Npm : 1914221028
Pada kurva surplus konsumen diatas, kondisi surplus konsumen digambarkan oleh
daerah berwarna hijau. Misalkan saja cerita kita mengenai permintaan barang A
dengan tingkat harga pasar sebesar 5 rupiah. Kita juga memisalkan ada 3 titik (x, y,
z) yang akan dilihat surplus konsumen yang muncul. Kurva D menggambarkan
keinginan konsumen untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Kita ambil contoh
titik x. Terdapat konsumen yang bersedia membayar pada tingkat harga sebesar 15
rupiah, dengan kuantitas yang ingin dibeli oleh konsumen sebanyak 1 buah. Inilah
yang digambarkan oleh titik X. Namun pada kenyataannya, harga pasar yang berlaku
untuk barang A sebesar 5 rupiah. Konsumen bersedia untuk membayar seharga 15
rupiah, namun mendapati kenyataan ternyata harga barang A lebih murah. Dengan
demikian, konsumen mendapatkan surplus konsumen karena membayar lebih murah
dari yang siap dibayarkan. Perbedaan harga yang siap dibayarkan dengan harga
barang tersebut yang berlaku dipasar adalah sebanyak 10 rupiah. Artinya setiap
barang A yang dibeli oleh konsumen mendapatkan surplus konsumen sebesar 10
rupiah.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa sistem pengelolaan sumberdaya pesisir dan
laut (selanjutnya disebut ICRM) dimulai dari kerangka berpikir sistem
sumberdaya pesisir (coastalresources system)yangmemiliki struktur dan proses
untuk menghasilkan fungsi manfaat baik yang terkait dengan pemanfaataan
aktual langsung maupun tidak langsung (use values), maupun fungsi manfaat
yang tidak terkait dengan pemanfaatan aktual (non-usevalues).Keseluruhan
sistem nilai ini kemudian secara agregat menghasilkan total nilai ekonomi bagi
sistem sumberdaya pesisir.
ta Perairan Padaido, Papua, umumnya bisa di bedakan atas 2 jenis yaitu pemanfaatan
yang dikonsumsi langsung dalam bentuk kapur sirih dan pemanfaatan dalam hal
pondasi rumah penduduk. Berdasarkan perhitungan terlihat bahwa nilai pemanfaatan
langsung batu karang sebagai sirih kapur adalah sebesar Rp 223.920.000,-/tahun. Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai pemanfaatan batu karang sebagai bahan bangunan
adalah sebesar Rp 2.181.000.000,-/tahun. Bahwa pengambilan terumbu karang
diperkirakan memberikan keuntungan bersih sebesar US$ 121,000 /Km2 karang yang
diambil. Bila diperhitungkan dengan kurs saat ini maka nilai tersebut sebesar
Rp1,210,000,000,-/km2 karang (Rp10,000,/US$). Hal ini tetap diperhitungkan karena
dalam penelitian kemungkinan ada masyarakat di TWP Padaido yang menambang
karang untuk diperjualbelikan baik itu untuk bahan bangunan maupun karang hias tetapi
tidak teridentifikasi, dengan melihat tingginya harga batu karang yang digunakan untuk
bahan bangunan di Papua yaitu Rp3.000/bijinya sehingga untuk menghindari terjadinya
undervalue, maka keuntungan penambangan karang secara individual tetap
diperhitungkan. Dengan demikian maka manfaat langsung karang dapat dihitung
dengan memperhitungkan seluruh luasan pulau-pulau yang ada di kawasan TWP
Padaido dikali dengan harga batu karang perbijinya di Papua. Berdasarkan hal tersebut
diketahui bahwa total luasan seluruh pulau-pulau di kawasan TWP Padaido di estimasi
± 134,18562 Km2, sehingga dapat dihitung nilai manfaat langsung. Perhitungan
tersebut menghasilkan manfaat langsung potensi pariwisata dan rekreasi Taman Wisata
Perairan kepulauan Padaido sebesar Rp 290.360.000,-/tahun.
Besarnya nilai kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat dari Coral Mining atau
penambangan karang sangat besar yaitu dari sektor perikanan sebesar 87.000 US$/km2 ,
perlindungan pantai sebesar 10.226 US$/km2 , pariwisata secara lestari sebesar 3.450
US$/km2 , dan kerugian lainnya termasuk keanekaragaman hayati sebesar >67.000
US$/km2 , dengan total kerugian sebesar 167.830 US$/km2 , yang apabila disetarakan
rupiah, total kerugiannya sebesar Rp 1.678.300.000/km2 , sehingga apabila dikalikan
dengan luas keseluruhan seluruh pulau-pulau di Taman Wisata Perairan Padaido
(134,18562 km2 ), maka total kerugian yang harus ditanggung masyarakat dari
penambangan karang adalah sebesar 134,18562xRp 1.678.300.000/km2 = Rp
225.203.726.046,- /tahun. Dari nilai ini dapat terlihat bahwa kerugian dari penambangan
karang masih jauh lebih besar dibanding manfaat yang dihasilkannya. Total nilai
ekonomi manfaat langsung ekosistem terumbu karang di TWP Padaido merupakan hasil
penjumlahan dari kelima jenis manfaat langsung yang ada dan dapat dilihat pada Tabel
3. Total nilai ekonomi manfaat langsung ekosistem terumbu karang di Taman Wisata
Perairan Padaido merupakan hasil penjumlahan dari kelima jenis manfaat langsung
yang ada diperoleh hasil sebesar Rp 180.002.545.75,-/tahun, dengan nilai terbesar
berasal dari manfaat langsung karang dengan persentase sebesar 91,55% kemudian
manfaat langsung perikanan terumbu sebesar 8,14%, kemudian manfaat langsung
pariwisata sebesar 0,16%, sedangkan manfaat langsung yang memberikan kontribusi
terendah adalah manfaat langsung penelitian sebesar 0,15%.