Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemanasan global (global warning) merupakan isu sentral yang pantas untuk
dibahas dalam era saat ini. Apalagi, wilayah Indonesia yang terbentang dua samudra
besar dunia (Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik) oleh para peneliti disebut sebagai
rumah mesin (engine house). Dan ini merupakan dari sentral iklim dunia.
Banyak pemberitaan media memberitakan bahwa, suhu udara yang tahun lalu
masih 34,5 derajat celsius, kini naik 0,5 derajat menjadi 35 derajat celsius. Fenomena
alam temperatur udara yang meningkat itu, tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga
di belahan lain dunia. Penyebabnya karena terjadi pemanasan global (global
warming).
Fisikawan
pencetus
Teori
Dentuman
Besar,
Stephen
Hawking,
Namun tidak sedikit pula perusahaan yang sadar dan mengerti akan
lingkungan di sekitar perusahaan tersebut, maupun demi mencegah semakin parahnya
Global warming yang kini tengah melanda. Atas dasar permasalahan inilah penulis
ingin mengulas tentang Kemajuan teknologi industri dan Global warming.
Fokus diskusi saat ini bukan semata-mata tentang perilaku usaha yang salah,
tetapi bagaimana caranya menjalankan bisnis yang lebih bertanggung jawab dan
bahkan mengambil peran terdepan dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah
yang ada di masyarakat, termasuk masalah lingkungan ini.
BAB II
KAJIAN TEORI
Praktek-praktek akuntansi tradisional seringkali melihat biaya lingkungan
sebagai biaya mengoperasikan bisnis, meskipun biaya-biaya tersebut signifikan,
meliputi :
Biaya sumber daya, yaitu mereka yang secara langsung berhubungan dengan
produksi dan mereka yang terlibat dalam operasi bisnis umum, pengolahan
limbah, dan biaya pembuangan.
sumberdaya alam (energi, udara, air) dimasukkan ke dalam satu jalur biaya operasi
atau biaya administrasi yang diperlakukan independen dengan proses produksi. Juga
biaya lingkungan sering didefinisikan secara sempit sebagai biaya yang terjadi dalam
upaya pemenuhan dengan atau kaitan dengan hukum atau peraturan lingkungan. Hal
ini karena sistem akuntansi cenderung berfokus pada biaya bisnis yang teridentifikasi
secara jelas, bukan pada biaya dan manfaat pilihan alternatif.
Manajemen
Biaya
Lingkungan
adalah
mengenai
secara
spesifik
Perkiraan yang lebih baik dari biaya sebenarnya pada perusahaan untuk
memproduksi produk atau jasa. Ini bermuara memperbaiki harga dan
profitabilitas.
2.
3.
4.
5.
Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatif untuk mengurangi biayabiaya lingkungan.
6.
7.
8.
1.
2.
Adalah
identifikasi,
prioritisasi,
kuantifikasi,
atau
kualifikasi,
dan
Biaya pabrik manufaktur atau factory overhead atau termasuk biaya tak
langsung (biaya operasi selain biaya langsung tenaga kerja dan bahan baku,
seperti depresiasi modal, sewa, pajak bangunan, asuransi, pasokan, utilitas,
pemeliharaan dan perbaikan, dan biaya operasi pabrik).
Penjualan.
Biaya berpotensi tersembunyi, terdiri atas: Biaya upfront yang terjadi karena
operasi proses, sistem, atau fasilitas; Biaya backend biaya prospektif, yang
akan terjadi tidak tentu dimasa depan; Biaya pemenuhan peraturan atau setelah
pemenuhan (voluntary, beyond compliance), yaitu biaya yang terjadi dalam
operasi proses, sistem, fasilitas, umumnya dianggap biaya overhead.
Biaya imej dan hubungan (image and relationship) seperti biaya pelaporan dan
aktifitas hubungan masyarakat..
Peran spesifik Akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi ke
3.
BAB III
PERMASALAHAN YANG DIANGKAT
untuk memperbaiki image yang telah ditimbulkan oleh produk tersebut. Dalam hal ini
pencitraan perusahaan menjadi penting, dan amat terkait dengan sisi marketing.
BAB IV
PEMBAHASAN
Perkembangan Isu lingkungan telah menjadi isu global yang dapat diterima
oleh semua pihak. Tidak seperti dulu, di tahun 80-an dan 90-an, di mana yang banyak
terjadi adalah konfrontasi terbuka antara berbagai NGO lingkungan dengan pihak
industri. Misalnya seperti yang terjadi pada kasus WALHI melawan Freeport di
Indonesia beberapa tahun yang lalu. Zaman sekarang perusahaan-perusahaan semakin
membenahi dirinya masing-masing, baik dalam hal sosial maupun lingkungan hidup.
Kontradiksi antara korporasi dan lingkungan sering kali di sebabkan keinginan
korporasi mengambil jalan pintas mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan cara
menekan biaya operasional serendah-rendahnya dan mengabaikan kewajiban
lingkungan. Meskipun sisi gelap korporasi selalu menjadi perhatian banyak pihak,
tentu bukan berarti bisnis tidak bisa berkontribusi bagi perlindungan lingkungan. Hal
ini dimungkinkan karena korporasi memiliki sumber daya manusia dan keuangan
yang cukup melimpah.
Jepang dapat menjadi contoh bagaimana raksasa industri otomotif mereka,
tidak hanya membangun kendaraan hybrid rendah emisi, tetapi juga berhasil
mengimplementasikan manajemen ramah lingkungan (advanced environmentally
sound management system) di negara mereka. Sebagai contoh Toyota Motor Corp.
(Toyota), melalui websitenya, mereka mengklaim telah memberikan hibah mencapai
10 juta dollar bagi perlindungan lingkungan selama 6 tahun.
Tentu kita akan bertanya kenapa korporasi melakukan investasi menajemen
ramah lingkungan. Ada dua alasan umum yaitu; pertama, perkembangan konsep
Corporate Social Responsibility (CSR) telah memotivasi bisnis untuk lebih ramah
lingkunagn. Kedua, dari perspektif lain, jargon ramah lingkungan menjadi alat bagi
meningkatkan
keuntungan
perusahaan.
Alasan
yang
terakhir
ini
mulai
Jepang terkait aktifitas ramah lingkungan di atas. Meskipun aktifitas korporasi yang
ramah lingkungan tidak selalu memberikan kontribusi keuntungan jangka pendek,
tetapi korporasi dapat meningkatkan reputasi yang akhirnya akan memberikan
kontribusi keuntungan jangka panjang.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan memberikan contoh mengenai Manajemen
biaya lingkungn dalam perusahaan Toyota Motor Corporation (TMC). Banyak cara
dilakukan oleh TMC untuk mempertahankan eksistensi pasar mereka di negara mana
pun di dunia, termasuk di pasar yang telah digenggam oleh General Motors, Ford
Motor Company, dan DaimlerChrysler. Upaya yang mereka lakukan tak hanya sebatas
menekan biaya produksi dengan cara menghilangkan sistem gudang dengan konsep
just in time delivery. Akan tetapi juga melakukan inovasi teknologi mulai dari bahan
bakar bebas timbal, mesin hemat energi, mesin dengan energi listrik, matahari, hingga
energi alternatif biodiesel. Sehingga TMC tidak hanya berkeinginan untuk menekan
biaya produksinya, namun juga melakukan inovasi inovasi yang ramah lingkungan
yang keduanya akan tetap memberi keuntungan, atau bahkan meningkatkan
keuntungan perusahaan.
Seiring dengan berkembangnya isu-isu lingkungan diatas, maka berkembang
pula konsep Corporate Citizenship, atau sering disebut juga Corporate Social
Responsibility, yaitu konsep perusahaan dengan tanggung jawab kepada masyarakat
untuk menjadi komponen penting untuk menyelesaikan masalah-masalah di dalam
masyarakat, baik secara lokal, nasional, maupun internasional, sesuai kemampuan dari
perusahaan tersebut.
Beberapa bentuk tanggung jawab yang dapat diambil suatu perusahaan pelaku
industri dalam isu lingkungan di masyarakat antara lain:
a)
b)
c)
Pembuangan dan pengolahan limbah dan residu lain yang mengacu kepada
usaha-usaha meminimalisir efek yang ditimbulkan terhadap lingkungan
d)
e)
f)
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan dan saran
Pada dasarnya kita harus mulai membuang rasa egois dalam diri kita.
Menyadari sepenuhnya bahwa generasi penerus kita mungkin masih akan terus
tinggal di bumi yang sama. Dan juga menyadari bahwa bumi tempat tinggal kita ini
adalah amanah, yang harus kita kelola dengan sebaik-baiknya, tidak hanya
memanfaatkan tanpa adanya usaha-usaha untuk memelihara.
Seringkali isu isu yang terjadi dibenturkan dengan kepentingan bisnis,
dengan dalih kemajuan peradaban dan kepentingan teknologi. Namun yang harus kita
ingat bahwa filosofi dasar itu sendiri adalah hal yang kita buat untuk membuat
kehidupan kita lebih nyaman dan lebih bermanfaat. Kalau ternyata teknologi yang kita
buat memberikan mudharat yang lebih besar dari kemanfaatannya, buat apa kita
pertahankan?
Daftar pustaka
Yahya, Achmad.2008.Tanggung Jawab Industri dalam Green Business. (on line)
(http://www.ccitonline.com/mekanikal/tiki-read_article.php?articleId=68,
diakses 15 Juni 2008).
Weha, Aloysius.2008.Global Warning of Global Warming. (on line)
(http://www.wikimu.com/news/Iptek.aspx, diakses 15 Juni 2008).
Hansen, Don R. Mowen, Maryane M. 2005.Management Accounting 7th Edition buku
2.Salemba empat. Jakarta.
-------------.2005. Toyota Siap "Menyapu" Pasar SUV . (on line)
(http://64.203.71.11/kompas-cetak/0505/26/Otomotif/1774484.htm, diakses 15
Juni 2008).
-------------.2007. Korporasi vs Lingkungan. (on line) (http://beritaiptek.com, diakses
15 Juni 2008).
-------------.2008. Manajemen lingkungan. (on line)
(http://www.scribd.com/reader/related/2516920, diakses 15 Juni 2008).
-------------.2008.Global Warming. (online)
(http://www.jiwasraya.co.id/download_magazine, diakses 15 Juni 2008).
-------------.2008.Manajemen Lingkungan. (on line)
(http:andietri.tripod.com/jurnal/Tools_Manajemen_Lingkungan_a.pdf+akunta
nsi+lingkungan.id, diakses 15 Juni 2008).