Anda di halaman 1dari 4

II.

Mekanism Ocean Heat Content

Upper Ocean Heat Content yaitu konten pada panas lautan atau samudra,
yang dimana pada 50 tahun kebelakang merupakan tren pemanasan yang
menyeluruh atau mendominasi keseimbangan panas bumi (Levitus et al. , 2000,
2005a). Tren ini pula dikaitkan dengan peningkatan gas rumah kaca pada atmosfir
bumi ini (Barnett et al. 2001, 2005).
Pembaharuan perkiraan OHC dilakukan pada ketinggian 700 meter (OHC
700) dengan melihat sejarah-sejarah dan menggunakan data-data modern
termasuk juga perbaikan Argo profiling data float yang masih memiliki kesalahan
pada sistematis-nya.

Gambar 1. Observation cycling Argo Float

Penerapan secara empiris untuk pengoreksian instrumental offsets dari


pengukuran bathytermografi (BT) yang keduanya adalah Expandable
Bathythermograph (XBT) dan Mechanical Bathythermograph (MBT)
menggunakan data near-contemporaneous dari Ocean Station Data (OSD) dengan
membalikan thermometer dan juga Kedalaman konduktivitas temperatur (CTD)
yang memiliki teknik serupa dengan (Gouretski dan Koltermann, 2007).
Terjadinya kenaikan suhu lautan (OHC) tentunya semua berkolerasi dengan
keadaan alam itu sendiri yang dimana semakin hari, efek dari rumah kaca semakin
menjadi dan pemanasan global yang tak terbendung tentunya membuat suhu
secara keseluruhan di bumi naik.

Gambar 2. Pemanasan Global

Ketinggian altimetrik sateltit yang dikombinasikan dengan perkiraan 1.000.000


profil suhu secara in situ untuk mendapatkan perkiraan global dari kandungan
panas lautan. Dampak dari pemanasan, permukaan laut termosterik mengalami
kenaikan dengan tingkat 1,6 ± 0,3 mm / tahun pada periode yang sama.
Peta dari konten untuk anomali panas lautan yang setara dengan variabilitas dari
ENSO yang terdapat di daerah tropis, tetapi hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar-nya tren global, kandungan panas samudra (OHC) disebabkan oleh
pemanasan regional yang terjadi di midlatitudes yang berada di belahan selatan.
Lautan memiliki kapasitas panas terbesar dari komponen sistem iklim manapun
dan telah menjadi sumber perubahan panas yang dominan selama 40 tahun
terakhir.
Upaya untuk membuat sebuah perhitungan musiman dan perkiraan OHC bulanan
dan membuat diagnostic ini tersedia dalam beberapa bulan setelah periode dari
observasi masing-masing selesai.
Gambar 3. Global Ocean Heat Content (0-2000 m)

Gambar 4. Global Ocean Heat Content (0-700 m)

Data dari Tropical Pacific Ocean untuk periode 1980-2002 digunakan untuk
memeriksa persistensi dalam permukaan laut dan panas laut bagian atas yang
memiliki kaitan dengan El Nino dan ENSO. Penelitian yang didapat baru-baru ini
menunjukan bahwa tidak seperti SST, tidak ada penghalang yang persistensi saat
mempertimbangkan panas samudra bagian atas (OHC).
Hasil ini konsisten dengan apa yang diperkirakan oleh studi model ENSO yang
menunjukan inisialisasi akurat atas kandungan panas lautan sering mengurangi
keunggulan mata air penghalang prediksi untuk SST. Mereka menyarankan
inisialisasi variasi OHC bias membawa peningkatan pada aspek skill untuk
peramalan. Secara Statistik, dapat diprediksikan terkait dengan OHC berasal dari
fakta yang menjelaskan bahwa anomali interanual dalam konten panas di dekat
khatulistiwa menggiring SST khatulistiwa selama beberapa bulan lamanya. Dalam
fase ini menunjukan bahwa model lautan dapat digunakan dalam peramalan yang
dinamis maupun pengamatan.

Levitus, Sydney, et al. "Global ocean heat content 1955–2008 in light of recently revealed
instrumentation problems." Geophysical Research Letters 36.7 (2009).

McPhaden, Michael J. "Tropical Pacific Ocean heat content variations and ENSO
persistence barriers." Geophysical research letters 30.9 (2003).

Willis, Josh K., Dean Roemmich, and Bruce Cornuelle. "Interannual variability in upper
ocean heat content, temperature, and thermosteric expansion on global scales." Journal
of Geophysical Research: Oceans 109.C12 (2004).

Anda mungkin juga menyukai