Anda di halaman 1dari 5

Soal

1. Jelaskan atau uraikan bagaimana anda membaca copes segresi manfaat


biaya di atas. Termasuk konsep surplus konsumen dan surplus produsen
serta government rent !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan opportunity cost.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan opportunity cost Of capital, labor, dan
time. Kumpulkan minggu depan.

Jawaban
1. Copes membagi manfaat dan biaya dalam beberapa komponen. Pembagiannya
didasarkan pada aspek manfaat sosial dan biaya sosial serta utilitas yang
diperoleh
Klasifikasi bisa dilihat pada Tabel berikut
Pada diagram diatas Nilai utilitas tangkapan meliputi point (a) upah normal nelayan
hingga point (j) nilai ikan bagi konsumen di atas harga yang dibayarkan. Nilai ikan
yang didaratkan terdiri dari point (a) upah normal nelayan hingga point (i) bagian dari
rente sumber daya yang didapat oleh pemerintah. Manfaat sosial bersih terdiri dari
point (e) penerimaan bagi nelayan karena kelebihan skill (highliner) sampai point (j)
nilai ikan bagi konsumen di atas harga yang dibayarkan. Biaya sosial terdiri dari point
(a) upah normal nelayan hingga point (d) Biaya pengelolaan yang dikeluarkan
pemeintah. surplus konsumen (nilai ikan bagi konsumen di atas harga yang
dibayarkan), rente sumber daya (bagian dari rente sumber daya yang didapat oleh
nelayan hingga bagian dari rente sumber daya yang didapat oleh pemerintah), surplus
produsen (penerimaan bagi nelayan karena kelebihan skill dan penerimaan bagi
pemilik kapal karena kelebihan skill), biaya pengelolaan yaitu biaya pengelolaan
yang dikeluarkan pemerintah, dan biaya penangkapan (upah normal nelayan hingga
biaya operasi termasuk depresiasi).
Surplus konsumen yaitu kelebihan atau perbedaan antara kepuasan total atau
total utility (yang dinilai dengan uang) yang dinikmati konsumen dari
mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya (yang
dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau mengkonsumsikan jumlah barang
tersebut (Samuelson dan Nordhaus 2003 dalam Kusumawardani dkk 2012). Surplus
produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh penjual untuk sebuah barang dikurangi
dengan biaya produksi barang tersebut (Mankiw et al. 2012 dalam Kusumawardani
dkk 2012).
Apabila terjadi kesepakatan tentang harga dan kuantitas antara penjual dan
pembeli maka keseimbangan akan terjadi. Pada harga keseimbangan menggambarkan
harga yang disetujui oleh produsen maupun konsumen. Daerah yang menggambarkan
kesediaan produsen melepaskan barangnya disebut dengan surplus produsen,
sedangkan daerah yang menggambarkan kesediaan konsumen untuk membeli disebut
surplus konsumen (Joesron dan Fathorrazi 2012 dalam Kusumawardani dkk 2012).
Pada gambar 1 tampak bahwa keseimbangan dicapai pada harga Pe dan
kuantitas Qe. Daerah Pe.E.S inilah yang disebut dengan surplus produsen. Secara
matematis luas daerah ini dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

SP=Pe . qe− ʃ
Disisi yang lain, sebenarnya konsumen juga bersedia membeli barang tersebut
diatas harga Pe dengan catatan bahwa barang yang akan dibeli lebih sedikit dari Qe
yakni mulai dari Do sampai Pe. Daerah Do E P merupakan surplus konsumen. Secara
matematis dapat diperoleh sebagai berikut:
SK= ʃ −Pe . qe

Sebagai contoh, hasil dari penelitian Kusumardani dkk (2012) di Pasar Induk
Caringin diketahui penawaran dan permintaan udang mencapai titik ekuilibrium yaitu
dengan harga ekuilibrium sebesar Rp. 29661 dan jumlah ekuilibrium 86 kg. Besarnya
surplus produsen pada komoditas udang adalah 1.067.057 kg dan besar dari surplus
konsumen udang di pasar Caringin adalah 3.508.321. Perbandingan antara surplus
konsumen dan surplus produsen pada udang adalah 3,29 yang berarti sebesar 3,29
kepuasan yang lebih banyak diperoleh oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh
struktur struktur Pasar Induk Carigin yaitu pasar persaingan sempurna.
2. A. Opportunity Cost
Oppurtunity Cost merupakan biaya korbanan. Dalam sektor perikanan, selain
mengetahui biaya privat, ada pula biaya korbanan. Hal tersebut terjadi karena adanya
intertemporal dari sumber daya ikan artinya ikan memerlukan waktu untuk tumbuh.

Dari sisi konsumen, aspek intemporal menyangkut preferensi waktu (time


preference/ opportunity of time). Konsumen sering dicirikan dengan time preference
yang positif dimana mereka lebih memilih manfaat sekarang daripada manfaat
kemudian hari (Fauzi 2006). Bagi tenaga kerja yang bekerja sebagai nelayan, maka
sebenarnya ia mengorbankan kesempatan untuk memberikan kontribusi di sektor
lainnya. Dalam perspektif ekonomi, kehilangan kesempatan ini merupakan biaya
korbanan tenaga kerja atau opportunity cost of labor yang nilainya diukur dari
hilangnya kontribusi tenaga kerja terhadap kegiatan produktif lainnya. Komponen ini
biasanya diukur dengan setara upah normal (normal wages) yang diharapkan
diperoleh nelayan pada sektor lainnya (Fauzi 2010).
Oppurtunity Cost dibagi menjadi 3, yakni Time (Waktu), Capital (Dana/modal), dan
juga Labor (SDM).

Oppurtunity Cost Of Time

artinya biaya korbanan berupa waktu, dimana ikan memerlukan waktu untuk
tumbuh, sebagai ilustrasi seorang nelayan bisa menangkap ikan pada hari ini, namun
ukuran ikan masih relatif kecil dan menghasilkan pendapatan yang tidak terlalu
berlimpah. Sedangkan apabila nelayan tersebut menunggu hingga beberapa bulan,
maka ikan yang ditangkap dapat mencapai ukuran yang lebih besar dan relatif lebih
banyak (bila adanya rekruitmen baik kelahiran/migrasi) sehingga pendapatan jauh
lebih besar. Namun dijangka waktu untuk menunggu ikan memerlukan waktu,
disitulah letak biaya korbanan dari waktu atau Oppurtunity Cost Of Time.

Oppurtunity Cost Of Capital


artinya biaya korbanan berupa dana atau modal. Pada saat tenggat waktu
menunggu ikan yang akan ditangkap nanti (saat ikan telah besar), dana/modal yang
telah tersedia akan digunakan atau dilarikan kemana. Itu juga merupakan biaya
korbanan. Ada beberapa alternatif aliran dana yang dapat digunakan, diantaranya
adalah disimpan berupa deposito di bank, dialirkan kedalam aset lain seperti tanah
atau emas, atau dapat digunakan untuk berwirausaha. Hal tersebut tergantung
kebijakan masing-masing individu.

Oppurtunity Cost Of Labor


artinya biaya korbanan berupa sumber daya manusia (nelayan). Pada saat
tenggat waktu menunggu ikan yang akan ditangkap nanti (saat ikan telah besar),
tenaga kerja yang bekerja sebagai nelayan dipastikan sedang tidak ada kegiatan
(pengangguran), maka dari itu termasuk biaya korbanan. Pada saat seperti itu
biasanya para nelayan melakukan pekerjaan lain yang dilakukan agar dapur tetap
mengebul. Salah satu alternatifnya yakni menjadi membuka usaha, menambang, atau
memancing dengan sederhana.

Referensi
Kusumawardani, dkk. 2012. Analisis Surplus Konsumen dan Surplus Produsen Ikan
Segar di Kota Bandung. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4: 141-150.
Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia.
Jakarta
Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan.
Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai