Prasarana dan Kondisi prasarana dan sarana air 51% - 75% area memiliki 3
sarana limbah pada lokasi perumahan atau sarpras sistem air limbah
pengelolaan air permukiman dimana: yang tidak sesuai standar
limbah tidak Kloset leher angsa tidak teknis
sesuai dengan terhubung dengan tangki septik. 25% - 50% area memiliki 1
persyaratan Tidak tersedianya sistem sarpras sistem air limbah
teknis pengolahan limbah setempat atau yang tidak sesuai standar
terpusat teknis
6. Kondisi Parasarana dan Prasarana dan sarana persampahan 76% - 100 Area memiliki 5 Wawancara,
Pengelolaan sarana pada lokasi perumahan atau sarpras pengelolaan format Isian, Peta
Persampahan persampahan permukiman tidak sesuai dengan persampahan yang tidak RTRW, RDTR,
tida sesuai persyaratan teknis, yaitu: memenuhi persyaratan Observasi
dengan Tempat sampah dengan teknis
persyaratan pemilihan sampah pada skala 51% - 75% area memiliki 3
tekknis domestik atau rumah tangga. sarpras pengelolaan
Tempat pengumpulan sampah persampahan yang tidak
(TPS) atau TPS 3R (Reduce, Reuse memenuhi persyaratan
dan Recycle) pada skala teknis
lingkungan 25% - 50% area memiliki 1
Gerobak sampah dan/atau truk sarpras pengelolaan
sampah pada skala lingkungan persampahan yang tidak
Tempat pengolahan sampah memenuhi persyaratan
terpadu (TPST) pada skala tekknis
lingkungan
LAPORAN AKHIR V - 10
Sistem Pengelolaan persampahan pada 76% - 100 Area memiliki 5 Wawancara,
pengelolaan lingkungan perumahan atau sistem persampahan yang format Isian, Peta
persampahan permukiman tidak memenuhi tidak memenuhi RTRW, RDTR,
yang tidak persyaratan sebagai beriikut: persyaratan teknis Obser
sesuai standar Pewadahan dan pemilihan 51% - 75% area memiliki 3
tekknis domestik sistem persampahan tidak
Pengumpulan lingkungan sesuai standar
Pengangutan lingkungan 25% - 50% area memiliki 1
Pengolahan lingkungan sistem persampahan tidak
sesuai standar
Tidak Tidak dilakukannya pemeliharaan 76% - 100 Area memiliki 5 Wawancara,
terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan sarpras persampahan yang format Isian, Peta
sarana dan pada lokasi perumahan atau tidak terpelihara RTRW, RDTR,
prasarana permukiman, baik: 51% - 75% area memiliki 3 Obser
pengelolaan Pemeliharaan rutin sarpras persampahan yang
persampahan Pemeliharaan berkala tidak terpelihara
25% - 50% area memiliki 1
sarpras persampahan yang
tidak terpelihara
7 Kondisi Proteksi Kondisi Proteksi Tidak tersedianya prasarana proteksi 76% - 100 Area tidak 5 Wawancara,
Kebakaran Kebakaran kebakaran pada lokasi, yaitu: memiliki prasarana format Isian, Peta
Pasokan air proteksi kebakaran RTRW, RDTR,
Jalan lingkungan 51% - 75% Area tidak 3 Obser
memiliki prasarana
LAPORAN AKHIR V - 11
Sarana komunikasi proteksi kebakaran
Data sistem proteksi
kebakaranlingkunga 25% - 50% Area tidak 1
Bangunan pos kebakaran memiliki prasarana
proteksi kebakaran
Ketidaktersdiaa Tidak tersedianya sarana proteksi 76% - 100 Area tidak 5 Wawancara,
n sarana kebakaran pada lokasi, yaitu: memiliki sarana proteksi format Isian, Peta
proteksi Alat pemadam api ringan kebakaran RTRW, RDTR,
kebakaran (APAR) 51% - 75% Area tidak 3 Obser
Mobil pompa memiliki sarana proteksi
Mobil tangga sesuai kebutuhan kebakaran
Peralatan pendukung lainnya 25% - 50% Area tidak 1
memiliki sarana proteksi
kebakaran
B. Identifikasi Legalitas Lahan
1 Legalitas Lahan Kejelasan Status Kejelasan terhadap status Keseluruhan lokasi (+) Wawancara,
Penguasaan penguasaan lahan berupa: memiliki kejelasan status format Isian, Peta
Lahan Kepemilikan sendiri. Dengan bukti penguasaan lahan baik RTRW, RDTR,
dokumen sertifkat hak atas tanah milik sendiri atau milik Obser
atau bentuk dokumen ket. Status pihak lain
tanah lainnya ayang sah; atau Sebagian atau (-)
Kepemilikan pihak lain (termasuk Keseluruhan lokasi tidak
milik adat/ulayat. Dengan bukti memiliki kejelasan status
izin pemanfaatan tanah dari penguasaan lahan baik
milik sendiri atau milik
LAPORAN AKHIR V - 12
pemegang hak atas tanah atau pihak lain
pemilik tanah dalam bentuk
perjanjian trtulis antara Keseluruhan lokasi berada (+)
pemegang hak atas tanah atau pada zona peruntukan
pamilik tanah perumahan atau
permukiman sesuai RTR
Sebagian atau (-)
Keseluruhan lokasi berada
bukan pada zona
peruntukan perumahan
atau permukiman sesuai
RTR
C. Identifikasi Pertimbangan Lain
1 Pertimbangan Nilai Strategis Pertimbangan letak lokasi Lokasi terletak pada 5 Wawancara,
Lain Lokasi perumahan atau permukiman pada: fungsi strategis Keb/Kota format Isian, Peta
Fungsi strategis Kab/Kota atau Lokasi tidak terletak pada 1 RTRW, RDTR,
Bukan fungsi strategis Kab/kota fungsi strategis Keb/Kota Obser
Kependudukan Pertimbangan kepadatan penduduk Untuk metropolitan & 5 Wawancara,
pada lokasi perumahan atau kota Besar format Isian, Peta
permukiman dengan klasifikasi: Kepdatan penduduk pada RTRW, RDTR,
Rendah yaitu kepadatan penduduk lokasi sebesar > 400 Obser
dibawah 150 jiwa/ha jiwa/ha
Sedang yaitu kepadatan penduduk Untuk kota sedang &kota
antara 151 – 200 jiwa/ha kecil
Kepdatan penduduk pada
LAPORAN AKHIR V - 13
Tinggi yaitu kepadatan penduduk lokasi sebesar > 200
antara 201 – 400 jiwa/ha jiwa/ha
Sangat padat yaitu kepadatan
penduduk diatas 400 jiwa/ha Kepdatan penduduk pada 3
lokasi sebesar 151 - 200
jiwa/ha
LAPORAN AKHIR V - 14
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut di
atas,selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam
berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.2 Penentuan dan Skala Prioritas Penanganan
LAPORAN AKHIR V - 15
5.1.1 Kabupaten Bulukumba
Perkembangan suatu kota pada prinsipnya didasarkan pada
tuntutan kebutuhan pembangunan dan kebutuhan
masyarakat, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana dasar kawasan permukiman.
Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan mengakibatkan
tuntutan pemenuhan kebutuhan akan permukiman beserta
sarana dan prasarana lingkungan, serta infrastruktur
perkotaan yang lebih memadai, di identifikasi
akanmengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Permukiman merupakan sekumpulan rumah yang tak
terpisahkan dengan sarana dan prasarananya untuk
mendukung kehidupan penghuninya. Dengan demikian
pembangunan permukiman perkotaan, secara umum sering
di permasalahkan, dalam hal jumlah unit yang terbangun
serta diindikasikan tidak sebanding dengan angka
pertumbuhan jumlah penduduk, termasuk kualitas
bangunan permukiman yang dianggap tidak memenuhi
standar kualitas layak huni, syarat estetika serta memenuhi
kelengkapan infrastruktur yang memadai, sebagai bagian
dari sistem atau satu kesatuan kawasanperkotaan, termasuk
dalam kategori ini adalah kawasan permukiman Kabupaten
Bulukumba yang di identifikasi mengalami peningkatan tiap
tahun, dan terkondisi akibat faktor pertambahan jumlah
penduduk.Kawasan permukiman adalah bahagian kawasan
perkotaan di luar kawasan lindung, berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang memberi perikehidupan dan
kehidupan bagi masyarakat (PP Bo.26 Tahun 2008). Dalam
LAPORAN AKHIR V - 16
konteks pembangunan kota, kawasan permukiman
merupakan areal lokasi yang mendominasi fungsi-fungsi
ruang kawasan perkotaan. Dengan demikian keberadaan
kawasan fungsional strategis perkotaan akan selalu berjalan
sejajar dengan perkembangan kawasan permukiman.
Artinya, setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan
membutuhkan keberadaan kawasan permukiman, sehingga
memerlukan dukungan penyediaan infrastruktur dan
ketersediaan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali
menjadi salah satu isu utama yang cukup kompleks, baik
dari sisi fisik/lingkungan, ekonomi, sosial, serta sarana dan
prasarananya.Dalam prosesnya kemudian berdampak pada
kondisi kawasan perkotaan secara umum dan di identifikasi
akan memerlukan penanganan dari waktu ke waktu secara
berkelanjutan.Dalam penanganan perlu adanya penilaian
yang dilihat pada tahapan-tahapannya. Tahapan penilaian
lokasi berdasarkan kriteria, indikator, dan parameter
kekumuhan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat No. 2/PRT/M/2016 tentang
peningkatan Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Adapun, hasil penilaian lokasi berdasarkan kriteria,
indikator, dan parameter kekumuhan di Kabupaten
Bulukumba yang sesuai dengan hasil justifikasi, identfikasi
serta pengamatan lokasi bahwa kumuh di Kabupaten
Bulukumba terdapat 7 lokasi kumuh yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR V - 17
Tabel 5.3
Identifikasi Klasifikasi Tingkat Kekumuhan di 7 Lokasi Permukiman Kumuh di
Kabupaten Bulukumba
Lokasi Permukiman Kumuh dan Nilai Identifikasinya Berdasarkan Indikator
Terang-Terang
Pallatoae Baru
Sungai Teko
Pasissirie
Dakka’e
Kalukue
No. Aspek Kriteria
Ukke’e
Borong
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. Kondisi Bangunan Gedung Ketidakteraturan Bangunan 5 5 5 5 5 5 5
Tingkat Kepadatan Bangunan 3 5 5 5 5 3 1
Ketidaksesuaian dengan 3 5 5 5 3 3 5
Persyaratan Teknis Bangunan
2. Kondisi Jalan Lingkungan Cakupan Pelayanan Jalan 5 5 5 5 5 5 1
Lingkungan
Kualitas Permukaan Jalan 5 5 5 5 5 5 1
Lingungan
3. Kondisi Penyediaan Air Minum Ketidaktersediaan Akses Air 5 3 3 5 5 3 1
Minum
Cakupan Pelayanan Air Minum 3 5 5 5 5 5 1
LAPORAN AKHIR V - 18
Ketidaktersediaan Drainase 5 5 5 5 5 5 5
Ketidakterhubungan dengan 5 5 5 1 5 5 5
Sistem Drainase Perkotaan
LAPORAN AKHIR V - 19
Kebakaran
Identifikasi Pertimbangan Lain
1. Pertimbanagan Lain Nilai Strategis Lokasi 5 5 5 5 5 5 5
Kependudukan 3 5 5 1 1 3 1
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan 1 1 1 5 1 1 1
Budaya
Identifikasi Pertimbangan Lain
1. Legalitas Lahan Kejelasan Status Penguasaan -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1
Lahan
Kesesuaian RTR 1 1 1 1 1 1 1
SUB TOTAL
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017
LAPORAN AKHIR V - 20
Tabel 5.4
Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh Kabupaten Bulukumba
Jumlah Tingkat Kekumuhan Pertimbangan Lain Legalitas Lahan
Penilaian Jumlah
Rendah
Sedang
Sedang
Kumuh
Kumuh
Kumug
Ringan
Kriteria Nilai
Tinggi
Tidak
Berat
Legal
Legal
No. Kawasan dan Aspek Klasifikasi Skala Prioritas
Indikator Pertimban
(71-95) (45-70) (19-44) (11-15) (6-10) (1-5) Nilai (+) Nilai (-)
Kekumuha gan Lain
n
1. Sungai Teko 74 9 B3 PRIORITAS 4
2. Dakka’e 88 11 A1 PRIORITAS 1
3. Pallatoae 84 11 A1 PRIORITAS 1
Baru
4. Terang- 86 11 A2 PRIORITAS 1
Terang
5. Pasissirie 82 11 A2 PRIORITAS 1
6. Borong 78 9 B3 PRIORITAS 5
Kalukue
7. Ukke’e 70 7 A4 PRIORITAS 4
Sumber: Hasil Analisis Tim 2017
LAPORAN AKHIR V - 21
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa kawasan kumuh
untuk skala prioritas kawasan kumuh di Kabupaten Bulukumba
adalah kawasan Kasimpureng-Tanah Kongkong dan Kawasan
Terang-Terang dengan luasannya 20,67 Ha. Kawasan kumuh yang
menjadi skala prioritas untuk penanganan akan menjadi rujukan
bagi pemerintah setemapat maupun Propinsi untuk penanganan
yang ekstra sehingga kedepan dapat dilakukan untuk kawasan yang
lain agar tujuan bersama itu terjadi dalam hal ini kumuh 0% betul-
betul teralisasi dengan baik atau perencanaan yang dilakukan
sesuai dengan target. Skala prioritas untuk kawasan kumuh
tersebut dengan tingkat kekumuhan berat merupakan kekumuhan
yang terdapat pada lingkungan Pallatoae Baru dan Dakka’e
kawasan Kasimpureng-Tanah Kongkong dan lingkungan Pasissirie
dan Terang-Terang untuk kawasan Terang-Terang.
Melalui hasil survey dan identifikasi,kemudian verifikasi profil
kumuh Kabupaten Bulukumba yang telah di SK-kan, maka spot-
spot lokasi kumuh berdasarkan SK Bupati di bentuk menjadi tiga
kawasan yaitu (a). kawasan Tanah Kongkong dan Kasimpureng,
(b). Kawasan Terang-Terang dan (c). kawasan Taccorongdengan
pertimbangan, (1)memilikiketerkaitan karakteristik kawasan, (2)
memilikiketerkaitan akses jaringan transportasi dan (3)
memilikiketerkaitan berdasarkan administrasi wilayah. Dalam
upaya mencapai Kabupaten Bulukumba bebas Kumuh 2019
penangana kumuh tetap mengacu pada sebaran lokasi kumuh
berdasarkan SK Bupati Bulukumba. lebih jelasnya lihat pada tabel
terkait Sebaran Lokasi Kumuh Kabupaten Bulukumba Berdasarkan
Pembagian Kawasan yaitu sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR V - 22
Tabel 5.5
Sebaran Lokasi Kumuh Kabupaten Bulukumba Berdasarkan Pembagian
Kawasan
No Kawasan Kumuh Lokasi Kumuh Luas (Ha)
Tanah Kongkong Lingkungan Sungai Teko 15,07
1 Kasimpureng Lingkungan Bakka'e
Lingkungan Pallatoae Baru
2 Terang-Terang Lingkungan Terang-Terang 4,70
Lingkungan Pasissirie
3 Taccorong Lingkungan Borong Kalukue 10,05
Lingkungan Ukke'e
Jumlah 29,82
Sumber: Hasil Analisis Tim 2017
Kumuh memang dianggap hal yang sepeleh bagi masyarakat awan
namun efeknya sangat mempengaruhi dalam hal segi estetika,
kualitas lingkungan maupun segi kesehatan. Oleh sebab itu kumuh
harus ditangani dengan serius dalam hal edukasi masyarakat terkait
dengan kekumuhan. Skala prioritas diatas akan di interpretasikan ke
dalam bentuk visual dan dilihat pada gambar peta berikut ini terkait
peta kawasan kumuh untuk skala prioritas penanganan, yaitu sebagai
berikut:
LAPORAN AKHIR V - 23
Gambar 5.2 Peta Delinasi kawasan Kasimpureng dan Tanah konkong Perencanaan Skala Prioritas kumuh
Kabupaten Bulukumba
LAPORAN AKHIR V - 24
Gambar 5.3 Peta Delinasi kawasan Terang-Terang Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Bulukumba
LAPORAN AKHIR V - 25
5.1.2 Kabupaten Kepulauan Selayar
Keberadaan kawasan permukiman kumuh di kota – kota
besar danberkembang telah menjadi masalah serius bagi
masyarakat maupun pemerintahbaik ditinjau dari aspek
tata ruang, estetika, lingkungan, dan sosial. Kondisi
inidisebabkan oleh adanya budaya masyarakat yang suka
hidup mengelompok dankurang memperhitungkan ruang –
ruang untuk fasilitas penunjang kawasanpermukiman dalam
melakukan pembangunan rumah. Akibatnya kawasan
yangterbangun tidak memperhatikan aspek keruangan,
lingkungan dan sosial yangberimplikasi memberikan
gambaran suatu kawasan permukiman yang kumuh.Pada
umumnya daerah – daerah kumuh terbentuk sejalan dengan
prosesperkembangan dan pemadatan lingkungan kota.
Lingkungan kumuh tidak hanyamemberikan efek visual yang
buruk, juga memberikan konstribusi yang tidak baikbagi
perkembangan fisik kota secara umum serta hanya
membantu pendudukuntuk sekedar tinggal tanpa
memberikan dampak sosial maupun ekonomi yangpositif.
Masalah permukiman kumuh dialami juga oleh Kabupaten
Kepulauan Selayar yang sesuai dengan hasil justifikasi,
identifikasi dan analisis yang dilakukan serta dilihat pada
buku profil kumuh di Kabupaten Kepulauan Selayar terdapat
di 13 lokasi kumuh yang perlu di tangani. Dalam upaya
penanganan Pemerintah Daerah telah melakukanlangkah
awal dengan melaksanakan penataan kawasan permukiman
kumuh di Kabupaten kepulauan Selayar. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
LAPORAN AKHIR V - 26
Tabel 5.6
Identifikasi di 13 Lokasi Permukiman Kumuh di Kabupaten Selayar
LOKASI PERMUKIMAN KUMUH DAN NILAI IDENTIFIKASINYA BERDASARKAN INDIKATOR
Bonto Panappasa
Panggilian Utara
Bua-Bua Timur
Balang Hibung
Lango-Lango
Bone Halang
Tana Doang
Panggiluan
No. Aspek Kriteria
Bua-Bua
Selatan
Selatan
Bonea
Barat
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. Kondisi Ketidakteraturan Bangunan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
LAPORAN AKHIR V - 27
Tidak Terpeliharanya Drainase 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5
Kualitas Konstruksi Drainase 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
SUB TOTAL
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017
LAPORAN AKHIR V - 28
Tabel 5.7
Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh
Jumlah Tingkat Kekumuhan Pertimbangan Lain Legalitas Lahan
Penilaian Jumlah
Rendah
Sedang
Sedang
Kumug
Kumuh
Kumuh
Ringan
Tinggi
Kriteria Nilai
Tidak
Berat
Legal
Legal
Klasifikas
No. Kawasan dan Aspek Skala Prioritas
i
Indikator (71-95) (45-70) (19-44)
Pertimban (11-15) (6-10) (1-5) Nilai (+) Nilai (-)
Kekumuh gan Lain
an
1. Balang 72 7 A3 PRIORITAS 4
Hibung
2. Bua-Bua 88 11 A2 PRIORITAS 1
3. Tana Doang 88 11 A2 PRIORITAS 1
4. Lango-Lango 74 7 A4 PRIORITAS 4
Barat
5. Lango-Lango 74 7 A3 PRIORITAS 4
6. Passangrahan 72 9 A4 PRIORITAS 4
7. Panggilian 74 7 B2 PRIORITAS 2
Utara
8. Bonto 88 11 A2 PRIORITAS 1
Panappasa
9. Bone Halang 64 7 B3 PRIORITAS 5
LAPORAN AKHIR V - 29
Selatan
10. Panggilian 66 7 B3 PRIORITAS 5
Selatan
11. Bua-Bua 90 13 A1 PRIORITAS 1
Barat
12. Bua-Bua 86 11 A1 PRIORITAS 1
Timur
13. Bonea 74 7 A4 PRIORITAS 4
Sumber : Hasil Analisis Tim 2017
LAPORAN AKHIR V - 30
Dari hasil analisis tersebut terdapat empat lingkungan yang
terdapat di Kabupaten Selayar sebagai kawasan kumuh untuk
penanganan skala prioritas dengan luasnya 12,03. Dari keempat
lokasi kumuh tersebut terbagi dalam 3 kawasan yaitu Kawasan
Bua-Bua Timur dan Barat yang termasuk dalam lingkungan Bua-Bua
Timur dan Lingkungan Bua-Bua Barat, Kawasan Bua-Bua Tanah
Doang yang termasuk dalam lingkungan Bua-Bua dan Lingkungan
Tanah Doang serta kawasan Bontopanappasa yang termasuk dalam
lingkungan Bontopanappasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
kondisi eksisting lingkungan kumuh serta peta kawasan skala
prioritas kumuh yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar, yaitu
sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR V - 31
Gambar 5.5 Delinasi Peta kawasan Bua-Bua Barat dan Timur Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten
Selayar
LAPORAN AKHIR V - 32
Gambar 5.6 Peta Delinasi kawasan Bau-Bua dan Tanah Doang Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten
Selayar
LAPORAN AKHIR V - 33
Gambar 5.7 Peta Delinasi Lingkungan Bontopanappasa Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Selayar
LAPORAN AKHIR V - 34
5.1.3 Kabupaten Bantaeng
Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali
menjadi salah satu isu utama yang cukup kompleks, baik
dari sisi fisik/lingkungan, ekonomi, sosial, serta sarana dan
prasarananya.konteks penanganan kawasan permukiman
kumuh sangat signifikan dipengaruhi oleh kondisi sosial,
budaya, ekonomi dan politik. Dalam prosesnya kemudian
berdampak pada kondisi kawasan perkotaan secara umum
dan di identifikasi akan memerlukan penanganan dari waktu
ke waktu secara berkelanjutan. Secara khusus dampak
permukiman kumuh perkotaan berimplikasi terhadap
paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah,
dengan memberikan citra negatif akan ketidakberdayaan
dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan
pelayanan kehidupan dan penghidupan warganya. Pada sisi
yang lain khususnya terkait dengan tatanan sosial budaya
masyarakat, dan komunitas yang bermukim pada lingkungan
permukiman kumuh, mengindikasikan bahwa secara
ekonomi termasuk kategori masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah, yang merekondisi penyebab
terjadinya degradasi tatanan kehidupan masyarakat, baik
pada tingkat struktur sosial, sistem sosial, dinamika sosial,
pola kultural, konflik sosial dan fenomena urban
crime.Kawasan permukiman kumuh adalah bagian dari
wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki
karakteristik dengan tingkat permasalahan secara khusus
dan keberadaannya perlu untuk mendapatkan penanganan
secara spesifik baik pada aspek fisik, sosial, ekonomi dan
sistem infrastrukturnya. Pola penanganan terhadap kawasan
LAPORAN AKHIR V - 35
permukiman kumuh memerlukan kajian secara mendalam
dan spesifik. Kesalahan di dalam penyelesaian kawasan
permukiman kumuh tersebut akan memberi implikasi yang
luas dalam konteks penangan kawasan kumuh yang
teridentifikasi tercapai secara maksimal dan berkelanjutan.
Penetapan skala prioritas kawasan permukiman perkotaan
pada dasarnya ditujukan dalam konteks penanganan
kawasan permukiman kumuh, peningkatan produktivitas
ekonomi masyarakat dan pengendalian kawasan
permukiman kumuh untuk berkembang sesuai potensi dan
permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian skala
prioritas penanganan kawasan permukiman kumuh
perkotaan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng
adalah dalam kerangka; pengurangan kawasan permukiman
kumuh, peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan
infrastruktur, sarana dan prasarana, minimalisasi tindak
kriminalitas dan urban crime di perkotaan serta
peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat.sesuai
dengan hasil justifikasi, identifikasi dan analisis yang
dilakukan di Kabupaten Bantaeng terdapat di 10 lokasi
kumuh yang perlu di tangani. Dalam upaya penanganan
Pemerintah Daerah telah melakukanlangkah awal dengan
melaksanakan penataan kawasan permukiman kumuh di
Kabupaten Bantaeng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
LAPORAN AKHIR V - 36
Tabel 5.8
Identifikasi di 10 Lokasi Permukiman Kumuh di Kabupaten Bantaeng
LOKASI PERMUKIMAN KUMUH DAN NILAI IDENTIFIKASINYA BERDASARKAN INDIKATOR
Mattoanging 1
Mattoanging 2
Kampung Toa
Lantebung
No. Aspek Kriteria
Lembang-
Kayangan
Tangnga-
Lembang
Tangnga
Jambua
Rappoa
Borkal
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. Kondisi Ketidakteraturan Bangunan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Tingkat Kepadatan Bangunan 3 5 5 1 1 3 1 1 1 5
Bangunan
Ketidaksesuaian dengan Persyaratan 5 5 3 3 5 3 5 5 3 5
Gedung
Teknis Bangunan
LAPORAN AKHIR V - 37
Tidak Terpeliharanya Drainase 5 5 5 5 3 1 5 5 5 5
Kualitas Konstruksi Drainase 5 5 3 5 5 1 5 3 5 5
SUB TOTAL
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017
LAPORAN AKHIR V - 38
Tabel 5.9
Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh Kabupaten Bantaeng
Jumlah Tingkat Kekumuhan Pertimbangan Lain Legalitas Lahan
Jumlah
Penilaian
Nilai
Rendah
Sedang
Sedang
Kumug
Kumuh
Kumuh
Ringan
Tinggi
Kriteria
Tidak
Berat
Legal
Legal
Aspek Klasifikas
No. Kawasan dan Skala Prioritas
Pertimba i
Indikator (71-95) (45-70) (19-44) (11-15) (6-10) (1-5) Nilai (+) Nilai (-)
ngan
Kekumuh
Lain
an
1. Borkal 13 A2 PRIORITAS 1
86
2. Kampung Toa 11 A2 PRIORITAS 1
82
3. Lantebung 7 B3 PRIORITAS 5
60
4. Lembang-Lembang 7 B3 PRIORITAS 5
68
5. Jambua 7 B3 PRIORITAS 5
68
6. Rappoa 5 B4 PRIORITAS 6
66
7. Mattoanging 01 7 B4 PRIORITAS 6
70
8. Mattoanging 02 7 B3 PRIORITAS 5
68
9. Tangnga-Tangnga 7 B4 PRIORITAS 6
64
10. Kayangan 11 B3 PRIORITAS 5
86
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017
LAPORAN AKHIR V - 39
Dari hasil analisis tersebut terdapat tiga lingkungan yang terdapat
di Kabupaten Bantaeng sebagai kawasan kumuh untuk penanganan
skala prioritas dengan masing-masing lingkungan mempunyai
permasalahan yang hampir sama yaitu hampir semua air limbah
disalurkan ke kanal serta MCK yang yang masih kurang. Dari ketiga
lokasi kumuh tersebut yaitu lingkungan Borkal, lingkungan
Kampung Toa dan Lingkungan Kayangan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat kondisi eksisting lingkungan kumuh serta peta
kawasan skala prioritas kumuh yang ada di Kabupaten Bantaeng,
yaitu sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR V - 40
Gambar 5.9 Peta Delinasi Lingkungan Borkal Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Bantaeng
LAPORAN AKHIR V - 41
Gambar 5.10 Peta Delinasi Lingkungan Kampung Toa Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Bantaeng
LAPORAN AKHIR V - 42
Gambar 5.11 Peta Delinasi Lingkungan Kayangan Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Bantaeng
LAPORAN AKHIR V - 43
5.1.4 Kabupaten Jeneponto
Wilayah perkotaan merupakan suatu wadah dimana
kegiatan atau konsentrasi penduduk sangat tinggi dan
memiliki peran dominan dalam kehidupan masyarakat yang
berkehidupan di dalamnya. Sebagai pusat konsentrasi
penduduk dan berbagai aktivitasnya, maka suatu kota akan
memiliki kecenderungan tumbuh dan berkembang sejalan
dengan perkembangan penduduknya. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perkembangan kota umumnya
sama pada setiap wilayah perkotaan di negara yang sedang
berkembang, antara lain pertambahan jumlah penduduk
baik secara alami maupun karena migrasi desa-kota,
perkembangan atau perubahan kegiatan usaha dan
kehidupan sosial penduduk. Hal tersebut telah berakibat
pada semakin meningkatnya kebutuhan akan berbagai
fasilitas dan sarana pelayanan seperti perumahan,
pelayanan sosial, dan air bersih, hingga pada terjadinya
pertumbuhan kota yang semrawut, padat dan membentuk
beberapa titik-titik kekumuhan kota karena pertumbuhan
perumahan yang tidak terencana. Salah satu tujuan
pemerintah melaksanakan pembangunan adalah
mengupayakan agar seluruh rakyat Indonesia menempati
permukiman dengan rumah yang sehat lingkungan dan layak
huni yang dalam pengertian lainnya jauh dari kesan kumuh.
Perkembangan kawasan perkotaan kaitannya dengan
pertumbuhan dan perkembangan kawasan permukiman
pada dasarnya terjadi dalam 2 kategori yaitu; Pertama,
kawasan permukiman yang direncanakan dan tertata
dengan baik. Kawasan permukiman ini cenderung
LAPORAN AKHIR V - 44
berkembang sebagai kawasan kota baru baik yang
berkembang dalam kota maupun yang letak lokasinya
berada pada kawasan pinggiran perkotaan. Kedua, kawasan
permukiman yang berkembang dengan sendirinya,
keberadaan kawasan permukiman ini biasanya sporadis dan
cenderung berkembang ke arah kawasan permukiman
kumuh perkotaan. Kedua, kategorisasi kawasan permukiman
ini cenderung berkembang secara bersamaan dalam
dinamika pembangunan perkotaan dan berkoeksistensi
dalam satu artikulasi spasial perkotaan antara satu dengan
lainnya. Akan tetapi kedua kawasan permukiman tersebut
memiliki perbedaan yang sangat mendasar dari sisi
pelayanan infrastruktur dan ketersediaan sarana dan
prasarana permukiman.
Penetapan skala prioritas kawasan permukiman perkotaan
pada dasarnya ditujukan dalam konteks penanganan
kawasan permukiman kumuh, peningkatan produktivitas
ekonomi masyarakat dan pengendalian kawasan
permukiman kumuh untuk berkembang sesuai potensi dan
permasalahan yang dihadapidengan hasil justifikasi,
identifikasi dan analisis yang dilakukan di Kabupaten
Jeneponto terdapat di 13 lokasi kumuh yang perlu di
tangani. Dalam upaya penanganan Pemerintah Daerah telah
melakukanlangkah awal dengan melaksanakan penataan
kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Jeneponto.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
LAPORAN AKHIR V - 45
Tabel 5.10
Identifikasi di 15 Lokasi Permukiman Kumuh di Kabupaten Jeneponto
Lokasi Permukiman Kumuh dan Nilai Identifikasinya Berdasarkan Indikator
Lorong Macan
Kalengrungan
Lumbu Peo
Ulugalung
Pajalayya
Parambu
Paranga
Camba-
Sidenre
No. Aspek Kriteria
Ramba
Camba
Allu’ka
Tolo 1
Tolo 2
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. Kondisi Ketidakteraturan Bangunan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Bangunan Tingkat Kepadatan Bangunan 3 1 5 1 1 3 1 1 1 1 5 5 5
Gedung Ketidaksesuaian dengan 5 3 5 3 1 3 5 5 3 1 5 1 5
Persyaratan Teknis
Bangunan
2. Kondisi Jalan Cakupan Pelayanan Jalan 5 5 5 5 5 5 1 5 3 1 5 5 5
Lingkungan Lingkungan
Kualitas Permukaan Jalan 3 5 5 5 3 1 1 5 3 1 3 5 5
Lingungan
3. Kondisi Ketidaktersediaan Akses Air 5 3 3 5 3 3 1 1 1 1 5 5 5
Penyediaan Air Minum
Minum Cakupan Pelayanan Air 3 3 5 1 5 5 1 1 1 1 5 5 5
Minum
4. Kondisi Drainase Ketidakmampuan 1 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5
LAPORAN AKHIR V - 46
Lingkungan Mengalirkan Limpasan Air
Ketidaktersediaan Drainase 5 5 5 5 5 1 5 3 5 5 5 5 5
Ketidakterhubungan dengan 3 1 5 1 5 1 5 5 5 5 5 5 5
Sistem Drainase Perkotaan
Tidak Terpeliharanya 1 5 5 5 3 1 5 3 5 5 5 5 5
Drainase
Kualitas Konstruksi Drainase 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5
5. Kondisi Sistem Pengelolaan Air 3 5 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5
Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar
Limbah Teknis
Prasarana dan Sarana 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5
Pengelolaan Air Limbah Tidak
Sesuai dengan Persyatratan
Teknis
6. Kondisi Prasarana dan Sarana 5 1 5 3 5 3 5 3 1 5 5 1 5
Pengelolaan Persampahan Tidak Sesuai
Persampahan dengan Persyaratan Teknis
Sistem Pengelolaan 3 1 5 3 3 5 5 5 1 5 5 1 5
Persampahan yang Tiak
Sesuai Standar Teknis
Tidak Terpeliharanya Sarana
dan Prasarana Pengelolaan
Persampahan
LAPORAN AKHIR V - 47
7. Kondisi Proteksi Kondisi Proteksi Kebakaran 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kebakaran Ketidaktersediaan Sara 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Protekso Kebakaran
Identifikasi Pertimbangan Lain
1. Pertimbanagan Nilai Strategis Lokasi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Lain Kependidukan 1 1 5 1 1 3 1 1 1 1 5 1 5
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Budaya
Identifikasi Pertimbangan Lain
1. Legalitas Lahan Kejelasan Status Penguasaan -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 -1
Lahan
Kesesuaian RTR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
SUB TOTAL
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017
LAPORAN AKHIR V - 48
Tabel 5.11
Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh Kabupaten Jeneponto
Jumlah Tingkat Kekumuhan Pertimbangan Lain Legalitas Lahan
Penilaian Jumlah
Rendah
Sedang
Sedang
Kumuh
Kumuh
Kumug
Ringan
Tinggi
Tidak
Berat
Legal
Legal
Kriteria Nilai
Klasifikas
No. Kawasan dan Aspek Skala Prioritas
i
Indikator Pertimban
(71- (45- (19-44) (11-15) (6-10) (1-5) Nilai (+) Nilai (-
Kekumuh gan Lain
95) 70) )
an
1. Parambu 70 9 A3 PRIORITAS 4
2. Lorong 68 7 B3 PRIORITAS 5
Macan
3. Ulungalung 88 11 A2 PRIORITAS 1
4. Camba- 68 7 B3 PRIORITAS 5
Camab
5. Palajayya 66 7 B3 PRIORITAS 5
6. Paranga 66 7 A4 PRIORITAS 4
7. Tolo 1 70 7 B3 PRIORITAS 5
8. Tolo 2 70 7 B3 PRIORITAS 5
9. Allu 64 7 B3 PRIORITAS 5
LAPORAN AKHIR V - 49
10. Ramba 66 7 B3 PRIORITAS 5
11. Lumbu Peo 88 11 A1 PRIORITAS 1
12. Kalengrung 78 7 A1 PRIORITAS 1
an
13. Sidenre 90 7 A3 PRIORITAS 4
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017
LAPORAN AKHIR V - 50
Dari hasil analisis tersebut terdapat tiga lingkungan yang terdapat
di Kabupaten Jeneponto sebagai kawasan kumuh untuk
penanganan skala prioritas dengan masing-masing lingkungan
mempunyai permasalahan yang hampir sama yaitu hampir semua
air limbah disalurkan ke kanal serta MCK yang masih kurang serta
jalan lingkungan yang masih tanah. Dari ketiga lokasi kumuh
tersebut yaitu lingkungan Sidenre, lingkungan Lumbu Peo dan
Lingkungan Ulungalung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kondisi
eksisting lingkungan kumuh serta peta kawasan skala prioritas
kumuh yang ada di Kabupaten Jeneponto, yaitu sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR V - 51
Gambar 5.13 Peta Delinasi Lingkungan Sidenre Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Jeneponto
LAPORAN AKHIR V - 52
Gambar 5.14 Peta Delinasi Lingkungan Ulungalung Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Jeneponto
LAPORAN AKHIR V - 53
Gambar 5.15 Peta Delinasi Lingkungan Lumbu Peo Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Jeneponto
LAPORAN AKHIR V - 54