NPM : 230110200017
Kelas : Perikanan-A
Jawab :
Gambar 1. Diagram skematis manfaat dan biaya dalam perikanan (Copes 1986)
Dengan nilai utilitas tangkapan mencakup seluruh poin dari upah normal nelayan (a)
hingga nilai ikan bagi konsumen di atas harga yang dibayarkan (j). Nilai tersebut termasuk nilai
ikan yang didaratkan meliputi upah normal nelayan (a) hingga bagian dari rente sumber daya
yang didapat oleh pemerintah (i). Nilai ikan yang didaratkan terbagi lagi dengan manfaat sosial
bersih dan biaya sosial. Manfaat sosial bersih terdiri dari surplus konsumen, rente sumberdaya
dan surplus prousen. Yang seluruhnya mencakup penerimaan nelayan karena kelebihan skill (e)
hingga nilai ikan bagi konsumen diatas harga yang dibayarkan (j). Pada biaya sosial, terbagi lagi
pada dua jenis biaya, yaitu biaya pengelolaan dan biaya penangkapan. Keduanya mencakup upah
normal nelayan (a) hingga Biaya pengelolaan yang dikeluarkan pemerintah (d).
Manfaat sosial bersih terdiri dari surplus konsumen (nilai ikan bagi konsumen di atas
harga yang di gunakan), sewa sumber daya (bagian dari sewa sumber daya yang didapat oleh
nelayan hingga bagian dari rente sumber daya yang didapat oleh pemerintah), produsen surplus
(penerimaan bagi nelayan karena kelebihan keahlian dan penerimaan bagi pemilik kapal karena
kelebihan keahlian), biaya pengelolaan (biaya pengelolaan yang dikeluarkan pemerintah), dan
biaya penangkapan (upah normal nelayan hingga biaya operasi termasuk depresiasi).
B. Definisi dan Konsep Surplus Konsumen dan Surplus Produsen serta Government
Rent
Surplus konsumen adalah kelebihan atau perbedaan antara kepuasan total atau total
utility (yang dinilai dengan uang) yang dinikmati konsumen dari mengonsumsikan barang
tertentu dengan pengorbanan totalnya (yang dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau
mengonsumsikan jumlah barang tersebut (Samuelson dan Nordhaus 2003 dalam Kusumawardani
dkk 2012). Sedangkan, surplus produsen adalah pendapatan tambahan yang diperoleh oleh
seorang produsen dari penerimaan harga suatu barang yang lebih tinggi dibandingkan dengan
harga yang sebenarnya telah dipersiapkan untuk ditawarkan atau bisa juga jumlah yang
dibayarkan oleh penjual untuk sebuah barang dikurangi dengan biaya produksi barang tersebut
(Mankiw et al. 2012 dalam Kusumawardani dkk 2012). Government rent adalah pemerintah
sebagai satu-satunya pemilik (sole owner) mewakili publik. Maka surplus ini akan diterima oleh
pemerintah dalam bentuk pembayaran usaha (lisence fee) atau dalam bentuk pajak.
Apabila terjadi kesepakatan tentang harga dan kuantitas antara penjual dan pembeli maka
keseimbangan akan terjadi. Pada harga keseimbangan menggambarkan harga yang disetujui oleh
produsen maupun konsumen. Daerah yang menggambarkan kesediaan produsen melepaskan
barangnya disebut dengan surplus produsen, sedangkan daerah yang menggambarkan kesediaan
konsumen untuk membeli disebut surplus konsumen (Joesron dan Fathorrazi 2012).
Gambar 2. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
Pada gambar 2. tampak bahwa keseimbangan dicapai pada harga Pe dankuantitas Qe.
Daerah Pe.E.S inilah yang disebut dengan surplus produsen. Secara matematis luas daerah ini
dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
SP = Pe.qe -∫
Disisi yang lain, sebenarnya konsumen juga bersedia membeli barang tersebut diatas
hargaPe dengan catatan bahwa barang yang akan dibeli lebih sedikit dari Qe yakni mulai dari Do
sampai Pe. Daerah Do E P merupakan surplus konsumen. Secara matematis dapat diperoleh
sebagai berikut:
SK =∫- Pe.qe
Sebagai contoh, hasil dari penelitian Kusumardani dkk (2012) di Pasar Induk Caringin
diketahui penawaran dan permintaan udang mencapai titik ekuilibrium yaitu dengan harga
ekuilibrium sebesar Rp. 29661 dan jumlah ekuilibrium 86 kg. Besarnyasurplus produsen
padakomoditas udang adalah 1.067.057 kg dan besar dari surplus konsumen udang di pasar
Caringin adalah 3.508.321. Perbandingan antara surplus konsumen dan surplus produsen pada
udang adalah 3,29 yang berarti sebesar 3,29 kepuasan yang lebih banyak diperoleh oleh
konsumen. Hal ini disebabkan oleh struktur struktur Pasar Induk Carigin yaitu pasar persaingan
sempurna.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan opportunity cost of capital, labor, dan time. Berikan
contoh implementasinya nya dalam perikanan.
Jawab :
Menurut Robert B. Ekelund, seorang ekonom dari Amerika Serikat, menyebutkan bahwa
pengertian opportunity cost atau biaya peluang adalah biaya penggunaan sumber daya ekonomi
dengan tujuan tertentu yang diukur berdasarkan keuntungan yang tidak jadi diperoleh karena
tidak memilih alternatif tersebut dibandingkan dengan komoditi yang diperoleh sebagai gantinya
karena alternatif lain. Dengan kata lain, alternatif terbaik yang dikorbankan ketika menetapkan
pilihan disebut biaya peluang atau opportunity cost.
Fauzi (2006) menyatakan bahwa Opportunity Cost merupakan biaya korbanan. Dalam
bidang perikanan, selain mengetahui biaya privat, ada pula biaya korbanan. Hal tersebut terjadi
karena adanya intertemporal dari sumber daya ikan yang artinya ikan memerlukan waktu untuk
tumbuh. Dari sisi konsumen, aspek intemporal menyangkut preferensi waktu (time preference
opportunity of time). Umumnya, konsumen sering dicirikan dengan time preference yang positif
dimana mereka lebih memilih manfaat sekarang daripada manfaat kemudian hari.
Bagi tenaga kerja yang bekerja sebagai nelayan, maka sebetulnya ia mengorbankan
kesempatan untuk memberikan kontribusi di sektor lainnya. Dalam perspektif ekonomi,
kehilangan kesempatan ini merupakan biaya korbanan tenaga kerja atau opportunity cost of labor
yang nilainya diukur dari hilangnya kontribusi tenaga kerja terhadap kegiatan produktif lainnya.
Komponen ini biasanya diukur dengan setara upah normal (normal wages) yang diharapkan
diperoleh nelayan pada sektor lainnya (Fauzi 2010). Oppurtunity Cost dibagi menjadi 3, yakni
Time (Waktu), Capital (Dana/modal), dan juga Labor (SDM).
Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia.
Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Jakarta:
Gramedia.
Joerson dan Fathorrazi, 2012. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kusumawardani, et. al. 2012. Analisis Surplus Konsumen dan Surplus Produsen Ikan Segar di
Kota Bandung. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3, No. 4: 141-150.
Mankiw, Quah dan Wilson. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.
Samuelson A dan Nordhaus D. 2003. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.