NIM: 25321314
Tugas Very Short Summary Ekonomi Lingkungan dan Valuasi
Bab 1
Benefit-cost Analysis
Benefit-cost analysis merupakan suatu metode sistematis yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengukur biaya serta manfaat ekonomi suatu proyek. Adapun benefit-cost
analysis pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat sebagai tanggapan terhadap persyaratan
hukum yang diberlakukan pada tahun 1936 pada proyek sumber daya air oleh pemerintah (U.S.
Flood Control Act). Hal ini kemudian mendorong terbentuknya “Green Book” yang dipeolopori
oleh National Resources Planning Board, yang berisikan prinsip umum analisis ekonomi dalam
pembentukan dan evaluasi proyek sumber daya air federal. Penerapan benefit-cost analysis
kemudian tersebar dengan cepat ke berbagai negara dan sektor lainnya seperti transportasi jalan
raya, perencanaan kota, managemen kualitas lingkungan, Kesehatan, Pendidikan dan lain
sebagainya.
Adapun dalam suatu negara berkembang, terjadi ketimpangan sosial antara pembangunan
ekonomi, penggunaan sumber daya alam, dan manajemen kualitas lingkungan, sehingga tercipta
ketidakseimbangan dalam sistem alam ataupun masyarakat. Ketidakseimbangan sistem alam
dan kualitas lingkungan itu sendiri dapat berkontribusi pada tingkat kemiskinan dan
memperlebar jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Adapun dalam keadaan tertentu,
permasalahan lingkungan merupakan hasil dari kinerja perekonomian yang tidak memuaskan,
dan solusinya mungkin terletak pada pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan ekonomi
akan meningkatkan gangguan lingkungan di sektor ekstraktif dan polusi dari pengangkutan,
pengolahan, serta konsumsi barang dan jasa. Dalam hal itu, pertumbuhan harus seimbang,
dengan tetap menjaga kualitas lingkungan.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa dimensi distribusi pendapatan dari penurunan kualitas
lingkungan dan program untuk perbaikan lingkungan sangat penting di negara-negara
berkembang di mana ketidaksetaraan antar wilayah dan kelompok merupakan permasalahan
yang cukup mendesak. Adapun dalam hal ini permasalahan yang dimaksudkan dibagi menjadi
dua, yaitu siapa pihak yang diuntungkan dan siapa pihak yang dirugikan apabila kerusakan
lingkungan terus terjadi, serta siapa penerima manfaat dan siapa yang menanggung biaya
pengeluaran besar yang dilakukan untuk menjaga kualitas lingkungan.
Benefit-cost analysis, termasuk penerapannya pada sistem alam dan penilaian kualitas
lingkungan, adalah teknik yang dapat membantu pembuat keputusan dalam pengambilan
keputusan yang lebih rasional tentang alokasi sumber daya. Oleh karena itu, teknik ini perlu
digunakan sebagai bagian dari proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang
berlangsung dalam konteks kelembagaan tertentu, baik lokal, regional, nasional, atau
internasional. Tujuannya adalah untuk menerapkan benefit-cost analysis dalam sistem alam dan
efek kualitas lingkungan serta untuk langkah-langkah pengelolaan kualitas lingkungan yang
dirancang untuk mengurangi atau mengatasi efek buruk yang akan ditimbulkan.
Bab 3
Prinsip dan Perluasan Kualitas Lingkungan Benefit-cost Analysis
Benefit-cost analysis merupakan aplikasi ekonomi kesejahteraan modern yang ditujukan untuk
peningkatan efisiensi ekonomi dari alokasi sumber dayanya.
Efisiensi ekonomi dan nilai moneter
Benefit-cost analysis merupakan suatu system yang berlandaskan teori ekonomi neoklasik,
dimana dalam teori ini menekankan filosofi kedaulatan konsumen individual. Kesejahteraan
sosial ekonomi diasumsikan sebagai jumlah dari kesejahteraan yang diungkapkan sendiri oleh
semua individu dalam suatu masyarakat. Di dalam kriteria kesejahteraan Pareto, alokasi sumber
daya akan efisien secara ekonomi apabila sudah tidak memungkinkan untuk membuat satu
individu menjadi lebih baik tanpa membuat beberapa individu lain menjadi lebih buruk.
Asumsi mendasar dari benefit-cost analysis adalah tingkat kepuasan atau tingkat kesejahteraan
ekonomi yang dialami individu dapat diukur dari segi harga yang bersedia mereka bayar untuk
konsumsi barang dan jasa. Umumnya, individu mengkonsumsi barang dan jasa tanpa benar-
benar membayarnya, tetapi harga yang bersedia dibayar oleh individu pada prinsipnya dapat
diperhitungkan dari perilaku yang diamati, dari data survei, atau dengan cara lain. Selain itu,
diasumsikan juga bahwa kesejahteraan sosial dapat diukur dalam istilah moneter dengan
menambahkan nilai moneter individu.
Individual demand: dengan pendapatan uang tetap dan harga pasar konstan padaa semua
komoditas, kesediaan individu untuk membeli barang X dapat diamati dengan memvariasikan
harga X dan mengamati perubahan jumlah X yang dikonsumsi dalam periode waktu yang
berbeda. Dalam mengkonsumsi sejumlah barang X, seseorang akan bersedia membayar harga
yang mencerminkan utilitas marjinal seseorang pada tingkat konsumsi tersebut. Dengan
mengamati variasi jumlah yang dikonsumsi, kesediaan individu untuk membayar berdasarkan
fungsi utilitas marjinal dapat ditentukan.
Surplus konsumen: luas wilayah 0DAX1 (figure 3.3) merupakan representasi dari tingkat utilitas
total, yang merupakan manfaat total dalam perhitungan benefit-cost. Luas wilayah yang diarsir
DAP1 dikenal sebagai surplus konsumen, dimana hal ini dapat menentukan kesediaan maksimum
konsumen untuk membayar melebihi biaya yang sebenarnya. Surplus konsumen harus selalu
ditambahkan ke nilai pasar barang dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh perkiraan yang
tepat dari total manfaat ekonomi.
Net present value (NPV): NPV secara luas digunakan sebagai panduan dalam efisiensi ekonomi,
perumusan dan penilaian proyek, serta program pembangunan dan perbaikan kebijakan
lingkungan. Dalam perumusan proyek, maksimalisasi NPV sah hanya apabila lembaga investasi
tidak tunduk pada kendala pendanaan modal.