Anda di halaman 1dari 12

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang pengertian atau pemahaman tentang suatu


model optimasi pola operasi pada waduk yang telah dilakukan peningkatan
(upgrading). Kerangka konsep penelitian meliputi : a) kerangka pikir, b)
hipotesis, dan definisi operasional dan pengukuran peubah (variable). Kerangka
ini dibuat berdasarkan ringkasan tinjauan pustaka yang mendukung dan atau
menolak teori di sekitar permasalahan penelitian. Juga diuraikan kesenjangan di
antara hasil penelitian terdahulu, sehingga perlu diteliti. Utaian kerangka konsep
dan atau kerangka piker mengarahkan kepada perumusan hipotesis dan disusun
dalam bentuk narasi dan diagram alur.
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan atau jawaban sementara
(berdasarkan hasil penelitian atau pustaka sebelumnya) atas pertanyaan dalam
masalah penelitian, yang akan diuji dengan data empirik melalui penelitian ini.
Hipotesis yang diuraikan pada bab ini dalam bentuk persamaan atau model untuk
menentukan pola operasi waduk dengan sub model berupa faktor perubahan
iklim.

3.1. Kerangka Pikir

Permasalahan Waduk Wonogiri adalah Pola Operasi Waduk yang tidak

sesuai dengan kondisi tinggi muka air waduk aktual, hal ini diakibatkan oleh a)

Sedimen yang menyebabkan tampungan waduk berkurang, b) Pemanfaatan air

waduk untuk irigasi, air baku, PLTA dan pemeliharaan sungai meningkat, c)

Perubahan iklim (kenaikan suhu), d) Pengaruh anomaly rainfall index, ENSO,

SOI, IOD dan e) Perubahan Tata Guna Lahan. Telah banyak dilakukan penelitian

untuk menganalisis pengaruh parameter-parameter yang berkenaan dengan pola

operasi waduk. Inflow, tampungan (storage) dan outflow merupakan faktor yang

45
langsung berpengaruh terhadap pola operasi waduk. Kondisi Inflow setiap bulan

dalam 1 tahun sangat beragam, dipengaruhi oleh curah hujan, perubahan iklim,

fenomena ENSO, perubahan tata guna lahan. Kondisi tampungan waduk

terpengaruh oleh sedimen yang menyebabkan kapasitas tampung waduk dapat

menjadi berkurang jika pengaturan sedimen tidak dikelola dengan baik. Kondisi

outflow setiap bulan dalam 1 tahun sangat beragam, dipengaruhi oleh

ketersediaan tampungan waduk, kebutuhan air baku, kebutuhan air irigasi,

kebutuhan PLTA, kebutuhan pengendalian banjir, kebutuhan pemeliharaan

sungai.

Fungsi waduk wonogiri sebagai pengendali banjir di musim hujan dan

penyediaan air baku, irigasi, PLTA dan pemeliharaan sungai di musim kemarau

harus dapat tetap terpenuhi. Dari Hasil Studi Nippon Koei tahun 2007, kapasitas

tampungan efektif Waduk Wonogiri menurun dari 440 juta m3 pada tahun 1980

menjadi 375 juta m3 pada tahun 2005, Inflow Sedimen Rata-Rata (1980-2005) :

3,18 juta m3/tahun. Namun jika pengaruh sedimen tidak dikendalikan maka

dalam waktu 100 tahun maka tampungan efektif Waduk Wonogiri akan semakin

kecil.

46
Gambar 3.1. Penanganan Sedimen di Waduk Wonogiri

Gambar 3.2. Sedimentasi pada Bendungan Wonogiri pada tahun 2005

Dengan dibangunnya tanggul penutup (closure dike dan overflow dike)


pada Waduk Wonogiri, spillway baru dan konservasi pada daerah aliran sungai,
maka inflow sedimen akan berkurang menjadi 1,92 juta m3/tahun.

47
Untuk pengaturan operasi Waduk Wonogiri masih mengacu pada Pola
Operasi Waduk Wonogiri telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 229/KPTS/1986 tentang Pedoman Eksploitasi dan
Pemeliharaan Bendungan Serbaguna Wonogiri. Pemanfaatan waduk sebagai
pengendali banjir, penyediaan air irigasi dan pembangkit tenaga listrik. Kapasitas
tampung waduk untuk pengendalian banjir sebesar 272 juta m3, terletak antara
El. 134,5 m dan El. 138,2 m. Kapasitas tampung waduk untuk irigasi dan tenaga
listrik sebesar 440 juta m3 terletak antara El. 127,0 m dan El. 136,0 m. Periode
banjir adalah 1 Desember – 15 April, periode pengisian waduk adalah 16 April –
30 April, periode tidak banjir adalah 1 Mei – 30 November.
Dengan adanya kebutuhan air yang semakin meningkat, kapasitas
tampung waduk yang semakin berkurang, inflow air waduk yang sangat
dipengaruhi oleh iklim maka diperlukan optimasi pola operasi Waduk Wonogiri.
Dan pola operasi waduk perlu ditinjau kembali karena sistem operasi waduk telah
berubah dengan adanya tanggul penutup dan spillway baru.

Gambar 3.3. Pola Muka Air Waduk Serbaguna Wonogiri

48
Pemanasan global (Global warming) adalah suatu proses meningkatnya
suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada
permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus
tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Pada tahun 2000, U.S.
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil
analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia
selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya
kecenderungan pemanasan: suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2
derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir,
ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.
Perubahan iklim yang terjadi membuat beberapa fenomena tersebut lebih
sering terjadi. Salah satunya adalah El Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO
adalah sebuah fenomena penyimpangan dari suhu muka laut di Samudra Pasifik
dekat ekuator bagian tengah dan timur. ENSO merupakan Global Climate System
yang terjadi nonperiodik. El Nino merupakan fase ENSO hangat dan La Nina
sebagai fase ENSO dingin. El Nino diidentifikasi melalui terjadinya kenaikan
suhu muka laut di wilayah perairan Pasifik Ekuator, sedangkan La Nina adalah
kondisi sebalikannya pada wilayah yang sama. El Nino dapat menyebabkan
turunnya suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia dan La Nina cenderung
meningkatkan suhu permukaan laut di perairan Indonesia (Philander, 1989;
Kovats, 2000; Xiao & Mechoso, 2009; Luo et al., 2010; Aldrian et al., 2011;
Wang et al., 2017; Fitria & Pratama, 2013). Untuk mengetahui fenomena ENSO
digunakan beberapa indeks, yaitu ONI (Oceanic Nino Index) dan SOI (Southern
Oscillation Index). Oceanic Nino Index (ONI) didasarkan pada Suhu Permukaan
Laut (SPL) dari rata-rata di wilayah Nino 3.4, dan merupakan ukuran utama untuk
memantau, menilai dan memprediksi ENSO. Sedangkan penentuan indeks SOI
didasarkan pada perbedaan tekanan udara permukaan laut antara Tahiti dan
Darwin (Zakir et al., 2009).

49
Fenomena ENSO ini akan berdampak pada intensitas curah hujan yang
diamati di Indonesia. Apabila fenomena El Nino terjadi pada musim kemarau
maka cenderung memperparah dampak kekeringan dan apabila terjadi pada
musim hujan akan mengurangi curah hujan diamati pada musim tersebut.
Sedangkan jika fenomena La Nina terjadi, maka cenderung meningkatkan
intensitas curah hujan diamati, baik di musim kemarau maupun musim hujan.
Terdapat juga fenomena lain yang berpengaruh terhadap keragaman
musim di Indonesia yaitu IOD. Berdasarkan hasil penelitian Mulyana (2002)
pada saat IOD positif di Samudera Hindia, umumnya curah hujan mengalami
penurunan terutama di wilayah Sumatera Selatan, Jawa dan Nusa Tenggara pada
bulan September, Oktober dan November atau pada masa peralihan musim
kemarau ke musim hujan. Penelitian menunjukkan bahwa IOD hanya
berpengaruh jelas pada wilayah berpola hujan monsunal (Nugroho dan Yatini,
2007 dalam Prawoto 2011).
Data curah hujan bulanan dari setiap stasiun pengamatan dirata-rata
berdasarkan tahun kejadian ENSO dan IOD menurut Jun-Ichi, dkk. (2012) seperti
Tabel 1 berikut.

Tabel 3.1. Tahun Kombinasi Kejadian ENSO dan IOD


Positif IOD Netral IOD Negatif IOD
El Niño 1976, 1982, 1987, 1977, 1986, 2002,
1991, 1994, 1997, 2004
2006
ENSO 1978, 1979, 1980, 1992, 1996, 2005
Netral 1981, 1989, 1990,
1993, 2001, 2003
La Niña 1973, 1975, 1983, 1974, 1984, 1998
1985, 1988, 1995,
1999, 2000, 2007
Sumber : Jun-Ichi, dkk. (2012)

Perubahan iklim yang membuat fenomena ENSO, IOD, perubahan suhu


permukaan laut yang sering terjadi mengakibatkan perlunya peninjauan kembali
pola operasi waduk Wonogiri, dimana POW masih mengacu pada Kepmen PU

50
tahun 1986. Usulan penyesuaian adalah menaikkan elevasi normal water level
(Y) atau memperpanjang masa pengisian waduk (X) (mempertahankan elevasi
normal sampai waktu tertentu). Sebagaimana usulan pada grafik berikut.

Gambar 3.4. Grafik Usulan Optimasi Rule Curve Pola Operasi Waduk

Penelitian yang dilakukan oleh Kiu Kwong Kiat and Frederik Josep
Putuhena (2016) terkait Optimasi Pola Operasi 1 buah Waduk untuk
mengoptimalkan Produksi Listrik PLTA, dengan parameter adalah Inflow,
Turbin Outflow, Spillway Outflow, Volume Tampungan. Metode penelitian
Model Matematik dan Simulasi. Hasil Simulasi memberikan hasil produksi listrik
lebih besar dari eksisting.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Heydari, Faridah Othman,
Mahmood Taghieh (2015) pada Model Optimasi Pola Operasi 3 buah Waduk
untuk pengaturan air yang terbatas dengan parameter penelitiaan adalah Outflow,
Inflow, Volume Tampungan Waduk. Metode Penelitian adalah Model Matematik
dengan Kombinasi Integrasi Linear Program (MILP/Mixed Integer Linear
Programing). Hasil penelitian adalah Model Optimasi memberikan debit
overflow lebih kecil, debit outflow lebih besar dan volume tampungan lebih besar
dari kondisi awal.
Penelitian yang dilakukan oleh Rooholla kolbadi nezhad, Hesam
Ghodousi (2016). Tentang Optimasi Pola Operasi 1 buah Waduk untuk melayani
kebutuhan PLTA. Parameter penelitian adalah Outflow, Inflow, Volume

51
Tampungan Waduk. Metode penelitian adalah Dinamik Programing dan Metode
Heuristik. Hasil penelitian adalah Dinamik Programing lebih baik dari pada
Metode Heuristik dalam
Penelitian tentang Operation Planning Reservoir with Linear
Programming Optimization Model for Water Demand of the Community In Aceh
Besar District oleh Wesli (2015). Objek Penelitian adalah Optimasi Volume
Tampungan Waduk pada akhir bulan. Parameter penelitian adalah Outflow dan
Inflow. Metode penelitian adalah Matematik (Linear Programing). Hasil
Penelitian adalah dari bulan ke bulan bahwa tidak terjadi volume waduk sampai
elevasi tampungan mati.
Penelitian tentang The comparison study for the models of reservoir
release rule for irrigation Case study: Sutami Reservoir oleh Widandi Soetopo,
Suhardjono, Ussy Andawayanti, Rini Wahyu Sayekti, Janu Ismoyo (2017). Objek
penelitian adalah Model Pelepasan Debit Waduk terhadap peningkatan hasil
pertanian. Parameter penelitian adalah Outflow dan Inflow, ekonomi pertanian.
Metode penelitian adalah Matematik, 3 Model Pelepasan Debit, Programing
Deterministik Stokastik. Hasil penelitian adalah model pelepasan debit (4 rule
curve) terbaik (hasil produksi pertanian tertinggi)
Penelitian tetang Evaluasi pola deposisi sedimen di Waduk Wonogiri oleh
D.A. Wulandari, D. Legono dan S. Darsono (2015). Objek penelitian adalah
memonitoring perubahan elevasi dasar waduk. Parameter penelitian adalah
elevasi dasar waduk. Metode penelitian adalah dengan menggunakan Arc View
GIS. Hasil penelitian adalah 73 % dari sedimen, mengendap di tampungan efektif
dan banjir. Dan 27 % dari sedimen mengendap di tampungan mati.
Penelitian tentang Optimal Reservoir Operation Using Stochastic
Dynamic Programming oleh Pan Liu, Jingfei Zhao, Liping Li, Yan Shen (2012).
Objek penelitian adalah Optimasi Produksi PLTA dengan data inflow 123 tahun.
Parameter penelitian adalah Outflow, Inflow, Volume Tampungan Waduk dan
Produksi PLTA. Metode penelitian adalah Matematik dan Program Dinamik
Stokastik. Hasil penelitian adalah Program Dinamik Stokastik memberikan hasil
yang optimal dan cepat.

52
Penelitian tentang Evaluasi Kinerja Pola Operasi Waduk (POW)
Wonogiri oleh Dinia Anggraheni, Rahmad Jayadi, Istiarto (2014). Objek
penelitian Pola Operasi Waduk Wonogiri untuk kebutuhan irigasi dan air baku.
Parameter penelitian adalah Elevasi Waduk, Evaporasi, Outflow, Inflow,
Tampungan, kebutuhan air irigasi, kebutuhan air baku. Metode penelitian
Matematik dan Program Dinamik Stokastik (maksimalkan faktor k yaitu nilai
release aktual dengan kebutuhan irigasi). Hasil penelitian adalah Program
Dinamik Stokastik memberikan hasil yang optimal dengan faktor k dan
mempertahankan elevasi pada level aman.
Penelitian tentang Optimasi Pola Operasi Waduk Untuk Memenuhi
Kebutuhan Energi Pembangkit Listrik Tenaga Air oleh Cahaya Santoso Samosir,
Widandi Soetopo, Emma Yuliani (2015). Objek penelitian adalah Optimasi Pola
Operasi Waduk untuk Peningkatan Produksi PLTA di Waduk Wonogiri.
Parameter penelitian adalah Outflow (Irigasi, Air Baku, PLTA, Pemeliharaan
Sungai), Inflow, Tampungan Waduk, Produksi Listrik 10 tahun. Metode
penelitian adalah Matematik, Program Dinamik Stokastik, Kinerja Waduk
(keandalan, kelentingan, kerawanan). Hasil penelitian adalah Dengan Simulasi
SDP maka bisa mengoptimalkan fungsi tampungan waduk dan dapat
meningkatkan Produksi listrik.
Penelitian tentang Stochastic Dynamic Programing Models for Reservoir
Optimization oleh Jery R Stedinger, Bola F Sule, Daniel P Loucks (2016). Objek
penelitian adalah Optimasi Pola Operasi Waduk untuk Peningkatan Produksi
PLTA. Parameter penelitian adalah Biaya Tahunan, Debit Outfow, Debit Inflow,
Tampungan, Produksi PLTA Rata-rata, Prediksi Debit inflow. Metode penelitian
adalah Matematik, Program Dinamik Stokastik. Hasil penelitian adalah Simulasi
5 Model dengan SDP dengan prediksi debit inflow 1 bulan sebelumnya.
Penelitian tentang Identifikasi Perubahan Distribusi Curah Hujan di
Indonesia akibat Pengaruh Perubahan Iklim Global oleh Krismianto (2010).
Objek penelitian adalah Pengamatan Curah Hujan di Indonesia tahun 1998 sd
2009 dengan menggunakan satelit TRMM. Parameter penelitian adalah Curah
Hujan, debit inflow, Debit Outflow dan Tampungan. Metode penelitian adalah
Curah Hujan dibagi menjadi 4 periode dalam 1 tahun dan dilakukan pengamatan

53
dan analisa. Tabel dan peta perbandingan curah hujan periode I (2003 - 2007) dan
Periode II (1998 - 2002). Hasil penelitian adalah terjadi perubahan iklim akibat
pemanasan global dengan adanya perbedaan curah hujan pada periode I dan II di
musim kemarau dan musim penghujan.
Penelitian tentang Studi Optimasi Pola Operasi Waduk Sutami akibat
Perubahan Iklim oleh Harvy Irvani1, Mohammad Bisri, Widandi Soetopo. Objek
penelitian adalah Pengamatan Data Debit Inflow sebelum perubahan iklim (1982
- 1996) dan Setelah perubahan iklim (1997 - 2011), pola operasi dibandingkan.
Parameter penelitian adalah Curah Hujan, debit inflow, Debit Outflow dan
Tampungan. Metode penelitian adalah Matematik, Program Dinamik Stokastik.
Hasil penelitian adalah terjadi pergeseran kebijakan pelepasan debit saat musim
kemarau dan hujan pada periode setelah perubahan iklim.
Penelitian tentang Analisis pengaruh fenomena El Nino dan La Nina
terhadap Curah Hujan Tahun 1998-2016 menggunakan indikator ONI (Oceanic
Nino Index) (Studi Kasus : Provinsi Jawa Barat) oleh Farras Nabilah, Yudo
Prasetyo, Abdi Sukmono (2017). Objek penelitian adalah analisis korelasi data
pengaruh El Nino dan La Nina terhadap curah hujan serta korelasi data curah
hujan hasil pengolahan dengan data curah hujan BMKG online. Parameter
penelitian adalah Curah Hujan dari satelit TRMM dan Suhu Permukaan Laut dari
satelit NOOA. Metode penelitian adalah Sebaran Curah Hujan dan Suhu
Permukaan Laut untuk mengetahui fenomena El Nino dan La Nina. Hasil
penelitian Peta Sebaran Curah Hujan dan Suhu Permukaan Laut. kenaikan SST
saat La Nina mempengaruhi kenaikan intensitas curah hujan sedangkan untuk
penurunan SST saat El Nino mempengaruhi penurunan intensitas curah hujan.
Kerangka pikir penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel
bebas (parameter desain) dan variabel terikat (parameter amatan) yang akan
digunakan dalam penelitian ini, dan hubungan antara variabel, disajikan
selengkapnya pada Gambar 3.4. berikut ini.

54
Curah Hujan (CH)

Suhu Permukaan Laut (SST) Inflow (I)

Sedimen (Sd)

Evaporasi (Ev) Storage (S) Elevasi (El)

Air Baku (Oab)


Outflow (O)
Air Irigasi (Oai)

Air PLTA (Oplta)

Air OP Sungai (Oops)

Pengendali Banjir (Obanjir)

Gambar 3.5. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran pada gambar 3.4 selanjutnya dibuat

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1) Elevasi Waduk sangat dipengaruhi oleh inflow, storage dan outflow

2) Inflow dipengaruhi oleh anomaly curah hujan dan suhu permukaan laut

dengan perubahan indek ENSO, IOD dan SOI.

3) Pola Operasi Waduk dengan mengatur Tinggi Muka Air Normal dan jangka

waktu pengisian waduk dapat mengoptimalkan fungsi multiguna waduk.

Dari hipotesa diatas dapat diformulasikan model empiris persamaan dasar

simulasi neraca air di waduk merupakan fungsi dari masukan, keluaran dan

tampungan waduk yang dapat disajikan dalam persamaan sebagai berikut

55
I – O = ds/dt ……………………………………………………………..(3.1)

Dengan :

I = masukan (Inflow)

O = keluaran (Outflow)

ds/dt = ΔS adalah perubahan tampungan

56

Anda mungkin juga menyukai