1. PENDAHULUAN
Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena dikhawatirkan
akan menyebabkan terjadinya kantong-kantong kemiskinan yang fatal dan kemudian
menyebabkan lahirnya berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan
pemerintah kota untuk menangani dan mengawasinya. Permukiman kumuh
merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi.
Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja
banyak kita jumpai permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang
disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan.
Kota Lhokseumawe tidak dapat terhindar dari fenomena kemiskinan.
Kemiskinan ditunjukkan dengan adanya permukiman-permukiman kumuh serta liar,
serta adanya golongan masyarakat yang masuk kategori keluarga miskin yang
disebabkan oleh keterbatasan ekonomi dan sosial. Fenomena ini ditunjukkan dengan
terdapatnya beberapa kepala keluarga yang secara ekonomi tidak dapat memenuhi
kebutuhan primer anggota keluarganya. Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat
rendah sehingga mereka sulit memperoleh pekerjaan dengan hasil yang memadai atau
mencukupi kebutuhan keluarganya. Terdapat pula sejumlah keluarga yang tingkat
kesehatannya rendah sehingga menghambat mereka untuk bekerja.
sehari). Secara ekonomi, pendapatan yang dihasilkan oleh keluarga miskin di Desa
Pusong hanya sejumlah Rp 500.000 Rp 1.200.000 per bulan (Zohra, 2008).
jaringan jalan
25% - 50%
populasi tidak
terpenuhi
1
kebutuhan air
minum
minimalnya
a. Ketidakma Jaringan drainase 76% -100%
4. KONDISI mpuan lingkungan tidak mampu area terjadi
DRAINASE Mengalirka mengalirkan limpasan air genangan >30
5
LINGKUNG n Limpasan sehingga menimbulkan cm, > 2 jam,
AN air genangan dengan tinggi dan > 2x
lebih dari 30 cm selama setahun
lebih dari 2 jam dan terjadi 51% -75% area
lebih dari 2 kali setahun Wawancar
terjadi
a, Format
genangan >30
3 Isian, Peta
cm, > 2 jam,
Lokasi,
dan > 2x
Observasi
setahun
25% -50% area
terjadi
genangan >30
1
cm, > 2 jam,
dan > 2x
setahun
b. Ketidakters Tidak tersedianya saluran 76% -100%
ediaan drainase lingkungan pada area tidak
Drainase lingkungan perumahan dan tersedia 5
permukiman, yaitu saluran drainase
tersier dan/atau saluran lingkungan Wawancar
lokal 51% -25% area a, Format
tidak tersedia Isian, Peta
3
drainase RIS,
lingkungan Observasi
25% -50% area
tidak tersedia
1
drainase
lingkungan
c. Ketidakter Saluran drainase lingkungan 76% -100%
hubungan tidak terhubung dengan drainase
Dengan saluran pada hirarki di lingkungan
Sistem atasnya sehingga tidak 5
Drainase menyebabkan air tidak terhubung
Perkotaan mengalir dan menimbulkan Wawancar
dengan hirarki
genangan a, Format
di atasnya
Isian, Peta
51% -75% RIS,
drainase Observasi
lingkungan
tidak 3
terhubung
dengan hirarki
di atasnya
25% -50%
drainase
lingkungan
tidak 1
terhubung
dengan hirarki
di atasnya
d. Tidak Tidak dilaksanakannya 76% -100%
Terpeliharan pemeliharaan saluran area memiliki
ya Drainase draiinase lingkungan pada drainase
5
lokasi perumahan atau lingkungan
permukiman, baik: yang kotor dan
1. Pemeliharaan rutin; bau Wawancar
dan/atau 51% -75% area a, Format
2. Pemeliharaan berskala memiliki Isian, Peta
drainase RIS,
3
lingkungan Observasi
yang kotor dan
bau
25% -50% area
memiliki
drainase
1
lingkungan
yang kotor dan
bau
e. Kualitas Kualitas konstruksi drainase 76% -100%
Konstruksi buruk, karena berupa galian area memiliki
Drainase tanah tanpa material pelapis kualitas
atau penutup maupun konstruksi 5
karena telah terjadi drainase
kerusakan lingkungan
buruk
51% -75% area
memiliki Wawancar
kualitas a, Format
konstruksi 3 Isian, Peta
drainase RIS,
lingkungan Observasi
buruk
25% -50% area
memiliki
kualitas
konstruksi 1
drainase
lingkungan
buruk
a. Sistem Pengelolaan air limbah pada 76% -100%
Wawancar
5. KONDISI Pengelolaa lokasi perumahan atau memiliki
a, Format
PENGELO n Air permukiman tidak memiliki sistem air
5 Isian, Peta
LAAN Limbah sistem yang memadai, yaitu; limbah yang
RIS,
LIMBAH Tidak kakus/kloset yang tidak tidak sesuai
Observasi
Sesuai terhubung dengan tangki standar teknis
25% -50%
area sarpras
air limbah
tidak sesuai 1
persyaratan
teknis
a. Prasarana Prasarana dan sarana 76% -100%
6.KONDISI Dan persampahan pada lokasi area memiliki
PENGELOL Sarana perumahan atau Sarpras Wawancar
AAN Persampah permukiman tidak sesuai Pengelolaan a, Format
PERSAMPA an Tidak dengan persyraratan teknis, persampahan 5 Isian, Peta
HAN Sesuai yaitu: yang tidak RIS,
Dengan 1. Tempat sampah dengan memenuhi Observasi
Persyarata pemilihan sampah pada persyaratan
n Teknis skala domestik atau teknis
kota
Kepadatan 1
penduduk pada
lokasi sebesar
<150 jiwa/ha
c. Kondi Pertimbangan potensi yang Lokasi
si dimiliki lokasi perumahan memiliki
Sosial dan permukiman berupa: potensi sosial,
, 1. Potensi sosial yaitu ekonomi dan
Ekon tingkat partisipasi budaya untuk
omi, masyarakat dalam dikembangkan
dan mendukung atau dipelihara
Buda pembangunan Wawancar
ya 2. Potensi ekonomi yaitu a, Format
5
adanya kegiatan Isian,
ekonomi tertentu yang Observasi
bersifat strategis bagi
masyarakat setempat;
3. Potensi budaya yaitu
adanya kegiatan atau
warisan budaya tertentu
yang dimiliki
4.1 Kependudukan
Jumlah Penduduk Desa Pusong seluruhnya mencapai 3.950 jiwa yang terdiri
dari 1.863 jiwa (47,16%) berjenis kelamin lakilaki dan 2.087 jiwa (52,84%) berjenis
kelamin perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga 1.100 KK seperti terlihat pada
Tabel 2 (Safaruddin, Taufiq and Izziah, 2015)
5. PEMBAHASAN
5.1 Keadaan Desa Pusong, Banda Sakti Kota Lhokseumawe
Bagi sebagian besar orang terutama para pengambil kebijakan, rumah kumuh
dipandang sebagai suatu masalah terutama dilihat dari sisi penampilan fisiknya.
Rumah kumuh selalu menjadi kambing hitam bagi kumalnya wajah kota dan
menyiratkan terlalu vulgar tentang kegagalan pembangunan, sesuatu yang haram bagi
kebanyakan pemimpin. (Sueca 2004)
Terlalu padatnya rumah karena jarak antara satu rumah dengan rumah yang
lain cenderung dekat, sehingga menyebabkan daerah ini terlihat kumuh dan tidak
tertata. Kondisi rumah juga terlihat kurang layak sebagai tempat bermukim. Banyak
rumah memiliki kondisi kurang memadai karena dinding dan atapnya terbuat dari
bahan yang mudah roboh bila tertiup angin kencang atau terkena hujan deras.
Beberapa bagian dalam rumah yang kurang bertata rapi, dan sampah berserakan di
bawah rumah.
Salah satu ciri masyarakat miskin adalah rendahnya kepemilikan akan aset
sebagai modal hidup. Masih terjadi saat ini, salah satunya adalah masyarakat yang
masih melakukan interaksi sosial (tinggal, bahkan mencari mata pencaharian) di
bantaran sungai/pantai misalnya. Seperti yang terjadi di wilayah Pusong Lama
Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Persoalan-persoalan perkotaan yang
Pengurangan Luas pada desa Pusong pada Area yang memiliki Sarpras Air Limbah
Tidak Sesuai Persyaratan Teknis
Deliniasi Permukiman Kumuh Area Memiliki Sarpras Air Area Memiliki Sarpras Air Limbah
Pusong Baru Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Sesuai Persyaratan Teknis =100% =
Teknis = 0,48% = 2,6 Ha 5,39 Ha
Pengurangan Luas pada desa Pusong yang Tidak terpeliharanya Sarana dan Prasarana
Pengelolaan Persampahan
Deliniasi Permukiman Kumuh Tidakterpeliharanya sarana dan Area Memiliki Sarpras Air
Pusong Baru prasarana pengelolaan Limbah Sesuai Persyaratan
persampahan = 0,72% = 3,9 Ha Teknis =100% = 5,39 Ha
Kota Tanpa Kawasan Kumuh pada 2019 dengan target mengurangi luasan
kawasan kumuh menjadi nol persen. Dalam rangka mencapai visi tersebut,
pemerintah memiliki beberapa kebijakan kunci dalam menangani kawasan
permukiman kumuh. Ada tiga kebijakan utama yang akan didorong pelaksanaanya
hingga tahun 2019, yaitu:
1. menciptakan lingkungan yang memampukan (enabling environment),
2. meningkatkan kualitas lingkungan permukiman kumuh, dan
3. mencegah pembentukan kumuh baru.
Faktor yang diduga menjadi penyebab utama kekumuhan pada Desa Pusong
adalah faktor padatnya penduduk pada lokasi perumahan, rendahnya tingkat
pendapatan, kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan permukiman,
tidak tertata dengan baik bangunan yang terdapat pada desa tersebut, status
kepemilikan lahan untuk tempat tinggal masyarakat desa tersebut, kondisi prasarana
perumahan yang buruk serta adanya kegagalan kebijakan.
Faktor yang menjadi alasan penduduk memilih tinggal di Desa Pusong adalah
daerah asal penduduk yang mayoritas berasal dari luar kawasan perumahan tersebut,
Penduduk telah lama tinggal dilokasi perumahan tersebut, fasilitas perumahan yang
lengkap, ketersediaan lahan yang tidak harus dibeli oleh masyarakat, kawasan
merupakan lokasi tempat bekerja dan beraktifitas serta terdapat pada kawasan
strategis.
Daftar Pustaka
Safaruddin, Taufiq, and Izziah. 2015. Penataan Perumahan Kumuh Desa Pusong
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe 1). 5(1): 6170.
1. http://photo.liputan6.com/citizen6/potret-rumah-kumuh-pusong-lama-
1534975?page=3 (Akses Tanggal 18 November 2016)
2. http://kbr.id/berita/11-
2016/sejumlah_desa_di_lhokseumawe_berstatus_kumuh/86959.html (di akses 18
November 2016)
3. http://pelita8.com/waduk-wisata-lhokseumawe-tercemar-sampah/ (Akses
Tanggal 18 November 2016)
4. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/04/09/22508/perkampungan_n
elayan_di_teluk_pusong_kumuh/#.WEQfNclvDDc (akses tanggal 18 November)