FITB
OS4062
Analisis dan Peramalan Gelombang Laut
Description of Ocean Waves
Rencana Perkuliahan
1. Appendix A
2. Appendix C
6. Statistics (Part 2)
7. Statistics (Part 3)
EDUNEX ITB
3
Gelombang Laut
Gelombang laut dapat didefinisikan sebagai
pergerakan naik turunnya permukaan laut
di suatu titik.
Umumnya akibat gesekan angin
EDUNEX ITB
4
Gelombang Laut
Superposisi Gelombang
(Sumber: Holthuijsen, 2007) EDUNEX ITB
5
Gelombang Laut
Data gelombang dapat diperoleh dengan :
• Pengukuran gelombang menggunakan
alat/instrument
• Pengamatan Visual
• Pengukuran satelit
• Simulasi Komputer
Durasi pengukuran
gelombang 15-30 menit Karakteristik gelombang
dari data rekaman
Definisi Gelombang
Gerakan vertikal atau naik turunnya elevasi permukaan laut yang membentuk suatu Tidak bisa
grafik sinusoidal bernilai negatif
Bisa bernilai
Metode mendefinisikan gelombang negatif
Sumber : Holthuijsen, 2007
1. Dalam estimasi secara visual, tinggi dari puncak relatif terhadap palung
Pada umumnya, mendefinisikan
juga bisa dianggap sebagai gelombang
gelombang menggunakan metode
2. Pada gelombang pecah, bagian depan gelombang yang curam, termasuk
downward-crossing
didefinisikan sebagai downward crossing EDUNEX ITB
7
Gelombang Laut
𝜂 𝑡 𝜂 𝑡
(𝑚) (𝑚)
3 3
1 2 4 1 2 4
0 0
1 2 𝑡 3
2 𝑡
3 (𝑠) 4 (𝑠)
Contoh Pendefinisian Gelombang dengan Metode Upward Zero-Crossings Contoh Pendefinisian Gelombang dengan Metode Downward Zero-Crossings
EDUNEX ITB
8
EDUNEX ITB
9
Tinggi Gelombang
Tinggi Gelombang
𝑁
1 Tinggi gelombang rata-rata
H0 = H𝑖
𝑁 (m)
𝑗=1 Tidak terlalu sering digunakan, karena
𝑁
1 Τ2 nilainya sedikit mirip dengan tinggi
1 gelombang yang diperkirakan secara visual
𝐻𝑟𝑚𝑠 = 𝐻𝑖 2 Root mean square height
𝑁
𝑖=1 (m)
𝑁 Τ3
1 Hasil eksperimen menujukan 𝐻1Τ3
𝐻1Τ3 = 𝐻𝑗 Tinggi gelombang signifikan
𝑁Τ3 mendekati nilai tinggi gelombang yang
𝑗=1 (m)
diperkirakan secara visual
𝑁Τ10
1 Tinggi rata-rata dari 1/10
𝐻1Τ10 = 𝐻𝑗
𝑁Τ10 gelombang tertinggi (m)
𝑗=1
dengan :
𝑁 = banyak data Semua jenis gelombang hanya akan memiliki satu nilai ketinggian
𝑖 = nomor urut gelombang yang terukur
𝑗 = nomor urut gelombang berdasarkan tinggi
EDUNEX ITB
10 Data Pengukuran Gelombang
(Sumber : Data ADCP Suros 2019)
Waktu Hs (cm) Tp(s)
𝑁
12:30:00 42.2 4.9 1
13:00:00 42 5.4 𝐻0 = 𝐻𝑖
𝑁
13:30:00 37.4 5 𝑗=1
14:00:00 30.7 4.1
14:30:00 29.7 5.1 = (42,2 + 42 + 37,4 + 30,7 + 29,7 + 27,1 + 33,1 + 27,4 +
15:00:00 27.1 5 28,9 + 26,9 + 23,4 + 23,7 + 22,6 + 20,6 + 19,7 + 25,6 +
15:30:00 33.1 4.4 25,8 + 22,1 + 24,2 + 23,3 + 22,3)/21
16:00:00 27.4 5.4
16:30:00 28.9 5.2
= 27,56 𝑐𝑚
17:00:00 26.9 5 1 Τ2
17:30:00 23.4 4.5 𝑁
1
18:00:00 23.7 5 𝐻𝑟𝑚𝑠 = 𝐻𝑖 2
18:30:00 22.6 4.9 𝑁
𝑖=1
19:00:00 20.6 5.2
19:30:00 19.7 5.1 = 42,22 + 422 + 37,42 + 30,72 + 29,72 + ⋯ + 22,32 Τ21
20:00:00 25.6 5.2
20:30:00 25.8 4.3
21:00:00 22.1 6.1
= 28,26 𝑐𝑚
21:30:00 24.2 5
22:00:00 23.3 5.2
22:30:00 22.3 4.5 EDUNEX ITB
11 Data Pengukuran Gelombang Sebelum (kiri) dan Sesudah
(kanan) diurutkan dari yang tertinggi
(Sumber : Data ADCP Suros 2019)
Waktu Hs (cm) Tp(s) Waktu Hs (cm) Tp(s) Waktu Hs (cm) Tp(s)
12:30:00 42.2 4.9 12:30:00 42.2 4.9 12:30:00 42.2 4.9
13:00:00 42 5.4 13:00:00 42 5.4 13:00:00 42 5.4
13:30:00 37.4 5 13:30:00 37.4 5 13:30:00 37.4 5
14:00:00 30.7 4.1 15:30:00 33.1 4.4 15:30:00 33.1 4.4
14:30:00 29.7 5.1 14:00:00 30.7 4.1 14:00:00 30.7 4.1
15:00:00 27.1 5 14:30:00 29.7 5.1 14:30:00 29.7 5.1
15:30:00 33.1 4.4 16:30:00 28.9 5.2 16:30:00 28.9 5.2
16:00:00 27.4 5.4 16:00:00 27.4 5.4
16:30:00 28.9 5.2 15:00:00 27.1 5
𝑁Τ3
17:00:00 26.9 5 17:00:00 26.9 5 1 42,2 + 42 + 37,4 + 33,1 + 30,7 + 29,7 + 28,9
𝐻1Τ3 = 𝐻𝑗 = = 34,86 cm
17:30:00 23.4 4.5 20:30:00 25.8 4.3 𝑁Τ3 7
𝑗=1
18:00:00 23.7 5 20:00:00 25.6 5.2
18:30:00 22.6 4.9 21:30:00 24.2 5
19:00:00 20.6 5.2 18:00:00 23.7 5 Waktu Hs (cm) Tp(s)
19:30:00 19.7 5.1 17:30:00 23.4 4.5 12:30:00 42.2 4.9
20:00:00 25.6 5.2 22:00:00 23.3 5.2 13:00:00 42 5.4
20:30:00 25.8 4.3 18:30:00 22.6 4.9
𝑁Τ10
21:00:00 22.1 6.1 22:30:00 22.3 4.5 1 42,2 + 42
𝐻1Τ10 = 𝐻𝑗 = = 42,1 cm
21:30:00 24.2 5 21:00:00 22.1 6.1 𝑁Τ10 2
𝑗=1
22:00:00 23.3 5.2 19:00:00 20.6 5.2
EDUNEX ITB
22:30:00 22.3 4.5 19:30:00 19.7 5.1
12
EDUNEX ITB
13
Periode Gelombang
Periode Gelombang
𝑁
1 Periode gelombang rata-rata
𝑇0 = 𝑇0,𝑖
𝑁 atau mean zero crossing
𝑗=1
period (detik)
𝑁 Τ3
1 Periode gelombang Dengan menggunakan analogi yang
𝑇1Τ3 = 𝑇0,𝑗 sama dengan tinggi gelombang
𝑁Τ3 signifikan (detik)
𝑗=1
𝑁Τ10
1 Periode rata-rata dari 1/10
𝑇1Τ10 = 𝑇0,𝑗
𝑁Τ10
𝑗=1 gelombang tertinggi (detik)
dengan :
𝑁 = banyak data
𝑖 = nomor urut gelombang yang terukur
𝑗 = nomor urut gelombang berdasarkan tinggi
EDUNEX ITB
14 Data Pengukuran Gelombang Sebelum (kiri) dan Sesudah
(kanan) diurutkan dari yang tertinggi
(Sumber : Data ADCP Suros 2019)
𝑁
Waktu Hs (cm) Tp(s) Waktu Hs (cm) Tp(s) 1 4,9 + 5,4 + 5 + 4,1 + 5,1 + 5 + +4,4 + 5,4 … + 4,5
𝑇0 = 𝑇0,𝑖 = = 4,98 detik
12:30:00 42.2 4.9 12:30:00 42.2 4.9 𝑁 21
𝑗=1
13:00:00 42 5.4 13:00:00 42 5.4
13:30:00 37.4 5 13:30:00 37.4 5 Waktu Hs (cm) Tp(s)
14:00:00 30.7 4.1 15:30:00 33.1 4.4 12:30:00 42.2 4.9
14:30:00 29.7 5.1 14:00:00 30.7 4.1 13:00:00 42 5.4
15:00:00 27.1 5 14:30:00 29.7 5.1 13:30:00 37.4 5
15:30:00 33.1 4.4 16:30:00 28.9 5.2 15:30:00 33.1 4.4
16:00:00 27.4 5.4 16:00:00 27.4 5.4 14:00:00 30.7 4.1
16:30:00 28.9 5.2 15:00:00 27.1 5 14:30:00 29.7 5.1
17:00:00 26.9 5 17:00:00 26.9 5 16:30:00 28.9 5.2
17:30:00 23.4 4.5 20:30:00 25.8 4.3
18:00:00 23.7 5 20:00:00 25.6 5.2 𝑁Τ3
1 4,9 + 5,4 + 5 + 4,4 + 4,1 + 5,1 + 5,2
18:30:00 22.6 4.9 21:30:00 24.2 5 T1Τ3 = T𝑗 = = 4,87 detik
𝑁Τ3 7
𝑗=1
19:00:00 20.6 5.2 18:00:00 23.7 5
19:30:00 19.7 5.1 17:30:00 23.4 4.5
Waktu Hs (cm) Tp(s)
20:00:00 25.6 5.2 22:00:00 23.3 5.2
12:30:00 42.2 4.9
20:30:00 25.8 4.3 18:30:00 22.6 4.9
13:00:00 42 5.4
21:00:00 22.1 6.1 22:30:00 22.3 4.5
21:30:00 24.2 5 21:00:00 22.1 6.1 𝑁Τ10
1 4,9 + 5,4
22:00:00 23.3 5.2 19:00:00 20.6 5.2 T1Τ10 =
𝑁Τ10
T𝑗 =
2
= 5,15 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
EDUNEX ITB
22:30:00 22.3 4.5 19:30:00 19.7 5.1 𝑗=1
Pengamatan Visual dan Pengukuran
15
Instrumental
Nordenstrφm (1969) melakukan percobaan untuk mengetahui sejauh mana pengamatan visual mendekati
perkiraan yang diperoleh dari pengukuran instrument.
Grafik Hubungan Antara Tinggi dan Periode Signifikan yang Diperkirakan secara Visual (Hv
dan 𝑇v ) dengan Tinggi dan Periode Signifikan yang Diukur (𝐻1Τ3 dan 𝑇1Τ3 )
Sumber : Holthuijsen, 2007 EDUNEX ITB
16
Spektrum Gelombang
Distribusi seragam -> diabaikan
Spektrum gelombang bertujuan untuk memudahkan
analisis.
✓ Dapat mengkarakterisasi segala kemungkinan yang dapat
terjadi di alam (kondisi sebenarnya).
✓ data rekaman elevasi permukaan laut ( η(t) ), akan
diubah dari domain waktu ke domain frekuensi →
melalui Fast Fourier Transform.
𝑵 Data elevasi muka Spektrum Spektrum
𝑎𝑖 : amplitudo gelombang laut amplitudo fase
𝜼(𝒕) = 𝒂𝒊 𝐜𝐨𝐬 𝟐𝝅𝒇𝒊 𝒕 + 𝜶𝒊 𝛼𝑖 : keterlambatan fase gelombang
𝒊=𝟏 𝑓𝑖 : frekuensi gelombang (∆𝑓=1/D) Gambar Data gelombang yang terukur yang dibuat ke dalam bentuk
spektrum amplitudo dan fasa (Holthuisjen, 2007)
Melalui pendekatan variansi, spektrum gelombang
dapat menganalisis parameter fisis dari
gelombang Spektrum dapat menampilkan distribusi energi terhadap
✓ Energi gelombang frekuensi (dari gelombang).
✓ Kecepatan partikel gelombang
✓ Variasi tekanan EDUNEX ITB
17
Spektrum Amplitudo
Kita dapat mengulang eksperimen berulang kali sebanyak 𝑀 waktu
dan merata-ratakannya, sehingga rata-rata spektrum amplitudo
untuk seluruh frekuensi 𝑓𝑖
𝑴
𝟏
𝒂ഥ𝒊 = 𝒂𝒊,𝒎
𝑴
𝒎=𝟏
Jika nilai 𝑀 sangat besar maka nilai dari 𝑎ഥ𝑖 akan konvergen, sehingga
akan mengurangi permasalahan dalam sampling data.
Meskipun demikian, karakteristik komponen gelombang akan lebih
𝟏 𝟐
cocok digambarkan melalui spektrum distribusi variansi 𝒂 .
𝟐 𝒊
EDUNEX ITB
18
Spektrum Variansi
1
Spektrum variansi 2 𝑎𝑖2 merupakan spektrum diskrit, sedangkan pada
kenyataannya yang terjadi di laut terdapat semua frekuensi (tidak diskrit).
1
Maka, kita dapat menganggap disribusi variansi 2 𝑎𝑖2 dengan interval
1
frekuensi sebesar 𝛥𝑓 = 1/𝐷, didapatkan kepadatan variansi 𝑎𝑖2 /𝛥𝑓.
2
EDUNEX ITB
24
EDUNEX ITB
28
EDUNEX ITB
29
EDUNEX ITB
30
Definisi Alternatif
Spektrum kepadatan variansi DOMAIN SPEKTRUM
dapat dinyatakan dengan Frekuensi komponen gelombang → 𝑓=1/𝑇
beberapa cara:
dapat ditulis pada frekuensi radian (sudut) → 𝜔=2𝜋/𝑇
1. Domain Spektrum
2. Definisi Formal
dengan
atau
Transformasi Jacobian
EDUNEX ITB
31
Definisi Alternatif
Spektrum kepadatan variansi Cara lain mendefinisikan spektrum kepadatan variansi adalah berdasarkan
dapat dinyatakan dengan transformasi fourier dari fungsi auto kovariansi elevasi permukaaan laut.
beberapa cara:
1. Domain Spektrum
2. Definisi Formal
Untuk kondisi gelombang stasioner, 𝐸෨ 𝑓 dan 𝐶 𝜏 merupakan fungsi genap.
Spektrum kepadatan variansi dapat didefinisikan sebagai :
𝑪 𝝉 : fungsi auto-kovariansi
∞
Transformasi Fourier bersifat dapat dibolak- ෩ 𝒇 𝐜𝐨𝐬 𝟐𝝅𝒇𝝉 𝒅𝒇
𝑪 𝝉 =න 𝑬
balikkan (reversible) −∞
∞ ∞
Hal yang sama untuk total variansi 𝜼𝟐 =𝑪 𝟎 = ෩
−∞ 𝑬 𝒇 𝒅𝒇 = 𝑬 𝟎 𝒇 𝒅𝒇
menunjukkan bahwa spektrum 𝐸(𝑓) mendistribusikan total variansi pada seluruh frekuensi.
EDUNEX ITB
32
dengan :
𝜔 = 2𝜋𝑓 frekuensi sudut
𝑘 = 2𝜋Τ𝐿 bilangan gelombang
Gelombang Acak yang Bergerak 𝐿 = Panjang gelombang
(Sumber: Holthuijsen, 2007) 𝑘𝑥 = k cos 𝜃
EDUNEX ITB
𝑘𝑦 = k sin 𝜃
𝜃 = arah rambat gelombang
33
WHY??!! Oleh karena itu Model
2
Indeks 𝒌 (bilangan gelombang) Karena memiliki 𝜔 = 𝑔𝑘 tanh(𝑘𝑑) amplitude/fase acak
hubungan dispersif 3D
dapat dihubungkan dengan yang dijelaskan melalui
𝝎 (kecepatan sudut) teori gelombang linier
direduksi
Model 2D dalam
𝑁 𝑀 frekuensi (𝑓) (atau
𝜂 𝑥, 𝑦, 𝑡 = 𝑎𝑖,𝑗 cos(2𝜋𝑓𝑖 𝑡 − 𝑘𝑥 𝑥 − 𝑘𝑦 𝑦 + 𝛼𝑖,𝑗 ) bilangan gelombang
𝑖=1 𝑗=1 (𝑘)) dan arah
i = frekuensi atau nomor gelombang
j = arah Pola spasial dari elevasi
permukaan laut
Dengan menggunakan analogi yang sama dengan model 1D, maka
Superposisi atau
Setiap komponen gelombang penjumlahan dari
individu pada model gelombang-gelombang
amplitude/fase acak 2D harmonik dengan jumlah
yang sangat banyak yang
Amplitudo acak (𝑎𝑖,𝑗 ) Fase acak (𝛼𝑖,𝑗 ) mana masing-masing
gelombang memiliki
amplitude dan fase yang
Distribusi Reyleigh Distribusi Seragam berbeda-beda.
EDUNEX ITB
34
Dalam frekuensi 𝑓 :
𝟏 𝟏 𝟐
𝑬(𝒇, 𝜽) = 𝐥𝐢𝐦 𝐥𝐢𝐦 𝑬 𝒂 Spektrum 2 dimensi dari gelombang yang dibangkitkan oleh angin
∆𝒇→𝟎 ∆𝜽→𝟎 ∆𝒇∆𝜽 𝟐
(Sumber: Holthuijsen, 2007)
EDUNEX ITB
35
∆𝒗𝒂𝒓 = න න 𝑬 𝒇, 𝜽 𝒅𝜽𝒅𝒇
Kontribusi ∆𝑣𝑎𝑟 Ruang Spektrum (∆𝑓, ∆𝜃) dari Total Variansi Gelombang
∆𝒇 ∆𝜽
(Sumber: Waves in Oceanic and Coastal Waters, 2007)
EDUNEX ITB
36 Studi kasus : Badai di Laut Norwegia Dari spektrum 2D Gelombang swell
• diperoleh
Laut Norwegia: bagian utara (pada gambar • Spektrum sempit
• Laut Utara: bagian selatan (pada gambar) infromasi
• Frekuensi rendah
• Orientasi arah spektrum
Gelombang swell
ke selatan→arah
bergerak dari selatan
menuju Laut Utara penjalaran gelombang
↓ swell ke selatan
Setelah 1 - 2 hari, Gelombang sea
gelombang ini sampai di • Spektrum lebar
Pesisir Belanda • Frekuensi tinggi
↓ • Orientasi arah spektrum
Gelombang ini bertemu ke timur→arah
dengan gelombang sea penjalaran gelombang
yang dibangkitkan oleh swell ke timur
angin lokal dari arah barat
(angin baratan)
↓ Spektrum 1D didapatkan
Gelombang sea dan swell memiliki
Spektrum di Pesisir dari
karakteristik yang berbeda
Belanda akan diwakili ↓
oleh 2 sistem gelombang Mengintegrasikan spektrum
yang berbeda Kedua sistem gelombang di lepas Sumber : Holthuijsen, 2007 2D terhadap arah
↓ pantai Belanda dapat dipisahkan
1. Gelombang swell dari dengan baik Terlihat bahwa gelombang swell
arah utara dan sea terpisah karena kedua
2. Gelombang sea dari gelombang ini memiliki range EDUNEX ITB
arah barat frekuensi yang berbeda
37
EDUNEX ITB
38
Daftar pustaka
EDUNEX ITB