Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN-PANDUAN PENGUNGKAPAN CSR

AKUNTANSI KEBERLANJUTAN (E1)

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si.

Oleh :

Kelompok 5

1. Ni Komang Ema Riantika Putri (1907531273)


2. Cynthia Prisilia Winawan K (2007531115)
3. I Gede Andra Amartya Wardana D (2007531200)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
5.1 ISO 26000

ISO 26000 merupakan suatu standar internasional mengenai tanggung jawab sosial
yang menjadi pedoman setiap perusahaan untuk merencanakan, melaksanakan, memantau,
serta melakukan evaluasi pada program Social Responsibility ataupun Corporate Social
Responsibility. Standar ISO 26000 digunakan oleh sektor pemerintah, swasta, hingga
lembaga pelayanan masyarakat yang mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan, legal,
budaya, politik, keragaman organisasi hingga aspek ekonomi.

1) Sejarah Penyusunan ISO 26000


Standar ini disusun oleh ISO (International Organization for Standardization)
dengan membentuk tim pada tahun 2010. ISO bersama ISO on Consumer Policy
(COPOLCO) melakukan perundingan terkait penyusunan standar Corporate Social
Responsibility tahun 2001. Pada tahun 2005, terjadi perubahan susunan, yaitu
Corporate Social Responsibility menjadi Social Responsibility, karena ISO 26000
digunakan untuk seluruh bentuk organisasi. Standar terbaru ISO yaitu ISO 26000 tahun
2010 : Guidance on Social Responsibility.
2) Penerapan ISO 26000
ISO 26000 bersifat sukarela. ISO 26000 tidak diciptakan sebagai standar untuk
sistem manajemen, serta tidak digunakan untuk sertifikasi. Aturan mengenai CSR
tertera dalam UU Perseroan Terbatas pasal 74 yang mewajibkan seluruh bentuk
organisasi untuk melaksanakan program CSR. Melalui ISO 26000, suatu organisasi
dapat memberi nilai tambah pada tanggung jawab sosial dengan :
a) Mengembangkan konsensus terhadap isu tanggung jawab sosial
b) Menyediakan pedoman mengenai prinsip-prinsip menjadi kegiatan yang
efektif
c) Memilah hasil terbaik yang telah berkembang serta telah disebarluaskan
demi kebaikan komunitas maupun masyarakat internasional
3) Prinsip Dasar Social Responsibility
a) Kepatuhan pada hukum
Organisasi harus menerima dan menghormati hukum yang berlaku.
b) Menghormati instrumen internasional
Setiap organisasi haruslah menghargai norma internasional yang ada.
c) Menghormati stakeholders serta kepentingannya

2
Organisasi wajib menghargai, mempertimbangkan, serta memberikan respon
terhadap kepentingan stakeholders.
d) Akuntabilitas
Setiap organisasi harus bersikap akuntabel terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
aktivitas operasional, baik kepada masyarakat, ekonomi, maupun lingkungan.
e) Transparansi
Setiap organisasi wajib bersikap transparan atas segala keputusan maupun kegiatan
operasional yang berdampak terhadap masyarakat dan lingkungan.
f) Perilaku yang beretika
Setiap organisasi wajib memiliki etika baik ketika berbisnis.
g) Menghormati hak asasi manusia
Organisasi wajib menghargai serta mengakui pentingnya hak asasi manusia.
4) Subyek Inti ISO 26000
a) Tata kelola perusahaan
Organisasi harus memiliki tata kelola berdasarkan kondisi sosial. Ketika hendak
mengambil keputusan, organisasi perlu memperhatikan akuntabilitas, transparansi,
etika, maupun stakeholders.
b) Hak asasi manusia
Organisasi ikut serta mengurangi tindakan melanggar HAM, seperti diskriminasi,
penyiksaan, ataupun eksploitasi.
c) Praktik ketenagakerjaan
Organisasi harus memperhatikan setiap hak para tenaga kerja untuk mencegah
timbulnya persaingan tidak sehat yang dapat memunculkan tindakan eksploitasi
atau tindakan lain yang menyakiti tenaga kerja.
d) Lingkungan hidup
Organisasi mengupayakan pola produksi yang berkelanjutan agar tidak
menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan.
e) Praktik operasi secara adil
Praktik operasi yang sehat akan dapat membangung sistem sosial yang
berkelanjutan.
f) Isu-isu konsumen
Untuk menghindari isu buruk pada konsumen, organisasi perlu memberikan
pelayanan yang baik, seperti menyediakan informasi yang dapat dipercaya,
melindungi keamanan konsumen, serta melindungi privasi konsumen.
3
g) Keterlibatan dan pengembangan masyarakat
Kegiatan yang diciptakan sebaiknya dapat meningkatkan edukasi masyarakat, yang
nantinya dapat mendorong kemandirian masyarakat.
5) Manfaat Penerapan ISO 26000
ISO 26000 dapat membantu organisasi untuk berkontribusi dalam
pembangunan berkelanjutan. Kinerja organisasi yang baik pada tanggung jawab sosial
dapat mempengaruhi beberapa hal, yaitu :
a) Keunggulan kompetitif
b) Reputasi organisasi
c) Kemampuan menarik serta mempertahankan pekerja, pelanggan, hingga pengguna
d) Memelihara etika, komitmen, serta produktivitas karyawan
e) Meningkatkan persepsi investor, pemiliki, maupun sponsor organisasi
f) Membangun hubungan baik dengan perusahaan, pemerintah, maupun pemasok
5.2 OECD
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) merupakan suatu
organisasi ekonomi internasional yang secara teratur menerbitkan laporan terkait analisis
serta perbandingan kebijakan ekonomi negara anggota. OECD merumuskan Corporate
Social Responsibility sebagai kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan.
Organisasi bisnis memberikan perhatian terhadap berbagai hal yang dianggap penting bagi
masyarakat.
Di tahun 2000, OECD melakukan revisi The Guidelines for Multinational Enterprise,
yang juga digunakan oleh negara anggota OECD. Berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas
Corporate Social Responsibility (CSR), panduan ini bertujuan untuk meningkatkan
transparansi maupun akuntabilitas perusahaan, terutama pada bidang tertentu seperti :
a) Pengungkapan informasi yang material
Organisasi mengungkapkan segala material yang berkaitan dengan
setiap aktivitas, struktur, peforma keuangan maupun non keuangan, juga
mengungkapkan informasi tentang hubungan bisnis serta aktivitas dan dampak
hubungan tersebut.
b) Hubungan ketenagakerjaan dan industrial
Perusahaan harus menghormati standar dasar hak pekerja dan
menyediakan kondisi kerja yang layak, serta upah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar pekerja.
c) Manajemen lingkungan hidup
4
Perusahaan harus mengidentifikasi, mencegah, dan memitigasi dampak
yang berbahaya bagi lingkungan, kesehatan masyarakat, dan keamanan.
Penetapan sistem manajemen lingkungan hidup harus dilaksanakan dan secara
berkesinambungan meningkatkan peforma lingkungan, termasuk mengurangi
emisi gas rumah kaca.
d) Penyuapan dan korupsi
Perusahaan wajib memiliki etika yang tepat serta program yang sesuai,
dan kondisi internal yang digunakan untuk mencegah atau mendeteksi suap.
Perusahaan harus bersikap transparan dalam menunjukkan upaya
pemberantasan korupsi.
e) Kompetisi
Organisasi patuh pada hukum atau regulasi, serta tidak terlibat dalam
perilaku anti-kompetisi.
f) Kepentingan pelanggan
Organisasi menjalankan pemasaran yang adil, memastikan kualitas dan
ketahanan produk, maupun layanan infromasi yang akurat serta dapat
diverifikasi.
g) Penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Organisasi berkontribusi terhadap pengembangan inovasi melalui
transfer teknologi, penganugrahan hak kekayaan intelektual, serta
mempekerjakan staf lokal.
h) Perpajakan
Organisasi berkontribusi pada keuangan negara melalui pembayaran
pajak yang tepat waktu, disertai dengan berkas dan loyalitas pada hukum
maupun regulasi pajak.
1) Poin Kontak Nasional
Pemerintah yang berkaitan dengan OECD wajib menetapkan NCP (National
Contact Point) untuk mempromosikan panduan serta menangani pengaduan tentang
dakwaan penyimpangan pelaksanaan oleh perusahaan. Jika hal tersebut gagal
dilakukan, NCP dapat membuat pernyataan untuk menentukan apakah panduan telah
dilanggar, serta membuat rekomendasi untuk pelaksanaan panduan yang lebih baik.
NCP yang berfungsi dengan baik dianggap sebagai ahli independen eksternal yang
mampu memberikan pengawasan. Seluruh NCP harus mudah diakses, terlihat,
transparan, serta bertanggung jawab.
5
2) OECD Watch
Organisasi ini terdiri dari masyarakat sipil yang terikat pada komitmen mereka
untuk memastikan bahwa aktivitas bisnis berkontribusi pada pengembangan yang
berkelanjutan dan memberantas kemiskinan, juga untuk menjaga tanggung jawab
perusahaan atas dampaknya terhadap seluruh dunia. Sebagai pemegang kepentingan
yang diakui, OECD Watch bertindak sebagai perantara yang membawa perspektif dan
kepentingan LSM serta komunitas yang dirugikan ke dalam diskusi kebijakan pada
Komite Investasi OECD. OECD Watch mengembangkan rekomendasi kebijakan bagi
topik yang beragam, seperti kebijakan sosial, lingkungan hidup, hingga ekonomi yang
berkaitan dengan investasi internasional dan aktivitas bisnis. OECD Watch juga
mendukung peningkatan pengetahuan dan keahlian, meneliti dan menganalisis berbagai
dampak implementasi OECD, serta berkontribusi untuk menguatkan akuntabilitas
perusahaan di dunia.
5.3 SA-8000
SA 8000 adalah sebuah program sertifikasi swasta sukarela yang telah disusun oleh
organisasi non pemerintah Social Accountability International (SAI) yang bertujuan untuk
menciptakan kondisi kerja yang lebih baik. SA8000 menyederhanakan kompleksitas di
dalam industri dan perusahaan untuk menciptakan bahasa dan standar umum dalam
mengukur kepatuhan sosial. SA8000 merupakan sistem yang sangat berguna untuk
mengukur, membandingkan, dan memverifikasi pertanggungjawaban sosial di tempat
kerja, karena dapat diterapkan di seluruh dunia ke dalam perusahaan manapun dalam
industri apa pun. SA 8000 menentukan standar minimum yang harus dipenuhi berkaitan
dengan kondisi kerja guna menjamin lingkungan kerja yang aman dan sehat, kebebasan
berserikat dan mengadakan perjanjian kerja kolektif dan strategi perusahaan guna mengatur
berbagai permasalahan sosial yang terjadi di tempat kerja. Juga terdapat berbagai peraturan
mengenai jam kerja, upah, pencegahan diskriminasi, dan penggunaan pekerja anak atau
kerja paksa.
Standar SA8000 didasarkan pada standar pekerjaan layak yang diakui secara
internasional, termasuk Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, konvensi ILO, dan hukum
nasional. SA8000 menerapkan pendekatan sistem manajemen untuk kinerja sosial dan
menekankan peningkatan berkelanjutan. Elemen-elemen dari SA8000 mencakup:
a) Pekerja anak
b) Kerja paksa atau wajib
c) Kesehatan dan keselamatan
6
d) Kebebasan berserikat dan hak untuk perundingan Bersama
e) Diskriminasi
f) Praktik disiplin
g) Jam kerja
h) Remunerasi
i) Sistem manajemen

SA8000 meningkatkan standar untuk pekerja dan bisnis. Sistem manajemen,


keterlibatan pekerja, budaya peningkatan berkelanjutan, dan elemen SA8000 lainnya tidak
hanya mengarah pada kondisi kerja dan kese jahteraan pekerja yang lebih baik, tetapi juga
memiliki manfaat untuk produktivitas, hubungan pemangku kepentingan, akses pasar, dan
banyak lagi

1) Manfaat bagi Pengusaha/Perusahaan


Organisasi bersertifikasi SA8000 mengalami berbagai dampak bisnis yang
positif, termasuk:
a) Hubungan yang lebih baik dengan pekerja, pelanggan, dan pemangku kepentingan
eksternal
b) Sistem manajemen yang lebih efektif yang meningkatkan alur kerja di seluruh
organisasi, yang menghasilkan:
- Peningkatan kualitas dan produktivitas
- Deteksi bahaya dan risiko yang lebih baik
- Peningkatan kontrol rantai pasokan
- Retensi karyawan yang lebih tinggi
c) Reputasi yang ditingkatkan, daya tarik bagi pembeli global, dan status preferensial
dalam tender pemerintah
2) Manfaat bagi Pekerja
Untuk mencapai sertifikasi SA8000, organisasi harus menunjukkan bahwa mereka
memenuhi standar untuk keselamatan dan kesejahtera an pekerja. Manfaat bagi
karyawan yang bekerja di organisasi bersertifikasi SA8000 meliputi:
a) Tempat kerja yang aman dan kondisi kerja yang sehat
b) Upah hidup layak
c) Meningkatnya kesadaran akan hak dan kesempatan untuk berorganisasi
d) Hubungan yang lebih baik dengan manajemen dan lebih banyak masukan dalam
pengambilan keputusan di tempat kerja

7
3) Manfaat Umum Diterapkannya SA 8000:
a) Mewujudkan kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman dan sesuai dengan
perikemanusiaan berdasarkan pada norma-norma sosial.
b) Komitmen terhadap standar-standar sosial dan etika akan membantu perusahaan
untuk menarik tenaga kerja yang terlatih dan terampil serta dapat mempertahankan
para pekerja.
c) Komitmen perusahaan untuk kesejahteraan karyawan akan meningkatkan loyalitas
dan komitmen terhadap perusahaan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan
produktivitas organisasi, tetapi akan memudahkan perusahaan untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif, menarik pelanggan baru dan memasuki pasar yang baru.
Juga menjadikann hubungan pelanggan yang lebih baik dalam jangka panjang.
d) Menerapkan standar akan menyebabkan keyakinan lebih besar bahwa produk dan
jasa yang dihasilkan dari sebuah lingkungan kerja yang adil dan aman.
Persyaratanpeningkatan yang berkelanjutan, kebutuhan audit reguler pihak ketiga
dan sertifikasi adalah dasar untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan citra
perusahaan yang lebih baik.
5.4 OJK
1) Pedoman Pengungkapan CSR menurut OJK

Otoritas Jasa Keuangan sendiri telah menerbitkan peraturan terkait


dengan Suistainability Reporting. Peraturan tersebut tertera dalam POJK No. 52.
Dalam peraturan tersebut, tertulis bahwa LJK, emiten, dan perusahaan publik wajib
menerapkan keuangan berkelanjutan dalam kegiatan usaha LJK, emiten, dan
perusahaan publik. Penerapan keuangan berkelanjutan dilakukan dengan
menggunakan pedoman pengungkapan CSR menurut OJK yang diatur di Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No 51 /POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan
Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.
Secara umum, laporan keberlanjutan diatur sebagai berikut.

a. Laporan keberlanjutan dapat disusun secara terpisah dengan laporan tahunan


atau sebagai bagian yang tidak terpisah dari laporan tahunan.

b. Dalam hal laporan keberlanjutan disusun secara terpisah dari laporan tahunan,
harus memuat informasi paling sedikit:

a) Penjelasan strategi keberlanjutan

8
b) Ikhtisar aspek keberlanjutan (ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup)

c) Profil singkat LJK, emiten dan perusahaan publik

d) Penjelasan direksi

e) Tata kelola keberlanjutan

f) Kinerja keberlanjutan

g) Verifikasi tertulis dari pihak independen, jika ada

h) Lembar umpan balik (feedback) untuk pembaca, jika ada

i) Tanggapan LJK, emiten, atau perusahaan publik terhadap umpan balik


laporan tahun sebelumnya.

c. Dalam hal laporan keberlanjutan disusun sebagai bagian yang tidak terpisah dari
laporan tahunan, laporan keberlanjutan harus memuat informasi sebagaimana
dimaksud pada bagian b.

d. Laporan keberlanjutan dibuat dalam Bahasa Indonesia. Dalam hal diperlukan,


laporan keberlanjutan dapat dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
secara berdampingan.

e. Laporan Keberlanjutan dapat disertai dengan gambar, grafik, tabel, dan/atau


diagram dengan keterangan yang jelas dan mudah dipahami pembaca.

5.5 Panduan-Panduan Pengungkapan CSR Lainnya


CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun
hubungan harmonis dengan masyarakat tempatan. Secara teoretik, CSR dapat
didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para strategic-
stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan
operasinya. CSR memandang perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa
aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Dengan begitu,
perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral dan etis akan
memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan bukti empiris mengenai pengungkapan CSR pada nilai perusahaan
dengan menggunakan variabel moderasi profitabilitas dan ukuran perusahaan untuk
mengatasi inkonsistensi penelitian-penelitian sebelumnya. Teori yang digunakan dalam

9
penelitian adalah teori legitimasi dan teori stakeholder. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan terindeks SRI-KEHATI di Bursa Efek Indonesia tahun laporan keuangan
2017-2019. Teknik penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling
dengan jumlah sampel yang didapat sebanyak 75 amatan. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis regresi moderasi murni (pure moderator). Hasil penelitian
menunjukkan semakin tinggi pengungkapan CSR, maka nilai perusahaan semakin
tinggi, terutama pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dan ukuran
perusahaan besar.

10
DAFTAR PUSTAKA

ISO (2010). ISO 26000: Guidance on Social Responsibility. Switzerland: International


Organization for Standardization. https://www.iso.org/obp/ui/#iso:std:iso:26000:ed-1:v1:en
(diakses 2 September 2022)

OECD (2011). OECD Guidelines for Multinational Enterprises, OECD Publishing.


http://dx.doi.org/10.1787/9789264115415-en (diakses 2 September 2022)

Welle, Deutsche (2022). OECD. https://www.dw.com/id/oecd/t-45343635 (diakses 2


September 2022)

OECD.org (2012). Menurut OECD, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan melalui
penanaman modal, perdagangan dan reformasi subsidi.
https://www.oecd.org/newsroom/menurutoecdindonesiadapatmeningkatkanketahananpangan
melaluipenanamanmodalperdagangandanreformasisubsidi.htm (diakses 2 September 2022)

ditjenppi.kemendag.go.id (2018). PERUNDINGAN ORGANIZATION FOR ECONOMIC


COOPERATION AND DEVELOPMENT (OECD).
https://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/apec-oi/organisasi-internasional/oecd (diakses 2
September 2022)

Mahendra, Rendi (2016). ISO 26000 sebagai Standar Global dalam Pelaksanaan CSR.
https://isoindonesiacenter.com/sekilas-tentang-iso-26000/ (diakses 2 September 2022)

Standarku.com (2019). Standar ISO 26000 CSR. https://standarku.com/standar-iso-26000-csr/


(diakses 2 September 2022)

OECD (2010). Indonesia dan OECD Memperkuat Kerjasama.

OECD (2018). Aktif Bersama Indonesia.

https://sa-intl.org/programs/sa8000/ , diakses pada 3 September 2022

https://www.gip-system.com/index.php/hrm/94-training-sdm-services/82-training-social-
accountability-sa-8000

https://www.studocu.com/id/document/universitas-udayana/akuntansi-keperilakuan/penduan-
pengungkapan-
csr/14675901&ved=2ahUKEwikhbGo7_r5AhUjxHMBHZSJD3gQFnoECAUQAQ&usg=A
OvVaw1xE3wwnL6ATT_9hmfcxJLp

11

Anda mungkin juga menyukai