Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan bangunan serta bukan
bangunan pada kawasan perkotaan maupun kawasan fungsional Kabupaten. Dengan kata lain
RDTR Kecamatan mempunyai fungsi untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional yang
direncanakan oleh perencanaan ruang diatasnya, dalam mewujudkan ruang yang serasi,
seimbang, aman, nyaman dan produktif. Muatan yang direncanakan dalam RDTR kegiatan
berskala kawasan atau lokal dan lingkungan, dan atau kegiatan khusus yang mendesak dalam
pemenuhan kebutuhan.
RDTR Kecamatan adalah rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kabupaten secara terperinci
yang disusun untuk menyiapkan perwujudan ruang dalam rangka pengaturan zonasi, perizinan
dan pembangunan kawasan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Di dalam RTRW Kabupaten Muara Enim Kecamatan Semende Darat Laut ditetapkan sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala Kecamatan atau beberapa desa/kelurahan.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang pada kecamatan tersebut yaitu
dengan menyusun RDTR Ibukota Kecamatan Semende Darat Laut yang muatan materi dan
peraturan zonasinya mengacu pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
dengan mengintegrasikan KLHS di dalamnya, guna sebagai dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada
RDTR Kecamatan ini ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan dengan telah
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi.
Dasar hukum yang menjadi acuan dalam studi ini diantaranya adalah:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
d. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;
e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah;
f. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
g. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;
h. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
i. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
j. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air;
k. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang;
l. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah;
m. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan;
n. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah;
o. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang;
p. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis;
q. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
r. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja;
s. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Peyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis;
t. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/72/2018 Tentang Pengecualian Kewajiban Menyusun
Analisis Dampak Lingkungan Untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang Berlokasi di Daerah
Kabupaten/Kota yang Telah Memiliki Rencana Detail Tata Ruang;
u. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota dan Rencana Detail Tata Ruang;
v. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota serta Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota;
w. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 11 Tahun 2016 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036;
1.3.1 Maksud
Maksud dari pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ)
Ibukota Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim ini adalah sebagai kendali mutu
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berdasarkan RTRW Muara Enim Tahun 2018-2038.
1.3.2 Tujuan
Pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ) Ibukota
Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim ini bertujuan untuk:
▪ Sebagai acuan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
▪ Sebagai acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
▪ Sebagai acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang.
1.3.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan
Peraturan Zonasi (PZ) Ibukota Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim ini adalah
sebagai berikut:
▪ Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman dalam
kawasan;
▪ Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam kawasan;
dan
▪ Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional.
000 100 200 300 400 500 600 700 800 900
3. Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan
Zonasi (PZ) adalah sebagai berikut.
ANALISIS RDTR:
a. Analisis struktur internal perkotaan
- Analisis sistem pusat pelayanan
▪ Melakukan kajian atas acuan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan
Zonasi (PZ) yaitu Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi,
dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten,
Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang;
▪ Melakukan kajian atas acuan rencana tata ruang Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten
Muara Enim untuk kemudian dikaji kemungkinan implementasinya di Kecamatan Semende
Darat Laut;
▪ Melakukan kajian atas kondisi, potensi, dan permasalahan tata ruang di Kabupaten Muara
Enim lebih tepatnya di Kecamatan Semende Darat Laut;
▪ Merumuskan isu-isu strategis pembangunan dan pengembangan perencanaan tata ruang di
Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim;
▪ Merumuskan kebijakan dan strategi rencana tata ruang di Kecamatan Semende Darat Laut,
Kabupaten Muara Enim;
Laporan Fakta dan Analisis Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim disusun guna memenuhi kebutuhan penyusunan
laporan dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran kegiatan, ruang
lingkup pekerjaan, serta sistematika penyusunan Laporan Antara.
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan kebijakan terkait pekerjaan penyusunan Revisi
Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Semende Darat Laut.
BAB 3 PROFIL KAWASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum wilayah kajian baik secara makro
(Kabupaten Muara Enim) dan secarai mikro (Kecamatan Semende Darat Laut), dimana mulai dari
administrasi wilayah, fisik wilayah, penggunaan lahan, kependudukan, sebaran fasilitas dan
prasarana, dan transportasi.
BAB 4 ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil analisis yang berpedoman pada Permen ATR/BPN
Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan
Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail
Tata Ruang. Analisis yang dilakukan antara lain analisis struktur internal WP, analisis sistem
penggunaan lahan (land use), analisis kedudukan dan peran WP dalam wilayah yang lebih luas,
analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan WP, aanlisis sosial budaya, analisis
kependudukan, analisis ekonomi dan sektor unggulan, analisis transportasi, analisis sumber daya
buatan, analisis lingkungan binaan, analisis kelembagaan, analisis karakteristik peruntukan zona,
analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin akan berkembang
di masa mendatang, analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona, analisis
dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona, analisis pertumbuhan dan
pertambahan penduduk pada suatu zona, analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona
yang diharapkan dengan kondisi yang terjadi di lapangan, analisis karakteristik spesifik lokasi,
analisis ketentuan dan standar setiap sektor terkait, dan analisis kewenangan dalam perencanaan,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
BAB 5 KONSEP PENATAAN RUANG
Pada bab ini terdiri dari muatan konsep RDTR kawasan perencanaan dan konsep pengembangan
kawasan yang berisikan struktur ruang, konsep pola ruang, dan konsep peraturan zonasi.
PKN Kawasan Perkotaan Palembang, Betung, Inderalaya, Kayu Agung (Patungraya Agung) dengan
fungsi:
• Revitalisasi dan Percepatan pengembangan Kota-Kota Pertumbuhan Nasional dengan
pengembangan dan peningkatan kawasan dengan arahan pada kawasan PKN.
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi
skala nasional atau melayani beberapa provinsi; dan/atau
• kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi sebagai
pelabuhan hub internasional dan pintu gerbang ekspor hasil kegiatan kelautan dan
perikanan.
PKW → kawasan Muara Enim (II/C/1), Kayu Agung (II/B), Batu Raja (II/B), Prabumulih (II/C/1),
Lubuk Linggau (II/C/1), Sekayu (II/B), Selahat (II/B).
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN;
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
• kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi mendukung
ekonomi kelautan nasional.
Dalam konstelasi regional, Kabupaten Muara Enim secara strategis memiliki KI Tanjung Enim yang
masuk ke dalam KI/KEK/KPBPB strategis di Pulau Sumatera berdasarkan RPJMN 2020-2024 yang
dimuat dalam PP Nomor 18 Tahun 2020. Meskipun tidak bersinggungan secara langsung dengan
WP II Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut, namun hal ini juga bisa pemicu pengembangan
kawasan di Kabupaten Muara Enim khususnya di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
dalam mendukung KI Tanjung Enim sebagai penyuplai bahan pokok seperti padi dan komoditas
perkebunan (kopi dan karet).
2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036
Hirarki Kota Pusat Pengembangan Kegiatan Fungsi Wilayah Pelayanan Fungsi Kegiatan Wilayah
PKW Kabupaten Muara Enim Pusat 1. Kegiatan Primer
Pemerintahan • Pertanian
Kabupaten; • Perkebunan
Pusat Pelayanan 2. Kegiatan Sekunder
Perdagangan dan • Industri Pengolahan Hasil
Jasa; Pertanian dan
Pusat Pelayanan Perkebunan
Pendidikan; • Pariwisata
Pusat Pelayanan Kesehatan; • Pengembangan
Pusat Pemukiman Perkotaan; Sumber Energi
Pusat
Pengembangan
Agropolitan;
Sumber: Perda Prov. Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016 tentang RTRW Prov. Sumatera Selatan
2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038
▪ Sistem jaringan evakuasi bencana tanah longsor berupa penyediaan ruang evakuasi
bencana, meliputi:
1) Ruang evakuasi bencana tanah longsor ditetapkan di Kecamatan Semende Darat Ulu,
Kecamatan Semende Darat Tengah, Kecamatan Semende Darat Laut, Kecamatan
Panang Enim, Kecamatan Tanjung Agung, Kecamatan Lawang Kidul, dan Kecamatan
Muara Enim.
2) Ruang evakuasi bencana banjir ditetapkan di Kecamatan Muara Enim, Kecamatan
Ujan Mas, Kecamatan Benakat, Kecamatan Gunung Megang, Kecamatan Rambang
Niru, Kecamatan Empat Petulai Dangku, Kecamatan Belimbing, Kecamatan Lembak,
Kecamatan Kelakar, Kecamatan Gelumbang, Kecamatan Sungai Rotan, dan
Kecamatan Muara Belida.
3) Ruang evakuasi bencana kebakaran hutan atau lahan tersebar di seluruh kecamatan.
4) Ruang evakuasi bencana angin puting beliung ditetapkan di Kecamatan Panang Enim,
Kecamatan Tanjung Agung, Kecamatan Muara Enim, dan Muara Belida.
5) Ruang evakuasi bencana gempa bumi ditetapkan di seluruh wilayah kabupaten.
Tabel 2. 3 Arahan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten Terhadap Kecamatan Semende Darat Laut
Arahan Arahan RTRW
No Rencana Arahan RTRW Kabupaten
RTRWN Provinsi
- PPK - Perkotaan Pulau Panggung Kecamatan
1 Sistem Perkotaan
Semende Darat Laut
2 Transportasi - Terminal Tipe C di Semende Darat Laut
3 Ketenagalistrikan - PLTA di Kecamatan Semende Darat Laut
Gambar 3. 1 Dokumentasi Kegiatan Konsultasi Publik I RDTR Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Seiring berjalannya pelaksanaan pekerjaan, telah dilaksanakan asistensi terhadap peta dasar.
Asistensi dilakukan dengan berkoordinasi dengan Badan Informasi Geospasial (BIG). Sejalan
dengan asistensi peta juga terjadi penambahan delineasi berdasarkan hasil kegiatan Konsultasi
Publik I dan hasil kesepakatan dengan Dinas PUPR Kabupaten Muara Enim. Sehingga hasil akhir
delineasi menjadi terdiri atas 7 (tujuh) desa diantaranya sebagian Desa Pulau Panggung, sebagian
Desa Muara Dua, sebagian Desa Muara Danau, sebagaian Desa Penyandingan, sebagian Desa
Tanah Abang, sebagian Desa Karya Nyata, dan sebagian Desa Perapau. Untuk lebih jelasnya
mengenai perubahan delineasi dapat dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan hasil telaah tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi topografi di wilayah
perencanaan didominasi ketingian antara 600-750 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang
tersebar pada seluruh wilayah perencanaan. Sedangkan kelas ketinggian yang kurang dominan
yaitu pada rentang 450-500 mdpl dan 800-900 mdpl. Lebih jelasnya mengenai kondisi topografi
di wilayah perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut.
090 084
080
070 062
060
050
040
030 023
020
010
000
048 009 001 076 134
Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut didominasi oleh jenis
kelerengan bergelombang dengan kemiringan lereng >5% - 15% dengan luas mencapai 1.339,95
Ha. Sedangkan kelerengan yang tidak dominan yaitu kelerengan >40% dengan luas 5,66 Ha. Lebih
jelasnya mengenai kondisi kelerengan pada willayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 3 Luas Kelerengan Wilayah Perencanaan
>40% 006
15%-40% 302
5%-15% 1.340
2%-5% 159
0%-2% 048
Landai 159
Dataran 048
3.2.2.4 Hidrologi
Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki catchment area yang
baik karena mempunyai daerah resapan yang optimal dengan luas yang cukup luas sehingga
mampu menampung dan menyimpan air lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya
di Kabupaten Muara Enim. Kenampakan morfologi perbukitan yang tersebar merata hampir di
seluruh kawasan wilayah perencanaan yang berfungsi sebagai kawasan penyangga yang dapat
3.2.2.7 Geologi
Berdasarkan data hasil integrasi pemetaan kebijakan satu peta tahun 2018, Wilayah Perencanaan
Kecamatan Semende Darat Laut terbagi atas 3 (tiga) jenis geologi diantaranya adalah jenis geologi
gunungapi dempo, gunungapi pesawaran, gunungapi masurai. Dominasi jenis geologi terluas di
wilayah perencanaan adalah jenis geologi gunungapi pesawaran yang mencapai 1.153,77 Ha
disusul dengan jenis geologi gunungapi dempo seluas 656,42 Ha, dan yang terkecil adalah jenis
geologi gunungapi masurai dengan luas 44,21 Ha. Lebih jelasnya mengenai kondisi geologi di
wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 9 Luas Sebaran Struktur Geologi Wilayah Perencanaan
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang
berkeadilan dan berkelanjutan dengan:
a) Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional;
b) Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung,
dan fungsi produksi untuk mencapi manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi
yang seimbang dan lestari;
c) Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai;
d) Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan
masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga
mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat
perubahan eksternal; dan
e) Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
3. Hutan berdasarkan fungsinya terdiri atas:
a) Hutan konservasi (yang terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan
pelestarian alam, dan taman buru) adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya.
b) Hutan lindung, adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
pelrindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air, dan memelihara kesuburan
tanah.
c) Hutan produksi, adalah kawasan hidup yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan.
Berdasarkan data hasil pemetaan CSRT Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2013, peta dasar
dan peta tematik yang sudah terkoreksi dari BIG tahun 2020 serta SK.6600/MENLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/10/2021 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi
Sumatera Selatan Sampai Dengan Tahun 2022 menyatakan bahwa Wilayah Perencanaan
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut merupakan Area Penggunaan Lain (APL).
13000 12885
12800 12678
12600
12400
12200 12021
12000 11874 11903
11800
11600
11400
11200
2017 2018 2019 2020 2021
Perapau
Karya Nyata
Tanah Abang
Penyandingan
Muara Danau
Pulau Panggung
Muara Dua
-2500 -2000 -1500 -1000 -500 0 500 1000 1500 2000 2500
Laki-laki Perempuan
Gambar 3. 19 Grafik Komposisi Penduduk Wilayah Perencanaan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2021
Dalam upaya mendukung upaya peningkatan kualitas fisik penduduk melalui peningkatan
pendidikan penduduk, di Kecamatan Semende Darat Laut ini terdapat fasilitas pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan. Tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak, tahun 2017 baru terdapat
2 (dua) unit sekolah TK Negeri dan Paud yang terletak di Desa Pulau Panggung didirikan tahun
2010. Sedangkan untuk TK swasta dan Paud terdapat 17 (tujuh belas) unit sekolah.
Tabel 3. 15 Jumlah TK Negeri dan Swasta di Kecamatan Semende Darat Laut
2011 1 5
2012 1 5
2013 1 3
2014 1 6
2015 2 16
2016 2 16
2017 2 17
2018 2 17
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019
Tingkat pendidikan dasar, terdapat 18 unit sekolah SD Negeri yang didukung sebanyak 137 orang
guru, serta menampung sebanyak 1.751 orang murid. Jumlah guru tersebut yang tercover adalah
hanya Jumlah guru PNS saja, tidak termasuk guru Honor. Dengan demikian, secara rata-rata setiap
sekolah menampung 97 orang murid, dan untuk setiap 12 orang murid tersedia 1 (satu) orang
guru. Untuk tingkat pendidikan SLTP, tersedia 6 (enam) sekolah negeri yang didukung sebanyak
68 orang guru, serta menampung sebanyak 891 orang murid. Kemudian tersedia 1 (satu) Sekolah
Madrasah Tsanawiyah (MTs) swasta dengan menampung 368orang murid. Untuk tingkat
pendidikan SMU, tersedia 1 (satu) SMU negeri, dan 1 (satu) SMK negeri. Untuk SMU didukung
sebanyak 35 orang guru, serta menampung sebanyak 482 orang murid. Untuk SMK didukung
sebanyak 34 orang guru, serta menampung 354 orang murid.
Tabel 3. 16 Jumlah Sebaran Sarana Pendidikan di Kecamatan Semende Darat Laut
SD SMP SMA
Tahun
SWASTA NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA NEGERI
2011 18 - 5 - 1 -
2012 18 - 5 - 1 -
2013 18 - 5 - 1 -
2014 18 - 5 - 1 -
2015 18 - 5 - 1 -
2016 18 - 5 - 1 -
2017 18 - 6 - 1 -
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019
Kecamatan Semende Darat Laut memiliki jumlah dokter yang sedikit dan jumlahnya menurun dari
3 (tiga) dokter menjadi 1 (satu) dokter pada tahun 2018. Sedangkan jumlah perawat bertambah
menjadi 25 perawat dan 15 bidan. Berikut adalah rincian data tenaga kesehatan di Kecamatan
Semende Darat Laut dari tahun 2014 hingga tahun 2018.
Tabel 3. 17 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Semende Darat Laut
2014 3 15 11 2
2015 2 10 11 4
2016 1 25 15 6
2017 1 15 15 25
2018 1 16 12 20
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019
3.2.4.3 Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan tempat untuk menjalankan ibadah umat beragama secara
berjamaah untuk memenuhi kebutuhan rohani. Mayoritas masyarakat di Willayah Perencanaan
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memeluk agama Islam. Terbukti dengan banyaknya
tempat ibadah agama Islam di wilayah perencanaan berupa mushola dan masjid.
Dalam upaya mewujudkan masyarakat beriman dan bertaqwa menuju masyarakat madani yang
berbudi luhur melalui pendidikan agama maka diperlukan sarana peribadatan. Pada tahun 2018,
jumlah mesjid di Kecamatan Semende Darat Laut sebanyak 25 unit. Untuk jumlah Mubaligh ada
52 (lima puluh dua) orang, 8 (delapan) orang PAH, dan 4 (empat) orang jamaah haji. Pada tahun
2018, jumlah pasangan nikah yang tercatat di kantor Departemen Agama sebanyak 121
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang ada sebanyak 117 pasangan yang menikah.
Tabel 3. 18 Jumlah Sebaran Sarana Peribadatan di Kecamatan Semende Darat Laut
Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki jenis perdagangan dan
jasa yang berbeda-beda dan tersebar. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Muara Enim dalam Dokumen Kecamatan Semende Darat Laut Dalam
Angka Tahun 2022, terdapat
Pada tahun 2018, terdapat 1 (satu) pasar berupa pasar kalangan yang digelar setiap satu minggu
sekali. Terdapat 4 pasar kalangan yang tidak memberikan kontribusi terhadap PAD (Pendapatan
Asli Daerah), dan hanya ada 1 (satu) pasar kalangan yang berkontribusi. Berikut adalah rincian
pasar kalangan yang berkontribusi dan tidak berkontribusi terhadap PAD di Kecamatan Semende
Darat Laut.
Tabel 3. 19 Jumlah Pasar Kalangan di Kecamatan Semende Darat Laut
2013 1 75 4 310
2014 1 75 4 310
2015 1 75 4 310
2016 1 70 4 341
2017 - - 4 310
2018 - - 4 310
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019
Jalan Negara
Jumlah Jembatan (unit) - - - -
Jalan Provinsi
Jumlah Jembatan (unit) 6 6 6 -
Jalan Kabupaten
Jumlah Jembatan (unit) 13 15 15 -
3.2.5 Pertanian
Sub bab ini berisi mengenai deskripsi profil pertanian yang mana terdiri dari perkebunan,
peternakan, dan perikanan.
3.2.5.1 Lahan Pertanian
Sesuai letaknya yaitu di dataran tinggi rangkaian bukit barisan yang merupakan kawasan hulu
sungai, daerah ini mempunyai potensi air yang cukup untuk mengairi areal persawahan. Namun
demikian, potensi lahan kering tetap paling dominan, sehingga dukungan lahan bukan sawah
Luas (Ha)
Uraian
2015 2016 2017 2018
Lahan Pertanian
Lahan Sawah 1120 1120 1120 1120
Irigasi 1120 1120 1120 1120
Tadah Hujan - - - -
Lebak Polder - - - -
Lahan Bukan Sawah 25255 25794 25794 25255
Tegal/Huma/Kebun/Ladang 400 400 400 400
Perkebunan 11240 11240 11240 11240
Hutan Rakyat 3057 3057 3057 3057
Sementara Tidak Diusahakan 1040 1040 1040 1040
Kolam/Tebat/Empang 9518 9518 9518 9518
Lahan Bukan Pertanian 539 539 539 539
Jumlah 25794 27453 26453 26914
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019
Padi Sawah
Rendengan
Padi Lebak - - - -
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019
3.2.5.3 Perkebunan
Perkebunan merupakan lapangan usaha terbesar di Kecamatan Semende Darat Laut, sebagian
besar penduduk menggantungkan hidupnya dari usaha perkebunan rakyat, dengan tanaman
utamanya berupa kopi. Produksi komoditi ini sebanyak 11.485 ton dengan luas tanam sebesar
10.3003,5 hektar. Tanaman karet rakyat belum berkembang di daerah ini, hal ini dikarenakan
berbagai faktor seperti ketinggian tanah, jenis tanah, dan faktor lainnya. Pada tahun 2017,
produksi tanaman karet hanya sebanyak 945 ton dengan luas tanam sebesar 874 hektar.
Tabel 3. 24 Luas dan Produksi Perkebunan Tanaman Pangan di Kecamatan Semende Darat Laut
Tahun 2018
Jenis Tanaman Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton)
Kelapa Sawit 5 0
Perkebunan Rakyat 5 0
Perkebunan Negara 0 0
Perkebunan Swasta 0 0
Kopi 10503,5 11485
Perkebunan Rakyat 10503,5 11485
Perkebunan Negara 0 0
Perkebunan Swasta 0 0
Karet 874 945
Perkebunan Rakyat 874 945
Perkebunan Negara 0 0
Perkebunan Swasta 0 0
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2019
3.2.5.4 Peternakan
Jumlah ternak kambing dan domba mempunyai populasi terbesar. Pada tahun 2017, populasi sapi
sebanyak 152 ekor dan kerbau sebanyak 82 ekor. Jumlah pemotongan ternak yang paling banyak
adalah kambing 178 ekor, sapi 45 ekor, kerbau 7 ekor, dan 8 ekor. Unggas yang dipotong, paling
banyak ayam ras pedaging/petelur 86.042 ekor dan itik manila sebanyak 7.421 ekor.
Produksi daging secara keseluruhan pada tahun 2017 berjumlah 124,03 ton, terdiri dari daging
3.2.5.5 Perikanan
Sebagai daerah hulu sungai, ketersediaan air menjadi relatif cukup untuk mendukung
pengembangan usaha tani rakyat, termasuk usaha perikanan kolam, sawah, dan kerambah. Pada
tahun 2017, produksi perikanan di kecamatan ini berjumlah 366,85 ton seluruhnya berasal dari
budidaya perikanan yang mencakup areal seluas 137,96 Ha. Budidaya kolam, dengan areal seluas
90,06 Ha menghasilkan produksi 234,41 ton. Sementara budidaya ikan di sawah seluas 47,90 Ha
menghasilkan produksi sebanyak 132,44 ton. Sedangkan produksi budidaya di kerambah tidak ada
di kecamatan Semende Darat Laut ini.
Tabel 3. 26 Luas Area dan Produksi Perikanan di Kecamatan Semende Darat Laut
Kecamatan Semende Darat Laut beberapa isu strategis yang berkaitan dengan Kawasan Perkotaan
Semende Darat Laut yang merupakan dasar pertimbangan di dalam penyusunan rencana detail
tata ruang Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim, dimana isu strategis
tersebut hampir terdapat di setiap kawasan perkotaan kabupaten. Adapun isu strategis tersebut
meliputi:
▪ Kendala Klaim Wilayah
Di Kabupaten Muara Enim dan terutama di Kecamatan Semende Darat Laut terdapat
ketidaksesuaian batas lahan antar desa dilihat dari hasil kajian awal pemetaan di
Kecamatan Semende Darat Laut.
▪ Kendala Aksesibilitas
Letak Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut yang cukup jauh, yaitu 95 kilometer dari
ibukota Kabupaten Muara Enim dengan waktu tempuh yang dibutuhkan mencapai 3
hingga 4 jam dan 250 kilometer dari ibukota Provinsi Sumatera Selatan dengan waktu
tempuh yang dibutuhkan mencapai 7 hingga 8 jam membuat konektivitas dan berbagai
kegiatan masyarakat di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut dengan kota lainnya
bergerak dengan sangat lambat.
▪ Ancaman Bencana Longsor, Banjir, dan Kebakaran Lahan
Potensi ancaman bencana alam di Semende Darat Laut dinilai cukup tinggi, disebabkan
oleh intensitas dan curah hujan di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut yang cukup
tinggi yaitu mencapai 500 mm pertahunnya dan kondisi alam yang berbukit-bukit
menjadikan Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut khususnya di daerah titik rawan
bencana longsor dan dan banjir yaitu Desa Pulau Panggung. Bencana longsor dan banjir
yang ada di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut mengancam kawasan tersebut
menjadi daerah yang terisolir seperti pada tahun 2018.
Analisis struktur internal kawasan WP dilakukan untuk merumuskan kegiatan fungsional sebagai
pusat dan jaringan yang menghubungkan antar pusat di dalam WP ruang dari RTRW kabupaten
ke RDTR. Analisis struktur internal kawasan perkotaan didasarkan pada kegiatan fungsional di
dalam kawasan perkotaan tersebut, pusat-pusat kegiatan, dan sistem jaringan yang
melayaninya. Analisis struktur internal WP menjelaskan tentang arahan kebijakan penataan
ruang, analissi sistem pusat pelayanan, analisis sistem jaringan jalan pada kawasan perencanaan.
Tahapan dalam analisis ini juga dilakukan dengan menurunkan arahan kebijakan penataan ruang
pada kawasan perencanaan.
LAPORAN ANTARA
1
4.1.1 Analisis Penentuan Pusat Pelayanan
Rencana pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota menggambarkan lokasi
pusat-pusat pelayanan kegiatan kota, hierarkinya, cakupan atau skala layanannya, serta
dominasi fungsi kegiatan yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan tersebut. Sedangkan
rencana sistem prasarana kota mencakup sistem prasarana yang mengintegrasikan kota dalam
lingkup yang lebih luas maupun mengintegrasikan bagian wilayah kota serta memberikan
layanan bagi fungsi kegiatan yang ada atau direncanakan dalam wilayah kota, sehingga kota
dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tujuan penataan ruang kota yang
ditetapkan.
Dasar-dasar penetapan pengembangan sistem pusat pelayanan WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam (internal)
maupun faktor-faktor dari luar (eksternal). Untuk sistem pusat pelayanan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut, faktor-faktor internal yang mempengaruhi pola struktur tata
ruangnya adalah:
1. Pola jaringan dan fungsi jalan dengan hierarkinya yang ada pada saat ini.
2. Jenis penggunaan lahan yang dominan atau mendominasi bagian wilayah WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut.
3. Status kawasan hutan yang ada di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
4. Jumlah dan distribusi penduduk pendukung.
5. Radius pelayanan yang dimiliki setiap pusat-pusat pelayanan yang ada dalam bagian
wilayah di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
6. Tingkat kelengkapan fasilitas yang dimiliki dan skala pelayanannya.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang akan mempengaruhi sistem pusat pelayanan kawasan
perkotaan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah:
1. Penetapan jenis dan letak kegiatan penggunaan lahan yang berskala regional yang ada
di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
2. Pola dan fungsi jaringan skala regional yang melalui atau melintas di kawasan WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
Rencana pengembangan pusat pelayanan merupakan distribusi pusat-pusat pelaynaan di dalam
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut, meliputi:
1. Pusat Pelayanan Kota (PPK), yaitu pusat yang difungsikan melayani seluruh wilayah kota
dan atau regional.
2. Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK), yaitu pusat yang difungsikan melayani seluruh sub
wilayah kota.
3. Pusat Lingkungan (PL), yaitu pusat yang melayani skala lingkungan wilayah kota berupa:
a. Pusat lingkungan kecamatan
b. Pusat lingkungan desa
c. Pusat rukun warga
Dalam menganalisis sistem pelayanan kawasan perkotan ini, selain mempertimbangkan arahan
kebijakan tata ruang diatasnya juga didasarkan pada kegiatan fungsional (fasilitas) di dalam
kawasan perkotaan tersebut dan sistem jaringan eksisting yang melayaninya. Analisis sistem
LAPORAN ANTARA
2
pelayanan kawasan perkotaan akan membagi kawasan perkotaan berdasarkan fungsi
pelayanannya. Metode analisis yang dilakukan dalam menetapkan analisis sistem pelayanan
dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut menggunakan beberapa penggabungan
metode, meliputi metode:
1. Rank Size Rule
Metode ini mengelompokkan kelurahan/desa yang ada pada WP kedalam 4 (empat)
kelompok orde 1 – 4, berdasarkan jumlah penduduk. Dimana orde 1 adalah jumlah
penduduk terbanyak dan seterusnya.
2. Metode Zipf
Metode ini digunakan untuk menentukan ranking desa-desa pada WP berdasarkan
jumlah penduduk.
3. Metode Skalogram
Metode ini dilakukan untuk mengetahui pusat pelayanan berdasarkan jumlah dan jenis
unit fasilitas pelayanan yang ada dalam wilayah perkotaan. Asumsi yang dipakai adalah
bahwa wilayah yang memiliki ranking tertinggi adalah lokasi yang dapat ditetapkan
menjadi pusat pertumbuhan.
Pusat pelayanan eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terbagi ke dalam 4
(empat) tingkatan yaitu orde (hierarki) pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Tingkatan ini
menunjukkan skala pelayanan yang diperoleh berdasarkan fasilitas dan jumlah penduduk.
Hierarki pertama terletak di Desa Muara Dua dan Desa Pulau Panggung dikarenakan jumlah
penduduk serta jumlah fasilitas yang terbangun memiliki fasilitas cukup lengkap dibandingkan
dengan desa lainnya. Hierarki dua ada di Desa Muara Danau dan Desa Tanah Abang. Hierarki 3
berada di Desa Penyandingan, Desa Karya Nyata, dan Desa Pagar Agung, sisa desa lainnya masuk
ke hierarki keempat.
Hasil analisis struktur ruang internal WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah
sebagai berikut:
1. Desa yang masuk ke dalam hierarki 1 adalah Desa Pulau Panggung dan Desa Muara Dua
hal ini dapat dilihat dari tabel fasilitas bahwa kedua desa ini memiliki skor tertinggi, yang
artinya secara fasilitas, kedua desa ini lebih lengkap daripada desa lainnya.
2. Desa yang masuk ke dalam hierarki 2 adalah Desa Muara Danau dan Desa Tanah Abang.
3. Desa yang masuk ke dalam hierarki 3 adalah Desa Penyandingan, Desa Karya Nyata, dan
Desa Pagar Agung.
4. Desa yang masuk ke dalam hierarki 4 adalah Desa Penindaian, Desa Babatan, dan Desa
Perapau.
Tabel 4. 1 Hierarki Pusat Pelayanan Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Rank q Orde Hasil Orde Hasil
N Jumlah Skalogra Kesimpula
Desa Size (Zipf Total Perhitunga Pengamata
o Penduduk m n
Rule ) n n
1 Penindaian 912 4 8 4 16 IV IV IV
2 Babatan 2286 2 2 3 7 I III IV
3 Muara Dua 1181 4 4 2 10 II I I
4 Pulau Panggung 4096 1 1 1 3 I I I
5 Muara Danau 946 4 7 4 15 IV II II
LAPORAN ANTARA
3
Rank q Orde Hasil Orde Hasil
N Jumlah Skalogra Kesimpula
Desa Size (Zipf Total Perhitunga Pengamata
o Penduduk m n
Rule ) n n
6 Penyandingan 1142 4 5 4 13 III IV III
7 Tanah Abang 1359 4 3 4 11 II II II
8 Karya Nyata 1064 4 6 3 13 III III III
9 Pagar Agung 735 4 9 4 17 IV IV III
10 Perapau 517 4 10 4 18 IV IV IV
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan hasil analisis, Desa Pulau Panggung dan Desa Muara Dua menjadi Pusat Pelayanan
Kota (PPK) menjadi wilayah dengan hierarki Pusat Pelayanan Kota (PPK). Desa Pulau Panggung
dan Desa Muara Dua fokus pada pengembangan perdagangan dan jasa serta sarana pelayanan
umum skala kota.
SWP adalah batasan fisik maupun non fisik yang membagi Wilayah Perkotaan (WP) menjadi
beberapa bagian SWP berdasarkan karakteristik dan fungsi masing-masing wilayah. Berdasarkan
karakteristik dan fungsi tersebut, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terbagi menjadi
5 (lima) SWP. Blok peruntukan adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh
batasan fisik yang nyata, maupun yang belum nyata. Nama blok peruntukan adalah nomor yang
diberikan pada setiap blok peruntukan. Batas blok peruntukan yang belum nyata dapat berupa :
rencana jaringan jalan, rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota,
dan rencana sektoral lainnya. Blok peruntukan dibatasi oleh batasan fisik yang nyata maupun
yang belum nyata. Batasan fisik yang nyata dapat berupa: jaringan jalan, sungai, selokan, saluran
irigasi, dan saluran udara tegangan (ekstra) tinggi. Sedangkan batasan blok yang belum nyata
dapat berupa: rencana jaringan jalan, rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota, dan lain-lain. Berdasarkan analisis beberapa desa dalam wilayah WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut direncanakan sebagai sistem pusat pelayanan tertentu sebagai
berikut.
Tabel 4. 2 Pembagian SWP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Luas Persentase Luas
No. SWP Desa
(Ha) (%)
Muara Dua
1 SWP A 149,96 8,09
Pulau Panggung
Muara Dua
2 SWP B 173,13 9,34
Pulau Panggung
Muara Danau
3 SWP C 673,98 36,35 Penyandingan
Pulau Panggung
Karya Nyata
4 SWP D 585,63 31,58
Pulau Panggung
Perapau
5 SWP E 271,70 14,65
Tanah Abang
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut 1.854,39 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Tabel 4. 3 Pembagian Sistem Pusat Pelayanan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
4
N
Sistem Pusat Pelayanan SWP Blok
o
1 Pusat Pelayanan Kota SWP A SWP A.2
2 Sub Pusat Pelayanan Kota SWP B SWP B.2
SWP C SWP C.3
SWP D SWP D.2
SWP E SWP E.1
3 Pusat Lingkungan Kecamatan SWP A SWP A.3
4 Pusat Lingkungan Kelurahan SWP A SWP A.1
SWP C SWP C.1
SWP C.2
SWP C.3
SWP D SWP D.1
SWP E SWP E.2
Sumber: Hasil Analisis, 2022
SWP adalah batasan fisik maupun non fisik yang membagi WP menjadi beberapa bagian SWP
berdasarkan karakteristik dan fungsi masing-masing wilayah. Berdasarkan karakteristik dan
fungsi tersebut WP Perkotaan Semende Darat Laut terbagi menjadi 3 (tiga) SWP.
Berdasarkan arahan Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038 wilayah WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut berdasarkan pusat pelayanannya dibagi ke dalam beberapa sub
WP untuk Wilayah Muara Dua yang merupakan pusat perdagangan dan jasa dan pusat
pemerintahan dan perkantoran; wilayah Pulau Panggung merupakan pusat perdagangan dan
jasa, pusat pengembangan desa wisata kopi, pusat permukiman, dan pusat pemerintahan dan
perkantoran; wilayah Muara Danau dan Penyandingan merupakan pusat permukiman; wilayah
Kerja Nyata merupakan pusat pengembangan desa wisata kopi; wilayah Perapau dan Tanah
Abang merupakan pusat pengembangan desa wisata alam. Kecamatan Semende Darat Laut
memiliki struktur ruang tertentu berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor
13 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038,
Kecamatan Semende Darat Laut ditetapkan sebagai PPK (Pusat Pelayanan Kawasan).
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038, Pusat Pelayanan Kawasan yang
disingkat menjadi PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa. Maka dari itu, untuk dapat mengakomodir pelayanan skala
besar di Kabupaten Muara Enim. Adapun beberapa poin terkait perencanaan yang akan
dilakukan di PPK Kecamatan Semende Darat Laut:
● Pengoptimalan terminal penumpang dan barang, terminal tipe C.
● Pengembangan jaringan infrastruktruk minyak dan gas bumi yaitu jaringan pipa
transmisi di Kecamatan Semende Darat Laut dan jaringan pipa distribusi gas bumi untuk
rumah tangga di setiap Kecamatan.
● Rencana pembangunan dan pengembangan PLTA Kecamatan Semende Darat Laut.
Pembagian blok Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut adalah dengan membagi kawasan
dalam bentuk pemabtasan kegiatan manusia, fisik buatan (jalan) dan alam (sungai). Untuk dapat
lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut.
LAPORAN ANTARA
5
LAPORAN ANTARA
6
Gambar 4. 2 Peta Sistem Pusat Pelayanan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
7
4.1.2 Analisis Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan
jalan primer, sekunder, dan jalan lokal yang terjalin atau terhubung dalam hubungan hierarki.
Kondisi sistem jaringan jalan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Muara Enim,
dan dengan memperhatikan keterhubungan antar kawasan atau dalam kawasan perencanaan
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut. Sistem jaringan jalan yang ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut berdasarkan RTRW Kabupaten Muara Enim terdiri atas jaringan
jalan kolektor sekunder, jalan lingkungan sekunder, dan jalan lokal sekunder.
Sistem jaringan ini yang merupakan jaringan jalan yang akan menghubungkan pusat-pusat
pelayanan yang ada di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut, terutama pada jaringan
kolektor, lokal, dan lingkungan yang merupakan akses utama yang menghubungkan secara
berdaya guna dengan pusat kegiatan regional atau antara pusat kegiatan dengan wilayah dengan
pusat kegiatan wilayah lainnya. Selain itu sistem jaringan jalan yang ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut juga akan menghubungkan secara menerus pusat kegiatan
wilayah, pusat kegiatan lokal, hingga ke pusat kegiatan lingkungan.
1. Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam
dengan lebar badan jalan minimal 9 meter dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas lambat.
2. Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter.
3. Jalan lingkungan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar persil dalam
kawasan perkotaan. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km per
jam dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan yang tidak diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor roda 3 atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan minimal 3,5
meter.
Selain berdasarkan rencana struktur ruang kabupaten dan provinsi, pengembangan konsep
jaringan transportasi dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut juga didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan. Fungsi jalan yang dimaksud terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hierarki yang kesemuanya merupakan satu kesatuan sistem
jaringan jalan.
Tabel 4. 4 Jaringan Jalan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
8
Jaringan Jalan Nama Jalan Panjang Jalan (km)
Jl. Pulau Panggung - Segamit 2,44
Jl. RS. Pratama 4,29
Jl. Tanah Abang - Pagar Dewa 1,57
Lokal Sekunder Jl. Batu Surau 0,14
Jl. Dalam Muara Danau 0,32
Jl. Dalam Pulau Panggung 2,31
Jl. Kohar Lebi 0,58
Jl. Penyandingan - Tanah Abang 2,39
Jl. Poskesdes 0,17
Jl. Pulau Panggung - Muara Dua 0,31
Jl. Pulau Panggung - Penyandingan 1,63
Jl. Pulau Panggung - Tl. Barisan 2,96
Jl. SD Negeri 14 0,30
Jl. SMK 2,68
Jl. Sp. Muara Danau - Muara Danau 2,23
Jl. Talang Berangin 0,48
Jalan Lingkungan *tdk ada nama 11,35
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Gambar 4. 3 Peta Jaringan Jalan & Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
9
Gambar 4. 4 Peta Jaringan Jalan Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
10
4.1.3 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang pada Seluruh WP
Pengembangan penduduk perkotaan yang cukup pesat diikuti oleh perkembangan jenis dan
intensitas kegiatan dengan segala fasilitasnya juga berpengaruh dalam merubah wujud fisik kota
dengan cepat. Intensitas pemanfaatan ruang saat ini di WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut dapat dikatakan tingkat intensitas pengembangan ruang masih rendah. Intensitas
pengembangan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terdiri dari beberapa kegiatan
yang berkembang, salah satunya kebutuhan akan perumahan. Kegiatan utama lainnya yang
berkembang seperti kegiatan pertanian dan pekebunan serta perdagangan dan jasa. Kegiatan
utama lainnya yang berkembang seperti kegiatan pertanian dan perkebunan serta perdagangan
dan jasa maka dari itu kebutuhan akan perumahan dan sarana pelayanan umum, maka dari itu
kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu pendukung dalam perkembangannya yaitu sistem
transportasi. Kondisi intensitas pengembangan ruang terbangun dalam WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut saat ini lebih merupakan pengembangan kawasan permukiman
yang tersebar mengikuti jaringan jalan. Intensitas tinggi pengembangan ruang yang ada
berkembang linier mengikuti jalan. Kegiatan pertanian dan perkebunan yang dominan pada
kawasan ini membuat perkembangan hunian akan cenderung meningkat ditambah lagi dengan
kegiatan perdagangan dan jasa yang mulai berkembang.
Pembentukan pusat kegiatan baru yang mempunyai skala lokal atau lingkungan dapat dilakukan
dengan merencanakan pengelompokkan fasilitas pelayanan seperti fasilitas kesehatan,
pendidikan, perdagangan dan jasa, dan lainnya yang akan melayani kegiatan yang ada. Pusat
kegiatan atau pertumbuhan mempunyai jangkauan pelayanan sendiri-sendiri dengan orientasi
kegiatan secara teoritis sebagai berikut: Bila kegiatan yang akan dialokasikan diatas dihubungkan
dengan sistem jaringan jalan, maka membentuk struktur ruang. Selanjutnya setiap pusat
pertumbuhan memiliki wilayah pelayanannya masing-masing. Wilayah pelayanan ini ditentukan
berdasarkan kecenderungan perkembangan ruang dan infrastruktur, faktor-faktor potensi
wilayah, homogenitas wilayah, dan pembatas fisik. Itu semua berpengaruh terhadap pola
orientasi kegiatan yang menjadi prinsip dasar dalam penentuan wilayah pelayanan.
Perkembangan di wilayah perencanaan dapat dilihat dengan membandingkan penggunaan
lahan eksisting dengan arahan kebijakan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038. Adapun
lebih jelas mengenai perkembangan ruang WP Kecamatan Semende Darat Laut dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4. 5 Perkembangan Ruang Kecamatan Semende Darat Laut
Penggunaan Penggunaan Lahan Perda RTRW Kab. Muara Enim
No Analisis
Lahan Eksisting 2018-2038
1 Permukiman Luas kawasan ● Kawasan permukiman Perkembangan dari
permukiman 92,3 Ha, merupakan bagian dari kawasan permukiman
perkembangan lingkungan hidup yang yang meningkat di
kawasan permukiman berfungsi sebagai lingkungan Semende Darat Laut
pada dasarnya tempat tinggal atau lingkungan maka perlu dilakukan
didominasi di kawasan hunian dan tempat kegiatan arahan penetapan
perkotaan yang yang mendukung kawasan permukiman
berbatasan dengan perikehidupan dan yang didukung oleh
perdagangan dan jasa. penghidupan. sarana dan prasaran
● Kawasan peruntukan permukiman serta RTH
permukiman perkotaan yang sesuai dengan
LAPORAN ANTARA
11
Penggunaan Penggunaan Lahan Perda RTRW Kab. Muara Enim
No Analisis
Lahan Eksisting 2018-2038
dengan luas kurang lebih 4.191 standar.
Ha.
● Kawasan peruntukan
permukiman perdesaan
dengan luas kurang lebih
13.068 Ha.
LAPORAN ANTARA
12
Penggunaan Penggunaan Lahan Perda RTRW Kab. Muara Enim
No Analisis
Lahan Eksisting 2018-2038
minimum 30% dari luas penyebaran RTH agar
kawasan perkotaan. tersebar di kawasan WP
● Kawasan ruang terbuka hijau Perkotaan Kecamatan
kota berupa pemakaman Semende Darat Laut.
umum yang tersebar di 25
kecamatan dengan luas kurang
lebih 350 Ha.
4.2.1 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting
Analisis simpangan bertujuan untuk mengetahui simpangan peruntukan ruang dengan kondisi
eksisting. Analisis ini membandingkan rencana pola ruang dalam RTRW Kabupaten Muara Enim
Tahun 2018-2038 (sumber peta Badan Informasi Geospasial). Simpangan yang dibandingkan
adalah rencana pola ruang kawasan lindung dan budi daya dengan peta penggunaan lahan
eksisting dengan ketegori sebagai berikut:
1. Sesuai, yaitu kondisi penggunaan lahan eksisting saat ini telah sesuai dengan arahan
rencana pola ruang dalam RTRW Kabupaten Muara Enim.
2. Belum sesuai, yaitu kondisi penggunaan lahan eksisting saat ini belum sesuai dengan
arahan rencana peruntukan kawasan budi daya dalam RTRW Kabupaten Muara Enim
atau arahan rencana kawasan budi daya belum terwujud pada kondisi eksisting saat ini.
3. Tidak sesuai, yaitu kondisi penggunaan lahan eksisting saat bertentangan atau tidak
sesuai dengan arahan pola ruang lindung dalam RTRW Kabupaten Muara Enim.
Dari hasil analisis, diketahui bahwa total keseluruhan simpangan tutupan lahan eksisting
terhadap rencana pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038, teridentifikasi
pada pola ruang sempadan sungai masih terdapat ketidaksesuaian sebanyak 0,66 hektar dengan
tutupan lahan berupa bangunan pendidikan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta
permukiman.
Tabel 4. 6 Luas Simpangan Pola Ruang RTRW Kab. Muara Enim dan Tutupan Lahan WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut
Rencana Pola Ruang RTRW Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Kesesuaian
LAPORAN ANTARA
13
Rencana Pola Ruang RTRW Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Kesesuaian
LAPORAN ANTARA
14
Rencana Pola Ruang RTRW Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Kesesuaian
LAPORAN ANTARA
15
Rencana Pola Ruang RTRW Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Kesesuaian
Selain menganalisis simpangan antara pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim dengan tutupan
lahan eksisting, dianalisis pula simpangan antara rencana pola ruang RDTR Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut dengan rencana pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim. Hasilnya masih
terdapat beberapa kawasan yang memiliki simpangan sebagaimana tertera pada tabel berikut.
Tabel 4. 7 Luas Simpangan Pola Ruang RDTR dan Rencana Pola Ruang RTRW Kab. Muara Enim
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
Kawasan Hortikultura
Total Luas 266,25 100,00
KUPZ
Diizinkan : Badan Air 0,37 0,14 Sesuai
LAPORAN ANTARA
16
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
• Dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
Badan Jalan 2,99 1,12 Sesuai
perundang-undangan
Campuran Intensitas
Tidak Diizinkan:
• Menggunakan lahan yang dikelola dengan Menengah/Sedang 1,24 0,47 Sesuai
mengabaikan kelestarian lingkungan. Hortikultura 6,60 2,48 Sesuai
• Pada kawasan hortikultura yang memiliki fungsi Instalasi Pengolahan Air Minum
gambut budidaya tidak diizinkan kegiatan yang (IPAM) 0,01 0,00 Sesuai
mengakibatkan penurunan muka air tanah di bawah
permukaan gambut dan/atau kwarsa di bawah Pemakaman 1,14 0,43 Sesuai
lapisan gambut. Pembangkitan Tenaga Listrik 7,90 2,97 Sesuai
Perdagangan dan Jasa Skala
SWP 0,11 0,04 Sesuai
Diizinkan Terbatas:
• Permukiman perkotaan dengan intensitas Pergudangan 0,14 0,05 Sesuai
pemanfaatan ruang kepadatan sedang sampai
dengan tinggi. Perkantoran 0,73 0,28 Sesuai
• Permukiman perdesaan dengan intensitas Perkebunan 171,38 64,37 Sesuai
pemanfaatan ruang kepadatan rendah.
• Bangunan Prasarana wilayah & bangunan yang Perlindungan Setempat 1,24 0,47 Sesuai
bersifat mendukung kegiatan pertanian. Perumahan Kepadatan Rendah 18,33 6,89 Sesuai
• Kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian,
dan pendidikan Perumahan Kepadatan Sedang 15,38 5,78 Sesuai
Perumahan Kepadatan Tinggi 1,39 0,52 Sesuai
Rimba Kota 10,43 3,92 Sesuai
SPU Skala Kecamatan 0,76 0,29 Sesuai
SPU Skala Kelurahan 0,21 0,08 Sesuai
Taman Kecamatan 2,20 0,83 Sesuai
Taman Kelurahan 1,10 0,41 Sesuai
Taman Kota 4,64 1,74 Sesuai
Tanaman Pangan 17,93 6,74 Sesuai
Kawasan Perkebunan
Total Luas 1.226,14 100,00
KUPZ
Diizinkan :
• Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi
lainnya sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan Badan Air 1,86 0,15 Sesuai
peraturan perundang-undangan. Badan Jalan 18,50 1,51 Sesuai
Tidak Diizinkan:
Campuran Intensitas
• Penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat
Menengah/Sedang 3,52 0,29 Sesuai
menyerap air dalam jumlah banyak, terutama
kawasan perkebunan yang berlokasi di daerah Hortikultura 18,21 1,49 Sesuai
dulu/kawasan resapan air. Instalasi Pengolahan Air Minum
• Pada kawasan perkebunan yang memiliki fungsi (IPAM) 0,02 0,00 Sesuai
gambut budidaya tidak diizinkan penurunan muka
air tanah di lahan gambur lebih dari 0,4 meter di Pemakaman 6,10 0,50 Sesuai
bawah permukaan gambut dan/atau tereksposenya Pembangkitan Tenaga Listrik 14,25 1,16 Sesuai
sedimen berpirit dan/atau kwarsa di bawah lapisan Perdagangan dan Jasa Skala
gambut. SWP 0,36 0,03 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Permukiman perkotaan dengan intensitas Perkantoran 1,43 0,12 Sesuai
pemanfaatan ruang kepadatan sedang sampai tinggi.
Perkebunan 825,80 67,35 Sesuai
• Permukiman perdesaan dengan intensitas
pemanfaatan ruang kepadatan rendah. Perlindungan Setempat 7,90 0,64 Sesuai
• Merubah jenis tanaman perkebunan yang tidak
sesuai dengan perizinan harus melakukan proses Pertahanan dan Keamanan 0,63 0,05 Sesuai
perizinan ulang. Perumahan Kepadatan Rendah 85,62 6,98 Sesuai
• Bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
perkebunan dan jaringan prasarana wilayah. Perumahan Kepadatan Sedang 58,04 4,73 Sesuai
• Ketentuan kemiringan lahan 0-8% untuk pola
Perumahan Kepadatan Tinggi 28,43 2,32 Sesuai
monokultur tumpangsari, interkultur atau campuran
melalui konservasi vegetative mencakup tanaman Rimba Kota 79,32 6,47 Sesuai
SPU Skala Kecamatan 3,56 0,29 Sesuai
LAPORAN ANTARA
17
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
penutup tanah, penggunaan mulsa dan pengelolaan
SPU Skala Kelurahan 1,01 0,08 Sesuai
tanah minimum.
• Ketentuan kemiringan lahan 8-15% untuk pola SPU Skala Kota 2,43 0,20 Sesuai
tanaman monokultur, tumpangsari, interkultur atau
campuran, tindakan konservasi sipil teknis. Taman Kecamatan 14,65 1,19 Sesuai
• Ketentuan kemiringan lahan 15-40% untuk pola Taman Kelurahan 5,46 0,45 Sesuai
tanaman monokultur, interkultur atau campuran,
melalui tindakan koservasi vegetative dan dan Taman Kota 34,41 2,81 Sesuai
tindakan konservasi sipil teknis, serta menggunakan
Taman RT 0,04 0,00 Sesuai
tanaman tahunan perkebunan yang bersifat
konservasi Tanaman Pangan 12,45 1,02 Sesuai
Transportasi 2,13 0,17 Sesuai
Kawasan Permukiman Perdesaan
Total Luas 75,35 100,00
KUPZ
Diizinkan: Badan Air 0,35 0,47 Sesuai
• Dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan Badan Jalan 5,43 7,20 Sesuai
• Dibangun prasarana wilayah sesuai dengan Campuran Intensitas
ketentuan peraturan yang berlaku. Menengah/Sedang 2,28 3,02 Sesuai
• Kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas Hortikultura 0,62 0,82 Sesuai
sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan
lingkungan. Pemakaman 0,16 0,21 Sesuai
• Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasos Perdagangan dan Jasa Skala
termasuk RTH perkotaan sesuai dengan ketentuan SWP 5,94 7,88 Sesuai
yang berlaku.
Perkantoran 0,30 0,40 Sesuai
• Kegiatan dan fasilitas perkotaan.
Tidak Diizinkan: Perkebunan 2,32 3,08 Sesuai
• Mengembangkan kegiatan yang mengganggu fungsi
permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial Perlindungan Setempat 1,53 2,03 Sesuai
masyarakat. Perumahan Kepadatan Rendah 2,32 3,08 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Penetapan garis sempadan bangunan sesuai dengan Perumahan Kepadatan Sedang 4,63 6,14 Sesuai
fungsi jalan atau ketentuan yang berlaku.
Perumahan Kepadatan Tinggi 39,60 52,55 Sesuai
• Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan
bangunan dan lingkungan. SPU Skala Kecamatan 2,55 3,39 Sesuai
• Pengharusan penetapan jenis dan penerapan
sayarat-syarat penggunaan bangunan. SPU Skala Kelurahan 2,47 3,28 Sesuai
• Pengharusan penyediaan drainase yang memadai, SPU Skala Kota 1,50 1,99 Sesuai
pembuatan sumur resapan yang memadai,
pembuatan tandon-tandon air hujan. Taman Kelurahan 0,62 0,82 Sesuai
• Pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi
Taman Kota 0,10 0,14 Sesuai
bangunan untuk kegiatan usaha.
• Kepadatan penghunian 1 unit hunian untuk 1 rumah
tangga dalam kawasan permukiman setinggi-
tingginya sama dengan standar kepadatan layak
huni, tidak termasuk bangunan hunian yang teletak
di dalam kawasan permukiman tradisional. Tanaman Pangan 2,63 3,49 Sesuai
Kawasan Permukiman Perkotaan
Badan Air 0,10 0,27 Sesuai
KUPZ
Diizinkan: Badan Jalan 2,83 7,47 Sesuai
• Dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan Campuran Intensitas
perundang-undangan Menengah/Sedang 5,13 13,54 Sesuai
• Dibangun prasarana wilayah sesuai dengan Instalasi Pengolahan Air Minum
ketentuan peraturan yang berlaku. (IPAM) 0,02 0,05 Sesuai
• Kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas
sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan Pariwisata 0,18 0,47 Sesuai
lingkungan. Pemakaman 0,50 1,32 Sesuai
• Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasos
Perdagangan dan Jasa Skala
termasuk RTH perkotaan sesuai dengan ketentuan
SWP 2,27 5,98 Sesuai
yang berlaku.
• Kegiatan dan fasilitas perkotaan. Perdagangan dan Jasa Skala WP 1,16 3,05 Sesuai
LAPORAN ANTARA
18
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
• Mengembangkan kegiatan yang mengganggu fungsi
Perumahan Kepadatan Sedang 5,60 14,78 Sesuai
permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial
masyarakat. Perumahan Kepadatan Tinggi 14,76 38,97 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Penetapan garis sempadan bangunan sesuai dengan SPU Skala Kecamatan 0,63 1,67 Sesuai
fungsi jalan atau ketentuan yang berlaku. SPU Skala Kelurahan 1,94 5,13 Sesuai
• Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan
bangunan dan lingkungan. Taman Kecamatan 0,32 0,83 Sesuai
• Pengharusan penetapan jenis dan penerapan
Taman Kelurahan 0,57 1,51 Sesuai
sayarat-syarat penggunaan bangunan.
• Pengharusan penyediaan drainase yang memadai, Taman Kota 0,05 0,13 Sesuai
pembuatan sumur resapan yang memadai,
pembuatan tandon-tandon air hujan. Tanaman Pangan 0,06 0,15 Sesuai
• Pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi
bangunan untuk kegiatan usaha.
• Kepadatan penghunian 1 unit hunian untuk 1 rumah
tangga dalam kawasan permukiman setinggi-
tingginya sama dengan standar kepadatan layak
huni, tidak termasuk bangunan hunian yang teletak
di dalam kawasan permukiman tradisional. Transportasi 0,25 0,67 Sesuai
Kawasan Tanaman Pangan
Total 172,62 100,00
KUPZ
Diizinkan: Badan Air 0,96 0,56 Sesuai
• Alihfungsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan Badan Jalan 0,60 0,35 Sesuai
Tidak Diizinkan: Campuran Intensitas
• Alih fungsi LP2B yang tidak sesuai dengan peraturan Menengah/Sedang 1,12 0,65 Sesuai
perundang-undangan. Hortikultura 0,09 0,05 Sesuai
• Kegiatan perkotaan di sepanjang jalur transportasi
yang menggunakan lahan sawah yang dikonversi. Pemakaman 0,81 0,47 Sesuai
• Menggunakan lahan yang dikelola dengan Perdagangan dan Jasa Skala
mengabaikan kelestarian lingkungan. SWP 0,18 0,10 Sesuai
• Pemborosan penggunaan sumber daya air
Pergudangan 0,15 0,09 Sesuai
• Pada kawasan pertanian tanaman pangan yang
memiliki fungsi gambut budidaya tidak diizinkan Perkebunan 3,78 2,19 Sesuai
kegiatan yang mengakibatkan penurunan muka air
tanah di lahan gambur lebih dari 0,4 meter di bawah Perlindungan Setempat 0,92 0,53 Sesuai
permukaan gambut dan /atau tereksposenya Perumahan Kepadatan Rendah 6,21 3,60 Sesuai
sedimen berpirit dan atau kwarsa di bawah lapisan Tidak
gambut. Perumahan Kepadatan Sedang 7,32 4,24 Sesuai
Tidak
Perumahan Kepadatan Tinggi 1,94 1,12 Sesuai
SPU Skala Kelurahan 0,20 0,11 Sesuai
SPU Skala Kota 0,33 0,19 Sesuai
Taman Kelurahan 1,08 0,63 Sesuai
Tanaman Pangan 146,91 85,11 Sesuai
Sempadan Sungai
Total 75,32 100,00
Badan Air 7,16 9,50 Sesuai
Badan Jalan 0,79 1,05 Sesuai
Campuran Intensitas Tidak
Menengah/Sedang 1,45 1,93 Sesuai
Pemakaman 0,06 0,09 Sesuai
Tidak
Pembangkitan Tenaga Listrik 1,85 2,45 Sesuai
Perkebunan 21,47 28,51 Sesuai
Perlindungan Setempat 16,57 21,99 Sesuai
Tidak
Perumahan Kepadatan Rendah 3,02 4,01 Sesuai
Tidak
Perumahan Kepadatan Tinggi 1,54 2,04 Sesuai
LAPORAN ANTARA
19
Persen Kesesuaia
Pola Ruang RTRW Pola Ruang RDTR Luas (Ha)
(%) n
Tidak
SPU Skala Kecamatan 0,38 0,51 Sesuai
Tidak
SPU Skala Kelurahan 0,12 0,16 Sesuai
Taman Kecamatan 0,53 0,71 Sesuai
Taman Kelurahan 0,39 0,52 Sesuai
Tanaman Pangan 19,56 25,96 Sesuai
Tidak
Transportasi 0,43 0,58 Sesuai
Sungai
Total 0,84 100,00
Badan Air 0,80 95,62 Sesuai
Perlindungan Setempat 0,04 4,38 Sesuai
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
20
Gambar 4. 5 Peta Kesesuaian Lahan Pola Ruang RTRW dengan Tutupan Lahan Eksisting WP Perkotaan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
21
4.2.2 Analisis Tutupan Lahan dan Run-off yang Ditimbulkan
Limpasan permukaan merupakan aliran air yang tidak dapat ditahan oleh tanah, vegetasi,
cekungan maupun tutupan lahan sehingga air akan langsung dialirkan ke sungai maupun laut.
Limpasan terjadi akibat intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas infiltrasi
atau permeabilitas dari tanah. Karateristik daerah yang berpengaruh terhadap besarnya
limpasan air permukaan adalah topografi, jenis tanah, kapasitas penyimpanan air permukaan
dan tata guna lahan (Cook, 2002).
Tabel 4. 8 Kualifikasi Run-off
Aliran permukaan (run off) adalah bagian dari air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah
(Murtiono, 2008). Air hujan yang menjadi run off sangat bergantung kepada intensitas hujan,
penutupan tanah, dan ada tidaknya hujan yang terjadi sebelumnya (kadar air tanah sebelum
terjadinya hujan). Kadar air tanah sebelum terjadinya hujan biasa disebut AMC (Antecedent
Moisture Content) (Rahim, 2006). Dalam menentukan estimasi potensi limpasan permukaan di
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut digunakan dengan model metode rasional (US
Soil Conservation Service, 1973) dimana metode ini relatif mudah digunakan dan lebih
diperuntukkan pemakaiannya pada daerah yang berukuran kecil kurang dari 300 Ha (Asdak,
2007). Adapun analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik skoring yang
kemudian diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (ArcGIS). Hasil yang diharapkan dari
penelitian ini adalah debit limpasan permukaan sebagai berikut:
Qp = 0,278 . C . I . A
Keterangan:
Qp : Debit limpasan (m3/detik)
C : Koefisien aliran
I : Rata-rata intensitas hujan (mm/jam)
A : Luas wilayah (km2)
Tabel 4. 9 Aliran Permukaan (Run-off) di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
22
SWP QP (mm3/detik/bulan) Luas (Ha) Persentase (%)
Berdasarkan hasil analisis, dapat dilihat bahwa potensi limpasan dengan kelas tinggi terdapat di
SWP SWP C dengan luas mencapai 673,84 Ha. Potensi limpasan tinggi mengartikan bahwa
potensi genangan akan tinggi dibandingkan dengan wilayah lain. Apabila penggunaan lahan yang
terdapat di area tersebut adalah penggunaan lahan didominasi terbangun dan tidak
menyediakan sistem drainase yang baik dan berkurangnya daya resap tanah akibat
berkurangnya RTH atau area resapan air akan mempercepat terjadinya aliran permukaan (run-
off) dan memicu terjadinya banjir. Daerah perkotaan yang padat akan memiliki tingkat
kerentanan terhadap banjir yang besar, sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi dan
mengendalikan banjir yang terdapat di kawasan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
LAPORAN ANTARA
23
LAPORAN ANTARA
24
Gambar 4. 6 Peta Limpasan Air (Run-off) WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
25
4.2.3 Analisis Kepemilikan Tanah
Status kepemilikan tanah menjadi tertulis yang mendapatkan pengakuan hukum. Keseluruhan
hak atas tanah dibukukan dalam bentuk sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan
Nasional (BPN). BPN mengeluarkan duplikan kepada pemilik tanah untuk mencegah resiko di
kemudian hari, seperti sertifikat hilang, terbakar, maupun sertifikat ganda.
Tabel 4. 10 Jenis Kepemilikan Lahan di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Bidang tanah dengan status kepemilikan lahan yang paling luas adalah bidang tanah kosong
dengan NIB dimana luasnya mencapai 356,03 Ha atau sekitar 19,20% dari total luas wilayah WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut. Adapun bidang tanah yang terdaftar di WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut adalah seluas 641,25 Ha atau seluas 34,59% dari total
luas WP, sedangkan bidang tanah yang tidak terdaftar mencapai seluas 1.212,72 Ha atau seluas
65,41%.
Tabel 4. 11 Jenis Kepemilikan Bidang Tanah Berdasarkan Desa
LAPORAN ANTARA
26
DESA BIDANG TANAH LUAS (HA) %
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 121,42 6,55
Badan Air 1,33 0,07
Bidang Tanah Aset Pemerintah 0,89 0,05
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 1,18 0,06
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 20,21 1,09
Perapau Bidang Tanah Tidak Terdaftar 22,93 1,24
Badan Air 9,52 0,51
Bidang Tanah Aset Pemerintah 29,77 1,61
Pulau Panggung
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 64,09 3,46
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 76,33 4,12
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 616,26 33,24
Badan Air 1,67 0,09
Bidang Tanah Aset Pemerintah 4,42 0,24
Tanah Abang
Bidang Tanah Hak Milik dengan NIB 36,05 1,94
Bidang Tanah Kosong dengan NIB 34,44 1,86
Bidang Tanah Tidak Terdaftar 148,51 8,01
Grand Total 1.853,97 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
27
LAPORAN ANTARA
28
Gambar 4. 7 Peta Hak Atas Tanah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
29
4.3 Analisis Kedudukan & Peran WP dalam Wilayah yang Lebih Luas
Analisis ini dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut dalam sistem regional yang lebih luas baik dalam aspek sosial, ekonomi,
lingkungan, sumber daya buatan atau sistem prasarana, budaya, pertahanan dan keamanan.
Sistem regional tersebut dapat berupa sistem kota, wilayah lainnya, kabupaten atau kecamatan
yang berbatasan, dimana WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dapat berperan dalam
perkembangan regional. Keluaran dari analisis regional (kedudukan dan peran WP), bertujuan
untuk mengetahui:
1. Gambaran pola ruang dan sistem jaringan prasarana WP yang berhubungan dengan WP
lain dan kota atau wilayah yang berbatasan.
2. Gambaran fungsi dan peran WP pada wilayah yang lebih luas (WP sekitarnya atau
kabupaten/kota berdekatan secara sistemik).
3. Gambaran potensi dan permasalahan pembangunan akan penataan ruang pada wilayah
yang lebih luas terkait dengan keuddukan dan hubungan WP dengan wilayah yang lebih
luas.
4. Gambaran peluang dan tantangan pembangunan wilayah perencanaan dalam wilayah
yang lebih luas yang ditunjukkan oleh sektor unggulan.
Keluaran analisis regional ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan rencana rinci
pemanfaatan ruang dan rencana sistem jaringan dan pergerakan yang meliputi:
1. Penetapan fungsi dan peran WP dalam wilayah yang lebih luas yang akan mempengaruhi
pada pembentukan jaringan prasarana terutama lintas sub wilayah/lintas kawasan atau
yang mengemban fungsi layanan dengan skala yang lebih luas dari wilayah WP.
2. Pembentukan pola ruang WP yang serasi dengan kawasan berdekatan terutama pada
wilayah perbatasan agar terjadi sinkronisasi dan harmonisasi dalam pemanfaatan ruang
antar WP dalam rangka perwujudan tujuan penataan ruang.
4.3.1 Analisis Kedudukan & Keterkaitan Sosial Budaya & Demografi WP pada Wilayah
yang Lebih Luas
Dalam upaya upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan penilaian/analisis aspek sosial budaya
dan demografi di wilayah dan/atau kawasan. Penilaian/ analisis aspek sosial budaya dapat
diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa indikator sosial (urban social indicator) misalnya
struktur sosial budaya, pelayanan sarana dan prasarana budaya, potensi sosial budaya
masyarakat, atau kesiapan masyarakat terhadap suatu pengembangan. Yayat Supriyatna (2007)
menyebutkan bahwa bagi suatu rencana penataan kota, diperlukan pemahaman tentang gejala
sosial budaya masyarakat yang memiliki relevansi kuat dengan perencanaan tata ruang,
pemahaman tentang faktor utama yang melatar belakangi perkembangan sosial budaya, serta
pemahaman tentang variabel sosial budaya yang memiliki signifikasi kuat dengan perencanaan
tata ruang.
Tujuan analisis aspek sosial budaya dan demografi bermaksud mengkaji kondisi sosial budaya
masyarakat serta yang mendukung atau menghambat pengembangan wilayah dan/ atau
kawasan, serta memiliki fungsi antara lain: 1) Sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang
LAPORAN ANTARA
30
wilayah dan/atau kawasan serta pembangunan sosial budaya masyarakat. 2) Mengidentifikasi
struktur sosial budaya masyarakat. 3) Menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya
yang mendukung pengembangan wilayah dan/atau kawasan. 4) Menentukan prioritas-prioritas
utama dalam formulasi kebijakan pembangunan sosial budaya masyarakat. 5) Memberikan
gambaran situasi dan kondisi objektif dalam proses perencanaan. 6) Sebagai acuan pelaksanaan
pemantauan, pelaporan, dan penilaian program-program pembangunan sosial budaya secara
integratif. Berikut gambaran sosial, budaya dan demografi WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut berdasarkan wilayah yang lebih luas.
Dari tabel sebelumnya, struktur jumlah agama dan fasilitas sosial yang ada di Kabupaten Muara
Enim, maka wilayah perencanaan dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kecamatan Semende
Darat Laut secara agama terkonsentrasi hanya pada satu agama yaitu Islam. Kondisi ini dapat
diartikan bahwa masyarakat asli beragama Islam dalam wilayah perencanaan adalah masyarakat
yang kuat dalam hal keimanan. Disamping itu juga kecenderungan agama yang dianut salah
satunya dipastikan karena faktor geografi dimana Semende Darat Laut ini jaraknya cukup jauh
dari ibukota Kabupaten Muara Enim sehingga pendatang dengan latar belakang agama lain tidak
ditemukan di Semende Darat Laut. Meskipun demikian, masyarakat di Semende Darat Laut
merupakan masyarakat yang mendukung perkembangan wilayah dan/atau kawasan perkotaan
Semende Darat Laut.
Tabel 4. 12 Jumlah Penduduk di Kabupaten Muara Enim Tahun 2021
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Proporsi Penduduk
No Kecamatan
(jiwa) (%) (%)
1 Semende Darat Laut 14.890 1,30 2,41
2 Semende Darat Ulu 16.860 0,59 2,73
3 Semende Darat Timur 11,080 1,21 1,79
4 Tanjung Agung 29,410 1,57 4,76
5 Rambang 13,400 0,41 2,17
6 Lubai 28,040 0,20 4,54
7 Lawang Kidul 25,930 0,71 4,20
8 Muara Enim 74,640 1,27 5,36
9 Ujan Mas 27,060 1,33 11,80
10 Gunung Megang 35,480 0,71 12,08
11 Benakat 9,710 0,93 4,38
12 Belimbing 25,690 0,77 5,74
13 Rambang Niru 33,670 0,56 1,57
14 Empat Petulai Dangku 20,060 0,60 4,16
15 Gelumbang 61,950 1,27 10,03
16 Lembak 19,760 0,53 3,20
17 Sungai Rotan 32,040 0,61 93,11
18 Muara Belida 7,950 0,43 38,86
19 Kelekar 11,160 1,57 80,87
20 Belida Darat 13,030 0,54 49,30
Total 617.850 1,03 82,57
Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2022
Dilihat dari kedudukan dan keterkaitan penduduk WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
terhadap Kabupaten Muara Enim, jumlah penduduk WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut merupakan penduduk dengan jumlah sedang dengan total 2,41 persen dari total penduduk
LAPORAN ANTARA
31
di Kabupaten Muara Enim, sehingga kawasan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ini
merupakan kawasan yang tidak terlalu berpengaruh secara kependudukan terhadap Kabupaten
Muara Enim.
4.3.2 Analisis Kedudukan & Keterkaitan Ekonomi WP pada Wilayah yang Lebih Luas
Berdasarkan data PDRB selama 5 tahun berturut–turut sektor perekonomian unggulan yang
menjadi peran terbesar pembangkit perekonomian di Kabupaten Muara Enim adalah kategori
lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Sektor lainnya yang juga berkontribusi cukup
baik terhadap perekonomian Kabupaten Muara Enim adalah sektor Industri pengolahan, sektor
pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta sektor perdagangan besar dan eceran, koperasi mobil
dan sepeda motor dan sektor konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari peranan masing-masing
lapangan usaha terhadap PDRB Kabupaten Muara Enim. Dalam PP No. 13 Tahun 2017 tentang
RTRWN telah menetapkan Kabupaten Muara Enim sebagai Kawasan Andalan Nasional dengan
sektor unggulan yaitu pertanian, pertambangan dan perkebunan, industri, panas bumi, minyak
dan gas bumi. Mengingat bahwa Kecamatan Muara Enim merupakan ibu kota dari Kabupaten
Muara Enim maka arahan dari RTRWN ini perlu menjadi pertimbangan dalam merusmuskan
pengembangan kawasan perkotaan Muara Enim dapat mendukung kawasan andalan tersebut.
Setiap daerah memiliki usaha untuk mencukupi kebutuhan dan mengembangkan potensinya, hal
ini menyebabkan adanya kekurangan dan kelebihan barang antar daerah yang menyebabkan
terjadinya kegiatan ekspor impor antar daerah. Potensi ekonomi suatu daerah dapat dilihat
berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ). LQ adalah teori basis ekonomi yang
intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah
maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan
pendapatan bagi daerah. Nilai LQ dapat memberikan gambaran apakah daerah yang diteliti telah
mengalami keseimbangan atau belum dalam kegiatan tertentu. Secara lebih jelas indikasi
berdasarkan nilai LQ adalah sebagai berikut:
● LQ > 1 : memberikan arti daerah yang diselediki memiliki potensi ekspor dalam kegiatan
tertentu (memiliki sektor basis).
● LQ < 1 : memberikan arti daerah yang diselidiki memiliki kecenderungan impor dari
daerah lain dalam kegiatan tertentu (memiliki sektor non basis).
● LQ = 1 : memberikan arti daerah yang diselidiki telah mencukupi dalam kegiatan tertentu
(seimbang).
Berdasarkan hasil analisis LQ Kecamatan Semende Darat Laut, sektor unggulan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah diantaranya adalah komoditas sayuran, buah-buahan (durian & jeruk
siam), tanaman biofarmaka (jahe, kencur, & temulawak), perkebunan (kopi & kakao) dengan
masing-masing nilai LQ > 1.
Tabel 4. 13 Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Kabupaten Muara Enim Tahun
2019-2020
Produksi Kab. Muara Enim Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas
No. Uraian (ton) (ton) Keterangan
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 Cabai Besar 3149,90 2113,00 1520,00 1633,00 6,00 10,14 Basis
2 Kacang Panjang 1860,10 1324,80 650,00 455,00 4,35 4,50 Basis
LAPORAN ANTARA
32
Produksi Kab. Muara Enim Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas
No. Uraian (ton) (ton) Keterangan
2019 2020 2019 2020 2019 2020
3 Tomat 259,00 60,00 40,00 30,00 1,92 6,56 Basis
4 Durian 6033,60 1245,90 2950,00 850,00 6,08 8,95 Basis
5 Jeruk Siam 2998,30 1787,80 1200,80 752,70 4,98 5,52 Basis
6 Mangga 1301,70 418,30 5,00 2,10 0,05 0,07 Non Basis
7 Nangka 956,10 561,20 6,00 0,50 0,08 0,01 Non Basis
8 Pepaya 1631,70 1053,00 36,10 26,20 0,28 0,33 Non Basis
9 Pisang 21998,60 7943,50 5,40 1,70 0,00 0,00 Non Basis
10 Sirsak 114,30 74,60 7,90 4,80 0,86 0,84 Non Basis
11 Sukun 260,70 199,80 3,80 1,20 0,18 0,08 Non Basis
12 Jahe 11,86 7,65 1,06 1,82 1,11 3,12 Basis
13 Kencur 20,39 11,33 0,92 1,34 0,56 1,55 Basis
14 Kunyit 104,40 55,87 0,73 2,29 0,09 0,54 Non Basis
15 Lengkuas 68,44 57,46 3,44 2,23 0,62 0,51 Non Basis
16 Temulawak 4,59 3,66 0,08 0,37 0,23 1,34 Basis
17 Kelapa 1172,63 1172,63 25,75 25,75 0,27 0,29 Non Basis
18 Karet 169658,2 171928,57 956,34 956,34 0,07 0,07 Non Basis
19 Kopi 26948,00 27796,00 11732 11835 5,42 5,58 Basis
20 Kakao 114,00 114,00 34,00 34,00 3,71 3,91 Basis
Total 238666,50 217929,07 19179,32 16616,35 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022
018
016
014
012
010
008
006
004
002
000
2019 2020
LAPORAN ANTARA
33
Gambar 4. 8 Grafik Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Kabupaten Muara Enim
Tahun 2019-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Setelah melakukan analisis LQ komoditas Kecamatan Semende Darat Laut terhadap Kabupaten
Muara Enim, dilakukan pula analisis LQ komoditas Kecamatan Semende Darat Laut terhadap
Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil analisis LQ Kecamatan Semende Darat Laut
terhadap produksi komoditas pada level Provinsi Sumatera Selatan, sektor unggulan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah diantaranya adalah komoditas sayuran (cabai besar dan kacang
panjang) dan perkebunan (kopi & kakao) dengan masing-masing nilai LQ > 1.
Tabel 4. 14 Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2019-2020
Produksi Kec. SDL
Produksi Prov. Sumsel (ton) Nilai LQ Komoditas
No. Uraian (ton) Keterangan
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 Cabai Besar 111487,60 11013,50 1520,00 1633,00 2,74 33,26 Basis
2 Kacang Panjang 9755,00 8925,90 650,00 455,00 13,41 11,44 Basis
3 Tomat 12487,10 9638,00 40,00 30,00 0,64 0,70 Non Basis
4 Durian 420476,00 293502,00 2950,00 850,00 1,41 0,65 Non Basis
5 Jeruk Siam 303762,00 545971,00 1200,80 752,70 0,80 0,31 Non Basis
6 Mangga 237595,00 127850,00 5,00 2,10 0,00 0,00 Non Basis
8 Pepaya 178170,00 242458,00 36,10 26,20 0,04 0,02 Non Basis
9 Pisang 1431102,00 1104987,00 5,40 1,70 0,00 0,00 Non Basis
10 Jahe 1348,63 3964,94 1,06 1,82 0,16 0,10 Non Basis
11 Kencur 604,69 1181,59 0,92 1,34 0,31 0,25 Non Basis
12 Kunyit 2003,19 1779,47 0,73 2,29 0,07 0,29 Non Basis
13 Temulawak 108,30 119,33 0,08 0,37 0,16 0,70 Non Basis
14 Kelapa 55367 57570 25,75 25,75 0,09 0,10 Non Basis
15 Karet 905789 1121603 956,34 956,34 0,21 0,19 Non Basis
16 Kopi 181294,00 191081,00 11732 11835 13,02 13,90 Basis
17 Kakao 3943,00 4167,00 34,00 34,00 1,74 1,83 Basis
Total 3855292,51 3725811,73 19158,19 16607,61 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
34
040
035
030
025
020
015
010
005
000
2019 2020
Gambar 4. 9 Grafik Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2019-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
35
Kecamatan Semende Darat Laut masuk ke dalam PPK Semende Darat Laut memerlukan
pengembangan beberapa fasilitas dan pengembangan infrastruktur. Pengembangan fasilitas
dibutuhkan diantaranya adalah:
1. Fasilitas Pendidikan
- Pengadaan Akademi/Perguruan Tinggi
2. Fasilitas Kesehatan
- Pengembangan Rumah Sakit Tipe C menjadi Tipe B
- Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap
3. Fasilitas Perdagangan
- Peningkatan pasar tradisional
- Pengembangan ruko dan pertokoan
4. Fasilitas Jasa
- Hotel/Penginapan/Cittage
- Restoran/Rumah Makan
- Lembaga Keuangan (Bank, Koperasi)
5. Fasilitas Industri Skala Menengah
- Industri pengolahan karet
- Industri pengolahan kopi
- Industri hasil pertanian padi
Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim No. 13 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang
Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038 menetapkan Kecamatan Semende Darat Laut sebagai
PPK dengan fungsi melayani skala kecamatan lainnya maka kemungkinan kegiatan perdagangan
yang akan semakin berkembang. Penetapan beberapa fungsi dan rencana jaringan infrastruktur
yang kaitannya dengan kabupaten/kota memberikan konsekuensi terhadap pembangunan
prasarana di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang dapat memberikan pengaruh
terhadap perkembangan kegiatan dan ekonomi di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut.
4.3.4 Analisis Kedudukan & Keterkaitan Aspek Lingkungan (Pengelolaan Fisik & SDA)
WP pada Wilayah yang Lebih Luas
Daya dukung lahan merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tata
ruang wilayah, agar dapat mendukung aktivitas pemanfaatan lahan secara berkelanjutan.
Perbedaan daya dukung dan daya tampung adalah daya dukung merupakan kemampuan
lingkungan untuk mendukung perikehidupan sedangkan daya tampung merupakan kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan komponen lainnya.
Analisis Daya Tampung Berdasarkan Kemampuan Lahan
Analisis daya tampung lahan digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang dapat
ditampung di wilayah perencanaan. Luas daya tampung WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut dilihat dari tiga kelas yaitu kelas C, kelas D, dan kelas E dengan total luas 1.849,83 Ha.
Tabel 4. 15 Daya Tampung WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
36
Klasifikasi Kemampuan Lahan Luas (Ha)
Kelas E (Kemampuan Pengembangan Sangat Tinggi) 16,22
Kelas D (Kemampuan Pengembangan Tinggi) 919,56
Kelas C (Kemampuan Pengembangan Sedang) 914,05
Total 1.849,83
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan kemampuan lahan kawasan yang dapat dikembangkan yaitu sebesar 1.849,83 Ha
atau sekitar 99,77 %, artinya sebagian besar wilayah di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut dapat dikembangkan menjadi kawasan budi daya.
LAPORAN ANTARA
37
tahun sebesae 7,08 persen. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah sebesar 31,46 persen. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah tumbuh dengan rata-
rata sebesar 18,60 persen dan Dana Perimbangan rata-rata tumbuh sebesar 3,18 persen.
Kedepan, program pendanaan terkait upaya penyelenggaraan penataan ruang dalam rangka
menyelesaikan berbagai persoalan sesuai permasalahan dan isu straetgis penataan ruang yang
berkembang di Kabupaten Muara Enim khususnya Kecamatan Semende Darat Laut diarahkan
pada hal-hal berikut:
1. Mengoptimalkan penerimaan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) baik pajak, retribusi, dan pendapatan lain yang sah tanpa memberatkan dunia
usaha dan masyarakat melalui berbeagai langkah seperti:
● Membenahi dan memantapkan sistem dan prosedur administrasi dalam
pemungutan, pencatatan dan pengelolaan pajak dan retribusi daerah.
● Meningkatkan sosialisasi dan pelayanan perpajakan untuk
meningkatkankesadaran dan ketaatan masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah.
● Melakukan evaluasi dan revisi secara berkala terhadap peraturandaerah yang
mengatur pajak dan retribusi daerah.
● Meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemungutan PAD yang diikuti dengan peningkatan kualitas, kemudahan,
ketepatan, dan kecepatan pelayanan perpajakan.
● Melakukan intensifikasi pemungutan pajak daerah melalui pengawasan di
lapangan secara terus-menerus, menggali sumber pajak baru, dan penagihan
tunggakan secara paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
● Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan aset produktif lainnya yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah sehingga dapt memberikan layanan yang lebih
baik dan meningkatkan retribusi sewa dari pengelolaan aset tersebut.
● Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Layanan
Umum Daerah (BULD) dalam memberikan pelayanan publik dan meningkatkan
pendapatan daerah termasuk meningkatkan bagian laba BUMD.
● Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
berbagai pihak terkait lainnya dalam pemungutan, pencatatan, dan pengelolaan
pendapatan daerah.
Selain hal-hal tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim juga dapat
mengadalkan pendanaan dari kerjasama dengan swasta dan masyarakat, salah satunya
adalah program Corporate Social Responsibility (CSR) juga berperan dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang.
LAPORAN ANTARA
38
Elemen pembentuk karakter perkotaan skala makro merupakan elemen makro yang
membentuk karakter ikonik suatu kota. Elemen makro bisa berupa bentang alam yang
mengitari suatu kota yang menjadi background besar bagi pemandangan di wilayah
perkotaan. Dalam konteks Kecamatan Semende Darat Laut yang menjadi potensi elemen
pembentuk karakter skala makro adalah persawahan dan perkebunan kopi.
B. Elemen Pembentuk Karakter Perkotaan Skala Messo
Elemen pembentuk karakter perkotaan skala messo merupakan elemen kota berskala
kawasan yang mampu memberikan karakteri khas bagian perkotaan. Elemen berskala messo
dapat berupa bentang lahan alami maupun buatan yang berasal dari elemen distric, path,
dan edge yang memiliki keunikan tersendiri. Potensi pembentuk karakter perkotaan berskala
messo di Kecamatan Semende Darat Laut dapat berupa perkebunan kopi dan sawah.
C. Elemen Pembentuk Karakter Perkotaan Skala Mikro
Elemen pembentuk karakter perkotaan skala mikro merupakan elemen kota yang berskala
lingkungan lebih kecil maupun elemen tunggal yang mampu menjadi daya tarik. Elemen
node dan street furniture tunggal seperti landmark bisa menjadi elemen yang menjadi daya
tarik untuk menampilkan kekhasan suatu spot atau koridor pada ruang perkotaan seperti
Rumah Adat Semendo.
Berdasarkan kondisi eksisting saat ini, sejumlah elemen sudah mampu memberikan karakter
khas Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut yaitu sawah, perkebunan, dan Rumah Adat
Semendo.
LAPORAN ANTARA
39
pada masing-masing DAS serta kerapatan sungai yang secara tidak langsung akan
memperlihatkan aktivitas sungai tersebut baik pengaliran maupun pengikisannya.
Data air permukaan ini dapat diperoleh pada instansi pengairan setempat ataupun pusat,
dilengkapi dengan pengamatan lapangan yang menunjukkan kondisi keairan sesaat pada waktu
pengamatan yang akan menunjukkan potensi air pada musim tertentu (penghujan atau
kemarau, tergantung waktu pengamatan). Sedangkan untuk data mata air kemungkinan juga
dapat diperoleh dari peta hidrologi yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional. Debit
sungai-sungai selain dicantumkan pada peta juga dibuat tabulasi yang menunjukkan debit pada
bulan kering (debit minimal) dan debit pada bulan basah (debit maksimal). Kawasan WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki sumber air selain yang dari air tanah, juga
bersumber dari sungai mengingat terdapat beberapa sungai yaitu hulu Sungai Enim dan
beberapa anak sungai seperti Sungai Sepanas, Sungai Meo, dan Sungai Suwat. Sungai-sungai ini
yang menjadi sumber pengairan bagi perkebunan dan pertanian serta bagi kegiatan rumah
tangga masyarakat di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
Tabel 4. 16 Kondisi Eksisting Jaringan Air Minum WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
40
Jaringan Transmisi Air Minum 027
Gambar 4. 10 Grafik Panjang Jaringan Air Minum Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut
Sumber: PDAM Lematang Enim, 2019
LAPORAN ANTARA
41
LAPORAN ANTARA
42
Gambar 4. 11 Peta Jaringan Air Minum Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
43
4.4.2 Analisis Sumber Daya Tanah
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang masing-masing
diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum
digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur, sehingga untuk
mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk, dan
kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah atau batunya dalam akitannya sebagai pembawa air.
Selain besarannya air tanah ini perlu diketahui mutunya secara umum, jika memungkinkan hasil
pengujian mutu air dari laboratorium. Sedangkan air tanah dalam yaitu air tanah yang
memerlukan teknologi tambahan untuk pengadaannya, secara umum dapat diketahui dari
kondisi geologinya, yang tentunya memerlukan pengematan struktur geologi yang cermat.
Kondisi air tanah ini dapat diperoleh dari penelitian hidrogeologi baik yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, maupun instansi lainnya yang berkaitan dengan keairan seperti Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum, ataupun juga dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Perguruan Tinggi.
Kondisi hidrogeologi Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut berada dalam kondisi
setempat produktif dimana kondisi daerah air tanah langka (akuifer produktivitas kecil). Hal ini
menggambarkan bahwa akuifer ini umumnya rendah hinga sangat rendah, dan kondiis air tanah
dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada daerah rendah. Kondisi eksisting, masyarakat di
Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut mayoritas mendapatkan air bersih dari mata air dan
sungai yang pendistribusiannya dilakukan menggunakan selang.
Tabel 4. 17 Kondisi Hidrogeologi Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
44
Gambar 4. 12 Peta Hidrogeologi Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
45
Sumber: One Map ESDM, 2022
LAPORAN ANTARA
46
4.4.3 Analisis Topografi dan Kelerengan
Analisis topografi dan kelerengan dilakukan untuk potensi dan permasalahan pengembangan
wilayah perencanaan berdasarkan ketinggian dan kemiringan lahan. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui daya dukung serta kesesuaian lahan bagi peruntukan kawasan budi daya dan
lindung. Dari analisis topografi ini dapat diturunkan beberapa peta yang berkaitan dengan
bentuk bentang alam dan kemiringannya, yakni peta morfologi dan peta kemiringan
lereng/lahan, yang dalam hal ini dikelompokkan sebagai peta data, karena penganalisisan
berikutnya berpijak pada peta morfologi dan kemiringan lereng ini, bukan peta topografi yang
merupakan data mentahnya. Peta morfologi adalah pengelompokan bentuk bentang alam
berdasarkan rona, kemiringan lereng secara umum, dan ketinggiannya, pada beberapa satuan
morfologi. Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam yang didominasi oleh daerah
yang relatif datar atau sedikit bergelombang, dengan kisaran kemiringan lereng 0% - 5%. Lebih
rinci lagi satuan morfologi dataran ini dapat dibedakan atas dua subsatuan, yakni subsatuan
morfologi dataran berkisar antara 0% - 2%; dan subsatuan morfologi medan bergelombang
dengan kisaran kemiringan lereng lebih dari 2% hingga 5%.
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang memperlihatkan relief baik halus
maupun kasar, membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Secara lebih
rinci satuan morfologi perbukitan dapat dibagi lagi atas tiga subsatuan, yakni: subsatuan
morfologi perbukitan landai dengan kemiringan lereng antara 5% - 15% dan memperlihatkan
relief halus; subsatuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng berkisar antara
15% - 40% dan memperlihatkan relief sedang, dan subsatuan morfologi perbukitan terjal dengan
kemiringan lebih dari 40% dan memperlihatkan relief kasar. Satuan morfologi tubuh gunung
berapi. Satuan tubuh gunung berapi ini hampir sama dengan satuan morfologi perbukitan, dan
umumnya merupakan subsatuan perbukitan sedang hingga terjal, namun membentuk kerucut
tubuh gunung berapi. Satuan tubuh gunung berapi ini perlu dipisahkan dari satuan perbukitan,
karena tubuh gunung berapi mempunyai karakterisitk tersendiri dan berbeda dari perbukitan
umumnya, seperti banyak dijumpai mata air, kandungan-kandungan gas beracun, dan sumber
daya mineral lainnya yang khas gunung berapi.
Tabel 4. 18 Kriteria Kelas Kelerengan Lahan
KELA
SUDUT LERENG DESKRIPSI SKOR KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN
S
I 0-8% Datar 20 Tanaman pertanian lahan basah
II >8-15% Landai 40 Pertanian lahan kering
III >15-25% Agak Curam 60 Tanaman keras tahunan, baik sebagai
tanaman produksi maupun sebagai
buffer
IV >25-40% Curam 80 Tanaman keras tahunan terutama
sebagai buffer
V >40% Sangat Curam 100 Kawasan lindung
Sumber: Surat Keputuran Menteri Pertanian No. 839/KPTS/UM/1111980 dan No. 683/KPT/UM/08/1981
LAPORAN ANTARA
47
Keterangan sifat kelerengan diantaranya:
• 0-15% : termasuk kawasan layak bangunan
• 14-45% : termasuk kawasan budi daya
• >45% : termasuk kawasan konservasi atau lahan serapan
Selain hal di atas, terdapat klasifikasi optimal penggunaan lahan untuk kegiatan perkotaan
berdasarkan tingkat kemiringan lahan seperti tertera pada tabel berikut.
Tabel 4. 19 Kelas Kemiringan Lahan Terhadap Tingkat Kesesuaian Lahan
KELAS KEMIRINGAN LAHAN (%)
NO PENGGUNAAN LAHAN
0-2 >2-5 >5-10 >10-15 >15-40 >40
1 Bangunan terhitung v v v v v v
2 Perumahan konvensional v v v v - -
3 Perkotaan v v v v - -
4 Jalan kota v v v v - -
5 Sistem septik v v v - - -
6 Pusat perdagangan v v - - - -
7 Jalan raya v v - - - -
8 Jalan lainnya v v v v v -
Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 839/KPTS/UM/1111980 dan No. 683/KPT/UM/08/1981
LAPORAN ANTARA
48
LAPORAN ANTARA
49
Gambar 4. 13 Peta Kemiringan Lereng WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
50
4.4.4 Analisis Geologi Lingkungan
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan pengembangan kawasan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut berdasarkan potensi dan kendala dari aspek geologi lingkungan.
Analisis ini menjadi rekomendasi bagi peruntukan kawasan rawan bencana, kawasan lindung
geologi, dan kawasan pertambangan (jika ada). Untuk mengetahui kondisi geologi regional
wilayah dan/atau kawasan perencanaan dan daerah sekitarnya, maka diperlukan data fisiografi
daerah yang lebih luas. Fisiografi ini akan memperlihatkan gambaran umum kondisi fisik secara
regional baik menyangkut morfologi, pola pembentuknya, pola aliran sungai, serta kondisi
litologi dan struktur geologi secara umum. Gambaran umum kondisi geologi atau fisiografi ini
dapat dilihat pada Peta Geologi Indonesia. Data geologi yang diperlukan dalam analisis aspek
fisik dan lingkungan terdiri dari tiga bagian, yakni data geologi umum, geologi wilayah, dan data
geologi permukaan.
Data geologi umum ini diperlukan untuk mengetahui kondisi fisik secara umum, terutama pada
batuan dasar yang akan menjadi tumpuan dan sumber daya alam wilayah ini, serta beberapa
kemungkinan bencana yang bisa timbul akibat kondisi geologinya atau lebih dikenal dengan
bencana alam beraspek geologi. Data geologi ini dapat diperoleh di Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral, atau pada instansi lain yang pernah melakukan penelitian geologi terinci
di wilayah yang diperlukan. Selain instansi tersebut, data geologi umum dapat diperoleh pada
instansi-instansi yang berkaitan dengan bidang geologi seperti Pertamina,
perusahaanperusahaan minyak dan perusahaan tambang baik logam maupun bahan galian
lainnya, serta perguruan-perguruan tinggi yang memiliki jurusan geologi yang mungkin pernah
melakukan penelitian di wilayah bersangkutan. Khusus untuk wilayah dan/atau kawasan
perencanaan perlu dilakukan telaahan geologi lebih terinci, disesuaikan dengan skala penelitian
yang dilakukan, yang diperoleh berdasarkan peta geologi umum dan dilakukan pengecekan di
lapangan. Peta geologi wilayah ini memuat semua unsur geologi seperti yang dikehendaki pada
geologi umum, hanya lebih terinci yang kemungkinan akan berbeda dari peta geologi umum,
karena dilakukan penelitian pada skala lebih besar. Mengingat keterbatasan waktu dan biaya,
maka peta geologi wilayah perencanaan ini lebih bersifat geologi tinjau yang berpegang pada
geologi umum, dan lebih menekankan pada rincian karakteristik litologi dan struktur geologinya,
dan tentunya dengan tidak mengabaikan stratigrafi serta unsur-unsur geologi lainnya.
Peta geologi permukaan yang memuat sebaran lateral tanah/batu ini, juga diikuti dengan
susunan tanah/batu hingga batuan dasar yang diperoleh dari hasil pemboran dangkal yang
menunjukkan penyebaran vertikal dari tanah/ batu tersebut. Analisis kondisi geologi pada
wilayah perencanaan ini lebih bersifat geologi tinjau yang berpegang pada geologi umum, dan
lebih menekankan pada rincian karakteristik litologi dan struktur geologinya, dan tentunya
dengan tidak mengabaikan stratigrafi serta unsur-unsur geologi lainnya. Pada analisis ini
termasuk juga analisis terkait bencana alam. Bencana alam pada dasarnya adalah gejala atau
proses alam yang terjadi akibat upaya alam mengembalikan keseimbangan ekosistem yang
terganggu baik oleh proses alam itu sendiri ataupun akibat ulah manusia dalam memanfaatkan
sumber daya alam ini.
LAPORAN ANTARA
51
Tabel 4. 21 Luas Daerah Berdasarkan Jenis Tanah di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Jenis
No. Desa Luas (Ha) Fungsi & Manfaat
Tanah
1 Karya Nyata Kambisol 290,71 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
Kambisol 15,67 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Litik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
2 Muara Danau Kambisol 122,81 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
Kambisol 3,37 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Litik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
3 Muara Dua Kambisol 62,03 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
4 Penyandinga Kambisol 291,96 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
n Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
5 Perapau Gleisol 41,49 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik
LAPORAN ANTARA
52
Jenis
No. Desa Luas (Ha) Fungsi & Manfaat
Tanah
• Baik untuk pemanfaatan pertanian
tanaman pangan.
Kambisol 5,06 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
6 Pulau Kambisol 769,82 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Panggung Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
Kambisol 26,34 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Litik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
7 Tanah Abang Gleisol 56,33 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Baik untuk pemanfaatan pertanian
tanaman pangan.
Kambisol 168,82 • Tingkat kesuburan sedang-tinggi.
Distrik • Tekstur berupa pasir halus.
• Kandungan bahan organik rendah.
• Kurang cocok untuk pemanfaatan
tanaman pangan.
• Kelebihan sebagai media tanam bagi
tanaman-tanaman tertentu (tanaman
biofarmaka).
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
53
LAPORAN ANTARA
54
Gambar 4. 14 Peta Jenis Tanah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
55
Tabel 4. 22 Kondisi Geologi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
500 459
450
400
337
350 306
300 282
250 222
200
150 125
100 062
043
050 010 004
001 001 001
000
Gunungapi Dempo
Gunungapi Pesawaran
Gunungapi Dempo
Gunungapi Dempo
Gunungapi Dempo
Gunungapi Dempo
Gunungapi Pesawaran
Gunungapi Pesawaran
Gunungapi Pesawaran
Gunungapi Pesawaran
Gunungapi Pesawaran
Gunungapi Masurai
Gunungapi Masurai
Karya Muara Danau Muara Penyandingan Perapau Pulau Panggung Tanah Abang
Nyata Dua
Gambar 4. 15 Grafik Luas Kondisi Geologi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
56
Gambar 4. 16 Peta Geologi Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
57
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
58
4.4.5 Analisis Klimatologi
Analisis ini digunakan dalam mengidnetifikasi potensi dan permasalahan pengembangan WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini
menjadi bahan rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budi daya.
Analisis dari sisi klimatologi ini dilakukan dengan cara menganalisis data iklim. Data iklim
berdasarkan pengamatan pada stasiun pengamat di wilayah WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut dan/atau daerah sekitarnya, meliputi:
1) Curah hujan
2) Hari hujan
3) Intensitas hujan
4) Temperatur rata-rata
5) Kelembaban relatif
6) Kecepatan dan arah angin
7) Lama penyinaran
Kabupaten Muara Enim (termasuk WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut) memiliki rata-
rata curah hujan dari hari hujan yang bervariasi antara 33,38 mm/m sampai dengan 198,05
mm/m sepanjang tahun 2018. Sementara bulan Maret merupakan bulan dengan curah hujan
paling banyak di tahun 2018. Jumlah curah hujan di Kecamatan Semende Darat Laut adalah
sebesar 3.053,30 dan hari hujan sebanyak 189 hari dalam 1 tahun di tahun 2018.
Tabel 4. 23 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Muara Enim (Kecamatan Semende Darat Laut)
Tahun 2018
LAPORAN ANTARA
59
Gambar 4. 17 Peta Curah Hujan/Klimatologi Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
60
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
61
4.4.6 Analisis Sumber Daya Alam (Zona Lindung)
Zona lindung eksisting di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut terdiri dari makam,
semak belukar pada lereng terjal (>40%), semak belukar pada sempadan sungai, dan sungai. Luas
makan mencapai 5,68 Ha, semak belukar pada lereng terjal (>40%) seluas 6,04 Ha, semak belukar
pada sempadan sungai seluas 35,64 Ha, dan sungai seluas 11,60 Ha.
040
036
035
030
025
020
015 012
010
006 006
005
000
Makam Semak Belukar pada Semak Belukar pada Sungai
Lereng Terjal (>40%) Sempadan Sungai
Gambar 4. 18 Grafik Luas Kawasan Lindung Eksisting Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Tabel 4. 24 Luas Kawasan Lindung Eksisiting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
62
LAPORAN ANTARA
63
Gambar 4. 19 Peta Kawasan Lindung Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
64
4.4.7 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik Wilayah Lainnya (Zona Budi Daya)
Selain menganalisis berapa banyak luasan kawasan lindung, juga turut menganalisis kawasan
budi daya eksisting di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut. Jenis kawasan budi daya
eksisting di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang paling luas adalah perkebunan
campuran dengan luas mencapai 9797,77 Ha dan yang paling rendah adalah bangunan industri
dimana hanya seluas 0,02 Ha saja. Selain perkebunan campuran, luasan tertinggi lainnya adalah
kebun campuran dan perkebunan dengan luas masing-masing 292,92 Ha dan 181,57 Ha.
Tabel 4. 25 Luas Kawasan Budi Daya Eksisting Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
65
Tegalan/Ladang
Perkebunan Campuran
Pekarangan Permukiman
Kolam
Jalan
Bangunan Pertahanan dan Keamanan
Bangunan Perkantoran
Bangunan Perdagangan dan Jasa
Bangunan Pariwisata dan Hiburan
Bangunan Industri
0 200 400 600 800 1000 1200
Gambar 4. 20 Grafik Luas Kawasan Budi Daya Eksisting Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
66
Gambar 4. 21 Peta Kawasan Budi Daya Eksisting Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Luat
LAPORAN ANTARA
67
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
68
4.4.8 Analisis yang Mendukung dalam Proses Penyusunan SKL
Analisis kemampuan lahan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-
arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Analisis kemampuan lahan kawasan
perencanaan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dilakukan untuk:
1. Mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan.
2. Memperoleh gambaran potensi dan kendala masing-masing kelas kemampuan lahan.
3. Sebagai dasar penentuan: arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis
berikutnya dan rekomendasi akhir kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan.
Analisis daya dukung lahan dilakukan dengan menggunakan pedoman Permen PU No. 20 Tahun
2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya
Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang dengan metode analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
dengan teknik superimpose untuk mengetahui daya dukung lahan dan limitasi pembangunan,
meliputi (1) Analisis SKL morfologi, (2) Analisis SKL kemudahan dikerjakan, (3) Analisis SKL
kestabilan lereng, (4) Analisis SKL kestabilan pondasi, (5) Analisis SKL ketersediaan air, (6) Analisis
SKL untuk drainase, (7) Analisis SKL terhadap erosi, (8) Analisis SKL pembuangan limbah (9)
Analisis SKL terhadap bencana alam.
Kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi morfologi suatu kawasan kompleks.
Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang.
Akibatnya kemampuan pengembangannya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau
LAPORAN ANTARA
69
tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah
lindung atau budidaya yang tak berkaitan dengan kegiatan manusia, contohnya untuk wisata
alam. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologi tidak
kompleks, hal ini menandakan kondisinya relatif datar dan mudah dikembangkan. SKL morfologi
cukup masih dimungkinkan untuk pengembangan kawasan dan lahan, sedangkan lahan yang
memiliki SKL morfologi rendah sampai dengan morfologi sangat rendah merupakan lahan yang
ideal untuk pengembangan kawasan.
Tabel 4. 27 Hasil Skoring SKL Morfologi
Berdasarkan hail analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki SKL Morfologi
Sedang (37,00%) dengan luas 686,05 Ha, artinya kawasan ini masih dimungkinkan untuk
dikembangkan dengan menggunakan teknologi. SKL Morfologi Cukup (61,80%) dengan luas
1.146,05 Ha dimana kawasan ini masih dimungkinkan untuk pengembangan kawasan dan lahan.
SKL Morfologi Tinggi (1,20%) dengan luas 22,29 Ha dimana bentang alamnya berupa
gunung/bukit, pada kawasan atau lahan ini tidak disarankan untuk pengembangan kawasan dan
lahan.
LAPORAN ANTARA
70
SKL KEMUDAHAN DIKERJAKAN (HA)
NO DESA
SEDANG TINGGI
1 Karya Nyata 290,89 15,49
2 Muara Danau 78,51 47,67
3 Muara Dua 54,60 7,42
4 Penyandingan 291,96 -
5 Perapau 45,69 0,86
6 Pulau Panggung 599,88 196,27
7 Tanah Abang 225,15 -
Grand Total 1586,68 267,71
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki SKL
Kestabilan Lereng Cukup (61,80%) dengan luas 1.146,05 Ha. SKL Kestabilan Lereng Sedang
(37,00%) dengan luas 686,05 Ha dimana kawasan ini berupa bukit atau perbukitan yang mana
sedikit cukup ideal untuk dikembangkan. SKL Kestabilan Lereng Tinggi (1,20%) dengan luas 22,29
LAPORAN ANTARA
71
Ha dimana kawasan ini sangat ideal untuk dikembangkan karena berdasarkan kelerengan lahan
ini tidak mudah longsor.
Tabel 4. 30 Hasil Skoring SKL Kestabilan Lereng
Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki SKL
Kestabilan Pondasi Cukup (7,95%) dengan luas 147,40 Ha. WP ini didominasi oleh SKL Kestabilan
Pondasi Sedang (91,33%) dengan luas 1.693,60 Ha dimana kawasan ini memiliki kestabilan
lereng kurang stabil namun dapat diatasi dengan menggunakan jenis pondasi teknologi tertentu
akan tetapi membutuhkan biaya pondasi yang lebih besar daripada biasanya. SKL Kestabilan
Pondasi Tinggi (0,72%) dengan luas 13,88 Ha dimana kawasan ini akan stabil untuk pondasi
bangunan jenis apapun.
Tabel 4. 32 Hasil Skoring SKL Kestabilan Pondasi
LAPORAN ANTARA
72
SKL KESTABILAN PONDASI (HA)
NO DESA
CUKUP SEDANG TINGGI
1 Karya Nyata 8,53 290,89 6,96
2 Muara Danau 21,07 99,55 5,56
3 Muara Dua 1,51 60,52 -
4 Penyandingan - 291,96 -
5 Perapau 0,86 45,69 -
6 Pulau Panggung 115,44 679,85 0,86
7 Tanah Abang - 225,15 -
Grand Total 147,40 1693,60 13,38
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki SKL
Ketersediaan Air Kurang dengan luas 1.854,39 Ha, artinya kawasan ini sedikit minim akan
ketersediaan air tanah dalam untuk mendapatkannya. Dari hasil analisis dapat disimpulkan
bahwa ketersediaan air tanah di WP Semende Darat Luat masih cukup baik.
Tabel 4. 34 Hasil Skoring SKL Ketersediaan Air
LAPORAN ANTARA
73
7 Tanah Abang 225,15
Grand Total 1854,39
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
74
Gambar 4. 22 Peta SKL Morfologi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
75
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
76
Gambar 4. 23 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
77
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
78
Gambar 4. 24 Peta SKL Kestabilan Lereng WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
79
Gambar 4. 25 Peta SKL Kestabilan Pondasi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
80
Gambar 4. 26 Peta SKL Ketersediaan Air WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
81
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
82
4.4.8.6 Analisis SKL Terhadap Drainase
Analisis Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Drainase bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan
baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari. Drainase berkaitan dengan aliran air, serta
mudah tidaknya air mengalir. SKL drainase tinggi merupakan kawasan dengan aliran air mudah
untuk mengalir atau mengalir dengan lancar, sedangkan drainase kurang berarti aliran air sulit
dan mudah tergenang.
Tabel 4. 35 Satuan Kemampuan Lahan Drainase
Topografi/ Penggunaan
Morfologi Lereng SKL Drainase Nilai
Ketinggian Lahan
Gunung/Pegunungan dan >40% Tinggi Semak, Belukar, Drainase Tinggi 5
Bukit/Perbukitan Ladang
Gunung/Pegunungan dan 25 – 40% Cukup Tinggi Kebun, Hutan, 4
Bukit/Perbukitan Hutan Belukar
Bukit/Perbukitan 15 – 25% Sedang Semua Drainase Cukup 3
Datar 2 – 15% Rendah Semua Drainase Kurang 2
Datar 0 - 2% Sangat Semua 1
Rendah
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut didominasi dengan SKL
Terhadap Drainase Cukup dengan luas 1.854,39 hektar, artinya lahan ini memiliki kelerengan
sedang sehingga dapat mengalirkan air hujan/buangan dengan cepat.
Tabel 4. 36 Hasil Skoring SKL Terhadap Drainase
SKL DRAINASE
NO DESA
CUKUP
1 Karya Nyata 306,38
2 Muara Danau 126,18
3 Muara Dua 62,03
4 Penyandingan 291,96
5 Perapau 46,55
6 Pulau Panggung 796,15
7 Tanah Abang 225,15
Grand Total 1854,39
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
83
Tabel 4. 37 Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi
Nila
Morfologi Lereng Penggunaan Lahan SKL Erosi
i
Gunung/Pegunungan dan >40% Semak, Belukar, Ladang Erosi Tinggi 1
Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan dan 25 – 40% Kebun, Hutan, Hutan Erosi Cukup Tinggi 2
Bukit/Perbukitan Belukar
Bukit/Perbukitan 15 – 25% Semua Erosi Sedang 3
Datar 2 – 15% Semua Erosi Sangat Rendah 4
Datar 0 - 2% Semua Tidak Ada Erosi 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut didominasi oleh SKL
Terhadap Erosi Cukup (68,77%) dengan luas 1.275,27 Ha. SKL Terhadap Erosi Tinggi (31,23%)
dengan luas 579,12 Ha dimana lahan ini kurang direkomendasikan untuk pengembangan
kawasan dikarenakan kerentanan erosi tanah cukup tinggi.
Tabel 4. 38 Hasil Skoring SKL Terhadap Erosi
LAPORAN ANTARA
84
SKL TERHADAP PEMBUANGAN LIMBAH (HA)
NO DESA
KURANG RENDAH SEDANG
3 Muara Dua 1,39 - 60,63
4 Penyandingan 5,32 - 286,63
5 Perapau 1,42 - 45,13
6 Pulau Panggung 30,40 - 765,75
7 Tanah Abang 1,24 - 223,91
Grand Total 63,71 1,22 1789,45
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan hasil analisis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki kriteria SKL
Terhadap Bencana Alam Sedang (100%) dengan luas 1.853,97 Ha dimana kawasan ini memiliki
potensi bencana alam sehingga diperlukan kajian pada saat melakukan pembangunan serta
pemenuhan terhadap rencana lokasi tempat evakuasi sementara, tempat evakuasi akhir, dan
jalur evakuasi.
Tabel 4. 41 Hasil Skoring SKL Terhadap Bencana Alam
LAPORAN ANTARA
85
SKL TERHADAP BENCANA (HA)
NO DESA
SEDANG
7 Tanah Abang 225,15
Grand Total 1854,39
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
86
LAPORAN ANTARA
87
Gambar 4. 27 Peta SKL Drainase WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
88
LAPORAN ANTARA
89
Gambar 4. 28 Peta SKL Drainase WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
90
LAPORAN ANTARA
91
Gambar 4. 29 Peta SKL Pembuangan Limbah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
92
LAPORAN ANTARA
93
Gambar 4. 30 Peta SKL Terhadap Bencana Alam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
94
4.4.8.10 Analisis Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan merupakan kesimpulan dari hasil analisis satuan kemampuan lahan
yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis satuan kemampuan lahan tersebut dilakukan suatu
pembobotan sehingga diperoleh point dari masing-masing zona (range) pengembangan
kawasan perkotaan. Analisis satuan kemampuan lahan digunakan untuk memperoleh gambaran
tingkat kemampuan lahan di WP Perkotaan Kecamatan Muara Enim dengan menggunakan
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20
Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial
Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Adapun pembobotan yang dimaksud
sebagaimana dijelaskan di dalam Permen PU No. 20 tahun 2007 tentang Teknik Analisis Aspek
Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang adalah
sebagai berikut.
Tabel 4. 42 Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan
Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai, tetapi
memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan lahan, yang
merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atau tidak. Dengan demikian
apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai selang nilai cukup tinggi, tetapi karena
mempunyai nilai terendah dan menentukan, maka mungkin saja kelas kemampuan lahannya
tidak sama dengan daerah lain yang memiliki nilai kemampuan lahan yang sama.
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan ini merupakan penjumlahan nilai dikalikan dengan
bobot dengan cara:
1. Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil
pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh peta
jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
2. Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid, kemudian
memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan lahan ke dalam
grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan adalah tetap
dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh
satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang sama.
Dari total nilai yang dihasilkan, dibuat ke dalam beberapa kelas yang memperhatikan nilai
minimum dan maksimum total nilai. Dari nilai tersebut, nilai minimum yang mungkin didapat
adalah 32, sedangkan nilai maksimum yang mungkin didapat adalah 160. Setiap kelas lahan
LAPORAN ANTARA
95
memiliki kemampuan lahan yang berbeda-beda seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 43 Pembobotan Kelas Kemampuan Lahan
KELAS
TOTAL NILAI KUALIFIKASI PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN LAHAN
32-58 KELAS A Kemampuan pengembangan sangat rendah
59-83 KELAS B Kemampuan pengembangan rendah
84-109 KELAS C Kemampuan pengembangan sedang
110-134 KELAS D Kemampuan pengembangan agak tinggi
135-160 KELAS E Kemampuan pengembangan sangat tinggi
Sumber: Permen PU Nomor 20 Tahun 2007
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
didominasi oleh kemampuan lahan pengembangan cukup, hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar wilayah di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ideal untuk dikembangkan
khususnya menjadi kawasan terbangun, namun begitu tetap perlu memperhatikan kaidah
perencanaan agar tetap seimbang secara ekologis.
LAPORAN ANTARA
96
LAPORAN ANTARA
97
Gambar 4. 31 Peta Kemampuan Lahan WP Perkotaan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
98
4.5 Analisis Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan dari sasaran pembangunan
manusia seutuhnya. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan
di berbagai sektor pembangunan lainnya. Kecamatan Semende Darat Laut merupakan salah satu
kawasan strategis yang dilihat dari sudut kepentingan sosial budaya berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038. Kawasan starategis dari sudut kepentingan sosial dan
budaya yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis kabupaten dengan kepentingan sosial budaya
daerah. Dimana kawasan stategis Kabupaten merupakan wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten.
Rumah Adat Semendo atau Rumah Baghli Semendo dijadikan situs cagar budaya Rumah
Tradisional Semendo dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,
selain itu juga kebijakan ini didukung oleh Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 2
Tahun 2021 tentang Arsitektur Bangunan Gedung Beroernamen Jati Diri Budaya di Sumatera
Selatan. Rumah Tradisional Semendo di Kecamatan Semende Darat Laut yaitu kawasan cagar
budaya rumah adat khas semendo yang terdapat di Desa Pulau Panggung atau lebih tepatnya
berada di SWP A blok A.2. Pengelolaan Rumah Tradisional Semendo ini berada dibawah
pengelolaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.
Dalam rangka melestarikan kearifan lokal rumah adat semendo, diperlukan untuk
mempertahankan kekhasan bangunan pada beberapa kawasan di wilayah perencanaan.
LAPORAN ANTARA
99
Gambar 4. 33 Peta Lokasi Rumah Adat Semendo di Desa Pulau Panggung
LAPORAN ANTARA
100
semakin tepat model persamaannya. Metode eksponensial terpilih sebagai metode yang
digunakan dalam proyeksi jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut dikarenakan nilai MSE (Mean Squared Error) yang paling rendah dibandingkan dengan
metode lainnya.
Tabel 4. 44 Nilai Uji Determinasi Eror Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut
METOD EKSPONENSIA GEOMETR
E L I ARITMATIK
n 10
MAD 68,76 56,38 81,94
MSE 6272,09 9218,62 9218,62
RMSE 79,20 96,01 96,01
MAPE 5,02 6,80 6,80
Sumber: Hasil Analisis, 2022
25000
20000
15000
10000
5000
0
Penyandingan
Karya Nyata
Muara Danau
Pulau Panggung
Perapau
Tanah Abang
Muara Dua
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 4. 34 Grafik Proyeksi Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
101
Sumber: Hasil Analisis, 2022
4.6.2 Penyebaran atau Distribusi Penduduk
Kepadatan penduduk dihitung berdasarkan jumlah penduduk suatu daerah per luas wilayah
daerah tersebut, sehingga dapat diketahui kepadatan penduduk dalam satuan jiwa/ha. Adapun
ketentuan dalam klasifikasi untuk tingkat kepadatan penduduk di pekrotaan berdasarkan SNI 03-
1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Kepadatan
penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut pada tahun 2020 berpusat di Desa Penyandingan
dengan kepadatan sebesar 321 jiwa/km2. Adapun desa yang memiliki tingkat kepadatan
terendah yaitu Desa Karya Nyata dengan kepadatan sebesar 48 jiwa/km2. Berikut ini adalah data
mengenai kepadan jumlah penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut pada tahun 2020.
Tabel 4. 46 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2020
No Kepadatan
Desa Klasifikasi
. Penduduk (km2)
1 Muara Dua 61 Rendah
2 Pulau Panggung 95 Rendah
3 Muara Danau 49 Rendah
4 Penyandingan 321 Tinggi
5 Tanah Abang 102 Rendah
6 Karya Nyata 48 Rendah
7 Perapau 55 Rendah
Sumber: Kecamatan Semende Darat Laut Dalam Angka 2021 dan Hasil Analisis 2022
LAPORAN ANTARA
102
4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
Sesuai letaknya yaitu di dataran tinggi rangkaian bukit barisan yang merupakan kawasan hulu
sungai, daerah ini mempunyai potensi air yang cukup untuk mengairi areal persawahan. Namun
LAPORAN ANTARA
103
demikian, potensi lahan kering tetap paling dominan, sehingga dukungan lahan bukan sawah
(lahan kering) menjadi sangat besar dalam pengembangan usaha tani di daerah ini, yang kelak
menghantarkan daerah ini menjadi daerah perkebunan. Berdasarkan hasil analisis pemetaan
mengenai tutupan lahan.
Tabel 4. 48 Luas Lahan Sawah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
No. Desa Luas Sawah (Ha)
1 Muara Danau 14,67
2 Muara Dua 3,12
3 Penyandingan 14,80
4 Perapau 15,65
5 Pulau Panggung 38,89
6 Tanah Abang 12,89
Total
Sumber: Hasil Analisis Tutupan Lahan, 2022
Pertanian tanaman pangan di Kecamatan Semende Darat Laut mempunyai warna tersendiri.
Daerah ini memiliki potensi lahan sawah dalam jumlah cukup luas untuk mendukung
pengembangan usaha tani rakyat di bidang tanaman pangan yang meliputi padi, palawija dan
hortikultura. Namun, potensi ini baru dimanfaatkan untuk tanaman padi, sementara
pemanfaatan untuk palawija dan hortikultura belum maksimal. Luas LP2B di Kawasan Perkotaan
Semende Darat Laut berdasarkan hasil analisis pemetaan, terdapat lebih kurang 104,70 hektar
area LP2B yang mana semua desa dalam WP memiliki lahan LP2B tersebut.
Tabel 4. 49 Luas Lahan LP2B WP Perkotaan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
104
Kawasan Andalan Nasional dengan sektor unggulan yaitu pertanian, pertambangan dan
perkebunan, industri, panas bumi, minyak dan gas bumi. Mengingat bahwa Kecamatan Muara
Enim merupakan ibu kota dari Kabupaten Muara Enim maka arahan dari RTRWN ini perlu
menjadi pertimbangan dalam merusmuskan pengembangan kawasan perkotaan Muara Enim
dapat mendukung kawasan andalan tersebut.
Setiap daerah memiliki usaha untuk mencukupi kebutuhan dan mengembangkan potensinya, hal
ini menyebabkan adanya kekurangan dan kelebihan barang antar daerah yang menyebabkan
terjadinya kegiatan ekspor impor antar daerah. Potensi ekonomi suatu daerah dapat dilihat
berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ). LQ adalah teori basis ekonomi yang
intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah
maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan
pendapatan bagi daerah. Nilai LQ dapat memberikan gambaran apakah daerah yang diteliti telah
mengalami keseimbangan atau belum dalam kegiatan tertentu. Secara lebih jelas indikasi
berdasarkan nilai LQ adalah sebagai berikut:
● LQ > 1 : memberikan arti daerah yang diselediki memiliki potensi ekspor dalam kegiatan
tertentu (memiliki sektor basis).
● LQ < 1 : memberikan arti daerah yang diselidiki memiliki kecenderungan impor dari
daerah lain dalam kegiatan tertentu (memiliki sektor non basis).
● LQ = 1 : memberikan arti daerah yang diselidiki telah mencukupi dalam kegiatan tertentu
(seimbang).
Berdasarkan hasil analisis LQ Kecamatan Semende Darat Laut, sektor unggulan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah diantaranya adalah komoditas sayuran, buah-buahan (durian & jeruk
siam), tanaman biofarmaka (jahe, kencur, & temulawak), perkebunan (kopi & kakao) dengan
masing-masing nilai LQ > 1.
Tabel 4. 50 Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2019-2020
Produksi Kab. Muara Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas Keteranga
No. Uraian Enim (ton) (ton)
n
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 Cabai Besar 3149,90 2113,00 1520,00 1633,00 6,00 10,14 Basis
2 Kacang Panjang 1860,10 1324,80 650,00 455,00 4,35 4,50 Basis
3 Tomat 259,00 60,00 40,00 30,00 1,92 6,56 Basis
4 Durian 6033,60 1245,90 2950,00 850,00 6,08 8,95 Basis
5 Jeruk Siam 2998,30 1787,80 1200,80 752,70 4,98 5,52 Basis
6 Mangga 1301,70 418,30 5,00 2,10 0,05 0,07 Non Basis
7 Nangka 956,10 561,20 6,00 0,50 0,08 0,01 Non Basis
8 Pepaya 1631,70 1053,00 36,10 26,20 0,28 0,33 Non Basis
9 Pisang 21998,60 7943,50 5,40 1,70 0,00 0,00 Non Basis
10 Sirsak 114,30 74,60 7,90 4,80 0,86 0,84 Non Basis
11 Sukun 260,70 199,80 3,80 1,20 0,18 0,08 Non Basis
12 Jahe 11,86 7,65 1,06 1,82 1,11 3,12 Basis
13 Kencur 20,39 11,33 0,92 1,34 0,56 1,55 Basis
14 Kunyit 104,40 55,87 0,73 2,29 0,09 0,54 Non Basis
15 Lengkuas 68,44 57,46 3,44 2,23 0,62 0,51 Non Basis
LAPORAN ANTARA
105
Produksi Kab. Muara Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas Keteranga
No. Uraian Enim (ton) (ton)
n
2019 2020 2019 2020 2019 2020
16 Temulawak 4,59 3,66 0,08 0,37 0,23 1,34 Basis
17 Kelapa 1172,63 1172,63 25,75 25,75 0,27 0,29 Non Basis
18 Karet 169658,2 171928,57 956,34 956,34 0,07 0,07 Non Basis
19 Kopi 26948,00 27796,00 11732 11835 5,42 5,58 Basis
20 Kakao 114,00 114,00 34,00 34,00 3,71 3,91 Basis
19179,3 16616,3
Total
238666,50 217929,07 2 5 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022
018
016
014
012
010
008
006
004
002
000
2019 2020
Gambar 4. 36 Grafik Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2019-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Jika dilihat secara lebih mikro, Kecamatan Semende Darat Laut memiliki sektor unggulan berupa
sektor perkebunan yaitu kopi, serta sektor pertanian yaitu pertanian lahan basah dan kering.
Kopi hasil dari perkebunan di Semende Darat Laut sudah pernah di ekspor ke negara tetangga
yaitu Singapura. Beberapa prestasi kopi semende yaitu masuk ke dalam Sertifikasi Indikasi
Geografi pada tahun 2016, dan pernah masuk dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia.
Kecamatan Semende Darat Laut berada di kawasan Bukit Barisan Sumatera dengan ketinggian
lebih kurang 800 hingga 1.600 mpdl dan kemiringan mencapai 45%. Hal inilah yang menjadikan
LAPORAN ANTARA
106
Kecamatan Semende Darat Laut menjadi wilayah yang subur dan dapat ditumbuhi dengan
berbagai jenis tanaman salah satunya perkebunan kopi. Kawasan semende juga sudah
ditetapkan sebagai kawasan perkebunan nasional untuk komoditas kopi berdaasarkan Kepmen
Pertanian Nomor 46/KPTS/PD.300/1/2015.
Petani di Kecamatan Semende Darat Laut menanam beberapa jenis kopi, tetapi jenis kopi
terbanyak yang ditanam adalah jenis robusta dan arabika. Berdasarkan hasil cita rasa dari
berbagai sampel dengan proses pengeringan yang dilaksanakan pada tahun 2014 lalu, kopi
robusta di Semende Darat Laut memiliki skor terbaik dengan angka 78,75 sampai 81,36 yang
mana memenuhi kategori sebagai speciality grade atau kopi dengan grade tertinggi
(AntaraNews, 2019).
Setelah melakukan analisis LQ komoditas Kecamatan Semende Darat Laut terhadap Kabupaten
Muara Enim, dilakukan pula analisis LQ komoditas Kecamatan Semende Darat Laut terhadap
Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil analisis LQ Kecamatan Semende Darat Laut
terhadap produksi komoditas pada level Provinsi Sumatera Selatan, sektor unggulan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah diantaranya adalah komoditas sayuran (cabai besar dan kacang
panjang) dan perkebunan (kopi & kakao) dengan masing-masing nilai LQ > 1.
040
035
030
025
020
015
010
005
000
2019 2020
Gambar 4. 37 Grafik Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2019-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Tabel 4. 51 Nilai LQ Komoditas Kecamatan Semende Darat Laut Terhadap Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2019-2020
Produksi Prov. Sumsel Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas Keteranga
No. Uraian (ton) (ton)
n
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 Cabai Besar 111487,60 11013,50 1520,00 1633,00 2,74 33,26 Basis
2 Kacang Panjang 9755,00 8925,90 650,00 455,00 13,41 11,44 Basis
3 Tomat 12487,10 9638,00 40,00 30,00 0,64 0,70 Non Basis
4 Durian 420476,00 293502,00 2950,00 850,00 1,41 0,65 Non Basis
5 Jeruk Siam 303762,00 545971,00 1200,80 752,70 0,80 0,31 Non Basis
LAPORAN ANTARA
107
Produksi Prov. Sumsel Produksi Kec. SDL
Nilai LQ Komoditas Keteranga
No. Uraian (ton) (ton)
n
2019 2020 2019 2020 2019 2020
6 Mangga 237595,00 127850,00 5,00 2,10 0,00 0,00 Non Basis
8 Pepaya 178170,00 242458,00 36,10 26,20 0,04 0,02 Non Basis
1431102,0 1104987,0
9 Pisang 0 0 5,40 1,70 0,00 0,00 Non Basis
10 Jahe 1348,63 3964,94 1,06 1,82 0,16 0,10 Non Basis
11 Kencur 604,69 1181,59 0,92 1,34 0,31 0,25 Non Basis
12 Kunyit 2003,19 1779,47 0,73 2,29 0,07 0,29 Non Basis
13 Temulawak 108,30 119,33 0,08 0,37 0,16 0,70 Non Basis
14 Kelapa 55367 57570 25,75 25,75 0,09 0,10 Non Basis
15 Karet 905789 1121603 956,34 956,34 0,21 0,19 Non Basis
16 Kopi 181294,00 191081,00 11732 11835 13,02 13,90 Basis
17 Kakao 3943,00 4167,00 34,00 34,00 1,74 1,83 Basis
3855292,5 3725811,7 19158,1 16607,6
Total
1 3 9 1 1,00 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
108
Gambar 4. 38 Kegiatan Perdagangan dan Jasa di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
109
dan fungsi jalan yang sudah ada, maupun pembangunan jaringan jalan baru serta
pengembangan jalan dari masing-masing pusat layanan menuju pusat layanan utama.
PPK (Pusat Pelayanan Kota) di Desa Pulau Panggung dihubungkan dengan jalan kolektor primer
Jalan Simpang Sugihwaras Barat-Batas Kabupaten Lahat menghubungkan PPK dengagn SPPK
(Sub Pusat Pelayanan Kota) yang tersebar di masing-masing SWP. Adapun pusat lingkungan
dihubungkan dengan jaringan jalan kolektor dan lokal primer.
LAPORAN ANTARA
110
waktu pada suatu zona tata guna lahan. Sistem klasifikasi pergerakan diantaranya yaitu
pergerakan dalam pusat kota, dari pinggiran kota menuju pusat kota, dari pusat kota menuju
pinggiran kota dan luar kota, dalam pinggiran kota dan “Cross-Komuter” yaitu dari daerah
pedesaan dan pinggiran kota.
A. Analisis Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan
berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui
transportasi. Tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa di ukur berdasarkan pada beberapa
variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang, lebar jalan, dan
kualitas jalan. Adanya aksesibilitas ini diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan
mobilitas, baik berhubungan dengan mobilitas fisik, misalnya mengakses jalan raya,
pertokoan, gedung perkantoran, sekolah, pusat kebudayaan, lokasi industri dan rekreasi baik
aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja, memperoleh pendidikan, mengakses
informasi, mendapat perlindungan dan jaminan hukum.
Faktor aksesibilitas memegang peranan penting dalam upaya perkembangan wilayah sebab
tanpa di dukung oleh sistem transportasi, sarana dan prasarana transportasi yang memadai,
maka perkembangan suatu daerah akan sulit berkembang. Skema sederhana yang
memperlihatkan kaitan antara berbagai hal yang diterangkan mengenai aksesibilitas, dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 4. 52 Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas
Apabila tata guna lahan memiliki jarak saling berdekatanan dan integrasi transportasi antara
tata guna lahan mempunyai kondisi yang baik, maka aksesibilitas akan tinggi. Sebaliknya jika
aktivitas tersebut saling terpisah jauh dan integrasi transportasinya kurang baik, maka
aksesibilitas akan rendah, untuk menghitung indeks aksesibilitas dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛
Indeks aksesbilitas = x 100
𝐿𝑢𝑎𝑠𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
Secara rinci hasil perhitungan aksesibilitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4. 53 Indeks Aksesibilitas WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
SWP Luas (km2) Panjang Jalan (km) Indeks Aksesibilitas Tingkat Indeks Aksesibilitas
LAPORAN ANTARA
111
SWP Luas (km2) Panjang Jalan (km) Indeks Aksesibilitas Tingkat Indeks Aksesibilitas
Tingkat aksesibilitas yang termasuk ke dalam kategori tinggi berada di Blok SWP A. hal
tersebut dipengaruhi oleh kondisi kawasan permukiman saat ini masih terpusat di Blok SWP
A tersebut.
B. Analisis Mobilitas
Mobilitas transportasi merupakan tingkat kelancaran perjalanan, dan dapat diukur melalui
banyaknya perjalanan (pergerakan) dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat tingginya
tingkat akses antara lokasi-lokasi tersebut. aksesibilitas dan mobilitas terdapat hubungan
searah, yaitu semakin tinggi akses, akan semakin tinggi pula tingkat mobilitas orang,
kedaraan ataupun barang yang bergerak dari suatu lokasi ke lokasi lain. Untuk menghitung
analisis mobilitas di kawasan perkotaan dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛
Indeks Mobilitas = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Selain itu, diperlukan menentukan klasifikasi terhadap indeks mobilitas untuk mengetahui
daerah mana saja yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Untuk menentukan klasifikasi
indeks aksesibilitas dapat digunakan rumus sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Panjang Kelas Interval = 𝑘
Secara rinci hasil perhitungan mobilitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 54 Indeks Mobilitas WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Jumlah Penduduk Panjang Jalan Tingkat Indeks
Desa Indeks Mobilitas
(jiwa) (km) Mobilitas
Muara Dua 1.119 8,37 0,75 Sedang
Pulau Panggung 3.939 43,57 1,11 Tinggi
Penyandingan 1.104 6,43 0,58 Rendah
Karya Nyata 1.025 10,99 1,07 Tinggi
Tanah Abang 1.312 6,63 0,51 Rendah
Perapau 489 1,54 0,31 Rendah
Muara Danau 912 10,62 1,16 Tinggi
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
112
pertambahan pengembangan Kecamatan Semende Darat Laut hingga akhir tahun perencanaan.
Kebutuhan perumahan dan kawasan permukiman tersebut didasarkan pada ketersediaan lahan
dan daya duknug wilayah perkotaannya. Pengukuran prakiraan kebutuhan kawawasan
permukiman tidak sekedar mengukur lahan yang dibutuhkan untuk perumahan, tetapi juga
memperhatikan penyeidaan sarana transportasi, sarana permukiman, serta ruang terbuka hijau.
Pengukuran kebutuhan bagi pertambahan penduduk pengembangan Kecamatan Semende
Darat Laut hingga akhir tahun perencanaan dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai
berikut:
a. 1 (satu) keluarga (rumah tangga) memiliki atau membutuhkan 1 (satu) unit rumah.
b. Ukuran keluarga (rumah tangga) adalah 5 orang, jumlah rumah yang dibutuhkan
didasarkan pada jumlah rumah tangga.
c. kebutuhan lahan untuk kavling rumah didasarkan pada komposisi hunian berimbang 1 :
2 : 3 (Permenpera Nomor 7 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang), yaitu dengan rincian sebagai berikut:
● Kavling kecil dengan luas kavling rata-rata 100 m2 (0,01 Ha) per rumah dengan
proporsi sebanyak 50%.
● Kavling sedang dengan luas kavling rata-rata 180 m2 (0,018 Ha) per rumah
dengan proporsi sebanyak 30%.
● Kavling besar dengan luas kavling rata-rata 360 m2 (0,036 Ha) per rumah dengan
proporsi sebanyak 20%.
d. alokasi ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luas untuk perumahan.
e. Alokasi prasarana, sarana, dan utilitas sebesar 15% dari luas lahan untuk perumahan.
f. Kawasan perdagangan untuk pendukung kegiatan perumahan sebesar 15% dari luas
lahan untuk perumahan.
g. Lahan cadangan sebesar 5% dari luas lahan untuk perumahan.
Mengacu pada BA (Berita Acara) Kesepakatan Luas Kavling Minimum Kabupaten Muara Enim
tahun 2021, untuk kebutuhan perumahan dan permukiman di Kecamatan Semende Darat Laut
dibagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi permukiman dengan:
• Perumahan kepadatan tinggi 72 m2.
• Perumahan kepadatan sedang 150 m2.
• Perumahan kepadatan rendah 200 m2.
• Perumahan kepadatan sangat rendah 250 m2.
Proyeksi kebutuhan permukiman di Kecamatan Semende Darat Laut pada akhir tahun
perencanaan 2042 yaitu sebanyak 478,41 hektar tanah permukiman. Berikut ini tabel kebutuhan
permukiman, sarana prasarana, dan jaringan jalan di Perkotaan Semende Darat Laut.
Tabel 4. 55 Proyeksi Kebutuhan Unit dan Lahan Rumah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut 2022-
2042
TAHUN PROYEKSI
NO. URAIAN
2022 2027 2032 2037 2042
1 Proyeksi Penduduk 17224 25442 37582 55516 82006
2 Proyeksi KK 4308 6360 9395 13880 20501
LAPORAN ANTARA
113
TAHUN PROYEKSI
NO. URAIAN
2022 2027 2032 2037 2042
3 Kebutuhan Rumah (unit)
Tipe Besar 720 1061 1567 2314 3417
Tipe Sedang 1436 2121 3131 4626 6834
Tipe Kecil 2156 3183 4701 6942 10252
Kebutuhan Rumah (unit) 4312 6365 9399 13882 20503
Tipe Besar 7,2 10,61 15,67 23,14 34,17
Tipe Sedang 28,72 42,42 62,62 92,52 136,68
Tipe Kecil 64,68 95,49 141,03 208,26 307,56
Total Kebutuhan Lahan Rumah (Ha) 100,60 148,52 219,32 323,92 478,41
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
114
2 SD/MI Di tengah-tengah kelompok permukiman, taman-taman
3 SLTP/Sederajat Di luar kelompok permukiman dengan pencapaian maksimum 1.000 m
dari permukiman atau digabung dengan fasilitas pendidikan lain
4 SMU/Sederajat Di luar kelompok permukiman dengan pencapaian maksimum 1.000 m
dari permukiman atau digabung dengan fasilitas pendidikan lain
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Tabel 4. 57 Proyeksi Kebutuhan Sarana Pendidikan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut 2022-2042
Jumlah Gap Kebutuhan Sarana Pendidikan (unit) Total
No Total Luas
Uraian Eksistin Kebutuha
. Lahan (Ha)
g 2022 2027 2032 2037 2042 n (unit)
1 TK 0 9 6 11 23 36 85 4,25
2 SD/MI 19 0 2 2 13 25 42 8,40
3 SMP/MTS 6 0 1 3 4 8 16 14,40
4 SMA/SMK/MA 2 0 1 3 4 8 16 20,00
5 UNIVERSITAS/PT 0 0 0 0 0 0 0 0,00
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
115
Sarana kesehatan di Kecamatan Semende Darat Laut dapat dikatakan cukup mampu melayani
kebutuhan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. Rumah sakit umum, Puskesmas dan
puskesmas pembantu yang tersedia telah memenuhi standar pelayanan nasional. Adapun
beberapa kecamatan masih memiliki kekurangan tempat praktek dokter dan polindes untuk
melayani penduduk sekitar. Dibutuhkan penambahan jumlah tenaga medis, tempat praktik
dokter, dan polindes untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat.
Analisis fasilitas kesehatan dilakukan dengan mengacu pada SNI 03-1733-2004, analisis dilakukan
dengan mempertimbangkan proyeksi penduduk WP, data jumlah kondisi eksisting sarana
kesehatan, dan jumlah ideal sarana kesehatan berdasarkan kalkulasi standar pelayanan
minimum. Berikut merupkan tabel kebutuhan sarana kesehatan Kawasan Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut.
Tabel 4. 58 Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun
2022-2042
Total
Jumlah Gap Kebutuhan Sarana Kesehatan (unit) Total
Luas
No. Uraian Eksistin Kebutuha
Lahan
g 2022 2027 2032 2037 2042 n (unit)
(Ha)
1 Apotek 0 0 0 0 1 1 2 0,05
2 Posyandu 0 3 9 14 26 39 91 0,55
Balai Pengobatan
3 Warga 0 6 8 10 16 24 64 57,60
4 KlinikBersalin 0 0 0 0 1 1 2 0,60
5 Pustu 0 0 0 0 1 1 2 0,06
6 Puskesmas 0 0 0 0 0 0 0 0,00
7 Praktik Dokter 0 0 0 5 5 7 17 1,70
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
116
5. Gereja Kristen, standard jumlah penduduk pendukung yang ditetapkan adalah 2.500
jiwa/unit.
Analisis sarana peribadatan terdiri dari analisis tingkat pelayanan dan kebutuhan sarana
peribadatan dilakukan hingga akhir tahun perencanaan 2042. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan sarana peribadatan, pada akhir tahun perencanaan kebutuhan sarana peribadatan
pada setiap desa yang berada di Kecamatan Semende Darat Laut belum memenuhi total
kebutuhan pada tahun proyeksi 2042 karena kurangnya jumlah proyeksi pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut.
Tabel 4. 59 Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun
2022-2042
Gap Kebutuhan Sarana Peribadatan Total
Jumlah Total Luas
No. Uraian (unit) Kebutuha
Eksisting Lahan (Ha)
2022 2027 2032 2037 2042 n (unit)
1 Musholla 4 48 71 105 158 235 617 6,17
2 Masjid 27 0 0 0 3 8 11 0,66
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
117
Gap Kebutuhan Sarana Perdagangan Total
N Jumlah (unit) Total Luas
Uraian Kebutuhan
o Eksisting Lahan (Ha)
2022 2027 2032 2037 2042 (unit)
1 Toko 236 0 0 0 20 70 90 0,9
2 Pertokoan 1 0 0 4 7 8 19 5,70
Pasar
3 7 0 0 0 0 0 0 0,00
Lingkungan
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
118
hansip, balai pertemuan, penerangan jalan dan lain-lain. Total kebutuhan listrik untuk
seluruh kegiatan tersebut adalah 40% dari kebutuhan rumah tangga.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan energi listrik di Kawasan Perkotaan Semende Darat
Laut sampai akhir tahun perencanaan 2042 agar dapat melayani kebutuhan listrik domestik
sebesar 19.960.200 watt dan kegiatan non domestik sebesar 7.984.080 watt. Untuk lebih
jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan listrik di Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 61 Proyeksi Kebutuhan Listrik WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2022-2042
Proyeksi Kebutuhan Listrik (watt)
No Uraian
2022 2027 2032 2037 2042
1 Domestik 3880800 5728500 8459100 12493800 19960200
2 Non Domestik 1552320 2291400 3383640 4997520 7984080
Total 5433120 8019900 11842740 17491320 27944280
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Kecamatan Semende Darat Laut telah dilayani listrik yang bersumber dari PLN Ranting Muara
Enim, pada tahun 2021 daya terpasang listrik PLN mencapai 4.594.030 KW dengan jumlah
pelanggan mencapai 3.064 pelanggan. Dilihat dari perbandingan antara proyeksi kebutuhan
listrik dan jumlah pelanggan serta daya listrik yang terpasang, kedepannya masih diperlukan
penyaluran listrik baik bagi kebutuhan domestik maupun non domestik di Kecamatan Semende
Darat Laut, khususnya WP Perkotaan Semende Darat Laut.
LAPORAN ANTARA
119
Kebutuhan Sambungan Kebutuhan Telepon
Tahun Kebutuhan STO
Telepon Umum
2042 10661 328 27
Sumber: Hasil Analisis, 2022
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut secara eksisting kebutuhan air bersih bersumber
dari PAMSIMAS dan PDAM, untuk pelayanan air bersih dari PDAM belum ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut. Adapun cakupan pelayanan PAMSIMAS di WP ini dapat dilihat
pada tabel berikut.
LAPORAN ANTARA
120
Tabel 4. 64 Cakupan Pelayanan Air Bersih PAMSIMAS WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun
2021
Cakupan rumah tangga Cakupan rumah tangga (persentase %) Cakupan
Jumlah Jumlah
yang menggunakan yang belum rumah tangga yang
Desa Penduduk Rumah
sumber air minum menggunakan sumber menggunakan sumber air
(Jiwa) Tangga
layak air minum layak minum layak
BABATAN 2.238 447 421 26 94,18
KARYA NYATA 1.077 245 187 58 76,33
MUARA DANAU 904 670 670 - 100,00
MUARA DUA 1.315 180 166 14 92,22
PAGAR AGUNG 844 170 120 50 70,59
PENINDAIAN 995 513 485 28 94,54
PENYANDINGAN 1.262 363 321 42 88,43
PERAPAU 540 70 69 1 98,57
PULAU PANGGUNG 4.261 836 798 38 95,45
TANAH ABANG 1.299 266 245 21 92,11
Sumber: Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kab. Muara Enim, Tahun 2022
Secara umum, penyediaan air bersih PAMSIMAS di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat
Laut pada tahun 2021 masih belum dapat memenuhi cakupan pelayanan rumah tangga, tertera
masih terdapat 278 rumah tangga yang belum menggunakan air bersih bersumber dari
PAMSIMAS sebagaimana tertera pada tabel di atas. Air bersih yang bersumber dari PDAM
Lematang Ilir di Kecamatan Semende Darat Laut pada tahun 2021 mencapai 958 pelanggan (KK)
dengan debit air yang disalurkan sebanyak 391.374 m3. Jika disandingkan antara proyeksi
kebutuhan air dan keluaran debit PDAM serta cakupan pelayanan PAMSIMAS, kedepannya perlu
ada penambahan cakupan pelayanan baik PDAM dan PAMSIMAS dengan tingkat debit yang
lebih banyak guna memenuhi kebutuhan air bersih yang layak.
LAPORAN ANTARA
121
Pada air limbah domestik dilakukan secara individu melalui sistem setempat (on site sanatasion)
dengan sarana pengelolaan berupa tanki septik tank. Selain itu beberapa penduduk menyalurkan
air limbah domestiknya dengan membuang, saluran drainase dan sungai.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) sistem dalam penanganan air limbah, yaitu:
• Sistem pengolahan air limbah setempat (on site sanitation), yaitu tangki septik.
• Sistem pengolahan air limbah terpusat (off site sanitation), yaitu conventional sewerage
dengan unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
• Gabungan antara system off site dengan sistem on site (combained system), yaitu
gabungan antara tangki septik dengan sistem perpipaan.
Analisis kebutuhan air limbah pada masa yang akan datang (proyeksi kebutuhan) dilakukan
dengan menggunakan standar perhitungan yang telah ditetapkan, yaitu mengunakan standar
dari Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001. Analisis
dilakukan untuk mengetahui berapa besar kebutuhan air limbah yang diperlukan oleh seluruh
penduduk Kawasan Perktoaan Semende Darat Laut.
Tabel 4. 65 Proyeksi Timbulan Limbah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut Tahun 2019-
2038
Berdasarkan hasil analisis 2022, proyeksi total limbah pada akhir tahun perencanaan 2042 adalah
18.607.039 liter/hari, dengan rincian timbulan air limbah cair domestik mencapai 18.598.951
liter/hari pada tahun 2042.
Tabel 4. 66 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Limbah WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Tahun 2019-2038
Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Limbah
Prasarana Limbah
2022 2027 2032 2037 2042
Septiktank Bidang Resapan 344 509 752 1110 1640
Kebuuthan MCK Umum 69 102 150 222 328
Kebutuhan Mobil Tinja 0 0 0 0 1
Kebutuhan IPLT 0 0 0 0 1
Kebutuhan IPAL 0 0 0 0 1
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
122
4.9.2.5 Jaringan Persampahan
Analisis ini dilihat berdasarkan timbulan sampah yang dihasilkan dari setiap kelurahan.
Pengelompokan sampah berdasarkan komposisi ini biasanya dinyatakan dalam persen (%) berat
atau persen (%) volume, dengan mengetahui komposisi sampah maka dapat mengetahui tipikal
konsumsi masyarakat di suatu kota atau kawasan. (Tchobanoglous, G and Frank K., 2002),
karakteristik sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dari pendapatan manusia,
pertumbuhan penduduk, peroduksi pertanian, pertumbuhan industri serta konsumsi.).
Berdasarkan SNI 19-3964-1994 besarnya timbulan sampah yang dihasilkan dapat dilihat
berdasarkan tabel berikut.
Tabel 4. 67 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya
N
JENIS KEGIATAN SATUAN VOLUME (LITER) BERAT (KG)
O
1 Rumah permanen /orang/hari 2,25 - 2,50 0,350 - 0,400
2 Rumah semi permanen /orang/hari 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350
3 Rumah non-permanen /orang/hari 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300
4 Kantor /pegawai/hari 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100
5 Toko/ruko /petugas/hari 2,50 - 3,00 0,150 - 0,350
6 Sekolah /murid/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,020
7 Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10 - 0,15 0,020 - 0,100
8 Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,050
9 Jalan lokal /m/hari 0,05 - 0,10 0,005 - 0,025
10 Pasar /m2/hari 0,20 - 0,60 0,100 - 0,300
Sumber: Hasil Analisis, 2019
LAPORAN ANTARA
123
TPS Tipe III (1000 m2) 1 1 2 0 1
Container Amroll Truck (6 m3) 27 40 59 87 40
Bangunan Pendaur Ulang Sampah (150
m2) 29 42 63 93 42
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
124
Gambar 4. 40 Peta Terbangun dan Non Terbangun
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Dari hasil analisis figure and ground Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut terlihat bahwa
susunan kawasan tersebut bersifat heterogen, dimana terdapat dua atau lebih pola yang
berbenturan dan meskipun membentuk pola yang teratur dan rapi di beberapa kawasan
perumahan, namun bentuk bangunan berbeda dari satu bangunan dengan yang lainnya. Adapun
pola tekstur kota termasuk kedalam pola radial konsetris dan pola kurvilinear. Pola ditunjukkan
dari susunan massa bangunan pada cluster-cluster perumahan. Sedangkan pola kurvilinear
adalah konfigurasi bangunan yang memusat, khususnya pembangunan terpusat di sepanjang
jalan kolektor primer.
LAPORAN ANTARA
125
Gambar 4. 41 Rencana Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Sepeda
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Jalur khusus pejalan kaki di koridor Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut dengan mengubah
sirkulasi kendaraan menjadi sirkulasi bagi pejalan kaki. Jalur tersebut akan ditempatkan
disebelah jalur kendaraan bermotor, begitupun jalur khusus untuk pesepeda yang memiliki lebar
5 meter dengan kemiringan 2% (landai). Material yang digunakan menggunakan material
concrete permeable. Pemilihan material tersebut karena dapat menyerap air agar tidak terjadi
penggenangan air di jalur pejalan kaki, selain itu material tersebut tidak licin sehingga tidak
membahayakan para pejalan kaki. Pada jalur pejalan kaki akan ditambahkan jalur khusus bagi
difabel dengan lebar 30 cm sesuai dengan Permen PU No. 30 Tahun 2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Jalur pejalan kaki akan ditambahkan beberapa fasilitas penunjang seperti bangku-bangku umum
untuk tempat beristirahat, tempat sampah yang disebar di beberapa titik, lampu-lampu, dan
bollard sebagai pembatas yang memisahkan jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan agar para
pejalan kaki merasa aman dan nyaman. Pada sisi jalur pejalan kaki akan ditambahkan vegetasi
berupa berbagai jenis tanaman sehingga memberikan kesan sejuk dan menambah kualitas visual
bagi koridor Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut. Saat ini belum terdapat jalur pejalan kaki
dan jalur sepeda. Tanaman tersebut tidak hanya berfungsi untuk keindahan tapi dapat pula
meyerap air hujan meresap ke dalam tanah.
LAPORAN ANTARA
126
4.10.3 Analisis Ketersediaan dan Dimensi Jalur Khusus Pedestrian
Pejalan kaki adalah orang yang bergerak dalam satu ruang, yaitu dengan berjalan kaki. Dalam
berjalan kaki, Shirvani (1985) mengatakan bahwa penggunanya memerlukan jalur khusus yang
disebut juga dengan pedestrian, yang merupakan salah satu dari elemen-elemen perancangan
kawasan yang dapat menentukan keberhasilan dari proses perancangan di suatu kawasan kota.
Dharmawan (2004) mengatakan bahwa pedestrian berasal dari bahasa latin, yaitu pedestres,
yang berarti orang yang berjalan kaki. Jalur pejalan kaki menurut Peraturan Presiden No. 43
tahun 1993 tentang Prasarana Jalan Bagian VII pasal 39 adalah termasuk fasilitas pendukung
yaitu fasilitas yang disediakan untuk mendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan baik yang
berada di badan jalan maupun yang berada di luar badan jalan, dalam rangka keselamatan,
keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta memberikan kemudahan bagi pemakai
jalan.
Dalam hal ini fasilitas pejalan kaki yang dimaksud adalah trotoar, tempat penyeberangan yang
dinyatakan dengan marka jalan dan/atau rambu-rambu, jembatan penyeberangan dan
terowongan penyeberangan (PP No. 43 : 1993). Namun, pada kenyataannya Koridor Kawasan
Perkotaan Semende Darat Laut tidak memiliki fasilitas khusus bagi pejalan kaki baik itu trotoar
ataupun tempat khusus untuk menyebrang.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa banyak pejalan kaki yang berjalan di tempat yang tidak
seharusnya, hal tersebut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan para pejalan kaki.
Koridor Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut merupakan kawasan yang didominasi oleh
persawahan, namun di kawasan tersebut terdapat juga perdagangan jasa dan sekolah.
Seharusnya Koridor Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut menyediakan tempat khusus bagi
pejalan berupa trotoar, sehingga masyarakat yang datang untuk berbelanja ataupun siswa yang
akan pergi ke sekolah dapat dengan nyaman berjalan di sepanjang koridor tanpa terganggu oleh
kendaraan.
Menurut pedoman perencanaan jalur pejalan kaki pada jalan umum No.032/T/BM/1999 lebar
trotoar minimal adalah 150 cm (1,5 meter). Sedangkan kondisi trotoar di Kawasan Perkotaan
Semende Darat Laut secara keseluruhan yang tidak baik bahkan ada beberapa koridor jalan yang
tidak memiliki trotoar, hal tersebut membuat masyarakat lebih memilih berjalan kaki di ruas
jalan dibandingkan di trotoar. Perlu adanya revitalisasi khususnya fasilitas bagi pejalan kaki
seperti memperbaiki trotoar - trotoar yang rusak, menambahkan lebar trotoar, dan membuat
tempat khusus untuk menyebrang seperti jembatan ataupun marka jalan untuk menyebrang.
Adapun rencana jalur pejalan kaki pada Kawasan Perkotaan Semende Darat Laut diarahkan pada
kawasan perdagangan dan jasa, jaringan jalan dan kawasan perumahan padat.
LAPORAN ANTARA
127
adalah kawasan pertanian, namun terdapat kawasan permukiman serta perdagangan dan jasa.
Adapun untuk karakteristik atau langgam bangunan di kawasan perencanaan didominasi oleh
bangunan dengan arsitektur modern, karena kebanyakan bangunan di Kawasan Semende Darat
Laut terbuat dari bahan kayu, dengan bentuk bangunan semi solid dan serba kotak dimana
bentuknya cenderung mengikuti fungsi.
LAPORAN ANTARA
128
PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA)
Perkebunan 182,12
Sawah 99,99
Semak Belukar 268,11
Sungai 11,61
Tanah Kosong 28,71
Tegalan/Ladang 125,21
Grand Total 1853,97
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Tegalan/Ladang
Tanah Kosong
Sungai
Semak Belukar
Sawah
Perkebunan
Pekarangan
Makam
Lapangan Olahraga
Kolam
Jalan
Hutan Lainnya
Bangunan Sosial
Bangunan Pertahanan dan Keamanan
Bangunan Permukiman
Bangunan Perkantoran
Bangunan Peribadatan
Bangunan Perdagangan dan Jasa
Bangunan Pendidikan
Bangunan Pariwisata dan Hiburan
Bangunan Kesehatan
Bangunan Industri
LAPORAN ANTARA
129
Gambar 4. 44 Peta Penggunaan Lahan Eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
LAPORAN ANTARA
130
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
131
4.10.6 Analisis Ketersediaan RTH dan Non-RTH
Sarana ruang terbuka hijau yang terdapat di Kecamatan Semende Darat Laut dapat berupa
tempat pemakaman umum atau dapat juga berupa sarana olah raga lapangan sepak bola.
Namun sebagai sebuah kawasan yang akan dijadikan kawasan perkotaan maka Kecamatan
Semende Darat Laut memerlukan ruang terbuka hijau dan non hijau, untuk dari itu harus
dilakukan analisis mengenai kebutuhan ruang terbuka hijau dan non hijau. Berdasarkan
kebijakan Permen PU Tahun 2008 mengenai Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa analisis kebutuhan RTH dapat dihitung
berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kebutuhan oksigen, daya serap CO 2 dan serapan
air, sedangkan untuk kebutuhan ruang terbuka non hijau didasarkan pada Permen PU No. 12
Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di
Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan.
Dalam menganalisis ketersediaan RTH dan Non RTH, langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi ruang yang berfungsi lindung pada WP, meliputi:
• Sungai
• Sawah
2. Identifikasi kawasan terbangun pada WP, meliputi:
• Industri
• Kesehatan
• Pariwisata
• Pendidikan
• Perdagangan dan Jasa
• Peribadatan
• Perkantoran
• Permukiman
• Pertahanan dan Keamanan
• Jalan
• Kolam
• Lapangan Olahraga
3. Identifikasi kawasan non terbangun pada WP, meliputi:
• Hutan lainnya
• Perkebunan
• Tanah kosong
• Tegalan/ladang
4. Identifikasi RTH eksisting, meliputi:
• Makam
• Pekarangan
Potensi pengembangan menjadi RTH dalam rencana pola ruang WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut yang dhitung berdasarkan aturan dalam pedoman terbaru adalah seluas
614,79 Ha (33,15%).
LAPORAN ANTARA
132
Tabel 4. 70 Luas Rencana RTH WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
A 430,74 23,23%
B 139,28 7,51%
C 44,77 2,41%
Total 614,79 33,15%
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
133
LUAS
BONUS
X KUANTITA
Zona/Tipologi KODE LUAS BOBOT FHBI ELEME
BOBO S
N
T
B.4 Hutan Adat ADT 0,00 30% 0,00 1,0 0,00
B.5.a Keunikan Batuan dan Fosil LGE-1 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.5.b Keunikan Bentang Alam LGE-2 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.5.c Keunikan Proses Geologi LGE-3 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.5.d Imbuhan Air Tanah LGE-4 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.5.e Cagar Budaya CB 0,00 10% 0,00 1,0 0,00
C.1 Ekosistem Mangrove EM 0,00 20% 0,00 1,0 0,00
B.8.a Hutan Produksi Terbatas HPT 0,00 15% 0,00 1,0 0,00
B.8.b Hutan Produksi Tetap HP 0,00 15% 0,00 1,0 0,00
Hutan Produksi yang dapat
HPK
B.8.c Dikonversi 0,00 15% 0,00 1,0 0,00
B.9 Perkebunan Rakyat KR 0,00 15% 0,00 1,0 0,00
B.10 Tanaman Pangan P-1 199,53 10% 19,95 1,0 19,95
B.10 Hortikultura P-2 25,53 10% 2,55 1,0 2,55
B.10 Perkebunan P-3 1024,75 10% 102,48 1,0 102,48
B.10 Peternakan P-4 0,00 10% 0,00 1,0 0,00
TIPOLOGI C
Badan Air (Danau, Waduk,
C.3 Sungai, Embung, Situ, BA
Mata Air) 11,60 20% 2,32 1,0 2,32
Persil pada Kawasan
R-1, R-2
C.2.1 Peruntukan/Zona
& R-3
Perumahan* 40,32 100% 40,32 1,0 40,32
Persil pada Kawasan
K-1, K-2
C.2.2 Peruntukan/Zona
& K-3
Perdagangan dan Jasa* 1,56 100% 1,56 1,0 1,56
Persil pada Kawasan
C.2.3 Peruntukan/Zona KT
Perkantoran* 0,57 100% 0,57 1,0 0,57
Persil pada Kawasan
C.2.4 Peruntukan/Zona KPI
Peruntukan Industri* 0,00 100% 0,00 1,0 0,00
Sumber: Hasil Analsis, 2022
LAPORAN ANTARA
134
kawasan kota. Semakin kuat kelima elemen ini maka semakin baik kota itu akan memberikan
kualitas imageeble terhadap pengamat. Berkut adalah pembahasan setiap elemen penyusun
citra kota di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut:
1. Landmark, secara umum dapat diartikan sebagai penanda. Dalam suatu kawasan
keberadaan suatu landmark berfungsi untuk orientasi diri bagi pengunjung. WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki landmark berupa rumah tradisional
suku semendo yang terdapat di Desa Pulau Panggung. Pada saat pelaksanaan upacara
adat maupun acara musyawarah keluarga, anggota keluarga yang menempati tempat
duduk di dalam rumah secara otomatis sudah ditentukan sendiri dimana posisi duduk di
dalam rumah. Arsitektur rumah ini terdapat eberapa ruang dan ruang utama dengan
lantai yang beberapa tingkat dan yang duduk menempati lantai sesuai dengan
kedudukannya masing-masing, yang paling tinggi adalah meraje sedangkan yang duduk
lantai paling rendah atau diluar adalah anak kandang atau keponakan dari anak belai.
2. Edges adalah batas wilayah yang dapat berupa dinding, jalan, atau sungai. WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut. Sebelah timur dan barat dibatasi dengan jalan dan
sungai.
LAPORAN ANTARA
135
Gambar 4. 46 Aliran Hulu Sungai Musi dan Bukit Barisan
3. Nodes adalah sebuah titik temu berbagai kativias ataupun arah pergerakan penduduk.
Di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang menjadi nodes adalah Pasar
Semende Darat Laut yang berada di Kalangan Desa Pulau Panggung ini merupakan titik
kumpul pergerakan orang di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut.
LAPORAN ANTARA
136
Tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga keselamatan dan keamanan bangunan.
Komponen ketentuan tata bagnunan minimal terdiri atas:
1. Ketinggian Bangunan (TB) Maksimum
Ketinggian bangunan adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang diizinkan pada
lokasi tertentu dan diukur dari jarak maksimum puncak atap bangunan terhadap
(permukaan) tanah yang dinyatakan dalam satuan meter. Ketinggian bangunan
maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan Daya dukung tanah. Ketentuan
dalam perhitungan ketinggian bangunan meliputi:
a. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan bentuk
arsitektural bangunannya.
b. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal 5 meter disesuaikan
dengan fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah, industri, gedung olahraga,
bangunan monumental, dan bangunan gedung serba guna).
c. Ketinggian lantai dasar suatu bangunan diperkenakan mencapai 1,2 meter di atas
tinggi rata-rata tanah atau jalan di sekitarnya.
d. Jika pada suatu kawasan terdapat kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi
yang besar, maka tinggi maksimal lantai dasar ditetapkan berdasarkan jalan masuk
utama ke persil, dengan memperhatikan keserasian lingkungan.
e. Apabila sebuah persil berada di bawah titik ketinggian bebas banjir, maka tinggi
lantai dasar ditetapkan setinggi 1,2 meter dari titik ketinggian bebas banjir yang
telah ditetapkan.
f. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas ruang.
g. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan intensitas ruang.
LAPORAN ANTARA
137
Tabel 4. 72 Analisis Tata Massa Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
GSB ROW 6,5 m Tinggi
GSB ROW 9 m GSB ROW 7,5 m GSG Jumlah Lantai
Zona Sub Zona (lingkungan Bangunan max
(kolektor sekunder) (lokal sekunder) min (m) Bangunan max
sekunder) (m)
Perlindungan Setempat DW (Sempadan Danau) 1
SS (Sempadan Sungai) 1
BA (Badan Air) 1
Ruang Terbuka Hijau RTH-1 (Rimba Kota) 1
RTH-2 (Taman Kota) 1
RTH-3 (Taman Kecamatan) 1
RTH-4 (Taman Kelurahan) 1
RTH-7 (Pemakaman) 1
Perumahan R-2 (Rumah Kedapatan Tinggi) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
R-3 (Rumah Kepadatan Sedang) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
R-4 (Rumah Kepadatan Rendah) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
Perdagangan dan Jasa K-2 (Perdagangan dan Jasa Skala WP) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
K-3 (Perdagangan dan Jasa Skala Sub WP) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
Perkantoran KT (Perkantoran) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
Sarana Pelayanan Umum SPU-1 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kota) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
SPU-2 (Sarana Pelayanan Umum Skala
Kecamatan) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
SPU-3 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
Pariwisata W (Pariwisata) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
Hankam HK (Pertahanan dan Keamanan) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
Transportasi TR (Transportasi) 5,5 4,75 4,25 3 2 8
Ruang Terbuka Non Hijau RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) 1 4
Campuran C-1 (Campuran Intensitas Tinggi) 5,5 4,75 4,25 3 3 12
Pertanian P-1 (Tanaman Pangan) 1 4
LAPORAN ANTARA
138
GSB ROW 6,5 m Tinggi
GSB ROW 9 m GSB ROW 7,5 m GSG Jumlah Lantai
Zona Sub Zona (lingkungan Bangunan max
(kolektor sekunder) (lokal sekunder) min (m) Bangunan max
sekunder) (m)
P-2 (Holtikultura) 1 4
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
139
Gambar 4. 48 Analisis Tata Massa Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2019
LAPORAN ANTARA
140
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Sesuai dengan Permen ATR Nomor 16 Tahun 2018, KDB adalah perbandingan antara luas
bangunan dengan luas lahan. Nilai KDB di suatu kawasan menentukan berapa persen
luas bangunan di suatu kawasan yang boleh dibangun. Penentuan KDB ditinjau dari
aspek lingkungan dengan tujuan untuk mengendalikan luas bangunan di suatu lahan
pada batas-batas tertentu sehingga tidak mengganggu penyerapan air hujan ke tanah.
Nilai KDB dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
KDB maksimum = luas persil - %KDH - %luas prasarana yang diperkeras
Kondisi eksisting WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada range kisaran 10-
80% untuk kawasan-kawasan terbangunnya.
LAPORAN ANTARA
141
5. Koefisien Wilayah Terbangun (KWT)
Prinsip penetapan KWT sama dengan penetapan KTB, tetapi dalam unit blok peruntukan
atau tapak (bukan dalam unit persil). KWT pada WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut diatur sampai dengan 50% saja sesuai dengan fungsinya sebagai PPK minimal
50% dari luas kawasan perkotaan.
LAPORAN ANTARA
142
Tabel 4. 73 Analisis Intensitas Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada Jalan Kolektor Sekunder
KDH Luas
KDB max KLB KWT
Zona Sub Zona min Bangunan
(%) max (%)
(%) max (m2)
Perlindungan Setempat
Badan Air BA (Badan Air)
Ruang Terbuka Hijau RTH-1 (Rimba Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-2 (Taman Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-3 (Taman Kecamatan) 70 4800 20 0,2
RTH-4 (Taman Kelurahan) 70 1800 20 0,2
RTH-7 (Pemakaman) 70 2000 20 0,2
Perumahan R-2 (Rumah Kedapatan Tinggi) 20 75 75 0,75 70%
R-3 (Rumah Kepadatan Sedang) 15 150 75 0,75 70%
R-4 (Rumah Kepadatan Rendah) 10 188 75 0,75 70%
Perdagangan dan Jasa K-2 (Perdagangan dan Jasa Skala WP) 20 7200 72 0,72 70%
K-3 (Perdagangan dan Jasa Skala Sub WP) 15 2160 72 0,72 70%
Perkantoran KT (Perkantoran) 20 2100 70 0,7 70%
Sarana Pelayanan Umum SPU-1 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kota) 20 9000 60 0,6 70%
SPU-2 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan) 20 7500 60 0,6 70%
SPU-3 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan) 20 1300 65 0,65 70%
Pariwisata W (Pariwisata) 20 57000 57 0,57 70%
Hankam HK (Pertahanan dan Keamanan) 20 600000 60 0,6 70%
Transportasi TR (Transportasi) 10 14000 70 0,7 70%
Ruang Terbuka Non Hijau RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) 20 7200 30 0,3 70%
Campuran C-2 (Campuran Intensitas Menengah/Sedang 10 20100 67 0,67 70%
Pertanian P-1 (Tanaman Pangan) 70
P-2 (Holtikultura)
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
143
Tabel 4. 74 Analisis Intensitas Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada Jalan Lokal
Luas
KDH KDB KLB KWT
Zona Sub Zona Bangunan
min (%) max (%) max (%)
max (m2)
Perlindungan Setempat
Badan Air BA (Badan Air)
Ruang Terbuka Hijau RTH-1 (Rimba Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-2 (Taman Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-3 (Taman Kecamatan) 70 4800 20 0,2
RTH-4 (Taman Kelurahan) 70 1800 20 0,2
RTH-7 (Pemakaman) 70 2000 20 0,2
Perumahan R-2 (Rumah Kedapatan Tinggi) 20 75 75 0,75 70%
R-3 (Rumah Kepadatan Sedang) 15 150 75 0,75 70%
R-4 (Rumah Kepadatan Rendah) 10 188 75 0,75 70%
Perdagangan dan Jasa K-2 (Perdagangan dan Jasa Skala WP) 20 7200 72 0,72 70%
K-3 (Perdagangan dan Jasa Skala Sub WP) 15 2160 72 0,72 70%
Perkantoran KT (Perkantoran) 20 2100 70 0,7 70%
Sarana Pelayanan Umum SPU-1 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kota) 20 9000 60 0,6 70%
SPU-2 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan) 20 7500 60 0,6 70%
SPU-3 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan) 20 1300 65 0,65 70%
Pariwisata W (Pariwisata) 20 57000 57 0,57 70%
Hankam HK (Pertahanan dan Keamanan) 20 600000 60 0,6 70%
Transportasi TR (Transportasi) 10 14000 70 0,7 70%
Ruang Terbuka Non Hijau RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) 20 7200 30 0,3 70%
Campuran C-2 (Campuran Intensitas Menengah/Sedang 10 20100 67 0,67 70%
Pertanian P-1 (Tanaman Pangan) 70
P-2 (Holtikultura)
LAPORAN ANTARA
144
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Tabel 4. 75 Analisis Intensitas Bangunan WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada Jalan Lingkungan
Luas
KDH KDB KLB KWT
Zona Sub Zona Bangunan
min (%) max (%) max (%)
max (m2)
Perlindungan Setempat
Badan Air
Ruang Terbuka Hijau RTH-1 (Rimba Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-2 (Taman Kota) 70 4800 20 0,2
RTH-3 (Taman Kecamatan) 70 4800 20 0,2
RTH-4 (Taman Kelurahan) 70 1800 20 0,2
RTH-7 (Pemakaman) 70 2000 20 0,2
Perumahan R-2 (Rumah Kedapatan Tinggi) 20 75 75 0,75 70%
R-3 (Rumah Kepadatan Sedang) 15 150 75 0,75 70%
R-4 (Rumah Kepadatan Rendah) 10 188 75 0,75 70%
Perdagangan dan Jasa K-2 (Perdagangan dan Jasa Skala WP) 20 7200 72 0,72 70%
K-3 (Perdagangan dan Jasa Skala Sub WP) 15 2160 72 0,72 70%
Perkantoran KT (Perkantoran) 20 2100 70 0,7 70%
Sarana Pelayanan Umum SPU-1 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kota) 20 9000 60 0,6 70%
SPU-2 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan) 20 7500 60 0,6 70%
SPU-3 (Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan) 20 1300 65 0,65 70%
Pariwisata W (Pariwisata) 20 57000 57 0,57 70%
Hankam HK (Pertahanan dan Keamanan) 20 600000 60 0,6 70%
Transportasi TR (Transportasi) 10 14000 70 0,7 70%
Ruang Terbuka Non Hijau RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) 20 7200 30 0,3 70%
Campuran C-2 (Campuran Intensitas Menengah/Sedang 10 20100 67 0,67 70%
Pertanian P-1 (Tanaman Pangan) 70
LAPORAN ANTARA
145
Luas
KDH KDB KLB KWT
Zona Sub Zona Bangunan
min (%) max (%) max (%)
max (m2)
P-2 (Holtikultura)
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
146
4.10.10 Analisis Land Value Capture (Pertambahan Nilai Lahan)
Land Value Capture adalah mekanisme untuk “mengambil” sebagian kenaikan nilai dari tanah
akibat investasi publik yang dilakukan oleh pemerintah. Untuk melihat pertambahan nilai lahan
tersebut maka diperlukan metode overlay lahan-lahan non terbangun yang berpotensi menjadi
lahan terbangun akibat adanya kebijakan rencana dan program pemerintah.
Dalam analisa ini analisis pertambahan nilai lahan menggunakan beberapa peta dan informasi
ruang meliputi nilai lahan dan harga lahan dengan mengetahui parameter yang digunakan.
Parameter yang digunakan untuk mendapatkan hasil nilai lahan yaitu penggunaan lahan dan
aksesibilitas positif. Hasil yang diperoleh diklasifikasikan menjadi beberapa kelas yaitu Tinggi,
Sedang, Rendah, dan Sangat Rendah. Berikut adalah tabel parameter aksesibilitas positif yang
mana dapat menentukan pertambahan nilai lahan yang ditentukan oleh aksesibilitas lahan
terhadap jalan.
Tabel 4. 76 Kelas dan Harkat Parameter Aksesibilitas Positif
4.10.11 Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Sesuai Standar (Jalan, Jalur Pejalan
Kaki, Jalur Sepeda, Saluran Drainase, dan Lainnya)
Dalam mendukung arah pergerakan transportasi dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut, diperlukan jaringan jalan agar dapat menciptakan keterpaduan perkembangan sosial
ekonomi, maka pembentukan keterkaitan (linkage) antar pusat pelayanan menjadi penting.
Dalam hal ini diperlukan pembentukan jaringan jalan yang menghubungkan pusat-pusat
pelayanan. WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut sendiri sistem jaringan jalannya
belum dapat dikatakan sudah menghubungkan pusat layanan dengan pusat-pusat lainnya. Tidak
seluruh kawasan yang ada dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dapat
terjangkau walaupun ada beberapa jalan yang ada kondisinya tidak cukup baik dan bahkan ada
yang dalam kondisi rusak parah.
Selain kurang baiknya aksesibilitas antardesa, jalan dalam keadaan rusak, masalah lain yang juga
perlu direncanakan kedepannya adalah drainase. Kondisi eksisting ketersediaan drainase pada
LAPORAN ANTARA
147
ruas jalan masih belum baik dan masih banyak ruas jalan yang tidak memiliki drainase. Saluran
drainase merupakan salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan yang berfungsi untuk
mengalirkan air yang dapat mengganggu pengguna jalan dan menjaga badan jalan tetap kering
untuk menghindari kerusakan jalan. Saluran drainase merupakan salah satu persyaratan teknis
prasarana jalan. karena badan jalan yang sedikit dipakai untuk kebutuhan parkir kendaraan
terutama hunian yang tidak memiliki bagasi parkir kendaraan selalu memanfaatkan badan jaan
untuk memarkirkan kendaraannya pada waktu tertentu, hal ini memungkinkan beban jalan di
sepanjang jalan tersebut menjadi berat sehingga terjadi kemacetan pada saat aktivitas
kendaraan tinggi.
Melihat dari penjabaran tersebut, salah satu upaya dalam meningkatkan akses dan untuk
mengurangi permasalahan-permasalahan transportasi adalah peningkatan kualitas dan fungsi
jalan yang sudah ada, maupun pembangunan jaringan jalan baru serta pengembangan jalan
dari masing-masing pusat layanan menuju pusat layanan utama. Selain itu juga direncanakan
untuk membangun jalur pejalan kaki yang diarahkan untuk bersebelahan. Adapun perencanaan
jalur pejalan kaki dan jalur sepeda berada di pusat-pusat kegiatan yang ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut.
LAPORAN ANTARA
148
4.10.12 Analisis Cagar Budaya
Semende Darat Laut ini didirikan oleh Syarif, yang bergelar Puyang Tuan. Sedangkan desa yang
mula-mula ada di semende adalah Perapau yang didirikan puyang Raje Ulie, beliau juga disebut
Puyang Tuan dan merupakan kakak Syarif. Beliau juga punya adik yang bergeler puyang Tuan
Kecik, yaitu pendiri desa Tanjung Laut. Jadi desa-desa yang mula-mula ada di semende itu
didirikan oleh Puyang Tuan bersaudara, yaitu Perapau, Muara Danau dan Tanjung Laut yang
kesemuanya terletak di Kecamatan Semende Darat Laut. Seiring perjalanan waktu maka daerah
ini terus berkembang ke Semende Darat Tengah hingga ke Semende Darat Ulu.
Pakar sejarah semende memperkirakan daerah ini sudah berusia tiga sampai empat ratus tahun.
Tapi dari analisa berdasarkan urutan silsilah saya menyimpulkan daerah ini baru berumur dua
ratus tahun lebih sedikit, atau sekitar akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Dokumen
pemerintah kolonial Belanda tahun 1899 tentang marga-marga yang ada di Sum-Sel, disitu
belum tercantum nama marga semende. Mungkin karena daerah ini baru berdiri dan hanya
terdiri dari beberapa buah desa, sehingga pemerintah kolonial Belanda belum mengenal daerah
ini.
Setelah puyang Raje Ulie mendirikan Desa Perapau, lalu menyuruh Syarif untuk membuat
pemukiman baru. Maka segeralah Syarif memenuhi perintah kakaknya itu, Beliau berjalan
menyusuri sungai air betung mencari tempat pemukiman. Setelah menemukan daerah yang
cocok, yaitu dihulu sungai air betung, maka segeralah Beliau dan para pengikutnya mendirikan
pemukiman, Pemukiman baru ini dinamakan Muara Danau, itu terjadi sekitar 1830. Setelah agak
lama bermukim, kemudian terjadi perselisihan antara Syarif dengan Sahir bin Renigam atau
puyang Gembar Alam yang tak lain adalah pembantunya sendiri. Sahir memutuskan untuk
membuat pemukiman sendiri, Sahir dengan dibantu anak-anaknya membuat saluran irigasi,
setelah irigasi ini selesai di bangun dia mulai bermukim di tempat baru ini, tempat ini letaknya
tak jauh dari pemukiman yang didirikan Syarif, tepatnya di seberang sungai di punggung sebuah
bukit.
Karena di tempat baru ini sudah ada saluran irigasi untuk mengairi persawahan dan letaknya
lebih strategis, sehingga banyak orang pindah ketempat ini. Akhirnya Syarif pun pindah ketempat
itu. Nama yang di pakai untuk pemukiman baru ini tidak berubah yaitu tetap Muara Danau. Itulah
cerita singkat mengenai desa Muara Danau yang pernah saya dengar dari orang-orang tua dan
para pakar sejarah Semende, disini mungkin sekali terdapat berbagai kekurangan baik cara
penyajian maupun sumber referensi, untuk itu kritik dan saran saudara yang lebih faham sejarah
Semende sangat saya harapkan.
LAPORAN ANTARA
149
kandang atau keponakan dari anak belai.
Rumah Adat Semendo atau Rumah Baghli Semendo dijadikan situs cagar budaya Rumah
Tradisional Semendo dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,
selain itu juga kebijakan ini didukung oleh Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 2
Tahun 2021 tentnag Arsitektur Bangunan Gedung Berornamen Jati Diri Budaya di Sumatera
Selatan. Rumah Tradisional Semendo di Kecamatan Semende Darat Laut yaitu kawasan cagar
budaya rumah adat khas semendo yang terdapat di Desa Pulau Panggung atau lebih tepatnya
berada di SWP A blok A.2. Pengelolaan Rumah Tradisional Semendo ini berada dibawah
pengelolaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.
LAPORAN ANTARA
150
Gambar 4. 52 Foto Rumah Tradisional Semendo
LAPORAN ANTARA
151
pembangunan jalan, sarana, dan prasarana permukiman, tata ruang di kawasan
perencanaan.
● Melaksanakan penanggulangan banjir dan longsor serta bencana lainnya serta
usaha pengendalian pemanfaatan guna lahan di kawasan perencanaan.
b. Kecamatan Semende Darat Laut
● Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan pengembangan kawasan
perencanaan berkerjasama dengan Dinas-dinas Pemerintah Daerah Kabupaten
Muara Enim.
LAPORAN ANTARA
152
budaya serta lingkungan binaan.
● Membantu dalam hal pemberian supervisi terhadap terlaksananya program
secara keseluruhan. Hal ini juga dimaksudkan sebagai kontrol agar pelaksanaan
program peremajaan dapat berlangsung sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama.
b. NGO (Non-Government Organization)
NGO dapat berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kepada CBO (Community
Based Organization) berfungsi sebagai perantara dalam menyalurkan dana dari
lembaga-lembaga keuangan non pemerintah atau Yayasan sebagai development agency
atau agen pembangunan bagi CBO baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik
peranan LSM berupa bantuan pengadaan sarana prasarana lingkungan permukiman bagi
penduduk setempat dan sebagainya. Sedangkan peran non fisik LSM misalnya dalam
membantu menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup.
Sedangkan peran LSM terhadap pemerintah adalah berupa masukan-masukan dari CBO
yang ada di kawasan program, saran-saran mengenai keberhasilan program. Sebagai
development agency, peran LSM akan mengisi CBO apabila CBO di kawasan
perencanaan belum termotivasi terhadap program yang akan dilaksanakan.
c. CBO
CBO atau organisasi dari aspirasi masyarakat di kawasan program secara institusional
maupun dalam pengambilan keputusan. CBO diharapkan dapat berperan secara aktif
berinteraksi baik dengan pemerintah, LSM, konsultan maupun kepada masyarakat yang
terkena program.
CBO diharapkan dapat menjembatani kepentingan antara berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap program. Untuk itulah CBO yang dapat dimanifestasikan
dalam wujud koperasi, LKMD dan sebagainya harus diikutsertakan sebagai salah satu
unsur dalam proses pengambilan keputusan (decision making process) baik pada tahap
pra-konstruksi pelaksanaan program, selama konstruksi maupun pada pasca-konstruksi.
d. Swasta
Peran pihak swasta dalam kaitannya program pembangunan yaitu berpartisipasi dalam
penyediaan dan pelayanan sarana prasarana perkotaan yang memerlukan investasi
sektor swasta dalam jumlah besar. Pentingnya keterlibatan pihak swasta sangat
mendorong sukses dan berhasilnya perencanaan kawasan. Dalam hal ini pihak swasta
selain berpatisipasi dalam penyediaan dan pelayanan sarana prasarana juga mempunyai
keterlibatan dalam hal peminjaman modal untuk mengimbangi peningkatan efisiensi
pelaksanaan proyek.
LAPORAN ANTARA
153
peranannya dalam proses penyusunan dan pembangunan ruang, sehingga tumbuh
rasa memiliki dan tanggung jawab yang kuat terhadap hasil-hasilnya.
b. Meningkatkan hasil guna penataan dan pembangann kawasan serta lingkungan
karena adanya kepercayaan publik terhadap perencanaan tata ruang itu sendiri.
c. Meningkatkan kepastian hukum dalam berinvestasi pada wilayah perencanaan.
2. Prinsip Utama
a. Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi perencanaan detail tata ruang, mulai dari
proses penyusunan maupun sampai pada pengeluaran produk rencana.
b. Pemerintah Daerah sebelum melakukan pengedahan produk rencana, terlebih
dahulu melakukan uji materi rencana melalui public hearing (dapat menggunakan
media tertentu), dengan tetap membuka kemungkinan adanya kritisi, perubahan
sampai pada penolakan.
c. Efisiensi dan efektifitas; keputusan harus diambil secara efisien dan efektif dengan
mengedepankan kemampuan masyarakat, kepentingan umum, guna tercapainya
kesejahteraan masyarakat secara luas.
d. Produk rencana merupakan hasil dari kesepakatan bersama, hasil dari dialog serta
negosiasi berbagai pihak yang terlibat ataupun yang pihak terkena dmapak
perencanaan.
e. Produk rencana yang telah disepakati bersama tersebut, menjadi konsekuensi
bersama dan isi rencana mengikat melalui pengesahan Peraturan Daerah atau
Peraturan Kepala Daerah.
f. Pengaturan teknis yang tidak diatur dalam perencanaan detail tata ruang, harus
mengikuti kaidah teknis, lingkungan, dan tidak menimbulkan dampak penting yang
luas.
g. Adanya sistem monitoring, evaluasi, dan pelaporan yang transparan dan terbuka
bagi publik.
3. Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Pelaksanaan Penataan Ruang
a. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan penataan
ruang.
b. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang dan
program pembangunan.
c. Bantuan teknik dan pengolahan dalam pemanfaatan ruang.
d. Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
4. Bentuk Peran Masyarakat dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang
a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang skala daerah, kecamatan, dan kawasan
termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang
kawasan yang dimaksud dan/atau sumber daya tanah, air, udara, dan sumber daya
lainnya.
b. Memberikan masukan atau laporan tentang masalah yang berkaitan dengan
perubahan atau penyimpangan pemanfaatan ruang dari peraturan yang telah
disepakati.
c. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan
LAPORAN ANTARA
154
ruang.
d. Mengajukan keberatan dan gugatan melalui instansi yang berwenang menangani
gugatan kepada pemilik, pengelola, dan/atau pengguna atas penyelenggaraan
peruntukan ruang, bangunan dalam kawasan dan lingkungannya.
5. Tata Cara Peran Masyarakat dalam Pelaksanaan Peraturan Zonasi
Disesuaikan dengan jangka waktu pelaksanaan prosesnya sendiri:
a. Bersifat periodik, jangka menengah, dapat dibuat panitia khusus yang sifatnya ad-
hoc atau tidak permanen. Panitia khusus ini dibentuk melalui Surat Keputusan
Kepala Daerah.
b. Bersifat sepanjang waktu atau sewaktu-waktu karena berbasis pada kasus-kasus
yang terjadi dapat dibentuk komite perencanaan yang mempunyai tugas pokok dan
fungsi khusus di bidang perencanaan dan bersifat independent serta mempunyai
kewenangan legal formal untuk menindaklanjuti persoalan-persoalan penataan
ruang.
6. Pelayanan Minimal dalam Penyampaian Informasi Penataan Ruang
Era globalisasi yang ditandai dengan perubahan lingkungan dan munculnya era
keterbukaan mengharuskan pemerintah, baik pusat maupun daerah melakukan
repositioning pelayanan publik yang sebelumnya berparadigma monopolistic menuju
pada paradigma yang berorientasi kepada pelayanan publik (pelayanan kepada
masyarakat).
Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran bahwa paradigma pelayanan
publik telah berubah adalah keberanian pemerintah, baik pusat maupu daerah untuk
melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap kepuasan masyarakat
yang dilayaninya.
Dalam kehidupan masyarakat modern, pelayanan jasa yang berkualitas atau pelayanan
prima (service excellence) sangat diharapkan. Pelayanan ini berpengaruh dan merubah
arah manajemen publik yang terkait dengan pelayanan umum (pelayanan aparatur
pemerintah pada masyarakat). Pelayanan umum yang berkualitas (service excellence
management) merupakan suatu upaya meningkatkan performansi secara terus-
menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi area
fungsional dari suatu organisasi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Memang pada saat ini pemerintah belum dapat melayani rakyatnya secara menyeluruh
dan maksimal, namun demikian pemerintah selalu terus berusaha untuk melayani
masyarakatnya secara maksimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat yang dapat diukur dalam bidang penataan ruang bagi pemerintah
kabupaten/kota, telah ditetapkan adanya Standar Pelayanan Minimal bidang penataan
ruang.
Hakekat dari pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan, pengakuan martabat
dan peningkatan serta apresiasi terhadap harga diri masyarakat. Kebijakan desentralisasi
pembangunan dimaksudkan untuk peningkatan quality of life masyarakat secara
merata. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah maka terdapat keleluasaan
pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan sendiri atas prakarsa, kreatifitas
LAPORAN ANTARA
155
dan peran masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan wilayahnya dalam
segala bidang, tidak terkecuali di bidang penataan ruang.
Standar pelayanan minimal bidang Penataan Ruang disusun berdasarkan kewenangan
wajib pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangn yang
berlaku yang harus diberikan kepada masyarakat. Disamping itu standar pelayanan
minimal harus memenuhi beberapa kriteria seperti berikut:
● Melindungi hak-hak konstitusional perseorangan maupun masyarakat secara
umum.
● Melindungi kepentingan Nasional yang ditetapkan berdasarkan konsensus
Nasional.
● Memenuhi komitmen Nasional yang berkaitan dengan perjanjian dan konvensi
Nasional.
Sebagaimana kita telah diketahui bersama bahwa dalam penataan ruang pada dasarnya
terminologi yang dibangun akan mencakup aspek perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Begitu pula dengan standar pelayanan minimal juga
dibangun dalam terminologi yang sama, yaitu pelayanan minimal pada tahap
perencanaan, tahap pemanfaatan ruang dan tahap pengendalian pemanfaatan ruang.
Sebagai standar minimal, maka paling tidak pemerintah kabupaten/kota harus dapat
mengimplementasikan ketentuan-ketentuan yang ada pada standar pelayanan minimal
yang telah ditetapkan tersebut. Namun demikian akan lebih baik lagi apabila pemerintah
kabupaten/kota dapat mengembangkan dengan mengakomodasikan keraifan lokal yang
ada dan berkembang di wilayahnya masing-masing, sehingga masyarakat menjadi
semakin mudah untuk berperan serta dan terlibat dalam kegiatan penataan ruang.
Tabel 4. 77 Badan atau Dinas atau Lembaga yang Terlibat Langsung dalam Pembangunan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut
BADAN/ DINAS/ LEMBAGA PERAN
Badan Perencanaan Pelaksanaan dan penyusunan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
Pembangunan, Penelitian, dan bidang perencanaan pembangunan daerah
Pengembangan Daerah
Dinas Pekerjaan Umum dan Pelaksanaan dan penyusunan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dengan
Penataan Ruang tata ruang dan bangunan.
Dinas Perumahan Rakyat dan Penyediaan perumahan dan sarana prasarana lingkungan permukiman dan
Kawasan Permukiman pemakaman
Dinas Perhubungan Penyediaan moda trayek angkutan umum telah tersebar ke di Kecamatan
Semende Darat Laut dengan daerah lainnya di Kabupaten Muara Enim
Dinas Penanaman Modal Dan Pelaksanaan perijinan yang terpadu serta penanaman modal
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Dinas Lingkungan Hidup, Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
Kebersihan dan Pertamanan bidang lingkungan hidup
Kebersihan Pemenuhan sarana persampahan, ruang terbuka hijau dan pertamanan
Badan Pertanahan Nasional Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan
Badan Penanggulangan Bencana Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
Daerah bidang bencana alam
LAPORAN ANTARA
156
BADAN/ DINAS/ LEMBAGA PERAN
Dinas Perindustrian dan Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
Perdagangan bidang perindustrian dan perdagangan
Dinas Komunikasi, Informatika, Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
dan Statistik bidang komunikasi dan informasi
PDAM Pemenuhan jaringan air bersih Kecamatan Semende Darat Laut untuk seluruh
aspek
PLN Pemenuhan jaringan listrik Kecamatan Semende Darat Laut untuk seluruh
aspek
Telkom Pemenuhan jaringan kabel dan nirkabel di Kecamatan Semende Darat Laut
Kecamatan Semende Darat Laut Yang memiliki wilayah perencanaan dan memiliki wewenang untuk
mengembangkan wilayahnya.
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
157
Gambar 4. 54 Skema Arahan Kelembagaan dalam Kegiatan Perencanaan dengan Kewenangan Setiap SOTK
LAPORAN ANTARA
158
4.12 Analisis Karakteristik Peruntukan Zona
Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik.
Analisis karakteristik peruntukan zona berdasarkan kondisi yang diharapkan dilakukan untuk
secara jelas memberikan gambaran mengenai arahan zona yang akan direncanakan berdasarkan
pada keadaan eksisting dan hasil analisis penyusunan RDTR. Dengan ditentukannya arahan
pengembangan zona tersebut, secara mendasar akan membentuk suatu konsep penataan ruang
di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang memenuhi akan
kegiatan-kegiatan yang terstruktur sebagai zona dan sub zona. Analisis ini didasarkan pada
arahan ketentuan umum peraturan zonsi dari RTRW Kabupaten Maura Enim dengan
membandingkan penentuan zona yang telah disampaikan dalam Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Penyusunan, Peninjauan Kembali, Reivisi dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota dan Rencana Detail Tata Ruang.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, terdapat beberapa guna lahan yang saat ini
berkembang di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut, yaitu
perumahan, perdagangan dan jasa, perkebunan, pertanian, kegiatan wisata, pendidikan, fasilitas
umum, dan lain-lain. Guna lahan ini yang kemudian dapat dikembangkan untuk menjadi zona
dan sub zona di dalam penentuan rencana pola ruang RDTR Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut. Zona yang akan dikembangkan selain berdasarkan guna lahan eksisting, perlu
mempertimbangkan arahan rencana pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim dan kebutuhan
pengembangan berdasarkan analisis sumber daya buatan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
dibuat kualitas yang diharapkan untuk setiap zona yang akan dikembangkan sebagai dasar
penentuan rencana pola ruang. Analisis karakteristik peruntukan zona/sub zona berdasarkan
kondisi yang diharapkan dilakukan untuk mengidentifikasi definisi dan kualitas lokal minimum
pada masing-masing zona/sub zona serta menjadi rumusan bagi:
• Ketentuan penggunaan lahan
• Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
• Ketentuan tata bangunan
• Ketentuan khusus
Lebih jelasnya mengenai analisis karakteristik peruntukan zona berdasarkan kondisi yang
diharapkan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 78 Pengkatogerian Penggunaan Lahan Eksisting Berdasarpak Permen ATR/KBPN No. 11 Tahun 2021
PERUNTUKAN ZONA (PERMEN ATR/KBPN
N 11/2021)
PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING
O KOD
ZONA
E
1 Kolam
Badan Air BA
2 Sungai
3 Jalan Badan Jalan BJ
4 Hutan Lainnya
5 Perkebunan Pertanian P
6 Sawah
LAPORAN ANTARA
159
PERUNTUKAN ZONA (PERMEN ATR/KBPN
N 11/2021)
PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING
O KOD
ZONA
E
7 Bangunan Kesehatan
8 Bangunan Pendidikan
9 Bangunan Peribadatan Sarana Pelayanan Umum SPU
10 Bangunan Sosial
11 Lapangan Olahraga
12 Bangunan Industri Peruntukan Lainnya PL
13 Bangunan Pariwisata dan Hiburan Pariwisata W
14 Bangunan Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa K
15 Bangunan Perkantoran Perkantoran KT
16 Bangunan Permukiman Perumahan R
17 Bangunan Pertahanan dan Keamanan Pertahanan dan Keamanan HK
18 Makam
Ruang Terbuka Hijau RTH
19 Pekarangan
20 Semak Belukar
Berpotensi Menjadi Zona yang
21 Tegalan/Ladang
Direncanakan
22 Tanah Kosong
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
160
Tabel 4. 79 Karakteristik Peruntukan Zona
LAPORAN ANTARA
161
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
Taman Kota RTH-2 Lahan terbuka yang yang berfungsi n/a n/a n/a • Pendirian bangunan • Pembangunan reklame dan n/a
sosial dan estetik sebagai sarana dibatasi hanya untuk sejenisnya di RTH yang dikelola
kegiatan rekreatif, edukasi atau bangunan penunjang oleh Pemda
kegiatan lain yang ditujukan untuk kegiatan rekreasi dan • Kegiatan yang mengubah
melayani penduduk satu kota atau fasilitas umum lainnya dan/atau merusak RTH
bagian wilayah kota
Taman RTH-3 Taman yang ditujukan untuk Tempat rekreasi n/a n/a • Pendirian bangunan • Pembangunan reklame dan n/a
Kecamatan melayani penduduk satu kecamatan dan olahraga dibatasi hanya untuk sejenisnya di RTH yang dikelola
masyarakat skala bangunan penunjang oleh Pemda
kecamatan dan kegiatan rekreasi dan • Kegiatan yang mengubah
menjadi area fasilitas umum lainnya dan/atau merusak RTH
terbuka sebagai
ruang alternatif
mitigasi/evakuasi
Taman RTH-4 Taman yang ditujukan untuk Tempat rekreasi n/a n/a • Pendirian bangunan • Pembangunan reklame dan n/a
Kelurahan melayani penduduk satu kelurahan dan olahraga dibatasi hanya untuk sejenisnya di RTH yang dikelola
masyarakat skala bangunan penunjang oleh Pemda
kelurahan dan kegiatan rekreasi dan • Kegiatan yang mengubah
menjadi area fasilitas umum lainnya dan/atau merusak RTH
terbuka sebagai
ruang alternatif
mitigasi/evakuasi
Taman RW RTH-5 Taman yang ditujukan untuk n/a n/a • Pendirian bangunan • Pembangunan reklame dan n/a
melayani penduduk satu RW, dibatasi hanya untuk sejenisnya di RTH yang dikelola
khususnya kegiatan remaja, kegiatan bangunan penunjang oleh Pemda
olahraga masyarakat, serta kegiatan kegiatan rekreasi dan • Kegiatan yang mengubah
masyarakat lainnya di lingkungan RW fasilitas umum lainnya dan/atau merusak RTH
tersebut.
LAPORAN ANTARA
162
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
Pemakaman RTH-7 Penyediaan ruang terbuka hijau yang Ruang untuk n/a n/a n/a n/a n/a
berfungsi utama sebagai tempat tempat
penguburan jenazah. Selain itu juga pemakaman
dapat berfugnis sebagai daerah umum
resapan air, tempat pertumbuhan
berbagai jenis vegetasi, pencipta
iklim mikro serta
tempat hidup burung serta fungsi
sosial masyarakat disekitar seperti
beristirahat dan sebagai sumber
pendapatan.
ZONA BUDI DAYA
ZONA BADAN JALAN (BJ)
Badan Jalan BJ Badan jalan yang berada di antara
kisi-kisi jalan dan merupakan lajur
utama yang meliputi jalur lalu lintas
dan bahu jalan.
ZONA PERTANIAN (P)
Tanaman P-1 Peruntukan ruang lahan basah Pertanian • Permukiman perdesaan di • Alih fungsi lahan pertanian n/a
Pangan beririgasi, rawa pasang surut dan tanaman pangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B)
lebak dan lahan basah tidak beririgasi berkelanjutan tanaman pangan non irigasi yang tidak sesuai dengan
serta lahan kering potensial untuk tidak terganggu teknis hanya diperuntukan peraturan perundang-
pemanfaatan dan pengembangan oleh aktivitas bagi penduduk yang undangan
tanaman pangan.2 yang berkembang bekerja di sektor pertanian • Kegiatan perkotaan di
di sekitarnya • Pengendalian secara ketat sepanjang jalur transportasi
konversi lahan sawah yang menggunakan lahan
beririgasi non teknis sawah dikonversi
• Bangunan prasarana • Menggunakan lahan yang
wilayah dan bangunan dikelola dengan mengabaikan
yang bersifat mendukung kelestarian lingkungan
kegiatan pertanian • Pemborosan penggunaan
• Kegiatan wisata alam sumber air
secara terbatas, penelitian, • Pada kawasan pertanian
dan pendidikan tanaman pangan yang memiliki
fungsi gambut budi daya tidak
LAPORAN ANTARA
163
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
diizinkan keigatan yang
mengakibatkan penurunan
muka air tanah di lahan gambut
lebih dari 0,4 meter di bawah
permukaan gambut dan atau
tereksposnya sedimen berpirit
dan atau kwarsa di bawah
lapisan gambut
Hortikultura P-2 Peruntukan ruang lahan kering n/a n/a n/a • Permukiman pekrotaan • Menggunakan lahan yang n/a
potensial untuk pemanfaatan dan dengan intensitas dikelola dengan mengabaikan
pengembangan tanaman hortikultura pemanfaatan ruang kelestarian lingkungan
secara monokultur maupun tumpang kepadatan sedang sampai • Pada kawasan hortikultura
sari. dengan tinggi yang memiliki fungsi gambut
• Permukiman perdesaan budidaya tidak diizinkan
dengan intensitas kegiatan yang mengakibatkan
pemanfaatan ruang penurunan muka air tanah di
kepadatan rendah lahan gambut atau
• Bangunan prasarana tereksposenya sedimen berpirit
wilayah dan bangunan dan atau kwarsa di bahwa
yang bersifat mendukung lapisan gambut
kegiatan pertanian
• Kegiatan wisata alam
secara terbatas, penelitian,
dan pendidikan
Perkebunan P-4 Peruntukan ruang yang memiliki n/a n/a n/a • Permukiman perkotaan • Penanaman jenis tanaman n/a
potensi untuk dimanfaatkan dan dengan intensitas perkebunan yang bersifat
dikembangkan baik pada lahan basah pemanfatan ruang menyerap air dalam jumlah
dan atau lahan kering untuk kepadatan sedang dengan banyak, terutama kawasan
komoditas perekbunan. tinggi perkebunan yang berlokasi di
• Permukiman perdesaan daerah hulu/kawasan resapan
dengan intensitas air
pemanfaatan ruang • Pada kawasan perkebunan
kepadatan rendah yang memiliki fungsi gambut
• Merubah jenis tanaman budidaya tidak diizinkan
perkebunan yang tidak kegiatan yang mengakibatkan
sesuai dengan perizinan penurunan muka air tanah di
LAPORAN ANTARA
164
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
harus melakukan proses lahan gambur lebih dari 0,4
perizinan ulang meter di bawah permukaan
• Bangunan yang bersifat gambut dan atau tereksposnya
mendukung kegiatan sedimen berpirit dan atau
perkebunan dan jaringan kwarsa di bawah lapisan
prasarana wilayah gambut
• Ketentuan kemiringan
lahan 0-8% untuk pola
monokultur, tumpangsari,
interkultur atau campuran
melalui konservasi
vegetative mencakup
tanaman penutup tanah,
penggunaan mulsa dan
pengelolaan tanah
minimum
• Ketentuan kemiringan
lahan 8-15% untuk pola
tanaman monokultur,
tumpangsari, interkultur
atau campuran, tindakan
konservasi vegetative dan
tindakan konservasi sipil
teknis.
• Ketentuan kemiringan
lahan 15-40% untuk pola
tanam monokultur,
interkultur atau campuran,
melalui tindakan
konservasi vegetative dan
tindakan konservasi sipil
teknis, serta menggunakan
tanaman tahunan
perkebunan yang bersifat
konservasi
ZONA PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK (PTL)
LAPORAN ANTARA
165
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
Pembangkita PTL Peruntukan ruang yang menduknug n/a n/a n/a n/a n/a n/a
n Tenaga kegiatan memproduksi tenaga listrik.
Listrik
ZONA PARIWISATA
Pariwisata W Peruntukan ruang yang merupakan Wisata alam dan • Pemanfaatan potensi • Pembatasan pendirian n/a n/a
bagian dari kawasan budi daya yang buatan yang unik alam dan budaya bangunan hanya untuk
dikembangkan untuk dan berdaya tarik masyarakat sesuai daya menunjang kegiatan
mengembangkan kegiatan pariwisata kuat bagi dukung dan daya pariwisata
baik alam, buatan, maupun budaya wisatawan tampung lingkungan
mancanegara dan • Pemanfaatan kawasan
lokal, namun fungsi lindung untuk
tetap kegiatan wisata
mempertahankan dilaksanakan sesuai azas
keberlanjutan konservasi sumberdaya
lingkungan alam hayati dan
ekosistemnya,
perlindungan terhadap
situs peninggalan
kebudayaan masa lalu
ZONA PERUMAHAN
Perumahan R-2 Peruntukan ruang yang merupakan Perumahan • Dialihfungsikan sesuai • Penetapan garis sempadan • Mengembangkan kegiatan
Kepadatan bagian dari kawasan budidaya kepadatan tinggi dengan ketentuan bangunan sesuai dengan yang menganggu fungsi
Tinggi difungsikan untuk tempat tinggal horisontal yang peraturan perundang- fungsi jalan atau ketentuan permukiman dan kelangsungan
atau hunian dengan perbandingan dilengkapi PSD undangan yang berlaku kehidupan sosial masyarakat
yang besar antara jumlah dan kepadatan • Dibangun prasarana • Pengharusan penyediaan
bangunan rumah dengan luas lahan tinggi vertikal wilayah sesuai dengan kelengkapan, keselamatan
yang terjangkau ketentuan peraturan bangunan dan lingkungan
bagi seluruh yang berlaku • Pengharusan penetapan
lapisan • Kegiatan industri skala jenis dan peenrapan
masyarakat. rumah tangga dan syarat-syarat penggunaan
Ketinggian fasilitas sosial ekonomi bangunan
maksimal adalah lainnya dengan skala • Pengharusan penyediaan
15 meter pelayanan lingkungan drainase yang memadai,
LAPORAN ANTARA
166
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
Perumahan R-3 Peruntukan ruang yang merupakan Perumahan • Kawasan permukiman pembuatan sumur resapan
Kepadatan bagian dari kawasan budidaya kepadatan sedang harus dilengkapi dengan yang memadai, pembuatan
Sedang difungsikan untuk tempat tinggal yang dilengkapi fasilitas sosial termasuk tandon-tandon air hujan
atau hunian dengan perbandingan PSD dan menjadi RTH perkotaan sesuai • Pengharusan penyediaan
yang hampir seimbang antara jumlah hunian bagi ketentuan yang berlaku fasilitas parkir bagi
bangunan rumah dengan luas lahan masyarakat • Kegiatan dan fasilitas bangunan untuk kegiatan
menengah, perkotaan usaha
berupa hunian • Kepadatan penghunian
horisontal satu unit hunian untuk satu
Perumahan R-4 Peruntukan ruang yang difungsikan rumah tangga dalam
Kepadatan untuk tempat tinggal atau hunian kawasan permukiman
Rendah dengan perbandingan yang kecil setinggi-tingginya sama
antara jumlah bangunan rumah dengan standar kepadatan
dengan luas lahan layak huni, tidak termasuk
bangunan hunian yang
terletak di dalam kawasan
permukiman tradisional
ZONA SARANA PELAYANAN UMUM
SPU Skala SPU-1 Peruntukan ruang yang merupakan Pengembangan n/a n/a n/a n/a n/a
Kota bagian dari Kawasan budi daya yang ruang untuk
dikembangkan untuk melayani sarana pelayanan
peduduk skala kota umum kota yang
berwawasan
lingkungan
dengan
menyediakan RTH
30% dari luasan
lahan
SPU Skala SPU-2 Peruntukan ruang yang merupakan Pengembangan n/a n/a n/a n/a n/a
Kecamatan bagian dari Kawasan budi dayayang ruang untuk
dikembangkan untuk melayani sarana pelayanan
peduduk skala kecamatan umum kecamatan
yang berwawasan
lingkungan
dengan
menyediakan RTH
LAPORAN ANTARA
167
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
30% dari luasan
lahan
SPU Skala SPU-3 Peruntukan ruang yang merupakan Pengembangan n/a n/a n/a n/a n/a
Kelurahan bagian dari Kawasan budi daya yang ruang untuk
dikembangkan untuk melayani sarana pelayanan
peduduk skala kelurahan umum kelurahan
yang berwawasan
lingkungan
dengan
menyediakan RTH
30% dari luasan
lahan
ZONA CAMPURAN
Campuran C-2 Peruntukan ruang yang terdiri atas Zona dengan mix n/a n/a n/a n/a n/a
Intensitas campuran hunian dan non hunian use
Sedang/Men dengan intensitas pemanfaatan
engah ruang/kepadatan zona terbangun
sedang. Apabila tidak ada
keterbatasan daya dukung
lingkungan dan ketentuan nilai sosial
budaya setempat maka KDB kawasan
campuran intensitas menengah
maksimum 70% dan ketinggian
bangunan 3-5 lantai.
ZONA PERDAGANGAN DAN JASA
Perdagangan K-2 Peruntukan ruang yang merupakan Perdagangan dan n/a n/a n/a n/a n/a
dan Jasa bagian dari Kawasan budi daya jasa yang
Skala Kota difungsikan untuk pengembangan dibutuhkan
kelompok kegiatan perdagangan masyarakat
dan/atau jasa, tempat bekerja, dalam skala
tempat berusaha, tempat hiburan pelayanan
LAPORAN ANTARA
168
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
dan rekreasi dengan skala pelayanan kecamatan
WP dengan pola
pembangunan
perdagangan dan
jasa berupa
bangunan-
bangunan
pertokoan ukuran
sedang yang
mengelompok
Perdagangan K-3 Peruntukan ruang yang merupakan Perdagangan dan n/a n/a n/a n/a n/a
dan Jasa bagian dari Kawasan budi daya jasa yang
Skala SWP difungsikan untuk pengembangan dibutuhkan
kelompok kegiatan masyarakat
perdagangandan/atau jasa, tempat dalam skala
bekerja, tempat berusaha, tempat pelayanan
hiburan dan rekreasi dengan skala kelurahan dengan
pelayanan sub WP pola
pembangunan
perdagangan dan
jasa berupa
bangunan-
bangunan
pertokoan ukuran
kecil yang
mengelompok
dan jarak tempuh
dari permukiman
yang relatif dekat
ZONA PERKANTORAN
Perkantoran KT Peruntukan ruang yang merupakan Pengembangan n/a n/a n/a n/a n/a
bagian dari Kawasan budi daya ruang untuk
difungsikan untuk pengembangan perkantoran
kegiatan pelayanan pemerintahan pemerintah dan
dan tempat bekerja/berusaha, swasta yang
tempat berusaha, dilengkapi dengan berwawasan
LAPORAN ANTARA
169
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
fasilitas umum/sosial pendukungn ya. lingkungan
dengan
menyediakan RTH
50% dari luasan
lahan dan 100%
penggantian
ruang hijau untuk
tiap bangunan
ZONA PERUNTUKAN LAINNYA
Instalasi PL-3 n/a n/a n/a n/a n/a
Pengolahan
Air Limbah
(IPAM)
Pergudangan PL-6 n/a n/a n/a n/a n/a
ZONA TRANSPORTASI
Transportasi TR Peruntukan ruang yang merupakan Halte/shelter n/a n/a n/a n/a n/a
bagian dari peruntukan budi daya direncanakan
yang dikembangkan untuk berada di
menampung fungsi transportasi skala beberapa desa
regional dalam upaya untuk terutama Desa
menduknug kebijakan Muara Dua dan
pengembangan transportasi yang Pulau Panggung.
tertuang di dalam rencana tata ruang
yang meliputi transportasi darat,
udara, dan laut.
ZONA PERTAHANAN DAN KEAMANAN
Pertahanan HK Peruntukan tanah yang merupakan Pengembangan n/a • Penetapan untuk • Pembatasan kegiatan n/a n/a
dan bagian dari kawasan budi daya yang bidang kawasan pertahanan dan budidaya di sekitar
Keamanan dikembangkan untuk menjamin pertahanan dan keamanan sesuai kawasan pertahanan dan
kegiatan dan pengembangan bidang keamanan negara ketentuan peraturan keamanan
pertahanan dan keamanan seperti yang didukung perundang-undangan
kantor, instalasi hankam, termasuk kualitas ruang • Diperkenankan
tempat latihan baik pada tingkat berwawasan penyediaan infrastruktur
LAPORAN ANTARA
170
PERSEPSI BERDASARKAN RTRW KABUPATEN MUARA ENIM KUALITAS
ZONA/SUB
KODE DEFENISI LOKAL
ZONA ARAHA TEKNIS DIIZINKAN
KAWASAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN MINIMUM
N ZONA BERSYARAT
nasional, Kodam, Korem, lingkungan pendukung kawasan
Koramil, dsb dengan pertahanan dan
menyediakan RTH keamanan ditetapkan
30% dari luasan sesuai ketentuan
lahan peraturan perundang-
undangan
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
171
4.13 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat Ini Berkembang dan Mungkin
Akan Berkembang di Masa Mendatang
Untuk memperjelas dari pengertian dan jenis-jenis kegiatan yang ada di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut, mka akan dijelaskan kegiatan yang akan digunakan dalam
peraturan zonasi yang mengacu pada kegiatan eksisting yang ada hasil dari survei toponimi dan
kegiatan yang mungkin akan terjadi sampai akhir tahun perencanaan. Karakteristik kegiatan yang
sudah ada pada WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada umumnya adalah
perumahan, perdagangan dan jasa, pertanian, dan sarana pelayanan umum. Apabila dikaitkan
dengan kawasan (desa), kegiatan-kegiatan yang cukup padat mengarah linear sepanjang Jalan
Kolektor Sekunder. Sedangkan kegiatan yang masih relatif jarang terkecuali Desa Muara Dua,
Desa Pulau Panggung. Uraian kegiatan yang berkembang di WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 80 Kegiatan yang Sudah Berkembang di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
KBLI 3 KBLI 3
PERDAGANGAN DAN JASA PERUMAHAN
DIGIT DIGIT
472 Warung Kopi 410 Rumah Kopel
472 Warung Minuman
472 Warung Sembako Energi
472 Warung Makan 410 Gardu Listrik
631 Gerai Transaksi Online 422 Menara Telekomunikasi
471 Toko Kelontong
477 Toko Pakan Ternak SPU
477 Toko Pakan Ikan 861 Puskesmas
474 Toko Alat Komunikasi 931 Lapangan Bola
478 Bensin Eceran 949 Kantor Lembaga Adat
862 Bidan 851 Sekolah Dasar
454 Cuci Motor
141 Tukang Jahit
331 Bengkel Motor
331 Bengkel Mobil
331 Tambal ban
641 Koperasi
477 Penjual Kayu
477 Toko Kussen/ Profil
477 Toko Material
477 Penjual Daging Ayam
641 Bank
641 ATM Center
477 Apotik
961 Salon
477 Agen Gas Elpiji
532 Agen Titipan Paket
799 Biro Jasa
821 Foto Copy
LAPORAN ANTARA
172
KBLI 3 KBLI 3
PERDAGANGAN DAN JASA PERUMAHAN
DIGIT DIGIT
473 Pom Bensin
952 Service jam
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Untuk rencana kedepannya, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ini akan
dikembangkan sentra industri kopi dimana Semende Darat Laut menjadi pusat penghasil kopi di
Kabupaten Muara Enim. Selain aktivitas industri pengolahan kopi juga pengembangan pusat
perdagangan dan jasa akan menimbulkan kegiatan-keigatan sampingan yang cukup beraga,
terutama sektor perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya, kegiatan yang akan muncul pada
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dapat dilihat pada tabel berikut. Kegiatan-
kegiatan tersebut diterjemahkan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indoensia (KLBI) Tahun
2020 tiga digit.
Tabel 4. 81 Kegiatan yang Akan Muncul ada WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
KBLI DIGIT
RENCANA
3
Perikanan Kantor Pusat dan Konsultasi
Manajemen
032 Perikanan Budidaya 70 Aktivitas Konsultasi Manajemen
2
LAPORAN ANTARA
173
KBLI DIGIT
RENCANA
3
Konstruksi 77 Penyewaan dan Sewa Guna Usaha
3 Tanpa Hak Opsi Mesin, Peralatan dan
Barang Berwujud Lainnya
410 Konstruksi Gedung 77 Penyewaan dan Sewa Guna Usaha
4 Tanpa Hak Opsi Aset Non Finansial,
Bukan Karya Cipta
421 Konstruksi Jalan dan Rel 78 Aktivitas Penyediaan Tenaga Kerja
2 Waktu Tertentu
422 Konstruksi Jaringan Irigasi, Komunikasi dan 78 Pelatihan Kerja
Limbah 4
429 Konstruksi Bangunan Sipil Lainnya 79 Aktivitas Agen Perjalanan dan
1 Penyelenggara Tur
431 Pembongkaran dan Penyiapan Lahan 79 Jasa Reservasi Lainnya
9
432 Instalasi Sistem Kelistrikan, Air, Pipa dan
Instalasi Konstruksi Lainnya
433 Penyelesaian Konstruksi Bangunan Keamanan
439 Konstruksi Khusus Lainnya 80 Aktivitas Keamanan Swasta
1
80 Aktivitas Jasa Sistem Keamanan
2
Perdagangan
451 Perdagangan Mobil Jasa Gedung dan Pertamanan
452 Reparasi dan Perawatan Mobil 81 Aktivitas Kebersihan
2
453 Perdagangan Suku Cadang dan Aksesori Mobil 81 Aktivitas Jasa Perawatan dan
3 Pemeliharaan Taman
454 Perdagangan, Reparasi dan Perawatan
Sepeda Motor dan Perdagangan Suku Cadang
dan Aksesorisnya
461 Perdagangan Besar Atas Dasar Balas Jasa Aktivitas Penunjang
(Fee) atau Kontrak
463 Perdagangan Besar Makanan, Minuman dan 82 Jasa Penyelenggara Pertemuan,
Tembakau 3 Perjalanan Insentif, Konvensi,
Pameran, dan Jasa Penyelenggaraan
Event Khusus
464 Perdagangan Besar Barang Keperluan Rumah 82 Aktiivtas Jasa Penunjang Usaha
Tangga 9
471 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang
di Toko
472 Perdagangan Eceran Khusus Makanan, Pendidikan
Muniman dan Tembakau di Toko
473 Perdagangan Eceran Khusus Bahan Bakar 85 PAUD
Kendraan Bermotor 1
474 Perdagangan Eceran Khusus Peralatan 85 Pendidikan Menengah
Informasi dan Komunikasi di Toko 2
475 Perdagangan Eceran Khusus Perlengkapan 85 Pendidikan Tinggi
Rumah Tangga Lainnya di Toko 3
476 Perdagangan Eceran Khusus Barang Budaya 85 Pendidikan Lainnya
dan Rekreasi Khusus di Toko Khusus 4
477 Perdagangan Eceran Khusus Barang Lainnya 85 Kegiatan Penunjang Pendidikan
di Toko 5
479 Perdagangan Eceran Bukan di Toko, Kaki Lima
dan Los Pasar
Kesehatan
Pengangkutan dan Pergudangan 86 Aktivitas Rumah Sakit
1
492 Angkutan Bus 86 Aktivitas Praktik Dokter dan Dokter
LAPORAN ANTARA
174
KBLI DIGIT
RENCANA
3
2 Gigi
494 Angkutan Darat Bukan Bus 86 Aktivitas Pelayanan Kesehatan
9 Manusia Lainnya
521 Pergudangan dan Penyimpanan 87 Aktiivtas Sosial di Dalam Panti untuk
1 Perawatan dan Pemulihan Kesehatan
522 Aktivitas Penunjang Angkutan 87 Aktiivtas Sosial di Dalam Panti untuk
2 Keterbelakangan Mental, Gangguang
Mental, dan Penyalahan Obat
Terlarang
531 Aktivitas Pos 87 Aktiivtas Sosial di Dalam Panti untuk
3 Lanjut Usia dan Penyandang Disabilitas
532 Aktivitas Kurir 87 Aktiivtas Sosial di Dalam Panti untuk
9 Lainnya
LAPORAN ANTARA
175
KBLI DIGIT
RENCANA
3
664 Aktivitas Penyelenggaraan Sistem
Pembayaran dan Jasa Pengolahan Uang
Rupiah
Real Estate
681 Real Estat yang Dimiliki Sendiri atau Disewa
dan Kawasan Pariwisata
682 Real Estat atas Dasar Balas Jasa (Fee) atau
Kontrak
LAPORAN ANTARA
176
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK ANALISIS
O
BERKEMBANG
berbentuk panggung atau desain rumah
dasar rumah tidak panggung sudah tidak
menempel pada tanah. lagi diminati banyak
Ketinggian rumah panggung orang
bervariasi, tergantung dari
lokasinya, berkisar 100 cm
bahkan ada sampai 200 cm
2. Arahan a. kawasan permukiman Kegiatan pada kawasan Kegiatan perumahan
Kegiatan RTRW perkotaan dengan permukiman tinggi dan kepadatan tinggi yang
Kabupaten karakter Perumahan sedang diantaranya: mungkin berkembang di
Muara Enim Kepadatan sedang a. Rumah bentuk vertikal SWP A adalah rumah
seperti rumah toko dengan susun rendah yang dapat
kepadatan dan KDB tinggi; berfungsi sebagai tempat
b. Rumah tunggal dengan persinggahan sementara
kepadatan dan KDB atau perumahan pekerja-
sedang. pekerja baik dalam
c. Rumah kampung dengan daerah maupun pekerja
bentuk bangunan diluar daerah.
panggung, lebar kapling
yang beragam dan
berkepadatan sedang, KDB
tinggi dengan prasarana
jalan berupa gang
b. kawasan permukiman Karakter permukiman Karakter kegiatan
perdesaan. perdesaan identik dengan permukiman merupakan
kawasan permukiman kegiatan rumah tunggal.
agraris, dimana rumah utama
dilengkapi dengan halaman
yang dapat dimanfaatkan
sebagai lahan bercocok
tanam dan gudang
penyimpanan hasil
pertanian.
4. Undang- Rumah menurut Jenis: - Rumah Komersial adalah a. Kemungkinan
undang Nomor - Rumah Komersial; Rumah yang meningkatnya fungsi
1 Tahun 2011 - Rumah Swadaya; diselenggarakan dengan Perkotaan Semende
tentang - Rumah Umum; tujuan mendapatkan Darat Laut sebagai
Perumahan - Rumah Negara. keuntungan; kawasan
dan Kawasan - Rumah Swadaya adalah pengembangan
Permukiman Rumah yang dibangun agropolitan akan
atas prakarsa dan upaya menjadi daya tarik
masyarakat; investasi bagi
- Rumah Umum adalah perkembangan rumah
Rumah yang komersial dengan
diselenggarakan untuk bentuk rumah tunggal
memenuhi kebutuhan atau rumah kopel;
rumah bagi masyarakat b. Luas lantai rumah
berpenghasilan rendah; tunggal dan rumah
dan deret memiliki ukuran
- Rumah Negara adalah paling sedikit 36 (tiga
Rumah yang dimiliki puluh enam) meter
negara dan berfungsi persegi.
sebagai tempat tinggal c. Kegiatan perumahan
atau hunian dan sarana berdasarkan benruk
pembinaan keluarga rumah di dapat
serta penunjang berupa:
pelaksanaan tugas - Rumah tunggal.
LAPORAN ANTARA
177
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK ANALISIS
O
BERKEMBANG
pejabat dan/atau - Rumah deret.
pegawai negeri
Rumah menurut a. rumah tunggal adalah
Bentuknya: rumah yang mempunyai
- Rumah tunggal; kaveling sendiri dan salah
- Rumah deret; dan satu dinding bangunan
- Rumah Susun. tidak dibangun tepat
pada batas kaveling.
b. Rumah deret adalah
beberapa rumah yang
satu atau lebih dari sisi
bangunan menyatu
dengan sisi satu atau
lebih bangunan lain atau
rumah lain, tetapi
masing-masing
mempunyai kaveling
sendiri.
c. Rumah susun adalah
bangunan gedung
bertingkat yang dibangun
dalam suatu lingkungan
yang terbagi dalam
bagian-bagian yang
distrukturkan secara
fungsional, baik dalam
arah horizontal maupun
vertikal, dan merupakan
satuansatuan yang
masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan
secara terpisah,
terutama untuk tempat
hunian, yang dilengkapi
dengan bagian bersama,
benda bersama, dan
tanah bersama.
5. Peraturan a. bangunan rumah Bangunan rumah tinggal Kegiatan Rumah tinggal
Daerah tinggal tunggal; sementara diperuntukkan sementara sebagai ruang
Kabupaten b. bangunan rumah sebagai tempat evakuasi bencana
Muara Enim No tinggal deret; penampungan korban diperlukan pada setiap
5 Tahun 2015 c. bangunan rumah bencana mengungsi baik wilayah perencanaan.
Tentang tinggal susun; dan secara massal, penampungan
Bangunan d. bangunan rumah keluarga maupun individual
Gedung tinggal sementara. yang dilengkapi dengan
fasilitas penyediaan air
bersih, fasilita ssanitasi dan
penerangan yang memadai.
LAPORAN ANTARA
178
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK ANALISIS
O
BERKEMBANG
6 Peraturan Kegiatan bidang
Bupati Muara perumahan dan
Enim Nomor 4 permukiman:
Tahun 2019 a. Rumah susun
tentang
Pendelegasian
Kewenangan Di
Bidang
Pelayanan
Perizinan Dan
Non Perizinan
Kepada Kepala
Dinas
Penanaman
Modal Dan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
Kabupaten
Muara Enim
Berdasarkan tabel analisis sebelumnya, jenis dan karakteristik kegiatan perumahan dan
permukiman baik yang ada, yang akan berkembang, maupun arahan dari kebijakan di
kecenderungannya dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk rumah yang disimpulkan
adalah rumah tunggal, rumah kopel, rumah deret, rumah panggung, dan rumah tinggal
sementara.
LAPORAN ANTARA
179
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK
O
BERKEMBANG
2. Permendag No 70/M- Pasar Tradisional Pasar yang dibangun dan dikelola oleh
DAG/PER/12/2013 Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan
tentang Pedoman Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Penataan dan Daerah termasuk kerjasama dengan swasta
Pembinaan Pasar dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan
Tradisional, Pusat tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
Perbelanjaan dan menengah, swadaya masyarakat atau koperasi
Toko Modern dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan
proses jual beli barang dagangan melalui tawar
menawar.
Toko Modern Toko Modern adalah toko dengan sistem
pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang
secara eceran yang berbentuk Minimarket,
Supermarket, Department Store, Hypermarket
ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan.
Toko Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi
usaha yang digunakan untuk menjual barang dan
terdiri dari hanya satu penjual.
3. Peraturan Bupati Kegiatan bidang kesehatan: Kegiatan ini merupakan kegiatan perdagangan
Muara Enim Nomor 4 ● Toko Obat/Apotek; dan jasa bidang kesehatan, menjual obat – obatan
Tahun 2019 tentang ● Toko Optic; dan jasa perobatan
Pendelegasian ● Praktek Bidan/Dokter
Kewenangan di ● Panti Pijat/Urut;
Bidang Pelayanan ● Depot Air Minum;
Perizinan Dan Non ● Tukang Gigi.
Perizinan Kepada Kegiatan Perdagangan: Toko swalayan adalah berbagai sarana atau
Kepala Dinas ● Toko Swalayan; tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-
Penanaman Modal ● Pusat Perbelanjaan barang kebutuhan sehari-hari secara eceran.
Dan Pelayanan Sedangkan Pusat Perbelanjaan adalah kumpulan
Terpadu Satu Pintu sekelompok pengusaha eceran (retailer) dan/atau
Kabupaten Muara kegiatan komersil lainnya yang direncanakan,
Enim dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam
satu unit bisnis, pada umumnya menyediakan
tempat parkir.
bidang Kepariwisataan, − Jasa transportasi adalah suatu sistem atau
meliputi: jasa pengangkutan ataupun pemindahan
● Jasa Transportasi barang dan atau manusia dari tempat
● Jasa Makanan dan transportasi itu di mulai hingga menuju
Minuman tempat transportasi itu berakhir.
● Usaha Spa − Jasa Makanan dan Minuman adalah usaha
● Kegiatan Hiburan dan penyediaan makanan dan minuman yang
Rekreasi dilengkapi dengan peralatan dan
● Jasa Penyelenggaraan perlengkapan untuk proses pembuatan,
Pertemuan penyimpanan dan penyajiannya
● Jasa penyediaan − Kegiatan Hiburan dan Rekreasi adalah suatu
akomodasi usaha penyelenggaraan kegiatan berupa
usaha seni pertunjukan, arena permainan,
karaoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi
lainnya.
− Jasa Penyelenggaraan Pertemuan adalah
suatu usaha bangunan yang menyediakan
ruang pertemuan beserta fasilitas
pendukungnya
− Jasa penyediaan akomodasi adalah kegiatan
jasa penyediaan pelayanan penginapan yang
dilengkapi dengan pelayanan lainnya seperti
Hotel, dll..
LAPORAN ANTARA
180
KEGIATAN BERKEMBANG
N
URAIAN DAN MUNGKIN KARAKTERISTIK
O
BERKEMBANG
Bidang Peternakan: Kegiatan berusaha ini adalah kegiatan yang
● Usaha Tempat Hewan melayani khusus peternakan berupa obat ternak,
Kesayangan (Pet shop, pakan ternak dan tempat penjualan dan penitipan
Poultry shop, Grooing, hewan kesayangan
Kennel Caterry;
● Usaha Obat Hewan;
● Usaha Pakan Ternak;
Usaha Peralatan Ternak;
4. Peraturan Daerah Kegiatan usaha
Kabupaten Muara perdagangan:
Enim No 5 Tahun ● perkantoran;
2015 Tentang ● perdagangan, antara lain
Bangunan Gedung bangunan pasar,
pertokoan, pusat
perbelanjaan, mal dan
sejenisnya;
● gedung perhotelan;
● gedung wisata dan
rekreasi, antara lain
tempat rekreasi, bioskop
dan sejenisnya;
● gedung terminal, antara
lain bangunan stasiun
kereta api, terminal bus
angkutan umum, halte
bus,
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan analisis di atas maka jenis dan karakteristik kegiatan perdagangan dan jasa baik
yang ada, yang akan berkembang maupun arahan dari kebijakan di kecenderungannya
adalah sebagai berikut.
1) Minimarket
2) Toko dan waring
3) Pasar tradisional
4) Pertokoan
5) Kegiatan UMKM
6) Klinik
7) Depot air minum
8) Panti pijat/urut
9) Gedung terminal
10) Pergudangan
11) Kegiatan jasa akomodasi seperti hotel, motel, losmen, rumah pengjnapan dan
sejenisnya, serta rumah kos dan sejenisnya.
Sebagai salah satu aturan pokok yang digunakan dalam pengaturan perkembangan kegiatan
perdagangan pada kawasan perdagangan dan jasa di WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Adapun
aturan tersebut adalah:
1) Mempertimbangkan pemanfaatan ruang dalam rangka menjaga keseimbangan antara
LAPORAN ANTARA
181
jumlah pasar tradisional dengan pusat perbelanjaan dan toko modern.
2) Dalam menetapkan jumlah dan jarak pasar tradisional dengan pusat perbelanjaan dan
toko modern harus mempertimbangkan:
- Tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk
- Potensi ekonomi
- Aksesibilitas
- Dukung keamanan dan ketersediaan infrastrutkur
- Pola kehidupan masyarakat setempat
- Jam kerja toko modern yang sinergi dan tidak mematikan usaha toko eceran
tradisional di sekitarnya.
3) Pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan usaha di bidang pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern, wajib memiliki:
- IUP2T untuk pasar tradisional
- IUPP untuk pertokoan, mall, plaza dan pusat perdagangan
- IUTM untuk minimarket, supermarket, departmen store dan perkulakan
4) Izin Usaha sebagaimana dimaksud diterbitkan oleh Bupati. Bupati melimpahkan
kewenangan penerbitan Izin Usaha kepada Badan Pelayanan Perizinan atas rekomendasi
dari Dinas Peridustrian Perdagangan dan Pasar.
LAPORAN ANTARA
182
N KEGIATAN BERKEMBANG DAN
URAIAN KARAKTERISTIK
O MUNGKIN BERKEMBANG
3. Peraturan Daerah - rumah dengan kantor (rukan) - Bangunan gedung yang
Kabupaten Muara Enim No - kegiatan campuran (gedung mal memiliki lebih dari satu fungsi
5 Tahun 2015 Tentang dengan apartemen dan/ atau (fungsi hunian, usaha, sosial
Bangunan Gedung dengan perkantoran) dan budaya, dan/ atau fungsi
- kantor dinas khusus)
- kantor lembaga masyarakat adat - Kantor dinas adalah bangunan
gedung milik negara, yaitu
bangunan gedung untuk
keperluan dinas
- Kantor lembaga adat
merupakan bangunan gedung
adat
4. Peraturan Bupati Muara Bidang Koperasi dan UKM, meliput: Merupakan kegiatan dengan
Enim Nomor 4 Tahun 2019 - Kantor Simpan Pinjam (KSP); pelayanan skala kabupaten/kota
tentang Pendelegasian - Kantor Cabang, Cabang yang menyelenggarakan urusan
Kewenangan Di Bidang Pembantu UKM; pemerintahan di bidang koperasi
Pelayanan Perizinan Dan - Kantor Kas. dan usaha kecil dan
Non Perizinan Kepada menengah.
Kepala Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Muara Enim
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan analisis di atas maka jenis dan karakteristik kegiatan perkantoran baik yang ada,
yang akan berkembang, maupun arahan dari kebijakan dikecenderungannya adalah sebagai
berikut:
1) Perkantoran pemerintah skala desa
2) Perkantoran pemerintah skala kecamatan
3) Kantor koperasi dan UKM
4) Perkantoran non pemerintah (swasta)
LAPORAN ANTARA
183
KEGIATAN BERKEMBANG DAN
NO URAIAN KARAKTERISTIK
MUNGKIN BERKEMBANG
- Industri penggilingan padi
umumnya berada diwilyah
potensi pertanian
2. PP Nomor 107 Tahun 2015 Kegiatan Usaha Industri: Industri kecil, Industri menengah,
tentang Izin Usaha Industri - Industri Kecil dan Industri besar ditetapkan
- Industri Menengah berdasarkan jumlah tenaga kerja
dan/atau nilai investasi.
Kegiatan Usaha Industri wajib
memilki IUI (Izin Usah Industri). IUI
dapat diberikan kepada
perusahaan yang akan
menjalankan kegiatan usaha
industry dan berlokasi diluar
kawasan industry.
Jasa Industri Jasa Industri adalah usaha jasa
yang terkait dengan kegiatan
Industri.
3. Peraturan Daerah a. kegiatan usaha berupa - Kegiatan Pabrik;
Kabupaten Muara Enim No bangunan gedung
5 Tahun 2015 Tentang pabrik/perindustrian;
Bangunan Gedung
4 Peraturan Bupati Muara Kegiatan Usaha Industri: Industri kecil, Industri menengah,
Enim Nomor 4 Tahun 2019 - Industri Rumah Tangga dan Industri besar ditetapkan
tentang Pendelegasian - Industri Kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja
Kewenangan Di Bidang - Industry Menengah dan/atau nilai investasi.
Pelayanan Perizinan Dan
Non Perizinan Kepada
Kepala Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Muara Enim
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan analisisi diatas, maka jenis dan karakteristik kegiatan industri baik yang ada,
yang akan berkembang maupun arahan dari kebijakan kecenderungannya adalah sebagai
berikut:
1) Industri rumah tangga
2) Industri kecil
3) Industri menengah
4) Industri penggilingan padi
5) Industri penggilingan kopi
6) Pergudangan
LAPORAN ANTARA
184
Analisis jenis dan karakteristik kegiatan Sarana Pelayanan Umum (SPU) dalam wilayah
perencanaan akan dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 4. 86 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Pelayanan Umum
KEGIATAN BERKEMBANG DAN
NO URAIAN KARAKTERISTIK
MUNGKIN BERKEMBANG
1. Kegiatan Pendidikan - PAUD - Sarana penddidkan bentuknya tersebar
Eksisting di WP Perkotaan - Sekolah Dasar (SD)/Sederajat terutama sarana pendidikan yang termasuk
Kecamatan Semende Darat - Sekolah Menengah Pertama Skala kelurahan dan RW
Laut. (SMP)/Sederajat - Belum terdapat perguruan tinggi, namun
- Sekolah Menengah Atas diperkirakan akan ada perguruan tinggi
(SMA) /Sederajat kedepannya.
- Perguruan tinggi
3. Kegiatan Kesehatan - Rumah Sakit - Kedepannya dibutuhkan Rumah Sakit Tipe
Eksisting di WP Perkotaan - Puskesmas B.
Kecamatan Semende Darat - Puskesmas Pembantu - Puskesmas merupakan salah satu sarana
Laut. - Klinik pelayanan kesehatan masyarakat pelaksana
teknis dinas kabupaten/kota
- Klinik merupakan Klinik adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyediakan
pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis
tenaga kesehatan dan dipimpin oleh
seorang tenaga medis (dokter)
4. Kegiatan Olahraga Eksisting - Lapangan Sepak bola - Lapangan Sepak bola
di WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat
Laut.
5. Kegiatan Sosial dan Budaya - Kegiatan Sosial - Kantor kecamatan
Eksisting di WP Perkotaan memanfaatkan kantor desa - Kantor desa
Kecamatan Semende Darat dan kantor kecamatan, - Lapangan olahraga
Laut. masjid dan lapangan - Ruang pertemuan
olahraga sebagai ruang
kegiatan
6. Kegiatan Peribadatan - Masjid Masjid
Eksisting di WP Perkotaan - Mushola Mushola
Kecamatan Semende Darat
Laut.
7. Peraturan Daerah Tempat manusia melakukan - Tempat ibadah
Kabupaten Muara Enim No ibadah keagamaan:
5 Tahun 2015 Tentang - bangunan masjid, mushalla,
Bangunan Gedung langgar, surau;
- bangunan keagamaan
dengan sebutan lainnya.
Kegiatan sosial dan budaya Kegiatan pendidikan:
berupa: - taman kanak-kanak;
a. bangunan gedung - pendidikan dasar
pelayanan pendidikan - pendidikan menengah
seperti bangunan sekolah - pendidikan tinggi
taman kanak-kanak, - kursus dan semacamnya;
pendidikan dasar, Kegiatan Kesehatan:
pendidikan menengah, - puskesmas;
pendidikan tinggi, kursus - poliklinik;
dan semacamnya; - rumah bersalin;
b. bangunan gedung - rumah sakit;
pelayanan kesehatan - panti-panti dan sejenisnya;
seperti bangunan Kegiatan Kebudayaan:
puskesmas, poliklinik, - bangunan museum;
rumah bersalin, rumah - gedung kesenian
sakit termasuk panti-panti - bangunan gedung adat dan sejenisnya;
dan sejenisnya; Kegiatan Olahraga:
LAPORAN ANTARA
185
KEGIATAN BERKEMBANG DAN
NO URAIAN KARAKTERISTIK
MUNGKIN BERKEMBANG
c. bangunan gedung - bangunan stadion
kebudayaan seperti - gedung olah raga
bangunan museum, - lapangan olaharaga
gedung kesenian,
bangunan gedung adat dan
sejenisnya; dan
d. bangunan gedung
pelayanan umum seperti,
bangunan Pemerintah
bangunan stadion, gedung
olah raga dan sejenisnya.
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan analisis di atas maka jenis dan karakteristik kegiatan pelayanan baik yang ada,
yang akan berkembang maupun arahan dari kebijakan di kecenderungannya adalah sebagai
berikut:
1) Kegiatan Pendidikan
- TK
- SD
- SMP
- SMA
- PT
- Kursus dan semacamnya
2) Kegiatan Ibadah
- Masjid
- Musholla
3) Kegiatan Kesehatan
- Puskesmas
- Poliklinik
- Rumah Bersalin
- RS
- Panti-panti dan sejenisnya
4) Kegiatan Kebudayaan
- Gedung kesenian
- Bangunan gedung adat dan sejenisnya
5) Kegiatan Penelitian
6) Kegiatan Olahraga
- Lapangan Olahraga
LAPORAN ANTARA
186
Tabel 4. 87 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan Ekonomi Potensial Lainnya
N KEGIATAN BERKEMBANG DAN
URAIAN KARAKTERISTIK
O MUNGKIN BERKEMBANG
1. Kegiatan Eksisting di Pertanian lahan basah berupa Kegiatan Pertanian :
WP Perkotaan sawah: - Berada pada lahan dengan
Kecamatan Semende Kegiatan pendukung: permukaan yang relatif datar;
Darat Laut - pengolah hasil produksi berupa - Dekat dengan sumber air sebagai
Penggilingan Padi; sumber pengairan;
- Jalan distribusi hasil pertanian - Berlokasi dekat dengan perumahan
ke lokasi penggilingan maupun pedesaan.
penjualan
- penyimpan hasil produksi
berupa gudang penyimpanan;
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan
penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara
terbatas, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat tertentu dan kegiatan dan penggunaan
lahan yang tidak diperbolehkan pada suatu zona. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang,
ketentuan dalam peraturan bangunan setempat dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan
atau komponen yang dikembangkan.
Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan perkotaan maupun sistem jaringan dalam
mstruktur ruang tidak teratur dalam RTRW Kabupaten Muara Enim. Yang diatur adalah
ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan lindung dan kawasan budi daya, maka menjadi
dasar untuk merumuskan kesesuaian kegiatan dalam peruntukan zona WP Perkotaan
LAPORAN ANTARA
187
Kecamatan Semende Darat Laut merujuk pada Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) sistem
kabupaten terhadap kegiatan yang akan diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat, dan tidak
diperbolehkan. Sedangkan perumusan kesesuaian kegiatan dalam peruntukan zona lindung dan
zona budi daya dalam WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut mengacu pada Perda
Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Muara Enim Tahun 2018-2038. Berikut Peraturan Zonasi (APZ) sistem provinsi dan ketentuan
umum peraturan zonasi dalam RTRW Kabupaten.
Tabel 4. 88 Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Berdasarkan RTRW Kabupaten Muara Enim
PERATURAN ZONASI DALAM RDTR PERKOTAAN RUJUKAN PERATURAN
NO STRUKTUR RUANG
MUARA ENIM LAIN
1. Sistem Perkotaan a. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan − Permen PU Nomor
sebagai pusat permukiman dengan tingkat 29/Prt/M/2018 Tentang
intensitas pemanfaatan ruang menengah Standar Teknis Standar
hingga tinggi yang kecenderungan Pelayanan Minimal
pengembangan Ruangnya kearah vertikal dan Bidang Pekerjaan Umum
horizontal. Dan Penataan Ruang
b. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi − Permendagri Nomor 57
berskala kabupaten/kota yang didukung Tahun 2010 Tentang
dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan Pedoman Standar
yang sesuai dengan kegiatan ekonom yang Pelayanan Perkotaan;
dilayaninya
2. Sistem a. pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang − Keputusan Menteri
Transportasi jalan kabupaten dengan tingkat intensitas Perhubungan Nomor 31
menengah hingga tinggi, yang kecenderungan Tahun 1995 Tentang
pengembangan ruangnya dibatasi; Terminal Transportasi
b. Perlindungan terhadap fungsi kawasan lindung; Jalan
c. Perlindungan terhadap pertanian pangan dan − Keputusan Menteri
hortikultura; Perhubungan No. Km.49
d. Larangan tentang alih fungsi lahan yang Tahun 2005 Tentang
berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan Sistem Transportasi
kabupaten; Nasional;
e. Penetapan garis sempadan bangunan di sisi
jalan kabupaten yang memenuhi ketentuan
ruang pengawasan jalan;
f. Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan
kabupaten dengan tingkat intensitas
menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi;
g. Penetapan ruang manfaat jalan, ruang milik
jalan, ruang pengawasan jalan dan garis
sempadan bangunan di sisi jalan;
h. Pengaturan persimpangan tidak sebidang pada
kawasan padat lalu lintas, setelah melalui
kajian teknis dan budaya;
i. Pembatasan pemanfatan ruang selain ruang
lalu lintas diruang milik jalan pada jalan
kolektor primer;
j. Kewajiban melakukan analisis dampak lalu
lintas (andal) sebagai persyaratan izin
mendirikan bangunan bagi pemanfaatan ruang
di sepanjang sisi jalan yang berpotensi
mengganggu arus lalu lintas;
k. Di sepanjang sistem jaringan jalan kabupaten
tidak diperkenankan adanya kegiatan yang
dapat menimbulkan hambatan lalu lintas
regional;
LAPORAN ANTARA
188
PERATURAN ZONASI DALAM RDTR PERKOTAAN RUJUKAN PERATURAN
NO STRUKTUR RUANG
MUARA ENIM LAIN
l. Di sepanjang sistem jaringan jalan kabupaten
tidak diperkenankan adanya akses langsung dar
bangunan ke jalan;
m. Di sepanjang sistem jalan kabupaten yang
memasuki wilayah perkotaan dengan intensitas
lalu lintas padat wajib disediakan ruang
pedestrian (jalan khusus pejalan kaki); dan
n. Bangunan di sepanjang sistem jaringan jalan
kabupaten harus memilki sempadan bangunan
yang sesuai dengan ketentuan setengah rumija
+1.
Terminal Ketentuan umum peraturan zonasi terkait dengan Keputusan Menteri
terminal ditetapkan pada jenjang RTRW Kabupaten, Perhubungan Nomor 31
dengan memperhatikan hal tentang lokasi terminal Tahun 1995 Tentang
tipe B diarahkan untuk berada di luar batas kota Terminal Transportasi Jalan
dan memiliki akses ke jalan arteri primer sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Jaringan Jalur a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan − Peraturan Menteri
Kereta Api dan jalur kereta api dilakukan dengan tingkat Perhubungan Nomor Km.
Stasiun intensitas menengah hingga tinggi yang 60 Tahun 2010 Tentang
kecenderungan pengembangan ruangnya Persinggungan Antara
dibatasi; Jalur Kereta Api dengan
b. Larangan tentang pemanfaatan ruang Bangunan Lainnya
pengawasan jalur kereta api yang dapat − Undang-Undang Republik
mengganggu kepentingan operasi dan Indonesia Nomor 23
keselamatan transportasi perkeretaapian; Tahun 2007 Tentang
c. Pembatasan pemanfaatan ruang yang peka Perkeretaapian
terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas
kereta api di sepanjang jalur kereta api;
d. Pembatasan jumlah perlintasan sebidang
antara jaringan jalur kereta api dan jalan;
e. Penetapan garis sempadan bangunan di sisi
jaringan jalur kereta api dengan
memperhatikan dampak lingkungan dan
kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta
api;
f. Perlintasan rel kereta api dengan jalan yang
memiliki volume lalu lintas yang tinggi
diusahakan agar tidak berada dalam satu
bidang; dan
g. Bangunan di sepanjang lintasan rel kereta api
harus berada di luar garis sempadan rel sesuai
dengan undang-undang perkeretaapian
nasional.
LAPORAN ANTARA
189
PERATURAN ZONASI DALAM RDTR PERKOTAAN RUJUKAN PERATURAN
NO STRUKTUR RUANG
MUARA ENIM LAIN
operasional dan pengembangan kawasan
pelabuhan; dan
f. Pemanfaatan ruang di dalam daerah
lingkungan kerja pelabuhan dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan harus
mendapatkan izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Jaringan Energi a. Peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak − Sni 04-6918-2002
dan Kelistrikan dan gas bumi disusun dengan memperhatikan Tentang Ruang Bebas dan
pemanfaatan ruang di sekitar jaringan pipa Jarak Bebas Minimum
minyak dan gas bumi harus memperhitungkan Pada SUTT dan SUTET
aspek keamanan dan keselamatan kawasan di − Peraturan Menteri Energi
sekitarnya; dan Sumberdaya Mineral
b. Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga Nomor 2 Tahun 2019
listrik disusun dengan memperhatikan Tentang Perubahan Atas
pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit Permen ESDM No 18
listrik harus memperhatikan jarak aman dari Tahun 2015
kegiatan lain; dan − Permen ESDM No 18
c. Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi Tahun 2015 Tentang
tenaga listrik disusun dengan memperhatikan Ruang Bebas dan Jarak
ketentuan larangan pemanfaatan ruang bebas Bebas Minimum Pada
di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan Sutt, Sutet, dan Sutas
ketentuan peraturan perundang-undangan Untuk Penyaluran Tenaga
Listrik
Jaringan a. Peraturan zonasi untuk sistem jaringan − Peraturan Pemerintah
Telekomunikasi telekomunikasi disusun dengan Nomor 52 Tahun 2000
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk tentang Penyelenggaraan
penempatan stasiun bumi dan menara Telekomunikasi
pemancar telekomunikasi yang − Surat Edaran Direktur
memperhitungkan aspek keamanan dan Jenderal Penataan Ruang
keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya; Kementerian Pekerjaan
b. Penempatan menara pemancar telekomunikasi Umum Nomor
memperhatikan keserasian dengan lingkungan 06/SE/DR/2011 tentang
sekitarnya; Petunjuk Teknis Kriteria
c. Pembangunan menara di kawasan yang sifat Lokasi Menara
dan peruntukannya memiliki karakteristik Telekomunikasi.
tertentu wajib memenuhi ketentuan
perundang-undangan untuk kawasan tertentu;
d. Diarahkan untuk menggunakan menara
telekomunikasi ecara bersama-sama diantara
para penyedia layanan telekomunikasi
(provider)
Sumber Daya Air a. Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar − Peraturan Pemerintah
wilayah sungai dengan tetap menjaga Republik Indonesia
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung Nomor 38 Tahun 2011
kawasan; Tentang Sungai
b. Tetap menjaga kelestarian lingkungan dan − Peraturan Pemerintah
fungsi lindung kawasan; Nomor 42 Tahun 2008
c. Pemanfaatan ruang daerah aliran sungai lintas Tentang Pengelolaan
kabupaten/kota, termasuk daerah hulunya, Sumber Daya Air
yang dilakukan oleh kabupaten/kota yang
berbatasan harus selaras dengan arahan pola
ruang wilayah;
d. Pemanfaatan ruang pada sumber air dengan
mempertimbangkan prinsip kelestarian
lingkungan dan keadilan;
LAPORAN ANTARA
190
PERATURAN ZONASI DALAM RDTR PERKOTAAN RUJUKAN PERATURAN
NO STRUKTUR RUANG
MUARA ENIM LAIN
e. Jaringan distribusi air dikembangkan dengan
memperhatikan tingkat kebutuhan dan
ketersediaan air;
f. Setiap kawasan memiliki sistem drainase
terpadu dan efektif;
g. Larangan terhadap pembuangan limbah
padat/sampah ke saluran drainase; dan
h. Larangan terhadap kegiatan
pemotong/gangguan terhadap saluran
drainase.
LAPORAN ANTARA
191
Sumber: RTRW Kab. Muara Enim 2018-2038
LAPORAN ANTARA
192
Tabel 4. 89 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang Kawasan Lindung dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan
NO POLA RUANG KEGIATAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN BERSYARAT RUJUKAN PERATURAN LAINNYA
1 Kawasan - Pemanfaatan ruang untuk ruang - Pemanfaatan dan kegiatan pada - Setiap usaha atau kegiatan boleh - Peraturan Menteri Pekerjaan
Sempadan sungai terbuka hijau kawasan yang dapat mengganggu dilaksanakan berdasarkan Umum Nomor 63/PRT/1993
- Aktivitas fisik buatan untuk fungsi kawasan peraturan perundang-undangan di Tentang Garis Sempadan Sungai,
perlindungan area - Pembuangan limbah tidak sesuai wilayah sempadan sungai wajib Daerah Manfaat Sungai, Daerah
dengan ketentuan perundang- memiliki AMDAL dan izin Penguasaan Sungai Dan Bekas
undangan lingkungan. Sungai
- Kegiatan yang dapat mengganggu - Pengembangan budidaya dan - Permen PUPR 28-2015 ttg
kelestarian sumber daya air pelestarian perikanan air tawar Penetapan Garis Sempadan Sungai
keseimbangan fungsi lindung, dilakukan pada kawasan semapdan dan Garis Sempadan Danau
kelestarian tumbuhan dan satwa sungai yang tidak memiliki fungsi
serta pemanfaatannya yang sebagai sumber air baku
tegakan.
2 Kawasan ruang - Pemanfaatan ruang terbuka hijau - Pembangunan reklame dan Pendirian bangunan dibatasi hanya - permenPU No 5 Tahun 2008
terbuka hijau sebagai konservasi lingkungan, sejenisnya di RTH yang dikelola untuk bangunan penunjang kegiatan Tentang Pedoman Penyediaan Dan
perkotaan peningkatan keindahan kota, oleh pemerintah daerah rekreasi dan fasilitas umum Pemanfaatan RTH Kawasan
rekreasi, dan sebagai - Kegiatan yang mengubah dan Perkotaan
penyeimbang guna lahan industri merusak RTH
dan permukiman;
- Pendirian bangunan yang
menunjang kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya
3 Kawasan rawan Pengoptimalan konservasi pada Tidak diizinkan kegiatan yang Pembatasan pendirian bangunan - Permen PU Nomor 22 Tahun 2007
longsor kawasan rawan longsor mengganggu fungsi lindung kawasan kecuali untuk kepentingan Tentang Pedoman Penataan Ruang
pemantauan ancaman bencana dan Kawasan Longsor
kepentingan umum.
4 Kawasan rawan - Kegiatan RTH, dan - Pengembangan kegiatan - Pengembangan kegiatan -
banjir - Kegiatan wisata sosio kultural permukiman berintensitas tinggi intensitas rendah dan fasilitas
dan berbagai macam pola dan sedang umum penting lainnya pada
agroforestry kawasan rawan banjir
- Usaha sawah yang beririgasi
dengan kerentanan tinggi
- Usaha ladang dengan kerentanan
sedasng dan perkebunan dengan
kerentanan rendah
Sumber: Perda Provinsi Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016 tentang RTRW Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036
LAPORAN ANTARA
193
Tabel 4. 90 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang Kawasan Budi Daya dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan
NO POLA RUANG KEGIATAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN BERSYARAT RUJUKAN PERATURAN LAINNYA
1. Kawasan Pertanian - Alih fungsi sesuai dengan - Alih fungsi lahan pertanian - Pemukiman perdesaan di kawasan - Peraturan Pemerintah Nomor 1
Lahan Basah ketentuan peraturan pangan beekwlanjutan (LP2B] pertanian tanaman pangan irigasi Tahun 2011 Tentang Penetapan
Berkelanjutan perundang - undangan; yang tidak sesuai dengan teknis hanya diperuntukkan bagi dan Alih Fungsi Lahan Pertanian
peraturan perundang – penduduk yang bekerja disektor Pangan Berkelanjutan;
undangan pertanian; - Peraturan Pemerintah No 19
- Kegiatan perkotaan di sepanjang - Pengendalian secara ketat konversi Tahun 2016 Tentang Penetapan
jalur transportasi yang lahan sawah beririgasi non teknis; Lahan Pertanian
menggunakan lahan sawah yang - Bangunan prasarana wilayah dan
dikonversi; bangunan yang bersifat
- Menggunakan lahan yang mendukung kegiatan pertanian;.
dikelola dengan mengabaikan Kegiatan wisata alam secara
kelestarian lingkungan; terbatas, penelitian, dan
- Pemborosan penggunaan pendidikan
sumber air;
- Pada kawasan pertanian
tanaman pangan yang memiliki
fungsi gambut budidaya tidak
dizinkan kegiatan yang
mengakibatkan penurunan muka
air tanah
2. Kawasan Pertanian - Alih fungsi sesuai dengan - Kegiatan perkotaan di sepanjang - Pemukiman perdesaan di kawasan - Peraturan Pemerintah Nomor 1
Lahan Basah ketentuan peraturan jalur transportasi yang pertanian tanaman pangan irigasi Tahun 2011 Tentang Penetapan
perundang - undangan; menggunakan lahan sawah yang teknis hanya diperuntukkan bagi dan Alih Fungsi Lahan Pertanian
dikonversi; penduduk yang bekerja disektor Pangan Berkelanjutan;
- Menggunakan lahan yang pertanian; - Peraturan Pemerintah No 19
dikelola dengan mengabaikan - Pengendalian secara ketat konversi Tahun 2016 Tentang Penetapan
kelestarian lingkungan; lahan sawah beririgasi non teknis; Lahan Pertanian
- Pemborosan penggunaan - Bangunan prasarana wilayah dan
sumber air; bangunan yang bersifat
- Pada kawasan pertanian mendukung kegiatan pertanian;.
tanaman pangan yang memiliki Kegiatan wisata alam secara
fungsi gambut budidaya tidak terbatas, penelitian, dan
dizinkan kegiatan yang pendidikan
mengakibatkan penurunan muka
air tanah
LAPORAN ANTARA
194
NO POLA RUANG KEGIATAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN BERSYARAT RUJUKAN PERATURAN LAINNYA
3. Kawasan - Alih fungsi menjadi fungsi Penanaman jenis tanaman - Permukiman perkotaan dengan - Undang-undang nomor 39 tahun
perkebunan lainnya sepanjang sesuai perkebunan yang bersifat menyerap intensitas pemanfaatan ruang 2014 tentang perkebunan
dengan ketentuan peraturan air dalam jumlah banyak, terutama dengan kepadatan sedang sampai
perundang - undangan; perkebunan yang berlokasi di tinggi
hulu/kawasan resapan - Merubah jenis tanaman
perkebunan yang tidak sesuai
dengan perizinan
- Bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan perkebunan
4. Kawasan - Kegiatan industri yang memiliki - Kegiatan yang dapat memberikan - Diwajibkan dalam kegiatan - Peraturan pemerintah republik
peruntukan sumber air baku memadai dan dampak merusak dan pengelolaan industri memiliki indonesia nomor 142 tahun 2015
industri menjaga kelestariannya; menurunkan kualitas lingkungan; sistem pengolahan limbah cair dan tentang kawasan industri
- Kegiatan industri yang memiliki - Pengambilan air tanah di zona padat yang tidak mengganggu - Peraturan pemerintah republik
sarana prasarana pengelolaan pemanfaatan air tanah kritis dan kelestarian lingkungan; indonesia nomor 107 tahun 2015
sampah, termasuk pengeloaan rusak; dan - Diwajibkan pengaturan pengelolaan tentang izin usaha industri;
akhir sampah; - Lokasi kawasan industri tidak limbah padat dan cair B3 bagi
- Kegiatan industri yang memiliki diperkenankan berbatasan industri yang berindikasi
sistem drainase yang memadai langsung dengan kawasan menimbulkan limbah B3;
sehingga tidak menimbulkan permukiman. - Diwajibkan pengelolaan limbah
banjir secara internal dan terpadu sesuai standar keselamatan
eksternal; internasional bagi industri yang
lokasinya berdekatan;
- Diwajibkan menyediakan lahan
untuk ruang terbuka hijau di dalam
kawasan industri sesuai ketentuan
yang berlaku;
- Pembangunan perumahan baru
sekitar kawasan peruntukan industri
hanya diperuntukan bagi pekerja di
kawasan industri; dan
- Setiap kegiatan industri harus
dilengkapi dengan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta
dilakukan studi amdal.
5. Kawasan - Dialihfungsikan sesuai dengan Pengembangan kegiatan yang - Penetapan garis sempadan - Undang-Undang Nomor 1 Tahun
peruntukan ketentuan peraturan mengganggu fungsi permukiman bangunan sesuai dengan fungsi 2011 tentang Perumahan dan
permukiman perundang-undangan; dan kelangsungan kehidupan Kawasan Permukiman
LAPORAN ANTARA
195
NO POLA RUANG KEGIATAN DIIZINKAN TIDAK DIIZINKAN BERSYARAT RUJUKAN PERATURAN LAINNYA
- Dibangun prasarana wilayah sosial masyarakat - Pengharusan penetapan jenis dan - Peraturan Pemerintah Nomor 34
sesuai dengan ketentuan penerapan syarat-syarat Tahun 2009 tentang Pedoman
peraturan yang berlaku; penggunaan bangunan; Pengelolaan Kawasan Perkotaan
- Kegiatan industri skala rumah - Pengharusan penyediaan drainase
tangga dan fasilitas sosial yang memadai, pembuatan sumur
ekonomi lainnya dengan skala resapan yang memadai, pembuatan
pelayanan lingkungan; tandon- tandon air hujan;
- Kawasan permukiman harus - Pengharusan penyediaan fasilitas
dilengkapi dengan fasilitas parkir bagi bangunan untuk
sosial termasuk ruang terbuka kegiatan usaha; dan
hijau perkotaan sesuai - Kepadatan penghunian satu unit
ketentuan yang berlaku; dan hunian untuk satu rumah tangga
- Kegiatan dan fasilitas dalam kawasan permukiman
perkotaan. setinggi-tingginya sama dengan
standar kepadatan layak huni, tidak
termasuk bangunan hunian yang
terletak di dalam kawasan
permukiman tradisional.
6. Kawasan - Kawasan peruntukan pariwisata - Pemanfaatan potensi alam dan - - Pembatasan pendirian bangunan
pariwisata budaya masyarakat sesuai daya hanya untuk menunjang kegiatan
dukung dan daya tampung pariwisata.
lingkungan;
- Pemanfaatan kawasan fungsi
lindung untuk kegiatan wisata
dilaksanakan sesuai azas
konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya,
perlindungan terhadap situs
peninggalan kebudayaan masa
lampau;
- Pengharusan penerapan ciri khas
arsitektur daerah setempat pada
setiap bangunan hotel dan
fasilitas penunjang pariwisata;
- Pengharusan penyediaan fasilitas
parkir;
Diperbolehkan dilakukan
penelitian dan pendidikan.
LAPORAN ANTARA
196
Sumber: Perda Provinsi Sumatera Selatan No. 11 Tahun 2016 tentang RTRW Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036
LAPORAN ANTARA
197
4.15 Analisis Dampak Kegiatan
Kajian dampak suatu kegiatan yang berlokasi pada zona tertentu sangat penting dalam
merumuskan aturan dasar dan teknik pengaturan zonasi. Tingkat gangguan akibat dampak
perubahan pemanfaatan ruang terdiri dari paling sedikit:
a. Intensitas gangguan tinggi
b. Intensitas gangguan sedang
c. Intensitas gangguan rendah
d. Tidak ada gangguan (gangguan diabaikan)
Berkaitan dengan perubahan pemanfaatan ruang, terdapat tiga kemungkinan terhadap tingkat
gangguan yang ditimbulkan:
1) Menurunkan tingkat gangguan
- Penurunan tinggi apabila perubahan mengakibatkan tingkat gangguan turun tiga
tingkat ke kategori di bawahnya (misalnya kategori semula adalah intensitas
gangguan tinggi, berubah menjadi kategori tidak memiliki gangguan.
- Penurunan sedang apabila perubahan mengakibatkan tingkat gangguan turun dua
tingkat ke kategori di bawahnya.
- Penurunan rendah apabila perubahan mengakibatkan gangguan turun satu
tingkat ke kategori di bawahnya.
2) Tingkat gangguan tetap, apabila pemanfaatan ruangnya yang lama dan baru dalam
kategori yang sama.
3) Meningkatkan gangguan: peningkatan tingkat gangguan rendah, sedang dan tinggi
merupakan kebalikan dari penurunan tingkat gangguan.
Berdasarkan isu-isu strategis, WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki kegiatan
skala kecil hingga sedang sebagai sdaya tarik yang memicu pertumbuhan dan pertambahan
penduduk yang cukup besar dimana hal tersebut akan berdampak pada penyediaan ruang untuk
hunian, sarana dan prasarana umum, serta infrastruktur penunjangnya. Hasil perhitungan
proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Semende Darat Laut hingga 20 (dua puluh) tahun ke
depan, Desa Pulau Panggung menjadi desa dengan jumlah penduduk tertinggi, adapun desa
dengan jumlah penduduk terendah adalah Desa Perapau.
25000
20000
15000
10000
5000
0
Muara Dua Pulau Muara Danau Penyandingan Tanah Abang Karya Nyata Perapau
Panggung
1 2 3 4 5 6 7
LAPORAN ANTARA
198
Tabel 4. 91 Matriks Dampak Kegiatan Terhadap Peruntukan/Zona/Sub Zona (Karakteristik)
PERLINDUNGAN PERDAGANGAN PERUNTUKAN
Kegiatan RTH PERUMAHAN PERKANTORAN SPU
SETEMPAT DAN JASA LAINNYA
Perumahan Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : - Perumahan tidak Perumahan tidak Perumahan tidak Alih Fungsi Lahan :
Menggagu fungsi Menggagung fungsi berdampak ada berdampak pada berdampak pada Pertanian dan RTNH
ekologis, ekologis, zona perdangan dan zona perkantoran zona SPU tapi menjadi perumahan
meningkatkan Menghilangkan jasa tetapi tapi sebalinya sebalinya zona-zona, Tempat
potensi banjir fungsi sosial sebaliknya Evakuasi, Hankam,
longsor tebing, Pergudangan,
Meningkatkan Pairwisata tidak
potensi kekumuhan berdampak oleh
perumahan tetapi
sebaliknya
Perdagangan dan Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Dalam skala besar - Saling menguatkan Perdagangan dan Alih Fungsi Lahan :
Jasa Menggagu fungsi Menggagung fungsi merubah fungsi fungsi jasa Pertanian dan RTNH
ekologis, ekologis, hunian menjadi menjadi perumahan
meningkatkan Menghilangkan perdagangan dan zona-zona, Tempat
potensi banjir fungsi sosial jasa, Menurunkan Evakuasi, Hankam,
longsor tebing, kualitas lingkungan Pergudangan,
Meningkatkan (kemacetan, Pairwisata tidak
potensi kekumuhan kebisingan, polusi, berdampak oleh
sampah), Akses perdagangan dan
hunian terhadap jasa tetapi
perdagangan dan sebaliknya
jasa sangat mudah,
Meningkatkan nilai
lahan/tanah
Perkantoran Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Dalam skala besar Saling menguatkan - Alih Fungsi Lahan :
Menggagu fungsi Menggagung fungsi merubah fungsi fungsi Pertanian dan RTNH
ekologis, ekologis, hunian menjadi menjadi perumahan
meningkatkan Menghilangkan perdagangan dan zona-zona, Tempat
potensi banjir fungsi sosial jasa, Menurunkan Evakuasi, Hankam,
LAPORAN ANTARA
199
PERLINDUNGAN PERDAGANGAN PERUNTUKAN
Kegiatan RTH PERUMAHAN PERKANTORAN SPU
SETEMPAT DAN JASA LAINNYA
longsor tebing, kualitas lingkungan Pergudangan,
Meningkatkan (kemacetan, Pariwisata tidak
potensi kekumuhan kebisingan, polusi, berdampak oleh
sampah), Akses perkantoran tetapi
hunian terhadap sebaliknya
erdagangan dan
jasa sangat mudah,
Meningkatkan nilai
lahan/tanah
SPU Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Kemudahan akses SPU akan SPU akan - Alih Fungsi Lahan :
Menggagg fungsi Menggagung fungsi terhadap SPU, menambah fungsi menambah fungsi Pertanian dan RTNH
ekologis, ekologis, Meningkatkan nilai dari perdagangan dari perkantoran menjadi perumahan
meningkatkan Menghilangkan lahan/tanah dan jasa zona-zona, Tempat
potensi banjir fungsi sosial Evakuasi, Hankam,
longsor tebing, Pergudangan,
Meningkatkan Pariwisata tidak
potensi kekumuhan berdampak oleh
SPU tetapi
sebaliknya
RTH Alih Fungsi Ruang : - Kemudahan akses Kemudahan akses Kemudahan akses Kemudahan akses Kemudahan akses
Meningkatkan terhadap RTH, terhadap RTH, terhadap RTH, terhadap RTH, terhadap RTH,
fungsi lindung, Meningkatkan nilai Meningkatkan nilai Meningkatkan nilai Meningkatkan nilai Meningkatkan nilai
Fungsi sempadan tanah, lahan, lahan, lahan, lahan,
tetap terjaga Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan
kualitas lingkungan kualitas lingkungan kualitas lingkungan kualitas lingkungan kualitas lingkungan
hunian hunian hunian hunian hunian
Pertanian Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Pertanian tidak Pertanian tidak Pertanian tidak Pertanian tidak Pertanian tidak
Menggagu fungsi Menggagung fungsi berdampak pada berdampak pada berdampak pada berdampak pada berdampak pada
ekologis, ekologis, zona perumahan perdagangan dan perkantoran tetapi SPU tetapi Tempat Evakuasi,
meningkatkan Menghilangkan tetapi sebaliknya jasa tetapi sebaliknya sebaliknya Hankam,
LAPORAN ANTARA
200
PERLINDUNGAN PERDAGANGAN PERUNTUKAN
Kegiatan RTH PERUMAHAN PERKANTORAN SPU
SETEMPAT DAN JASA LAINNYA
potensi banjir fungsi sosial sebaliknya Pergudangan,
longsor tebing, Pariwisata tidak
Meningkatkan berdampak oleh
potensi kekumuhan pertanian tetapi
sebaliknya
Tempat Evakuasi Alih Fungsi Ruang : Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak
Menggagu fungsi karena sifatnya karena sifatnya karena sifatnya karena sifatnya karena sifatnya karena sifatnya
ekologis, sementara sementara sementara sementara sementara sementara
meningkatkan terkecuali pada
potensi banjir IPAL, TPS3R, PTL,
longsor tebing,
Meningkatkan
potensi kekumuhan
Pergudangan Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Dalam skala besar Saling menguatkan Menurunkan Menurunkan Alih fungsi laahn
Menggagu fungsi Menggagung fungsi merubah fungsi fungsi kualitas lingkungan kualitas lingkungan pertanian dan RNTH
ekologis, ekologis, hunian menjadi SPU, Menurunkan SPU, Menurunkan menjadi
meningkatkan Menghilangkan pergudangan, nilai lahan, nilai lahan, pergudangan,
potensi banjir fungsi sosial Menurunkan Berpotensi menjadi Berpotensi menjadi tempat evakuasi,
longsor tebing, kualtias lingkungan, slum area/kawasan slum area/kawasan hankam, pariwisata
Meningkatkan Menurunkan nilai kumuh kumuh tidak berdampak
potensi kekumuhan lahan oleh pergudangan
tetapi sebaliknya
Pariwisata Alih Fungsi Ruang : Alih Fungsi Ruang : Dalam skala besar Saling menguatkan Tidak berdampak Pariwisata tidak Pariwisata dapat
Meningkatkan Menggagung fungsi pariwisata merubah fungsi berdampak pada dikembangkan pada
dungsi lindung, ekologis, hunian menjadi SPU tetapi zona pertanian dan
Fungsi Sempadan Menghilangkan fungsi lainnya sebaliknya RTNH tanpa
tetap terjaga fungsi sosial (perdagangan dan merubah dungsi
jasa pendukung tetapi semakin
wisata) memperkuat fungsi
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
201
4.17 Analisis Gap Antara Kualitas Zona dengan Kondisi Eksisting
Dari hasil analisis, diketahui bahwa total keseluruhan simpangan tutupan lahan eksisting
terhadap rencana pola ruang RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2038, teridentifikasi
pada pola ruang sempadan sungai masih terdapat ketidaksesuaian sebanyak 0,66 hektar dengan
tutupan lahan berupa bangunan pendidikan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta
permukiman.
Tabel 4. 92 Luas Simpangan Pola Ruang RTRW Kab. Muara Enim dan Tutupan Lahan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut
PERSENTASE
RENCANA POLA RUANG RTRW TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) KESESUAIAN
(%)
Sempadan Sungai
Bangunan Pendidikan 0,01 0,0110 Tidak Sesuai
KUPZ
Diizinkan: Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,10 0,1374 Tidak Sesuai
• Pemanfaatan ruang untuk RTH
• Kegiatan fiisk buatan untuk Bangunan Peribadatan 0,06 0,0857 Tidak Sesuai
perlindungan kawasan Bangunan Permukiman 0,49 0,6486 Tidak Sesuai
Tidak Diizinkan:
• Pemanfaatan & kegiatan pada Hutan Lainnya 52,15 69,2430 Sesuai
kawasan yang dapat mengganggu
Jalan 0,56 0,7500 Sesuai
fungsi kawasan
• Membuang limbah tidak sesuai Kolam 0,30 0,3960 Sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan Makam 0,06 0,0852 Sesuai
• Kegiatan yang dapat mengganggu Pekarangan 1,55 2,0605 Sesuai
kelestarian sumberdaya air,
keseimbangan fungsi lindung, Perkebunan 0,76 1,0053 Sesuai
kelestarian flora & fauna, serta Sawah 5,53 7,3410 Sesuai
pemanfaatan hasil tegakan.
Diizinkan Terbatas/Bersyarat: Semak Belukar 5,09 6,7569 Sesuai
• Setiap usaha dan/atau kegiatan
Sungai 7,17 9,5143 Sesuai
yang boleh dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang- Tanah Kosong 0,91 1,2139 Sesuai
undangan di dalam kawasan
sempadan sungai wajib memiliki
dokumen AMDAL & izin lingkungan Tegalan/Ladang 0,57 0,7513 Sesuai
Kawasan Hortikultura
Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,01 0,005 Sesuai
KUPZ
Diizinkan : Bangunan Pendidikan 0,10 0,037 Sesuai
• Dialihfungsikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,00 0,002 Sesuai
undangan Bangunan Perkantoran 0,07 0,027 Sesuai
Tidak Diizinkan:
• Menggunakan lahan yang dikelola Bangunan Permukiman 0,60 0,224 Sesuai
dengan mengabaikan kelestarian
Hutan Lainnya 123,86 46,518 Sesuai
lingkungan.
• Pada kawasan hortikultura yang Jalan 2,87 1,077 Sesuai
memiliki fungsi gambut budidaya
tidak diizinkan kegiatan yang Kolam 0,09 0,035 Sesuai
mengakibatkan penurunan muka air Makam 0,21 0,081 Sesuai
tanah di bawah permukaan gambut
dan/atau kwarsa di bawah lapisan Pekarangan 2,24 0,841 Sesuai
gambut. Perkebunan 39,37 14,787 Sesuai
Diizinkan Terbatas:
• Permukiman perkotaan dengan Sawah 9,00 3,382 Sesuai
intenstas pemanfaatan ruang
Semak Belukar 50,49 18,964 Sesuai
kepadatan sedang sampai dengan
tinggi. Sungai 0,37 0,139 Sesuai
Tanah Kosong 3,00 1,128 Sesuai
LAPORAN ANTARA
202
PERSENTASE
RENCANA POLA RUANG RTRW TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) KESESUAIAN
(%)
LAPORAN ANTARA
203
PERSENTASE
RENCANA POLA RUANG RTRW TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) KESESUAIAN
(%)
KUPZ
Bangunan Kesehatan 0,05 0,046 Sesuai
Diizinkan:
• Dialihfungsikan sesuai dengan Bangunan Pariwisata dan Hiburan 0,03 0,027 Sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan Bangunan Pendidikan 1,43 1,259 Sesuai
• Dibangun prasarana wialyah sesuai Bangunan Perdagangan dan Jasa 1,35 1,193 Sesuai
dengan ketentuan peraturan yang
berlaku. Bangunan Peribadatan 0,25 0,224 Sesuai
• Kegiatan industri skala rumah
Bangunan Perkantoran 0,19 0,172 Sesuai
tangga dan fasilitas sosial ekonomi
lainnya dengan skala pelayanan Bangunan Permukiman 17,27 15,256 Sesuai
lingkungan.
• Kawasaan permukiman harus Bangunan Sosial 0,04 0,032 Sesuai
dilengkapi dengan fasos termasuk Hutan Lainnya 17,19 15,179 Sesuai
RTH perkotaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Jalan 8,11 7,164 Sesuai
• Kegiatan dan fasilitas perkotaan. Kolam 1,86 1,640 Sesuai
Tidak Diizinkan:
• Mengembangkan kegiatan yang Makam 0,64 0,565 Sesuai
mengganggu fungsi permukiman
Pekarangan 40,99 36,201 Sesuai
dan kelangsungan kehidupan sosial
masyarakat. Perkebunan 4,05 3,578 Sesuai
Diizinkan Terbatas/Bersyarat:
• Penetapan garis sempadan Sawah 2,26 1,992 Sesuai
bangunan sesuai dengan fungsi Semak Belukar 13,98 12,350 Sesuai
jalan atau ketentuan yang berlaku.
• Pengharusan penyediaan Sungai 0,45 0,402 Sesuai
kelengkapan, keselamatan
Tanah Kosong 1,02 0,897 Sesuai
bangunan dan lingkungan.
• Pengharusan penetapan jenis dan
penerapan sayarat-syarat
penggunaan bangunan.
• Pengharusan penyediaan drainase
yang memadai, pembuatan sumur
resapan yang memadai, pembuatan
tandon-tandon air hujan.
• Pengharusan penyediaan fasilitas
parkir bagi bangunan untuk
kegiatan usaha.
• Kepadatan penghunian 1 unit
hunian untuk 1 rumah tangga dalam
kawasan permukiman setinggi-
tingginya sama dengan standar
kepadatan layak huni, tidak
termasuk bangunan hunian yang
teletak di dalam kawasan
permukiman tradisional. Tegalan/Ladang 2,04 1,804 Sesuai
Kawasan Tanaman Pangan
Bangunan Kesehatan 0,01 0,004 Sesuai
KUPZ
Diizinkan: Bangunan Pendidikan 0,08 0,048 Sesuai
• Alihfungsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,02 0,014 Sesuai
Tidak Diizinkan: Bangunan Peribadatan 0,02 0,011 Sesuai
• Alih fungsi LP2B yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang- Bangunan Permukiman 0,59 0,344 Sesuai
undangan.
Hutan Lainnya 39,97 23,156 Sesuai
• Kegiatan perkotaan di sepanjang
jalur transportasi yang Jalan 0,58 0,335 Sesuai
menggunakan lahan sawah yang
dikonversi. Kolam 1,04 0,602 Sesuai
• Menggunakan lahan yang dikelola Makam 0,83 0,482 Sesuai
dengan mengabaikan kelestarian
lingkungan. Pekarangan 3,08 1,784 Sesuai
Perkebunan 7,40 4,286 Sesuai
LAPORAN ANTARA
204
PERSENTASE
RENCANA POLA RUANG RTRW TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) KESESUAIAN
(%)
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut memiliki kawasan dengan spesifikasi lokasi yang
membutuhkan penanganan khusus untuk mengatur kegiatan atau zona diatasnya. Karakteristik
WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut sebagai kawasan yang rentan terhadap ancaman
bencana banjir dan longsor membutuhkan ketentuan khusus yang mengatur pemanfaatan ruang
diatasnya. Selain itu, pemanfaatan ruang pada kawasan lindung seperti sempadan sungai dan
sempadan danau juga perlu ketentuan khusus yag mengatur pemanfaatan ruang diatasnya.
Berikut merupakan kawasan yang memiliki karakteristik spesifik lokasi yang membutuhkan
ketentuan khusus untuk mengatur pemafnaatan ruang diatasnya.
Tabel 4. 93 Karakteristik Spesifik Lokasi di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
PENGGUNAAN LAHAN
LOKASI SPESIFIK KARAKTERISTIK LOKASI
EKSISTING
Kawasan Rawan Banjir Kawasan rawan bencana banjir merupakan kawasan ● Perumahan
dengan sistem drainase buruk yaitu sebagian besar ● Perdagangan dan jasa
kawasan tidak memiliki sistem drainase yang ● Sarana pelayanan
berfungsi untuk mengalirkan limpasan air hujan atau umum
kawasan yang memiliki sistem drainase namun tidak ● Perkantoran
berfungsi maksimal sehingga mengakibatkan ● Industri
terjadinya genangan pada musim hujan. ● RTH
Sempadan Sungai peruntukan ruang yang merupakan bagian dari ● Kebun
kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok ● Lading
sebagai perlindungan, penggunaan, dan ● Makam
pengendalian atas sumber daya yang ada pada ● Semak belukar
sungai dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
Lahan Pertanian Pangan Bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk ● Sawah
Berkelanjutan dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna
menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional
Cagar Budaya warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya Rumah Adat
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Semendo
Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan
Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
LAPORAN ANTARA
205
PENGGUNAAN LAHAN
LOKASI SPESIFIK KARAKTERISTIK LOKASI
EKSISTING
penetapan. Cagar budaya dapat difungsikan sebagai
kegiatan lain.
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Standar adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan
konsensus semua pihak terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan,
keselamatan, lingkungan, perkembangan IPTEK, pengalaman, perkembangan masa kini dan
mendatang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Tujuan standar teknis adalah
memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di setiap zona.
Secara umum standar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Standar preskriptif dan Standar
kinerja. Standar yang diterapkan dalam peraturan zonasi dapat merupakan campuran dari jenis
standar tersbut. Pilihan jenis standar disesuaikan dengan kebutuhan pengaturan.
a. Standar preskriptif, Standar preskriptif, terdiri dari Standar kuantitatif dan Standar
desain.
Standar preskriptif memberikan panduan yang sangat ketat, rinci, terukur serta
seringkali dilengkapi rancangan desain. Memberikan kemudahan dalam pelaksanaan/
penggunaannya, tetapi membatasi perancangan /arsitek dalam menuangkan kreasinya
(Brough 1985).
Standar kuantitatif menetapkan secara pasti ukuran maksimum atau minimum yang
diperlukan, biasanya mengacu pada kebutuhan minimum.
Contoh standar kuantitatif: KDB maksimum 60% - KLB maksimum 3,0 dan Tinggi
bangunan maksimum 3 lantai, atau 16 m.
Standar desain merupakan kelanjutan atau kelengkapan dari standar kuantitatif. Contoh
standar desain: desain parkir dan tikungan jalan.
b. Standar Kinerja, Standar kinerja terdiri dari: Standar subyektif dan Standar kualitatif
Standar kinerja adalah standar yang dirancang untuk menghasilkan solusi rancangan
yang tidak mengatur langkah penyelesaian secara spesifik (Listokin 1995). Tujuan
standar ini adalah untuk menjamin kenyamanan dalam penggunaannya, dengan ukuran
minimum sebagai parameter pengukur kinerjanya (Craighead 1991) dan pengendali
timbulnya dampak negatif dengan menetapkan ukuran maksimum sebagai parameter
pengukur kinerjanya (Brough 1985).
- Standar subyektif adalah standar yang menggunakan ukuran subyektif/deskriptif
sebagai ukuran kinerjanya. Contoh standar subyektif : penambahan bangunan
tidak boleh mengurangi keindahan, kenyamanan, kemudahan, keselamatan.
- Standar kualitatif adalah standar yang menetapkan ukuran kinerja dari suatu
kegiatan dengan menggunakan ukuran maksimum atau minimum. Contoh
Standar kualitatif : batas minimum tingkat pelayanan jalan (level of service) tidak
boleh kurang.
LAPORAN ANTARA
206
4.19.1 Standar Penyediaan Fasifilitas
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan berdasarkan
peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku serta berisi panduan yang terukur dan ukuran
yang sesuai dengan kebutuhan. Standar teknis yang digunakan dalam penyediaan fasilitas
mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI), antara lain SNI Nomor 03-1733-2004 tentang Tata
Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Lingkungan dan/atau standar lain.
Penerapan Standar Kebutuhan Sarana dan Prasarana Minimal yang Disusun Berdasarkan
Hirarki Wilayah Administrasi
Kebutuhan Ruang Berbagai Fasilitas Minimum yang Perlu Disediakan Menurut Hirarki Wilayah
Administratif Skala Kota, Skala Kecamatan, Skala Lingkungan (Kelurahan/RW) dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4. 94 Standar Kebutuhan Ruang Fasilitas Minimum
STANDAR KEBUTUHAN RUANG
SKALA PELAYANAN FASILITAS YANG DISEDIAKAN
(M2)
Pusat Pelayanan Kota / Pusat Pusat perbelanjaan dan niaga 36000
Pelayanan Kabupaten Pasar tradisional (skala kota)
Rumah sakit umum *disesuaikan
BKIA/klinik bersalin 3000
Terminal tipe C *disesuaikan
Terminal barang *disesuaikan
Kantor SKPD *disesuaikan
Kantor instansi lainnya *disesuaikan
Masjid Agung (kota) 5400
Perguruan tinggi *disesuaikan
Hotel dan restoran *disesuaikan
Kantor polisi 1000
Pos pemadam kebakaran 1000
Stasiun telepon 1000
Kantor pos 500
Ruang terbuka hijau (taman kota) 24000
Tempat parkir umum 2000
Tempat pemakaman umum skala kota 3000
Sub Pusat Pelayanan Kota Kantor kecamatan 2500
Pertokoan/pusat perbelanjaan 10000
Pasar tradisional (skala kecamatan)
Gedung serba guna 500
SMA 12500
SMP 9000
Balai nikah/KUA untuk 120.000 penduduk 750
pendukung
Puskesmas/puskesmas pembantu 300
Apotek 250
Masjid kecamatan 3600
Ruang terbuka hijau (taman skala 9000
kecamatan)
LAPORAN ANTARA
207
STANDAR KEBUTUHAN RUANG
SKALA PELAYANAN FASILITAS YANG DISEDIAKAN
(M2)
Pos kamtib 200
Masjid kelurahan 3600
Sekolah Dasar (SD) 2000
Taman Kanak-kanak (TK) 500
Posyandu/balai pengobatan 300
Toko/warung 3000
Wartel/telepon umum 30
Bak sampah 80
Taman lingkungan (skala kelurahan) 1250
Lapangan olahraga (bisa digabung dengan
sekolah)
RTNH serba guna (untuk parkir umum, 100
dsb)
Gardu listrik 36
Taman bacaan 150
Pusat Lingkungan (Skala RW) Balai pertemuan warga 300
Pos hansip 12
Toko/warung 100
Taman lingkungan skala RW 250
Masjid lingkungan 100
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Keterangan: Pada tabel di atas, terutama pada kolom standar kebutuhan ruang yang diberi keterangan
‘disesuaikan’, maksudnya adalah luasan fasilitas yang perlu disediakan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan ruang dan kebutuhan kapasitas, target jumlah penduduk yang akan terlayani, ketersediaan
lahan yang ada atau yang memungkinkan untuk dibangun, serta kondisi eksisting sarana prasarana yang
sudah terbangun. Apabila dirasa sudah memenuhi kebutuhan, tidak perlu adanya penambahan apalagi
pembangunan sarana-prasarana baru.
LAPORAN ANTARA
208
Tabel 4. 95 Standar Kebutuhan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Kebutuhan Per Satuan
Kriteria
Jumlah Luas
Standard
No Jenis Sarana Penduduk Luas
Luas Lantai (m²/jiwa) Radius
Pendukung Lahan Lokasi dan Penyelesaian
Min. (m²) Pencapaian
Min (m²)
1 Balai pertemuan 2.500 150 300 0,12 Ditengah kelompok bangunan hunian warga,
ataupun di akses keluar/masuk dari kelompok
2 Pos hansip 2.500 6 12 0,06 500 m² bangunan. Dapat berintegrasi dengan
bangunan sarana yang lain.
Lokasi dan bangunannya harus
3 Gardu listrik R 2.500 20 30 0,012 501 m² mempertimbangkan keamanan dan
W kenyamanan sekitar.
Lokasinya disebar pada titik-titik strategis atau
4 Telepon umum, bis surat 2.500 - 30 0,012 502 m²
di sekitar pusat lingkungan.
Dilokasikan dapat melayani kebutuhan
5 Parkir umum 2.500 - 100 0,04 - bangunan sarana kebudayaandan rekreasi lain
berupa balai pertemuan warga
6 Kantor kelurahan 30.000 500 1.000 0,033 - Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.
7 Pos kamtib 30.000 72 200 0,006 - Beberapa sarana dapat digabung dalam satu
atau kelompok bangunan pada tapak yang
8 Pos pemadam kebakaran 30.000 72 200 0,006 - sama. Agen layanan pos dapat bekerja sama
9 Agen pelayanan pos 30.000 36 72 0,0024 - dengan pihak yang mau berinvestasi dan
bergabung dengan sarana lain dalam bentuk
10 Loket pembayaran air bersih Kel 30.000 21 60 0,002 - wartel, warnet, atau warpostel. Lokasi
ur
pembayaran air bersih dan listrik lebih baik
11 Loket pembayaran listrik ah 30.000 21 60 0,002 - saling bersebelahan.
an
Lokasinya disebar pada titik-titik strategis atau
12 Telepon umum, bis surat, bak sampah kecil 30.000 - 80 0,003 -
di sekitar pusat lingkungan.
LAPORAN ANTARA
209
Kebutuhan Per Satuan
Kriteria
Jumlah Luas
Standard
No Jenis Sarana Penduduk Luas
Luas Lantai (m²/jiwa) Radius
Pendukung Lahan Lokasi dan Penyelesaian
Min. (m²) Pencapaian
Min (m²)
ma atau kelompok bangunan pada tapak yang
16 Pos pemadam kebakaran 120.000 500 1.000 0,001 -
tan sama. Lokasinya mempertimbangkan
17 Kantor pos pembantu 120.000 250 500 0,004 kemudahan dijangkau dari lingkungan luar.
20 Telepon umum, bis surat, bak sampah besar 120.000 80 0,003 Lokasinya disebar pada titik-titik strategis atau
di sekitar pusat lingkungan.
Dialokasikan dapat melayani kebutuhan
21 Parkir umum 120.000 2.000 0,017 3 -5 km bangunan sarana kebudayaan dan rekreasi
lain berupa balai pertemuan warga.
Sumber: SNI 03-1733-2004
LAPORAN ANTARA
210
Kebutuhan Per Satuan
Jumlah Standar Kriteria
Sarana
Jenis Penduduk
No Luas Luas
Sarana pendukung Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Min. Lahan Min. (m 2 /jiwa)
pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2 )
Di pusat kegiatan sub lingkungan. KDB
2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m²
40% dapat berbentuk P&D
Pusat Perbelanjaan dan Jasa (toko+pasar+ Terletak di jalan utama. Termasuk sarana
4 120.000 36.000 36.000 0,3
bank+kantor) parkir sesuai ketentuan setempat
216 m2
Taman Di tengah kelompok warga.
termasuk 2 rombongan prabelajar @ 60 murid
1. Kanak- 1.250 500 m2 0,28 m2/jiwa 500 m Tidak menyeberang
rumah penjaga dapat bersatu dengan sarana lain
kanak jalan raya.
36 m2
Bergabung dengan taman sehingga
terjadi pengelompokan kegiatan.
Sekolah Kebutuhan harus
2. 1.600 633 2.000 1,25 1.000 m
Dasar Berdasarkan per-hitungan dengan
Dapat dijangkau rumus 2, 3 dan 4.
3. SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 m Dengan kendaraan umum. Dapat digabung
Disatukan dengan lapangan olah dengan sarana
LAPORAN ANTARA
211
Jumlah Kebutuhan Persatuan Sarana Kriteria
Jenis Penduduk
No. Keterangan
Sarana pendukung Luas Lantai Luas Lahan Standard Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. (m2) Min. (m2) (m 2/j iwa) pencapaian Penyelesaian
raga. Tidak selalu harus di pusat pendidikan lain,
4. SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 m lingkungan. mis. SD, SMP,
SMA dalam satu
Di tengah komplek
Taman kelompok warga
5. 2.500 72 150 0,09 1.000 m
Bacaan tidak menyeberang jalan
lingkungan.
6. Perpustakaan 30,000 3,000
7. Akademi 480,000 5,000
Perpustakaan
8. 480,000 1,000
(Akademi)
9. Perguruan Tinggi 1,500,000 20,000
Perpustakaan
10. 1,500,000 2,000
(Perguruan Tinggi)
Sumber: SNI 03-1733-2004
LAPORAN ANTARA
212
Jumlah Kebutuhan Per
Kriteria
Jenis Penduduk Satuan Sarana
No. Keterangan
Sarana pendukung Luas Lantai Luas Lahan Standard Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. (m2) Min. (m2) (m 2 /jiwa) pencapaian Penyelesaian
BKIA / Klinik
3. 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 m'
Bersalin
Puskesmas Dapat bergabung dalam lokasi kantor
Pembantu kelurahan
4. dan Balai 30.000 150 300 0,006 1.500 m'
Pengobatan
Lingkungan Dapat dijangkau
Puskesmas dan Dengan kendaraan Dapat bergabung dalam lokasi kantor
5. Balai 120.000 420 1.000 0,008 3.000 m' umum kecamatan
Pengobatan
Tempat Praktek
6. 5.000 18 - - 1.500 m'
Dokter Dapat bersatu dengan rumah tinggal/ tempat
usaha/ apotik
Apotik/ Rumah
7. 30.000 120 250 0,025 1.500 m'
Obat
8. Laboratorium 30,000 300
Rumah Sakit
9. Pembantu Tipe 480,000 10,000
C
Rumah Sakit
10. 1,500,000 45,000
Wilayah Tipe B
Rumah Sakit
11. 1,500,000 30,000
Gawat Darurat
Sumber: SNI 03-1733-2004
LAPORAN ANTARA
213
Tabel 4. 99 Standar Kebutuhan Sarana Peribadatan
Tergantung
Sarana Tergantung Tergantung
Sistem
5. ibadah kebiasaan kebiasaan -
kekerabatan
agama lain setempat setempat
Hirarki lembaga
LAPORAN ANTARA
214
Tabel 4. 100 Standar Penyediaan Fasilitas Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olahraga
KEBUTUHAN PER SATUAN SARANA
JUMLAH
LUAS STANDAR RADIUS
NO. JENIS SARANA PENDUDUK LUAS
2 LAHAN MIN (M2/JIWA) PENCAPAIAN (M)
PENDUKUNG (JIWA) LANTAI MIN (M )
(M2/JIWA)
1 Taman / Tempat main 250 200 250 1
2 Taman Warga 3,000 750 1500
3 Lapangan Olah Raga dan Tempat Bermain 3,000 1500
4 Taman Lingkungan 30,000 2000 1,500 0.30
Lapangan Olah Raga 30,000 6000 8,400
Gedung Olah Raga 30,000 750 1,000
Kolam Renang 30,000 4,000
Bioskop 30,000 2,000
Taman 30,000 1,500
Lapangan Serba Guna 120,000 10,000
Taman 120,000 10,000
Gedung Olah Raga 120,000 10,000
Stadion Mini 50,000
Museum 3,000
Gedung Olah Raga Seni 3,000
Bioskop / Theater 3,000
Komplek Olahraga dengan Gelanggang Olahraga 70,000
Gedung Hiburan dan Rekreasi 6,000
Bioskop 4,000
LAPORAN ANTARA
215
KEBUTUHAN PER SATUAN SARANA
JUMLAH
LUAS STANDAR RADIUS
NO. JENIS SARANA PENDUDUK LUAS
2 LAHAN MIN (M2/JIWA) PENCAPAIAN (M)
PENDUKUNG (JIWA) LANTAI MIN (M )
(M2/JIWA)
Gedung Kesenian 10,000
Taman Kota 50,000
Gedung Seni Tradisional 5,000
3 Kuburan / Pemakaman Umum 120,000 2,000
Sumber: SNI 03-1733-2004
Tabel 4. 101 Standar Penyediaan Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi
LAPORAN ANTARA
216
LAPORAN ANTARA
217
4.19.2 Standar Penyediaan Fasifilitas
A. Jaringan Jalan
Desain teknis jalan yang sesuai dengan fungsinya harus memenuhi syarat-syarat antara lain
sebagai berikut:
- Bagian-bagian jalan terdiri dari Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), Ruang Milik Jalan
(Rumija) dan Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja). Yang dimaksud dengan Rumaja adalah
suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan,
saluran tepi jalan, serta ambang pengamanannya. Rumija adalah sejalur tanah tertentu
diluar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang
dibatasi oleh tanda batas Rumija untuk memenuhi persyaratan keleluasaan keamanan
jalan. Sedangkan Ruwasja adalah ruang tertentu yang terletak diluar Rumija yang
penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan
pengemudi.
- Jalan kolektor sekunder didesain dengan Kecepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter
dengan Ruwasja paling sedikit 5 (lima) meter;
- Jalan lokal sekunder didesain dengan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter
dengan Ruwasja paling sedikit 3 (tiga) meter;
- Jalan lingkungan sekunder didesain dengan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma
lima) meter dengan Ruwasja paling sedikit 2 (dua) meter.
Tabel 4. 102 Standar Ruang Jalan dan Garis Sempadan Jalan
Sumber: UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No.3 4 Tahun 2006 tentang Jalan
LAPORAN ANTARA
218
memperhatikan aktifitas dan kultur lingkungan sekitar.
1. Fasilitas
● Drainase, terletak berdampingan atau dibawah dari ruang pejalan kaki.
Drainase berfungsi sebagai penampung dan jalur aliran air pada ruang pejalan
kaki. Keberadaan drainase akan dapat mencegah terjadinya banjir dan
genangangenangan air pada saat hujan. Dimensi minimal adalah lebar 50
centimeter dan tinggi 50 centimeter.
● Jalur hijau, diletakkan pada jalur amenitas dengan lebar 150 centimeter dan
bahan yang digunakan adalah tanaman peneduh.
● Lampu penerangan, diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 meter
dengan tinggi maksimal 4 meter, dan bahan yang digunakan adalah bahan
dengan durabilitas tinggi seperti metal & beton cetak.
● Pagar pengaman, diletakkan pada jalur amenitas. Pada titik tertentu yang
berbahaya dan memerlukan perlindungan dengan tinggi 90 centimeter, dan
bahan yang digunakan adalah metal/beton yang tahan terhadap cuaca,
kerusakan, dan murah pemeliharaannya.
● Tempat sampah, diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap 20 meter
dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan
dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
● Signage, marka dan perambuan, papan informasi (signage) diletakan pada jalur
amenitas, pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus pedestrian padat,
dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan terbuat dari
bahan yang memiliki durabilitas tinggi, dan tidak menimbulkan efek silau.
● Halte/Shelter bus dan lapak tunggu diletakan pada jalur amenitas. Shelter
harus diletakan pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial
kawasan, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah
bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal.
● Telepon umum, diletakkan pada jalur amenitas. Terletak pada setiap radius
300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai
kebutuhan dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas
tinggi seperti metal.
2. Ukuran dan Dimensi Prasarana Ruang Pejalan Kaki
Lebar efektif minimum jaringan pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah 60
centimeter ditambah 15 centimeter untuk bergoyang tanpa membawa barang,
sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 (dua) orang pejalan kaki berpapasan
menjadi 150 centimeter. Untuk arcade dan promenade yang berada di daerah
pariwisata dan komersial harus tersedia area untuk window shopping atau fungsi
sekunder minimal 2 meter. Lebar jaringan pejalan kaki berdasarkan lokasi menurut
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung
Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4. 103 Lebar Jaringan Pejalan Kaki Berdasarkan Lokasi
LAPORAN ANTARA
219
NO. LOKASI RUANG PEJALAN KAKI LEBAR MINIMAL
1. Jalan di daerah perkotaan atau kaki lima 4 meter
2. Di wilayah perkantoran utama 3 meter
3. Di wilayah industri
pada jalan primer 3 meter
pada jalan akses 2 meter
4. Di wilayah pemukiman
pada jalan primer 2,75 meter
pada jalan akses 2 meter
Sumber: Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
Ruang pejalan kaki memiliki perbedaan ketinggian baik dengan jalur kendaraan
bermotor ataupun dengan jalur hijau. Perbedaan tinggi maksimal antara ruang pejalan
kaki dan jalur kendaraan bermotor adalah 20 centimeter. Sementara perbedaan
ketinggian dengan jalur hijau 15 centimeter. Untuk ketetapan-ketetapan lainnya
disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
3. Tingkat Kapasitas Pelayanan Ruang untuk Jalan Setapak
Untuk penyediaan pelayanan bagi pejalan kaki dalam bentuk jalan setapak dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 104 Tingkat Pelayanan Jaringan Pejalan Kaki
4. Lebar Minimum
● Lebar minimum dari masing-masing pejalan kaki adalah 1,5 meter. Seandainya
berdekatan dengan tempat atau sarana lainnya, maka lebar minimum yang
diperkenankan adalah 0.9 meter.
● Pada kondisi volume pejalan kaki semakin tinggi, lebar jalur pejalan kaki harus
ditingkatkan.
LAPORAN ANTARA
220
● Harus tersedia jaringan listrik lingkungan dan jaringan listrik untuk hunian;
● Penempatan tiang listrik berada di daerah milik jalan;
● Apabila dibutuhkan, gardu listrik ditempatkan pada lahan yang bebas dari
kegiatan umum;
● Tersedia penerangan jalan.
3) Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan perencanaan instalasi listrik, harus sesuai
dengan peraturan yang berlaku mengenai Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia
1987.
Ukuran dan kapasitas maksimum gardu listrik per unit adalah sebagai berikut:
- Luas tanah adalah 6 x 9 m2
- Luas casis (bangunan) adalah 4 x 7 m2
- Radius pelayanan adalah 200 m2
- Kapasitas maksimum adalah 630 KVA atau 630.000 watt
- Medan listrik yang bisa dicapai adalah ± 6.257 m2
Khusus untuk lingkungan real estate kebutuhan gardu dihitung berdasarkan medan elektris
yang bisa dicapai gardu standar yaitu 6.257 m2 atau dibulatkan 0,5 Ha untuk 1 gardu.
Bangunan-bangunan perkantoran/jasa/pertokoan, disyaratkan untuk setiap luas lantai
bangunan seluas 1.000 m2/50.000 m2 menyediakan satu gardu khusus.
LAPORAN ANTARA
221
rumah.
● Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass.
● Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa penlindungan menggunakan GIP.
3) Kran Umum
● Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 200 jiwa.
● Radius pelayanan maksimun 100 meter.
● Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
● Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan peraturan yang berlaku
mengenai Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
4) Hidran Kebakaran
● Penempatan kran kebakaran harus mudah dilihat dan dicapai oleh mobil
pemadam kebakaran, sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai Tata
cara perencanaan bangunan lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan rumah dan gedung.
● Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter.
● Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter.
LAPORAN ANTARA
222
Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001) menteri permukiman dan prasarana wilayah.
LAPORAN ANTARA
223
Tabel 4. 105 Standar Pelayanan Jaringan Limbah
LAPORAN ANTARA
224
PRASARANA STANDAR PELAYANAN
LINGKUNGAN KUANTITAS
NO. INDIKATOR KETERANGAN
PERMUKIMAN KUALITAS
CAKUPAN TINGKAT PELAYANAN
PERKOTAAN
- MCK di tempat umum untuk 100-250
ribu orang
- Truk tinja @ m3u/10.000 KK
- Modul IPLT disiapkan untuk pelayanan
100.000 jiwa: kolom lumpur, oxydation
ditc/ponds, sludge thickener, digester
dan sludge drying bed; keb.lahan =
2ha/100.000 jiwa.
- Sistem offsite sesuai dengan
rekomendasi FS dan hasil DED
perhitungan debit ab, jaringan dan
dimensi sewer, dan sistem PAL (mis :
Tricking, Filter, Activated Sludge,
Oxydation Ponds, RBC)
Lihat kembali SK SNI T-07-1989-f Kep DJCK
No. 07/KPTS/1999
LAPORAN ANTARA
225
I. Standar Hidran dan Sarana Pemadam Kebakaran
Dalam satu kilometer pipa distribusi terdapat 4 – 5 buah hidran. Ketentuan penempatan
hidran adalah sebagai berikut:
● Diletakkan pada jarak 60 – 180 cm dari tepi jalan.
● Diletakkan 1 meter dari bangunan permanen.
● Penempatan hidran diprioritaskan di persimpangan jalan sehingga jarak
jangkauannya lebih luas.
Tangki persediaan air yang melayani keperluan hidran lingkungan wajib memenuhi
ketentuan sehingga dapat menyalurkan air dalam volume dan tekanan yang cukup untuk
sistem hidran tersebut.
LAPORAN ANTARA
226
UNIT LUAS
LUAS MINIMAL/
NO LINGKUNGA TIPE RTH MINIMAL/ LOKASI
KAPITA (M2)
N UNIT (M2)
Taman dikelompokan dengan
4 120.000 jiwa 24 0,2
kecamatan sekolah/ pusat kecamatan
Pemakaman disesuaikan 1,2 tersebar
5 480.000 jiwa Taman kota 144 0,3 di pusat wilayah/ kota
di dalam/ kawasan
Hutan kota disesuaikan 4,0
pinggiran
untuk fungsi- disesuaikan dengan
disesuaikan 12,5
fungsi tertentu kebutuhan
Sumber: Permen PU No.5 Tahun 2008 tentang Pedoman RTH
LAPORAN ANTARA
227
dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat.
● jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon
pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah
dan atau rumput.
Keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan yang sempit, tidak menutup
kemungkinan untuk mewujudkan RTH melalui penanaman dengan
menggunakan pot atau media tanam lainnya.
2) RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha
RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha umumnya berupa jalur
trotoar dan area parkir terbuka. Penyediaan RTH pada kawasan ini adalah sebagai
berikut:
● Untuk dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan tanaman dalam pot.
● Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB diatas 70%, memiliki
minimal 2 (dua) pohon kecil atau sedang yang ditanam pada lahan atau pada
pot berdiameter diatas 60 cm.
● Persyaratan penanaman pohon pada perkantoran, pertokoan dan tempat
usaha dengan KDB di bawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH
pekarangan rumah, dan ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan.
3) RTH dalam Bentuk Tanaman Atap Bangunan
Pada kondisi luas lahan terbuka terbatas, maka untuk RTH dapat memanfaatkan ruang
terbuka non hijau, seperti atap gedung, teras rumah, teras-teras bangunan bertingkat
dan disamping bangunan, dan lain-lain dengan memakai media tambahan, seperti pot
dengan berbagai ukuran sesuai lahan yang tersedia. Lahan dengan KDB di atas 90%
seperti pada kawasan pertokoan di pusat kota, atau pada kawasan-kawasan dengan
kepadatan tinggi dengan lahan yang sangat terbatas, RTH dapat disediakan pada atap
bangunan.
LAPORAN ANTARA
228
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten Muara Enim meliputi: perencanaan,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Muara
Enim yang mengacu pada pedoman bidang penataan ruang yang ditetapkan oleh
pemernitah dan petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi.
3. Kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota.
LAPORAN ANTARA
229
LINGKUP KEGIATAN LINGKUP KEGIATAN LINGKUP KEGIATAN
LEMBAGA
PERENCANAAN PEMANFAATAN RUANG PENGENDALIAN RUANG
Dinas Pekerjaan ● Koordinator ● Motivator pemanfaatan ● Pembinaan Ruang Fungsi
Umum, Penataan Perencanaan ruang kegiatan Permukiman dan
Ruang, ● Masukan program permukiman dan perumahan
permukiman dan perumahan ● Pembinaan Prasarana Dasar
infrastruktur ● Pelaksanaan ● Pembinaan Infrastruktur
prasarana pengembangan SDA
● Masukan program prasarana dasar ● Pemberian rekomendasi
pengembangan perkotaan tentang pendirian bangunan
Sumber Daya Air ● Pelaksanaan dan penataan kota
● Masukan ruang Pengembangan SDA
potensi perumahan ● Pemanfaatan ruang
● Masukan program strategis kota
penataan kota
Dinas Perhubungan ● Masukan program ● Pelaksanaan ● Pembinaan Sistem
pengembangan Pengembangan Sistem transportasi, pos dan
transportasi transportasi, telekomunikasi
Dinas Komunikasi ● Masukan program ● Pelaksanaan ● Pembinaan Sistem, pos dan
dan Informatika pengembangan pos Pengembangan Sistem telekomunikasi
dan telekomunikasi pos dan telekomunikasi
Dinas Koperasi, ● Masukan ruang ● Motivator pemanfaatan ● Pembinaan Ruang kegiatan
Usaha Kecil potensi strategis ruang strategis kegiatan industri dan usaha kecil
Menengah, perindustrian dan perindustrian dan usaha menengah
Perdagangan dan usaha kecil kecil menengah ● Pembinaan ruang bernilai
Perindustrian menengah ● Motivator strategis ekonomi
● Masukan program pengembangan investasi
investasi perdagangan
perdagangan
PLN ● Masukan ● Pelaksana ● Pembinaan penggunaan
Ketersediaan Listrik pengembangan jaringan energi listrik
dan Peluang energi listrik
Pengembangannya
TELKOM ● Masukan ● Pelaksana ● Pembinaan penggunaan
Ketersediaan pengembangan jaringan telekomunikasi
jaringan telekomunikasi
telekomunikasi
PDAM ● Masukan ● Pelaksana ● Pembinaan penggunaan air
Ketersediaan air pengembangan bersih
bersih dan Peluang pelayanan air bersih
Pengembangannya
Sumber: Hasil Analisis, 2022
LAPORAN ANTARA
230
BAB 5 KONSEP PENATAAN RUANG
1. Kesesuaian kondisi eksisting jaringan jalan 1. Pengelolaan secara status dan fungsi, termasuk secara
dengan arahan RTRW Kabupaten Muara Enim standar teknis
2. Kinerja pelayanan jalan 2. Kesesuaian fungsi & kelas jalan dengan zona yang dilayani
6. Sering terjadi pemadaman listrik (PLN) 6. Penambahan gardu induk dan/atau gardu hubung listrik
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Tabel 5. 2 Isu/Permasalahan Pola Ruang di WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
1. Tersebarnya cluster perumahan formal 1. Perlunya penataan dan peremajaan kawasan di sekitar jaringan
dan non formal di sekitar jalan jalan sebagai implementasi perencanaan penataan ruang
2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai SK kumuh
2. Besarnya arahan penataan ruang untuk 3. Perlunya penyiapan sarana dan prasarana umum berupa fasilitas
permukiman, perdagangan dan jasa, sosial dan ekonomi pada pusat kegiatan yang akan
sarana pelayananan umum berpotensi dikembangkan, sehingga orientasi pelayanan tidak bergantung
dalam pengembangan aktivitas dan pada asilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Semende Darat
kegiatan masyarakat baik dari aspek Laut
ekonomi maupun sosial budaya 4. Pengembangan zona pariwisata dengan pelibatan masyarakat
setempat dengan dukungan sarana pelayanan umum pendukung
kegiatan pariwisata (agrowisata & wisata alam)
3. Sarana pelayanan umum seperti fasilitas 5. Perlunya penambahan fasos fasum serta angkutan transportasi
pendidikan dan kesehatan juga masal bagi masyarakat.
transportasi (angkutan desa/perkotaan)
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Penataan ruang perkotaan merupakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang
wilayah yang mencakup perkotaan dan perdesaan, baik direncanakan maupun sebaliknya, yang
menunjukkan adanya hierarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang.
Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan dalam Penyusunan RDTR dan PZ Semende Darat laut
merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai. Tujuan penataan ruang ini juga
disesuaikan dan disinergiskan dengan arahan pencapaian yang ditetapkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Muara Enim, RPJP dan RPJM Kabupaten Muara Enim serta
mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang serta berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan. Rumusan tujuan penataan ruang penyusunan WP Perkotaan
Kecamatan Semende Darat Laut dengan fungsi:
1. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan,
penetapan bagian dari wilayah RDTR yang diprioritaskan penanganannya, dan penyusunan
peraturan zonasi;
2. Menjaga konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan dengan RTRW Kabupaten
Muara Enim.
3. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dan penerbitan izin pemanfaatan
ruang; dan
4. Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
Perumusan konsep penataan ruang dalam penyusunan RDTR dan PZ WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut didasarkan atas:
1. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Muara Enim, yaitu
WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ditetapkan sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan.
2. Isu strategis dan potensi, masalah, serta urgensi/keterdesakan penanganan di WP
Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut pada masa saat ini maupun yang
akan mengemuka pada masa depan.
3. Karakteristik wilayah perencaan WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut,
baik dari segi sosial masyarakat, fisik lingkungan, dan aspek lainnya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas serta analisis yang telah dilakukan, maka tujuan
penataan ruang kawasan perkotaan Semende Darat Laut, yaitu:
“Menjadikan WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut sebagai pusat pelayanan
skala regional yang berbasis pertanian dan perekebunan serta pariwisata yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan”
Persentase
Kecamatan Desa SWP Blok Luas (Ha)
(%)
Pulau Panggung SWP A A-1 69,82 3,77
Muara Dua, Pulau Panggung A-2 42,50 2,29
Pulau Panggung A-3 37,61 2,03
Pulau Panggung SWP B B-1 120,39 6,49
Muara Dua B-2 52,70 2,84
Semende Pulau Panggung SWP C C-1 129,36 6,98
Darat Laut Muara Danau, Pulau Panggung C-2 252,58 13,62
Penyandingan C-3 291,89 15,74
Pulau Panggung SWP D D-1 279,19 15,06
Karya Nyata D-2 306,30 16,52
Tanah Abang SWP E E-1 225,10 12,14
Perapau E-2 46,54 2,51
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Gambar 5. 1 Peta Wilayah Perencanaan
Gambar 5. 2 Peta Pembagian SWP dan Blok
5.3.3 Konsep Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk merupakan persebaran penduduk disetiap kawasan sedangkan distribusi
penduduk yang ideal adalah distribusi yang merata sehingga bisa memenuhi persyaratan
kesejahteraan dan keamanan. Distribusi penduduk pada WP Perkotaan Kecamatan Semende
Darat Laut di proyeksikan hingga akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2039. Jumlah penduduk
tertinggi berada di Desa Pulau Panggung dan terendah berada di Desa Perapau. Untuk lebih
jelasnya mengenai jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. 4 Proyeksi Penduduk Kecamatan Semende Darat Laut 2022-2042
PROYEKSI PENDUDUK KAWASAN PERKOTAAN KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT
NO. DESA
2022 2023 2024 2025 2026 2027 2032 2037 2042
1 Muara Dua 1414 1529 1653 1787 1932 2089 3086 4558 6733
2 Pulau Panggung 4991 5396 5833 6307 6819 7372 10889 16086 23761
3 Muara Danau 1146 1239 1340 1449 1566 1693 2501 3695 5457
4 Penyandingan 1388 1500 1622 1754 1896 2050 3028 4473 6607
5 Tanah Abang 1648 1782 1926 2083 2252 2434 3596 5312 7846
6 Karya Nyata 1289 1394 1507 1629 1761 1904 2813 4155 6137
7 Perapau 615 665 719 778 841 909 1343 1984 2930
Perkotaan Kec.
12491 13504 14600 15785 17066 18451 27255 40261 59472
Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
25000
20000
15000
10000
5000
0
Karya Nyata
Muara Danau
Pulau Panggung
Perapau
Penyandingan
Tanah Abang
Muara Dua
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 5. 3 Grafik Proyeksi Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2022
5.4 Konsep Pengembangan Kawasan Perkotaan
5.4.1 Delineasi WP
Batas-batas WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut meliputi:
• Utara berbatasan dengan Desa Karya Nyata, Desa Pagar Agung;
• Timur berbatasan dengan Kecamatan Panang Enim, Desa Pulau Panggung;
• Selatan berbatasan dengan Desa Pulau Panggung, Kecamatan Semende Darat Tengah;
dan
• Barat berbatasan dengan Desa Perapau, Desa Tanah Abang, Desa Penyandingan, Desa
Muara Danau, Desa Muara Dua.
Dasar pertimbangan delinasi WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ini adalah sebagai
berikut:
• Mengikuti arahan RTRW
• Pengembangan fungsi kawasan
• Terintegrasi dengan rencana struktur dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Muara
Enim
SWP-E 015
SWP-D 032
SWP-C 036
SWP-B 009
SWP-A 008
Gambar 5. 4 Grafik Persentase Luas SWP di WP Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut (%)
Untuk penanganan kawasan lingkungan secara struktur ruang maka diperlukan pengembangan
sistem kota secara hirarki dan terintegrasi dalam bentuk pusat-pusat pelayanan kawasan,
pengembangan pusat-pusat lingkungan pada area yang berpotensi menjadi pusat kegiatan skala
lingkungan, serta peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana
kawasan seperti: jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan jaringan
prasarana perkotaan (drainase, air limbah, dan persampahan).
Gambar 5. 7 Visualisasi Jarak pada Jalur Pejalan Kaki yang Dimanfaatkan Oleh Kegiatan
Pendukung
b) Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir secara berkesinambungan atau dengan
terputusputus dalam alur sungai atau saluran dari sumbernya yang tertentu, dimana
semua ini merupakan bagian dari sistem sungai yang menyeluruh. Yang termasuk air
permukaan meliputi (a) air sungai (rivers), (b) saluran (stream), sumber (springs), danau
dan waduk. Kecamatan Semende Darat Laut merupakan kawasan pertemuan antara
hulu sungai Musi serta dilalui oleh beberapa anak sungai yang bermuara ke sungai
tersebut. Sehingga aliran sungai maupun anak sungai yang melalui Kecamatan Semende
Darat Laut dapat dijadikan sebagai sumber daya air.
Konsep pengembangan penggunaan air tanah dalam WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut adalah sebagai berikut:
Berikut beberapa konsep atau teknis operasional pengumpulan sampah yang akan diterapkan
pada wilayah perkotaan Semende Darat Laut.
a. Pengumpulan individual tidak langsung
Pengumpulan dilakukan kendaraan pengumpul yaitu gerobak dan motor sampah
langsung dari pengguna jasa, misalnya: rumah tangga. Kemudian diangkut ke transfer
depo atau TPSS yang sudah ditentukan lalu di bawa oleh kendaraan pengangkut (truk)
untuk dibuang ke tempat pemerosesan akhir (TPA). System Pengumpulan ini digunakan
terhadap daerah – daerah yang tidak dapat terlayani secara langsung oleh kendaraan
pengangkut (truk) yang biasanya dikarenakan topografi dan kondisi aksesnya yang terlalu
sempit.
b. Pengumpulan individual langsung
Pengumpulan dilakukan langsung dengan kendaraan pengangkut (truk) sampah pada
jalur daerah permukiman, baik untuk permukiman yang teratur maupun permukiman
yang tidak teratur yang ada di sepanjang jalur pengangkutan untuk kemudian dibuang ke
TPA.
c. Pengumpulan komunal langsung
Pengguna jasa atau masyarakat mengumpulkannya langsung pada wadah komunal (TPSS)
untuk lalu diangkut oleh kendaraan pengangkut untuk dibuang ke TPA. Hal ini juga
dilakukan karena kendaraan pengangkut tidak dapat mengambil secara langsung ke
pengguna jasa.
d. Pola penyapuan jalan
Pola penyapuan jalan adalah cara pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan
menggunakan gerobak sampah (Departemen PU. 1993). Cara pengumpulan ini oleh
petugas Dinas Lingkungan Hidup atau oleh pekerja dari kecamatan. Lokasi penyapuan
terutama diarahkan pada jalan-jalan protokol, trotoar, taman dan tempat-tempat umum
lainnya. Sampahnya dikumpulkan pada TPSS terdekat kemudian diangkut ke TPA.
Gambar 5. 13 Konsep Sistem Pengumpulan dan Pemindahan Sampah
3. Sistem Pengolahan
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam
penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum dari banyak
konsep yang digunakan adalah:
a) Hierarki sampah atau hirarki limbah merujuk kepada "3M" atau yang sering disebut 3R
yaitu mengurangi sampah (Reduse), menggunakan kembali sampah (Reuse) dan mendaur
ulang (Recycle), yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan
keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari
sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk
mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan
jumlah minimum limbah.
b) Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer Responsibility
(EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua
biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk
akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab
produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh
lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang
manufaktur, impor dan/atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas
produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur.
c) Prinsip pengotor membayar. Prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak
pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan
limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari
pembuangan
Berdasarkan penjelasan diatas maka konsep yang akan diterapkan pada kawasan perkotaan
adalah konsep "3R" yaitu mengurangi sampah (Reduse), menggunakan kembali sampah
(Reuse) dan mendaur ulang (Recycle) serta konsep “Pengotor Membayar” yaitu prinsip di
mana pihak pencemar akan membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Hal ini terkait
dengan industri-industri yang ada maupun terhadap industri yang akan direncanakan.
Gambar 5. 14 Ilustrasi Manfaat Konsep 3R Sistem Persampahan Kawasan Perkotaan Semende Darat
Laut
Pola ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut ditetapkan melalui beberapa
kebijakan dan strategi sebagai berikut:
1. Keterpaduan dan keseimbangan antara zona lindung dan zona budi daya
Strategi yang diterapkan:
a. Menetapkan zona lindung di area-area yang memenuhi persyaratan zona lindung,
yaitu sempadan sungai, sempadan danau, RTH, dan lain-lain.
b. Menetapkan kawasan budi daya tidak terbangun dengan memanfaatkan sumber
daya alam, yaitu sebagai kawasan peruntukan pertanian dengan cara
mempertahankan fungsi LP2B.
c. Mengembangkan kawasan budi daya terbangun di perkotaan berupa perdagangan
dan jasa, industri, pariwisata, dan perumahan serta sarana pelayanan umum.
2. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan
Strategi yang diterapkan:
a. Meningkatkan keterkaitan antara kegiatan di zona budi daya tidak terbangun dengan
kegiatan di zona budi daya terbangun melalui pengembangan sektor-sektor yang
saling terkait.
b. Mengembangkan kawasan sesuai dengan fungsi wilayah WP Perkotaan Kecamatan
Semende Darat Laut yang telah ditetapkan sebelumnya.
c. Di zona budi daya terbangun, menerapkan ketentuan intensitas dan tata massa
banguan, intensitas kegiatan, pengaturan dan penanganan lingkungan, pengaturan
pergerakan lalu lintas dan mengendalikan dampak kegiatan pemanfaatan ruang.
Konsep pola ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut yang merupakan
rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang
WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut diteapkan dengan mempertimbangkan
arahan kemampuan lahan dan penggunaan lahan eksisting.
Pola ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut berfungsi sebagai berikut:
a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah perkotaan.
b. Mengatur keseimabgnan dan keserasian peruntukan ruang.
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk
20 (dua puluh) tahun.
d. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah perkotaan.
Dilihat dari pola ruangnya, terdapat karakteristik sebagai berikut:
a. Masing-masing fungsi budi daya dialokasikan dengan karakteristik kegiatannya dan tidak
saling mengganggu satu sama lain.
b. Kegiatan komerisal (perdagangan dan jasa) berorientasi di jalur-jalur utama WP
Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut dan di pusat kota untuk perdagangan dan jasa
juga sebagai pendukung dari kegiatan wisata.
c. Fasilitas umum dan sosial disebar sesuai hierarkinya.
d. Kegiatan permukiman berkembang pada daerah belakang jalur utama.
e. Pada jalur-jalur utama, sudah mulai terjadi peralihan dari kegiatan permukiman menjadi
komersial.
f. Lahan-lahan pertanian yang terdapat di WP, sedikit sudah terjadi peralihan fungsi menjadi
lahan permukiman, untuk LP2B akan dipertahankan.
g. Perkembangan kegiatan permukiman terjadi secara merata mengikuti pola jaringan jalan
yang ada.
h. Kawasan rawan bencana banjir dan longsor diperlukan pengaturan intensitas dan
pengembangan RTH.
Tabel 5. 6 Luas Rencana Pola Ruang WP Kawasan Perkotaan Kecamatan Semende Darat Laut