Anda di halaman 1dari 7

PEMIKIRAN FILOSOFIS SUSTAINABLE DEVELOPMENT DAN CONCEPTUAL

FRAMEWORK FOR SUSTAINABILITY ACCOUNTING

AKUNTANSI KEBERLANJUTAN (E1)

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si.

Oleh :

Kelompok 5

1. Ni Komang Ema Riantika Putri (1907531273)


2. Cynthia Prisilia Winawan K. (2007531115)
3. I Gede Andra Amartya Wardana D. (2007531200)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2022
1. Pemikiran Filosofis Sustainable Development
Konsep Sustainable Development diperkenalkan sebagai tujuan sosial pada
konferensi pertama PBB di Stocklom tahun 1972. Konferensi ini diadakan karena
timbulnya kekhawatiran dunia terhadap kemiskinan, meningkatnya ketidakadilan
sosial, kebutuhan pangan yang membludak, masalah lingkungan global, dan kesadaran
bahwa ketersediaan sumber daya alam untuk pembangunan ekonomi terbatas.
Pada sekitar tahun 1960-an, pergerakan perlawanan terhadap polusi lingkungan
industri lebih memperhatikan pada relasi aktivitas manusia serta lingkungan alam. Pada
tahun 1972, muncul “Limit of Growth”, yang mengkaji interaksi antara populasi,
pertumbuhan industry, produksi pangan, dan keterbatasan ekosistem di bumi. Pada
tahun 1980-an, The International Union for The Conservation of Nature Influential
World Conservation Strategy mengajukan konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu
pembangunan yang mempertimbangkan fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Pada laporan komisi Brundtland tahun 1987, tertera bahwa pembangunan
berkelanjutan merupakan sebuah pembangunan yang memenuhi kebutuhan di masa
kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi di masa depan untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Dalam laporan tersebut, terdapat prinsip -prinsip pembangunan
berkelanjutan yaitu :
1) Kepercayaan publik : negara wajib mengelola sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
2) Kehati-hatian : munculnya tindakan mencegah kerusakan yang tidak dapat
dipulihkan kembali, serta pencegahannya tidak dapat ditunda hanya karena
keterbatasan pengetahuan ilmiah.
3) Keadilan antargenerasi : generasi masa depan tidak dapat dirugikan atas
keputusan saat ini.
4) Subsidiaritas : keputusan harus diterapkan dengan mempertimbangkan
saran dari lembaga maupun pemangku kepentingan.
5) Pencemar membayar : biaya kerusakan lingkungan harus ditanggung oleh
pihak yang merusak lingkungan tersebut.

Konsep pembangunan berkelanjutan di Indonesia tertera pada amandemen


UUD 1945 pada pasal 33 ayat (4), yang menyatakan bahwa “Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

2. Conceptual Framework for Sustainability Accounting


Akuntansi keberlanjutan menerima perhatian keberlanjutan dalam literatur
akuntansi akademik yang dimulai dengan karya Gray pada awal 1990 -an, hingga
dirilisnya pedoman akuntansi keberlanjutan pada dunia tentang “ Pembangunan
Berkelanjutan” di Johannesburg pada bulan Agustus 2002. Kerangka kerja atau
konseptual mengacu pada model akuntansi keuangan tradisional untuk strukturnya.
Gray (1993) mengidentifikasi tiga metode akuntansi keberlanjutan yang berbeda yaitu
biaya keberlanjutan, akuntansi persediaan modal alam serta analisis input-output.
Ketiga metode itu bersama-sama dengan akuntansi biaya penuh dan Tripple Bottom
Line (TBL). Elington (1999) menjelaskan suatu bentuk akuntansi keberlanjutan yang
disebut sebagai Tripple Bottom Line yang bertujuan untuk melaporkan dampak
ekonomi, sosial, dan lingkungan organisasi.
a. Biaya Keberlanjutan dan Akuntansi Biaya Penuh (Full Costing)
Biaya keberlanjutan adalah biaya untuk memulihkan alam ke
keadaan semula sebelum dampak organisasi. Biaya yang dimaksudkan
disini adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan organisasi pada akhir
periode akuntansi untuk menempatkan biosfer kembali ke posisi semula
pada awal periode akuntansi. Biaya berkelanjutan dikurangkan dari laba
akuntansi untuk mencapai tingkat nasional yang berkelanjutan untung atau
rugi. Laba akuntansi dihitung dengan menggunakan prinsip akuntansi yang
diterima secara umum. Biaya berkelanjutan yang melebihi laba akuntansi
tingkat tidak berkelanjutan diukur dalam istilah moneter. Proses berkerja
dan upaya untuk memperkirakan biaya yang berkelanjutan dapat terbukti
lebih berharga daripada data keuangan yang dihasilkan. Tidak heran jika
kerusakan ekologis dan ketidakadilan sosial lebih banyak berkaitan dengan
dasar-dasar etis konsumen kita dan budaya yang terobsesi dengan kekayaan
daripada kurangnya informasi yang didapat.
Biaya yang berkelanjutan dan akuntansi biaya penuh (Full Cost
Accounting) tidak selalu merupakan bentuk akuntansi yang setara
(Atkinson, 2002), meskipun kedua metode tersebut berupaya untuk
menangkap biaya lingkungan dari luar yang dilakukan bersama-sama
dengan biaya internal, menyediakan lebih banyak gambaran lengkap dari
total biaya. Akuntansi full costing merupakan upaya untuk menggabungkan
total biaya yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi organisasi, termasuk
biaya sosial dan lingkungan.
b. Akuntansi Persediaan Modal Alam
Akuntansi ini melibatkan pencatatan stok modal alam dari waktu ke
waktu, dengan perubahan tingkat stok digunakan sebagai indikator kualitas
lingkungan alam. Terdapat beberapa kategori yang termasuk modal alam
yaitu:
a) Kritis : lapisan ozon, kayu keras tropis, keanekaragaman hayati.
b) Tidak dapat diperbarui atau tidak dapat didistribusikan : minyak, minyak
bumi, dan produk mineral.
c) Tidak terbarukan : pembuangan limbah, penggunaan energi.
d) Terbarukan : kayu perkebunan, perikanan.
c. Analisis Input-Output
Menjelaskan mengenai fisik material dan input energi serta output
produk dan limbah dalam unit fisik. Hal ini bertujuan untuk mengukur
semua input bahan ke dalam proses, dan output barang jadi, emisi, bahan
daur ulang dan limbah untuk dibuang. Analisis yang digunakan dalam hal
ini yaitu teknik penyeimbang yang lazim bagi akuntan, menerapkan prinsip
apa yang masuk harus keluar, memberikan pendekatan disiplin untuk
penyediaan informasi lingkungan. Kelebihan dari analisis ini adalah potensi
sumber daya dan penghematan energi, seringkali jadi langkah awal dalam
proses audit, lingkungan, dan dapat memfasilitasi inovasi produk dan
strategi pencegahan polusi, terutama ketika itu merupakan bagian dari suatu
produk dan/atau proses analisis siklus hidup (Jasch, 1993).
a) Akuntansi Triple Bottom Line dan Global Reporting Initiative
Elkington (1999) mendeskripsikan tentang pertanggungjawaban
atas keberlanjutan yang mengacu pada garis loncatan Triple Bottom Line
(TBL), yang bertujuan untuk melaporkan dampak ekonomi, sosial dan
lingkungan organisasi. Yang mendasari akuntansi TBL ini adalah
definisi tiga dimesi yang berkembang dari pembangunan berkelanjutan.
b) Tema Umum untuk Akuntansi Keberlanjutan
Meskipun beberapa bentuk akuntansi lingkungan bergantung
pada unit moneter untuk mengukur dampak lingkungan dan sosial, tren
yang meningkat, terbukti dalam Pedoman GRI, penggunaan beberapa
unit pengukuran untuk menilai kinerja menuju tiga dimensi
keberlanjutan. Unit keuangan dari pengukuran, instrumen keuangan
yang dipilih, mengukur kinerja ekonomi, tidak serta merta cocok untuk
menangkap dampak sosial dan ekologis, yang membutuhkan metode
pengukuran kesesuaian dengan kesesuaian multiatur (Cooper, 1992) dan
dimensi keadilan sosial dari keberlanjutan. Model akuntansi keuangan
telah berevolusi untuk memberikan informasi yang relevan dengan
tujuan keuangan utama yang diasumsikan pengusaha. Dalam akuntansi
keberlanjutan, tujuan yang diberikan kepada akuntan adalah tujuan
keberlanjutan (atau pembangunan berkelanjutan).
Pedoman GRI memberikan seperangkat atribut kualitatif
informasi akuntansi keberlanjutan yang komprehensif, yang kemudian
dimasukkan sebagai bagian dari kerangka kerja akuntansi keberlanjutan.
Tujuan utama dari kerangka akuntansi keberlanjutan adalah untuk
mengukur kinerja menuju keberlanjutan. Intinya adalah apakah
keberlanjutan adalah tujuan yang relevan di tingkat organisasi, dan
apakah itu dapat diukur pada tingkat ini. Konsep pembangunan
berkelanjutan diakui secara luas sebagai konsep multi-level (Starik &
Rands, 1995) di mana level sangat saling bergantung. Adapun prinsip-
prinsip utama yang menopang penerapan kerangka akuntansi
keberlanjutan adalah: (a) Materialitas, (b) Pemeliharaan modal, (c) Unit
Pengukuran dan (d) Prinsip kehati- hatian.
c) Format Pelaporan
Pelaporan yang digunakan untuk menyajikan informasi
akuntansi keberlanjutan yaitu :
• Tabel indikator kerja
• Pemisahan menjadi beberapa kategoti persediaan stok modal
• Perkiraan biaya dari alternatif berkelanjutan
• Analisis input-output
• Analisis siklus hidup
• Daftar ketidakpatuhan dengan insiden legislasi yang relevan
• Narasi dampak lingkungan dan sosial

Laporan-laporan di atas dapat disiapkan secara berkala, atau


dalam kasus LCA, sebagaimana disyaratkan selama masa manfaat
suatu produk atau proses, dan lebih disukai sebelum keputusan desain
diambil.
DAFTAR PUSTAKA

Muthmainnah, Lailiy. Mustansyir, Rizal. Tjahyadi, Sindung, (2020). MENINJAU ULANG


SUSTAINABLE DEVELOPMENT : KAJIAN FILOSOFIS ATAS DILEMA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP DI ERA POST MODERN.
https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/49109/27160 (diakses 15 September 2022)

Anda mungkin juga menyukai