Anda di halaman 1dari 9

Teknik penilaian ekonomi sumberdaya terestrial dan perairan :

Pendekatan contingent valuation method (CVM)

Dr. Ir. Gatot Yulianto, Msi


Gyo_65@yahoo.com

Disampaikan pada Pelatihan


Teknis Valuasi Sumberdaya Pesisir dan Laut untuk Pengelolaan Jasa Kelautan
Senin – Rabu, 14 – 16 Oktober 2019, Bogor, Jawa Barat

PUSAT KAJIAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN


LPPM IPB
1. Pendahuluan

Eksistensi sumberdaya alam dan lingkungan perlu dikelola dengan baik untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Namun demikian, ekstrasi yang berlebihan dan dampak eskternalitas
dapat mengurangi dan menghilangkan nilai ekonominya. Cara pandang myopi dalam
memperlakukan sumberdaya alam dan lingkungan akan menggerus fungsi ekologi, ekonomi
dan fungsi kultural sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungannya. Cara pandang tersebut
secara pragmatis dapat dilihat dari keinginan membayar sesorang untuk menghargai
keberadaan sumberdaya alam.

Sumberdaya alam dan lingkungan nilainya tidak ditransaksikan di pasar, seperti komoditas
yang biasanya kita kenal sehari-hari seperti beras, obat-obatan, buku tulis dan lain-lain. Oleh
karenanya sumberdaya alam dan lingkungan tersebut tidak mempunyai harga pasar,
sehingga cara pandang dalam memperlakukannya cenderung undervalue. Berapa
sesungguhnya harga keindahan pantai, harga kenyamanan mangrove ataupun hutan
teresterial, berapa harga udara pantai yang bersih dan kesejukan udara pegunungan ? Bagi
masyarakat yang mengerti akan arti pentingnya lingkungan tentunya akan menghargai
dengan tidak merusak dan mengeksploitasi secara berlebihan, membuang sampah dan
bahan cemaran ke perairan yang berakibat pada penurunan kualitas air dan mengeksploitasi
hutan secara berlebihan. Bahkan, sebaliknya mereka mau mengeluarkan sejumlah rupiah
untuk mempertahankan dan mengelola keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan.

Terlepas dari perannya apakah dapat memberikan manfaat secara langsung atau tidak,
keberadaan sumberdaya mempunyai nilai eksistensi. Meskipun manfaatnya tidak
dicerminkan dalam harga pasar, namun diperlukan teknik tersendiri untuk menilai
keberadaannya. Pada hakekatnya mayarakat tidak menghendaki lingkungan yang buruk.
Mereka memiliki pereferensi yang berbeda yang dicerminkan dengan keinginan membayar
terhadap eksistensi sumberdaya alam. Prefererensi ini tentu saja dipengaruhi oleh latar
belakang sosial ekonomi masyarakat. Dalam tulisan ini akan deiperkenalkan metode
Contingent Valuation (CV) untuk menilai keberadaan sumberdaya yang bersifat public good.

2. Teori Penilaian Berdasarkan Preferensi

Menurut FAO (2000), penilaian berdasarkan preferensi (contingent valuation) adalah sebuah
metode yang digunakan untuk melihat atau mengukur seberapa besar nilai suatu barang
berdasarkan estimasi seseorang. CV juga dapat diumpamakan sebagai suatu pendekatan
untuk mengetahui seberapa besar nilai yang diberikan seseorang untuk memperoleh suatu
barang (willingness to pay, WTP) dan seberapa besar nilai yang diinginkan untuk melepaskan
suatu barang (willingness to accept, WTA).

Barton (1994) menyebutkan bahwa CV digunakan pada kondisi masyarakat yang tidak
mempunyai preferensi terhadap suatu barang yang langsung diperjualbelikan di pasar.
Pendekatan CV dilakukan untuk mengukur preferensi masyarakat dengan cara wawancara
langsung tentang seberapa besar mereka mau membayar (WTP) untuk mendapatkan
lingkungan yang baik dan bersih atau menerima kompensasi (WTA) bilamana mereka harus
kehilangan nuansa atau kualitas lingkungan yang baik.

Lebih lanjut Barton (1994) berpendapat bahwa metode CV secara umum lebih memberikan
penekanan terhadap nilai pentingnya suatu barang dibandingkan dengan nilai barang yang
sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk mengeliminasi beberapa pilihan kebijakan dan
menawarkan informasi penting dalam penentuan keputusan. FAO (2000) menunjukkan
bahwa tujuan dari CV adalah untuk mengukur variasi nilai kompensasi dan nilai persamaan
suatu barang yang ditanyakan. Variasi nilai kompensasi dan nilai persamaan dapat
ditentukan dengan bertanya kepada seseorang untuk memberikan sejumlah satuan moneter
yang ingin dibayarkan.

Contingent Valuation (CV) digunakan untuk menghitung nilai ameniti atau estetika
lingkungan dari suatu barang publik (public good). Barang publik dalam hal ini dapat
didefinisikan sebagai suatu barang yang dapat dinikmati oleh satu individu tanpa
mengurangi proporsi individu lain untuk menikmati barang tersebut. Oleh karena itu,
keinginan untuk membayar satu individu seperti yang diperoleh dalam kuesioner survai
dapat diagregasi menjadi nilai keseluruhan populasi (Barton, 1994). Kehati-hatian harus
dilakukan untuk mewawancarai seorang responden dengan memberikan selang nilai yang
lebih besar agar dapat diperoleh sampel yang lebih representatif.

Berikut ini adalah metode-metode yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
besarnya WTP/WTA suatu individu. Gambaran lengkap tentang metode-metode ini secara
detail dapat dilihat pada Dixon et al. (1988) dan Hufscmidt et al. (1983).

(i) Permainan Penawaran (Bidding Games)

Dalam pengukuran dengan metode permainan penawaran ini, dua tipe proses penawaran
dapat disusun dan lebih sering dilakukan secara bersama untuk memperoleh suatu cek yang
terukur. Permainan pertama dilakukan secara sendiri-sendiri. Dalam permainan ini
seseorang melakukan penawaran untuk sebuah perubahan lingkungan yang terduga dengan
bertanya secara langsung. Permainan kedua dilakukan melalui proses iterasi dengan cara
melakukan penawaran secara berulang yang terpusat pada satu nilai untuk memperoleh
WTP/WTA.

(ii) Menerima atau Menolak (Take it or leave it experiments)

Dalam metode pengukuran ini, sampel populasi dibagi menjadi beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok tersebut ditawarkan suatu perubahan lingkungan yang sama
dengan tingkat harga yang berbeda dan diminta untuk menerima atau menolak keadaan
tersebut. Simulasi seperti ini dapat membawa responden untuk memperoleh gambaran riil
tentang keadaan pasar yang menawarkan suatu barang dengan tingkat harga tertentu
sehingga dapat memutuskan untuk membeli barang tersebut atau tidak.

(iii) Permainan Pilihan (Trade off games)

Pada metode pengukuran dengan permainan ini, responden ditawarkan beberapa kombinasi
keadaan lingkungan dengan sejumlah uang. Melalui pilihan responden terhadap berbagai
kombinasi yang berbeda (lingkungan A dengan nilai A dan lingkungan B dengan nilai B dan
seterusnya), maka perubahan penilaian masyarakat terhadap kualitas lingkungan dan nilai
moneternya dapat ditentukan.

(iv) Pilihan tidak bernilai (Costless choice)

Pada dasarnya metode penilaian dengan pendekatan ini tidak jauh berbeda dengan
permainan pilihan, kecuali bahwa alternatif penawaran tersebut tidak disertai dengan pilihan
uang, tetapi diperbandingkan dengan barang yang harganya lebih umum dikenal.
Pendekatan ini sangat relevan untuk dilakukan di wilayah negara berkembang yang harga
pasar aktual tidak berlaku secara tetap dan beberapa hal tidak selalu dinilai dengan uang.
Misalnya saja pada kondisi ekonomi yang subsisten.

(v) Delphi Technique

Teknis penilaian dengan menggunakan metode ini dilakukan melalui proses iteratif
berdasarkan hasil estimasi ahli yang diberikan pertanyaan untuk menentukan seberapa besar
nilai keberadaan suatu lingkungan. Dalam hal ini, para ahli akan ditanya secara langsung
besarannya. Penilaian dengan menggunakan metode ini akan mempunyai menghasilkan
nilai yang bias, namun sangat menguntungkan dari sisi kecepatan untuk memperoleh
estimasi nilai.

Secara sederhana, WTP dapat diperoleh dari hasil perhitungan nilai tengah mengikuti
formula sebagai berikut (FAO, 2000):

1 n
MWTP   yi
n i 1
(1)

dimana, n adalah besaran atau jumlah sampel dan yi adalah besaran WTP yang diberikan
responden ke-i.

3. Contingent Valuation Method, CVM

Keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai berbagai fungsi (fisik,
ekologi, ekonomi dan kultural), harus dinilai meskipun tidak ditransaksikan di pasar. Salah
satu teknik untuk menghitung nilai ekonomi adalah dengan metode valuasi non pasar, yaitu
metode preferensi yang dinyatakan (Stated Preference Method, SPM). Salah satu pendekatan
dalam metode tersebut adalah Contingent Valuation Method (CVM) yang merupakan metode
langsung penilaian ekonomi dari jasa-jasa lingkungan dengan cara mengajukan pertanyaan
kemauan membayar dari seseorang (willingness to pay, WTP).1 CVM merupakan pendekatan
yang paling populer di antara pendekatan SPM lainya (Fauzi 2014) dan CVM merupakan
merupakan satu-satunya metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi bagi
orang yang tidak mengalami secara langsung atas perubahan suatu kebijakan (Whitehead
and Blomquist 2006) dan metode yang digunakan untuk menilai non use value sumberdaya
alam dan lingkungan, termasuk penilaian secara moneter untuk pencemaran (Hanemann
1994).
Dalam menilai keberadaan sumberdaya dan jasa lingkungan perlu melihat hal sebagai
berikut :
1. Identifikasikan secara jelas sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental
services)2 yang akan dinilai, apakah mangrove, terumbu karang ataupun hutan
teresterial.
2. Tetapkan tujuan melakukan valuasi, misalkan meningkatkan kenyamanan dan
keindahan kawasan, memperbaiki kualitas pantai (pasar hipotetik)
3. Jelaskan kebijakan atau tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan layanan
jasa lingkungan tersebut yang membutuhkan biaya-biaya, misalnya rehabilitasi
mangrove untuk wisata (valuasi ex-post damage) atau membayar keberadaan jasa
ekosistem terumbu karang untuk wisata yang masih utuh (valuasi ex-ante).
4. Melakukan konstruksi skenario hipotetik, dengan menyodorkan berbagai skenario
dan berbagai pertanyaan. Elemen penting penting dalam skenario ini adalah
a. Deskripsi perubahan kebijakan yang akan divaluasi dan diinformasikan kepada
responden dampak dari sekenario yang disodorkan, apa alasannya divaluasi,
kondisi sekarang bagaimana dan target yang ingin dicapai setelah divaluasi.
b. Mendeskripsikan pasar yang dikembangkan (construkted market) yang mengacu
pada konstruksi kebijakan dan kelembagaan (organisasi dan aturan main) yang
perlu diterapkan. Siapa pengelola kawasan hutan mangrove, kelayakan teknis dan
ekonomis dari kebijakan yang ditawarkan, harapan dan kewajiban responden,
kapan kebijakan tersebut diterapkan, berapa rupiah responden harus membayar
dan sebagainya tentang hal-hal yang terkait dengan usulan kebijakan dan
diinformasikan kepada responden.

1
Metode lainnya adalah Choice Experiment (CE) yang merupakan metode tidak langsung penilaian
ekonomi dari jasa-jasa lingkungan dimana pendugaan WTP dilakukan melalui tawaran pilihan (bid)
yang setiap pilihan memiliki variabel karakteristik, harga atau biaya. Metode CVM dan CE dapat
digunakan untuk menentukan non-guna sumberdaya alam dan lingkungan, menentukan nilai
ekonomi rusaknya sumberdaya daya dan lingkungan akibat tumpahan minya dan juga dalam rangka
perlindungan keanekaragaman hayati di wilayah pesisir dan laut, misalnya menetapakan marine
protected area (MPA).
2
Dapat juga menilai fungsi hidrologis, fungsi fisik penahan abrasi, ataupun fungsi sebagai habitat.
c. Mendeskripsikan bagaimana mekanisme pembayaran, misalnya apakah melalui
penambahan harga pada tiket masuk (entry fee), melalui kelompok pengelola.
5. Melakukan elistitasi, yaitu teknik mengesktrak informasi kesanggupan membayar
dari responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui suatu fomat
pertanyaan3 tertentu antara lain sebagai berikut :
(i) Open ended. Pertanyaan yang diajukan : Berapakah jumlah maksimum Rupiah
yang disubangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan keindahan kawasan
mangrove di daerah sini ?
Teknik open ended dicirikan struktur data tidak kompleks, tetapi metode OLS
tidak dapat digunakan untuk menghitung WTP karena memungkinkan nilai WTP
negatif (nilai nol berarti gratis).
(ii) Bidding game. Pertanyaan yang diajukan : Maukah Anda membayar Rp 10.000
untuk pengelolaan hutan mangrove di sini? Jika responden menjawab “Ya”,
Pewawancara menaikkan tawarannya Rp 20.000, Rp 30.000 dan seterusnya
sampai responden menjawab Tidak. Jika menjawab responden “Tidak”,
Pewawancara menurunkan tawaran hingga Responden menjawab Tidak (tawaran
diusahakan tidak nol).
(iii) Single bounded dichotomous (referendum). Apakah Anda mau membayar Rp
20.000 untuk kenyamanan dan keindahan obyek wisata mangrove ? (1) Ya; (2)
Tidak.

Contoh (hipotetik):
Open Ended
Pemerintah daerah Indramayu memiliki lahan pesisir seluas 2 ha untuk ruang hijau terbuka.
Di beberapa area terdapat vegetasi mangrove. Pemda berharap adanya partispasi warga
dalam program penataan lingkungan (termasuk penanaman mangrove). Hasil survai awal
diperkirakan terdapat 3000 warga yg menerima manfaat perbaikan kualitas lingkungan. Hasil
FGD juga diketahui bahwa sebagian besar masyarakat paham dan mengerti manfaat
mangrove dan ada keinginan berpartisipasi. Untuk mengetahui kontribusi sejumlah rupiah
dari warga yg mekanisme pembayaran, pengelolaan keuangan dan lain-lain diatur oleh
kelompok masyarakat.
Pertanyaan
1. Berapa maksimum jumlah uang (Rp/bulan) Bapak/Ibu bersedia membayar
(mengeluarkan uang) untuk perbaikan lingkungan pesisir?
2. Berapa pendapatan per bulan?
3. Berapa pengeluaran untuk kebutuhan rutin untuk konsumsi makan dalam sebulan?
4. Berapa jumlah anggota keluarga?

ditulis dalam bentuk fungsi : WTPi = f( Xij)


WTPi = kemauan membayar tiap responden ke-i

3
Perlu dilakukan uji coba (survai pendahuluan) terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi nilai bid
dan karakteristik populasi.
Xji = variabel sosial ekonomi ke-j, (antara lain X1=pendapatan, X2=pendidikan,
X3=jenis kelamin, JK, X4=jumlah tanggungan keluarga) tiap responden ke-i.

Nilai WTP secara matematis : 0 ≤ WTPi ≤ Pendapatan

Single bounded
Suatu survai dilakukan dengan tujuan untuk menghitung nilai ekonomi ekosistem mangrove
agar pengelolan mangrove berkelanjutan. Terhadap 35 responden (dari populasi 300 orang)
diminta kesanggupan membayar “ya” atau “tidak” terhadap tawaran (bid) untuk mengelola
ekosistem mangrove yang besarnya tawaran masing-masing adalah Rp 10.000, Rp 15.000, Rp
20.000 dan Rp 25.000. Terhadap 35 responden dibagi secara acak menjadi 4 kelompok
menurut bid. Hasil pembagian responden dihasilkan kelompok bid Rp 10.000 untuk 8
responden, kelompok bid ke 2 Rp 15.000 untuk 10 responden, kelompok bid ke 3 Rp 15.000
untuk 8 responden dan kelompok bid ke 4 Rp 25.000 untuk 9 responden.

Kuesioner : (misalnya kelompok bid Rp 10.000)


1. Identitas diri
Nama : ..........
Usia : .......... tahun
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

2. Sosial Ekonomi
a. Pendidikan terakhir : a. SD b. SMP c. SLA d. Perguruan Tinggi
b. Pekerjaan : ..................
c. Pendapatan rata-rata : Rp ............/bulan
d. Jumlah waktu senggang yang tersedia : ...... jam/minggu

3. Untuk mempertahankan dan mengelola ekosistem mangrove sebagai obyek wisata


alam diperlukan biaya pengelolaan. Salah satu sumber biaya pengelolaan adalah
dengan meningkatkan tarif masuk ke obyek wisata tersebut dari tiket sebelumnya
sebesar Rp 5.000. Apakah Anda bersedia membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 ?
(1) Ya ; (2) Tidak

Selanjutnya, pertanyaan juga diajukan untuk kelompok bid 15.000, Rp 20.000 dan Rp 25.000.

Spesifikasi model :

ditulis dalam bentuk fungsi : WTPi = f(Bi, Xij) (2)

Keputusan atau seberapa besar peluang seseorang untuk membayar atau tidak digunakan
model pilihan kualitatif4 yang ditulis dalam bentuk persamaan linear atau dikenal dengan
model peluang linear sebagai berikut :

4
Dicirikan oleh variabel dependen bersifat dikotomi, dummy, berupa bilangan biner : pilihan 1
(menyatakan pilihan „ya‟) dan 0 (menyatakan pilihan „tidak‟). Model pilihan kualitatif terdiri atas
model peluang linear, modell logit, probit dan tobit.
WTPi = α + βo Bji + β1X1 + ....+ βinXin + μi (3)

dimana :
WTPi = kemauan membayar per bid, nilai 1 jika menjawab ya dan nilai 0 jika
menjawab tidak tiap responden ke-i
Bi = nilai bid (misalnya Rp 10.000, Rp 15.000, Rp 20.000 dan Rp 25.000) tiap
responden ke-i
Xji = variabel sosial ekonomi ke-j, (antara lain X1=pendapatan, X2=pendidikan,
X3=jenis kelamin, JK, X4=jumlah tanggungan keluarga) tiap responden ke-i.
μi = gangguan stokastik (stochastic error term)

Nilai WTP secara matematis : 0≤ WTPi ≤ Pendapatan

Tabulasi data (hipotetik).


DP;Pendidikan*)
WTP X1; X2; Jumlah *)
DK; JK
Responden ya=1 B; Bid Pendapatan tanggungan
1= pria D1 D2 D3 D4
ke- tidak=0 (Rp/kunjungan) (juta keluarga
0= wanita SD SMP SMA PT
Rp/bulan) (orang)

1 1 15.000 3 3 0 1 0 0 0
2 1 25.000 2 2 1 0 1 0 0
3 0 20.000 5 3 1 0 0 0 1
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
35 1 20.000 4 2 1 0 0 1 0
*)
Keterangan : = variabel dummy

Untuk contoh keberadaan kawasan mangrove, model WTP ditulis dalam bentuk persamaan:

WTPi = α + βo Bji + β1X1i + β2X2i + δ0 DKi + δ1 DP1i + δ2 DP2i + δ3 DP3i + δ4 DP3i + μi (4)

dimana :
WTPi =1 jika responden menjawab “ya” terhadap bid yang disodorkan/ditanyakan
=0 jika responden menjawab “tidak” terhadap bid yang disodorkan/ditanyakan
Bi = nilai bid disodorkan/ditanyakan (Rp 10.000, Rp 15.000, Rp 20.000 dan Rp
25.000) tiap responden ke-i
X1i = Pendapatan (juta Rp/bulan)
X2i = Jumlah tanggungan keluarga (orang)
DKi =1 Jenis kelamin laki-laki
=0 Jenis kelamin wanita
DP1i =1 Tingkat pendidikan lulus SD
=0 Tingkat pendidikan lainnya (SMP, SMA, PT)
DP2i =1 Tingkat pendidikan lulus SMP
=0 Tingkat pendidikan lainnya (SD, SMA, PT)
DP3i =1 Tingkat pendidikan lulus SMA
=0 Tingkat pendidikan lainnya (SD, SMP, PT)
DP4i =1 Tingkat pendidikan lulus SMA
=0 Tingkat pendidikan lainnya (SD, SMP, SMA)
α = Intersep;
βo = koefisien regresi bid
β1 β2 = koefisien regresi pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga
δ0 δ1 δ2 δ3 δ4 = koefisien dummy
μi = gangguan stokastik (stochastic error term)

Selanjutnya, persamaan diselesaikan dengan metode OLS dengan menggunakan perangkat


lunak, antara lain Minitab, Shazam dan SAS.

Nilai ekonomi suatu areal ekosistem atau pun wisata dilakukan dengan mengalikan rataan
WTP dengan jumlah populasi. Raatan WTP untuk single bounded dilakukan dengan
membagi konstanta (α) dengan koefisien Bid (βo).

DAFTAR PUSTAKA

Barbier EB. 2000. The value of wetlands: landscape and institutional perspektif. Valuing the
environment as input: review of aplications to mangrove-fishery linkages. Special
Issue. The Values of Wetlands: Landscape and institutional perspectives. Ecol. Econ.
35:47-61
Fauzi A. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
IPB Press. 246 p.
Freeman III AM, Herriges JA, Cling CL. 2014. The Measurement of Environmental and
Resource Values
Theory and Methods. Third Edition. RFF Press.
Gujarati D, Zain S. 1993. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. 418 hlm.
Hanemann WM. 1994. Valuing the environment throught contingent valuation. Journal of
Economic Perspectives, 8:19-43.
Nichloson W. 1983. Intermediate Microeconomics and its Applications. Third Edition. The
Dryden Press Chicago.
Soekadijo RG. 2000. Anatomi Pariwisata : Memahami sebagai “Systemic Linkage”. Cetakan
ketiga. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 320 hlm.
Whitehead JC, Blomquist GC. 2006. The use of contingent valuation in benefit-cost analysis.
In A. Alberni and JR Khan (Eds). Handbook on contingent valuation. Edward Elgar
Publishing. Glos. UK.

Anda mungkin juga menyukai