LINGKUNGAN
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Deskripsi
Pokok bahasan penentuan nilai sumber daya alam dan lingkungan
membahas tentang tujuan penghitungan nilai sumber daya alam dan
lingkungan, penghitungan nilai sumber daya alam dan lingkungan sebagai
dasar bagi pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang dimiliki suatu
negara, selain itu juga untuk melengkapi informasi nilai penyusunan sumber
daya alam dan lingkungan dan degradasi lingkungan serta untuk menyusun
rencana pembangunan nasional yang mencakup berbagai sektor ekonomi.
Pokok bahasan ini juga membahas perkembangan penentuan nilai SDAL
suatu negara dan metode-metode yang digunakan serta aplikasi dari metode
tersebut. Di samping itu juga membahas bagaimana menghitung ganti rugi
akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan atau biasa disebut valuasi
ekonomi.
1.1.2. Relevansi
Bagi seorang Perekayasa Lingkungan yang kelak akan terjun di masyarakat
maka seharusnya dibekali ilmu ekonomi lingkungan khususnya pada
penilaian nilai sumber daya alam dan lingkungan serta panduan
penghitungan ganti rugi akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pengetahuan ini diharapkan dapat berguna untuk membantu dalam
pengambilan keputusan mengenai degradasi lingkungan sehingga nantinya
bisa mengaplikasikan metode yang ada dalam menghadapi kasus-kasus
degradasi lingkungan serta kasus-kasus ganti rugi akibat pencemaran dan
perusakan lingkungan. Selain itu diharapkan juga mahasiswa mampu
memahami, menjelaskan, menguraikan secara detail, melakukan perhitungan
III.1
dan mengambil keputusan yang mempengaruhi sistem lingkungan dan
ekonomi luaran (out come).
III.2
1.1.3. Kompetensi Dasar
Dengan diberikan beberapa metode penilaian nilai sumber daya alam
dan lingkungan serta panduan penghitungan ganti rugi akibat pencemaran
dan kerusakan lingkungan maka mahasiswa semester V dapat
mengaplikasikan metode yang ada pada kasus–kasus degradasi lingkungan
dan kasus-kasus ganti rugi akibat pencemaran atau perusakan sumber daya
alam dan lingkungan.
1.2. Penyajian
1.2.1. Pendahuluan
Pembangunan ekonomi di segala bidang, selalu menyisakan
permasalahan eksternalitas, yaitu berupa perusakan sumber daya alam dan
lingkungan. Perusakan tersebut biasanya berujung pada permasalahan sosial
seperti sengketa publik. Berbagai peristiwa menyangkut menurunnya kualitas
lingkungan seperti pembakaran hutan, pembalakan liar, polusi udara, TPA,
pencemaran pesisir dan sebagainya, menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi
yang hanya memenuhi keinginan pasar semata, pada akhirnya akan
mengorbankan kualitas sumber daya alam dan lingkungan. Manakala sumber
daya alam dan lingkungan telah rusak maka akan menjadi bumerang bagi
pertumbuhan ekonomi itu sendiri serta menimbulkan berbagai konflik sosial di
masyarakat.
Dalam setiap kegiatan atau kebijakan selalu timbul adanya biaya dan
manfaat sebagai akibat dari kegiatan atau kebijakan yang berlaku. Sebagai
dasar untuk menyatakan bahwa suatu kegiatan atau kebijakan itu layak atau
tidak layak diperlukan suatu perbandingan yang menghasilkan suatu nilai
atau rasio. Oleh karena itu diperlukan pemberian nilai (value) terhadap
dampak dari suatu kegiatan atau kebijakan terhadap lingkungan. Dampak
dari suatu kegiatan dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung, dapat
juga dampak itu dinyatakan sebagai dampak primer dan sekunder.Dampak
langsung atau dampak primer merupakan dampak yang timbul akibat dari
tujuan utama kegiatan atau kebijakan.
III.3
1.2.2. Perhitungan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Banyak negara yang sudah menghitung sumber daya alam dan
lingkungan dalam artian fisik saja, tetapi banyak pula yang menghitung dalam
arti uang. Penghitungan sumber daya alam dan lingkungan dimaksudkan
sebagai dasar bagi pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang
dimiliki suatu negara, ada pula yang dimaksudkan untuk melengkapi
informasi sehingga nilai penyusutan sumber daya alam dan degradasi
lingkungan dapat diperhitungkan dalam nilai Produk Domestik Bruto dan
selanjutnya nilai PDB yang telah disesuaikan itu dapat digunakan untuk
menyusun rencana pembangunan nasional yang mencakup berbagai sektor
ekonomi.
III.4
yang dilakukan oleh Robert Repetto dalam Repetto, et al.1989. Sewa bersih
atau nilai bersih adalah beda antara harga jual dengan seluruh biaya produksi
termasuk laba yang layak bagi usaha produksi, tetapi termasuk didalamnya
pajak dan pungutan-pungutan lain.
Di samping itu ada pendekatan harga dengan menggunakan nilai
sekarang (present value) yang dikemukakan oleh El Serafi dalam Salah El
Serafy, et al. 1990. Dengan pendekatan ini yang perlu diperhatikan adalah
menentukan tingginya tingkat diskonto atau tingkat bunga yang akan
digunakan, apakah akan menggunakan tingkat bunga privat (private rate of
interest) atau tingkat sosial (social rate of interest).
Beberapa cara pemberian harga atau nilai terhadap sumber daya alam
dan lingkungan antara lain:
a. Penilaian langsung
Metode ini mendasarkan pada harga pasar atau produktivitas. Ada dua
pendekatan dalam metode ini, yaitu:
Produktivitas yang berubah dalam kaitannya dengan perubahan
kondisi lingkungan
Menggambarkan hilangnya pendapatan dengan adanya
perubahan kondisi lingkungan
Metode penilaian langsung dapat dibedakan lagi menjadi :
1. Melihat perubahan produktivitas
2. Melihat hilangnya penghasilan
3. Pengeluaran untuk mempertahankan (defensive expenditure)
b. Nilai pengganti
Metode ini menggunakan informasi pasar secara tidak langsung.
Nilai rumah dan tanah
Perbedaan tingkat upah
Biaya perjalanan
Barang yang dipasarkan sebagai substitusi (proxy) untuk
barang yang tidak dipasarkan.
III.5
c. Kesediaan membayar atau Pengeluaran Potensial
Perkiraan manfaat dapat dilakukan dengan menghitung biaya yang
dikeluarkan untuk mengganti jasa-jasa lingkungan yang hilang atau
rusak karena adanya suatu proyek atau dapat pula dengan melihat
berapa masyarakat bersedia membayar (willingness to pay) usaha
perlindungan terhadap lingkungan.
1.2.5. Value
Nilai (value) merupakan persepsi seseorang terhadap obyek pada
tempat dan waktu tertentu; adalah harga yang diberikan oleh seseorang
terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sedangkan persepsi
adalah pandangan individu atau kelompok terhadap suatu objek sesuai
dengan tingkat pengetahuan, pemahamam, harapan dan norma. Sehingga
nilai sumberdaya alam tergantung dari masing-masing individu. Kegunaan,
kepuasaan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan
berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang,
atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau
menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Penilaian (valuasi)
adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan
metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Davis dan Johnson, 1987).
Penilaian peranan ekosistem, termasuk kawasan konservasi, bagi
kesejahteraan manusia merupakan pekerjaan yang sangat kompleks,
mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik.
III.6
alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan
pendekatan yang berorientasi survei atau penilaian hipotesis yang disajikan
berikut ini :
1. Pendekatan Orientasi Pasar
a). Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa
(actual based market methods) :
Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in Productivity)
Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods)
b). Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap
masukan berupa perlindungan lingkungan :
Pengeluaran pencegahan (averted defensif expenditure methods)
Biaya penggantian (replacement cost methods)
Proyek bayangan (shadow project methods)
Analisis keefektifan biaya
c). Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based
methods)
Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan
Pendekatan nilai kepemilikan
Pendekatan lain terhadap nilai tanah
Biaya perjalanan (travel cost)
Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods)
Penerimaan kompensasi/pampasan
III.7
Bermacam-macan teknik penilaian dapat digunakan untuk
mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian
ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari
individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumber daya (Munasinghe, 1993).
Teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kesediaan konsumen membayar
perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya
kemunduran kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan
sekitar (Hufschmidt et al., 1987). Kesediaan membayar atau kesediaan
menerima merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan
kesediaan menerima adalah ‘bahan mentah’ dalam penilaian ekonomi
(Pearce dan Moran, 1994).
III.8
lingkungan yang tercemar atau rusak. Hal yang bisa dilakukan dalam
kebijakan pengendalian pencemaran SDAL ialah mencegah dan
memperbaiki melalui instrumen ekonomi dan institusi.
Secara global pencemaran dan perusakan lingkungan sudah pada
taraf yang mengkhawatirkan. World Research Insitute (2001) memperkirakan
bahwa lebih dari 50% wilayah pesisir dunia mengalami kerusakan akibat
tekanan pembangunan. Pada era keterbukaan ini permasalahan eksternalitas
berupa pencemaran lingkungan menjadi semakin berkembang dengan
adanya tuntutan ganti rugi. Mencermati permasalahan ganti rugi pencemaran
atau perusakan sumber daya alam dan lingkungan, hal yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana melakukan suatu analisis terhadap
pencemaran dalam kaitan penyelesaian klaim biaya kompensasi terhadap
perusakan lingkungan.
Beberapa hal yang perlu dianalisis antara lain :
1. Siapa yang menyebabkan pencemaran dan perusakan SDAL
2. Siapa yang terkena dampak negatifnya
3. Status kepemilikan
4. Jenis dampak
5. Besaran dampak
6. Lamanya dampak
7. Jenis SDAL yang terkena dampak
8. Nilai SDAL baik yang dinilai secara ekonomi maupun tidak.
III.9
(polisi/PPNS), pihak perusahaan atau perorangan yang diduga melakukan
pencemaran, pihak masyarakat atau lembaga pelapor dan ahli yang
kompeten pada bidang pencemaran.
4. Penyampaian hasil penelitian dan pengamatan oleh ahli tentang
komponen lingkungan apa saja yang telah mengalami pencemaran serta
proses terjadinya pencemaran.
5. Penghitungan ganti rugi oleh ahli terhadap komponen lingkungan yang
rusak.
6. Proses ganti rugi kepada negara dan masyarakat melalui jalur pengadilan.
III.10
SDAL
Perubahan Tingkat
Kualitas Lingkungan
Hubungan antara
perubahan kualitas
dan kerusakan
Dugaan Kejadian
(Predicted Incidence)
Pemberian
nilai moneter
Pada gambar 3.1. terlihat bahwa SDA menghasilkan barang dan jasa
yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi, maupun non ekonomi. Di sisi lain
terdapat komponen lain yang harus dipertahankan sebagai cadangan.
Pemanfaatan ekonomi maupun non ekonomi ini dalam jangka panjang akan
mengubah kualitas lingkungan baik dalam bentuk pencemaran maupun
peruskan SDAL yang kemudian terlihat pada menurunnya produktivitas,
III.11
kesehatan maupun material lainnya. Dari ketiga perubahan tadi akan dapat
diduga tingkat kejadian (incidence) yang diperlukan untuk memberikan nilai
moneter yang menjadi basis perhitungan ganti rugi yang kemudian akan
menjadi umpan balik bagi pemanfaatan ekonomi, non ekonomi maupun
cadangan lingkungan sebagaimana dijelaskan diatas.
III.12
1) SDAL milik publik
2) SDAL milik perorangan,
Siapa pemilik SDAL yang sebenarnya
Tipe hak pemilikan (individu, komunal, sewa, hak milik dll)
Durasi kepemilikan
Intensitas pemanfaatan dengan kepemilikan SDAL
III.13
Perubahan
SDAL
Penilaian
Kerusakan
Apakah
kepemilikan
terdefenisikann
Penilaian
kerusakan
Penilaian terhadap
pemilikan
Penilaian
Kerusakan
III.14
3. Perhitungan dan penetapan ganti rugi.
Di bawah ini disajikan beberapa contoh perhitungan ganti rugi
pencemaran dan perusakan SDAL. Perhitungan ganti rugi akibat pencemaran
dan perusakan SDAL dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, untuk
kepentingan praktis dibawah ini hanya akan dibahas empat (4) pendekatan
yang umum dan dapat digunakan, antara lain:
a) Pendekatan Kesejahteraan
Pendekatan kesejahteraan umumnya digunakan apabila pencemaran dan
perusakan SDAL yang terjadi dapat dilihat melalui perubahan dalam hal
kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat diukur melalui perubahan
pendapatan (income) yaitu terjadinya perubahan surplus konsumen dan
surplus produsen (pelaku ekonomi).
Perubahan dalam surplus konsumen (SK) nilai pencemaran dan
perusakan SDAL dapat diukur dari perubahan surplus yang terjadi pada
daerah seperti terlihat pada gambar 3.2. P 0 DAP1.
1). Pendekatan surplus konsumen
A B MC
P1
P0 C D MC
demand
Q0 Q1 SDAL
III.15
Daerah ini dapat menggambarkan nilai rupiah pencemaran dan
perusakan SDAL yang dapat digunakan untuk menentukan ganti
rugi. Luas daerah ini dalam nilai rupiah adalah sebesar :
1
SK = Q1 x (P1-P0) + (Q0 – Q1) x (P1-P0)
2
Keterangan :
SK = Perubahan surplus konsumen
Q1 = Jumlah barang yang dibeli setelah terjadinya perubahan
Q0 = Jumlah barang yang dibeli sebelum terjadinya perubahan
P1 = Harga yang dibayar setelah terjadi perubahan
P0 = Harga yang dibayar sebelum terjadi perubahan
1
daerah bujursangkar (Q1 x (P1-P0)) dan daerah segitiga (Q0 – Q1) x
2
(P1-P0)
III.16
Tabel 3.1. Data kondisi perikanan masyarakat pesisir sebelum
terjadi pencemaran dan perusakan
Dari dua Tabel 3.1 dan 3.2 terlihat adanya penurunan surplus
produsen akibat rusaknya ekosistem. Perubahan dalam surplus
produsen ini bisa dihitung sebagai selisih dari kondisi di atas yakni :
Rp.500 juta–Rp.100 juta = Rp 400 juta.
III.17
b) Pendekatan Berdasarkan Prinsip Biaya Penuh (PBP atau Full Cost
Principle Ecologycal Damage)
III.18
Tabel 3.3. Beberapa Formula Dasar Perhitugan Ganti Rugi
Tipe Kerusakan Dampak Formula Biaya Ganti Rugi
Lingkungan
Erosi lahan Berkurangnya Rata-rata =Formula
produktivitas berkurang
produktivitas x
output peningkatan
penggunaan pupuk
Dampak Mortality Perubahan = Formula
kesehatan dari mortality rate =
pencemaran 1.69/1000000 x
(udara/air) konsentrasi partikel
tersuspensi
Polusi air dan Morbidity Tingkat kejadian US$ 128 = Formula
limbah padat (incidence)xbiaya
perlakuan
1 nilai
Kematian Jumlah kematian x US$ 128 statistik
harapan hidup x kehidupan
nilai statistik = US$ 75
harapan hidup 000
III.19
2) Baseline Approach (BA)
Pendekatan ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian dengan
menggunakan nilai dasar yang sudah baku untuk suatu kerusakan
ekosisitem tertentu. Metode BA ini digunakan untuk menghitung ganti
rugi kasus pencemaran yang tidak disertai informasi yang kuat, namun
memiliki angka-angka perhitungan sebelumnya yang dapat dijadikan
sebagai basis (baseline) perhitungan. Berikut diuraikan contoh
Pencemaran Minyak di Pesisir dan Laut :
Untuk mengukur kerusakan akibat pencemaran minyak, formula
standar internasional dapat digunakan. Formula tersebut disebut
Formula Florida.
Keterangan :
D = Damage (perusakan dalam nilai moneter)
V = Volue of spill (galons) (volume tumpahan minyak)
1 galon = 3,78541 L
LDF = Location of discharge factor, dengan nilai :
8 = jika berasal dari inshore
5 = jika berasal dari nearshore
1 = jika berasal dari offshore origin tapi dalam teritori
1 = jika berasal dari fasilitas atau terminal pelepas minyak
SMAF = Special management area factor, dengan nilai:
1 = jika berasal dari luar SMAF
2 = jika berasal dari dalam SMAF
2 = jika berasal dari luar SMA tapi buangan masuk ke SMAF
H = jumlah habitat
HF = Nilai faktor habitat area yang rusak, dengan nilai:
$ 10/sq.ft. untuk terumbu karang
$ 1/sq.ft. untuk mangroves dan sea grasses
III.20
$ 1/sq.ft. untuk pntai berpasir sandy beach
$ 50/sq.ft. untuk salt marsh, freshwater tidl marsh
$ 05/sq.ft. untuk sandy bottom, mud flat
1 feet = 0,3048 m
PCF = Faktor kategori untuk pencemaran (Pollution Category
Factor), dengan nilai:
8 = kategori 1 (bunker,residual fuel)
4 = kategori 2 (waste, crude, lubricating oils, asphalt, tars)
1 = kategori 3 (misal: diesels,heating oils, jet fuels, gasoline)
E = Kompensasi untuk spesies yang mati/hilang, dengan nilai:
$ 10,000 x jumlah hewan/spesies yang punah/hilang
$ 5,000 x jumlah hewan/spesies terancam punah
C = biaya yang dikeluarkan untuk menghitung kerusakan.
Tabel 3.4. Biaya per unit ganti rugi dengan costing methods
Tipe Restorasi Biaya per unit
Lahan pertanian ke Wetland (lahan basah) US$ 2600/acre (eiker)
Konservasi lading US$ 90/acre
Penyangga DAS US $ 240/acre
(Sumber : Stratus Consulting Inc.2000 dalam Inar dkk, 2006)
Catt: acre adalah ukuran tanah = 4840 yar persegi = 0,4646 ha
Secara umum untuk menghitung nilai pencemaran dengan metode ini
membutuhkan data mengenai rincian biaya yang telah dikeluarkan baik
III.21
dalam nominal maupun biaya riil. Besaran ini disesuaikan dengan kondisi
geografis dari wilayah yang terkena dampak pencemaran.
Metode ini juga bisa digunakan untuk menghitung pencemaran sungai
dimana biaya pemulihan sungai dari pencemaran merupakan bagian yang
biasa dituntut untuk menentukan ganti rugi. Jadi jika sungai tercemar
dengan asumsi sumber pencemar dapat diketahui, maka biaya ganti rugi
pencemaran sungai dengan costing method:
Keterangan :
GPRS = Ganti Rugi Pencemaran Sungai
RC = Biaya Pemulihan (Restoration Cost)
L = Luasan area sungai yang harus dibersihkan (km2)
GRS = VP x L x H (Rp/ton/panen) xW
VPt = P1- Pt+1
III.22
1.2.12 CONTOH PERHITUNGAN GANTI RUGI AKIBAT PENCEMARAN
DAN PERUSAKAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
PERHITUNGAN KERUGIAN
Berdasarkan hasil investigasi langsung di lapangan dan berdasarkan
analisa laboratorium, maka perhitungan beban biaya pemulihan kerusakan
dan pencemaran lingkungan hidup akibat kerusakan Hutan Lindung seluas
1000 ha yang terdiri atas biaya kerugian ekologis, biaya kerugian ekonomi,
dan biaya pemulihan ekologis.
III.23
Untuk hutan alam yang hilang akibat perusakan lahan dan vegetasinya
seluas 1000 ha,biaya pembuatanya adalah :
CR = 1000ha x Rp 40.500.000,-/ha
= Rp 40.500.000.000,-
CR (cost reservoir)
III.24
Biaya pengendalian erosi dan limpasan akibat konversi hutan alam
menjadi hutan sekunder dan tanah terbuka dengan pembuatan teras
didasarkan perhitungan Manan sebesar Rp 6.000.000,-/ha
d. Pembentukan Tanah
Pembentukan tanah menurut Hardjowigeno sebesar 30 ton/ha sehingga
biaya pembentukan tanah Rp 1.500.000,-/ha dikalikan dengan solum
tanah yang hilang (STH) dibagi 2,5mm, tanah yang hilang 10cm dan yang
dirambah 1000ha
III.25
= Rp 435.000.000,-
CPL (cost pengurai limbah)
g. Pemulihan Biodiversity
Akibat rusaknya lahan karena konversi lahan hutan alam menjadi hutan
sekunder dan tanah terbuka maka tidak sedikit keanekaragaman hayati
yang hilang. Untuk itu biaya yang dibutuhkan untuk memulihkan
keanekaragaman hayati menurut perhitungan Pangestu dan Ahmad
(1998) Rp 2.700.000,-/ha
Lahan yang dibutuhkan untuk memulihkan keanekaragaman hayati seluas
1000ha sebesar,
III.26
BIAYA KERUGIAN EKONOMI
a. Nilai kayu tegakan hutan
Menurut Darusman (2003) nilai kayu tegakan hutan alam sebesar Rp
3.300.000,-/m3.Biaya yang dikeluarkan seluas 1000ha adalah :
Rp 86.582.000.000,-
III.27
TOTAL BIAYA KERUGIAN
1. Kerusakan Ekologi = Rp 2.367.582.000.000,-
2. Kerusakan Ekonomi = Rp 3.530.000.000.000,-
3. Pemulihan Ekologi = Rp 86.582.000.000,-
Rp 5.985.164.000.000,-
III.28
Gambar 3.4. Lingkungan Alami yang belum mengalami degradasi
(Sumber: Rositawati, dkk, 2007)
III.29
Gambar 3.6 Hutan yang terbakar merupakan bentuk degradasi lingkungan
III.30
Gambar 3.8. Degradasi Lingkungan Akibat Banjir
1.2.2. Latihan
Sebutkan empat pendekatan penghitungan sumber daya alam dan
lingkungan!
1.3. Penutup
1.3.1. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan metode penilaian langsung?
2. Pendekatan biaya perjalanan biasa digunakan pada kasus apa?
3. Jelaskan pengertian Willingness To Accept!
4. Jelaskan pengertian Willingness To Pay!
5. Jelaskan pengertian Sewa bersih.
III.31
Tingkat penguasaan = jawaban yang benar x 100%
4
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah :
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% - 69% : kurang
0% - 59% : gagal
1.3.4. Rangkuman
Penilaian sumber daya alam dan lingkungan harga yang biasa
digunakan adalah hasil bersih (net price) atau sewa bersih (net rent) dan
pendekatan harga dengan menggunakan nilai sekarang (present value).
Beberapa cara pemberian harga atau nilai terhadap sumber daya alam dan
lingkungan antara lain:
a. Penilaian langsung yang dibedakan lagi menjadi :
b. Nilai pengganti
c. Kesediaan membayar atau Pengeluaran Potensial
III.32
Produktivitas yang berubah dalam kaitannya dengan
perubahan kondisi lingkungan
Menggambarkan hilangnya pendapatan dengan adanya
perubahan kondisi lingkungan
2. Pendekatan biaya perjalanan biasa digunakan untuk menilai manfaat
yang diberikan oleh adanya suatu kawasan seperti hutan, danau dll.
3. Kemauan membayar
4. Kemauan dibayar
5. Sewa bersih adalah beda antara harga jual dengan seluruh biaya produksi
termasuk laba yang layak bagi usaha produksi, tetapi termasuk di
dalamnya pajak dan pungutan-pungutan lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Economy and Environment Program for Southeast Asia (EEPSEA).
2. Inar Ichsana Ishak dkk. 2006. Panduan Penghitungan Ganti Kerugian
Akibat Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
3. Rositawati dan Aris Muharam, 2007. Senang Belajar Ilmu Alam. BSE.
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
4. Serafy, Salah El. 1990. The Proper Calculation of Income from
Depletable Natural Resources. Dalam Ahmad, Yusuf J.Salah El Serafy
and Ernst Lutz. Environmental Accounting for Sustainable
Development. The World Bank. Washington D.C.
5. Suparmoko dan Maria Suparmoko. 2000. Ekonomika Lingkungan.
BPFE UGM Yogyakarta
6. Tietenberg, Tom. 1992. Environmental and Natural Resource
Economics, Harper Collins Publisher Inc.New York.
III.33