LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9/PERIKANAN A
Muhammad Rizal Alfiansyah 230110200003
Ihza Zakaria Al Falah 230110200018
Trisyandi Imanudin 230110200039
Luthfiah Al Afifah 230110200052
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2021
ANALISIS ASPEK BIOLOGIS
IKAN MAKAREL (Scomber scombrus)
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Sebagai Laporan Praktikum Biologi Perikanan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9/PERIKANAN A
Muhammad Rizal Alfiasyah 230110200003
Ihza Zakaria Al Falah 230110200018
Trisyandi Imanudin 230110200039
Luthfiah Al Afifah 230110200052
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui:
PJ Asisten Laboratorium
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan
karunianya-Nya Laporan Praktikum Biologi Perikanan tentang “Analisis Aspek
Biologi Ikan Makarel (Scomber scombrus.)” dapat diselesaikan.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu kelompok 9 mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili yang menyampaikan materi
dengan baik.
2. Asisten laboratorium Muhammad Rama Sukmadhani yang
membimbing kelompok 9 dalam praktikum.
3. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat pembuatan
laporan praktikum.
Laporan ini semoga dapat menjadi evaluasi dan tolak ukur dalam pelaksanaan
praktikum Biologi Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran dan menjadi bahan perbaikan untuk kedepannya.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan termasuk hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di air. Ikan
diklasifikasikan ke dalam Filum Chordata dengan karakteristik memiliki insang yang
berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut dari air dan memiliki sirip untuk
berenang. Oleh karena itu pentingnya pemahaman tentang biologi perikanan
merupakan salah satu upaya untuk memberikan kemampuan dalam menganalisis
dan menduga pertumbuhan, perkembangbiakan dan kebiasaan makan pada ikan.
Ikan makarel adalah ikan pelagis yang sangat ramping, berenang cepat, dan
tersebar di lautan lepas Atlantik Utara, biasanya pada kedalaman kurang dari 200 m.
Ikan makarel adalah ikan shoaling klasik, dengan panjang beting hingga 9 km, 4 km
lebar, dan kedalaman 40 m dilaporkan (Lockwood 1988). Ikan makarel adalah ikan
pelagis, umumnya hidup jauh di laut lepas, meski beberapa jenisnya juga bisa
didapati di perairan teluk yang tak jauh dari pantai. Jenis-jenis ikan ini tersebar di
berbagai lautan tropis dan ugahari. Sebagian jenisnya mampu menyelam hingga
kedalaman lebih dari 1.000 meter.
Ikan makarel (Scomber scombrus) memiliki kandungan protein, lipid, dan
asam lemak yang tinggi terutama n-3 PUFA (Oudiani et al.2019).Oleh karena itu,
ikan makarel termasuk ikan konsumsi yang paling banyak diminati di kalangan
masyarakat. Dengan adanya peluang tinggi konsumsi ikan makarel di masyarakat,
maka perlu dilakukan adanya budidaya yang berkelanjutan untuk ikan makarel
tersebut. Selain itu, penting bagi kita khususnya mahasiswa perikanan untuk
mengetahui dan menganalisis aspek biologi ikan makarel baik pertumbuhan
reproduksi dan kebiasaan makannya agar pemanfaatan dan budidaya ikan makarel
dapat dilakukan dengan maksimal.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Biologi perikanan yang telah dilaksanakan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui aspek pertumbuhan,
reproduksi dan kebiasaan makan dari ikan makarel yang dapat menjadi dasar dalam
budidaya ikan marakel. Pentingnya pemahaman tentang biologi perikanan merupakan
salah satu upaya untuk memberikan kemampuan dalam menganalisis dan menduga
pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Dengan demikian kita dapat melihat
jumlah stok yang ada di alam berdasarkan ukuran ikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ikan Makarel atlantik adalah ikan yang bergerak aktif dan cepat yang harus
terus bergerak untuk membawa cukup oksigen untuk bertahan hidup. Ikan makarel
berenang dengan gerakan pendek yang memanfaatkan bagian belakang tubuhnya dan
sirip ekor. Tidak seperti makarel lainnya, mackerel Atlantik tidak melompat keluar
dari air kecuali mencoba melarikan diri dari predator. Karena ikan yang lebih besar
memiliki rasio massa otot yang lebih besar terhadap luas permukaan, kelompok ikan
yang lebih besar mampu berenang lebih cepat dari pada kelompok yang terdiri dari
individu yang lebih kecil (Sette, Oscar Elton 1943).
2.1.1 Taksonomi
Menurut Chusnul (2020), Klasifikasi Ikan Makarel (Scomber scombrus) yaitu
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Acanthopterygii
Famili : Scombridae
Genus : Scomber
Spesies : Scomber scombrus
2.1.2 Morfologi
Secara morfologi ikan makarel mempunyai tubuh panjang dan berbentuk
torpedo. Mulut lebar dan berujung runcing, gigi pada rahang gepeng dan tajam. Tipe
mulut ikan makarel yaitu protaktil dengan letak pada ujung hidung sedikit ke bawah
(subterminal), memiliki gigi-gigi kecil yang runcing pada bagian atas dan bawah, dan
pada bagian langit-langit mulut (Crone et al 2009). Pada bagian insang, tapis insang
berjumlah 24-28 pada bagian bawah busur insang pertama, dua sirip punggung yang
saling berjauhan dengan berjari-jari keras 10-13 pada sirip punggung kedua, 12 jari-
jari lemah pada sirip kedua.
Bagian dorsal tubuh ikan makarel berwarna biru keabuan, dan putih perak
pada bagian ventral, serta memiliki sirip berwarna abu-abu kekuningan (Murniati
2004). Umumnya ikan makarel berukuran lebih kecil dan ramping daripada ikan tuna.
Tetapi kemampuan renangnya tidak kalah hebat dengan ikan tuna yaitu sebagai
perenang handal dengan cara merampingkan tubuh dengan sirip masuk kedalam
lekukan tubuh.
2.1.3 Habitat
Ikan makarel merupakan ikan pelagis, hidup secara menyendiri maupun
secara berkelompok pada daerah pantai, terumbu karang. Di Indonesia, ikan mackerel
banyak ditemukan mulai dari Pantai Barat Sumatera sampai ke Selatan Papua. Karena
ikan makarel merupakan tipe ikan migrasi, sehingga pada musim barat ikan akan
bermigrasi dari Pantai Barat Sumatera ke wilayah Perairan Selat Sunda untuk mencari
makan dan berlindung dari gelombang besar.
Berdasarkan Hernandez dan Ortega (2000), ikan makarel hidup pada zona
epipelagis sampai mesopelagis yaitu pada kedalaman sekitar 50-300 m. Pada siang
hari ikan akan tetap berada di bawah perairan, sedangkan pada malam hari secara
bergerombol akan naik ke permukaan untuk mencari makan seperti euphasusida,
copepoda, amphipoda, engraulidae, dan cumi-cumi kecil
2.1.4 Pertumbuhan
Komposisi umur dan panjang ikan makarel menunjukkan dominasi individu
yang lebih kecil dan lebih muda, total panjang ikan makarel dapat mencapai hingga
24 cm dan umur satu tahun, terutama pada paruh kedua tahun yang mungkin
menunjukkan bahwa periode waktu ini akan menjadi yang paling penting untuk
perekrutan untuk memancing. Penelitian ini sesuai dengan hasil Martins (1998) yang
menunjukkan bahwa panjang 24 cm dan umur 1 tahun untuk kematangan pertama
ikan makarel di lepas pantai Portugis.
semua referensi menunjukkan pertumbuhan alometrik positif (b> 3.0) dariikan
makarel, yang berarti bahwa ikan relatif lebih gemuk atau berbadan lebih dalam
seiring bertambahnya panjangnya (Riedel et al., 2007), dengan sedikit perbedaan,
yang mungkin terkait dengan lingkungan dan faktor biologis, seperti jumlah sampel
ikan, rentang ukuran atau kedalaman pengambilan sampel (Torres et al., 2012), serta
suhu, salinitas, kuantitas, kualitas dan ukuran makanan, jenis kelamin dan
perkembangan gonad dan tidak adanya individu kecil (Brander et al., 2003; Froese,
2006).
2.1.5 Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Faktor keberhasilan
untuk melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan
gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang
menjadi generasi baru (Yushinta Fujaya 2004).
Reproduksi ikan makarel Tergantung pada suhu, musim pemijahan lebih atau
kurang panjang. Di perairan Australia, setiap betina memijah beberapa kali selama
musim ini, sekitar 2 sampai 6 hari terpisah, tergantung pada lokalitas. Pada ikan pada
ikan makarel pemijahan terjadi mulai dari bulan Maret-Mei (El-Aiatt dan Kariman
2010). Kesiapan ikan untuk melakukan pemijahan tergantung pada tingkat
kematangan gonad (Setyaningrum & A. Nuryanto 2006).
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran panjang atau berat dalam
suatu waktu. Pertumbuhan dalam individu yaitu proses bertambahnya jaringan akibat
dari pembelahan sel secara mitosis (Effendie 1997). Sedangkan pertumbuhan ikan
adalah perubahan dimensi (panjang, volume, bobot, jumlah, dan ukuran) dalam
persatuan waktu baik individu, stok maupun komunitas, sehingga pertumbuhan dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti makanan, jumlah ikan, jenis makanan,
dan kondisi ikan.
a. Faktor dalam (internal), merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol seperti :
keturunan, sex, dan umur. Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali
dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan menjadi lebih lambat.
Pertumbuhan cepat terjadi pada ikan ketika berumur 3-5 tahun. Sedangkan
pada ikan yang sudah tua proses pertumbuhan berjalan lambat.
b. Faktor luar (eksternal), merupakan faktor yang dapat dikontrol seperti :
makanan, suhu perairan, kandungan oksigen terlarut, amonia, dan salinitas.
Pada daerah yang memiliki 4 musim, apabila ikan perairan panas berada pada
suhu yang perairannya turun dibawah 10ºC akan berhenti mengambil
makanan atau mengambil makanan hanya sedikit sekali untuk keperluan
mempertahankan kondisi tubuh. Sedangkan untuk daerah tropik suhu perairan
berada dalam batas kisar optimum untuk pertumbuhan. Selain itu penyakit dan
parasit juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan terutama bila penyakit
atau parasit tersebut menyerang bagian organ pencernaan atau organ vital
sehingga efisiensi berkurang karena ikan kekurangan makanan yang berguna
untuk pertumbuhan.
Adapun hubungan panjang bobot dapat dilihat dari nilai konstanta b (Effendi
1997) :
I Testes seperti benang lebih pendek Ovari seperti benang sampai ke rongga tubuh,
(terbatas) yang terlihat ujungnya di warna jernih, permukaan jernih dan
rongga tubuh dan berwarna jernih. permukaan kecil.
II
Ukuran testes lebih besar dan Ukuran ovari lebih besar, berwarna
berwarna putih susu serta bentuknya kekuningan, telur belum dapat dilihat oleh
lebih jelas dari TKG I. mata.
IV
Ovari semakin besar, telur berwarna kuning
dan mudah dipisahkan, butir minyak tidak
Seperti pada tingkat III tampak jelas
tampak, mengisi ½ - 2/3 rongga perut, usus
dan testes semakin pejal.
terdesak.
V Testes bagian belakang kempes dan Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisi
dibagian dekat pelepasan masih terdapat di dekat pelepasan anak seperti
berisi. tingkat II.
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Tingkat kematangan gonad dapat diketahui dengan cara mengukur berat
gonad atau berat tubuh ikan secara keseluruhan. Kematangan gonad secara umum
dapat diketahui dari perbandingan relatif antara berat gonad dengan berat tubuh ikan
keseluruhan. Indeks pengukuran ini sering disebut sebagai Indeks Kematangan
Gonad (IKG). Indeks kematangan gonad merupakan suatu metode kuantitatif untuk
mengetahui tingkat kematangan yang terjadi pada gonad. Indeks ini dinamakan juga
maturity atau Gonado Somatic Index yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari
perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan dengan
100%. Tingkat kematangan gonad ini akan semakin bertambah besar persentasenya
dan akan mencapai besar maksimum pada saat menjelang pemijahan dan setelahnya
akan turun kembali (Effendie 1979).
Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan
dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam hal ini
memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam
memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing
harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus mengambil telur
dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda numerik). Kalau ada telur
yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan
perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Tetapi pada tahun 1969, Nikolsky 15
selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi
tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu juga.
Menurut Effendie (1997) dalam Hesti dan Ternala (2006), faktor - faktor yang
mempengaruhi fekunditas adalah sebagai berikut:
. Semakin meningkat tingkat kematangan gonad garis tengah telur yang ada
dalam ovarium semakin besar. Masa pemijahan setiap spesies ikan bebeda-beda.
Diameter telur ikan dapat mengindikasikan pola pemijahan ikan termasuk ke dalam
pemijahan total atau bertahap. Sebaran frekuensi diameter telur diamati untuk
menduga sebaran pemijahan yaitu pada TKG IV (Desrino 2009).
W = a . Lb
Keterangan :
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept
b = slope
Keterangan :
K = faktor kondisi
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept,
b = slope
X=J:B
Keterangan :
X = nisbah kelamin
J = jumlah ikan jantan (ekor)
B = jumlah ikan betina (ekor)
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
E = Indeks Ivlev (Index of Electivity)
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
Keterangan :
Tp = Tingkat trofik
Ttp = Tingkat trofik pakan
Ii = Indeks bagian terbesar pakan
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam riset disajikan dalam bentuk grafik, gambar dan
tabel. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif (Effendi 1979).
Keterangan :
t = nilai t hitung
b = slope
Sb = standar deviasi
● Jika t hitung > t tabel : tolak Ho, pertumbuhan ikan allometrik, dan
● Jika t hitung ≤ t tabel : terima Ho, pertumbuhan ikan isometrik
3.5.2 Analisis data rasio kelamin
Menurut Supardi (2013), untuk menentukan keseimbangan jenis kelamin,
digunakan uji chi kuadrat dengan menggunakan persamaan :
Keterangan :
2
X = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil pengamatan
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis (1:1)
Nilai korelasi menunjukan kuat dan rendahnya hubungan panjang dan bobot
ikan. Menurut Walpole (1995) jika nilai r mendekati 1 maka terdapat hubungan yang
kuat antara kedua variabel. Dari hasil yang didapatkan menunjukan nilai korelasi
yang tinggi yang berarti terdapat hubungan yang erat antara bobot dan panjang ikan
Nila. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi pertumbuhan suatu ikan
bergantung kepada makanan, umur, jenis sex dan kematangan gonad (Effendie,
1997).
Hal ini dapat disebabkan karena kebutuhan ikan usia muda terhadap makanan
cukup tinggi yang berguna untuk bertahan hidup dan melangsungkan
pertumbuhannya sehingga faktor kondisi ikan yang berukuran kecil relatif tinggi dan
akan menurun ketika ikan bertambah besar (Effendie 1997).
Menurut Effendie (2002), peningkatan nilai faktor kondisi ikan terjadi pada
saat ikan mengisi gonadnya dengan sel kelamin dan akan mencapai puncaknya
sebelum terjadi pemijahan. Selain itu, perubahan faktor kondisi yang terjadi juga
diduga karena adanya pertambahan panjang dan bobot ikan, perbedaan umur dan
perubahan pola makan selama proses pertumbuhan.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Effendie (2002) bahwa rasio kelamin
merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina dalam suatu
populasi dimana perbandingan 1:1 yaitu 50% jantan dan 50% betina merupakan
kondisi ideal untuk mempertahankan spesies. Di alam perbandingan rasio kelamin
tidak mutlak karena dipengaruhi pola distribusi yang disebabkan ketersediaan
makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan (Effendie 2002).
Jumlah ikan betina yang lebih banyak didapatkan bisa disebabkan oleh pola
penangkapan. Hal ini dikarenakan oleh lebih tingginya aktivitas ikan betina dalam
mencari makan bila dibandingkan dengan ikan jantan. Ikan betina membutuhkan
nutrisi yang lebih banyak untuk memfasilitasikan proses vitellogenesis atau
perkembangan telur betina (Sari 2014). Namun, menurut Saputra (2009), nisbah
kelamin yang seimbang atau yang didominasi oleh betina masih ideal untuk
mempertahankan keasliannya.
Rasio kelamin juga dikaji dengan metode Chi Square. Chi Square atau chi
kuadrat merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif rata-rata k sampel independen dengan setiap sampel terdapat beberapa
kelas atau kategori (Sugiyono 2014). Uji statistik Chi Square bisa digunakan untuk
menguji hipotesis bila sebuah populasi terdiri atas dua atau lebih kelas yang dimana
datanya berbentuk kategorik (Rochmawati, dkk. 2018).
Grafik diatas menunjukan TKG dari 10 ikan makarel jantan yang diuji. Pada
seluruh ikan makarel jantan yang diamati, didapatkan TKG yang ditemukan hanyalah
I, II, dan III. TKG yang mendominasi adalah TKG II dan III yang memiliki jumlah
ikan masing masing 4 ekor. Pada interval bobot 292,36-307,15 didapatkan 2 ekor
ikan ber-TKG II dan 1 ekor ikan ber-TKG III. Pada interval bobot 307,16-321,95
memiliki masing masing 1 ekor ber-TKG I dan TKG II dan 3 eor ber-TKG III. Pada
interval 321,96-336,75 memiliki masing masing 1 ekor ikan ber-TKG I dan TKG II.
Ikan akan siap memijah ketika sudah berada pada tingkat kematangan gonad IV.
Sehingga, berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semua
sampel ikan jantan yang diamati belum dapat memijah, karena masih berada pada
TKG I,TKGII, dan TKG III.
Dibawah ini adalah grafik distribusi TKG pada ikan betina :
Jika meninjau pada keseluruhan grafik, grafik TKG ikan makarel jantan lebih
didominasi oleh TKG II dan TKG III. Berbeda halnya dengan yang terlihat pada
grafik TKG ikan makarel betina yang lebih didominasi dengan TKG III. Menurut
Ernawati (2015) cara untuk menentukan kematangan gonad ikan makarel betina
dengan meraba perut yang membesar dan terasa lunak serta bila diurut ke arah anus,
ikan betina yang telah matang gonad akan mengeluarkan telur berwarna hijau
kekuningan. Ikan jantan lebih cepat matang gonad daripada ikan betina. Ikan jantan
matang gonad pada umur 8 bulan sedangkan ikan betina matang gonad pada umur 1
tahun.
4.2.5 Fekunditas
4.2.6 Diameter Telur
Diameter telur adalah jarak dari titik telur ke ujung terjauh melalui garis
tengah yang diukur memakai mikrometer berskala. Ukuran diameter telur dapat
menentukan kualitas kuning telur. Telur dengan ukuran diameter yang lebar akan
menghasilkan larva dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan telur dengan
diameter kecil. Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan
meningkatnya tingkat kematangan gonad (Effendie 2002).
b. Jika nilai indeks -1 ˂ E ˂ 0 berarti pakan tersebut tidak digemari oleh ikan
c. Jika nilai E = 0 berarti tidak ada seleksi oleh ikan terhadap pakannya.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil praktikum analisis aspek biologis
ikan makarel mengenai pertumbuhan, reproduksi serta kebiasaan makanan yaitu
sebagai berikut :
1. Hubungan panjang total dan bobot pada ikan Makarel diketahui bahwa nilai
b = 2,2837 sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan pada praktikum ini
bersifat allometrik negatif. Allometrik negatif adalah pertumbuhan bobot lebih lambat
daripada pertumbuhan panjang menunjukan ikan yang kurus dimana pertambahan
panjang lebih cepat dari pertambahan bobotnya. Faktor kondisi yang tinggi
disebabkan ikan tersebut sedang mengalami perkembangan gonad, sedangkan faktor
kondisi yang rendah disebabkan karena ikan tersebut kurang asupan makanan.
2. Aspek Reproduksi
3. Ikan Makarel yang telah diamati memiliki nilai tingkat trofik sebesar 2,97
yang menunjukkan bahwa ikan makarel termasuk jenis ikan omnivora yang
cenderung karnivora, yang mana jenis pakan utama ikan makarel yaitu fraksi hewan,
jenis pakan tambahannya yaitu ikan, Kemudian sebagai pakan pelengkapnya yaitu
Fitoplankton, Zooplankton dan Detritus.
5.2 Saran
Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai cara memperoleh indeks
ivlev yang membandingkan antara jenis makanan yang terdapat dalam saluran
pencernaan dengan jenis makanan yang terdapat di lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Brander K.M., Bolm G., Borges M.F., Erzini K., HendersonmG., MacKenzie B.R.,
Mendes H., Ribeiro J., Santos A.M.P. & Toresen R. 2003. Changes in fish
distribution in the Eastern North Atlantic: Are we seeing a coherent response
to changing temperature? ICES Marine Science Symposium, 219: 261-270.
Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.112
hlm
El-Aiatt, A. A. O., and Kariman, A.Sh.S. 2020. Reproductive Biology of the Atlantic
Mackarel Scomber scombrus Linneaus, 1758 in Mediteranian Coast of Sinar,
Egypt. Egyptian Journal of Aquatic Biology and Fisheries,vol 24(1), 189-201.
Froese, Rainer dan Pauly, Daniel, eds. 2017. "Scomber scombrus " di FishBase .
ICES. 2011. Report of the Working Group on Widely Distributed Stocks (WGWIDE).
ICES CM 2011/ACOM: 15.
Lagler, K. F., J. E. Bardach., Dan R. R. Miller. 1962. Ichthyology. John Willey and
Sons, Inc. New York. 545pp.
Lockwood, S.J. (1988). The mackerel. Its biology, assessment and the management of
a fishery. Fishing News Books, Farnham, Surrey, England. 181 pp.
Martins M.M. 1998. As populações do género Scomber: sarda (S.scombrus L., 1758)
e cavala (S. japonicus, H., 1782). Biologiae estado de conservação destes
recursos nas áreas dedistribuição do Atlântico Nordeste. Dissertação
apresentadapara provas de acesso à categoria de Investigador Auxiliar.
Instituto Português das Pescas e do Mar, Lisboa, 152 pp.
Riedel R., Caskey L.M. & Hurlbert S.H. 2007. Length-weight relations and growth
rates of dominant fishes of the Salton Sea: implications for predation by fish-
eating birds. Lake and Reservoir Management, 23: 528-535
Rochmatin SY, Anhar S, Suradi WS. 2014. Aspek pertumbuhan dan reproduksi ikan
nilem (Osteochilus hasselti) di perairan Rawa Pening Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Journal of Maquares, 3 (3): 153-159
Sette, Oscar Elton (1943). "Biologi Makarel Atlantik (Scomber scombrus )Amerika
Utara: Bagian I: Sejarah kehidupan awal, termasuk pertumbuhan,
penyimpangan, dan kematian telur dan populasi larva" . Buletin Perikanan
Dinas Ikan dan Satwa Liar . 50 : 149–237.
Walpole, Ronald E. Pengantar Statistika, edisi ke-3, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1995.
1. Prosedur pertumbuhan
Ikan makarel dimatikan dengan jarum sonde pada bagian kepala ikan
2. Prosedur reproduksi
Bagian organ pencernaan diambil dan dipisahkan antara usus, hati dan
lambung
↓
Lambung tersebut ditunggu selama 10 menit lalu tiriskan dan diambil isi
lambungnya
↓
Pertumbuhan
No. Panjang Bobot (gr)
SL FL TL
1 290 310 334 319,00
2 300 322 348 335
3 245 247 333 304,65
4 253 266 324 300,68
5 245 265 320 308,49
6 235 255 365 309,91
Presentas
No. Jenis Kelamin Jumlah
e
1 Jantan (♂) 10 19%
2 Betina (♀) 42 81%
52 100%
Diketahui :
Perhitungan :
Diketahui :
- α = 0,05
- DF = (r-1) x (b-1)
Perhitungan :
X2 tabel (0,05;) = 3,841459
Berdasarkan nilai Chi Square kuadrat didapatkan nilai X2 hitung (38,44) > X2
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 tidak diterima maka perbandingan
jenis kelamintidak seimbang antara jantan dan betina
Lampiran 11. Perhitungan Distribusi TKG
Lampiran 12. Data Kebiasaan Makanan
Jenis Pakan
No Animal
Phytoplankton Zooplankton Fraction Plants Benthos Detritus Molusca Insecta Worm Fish
1 4% 86% 10%
2 13% 50% 2% 35%
3 5% 95%
4 20% 10% 20% 50%
5 4% 2% 61% 3% 30%
6 44% 56%
7 20% 80%
8 90% 10%
9 1% 97% - 2%
10 5% 76% 19%
11 100%
12 92% 9%
13 50% 10% 40%
14 5% 80% 15%
15 6% 4% 55% 35%
16 4% 3% 75% 1% 17%
17 15% 15% 70%
18 25% 75%
19 7% 93%
20 74% 26%
21 10% 60% 30%
22 77% 23%
23 20% 80%
24 25% 75%
25 3% 73% 24%
26 3% 15% 82%
27 62% 38%
28 1% 91% 8%
29 74% 8% 18%
30 1% 2% 85% 5% 8%
31 93% 7%
32 5% 70% 25%
33 2% 2% 74% 23%
34 40% 30% 30%
35 3% 1% 63% 33%
36 5% 70% 25%
37 2% 98%
38 1% 4% 60% 5% 30%
39 2% 35% 63%
40 25% 15% 60%
41 2% 10% 19% 69%
42 80% 20%
43 20% 78% 2%
44 68% 32%
45 59% 41%
46 6% 81% 13%
47 60% 40%
48 10% 55% 20% 15%
49 5% 50% 45%
50 1% 87% 12%
51 15% 50% 35%
52 5% 25% 5% 65%