Anda di halaman 1dari 15

eJournal Pemerintahan Integratif, 2013, 1 (2): 245-259

ISSN 2337-8670 , ejournal.pin.or.id


Copyright 2013

Studi Tentang Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi


Kesejahteraan Sosial Rumah Layak Huni di Desa
Tideng Pale Induk Kecamatan Sesayap
Kabupaten Tana Tidung
Dwi Putra Perdana 1
Abstrak
Penelitian ini melihat dan mempelajari tentang Pelaksanaan Program Rumah
Layak Huni Arah pembahasan ini untuk melihat kepada implementasi dari
kemasyarakatan program rehabilitasi rumah layak Huni di Kabupaten Tana
Tidung Khususnya di Desa Tideng Pale Induk. Sasaran dari program ini yaitu
untuk mensejahterakan masyarakat lemah yang bertempat tinggal dirumah
tidak layak huni. Karya ilmiah ini berargumentasi bahwa program ini dapat
dirasakan langsung oleh orang-orang yang menerimanya meskipun dalam
program tersebut masih saja ditemukan kekurangan dan halangan. Dari
pelaksanaan program tersebut diharapkan agar lebih baik lagi terutama yang
berkaitan dengan pelaksanaannya dimana dalam pelaksanaan tersebut tidak
ada pengawasan langsung dari pihak yang terkait sehingga program tersebut
terkesan apa adanya. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tideng Pale Induk
Kabupaten Tana Tidung. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian
kepustakaan, penelitian lapangan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Responden dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Dinas, Kepala Desa , Kaur
Pembangunan, dan masyarakat yang menerima program rumah layak huni.
Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa pelaksanaan program rumah
layak huni untuk masyarakat kurang mampu di Desa Tideng Pale Induk
Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung dapat dikatakan telah
memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat kurang mampu dalam
hal ini dapat dikaitkan dengan tahapan pelaksanaannya mulai dari kriteria
calon penerima bantuan sampai dengan waktu pelaksanaannya sudah dapat
dilaksanakan dengan cukup maksimal. Walaupun terdapat persoalan klasik
yang sering sekali terjadi. Seperti: waktu yang lama, berbelit-belit dan dan
tidak tepat waktu. Selain itu kurangnya pengawasan dari pemerintah sehingga
pelaksanaan program tersebut terkesan apa adanya tanpa pengawasan. Pada
titik inilah akan lama pemprosesannya, namun kedepannya akan diperbaiki.

Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman.

245

Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)


Kata Kunci : Pelaksanaan , Program, Rumah Layak Huni di Desa Tideng pale
Induk

Pendahuluan
Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk
ditangani. Khususnya di wilayah yang sulit di jangkau oleh Pemerintah, salah
satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki
akses prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas
perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata
pencaharian yang tidak menentu. Masalah yang sedang dihadapi tersebut adalah
masalah kemiskinan karena masalah kemiskinan merupakan masalah pokok
nasional yang penaggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih apapun dan
harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan
sosial dan sampai pada saat sekarang ini masih banyak masyarakat yang berada
dibawah garis kemiskinan. Kemiskinan menjadi salah satu masalah sosial yang
menjadi ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah
tangga.Sebagai suatu ukuran agregat, tingkatkemiskinan di suatu wilayah lazim
digunakan untuk mengukur tingkatkesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan
demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama pembangunan.
Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan
perubahan pada tingkat kemiskinan. Permasalahan kemiskinan sangat kompleks
dan upaya penanggulangannya harusdilakukan secara komprehensif, mencakup
berbagai aspek kehidupan masyarakat,dan dilaksanakan secara terpadu.
Berhubungan dengan kebutuhan pokok, kebutuhan pokok tersebut
adalah sandang pangan dan papan. Sesuai pasal 28H Ayat 1 UUD 1945
Amandemen II menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat,
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Dengan adanya undang-undang tentang pemerintahan daerah maka
menjadikan rentan kendali pemerintah lebih dekat, yang dulunya harus melalui
pusat, namun kini lebih dekat karena daerah sudah bisa untuk menanganinya.
Kecuali beberapa hal yang tidak boleh ditangani oleh daerah, dan hanya pusat
yang mempunyai kewenangan untuk menanganinya. Sehingga dengan semakin
dekatnya rentan kendali pemerintah dengan masyarakatnya, diharapkan
pemerintah dapat memberikan pelayanan yang baik dan pro rakyat. Karena
seperti yang kita ketahui bahwa pemerintah diadakan bukan untuk melayani
kepentingannya sendiri melainkan untuk melayani masyarakat. Namun apa
yang menjadi harapan dan tujuan dari masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan tidaklah sejalan.
Dalam rangka mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang
pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat
agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin, mudah diakses
dan terjangkau yang mencakup sarana dan prasarana pendukungnya. Untuk itu,
pemerintah perlu menyiapkan program-program pembangunan perumahan.
Pemerintah daerah (Pemda) memiliki peran yang penting dalam pembangunan

246

eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259


perumahan , sebab Pemda adalah pihak yang mengetahui berapa jumlah
kebutuhan hunian masyarakatnya. Meskipun pembangunan perumahan yang
layak sudah diarahkan agar terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah,
akan tetapi sasaran ini masih belum dapat tercapai secara menyeluruh.
Menurut data dari Desa Tideng Pale Induk, jumlah Penduduk di Desa
Tideng Pale Induk yakni 3.064 jiwa dengan jumlah kepala keluarga miskin
yakni 59 kepala keluarga. Saat ini masalah rumah menjadi perhatian
pemerintah yang diharapkan dapat meningkatkan tarap hidup masyrakat
miskin. Dari keterbatasan inilah pemerintah melaksanakan program rumah
layak huni.
Tahun 2011 di Kabupaten Tana Tidung ditetapkanlah sebanyak 150
unit rumah yang akan direhab khusus Desa Tideng Pale Induk sebanyak 13
unit rumah yang akan direhabilitasi. Jika dilihat dari jumlah kepala keluarga
miskin di Desa Tideng pale Induk yakni 59 kepala keluarga yang mendapatkan
bantuan hanya 13 kepala keluarga sedangkan yang belum tersentuh yakni 46
kepala keluarga.
Artikel ini menyoroti tentang pelaksanaan program rumah layak huni di
Desa Tideng pale Induk Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung dengan
berfokus pada pelaksanaan program rumah layak huni dengan mengunakan
tahapan yakni ; Kriteria pencalonan penerima bantuan, pelaksanaan
pembagunan rumah layak huni, pendamping pelaksanaan program, dan waktu
pelaksanaan program.
Artikel ini berargumen bahwa pelaksanaan program rumah layak huni
terkesan apa adanya tanpa melalui pengawasan dari pihak yang terkait sehingga
hasil dari pelaksanaan tersebut kurang maksimal.
Dalam artikel ini, penulis menggunakan data-data dari penelitian
lapangan, wawancara dan dokumentasi yang dikumpulkan selama melakukan
penelitian selama kurang lebih satu bulan dan dianalisis menggunakan analisis
kualitatif.
Agar analisis ini mempunyai landasan teoritis, maka terlebih dahulu
akan diulas kerangka dasar teori/konsep yang berkaitan dengan permasalahan
artikel ini, yakni gambaran mengenai pelaksanaan program rehabilitasi sosial
rumah layak huni.

Kerangka Dasar Teori


Konsep Kemiskinan
Dalam konteks penyebab terjadinya kemiskinan maka, kemiskinan
didefinisikan sebagai suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi,
yaitu: 1) kemiskinan ( proper), 2) ketidakberdayaan ( powerless), 3) kerentanan
menghadapi situasi darurat ( state of emergency), 4) ketergantungan ( dependence), dan 5) keterasingan ( isolation) baik secara geografis maupun
sosiologis. Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan
uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat
kesehatan, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan

247

Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)


terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan,
dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri
Oleh karena itu permasalahan kemiskinan dipandang sebagai masalah
yang multidimensi, maka penyebabnya juga bersifat multi dimensi. Dengan
latar belakang kondisi geografis, potensi sumber faktor-faktor ekonomi,
masalah sosial budaya yang berbeda untuk masing-masing wilayah, maka
pendekatan penanggulangan masalah kemiskinan tentu saja tidak bisa
diseragamkan. Pengenalan dan pemahaman terhadap kondisi dan penyebab
kemiskinan sangat penting dilakukan agar dapat disusun strategi
penanggulangan kemiskinan yang tepat.

Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Internal lebih banyak melibatkan faktor sumberdaya manusianya, sedangkan
faktor eksternal menunjukan kondisi yang lebih kompleks karena satu dengan
yang lainnya saling mempengaruhi. Oleh karenanya, program penanggulangan
kemiskikan akan berjalan efektif apabila memperhatikan unsur kedua-duanya.
Kebijakan yang keliru dapat menyebabkan suatu keadaan kemiskinan yang
semakin mengkhawatirkan.
Oleh karena itu selain pemahaman tentang kemiskinan secara universal,
maka diperlukan pula pengertian kemiskinan pada tingkat lokal yang
ditentukan oleh komunitas setempat dan pemerintah daerah terkait. Dengan
demikian, kriteria kemiskinan, pendataan kemiskinan, penentuan sasaran,
pemecahan masalah dan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dapat lebih
obyektif dan tepat sasaran.
Kebijakan
Secara etimilogis istilah policy (kebijakan) berasal dari bahasa
Yunani, Sansekerta, dan Latin. Akar kata dalam bahasa Yunani dan
Sansekerta/polis (negara-kota) dan pur (kota) dikembangkan dalam bahasa
Latin menjadi politia (Negara) dan akhirnya dalam bahasa Inggris Pertengahan
menjadi policie yang berarti menangani masalah-masalah publik atau
administrasi pemerintahan (dalam Dunn 2003:51).
Kebijakan merupakan suatu keputusan yang digunakan untuk mengatasi
masalah atau memecahkan suatu masalah tingkahlaku secara umum. Baik
kepada pemerintah yang membuat keputusan maupun kepada yang tidak
membuat suatu kebijakan tersebut.
Menurut Pasolong (2007:39), bahwa pada umumnya kebijakan dapat
dibedakan atas empat bentuk, yaitu: (1) Regulatory, yaitu mengatur perilaku
orang, (2) Redistributive, yaitu mendistribusikan kembali kekayaan yang ada,
atau mengambil kekayaan dari yang kaya lalu memberikannya kepada yang
miskin, (3) Distributive, yaitu melakukan distribusi atau memberikan akses
yang sama terhadap sumber daya tertentu, dan (4) Constituent, yaitu ditujukan
untuk melindungi negara.

248

eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259


Dengan definisi berbagai kebijakan diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan merupakan serangkain konsep dan tindakan yang di buat atau di
usulkan oleh orang atau kelompok yang di gunakan untuk mencapai suatu
tujuan. Tujuan tersebut berasal dari input (orang/sekelompok orang).

Pelaksanaan ( Implementasi )
Menurut Kamus Webster (dalam Abdul Abdul Wahab 2005:64)
implementasi secara pendek berarti penyediakan sarana untuk melaksanakan
sesuatu, menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu. Jika lihat makna
implementasi berarti suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan
biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
peradilan, perintah eksekutif atau dekrit presiden.
Hakikat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang
terencana dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan
didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang.
Sebagaimana rumusan dari Mazmanian dan Sabartier (dalam Wahab 2005:6869) mengemukakan implementasi adalah pelaksanaan keputusan
kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-undang namun dapat pula
berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting
atau keputusan badan peradilan. Proses tersebut berlangsung setelah melalui
sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan
Undang-undang kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan
keputusan oleh badan (instansi) pelaksana, dan akhirnya perbaikan-perbaikan
penting terhadap Undang-undang atau peraturan yang bersangkutan.
Proses pelaksanaan pada umumnya terlihat cenderung mengarah pada
pendekatan yang bersifat sentralis atau dari atas ke bawah. Apa yang
dilaksanakan adalah apa yang telah diputuskan. Kebijakan publik merupakan
kebijakan pemerintah, tapi semua kegiatan hasil akhir dari kegiatan itu harus
dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyat. Kebijakan dan pelaksanaan dari
kebijakan harus mengindahkan penerimaan rakyat.
Dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan implementasi adalah
rangkaian kegiatan terencana dan bertahap yang dilakukan oleh pelaksana
instansi yang telah mendapat kewenangan atau perintah dari eksekutif atau
dekrit presiden dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah dan
keputusan peradilan yang saling mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan.
Pengertian Pembangunan
Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses
perubahan kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara
terencana. Pembangunan dalam sebuah negara sering dikaitkan dengan
pembangunan ekonomi (economic development). Pembangunan ekonomi
adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita
dengan memperhitungkan adanya peningkatan jumlah dan produktifitas sumber
daya, termasuk pertambahan penduduk, disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara serta pemerataan pendapatan bagi

249

Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)


penduduk suatu negara. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Sumitro dalam Deliarnov (2006:89), bahwa proses pembangunan ekonomi
harus merupakan proses pembebasan, yaitu pembebasan rakyat banyak dari
belenggu kekuatan-kekuatan ekonomi, dan pembebasan negara-negara
berkembang dari belenggu tata kekuatan ekonomi dunia.
Secara terminologis, di Indonesia pembangunan identik dengan
istilahdevelopment, modernization, westernization, empowering, industrializati
on,economic growth, europanization, bahkan istilah tersebut juga sering
disamakan dengan term political change. Identifikasi pembangunan dengan
beberapa term tersebut lahir karena pembangunan memiliki makna yangmultiinterpretable, sehingga kerap kali istilah tersebut disamakan dengan beberapa
term lain yang berlainan arti (Moeljarto Tjokrowinoto, 2004).
Makna dasar dari development adalah pembangunan. Artinya,
serangkaian upaya atau langkah untuk memajukan kondisi masyarakat sebuah
kawasan atau negara dengan konsep pembangunan tertentu.

Lahirnya Pembangunan
Dalam perkembangan sejarahnya, terlihat bahwa kapitalisme lahir lebih
kurang tiga abad sebelum teori-teori pembangunan muncul. Sehingga, berbagai
perdebatan terhadap teori maupun praktek pembangunan sudah berada di dalam
alam kapitalisme. Karena itu, tidak mengherankan jika kapitalisme sangat
mewarnai teori-teori pembangunan.
Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat
berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis
ke kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya untuk
ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak dari analisa Marxis,
dapat diakatakan hanyalah mengangkat kritik terhadap kapitalisme dari skala
pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara (sentarl dan pinggiran),
dengan analisis utama yang sama yaitu eksploitasi. Demikian halnya dengan
teori sistem dunia yang didasari teori dependensi, menganalisis persoalan
kapitalisme dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu
sistem ekonomi kapitalis.
Teori Modernisasi
Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat
sebagai wujud respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah
menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara
miskin yang ada dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang
yang menjadi bahan rebutan pelaku Perang Dunia II.
Oleh karena adanya kepentingan tersebut, maka negara adidaya,
khususnya Amerika Serikat mendorong kepada ilmuwan sosial untuk
mempelajari permasalahan-permasalahan yang terjadi di negara dunia ke tiga
tersebut. Maka muncullah beberapa teori-teori pembangunan dengan berbagai
istilahnya dan berbagai alirannya dalam perspektif beberapa ahli yang
mengemukakannnya. Permasalahan di dunia ketiga tersebut salah satunya di

250

eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259


kaji melalui Teori Modernisasi. Teori modernisasi di bahas oleh beberapa
sosiolog dengan perspektif yang berbeda-berbeda.

Asumsi Dasar Modernisasi


Secara etimologis, ada beberapa tokoh yang mengajukan pendapat
tentang makna modernisasi. Everett M. Rogers dalam Modernization Among
Peasants: The 10 Impact of Communication menyatakan bahwa modernisasi
merupakan proses dimana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju
gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah.
Cyril E. Black dalam Dinamics of Modernization berpendapat bahwa
secara historis modernisasi adalah proses perkembangan lembaga-lembaga
secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat dan
menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal
pengetahuan manusia. Dengan pengetahuan tersebut, akan memungkinkan
manusia untuk menguasai lingkungannya dan melakukan revolusi ilmiah.
Daniel Lerner dalam The Passing of Traditional Society: Modernizing
the Middle East menyatakan bahwa modernisasi merupakan suatu trend
unilateral yang sekuler dalam mengarahkan cara-cara hidup dari tradisional
menjadi partisipan. Marion Ievy dalam Modernization and the Structure of
Societies juga menyatakan bahwa modernisasi adalah adanya penggunaan
ukuran rasio sumberdaya kekuasaan, jika makin tinggi rasio tersebut, maka
modernisasi akan semakin mungkin terjadi.
Dari beberapa definisi tersebut, modernisasi dapat dipahami sebagai
sebuah upaya tindakan menuju perbaikan dari kondisi sebelumnya. Selain
upaya, modernisasi juga berarti proses yang memiliki tahapan dan waktu
tertentu dan terukur.
Sebagaimana sebuah teori, Modernisasi memiliki asumsi dasar yang
menjadi
pangkal
hipotesisnya
dalam
menawarkan
rekayasa
pembangunan.Pertama, kemiskinan dipandang oleh Modernisasi sebagai
masalah internal dalam sebuah negara (Arief Budiman, 2000:18).
Kemiskinan dan problem pembangunan yang ada lebih merupakan
akibat dari keterbelakangan dan kebodohan internal yang berada dalam sebuah
negara, bukan merupakan problem yang dibawa oleh faktor dari luar negara.
Jika ada seorang warga yang miskin sehingga ia tidak mampu mencukupi
kebutuhan gizinya, maka penyebab utama dari fakta tersebut adalah orang itu
sendiri dan negara dimana orang tersebut berada, bukan disebabkan orang atau
negara lain. Artinya, yang paling pantas dan layak melakukan penyelesaian
masalah atas kasus tersebut adalah orang dan negara dimana orang itu berada,
bukan negara lain.
Kedua, dari segala problem adalah kemiskinan, pembangunan berarti
perang terhadap kemiskinan. Jika pembangunan ingin berhasil, maka yang kali
pertama harus dilakukan adalah menghilangkan kemiskinan dari sebuah negara.
Cara paling tepat menurut Modernisasi untuk menghilangkan kemiskinan
adalah dengan ketersediaan modal untuk melakukan investasi. Semakin tinggi

251

Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)


tingkat investasi di sebuah negara, maka secara otomatis, pembangunan telah
berhasil, (Mansour Fakih, 2002:44-47).

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak


Huni
Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga
tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk
menunjang fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi
syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi
rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota
keluarga, menjadi media bagi pelaksanaan bimbingan serta pendidikan
keluarga. Dengan terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar berupa rumah yag
layak huni, diharapkan tercapai ketahanan keluarga.
Oleh sebab itu, kepedulian untuk menangani masalah tersebut
diharapkan terus ditingkatkan dengan melibatkan seluruh komponen
masyarakat (stakeholder) baik pemerintah pusat maupun daerah, dunia usaha,
masyarakat, LSM dan elemen lainnya. Untuk mengalokasikan kegiatan
Rehabilitasi Sosial Rumah Layak Huni (RSLH) yang dipadukan dengan
pembuatan Sarana dan Prasarana Lingkungan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang dapat diakses secara umum.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni
mendapatkan gambaran menyeluruh terhadap objek penelitian yang akan
diteliti.
Menurut Sugiyono (2009:11) penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel
ataupun lebih (independen) tenpa membuat perbandingan atau menghubungkan
antara variabel satu dengan variabel yang lain.
Menurut Moleong (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tantang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang dialami dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data, yakni
data primer dan data skunder, dengan penentuan sumber data menggunakan
teknik purposive sampling. Menurut sugiyono (2007:30) purposive sampling
yaitu teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Lebih lanjut menurut
Subagyo (2004:31) purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
dengan berdasarkan pertimbangan ditentukan sendiri oleh peneliti.
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Desa Tideng Pale Induk
Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung selama kurang lebih 3 minggu,
dan untuk memperoleh data penulis telah menentukan responden yang terdiri
dari : Kepala Dinas, Kepala Desa, Kaur Pembangunan, Penerima bantuan

252

eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259


rumah layak huni di Desa Tideng Pale Kabupaten Tana Tidung. Dan untuk
menggumpulkan data maka penulis menggunakan penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan (observasi, wawancara dan dokumentasi). Dan setelah data
terkumpul maka dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis
data kualitatif model interaktif yang meliputi : pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil Penelitian Pembahasan


Tahapan Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan
Rumah Layak Huni
Dalam Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan
Sosial Rumah Layak Huni harus dilandasi oleh kepedulian sosial untuk
membantu orang yang membutuhkan pertolongan dengan empati dan kasih
sayang, menekankan pada aspek pemerataan tidak diskriminatif dan seimbang
antara hak dan kewajiban, dilaksanakan dengan memperhatikan kegunaan,
mengintegrasikan berbagai komponen terkait sehingga dapat berjalan secara
terkodinir dan sinergis, mendorong orang miskin ikut berperan aktif dalam
pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan Rehabilitasi Rumah
Layak huni termasuk menerima manfaat serta menerima manfaatnya.
Berdasarkan hasil penelitian dari peneliti bahwa dalam Pelaksanaan
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak Huni
di Desa Tideng Pale Induk Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung sudah
berjalan dengan cukup maksimal akan tetapi masih saja ditemukan masalahmasalah dalam pelaksanaan program rumah layak huni ini seperti tidak adanya
pengawasan dari pihak yang terkait sehingga pembangunan rumah layak huni
ini terkesan kurang maksimal selain itu banyak kendala-kendala yang dihadapi
dalam proses pelaksanaan program rumah layak huni diantaranya lambatnya
bahan material datang kelokasi pembangunan rumah layak huni hal ini
dikarenakan bahan material ini kehabisan stok dan harus memesan keluar
daerah kabupaten tana tidung serta tidak mendukungnya factor alam seperti
hujan maka para tukang tidak akan bekerja sehingga melewati waktu yang telah
ditergetkan.
1. Tahapan Pelaksanaan Program
Program rehabilitasi Rumah Layak Huni ini sangat terbuka atau
transparan kepada masyarakat mulai dari tahap survey, pemantauan besaran
bantuan yang akan diberikan maupun dalam pelaksanaan pembangunan
Rehabilitasi Rumah Layak Huni. Hasil dari proses tersebut akan
disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya sasaran penerima program,
masyarakat berperan aktif dalam setiap kegiatan Rehabilitasi Rumah Layak
Huni milai dari tahap sosialisasi sampai dengan selesai pembangunan rumah
layak huni tersebut. Berdasarkan keputusan Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja
dan
Transmigrasi
Kabupaten
Tana
Tidung
Nomor
466/330.1/DSTKT/VIII/2011. Pada tahun 2011 jumlah penerima bantuan
rumah layak huni di Kabupaten Tana Tidung sebanyak 150 unit khusus didesa
253

Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)


tideng pale induk sebanyak 13 Kepala Keluarga yang direkomendasikan dari
desa dengan ukuran 6 x 9 M2 .
Terdapat 150 kepala keluarga yang mendapatkan rumah layak huni di
Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2011 sesuai dengan studi kasus peneliti di
Desa Tideng Pale jumlah penduduk miskin sebanyak 59 kepala keluarga tetapi
yang mendapat bantuan rumah layak huni hanyalah 13 kepala keluarga miskin.
Dari sisa 43 Kepala Keluarga penduduk miskin yang tidak mendapatkan
bantuan rumah layak huni ini dari pihak Kabupaten akan tetapi dari pihak
Provinsi akan membantu program ini melalui program rumah layak hunian
lansung dari provinsi dalam bentuk rumah beton atau bata.

a) Kriteria Pencalonan Penerima Bantuan


Dalam pelaksanaan program pelayanan rumah layak huni ini kriteria
kepala keluarga penerima bantuan program pelayanan dan rehabilitasi
kesejahteraan sosial rumah layak huni ini adalah kepada mereka yang telah
mendapatkan rekomendasi dari desa dan hasil seleksi dan verifikasi lapangan,
dengan syarat-syarat atau kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki KTP/identitas diri yang berlaku;
b. Foto Copy Kartu Keluarga (KK)
c. Melampirkan surat keterangan dari desa
d. Kepala keluarga /anggota keluarga tidak mempunyai sumber mata
pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiian;
e. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk
penduduk miskin seperti zakat dan raskin;
f. Tidak memiliki asset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai
kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 bulan kecuali tanah dan
rumah yang ditempati;
g. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan
sertifikat atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari
kelurahan /desa atas status tanah.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Desa Tideng Pale Induk
terdapat 13 Kepala keluarga yang mendapatkan bantuan rumah layak huni , dari
13 kepala keluarga yang mendapatkan bantuan rumah layak hunian ini
semuanya telah memenuhi persyaratan dengan melampirkan Fotocopy Kartu
Tanda Penduduk (KTP), Fotocopy Kartu Keluarga , Fotocopy Surat
Kepemilikan Tanah Pas foto 3x4 sebanyak 3 lembar dan telah mendapatkan
Surat Keterangan rekomendasi dari Desa setempat untuk bisa diberikan bantuan
rumah layak huni.
Sesuai dengan observasi peneliti, bahwa benar adanya dalam
pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah
layak huni bagi keluarga miskin yang bermukim dirumah tidak layak huni

254

eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259


merupakan usulan yang telah direkomendasikan dari desa dengan melalui
seleksi verifikasi lapangan melihat kondisi rumah yang ditempati oleh calon
penerima yang berdomisili minimal lima tahun didesa tersebut dengan
penghasilan dibawah rata-rata. Dalam proses verifikasi lapangan, tim verifikasi
mempunyai parameter apakah benar-benar keluarga kurang mampu yang
berhak menerima bantuan tersebut.

b) Pelaksanaan Pembangunan Rumah Layak Huni


Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses
perubahan kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara
terencana. Pembangunan dalam sebuah negara sering dikaitkan dengan
pembangunan ekonomi (economic development). Pembangunan ekonomi
adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita
dengan memperhitungkan adanya peningkatan jumlah dan produktifitas sumber
daya, termasuk pertambahan penduduk, disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi serta pemerataan pendapatan bagi penduduk.
Persyaratan bangunan rumah jika mengunakan struktur rangka dari
kayu harus memenuhi persyaratan pembangunan yakni :
1) Pengukuran dan pembuatan bowplang;
2) Penggalian pondasi;
3) Pembuatan sloof dan lantai beton tumbuk;
4) Pembuatan kusen pintu dan jendela;
5) Pembuatan kuda-kuda;
6) Pembuatan rangka pokok bangunan;
7) Pemasangan dan penyetelan rangka pokok bangunan;
8) Pemasangan rangka dinding, pemasangan kusen pintu kayu dan dinding
papan;
9) Pemasangan kuda-kuda serta gording dari kayu 8/12;
10) Pemasangan atap dari seng gelombang beserta bubungan dan lisplang;
11) Pemasangan daun pintu dan daun jendela beserta kuncinya;
12) Pemasangan kamar madi dan WC;
13) Pemasangan saluran pembuang air kotor dan kotoran (sanitasi)
14) Pembersihan
Pelaksanaan program rumah layak huni bertujuan untuk melihat atau
mengetahui sejauh mana program pemerintah itu dapat dilaksanakan, sesuai
dengan mekanisme yang telah ditetapkan, tepat waktu pengerjaan, dan tepat
sasaran sehingga tujuan diadakannya program tersebut benar-benar dapat
membantu meringankan kesulitan keluarga miskin untuk memiliki rumah yang
layak untuk di huni.
Kegiatan Rehabilitasi Sosial - Rumah Layak Huni bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk miskin melalui pemberian kepada
yang bersangkutan untuk partisipasi aktif dalam melaksanakan kegiatan secara

255

Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)


swakelola dan melestarikan hasil pencapaian kegiatan secara mandiri dengan
memanfaatkan dana dari APBD Kabupaten.
Sehubungan dengan pelaksanaan , seseorang akan mengalami kesulitan
apabila program itu tidak terealisasi dengan baik, maka dari itu dibutuhkan
pemahaman mengenai tujuan ataupun mekanisme dari program yang dilakukan
melalui sosialisasi, apapun bentuk program kalau tidak disosialisasikan akan
sulit bagi masyarakat untuk mengerti. Untuk menentukan siapa saja yang
berhak mendapatkan program tersebut maka dibutuhkan data yang akurat dan
bisa dipertanggungjawabkan apabila terjadi pertanyaan tentang perbaikan
rumah ini, maka petugas dapat membuktikan kenapa orang itu dapat sedangkan
yang lain tidak mendapatkan.
Dana yang telah diberikan untuk proyek rumah layak huni sudah cukup
besar tetapi pada kenyataannya ada sebagian rumah layak huni ini belum
selesai dikerjakan seperti halnya dapur dan kamar mandi sehingga para
penerima program rumah layak hunian ini enggan untuk menempati rumah
tersebut. Selain itu Seringkali penerima bantuan rumah layak huni tersebut
justru yang memilih bahan rumahnya sendiri demi untuk mendapatkan rumah
hunian yang layak dan berumur panjang, sementara untuk proses pembangunan
proyek tersebut terkesan diperlambat atau diundur bila sang empunya rumah
tidak mengawasi secara terus menerus setiap hari.

c) Pendamping Pelaksanaan Program


Pendamping pada dasarnya merupakan upaya untuk menyertakan
masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga
mampu mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Pada kegiatan program
pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah layak huni didesa tiding
pale induk kecamatan sesayap kabupaten tana tidung ini dilaksnakan untuk
mempasilitasi pada proses pengambilan keputusan berbagai kegiatan yang
terkait kebutuhan masyarakat membangun kemampuan dalam meningkatkan
pendapatan.
Dalam pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan
sosial pendamping ini diperlukan ketersediaan sumberdaya manusia manusia (
SDM ) yang berkualitas yang mampu berperan sebagai fasilitator, komunikator,
dinamisator selama program berlangsung dan berfungsi sebagai konsultan
sewaktu diperlukan oleh pihak penerima bantuan. Tenaga pendamping dapat
berasal dari tenaga pendamping lokal diwilayah setempat (tokoh masyarakat)
maupun tenaga pendamping yang berasal dari luar (LSM) sepanjang memenuhi
kriteria pendamping. Seperti jika bahan material telah habis maka yang
berperan dalam hal ini adalah konsultan yang berhubungan langsung dengan
pihak proyek yang telah mendapatkan program tersebut.
Dalam pelaksanaan pembangunan rumah layak huni diperlukan suatu
control yang dimana control tersebut bisa melaksanakan proses pembangunan
rumah layak huni ini kearah yang lebih baik. Pendamping maksudnya, didalam
suatu pelaksanaan program perlu adanya pendamping pelaksanan program yang
dimana pendamping tersebut dapat mengatur mengawasi dari awal sampai

256

eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259


program itu selesai begitu juga dalam pelaksanaan program pelayanan dan
rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah layak huni perlu adanya pendamping
agar pelaksanaan kegiatan bisa berjalan dengan semestinya tanpa ada kendala
dari pihak manapun. Selain itu pendamping tersebut harus dari masyarakat
setempat dengan tugas memotifasi kelompok penerima sasaran untuk
mensuskseskan pelaksanaan pembangunan rumah layak huni diwilayahnya,
memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.
Pendamping dari proyek rumah layak huni ini adalah dari pihak proyek
atau dari pihak yang mendapatkan lelang rumah layak huni yang berasal dari
masyarakat setempat. Jika bahan-bahan material habis maka penerima rumah
layak huni akan melaporkan kepada pendamping dan pendamping akan segera
melihat bahan-bahan apa saja yang kurang. Tapi kebanyakan yang menerima
bantuan tersebut juga turut ikut serta dalam program ini karena banyak sekali
para penerima bantuan yang mengeluh atau tidak percaya. Dalam pelaksanaan
program ini pendamping seharusnya berperan aktif dalam pelaksanaan
penyaluran bahan material sehingga selesai dalam waktu yang ditetapkan dan
tidak mengulur ulur waktu.

d. Waktu Pelaksanaan Program


Sebelum melaksanakan pekerjaan pembangunan dalam pelaksanaan
program rumah layak huni sudah tentu diperlukan acuan untuk mencapai target
penyelesaian pekerjaan dengan mengunakan target waktu penyelesaian untuk
satu unit rumah yang akan dibangun sehingga dalam program tersebut tidak
memakan waktu yang cukup lama dan sesuai target penyelesaian. Dalam
pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah
layak huni ini mengunakan waktu 5 ( lima ) bulan atau 150 hari kerja dalam
satu unit rumah layak huni. Dalam pelaksanaan program rumah layak huni ini
waktu yang ditargetkan selama 5 ( lima ) bulan bisa saja tidak cukup
dikarenakan terkendala oleh factor alam , seperti halnya dengan jika cuaca atau
turun hujan pekerja tidak dapat meneruskan pekerjaannya sehingga harus
menunda waktu lagi dalam proses pelaksanaan pembuatan rumah layak huni
tersebut.
2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program rumah layak huni
Dalam mencapai sebuah tujuan organisasi, tidak semua dapat berjalan
mulus. Pasti ada kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan suatu
organisasi. Begitupun dalam pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi
kesejahteraan sosial rumah layak huni dimana dalam pelaksanaannya pasti ada
kendala-kendala dalam mencapai tujuan yaitu mendapatkan sumber daya
manusia yang berkualitas.
Adapun kendala-kendala atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah layak huni ini
ialah lambatnya bahan material untuk sampai kelokasi pembangunan rumah
layak huni ini sehingga pihak pekerja rumah layak huni tersebut harus

257

Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)


mengulurkan waktu sampai bahannya berada dilokasi pembangunan rumah
layak huni tersebut.
Hal ini merupakan kendala atau hambatan dalam pelaksanaan program
tersebut lain halnya dengan jika cuaca atau turun hujan pekerja tidak dapat
meneruskan pekerjaannya sehingga harus menunda waktu lagi dalam proses
pelaksaan pembuatan rumah layak huni tersebut.

Kesimpulan
1. Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Rumah Layak Huni memiliki tahapan-tahapan pelaksanaan yang diantaranya
terdiri dari kriteria calon penerima bantuan, pelaksanaan pembangunan
rumah layak huni, pendamping pelaksanaan pembangunan, dan waktu
pelaksanaan dari tahapan-tahapan tersebut pelaksanaan program rumah
layak huni dapat dilaksanakan dengan cukup maksimal meskipun masih
terkendala dengan kurangnya pengawasan dari pihak yang terkait sehingga
pelaksanaan tersebut terkesan apa adanya.
2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pelaksanaan program
pelayanan dan rehabiulitasi kesejahteraan sosial rumah layak huni ini
diantaranya ialah rancunya program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan
sosial rumah layak huni antara pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten. Lambatnya bahan material untuk sampai kelokasi.
Rekomendasi
Dari kesimpulan diatas yang telah penulis paparkan, maka penulis
menyarankan beberapa rekomendasi-rekomendasi kepada pihak-pihak yang
terkait tentang Pelaksanaan Program dan rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Rumah Layak Huni di Desa Tideng Pale Induk Kecamatan Sesayap Kabupaten
Tana Tidung antara lain :
1. Perlu dilaksanakannya pembuatan SK Program karena dalam Pelaksanaan
Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak huni
peneliti hanya menerima SK Penerima Program Sedangkan SK programnya
tidak ada hal ini sangat penting untuk menindaklanjuti rancunya
pembangunan rumah layak huni dengan pemeriuntah provinsi.
2. Dalam proses pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi
kesejahteraan sosial rumah layak huni ini diperlukan pengawasan sehingga
berkesan tidak tepat sasaran dan hanya berjalan dengan seadanya saja
dengan faktanya dilapangan yang mengawasi justru para penerima program
yang dimana mereka juga harus bekerja untuk mencari kebutuhan seharihari.
3. Dari pihak penggarap proyek rumah layak huni diharapkan agar bahanbahan material telah dipersiapkan terlebih dahulu sehingga para tukang atau
pekerja rumah layak huni ini tidak menunggu dan memakan waktu yang
lama sampai bahan material tiba di lokasi pembuatan rumah layak huni.

258

eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259


Daftar Pustaka
Abidin, Zainal Said. 2002. Kebijakan Publik Jakarta: Yayasan Pancur Siwah
Asenk Lee, 2008. Enam Juta Penduduk Indonesia Belum Miliki Rumah
Layak Huni
BPS. Konsep kemiskinan. Tersedia dalam http://www.BPS.go.id. Di akses
tanggal 15 April 2009
Budiman, Arif. 2000 Sosiologi Pembangunan dan Keterbelakangan Sosiologi,
Jakarta: Pustaka Pulsar
Husman, Husaini, Purnomo setiady Akbar, 2003. Metedologi Penelitian sosial,
Bumi Aksara, Jakarta.
JARNASY, OWIN.2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan
Kemiskinan. Belantika. Jakarta.
NASIKUN. 2001. Bahan Kuliah ; Isu dan Kebijakan Penanggulangan
Kemiskinan. Magister Administrasi Publik. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
NASIKUN. 1995. Kemiskinan di Indonesia Menurun, dalam Perangkap
Kemiskinan, Problem, dan Strategi Pengentasannya, (Bagong Suyanto,
ed), Airlangga Univercity Press.
Nawawi, H. Hadari. 2005.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gadjah Mada University
Pasalong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : ALFABATA
Singarimbun, Masri, 1989. Metodologi Penelitian Survei, LP3ES, PT
Matahari Bakti, Jakarta
Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA
Sutinah, Suyanto Bagong, 2006, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif
Pendekatan , Jakarta, Kencana Pranada Media Group.
Sumber Lainnya:
Enam Juta Penduduk Indonesia Belum Miliki Rumah Layak Huni. Tersedia di
http://rosenmaihunuk.blogspot.com. Di akses tanggal 14 April 2009

259

Anda mungkin juga menyukai