Namun sesungguhnya tidak demikian karena nilai sumber daya alam yang hilang (dieksploitasi)
dan kerusakan (degradasi) lingkungan belum diperhitungkan atau dikurangkan sebagai nilai
kehilangan dan kerusakan yang seharusnya dibayar, sehingga nilai-nilai yang tercantum dalam
PDRB konvensional belum menunjukkan nilai kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.
Sehingga perhitungan PDRB dilakukan dengan memasukkan nilai sumber daya alam yang
digunakan sebagai masukan (inputs) maupun kerusakan (degradasi) lingkungan yang ditimbulkan
sebagai produk yang tidak diinginkan (undesirable outputs) sebagai akibat dilakukannya suatu
kegiatan.
Macam-macam PDRB
PDRB Hijau
• PDRB yang sudah memasukkan nilai pengambilan sumber daya alam
(deplesi) serta nilai kerusakan (degradasi) lingkungan
Perhitungan PDRB Coklat
a) Pendekatan nilai tambah (value added approach) yaitu dengan
menjumlahkan seluruh nilai tambah yang dihasilkan dari setiap
sektor kegiatan ekonomi.
b) Pendekatan pendapatan (income approach) yaitu dengan
menjumlahkan semua jenis pendapatan yang diperoleh oleh
semua pemilik faktor produksi yaitu upah/gaji, sewa, bunga, dan
laba.
c) Pendekatan pengeluaran (expenditure approach) yaitu dengan
menjumlahkan seluruh pengeluaran setiap kegiatan di masing-
masing sektor.
PDRB HIJAU
PDRB yang dihitung dalam menilai kerusakan lingkungan sudah diperhitungkan
nilai totalnya (Total Economic Valuenya = TEV). TEV terdiri dari nilai penggunaan
(use value) dan nilai tanpa penggunaan (non-use value).
Karena dalam penghitungan PDRB Hijau berkaitan dengan kegiatan ekonomi yang
menggunakan sumber daya alam sebagai input, maka untuk sementara nilai atas
penggunaan (use value) yang diutamakan penghitungannya
Catatan : PDRB Hijau tidak selalu mencerminkan adanya deplesi sumber daya alam
dan degradasi lingkungan, tetapi dapat pula keadaan sebaliknya yang terjadi, yaitu
kemungkinan terjadi peningkatan cadangan misalnya karena adanya penanaman
kembali hutan dan penemuan cadangan minyak yang baru. Dalam hal yang terakhir
justru nilai PDRB Hijau akan meningkat dibanding dengan nilai PDRB Coklat.
PDRB hijau adalah PDRB yang berkaitan dengan
sumber daya alam.
• Suatu contoh penggalian sirtu (pasir batu), dimana penggalinya akan
mendapat uang sebagai upah, juragan akan mendapat uang sebagai
laba, dan Pemda akan mendapatkan uang sebagai retribusi atau pajak
galian. Nah, uang itu yang masuk dalam perhitungan PDRB oleh BPS
(PDRB coklat), yang riil. Sebenarnya, ada satu jenis PDRB lagi, yaitu
biaya yang harus dikeluarkan untuk memulihkan kondisi alam yang
berubah karena eksploitasi yang dilakukan. Nah, ini yang biasanya
disebut sebagai PDRB hijau.
Tahap-tahap perhitungan PDRB Hijau
a) Membagi sektor perekonomian menjadi 9 sektor:
1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
2) Pertambangan dan penggalian
3) Perindustrian Pengolahan
4) Listrik, Gas, dan Air Bersih
5) Bangunan (konstruksi)
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran
7) Angkutan dan Komunikasi
8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
9) Jasa-jasa
b) Dari masing-masing sektor dihitung besarnya nilai tambah yang diciptakannya dalam
satu tahun.
Nilai tambah ini disebut juga sebagai sumbangan masing-masing sektor usaha kepada
PDRB Coklat daerah yang bersangkutan. Pekerjaan menyusun PDRB Coklat ini biasanya
dilaksanakan oleh BPS bersama dengan BAPPEDA.
Tahap-tahap perhitungan PDRB Hijau
c) Mengidentifikasi jenis dan volume sumber daya alam yang digunakan langsung dari alam
(extractive use) untuk setiap sektor kegiatan ekonomi.
informasi dapat diperoleh dari Dinas Perindustrian, Kantor Badan Pusat Statistik Daerah,
Kantor Lingkungan Hidup Daerah, BAPEDALDA, serta wawancara langsung dengan
beberapa perusahaan
d) Memberikan nilai ekonomi terhadap sumber daya alam yang diambil dari alam
Nilai ini disebut sebagai nilai deplesi. Valuasi dapat menggunakan nilai pasar untuk
produk-produk yang dipasarkan, atau menggunakan nilai dari barang pengganti dan
barang pelengkapnya, ataupun dengan contingent valuation dengan kesediaan membayar
atau kesediaan menerima pembayaran. Data harga dapat diperoleh dari perusahaan yang
terlibat dalam proses produksi dan penggunaan SDA, data primer atau data sekunder.
e) Mengurangi nilai PDRB Coklat dengan nilai deplesi dan diperoleh nilai PDRB Semi Hijau
Tahap-tahap perhitungan PDRB Hijau
f) Mengidentifikasi kerusakan atau degradasi tanah/lahan, air dan udara yang ada di
daerah tersebut.
Untuk sementara sebaiknya dimulai dari yang relatif mudah dahulu yaitu kondisi tanah/
lahan dan air.
g) Menghitung volume kerusakan atau degradasi sumber daya tanah/lahan dan air yang
terjadi sebagai akibat dari pengambilan sumber daya alam maupun proses kegiatan
usaha di masing-masing sektor.
Catatan : Kalau suatu sektor tidak memiliki produk yang dapat dijual di pasar
seperti sektor pemerintahan dan pendidikan, biasanya dipakai pendekatan
pendapatan (income approach) yaitu balas jasa terhadap faktor produksi
dalam bentuk upah/gaji, sewa, bunga dan laba.
KOMONEN PDRB HIJAU
2. PERHITUNGAN PDRB SEMI HIJAU
PDRB Semi Hijau didapat dengan mengurangkan nilai deplesi sumber daya alam
dari nilai PDRB cokla
a. Penghitungan deplesi sumber daya alam
Nilai deplesi diperoleh dengan mengalikan volume pengambilan masingmasing jenis
sumberdaya alam dengan unit rent atau unit price.
D = Nilai deplesi U = unit rent
D = (Q) (U)
Q = Vol sumber daya alam yang diambil
Pada kondisi ideal, nilai unit rent ini seharusnya setara dengan rente ekonomi yang diterima
negara dari pemanfaatan kayu, yakni Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR).
Contoh Kasus PDRB HIJAU
Nilai PDRB Hijau dilakukan dengan mengurangkan nilai PDRB konvensional dengan nilai deplesi
dan nilai degradasi. Berdasarkan rumus tersebut, nilai PDRB Hijau kehutanan akan menjadi
negatif. Ini berarti nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor kehutanan selama ini ternyata lebih
kecil dibandingkan pengurangan dan kerusakan sumber daya hutan yang terjadi. Penurunan
PDRB sub sektor kehutanan akan berdampak pula terhadap penurunan PDRB Kalimantan Barat,
yang dihitung dengan menggunakan pendekatan PDRB Hijau.
TERIMAKASIH