Anda di halaman 1dari 33

POKOK BAHASAN : PENILAIAN SUMBER DAYA ALAM DAN

LINGKUNGAN

I.1 SUB POKOK BAHASAN : Valuasi Sumber Daya Alam dan


Lingkungan

1.1. Pendahuluan
1.1.1. Deskripsi
Pokok bahasan penentuan nilai sumber daya alam dan lingkungan
membahas tentang tujuan penghitungan nilai sumber daya alam dan
lingkungan, penghitungan nilai sumber daya alam dan lingkungan sebagai
dasar bagi pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang dimiliki suatu
negara, selain itu juga untuk melengkapi informasi nilai penyusunan sumber
daya alam dan lingkungan dan degradasi lingkungan serta untuk menyusun
rencana pembangunan nasional yang mencakup berbagai sektor ekonomi.
Pokok bahasan ini juga membahas perkembangan penentuan nilai SDAL
suatu negara dan metode-metode yang digunakan serta aplikasi dari metode
tersebut. Di samping itu juga membahas bagaimana menghitung ganti rugi
akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan atau biasa disebut valuasi
ekonomi.

1.1.2. Relevansi
Bagi seorang Perekayasa Lingkungan yang kelak akan terjun di masyarakat
maka seharusnya dibekali ilmu ekonomi lingkungan khususnya pada
penilaian nilai sumber daya alam dan lingkungan serta panduan
penghitungan ganti rugi akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pengetahuan ini diharapkan dapat berguna untuk membantu dalam
pengambilan keputusan mengenai degradasi lingkungan sehingga nantinya
bisa mengaplikasikan metode yang ada dalam menghadapi kasus-kasus
degradasi lingkungan serta kasus-kasus ganti rugi akibat pencemaran dan
perusakan lingkungan. Selain itu diharapkan juga mahasiswa mampu
memahami, menjelaskan, menguraikan secara detail, melakukan perhitungan

III.1
dan mengambil keputusan yang mempengaruhi sistem  lingkungan dan
ekonomi luaran (out come).

III.2
1.1.3. Kompetensi Dasar
Dengan diberikan beberapa metode penilaian nilai sumber daya alam
dan lingkungan serta panduan penghitungan ganti rugi akibat pencemaran
dan kerusakan lingkungan maka mahasiswa semester V dapat
mengaplikasikan metode yang ada pada kasus–kasus degradasi lingkungan
dan kasus-kasus ganti rugi akibat pencemaran atau perusakan sumber daya
alam dan lingkungan.

1.2. Penyajian
1.2.1. Pendahuluan
Pembangunan ekonomi di segala bidang, selalu menyisakan
permasalahan eksternalitas, yaitu berupa perusakan sumber daya alam dan
lingkungan. Perusakan tersebut biasanya berujung pada permasalahan sosial
seperti sengketa publik. Berbagai peristiwa menyangkut menurunnya kualitas
lingkungan seperti pembakaran hutan, pembalakan liar, polusi udara, TPA,
pencemaran pesisir dan sebagainya, menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi
yang hanya memenuhi keinginan pasar semata, pada akhirnya akan
mengorbankan kualitas sumber daya alam dan lingkungan. Manakala sumber
daya alam dan lingkungan telah rusak maka akan menjadi bumerang bagi
pertumbuhan ekonomi itu sendiri serta menimbulkan berbagai konflik sosial di
masyarakat.
Dalam setiap kegiatan atau kebijakan selalu timbul adanya biaya dan
manfaat sebagai akibat dari kegiatan atau kebijakan yang berlaku. Sebagai
dasar untuk menyatakan bahwa suatu kegiatan atau kebijakan itu layak atau
tidak layak diperlukan suatu perbandingan yang menghasilkan suatu nilai
atau rasio. Oleh karena itu diperlukan pemberian nilai (value) terhadap
dampak dari suatu kegiatan atau kebijakan terhadap lingkungan. Dampak
dari suatu kegiatan dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung, dapat
juga dampak itu dinyatakan sebagai dampak primer dan sekunder.Dampak
langsung atau dampak primer merupakan dampak yang timbul akibat dari
tujuan utama kegiatan atau kebijakan.

III.3
1.2.2. Perhitungan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Banyak negara yang sudah menghitung sumber daya alam dan
lingkungan dalam artian fisik saja, tetapi banyak pula yang menghitung dalam
arti uang. Penghitungan sumber daya alam dan lingkungan dimaksudkan
sebagai dasar bagi pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang
dimiliki suatu negara, ada pula yang dimaksudkan untuk melengkapi
informasi sehingga nilai penyusutan sumber daya alam dan degradasi
lingkungan dapat diperhitungkan dalam nilai Produk Domestik Bruto dan
selanjutnya nilai PDB yang telah disesuaikan itu dapat digunakan untuk
menyusun rencana pembangunan nasional yang mencakup berbagai sektor
ekonomi.

1.2.3. Metode Perhitungan Sumber Daya Alam dan Lingkungan


Pada dasarnya perhitungan SDAL dimulai dari menyajikan besarnya
atau volume persediaan sumber daya alam pada awal tahun, dikurangi
dengan volume pengambilan, kerusakan dan kehilangan ditambah dengan
pertumbuhan baik alami maupun karena usaha manusia atau penemuan
baru. Mengenai pencemaran lingkungan data yang diperoleh didasarkan
pada perkiraan banyaknya emisi atau buangan limbah cair yang dihasilkan
oleh setiap jenis industri. Dengan menggunakan estimasi dan perhitungan
tertentu, akan dapat diketahui volume pencemaran yang terjadi.
Ada empat pendekatan penghitungan sumber daya alam dan
lingkungan, yaitu:
a. Pendekatan Pendapatan
b. Pendekatan Kesejahteraan
c. Penghitungan Fisik
d. Penghitungan Moneter

1.2.4. Penentuan Nilai (Valuation) Sumber Daya Alam dan Lingkungan


Dalam penilaian sumber daya alam dan lingkungan, harga yang biasa
digunakan adalah hasil bersih (net price) atau sewa bersih (net rent) seperti

III.4
yang dilakukan oleh Robert Repetto dalam Repetto, et al.1989. Sewa bersih
atau nilai bersih adalah beda antara harga jual dengan seluruh biaya produksi
termasuk laba yang layak bagi usaha produksi, tetapi termasuk didalamnya
pajak dan pungutan-pungutan lain.
Di samping itu ada pendekatan harga dengan menggunakan nilai
sekarang (present value) yang dikemukakan oleh El Serafi dalam Salah El
Serafy, et al. 1990. Dengan pendekatan ini yang perlu diperhatikan adalah
menentukan tingginya tingkat diskonto atau tingkat bunga yang akan
digunakan, apakah akan menggunakan tingkat bunga privat (private rate of
interest) atau tingkat sosial (social rate of interest).
Beberapa cara pemberian harga atau nilai terhadap sumber daya alam
dan lingkungan antara lain:
a. Penilaian langsung
Metode ini mendasarkan pada harga pasar atau produktivitas. Ada dua
pendekatan dalam metode ini, yaitu:
 Produktivitas yang berubah dalam kaitannya dengan perubahan
kondisi lingkungan
 Menggambarkan hilangnya pendapatan dengan adanya
perubahan kondisi lingkungan
Metode penilaian langsung dapat dibedakan lagi menjadi :
1. Melihat perubahan produktivitas
2. Melihat hilangnya penghasilan
3. Pengeluaran untuk mempertahankan (defensive expenditure)

b. Nilai pengganti
Metode ini menggunakan informasi pasar secara tidak langsung.
 Nilai rumah dan tanah
 Perbedaan tingkat upah
 Biaya perjalanan
 Barang yang dipasarkan sebagai substitusi (proxy) untuk
barang yang tidak dipasarkan.

III.5
c. Kesediaan membayar atau Pengeluaran Potensial
Perkiraan manfaat dapat dilakukan dengan menghitung biaya yang
dikeluarkan untuk mengganti jasa-jasa lingkungan yang hilang atau
rusak karena adanya suatu proyek atau dapat pula dengan melihat
berapa masyarakat bersedia membayar (willingness to pay) usaha
perlindungan terhadap lingkungan.

1.2.5. Value
Nilai (value) merupakan persepsi seseorang terhadap obyek pada
tempat dan waktu tertentu; adalah harga yang diberikan oleh seseorang
terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sedangkan persepsi
adalah pandangan individu atau kelompok terhadap suatu objek sesuai
dengan tingkat pengetahuan, pemahamam, harapan dan norma. Sehingga
nilai sumberdaya alam tergantung dari masing-masing individu. Kegunaan,
kepuasaan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan
berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang,
atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau
menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Penilaian (valuasi)
adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan
metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Davis dan Johnson, 1987).
Penilaian peranan ekosistem, termasuk kawasan konservasi, bagi
kesejahteraan manusia merupakan pekerjaan yang sangat kompleks,
mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik.

1.2.6. Valuasi Ekonomi Penggunaan Sumberdaya Alam Terpulihkan


Valuasi ekonomi penggunaan sumberdaya alam hingga saat ini telah
berkembang pesat. Di dalam konteks ilmu ekonomi sumberdaya dan
lingkungan, perhitungan-perhitungan tentang biaya lingkungan sudah cukup
banyak berkembang. Menurut Hufscmidt, et al., (1992), secara garis besar
metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan) suatu sumber daya

III.6
alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan
pendekatan yang berorientasi survei atau penilaian hipotesis yang disajikan
berikut ini :
1. Pendekatan Orientasi Pasar
a). Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa
(actual based market methods) :
 Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in Productivity)
 Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods)
b). Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap
masukan berupa perlindungan lingkungan :
 Pengeluaran pencegahan (averted defensif expenditure methods)
 Biaya penggantian (replacement cost methods)
 Proyek bayangan (shadow project methods)
 Analisis keefektifan biaya
c). Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based
methods)
 Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan
 Pendekatan nilai kepemilikan
 Pendekatan lain terhadap nilai tanah
 Biaya perjalanan (travel cost)
 Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods)
 Penerimaan kompensasi/pampasan

2. Pendekatan Orientasi Survey


a) Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (Willingness to
Pay)
b) Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (Willingness to
Accept)

1.2.7. Willingness To Pay

III.7
Bermacam-macan teknik penilaian dapat digunakan untuk
mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian
ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari
individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumber daya (Munasinghe, 1993).
Teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kesediaan konsumen membayar
perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya
kemunduran kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan
sekitar (Hufschmidt et al., 1987). Kesediaan membayar atau kesediaan
menerima merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan
kesediaan menerima adalah ‘bahan mentah’ dalam penilaian ekonomi
(Pearce dan Moran, 1994).

1.2.8. Pencemaran dan atau Perusakan Sumber Daya Alam dan


Lingkungan

Pencemaran lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 23


Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan
yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat
fisik dan atau hayati yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi
lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
Kunci untuk memahami dan mengukur perusakan SDAL adalah
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan mengubah layanan (flow
of service) dari aset alam tersebut. SDAL dalam beberapa hal merupakan
barang publik (public good) dimana status kepemilikannya tidak jelas.
Pencemaran lingkungan merupakan akibat dari ketidakjelasan suatu
kepemilikan tersebut yang akhirnya menimbulkan eksternalitas (spill over
effect) dimana tindakan satu pihak yang merugikan pihak lain tidak terkoreksi
oleh mekanisme pasar. Kondisi ini menyebabkan kesulitan untuk memulihkan

III.8
lingkungan yang tercemar atau rusak. Hal yang bisa dilakukan dalam
kebijakan pengendalian pencemaran SDAL ialah mencegah dan
memperbaiki melalui instrumen ekonomi dan institusi.
Secara global pencemaran dan perusakan lingkungan sudah pada
taraf yang mengkhawatirkan. World Research Insitute (2001) memperkirakan
bahwa lebih dari 50% wilayah pesisir dunia mengalami kerusakan akibat
tekanan pembangunan. Pada era keterbukaan ini permasalahan eksternalitas
berupa pencemaran lingkungan menjadi semakin berkembang dengan
adanya tuntutan ganti rugi. Mencermati permasalahan ganti rugi pencemaran
atau perusakan sumber daya alam dan lingkungan, hal yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana melakukan suatu analisis terhadap
pencemaran dalam kaitan penyelesaian klaim biaya kompensasi terhadap
perusakan lingkungan.
Beberapa hal yang perlu dianalisis antara lain :
1. Siapa yang menyebabkan pencemaran dan perusakan SDAL
2. Siapa yang terkena dampak negatifnya
3. Status kepemilikan
4. Jenis dampak
5. Besaran dampak
6. Lamanya dampak
7. Jenis SDAL yang terkena dampak
8. Nilai SDAL baik yang dinilai secara ekonomi maupun tidak.

Penghitungan ganti rugi akibat pencemaran dan perusakan lingkungan hanya


dapat dilakukan apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Adanya laporan dari masyarakat atau instansi tentang dugaan telah terjadi
pencemaran atau perusakan SDAL.
2. Verifikasi (pulbaket) tempat kejadian tentang adanya dugaan
pencemaran.
3. Pembuktian adanya pencemaran oleh ahli yang kompeten melalui
pengamatan lapangan, penelitian dan data yang diperlukan. Bukti hukum
(legal sampling) dilakukan oleh tim yang beranggotakan penyidik

III.9
(polisi/PPNS), pihak perusahaan atau perorangan yang diduga melakukan
pencemaran, pihak masyarakat atau lembaga pelapor dan ahli yang
kompeten pada bidang pencemaran.
4. Penyampaian hasil penelitian dan pengamatan oleh ahli tentang
komponen lingkungan apa saja yang telah mengalami pencemaran serta
proses terjadinya pencemaran.
5. Penghitungan ganti rugi oleh ahli terhadap komponen lingkungan yang
rusak.
6. Proses ganti rugi kepada negara dan masyarakat melalui jalur pengadilan.

1.2.9. Penghitungan Ganti Kerugian Pencemaran dan Perusakan SDAL


Secara umum konsep penghitungan ganti rugi akibat pencemaran dan
perusakan lingkungan adalah pemberian nilai moneter secara kuantitatif
terhadap pencemaran dan perusakan SDAL. Besaran kerugian ekonomi
biasanya menjadi indikator moneter bagi penghitungan ganti rugi tersebut.
Besaran ini tergantung dari bagaimana masyarakat merespon dan menerima
perubahan yang terjadi pada lingkungan. Konsep tersebut dijelaskan pada
Gambar 3.1.

III.10
SDAL

Pemanfaatan Pemanfaatan Cadangan


Ekonomi non ekonomi Lingkungan

Perubahan Tingkat
Kualitas Lingkungan

Hubungan antara
perubahan kualitas
dan kerusakan

Perubahan terhadap Perubahan terhadap Perubahan terhadap


produktivitas Kesehatan material

Dugaan Kejadian
(Predicted Incidence)

Pemberian
nilai moneter

Penentuan ganti rugi

Gambar 3.1. Kerangka pikir perkiraan pencemaran dan perusakan


lingkungan kaitannya dengan ganti rugi

Pada gambar 3.1. terlihat bahwa SDA menghasilkan barang dan jasa
yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi, maupun non ekonomi. Di sisi lain
terdapat komponen lain yang harus dipertahankan sebagai cadangan.
Pemanfaatan ekonomi maupun non ekonomi ini dalam jangka panjang akan
mengubah kualitas lingkungan baik dalam bentuk pencemaran maupun
peruskan SDAL yang kemudian terlihat pada menurunnya produktivitas,

III.11
kesehatan maupun material lainnya. Dari ketiga perubahan tadi akan dapat
diduga tingkat kejadian (incidence) yang diperlukan untuk memberikan nilai
moneter yang menjadi basis perhitungan ganti rugi yang kemudian akan
menjadi umpan balik bagi pemanfaatan ekonomi, non ekonomi maupun
cadangan lingkungan sebagaimana dijelaskan diatas.

Langkah-langkah Penghitungan Ganti Rugi Pencemaran dan Perusakan


SDAL
Timbulnya kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan tidak tejadi
dengan tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses dan memerlukan waktu
sejak zat-zat pencemar keluar dari proses produksi, masuk dan terbawa atau
mengalami perubahan di dalam media lingkungan (air, udara dan tanah) dan
akhirnya terpapar ke dalam lingkungan (SDAL) dan menimbulkan kerusakan.
Sebelum melakukan penghitungan ganti rugi akibat pencemaran perlu
dilakukan klarifikasi proses terjadinya pencemaran dan keruskan lingkungan
dan identifikasi lingkungan yang tercemar. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Klarifikasi terhadap proses terjadinya pencemaran dan perusakan
lingkungan. Verifikasi dugaan tersebut dilakukan melalui dua langkah,
yaitu:
a. Identifikasi sumber pencemaran dan atau perusakan
b. Proses terjadinya pencemaran dan atau perusakan
2. Identifikasi lingkungan yang terkena pencemaran dengan langkah-
langkah:
a. Identifikasi jenis media lingkungan yang terkena dampak
pencemaran atau rusak.
b. Penghitungan lamanya pencemaran dan kerusakan berlangsung
c. Identifikasi pencemaran dan kerusakan terjadi secara langsung
atau tidak langsung.
d. Pengukuran derajat pencemaran dan kerusakan yang terjadi
(menyangkut skala spasial dan jumlah pihak yang terlibat)
e. Identifikasi status kepemilikan SDAL, yang terdiri dari:

III.12
1) SDAL milik publik
2) SDAL milik perorangan,
 Siapa pemilik SDAL yang sebenarnya
 Tipe hak pemilikan (individu, komunal, sewa, hak milik dll)
 Durasi kepemilikan
 Intensitas pemanfaatan dengan kepemilikan SDAL

Jika hal di atas tidak dilaksanakan maka penilaian kerusakan (damage


assessment) dilakukan atas nama publik dan penyelesaian ganti rugi
harus dilakukan melalui penyelesaian publik (public settlement) yang
dapat dilakukan dengan musyawarah dan mufakat antara masyarakat
dengan pemerintah atau masyarakat dengan masyarakat. Sebaliknya jika
hak pemilikan terdefinisi dengan jelas maka langkah berikutnya adalah
melakukan penilaian terhadap hak pemilikan yang menyangkut tipe hak
pemilikan, lamanya durasi kepemilikan dan intensitas pemanfaatan
dengan kepemilikan SDAL. Jika langkah ini sudah dilakukan baru
kemudian penilaian kerusakan (damage assessment) dapat dilakukan dan
penentuan ganti rugi dapat dilakukan melalui private settlement (antara
pihak yang terlibat) seperti antara industri (pabrik dengan pemilik lahan)
dan sejenisnya.

III.13
Perubahan
SDAL

Penilaian
Kerusakan

Tipe SDAL yang Lamanya Kerusakan langsung vs Derajat


terkena kerusakan kerusakan tidak langsung kerusakan

Apakah
kepemilikan
terdefenisikann

Penilaian
kerusakan
Penilaian terhadap
pemilikan

Tipe Lamanya Intensitas pemilikan vs


kepemilikan kepemilikan Pemanfaatan SDAL

Penilaian
Kerusakan

Penetapan ganti rugi Penetapan ganti rugi


via Public Settlement via Privat settlement

Gambar 3.2 Langkah-langkah penghitungan ganti kerugian akibat pencemaran


dan/atau perusakan sumber daya alam dan lingkungan

III.14
3. Perhitungan dan penetapan ganti rugi.
Di bawah ini disajikan beberapa contoh perhitungan ganti rugi
pencemaran dan perusakan SDAL. Perhitungan ganti rugi akibat pencemaran
dan perusakan SDAL dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, untuk
kepentingan praktis dibawah ini hanya akan dibahas empat (4) pendekatan
yang umum dan dapat digunakan, antara lain:

a) Pendekatan Kesejahteraan
Pendekatan kesejahteraan umumnya digunakan apabila pencemaran dan
perusakan SDAL yang terjadi dapat dilihat melalui perubahan dalam hal
kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat diukur melalui perubahan
pendapatan (income) yaitu terjadinya perubahan surplus konsumen dan
surplus produsen (pelaku ekonomi).
Perubahan dalam surplus konsumen (SK) nilai pencemaran dan
perusakan SDAL dapat diukur dari perubahan surplus yang terjadi pada
daerah seperti terlihat pada gambar 3.2. P 0 DAP1.
1). Pendekatan surplus konsumen

A B MC
P1

P0 C D MC

demand

Q0 Q1 SDAL

Gambar 3.2 Perubahan surplus konsumen

III.15
Daerah ini dapat menggambarkan nilai rupiah pencemaran dan
perusakan SDAL yang dapat digunakan untuk menentukan ganti
rugi. Luas daerah ini dalam nilai rupiah adalah sebesar :

1
SK = Q1 x (P1-P0) + (Q0 – Q1) x (P1-P0)
2

Keterangan :
SK = Perubahan surplus konsumen
Q1 = Jumlah barang yang dibeli setelah terjadinya perubahan
Q0 = Jumlah barang yang dibeli sebelum terjadinya perubahan
P1 = Harga yang dibayar setelah terjadi perubahan
P0 = Harga yang dibayar sebelum terjadi perubahan

Perubahan surplus konsumen tersebut merupakan penjumlahan

1
daerah bujursangkar (Q1 x (P1-P0)) dan daerah segitiga (Q0 – Q1) x
2
(P1-P0)

2). Pendekatan surplus produsen


Pendekatan surplus produsen diukur dari sisi manfaat dan
kehilangan dari sisi produsen atau pelaku ekonomi. Dalam bentuk
yang sangat sederhana, nilai ini bisa diukur tanpa harus mengetahui
kurva penawaran dari barang yang diperdagangkan.
Sebagai ilustrasi, dimisalkan bahwa dalam kondisi pantai masih baik,
berikut ini adalah data mengenai kondisi perikanan masyarakat
pesisir sebelum terjadi pencemaran dan perusakan.

III.16
Tabel 3.1. Data kondisi perikanan masyarakat pesisir sebelum
terjadi pencemaran dan perusakan

Hasil tangkapan /hari (kg) 10.000 kg (10 ton)


Harga Ikan /kg (ex-vessel) Rp 500
Biaya penangkapan /kg Rp 250
Total hari melaut dalam setahun 200 hari
Total penerimaan 200 x 10000 x 500 = Rp. 1 milyar
Total biaya variabel 200 x 250 x 10000 = Rp. 500 juta
Surplus produsen Rp 500 juta

Dimisalkan sekarang pantai tercemar dan atau rusak yang


mengakibatkan penurunan produksi (tangkap). Kita asumsikan disini
bahwa perilaku nelayan tidak berubah banyak (jangka pendek).
Maka setelah terjadi pencemaran data sebagai berikut:

Tabel 3.2. Data kondisi perikanan masyarakat pesisir setelah


terjadinya pencemaran dan perusakan

Hasil tangkapan /hari (kg) 5000 kg (5 ton)


Harga Ikan /kg (ex-vessel) Rp 500
Biaya penangkapan /kg Rp 400 (biaya makin mahal)
Total hari melaut dalam setahun 200 hari
Total penerimaan 200 x 5000x500 = Rp. 500 juta
Total biaya variabel 200 x 400 x 5000 = Rp. 400 juta
Surplus produsen Rp 100 juta

Dari dua Tabel 3.1 dan 3.2 terlihat adanya penurunan surplus
produsen akibat rusaknya ekosistem. Perubahan dalam surplus
produsen ini bisa dihitung sebagai selisih dari kondisi di atas yakni :
Rp.500 juta–Rp.100 juta = Rp 400 juta.

III.17
b) Pendekatan Berdasarkan Prinsip Biaya Penuh (PBP atau Full Cost
Principle Ecologycal Damage)

Penetapan ganti rugi terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan


yang didasarkan pada prinsip ini mengacu pada prinsip bahwa pengguna
SDAL harus membayar seluruh biaya yang diakibatkan oleh terjadinya
perubahan pada sistem SDAL. Dengan menggunakan PBP akan
memberikan signal kepada pengguna SDAL bahwa barang dan jasa yang
dihasilkan dari SDAL lama kelamaan akan mengalami penurunan (langka)
sehingga pemanfaatannya harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
fungsi ekologisnya tetap terjaga. Prinsip PBP hampir sama dengan prinsip
PPP (Polluter Pay Principle). Pada prinsip ini industri yang mencemari
lingkungan diwajibkan untuk membayar biaya pembersihan pencemaran
yang dihasilkan oleh industri tersebut. PBP pada prinsipnya juga mengacu
pada Caveat Venditor, dimana mereka yang menyebabkan pencemaran
diwajibkan membayar ganti rugi kepada masyarakat sesuai dengan
pencemaran yang ditimbulkannya.
Prinsip PBP relatif kompleks, namun demikian teknik sederhana dapat
dilakukan dengan memperkirakan kerusakan lingkungan yang terjadi dan
menghitung nilai Present Value dari kerugian yang ditimbulkannya dalam
jangka panjang.
Beberapa teknik sederhana tersebut antara lain:

1) Teknik Back of Envelope (BOT)


Teknik ini dikembangkan oleh Margulis (1996) pada dasarnya adalah
bagaimana memperkirakan secara “kasar” namun mewakili (guess
estimate) dalam mengestimasi nilai aset yang rusak untuk klaim ganti
rugi. Beberapa contoh formula dasar yang digunakan untuk
menghitung tersebut adalah :

III.18
Tabel 3.3. Beberapa Formula Dasar Perhitugan Ganti Rugi
Tipe Kerusakan Dampak Formula Biaya Ganti Rugi
Lingkungan
Erosi lahan Berkurangnya Rata-rata =Formula
produktivitas berkurang
produktivitas x
output peningkatan
penggunaan pupuk
Dampak Mortality Perubahan = Formula
kesehatan dari mortality rate =
pencemaran 1.69/1000000 x
(udara/air) konsentrasi partikel
tersuspensi
Polusi air dan Morbidity Tingkat kejadian US$ 128 = Formula
limbah padat (incidence)xbiaya
perlakuan
1 nilai
Kematian Jumlah kematian x US$ 128 statistik
harapan hidup x kehidupan
nilai statistik = US$ 75
harapan hidup 000

Diare Incidence x nilai


pengurangan diare

Kolera Incidence x nilai


pengurangan
kolera
Perusakan Hutan 1) Biodiversity Rata-rata US$ = Biaya
mangrove kehilangan 15/ha/tahun Lingkungan
Hilangnya fungsi
…..

2) Wood Rata-rata US$ 30 / m3


Products kehilangan produk
kayu/ha/tahun x
nilai kayu

3) Dampak thd Hilangnya


perikanan produktivitas x nilai
kehilangan US$ 62,6 /ha

4) Ekoturisme Berkurangnya turis


x nilai kehilangan
US$ 10,48 /
kunjungan
Sumber : ADB (1996) dan Margulis (1996) dalam Inar dkk (2006)

III.19
2) Baseline Approach (BA)
Pendekatan ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian dengan
menggunakan nilai dasar yang sudah baku untuk suatu kerusakan
ekosisitem tertentu. Metode BA ini digunakan untuk menghitung ganti
rugi kasus pencemaran yang tidak disertai informasi yang kuat, namun
memiliki angka-angka perhitungan sebelumnya yang dapat dijadikan
sebagai basis (baseline) perhitungan. Berikut diuraikan contoh
Pencemaran Minyak di Pesisir dan Laut :
Untuk mengukur kerusakan akibat pencemaran minyak, formula
standar internasional dapat digunakan. Formula tersebut disebut
Formula Florida.

D($) = ($1/gal x V x LDF x SMAF) + (HF x H x SMAF) x (PCF +

Keterangan :
D = Damage (perusakan dalam nilai moneter)
V = Volue of spill (galons) (volume tumpahan minyak)
1 galon = 3,78541 L
LDF = Location of discharge factor, dengan nilai :
8 = jika berasal dari inshore
5 = jika berasal dari nearshore
1 = jika berasal dari offshore origin tapi dalam teritori
1 = jika berasal dari fasilitas atau terminal pelepas minyak
SMAF = Special management area factor, dengan nilai:
1 = jika berasal dari luar SMAF
2 = jika berasal dari dalam SMAF
2 = jika berasal dari luar SMA tapi buangan masuk ke SMAF
H = jumlah habitat
HF = Nilai faktor habitat area yang rusak, dengan nilai:
$ 10/sq.ft. untuk terumbu karang
$ 1/sq.ft. untuk mangroves dan sea grasses

III.20
$ 1/sq.ft. untuk pntai berpasir sandy beach
$ 50/sq.ft. untuk salt marsh, freshwater tidl marsh
$ 05/sq.ft. untuk sandy bottom, mud flat
1 feet = 0,3048 m
PCF = Faktor kategori untuk pencemaran (Pollution Category
Factor), dengan nilai:
8 = kategori 1 (bunker,residual fuel)
4 = kategori 2 (waste, crude, lubricating oils, asphalt, tars)
1 = kategori 3 (misal: diesels,heating oils, jet fuels, gasoline)
E = Kompensasi untuk spesies yang mati/hilang, dengan nilai:
$ 10,000 x jumlah hewan/spesies yang punah/hilang
$ 5,000 x jumlah hewan/spesies terancam punah
C = biaya yang dikeluarkan untuk menghitung kerusakan.

c) Pendekatan Biaya Pemulihan (Costing Method)


Pada metode ini didasarkan pada perhitungan biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan restorasi terhadap ekosistem yang mengalami
pencemaran. Komponen biaya yang dihitung termasuk biaya langsung
(direct cost) seperti biaya akusisi lahan, biaya transaksi, monitoring dsb
serta biaya tidak langsung seperti biaya overhead.
Contoh biaya per unit ganti rugi berdasarkan Costing methods :

Tabel 3.4. Biaya per unit ganti rugi dengan costing methods
Tipe Restorasi Biaya per unit
Lahan pertanian ke Wetland (lahan basah) US$ 2600/acre (eiker)
Konservasi lading US$ 90/acre
Penyangga DAS US $ 240/acre
(Sumber : Stratus Consulting Inc.2000 dalam Inar dkk, 2006)
Catt: acre adalah ukuran tanah = 4840 yar persegi = 0,4646 ha
Secara umum untuk menghitung nilai pencemaran dengan metode ini
membutuhkan data mengenai rincian biaya yang telah dikeluarkan baik

III.21
dalam nominal maupun biaya riil. Besaran ini disesuaikan dengan kondisi
geografis dari wilayah yang terkena dampak pencemaran.
Metode ini juga bisa digunakan untuk menghitung pencemaran sungai
dimana biaya pemulihan sungai dari pencemaran merupakan bagian yang
biasa dituntut untuk menentukan ganti rugi. Jadi jika sungai tercemar
dengan asumsi sumber pencemar dapat diketahui, maka biaya ganti rugi
pencemaran sungai dengan costing method:

GRPS = RC(Rp/km2) x L(km2)

Keterangan :
GPRS = Ganti Rugi Pencemaran Sungai
RC = Biaya Pemulihan (Restoration Cost)
L = Luasan area sungai yang harus dibersihkan (km2)

d) Pendekatan Produktivitas (Productivity Approach)


Pendekatan ini mengacu pada penentuan ganti rugi berdasarkan
perubahan produktivitas sebelum dan sesudah terjadinya pencemaran.
Sebagai contoh misalnya ganti rugi untuk pencemaran sungai. Walaupun
agak sulit untuk menentukan ganti rugi karena sifat sungai yang airnya
selalu mengalir melalui DAS dan pencemaran bersifat non point sources,
namun jika diasumsikan bahwa pencemaran sungai dapat ditentukan
maka bisa dilakukan dengan pendekatan produktivitas, yaitu:

GRS = VP x L x H (Rp/ton/panen) xW
VPt = P1- Pt+1

Keterangan : P1 = Produktivitas sebelum terjadi pencemaran


Pt+1 = Produktivitas setelah terjadi pencemaran
L = Luas lahan pertanian
H = Harga produk pertanian
GRS = Ganti Rugi Pencemaran Sungai
W = Waktu (lamanya terjadi pencemaran)

III.22
1.2.12 CONTOH PERHITUNGAN GANTI RUGI AKIBAT PENCEMARAN
DAN PERUSAKAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Perhitungan ganti rugi akibat pencemaran menggunakan Pendekatan


Prinsip Biaya Penuh atau Full Cost Principle dengan teknik BASELINE
APROACH. Pada bagian ini disajikan contoh perhitungan kerugian akibat
perambahan lahan di hutan lindung.

PERHITUNGAN KERUGIAN
Berdasarkan hasil investigasi langsung di lapangan dan berdasarkan
analisa laboratorium, maka perhitungan beban biaya pemulihan kerusakan
dan pencemaran lingkungan hidup akibat kerusakan Hutan Lindung seluas
1000 ha yang terdiri atas biaya kerugian ekologis, biaya kerugian ekonomi,
dan biaya pemulihan ekologis.

BIAYA KERUGIAN EKOLOGIS


Akibat kegiatan konversi hutan alam menjadi hutan sekunder dan
tanah terganggu,maka sebagai pengganti fungsi tanah pada hutan alam.
Hutan Lindung sebagai penyimpanan air yang rusak maka perlu dibangun
tempat penyimpanan air buatan dengan membuat reservoir buatan. Reservoir
tersebut harus mempunyai kemampuan menyimpan air sebanyak 401 m3/ha
(hasil perhitungan). Karena hutan alam yang terdegradasi seluas 1000ha
maka reservoir yang dibuat juga untuk seluas areal tersebut dengan rincian :

a. Biaya Pembuatan Reservoir


Untuk menampung air hujan sebanyak 401 m 3/ha diperlukan reservoir
berukuran lebar 15m x panjang 20m x tinggi 1,5m. Biaya pembangunan
diasumsikan per m2 = Rp 100.000,-

Per hektar tanah yang rusak diperlukan biaya :

= {(2 x 1,5m x 15m) + (2 x 1,5m x 20m) + (15m x 20m) x Rp 100.000/m 2


= 405m2 x Rp 100.000/ha
= Rp 40.500.000,-/ha

III.23
Untuk hutan alam yang hilang akibat perusakan lahan dan vegetasinya
seluas 1000 ha,biaya pembuatanya adalah :

CR = 1000ha x Rp 40.500.000,-/ha
= Rp 40.500.000.000,-

 CR (cost reservoir)

Biaya pemeliharaan reservoir sampai lahan terdegradasi pulih menjadi


hutan alam yaitu selama 100 tahun

CPR = Rp 200.000,00/th/ha x 100 th x 1000ha


= Rp 20.000.000.000,-

 CPR (cost pemeliharaan reservoir)

Biaya yang dibutuhkan untuk membangun dan memelihara reservoir


buatan untuk 1000 ha adalah Rp 60.500.000.000,-

CFPA = Rp 40.500.000.000,- + Rp 20.000.000.000,-


= Rp 60.500.000.000,-
 CFPA (cost …….

b. Pengaturan Tata Air


Biaya pengaturan tata air didasarkan kepada manfaat air untuk keperluan
budidaya dalam ekosistem DAS menurut Manan, dkk (1999) untuk
tanaman budidaya Rp 19.000.000,-/ha dan penyediaan air minum Rp
3.710.000,-/ha sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk pengaturan
tata air untuk luas 1000ha dengan asumsi perbaikan tegalan selama
100th sebesar

CTA = Rp 22.810.000,-/th/ha x 100 th x 1000ha


= Rp 2.281.000.000.000,-
 CTA (cost tata air)

c. Pengendalian Erosi dan Limpasan

III.24
Biaya pengendalian erosi dan limpasan akibat konversi hutan alam
menjadi hutan sekunder dan tanah terbuka dengan pembuatan teras
didasarkan perhitungan Manan sebesar Rp 6.000.000,-/ha

Biaya yang dibutuhkan untuk pengendalian erosi dan limpasan seluas


1000 ha adalah :

CEL = 1000ha x Rp 6.000.000,-/ha


= Rp 6.000.000.000,
 CEL (cost erosi limpasan)

d. Pembentukan Tanah
Pembentukan tanah menurut Hardjowigeno sebesar 30 ton/ha sehingga
biaya pembentukan tanah Rp 1.500.000,-/ha dikalikan dengan solum
tanah yang hilang (STH) dibagi 2,5mm, tanah yang hilang 10cm dan yang
dirambah 1000ha

CPT = 100mm/2,5mm x Rp 1.500.000,-/ha x 1000ha


= Rp 6.000.000.000,-
 CPT (cost pembentukan tanah)
e. Pendaur Ulang Unsur hara
Biaya hilangnya unsur hara menurut Wasis akibat pemanenan tegakan
hutan Rp 10.447.000/ha. Biaya untuk pendaur ulang unsur hara seluas
1000 ha dibutuhkan dana sebesar :

CUH = 1000ha x Rp 10.447.000


= Rp 10.447.000.000,-
 CUH (cost unsur hara)
f. Pengurai Limbah
Biaya pengurai limbah yang hilang karena kerusakan lahan menurut
perhitungan Pangestu dan Ahmad Rp 435.000/ha
Biaya yang dibutuhkan untuk pengurai limbah seluas 1000ha adalah :

CPL = 1000ha x Rp 435.000,-/ha

III.25
= Rp 435.000.000,-
 CPL (cost pengurai limbah)
g. Pemulihan Biodiversity
Akibat rusaknya lahan karena konversi lahan hutan alam menjadi hutan
sekunder dan tanah terbuka maka tidak sedikit keanekaragaman hayati
yang hilang. Untuk itu biaya yang dibutuhkan untuk memulihkan
keanekaragaman hayati menurut perhitungan Pangestu dan Ahmad
(1998) Rp 2.700.000,-/ha
Lahan yang dibutuhkan untuk memulihkan keanekaragaman hayati seluas
1000ha sebesar,

CPB = 1000ha x Rp 2.700.000,-


= Rp 2.7000.000.000,-
 CPB (cost pemulihan biodiversity)
h. Sumberdaya Genetik
Biaya pemulihan akibat hilangnya sumberdaya genetik adalah sebesar
410.000,-/ha sehingga untuk lahan seluas 1000ha biaya yang dibutuhkan
untuk memulihkan sebesar :

Cgen = 1000ha x Rp 410.000,-


= Rp 410.000.000,-
 Cgen (cost genetic)
i. Pelepasan Karbon
Biaya pelepasan karbon sebesar RP 90.000,-/ton/ha. Untuk itu biaya yang
dikeluarkan seluas 1000ha adalah :

C Car = 1000ha x Rp 90.000,-/ton = Rp 90.000.000,-


 C Car (cost carbon)
TOTAL BIAYA EKOLOGIS

CKeg = CFPA +CTA+CEL+CPT+CUH+CPL+CPB+Cgen+Ccar


= Rp 2.367.587.000.000,-

III.26
BIAYA KERUGIAN EKONOMI
a. Nilai kayu tegakan hutan
Menurut Darusman (2003) nilai kayu tegakan hutan alam sebesar Rp
3.300.000,-/m3.Biaya yang dikeluarkan seluas 1000ha adalah :

CTGH = Rp 3.300.000,-/m3 x 100m3/ha x 1000ha


= Rp 330.000.000.000,-
 CTGH (cost tegakan hutan)

b. Umur pakai lahan dan hutan


Hilangnya umur pakai = 100th
Pada 1 ha tanah nilai pakai lahan untuk budidaya tanaman sebesar Rp
32.000.000,-/ha. Biaya yang dikeluarkan seluas 1000ha :
CUPL = 100 x Rp 32.000.000,- x 1000ha
= Rp 3.200.000.000.000,-
 CUPL (cost umur pakai lahan)

Total Kerugian Ekonomi


CKEk = CTGH + CUPL
= Rp 3.530.000.000.000,-
 CKEk (cost kerugian ekonomi)

BIAYA PEMULIHAN EKOLOGIS


1. Penyediaan air melalui pembangunan = Rp 60.500.000.000,-
reservoir(CFPA)
2. pengendalian erosi dan limpasan(CEL) = Rp 6.000.000.000,-
3. Pembentukan Tanah (CPT) = Rp 6.000.000.000,-
4. Pendaur Ulang Unsur Hara (CUH) = Rp 10.447.000.000,-
5. Pengurai Limbah (CPL) = Rp 435.000.000,-
6. Pemulihan Biodiversity(CPB) = Rp 2.700.000.000,-
7. Sumberdaya Genetik(C gen) = Rp 410.000.000,-
8. Pelepasan Karbon ( C Car) = Rp 90.000.000,-

Rp 86.582.000.000,-

III.27
TOTAL BIAYA KERUGIAN
1. Kerusakan Ekologi = Rp 2.367.582.000.000,-
2. Kerusakan Ekonomi = Rp 3.530.000.000.000,-
3. Pemulihan Ekologi = Rp 86.582.000.000,-

Rp 5.985.164.000.000,-

1.2.13. Beberapa Gambar Lingkungan yang belum terdegradasi dan


yang sudah terdegradasi

Gambar 3.3. Lingkungan Alami yang belum mengalami degradasi


(Sumber: Rositawati, dkk, 2007)

III.28
Gambar 3.4. Lingkungan Alami yang belum mengalami degradasi
(Sumber: Rositawati, dkk, 2007)

Gambar 3.5. Penggundulan Hutan Merupakan Bentuk Degradasi Lingkungan

III.29
Gambar 3.6 Hutan yang terbakar merupakan bentuk degradasi lingkungan

Gambar 3. 7. Degradasi Lingkungan Akibat Tanah Longsor

III.30
Gambar 3.8. Degradasi Lingkungan Akibat Banjir

1.2.2. Latihan
Sebutkan empat pendekatan penghitungan sumber daya alam dan
lingkungan!

1.3. Penutup
1.3.1. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan metode penilaian langsung?
2. Pendekatan biaya perjalanan biasa digunakan pada kasus apa?
3. Jelaskan pengertian Willingness To Accept!
4. Jelaskan pengertian Willingness To Pay!
5. Jelaskan pengertian Sewa bersih.

1.3.2. Umpan Balik


Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada
pada bahasan berikut ini, hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian
gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap
materi dalam bab ini.
Rumus :

III.31
Tingkat penguasaan =  jawaban yang benar x 100%
4
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah :
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% - 69% : kurang
0% - 59% : gagal

1.3.3. Tindak Lanjut


Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat
penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai.
Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen
pengampu di luar waktu kuliah.

1.3.4. Rangkuman
Penilaian sumber daya alam dan lingkungan harga yang biasa
digunakan adalah hasil bersih (net price) atau sewa bersih (net rent) dan
pendekatan harga dengan menggunakan nilai sekarang (present value).
Beberapa cara pemberian harga atau nilai terhadap sumber daya alam dan
lingkungan antara lain:
a. Penilaian langsung yang dibedakan lagi menjadi :
b. Nilai pengganti
c. Kesediaan membayar atau Pengeluaran Potensial

1.3.5. Kunci Jawaban Tes Formatif


1. Metode penilaian langsung mendasarkan pada harga pasar atau
produktivitas. Ada dua pendekatan dalam metode ini, yaitu:

III.32
 Produktivitas yang berubah dalam kaitannya dengan
perubahan kondisi lingkungan
 Menggambarkan hilangnya pendapatan dengan adanya
perubahan kondisi lingkungan
2. Pendekatan biaya perjalanan biasa digunakan untuk menilai manfaat
yang diberikan oleh adanya suatu kawasan seperti hutan, danau dll.
3. Kemauan membayar
4. Kemauan dibayar
5. Sewa bersih adalah beda antara harga jual dengan seluruh biaya produksi
termasuk laba yang layak bagi usaha produksi, tetapi termasuk di
dalamnya pajak dan pungutan-pungutan lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. Economy and Environment Program for Southeast Asia (EEPSEA).
2. Inar Ichsana Ishak dkk. 2006. Panduan Penghitungan Ganti Kerugian
Akibat Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
3. Rositawati dan Aris Muharam, 2007. Senang Belajar Ilmu Alam. BSE.
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
4. Serafy, Salah El. 1990. The Proper Calculation of Income from
Depletable Natural Resources. Dalam Ahmad, Yusuf J.Salah El Serafy
and Ernst Lutz. Environmental Accounting for Sustainable
Development. The World Bank. Washington D.C.
5. Suparmoko dan Maria Suparmoko. 2000. Ekonomika Lingkungan.
BPFE UGM Yogyakarta
6. Tietenberg, Tom. 1992. Environmental and Natural Resource
Economics, Harper Collins Publisher Inc.New York.

III.33

Anda mungkin juga menyukai