Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumberdaya alam merupakan bagian dari ekosistem, yaitu lingkungan tempat
berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk hidup dengan faktor-faktor alam. Oleh
karena itu, pemanfaatan sumberdaya alam pada hakekatnya melakukan perubahan-perubahan
di dalam ekosistem, sehingga perencanaan penggunaan sumberdaya alam dalam rangka
proses pembangunan tidak dapat ditinjau secara terpisah, melainkan senantiasa dilakukan
dalam hubungannya dengan ekosistem yang mendukungnya.
Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi, juga
menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat lain, misalnya manfaat
keindahan, rekreasi. Mengingat pentingnya manfaat dari sumberdaya alam tersebut, maka
manfaat tersebut perlu dinilai. Misalnya nilai lahan sawah sebagai sumber air tanah yang
dibutuhkan oleh petani dan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu menurut Fauzi (2004)
output yang dihasilkan dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan berupa barang dan
jasa, perlu diberi nilai/harga (price tag).
Konsep dasar valuasi merujuk pada kontribusi suatu komoditas untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam konteks ekologi, sebuah gen bernilai tinggi apabila mampu berkontribusi
terhadap tingkat survival dari individu yang memiliki gen tersebut. Dalam pandangan
ecological economics, nilai (value) tidak hanya untuk maksimalisasi kesejahteraan individu
tetapi juga terkait dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi (Constanza dan Folke,
1997; Bishop, 1997; Constanza. 2001).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan?
1.2.2 pendekatan yang dilakukan dalam melakukan valuasi sumber daya alam dan
lingkungan?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan valuasi ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan
1.3.2 pendekatan yang digunakan dalam melakukan valuasi sumber daya alam dan
lingkungan.

2
II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Valuasi Ekonomi


Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan lingkungan (SDAL) adalah upaya pengenaan
nilai moneter terhadap sebagian atau seluruh potensi sumber daya alam dan lingkungan,
sesuai dengan tujuan pemanfaatannya. Hal ini berupa nilai ekonomi total, nilai pemulihan
kerusakan/pencemaran, serta nilai pencegahan pencemaran/kerusakan (Kementrian
Lingkungan Hidup, 2007).
Valuasi ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (economic tool) yang
menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa
yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Pemahaman tentang konsep valuasi
ekonomi memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan aplikasi
valuasi ekonomi menunjukkan hubungan antara konservasi SDA dengan pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu, valuasi ekonomi dapat dijadikan alat yang penting dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan dan pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan (Forgis Indonesia, 2016).
Secara garis besar, valuasi ekonomi lingkungan atau nilai ekonomi total (total
economic value) terdiri dari dua komponen yaitu nilai atas dasar penggunaan dan nilai atas
dasar tanpa penggunaan. Nilai atas dasar penggunaan (use value) adalah nilai ekonomi
karena digunakannya sumber daya alam dan lingkungan. Nilai atas dasar tanpa penggunaan
(non-use value/passive value) adalah nilai ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang
diberikan oleh masyarakat meskipun tanpa merasakan penggunaannya secara langsung.
Kesediaan untuk memberikan nilai ini didasarkan pada alasan agar keberadaan sumber daya
alam dan lingkungan tetap dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang; ataupun oleh
perasaan ikut bertanggungjawab atas keselamatan sumber daya, lokasi, maupun peninggalan
budaya tertentu (Kementrian Lingkungan Hidup, 2007).
Dalam konteks ilmu ekonomi sumber daya dan lingkungan, perhitungan tentang biaya
lingkungan sudah cukup banyak berkembang. Menurut Hufscmidt dalam Djijono (2000),
secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan) suatu sumber daya
alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu

3
berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi survey
(Anonim, Valuasi Ekonomi, 2015).
Sementara itu, menurut Kementrian Lingkungan Hidup, pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengukur valuasi dari sumber daya alam dan lingkungan yaitu pendekatan
dengan harga pasar dan pendekatan dengan harga non pasar. Oleh karena itu, dalam makalah
ini akan digunakan tiga pendekatan dalam metode valuasi (penilaian) sumber daya, yakni
pendekatan dengan harga pasar, pendekatan dengan pengganti pasar, dan pendekatan atas
dasar survei.
2.2 Aplikasi Metode Penilaian
2.2.1 Pendekatan dengan Harga Pasar
Pada pendekatan ini, valuasi yang dilakukan untuk memberikan harga SDA dan
lingkungan sedapat mungkin menggunakan harga pasar sesungguhnya. Hal ini terutama
sekali dapat dilakukan bagi SDA yang diperjualbelikan di pasar (Kementrian Lingkungan
Hidup, 2007).
Pendekatan dengan harga pasar merupakan dasar dari teknik yang umum dipakai
dalam analisis biaya dan manfaat. Nilai ini kemudian dipakai untuk membuat keputusan
mengenai biaya dan manfaat yang berkaitan dengan perubahan karena adanya suatu proyek
yang mempengaruhi keselamatan kerja, kesehatan dan kematian (Suparmoko, 2008).
Beberapa pendekatan terkait dengan pendekatan harga pasar yakni pendekatan
dengan produktivitas, pendekatan dengan modal manusia (human capital) atau pendekatan
nilai yang hilang (foregone earning), dan pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost).
Secara lebih rinci, masing-masing pendekatan dijabarkan sebagai berikut.
a. Pendekatan Produktivitas
Pembangunan suatu proyek dapat meningkatkan atau menurunkan produktivitas
tenaga kerja atau lahan pertanian. Dalam hal ini harga pasar dapat digunakan untuk
menilai dampak dari proyek tersebut terhadap lingkungan. Sebagai contoh adalah suatu
proyek menyebabkan air di sungai menjadi tercemar dan menyebabkan menurunnya
populasi ikan yang dapat ditangkap dari sungai tersebut. Menurunnya volume ikan
yang dapat ditangkap dapat dinilai dengan menggunakan harga ikan di pasar atau harga
ikan yang diperkirakan.

4
b. Pendekatan Modal Manusia (Human Capital)/Nilai yang Hilang (Foregone
Earning)
Disebut juga dengan Cost of Illness Approach. Pada pendekatan ini, valuasi yang
dilakukan untuk memberikan harga modal manusia yang terkena dampak akibat
perubahan kualitas SDA dan lingkungan. Pendekatan ini sedapat mungkin
menggunakan harga pasar sesungguhnya ataupun dengan harga bayangan. Hal ini
terutama dapat dilakukan untuk memperhitungkan efek kesehatan dan bahkan
kematian dapat dikuantifikasi harganya di pasar.
Hilangnya Penghasilan Perubahan kualitas lingkungan mempunyai pengaruh yang
berarti terhadap kesehatan manusia. Idealnya, nilai uang dari dampak kerusakan
lingkungan terhadap kesehatan ditentukan dengan melihat kesediaan membayar dari
para individu untuk memperbaiki kesehatan mereka. Dalam praktik, cara lain dapat
digunakan dengan melihat hilangnya penghasilan karena kematian yang lebih awal,
karena sakit dan tidak masuk kerja, serta meningkatnya biaya kesehatan. Pendekatan
ini akan tepat digunakan untuk menghitung dampak proyek-proyek industri atau
transportasi yang meningkatkan pencemaran udara di banyak negara-negara
berkembang.

c. Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)


Apabila data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia, biaya kesempatan atau
pendapatan yang hilang dari penggunaan SDA dapat digunakan sebagai pendekatan.
Pendekatan inj digunakan untuk menghitung biaya yang harus dikeluarkan guna
melestarikan suatu manfaat, dan bukannya untuk memberikan nilai terhadap manfaat
itu sendiri. Sebagai misal untuk menilai besaran manfaat ekonomi yang harus
dikorbankan jika terjadi perubahan sehingga kualitas lingkungan tidak dapat
dikembalikan seperti keadaan semula.
Pendekatan ini menggunakan data pasar untuk memperkirakan biaya yang
dikeluarkan untuk menyelamatkan manfaat yang ada sebelum terjadi proyek. Seperti
yang telah diketahui bahwa nilai sumber daya alam yang sulit dikembalikan seperti
pemandangan yang indah, taman rekreasi, danau, air terjun dan sebagainya justru akan

5
semakin tinggi nilainya dengan berkembangnya waktu, pendapatan masyarakat, dan
pertambahan jumlah penduduk (Suparmoko, 2008).

2.2.2 Pendekatan dengan Pengganti Pasar


Pendekatan dengan pengganti pasar atau lebih dikenal dengan pendekatan nilai
barang pengganti menggunakan harga barang pengganti atau bahan pembantu guna menilai
barang dan jasa yang tidak memiliki harga (Suparmoko, 2008). Metode ini menggunakan
informasi pasar secara tidak langsung, sehingga pada metode ini memiliki kelemahan dan
kebaikan masing-masing. Karena itu perlu dilakukan analisis dan memilih cara mana yang
paling tepat untuk digunakan yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
tertentu.
Beberapa pendekatan terkait dengan pendekatan dengan pengganti pasar yakni
pendekatan dengan nilai kekayaan (hedonic pricing), pendekatan dengan tingkat upah, dan
pendekatan biaya perjalanan (travel cost). Secara lebih rinci, masing-masing pendekatan
dijabarkan sebagai berikut.
a. Pendekatan dengan Nilai Kekayaan (Hedonic Pricing)
Pendekatan ini dikenal juga sebagai pendekatan nilai properti (Property Value
Method). Pendekatan ini merupakan suatu teknik penilaian lingkungan berdasarkan
atas perbedaan harga sewa lahan atau harga sewa rumah. Dengan asumsi bahwa
perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kualitas lingkungan (Kementrian
Lingkungan Hidup, 2007).
Tujuan dari pendekatanini adalah untuk menentukan harga implisit dari ciri-ciri
khusus yang terkandung dalam suatu kekayaan tertentu. Dalam bidang lingkungan
cara ini dimaksudkan untuk memperkirakan biaya dari memburuknya kondisi
lingkungan atau memperkirakan manfaat dari perbaikan mutu lingkungan.
Kesulitan yang dihadapi dalam pendekatan ini adalah ketelitian data dan cara
memperoleh data tersebut. Dalam rangka pelestarian suatu wilayah, harga tanah
telah digunakan untuk menilai manfaat dari suatu lingkungan seperti untuk barang,
jasa maupun keindahan lingkungan (Suparmoko, 2008).

6
b. Pendekatan dengan Tingkat Upah
Pendekatan ini menggunakan tingkat upah untuk pekerjaan yang sama pada
lokasi berbeda untuk menilai kualitas lingkungan yang secara implisit tercermin
pada tingginya tingkat upah itu. Asumsi yang digunakan ialah tingkat upah akan
dibayar lebih tinggi pada daerah yang kondisi lingkungannya kurang baik
(tercemar). Hal ini dilakukan karena pekerjaan di daerah tersebut dapat
memperburuk kesehatan dan mengurangi kenyamanan kerja sehingga harus
diimbangi dengan upah yang tinggi (Suparmoko, 2008).

c. Pendekatan dengan Biaya Perjalanan (Travel Cost)


Pendekatan ini digunakan untuk menilai manfaat yang diberikan oleh adanya
suatu kawasan wisata seperti hutan, danau dn sebagainya. Suatu daerah wisata
mempunyai jarak yang berbeda-beda dari pusat kota. Untuk mengunjungi wilayah
tersebut tentunya memerlukan biaya yang berbeda dan menyangkut jangka waktu
yang berbeda pula. Wisatawan yang dekat tempat tinggalnya dengan daerah wisata
akan membayar biaya transpor yang lebih murah daripada mereka yng tinggal
dengan jarak yang lebih jauh.
Pendekatan biaya perjalanan diterapkan untuk valuasi SDAL, terutama sekali
untuk jasa lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi. Di samping itu,
pendekatan ini dipakai pula untuk menghitung surplus konsumen dari SDA atau
lingkungan yang tidak mempunyai pasar. Pendekatan biaya perjalanan dalam
prakteknya berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat
tertentu dan bukan rekreasi pada umumnya. Kawasan wisata diidentifikasikan dan
kawasan yang mengelilinginya dibagi ke dalam zona konsentrik. Semakin jauh
jaraknya akan menunjukkan biaya perjalanan yang makin tinggi. Survei terhadap
para pengunjung kawasan wisata kemudian dilakukan pada tempat rekreasi untuk
menentukan zona asal, tingkat kunjungan, biaya perjalanan, dan berbagai
karakteristik sosial ekonomi lainnya (Kementrian Lingkungan Hidup, 2007).

7
2.2.3 Pendekatan Atas Dasar Survei
Pendekatan atas dasar survei dapat ditentukan melalui preferensi konsumen dan
kemudian untuk menentukan nilai barang dan jasa dari lingkungan. Dari survei dapat
diketahui kesediaan orang untuk membayar (Willingness to Pay (WTP)) atau kesediaan
orang untuk menerima kompensasi (Willingness to Accept (WTA)) atas dasar adanya
perubahan lingkungan (Suparmoko, 2008).
Pendekatan atas dasar survei erat kaitannya dengan pendekatan Contingent
Valuation Method. Contingent valuation merupakan salah satu cara memberi nilai uang
terhadap nilai non-guna dari nilai lingkungan yang tidak melibatkan transaksi pasar dan
mungkin tidak melibatkan partisipasi langsung Pada dasarmya, pendekatan ini dilakukan
dengan bertanya langsung pada masyarakat sekitar. Pertanyaan tersebut terkait dengan
berapa mereka bersedia membayar jasa lingkungan tertentu. Dalam beberapa kasus
masyarakat ditanyai tentang jumlah kompensasi yang bersedia diterima untuk
mengorbankan jasa lingkungan.
Teknik yang dilakukan dalam pendekatan survei ini antara lain dengan teknik
lelang, teknik survei, dan metode Delphi. Secara rinci, masing masing teknik tersebut
dijabarkan sebagai berikut.
a. Teknik Lelang
Pendekatan dengan teknik lelang didasarkan atas kesediaan membayar terhadap
adanya perbaikan dalam tersedianya barang dan jasa (compensating variation) atau
kesediaan menerima pembayaran karena mendapatkan jumlah barang dan jasa lebih
rendah kualitasnya (equivalent variation).
Untuk mengetahui jumlah maksimum yang akan dibayar oleh seseorang atau jumlah
minimum yang ingin diterima oleh seseorang adalah dengan menggunakan wawancara
berulang-ulang.
Secara teknis, penanya akan menjelaskan mengenai dimensi jumlah barang,
kualitas barang, waktu dan lokasi dari kelompok barang dan jasa tersebut, kemudian
digambarkan pula hak dan kewajiban bagi responden. Selanjutnya responden ditawari
dengan jumlah kompensasi yang harus dibayarnya untuk sejumlah barang dan jasa
yang ditawarkan tersebut. Jika ia bersedia untuk membayar, maka jumlah pembayaran
itu dinaikkan, dan jika responden masih bersedia membayar, maka jumlah pembayaran

8
itu dinaikkan terus sampai responden tidak bersedia lagi melakukan pembayaran.
Kemudian jumlah pembayaran yang ditawarkan diturunkan lagi dan seterusnya sampai
jumlah yang pasti dari kesediaan membayar responden ditemukan (Widhiantini, 2017).

b. Teknik Survei
Pendekatan dengan menggunakan teknik survei, yakni pendekatan yang kurang
lebih sama dengan teknik lelang hanya saja tidak dilakukan tawar menawar dalam
wawancara tersebut. Responden hanya memberikan argumentasinya terhadap
pertanyaan yang dilontarkan oleh penanya. Peran penanya dalam teknik ini lebih besar
karena penanya mengarahkan responden untuk menjawab beberapa pertanyaan. Jika
responden tidak memiliki jawaban yang pasti mengenai hal yang ditanyakan penanya,
maka penanya dapat menggunakan pertanyaan pengandaian seperti Seandainya
kawasan sekitar sungai dibangun tempat tinggal dan lainnya. Hal ini berguna untuk
memancing jawaban responden terhadap hal atau fenomena tersebut. Akan tetapi,
karena bersifat pengandaian, jawaban yang didapatpun juga bersifat tidak pasti.

c. Metode Delphi
Pendekatan dengan metode Delphi ini yakni pendekatan yang dilakukan
berdasarkan pendapat dari para pakar terkait dengan permasalahan yang hendak diukur
nilai ekonominya. Para ahli dikumpulkan kemudian ditanya secara terpisah untuk
memberikan nilai atau harga terhadap barang dan jasa lingkungan tertentu. Pendapat
para ahli dipresentasikan dalam suatu grafik dan diberikan pula analisisnya. Informasi
tsb dilemparkan kembali ke dalam diskusi bersama antar para ahli dan masing-masing
ahli diminta untuk mengadakan penilaian kembali. Hasil penilaian ulang tersebut
dianalisis kembali dan diperkirakan akan didapatkan nilai atau harga yang lebih tepat
(Widhiantini, 2017).

9
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan lingkungan (SDAL) adalah upaya pengenaan
nilai moneter terhadap sebagian atau seluruh potensi sumber daya alam dan lingkungan,
sesuai dengan tujuan pemanfaatannya. Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan
dalam metode valuasi (penilaian) sumber daya, yakni pendekatan dengan harga pasar,
pendekatan dengan pengganti pasar, dan pendekatan atas dasar survei. Pendekatan dengan
harga pasar terdiri dari pendekatan dengan produktivitas, pendekatan dengan modal manusia
(human capital) atau pendekatan nilai yang hilang (foregone earning), dan pendekatan biaya
kesempatan (opportunity cost). Pendekatan dengan pengganti pasar terdiri dari pendekatan
dengan nilai kekayaan (hedonic pricing), pendekatan dengan tingkat upah, dan pendekatan
biaya perjalanan (travel cost). Pendekatan atas dasar survei dapat ditentukan melalui
preferensi konsumen dan kemudian untuk menentukan nilai barang dan jasa dari lingkungan

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis menganjurkan untuk membaca lebih lanjut sumber yang telah dicantumkan dalam
daftar pustaka untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Penentuan Nilai (Valuation) Terhadap Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Retrieved from Lingkungan Pertambangan Kabupaten Bungo:
http://epoybungo.blogspot.co.id/2012/10/penentuan-nilai-valuation-terhadap.html
(diakses pada 11 Mei 2017)
______. (2015). Valuasi Ekonomi. Retrieved from Abstraksi Ekonomi:
http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2015/10/valuasi-ekonomi.html (diakses pada 11
Mei 2017)
Forgis Indonesia. (2016). METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM. Retrieved
from https://id.linkedin.com/pulse/metode-valuasi-ekonomi-sumberdaya-alam-forgis-
indonesia (diakses pada 14 Mei 2017)
Hidayat, R. (2014). Teknik dan Metode Penilaian-Penilaian Ekonomi SDH. Retrieved from
Forester Blog: http://forester-untad.blogspot.co.id/2014/03/teknik-dan-metode-penilaian-
penilaian.html (diakses pada 14 Mei 2017)
Kementrian Lingkungan Hidup. (2007). Panduan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan.
Maszoom, Z. (2016). Metode Valuasi Ekonomi Lingkungan Hidup . Retrieved from a taste of
indonesia : http://maszoom.blogspot.co.id/2016/05/metode-valuasi-ekonomi-lingkungan-
hidup.html (diakses pada 19 Mei 2017)
Suparmoko, M. (2008). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan
Teoritis). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Widhiantini. (2017). PENENTUAN NILAI (VALUASI) EKONOMI LINGKUNGAN.
Denpasar.

11

Anda mungkin juga menyukai