Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia memiliki wilayah lautan yang lebih luas dibandingkan luasan
daratannya. Luas wilayah laut mencapai 2/3 dari luas wilayah daratan. Laut
merupakan medium yang selalu begerak baik di permukaan maupun dibawahnya.
Hal ini menyebabkan terjadinya sirkulasi air baik dalam skala kecil maupun
dalam skala besar (Nontji, 2005). Iklim merupakan faktor global yang dapat
mengakibatkan perbedaan pergerakan dan distribusi massa air serta perubahan
karakteristik fisika, kimia dan biologi laut. Iklim terbentuk terutama oleh
perbedaan energi matahari yang diterima oleh permukaan bumi yang berakibat
pada perbedaan suhu dan tekanan udara. Perbedaan tekanan udara dapat
menimbulkan pergerakan angin daerah tekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah. Perbedaan tekanan udara juga mengakibatkan perbedaan kelembaban dan
curah hujan yang jatuh ke laut. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan atau
perbedaan karakteristik antar wilayah yang mendapatkan curah hujan tinggi dan
curah hujan rendah (Sunarto, 2008)
Upwelling merupakan penaikan massa air laut dalam (kedalaman 100
sampai 200 meter) ke permukaan (sampai lapisan euphotic) yang disebabkan oleh
berbagai pengaruh, salah satunya yaitu divergensi arus dimana angin yang bertiup
di ekuator atau yang bertiup sejajar pantai akan mendorong massa air menjauh
dari pantai (Thurman, 1988). Upwelling pantai disebabkan pengaruh angin yang
bertiup sejajar pantai, yang mengakibatkan massa air permukaan bergerak
menjauhi pantai akibat gaya coriolis, dan kekosongan massa air pada permukaan
akan diisi oleh massa air di bawahnya(Thurman, 1988).
Upwelling terjadi di beberapa perairan Indonesia, salah satunya terjadi di
sepanjang selatan Jawa hingga Bali (Susanto, 2001). Data tentang lokasi
upwelling sangat berguna untuk bidang perikanan hal ini dikarenakan pada daerah
tersebut memiliki potensi perikanan yang besar. Dalam bidang perikanan,
variabilitas suhu permukaan laut dapat menjadi penanda lokasi upwelling,

1
sedangkan variabilitas konsentrasi klorofil-a dapat digunakan sebagai indikasi
tingkat kesuburan perairan.
Kemili (2012) mempelajari pengaruh dari durasi dan intensitas upwelling
terhadap produktifitas primer di perairan Indonesia. Dia juga menjelaskan bahwa
dengan adanya fenomena El nino, mengakibatkan durasi upwelling yang lebih
lama dan intensitas upwelling meningkat, sehigga menghasilkan produktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun normal.
Di lepas pantai selatan Jawa terdapat arus besar yaitu arus khatulistiwa
selatan (south equatorial current) yang mengalir ke arah barat. Pada musim timur,
diatas perairan ini berhembus kuat angin tenggara yang membuat arus besar
bergerak melebar ke utara, menggeser sepanjang pantai Selatan Jawa hingga
Sumbawa, kemudian membelok ke arah barat daya. Jadi, pada saat itu arus
permukaan menunjukkan pola sirkulasi antisinklonik atau berputar ke arah kiri.
Karena arus ini membawa serta air permukaan ke luar menjauhi pantai, maka akan
menyebabkan kekosongan sehingga mengakibatkan naiknya air dari bawah. Hal
tersebut diperkirakan terjadi sekitar bulan Mei dan berakhir sekitar September.
Pertanda upwelling ini ditandai dengan turunnya suhu pada kedalaman 200 m
hingga 30C lebih rendah dibanding di saat musim barat yang tanpa air naik
(Nontji, 2005).
Pemetaan daerah upwelling dilakukan dengan mengidentifikasi variabilitas
suhu permukaan laut dan juga konsentrasi klorofil-a yang dapat dilakukan
berdasarkan data-data penginderaan jauh karena memiliki jangkauan wilayah
yang luas dibanding dengan pengecekan langsung di lapangan dan juga dapat
dilakukan secara berkala. Kelemahan pada penggunaan citra penginderaan jauh
ini yaitu, walaupun panjang gelombang yang digunakan sensitif terhadap
perubahan dan perbedaan suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil – a, tetapi
tidak dapat menembus awan. Sedangkan daerah penelitian yang terletak pada
daerah tropis dimana tutupan awan yang sangat tinggi, tentunya hal ini dapat
mengurangi ketersediaan data secara kontinue dan lengkap. Data yang digunakan
adalah citra bulanan aqua MODIS (Moderate-Resolution Imaging
Spektroradiometer) level 3. Hal ini dimaksudkan agar seluruh daerah penelitian
dapat terpetakan secara keseluruhan. Pada penelitian ini juga menggunakan data

2
Argo Float yang merupakan hasil pengukuran insitu dari parameter suhu
permukaan laut. Data Argo float bisa digunakan untuk memvalidasi data suhu
permukaan laut pada citra MODIS karena data tersebut dianggap dapat mewakili
data pengukuran lapangan.

1.2. Perumusan Masalah


Pemetaan daerah upwelling sangat membantu dalam bidang perikanan,
dikarenakan pada daerah ini terdapat konsentrasi ikan. Dengan adanya informasi
mengenai daerah terjadinya upwelling dapat membantu nelayan dalam penentuan
lokasi penangkapan ikan. Informasi mengenai suhu permukaan laut berfungsi
untuk menduga posisi arus naik atau upwelling. Pada kondisi perairan yang terjadi
upweling memiliki suhu yang lebih dingin daripada sekitarnya. Upwelling juga
terjadi pada daerah front yaitu pada daerah batas perairan suhu panas dengan suhu
dingin. Pada saat upwelling, nutrient yang berada di dasar laut akan ikut terangkat
naik ke permukaan, maka di permukaan laut akan terpenuhi oleh nutrient yang
selanjutnya berubah menjadi fitoplankton. Konsentrasi fitoplankton ini dapat
diidentifikasi dengan konsentrasi klorofil-a di perairan tersebut.
Pada zona WPP RI-573 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan
Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian
Barat dipengaruhi oleh ENSO (El nino Southern Oscilation) dan IOD (Indian
Oscillation Dipole Mode), merupakan faktor yang mempengaruhi luasan dan
intensitas upwelling di perairan tersebut.

1.3. Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang dan perumusan
masalah diatas, maka dapat disimpulkan beberapa pertanyaan untuk penelitian ini
sebagai berikut :
a. Apakah citra penginderaan jauh dapat mengidentifikasi daerah
berpotensi upwelling?
b. Bagaimana hubungan variabilitas suhu permukaan laut dan konsentrasi
klorofil-a dengan kejadian upwelling?
c. Bagaimana distribusi daerah upwelling di zona WPP RI 573?
d. Berapa lama durasi upwelling di zona WPP RI 573?

3
1.4. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kemanfaatan citra MODIS untuk mengidentifikasi
parameter penentu upwelling.
b. Menentukan hubungan variabilitas suhu permukaan laut dan
konsentrasi klorofil-a dengan kejadian upwelling.
c. Memetakan kejadian upwelling di zona WPP RI 573.
d. Menentukan lama durasi kejadian upwelling di zona WPP RI 573.

1.5. Waktu dan Tempat Penelitian


Penlitian mengenai monitoring kejadian upwelling di zona WPP RI 573
dengan menggunakan citra MODIS dari tahun 2004 hingga 2013. Selain
menggunakan data tersebut, juga digunakan data Argo Float yang merupakan data
hasil pengukuran insitu suhu permukaan laut pada tahun yang sama.

1.6. Kegunaan Penelitian


a. Penelitian ini merupakan penerapan teknologi penginderaan jauh di
bidang kelautan.
b. Memberikan gambaran tentang hubungan variabilitas suhu permukaan
laut dan konsentrasi klorofil-a dengan kejadian upwelling.
c. Memberikan informasi tentang lokasi kejadian dan durasi upwelling di
zona WPP RI 573.
1.7. Penelitian Sebelumnya
Aji Putra Perdana tahun 2006 melakukan penelitian tentang perbandingan
citra NOAA-AVHRR, Aqua MODIS dan Data Argo Float untuk pemetaan suhu
permukaan laut di perairan selatan pulau Jawa, pulau Bali, dan kepulauan Nusa
Tenggara. Penelitian ini mengkaji tentang ketelitian citra NOAA dan Aqua
MODIS dengan data Argo Float yang merupakan hasil pengukuran insitu. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengkaji suhu permukaan laut berdasarkan
analisis data penginderaan jauh dan data Argo Float. Metode yang digunakan
adalah analisis deskriptif dengan cara membandingkan hasil pengukuran data
Argo dengan hasil pengolahan data penginderaan jauh. Hasilnya yaitu pengolahan
data citra MODIS lebih mendekati distribusi suhu permukaan laut dari data Argo
Float, meskipun nilainya relatif lebih tinggi, sedangkan data NOAA memberikan

4
hasil sebaran suhu permukaan laut lebih rendah dibandingkan data suhu
permukaan laut dari Argo Float.
Kunarso tahun 2011 melakukan penelitian tentang variabilitas suhu dan
klorofil-a di daerah upwelling pada variasi kejadian ENSO dan IOD di perairan
selatan Jawa sampai Timor dengan memanfaatkan sumber data citra MODIS level
3 bulanan. Penelitian ini mengkaji pada 4 kejadian variasi ENSO dan IOD dengan
waktu yang berbeda dengan melihat trend setiap kejadian tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menggambarkan variabilitas suhu dan
klorofil-a baik secara spasial maupun temporal di daerah upwelling pada kejadian
ENSO dan IOD di perairan selatan Jawa hingga Timor. Metode yang digunakan
adalah analisis deskriptif dan analitik. Hasilnya yaitu secara umum kisaran SPL di
daerah upwelling pada variasi ENSO dan IOD berkisar 26,18 – 28,35°C dengan
rerata 27,04°C dan standar deviasi 0,93, sedangkan kisaran klorofil-a sebesar 0,3
– 0,95 mg/m³ dengan rerata 0,69 mg/m³ dan standar deviasi 0,28.
Putri Kemili tahun 2012 melakukan penelitian tentang pengaruh durasi dan
intensitas upwelling anomali suhu permukaan laut terhadap variabilitas
produktivitas primer di perairan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini yaitu
mengkaji kekuatan dan durasi upwelling mempengaruhi tingkat produktivitas
primer di beberapa perairan Indonesia. Sumber data yang digunakan adalah citra
SeaWiFS dan mixed layer depth (MLD) dari Fleet Numerical Meteorology and
Oceanography Center (FNMOC) pada periode Januari tahun 2000 sampai
Desember 2007. Untuk mengetahui produktifitas primer tersebut maka digunakan
metode Carbon-based Production Model (CbPM) untuk menghasilkan
produktivitas primer bersih NPP. Hasil dari penelitian ini adalah durasi upwelling
berkisar antara 2-4 bulan dengan penurunan temperatur >20C di bawah rata-rata
normal. Fenomena ENSO menyebabkan durasi dan intensitas upwelling
meningkat.
Kunarso tahun 2005 meneliti tentang karakteristik upwelling di sepanjang
perairan selatan NTT hingga barat Sumatera. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi karakteristik temporal, spasial dan intensitas upwelling
pada tipe periode fenomena iklim yang berbeda. Data yang digunakan yaitu citra
SeaWiFS level 3, data WOD (World Ocean Database), dan data angin dari BMG.

5
Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang menjelaskan
hubungan tentang kejadian upwelling berdasarkan perubahan iklim yang terjadi.
Hasilnya yaitu upwelling pada musim timur di perairan selatan NTT hingga barat
Sumatera bertipe periodik. Upwelling pada tipe periode El nino mempunyai
karakteristik lebih lama, lebih luas distribusi spasialnya dan lebih kuat
intensitasnya dibanding pada periode Normal dan La nina.
R. Dwi Susanto tahun 2001 meneliti tentang upwelling di sepanjang pantai Jawa
hingga Sumatera dan kaitannya dengan ENSO. Tujuan dari penelitian ini yaitu
mengidentifikasi karakteristik upwelling pada periran selatan jawa dan Sumatera.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang menjelaskan hubungan
perubahan iklim dengan kejadian upwelling diperairan tersebut. Hasilnya yaitu
musim timur dan ENSO menjadi faktor yang mempengaruhi kejadian upwelling.
Pada kejadian normal, bulan terjadinya upwelling berkisar antara bulan Juni
hingga Oktober.
Penelitian yang dilakukan Ismail Pratama tahun 2013 yaitu mengkaji
tentang variabilitas suhu permukaan laut dan klorofil-a pada daerah upwelling di
zona WPP RI 573 terhadap perubahan iklim pada periode tahun 2001 hingga
2010. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengidentifikasi anomali
perubahan suhu dan klorofil-a dan pengaruh perubahan iklim terhadap kejadian
upwelling di zona tersebut. Data yang digunakan yaitu citra MODIS level 3
bulanan, data SOI, ENSO dan data angin. Analisis yang digunakan yaitu analisis
deskriptif untuk menjelaskan keterkaitan perubahan iklim terhadap kejadian
upwelling pada zona tersebut. Hasil dari penelitian ini yaitu peta kejadian
upwelling pada periode Januari 2001 hingga Desember 2010. Kesamaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dari wilayah yang dikaji dan
beberapa faktor iklim yang mempengaruhi. Perbedaannya adalah tahun-tahun
kejadian upwelling yang diamati dan penambahan beberapa variabel yang
mempengaruhi upwelling seperti SOI.

6
Tabel 1. 1 Matriks Perbandingan Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul dan Tahun Lokasi Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian
penelitian Penelitian
Aji Putra Citra NOAA- Perairan mengkaji suhu analisis deskriptif pengolahan data citra MODIS lebih
Perdana AVHRR, Aqua Selatan Pulau permukaan laut dengan cara mendekati distribusi suhu permukaan
MODIS Dan Data Jawa, Pulau berdasarkan analisis membandingkan laut dari data Argo Float, meskipun
Argo Float Untuk Bali Dan data penginderaan hasil pengukuran nilainya relatif lebih tinggi,
Pemetaan Suhu Kepulauan jauh dan data Argo data Argo dengan sedangkan data NOAA memberikan
Permukaan Laut Di Nusatenggara Float hasil pengolahan hasil sebaran suhu permukaan laut
Perairan Selatan data penginderaan lebih rendah dibandingkan data suhu
Pulau Jawa, Pulau jauh permukaan laut dari Argo Float.
Bali Dan
Kepulauan
Nusatenggara
Kunarso Variabilitas Suhu Perairan mengkaji dan Analisis deskriptif Kisaran SPL di daerah upwelling
dan Klorofil-a di selatan Jawa menggambarkan dan analitik pada variasi ENSO dan IOD berkisar
Daerah Upwelling sampai Timor variabilitas suhu dan 26,18 – 28,35°C dengan rerata
pada Variasi klorofil-a baik secara 27,04°C dan standar deviasi 0,93,
Kejadian ENSO spasial maupun sedangkan kisaran klorofil-a sebesar
dan IOD di temporal di daerah 0,3 – 0,95 mg/m³ dengan rerata 0,69
Perairan Selatan upwelling pada mg/m³ dan standar deviasi 0,28.
Jawa sampai Timor kejadian ENSO dan
(2011) IOD

7
Tabel 1.1 Matriks Perbandingan Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
Peneliti Judul dan Tahun Lokasi Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian
penelitian Penelitian
Putri Kemili Pengaruh Durasi Seluruh Mengkaji kekuatan Metode Carbon- Durasi upwelling berkisar antara 2-4
dan Mutiara R. Dan Intensitas perairan di dan durasi upwelling based Production bulan dengan penurunan temperatur
Putri Upwelling Indonesia mempengaruhi Model (CbPM) >20C di bawah rata-rata normal.
Berdasarkan tingkat produktivitas untuk Fenomena ENSO menyebabkan
Anomali Suhu primer di beberapa menghasilkan durasi dan intensitas upwelling
Permukaan Laut perairan Indonesia produktivitas meningkat.
Terhadap primer bersih NPP
Variabilitas
Produktivitas
Primer Di Perairan
Indonesia (2012)
Kunarso, Karakteristik Perairan Mengidentifikasi Analisis deskriptif upwelling pada musim timur di
Nining Sari Upwelling selatan NTT karakteristik yang menjelaskan perairan selatan NTT hingga barat
Ningsih, Agus di Sepanjang hingga Barat temporal, spasial dan hubungan tentang Sumatera bertipe periodik.
Supangat Perairan Selatan Sumatera intensitas upwelling kejadian upwelling Upwelling pada tipe periode El nino
NTT Hingga Barat pada tipe periode berdasarkan mempunyai karakteristik lebih lama,
Sumatera (2005) fenomena iklim yang perubahan iklim lebih luas distribusi spasialnya dan
berbeda yang terjadi. lebih kuat intensitasnya dibanding
pada periode Normal dan La nina.

8
Tabel 1.1 Matriks Perbandingan Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
Peneliti Judul dan Tahun Lokasi Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian
penelitian Penelitian
R. Dwi Upwelling along Perairan mengidentifikasi analisis deskriptif musim timur dan ENSO menjadi
Susanto, the coasts of Java selatan Jawa karakteristik yang menjelaskan faktor yang mempengaruhi kejadian
Arnold L. and Sumatera and hingga upwelling pada hubungan upwelling. Pada kejadian normal,
Gordon, its relation to Sumatera periran selatan Jawa perubahan iklim bulan terjadinya upwelling berkisar
Quanan Zheng ENSO (2001) dan Sumatera dengan kejadian antara bulan Juni hingga Oktober.
upwelling
diperairan tersebut
Ismail Pratama Aplikasi Zona WPP RI Mengetahui manfaat analisis deskriptif Peta kejadian upwelling perbulan
Penginderaan Jauh 573 citra MODIS untuk untuk menjelaskan dari periode Januari 2004 hingga
Untuk Pemetaan pemetaan daerah keterkaitan Desember 2013
Daerah Upwelling upwelling dan perubahan iklim
Di Perairan Bagian mengidentifikasi terhadap kejadian
Selatan Pulau Jawa anomali perubahan upwelling
- Laut Timor suhu dan klorofil-a
dan pengaruh
perubahan iklim
terhadap kejadian
upwelling di zona
tersebut

9
1.8. Kerangka Pemikiran
Upwelling merupakan suatu fenomena yang penting untuk mengetahui
kesuburan suatu perairan hal ini dikarenakan upwelling banyak membawa unsur
hara ke permukaan sehingga perkembangan fitoplankton akan meningkat pada
perairan tersebut. Perkembangan teknologi penginderaan jauh dapat dengan baik
melakukan pengukuran perubahan suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a
terhadap kejadian upwelling. Hal ini dikarenakan saat kejadian upwelling kondisi
perairan akan memiliki ciri khas yaitu suhu permukaan akan lebih rendah daripada
suhu reratanya dan juga terjadi peningkatan konsentrasi klorofil – a sebagai
penanda berkembangnya fitoplankton pada perairan terebut. Dengan teknik
penginderaan jauh, suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil–a dapat diukur
dengan menggunakan sensor-sensor yang terpasang pada berbagai satelit tersebut.
Citra satelit yang akan digunakan pada pengukuran ini yaitu citra Aqua MODIS
bulanan level 3. Penggunaan data bulanan agar seluruh area penelitian dapat
dipetakan dengan baik.
Penelitian ini akan menggunakan data temporal dengan waktu 10 tahun
yaitu dari periode Januri tahun 2001 hingga Desember 2010. Dengan pemetaan
temporal tersebut dapat mengidentifikasi perbedaan setiap tahunnya terhadap
kejadian upwelling di perairan tersebut, sehingga nanti dapat diketahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya upwelling.
Selain itu, perkembangan teknologi kelautan yang semakin maju, dengan
adanya Argo Float dimana dapat melakukan pengukuran temperatur dan salinitas
hingga kedalaman 2000 m dimana menghasilkan profil temperatur dan salinitas.
Data ini dapat diperoleh secara near real time dan delayed mode.
Berdasarkan kemampuan citra MODIS dan Argo float maka peneliti tertarik
untuk melakukan pemetaan daerah berpotensi upwelling berdasarkan analisis
kedua data tersebut. Parameter yang digunakan yaitu suhu permukaan laut dan
konsentrasi klorofil – a karena kedua parameter tersebut merupakan salah satu
penanda terjadinya upwelling yang dapat diketahui melalui teknik penginderaan
jauh. Citra MODIS digunakan untuk melakukan pengukuran suhu permukaan laut
dan juga konsentrasi klorofil – a sedangkan data Argo Float dijadikan sebagai data

10
acuan untuk suhu permukaan laut karena kemampuan dan akurasinya sebagai data
hasil pengukuran insitu.
Iklim yang beragam pada setiap tahunnya, tentunya akan mempengaruhi
kejadian upwelling pada daerah penelitian. Perubahan iklim dapat menjadi faktor
melemah dan menguatnya intensitas dan durasi upwelling di perairan tersebut.
Beberapa faktor iklim tersebut yaitu ENSO dan angin monsun. Kedua faktor
tersebut sangat mempengaruhi kejadian upwelling di Indonesia.
Diagram alir kerangka penelitian :

Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran

11
1.9. Batasan Istilah
Argo merupakan singkatan dari Array for Real – time Geostrophic
Oceangraphy
Argo Float merupakan instrumentasi yang bergerak mengikuti arus bawah
laut untuk memperoleh data-data oseanografi di banyak lokasi sesuai
dengan pergerakan arus bawah laut (Brodjonegoro, I. S. Dan
Pranowo, W. S., 2004)
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan
oleh tiupan angin, atau dikarenakan oleh perbedaan densitas air laut,
atau bisa juga diakibatkan oleh gerakan bergelombang yang panjang
(Nontji, 2005).
Citra merupakan gambaran visual tenaga yang direkam dngan menggunakan
piranti penginderaan jauh (Ford, 1979, dalam Sutanto, 1986)
El-Nino Southern Oscillation (ENSO) adalah anomali SPL di daerah
Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur.
Indian Ocean Dipole (IOD) perbedaan anomali SPL antara bagian barat
(10°LU-10°LS; 60°BT-80° BT) dan Timur (0°-10°LS; 90°BT-110°
BT) dari Samudera Hindia (Saji et al, 1999; Behera dan Yamagata,
2003 dalam Hermawan dan Komalaningsih, 2008)
Klorofil – a berkaitan erat dengan prokdutifitas yang ditunjukan dengan
besarnya biomassa fitoplankton (Rosyadi, 2011)
Penginderaan jauh merupakan suatu teknologi yang memanfaatkan
gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi dan mengetahui
karakteristik objek di permukaan bumi, baik daratan maupun
permukaan laut tanpa melakukan kontak langsung dengan objek yang
diteliti tersebut (Lillesand dan Kiefer, 1979)
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul (Paena, M.,2002)
Suhu permukaan laut merupakan suhu di lapisan permukaan (suhu pada
kedalaman beberapa meter), dapat meliputi tiga bagian yaitu suhu
permukaan laut lapisan atas (Skin Sea Surface Temperature (SSPL)),
suhu permukaan laut bagian bawah permukaan (Bulk Sea Surface
Temperature (BSPL)), dan suhu permukaan laut lapisan campuran

12
(Mixed Layer Sea Surface Temperature (MLSPL))(Barton, 2001,
dalam Perdana, 2006)
Upwelling adalah proses kenaikan masa air dari bawah permukaan. Gerakan
naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas yang
yang tinggi dan zat-zat hara seperti fosfat dan nitrat ke permukaan
(Nontji,2005).

13

Anda mungkin juga menyukai