Anda di halaman 1dari 54

Penjabaran bab pendahuluan dari pekerjaan IDENTIFIKASI DAN

REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PROPINSI SULAWESI

SELATAN akan dibagi dalam beberapa sub bab yang menjelaskan

Bagian-bagian dari bab pendahuluan yang perlu dijabarkan lebih

lanjut antara lainPenentuan Kawasan Kumuh Skala Prioritas.

Secara detail pembahasan terhadap aspek-aspek dari sub bab

diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR V-1


5.1 PENENTUAN KAWASAN KUMUH SKALA
PRIORITAS
Suatau Kawasan dan perkembangannya adalah sesuatu yang
tidakterpisahkan satu sama lain. Suatu Kawasan dengan
kompleksitaskegiatannya ini akan terus berkembang dari waktu ke
waktu dan meliputisemua bidang pembangunan. Adanya
perkembangan di suatu kawasan akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat untuk berdomisilidan melakukan
aktivitas ekonominya di kawasan tersebut.Persoalan pembangunan
perumahan dan permukiman kumuh secara keseluruhan pada
dasarnya ditangani dandiantisipasi melalui 2 (dua) bentuk
perencanaan, yaitu: (1) perencanaanpembangunan yang
memberikan arahan pencapaian tujuan pembangunansektoral dan
(2) penyelenggaraan penataan ruang yang memberikan
arahpembangunan keruangan. Kedua bentuk perencanaan
tersebut diwadahidalam 2 (dua) dokumen, yaitu: (1) dokumen
rencana pembangunan(Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP)/Rencana PembangunanJangka Menengah (RPJM)) dan (2)
dokumen rencana tataruang (RencanUmum Tata Ruang dan
Rencana Detail Tata Ruang).
Meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas aktivitas
padakawasan perkotaan ini perlu untuk disikapi dan diantisipasi
lebih awal olehpemerintah daerah terkait. Hal ini perlu dilakukan
mengingat fenomenatersebut dapat membangkitkan banyak
persoalan perkotaan terutama yangterkait dengan ketersediaan
dukungan perumahan dan permukiman kumuh. Pembangunan
perumahan dan permukiman kumuh yangkurang atau belum
mengantisipasi dan mengakomodir perkembangankawasan ini akan

LAPORAN AKHIR V-2


menimbulkan persoalan antara lain: (a) tidakmeratanya
penyediaan infrastruktur perkotaan, (b) tidak
tersedianyalingkungan permukiman yang layak, (c) pembangunan
permukiman yangtidak terkendali pada daerah-daerah non-
permukiman, dan (d) permukimankumuh.Untuk mendukung
pembangunan permukiman maka tentunya akan membutuhkan
penyiapan lahan denganluasan yang memadai. Indikator yang
digunakan untuk menilai keadaantersebut adalah berdasarkan
analisis prakiraan peningkatan jumlahpenduduk kota dimasa yang
akan datang. Dengan demikian lahan yangdisiapkan untuk tujuan
pembangunan pada saat dibutuhkanakan memadaisesuai
peningkatan jumlah penduduk.Dengan berbagai persoalan yang
kompleks dianataranya persoalan perumahan dan permukiman
kumuh yang diperlukan tenaga ekstra dalam menangani persoalan
tersebut. Tahapan penilaian lokasi berdasarkan kriteria, indikator,
dan parameter kekumuhan mengacu pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 2/PRT/M/2016
tentang peningkatan Kualitas Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan klasifikasi dan
daftar urutan (ranking) permukiman kumuh berdasarkan hasil
penilaian terhadap kompleksitas permasalahan sebagai landasan
penetapan strategi dan pola penanganan. Hal ini dilaksanakan
dengan menggunakkan metode hasil observasi lapangan, analisis
kondisi kawasan, analisis peta spasial, pemetaan masalah, diskusi
dan melalui Focus Group Discussion (FGD). Adapun, hasil penilaian
lokasi berdasarkan kriteria, indikator, dan parameter kekumuhan
yang mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 2/PRT/M/2016 tentang peningkatan

LAPORAN AKHIR V-3


Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman dapat dilihat pada
tabel dibawah ini sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR V-4


Tabel 5.1 Kriteria dan Indikator Penentuan Urutan Kawasan Prioritas
No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai Sumber Data
A. Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1 Kondisi Bangunan Ketidakteratura  Tidak memenuhi ketentuan tata 76%-100% bangunan pada 5 Dokumen RDTR &
Gedung n Bangunan bangunan dalam RDTR, meliputi lokasi tidak memiliki RTBL, Format
pengaturan bentuk, besaran, keteraturan Isian, Observasi
perletakan dan tampilan bangunan
pada suatu zona dan/ atau 51%-75% bangunan pada 3
 Tidak memenuhi ketentuan tata lokasi tidak memiliki
bangunan dan tata kualitas keteraturan
lingkungan dalam RTBL meliputi
pengaturan blok lingkungan, 25% - 50% bangunan pada 1
kapling, bangunan, ketinggian dan lokasi tidak memiliki
elevasi lantai, konsep identitas keteraturan
lingkungan, konsep orientasi
lingkungan dan wajah jalan
Tingkat  KDB melebihi ketentuan RDTR 76% - 100% bangunan 5 Dokumen RDTR &
Kepadatan dan/atau RTBL : memiliki kepadatan tidak RTBL, Dokumen
Bangunan  KLB melebihi ketentuan dalam sesuai ketentuan IMB, Format Isian,
RDTR dan/atau RTBL dan/atau Peta Lokasi
 Kepadatan bangunan yang tinggi 51% - 75% bangunan 3
pada lokasi, yaitu : memiliki kepadatan tidak
 Untuk kota metropolitan dan kota sesuai ketentuan
besar >250 unit/Ha 25% -50% bangunan 1
 Untuk kota sedang dan kota kecil memiliki kepadatan tidak

LAPORAN AKHIR V-5


>200 unit/Ha sesuai ketentuan
Ketidaksesuaian Kondisi bangunan pada lokasi tidak 76% - 100% bangunan pada 5 Wawancara,
dengan memenuhi persyaratan : lokasi tidak memenuhi format isian,
persyaratan  Pengendalian dampak lingkungan persyaratan teknis Dokumen IMB,
teknis bangunan  Pembangunan bangunan gedung di 51% - 75% bangunan pada 3 Observasi
atas dan/ atau di bawah tanah, air lokasi tidak memenuhi
dan/ atau prasarana/sarana umum persyaratan teknis
 Keselamatan bangunan gedung 25% - 50% bangunan pada 1
 Kesehatan bangunan gedung lokasi tidak memenuhi
 Kenyamanan bangunan gedung persyaratan teknis
 Kemudahan bangunan gedung
2 Kondisi Jalan Cakupan Sebagian lokasi perumahan atau 76% - 100% area tidak 5 Wawancara,
Lingkungan Pelayanan Jalan permukiman tidak terlayani dengan terlayani oleh jaringan format isian, peta
Lingkungan jalan lingkungan yang sesuai dengan jalan lingkungan lokasi, observasi
ketentuan teknis 51% - 75% area tidak 3
terlayani oleh jaringan
jalan lingkungan
25% - 50% area tidak 1
terlayani oleh jaringan
jalan lingkungan
Kualitas Sebagian atau seluruh jalan 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara,
permukaan lingkungan terjadi kerusakan kualitas permukaan jalan format isian, peta
jalan lingkungan permukaan jalan pada lokasi yang buruk lokasi, observasi
perumahan atau permukiman 51% - 75% area memiliki 3
kualitas permukaan jalan
yang buruk

LAPORAN AKHIR V-6


25% - 50% area memiliki 1
kualitas permukaan jalan
yang buruk
3 Kondisi Ketidaktersedia Masyarakat pada lokasi perumahan 76% - 100% populasi tidak 5 Wawancara,
penyediaan air an akses aman dan permukiman tidak dapat dapat mengakses air format Isian,
minum air minum mengakses air minum yang memiliki minum yang aman Observasi
kualitas tidak berwarna, tidak berbau 51% - 75% populasi tidak 3
dan tidak berasa dapat mengakses air
minum yang aman
25% - 50% populasi tidak 1
dapat mengakses air
minum yang aman
Ketidakterhubu Kebutuhan air minum masyarakat 76% - 100% populasi tidak Wawancara,
ngan dengan pada lokasi perumahan atau terpenuhi kebutuhan air 5 format Isian,
sistem drainase permukiman tidak mencapai minimal minum minimalnya Observasi
perkotaan sebanyak 60 liter/orang/hari 51% - 75% populasi tidak 3
terpenuhi kebutuhan air
minum minimalnya
25% - 50% populasi tidak 1
terpenuhi kebutuhan air
minum minimalnya
4 Kondisi Drainase Ketidakmampua Jaringan drainase lingkungan tidak 76% - 100% area terjadi 5 Wawancara,
Lingkungan n mengalirkan mampu mengalirkan limpasan air genangan > 30 cm > 2 am format Isian,
limpasan air sehingga menimbulkan genangan dan > 2 x setahun Observasi
dengan tinggi lebih dari 30 cm selama 51% - 75% area terjadi 3
lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari genangan > 30 cm > 2 am

LAPORAN AKHIR V-7


2 kali setahun dan > 2 x setahun

25% - 50% area terjadi 1


genangan > 30 cm > 2 am
dan > 2 x setahun
Ketidaktersedia Tidak tersedianya saluran drainase 76% - 100% area tidak 5 Wawancara,
an Drainase lingkungan pada lingkungan tersedia drainase format Isian, Peta
perumahan atau permukiman, yaitu lingkungan RIS, Observasi
saluran tersier dan/ atau saluran 51% - 75% area tidak 3
lokal tersedia drainase
lingkungan
25% - 50% area tidak 1
tersedia drainase
lingkungan
Ketidakterhubu Saluran Drainase lingkungan tidak 76% - 100% drainase 5 Wawancara,
ngan dengan terhubung dengan saluran pada lingkungan tidak format Isian, Peta
sistem drainase hirarki di atasnya sehingga terhubung dengan hirarki RIS, Observasi
perkotaan menyebabkan air tidak dapat diatasnya
mengalir dan menimbulkan genangan 51% - 75% drainase 3
lingkungan tidak
terhubung dengan hirarki
diatasnya
25% - 50% a drainase 1
lingkungan tidak
terhubung dengan hirarki
diatasnya rea tidak

LAPORAN AKHIR V-8


tersedia drainase
lingkungan
Tidak Tidak dilaksanakannya pemeliharaan 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara,
terpeliharanya saluran drainase lingkungan pada drainase lingkungan yang format Isian, Peta
drainase lokasi perumahan atau permukiman, kotor dan berbau RIS, Observasi
baik : 51% - 75% area memiliki 3
 Pemeliharaan rutin dan/ atau drainase lingkungan yang
 Pemeliharaan berkala kotor dan berbau
25% - 50% area memiliki 1
drainase lingkungan yang
kotor dan berbau
Kualitas Kualitas konstruksi darinase buruk 76% - 100% area memiliki 5 Wawancara,
konstruksi karena berupa galian tanah tanpa kualitas konstruksi format Isian, Peta
drainase material pelapis atau penutup drainase lingkungan buruk RIS, Observasi
maupun karena telah terjadi 51% - 75% area memiliki 3
kerusakan kualitas konstruksi
drainase lingkungan buruk
25% - 50% area memiliki 1
kualitas konstruksi
drainase lingkungan buruk
5 Kondisi Sistem Pengelolaan air limbah pada lokasi 76% - 100 Area memiliki 5 Wawancara,
pengelolaan air Pengelolaan air perumahan atau permukiman tidak sarpras sistem air limbah format Isian, Peta
limbah limbah tidak memiliki sistem yang memadai yaitu yang tidak sesuai standar RIS, Observasi
sesuai standar kakus/kloset yang tidak terhubung teknis
teknis dengan tangki septik baik secara
individual/domestik, komunal

LAPORAN AKHIR V-9


maupun terpusat

Prasarana dan Kondisi prasarana dan sarana air 51% - 75% area memiliki 3
sarana limbah pada lokasi perumahan atau sarpras sistem air limbah
pengelolaan air permukiman dimana: yang tidak sesuai standar
limbah tidak  Kloset leher angsa tidak teknis
sesuai dengan terhubung dengan tangki septik. 25% - 50% area memiliki 1
persyaratan  Tidak tersedianya sistem sarpras sistem air limbah
teknis pengolahan limbah setempat atau yang tidak sesuai standar
terpusat teknis
6. Kondisi Parasarana dan Prasarana dan sarana persampahan 76% - 100 Area memiliki 5 Wawancara,
Pengelolaan sarana pada lokasi perumahan atau sarpras pengelolaan format Isian, Peta
Persampahan persampahan permukiman tidak sesuai dengan persampahan yang tidak RTRW, RDTR,
tida sesuai persyaratan teknis, yaitu: memenuhi persyaratan Observasi
dengan  Tempat sampah dengan teknis
persyaratan pemilihan sampah pada skala 51% - 75% area memiliki 3
tekknis domestik atau rumah tangga. sarpras pengelolaan
 Tempat pengumpulan sampah persampahan yang tidak
(TPS) atau TPS 3R (Reduce, Reuse memenuhi persyaratan
dan Recycle) pada skala teknis
lingkungan 25% - 50% area memiliki 1
 Gerobak sampah dan/atau truk sarpras pengelolaan
sampah pada skala lingkungan persampahan yang tidak
 Tempat pengolahan sampah memenuhi persyaratan
terpadu (TPST) pada skala tekknis
lingkungan

LAPORAN AKHIR V - 10
Sistem Pengelolaan persampahan pada 76% - 100 Area memiliki 5 Wawancara,
pengelolaan lingkungan perumahan atau sistem persampahan yang format Isian, Peta
persampahan permukiman tidak memenuhi tidak memenuhi RTRW, RDTR,
yang tidak persyaratan sebagai beriikut: persyaratan teknis Obser
sesuai standar  Pewadahan dan pemilihan 51% - 75% area memiliki 3
tekknis domestik sistem persampahan tidak
 Pengumpulan lingkungan sesuai standar
 Pengangutan lingkungan 25% - 50% area memiliki 1
 Pengolahan lingkungan sistem persampahan tidak
sesuai standar
Tidak Tidak dilakukannya pemeliharaan 76% - 100 Area memiliki 5 Wawancara,
terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan sarpras persampahan yang format Isian, Peta
sarana dan pada lokasi perumahan atau tidak terpelihara RTRW, RDTR,
prasarana permukiman, baik: 51% - 75% area memiliki 3 Obser
pengelolaan  Pemeliharaan rutin sarpras persampahan yang
persampahan  Pemeliharaan berkala tidak terpelihara
25% - 50% area memiliki 1
sarpras persampahan yang
tidak terpelihara
7 Kondisi Proteksi Kondisi Proteksi Tidak tersedianya prasarana proteksi 76% - 100 Area tidak 5 Wawancara,
Kebakaran Kebakaran kebakaran pada lokasi, yaitu: memiliki prasarana format Isian, Peta
 Pasokan air proteksi kebakaran RTRW, RDTR,
 Jalan lingkungan 51% - 75% Area tidak 3 Obser
memiliki prasarana

LAPORAN AKHIR V - 11
 Sarana komunikasi proteksi kebakaran
 Data sistem proteksi
kebakaranlingkunga 25% - 50% Area tidak 1
 Bangunan pos kebakaran memiliki prasarana
proteksi kebakaran
Ketidaktersdiaa Tidak tersedianya sarana proteksi 76% - 100 Area tidak 5 Wawancara,
n sarana kebakaran pada lokasi, yaitu: memiliki sarana proteksi format Isian, Peta
proteksi  Alat pemadam api ringan kebakaran RTRW, RDTR,
kebakaran (APAR) 51% - 75% Area tidak 3 Obser
 Mobil pompa memiliki sarana proteksi
 Mobil tangga sesuai kebutuhan kebakaran
 Peralatan pendukung lainnya 25% - 50% Area tidak 1
memiliki sarana proteksi
kebakaran
B. Identifikasi Legalitas Lahan

1 Legalitas Lahan Kejelasan Status Kejelasan terhadap status Keseluruhan lokasi (+) Wawancara,
Penguasaan penguasaan lahan berupa: memiliki kejelasan status format Isian, Peta
Lahan  Kepemilikan sendiri. Dengan bukti penguasaan lahan baik RTRW, RDTR,
dokumen sertifkat hak atas tanah milik sendiri atau milik Obser
atau bentuk dokumen ket. Status pihak lain
tanah lainnya ayang sah; atau Sebagian atau (-)
 Kepemilikan pihak lain (termasuk Keseluruhan lokasi tidak
milik adat/ulayat. Dengan bukti memiliki kejelasan status
izin pemanfaatan tanah dari penguasaan lahan baik
milik sendiri atau milik

LAPORAN AKHIR V - 12
pemegang hak atas tanah atau pihak lain
pemilik tanah dalam bentuk
perjanjian trtulis antara Keseluruhan lokasi berada (+)
pemegang hak atas tanah atau pada zona peruntukan
pamilik tanah perumahan atau
permukiman sesuai RTR
Sebagian atau (-)
Keseluruhan lokasi berada
bukan pada zona
peruntukan perumahan
atau permukiman sesuai
RTR
C. Identifikasi Pertimbangan Lain

1 Pertimbangan Nilai Strategis Pertimbangan letak lokasi Lokasi terletak pada 5 Wawancara,
Lain Lokasi perumahan atau permukiman pada: fungsi strategis Keb/Kota format Isian, Peta
 Fungsi strategis Kab/Kota atau Lokasi tidak terletak pada 1 RTRW, RDTR,
 Bukan fungsi strategis Kab/kota fungsi strategis Keb/Kota Obser
Kependudukan Pertimbangan kepadatan penduduk Untuk metropolitan & 5 Wawancara,
pada lokasi perumahan atau kota Besar format Isian, Peta
permukiman dengan klasifikasi: Kepdatan penduduk pada RTRW, RDTR,
 Rendah yaitu kepadatan penduduk lokasi sebesar > 400 Obser
dibawah 150 jiwa/ha jiwa/ha
 Sedang yaitu kepadatan penduduk Untuk kota sedang &kota
antara 151 – 200 jiwa/ha kecil
Kepdatan penduduk pada

LAPORAN AKHIR V - 13
 Tinggi yaitu kepadatan penduduk lokasi sebesar > 200
antara 201 – 400 jiwa/ha jiwa/ha
 Sangat padat yaitu kepadatan
penduduk diatas 400 jiwa/ha Kepdatan penduduk pada 3
lokasi sebesar 151 - 200
jiwa/ha

Kepdatan penduduk pada 1


lokasi sebesar <150
jiwa/ha
Kondisi sosial, Pertimbangan potensi yang dimiliki Lokasi memiliki potensi 5 Wawancara,
ekonomi dan lokasi perumahan atau permukiman sosial, ekonomi dan format Isian, Peta
budaya berupa: budaya untuk RTRW, RDTR,
 Potensi sosial yaitu tingkat dikembangkan atau Obser
partisipasi masyarakat dalam dipelihara
mendukung pembangunan Lokasi tidak memiliki 1
 Potensi ekonomi yaitu adanya potensi sosial, ekonomi
kegiatan ekonomi tertentu yang dan budaya tinggi untuk
bersifat strategis bagi masyarakat dikembangkan atau
setempat dipelihara
 Potensi budaya yaaitu adanya
kegiatan atau warisan budaya
tertentu yang dimiliki masyarakat
setempat
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan KualitasTerhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

LAPORAN AKHIR V - 14
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut di
atas,selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam
berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.2 Penentuan dan Skala Prioritas Penanganan

LAPORAN AKHIR V - 15
5.1.1 Kabupaten Bulukumba
Perkembangan suatu kota pada prinsipnya didasarkan pada
tuntutan kebutuhan pembangunan dan kebutuhan
masyarakat, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana dasar kawasan permukiman.
Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan mengakibatkan
tuntutan pemenuhan kebutuhan akan permukiman beserta
sarana dan prasarana lingkungan, serta infrastruktur
perkotaan yang lebih memadai, di identifikasi
akanmengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Permukiman merupakan sekumpulan rumah yang tak
terpisahkan dengan sarana dan prasarananya untuk
mendukung kehidupan penghuninya. Dengan demikian
pembangunan permukiman perkotaan, secara umum sering
di permasalahkan, dalam hal jumlah unit yang terbangun
serta diindikasikan tidak sebanding dengan angka
pertumbuhan jumlah penduduk, termasuk kualitas
bangunan permukiman yang dianggap tidak memenuhi
standar kualitas layak huni, syarat estetika serta memenuhi
kelengkapan infrastruktur yang memadai, sebagai bagian
dari sistem atau satu kesatuan kawasanperkotaan, termasuk
dalam kategori ini adalah kawasan permukiman Kabupaten
Bulukumba yang di identifikasi mengalami peningkatan tiap
tahun, dan terkondisi akibat faktor pertambahan jumlah
penduduk.Kawasan permukiman adalah bahagian kawasan
perkotaan di luar kawasan lindung, berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang memberi perikehidupan dan
kehidupan bagi masyarakat (PP Bo.26 Tahun 2008). Dalam

LAPORAN AKHIR V - 16
konteks pembangunan kota, kawasan permukiman
merupakan areal lokasi yang mendominasi fungsi-fungsi
ruang kawasan perkotaan. Dengan demikian keberadaan
kawasan fungsional strategis perkotaan akan selalu berjalan
sejajar dengan perkembangan kawasan permukiman.
Artinya, setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan
membutuhkan keberadaan kawasan permukiman, sehingga
memerlukan dukungan penyediaan infrastruktur dan
ketersediaan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali
menjadi salah satu isu utama yang cukup kompleks, baik
dari sisi fisik/lingkungan, ekonomi, sosial, serta sarana dan
prasarananya.Dalam prosesnya kemudian berdampak pada
kondisi kawasan perkotaan secara umum dan di identifikasi
akan memerlukan penanganan dari waktu ke waktu secara
berkelanjutan.Dalam penanganan perlu adanya penilaian
yang dilihat pada tahapan-tahapannya. Tahapan penilaian
lokasi berdasarkan kriteria, indikator, dan parameter
kekumuhan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat No. 2/PRT/M/2016 tentang
peningkatan Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Adapun, hasil penilaian lokasi berdasarkan kriteria,
indikator, dan parameter kekumuhan di Kabupaten
Bulukumba yang sesuai dengan hasil justifikasi, identfikasi
serta pengamatan lokasi bahwa kumuh di Kabupaten
Bulukumba terdapat 7 lokasi kumuh yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR V - 17
Tabel 5.3
Identifikasi Klasifikasi Tingkat Kekumuhan di 7 Lokasi Permukiman Kumuh di
Kabupaten Bulukumba
Lokasi Permukiman Kumuh dan Nilai Identifikasinya Berdasarkan Indikator

Terang-Terang
Pallatoae Baru
Sungai Teko

Pasissirie
Dakka’e

Kalukue
No. Aspek Kriteria

Ukke’e
Borong
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. Kondisi Bangunan Gedung Ketidakteraturan Bangunan 5 5 5 5 5 5 5
Tingkat Kepadatan Bangunan 3 5 5 5 5 3 1
Ketidaksesuaian dengan 3 5 5 5 3 3 5
Persyaratan Teknis Bangunan
2. Kondisi Jalan Lingkungan Cakupan Pelayanan Jalan 5 5 5 5 5 5 1
Lingkungan
Kualitas Permukaan Jalan 5 5 5 5 5 5 1
Lingungan
3. Kondisi Penyediaan Air Minum Ketidaktersediaan Akses Air 5 3 3 5 5 3 1
Minum
Cakupan Pelayanan Air Minum 3 5 5 5 5 5 1

4. Kondisi Drainase Lingkungan Ketidakmampuan Mengalirkan 5 5 5 5 5 5 5


Limpasan Air

LAPORAN AKHIR V - 18
Ketidaktersediaan Drainase 5 5 5 5 5 5 5

Ketidakterhubungan dengan 5 5 5 1 5 5 5
Sistem Drainase Perkotaan

Tidak Terpeliharanya Drainase 3 5 5 5 5 5 5

Kualitas Konstruksi Drainase 5 5 5 5 5 5 5

5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah Sistem Pengelolaan Air Limbah 5 5 5 5 1 5 5


Tidak Sesuai Standar Teknis
Prasarana dan Sarana 5 5 5 5 5 5 5
Pengelolaan Air Limbah Tidak
Sesuai dengan Persyatratan
Teknis
6. Kondisi Pengelolaan Persampahan Prasarana dan Sarana 1 5 3 5 5 3 5
Persampahan Tidak Sesuai
dengan Persyaratan Teknis
Sistem Pengelolaan 1 5 3 5 3 1 5
Persampahan yang Tiak Sesuai
Standar Teknis
Tidak Terpeliharanya Sarana
5
dan Prasarana Pengelolaan
Persampahan
7. Kondisi Proteksi Kebakaran Kondisi Proteksi Kebakaran 5 5 5 5 5 5 5

Ketidaktersediaan Sara Protekso 5 5 5 5 5 5 5

LAPORAN AKHIR V - 19
Kebakaran
Identifikasi Pertimbangan Lain
1. Pertimbanagan Lain Nilai Strategis Lokasi 5 5 5 5 5 5 5
Kependudukan 3 5 5 1 1 3 1
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan 1 1 1 5 1 1 1
Budaya
Identifikasi Pertimbangan Lain
1. Legalitas Lahan Kejelasan Status Penguasaan -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1
Lahan
Kesesuaian RTR 1 1 1 1 1 1 1
SUB TOTAL
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017

LAPORAN AKHIR V - 20
Tabel 5.4
Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh Kabupaten Bulukumba
Jumlah Tingkat Kekumuhan Pertimbangan Lain Legalitas Lahan
Penilaian Jumlah

Rendah
Sedang

Sedang
Kumuh

Kumuh
Kumug

Ringan
Kriteria Nilai

Tinggi

Tidak
Berat

Legal

Legal
No. Kawasan dan Aspek Klasifikasi Skala Prioritas
Indikator Pertimban
(71-95) (45-70) (19-44) (11-15) (6-10) (1-5) Nilai (+) Nilai (-)
Kekumuha gan Lain
n
1. Sungai Teko 74 9 B3 PRIORITAS 4
2. Dakka’e 88 11 A1 PRIORITAS 1
3. Pallatoae 84 11 A1 PRIORITAS 1
Baru
4. Terang- 86 11 A2 PRIORITAS 1
Terang
5. Pasissirie 82 11 A2 PRIORITAS 1
6. Borong 78 9 B3 PRIORITAS 5
Kalukue
7. Ukke’e 70 7 A4 PRIORITAS 4
Sumber: Hasil Analisis Tim 2017

LAPORAN AKHIR V - 21
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa kawasan kumuh
untuk skala prioritas kawasan kumuh di Kabupaten Bulukumba
adalah kawasan Kasimpureng-Tanah Kongkong dan Kawasan
Terang-Terang dengan luasannya 20,67 Ha. Kawasan kumuh yang
menjadi skala prioritas untuk penanganan akan menjadi rujukan
bagi pemerintah setemapat maupun Propinsi untuk penanganan
yang ekstra sehingga kedepan dapat dilakukan untuk kawasan yang
lain agar tujuan bersama itu terjadi dalam hal ini kumuh 0% betul-
betul teralisasi dengan baik atau perencanaan yang dilakukan
sesuai dengan target. Skala prioritas untuk kawasan kumuh
tersebut dengan tingkat kekumuhan berat merupakan kekumuhan
yang terdapat pada lingkungan Pallatoae Baru dan Dakka’e
kawasan Kasimpureng-Tanah Kongkong dan lingkungan Pasissirie
dan Terang-Terang untuk kawasan Terang-Terang.
Melalui hasil survey dan identifikasi,kemudian verifikasi profil
kumuh Kabupaten Bulukumba yang telah di SK-kan, maka spot-
spot lokasi kumuh berdasarkan SK Bupati di bentuk menjadi tiga
kawasan yaitu (a). kawasan Tanah Kongkong dan Kasimpureng,
(b). Kawasan Terang-Terang dan (c). kawasan Taccorongdengan
pertimbangan, (1)memilikiketerkaitan karakteristik kawasan, (2)
memilikiketerkaitan akses jaringan transportasi dan (3)
memilikiketerkaitan berdasarkan administrasi wilayah. Dalam
upaya mencapai Kabupaten Bulukumba bebas Kumuh 2019
penangana kumuh tetap mengacu pada sebaran lokasi kumuh
berdasarkan SK Bupati Bulukumba. lebih jelasnya lihat pada tabel
terkait Sebaran Lokasi Kumuh Kabupaten Bulukumba Berdasarkan
Pembagian Kawasan yaitu sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR V - 22
Tabel 5.5
Sebaran Lokasi Kumuh Kabupaten Bulukumba Berdasarkan Pembagian
Kawasan
No Kawasan Kumuh Lokasi Kumuh Luas (Ha)
Tanah Kongkong Lingkungan Sungai Teko 15,07
1 Kasimpureng Lingkungan Bakka'e
Lingkungan Pallatoae Baru
2 Terang-Terang Lingkungan Terang-Terang 4,70
Lingkungan Pasissirie
3 Taccorong Lingkungan Borong Kalukue 10,05
Lingkungan Ukke'e
Jumlah 29,82
Sumber: Hasil Analisis Tim 2017
Kumuh memang dianggap hal yang sepeleh bagi masyarakat awan
namun efeknya sangat mempengaruhi dalam hal segi estetika,
kualitas lingkungan maupun segi kesehatan. Oleh sebab itu kumuh
harus ditangani dengan serius dalam hal edukasi masyarakat terkait
dengan kekumuhan. Skala prioritas diatas akan di interpretasikan ke
dalam bentuk visual dan dilihat pada gambar peta berikut ini terkait
peta kawasan kumuh untuk skala prioritas penanganan, yaitu sebagai
berikut:

Gambar5.1: Kondisi Eksisting Lokasi Kumuh Kabupaten Bulukumba

LAPORAN AKHIR V - 23
Gambar 5.2 Peta Delinasi kawasan Kasimpureng dan Tanah konkong Perencanaan Skala Prioritas kumuh
Kabupaten Bulukumba

LAPORAN AKHIR V - 24
Gambar 5.3 Peta Delinasi kawasan Terang-Terang Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Bulukumba

LAPORAN AKHIR V - 25
5.1.2 Kabupaten Kepulauan Selayar
Keberadaan kawasan permukiman kumuh di kota – kota
besar danberkembang telah menjadi masalah serius bagi
masyarakat maupun pemerintahbaik ditinjau dari aspek
tata ruang, estetika, lingkungan, dan sosial. Kondisi
inidisebabkan oleh adanya budaya masyarakat yang suka
hidup mengelompok dankurang memperhitungkan ruang –
ruang untuk fasilitas penunjang kawasanpermukiman dalam
melakukan pembangunan rumah. Akibatnya kawasan
yangterbangun tidak memperhatikan aspek keruangan,
lingkungan dan sosial yangberimplikasi memberikan
gambaran suatu kawasan permukiman yang kumuh.Pada
umumnya daerah – daerah kumuh terbentuk sejalan dengan
prosesperkembangan dan pemadatan lingkungan kota.
Lingkungan kumuh tidak hanyamemberikan efek visual yang
buruk, juga memberikan konstribusi yang tidak baikbagi
perkembangan fisik kota secara umum serta hanya
membantu pendudukuntuk sekedar tinggal tanpa
memberikan dampak sosial maupun ekonomi yangpositif.
Masalah permukiman kumuh dialami juga oleh Kabupaten
Kepulauan Selayar yang sesuai dengan hasil justifikasi,
identifikasi dan analisis yang dilakukan serta dilihat pada
buku profil kumuh di Kabupaten Kepulauan Selayar terdapat
di 13 lokasi kumuh yang perlu di tangani. Dalam upaya
penanganan Pemerintah Daerah telah melakukanlangkah
awal dengan melaksanakan penataan kawasan permukiman
kumuh di Kabupaten kepulauan Selayar. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

LAPORAN AKHIR V - 26
Tabel 5.6
Identifikasi di 13 Lokasi Permukiman Kumuh di Kabupaten Selayar
LOKASI PERMUKIMAN KUMUH DAN NILAI IDENTIFIKASINYA BERDASARKAN INDIKATOR

Bonto Panappasa
Panggilian Utara

Bua-Bua Timur
Balang Hibung

Bua Bua Barat


Passangrahan
Lango-Lango

Lango-Lango

Bone Halang
Tana Doang

Panggiluan
No. Aspek Kriteria

Bua-Bua

Selatan

Selatan

Bonea
Barat
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. Kondisi Ketidakteraturan Bangunan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Bangunan Tingkat Kepadatan Bangunan 1 5 5 1 1 3 1 5 1 1 5 5 1


Gedung Ketidaksesuaian dengan Persyaratan 5 5 5 3 1 3 5 5 3 1 5 3 5
Teknis Bangunan

2. Kondisi Jalan Cakupan Pelayanan Jalan 5 5 5 5 5 1 1 3 3 1 5 5 1


Lingkungan
Lingkungan
Kualitas Permukaan Jalan Lingungan 1 5 5 5 5 3 1 5 3 1 5 5 1

3. Kondisi Ketidaktersediaan Akses Air Minum 5 5 5 5 3 3 1 5 1 1 5 5 3


Cakupan Pelayanan Air Minum 3 5 5 5 5 5 1 5 1 1 5 5 3
Penyediaan Air
Minum
4. Kondisi Drainase Ketidakmampuan Mengalirkan 3 3 5 1 3 5 5 5 5 5 5 5 5
Limpasan Air
Lingkungan
Ketidaktersediaan Drainase 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5
Ketidakterhubungan dengan Sistem 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5
Drainase Perkotaan

LAPORAN AKHIR V - 27
Tidak Terpeliharanya Drainase 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5
Kualitas Konstruksi Drainase 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5. Kondisi Sistem Pengelolaan Air Limbah 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5


Tidak Sesuai Standar Teknis
Pengelolaan Air
Prasarana dan Sarana Pengelolaan 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5
Limbah
Air Limbah Tidak Sesuai dengan
Persyatratan Teknis

6. Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan 5 5 5 5 5 3 5 5 1 5 5 3 5


Tidak Sesuai dengan Persyaratan
Pengelolaan
Teknis
Persampahan
Sistem Pengelolaan Persampahan 5 5 3 5 3 3 5 5 1 5 5 5 5
yang Tiak Sesuai Standar Teknis
Tidak Terpeliharanya Sarana dan
Prasarana Pengelolaan
Persampahan

7. Kondisi Proteksi Kondisi Proteksi Kebakaran 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5


Ketidaktersediaan Sara Protekso 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5
Kebakaran
Kebakaran
Identifikasi Pertimbangan Lain

1. Pertimbanagan Nilai Strategis Lokasi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5


Kependidukan 1 1 5 1 1 3 1 5 1 1 5 5 1
Lain
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1
Identifikasi Pertimbangan Lain

1. Legalitas Lahan Kejelasan Status Penguasaan Lahan -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1


Kesesuaian RTR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

SUB TOTAL
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017

LAPORAN AKHIR V - 28
Tabel 5.7
Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh
Jumlah Tingkat Kekumuhan Pertimbangan Lain Legalitas Lahan
Penilaian Jumlah

Rendah
Sedang

Sedang
Kumug
Kumuh

Kumuh
Ringan

Tinggi
Kriteria Nilai

Tidak
Berat

Legal

Legal
Klasifikas
No. Kawasan dan Aspek Skala Prioritas
i
Indikator (71-95) (45-70) (19-44)
Pertimban (11-15) (6-10) (1-5) Nilai (+) Nilai (-)
Kekumuh gan Lain
an
1. Balang 72 7 A3 PRIORITAS 4
Hibung
2. Bua-Bua 88 11 A2 PRIORITAS 1
3. Tana Doang 88 11 A2 PRIORITAS 1
4. Lango-Lango 74 7 A4 PRIORITAS 4
Barat
5. Lango-Lango 74 7 A3 PRIORITAS 4
6. Passangrahan 72 9 A4 PRIORITAS 4
7. Panggilian 74 7 B2 PRIORITAS 2
Utara
8. Bonto 88 11 A2 PRIORITAS 1
Panappasa
9. Bone Halang 64 7 B3 PRIORITAS 5

LAPORAN AKHIR V - 29
Selatan
10. Panggilian 66 7 B3 PRIORITAS 5
Selatan
11. Bua-Bua 90 13 A1 PRIORITAS 1
Barat
12. Bua-Bua 86 11 A1 PRIORITAS 1
Timur
13. Bonea 74 7 A4 PRIORITAS 4
Sumber : Hasil Analisis Tim 2017

LAPORAN AKHIR V - 30
Dari hasil analisis tersebut terdapat empat lingkungan yang
terdapat di Kabupaten Selayar sebagai kawasan kumuh untuk
penanganan skala prioritas dengan luasnya 12,03. Dari keempat
lokasi kumuh tersebut terbagi dalam 3 kawasan yaitu Kawasan
Bua-Bua Timur dan Barat yang termasuk dalam lingkungan Bua-Bua
Timur dan Lingkungan Bua-Bua Barat, Kawasan Bua-Bua Tanah
Doang yang termasuk dalam lingkungan Bua-Bua dan Lingkungan
Tanah Doang serta kawasan Bontopanappasa yang termasuk dalam
lingkungan Bontopanappasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
kondisi eksisting lingkungan kumuh serta peta kawasan skala
prioritas kumuh yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar, yaitu
sebagai berikut:

Gambar 5.4: Kondisi Eksisting Lokasi Kumuh Kabupaten Selayar

LAPORAN AKHIR V - 31
Gambar 5.5 Delinasi Peta kawasan Bua-Bua Barat dan Timur Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten
Selayar

LAPORAN AKHIR V - 32
Gambar 5.6 Peta Delinasi kawasan Bau-Bua dan Tanah Doang Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten
Selayar

LAPORAN AKHIR V - 33
Gambar 5.7 Peta Delinasi Lingkungan Bontopanappasa Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Selayar

LAPORAN AKHIR V - 34
5.1.3 Kabupaten Bantaeng
Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali
menjadi salah satu isu utama yang cukup kompleks, baik
dari sisi fisik/lingkungan, ekonomi, sosial, serta sarana dan
prasarananya.konteks penanganan kawasan permukiman
kumuh sangat signifikan dipengaruhi oleh kondisi sosial,
budaya, ekonomi dan politik. Dalam prosesnya kemudian
berdampak pada kondisi kawasan perkotaan secara umum
dan di identifikasi akan memerlukan penanganan dari waktu
ke waktu secara berkelanjutan. Secara khusus dampak
permukiman kumuh perkotaan berimplikasi terhadap
paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah,
dengan memberikan citra negatif akan ketidakberdayaan
dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan
pelayanan kehidupan dan penghidupan warganya. Pada sisi
yang lain khususnya terkait dengan tatanan sosial budaya
masyarakat, dan komunitas yang bermukim pada lingkungan
permukiman kumuh, mengindikasikan bahwa secara
ekonomi termasuk kategori masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah, yang merekondisi penyebab
terjadinya degradasi tatanan kehidupan masyarakat, baik
pada tingkat struktur sosial, sistem sosial, dinamika sosial,
pola kultural, konflik sosial dan fenomena urban
crime.Kawasan permukiman kumuh adalah bagian dari
wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki
karakteristik dengan tingkat permasalahan secara khusus
dan keberadaannya perlu untuk mendapatkan penanganan
secara spesifik baik pada aspek fisik, sosial, ekonomi dan
sistem infrastrukturnya. Pola penanganan terhadap kawasan

LAPORAN AKHIR V - 35
permukiman kumuh memerlukan kajian secara mendalam
dan spesifik. Kesalahan di dalam penyelesaian kawasan
permukiman kumuh tersebut akan memberi implikasi yang
luas dalam konteks penangan kawasan kumuh yang
teridentifikasi tercapai secara maksimal dan berkelanjutan.
Penetapan skala prioritas kawasan permukiman perkotaan
pada dasarnya ditujukan dalam konteks penanganan
kawasan permukiman kumuh, peningkatan produktivitas
ekonomi masyarakat dan pengendalian kawasan
permukiman kumuh untuk berkembang sesuai potensi dan
permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian skala
prioritas penanganan kawasan permukiman kumuh
perkotaan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng
adalah dalam kerangka; pengurangan kawasan permukiman
kumuh, peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan
infrastruktur, sarana dan prasarana, minimalisasi tindak
kriminalitas dan urban crime di perkotaan serta
peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat.sesuai
dengan hasil justifikasi, identifikasi dan analisis yang
dilakukan di Kabupaten Bantaeng terdapat di 10 lokasi
kumuh yang perlu di tangani. Dalam upaya penanganan
Pemerintah Daerah telah melakukanlangkah awal dengan
melaksanakan penataan kawasan permukiman kumuh di
Kabupaten Bantaeng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

LAPORAN AKHIR V - 36
Tabel 5.8
Identifikasi di 10 Lokasi Permukiman Kumuh di Kabupaten Bantaeng
LOKASI PERMUKIMAN KUMUH DAN NILAI IDENTIFIKASINYA BERDASARKAN INDIKATOR

Mattoanging 1

Mattoanging 2
Kampung Toa

Lantebung
No. Aspek Kriteria

Lembang-

Kayangan
Tangnga-
Lembang

Tangnga
Jambua

Rappoa
Borkal
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. Kondisi Ketidakteraturan Bangunan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Tingkat Kepadatan Bangunan 3 5 5 1 1 3 1 1 1 5
Bangunan
Ketidaksesuaian dengan Persyaratan 5 5 3 3 5 3 5 5 3 5
Gedung
Teknis Bangunan

2. Kondisi Jalan Cakupan Pelayanan Jalan 5 5 5 3 1 5 1 1 3 5


Lingkungan
Lingkungan
Kualitas Permukaan Jalan Lingungan 5 5 5 1 5 5 1 5 3 3

3. Kondisi Ketidaktersediaan Akses Air Minum 5 3 3 5 3 3 1 1 1 3


Cakupan Pelayanan Air Minum 3 3 1 3 1 5 1 1 1 5
Penyediaan Air
Minum
4. Kondisi Drainase Ketidakmampuan Mengalirkan 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5
Limpasan Air
Lingkungan
Ketidaktersediaan Drainase 5 3 1 5 1 5 5 5 5 5
Ketidakterhubungan dengan Sistem 5 3 1 1 5 3 5 3 5 5
Drainase Perkotaan

LAPORAN AKHIR V - 37
Tidak Terpeliharanya Drainase 5 5 5 5 3 1 5 5 5 5
Kualitas Konstruksi Drainase 5 5 3 5 5 1 5 3 5 5

5. Kondisi Sistem Pengelolaan Air Limbah 5 5 5 3 5 1 5 5 5 5


Tidak Sesuai Standar Teknis
Pengelolaan Air
Prasarana dan Sarana Pengelolaan 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5
Limbah
Air Limbah Tidak Sesuai dengan
Persyatratan Teknis

6. Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan 5 5 1 5 3 3 5 3 1 5


Tidak Sesuai dengan Persyaratan
Pengelolaan
Teknis
Persampahan
Sistem Pengelolaan Persampahan 5 5 1 3 5 1 5 5 1 5
yang Tiak Sesuai Standar Teknis
Tidak Terpeliharanya Sarana dan
Prasarana Pengelolaan
Persampahan

7. Kondisi Proteksi Kondisi Proteksi Kebakaran 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5


Ketidaktersediaan Sara Protekso 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kebakaran
Kebakaran
Identifikasi Pertimbangan Lain

1. Pertimbanagan Nilai Strategis Lokasi 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5


Kependidukan 3 5 1 1 1 1 1 1 1 5
Lain
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Identifikasi Pertimbangan Lain

1. Legalitas Lahan Kejelasan Status Penguasaan Lahan -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1


Kesesuaian RTR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

SUB TOTAL
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017

LAPORAN AKHIR V - 38
Tabel 5.9
Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh Kabupaten Bantaeng
Jumlah Tingkat Kekumuhan Pertimbangan Lain Legalitas Lahan
Jumlah
Penilaian
Nilai

Rendah
Sedang

Sedang
Kumug
Kumuh

Kumuh
Ringan

Tinggi
Kriteria

Tidak
Berat

Legal

Legal
Aspek Klasifikas
No. Kawasan dan Skala Prioritas
Pertimba i
Indikator (71-95) (45-70) (19-44) (11-15) (6-10) (1-5) Nilai (+) Nilai (-)
ngan
Kekumuh
Lain
an
1. Borkal 13 A2 PRIORITAS 1
86
2. Kampung Toa 11 A2 PRIORITAS 1
82
3. Lantebung 7 B3 PRIORITAS 5
60
4. Lembang-Lembang 7 B3 PRIORITAS 5
68
5. Jambua 7 B3 PRIORITAS 5
68
6. Rappoa 5 B4 PRIORITAS 6
66
7. Mattoanging 01 7 B4 PRIORITAS 6
70
8. Mattoanging 02 7 B3 PRIORITAS 5
68
9. Tangnga-Tangnga 7 B4 PRIORITAS 6
64
10. Kayangan 11 B3 PRIORITAS 5
86
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017

LAPORAN AKHIR V - 39
Dari hasil analisis tersebut terdapat tiga lingkungan yang terdapat
di Kabupaten Bantaeng sebagai kawasan kumuh untuk penanganan
skala prioritas dengan masing-masing lingkungan mempunyai
permasalahan yang hampir sama yaitu hampir semua air limbah
disalurkan ke kanal serta MCK yang yang masih kurang. Dari ketiga
lokasi kumuh tersebut yaitu lingkungan Borkal, lingkungan
Kampung Toa dan Lingkungan Kayangan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat kondisi eksisting lingkungan kumuh serta peta
kawasan skala prioritas kumuh yang ada di Kabupaten Bantaeng,
yaitu sebagai berikut:

Gambar 5.8 Kondisi Eksisting Lokasi Kumuh


Di Kabupaten Bantaeng

LAPORAN AKHIR V - 40
Gambar 5.9 Peta Delinasi Lingkungan Borkal Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Bantaeng

LAPORAN AKHIR V - 41
Gambar 5.10 Peta Delinasi Lingkungan Kampung Toa Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Bantaeng

LAPORAN AKHIR V - 42
Gambar 5.11 Peta Delinasi Lingkungan Kayangan Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Bantaeng

LAPORAN AKHIR V - 43
5.1.4 Kabupaten Jeneponto
Wilayah perkotaan merupakan suatu wadah dimana
kegiatan atau konsentrasi penduduk sangat tinggi dan
memiliki peran dominan dalam kehidupan masyarakat yang
berkehidupan di dalamnya. Sebagai pusat konsentrasi
penduduk dan berbagai aktivitasnya, maka suatu kota akan
memiliki kecenderungan tumbuh dan berkembang sejalan
dengan perkembangan penduduknya. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perkembangan kota umumnya
sama pada setiap wilayah perkotaan di negara yang sedang
berkembang, antara lain pertambahan jumlah penduduk
baik secara alami maupun karena migrasi desa-kota,
perkembangan atau perubahan kegiatan usaha dan
kehidupan sosial penduduk. Hal tersebut telah berakibat
pada semakin meningkatnya kebutuhan akan berbagai
fasilitas dan sarana pelayanan seperti perumahan,
pelayanan sosial, dan air bersih, hingga pada terjadinya
pertumbuhan kota yang semrawut, padat dan membentuk
beberapa titik-titik kekumuhan kota karena pertumbuhan
perumahan yang tidak terencana. Salah satu tujuan
pemerintah melaksanakan pembangunan adalah
mengupayakan agar seluruh rakyat Indonesia menempati
permukiman dengan rumah yang sehat lingkungan dan layak
huni yang dalam pengertian lainnya jauh dari kesan kumuh.
Perkembangan kawasan perkotaan kaitannya dengan
pertumbuhan dan perkembangan kawasan permukiman
pada dasarnya terjadi dalam 2 kategori yaitu; Pertama,
kawasan permukiman yang direncanakan dan tertata
dengan baik. Kawasan permukiman ini cenderung

LAPORAN AKHIR V - 44
berkembang sebagai kawasan kota baru baik yang
berkembang dalam kota maupun yang letak lokasinya
berada pada kawasan pinggiran perkotaan. Kedua, kawasan
permukiman yang berkembang dengan sendirinya,
keberadaan kawasan permukiman ini biasanya sporadis dan
cenderung berkembang ke arah kawasan permukiman
kumuh perkotaan. Kedua, kategorisasi kawasan permukiman
ini cenderung berkembang secara bersamaan dalam
dinamika pembangunan perkotaan dan berkoeksistensi
dalam satu artikulasi spasial perkotaan antara satu dengan
lainnya. Akan tetapi kedua kawasan permukiman tersebut
memiliki perbedaan yang sangat mendasar dari sisi
pelayanan infrastruktur dan ketersediaan sarana dan
prasarana permukiman.
Penetapan skala prioritas kawasan permukiman perkotaan
pada dasarnya ditujukan dalam konteks penanganan
kawasan permukiman kumuh, peningkatan produktivitas
ekonomi masyarakat dan pengendalian kawasan
permukiman kumuh untuk berkembang sesuai potensi dan
permasalahan yang dihadapidengan hasil justifikasi,
identifikasi dan analisis yang dilakukan di Kabupaten
Jeneponto terdapat di 13 lokasi kumuh yang perlu di
tangani. Dalam upaya penanganan Pemerintah Daerah telah
melakukanlangkah awal dengan melaksanakan penataan
kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Jeneponto.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

LAPORAN AKHIR V - 45
Tabel 5.10
Identifikasi di 15 Lokasi Permukiman Kumuh di Kabupaten Jeneponto
Lokasi Permukiman Kumuh dan Nilai Identifikasinya Berdasarkan Indikator

Lorong Macan

Kalengrungan
Lumbu Peo
Ulugalung

Pajalayya
Parambu

Paranga
Camba-

Sidenre
No. Aspek Kriteria

Ramba
Camba

Allu’ka
Tolo 1

Tolo 2
Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. Kondisi Ketidakteraturan Bangunan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Bangunan Tingkat Kepadatan Bangunan 3 1 5 1 1 3 1 1 1 1 5 5 5
Gedung Ketidaksesuaian dengan 5 3 5 3 1 3 5 5 3 1 5 1 5
Persyaratan Teknis
Bangunan
2. Kondisi Jalan Cakupan Pelayanan Jalan 5 5 5 5 5 5 1 5 3 1 5 5 5
Lingkungan Lingkungan
Kualitas Permukaan Jalan 3 5 5 5 3 1 1 5 3 1 3 5 5
Lingungan
3. Kondisi Ketidaktersediaan Akses Air 5 3 3 5 3 3 1 1 1 1 5 5 5
Penyediaan Air Minum
Minum Cakupan Pelayanan Air 3 3 5 1 5 5 1 1 1 1 5 5 5
Minum
4. Kondisi Drainase Ketidakmampuan 1 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5

LAPORAN AKHIR V - 46
Lingkungan Mengalirkan Limpasan Air
Ketidaktersediaan Drainase 5 5 5 5 5 1 5 3 5 5 5 5 5
Ketidakterhubungan dengan 3 1 5 1 5 1 5 5 5 5 5 5 5
Sistem Drainase Perkotaan

Tidak Terpeliharanya 1 5 5 5 3 1 5 3 5 5 5 5 5
Drainase
Kualitas Konstruksi Drainase 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5
5. Kondisi Sistem Pengelolaan Air 3 5 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5
Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar
Limbah Teknis
Prasarana dan Sarana 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5
Pengelolaan Air Limbah Tidak
Sesuai dengan Persyatratan
Teknis
6. Kondisi Prasarana dan Sarana 5 1 5 3 5 3 5 3 1 5 5 1 5
Pengelolaan Persampahan Tidak Sesuai
Persampahan dengan Persyaratan Teknis
Sistem Pengelolaan 3 1 5 3 3 5 5 5 1 5 5 1 5
Persampahan yang Tiak
Sesuai Standar Teknis
Tidak Terpeliharanya Sarana
dan Prasarana Pengelolaan
Persampahan

LAPORAN AKHIR V - 47
7. Kondisi Proteksi Kondisi Proteksi Kebakaran 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kebakaran Ketidaktersediaan Sara 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Protekso Kebakaran
Identifikasi Pertimbangan Lain
1. Pertimbanagan Nilai Strategis Lokasi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Lain Kependidukan 1 1 5 1 1 3 1 1 1 1 5 1 5
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Budaya
Identifikasi Pertimbangan Lain
1. Legalitas Lahan Kejelasan Status Penguasaan -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 -1
Lahan
Kesesuaian RTR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
SUB TOTAL
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017

LAPORAN AKHIR V - 48
Tabel 5.11
Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh Kabupaten Jeneponto
Jumlah Tingkat Kekumuhan Pertimbangan Lain Legalitas Lahan
Penilaian Jumlah

Rendah
Sedang

Sedang
Kumuh

Kumuh
Kumug

Ringan

Tinggi

Tidak
Berat

Legal

Legal
Kriteria Nilai
Klasifikas
No. Kawasan dan Aspek Skala Prioritas
i
Indikator Pertimban
(71- (45- (19-44) (11-15) (6-10) (1-5) Nilai (+) Nilai (-
Kekumuh gan Lain
95) 70) )
an
1. Parambu 70 9 A3 PRIORITAS 4
2. Lorong 68 7 B3 PRIORITAS 5
Macan
3. Ulungalung 88 11 A2 PRIORITAS 1
4. Camba- 68 7 B3 PRIORITAS 5
Camab
5. Palajayya 66 7 B3 PRIORITAS 5
6. Paranga 66 7 A4 PRIORITAS 4
7. Tolo 1 70 7 B3 PRIORITAS 5
8. Tolo 2 70 7 B3 PRIORITAS 5
9. Allu 64 7 B3 PRIORITAS 5

LAPORAN AKHIR V - 49
10. Ramba 66 7 B3 PRIORITAS 5
11. Lumbu Peo 88 11 A1 PRIORITAS 1
12. Kalengrung 78 7 A1 PRIORITAS 1
an
13. Sidenre 90 7 A3 PRIORITAS 4
Sumber: Hasil Olahan Tim 2017

LAPORAN AKHIR V - 50
Dari hasil analisis tersebut terdapat tiga lingkungan yang terdapat
di Kabupaten Jeneponto sebagai kawasan kumuh untuk
penanganan skala prioritas dengan masing-masing lingkungan
mempunyai permasalahan yang hampir sama yaitu hampir semua
air limbah disalurkan ke kanal serta MCK yang masih kurang serta
jalan lingkungan yang masih tanah. Dari ketiga lokasi kumuh
tersebut yaitu lingkungan Sidenre, lingkungan Lumbu Peo dan
Lingkungan Ulungalung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kondisi
eksisting lingkungan kumuh serta peta kawasan skala prioritas
kumuh yang ada di Kabupaten Jeneponto, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.12 Kondisi Eksisting Lokasi Kumuh


Di Kabupaten Jeneponto

LAPORAN AKHIR V - 51
Gambar 5.13 Peta Delinasi Lingkungan Sidenre Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Jeneponto

LAPORAN AKHIR V - 52
Gambar 5.14 Peta Delinasi Lingkungan Ulungalung Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Jeneponto

LAPORAN AKHIR V - 53
Gambar 5.15 Peta Delinasi Lingkungan Lumbu Peo Perencanaan Skala Prioritas kumuh Kabupaten Jeneponto

LAPORAN AKHIR V - 54

Anda mungkin juga menyukai