Anda di halaman 1dari 7

Nama: Arta Sari Sitorus

Nim: L1A120055

Kelas: R003

MK: Ekonomi sumberdaya hutan

TEORI VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN HUTAN

1. DEFENISI VALUASI EKONOMI SDA MENURUT PADA AHLI

Pengelolaan sumberdaya alam termasuk hutan terkait erat dengan ekonomi, dimana
pemanfaatan sumberdaya alam memerlukan biaya dan memberikan manfaat ekonomi.
Apabila areal hutan akan dikonversi ke penggunaan lain, maka akan mengakibatkan
hilangnya fungsi ekologi dan sosial seperti keanekaragaman hayati, pengatur tata air, tempat
melakukan upacara adat dan sebagainya. Sebaliknya apabila areal hutan tersebut dikonservasi
maka akan mengakibatkan timbulnya biaya seperti biaya pengelolaan dan biaya hilangnya
kesempatan untuk pemanfaatan (opportunity cost).

Menurut Adrianto (2005), sumberdaya secara awam sering diartikan sebagai sesuatu yang
bernilai untuk melaksanakan kegiatan. Randall (1997) mengatakan bahwa sumberdaya dapat
didefinisikan dalam arti luas sebagai segala sesuatu yang baik langsung maupun tidak
langsung memiliki nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam pandangan ekonomi
tradisional, istilah sumberdaya digunakan untuk menyebut input dari sebuah fungsi produksi.

Sebuah fungsi produksi Y adalah fungsi dari sumberdaya kapital (K) dan tenaga kerja (L)
atau Y = f(K,L), sehingga dapat dikatakan bahwa kapital dan tenaga kerja adalah
sumberdaya. Selain kedua jenis sumberdaya, sumberdaya alam (natural resources)
merupakan salah satu sumberdaya penting dalam pandangan ekonomi. Sumberdaya kapital
(capital resources) menunjuk pada kelompok sumberdaya yang digunakan untuk menciptakan
proses produksi yang lebih efisien.

Menurut Fauzi (2004), secara umum sumberdaya alam dapat digolongkan menjadi dua
kategori besar yaitu (1) berdasarkan skala waktu pertumbuhannya dan (2) berdasarkan
kegunaan akhir. Berdasarkan skala waktu pertumbuhan, sumberdaya alam yang berupa stok
dan sumberdaya alam yang berbentuk flow.

Konsep Dasar Penilaian SDA Pada dasarnya nilai lingkungan terdiri dari dua kelompok yaitu
nilai ekonomi atas dasar penggunaan/pemanfaatan (instrumental value/use value) dan nilai
ekonomi atas dasar bukan penggunaan/pemanfaatan (intrinsic value/non-usevalue).

Total Economic Value (TEV) dapat ditulis dengan:

TEV = UV + NUV

UV = DUV + IUV + OV

NUV = BV + EV

TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + OV) + (BV + EV)

Dimana:

TEV = Total Economic Value (Nilai Ekonomi Total)

UV = Use Value (Nilai Penggunaan)

NUV = Non Use Value (Nilai Intrinsik)

DUV = Direct Use Value (Nilai Penggunaan Langsung)

IUV = Indirect Use Value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung)

OV = Option Use Value (Nilai Pilihan)

BV = Bequest Value (Nilai Warisan/Kebanggaan)

EV = Existence Value (Nilai Keberadaan)

Peran valuasi ekonomi terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan Hutan sangat penting
dalam penentuan suatu kebijakan pembangunan. Menurunnya kualitas sumber daya alam dan
lingkungan merupakan masalah ekonomi, sebab kemampuan sumber daya alam tersebut
menyediakan barang dan jasa menjadi semakin berkurang, terutama pada sumber daya alam
yang tidak dapat dikembalikan seperti semula (irreversible). Oleh karena itu, kuantifikasi
manfaat (benefit) dan kerugian (cost) harus dilakukan agar proses pengambilan keputusan
dapat berjalan dengan memperhatikan aspek keadilan (fairness).
Nilai manfaat langsung adalah nilai yang diperoleh dari manfaat hutan seperti kayu baik kayu
pertukangan maupun kayu bakar, rotan, hewan buruan, tanaman obat serta sayur dan buah
(Bann 1988), yang bisa dihitung dengan mengggunakan rumus:

ML = MEKB + MEK + METO + MEBB + MER +

MEBR + MEBS + MEM + MEL

dimana : ML = Manfaat Langsung

MEKB = Manfaat Ekonomi Kayu Bakar

MEKP = Manfaat Ekonomi Kayu

METO = Manfaat Ekonomi Tanaman Obat

MEBB = Manfaat Ekonomi Binatang Buruan

MER = Manfaat Ekonomi Rotan

2. KONSEP EKONOMI MENURUT TENTANG NILAI

2.1 Konsep Ekonomi Tentang Nilai : Pandangan Neoklasik

Dalam paradigma neoklasik, nilai ekonomi (economic values) dapat dilihat dari sisi kepuasan
konsumen (preferences of consumers) dan keuntungan perusahaan (profit of firms). Dalam
hal ini konsep dasar yang digunakan adalah surplus ekonomi (economic surplus) yang
diperoleh dari penjumlahan surplus oleh konsumen (consumers surplus; CS) dan surplus oleh
produsen (producers surplus; PS) (Grigalunas and Conger, 1995; Freeman III, 2003).Surplus
konsumen terjadi apabila jumlah maksimum yang mampu konsumen bayar lebih besar dari
jumlah yang secara aktual harus dibayar untuk mendapatkan barang atau jasa. Selisih jumlah
tersebut disebut consumers surplus (CS) dan tidak dibayarkan dalam konteks memperoleh
barang yang diinginkan. Sementara itu, surplus produser (PS) terjadi ketika jumlah yang
diterima oleh produsen lebih besar dari jumlah yang harus dikeluarkan untuk memproduksi
sebuah barang atau jasa.

2.1 Konsep Ekonomi Tentang Nilai : Pandangan Ecological Economics

Dalam pandangan ecological economics, tujuan valuation tidak semata terkait dengan
maksimisasi kesejahteraan individu, melainkan juga terkait dengan tujuan keberlanjutan
ekologi dan keadilan distribusi (Constanza and Folke, 1997). Bishop (1997) menyatakan
bahwa valuation berbasis pada kesejahteraan individu semata tidak menjamin tercapainya
tujuan ekologi dan keadilan distribusi tersebut. Constanza (2001) menyatakan bahwa perlu
ada ketiga nilai tersebut yang berasal dari tiga tujuan dari penilaian itu sendiri.

Valuasi ekonomi seperti Barton (1994), Barbier (1993), Freeman III (2002) menggunakan
tipologi nilai ekonomi dalam terminologi Total Economic Value (TEV). Dalam konteks ini,
TEV merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan/penggunaan (Use
Value; UV) dan nilai ekonomi berbasis bukan pemanfaatan/penggunaan (Non-Use Value;
NUV). UV terdiri dari nilai-nilai penggunaan langsung (Direct Use Value; DUV), nilai
ekonomi penggunaan tidak langsung (Indirect Use Value; IUV), nilai pilihan (Option Value;
OV).

3. METODELOGI VALUASI EKONOMI

Barton (1994) menyajikan beberapa pendekatan metodologis untuk melakukan penilaian


(valuasi) dari sebuah ekosistem/sumberdaya alam berdasarkan tipologi di atas. Sebagian
besar dari pendekatan tersebut berbasis pada pendekatan biaya (cost-approach) dengan alasan
bahwa pendekatan manfaat (benefit approach) relatif lebih sulit diprediksi (Grigalunas and
Congar, 1995).

4. KERANGKA PENDEKATAN VALUASI EKONOMI

Barbier, et.al (1997) menyediakan sebuah kerangka pendekatan valuasi ekonomi di mana
terdapat 3 tahapan utama dalam melakukan valuasi ekonomi sumberdaya pesisir dan laut,
yaitu :Tahap pertama, adalah mendefinisikan problem dan memilih pendekatan yang tepat
untuk melakukan economic assessment.

Tahap kedua, adalah mendefinisikan ruang lingkup (scope) dan batasan (limits) dari analisis
yang dilakukan serta informasi yang diperlukan untuk melakukan pendekatan terpilih.

Tahap ketiga, adalah mendefinisikan metode pengumpulan data dan teknik valuasi termasuk
analisis dari distribusi dampak yang mungkin dari pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut.

Ketiga tahapan tersebut di atas dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pendugaan
ekonomi (economic assessment) secara utuh yang menggambarkan "willingness to pay"

4.1 Konsep Nilai untuk Sumber Daya dan Willingness To Pay (WTP)

Nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin


mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. konsep WTP
disebut keinginan membayar atau willingness to pay (WTP) seseorang terhadap barang dan
jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan.

konsep WTP berkaitan erat dengan konsep Compensating Variation dan Equivalent Variation
dalam teori permintaan. WTP dapat juga diartikan sebagai jumlah maksimal yang seseorang
bersedia bayarkan untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu. Selain dari
pengukuran nilai ekonomi dapat juga dilakukan melalui pengukuran kesediaan menerima
atau willingness to accept (WTA) yang tidak dalam jumlah minimum pendapatan seseorang
untuk mau menerima penurunan.

Menduga Total Benefit dengan penggunaan WTP sebagai parameter bagi perhitungan total
benefit dengan menggunakan teknik CVM. WTP per individu dapat secara langsung (straight
forward) dapat diperoleh dari hasil perhitungan nilai tengah;

MWTP = 1/n Σ^n yi

dimana, n adalah besaran atau jumlah sampel dan yi adalah besaran WTP yang diberikan
responden ke-i. Apabila sebaran WTP terlalu ekstrim angka minimal dan maksimalnya, maka
disarankan mengganti teknik nilai tengah dari rata-rata menjadi nilai median.

4.2 Travel Cost Method (TCM)

Metode TCM diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotelling pada tahun 1931,
yang kemudian secara formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice (1958) serta Clawson dan
Knetsch (1966), digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka
(outdoor recreation). Secara prinsip, metode TCM mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap
individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi. Tujuan utama TCM adalah ingin
mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya alam melalui pendekatan proxy.

4.2.1 Metodologi

Pendekatan TCM didasarkan pada dua asumsi penting yaitu (Grigalunas and Congar, 1995) :

Asumsi 1 : Pengunjung menempuh perjalanan dengan satu tujuan yaitu mengunjungi sebuah
tempat (site) yang dalam konteks modul ini misalnya adalah pantai.

Asumsi 2 : Pengunjung tidak mendapatkan manfaat tertentu selama perjalanan (misalnya


manfaat berupa kepuasan menikmati pemandangan selama perjalanan), kecuali manfaat
ketika sampai di lokasi yang dituju (kepuasan terhadap pasir putih, laut yang bersih, dll).
Apabila selama perjalanan pengunjung juga mendapatkan manfaat selain yang dari lokasi,
maka manfaat perjalanan dan lokasi dianggap sebagai manfaat bersama (joint goods).

Secara tradisional, pendekatan TCM dimulai dari analisis terhadap lokasi yang akan dituju
dengan menentukan partisi area yang terdapat di sekitar lokasi tujuan. Dalam konteks ini,
lokasi tujuan dikelilingi oleh zona (Zi) yang memiliki jarak (di) terhadap lokasi tujuan.

Setiap zona memiliki dugaan jumlah pengunjung Vi dan populasi Pi katakanlah untuk
periode satu tahun. Dari data ini, maka kita akan mendapatkan laju kunjungan (visitation rate)
Xi dengan;

X= Vi/Ni

4.3 Contigent Valuation Method (CVM)

Pendekatan CVM pertama kali diperkenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai
perilaku perburuan (hunter) di Miami. Pendekatan ini disebut contigent (tergantung)
Pendekatan CVM ini pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan untuk
membayar (willingness to pay atau WTP) dan keinginan menerima (willingness to accept
atau WTA) dari masyarakat. Karena teknik CVM didasarkan pada asumsi mendasar
mengenai hak pemilikan.

4.3.1 Metodelogi

FAO (2000) menunjukkan bahwa tujuan dari CV adalah untuk mengukur variasi nilai
kompensasi dan nilai persamaan suatu barang yang ditanyakan. Variasi nilai konpensasi dan
nilai persamaan dapat ditentukan dengan bertanya kepada seseorang untuk memberikan
sejumlah satuan moneter yang ingin dibayarkan. Contingent Valuation (CV) digunakan untuk
menghitung nilai ameniti atau estetika lingkungan dari suatu barang publik (public good).

4.4 Effect On Production (EOP)

Metode EOP menghitung manfaat konservasi lingkungan dari sisi kerugian yang ditimbulkan
akibat adanya suatu kebijakan. Metode EOP menjadi dasar pembayaran kompensasi bagi
masyarakat.

X= f(W,E) X0 β1W β2E β3E²


Dimana X = stok ikan dalam kondisi keseimbangan; W = total luas kawasan ; E = jumlah
upaya yang dilakukan dan F (W,E) = fungsi produksi ikan.

4.5 Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Pembangunan yang berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-
hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak boleh lebih buruk.

Anda mungkin juga menyukai