Anda di halaman 1dari 28

Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

PERUMAHAN KUMUH DESA PUSONG


KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE
Disusun oleh:
MUTIA SOFYAN
1609200060042

1. PENDAHULUAN
Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena dikhawatirkan
akan menyebabkan terjadinya kantong-kantong kemiskinan yang fatal dan kemudian
menyebabkan lahirnya berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan
pemerintah kota untuk menangani dan mengawasinya. Permukiman kumuh
merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi.
Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja
banyak kita jumpai permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang
disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan.
Kota Lhokseumawe tidak dapat terhindar dari fenomena kemiskinan.
Kemiskinan ditunjukkan dengan adanya permukiman-permukiman kumuh serta liar,
serta adanya golongan masyarakat yang masuk kategori keluarga miskin yang
disebabkan oleh keterbatasan ekonomi dan sosial. Fenomena ini ditunjukkan dengan
terdapatnya beberapa kepala keluarga yang secara ekonomi tidak dapat memenuhi
kebutuhan primer anggota keluarganya. Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat
rendah sehingga mereka sulit memperoleh pekerjaan dengan hasil yang memadai atau
mencukupi kebutuhan keluarganya. Terdapat pula sejumlah keluarga yang tingkat
kesehatannya rendah sehingga menghambat mereka untuk bekerja.

Permukiman nelayan di Desa Pusong Kota Lhokseumawe, merupakan salah


satu kawasan yang kumuh dan miskin. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai
nelayan. Hal ini menyebabkan 49,2% penduduk di Desa Pusong masuk ke dalam
kategori keluarga miskin. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Desa Pusong
terdapat 150 keluarga nelayan di Desa Pusong yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Rata-rata dari mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan (makan satu kali

1 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

sehari). Secara ekonomi, pendapatan yang dihasilkan oleh keluarga miskin di Desa
Pusong hanya sejumlah Rp 500.000 Rp 1.200.000 per bulan (Zohra, 2008).

Kemiskinan yang dialami oleh keluarga miskin di permukiman nelayan Desa


Pusong terjadi karena faktor yang timbul dari dalam diri sendiri dan faktor
lingkungan setempat. Kemiskinan timbul dari diri sendiri karena pola hidup
masyarakat yang tidak peduli akan kebersihan lingkungan, dan tidak adanya
kesadaran hidup sehat. Sedangkan faktor lingkungan maksudnya adalah pendapatan
nelayan tidak tetap berdasarkan kondisi cuaca yang cocok untuk melaut (Zohra,
2008).

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Kota Lhokseumawe sebagian besar dimanfaatkan untuk kebutuhan
pemukiman. Kebutuhan perumahan dan sarana prasarana pemukiman semakin
meningkat dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Permukiman kumuh
cenderung dengan permasalahan status kependudukan dan masalah permukiman
sebagai tempat tinggal yang mempunyai kualitas di bawah standar minimal dalam
lingkungan yang kurang sehat dan tidak didukung oleh jasa pelayanan kota seperti air
minum, sanitasi, drainase (gorong-gorong), jalur pejalan kaki dan jalan akses
darurat. Untuk saat ini permukiman kumuh menjadi perhatian utama pemerintah kota
Lhoksemawe.
Dalam hal ini kita perlu tahu bagaimana profil kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan pemukiman kumuh di desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe, bagaimana penataan perumahan kumuh, dan bagaimana konsep
pemukiman di desa Pusong Kota Lhoksemawe. Yang bertujuan untuk mengetahui
penyebab keberadaan kawasan kumuh, penyebaran dan rekomendasi penataan
perumahan kumuh di Kota LhokseumaweHal ini diharapkan menhghasilkan kajian
tentang permukiman kumuh terutama permukiman pusong Lhokseumawe

2 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

3. TINJAUAN UMUM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan


Permukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:
a. Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian
dan sarana pembinaan keluarga.
b. Yang dimaksud dengan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana lingkungan.
c. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung (kota dan desa) yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Dasar-dasar Perencanaan Perumahan Permukiman Menurut Direktorat


Jenderal Cipta Karya, lokasi kawasan perumahan yang layak adalah :
a. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara)
b. Tersedia air bersih
c. Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya
d. Mempunyai aksesibilitas yang baik
e. Mudah dan aman mencapai tempat kerja
f. Tidak berada dibawah permukaan air setempat
g. Mempunyai kemiringan rata-rata

Penyebab utama tumbuhnya lingkungan kumuh antara lain adalah :


a. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah,
b. Sulit mencari pekerjaan,
c. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,
d. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,
e. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta
f. Disiplin warga yang rendah.

3 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

g. Kota sebagai pusat perdagangan yang menarik bagi para pengusaha,


h. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

Pengertian permukiman kumuh adalah:


a. Karakter fisik, yang dimaksud adalah karakter dari sarana dan prasarana fisiknya
seperti suplai air bersih, sanitasi, listrik, jalan lingkungan.
b. Karakter Sosial, padea umumnya masyarakat yang berada di permukiman kumuh
adalah penduduk dengan pendapatan yang rendah, sebagai pekerja/buruh,
informal sektor.
c. Kepemilikan Tanah, biasanya masyarakat menempati tanah-tanah ilegal, misalnya
mereka membangun rumahnya bukan diatas tanah miliknya tetapi tanah milik
pemerintah atau mulik swasta yang biasa tidak digunakan karena dianggap tidak
produktif dan mereka tidak memiliki sertifikat tanda kepemilikan tanah.

Tabel 1. Pemahaman Aspek, Indikator dan Parameter kekumuhan:


SUMBER
ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI
DATA
A. IDENTIFIKASI KONDISI KEKUMUHAN
a. Ketidakterat Tidak memenuhi
1. KONDISI uran ketentuan tata bangunan 76% - 100%
BANGUN Bangunan dalam RDTD, meliputi pada lokasi
5
AN pengaturan bentuk, tidak memiliki
GEDUNG besaran, perletakan, dan keteraturan
tampilan bangunan pada
suatu zona; dan/atau
Tidak memenuhi
51% - 75 % Dokumen
ketentuan tata bangunan RDTD &
bangunan pada
dan tata kealitas 3 RTBL,
lokasi tidak
lingkungan dalam RTBL, format
memiliki
meliputi pengaturan blok Isian,
keteraturan
lingkungan, kapling Observasi
bangunan, ketinggian dan
elevasi lantai, konsep
identitas lingkungan, 25 % - 50 %
konsep orientasi bangunan pada
lingkungan dan wajah lokasi 1
jalan memiliki
keteraturan

4 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

a. Tingkat KDB melebihi ketentuan 76% - 100%


Kepadatan RDTD, dan/atau RTBL bangunan
Bangunan KLB melebihi ketentuan memiliki
5
dalam RDTD, dan/atau kepadatan
RTBL tidak sesuai
Kepadatan bangunan ketentuan Dokumen
yang tinggi pada lokasi, 51% - 75% RDTD &
yaitu: bangunan RTBL,
Untuk kota memiliki dokumen
3
metropolitan dan kota kepadatan IMB,
besar > 250 Unit/Ha tidak sesuai Format
Untuk kota sedang ketentuan Isian, Peta
dan kota kecil >200 25% - 50% Lokasi
unit/Ha bangunan
memiliki
1
kepadatan
tidak sesuai
ketentuan
b. Ketidaksesu Kondisi bangunan pada 76% - 100%
aian Dengan lokasi tidak memenuhi bangunan
Persyaratan persyaratan: pada lokasi
Teknis Pengendalian dampak tidak 5
bangunan lingkungan memenuhi
Pembangunan bangunan persyaratan
gedung di atas dan/atau teknis
dibawah tanah, air 51% - 75%
dan/atau prasarana/ bangunan
sarana umum Wawancar
pada lokasi a, format
Keselamatan bangunan tidak isian,
gedung memenuhi 3 dokumen
Kesehatan bangunan persyaratan IMB,
gedung teknis Observasi
Kenyamanan bangunan
gedung
Kemudahan bangunan 25% - 50%
gedung bangunan
pada lokasi
tidak 1
memenuhi
persyaratan
teknis
a. Cakupan Sebagian lokasi perumahan 76% - 100%
2. KONDISI pelayanan atau permukiman tidak area tidak
5
JALAN jalan terlayani dengan jalan terlayani oleh
LINGKUN lingkunga lingkungan yang sesuai jaringan jalan Wawancar
GAN n dengan ketentuan teknis 51% - 75% a, format
area tidak isian peta
3
terlayani oleh lokasi,
jaringan jalan observasi
25% - 50%
area tidak 1
terlayani oleh

5 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

jaringan jalan

b. Kualitas Sebagian atau seluruh jalan 76% - 100%


Permukim lingkungan terjadi area memiliki
an Jalan kerusakan permukaan jalan kualitas
5
Lingkunga pada lokasi perumahan atau permukaan
n permukiman jalan yang
buruk
51% - 75%
Wawancar
area memiliki
a, format
kualitas
3 isian, peta
permukaan
lokasi,
jalan yang
observasi
buruk
25% - 50%
area memiliki
kualitas
1
permukaan
jalan yang
buruk
a. Ketidakter Masyarakat pada lokasi 76% - 100%
3.KONDISI sediaan perumahan dan permukiman populasi tidak
PENYEDIA Akses tidak dapat mengakses air dapat
5
AN AIR Aman Air minum yang memiliki mengakses air
MINUM Minum kualitas tidak berwarna, minum yang
tidak berbau, dan tidak aman
berasa 51% - 75%
populasi tidak Wawancar
dapat a, format
3
mengakses air isian,
minum yang observasi
aman
25% - 51%
populasi tidak
dapat
1
mengakses air
minum yang
aman
b. Tidak Kebutuhan air minum 76% - 100%
Terpenuhi masyarakat pada lokasi populasi tidak
nya perumahan dan permukiman terpenuhi
5
Kebutuhan tidak pencapai minimal kebutuhan air
Air sebanyak 60 liter/ orang/ minum Wawancar
Minum hari minimalnya a, Format
51% - 750% Isian,
populasi tidak Observasi
terpenuhi
3
kebutuhan air
minum
minimalnya

6 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

25% - 50%
populasi tidak
terpenuhi
1
kebutuhan air
minum
minimalnya
a. Ketidakma Jaringan drainase 76% -100%
4. KONDISI mpuan lingkungan tidak mampu area terjadi
DRAINASE Mengalirka mengalirkan limpasan air genangan >30
5
LINGKUNG n Limpasan sehingga menimbulkan cm, > 2 jam,
AN air genangan dengan tinggi dan > 2x
lebih dari 30 cm selama setahun
lebih dari 2 jam dan terjadi 51% -75% area
lebih dari 2 kali setahun Wawancar
terjadi
a, Format
genangan >30
3 Isian, Peta
cm, > 2 jam,
Lokasi,
dan > 2x
Observasi
setahun
25% -50% area
terjadi
genangan >30
1
cm, > 2 jam,
dan > 2x
setahun
b. Ketidakters Tidak tersedianya saluran 76% -100%
ediaan drainase lingkungan pada area tidak
Drainase lingkungan perumahan dan tersedia 5
permukiman, yaitu saluran drainase
tersier dan/atau saluran lingkungan Wawancar
lokal 51% -25% area a, Format
tidak tersedia Isian, Peta
3
drainase RIS,
lingkungan Observasi
25% -50% area
tidak tersedia
1
drainase
lingkungan
c. Ketidakter Saluran drainase lingkungan 76% -100%
hubungan tidak terhubung dengan drainase
Dengan saluran pada hirarki di lingkungan
Sistem atasnya sehingga tidak 5
Drainase menyebabkan air tidak terhubung
Perkotaan mengalir dan menimbulkan Wawancar
dengan hirarki
genangan a, Format
di atasnya
Isian, Peta
51% -75% RIS,
drainase Observasi
lingkungan
tidak 3
terhubung
dengan hirarki
di atasnya

7 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

25% -50%
drainase
lingkungan
tidak 1
terhubung
dengan hirarki
di atasnya
d. Tidak Tidak dilaksanakannya 76% -100%
Terpeliharan pemeliharaan saluran area memiliki
ya Drainase draiinase lingkungan pada drainase
5
lokasi perumahan atau lingkungan
permukiman, baik: yang kotor dan
1. Pemeliharaan rutin; bau Wawancar
dan/atau 51% -75% area a, Format
2. Pemeliharaan berskala memiliki Isian, Peta
drainase RIS,
3
lingkungan Observasi
yang kotor dan
bau
25% -50% area
memiliki
drainase
1
lingkungan
yang kotor dan
bau
e. Kualitas Kualitas konstruksi drainase 76% -100%
Konstruksi buruk, karena berupa galian area memiliki
Drainase tanah tanpa material pelapis kualitas
atau penutup maupun konstruksi 5
karena telah terjadi drainase
kerusakan lingkungan
buruk
51% -75% area
memiliki Wawancar
kualitas a, Format
konstruksi 3 Isian, Peta
drainase RIS,
lingkungan Observasi
buruk
25% -50% area
memiliki
kualitas
konstruksi 1
drainase
lingkungan
buruk
a. Sistem Pengelolaan air limbah pada 76% -100%
Wawancar
5. KONDISI Pengelolaa lokasi perumahan atau memiliki
a, Format
PENGELO n Air permukiman tidak memiliki sistem air
5 Isian, Peta
LAAN Limbah sistem yang memadai, yaitu; limbah yang
RIS,
LIMBAH Tidak kakus/kloset yang tidak tidak sesuai
Observasi
Sesuai terhubung dengan tangki standar teknis

8 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

Sekunder septictank baik secara 51% -75%


Teknis individual/domestik, memiliki
komunal maupun terpusat sistem air
3
limbah yang
tidak sesuai
standar teknis
25% -50%
memiliki
sistem air
1
limbah yang
tidak sesuai
standar teknis
b. Prasarana Kondisi prasarana dan 76% -100%
dan sarana pengelolaan air area sarpras
Sarana limbah pada lokasi air limbah
Pengelolaa perumahan dan permukiman tidak sesuai 5
n Air dimana: persyaratan
Limbah 1. Kloset leher angsa tidak teknis
Tidak terhubung dengan
Sesuai tangki septictank 51% -75%
area sarpras Wawancar
dengan 2. Tidak tersedianya a, Format
Persyarata sistem pengolahan air limbah
tidak sesuai 3 Isian, Peta
n Teknis limbah setempat atau RIS,
terpusat persyaratan
teknis Observasi

25% -50%
area sarpras
air limbah
tidak sesuai 1
persyaratan
teknis
a. Prasarana Prasarana dan sarana 76% -100%
6.KONDISI Dan persampahan pada lokasi area memiliki
PENGELOL Sarana perumahan atau Sarpras Wawancar
AAN Persampah permukiman tidak sesuai Pengelolaan a, Format
PERSAMPA an Tidak dengan persyraratan teknis, persampahan 5 Isian, Peta
HAN Sesuai yaitu: yang tidak RIS,
Dengan 1. Tempat sampah dengan memenuhi Observasi
Persyarata pemilihan sampah pada persyaratan
n Teknis skala domestik atau teknis

9 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

rumah tangga; 51% -75% area


2. Tempat pengumpulan memiliki
sampah (TPS) atau TPS Sarpras
3R (reduce, reuse, Pengelolaan
recycle) pada skala persampahan
lingkungan yang tidak
3. Gerobak sampah memenuhi
3
dan/atau truk sampah persyaratan
pada skala lingkungan; teknis
dan
4. Tempat pengolahan
sampah terpadu (TPST)
pada skala lingkungan

25% -50% area


memiliki
Sarpras
Pengelolaan
persampahan 1
yang tidak
memenuhi
persyaratan
teknis
b. Sistem Pengelolaan persampahan 76% -100%
Pengelolaa pada lingkungan perumahan area memiliki
n atau permukiman tidak sistem
Persampah memenuhi persyaratan persampahan 5
an yang sebagai berikut: tidak sesuai
Tidak 1. Pewadahan dan standar
sesuai Pemilihan domestik
Standar 2. Pengumpulan
Teknis lingkungan 51% -75% area
3. Pengangkutan memiliki Wawancar
lingkungan sistem a, Format
4. Pengolahan lingkungan persampahan 3 Isian, Peta
tidak sesuai RIS,
standar Observasi

25% -50% area


memiliki
sistem
persampahan 1
tidak sesuai
standar

c. Tidakpelih Tidak dilakukannya 76% -100%


Wawancar
aranya pemeliharaan sarana dan area memiliki
a, Format
Sarana prasarana pengelolaan sarpras
5 Isian, Peta
dan persampahan pada lokasi persampahan
RIS,
Prasarana perumahan atau yang
Observasi
Pengelolaa permukiman, baik: terpelihara

10 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

n 1. Pemeliharaan rutin, 51% -75%


Persampah dan/atau area memiliki
an 2. Pemeliraan berkala sarpras
3
persampahan
yang
terpelihara
25% -50% area
memiliki
sarpras
1
persampahan
yang
terpelihara
7. KONDISI a. Ketidakter Tidak tersedianya prasarana 76% -100%
PROTEKSI sediaan proteksi kebakaran pada area tidak
KEBAKAR Prasarana lokasi, yaitu: memiliki
5
AN Proteksi 1. Pasokan air; prasarana
Kebakara 2. Jalan lingkungan proteksi
3. Sarana komunikasi kebakaran
4. Data sistem proteksi 51% -75% area Wawancar
kebakaran lingkungan; tidak memiliki
dan a, Format
prasarana Isian, Peta
5. Bangunan pos 3
proteksi RIS,
kebakaran kebakaran Observasi
25% -50% area
tidak memiliki
prasarana
1
proteksi
kebakaran

b.Ketidakterss Tidak tersedianya sarana 76% -100%


ediaan proteksi kebakaran pada area tidak
Sarana lokasi, yaitu: memiliki
5
Proteksi 1. Alat pemadam api sarana proteksi
Kebakaran ringan (APAR) kebakaran
2. Mobil pompa;
3. Mobil tangga sesuai 51% -76% area
kebutuhan; dan Wawancar
tidak memiliki
4. Peralatan pendukung a, Format
sarana proteksi
lainnya 3 Isian, Peta
kebakaran
RIS,
Observasi
25% -50% area
tidak memiliki
sarana proteksi
1
kebakaran

B. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN

11 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

1. LEGALITAS a. Kejela Kejelasan terhadap status Keseluruhan


LAHAN san penguasaan lahan berupa: lokasi
Status 1. Kepemilikan sendiri, memiliki
Pengu dengan bukti dokumen kejelsan status
asaan sertifikat hak atas tanah penguasaan
Lahan atau bentuk dokumen lahan, baik
keterangan status tanah milik sendiri (+)
lainnya yang sah; atau atau milik
2. Kepemilikan pihak lain pihak lain Wawancar
(termasuk milik a, Format
adat/ulayat), dengan Isian,
bukti izin pemanfaatan Dokumen
tanah dari pemegang Pertahana
hak atas tanah atau Sebagian atau
keseluruhan n,
pemilik tanah dalam Observasi
bentuk perjanjian lokasi tidak
tertulis antara pemegang memiliki
hak atas tanah atau kejelasan
status (-)
pemilik tanah
penguasaan
lahan, baik
milik sendiri
atau milik
pihak lain
b. Keses Kesesuaian terhadap Keseluruhan
uaian peruntukan lahan dalam lokasi berada
RTR rencana tata ruang (RTR), pada zona
dengan bukti izin peruntukan
(+)
Mendirikan Bangunan atau perumahan /
Surat Keterangan Rencana permukiman
Kabupaten/Kota (SKRK) Wawancar
sesuai RTR
a, Format
Isian,
Sebagian atau RTRW,
keseluruhan RDTR
lokasi berada Observasi
bukan pada
zona (-)
peruntukan
perumahan /
permukiman
sesuai RTR
C. IDENTIFIKASI PERTIMBANGAN LAIN
a. Nilai Pertimbangan letak lokasi Lokasi
1. PERTIMBAN Strate perumahan atau terletak pada
GAN LAIN gis permukiman pada: fungsi
5 Wawancar
Lokas 1. Fungsi strategis strategis
i kabupaten / kota; atau kabupen / a, Format
2. Bukan fungsi strategis kota Isian,
kabupaten / kota Lokasi tidak RTRW,
terletak pada RDTR
fungsi Observasi
1
strategis
kabupaten/

12 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

kota

b.Kepend Pertimbangan kepadatan Untuk metropolitan 5


udukan penduduk pada lokasi & kota besar
perumahan atau
permukiman dengan
klasifikasi:
1. Rendah yaitu kepadatan Kepadatan
penduduk dibawah 150 penduduk
jiwa/ha; pada lokasi
2. Sedang, yaitu kepadatan sebesar > 400
penduduk antara 151 jiwa /ha
200 jiwa / ha Untuk Kota
3. Tinggi yaitu kepadatan Sedang & kota Wawancar
penduduk antar 201-400 kecil a, Format
jiwa/ha Kepadatan Isian,
4. Sangat padat yaitu Penduduk pada Statistik,
kepadatan penduduk di Lokasi sebesar Observasi
atas 400 jiwa/ha >200 jiwa / ha
Kepadatan
penduduk pada 3
lokasi sebesar
151-200
jiwa/ha

Kepadatan 1
penduduk pada
lokasi sebesar
<150 jiwa/ha
c. Kondi Pertimbangan potensi yang Lokasi
si dimiliki lokasi perumahan memiliki
Sosial dan permukiman berupa: potensi sosial,
, 1. Potensi sosial yaitu ekonomi dan
Ekon tingkat partisipasi budaya untuk
omi, masyarakat dalam dikembangkan
dan mendukung atau dipelihara
Buda pembangunan Wawancar
ya 2. Potensi ekonomi yaitu a, Format
5
adanya kegiatan Isian,
ekonomi tertentu yang Observasi
bersifat strategis bagi
masyarakat setempat;
3. Potensi budaya yaitu
adanya kegiatan atau
warisan budaya tertentu
yang dimiliki

13 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

masyarakat setempat Lokasi tidak


memiliki
potensi sosial,
ekonomi dan
budaya tinggi
untuk
dikembangkan
atau dipelihara
1

SUMBER : TIM Training og Trainers (TOT)

4. TINJAUAN KHUSUS DESA PUSONG, LHOKSEUMAWE

Gambar 1. Gambar Peta wilayah Lhoksemawe dan Desa Pusong

4.1 Kependudukan

Jumlah Penduduk Desa Pusong seluruhnya mencapai 3.950 jiwa yang terdiri
dari 1.863 jiwa (47,16%) berjenis kelamin lakilaki dan 2.087 jiwa (52,84%) berjenis
kelamin perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga 1.100 KK seperti terlihat pada
Tabel 2 (Safaruddin, Taufiq and Izziah, 2015)

14 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

Tabel 2. Jumlah Penduduk DesaPusong Tahun 201


Desa Penduduk Total Jumlah KK
Pusong Laki- Laki Perempuan L+P
1863 2087 3950 1100
Tabel 2. Sumber: Buku Potensi Gampong/Kelurahan Kota Lhokseumawe 2011

4.2 Karakteristik Penduduk


Karakteristik ekonomi masyarakat di Desa Pusong dapat dirumuskan dengan
menggambarkan mata pencaharian mayoritas penduduk dan tingkat pendapatan
penduduk (Safaruddin, Taufiq and Izziah, 2015).

4.3 Mata Pencaharian Penduduk


Kegiatan utama masyarakat DesaPusongadalah melaut (menangkap ikan).
Sehingga mayoritas mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan. Kegiatan
melaut (mencari ikan) dijadikan sebagai mata pencaharian utama mereka. Hal ini
sesuai dengan banyaknya jumlah lapangan usaha di bidang perikanan di kawasan
tersebut. (Safaruddin, Taufiq and Izziah, 2015).

Gambar 2. Mata Pencaharian Utama Penduduk DesaPusong


(Safaruddin, Taufiq and Izziah, 2015).

15 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

4.4 Tingkat Pendapatan Penduduk


Kriteria utama yang paling berpengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung di dalam menentukan kemiskinan adalah pendapatan. Masyarakat dikatakan
miskin bila mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan baik berupa barang-barang
maupun pelayanan akibat perolehan pendapatan yang tidak sesuai.
<200 200-500 500- 1 juta 1 juta 2 juta <5 juta >5 juta
0 29 41 12 7 0
Tabel 3. Pendapatan Per Bulan Masyarakat Di Desa Pusong Berdasarkan Hasil
Kuesioner (Rp 000)

Gambar 3. Pendapatan Per Bulan Masyarakat Di Desa Pusong


(Safaruddin, Taufiq and Izziah, 2015).

4.5 Tingkat Pendidikan Penduduk

Gambar 4. Tingkat Pendidikan penduduk Terakhir Kepala Keluarga


(Safaruddin, Taufiq and Izziah, 2015).

16 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

Pola hidup mayoritas masyarakat Desa Pusong sangat dipengaruhi oleh


kehidupan mereka sebagai nelayan dengan keadaan lingkungan terkesan kumuh.
Karena pengaruh pekerjaan tersebut masyarakat Desa Pusong lebih cenderung untuk
bertempat tinggal di daerah yang berdekatan dengan laut (Safaruddin, Taufiq and
Izziah, 2015).

5. PEMBAHASAN
5.1 Keadaan Desa Pusong, Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Kemiskinan merupakan akar masalah dari permukiman kumuh. Rendahnya


akses terhadap pelayanan sosial dan ekonomi menjadikan kaum miskin sulit
meningkatkan taraf hidup dan kehidupannya. Selain itu, ketersediaan pelayanan dan
penjaminan akan pelayanan infrastruktur belum ada, jikalau pun ada, kualitasnya
masih rendah.

Bagi sebagian besar orang terutama para pengambil kebijakan, rumah kumuh
dipandang sebagai suatu masalah terutama dilihat dari sisi penampilan fisiknya.
Rumah kumuh selalu menjadi kambing hitam bagi kumalnya wajah kota dan
menyiratkan terlalu vulgar tentang kegagalan pembangunan, sesuatu yang haram bagi
kebanyakan pemimpin. (Sueca 2004)

Kemiskinan sangat berkaitan erat dengan lingkungan dan permukiman


kumuh. Status permukiman kumuh seringkali tidak jelas mulai dari status
administrasi dan hukum tanah, serta tidak menyesuaikan dengan rencana tata ruang
kota. Terkait status hukum atas tanah, biasanya hal ini yang membedakan
permukiman kumuh (slum) dengan pemukiman liar (squatter). Penyebab terjadinya
permukiman kumuh sangat kompleks, sehingga dampak yang ditimbulkan pun sangat
besar baik bagi desa maupun kota. Masyarakat yang hidup dalam lingkungan kumuh,
merupakan masyarakat yang memiliki taraf perekonomian di bawah rerata atau
berpenghasilan rendah. Dari segi pemerintahan, pemerintah dianggap kurang peduli
dan kurang cekatan dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat.

17 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

Gambar 5. Kondisi permukiman Desa Pusong

Terlalu padatnya rumah karena jarak antara satu rumah dengan rumah yang
lain cenderung dekat, sehingga menyebabkan daerah ini terlihat kumuh dan tidak
tertata. Kondisi rumah juga terlihat kurang layak sebagai tempat bermukim. Banyak
rumah memiliki kondisi kurang memadai karena dinding dan atapnya terbuat dari
bahan yang mudah roboh bila tertiup angin kencang atau terkena hujan deras.
Beberapa bagian dalam rumah yang kurang bertata rapi, dan sampah berserakan di
bawah rumah.

Masalah paling krusial pada pemukiman kumuh adalah bagaimana


membangun perubahan sikap, perilaku serta paradigma masyarakat untuk tidak
menjadi kumuh. Jika menilik kembali di lapangan, realita kondisi kekumuhan tidak
hanya sebatas kekurangan penyediaan infrastruktur, tapi bagaimana meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang ada dan tersusun di dalam dokumen perencanaan
penataan permukiman yang komprehensif. Perubahan pola pikir untuk menjadi lebih
baik, jauh lebih penting agar pemanfaatan dan pemeliharaan terhadap infrastruktur
yang telah tersedia dapat terpelihara.

Salah satu ciri masyarakat miskin adalah rendahnya kepemilikan akan aset
sebagai modal hidup. Masih terjadi saat ini, salah satunya adalah masyarakat yang
masih melakukan interaksi sosial (tinggal, bahkan mencari mata pencaharian) di
bantaran sungai/pantai misalnya. Seperti yang terjadi di wilayah Pusong Lama
Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Persoalan-persoalan perkotaan yang

18 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

ada di daerah bantaran sungai/pantai ini meliputi masalah pemukiman, kekurangan


akses sarana dan prasarana (seperti jalan, sanitasi dan drainase), pengolahan
pembuangan limbah dan sampah, dan lain-lain.

Permukiman Kumuh : desa Pusong

19 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

Pengurangan Luas pada desa Pusong pada Area yang memiliki Sarpras Air Limbah
Tidak Sesuai Persyaratan Teknis

Peningkatan Kualitas TA 2015

Deliniasi Permukiman Kumuh Area Memiliki Sarpras Air Area Memiliki Sarpras Air Limbah
Pusong Baru Limbah Tidak Sesuai Persyaratan Sesuai Persyaratan Teknis =100% =
Teknis = 0,48% = 2,6 Ha 5,39 Ha

Pengurangan Luas pada desa Pusong yang Tidak terpeliharanya Sarana dan Prasarana
Pengelolaan Persampahan

Peningkatan Kualitas TA 2016

Deliniasi Permukiman Kumuh Tidakterpeliharanya sarana dan Area Memiliki Sarpras Air
Pusong Baru prasarana pengelolaan Limbah Sesuai Persyaratan
persampahan = 0,72% = 3,9 Ha Teknis =100% = 5,39 Ha

20 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

5.2 PROGRAM PEMERINTAH KOTA TANPA KAWASAN KUMUH

Kota Tanpa Kawasan Kumuh pada 2019 dengan target mengurangi luasan
kawasan kumuh menjadi nol persen. Dalam rangka mencapai visi tersebut,
pemerintah memiliki beberapa kebijakan kunci dalam menangani kawasan
permukiman kumuh. Ada tiga kebijakan utama yang akan didorong pelaksanaanya
hingga tahun 2019, yaitu:
1. menciptakan lingkungan yang memampukan (enabling environment),
2. meningkatkan kualitas lingkungan permukiman kumuh, dan
3. mencegah pembentukan kumuh baru.

Kebijakan tersebut diterjemahkan kembali menjadi enam strategi pokok, diantaranya;


1. menyediakan lahan perumahan untuk MBR.
2. meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah.
3. memfasilitasi pembangunan perumahan swadaya.
4. menangani permukiman kumuh yang komprehensif dan terpadu dengan
Rencana Kota.
5. memperluas akses pembiayaan perumahan bagi MBR.
6. menyediakan pelayanan dasar yang terpadu dengan sistem kota.

Bappenas menyebutkan komponen penanganan kawasan permukiman kumuh ke


dalam 4 kategori.
1. Capacity Building mencakup Pembinaan Pengelolaan Sarana, dan Pelatihan
Pemetaan Swadaya.
2. Pembangunan Ekonomi, Pelatihan Kewirausahaan, dan Pinjaman Modal
Usaha.
3. Pembangunan Fisik-Lingkungan, seperti Rusunawa, Air dan Sanitasi, serta
Sertifikasi Lahan.
4. Pembangunan Sosial terdiri dari Pendidikan dan Kesehatan.

21 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

Program penanganan menuju Kota Tanpa Kumuh 2019 diawali dengan


pengaturan dan perencanaan. Pada tahap pengaturan, pemerintah membentuk Norma,
Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) serta pendampingan penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah (Perda) tentang kawasan kumuh.

Gambar 6. Penyusunan Rancangan PerDa Kawasan Kumuh


Sumber : Buletin Cipta Karya Edisi 12/Tahun XII/ Desember 2014

Sementara untuk tahap perencanaan, pemerintah pusat menyusun Rencana


Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) di
kota/kabupaten dan Pendampingan Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman
(RKP).
Adapun kegiatan progam Kota Tanpa Kumuh ini, dibagi menjadi tiga yaitu:
1. tahap pemugaran, pemerintah memperbaiki dan membangun kembali menjadi
permukiman layak huni
2. tahap peremajaan, masyarakat diharapkan bisa pindah secara temporer, sementara
kawasannya diperbaiki. Tahap terakhir adalah pemukiman kembali jika suatu
lokasi tidak memungkinkan lagi dipugar atau diremajakan. Ketidakmungkinan ini
berdasarkan kriteria lokasi yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang atau
rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang atau manusianya.

22 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

3. tahap pemukiman kembali, pemerintah menyiapkan new site development dan


pembangunan rumah susun sederhana.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tidak bisa bekerja


sendirian untuk mewujudkan program ini dalam kurun waktu lima tahun. Kalau
konteksnya menangani fisik, secara perhitungan angka yang disajikan dalam lima
tahun, bisa saja Kementerian PU-Pera mampu memenuhi target itu. Tapi, sekali lagi
penanganan kawasan kumuh tidak semata bicara perbaikan fisik saja, melainkan juga
cara menaikkan taraf hidup masyarakat di kawasan itu. Ada yang pesimis karena
gemanya hanya disuarakan satu instansi saja, sedangkan riilnya kawasan permukiman
banyak unsur yang mendukung di dalamnya, apalagi ditilik dari aspek ekonomi.
Berikut tantangan dan strategi penanganan yang direncana untuk Menuju Kota Tanpa
Kumuh 2019.

Gambar 7. skema tantangan dan strategi penanganan


Sumber : Buletin Cipta Karya Edisi 12/Tahun XII/ Desember 2014

23 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

Adanya konsep dan strategi-strategi perencanaan penanganan kawasan kumuh


secara spasial khususnya wilayah pesisir dengan kolaborasi dan adanya rencana
investasi (sosial, ekonomi dan lingkungan) agar terwujudnya permukiman wilayah
Pusong Lama yang layak huni, produktif dan berkelanjutan. Dan yakinlah, semua
akan mampu dilakukan, asalkan perubahan dilakukan secara bersama untuk
menghasilkan pencapaian kualitas permukiman yang maksimal.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

Dapat disimpulkan bahwa profil sosial, ekonomi, lingkungan pemukiman


kumuh di Gampong Pusong Kecamatan Banda Sakti belum menuju kepada
pembangunan berkelanjutan. Total semua indikator baik dari aspek sosial, ekonomi
dan lingkungan mempunyai kecenderungan rendah.

Faktor yang diduga menjadi penyebab utama kekumuhan pada Desa Pusong
adalah faktor padatnya penduduk pada lokasi perumahan, rendahnya tingkat
pendapatan, kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan permukiman,
tidak tertata dengan baik bangunan yang terdapat pada desa tersebut, status
kepemilikan lahan untuk tempat tinggal masyarakat desa tersebut, kondisi prasarana
perumahan yang buruk serta adanya kegagalan kebijakan.

Faktor yang menjadi alasan penduduk memilih tinggal di Desa Pusong adalah
daerah asal penduduk yang mayoritas berasal dari luar kawasan perumahan tersebut,
Penduduk telah lama tinggal dilokasi perumahan tersebut, fasilitas perumahan yang
lengkap, ketersediaan lahan yang tidak harus dibeli oleh masyarakat, kawasan
merupakan lokasi tempat bekerja dan beraktifitas serta terdapat pada kawasan
strategis.

24 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

Penanganan pada lokasi permukiman kumuh di Desa Pusong perlu


keterlibatan berbagai pelaku pembangunan baik pemerintah, masyarakat, maupun
penduduk setempat.

Pengembangan konsep pemukiman yang sesuai dengan Desa Pusong adalah


pemanfaatan potensi laut yang berkelanjutan berbasis masyarakat dengan
mengembangkan konsep minapolitan. Disarankan kepada pemerintah kota
Lhokseumawe agar lebih berkomitmen dan serius untuk penanganan pemukiman
kumuh di Gampong Pusong. Untuk penduduk pendatang dilakukan pengurangan laju
pertumbuhan penduduk dikawasan Pusong. Hal ini dapat dilakukan dengan
pembatasan jumlah penduduk yang masuk dan tinggal di kawasan tersebut. Perlu
dilakukan peningkatan penertiban perpetakan lahan di Gampong Pusong melalui
konsolidasi tanah. Perlu adanya keinginan pemerintah mulai Gampong, Kecamatan
sampai tingkat Kota untuk bekerja sama dengan masyarakat dalam meningkatkan
kualitas lingkungan melalui bina lingkungan berkelanjutan.

Daftar Pustaka

Buletin Cipta Karya Edisi 12/ Tahun XII / Desember 2014

Dewi, Risna, 2011 Pengembangan Konsep Permukiman Berkelanjutan (Studi Kasus


di Permukiman Kumuh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe), Tesis USU

Safaruddin, Taufiq, and Izziah. 2015. Penataan Perumahan Kumuh Desa Pusong
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe 1). 5(1): 6170.

Sueca, Ngakan. 2004. Pemukiman Kumuh, Masalah Atau Solusi. Jurnal


Permukiman Natah 2(2): 9295.

Zohra, Fatma, 2008 Strategi pemberdayaan ekonomi social masyarakat nelayan


berbasis komunitas ibu rumah tangga di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti
Kota Lhokseumawe, Tesis USU

25 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

LAMPIRAN 1. KLIPPING KAWASAN KUMUH LHOKSEUMAWE

1. http://photo.liputan6.com/citizen6/potret-rumah-kumuh-pusong-lama-
1534975?page=3 (Akses Tanggal 18 November 2016)

2. http://kbr.id/berita/11-
2016/sejumlah_desa_di_lhokseumawe_berstatus_kumuh/86959.html (di akses 18
November 2016)

26 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

3. http://pelita8.com/waduk-wisata-lhokseumawe-tercemar-sampah/ (Akses
Tanggal 18 November 2016)

4. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/04/09/22508/perkampungan_n
elayan_di_teluk_pusong_kumuh/#.WEQfNclvDDc (akses tanggal 18 November)

27 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe


Manajemen Tata Ruang dan Lahan Perkotaan MPP 2016

5. http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=7691&catid=5& (akses tanggal 18


November 2016)

28 Perumahan Kumuh Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Anda mungkin juga menyukai