Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fiza Jasmine Hasani

NPM : 230110200041
Kelas : A Perikanan 2020

Tugas Analisa visualisasi suhu dan salinitas terhadap


kedalaman berdasarkan musim menggunakan layout
Surface

Perairan yang dipakai sebagai sample praktikum oseanografi ini adalah


perairan di plot 3011 dimana data yang diambil dari World Ocean Database Data
yang diambil, merupakan data pada perairan selatan jawa dan selat makassar pada
tahun 2014. Pembahasan praktikum ini adalah tentang Hasil Visualisasi Layout
Surface di Perairan Selatan Jawa dan selat Makassar pada musim timur pada bulan
Juni-Agustus 2014 dengan kedalaman 150 m, dengan x dan y scale-length sebesar
200 (permille), menyesuaikan dengan ketentuan yang diberikan asisten pada
praktikum. Data yang di ambil dari plot 3011 hasil Visualisasi Layout Surface di
Perairan Selatan jawa dan selat Makassar musim timur pada bulan Juni-Agustus 2014
salinitas tidak terdeteksi pada ODV hanya tersedia visualisasi temperature.

Musim timur biasa berada pada perkiran musim kemarau. Pada musim
timur sering terjadi angin muson timur mempunyai sifattertentu ketia berhembus
dan melewati wilayah negara Indonesia. Sifat yang paling kental yang dimiliki oleh
angin muson timur adalah kering. Hal ini karena angin yang berhembus dari arah
benua Australia menuju ke arah Asia ini melewati banyak gurun daripada perairan,
sehingga menjadikan angin ini bersifat kering. Karena sifat yang yang kering inilah
maka Indonesia mengalami musim kemarau. Akan tetapi manfaat bagi sektor
perikanan dalam musim timur ini adalah nelayan yang produktif untuk mencari
ikan dilaut karena tidak ada badai.

Suhu merupakan parameter lingkungan yang sangat penting dan sering diukur
di laut karena suhu berguna dalam mempelajari proses-proses fisik, kimiawi dan
biologis yang terjadi di laut (Andi 2000). Pola distribusi suhu pada permukaan laut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi parameter-parameter laut seperti upwelling,
arus laut, dan juga pada front (Pralebda dan Suyuti 1983). Proses upwelling yang
menyebabkan peningkatan zat hara pada lapisan permukaan laut dan mendukung
proses-proses kehidupan di laut. Suhu permukaan laut yang memiliki perbedaan
secara signifikan dijadikan sebagai indikator keberadaan upwelling.

Gambar 1. Temperatur pada musim timur juni-agustus 2014

Hasil data temperatur pada musim timur ini penyebarannya sangat


bervariasi. Dapat dilihat hasil data perairan wilayah selat Makassar memiliki
temperature tertinggi pada suhu sampai wilayah perairan Selatan Jawa memiliki
temperatur tertinggi yaitu 28° C, dapat dilihat Selat Makassar mengalami suhu
yang stabil. Akan tetapi pada Selatan Jawa terjadi upwelling, pada zona WPP RI-
537 (Perairan selatan Jawa –Nusa Tenggara) dipengaruhi oleh ENSO (El nino
Southern Oscilation), merupakan faktor yang mempengaruhi intensitas upwelling.
ENSO berkaitan dengan perubahan tekanan udara pada permukaan laut, serta anomali
suhu permukaan laut pada ekuatorial Lautan pasifik yang lebih tinggi atau rendah
daripada normal. Perairan dan atmosfer seperti perubahan suhu permukaan laut,
perubahan tinggi muka air laut, perubahan kondisi upwelling, perubahan pola angina
permukaan, dan oerubahan pola curah hujan.

Menurut Bima,Heryoso,Harsono (2014) pada jurnal penelitiannya, saat terjadi


musim timur (Juni-September), gesekan angin sejajar pantai cenderung lebih kuat dan
terfokus pada selatan Jawa Barat yang membangkitkan transpor ekman pada wilayah
tersebut. Dengan kata lain, indikasi upwelling lebih intensif terjadi di selatan Jawa
Timur-Jawa Tengah walaupun gesekan angina sejajar pantai mentarnsporkan massa
air secara peningkatan produktivitas perairan yang dideteksi dengan SPL rendah dan
kandungnan klorofil-a yang tinggi

Menurut jurnal penelitian Rasyid, Nurjannah Iqbal, dan Muh. Hatta (2014)
Musim timur yang berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus pada selat Makassar
ditandai dengan curah hujan rendah dan kecepatan angin yang tinggi dari timur laut
dan timur dengan kecepatan angin berkisar 0 – 17 knot. Kuatnya angin bertiup
mempengaruhi pola arus permukaan yang disebabkan pasang surut. Pola arus
permukaan saat air pasang di laut lepas dari selatan dengan kecepatan mencapai 0,08
m/det di dekat pesisir dengan kondisi kecepatan meningkat ke arah laut lepas hingga
di bagian selatan Pulau Langkai, dengan kondisi ke arah utara terjadi arus kuat di
sebelah barat perairan pulau-pulau terluar Kota Makassar (laut lepas) dengan
kecepatan 0,20 – 0,50 m/det. Sementara pola arus di perairan antara pulau umumnya
terjadi arus ke utara dan timur laut searah garis pantai dengan kecepatan di bawah 0,2
m/det. SPL perairan Kota Makassar pada musim timur terjadi perbedaan. Pada Bulan
Juni, berkisar antara 29 - 31° C. Kondisi suhu selama musim timur menunjukkan
variasi dengan kecenderungan berfluktuasi di setiap bulan, namun secara umum SPL
cenderung lebih rendah dibandingkan dua musim sebelumnya. Adanya penurunan
suhu di musim timur meskipun kondisi cuaca umumnya cerah, hal ini terkait dengan
posisi matahari terhadap garis ekuator bumi. Pada musim barat, posisi matahari
berada di belahan bumi selatan dan saat musim timur berada di belahan bumi utara.
Wyrtki (1961) menjelaskan bahwa Proses penyinaran dan pemanasan matahari pada
musim barat lebih banyak berada di belahan bumi selatan sehingga suhu berkisar
antara 29-30°C dan di bagian utara khatulistiwa suhu berkisar antara 27-28°C. Pada
musim timur, SPL di perairan Indonesia bagian utara akan naik menjadi 28-30°C dan
di perairan sebelah selatan akan turun menjadi 27-28°C dan hal ini berbanding lurus
dengan hasil visualisasi praktikum pada gambar 1.

Dapat disimpulkan bahwa setiap wilayah perairan yang memiliki kedalaman


tertentu memiliki temperatu yang berbeda – beda. Ini juga dapat mempengarhui
keanekaragaman biotanya pula. Kisaran temperatur air yang sangat diperlukan agar
pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar 25°C – 32°C.
Pada kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara
tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan budi daya ikan.
Temperatur dan sanilitas air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan
biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan sanilitas dan temperature pada
suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan.

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rasyid J., N. N. (2014, April). KARAKTER OSEANOGRAFI PERAIRAN


MAKASSAR TERKAIT ZONA POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN
PELAGIS KECIL PADA MUSIM TIMUR. Jurnal IPTEKS PSP, 1, 69 - 80.
Andi. (2000). Studi Hubungan Suhu Permukaan Laut Hasil Pengukuran Satelit
Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di
Selat Bali) . Program Pasca.
Bima, Heryoso, & Harsono. (2014). Dinamika Upwelling dan Down welling
berdasarkan Variabilitas suhu permukaan laut dan klorofil-a di perairan
selatan Jawa, Jurnal Oseanografi 3, 57-66.
Pralebda, & Suyuti. (1983). Teknik Teledeteksi Dengan Menggunakan Satelit Cuaca
GMS-1 Untuk Menunjang Industri Perikanan Laut Indonesia. 27.
Wyrtki, K. (1961). Physycal Oceanography of South East Asian Water. Naga Report
Scripps Institutuion of Oceanography University of California, 2

Anda mungkin juga menyukai