SEMENTARA (TPS)
(STUDI KASUS TPS SRIKANA)
Oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Pencemaran atau polusi tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi,
mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kepada
lingkungannya. Jumlah penduduk yang makin meningkat serta percepatan laju pembangunan
ekonomi menyebabkan kebutuhannya makin meningkat pula. Hal ini berdampak negatif pada
lingkungan, salah satunya adalah menyebabkan makin meningkatnya limbah rumah tangga,
seperti sampah dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Manusia sebagai pelaku utama dalam pembangunan ekonomi merupakan salah satu
komponen penting dalam permasalahan lingkungan dengan segala aktivitasnya. Populasi
manusia yang setiap tahun bertambah mengakibatkan semakin tingginya aktivitas manusia yang
berpengaruh pada meningkatnya kebutuhan hidup. Setiap manusia melakukan konsumsi dan
kegiatan lainnya setiap harinya. Kegiatan – kegiatan ini akan menghasilkan sisa atau buangan
yang dinamakan sampah. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam
yang berbentuk padat. Setiap individu pasti menghasilkan sampah dalam jumlah yang variatif
setiap harinya. Jumlah volume sampah semakin meningkat seiring dengan peningkatan
pertumbuhan penduduk kota. Peningkatan timbulan sampah juga merupakan konsekuensi dari
peningkatan kualitas dan perubahan pola hidup masyarakat karena meningkatnya kesejahteraan
mereka.
Besarnya produksi sampah di Surabaya tidak lepas dari semakin meningkatnya jumlah
penduduk Kota Surabaya. Setiap individu pasti menghasilkan zat sisa atau limbah atau sampah,
sehingga semakin bertambahnya penduduk maka semakin bertambah pula sampah yang
dihasilkan. Pergerakan perekonomian yang pesat di Kota Surabaya turut serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kemakmuran atau kesejahteraan masyarakat maka
kebutuhan masyarakat juga akan naik, karena perubahan pola pikir dan pola hidupnya.
Keadaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Srikana yang ada pada saat ini
masih bisa dibilang kurang layak dalam menanggulangi sampah-sampah masyarakat yang
dilayani. Luasnya mecapai 9 x 23 m2, dengan jumlah fasilitas pengankut 9 tossa dan 40
Gerobak. Cakupan wilayah pelayanan, yaitu Kelurahan Airlangga, Kertajaya, Gubeng, Mojo,
Mulyorejo, dan sebagian Manyar. Dengan perkiraan jumlah produksi volume sampah per hari
65m3 dan hampir setiap hari tidak semuanya terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
yang menyebabkan penumpukan sampah dan menimbulkan aroma tak sedap di sekitar TPS.
1. Menghitung biaya yang bersedia dikeluarkan oleh individu untuk mengurangi dampak
negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan.
2. Menghitung pengurangan atau penambahan nilai atau harga dari suatu barang akibat
semakin menurunnya atau meningkatnya kualitas lingkungan.
3. Melalui suatu survey untuk menentukan tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar
dalam rangka mengurangi dampak negatif pada lingkungan atau untuk mendapatkan
lingkungan yang lebih baik.
Empat metode untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTP responden (Hanley dan
Spash, 1993), yaitu:
1. Metode Tawar Menawar (Bidding Game)
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah
maksimal uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimal uang ingin diterima akibat perubahan
kualitas lingkungan. Kelebihan metode ini adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang
bisa mempengaruhi nilai yang diberikan dan metode ini tidak menggunakan nilai awal yang
ditawarkan sehingg tidak akan timbul bias titik awal. Sementara kelemahan metode ini adalah
kurangnya akurasi nilai yang diberikan dan terlalu besar variasinya.
Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai
kemampuan untuk membayar atau kesediaan untuk menerima dimana responden tersebut dapat
memilih nilai maksimal atau nilai minimal yang sesuai dengan preferensinya. Pada awalnya,
metode ini dikembangkan untuk mengatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Untuk
meningkatkan kualitas metode ini terkadang diberikan semacam nilai patokan yang
menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi
barang lingkungan yang lain.
WTP = f (Q 1 , Y 1 , T 1 , S 1 ) (2.2)
Dimana :
Y1 = Tingkat pendapatan
T1 = Selera
Secara spesifik, Fauzi (2006:212) menggolongkan teknik valuasi ekonomi sumber daya
yang tidak terefleksi dalam harga pasar (non-market valuation) ke dalam dua kelompok.
Kelompok pertama adalah teknik valuasi ekonomi yang mengandalkan harga implisit
dimana willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan dengan
mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Beberapa teknik
yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah travel cost method (TCM),
hedonic pricing, danrandom utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi
ekonomi yang didasarkan pada survei dengan WTP diperoleh langsung dari responden,
yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis (survey expressed
willingness to pay). Teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah contingent
valuation method (CVM), random utility model, dan contingent choice model.
Untuk menghitung nilai ekonomi total, dibedakan menjadi nilai kegunaan dan nilai bukan
kegunaan. Nilai kegunaan yaitu manfaat langsung, manfaat tidak langsung. Sedangkan
nilai bukan kegunaan, yaitu manfaat pilihan, manfaat keberadaan dan manfaat warisan
(pearce dan moran, 1994).
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan Kelurahan Airlangga (sekitar TPS Srikana), Kota Surabaya,
Provinsi Jawa Timur. Penentuan lokasi didasarkan oleh kondisi TPS Srikana yang tidak layak,
yakni terjadi penumpukan sampah yang disebabkan karena volume sampah rumah tangga terus
bertambah dan pengelolaan yang kurang efektif. Penyebabnya adalah TPS Srikana belum
memiliki pengolahan dan pemilahan sampah, selain itu kurangnya jumlah pengangkutan ke TPA
Benowo. Dampak yang ditimbulkan berdasarkan observasi lapangan adalah bau sampah yang
mengganggu pemukiman sekitar. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2017.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada sample
50 responden, observasi lapangan, dan studi kepustakaan. Pemilihan responden sebagai
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yang dilakukan berdasarkan tujuan
penelitian.
Tabel 3.1
Matriks Analisi Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Jenis Data
Mengetahui preferensi
wawancara
kesediaan responden
terhadap
terhadap kemampuan Analisis
1 responden Primer
membayar perbaikan Deskriptif
dengan media
pengelolaan TPS
kuisioner
Srikana
Menganalisa variabel
wawancara
yang mempengaruhi
terhadap Metode
WTP (willingness to
2 responden valuasi Primer
pay) masyarakat
dengan media ekonomi
terhadap perbaikan
kuisioner
TPS Srikana
Regresi adalah sebuah analisa untuk mengetahui bagaimana hubungan fungsional antara
variabel-variabel yang terlibat dalam suatu permasalahan (Sudjana, 1996). Persamaan
regresi terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel tak bebas
(dependent variable). Melalui regresi sederhana variabel dependen WTP dengan variabel
independen pendapatan total setiap keluarga. Kemudian nilai intersep dari pendapatan
digunakan untuk perhitungan WTP setiap individu berdasarkan skenario yang dipilih.
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagram 4.1
Gender
Laki-laki perempuan
30%
70%
Diagram 4.2
Diagram 4.3
Pendapatan Total
22
8 6 7 5 2
Diagram 4.4
Kondisi TPS
44% Layak
56% Tidak Layak
Diagram 4.5
Kedatangan ke TPS
Tidak Pernah
24%
Pernah
76%
Diagram 4.6
Kesediaan Membayar
Bersedia
Membayar
36%
Tidak Bersedia
64%
Diagram 4.6 persentase kesediaan membayar bagi responden, diketahui bahwa sebanyak 36%
dari total responden atau sebanyak 18 orang menyatakan bersedia untuk membayar perbaikan
TPS Srikana. Sedangkan, 64% dari total 50 responden atau sebanyak 32 orang menyatakan tidak
bersedia membayar valuasi TPS Srikana, sehingga hasil penelitian yang diperoleh dari total
keseluruhan kesediaan membayar, paling banyak dihasilkan tidak bersedia membayar sehingga
dapat diambil keputusan bahwa responden lebih memilih berada pada konsisi Status-quo atau
kondisi tetap. Adapun beberapa alasan-alasan responden, yaitu:
a. Bersedia membayar
Agar TPS Srikana terlihat lebih bersih dan estetika lingkungan tampak.
Adanya sistem pengolahan sampah sehingga bau danpat terurai.
Sistem teknologi pemilah sampah sesuai sqenario mampu digunakan sarana
efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan sampah.
Dalam penelitian ini juga melihat dari nilai manfaat non-kegunaan yang kami analisa
adalah manfaat pilihan dari valuasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Srikana yang
diperoleh dari menghitung willingness to pay (WTP) masyarakat. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada 50 responden, perhitungan besar nilai WTP dengan menggunakan rumus :
Sehingga akan diperoleh kesediaan membayar perbaikan pengolahan TPS yang diperoleh
masyarakat sebesar Rp 654.500 per bulan, dan WTP Rp 23.562.000 untuk per 3 tahun. Untuk
WTP bernilai 3 tahun sebab pada saat kondisi Skenario, teknologi sistem pengolahan sampah
diasumsikan selama 3 tahun.
1. Tawaran Pertama
Atribut Status quo Skenario 1 Skenario 2
Metode
pembayaran
/ keindahan Cash Cash PDAM
Daur ulang Tidak terdapat Kecepatan pegolahan : 20 ton/hari Kecepatan pengolahan : 40 ton/hari
(alat olah) mesin
pengolahan
Jumlah
angkutan 4 Trip 5 Trip 6 Trip
truk
Metode
pembayaran
/ keindahan Cash Cash PDAM
Daur ulang Tidak terdapat Kecepatan pegolahan : 20 ton/hari Kecepatan pengolahan : 40 ton/hari
(alat olah) mesin
pengolahan
Jumlah
angkutan 4 Trip 5 Trip 6 Trip
truk
Perhitungan tawaran kedua diperoleh total WTP dari masyarakat sebesar Rp 639.494
per bulan dan Rp 23.021.973 untuk per 3 tahun. Secara keseluruhan rata-rata
kesedian membayar masyarakat Rp 12.790 setiap bulannya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesediaan membayar perbaikan pengolahan TPS yang diperoleh masyarakat sebesar Rp
654.500 per bulan, dan WTP Rp 23.562.000 untuk per 3 tahun. Untuk WTP bernilai 3
tahun sebab pada saat kondisi Skenario, teknologi sistem pengolahan sampah
diasumsikan selama 3 tahun.
Pada tawaran pertama, total WTP dari masyarakat sebesar Rp 668.471 per bulan dan Rp
24.064.973 untuk per 3 tahun. Secara keseluruhan rata-rata kesediaan membayar
masyarakat Rp 13.369 setiap bulannya.
Pada tawaran kedua, total WTP dari masyarakat sebesar Rp 639.494 per bulan dan Rp
23.021.973 untuk per 3 tahun. Secara keseluruhan rata-rata kesedian membayar
masyarakat Rp 12.790 setiap bulannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua tawaran tidak dapat dipenuhi oleh
masyarakat sekitar TPS Srikana karena kesediaan membayarnya lebih kecil dari biaya yang
diperlukan untuk perbaikan pengelolaan sampah dengan tambahan mesin atau jumlah
angkutan.
5.2 Saran
Pemerintah perlu memberikan subsidi untuk pembelian alat pengolah sampah di TPS yang
membutuhkan sehingga tidak menimbulkan bau atau penyakit. Pentingnya subsidi karena
pendapatan masyarakat TPS Srikana tidak memadai untuk melakukan perubahan. Selain itu
perbaikan juga harus disertai keberlanjutan, artinya pengelolaan sampah harus memberikan
manfaat ekonomis kepada masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Rosalina, Evi Gravitiani. 2014. Penilaian Willingness To Pay Perbaikan Kualitas Udara
Menggunakan Contingent Valuation Method. Dalam jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Volume 15 Hal 118-120
Dedi, Arya Rezagama, dkk. 2015. Analisis Ekonomi Lingkungan Terhadap Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah (Tpa) Jatibarang Kota Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan.
Indramawan, Dandy Permana. 2014. Analisis Willingness To Pay Pengelolaan Sampah Terpadu
Di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Wikanti, Uliva Jatu. 2017. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Willingness To Pay Terhadap
Konservasi Magrove Di Kawasan Pantai Baros. (online)
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/10572
Lampiran 1
Hasil regresi
Lampiran II
Pada penelitian ini, kami mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi
Ekonomi Pembangunan akan melakukan valuasi ekonomi atau upaya memberikan nilai
kuantitatif dengan nominal rupiah terhadap kesediaan membayar masyarakat sekitar TPS Srikana
untuk menjadi lebih baik. Mengingat kondisi TPS Srikana yang menimbulkan bau diakibatkan
sampah yang menumpuk dan tidak adanya alat untuk pengolahan dan pemilahan sampah dari
masyarakat.
*PETUNJUK PENGISIAN
5. Status Pernikahan
a. Belum Menikah
b. Menikah
6. Pekerjaan anda sebagai
a. Pegawai Swasta d. PNS
b. TNI/Polri e. BUMN/BUMD
c. Wiraswasta f. Petani/Pedagang
g. Tidak Bekerja
h. Ibu rumah tangga
i. Lainnya ………..
20
7. Pendapatan
a. < 1.000.000 Tepatnya : Rp.
b. 1.000.000 -<2.000.000 Tepatnya : Rp.
c. 2.000.000 -<3.000.000 Tepatnya : Rp.
d. 3.000.000 -<4.000.000 Tepatnya : Rp.
e. 4.000.000 -<5.000.000 Tepatnya : Rp.
f. > 5.000.000 Tepatnya : Rp.
20
21
14. Menurut Anda bagaimana kondisi kebersihan dan kelayakan TPS Srikana saat
ini
a. Layak
b. Tidak Layak
C. SKENARIO
Skenario yang ditawarkan merupakan pilihan perbaikan dari TPS
Srikana agar kondisinya menjadi lebih baik dan layak. Terdapat beberapa
komponen yang diperbaiki yaitu, peningkatan iuran, perubahan metode
pembayaran, penambahan alat daur ulang, dan penambahan pengangkutan
(trip) ke TPA Benowo. Responden dapat memilih kondisi tetap, skenario 1
atau 2 dengan mempertimbangkan kesediaan membayar.
15. Dengan kondisi TPS Srikana SEKARANG , berapa nilai kesediaan anda
bayarkan untuk memperbaiki kondisinya ?
Metode
pembayaran
/ keindahan Cash Cash PDAM
Daur ulang Tidak terdapat Kecepatan pegolahan : 20 ton/hari Kecepatan pengolahan : 40 ton/hari
(alat olah) mesin
pengolahan
Jumlah
angkutan 4 Trip 5 Trip 6 Trip
truk
21
22
Metode
pembayaran
/ keindahan Cash Cash PDAM
Daur ulang Tidak terdapat Kecepatan pegolahan : 20 ton/hari Kecepatan pengolahan : 40 ton/hari
(alat olah) mesin
pengolahan
Jumlah
angkutan 4 Trip 5 Trip 6 Trip
truk
a. Status quo (tetap seperti saat ini)
b. Skenario 1
c. Skenario 2
22