Anda di halaman 1dari 322

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan bangunan serta bukan
bangunan pada kawasan perkotaan maupun kawasan fungsional Kabupaten. Dengan kata lain
RDTR Kecamatan mempunyai fungsi untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional yang
direncanakan oleh perencanaan ruang diatasnya, dalam mewujudkan ruang yang serasi,
seimbang, aman, nyaman dan produktif. Muatan yang direncanakan dalam RDTR kegiatan
berskala kawasan atau lokal dan lingkungan, dan atau kegiatan khusus yang mendesak dalam
pemenuhan kebutuhan.
RDTR Kecamatan adalah rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kabupaten secara terperinci
yang disusun untuk menyiapkan perwujudan ruang dalam rangka pengaturan zonasi, perizinan
dan pembangunan kawasan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Di dalam RTRW Kabupaten Muara Enim Kecamatan Semende Darat Laut ditetapkan sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala Kecamatan atau beberapa desa/kelurahan.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang pada kecamatan tersebut yaitu
dengan menyusun RDTR Ibukota Kecamatan Semende Darat Laut yang muatan materi dan
peraturan zonasinya mengacu pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
dengan mengintegrasikan KLHS di dalamnya, guna sebagai dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada
RDTR Kecamatan ini ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan dengan telah
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi.

LAPORAN ANTARA 1-11-1


1.2 Dasar Hukum

Dasar hukum yang menjadi acuan dalam studi ini diantaranya adalah:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
d. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;
e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah;
f. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
g. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;
h. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
i. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
j. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air;
k. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang;
l. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah;
m. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan;
n. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah;
o. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang;
p. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis;
q. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
r. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja;
s. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Peyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis;
t. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/72/2018 Tentang Pengecualian Kewajiban Menyusun
Analisis Dampak Lingkungan Untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang Berlokasi di Daerah
Kabupaten/Kota yang Telah Memiliki Rencana Detail Tata Ruang;
u. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota dan Rencana Detail Tata Ruang;
v. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota serta Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota;
w. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 11 Tahun 2016 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036;

LAPORAN ANTARA 1-21-2


x. Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupetn Lubai Ulu Tahun 2018 – 2038; dan
y. Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 7 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2023.

1.3 Maksud, Tujuan, dan Sasaran

1.3.1 Maksud
Maksud dari pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ)
Ibukota Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim ini adalah sebagai kendali mutu
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berdasarkan RTRW Muara Enim Tahun 2018-2038.

1.3.2 Tujuan
Pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ) Ibukota
Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim ini bertujuan untuk:
▪ Sebagai acuan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
▪ Sebagai acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
▪ Sebagai acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang.

1.3.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan
Peraturan Zonasi (PZ) Ibukota Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim ini adalah
sebagai berikut:
▪ Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman dalam
kawasan;
▪ Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam kawasan;
dan
▪ Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah perencanaan adalah wilayah perkotaan di Kecamatan Semende Darat Laut
dengan luas lebih kurang 1.854,39 hektar, secara detail sebagai berikut:
1. Sebagian Desa Karya Nyata dengan luas 306,38 hektar;
2. Sebagian Desa Muara Danau dengan luas 126,18 hektar;
3. Sebagian Desa Muara Dua dengan luas 62,03 hektar;
4. Sebagian Desa Penyandingan dengan luas 291,96 hektar;
5. Sebagian Desa Perapau dengan luas 46,55 hektar;
6. Sebagian Desa Pulau Panggung dengan luas 796,15 hektar; dan
7. Sebagian Desa Tanah Abang dengan luas 225,15 hektar.

LAPORAN ANTARA 1-31-3


Gambar 1. 1 Peta WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA 1-4


Desa Tanah Abang 225

Desa Pulau Panggung 796

Desa Perapau 047

Desa Penyandingan 292

Desa Muara Dua 062

Desa Muara Danau 126

Desa Karya Nyata 306

000 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Gambar 1. 2 Grafik Luas WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut


Sumber: Hasil Analisis, 2022

1.4.2 Ruang Lingkup Substansi


Lingkup substansi dan kegiatan yang harus dilaksanakan dalan kegiatan Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim adalah
sebagai berikut:
1. Pembuatan Peta (untuk dapat melanjutkan kegiatan ini pihak konsultan harus sudah
dapat menyelesaikan pembuatan peta dasar dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak
SPMK diterbitkan);
2. Penyusunan RDTR;
3. Peraturan Zonasi;
4. Penyusunanan Naska Akademis dan Raperda RDTR dan PZ;
5. Integrasi KLHS ke dalam RDTR dan PZ;
6. Pembahasan Raperda RDTR; dan
7. Konsultasi/Sosialisasi.
Lingkup pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
1. Persiapan Awal
a. Kajian kebijkan meliputi:
▪ Kebijakan makro: RPJP Kabupaten Muara Enim, RPJMD Kabupaten Muara Enim,
RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038.
b. Persiapan teknis pelaksanaan meliputi:
▪ Penyusunan metodologi/metode dan teknis analisis rinci.
▪ Penyiapan rencana survei.

LAPORAN ANTARA 1-51-5


2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penyusunan RDTR dan PZ Ibukota Kecamatan Semende Darat Laut
dilakukan melalui survei primer dan survei sekunder, meliputi:
a. Survei Primer
- Penggunaan lahan eksisting.
- Kondisi, sebaran, dan jenis fasilitas umum.
- Kondisi jalan.
- Kondisi dan sebaran prasarana jalan.
- Dimensi/geometrik jalan.
- Arah pergerakan.
- Sebaran jaringan listrik (SUTT, SUTM, SUTR);
- Sebaran sumber air bersih;
- Sebaran prasarana penunjang air bersih;
- Sebaran, kondisi, dan dimensi jaringan drainase (primer, sekunder, dan tersier); dan
- Sebaran lokasi TPS.
b. Survei Sekunder
- Data kebijakan : kebijakan makro, kebijakan mikro, dan kebijakan khusus/sektoral;
- Data wilayah administrasi : luas wilayah;
- Data karakteristik sosio-demografis : jumlah penduduk (time series 5 tahun),
kepadatan penduudk, komposisi penduduk, dan struktur penduduk;
- Data klimatologi : curah hujan, intensitas hujan, temperatur rata-rata, kelembapan
relatif, kecepatan arah angin, dan penyinaran matahari;
- Data hidrologi : air permukaan, air tanah;
- Data geologi : jenis tanah, jenis batuan;
- Data topografi : kemiringan lahan;
- Data karakteristik ekonomi : PDRB Kabupaten Muara Enim, sektor dan komoditi
potensial khususnya Kecamatan Semende Darat Laut;
- Data fasilitas umum : jumlah fasilitas umum;
- Data karakteristik transportasi : sarana dan prasarana transportasi, volume,
kapasitas jalan dan kelas serta fungsi jalan;
- Data status kepemilikan lahan; dan
- Data utilitas/prasarana : jumlah pelanggan listrik, jumlah pelanggan telepon, jumlah
pelanggan air, umlah buangan air limbah, jumlah sarana persampahan, jumlah
buangan sampah, luasan TPS dan sistem pengolahan sampah.

3. Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan
Zonasi (PZ) adalah sebagai berikut.
ANALISIS RDTR:
a. Analisis struktur internal perkotaan
- Analisis sistem pusat pelayanan

LAPORAN ANTARA 1-61-6


- Analisis penentuan pusat pelayanan
- Analisis sistem jaringan jalan
- Analisis intensitas pengembangan ruang pada seluruh WP
b. Analisis sistem penggunaan lahan (land use)
- Analisis simpangan antara pola ruang dengan kondisi sekarang
- Analisis tutupan lahan dan run off yang ditimbulkan
- Analisis kepemilikan tanah
c. Analisis kedudukan dan peran perkotaan Semende Darat Laut dalam wilayah yang lebih
luas
- Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial budaya dan demografi WP pada
wilayah yangl lebih luas
- Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi WP pada wilayah yang lebih luas
- Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana wilayah perencanaan
dengan wilayah yang lebih luas
- Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan (pengelolaan fisik dan SDA)
WP pada wilayah yang lebih luas
- Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pertahanan dan keamanan WP
- Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan WP
- Analisis spesifik terkait kekhasan kawasan
d. Analisis sumber daya alam dan fisik lingkungan WP
- Analisis sumber daya air
- Analisis sumber daya tanah
- Analisis topografi dan kelerengan
- Analisis geologi lingkungan
- Analisis klimatologi
- Analisis sumber daya alam (analisis daya dukung dan daya tampung)
- Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya (zona budi daya)
- Analisis yang mendukung dalam proses penyusunan SKL
e. Analisis sosial budaya
f. Analisis kependudukan
- Analisis identifikasi dan proyeksi penduduk
- Analisis penyebaran dan distribusi penduduk
g. Analisis ekonomi dan sektor unggulan
- Analisis karakteristik perekonomian wilayah
- Analisis basis sektor unggulan
h. Analisis sistem transportasi
- Analisis sistem kegiatan
- Analisis sistem jaringan
- Analisis sistem pergerakan
i. Analisis sumber daya buatan
j. Analisis kondisi lingkungan binaan

LAPORAN ANTARA 1-71-7


- Analisis figure and ground
- Analisis aksesibilitas pejalan kaki dan pesepeda
- Analisis karakteristik kawasan (langgam bangunan)
- Analisis land use
- Analisis ketersediaan RTH dan non-RTH
- Analisis vista kawasan (pelataran pandang)
- Analisis tata massa bangunan
- Analisis intensitas bangunan
- Analisis land value capture (pertambahan nilai lahan)
- Analisis kebutuhan prasarana dan sarana sesuai standar
- Analisis cagar budaya
k. Analisis kelembagaan

ANALISIS PERATURAN ZONASI


a. Analisis karakteristik peruntukan zona;
b. Analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini bekembang dan mungkin akan
berkembang di masa mendatang;
c. Analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona;
d. Analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona;
e. Analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona;
f. Analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan dengan kondisi
yang terjadi di lapangan;
g. Analisis karakteristik spesifik lokasi;
h. Analisis ketentuan standar setiap sektor terkait; dan
i. Analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.

▪ Melakukan kajian atas acuan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan
Zonasi (PZ) yaitu Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi,
dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten,
Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang;
▪ Melakukan kajian atas acuan rencana tata ruang Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten
Muara Enim untuk kemudian dikaji kemungkinan implementasinya di Kecamatan Semende
Darat Laut;
▪ Melakukan kajian atas kondisi, potensi, dan permasalahan tata ruang di Kabupaten Muara
Enim lebih tepatnya di Kecamatan Semende Darat Laut;
▪ Merumuskan isu-isu strategis pembangunan dan pengembangan perencanaan tata ruang di
Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim;
▪ Merumuskan kebijakan dan strategi rencana tata ruang di Kecamatan Semende Darat Laut,
Kabupaten Muara Enim;

LAPORAN ANTARA 1-81-8


▪ Merumuskan rencana tata ruang di Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara
Enim;
▪ Merumuskan program rencana tata ruang di Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten
Muara Enim;
▪ Melakukan penyusunan Naskah Akademis dan Raperda RDTR dan PZ Kecamatan Semende
Darat Laut, Kabupaten Muara Enim;
▪ Melakukan integrasi KLHS ke dalam RDTR dan PZ Kecamatan Semende Darat Laut,
Kabupaten Muara Enim; dan
▪ Melakukan konsultasi/sosialisasi penyepakatan Raperda RDTR Kecamatan Semende Darat
Laut, Kabupaten Muara Enim.

LAPORAN ANTARA 1-91-9


Gambar 1.1 Bagan Alir Metodologi Penyusunan RDTR & PZ Ibukota Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2019

LAPORAN ANTARA 1-10


1.5 Sistematika Penulisan

Laporan Fakta dan Analisis Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim disusun guna memenuhi kebutuhan penyusunan
laporan dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran kegiatan, ruang
lingkup pekerjaan, serta sistematika penyusunan Laporan Antara.
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan kebijakan terkait pekerjaan penyusunan Revisi
Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Semende Darat Laut.
BAB 3 PROFIL KAWASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum wilayah kajian baik secara makro
(Kabupaten Muara Enim) dan secarai mikro (Kecamatan Semende Darat Laut), dimana mulai dari
administrasi wilayah, fisik wilayah, penggunaan lahan, kependudukan, sebaran fasilitas dan
prasarana, dan transportasi.
BAB 4 ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil analisis yang berpedoman pada Permen ATR/BPN
Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan
Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail
Tata Ruang. Analisis yang dilakukan antara lain analisis struktur internal WP, analisis sistem
penggunaan lahan (land use), analisis kedudukan dan peran WP dalam wilayah yang lebih luas,
analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan WP, aanlisis sosial budaya, analisis
kependudukan, analisis ekonomi dan sektor unggulan, analisis transportasi, analisis sumber daya
buatan, analisis lingkungan binaan, analisis kelembagaan, analisis karakteristik peruntukan zona,
analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin akan berkembang
di masa mendatang, analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona, analisis
dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona, analisis pertumbuhan dan
pertambahan penduduk pada suatu zona, analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona
yang diharapkan dengan kondisi yang terjadi di lapangan, analisis karakteristik spesifik lokasi,
analisis ketentuan dan standar setiap sektor terkait, dan analisis kewenangan dalam perencanaan,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
BAB 5 KONSEP PENATAAN RUANG
Pada bab ini terdiri dari muatan konsep RDTR kawasan perencanaan dan konsep pengembangan
kawasan yang berisikan struktur ruang, konsep pola ruang, dan konsep peraturan zonasi.

LAPORAN ANTARA 1-11


BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

PKN Kawasan Perkotaan Palembang, Betung, Inderalaya, Kayu Agung (Patungraya Agung) dengan
fungsi:
• Revitalisasi dan Percepatan pengembangan Kota-Kota Pertumbuhan Nasional dengan
pengembangan dan peningkatan kawasan dengan arahan pada kawasan PKN.
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi
skala nasional atau melayani beberapa provinsi; dan/atau
• kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi sebagai
pelabuhan hub internasional dan pintu gerbang ekspor hasil kegiatan kelautan dan
perikanan.
PKW → kawasan Muara Enim (II/C/1), Kayu Agung (II/B), Batu Raja (II/B), Prabumulih (II/C/1),
Lubuk Linggau (II/C/1), Sekayu (II/B), Selahat (II/B).
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN;
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
• kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi mendukung
ekonomi kelautan nasional.

LAPORAN ANTARA 2-1


Dalam konteks kebijakan nasional yang tertuang dalam RTRWN, Kawasan Semende Darat
Laut tidak termuat dalam konstelasi kebijakan ruang nasional.

2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Dalam konstelasi regional, Kabupaten Muara Enim secara strategis memiliki KI Tanjung Enim yang
masuk ke dalam KI/KEK/KPBPB strategis di Pulau Sumatera berdasarkan RPJMN 2020-2024 yang
dimuat dalam PP Nomor 18 Tahun 2020. Meskipun tidak bersinggungan secara langsung dengan
WP II Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut, namun hal ini juga bisa pemicu pengembangan
kawasan di Kabupaten Muara Enim khususnya di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
dalam mendukung KI Tanjung Enim sebagai penyuplai bahan pokok seperti padi dan komoditas
perkebunan (kopi dan karet).

Gambar 2. 1 Konstelasi Regional RPJMN 2020-2024

2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036

2.3.1 Rencana Struktur Ruang


Kabupaten Muara Enim dalam rencana sistem perkotaan Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan
Perda Nomor 11 Tahun 2016 tentang RTRW Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

LAPORAN ANTARA 2-2


Tabel 2. 1 Rencana Pengembangan Pusat Kegiatan Provinsi Sumatera Selatan

Hirarki Kota Pusat Pengembangan Kegiatan Fungsi Wilayah Pelayanan Fungsi Kegiatan Wilayah
PKW Kabupaten Muara Enim  Pusat 1. Kegiatan Primer
Pemerintahan • Pertanian
Kabupaten; • Perkebunan
 Pusat Pelayanan 2. Kegiatan Sekunder
Perdagangan dan • Industri Pengolahan Hasil
Jasa; Pertanian dan
 Pusat Pelayanan Perkebunan
 Pendidikan; • Pariwisata
 Pusat Pelayanan Kesehatan; • Pengembangan
 Pusat Pemukiman Perkotaan; Sumber Energi
 Pusat
Pengembangan
Agropolitan;
Sumber: Perda Prov. Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016 tentang RTRW Prov. Sumatera Selatan

2.3.1.1 Rencana Sistem Jaringan Prasarana


1. Rencana Jaringan Jalan
a) Arteri Primer
Pengembangan sistem arteri primer direncanakan untuk pergerakan regional, yaitu
jaringan jalan nasional sebagaimana keputusan menteri PU Nomor 630/KPTS/M
Tahun 2009, adapun ruas jalan arteri primer di Kabupaten Muara Enim yaitu ruas
lintas tengah Sumatera (PKW Sarolangun-PKW Lubuk Linggau-PKW Lahat-PKW Muara
Enim-PKW Baturaja-PKW Kotabumi (Provinsi Lampung) yang terdiri dari:
▪ Ruas Batas Provinsi Jambi-Maur
▪ Ruas Maur-Terawas
▪ Ruas Terawas-Batas Kota Lubuklinggau
▪ Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani/Jalan Lintas Sumatera (Lubuklinggau)
▪ Ruas Jalan Yos Sudarso/Jalan Simpang Periuk
▪ Ruas Simpang Periuk-Muara Beliti
▪ Ruas Muara Beliti-Batas Kabupaten Musi Rawas
▪ Ruas Batas Kabupaten Musi Rawas-Tebingtinggi
▪ Ruas Tebingtinggi-Jembatan Kikim Besar/KM 256
▪ Ruas Jembatan Kikim Besar/KM256-Batas Lahat
▪ Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani (Lahat)
▪ Ruas Jalan Kol. Barlian (Lahat)
▪ Ruas Jalan Muhammad Nuh (Lahat)
▪ Ruas Jalan Prof. Emil Salim (Lahat)
▪ Ruas Jalan Harun Sohar (Lahat)
▪ Ruas Batas Kota Lahat-Muara Enim
▪ Ruas Batas Kota Muara Enim-Simpang Sugihwaras
▪ Ruas Jalan Ahmad Yani (Muara Enim)
▪ Ruas Simpang Sugihwaras-Batas Kota Baturaja
▪ Ruas By Pass I/Jalan Garusa (Baturaja)
▪ Ruas By Pass II/Jalan Garuda (Baturaja)
▪ Ruas Jalan Lingkar Kemelak (Baturaja)

LAPORAN ANTARA 2-3


▪ Ruas Batas Kota Baturaja-Martapura
▪ Ruas Martapura-Batas Provinsi Lampung
Selain itu juga terdapat Lintas Penghubung (PKWp Indralaya-PKW Muara Enim) dengan
ruas-ruas yang meliputi:
▪ Ruas Simpang Indralaya-Batas Kabupaten Muara Enim
▪ Ruas Batas Kabupaten Muara Enim-Batas Kota Prabumulih
▪ Ruas Jalan Sudirman (Prabumulih)
▪ Ruas Jalan Lingkar Timur Kota Prabumulih
▪ Ruas Batas Kota Prabumulih-Simpang Belimbing
▪ Ruas Simpang Belimbing-Batas Kota Muara Enim
▪ Ruas Jalan Sudirman (Muara Enim)
▪ Ruas Jalan Sutan Mahmud Badaruddin II (Muara Enim)
b) Kolektor Primer
Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 553/KPTS/V/2010 tentang penetapan
ruas-ruas jalan Provinsi. Adapun rencana pengembangan jalan kolektor primer
meliputi:
▪ Ruas Simpang Meranjat-Batas Kabupaten Muara Enim
▪ Ruas Batas Kabupaten Muara Enim-Simpang Air Dingin
▪ Ruas Batas Kabupaten Muara Enim-Payaraman
▪ Ruas Jalan KTM Rambutan-Batas Kabupaten Muara Enim
▪ Ruas Pangkalan Balai-Muara Lematang (Batas Muara Enim)-Petar Luar-
Gelumbang
c) Pengembangan jalan bebas hambatan meliputi:
Adapun peningkatan ruas jalan lokal terdiri dari :
▪ Ruas PKWp Indralaya-PKW Prabumulih-PKW Muara Enim-PKW Lahat-PKL Muara
Beliti-PKW Lubuk Linggau-PKW Curup (Provinsi Bengkulu)
▪ Ruas Kotabumi Provinsi Lampung-Baturaja-Muara Enim-Lahat-Lubuk linggau
Provinsi Sumatera Selatan-Sarolangun Provinsi Jambi
d) Pengembangan terminal meliputi:
▪ Terminal Tipe A : Karya Jaya, Alang-Alang Lebar, Sekayu, Betung, Sungsang, Lubuk
Linggau, Baturaja, Muara Enim, Pagar Alam, Kayuagung, dan Lahat serta Simpang
Periuk
e) Pelabuhan Khusus/Terminal Khusus untuk angktuan batubara, minyak, gas bumi, dan
sumber daya alam lainnya yang dimiliki dan dikelola oleh swasta.
▪ Dikembangkan di Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi
Banyuasin, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Ogan
Komering Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara dan Kabupaten Penukal Abab
Lematang Ilir
f) Sistem jaringan perkeretaapian meliputi:
▪ Jalur Kerta Api Internal : Rencana pengembangan jalur ganda Muara Enim-Lahat
▪ Jalur Kereta Api Regional : Rehabilitasi jalur Lubuk Linggau-Lahat-Muara Enim-
Prabumulih-Baturaja-Waytuba (Provinsi Lampung) dan peningkatan spoor
emplasemen lintas Muara Enim-Lahat, Martapura-Prabumulih

LAPORAN ANTARA 2-4


2. Rencana Sistem Jaringan Kelistrikan
▪ PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 di Kabupaten Muara Enim
▪ PLTU Mulut Tambang Sumsel-9A di Kabupaten Muara Enim
▪ PLTU Mulut Tambang Sumsel-9B di Kabupaten Muara Enim
▪ PLTU Mulut Tambang Sumsel-10 di Kabupaten Muara Enim
▪ PLTP Pertamina Lumut Balai di Kabupaten Muara Enim, OKU, dan OKU Selatan
▪ PLTM di Kabupaten Empat Lawang, Lahat, Muara Enim, Musi Rawas, OKU, OKU
Selatan, dan Pagar Alam
3. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pengembangan dan/atau pembangunan waduk/bendungan untuk sistem jaringan sumber
daya air diarahkan untuk fungsi ekologis, ekosistem,konservasi sumber daya air,
pengendalian banjir, serta untuk menyuplai ke kawasan-kawasan strategis seperti daerah
kawasan budidaya pertanian unggulan, kawasan pertambangan, dan kota-kota pusat
kegiatan dengan lokasi waduk salah satunya berada di Kabupaten Muara Enim. Selain
pengembangan/pembangunan waduk atau bendungan, di Kabupaten Muara Enim juga
dilakukan pengembangan dan/atau pembangunan irigasi yang mencakup irigasi teknis, irigasi
rawa/pasang surut dan irigasi non teknis untuk sistem jaringan sumber daya air dimana di
wilayah Kabupaten Muara Enim memiliki potensi pertanian pangan.

2.3.2 Rencana Pola Ruang


2.3.2.1 Rencana Kawasan Lindung
Dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036, dimana untuk wilayah Kabupaten
Muara Enim terdapat kawasan yang dijadikan sebagai hutan lindung. Selain itu, Kabupaten Muara
Enim juga terdapat taman hutan rawa yang diarakan dengan hal-hal sebagai berikut:
▪ Penetapan kawasan taman hutan raya secara yuridis formal sesuai perlindungannya
masing-masing.
▪ Pengelolaan kawasan taman hutan raya sesuai perlindungannya masing-masing.
▪ Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan serta pengamanan kawasan.

2.3.2.2 Rencana Rawan Bencana Alam


Kabupaten Muara Enim masuk ke dalam wilayah rawan bencana alam baik itu rawan pergerakan
tanah maupun rawan banjir.

2.3.2.3 Rencana Peruntukan Pertanian


1. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kabupaten Muara Enim menjadi salah satu wilayah di Sumatera Selatan yang diperuntukan
bagi kawasan perkebunan dengan memanfaatkan potensi dan kesesuaian lahan, peremajaan
areal tanaman perkebunan, serta pengembangan sentra produksi perkebunan. Jenis komoditi
unggulan di Kabupaten Muara Enim diantaranya adalah karet, kelapa sawit, dan kopi.
2. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kabupaten Muara Enim ditetapkan menjadi salah satu wilayah di Sumatera Selatan sebagai
pengembangan kawasan pertambangan minyak dan gas bumi juga sebagai wilayah

LAPORAN ANTARA 2-5


pengembangan kawasan pertambangan panas bumi, serta pertambangan gas metan.

2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038

2.4.1 Rencana Struktur Ruang


2.4.1.1 Rencana Sistem Perkotaan
Sistem perkotaan di Kabupaten Muara Enim berdasarkan Perda Kabupaten Muara Enim No. 13
Tahun 2018 tentang RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038 menetapkan sistem 3 (tiga)
sistem perkotaan, meliputi PKW, PPK, dan PPL. Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PKW yaitu
kawasan perkotaan Muara Enim. Adapun pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PPK adalah
perkotaan Pulau Panggung di Kecamatan Semende Darat Laut, perkotaan Tanjung Enim di
Kecamatan Lawang Kidul, perkotaan Cinta Kasih di Kecamatan Belimbing, perkotaan Sugih Watas
di Kecamatan Rambang, perkotaan Karang Agung di Kecamatan Lubai Ulu, dan perkotaan
Gelumbang di Kecamatan Gelumbang.
Selain itu, pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PPL yaitu perkotaan Aremantai di Kecamatan
Semende Darat Ulu, perkotaan Tanjung Raya di Kecamatan Semende Darat Tengah, perkotaan
Tanjung Agung di Kecamatan Tanjung Agung, perkotaan Ujan Mas Lama di Kecamatan Ujan Mas,
perkotaan Padang Bindu di Kecamatan Benakat, perkotaan Gunung Megang di Kecamatan
Gunung Megang, perkotaan Tebat Agung di Kecamatan Rambang Niru, perkotaan Beringin di
Kecamatan Lubai, perkotaan Lembak di Kecamatan Lembak, perkotaan Sukarami di Kecamatan
Sungai Rotan, perkotaan Tanjung Bunut di Kecamatan Belida Darat, perkotaan Menanti di
Kecamatan Kelekar, perkotaan Patra Tani di Kecmatan Muara Belida, perkotaan Lebak Budi di
Kecamatan Panang Enim, dan perkotaan Dangku di Kecamatan Empat Petulai Dangku. Untuk lebih
jelasnya mengenai sistem perkotaan yang ada di Kabupaten Muara Enim dapat idlihat pda tabel
berikut:
Tabel 2. 2 Sistem Perkotaan di Kabupaten Muara Enim

No. Sistem Perkotaan Kawasan/Wilayah Perkotaan


1. PKW (Pusat Kegiatan ▪ Kawasan perkotaan Muara Enim
Wilayah)
2. PPK (Pusat Pelayanan ▪ Perkotaan Pulau Panggung, Kecamatan Semende Darat Laut
Kawasan) ▪ Perkotaan Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul
▪ Perkotaan Cinta Kasih, Kecamatan Belimbing
▪ Perkotaan Sugih Watas, Kecamatan Rambang
▪ Perkotaan Karang Agung, Kecamatan Lubai Ulu
▪ Perkotaan Gelumbang, Kecamatan Gelumbang
3. PPL (Pusat Pelayanan ▪ Perkotaan Aremantai, Kecamatan Semende Darat Laut
Lingkungan) ▪ Perkotaan Tanjung Raya, Kecamatan Semende Darat tengah
▪ Perkotaan Tanjung Agung, Kecamatan Tanjung Agung
▪ Perkotaan Ujan Mas Lama, Kecamatan Ujan Mas
▪ Perkotaan Padang Bindu, Kecamatan Benakat
▪ Perkotaan Gunung Megang, Kecamatan Gunung Megang
▪ Perkotaan Tebat Agung, Kecamatan Rambang Niru
▪ Perkotaan Beringin, Kecamatan Lubai
▪ Perkotaan Lembak, Kecamatan Lembak
▪ Perkotaan Sukarami, Kecamatan Sungai Rotan
▪ Perkotaan Tanjung bunur, Kecamatan Belida Darat

LAPORAN ANTARA 2-6


No. Sistem Perkotaan Kawasan/Wilayah Perkotaan
▪ Perkotaan Menanti, Kecamatan Kelekar
▪ Perkotaan Patra Tani, Kecamatan Muara Belida
▪ Perkotaan Lebak Budi, Kecamatan Panang Enim
▪ Perkotaan Dangku, Kecamatan Empat Petulai Dangku
Sumber: Perda Kab. Muara Enim No. 13 Tahun 2018 tentang RTRW Kab. Muara Enim Tahun 2018-2038

2.4.1.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana


1. Sistem Jaringan Transportasi
▪ Jaringan jalan arteri primer, meliputi:
1) Batas Kota Lahat – Muara Enim
2) Batas Kota Muara Enim – Simpang Sugih Watas
3) Ruas Jalan Ahmad Yani
4) Simpang Sugih Waras – Batas Kota Baturaja
5) Simpang Indralaya – Batas Prabumulih
6) Batas Prabumulih – Simpang Belimbing
7) Simpang Belimbing – Batas Kota Muara Enim
8) Ruas Jalan Jendral Sudirman
9) Ruas Jalan Sultan Mahmud Badaruddin II
▪ Jaringan jalan kolektor primer satu (JKP-1), meliputi:
1) Batas Kota Prabumulih – Beringin – Batas Kabupaten OKU
▪ Jaringan jalan kolektor primer dua (JKP-2), meliputi:
1) Ruas Jalan Simpang Sugih Waras – Batas Kabupaten Lahat
2) Ruas Jalan Simpang Belimbing – Pendopo Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir
3) Ruas Jalan Prabumulih – Simpang Meo
4) Ruas Jalan Lembak – Batas Kabupaten Ogan Ilir
5) Ruas Jalan Simpang Patra Tani – Kebun Raya – Batas Kabupaten Ogan Ilir
6) Ruas Jalan Kabupaten Ogan Ilir – Beringin
7) Ruas Jalan Simpang Gelumbang – Sukarame – Batas Kabupaten Banyuasin
8) Ruas Jalan Lembak – Medong – Batas Kabupaten Penulak Akab Lematang Ilir
9) Ruas Jalan Simpang Kepur – Muara Lawai – Batas Kabupaten Lahat
10) Ruas Jalan Simpang Tugu Batas Kabupaten Ogan Ilir – Kantor Camat Muara
Belida/Batas Kabupaten Ogan Ilir.
▪ Pengembangan jalan bebas hambatan (jalan tol), meliputi:
1) Ruas Simpang Indralaya – Muara Enim
2) Ruas Muara Enim – Lahat – Lubuk Linggau
3) Ruas Kotabumi (Provinsi Lampung) – Martapura – Baturaja – Muara Enim – Lahat –
Lubuk Linggau – Sarolangun (Provinsi Jambi)
▪ Terminal penumpang dan barang, meliputi:
1) Terminal Tipe A di Kecamatan Muara Enim
2) Terminal Tipe B di Kecamatan Muara Enim
3) Terminal TIpe C di Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan Tanjung Enim,
Kecamatan Gunung Megang, Kecamatan Belimbing, Kecamatan Rambang Niru,

LAPORAN ANTARA 2-7


Kecamatan Lubai Ulu, dan Kecamatan Gelumbang
4) Terminal barang di Kecamatan Muara Enim, Kecamatan Lubai Ulu, dan Kecamatan
Gelumbang
▪ Jaringan kereta api umum, meliputi:
1) Pengembangan jalur ganda Tanjung Enim – Prabumulih
2) Pengembangan jalur ganda Prabumulih – Muara Enim – Simpang
3) Pengembangan jalur ganda Muara Enim – Lahat
4) Pengembangan jalur Muara Enim – Baturaja
5) Rehabilitasi jalur Lahat – Muara Enim – Prabumulih – Palembang
6) Rehabilitas jalur Prabumulih – Baturaja
7) Peningkatan spoor emplasemen lintas Muara Enim – Lahat, Martapura – Prabumulih
8) Pembangunan jalur Tanjung Enim – Kota Padang (Provinsi Bengkulu)
9) Pembangunan jalur Muara Enim – Pulau Baai (Provinsi Bengkulu)
10) Pembangunan jalur Tanjung Enim – Tanjung Api-Api
11) Pengembnagan sinyal kereta api dari sistem mekanik ke sistem elektrik dengan
jaringan fiber optik pada rute jalur prabumulih – Muara Enim – Lahat; jalur Muara
Enim – Tanjung Enim Baru; jalur Tanjung Enim – Tanjung Api-Api; dan jalur
Prabumulih – Beringin – Baturaja.

▪ Pelabuhan umum, meliputi:


1) Pelabuhan/dermaga umum sungai di Kecamatan Muara Enim, Kecamatan Ujan Mas,
Kecamatan Gunung Megang, Kecamatan Belimbing, Kecamatan Empat Petulai
Dangku, Kecamatan Kelekar, Kecamatan Lembak, Kecamatan Sungai Rotan, dan
Kecamatan Muara Belida.
2) Pelabuhan/terminal khusus sungai di Kecamatan Belimbing, Kecamatan Empat
Petulai Dangku, Kecamatan Lembak, Kecamatan Sungai Rotan, dan Kecamatan Muara
Belida.

2. Sistem Jaringan Energi


▪ Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi, meliputi:
1) Jaringan pipa transmisi melintasi kecamatan Semende Darat Ulu, Kecamatan
Semende Darat Tengah, Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan Lawang Kidul,
Kecamatan Muara Enim, Kecamatan Ujan Mas, Kecamatan Benakat, Kecamatan
Gunung Megang, Kecamatan Belimbing, Kecamatan Rambang Niru, Kecamatan
Empat Petulai Dangku, Kecamatan Rambang, Kecamatan Lubai, Kecamatan Lubai Ulu,
Kecamatan Lembak, Kecamatan Belida Darat, Kecamatan Gelumbang, dan
Kecamatan Sungai Rotan.
▪ Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), meliputi:
1) Kecamatan Semende Darat Laut
2) Kecamatan Penang Enim
▪ Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), meliputi:
1) PLTU Bukit Asam

LAPORAN ANTARA 2-8


2) PLTU Simpang Belimbing
3) PLTU PT. Bukit Asam Bangko Barat
4) PLTU Mulut Tambang Sumsel-1
5) PLTU Mulut Tambang Sumsel-6
6) PLTU Mulut Tambang Sumsel-6B
7) PLTU Mulut Tambang Sumsel-8
8) PLTU Mulut Tambang Sumsel-9A
9) PLTU Mulut Tambang Sumsel-9B
10) PLTU Mulut Tambang Sumsel-10
▪ Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTG/PLTGU),
meliputi:
1) Gunung Megang

▪ Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro (PLTM), meliputi:


1) PLTM Karya Nyata
2) PLTM Babatan
3) PLTM Tanjung TIga
4) PLTM Pulau Panggung (Semendo)
5) PLTM Pulau Panggung (Semendo 2)
6) PLTM Bindu 1
7) PLTM Bindu 2
▪ Rencana pengembangan dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro
(PLTMH), meliputi:
1) PLTMH Rekimai Jaya
2) PLTMH Tanjung Tiga
3) PLTMH Cahaya Alam
4) PLTMH Plakat
5) PLTMH Babatan
▪ Rencana pengembangan dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP), meliputi:
1) PLTP Lumut Balai
2) PLTP Rantau Dedap
3) PLTP Lumu Balai Small Scale
▪ Rencana pembangunan dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB),
meliputi:
1) Kecamatan Tanjung Agung
2) Kecamatan Muara Enim
3) Kecamatan Ujan Mas
4) Kecamatan Gunung Megang
5) Kecamatan Lubai
6) Kecamatan Gelumbang
7) Kecamatan Sungai Rotan
8) Kecamatan Rambang Niru

LAPORAN ANTARA 2-9


▪ Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) tegangan 275 kV dan 500 kV, meliputi:
1) SUTET 275 kV Lahat – Muara ENim (tx) – Gumawang
2) SUTET 275 kV Lumut Balai – Inc Pi (Lahat – Muara Enim (tx))
3) SUTET 275 kV Muara Enim – Muara Enim (tx) (inc, 2 Phi)
4) SUTET 265 kV PLTU Sumsel 1 – Betung
5) SUTET 275 kV Sumsel 6 – GITET Palembang 1/Palembang Tenggara
6) SUTET 275 kV Sumsel 6 – PLTU Banyuasin
7) SUTET 275 kV Sumsel 6 – PLTU Sumsel 1
8) SUTET 500 kV Muara Enim/Sumsel 1 – New Aur Duri
9) SUTET 500 kV PLTU Sumsel 8 – Muara Enim
10) SUTET 500 kV PLTU Sumsel 9 dan Sumsel 10
▪ Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) tegangan 70 kV dan 150 kV, meliputi:
1) SUTT 150 kV Lahat – PLTU Simpang Belimbing
2) SUTT 150 kV Bukit Asam – Gunung Megang – Prabumulih
3) SUTT 150 kV Bukit Asam – Baruraja
4) SUTT 150 kV PLTP Lumut Balai – Lumut Balai
5) SUTT 150 kV PLTP Rantau Dedap – Lumut Balai
6) SUTT 150 kV Pendopo Inc. 2 Phi
7) SUTT 150 kV PLTU Banyuasin – Muara Enim
8) SUTT 150 kV PLTU Sumsel 6 – PLTU Sumsel 1
9) SUTT 150 kV Sumsel 1 – New Aur Duri
10) SUTT 150 kV PLTU Sumsel 8 – Muara Enim
▪ Pengembangan Gardu Induk (GI), meluputi:
1) GI 150/20 kV Bukit Asam
2) GI 150/20 kV Lumut Balai
3) GI 150/20 kV Gunung Megang
4) GI 150/20 kV Pendopo
5) GI 275/150 kV Lumut Balai
6) GI 275/150 kV Sumsel 1
7) GI 275/150 kV Muara Enim
8) GI 275/150 kV PLTU Sumsel 6
9) GI 500/275 kV Muara Enim/Sumsel 1
10) GI 500 kV Pagar Dewa
11) GI 500 kV DC Muara Enim

3. Sistem Jaringan Telekomunikasi


Sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Muara Enim terdiri dari sistem jaringan tetap
dan sistem jaringan bergerak. Sistem jaringan tetap tersebar di seluruh wilayah kecamatan
meliputi jaringan tetap lokal, jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh, jaringan tetap
sambungan internasional, dan jaringan tetap tertutup. Adapun jaringan bergerak juga
tersebat di seluruh wilayah kecamatan meliputi jaringan bergerak terrestrial, seluler, dan
satelit.

LAPORAN ANTARA 2-10


4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
▪ Sistem jaringan sumber daya air lintas kab/kota yang berada di Kabupaten Muara Enim
adalah wilayah Sungai Musi – Sugihan – Banyuasin – Limau (WS MSBL) terdiri dari:
1) DAS Musi
2) Sub DAS Ogan
3) Sub DAS Lematang
4) Sub DAS Semangus
5) Sub DAS Batang Peledas
▪ Sistem jaringan irigasi yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Muara
Enim.
▪ Sistem pengendalian banjir berupa waduk, kanal, kolam retensi, sungai, rawa, pintu-pintu
air, dan jaringan drainase.

5. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya


Sistem jaringan prasarana lainnya berupa SPAM, SPAL, sistem jaringan persampahan wilayah,
dan sistem jaringan evakuasi bencana
▪ Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Muara
Enim.
▪ Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL), meliputi:
1) Sistem pengelolaan air limbah domestik setempat (on site)
2) Sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat (off site)
3) Sistem pengelolaan limbah industri
4) Sistem pengelolaan limbah medis
▪ Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunla tersebar di seluruh wilayah kecamatan di
Kabupaten Muara Enim.
▪ Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terdapat di beberapa kecamatan, meliputi:
1) Kecamatan Muara Enim
2) Kecamatan Lawang Kidul
3) Kecamatan Tanjung Agung
4) Kecamatan Gunung Megang
5) Kecamatan Gelumbang
6) Kecamatan Lubai
▪ Sistem jaringan persampahan, Tempat Penampungan Sementara (TPS), berlokasi:
1) Setiap unit lingkungan permukiman
2) Setiap pusat-pusat kegiatan
▪ Sistem jaringan persampahan, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) diarahkan
berlokasi jauh dari permukiman penduduk dan industri.
▪ Sistem jaringan persampahan, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan metode sanitary
landfill, meliputi:
1) TPA Gelumbang di Kecamatan Gelumbang untuk melayani Kecamatan Sungai Rotan,
Kecamatan Muara Belida, Kecamatan Gelumbang, Kecamatan Kelekar, Kecamatan

LAPORAN ANTARA 2-11


Lembak, dan Kecamatan Belida Darat.
2) TPA Gunung Megang di Kecamatan Gunung Megang untuk melayani Kecamatan
Rambang Niru, Kecamatan Gunung Megang, Kecamatan Belimbing, dan Kecamatan
Empat Petulai Dangku.
3) TPA Lubai di Kecamatan Lubai untuk melayani Kecamatan Rambang, Kecamatan
Lubai, dan Kecamatan Lubai Ulu.
4) TPA Bukit Kancil di Kecamatan Muara Enim untuk melayani Kecamatan Muara Enim,
Kecamatan Lawang Kidul, dan Kecamatan Ujan Mas.
5) TPA Tanjung Agung di Kecamatan Tanjung Agung untuk melayani Kecamatan Tanjung
Agung, Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan Semende Darat Tengah,
Kecamatan Semende Darat Ulu dan Kecamatan Panang Enim.
6) TPA Tanjung Enim di Kecamatan Lawang Kidul untuk melayani Kecamatan Lawang
Kidul.
▪ Sistem jaringan persampahan, staisun peralihan antara terdapat di:
1) Kecamatan Semende Darat Tengah
2) Kecamatan Sungai Rotan
3) Kecamatan Muara Belida
4) Kecamatan Belida Darat

▪ Sistem jaringan evakuasi bencana tanah longsor berupa penyediaan ruang evakuasi
bencana, meliputi:
1) Ruang evakuasi bencana tanah longsor ditetapkan di Kecamatan Semende Darat Ulu,
Kecamatan Semende Darat Tengah, Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan
Panang Enim, Kecamatan Tanjung Agung, Kecamatan Lawang Kidul, dan Kecamatan
Muara Enim.
2) Ruang evakuasi bencana banjir ditetapkan di Kecamatan Muara Enim, Kecamatan
Ujan Mas, Kecamatan Benakat, Kecamatan Gunung Megang, Kecamatan Rambang
Niru, Kecamatan Empat Petulai Dangku, Kecamatan Belimbing, Kecamatan Lembak,
Kecamatan Kelakar, Kecamatan Gelumbang, Kecamatan Sungai Rotan, dan
Kecamatan Muara Belida.
3) Ruang evakuasi bencana kebakaran hutan atau lahan tersebar di seluruh kecamatan.
4) Ruang evakuasi bencana angin puting beliung ditetapkan di Kecamatan Panang Enim,
Kecamatan Tanjung Agung, Kecamatan Muara Enim, dan Muara Belida.
5) Ruang evakuasi bencana gempa bumi ditetapkan di seluruh wilayah kabupaten.

2.4.2 Rencana Pola Ruang


2.4.2.1 Rencana Kawasan Lindung
Dalam RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038, terdiri atas kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan
konservasi, kawasan lindung geologi, kawasan rawan bencana, dan kawasan cagar budaya.
▪ Kawasan perlindungan terhadap kawasan bawahnnya, meliputi:
1) Kawasan hutan lindung seluas 61.925,44 Ha terdapat di:

LAPORAN ANTARA 2-12


a) Kecamatan Semende Darat Ulu
b) Kecamatan Semende Darat Tengah
c) Kecamatan Semende Darat Laut
d) Kecamatan Tanjung Agung
e) Kecamatan Panang Enim
f) Kecamatan Lawang Kidul
2) Kawasan lindung gambut seluas 5.904 Ha terdapat di:
a) Kecamatan Gelumbang
b) Kecamatan Sungai Rotan
▪ Kawasan perlindungan setempat, meliputi:
1) Sempadan sungai seluas 13.943 Ha
2) Kawasan sekitar danau atau waduk seluas 107 Ha terdapat di:
a) Danau Segayam di Kecamatan Gelumbang
b) Danau Anyar di Kecamatan Rambang Niru
c) Danau Deduhuk di Kecamatan Semende Darat Ulu
3) Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal terdapat di:
a) Kecamatan Benakat
b) Kecamatan Semende Darat Ulu
c) Kecamatan Semende Darat Tengah
d) Kecamatan Semende Darat Laut
4) Ruang terbuka hijau kota dengan luas 30% dari luas kawasan perkotaan dan ruang
terbuka hijau privat paling sedikit 10% dari luas kawasan perkotaan.
▪ Kawasan konservasi, meliputi:
1) Kawasan suaka alam (KSA) yaitu KSA Isau-Isau Pasemah seluas 8.863,49 Ha berada di
Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan Tanjung Agung, dan Kecamatan Panang
Enim
2) Kawasan pelestarian alam (KPA) diantaranya:
a) TAHURA di Kecamatan Lawang Kidul dan Kecamatan Muara Enim
b) Kawasan arboretum dan keanekaragaman hayati di Kecamatan Muara Enim,
Kecamatan Gunung Megang, dan Kecamatan Panang Enim.
▪ Kawasan lindung geologi, meliputi:
1) Kawasan lindung geologi ditetapkan di kawasan Kecamatan Semende Darat Ulu,
Kecamatan Semende Darat Tengah, dan Kecamatan Semende Darat Laut.
▪ Kawasan rawan bencana, meliputi:
1) Kawasan rawan bencana tanah longsor berada di Kecamatan Semende Darat Ulu,
Kecamatan Semende Darat Tengah, Kecamatan Semende Darat Laut, dan Kecamatan
Tanjung Agung.
2) Kawasan rawan bencana kebakaran hutan dan lahan berada di seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Muara Enim.
3) Kawasan rawan bencana gempa bumi berada di Kecamatan Semende Darat Ulu,
Kecamatan Semende Darat Tengah, Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan
Panang Enim, Kecamatan Tanjung Agung, dan Kecamatan Ujan Mas.
▪ Kawasan cagar budaya, meliputi:

LAPORAN ANTARA 2-13


1) Kawasan Batu Megalitik Galang Empat/Batu Empat Formasi seluas 10 Ha di Kecamatan
Semende Darat Laut.
2) Kawasan Situs Batu Begendong seluas 0,5 Ha di Kecamatan Tanjung Agung.

2.4.2.2 Rencana Kawasan Budidaya


Dalam RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038, terdiri atas kawasan hutan produksi,
kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan pertambangan dan
energi, kawasan peruntukan industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, dan kawasan
pertahanan dan keamanan.
▪ Kawasan hutan produksi
1) Kawasan hutan produksi terbatas seluas lebih kurang 25.498,07 Ha di Kecamatan
Rambang dan Kecamatan Lubai.
2) Kawasan hutan produksi tetap seluas lebih kurang 162.470,28 Ha di Kecamatan
Tanjung Agung, Kecamatan Lawang Kidul, Kecamatan Muara Enim, Kecamatan Ujan
Mas, Kecamatan Benakat, Kecamatan Gunung Megang, Kecamatan Rambang Niru,
Kecamatan Rambang, Kecamatan Lubai Ulu, dan Kecamatan Gelumbang.
▪ Kawasan hutan rakyat
1) Hutan Ramuan Desa di Kecamatan Lawang Kidul dan Kecamatan Tanjung Agung.
2) Rimbo Sekampung terdapat di wilayah adat Benakat.
▪ Kawasan pertanian
1) Kawasan tanaman pangan LP2B lebih kurang 19.632,40 Ha tersebar di Kecamatan
Semende Darat Laut, Kecamatan Semende Darat Tengah, Kecamatan Semende Darat
Ulu, Kecamatan Tanjung Agung, Kecamatan Panang Enim, Kecamatan Lubai,
Kecamatan Lawang Kidul, Kecamatan Muara Enim, Kecamatan Ujan Mas, Kecamatan
Gunung Megang, Kecamatan Benakat, Kecamatan Belimbing, Kecamatan Empat
Petulai Dangku, Kecamatan Gelumbang, Kecamatan Lembak, Kecamatan Sungai
Rotan, Kecamatan Muara Belida, dan Kecamatan Kelekar.
2) Kawasan perkebunan kopi di Kecamatan Semende Darat Ulu, Kecamatan Semende
Darat Tengah, Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan Tanjung Agung,
Kecamatan Lawang Kidul, Kecamatan Muara Enim, Kecamatan Ujan Mas, Kecamatan
Gunung Megang, Kecamatan Rambang Niru, Kecamatan Lubai Ulu, Kecamatan Lubai,
Kecamatan Gelumbang, Kecamatan Muara Belida, Kecamatan Lembak, dan
Kecamatan Belida Darat.
3) Kawasan perkebunan lada di Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan Tanjung
Agung, Kecamatan Lawang Kidul, Kecamatan Muara Enim, Kecamatan Gunung
Megang, Kecamatan Sungai Rotan, Kecamatan Kelekar, Kecamatan Gelumbang,
Kecamatan Semende Darat Ulu, dan Kecamatan Semende Darat Tengah.
4) Kawasan perkebunan kakao di Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan Tanjung
Agung, Kecamatan Muara Enim, Kecamatan Ujan Mas, Kecamatan Gunung Megang,
Kecamatan Belimbing, Kecamatan Lubai Ulu, Kecamatan Lubai, Kecamatan Sungai
Rotan, Kecamatan Semende Darat Ulu, dan Kecamatan Semende Darat Tengah.
5) Kawasan perkebunan aren di Kecamatan Semende Darat Ulu, Kecamatan Semende
Darat Laut, Kecamatan Benakat, Kecamatan Gunung megang, Kecamatan Sungai

LAPORAN ANTARA 2-14


Rotan, Kecamatan Gelumbang, Kecamatan Lembak, Kecamatan Lubai, dan
Kecamatan Lubai Ulu.
6) Kawasan perkebunan kepuk di Kecamatan Semende Darat Ulu, Kecamatan Semende
Darat Tengah, Kecamatan Semende Darat Laut, dan Kecamatan Rambang Niru.
7) Kawasan perkebunan nilam di Kecamatan Semende Darat Laut dan Kecamatan
Tanjung Agung.
8) Kawasan perkebunan tebu di Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan Tanjung
Agung, Kecamatan Sungai Rotan, Kecamatan Muara Belida, Kecamatan Rambang
Niru, Kecamatan Lubai, Kecamatan Lubai Ulu, Kecamatan Gelumbang, Kecamatan
Gugung Megang, Kecamatan Lembak, Kecamatan Kelekar, Kecamatan Benakat,
Kecamatan Belida Darat, dan Kecamatan Rambang.
9) Kawasan perkebunan tembakau di Kecamatan Semende Darat Ulu, Kecamatan
Semende Darat Tengah, Kecamatan Semende Darat Laut, dan Kecamatan Tanjung
Agung.
10) Kawasan perkebunan kemiri di Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan Tanjung
Agung, Kecamatan Lawang Kidul, Kecamatan Gelumbang, Kecamatan Sungai Rotan,
dan Kecamatan Muara Belida.
11) Kawasan perkebunan cengkeh di Kecamatan Semende Darat Ulu, Kecamatan
Semende Darat Laut, Kecamatan Semende Darat Tengah, Kecamatan Tanjung Agung,
Kecamatan Ujan Mas, Kecamatan Gunung Megang, dan Kecamatan Belimbing.
▪ Kawasan pertambangan dan energi
1) Kawasan peternakan di Kecamatan Semende Darat Laut dengan komoditi utama sapi,
kerbau, kuda, kambing, dan itik.
▪ Kawasan pertambangan dan energi
1) Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi di Kecamatan Semende Darat Laut.
▪ Kawasan panas bumi
1) Kawasan panas bumi berada di Kecamatan Semende Darat Ulu, Kecamatan Semende
Darat Tengah, dan Kecamatan Semende Darat Laut.
▪ Kawasan pariwisata
1) Wisata alam berupa air panas Gemuhan, Gua Batu Sangkur di Kecamatan Semende
Darat Laut.
2) Wisata budaya di Kecamatan Semende Darat Laut.
▪ Kawasan strategis sudut kepentingan sosial budaya, yaitu Kawasan Batu Megalitik Galang
Empat/Batu Empat Formasi di Kecamatan Semende Darat Laut.

Tabel 2. 3 Arahan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten Terhadap Kecamatan Semende Darat Laut
Arahan Arahan RTRW
No Rencana Arahan RTRW Kabupaten
RTRWN Provinsi
- PPK - Perkotaan Pulau Panggung Kecamatan
1 Sistem Perkotaan
Semende Darat Laut
2 Transportasi - Terminal Tipe C di Semende Darat Laut
3 Ketenagalistrikan - PLTA di Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA 2-15


Arahan Arahan RTRW
No Rencana Arahan RTRW Kabupaten
RTRWN Provinsi
PLTM di Pulau
Panggung, PLTM di Pulau Panggung (Semendo dan
Semende Darat Semendo 2)
Laut
- Bencana tanah longsor di Kecamatan
Sistem jaringan
4 Semende Darat Laut
evakuasi bencana
Ruang evakuasi bencana di Kecamatan
Semende Darat Laut
Peruntukan - Perkebunan kopi Perkebunan kopi
5
Perkebunan
Perkebunan karet Perkebunan karet
6 Peruntukan Pertanian - Pertanian tanaman pangan
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA 2-16


BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
PERENCANAN (WP)

3.1 Kronologi Penetapan Delineasi Wilayah Perencanaan (WP)


Penetapan delineasi RDTR Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dilakukan melalui rangkaian
proses konsultasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Muara
Enim beserta perangkat desa dan Kecamatan Semende Darat Laut dan ditetapkan melalui
kesepakatan pada Konsultasi Publik (KP) I. Adapun kronologis penetapan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut dijelaskan dalam sub bab berikut.

3.1.1 Penetapan Lokasi dan Delineasi


Penetapan delineasi dilakukan pada saat pelaksanaan Konsultasi Publik I, penetapan delineasi
wilayah perencanaan mempertimbangkan berbagai aspek (kebijakan dan kondisi fisik). Adapun
rincian penetapan delineasi lokasi adalah sebagai berikut:
Acara : Konsultasi Publik (KP) I
Hari/Tanggal : Jumat, 13 Desember 2019
Tempat : Kantor Kecamatan Semende Darat Laut
Berdasarkan hasil Konsultasi Publik I, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pertimbangan penetapan delineasi Wilayah Perencanaan (WP) Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut yang meliputi:
a. Fungsi perkotaan kecamatan;
b. Kesesuaian terhadap arahan peruntukan ruang wilayah nasional;
c. Kesesuaian terhadap arahan peruntukan ruang Pulau Sumatera;
d. Kesesuaian terhadap arahan peruntukan ruang Provinsi Sumatera Selatan;

LAPORAN ANTARA 3-1


e. Kesesuaian terhadap arahan peruntukan ruang Kabupaten Muara Enim;
f. Kajian penggunaan lahan;
g. Kajian kemampuan lahan;
h. Kajian kawasan rawan bencana;
i. Aspek fisik wilayah; dan
j. Tema pengembangan wilayah.
2. Delinasi Wilayah Perencanaan (WP) Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang
disepakati saat Konsultasi Publik I meliputi 6 (enam) desa diantaranya sebagian Desa Pulau
Panggung, sebagian Desa Muara Dua, sebagian Desa Muara Danau, sebagian Desa
Penyandingan, sebagian Desa Tanah Abang, dan sebagian Desa Karya Nyata.

Gambar 3. 1 Dokumentasi Kegiatan Konsultasi Publik I RDTR Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

Seiring berjalannya pelaksanaan pekerjaan, telah dilaksanakan asistensi terhadap peta dasar.
Asistensi dilakukan dengan berkoordinasi dengan Badan Informasi Geospasial (BIG). Sejalan
dengan asistensi peta juga terjadi penambahan delineasi berdasarkan hasil kegiatan Konsultasi
Publik I dan hasil kesepakatan dengan Dinas PUPR Kabupaten Muara Enim. Sehingga hasil akhir
delineasi menjadi terdiri atas 7 (tujuh) desa diantaranya sebagian Desa Pulau Panggung, sebagian
Desa Muara Dua, sebagian Desa Muara Danau, sebagaian Desa Penyandingan, sebagian Desa
Tanah Abang, sebagian Desa Karya Nyata, dan sebagian Desa Perapau. Untuk lebih jelasnya
mengenai perubahan delineasi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. 2 Timeline Perubahan Delineasi

LAPORAN ANTARA 3-2


3.2 Gambaran Umum Wilayah Perencanan

3.2.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi


Secara geografis Kecamatan Semende Darat Laut terletak di bagian tenggara dari Kabupaten
Muara Enim dengan luas wilayah sekitar 269,14 kilometer persegi (km 2). Berikut ini adalah batas-
batas wilayah Kecamatan Semende Darat Laut:
1. Sebelah Barat : Kabupaten Lahat
2. Sebelah Timur : Kabupaten Ogan Komering Ulu
3. Sebelah Utara : Kecamatan Tanjung Agung
4. Sebelah Selatan : Kecamatan Semende Darat Tengah
Ibukota Kecamatan Semende Darat Laut berada di Desa Pulau Panggung, berjarak sekitar 92
kilometer (Km) dari Kota Muara Enim, ibukota Kabupaten Muara Enim. Wilayah Kecamatan
Semende Darat Laut terdiri atas 10 desa definitif, yaitu: Desa Penindaian, Desa Babatan, Desa
Muara Dua, Desa Pulau Panggung, Desa Muara Danau, Desa Penyandingan, Desa Tanah Abang,
Desa Karya Nyata, Desa Pagar Agung, dan Desa Perapau. Dari sepuluh desa tersebut, Kecamatan
Semende Darat Laut mempunyai 35 dusun. Jumlah dusun terbanyak berada di desa Penindaian
desa Babatan, dan desa Pulau Panggung yaitu sebanyak 6 dusun dan hampir rata-rata setiap desa
terdiri atas 3 dusun. Adapun desa yang masuk ke dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut terdiri dari 7 desa, yaitu sebagian Desa Karya Nyata, sebagian Desa Muara Danau, sebagian
Desa Muara Dua, sebagian Desa Penyandingan, sebagian Desa Perapau, sebagian Desa Pulau
Panggung, dan sebagian Desa Tanah Abang sebagaimana tertera pada tabel berikut.
Tabel 3. 1 Luas Administrasi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut per Desa

NO DESA LUAS (HA) PERSENTASE (%)

1 Karya Nyata 306,38 16,52


2 Muara Danau 126,18 6,80
3 Muara Dua 62,03 3,34
4 Penyandingan 291,96 15,74
5 Perapau 46,55 2,51
6 Pulau Panggung 796,15 42,93
7 Tanah Abang 225,15 12,14
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut 1854,39 100,00
Sumber: Hasil Pengolahan Data GIS Tahun 2022

LAPORAN ANTARA 3-3


Gambar 3. 3 Peta Administrasi Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-4


3.2.2 Karakteristik Fisik Dasar dan Lingkungan
3.2.2.1 Topografi
Topografi adalah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya menyuguhkan relief permukaan,
model tiga dimensi, dan identiitas jenis lahan. Relief adalah bentuk permukaan suatu lahan yang
dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan
bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedangkan topografi secara kualitatif
adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (%
atau derajat), arah lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng. Topografi dapat diklasifikasikan ke
dlaam ketinggian lahan dan kemiringan lahan/kelerengan. Kondisi topografi (ketinggian) Wilayah
Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut berkisar antara 600-750 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Lebih jelasnya mengenai kondisi topografi wilayah perencanaan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 2 Luas Kelas Ketinggian/Topografi Wilayah Perencanaan

LUAS KLASIFIKASI KETINGGIAN MDPL (HA)


DESA
450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 Grand Total
Karya Nyata 3,28 2,82 12,00 229,17 65,21 - - - - - 312,47
Muara Danau - - - - 13,47 19,37 22,92 47,66 22,59 0,18 126,18
Muara Dua - - - - - 18,63 34,09 9,32 - - 62,03
Penyandingan - - - 4,97 87,62 132,86 65,05 1,47 - - 291,96
Perapau - - 38,69 7,86 - - - - - - 46,55
Pulau Panggung - - - 65,70 264,16 210,98 114,87 75,87 61,89 2,68 796,15
Tanah Abang - - 32,21 89,01 99,31 4,61 - - - - 225,15
Grand Total 3,28 2,82 82,89 396,71 529,77 386,45 236,92 134,31 84,48 2,85 1860,49
Sumber: Pemetaan DemTerraSAR Tahun 2011

Berdasarkan hasil telaah tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi topografi di wilayah
perencanaan didominasi ketingian antara 600-750 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang
tersebar pada seluruh wilayah perencanaan. Sedangkan kelas ketinggian yang kurang dominan
yaitu pada rentang 450-500 mdpl dan 800-900 mdpl. Lebih jelasnya mengenai kondisi topografi
di wilayah perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut.

090 084
080
070 062
060
050
040
030 023
020
010
000
048 009 001 076 134

Gambar 3. 4 Grafik Luas Ketinggian/Topografi Wilayah Perencanan

LAPORAN ANTARA 3-5


Gambar 3. 5 Peta Topografi Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-6


3.2.2.2 Kelerengan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik
Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata
Ruang disebutkan bahwa peta kelerengan diturunkan dari peta topografi, karena penataan ruang
dan peruntukannya banyak sekali ditentukan oleh kondisi kemiringan suatu wilayah. Demikian
juga pengembangan jaringan utilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lereng ini. Peta ini memuat
pembagian atau klasifikasi kelas lereng di wilayah dan/atau kawasan perencanaan atas beberapa
kelas. Berikut ini adalah kelas lereng yang biasa dipakai dalam pentusunan rencana tata ruang:
▪ Kelerengan 0% - 2%
▪ Kelerengan >2% - 5%
▪ Kelerengan >5% - 15%
▪ Kelerengan >15% - 40%
▪ Kelerengan >40%

Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut didominasi oleh jenis
kelerengan bergelombang dengan kemiringan lereng >5% - 15% dengan luas mencapai 1.339,95
Ha. Sedangkan kelerengan yang tidak dominan yaitu kelerengan >40% dengan luas 5,66 Ha. Lebih
jelasnya mengenai kondisi kelerengan pada willayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 3 Luas Kelerengan Wilayah Perencanaan

LUAS KLASIFIKASI KELERENGAN (HA)


DESA Grand Total
0%-2% 2%-5% 5%-15% 15%-40% >40%
Karya Nyata 6,40 11,38 233,83 49,11 5,66 306,38
Muara Danau 2,01 14,45 70,58 39,15 - 126,18
Muara Dua 2,37 4,43 49,00 6,23 - 62,03
Penyandingan 6,20 25,63 215,71 44,42 - 291,96
Perapau 6,57 10,54 26,01 3,42 - 46,55
Pulau Panggung 19,80 75,12 571,02 130,22 - 796,15
Tanah Abang 4,64 17,27 173,80 29,44 - 225,15
Grand Total 47,98 158,83 1339,95 301,98 5,66 1854,39
Sumber: Pemetaan DemTerraSAR Tahun 2011

>40% 006

15%-40% 302

5%-15% 1.340

2%-5% 159

0%-2% 048

000 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600

Gambar 3. 6 Grafik Luas Kelerengan Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-7


Gambar 3. 7 Peta Kemiringan Lereng Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-8


3.2.2.3 Morfologi
Berdasarkan kondisi morfologinya, diketahui bahwa pada wilayah perencanaan didominasi oleh
morfologi perbukitan sedang yaitu seluas 1.339,95 Ha yang tersebar hampir pada seluruh wilayah
perencanaan. Sedangkan morfologi paling sedikit persebaran/keberadaannya berupa morfologi
pegunungan/perbukitan sangat terjal yaitu seluas 5,66 Ha yang terdapat di Desa Karya Nyata.
Lebih jelasnya mengenai kondisi morfologi wialyah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 4 Luas Morfologi Wilayah Perencanaan
LUAS KLASIFIKASI MORFOLOGI (HA)
Pergunungan/ Pergunungan/
DESA Perbukitan Grand Total
Dataran Landai Perbukitan Perbukitan
Sedang
Sangat Terjal Terjal
Karya Nyata 6,40 11,38 233,83 5,66 49,11 306,38
Muara Danau 2,01 14,45 70,58 - 39,15 126,18
Muara Dua 2,37 4,43 49,00 - 6,23 62,03
Penyandingan 6,20 25,63 215,71 - 44,42 291,96
Perapau 6,57 10,54 26,01 - 3,42 46,55
Pulau Panggung 19,80 75,12 571,02 - 130,22 796,15
Tanah Abang 4,64 17,27 173,80 - 29,44 225,15
Grand Total 47,98 158,83 1339,95 5,66 301,98 1854,39
Sumber: Pemetaan DemTerraSAR Tahun 2011

Pergunungan/Perbukitan Sangat Terjal 006

Pergunungan/Perbukitan Terjal 302

Perbukitan Sedang 1.340

Landai 159

Dataran 048

000 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600

Gambar 3. 8 Grafik Luas Morfologi Wilayah Perencanaan

3.2.2.4 Hidrologi
Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki catchment area yang
baik karena mempunyai daerah resapan yang optimal dengan luas yang cukup luas sehingga
mampu menampung dan menyimpan air lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya
di Kabupaten Muara Enim. Kenampakan morfologi perbukitan yang tersebar merata hampir di
seluruh kawasan wilayah perencanaan yang berfungsi sebagai kawasan penyangga yang dapat

LAPORAN ANTARA 3-9


menopang kawasan di bawahnya sebagai penyedia sumber daya air. Masyarakat di wilayah
perencanaan memanfaatkan sumber daya air yang berasal dari berbagai sumber air untuk
berbagai keperluan domestik, irigasi atau pertanian, perkebunan, dan lain-lain. Sumber air yang
dimanfaatkan dari air permukaan dan air bawah permukaan (air tanah). Air di dalam sistem
sungai, danau/kolam air yang masuk ke dalam air permukaan. Sedangkan air tanah/sumur air
termasuk ke dalam air bawah permukaan atau air tanah. Saat ini masyarakat di wilayah
perencanaan selain berasal dari air permukaan juga dari air tanah berupa PAMSIMAS yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim.
Sistem hidrologi di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terdiri dari 2
(dua) jenis, yaitu sistem hidrologi alami dan sistem hidrologi buatan yaitu danau/waduk/kolam.
Sungai yang terdapat di willayah perencanaan meliputi Sungai Lematang dimana Daerah Aliran
Sungai (DAS) tersebut merupakan Sub DAS Lematang. Untuk jelasnya terkait air permukaan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 5 Luas Sebaran Badan Air Wilayah Perencanan

NO DESA BADAN AIR LUAS (HA)


Kolam 0,40
1 Karya Nyata
Sungai 1,22
Kolam 0,14
2 Muara Danau
Sungai 0,11
Kolam 0,20
3 Muara Dua
Sungai 0,16
Kolam 0,04
4 Penyandingan
Sungai 1,28
Kolam 0,17
5 Perapau
Sungai 1,33
Kolam 5,34
6 Pulau Panggung
Sungai 5,83
Kolam 0,55
7 Tanah Abang
Sungai 1,67
Grand Total 18,45
Sumber : Peta CSRT Pleiades 2019 & Peta SKL 2019

Tabel 3. 6 Luas Sebaran DAS Wilayah Perencanaan

NO DAS DESA LUAS (HA)


Karya Nyata 306,38
Muara Danau 126,18
Muara Dua 62,03
1 Sub DAS Lematang Penyandingan 291,96
Perapau 46,55
Pulau Panggung 796,15
Tanah Abang 225,15
Grand Total 1854,39
Sumber: Hasil Integrasi Kebijakan Satu Peta Tahun 2018

LAPORAN ANTARA 3-10


Gambar 3. 9 Peta Morfologi Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-11


Gambar 3. 10 Peta Badan Air Eksisting Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-12


Gambar 3. 11 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-13


3.2.2.5 Klimatologi/Curah Hujan
Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki iklim tropis dan basah,
dengan variasi curah hujan tahunan antara 2000 – 2500 mm/th. Berdasarkan kondisi curah hujan
tahunan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa tingkat curah hujan di wilayah perencanaan
tergolong cukup tinggi. Secara umum wilayah dengan curah hujan tinggi akan mempunyai
cadangan air hujan yang tinggi pula, yang dapat diatur untuk berbagai keperluan seperti waduk,
irigasi, air minum, dan keperluan sehari-hari, pengisian air tanah, dan sebagainya.
Tabel 3. 7 Luas Banyaknya Curah Hujan (mm/tahun)

NO DESA CURAH HUJAN (HA) 2.000-2.500 MM PERSENTASE (%)


1 Karya Nyata 306,38 16,52
2 Muara Danau 126,18 6,80
3 Muara Dua 62,03 3,34
4 Penyandingan 291,96 15,74
5 Perapau 46,55 2,51
6 Pulau Panggung 796,15 42,93
7 Tanah Abang 225,15 12,14
Grand Total 1854,39 100,00
Sumber: Hasil Integrasi Kebijakan Satu Peta Tahun 2018

3.2.2.6 Jenis dan Struktur Tanah


Secara umum, tekstur tanah di wilayah perencanaan dibedakan menjadi tekstur halus, sedang,
dan kasar. Berdasarkan jenis tanahnya, dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis tanah yang terdiri
dari:
1) Tanah glei humus : mempunyai solum kurang dari satu meter dengan warna umum
kelabu kelam sampai hitam.
2) Tanah podsolik merah kuning : jenis tanah ini cocok untuk kegiatan pertanian dan
perkebunan.
Jenis tanah beserta struktur lapisan tanah memiliki pengaruh dan menjadi salah satu faktor
pnentu kegiatan budi daya di atasnya. Sebagai hasil erosi partikel-partikel tanah diendapkan
melalui media air sungai atau aliran permukaan pada daerah rendah. Pada daerah pesisir terjadi
endapan di tempat-tempat tertentu terutama pada belokan sungai bagian dalam. Hasil
sedimentasi oleh aliran permukaan setempat dijumpai sebagai tumpukan tanah pada bagian
tertentu sehingga membentuk jenis tanah alluvial.
Tabel 3. 8 Luas Persebaran Jenis Tanah Wilayah Perencanaan

NO DESA JENIS TANAH LUAS (HA)


Kambisol Distrik 290,71
1 Karya Nyata
Kambisol Litik 15,67
Kambisol Distrik 122,81
2 Muara Danau
Kambisol Litik 3,37
3 Muara Dua Kambisol Distrik 62,03

LAPORAN ANTARA 3-14


NO DESA JENIS TANAH LUAS (HA)
4 Penyandingan Kambisol Distrik 291,96
Gleisol Distrik 41,49
5 Perapau
Kambisol Distrik 5,06
Kambisol Distrik 769,82
6 Pulau Panggung
Kambisol Litik 26,34
Gleisol Distrik 56,33
7 Tanah Abang
Kambisol Distrik 168,82
Grand Total 1854,39
Sumber: Hasil Integrasi Kebijakan Satu Peta Tahun 2018

3.2.2.7 Geologi
Berdasarkan data hasil integrasi pemetaan kebijakan satu peta tahun 2018, Wilayah Perencanaan
Kecamatan Semende Darat Laut terbagi atas 3 (tiga) jenis geologi diantaranya adalah jenis geologi
gunungapi dempo, gunungapi pesawaran, gunungapi masurai. Dominasi jenis geologi terluas di
wilayah perencanaan adalah jenis geologi gunungapi pesawaran yang mencapai 1.153,77 Ha
disusul dengan jenis geologi gunungapi dempo seluas 656,42 Ha, dan yang terkecil adalah jenis
geologi gunungapi masurai dengan luas 44,21 Ha. Lebih jelasnya mengenai kondisi geologi di
wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 9 Luas Sebaran Struktur Geologi Wilayah Perencanaan

NO DESA JENIS GEOLOGI LUAS (HA)


1 Karya Nyata Gunungapi Dempo 306,38
Gunungapi Dempo 1,28
2 Muara Danau
Gunungapi Pesawaran 124,91
3 Muara Dua Gunungapi Pesawaran 62,03
Gunungapi Dempo 10,22
4 Penyandingan
Gunungapi Pesawaran 281,73
Gunungapi Masurai 42,81
5 Perapau
Gunungapi Pesawaran 3,73
Gunungapi Dempo 337,13
6 Pulau Panggung
Gunungapi Pesawaran 459,02
Gunungapi Dempo 1,41
7 Tanah Abang Gunungapi Masurai 1,39
Gunungapi Pesawaran 222,34
Grand Total 1854,39
Sumber: Hasil Integrasi Kebijakan Satu Peta Tahun 2018

LAPORAN ANTARA 3-15


Gambar 3. 12 Peta Curah Hujan Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-16


Gambar 3. 13 Peta Jenis Tanah Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-17


Gambar 3. 14 Peta Geologi Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-18


3.2.2.8 Kondisi Kawasan Hutan
Beberapa hal terkait tentang hutan dan kehutanan yang perlu dipahami sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang, antara lain
adalah sebagai berikut:

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang
berkeadilan dan berkelanjutan dengan:
a) Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional;
b) Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung,
dan fungsi produksi untuk mencapi manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi
yang seimbang dan lestari;
c) Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai;
d) Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan
masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga
mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat
perubahan eksternal; dan
e) Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
3. Hutan berdasarkan fungsinya terdiri atas:
a) Hutan konservasi (yang terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan
pelestarian alam, dan taman buru) adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya.
b) Hutan lindung, adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
pelrindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air, dan memelihara kesuburan
tanah.
c) Hutan produksi, adalah kawasan hidup yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan.

Berdasarkan data hasil pemetaan CSRT Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2013, peta dasar
dan peta tematik yang sudah terkoreksi dari BIG tahun 2020 serta SK.6600/MENLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/10/2021 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi
Sumatera Selatan Sampai Dengan Tahun 2022 menyatakan bahwa Wilayah Perencanaan
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut merupakan Area Penggunaan Lain (APL).

LAPORAN ANTARA 3-19


Gambar 3. 15 Peta Kawasan Hutan Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-20


3.2.2.9 Kondisi Penggunaan Lahan
Kondisi guna lahan pada Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
didasarkan pada interpretasi citra satelit yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial (BIG).
Secara umum, klasifikasi guna lahan yang diinterpretasikan terdiri dari area terbuka, bangunan
fasilitas umum, perairan, pertanian, dan transportasi. Berdasarkan interpretasi tersebut,
diketahui bahwa jenis guna lahan yang dominan pada wilayah perencanaan berupa hutan lainnya,
semak belukar, dan perkebunan. Lebih jelas mengenai penggunaan lahan di wilayah perencanaan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 10 Luas Penggunaan Lahan Wilayah Perencanaan

NO JENIS GUNA LAHAN LUAS (HA) PERSENTASE (%)


1 Bangunan Industri 0,02 0,001
2 Bangunan Kesehatan 0,06 0,003
3 Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,08 0,004
4 Bangunan Pendidikan 1,95 0,105
5 Bangunan Perdagangan dan Jasa 1,57 0,085
6 Bangunan Peribadatan 0,40 0,022
7 Bangunan Perkantoran 0,38 0,020
8 Bangunan Permukiman 20,47 1,104
9 Bangunan Pertahanan dan Keamanan 0,11 0,006
10 Bangunan Sosial 0,08 0,004
11 Hutan Lainnya 1014,82 54,725
12 Jalan 28,84 1,555
13 Kolam 6,84 0,369
14 Lapangan Olahraga 0,69 0,037
15 Makam 5,69 0,307
16 Pekarangan 56,47 3,045
17 Perkebunan 182,16 9,823
18 Sawah 100,01 5,393
19 Semak Belukar 268,17 14,461
20 Sungai 11,61 0,626
21 Tanah Kosong 28,72 1,549
22 Tegalan/Ladang 125,24 6,754
Grand Total 1854,39 100,000
Sumber: Hasil Penglahan Peta Tahun 2022

LAPORAN ANTARA 3-21


Tabel 3. 11 Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Desa di Wilayah Perencanaan
DESA
NO JENIS PENGGUNAAN LAHAN
Karya Nyata Muara Danau Muara Dua Penyandingan Perapau Pulau Panggung Tanah Abang Grand Total
1 Bangunan Industri - - - - - 0,02 - 0,02
2 Bangunan Kesehatan 0,02 0,01 - 0,01 - 0,02 - 0,06
3 Bangunan Pariwisata dan Hiburan - - - - - 0,08 - 0,08
4 Bangunan Pendidikan 0,09 0,08 0,00 0,15 0,08 1,39 0,16 1,95
5 Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,11 - 0,23 0,07 1,03 0,13 1,57
6 Bangunan Peribadatan 0,05 0,02 - 0,02 0,29 0,03 0,40
7 Bangunan Perkantoran 0,15 0,01 - 0,01 0,01 0,19 0,01 0,38
8 Bangunan Permukiman 2,02 1,26 1,83 2,78 1,11 8,62 2,84 20,47
9 Bangunan Pertahanan dan Keamanan - - - - - 0,11 - 0,11
10 Bangunan Sosial - - - 0,01 0,07 - 0,08
11 Hutan Lainnya 166,47 83,39 20,19 163,23 16,60 419,20 145,74 1014,82
12 Jalan 4,16 1,99 1,61 2,93 0,56 14,10 3,49 28,84
13 Kolam 0,40 0,14 0,20 0,04 0,17 5,34 0,55 6,84
14 Lapangan Olahraga - - - - - 0,69 - 0,69
15 Makam - 0,49 - 2,00 0,63 2,24 0,33 5,69
16 Pekarangan 5,21 3,12 4,83 6,56 2,56 26,77 7,41 56,47
17 Perkebunan 34,17 6,89 2,57 43,40 1,07 62,66 31,40 182,16
18 Sawah - 14,67 3,12 14,80 15,65 38,89 12,89 100,01
19 Semak Belukar 36,88 7,70 19,64 36,34 4,14 147,10 16,37 268,17
20 Sungai 1,22 0,11 0,16 1,28 1,33 5,83 1,67 11,61
21 Tanah Kosong 11,04 - 1,19 2,44 14,05 - 28,72
22 Tegalan/Ladang 44,40 6,29 6,45 18,31 0,19 47,47 2,13 125,24
Grand Total 306,38 126,18 62,03 291,96 46,55 796,15 225,15 1854,39
Sumber: Hasil Penglahan Peta Tahun 2022

LAPORAN ANTARA 3-22


Gambar 3. 16 Peta Penggunaan Lahan Wilayah Perencanaan

LAPORAN ANTARA 3-23


3.2.3 Kependudukan
Penduduk di dalam perencanaan menjadi faktor dan memegang peran utama dalam membawa
perubahan pola penggunaan lahan atau pola ruang. Maka dari itu, penggambaran kondisi
penduduk merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi target-target dan sasaran kebutuhan
perencanaan pelaksanaan pembangunan wilayah/kawasan. Kondisi kependudukan di Wilayah
Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut meliputi jumlah dan kepadatan
penduduk, komposisi penduduk menurut jenis kelamin, komposisi menurut mata pencaharian,
komposisi menurut tingkat pendidikan, komposisi menurut agama yang dianut, komposisi
menurut pekerjaan yang bekerja berdasarkan sektor, dan adat istiadat/budaya masyarakat.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai kondisi kependudukan pada Wilayah Perencanaan
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
3.2.3.1 Jumlah Penduduk
Berdasarkan data yang bersumber dari Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka Tahun 2022-
2017, diketahui bahwa jumlah penduduk di wilayah perencanaan pada tahun 2021 adalah
sebanyak 12.885 jiwa. Desa yang memiliki jumlah penduduk paling banyak adalah Desa Pulau
Panggung dengan jumlah penduduk 4.413 jiwa. Sedangkan desa dengan jumlah penduduk paling
sedikit adalah Desa Muara Danau dengan jumlah penduduk 872 jiwa. Secara umum berdasarkan
data tahun 2017-2021 diketahui bahwa jumlah penduduk pada wilayah perencanaan mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Untuk lenih jelasnya mengenai jumlah penduduk di wilayah
perencanaan dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.

13000 12885
12800 12678
12600
12400
12200 12021
12000 11874 11903
11800
11600
11400
11200
2017 2018 2019 2020 2021

Gambar 3. 17 Grafik Jumlah Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun 2017-2021


Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka Tahun 2018-2022

Tabel 3. 12 Jumlah Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun 2017-2021


Jumlah Penduduk (Jiwa)
No. Desa
2017 2018 2019 2020 2021
1 Muara Dua 1.130 1.113 1.119 1.315 1.367
2 Pulau Panggung 3.986 3.927 3.949 4.261 4.413
3 Muara Danau 921 907 907 904 872
4 Penyandingan 1.114 1.098 1.098 1.262 1.189
5 Tanah Abang 1.324 1.304 1.304 1.299 1.350
6 Karya Nyata 1.035 1.020 1.020 1.077 1.128

LAPORAN ANTARA 3-24


Jumlah Penduduk (Jiwa)
No. Desa
2017 2018 2019 2020 2021
7 Perapau 494 487 487 540 545
WP Perkotaan Kecamatan SDL 12.021 11.874 11.903 12.678 12.885
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka Tahun 2018-2022

3.2.3.2 Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk pada suatu wilayah
terhadap wilayah tempat tinggal penduduk tersebut. Data yang digunakan sebagai dasar dalam
penentuan penduduk adalah data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Muara Enim dan data kewilayahan dalam Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka Tahun
2018-2022.
Tabel 3. 13 Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun 2020
Kepadatan
No. Desa Klasifikasi
Penduduk (km2)
1 Muara Dua 61 Rendah
2 Pulau Panggung 95 Rendah
3 Muara Danau 49 Rendah
4 Penyandingan 321 Tinggi
5 Tanah Abang 102 Rendah
6 Karya Nyata 48 Rendah
7 Perapau 55 Rendah
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2021 dan Hasil Analisis 2022

Gambar 3. 18 Grafik Tingkat Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun 2020

3.2.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut secara umum didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 7.487
jiwa dan perempuan berjumlah 7.362 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi penduduk

LAPORAN ANTARA 3-25


berdasarkan jenis kelamin di wilayah perencanaan pada tahun 2021 dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut.
Tabel 3. 14 Komposisi Penduduk Wilayah Perencanaan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2021
Jenis Kelamin
No. Desa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Muara Dua 677 690 1367
2 Pulau Panggung 2.211 2.202 4413
3 Muara Danau 433 439 872
4 Penyandingan 611 578 1189
5 Tanah Abang 665 685 1350
6 Karya Nyata 566 562 1128
7 Perapau 283 262 545
WP Perkotaan Kecamatan SDL 5446 5418 10864
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka Tahun 2022

Perapau

Karya Nyata

Tanah Abang

Penyandingan

Muara Danau

Pulau Panggung

Muara Dua

-2500 -2000 -1500 -1000 -500 0 500 1000 1500 2000 2500

Laki-laki Perempuan

Gambar 3. 19 Grafik Komposisi Penduduk Wilayah Perencanaan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2021

3.2.4 Ketersediaan Sarana dan Prasarana


Sub bab ini berisi deskripsi ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di Wilayah Perencanaan
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut. Adapun deskripsi sarana dan prasarana meliputi
pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, dan jaringan transportasi.
3.2.4.1 Pendidikan
Fasilitas pendidikan merupakan salah satu fasilitas penunjang kegiatan penduduk di suatu kota
yang harus disediakan oleh pemerintah. Meskipun demikian pada kenyataannya fasilitas tersebut
tidak hanya disediakan oleh pemerintah namun pihak swasta turut pula berperan dalam
pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendudukan tersebut. Selain itu, fasilitas pendidikan
merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam memantau perkembangan sumber
daya manusia di suatu daerah. Sarana pendidikan yang terdapat di Wilayah Perencanaan
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut tersebar di beberapa desa yang ada dengan tingkat

LAPORAN ANTARA 3-26


pendidikan dari TK/PAUD hingga SMA dan SMK, untuk saat ini belum tersedia perguruan tinggi di
wilayah perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran dan jumlah sarana pendidikan
di wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Dalam upaya mendukung upaya peningkatan kualitas fisik penduduk melalui peningkatan
pendidikan penduduk, di Kecamatan Semende Darat Laut ini terdapat fasilitas pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan. Tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak, tahun 2017 baru terdapat
2 (dua) unit sekolah TK Negeri dan Paud yang terletak di Desa Pulau Panggung didirikan tahun
2010. Sedangkan untuk TK swasta dan Paud terdapat 17 (tujuh belas) unit sekolah.
Tabel 3. 15 Jumlah TK Negeri dan Swasta di Kecamatan Semende Darat Laut

Tahun Negeri Swasta

2011 1 5
2012 1 5
2013 1 3
2014 1 6
2015 2 16
2016 2 16
2017 2 17
2018 2 17
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

Tingkat pendidikan dasar, terdapat 18 unit sekolah SD Negeri yang didukung sebanyak 137 orang
guru, serta menampung sebanyak 1.751 orang murid. Jumlah guru tersebut yang tercover adalah
hanya Jumlah guru PNS saja, tidak termasuk guru Honor. Dengan demikian, secara rata-rata setiap
sekolah menampung 97 orang murid, dan untuk setiap 12 orang murid tersedia 1 (satu) orang
guru. Untuk tingkat pendidikan SLTP, tersedia 6 (enam) sekolah negeri yang didukung sebanyak
68 orang guru, serta menampung sebanyak 891 orang murid. Kemudian tersedia 1 (satu) Sekolah
Madrasah Tsanawiyah (MTs) swasta dengan menampung 368orang murid. Untuk tingkat
pendidikan SMU, tersedia 1 (satu) SMU negeri, dan 1 (satu) SMK negeri. Untuk SMU didukung
sebanyak 35 orang guru, serta menampung sebanyak 482 orang murid. Untuk SMK didukung
sebanyak 34 orang guru, serta menampung 354 orang murid.
Tabel 3. 16 Jumlah Sebaran Sarana Pendidikan di Kecamatan Semende Darat Laut

SD SMP SMA
Tahun
SWASTA NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA NEGERI

2011 18 - 5 - 1 -
2012 18 - 5 - 1 -
2013 18 - 5 - 1 -
2014 18 - 5 - 1 -
2015 18 - 5 - 1 -
2016 18 - 5 - 1 -
2017 18 - 6 - 1 -
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

LAPORAN ANTARA 3-27


3.2.4.2 Kesehatan
Salah satu indikator pembangunan non fisik antara lain adalah angka harapan hidup yang
bergantung pada sarana kesehatan yang tersedia. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh
tingkat pelayanan kesehatan yang terselenggara secara terintegrasi yang menyangkut aspek
promotive, aspek preventif, aspek kuratif, dan aspek rehabilitative. Semua aspek pelayanan
kesehatan tersebut sangat membutuhkan sarana pendukung.
Berdasarkan data yangdidapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Muara Enim dalam
Dokumen Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka, fasilitas kesehatan yang terdapat di
Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terdiri atas

Kecamatan Semende Darat Laut memiliki jumlah dokter yang sedikit dan jumlahnya menurun dari
3 (tiga) dokter menjadi 1 (satu) dokter pada tahun 2018. Sedangkan jumlah perawat bertambah
menjadi 25 perawat dan 15 bidan. Berikut adalah rincian data tenaga kesehatan di Kecamatan
Semende Darat Laut dari tahun 2014 hingga tahun 2018.
Tabel 3. 17 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Semende Darat Laut

Tahun Dokter Perawat Bidan Lainnya

2014 3 15 11 2
2015 2 10 11 4
2016 1 25 15 6
2017 1 15 15 25
2018 1 16 12 20
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

3.2.4.3 Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan tempat untuk menjalankan ibadah umat beragama secara
berjamaah untuk memenuhi kebutuhan rohani. Mayoritas masyarakat di Willayah Perencanaan
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memeluk agama Islam. Terbukti dengan banyaknya
tempat ibadah agama Islam di wilayah perencanaan berupa mushola dan masjid.

Dalam upaya mewujudkan masyarakat beriman dan bertaqwa menuju masyarakat madani yang
berbudi luhur melalui pendidikan agama maka diperlukan sarana peribadatan. Pada tahun 2018,
jumlah mesjid di Kecamatan Semende Darat Laut sebanyak 25 unit. Untuk jumlah Mubaligh ada
52 (lima puluh dua) orang, 8 (delapan) orang PAH, dan 4 (empat) orang jamaah haji. Pada tahun
2018, jumlah pasangan nikah yang tercatat di kantor Departemen Agama sebanyak 121
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang ada sebanyak 117 pasangan yang menikah.
Tabel 3. 18 Jumlah Sebaran Sarana Peribadatan di Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA 3-28


Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Masjid 25 25 25 25 25 27
Mushola 4 4 3 4
Pura - - - - -
Gereja - - - - -
Vihara - - - - -
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

3.2.4.4 Perdagangan dan Jasa

Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki jenis perdagangan dan
jasa yang berbeda-beda dan tersebar. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Muara Enim dalam Dokumen Kecamatan Semende Darat Laut Dalam
Angka Tahun 2022, terdapat

Pada tahun 2018, terdapat 1 (satu) pasar berupa pasar kalangan yang digelar setiap satu minggu
sekali. Terdapat 4 pasar kalangan yang tidak memberikan kontribusi terhadap PAD (Pendapatan
Asli Daerah), dan hanya ada 1 (satu) pasar kalangan yang berkontribusi. Berikut adalah rincian
pasar kalangan yang berkontribusi dan tidak berkontribusi terhadap PAD di Kecamatan Semende
Darat Laut.
Tabel 3. 19 Jumlah Pasar Kalangan di Kecamatan Semende Darat Laut

Yang Memberikan PAD Yang Tidak Memberikan PAD


Tahun
Pasar Kalangan Pedagang Pasar Kalangan Pedagang

2013 1 75 4 310
2014 1 75 4 310
2015 1 75 4 310
2016 1 70 4 341
2017 - - 4 310
2018 - - 4 310
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

Tabel 3. 20 Jumlah Koperasi di Kecamatan Semende Darat Laut


Jenis Koperasi
Tahun
KUD KPN Lainnya Jumlah
2016 4 - 6 10
2017 4 - 10 14
2018 4 - 10 14
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

LAPORAN ANTARA 3-29


3.2.4.5 Jaringan Sumber Daya Air
Prasarana air minum merupakan prasarana yang cukup penting demi mendukung kehidupan
masyarakat sehari-hari seperti minum, memasak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Air minum
yang semula sebagai barang sosial yang mudah didapat sekarang menjadi barang ekonomi yang
banyak dicari dan sulit didapatkan sehingga harganya menjadi mahal.
Berdasarkan data yang didapatkan dari

3.2.4.6 Jaringan Persampahan


Berdasarkan data yang didapat dari

3.2.4.7 Jaringan Transportasi


Kemajuan suatu daerah mesti ditunjang oleh adanya fasilitas jalan yang memadai agar aktifitas
segala bidang bisa berjalan dengan lancar dan baik. Panjang Jalan Kabupaten yang melewati
kecamatan ini sepanjang 65,25 km. Pada Tahun 2017 terdapat 21 unit jembatan dengan panjang
total 406 meter dengan rincian 6 unit jembatan terletak di jalan provinsi dengan panjang 79 meter
diikuti dengan 15 unit jembatan yang terletak di jalan kabupaten dengan panjang 327 meter.
Tabel 3. 21 Panjang Jalan di Kecamatan Semende Darat Laut

Uraian 2015 2016 2017 2018

Jalan Negara
Jumlah Jembatan (unit) - - - -

Panjang Jembatan (m) - - - -

Jalan Provinsi
Jumlah Jembatan (unit) 6 6 6 -

Panjang Jembatan (m) 79 79 79 -

Jalan Kabupaten
Jumlah Jembatan (unit) 13 15 15 -

Panjang Jembatan (m) 254 327 327 -


Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

3.2.5 Pertanian
Sub bab ini berisi mengenai deskripsi profil pertanian yang mana terdiri dari perkebunan,
peternakan, dan perikanan.
3.2.5.1 Lahan Pertanian
Sesuai letaknya yaitu di dataran tinggi rangkaian bukit barisan yang merupakan kawasan hulu
sungai, daerah ini mempunyai potensi air yang cukup untuk mengairi areal persawahan. Namun
demikian, potensi lahan kering tetap paling dominan, sehingga dukungan lahan bukan sawah

LAPORAN ANTARA 3-30


(lahan kering) menjadi sangat besar dalam pengembangan usaha tani di daerah ini, yang kelak
menghantarkan daerah ini menjadi daerah perkebunan. Pada tahun 2017, dari luas wilayah
sekitar 26.914 Ha maka sebagian besar yaitu sekitar 25.794 Ha berupa lahan bukan sawah.
Selebihnya sekitar 1.120 Ha berupa lahan sawah. Dari luas lahan sawah tersebut seluruhnya
berupa sawah beririgasi. Potensi lahan kering, sebagian besar merupakan areal perkebunan seluas
11.240 Ha dimanfaatkan sebagai areal perkebunan rakyat. Lahan bukan sawah lainnya yang
sementara tidak diusahakan berjumlah 1.040 Ha.
Tabel 3. 22 Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah di Kecamatan Semende Darat Laut

Luas (Ha)
Uraian
2015 2016 2017 2018
Lahan Pertanian
Lahan Sawah 1120 1120 1120 1120
Irigasi 1120 1120 1120 1120
Tadah Hujan - - - -
Lebak Polder - - - -
Lahan Bukan Sawah 25255 25794 25794 25255
Tegal/Huma/Kebun/Ladang 400 400 400 400
Perkebunan 11240 11240 11240 11240
Hutan Rakyat 3057 3057 3057 3057
Sementara Tidak Diusahakan 1040 1040 1040 1040
Kolam/Tebat/Empang 9518 9518 9518 9518
Lahan Bukan Pertanian 539 539 539 539
Jumlah 25794 27453 26453 26914
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

3.2.5.2 Pertanian Tanaman Pangan


Pertanian tanaman pangan di Kecamatan Semende Darat Laut memiliki potensi lahan sawah
dalam jumlah yang cukup luas untuk mendukung pengembangan usaha tani rakyat di bidang
tanaman pangan yang meliputi padi, palawija, dan holtikultura. Namun, potensi ini baru
dimanfaatkan untuk tanaman padi, sementara untuk palawija dan holtikultura belum maksimal.
Pada tahun 2017, produksi padi di daerah ini adalah sebanyak 12.719,69 ton dari luas panen
sebesar 2.120 hektar. Jumlah produksi tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yang
hanya berjumlah 7.918,83 ton. Produksi palawija yang menonjol adlaah ketela pohon dengan hasil
sebanyak 322 kw/ha, produksi jagung dengan hasil 68 kw/ha. Adapun produksi buah-buahan yang
paling banyak adalah durian sebanyak 1.423,87 ton dengan luas 203,41 ha. Produksi sayuran yang
paling menonjol tahun 2017 adalah cabai sebesar 106,90 ton dengan luas panen 8 ha, disusul
dengan produksi tomat sebesar 67,50 ton dengan luas 3 ha dan kacang panjang sebesar 10 ton
dengan luas 2 ha.
Tabel 3. 23 Luas dan Produksi Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Semende Darat Laut
Uraian 2015 2016 2017 2018

Padi Sawah
Rendengan

LAPORAN ANTARA 3-31


Uraian 2015 2016 2017 2018

Luas Panen (Ha) 1157 1106 1090 1120


Produksi (Ton) 5479,55 5567,6 6553,08 6736,13
Hasil (Kw/Ha) 47,36 50,34 60,12 60,14
Gadu
Luas Panen (Ha) 190 471 1030 875
Produksi (Ton) 901,36 2351,23 6166,61 5212,73
Hasil (Kw/Ha) 47,44 49,92 59,87 59,57
Padi Ladang - - - -

Padi Lebak - - - -
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

3.2.5.3 Perkebunan
Perkebunan merupakan lapangan usaha terbesar di Kecamatan Semende Darat Laut, sebagian
besar penduduk menggantungkan hidupnya dari usaha perkebunan rakyat, dengan tanaman
utamanya berupa kopi. Produksi komoditi ini sebanyak 11.485 ton dengan luas tanam sebesar
10.3003,5 hektar. Tanaman karet rakyat belum berkembang di daerah ini, hal ini dikarenakan
berbagai faktor seperti ketinggian tanah, jenis tanah, dan faktor lainnya. Pada tahun 2017,
produksi tanaman karet hanya sebanyak 945 ton dengan luas tanam sebesar 874 hektar.
Tabel 3. 24 Luas dan Produksi Perkebunan Tanaman Pangan di Kecamatan Semende Darat Laut
Tahun 2018
Jenis Tanaman Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton)

Kelapa Sawit 5 0
Perkebunan Rakyat 5 0
Perkebunan Negara 0 0
Perkebunan Swasta 0 0
Kopi 10503,5 11485
Perkebunan Rakyat 10503,5 11485
Perkebunan Negara 0 0
Perkebunan Swasta 0 0
Karet 874 945
Perkebunan Rakyat 874 945
Perkebunan Negara 0 0
Perkebunan Swasta 0 0
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

3.2.5.4 Peternakan
Jumlah ternak kambing dan domba mempunyai populasi terbesar. Pada tahun 2017, populasi sapi
sebanyak 152 ekor dan kerbau sebanyak 82 ekor. Jumlah pemotongan ternak yang paling banyak
adalah kambing 178 ekor, sapi 45 ekor, kerbau 7 ekor, dan 8 ekor. Unggas yang dipotong, paling
banyak ayam ras pedaging/petelur 86.042 ekor dan itik manila sebanyak 7.421 ekor.
Produksi daging secara keseluruhan pada tahun 2017 berjumlah 124,03 ton, terdiri dari daging

LAPORAN ANTARA 3-32


ternak sebanyak 14,06 ton dan daging ungags sebanyak 109,97 ton. Sebagian besar daging ungags
yaitu sebanya 75,37 ton berasal dari pemotongan ayam ras pedaging. smeentara daging ternak
sebagian besar yaitu sebanyak 10,17 ton berasal dari pemotongan sapi dan 2,25 ton berasal dari
pemotongan kambing. Produksi telur di Kecamatan Semende Darat Laut pada tahun 2017
berjumlah 40,82 ton yang berasal dari telur itik manila 32,98 ton dan sisanya berasal dari telur
ayam kampung sebanyak 7,84 ton.
Tabel 3. 25 Populasi Ternak dan Unggas di Kecamatan Semende Darat Laut

Jenis Ternak/Unggas 2017 2018

Ternak 1100 1555


Sapi 152 155
Kerbau 82 98
Kuda 0
Kambing 838 1274
Domba 28 28
Babi - -
Unggas 17250 24733
Ayam Kampung 12108 16819
Ayam Ras Pedaging/Petelur 0
Itik/Itik Manila 5142 7914
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

3.2.5.5 Perikanan
Sebagai daerah hulu sungai, ketersediaan air menjadi relatif cukup untuk mendukung
pengembangan usaha tani rakyat, termasuk usaha perikanan kolam, sawah, dan kerambah. Pada
tahun 2017, produksi perikanan di kecamatan ini berjumlah 366,85 ton seluruhnya berasal dari
budidaya perikanan yang mencakup areal seluas 137,96 Ha. Budidaya kolam, dengan areal seluas
90,06 Ha menghasilkan produksi 234,41 ton. Sementara budidaya ikan di sawah seluas 47,90 Ha
menghasilkan produksi sebanyak 132,44 ton. Sedangkan produksi budidaya di kerambah tidak ada
di kecamatan Semende Darat Laut ini.
Tabel 3. 26 Luas Area dan Produksi Perikanan di Kecamatan Semende Darat Laut

Uraian Luas (Ha) Produksi (Ton)


2017 2018 2017 2018
Perairan Budidaya 137,96 137,96 366,85 383,36
Kolam 90,06 90,06 234,41 244,96
Sawah 47,9 47,9 132,44 138,4
Kerambah - - -
Perairan Umum
Sungai 33 33 -
Rawa - - -
Danau - - -
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019

LAPORAN ANTARA 3-33


3.3 Isu Strategis Pembangunan

Kecamatan Semende Darat Laut beberapa isu strategis yang berkaitan dengan Kawasan Perkotaan
Semende Darat Laut yang merupakan dasar pertimbangan di dalam penyusunan rencana detail
tata ruang Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim, dimana isu strategis
tersebut hampir terdapat di setiap kawasan perkotaan kabupaten. Adapun isu strategis tersebut
meliputi:
▪ Kendala Klaim Wilayah
Di Kabupaten Muara Enim dan terutama di Kecamatan Semende Darat Laut terdapat
ketidaksesuaian batas lahan antar desa dilihat dari hasil kajian awal pemetaan di
Kecamatan Semende Darat Laut.
▪ Kendala Aksesibilitas
Letak Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut yang cukup jauh, yaitu 95 kilometer dari
ibukota Kabupaten Muara Enim dengan waktu tempuh yang dibutuhkan mencapai 3
hingga 4 jam dan 250 kilometer dari ibukota Provinsi Sumatera Selatan dengan waktu
tempuh yang dibutuhkan mencapai 7 hingga 8 jam membuat konektivitas dan berbagai
kegiatan masyarakat di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut dengan kota lainnya
bergerak dengan sangat lambat.
▪ Ancaman Bencana Longsor, Banjir, dan Kebakaran Lahan
Potensi ancaman bencana alam di Semende Darat Laut dinilai cukup tinggi, disebabkan
oleh intensitas dan curah hujan di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut yang cukup
tinggi yaitu mencapai 500 mm pertahunnya dan kondisi alam yang berbukit-bukit
menjadikan Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut khususnya di daerah titik rawan
bencana longsor dan dan banjir yaitu Desa Pulau Panggung. Bencana longsor dan banjir
yang ada di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut mengancam kawasan tersebut
menjadi daerah yang terisolir seperti pada tahun 2018.

LAPORAN ANTARA 3-34


BAB 4 ANALISIS PENGEMBANGAN
KAWASAN

4.1 Analisis Struktur Internal WP

Analisis struktur internal kawasan WP dilakukan untuk merumuskan kegiatan fungsional sebagai
pusat dan jaringan yang menghubungkan antar pusat di dalam WP ruang dari RTRW kabupaten
ke RDTR. Analisis struktur internal kawasan perkotaan didasarkan pada kegiatan fungsional di
dalam kawasan perkotaan tersebut, pusat-pusat kegiatan, dan sistem jaringan yang
melayaninya. Analisis struktur internal WP menjelaskan tentang arahan kebijakan penataan
ruang, analissi sistem pusat pelayanan, analisis sistem jaringan jalan pada kawasan perencanaan.
Tahapan dalam analisis ini juga dilakukan dengan menurunkan arahan kebijakan penataan ruang
pada kawasan perencanaan.

Gambar 4. 1 Tahapan Analisis Struktur Internal WP

LAPORAN ANTARA

1
4.1.1 Analisis Penentuan Pusat Pelayanan
Rencana pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota menggambarkan lokasi
pusat-pusat pelayanan kegiatan kota, hierarkinya, cakupan atau skala layanannya, serta
dominasi fungsi kegiatan yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan tersebut. Sedangkan
rencana sistem prasarana kota mencakup sistem prasarana yang mengintegrasikan kota dalam
lingkup yang lebih luas maupun mengintegrasikan bagian wilayah kota serta memberikan
layanan bagi fungsi kegiatan yang ada atau direncanakan dalam wilayah kota, sehingga kota
dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tujuan penataan ruang kota yang
ditetapkan.
Dasar-dasar penetapan pengembangan sistem pusat pelayanan WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam (internal)
maupun faktor-faktor dari luar (eksternal). Untuk sistem pusat pelayanan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut, faktor-faktor internal yang mempengaruhi pola struktur tata
ruangnya adalah:
1. Pola jaringan dan fungsi jalan dengan hierarkinya yang ada pada saat ini.
2. Jenis penggunaan lahan yang dominan atau mendominasi bagian wilayah WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut.
3. Status kawasan hutan yang ada di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
4. Jumlah dan distribusi penduduk pendukung.
5. Radius pelayanan yang dimiliki setiap pusat-pusat pelayanan yang ada dalam bagian
wilayah di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
6. Tingkat kelengkapan fasilitas yang dimiliki dan skala pelayanannya.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang akan mempengaruhi sistem pusat pelayanan kawasan
perkotaan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah:
1. Penetapan jenis dan letak kegiatan penggunaan lahan yang berskala regional yang ada
di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
2. Pola dan fungsi jaringan skala regional yang melalui atau melintas di kawasan WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
Rencana pengembangan pusat pelayanan merupakan distribusi pusat-pusat pelaynaan di dalam
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut, meliputi:
1. Pusat Pelayanan Kota (PPK), yaitu pusat yang difungsikan melayani seluruh wilayah kota
dan atau regional.
2. Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK), yaitu pusat yang difungsikan melayani seluruh sub
wilayah kota.
3. Pusat Lingkungan (PL), yaitu pusat yang melayani skala lingkungan wilayah kota berupa:
a. Pusat lingkungan kecamatan
b. Pusat lingkungan desa
c. Pusat rukun warga
Dalam menganalisis sistem pelayanan kawasan perkotan ini, selain mempertimbangkan arahan
kebijakan tata ruang diatasnya juga didasarkan pada kegiatan fungsional (fasilitas) di dalam
kawasan perkotaan tersebut dan sistem jaringan eksisting yang melayaninya. Analisis sistem

LAPORAN ANTARA

2
pelayanan kawasan perkotaan akan membagi kawasan perkotaan berdasarkan fungsi
pelayanannya. Metode analisis yang dilakukan dalam menetapkan analisis sistem pelayanan
dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut menggunakan beberapa penggabungan
metode, meliputi metode:
1. Rank Size Rule
Metode ini mengelompokkan kelurahan/desa yang ada pada WP kedalam 4 (empat)
kelompok orde 1 – 4, berdasarkan jumlah penduduk. Dimana orde 1 adalah jumlah
penduduk terbanyak dan seterusnya.
2. Metode Zipf
Metode ini digunakan untuk menentukan ranking desa-desa pada WP berdasarkan
jumlah penduduk.
3. Metode Skalogram
Metode ini dilakukan untuk mengetahui pusat pelayanan berdasarkan jumlah dan jenis
unit fasilitas pelayanan yang ada dalam wilayah perkotaan. Asumsi yang dipakai adalah
bahwa wilayah yang memiliki ranking tertinggi adalah lokasi yang dapat ditetapkan
menjadi pusat pertumbuhan.
Pusat pelayanan eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terbagi ke dalam 4
(empat) tingkatan yaitu orde (hierarki) pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Tingkatan ini
menunjukkan skala pelayanan yang diperoleh berdasarkan fasilitas dan jumlah penduduk.
Hierarki pertama terletak di Desa Muara Dua dan Desa Pulau Panggung dikarenakan jumlah
penduduk serta jumlah fasilitas yang terbangun memiliki fasilitas cukup lengkap dibandingkan
dengan desa lainnya. Hierarki dua ada di Desa Muara Danau dan Desa Tanah Abang. Hierarki 3
berada di Desa Penyandingan, Desa Karya Nyata, dan Desa Pagar Agung, sisa desa lainnya masuk
ke hierarki keempat.
Hasil analisis struktur ruang internal WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah
sebagai berikut:
1. Desa yang masuk ke dalam hierarki 1 adalah Desa Pulau Panggung dan Desa Muara Dua
hal ini dapat dilihat dari tabel fasilitas bahwa kedua desa ini memiliki skor tertinggi, yang
artinya secara fasilitas, kedua desa ini lebih lengkap daripada desa lainnya.
2. Desa yang masuk ke dalam hierarki 2 adalah Desa Muara Danau dan Desa Tanah Abang.
3. Desa yang masuk ke dalam hierarki 3 adalah Desa Penyandingan, Desa Karya Nyata, dan
Desa Pagar Agung.
4. Desa yang masuk ke dalam hierarki 4 adalah Desa Penindaian, Desa Babatan, dan Desa
Perapau.
Tabel 4. 1 Hierarki Pusat Pelayanan Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Rank q Orde Hasil Orde Hasil
N Jumlah Skalogra Kesimpula
Desa Size (Zipf Total Perhitunga Pengamata
o Penduduk m n
Rule ) n n
1 Penindaian 912 4 8 4 16 IV IV IV
2 Babatan 2286 2 2 3 7 I III IV
3 Muara Dua 1181 4 4 2 10 II I I
4 Pulau Panggung 4096 1 1 1 3 I I I
5 Muara Danau 946 4 7 4 15 IV II II

LAPORAN ANTARA

3
Rank q Orde Hasil Orde Hasil
N Jumlah Skalogra Kesimpula
Desa Size (Zipf Total Perhitunga Pengamata
o Penduduk m n
Rule ) n n
6 Penyandingan 1142 4 5 4 13 III IV III
7 Tanah Abang 1359 4 3 4 11 II II II
8 Karya Nyata 1064 4 6 3 13 III III III
9 Pagar Agung 735 4 9 4 17 IV IV III
10 Perapau 517 4 10 4 18 IV IV IV
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil analisis, Desa Pulau Panggung dan Desa Muara Dua menjadi Pusat Pelayanan
Kota (PPK) menjadi wilayah dengan hierarki Pusat Pelayanan Kota (PPK). Desa Pulau Panggung
dan Desa Muara Dua fokus pada pengembangan perdagangan dan jasa serta sarana pelayanan
umum skala kota.
SWP adalah batasan fisik maupun non fisik yang membagi Wilayah Perkotaan (WP) menjadi
beberapa bagian SWP berdasarkan karakteristik dan fungsi masing-masing wilayah. Berdasarkan
karakteristik dan fungsi tersebut, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terbagi menjadi
5 (lima) SWP. Blok peruntukan adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh
batasan fisik yang nyata, maupun yang belum nyata. Nama blok peruntukan adalah nomor yang
diberikan pada setiap blok peruntukan. Batas blok peruntukan yang belum nyata dapat berupa :
rencana jaringan jalan, rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota,
dan rencana sektoral lainnya. Blok peruntukan dibatasi oleh batasan fisik yang nyata maupun
yang belum nyata. Batasan fisik yang nyata dapat berupa: jaringan jalan, sungai, selokan, saluran
irigasi, dan saluran udara tegangan (ekstra) tinggi. Sedangkan batasan blok yang belum nyata
dapat berupa: rencana jaringan jalan, rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota, dan lain-lain. Berdasarkan analisis beberapa desa dalam wilayah WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut direncanakan sebagai sistem pusat pelayanan tertentu sebagai
berikut.
Tabel 4. 2 Pembagian SWP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Luas Persentase Luas
No. SWP Desa
(Ha) (%)
Muara Dua
1 SWP A 149,96 8,09
Pulau Panggung
Muara Dua
2 SWP B 173,13 9,34
Pulau Panggung
Muara Danau
3 SWP C 673,98 36,35 Penyandingan
Pulau Panggung
Karya Nyata
4 SWP D 585,63 31,58
Pulau Panggung
Perapau
5 SWP E 271,70 14,65
Tanah Abang
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut 1.854,39 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel 4. 3 Pembagian Sistem Pusat Pelayanan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

4
N
Sistem Pusat Pelayanan SWP Blok
o
1 Pusat Pelayanan Kota SWP A SWP A.2
2 Sub Pusat Pelayanan Kota SWP B SWP B.2
SWP C SWP C.3
SWP D SWP D.2
SWP E SWP E.1
3 Pusat Lingkungan Kecamatan SWP A SWP A.3
4 Pusat Lingkungan Kelurahan SWP A SWP A.1
SWP C SWP C.1
SWP C.2
SWP C.3
SWP D SWP D.1
SWP E SWP E.2
Sumber: Hasil Analisis, 2022

SWP adalah batasan fisik maupun non fisik yang membagi WP menjadi beberapa bagian SWP
berdasarkan karakteristik dan fungsi masing-masing wilayah. Berdasarkan karakteristik dan
fungsi tersebut WP Perkotaan Semende Darat Laut terbagi menjadi 3 (tiga) SWP.
Berdasarkan arahan Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038 wilayah WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut berdasarkan pusat pelayanannya dibagi ke dalam beberapa sub
WP untuk Wilayah Muara Dua yang merupakan pusat perdagangan dan jasa dan pusat
pemerintahan dan perkantoran; wilayah Pulau Panggung merupakan pusat perdagangan dan
jasa, pusat pengembangan desa wisata kopi, pusat permukiman, dan pusat pemerintahan dan
perkantoran; wilayah Muara Danau dan Penyandingan merupakan pusat permukiman; wilayah
Kerja Nyata merupakan pusat pengembangan desa wisata kopi; wilayah Perapau dan Tanah
Abang merupakan pusat pengembangan desa wisata alam. Kecamatan Semende Darat Laut
memiliki struktur ruang tertentu berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor
13 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038,
Kecamatan Semende Darat Laut ditetapkan sebagai PPK (Pusat Pelayanan Kawasan).
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038, Pusat Pelayanan Kawasan yang
disingkat menjadi PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa. Maka dari itu, untuk dapat mengakomodir pelayanan skala
besar di Kabupaten Muara Enim. Adapun beberapa poin terkait perencanaan yang akan
dilakukan di PPK Kecamatan Semende Darat Laut:
● Pengoptimalan terminal penumpang dan barang, terminal tipe C.
● Pengembangan jaringan infrastruktruk minyak dan gas bumi yaitu jaringan pipa
transmisi di Kecamatan Semende Darat Laut dan jaringan pipa distribusi gas bumi untuk
rumah tangga di setiap Kecamatan.
● Rencana pembangunan dan pengembangan PLTA Kecamatan Semende Darat Laut.
Pembagian blok Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut adalah dengan membagi kawasan
dalam bentuk pemabtasan kegiatan manusia, fisik buatan (jalan) dan alam (sungai). Untuk dapat
lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut.

LAPORAN ANTARA

5
LAPORAN ANTARA

6
Gambar 4. 2 Peta Sistem Pusat Pelayanan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

7
4.1.2 Analisis Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan
jalan primer, sekunder, dan jalan lokal yang terjalin atau terhubung dalam hubungan hierarki.
Kondisi sistem jaringan jalan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Muara Enim,
dan dengan memperhatikan keterhubungan antar kawasan atau dalam kawasan perencanaan
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut. Sistem jaringan jalan yang ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut berdasarkan RTRW Kabupaten Muara Enim terdiri atas jaringan
jalan kolektor sekunder, jalan lingkungan sekunder, dan jalan lokal sekunder.
Sistem jaringan ini yang merupakan jaringan jalan yang akan menghubungkan pusat-pusat
pelayanan yang ada di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut, terutama pada jaringan
kolektor, lokal, dan lingkungan yang merupakan akses utama yang menghubungkan secara
berdaya guna dengan pusat kegiatan regional atau antara pusat kegiatan dengan wilayah dengan
pusat kegiatan wilayah lainnya. Selain itu sistem jaringan jalan yang ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut juga akan menghubungkan secara menerus pusat kegiatan
wilayah, pusat kegiatan lokal, hingga ke pusat kegiatan lingkungan.
1. Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam
dengan lebar badan jalan minimal 9 meter dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas lambat.
2. Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter.
3. Jalan lingkungan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar persil dalam
kawasan perkotaan. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km per
jam dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan yang tidak diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor roda 3 atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan minimal 3,5
meter.
Selain berdasarkan rencana struktur ruang kabupaten dan provinsi, pengembangan konsep
jaringan transportasi dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut juga didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan. Fungsi jalan yang dimaksud terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hierarki yang kesemuanya merupakan satu kesatuan sistem
jaringan jalan.
Tabel 4. 4 Jaringan Jalan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

Jaringan Jalan Nama Jalan Panjang Jalan (km)


Kolektor Primer Jl. Sp. Sugiwaras - Bts. Lahat 27,19
Lokal Primer Jl. Karya Nyata 1,72
Jl. Lingkari 0,58

LAPORAN ANTARA

8
Jaringan Jalan Nama Jalan Panjang Jalan (km)
Jl. Pulau Panggung - Segamit 2,44
Jl. RS. Pratama 4,29
Jl. Tanah Abang - Pagar Dewa 1,57
Lokal Sekunder Jl. Batu Surau 0,14
Jl. Dalam Muara Danau 0,32
Jl. Dalam Pulau Panggung 2,31
Jl. Kohar Lebi 0,58
Jl. Penyandingan - Tanah Abang 2,39
Jl. Poskesdes 0,17
Jl. Pulau Panggung - Muara Dua 0,31
Jl. Pulau Panggung - Penyandingan 1,63
Jl. Pulau Panggung - Tl. Barisan 2,96
Jl. SD Negeri 14 0,30
Jl. SMK 2,68
Jl. Sp. Muara Danau - Muara Danau 2,23
Jl. Talang Berangin 0,48
Jalan Lingkungan *tdk ada nama 11,35
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Gambar 4. 3 Peta Jaringan Jalan & Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

9
Gambar 4. 4 Peta Jaringan Jalan Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

10
4.1.3 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang pada Seluruh WP
Pengembangan penduduk perkotaan yang cukup pesat diikuti oleh perkembangan jenis dan
intensitas kegiatan dengan segala fasilitasnya juga berpengaruh dalam merubah wujud fisik kota
dengan cepat. Intensitas pemanfaatan ruang saat ini di WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut dapat dikatakan tingkat intensitas pengembangan ruang masih rendah. Intensitas
pengembangan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terdiri dari beberapa kegiatan
yang berkembang, salah satunya kebutuhan akan perumahan. Kegiatan utama lainnya yang
berkembang seperti kegiatan pertanian dan pekebunan serta perdagangan dan jasa. Kegiatan
utama lainnya yang berkembang seperti kegiatan pertanian dan perkebunan serta perdagangan
dan jasa maka dari itu kebutuhan akan perumahan dan sarana pelayanan umum, maka dari itu
kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu pendukung dalam perkembangannya yaitu sistem
transportasi. Kondisi intensitas pengembangan ruang terbangun dalam WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut saat ini lebih merupakan pengembangan kawasan permukiman
yang tersebar mengikuti jaringan jalan. Intensitas tinggi pengembangan ruang yang ada
berkembang linier mengikuti jalan. Kegiatan pertanian dan perkebunan yang dominan pada
kawasan ini membuat perkembangan hunian akan cenderung meningkat ditambah lagi dengan
kegiatan perdagangan dan jasa yang mulai berkembang.
Pembentukan pusat kegiatan baru yang mempunyai skala lokal atau lingkungan dapat dilakukan
dengan merencanakan pengelompokkan fasilitas pelayanan seperti fasilitas kesehatan,
pendidikan, perdagangan dan jasa, dan lainnya yang akan melayani kegiatan yang ada. Pusat
kegiatan atau pertumbuhan mempunyai jangkauan pelayanan sendiri-sendiri dengan orientasi
kegiatan secara teoritis sebagai berikut: Bila kegiatan yang akan dialokasikan diatas dihubungkan
dengan sistem jaringan jalan, maka membentuk struktur ruang. Selanjutnya setiap pusat
pertumbuhan memiliki wilayah pelayanannya masing-masing. Wilayah pelayanan ini ditentukan
berdasarkan kecenderungan perkembangan ruang dan infrastruktur, faktor-faktor potensi
wilayah, homogenitas wilayah, dan pembatas fisik. Itu semua berpengaruh terhadap pola
orientasi kegiatan yang menjadi prinsip dasar dalam penentuan wilayah pelayanan.
Perkembangan di wilayah perencanaan dapat dilihat dengan membandingkan penggunaan
lahan eksisting dengan arahan kebijakan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038. Adapun
lebih jelas mengenai perkembangan ruang WP Kecamatan Semende Darat Laut dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4. 5 Perkembangan Ruang Kecamatan Semende Darat Laut
Penggunaan Penggunaan Lahan Perda RTRW Kab. Muara Enim
No Analisis
Lahan Eksisting 2018-2038
1 Permukiman Luas kawasan ● Kawasan permukiman Perkembangan dari
permukiman 92,3 Ha, merupakan bagian dari kawasan permukiman
perkembangan lingkungan hidup yang yang meningkat di
kawasan permukiman berfungsi sebagai lingkungan Semende Darat Laut
pada dasarnya tempat tinggal atau lingkungan maka perlu dilakukan
didominasi di kawasan hunian dan tempat kegiatan arahan penetapan
perkotaan yang yang mendukung kawasan permukiman
berbatasan dengan perikehidupan dan yang didukung oleh
perdagangan dan jasa. penghidupan. sarana dan prasaran
● Kawasan peruntukan permukiman serta RTH
permukiman perkotaan yang sesuai dengan

LAPORAN ANTARA

11
Penggunaan Penggunaan Lahan Perda RTRW Kab. Muara Enim
No Analisis
Lahan Eksisting 2018-2038
dengan luas kurang lebih 4.191 standar.
Ha.
● Kawasan peruntukan
permukiman perdesaan
dengan luas kurang lebih
13.068 Ha.

2 Perdaganga Luas kawasan ● Kawasan peruntukan ruang Perlunya peningkatan


n dan Jasa perdagangan dan jasa sektor informal yang perkembangan
20,71 Ha, ditetapkan sebagai pusat kawasan perdagangan
perkembangan perdagangan dan jasa di dan jasa guna
perdagangan dan jasa Kecamatan Muara Enim, mendukung
tidak terlalu pesat jika Kecamatan Lawang Kidul, perekonomian
dilihat dari jumlah Kecamatan Talang Ubi, dan Semende Darat Laut.
pasar yang ada di Kecamatan Gelumbang.
Semende Darat Laut.
3 Agropolitan Kawasan perkebunan di ● Kawasan agropolitan Pengembangan
Semende Darat Laut merupakan kawasan yang kawasan agropolitan
mencapai 10,54 Ha dan terdiri atas satu atau lebih yang ada di Semende
kawasan hutan pusat kegiatan wilayah Darat Laut perlu
produksi seluas 38,10 pedesaan sebagai sistem dilakukan kajian khusus
Ha. Kawasan yang produksi pertanian dan pengembangan
cukup luas pengelolaan sumber daya alam kawasan agropolitan
dibandingkan dengan tertentu yang ditunjukkan oleh agar pengelolaan dan
perkembangan adanya keterkaitan fungsional pengendaliannya dapat
kawasan lainnya. dan hierarkis keruangan satuan berjalan secara optimal.
sistem permukiman dan sistem
agrobisnis.
● Kawasan strategis
pertumbuhan ekonomi yang
termasuk yaitu kawasan
agropolitan yang berada di
Kecamatan Gelumbang,
Kecamatan Lubai, Kecamatan
Penukal, Kecamatan Gunung
Megang, Kecamatan Tanung
Agung, Kecamatan Semende
Darat Laut, Kecamatan
Smende Darat Tengah,
Kecamatan Semende Darat
Ulu.

4 Hutan Kawasan hutan lindung ● Kawasan hutan lindung Perlunya


Lindung di Semende Darat Laut merupakan kawasan hutan pengembangan dan
adalah seluas 3.390,31 yang memiliki sifat khas yang pengendalian yang
Ha. memberikan perlindungan optimal agar kawasan
kepada kawasan sekitarnya lindung tidak rusak dan
maupun bawahaya sebagai tidak berkurang
pengatur tata air, pencegahan mengingat kawasn
banjir dan erosi, serta lindung merupakan
pemeliharaan kesuburan kawasan yang sangat
tanah. berpengaruh terhadap
● Kawasan hutan lindung seluas kawasan lainnya
lebih kurang 6.597 Ha berada khususnya dalam
di Kecamatan Semende Darat pengurangan bencana.
Laut.

5 RTH Kawasan RTH Semende ● Salah satu kawasan lindung Perlunya


Darat Laut mencapai yaitu RTH kota. pengembangan dan
4.229,48 Ha. ● Kawasan RTH kota luas dilakukannya

LAPORAN ANTARA

12
Penggunaan Penggunaan Lahan Perda RTRW Kab. Muara Enim
No Analisis
Lahan Eksisting 2018-2038
minimum 30% dari luas penyebaran RTH agar
kawasan perkotaan. tersebar di kawasan WP
● Kawasan ruang terbuka hijau Perkotaan Kecamatan
kota berupa pemakaman Semende Darat Laut.
umum yang tersebar di 25
kecamatan dengan luas kurang
lebih 350 Ha.

Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.2 Analisis Sistem Penggunaan Lahan (Land Use)

4.2.1 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting
Analisis simpangan bertujuan untuk mengetahui simpangan peruntukan ruang dengan kondisi
eksisting. Analisis ini membandingkan rencana pola ruang dalam RTRW Kabupaten Muara Enim
Tahun 2018-2038 (sumber peta Badan Informasi Geospasial). Simpangan yang dibandingkan
adalah rencana pola ruang kawasan lindung dan budi daya dengan peta penggunaan lahan
eksisting dengan ketegori sebagai berikut:
1. Sesuai, yaitu kondisi penggunaan lahan eksisting saat ini telah sesuai dengan arahan
rencana pola ruang dalam RTRW Kabupaten Muara Enim.
2. Belum sesuai, yaitu kondisi penggunaan lahan eksisting saat ini belum sesuai dengan
arahan rencana peruntukan kawasan budi daya dalam RTRW Kabupaten Muara Enim
atau arahan rencana kawasan budi daya belum terwujud pada kondisi eksisting saat ini.
3. Tidak sesuai, yaitu kondisi penggunaan lahan eksisting saat bertentangan atau tidak
sesuai dengan arahan pola ruang lindung dalam RTRW Kabupaten Muara Enim.
Dari hasil analisis, diketahui bahwa total keseluruhan simpangan tutupan lahan eksisting
terhadap rencana pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038, teridentifikasi
pada pola ruang sempadan sungai masih terdapat ketidaksesuaian sebanyak 0,66 hektar dengan
tutupan lahan berupa bangunan pendidikan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta
permukiman.
Tabel 4. 6 Luas Simpangan Pola Ruang RTRW Kab. Muara Enim dan Tutupan Lahan WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut

Rencana Pola Ruang RTRW Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Kesesuaian

Sempadan Sungai Bangunan Pendidikan 0,01 0,0110 Tidak Sesuai


KUPZ
Diizinkan: Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,10 0,1374 Tidak Sesuai
• Pemanfaatan ruang untuk RTH
Bangunan Peribadatan 0,06 0,0857 Tidak Sesuai
• Kegiatan fiisk buatan untuk
perlindungan kawasan Bangunan Permukiman 0,49 0,6486 Tidak Sesuai
Tidak Diizinkan:
• Pemanfaatan & kegiatan pada Hutan Lainnya 52,15 69,2430 Sesuai
kawasan yang dapat mengganggu Jalan 0,56 0,7500 Sesuai
fungsi kawasan
• Membuang limbah tidak sesuai Kolam 0,30 0,3960 Sesuai
ketentuan peraturan perundang- Makam 0,06 0,0852 Sesuai
undangan
• Kegiatan yang dapat mengganggu Pekarangan 1,55 2,0605 Sesuai
kelestarian sumberdaya air,
Perkebunan 0,76 1,0053 Sesuai

LAPORAN ANTARA

13
Rencana Pola Ruang RTRW Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Kesesuaian

keseimbangan fungsi lindung, Sawah 5,53 7,3410 Sesuai


kelestarian flora & fauna, serta
pemanfaatan hasil tegakan. Semak Belukar 5,09 6,7569 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
Sungai 7,17 9,5143 Sesuai
• Setiap usaha dan/atau kegiatan
yang boleh dilaksanakan Tanah Kosong 0,91 1,2139 Sesuai
berdasarkan peraturan perundang-
undangan di dalam kawasan
sempadan sungai wajib memiliki Tegalan/Ladang 0,57 0,7513 Sesuai
dokumen AMDAL & izin lingkungan
Kawasan Hortikultura Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,01 0,005 Sesuai
KUPZ
Diizinkan : Bangunan Pendidikan 0,10 0,037 Sesuai
• Dialihfungsikan sesuai dengan
Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,00 0,002 Sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan Bangunan Perkantoran 0,07 0,027 Sesuai
Tidak Diizinkan:
• Menggunakan lahan yang dikelola Bangunan Permukiman 0,60 0,224 Sesuai
dengan mengabaikan kelestarian Hutan Lainnya 123,86 46,518 Sesuai
lingkungan.
• Pada kawasan hortikultura yang Jalan 2,87 1,077 Sesuai
memiliki fungsi gambut budidaya Kolam 0,09 0,035 Sesuai
tidak diizinkan kegiatan yang
mengakibatkan penurunan muka Makam 0,21 0,081 Sesuai
air tanah di bawah permukaan
Pekarangan 2,24 0,841 Sesuai
gambut dan/atau kwarsa di bawah
lapisan gambut. Perkebunan 39,37 14,787 Sesuai
Diizinkan Terbatas:
• Permukiman perkotaan dengan Sawah 9,00 3,382 Sesuai
intenstas pemanfaatan ruang Semak Belukar 50,49 18,964 Sesuai
kepadatan sedang sampai dengan
tinggi. Sungai 0,37 0,139 Sesuai
• Permukiman perdesaan dengan
Tanah Kosong 3,00 1,128 Sesuai
intensitas pemanfaatan ruang
kepadatan rendah.
• Bangunan Prasaran wilayah &
bangunan yang bersifat
mendukung kegiatan pertanian. Tegalan/Ladang 33,96 12,754 Sesuai
• Kegiatan wisata alam secara
terbatas, penelitian, dan
pendidikan.
Kawasan Perkebunan Bangunan Kesehatan 0,00 0,0001 Sesuai
KUPZ
Diizinkan : Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,03 0,0027 Sesuai
• Alih fungsi kawasan perkebunan
Bangunan Pendidikan 0,34 0,0273 Sesuai
menjadi fungsi lainnya sepanjang
sesuai dan mengikuti ketentuan Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,09 0,0073 Sesuai
peraturan perundang-undangan.
Tidak Diizinkan: Bangunan Peribadatan 0,07 0,0054 Sesuai
• Penanaman jenis tanaman Bangunan Perkantoran 0,11 0,0092 Sesuai
perkebunan yang bersifat
menyerap air dalam jumlah Bangunan Permukiman 1,52 0,1237 Sesuai
banyak, terutama kawasan Bangunan Pertahanan dan
perkebunan yang berlokasi di 0,11 0,0089 Sesuai
Keamanan
daerah dulu/kawasan resapan air.
Bangunan Sosial 0,04 0,0035 Sesuai
• Pada kawasan perkebunan yang
memiliki fungsi gambut budidaya Hutan Lainnya 781,62 63,7464 Sesuai
tidak diizinkan penurunan muka air
tanah di lahan gambur lebih dari Jalan 16,72 1,3635 Sesuai
0,4 meter di bawah permukaan Kolam 3,56 0,2899 Sesuai
gambut dan/atau tereksposenya
sedimen berpirit dan/atau kwarsa Lapangan Olahraga 0,69 0,0566 Sesuai
di bawah lapisan gambut. Makam 3,94 0,3211 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
Pekarangan 8,61 0,7024 Sesuai

LAPORAN ANTARA

14
Rencana Pola Ruang RTRW Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Kesesuaian

• Permukiman perkotaan dengan Perkebunan 130,58 10,6500 Sesuai


intensitas pemanfaatan ruang
kepadatan sedang sampai tinggi. Sawah 6,91 0,5638 Sesuai
• Permukiman perdesaan dengan
Semak Belukar 169,92 13,8578 Sesuai
intensitas pemanfaatan ruang
kepadatan rendah. Sungai 1,86 0,1515 Sesuai
• Merubah jenis tanaman
perkebunan yagn tidak sesuai Tanah Kosong 16,91 1,3795 Sesuai
dengan perizinan harus melakukan
proses perizinan ulang.
• Bangunan yang bersifat
mendukung kegiatan perkebunan
dan jaringan prasarana wilayah.
• Ketentuan kemiringan lahan 0-8%
untuk pola monokultur,
tumpangsari, interkultur atau
campuran melalui konservasi
vegetative mencakup tanaman
penutup tanah, penggunaan mulsa
dan pengelolaan tanah minimum.
• Ketentuan kemiringan lahan 8-15%
Tegalan/Ladang 82,51 6,7292 Sesuai
untuk pola tanaman monokultur,
tumpangsari, interkultur atau
cmapuran, tindakan konservasi
sipil teknis.
• Ketentuan kemiringan lahan 15-
40% untuk pola tanaman
monokultur, interkultur atau
campuran, melalui tindakan
koservasi vegetative dan dan
tindakan konservasi sipil teknis,
serta menggunakan tanaman
tahunan perkebunan yang bersifat
konservasi.
Kawasan Permukiman Perdesaan Bangunan Industri 0,02 0,018 Sesuai
KUPZ
Diizinkan: Bangunan Kesehatan 0,05 0,046 Sesuai
• Dialihfungsikan sesuai dengan
Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,03 0,027 Sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan Bangunan Pendidikan 1,43 1,259 Sesuai
• Dibangun prasarana wialyah sesuai
dengan ketentuan peraturan yang Bangunan Perdagangan dan Jasa 1,35 1,193 Sesuai
berlaku. Bangunan Peribadatan 0,25 0,224 Sesuai
• Kegiatan industri skala rumah
tangga dan fasilitas sosial ekonomi Bangunan Perkantoran 0,19 0,172 Sesuai
lainnya dengan skala pelayanan Bangunan Permukiman 17,27 15,256 Sesuai
lingkungan.
• Kawasaan permukiman harus Bangunan Sosial 0,04 0,032 Sesuai
dilengkapi dengan fasos termasuk
Hutan Lainnya 17,19 15,179 Sesuai
RTH perkotaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Jalan 8,11 7,164 Sesuai
• Kegiatan dan fasilitas perkotaan.
Tidak Diizinkan: Kolam 1,86 1,640 Sesuai
• Mengembangkan kegiatan yang Makam 0,64 0,565 Sesuai
mengganggu fungsi permukiman
dan kelangsungan kehidupan sosial Pekarangan 40,99 36,201 Sesuai
masyarakat.
Perkebunan 4,05 3,578 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Penetapan garis sempadan Sawah 2,26 1,992 Sesuai
bangunan sesuai dengan fungsi
jalan atau ketentuan yang berlaku. Semak Belukar 13,98 12,350 Sesuai
• Pengharusan penyediaan Sungai 0,45 0,402 Sesuai
kelengkapan, keselamatan
bangunan dan lingkungan. Tanah Kosong 1,02 0,897 Sesuai
Tegalan/Ladang 2,04 1,804 Sesuai

LAPORAN ANTARA

15
Rencana Pola Ruang RTRW Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Kesesuaian

• Pengharusan penetapan jenis dan


penerapan sayarat-syarat
penggunaan bangunan.
• Pengharusan penyediaan drainase
yang memadai, pembuatan sumur
resapan yang memadai,
pembuatan tandon-tandon air
hujan.
• Pengharusan penyediaan fasilitas
parkir bagi bangunan untuk
kegiatan usaha.
• Kepadatan penghunian 1 unit
hunian untuk 1 rumah tangga
dalam kawasan permukiman
setinggi-tingginya sama dengan
standar kepadatan layak huni,
tidak termasuk bangunan hunian
yang teletak di dalam kawasan
permukiman tradisional.
Kawasan Tanaman Pangan Bangunan Kesehatan 0,01 0,004 Sesuai
KUPZ
Diizinkan: Bangunan Pendidikan 0,08 0,048 Sesuai
• Alihfungsi sesuai dengan ketentuan
Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,02 0,014 Sesuai
peraturan perundang-undangan
Tidak Diizinkan: Bangunan Peribadatan 0,02 0,011 Sesuai
• Alih fungsi LP2B yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang- Bangunan Permukiman 0,59 0,344 Sesuai
undangan. Hutan Lainnya 39,97 23,156 Sesuai
• Kegiatan perkotaan di sepanjang
jalur transportasi yang Jalan 0,58 0,335 Sesuai
menggunakan lahan sawah yang Kolam 1,04 0,602 Sesuai
dikonversi.
• Menggunakan lahan yang dikelola Makam 0,83 0,482 Sesuai
dengan mengabaikan kelestarian
Pekarangan 3,08 1,784 Sesuai
lingkungan.
• Pemborosan penggunaan sumber Perkebunan 7,40 4,286 Sesuai
daya iar.
• Pada kawasan pertanian tanaman Sawah 76,31 44,207 Sesuai
pangan yang memiliki fungsi Semak Belukar 28,69 16,621 Sesuai
gambut budidaya tidak diizinkan
kegiatan yang mengakibatkan Sungai 0,96 0,557 Sesuai
penurunan muka air tanah di lahan
Tanah Kosong 6,87 3,978 Sesuai
gambur lebih dari 0,4 meter di
bawah permukaan gambut dan
/atau tereksposenya sedimen Tegalan/Ladang 6,16 3,571 Sesuai
berpirit dan atau kwarsa di bawah
lapisan gambut.
Sungai Hutan Lainnya 0,04 4,381 Sesuai
Sungai 0,80 95,619 Sesuai
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Selain menganalisis simpangan antara pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim dengan tutupan
lahan eksisting, dianalisis pula simpangan antara rencana pola ruang RDTR Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut dengan rencana pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim. Hasilnya masih
terdapat beberapa kawasan yang memiliki simpangan sebagaimana tertera pada tabel berikut.
Tabel 4. 7 Luas Simpangan Pola Ruang RDTR dan Rencana Pola Ruang RTRW Kab. Muara Enim
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
Kawasan Hortikultura
Total Luas 266,25 100,00
KUPZ
Diizinkan : Badan Air 0,37 0,14 Sesuai

LAPORAN ANTARA

16
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
• Dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
Badan Jalan 2,99 1,12 Sesuai
perundang-undangan
Campuran Intensitas
Tidak Diizinkan:
• Menggunakan lahan yang dikelola dengan Menengah/Sedang 1,24 0,47 Sesuai
mengabaikan kelestarian lingkungan. Hortikultura 6,60 2,48 Sesuai
• Pada kawasan hortikultura yang memiliki fungsi Instalasi Pengolahan Air Minum
gambut budidaya tidak diizinkan kegiatan yang (IPAM) 0,01 0,00 Sesuai
mengakibatkan penurunan muka air tanah di bawah
permukaan gambut dan/atau kwarsa di bawah Pemakaman 1,14 0,43 Sesuai
lapisan gambut. Pembangkitan Tenaga Listrik 7,90 2,97 Sesuai
Perdagangan dan Jasa Skala
SWP 0,11 0,04 Sesuai
Diizinkan Terbatas:
• Permukiman perkotaan dengan intensitas Pergudangan 0,14 0,05 Sesuai
pemanfaatan ruang kepadatan sedang sampai
dengan tinggi. Perkantoran 0,73 0,28 Sesuai
• Permukiman perdesaan dengan intensitas Perkebunan 171,38 64,37 Sesuai
pemanfaatan ruang kepadatan rendah.
• Bangunan Prasarana wilayah & bangunan yang Perlindungan Setempat 1,24 0,47 Sesuai
bersifat mendukung kegiatan pertanian. Perumahan Kepadatan Rendah 18,33 6,89 Sesuai
• Kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian,
dan pendidikan Perumahan Kepadatan Sedang 15,38 5,78 Sesuai
Perumahan Kepadatan Tinggi 1,39 0,52 Sesuai
Rimba Kota 10,43 3,92 Sesuai
SPU Skala Kecamatan 0,76 0,29 Sesuai
SPU Skala Kelurahan 0,21 0,08 Sesuai
Taman Kecamatan 2,20 0,83 Sesuai
Taman Kelurahan 1,10 0,41 Sesuai
Taman Kota 4,64 1,74 Sesuai
Tanaman Pangan 17,93 6,74 Sesuai
Kawasan Perkebunan
Total Luas 1.226,14 100,00
KUPZ
Diizinkan :
• Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi
lainnya sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan Badan Air 1,86 0,15 Sesuai
peraturan perundang-undangan. Badan Jalan 18,50 1,51 Sesuai
Tidak Diizinkan:
Campuran Intensitas
• Penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat
Menengah/Sedang 3,52 0,29 Sesuai
menyerap air dalam jumlah banyak, terutama
kawasan perkebunan yang berlokasi di daerah Hortikultura 18,21 1,49 Sesuai
dulu/kawasan resapan air. Instalasi Pengolahan Air Minum
• Pada kawasan perkebunan yang memiliki fungsi (IPAM) 0,02 0,00 Sesuai
gambut budidaya tidak diizinkan penurunan muka
air tanah di lahan gambur lebih dari 0,4 meter di Pemakaman 6,10 0,50 Sesuai
bawah permukaan gambut dan/atau tereksposenya Pembangkitan Tenaga Listrik 14,25 1,16 Sesuai
sedimen berpirit dan/atau kwarsa di bawah lapisan Perdagangan dan Jasa Skala
gambut. SWP 0,36 0,03 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Permukiman perkotaan dengan intensitas Perkantoran 1,43 0,12 Sesuai
pemanfaatan ruang kepadatan sedang sampai tinggi.
Perkebunan 825,80 67,35 Sesuai
• Permukiman perdesaan dengan intensitas
pemanfaatan ruang kepadatan rendah. Perlindungan Setempat 7,90 0,64 Sesuai
• Merubah jenis tanaman perkebunan yang tidak
sesuai dengan perizinan harus melakukan proses Pertahanan dan Keamanan 0,63 0,05 Sesuai
perizinan ulang. Perumahan Kepadatan Rendah 85,62 6,98 Sesuai
• Bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
perkebunan dan jaringan prasarana wilayah. Perumahan Kepadatan Sedang 58,04 4,73 Sesuai
• Ketentuan kemiringan lahan 0-8% untuk pola
Perumahan Kepadatan Tinggi 28,43 2,32 Sesuai
monokultur tumpangsari, interkultur atau campuran
melalui konservasi vegetative mencakup tanaman Rimba Kota 79,32 6,47 Sesuai
SPU Skala Kecamatan 3,56 0,29 Sesuai

LAPORAN ANTARA

17
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
penutup tanah, penggunaan mulsa dan pengelolaan
SPU Skala Kelurahan 1,01 0,08 Sesuai
tanah minimum.
• Ketentuan kemiringan lahan 8-15% untuk pola SPU Skala Kota 2,43 0,20 Sesuai
tanaman monokultur, tumpangsari, interkultur atau
campuran, tindakan konservasi sipil teknis. Taman Kecamatan 14,65 1,19 Sesuai
• Ketentuan kemiringan lahan 15-40% untuk pola Taman Kelurahan 5,46 0,45 Sesuai
tanaman monokultur, interkultur atau campuran,
melalui tindakan koservasi vegetative dan dan Taman Kota 34,41 2,81 Sesuai
tindakan konservasi sipil teknis, serta menggunakan
Taman RT 0,04 0,00 Sesuai
tanaman tahunan perkebunan yang bersifat
konservasi Tanaman Pangan 12,45 1,02 Sesuai
Transportasi 2,13 0,17 Sesuai
Kawasan Permukiman Perdesaan
Total Luas 75,35 100,00
KUPZ
Diizinkan: Badan Air 0,35 0,47 Sesuai
• Dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan Badan Jalan 5,43 7,20 Sesuai
• Dibangun prasarana wilayah sesuai dengan Campuran Intensitas
ketentuan peraturan yang berlaku. Menengah/Sedang 2,28 3,02 Sesuai
• Kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas Hortikultura 0,62 0,82 Sesuai
sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan
lingkungan. Pemakaman 0,16 0,21 Sesuai
• Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasos Perdagangan dan Jasa Skala
termasuk RTH perkotaan sesuai dengan ketentuan SWP 5,94 7,88 Sesuai
yang berlaku.
Perkantoran 0,30 0,40 Sesuai
• Kegiatan dan fasilitas perkotaan.
Tidak Diizinkan: Perkebunan 2,32 3,08 Sesuai
• Mengembangkan kegiatan yang mengganggu fungsi
permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial Perlindungan Setempat 1,53 2,03 Sesuai
masyarakat. Perumahan Kepadatan Rendah 2,32 3,08 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Penetapan garis sempadan bangunan sesuai dengan Perumahan Kepadatan Sedang 4,63 6,14 Sesuai
fungsi jalan atau ketentuan yang berlaku.
Perumahan Kepadatan Tinggi 39,60 52,55 Sesuai
• Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan
bangunan dan lingkungan. SPU Skala Kecamatan 2,55 3,39 Sesuai
• Pengharusan penetapan jenis dan penerapan
sayarat-syarat penggunaan bangunan. SPU Skala Kelurahan 2,47 3,28 Sesuai
• Pengharusan penyediaan drainase yang memadai, SPU Skala Kota 1,50 1,99 Sesuai
pembuatan sumur resapan yang memadai,
pembuatan tandon-tandon air hujan. Taman Kelurahan 0,62 0,82 Sesuai
• Pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi
Taman Kota 0,10 0,14 Sesuai
bangunan untuk kegiatan usaha.
• Kepadatan penghunian 1 unit hunian untuk 1 rumah
tangga dalam kawasan permukiman setinggi-
tingginya sama dengan standar kepadatan layak
huni, tidak termasuk bangunan hunian yang teletak
di dalam kawasan permukiman tradisional. Tanaman Pangan 2,63 3,49 Sesuai
Kawasan Permukiman Perkotaan
Badan Air 0,10 0,27 Sesuai
KUPZ
Diizinkan: Badan Jalan 2,83 7,47 Sesuai
• Dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan Campuran Intensitas
perundang-undangan Menengah/Sedang 5,13 13,54 Sesuai
• Dibangun prasarana wilayah sesuai dengan Instalasi Pengolahan Air Minum
ketentuan peraturan yang berlaku. (IPAM) 0,02 0,05 Sesuai
• Kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas
sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan Pariwisata 0,18 0,47 Sesuai
lingkungan. Pemakaman 0,50 1,32 Sesuai
• Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasos
Perdagangan dan Jasa Skala
termasuk RTH perkotaan sesuai dengan ketentuan
SWP 2,27 5,98 Sesuai
yang berlaku.
• Kegiatan dan fasilitas perkotaan. Perdagangan dan Jasa Skala WP 1,16 3,05 Sesuai

Tidak Diizinkan: Perkantoran 0,39 1,04 Sesuai


Perlindungan Setempat 0,40 1,06 Sesuai
Perumahan Kepadatan Rendah 0,72 1,90 Sesuai

LAPORAN ANTARA

18
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
• Mengembangkan kegiatan yang mengganggu fungsi
Perumahan Kepadatan Sedang 5,60 14,78 Sesuai
permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial
masyarakat. Perumahan Kepadatan Tinggi 14,76 38,97 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Penetapan garis sempadan bangunan sesuai dengan SPU Skala Kecamatan 0,63 1,67 Sesuai
fungsi jalan atau ketentuan yang berlaku. SPU Skala Kelurahan 1,94 5,13 Sesuai
• Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan
bangunan dan lingkungan. Taman Kecamatan 0,32 0,83 Sesuai
• Pengharusan penetapan jenis dan penerapan
Taman Kelurahan 0,57 1,51 Sesuai
sayarat-syarat penggunaan bangunan.
• Pengharusan penyediaan drainase yang memadai, Taman Kota 0,05 0,13 Sesuai
pembuatan sumur resapan yang memadai,
pembuatan tandon-tandon air hujan. Tanaman Pangan 0,06 0,15 Sesuai
• Pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi
bangunan untuk kegiatan usaha.
• Kepadatan penghunian 1 unit hunian untuk 1 rumah
tangga dalam kawasan permukiman setinggi-
tingginya sama dengan standar kepadatan layak
huni, tidak termasuk bangunan hunian yang teletak
di dalam kawasan permukiman tradisional. Transportasi 0,25 0,67 Sesuai
Kawasan Tanaman Pangan
Total 172,62 100,00
KUPZ
Diizinkan: Badan Air 0,96 0,56 Sesuai
• Alihfungsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan Badan Jalan 0,60 0,35 Sesuai
Tidak Diizinkan: Campuran Intensitas
• Alih fungsi LP2B yang tidak sesuai dengan peraturan Menengah/Sedang 1,12 0,65 Sesuai
perundang-undangan. Hortikultura 0,09 0,05 Sesuai
• Kegiatan perkotaan di sepanjang jalur transportasi
yang menggunakan lahan sawah yang dikonversi. Pemakaman 0,81 0,47 Sesuai
• Menggunakan lahan yang dikelola dengan Perdagangan dan Jasa Skala
mengabaikan kelestarian lingkungan. SWP 0,18 0,10 Sesuai
• Pemborosan penggunaan sumber daya air
Pergudangan 0,15 0,09 Sesuai
• Pada kawasan pertanian tanaman pangan yang
memiliki fungsi gambut budidaya tidak diizinkan Perkebunan 3,78 2,19 Sesuai
kegiatan yang mengakibatkan penurunan muka air
tanah di lahan gambur lebih dari 0,4 meter di bawah Perlindungan Setempat 0,92 0,53 Sesuai
permukaan gambut dan /atau tereksposenya Perumahan Kepadatan Rendah 6,21 3,60 Sesuai
sedimen berpirit dan atau kwarsa di bawah lapisan Tidak
gambut. Perumahan Kepadatan Sedang 7,32 4,24 Sesuai
Tidak
Perumahan Kepadatan Tinggi 1,94 1,12 Sesuai
SPU Skala Kelurahan 0,20 0,11 Sesuai
SPU Skala Kota 0,33 0,19 Sesuai
Taman Kelurahan 1,08 0,63 Sesuai
Tanaman Pangan 146,91 85,11 Sesuai
Sempadan Sungai
Total 75,32 100,00
Badan Air 7,16 9,50 Sesuai
Badan Jalan 0,79 1,05 Sesuai
Campuran Intensitas Tidak
Menengah/Sedang 1,45 1,93 Sesuai
Pemakaman 0,06 0,09 Sesuai
Tidak
Pembangkitan Tenaga Listrik 1,85 2,45 Sesuai
Perkebunan 21,47 28,51 Sesuai
Perlindungan Setempat 16,57 21,99 Sesuai
Tidak
Perumahan Kepadatan Rendah 3,02 4,01 Sesuai
Tidak
Perumahan Kepadatan Tinggi 1,54 2,04 Sesuai

LAPORAN ANTARA

19
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
Tidak
SPU Skala Kecamatan 0,38 0,51 Sesuai
Tidak
SPU Skala Kelurahan 0,12 0,16 Sesuai
Taman Kecamatan 0,53 0,71 Sesuai
Taman Kelurahan 0,39 0,52 Sesuai
Tanaman Pangan 19,56 25,96 Sesuai
Tidak
Transportasi 0,43 0,58 Sesuai
Sungai
Total 0,84 100,00
Badan Air 0,80 95,62 Sesuai
Perlindungan Setempat 0,04 4,38 Sesuai
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

20
Gambar 4. 5 Peta Kesesuaian Lahan Pola Ruang RTRW dengan Tutupan Lahan Eksisting WP Perkotaan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

21
4.2.2 Analisis Tutupan Lahan dan Run-off yang Ditimbulkan
Limpasan permukaan merupakan aliran air yang tidak dapat ditahan oleh tanah, vegetasi,
cekungan maupun tutupan lahan sehingga air akan langsung dialirkan ke sungai maupun laut.
Limpasan terjadi akibat intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas infiltrasi
atau permeabilitas dari tanah. Karateristik daerah yang berpengaruh terhadap besarnya
limpasan air permukaan adalah topografi, jenis tanah, kapasitas penyimpanan air permukaan
dan tata guna lahan (Cook, 2002).
Tabel 4. 8 Kualifikasi Run-off

Kualifikasi Run Off


Karateristik DAS Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Relief Relatif Datar (0-5%) Bergelombang (5- Perbukitan (10- Terjal (30%++)
10%) 30%)
Infiltrasi Tanah Pasir dalam atau Pasir Lempungan Lambat menyerap Lapisan Tanah
tanah lain yang dengan air/material liat. tipis. Kapasitas
mampu menyerap kemampuan infiltrasi diabaikan.
air dengan cepat menyerap air lebih
lambat
Vegetasi/ Lahan terbuka Pepohonan dan Minim Tanaman Atap rumah dan
Penutup Lahan dengan penutup rerumputan Penutup, tidak ada Aspal
rumput dan kayu tanaman pertanian
Surface Storage Jarang dijumpai Dapat dijumpai 2 Sistem Alur sungai Alur sungai terjal
sungai/telaga sungai berbeda rapat. dan rapat.
dalam jarak 2 Mil
Sumber: Cook, 2002

Aliran permukaan (run off) adalah bagian dari air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah
(Murtiono, 2008). Air hujan yang menjadi run off sangat bergantung kepada intensitas hujan,
penutupan tanah, dan ada tidaknya hujan yang terjadi sebelumnya (kadar air tanah sebelum
terjadinya hujan). Kadar air tanah sebelum terjadinya hujan biasa disebut AMC (Antecedent
Moisture Content) (Rahim, 2006). Dalam menentukan estimasi potensi limpasan permukaan di
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut digunakan dengan model metode rasional (US
Soil Conservation Service, 1973) dimana metode ini relatif mudah digunakan dan lebih
diperuntukkan pemakaiannya pada daerah yang berukuran kecil kurang dari 300 Ha (Asdak,
2007). Adapun analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik skoring yang
kemudian diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (ArcGIS). Hasil yang diharapkan dari
penelitian ini adalah debit limpasan permukaan sebagai berikut:
Qp = 0,278 . C . I . A
Keterangan:
Qp : Debit limpasan (m3/detik)
C : Koefisien aliran
I : Rata-rata intensitas hujan (mm/jam)
A : Luas wilayah (km2)
Tabel 4. 9 Aliran Permukaan (Run-off) di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

SWP QP (mm3/detik/bulan) Luas (Ha) Persentase (%)


SWP A 30,01 63,99 42,68

LAPORAN ANTARA

22
SWP QP (mm3/detik/bulan) Luas (Ha) Persentase (%)

36,01 71,30 47,55


84,02 14,64 9,76
SWP A Total 149,92 100,00
SWP B 30,01 101,26 58,50
36,01 66,49 38,41
84,02 5,34 3,09
SWP B Total 173,09 100,00
27,43 2,87 0,43
30,01 533,37 79,15
SWP C
32,91 0,94 0,14
36,01 122,19 18,13
76,80 0,02 0,00
84,02 14,46 2,15
SWP C Total 673,84 100,00
SWP D 27,43 218,32 37,29
30,01 173,04 29,55
32,91 105,32 17,99
36,01 77,02 13,16
76,80 6,94 1,19
84,02 4,84 0,83
SWP D Total 585,49 100,00
SWP E 27,43 185,71 68,37
30,01 42,28 15,56
32,91 28,53 10,50
36,01 6,70 2,47
76,80 7,88 2,90
84,02 0,53 0,20
SWP E Total 271,64 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil analisis, dapat dilihat bahwa potensi limpasan dengan kelas tinggi terdapat di
SWP SWP C dengan luas mencapai 673,84 Ha. Potensi limpasan tinggi mengartikan bahwa
potensi genangan akan tinggi dibandingkan dengan wilayah lain. Apabila penggunaan lahan yang
terdapat di area tersebut adalah penggunaan lahan didominasi terbangun dan tidak
menyediakan sistem drainase yang baik dan berkurangnya daya resap tanah akibat
berkurangnya RTH atau area resapan air akan mempercepat terjadinya aliran permukaan (run-
off) dan memicu terjadinya banjir. Daerah perkotaan yang padat akan memiliki tingkat
kerentanan terhadap banjir yang besar, sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi dan
mengendalikan banjir yang terdapat di kawasan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.

LAPORAN ANTARA

23
LAPORAN ANTARA

24
Gambar 4. 6 Peta Limpasan Air (Run-off) WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

25
4.2.3 Analisis Kepemilikan Tanah
Status kepemilikan tanah menjadi tertulis yang mendapatkan pengakuan hukum. Keseluruhan
hak atas tanah dibukukan dalam bentuk sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan
Nasional (BPN). BPN mengeluarkan duplikan kepada pemilik tanah untuk mencegah resiko di
kemudian hari, seperti sertifikat hilang, terbakar, maupun sertifikat ganda.
Tabel 4. 10 Jenis Kepemilikan Lahan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

BIDANG TANAH LUAS (HA) %


Bidang Tanah Aset Pemerintah 50,63 2,73

Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 234,58


12,65
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 356,03
19,20
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 1.197,43
64,59
Badan Air 15,30 0,83
Grand Total 1.853,97 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Bidang tanah dengan status kepemilikan lahan yang paling luas adalah bidang tanah kosong
dengan NIB dimana luasnya mencapai 356,03 Ha atau sekitar 19,20% dari total luas wilayah WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut. Adapun bidang tanah yang terdaftar di WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah seluas 641,25 Ha atau seluas 34,59% dari total
luas WP, sedangkan bidang tanah yang tidak terdaftar mencapai seluas 1.212,72 Ha atau seluas
65,41%.
Tabel 4. 11 Jenis Kepemilikan Bidang Tanah Berdasarkan Desa

DESA BIDANG TANAH LUAS (HA) %


Badan Air 1,22 0,07
Bidang Tanah Aset Pemerintah 6,70 0,36
Karya Nyata
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 46,97 2,53
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 17,64 0,95
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 233,78 12,61
Badan Air 0,11 0,01
Bidang Tanah Aset Pemerintah 3,04 0,16
Muara Danau
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 16,14 0,87
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 102,22 5,51
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 4,65 0,25
Badan Air 0,16 0,01
Bidang Tanah Aset Pemerintah 1,70 0,09
Muara Dua
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 8,85 0,48
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 1,42 0,08
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 49,88 2,69
Badan Air 1,28 0,07
Penyandingan Bidang Tanah Aset Pemerintah 4,12 0,22
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 61,30 3,31
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 103,78 5,60

LAPORAN ANTARA

26
DESA BIDANG TANAH LUAS (HA) %
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 121,42 6,55
Badan Air 1,33 0,07
Bidang Tanah Aset Pemerintah 0,89 0,05
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 1,18 0,06
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 20,21 1,09
Perapau Bidang Tanah Tidak Terdaftar 22,93 1,24
Badan Air 9,52 0,51
Bidang Tanah Aset Pemerintah 29,77 1,61
Pulau Panggung
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 64,09 3,46
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 76,33 4,12
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 616,26 33,24
Badan Air 1,67 0,09
Bidang Tanah Aset Pemerintah 4,42 0,24
Tanah Abang
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 36,05 1,94
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 34,44 1,86
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 148,51 8,01
Grand Total 1.853,97 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

27
LAPORAN ANTARA

28
Gambar 4. 7 Peta Hak Atas Tanah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

29
4.3 Analisis Kedudukan & Peran WP dalam Wilayah yang Lebih Luas

Analisis ini dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut dalam sistem regional yang lebih luas baik dalam aspek sosial, ekonomi,
lingkungan, sumber daya buatan atau sistem prasarana, budaya, pertahanan dan keamanan.
Sistem regional tersebut dapat berupa sistem kota, wilayah lainnya, kabupaten atau kecamatan
yang berbatasan, dimana WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dapat berperan dalam
perkembangan regional. Keluaran dari analisis regional (kedudukan dan peran WP), bertujuan
untuk mengetahui:
1. Gambaran pola ruang dan sistem jaringan prasarana WP yang berhubungan dengan WP
lain dan kota atau wilayah yang berbatasan.
2. Gambaran fungsi dan peran WP pada wilayah yang lebih luas (WP sekitarnya atau
kabupaten/kota berdekatan secara sistemik).
3. Gambaran potensi dan permasalahan pembangunan akan penataan ruang pada wilayah
yang lebih luas terkait dengan keuddukan dan hubungan WP dengan wilayah yang lebih
luas.
4. Gambaran peluang dan tantangan pembangunan wilayah perencanaan dalam wilayah
yang lebih luas yang ditunjukkan oleh sektor unggulan.
Keluaran analisis regional ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan rencana rinci
pemanfaatan ruang dan rencana sistem jaringan dan pergerakan yang meliputi:
1. Penetapan fungsi dan peran WP dalam wilayah yang lebih luas yang akan mempengaruhi
pada pembentukan jaringan prasarana terutama lintas sub wilayah/lintas kawasan atau
yang mengemban fungsi layanan dengan skala yang lebih luas dari wilayah WP.
2. Pembentukan pola ruang WP yang serasi dengan kawasan berdekatan terutama pada
wilayah perbatasan agar terjadi sinkronisasi dan harmonisasi dalam pemanfaatan ruang
antar WP dalam rangka perwujudan tujuan penataan ruang.

4.3.1 Analisis Kedudukan & Keterkaitan Sosial Budaya & Demografi WP pada Wilayah
yang Lebih Luas
Dalam upaya upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan penilaian/analisis aspek sosial budaya
dan demografi di wilayah dan/atau kawasan. Penilaian/ analisis aspek sosial budaya dapat
diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa indikator sosial (urban social indicator) misalnya
struktur sosial budaya, pelayanan sarana dan prasarana budaya, potensi sosial budaya
masyarakat, atau kesiapan masyarakat terhadap suatu pengembangan. Yayat Supriyatna (2007)
menyebutkan bahwa bagi suatu rencana penataan kota, diperlukan pemahaman tentang gejala
sosial budaya masyarakat yang memiliki relevansi kuat dengan perencanaan tata ruang,
pemahaman tentang faktor utama yang melatar belakangi perkembangan sosial budaya, serta
pemahaman tentang variabel sosial budaya yang memiliki signifikasi kuat dengan perencanaan
tata ruang.
Tujuan analisis aspek sosial budaya dan demografi bermaksud mengkaji kondisi sosial budaya
masyarakat serta yang mendukung atau menghambat pengembangan wilayah dan/ atau
kawasan, serta memiliki fungsi antara lain: 1) Sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang

LAPORAN ANTARA

30
wilayah dan/atau kawasan serta pembangunan sosial budaya masyarakat. 2) Mengidentifikasi
struktur sosial budaya masyarakat. 3) Menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya
yang mendukung pengembangan wilayah dan/atau kawasan. 4) Menentukan prioritas-prioritas
utama dalam formulasi kebijakan pembangunan sosial budaya masyarakat. 5) Memberikan
gambaran situasi dan kondisi objektif dalam proses perencanaan. 6) Sebagai acuan pelaksanaan
pemantauan, pelaporan, dan penilaian program-program pembangunan sosial budaya secara
integratif. Berikut gambaran sosial, budaya dan demografi WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut berdasarkan wilayah yang lebih luas.
Dari tabel sebelumnya, struktur jumlah agama dan fasilitas sosial yang ada di Kabupaten Muara
Enim, maka wilayah perencanaan dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kecamatan Semende
Darat Laut secara agama terkonsentrasi hanya pada satu agama yaitu Islam. Kondisi ini dapat
diartikan bahwa masyarakat asli beragama Islam dalam wilayah perencanaan adalah masyarakat
yang kuat dalam hal keimanan. Disamping itu juga kecenderungan agama yang dianut salah
satunya dipastikan karena faktor geografi dimana Semende Darat Laut ini jaraknya cukup jauh
dari ibukota Kabupaten Muara Enim sehingga pendatang dengan latar belakang agama lain tidak
ditemukan di Semende Darat Laut. Meskipun demikian, masyarakat di Semende Darat Laut
merupakan masyarakat yang mendukung perkembangan wilayah dan/atau kawasan perkotaan
Semende Darat Laut.
Tabel 4. 12 Jumlah Penduduk di Kabupaten Muara Enim Tahun 2021
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Proporsi Penduduk
No Kecamatan
(jiwa) (%) (%)
1 Semende Darat Laut 14.890 1,30 2,41
2 Semende Darat Ulu 16.860 0,59 2,73
3 Semende Darat Timur 11,080 1,21 1,79
4 Tanjung Agung 29,410 1,57 4,76
5 Rambang 13,400 0,41 2,17
6 Lubai 28,040 0,20 4,54
7 Lawang Kidul 25,930 0,71 4,20
8 Muara Enim 74,640 1,27 5,36
9 Ujan Mas 27,060 1,33 11,80
10 Gunung Megang 35,480 0,71 12,08
11 Benakat 9,710 0,93 4,38
12 Belimbing 25,690 0,77 5,74
13 Rambang Niru 33,670 0,56 1,57
14 Empat Petulai Dangku 20,060 0,60 4,16
15 Gelumbang 61,950 1,27 10,03
16 Lembak 19,760 0,53 3,20
17 Sungai Rotan 32,040 0,61 93,11
18 Muara Belida 7,950 0,43 38,86
19 Kelekar 11,160 1,57 80,87
20 Belida Darat 13,030 0,54 49,30
Total 617.850 1,03 82,57
Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2022

Dilihat dari kedudukan dan keterkaitan penduduk WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
terhadap Kabupaten Muara Enim, jumlah penduduk WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut merupakan penduduk dengan jumlah sedang dengan total 2,41 persen dari total penduduk

LAPORAN ANTARA

31
di Kabupaten Muara Enim, sehingga kawasan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ini
merupakan kawasan yang tidak terlalu berpengaruh secara kependudukan terhadap Kabupaten
Muara Enim.

4.3.2 Analisis Kedudukan & Keterkaitan Ekonomi WP pada Wilayah yang Lebih Luas
Berdasarkan data PDRB selama 5 tahun berturut–turut sektor perekonomian unggulan yang
menjadi peran terbesar pembangkit perekonomian di Kabupaten Muara Enim adalah kategori
lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Sektor lainnya yang juga berkontribusi cukup
baik terhadap perekonomian Kabupaten Muara Enim adalah sektor Industri pengolahan, sektor
pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta sektor perdagangan besar dan eceran, koperasi mobil
dan sepeda motor dan sektor konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari peranan masing-masing
lapangan usaha terhadap PDRB Kabupaten Muara Enim. Dalam PP No. 13 Tahun 2017 tentang
RTRWN telah menetapkan Kabupaten Muara Enim sebagai Kawasan Andalan Nasional dengan
sektor unggulan yaitu pertanian, pertambangan dan perkebunan, industri, panas bumi, minyak
dan gas bumi. Mengingat bahwa Kecamatan Muara Enim merupakan ibu kota dari Kabupaten
Muara Enim maka arahan dari RTRWN ini perlu menjadi pertimbangan dalam merusmuskan
pengembangan kawasan perkotaan Muara Enim dapat mendukung kawasan andalan tersebut.
Setiap daerah memiliki usaha untuk mencukupi kebutuhan dan mengembangkan potensinya, hal
ini menyebabkan adanya kekurangan dan kelebihan barang antar daerah yang menyebabkan
terjadinya kegiatan ekspor impor antar daerah. Potensi ekonomi suatu daerah dapat dilihat
berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ). LQ adalah teori basis ekonomi yang
intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah
maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan
pendapatan bagi daerah. Nilai LQ dapat memberikan gambaran apakah daerah yang diteliti telah
mengalami keseimbangan atau belum dalam kegiatan tertentu. Secara lebih jelas indikasi
berdasarkan nilai LQ adalah sebagai berikut:
● LQ > 1 : memberikan arti daerah yang diselediki memiliki potensi ekspor dalam kegiatan
tertentu (memiliki sektor basis).
● LQ < 1 : memberikan arti daerah yang diselidiki memiliki kecenderungan impor dari
daerah lain dalam kegiatan tertentu (memiliki sektor non basis).
● LQ = 1 : memberikan arti daerah yang diselidiki telah mencukupi dalam kegiatan tertentu
(seimbang).
Berdasarkan hasil analisis LQ Kecamatan Semende Darat Laut, sektor unggulan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah diantaranya adalah komoditas sayuran, buah-buahan (durian & jeruk
siam), tanaman biofarmaka (jahe, kencur, & temulawak), perkebunan (kopi & kakao) dengan
masing-masing nilai LQ > 1.
Tabel 4. 13 Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Kabupaten Muara Enim Tahun
2019-2020
Produksi Kab. Muara Enim Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas
No. Uraian (ton) (ton) Keterangan
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 Cabai Besar 3149,90 2113,00 1520,00 1633,00 6,00 10,14 Basis
2 Kacang Panjang 1860,10 1324,80 650,00 455,00 4,35 4,50 Basis

LAPORAN ANTARA

32
Produksi Kab. Muara Enim Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas
No. Uraian (ton) (ton) Keterangan
2019 2020 2019 2020 2019 2020
3 Tomat 259,00 60,00 40,00 30,00 1,92 6,56 Basis
4 Durian 6033,60 1245,90 2950,00 850,00 6,08 8,95 Basis
5 Jeruk Siam 2998,30 1787,80 1200,80 752,70 4,98 5,52 Basis
6 Mangga 1301,70 418,30 5,00 2,10 0,05 0,07 Non Basis
7 Nangka 956,10 561,20 6,00 0,50 0,08 0,01 Non Basis
8 Pepaya 1631,70 1053,00 36,10 26,20 0,28 0,33 Non Basis
9 Pisang 21998,60 7943,50 5,40 1,70 0,00 0,00 Non Basis
10 Sirsak 114,30 74,60 7,90 4,80 0,86 0,84 Non Basis
11 Sukun 260,70 199,80 3,80 1,20 0,18 0,08 Non Basis
12 Jahe 11,86 7,65 1,06 1,82 1,11 3,12 Basis
13 Kencur 20,39 11,33 0,92 1,34 0,56 1,55 Basis
14 Kunyit 104,40 55,87 0,73 2,29 0,09 0,54 Non Basis
15 Lengkuas 68,44 57,46 3,44 2,23 0,62 0,51 Non Basis
16 Temulawak 4,59 3,66 0,08 0,37 0,23 1,34 Basis
17 Kelapa 1172,63 1172,63 25,75 25,75 0,27 0,29 Non Basis
18 Karet 169658,2 171928,57 956,34 956,34 0,07 0,07 Non Basis
19 Kopi 26948,00 27796,00 11732 11835 5,42 5,58 Basis
20 Kakao 114,00 114,00 34,00 34,00 3,71 3,91 Basis
Total 238666,50 217929,07 19179,32 16616,35 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Komoditas di Kecamatan Semende Darat Laut yang berpengaruh langsung terhadap


perekonomian Kabupaten Muara Enim diantaranya adalah komoditas sayuran, buah-buahan
(durian & jeruk siam), tanaman biofarmaka (jahe, kencur, & temulawak), perkebunan (kopi &
kakao). Hal ini sejalan dengan arah pengembangan eksisting Kecamatan Semende Darat Laut
yang mengembangkan hasil pertanian dan perkebunan terutama kopi. Komoditas-komoditas
basis tersebut memiliki kontribusi baik sekaligus menjadi pendorong perekonomian internal
Kecamatan Semende Darat Laut dan perekonomian Kabupaten Muara Enim.

018
016
014
012
010
008
006
004
002
000

2019 2020

LAPORAN ANTARA

33
Gambar 4. 8 Grafik Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Kabupaten Muara Enim
Tahun 2019-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Setelah melakukan analisis LQ komoditas Kecamatan Semende Darat Laut terhadap Kabupaten
Muara Enim, dilakukan pula analisis LQ komoditas Kecamatan Semende Darat Laut terhadap
Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil analisis LQ Kecamatan Semende Darat Laut
terhadap produksi komoditas pada level Provinsi Sumatera Selatan, sektor unggulan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah diantaranya adalah komoditas sayuran (cabai besar dan kacang
panjang) dan perkebunan (kopi & kakao) dengan masing-masing nilai LQ > 1.
Tabel 4. 14 Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2019-2020
Produksi Kec. SDL
Produksi Prov. Sumsel (ton) Nilai LQ Komoditas
No. Uraian (ton) Keterangan
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 Cabai Besar 111487,60 11013,50 1520,00 1633,00 2,74 33,26 Basis
2 Kacang Panjang 9755,00 8925,90 650,00 455,00 13,41 11,44 Basis
3 Tomat 12487,10 9638,00 40,00 30,00 0,64 0,70 Non Basis
4 Durian 420476,00 293502,00 2950,00 850,00 1,41 0,65 Non Basis
5 Jeruk Siam 303762,00 545971,00 1200,80 752,70 0,80 0,31 Non Basis
6 Mangga 237595,00 127850,00 5,00 2,10 0,00 0,00 Non Basis
8 Pepaya 178170,00 242458,00 36,10 26,20 0,04 0,02 Non Basis
9 Pisang 1431102,00 1104987,00 5,40 1,70 0,00 0,00 Non Basis
10 Jahe 1348,63 3964,94 1,06 1,82 0,16 0,10 Non Basis
11 Kencur 604,69 1181,59 0,92 1,34 0,31 0,25 Non Basis
12 Kunyit 2003,19 1779,47 0,73 2,29 0,07 0,29 Non Basis
13 Temulawak 108,30 119,33 0,08 0,37 0,16 0,70 Non Basis
14 Kelapa 55367 57570 25,75 25,75 0,09 0,10 Non Basis
15 Karet 905789 1121603 956,34 956,34 0,21 0,19 Non Basis
16 Kopi 181294,00 191081,00 11732 11835 13,02 13,90 Basis
17 Kakao 3943,00 4167,00 34,00 34,00 1,74 1,83 Basis
Total 3855292,51 3725811,73 19158,19 16607,61 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

34
040

035

030

025

020

015

010

005

000

2019 2020

Gambar 4. 9 Grafik Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2019-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.3.3 Analisis Kedudukan & Keterkaitan Sistem Prasarana Wilayah Perencanaan


dengan Wilayah yang Lebih Luas
Sarana transportasi berupa jaringan jalan di wilayah perencanaan ditunjukan dengan sistem
jaringan jalan primer (regional) yang berupa jalan berpola linier dan jalan lingkungan. Sistem
jaringan jalan sekunder (lokal) pada umumnya berorientasi pada jaringan jalan primer dan
merupakan penghubung antara kawasan permukiman yang tersebar di pinggaran perkotaan.
Kondiisi jalan di wilayah perencanaan statusnya dalam kondisi sedang dan baik termasuk yang
terhubung dengan kegiatan-kegiatan vital di wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah
perencanaan. Namun masih terdapat beberapa jalan yang masih dalam kondisi rusak. Di
Kecamatan Semende Darat Laut terdapat beberapa objek vital diantaranya adalah sebagai
berikut:
● Pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (Babatan, Semendo, Karya Nyata)
● Terdapat PLTU Mulut Tambang Sumsel 1 dan Sumsel 8
● Terdapat KI Tanjung Enim dan Gasifikasi Batu Bara
Dengan konsentrasi pada kegaitan objek vital diatas, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut perlu menjalankan fungsinya sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang akan melayani
skala kecamatan lainnya maka kemungkinan kegiatan perdagangan yang akan semakin
berkembang di sekitar WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut diantaranya menyediakan
dan mengusahakan beberapa hal sebagai berikut:
1. Jasa-jasa yang berhubungan dengan penginapan/cottage.
2. Jasa angkutan dan fasilitas lain untuk bongkar muat barang/hasil perkebunan pertanian.
3. Jasa pergudangan yang berhubungan dengan objek-objek vital tersebut.
4. Fasilitas lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan dari objek-objek vital tersebut.

LAPORAN ANTARA

35
Kecamatan Semende Darat Laut masuk ke dalam PPK Semende Darat Laut memerlukan
pengembangan beberapa fasilitas dan pengembangan infrastruktur. Pengembangan fasilitas
dibutuhkan diantaranya adalah:
1. Fasilitas Pendidikan
- Pengadaan Akademi/Perguruan Tinggi
2. Fasilitas Kesehatan
- Pengembangan Rumah Sakit Tipe C menjadi Tipe B
- Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap
3. Fasilitas Perdagangan
- Peningkatan pasar tradisional
- Pengembangan ruko dan pertokoan
4. Fasilitas Jasa
- Hotel/Penginapan/Cittage
- Restoran/Rumah Makan
- Lembaga Keuangan (Bank, Koperasi)
5. Fasilitas Industri Skala Menengah
- Industri pengolahan karet
- Industri pengolahan kopi
- Industri hasil pertanian padi
Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim No. 13 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang
Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038 menetapkan Kecamatan Semende Darat Laut sebagai
PPK dengan fungsi melayani skala kecamatan lainnya maka kemungkinan kegiatan perdagangan
yang akan semakin berkembang. Penetapan beberapa fungsi dan rencana jaringan infrastruktur
yang kaitannya dengan kabupaten/kota memberikan konsekuensi terhadap pembangunan
prasarana di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang dapat memberikan pengaruh
terhadap perkembangan kegiatan dan ekonomi di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut.

4.3.4 Analisis Kedudukan & Keterkaitan Aspek Lingkungan (Pengelolaan Fisik & SDA)
WP pada Wilayah yang Lebih Luas
Daya dukung lahan merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tata
ruang wilayah, agar dapat mendukung aktivitas pemanfaatan lahan secara berkelanjutan.
Perbedaan daya dukung dan daya tampung adalah daya dukung merupakan kemampuan
lingkungan untuk mendukung perikehidupan sedangkan daya tampung merupakan kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan komponen lainnya.
Analisis Daya Tampung Berdasarkan Kemampuan Lahan
Analisis daya tampung lahan digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang dapat
ditampung di wilayah perencanaan. Luas daya tampung WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut dilihat dari tiga kelas yaitu kelas C, kelas D, dan kelas E dengan total luas 1.849,83 Ha.
Tabel 4. 15 Daya Tampung WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

36
Klasifikasi Kemampuan Lahan Luas (Ha)
Kelas E (Kemampuan Pengembangan Sangat Tinggi) 16,22
Kelas D (Kemampuan Pengembangan Tinggi) 919,56
Kelas C (Kemampuan Pengembangan Sedang) 914,05
Total 1.849,83
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan kemampuan lahan kawasan yang dapat dikembangkan yaitu sebesar 1.849,83 Ha
atau sekitar 99,77 %, artinya sebagian besar wilayah di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut dapat dikembangkan menjadi kawasan budi daya.

4.3.5 Analisis Kedudukan & Keterkaitan Aspek Pertahanan dan Keamanan WP


Sebagai kawasan PPK Semende Darat Laut dan sebagai kawasan yang memliki beberapa objek
vital, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut harus disiapkan sedemikian rupa agar
mampu menghadapi dua jenis ancaman, yaitu:
1. Ancaman tradisional, berupa ancaman militer dari aktor negara yang ingin mengganggu,
mengancam, atau merusak kesatuan serta kedaulatan NKRI.
2. Ancaman Non-Tradisional, yaitu ancaman dari aktor non-negara berupa teror,
perampokan, kriminalitas, penyelundupan obat-obatan terlarang dan lainnya yang
dapat menimbulkan rasa tidak aman di tengah masyarakat.
Untuk menghadapi ancaman tradisional, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut perlu
dilengkapi dengan peralatan dan pasukan kemanan yang memadai. Saat ini terdapat pihak
kemanan kepolisian (Polsek) dan pihak keamanan TNI (Koramil) yang berada di Kecamatan
Semende Darat Laut.

4.3.6 Analisis Kedudukan & Keterkaitan Aspek Pendanaan WP


Pembiayaan penataan ruang pada skala kabupaten dalam rangka mewujudkan perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendailan ruang dapat terwujud bila didasari oleh suatu perencanaan
pembangunan yang berbasis pada kerangka pembiayaan pembangunan yang diprogramkan dan
dialokasikan pendanaannya oleh pemerintah Kabupaten/Provinsi/Pusat baik secara tahunan
dan/atau berjangka menengah (5 tahunan) yang bersifat strategis dan komprehensif. Rencana
tahunan sejak implementasi dokumen peraturan daerah tentang rencana tata ruang yang
dijabarkan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten merupakan
kebutuhan riil Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim mengingat pembangunan sektoral
yang memanfaatkan ruang harus memenuhi prinip tata ruang secara menyeluruh memerlukan
waktu bertahun-tahun (multi years) dan pendanaan yang memadai.
Permasalahan utama penataan ruang adalah terkait pengendalian pemanfaatan ruang yang
belum optimal. Beberapa permasalahan terkait penataan ruang diantaranya adalah
sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMD Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2023.
Berdasarkan dokumen RPJMD Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2023, kinerja pendapatan
daerah Kabupaten Muara Enim dari tahun 2013-2017 mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Muara Enim selama 5 (lima)

LAPORAN ANTARA

37
tahun sebesae 7,08 persen. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah sebesar 31,46 persen. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah tumbuh dengan rata-
rata sebesar 18,60 persen dan Dana Perimbangan rata-rata tumbuh sebesar 3,18 persen.
Kedepan, program pendanaan terkait upaya penyelenggaraan penataan ruang dalam rangka
menyelesaikan berbagai persoalan sesuai permasalahan dan isu straetgis penataan ruang yang
berkembang di Kabupaten Muara Enim khususnya Kecamatan Semende Darat Laut diarahkan
pada hal-hal berikut:
1. Mengoptimalkan penerimaan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) baik pajak, retribusi, dan pendapatan lain yang sah tanpa memberatkan dunia
usaha dan masyarakat melalui berbeagai langkah seperti:
● Membenahi dan memantapkan sistem dan prosedur administrasi dalam
pemungutan, pencatatan dan pengelolaan pajak dan retribusi daerah.
● Meningkatkan sosialisasi dan pelayanan perpajakan untuk
meningkatkankesadaran dan ketaatan masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah.
● Melakukan evaluasi dan revisi secara berkala terhadap peraturandaerah yang
mengatur pajak dan retribusi daerah.
● Meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemungutan PAD yang diikuti dengan peningkatan kualitas, kemudahan,
ketepatan, dan kecepatan pelayanan perpajakan.
● Melakukan intensifikasi pemungutan pajak daerah melalui pengawasan di
lapangan secara terus-menerus, menggali sumber pajak baru, dan penagihan
tunggakan secara paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
● Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan aset produktif lainnya yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah sehingga dapt memberikan layanan yang lebih
baik dan meningkatkan retribusi sewa dari pengelolaan aset tersebut.
● Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Layanan
Umum Daerah (BULD) dalam memberikan pelayanan publik dan meningkatkan
pendapatan daerah termasuk meningkatkan bagian laba BUMD.
● Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
berbagai pihak terkait lainnya dalam pemungutan, pencatatan, dan pengelolaan
pendapatan daerah.
Selain hal-hal tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim juga dapat
mengadalkan pendanaan dari kerjasama dengan swasta dan masyarakat, salah satunya
adalah program Corporate Social Responsibility (CSR) juga berperan dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang.

4.3.7 Analisis Spesifik Terkait Kekhasan Kawasan


Kekhasan kawasan di Kecamatan Semende Darat Laut memiliki daya tarik tersendiri bagi para
pengunjungnya, meliputi:
A. Elemen Pembentuk Karakter Perkotaan Skala Makro

LAPORAN ANTARA

38
Elemen pembentuk karakter perkotaan skala makro merupakan elemen makro yang
membentuk karakter ikonik suatu kota. Elemen makro bisa berupa bentang alam yang
mengitari suatu kota yang menjadi background besar bagi pemandangan di wilayah
perkotaan. Dalam konteks Kecamatan Semende Darat Laut yang menjadi potensi elemen
pembentuk karakter skala makro adalah persawahan dan perkebunan kopi.
B. Elemen Pembentuk Karakter Perkotaan Skala Messo
Elemen pembentuk karakter perkotaan skala messo merupakan elemen kota berskala
kawasan yang mampu memberikan karakteri khas bagian perkotaan. Elemen berskala messo
dapat berupa bentang lahan alami maupun buatan yang berasal dari elemen distric, path,
dan edge yang memiliki keunikan tersendiri. Potensi pembentuk karakter perkotaan berskala
messo di Kecamatan Semende Darat Laut dapat berupa perkebunan kopi dan sawah.
C. Elemen Pembentuk Karakter Perkotaan Skala Mikro
Elemen pembentuk karakter perkotaan skala mikro merupakan elemen kota yang berskala
lingkungan lebih kecil maupun elemen tunggal yang mampu menjadi daya tarik. Elemen
node dan street furniture tunggal seperti landmark bisa menjadi elemen yang menjadi daya
tarik untuk menampilkan kekhasan suatu spot atau koridor pada ruang perkotaan seperti
Rumah Adat Semendo.
Berdasarkan kondisi eksisting saat ini, sejumlah elemen sudah mampu memberikan karakter
khas Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut yaitu sawah, perkebunan, dan Rumah Adat
Semendo.

4.4 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan WP

4.4.1 Analisis Sumber Daya Air


Analisis ini dilakukan untuk memhaami bentuk dan pola kewenangannya, pemanfaatan, dan pola
kerjasama pemanfaatan sumber daya air yang ada dan yang sebaiknya dikembangkan di dalam
kawasan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut. Khususnya terhadap sumber air baku
serta air permukaan (sungai dan/atau danau) yang mengalir di kawasan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut yang memiliki potensi untuk mendukung pengembangan atau
memiliki kesesuaian untuk dikembangkan bagi kegiatan tertentu yang sangat membutuhkan
sumber daya air. Analisis ini menjadi dasar dalam menetapkan kebijakan yang mengtatur
sumber-sumber air tersebut. Analisis kondisi hidrologi dilakukan dengan menganalisis data
hidrologi. Data hidrologi yang dimaksud adalah data yang berkaitan dengan kondisi kearifan, baik
air permukaan maupun air tanah. Untuk itu penyajian data hidrologi ini dibedakan atas air
permukaan dan air tanah, seperti yang akan diuraikan di bawah ini.
Air permukaan adalah air yang muncul atau mengalir di permukaan seperti: mata air, danau,
sungai, dan rawa. Pada data air permukaan ini masing-masing jenis sumber daya air tersebut
hendaknya diikuti besaran atau debitnya, sehinga dapat terlihat potensi air permukaan secara
umum. Khusus untuk sungai disajikan lengkap dengan Wilayah Sungai (WS) dan Daerah Aliran
Sungai (DAS) nya, karena masing-masing WS umumnya mempuntai karakteristik berbeda,
demikian juga dengan DAS yang diharapkan dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai
orde yang terkecil. Data sungai ini juga dilengkapi dengan pola aliran, arah aliran air permukaan

LAPORAN ANTARA

39
pada masing-masing DAS serta kerapatan sungai yang secara tidak langsung akan
memperlihatkan aktivitas sungai tersebut baik pengaliran maupun pengikisannya.
Data air permukaan ini dapat diperoleh pada instansi pengairan setempat ataupun pusat,
dilengkapi dengan pengamatan lapangan yang menunjukkan kondisi keairan sesaat pada waktu
pengamatan yang akan menunjukkan potensi air pada musim tertentu (penghujan atau
kemarau, tergantung waktu pengamatan). Sedangkan untuk data mata air kemungkinan juga
dapat diperoleh dari peta hidrologi yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional. Debit
sungai-sungai selain dicantumkan pada peta juga dibuat tabulasi yang menunjukkan debit pada
bulan kering (debit minimal) dan debit pada bulan basah (debit maksimal). Kawasan WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki sumber air selain yang dari air tanah, juga
bersumber dari sungai mengingat terdapat beberapa sungai yaitu hulu Sungai Enim dan
beberapa anak sungai seperti Sungai Sepanas, Sungai Meo, dan Sungai Suwat. Sungai-sungai ini
yang menjadi sumber pengairan bagi perkebunan dan pertanian serta bagi kegiatan rumah
tangga masyarakat di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
Tabel 4. 16 Kondisi Eksisting Jaringan Air Minum WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

NO EKSISTING DESA SWP PANJANG (KM)


1 Jaringan Distribusi Pembagi Karya Nyata D 1,66
Muara Danau C 2,47
Muara Dua A 0,73
B 0,18
Penyandingan C 0,95
Pulau Panggung A 2,78
B 0,81
C 0,21
D 0,21
Tanah Abang E 0,75
2 Jaringan Transmisi Air Baku Pulau Panggung A 0,14
3 Jaringan Transmisi Air Minum Karya Nyata D 2,41
Muara Danau C 0,95
Muara Dua B 0,23
Penyandingan C 3,15
Perapau E 1,10
Pulau Panggung A 3,76
B 3,11
C 4,85
D 4,04
Tanah Abang E 3,79
Sumber: PDAM Lematang Enim, 2019

LAPORAN ANTARA

40
Jaringan Transmisi Air Minum 027

Jaringan Transmisi Air Baku 000

Jaringan Distribusi Pembagi 011

000 005 010 015 020 025 030

Gambar 4. 10 Grafik Panjang Jaringan Air Minum Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut
Sumber: PDAM Lematang Enim, 2019

LAPORAN ANTARA

41
LAPORAN ANTARA

42
Gambar 4. 11 Peta Jaringan Air Minum Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

43
4.4.2 Analisis Sumber Daya Tanah
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang masing-masing
diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum
digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur, sehingga untuk
mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk, dan
kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah atau batunya dalam akitannya sebagai pembawa air.
Selain besarannya air tanah ini perlu diketahui mutunya secara umum, jika memungkinkan hasil
pengujian mutu air dari laboratorium. Sedangkan air tanah dalam yaitu air tanah yang
memerlukan teknologi tambahan untuk pengadaannya, secara umum dapat diketahui dari
kondisi geologinya, yang tentunya memerlukan pengematan struktur geologi yang cermat.
Kondisi air tanah ini dapat diperoleh dari penelitian hidrogeologi baik yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, maupun instansi lainnya yang berkaitan dengan keairan seperti Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum, ataupun juga dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Perguruan Tinggi.
Kondisi hidrogeologi Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut berada dalam kondisi
setempat produktif dimana kondisi daerah air tanah langka (akuifer produktivitas kecil). Hal ini
menggambarkan bahwa akuifer ini umumnya rendah hinga sangat rendah, dan kondiis air tanah
dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada daerah rendah. Kondisi eksisting, masyarakat di
Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut mayoritas mendapatkan air bersih dari mata air dan
sungai yang pendistribusiannya dilakukan menggunakan selang.
Tabel 4. 17 Kondisi Hidrogeologi Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

No. Desa Kondisi Hidrogeologi Luas (Ha)


1 Karya Nyata Setempat Produktif - langka 306,38
2 Muara Danau Setempat Produktif - langka 126,18
3 Muara Dua Setempat Produktif - langka 62,03
4 Penyandingan Setempat Produktif - langka 291,96
5 Perapau Setempat Produktif - langka 46,55
6 Pulau Panggung Setempat Produktif - langka 796,15
7 Tanah Abang Setempat Produktif - langka 225,15
Total 1854,39
Sumber: One Map ESDM, 2022

LAPORAN ANTARA

44
Gambar 4. 12 Peta Hidrogeologi Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

45
Sumber: One Map ESDM, 2022

LAPORAN ANTARA

46
4.4.3 Analisis Topografi dan Kelerengan
Analisis topografi dan kelerengan dilakukan untuk potensi dan permasalahan pengembangan
wilayah perencanaan berdasarkan ketinggian dan kemiringan lahan. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui daya dukung serta kesesuaian lahan bagi peruntukan kawasan budi daya dan
lindung. Dari analisis topografi ini dapat diturunkan beberapa peta yang berkaitan dengan
bentuk bentang alam dan kemiringannya, yakni peta morfologi dan peta kemiringan
lereng/lahan, yang dalam hal ini dikelompokkan sebagai peta data, karena penganalisisan
berikutnya berpijak pada peta morfologi dan kemiringan lereng ini, bukan peta topografi yang
merupakan data mentahnya. Peta morfologi adalah pengelompokan bentuk bentang alam
berdasarkan rona, kemiringan lereng secara umum, dan ketinggiannya, pada beberapa satuan
morfologi. Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam yang didominasi oleh daerah
yang relatif datar atau sedikit bergelombang, dengan kisaran kemiringan lereng 0% - 5%. Lebih
rinci lagi satuan morfologi dataran ini dapat dibedakan atas dua subsatuan, yakni subsatuan
morfologi dataran berkisar antara 0% - 2%; dan subsatuan morfologi medan bergelombang
dengan kisaran kemiringan lereng lebih dari 2% hingga 5%.
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang memperlihatkan relief baik halus
maupun kasar, membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Secara lebih
rinci satuan morfologi perbukitan dapat dibagi lagi atas tiga subsatuan, yakni: subsatuan
morfologi perbukitan landai dengan kemiringan lereng antara 5% - 15% dan memperlihatkan
relief halus; subsatuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng berkisar antara
15% - 40% dan memperlihatkan relief sedang, dan subsatuan morfologi perbukitan terjal dengan
kemiringan lebih dari 40% dan memperlihatkan relief kasar. Satuan morfologi tubuh gunung
berapi. Satuan tubuh gunung berapi ini hampir sama dengan satuan morfologi perbukitan, dan
umumnya merupakan subsatuan perbukitan sedang hingga terjal, namun membentuk kerucut
tubuh gunung berapi. Satuan tubuh gunung berapi ini perlu dipisahkan dari satuan perbukitan,
karena tubuh gunung berapi mempunyai karakterisitk tersendiri dan berbeda dari perbukitan
umumnya, seperti banyak dijumpai mata air, kandungan-kandungan gas beracun, dan sumber
daya mineral lainnya yang khas gunung berapi.
Tabel 4. 18 Kriteria Kelas Kelerengan Lahan
KELA
SUDUT LERENG DESKRIPSI SKOR KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN
S
I 0-8% Datar 20 Tanaman pertanian lahan basah
II >8-15% Landai 40 Pertanian lahan kering
III >15-25% Agak Curam 60 Tanaman keras tahunan, baik sebagai
tanaman produksi maupun sebagai
buffer
IV >25-40% Curam 80 Tanaman keras tahunan terutama
sebagai buffer
V >40% Sangat Curam 100 Kawasan lindung
Sumber: Surat Keputuran Menteri Pertanian No. 839/KPTS/UM/1111980 dan No. 683/KPT/UM/08/1981

LAPORAN ANTARA

47
Keterangan sifat kelerengan diantaranya:
• 0-15% : termasuk kawasan layak bangunan
• 14-45% : termasuk kawasan budi daya
• >45% : termasuk kawasan konservasi atau lahan serapan
Selain hal di atas, terdapat klasifikasi optimal penggunaan lahan untuk kegiatan perkotaan
berdasarkan tingkat kemiringan lahan seperti tertera pada tabel berikut.
Tabel 4. 19 Kelas Kemiringan Lahan Terhadap Tingkat Kesesuaian Lahan
KELAS KEMIRINGAN LAHAN (%)
NO PENGGUNAAN LAHAN
0-2 >2-5 >5-10 >10-15 >15-40 >40
1 Bangunan terhitung v v v v v v
2 Perumahan konvensional v v v v - -
3 Perkotaan v v v v - -
4 Jalan kota v v v v - -
5 Sistem septik v v v - - -
6 Pusat perdagangan v v - - - -
7 Jalan raya v v - - - -
8 Jalan lainnya v v v v v -
Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 839/KPTS/UM/1111980 dan No. 683/KPT/UM/08/1981

Kondisi topografi di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut bervariatif, namun


cenderung datar dan agak curam dengan kelerengan 0-15%. Peruntukan untuk kelerengan pada
kelas tersebut dapat dikembangkan untuk kegiatan budi daya, diantaranya adalah bangunan,
perumahan konvensional, perkotaan, jalan kota, septik tank, pusat perdagangan, jalan raya, dan
jalan lainnya.
Tabel 4. 20 Kondisi Luas WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Berdasarkan Klasifikasi
Kelerengan
LUAS KLASIFIKASI KELERENGAN (HA) Grand
DESA
0%-2% 2%-5% 5%-15% 15%-40% >40% Total
Karya Nyata 6,40 11,38 233,83 49,11 5,66 306,38
Muara Danau 2,01 14,45 70,58 39,15 - 126,18
Muara Dua 2,37 4,43 49,00 6,23 - 62,03
Penyandingan 6,20 25,63 215,71 44,42 - 291,96
Perapau 6,57 10,54 26,01 3,42 - 46,55
Pulau
19,80 75,12 571,02 130,22 - 796,15
Panggung
Tanah Abang 4,64 17,27 173,80 29,44 - 225,15
Grand Total 47,98 158,83 1339,95 301,98 5,66 1854,39
Sumber: Hasil Analisis Pemetaan, 2022

LAPORAN ANTARA

48
LAPORAN ANTARA

49
Gambar 4. 13 Peta Kemiringan Lereng WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

50
4.4.4 Analisis Geologi Lingkungan
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan pengembangan kawasan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut berdasarkan potensi dan kendala dari aspek geologi lingkungan.
Analisis ini menjadi rekomendasi bagi peruntukan kawasan rawan bencana, kawasan lindung
geologi, dan kawasan pertambangan (jika ada). Untuk mengetahui kondisi geologi regional
wilayah dan/atau kawasan perencanaan dan daerah sekitarnya, maka diperlukan data fisiografi
daerah yang lebih luas. Fisiografi ini akan memperlihatkan gambaran umum kondisi fisik secara
regional baik menyangkut morfologi, pola pembentuknya, pola aliran sungai, serta kondisi
litologi dan struktur geologi secara umum. Gambaran umum kondisi geologi atau fisiografi ini
dapat dilihat pada Peta Geologi Indonesia. Data geologi yang diperlukan dalam analisis aspek
fisik dan lingkungan terdiri dari tiga bagian, yakni data geologi umum, geologi wilayah, dan data
geologi permukaan.
Data geologi umum ini diperlukan untuk mengetahui kondisi fisik secara umum, terutama pada
batuan dasar yang akan menjadi tumpuan dan sumber daya alam wilayah ini, serta beberapa
kemungkinan bencana yang bisa timbul akibat kondisi geologinya atau lebih dikenal dengan
bencana alam beraspek geologi. Data geologi ini dapat diperoleh di Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral, atau pada instansi lain yang pernah melakukan penelitian geologi terinci
di wilayah yang diperlukan. Selain instansi tersebut, data geologi umum dapat diperoleh pada
instansi-instansi yang berkaitan dengan bidang geologi seperti Pertamina,
perusahaanperusahaan minyak dan perusahaan tambang baik logam maupun bahan galian
lainnya, serta perguruan-perguruan tinggi yang memiliki jurusan geologi yang mungkin pernah
melakukan penelitian di wilayah bersangkutan. Khusus untuk wilayah dan/atau kawasan
perencanaan perlu dilakukan telaahan geologi lebih terinci, disesuaikan dengan skala penelitian
yang dilakukan, yang diperoleh berdasarkan peta geologi umum dan dilakukan pengecekan di
lapangan. Peta geologi wilayah ini memuat semua unsur geologi seperti yang dikehendaki pada
geologi umum, hanya lebih terinci yang kemungkinan akan berbeda dari peta geologi umum,
karena dilakukan penelitian pada skala lebih besar. Mengingat keterbatasan waktu dan biaya,
maka peta geologi wilayah perencanaan ini lebih bersifat geologi tinjau yang berpegang pada
geologi umum, dan lebih menekankan pada rincian karakteristik litologi dan struktur geologinya,
dan tentunya dengan tidak mengabaikan stratigrafi serta unsur-unsur geologi lainnya.
Peta geologi permukaan yang memuat sebaran lateral tanah/batu ini, juga diikuti dengan
susunan tanah/batu hingga batuan dasar yang diperoleh dari hasil pemboran dangkal yang
menunjukkan penyebaran vertikal dari tanah/ batu tersebut. Analisis kondisi geologi pada
wilayah perencanaan ini lebih bersifat geologi tinjau yang berpegang pada geologi umum, dan
lebih menekankan pada rincian karakteristik litologi dan struktur geologinya, dan tentunya
dengan tidak mengabaikan stratigrafi serta unsur-unsur geologi lainnya. Pada analisis ini
termasuk juga analisis terkait bencana alam. Bencana alam pada dasarnya adalah gejala atau
proses alam yang terjadi akibat upaya alam mengembalikan keseimbangan ekosistem yang
terganggu baik oleh proses alam itu sendiri ataupun akibat ulah manusia dalam memanfaatkan
sumber daya alam ini.

LAPORAN ANTARA

51
Tabel 4. 21 Luas Daerah Berdasarkan Jenis Tanah di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Jenis
No. Desa Luas (Ha) Fungsi & Manfaat
Tanah
1 Karya Nyata Kambisol 290,71 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
Kambisol 15,67 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Litik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
2 Muara Danau Kambisol 122,81 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
Kambisol 3,37 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Litik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
3 Muara Dua Kambisol 62,03 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
4 Penyandinga Kambisol 291,96 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
n Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
5 Perapau Gleisol 41,49 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik

LAPORAN ANTARA

52
Jenis
No. Desa Luas (Ha) Fungsi & Manfaat
Tanah
• Baik untuk pemanfaatan pertanian
tanaman pangan.
Kambisol 5,06 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
6 Pulau Kambisol 769,82 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Panggung Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
Kambisol 26,34 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Litik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
7 Tanah Abang Gleisol 56,33 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Baik untuk pemanfaatan pertanian
tanaman pangan.
Kambisol 168,82 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

53
LAPORAN ANTARA

54
Gambar 4. 14 Peta Jenis Tanah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

55
Tabel 4. 22 Kondisi Geologi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

Geologi Desa Luas (Ha)


Gunungapi Dempo Karya Nyata 306,30
Muara Danau 1,28
Penyandingan 10,22
Pulau Panggung 337,05
Tanah Abang 1,41
Gunungapi Masurai Perapau 42,80
Tanah Abang 1,39
Gunungapi Pesawaran Muara Danau 124,88
Muara Dua 62,01
Penyandingan 281,67
Perapau 3,73
Pulau Panggung 458,93
Tanah Abang 222,29
Sumber: Hasil Analisis, 2022

500 459
450
400
337
350 306
300 282

250 222
200
150 125
100 062
043
050 010 004
001 001 001
000
Gunungapi Dempo

Gunungapi Pesawaran
Gunungapi Dempo

Gunungapi Dempo

Gunungapi Dempo

Gunungapi Dempo
Gunungapi Pesawaran

Gunungapi Pesawaran

Gunungapi Pesawaran

Gunungapi Pesawaran

Gunungapi Pesawaran
Gunungapi Masurai

Gunungapi Masurai

Karya Muara Danau Muara Penyandingan Perapau Pulau Panggung Tanah Abang
Nyata Dua

Gambar 4. 15 Grafik Luas Kondisi Geologi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

56
Gambar 4. 16 Peta Geologi Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

57
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

58
4.4.5 Analisis Klimatologi
Analisis ini digunakan dalam mengidnetifikasi potensi dan permasalahan pengembangan WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini
menjadi bahan rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budi daya.
Analisis dari sisi klimatologi ini dilakukan dengan cara menganalisis data iklim. Data iklim
berdasarkan pengamatan pada stasiun pengamat di wilayah WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut dan/atau daerah sekitarnya, meliputi:
1) Curah hujan
2) Hari hujan
3) Intensitas hujan
4) Temperatur rata-rata
5) Kelembaban relatif
6) Kecepatan dan arah angin
7) Lama penyinaran
Kabupaten Muara Enim (termasuk WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut) memiliki rata-
rata curah hujan dari hari hujan yang bervariasi antara 33,38 mm/m sampai dengan 198,05
mm/m sepanjang tahun 2018. Sementara bulan Maret merupakan bulan dengan curah hujan
paling banyak di tahun 2018. Jumlah curah hujan di Kecamatan Semende Darat Laut adalah
sebesar 3.053,30 dan hari hujan sebanyak 189 hari dalam 1 tahun di tahun 2018.

Tabel 4. 23 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Muara Enim (Kecamatan Semende Darat Laut)
Tahun 2018

No Curah Hujan (mm/th) Klasifikasi Fungsi/Manfaat/Kegunaan Pemanfaatan Ruang


Memiliki potensi ruang sebagai Daerah Resapan
Air yang tinggi.
2.000 mm – 2.500 Perlu adanya saluran drainase yang memadai
1 Sangat Tinggi
mm/th untuk menampun air limpasan pada saat hujan.
Sebagian besar berada pada daerah hujan hutan
tropis.
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

59
Gambar 4. 17 Peta Curah Hujan/Klimatologi Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

60
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

61
4.4.6 Analisis Sumber Daya Alam (Zona Lindung)
Zona lindung eksisting di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terdiri dari makam,
semak belukar pada lereng terjal (>40%), semak belukar pada sempadan sungai, dan sungai. Luas
makan mencapai 5,68 Ha, semak belukar pada lereng terjal (>40%) seluas 6,04 Ha, semak belukar
pada sempadan sungai seluas 35,64 Ha, dan sungai seluas 11,60 Ha.

040
036
035

030

025

020

015 012
010
006 006
005

000
Makam Semak Belukar pada Semak Belukar pada Sungai
Lereng Terjal (>40%) Sempadan Sungai

Gambar 4. 18 Grafik Luas Kawasan Lindung Eksisting Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel 4. 24 Luas Kawasan Lindung Eksisiting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

Kawasan Eksisting Jenis Kawasan Eksisting Luas (Ha) %


Kawasan Lindung Makam 5,68 9,64
Semak Belukar pada Lereng Terjal (>40%) 6,04 10,25
Semak Belukar pada Sempadan Sungai 35,64 60,43
Sungai 11,60 19,68
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

62
LAPORAN ANTARA

63
Gambar 4. 19 Peta Kawasan Lindung Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

64
4.4.7 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik Wilayah Lainnya (Zona Budi Daya)
Selain menganalisis berapa banyak luasan kawasan lindung, juga turut menganalisis kawasan
budi daya eksisting di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut. Jenis kawasan budi daya
eksisting di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang paling luas adalah perkebunan
campuran dengan luas mencapai 9797,77 Ha dan yang paling rendah adalah bangunan industri
dimana hanya seluas 0,02 Ha saja. Selain perkebunan campuran, luasan tertinggi lainnya adalah
kebun campuran dan perkebunan dengan luas masing-masing 292,92 Ha dan 181,57 Ha.
Tabel 4. 25 Luas Kawasan Budi Daya Eksisting Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

Kawasan Eksisting Jenis Kawasan Eksisting Luas (Ha) %


Kawasan Budidaya
Bangunan Industri 0,02
0,00
Bangunan Kesehatan 0,06
0,00
Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,07
0,00
Bangunan Pendidikan 1,95
0,11
Bangunan Perdagangan dan Jasa 1,57
0,09
Bangunan Peribadatan 0,40
0,02
Bangunan Perkantoran 0,37
0,02
Bangunan Permukiman 20,46
1,14
Bangunan Pertahanan dan Keamanan 0,10
0,01
Bangunan Sosial 0,07
0,00
Jalan 28,83
1,61
Kebun Campuran 292,92
16,32
Kolam 6,83
0,38
Lapangan Olahraga 0,69
0,04
Pekarangan Permukiman 55,46
3,09
Perkebunan 181,57
10,12
Perkebunan Campuran 979,77
54,58
Sawah 98,57
5,49
Tegalan/Ladang 125,17
6,97
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

65
Tegalan/Ladang
Perkebunan Campuran
Pekarangan Permukiman
Kolam
Jalan
Bangunan Pertahanan dan Keamanan
Bangunan Perkantoran
Bangunan Perdagangan dan Jasa
Bangunan Pariwisata dan Hiburan
Bangunan Industri
0 200 400 600 800 1000 1200

Gambar 4. 20 Grafik Luas Kawasan Budi Daya Eksisting Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

66
Gambar 4. 21 Peta Kawasan Budi Daya Eksisting Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Luat

LAPORAN ANTARA

67
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

68
4.4.8 Analisis yang Mendukung dalam Proses Penyusunan SKL
Analisis kemampuan lahan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-
arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Analisis kemampuan lahan kawasan
perencanaan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dilakukan untuk:
1. Mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan.
2. Memperoleh gambaran potensi dan kendala masing-masing kelas kemampuan lahan.
3. Sebagai dasar penentuan: arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis
berikutnya dan rekomendasi akhir kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan.
Analisis daya dukung lahan dilakukan dengan menggunakan pedoman Permen PU No. 20 Tahun
2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya
Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang dengan metode analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
dengan teknik superimpose untuk mengetahui daya dukung lahan dan limitasi pembangunan,
meliputi (1) Analisis SKL morfologi, (2) Analisis SKL kemudahan dikerjakan, (3) Analisis SKL
kestabilan lereng, (4) Analisis SKL kestabilan pondasi, (5) Analisis SKL ketersediaan air, (6) Analisis
SKL untuk drainase, (7) Analisis SKL terhadap erosi, (8) Analisis SKL pembuangan limbah (9)
Analisis SKL terhadap bencana alam.

4.4.8.1 Analisis SKL Morfologi


Satuan Kemampuan Lahan morfologi membutuhkan masukan peta morfologi dan peta
kemiringan lereng. Tujuan dari SKL ini yaitu untuk mengtahui gambaran tingkat kemampuan
lahan untuk dibangun sebagai perkotaan dan mengetahui potensi dan kendala morfologi
masing-masing tingkatan kemampuan lahan tersebut.
Tabel 4. 26 Satuan Kemampuan Lahan Morfologi
SKL
Morfologi Lereng Hasil Pengamatan Nilai
Morfologi

Gunung/Pegunungan (Groundcheck/Survei Kemampuan lahan dari


1
dan Bukit/Perbukitan >40% Lapangan) Morfologi tinggi

Gunung/Pegunungan Kemampuan lahan dari


25 – 40% 2
dan Bukit/Perbukitan Morfologi cukup

Kemampuan lahan dari


Bukit/Perbukitan 15 – 25% 3
Morfologi sedang

Kemampuan lahan dari


Datar 2 – 15% 4
Morfologi kurang

Kemampuan lahan dari


Datar 0 - 2% 5
Morfologi rendah

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007

Kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi morfologi suatu kawasan kompleks.
Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang.
Akibatnya kemampuan pengembangannya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau

LAPORAN ANTARA

69
tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah
lindung atau budidaya yang tak berkaitan dengan kegiatan manusia, contohnya untuk wisata
alam. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologi tidak
kompleks, hal ini menandakan kondisinya relatif datar dan mudah dikembangkan. SKL morfologi
cukup masih dimungkinkan untuk pengembangan kawasan dan lahan, sedangkan lahan yang
memiliki SKL morfologi rendah sampai dengan morfologi sangat rendah merupakan lahan yang
ideal untuk pengembangan kawasan.
Tabel 4. 27 Hasil Skoring SKL Morfologi

SKL MORFOLOGI (HA)


NO DESA
CUKUP SEDANG TINGGI
1 Karya Nyata 211,99 80,04 14,35
2 Muara Danau 75,49 45,04 5,66
3 Muara Dua 36,24 25,79 -
4 Penyandingan 177,59 114,37 -
5 Perapau 17,23 28,46 0,86
6 Pulau Panggung 495,12 299,61 1,42
7 Tanah Abang 132,40 92,75 -
Grand Total 1146,05 686,05 22,29
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hail analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki SKL Morfologi
Sedang (37,00%) dengan luas 686,05 Ha, artinya kawasan ini masih dimungkinkan untuk
dikembangkan dengan menggunakan teknologi. SKL Morfologi Cukup (61,80%) dengan luas
1.146,05 Ha dimana kawasan ini masih dimungkinkan untuk pengembangan kawasan dan lahan.
SKL Morfologi Tinggi (1,20%) dengan luas 22,29 Ha dimana bentang alamnya berupa
gunung/bukit, pada kawasan atau lahan ini tidak disarankan untuk pengembangan kawasan dan
lahan.

4.4.8.2 Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan didasarkan peta geologi atau tingkat
ketebalan tanah, semakin tebal makin mudah dikerjakan dan atau sebaliknya. Lahan yang
memiliki SKL kemudahan dikerjakan sangat tinggi sampai dengan kemudahan dikerjakan tinggi
merupakan lahan yang ideal untuk pengembangan kawasan. Sedangkan lahan yang memiliki SKL
kemudahan dikerjakan sedang, masih dimungkinkan untuk pengembangan kawasan dan yang
memiliki SKL kemudahan dikerjakan rendah dan sangat rendah tidak dimungkinkan untuk
dilakukan pengembangan kawasan. Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut memiliki SKL Kemudahan Dikerjakan Sedang (85,56%) dengan luas
1.586,68 Ha dan SKL Kemudahan Dikerjakan Tinggi (14,44%) dengan luas 267,71 Ha dimana
lahan ini ideal untuk pengembangan kawasan.
Tabel 4. 28 Hasil Skoring SKL Kemudahan Dikerjakan

LAPORAN ANTARA

70
SKL KEMUDAHAN DIKERJAKAN (HA)
NO DESA
SEDANG TINGGI
1 Karya Nyata 290,89 15,49
2 Muara Danau 78,51 47,67
3 Muara Dua 54,60 7,42
4 Penyandingan 291,96 -
5 Perapau 45,69 0,86
6 Pulau Panggung 599,88 196,27
7 Tanah Abang 225,15 -
Grand Total 1586,68 267,71
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.4.8.3 Analisis SKL Kestabilan Lereng


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng artinya suatu wilayah kondisi lahannya
dapat dikatakan stabil atau tidak dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu
kawasan kestabilan lerengnya tinggi, maka kondisi wilayahnya sangat stabil untuk
pengembangan wilayah dan untuk kestabilan lereng sedang, maka kondisi wilayahnya masih
dimungkinkan untuk dilakukan pengembangan wilayah. Sedangkan untuk kestabilan lereng
rendah dan sangat rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil untuk pengembangan wilayah.
Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan
untuk bangunan atau permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk kawasan
lindung, hutan, perkebunan dan resapan air. Lahan yang memiliki satuan kemampuan lahan
(SKL) kestabilan lereng kestabilan lereng tinggi merupakan lahan yang ideal untuk
pengembangan kawasan.
Tabel 4. 29 Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng
Curah Penggunaan SKL Kestabilan
Morfologi Lereng Ketinggian Nilai
Hujan Lahan Lereng
Gunung/ >40% Tinggi (Sama) Semak, Kestabilan 1
Pegunungan Belukar, Lereng Rendah
dan Bukit/ Ladang
Perbukitan
Gunung/ 25 – 40% Cukup (Sama) Kebun, Kestabilan 2
Pegunungan Tinggi Hutan, Hutan Lereng Kurang
dan Bukit/ Belukar
Perbukitan
Bukit/ 15 – 25% Sedang (Sama) Semua Kestabilan 3
Perbukitan Lereng Sedang
Datar 2 – 15% Rendah (Sama) Semua Kestabilan 4
Datar 0 - 2% Sangat (Sama) Semua Lereng Tinggi 5
Rendah
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki SKL
Kestabilan Lereng Cukup (61,80%) dengan luas 1.146,05 Ha. SKL Kestabilan Lereng Sedang
(37,00%) dengan luas 686,05 Ha dimana kawasan ini berupa bukit atau perbukitan yang mana
sedikit cukup ideal untuk dikembangkan. SKL Kestabilan Lereng Tinggi (1,20%) dengan luas 22,29

LAPORAN ANTARA

71
Ha dimana kawasan ini sangat ideal untuk dikembangkan karena berdasarkan kelerengan lahan
ini tidak mudah longsor.
Tabel 4. 30 Hasil Skoring SKL Kestabilan Lereng

SKL KESTABILAN LERENG (HA)


NO DESA
CUKUP SEDANG TINGGI
1 Karya Nyata 211,99 80,04 14,35
2 Muara Danau 75,49 45,04 5,66
3 Muara Dua 36,24 25,79 -
4 Penyandingan 177,59 114,37 -
5 Perapau 17,23 28,46 0,86
6 Pulau Panggung 495,12 299,61 1,42
7 Tanah Abang 132,40 92,75 -
Grand Total 1146,05 686,05 22,29
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.4.8.4 Analisis SKL Kestabilan Pondasi


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi memiliki arti bahwa kondisi lahan/wilayah
yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. Satuan
kemampuan lahan (SKL) ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun.
Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja
atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah kurang stabil untuk
berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, dapat
diatasi dengan menggunakan jenis pondasi teknologi tertentu akan tetapi membutuhan biaya
yang lebih besar.
Tabel 4. 31 Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi
Penggunaan
SKL Kestabilan Lereng SKL Kestabilan Pondasi Nilai
Lahan
Kestabilan Lereng Rendah Semak, Belukar, Daya Dukung Dan Kestabilan 1
Ladang Pondasi Rendah
Kestabilan Lereng Kurang Kebun, Hutan, Daya Dukung Dan Kestabilan 2
Hutan Belukar Pondasi Kurang
Kestabilan Lereng Sedang Semua 3
Kestabilan Lereng Tinggi Semua Daya Dukung Dan Kestabilan 4
Semua Pondasi Tinggi 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki SKL
Kestabilan Pondasi Cukup (7,95%) dengan luas 147,40 Ha. WP ini didominasi oleh SKL Kestabilan
Pondasi Sedang (91,33%) dengan luas 1.693,60 Ha dimana kawasan ini memiliki kestabilan
lereng kurang stabil namun dapat diatasi dengan menggunakan jenis pondasi teknologi tertentu
akan tetapi membutuhkan biaya pondasi yang lebih besar daripada biasanya. SKL Kestabilan
Pondasi Tinggi (0,72%) dengan luas 13,88 Ha dimana kawasan ini akan stabil untuk pondasi
bangunan jenis apapun.
Tabel 4. 32 Hasil Skoring SKL Kestabilan Pondasi

LAPORAN ANTARA

72
SKL KESTABILAN PONDASI (HA)
NO DESA
CUKUP SEDANG TINGGI
1 Karya Nyata 8,53 290,89 6,96
2 Muara Danau 21,07 99,55 5,56
3 Muara Dua 1,51 60,52 -
4 Penyandingan - 291,96 -
5 Perapau 0,86 45,69 -
6 Pulau Panggung 115,44 679,85 0,86
7 Tanah Abang - 225,15 -
Grand Total 147,40 1693,60 13,38
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.4.8.5 Analisis SKL Ketersediaan Air


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air didasarkan pada peta geohidrologi yang
akan memperlihatkan ketersediaan air tanah pada suatu kawasan. Ketersediaan air dilihat
berdasarkan kondisi morfologi, kemiringan lereng, geologi dan geohidrologi, klimatologi, serta
penggunaan lahan Ketersediaan air sangat tinggi artinya ketersediaan air tanah dalam dan
dangkal cukup banyak. Sementara ketersediaan air sedang artinya air tanah dangkal tak cukup
banyak, tapi air tanah dalamnya banyak.
Tabel 4. 33 Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air

Morfologi Lereng Penggunaan Lahan Skl Drainase Nilai


Gunung/Pegunungan >40% Semak, Belukar, Ladang Ketersediaan air sangat 1
dan Bukit/Perbukitan rendah
Gunung/Pegunungan 25 – 40% Kebun, Hutan, Hutan Ketersediaan air rendah 2
dan Bukit/Perbukitan Belukar
Bukit/Perbukitan 15 – 25% Semua Ketersediaan air sedang 3
Datar 2 – 15% Semua Ketersediaan air tinggi 4
Datar 0 - 2% Semua 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki SKL
Ketersediaan Air Kurang dengan luas 1.854,39 Ha, artinya kawasan ini sedikit minim akan
ketersediaan air tanah dalam untuk mendapatkannya. Dari hasil analisis dapat disimpulkan
bahwa ketersediaan air tanah di WP Semende Darat Luat masih cukup baik.
Tabel 4. 34 Hasil Skoring SKL Ketersediaan Air

SKL KETERSEDIAAN AIR


NO DESA
KURANG
1 Karya Nyata 306,38
2 Muara Danau 126,18
3 Muara Dua 62,03
4 Penyandingan 291,96
5 Perapau 46,55
6 Pulau Panggung 796,15

LAPORAN ANTARA

73
7 Tanah Abang 225,15
Grand Total 1854,39
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

74
Gambar 4. 22 Peta SKL Morfologi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

75
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

76
Gambar 4. 23 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

77
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

78
Gambar 4. 24 Peta SKL Kestabilan Lereng WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

79
Gambar 4. 25 Peta SKL Kestabilan Pondasi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

80
Gambar 4. 26 Peta SKL Ketersediaan Air WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

81
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

82
4.4.8.6 Analisis SKL Terhadap Drainase
Analisis Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Drainase bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan
baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari. Drainase berkaitan dengan aliran air, serta
mudah tidaknya air mengalir. SKL drainase tinggi merupakan kawasan dengan aliran air mudah
untuk mengalir atau mengalir dengan lancar, sedangkan drainase kurang berarti aliran air sulit
dan mudah tergenang.
Tabel 4. 35 Satuan Kemampuan Lahan Drainase
Topografi/ Penggunaan
Morfologi Lereng SKL Drainase Nilai
Ketinggian Lahan
Gunung/Pegunungan dan >40% Tinggi Semak, Belukar, Drainase Tinggi 5
Bukit/Perbukitan Ladang
Gunung/Pegunungan dan 25 – 40% Cukup Tinggi Kebun, Hutan, 4
Bukit/Perbukitan Hutan Belukar
Bukit/Perbukitan 15 – 25% Sedang Semua Drainase Cukup 3
Datar 2 – 15% Rendah Semua Drainase Kurang 2
Datar 0 - 2% Sangat Semua 1
Rendah
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut didominasi dengan SKL
Terhadap Drainase Cukup dengan luas 1.854,39 hektar, artinya lahan ini memiliki kelerengan
sedang sehingga dapat mengalirkan air hujan/buangan dengan cepat.
Tabel 4. 36 Hasil Skoring SKL Terhadap Drainase

SKL DRAINASE
NO DESA
CUKUP
1 Karya Nyata 306,38
2 Muara Danau 126,18
3 Muara Dua 62,03
4 Penyandingan 291,96
5 Perapau 46,55
6 Pulau Panggung 796,15
7 Tanah Abang 225,15
Grand Total 1854,39
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.4.8.7 Analisis SKL Terhadap Erosi


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi bertujuan untuk mengetahui daerah- daerah
yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap
erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Lahan yang memiliki satuan
kemampuan lahan (SKL) erosi tidak ada erosi sampai dengan SKL erosi sangat rendah merupakan
lahan yang ideal untuk pengembangan kawasan atau aman dari erosi tanah. Sedangkan lahan
yang memiliki satuan kemampuan lahan (SKL) erosi cukup tinggi sampai dengan SKL erosi tinggi
merupakan lahan yang kurang direkomendasikan untuk pengembangan kawasan karena lahan
ini rentan terhadap erosi tanah.

LAPORAN ANTARA

83
Tabel 4. 37 Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi
Nila
Morfologi Lereng Penggunaan Lahan SKL Erosi
i
Gunung/Pegunungan dan >40% Semak, Belukar, Ladang Erosi Tinggi 1
Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan dan 25 – 40% Kebun, Hutan, Hutan Erosi Cukup Tinggi 2
Bukit/Perbukitan Belukar
Bukit/Perbukitan 15 – 25% Semua Erosi Sedang 3
Datar 2 – 15% Semua Erosi Sangat Rendah 4
Datar 0 - 2% Semua Tidak Ada Erosi 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut didominasi oleh SKL
Terhadap Erosi Cukup (68,77%) dengan luas 1.275,27 Ha. SKL Terhadap Erosi Tinggi (31,23%)
dengan luas 579,12 Ha dimana lahan ini kurang direkomendasikan untuk pengembangan
kawasan dikarenakan kerentanan erosi tanah cukup tinggi.
Tabel 4. 38 Hasil Skoring SKL Terhadap Erosi

SKL TERHADAP EROSI (HA)


NO DESA
CUKUP TINGGI
1 Karya Nyata 226,34 80,04
2 Muara Danau 102,19 24,00
3 Muara Dua 42,15 19,87
4 Penyandingan 177,59 114,37
5 Perapau 18,09 28,46
6 Pulau Panggung 576,52 219,64
7 Tanah Abang 132,40 92,75
Grand Total 1275,27 579,12
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.4.8.8 Analisis SKL Pembuangan Limbah


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah untuk mengetahui daerah- daerah yang
mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah
padat maupun limbah cair. Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut memiliki SKL Pembuangan Limbah Kurang (3,44%) dengan luas 63,71 Ha dimana morfologi
kawasan ini berupa perbukitan dan pegunungan. SKL Pembuangan Limbah Rendah (0,07%)
dengan luas 1,22 Ha. SKL Pembuangan Limbah Sedang (96,50%) dengan luas 1.789,45 Ha dimana
lahan ini selain memiliki kelerengansedang juga mampu melakukan proses pengolahan limbah
di tempat.
Tabel 4. 39 Hasil Skoring SKL Pembuangan Limbah

SKL TERHADAP PEMBUANGAN LIMBAH (HA)


NO DESA
KURANG RENDAH SEDANG
1 Karya Nyata 15,39 1,22 289,76
2 Muara Danau 8,54 - 117,64

LAPORAN ANTARA

84
SKL TERHADAP PEMBUANGAN LIMBAH (HA)
NO DESA
KURANG RENDAH SEDANG
3 Muara Dua 1,39 - 60,63
4 Penyandingan 5,32 - 286,63
5 Perapau 1,42 - 45,13
6 Pulau Panggung 30,40 - 765,75
7 Tanah Abang 1,24 - 223,91
Grand Total 63,71 1,22 1789,45
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.4.8.9 Analisis SKL Terhadap Bencana Alam


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Bencana Alam bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dan korban akibat bencana tersebut. Deskriptif tiap tingkat
kemampuan lahan terhadap bencana alam (daerah rawan dan kecenderungan terkena bencana
serta bahaya ikutan dari bencana tersebut). Lahan yang memiliki satuan kemampuan lahan (SKL)
bencana alam kurang merupakan lahan yang memiliki potensi untuk pengembangan kawasan.
Sedangkan lahan dengan SKL bencana alam tinggi harus menerapkan teknologi untuk
mengurangi ancaman bencana.
Tabel 4. 40 Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Bencana
Topografi/ Nila
Morfologi Lereng Penggunaan Lahan SKL Bencana Alam
Ketinggian i
Gunung/Pegunungan >40% Tinggi Semak, Belukar, Ladang Potensi Bencana Alam Tinggi 5
dan Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan 25 – 40% Cukup Tinggi Kebun, Hutan, Hutan 4
dan Bukit/Perbukitan Belukar
Bukit/Perbukitan 15 – 25% Sedang Semua Potensi Bencana Alam Cukup 3
Datar 2 – 15% Rendah Semua Potensi Bencana Alam Kurang 2
Datar 0 - 2% Sangat Rendah Semua 1
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki kriteria SKL
Terhadap Bencana Alam Sedang (100%) dengan luas 1.853,97 Ha dimana kawasan ini memiliki
potensi bencana alam sehingga diperlukan kajian pada saat melakukan pembangunan serta
pemenuhan terhadap rencana lokasi tempat evakuasi sementara, tempat evakuasi akhir, dan
jalur evakuasi.
Tabel 4. 41 Hasil Skoring SKL Terhadap Bencana Alam

SKL TERHADAP BENCANA (HA)


NO DESA
SEDANG
1 Karya Nyata 306,38
2 Muara Danau 126,18
3 Muara Dua 62,03
4 Penyandingan 291,96
5 Perapau 46,55
6 Pulau Panggung 796,15

LAPORAN ANTARA

85
SKL TERHADAP BENCANA (HA)
NO DESA
SEDANG
7 Tanah Abang 225,15
Grand Total 1854,39
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

86
LAPORAN ANTARA

87
Gambar 4. 27 Peta SKL Drainase WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

88
LAPORAN ANTARA

89
Gambar 4. 28 Peta SKL Drainase WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

90
LAPORAN ANTARA

91
Gambar 4. 29 Peta SKL Pembuangan Limbah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

92
LAPORAN ANTARA

93
Gambar 4. 30 Peta SKL Terhadap Bencana Alam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

94
4.4.8.10 Analisis Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan merupakan kesimpulan dari hasil analisis satuan kemampuan lahan
yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis satuan kemampuan lahan tersebut dilakukan suatu
pembobotan sehingga diperoleh point dari masing-masing zona (range) pengembangan
kawasan perkotaan. Analisis satuan kemampuan lahan digunakan untuk memperoleh gambaran
tingkat kemampuan lahan di WP Perkotaan Kecamatan Muara Enim dengan menggunakan
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20
Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial
Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Adapun pembobotan yang dimaksud
sebagaimana dijelaskan di dalam Permen PU No. 20 tahun 2007 tentang Teknik Analisis Aspek
Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang adalah
sebagai berikut.
Tabel 4. 42 Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan

NO. SATUAN KEMAMPUAN LAHAN BOBOT


1 SKL Morfologi 5
2 SKL Kemudahan Dikerjakan 1
3 SKL Kestabilan Lereng 5
4 SKL Kestabilan Pondasi 3
5 SKL Ketersediaan Air 5
6 SKL Terhadap Erosi 3
7 SKL Untuk Drainase 5
8 SKL Pembuangan Limbah 0
9 SKL Terhadap Bencana Alam 5
Sumber: Permen PU Nomor 20 Tahun 2007

Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai, tetapi
memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan lahan, yang
merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atau tidak. Dengan demikian
apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai selang nilai cukup tinggi, tetapi karena
mempunyai nilai terendah dan menentukan, maka mungkin saja kelas kemampuan lahannya
tidak sama dengan daerah lain yang memiliki nilai kemampuan lahan yang sama.
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan ini merupakan penjumlahan nilai dikalikan dengan
bobot dengan cara:
1. Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil
pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh peta
jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
2. Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid, kemudian
memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan lahan ke dalam
grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan adalah tetap
dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh
satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang sama.
Dari total nilai yang dihasilkan, dibuat ke dalam beberapa kelas yang memperhatikan nilai
minimum dan maksimum total nilai. Dari nilai tersebut, nilai minimum yang mungkin didapat
adalah 32, sedangkan nilai maksimum yang mungkin didapat adalah 160. Setiap kelas lahan

LAPORAN ANTARA

95
memiliki kemampuan lahan yang berbeda-beda seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 43 Pembobotan Kelas Kemampuan Lahan
KELAS
TOTAL NILAI KUALIFIKASI PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN LAHAN
32-58 KELAS A Kemampuan pengembangan sangat rendah
59-83 KELAS B Kemampuan pengembangan rendah
84-109 KELAS C Kemampuan pengembangan sedang
110-134 KELAS D Kemampuan pengembangan agak tinggi
135-160 KELAS E Kemampuan pengembangan sangat tinggi
Sumber: Permen PU Nomor 20 Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
didominasi oleh kemampuan lahan pengembangan cukup, hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar wilayah di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ideal untuk dikembangkan
khususnya menjadi kawasan terbangun, namun begitu tetap perlu memperhatikan kaidah
perencanaan agar tetap seimbang secara ekologis.

LAPORAN ANTARA

96
LAPORAN ANTARA

97
Gambar 4. 31 Peta Kemampuan Lahan WP Perkotaan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

98
4.5 Analisis Sosial Budaya

Sosial budaya merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan dari sasaran pembangunan
manusia seutuhnya. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan
di berbagai sektor pembangunan lainnya. Kecamatan Semende Darat Laut merupakan salah satu
kawasan strategis yang dilihat dari sudut kepentingan sosial budaya berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038. Kawasan starategis dari sudut kepentingan sosial dan
budaya yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis kabupaten dengan kepentingan sosial budaya
daerah. Dimana kawasan stategis Kabupaten merupakan wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten.
Rumah Adat Semendo atau Rumah Baghli Semendo dijadikan situs cagar budaya Rumah
Tradisional Semendo dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,
selain itu juga kebijakan ini didukung oleh Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 2
Tahun 2021 tentang Arsitektur Bangunan Gedung Beroernamen Jati Diri Budaya di Sumatera
Selatan. Rumah Tradisional Semendo di Kecamatan Semende Darat Laut yaitu kawasan cagar
budaya rumah adat khas semendo yang terdapat di Desa Pulau Panggung atau lebih tepatnya
berada di SWP A blok A.2. Pengelolaan Rumah Tradisional Semendo ini berada dibawah
pengelolaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.
Dalam rangka melestarikan kearifan lokal rumah adat semendo, diperlukan untuk
mempertahankan kekhasan bangunan pada beberapa kawasan di wilayah perencanaan.

Gambar 4. 32 Foto Rumah Tradisional Semendo

LAPORAN ANTARA

99
Gambar 4. 33 Peta Lokasi Rumah Adat Semendo di Desa Pulau Panggung

4.6 Analisis Kependudukan

4.6.1 Identifikasi dan Proyeksi Penduduk


Proyeksi jumlah penduduk merupakan perkiraan jumlah penduduk di masa mendatang.
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk sangat penting dilakukan untuk memprediksi kebutuhan
sarana dan prasarana di suatu daerah, khususnya di Kecamatan Semende Darat Laut dlaam
kurun waktu tertentu. Dalam melakukan perhitungan harus memperhatikan perkembangan
jumlah penduduk masa lampau, kecenderungan, arahan tata guna lahan, dan ketersediaan lahan
untuk menampung perkembangan jumlah penduduk. Berikut beberapa metode statistik yang
dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Semende Darat
Laut:
● Metode Geometri;
● Metode Eksponensial; dan
● Metode Aritmatik.
Dari jenis metode proyeksi penduduk yang ada dipilih salah satu metode yang paling sesuai
dengan pola pertumbuhan penduduk Kecamatan Semende Darat Laut. Penentuan metode
dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi metode proyeksi penduduk. Uji koefisien
determinasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan garis regresi yang terbentuk dalam mewakili
kelompok data. Pada jenis data time series semakin besar nilai koefisien determinasinya maka

LAPORAN ANTARA

100
semakin tepat model persamaannya. Metode eksponensial terpilih sebagai metode yang
digunakan dalam proyeksi jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut dikarenakan nilai MSE (Mean Squared Error) yang paling rendah dibandingkan dengan
metode lainnya.
Tabel 4. 44 Nilai Uji Determinasi Eror Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut
METOD EKSPONENSIA GEOMETR
E L I ARITMATIK
n 10
MAD 68,76 56,38 81,94
MSE 6272,09 9218,62 9218,62
RMSE 79,20 96,01 96,01
MAPE 5,02 6,80 6,80
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel 4. 45 Proyeksi Penduduk Kecamatan Semende Darat Laut 2019-2023


No Proyeksi Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Desa
. 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2032 2037 2042
1 Muara Dua 1414 1529 1653 1787 1932 2089 3086 4558 6733
2 Pulau Panggung 4991 5396 5833 6307 6819 7372 10889 16086 23761
3 Muara Danau 1146 1239 1340 1449 1566 1693 2501 3695 5457
4 Penyandingan 1388 1500 1622 1754 1896 2050 3028 4473 6607
5 Tanah Abang 1648 1782 1926 2083 2252 2434 3596 5312 7846
6 Karya Nyata 1289 1394 1507 1629 1761 1904 2813 4155 6137
7 Perapau 615 665 719 778 841 909 1343 1984 2930
Perkotaan Kec.
12491 13504 14600 15785 17066 18451 27255 40261 59472
Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Kecamatan


Semende Darat Laut hingga 20 (dua puluh) tahun ke depan, Desa Pulau Panggung menjadi desa
yang memiliki jumlah penduduk tertinggi baik di tahun 2022 maupun hingga akhir tahun proyeksi
yaitu tahun 2042. Berikut ini adalah data grafis proyeksi jumlah penduduk di Kawasan Perkotan
Kecamatan Semende Darat Laut dari tahun 2022 hingga tahun 2042.

25000
20000
15000
10000
5000
0
Penyandingan

Karya Nyata
Muara Danau
Pulau Panggung

Perapau
Tanah Abang
Muara Dua

1 2 3 4 5 6 7

2022 2027 2032 2037 2042

Gambar 4. 34 Grafik Proyeksi Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

101
Sumber: Hasil Analisis, 2022
4.6.2 Penyebaran atau Distribusi Penduduk
Kepadatan penduduk dihitung berdasarkan jumlah penduduk suatu daerah per luas wilayah
daerah tersebut, sehingga dapat diketahui kepadatan penduduk dalam satuan jiwa/ha. Adapun
ketentuan dalam klasifikasi untuk tingkat kepadatan penduduk di pekrotaan berdasarkan SNI 03-
1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Kepadatan
penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut pada tahun 2020 berpusat di Desa Penyandingan
dengan kepadatan sebesar 321 jiwa/km2. Adapun desa yang memiliki tingkat kepadatan
terendah yaitu Desa Karya Nyata dengan kepadatan sebesar 48 jiwa/km2. Berikut ini adalah data
mengenai kepadan jumlah penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut pada tahun 2020.
Tabel 4. 46 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2020
No Kepadatan
Desa Klasifikasi
. Penduduk (km2)
1 Muara Dua 61 Rendah
2 Pulau Panggung 95 Rendah
3 Muara Danau 49 Rendah
4 Penyandingan 321 Tinggi
5 Tanah Abang 102 Rendah
6 Karya Nyata 48 Rendah
7 Perapau 55 Rendah
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2021 dan Hasil Analisis 2022

Gambar 4. 35 Peta Kepadatan Penduduk WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

102
4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan

4.7.1 Karakteristik Perekonomian Wilayah


Pada analisis ekonomi dan sektor unggulan, Kecamatan Semende Darat Laut merupakan salah
satu kecamatan yang mengalami perkembangan pada sektor ekonomi dilihat dari beberapa
sekor unggulan yang dimiliki oleh kecamatan ini, pada analisis ekonomi dilihat berdasarkan data
perekonomian Kabupaten Muara Enim yakni menggunakan data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Muara Enim atas dasar harga konstan sebagai acuan pertumbuhan
ekonomi di Kecamatan Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim. Selain itu, untuk
mengetahui komoditas unggulan yang berada di Kecamatan Semende Darat Laut dilihat
berdasarkan data statistik komoditas pertanian dan komoditas perkebunan, dikarenakan pada
sektor tersebut produksi komoditi yang dihasilkan cukup besar bagi kontribusi Kecamatan
Semende Darat Laut. Perkebunan merupakan lapangan usaha terbesar di daerah ini. Sebagian
besar penduduk menggantungkan hidupnya dari usaha perkebunan rakyat, dengan tanaman
utamanya berupa kopi.
Tabel 4. 47 Produksi Komoditas di Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2019-2020
Produksi Kec. SDL (ton)
No. Uraian
2019 2020
A Sayuran
1 Cabai Besar 1520,00 1633,00
2 Buncis 650,00 455,00
3 Kacang Panjang 40,00 30,00
4 Tomat 2950,00 850,00
B Buah-buahan
1 Durian 1200,80 752,70
2 Mangga 5,00 2,10
3 Nangka 6,00 0,50
4 Pepaya 36,10 26,20
5 Pisang 5,40 1,70
6 Sirsak 7,90 4,80
7 Sukun 3,80 1,20
C Biofarmaka
1 Jahe 1,06 1,82
2 Kencur 0,92 1,34
3 Kunyit 0,73 2,29
4 Lengkuas 3,44 2,23
5 Temulawak 0,08 0,37
D Perkebunan
1 Kelapa 25,75 25,75
2 Karet 956,34 956,34
3 Kopi 11732,00 11835,00
4 Kakao 34,00 34,00
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2021 & 2020

Sesuai letaknya yaitu di dataran tinggi rangkaian bukit barisan yang merupakan kawasan hulu
sungai, daerah ini mempunyai potensi air yang cukup untuk mengairi areal persawahan. Namun

LAPORAN ANTARA

103
demikian, potensi lahan kering tetap paling dominan, sehingga dukungan lahan bukan sawah
(lahan kering) menjadi sangat besar dalam pengembangan usaha tani di daerah ini, yang kelak
menghantarkan daerah ini menjadi daerah perkebunan. Berdasarkan hasil analisis pemetaan
mengenai tutupan lahan.
Tabel 4. 48 Luas Lahan Sawah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
No. Desa Luas Sawah (Ha)
1 Muara Danau 14,67
2 Muara Dua 3,12
3 Penyandingan 14,80
4 Perapau 15,65
5 Pulau Panggung 38,89
6 Tanah Abang 12,89
Total
Sumber: Hasil Analisis Tutupan Lahan, 2022

Pertanian tanaman pangan di Kecamatan Semende Darat Laut mempunyai warna tersendiri.
Daerah ini memiliki potensi lahan sawah dalam jumlah cukup luas untuk mendukung
pengembangan usaha tani rakyat di bidang tanaman pangan yang meliputi padi, palawija dan
hortikultura. Namun, potensi ini baru dimanfaatkan untuk tanaman padi, sementara
pemanfaatan untuk palawija dan hortikultura belum maksimal. Luas LP2B di Kawasan Perkotaan
Semende Darat Laut berdasarkan hasil analisis pemetaan, terdapat lebih kurang 104,70 hektar
area LP2B yang mana semua desa dalam WP memiliki lahan LP2B tersebut.
Tabel 4. 49 Luas Lahan LP2B WP Perkotaan Semende Darat Laut

No. Desa Luas (Ha)


1 Muara Danau 15,25
2 Muara Dua 3,84
3 Penyandingan 21,77
4 Perapau 14,37
5 Pulau Panggung 39,96
6 Tanah Abang 9,52
Total 104,70
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.7.2 Basis Sektor Unggulan


Berdasarkan data PDRB selama 5 tahun berturut – turut sektor perekonomian unggulan yang
menjadi peran terbesar pembangkit perekonomian di Kabupaten Muara Enim adalah kategori
lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Sektor lainnya yang juga berkontribusi cukup
baik terhadap perekonomian Kabupaten Muara Enim adalah sektor Industri pengolahan, sektor
pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta sektor perdagangan besar dan eceran, koperasi mobil
dan sepeda motor dan sektor konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari peranan masing-masing
lapangan usaha terhadap PDRB Kabupaten Muara Enim.
Dalam PP No. 13 Tahun 2017 tentang RTRWN telah menetapkan Kabupaten Muara Enim sebagai

LAPORAN ANTARA

104
Kawasan Andalan Nasional dengan sektor unggulan yaitu pertanian, pertambangan dan
perkebunan, industri, panas bumi, minyak dan gas bumi. Mengingat bahwa Kecamatan Muara
Enim merupakan ibu kota dari Kabupaten Muara Enim maka arahan dari RTRWN ini perlu
menjadi pertimbangan dalam merusmuskan pengembangan kawasan perkotaan Muara Enim
dapat mendukung kawasan andalan tersebut.
Setiap daerah memiliki usaha untuk mencukupi kebutuhan dan mengembangkan potensinya, hal
ini menyebabkan adanya kekurangan dan kelebihan barang antar daerah yang menyebabkan
terjadinya kegiatan ekspor impor antar daerah. Potensi ekonomi suatu daerah dapat dilihat
berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ). LQ adalah teori basis ekonomi yang
intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah
maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan
pendapatan bagi daerah. Nilai LQ dapat memberikan gambaran apakah daerah yang diteliti telah
mengalami keseimbangan atau belum dalam kegiatan tertentu. Secara lebih jelas indikasi
berdasarkan nilai LQ adalah sebagai berikut:
● LQ > 1 : memberikan arti daerah yang diselediki memiliki potensi ekspor dalam kegiatan
tertentu (memiliki sektor basis).
● LQ < 1 : memberikan arti daerah yang diselidiki memiliki kecenderungan impor dari
daerah lain dalam kegiatan tertentu (memiliki sektor non basis).
● LQ = 1 : memberikan arti daerah yang diselidiki telah mencukupi dalam kegiatan tertentu
(seimbang).
Berdasarkan hasil analisis LQ Kecamatan Semende Darat Laut, sektor unggulan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah diantaranya adalah komoditas sayuran, buah-buahan (durian & jeruk
siam), tanaman biofarmaka (jahe, kencur, & temulawak), perkebunan (kopi & kakao) dengan
masing-masing nilai LQ > 1.
Tabel 4. 50 Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2019-2020
Produksi Kab. Muara Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas Keteranga
No. Uraian Enim (ton) (ton)
n
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 Cabai Besar 3149,90 2113,00 1520,00 1633,00 6,00 10,14 Basis
2 Kacang Panjang 1860,10 1324,80 650,00 455,00 4,35 4,50 Basis
3 Tomat 259,00 60,00 40,00 30,00 1,92 6,56 Basis
4 Durian 6033,60 1245,90 2950,00 850,00 6,08 8,95 Basis
5 Jeruk Siam 2998,30 1787,80 1200,80 752,70 4,98 5,52 Basis
6 Mangga 1301,70 418,30 5,00 2,10 0,05 0,07 Non Basis
7 Nangka 956,10 561,20 6,00 0,50 0,08 0,01 Non Basis
8 Pepaya 1631,70 1053,00 36,10 26,20 0,28 0,33 Non Basis
9 Pisang 21998,60 7943,50 5,40 1,70 0,00 0,00 Non Basis
10 Sirsak 114,30 74,60 7,90 4,80 0,86 0,84 Non Basis
11 Sukun 260,70 199,80 3,80 1,20 0,18 0,08 Non Basis
12 Jahe 11,86 7,65 1,06 1,82 1,11 3,12 Basis
13 Kencur 20,39 11,33 0,92 1,34 0,56 1,55 Basis
14 Kunyit 104,40 55,87 0,73 2,29 0,09 0,54 Non Basis
15 Lengkuas 68,44 57,46 3,44 2,23 0,62 0,51 Non Basis

LAPORAN ANTARA

105
Produksi Kab. Muara Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas Keteranga
No. Uraian Enim (ton) (ton)
n
2019 2020 2019 2020 2019 2020
16 Temulawak 4,59 3,66 0,08 0,37 0,23 1,34 Basis
17 Kelapa 1172,63 1172,63 25,75 25,75 0,27 0,29 Non Basis
18 Karet 169658,2 171928,57 956,34 956,34 0,07 0,07 Non Basis
19 Kopi 26948,00 27796,00 11732 11835 5,42 5,58 Basis
20 Kakao 114,00 114,00 34,00 34,00 3,71 3,91 Basis
19179,3 16616,3
Total
238666,50 217929,07 2 5 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Komoditas di Kecamatan Semende Darat Laut yang berpengaruh langsung terhadap


perekonomian Kabupaten Muara Enim diantaranya adalah komoditas sayuran, buah-buahan
(durian & jeruk siam), tanaman biofarmaka (jahe, kencur, & temulawak), perkebunan (kopi &
kakao). Hal ini sejalan dengan arah pengembangan eksisting Kecamatan Semende Darat Laut
yang mengembangkan hasil pertanian dan perkebunan terutama kopi. Komoditas-komoditas
basis tersebut memiliki kontribusi baik sekaligus menjadi pendorong perekonomian internal
Kecamatan Semende Darat Laut dan perekonomian Kabupaten Muara Enim.

018
016
014
012
010
008
006
004
002
000

2019 2020

Gambar 4. 36 Grafik Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2019-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Jika dilihat secara lebih mikro, Kecamatan Semende Darat Laut memiliki sektor unggulan berupa
sektor perkebunan yaitu kopi, serta sektor pertanian yaitu pertanian lahan basah dan kering.
Kopi hasil dari perkebunan di Semende Darat Laut sudah pernah di ekspor ke negara tetangga
yaitu Singapura. Beberapa prestasi kopi semende yaitu masuk ke dalam Sertifikasi Indikasi
Geografi pada tahun 2016, dan pernah masuk dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia.
Kecamatan Semende Darat Laut berada di kawasan Bukit Barisan Sumatera dengan ketinggian
lebih kurang 800 hingga 1.600 mpdl dan kemiringan mencapai 45%. Hal inilah yang menjadikan

LAPORAN ANTARA

106
Kecamatan Semende Darat Laut menjadi wilayah yang subur dan dapat ditumbuhi dengan
berbagai jenis tanaman salah satunya perkebunan kopi. Kawasan semende juga sudah
ditetapkan sebagai kawasan perkebunan nasional untuk komoditas kopi berdaasarkan Kepmen
Pertanian Nomor 46/KPTS/PD.300/1/2015.
Petani di Kecamatan Semende Darat Laut menanam beberapa jenis kopi, tetapi jenis kopi
terbanyak yang ditanam adalah jenis robusta dan arabika. Berdasarkan hasil cita rasa dari
berbagai sampel dengan proses pengeringan yang dilaksanakan pada tahun 2014 lalu, kopi
robusta di Semende Darat Laut memiliki skor terbaik dengan angka 78,75 sampai 81,36 yang
mana memenuhi kategori sebagai speciality grade atau kopi dengan grade tertinggi
(AntaraNews, 2019).
Setelah melakukan analisis LQ komoditas Kecamatan Semende Darat Laut terhadap Kabupaten
Muara Enim, dilakukan pula analisis LQ komoditas Kecamatan Semende Darat Laut terhadap
Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil analisis LQ Kecamatan Semende Darat Laut
terhadap produksi komoditas pada level Provinsi Sumatera Selatan, sektor unggulan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah diantaranya adalah komoditas sayuran (cabai besar dan kacang
panjang) dan perkebunan (kopi & kakao) dengan masing-masing nilai LQ > 1.

040
035
030
025
020
015
010
005
000

2019 2020

Gambar 4. 37 Grafik Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2019-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel 4. 51 Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2019-2020
Produksi Prov. Sumsel Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas Keteranga
No. Uraian (ton) (ton)
n
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 Cabai Besar 111487,60 11013,50 1520,00 1633,00 2,74 33,26 Basis
2 Kacang Panjang 9755,00 8925,90 650,00 455,00 13,41 11,44 Basis
3 Tomat 12487,10 9638,00 40,00 30,00 0,64 0,70 Non Basis
4 Durian 420476,00 293502,00 2950,00 850,00 1,41 0,65 Non Basis
5 Jeruk Siam 303762,00 545971,00 1200,80 752,70 0,80 0,31 Non Basis

LAPORAN ANTARA

107
Produksi Prov. Sumsel Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas Keteranga
No. Uraian (ton) (ton)
n
2019 2020 2019 2020 2019 2020
6 Mangga 237595,00 127850,00 5,00 2,10 0,00 0,00 Non Basis
8 Pepaya 178170,00 242458,00 36,10 26,20 0,04 0,02 Non Basis
1431102,0 1104987,0
9 Pisang 0 0 5,40 1,70 0,00 0,00 Non Basis
10 Jahe 1348,63 3964,94 1,06 1,82 0,16 0,10 Non Basis
11 Kencur 604,69 1181,59 0,92 1,34 0,31 0,25 Non Basis
12 Kunyit 2003,19 1779,47 0,73 2,29 0,07 0,29 Non Basis
13 Temulawak 108,30 119,33 0,08 0,37 0,16 0,70 Non Basis
14 Kelapa 55367 57570 25,75 25,75 0,09 0,10 Non Basis
15 Karet 905789 1121603 956,34 956,34 0,21 0,19 Non Basis
16 Kopi 181294,00 191081,00 11732 11835 13,02 13,90 Basis
17 Kakao 3943,00 4167,00 34,00 34,00 1,74 1,83 Basis
3855292,5 3725811,7 19158,1 16607,6
Total
1 3 9 1 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.8 Analisis Transportasi

4.8.1 Analisis Sistem Kegiatan


Sistem kegiatan yaitu penduduk dengan kegiatannya (demand system). Penduduk dengan
kegiatannya akan dipengaruhi tata guna lahan yang ada misalnya permukiman, pendidikan,
perbelanjaan, perkantoran, dan lain-lain. Masing-masing tata guna lahan tersebut, akan
menghasilkan pola kegiatan berupa pergerakan orang maupun barang. Makin tinggi kuantitas
dan kualitas penduduk dengan kegiatannya, makin semakin tinggi pula pergerakan yang
dihasilkan, baik dari segi jumlah (volume), frekuensi, jarak, moda, maupun tingkat pemusatan
temporal dan/atau spasial.
Berdasarkan hasil survei hasil lapangan, dapat diketahui terdapat beberapa kegiatan yang
mengakibatkan pergerakan orang maupun barang seperti seperti perdagangan dan jasa. Adapun
kegiatan-kegiatan lain yang berkembang yaitu permukiman dan perkebunan, adapun kegiatan-
kegiatan lain yang berada di lingkungan perumahan yang di dalamnya terdapat warung, toko,
dan lain sebagainya. Hal ini akan menimbulkan dampak tentunya bagi kegiatan dominan, karena
kawasan perumahan sebagai fungsi hunian mempunyai karakteristik tenang, sedangkan
kegiatan yang berkembang mempunyai kualitas ruang yang berbeda dengan yang diharapkan.

LAPORAN ANTARA

108
Gambar 4. 38 Kegiatan Perdagangan dan Jasa di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

4.8.2 Analisis Sistem Jaringan


Pergerakan manusia atau barang memerlukan sarana atau prasarana transportasi. Perangkat
keras (hardware) sebagai sarana transportasi yang diperlukan adalah jaringan jalan yang telah
ditetapkan pada masing-masing ruas jalan antara lain; bahu jalan, lebar jalan, tempat parkir,
trotoar, tempat penyebrangan, halte dan terminal angkutan umum. Sedangkan perangkat lunak
(software) sebagai sarana yang diperlukan adalah undang-undang dan peraturan lalu lintas yang
terkait dengan lalu lintas. Keberadaan sarana transportasi didukung oleh adanya moda
transportasi berupa kendaraan roda dua, roda empat, bus dan armada angkutan umum.
Perangkat penunjang lainnya adalah median, lampu lalu lintas, marka serta rambu jalan.
Untuk mendukung arah pergerakan transportasi dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut, diperlukan jaringan jalan agar dapat menciptakan keterpaduan perkembangan sosial
ekonomi, maka pembentukan keterkaitan (linkage) antar pusat pelayanan menjadi penting.
Dalam hal ini diperlukan pembentukan jaringan jalan yang menghubungkan pusat-pusat
pelayanan. WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut sendiri sistem jaringan jalannya
belum dapat dikatakan sudah menghubungkan pusat layanan dengan pusat-pusat lainnya. Tidak
seluruh kawasan yang ada dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dapat
terjangkau walaupun ada beberapa jalan yang ada kondisinya tidak cukup baik dan bahkan ada
yang dalam kondisi rusak parah.
Selain kurang baiknya aksesibilitas antardesa, jalan dalam keadaan rusak, masalah lain yang juga
perlu direncanakan kedepannya adalah drainase. Kondisi eksisting ketersediaan drainase pada
ruas jalan masih belum baik dan masih banyak ruas jalan yang tidak memiliki drainase. Saluran
drainase merupakan salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan yang berfungsi untuk
mengalirkan air yang dapat mengganggu pengguna jalan dan menjaga badan jalan tetap kering
untuk menghindari kerusakan jalan. Saluran drainase merupakan salah satu persyaratan teknis
prasarana jalan. karena badan jalan yang sedikit dipakai untuk kebutuhan parkir kendaraan
terutama hunian yang tidak memiliki bagasi parkir kendaraan selalu memanfaatkan badan jaan
untuk memarkirkan kendaraannya pada waktu tertentu, hal ini memungkinkan beban jalan di
sepanjang jalan tersebut menjadi berat sehingga terjadi kemacetan pada saat aktivitas
kendaraan tinggi. Melihat dari penjabaran tersebut, salah satu upaya dalam meningkatkan akses
dan untuk mengurangi permasalahan-permasalahan transportasi adalah peningkatan kualitas

LAPORAN ANTARA

109
dan fungsi jalan yang sudah ada, maupun pembangunan jaringan jalan baru serta
pengembangan jalan dari masing-masing pusat layanan menuju pusat layanan utama.
PPK (Pusat Pelayanan Kota) di Desa Pulau Panggung dihubungkan dengan jalan kolektor primer
Jalan Simpang Sugihwaras Barat-Batas Kabupaten Lahat menghubungkan PPK dengagn SPPK
(Sub Pusat Pelayanan Kota) yang tersebar di masing-masing SWP. Adapun pusat lingkungan
dihubungkan dengan jaringan jalan kolektor dan lokal primer.

Gambar 4. 39 Peta Jaringan Transportasi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

4.8.3 Analisis Sistem Pergerakan


Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan menghasilkan pergerakan. Pergerakan
tersebut dapat berupa pergerakan manusia maupun barang dalam bentuk pergerakan pejalan
kaki maupun kendaraan. Sistem pergerakan mempengaruhi sistem kegiatan dan jaringan yang
ada dalam bentuk aksesbilitas dan mobilitas. Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah
tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau
tata guna lahan atau jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona.
Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan yang terjadi dalam satuan

LAPORAN ANTARA

110
waktu pada suatu zona tata guna lahan. Sistem klasifikasi pergerakan diantaranya yaitu
pergerakan dalam pusat kota, dari pinggiran kota menuju pusat kota, dari pusat kota menuju
pinggiran kota dan luar kota, dalam pinggiran kota dan “Cross-Komuter” yaitu dari daerah
pedesaan dan pinggiran kota.
A. Analisis Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan
berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui
transportasi. Tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa di ukur berdasarkan pada beberapa
variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang, lebar jalan, dan
kualitas jalan. Adanya aksesibilitas ini diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan
mobilitas, baik berhubungan dengan mobilitas fisik, misalnya mengakses jalan raya,
pertokoan, gedung perkantoran, sekolah, pusat kebudayaan, lokasi industri dan rekreasi baik
aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja, memperoleh pendidikan, mengakses
informasi, mendapat perlindungan dan jaminan hukum.
Faktor aksesibilitas memegang peranan penting dalam upaya perkembangan wilayah sebab
tanpa di dukung oleh sistem transportasi, sarana dan prasarana transportasi yang memadai,
maka perkembangan suatu daerah akan sulit berkembang. Skema sederhana yang
memperlihatkan kaitan antara berbagai hal yang diterangkan mengenai aksesibilitas, dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 4. 52 Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas

Jauh Aksesibilitas Rendah Aksesibilitas Menengah


Jarak
Dekat Aksesibilitas Menengah Aksesibilitas Tinggi
Kondisi Prasarana Sangat Jelek Sangat baik
Sumber: Black (1981)

Apabila tata guna lahan memiliki jarak saling berdekatanan dan integrasi transportasi antara
tata guna lahan mempunyai kondisi yang baik, maka aksesibilitas akan tinggi. Sebaliknya jika
aktivitas tersebut saling terpisah jauh dan integrasi transportasinya kurang baik, maka
aksesibilitas akan rendah, untuk menghitung indeks aksesibilitas dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛
Indeks aksesbilitas = x 100
𝐿𝑢𝑎𝑠𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ

Selain itu, diperlukan menentukan klasifikasi terhadap indeks aksesibilitas untuk


mengetahui daerah mana saja yang memiliki tingkat aksesibilitas yang cukup memadai.
Untuk menentukan klasifikasi indeks aksesibilitas dapat digunakan rumus sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Panjang Kelas Interval =
𝑘

Secara rinci hasil perhitungan aksesibilitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4. 53 Indeks Aksesibilitas WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

SWP Luas (km2) Panjang Jalan (km) Indeks Aksesibilitas Tingkat Indeks Aksesibilitas

SWP A 1,50 12,37 825,32 Tinggi


SWP B 1,73 10,67 616,47 Sedang

LAPORAN ANTARA

111
SWP Luas (km2) Panjang Jalan (km) Indeks Aksesibilitas Tingkat Indeks Aksesibilitas

SWP C 6,74 23,00 341,36 Rendah


SWP D 5,85 19,11 326,45 Rendah
SWP E 2,72 8,17 300,75 Rendah
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tingkat aksesibilitas yang termasuk ke dalam kategori tinggi berada di Blok SWP A. hal
tersebut dipengaruhi oleh kondisi kawasan permukiman saat ini masih terpusat di Blok SWP
A tersebut.

B. Analisis Mobilitas
Mobilitas transportasi merupakan tingkat kelancaran perjalanan, dan dapat diukur melalui
banyaknya perjalanan (pergerakan) dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat tingginya
tingkat akses antara lokasi-lokasi tersebut. aksesibilitas dan mobilitas terdapat hubungan
searah, yaitu semakin tinggi akses, akan semakin tinggi pula tingkat mobilitas orang,
kedaraan ataupun barang yang bergerak dari suatu lokasi ke lokasi lain. Untuk menghitung
analisis mobilitas di kawasan perkotaan dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛
Indeks Mobilitas = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

Selain itu, diperlukan menentukan klasifikasi terhadap indeks mobilitas untuk mengetahui
daerah mana saja yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Untuk menentukan klasifikasi
indeks aksesibilitas dapat digunakan rumus sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Panjang Kelas Interval = 𝑘

Secara rinci hasil perhitungan mobilitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 54 Indeks Mobilitas WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Jumlah Penduduk Panjang Jalan Tingkat Indeks
Desa Indeks Mobilitas
(jiwa) (km) Mobilitas
Muara Dua 1.119 8,37 0,75 Sedang
Pulau Panggung 3.939 43,57 1,11 Tinggi
Penyandingan 1.104 6,43 0,58 Rendah
Karya Nyata 1.025 10,99 1,07 Tinggi
Tanah Abang 1.312 6,63 0,51 Rendah
Perapau 489 1,54 0,31 Rendah
Muara Danau 912 10,62 1,16 Tinggi
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.9 Analisis Sumber Daya Buatan

4.9.1 Analisis Kebutuhan Sarana


4.9.1.1 Sarana Perumahan
Pengembangan perumahan dan kawasan permukiman diarahkan untuk menampung

LAPORAN ANTARA

112
pertambahan pengembangan Kecamatan Semende Darat Laut hingga akhir tahun perencanaan.
Kebutuhan perumahan dan kawasan permukiman tersebut didasarkan pada ketersediaan lahan
dan daya duknug wilayah perkotaannya. Pengukuran prakiraan kebutuhan kawawasan
permukiman tidak sekedar mengukur lahan yang dibutuhkan untuk perumahan, tetapi juga
memperhatikan penyeidaan sarana transportasi, sarana permukiman, serta ruang terbuka hijau.
Pengukuran kebutuhan bagi pertambahan penduduk pengembangan Kecamatan Semende
Darat Laut hingga akhir tahun perencanaan dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai
berikut:
a. 1 (satu) keluarga (rumah tangga) memiliki atau membutuhkan 1 (satu) unit rumah.
b. Ukuran keluarga (rumah tangga) adalah 5 orang, jumlah rumah yang dibutuhkan
didasarkan pada jumlah rumah tangga.
c. kebutuhan lahan untuk kavling rumah didasarkan pada komposisi hunian berimbang 1 :
2 : 3 (Permenpera Nomor 7 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang), yaitu dengan rincian sebagai berikut:
● Kavling kecil dengan luas kavling rata-rata 100 m2 (0,01 Ha) per rumah dengan
proporsi sebanyak 50%.
● Kavling sedang dengan luas kavling rata-rata 180 m2 (0,018 Ha) per rumah
dengan proporsi sebanyak 30%.
● Kavling besar dengan luas kavling rata-rata 360 m2 (0,036 Ha) per rumah dengan
proporsi sebanyak 20%.
d. alokasi ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luas untuk perumahan.
e. Alokasi prasarana, sarana, dan utilitas sebesar 15% dari luas lahan untuk perumahan.
f. Kawasan perdagangan untuk pendukung kegiatan perumahan sebesar 15% dari luas
lahan untuk perumahan.
g. Lahan cadangan sebesar 5% dari luas lahan untuk perumahan.
Mengacu pada BA (Berita Acara) Kesepakatan Luas Kavling Minimum Kabupaten Muara Enim
tahun 2021, untuk kebutuhan perumahan dan permukiman di Kecamatan Semende Darat Laut
dibagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi permukiman dengan:
• Perumahan kepadatan tinggi 72 m2.
• Perumahan kepadatan sedang 150 m2.
• Perumahan kepadatan rendah 200 m2.
• Perumahan kepadatan sangat rendah 250 m2.
Proyeksi kebutuhan permukiman di Kecamatan Semende Darat Laut pada akhir tahun
perencanaan 2042 yaitu sebanyak 478,41 hektar tanah permukiman. Berikut ini tabel kebutuhan
permukiman, sarana prasarana, dan jaringan jalan di Perkotaan Semende Darat Laut.
Tabel 4. 55 Proyeksi Kebutuhan Unit dan Lahan Rumah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut 2022-
2042
TAHUN PROYEKSI
NO. URAIAN
2022 2027 2032 2037 2042
1 Proyeksi Penduduk 17224 25442 37582 55516 82006
2 Proyeksi KK 4308 6360 9395 13880 20501

LAPORAN ANTARA

113
TAHUN PROYEKSI
NO. URAIAN
2022 2027 2032 2037 2042
3 Kebutuhan Rumah (unit)
Tipe Besar 720 1061 1567 2314 3417
Tipe Sedang 1436 2121 3131 4626 6834
Tipe Kecil 2156 3183 4701 6942 10252
Kebutuhan Rumah (unit) 4312 6365 9399 13882 20503
Tipe Besar 7,2 10,61 15,67 23,14 34,17
Tipe Sedang 28,72 42,42 62,62 92,52 136,68
Tipe Kecil 64,68 95,49 141,03 208,26 307,56
Total Kebutuhan Lahan Rumah (Ha) 100,60 148,52 219,32 323,92 478,41
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.9.1.2 Sarana Pendidikan


Sarana pendidikan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut saat ini cukup baik, yaitu
telah dilayani oleh sarana pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama/Sekolah Menengah Pertama (SLTP/SMP), Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas/Sekolah Menengah Atas (SLTA/SMA). Umumnya sarana pendidikan di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut merupakan sekolah negeri. Untuk merencanakan
pengembangan sarana pendidikan di Kecamatan Semende Darat Laut maka akan dilakukan
analisis proyeksi kebutuhan sarana pendidikan dengan berdasarkan pada jumlah penduduk yang
akan dilayani. Proyeksi kebutuhan sarana pendidikan menggunkan acuan SNI-03-1733-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan di Perkotaan. Standar pelayanan minimal
sarana pendidikan sesuai dengan acuan ini adalah sebagai berikut:
1. Taman Kanak-kanak, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah
1.250 jiwa/unit dengan luas lantai adalah 216 m2/unit dan luas lahan adalah 216 m2/unit.
2. Sekolah Dasar, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 1.600
jiwa/unit dengan luas lantai adalah 633 m2/unit dan luas lahan adalah 2.000 m2/unit.
3. SLTP, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 4.800 jiwa/unit
dengan luas lantai adalah 2.282 m2/unit dan luas lahan adalah 9.000 m2/unit.
4. SLTA, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 4.800 jiwa/unit
dengan luas lantai adalah 3.835 m2/unit dan luas lahan adalah 12.500 m2/unit.
5. Perguruan Tinggi, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah
240.000 jiwa/unit dengan luas lahan adalah 55.400 m2/unit.
Pengembangan pendidikan di Kecamatan Semende Darat Laut diprioritaskan pada peningkatan
kuantitas sarana pendidikan yang dibarengi dengan penyediaan tenaga pengajar baik dari segi
kuantitas maupun dari segi kualitas tenaga pengajar. Sehingga akan tercapai kualitas dan
kuantitas sumberdaya manusia yang akan membangun Kecamatan Semende Darat Laut sebagai
kawasan perkotaan yang lebih maju di masa yang akan datang. Adapun kriteria/persyaratan
lokasi perencanaan sarana pendidikan secara lebih rinci disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4. 56 Kriteria Lokasi Sarana Pendidikan

NO JENIS FASILITAS LOKASI


1 TK Di tengah-tengah kelompok permukiman, taman-taman

LAPORAN ANTARA

114
2 SD/MI Di tengah-tengah kelompok permukiman, taman-taman
3 SLTP/Sederajat Di luar kelompok permukiman dengan pencapaian maksimum 1.000 m
dari permukiman atau digabung dengan fasilitas pendidikan lain
4 SMU/Sederajat Di luar kelompok permukiman dengan pencapaian maksimum 1.000 m
dari permukiman atau digabung dengan fasilitas pendidikan lain
Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahaan di


Perkotaan, diketahui perbandingan ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan eksisiting dan
seharusnya. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan sarana pendidikan di Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut.

Tabel 4. 57 Proyeksi Kebutuhan Sarana Pendidikan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut 2022-2042
Jumlah Gap Kebutuhan Sarana Pendidikan (unit) Total
No Total Luas
Uraian Eksistin Kebutuha
. Lahan (Ha)
g 2022 2027 2032 2037 2042 n (unit)
1 TK 0 9 6 11 23 36 85 4,25
2 SD/MI 19 0 2 2 13 25 42 8,40
3 SMP/MTS 6 0 1 3 4 8 16 14,40
4 SMA/SMK/MA 2 0 1 3 4 8 16 20,00
5 UNIVERSITAS/PT 0 0 0 0 0 0 0 0,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.9.1.3 Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan befungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki
peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah
didasarkan pada jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.
Dalam mengukur tingkat pelayanan eksisting sarana kesehatan, digunakan adalah SNI 03-1733-
2004 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan di Perkotaan. Standar pelayanan
minimal sarana kesehatan sesuai dengan acuan ini adalah sebagai berikut :
1. Posyandu, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 1.250
jiwa/unit dengan luas lahan adalah 36 m2/unit.
2. Balai Pengobatan Warga, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah
2.500 jiwa/unit dengan luas lahan adalah 150 m2/unit.
3. BKIA/Klinik Bersalin, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah
30.000jiwa/unit dengan luas lahan adalah 1.500 m2/unit.
4. Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan Lingkungan, standard jumlah penduduk
pendukung yang ditetapkan adalah 30.000 jiwa/unit dengan luas lahan adalah 150
m2/unit.
5. Puskesmas dan Balai Pengobatan, standard jumlah penduduk pendukung yang
ditetapkan adalah 120.000jiwa/unit dengan luas lahan adalah 420 m2/unit.
6. Apotik/Rumah Obat, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah
30.000jiwa/unit dengan luas lahan adalah 120 m2/unit.

LAPORAN ANTARA

115
Sarana kesehatan di Kecamatan Semende Darat Laut dapat dikatakan cukup mampu melayani
kebutuhan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. Rumah sakit umum, Puskesmas dan
puskesmas pembantu yang tersedia telah memenuhi standar pelayanan nasional. Adapun
beberapa kecamatan masih memiliki kekurangan tempat praktek dokter dan polindes untuk
melayani penduduk sekitar. Dibutuhkan penambahan jumlah tenaga medis, tempat praktik
dokter, dan polindes untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat.
Analisis fasilitas kesehatan dilakukan dengan mengacu pada SNI 03-1733-2004, analisis dilakukan
dengan mempertimbangkan proyeksi penduduk WP, data jumlah kondisi eksisting sarana
kesehatan, dan jumlah ideal sarana kesehatan berdasarkan kalkulasi standar pelayanan
minimum. Berikut merupkan tabel kebutuhan sarana kesehatan Kawasan Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut.
Tabel 4. 58 Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun
2022-2042
Total
Jumlah Gap Kebutuhan Sarana Kesehatan (unit) Total
Luas
No. Uraian Eksistin Kebutuha
Lahan
g 2022 2027 2032 2037 2042 n (unit)
(Ha)
1 Apotek 0 0 0 0 1 1 2 0,05
2 Posyandu 0 3 9 14 26 39 91 0,55
Balai Pengobatan
3 Warga 0 6 8 10 16 24 64 57,60
4 KlinikBersalin 0 0 0 0 1 1 2 0,60
5 Pustu 0 0 0 0 1 1 2 0,06
6 Puskesmas 0 0 0 0 0 0 0 0,00
7 Praktik Dokter 0 0 0 5 5 7 17 1,70
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.9.1.4 Sarana Peribadatan


Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu
disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang
ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Penduduk di
Kecamatan Semende Darat Laut, mayoritas beragama Islam, saat ini sarana peribadatan
musholla/mesjid telah tersebar hampir di seluruh Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan
Semende Darat Laut.
Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan di Perkotaan.
Standar pelayanan minimal sarana peribadatan disesuaikan dengan struktur penduduk menurut
agama yaitu sebagai berikut:
1. Masjid, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 120.000
jiwa/unit.
2. Gereja Katholik, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 120.000
jiwa/unit.
3. Pura, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 120.000 jiwa/unit.
4. Vihara, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 120.000
jiwa/unit.

LAPORAN ANTARA

116
5. Gereja Kristen, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 2.500
jiwa/unit.
Analisis sarana peribadatan terdiri dari analisis tingkat pelayanan dan kebutuhan sarana
peribadatan dilakukan hingga akhir tahun perencanaan 2042. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan sarana peribadatan, pada akhir tahun perencanaan kebutuhan sarana peribadatan
pada setiap desa yang berada di Kecamatan Semende Darat Laut belum memenuhi total
kebutuhan pada tahun proyeksi 2042 karena kurangnya jumlah proyeksi pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut.
Tabel 4. 59 Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun
2022-2042
Gap Kebutuhan Sarana Peribadatan Total
Jumlah Total Luas
No. Uraian (unit) Kebutuha
Eksisting Lahan (Ha)
2022 2027 2032 2037 2042 n (unit)
1 Musholla 4 48 71 105 158 235 617 6,17
2 Masjid 27 0 0 0 3 8 11 0,66
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.9.1.5 Sarana Perdagangan


Sarana perdagangan dan jasa merupakan salah satu sarana yang penting dalam menunjang
kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Melalui sarana perdagangan itulah kegiatan
perekonomian menjadi berjalan. Analisis perhitungan kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
di Kecamatan Semende Darat Laut dilakukan dengan mengacu pada SNI/03/1733/2004.
Berdasarkan SNI 03-1733-2004, standar pelayanan minimal sarana perdagangan dan niaga
adalah sebagai berikut:
a) Toko/Warung, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 250
jiwa/unit dengan luas lantai adalah 50 m2/unit dan luas lahan adalah 100 m2/unit.
b) Pertokoan, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 6.000
jiwa/unit dengan luas lantai adalah 1.200 m2/unit dan luas lahan adalah 3.000 m2/unit.
c) Pusat Pertokoan dan Pasar Lingkungan, standard jumlah penduduk pendukung yang
ditetapkan adalah 30.000 jiwa/unit dengan luas lantai adalah 13.500 m 2/unit dan luas
lahan adalah 10.000 m2/unit.
d) Pusat Perbelanjaan dan Niaga, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan
adalah 120.000 jiwa/unit dengan luas lantai adalah 36.000 m2/unit dan luas lahan adalah
36.000 m2/unit.
Salah satu kegiatan sehari-hari masyarakat di Kecamatan Semende Darat Laut tentu adalah
kegiatan perekonomian. Dalam pemenuhan kebuthan tersebut, diperlukan pelayanan sarana
perdagangan dan jasa berupa pasar dan toko/warung yang saat ini sudah memenuhi kebutuhan
standar pelayanan. Berikut ini adalah tabel mengenai kebutuhan tingkat pelayanan eksisting,
proyeksi, dan kebutuhan luas lahan sarana perdagangan dan jasa.
Tabel 4. 60 Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun
2022-2042

LAPORAN ANTARA

117
Gap Kebutuhan Sarana Perdagangan Total
N Jumlah (unit) Total Luas
Uraian Kebutuhan
o Eksisting Lahan (Ha)
2022 2027 2032 2037 2042 (unit)
1 Toko 236 0 0 0 20 70 90 0,9
2 Pertokoan 1 0 0 4 7 8 19 5,70
Pasar
3 7 0 0 0 0 0 0 0,00
Lingkungan
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.9.2 Analisis Kebutuhan Prasarana


4.9.2.1 Jaringan Energi/Kelistrikan
Listrik merupakan salah satu prasarana wilayah yang dibutuhkan dalam kehidupan penduduk.
Tersedianya prasarana listrik yang memadai akan memacu pertumbuhan dan perkembangan
suatu wilayah. Sebaliknya, kekurangan energi listrik akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan wilayah. Hal ini disebabkan berbagai aktivitas sosial dan ekonomi membutuhkan
energi listrik. Listrik memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan penduduk, maka dari itu
fungsi listrik memiliki arti yang sangat penting dalam menunjang kegiatan yang berjalan di suatu
wilayah, termasuk dalam hal ini adalah Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut.
Sama halnya dengan Kecamatan Semende Darat Laut, untuk melayani kebutuhan listrik
penduduk di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut dilayani oleh PT. PLN. Berdasarkan hasil
survey dan observasi lapangan, diketahui bahwa sebagaian besar rumah penduduk di Kawasan
Perkotaan Semende Darat Laut sudah dialiri listrik.
Mengingat bahwa listrik merupakan salah satu kebutuhan yang penting artinya agar kegiatan
penduduk dapat berjalan secara normal, maka besarnya perkembangan penduduk harus diiringi
dengan penyediaan prasarana listrik. Perkiraan akan besarnya listrik yang dibutuhkan dapat
diketahui dengan melakukan proyeksi akan kebutuhan listrik. Dari hasil proyeksi yang diperoleh
dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan pembangunan dalam prasarana listrik untuk
mengakomodasi kebutuhan penduduk akan listrik di masa mendatang. Besarnya kebutuhan
energi listrik pada dasarnya adalah berbeda-beda untuk setiap jenis kegiatan. Dalam hal ini,
kebutuhan listrik dalam standar perencanaan prasarana listrik yang digunakan untuk melakukan
proyeksi di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut hingga tahun 2039 dibagi menjadi :
1. Kebutuhan Domestik. Kebutuhan domestik atau kebutuhan listrik untuk rumah tangga
diklasifikasikan atas jenis persil di kawasan perencanaan, meliputi :
❖ Perumahan besar : kebutuhan listrik adalah 2.200 watt/KK
❖ Perumahan sedang : kebutuhan listrik adalah 1.300 watt/KK
❖ Perumahan kecil : kebutuhan listrik adalah 900 watt/KK
2. Kebutuhan Non Domestik. Kebutuhan non domestik terdiri dari kegiatan sosial, ekonomi
dan pelayanan umum seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, pos

LAPORAN ANTARA

118
hansip, balai pertemuan, penerangan jalan dan lain-lain. Total kebutuhan listrik untuk
seluruh kegiatan tersebut adalah 40% dari kebutuhan rumah tangga.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan energi listrik di Kawasan Perkotaan Semende Darat
Laut sampai akhir tahun perencanaan 2042 agar dapat melayani kebutuhan listrik domestik
sebesar 19.960.200 watt dan kegiatan non domestik sebesar 7.984.080 watt. Untuk lebih
jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan listrik di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 61 Proyeksi Kebutuhan Listrik WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2022-2042
Proyeksi Kebutuhan Listrik (watt)
No Uraian
2022 2027 2032 2037 2042
1 Domestik 3880800 5728500 8459100 12493800 19960200
2 Non Domestik 1552320 2291400 3383640 4997520 7984080
Total 5433120 8019900 11842740 17491320 27944280
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Kecamatan Semende Darat Laut telah dilayani listrik yang bersumber dari PLN Ranting Muara
Enim, pada tahun 2021 daya terpasang listrik PLN mencapai 4.594.030 KW dengan jumlah
pelanggan mencapai 3.064 pelanggan. Dilihat dari perbandingan antara proyeksi kebutuhan
listrik dan jumlah pelanggan serta daya listrik yang terpasang, kedepannya masih diperlukan
penyaluran listrik baik bagi kebutuhan domestik maupun non domestik di Kecamatan Semende
Darat Laut, khususnya WP Perkotaan Semende Darat Laut.

4.9.2.2 Jaringan Telekomunikasi


Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, penggunaan sambungan telepon
kabel saat ini sudah sangat minim karena tergantikan oleh telepon nirkabel atau telepon seluler.
Kendati demikian, masih ada masyarakat yang menggunakan layanan telepon kabel baik
digunakan untuk telepon rumah maupun untuk kebutuhan perdagangan, perkantoran dan
pemerintahan. Analisis kebutuhan dasar telepon umum dilakukan dengan memproyeksi
kebutuhan berdasarkan pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, dimana jumlah penduduk pendukung untuk satu telepon umum
adalah 250 jiwa. STO atau Stasiun Telepon Otomat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan telepon kabel atau sambungan telepon rumah, telepon kantor atau perdagangan dan
telepon umum. Berdasarkan hasil dari perhitungan sambungan telepon, berdasarkan SNI 03-
1733-2004 1 STO dapat melayani 3000 sambungan telepon, untuk itu kebutuhan STO yang
dibutuhkan oleh Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4. 62 Proyeksi Kebutuhan Sambungan Telepon WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun
2022-2042
Kebutuhan Sambungan Kebutuhan Telepon
Tahun Kebutuhan STO
Telepon Umum
2022 2239 69 6
2027 3307 102 8
2032 4886 150 13
2037 7217 222 19

LAPORAN ANTARA

119
Kebutuhan Sambungan Kebutuhan Telepon
Tahun Kebutuhan STO
Telepon Umum
2042 10661 328 27
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.9.2.3 Jaringan Air Bersih


Sumber air bersih di Kecamatan Semende Darat Laut sebagian besar merupakan mata air dan air
tanah (sumur) serta sungai dengan sistem distribusi mengggunakan selang. Secara umum debit
air yang terdapat di Kecamatan Semende Darat Laut cukup besar, mencapai >100 lt/detik.
Penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut yang bertambah dari tahun ke tahun sebanding
dengan kebutuhan akan jaringan air bersih, maka dari itu perlu dilakukan analisis proyeksi
kebutuhan prasarana jaringan air bersih yang didasari oleh SNI 03-1733-2004. Kebutuhan air
bersih dapat dilakukan dengan analisis proyeksi dan pemenuhan prasarana jaringan air dengan
berdasarkan SNI 03-1733-2004 yaitu sebagai berikut:
• Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah.
• Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass.
• Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
• Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa.
• Radius pelayanan maksimum 100 meter.
• Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
Kebutuhan air domestik pada akhir tahun perencanaan adalah sebesar 12.300/894 liter/hari.
Kebutuhan air non domestik di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut adalah 30% dari
kebutuhan air minum domestik, pada akhir tahun perencanaan kebutuhan air non domestik
adalah 3.690.268 liter/hari. Kebutuhan air non domestik diperuntukan untuk mendukung
kegiatan-kegiatan seperti pendidikan, perkantoran, industri, dan kegiatan lainnya yang
membutuhkan air minum sebagai salah satu pendukung kegiatannya. Proyeksi air bersih di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut berdasarkan jumlah penduduk (target
oriented) pada tahun 2042 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 63 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2022-2042
Kebutuhan Air
Kebutuhan Air Kehilangan Air Kebutuhan Total
Tahun Non Domestik
Domestik (l/h) (l/h) Hidran (l/h) Kebutuhan
(l/h)
2022 2583531 775059 1007577 516706 4882874
2027 3816317 1144895 1488364 763263 7212839
2032 5637352 1691206 2198567 1127470 10654596
2037 8327333 2498200 3247660 1665467 15738659
2042 12300894 3690268 4797348 2460179 23248689
Sumber: Hasil Analisis, 2022

WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut secara eksisting kebutuhan air bersih bersumber
dari PAMSIMAS dan PDAM, untuk pelayanan air bersih dari PDAM belum ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut. Adapun cakupan pelayanan PAMSIMAS di WP ini dapat dilihat
pada tabel berikut.

LAPORAN ANTARA

120
Tabel 4. 64 Cakupan Pelayanan Air Bersih PAMSIMAS WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun
2021
Cakupan rumah tangga Cakupan rumah tangga (persentase %) Cakupan
Jumlah Jumlah
yang menggunakan yang belum rumah tangga yang
Desa Penduduk Rumah
sumber air minum menggunakan sumber menggunakan sumber air
(Jiwa) Tangga
layak air minum layak minum layak
BABATAN 2.238 447 421 26 94,18
KARYA NYATA 1.077 245 187 58 76,33
MUARA DANAU 904 670 670 - 100,00
MUARA DUA 1.315 180 166 14 92,22
PAGAR AGUNG 844 170 120 50 70,59
PENINDAIAN 995 513 485 28 94,54
PENYANDINGAN 1.262 363 321 42 88,43
PERAPAU 540 70 69 1 98,57
PULAU PANGGUNG 4.261 836 798 38 95,45
TANAH ABANG 1.299 266 245 21 92,11
Sumber: Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kab. Muara Enim, Tahun 2022

Secara umum, penyediaan air bersih PAMSIMAS di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut pada tahun 2021 masih belum dapat memenuhi cakupan pelayanan rumah tangga, tertera
masih terdapat 278 rumah tangga yang belum menggunakan air bersih bersumber dari
PAMSIMAS sebagaimana tertera pada tabel di atas. Air bersih yang bersumber dari PDAM
Lematang Ilir di Kecamatan Semende Darat Laut pada tahun 2021 mencapai 958 pelanggan (KK)
dengan debit air yang disalurkan sebanyak 391.374 m3. Jika disandingkan antara proyeksi
kebutuhan air dan keluaran debit PDAM serta cakupan pelayanan PAMSIMAS, kedepannya perlu
ada penambahan cakupan pelayanan baik PDAM dan PAMSIMAS dengan tingkat debit yang
lebih banyak guna memenuhi kebutuhan air bersih yang layak.

4.9.2.4 Jaringan Pengelolaan Air Limbah


Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan permukiman, rumah
makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Beberapa bentuk dari air limbah ini
berupa tinja, limbah kamar mandi, dan juga sisa kegiatan dapur rumah tangga. Jumlah air limbah
yang dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala
kegiatannya. Apabila jumlah air yang dibuang berlebihan melebihi dari kemampuan alam untuk
menerimanya maka akan terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan yang rusak akan
menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal pada lingkungannya itu
sendiri sehingga oleh karenanya perlu dilakukan penanganan air limbah yang seksama dan
terpadu baik itu dalam penyaluran maupun pengolahannya.
Air limbah yang terdapat di Kecamatan Semende Darat Laut teridiri dari air limbah domestik dan
non domestik. Air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari kegiatan rumah
tangga seperti mandi, cuci kain, cuci alat dapur dan kakus, sedangkan untuk air limbah non
domestik berasal dari pasar, industri, pariwisata dan sebagainya. Pengelolaan air limbah
domestik dilakukan secara individu melalui sistem setempat (on site sanatasion) dengan sarana
pengelolaan berupa tanki septik tank. Selain itu beberapa penduduk menyalurkan air limbah
domestiknya dengan membuang, saluran drainase dan sungai.

LAPORAN ANTARA

121
Pada air limbah domestik dilakukan secara individu melalui sistem setempat (on site sanatasion)
dengan sarana pengelolaan berupa tanki septik tank. Selain itu beberapa penduduk menyalurkan
air limbah domestiknya dengan membuang, saluran drainase dan sungai.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) sistem dalam penanganan air limbah, yaitu:
• Sistem pengolahan air limbah setempat (on site sanitation), yaitu tangki septik.
• Sistem pengolahan air limbah terpusat (off site sanitation), yaitu conventional sewerage
dengan unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
• Gabungan antara system off site dengan sistem on site (combained system), yaitu
gabungan antara tangki septik dengan sistem perpipaan.

Analisis kebutuhan air limbah pada masa yang akan datang (proyeksi kebutuhan) dilakukan
dengan menggunakan standar perhitungan yang telah ditetapkan, yaitu mengunakan standar
dari Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001. Analisis
dilakukan untuk mengetahui berapa besar kebutuhan air limbah yang diperlukan oleh seluruh
penduduk Kawasan Perktoaan Semende Darat Laut.
Tabel 4. 65 Proyeksi Timbulan Limbah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2019-
2038

Timbulan Limbah 2022 2027 2032 2037 2042


Keb. Air Bersih (l/h) 4882874 7212839 10654596 15738659 23248689
Timbulan Air Limbah Cair
Domestik 3906299 5770271,2 8523676,7 12590927 18598951
Timbulan Limbah Padat 1416 2091 3089 4563 6740
Timbulan Limbah Non Padat 283 418 618 913 1348
Total Lumpur (l/h) 1699 2509 3707 5476 8088
Total Limbah (l/h) 3907998 5772781 8527383 12596403 18607039
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil analisis 2022, proyeksi total limbah pada akhir tahun perencanaan 2042 adalah
18.607.039 liter/hari, dengan rincian timbulan air limbah cair domestik mencapai 18.598.951
liter/hari pada tahun 2042.
Tabel 4. 66 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Limbah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Tahun 2019-2038
Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Limbah
Prasarana Limbah
2022 2027 2032 2037 2042
Septiktank Bidang Resapan 344 509 752 1110 1640
Kebuuthan MCK Umum 69 102 150 222 328
Kebutuhan Mobil Tinja 0 0 0 0 1
Kebutuhan IPLT 0 0 0 0 1
Kebutuhan IPAL 0 0 0 0 1
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

122
4.9.2.5 Jaringan Persampahan
Analisis ini dilihat berdasarkan timbulan sampah yang dihasilkan dari setiap kelurahan.
Pengelompokan sampah berdasarkan komposisi ini biasanya dinyatakan dalam persen (%) berat
atau persen (%) volume, dengan mengetahui komposisi sampah maka dapat mengetahui tipikal
konsumsi masyarakat di suatu kota atau kawasan. (Tchobanoglous, G and Frank K., 2002),
karakteristik sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dari pendapatan manusia,
pertumbuhan penduduk, peroduksi pertanian, pertumbuhan industri serta konsumsi.).
Berdasarkan SNI 19-3964-1994 besarnya timbulan sampah yang dihasilkan dapat dilihat
berdasarkan tabel berikut.
Tabel 4. 67 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya
N
JENIS KEGIATAN SATUAN VOLUME (LITER) BERAT (KG)
O
1 Rumah permanen /orang/hari 2,25 - 2,50 0,350 - 0,400
2 Rumah semi permanen /orang/hari 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350
3 Rumah non-permanen /orang/hari 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300
4 Kantor /pegawai/hari 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100
5 Toko/ruko /petugas/hari 2,50 - 3,00 0,150 - 0,350
6 Sekolah /murid/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,020
7 Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10 - 0,15 0,020 - 0,100
8 Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,050
9 Jalan lokal /m/hari 0,05 - 0,10 0,005 - 0,025
10 Pasar /m2/hari 0,20 - 0,60 0,100 - 0,300
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Timbulan Sampah Domestik


Timbulan sampah dibagi menjadi volume timbulan sampah dan berat timbulan sampah.
Timbulan sampah domestik di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut menggunakan
perhitungan volume timbulan sampah berdasarkan SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah
Organik, dimana timbulan sampah merupakan hasil perkalian dari jumlah penduduk dengan
standar timbulan sampah domestik. Timbulan sampah domestik ini terbagi atas tiga yaitu untuk
Perumahan Non Permanen sebesar 0,300 Kg/org/hari, Perumahan Semi Permanen 0,350
Kg/org/hari, dan Perumahan Permanen sebesar 0,400 Kg/org/hari. Selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4. 68 Proyeksi Timbulan Sampah & Kebutuhan Prasarana Persampahan WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut Tahun 2022-2042

N Proyeksi Kebutuhan Prasarana Persampahan (unit)


Uraian
o 2022 2027 2032 2037 2042
1 Jumlah Penduduk 17224 25442 37582 55516 82006
2 Produksi Sampah
82672,9 122122,1 180395,2 266474,6 393628,5
Domestik 9 4 7 5 9
Non Domestik 16535 24424 36079 53295 78726
3 TPS Tipe I (100 m2) 34 51 75 111 51
TPS Tipe II (300 m2) 3 4 6 9 4

LAPORAN ANTARA

123
TPS Tipe III (1000 m2) 1 1 2 0 1
Container Amroll Truck (6 m3) 27 40 59 87 40
Bangunan Pendaur Ulang Sampah (150
m2) 29 42 63 93 42
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.10 Analisis Kondisi Lingkungan Binaan

4.10.1 Analisis Figure and Ground


Beberapa kawasan dapat dirasakan mempunyai pola yang mengarah pada pola lama dan atau
pola baru harus ada sehingga sebuah tempat dapat dimunculkan polanya. Pola – pola terse but
selalu dapat menggambarkan suatu kesesuaian antara organisasi ruang fisik dan organisasi ruang
sosial. Pemakaian analisis figure and ground sangat membantu dalam pembahasan pola – pola
tekstural sebuah tempat. Figure adalah istilah untuk massa yang dibangun (biasanya dalam
gambar – gambar ditunjukkan dengan warna hitam), sedangkan ground adalah istilah untuk
semua ruang di luar massa itu (biasanya ditunjukkan dengan warna putih).
Ada tiga elemen dasar yang bersifat solid, yaitu blok tunggal, blok yang mendefinisi sisi dan blok
medan. Pada Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut terlihat dominan elemen solid blok
tunggal dan elemen solid yang mendefinisi sisi. Terlihat dari bentukan massa bangunan bersifat
agak individual, elemen ini juga dapat dilihat sebagai bagian dari satu unit yang lebih besar,
dimana elemen tersebut sering memiliki sifat penting (misalnya sebagai penentu sudut, hirarki
atau penyambung), sedangkan maksud dari mendefinisi sisi yaitu berfungsi sebagai pembatas
secara linear, pembatas tersebut dapat dibentuk oleh elemen ini dari satu, dua atau tiga sisi.
Selanjutnya, elemen dasar yang bersifat void. Elemen void yang terlihat lebih dominan pada
sistem tertutup yang memusat (central closed system) dan elemen void sistem terbuka sentral
(central open system). Pada sistem tertutup terlihat lebih kepada di dalam cluster – cluster,
karena memiliki pola ruang yang berkesan terfokus dan tertutup, sedangkan sistem terbuka
memperlihatkan dimana kesan ruang bersifat terbuka namun masih tampak terfokus. Elemen –
elemen solid dan void tidak boleh dilihat secara terpisah satu dengan yang lain, karena secara
bersama – sama membentuk unit – unit perkotaan yang sering menunjukkan sebuah tekstur
perkotaan di dalam dimensi yang lebih besar.

LAPORAN ANTARA

124
Gambar 4. 40 Peta Terbangun dan Non Terbangun
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Dari hasil analisis figure and ground Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut terlihat bahwa
susunan kawasan tersebut bersifat heterogen, dimana terdapat dua atau lebih pola yang
berbenturan dan meskipun membentuk pola yang teratur dan rapi di beberapa kawasan
perumahan, namun bentuk bangunan berbeda dari satu bangunan dengan yang lainnya. Adapun
pola tekstur kota termasuk kedalam pola radial konsetris dan pola kurvilinear. Pola ditunjukkan
dari susunan massa bangunan pada cluster-cluster perumahan. Sedangkan pola kurvilinear
adalah konfigurasi bangunan yang memusat, khususnya pembangunan terpusat di sepanjang
jalan kolektor primer.

4.10.2 Analisis Aksesibiltias Pejalan Kaki dan Pesepeda


Aksesibilitas sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan fasilitas pejalan kaki dan
pesepeda. Kota yang baik dirancang secara modern mempunyai akses jalan bagi kendaraan
bermotor sekaligus ada akses jalan bagi non motor. Pada Kawasan Perkotaan Semende Darat
Laut, secara eksisting tidak terdapat jalur pejalan kaki maupun jalur untuk pesepeda, sehingga
guna menunjang pergerakan dan aksesibilitas pejalan kaki dan pengguna sepeda perlu
dikembangkan jalur khusus. Pengembangan jalur pejalan kaki pada koridor Kawasan Perkotaan
Semende Darat Laut seluruhnya menggunakan konsep walkable.

LAPORAN ANTARA

125
Gambar 4. 41 Rencana Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Sepeda
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Jalur khusus pejalan kaki di koridor Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut dengan mengubah
sirkulasi kendaraan menjadi sirkulasi bagi pejalan kaki. Jalur tersebut akan ditempatkan
disebelah jalur kendaraan bermotor, begitupun jalur khusus untuk pesepeda yang memiliki lebar
5 meter dengan kemiringan 2% (landai). Material yang digunakan menggunakan material
concrete permeable. Pemilihan material tersebut karena dapat menyerap air agar tidak terjadi
penggenangan air di jalur pejalan kaki, selain itu material tersebut tidak licin sehingga tidak
membahayakan para pejalan kaki. Pada jalur pejalan kaki akan ditambahkan jalur khusus bagi
difabel dengan lebar 30 cm sesuai dengan Permen PU No. 30 Tahun 2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Jalur pejalan kaki akan ditambahkan beberapa fasilitas penunjang seperti bangku-bangku umum
untuk tempat beristirahat, tempat sampah yang disebar di beberapa titik, lampu-lampu, dan
bollard sebagai pembatas yang memisahkan jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan agar para
pejalan kaki merasa aman dan nyaman. Pada sisi jalur pejalan kaki akan ditambahkan vegetasi
berupa berbagai jenis tanaman sehingga memberikan kesan sejuk dan menambah kualitas visual
bagi koridor Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut. Saat ini belum terdapat jalur pejalan kaki
dan jalur sepeda. Tanaman tersebut tidak hanya berfungsi untuk keindahan tapi dapat pula
meyerap air hujan meresap ke dalam tanah.

LAPORAN ANTARA

126
4.10.3 Analisis Ketersediaan dan Dimensi Jalur Khusus Pedestrian
Pejalan kaki adalah orang yang bergerak dalam satu ruang, yaitu dengan berjalan kaki. Dalam
berjalan kaki, Shirvani (1985) mengatakan bahwa penggunanya memerlukan jalur khusus yang
disebut juga dengan pedestrian, yang merupakan salah satu dari elemen-elemen perancangan
kawasan yang dapat menentukan keberhasilan dari proses perancangan di suatu kawasan kota.
Dharmawan (2004) mengatakan bahwa pedestrian berasal dari bahasa latin, yaitu pedestres,
yang berarti orang yang berjalan kaki. Jalur pejalan kaki menurut Peraturan Presiden No. 43
tahun 1993 tentang Prasarana Jalan Bagian VII pasal 39 adalah termasuk fasilitas pendukung
yaitu fasilitas yang disediakan untuk mendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan baik yang
berada di badan jalan maupun yang berada di luar badan jalan, dalam rangka keselamatan,
keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta memberikan kemudahan bagi pemakai
jalan.
Dalam hal ini fasilitas pejalan kaki yang dimaksud adalah trotoar, tempat penyeberangan yang
dinyatakan dengan marka jalan dan/atau rambu-rambu, jembatan penyeberangan dan
terowongan penyeberangan (PP No. 43 : 1993). Namun, pada kenyataannya Koridor Kawasan
Perkotaan Semende Darat Laut tidak memiliki fasilitas khusus bagi pejalan kaki baik itu trotoar
ataupun tempat khusus untuk menyebrang.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa banyak pejalan kaki yang berjalan di tempat yang tidak
seharusnya, hal tersebut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan para pejalan kaki.
Koridor Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut merupakan kawasan yang didominasi oleh
persawahan, namun di kawasan tersebut terdapat juga perdagangan jasa dan sekolah.
Seharusnya Koridor Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut menyediakan tempat khusus bagi
pejalan berupa trotoar, sehingga masyarakat yang datang untuk berbelanja ataupun siswa yang
akan pergi ke sekolah dapat dengan nyaman berjalan di sepanjang koridor tanpa terganggu oleh
kendaraan.
Menurut pedoman perencanaan jalur pejalan kaki pada jalan umum No.032/T/BM/1999 lebar
trotoar minimal adalah 150 cm (1,5 meter). Sedangkan kondisi trotoar di Kawasan Perkotaan
Semende Darat Laut secara keseluruhan yang tidak baik bahkan ada beberapa koridor jalan yang
tidak memiliki trotoar, hal tersebut membuat masyarakat lebih memilih berjalan kaki di ruas
jalan dibandingkan di trotoar. Perlu adanya revitalisasi khususnya fasilitas bagi pejalan kaki
seperti memperbaiki trotoar - trotoar yang rusak, menambahkan lebar trotoar, dan membuat
tempat khusus untuk menyebrang seperti jembatan ataupun marka jalan untuk menyebrang.
Adapun rencana jalur pejalan kaki pada Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut diarahkan pada
kawasan perdagangan dan jasa, jaringan jalan dan kawasan perumahan padat.

4.10.4 Analisis Karakteristik Kawasan (Langgam Bangunan)


Langgam bangunan atau langgam arsitektur adalah gaya (style) dari suatu bangunan dan
merupakan bagian dari kebudayaan. Langgam arsitektur memiliki banyak jenis, seperti langgam
arsitektur modern, langgam arsitektur post-modern, langgam arsitektur dekontruksi, langgam
arsitektur klasik, langgam arsitektur vernakular dan lainnya. Karakteristik kawasan perencanaan

LAPORAN ANTARA

127
adalah kawasan pertanian, namun terdapat kawasan permukiman serta perdagangan dan jasa.
Adapun untuk karakteristik atau langgam bangunan di kawasan perencanaan didominasi oleh
bangunan dengan arsitektur modern, karena kebanyakan bangunan di Kawasan Semende Darat
Laut terbuat dari bahan kayu, dengan bentuk bangunan semi solid dan serba kotak dimana
bentuknya cenderung mengikuti fungsi.

Gambar 4. 42 Bentuk Bangunan di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut

4.10.5 Analisis Land Use


Analisis kesesuaian guna lahan ini menyesuaikan guna lahan eksisting dengan rencana pola
ruang RTRW Kabupaten Muara Enim. Secara umum, penggunaan lahan sesuai dengan RTRW
Kabupaten Muara Enim, namun perlu diidentifikasi pula mengenai ketidaksesuainnya guna lahan
eksistingnya. Penggunaan lahan yang dominan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
adalah jenis penggunaan hutan lainnya seluas 1.014,59 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4. 69 Penggunaan Lahan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA)


Bangunan Industri 0,02
Bangunan Kesehatan 0,06
Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,08
Bangunan Pendidikan 1,95
Bangunan Perdagangan dan Jasa 1,57
Bangunan Peribadatan 0,40
Bangunan Perkantoran 0,38
Bangunan Permukiman 20,47
Bangunan Pertahanan dan Keamanan 0,11
Bangunan Sosial 0,08
Hutan Lainnya 1014,59
Jalan 28,83
Kolam 6,84
Lapangan Olahraga 0,69
Makam 5,69
Pekarangan 56,46

LAPORAN ANTARA

128
PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA)
Perkebunan 182,12
Sawah 99,99
Semak Belukar 268,11
Sungai 11,61
Tanah Kosong 28,71
Tegalan/Ladang 125,21
Grand Total 1853,97
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tegalan/Ladang
Tanah Kosong
Sungai
Semak Belukar
Sawah
Perkebunan
Pekarangan
Makam
Lapangan Olahraga
Kolam
Jalan
Hutan Lainnya
Bangunan Sosial
Bangunan Pertahanan dan Keamanan
Bangunan Permukiman
Bangunan Perkantoran
Bangunan Peribadatan
Bangunan Perdagangan dan Jasa
Bangunan Pendidikan
Bangunan Pariwisata dan Hiburan
Bangunan Kesehatan
Bangunan Industri

0 200 400 600 800 1000 1200

Gambar 4. 43 Grafik Luas Penggunaan Lahan WP Perkotaan Semende Darat Laut


Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

129
Gambar 4. 44 Peta Penggunaan Lahan Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

LAPORAN ANTARA

130
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

131
4.10.6 Analisis Ketersediaan RTH dan Non-RTH
Sarana ruang terbuka hijau yang terdapat di Kecamatan Semende Darat Laut dapat berupa
tempat pemakaman umum atau dapat juga berupa sarana olah raga lapangan sepak bola.
Namun sebagai sebuah kawasan yang akan dijadikan kawasan perkotaan maka Kecamatan
Semende Darat Laut memerlukan ruang terbuka hijau dan non hijau, untuk dari itu harus
dilakukan analisis mengenai kebutuhan ruang terbuka hijau dan non hijau. Berdasarkan
kebijakan Permen PU Tahun 2008 mengenai Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa analisis kebutuhan RTH dapat dihitung
berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kebutuhan oksigen, daya serap CO 2 dan serapan
air, sedangkan untuk kebutuhan ruang terbuka non hijau didasarkan pada Permen PU No. 12
Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di
Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan.
Dalam menganalisis ketersediaan RTH dan Non RTH, langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi ruang yang berfungsi lindung pada WP, meliputi:
• Sungai
• Sawah
2. Identifikasi kawasan terbangun pada WP, meliputi:
• Industri
• Kesehatan
• Pariwisata
• Pendidikan
• Perdagangan dan Jasa
• Peribadatan
• Perkantoran
• Permukiman
• Pertahanan dan Keamanan
• Jalan
• Kolam
• Lapangan Olahraga
3. Identifikasi kawasan non terbangun pada WP, meliputi:
• Hutan lainnya
• Perkebunan
• Tanah kosong
• Tegalan/ladang
4. Identifikasi RTH eksisting, meliputi:
• Makam
• Pekarangan
Potensi pengembangan menjadi RTH dalam rencana pola ruang WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut yang dhitung berdasarkan aturan dalam pedoman terbaru adalah seluas
614,79 Ha (33,15%).

LAPORAN ANTARA

132
Tabel 4. 70 Luas Rencana RTH WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

Tipologi Luas RTH (Ha) Persentase (%)

A 430,74 23,23%
B 139,28 7,51%
C 44,77 2,41%
Total 614,79 33,15%
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel 4. 71 Ketersediaan RTH WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut


LUAS
BONUS
X KUANTITA
Zona/Tipologi KODE LUAS BOBOT FHBI ELEME
BOBO S
N
T
TIPOLOGI A
A.1 Rimba Kota RTH-1 89,75 100% 89,75 3,0 269,25
A.6 Taman Kota RTH-2 39,20 100% 39,20 2,5 98,00
A.5 Taman Kecamatan RTH-3 17,70 100% 17,70 2,0 35,40
A.4 Taman Kelurahan RTH-4 9,23 100% 9,23 1,8 16,61
A.3 Taman RW RTH-5 0,00 100% 0,00 1,6 0,00
A.2 Taman RT RTH-6 0,04 100% 0,04 1,5 0,06
A.7 Pemakaman RTH-7 8,78 100% 8,78 1,3 11,42
A.8 Jalur Hijau RTH-8 0,00 100% 0,00 1,5 0,00
TIPOLOGI B
B.1.a Hutan Lindung HL 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.1.b Lindung Gambut LG 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.2 Perlindungan Setempat PS 28,59 50% 14,30 1,0 14,30
B.3.a Cagar Alam CA 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.b Cagar Alam Laut CAL 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.c Suaka Margasatwa SM 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.d Suaka Margasatwa Laut SML 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.e Taman Nasional TN 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.f Taman Hutan Raya THR 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.g Taman Wisata Alam TWA 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.h Taman Wisata Alam Laut TWL 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.i Taman Buru TB 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.j Suaka Pesisir SPS 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.k Suaka Pulau Kecil SPK 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.l Taman Pesisir TP 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.3.m Taman Pulau Kecil TPK 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
Daerah Perlindungan Adat
B.3.n PAM
Maritim 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
Daerah Perlindungan
B.3.o PBM
Budaya Maritim 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
Kawasan Konservasi
B.3.p KPR
Perairan 0,00 30% 0,00 1,0 0,00

LAPORAN ANTARA

133
LUAS
BONUS
X KUANTITA
Zona/Tipologi KODE LUAS BOBOT FHBI ELEME
BOBO S
N
T
B.4 Hutan Adat ADT 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.5.a Keunikan Batuan dan Fosil LGE-1 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.5.b Keunikan Bentang Alam LGE-2 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.5.c Keunikan Proses Geologi LGE-3 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.5.d Imbuhan Air Tanah LGE-4 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.5.e Cagar Budaya CB 0,00 10% 0,00 1,0 0,00
C.1 Ekosistem Mangrove EM 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.8.a Hutan Produksi Terbatas HPT 0,00 15% 0,00 1,0 0,00
B.8.b Hutan Produksi Tetap HP 0,00 15% 0,00 1,0 0,00
Hutan Produksi yang dapat
HPK
B.8.c Dikonversi 0,00 15% 0,00 1,0 0,00
B.9 Perkebunan Rakyat KR 0,00 15% 0,00 1,0 0,00
B.10 Tanaman Pangan P-1 199,53 10% 19,95 1,0 19,95
B.10 Hortikultura P-2 25,53 10% 2,55 1,0 2,55
B.10 Perkebunan P-3 1024,75 10% 102,48 1,0 102,48
B.10 Peternakan P-4 0,00 10% 0,00 1,0 0,00
TIPOLOGI C
Badan Air (Danau, Waduk,
C.3 Sungai, Embung, Situ, BA
Mata Air) 11,60 20% 2,32 1,0 2,32
Persil pada Kawasan
R-1, R-2
C.2.1 Peruntukan/Zona
& R-3
Perumahan* 40,32 100% 40,32 1,0 40,32
Persil pada Kawasan
K-1, K-2
C.2.2 Peruntukan/Zona
& K-3
Perdagangan dan Jasa* 1,56 100% 1,56 1,0 1,56
Persil pada Kawasan
C.2.3 Peruntukan/Zona KT
Perkantoran* 0,57 100% 0,57 1,0 0,57
Persil pada Kawasan
C.2.4 Peruntukan/Zona KPI
Peruntukan Industri* 0,00 100% 0,00 1,0 0,00
Sumber: Hasil Analsis, 2022

4.10.7 Analisis Vista Kawasan (Pelataran Pandang)


Analisis vista secara harfiah berhubungan dengan view yang berarti pandangan sejauh yang
dapat tertangkap oleh mata manusia. View merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
perencanaan kawasan. Bagaimana suatu kawasan mempunyai nilai estetika yang baik sangat
ditentukan oleh faktor view. Hal ini berhubungan dengan kontur, gaya bangunan, jalur jalan dan
elemen-elemen lain seperti furniscape, taman kota, dan public area. Vista yang berhubungan
dengan path, edge, district, dan node akan sangat mempengaruhi citra kota. Citra kota menjadi
sesuatu yang penting untuk memperkuat identitas dan wajah kota sehingga membuat kota
tersebut menarik dan memiliki daya tarik. Menurut Kevin Lynch (1960) terdapat lima kategori
elemen yang digunakan untuk menyusun kesadaran atas image kawasan yaitu: paths, edges,
districts, nodes, dan landmarks. Elemen-elemen inilah yang dianggap kasat mata dan terasa di

LAPORAN ANTARA

134
kawasan kota. Semakin kuat kelima elemen ini maka semakin baik kota itu akan memberikan
kualitas imageeble terhadap pengamat. Berkut adalah pembahasan setiap elemen penyusun
citra kota di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut:
1. Landmark, secara umum dapat diartikan sebagai penanda. Dalam suatu kawasan
keberadaan suatu landmark berfungsi untuk orientasi diri bagi pengunjung. WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki landmark berupa rumah tradisional
suku semendo yang terdapat di Desa Pulau Panggung. Pada saat pelaksanaan upacara
adat maupun acara musyawarah keluarga, anggota keluarga yang menempati tempat
duduk di dalam rumah secara otomatis sudah ditentukan sendiri dimana posisi duduk di
dalam rumah. Arsitektur rumah ini terdapat eberapa ruang dan ruang utama dengan
lantai yang beberapa tingkat dan yang duduk menempati lantai sesuai dengan
kedudukannya masing-masing, yang paling tinggi adalah meraje sedangkan yang duduk
lantai paling rendah atau diluar adalah anak kandang atau keponakan dari anak belai.

Gambar 4. 45 Rumah Pangeran/Rumah Adat Suku Semendo di WP Perkotaan Kecamatan Semende


Darat Laut

2. Edges adalah batas wilayah yang dapat berupa dinding, jalan, atau sungai. WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut. Sebelah timur dan barat dibatasi dengan jalan dan
sungai.

LAPORAN ANTARA

135
Gambar 4. 46 Aliran Hulu Sungai Musi dan Bukit Barisan

3. Nodes adalah sebuah titik temu berbagai kativias ataupun arah pergerakan penduduk.
Di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang menjadi nodes adalah Pasar
Semende Darat Laut yang berada di Kalangan Desa Pulau Panggung ini merupakan titik
kumpul pergerakan orang di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.

Gambar 4. 47 Nodes Pasar Semende Darat Laut

4.10.8 Analisis Tata Massa Bangunan


Analisis tata massa bangunan terdiri dari:
• Garis Sempadan Bangunan (GSB) minimal
• Garis Sempadan Sungai (GSS) minimal
• Tinggi Bangunan (TB) maksimal
• Jumlah Lantai maksimal
Dalam penentuan tata massa bangunan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah analisis kondisi
alam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut (Analisis Satuan Kemampuan Lahan), tata
massa eksisting dan analisis kebijakan-kebijakan yang mengatur wilayah atau kawasan-kawasan
tertentu, seperti: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muara Enim, Peraturan Kepala
Daerah atau Peraturan Daerah.
Tata massa bangunan dalam analisis ini dibedakan berdasarkan pada tata massa bangunan lebar
jalan kolektor sekunder, lingkungan sekunder, dan lokal sekunder. Berdasarkan analisis
transportasi yang telah dilakukan, lebar jalan kolektor sekunder adalah minimal 7 (tujuh) meter.
Garis sempadan bangunan dapat dihitung dengan GSB minimum = ½ rumija + 1 m.
Garis Sempadan Sungai (GSG) minimal sebesar 3 meter untuk sungai bertanggul.

LAPORAN ANTARA

136
Tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga keselamatan dan keamanan bangunan.
Komponen ketentuan tata bagnunan minimal terdiri atas:
1. Ketinggian Bangunan (TB) Maksimum
Ketinggian bangunan adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang diizinkan pada
lokasi tertentu dan diukur dari jarak maksimum puncak atap bangunan terhadap
(permukaan) tanah yang dinyatakan dalam satuan meter. Ketinggian bangunan
maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan Daya dukung tanah. Ketentuan
dalam perhitungan ketinggian bangunan meliputi:
a. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan bentuk
arsitektural bangunannya.
b. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal 5 meter disesuaikan
dengan fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah, industri, gedung olahraga,
bangunan monumental, dan bangunan gedung serba guna).
c. Ketinggian lantai dasar suatu bangunan diperkenakan mencapai 1,2 meter di atas
tinggi rata-rata tanah atau jalan di sekitarnya.
d. Jika pada suatu kawasan terdapat kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi
yang besar, maka tinggi maksimal lantai dasar ditetapkan berdasarkan jalan masuk
utama ke persil, dengan memperhatikan keserasian lingkungan.
e. Apabila sebuah persil berada di bawah titik ketinggian bebas banjir, maka tinggi
lantai dasar ditetapkan setinggi 1,2 meter dari titik ketinggian bebas banjir yang
telah ditetapkan.
f. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas ruang.
g. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan intensitas ruang.

2. Garis Sempadan Bangunan (GSB)


GSB adalah jarak minimum antara garis pagar terhadap dinding bangunan terdepan. GSB
ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan,
kenyamanan, dan estetika. Tujuan ditetapkannya GSB untuk mencukupi kebutuhan
akan:
a. Penghawaan dan pencahayaan ruang.
b. Ruang pribadi dan keamanan kegiatan pribadi terhadap kegiatan pergerakan.
c. Melindungi ekosistem sungai, pantai, dan sebagainya dari kegiatan manusia.
d. Ruang visual lalu lintas yang aman terhadap bangunan.

LAPORAN ANTARA

137
Tabel 4. 72 Analisis Tata Massa Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
GSB ROW 6,5 m Tinggi
GSB ROW 9 m GSB ROW 7,5 m GSG Jumlah Lantai
Zona Sub Zona (lingkungan Bangunan max
(kolektor sekunder) (lokal sekunder) min (m) Bangunan max
sekunder) (m)
Perlindungan Setempat DW (Sempadan Danau) 1
SS (Sempadan Sungai) 1
BA (Badan Air) 1
Ruang Terbuka Hijau RTH-1 (Rimba Kota) 1
RTH-2 (Taman Kota) 1
RTH-3 (Taman Kecamatan) 1
RTH-4 (Taman Kelurahan) 1
RTH-7 (Pemakaman) 1
Perumahan R-2 (Rumah Kedapatan Tinggi) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
R-3 (Rumah Kepadatan Sedang) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
R-4 (Rumah Kepadatan Rendah) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
Perdagangan dan Jasa K-2 (Perdagangan dan Jasa Skala WP) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
K-3 (Perdagangan dan Jasa Skala Sub WP) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
Perkantoran KT (Perkantoran) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
Sarana Pelayanan Umum SPU-1 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kota) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
SPU-2 (Sarana Pelayanan Umum Skala
Kecamatan) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
SPU-3 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
Pariwisata W (Pariwisata) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
Hankam HK (Pertahanan dan Keamanan) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
Transportasi TR (Transportasi) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
Ruang Terbuka Non Hijau RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) 1 4
Campuran C-1 (Campuran Intensitas Tinggi) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
Pertanian P-1 (Tanaman Pangan) 1 4

LAPORAN ANTARA

138
GSB ROW 6,5 m Tinggi
GSB ROW 9 m GSB ROW 7,5 m GSG Jumlah Lantai
Zona Sub Zona (lingkungan Bangunan max
(kolektor sekunder) (lokal sekunder) min (m) Bangunan max
sekunder) (m)
P-2 (Holtikultura) 1 4
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

139
Gambar 4. 48 Analisis Tata Massa Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2019

4.10.9 Analisis Intensitas Bangunan


Analisis intensitas bangunan terdiri dari:
• Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal
• Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal
• Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal
• Koefisien Tapak Bassement (KTB) maksimal
• Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) maksimal
Seperti halnya analisis tata massa bangunan, penentuan intensitas bangunan juga perlu
memperhatikan kondisi alam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut (daya serap air
hujan, dll), intensitas eksisting dan analisis kebijakan-kebijakan yang mengatur wilayah atau
kawasan-kawasan tertentu seperti Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muara Enim,
berbagai Peraturan Kepala Daerah atau Peraturan Daerah.

LAPORAN ANTARA

140
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Sesuai dengan Permen ATR Nomor 16 Tahun 2018, KDB adalah perbandingan antara luas
bangunan dengan luas lahan. Nilai KDB di suatu kawasan menentukan berapa persen
luas bangunan di suatu kawasan yang boleh dibangun. Penentuan KDB ditinjau dari
aspek lingkungan dengan tujuan untuk mengendalikan luas bangunan di suatu lahan
pada batas-batas tertentu sehingga tidak mengganggu penyerapan air hujan ke tanah.
Nilai KDB dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
KDB maksimum = luas persil - %KDH - %luas prasarana yang diperkeras
Kondisi eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada range kisaran 10-
80% untuk kawasan-kawasan terbangunnya.

2. Koefisien Dasar Hijau (KDH)


Penetapan besar KDH minimum didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut:
• KDH 50% untuk bangunan publik (SPU dan Hankam), sesuai dengan fungsi
kawasan perkotaan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah Pusat
Pelayanan Kota (PPK) yang diatur dalam RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun
2018-2038.
• KDH 10-30% untuk bangunan privat perumahan, perdagangan dan jasa, serta
campuran.
Berdasarkan analisis ketersediaan RTH dan Non RTH, diperoleh KDH eksisting terdiri dari
kawasan yang berfungsi lindung (6,02%), kawasan non terbangun (72,85%) yang saat ini
masih berupa perkebunan, dan RTH eksisting (3,35%). Jadi total KDH saat ini mencapai
82,22%. Kedepannya, KDH ini akan berkurang seiring kebutuhan pengembangan
komponen perkotaan yang berkembang seperti kawasan perdagangan dan jasa,
kawasan pariwisata, kawasan perumahan, jaringan jalan, dan lain-lain.

3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


Koefisien lantai bangunan ditetapkan dengan perhitungan sebagai berikut:
KLB = luas bangunan x jumlah lantai dibagi luas kapling
KLB = KDB x jumlah lantai
Analisis KLB pada WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah dengan
mengaitkan KDB dengan jumlah lantai yang sudah dibatasi pada WP (maksimal 3 lantai
atau 15 meter). Hasil-hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel selanjutnya.

4. Koefisien Tapak Basement (KTB)


Penetapan besar KTB maksimum didasarkan pada batas KDH minimum yang ditetapkan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
KTB = kapling – KDH
KTB ditetapkan pada bangunan-bangunan yang tidak memungkinkan menyediakan
parkir pada persilnya, seperti pusat perdagangan dan jasa serta campuran.

LAPORAN ANTARA

141
5. Koefisien Wilayah Terbangun (KWT)
Prinsip penetapan KWT sama dengan penetapan KTB, tetapi dalam unit blok peruntukan
atau tapak (bukan dalam unit persil). KWT pada WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut diatur sampai dengan 50% saja sesuai dengan fungsinya sebagai PPK minimal
50% dari luas kawasan perkotaan.

Gambar 4. 49 Analisis Intensitas Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut


Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

142
Tabel 4. 73 Analisis Intensitas Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada Jalan Kolektor Sekunder
KDH Luas
KDB max KLB KWT
Zona Sub Zona min Bangunan
(%) max (%)
(%) max (m2)
Perlindungan Setempat
Badan Air BA (Badan Air)
Ruang Terbuka Hijau RTH-1 (Rimba Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-2 (Taman Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-3 (Taman Kecamatan) 70 4800 20 0,2
RTH-4 (Taman Kelurahan) 70 1800 20 0,2
RTH-7 (Pemakaman) 70 2000 20 0,2
Perumahan R-2 (Rumah Kedapatan Tinggi) 20 75 75 0,75 70%
R-3 (Rumah Kepadatan Sedang) 15 150 75 0,75 70%
R-4 (Rumah Kepadatan Rendah) 10 188 75 0,75 70%
Perdagangan dan Jasa K-2 (Perdagangan dan Jasa Skala WP) 20 7200 72 0,72 70%
K-3 (Perdagangan dan Jasa Skala Sub WP) 15 2160 72 0,72 70%
Perkantoran KT (Perkantoran) 20 2100 70 0,7 70%
Sarana Pelayanan Umum SPU-1 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kota) 20 9000 60 0,6 70%
SPU-2 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan) 20 7500 60 0,6 70%
SPU-3 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan) 20 1300 65 0,65 70%
Pariwisata W (Pariwisata) 20 57000 57 0,57 70%
Hankam HK (Pertahanan dan Keamanan) 20 600000 60 0,6 70%
Transportasi TR (Transportasi) 10 14000 70 0,7 70%
Ruang Terbuka Non Hijau RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) 20 7200 30 0,3 70%
Campuran C-2 (Campuran Intensitas Menengah/Sedang 10 20100 67 0,67 70%
Pertanian P-1 (Tanaman Pangan) 70
P-2 (Holtikultura)
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

143
Tabel 4. 74 Analisis Intensitas Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada Jalan Lokal
Luas
KDH KDB KLB KWT
Zona Sub Zona Bangunan
min (%) max (%) max (%)
max (m2)
Perlindungan Setempat
Badan Air BA (Badan Air)
Ruang Terbuka Hijau RTH-1 (Rimba Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-2 (Taman Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-3 (Taman Kecamatan) 70 4800 20 0,2
RTH-4 (Taman Kelurahan) 70 1800 20 0,2
RTH-7 (Pemakaman) 70 2000 20 0,2
Perumahan R-2 (Rumah Kedapatan Tinggi) 20 75 75 0,75 70%
R-3 (Rumah Kepadatan Sedang) 15 150 75 0,75 70%
R-4 (Rumah Kepadatan Rendah) 10 188 75 0,75 70%
Perdagangan dan Jasa K-2 (Perdagangan dan Jasa Skala WP) 20 7200 72 0,72 70%
K-3 (Perdagangan dan Jasa Skala Sub WP) 15 2160 72 0,72 70%
Perkantoran KT (Perkantoran) 20 2100 70 0,7 70%
Sarana Pelayanan Umum SPU-1 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kota) 20 9000 60 0,6 70%
SPU-2 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan) 20 7500 60 0,6 70%
SPU-3 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan) 20 1300 65 0,65 70%
Pariwisata W (Pariwisata) 20 57000 57 0,57 70%
Hankam HK (Pertahanan dan Keamanan) 20 600000 60 0,6 70%
Transportasi TR (Transportasi) 10 14000 70 0,7 70%
Ruang Terbuka Non Hijau RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) 20 7200 30 0,3 70%
Campuran C-2 (Campuran Intensitas Menengah/Sedang 10 20100 67 0,67 70%
Pertanian P-1 (Tanaman Pangan) 70
P-2 (Holtikultura)

LAPORAN ANTARA

144
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel 4. 75 Analisis Intensitas Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada Jalan Lingkungan
Luas
KDH KDB KLB KWT
Zona Sub Zona Bangunan
min (%) max (%) max (%)
max (m2)
Perlindungan Setempat
Badan Air
Ruang Terbuka Hijau RTH-1 (Rimba Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-2 (Taman Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-3 (Taman Kecamatan) 70 4800 20 0,2
RTH-4 (Taman Kelurahan) 70 1800 20 0,2
RTH-7 (Pemakaman) 70 2000 20 0,2
Perumahan R-2 (Rumah Kedapatan Tinggi) 20 75 75 0,75 70%
R-3 (Rumah Kepadatan Sedang) 15 150 75 0,75 70%
R-4 (Rumah Kepadatan Rendah) 10 188 75 0,75 70%
Perdagangan dan Jasa K-2 (Perdagangan dan Jasa Skala WP) 20 7200 72 0,72 70%
K-3 (Perdagangan dan Jasa Skala Sub WP) 15 2160 72 0,72 70%
Perkantoran KT (Perkantoran) 20 2100 70 0,7 70%
Sarana Pelayanan Umum SPU-1 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kota) 20 9000 60 0,6 70%
SPU-2 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan) 20 7500 60 0,6 70%
SPU-3 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan) 20 1300 65 0,65 70%
Pariwisata W (Pariwisata) 20 57000 57 0,57 70%
Hankam HK (Pertahanan dan Keamanan) 20 600000 60 0,6 70%
Transportasi TR (Transportasi) 10 14000 70 0,7 70%
Ruang Terbuka Non Hijau RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) 20 7200 30 0,3 70%
Campuran C-2 (Campuran Intensitas Menengah/Sedang 10 20100 67 0,67 70%
Pertanian P-1 (Tanaman Pangan) 70

LAPORAN ANTARA

145
Luas
KDH KDB KLB KWT
Zona Sub Zona Bangunan
min (%) max (%) max (%)
max (m2)
P-2 (Holtikultura)
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

146
4.10.10 Analisis Land Value Capture (Pertambahan Nilai Lahan)
Land Value Capture adalah mekanisme untuk “mengambil” sebagian kenaikan nilai dari tanah
akibat investasi publik yang dilakukan oleh pemerintah. Untuk melihat pertambahan nilai lahan
tersebut maka diperlukan metode overlay lahan-lahan non terbangun yang berpotensi menjadi
lahan terbangun akibat adanya kebijakan rencana dan program pemerintah.
Dalam analisa ini analisis pertambahan nilai lahan menggunakan beberapa peta dan informasi
ruang meliputi nilai lahan dan harga lahan dengan mengetahui parameter yang digunakan.
Parameter yang digunakan untuk mendapatkan hasil nilai lahan yaitu penggunaan lahan dan
aksesibilitas positif. Hasil yang diperoleh diklasifikasikan menjadi beberapa kelas yaitu Tinggi,
Sedang, Rendah, dan Sangat Rendah. Berikut adalah tabel parameter aksesibilitas positif yang
mana dapat menentukan pertambahan nilai lahan yang ditentukan oleh aksesibilitas lahan
terhadap jalan.
Tabel 4. 76 Kelas dan Harkat Parameter Aksesibilitas Positif

No Aksesibilitas Kelas Jarak Keterangan


1 Jarak Terhadap Jalan Kolektor I <50 Tinggi
II 50-150 Sedang
III 150-500 Rendah
IV >500 Sangat Rendah
2 Jarak Terhadap Jalan Lokal I <50 Tinggi
II 50-150 Sedang
III 150-500 Rendah
IV >500 Sangat Rendah
3 Jarak Terhadap Jalan Lingkungan/Setapak I <50 Tinggi
II 50-150 Sedang
III 150-500 Rendah
IV >500 Sangat Rendah
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.10.11 Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Sesuai Standar (Jalan, Jalur Pejalan
Kaki, Jalur Sepeda, Saluran Drainase, dan Lainnya)
Dalam mendukung arah pergerakan transportasi dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut, diperlukan jaringan jalan agar dapat menciptakan keterpaduan perkembangan sosial
ekonomi, maka pembentukan keterkaitan (linkage) antar pusat pelayanan menjadi penting.
Dalam hal ini diperlukan pembentukan jaringan jalan yang menghubungkan pusat-pusat
pelayanan. WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut sendiri sistem jaringan jalannya
belum dapat dikatakan sudah menghubungkan pusat layanan dengan pusat-pusat lainnya. Tidak
seluruh kawasan yang ada dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dapat
terjangkau walaupun ada beberapa jalan yang ada kondisinya tidak cukup baik dan bahkan ada
yang dalam kondisi rusak parah.
Selain kurang baiknya aksesibilitas antardesa, jalan dalam keadaan rusak, masalah lain yang juga
perlu direncanakan kedepannya adalah drainase. Kondisi eksisting ketersediaan drainase pada

LAPORAN ANTARA

147
ruas jalan masih belum baik dan masih banyak ruas jalan yang tidak memiliki drainase. Saluran
drainase merupakan salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan yang berfungsi untuk
mengalirkan air yang dapat mengganggu pengguna jalan dan menjaga badan jalan tetap kering
untuk menghindari kerusakan jalan. Saluran drainase merupakan salah satu persyaratan teknis
prasarana jalan. karena badan jalan yang sedikit dipakai untuk kebutuhan parkir kendaraan
terutama hunian yang tidak memiliki bagasi parkir kendaraan selalu memanfaatkan badan jaan
untuk memarkirkan kendaraannya pada waktu tertentu, hal ini memungkinkan beban jalan di
sepanjang jalan tersebut menjadi berat sehingga terjadi kemacetan pada saat aktivitas
kendaraan tinggi.
Melihat dari penjabaran tersebut, salah satu upaya dalam meningkatkan akses dan untuk
mengurangi permasalahan-permasalahan transportasi adalah peningkatan kualitas dan fungsi
jalan yang sudah ada, maupun pembangunan jaringan jalan baru serta pengembangan jalan
dari masing-masing pusat layanan menuju pusat layanan utama. Selain itu juga direncanakan
untuk membangun jalur pejalan kaki yang diarahkan untuk bersebelahan. Adapun perencanaan
jalur pejalan kaki dan jalur sepeda berada di pusat-pusat kegiatan yang ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut.

Gambar 4. 50 Rencana Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Sepeda


Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

148
4.10.12 Analisis Cagar Budaya
Semende Darat Laut ini didirikan oleh Syarif, yang bergelar Puyang Tuan. Sedangkan desa yang
mula-mula ada di semende adalah Perapau yang didirikan puyang Raje Ulie, beliau juga disebut
Puyang Tuan dan merupakan kakak Syarif. Beliau juga punya adik yang bergeler puyang Tuan
Kecik, yaitu pendiri desa Tanjung Laut. Jadi desa-desa yang mula-mula ada di semende itu
didirikan oleh Puyang Tuan bersaudara, yaitu Perapau, Muara Danau dan Tanjung Laut yang
kesemuanya terletak di Kecamatan Semende Darat Laut. Seiring perjalanan waktu maka daerah
ini terus berkembang ke Semende Darat Tengah hingga ke Semende Darat Ulu.
Pakar sejarah semende memperkirakan daerah ini sudah berusia tiga sampai empat ratus tahun.
Tapi dari analisa berdasarkan urutan silsilah saya menyimpulkan daerah ini baru berumur dua
ratus tahun lebih sedikit, atau sekitar akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Dokumen
pemerintah kolonial Belanda tahun 1899 tentang marga-marga yang ada di Sum-Sel, disitu
belum tercantum nama marga semende. Mungkin karena daerah ini baru berdiri dan hanya
terdiri dari beberapa buah desa, sehingga pemerintah kolonial Belanda belum mengenal daerah
ini.
Setelah puyang Raje Ulie mendirikan Desa Perapau, lalu menyuruh Syarif untuk membuat
pemukiman baru. Maka segeralah Syarif memenuhi perintah kakaknya itu, Beliau berjalan
menyusuri sungai air betung mencari tempat pemukiman. Setelah menemukan daerah yang
cocok, yaitu dihulu sungai air betung, maka segeralah Beliau dan para pengikutnya mendirikan
pemukiman, Pemukiman baru ini dinamakan Muara Danau, itu terjadi sekitar 1830. Setelah agak
lama bermukim, kemudian terjadi perselisihan antara Syarif dengan Sahir bin Renigam atau
puyang Gembar Alam yang tak lain adalah pembantunya sendiri. Sahir memutuskan untuk
membuat pemukiman sendiri, Sahir dengan dibantu anak-anaknya membuat saluran irigasi,
setelah irigasi ini selesai di bangun dia mulai bermukim di tempat baru ini, tempat ini letaknya
tak jauh dari pemukiman yang didirikan Syarif, tepatnya di seberang sungai di punggung sebuah
bukit.
Karena di tempat baru ini sudah ada saluran irigasi untuk mengairi persawahan dan letaknya
lebih strategis, sehingga banyak orang pindah ketempat ini. Akhirnya Syarif pun pindah ketempat
itu. Nama yang di pakai untuk pemukiman baru ini tidak berubah yaitu tetap Muara Danau. Itulah
cerita singkat mengenai desa Muara Danau yang pernah saya dengar dari orang-orang tua dan
para pakar sejarah Semende, disini mungkin sekali terdapat berbagai kekurangan baik cara
penyajian maupun sumber referensi, untuk itu kritik dan saran saudara yang lebih faham sejarah
Semende sangat saya harapkan.

Cagar Alam Semende Darat Laut


WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki bangunan cagar budaya berupa rumah
tradisional suku semendo yang terdapat di Desa Pulau Panggung. Pada saat pelaksanaan upacara
adat maupun acara musyawarah keluarga, anggota keluarga yang menempati tempat duduk di
dalam rumah secara otomatis sudah ditentukan sendiri dimana posisi duduk di dalam rumah.
Arsitektur rumah ini terdapat eberapa ruang dan ruang utama dengan lantai yang beberapa
tingkat dan yang duduk menempati lantai sesuai dengan kedudukannya masing-masing, yang
paling tinggi adalah meraje sedangkan yang duduk lantai paling rendah atau diluar adalah anak

LAPORAN ANTARA

149
kandang atau keponakan dari anak belai.

Rumah Adat Semendo atau Rumah Baghli Semendo dijadikan situs cagar budaya Rumah
Tradisional Semendo dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,
selain itu juga kebijakan ini didukung oleh Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 2
Tahun 2021 tentnag Arsitektur Bangunan Gedung Berornamen Jati Diri Budaya di Sumatera
Selatan. Rumah Tradisional Semendo di Kecamatan Semende Darat Laut yaitu kawasan cagar
budaya rumah adat khas semendo yang terdapat di Desa Pulau Panggung atau lebih tepatnya
berada di SWP A blok A.2. Pengelolaan Rumah Tradisional Semendo ini berada dibawah
pengelolaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.

Gambar 4. 51 Peta Lokasi Rumah Adat Semendo di Desa Pulau Panggung

LAPORAN ANTARA

150
Gambar 4. 52 Foto Rumah Tradisional Semendo

4.11 Analisis Kelembagaan

4.11.1 Kelembagaan Pemerintah


Stakeholder dalam penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
adalah sebagai berikut:
a. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Muara Enim
Kegiatan penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang
diinisiasi oleh Dinas PUPR Kabupaten Muara Enim. Dengan adanya Tim Teknis yang
berasal dari jajaran OPD Kabupaten Muara Enim diharapkan dapat menjadi wadah
media komunikasi antar stakeholders terkait penataan kawasan perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut yang memiliki potensi pada bidang pertanian dan perkebunan serta
pariwisata yang diharapkan dapat berkelanjutan.
Lembaga ini memantau, mengawasi, dan memberikan bantuan atau kelangsungan
program yang disusun dalam RDTR WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
Bekerjasama dengan konsultan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Muara Enim ikut terlibat membantu pelaksanaan RDTR ini.
● Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana permukiman, tata ruang,
dan tata perkotaan di kawasan peremajaan.
● Melaksanakan pengawasan, pengendalian, pengembangan, rehabilitasi,
peningkatan, dan pengembangan operasi serta pemeliharaan dan

LAPORAN ANTARA

151
pembangunan jalan, sarana, dan prasarana permukiman, tata ruang di kawasan
perencanaan.
● Melaksanakan penanggulangan banjir dan longsor serta bencana lainnya serta
usaha pengendalian pemanfaatan guna lahan di kawasan perencanaan.
b. Kecamatan Semende Darat Laut
● Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan pengembangan kawasan
perencanaan berkerjasama dengan Dinas-dinas Pemerintah Daerah Kabupaten
Muara Enim.

Gambar 4. 53 Diagram Kelembagaan

4.11.2 Analisis Kelembagaan Non Pemerintah


Kelembagaan non pemerintah yang terlibat dalam RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah sebagai berikut:
a. Konsultan Perencana
Peranan konsultan dalam program pembangunan RDTR adalah sebagai berikut:
● Memberikan konsultasi dan rekomendasi dalam hal perencanaan dan desain
teknis.
● Memberikan konsultasi dan rekomendasi pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Muara Enim dalam hal perencanaan wilayah dari aspek fisik, ekonomi, sosial,

LAPORAN ANTARA

152
budaya serta lingkungan binaan.
● Membantu dalam hal pemberian supervisi terhadap terlaksananya program
secara keseluruhan. Hal ini juga dimaksudkan sebagai kontrol agar pelaksanaan
program peremajaan dapat berlangsung sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama.
b. NGO (Non-Government Organization)
NGO dapat berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kepada CBO (Community
Based Organization) berfungsi sebagai perantara dalam menyalurkan dana dari
lembaga-lembaga keuangan non pemerintah atau Yayasan sebagai development agency
atau agen pembangunan bagi CBO baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik
peranan LSM berupa bantuan pengadaan sarana prasarana lingkungan permukiman bagi
penduduk setempat dan sebagainya. Sedangkan peran non fisik LSM misalnya dalam
membantu menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup.
Sedangkan peran LSM terhadap pemerintah adalah berupa masukan-masukan dari CBO
yang ada di kawasan program, saran-saran mengenai keberhasilan program. Sebagai
development agency, peran LSM akan mengisi CBO apabila CBO di kawasan
perencanaan belum termotivasi terhadap program yang akan dilaksanakan.
c. CBO
CBO atau organisasi dari aspirasi masyarakat di kawasan program secara institusional
maupun dalam pengambilan keputusan. CBO diharapkan dapat berperan secara aktif
berinteraksi baik dengan pemerintah, LSM, konsultan maupun kepada masyarakat yang
terkena program.
CBO diharapkan dapat menjembatani kepentingan antara berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap program. Untuk itulah CBO yang dapat dimanifestasikan
dalam wujud koperasi, LKMD dan sebagainya harus diikutsertakan sebagai salah satu
unsur dalam proses pengambilan keputusan (decision making process) baik pada tahap
pra-konstruksi pelaksanaan program, selama konstruksi maupun pada pasca-konstruksi.
d. Swasta
Peran pihak swasta dalam kaitannya program pembangunan yaitu berpartisipasi dalam
penyediaan dan pelayanan sarana prasarana perkotaan yang memerlukan investasi
sektor swasta dalam jumlah besar. Pentingnya keterlibatan pihak swasta sangat
mendorong sukses dan berhasilnya perencanaan kawasan. Dalam hal ini pihak swasta
selain berpatisipasi dalam penyediaan dan pelayanan sarana prasarana juga mempunyai
keterlibatan dalam hal peminjaman modal untuk mengimbangi peningkatan efisiensi
pelaksanaan proyek.

4.11.3 Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat dalam penyusunan RDTR dan PZ WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut terdiri dari:
1. Manfaat
a. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan hak, kewajiban, dan

LAPORAN ANTARA

153
peranannya dalam proses penyusunan dan pembangunan ruang, sehingga tumbuh
rasa memiliki dan tanggung jawab yang kuat terhadap hasil-hasilnya.
b. Meningkatkan hasil guna penataan dan pembangann kawasan serta lingkungan
karena adanya kepercayaan publik terhadap perencanaan tata ruang itu sendiri.
c. Meningkatkan kepastian hukum dalam berinvestasi pada wilayah perencanaan.
2. Prinsip Utama
a. Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi perencanaan detail tata ruang, mulai dari
proses penyusunan maupun sampai pada pengeluaran produk rencana.
b. Pemerintah Daerah sebelum melakukan pengedahan produk rencana, terlebih
dahulu melakukan uji materi rencana melalui public hearing (dapat menggunakan
media tertentu), dengan tetap membuka kemungkinan adanya kritisi, perubahan
sampai pada penolakan.
c. Efisiensi dan efektifitas; keputusan harus diambil secara efisien dan efektif dengan
mengedepankan kemampuan masyarakat, kepentingan umum, guna tercapainya
kesejahteraan masyarakat secara luas.
d. Produk rencana merupakan hasil dari kesepakatan bersama, hasil dari dialog serta
negosiasi berbagai pihak yang terlibat ataupun yang pihak terkena dmapak
perencanaan.
e. Produk rencana yang telah disepakati bersama tersebut, menjadi konsekuensi
bersama dan isi rencana mengikat melalui pengesahan Peraturan Daerah atau
Peraturan Kepala Daerah.
f. Pengaturan teknis yang tidak diatur dalam perencanaan detail tata ruang, harus
mengikuti kaidah teknis, lingkungan, dan tidak menimbulkan dampak penting yang
luas.
g. Adanya sistem monitoring, evaluasi, dan pelaporan yang transparan dan terbuka
bagi publik.
3. Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Pelaksanaan Penataan Ruang
a. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan penataan
ruang.
b. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang dan
program pembangunan.
c. Bantuan teknik dan pengolahan dalam pemanfaatan ruang.
d. Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
4. Bentuk Peran Masyarakat dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang
a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang skala daerah, kecamatan, dan kawasan
termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang
kawasan yang dimaksud dan/atau sumber daya tanah, air, udara, dan sumber daya
lainnya.
b. Memberikan masukan atau laporan tentang masalah yang berkaitan dengan
perubahan atau penyimpangan pemanfaatan ruang dari peraturan yang telah
disepakati.
c. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan

LAPORAN ANTARA

154
ruang.
d. Mengajukan keberatan dan gugatan melalui instansi yang berwenang menangani
gugatan kepada pemilik, pengelola, dan/atau pengguna atas penyelenggaraan
peruntukan ruang, bangunan dalam kawasan dan lingkungannya.
5. Tata Cara Peran Masyarakat dalam Pelaksanaan Peraturan Zonasi
Disesuaikan dengan jangka waktu pelaksanaan prosesnya sendiri:
a. Bersifat periodik, jangka menengah, dapat dibuat panitia khusus yang sifatnya ad-
hoc atau tidak permanen. Panitia khusus ini dibentuk melalui Surat Keputusan
Kepala Daerah.
b. Bersifat sepanjang waktu atau sewaktu-waktu karena berbasis pada kasus-kasus
yang terjadi dapat dibentuk komite perencanaan yang mempunyai tugas pokok dan
fungsi khusus di bidang perencanaan dan bersifat independent serta mempunyai
kewenangan legal formal untuk menindaklanjuti persoalan-persoalan penataan
ruang.
6. Pelayanan Minimal dalam Penyampaian Informasi Penataan Ruang
Era globalisasi yang ditandai dengan perubahan lingkungan dan munculnya era
keterbukaan mengharuskan pemerintah, baik pusat maupun daerah melakukan
repositioning pelayanan publik yang sebelumnya berparadigma monopolistic menuju
pada paradigma yang berorientasi kepada pelayanan publik (pelayanan kepada
masyarakat).
Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran bahwa paradigma pelayanan
publik telah berubah adalah keberanian pemerintah, baik pusat maupu daerah untuk
melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap kepuasan masyarakat
yang dilayaninya.
Dalam kehidupan masyarakat modern, pelayanan jasa yang berkualitas atau pelayanan
prima (service excellence) sangat diharapkan. Pelayanan ini berpengaruh dan merubah
arah manajemen publik yang terkait dengan pelayanan umum (pelayanan aparatur
pemerintah pada masyarakat). Pelayanan umum yang berkualitas (service excellence
management) merupakan suatu upaya meningkatkan performansi secara terus-
menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi area
fungsional dari suatu organisasi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Memang pada saat ini pemerintah belum dapat melayani rakyatnya secara menyeluruh
dan maksimal, namun demikian pemerintah selalu terus berusaha untuk melayani
masyarakatnya secara maksimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat yang dapat diukur dalam bidang penataan ruang bagi pemerintah
kabupaten/kota, telah ditetapkan adanya Standar Pelayanan Minimal bidang penataan
ruang.
Hakekat dari pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan, pengakuan martabat
dan peningkatan serta apresiasi terhadap harga diri masyarakat. Kebijakan desentralisasi
pembangunan dimaksudkan untuk peningkatan quality of life masyarakat secara
merata. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah maka terdapat keleluasaan
pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan sendiri atas prakarsa, kreatifitas

LAPORAN ANTARA

155
dan peran masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan wilayahnya dalam
segala bidang, tidak terkecuali di bidang penataan ruang.
Standar pelayanan minimal bidang Penataan Ruang disusun berdasarkan kewenangan
wajib pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangn yang
berlaku yang harus diberikan kepada masyarakat. Disamping itu standar pelayanan
minimal harus memenuhi beberapa kriteria seperti berikut:
● Melindungi hak-hak konstitusional perseorangan maupun masyarakat secara
umum.
● Melindungi kepentingan Nasional yang ditetapkan berdasarkan konsensus
Nasional.
● Memenuhi komitmen Nasional yang berkaitan dengan perjanjian dan konvensi
Nasional.
Sebagaimana kita telah diketahui bersama bahwa dalam penataan ruang pada dasarnya
terminologi yang dibangun akan mencakup aspek perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Begitu pula dengan standar pelayanan minimal juga
dibangun dalam terminologi yang sama, yaitu pelayanan minimal pada tahap
perencanaan, tahap pemanfaatan ruang dan tahap pengendalian pemanfaatan ruang.
Sebagai standar minimal, maka paling tidak pemerintah kabupaten/kota harus dapat
mengimplementasikan ketentuan-ketentuan yang ada pada standar pelayanan minimal
yang telah ditetapkan tersebut. Namun demikian akan lebih baik lagi apabila pemerintah
kabupaten/kota dapat mengembangkan dengan mengakomodasikan keraifan lokal yang
ada dan berkembang di wilayahnya masing-masing, sehingga masyarakat menjadi
semakin mudah untuk berperan serta dan terlibat dalam kegiatan penataan ruang.
Tabel 4. 77 Badan atau Dinas atau Lembaga yang Terlibat Langsung dalam Pembangunan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut
BADAN/ DINAS/ LEMBAGA PERAN
Badan Perencanaan Pelaksanaan dan penyusunan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
Pembangunan, Penelitian, dan bidang perencanaan pembangunan daerah
Pengembangan Daerah
Dinas Pekerjaan Umum dan Pelaksanaan dan penyusunan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dengan
Penataan Ruang tata ruang dan bangunan.
Dinas Perumahan Rakyat dan Penyediaan perumahan dan sarana prasarana lingkungan permukiman dan
Kawasan Permukiman pemakaman
Dinas Perhubungan Penyediaan moda trayek angkutan umum telah tersebar ke di Kecamatan
Semende Darat Laut dengan daerah lainnya di Kabupaten Muara Enim
Dinas Penanaman Modal Dan Pelaksanaan perijinan yang terpadu serta penanaman modal
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Dinas Lingkungan Hidup, Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
Kebersihan dan Pertamanan bidang lingkungan hidup
Kebersihan Pemenuhan sarana persampahan, ruang terbuka hijau dan pertamanan
Badan Pertanahan Nasional Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan
Badan Penanggulangan Bencana Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
Daerah bidang bencana alam

LAPORAN ANTARA

156
BADAN/ DINAS/ LEMBAGA PERAN
Dinas Perindustrian dan Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
Perdagangan bidang perindustrian dan perdagangan
Dinas Komunikasi, Informatika, Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
dan Statistik bidang komunikasi dan informasi
PDAM Pemenuhan jaringan air bersih Kecamatan Semende Darat Laut untuk seluruh
aspek
PLN Pemenuhan jaringan listrik Kecamatan Semende Darat Laut untuk seluruh
aspek
Telkom Pemenuhan jaringan kabel dan nirkabel di Kecamatan Semende Darat Laut
Kecamatan Semende Darat Laut Yang memiliki wilayah perencanaan dan memiliki wewenang untuk
mengembangkan wilayahnya.
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

157
Gambar 4. 54 Skema Arahan Kelembagaan dalam Kegiatan Perencanaan dengan Kewenangan Setiap SOTK

LAPORAN ANTARA

158
4.12 Analisis Karakteristik Peruntukan Zona

Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik.
Analisis karakteristik peruntukan zona berdasarkan kondisi yang diharapkan dilakukan untuk
secara jelas memberikan gambaran mengenai arahan zona yang akan direncanakan berdasarkan
pada keadaan eksisting dan hasil analisis penyusunan RDTR. Dengan ditentukannya arahan
pengembangan zona tersebut, secara mendasar akan membentuk suatu konsep penataan ruang
di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang memenuhi akan
kegiatan-kegiatan yang terstruktur sebagai zona dan sub zona. Analisis ini didasarkan pada
arahan ketentuan umum peraturan zonsi dari RTRW Kabupaten Maura Enim dengan
membandingkan penentuan zona yang telah disampaikan dalam Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Penyusunan, Peninjauan Kembali, Reivisi dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota dan Rencana Detail Tata Ruang.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, terdapat beberapa guna lahan yang saat ini
berkembang di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut, yaitu
perumahan, perdagangan dan jasa, perkebunan, pertanian, kegiatan wisata, pendidikan, fasilitas
umum, dan lain-lain. Guna lahan ini yang kemudian dapat dikembangkan untuk menjadi zona
dan sub zona di dalam penentuan rencana pola ruang RDTR Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut. Zona yang akan dikembangkan selain berdasarkan guna lahan eksisting, perlu
mempertimbangkan arahan rencana pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim dan kebutuhan
pengembangan berdasarkan analisis sumber daya buatan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
dibuat kualitas yang diharapkan untuk setiap zona yang akan dikembangkan sebagai dasar
penentuan rencana pola ruang. Analisis karakteristik peruntukan zona/sub zona berdasarkan
kondisi yang diharapkan dilakukan untuk mengidentifikasi definisi dan kualitas lokal minimum
pada masing-masing zona/sub zona serta menjadi rumusan bagi:
• Ketentuan penggunaan lahan
• Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
• Ketentuan tata bangunan
• Ketentuan khusus
Lebih jelasnya mengenai analisis karakteristik peruntukan zona berdasarkan kondisi yang
diharapkan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 78 Pengkatogerian Penggunaan Lahan Eksisting Berdasarpak Permen ATR/KBPN No. 11 Tahun 2021
PERUNTUKAN ZONA (PERMEN ATR/KBPN
N 11/2021)
PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING
O KOD
ZONA
E
1 Kolam
Badan Air BA
2 Sungai
3 Jalan Badan Jalan BJ
4 Hutan Lainnya
5 Perkebunan Pertanian P
6 Sawah

LAPORAN ANTARA

159
PERUNTUKAN ZONA (PERMEN ATR/KBPN
N 11/2021)
PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING
O KOD
ZONA
E
7 Bangunan Kesehatan
8 Bangunan Pendidikan
9 Bangunan Peribadatan Sarana Pelayanan Umum SPU
10 Bangunan Sosial
11 Lapangan Olahraga
12 Bangunan Industri Peruntukan Lainnya PL
13 Bangunan Pariwisata dan Hiburan Pariwisata W
14 Bangunan Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa K
15 Bangunan Perkantoran Perkantoran KT
16 Bangunan Permukiman Perumahan R
17 Bangunan Pertahanan dan Keamanan Pertahanan dan Keamanan HK
18 Makam
Ruang Terbuka Hijau RTH
19 Pekarangan
20 Semak Belukar
Berpotensi Menjadi Zona yang
21 Tegalan/Ladang
Direncanakan
22 Tanah Kosong
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

160
Tabel 4. 79 Karakteristik Peruntukan Zona

PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS


ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
ZONA LINDUNG
ZONA BADAN AIR (BA)
Badan AIr BA Air permukaan bumi yang berupa n/a n/a n/a n/a n/a n/a
sungai, danau, embung, waduk, dan
sebagainya.
ZONA PERLINDUNGAN SETEMPAT (PS)
Perlindungan PS Daerah yang diperuntukan bagi n/a n/a n/a • Setiap usaha da/atau • Pemanfaatan dan kegiatan n/a
Setempat kegiatan pemanfaatan lahan yang kegiatan yang boleh pada kawasan yang dapat
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dilaksanakan berdasarkan mengganggu fungsi kawasan
dalam tata kehidupan masyarakat peraturan perundang- • Membuang limbah tidak sesuai
untuk melindungi dan mengelola udangan di dalam kawasan ketentuan peraturan
lingkungan hidup secara lestari, serta sempadan sungai wajib perundang-undang
dapat menjaga kelestarian jumlah, memiliki dokumen • Kegiatan yang dapat
kualitas penyediaan tata air, lingkungan AMDAL dan izin mengganggu kelestarian
kelancaran, ketertiban pengaturan, lingkungan sumberdaya air, keseimbangan
dan pemanfaatan air dari sumber- • Pengembangan kegiatan fungsi lindung, kelestarian flora
sumber air. Termasuk di dalamnya budi daya dan pelestarian & fauna, serta pemanfaatan
kawasan kearifan lokal dan perikanan air tawar hasil tegakan
sempadan yang berfungsi sebagai dilakukan pada kawasan
kawasan lindung antara lain sempadan sungai, danau
sempadan pantai, sungai, mata air atau waduk atau situ yang
tidak memiliki fungsi
sebagai sumber air baku
ZONA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
Rimba Kota RTH-1 Suatu hamparan lahan yang n/a n/a n/a n/a n/a n/a
bertumbuhan pohon-pohon yang
kompak dan rapat di dalam wilayah
perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak, yang ditetapkan
sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang.

LAPORAN ANTARA

161
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
Taman Kota RTH-2 Lahan terbuka yang yang berfungsi n/a n/a n/a • Pendirian bangunan • Pembangunan reklame dan n/a
sosial dan estetik sebagai sarana dibatasi hanya untuk sejenisnya di RTH yang dikelola
kegiatan rekreatif, edukasi atau bangunan penunjang oleh Pemda
kegiatan lain yang ditujukan untuk kegiatan rekreasi dan • Kegiatan yang mengubah
melayani penduduk satu kota atau fasilitas umum lainnya dan/atau merusak RTH
bagian wilayah kota
Taman RTH-3 Taman yang ditujukan untuk Tempat rekreasi n/a n/a • Pendirian bangunan • Pembangunan reklame dan n/a
Kecamatan melayani penduduk satu kecamatan dan olahraga dibatasi hanya untuk sejenisnya di RTH yang dikelola
masyarakat skala bangunan penunjang oleh Pemda
kecamatan dan kegiatan rekreasi dan • Kegiatan yang mengubah
menjadi area fasilitas umum lainnya dan/atau merusak RTH
terbuka sebagai
ruang alternatif
mitigasi/evakuasi
Taman RTH-4 Taman yang ditujukan untuk Tempat rekreasi n/a n/a • Pendirian bangunan • Pembangunan reklame dan n/a
Kelurahan melayani penduduk satu kelurahan dan olahraga dibatasi hanya untuk sejenisnya di RTH yang dikelola
masyarakat skala bangunan penunjang oleh Pemda
kelurahan dan kegiatan rekreasi dan • Kegiatan yang mengubah
menjadi area fasilitas umum lainnya dan/atau merusak RTH
terbuka sebagai
ruang alternatif
mitigasi/evakuasi
Taman RW RTH-5 Taman yang ditujukan untuk n/a n/a • Pendirian bangunan • Pembangunan reklame dan n/a
melayani penduduk satu RW, dibatasi hanya untuk sejenisnya di RTH yang dikelola
khususnya kegiatan remaja, kegiatan bangunan penunjang oleh Pemda
olahraga masyarakat, serta kegiatan kegiatan rekreasi dan • Kegiatan yang mengubah
masyarakat lainnya di lingkungan RW fasilitas umum lainnya dan/atau merusak RTH
tersebut.

LAPORAN ANTARA

162
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
Pemakaman RTH-7 Penyediaan ruang terbuka hijau yang Ruang untuk n/a n/a n/a n/a n/a
berfungsi utama sebagai tempat tempat
penguburan jenazah. Selain itu juga pemakaman
dapat berfugnis sebagai daerah umum
resapan air, tempat pertumbuhan
berbagai jenis vegetasi, pencipta
iklim mikro serta
tempat hidup burung serta fungsi
sosial masyarakat disekitar seperti
beristirahat dan sebagai sumber
pendapatan.
ZONA BUDI DAYA
ZONA BADAN JALAN (BJ)
Badan Jalan BJ Badan jalan yang berada di antara
kisi-kisi jalan dan merupakan lajur
utama yang meliputi jalur lalu lintas
dan bahu jalan.
ZONA PERTANIAN (P)
Tanaman P-1 Peruntukan ruang lahan basah Pertanian • Permukiman perdesaan di • Alih fungsi lahan pertanian n/a
Pangan beririgasi, rawa pasang surut dan tanaman pangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B)
lebak dan lahan basah tidak beririgasi berkelanjutan tanaman pangan non irigasi yang tidak sesuai dengan
serta lahan kering potensial untuk tidak terganggu teknis hanya diperuntukan peraturan perundang-
pemanfaatan dan pengembangan oleh aktivitas bagi penduduk yang undangan
tanaman pangan.2 yang berkembang bekerja di sektor pertanian • Kegiatan perkotaan di
di sekitarnya • Pengendalian secara ketat sepanjang jalur transportasi
konversi lahan sawah yang menggunakan lahan
beririgasi non teknis sawah dikonversi
• Bangunan prasarana • Menggunakan lahan yang
wilayah dan bangunan dikelola dengan mengabaikan
yang bersifat mendukung kelestarian lingkungan
kegiatan pertanian • Pemborosan penggunaan
• Kegiatan wisata alam sumber air
secara terbatas, penelitian, • Pada kawasan pertanian
dan pendidikan tanaman pangan yang memiliki
fungsi gambut budi daya tidak

LAPORAN ANTARA

163
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
diizinkan keigatan yang
mengakibatkan penurunan
muka air tanah di lahan gambut
lebih dari 0,4 meter di bawah
permukaan gambut dan atau
tereksposnya sedimen berpirit
dan atau kwarsa di bawah
lapisan gambut
Hortikultura P-2 Peruntukan ruang lahan kering n/a n/a n/a • Permukiman pekrotaan • Menggunakan lahan yang n/a
potensial untuk pemanfaatan dan dengan intensitas dikelola dengan mengabaikan
pengembangan tanaman hortikultura pemanfaatan ruang kelestarian lingkungan
secara monokultur maupun tumpang kepadatan sedang sampai • Pada kawasan hortikultura
sari. dengan tinggi yang memiliki fungsi gambut
• Permukiman perdesaan budidaya tidak diizinkan
dengan intensitas kegiatan yang mengakibatkan
pemanfaatan ruang penurunan muka air tanah di
kepadatan rendah lahan gambut atau
• Bangunan prasarana tereksposenya sedimen berpirit
wilayah dan bangunan dan atau kwarsa di bahwa
yang bersifat mendukung lapisan gambut
kegiatan pertanian
• Kegiatan wisata alam
secara terbatas, penelitian,
dan pendidikan
Perkebunan P-4 Peruntukan ruang yang memiliki n/a n/a n/a • Permukiman perkotaan • Penanaman jenis tanaman n/a
potensi untuk dimanfaatkan dan dengan intensitas perkebunan yang bersifat
dikembangkan baik pada lahan basah pemanfatan ruang menyerap air dalam jumlah
dan atau lahan kering untuk kepadatan sedang dengan banyak, terutama kawasan
komoditas perekbunan. tinggi perkebunan yang berlokasi di
• Permukiman perdesaan daerah hulu/kawasan resapan
dengan intensitas air
pemanfaatan ruang • Pada kawasan perkebunan
kepadatan rendah yang memiliki fungsi gambut
• Merubah jenis tanaman budidaya tidak diizinkan
perkebunan yang tidak kegiatan yang mengakibatkan
sesuai dengan perizinan penurunan muka air tanah di

LAPORAN ANTARA

164
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
harus melakukan proses lahan gambur lebih dari 0,4
perizinan ulang meter di bawah permukaan
• Bangunan yang bersifat gambut dan atau tereksposnya
mendukung kegiatan sedimen berpirit dan atau
perkebunan dan jaringan kwarsa di bawah lapisan
prasarana wilayah gambut
• Ketentuan kemiringan
lahan 0-8% untuk pola
monokultur, tumpangsari,
interkultur atau campuran
melalui konservasi
vegetative mencakup
tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa dan
pengelolaan tanah
minimum
• Ketentuan kemiringan
lahan 8-15% untuk pola
tanaman monokultur,
tumpangsari, interkultur
atau campuran, tindakan
konservasi vegetative dan
tindakan konservasi sipil
teknis.
• Ketentuan kemiringan
lahan 15-40% untuk pola
tanam monokultur,
interkultur atau campuran,
melalui tindakan
konservasi vegetative dan
tindakan konservasi sipil
teknis, serta menggunakan
tanaman tahunan
perkebunan yang bersifat
konservasi
ZONA PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK (PTL)

LAPORAN ANTARA

165
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
Pembangkita PTL Peruntukan ruang yang menduknug n/a n/a n/a n/a n/a n/a
n Tenaga kegiatan memproduksi tenaga listrik.
Listrik
ZONA PARIWISATA
Pariwisata W Peruntukan ruang yang merupakan Wisata alam dan • Pemanfaatan potensi • Pembatasan pendirian n/a n/a
bagian dari kawasan budi daya yang buatan yang unik alam dan budaya bangunan hanya untuk
dikembangkan untuk dan berdaya tarik masyarakat sesuai daya menunjang kegiatan
mengembangkan kegiatan pariwisata kuat bagi dukung dan daya pariwisata
baik alam, buatan, maupun budaya wisatawan tampung lingkungan
mancanegara dan • Pemanfaatan kawasan
lokal, namun fungsi lindung untuk
tetap kegiatan wisata
mempertahankan dilaksanakan sesuai azas
keberlanjutan konservasi sumberdaya
lingkungan alam hayati dan
ekosistemnya,
perlindungan terhadap
situs peninggalan
kebudayaan masa lalu

ZONA PERUMAHAN
Perumahan R-2 Peruntukan ruang yang merupakan Perumahan • Dialihfungsikan sesuai • Penetapan garis sempadan • Mengembangkan kegiatan
Kepadatan bagian dari kawasan budidaya kepadatan tinggi dengan ketentuan bangunan sesuai dengan yang menganggu fungsi
Tinggi difungsikan untuk tempat tinggal horisontal yang peraturan perundang- fungsi jalan atau ketentuan permukiman dan kelangsungan
atau hunian dengan perbandingan dilengkapi PSD undangan yang berlaku kehidupan sosial masyarakat
yang besar antara jumlah dan kepadatan • Dibangun prasarana • Pengharusan penyediaan
bangunan rumah dengan luas lahan tinggi vertikal wilayah sesuai dengan kelengkapan, keselamatan
yang terjangkau ketentuan peraturan bangunan dan lingkungan
bagi seluruh yang berlaku • Pengharusan penetapan
lapisan • Kegiatan industri skala jenis dan peenrapan
masyarakat. rumah tangga dan syarat-syarat penggunaan
Ketinggian fasilitas sosial ekonomi bangunan
maksimal adalah lainnya dengan skala • Pengharusan penyediaan
15 meter pelayanan lingkungan drainase yang memadai,

LAPORAN ANTARA

166
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
Perumahan R-3 Peruntukan ruang yang merupakan Perumahan • Kawasan permukiman pembuatan sumur resapan
Kepadatan bagian dari kawasan budidaya kepadatan sedang harus dilengkapi dengan yang memadai, pembuatan
Sedang difungsikan untuk tempat tinggal yang dilengkapi fasilitas sosial termasuk tandon-tandon air hujan
atau hunian dengan perbandingan PSD dan menjadi RTH perkotaan sesuai • Pengharusan penyediaan
yang hampir seimbang antara jumlah hunian bagi ketentuan yang berlaku fasilitas parkir bagi
bangunan rumah dengan luas lahan masyarakat • Kegiatan dan fasilitas bangunan untuk kegiatan
menengah, perkotaan usaha
berupa hunian • Kepadatan penghunian
horisontal satu unit hunian untuk satu
Perumahan R-4 Peruntukan ruang yang difungsikan rumah tangga dalam
Kepadatan untuk tempat tinggal atau hunian kawasan permukiman
Rendah dengan perbandingan yang kecil setinggi-tingginya sama
antara jumlah bangunan rumah dengan standar kepadatan
dengan luas lahan layak huni, tidak termasuk
bangunan hunian yang
terletak di dalam kawasan
permukiman tradisional
ZONA SARANA PELAYANAN UMUM
SPU Skala SPU-1 Peruntukan ruang yang merupakan Pengembangan n/a n/a n/a n/a n/a
Kota bagian dari Kawasan budi daya yang ruang untuk
dikembangkan untuk melayani sarana pelayanan
peduduk skala kota umum kota yang
berwawasan
lingkungan
dengan
menyediakan RTH
30% dari luasan
lahan
SPU Skala SPU-2 Peruntukan ruang yang merupakan Pengembangan n/a n/a n/a n/a n/a
Kecamatan bagian dari Kawasan budi dayayang ruang untuk
dikembangkan untuk melayani sarana pelayanan
peduduk skala kecamatan umum kecamatan
yang berwawasan
lingkungan
dengan
menyediakan RTH

LAPORAN ANTARA

167
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
30% dari luasan
lahan

SPU Skala SPU-3 Peruntukan ruang yang merupakan Pengembangan n/a n/a n/a n/a n/a
Kelurahan bagian dari Kawasan budi daya yang ruang untuk
dikembangkan untuk melayani sarana pelayanan
peduduk skala kelurahan umum kelurahan
yang berwawasan
lingkungan
dengan
menyediakan RTH
30% dari luasan
lahan

ZONA CAMPURAN
Campuran C-2 Peruntukan ruang yang terdiri atas Zona dengan mix n/a n/a n/a n/a n/a
Intensitas campuran hunian dan non hunian use
Sedang/Men dengan intensitas pemanfaatan
engah ruang/kepadatan zona terbangun
sedang. Apabila tidak ada
keterbatasan daya dukung
lingkungan dan ketentuan nilai sosial
budaya setempat maka KDB kawasan
campuran intensitas menengah
maksimum 70% dan ketinggian
bangunan 3-5 lantai.
ZONA PERDAGANGAN DAN JASA
Perdagangan K-2 Peruntukan ruang yang merupakan Perdagangan dan n/a n/a n/a n/a n/a
dan Jasa bagian dari Kawasan budi daya jasa yang
Skala Kota difungsikan untuk pengembangan dibutuhkan
kelompok kegiatan perdagangan masyarakat
dan/atau jasa, tempat bekerja, dalam skala
tempat berusaha, tempat hiburan pelayanan

LAPORAN ANTARA

168
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
dan rekreasi dengan skala pelayanan kecamatan
WP dengan pola
pembangunan
perdagangan dan
jasa berupa
bangunan-
bangunan
pertokoan ukuran
sedang yang
mengelompok
Perdagangan K-3 Peruntukan ruang yang merupakan Perdagangan dan n/a n/a n/a n/a n/a
dan Jasa bagian dari Kawasan budi daya jasa yang
Skala SWP difungsikan untuk pengembangan dibutuhkan
kelompok kegiatan masyarakat
perdagangandan/atau jasa, tempat dalam skala
bekerja, tempat berusaha, tempat pelayanan
hiburan dan rekreasi dengan skala kelurahan dengan
pelayanan sub WP pola
pembangunan
perdagangan dan
jasa berupa
bangunan-
bangunan
pertokoan ukuran
kecil yang
mengelompok
dan jarak tempuh
dari permukiman
yang relatif dekat
ZONA PERKANTORAN
Perkantoran KT Peruntukan ruang yang merupakan Pengembangan n/a n/a n/a n/a n/a
bagian dari Kawasan budi daya ruang untuk
difungsikan untuk pengembangan perkantoran
kegiatan pelayanan pemerintahan pemerintah dan
dan tempat bekerja/berusaha, swasta yang
tempat berusaha, dilengkapi dengan berwawasan

LAPORAN ANTARA

169
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
fasilitas umum/sosial pendukungn ya. lingkungan
dengan
menyediakan RTH
50% dari luasan
lahan dan 100%
penggantian
ruang hijau untuk
tiap bangunan
ZONA PERUNTUKAN LAINNYA
Instalasi PL-3 n/a n/a n/a n/a n/a
Pengolahan
Air Limbah
(IPAM)
Pergudangan PL-6 n/a n/a n/a n/a n/a

ZONA TRANSPORTASI
Transportasi TR Peruntukan ruang yang merupakan Halte/shelter n/a n/a n/a n/a n/a
bagian dari peruntukan budi daya direncanakan
yang dikembangkan untuk berada di
menampung fungsi transportasi skala beberapa desa
regional dalam upaya untuk terutama Desa
menduknug kebijakan Muara Dua dan
pengembangan transportasi yang Pulau Panggung.
tertuang di dalam rencana tata ruang
yang meliputi transportasi darat,
udara, dan laut.
ZONA PERTAHANAN DAN KEAMANAN
Pertahanan HK Peruntukan tanah yang merupakan Pengembangan n/a • Penetapan untuk • Pembatasan kegiatan n/a n/a
dan bagian dari kawasan budi daya yang bidang kawasan pertahanan dan budidaya di sekitar
Keamanan dikembangkan untuk menjamin pertahanan dan keamanan sesuai kawasan pertahanan dan
kegiatan dan pengembangan bidang keamanan negara ketentuan peraturan keamanan
pertahanan dan keamanan seperti yang didukung perundang-undangan
kantor, instalasi hankam, termasuk kualitas ruang • Diperkenankan
tempat latihan baik pada tingkat berwawasan penyediaan infrastruktur

LAPORAN ANTARA

170
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
nasional, Kodam, Korem, lingkungan pendukung kawasan
Koramil, dsb dengan pertahanan dan
menyediakan RTH keamanan ditetapkan
30% dari luasan sesuai ketentuan
lahan peraturan perundang-
undangan
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

171
4.13 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat Ini Berkembang dan Mungkin
Akan Berkembang di Masa Mendatang

Untuk memperjelas dari pengertian dan jenis-jenis kegiatan yang ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut, mka akan dijelaskan kegiatan yang akan digunakan dalam
peraturan zonasi yang mengacu pada kegiatan eksisting yang ada hasil dari survei toponimi dan
kegiatan yang mungkin akan terjadi sampai akhir tahun perencanaan. Karakteristik kegiatan yang
sudah ada pada WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada umumnya adalah
perumahan, perdagangan dan jasa, pertanian, dan sarana pelayanan umum. Apabila dikaitkan
dengan kawasan (desa), kegiatan-kegiatan yang cukup padat mengarah linear sepanjang Jalan
Kolektor Sekunder. Sedangkan kegiatan yang masih relatif jarang terkecuali Desa Muara Dua,
Desa Pulau Panggung. Uraian kegiatan yang berkembang di WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 80 Kegiatan yang Sudah Berkembang di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
KBLI 3 KBLI 3
PERDAGANGAN DAN JASA PERUMAHAN
DIGIT DIGIT
472 Warung Kopi 410 Rumah Kopel
472 Warung Minuman
472 Warung Sembako Energi
472 Warung Makan 410 Gardu Listrik
631 Gerai Transaksi Online 422 Menara Telekomunikasi
471 Toko Kelontong
477 Toko Pakan Ternak SPU
477 Toko Pakan Ikan 861 Puskesmas
474 Toko Alat Komunikasi 931 Lapangan Bola
478 Bensin Eceran 949 Kantor Lembaga Adat
862 Bidan 851 Sekolah Dasar
454 Cuci Motor
141 Tukang Jahit
331 Bengkel Motor
331 Bengkel Mobil
331 Tambal ban
641 Koperasi
477 Penjual Kayu
477 Toko Kussen/ Profil
477 Toko Material
477 Penjual Daging Ayam
641 Bank
641 ATM Center
477 Apotik
961 Salon
477 Agen Gas Elpiji
532 Agen Titipan Paket
799 Biro Jasa
821 Foto Copy

LAPORAN ANTARA

172
KBLI 3 KBLI 3
PERDAGANGAN DAN JASA PERUMAHAN
DIGIT DIGIT
473 Pom Bensin
952 Service jam
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Untuk rencana kedepannya, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ini akan
dikembangkan sentra industri kopi dimana Semende Darat Laut menjadi pusat penghasil kopi di
Kabupaten Muara Enim. Selain aktivitas industri pengolahan kopi juga pengembangan pusat
perdagangan dan jasa akan menimbulkan kegiatan-keigatan sampingan yang cukup beraga,
terutama sektor perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya, kegiatan yang akan muncul pada
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dapat dilihat pada tabel berikut. Kegiatan-
kegiatan tersebut diterjemahkan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indoensia (KLBI) Tahun
2020 tiga digit.
Tabel 4. 81 Kegiatan yang Akan Muncul ada WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
KBLI DIGIT
RENCANA
3
Perikanan Kantor Pusat dan Konsultasi
Manajemen
032 Perikanan Budidaya 70 Aktivitas Konsultasi Manajemen
2

Industri Arsitektur dan Keinsinyuran; Analisis


dan Uji Teknis
331 Reparasi Produk Logam Pabrikasi, Mesin dan 71 Aktivitas Arsitektur dan Keinsinyuran
Perlatan 1
332 Instalasi/Pemasangan Mesin dan Peralatan 71 Analisis dan Uji Teknis
Industri 2
310 Industri Furnitur
773 Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Periklanan dan Penelitian Pasar
Opsi Mesin, Peralatan dan Barang Berwujud
Lainnya
73 Periklanan
1
73 Penelitian Pasar
2
Listrik
351 Ketenagalistrikan
353 Pengadaan Uap/ Air Panas, Udara Dingin dan 74 Aktivitas Desain Khusus
Produksi Es 1
74 Aktivitas Fotografi
2
Air 74 Aktivitas Profesional, Ilmiah, dan
3 Teknis Lainnya
360 Treatment Air
370 Treatment Air Limbah 75 Aktivitas Kesehatan Hewan
0
381 Pengumpulan Limbah dan Sampah
382 Treatment dan Pembuangan Sampah Penyewaan dan Sewa Guna
390 Aktivitas Remediasi dan Pengolahan Limbah 77 Penyewaan dan Sewa Guna Usaha
dan Sampah Lainnya 1 Tanpa Hak Opsi Mobil, Bus, Truk dan
Sejenisnya
77 Penyewaan dan Sewa Guna Usaha
2 Tanpa Hak Opsi Barang Pribadi dan
Rumah Tangga

LAPORAN ANTARA

173
KBLI DIGIT
RENCANA
3
Konstruksi 77 Penyewaan dan Sewa Guna Usaha
3 Tanpa Hak Opsi Mesin, Peralatan dan
Barang Berwujud Lainnya
410 Konstruksi Gedung 77 Penyewaan dan Sewa Guna Usaha
4 Tanpa Hak Opsi Aset Non Finansial,
Bukan Karya Cipta
421 Konstruksi Jalan dan Rel 78 Aktivitas Penyediaan Tenaga Kerja
2 Waktu Tertentu
422 Konstruksi Jaringan Irigasi, Komunikasi dan 78 Pelatihan Kerja
Limbah 4
429 Konstruksi Bangunan Sipil Lainnya 79 Aktivitas Agen Perjalanan dan
1 Penyelenggara Tur
431 Pembongkaran dan Penyiapan Lahan 79 Jasa Reservasi Lainnya
9
432 Instalasi Sistem Kelistrikan, Air, Pipa dan
Instalasi Konstruksi Lainnya
433 Penyelesaian Konstruksi Bangunan Keamanan
439 Konstruksi Khusus Lainnya 80 Aktivitas Keamanan Swasta
1
80 Aktivitas Jasa Sistem Keamanan
2
Perdagangan
451 Perdagangan Mobil Jasa Gedung dan Pertamanan
452 Reparasi dan Perawatan Mobil 81 Aktivitas Kebersihan
2
453 Perdagangan Suku Cadang dan Aksesori Mobil 81 Aktivitas Jasa Perawatan dan
3 Pemeliharaan Taman
454 Perdagangan, Reparasi dan Perawatan
Sepeda Motor dan Perdagangan Suku Cadang
dan Aksesorisnya
461 Perdagangan Besar Atas Dasar Balas Jasa Aktivitas Penunjang
(Fee) atau Kontrak
463 Perdagangan Besar Makanan, Minuman dan 82 Jasa Penyelenggara Pertemuan,
Tembakau 3 Perjalanan Insentif, Konvensi,
Pameran, dan Jasa Penyelenggaraan
Event Khusus
464 Perdagangan Besar Barang Keperluan Rumah 82 Aktiivtas Jasa Penunjang Usaha
Tangga 9
471 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang
di Toko
472 Perdagangan Eceran Khusus Makanan, Pendidikan
Muniman dan Tembakau di Toko
473 Perdagangan Eceran Khusus Bahan Bakar 85 PAUD
Kendraan Bermotor 1
474 Perdagangan Eceran Khusus Peralatan 85 Pendidikan Menengah
Informasi dan Komunikasi di Toko 2
475 Perdagangan Eceran Khusus Perlengkapan 85 Pendidikan Tinggi
Rumah Tangga Lainnya di Toko 3
476 Perdagangan Eceran Khusus Barang Budaya 85 Pendidikan Lainnya
dan Rekreasi Khusus di Toko Khusus 4
477 Perdagangan Eceran Khusus Barang Lainnya 85 Kegiatan Penunjang Pendidikan
di Toko 5
479 Perdagangan Eceran Bukan di Toko, Kaki Lima
dan Los Pasar
Kesehatan
Pengangkutan dan Pergudangan 86 Aktivitas Rumah Sakit
1
492 Angkutan Bus 86 Aktivitas Praktik Dokter dan Dokter

LAPORAN ANTARA

174
KBLI DIGIT
RENCANA
3
2 Gigi
494 Angkutan Darat Bukan Bus 86 Aktivitas Pelayanan Kesehatan
9 Manusia Lainnya
521 Pergudangan dan Penyimpanan 87 Aktiivtas Sosial di Dalam Panti untuk
1 Perawatan dan Pemulihan Kesehatan
522 Aktivitas Penunjang Angkutan 87 Aktiivtas Sosial di Dalam Panti untuk
2 Keterbelakangan Mental, Gangguang
Mental, dan Penyalahan Obat
Terlarang
531 Aktivitas Pos 87 Aktiivtas Sosial di Dalam Panti untuk
3 Lanjut Usia dan Penyandang Disabilitas
532 Aktivitas Kurir 87 Aktiivtas Sosial di Dalam Panti untuk
9 Lainnya

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Kesenian Hiburan dan Rekreasi


Makan Minum
551 Penyediaan Akomodasi Jangka Pendek 90 Aktivitas Kesenian, Hiburan dan
0 Kreatifitas
552 Penyediaan Akomodasi Lainnya 93 Aktivitas Olahraga
1
562 Restoran dan Penyediaan Makanan Keliling 93 Aktivitas Rekreasi Lainnya
2
562 Jasa Boga untuk Event Tertentu (Event
Catering) dan Penyediaan Jasa Boga Periode
Tertentu
563 Penyediaan Minuman Jasa Lainnya
94 Aktivitas Organisasi Lainnya
9
Informasi dan Telekomunikasi 95 Reparasi Komputer dan Alat
1 Komunikasi
611 Aktivitas Telekomunikasi dengan Kabel 95 Reparasi Barang Keperluan Pribadi dan
2 Perlengkapan Rumah Tangga
612 Aktivitas Telekomunikasi Tanpa Kabel 96 Aktivitas Jasa Perorangan untuk
1 Kebugaran, Bukan Olahraga
613 Aktivitas Telekomunikasi Satelit 96 Aktiivtas Penatu
2
619 Aktivitas Telekomunikasi Lainnya 96 Aktivitas Jasa Perorangan Lainnya
9
631 Aktivitas Pengolahan Data, Hosting; Portal 97 Aktivitas Rumah Tangga Sebagai
Web 0 Pemberi Kerja dari Personil Domestik
639 Aktivtas Jasa Informasi Lainnya 98 Aktivitas yang Menghasilkan Barang
1 oleh Rumah Tangga yang Digunakan
untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri
Keuangan dan Ausransi 98 Aktivitas yang Menghasilkan Jasa oleh
2 Rumah Tangga yang Digunakan untuk
Memenuhi Kebutuhan Sendiri
641 Perantara Moneter
642 Aktivitas Perusahaan Holding
649 Aktivitas Jasa Keuangan Lainnya, Bukan
Asuransi, Penjaminan, dan Dana Pensiun
651 Asuransi dan Penjaminan
652 Reasuransi dan Penjaminan Ulang
653 Dana Pensiun
661 Aktivitas Penunjang Jasa Keuangan, Bukan
Asuransi, Penjaminan dan Dana Pensiun
662 Aktivitas Penunjang Asuransi, Penjaminan
dan Dana Pensiun
663 Aktivitas Manajemen Dana

LAPORAN ANTARA

175
KBLI DIGIT
RENCANA
3
664 Aktivitas Penyelenggaraan Sistem
Pembayaran dan Jasa Pengolahan Uang
Rupiah

Real Estate
681 Real Estat yang Dimiliki Sendiri atau Disewa
dan Kawasan Pariwisata
682 Real Estat atas Dasar Balas Jasa (Fee) atau
Kontrak

Hukum dan Akuntansi


691 Aktivitas Hukum
692 Aktivitas Akuntansi, Pembukuan dan
Pemeriksa; Konsultasi Pajak

Sumber: Hasil Analisis, 2022

Kawasan perencanaan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut merupakan kawsan


dengan karakter kegiatan pertanian perkebunan dan perdagangan dan jasa yang akan
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan yang ada
cukup heterogen tetapi dengan fungsi yang diembannya baik dari arahan kabupaten dan provinsi
dipastikan berkembang dengan berbagai jenis kegiatan. Berikut kajian kegiatan yang ada, yang
akan berkembang dan akan dikembangkan di wilayah perencanaan WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut.
A. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Perumahan sebagaimana dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana,
dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Kawasan
permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan atau
penghidupan. Sedangkan rumah didefinisikan bangunan gedung yang berfungsi sebagai
tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Berikut analisis jenis dan karakteristik kegiatan
perumahan dan permukiman baik yang ada, yang akan berkembang, maupun arahan dari
kebijakan.
Tabel 4. 82 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perumahan dan Kawasan Permukiman
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK ANALISIS
O
BERKEMBANG
1. Kegiatan - Rumah Tunggal Bangunan dengan struktur - Rumah tunggal akan
Permukiman tunggal, mempunyai terus ada dan
Eksisting di halaman depan, samping berkembang
Perkotaan kanan dan kiri serta
Kecamatan belakang
Semende Darat - Rumah Panggung Rumah panggung - Rumah panggung
Laut merupakan rumah sebagai karakteristik
tradisional yang merupakan lokal diperkirakan akan
budidaya setempat yang berkurang mengingat

LAPORAN ANTARA

176
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK ANALISIS
O
BERKEMBANG
berbentuk panggung atau desain rumah
dasar rumah tidak panggung sudah tidak
menempel pada tanah. lagi diminati banyak
Ketinggian rumah panggung orang
bervariasi, tergantung dari
lokasinya, berkisar 100 cm
bahkan ada sampai 200 cm
2. Arahan a. kawasan permukiman Kegiatan pada kawasan Kegiatan perumahan
Kegiatan RTRW perkotaan dengan permukiman tinggi dan kepadatan tinggi yang
Kabupaten karakter Perumahan sedang diantaranya: mungkin berkembang di
Muara Enim Kepadatan sedang a. Rumah bentuk vertikal SWP A adalah rumah
seperti rumah toko dengan susun rendah yang dapat
kepadatan dan KDB tinggi; berfungsi sebagai tempat
b. Rumah tunggal dengan persinggahan sementara
kepadatan dan KDB atau perumahan pekerja-
sedang. pekerja baik dalam
c. Rumah kampung dengan daerah maupun pekerja
bentuk bangunan diluar daerah.
panggung, lebar kapling
yang beragam dan
berkepadatan sedang, KDB
tinggi dengan prasarana
jalan berupa gang
b. kawasan permukiman Karakter permukiman Karakter kegiatan
perdesaan. perdesaan identik dengan permukiman merupakan
kawasan permukiman kegiatan rumah tunggal.
agraris, dimana rumah utama
dilengkapi dengan halaman
yang dapat dimanfaatkan
sebagai lahan bercocok
tanam dan gudang
penyimpanan hasil
pertanian.
4. Undang- Rumah menurut Jenis: - Rumah Komersial adalah a. Kemungkinan
undang Nomor - Rumah Komersial; Rumah yang meningkatnya fungsi
1 Tahun 2011 - Rumah Swadaya; diselenggarakan dengan Perkotaan Semende
tentang - Rumah Umum; tujuan mendapatkan Darat Laut sebagai
Perumahan - Rumah Negara. keuntungan; kawasan
dan Kawasan - Rumah Swadaya adalah pengembangan
Permukiman Rumah yang dibangun agropolitan akan
atas prakarsa dan upaya menjadi daya tarik
masyarakat; investasi bagi
- Rumah Umum adalah perkembangan rumah
Rumah yang komersial dengan
diselenggarakan untuk bentuk rumah tunggal
memenuhi kebutuhan atau rumah kopel;
rumah bagi masyarakat b. Luas lantai rumah
berpenghasilan rendah; tunggal dan rumah
dan deret memiliki ukuran
- Rumah Negara adalah paling sedikit 36 (tiga
Rumah yang dimiliki puluh enam) meter
negara dan berfungsi persegi.
sebagai tempat tinggal c. Kegiatan perumahan
atau hunian dan sarana berdasarkan benruk
pembinaan keluarga rumah di dapat
serta penunjang berupa:
pelaksanaan tugas - Rumah tunggal.

LAPORAN ANTARA

177
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK ANALISIS
O
BERKEMBANG
pejabat dan/atau - Rumah deret.
pegawai negeri
Rumah menurut a. rumah tunggal adalah
Bentuknya: rumah yang mempunyai
- Rumah tunggal; kaveling sendiri dan salah
- Rumah deret; dan satu dinding bangunan
- Rumah Susun. tidak dibangun tepat
pada batas kaveling.
b. Rumah deret adalah
beberapa rumah yang
satu atau lebih dari sisi
bangunan menyatu
dengan sisi satu atau
lebih bangunan lain atau
rumah lain, tetapi
masing-masing
mempunyai kaveling
sendiri.
c. Rumah susun adalah
bangunan gedung
bertingkat yang dibangun
dalam suatu lingkungan
yang terbagi dalam
bagian-bagian yang
distrukturkan secara
fungsional, baik dalam
arah horizontal maupun
vertikal, dan merupakan
satuansatuan yang
masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan
secara terpisah,
terutama untuk tempat
hunian, yang dilengkapi
dengan bagian bersama,
benda bersama, dan
tanah bersama.
5. Peraturan a. bangunan rumah Bangunan rumah tinggal Kegiatan Rumah tinggal
Daerah tinggal tunggal; sementara diperuntukkan sementara sebagai ruang
Kabupaten b. bangunan rumah sebagai tempat evakuasi bencana
Muara Enim No tinggal deret; penampungan korban diperlukan pada setiap
5 Tahun 2015 c. bangunan rumah bencana mengungsi baik wilayah perencanaan.
Tentang tinggal susun; dan secara massal, penampungan
Bangunan d. bangunan rumah keluarga maupun individual
Gedung tinggal sementara. yang dilengkapi dengan
fasilitas penyediaan air
bersih, fasilita ssanitasi dan
penerangan yang memadai.

LAPORAN ANTARA

178
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK ANALISIS
O
BERKEMBANG
6 Peraturan Kegiatan bidang
Bupati Muara perumahan dan
Enim Nomor 4 permukiman:
Tahun 2019 a. Rumah susun
tentang
Pendelegasian
Kewenangan Di
Bidang
Pelayanan
Perizinan Dan
Non Perizinan
Kepada Kepala
Dinas
Penanaman
Modal Dan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
Kabupaten
Muara Enim

Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan tabel analisis sebelumnya, jenis dan karakteristik kegiatan perumahan dan
permukiman baik yang ada, yang akan berkembang, maupun arahan dari kebijakan di
kecenderungannya dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk rumah yang disimpulkan
adalah rumah tunggal, rumah kopel, rumah deret, rumah panggung, dan rumah tinggal
sementara.

B. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perdagangan dan Jasa


Perdagangan sebagaimana dijabarkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-
DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, mendefinisikan bahwa
perdagangan adalah kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti jual beli, sewa beli,
sewa menyewa yang dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan pengalihan hak atas
barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi. Dengan fungsinya sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) yang akan melayani skala kecamatan alinnya maka kemungkinan
kegiatan perdagangan yang akan semakin berkembang. Dalam analisis kegiatan
perdagangan yang ada dan akan berkembang di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut diantaranya sebagai berikut.
Tabel 4. 83 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perdagangan dan Jasa
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK
O
BERKEMBANG
1. Kegiatan Kegiatan Perdagangan dan
Perdagangan jasa berupa:
Eksisting di WP - Minimarket
Perkotaan Kecamatan - Pasar tradisional
Semende Darat Laut - Warung/kios
- Perhotelan
- Pertokoan

LAPORAN ANTARA

179
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK
O
BERKEMBANG
2. Permendag No 70/M- Pasar Tradisional Pasar yang dibangun dan dikelola oleh
DAG/PER/12/2013 Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan
tentang Pedoman Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Penataan dan Daerah termasuk kerjasama dengan swasta
Pembinaan Pasar dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan
Tradisional, Pusat tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
Perbelanjaan dan menengah, swadaya masyarakat atau koperasi
Toko Modern dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan
proses jual beli barang dagangan melalui tawar
menawar.
Toko Modern Toko Modern adalah toko dengan sistem
pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang
secara eceran yang berbentuk Minimarket,
Supermarket, Department Store, Hypermarket
ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan.
Toko Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi
usaha yang digunakan untuk menjual barang dan
terdiri dari hanya satu penjual.

3. Peraturan Bupati Kegiatan bidang kesehatan: Kegiatan ini merupakan kegiatan perdagangan
Muara Enim Nomor 4 ● Toko Obat/Apotek; dan jasa bidang kesehatan, menjual obat – obatan
Tahun 2019 tentang ● Toko Optic; dan jasa perobatan
Pendelegasian ● Praktek Bidan/Dokter
Kewenangan di ● Panti Pijat/Urut;
Bidang Pelayanan ● Depot Air Minum;
Perizinan Dan Non ● Tukang Gigi.
Perizinan Kepada Kegiatan Perdagangan: Toko swalayan adalah berbagai sarana atau
Kepala Dinas ● Toko Swalayan; tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-
Penanaman Modal ● Pusat Perbelanjaan barang kebutuhan sehari-hari secara eceran.
Dan Pelayanan Sedangkan Pusat Perbelanjaan adalah kumpulan
Terpadu Satu Pintu sekelompok pengusaha eceran (retailer) dan/atau
Kabupaten Muara kegiatan komersil lainnya yang direncanakan,
Enim dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam
satu unit bisnis, pada umumnya menyediakan
tempat parkir.
bidang Kepariwisataan, − Jasa transportasi adalah suatu sistem atau
meliputi: jasa pengangkutan ataupun pemindahan
● Jasa Transportasi barang dan atau manusia dari tempat
● Jasa Makanan dan transportasi itu di mulai hingga menuju
Minuman tempat transportasi itu berakhir.
● Usaha Spa − Jasa Makanan dan Minuman adalah usaha
● Kegiatan Hiburan dan penyediaan makanan dan minuman yang
Rekreasi dilengkapi dengan peralatan dan
● Jasa Penyelenggaraan perlengkapan untuk proses pembuatan,
Pertemuan penyimpanan dan penyajiannya
● Jasa penyediaan − Kegiatan Hiburan dan Rekreasi adalah suatu
akomodasi usaha penyelenggaraan kegiatan berupa
usaha seni pertunjukan, arena permainan,
karaoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi
lainnya.
− Jasa Penyelenggaraan Pertemuan adalah
suatu usaha bangunan yang menyediakan
ruang pertemuan beserta fasilitas
pendukungnya
− Jasa penyediaan akomodasi adalah kegiatan
jasa penyediaan pelayanan penginapan yang
dilengkapi dengan pelayanan lainnya seperti
Hotel, dll..

LAPORAN ANTARA

180
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK
O
BERKEMBANG
Bidang Peternakan: Kegiatan berusaha ini adalah kegiatan yang
● Usaha Tempat Hewan melayani khusus peternakan berupa obat ternak,
Kesayangan (Pet shop, pakan ternak dan tempat penjualan dan penitipan
Poultry shop, Grooing, hewan kesayangan
Kennel Caterry;
● Usaha Obat Hewan;
● Usaha Pakan Ternak;
Usaha Peralatan Ternak;
4. Peraturan Daerah Kegiatan usaha
Kabupaten Muara perdagangan:
Enim No 5 Tahun ● perkantoran;
2015 Tentang ● perdagangan, antara lain
Bangunan Gedung bangunan pasar,
pertokoan, pusat
perbelanjaan, mal dan
sejenisnya;
● gedung perhotelan;
● gedung wisata dan
rekreasi, antara lain
tempat rekreasi, bioskop
dan sejenisnya;
● gedung terminal, antara
lain bangunan stasiun
kereta api, terminal bus
angkutan umum, halte
bus,
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan analisis di atas maka jenis dan karakteristik kegiatan perdagangan dan jasa baik
yang ada, yang akan berkembang maupun arahan dari kebijakan di kecenderungannya
adalah sebagai berikut.
1) Minimarket
2) Toko dan waring
3) Pasar tradisional
4) Pertokoan
5) Kegiatan UMKM
6) Klinik
7) Depot air minum
8) Panti pijat/urut
9) Gedung terminal
10) Pergudangan
11) Kegiatan jasa akomodasi seperti hotel, motel, losmen, rumah pengjnapan dan
sejenisnya, serta rumah kos dan sejenisnya.
Sebagai salah satu aturan pokok yang digunakan dalam pengaturan perkembangan kegiatan
perdagangan pada kawasan perdagangan dan jasa di WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Adapun
aturan tersebut adalah:
1) Mempertimbangkan pemanfaatan ruang dalam rangka menjaga keseimbangan antara

LAPORAN ANTARA

181
jumlah pasar tradisional dengan pusat perbelanjaan dan toko modern.
2) Dalam menetapkan jumlah dan jarak pasar tradisional dengan pusat perbelanjaan dan
toko modern harus mempertimbangkan:
- Tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk
- Potensi ekonomi
- Aksesibilitas
- Dukung keamanan dan ketersediaan infrastrutkur
- Pola kehidupan masyarakat setempat
- Jam kerja toko modern yang sinergi dan tidak mematikan usaha toko eceran
tradisional di sekitarnya.
3) Pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan usaha di bidang pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern, wajib memiliki:
- IUP2T untuk pasar tradisional
- IUPP untuk pertokoan, mall, plaza dan pusat perdagangan
- IUTM untuk minimarket, supermarket, departmen store dan perkulakan
4) Izin Usaha sebagaimana dimaksud diterbitkan oleh Bupati. Bupati melimpahkan
kewenangan penerbitan Izin Usaha kepada Badan Pelayanan Perizinan atas rekomendasi
dari Dinas Peridustrian Perdagangan dan Pasar.

C. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perkantoran


Kegiatan perkantoran merupakan kegiatan dari suatu unit atau organisasi untuk sekelompok
orang yang melakukan kegiatan tata usaha yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
komunikasi dan perekaman suatu informasi secara baik dan terkendali. Sedangkan menurut
Permen ATR/BPN No 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR mendefinisikan
Zona Perkantoran adalah Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat
bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial
pendukungnya. Dengan fungsinya sebagai PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang difungsikan
sebagai wilayah untuk melayani kegiatan skala Kecamatan atau beberapa desa/kelurahan.
Adapun analisis jenis dan karakteristik kegiatan perkantoran dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 4. 84 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perkantoran

N KEGIATAN BERKEMBANG DAN


URAIAN KARAKTERISTIK
O MUNGKIN BERKEMBANG
1. Kegiatan Perkantoran - Kantor Kecamatan - Perkantoran Pemerintahan
Eksisting - Kantor pertahanan dan Skala Kelurahan/Desa
keamanan - Perkantoran Pertahanan dan
- Kantor PDAM keamanan;
- Perkantoran Pelayanan
Prasarana
2. Arahan Kegiatan RTRW - kawasan perkotaan sebagai - Pada kawasan perkotaan
Kabupaten tempat pelayanan perkantoran pemerintah
pemerintahan, pelayanan sosial merupakan skala kabupaten
- kawasan perdesaan sebagai dan kecamatan
tempat pelayanan - Perkantoran Pemerintah pada
pemerintahan, pelayanan sosial kawasan perdesaan adalah
skala desa dan lingkungan.

LAPORAN ANTARA

182
N KEGIATAN BERKEMBANG DAN
URAIAN KARAKTERISTIK
O MUNGKIN BERKEMBANG
3. Peraturan Daerah - rumah dengan kantor (rukan) - Bangunan gedung yang
Kabupaten Muara Enim No - kegiatan campuran (gedung mal memiliki lebih dari satu fungsi
5 Tahun 2015 Tentang dengan apartemen dan/ atau (fungsi hunian, usaha, sosial
Bangunan Gedung dengan perkantoran) dan budaya, dan/ atau fungsi
- kantor dinas khusus)
- kantor lembaga masyarakat adat - Kantor dinas adalah bangunan
gedung milik negara, yaitu
bangunan gedung untuk
keperluan dinas
- Kantor lembaga adat
merupakan bangunan gedung
adat
4. Peraturan Bupati Muara Bidang Koperasi dan UKM, meliput: Merupakan kegiatan dengan
Enim Nomor 4 Tahun 2019 - Kantor Simpan Pinjam (KSP); pelayanan skala kabupaten/kota
tentang Pendelegasian - Kantor Cabang, Cabang yang menyelenggarakan urusan
Kewenangan Di Bidang Pembantu UKM; pemerintahan di bidang koperasi
Pelayanan Perizinan Dan - Kantor Kas. dan usaha kecil dan
Non Perizinan Kepada menengah.
Kepala Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Muara Enim
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan analisis di atas maka jenis dan karakteristik kegiatan perkantoran baik yang ada,
yang akan berkembang, maupun arahan dari kebijakan dikecenderungannya adalah sebagai
berikut:
1) Perkantoran pemerintah skala desa
2) Perkantoran pemerintah skala kecamatan
3) Kantor koperasi dan UKM
4) Perkantoran non pemerintah (swasta)

D. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Perindustrian


Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 tentang Izin Usaha Industri mendefinisikan
bahwa kegiatan industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Berdasarkan
arahan Perda Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 tentang RTRW Kabupaten
Muara Enim bahwa Kecamatan Semende Darat Laut hanya diarahkan dengan fungsi industri
kecil. Adapun analisis jenis dan karakteristik kegiatan perkantoran dijabarkan sebagai
berikut.

Tabel 4. 85 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Industri

KEGIATAN BERKEMBANG DAN


NO URAIAN KARAKTERISTIK
MUNGKIN BERKEMBANG
1. Kegiatan Industri Eksisting - Industri rumah tangga - Indutri rumah tangga yang
di - Industri penggilingan padi berlokasi pada kawasan
- Industri penggilingan kopi permukiman

LAPORAN ANTARA

183
KEGIATAN BERKEMBANG DAN
NO URAIAN KARAKTERISTIK
MUNGKIN BERKEMBANG
- Industri penggilingan padi
umumnya berada diwilyah
potensi pertanian
2. PP Nomor 107 Tahun 2015 Kegiatan Usaha Industri: Industri kecil, Industri menengah,
tentang Izin Usaha Industri - Industri Kecil dan Industri besar ditetapkan
- Industri Menengah berdasarkan jumlah tenaga kerja
dan/atau nilai investasi.
Kegiatan Usaha Industri wajib
memilki IUI (Izin Usah Industri). IUI
dapat diberikan kepada
perusahaan yang akan
menjalankan kegiatan usaha
industry dan berlokasi diluar
kawasan industry.
Jasa Industri Jasa Industri adalah usaha jasa
yang terkait dengan kegiatan
Industri.
3. Peraturan Daerah a. kegiatan usaha berupa - Kegiatan Pabrik;
Kabupaten Muara Enim No bangunan gedung
5 Tahun 2015 Tentang pabrik/perindustrian;
Bangunan Gedung
4 Peraturan Bupati Muara Kegiatan Usaha Industri: Industri kecil, Industri menengah,
Enim Nomor 4 Tahun 2019 - Industri Rumah Tangga dan Industri besar ditetapkan
tentang Pendelegasian - Industri Kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja
Kewenangan Di Bidang - Industry Menengah dan/atau nilai investasi.
Pelayanan Perizinan Dan
Non Perizinan Kepada
Kepala Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Muara Enim
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan analisisi diatas, maka jenis dan karakteristik kegiatan industri baik yang ada,
yang akan berkembang maupun arahan dari kebijakan kecenderungannya adalah sebagai
berikut:
1) Industri rumah tangga
2) Industri kecil
3) Industri menengah
4) Industri penggilingan padi
5) Industri penggilingan kopi
6) Pergudangan

E. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Pelayanan Umum


Berdasarkan Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR,
mendefinisikan Sarana Pelayanan Umum (SPU) adalah kegiatan yang berupa pendidikan,
kesehatan, peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya dengan
skala pelayanan yang ditetapkan dalam RTRWK. Berdasarkan klasifikasinya Sarana Pelayanan
Umum (SPU) terbagi menjadi:
- Sarana pelayanan umum skala kota (SPU-1)
- Sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2)
- Sarana pelayanan umum skala kelurahan (SPU-3)

LAPORAN ANTARA

184
Analisis jenis dan karakteristik kegiatan Sarana Pelayanan Umum (SPU) dalam wilayah
perencanaan akan dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 4. 86 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Pelayanan Umum
KEGIATAN BERKEMBANG DAN
NO URAIAN KARAKTERISTIK
MUNGKIN BERKEMBANG
1. Kegiatan Pendidikan - PAUD - Sarana penddidkan bentuknya tersebar
Eksisting di WP Perkotaan - Sekolah Dasar (SD)/Sederajat terutama sarana pendidikan yang termasuk
Kecamatan Semende Darat - Sekolah Menengah Pertama Skala kelurahan dan RW
Laut. (SMP)/Sederajat - Belum terdapat perguruan tinggi, namun
- Sekolah Menengah Atas diperkirakan akan ada perguruan tinggi
(SMA) /Sederajat kedepannya.
- Perguruan tinggi
3. Kegiatan Kesehatan - Rumah Sakit - Kedepannya dibutuhkan Rumah Sakit Tipe
Eksisting di WP Perkotaan - Puskesmas B.
Kecamatan Semende Darat - Puskesmas Pembantu - Puskesmas merupakan salah satu sarana
Laut. - Klinik pelayanan kesehatan masyarakat pelaksana
teknis dinas kabupaten/kota
- Klinik merupakan Klinik adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyediakan
pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis
tenaga kesehatan dan dipimpin oleh
seorang tenaga medis (dokter)
4. Kegiatan Olahraga Eksisting - Lapangan Sepak bola - Lapangan Sepak bola
di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat
Laut.
5. Kegiatan Sosial dan Budaya - Kegiatan Sosial - Kantor kecamatan
Eksisting di WP Perkotaan memanfaatkan kantor desa - Kantor desa
Kecamatan Semende Darat dan kantor kecamatan, - Lapangan olahraga
Laut. masjid dan lapangan - Ruang pertemuan
olahraga sebagai ruang
kegiatan
6. Kegiatan Peribadatan - Masjid Masjid
Eksisting di WP Perkotaan - Mushola Mushola
Kecamatan Semende Darat
Laut.
7. Peraturan Daerah Tempat manusia melakukan - Tempat ibadah
Kabupaten Muara Enim No ibadah keagamaan:
5 Tahun 2015 Tentang - bangunan masjid, mushalla,
Bangunan Gedung langgar, surau;
- bangunan keagamaan
dengan sebutan lainnya.
Kegiatan sosial dan budaya Kegiatan pendidikan:
berupa: - taman kanak-kanak;
a. bangunan gedung - pendidikan dasar
pelayanan pendidikan - pendidikan menengah
seperti bangunan sekolah - pendidikan tinggi
taman kanak-kanak, - kursus dan semacamnya;
pendidikan dasar, Kegiatan Kesehatan:
pendidikan menengah, - puskesmas;
pendidikan tinggi, kursus - poliklinik;
dan semacamnya; - rumah bersalin;
b. bangunan gedung - rumah sakit;
pelayanan kesehatan - panti-panti dan sejenisnya;
seperti bangunan Kegiatan Kebudayaan:
puskesmas, poliklinik, - bangunan museum;
rumah bersalin, rumah - gedung kesenian
sakit termasuk panti-panti - bangunan gedung adat dan sejenisnya;
dan sejenisnya; Kegiatan Olahraga:

LAPORAN ANTARA

185
KEGIATAN BERKEMBANG DAN
NO URAIAN KARAKTERISTIK
MUNGKIN BERKEMBANG
c. bangunan gedung - bangunan stadion
kebudayaan seperti - gedung olah raga
bangunan museum, - lapangan olaharaga
gedung kesenian,
bangunan gedung adat dan
sejenisnya; dan
d. bangunan gedung
pelayanan umum seperti,
bangunan Pemerintah
bangunan stadion, gedung
olah raga dan sejenisnya.
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan analisis di atas maka jenis dan karakteristik kegiatan pelayanan baik yang ada,
yang akan berkembang maupun arahan dari kebijakan di kecenderungannya adalah sebagai
berikut:
1) Kegiatan Pendidikan
- TK
- SD
- SMP
- SMA
- PT
- Kursus dan semacamnya
2) Kegiatan Ibadah
- Masjid
- Musholla
3) Kegiatan Kesehatan
- Puskesmas
- Poliklinik
- Rumah Bersalin
- RS
- Panti-panti dan sejenisnya
4) Kegiatan Kebudayaan
- Gedung kesenian
- Bangunan gedung adat dan sejenisnya
5) Kegiatan Penelitian
6) Kegiatan Olahraga
- Lapangan Olahraga

F. Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Ekonomi Potensial


Jenis kegiatan potensial yang saat ini berkembang khususnya pada sektor ekonomi selain
perdagangan dan jasa adalah kegiatan pertanian dan perkebunan kopi dan karet. Kegiatan
di sektor pertanian dan perkebunan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan,
sehingga komoditas ini akan dikembangkan sebagai kegiatan perekonomian utama
masyarakat selain kegiatan perkotaan.

LAPORAN ANTARA

186
Tabel 4. 87 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Ekonomi Potensial Lainnya
N KEGIATAN BERKEMBANG DAN
URAIAN KARAKTERISTIK
O MUNGKIN BERKEMBANG
1. Kegiatan Eksisting di Pertanian lahan basah berupa Kegiatan Pertanian :
WP Perkotaan sawah: - Berada pada lahan dengan
Kecamatan Semende Kegiatan pendukung: permukaan yang relatif datar;
Darat Laut - pengolah hasil produksi berupa - Dekat dengan sumber air sebagai
Penggilingan Padi; sumber pengairan;
- Jalan distribusi hasil pertanian - Berlokasi dekat dengan perumahan
ke lokasi penggilingan maupun pedesaan.
penjualan
- penyimpan hasil produksi
berupa gudang penyimpanan;

- Perkebunan, meliputi Luas perkebunan kopi yang menjadi


perkebunan kopi dan karet komoditas utama di Semende Darat
Laut adalah seluas 10.503 Ha di tahun
2018 dengan hasil produksi sebesar
11.485 ton.
Selain itu juga luas perkebunan karet
dengan luas lahan 874 Ha dengan hasil
produksi sebesar 945 ton pada tahun
2018.

2. Peraturan Bupati Muara - Kegiatan Usaha Tanaman


Enim Nomor 4 Tahun Pangan;
2019 tentang - Kegiatan Usaha Hortikultura;
Pendelegasian - Kegiatan Pemasukan dan
Kewenangan Di Bidang Pengeluaran Benih Tanaman;
Pelayanan Perizinan - Kegiatan Usaha Peternakan;
Dan Non Perizinan - Kegiatan Usaha Budidaya
Kepada Kepala Dinas Peternakan;
Penanaman Modal Dan - Kegiatan Usaha Pembibitan
Pelayanan Terpadu Satu ternak;
Pintu Kabupaten Muara - Kegiatan Usaha Rumah Potong
Enim Hewan;
- Kegiatan Izin Usaha Tempat
Pemotongan Hewan;
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.14 Analisis Kesesuaian Kegiatan Terhadap Peruntukan Zona/Sub Zona

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan
penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara
terbatas, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat tertentu dan kegiatan dan penggunaan
lahan yang tidak diperbolehkan pada suatu zona. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang,
ketentuan dalam peraturan bangunan setempat dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan
atau komponen yang dikembangkan.
Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan perkotaan maupun sistem jaringan dalam
mstruktur ruang tidak teratur dalam RTRW Kabupaten Muara Enim. Yang diatur adalah
ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan lindung dan kawasan budi daya, maka menjadi
dasar untuk merumuskan kesesuaian kegiatan dalam peruntukan zona WP Perkotaan

LAPORAN ANTARA

187
Kecamatan Semende Darat Laut merujuk pada Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) sistem
kabupaten terhadap kegiatan yang akan diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat, dan tidak
diperbolehkan. Sedangkan perumusan kesesuaian kegiatan dalam peruntukan zona lindung dan
zona budi daya dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut mengacu pada Perda
Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Muara Enim Tahun 2018-2038. Berikut Peraturan Zonasi (APZ) sistem provinsi dan ketentuan
umum peraturan zonasi dalam RTRW Kabupaten.
Tabel 4. 88 Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Berdasarkan RTRW Kabupaten Muara Enim
PERATURAN ZONASI DALAM RDTR PERKOTAAN RUJUKAN PERATURAN
NO STRUKTUR RUANG
MUARA ENIM LAIN
1. Sistem Perkotaan a. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan − Permen PU Nomor
sebagai pusat permukiman dengan tingkat 29/Prt/M/2018 Tentang
intensitas pemanfaatan ruang menengah Standar Teknis Standar
hingga tinggi yang kecenderungan Pelayanan Minimal
pengembangan Ruangnya kearah vertikal dan Bidang Pekerjaan Umum
horizontal. Dan Penataan Ruang
b. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi − Permendagri Nomor 57
berskala kabupaten/kota yang didukung Tahun 2010 Tentang
dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan Pedoman Standar
yang sesuai dengan kegiatan ekonom yang Pelayanan Perkotaan;
dilayaninya
2. Sistem a. pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang − Keputusan Menteri
Transportasi jalan kabupaten dengan tingkat intensitas Perhubungan Nomor 31
menengah hingga tinggi, yang kecenderungan Tahun 1995 Tentang
pengembangan ruangnya dibatasi; Terminal Transportasi
b. Perlindungan terhadap fungsi kawasan lindung; Jalan
c. Perlindungan terhadap pertanian pangan dan − Keputusan Menteri
hortikultura; Perhubungan No. Km.49
d. Larangan tentang alih fungsi lahan yang Tahun 2005 Tentang
berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan Sistem Transportasi
kabupaten; Nasional;
e. Penetapan garis sempadan bangunan di sisi
jalan kabupaten yang memenuhi ketentuan
ruang pengawasan jalan;
f. Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan
kabupaten dengan tingkat intensitas
menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi;
g. Penetapan ruang manfaat jalan, ruang milik
jalan, ruang pengawasan jalan dan garis
sempadan bangunan di sisi jalan;
h. Pengaturan persimpangan tidak sebidang pada
kawasan padat lalu lintas, setelah melalui
kajian teknis dan budaya;
i. Pembatasan pemanfatan ruang selain ruang
lalu lintas diruang milik jalan pada jalan
kolektor primer;
j. Kewajiban melakukan analisis dampak lalu
lintas (andal) sebagai persyaratan izin
mendirikan bangunan bagi pemanfaatan ruang
di sepanjang sisi jalan yang berpotensi
mengganggu arus lalu lintas;
k. Di sepanjang sistem jaringan jalan kabupaten
tidak diperkenankan adanya kegiatan yang
dapat menimbulkan hambatan lalu lintas
regional;

LAPORAN ANTARA

188
PERATURAN ZONASI DALAM RDTR PERKOTAAN RUJUKAN PERATURAN
NO STRUKTUR RUANG
MUARA ENIM LAIN
l. Di sepanjang sistem jaringan jalan kabupaten
tidak diperkenankan adanya akses langsung dar
bangunan ke jalan;
m. Di sepanjang sistem jalan kabupaten yang
memasuki wilayah perkotaan dengan intensitas
lalu lintas padat wajib disediakan ruang
pedestrian (jalan khusus pejalan kaki); dan
n. Bangunan di sepanjang sistem jaringan jalan
kabupaten harus memilki sempadan bangunan
yang sesuai dengan ketentuan setengah rumija
+1.
Terminal Ketentuan umum peraturan zonasi terkait dengan Keputusan Menteri
terminal ditetapkan pada jenjang RTRW Kabupaten, Perhubungan Nomor 31
dengan memperhatikan hal tentang lokasi terminal Tahun 1995 Tentang
tipe B diarahkan untuk berada di luar batas kota Terminal Transportasi Jalan
dan memiliki akses ke jalan arteri primer sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Jaringan Jalur a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan − Peraturan Menteri
Kereta Api dan jalur kereta api dilakukan dengan tingkat Perhubungan Nomor Km.
Stasiun intensitas menengah hingga tinggi yang 60 Tahun 2010 Tentang
kecenderungan pengembangan ruangnya Persinggungan Antara
dibatasi; Jalur Kereta Api dengan
b. Larangan tentang pemanfaatan ruang Bangunan Lainnya
pengawasan jalur kereta api yang dapat − Undang-Undang Republik
mengganggu kepentingan operasi dan Indonesia Nomor 23
keselamatan transportasi perkeretaapian; Tahun 2007 Tentang
c. Pembatasan pemanfaatan ruang yang peka Perkeretaapian
terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas
kereta api di sepanjang jalur kereta api;
d. Pembatasan jumlah perlintasan sebidang
antara jaringan jalur kereta api dan jalan;
e. Penetapan garis sempadan bangunan di sisi
jaringan jalur kereta api dengan
memperhatikan dampak lingkungan dan
kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta
api;
f. Perlintasan rel kereta api dengan jalan yang
memiliki volume lalu lintas yang tinggi
diusahakan agar tidak berada dalam satu
bidang; dan
g. Bangunan di sepanjang lintasan rel kereta api
harus berada di luar garis sempadan rel sesuai
dengan undang-undang perkeretaapian
nasional.

Jaringan a. Keselamatan dan keamanan pelayaran; Peraturan Menteri


Transportasi b. Larangan adanya kegiatan di ruang udara Perhubungan Nomor PM
Sungai bebas di atas perairan yang berdampak pada 25 Tahun 2015 tentang
keberadaan alur pelayaran sungai, danau dan Standar Keselamatan
penyeberangan; Transportasi Sungai,Danau
c. Larangan adanya kegiatan di bawah perairan dan Penyeberangan
yang berdampak pada keberadaan alur
pelayaran sungai, danau dan penyeberangan;
d. Pembatasan pemanfaatan perairan yang
berdampak pada keberadaan alur pelayaran
sungai, danau dan penyeberangan;
e. Pemanfaatan ruang di dalam dan di sekitar
pelabuhan sungai, danau dan penyeberangan
harus memperhatikan kebutuhan ruang untuk

LAPORAN ANTARA

189
PERATURAN ZONASI DALAM RDTR PERKOTAAN RUJUKAN PERATURAN
NO STRUKTUR RUANG
MUARA ENIM LAIN
operasional dan pengembangan kawasan
pelabuhan; dan
f. Pemanfaatan ruang di dalam daerah
lingkungan kerja pelabuhan dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan harus
mendapatkan izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Jaringan Energi a. Peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak − Sni 04-6918-2002
dan Kelistrikan dan gas bumi disusun dengan memperhatikan Tentang Ruang Bebas dan
pemanfaatan ruang di sekitar jaringan pipa Jarak Bebas Minimum
minyak dan gas bumi harus memperhitungkan Pada SUTT dan SUTET
aspek keamanan dan keselamatan kawasan di − Peraturan Menteri Energi
sekitarnya; dan Sumberdaya Mineral
b. Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga Nomor 2 Tahun 2019
listrik disusun dengan memperhatikan Tentang Perubahan Atas
pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit Permen ESDM No 18
listrik harus memperhatikan jarak aman dari Tahun 2015
kegiatan lain; dan − Permen ESDM No 18
c. Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi Tahun 2015 Tentang
tenaga listrik disusun dengan memperhatikan Ruang Bebas dan Jarak
ketentuan larangan pemanfaatan ruang bebas Bebas Minimum Pada
di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan Sutt, Sutet, dan Sutas
ketentuan peraturan perundang-undangan Untuk Penyaluran Tenaga
Listrik
Jaringan a. Peraturan zonasi untuk sistem jaringan − Peraturan Pemerintah
Telekomunikasi telekomunikasi disusun dengan Nomor 52 Tahun 2000
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk tentang Penyelenggaraan
penempatan stasiun bumi dan menara Telekomunikasi
pemancar telekomunikasi yang − Surat Edaran Direktur
memperhitungkan aspek keamanan dan Jenderal Penataan Ruang
keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya; Kementerian Pekerjaan
b. Penempatan menara pemancar telekomunikasi Umum Nomor
memperhatikan keserasian dengan lingkungan 06/SE/DR/2011 tentang
sekitarnya; Petunjuk Teknis Kriteria
c. Pembangunan menara di kawasan yang sifat Lokasi Menara
dan peruntukannya memiliki karakteristik Telekomunikasi.
tertentu wajib memenuhi ketentuan
perundang-undangan untuk kawasan tertentu;
d. Diarahkan untuk menggunakan menara
telekomunikasi ecara bersama-sama diantara
para penyedia layanan telekomunikasi
(provider)

Sumber Daya Air a. Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar − Peraturan Pemerintah
wilayah sungai dengan tetap menjaga Republik Indonesia
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung Nomor 38 Tahun 2011
kawasan; Tentang Sungai
b. Tetap menjaga kelestarian lingkungan dan − Peraturan Pemerintah
fungsi lindung kawasan; Nomor 42 Tahun 2008
c. Pemanfaatan ruang daerah aliran sungai lintas Tentang Pengelolaan
kabupaten/kota, termasuk daerah hulunya, Sumber Daya Air
yang dilakukan oleh kabupaten/kota yang
berbatasan harus selaras dengan arahan pola
ruang wilayah;
d. Pemanfaatan ruang pada sumber air dengan
mempertimbangkan prinsip kelestarian
lingkungan dan keadilan;

LAPORAN ANTARA

190
PERATURAN ZONASI DALAM RDTR PERKOTAAN RUJUKAN PERATURAN
NO STRUKTUR RUANG
MUARA ENIM LAIN
e. Jaringan distribusi air dikembangkan dengan
memperhatikan tingkat kebutuhan dan
ketersediaan air;
f. Setiap kawasan memiliki sistem drainase
terpadu dan efektif;
g. Larangan terhadap pembuangan limbah
padat/sampah ke saluran drainase; dan
h. Larangan terhadap kegiatan
pemotong/gangguan terhadap saluran
drainase.

Pengelolaan a. Pemanfaatan ruang untuk pengelolaan air


Limbah limbah diprioritaskan pada kawasan pariwisata
dan/atau kawasan permukiman padat
penduduk;
b. Pembangunan unit pengolahan limbah berada
di luar radius kawasan tempat suci;
c. Pengembangan jaringan tidak melewati
dan/atau memotong kawasan tempat suci;
dan
d. Pembuangan outlet air limbah ke media
lingkungan hidup tidak melampaui standar
baku mutu air limbah

Pengelolaan a. Okasi pengolahan limbah bahan berbahaya dan Peraturan pemerintah


Limbah Bahan beracun diarahkan di luar kawasan nomor 101 tahun 2014
Berbahaya dan permukiman; tentang pengelolaan
Beracun b. Pembangunan unit pengolahan limbah bahan limbah bahan berbahaya
berbahaya dan beracun memperhatikan dan beracun
prinsip-prinsip keamanan lingkungan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
c. Pengelola limbah bahan berbahaya dan
beracun memiliki perizinan sesuai ketentuan
yang berlaku; dan
d. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun wajib menyampaikan laporan sesuai
ketentuan.

Pengelolaan a. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak − Undang-undang republik


Persampahan diperkenankan terletak berdekatan dengan indonesia nomor 18
kawasan permukiman dan mendapat tahun 2008 tentang
persetujuan masyarakat setempat; pengelolaan sampah
b. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk ukuran − SNI 03-3241-1994 tata
kota besar dan kota metropolitan cara pemilihan lokasi
menggunakan metoda sistem lahan urug tempat pembuangan
saniter (sanitary landfill); akhir sampah
c. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk ukuran
kota sedang dan kota kecil menggunakan
metode lahan urug terkendali (controlled
landfill atau sanitary landfill);
d. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) wajib
melakukan pengelolaan air lindi/licit dan
pembuangan air lindi ke media lingkungan
hidup tidak melampaui standar baku mutu
lingkungan;
e. larangan terhadap pembuangan sampah di luar
tempat yang telah ditentukan;
f. larangan terhadap pembakaran sampah pada
volume tertentu

LAPORAN ANTARA

191
Sumber: RTRW Kab. Muara Enim 2018-2038

LAPORAN ANTARA

192
Tabel 4. 89 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang Kawasan Lindung dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan

NO POLA RUANG KEGIATAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN BERSYARAT RUJUKAN PERATURAN LAINNYA
1 Kawasan - Pemanfaatan ruang untuk ruang - Pemanfaatan dan kegiatan pada - Setiap usaha atau kegiatan boleh - Peraturan Menteri Pekerjaan
Sempadan sungai terbuka hijau kawasan yang dapat mengganggu dilaksanakan berdasarkan Umum Nomor 63/PRT/1993
- Aktivitas fisik buatan untuk fungsi kawasan peraturan perundang-undangan di Tentang Garis Sempadan Sungai,
perlindungan area - Pembuangan limbah tidak sesuai wilayah sempadan sungai wajib Daerah Manfaat Sungai, Daerah
dengan ketentuan perundang- memiliki AMDAL dan izin Penguasaan Sungai Dan Bekas
undangan lingkungan. Sungai
- Kegiatan yang dapat mengganggu - Pengembangan budidaya dan - Permen PUPR 28-2015 ttg
kelestarian sumber daya air pelestarian perikanan air tawar Penetapan Garis Sempadan Sungai
keseimbangan fungsi lindung, dilakukan pada kawasan semapdan dan Garis Sempadan Danau
kelestarian tumbuhan dan satwa sungai yang tidak memiliki fungsi
serta pemanfaatannya yang sebagai sumber air baku
tegakan.
2 Kawasan ruang - Pemanfaatan ruang terbuka hijau - Pembangunan reklame dan Pendirian bangunan dibatasi hanya - permenPU No 5 Tahun 2008
terbuka hijau sebagai konservasi lingkungan, sejenisnya di RTH yang dikelola untuk bangunan penunjang kegiatan Tentang Pedoman Penyediaan Dan
perkotaan peningkatan keindahan kota, oleh pemerintah daerah rekreasi dan fasilitas umum Pemanfaatan RTH Kawasan
rekreasi, dan sebagai - Kegiatan yang mengubah dan Perkotaan
penyeimbang guna lahan industri merusak RTH
dan permukiman;
- Pendirian bangunan yang
menunjang kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya
3 Kawasan rawan Pengoptimalan konservasi pada Tidak diizinkan kegiatan yang Pembatasan pendirian bangunan - Permen PU Nomor 22 Tahun 2007
longsor kawasan rawan longsor mengganggu fungsi lindung kawasan kecuali untuk kepentingan Tentang Pedoman Penataan Ruang
pemantauan ancaman bencana dan Kawasan Longsor
kepentingan umum.
4 Kawasan rawan - Kegiatan RTH, dan - Pengembangan kegiatan - Pengembangan kegiatan -
banjir - Kegiatan wisata sosio kultural permukiman berintensitas tinggi intensitas rendah dan fasilitas
dan berbagai macam pola dan sedang umum penting lainnya pada
agroforestry kawasan rawan banjir
- Usaha sawah yang beririgasi
dengan kerentanan tinggi
- Usaha ladang dengan kerentanan
sedasng dan perkebunan dengan
kerentanan rendah
Sumber: Perda Provinsi Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016 tentang RTRW Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036

LAPORAN ANTARA

193
Tabel 4. 90 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang Kawasan Budi Daya dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan

NO POLA RUANG KEGIATAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN BERSYARAT RUJUKAN PERATURAN LAINNYA

1. Kawasan Pertanian - Alih fungsi sesuai dengan - Alih fungsi lahan pertanian - Pemukiman perdesaan di kawasan - Peraturan Pemerintah Nomor 1
Lahan Basah ketentuan peraturan pangan beekwlanjutan (LP2B] pertanian tanaman pangan irigasi Tahun 2011 Tentang Penetapan
Berkelanjutan perundang - undangan; yang tidak sesuai dengan teknis hanya diperuntukkan bagi dan Alih Fungsi Lahan Pertanian
peraturan perundang – penduduk yang bekerja disektor Pangan Berkelanjutan;
undangan pertanian; - Peraturan Pemerintah No 19
- Kegiatan perkotaan di sepanjang - Pengendalian secara ketat konversi Tahun 2016 Tentang Penetapan
jalur transportasi yang lahan sawah beririgasi non teknis; Lahan Pertanian
menggunakan lahan sawah yang - Bangunan prasarana wilayah dan
dikonversi; bangunan yang bersifat
- Menggunakan lahan yang mendukung kegiatan pertanian;.
dikelola dengan mengabaikan Kegiatan wisata alam secara
kelestarian lingkungan; terbatas, penelitian, dan
- Pemborosan penggunaan pendidikan
sumber air;
- Pada kawasan pertanian
tanaman pangan yang memiliki
fungsi gambut budidaya tidak
dizinkan kegiatan yang
mengakibatkan penurunan muka
air tanah
2. Kawasan Pertanian - Alih fungsi sesuai dengan - Kegiatan perkotaan di sepanjang - Pemukiman perdesaan di kawasan - Peraturan Pemerintah Nomor 1
Lahan Basah ketentuan peraturan jalur transportasi yang pertanian tanaman pangan irigasi Tahun 2011 Tentang Penetapan
perundang - undangan; menggunakan lahan sawah yang teknis hanya diperuntukkan bagi dan Alih Fungsi Lahan Pertanian
dikonversi; penduduk yang bekerja disektor Pangan Berkelanjutan;
- Menggunakan lahan yang pertanian; - Peraturan Pemerintah No 19
dikelola dengan mengabaikan - Pengendalian secara ketat konversi Tahun 2016 Tentang Penetapan
kelestarian lingkungan; lahan sawah beririgasi non teknis; Lahan Pertanian
- Pemborosan penggunaan - Bangunan prasarana wilayah dan
sumber air; bangunan yang bersifat
- Pada kawasan pertanian mendukung kegiatan pertanian;.
tanaman pangan yang memiliki Kegiatan wisata alam secara
fungsi gambut budidaya tidak terbatas, penelitian, dan
dizinkan kegiatan yang pendidikan
mengakibatkan penurunan muka
air tanah

LAPORAN ANTARA

194
NO POLA RUANG KEGIATAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN BERSYARAT RUJUKAN PERATURAN LAINNYA

3. Kawasan - Alih fungsi menjadi fungsi Penanaman jenis tanaman - Permukiman perkotaan dengan - Undang-undang nomor 39 tahun
perkebunan lainnya sepanjang sesuai perkebunan yang bersifat menyerap intensitas pemanfaatan ruang 2014 tentang perkebunan
dengan ketentuan peraturan air dalam jumlah banyak, terutama dengan kepadatan sedang sampai
perundang - undangan; perkebunan yang berlokasi di tinggi
hulu/kawasan resapan - Merubah jenis tanaman
perkebunan yang tidak sesuai
dengan perizinan
- Bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan perkebunan
4. Kawasan - Kegiatan industri yang memiliki - Kegiatan yang dapat memberikan - Diwajibkan dalam kegiatan - Peraturan pemerintah republik
peruntukan sumber air baku memadai dan dampak merusak dan pengelolaan industri memiliki indonesia nomor 142 tahun 2015
industri menjaga kelestariannya; menurunkan kualitas lingkungan; sistem pengolahan limbah cair dan tentang kawasan industri
- Kegiatan industri yang memiliki - Pengambilan air tanah di zona padat yang tidak mengganggu - Peraturan pemerintah republik
sarana prasarana pengelolaan pemanfaatan air tanah kritis dan kelestarian lingkungan; indonesia nomor 107 tahun 2015
sampah, termasuk pengeloaan rusak; dan - Diwajibkan pengaturan pengelolaan tentang izin usaha industri;
akhir sampah; - Lokasi kawasan industri tidak limbah padat dan cair B3 bagi
- Kegiatan industri yang memiliki diperkenankan berbatasan industri yang berindikasi
sistem drainase yang memadai langsung dengan kawasan menimbulkan limbah B3;
sehingga tidak menimbulkan permukiman. - Diwajibkan pengelolaan limbah
banjir secara internal dan terpadu sesuai standar keselamatan
eksternal; internasional bagi industri yang
lokasinya berdekatan;
- Diwajibkan menyediakan lahan
untuk ruang terbuka hijau di dalam
kawasan industri sesuai ketentuan
yang berlaku;
- Pembangunan perumahan baru
sekitar kawasan peruntukan industri
hanya diperuntukan bagi pekerja di
kawasan industri; dan
- Setiap kegiatan industri harus
dilengkapi dengan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta
dilakukan studi amdal.
5. Kawasan - Dialihfungsikan sesuai dengan Pengembangan kegiatan yang - Penetapan garis sempadan - Undang-Undang Nomor 1 Tahun
peruntukan ketentuan peraturan mengganggu fungsi permukiman bangunan sesuai dengan fungsi 2011 tentang Perumahan dan
permukiman perundang-undangan; dan kelangsungan kehidupan Kawasan Permukiman

LAPORAN ANTARA

195
NO POLA RUANG KEGIATAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN BERSYARAT RUJUKAN PERATURAN LAINNYA

- Dibangun prasarana wilayah sosial masyarakat - Pengharusan penetapan jenis dan - Peraturan Pemerintah Nomor 34
sesuai dengan ketentuan penerapan syarat-syarat Tahun 2009 tentang Pedoman
peraturan yang berlaku; penggunaan bangunan; Pengelolaan Kawasan Perkotaan
- Kegiatan industri skala rumah - Pengharusan penyediaan drainase
tangga dan fasilitas sosial yang memadai, pembuatan sumur
ekonomi lainnya dengan skala resapan yang memadai, pembuatan
pelayanan lingkungan; tandon- tandon air hujan;
- Kawasan permukiman harus - Pengharusan penyediaan fasilitas
dilengkapi dengan fasilitas parkir bagi bangunan untuk
sosial termasuk ruang terbuka kegiatan usaha; dan
hijau perkotaan sesuai - Kepadatan penghunian satu unit
ketentuan yang berlaku; dan hunian untuk satu rumah tangga
- Kegiatan dan fasilitas dalam kawasan permukiman
perkotaan. setinggi-tingginya sama dengan
standar kepadatan layak huni, tidak
termasuk bangunan hunian yang
terletak di dalam kawasan
permukiman tradisional.
6. Kawasan - Kawasan peruntukan pariwisata - Pemanfaatan potensi alam dan - - Pembatasan pendirian bangunan
pariwisata budaya masyarakat sesuai daya hanya untuk menunjang kegiatan
dukung dan daya tampung pariwisata.
lingkungan;
- Pemanfaatan kawasan fungsi
lindung untuk kegiatan wisata
dilaksanakan sesuai azas
konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya,
perlindungan terhadap situs
peninggalan kebudayaan masa
lampau;
- Pengharusan penerapan ciri khas
arsitektur daerah setempat pada
setiap bangunan hotel dan
fasilitas penunjang pariwisata;
- Pengharusan penyediaan fasilitas
parkir;
Diperbolehkan dilakukan
penelitian dan pendidikan.

LAPORAN ANTARA

196
Sumber: Perda Provinsi Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016 tentang RTRW Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036

LAPORAN ANTARA

197
4.15 Analisis Dampak Kegiatan
Kajian dampak suatu kegiatan yang berlokasi pada zona tertentu sangat penting dalam
merumuskan aturan dasar dan teknik pengaturan zonasi. Tingkat gangguan akibat dampak
perubahan pemanfaatan ruang terdiri dari paling sedikit:
a. Intensitas gangguan tinggi
b. Intensitas gangguan sedang
c. Intensitas gangguan rendah
d. Tidak ada gangguan (gangguan diabaikan)
Berkaitan dengan perubahan pemanfaatan ruang, terdapat tiga kemungkinan terhadap tingkat
gangguan yang ditimbulkan:
1) Menurunkan tingkat gangguan
- Penurunan tinggi apabila perubahan mengakibatkan tingkat gangguan turun tiga
tingkat ke kategori di bawahnya (misalnya kategori semula adalah intensitas
gangguan tinggi, berubah menjadi kategori tidak memiliki gangguan.
- Penurunan sedang apabila perubahan mengakibatkan tingkat gangguan turun dua
tingkat ke kategori di bawahnya.
- Penurunan rendah apabila perubahan mengakibatkan gangguan turun satu
tingkat ke kategori di bawahnya.
2) Tingkat gangguan tetap, apabila pemanfaatan ruangnya yang lama dan baru dalam
kategori yang sama.
3) Meningkatkan gangguan: peningkatan tingkat gangguan rendah, sedang dan tinggi
merupakan kebalikan dari penurunan tingkat gangguan.

4.16 Analisis Pertumbuhan dan Pertambahan Penduduk pada Suatu Zona

Berdasarkan isu-isu strategis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki kegiatan
skala kecil hingga sedang sebagai sdaya tarik yang memicu pertumbuhan dan pertambahan
penduduk yang cukup besar dimana hal tersebut akan berdampak pada penyediaan ruang untuk
hunian, sarana dan prasarana umum, serta infrastruktur penunjangnya. Hasil perhitungan
proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut hingga 20 (dua puluh) tahun ke
depan, Desa Pulau Panggung menjadi desa dengan jumlah penduduk tertinggi, adapun desa
dengan jumlah penduduk terendah adalah Desa Perapau.

25000
20000
15000
10000
5000
0
Muara Dua Pulau Muara Danau Penyandingan Tanah Abang Karya Nyata Perapau
Panggung
1 2 3 4 5 6 7

2022 2027 2032 2037 2042

Gambar 4. 55 Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Semende Darat Laut


Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

198
Tabel 4. 91 Matriks Dampak Kegiatan Terhadap Peruntukan/Zona/Sub Zona (Karakteristik)
PERLINDUNGAN PERDAGANGAN PERUNTUKAN
Kegiatan RTH PERUMAHAN PERKANTORAN SPU
SETEMPAT DAN JASA LAINNYA
Perumahan Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : - Perumahan tidak Perumahan tidak Perumahan tidak Alih Fungsi Lahan :
Menggagu fungsi Menggagung fungsi berdampak ada berdampak pada berdampak pada Pertanian dan RTNH
ekologis, ekologis, zona perdangan dan zona perkantoran zona SPU tapi menjadi perumahan
meningkatkan Menghilangkan jasa tetapi tapi sebalinya sebalinya zona-zona, Tempat
potensi banjir fungsi sosial sebaliknya Evakuasi, Hankam,
longsor tebing, Pergudangan,
Meningkatkan Pairwisata tidak
potensi kekumuhan berdampak oleh
perumahan tetapi
sebaliknya
Perdagangan dan Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Dalam skala besar - Saling menguatkan Perdagangan dan Alih Fungsi Lahan :
Jasa Menggagu fungsi Menggagung fungsi merubah fungsi fungsi jasa Pertanian dan RTNH
ekologis, ekologis, hunian menjadi menjadi perumahan
meningkatkan Menghilangkan perdagangan dan zona-zona, Tempat
potensi banjir fungsi sosial jasa, Menurunkan Evakuasi, Hankam,
longsor tebing, kualitas lingkungan Pergudangan,
Meningkatkan (kemacetan, Pairwisata tidak
potensi kekumuhan kebisingan, polusi, berdampak oleh
sampah), Akses perdagangan dan
hunian terhadap jasa tetapi
perdagangan dan sebaliknya
jasa sangat mudah,
Meningkatkan nilai
lahan/tanah
Perkantoran Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Dalam skala besar Saling menguatkan - Alih Fungsi Lahan :
Menggagu fungsi Menggagung fungsi merubah fungsi fungsi Pertanian dan RTNH
ekologis, ekologis, hunian menjadi menjadi perumahan
meningkatkan Menghilangkan perdagangan dan zona-zona, Tempat
potensi banjir fungsi sosial jasa, Menurunkan Evakuasi, Hankam,

LAPORAN ANTARA

199
PERLINDUNGAN PERDAGANGAN PERUNTUKAN
Kegiatan RTH PERUMAHAN PERKANTORAN SPU
SETEMPAT DAN JASA LAINNYA
longsor tebing, kualitas lingkungan Pergudangan,
Meningkatkan (kemacetan, Pariwisata tidak
potensi kekumuhan kebisingan, polusi, berdampak oleh
sampah), Akses perkantoran tetapi
hunian terhadap sebaliknya
erdagangan dan
jasa sangat mudah,
Meningkatkan nilai
lahan/tanah
SPU Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Kemudahan akses SPU akan SPU akan - Alih Fungsi Lahan :
Menggagg fungsi Menggagung fungsi terhadap SPU, menambah fungsi menambah fungsi Pertanian dan RTNH
ekologis, ekologis, Meningkatkan nilai dari perdagangan dari perkantoran menjadi perumahan
meningkatkan Menghilangkan lahan/tanah dan jasa zona-zona, Tempat
potensi banjir fungsi sosial Evakuasi, Hankam,
longsor tebing, Pergudangan,
Meningkatkan Pariwisata tidak
potensi kekumuhan berdampak oleh
SPU tetapi
sebaliknya
RTH Alih Fungsi Ruang : - Kemudahan akses Kemudahan akses Kemudahan akses Kemudahan akses Kemudahan akses
Meningkatkan terhadap RTH, terhadap RTH, terhadap RTH, terhadap RTH, terhadap RTH,
fungsi lindung, Meningkatkan nilai Meningkatkan nilai Meningkatkan nilai Meningkatkan nilai Meningkatkan nilai
Fungsi sempadan tanah, lahan, lahan, lahan, lahan,
tetap terjaga Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan
kualitas lingkungan kualitas lingkungan kualitas lingkungan kualitas lingkungan kualitas lingkungan
hunian hunian hunian hunian hunian
Pertanian Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Pertanian tidak Pertanian tidak Pertanian tidak Pertanian tidak Pertanian tidak
Menggagu fungsi Menggagung fungsi berdampak pada berdampak pada berdampak pada berdampak pada berdampak pada
ekologis, ekologis, zona perumahan perdagangan dan perkantoran tetapi SPU tetapi Tempat Evakuasi,
meningkatkan Menghilangkan tetapi sebaliknya jasa tetapi sebaliknya sebaliknya Hankam,

LAPORAN ANTARA

200
PERLINDUNGAN PERDAGANGAN PERUNTUKAN
Kegiatan RTH PERUMAHAN PERKANTORAN SPU
SETEMPAT DAN JASA LAINNYA
potensi banjir fungsi sosial sebaliknya Pergudangan,
longsor tebing, Pariwisata tidak
Meningkatkan berdampak oleh
potensi kekumuhan pertanian tetapi
sebaliknya
Tempat Evakuasi Alih Fungsi Ruang : Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak
Menggagu fungsi karena sifatnya karena sifatnya karena sifatnya karena sifatnya karena sifatnya karena sifatnya
ekologis, sementara sementara sementara sementara sementara sementara
meningkatkan terkecuali pada
potensi banjir IPAL, TPS3R, PTL,
longsor tebing,
Meningkatkan
potensi kekumuhan
Pergudangan Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Dalam skala besar Saling menguatkan Menurunkan Menurunkan Alih fungsi laahn
Menggagu fungsi Menggagung fungsi merubah fungsi fungsi kualitas lingkungan kualitas lingkungan pertanian dan RNTH
ekologis, ekologis, hunian menjadi SPU, Menurunkan SPU, Menurunkan menjadi
meningkatkan Menghilangkan pergudangan, nilai lahan, nilai lahan, pergudangan,
potensi banjir fungsi sosial Menurunkan Berpotensi menjadi Berpotensi menjadi tempat evakuasi,
longsor tebing, kualtias lingkungan, slum area/kawasan slum area/kawasan hankam, pariwisata
Meningkatkan Menurunkan nilai kumuh kumuh tidak berdampak
potensi kekumuhan lahan oleh pergudangan
tetapi sebaliknya
Pariwisata Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Dalam skala besar Saling menguatkan Tidak berdampak Pariwisata tidak Pariwisata dapat
Meningkatkan Menggagung fungsi pariwisata merubah fungsi berdampak pada dikembangkan pada
dungsi lindung, ekologis, hunian menjadi SPU tetapi zona pertanian dan
Fungsi Sempadan Menghilangkan fungsi lainnya sebaliknya RTNH tanpa
tetap terjaga fungsi sosial (perdagangan dan merubah dungsi
jasa pendukung tetapi semakin
wisata) memperkuat fungsi
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

201
4.17 Analisis Gap Antara Kualitas Zona dengan Kondisi Eksisting

Dari hasil analisis, diketahui bahwa total keseluruhan simpangan tutupan lahan eksisting
terhadap rencana pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038, teridentifikasi
pada pola ruang sempadan sungai masih terdapat ketidaksesuaian sebanyak 0,66 hektar dengan
tutupan lahan berupa bangunan pendidikan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta
permukiman.
Tabel 4. 92 Luas Simpangan Pola Ruang RTRW Kab. Muara Enim dan Tutupan Lahan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut

PERSENTASE
RENCANA POLA RUANG RTRW TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) KESESUAIAN
(%)

Sempadan Sungai
Bangunan Pendidikan 0,01 0,0110 Tidak Sesuai
KUPZ
Diizinkan: Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,10 0,1374 Tidak Sesuai
• Pemanfaatan ruang untuk RTH
• Kegiatan fiisk buatan untuk Bangunan Peribadatan 0,06 0,0857 Tidak Sesuai
perlindungan kawasan Bangunan Permukiman 0,49 0,6486 Tidak Sesuai
Tidak Diizinkan:
• Pemanfaatan & kegiatan pada Hutan Lainnya 52,15 69,2430 Sesuai
kawasan yang dapat mengganggu
Jalan 0,56 0,7500 Sesuai
fungsi kawasan
• Membuang limbah tidak sesuai Kolam 0,30 0,3960 Sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan Makam 0,06 0,0852 Sesuai
• Kegiatan yang dapat mengganggu Pekarangan 1,55 2,0605 Sesuai
kelestarian sumberdaya air,
keseimbangan fungsi lindung, Perkebunan 0,76 1,0053 Sesuai
kelestarian flora & fauna, serta Sawah 5,53 7,3410 Sesuai
pemanfaatan hasil tegakan.
Diizinkan Terbatas/Bersyarat: Semak Belukar 5,09 6,7569 Sesuai
• Setiap usaha dan/atau kegiatan
Sungai 7,17 9,5143 Sesuai
yang boleh dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang- Tanah Kosong 0,91 1,2139 Sesuai
undangan di dalam kawasan
sempadan sungai wajib memiliki
dokumen AMDAL & izin lingkungan Tegalan/Ladang 0,57 0,7513 Sesuai
Kawasan Hortikultura
Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,01 0,005 Sesuai
KUPZ
Diizinkan : Bangunan Pendidikan 0,10 0,037 Sesuai
• Dialihfungsikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,00 0,002 Sesuai
undangan Bangunan Perkantoran 0,07 0,027 Sesuai
Tidak Diizinkan:
• Menggunakan lahan yang dikelola Bangunan Permukiman 0,60 0,224 Sesuai
dengan mengabaikan kelestarian
Hutan Lainnya 123,86 46,518 Sesuai
lingkungan.
• Pada kawasan hortikultura yang Jalan 2,87 1,077 Sesuai
memiliki fungsi gambut budidaya
tidak diizinkan kegiatan yang Kolam 0,09 0,035 Sesuai
mengakibatkan penurunan muka air Makam 0,21 0,081 Sesuai
tanah di bawah permukaan gambut
dan/atau kwarsa di bawah lapisan Pekarangan 2,24 0,841 Sesuai
gambut. Perkebunan 39,37 14,787 Sesuai
Diizinkan Terbatas:
• Permukiman perkotaan dengan Sawah 9,00 3,382 Sesuai
intenstas pemanfaatan ruang
Semak Belukar 50,49 18,964 Sesuai
kepadatan sedang sampai dengan
tinggi. Sungai 0,37 0,139 Sesuai
Tanah Kosong 3,00 1,128 Sesuai

LAPORAN ANTARA

202
PERSENTASE
RENCANA POLA RUANG RTRW TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) KESESUAIAN
(%)

• Permukiman perdesaan dengan


intensitas pemanfaatan ruang
kepadatan rendah.
• Bangunan Prasaran wilayah &
bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan pertanian.
• Kegiatan wisata alam secara
terbatas, penelitian, dan
pendidikan. Tegalan/Ladang 33,96 12,754 Sesuai
Kawasan Perkebunan
Bangunan Kesehatan 0,00 0,0001 Sesuai
KUPZ
Diizinkan : Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,03 0,0027 Sesuai
• Alih fungsi kawasan perkebunan
menjadi fungsi lainnya sepanjang Bangunan Pendidikan 0,34 0,0273 Sesuai
sesuai dan mengikuti ketentuan Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,09 0,0073 Sesuai
peraturan perundang-undangan.
Tidak Diizinkan: Bangunan Peribadatan 0,07 0,0054 Sesuai
• Penanaman jenis tanaman
Bangunan Perkantoran 0,11 0,0092 Sesuai
perkebunan yang bersifat menyerap
air dalam jumlah banyak, terutama Bangunan Permukiman 1,52 0,1237 Sesuai
kawasan perkebunan yang berlokasi Bangunan Pertahanan dan
di daerah dulu/kawasan resapan air. Keamanan 0,11 0,0089 Sesuai
• Pada kawasan perkebunan yang
memiliki fungsi gambut budidaya Bangunan Sosial 0,04 0,0035 Sesuai
tidak diizinkan penurunan muka air Hutan Lainnya 781,62 63,7464 Sesuai
tanah di lahan gambur lebih dari 0,4
meter di bawah permukaan gambut Jalan 16,72 1,3635 Sesuai
dan/atau tereksposenya sedimen
Kolam 3,56 0,2899 Sesuai
berpirit dan/atau kwarsa di bawah
lapisan gambut. Lapangan Olahraga 0,69 0,0566 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Permukiman perkotaan dengan Makam 3,94 0,3211 Sesuai
intensitas pemanfaatan ruang Pekarangan 8,61 0,7024 Sesuai
kepadatan sedang sampai tinggi.
• Permukiman perdesaan dengan Perkebunan 130,58 10,6500 Sesuai
intensitas pemanfaatan ruang Sawah 6,91 0,5638 Sesuai
kepadatan rendah.
• Merubah jenis tanaman perkebunan Semak Belukar 169,92 13,8578 Sesuai
yagn tidak sesuai dengan perizinan
Sungai 1,86 0,1515 Sesuai
harus melakukan proses perizinan
ulang. Tanah Kosong 16,91 1,3795 Sesuai
• Bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan perkebunan dan jaringan
prasarana wilayah.
• Ketentuan kemiringan lahan 0-8%
untuk pola monokultur,
tumpangsari, interkultur atau
campuran melalui konservasi
vegetative mencakup tanaman
penutup tanah, penggunaan mulsa
dan pengelolaan tanah minimum.
• Ketentuan kemiringan lahan 8-15%
untuk pola tanaman monokultur,
tumpangsari, interkultur atau
cmapuran, tindakan konservasi sipil
teknis.
• Ketentuan kemiringan lahan 15-40%
untuk pola tanaman monokultur,
interkultur atau campuran, melalui
tindakan koservasi vegetative dan
dan tindakan konservasi sipil teknis,
serta menggunakan tanaman
tahunan perkebunan yang bersifat
konservasi. Tegalan/Ladang 82,51 6,7292 Sesuai
Kawasan Permukiman Perdesaan
Bangunan Industri 0,02 0,018 Sesuai

LAPORAN ANTARA

203
PERSENTASE
RENCANA POLA RUANG RTRW TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) KESESUAIAN
(%)

KUPZ
Bangunan Kesehatan 0,05 0,046 Sesuai
Diizinkan:
• Dialihfungsikan sesuai dengan Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,03 0,027 Sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan Bangunan Pendidikan 1,43 1,259 Sesuai
• Dibangun prasarana wialyah sesuai Bangunan Perdagangan dan Jasa 1,35 1,193 Sesuai
dengan ketentuan peraturan yang
berlaku. Bangunan Peribadatan 0,25 0,224 Sesuai
• Kegiatan industri skala rumah
Bangunan Perkantoran 0,19 0,172 Sesuai
tangga dan fasilitas sosial ekonomi
lainnya dengan skala pelayanan Bangunan Permukiman 17,27 15,256 Sesuai
lingkungan.
• Kawasaan permukiman harus Bangunan Sosial 0,04 0,032 Sesuai
dilengkapi dengan fasos termasuk Hutan Lainnya 17,19 15,179 Sesuai
RTH perkotaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Jalan 8,11 7,164 Sesuai
• Kegiatan dan fasilitas perkotaan. Kolam 1,86 1,640 Sesuai
Tidak Diizinkan:
• Mengembangkan kegiatan yang Makam 0,64 0,565 Sesuai
mengganggu fungsi permukiman
Pekarangan 40,99 36,201 Sesuai
dan kelangsungan kehidupan sosial
masyarakat. Perkebunan 4,05 3,578 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Penetapan garis sempadan Sawah 2,26 1,992 Sesuai
bangunan sesuai dengan fungsi Semak Belukar 13,98 12,350 Sesuai
jalan atau ketentuan yang berlaku.
• Pengharusan penyediaan Sungai 0,45 0,402 Sesuai
kelengkapan, keselamatan
Tanah Kosong 1,02 0,897 Sesuai
bangunan dan lingkungan.
• Pengharusan penetapan jenis dan
penerapan sayarat-syarat
penggunaan bangunan.
• Pengharusan penyediaan drainase
yang memadai, pembuatan sumur
resapan yang memadai, pembuatan
tandon-tandon air hujan.
• Pengharusan penyediaan fasilitas
parkir bagi bangunan untuk
kegiatan usaha.
• Kepadatan penghunian 1 unit
hunian untuk 1 rumah tangga dalam
kawasan permukiman setinggi-
tingginya sama dengan standar
kepadatan layak huni, tidak
termasuk bangunan hunian yang
teletak di dalam kawasan
permukiman tradisional. Tegalan/Ladang 2,04 1,804 Sesuai
Kawasan Tanaman Pangan
Bangunan Kesehatan 0,01 0,004 Sesuai
KUPZ
Diizinkan: Bangunan Pendidikan 0,08 0,048 Sesuai
• Alihfungsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,02 0,014 Sesuai
Tidak Diizinkan: Bangunan Peribadatan 0,02 0,011 Sesuai
• Alih fungsi LP2B yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang- Bangunan Permukiman 0,59 0,344 Sesuai
undangan.
Hutan Lainnya 39,97 23,156 Sesuai
• Kegiatan perkotaan di sepanjang
jalur transportasi yang Jalan 0,58 0,335 Sesuai
menggunakan lahan sawah yang
dikonversi. Kolam 1,04 0,602 Sesuai
• Menggunakan lahan yang dikelola Makam 0,83 0,482 Sesuai
dengan mengabaikan kelestarian
lingkungan. Pekarangan 3,08 1,784 Sesuai
Perkebunan 7,40 4,286 Sesuai

LAPORAN ANTARA

204
PERSENTASE
RENCANA POLA RUANG RTRW TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) KESESUAIAN
(%)

• Pemborosan penggunaan sumber


Sawah 76,31 44,207 Sesuai
daya iar.
• Pada kawasan pertanian tanaman Semak Belukar 28,69 16,621 Sesuai
pangan yang memiliki fungsi
gambut budidaya tidak diizinkan Sungai 0,96 0,557 Sesuai
kegiatan yang mengakibatkan Tanah Kosong 6,87 3,978 Sesuai
penurunan muka air tanah di lahan
gambur lebih dari 0,4 meter di
bawah permukaan gambut dan
/atau tereksposenya sedimen
berpirit dan atau kwarsa di bawah
lapisan gambut. Tegalan/Ladang 6,16 3,571 Sesuai
Sungai
Hutan Lainnya 0,04 4,381 Sesuai
Sungai 0,80 95,619 Sesuai
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.18 Analisis Karakteristik Spesifik Lokasi

WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki kawasan dengan spesifikasi lokasi yang
membutuhkan penanganan khusus untuk mengatur kegiatan atau zona diatasnya. Karakteristik
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut sebagai kawasan yang rentan terhadap ancaman
bencana banjir dan longsor membutuhkan ketentuan khusus yang mengatur pemanfaatan ruang
diatasnya. Selain itu, pemanfaatan ruang pada kawasan lindung seperti sempadan sungai dan
sempadan danau juga perlu ketentuan khusus yag mengatur pemanfaatan ruang diatasnya.
Berikut merupakan kawasan yang memiliki karakteristik spesifik lokasi yang membutuhkan
ketentuan khusus untuk mengatur pemafnaatan ruang diatasnya.
Tabel 4. 93 Karakteristik Spesifik Lokasi di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
PENGGUNAAN LAHAN
LOKASI SPESIFIK KARAKTERISTIK LOKASI
EKSISTING
Kawasan Rawan Banjir Kawasan rawan bencana banjir merupakan kawasan ● Perumahan
dengan sistem drainase buruk yaitu sebagian besar ● Perdagangan dan jasa
kawasan tidak memiliki sistem drainase yang ● Sarana pelayanan
berfungsi untuk mengalirkan limpasan air hujan atau umum
kawasan yang memiliki sistem drainase namun tidak ● Perkantoran
berfungsi maksimal sehingga mengakibatkan ● Industri
terjadinya genangan pada musim hujan. ● RTH
Sempadan Sungai peruntukan ruang yang merupakan bagian dari ● Kebun
kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok ● Lading
sebagai perlindungan, penggunaan, dan ● Makam
pengendalian atas sumber daya yang ada pada ● Semak belukar
sungai dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
Lahan Pertanian Pangan Bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk ● Sawah
Berkelanjutan dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna
menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional
Cagar Budaya warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya Rumah Adat
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Semendo
Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan
Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan melalui proses

LAPORAN ANTARA

205
PENGGUNAAN LAHAN
LOKASI SPESIFIK KARAKTERISTIK LOKASI
EKSISTING
penetapan. Cagar budaya dapat difungsikan sebagai
kegiatan lain.
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.19 Analisis Ketentuan Standar Setiap Sektor

Standar adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan
konsensus semua pihak terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan,
keselamatan, lingkungan, perkembangan IPTEK, pengalaman, perkembangan masa kini dan
mendatang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Tujuan standar teknis adalah
memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di setiap zona.
Secara umum standar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Standar preskriptif dan Standar
kinerja. Standar yang diterapkan dalam peraturan zonasi dapat merupakan campuran dari jenis
standar tersbut. Pilihan jenis standar disesuaikan dengan kebutuhan pengaturan.
a. Standar preskriptif, Standar preskriptif, terdiri dari Standar kuantitatif dan Standar
desain.
Standar preskriptif memberikan panduan yang sangat ketat, rinci, terukur serta
seringkali dilengkapi rancangan desain. Memberikan kemudahan dalam pelaksanaan/
penggunaannya, tetapi membatasi perancangan /arsitek dalam menuangkan kreasinya
(Brough 1985).
Standar kuantitatif menetapkan secara pasti ukuran maksimum atau minimum yang
diperlukan, biasanya mengacu pada kebutuhan minimum.
Contoh standar kuantitatif: KDB maksimum 60% - KLB maksimum 3,0 dan Tinggi
bangunan maksimum 3 lantai, atau 16 m.
Standar desain merupakan kelanjutan atau kelengkapan dari standar kuantitatif. Contoh
standar desain: desain parkir dan tikungan jalan.

b. Standar Kinerja, Standar kinerja terdiri dari: Standar subyektif dan Standar kualitatif
Standar kinerja adalah standar yang dirancang untuk menghasilkan solusi rancangan
yang tidak mengatur langkah penyelesaian secara spesifik (Listokin 1995). Tujuan
standar ini adalah untuk menjamin kenyamanan dalam penggunaannya, dengan ukuran
minimum sebagai parameter pengukur kinerjanya (Craighead 1991) dan pengendali
timbulnya dampak negatif dengan menetapkan ukuran maksimum sebagai parameter
pengukur kinerjanya (Brough 1985).
- Standar subyektif adalah standar yang menggunakan ukuran subyektif/deskriptif
sebagai ukuran kinerjanya. Contoh standar subyektif : penambahan bangunan
tidak boleh mengurangi keindahan, kenyamanan, kemudahan, keselamatan.
- Standar kualitatif adalah standar yang menetapkan ukuran kinerja dari suatu
kegiatan dengan menggunakan ukuran maksimum atau minimum. Contoh
Standar kualitatif : batas minimum tingkat pelayanan jalan (level of service) tidak
boleh kurang.

LAPORAN ANTARA

206
4.19.1 Standar Penyediaan Fasifilitas
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan berdasarkan
peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku serta berisi panduan yang terukur dan ukuran
yang sesuai dengan kebutuhan. Standar teknis yang digunakan dalam penyediaan fasilitas
mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI), antara lain SNI Nomor 03-1733-2004 tentang Tata
Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Lingkungan dan/atau standar lain.
Penerapan Standar Kebutuhan Sarana dan Prasarana Minimal yang Disusun Berdasarkan
Hirarki Wilayah Administrasi
Kebutuhan Ruang Berbagai Fasilitas Minimum yang Perlu Disediakan Menurut Hirarki Wilayah
Administratif Skala Kota, Skala Kecamatan, Skala Lingkungan (Kelurahan/RW) dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4. 94 Standar Kebutuhan Ruang Fasilitas Minimum
STANDAR KEBUTUHAN RUANG
SKALA PELAYANAN FASILITAS YANG DISEDIAKAN
(M2)
Pusat Pelayanan Kota / Pusat Pusat perbelanjaan dan niaga 36000
Pelayanan Kabupaten Pasar tradisional (skala kota)
Rumah sakit umum *disesuaikan
BKIA/klinik bersalin 3000
Terminal tipe C *disesuaikan
Terminal barang *disesuaikan
Kantor SKPD *disesuaikan
Kantor instansi lainnya *disesuaikan
Masjid Agung (kota) 5400
Perguruan tinggi *disesuaikan
Hotel dan restoran *disesuaikan
Kantor polisi 1000
Pos pemadam kebakaran 1000
Stasiun telepon 1000
Kantor pos 500
Ruang terbuka hijau (taman kota) 24000
Tempat parkir umum 2000
Tempat pemakaman umum skala kota 3000
Sub Pusat Pelayanan Kota Kantor kecamatan 2500
Pertokoan/pusat perbelanjaan 10000
Pasar tradisional (skala kecamatan)
Gedung serba guna 500
SMA 12500
SMP 9000
Balai nikah/KUA untuk 120.000 penduduk 750
pendukung
Puskesmas/puskesmas pembantu 300
Apotek 250
Masjid kecamatan 3600
Ruang terbuka hijau (taman skala 9000
kecamatan)

Tempat parkir umum 500


Pemakaman *disesuaikan
Bak sampah 100
Pusat industri kecil menengah (industri *disesuaikan
khas per BWK)
Pusat Lingkungan (Skala Kantor kelurahan 1000
Desa/Kelurahan) Balai pertemuan warga 300

LAPORAN ANTARA

207
STANDAR KEBUTUHAN RUANG
SKALA PELAYANAN FASILITAS YANG DISEDIAKAN
(M2)
Pos kamtib 200
Masjid kelurahan 3600
Sekolah Dasar (SD) 2000
Taman Kanak-kanak (TK) 500
Posyandu/balai pengobatan 300
Toko/warung 3000
Wartel/telepon umum 30
Bak sampah 80
Taman lingkungan (skala kelurahan) 1250
Lapangan olahraga (bisa digabung dengan
sekolah)
RTNH serba guna (untuk parkir umum, 100
dsb)
Gardu listrik 36
Taman bacaan 150
Pusat Lingkungan (Skala RW) Balai pertemuan warga 300
Pos hansip 12
Toko/warung 100
Taman lingkungan skala RW 250
Masjid lingkungan 100
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Keterangan: Pada tabel di atas, terutama pada kolom standar kebutuhan ruang yang diberi keterangan
‘disesuaikan’, maksudnya adalah luasan fasilitas yang perlu disediakan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan ruang dan kebutuhan kapasitas, target jumlah penduduk yang akan terlayani, ketersediaan
lahan yang ada atau yang memungkinkan untuk dibangun, serta kondisi eksisting sarana prasarana yang
sudah terbangun. Apabila dirasa sudah memenuhi kebutuhan, tidak perlu adanya penambahan apalagi
pembangunan sarana-prasarana baru.

LAPORAN ANTARA

208
Tabel 4. 95 Standar Kebutuhan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Kebutuhan Per Satuan
Kriteria
Jumlah Luas
Standard
No Jenis Sarana Penduduk Luas
Luas Lantai (m²/jiwa) Radius
Pendukung Lahan Lokasi dan Penyelesaian
Min. (m²) Pencapaian
Min (m²)
1 Balai pertemuan 2.500 150 300 0,12 Ditengah kelompok bangunan hunian warga,
ataupun di akses keluar/masuk dari kelompok
2 Pos hansip 2.500 6 12 0,06 500 m² bangunan. Dapat berintegrasi dengan
bangunan sarana yang lain.
Lokasi dan bangunannya harus
3 Gardu listrik R 2.500 20 30 0,012 501 m² mempertimbangkan keamanan dan
W kenyamanan sekitar.
Lokasinya disebar pada titik-titik strategis atau
4 Telepon umum, bis surat 2.500 - 30 0,012 502 m²
di sekitar pusat lingkungan.
Dilokasikan dapat melayani kebutuhan
5 Parkir umum 2.500 - 100 0,04 - bangunan sarana kebudayaandan rekreasi lain
berupa balai pertemuan warga
6 Kantor kelurahan 30.000 500 1.000 0,033 - Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.
7 Pos kamtib 30.000 72 200 0,006 - Beberapa sarana dapat digabung dalam satu
atau kelompok bangunan pada tapak yang
8 Pos pemadam kebakaran 30.000 72 200 0,006 - sama. Agen layanan pos dapat bekerja sama
9 Agen pelayanan pos 30.000 36 72 0,0024 - dengan pihak yang mau berinvestasi dan
bergabung dengan sarana lain dalam bentuk
10 Loket pembayaran air bersih Kel 30.000 21 60 0,002 - wartel, warnet, atau warpostel. Lokasi
ur
pembayaran air bersih dan listrik lebih baik
11 Loket pembayaran listrik ah 30.000 21 60 0,002 - saling bersebelahan.
an
Lokasinya disebar pada titik-titik strategis atau
12 Telepon umum, bis surat, bak sampah kecil 30.000 - 80 0,003 -
di sekitar pusat lingkungan.

Dialokasikan dapat melayani kebutuhan


13 Parkir umum 30.000 - 500 0,017 - sarana kebudayaan dan rekreasi lain berupa
gedung serba guna/balai karang taruna
14 Kantor kecamatan Ke 120.000 1.000 2.500 0,02 - Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.
15 Kantor polisi ca 120.000 500 1.000 0,001 - Beberapa sarana dapat digabung dalam satu

LAPORAN ANTARA

209
Kebutuhan Per Satuan
Kriteria
Jumlah Luas
Standard
No Jenis Sarana Penduduk Luas
Luas Lantai (m²/jiwa) Radius
Pendukung Lahan Lokasi dan Penyelesaian
Min. (m²) Pencapaian
Min (m²)
ma atau kelompok bangunan pada tapak yang
16 Pos pemadam kebakaran 120.000 500 1.000 0,001 -
tan sama. Lokasinya mempertimbangkan
17 Kantor pos pembantu 120.000 250 500 0,004 kemudahan dijangkau dari lingkungan luar.

Stasiun telepon otomatis dan agen pelayanan


18 120.000 500 1.000 0,008
gangguan telepon

Lokasinya harus strategis untuk memudahkan


19 Balai nikah/KUA/BP4 120.000 250 750 0,006 dicari dan dijangkau oleh pengunjung di luar
kawasan.

20 Telepon umum, bis surat, bak sampah besar 120.000 80 0,003 Lokasinya disebar pada titik-titik strategis atau
di sekitar pusat lingkungan.
Dialokasikan dapat melayani kebutuhan
21 Parkir umum 120.000 2.000 0,017 3 -5 km bangunan sarana kebudayaan dan rekreasi
lain berupa balai pertemuan warga.
Sumber: SNI 03-1733-2004

Tabel 4. 96 Standar Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa

Kebutuhan Per Satuan


Jumlah Standar Kriteria
Sarana
Jenis Penduduk
No Luas Luas
Sarana pendukung Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Min. Lahan Min. (m 2 /jiwa)
pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2 )
100
50 (termasuk Di tengah kelompok tetangga. Dapat
1 Toko/Warung 250 0,4 300 m²
gudang) (bila berdiri merupakan bagian dari sarana lain
sendiri)

LAPORAN ANTARA

210
Kebutuhan Per Satuan
Jumlah Standar Kriteria
Sarana
Jenis Penduduk
No Luas Luas
Sarana pendukung Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Min. Lahan Min. (m 2 /jiwa)
pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2 )
Di pusat kegiatan sub lingkungan. KDB
2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m²
40% dapat berbentuk P&D

Dapat dijangkau dengan kendaraan


3 Pusat Pertokoan dan Pasar Lingkungan 30.000 13.500 10.000 0,33
umum

Pusat Perbelanjaan dan Jasa (toko+pasar+ Terletak di jalan utama. Termasuk sarana
4 120.000 36.000 36.000 0,3
bank+kantor) parkir sesuai ketentuan setempat

Sumber: SNI 03-1733-2004

Tabel 4. 97 Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan

Jumlah Kebutuhan Persatuan Sarana Kriteria


Jenis Penduduk
No. Luas Lantai Luas Lahan Standard Radius Lokasi dan Keterangan
Sarana pendukung
(jiwa) Min. (m2) Min. (m2) (m 2/j iwa) pencapaian Penyelesaian

216 m2
Taman Di tengah kelompok warga.
termasuk 2 rombongan prabelajar @ 60 murid
1. Kanak- 1.250 500 m2 0,28 m2/jiwa 500 m Tidak menyeberang
rumah penjaga dapat bersatu dengan sarana lain
kanak jalan raya.
36 m2
Bergabung dengan taman sehingga
terjadi pengelompokan kegiatan.
Sekolah Kebutuhan harus
2. 1.600 633 2.000 1,25 1.000 m
Dasar Berdasarkan per-hitungan dengan
Dapat dijangkau rumus 2, 3 dan 4.
3. SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 m Dengan kendaraan umum. Dapat digabung
Disatukan dengan lapangan olah dengan sarana

LAPORAN ANTARA

211
Jumlah Kebutuhan Persatuan Sarana Kriteria
Jenis Penduduk
No. Keterangan
Sarana pendukung Luas Lantai Luas Lahan Standard Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. (m2) Min. (m2) (m 2/j iwa) pencapaian Penyelesaian
raga. Tidak selalu harus di pusat pendidikan lain,
4. SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 m lingkungan. mis. SD, SMP,
SMA dalam satu
Di tengah komplek
Taman kelompok warga
5. 2.500 72 150 0,09 1.000 m
Bacaan tidak menyeberang jalan
lingkungan.
6. Perpustakaan 30,000 3,000
7. Akademi 480,000 5,000
Perpustakaan
8. 480,000 1,000
(Akademi)
9. Perguruan Tinggi 1,500,000 20,000

Perpustakaan
10. 1,500,000 2,000
(Perguruan Tinggi)
Sumber: SNI 03-1733-2004

Tabel 4. 98 Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan

Jumlah Kebutuhan Per


Kriteria
Jenis Penduduk Satuan Sarana
No. Keterangan
Sarana pendukung Luas Lantai Luas Lahan Standard Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. (m2) Min. (m2) (m 2 /jiwa) pencapaian Penyelesaian
Dapat bergabung dengan balai warga atau
Di tengah ke-lompok tetangga sarana hunian/ rumah
1 Posyandu 1.250 36 60 0,048 500
tidak menye-berang jalan raya.
Balai Di tengahkelompok Dapat bergabung dalam lokasi balai warga
2. Pengobatan 2.500 150 300 0,12 1.000 m' tetangga tidak
Warga menyeberangjalan raya.

LAPORAN ANTARA

212
Jumlah Kebutuhan Per
Kriteria
Jenis Penduduk Satuan Sarana
No. Keterangan
Sarana pendukung Luas Lantai Luas Lahan Standard Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. (m2) Min. (m2) (m 2 /jiwa) pencapaian Penyelesaian
BKIA / Klinik
3. 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 m'
Bersalin
Puskesmas Dapat bergabung dalam lokasi kantor
Pembantu kelurahan
4. dan Balai 30.000 150 300 0,006 1.500 m'
Pengobatan
Lingkungan Dapat dijangkau
Puskesmas dan Dengan kendaraan Dapat bergabung dalam lokasi kantor
5. Balai 120.000 420 1.000 0,008 3.000 m' umum kecamatan
Pengobatan
Tempat Praktek
6. 5.000 18 - - 1.500 m'
Dokter Dapat bersatu dengan rumah tinggal/ tempat
usaha/ apotik
Apotik/ Rumah
7. 30.000 120 250 0,025 1.500 m'
Obat
8. Laboratorium 30,000 300
Rumah Sakit
9. Pembantu Tipe 480,000 10,000
C
Rumah Sakit
10. 1,500,000 45,000
Wilayah Tipe B
Rumah Sakit
11. 1,500,000 30,000
Gawat Darurat
Sumber: SNI 03-1733-2004

LAPORAN ANTARA

213
Tabel 4. 99 Standar Kebutuhan Sarana Peribadatan

KEBUTUHAN PER SATUAN


STANDAR KRITERIA
JUMLAH SARANA
JENIS PENDUDUK
NO LUAS LUAS
SARANA PENDUKUNG RADIUS LOKASI DAN
(JIWA) LANTAI MIN. LAHAN MIN. (M 2 /JIWA)
PENCAPAIAN PENYELESAIAN
(M2) (M2 )
100 bila
Musholla/ Di tengah kelompok
1. 250 45 bangunan 0,36 100 m’
Langgar tetangga. Dapat merupakan bagian dari bangunan sarana lain
tersendiri
Di tengah kelompok
Mesjid tetangga tidak
2. 2.500 300 600 0,24 1.000 m,
Warga menyeberang jalan raya. Dapat bergabung dalam lokasi balai
warga.
Mesjid
3. Lingkungan 30.000 1.800 3.600 0,12 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
(Kelurahan)

Mesjid Berdekatan dengan pusat lingkungan / kelurahan. Sebagian


4. 120.000 3.600 5.400 0,03
Kecamatan sarana berlantai 2, KDB 40%

Tergantung
Sarana Tergantung Tergantung
Sistem
5. ibadah kebiasaan kebiasaan -
kekerabatan
agama lain setempat setempat
Hirarki lembaga

Sumber: SNI 03-1733-2004

LAPORAN ANTARA

214
Tabel 4. 100 Standar Penyediaan Fasilitas Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olahraga
KEBUTUHAN PER SATUAN SARANA
JUMLAH
LUAS STANDAR RADIUS
NO. JENIS SARANA PENDUDUK LUAS
2 LAHAN MIN (M2/JIWA) PENCAPAIAN (M)
PENDUKUNG (JIWA) LANTAI MIN (M )
(M2/JIWA)
1 Taman / Tempat main 250 200 250 1
2 Taman Warga 3,000 750 1500
3 Lapangan Olah Raga dan Tempat Bermain 3,000 1500
4 Taman Lingkungan 30,000 2000 1,500 0.30
Lapangan Olah Raga 30,000 6000 8,400
Gedung Olah Raga 30,000 750 1,000
Kolam Renang 30,000 4,000
Bioskop 30,000 2,000
Taman 30,000 1,500
Lapangan Serba Guna 120,000 10,000
Taman 120,000 10,000
Gedung Olah Raga 120,000 10,000
Stadion Mini 50,000
Museum 3,000
Gedung Olah Raga Seni 3,000
Bioskop / Theater 3,000
Komplek Olahraga dengan Gelanggang Olahraga 70,000
Gedung Hiburan dan Rekreasi 6,000
Bioskop 4,000

LAPORAN ANTARA

215
KEBUTUHAN PER SATUAN SARANA
JUMLAH
LUAS STANDAR RADIUS
NO. JENIS SARANA PENDUDUK LUAS
2 LAHAN MIN (M2/JIWA) PENCAPAIAN (M)
PENDUKUNG (JIWA) LANTAI MIN (M )
(M2/JIWA)
Gedung Kesenian 10,000
Taman Kota 50,000
Gedung Seni Tradisional 5,000
3 Kuburan / Pemakaman Umum 120,000 2,000
Sumber: SNI 03-1733-2004
Tabel 4. 101 Standar Penyediaan Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi

KEBUTUHAN PER SATUAN SARANA


JUMLAH PENDUDUK RADIUS PENCAPAIAN
NO. JENIS SARANA STANDAR (M2/JIWA)
PENDUKUNG (JIWA) Luas lantai min (m2) Luas lahan min (m2) PENCAPAIAN (M)

1 Balai Warga/ Pertemuan 2.500 150 300 0.12


100
3.000 250 400 0,13
2 Balai Seraba Guna/ 30.000 250 500 0.017
Karang Taruna 100
30.000 500 650 0,0216
3 Gedung Serba Guna 120.000
1.500 3000 0,025 100
200.000
4 Gedung Bioskop 120.000 2000 0,017
30.000 1.000 2000 0,067 100
480.000 3000 0,00625
Sumber: SNI 03-1733-2004

LAPORAN ANTARA

216
LAPORAN ANTARA

217
4.19.2 Standar Penyediaan Fasifilitas
A. Jaringan Jalan
Desain teknis jalan yang sesuai dengan fungsinya harus memenuhi syarat-syarat antara lain
sebagai berikut:
- Bagian-bagian jalan terdiri dari Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), Ruang Milik Jalan
(Rumija) dan Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja). Yang dimaksud dengan Rumaja adalah
suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan,
saluran tepi jalan, serta ambang pengamanannya. Rumija adalah sejalur tanah tertentu
diluar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang
dibatasi oleh tanda batas Rumija untuk memenuhi persyaratan keleluasaan keamanan
jalan. Sedangkan Ruwasja adalah ruang tertentu yang terletak diluar Rumija yang
penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan
pengemudi.
- Jalan kolektor sekunder didesain dengan Kecepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter
dengan Ruwasja paling sedikit 5 (lima) meter;
- Jalan lokal sekunder didesain dengan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter
dengan Ruwasja paling sedikit 3 (tiga) meter;
- Jalan lingkungan sekunder didesain dengan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma
lima) meter dengan Ruwasja paling sedikit 2 (dua) meter.
Tabel 4. 102 Standar Ruang Jalan dan Garis Sempadan Jalan

Sumber: UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No.3 4 Tahun 2006 tentang Jalan

B. Standar Penyediaan Pelayanan Ruang Pejalan Kaki


Tingkat pelayanan jaringan pejalan kaki pada pedoman ini bersifat teknis dan umum, dan
dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada. Standar penyediaan ini dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan tipologi ruang pejalan kaki dengan

LAPORAN ANTARA

218
memperhatikan aktifitas dan kultur lingkungan sekitar.

1. Fasilitas
● Drainase, terletak berdampingan atau dibawah dari ruang pejalan kaki.
Drainase berfungsi sebagai penampung dan jalur aliran air pada ruang pejalan
kaki. Keberadaan drainase akan dapat mencegah terjadinya banjir dan
genangangenangan air pada saat hujan. Dimensi minimal adalah lebar 50
centimeter dan tinggi 50 centimeter.
● Jalur hijau, diletakkan pada jalur amenitas dengan lebar 150 centimeter dan
bahan yang digunakan adalah tanaman peneduh.
● Lampu penerangan, diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 meter
dengan tinggi maksimal 4 meter, dan bahan yang digunakan adalah bahan
dengan durabilitas tinggi seperti metal & beton cetak.
● Pagar pengaman, diletakkan pada jalur amenitas. Pada titik tertentu yang
berbahaya dan memerlukan perlindungan dengan tinggi 90 centimeter, dan
bahan yang digunakan adalah metal/beton yang tahan terhadap cuaca,
kerusakan, dan murah pemeliharaannya.
● Tempat sampah, diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap 20 meter
dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan
dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
● Signage, marka dan perambuan, papan informasi (signage) diletakan pada jalur
amenitas, pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus pedestrian padat,
dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan terbuat dari
bahan yang memiliki durabilitas tinggi, dan tidak menimbulkan efek silau.
● Halte/Shelter bus dan lapak tunggu diletakan pada jalur amenitas. Shelter
harus diletakan pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial
kawasan, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah
bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal.
● Telepon umum, diletakkan pada jalur amenitas. Terletak pada setiap radius
300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai
kebutuhan dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas
tinggi seperti metal.
2. Ukuran dan Dimensi Prasarana Ruang Pejalan Kaki
Lebar efektif minimum jaringan pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah 60
centimeter ditambah 15 centimeter untuk bergoyang tanpa membawa barang,
sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 (dua) orang pejalan kaki berpapasan
menjadi 150 centimeter. Untuk arcade dan promenade yang berada di daerah
pariwisata dan komersial harus tersedia area untuk window shopping atau fungsi
sekunder minimal 2 meter. Lebar jaringan pejalan kaki berdasarkan lokasi menurut
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung
Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4. 103 Lebar Jaringan Pejalan Kaki Berdasarkan Lokasi

LAPORAN ANTARA

219
NO. LOKASI RUANG PEJALAN KAKI LEBAR MINIMAL
1. Jalan di daerah perkotaan atau kaki lima 4 meter
2. Di wilayah perkantoran utama 3 meter
3. Di wilayah industri
pada jalan primer 3 meter
pada jalan akses 2 meter
4. Di wilayah pemukiman
pada jalan primer 2,75 meter
pada jalan akses 2 meter
Sumber: Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan

Ruang pejalan kaki memiliki perbedaan ketinggian baik dengan jalur kendaraan
bermotor ataupun dengan jalur hijau. Perbedaan tinggi maksimal antara ruang pejalan
kaki dan jalur kendaraan bermotor adalah 20 centimeter. Sementara perbedaan
ketinggian dengan jalur hijau 15 centimeter. Untuk ketetapan-ketetapan lainnya
disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
3. Tingkat Kapasitas Pelayanan Ruang untuk Jalan Setapak
Untuk penyediaan pelayanan bagi pejalan kaki dalam bentuk jalan setapak dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 104 Tingkat Pelayanan Jaringan Pejalan Kaki

KECEPATAN BESARAN ARAH VOLUME/


TINGKAT RUANG
RATA-RATA PEDESTRIAN/MIN/LEBAR/ KAPASITAS
PELAYANAN (LOS) PEDESTRIAN M2
METER/MIN METER (PED/MIN) RASIO
A ≥ 12 ≥_78 ≤_ 6.7 ≤_ 0.08
B ≥ 3.6 ≥_75 ≤_ 23 ≤_ 0.28
C ≥ 2.2 ≥_72 ≤_ 33 ≤_ 0.40
D ≥ 1.4 ≥_68 ≤_ 50 ≤_ 0.60
E ≥ 0.5 ≥_45 ≤_ 83 ≤_ 1.00
F < 0.5 < 45 Variable 1.00
Sumber: TRB (Transportation Research Board), 1985

4. Lebar Minimum
● Lebar minimum dari masing-masing pejalan kaki adalah 1,5 meter. Seandainya
berdekatan dengan tempat atau sarana lainnya, maka lebar minimum yang
diperkenankan adalah 0.9 meter.
● Pada kondisi volume pejalan kaki semakin tinggi, lebar jalur pejalan kaki harus
ditingkatkan.

C. Standar Penyediaan Energi Listrik


1) Penyediaan Daya Listrik
● Setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau
dari sumber lain.
● Setiap unit hunian mendapatkan daya listrik minimum 450 VA.
2) Jaringan Listrik

LAPORAN ANTARA

220
● Harus tersedia jaringan listrik lingkungan dan jaringan listrik untuk hunian;
● Penempatan tiang listrik berada di daerah milik jalan;
● Apabila dibutuhkan, gardu listrik ditempatkan pada lahan yang bebas dari
kegiatan umum;
● Tersedia penerangan jalan.
3) Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan perencanaan instalasi listrik, harus sesuai
dengan peraturan yang berlaku mengenai Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia
1987.
Ukuran dan kapasitas maksimum gardu listrik per unit adalah sebagai berikut:
- Luas tanah adalah 6 x 9 m2
- Luas casis (bangunan) adalah 4 x 7 m2
- Radius pelayanan adalah 200 m2
- Kapasitas maksimum adalah 630 KVA atau 630.000 watt
- Medan listrik yang bisa dicapai adalah ± 6.257 m2
Khusus untuk lingkungan real estate kebutuhan gardu dihitung berdasarkan medan elektris
yang bisa dicapai gardu standar yaitu 6.257 m2 atau dibulatkan 0,5 Ha untuk 1 gardu.
Bangunan-bangunan perkantoran/jasa/pertokoan, disyaratkan untuk setiap luas lantai
bangunan seluas 1.000 m2/50.000 m2 menyediakan satu gardu khusus.

D. Standar Penyediaan Telekomunikasi


Telekomunikasi merupakan sarana publik yang dalam penyelenggaraannya membutuhkan
infrastruktur menara telekomunikasi. Pembangunan dan penggunaan menara
telekomunikasi sebagai salah satu infrastruktur pendukung dalam penyelenggaraan
telekomunikasi harus memperhatikan efisiensi, keamanan lingkungan dan estetika
lingkungan, maka pembangunan dan penggunaan menara telekomunikasi dilaksanakan
secara bersama antar pelaku, terkait dengan penyelenggaraan telekomunikasi. Selain
diperlukannya menara telekomunikas, beberapa standart Penyediaan Telekomunikasi pada
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah sebagai berikut:
● Tersedia jaringan telepon.
● Apabila diperlukan, setiap unit hunian dapat memperoleh sambungan.
● Tersedia telepon umum dengan kapasitas pelayanan sesuai ketentuan yang
berlaku.
● Penempatan telepon umum mudah dilihat, mudah dicapai dan aman.

E. Standar Penyediaan Jaringan Air Bersih


1) Penyediaan Air Bersih
● Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan
air minum dan atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
● Kapasitas mininum untuk melayani kebutuhan perumahan adalah 150
liter/orang/hari.
2) Jaringan Air Bersih
● Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan

LAPORAN ANTARA

221
rumah.
● Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass.
● Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa penlindungan menggunakan GIP.
3) Kran Umum
● Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 200 jiwa.
● Radius pelayanan maksimun 100 meter.
● Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
● Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan peraturan yang berlaku
mengenai Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
4) Hidran Kebakaran
● Penempatan kran kebakaran harus mudah dilihat dan dicapai oleh mobil
pemadam kebakaran, sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai Tata
cara perencanaan bangunan lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan rumah dan gedung.
● Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter.
● Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter.

F. Standar Penyediaan Jaringan Drainase


1) Direncanakan berdasarkan curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah.
2) Saluran pembuangan air hujan dapat berupa saluran terbuka atau tertutup.
3) Kemiringan saluran minimum 2%.
4) Dilengkapi dengan Iubang pemeriksa dan dibuat pada jarak maksimum 50 meter.
5) Sistem drainase harus dihubungkan dengan saluran kota, sungai, danau atau laut.
6) Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan drainase sesuai dengan SK SNI
107/1990/F Tata cara perencanaan umum drainase pekotaan.

G. Standar Penyediaan Sistem Persampahan


1) Pengumpulan Sampah
● Kapasitas minimum tempat sampah lingkungan rumah tangga volume 0,02 m.
● Tempat sampah dibuat dari bahan rapat air.
● Penempatan tempat sampah harus mudah dicapai oleh petugas kebersihan,
dan tidak mengganggu lalu lintas.
2) Pengangkutan Sampah
● Tersedia fasilitas pengangkutan sampah.
● Pengangkutan dari tiap-tiap rumah dilakukan maksimum dua hari sekali.
3) Pembuangan sampah harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai tata cara
teknik pengelolaan sampah perkotaan dan peraturan mengenai tata cara pengelolaan
sampah di pemukiman.

H. Standar Penyediaan Jaringan Limbah


Penyediaan jaringan limbah pada kawasan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
menggunakan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang,
Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman dan

LAPORAN ANTARA

222
Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001) menteri permukiman dan prasarana wilayah.

LAPORAN ANTARA

223
Tabel 4. 105 Standar Pelayanan Jaringan Limbah

PRASARANA STANDAR PELAYANAN


LINGKUNGAN KUANTITAS
NO. INDIKATOR KETERANGAN
PERMUKIMAN KUALITAS
CAKUPAN TINGKAT PELAYANAN
PERKOTAAN
1. Air Limbah Tingkat penyediaan 80% dari jumlah ● Sarana sanitasi ● Separasi antara greywater System onsite lebih diarahkan untuk kota
sarana sanitasi penduduk individual dan komunal: (mandi, cucian) terhadap sedang kecil dengan kepadatan rata-rata
terhadap jumlah kota/perkotaan - Toilet black water (kakus) >= 200 jiwa/ha, dengan taraf muka air
penduduk/kota/perko RT/jamban/MCK ● Penyaluran black water tanah > 2 m, dan potensi cost recovery
taan (mixed sanitation - Septic tank yang baik ke septic tank, yang belum mendukung untuk full
system) dan kualitas ● Penanganan lumpur tanpa ada kebocoran dan sewerage system.
penanganan tinja untuk mendukung bau
onsite system: ● Tidak ada rembesan
- Truk Tinja langsung/pencemaran air
- PLT tinja dari septic tank ke air
tanah
● Efisien removal BOD dan SS
>=85%
● Tidak ada complain
terhadap permintaan
penyedotan dan
pengangkutan lumpur tinja
● Pengolahan lumpur tinja
selanjutnya di IPLT
Sistem onsite: Tidak ada separasi antara grey Sistem off site lebih diarahkan untuk kota
Modular/full sewerage water terhadap black water, metro besar dengan kepadatan rata-rata
system terdiri dari tetapi desain sewerage dapat >= 200 jiwa/ha, dengan taraf muka air
jaringan sewer dan IPAL bersatu dengan storm sewer tanah < 2 m, dan potensi cost recovery
belum mendukung untuk full sewerage
sistem (perlu FS)
● Tidak ada blokade dan/atau Kriteria desain/Perencanaan:
kebocoran sewerage - Debit air = 70 – 80% konsumsi air bersih
● Efisiensi removal BOD, SS - Pengendapan lumpur tinja 0,2 – 0,3
IPAL > 90% dan E-coli >= lt/org/hari
99,9% - Sarana sanitasi individual u/IKK
- Sarana sanitasi komunal u/IKK

LAPORAN ANTARA

224
PRASARANA STANDAR PELAYANAN
LINGKUNGAN KUANTITAS
NO. INDIKATOR KETERANGAN
PERMUKIMAN KUALITAS
CAKUPAN TINGKAT PELAYANAN
PERKOTAAN
- MCK di tempat umum untuk 100-250
ribu orang
- Truk tinja @ m3u/10.000 KK
- Modul IPLT disiapkan untuk pelayanan
100.000 jiwa: kolom lumpur, oxydation
ditc/ponds, sludge thickener, digester
dan sludge drying bed; keb.lahan =
2ha/100.000 jiwa.
- Sistem offsite sesuai dengan
rekomendasi FS dan hasil DED
perhitungan debit ab, jaringan dan
dimensi sewer, dan sistem PAL (mis :
Tricking, Filter, Activated Sludge,
Oxydation Ponds, RBC)
Lihat kembali SK SNI T-07-1989-f Kep DJCK
No. 07/KPTS/1999

LAPORAN ANTARA

225
I. Standar Hidran dan Sarana Pemadam Kebakaran
Dalam satu kilometer pipa distribusi terdapat 4 – 5 buah hidran. Ketentuan penempatan
hidran adalah sebagai berikut:
● Diletakkan pada jarak 60 – 180 cm dari tepi jalan.
● Diletakkan 1 meter dari bangunan permanen.
● Penempatan hidran diprioritaskan di persimpangan jalan sehingga jarak
jangkauannya lebih luas.
Tangki persediaan air yang melayani keperluan hidran lingkungan wajib memenuhi
ketentuan sehingga dapat menyalurkan air dalam volume dan tekanan yang cukup untuk
sistem hidran tersebut.

J. Kebutuhan Ruang untuk Evakuasi Bencana


Area evakuasi merupakan area terbuka atau lahan terbuka hijau yang dapat digunakan
masyarakat untuk menyelamatkan diri dari bencana alam maupun bencana lainnya. Area
evakuasi dapat berupa:
● Taman umum (public park), halaman gedung atau area khusus yang dibuat untuk
menyelamatkan diri.
● bukit, tanggul atau bangunan bertingkat yang berfungsi untuk menyelamatkan diri.
● Standart area evakuasi 3-5 m2/orang (tidak membawa barang banyak).
● Taman dengan luas 1 ha dapat menampung kl 2500 orang.
Jalur evakuasi merupakan jalan/jalur dari bangunan hunian, perkantoran dan tempat
aktifitas penduduk lainnya untuk menuju area evakuasi. Jalur evakuasi dapat berupa jalan
pedestrian (lebar minimal 3 m) maupun jalan kendaraan. Jarak ke area evakuasi 500 m –
1000 m.
Jalur evakuasi dapat menggunakan jalan yang sudah ada atau jalur tersendiri dengan tanda
khusus. Dapat berupa perkerasan yang didisain khusus atau jajaran pohon pengarah
(vertikal/columnar) yang sama. Jalur yang menuju bangunan evakuasi menggunakan ramp.
Asumsi standar kebutuhan ruang yang dapat dijadikan sebagai ruang evakuasi bencana
sesuai dengan standar penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, lapangan
olahraga, pelayanan umum lainnya dan sarana sosial dan kebudayaan.

K. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Penyediaan RTH minimal di kawasan perkotaan berdasarakan luas, proporsinya adalah 30%
yang terdiri dari 20% ruang terbuka publik dan 10% ruang terbuka hijau privat. Penyediaan
RTH minimal berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumlah
penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita.
Tabel 4. 106 Luas Minimal RTH
UNIT LUAS
LUAS MINIMAL/
NO LINGKUNGA TIPE RTH MINIMAL/ LOKASI
KAPITA (M2)
N UNIT (M2)
1 250 jiwa Taman RT 250 1,0 di tengah lingkungan RT
2 2500 jiwa Taman RW 1.25 0,5 di pusat kegiatan RW
Taman dikelompokan dengan
3 30.000 jiwa 9 0,3
Kelurahan sekolah/ pusat kelurahan

LAPORAN ANTARA

226
UNIT LUAS
LUAS MINIMAL/
NO LINGKUNGA TIPE RTH MINIMAL/ LOKASI
KAPITA (M2)
N UNIT (M2)
Taman dikelompokan dengan
4 120.000 jiwa 24 0,2
kecamatan sekolah/ pusat kecamatan
Pemakaman disesuaikan 1,2 tersebar
5 480.000 jiwa Taman kota 144 0,3 di pusat wilayah/ kota
di dalam/ kawasan
Hutan kota disesuaikan 4,0
pinggiran
untuk fungsi- disesuaikan dengan
disesuaikan 12,5
fungsi tertentu kebutuhan
Sumber: Permen PU No.5 Tahun 2008 tentang Pedoman RTH

Arahan Penyediaan RTH pada Bangunan/Perumahan


1) RTH Pekarangan
Pekarangan adalah lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk berbagai aktivitas.
Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) di
kawasan perkotaan, seperti tertuang di dalam PERDA mengenai RTRW di masing-
masing kota. Untuk memudahkan di dalam pengklasifikasian pekarangan maka
ditentukan kategori pekarangan sebagai:
a. Pekarangan Rumah Besar
Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah besar adalah sebagai
berikut:
● Kategori yang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luas lahan di
atas 500 m2.
● Ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m 2)
dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat.
● Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon
pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan
atau rumput.
b. Pekarangan Rumah Sedang
Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah sedang adalah sebagai
berikut:
● Kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luas lahan
antara 200 m2 sampai dengan 500 m2.
● ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m 2)
dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat.
● jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 (dua) pohon
pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup
tanah dan atau rumput.
c. Pekarangan Rumah Kecil
Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah kecil adalah sebagai
berikut:
● Kategori yang termasuk rumah kecil adalah rumah dengan luas lahan
dibawah 200 m2.
● ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m 2)

LAPORAN ANTARA

227
dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat.
● jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon
pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah
dan atau rumput.

Keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan yang sempit, tidak menutup
kemungkinan untuk mewujudkan RTH melalui penanaman dengan
menggunakan pot atau media tanam lainnya.
2) RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha
RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha umumnya berupa jalur
trotoar dan area parkir terbuka. Penyediaan RTH pada kawasan ini adalah sebagai
berikut:
● Untuk dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan tanaman dalam pot.
● Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB diatas 70%, memiliki
minimal 2 (dua) pohon kecil atau sedang yang ditanam pada lahan atau pada
pot berdiameter diatas 60 cm.
● Persyaratan penanaman pohon pada perkantoran, pertokoan dan tempat
usaha dengan KDB di bawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH
pekarangan rumah, dan ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan.
3) RTH dalam Bentuk Tanaman Atap Bangunan
Pada kondisi luas lahan terbuka terbatas, maka untuk RTH dapat memanfaatkan ruang
terbuka non hijau, seperti atap gedung, teras rumah, teras-teras bangunan bertingkat
dan disamping bangunan, dan lain-lain dengan memakai media tambahan, seperti pot
dengan berbagai ukuran sesuai lahan yang tersedia. Lahan dengan KDB di atas 90%
seperti pada kawasan pertokoan di pusat kota, atau pada kawasan-kawasan dengan
kepadatan tinggi dengan lahan yang sangat terbatas, RTH dapat disediakan pada atap
bangunan.

4.20 Analisis Kewenangan dalam Perencanaan, Pemanfaatan Ruang, dan


Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengaturan mengenai kewenangan pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam perencanaan,


pemanfatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang meliputi:
1. Pengaturan, pembianaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penantaan ruang
wilayah Kabupaten Muara Enim dan kawasan strategis Semende Darat Laut yang mengacu
pada peodman bidang penataan ruang yang ditetapkan oleh pemerintah dan petunjuk
pelaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Pengaturan
penataan ruang dilakukan melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan kinerja
penyelenggaraan penataan ruang. Pengawasan penataan ruang yang mencakup
pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang,
termasuk pengawasan terhadap kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang
penataan ruang melalui kegiatan pemantauan evaluasi dan pelaporan.

LAPORAN ANTARA

228
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten Muara Enim meliputi: perencanaan,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Muara
Enim yang mengacu pada pedoman bidang penataan ruang yang ditetapkan oleh
pemernitah dan petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi.
3. Kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota.

Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, Pemerintah Daerah


Kabupaten Muara Enim bertanggung jawab untuk:
1. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana rinci tata
ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten Muara Enim
khususnya WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
2. Melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang. Dalam hal Pemerintah
Kabuapten Muara Enim tidak dapat memenuhi standar pelayanan minimal bidang
pentaan ruang, Pemerintah Kabupaten Muara Enim dan Provinsi Sumatera Selatan dapat
mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Tabel 4. 107 Identifikasi Kewenangan Kelembagaaan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LINGKUP KEGIATAN LINGKUP KEGIATAN LINGKUP KEGIATAN
LEMBAGA
PERENCANAAN PEMANFAATAN RUANG PENGENDALIAN RUANG
BAPPEDA ● Koordinator ● Monitoring ● Pelaksanaan Pengendalian
Perencanaan ● Pengarahan RPJM Ruang agar sesuai dengan
● Sosialisasi ● Pengarahan RTRW rencana pemanfaatan
● Sosialisasi untuk
pengendalian pemanfaatan
ruang
Dinas Lingkungan ● Masukan ruang ● Pemantauan kualitas ● Pemberian izin untuk usaha
Hidup fungsi ekologi lingkungan dalam yang memiliki dampak pada
pelaksanaan lingkungan
kepemfaatan ruang
Dinas Penanaman ● Masukan Program / ● Motivator Pemanfaatan ● Pembinaan Ruang Kegiatan
Modal dan Permintaan Investasi Ruang Investasi Investasi
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
BPN ● Masukan Eksisting ● Pemantauan dan ● Pemantauan dan Pendataan
Pemanfaatan Lahan Pendataan Status Status Penguasaan dan
● Peta – Peta Penguasaan dan pemanfaatan Lahan
Acuan/Baku pemanfaatan Lahan
BPS ● Masukan Data ● Pendataan Statistik ● Pendataan Statistik
Statisik Spasial Pemanfaatan dan Fungsi Pemanfaatan dan Fungsi
Lahan Lahan
Dinas Ketahanan ● Masukan ruang ● Motivator pemanfaatan ● Pembinaan ruang budidaya
pangan, Pertanian potensi produksi ruang kegiatan budidaya pertanian, perkebunan dan
dan Perikanan pertanian dan pertanian, perkebunan perikanan
perkebunan dan dan perikanan
perikanan
Dinas ● Masukan ruang ● Motivator pemanfaatan ● Pembinaan Ruang Fungsi
Kepemudaan, potensi ruang kegiatan Kepemudaan, Olahraga dan
Olahraga dan Kepemudaan, Kepemudaan, Olahraga Pariwisata
Pariwisata Olahraga dan dan Pariwisata
Pariwisata

LAPORAN ANTARA

229
LINGKUP KEGIATAN LINGKUP KEGIATAN LINGKUP KEGIATAN
LEMBAGA
PERENCANAAN PEMANFAATAN RUANG PENGENDALIAN RUANG
Dinas Pekerjaan ● Koordinator ● Motivator pemanfaatan ● Pembinaan Ruang Fungsi
Umum, Penataan Perencanaan ruang kegiatan Permukiman dan
Ruang, ● Masukan program permukiman dan perumahan
permukiman dan perumahan ● Pembinaan Prasarana Dasar
infrastruktur ● Pelaksanaan ● Pembinaan Infrastruktur
prasarana pengembangan SDA
● Masukan program prasarana dasar ● Pemberian rekomendasi
pengembangan perkotaan tentang pendirian bangunan
Sumber Daya Air ● Pelaksanaan dan penataan kota
● Masukan ruang Pengembangan SDA
potensi perumahan ● Pemanfaatan ruang
● Masukan program strategis kota
penataan kota
Dinas Perhubungan ● Masukan program ● Pelaksanaan ● Pembinaan Sistem
pengembangan Pengembangan Sistem transportasi, pos dan
transportasi transportasi, telekomunikasi
Dinas Komunikasi ● Masukan program ● Pelaksanaan ● Pembinaan Sistem, pos dan
dan Informatika pengembangan pos Pengembangan Sistem telekomunikasi
dan telekomunikasi pos dan telekomunikasi
Dinas Koperasi, ● Masukan ruang ● Motivator pemanfaatan ● Pembinaan Ruang kegiatan
Usaha Kecil potensi strategis ruang strategis kegiatan industri dan usaha kecil
Menengah, perindustrian dan perindustrian dan usaha menengah
Perdagangan dan usaha kecil kecil menengah ● Pembinaan ruang bernilai
Perindustrian menengah ● Motivator strategis ekonomi
● Masukan program pengembangan investasi
investasi perdagangan
perdagangan
PLN ● Masukan ● Pelaksana ● Pembinaan penggunaan
Ketersediaan Listrik pengembangan jaringan energi listrik
dan Peluang energi listrik
Pengembangannya
TELKOM ● Masukan ● Pelaksana ● Pembinaan penggunaan
Ketersediaan pengembangan jaringan telekomunikasi
jaringan telekomunikasi
telekomunikasi
PDAM ● Masukan ● Pelaksana ● Pembinaan penggunaan air
Ketersediaan air pengembangan bersih
bersih dan Peluang pelayanan air bersih
Pengembangannya
Sumber: Hasil Analisis, 2022

LAPORAN ANTARA

230
BAB 5 KONSEP PENATAAN RUANG

5.1 Tujuan Penataan WP


Tujuan penataan WP berawal dari isu permasalahan serta potensi wilayah yang ada, WP Kawasan
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa,
sarana pelayanan umum, dan permukiman yang berimplikasi pada perencanaan jaringan jalan
yang mendukung pergerakan orang dari dan kelaur kawasan terhadap jalur pergerakan. WP
Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut didominasi permukiman sehingga
penyediaan akses yang terkoneksi antarapusat pelayanan penduduk menjadi penting (termasuk
penyediaan sistem transportasi umum). Pemenuhan gap antara kondisi eksisting jaringan jalan
dan rencana jaringan jalan. Kebutuhan pelayanan jaringan jalan (lokal dan lingkungan) pendukung
mobilitas antarzona dalam pengembangan kawasan permukiman baru di WP Kawasan Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut.
Tabel 5. 1 Isu/Permasalahan Struktur Ruang di WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut

ISU/PERMASALAHAN STRUKTUR RUANG KEBUTUHAN PERENCANAAN

1. Kesesuaian kondisi eksisting jaringan jalan 1. Pengelolaan secara status dan fungsi, termasuk secara
dengan arahan RTRW Kabupaten Muara Enim standar teknis

2. Kinerja pelayanan jalan 2. Kesesuaian fungsi & kelas jalan dengan zona yang dilayani

3. Keterhubungan antarjaringan jalan/hierarki jalan


3. Penataan jaringan jalan tersambung dengan baik dan benar serta interval jarak
antarfungsi jaringan jalan

4. Sinyal/jaringan telekomunikasi minim 4. Pemenuhan BTS berbagai provider

5. Area permukiman belum sepenuhnya dialiri air


5. Pembuatan saluran distribusi air bersih
bersih
ISU/PERMASALAHAN STRUKTUR RUANG KEBUTUHAN PERENCANAAN

6. Sering terjadi pemadaman listrik (PLN) 6. Penambahan gardu induk dan/atau gardu hubung listrik
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel 5. 2 Isu/Permasalahan Pola Ruang di WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

ISU/PERMASALAHAN POLA RUANG KEBUTUHAN PERENCANAAN

1. Tersebarnya cluster perumahan formal 1. Perlunya penataan dan peremajaan kawasan di sekitar jaringan
dan non formal di sekitar jalan jalan sebagai implementasi perencanaan penataan ruang
2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai SK kumuh

2. Besarnya arahan penataan ruang untuk 3. Perlunya penyiapan sarana dan prasarana umum berupa fasilitas
permukiman, perdagangan dan jasa, sosial dan ekonomi pada pusat kegiatan yang akan
sarana pelayananan umum berpotensi dikembangkan, sehingga orientasi pelayanan tidak bergantung
dalam pengembangan aktivitas dan pada asilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Semende Darat
kegiatan masyarakat baik dari aspek Laut
ekonomi maupun sosial budaya 4. Pengembangan zona pariwisata dengan pelibatan masyarakat
setempat dengan dukungan sarana pelayanan umum pendukung
kegiatan pariwisata (agrowisata & wisata alam)

3. Sarana pelayanan umum seperti fasilitas 5. Perlunya penambahan fasos fasum serta angkutan transportasi
pendidikan dan kesehatan juga masal bagi masyarakat.
transportasi (angkutan desa/perkotaan)
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Penataan ruang perkotaan merupakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang
wilayah yang mencakup perkotaan dan perdesaan, baik direncanakan maupun sebaliknya, yang
menunjukkan adanya hierarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang.
Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan dalam Penyusunan RDTR dan PZ Semende Darat laut
merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai. Tujuan penataan ruang ini juga
disesuaikan dan disinergiskan dengan arahan pencapaian yang ditetapkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Muara Enim, RPJP dan RPJM Kabupaten Muara Enim serta
mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang serta berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan. Rumusan tujuan penataan ruang penyusunan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut dengan fungsi:
1. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan,
penetapan bagian dari wilayah RDTR yang diprioritaskan penanganannya, dan penyusunan
peraturan zonasi;
2. Menjaga konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan dengan RTRW Kabupaten
Muara Enim.
3. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dan penerbitan izin pemanfaatan
ruang; dan
4. Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
Perumusan konsep penataan ruang dalam penyusunan RDTR dan PZ WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut didasarkan atas:
1. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Muara Enim, yaitu
WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ditetapkan sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan.
2. Isu strategis dan potensi, masalah, serta urgensi/keterdesakan penanganan di WP
Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada masa saat ini maupun yang
akan mengemuka pada masa depan.
3. Karakteristik wilayah perencaan WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut,
baik dari segi sosial masyarakat, fisik lingkungan, dan aspek lainnya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas serta analisis yang telah dilakukan, maka tujuan
penataan ruang kawasan perkotaan Semende Darat Laut, yaitu:
“Menjadikan WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut sebagai pusat pelayanan
skala regional yang berbasis pertanian dan perekebunan serta pariwisata yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan”

5.2 Tema dan Arahan Pengembangan Kawasan


Tema pengembangan yang direkomendasikan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
Semende Darat Laut ini adalah “Perkotaan Semende Darat Laut sebagai pusat pelayanan skala
regional yang berbasis pertanian dan perkebunan serta pariwisata yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.” tema ini diangkat berdasarkan adanya kebijakan rencana Kabupaten
Muara Enim yang mengarahkan Kecamatan Semende Darat Laut untuk menjadi kawasan
peruntukan perkebunan kopi dan kawasan wisata. Konsep kota yang diterapkan adalah dengan
mengintegrasikan kawasan perkebunan kopi sekaligus menjadikannya sebagai daya tarik wisata
di bidang agrowisata. Seluruh integrasi antar aktivitas tersebut diharapkan mampu menciptakan
efek pengganda (multiplier effect) dan pengaruh pengumpulan kekuatan (polarisasi) lokal yang
sangat besar. Pengembangan kota perkebunan dan sentra kopi akan turut mendorong
pertumbuhan berbagai sektor di daerah Kecamatan Semende Darat Laut, termasuk potensi sosio-
ekonomi dan sumber daya lokal lainnya, sehingga diharapkan menjadi kota yang terintegrasi
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja yang tinggi, dan
mendorong pertumbuhan PAD Kabupaten Muara Enim khususnya Kecamatan Semende Darat
Laut.
Keberadaan investasi yang besar dapat mendorong pembangunan secara masif sehingga
memberikan keuntungan lain. Berbagai keuntungan itu adalah peningkatan nilai objek jual beli
pajak dan tanah, pertumbuhan pusat perekonomian, pendirian pabrik, kemunculan pusat
perdagangan, serta pasar sehingga masyarakat akan tetap berada di daerah tanpa harus mencari
lapangan pekerjaan di daerah lain.
Tema pengembangan WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut didukung oleh
beberapa hal sebagai berikut:
1. Menyediakan ruang untuk kawasan pusat-pusat kegiatan dengan skala regional dan/atau
pusat sarana pelayanan umum. Arahan pengembangannya meliputi:
• Menyediakan jaringan jalan dengan ROW 9 meter untuk mengantisipasi
pertumbuhan yang pesat akibat peningkatan kegiatan pusat-pusat kegiatan di WP
Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
• Menyediakan sistem jaringan angkutan umum yang terpadu sebagai solusi
perpindahan moda dan sistem transportasi yang lebih efisien.
• Menyediakan sarana dan prasarana pendukung lainnya seperti perdagangan dan
jasa, penginapan atau akomodasi yang bisa menggambarkan daya tarik alam
Semende Darat Laut.
2. Menyediakan ruang untuk pariwisata di dalam kawasan WP Kawasan Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut . Arahan pengembangannya meliputi:
• Menyediakan kawasan pariwisata sesuai dengan daya tariknya yang dilengkapi
akomodasi bagi wisatawan.
• Penyediakan infrstruktur pendukung pariwisata seperti sarana pendidikan dan
pelatihan kepariwisataan, pelatihan pengolahan kopi dan barista, penambahan dan
peningkatan jaringan jalan, serta penyediaan sarana dan prasarana umum.
3. Menyediakan ruang untuk perumahan yang diperuntukan bagi karyawan atau pekerja sektor
perkebunan, industri, dan pariwisata. Arahan pengembangannya meliputi:
• Menyiapkan lahan untuk perumahan karyawan atau perumahan umum.
• Menyiapkan infrstruktur pendukung perumahan, seperti sarana dan prasarana.
4. Menyediakan ruang bagi pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Arahan
pengembangannya meliputi:
• Memanfaatkan lahan milik pemerintah yang sudah tersedia.
• Mengintegrasikan sistem transportasi umum dengan kawasan campuran dan
kawasan perdagangan dan jasa serta pariwisata.

5.3 Konsep Distribusi Penduduk, Pembagian SWP, dan Blok

5.3.1 Konsep Pengembangan SWP


Konsep pengembangan SWP di WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
didasarkan pada dominasi ruang dan arah peruntukan ruang berdasarkan RTRW Kabupaten
Muara Enim, selain itu juga didasarkan pada kemungkinan kegiatan yang akan berkembang pada
masa mendatang.

5.3.2 Konsep Pengembangan Blok


Pembagian blok merupakan tindak lanjut pendalaman materi Rencana Detail Tata Ruang WP
Kawasan Perkotaaan Kecamatan Semende Darat Laut agar bersifat operasional dalam
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik yang akan dijadikan dasar
pertimbangan bagi penyusunan rencana selanjutnya. Sesuai dengan dasar pertimbangan
pembagian blok sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka hakekat pembagian blok
sebenarnya mengandung dua (2) maksud, yaitu:
• Memandang satu blok sebagai satu kesatuan sub sistem kota yang mempunyai
karakteristik spesifik dengan sarana dan prasarana yang sesuai untuk mendukungnya.
• Memandang satu blok sebagai satu kesatuan sub sistem kehidupan kota beserta segala
permasalahan yang dihadapi, guna dapat merumuskan tindakan pengembangan sesuai
dengan sasaran yang hendak dituju, maka ditetapkan blok sebagai upaya menciptakan
keterpaduan, keserasian dan keseimbangan kehidupan kota secara keseluruhan.
Selanjutnya tujuan akhir yang hendak dicapai dari upaya pembagian blok ini, sesuai dengan
maksud di atas adalah terdiri dari sebagai berikut:
• Menciptakan keseimbangan dan kelestarian lingkungan, merupakan upaya dalam
menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi serta intensitas penggunaan lahan
antar bagian-bagian wilayah kota atau di dalam satu blok itu sendiri.
• Menciptakan kelestarian lingkungan permukiman dan kegiatan kota, merupakan usaha
menciptakan hubungan yang serasi antar manusia dan lingkungannya, yang tercermin
dari pola intensitas penggunaan lahan/ruang kota.
• Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan, merupakan usaha pemanfaatan
ruang secara optimal. Dalam hal ini tercermin dalam penentuan fungsi pelayanan pusat-
pusat kegiatan kota dan sistem jaringan jalan.
• Mengarahkan pembangunan kota yang lebih tegas dalam rangka pengendalian,
pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik komponen masing-masing bagian wilayah
kota secara terukur, baik menyangkut kuantitas maupun kualitasnya.
Penentuan blok adalah membagi wilayah menjadi beberapa sub wilayah dengan pendalaman
yang lebih terinci. Di samping itu, dengan pembagian wilayah akan memudahkan tujuan. Dasar
penentuan blok adalah batasan fisik lingkungan berupa sungai, jalan eksisting, dan kondisi fisik
topografi. Berdasarkan hal tersebut, dikaitkan dengan kriteria penentuan blok sebagaimana
dikemukakan pada paragraf sebelumnya, maka wilayah WP Kawasan Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut yang telah dibagi menjadi 4 SWP dan dibagi lagi menjadi 12 blok.
Tabel 5. 3 Konsep Pembagian SWP dan Blok

Persentase
Kecamatan Desa SWP Blok Luas (Ha)
(%)
Pulau Panggung SWP A A-1 69,82 3,77
Muara Dua, Pulau Panggung A-2 42,50 2,29
Pulau Panggung A-3 37,61 2,03
Pulau Panggung SWP B B-1 120,39 6,49
Muara Dua B-2 52,70 2,84
Semende Pulau Panggung SWP C C-1 129,36 6,98
Darat Laut Muara Danau, Pulau Panggung C-2 252,58 13,62
Penyandingan C-3 291,89 15,74
Pulau Panggung SWP D D-1 279,19 15,06
Karya Nyata D-2 306,30 16,52
Tanah Abang SWP E E-1 225,10 12,14
Perapau E-2 46,54 2,51
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Gambar 5. 1 Peta Wilayah Perencanaan
Gambar 5. 2 Peta Pembagian SWP dan Blok
5.3.3 Konsep Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk merupakan persebaran penduduk disetiap kawasan sedangkan distribusi
penduduk yang ideal adalah distribusi yang merata sehingga bisa memenuhi persyaratan
kesejahteraan dan keamanan. Distribusi penduduk pada WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut di proyeksikan hingga akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2039. Jumlah penduduk
tertinggi berada di Desa Pulau Panggung dan terendah berada di Desa Perapau. Untuk lebih
jelasnya mengenai jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. 4 Proyeksi Penduduk Kecamatan Semende Darat Laut 2022-2042
PROYEKSI PENDUDUK KAWASAN PERKOTAAN KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT
NO. DESA
2022 2023 2024 2025 2026 2027 2032 2037 2042
1 Muara Dua 1414 1529 1653 1787 1932 2089 3086 4558 6733
2 Pulau Panggung 4991 5396 5833 6307 6819 7372 10889 16086 23761
3 Muara Danau 1146 1239 1340 1449 1566 1693 2501 3695 5457
4 Penyandingan 1388 1500 1622 1754 1896 2050 3028 4473 6607
5 Tanah Abang 1648 1782 1926 2083 2252 2434 3596 5312 7846
6 Karya Nyata 1289 1394 1507 1629 1761 1904 2813 4155 6137
7 Perapau 615 665 719 778 841 909 1343 1984 2930
Perkotaan Kec.
12491 13504 14600 15785 17066 18451 27255 40261 59472
Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Kecamatan


Semende Darat Laut hingga 20 (dua puluh) tahun ke depan, Desa Pulau Panggung menjadi desa
yang memiliki jumlah penduduk tertinggi baik di tahun 2022 maupun hingga akhir tahun proyeksi
yaitu tahun 2042. Berikut ini adalah data grafis proyeksi jumlah penduduk di Kawasan Perkotan
Kecamatan Semende Darat Laut dari tahun 2022 hingga tahun 2042.

25000
20000
15000
10000
5000
0
Karya Nyata
Muara Danau
Pulau Panggung

Perapau
Penyandingan

Tanah Abang
Muara Dua

1 2 3 4 5 6 7

2022 2027 2032 2037 2042

Gambar 5. 3 Grafik Proyeksi Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
5.4 Konsep Pengembangan Kawasan Perkotaan

5.4.1 Delineasi WP
Batas-batas WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut meliputi:
• Utara berbatasan dengan Desa Karya Nyata, Desa Pagar Agung;
• Timur berbatasan dengan Kecamatan Panang Enim, Desa Pulau Panggung;
• Selatan berbatasan dengan Desa Pulau Panggung, Kecamatan Semende Darat Tengah;
dan
• Barat berbatasan dengan Desa Perapau, Desa Tanah Abang, Desa Penyandingan, Desa
Muara Danau, Desa Muara Dua.
Dasar pertimbangan delinasi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ini adalah sebagai
berikut:
• Mengikuti arahan RTRW
• Pengembangan fungsi kawasan
• Terintegrasi dengan rencana struktur dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Muara
Enim

SWP-E 015

SWP-D 032

SWP-C 036

SWP-B 009

SWP-A 008

000 005 010 015 020 025 030 035 040

Gambar 5. 4 Grafik Persentase Luas SWP di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut (%)

5.4.2 Konsep Pengembangan Struktur Ruang


Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan internal kota
dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir masa perencanaan, yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam
wilayah kota pada skala kota, yang merupakan satu kesatuan dari sistem regional, provinsi,
nasional bahkan internasional. Perumusan konsep struktur ruang WP Kawasan Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut mencakup: konsep pengembangan pusat pelayanan kegiatan
kota dan konsep sistem pergerakan dan sistem jaringan prasarana.
Dalam perumusan konsep struktur ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
akan disesuaikan dan disinergikan dengan arahan kebijakan yang ditetapkan dalam dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Muara Enim, maupun RPJM Kabupaten Muara
Enim.
Untuk dapat merumuskan konsep penanganan kawasan dan lingkungan Kecamatan Semende
Darat Laut diperlukan suatu perumusan konsepsi dari beberapa literatur yang mencakup
dokumen-dokumen kebijakan rencana, isu-isu lingkungan yang terjadi, kondisi perkembangan
kawasan saat ini, nilai strategis, serta limitasi dan kendala yang dihadapi oleh Kecamatan Semende
Darat Laut. Dalam menangani isu-isu lingkungan dan perkembangan serta upaya-upaya
pengembangan kawasan yang bernilai strategis dengan memperhatikan potensi dan limitasi atau
kendala yang terdapat di Kecamatan Semende Darat Laut, diperlukan konsep penanganan pada
struktur ruang dan pola ruang kawasan yang tercantum pada gambar berikut.

Gambar 5. 5 Konsepsi Rencana Pengembangan WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat


Laut

Untuk penanganan kawasan lingkungan secara struktur ruang maka diperlukan pengembangan
sistem kota secara hirarki dan terintegrasi dalam bentuk pusat-pusat pelayanan kawasan,
pengembangan pusat-pusat lingkungan pada area yang berpotensi menjadi pusat kegiatan skala
lingkungan, serta peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana
kawasan seperti: jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan jaringan
prasarana perkotaan (drainase, air limbah, dan persampahan).

5.4.2.1 Konsep Sistem Pusat Pelayanan


Gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan internal perkotaan dan jaringan infrastruktur kota
yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan yang
ada/direncanakan dalam wilayah perkotaan pada skala kawasan, yang merupakan satu kesatuan
dari sistem regional yang akan membentuk struktur ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut.
Dasar-dasar penetapan pengembangan sistem pusat pelayanan kawasan perkotaan Semende
Darat Laut umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam (internal) maupun faktor-
faktor dari luas (eksternal). Untuk sistem pusat pelayanan kawasan perkotaan Semende Darat
Laut, faktor-faktor internal yang mempengaruhi pola struktur tata ruangnya adalah:
1. Pola jaringan dan fungsi jalan dengan hirarkinya yang ada pada saat ini.
2. Jenis penggunaan lahan yang dominan/mendominasi bagian wilayah kota tersebut.
3. Jumlah dan distribusi penduduk pendukung.
4. Radius pelayanan yang dimiliki tiap pusat-pusat pelayanan yang ada dalam bagian wilayah
kota tersebut.
5. Tingkat kelengkapan fasilitas yang dimiliki dan skala pelayanannya.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang akan mempengaruhi sistem pusat pelayanan kawasan
perkotaan adalah:
1. Penetapan jenis dan letak kegiatan penggunaan lahan yang berskala regional/kota yang
ada dalam bagian wilayah yang berbatasan.
2. Pola dan fungsi jaringan jalan yang berskala regional/kota yang melalui bagian wilayah
kota tersebut, dan
3. Objek – objek vital yang ada pada bagian wilayah yang berbatasan kota tersebut.
Selain pertimbangan diatas, dalam merumuskan konsep sistem pelayanan dalam WP Kawasan
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut mempertimbangkan strategi dan kebijakan yang
dirumuskan dalam RTRW dan RPJMD Kabupaten Muara Enim. Berikut arah kebijakan dan strategi
dalam pengembangan sistem perkotaan:
1. Memantapkan pusat-pusat kegiatan antara PKW, PPK dan PPL.
2. Memperkuat hubungan antara pusat kegiatan dengan hinterland-nya.
3. Pengembangan prasarana yang dapat mendukung kegiatan ekonomi di wilayah
sekitarnya.
4. Menguatkan sistem kota dengan meningkatkan fungsi dan hierarki kota serta aksesibilitas
kawasan perbatasan dan pinggiran.
Berdasarkan kriteria-kriteria yang mempengaruhi sistem pusat pelayanan diatas, maka sistem
tingkat pelayanan yang ada dalam tiap bagian wilayah kota dibagi ke dalam tiga hierarki, yaitu:
1. Pusat Pelayanan Kota (PK) Skala WP
a. Sebagai fungsi PPK, pusat pelayanan kota diarahkan sebagai pusat pelayanan
pemerintah kecamatan.
b. Pusat pengembangan permukiman.
c. Pusat perdagangan dan jasa.
d. Pengembangan sarana pelayanan kawasan.
e. Peningkatan penggunaan RTH.
2. Sub Pusat Kota (SPK) Skala Sub WP
a. Simpul transportasi yang melayani beberapa kawasan dan terkoneksi.
b. Kegiatan perdagangan dan jasa skala Sub WP.
c. Kegiatan perumahan dan permukiman.
3. Pusat Lingkungan Skala RW/Dusun
a. Pusat pelayanan skala lingkungan merupkan pusat pelayanan dengan satu blok
lingkungan. Pusat pelayanan ini identik dengan fasilitas skala pelayanan
RW/Dusun. Sarana pelayanan terdiri dari sarana pendidikan, sarana peribadatan,
sarana perdagangan dan jasa, sarana kesehatan, dan sarana ruang terbuka hijau
dan olah raga.
Peran dan fungsi sistem pelayanan yang ditetapkan dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut adalah:
1. Fungsi Perdagangan dan Jasa
Fungsi perdagangan dan jasa yang akan dikembangkan di WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut direncanakan pada kawasan yang telah membentuk embrio zona
perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan kawasan dan diharapkan dapat
meningkatkan perkembangan kawasan perkotaan yang diarahkan pada SWP A dan Sub
SWP B dan SWP C. Pengembangan zona perdagangan dan jasa di Kawasan Perkotaan
Semende Darat Laut terpusat di koridor utama di Pasar Semende Darat Laut (Desa Pulau
Panggung) yang mana didominasi oleh kegiatan pertokoan dan jasa. Aktivitas kegiatan
perdagangan dan jasa akan berdampak terhadap pergerakan lalu lintas serta menambah
daya tarik penduduk sehingga akan menambah ruang tinggal dan beraktivitas. Akibatnya,
fisik perkotaan Semende Darat Laut akan tumbuh semakin melebar, sehingga dalam
perencanaan 20 tahun yang akan datang perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan sebagai
antisipasi dampak perkembangan kawasan perdagangan dan jasa perlu diperhatikan
dalam rencana pergerakan/transportasi, intensitas bangunan, dan sebagainya.
2. Fungsi Perumahan Perkotaan
Perumahan perkotaan yang akan dikembangkan meliputi perumahan dengan kepadatan
sedang (R-3), dan kepadatan rendah (R-4). Penerapan ini juga didasari pada aspek fiisk
serta hasil analisis kemampuan lahan dan daya dukung lahan. Sesuai dengan hasil analisis
kemampuan dan daya dukung lahan pada kawasan perkotaan Semende Darat Laut. Daya
dukung lahan pada setiap SWP dominan memiliki pengembangan sedang hingga tinggi.
Mendasari pada analisis dan keterkaitan aspek-aspek perkotaan, maka perumahan
kepadatan rendah dan sedang diarahkan menyebar pada masing-masing SWP, sedangkan
perumahan dengan kepadatan tinggi hanya diarahkan pada pusat kawasan perencanaan
yaitu pada SWP A, SWP B, SWP C, SWP D, SWP E yang akan didukung dengan sarana
perkotaan dengan skala kota dan diharapkan dapat membentuk struktur kota Multi
Centered yaitu kawasan perkotaan yang terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang
saling terhubung satu sama lainnya. Hal ini diarahkan untuk menciptakan arah
perkembangan perumahan yang tidak hanya terpusat pada satu wilayah.
3. Fungsi Perkantoran Pemerintah dan Swasta
Fungsi perkantoran pemerintah dan swasta yang tersebar di tiap administrasi kawasan
perencanaan dan terkonsentrasi di WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Darat Laut
menurut skala pelayanan. Fungsi perkantoran dengan skala pelayanan kota diarahkkan
terkonsentrasi secara aglomerasi pada SWP A dan SWP D sebagai pusat perkantoran
pemerintahan yang bertapatan di Desa Pulau Panggung. Perzonaan ini diharapkan dapat
meningkatkan aksesibilitas masyarakat dalam urusan pemerintah sehingga
mempermudah dalam menjangkau pelayanan administrasi pemerintahan. Fungsi ini
diupayakan berdekatan dengan sarana pelayanan umum lainnya guna meningkatkan
efektifitas fungsi pelayanan yang diharapkan pada aktivitas ini.
4. Fungsi Pelayanan Umum Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan perkembangan
perkotaan melalui kualitas sumberdaya manusia. Salah satu program pemerintah di
bidang pendidikan yaitu wajib belajar 9 tahun dengan tingkatan pembelajaran sampai
SMP atau sederajat. WP Semende Darat Lalu dapat dikatakan belum memenuhi target
pendidikan yang telah diprogramkan, hal ini dikarenakan ketersediaan sarana pendidikan
dari TK/Paud hingga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) akan tetapi belum terdapat
Perguruan Tinggi/Akademi di kawasan perkotaan Semende Darat Laut. Peletakan zona
pendidikan akan diarahkan tersebar pada tiap SWP berdasarkan jenis skala pelayanan
dengan pola mengelompok serta didekatkan dengan sarana pelayanan umum lainnya
dengan fungsi saling mendukung antar aktivitas. Fungsi ini diarahkan menggunakan
konsep terpadu guna mengoptimalkan fungsi pendidikan dan diharapkan dapat memicu
perkembangan pusat pertumbuhan baru.
5. Fungsi Pelayanan Umum Kesehatan
Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan permukiman
masyarakat dan merupakan salah satu kebutuhan wajib suatu kawasan perkotaan dalam
perkembangannya. Perencanaan sarana kesehatan tersebar menurut jenis dan skala
pelayanan pada masing-masing WP dengan karakteristik aktifitas yang mengelompok dan
berdekatan dengan perumahan masyarakat dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut. Untuk kelas pelayanan kelurahan fasilitas kesehatan disebar sesuai kebutuhan
tiap SWP dan blok peruntukan. Fungsi Fungsi ini diharapkan dapat mendukung aktifitas
pelayanan umum lainnya guna menciptakan keterkaitan antar fungsi pelayanan umum di
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.

5.4.2.2 Konsep Sistem Pergerakan


Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan ini menghasilkan pergerakan manusia dan
barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan atau orang/pejalan kaki. Kebutuhan akan
pergerakan selalu menimbulkan permasalahan, khususnya pada saat orang ingin bergerak untuk
tujuan yang sama di dalam daerah tertentu dan pada saat yang bersamaan. Salah satu usaha
untuk memahaminya adalah dengan memahami pola pergerakan yang akan terjadi, misalnya dari
mana, hendak ke mana, besarnya dan kapan terjadi. Oleh karenanya diperlukan informasi
mengenai pola pergerakan atau pergerakan manusia dan barang yang biasanya diwakili dengan
Origin Destination Matrix (OD Matrix) atau Matriks Asal Tujuan (MAT). (Robert J.Kodoatie, 2003,
353) Pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang mengakibatkan berbagai macam interaksi.
Semua interaksi memerlukan perjalanan dan oleh sebab itu menghasilkan pergerakan arus lalu
lintas. Dalam rangka mewujudkan interaksi semudah dan seefisien mungkin maka ditetapkan
kebijakan transportasi sebagai berikut:
Sistem kegiatan. Rencana tata guna lahan yang baik (lokasi toko, sekolah, perumahan, pekerjaan,
dan lain-lain yang benar) dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang panjang sehingga
membuat interaksi menjadi lebih mudah. Perencanaan tata guna lahan biasanya memerlukan
waktu cukup lama dan tergantung pada badan pengelola yang berwenang. Sistem jaringan. Hal
yang dapat dilakukan misalnya meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada :
melebarkan jalan, menambah jaringan jalan baru dan lain-lain. Sistem pergerakan. Hal yang dapat
dilakukan antara lain mengatur teknik dan manajemen lalu lintas (jangka pendek), fasilitas
angkutan umum yang lebih baik (jangka pendek dan menengah) atau pembangunan jalan (jangka
panjang).
Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dalam RTRW dan RPJMD Kabupaten Muara
Enim, meliputi:

• Mewujudkan keterpaduan infrastruktur dan sistem kota.


Strategi pengembangan struktur ruang dilakukan dengan tujuan mendorong terwujudnya
keterpaduan infrastruktur dan sistem kota-kota yang telah ditetapkan di kabupaten
meliputi:
- Mengembangkan transportasi secara terintegrasi dalam pengembangan jalan,
jalan kereta api, transportasi, terminal dan terminal khusus yang menghubungkan
antar pusat kegiatan dan antar pusat kegiatan dengan hinterland-nya.
- Mengembangan rute-rute pelayanan moda transportasi publik yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dan antar pusat pelayanan dengan
permukiman.
- Mengembangkan dan meningkatkan kualitas layanan terminal umum sebagai
simpul transportasi.
- Mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk
mendukung pergerakan dari pusat kegiatan ke/dari hinterland.
1. Konsep Pengembangan Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah yaitu guna
mendorong pengembangan kawasan dalam mewujudkan pertumbuhan dan pemerataan
pembangunan, serta menghubungkan antar pusat pelayanan dan antar pusat pe layanan
dengan permukiman. Pengembangan jalan yang direncanakan di kawasan perkotaan
Semende Darat Laut adalah peningkatan jalan kolektor sekudner, peningkatan jalan lokal,
dan peningkatan jalan lingkungan.
Selain berdasarkan rencana struktur ruang kabupaten, pengembangan konsep jaringan
transportasi Kawasan Perkotaan Muara Enim juga didasarkan kepada Undang-Undang No.
38 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang jalan. Berdasarkan
kedua peraturan perundangan tersebut, suatu ruas jalan memiliki fungsi-fungsi tertentu
dalam sistem jaringan jalan. Fungsi jalan yang dimaksud terdiri dari sistem jaringan jalan
primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarki yang
kesemuanya merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan. Sistem jaringan jalan tersebut
dimaksudkan dalam usaha mewujudkan pelayanan jasa distribusi yang seimbang.
2. Konsep Pengembangan Sarana Pendukung Transportasi Darat
Pengembangan sarana dan prasarana transportasi darat bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan transportasi di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut. Sarana dan
prasarana yang direncanakan antara lain meliputi pengembangan terminal tipe C.
a. Moda Angkutan Umum
Adapun arahan pengembangan sarana pendukung transportasi terkait moda
angkutan umum di SWP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah sebagai
berikut:
• Pembangunan terminal dan unit halte pada sarana umum seperti sekolah,
perkantoran, serta perdagangan dan jasa.
• Peningkatan konstruksi jalan serta pelebaran jalan yang tidak sesuai standar
berdasarkan kelasnya.
• Rencana perancangan trayek dan pengadaan angkutan umum perkotaan dan
lingkungan.
b. Penataan Parkir
Parkir merupakan bagian dari aktivitas transportasi yang membutuhkan penyediaan
ruang dalam mewadahi aktivitasnya. Parkir merupakan komponen penting sebagai
sarana pelengkap jalan yang difungsikan sebagai tempat pemberhentian kendaraan
beberapa saat. Sebagian besar pola perpakiran di kawasan perkotaan Semende Darat
Laut masih menggunakan pola parkir on street yaitu memanfaatkan bahu jalan
sebagai lokasi parkir. Kondisi ini dikarenakan minimnya lahan parkir yang tersedia.
Hal ini diperparah dengan kondisi bangunan yang terlalu menjorok kedepan. Pola
parkir tersebut seringkali mengganggu pergerakan lalu lintas. Rencana penataan
parkir di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah sebagai berikut:
• Pada pusat-pusat perdagangan dan pemerintahan terutama dengan skala
pelayanan kota direncanakan penataan parkir dengan pola off street
(menyediakan ruang/lokasi khusus untuk mewadahi aktivitas perparkiran)
untuk mencegah terjadinya kemacetan.
• Pola parkir on street (memanfaatkan bagian jalan/bahu jalan untuk lokasi
parkir) di rencanakan pada kawasan pertokoan yang bersifat individual
dengan skala lokal yang tidak memungkinkan membangun sarana parkir
sendiri.
• Untuk jalan yang tidak terlalu lebar, sistem parkir menggunakan sistem
paralel agar tidak memakan lebar jalan.

Gambar 5. 6 Perencanaan Parkir On Street


Pada WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut direncanakan beberapa titik
parkir terpusat yang disebar pada pusat-pusat pelayanan kawasan maupun lokal
yang dapat mengurangi pemakaian jalan sebagai lahan parkir.
Tabel 5. 5 Rencana Kelengkapan Jalan Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut

FUNGSI JALAN KELENGKAPAN JALAN


Lokal Primer & Sekunder • Lampu Jalan
• Trotoar
• Bak Sampah
• Pohon
• Rambu Lalu-lintas
• Papan Informasi/Penunjuk Jalan
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Gambar 5. 7 Visualisasi Jarak pada Jalur Pejalan Kaki yang Dimanfaatkan Oleh Kegiatan
Pendukung

3. Konsep Pengembangan Penyediaan Air Bersih


Air bersih merupakan kebutuhan vital, tidak hanya untuk proses metabolisme tubuh saja,
tetapi juga untuk menunjang kegiatan perkotaan sehari-hari, baik kegiatan domestik maupun
kegiatan non domestik. Berkenaan dengan kebutuhan air bersih, maka perlu dilakukan
upaya-upaya peningkatan produksi dan distribusi, di samping untuk memberikan
peningkatan pelayanan juga berkenaan dengan analisis arahan persebaran penduduk dan
pengembangan wilayah perencanaan serta mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 10/PRT/M/2015 tentang Rencana
dan Rencana Teknis Pengaturan Air dan Tata Pengairan.
Konsep penyediaan air bersih pada kawasan perkotaan Semende Darat Laut untuk
pengembangannya didasari hasil kajian terhadap kondisi air baku yang ada, yaitu:
a) Air Hujan
Air hujan disebut juga dengan air angkasa dengan beberapa sifat kualitas dari air hujan
adalah sebagai berikut:
• Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat – zat mineral.
• Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih.
• Dapat bersifat korosi karena mengandung zat – zat yang terdapat pada udara
seperti NH3 CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya konsentrasi SO2 yang tinggi pada
udara yang bercampur dengan air hujan akan menyebabkan terjadinya hujan
asam (Acid Rain).
• Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan.
Sehingga air hujan tidak mencungkupi untuk persediaan umum karena
jumlahnya berfluktuasi. Begitu pula dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak
dapat diambil secara terus menerus karena tergantung pada musim. Pada
musim kemarau kemungkinan besar debit air akan menurun karena tidak ada
penambahan air hujan.
Rencana pemanfatan air hujan adalah konsep rencana alternatif yang dapat
dimanfaatkan kemarau. Konsep pemanfaatan sumber air baku berasal dair air hujan
adalah sebagai berikut:

• Dengan syarat curah hujan mencukupi kebutuhan minimal pada musim


kemarau.
• Pelayanan untuk pribadi 5 – 10 jiwa, sedang untuk komunal sampai sekitar 100
jiwa dengan kebutuhan air sebesar 5 liter/orang/hari.
• Luas atap minimal 15 m2.
• Konstruksi bak harus kedap air, bak dapat dibuat dari fiber glass, pasangan bata,
beton bertulang atau ferrosemen. Bak penampungan air hujan ini juga dapat
digunakan untuk penyediaan air bersih secara komunal.

Gambar 5. 8 Sistem Penyediaan Air Bersih Sumber Air Hujan

b) Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir secara berkesinambungan atau dengan
terputusputus dalam alur sungai atau saluran dari sumbernya yang tertentu, dimana
semua ini merupakan bagian dari sistem sungai yang menyeluruh. Yang termasuk air
permukaan meliputi (a) air sungai (rivers), (b) saluran (stream), sumber (springs), danau
dan waduk. Kecamatan Semende Darat Laut merupakan kawasan pertemuan antara
hulu sungai Musi serta dilalui oleh beberapa anak sungai yang bermuara ke sungai
tersebut. Sehingga aliran sungai maupun anak sungai yang melalui Kecamatan Semende
Darat Laut dapat dijadikan sebagai sumber daya air.
Konsep pengembangan penggunaan air tanah dalam WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah sebagai berikut:

• Menggunakan jaringan perpipaan dilaksanakan untuk melayani penduduk


antara 750 – 4000 jiwa atau 1 – 2 kelurahan/desa.
• Elevasi sumber air ke tempat pelayanan penting diketahui untuk menentukan
perlu tidaknya energi pompa.
• Jarak sumber air ke permukiman untuk mengetahui panjang pipa yang
dibutuhkan.
• Bila kualitas air belum memenuhi standart air minum maka akan ditambahkan
perbaikan kualitas air pada konstruksi perpipaan.
c) Air Tanah
Air tanah merupakan air yang merembes ke dalam tanah yang mempunyai peranan yang
sangat penting, terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku
air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri.
Secara praktis air tanah adalah bebas dari polutan karena berada dibawah permukaan
tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar zat-zat
mengganggu kesehatan seperti kandungan Fe, Mn, kesadahan yang terbawa oleh aliran
permukaan tanah. Bila ditinjau kedalaman air tanah maka air tanah dibedakan menjadi
air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal mempunyai kualitas lebih
rendah dibanding dengan air tanah dalam. Hal ini disebabkan air tanah dangkal lebih
mudah mendapat kontaminasi dari luar dan fungsi tanah sebagai penyaring lebih sedikit.
Dari segi kuantitas, apabila air tanah dipakai sebagai sumber air baku air bersih adalah
relative cukup. Tetapi dilihat dari segi kontinuitasnya maka pengambilan air tanah harus
dibatasi, karena dikhawatirkan dengan pengambilan yang secara terus menerus akan
menyebabkan penurunan muka air tanah. Karena air di dalam merupakan rantai yang
panjang menurut siklus hidrologis, maka bila terjadi penurunan muka biar tanah
kemungkinan kekosongan akan diisi oleh air laut.
Alasan menggunakan air tanah menjadi sumber air baku dikarenakan tidak adanya
sumber air permukaan yang layak yang ada di sekitar kawasan perkotaan. Selain itu dari
hasil survei diketahui bahwa kualitas sumur dalam yang ada cukup bagus dan tidak
pernah kering pada musim kemarau.
Konsep pengembangan penggunaan air tanah dalam WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah sebagai berikut:
a. Sumur Gali
Sumur gali adalah suatu bangunan untuk mengambil air tanah dengan cara
menggali sampai mendapatkan muka air tanah. Syarat teknis pembuatan sumur
gali:
1) Melayani 2-5 keluarga.
2) Jarak sumur ke sumber limbah minimum 10 m.
3) Untuk menghindari kontaminasi dari air permukaan dibuat pasangan batu yang
kedap air sedalam 2 – 3 meter, bagian atas sumur diberi tembok pengaman
setinggi 0,8– 1 meter dan dibuat penutup sumur sebagai pelengkap.
4) Diameter sumur antara 1-2 meter.
5) Kedalaman menghindari kontaminasi dari air permukaan dibuat pasangan batu
yang kedap air sedalam 2 – 3 meter, bagian atas sumur diberi tembok pengaman
setinggi 0,8– 1 meter dan dibuat penutup sumur sebagai pelengkap.
6) Diberi saringan untuk mendapatkan kualitas air yang lebih baik dengan susunan:
• Kerikil 10 mm, setinggi 15 cm
• Kerikil 15 mm, setinggi 15 cm
• Kerikil 18 mm, setinggi 15 cm
7) Lantai sumur dibuat kedap air dengan radius 2 – 3 m2 dan mempunyai
kemiringan sekitar 2 % agar air tidak tergenang.
8) Lantai sumur dibuat kedap air dengan radius 2 – 3 m2 dan mempunyai
kemiringan sekitar 2 % agar air tidak tergenang.
9) Ketinggian lantai 15 – 20 cm dari permukaan tanah.
10) Bila menggunakan pompa listrik/tangan, maka kecepatan pompa sesuai dengan
kecepatan penurunan muka air yang paling kecil agar pasir tidak terhisap ke
dalam pompa.

b. Sumur Pompa Tangan


1) Pompa tangan digunakan untuk menaikkan air tanah ke permukaan.
• Sebelum pemasangan pompa tangan, terlebih dahulu dilakukan
penggalian/pengeboran sampai didapatkan muka air tanah yang
dinaikkan ke permukaan .
• Kekuatan pompa untuk mengangkat air atau mengalahkan beda tinggi
merupakan faktor dari kedalaman air.
• Pemilihan jenis pompa tangan manual ini berdasarkan kedalaman air.
2) Macam-macam sumur pompa tangan sebagai berikut:
• Sumur Pompa Tangan Dangkal
Penyadap air tanah dangkal dengan menggunakan pompa tangan.
Pompa tangan dangkal hanya mampu menghisap air tanah pada
kedalaman tidak lebih dari 7 meter. Syarat teknis perencanaan pompa
tangan dangkal:
- Dibangun di daerah yang mempunyai sumber air tanah dangkal
dengan kedalaman muka air tanah maksimum 7 m dari
permukaan tanah.
- Penggunaan pompa tangan sebaiknya secara kelompok (kolektif).
- Letak SPT dangkal harus memperhatikan struktur tanah/batuan.
- Tidak terlalu dekat sumber limbah, seperti kakus, comberan
(minimum 10 m).
- SPT dangkal dapat melayani 2 – 5 keluarga.

• Sumur Pompa Tangan Dalam


Adalah bangunan penyadap/pengumpul air tanah dengan
menggunakan pompa tangan dengan kemampuan
menghisap/menaikkan air tanah pada kedalaman muka air tanah lebih
dari 15 meter dari permukaan tanah. Untuk mendapatkan air tanah
dengan kedalaman lebih dari 15 meter dibuat sumur bor. Syarat teknis
perencanaan pompa tangan dalam:
- Dibangun pada daerah yang mempunyai sumber air tanah dalam
antara 15 – 30 meter dari permukaan tanah.
- SPT harus dapat melayani 50 – 75 orang.
- Untuk daerah yang tergenang air dipilih tempat yang lebih tinggi.

5.4.2.3 Konsep Pengembangan Jaringan Drainase


Konsep dalam penanganan drainase di Perkotaan Semende Darat Laut adalah mengusahakan agar
air secepatnya dapat dialirkan ke bagian hilir dari daerah tergenang dan akhirnya dibuang ke
sungai sebagai drainase primer. Kawasan perkotaan Semende Darat Laut saat ini kondisi
salurannya masih belum terkoneksi satu sama lain seperti yang terdapat di pusat kawasan
perdagangan dan jasa, permukiman pada jalan lokal serta lingkungan. Konsep arahan drainse
kawasan perkotaan Semende Darat Laut dikembangkan melalui dua model, yaitu sistem
konvensional dan sistem eco-drainase. Jaringan drainase di kawasan perkotaan secara
konvensional diarahkan menjadi jaringan drainase primer, sekunder dan tersier. Jaringan drainase
primer diarahkan meliputi sungai yang ada di kawasan perkotaan Semende Darat Laut.
Pengembangan jaringan drainase sekunder dilakukan pada saluran-saluran tepi jalan utama dan
beberapa saluran tepi jalan yang dialirkan menuju ke saluran primer, sedangkan untuk saluran
tersier dikembangkan pada saluran-saluran dari rumah tangga menuju ke saluran tepi jalan.
Jenis saluran yang diarahkan untuk kawasan perkotaan Semende Darat Laut akan menggunakan
sistem kombinasi antara sistem saluran terbuka dan sistem saluran tertutup yang akan dibangun
bersebelahan dengan badan jalan dengan arah aliran mengikuti topografi setempat dan dialirkan
ke sungai serta imbuhan sebagai daerah peresapan. Saluran drainase terbuka diarahkan tersebar
pada jalan lingkungan atau pada kelas jalan lokal sekunder yang tersebar di setiap sub WP terkait
aktivitas permukiman penduduk, sedangkan saluran drainase tertutup diarahkan pada kelas jalan
arteri primer, arteri lokal primer atau pada kawasan pusat kota. Pada saluran tertutup, tiap
perubahan arah arus dilengkapi dengan bak kontrol dan pintu klep. Pintu klep (pintu otomatis)
berfungsi untuk membatasi masuknya air dari hilir sungai yang melewati kapasitas saluran, dan
pintu klep ini dibuka apabila muka air di hilir sudah berada di bawah ambang kapasitas, sehingga
air di saluran dapat mengalir kembali. Gerakan membuka dan menutup pintu klep (pintu
otomatis) mengandalkan keseimbangan momen yang ditimbulkan oleh pemberat pintu dan/atau
pelampung dan tekanan air. Pintu klep sederhana terbuka karena desakan aliran air dibantu oleh
momen dari pemberat pintu, yaitu pada saat air di hilir naik (akibat pasang surut atau banjir).

Gambar 5. 9 Bentuk dan Prinsip Kerja Pintu Klep


5.4.2.4 Konsep Pengembangan Jaringan Air Limbah
Selain drainase, prasarana lingkungan yang melibatkan buangan air adalah jaringan pembuangan
air limbah. Air limbah adalah air buangan “hasil” kegiatan domestik maupun non domestik, dalam
bentuk urine, buangan mandi, mencuci dan sebagainya. Perencanaan pengelolaan air limbah
untuk mencegah pencemaran lingkungan, penularan penyakit melalui media air buangan,
gangguan terhadap kehidupan biotik, serta pengelolaan yang tidak terencana akan menimbulkan
gangguan estetika. Dalam pengembangan, sistem air buangan maka dibedakan dalam dua bagian,
yaitu:
1. Air Limbah Rumah Tangga
Pengelolaan air limbah rumah tangga masih dibuang ke saluran drainase yang ada
mengingat limbah yang terkandung belum begitu besar dan dapat diuraikan.
2. Air Limbah Kotoran Manusia
Konsep pembuangan limbah ini dilakukan menggunakan pendekatan, untuk kawasan
yang belum padat dan lahan masih tersedia, pembuangan limbah dapat dilakukan dengan
septik tank tunggal. Sedangkan untuk kawasan yang sudah padat sebaiknya sistem
pembuangan limbah dilakukan dengan menggunakan septic tank komunal, mengingat
dengan adanya septic tank tersebut maka rumah-rumah yang tidak mempunyai
pekarangan yang luas tidak akan membuang kotorannya ke saluran air terbuka yang
mengakibatkan pencemaran. Sistem pembuangan limbah ini menggunakan perpipaan
dari rumah-rumah ke septic tank komunal dengan persyaratan teknis perpipaan sebagai
berikut:
• Ukuran pipa pembawa minimum 200 mm.
• Sambungan pipa harus rapat air.
• Pada jalur pipa pembawa harus dilengkapi dengan bak kontrol pada tiap pergantian
arah dan minimum 50 m dari pipa yang lurus.
• Air limbah harus melalui sistem pengolahan sedemikian rupa sehingga memenuhi
standar yang berlaku sebelum dibuang ke sungai.
Strategi penanganan air limbah adalah peningkatan fasilitas sanitasi sistem setempat (on site)
yang meliputi:
1. Fasilitas sanitasi individual dan komunal (tangki septik) dengan pengurasan truk tinja.
2. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya penyediaan fasilitas sanitasi
tersebut demi kesehatan keluarga dan warga lingkungannya.
3. Masyarakat yang belum memiliki fasilitas sanitasi lingkungan atau yang masih
menggunakan sanitasi tidak sehat, misalnya cubluk, khususnya untuk kawasan kumuh
dan padat diarahkan untuk menggunakan jamban keluarga, tangki septik komunal, dan
tangki septik individual.
4. Dalam kaitannya dengan penyediaan tangki septik ini, maka perhitungan penentuan
ukurannya harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan kesehatan berikut:
• Luas halaman cukup untuk bidang peresapan;
• Tangki septik dan bidang peresapannya harus berjarak minimal 10 meter dari
sumur pantek atau sumur gali, untuk menghindari kontaminasi sumber air dari
tangki septik;
• Kondisi tanah sedemikian rupa sehingga bidang resapan dapat “bekerja” dengan
baik;
• Ruang tangki septik terdiri dari ruang penampungan dan ruang pengendapan
lumpur;
• Tinggi air dalam tangki minimum 1,00 M;
• Tangki septik harus dibuat dari bahan/lapisan kedap air agar tidak terjadi
kebocoran air kotor yang pada akhirnya dapat menimbulkan kontaminasi
tanah dan kontaminasi sumber air bersih;
• Untuk kelancaran pengaliran serta membantu mempercepat pembusukan,
maka tutup tangki septik (kedap air) harus dilengkapi lubang “penghawaan”
(menggunakan pipa besi ukuran 1 inci) dengan ujung lubang di luar mengarah ke
bawah, agar tidak “dimasuki” tetesan air hujan;
• Di samping itu, juga harus dilengkapi lubang pemeriksa dengan diameter 45 cm
jika berbentuk lingkaran atau berukuran 45 cm x 45 cm jika lubang periksa yang
sekaligus sebagai lubang pengisap berbentuk persegi empat;
• Lubang pengurasan lumpur ditempatkan pada bidang atas ruang lumpur tangki
septik; dan
• Pipa pengaliran air kotor kamar mandi (WC) harus lebih tinggi minimal 2,50 cm
dari lubang keluar.
Arhaan pengembangan sistem air limbah di kawasan perkotaan mengadopsi sistem air limbah on-
site dengan kombinasi tangki septik komunal sesuai kapasitas pelayanan kelurahan/desa. Hal ini
dikarenakan sistem pengolahan yang terbilang murah bagi seluruh lapisan masyarakat dan telah
tersedianya alat pengangkut limbah mandiri berupa truk tinja yang disediakan oleh Pemerintah
Kabupaten Muara Enim.

5.4.2.5 Konsep Pengembangan Sistem Persampahan


Berdasarkan hasil analisa keadaan arahan pengelolaan sampah pada kawasan perkotaan
Semende Darat Laut dilakukan mulai dari tahapan pengadaan pewadahan, sistem pengumpulan
dan pemindahan, sistem sistem pengangkutan sampai pada sistem pengolahan akhir.
1. Sistem Pewadahan
Konsep pengembangan sistem persampahan dimulai dari pengadaan pewadahan. Sistem
pewadahan dimulai pada tempat–tempat atau zona sumber timbulan sampah. Pewadahan
ini dapat dibagi atas dua yaitu pewadahan Individual dan pewadahan Komunal. Pewadahan
Individual dilakukan pada setiap kegiatan atau bangunan yang dapat menghasilkan sampah
seperti rumah tangga dan perkantoran. Sementara pewadahan Komunal merupakan
pewadahan yang digunakan untuk menampung sampah lebih dari satu sumber sampah
seperti pada zona perumahan, zona perdagangan dan jasa dan sebagainya.

Gambar 5. 10 Skema Sistem Persampahan di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut


Berdasarkan kapasitas, fisik wadah, dan fungsi. Pewadahan dibagi menjadi 3 level seperti yang
tertera pada gambar berikut.

Gambar 5. 11 Pewadahan Sistem Persampahan

• Wadah level 1 merupakanwadah sampah yang menampung sampah langsung dari


sumbernya. Pada umumnya wadah ini diletakkan di tempat-tempat yang terlihat dan
mudah dicapai oleh pemakai. penempatan di ruangan kuliah, kantor, dll. Pewadahan
ini termasuk sistem pewadahan individual menggunakan peralatan kantong plastik
(kresek), tong sampah atau bin 10–40 liter.
• Wadah level 2 bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang
menampung sampah dari wadah level 1 maupun langsung dari sumbernya.Wadah
level 2 termasuk wadah komunal. Wadah ini diletakkan di luar kantor, gedung
perkuliahan, jalanan, ruang terbuka, area olahraga, kantin, dll. Pewadahan ini
termasuk sistem pewadahan komunal yang biasanya menggunakan bin 100 – 500
liter.
• Wadah level 3 merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan
menampung sampah dari wadah level 2. Wadah ditempatkan sesuai dengan sistem
pengangkutan sampah yang kapasitasnya 1000-2000 liter.
Kegiatan pemilahan sampah dilakukan oleh masyarakat yang menghasilkan sampah dengan
cara menempatkan sampah pada tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan jenis sampah
yang dibuang. Dipilah berdasarkan jenis sampah sesuai dengan program persampahan yang
diarahkan. Sementara kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat yang
menghasilkan sampah dengan panduan berupa penyuluhan. Pada sampah anorganik
pelakuannya adalah Reuse dan Reduce yang dilakukan oleh masyarakat yang menghasilkan
sampah atau diambil oleh perangkas sebagai barang komoditi. Untuk sampah organik
perlakuannya adalah Recycle atau mendaur ulang menjadi kompos atau makanan hewan.
Teknologi daur ulang sampah organik adalah komposter skala rumah tangga atau komposter
komunal dengan produk yang dihasilkan adalah pupuk kompos.

2. Sistem Pengumpulan dan Pemindahan


Berdasarkan pengamatan sistem pengumpulan sampah di kawasan perkotaan terbagi ada 2
(dua) sistem yaitu pengumpulan individual langsung dan komunal langsung. Permasalahan
sistem pengumpulan sampah saat ini adalah sistem pengumpulan komunal langsung
dikarenakan wadah komunal yang disiapkan pemerintah tidak mencukupi sehingga bagi
warga yang jauh terhadap letak wadah komunal yang disediakan malas untuk membuang
ketempatnya dan akhirnya membuang sampahnya ke sembarang tempat.
Gambar 5. 12 Skema Pengumpulan dan Pemindahan Sampah

Berikut beberapa konsep atau teknis operasional pengumpulan sampah yang akan diterapkan
pada wilayah perkotaan Semende Darat Laut.
a. Pengumpulan individual tidak langsung
Pengumpulan dilakukan kendaraan pengumpul yaitu gerobak dan motor sampah
langsung dari pengguna jasa, misalnya: rumah tangga. Kemudian diangkut ke transfer
depo atau TPSS yang sudah ditentukan lalu di bawa oleh kendaraan pengangkut (truk)
untuk dibuang ke tempat pemerosesan akhir (TPA). System Pengumpulan ini digunakan
terhadap daerah – daerah yang tidak dapat terlayani secara langsung oleh kendaraan
pengangkut (truk) yang biasanya dikarenakan topografi dan kondisi aksesnya yang terlalu
sempit.
b. Pengumpulan individual langsung
Pengumpulan dilakukan langsung dengan kendaraan pengangkut (truk) sampah pada
jalur daerah permukiman, baik untuk permukiman yang teratur maupun permukiman
yang tidak teratur yang ada di sepanjang jalur pengangkutan untuk kemudian dibuang ke
TPA.
c. Pengumpulan komunal langsung
Pengguna jasa atau masyarakat mengumpulkannya langsung pada wadah komunal (TPSS)
untuk lalu diangkut oleh kendaraan pengangkut untuk dibuang ke TPA. Hal ini juga
dilakukan karena kendaraan pengangkut tidak dapat mengambil secara langsung ke
pengguna jasa.
d. Pola penyapuan jalan
Pola penyapuan jalan adalah cara pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan
menggunakan gerobak sampah (Departemen PU. 1993). Cara pengumpulan ini oleh
petugas Dinas Lingkungan Hidup atau oleh pekerja dari kecamatan. Lokasi penyapuan
terutama diarahkan pada jalan-jalan protokol, trotoar, taman dan tempat-tempat umum
lainnya. Sampahnya dikumpulkan pada TPSS terdekat kemudian diangkut ke TPA.
Gambar 5. 13 Konsep Sistem Pengumpulan dan Pemindahan Sampah

3. Sistem Pengolahan
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam
penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum dari banyak
konsep yang digunakan adalah:
a) Hierarki sampah atau hirarki limbah merujuk kepada "3M" atau yang sering disebut 3R
yaitu mengurangi sampah (Reduse), menggunakan kembali sampah (Reuse) dan mendaur
ulang (Recycle), yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan
keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari
sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk
mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan
jumlah minimum limbah.
b) Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer Responsibility
(EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua
biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk
akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab
produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh
lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang
manufaktur, impor dan/atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas
produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur.
c) Prinsip pengotor membayar. Prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak
pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan
limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari
pembuangan
Berdasarkan penjelasan diatas maka konsep yang akan diterapkan pada kawasan perkotaan
adalah konsep "3R" yaitu mengurangi sampah (Reduse), menggunakan kembali sampah
(Reuse) dan mendaur ulang (Recycle) serta konsep “Pengotor Membayar” yaitu prinsip di
mana pihak pencemar akan membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Hal ini terkait
dengan industri-industri yang ada maupun terhadap industri yang akan direncanakan.
Gambar 5. 14 Ilustrasi Manfaat Konsep 3R Sistem Persampahan Kawasan Perkotaan Semende Darat
Laut

5.4.2.6 Konsep Pengembangan Jaringan Telekomunikasi


Untuk mendukung perkembangan kegiatan di Kawasan Perkotaan Muara Enim, maka diperlukan
penambahan jaringan telepon. Penambahan saluran langsung ditujukan untuk kawasan pusat-
pusat permukiman dan tempat konsentrasi masyarakat umum seperti kantor, pusat komersial,
taman. Pengembangan konsep jaringan telekomunikasi kawasan perkotaan Semende Darat juga
diarahkan membangun infrastruktur ICT seperti wifi dan hotspot di zona-zona taman dan rekreasi.
Pembangunan infrastuktur ICT merupakan hal yang mendasar dalam mewujudkan perkotaan
yang modern dan uptodate sehingga akan berdampak pada pada kualitas hidup masyarakat
dengan tujuan menjadikan kota lebih efesien dan masyarakat yang cerdas. Kawasan yang menjadi
prioritas penambahan jaringan baru adalah kawasan-kawasan permukiman penduduk dan
kegiatan komersial dengan jaringan yang ditata mengikuti jaringan jalan yang ada. Kriteria lokasi
sentral telepon mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Lokasi sentral harus di tengah-tengah dari daerah yang mempunyai kepadatan
permintaan yang tinggi dan merata dalam suatu daerah pelayanan sentral.
2. Lokasi sentral terletak pada suatu jalan besar (utama) yang jauh dari rel KA, saluran
listrik tegangan tinggi dan sungai besar.
Penentuan rumah kabel hampir sama dengan sentral telepon jika dikaitkan dengan permintaan
distribusi. Adapun persyaratan rumah kabel adalah sebagai berikut:
1. Kabel primer sebagai kabel penghubung dari sentral ke darah pelayanan rumah kabel
yang bersangkutan harus sependek mungkin.
2. Jumlah panjang kabel sekunder untuk menjangkau semua permintaan dalam daerah
pelayanan rumah kabel tersebut relatif pendek.
3. Tidak ada tumpang tindih antara rumah kabel primer dengan sekunder.
4. Letak rumah kabel harus aman dari gangguan seperti jauh dari persimpangan untuk
menghindari terlanggar oleh kendaraan yang belok dan tidak ditempatkan pada lokasi
yang membahayakan pejalan kaki.
Untuk jaringan telepon, instalasi rumah kabel, “distribution point”, kabel primer dan kabel
sekunder akan ditempatkan pada jalan-jalan utama. Pengembangan jaringan telepon diutamakan
pada permukiman kapling sedang sampai kapling besar pada setiap Sub WP dan blok yang
diarahkan sebagai zona pengembangan perumahan.

5.4.2.7 Konsep Pengembangan Jaringan Kelistrikan


Jaringan listrik tegangan menengah akan ditempatkan pada jalan-jalan utama, sedangkan jaringan
listrik tegangan rendah (jaringan distribusi) akan dikembangkan di setiap ruas jalan.
Pengembangan dititik beratkan pada peningkatan daya terpasang dengan meningkatkan
kapasitas gardu yang ada. Jaringan listrik pada wilayah perencanaan berasal dari gardu induk,
untuk selanjutnya disalurkan ke gardu listrik dengan menggunakan saluran listrik tegangan tinggi
(250 Kv) mengikuti jaringan jalan yang ada. Dari gardu listrik, tegangan diturunkan menjadi 250 V
dan disalurkan ke rumah-rumah. Tinggi tiang untuk saluran listrik tegangan tinggi sekurang-
kurangnya 15 m dan untuk tiang-tiang ke rumah-rumah tingginya 9 m. Sambungan dari tiang listrik
maksimal lima sambungan dan sambungan dari rumah ke rumah lainnya maksimal dua
sambungan. Gardu distribusi yang berfungsi menurunkan tegangan listrik dari tegangan
menengah ketegangan rendah diarahkan untuk ditempatkan pada setiap percabangan menuju
jaringan tegangan rendah. Perlu pula diupayakan agar penempatan gardu distribusi tidak terletak
di depan kapling bangunan, namun pada lokasi-lokasi berikut:

• Pada lokasi sarana umum.


• Pada taman, makam.
• Di depan kavling bangunan yang merupakan bangunan pojok.
Disamping peningkatan produksi listrik, hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah perbaikan
jaringan listrik yang ada saat ini serta perencanaan perluasan jaringannya. Khusus untuk perbaikan
jaringan ini ditujukan agar pada saat-saat tertentu tidak sering padam karena gangguan
cuaca/hujan. Sedangkan dalam kaitannya dengan wilayah perencanaan, maka prasarana yang
harus diarahkan dan disiapkan adalah gardu listrik lingkungan sebagai sistem pembagi ke masing-
masing persil, terutama pada rencana pengembangan permukiman. Arahan pengembangan
sistem prasarana energi listrik di kawasan perkotaan Semende Darat Laut diharapkan agar mampu
dipenuhi dengan kapasitas hingga akhir tahun perencanaan.

5.4.3 Konsep Pengembangan Pola Ruang

Pola ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ditetapkan melalui beberapa
kebijakan dan strategi sebagai berikut:
1. Keterpaduan dan keseimbangan antara zona lindung dan zona budi daya
Strategi yang diterapkan:
a. Menetapkan zona lindung di area-area yang memenuhi persyaratan zona lindung,
yaitu sempadan sungai, sempadan danau, RTH, dan lain-lain.
b. Menetapkan kawasan budi daya tidak terbangun dengan memanfaatkan sumber
daya alam, yaitu sebagai kawasan peruntukan pertanian dengan cara
mempertahankan fungsi LP2B.
c. Mengembangkan kawasan budi daya terbangun di perkotaan berupa perdagangan
dan jasa, industri, pariwisata, dan perumahan serta sarana pelayanan umum.
2. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan
Strategi yang diterapkan:
a. Meningkatkan keterkaitan antara kegiatan di zona budi daya tidak terbangun dengan
kegiatan di zona budi daya terbangun melalui pengembangan sektor-sektor yang
saling terkait.
b. Mengembangkan kawasan sesuai dengan fungsi wilayah WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut yang telah ditetapkan sebelumnya.
c. Di zona budi daya terbangun, menerapkan ketentuan intensitas dan tata massa
banguan, intensitas kegiatan, pengaturan dan penanganan lingkungan, pengaturan
pergerakan lalu lintas dan mengendalikan dampak kegiatan pemanfaatan ruang.
Konsep pola ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang merupakan
rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang
WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut diteapkan dengan mempertimbangkan
arahan kemampuan lahan dan penggunaan lahan eksisting.
Pola ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut berfungsi sebagai berikut:
a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah perkotaan.
b. Mengatur keseimabgnan dan keserasian peruntukan ruang.
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk
20 (dua puluh) tahun.
d. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah perkotaan.
Dilihat dari pola ruangnya, terdapat karakteristik sebagai berikut:
a. Masing-masing fungsi budi daya dialokasikan dengan karakteristik kegiatannya dan tidak
saling mengganggu satu sama lain.
b. Kegiatan komerisal (perdagangan dan jasa) berorientasi di jalur-jalur utama WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dan di pusat kota untuk perdagangan dan jasa
juga sebagai pendukung dari kegiatan wisata.
c. Fasilitas umum dan sosial disebar sesuai hierarkinya.
d. Kegiatan permukiman berkembang pada daerah belakang jalur utama.
e. Pada jalur-jalur utama, sudah mulai terjadi peralihan dari kegiatan permukiman menjadi
komersial.
f. Lahan-lahan pertanian yang terdapat di WP, sedikit sudah terjadi peralihan fungsi menjadi
lahan permukiman, untuk LP2B akan dipertahankan.
g. Perkembangan kegiatan permukiman terjadi secara merata mengikuti pola jaringan jalan
yang ada.
h. Kawasan rawan bencana banjir dan longsor diperlukan pengaturan intensitas dan
pengembangan RTH.
Tabel 5. 6 Luas Rencana Pola Ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

JENIS ZONA SUB ZONA KODE LUAS (HA)

Zona Badan Air Badan Air BA 17,77


Zona Perlindungan Setempat Perlindungan Setempat PS 36,12
Rimba Kota RTH-1 93,35
Zona Lindung Taman Kota RTH-2 49,47
Zona Ruang Terbuka Hijau Taman Kecamatan RTH-3 3,77
Taman Kelurahan RTH-4 8,86
Pemakaman RTH-7 8,87
Sub Total 218,21
Zona Badan Jalan Badan Jalan BJ 31,13
Tanaman Pangan P-1 189,76
Zona Pertanian Holtikultura P-2 25,53
Perkebunan P-3 1.021,86
Zona Pembangkitan Tenaga Listrik Pembangkitan Tenaga Listrik PTL 24,00
Zona Pariwisata Pariwisata W 0,18
Perumahan Kepadatan Tinggi R-2 87,69
Zona Perumahan Perumahan Kepadatan Sedang R-3 90,96
Perumahan Kepadatan Rendah R-4 116,20
Zona Budi Daya SPU Skala Kota SPU-1 4,26
Zona Sarana Pelayanan Umum SPU Skala Kecamatan SPU-2 7,89
SPU Skala Kelurahan SPU-3 6,12
Zona Campuran Campuran Intensitas Menengah/Sedang C.2 13,95
Perdagangan dan Jasa Skala WP K-2 1,15
Zona Perdagangan dan Jasa
Perdagangan dan Jasa Skala SWP K-3 8,86
Zona Perkantoran Perkantoran KT 2,87
Zona Peruntukan Lainnya Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) PL-3 0,04
Zona Transportasi Transportasi TR 2,82
Zona Pertahanan dan Keamanan Pertahanan dan Keamanan HK 0,63
Sub Total 1.636,18
Grand Total 1.854,39
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Gambar 5. 15 Peta Rencana Struktur Ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Gambar 5. 16 Peta Rencana Pola Ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut

Anda mungkin juga menyukai