Anda di halaman 1dari 37

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 12 Kabupaten Majene, Sulawesi Barat

EXPOSE LAPORAN ANTARA

CV. MEUTHIA MULTI KONSULTAN


PLANNER-ARCHITECTURE-CIVIL-MANAGEMENT-VISIBILITY STUDY AND SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT
Kantor : Jl, Bung (Pesona Bukit Maghfirah Blok D No. 1 Makassar) Telp. (0411)-4773213
Majene, Agustus 2018
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26
TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
NASIONAL
PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1
TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2014 – 2034
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 12
TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MAJENE TAHUN 2012 – 2032

1
1. RTRW Kabupaten Majene Tahun 2012-2032 yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Nomor 12 Tahun 2012, telah memasuki Tahun ke-5 (lima).
2. Faktor dinamika wilayah yang bersifat INTERNAL maupun EKSTERNAL berpengaruh
terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majene.
3. Isu Strategis Penataan Ruang di Kabupaten Majene
a. Perkotaan Majene sebagai Kota Pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat
b. Water front City Kota Majene
c. Tambang Migas
d. Pengembangan Kereta Api Lintas Pulau Sulawesi
e. Pembangunan Bandar Udara
f. Pembangunan Jalan Lingkar
g. Alih fungsi lahan pertanian
h. Kebencanaan
4. Perkembangan peraturan perundang-undangan terbaru, antara lain :
a. UU 41/2009 tentang Perlindungan LP2B yang mengamanatkan KP2B dalam RTRW
provinsi, kabupaten, dan kota.
b. UU 32/2009 tentang Perlindungandan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
mengamanatkan KLHS dalam penyusunan RTR.
c. UU 27/2007 tentang Pengelolaan WP3K yang mengamanatkan RZWP3K, sehingga hal
ini harus diperhatikan dalam penyusunan RTRW khususnya provinsi.
d. UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan kewenangan
pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil hanya kepada pemda provinsi.
1. Undang-Undang Nomor 26 TAHUN 2007 Tentang Penataan Ruang;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
5. Permen PU Nomor16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten;
6. Permendagri Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Dan Kabupaten/Kota;
7. Permen Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun
2017 Tentang Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah;
8. Permendagri Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Tata Ruang Daerah
9. Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Majene Tahun 2012 – 2032;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Bangunan
Gedung; dan
11. RPJPD/RPJMD Kabupaten Majene.

Permen ATR/BPN Nomor 1 Tahun 2018 Tentang


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, Kabupaten, dan Kota
Tabel 1. Hasil Peninjauan Kembali RTRW Majene Tahun 2017
PERMEN ATR/BPN NO.1 TAHUN 2018

RTRW kabupaten memuat : tujuan,


kebijakan, dan strategi penataan ruang;
rencana struktur ruang; rencana pola
1 ruang; penetapan kawasan strategis
kabupaten; arahan pemanfaatan ruang;
dan arahan pengendalian pemanfaatan

2 ruang di wilayah kabupaten

Materi berubahan total Nilai : 1


Materi berubah sebagian : 0,5
Materi tidak berubah Nilai : 0
3
Dengan demikian, total bobot
4 perubahan materi mencakup
18,13%, dengan bobot
perubahan materi sebesar
diterapkan pada naskah (legal
draft) perda yang akan disusun
kembali, diindikasi akan
menyebabkan PERUBAHAN
Peraturan Daerah RTRW

5 Kabupaten Majene 2012-2032


tersebut.

Sumber : Peninjauan Kembali RTRW Kab. Majene Tahun 2017


6

ANALISIS PERPETAAN

REVISI
Perpres No. 9/2016 : Pemerintah Bentuk Tim
Percepatan Kebijakan Satu Peta

Perpres ini bertujuan untuk terpenuhinya satu peta


yang mengacu pada satu referensi geospasial, satu
standar, satu basis data, dan satu geoportal guna
percepatan pelaksanaan pembangunan nasional
pada Tahun 2016-2019.

Peluncuran kebijakan satu peta dengan skala


1:50.000 diharapkan mampu mengurangi
konflik pemanfaatan lahan, membantu dalam
pelaksanaan proyek pemerintah serta
pengembangan kawasan strategis seperti
kawasan ekonomi khusus.
Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Majene
LUAS WILAYAH KABUPATEN MAJENE
PETA SHp PERDA RTRW Kab. Revisi RTRW Kab. Majene
Kegiatan Batas
PERDA RTRW Majene 2012-2032 dan 2018
NO. KECAMATAN Administrasi Kabupaten
Kab. Majene Badan Pusat Statistik Rupa Bumi Indonesia 2017
Majene 2018
2012-2032 Kabupaten Majene 2017 (BIG)
(Km2) (Km2) (Km2) (Km2)
1 Banggae Timur 23,99 30,04 21,96 17,25
2 Banggae 33,57 25,15 36,71 40,00
3 Pamboang 74,45 70,19 72,29 75,91
4 Sendana 109,48 82,24 139,26 144,47
5 Tammerodo 87,65 55,40 69,53 66,16
6 Tubo Sendana 63,41 41,17 62,94 62,50
7 Ulumanda 319,50 456,00 315,66 331,11
8 Malunda 188,09 187,65 182,93 192,19
TOTAL LUAS 900,14 947,84 901,30 929,59
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018

Perda RTRW Provinsi 2014-2034 Peraturan Daerah Provinsi


Sulawesi Barat Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014 –
2034, luas Propinsi Sulawesi Barat 16.916,02 Km².

Provinsi Sulawesi Barat Dalam Angka, 2017 dan BPS


Majene, 2017), luas wilayah Kabupaten Majene adalah
947,84 km² atau 5,6% dari luas Propinsi Sulawesi Barat
16.787,18 Km².

Perda RTRW Kabupaten Majene Tahun 2012-2032, luas


wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 km² atau 5,6%
dari luas Propinsi Sulawesi Barat 16.990,77 Km².
1. Berpengaruh terhadap kualitas Peta Rencana Struktur Ruang dan
Peta Rencana Pola Ruang
2. Berpengaruh terhadap RDTR dan RTBL
3. Berpengaruh terhadap Pengambilan keputusan :
 Izin Lokasi Pemanfaatan Ruang
 Izin Kesesuaian Tata Ruang (Advice Plan)
 Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
4. Terjadinya Konflik Pemanfaatan Lahan

Peta Penggunaan Lahan


berupa Tanah Terbuka/Kosong,
eksisting merupakan kawasan
Permukiman Peta Penggunaan Lahan
berupa Sawah, tetapi eksisting
merupakan kawasan
Permukiman
Tabel 3. Daftar Kelengkapan Peta RTRW Kab. Majene 2012-2032

No Komponen Substansi Kelengkapan


(1) (2) (3)
1 Citra Landsat Tahun 2009 Ada
2 Peta Orientasi Wilayah Ada
3 Peta Administrasi Kabupaten Majene Ada
4 Peta Topografi Kabupaten Majene Ada
5 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Majene Ada
6 Peta Geologi Ada
7 Peta Jenis Tanah Ada
8 Peta Curah Hujan Kabupaten Majene Ada
9 Peta Hidrologi Ada
10 Peta Daerah Aliran Sungai Tidak ada
11 Peta Tutupan Lahan Ada
12 Peta Kepadatan Penduduk Ada
13 Peta Rawan Bencana Kabupaten Majene Ada
14 Peta Potensi Pertanian Tidak ada
15 Peta Potensi Perkebunan Tidak ada
16 Peta Potensi Perikanan Tidak ada
17 Peta Kawasan Hutan Ada
18 Peta Pertambangan Kabupaten Majene Ada
19 Peta Sebaran Sarana Wilayah Tidak ada
20 Peta Jaringan Prasarana Transportasi Tidak ada
21 Peta Jaringan Prasarana Sumber Daya Air Tidak ada
22 Peta Jaringan Prasarana Energi Tidak ada
Sumber : Peninjauan Kembali RTRW Kab. Majene Tahun 2017

Rencana Tindak Lanjut Revisi Peta – Peta RTRW


Kabupaten Majene 2012-2032

1. Koordinasi Badan Informasi Geospasial (BIG)


2. Citra Satelit Spot 6/7
3. Data dan SHp Administrasi (BIG)
4. Data dan SHp Kawasan Rawan Bencana
5. Data dan SHp Kawasan Konservasi (Hutan)
6. Data dan Shp Kawasan Pertanian (KP2B)
7. Data dan SHp Garis Pantai Kabupaten Majene
(RZWP3K)
8. Data dan SHp Cekungan Air
9. Data dan SHp Curah Hujan (Penangkar Hujan)
10. Data dan SHp Jalan
11. Data dan SHp Kepemilikan Lahan/Tanah
12

ANALISIS TUJUAN,
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENATAAN RUANG

REVISI
Pada penetapan Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Majene Tahun 2012-2032,
TIDAK MENETAPKAN Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Majene (ibukota Kabupaten Majene) sebagai sebagai Pusat
Pendidikan.
“Penataan ruang Kabupaten Majene bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara, ketahanan nasional dan berbasis sektor
Pertanian serta didukung oleh sektor perikanan, kelautan, kehutanan, pertambangan, dan pemanfaatan
potensi alam lainnya”.

Tujuan penataan ruang dirumuskan Visi Pembangunan Kabupaten


dengan kriteria: Majene 2016-2021
(“MAJENE PROFESIONAL, PRODUKTIF
1. Mendukung tujuan penataan ruang
& PROAKTIF 2021”)
yang tercantum pada RTR di atasnya
(RTRW nasional dan rencana rincinya,
serta RTRW provinsi dan rencana
rincinya);
2. Mengacu pada Rencana “Mewujudkan Kabupaten Majene
Pembangunan Jangka Panjang sebagai KOTA PENDIDIKAN yang
Daerah (RPJPD) kabupaten; aman, nyaman, produktif, dan
3. Mengakomodasi fungsi dan peran berkelanjutan berlandaskan
kabupaten yang telah ditetapkan Wawasan Nusantara, Ketahanan
dalam RTRW nasional, serta RTRW Nasional dan berbasis sektor
provinsi; Pertanian serta didukung oleh
4. Memperhatikan isu strategis, potensi sektor perikanan, kelautan,
unggulan, dan karakteristik wilayah kehutanan, pertambangan, dan
kabupaten; pemanfaatan potensi alam
5. Jelas, spesifik, terukur dan dapat lainnya”.
dicapai dalam jangka waktu
perencanaan 20 (dua puluh) tahun;
6. Tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
Hasil Analisis SWOT
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Majene kurang mengakomodir arah dan tujuan
penataan ruang wilayah Kabupaten Majene sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Majene (ibukota
Kabupaten Majene) sebagai pusat pendidikan.

Kebijakan penataan ruang Strategi penataan ruang


1. Pemantapan PKW Majene (ibukota Kabupaten Majene) Strategi Pemantapan PKW Majene (ibukota Kabupaten
sebagai Pusat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat; Majene) sebagai Pusat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat,
2. Penetapan dan pemantapan peran dan fungsi terdiri atas;
perkotaan secara hirarkis dalam kerangka sistem wilayah
a. Mewujudkan dan mengembangkan pendidikan yang
pengembangan ekonomi dan sistem pembangunan
berkualitas dengan perluasan kawasan pendidikan tinggi
perkotaan;
dan penyiapan kawasan pendidikan tinggi baru;
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
b. Menyediakan prasarana dan sarana pendukung kawasan
prasarana permukiman, transportasi, telekomunikasi,
pendidikan tinggi dilakukan untuk memenuhi skala
energi, sumberdaya air yang dapat mendukung
pelayanan lokal, regional, dan nasional;
peningkatan dan pemerataan pelayanan masyarakat;
c. Pengembangan lembaga pendidikan setara D1 atau D3;
4. Pengembangan kawasan pertanian yang produktif untuk
d. Peningkatan kualitas fasilitas pendidikan berupa
meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan
pemeliharaan serta perbaikan yang diutamakan untuk
masyarakat;
bangunan yang mengalami kerusakan, serta peningkatan
5. Pengembangan potensi kelautan dan perikanan;
pelayanan fasilitas pendidikan dimulai dari TK sampai
6. Pemantapan fungsi dan produktivitas hutan;
dengan Perguruan Tinggi;
7. Pengembangan kawasan pertambangan yang ramah
e. Peningkatan Kompetensi Tenaga pengajar
lingkungan;
f. Peningkatan Perpustakaan Daerah sebagai pusat
8. Pengelolaan kualitas lingkungan;
pendidikan dan pariwisata;
9. pengendalian, pelestarian dan rehabilitasi kawasan
g. Menempatkan hot spot yang diarahkan pada ruang-ruang
rawan bencana alam; dan
publik utama di pusat kota, pendidikan, dan perkantoran;
10.Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan
h. Pembangunan tempat-tempat pelatihan di lokasi strategis
keamanan negara.
kawasan pendidikan dan perkantoran;
i. Pemanfaatan ruko sebagai tempat kursus pendidikan, seni,
dan olahraga, di sekitar kawasan pendidikan;
j. Mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan
pendidikan melalui peningkatan transportasi darat, laut dan
udara;
15

ANALISIS RENCANA
STRUKTUR RUANG

REVISI
Potensi Wilayah Kabupaten Majene
1. Potensi Geografis Wilayah; letak Kabupaten Majene berada jalur pelayaran ALKI II; (Alur Laut Kapal
Indonesia II) dan sebagai jalur perhubungan utara – selatan (Trans Sulawesi).
2. Potensi Keunikan dan Keunggulan Lokal; Nilai sejarah dan budaya yang dikenal dengan Kerajaan
Banggae (Salabose).
3. Potensi Berkembangnya Kegiatan Pariwisata; wisata Alam/Bahari, Budaya/Sejarah dan Buatan.
4. Potensi Tambang Minyak seperti; Blok Karama, Blok Mandar, Blok South Mandar serta Blok Malunda.
5. Potensi Wilayah Pesisir Dan Laut; Garis pantai yang membentang dari Selatan hingga Utara Kabupaten
Majene sepanjang + 87,0 Km.
6. Potensi Berkembangnya Pusat Pendidikan; Ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sulawesi Barat 2014-2034,
Kabupaten Majene sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Majene (ibukota Kabupaten Majene)
sebagai pusat pendidikan;
7. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Majene 64,80 dari IPM Provinsi Sulawesi Barat 63,60

Permasalahan Wilayah Kabupaten Majene


1. Rendahnya Kualitas transportasi laut di Kabupaten Majene
2. Pengelolaan dan pemanfaatan Tambang Minyak belum dimanfaatkan secara optimal.
3. Potensi pariwisata yang besar dan sangat banyak belum mampu bersaing dalam skala regional
4. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Majene kurang mengakomodir arah dan
tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Sulawesi Barat 2014-2034.
5. Sebagai wilayah pertemuan jalur perhubungan utara – selatan dan barat – timur, Kabupaten Majene
membutuhkan sarana prasarana dan jalan dan fasilitas bagi kegiatan umum dalam berbagai bidang
kehidupan: sosial, ekonomi, politik dan keamanan.
Analisis sistem pusat-pusat pelayanan, merupakan penentuan pusat-
pusat kegiatan pelayanan berupa kawasan permukiman perkotaan dan PERMEN ATR/BPN NO. 1 TAHUN 2018
perdesaan dalam lingkup wilayah Kabupaten Majene yang memiliki Penyesuaian Materi Teknis RTRW
fungsi sebagai pusat distribusi fungsi pelayanan dan pusat kegiatan
pemasaran sektor perekonomian wilayah.
Tabel 4. Fungsi Kawasan Perkotaan RTRW 2012-2032

Sumber : Peninjauan Kembali RTRW Kab. Majene Tahun 2017

Berdasarkan hasil analisis dan pertimbangan Permen ATR/BPN No. 1


Tahun 2018 maka diperoleh gambaran bahwa terdapat 7 kawasan
perkotaan dari 8 kecamatan yang teridentifikasi sebagai pusat Menghilangkan muatan mengenai PKN promosi, PKW
pelayanan di Kabupaten Majene. promosi, dan PKL promosi

Tabel 5. Arahan Fungsi Kawasan Perkotaan pada REVISI RTRW 2012-2032

No Kawasan Perkotaan Kecamatan Arahan Fungsi Kawasan Perkotaan


(1) (2) (3) (4)
1 Kawasan Perkotaan Majene Banggae Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Banggae Timur
2 Malunda Malunda Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
3 Lalampanua Pamboang Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
4 Mosso Dhua Sendana Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
5 Tammerodo Tammerodo Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
6 Bonde-Bonde Tubo Sendana Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
7 Kabiraan Ulumanda Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018
Tabel 6. Peran dan Fungsi Kawasan Perkotaan pada REVISI RTRW 2012-2032
Arahan
Kawasan Fungsi Peran Fungsi Peran Fungsi
No Kecamatan
Perkotaan Kawasan Utama Penunjang
Perkotaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kawasan Banggae PKW  Kota Kabupaten  Perdagangan Regional
Perkotaan Banggae  Pusat Pemerintahan Kabupaten  Sistem Transportasi Regional
Majene Timur  Pusat Pendidikan Provinsi Sulawesi  Industri Jasa
Barat  Jasa Kepariwisataan
 Permukiman
 Agroindustri dan Agrobisnis
2 Malunda Malunda PKL  Pusat Pelayanan beberapa  Pendidikan
kecamatan  Perdagangan
 Pusat pengembangan wisata agro  Simpul Transportasi
(pertanian dan perkebunan) dan  Agro Bisnis
religius  Permukiman
3 Mosso Dhua Sendana PPK  Pusat pengembangan industri perahu
4 Lalampanua Pamboang PPK Sandeq serta pengembangan seni
 Pusat Pemerintahan Kecamatan  Pendidikan
 Pusat Pelayanan Sosial dan  Perdagangan Lokal
Ekonomi kecamatan  Transportasi Lokal dan Jalur Trans Sulawesi
 Pusat kegiatan pelabuhan laut  Jasa Kepariwisataan
 Perikanan Laut
 Permukiman
 Hasil Pertanian
5 Tammerodo Tammerodo PPL  Pendidikan
6 Bonde-Bonde Tubo PPL  Industri Kecil Rakyat
Sendana
 Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Hasil-hasil Pertanian
7 Kabiraan Ulumanda
 Pusat Pelayanan Sosial dan
PPL  Hasil-hasil Perkebunan
Ekonomi kecamatan
 Jasa Kepariwisataan
 Pusat Industri Rakyat
 Permukiman
 Perikanan darat & laut
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018
Luas
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Sistem Perdesaan/Perkotaan
Tabel 7. Sistem Perdesaan di Kabupaten Majene (km2)
(1) (2) (3) (4) (5)
6 Tubo Sendana 41,17 Onang Sistem Perdesaan
Luas
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Sistem Perdesaan/Perkotaan Tubo Sistem Perdesaan
(km2)
Tubo Poang Sistem Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5)
Onang Utara Sistem Perdesaan
1 Banggae 25,15 Totoli Sistem Perkotaan
Bonde-Bonde Sistem Perkotaan
Rangas Sistem Perkotaan
Tubo Selatan Sistem Perdesaan
Palipi Soreang Sistem Perkotaan
Tubo Tengah Sistem Perdesaan
Banggae Sistem Perkotaan
7 Malunda 187,65 Lombang Sistem Perdesaan
Galung Sistem Perkotaan
Lombang Timur Sistem Perdesaan
Baru Sistem Perkotaan
Malunda Sistem Perkotaan
Pamboborang Sistem Perkotaan
Lamungan Batu Sistem Perdesaan
Pangali – Ali Sistem Perkotaan
Kayuangin Sistem Perdesaan
Banggae Timur 30,04 Labuang Sistem Perkotaan
Lombong Sistem Perdesaan
2 Labuang Utara Sistem Perkotaan
Lombong Timur Sistem Perdesaan
Tande Sistem Perkotaan
Bambangan Sistem Perdesaan
Tande Timur Sistem Perkotaan
Salutahongan Sistem Perdesaan
Baruga Sistem Perkotaan
Mekkatta Sistem Perdesaan
Buttu Baruga Sistem Perkotaan
Mekkatta Selatan Sistem Perdesaan
Bau rung Sistem Perkotaan
Maliaya Sistem Perdesaan
Lem bang Sistem Perkotaan
8 Ulumanda 456,00 Sam Babo Sistem Perdesaan
Baruga Dua Sistem Perkotaan
Salutahongan Sistem Perdesaan
3 Pamboang 70,19 Bonde Sistem Perdesaan
Kabiraan Sistem Perkotaan
Bonde Utara Sistem Perdesaan
Sulai Sistem Perdesaan
Bababulo Sistem Perdesaan
Tande Allo Sistem Perdesaan
Bababulo Utara Sistem Perdesaan
Panggalo Sistem Perdesaan
Simbang Sistem Perdesaan
Ulumanda Sistem Perdesaan
Buttu Pamboang Sistem Perdesaan
Popenga Sistem Perdesaan
Lalampanua Sistem Perkotaan
Tinambung Sistem Perdesaan Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018
Betteng Sistem Perdesaan
Banua Ado Lang Sistem Perdesaan
Adolang Sistem Perdesaan
Adolang dua Sistem Perdesaan Delineasi kawasan perdesaan tersebar pada 6 (enam)
Sirindu Sistem Perdesaan
Pesuloang Sistem Perdesaan kecamatan diluar Kawasan Perkotaan Majene (Kecamatan
Sendana 82,24
Balom bong
Mosso
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
Banggae dan Banggae Timur) dan di luar ibukota
4 Limbua Sistem Perdesaan kecamatan di wilayah Kabupaten Majene yang tidak
Mosso Dhua Sistem Perkotaan
Bukit Samang Sistem Perdesaan ditetapkan sebagai kawasan perkotaan PKL, PPK dan PPL.
Puttada Sistem Perdesaan
Lalatedong Sistem Perdesaan
Pam inggalan Sistem Perdesaan
Palipi Sendana Sistem Perdesaan
Totolisi Sendana Sistem Perdesaan
Banua Sendana Sistem Perdesaan
Pundau Sistem Perdesaan
Leppangan Sistem Perdesaan
Binanga Sistem Perdesaan
Tallubanua Sistem Perdesaan
Tallubanua Utara Sistem Perdesaan
Limboro Rambu-Rambu Sistem Perdesaan
Tammerodo 55,40 Tammerodo Sistem Perkotaan
5 Tammerodo Utara Sistem Perdesaan
Seppong Sistem Perdesaan
Manyamba Sistem Perdesaan
Tallambalao Sistem Perdesaan
Ulidang Sistem Perdesaan
Awo Sistem Perdesaan
Tabel 7.Sesuai amanat Permendes
di Kabupaten Nomor
Majene 5 Tahun 2016 tentang
No. Pembangunan
(km )Kawasan Perdesaan, Maka arahan
Luas
Kecamatan Desa/Kelurahan Sistem Perdesaan/Perkotaan
Sistem Perdesaan 2

Penetapan Kawasan Perdesaan di Kabupaten Majene meliputi


6 8 (delapan)
(1) (2)
Tubo Sendana kawasan
(3)
41,17 yang
Onang meliputi :
(4) (5)
Sistem Perdesaan
Luas
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Sistem Perdesaan/Perkotaan Tubo Sistem Perdesaan
(km2)
1. (1)Kawasan(2) Tanaman Pangan
(3) (4) (5)
Tubo Poang
Onang Utara
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
1
a. Kecamatan Ulumanda
Banggae 25,15
Totoli
Rangas (Desa Panggalo,
Sistem Perkotaan Salutambung, Sulai, Sambabo, Tandeallo, Ulumanda dan Desa
Sistem Perkotaan
Bonde-Bonde
Tubo Selatan
Sistem Perkotaan
Sistem Perdesaan
Popenga). Palipi Soreang
Banggae
Sistem Perkotaan
Sistem Perkotaan
7 Malunda 187,65
Tubo Tengah
Lombang
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
b. Kecamatan Malunda
Galung
Baru (Kelurahan Lamungan
Sistem Perkotaan
Sistem Perkotaan Batu dan Kayuangin). Lombang Timur Sistem Perdesaan
Malunda Sistem Perkotaan
Pamboborang Sistem Perkotaan
2. Kawasan Hortikultura I (Bawang)
Pangali – Ali Sistem Perkotaan
Lamungan Batu
Kayuangin
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
Banggae Timur 30,04 Labuang Sistem Perkotaan
2 a. Kecamatan Pamboang Labuang Utara (Desa Simbang, Betteng, Banua Adolang, Adolang dan Adolang Dhua).
Lombong Sistem Perdesaan
Sistem Perkotaan
Lombong Timur Sistem Perdesaan
Tande Sistem Perkotaan
Bambangan Sistem Perdesaan
3. Kawasan Hortikultura II (Cabe)
Tande Timur
Baruga
Sistem Perkotaan
Sistem Perkotaan
Salutahongan Sistem Perdesaan
Mekkatta Sistem Perdesaan
a. Kecamatan Tammerodo
Buttu Baruga
Bau rung
Sendana (Desa
Sistem Awo)
Perkotaan
Sistem Perkotaan
Mekkatta Selatan Sistem Perdesaan
Maliaya Sistem Perdesaan
b. Kecamatan Tubo Lem Sendana (DesaSistem
bang
Baruga Dua
Onang,
Sistem Perkotaan
Perkotaan
Onang Utara,
8 Tubo,
Ulumanda Tubo Selatan,
456,00 Tobo
Sam Babo Tengah dan Desa Tubo Sistem Perdesaan
3 Poang). 70,19
Pamboang Bonde
Bonde Utara
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
Salutahongan
Kabiraan
Sistem Perdesaan
Sistem Perkotaan
Sulai Sistem Perdesaan
4. Kawasan PerkebunanBababulo
Bababulo Utara
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
Tande Allo
Panggalo
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
a. Kecamatan Malunda
Simbang
(Desa Salutahongan,
Buttu Pamboang Lombang
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan Timur, Lombang, Lombong Ulumanda
Timur, Lombong, Bambangan, Sistem Perdesaan
Popenga Sistem Perdesaan
Maliaya, Mekkatta, Mekkatta
Lalampanua
Tinambung
Selatan dan
Sistem Perkotaan
Kelurahan
Sistem Perdesaan
Kayuangin).
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018
Betteng Sistem Perdesaan
5. Kawasan Peternakan
Banua Ado Lang Sistem Perdesaan
Adolang Sistem Perdesaan
a. Kecamatan Pamboang
Adolang dua (Ditetapkan Sebagai Sentral Peternakan
Sistem Perdesaan Kambingperdesaan
Delineasi kawasan Provinsi). tersebar pada 6 (enam)
Sirindu Sistem Perdesaan
b. Kecamatan Sendana
Pesuloang (Desa Bukit Samang, Leppangan,
Sistem Perdesaan Puttada,
kecamatan diluarPaminggalan, Limbua,
Kawasan Perkotaan Lalatedong,
Majene (KecamatanKel.
Mosso).
Sendana 82,24
Balom bong
Mosso
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
Banggae dan Banggae Timur) dan di luar ibukota
4 Limbua Sistem Perdesaan kecamatan di wilayah Kabupaten Majene yang tidak
6. Kawasan BudidayaMosso
Perikanan
Dhua
Bukit Samang
Sistem Perkotaan
Sistem Perdesaan ditetapkan sebagai kawasan perkotaan PKL, PPK dan PPL.
a. Kecamatan Sendana
Puttada (Desa Tallubanua Utara). Sistem Perdesaan
Lalatedong Sistem Perdesaan
b. Kecamatan Tammerodo
Pam inggalan Sendana (DesaSistem Manyamba,
Perdesaan Tallambalao, Tammerodo Utara, Seppong, dan Desa
Palipi Sendana Sistem Perdesaan
Ulidang). Totolisi Sendana Sistem Perdesaan
Banua Sendana Sistem Perdesaan
7. Kawasan PariwisataPundau
Leppangan
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
a. Kecamatan Pamboang Binanga
Tallubanua
(Desa Adolang dan SistemButtu
PerdesaanPamboang).
Sistem Perdesaan
b. Kecamatan Sendana (Desa Sendana, Banua
Tallubanua Utara
Limboro Rambu-Rambu
Sendana, Totolisi Sendana, Binanga, Tallubanua, Limboro Rambu-
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
Rambu dan
Tammerodo 55,40 DesaTammerodo
Pundau). Sistem Perkotaan
5 Tammerodo Utara Sistem Perdesaan
8. Kawasan Industri Kreatif
Seppong
Manyamba
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
a. Kecamatan Pamboang
Tallambalao
Ulidang
(Desa Bonde, Bonde Utara, Bababulo, Bababulo Utara, Buttu Pamboang, Tinambung,
Sistem Perdesaan
Sistem Perdesaan
Pesuloang). Awo Sistem Perdesaan
ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI DARAT
1. Jaringan Jalan 2. Angkutan ASDP
Di Kawasan Perkotaan Majene kemacetan yang Arahan rencana angkutan sungai, danau, dan penyeberangan
terjadi di beberapa titik simpul transportasi karena (ASDP) di Kabupaten Majene yaitu ANGKUTAN SUNGAI TUBO DAN
hanya terdapat 1 (satu) ruas yaitu jalan Utama SUNGAI MAITTING merupakan Sungai terbesar yang di Kabupaten
yaitu (Jalan Poros Trans Sulawesi) ditambahan Majene yang berhulu di pegunungan dan bermuara di Selat
adanya titik kepadatan pemusatan fasilitas yang Makassar.
umumnya terjadi di sekitar pasar atau kawasan
pertokoan dan jasa dengan penataan sirkulasi
keluar dan masuknya kendaraan yang 3. Perkretaapian
bersinggungan langsung dengan kendaraan yang Dari hasil Studi Kelayakan Jalan Kereta Api Tahun 2005 diperoleh
memiliki intensitas sangat tinggi melintas di jalan hasil rencana pengembangan sebanyak 9 lintasan dengan
utama. panjang rel lintasan diperkirakan  1.274 km.

Arahan rencana penambahan/ peningkatan jalan


di Kabupaten Majene meliputi : Perencanaan jaringan rel kereta api Pulau Sulawesi akan
melayani sebagian wilayah Kabupaten Majene untuk trayek
1. Peningkatan Ruas Jalan Arteri Primer dari Ruas Kabupaten Polewali Mandar yakni Kecamatan Banggae Timur –
Jalan batas Kabupaten Polewali Mandar – Majene – dan perbatasan Mamuju yakni Kecamatan Malunda.
Majene – Kecamatan Pamboang. Rencana pengembangan Stasiun Kereta Api di Kabupaten
2. Penambahan Ruas (Kaida-Lamaru) sebagai Majene diarahkan di Kecamatan Banggae Timur, Perkotaan
alternatif jalan Lingkar Luar (Arteri) tanpa Majene.
melewati wilayah kota kabupaten.
3. Penambahan Jalan lintas pesisir perkotaan
tanpa melewati wilayah kota kabupaten.
Analisis Sistem Transportasi Laut
Kebijakan Tol Laut Pemerintah terus meningkatkan
pembangunan segala bentuk kebutuhan
transportasi laut seperti akselerasi pembangunan
setiap pelabuhan dan fasilitasnya serta
pengadaan kapal-kapal perintis dengan tiket
yang disubsidi Pemerintah. Di Kabupaten Majene
Kebijakan Tol Laut direalisasikan pada Pelabuhan
Passarang, Kelurahan Totoli, Kecamatan Banggae
dengan alur pelayaran Majene (Sulawesi Barat) –
Kota Baru – Marabatuan – Maradapan – Matasiri
(Kalimantan Selatan).

Analisis Sistem Jaringan Transportasi Udara


Bandara yang rencana dikembangkan di Kabupaten Majene merupakan Bandar udara pengumpan
(spoke) yaitu bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan
ekonomi lokal;.

Bandar udara pengumpan (spoke) direncanakan dengan dimensi landasan pacu 1000 m x 23 m, maksimal
untuk pesawat CN-212, dengan Ruang udara untuk penerbangan meliputi Majene – Makassar, Majene -
Mamuju, Majene – Balikpapan, Majene - Palu.
Lokasi yang cocok untuk pengembangan Bandar udara di Kabupaten Majene adalah di wilayah Lutang,
Tande Timur, Kecamatan Banggai Timur, Pertimbangan tersebut didasarkan pada ketersediaan lahan
dengan tingkat stabilitas lahan yang sangat layak (datar), jauh dari aktifitas masyarakat, serta ketersediaan
lahan pengembangan yang sangat luas. Wilayah Lutang adalah merupakan wilayah perbatasan antara
Majene dengan Kabupaten Polewali Mandar.
Kebutuhan Energi Listrik
Produksi dan distribusi listrik yang dibangkitkan oleh PLN
Rayon Majene (khusus di Kabupaten Majene) pada Arahan pembangkit listrik di Kabupaten Majene yaitu
Tahun 2016 tercatat 62.002.868 kwh dan yang disalurkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang berada
sebanyak 56.906.608 kwh. Jumlah pelanggan listrik pada di Desa Palipi Soreang Kecamatan Banggae.
tahun 2016 sebanyak 43.300 pelanggan. Angka ini lebih
tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu
mencapai 42.7500 pelanggan. Namun demikan masih pembangkit listrik yang menggunakan angin
perlu penambahan jaringan bagi wilayah pedesaan sebagai sumber energi untuk menghasilkan
yang belum terjangkau. energi listrik. Pembangkit ini dapat
mengkonversikan energi angin menjadi energi
Tabel 8. Estimasi Kebutuhan Energi Listrik listrik dengan menggunakan turbin angin atau
Jml kincir angin.
Daya Jumlah
No. Jenis Sambungan Pelanggan
(KVA) (KVA/Watt)
(Unit)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Rumah Type A 18,669 900 16,801,843
2 Rumah Type B 56,006 450 25,202,764
3 Rumah Type C 112,012 450 50,405,528
4 Pendidikan 336 1,300 437,169
5 Peribadatan 137 1,300 178,116
6 Kesehatan 189 1,300 245,727
7 Perkantoran 64 1,300 83,203
8 Perdagangan 76 1,300 98,377
9 Olah Raga & Taman T4 32 1,300 42,067
Bermain
10 Penerangan Lampu – – 9,349,479
Jalan = 10 % dari total
kebutuhan
Jumlah 187,521 - 102,844,273
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018
Jaringan Pipa Minyak Dan Gas Bumi Beberapa rekomendasi yang dapat dikemukakan
bagi pengembangan industri hilir gas alam
Kawasan blok migas ditetapkan dalam Perda Kabupaten Majene adalah sebagai berikut :
Nomor 1 Tahun 2014 tentang RTRW Provinsi
 Penerbitan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Sulawesi Barat Tahun 2014-2034 sebagai salah
Majene mengenai pengelolaan potensi energi gas
satu kawasan potensial pertambangan yang
alam yang ada.
terdapat di Provinsi Sulawesi Barat.
 Pembentukan PERUMDA Pengelola MIGAS.
Di Kabupaten Majene terdapat 5 Blok Migas
 Menerbitkan Rencana Induk Jaringan
dalam KSK Majene diantaranya :
Pengembangan Transmisi Dan Distribusi Gas Alam
1. Blok Malunda terdapat di perairan Selat Kabupaten Majene.
Makassar, Kecamatan Malunda, Kecamatan  Mengembangkan jaringan pipa transmisi dan
Ulumanda dan Kecamatan Tubo Sendana; distribusi minyak dan gas bumi antarpulau pada
jalur distribusi Majene untuk memenuhi kebutuhan
2. Blok Sebuku di pulau Lerelerekang
energi di PKW Majene sebagai pusat sebagai
Kabupaten Majene
pusat pendidikan Provinsi Sulawesi Barat dan
3. Blok Karama terdapat di perairan Selat wilayah sekitarnya.
Makassar, Kecamatan Malunda, Kecamatan
Ulumanda, Kecamatan Tubo Sendana dan
Kecamatan Tammero’do Sendana;
4. Blok Mandar terdapat di perairan Selat
Makassar, Kecamatan Tubo Sendana,
Kecamatan Tammero’do Sendana,
Kecamatan Sendana, Kecamatan
Pamboang, Kecamatan Banggae dan
Kecamatan Banggae Timur; dan
5. Blok South Mandar terdapat di perairan Selat
Makassar Kecamatan Banggae dan
Kecamatan Banggae Timur.
Analisis Sistem Prasarana Telekomunikasi
Tabel 9. Estimasi Kebutuhan Sambungan telepon di Kabupaten Majene Hingga Tahun 2032

No Jenis Sambungan Standart Kebutuhan Jumlah Sambungan


(1) (2) (3) (4)
1 Wartel 1,531 122
2 Satuan Sambungan telepon (SST) 20 9,334
3 Sambungan Telepon Otomat (STO) 25,855 7
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018

Arahan pengembangan Prasarana Telekomunikasi disesuaikan dengan Dokumen Rencana


Master Plan Tower Telekomunikasi yang sudah disusun pada tahun 2016

Analisis Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Jaringan air baku untuk air minum
Pengembangan air minum di Kabupaten Majen diarahkan pada :
 Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk minimal 10.000 jiwa, dilayani melalui sistem
penyediaan air bersih perpipaan dengan Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh PDAM.
 Sistem pelayanan air bersih pedesaan dilayani melalui Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS).
Sambungan langsung dari PDAM di pedesaan, dengan sumber air baku dari mata air di pegunungan atau
air tanah. Kemudian, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya melalui sumber air lainnya atau
membuat sistem penampungan air hujan (PAH) yang memadai untuk setiap rumah tangga.
Sistem pengamanan pantai
Identifikasi bencana alam wilayah pesisir di Kabupaten Majene yang teridentifikasi, antara lain rawan gelombang
pasang, rawan abrasi, dan rawan tsunami.
Sistem pengamanan pantai di Kabupaten Majene dapat dilakukan dengan:
 Upaya non fisik, yaitu pemeliharaan dan penanaman kembali hutan bakau dan
 Upaya fisik, yaitu pembangunan talud/tembok beton pada kawasan permukiman yang berada di kawasan rawan
gelombang pasang dan tsunami.
Salah satu arahan sistem pengamanan pantai di Kabupaten Majene adalah Pembangunan Water Front City Majene.

Dasar Pertimbangan Pada Revisi RTRW:


1. Kajian terhadap aspek sosial, ekonomi dan lingkungan (AMDAL).
2. Singkronisasi RZWP3K Provinsi Sulawesi Barat.
3. Berdasarkan Fungsinya Pembangunan Water Front City Majene di arahkan pada fungsi Recreational Waterfront,
adalah semua kawasan waterfront yang menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi,
seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan, dan tempat-tempat kebudayaan.
Analisis Jaringan Persampahan
Tabel 10. Estimasi Timbulan Sampah Dan Kebutuhan Prasarana
Sampah di Kabupaten Majene Hingga Tahun 2032
Kebutuhan Jumlah
No. Jenis Fasilitas Persampahan Pengembangan sistem persampahan di Kabupaten
Min Max Penduduk (Jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5) Majene secara intensif diarahkan pada Pembangunan
1. Produksi Sampah 373.374 560.061 Baru TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) sampah yang
2. Gerobak Sampah 6 9 berada pada Kelurahan Totoli Kecamatan Banggae.
186,687
3. Container 2 3
4. Truk Sampah 1 2
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018

Analisis Jaringan Air Limbah


Estimasi timbulan limbah (lumpur tinja) di Kabupaten Majene hingga tahun 2032 adalah sebesar 33.245 M3/hari.
Pengembangan dan pengelolaan sistem jaringan prasarana air limbah di Kabupaten Majene meliputi Pengembangan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) 1 Unit yang telah terbangun dan berada dalam kawasan TPA di Kelurahan Totoli Kecamatan
Banggae dengan system distribusi pengisapan limbah tinja dari septictank masyarakat. Dengan Penggunaan Sistem sanitasi
setempat (on-site) dan Sistem sanitasi setempat terpusat (off-site).

Analisis Jaringan Air Minum


Tabel 11. Estimasi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Majene Hingga Tahun 2032
Jumlah Kebutuhan Air Pengembangan sistem jaringan prasarana air
No. Jenis Sambungan
Pelanggan (Unit) Bersih (Ltr/Hari)
minum di Kabupaten Majene, difokuskan kepada
(1) (2) (3) (4)
Pembangunan SPAM Regional serta upaya
1. Permukiman/Perumahan/Umum 186,687 1.568.171.980
pengelolaan sumber air yang ada, pemanfaatan
2. Pemerintahan 64 64,003
3. Peribadatan 137 286,362
sumber air baru dan peningkatan jaringan distribusi
4. Pendidikan 334 368,599
5. Kesehatan 170 24,736
6. Perekonomian 76 84,675
7. Taman & Lap. OR 26 26,136
Jumlah 187,493 1,569,026,495
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018
28

ANALISIS RENCANA
POLA RUANG

REVISI
Kawasan Hutan Lindung
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014 – 2034, Hutan, lindung yang terdapat di Kabupaten Majene
kurang lebih 44.649,75 Ha. Sedangkan luas Kawasan Hutan di Kabupaten Majene
sebesar45.036,76 ha.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya


Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten
Majene, terdiri atas:
1. Kawasan bergambut, terdapat di Kecamatan Malunda, Kecamatan Ulumanda,
Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan Tammerodo, Kecamatan Sendana, Kecamatan
Pamboang dan Kecamatan Banggae Timur.
2. Kawasan resapan air, terdapat di Kecamatan Banggae Timur yang terletak di Lingkungan
Kampung Baru, dan lingkungan Tunda Kelurahan Labuang Utara, Kecamatan Pamboang,
Kecamatan Sendana, Kecamatan Tammerodo, Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan
Malunda dan Kecamatan Ulumanda.

Kawasan Lindung Lainnya


1. Kawasan Terumbu Karang di Desa Tubo Selatan, Desa Tubo Tengah dan Desa Tubo
Kecamatan Tubo Sendana.
2. Kawasan lindung hutan mangrove di Kabupaten Majene Mangrove Desa Binanga
Kecamatan Sendana
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Majene yang teridentifikasi, antara lain :
Kawasan rawan tanah longsor, terdapat di:
 Kecamatan Banggae;
 Kecamatan Banggae Timur;
 Kecamatan Pamboang;
 Kecamatan Sendana (Sepanjang Jalan Poros Kecamatan Sendana);
 Kecamatan Ulumanda khususnya Desa Tandeallo, Sambabo dan Desa Kabiraan
 Kecamatan Malunda khususnya di Dusun Toppo Desa Lombong
 Kecamatan Tubo Sendana di Desa Tubo
 Kecamatan Tammerodo Sendana di Desa Ulidang, Seppong dan Desa Tallambalao
Kawasan rawan banjir, terdapat di:
 Kecamatan Banggae di Kelurahan Banggae, Kelurahan Pangali Ali, Kelurahan Baru dan Kelurahan Totoli
 Kecamatan Banggae Timur di Kelurahan Labuang dan Kelurahan Baurung dan Kelurahan Lembang
 Kecamatan Pamboang di desa Adolang, Kelurahan Sirindu; dan Kelurahan Lalampanua,
 Kecamatan Sendana di Desa Apoleang; Kelurahan Mosso dan Mosso Dhua serta Desa Apoleang
 Kecamatan Tammero’do di desa Seppong;
 Kecamatan Malunda di Kelurahan Malunda dan desa Lombong. serta disepanjang Bantaran Sungai yang ada
di Kecamatan Malunda; dan
 Kecamatan Ulumanda di Desa Ulumanda, Desa Salutambung dan Desa Sulai
Kawasan rawan gelombang pasang, terdapat di:
 Kecamatan Banggae Timur di Kelurahan Baurung dan Labuang;
 Kecamatan Banggae di Kelurahan Pangali-Ali dan Totoli;
 Kecamatan Pamboang di Kelurahan ;
 Kecamatan Sendana ;
 Kecamatan SendanaTammero’do; dan
 Kecamatan Malunda.
Kawasan Rawan Abrasi di semua kecamatan yang ada disepanjang Pantai Kabupaten Majene
Kawasan Rawan Kekeringan (Air Bersih) di Kota Majene (Kecamatan Banggae dan Banggae Timur) Kelurahan Tande
dan Kelurahan Lembang
Tabel 12. Tabulasi nilai LQ Sektor Pertanian
Komoditi Padi Jagung Ubi Jalar Ubi Kayu Kacang Tanah Kacang Hijau
Si / Ni = 0.04 0.01 0.12 0.22 0.14 0.21
S/N = 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
LQ = 1.06 0.38 3.20 5.83 3.75 5.42

Tabel 13. Tabulasi nilai LQ Sektor Hortikultura


Komoditi Mangga Nanas Langsat Pepaya Pisang Durian
Si / Ni = 0.46 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02
S/N = 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
LQ = 7.17 0.14 0.09 0.02 0.015 0.32
Cabe Bawang Merah
Si / Ni = 0.03 0.86
S/N = 0.03 0.10
LQ = 1.08 8.63

Tabel 14. Tabulasi nilai LQ Sektor Perkebunan


Komoditi Kelapa Dalam Kelapa Hybrida Kopi Robusta Aren Lada
Si / Ni = 0.21 0.01 0.04 0.01 0.01
S/N = 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
LQ = 9.66 0.06 1.86 0.25 0.53

Tabel 15. Tabulasi nilai LQ Sektor Peternakan


Komoditi Sapi Potong Kerbau Kuda Kambing Ayam Kampung Itik Manila
Si / Ni = 0.19 0.01 0.06 0.40 0.01 0.01
S/N = 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
LQ = 6.31 0.63 2.15 12.87 0.53 0.19

Tabel 16. Tabulasi nilai LQ Sektor Perikanan


Komoditi Tambak Kolam
Si / Ni = 0.02 0.05 Berdasarkan Hasil Analisis LQ pada sektor Pertanian, Hortikultura,
S/N = 0.02 0.02 Perkebunan, Peternakan, Dan Perikanan Kabupaten Majene yang
LQ = 0.91 2.38 memiliki nilai LQ > 1 disebut sektor basis.
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018
Tindak Lanjut dari hasil nilai LQ Sektor Pertanian Tindak Lanjut dari hasil nilai LQ Sektor Perkebunan yaitu
yaitu pengembangan KAWASAN PERTANIAN pengembangan KAWASAN BARU PERKEBUNAN
BERKELANJUTAN a. Kawasan perkebunan Kopi di Kecamatan Malunda;
Pengembangan Pertanian Lahan Basah (sawah) b. Kawasan yang potensial untuk komoditas kemiri di Kecamatan
a. Kecamatan Sendana luas 410 Ha Pamboang, Sendana,, Malunda dan Ulumanda.
b. Kecamatan Tubo Sendana luas 67 Ha c. Pengembangan Komoditas Nenas di Kecamatan Pamboang
c. Kecamatan Malunda luas 697 Ha d. Pengembangan Komoditas Lasse Babbang di Kelurahan Tande
d. Kecamatan Ulumanda luas 446 Ha dan Tande Timur di Kecamatan Banggae Timur
Pengembangan Pertanian Lahan Kering (padi ladang) e. Pengembangan Komoditas Mangga Macan dan Durian
a. Kecamatan Sendana luas 2.890 Ha di Kecamatan Malunda
b. Kecamatan Tammerodo Sendana luas 1.175 Ha
c. Kecamatan Tubo Sendana luas 677 Ha
d. Kecamatan Malunda luas 2.681 Ha Tindak Lanjut dari hasil nilai LQ Sektor Peternakan yaitu
e. Kecamatan Ulumanda luas 6.695 Ha pengembangan KAWASAN BARU PETERNAKAN
Penambahan Kawasan Pertanian Hortikultura a. Lokasi peternakan kambing di Kecamatan Banggae Timur.
a. Pertanian Bawang Merah di Kecamatan Sendana luas 14 Ha b. Lokasi Padang Penggembalaan/HPT (Hijauan Pakan Ternak)
b. Pertanian Bawang Merah di Kecamatan Malunda luas 5 Ha di Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Banggae dan
c. Pertanian Bawang Merah di Kecamatan Ulumanda luas 5 Ha Kecamatan Pamboang.
d. Pertanian Cabe di Kecamatan Malunda luas 33 Ha c. Arahan Lokasi Pengembangan Sentra Pembibitan Ternak
e. Pertanian Cabe di Kecamatan Ulumanda luas 5 Ha Kambing Skala Nasional di Kecamatan Pamboang

Tindak Lanjut dari hasil nilai LQ Sektor Perikanan yaitu pengembangan KAWASAN BARU PERIKANAN
1. Penambahan Arahan baru Kawasan Budidaya Perikanan : Budidaya Air Tawar terdapat di 8 (delapan) kecamatan, dan
Budidaya Air Laut disepanjang pantai di Kabupaten Majene
2. Kawasan Industri Kapal / Pembuatan Kapal Nelayan secara resmi modern dan tradisional di semua kecamatan di Kabupaten
Majene
3. Pengembangan Galangan Kapal Rakyat di Kelurahan Rangas Kecamatan Banggae
4. Pengembangan Fish Apartement (Apartemen Ikan) sebagai habitat baru ikan dan sebagai pengganti terumbu karang yang
rusak, direncanakan disepanjang pantai di Kabupaten Majene
Arahan Baru Kawasan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata budaya, terdiri atas: Kawasan peruntukan pariwisata buatan, yaitu ;
Kelompok Pandai Besi di Kawasan Pamboborang Desa  Pusat Rekreasi Masyarakat (Pusrekmas) Labuang di Kel.
Pamboborang Kec. Banggae sebagai Kawasan Wisata Budaya Labuang Kec. Banggae Timur
dan merupakan kawasan perindustrian tradisional perayaan  Taman Kota Majene Kel. Banggae Kec. Banggae
Budaya Cakkuriri di Kecamatan Sendana  Perencanaan Kawasan Waterfront City Majene di Kel.
Kawasan peruntukan pariwisata alam, terdiri atas: Banggae-Pangali Ali Kec. Banggae
 Wisata Pantai Dato Kel. Baurung – Kel. Lembang Kec. Banggae  Pasar Ikan Tradisional Pacitan Kel. Pangali Ali Kec. Banggae
Timur  Wisata Kuliner Labuang Somba di Kel. Mosso Kec. Sendana
 Wisata Pantai Barane Kel Baurung Kec. Banggae Timur  Wisata Kuliner Apoleang Desa Bukit Samang Kec. Sendana
 Wisata Pantai Tarraujung Kel. Lalampanua Kec. Pamboang  Wisata Kuliner Onang Desa Onang Kec. Tubo Sendana
 Wisata Pantai Baluno/Hutang Mangrove Desa Binanga Kec.  Wisata Kuliner Tubo Tengah Desa Tubo Tengah Kec. Tubo
Sendana Sendana
 Wisata Alam Air Panas Makula Desa Tallubanua Utara, Desa  Kawasan Pengrajin Cenderamata/Souvenir Pariwisata Tenung
Limboro Ratte Kec. Sendana Sarung Sutera Mandar Desa Bonde Kec. Pamboang
 Wisata Pantai Ulidang Desa Ulidang Kec. Tammerodo Sendana  Kawasan Pengrajin Cenderamata/Souvenir Pariwisata Nuget
 Wisata Pantai Tubo Selatan Desa Tubo Selatan Kec. Tubo Ikan Parappe Kel. Labuang Kec. Banggae Timur
Sendana  Kawasan Pengrajin Cenderamata/Souvenir Pariwisata
 Wisata Pantai Tubo Tengah Desa Tubo Tengah Kec. Tubo Pembuatan Miniatur Perahu Sandeq Mini Parappe Kel.
Sendana Labuang Kec. Banggae Timur
 Wisata Pantai Lembang Putih Desa Tubo Kec. Tubo Sendana  Kawasan Pengrajin Cenderamata/Souvenir Pariwisata Rumah
 Wisata Embung Sulai Desa Sulai Kec. Ulumanda Seni Lembang Kel. Baruga Dhua Kec. Banggae Timur
 Wisata Pantai Salutambung Desa Salutambung Kec. Ulumanda  Kawasan Pengrajin Cenderamata/Souvenir Pariwisata Hiasan
 Wisata Pantai Bukit Tinggi Kel. Lamungan Batu Kec. Malunda Dinding Desa Mekkatta Kec. Malunda
 Wisata Alam Air Terjung Palappang Desa Paminggalan Kec.  Kelompok Pembuatan Perahu Sandeq Tradisional Kampung
Sendana Rangas Kel. Rangas Kec. Banggae
 Wisata Alam Air Terjung Lembang Tallullotang Desa Mekkatta  Kelompok Pembuatan Perahu Sandeq Tradisional Kampung
Kec. Malunda Tg. Batu Kel. Labuang Kec. Banggae Timur
 Wisata Bawah Laut Terumbu Karang Tubo Desa Tubo Selatan,  Kelompok Pembuatan Perahu Pakur Kampung Luaor Desa
Desa Tubo Tengah dan Desa Tubo Kec. Tubo Sendana Bonde Kec. Pamboang
 Agrowisata Takakesi Desa Bambangan Kec. Malunda
Tabel 17. Proyeksi Penduduk Kab. Majene
Hingga Tahun 2032
n Tahun Jumlah Penduduk
1 2018 169,609
2 2019 170,775
3 2020 171,950
Kawasan Peruntukan Permukiman 4 2021 173,132
5 2022 174,322
Tabel 18. Estimasi Kebutuhan Rumah dan Luas Kapling 6 2023 175,521
7 2024 176,728
Luas Kapling Luas Lahan 8 2025 177,943
No Type Kapling Jml. Rumah (Unit)
(m2) (Ha) 9 2026 179,167
1 Besar (A) 18,669 112 209 10 2027 180,399
3 Sedang (B) 56,006 98 549 11 2028 181,639
4 Kecil ( C ) 112,012 84 941 12 2029 182,888
Jumlah 186,687 1,699 13 2030 184,146
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018 14 2031 185,412
15 2032 186,687
Sumber : Hasil Analisis Tim Tahun 2018
Kawasan Peruntukan Lainnya
Arahan Kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Majene yaitu :
1. Rencana Pengalokasian Central Kawasan Perkantoran Pemerintah Daerah (PEMDA)
Kabupaten Majene beserta Kantor Dinas terkait yang berada pada satu kawasan (pusat).
2. Pengembangan Perguruang Tinggi Negeri (Universitas Sulawesi Barat) di Kecamatan
Banggae Timur
3. Pengembangan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN Majene) di Kecamatan
Banggae.
4. Pembangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) berada di Desa Mekkatta Kecamatan
Malunda.
5. Perencanaan Rumah Sakit Pratama diluar Kawasan Kota Majene
6. Pembangunan dan Pengembangan Pasar Rakyat Lembang di Kelurahan Lembang
Kecamatan Banggae Timur
7. Perencanaan Kantor Unit Metrologi Legal Kabupaten Majene
8. Kawasan Strategis Minapolitan (Sudut Kepentingan Ekonomi), Kelurahan Mosso
Kecamatan Sendana.
TERIMA KASIH...

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 12 Kabupaten Majene, Sulawesi Barat

Anda mungkin juga menyukai