Anda di halaman 1dari 58

IKLIM DAN

EROSI
OLEH
MUHAMMAD FIQRI RIDWAN
P0303216001

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
JURNAL REVIEW
1. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Erosi Tanah Di Sungai
Mandakini,india Utara
2. Efek Dari Perubahan Iklim Dan Kejadian Kebakaran Yang
Ekstrim Pada Erosi Limpasan Di Atas Daerah Aliran
Sungai Gunung
3. Iklim Dan Erosi Modern Di Himalaya
4. Implikasi Perubahan Iklim Pada Erosi Angin Di Lahan
Pertanian Di Columbia Plateau
5. Parameter-parameter Curah Hujan Yang Mempengaruhi
Penaksiran Indeks Erosivitas Hujan Di Sri Aman, Sarawak
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI TANAH DI SUNGAI MANDAKINI,INDIA UTARA
PENGANTAR
• Perubahan iklim merupakan faktor penting dalam kaitannya dengan erosi
• Meningkatnya intensitas curah hujan merupakan salah satu ciri
perubahan iklim yang sangat mempengaruhi peningkatan Erosi tanah
• Erosi tanah adalah proses difusi yang bervariasi secara spasial di atas
bentang alam yang khas
• Erosi tanah disebabkan oleh pelepasan dan pemindahan partikel tanah
dari permukaan tanah. Ini adalah fenomena fisik alami yang membantu
membentuk bentuk permukaan bumi saat ini (Das 2002).
• Pemodelan erosi tanah adalah proses matematis yang menggambarkan
partikel tanah detasemen, transportasi, dan pengendapan pada
permukaan tanah.
• Erosi tanah adalah salah satu bahaya lingkungan utama Saat ini dialami
oleh manusia
• Diperkirakan di India sekitar 5.144 m-ton tanah mengalami erosi setiap
tahun karena alasan yang berbeda (Narayan dan Babu 1983).
• Peneliti di berbagai wilayah di India menggunakan metode MMF (Morgan-
Morgan-Finney), USLE (Universal Soil Loss), dan RUSLE (Revised
Universal Soil Loss) dalam mengamati Tingkat erosi tanah
TUJUAN
 Tujuan utama dari penelitian ini adalah
Menilai dampak perubahan cuaca di masa
depan (curah hujan) di daerah cekungan
Mandakini yang mengalami erosi dengan
USLE (Universal Soil Loss Equation) dan
model SDSM (Wilby and Dawson 2007)
telah digunakan di Indonesia studi terkini
untuk analisis perubahan iklim di masa
depan dengan data HadCM3 skenario A2.
DESKRIPSI AREA STUDI

 Cekungan Mandakini terletak di dekat sungai Mandakini,


salah satu anak sungai Alaknanda
 Cekungan berada di distrik Rudraprayag, Uttarakhand
dan terdiri dari area seluas 1646 km2
 Dengan kemiringan rata-rata 4,5
 Curah hujan tahunan di wilayah ini sekitar 1000-2000
mm
 Wilayah ini mempunyai iklim yang relatif lebih dingin dari
daratan utama India dengan rentang suhu maksimum
dari 30 derajat - 36 derajat C sementara minimum antara
0 derajat dan 8 derajat C.
 Wilayah ini memiliki lembah yang curam,lereng dengan
land slide dan gerakan sedimen
Peta lokasi penelitian area ditunjukkan pada
gambar
METODE
 Perubahan iklim
Dalam menentukan perubahan iklim digunakan
Model SDMS yang membutuhkan dua jenis
data harian untuk downscaling yaitu
1. 'Predictand' (curah hujan) yang merupakan
data lokal.
2. 'Prediktor' (NCEP dan data GCM yang
disimulasikan), yang mana adalah data
berskala besar dari variabel atmosfir yang
berbeda.
 Model erosi tanah: The Universal Soil loss equation (USLE)
The Universal Soil loss equation (USLE) dikembangkan oleh
Wischmeier dan Smith (1958 dan 1978) digunakan untuk
memprediksi erosi tanah, enam faktor erosi, yang nilainya
ditentukan secara terpisah dengan menggunakan area
spesifik empiris persamaan
A = R x K x LS x Cx P
Dimana :
A adalah rata-rata tingkat kehilangan tanah tahunan (t ha-1 tahun-1),
R adalah Faktor erosivitas curah hujan (MJ mm ha-1h-1 tahun-1),
K adalah tanah Faktor erodibilitas (t ha h ha-1MJ-1mm-1),
LS adalah topografi Faktor dinyatakan sebagai panjang lereng dan kecuraman
C adalah faktor pengelolaan tanaman, dan
P adalah pendukung konservasi
HASIL
 Hasil yang diperoleh setelah menganalisa
data yang berbeda adalah disajikan pada
Tabel yang menunjukkan erosi di tahun
2020-an, 2050an, dan 2080-an karena
perubahan curah hujan
No Waktu Curah hujan Beban sedimen Perubahan (t / Perubahan
rata-rata (mm) (t/ tahun) tahun) (%)

1 Current (1961–2001) 1077,41 586,337 0 0

2 2020s (2011-2040) 1349,63 711,328 124,991 21,32

3 2050s (2041-2070) 1595,21 824,050 112,722 15.85

4 2080s (2071-2099) 1977,89 999,746 175,696 21.32


No Waktu Curah hujan Beban sedimen Perubahan Perubahan
rata-rata (mm) (t/ tahun) (t / tahun) (%)

1 Current (1961– 1077,41 586,337 0 0


2001)
2 2020s (2011-2040) 1349,63 711,328 124,991 21,32

3 2050s (2041-2070) 1595,21 824,050 112,722 15.85

4 2080s (2071-2099) 1977,89 999,746 175,696 21.32


 Curah hujan meningkat
menyebabkan
perubahan atau
kenaikan erosi tanah di
masa depan. Ada
peningkatan yang
menonjol di masa depan
daripada periode saat ini
atau periode yang
diamati, namun
persentase perubahan di
tahun 2020-an dan
2080-an lebih tinggi dari
tahun 2050an. Namun,
Beban sedimen tahun
2050an lebih tinggi dari
2020, yang
mengindikasikan bahwa
beban sedimen di masa
depan berangsur-angsur
meningkat karena
perubahan curah hujan.
KESIMPULAN
 Meskipun keluaran dari model USLE selama
penelitian telah diperiksa silang dengan
mengacu pada laporan pemerintah lainnya
untuk wilayah tersebut di tahun 2011,
namun, penelitian ini memerlukan validasi
lebih lanjut dari keluaran model dengan data
yang diamati dari jaringan pengukuran yang
ada di outlet basin. dimana daerah tersebut
ditemukan di bawah kondisi erosi kritis
dengan erosi tanah tinggi dan sangat tinggi.
Studi tersebut menunjukkan bahwa
perubahan iklim akan sangat bertanggung
jawab atas erosi tanah di masa depan.
EFEK DARI PERUBAHAN IKLIM DAN KEJADIAN KEBAKARAN YANG EKSTRIM
PADA EROSI LIMPASAN DI ATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI GUNUNG
PENGANTAR
 Perubahan iklim yang terjadi dapat meningkatkan frekuensi,
durasi, dan intensitas kejadian cuaca ekstrem dan kekeringan
yang menyebabkan kebakaran hutan, dan kejadian hujan
 Peningkatan kejadian kebakaran akibat perubahan iklim yang
berubah dapat secara substansial mempengaruhi ekosistem
darat dengan meningkatkan erosi limpasan
 Erosi dan sedimen berlebih dapat mempengaruhi ekosistem
dan saluran air dengan dampak negatif terhadap kehidupan
akuatik, navigasi, sedimentasi,reservoir dan penyimpanan,
banjir, persediaan air minum, dan estetika
 Banyak model erosi tanah empiris dan mekanistik telah
dikembangkan sejak tahun 1950an. Salah satunya yaitu Model
Prediksi Erosi Air (WEPP)
 Model Prediksi Erosi Air (WEPP) adalah model berbasis proses
berkelanjutan yang dikembangkan oleh US Department of
Agricultural - Agricultural Research Service (USDA-ARS), yang
mencakup proses pelepasan, pengangkutan, dan pengendapan
(Flanagan dan Nearing, 1995
TUJUAN
 Tujuan keseluruhan dari penelitian ini
adalah untuk mengukur peran relatif dan
dampak gabungan dari perubahan iklim
dan kebakaran hutan yang ekstrem
dalam memberikan kontribusi pada
pembentukan sedimen akibat limpasan
pada skala yang lebih besar di PNW
(Pacific Northwest).
DESKRIPSI AREA STUDI
 Salmon River Basin (SRB) terletak di pusat Idaho di antara
Pegunungan Rocky di timur dan Dataran Tinggi Columbia
 elevasinya berkisar 304 sampai 3713 m
 Ini adalah salah satu daerah aliran sungai terbesar yang
belum dikembangkan di A.S. (36.000 km2) dengan 27%
cekungan yang dilindungi federal
 hamper 90% dimiliki oleh Biro Pengelolaan Tanah (BLM)
dan Dinas Kehutanan A.S.
 Sekitar 54% dari total sedimen (65% dari total pasir)
memasuki SRB selama 2008-2011
 sumber utama hasil sedimen dari SRB berasal dari daerah
yang terganggu seperti kebakaran hutan dan jalan raya
 kebakaran hutan mempengaruhi sekitar 7.200 km2 di SRB
dibandingkan Pada tahun 1971-1980 yang hanya 500 km2
Gambar. Peta cekungan sungai Salmon yang menunjukkan cekungan kalibrasi
berwarna ungu (dengan referensi jumlah cekungan), elevasi, tutupan lahan,
stasiun Data Data Iklim Nasional (NCDC), dan area uji (dinaungi).
METODOLOGI
 Implementasi model VIC-WEPP
1. Dalam penelitian ini, kami memperbaiki dan
menerapkan kerangka pemodelan VIC-
WEPP yang pada awalnya dikembangkan
oleh Mao et al. (2010). Model VIC (v4.1.1)
adalah model hidrologi skala makro
terdistribusi secara terdistribusi secara
merata yang memecahkan air dan energi.
2. Model VIC telah diterapkan di seluruh
wilayah daratan kontinental, dan telah
banyak digunakan di Amerika Serikat
bagian barat
 Implementasi model WEPP-HE
model erosi berbasis proses yang berdiri
sendiri yang telah diekstraksi dari model
WEPP penuh (v2004.7) yang beroperasi di
atas skala lapangan dan bukit-bukit
(ratusan m2) untuk kejadian badai tertentu
(Flanagan et al., 2005).
 Menghubungkan dua model ini memerlukan pemilahan keluaran
spasial dan temporal dari keluaran VIC sebelum menjalankan
WEPP-HE.
 WEPP-HE dijalankan dengan menggunakan pendekatan
perwakilan lereng bukit (dan hasil erosi digabungkan pada setiap
kelas perbukitan setelah analisis.
Proses ini melibatkan tiga langkah utama,
sebagai berikut.
1. Untuk setiap sel grid VIC, model VIC melewati informasi
hidrologi (kedalaman limpasan, laju limpasan puncak, durasi
limpasan efektif, dan intensitas curah hujan dan durasi
efektif) ke WEPP-HE.
2. Memilih perbukitan representatif di setiap sel grid VIC dengan
menggunakan skema sampling bertingkat (Park and van de
Giesen, 2004; Thompson et al., 2006) untuk melakukan
simulasi dari masing-masing subkelompok yang relatif
homogen (misalnya dengan rentang gradien kemiringan yang
sama) dan dari setiap tutupan vegetasi.
3. Informasi tanah, yang dibutuhkan untuk pemodelan VIC, Ini
termasuk erodibilitas awal, kelas ukuran partikel tanah, berat
jenis kelas tertentu, dan kandungan bahan organik
HASIL
 Dampak perubahan iklim dan kebakaran pada
hasil sedimen
1. Kondisi perubahan iklim dan kebakaran sama-
sama memiliki dampak signifikan pada
pembangkitan sedimen di atas SRB, namun
dampaknya berbeda dalam hal variabilitas spasial
2. Hasil model menunjukkan bahwa kenaikan tingkat
keparahan kebakaran secara substansial akan
meningkatkan hasil sedimen di seluruh SRB
berdasarkan kedua sejarah tersebut (+26,0 t ha- 1)
dan skenario iklim masa depan (+31,2 t ha- 1)
Namun, kenaikan terutama terjadi dari tanah
berhutan di bagian tengah dan barat baskom
A B

 Gambar. Dampak perubahan iklim dan tingkat keparahan


kebakaran pada hasil sedimen di atas Lembah Sungai
Salmon. Panel a dan b menggambarkan dampak tingkat
keparahan kebakaran selama periode historis (1981-
2010) dan masa depan (2041-2070).
C D

Panel c dan d menggambarkan dampak perubahan iklim di bawah


kondisi kebakaran tanpa api dan tingkat keparahan yang tinggi.
Besarnya perubahan dalam perkiraan hasil sedimen dihitung baik oleh
perbedaan antara kondisi kebakaran dengan tingkat keparahan yang
tinggi dan tidak ada kondisi api dalam skenario iklim yang berbeda
(untuk a dan b), atau oleh perbedaan antara iklim masa depan dan
historis sementara di bawah kondisi kebakaran yang berbeda. (untuk
c dan d).
Gambar Hasil sedimen simulasi VIC-WEPP untuk enam skenario iklim dan empat
skenario keparahan kebakaran di sebagian wilayah Sungai Salmon (lihat area abu-
abu pada Gambar 1). Hasil historis dan masa depan rata-rata selama periode 1981-
2010 dan 2041-2070. Skenario iklim masa depan disusun dari atas ke bawah agar
terjadi peningkatan curah hujan tahunan yang lebih kecil.
HASIL
 Hasil model VIC-WEPP menunjukkan bahwa
arus arus SRB akan memiliki aliran puncak
musim semi sebelumnya dengan satu sampai
dua bulan di bawah skenario iklim di masa
depan
 hasil sedimen juga meningkat dengan tingkat
keparahan kebakaran yang lebih tinggi baik
untuk iklim historis maupun masa depan
 Hasil sedimen lebih sensitif terhadap kejadian
kebakaran daripada perubahan iklim sebesar
satu sampai dua urutan
IKLIM DAN EROSI MODERN DI
HIMALAYA
PENGANTAR
 Selama beberapa dekade terakhir, Himalaya telah
menjadi fokus berbagai penelitian yang meneliti
interaksi antara iklim, erosi, dan tektonik pada
berbagai bidang
 Studi semacam itu didorong oleh Karakteristik
utama Himalaya: Bentang yang luas dalam tingkat
deformasi dan atribut topografi, gradien spasial
yang kuat dalam proses geomorfik yang dominan,
monsun yang menonjol, dan geomorfik dan
stratigrafi
 Antara bulan Juni dan September setiap tahun,
monsun India biasanya menghasilkan sekitar 80%
curah hujan tahunan
TUJUAN
 Penelitian ini ingin mengeksplorasi kontrol
terhadap proses erosi dan kontras dalam sifat
erosi antara sayap Himalaya selatan yang
didominasi monsun dan bayangan hujan yang
berada di utara puncak Himalaya.
Pengendapan dan erosi di daerah
tangkapan Marsyandi, Nepal Tengah
 Hasil meteorologi di daerah tangkapan Marsyandi
1. Beberapa hasil mencolok muncul dari data meteorologi
yang diperoleh dengan jaringan ini. Pertama, sepuluh
kali lipat, northsouth gradien dalam curah hujan
monsoonal ada di Himalaya dengan curah hujan
puncak melebihi 4 m di sisi selatan sementara <40 cm
curah hujan jatuh di kedalaman bayangan hujan
2. Puncaknya di musim hujan curah hujan tidak terjadi di
dekat kisaran puncak, namun diimbangi 20 sampai 30
km selatan (melawan angin) dari topografi tertinggi dan
terjadi di mana ketinggian biasanya 2 sampai 3 km.
GAMBAR HUBUNGAN TOPOGRAFI DAN KELERENGAN TERHADAP CURAH
HUJAN MONSOONAL

A. topografi Himalaya
yang menunjukkan
urutan, 50 - 350 km
petak dimana
topografi, relief, dan
curah hujan dirata-
ratakan

B. Topografi yang menaik sampai> 4 km menghasilkan puncak tunggal dalam


curah hujan. Angka swath mengacu pada petak di A. C. Twostepped topografi
(umumnya mencakup Lesser dan Greater Himalaya) menyebabkan puncak
curah hujan ganda.
Erosi modern di daerah tangkapan Marsyandi
(tangkapan air di seluruh wilayah)

Gambar . A. Kontras dalam presipitasi antara lembah dan lembah selama musim
hujan (Juli-September) dan musim dingin (Januari-Maret). Perhatikan yang
sebaliknya Kecenderungan curah hujan di arah utara-selatan di musim dingin versus
monsun. Offset monsun menunjukkan offset lateral dari topografi tertinggi zona
presipitasi monsun tertinggi. B. Model konseptual untuk akumulasi salju di Himalaya
Nepal berdasarkan data stasiun cuaca dan pemodelan keseimbangan massa gletser
(Harper dan Humphrey, 2003).
Curah hujan dari tahun 2000 sampai 2002 dengan air yang sesuai dan debit
sedimen dari daerah tangkapan Khudi di drainase Marsyandi.

A. Curah hujan tahunan dengan fase monsun aktif dan lemah yang berlangsung
selama satu sampai dua minggu. Data air dan sedimen menunjukkan debit yang
sangat tinggi. Darah sedimen utama bersifat singkat dan terjadi secara
signifikan setelah onset monsun.
KESIMPULAN

 Meskipun Departemen Hidrologi dan Meteorologi Nepal


mengoperasikan jaringan ratusan stasiun cuaca, lebih dari
90% di antaranya berada di dasar lembah. Data dari jaringan
stasiun yang relatif padat di Marysandi telah menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara lembah dan pegunungan di
dekatnya dalam presipitasi musimannya
 Durasi sampling empat tahun adalah terlalu pendek untuk
menangkap variabilitas khas yang terlihat pada catatan debit
yang lebih lama, dan fluks sedimen yang diamati dapat
terganggu baik dengan fluks yang lebih rendah dari rata-rata
selama periode sampling atau dengan fluks yang tidak biasa.
IMPLIKASI PERUBAHAN IKLIM PADA EROSI ANGIN DI LAHAN
PERTANIAN DI COLUMBIA PLATEAU
PENGANTAR
 Perubahan iklim dapat berdampak pada kesehatan dan
produktivitas tanah akibat laju erosi yang dipercepat atau
melambat
 Dampak perubahan iklim terhadap erosi anginsulit untuk
dinilai karena kompleksitas memprediksi perubahan iklim,
sifat tanah, dan karakteristik permukaan yang mengatur
erosi.
 Perubahan suhu dan presipitasi dapat secara langsung
mempengaruhi kadar air tanah dan produksi tanaman
 Tanah pertanian yang lebih kering atau lebih terbuka,
akibat penutupan tutupan tanaman yang lebih rendah,
lebih rentan terhadap erosi angin
 Beberapa penelitian telah menilai dampak perubahan iklim
terhadap erosi angin di seluruh dunia. Di Asia, Gao dkk.
(2002) memprediksi bahwa erosi angin di padang rumput
akan meningkat sekitar 25% karena suhu meningkat
sebesar 2 ° C.
 Di Australia, Liddicoat dkk. (2012) memprediksi risiko yang
lebih besar untuk erosi angin di lahan pertanian
berdasarkan pengurangan presipitasi 5-20%, peningkatan
konsentrasi CO2 dari 390 menjadi 480 ppm, dan kenaikan
suhu 1,5 ° C pada tahun 2030 dibandingkan dengan iklim
sekarang
 Risiko erosi yang lebih besar dikaitkan dengan hilangnya
tutupan biomassa kritis pada tambahan 335.000 (5% lahan
subur), 439.000 (6% lahan subur), dan 997.000 ha (15%
lahan subur) sebagai tanggapan terhadap masing-masing
5%, 10% atau 20% penurunan curah hujan di seluruh
Australia Selatan.
TUJUAN
 untuk menilai dampak perubahan
iklim terhadap erosi angin di Dataran
Tinggi Columbia di Pacific Northwest
Amerika Serikat.
METODOLOGI
 WEPS digunakan untuk menilai emisi erosi angin
dan PM10 di bawah skenario iklim di masa
depan
 Model terdiri dari tujuh submodel
1. Pertumbuhan tanaman
2. Dekomposisi residu
3. Erosi
4. Hidrologi
5. Pengelolaan
6. Tanah
7. cuaca
DESKRIPSI AREA STUDI
 The WEPS digunakan untuk
mensimulasikan dampak perubahan iklim
terhadap erosi angin di rendah (<300 mm
per tahun) dan menengah (300-380 mm per
tahun) zona pengendapan Columbia
Plateau.
 Lokasi ini dipilih berdasarkan ketersediaan
data hasil musim dingin yang dikumpulkan
oleh Oregon State University dan
Washington State University
Lokasi (lingkaran padat) di dalam Dataran Tinggi Columbia (daerah teduh) di
utara Idaho, Oregon bagian utara-tengah, dan Washington timur dimana data
diperoleh untuk memeriksa dampak perubahan iklim terhadap erosi angin
HASIL
 Simulasi erosi angin dilakukan lebih dari dua 30
tahun periode, perwakilan iklim baseline historis
(1970-1999) dan iklim abad ke-21 (2035-2064).
1. IKLIM
 WEPS membutuhkan masukan suhu udara maksimal dan
minimum harian, kelembaban relatif, radiasi matahari, dan
presipitasi untuk mensimulasikan erosi.
 Masukan ini digunakan dalam pertumbuhan tanaman,
dekomposisi residu, hidrologi, pengelolaan, tanah, dan
submodel cuaca
 Data cuaca harian diperoleh dari 18 Global Climate Models
(GCM)
 Pendekatan ansambel digunakan untuk dampak perubahan
iklim berdasarkan pedoman Mote dkk. (2011)
2.Erosi Angin
• WEPS mensimulasikan erosi pada timbangan lapangan.
• Simulasi kami dilakukan pada bidang empat persegi
panjang yang memiliki dimensi khas 1610 x 805 m2
(sekitar 130 ha)
• Dimensi lapangan memastikan pencapaian kapasitas
pengangkutan untuk memperkirakan PM10 dan total
kehilangan tanah Kerugian total tanah berasal dari
kerugian yang terkait dengan creep, saltation, dan
suspensi sedangkan kerugian PM10 adalah subset dari
komponen suspensi di WEPS.
Temperatur udara rata-rata
musiman (° C) di seluruh
Idaho, Montana barat, Oregon,
dan Washington rata-rata di
atas 18 Model Iklim Global
dengan menggunakan Jalur
Konsentrasi Historis dan
Konsentrasi Re-presentatif
yang masing-masing
berlangsung pada tahun 1970-
1999 dan 2035-2064. Suhu
udara dilaporkan untuk musim
dingin (Desember-Februari),
musim semi (Maret-Mei),
musim panas (Juni-Agustus)
dan musim gugur (September-
November).
Presipitasi musiman total
(mm) di seluruh Idaho,
Montana barat, Oregon, dan
Washington rata-rata di atas
18 Model Iklim Global yang
menggunakan sejarah dan
Representative Concentration
Pathway 4,5 untuk masing-
masing 1970-1999 dan 2035-
2064. Presipitasi dilaporkan
untuk musim dingin
(Desember-Februari), musim
semi (Maret-Mei), musim
panas (Juni-Agustus) dan
musim gugur (September-
November).
Kecepatan angin rata-rata
musiman (m s ~ 1) di seluruh
Idaho, Montana barat,
Oregon, dan Washington
rata-rata di atas 18 Model
Iklim Global dengan
menggunakan Jalur
Konsentrasi Historis dan
Konsentrasi 4.5 yang
masing-masing untuk
masing-masing 1970-1999
dan 2035-2064. Kecepatan
angin dilaporkan untuk
musim dingin (Desember-
Februari), musim semi
(Maret-Mei), musim panas
(Juni-Agustus) dan musim
gugur (September-
November).
KESIMPULAN
 Hilangnya tanah dan PM10 yang terkait dengan
erosi angin disimulasikan oleh WEPS untuk
perubahan iklim di Dataran Tinggi Columbia di
Pacific Northwest Amerika Serikat dimana debu
yang tertiup angin yang berasal dari lahan pertanian
berkontribusi pada kualitas udara yang buruk.
 Proyeksi iklim untuk ansambel 18 GCM
menunjukkan bahwa iklim akan lebih basah dan
hangat selama 2035-2064 dari tahun 1970-1999.
 Penurunan kehilangan tanah selama 2035-2064
dibandingkan dengan tahun 1970-1999
kemungkinan terkait dengan perubahan
karakteristik iklim dan permukaan yang
mempengaruhi proses erosi angin.
PARAMETER-PARAMETER CURAH HUJAN YANG MEMPENGARUHI
PENAKSIRAN INDEKS EROSIVITAS HUJAN DI SRI AMAN, SARAWAK
PENGANTAR
PENGANTAR
 Erosi tanah pada beberapa wilayah dapat berlangsung
sangat serius dan dapat berlanjut sampai periode dimana
banyak tanah-tanah subur dapat hilang
 Curah hujan adalah faktor utama yang dapat menghasilkan
erosi tanah.
 Faktor erosivitas hujan yang digunakan pada Persamaan
Kehilangan Tanah Universal (USLE) adalah kemampuan
curah hujan untuk menyebabkan erosi tanah.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi erosivitas adalah jumlah,
intensitas, velositas, ukuran butiran, dan penyebaran ukuran
butiran air hujan yang jatuh (Blanco & Lal, 2008; Morgan,
2005).
TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menaksir


indeks erosivitas hujan berdasarkan Rumus
Bols dan untuk menguji parameter-parameter
curah hujan yang berpengaruh dalam
perhitungan tersebut di Sri Aman, Sarawak,
Malaysia Timur.
DESKRIPSI AREA STUDI
 Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sri Aman,
Sarawak, Malaysia Timur.
 Lokasi berada kira-kira 153 kilometer arah barat
daya (220°) dari pusat Malaysia dan 1100
kilometer arah timur (101°) dari ibu kota Kuala
Lumpur
 Iklim Sarawak sangat dipengaruhi oleh angin
musim Indo-Australia dalam sabuk angin musim
tropis (Whitmore, 1984).
 Dengan vegetasi hutan hujan tropis. Selama 20
tahun terakhir (1992- 2011),
 lokasi penelitian mendapatkan curah hujan 3.491
mm/tahun, 229 hari hujan dalam setahun,
 suhu udara bulanan 26.6°C, dan kelembaban
relatif bulanan 85.1%
METODOLOGI
 Indeks erosivitas hujan dihitung dengan
menggunakan Rumus Bols (1978) (Asdak,
2002; Seta, 1987; Suripin, 2004):

1,21 -0,47
 EI30 = 6,119 R x D x M 0,53
di mana:
EI30 = Indeks erosivitas hujan bulanan
R = Curah hujan bulanan (cm)
D = Jumlah hari hujan bulanan
M = Curah hujan maksimum selama 24
jam pada bulan tersebut (cm)
Hubungan antara indeks erosivitas hujan dan parameter-
parameter curah hujan yang mempengaruhinya dianalisis dengan
menggunakan persamaan regresi linier ganda, sebagai berikut:

 Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3


Dimana :
Y = indeks erosivitas hujan tahunan
b0, b1, b2 & b3 = koefisien regresi
X1 = curah hujan tahunan
X2 = jumlah hari hujan tahunan
X3 = curah hujan maksimum
HASIL
Erosivitas hujan adalah salah satu faktor yang menentukan dalam prakiraan
besarnya erosi tanah. Secara umum karakteristik curah hujan yang turun akan
berpengaruh terhadap jenis erosi yang terjadi di suatu tempat.
Tabel menunjukkan bahwa indeks
erosivitas hujan tertinggi di lokasi
penelitian selama 27 terakhir adalah
pada tahun 1995 (4194,10) dan
terendah adalah pada tahun 2006
(1832,37). Curah hujan tahunan
tertinggi dan terendah juga terjadi
pada tahun-tahun tersebut (425,81
cm pada 1995 dan 236,43 cm pada
2006). Jumlah hari hujan terbanyak
adalah 260 hari pada 1988 dan
terendah sebanyak 192 hari pada
1997. Nilai tertinggi curah hujan
maksimum adalah 19,86 cm pada
2001 dan nilai terendah adalah 6,38
cm pada 1997. Curah hujan
tahunan, hari hujan, curah hujan
maksimum, dan indeks erosivitas
hujan rata-rata berturut-turut adalah
336,50 cm, 227 hari, 11,23 cm, dan
2929,18.
• Indeks erosivitas hujan rata-rata berdasarkan bulan
selama 27 tahun terakhir di Sri Aman, Sarawak
menunjukkan nilai tertinggi dan terendah masing-masing
sebesar 348,31 pada Januari dan 169,00 pada Juni
• Sedangkan indeks erosivitas hujan bulanan rata-rata
adalah 244,10.
KESIMPULAN
 Indeks erosivitas hujan merupakan salah satu
faktor penting dalam memprediksi erosi tanah.
 Penaksiran indeks erosivitas curah hujan
tahunan sangat dipengaruhi oleh parameter-
parameter curah hujan seperti curah hujan
tahunan, jumlah hari hujan tahunan, dan curah
hujan maksimum.
 Informasi tentang indeks erosivitas hujan
berguna dalam perencanaan dan pelaksanaan
praktek teknologi konservasi tanah dan air.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai