
100%
Cadangan cadangan 16
Pangan pangan lembag
lembaga
pangan 100 % tahun 2023
100%
a
20%
40%
60%
80%
Daerah
pangan per tahun
Penyediaan
cadangan
pangan 12 ton 998 12 ton
pemerintah
Penyediaan
data
12
ketersediaan 12 bulan
bulan
pangan
Halaman 179
Pembangunan
lumbung,
lantai jemur
dan rumah 1 paket 1 paket
RMU
Penyediaan
bantuan RMU
bagi 1 unit 1 unit
masyarakat
Pemasyara-
katan Pola Sosialisasi
Pangan penerapan
Berbasis pola pangan 9 9
B2SA berbasis pertemu 48 pertemu
B2SA an an
Peningkatan
dan Keamanan Pangan
Pengolahan Fasilitasi
Penganekaragaman
Pangan
Penganekaragaman
dan Keamanan
dan operasional
Penganekarag sistem 100 100
aman Pangan pengolahan 48
orang orang
bahan
pangan
Program Indikator
Pembinaan Kinerja
Lingkungan Program
Sosial di
Jumlah desa
Bidang
Pencapaian skor PPH
yang turun
Pencapaian skor PPH
Peningkatan
90%
pendapatan
rumah tangga 1000
200 KK 200 KK 200 KK 200 KK 200 KK
KK
72%
75%
80%
80%
90%
miskin
Halaman 180
Pembinaan
dan
Ketrampilan
Kerja bagi
Pangan 80% pada tahun 2023
Masyarakat
melalui Usaha Sosialisasi
30%
40%
60%
70%
80%
340
Pangan benih
0rang 100 200 200 200 200
Potensi Lokal tanaman
Bidang sayuran dan
Ketahanan buah-buahan
Pangan
Bantuan
Sarana
Produksi,
Bibit/benih Bantuan
Penanganan Kerawanan Pangan 100 % tahun 2023
Perkebunan, benih
Penanganan Kerawanan Pangan 100 % per tahun
154
20%
40%
60%
80%
Kelompok buah-buahan
Masyarakat dan sarana
Kawasan produksi
Rumah pertanian
Pangan
Lestari
(KRPL)
Pembinaan
dan Pelatihan
Kerja Bagi
Tenaga Kerja Sosialisasi
dan dan
Masyarakat pembinaan
melalui budidaya 10 desa
96 400 400 400 400
Kawasan tanaman
Rumah sayuran dan
Pangan buah-buahan
Lestari
(KRPL)
Halaman 181
Persentase Program Indikator
peningkatan Persentase peningkatan Produksi Peningkatan Kinerja
PDRB Produksi, Program
Produktivitas
dan mutu
Komoditi Produktivitas
Pertanian Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
Peningkatan PDRB lapangan Usaha Pertanian
Padi (ton/ha)
(ton/ha)
pangan
- Tan.
10%
7,80 6.400 8,00 4.700 8,50 5.200 9,00 5.300 9,50 5.500 9,50
2%
2%
2%
2%
2%
Bawang
merah (ton/ha)
ha)
Ø Tan.
- Tan.
10%
2%
2%
2%
2%
Mangga (kg /
pohon)
10%
Ø Tan. Perkebunan
2%
2%
2%
2%
2%
Halaman 182
Peningkatan Pemetaan
Pengendalian dan
Organisme rekomendasi
Pengganggu pengendalian
Tanaman serangan
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Pangan dan hama
penyakit
Ø Jasa Pertanian
Hortikultura
- Jasa Pertanian
tanaman
pangan dan
10%
2%
2%
2%
2%
2%
hortikultura
Penyediaan
teknologi
pengendalian
serangan 500 700 700 900 900
hama 5 SOP 5 SOP 5 SOP 10 SOP 10 SOP 35 SOP
penyakit
tanaman
pangan dan
hortikultura
Fasilitasi
Pengendalian 1.000 2.000
PHT 420 Ha 1.500 Ha 2.000 Ha 2.000 Ha
Ha Ha
Fasilitasi
RPH, PPAH 48 unit 48 unit 64 unit 64 unit 64 unit 64 unit
Pengembanga Fasilitasi
n Unit operasional
Pengolahan proses
Benih Padi produksi 20 ton 20 ton
benih padi
bersertifikat
Pembanguna
n Prasarana
pendukung
proses 1 paket
pembenihan
Halaman 183
Pengemba- Fasilitasi
ngan Unit operasional
Perbenihan proses
Kentang produksi 24 ton 24 ton
benih
kentang
bersertifikat
Pembanguna
n Prasarana
pendukung
proses
pembenihan
tanaman
kentang
Pengem- Bantuan 1400 1400
bangan benih alpokat benih benih
Tanaman Bantuan
Hortikultura 500 500
benih
Unggulan benih benih
klengkeng
Pengembang- Proses
an Unit produksi 350
Pembenihan benih benih
Hortikultura klengkeng
Proses
produksi 500
benih alpokat benih
Pembanguna
n bak
penampung
dan 1 unit 0 0 0 0 1 unit
perpipaan
Peningkatan Proses
Pelayanan pembenihan
Unit Produksi tanaman
Benih pertanian 1.900 700 900 900 900
Tanaman Pangan
Pangan
Halaman 184
Melaksanaka
n pelayanan
Jasa
Pertanian
kepada
masyarakat
tanaman
pertanian
Melakukan
Transaksi
keuangan
pelayanan
pertanian
dengan
masyarakat
Melakukan
pemeliharaan
1
aset UPTD
Peningkatan Proses
Pelayanan pembenihan
Unit Produksi tanaman
Benih Hortikultura
Tanaman
Hortikultura Melaksanaka
n pelayanan
Jasa
Pertanian
kepada
masyarakat
tanaman 1.700 1.000 1.000 1.000 1.000
pertanian
Melakukan
Transaksi
keuangan
pelayanan
pertanian
dengan
masyarakat
Halaman 185
Melakukan
pemeliharaan
aset UPTD
Peningkatan Penyediaan
Produktivitas benih unggul
90.000 90.000 120.000 120.000 120.000 120.000
dan Mutu tanaman
Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Tanaman pangan
Pangan
Penyediaan
teknologi
produksi 800 800 900 800 800
budidaya
dan pasca 8 SOP 8 SOP 8 SOP 8 SOP 8 SOP 8 SOP
panen
tanaman
pangan
Peningkatan Penyediaan
Produktivitas benih unggul
26.265 27.400 28.228 28.830 29.328 30.500
dan Mutu tanaman
Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Tanaman hortikultura
Hortikultura
Eradikasi
Tanaman
buah tahunan
yang tidak 0
produktif
1.500 1.500 1.700 1.700 1.900
Penyediaan
teknologi
produksi
budidaya
dan pasca 15 SOP 15 SOP 20 SOP 20 SOP 30 SOP 30 SOP
panen
tanaman
hortikultura
Program Indikator
Peningkatan Kinerja
Produksi Program 1.600 1.800 1.800 1.800 1.900
Halaman 186
Tanaman Produktivitas
Perkebunan Tanaman
Perkebunan
Kopi (ton/ha
kopi berasan) 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,4
Tebu (ton/ha
tebu
80 81 82 83 84 84
batangan)
Tembakau
(ton/ha) 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
Penerapan
SOP dan GAP
Tanaman
Perkebunan
Pengendalian Penurunan
Organisme serangan 2%/ 2% 2%/ 2%/ 2%/ 2% /
Pengganggu OPT tanaman tahun /tahun tahun tahun tahun tahun
Tanaman perkebunan
Perkebunan
Pemetaan
dan
rekomendasi
pengendalian
serangan 100% 100% 100% 100% 100% 100%
hama
penyakit
tanaman 300 400 300 300 300
perkebunan
Penyediaan
teknologi
pengendalian
serangan
hama 4 SOP 4 SOP 4 SOP 4 SOP 4 SOP 4 SOP
penyakit
tanaman
perkebunan
Halaman 187
Penyediaan
teknologi
Peningkatan
produksi
Produktivitas
budidaya 3 SOP 3 SOP 3 SOP 3 SOP 3 SOP 12 SOP
dan Mutu
dan pasca dan 3 dan 3 dan 3 dan 3 dan 3 dan 12
Tanaman 500 600 600 600 700
panen GAP GAP GAP GAP GAP GAP
Perkebunan
tanaman
Semusim
perkebunan
semusim
Peningkatan Penyediaan 3 SOP 3 SOP 3 SOP 3 SOP 3 SOP 12 SOP
Produktivitas teknologi dan 3 dan 3 dan 3 dan 3 dan 3 dan 12
dan Mutu produksi GAP GAP GAP GAP GAP GAP
Perkebunan budidaya
Tahunan dan pasca
panen
tanaman
perkebunan
tahunan 800 800 900 900 900
Eradikasi
Tanaman
Perkebunan 100 100 100 100 100 400
tahunan batang batang batang batang batang batang
yang tidak
produktif
Program Indikator
Penyediaan Kinerja
Sarana dan Program
Prasarana Ketersediaan
Pertanian Sarana
Produksi
Air irigasi
(Ha) 54.803 54.803 54.803 54.803 54.803 54.803
13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Pupuk
100% 100% 100% 100% 100% 100%
(persentase)
Alat mesin
pertanian
21.600 21.600 21.600 21.600 21.600 21.600
(Ha)
Pestisida
(bulan) 12 12 12 12 12 12
Halaman 188
Keterse-
diaan
PraSarana
Produksi
Lahan
sawah irigasi
34.252 34.252 34.252 34.252 34.252 34.252
(Ha)
Jalan
Produksi dan
usaha tani 12 12 12 12 12 12
(unit)
Lahan non
sawah 45.397 45.397 45.397 45.397 45.397 45.397
Peningkatan Pengawasan
Pengelolaan dan fasilitasi
200 300 400 500 2000
Lahan dan Air penerapan 600 persil
persil persil persil persil persil
LP2B
Perbaikan
fasilitas dan
kualitas lahan 300
pertanian 50 desa 50 desa 50 desa 50 desa 100 desa
desa
10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
Penyediaan
teknologi air
irigasi
pertanian di 800 Ha 800 Ha 800 Ha 800 Ha 800 Ha 4000 Ha
lahan kering
dan lahan
sawah
Penyediaan Pengawasan
Pupuk dan dan
Pestisida penyediaan
Pertanian pupuk dan 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000
pestisida Ha 1.000 Ha 1.000 Ha 1.000 Ha 1.000 Ha 1.000 Ha
pertanian
sesuai
perundangan
Halaman 189
Peningkatan
jumlah
produsen dan 5 5 5 5 20
kualitas - produse produsen produsen produsen produse
bahan pupuk n n
organik aktif
Peningkatan Pengawasan
Penyediaan dan
Alat dan penoptimalan 24
Mesin alat mesin 24 24 24 24 24
kecamat
Pertanian pertanian di kecamat kecamat kecamat kecamat kecamata
an
kabupaten an an an an n
Probolinggo
2000 2000
2.000 2.000 2.000
Pengembang
an alat dan
mesin 200 200 1000
pertanian di 200 unit 200 unit 200 unit
unit unit unit
kabupaten
Probolinggo
Program Indikator
Pembinaan Kinerja
Lingkungan Program
Sosial di
Bidang
Pertanian Peningkata 250 250 250 250 250
n pendapatan
20% 20% 20% 20% 20% 100%
petani miskin
(%)
Bantuan
Sarana Bantuan
Produksi, benih lada
Bibit/ Benih dan saprodi
Perkebunan, budidaya 50 KK 50 KK 50 KK 50 KK 50 KK 250 KK
Ternak Bagi lada bagi 150 150 150 150 150
Masyarakat/ petani miskin
Kelompok
Masyarakat
Halaman 190
Pembinaan
dan Pelatihan
Ketrampilan
Kerja bagi
Tenaga Kerja
dan Pembinaan
50 KK 50 KK 50 KK 50 KK 50 KK 250 KK
Masyarakat dan pelatihan 100 100 100 100 100
melalui
Pengembang-
an Budidaya
Tanaman
Perkebunan
Program Peningkatqn Rp 40 Rp 40 Rp 40 Rp 40 Rp 40 Rp 40
Peningkatan harga rb/kg rb/kg rb/kg rb/kg rb/kg rb/kg
Kualitas komoditi 2.300 2.300 2.300 2.300 2.300
Bahan baku tembakau
Penerapan Penyusunan
Pembudidaya SOP
2 SOP 2 SOP 2 SOP 2 SOP 2 SOP 10 SOP
an sesuai tembakau
dengan Good 600 600 600 600 600
Agricultural Pembinaan
Practices budidaya
Tembakau 2 GAP 2 GAP 2 GAP 2 GAP 2 GAP 10 GAP
tembakau
Penerapan
SOP
tembakau
Penanganan Pembinaan
Panen dan panen dan
Pasca Panen pasca panen 20 20 20 20 20 100
300 300 300 300 300
poktan poktan poktan poktan poktan poktan
Dukungan Bantuan
Sarana dan sarana
Prasarana budidaya 20 20 20 20 20 100
Usaha Tani tembakau 400 400 400 400 400
poktan poktan poktan poktan poktan poktan
Tembakau
Halaman 191
Bantuan
pasca panen 20 20 20 20 20 100
tembakau poktan poktan poktan poktan poktan Poktan
Penumbuhan Peningkatan
dan klas
Penguatan kelompok 30 30 30 30 30 30
Kelembagaan petani 800 800 800 800 800
poktan poktan poktan poktan poktan poktan
tembakau
Program Indikator
Peningkatan Kinerja
Kesejahteraan Program
petani
Peningkatan
Akses
informasi dan
teknologi
pertanian ke
petani
Reneww Cost
Rasio(R/C
Ratio)
Halaman 192
Peningkatan
kelas
10 100 100 100 100 410
kelompok
(kelompok)
Peningkatan Peningkatan
10 10 20 20 20 80
Kapasitas kapasitas
poktan poktan poktan poktan poktan poktan
Kelembagaan kelembagaan
Pertanian petani
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 25
5 poktan 5 poktan 5 poktan 5 poktan 5 poktan
poktan
lanjutan lanjutan lanjutan lanjutan lanjutan
lanjutan
Peningkatan Penyediaan
Program dan teknologi
Informasi informasi
Penyuluhan bagi petani
dan 1 sistem 1 sistem 1 sistem 1 sistem 1 sistem 1 sistem
masyarakat
pertanian
secara online
dan offline
Penyusunan
programa,
monitoring
dan evaluasi 500 500 500 500 500
proses 24 kec 24 kec 24 kec 24 kec 24 kec 120 kec
penyuluhan
pertanian dan
pangan
Pengembang
an metode
penyuluhan
pertanian 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 10 kali
Halaman 193
Pengembang- Peningkatan
an Agribisnis kapasitas
ekonomi
(nilai omzet,
kemitraan,
analisa usaha 24 30 40 50 60 60
tani, dan poktan 700 Poktan 700 Poktan 700 Poktan 700 Poktan 700 Poktan
pembiayaan)
kelompok
tani Lanjutan,
Madya, dan
Utama.
Program
Pelayanan
Nilai Sakip
Administrasi A A A A A A
Perkantoran 2.610 2.620 2.820 2.820 2.820
Pelayanan
Managemen Fasilitasi PNS
Kepegawaian dan Non PNS 900 900 900 900 900
NILAI SAKIP
Pelayanan Penyediaan
Administrasi Listrik, Air, 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 60 kali
Umum Internet
Pemeliharaan
Sarana dan 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 60 kali
Prasarana
1.500 1.500 1.700 1.700 1.700
Operasional
60
umum 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan
bulan
Perjalanan 60
Dinas 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan 12 bulan
bulan
Penatausaha- Pembayaran
an dan honorarium
Pelaporan Penataan 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 60 kali
Keuangan keuangan 60 70 70 70 70
Halaman 194
RKA / DPA
2 2 2 2 2 10
dokumen dokumen dokumen dokumen dokumen dokumen
Rentra 1 1
1 1 1 1
dokume dokume
dokumen dokumen dokumen dokumen
n n
Renja 2 2
2 2 2 10
dokume dokume
dokumen dokumen dokumen dokumen
n n
Penyusunan Statistik
Perencanaan Produksi Tan 141 141 141 141 141 141
dan Pertanian komoditi komoditi komoditi komoditi komoditi komoditi
150 150 150 150 150
Pelaporan Monitoring
Program program 4 kali 4 kali 4 kali 4 kali 4 kali 20 kali
kegiatan
LKjIP 1 1 1 1 1 5
dokumen dokumen dokumen dokumen dokumen dokumen
Laporan 1 1 1 1 1 5
Keuangan dokumen dokumen dokumen dokumen dokumen dokumen
Publikasi dan
pelaporan 24 kali 24 kali 24 kali 24 kali 24 kali 120 kali
Halaman 195
VII. KINERJA PENYELENGGARAAN
Halaman 198
Tabel 7.1. Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Kondisi Kinerja Target Capaian Setiap Tahun Kondisi Kinerja
No Indikator Sasaran awal periode Akhir Periode
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023
RPJMD RPJMD
A Peningkatan Ketahanan Pangan
Ketersediaan dan Cadangan Pangan
1 Ketersediaan pangan (beras) 124.688 ton 110.836 110.668 110.487 110.303 110.112ton 110.112 ton
ton ton ton ton
2 Penguatan cadangan pangan 0 ton 12 ton 100 ton 200 ton 250 ton 391 ton 391 ton
Distribusi dan Akses Pangan
3 Ketersediaan informasi pasokan, harga, 0% 20% 40% 60% 80% 100% 100%
dan akses pangan per desa
4 Stabilitas harga dan pasokan pangan 0% 20% 40% 60% 80% 100% 100%
Penganekaragaman dan Keamanan Pangan
5 Pencapaian skor PPH 72% 74,5% 75,7% 76,9% 78,1% 79,3% 79,3%
6 Pengawasan dan pembinaan keamanan 0% 30% 40% 60% 70% 80% 80%
pangan
7 Penanganan Kerawanan Pangan 0% 20% 40% 60% 80% 100% 100%
B Peningkatan Produksi
1 Tanaman Pangan 2% 2% 2% 2% 2% 10%
2 Tanaman Hortikultura 2% 2% 2% 2% 2% 10%
3 Tanaman Perkebunan 2% 2% 2% 2% 2% 10%
Halaman 199
Tabel 7.2. Target skor PPH Konsumsi pangan Penduduk Tahun 2019-2023
Tahun Target
No Kelompok Pangan Dasar
2019 2020 2021 2022 2023
2017
1 Padi-padian 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0
2 Umbi-umbian 1.2 1.4 1.4 1.5 1.5 1.6
3 Pangan Hewani 10,4 11,5 12,1 12,7 13,3 13,9
4 Minyak dan Lemak 4,9 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
5 Buah/ biji berminyak 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5
6 Kacang-kacangan 8,0 8,2 8,3 8,3 8,4 8,5
7 Gula 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
8 Sayur dan buah 19,7 20,6 21,1 21,5 22,0 22,4
9 Lain-lain -- -- -- -- -- --
Skor PPH 72,0 74,5 75,7 76,9 78,1 79,3
Sumber : Laporan akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten
Probolinggo Tahun 2018
Halaman 200
Umbi-umbian
Singkong 13,6 17,1 18,1 19,1 20,1 21,1
Ubi Jalar 0,8 1,0 1,1 1,1, 1,2 1,2
Sagu 2,8 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9
Pangan Hewani
Daging ruminansia 1,3 2,7 2,8 3,0 3,2 3,4
Daging unggas 3,0 6,7 7,2 7,6 8,0 8,5
Telur 5,5 5,6 5,9 6,3 6,6 7,0
Susu 0,8 3,0 3,2 3,4 3,6 3,8
Ikan 15,4 11,8 12,6 13,3 14,1 14,8
Minyak dan Lemak
Minyak kelapa 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Minyak sawit 8,5 8,6 8,7 8,7 8,8 8,8
Buah/ biji berminyak
Kelapa 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Kemiri 0,4 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
Kacang-kacangan
Kacang kedelai 11,8 11,6 11,7 11,8 11,9 12,1
Kacang tanah 0,6 1,0 1,0 1,2 1,1 1,1
Gula
Gula pasir 11,9 11,8 11,8 11,7 11,7 11,7
Gula merah 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Sayur dan buah
Sayur 38,8 31,0 32,1 33,2 34,3 35,5
Buah 17,0 29,2 30,2 31,3 32,3 33,4
Sumber : Laporan akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan
Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Halaman 201
memenuhi konsumsi penduduknya. Target penyediaan pangan dihitung mengacu
kepada kebutuhan manusia untuk hidup sehat dengan kata lain menuju skor PPH 100.
Halaman 202
Perencanaan Produksi Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, dan Tanaman
Perkebunan
Halaman 203
Kuripan 7.810 7.966 8.125 8.288 8.454 8.623
Bantaran 2.692 2.746 2.801 2.857 2.914 2.973
Leces 7.477 7.627 7.779 7.935 8.094 8.256
Tegalsiwalan 9.340 9.526 9.717 9.911 10.109 10.312
Banyuanyar 22.074 22.515 22.966 23.425 23.894 24.371
Tiris 6.870 7.007 7.148 7.291 7.436 7.585
Krucil 32.706 33.360 34.027 34.708 35.402 36.110
Gading 382 390 398 406 414 422
Pakuniran 3.422 3.490 3.560 3.631 3.704 3.778
Kotaanyar 3.909 3.987 4.067 4.149 4.232 4.316
Paiton 7.942 8.101 8.263 8.428 8.597 8.769
Besuk 369 376 384 392 399 407
Kraksaan 159 162 165 168 172 175
Krejengan - - - - - -
Pajarakan 187 191 194 198 202 206
Maron 11.391 11.619 11.851 12.088 12.330 12.576
Gending 5.377 5.484 5.594 5.706 5.820 5.937
Dringu 8.742 8.917 9.095 9.277 9.463 9.652
Wonomerto 13.547 13.818 14.094 14.376 14.663 14.957
Lumbang 2.462 2.512 2.562 2.613 2.665 2.719
Tongas 26.893 27.431 27.979 28.539 29.110 29.692
Sumberasih 17.817 18.173 18.537 18.908 19.286 19.671
Ubi Kayu
Sukapura 799 815 831 848 865 882
Sumber 11.093 11.315 11.542 11.772 12.008 12.248
Kuripan 11.217 11.441 11.670 11.903 12.141 12.384
Bantaran 464 473 483 492 502 512
Leces 2.344 2.390 2.438 2.487 2.537 2.587
Tegalsiwalan 1.893 1.931 1.969 2.008 2.049 2.090
Banyuanyar - - - - - -
Tiris 3.576 3.648 3.721 3.795 3.871 3.948
Krucil 6.580 6.712 6.846 6.983 7.123 7.265
Gading - - - - - -
Pakuniran 213 217 221 226 230 235
Kotaanyar 892 909 928 946 965 984
Paiton 439 448 457 466 475 485
Besuk - - - - - -
Kraksaan - - - - - -
Krejengan - - - - - -
Pajarakan - - - - - -
Maron - - - - - -
Gending - - - - - -
Halaman 204
Dringu - - - - - -
Wonomerto 8.183 8.346 8.513 8.683 8.857 9.034
Lumbang 1.940 1.979 2.018 2.058 2.100 2.142
Tongas 2.763 2.818 2.875 2.932 2.991 3.051
Sumberasih 319 325 332 338 345 352
Bawang Merah
Bantaran 45 46 47 48 49 50
Leces 4.520 4.611 4.703 4.797 4.893 4.991
Tegalsiwalan 11.775 12.010 12.250 12.495 12.745 13.000
Banyuanyar 4.004 4.084 4.165 4.249 4.334 4.420
Krucil 4 4 4 4 4 4
Kotaanyar 131 134 136 139 142 145
Paiton 118 120 123 125 128 130
Besuk 506 516 526 537 548 559
Kraksaan 117 119 121 124 126 129
Krejengan 1.272 1.298 1.324 1.350 1.377 1.405
Pajarakan 198 202 206 210 215 219
Maron 978 997 1.017 1.037 1.058 1.079
Gending 11.067 11.289 11.515 11.745 11.980 12.219
Dringu 20.644 21.057 21.478 21.907 22.345 22.792
Tongas 86 87 89 91 93 95
Sumberasih 596 607 620 632 645 657
Kentang
Sukapura 6.616 6.748 6.883 7.021 7.161 7.305
Sumber 17.725 18.080 18.441 18.810 19.186 19.570
Krucil 108 110 112 115 117 119
Lumbang 817 834 850 867 885 902
Cabe Besar
Sukapura 253 258 263 268 274 279
Bantaran 25 26 26 27 27 28
Banyuanyar 50 51 52 53 55 56
Tiris 57 58 59 61 62 63
Krucil 368 375 382 390 398 406
Pakuniran 104 106 108 110 113 115
Paiton 356 363 370 377 385 393
Kraksaan 1 1 1 1 2 2
Pajarakan 1 1 1 1 1 1
Maron 59 61 62 63 64 66
Wonomerto 7 7 7 7 7 7
Lumbang 3 3 3 3 3 3
Tongas 4 4 4 4 4 4
Sumberasih 3 3 3 3 3 3
Halaman 205
Cabe Rawit
Sukapura 27 28 28 29 29 30
Kuripan 2.000 2.040 2.081 2.122 2.165 2.208
Bantaran 187 190 194 198 202 206
Leces 686 700 714 728 743 758
Tegalsiwalan 1.314 1.341 1.367 1.395 1.423 1.451
Banyuanyar 2.180 2.224 2.268 2.313 2.360 2.407
Tiris 39 39 40 41 42 43
Krucil 106 108 110 112 115 117
Gading 12 12 12 13 13 13
Pakuniran 1.679 1.713 1.747 1.782 1.818 1.854
Kotaanyar 660 674 687 701 715 729
Paiton 133 136 139 141 144 147
Besuk 66 67 69 70 71 73
Kraksaan 6 6 6 6 6 6
Pajarakan 17 17 17 18 18 18
Maron 538 548 559 570 582 593
Gending 274 279 285 290 296 302
Dringu 327 333 340 347 354 361
Wonomerto 299 305 311 317 324 330
Lumbang 32 33 33 34 35 35
Tongas 8 8 9 9 9 9
Sumberasih 31 32 32 33 34 34
Alpukat
Sukapura 151 154 157 161 164 167
Sumber 47 48 49 50 51 52
Kuripan 139 142 145 148 150 153
Leces 4 4 5 5 5 5
Tegalsiwalan 44 45 46 47 48 48
Banyuanyar 105 107 109 111 113 116
Tiris 20.302 20.708 21.122 21.545 21.975 22.415
Krucil 203 207 211 215 219 224
Pakuniran 26 26 27 27 28 28
Kotaanyar 10 10 10 10 11 11
Paiton 8 8 8 8 9 9
Besuk 5 5 5 5 5 5
Kraksaan 1 1 1 1 2 2
Krejengan 3 3 3 3 3 3
Gending 2 2 2 2 2 2
Dringu 1 1 1 1 1 1
Wonomerto 1 1 1 1 1 1
Lumbang 65 66 67 69 70 71
Halaman 206
Tongas 5 5 5 5 5 6
Durian
Sukapura 78 79 81 82 84 86
Kuripan 6 6 6 6 6 6
Tiris 11.853 12.090 12.332 12.578 12.830 13.087
Krucil 333 339 346 353 360 367
Gading 69 70 71 73 74 76
Pakuniran 4 4 4 4 4 4
Besuk 1 1 1 1 1 1
Mangga
Sukapura 175 179 182 186 190 193
Sumber 18 18 19 19 19 20
Kuripan 700 714 728 743 758 773
Bantaran 1.589 1.621 1.653 1.686 1.720 1.755
Leces 238 243 248 253 258 263
Tegalsiwalan 171 174 177 181 185 188
Tiris 653 666 679 692 706 720
Krucil 62 64 65 66 67 69
Gading 3.012 3.072 3.133 3.196 3.260 3.325
Pakuniran 7.819 7.975 8.134 8.297 8.463 8.632
Kotaanyar 200 204 208 212 216 221
Paiton 150 153 156 159 162 166
Besuk 4.108 4.190 4.274 4.359 4.446 4.535
Kraksaan 581 593 604 616 629 641
Krejengan 271 276 282 287 293 299
Pajarakan 96 97 99 101 103 105
Maron 94 96 98 100 102 104
Gending 547 558 569 580 592 604
Dringu 1.349 1.375 1.403 1.431 1.460 1.489
Wonomerto 559 570 582 593 605 617
Lumbang 2.002 2.042 2.083 2.124 2.167 2.210
Tongas 2.380 2.427 2.476 2.525 2.576 2.627
Sumberasih 580 592 603 616 628 640
Manggis
Sukapura 3 3 3 3 3 3
Sumber 0 0 0 0 0 0
Tiris 477 487 497 506 517 527
Krucil 40 40 41 42 43 44
Tongas 2.380 2.427 2.476 2.525 2.576 2.627
Tebu
Sukapura 70 71 73 74 76 77
Leces 16.790 17.125 17.468 17.817 18.173 18.537
Halaman 207
Kotaanyar 1.050 1.071 1.092 1.114 1.137 1.159
Paiton 805 821 838 854 871 889
Pajarakan 5.425 5.534 5.644 5.757 5.872 5.990
Maron 26.300 26.826 27.363 27.910 28.468 29.038
Gending 5.901 6.019 6.140 6.263 6.388 6.516
Dringu 700 714 728 743 758 773
Tembakau Paiton
Vo
Pakuniran 578 589 601 613 625 638
Kotaanyar 2.214 2.258 2.303 2.350 2.397 2.444
Paiton 1.300 1.326 1.353 1.380 1.407 1.435
Kraksaan 1.994 2.034 2.075 2.116 2.159 2.202
Krejengan 2.714 2.768 2.823 2.880 2.937 2.996
Pajarakan 101 103 105 107 110 112
Maron 886 903 921 940 959 978
Gending 14 14 14 14 15 15
Tembakau Kasturi
Sukapura 11 11 11 11 12 12
Tembakau Jawa
Wonomerto 574 585 597 609 621 633
Lada
Krucil 23 23 23 24 24 25
Cengkeh
Sukapura 43 44 45 46 46 47
Sumber 41 42 43 44 45 46
Tiris 46 47 48 49 50 51
Krucil 303 309 316 322 328 335
Lumbang 5 5 5 5 5 5
Kelapa
Sukapura 11 11 11 11 12 12
Sumber 13 13 13 14 14 14
Kuripan 59 61 62 63 64 66
Leces 23 23 24 24 25 25
Banyuanyar 181 185 188 192 196 200
Tiris 213 217 222 226 231 235
Krucil 128 130 133 135 138 141
Gading 429 438 446 455 464 474
Halaman 208
Pakuniran 22 22 23 23 24 24
Kotaanyar 22 23 23 23 24 24
Paiton 26 26 27 28 28 29
Kraksaan 11 11 11 11 11 12
Pajarakan 2 2 2 2 2 2
Maron 285 291 297 303 309 315
Gending 8 8 8 9 9 9
Dringu 2 2 2 2 2 2
Wonomerto 14 14 14 14 15 15
Lumbang 13 14 14 14 14 15
Kopi Arabika
Sukapura 123 125 128 131 133 136
Sumber 439 448 457 466 475 485
Tiris 9 9 9 10 10 10
Krucil 543 554 565 576 588 600
Lumbang 32 32 33 33 34 35
Kopi Robusta
Sukapura 87 89 90 92 94 96
Sumber 759 774 789 805 821 838
Tiris 4.095 4.177 4.260 4.346 4.433 4.521
Krucil 2.211 2.256 2.301 2.347 2.394 2.441
Gading 238 243 248 252 258 263
Pakuniran 450 459 468 477 487 496
Lumbang 46 47 48 49 50 51
Halaman 209
Setiap Kepala Bidang yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian wajib
menyusun dan menyediakan bahan bagi peningkatan kinerja kepala dinas sesuai
tupoksi yang diberikan. Dimana bahan ini akan dilaksanakan oleh kelompok sasarana
yang dalam hal ini adalah Kelompok tani, Gabungan kelompok Tani, HIPPA/GHIPPA,
Asosiasi komoditi pertanian.
Dalam pelaksanaannya unit organisasi yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian menyusun Proses Bisnis, SOP (Standar Operasional Prosedur) dan SPIP
(Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan) yang didalamnya tercantum yang harus
menjadi perhatian yaitu output dan unit organisasi yang menjadi unit organisasi
mitranya.
Halaman 210
UPT Pendidikan dan Pelatihan Pertanian
UPTPSBTPH
UPT Pengawasan dan Sertifikasi Hasil Pertanian (UPT PSHP)
UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Halaman 211
VIII. PENUTUP
Halaman 212
f) Perubahan Renstra akibat atas penyesuaian terhadap penyelenggaraan
urusan pemerintahan daerah beserta indikator kinerjanya, dan penataan
kelembagaan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang 23 tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah, dilaksanakan melalui Peraturan Bupati.
g) Indikator Kinerja Utama akan menjadi acuan bagi Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian dalam menjabarkan indikator kinerja individu masing-
masing eselon dan jabatan fungsional umum secara berjenjang.
Bupati Probolinggo
Halaman 213