Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemanasan global (global warning) merupakan isu sentral yang pantas untuk
dibahas dalam era saat ini. Apalagi, wilayah Indonesia yang terbentang dua samudra
besar dunia (Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik) oleh para peneliti disebut sebagai
rumah mesin (engine house). Dan ini merupakan dari sentral iklim dunia.
Banyak pemberitaan media memberitakan bahwa, suhu udara yang tahun lalu
masih 34,5 derajat celsius, kini naik 0,5 derajat menjadi 35 derajat celsius. Fenomena
alam temperatur udara yang meningkat itu, tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga
di belahan lain dunia. Penyebabnya karena terjadi pemanasan global (global
warming).
Fisikawan

pencetus

Teori

Dentuman

Besar,

Stephen

Hawking,

memperingatkan bahwa efek pemanasan global lebih mengerikan daripada perang


nuklir sekalipun. Pendapat senada dikatakan oleh pendiri Green Peace, James
Lovelock. Menurutnya, pemanasan global bisa menyebabkan punahnya spesies
manusia dari muka bumi.
Perusahaan atau pelaku industri, kebanyakan bersifat acuh terhadap masalah
ini. Banyak perusahaan yang hanya mementingkan keuntungan bagi perusahaan itu
sendiri dari pada melihat lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dilihat ketika diadakan
pertemuan di Nusa Dua Bali, atau yang lebih dikenal dengan Bali road map yang
diselenggarakan beberapa waktu yang lalu.
Amerika yang notabenya adalah Negara maju yang di dalamnya terdapat
ribuan perusahaan yang merupakan salah satu sumber pendapatan Negara, jelas tidak
mau kepentingan mereka terusik gara-gara harus menekan emisi gas rumah kaca yang
di AS sebagian besar dihasilkan dari pembangkit listrik berenergi fosil (BBM,
batubara). Karena akan menekan laba mereka.

Namun tidak sedikit pula perusahaan yang sadar dan mengerti akan
lingkungan di sekitar perusahaan tersebut, maupun demi mencegah semakin parahnya
Global warming yang kini tengah melanda. Atas dasar permasalahan inilah penulis
ingin mengulas tentang Kemajuan teknologi industri dan Global warming.
Fokus diskusi saat ini bukan semata-mata tentang perilaku usaha yang salah,
tetapi bagaimana caranya menjalankan bisnis yang lebih bertanggung jawab dan
bahkan mengambil peran terdepan dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah
yang ada di masyarakat, termasuk masalah lingkungan ini.

BAB II
KAJIAN TEORI
Praktek-praktek akuntansi tradisional seringkali melihat biaya lingkungan
sebagai biaya mengoperasikan bisnis, meskipun biaya-biaya tersebut signifikan,
meliputi :

Biaya sumber daya, yaitu mereka yang secara langsung berhubungan dengan
produksi dan mereka yang terlibat dalam operasi bisnis umum, pengolahan
limbah, dan biaya pembuangan.

Biaya reputasi lingkungan, dan biaya membayar premi asuransi resiko


lingkungan.
Dalam banyak kasus, biaya-biaya lingkungan seperti yang berkaitan dengan

sumberdaya alam (energi, udara, air) dimasukkan ke dalam satu jalur biaya operasi
atau biaya administrasi yang diperlakukan independen dengan proses produksi. Juga
biaya lingkungan sering didefinisikan secara sempit sebagai biaya yang terjadi dalam
upaya pemenuhan dengan atau kaitan dengan hukum atau peraturan lingkungan. Hal
ini karena sistem akuntansi cenderung berfokus pada biaya bisnis yang teridentifikasi
secara jelas, bukan pada biaya dan manfaat pilihan alternatif.
Manajemen

Biaya

Lingkungan

adalah

mengenai

secara

spesifik

mendefinisikan dan menggabungkan semua biaya lingkungan ke dalam laporan


keuangan perusahaan. Bila biaya-biaya tersebut secara jelas teridentifikasi,
perusahaan akan cenderung mengambil keuntungan dari peluang-peluang untuk
mengurangi dampak lingkungan.
Manfaat -manfaat dari mengadopsi manajemen biaya lingkungan dapat
meliputi :
1.

Perkiraan yang lebih baik dari biaya sebenarnya pada perusahaan untuk
memproduksi produk atau jasa. Ini bermuara memperbaiki harga dan
profitabilitas.

2.

Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk, proses, sistem, atau


fasilitas dan menjabarkan biaya-biaya tersebut pada tanggungjawab manajer.

3.

Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan biaya


dan perbaikan dalam ukuran lingkungan dan kualitas.

4.

Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkungan atau ukuran


perbaikan kualitas.

5.

Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatif untuk mengurangi biayabiaya lingkungan.

6.

Mendorong perubahan dalam proses untuk mengurangi penggunaan


sumberdaya dan mengurangi, mendaur ulang, atau mengidentifikasi pasar bagi
limbah.

7.

Meningkatkan kepedulian staf terhadap isu -isu lingkungan, kesehatan dan


keselamatan kerja.

8.

Meningkatkan penerimaan konsumen pada produk atau jasa perusahaan dan


sekaligus meningkatkan daya kompetitif.
Definisi manajemen biaya lingkungan antara lain :

1.

Adalah penggabungan informasi manfaat dan biaya lingkungan kedalam


macam - macam praktek akuntansi.

2.

Adalah

identifikasi,

prioritisasi,

kuantifikasi,

atau

kualifikasi,

dan

penggabungan biaya lingkungan kedalam keputusan2 bisnis.


Sedangkan Biaya lingkungan adalah dampak, baik moneter atau non-moneter
terjadi oleh hasil aktifitas perusahaan yang berpengaruh pada kualitas lingkungan.
Bagaimana perusahaan menjelaskan biaya lingkungan tergantung pada
bagaimana perusahaan menggunakan informasi biaya tersebut (alokasi biaya,
penganggaran modal, disain proses/produk, keputusan manajemen lain), dan skala
atau cakupan aplikasinya. Tidak selalu jelas apakah biaya itu masuk lingkungan atau
tidak, beberapa masuk zona abu -abu atau mungkin diklasifikasikan sebagian
lingkungan sebagian lagi tidak. Karena mereka mengabaikan biaya lingkungan
penting (serta pendapatan dan penghematan biaya).

Sistem akuntansi konvensional biasanya mengklasifikasi biaya sebagai :

Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja.

Biaya pabrik manufaktur atau factory overhead atau termasuk biaya tak
langsung (biaya operasi selain biaya langsung tenaga kerja dan bahan baku,
seperti depresiasi modal, sewa, pajak bangunan, asuransi, pasokan, utilitas,
pemeliharaan dan perbaikan, dan biaya operasi pabrik).

Penjualan.

Biaya umum dan administratif (General & Administrative).

Biaya riset dan pengembangan (R&D).


Panduan GEMI dan EPA menjelaskan klasifikasi biaya lingkungan :

Biaya konvensional adalah biaya penggunaan bahan baku, utilitas, benda


modal, dan pasokan.

Biaya berpotensi tersembunyi, terdiri atas: Biaya upfront yang terjadi karena
operasi proses, sistem, atau fasilitas; Biaya backend biaya prospektif, yang
akan terjadi tidak tentu dimasa depan; Biaya pemenuhan peraturan atau setelah
pemenuhan (voluntary, beyond compliance), yaitu biaya yang terjadi dalam
operasi proses, sistem, fasilitas, umumnya dianggap biaya overhead.

Biaya tergantung (contingent) adalah biaya yang mungkin terjadi di masa


depan dijelaskan dalam bentuk probabilistic.

Biaya imej dan hubungan (image and relationship) seperti biaya pelaporan dan
aktifitas hubungan masyarakat..
Peran spesifik Akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi ke

penentu keputusan internal dalam rangka mendukung keputusan - keputusan


manajemen internal. Berbeda dengan akuntansi keuangan, akuntansi manajemen
berstruktur bebas dan tidak diatur dalam peraturan tertentu.
Manajemen biaya lingkungan dapat mendukung pembuatan keputusan di
perusahaan dalam hal :
1.

Penganggaran modal - Capital budgeting adalah proses menganalisa alternatif


investasi dan memutuhkan investasi mana untuk digunakan menggunakan
standar keuangan standar (seperti ROI, periode pengembalian, dan IRR) yang

mana mempertimbangkan aliran pendapatan dan biaya2 dihasilkan dari


sepanjang waktu investasi.
2.

Pemilihan produk - Perusahaan secara rutin membuat keputusan mengenai


produk mana untuk didapatkan didasarkan pada pertimbangan biaya mereka.
Biaya - biaya termasuk tidak hanya biaya pembelian, namun biaya yang terjadi
karena menggunakan dan membuang produk pada akhir masa penggunaannya.
Mengidentifikasi biaya biaya lingkungan diasosiasikan dengan siklus hidup
produk - pemilikan, penggunaan, dan pembuangan - dapat membantu
manajer material atau bahan baku dalam memilih produk dengan biaya siklus
hidup terendah.

3.

Manajemen limbah - Perusahaan menghasilkan sejumlah besar limbah yang


pilihan pengolahan dan pembuangannya ditentukan oleh komposisi aliran
limbah. Karena biaya- biaya pembuangan adalah biaya - biaya lingkungan,
mencoba untuk meminimalkan biaya - biaya ini akan mendapat manfaat dari
manajemen biaya lingkungan.

BAB III
PERMASALAHAN YANG DIANGKAT

Green Business secara sederhana dapat di artikan sebagai sebuah kegiatan


bisnis yang memperhatikan masalah lingkungan. Isu ini merupakan isu yang akhirakhir ini semakin ramai dibicarakan oleh orang-orang di berbagai penjuru dunia.
Memang permasalahan lingkungan yang diderita oleh bumi kita tercinta ini sudah
sedemikian akut, dan tampaknya jika tidak segera diberikan pengobatan dan tindakan
pencegahan penyakit lebih lanjut, rasa-rasanya dalam waktu singkat bumi ini akan
segera menjadi tempat yang tidak layak lagi untuk ditinggali oleh umat manusia dan
makhluk hidup lainnya. Bahkan pada saat ini pun kita sudah bisa merasakan cicilan
dampak yang diakibatkan parahnya kerusakan lingkungan di sekitar kita. Banjir,
polusi, pencemaran air, dan juga tentunya permasalahan yang kini menjadi isu global,
global warming.
Merasakan langsung berbagai dampak tersebut memang seperti merasakan
cipratan air ketika menepuk kolam. Artinya, semua yang kita derita sekarang memang
merupakan akibat dari perbuatan kaum kita sendiri, yaitu manusia. Tidak perlu saling
menyalahkan, namun analisis tetap dibutuhkan. Kita dapat melihat bahwa kegiatan
industri memiliki andil yang sangat besar dalam kerusakan lingkungan. Bukannya
hendak menjelekkan aktivitas industri, namun memang ada konsekuensi dari
kemajuan peradaban yang kita usahakan. Dan dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan, seharusnya konsekuensi kerusakan lingkungan dapat semakin kita
tekan, kalau memang tidak bisa dihilangkan sama sekali.
Bahkan sebenarnya sebuah perusahaan industri memiliki potensi yang amat
besar untuk mengusung tema-tema lingkungan. Masyarakat modern akan semakin
cerdas dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Pertimbangan dalam
memilih suatu produk tidak lagi hanya terfokus pada fungsi dan tampilan produk,
namun juga tentang siapa yang memproduksi produk tersebut. Contoh kasus di
Eropa, pada saat Nestle mengeluarkan produk coklat Cailler, yang ternyata kotak
bungkusannya sangat sulit didaur ulang, produk ini mendapat kecaman keras dari
kelompok pro-lingkungan di sana, yang mengakibatkan Nestle harus berpikir ulang

untuk memperbaiki image yang telah ditimbulkan oleh produk tersebut. Dalam hal ini
pencitraan perusahaan menjadi penting, dan amat terkait dengan sisi marketing.

BAB IV
PEMBAHASAN
Perkembangan Isu lingkungan telah menjadi isu global yang dapat diterima
oleh semua pihak. Tidak seperti dulu, di tahun 80-an dan 90-an, di mana yang banyak
terjadi adalah konfrontasi terbuka antara berbagai NGO lingkungan dengan pihak
industri. Misalnya seperti yang terjadi pada kasus WALHI melawan Freeport di
Indonesia beberapa tahun yang lalu. Zaman sekarang perusahaan-perusahaan semakin
membenahi dirinya masing-masing, baik dalam hal sosial maupun lingkungan hidup.
Kontradiksi antara korporasi dan lingkungan sering kali di sebabkan keinginan
korporasi mengambil jalan pintas mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan cara
menekan biaya operasional serendah-rendahnya dan mengabaikan kewajiban
lingkungan. Meskipun sisi gelap korporasi selalu menjadi perhatian banyak pihak,
tentu bukan berarti bisnis tidak bisa berkontribusi bagi perlindungan lingkungan. Hal
ini dimungkinkan karena korporasi memiliki sumber daya manusia dan keuangan
yang cukup melimpah.
Jepang dapat menjadi contoh bagaimana raksasa industri otomotif mereka,
tidak hanya membangun kendaraan hybrid rendah emisi, tetapi juga berhasil
mengimplementasikan manajemen ramah lingkungan (advanced environmentally
sound management system) di negara mereka. Sebagai contoh Toyota Motor Corp.
(Toyota), melalui websitenya, mereka mengklaim telah memberikan hibah mencapai
10 juta dollar bagi perlindungan lingkungan selama 6 tahun.
Tentu kita akan bertanya kenapa korporasi melakukan investasi menajemen
ramah lingkungan. Ada dua alasan umum yaitu; pertama, perkembangan konsep
Corporate Social Responsibility (CSR) telah memotivasi bisnis untuk lebih ramah
lingkunagn. Kedua, dari perspektif lain, jargon ramah lingkungan menjadi alat bagi
meningkatkan

keuntungan

perusahaan.

Alasan

yang

terakhir

ini

mulai

memperlihatkan hasil. Produk otomotif Jepang yang ramah lingkungan berhasil


menggeser produk otomotif Amerika Serikat (AS) bahkan di negari AS sendiri.
Sekalipun banyak ekonom masih memperdebatkan apakah booming business otomotif

Jepang terkait aktifitas ramah lingkungan di atas. Meskipun aktifitas korporasi yang
ramah lingkungan tidak selalu memberikan kontribusi keuntungan jangka pendek,
tetapi korporasi dapat meningkatkan reputasi yang akhirnya akan memberikan
kontribusi keuntungan jangka panjang.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan memberikan contoh mengenai Manajemen
biaya lingkungn dalam perusahaan Toyota Motor Corporation (TMC). Banyak cara
dilakukan oleh TMC untuk mempertahankan eksistensi pasar mereka di negara mana
pun di dunia, termasuk di pasar yang telah digenggam oleh General Motors, Ford
Motor Company, dan DaimlerChrysler. Upaya yang mereka lakukan tak hanya sebatas
menekan biaya produksi dengan cara menghilangkan sistem gudang dengan konsep
just in time delivery. Akan tetapi juga melakukan inovasi teknologi mulai dari bahan
bakar bebas timbal, mesin hemat energi, mesin dengan energi listrik, matahari, hingga
energi alternatif biodiesel. Sehingga TMC tidak hanya berkeinginan untuk menekan
biaya produksinya, namun juga melakukan inovasi inovasi yang ramah lingkungan
yang keduanya akan tetap memberi keuntungan, atau bahkan meningkatkan
keuntungan perusahaan.
Seiring dengan berkembangnya isu-isu lingkungan diatas, maka berkembang
pula konsep Corporate Citizenship, atau sering disebut juga Corporate Social
Responsibility, yaitu konsep perusahaan dengan tanggung jawab kepada masyarakat
untuk menjadi komponen penting untuk menyelesaikan masalah-masalah di dalam
masyarakat, baik secara lokal, nasional, maupun internasional, sesuai kemampuan dari
perusahaan tersebut.
Beberapa bentuk tanggung jawab yang dapat diambil suatu perusahaan pelaku
industri dalam isu lingkungan di masyarakat antara lain:
a)

Pemakaian material yang ramah lingkungan Memang tidak semua proses


memiliki material pengganti yang ramah lingkungan, namun setidaknya usaha
dan penelitian ke arah ini harus terus dilakukan, meliputi pembiayaan dan
kerja sama dengan lembaga-lembaga penelitian dan universitas.

b)

Proses produksi yang ramah lingkungan Pemilihan proses produksi tidak


hanya didasarkan pada pertimbangan efisiensi waktu dan biaya, namun juga
meliputi aspek lingkungan, dengan analisis AMDAL yang baik.

c)

Pembuangan dan pengolahan limbah dan residu lain yang mengacu kepada
usaha-usaha meminimalisir efek yang ditimbulkan terhadap lingkungan

d)

Produk yang ramah lingkungan, mudah untuk di-recycle. Biasanya meliputi


kemasan, gas buang dari produk otomotif, dan lain sebagainya

e)

Aktif dalam kampanye pro-lingkungan, secara internal perusahaan maupun


secara eksternal.

f)

Turut serta dalam pembudayaan konsep ramah lingkungan di masyarakat.


Pembiasaan yang dimulai dari manajemen perusahaan, para karyawan, sampai
pada masyarakat di sekitarnya. Misalnya pembudayaan bike to work,
membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan dan saran
Pada dasarnya kita harus mulai membuang rasa egois dalam diri kita.
Menyadari sepenuhnya bahwa generasi penerus kita mungkin masih akan terus
tinggal di bumi yang sama. Dan juga menyadari bahwa bumi tempat tinggal kita ini
adalah amanah, yang harus kita kelola dengan sebaik-baiknya, tidak hanya
memanfaatkan tanpa adanya usaha-usaha untuk memelihara.
Seringkali isu isu yang terjadi dibenturkan dengan kepentingan bisnis,
dengan dalih kemajuan peradaban dan kepentingan teknologi. Namun yang harus kita
ingat bahwa filosofi dasar itu sendiri adalah hal yang kita buat untuk membuat
kehidupan kita lebih nyaman dan lebih bermanfaat. Kalau ternyata teknologi yang kita
buat memberikan mudharat yang lebih besar dari kemanfaatannya, buat apa kita
pertahankan?

Daftar pustaka
Yahya, Achmad.2008.Tanggung Jawab Industri dalam Green Business. (on line)
(http://www.ccitonline.com/mekanikal/tiki-read_article.php?articleId=68,
diakses 15 Juni 2008).
Weha, Aloysius.2008.Global Warning of Global Warming. (on line)
(http://www.wikimu.com/news/Iptek.aspx, diakses 15 Juni 2008).
Hansen, Don R. Mowen, Maryane M. 2005.Management Accounting 7th Edition buku
2.Salemba empat. Jakarta.
-------------.2005. Toyota Siap "Menyapu" Pasar SUV . (on line)
(http://64.203.71.11/kompas-cetak/0505/26/Otomotif/1774484.htm, diakses 15
Juni 2008).
-------------.2007. Korporasi vs Lingkungan. (on line) (http://beritaiptek.com, diakses
15 Juni 2008).
-------------.2008. Manajemen lingkungan. (on line)
(http://www.scribd.com/reader/related/2516920, diakses 15 Juni 2008).
-------------.2008.Global Warming. (online)
(http://www.jiwasraya.co.id/download_magazine, diakses 15 Juni 2008).
-------------.2008.Manajemen Lingkungan. (on line)
(http:andietri.tripod.com/jurnal/Tools_Manajemen_Lingkungan_a.pdf+akunta
nsi+lingkungan.id, diakses 15 Juni 2008).

Anda mungkin juga menyukai