Anda di halaman 1dari 22

VALUASI PERBAIKAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

SEMENTARA (TPS)
(STUDI KASUS TPS SRIKANA)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Lingkungan

Oleh :

Aditya Rizky Raamadhan 041411133043


Rista Setyana 041511133002
Siti Nur Umami 041511133087
Muhammad Rifqi 041511133148

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran atau polusi tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi,
mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kepada
lingkungannya. Jumlah penduduk yang makin meningkat serta percepatan laju pembangunan
ekonomi menyebabkan kebutuhannya makin meningkat pula. Hal ini berdampak negatif pada
lingkungan, salah satunya adalah menyebabkan makin meningkatnya limbah rumah tangga,
seperti sampah dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Manusia sebagai pelaku utama dalam pembangunan ekonomi merupakan salah satu
komponen penting dalam permasalahan lingkungan dengan segala aktivitasnya. Populasi
manusia yang setiap tahun bertambah mengakibatkan semakin tingginya aktivitas manusia yang
berpengaruh pada meningkatnya kebutuhan hidup. Setiap manusia melakukan konsumsi dan
kegiatan lainnya setiap harinya. Kegiatan – kegiatan ini akan menghasilkan sisa atau buangan
yang dinamakan sampah. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam
yang berbentuk padat. Setiap individu pasti menghasilkan sampah dalam jumlah yang variatif
setiap harinya. Jumlah volume sampah semakin meningkat seiring dengan peningkatan
pertumbuhan penduduk kota. Peningkatan timbulan sampah juga merupakan konsekuensi dari
peningkatan kualitas dan perubahan pola hidup masyarakat karena meningkatnya kesejahteraan
mereka.

Besarnya produksi sampah di Surabaya tidak lepas dari semakin meningkatnya jumlah
penduduk Kota Surabaya. Setiap individu pasti menghasilkan zat sisa atau limbah atau sampah,
sehingga semakin bertambahnya penduduk maka semakin bertambah pula sampah yang
dihasilkan. Pergerakan perekonomian yang pesat di Kota Surabaya turut serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kemakmuran atau kesejahteraan masyarakat maka
kebutuhan masyarakat juga akan naik, karena perubahan pola pikir dan pola hidupnya.

Keadaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Srikana yang ada pada saat ini
masih bisa dibilang kurang layak dalam menanggulangi sampah-sampah masyarakat yang
dilayani. Luasnya mecapai 9 x 23 m2, dengan jumlah fasilitas pengankut 9 tossa dan 40
Gerobak. Cakupan wilayah pelayanan, yaitu Kelurahan Airlangga, Kertajaya, Gubeng, Mojo,
Mulyorejo, dan sebagian Manyar. Dengan perkiraan jumlah produksi volume sampah per hari
65m3 dan hampir setiap hari tidak semuanya terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
yang menyebabkan penumpukan sampah dan menimbulkan aroma tak sedap di sekitar TPS.

Valuasi ekonomi perlu dilakukan terhadap Tempat Pembuangan Sampah Sementara


(TPS) Srikana untuk menghitung nilai eksternalitas pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPS). Oleh karena itu, kami tertarik untuk membuat penelitian terkait Valuasi
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Srikana.
Pada penelitian ini, valuasi ekonomi atau upaya memberikan nilai kuantitatif dengan
nominal rupiah terhadap kesediaan membayar masyarakat sekitar TPS Srikana untuk menjadi
lebih baik. Mengingat kondisi TPS Srikana yang menimbulkan bau diakibatkan sampah yang
menumpuk dan tidak adanya alat untuk pengolahan dan pemilahan sampah dari masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari penjelasan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan


penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana penilaian masyarakat terhadap TPS Srikana ?


2. Berapa nilai yang bersedia dibayarkan masyarakat Kelurahan Airlangga, Kertajaya,
Gubeng, Mojo dan Mulyorejo dalam pengelolaan sampah terpadu ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis penilaian masyarakat terhadap TPS Srikana


2. Mengestimasi nilai kesediaan membayar Kelurahan Airlangga, Kertajaya, Gubeng,
Mojo dan Mulyorejo dalam pengelolaan sampah terpadu.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti : Menerapkan ilmu untuk melakukan valuasi ekonomi pada Tempat


Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Srikana.
2. Pemerintah : Dapat menjadi bahan acuan dalam menanggulangi sampah di Kota
Surabaya.
3. Masyarakat : Dapat menanamkan sifat menjaga lingkungan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)
Secara umum, willingness to pay (WTP) atau kemauan unntuk membayar didefinisikan
sebagai jumlah yang bersedia dibayarkan seorang konsumen untuk memperoleh suatu barang
atau jasa. Penggunaan Kurva Permintaan untuk Mengukur Surplus konsumen. Surplus konsumen
dapat melihat perbedaan antara jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan oleh konsumen
dengan jumlah yang sebenarnya yang dibayarkan konsumen atau harga pasar untuk sebuah
barang atau jasa. Surplus konsumen memiliki kaitan dengan apa yang disebut kurva permintaan
atas suatu produk. Dalam kurva permintaan, pada setiap kuantitas yang diminta, harga kesediaan
ditunjukan oleh kurva - kurva permintaan sama dengan kesediaan membayar pembeli marjinal
(marginal buyer), yakni pembeli yang akan langsung meninggalkan pasar pertama kali begitu
harga naik lagi. Dalam kata lain, konsumen menilai seberapa pantas harga barang/jasa tersebut
dibandingkan dengan kegunaan serta manfaat yang akan didapatkan dari barang/jasa tersebut.

2.1.2.1 Konsep Willingness To Pay


Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk
membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa
alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. Dalam WTP dihitung seberapa jauh
kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan
uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai degan kondisi yang diinginkan.
WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Hanley
dan Spash, 1993). Menurut Syakya (2005) WTP adalah metode yang bertujuan untuk
mengetahui pada level berapa seseorang mampu membayar biaya perbaikan lingkungan apabila
ingin lingkungan menjadi baik.

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam penghitungan WTP untuk menghitung


peningkatan atau kemunduran kondisi lingkungan adalah:

1. Menghitung biaya yang bersedia dikeluarkan oleh individu untuk mengurangi dampak
negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan.
2. Menghitung pengurangan atau penambahan nilai atau harga dari suatu barang akibat
semakin menurunnya atau meningkatnya kualitas lingkungan.
3. Melalui suatu survey untuk menentukan tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar
dalam rangka mengurangi dampak negatif pada lingkungan atau untuk mendapatkan
lingkungan yang lebih baik.

Empat metode untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTP responden (Hanley dan
Spash, 1993), yaitu:
1. Metode Tawar Menawar (Bidding Game)

Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia


membayar / menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point).
Jika “ya” maka besarnya nilai uang diturunkan/dinaikkan sampai ke tingkat yang disepakati.

2. Metode Pertanyaan Terbuka (Open-Ended Question)

Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah
maksimal uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimal uang ingin diterima akibat perubahan
kualitas lingkungan. Kelebihan metode ini adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang
bisa mempengaruhi nilai yang diberikan dan metode ini tidak menggunakan nilai awal yang
ditawarkan sehingg tidak akan timbul bias titik awal. Sementara kelemahan metode ini adalah
kurangnya akurasi nilai yang diberikan dan terlalu besar variasinya.

3. Metode Kartu Pembayaran (Payment Card)

Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai
kemampuan untuk membayar atau kesediaan untuk menerima dimana responden tersebut dapat
memilih nilai maksimal atau nilai minimal yang sesuai dengan preferensinya. Pada awalnya,
metode ini dikembangkan untuk mengatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Untuk
meningkatkan kualitas metode ini terkadang diberikan semacam nilai patokan yang
menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi
barang lingkungan yang lain.

4. Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi (Close-Ended Referendum)


Metode ini menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah
responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh kualitas
lingkungan tertentu apakah responden mau menerima atau tidak sejumlah uang tersebut sebagai
kompensasi atau diterimanya penurunan nilai kualitas lingkungan.

Menurut Whitehead, 1994, WTP untuk konsumen dan produsen adalah :

WTP = f (Q 1 , Y 1 , T 1 , S 1 ) (2.2)

Dimana :

Q1 = Kuantitas dan kualitas atribut

Y1 = Tingkat pendapatan

T1 = Selera

S1 = Faktor – faktor sosial ekonomi yang relevan

2.2 Valuasi Ekonomi


Valuasi ekonomi merupakan suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari
apakah ia memiliki nilai pasar (market value) atau tidak (Susilowati,2012). Tujuan dari
valuasi adalah menentukan besarnya nilai ekonomi dari pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan.

Secara spesifik, Fauzi (2006:212) menggolongkan teknik valuasi ekonomi sumber daya
yang tidak terefleksi dalam harga pasar (non-market valuation) ke dalam dua kelompok.
Kelompok pertama adalah teknik valuasi ekonomi yang mengandalkan harga implisit
dimana willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan dengan
mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Beberapa teknik
yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah travel cost method (TCM),
hedonic pricing, danrandom utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi
ekonomi yang didasarkan pada survei dengan WTP diperoleh langsung dari responden,
yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis (survey expressed
willingness to pay). Teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah contingent
valuation method (CVM), random utility model, dan contingent choice model.

Untuk menghitung nilai ekonomi total, dibedakan menjadi nilai kegunaan dan nilai bukan
kegunaan. Nilai kegunaan yaitu manfaat langsung, manfaat tidak langsung. Sedangkan
nilai bukan kegunaan, yaitu manfaat pilihan, manfaat keberadaan dan manfaat warisan
(pearce dan moran, 1994).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Kelurahan Airlangga (sekitar TPS Srikana), Kota Surabaya,
Provinsi Jawa Timur. Penentuan lokasi didasarkan oleh kondisi TPS Srikana yang tidak layak,
yakni terjadi penumpukan sampah yang disebabkan karena volume sampah rumah tangga terus
bertambah dan pengelolaan yang kurang efektif. Penyebabnya adalah TPS Srikana belum
memiliki pengolahan dan pemilahan sampah, selain itu kurangnya jumlah pengangkutan ke TPA
Benowo. Dampak yang ditimbulkan berdasarkan observasi lapangan adalah bau sampah yang
mengganggu pemukiman sekitar. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2017.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.


1. Data primer Merupakan sumber data penelitian yang secara langsung dari sumber
asli atau tidak melalui perantara, diperoleh melalui wawancara dan pengisian
kuisioner oleh responden yang merupakan masyarakat Kelurahan Airlangga Kota
Surabaya terhadap keinginan membayar perbaikan pengelolaan sampah di TPS
Srikana.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu
melalui media perantara. Data sekunder diperoleh berasal dari atau diterbitkan
oleh kalangan atau organisasi atau lembaga lain (Santosa & Hamdani, 2007). Data
sekunder diperoleh dari literatur, jurnal, dan buku tentang studi ekonomi
lingkungan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada sample
50 responden, observasi lapangan, dan studi kepustakaan. Pemilihan responden sebagai
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yang dilakukan berdasarkan tujuan
penelitian.

Tabel 3.1
Matriks Analisi Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Jenis Data
Mengetahui preferensi
wawancara
kesediaan responden
terhadap
terhadap kemampuan Analisis
1 responden Primer
membayar perbaikan Deskriptif
dengan media
pengelolaan TPS
kuisioner
Srikana
Menganalisa variabel
wawancara
yang mempengaruhi
terhadap Metode
WTP (willingness to
2 responden valuasi Primer
pay) masyarakat
dengan media ekonomi
terhadap perbaikan
kuisioner
TPS Srikana

3.4 Metode Analisis


3.4.1 Analisis deskriptif dengan menjawabarkan hasil kuesioner yang disebar kepada responden
dan menampilkannya dalam diagram disertai interpretasi data.

3.4.2 Perhitungan Nilai WTP

 Menghitung rataan (mean) WTP


Menghitung rataan WTP setiap individu yang disurvei. Nilai ini diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh nilai WTP yang kemudian dibagi dengan jumlah responden.

 Menghitung WTP individu

Regresi adalah sebuah analisa untuk mengetahui bagaimana hubungan fungsional antara
variabel-variabel yang terlibat dalam suatu permasalahan (Sudjana, 1996). Persamaan
regresi terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel tak bebas
(dependent variable). Melalui regresi sederhana variabel dependen WTP dengan variabel
independen pendapatan total setiap keluarga. Kemudian nilai intersep dari pendapatan
digunakan untuk perhitungan WTP setiap individu berdasarkan skenario yang dipilih.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penilaian Masyarakat Terhadap TPS Srikana


Sebagai upaya untuk mengetahui penilaian masyarakat terhadap valuasi nilai TPS
Srikana, maka wawancara dilakukan terhadap 50 orang responden. Sebagaimana tersaji
dalam Diagram 4.1 diketahui bahwa sebanyak 30% atau 15 responden berjenis kelamin
laki-laki sedangkan sebanyak 70% atau 35 responden berjenis kelamin perempuan.

Diagram 4.1
Gender
Laki-laki perempuan

30%

70%

Sumber : Data primer, diolah (Desember, 2017)

Jika di kelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan maka dominasi tertinggi


untuk pendidikan formal terakhir ialah dari lulusan jenjang Sekolah Dasar (SD) sebesar
22 responden, serta 13 orang responden memiliki pendidikan terakhir SMA, sebanyak 12
responden merupakan lulusan SMP. Namun, responden yang memiliki lulusan Perguruan
tinggi hanya sebesar 1 dan tidak berstatus pendidikan formal terakhir juga bernilai 1
responden. Grafik klasifikasi tingkat pendidikan tersaji dalam Diagram 4.2 berikut.

Diagram 4.2

Pendidikan Formal Terakhir


25
20
15
10
5
0

Sumber : Data primer, diolah (Desember, 2017)


Dilihat dari tingkat Pendapatan total responden , sebanyak 8 orang responden
memiliki pendapatan total sebesar <Rp 1.000.000. sebanyak 22 responden memiliki
rentan pendapatan sebesar Rp 1.000.000.-<Rp 2.000.000. dan sebanyak 6 responden
memiliki rentan pendapatan sebesar Rp 2.000.000.-<Rp 3.000.000, 7 responden dengan
rentan pendapatan total Rp 3.000.000.-<Rp 4.000.000 serta rentan Rp 4.000.000.-<Rp
5.000.000 sebesar 5 responden, dan dengan pendapatan total diatas Rp 5.000.000,00
sebesar 2 responden, sehingga total responden yang berpendapatan total sebanyak 50
responden. Data tentang pendapatan total responden tersaji dalam Diagram 4.3.

Diagram 4.3

Pendapatan Total

22
8 6 7 5 2

Sumber : Data primer, diolah (Desember, 2017)


Sedangkan, dilihat dari kondisi TPS Srikana sebanyak 56% atau sebanyak 28
responden menyatakan bahwa TPS Srikana masih dan terlihat layak digunakan,
sedangkan sebanyak 44% atau 22 responden menyatakan bahwa TPS Srikana tidak layak
untuk digunakan atau perlu adanya sebuah perbaikan, hasil ini juga di peroleh dari
responden yang pernah atau tidak pernah secara langsung mengetahui keadaan TPS
Srikana, menurut data primer yang diolah sebanyak 76% atau sebanyak 38 responden
telah datang langsung melihat kondisi TPS Srikan dan sisanya 24% atau 12 responden
tidak pernah melihat kondisi TPS Srikana secara langsung. Hal ini disajikan dalam
Diagram 4.4 dan Diagram 4.5.

Diagram 4.4
Kondisi TPS

44% Layak
56% Tidak Layak

Sumber : Data primer, diolah (Desember, 2017)

Diagram 4.5

Kedatangan ke TPS
Tidak Pernah
24%

Pernah
76%

Sumber : Data primer, diolah (Desember, 2017)


4.2 Estimasi Willingness To Pay Terhadap Valuasi TPS Srikana
Pada penelitian ini, besarnya tingkat kesediaan membayar responden untuk memperbaiki
kawasan area TPS Srikana berada pada keadaan Status-quo dimana pada kondisi tetap sebesar
Rp 10.000. Dimana, persentase reponden yang bersedia ataupun tidak bersedia membayar dari
50 orang yang telah diteliti dapat dilihat pada Diagram 4.6, berikut:

Diagram 4.6
Kesediaan Membayar
Bersedia
Membayar
36%

Tidak Bersedia
64%

Sumber : Data primer, diolah (Desember, 2017)

Diagram 4.6 persentase kesediaan membayar bagi responden, diketahui bahwa sebanyak 36%
dari total responden atau sebanyak 18 orang menyatakan bersedia untuk membayar perbaikan
TPS Srikana. Sedangkan, 64% dari total 50 responden atau sebanyak 32 orang menyatakan tidak
bersedia membayar valuasi TPS Srikana, sehingga hasil penelitian yang diperoleh dari total
keseluruhan kesediaan membayar, paling banyak dihasilkan tidak bersedia membayar sehingga
dapat diambil keputusan bahwa responden lebih memilih berada pada konsisi Status-quo atau
kondisi tetap. Adapun beberapa alasan-alasan responden, yaitu:
a. Bersedia membayar
 Agar TPS Srikana terlihat lebih bersih dan estetika lingkungan tampak.
 Adanya sistem pengolahan sampah sehingga bau danpat terurai.
 Sistem teknologi pemilah sampah sesuai sqenario mampu digunakan sarana
efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan sampah.

b. Tidak bersedia membayar


 TPS Srikana sudah Layak dijadikan tempat pembuangan sementara.
 Biaya sebesar Sqenario terlalu besar untuk masyarakat yang kurang mampu.
 Seharusnya mendapat subsidi untuk masyarakat yang kurang mampu.
 Hanya sebagian masyarakat yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan
terkait kondisi TPS Srikana.

Dalam penelitian ini juga melihat dari nilai manfaat non-kegunaan yang kami analisa
adalah manfaat pilihan dari valuasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Srikana yang
diperoleh dari menghitung willingness to pay (WTP) masyarakat. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada 50 responden, perhitungan besar nilai WTP dengan menggunakan rumus :

Sehingga akan diperoleh kesediaan membayar perbaikan pengolahan TPS yang diperoleh
masyarakat sebesar Rp 654.500 per bulan, dan WTP Rp 23.562.000 untuk per 3 tahun. Untuk
WTP bernilai 3 tahun sebab pada saat kondisi Skenario, teknologi sistem pengolahan sampah
diasumsikan selama 3 tahun.

WTP Untuk Individu Pada Setiap Skenario Pilihan

Hasil regresi variabel WTP dengan pendapatan total

1. Tawaran Pertama
Atribut Status quo Skenario 1 Skenario 2

Iuran Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 17.000

Metode
pembayaran
/ keindahan Cash Cash PDAM
Daur ulang Tidak terdapat Kecepatan pegolahan : 20 ton/hari Kecepatan pengolahan : 40 ton/hari
(alat olah) mesin
pengolahan

Jumlah
angkutan 4 Trip 5 Trip 6 Trip
truk

Persamaan yang dihasilkan WTP = 11495.81 + 0.00079 pendapatan total.


Berdasarkan perhitungan tawaran skenario pertama diperoleh total WTP dari
masyarakat sebesar Rp 668.471 per bulan dan Rp 24.064.973 untuk per 3 tahun.
Secara keseluruhan rata-rata kesediaan membayar masyarakat Rp 13.369 setiap
bulannya.
2. Tawaran Kedua
Atribut Status quo Skenario 1 Skenario 2

Iuran Rp 10.000 Rp 17.500 Rp 20.000

Metode
pembayaran
/ keindahan Cash Cash PDAM
Daur ulang Tidak terdapat Kecepatan pegolahan : 20 ton/hari Kecepatan pengolahan : 40 ton/hari
(alat olah) mesin
pengolahan

Jumlah
angkutan 4 Trip 5 Trip 6 Trip
truk

Perhitungan tawaran kedua diperoleh total WTP dari masyarakat sebesar Rp 639.494
per bulan dan Rp 23.021.973 untuk per 3 tahun. Secara keseluruhan rata-rata
kesedian membayar masyarakat Rp 12.790 setiap bulannya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Kesediaan membayar perbaikan pengolahan TPS yang diperoleh masyarakat sebesar Rp
654.500 per bulan, dan WTP Rp 23.562.000 untuk per 3 tahun. Untuk WTP bernilai 3
tahun sebab pada saat kondisi Skenario, teknologi sistem pengolahan sampah
diasumsikan selama 3 tahun.
 Pada tawaran pertama, total WTP dari masyarakat sebesar Rp 668.471 per bulan dan Rp
24.064.973 untuk per 3 tahun. Secara keseluruhan rata-rata kesediaan membayar
masyarakat Rp 13.369 setiap bulannya.
 Pada tawaran kedua, total WTP dari masyarakat sebesar Rp 639.494 per bulan dan Rp
23.021.973 untuk per 3 tahun. Secara keseluruhan rata-rata kesedian membayar
masyarakat Rp 12.790 setiap bulannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua tawaran tidak dapat dipenuhi oleh
masyarakat sekitar TPS Srikana karena kesediaan membayarnya lebih kecil dari biaya yang
diperlukan untuk perbaikan pengelolaan sampah dengan tambahan mesin atau jumlah
angkutan.

5.2 Saran
Pemerintah perlu memberikan subsidi untuk pembelian alat pengolah sampah di TPS yang
membutuhkan sehingga tidak menimbulkan bau atau penyakit. Pentingnya subsidi karena
pendapatan masyarakat TPS Srikana tidak memadai untuk melakukan perubahan. Selain itu
perbaikan juga harus disertai keberlanjutan, artinya pengelolaan sampah harus memberikan
manfaat ekonomis kepada masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

Rosalina, Evi Gravitiani. 2014. Penilaian Willingness To Pay Perbaikan Kualitas Udara
Menggunakan Contingent Valuation Method. Dalam jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Volume 15 Hal 118-120
Dedi, Arya Rezagama, dkk. 2015. Analisis Ekonomi Lingkungan Terhadap Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah (Tpa) Jatibarang Kota Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan.

Indramawan, Dandy Permana. 2014. Analisis Willingness To Pay Pengelolaan Sampah Terpadu
Di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Wikanti, Uliva Jatu. 2017. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Willingness To Pay Terhadap
Konservasi Magrove Di Kawasan Pantai Baros. (online)
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/10572
Lampiran 1

Hasil regresi

Lampiran II
Pada penelitian ini, kami mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi
Ekonomi Pembangunan akan melakukan valuasi ekonomi atau upaya memberikan nilai
kuantitatif dengan nominal rupiah terhadap kesediaan membayar masyarakat sekitar TPS Srikana
untuk menjadi lebih baik. Mengingat kondisi TPS Srikana yang menimbulkan bau diakibatkan
sampah yang menumpuk dan tidak adanya alat untuk pengolahan dan pemilahan sampah dari
masyarakat.

*PETUNJUK PENGISIAN

1. Isilah pertanyaan dengan sebenar-benarnya


2. Ikuti petunjuk dan arahan yang diberikan pada setiap nomor
3. Berikan tanda silang (x) pada setiap pilihan yang diajukan
4. Apabila terdapat kesulitan dalam pengisian silahkan bertanya kepada pemberi kuesioner
A. DATA RESPONDEN
1. Nama
2. Usia
3. Jenis Kelamin
4. Pendidikan Formal Terakhir
a. Tidak Sekolah
b. SD Kelas : 123456
c. SMP Kelas : 123
d. SMA/STM Kelas : 123
e. Perguruan Tinggi Jenjang : D3 S1 S2 S3
f. Lainnya Sebutkan ………

5. Status Pernikahan
a. Belum Menikah
b. Menikah
6. Pekerjaan anda sebagai
a. Pegawai Swasta d. PNS
b. TNI/Polri e. BUMN/BUMD
c. Wiraswasta f. Petani/Pedagang
g. Tidak Bekerja
h. Ibu rumah tangga
i. Lainnya ………..
20

7. Pendapatan
a. < 1.000.000 Tepatnya : Rp.
b. 1.000.000 -<2.000.000 Tepatnya : Rp.
c. 2.000.000 -<3.000.000 Tepatnya : Rp.
d. 3.000.000 -<4.000.000 Tepatnya : Rp.
e. 4.000.000 -<5.000.000 Tepatnya : Rp.
f. > 5.000.000 Tepatnya : Rp.

8. Status dalam Keluarga


a. Kepala rumah tangga
b. Ibu rumah tangga
c. Anak
d. Lainnya …………
9. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Anda sebutkan di atas ?
a. Ya, bekerja sebagai …………….
b. Tidak, *lanjut ke no. 12
10. Jika ya, berapakan pendapatan per bulan yang Anda dapatkan dari pekerjaan
sambilan tersebut?
Rp………………..
11. Jumlah keluarga yang tinggal di rumah
……………… orang
B. INFORMASI
12. Apakah Anda membayar iuran sampah secara rutin
a. Ya, setiap ……………
b. Tidak
13. Apakah Anda pernah datang atau melalui TPS Srikana
a. Ya
b. Tidak, *Lanjut ke no. 15

20
21

14. Menurut Anda bagaimana kondisi kebersihan dan kelayakan TPS Srikana saat
ini
a. Layak
b. Tidak Layak
C. SKENARIO
Skenario yang ditawarkan merupakan pilihan perbaikan dari TPS
Srikana agar kondisinya menjadi lebih baik dan layak. Terdapat beberapa
komponen yang diperbaiki yaitu, peningkatan iuran, perubahan metode
pembayaran, penambahan alat daur ulang, dan penambahan pengangkutan
(trip) ke TPA Benowo. Responden dapat memilih kondisi tetap, skenario 1
atau 2 dengan mempertimbangkan kesediaan membayar.
15. Dengan kondisi TPS Srikana SEKARANG , berapa nilai kesediaan anda
bayarkan untuk memperbaiki kondisinya ?

Atribut Status quo Skenario 1 Skenario 2

Iuran Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 17.000

Metode
pembayaran
/ keindahan Cash Cash PDAM
Daur ulang Tidak terdapat Kecepatan pegolahan : 20 ton/hari Kecepatan pengolahan : 40 ton/hari
(alat olah) mesin
pengolahan

Jumlah
angkutan 4 Trip 5 Trip 6 Trip
truk

a. Status quo (tetap seperti saat ini)


b. Skenario 1
c. Skenario 2

21
22

Atribut Status quo Skenario 1 Skenario 2

Iuran Rp 10.000 Rp 17.500 Rp 20.000

Metode
pembayaran
/ keindahan Cash Cash PDAM
Daur ulang Tidak terdapat Kecepatan pegolahan : 20 ton/hari Kecepatan pengolahan : 40 ton/hari
(alat olah) mesin
pengolahan

Jumlah
angkutan 4 Trip 5 Trip 6 Trip
truk
a. Status quo (tetap seperti saat ini)
b. Skenario 1
c. Skenario 2

22

Anda mungkin juga menyukai