Anda di halaman 1dari 38

1

FITB

OS4062
Analisis dan Peramalan Gelombang Laut
Description of Ocean Waves

Faizal Ade R. Abdullah


Oseanografi
EDUNEX ITB
2

Rencana Perkuliahan
1. Appendix A

2. Appendix C

3. Description of Ocean Waves (Part 1)

4. Description of Ocean Waves (Part 2)


ቐ 𝑈𝑇𝑆
5. Statistics (Part 1)

6. Statistics (Part 2)

7. Statistics (Part 3)
EDUNEX ITB
3

Gelombang Laut
Gelombang laut dapat didefinisikan sebagai
pergerakan naik turunnya permukaan laut
di suatu titik.
Umumnya akibat gesekan angin

Gelombang yang dibangkitkan oleh angin


(wind-generated waves) terdiri dari:
• Gelombang kapiler (capillary waves)
• Gelombang angin (wind sea)
• Alun (swell)

Gelombang tersebut memiliki periode


sekitar 0,25 – 30 detik. Spektrum Energi Gelombang terhadap Frekuensi atau Periode
(Sumber: Holthuijsen, 2007)

EDUNEX ITB
4

Gelombang Laut

Gelombang di permukaan air laut



Gelombang acak

Superposisi atau penjumlahan dari gelombang-gelombang
harmonik dengan jumlah yang sangat banyak yang mana
masing-masing gelombang memiliki amplitude dan fase
yang berbeda-beda.

Superposisi Gelombang
(Sumber: Holthuijsen, 2007) EDUNEX ITB
5

Gelombang Laut
Data gelombang dapat diperoleh dengan :
• Pengukuran gelombang menggunakan
alat/instrument
• Pengamatan Visual
• Pengukuran satelit
• Simulasi Komputer

Durasi pengukuran
gelombang 15-30 menit Karakteristik gelombang
dari data rekaman

Diharapkan data yang diambil telah Durasi yang optimal untuk


stasioner atau tetap, jika waktu mendapatkan 200 downward
pengukuran lebih lama zero-crossing untuk medapatkan Berdasarkan merata-ratakan semua
dikhawatirkan angin yang deskripsi yang valid dari kondisi tinggi dan periode gelombang yang
membangkitkan gelombang laut terekam
tersebut sudah berbeda
EDUNEX ITB
6

Definisi Gelombang
Gerakan vertikal atau naik turunnya elevasi permukaan laut yang membentuk suatu Tidak bisa
grafik sinusoidal bernilai negatif

Elevasi permukaan atau η 𝑡 :


posisi muka air pada waktu
tertentu terhadap ketinggian
referensi tertentu. Merupakan
proses Gaussian.

Bisa bernilai
Metode mendefinisikan gelombang negatif
Sumber : Holthuijsen, 2007

1. Dalam estimasi secara visual, tinggi dari puncak relatif terhadap palung
Pada umumnya, mendefinisikan
juga bisa dianggap sebagai gelombang
gelombang menggunakan metode
2. Pada gelombang pecah, bagian depan gelombang yang curam, termasuk
downward-crossing
didefinisikan sebagai downward crossing EDUNEX ITB
7

Gelombang Laut
𝜂 𝑡 𝜂 𝑡
(𝑚) (𝑚)

3 3
1 2 4 1 2 4
0 0
1 2 𝑡 3
2 𝑡
3 (𝑠) 4 (𝑠)

Contoh Pendefinisian Gelombang dengan Metode Upward Zero-Crossings Contoh Pendefinisian Gelombang dengan Metode Downward Zero-Crossings

EDUNEX ITB
8

Parameter Gelombang (Tinggi Gelombang)

Didefinisikan sebagai panjang vertikal antara puncak


gelombang (titik tertinggi permukaan laut) dengan
lembah gelombang (titik terendah permukaan laut).
Metode untuk mendeskripsikan tinggi gelombang dari
suatu rekaman data gelombang:
1. Tinggi gelombang rata-rata 𝐻ഥ
2. Tinggi gelombang kuadrat rata-rata 𝐻𝑟𝑚𝑠
3. Tinggi gelombang signifikan 𝐻1/3
4. Tinggi rata-rata dari 1/10 gelombang tertinggi
𝐻1/10

EDUNEX ITB
9

Tinggi Gelombang
Tinggi Gelombang
𝑁
1 Tinggi gelombang rata-rata
H0 = ෍ H𝑖
𝑁 (m)
𝑗=1 Tidak terlalu sering digunakan, karena
𝑁
1 Τ2 nilainya sedikit mirip dengan tinggi
1 gelombang yang diperkirakan secara visual
𝐻𝑟𝑚𝑠 = ෍ 𝐻𝑖 2 Root mean square height
𝑁
𝑖=1 (m)
𝑁 Τ3
1 Hasil eksperimen menujukan 𝐻1Τ3
𝐻1Τ3 = ෍ 𝐻𝑗 Tinggi gelombang signifikan
𝑁Τ3 mendekati nilai tinggi gelombang yang
𝑗=1 (m)
diperkirakan secara visual
𝑁Τ10
1 Tinggi rata-rata dari 1/10
𝐻1Τ10 = ෍ 𝐻𝑗
𝑁Τ10 gelombang tertinggi (m)
𝑗=1
dengan :
𝑁 = banyak data Semua jenis gelombang hanya akan memiliki satu nilai ketinggian
𝑖 = nomor urut gelombang yang terukur
𝑗 = nomor urut gelombang berdasarkan tinggi
EDUNEX ITB
10 Data Pengukuran Gelombang
(Sumber : Data ADCP Suros 2019)
Waktu Hs (cm) Tp(s)
𝑁
12:30:00 42.2 4.9 1
13:00:00 42 5.4 𝐻0 = ෍ 𝐻𝑖
𝑁
13:30:00 37.4 5 𝑗=1
14:00:00 30.7 4.1
14:30:00 29.7 5.1 = (42,2 + 42 + 37,4 + 30,7 + 29,7 + 27,1 + 33,1 + 27,4 +
15:00:00 27.1 5 28,9 + 26,9 + 23,4 + 23,7 + 22,6 + 20,6 + 19,7 + 25,6 +
15:30:00 33.1 4.4 25,8 + 22,1 + 24,2 + 23,3 + 22,3)/21
16:00:00 27.4 5.4
16:30:00 28.9 5.2
= 27,56 𝑐𝑚
17:00:00 26.9 5 1 Τ2
17:30:00 23.4 4.5 𝑁
1
18:00:00 23.7 5 𝐻𝑟𝑚𝑠 = ෍ 𝐻𝑖 2
18:30:00 22.6 4.9 𝑁
𝑖=1
19:00:00 20.6 5.2
19:30:00 19.7 5.1 = 42,22 + 422 + 37,42 + 30,72 + 29,72 + ⋯ + 22,32 Τ21
20:00:00 25.6 5.2
20:30:00 25.8 4.3
21:00:00 22.1 6.1
= 28,26 𝑐𝑚
21:30:00 24.2 5
22:00:00 23.3 5.2
22:30:00 22.3 4.5 EDUNEX ITB
11 Data Pengukuran Gelombang Sebelum (kiri) dan Sesudah
(kanan) diurutkan dari yang tertinggi
(Sumber : Data ADCP Suros 2019)
Waktu Hs (cm) Tp(s) Waktu Hs (cm) Tp(s) Waktu Hs (cm) Tp(s)
12:30:00 42.2 4.9 12:30:00 42.2 4.9 12:30:00 42.2 4.9
13:00:00 42 5.4 13:00:00 42 5.4 13:00:00 42 5.4
13:30:00 37.4 5 13:30:00 37.4 5 13:30:00 37.4 5
14:00:00 30.7 4.1 15:30:00 33.1 4.4 15:30:00 33.1 4.4
14:30:00 29.7 5.1 14:00:00 30.7 4.1 14:00:00 30.7 4.1
15:00:00 27.1 5 14:30:00 29.7 5.1 14:30:00 29.7 5.1
15:30:00 33.1 4.4 16:30:00 28.9 5.2 16:30:00 28.9 5.2
16:00:00 27.4 5.4 16:00:00 27.4 5.4
16:30:00 28.9 5.2 15:00:00 27.1 5
𝑁Τ3
17:00:00 26.9 5 17:00:00 26.9 5 1 42,2 + 42 + 37,4 + 33,1 + 30,7 + 29,7 + 28,9
𝐻1Τ3 = ෍ 𝐻𝑗 = = 34,86 cm
17:30:00 23.4 4.5 20:30:00 25.8 4.3 𝑁Τ3 7
𝑗=1
18:00:00 23.7 5 20:00:00 25.6 5.2
18:30:00 22.6 4.9 21:30:00 24.2 5
19:00:00 20.6 5.2 18:00:00 23.7 5 Waktu Hs (cm) Tp(s)
19:30:00 19.7 5.1 17:30:00 23.4 4.5 12:30:00 42.2 4.9
20:00:00 25.6 5.2 22:00:00 23.3 5.2 13:00:00 42 5.4
20:30:00 25.8 4.3 18:30:00 22.6 4.9
𝑁Τ10
21:00:00 22.1 6.1 22:30:00 22.3 4.5 1 42,2 + 42
𝐻1Τ10 = ෍ 𝐻𝑗 = = 42,1 cm
21:30:00 24.2 5 21:00:00 22.1 6.1 𝑁Τ10 2
𝑗=1
22:00:00 23.3 5.2 19:00:00 20.6 5.2
EDUNEX ITB
22:30:00 22.3 4.5 19:30:00 19.7 5.1
12

Parameter Gelombang (Periode Gelombang)

Periode gelombang didefinisikan sebagai waktu yang


dibutuhkan untuk membentuk satu gelombang.

1. Periode gelombang rata-rata 𝑇0

2. Periode gelombang signifikan 𝑇1/3

3. Periode rata-rata dari 1/10 gelombang tertinggi 𝑇1/10

EDUNEX ITB
13

Periode Gelombang

Periode Gelombang
𝑁
1 Periode gelombang rata-rata
𝑇0 = ෍ 𝑇0,𝑖
𝑁 atau mean zero crossing
𝑗=1
period (detik)
𝑁 Τ3
1 Periode gelombang Dengan menggunakan analogi yang
𝑇1Τ3 = ෍ 𝑇0,𝑗 sama dengan tinggi gelombang
𝑁Τ3 signifikan (detik)
𝑗=1
𝑁Τ10
1 Periode rata-rata dari 1/10
𝑇1Τ10 = ෍ 𝑇0,𝑗
𝑁Τ10
𝑗=1 gelombang tertinggi (detik)

dengan :
𝑁 = banyak data
𝑖 = nomor urut gelombang yang terukur
𝑗 = nomor urut gelombang berdasarkan tinggi
EDUNEX ITB
14 Data Pengukuran Gelombang Sebelum (kiri) dan Sesudah
(kanan) diurutkan dari yang tertinggi
(Sumber : Data ADCP Suros 2019)
𝑁
Waktu Hs (cm) Tp(s) Waktu Hs (cm) Tp(s) 1 4,9 + 5,4 + 5 + 4,1 + 5,1 + 5 + +4,4 + 5,4 … + 4,5
𝑇0 = ෍ 𝑇0,𝑖 = = 4,98 detik
12:30:00 42.2 4.9 12:30:00 42.2 4.9 𝑁 21
𝑗=1
13:00:00 42 5.4 13:00:00 42 5.4
13:30:00 37.4 5 13:30:00 37.4 5 Waktu Hs (cm) Tp(s)
14:00:00 30.7 4.1 15:30:00 33.1 4.4 12:30:00 42.2 4.9
14:30:00 29.7 5.1 14:00:00 30.7 4.1 13:00:00 42 5.4
15:00:00 27.1 5 14:30:00 29.7 5.1 13:30:00 37.4 5
15:30:00 33.1 4.4 16:30:00 28.9 5.2 15:30:00 33.1 4.4
16:00:00 27.4 5.4 16:00:00 27.4 5.4 14:00:00 30.7 4.1
16:30:00 28.9 5.2 15:00:00 27.1 5 14:30:00 29.7 5.1
17:00:00 26.9 5 17:00:00 26.9 5 16:30:00 28.9 5.2
17:30:00 23.4 4.5 20:30:00 25.8 4.3
18:00:00 23.7 5 20:00:00 25.6 5.2 𝑁Τ3
1 4,9 + 5,4 + 5 + 4,4 + 4,1 + 5,1 + 5,2
18:30:00 22.6 4.9 21:30:00 24.2 5 T1Τ3 = ෍ T𝑗 = = 4,87 detik
𝑁Τ3 7
𝑗=1
19:00:00 20.6 5.2 18:00:00 23.7 5
19:30:00 19.7 5.1 17:30:00 23.4 4.5
Waktu Hs (cm) Tp(s)
20:00:00 25.6 5.2 22:00:00 23.3 5.2
12:30:00 42.2 4.9
20:30:00 25.8 4.3 18:30:00 22.6 4.9
13:00:00 42 5.4
21:00:00 22.1 6.1 22:30:00 22.3 4.5
21:30:00 24.2 5 21:00:00 22.1 6.1 𝑁Τ10
1 4,9 + 5,4
22:00:00 23.3 5.2 19:00:00 20.6 5.2 T1Τ10 =
𝑁Τ10
෍ T𝑗 =
2
= 5,15 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
EDUNEX ITB
22:30:00 22.3 4.5 19:30:00 19.7 5.1 𝑗=1
Pengamatan Visual dan Pengukuran
15

Instrumental
Nordenstrφm (1969) melakukan percobaan untuk mengetahui sejauh mana pengamatan visual mendekati
perkiraan yang diperoleh dari pengukuran instrument.

Untuk setiap Hv atau 𝑇v , nilai


standar deviasi dari nilai-nilai
yang diukur adalah sekitar
15% dari rata-rata
pengukuran
𝑯𝟏Τ𝟑 ≈ 𝑯𝒗
𝑻 𝟏 Τ𝟑 ≠ 𝑻 𝒗

Grafik Hubungan Antara Tinggi dan Periode Signifikan yang Diperkirakan secara Visual (Hv
dan 𝑇v ) dengan Tinggi dan Periode Signifikan yang Diukur (𝐻1Τ3 dan 𝑇1Τ3 )
Sumber : Holthuijsen, 2007 EDUNEX ITB
16

Spektrum Gelombang
Distribusi seragam -> diabaikan
Spektrum gelombang bertujuan untuk memudahkan
analisis.
✓ Dapat mengkarakterisasi segala kemungkinan yang dapat
terjadi di alam (kondisi sebenarnya).
✓ data rekaman elevasi permukaan laut ( η(t) ), akan
diubah dari domain waktu ke domain frekuensi →
melalui Fast Fourier Transform.
𝑵 Data elevasi muka Spektrum Spektrum
𝑎𝑖 : amplitudo gelombang laut amplitudo fase
𝜼(𝒕) = ෍ 𝒂𝒊 𝐜𝐨𝐬 𝟐𝝅𝒇𝒊 𝒕 + 𝜶𝒊 𝛼𝑖 : keterlambatan fase gelombang
𝒊=𝟏 𝑓𝑖 : frekuensi gelombang (∆𝑓=1/D) Gambar Data gelombang yang terukur yang dibuat ke dalam bentuk
spektrum amplitudo dan fasa (Holthuisjen, 2007)
Melalui pendekatan variansi, spektrum gelombang
dapat menganalisis parameter fisis dari
gelombang Spektrum dapat menampilkan distribusi energi terhadap
✓ Energi gelombang frekuensi (dari gelombang).
✓ Kecepatan partikel gelombang
✓ Variasi tekanan EDUNEX ITB
17

Spektrum Amplitudo
Kita dapat mengulang eksperimen berulang kali sebanyak 𝑀 waktu
dan merata-ratakannya, sehingga rata-rata spektrum amplitudo
untuk seluruh frekuensi 𝑓𝑖

𝑴
𝟏
𝒂ഥ𝒊 = ෍ 𝒂𝒊,𝒎
𝑴
𝒎=𝟏
Jika nilai 𝑀 sangat besar maka nilai dari 𝑎ഥ𝑖 akan konvergen, sehingga
akan mengurangi permasalahan dalam sampling data.
Meskipun demikian, karakteristik komponen gelombang akan lebih
𝟏 𝟐
cocok digambarkan melalui spektrum distribusi variansi 𝒂 .
𝟐 𝒊

EDUNEX ITB
18

Mengapa Spektrum Variansi

Ada dua alasan kenapa spektrum variansi


lebih baik dari spektrum amplitudo:
a. Secara statistik, nilai variansi lebih
relevan daripada amplitudo.
b. Berdasarkan teori gelombang linier,
energi gelombang sebanding dengan
variansi.

(Sumber: Holthuijsen, 2007)


EDUNEX ITB
19

Spektrum Variansi
1
Spektrum variansi 2 𝑎𝑖2 merupakan spektrum diskrit, sedangkan pada
kenyataannya yang terjadi di laut terdapat semua frekuensi (tidak diskrit).
1
Maka, kita dapat menganggap disribusi variansi 2 𝑎𝑖2 dengan interval
1
frekuensi sebesar 𝛥𝑓 = 1/𝐷, didapatkan kepadatan variansi 𝑎𝑖2 /𝛥𝑓.
2

Variansi sekarang telah terdistribusi pada seluruh frekuensi, tetapi tetap


terdapat ‘lompatan’ dari satu frekuensi ke frekuensi lain (diskontinu karena
diskrit).
Dengan menganggap interval frekuensi 𝛥𝑓 sangat kecil hingga mendekati
nol 𝛥𝑓 → 0 , sehingga kita mendapatkan definisi spektrum kepadatan
variansi sebagai berikut :
1 1 2
𝐸 𝑓 = lim 𝑎 ; 𝐚𝐭𝐚𝐮
Δ𝑓→0 Δ𝑓 2
1 1
𝐸 𝑓 = lim 𝐸 𝑎2
Δ𝑓→0 Δ𝑓 2
EDUNEX ITB
20

Model Amplitudo/Fase Acak

Random phase/amplitude model adalah model dasar yang


dapat mendeskripsikan elevasi permukaan yang bergerak
naik turun.

Elevasi permukaan laut merupakan hasil superposisi dari


banyak gelombang harmonik dengan amplitudo dan fase
yang berbeda-beda.

Persamaan elevasi gelombang (deret Fourier) adalah sbb.


Amplitudo (𝑎𝑖 ) dan fase (𝛼𝑖 ) menjadi peubah
acak yang dikarakterisasi berdasarkan masing-
𝑁
masing fungsi kepadatan peluangnya.
𝜂 𝑡 =෍ 𝑎𝑖 cos(2𝜋𝑓𝑖 𝑡 + 𝛼𝑖 )
𝑖=1

𝑁 adalah jumlah frekuensi EDUNEX ITB


𝑎𝑖 dan 𝛼𝑖 variabel acak
21

Model Amplitudo/Fase Acak


Persamaan elevasi gelombang (deret Fourier) adalah sbb.
𝑁
𝜂 𝑡 =෍ 𝑎𝑖 cos(2𝜋𝑓𝑖 𝑡 + 𝛼𝑖 )
𝑖=1

𝑁 adalah jumlah frekuensi


𝑎𝑖 dan 𝛼𝑖 variabel acak

Dalam model ini,


• Fase (𝛼𝑖 ) pada setiap frekuensi 𝑓𝑖 berdistribusi Uniform pada [0,2𝜋]
1
𝑝 𝛼𝑖 = , untuk 0 < 𝛼𝑖 ≤ 2𝜋
2𝜋
• Sedangkan, Amplitudo (𝑎𝑖 ) pada setiap frekuensi 𝑓𝑖 berdistribusi Rayleigh
𝜋 𝑎𝑖 𝜋𝑎𝑖2
𝑝 𝑎𝑖 = exp − 2 , untuk 𝑎𝑖 ≥ 0
2 𝜇𝑖2 4𝜇𝑖
dimana 𝜇𝑖 = 𝐸 𝑎𝑖
EDUNEX ITB
22

Model Amplitudo/Fase Acak


Fungsi dari rataan amplitudo sepanjang
sumbu frekuensi disebut sebagai spektrum
amplitudo 𝐸 𝑎𝑖 . Pada setiap frekuensi
terdapat satu distribusi seragam untuk fase
acak dan satu distribusi Rayleigh untuk
amplitudo acak.

Bagian atas menunjukkan barisan frekuensi


𝑓𝑖 , 𝑖 = 1,2,3, …, dan seterusnya. Bagian bawah
menunjukkan nilai harapan dari amplitudo
sebagai fungsi yang bergantung pada frekuensi,
yaitu spektrum amplitudo.

(Sumber: Holthuijsen, 2007)


EDUNEX ITB
23

Model Amplitudo/Fase Acak


• Model keterlambatan fase/amplitudo
gelombang dibangun berdasarkan proses
stasioner Gaussian. Untuk melakukan
pendekatan terhadap kondisi yang sebenarnya
di laut (yang sebenarnya tidak mungkin benar-
benar stasioner) rekaman data gelombang perlu
dibagi-bagi ke dalam beberapa segmen
(biasanya durasi yang digunakan 15-30 menit).
• Model keterlambatan fase atau amplitudo
gelombang merupakan penjumlahan dari (Sumber: Holthuijsen, 2007)

komponen gelombang dengan frekuensi 𝑓𝑖 yang


diskrit, faktanya frekuensi yang terjadi di laut
adalah kontinu.

EDUNEX ITB
24

Spektrum Kepadatan Variansi


• Spektrum amplitudo dapat memberikan banyak informasi yang dapat mendeskripsikan
ketinggian permukaan laut yang stasioner (proses Gaussian).
1 2
• Variansi 𝐸 𝑎 lebih relevan terhadap spektrum yang digunakan dibandingkan nilai
2 𝑖
harapan dari 𝐸 𝑎𝑖 .
• Dengan demikian, kita perlu menggunakan konsep spektrum kepadatan variansi (versi
1
diskontinu) 𝐸 ∗ 𝑓𝑖 , dengan cara mendistribusikan variansi 𝐸 𝑎𝑖2 di sepanjang pita
2
frekuensi ∆𝑓𝑖 pada frekuensi 𝑓𝑖 .

1 1 2
𝐸 𝑓𝑖 = 𝐸 𝑎𝑖 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑓𝑖
Δ𝑓𝑖 2
Δ𝑓𝑖 adalah interval antara tiap frekuensi.
• Versi kontinu diperoleh dengan mengambil lebar pita frekuensi ∆𝑓𝑖 mendekati nol.
1 1
𝐸 𝑓 = lim 𝐸 𝑎2 Konsep terpenting dalam buku Holthuijsen
Δ𝑓→0 Δ𝑓 2
EDUNEX ITB
25

Transformasi Spektrum Kepadatan Variansi

(Sumber: Holthuijsen, 2007)


Tentukan dimensi dan satuan dari spektrum kepadatan variansi (dalam SI)!
EDUNEX ITB
26

Interpretasi Spektrum Kepadatan Variansi


• Spektrum kepadatan variansi telah diketahui bahwa
didapatkan melalui transformasi spektrum amplitudo
yang diskrit menjadi distribusi variansi untuk seluruh
frekuensi yang kontinu. Spektrum ini menjelaskan bahwa
∆𝑣𝑎𝑟 dalam interval frekuensi ∆𝑓 berkontribusi dalam
total variansi.
∆𝒗𝒂𝒓 = න 𝑬 𝒇 𝒅𝒇
∆𝒇
1
• Total variansi dari 𝜂 2 = 𝑎2 dari tinggi permukaan laut
2
adalah total variansi terhadap lebar pita (interval)
frekuensi Δ𝑓 , sebagai bentuk integrasi spektrum Interpretasi Spektrum Kepadatan Variansi sebagai
Distribusi dari Total Variansi Tinggi Permukaan
kepadatan variansi untuk setiap frekuensi dengan
Laut untuk Setiap Frekuensi
interval Δ𝑓. ∞
𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒗𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒔𝒊 = 𝜼𝟐 = න 𝑬 𝒇 𝒅𝒇
𝟎
EDUNEX ITB
27

Interpretasi Spektrum Kepadatan Variansi


• Perhatikan bahwa pada gelombang acak, kontribusi satu frekuensi terhadap total
variansi sangat kecil, karena ∆𝑓 → 0. Namun, spektrum dari 1 gelombang harmonic
(gelombang dengan 1 frekuensi) mengandung energi yang terbatas. Spektrumnya
tentu berbentuk satu fungsi delta frekuensi.

EDUNEX ITB
28

Interpretasi Spektrum Kepadatan Variansi


• Ketika variansi terdistribusi dalam frekuensi yang lebih
lebar, maka akan terbentuk gelombang harmonik yang
termodulasi karena komponennya hanya memiliki
perbedaan yang sangat kecil pada frekuensi dan
karenanya juga terdapat perbedaan fase, sehingga
membentuk medan gelombang yang cukup seragam.

• Saat variansi terdistribusi dalam frekuensi yang lebih


lebar lagi maka akan membentuk medan gelombang
yang sangat tidak seragam, karena komponen fasenya
sangat berbeda.
• Semakin sempit spektrum maka akan semakin
seragam gelombang yang terbentuk.

EDUNEX ITB
29

Interpretasi Spektrum Kepadatan Variansi


• Seperti yang telah disebutkan, energi gelombang dapat ditulis sebagai variansi dari
ketinggian permukaan laut karena energi dari gelombang harmonic adalah rata-rata
kuadrat elevasi dikalikan dengan percepatan gravitasi 𝑔 dan densitas air 𝜌, dengan
demikian total energi gelombang adalah:
𝐸𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝜌𝑔𝜂 2
• Sehingga, kita dapat mengalikan spektrum kepadatan variansi 𝐸_𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 (𝑓)=𝐸(𝑓)
dengan 𝜌𝑔 dan kita mendapatkan spektrum kepadatan energi:
𝐸𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦 (𝑓) = 𝜌𝑔𝐸𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒 (𝑓)
• Spektrum kepadatan variansi digunakan dalam istilah statistik gelombang,
sedangkan spektrum kepadatan energi digunakan untuk mendeskripsikan aspek fisis
gelombang.

EDUNEX ITB
30

Definisi Alternatif
Spektrum kepadatan variansi DOMAIN SPEKTRUM
dapat dinyatakan dengan Frekuensi komponen gelombang → 𝑓=1/𝑇
beberapa cara:
dapat ditulis pada frekuensi radian (sudut) → 𝜔=2𝜋/𝑇
1. Domain Spektrum
2. Definisi Formal

dengan

atau

Transformasi Jacobian

EDUNEX ITB
31

Definisi Alternatif
Spektrum kepadatan variansi Cara lain mendefinisikan spektrum kepadatan variansi adalah berdasarkan
dapat dinyatakan dengan transformasi fourier dari fungsi auto kovariansi elevasi permukaaan laut.
beberapa cara:
1. Domain Spektrum
2. Definisi Formal
Untuk kondisi gelombang stasioner, 𝐸෨ 𝑓 dan 𝐶 𝜏 merupakan fungsi genap.
Spektrum kepadatan variansi dapat didefinisikan sebagai :
𝑪 𝝉 : fungsi auto-kovariansi

Transformasi Fourier bersifat dapat dibolak- ෩ 𝒇 𝐜𝐨𝐬 𝟐𝝅𝒇𝝉 𝒅𝒇
𝑪 𝝉 =න 𝑬
balikkan (reversible) −∞
∞ ∞
Hal yang sama untuk total variansi 𝜼𝟐 =𝑪 𝟎 = ෩
‫׬‬−∞ 𝑬 𝒇 𝒅𝒇 = ‫𝑬 𝟎׬‬ 𝒇 𝒅𝒇

menunjukkan bahwa spektrum 𝐸(𝑓) mendistribusikan total variansi pada seluruh frekuensi.
EDUNEX ITB
32

Spektrum Frekuensi dan Arah


Untuk mendeskripsikan variansi spektrum densitas gelombang yang
bergerak (3 Dimensi) dapat dijelaskan dengan mengembangkan
model fase/amplitudo acak.

𝜂(𝑥,𝑦,𝑡) = 𝑎cos(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥cos𝜃 − 𝑘𝑦sin𝜃 + 𝛼)


= 𝑎cos(𝜔𝑡 − 𝒌𝒙 𝒙 − 𝒌𝒚 𝑦 + 𝛼)
Serupa dengan model 1 dimensi, model 3 dimensi juga merupakan
penjumlahan dari banyak gelombang harmonik yang menjalar.

dengan :
𝜔 = 2𝜋𝑓 frekuensi sudut
𝑘 = 2𝜋Τ𝐿 bilangan gelombang
Gelombang Acak yang Bergerak 𝐿 = Panjang gelombang
(Sumber: Holthuijsen, 2007) 𝑘𝑥 = k cos 𝜃
EDUNEX ITB
𝑘𝑦 = k sin 𝜃
𝜃 = arah rambat gelombang
33
WHY??!! Oleh karena itu Model
2
Indeks 𝒌 (bilangan gelombang) Karena memiliki 𝜔 = 𝑔𝑘 tanh(𝑘𝑑) amplitude/fase acak
hubungan dispersif 3D
dapat dihubungkan dengan yang dijelaskan melalui
𝝎 (kecepatan sudut) teori gelombang linier
direduksi
Model 2D dalam
𝑁 𝑀 frekuensi (𝑓) (atau
𝜂 𝑥, 𝑦, 𝑡 = ෍ ෍ 𝑎𝑖,𝑗 cos(2𝜋𝑓𝑖 𝑡 − 𝑘𝑥 𝑥 − 𝑘𝑦 𝑦 + 𝛼𝑖,𝑗 ) bilangan gelombang
𝑖=1 𝑗=1 (𝑘)) dan arah
i = frekuensi atau nomor gelombang
j = arah Pola spasial dari elevasi
permukaan laut
Dengan menggunakan analogi yang sama dengan model 1D, maka
Superposisi atau
Setiap komponen gelombang penjumlahan dari
individu pada model gelombang-gelombang
amplitude/fase acak 2D harmonik dengan jumlah
yang sangat banyak yang
Amplitudo acak (𝑎𝑖,𝑗 ) Fase acak (𝛼𝑖,𝑗 ) mana masing-masing
gelombang memiliki
amplitude dan fase yang
Distribusi Reyleigh Distribusi Seragam berbeda-beda.
EDUNEX ITB
34

Spektrum Frekuensi dan Arah


Dengan cara yang sama dengan model random-phase /
amplitude, spektrum amplitudo dua dimensi yang diskrit
dapat ditransformasikan menjadi spektrum kepadatan
variansi dua dimensi yang kontinu, untuk setiap 𝑖 dan 𝑗.
𝟏 𝟏 𝟐
𝑬(𝝎, 𝜽) = 𝐥𝐢𝐦 𝐥𝐢𝐦 𝑬 𝒂
∆𝝎→𝟎 ∆𝜽→𝟎 ∆𝝎∆𝜽 𝟐

Dalam frekuensi 𝑓 :

𝟏 𝟏 𝟐
𝑬(𝒇, 𝜽) = 𝐥𝐢𝐦 𝐥𝐢𝐦 𝑬 𝒂 Spektrum 2 dimensi dari gelombang yang dibangkitkan oleh angin
∆𝒇→𝟎 ∆𝜽→𝟎 ∆𝒇∆𝜽 𝟐
(Sumber: Holthuijsen, 2007)

EDUNEX ITB
35

Spektrum Frekuensi dan Arah


Spektrum 2 dimensi E(𝑓, 𝜃) menunjukkan variansi
𝜂(𝑥, 𝑦, 𝑡) didistribusikan melalui frekuensi dan arah.
Volume dari 𝐸(𝑓, 𝜃) akan sama dengan total
variansi ketinggian permukaan laut 𝜂 2 :
∞ 𝟐𝝅
𝜼𝟐 = න න 𝑬 𝒇, 𝜽 𝒅𝜽𝒅𝒇
𝟎 𝟎

Kontribusi dari ruang spektrum


(∆𝑓, ∆𝜃) dari total variansi:

∆𝒗𝒂𝒓 = න න 𝑬 𝒇, 𝜽 𝒅𝜽𝒅𝒇
Kontribusi ∆𝑣𝑎𝑟 Ruang Spektrum (∆𝑓, ∆𝜃) dari Total Variansi Gelombang
∆𝒇 ∆𝜽
(Sumber: Waves in Oceanic and Coastal Waters, 2007)

EDUNEX ITB
36 Studi kasus : Badai di Laut Norwegia Dari spektrum 2D Gelombang swell
• diperoleh
Laut Norwegia: bagian utara (pada gambar • Spektrum sempit
• Laut Utara: bagian selatan (pada gambar) infromasi
• Frekuensi rendah
• Orientasi arah spektrum
Gelombang swell
ke selatan→arah
bergerak dari selatan
menuju Laut Utara penjalaran gelombang
↓ swell ke selatan
Setelah 1 - 2 hari, Gelombang sea
gelombang ini sampai di • Spektrum lebar
Pesisir Belanda • Frekuensi tinggi
↓ • Orientasi arah spektrum
Gelombang ini bertemu ke timur→arah
dengan gelombang sea penjalaran gelombang
yang dibangkitkan oleh swell ke timur
angin lokal dari arah barat
(angin baratan)
↓ Spektrum 1D didapatkan
Gelombang sea dan swell memiliki
Spektrum di Pesisir dari
karakteristik yang berbeda
Belanda akan diwakili ↓
oleh 2 sistem gelombang Mengintegrasikan spektrum
yang berbeda Kedua sistem gelombang di lepas Sumber : Holthuijsen, 2007 2D terhadap arah
↓ pantai Belanda dapat dipisahkan
1. Gelombang swell dari dengan baik Terlihat bahwa gelombang swell
arah utara dan sea terpisah karena kedua
2. Gelombang sea dari gelombang ini memiliki range EDUNEX ITB
arah barat frekuensi yang berbeda
37

EDUNEX ITB
38

Daftar pustaka

Holthuijsen, Leo H. 2007. Waves In Oceanic And Coastal Waters. New


York: Cambridge University Press.

EDUNEX ITB

Anda mungkin juga menyukai