Anda di halaman 1dari 20

SEMINAR HASIL PENELITIAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM

Nama Mahasiswa : Irmawati Anggriani


NIM : C1G016106
Program Studi : Agribisnis
Judul Penelitian : Analisis Berbagai Sumber Nafkah dan
Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah
Tangga Nelayan di Kecamatan Langgudu,
Kabupaten Bima
Dosen Pembimbing Utama : Ir. M. Yusuf, M. Si.
Dosen Pembimbing Pendamping : Dr. Ir. Bambang Dipokusumo, M.Si.
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Agustus 2020
Waktu : Pukul 11.00 WITA-selesai
Via : Aplikasi Zoom
1

ANALISIS BERBAGAI SUMBER NAFKAH DAN KONTRIBUSINYA


TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI
KECAMATAN LANGGUDU, KABUPATEN BIMA

Irmawati Anggriani*) M.Yusuf**) Bambang Dipokusumo**)


*) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mataram
**) Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi jenis-jenis sumber nafkah


rumah tangga nelayan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima (2) Menganalisis
pendapatan dari setiap sumber nafkah dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah
tangga nelayan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima (3) Mengidentifikasi
kendala yang dihadapi rumah tangga nelayan dalam memperoleh sumber nafkah yang
ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei. Data diolah secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat 4 (empat) sumber nafkah
rumah tangga nelayan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima yaitu nelayan mikro
(ukuran kapal 15 DWT), nelayan mikro (ukuran kapal 7,5 DWT), nelayan mikro
(ukuran kapal 4,5 DWT) dan buruh nelayan. (2) Rata-rata pendapatan rumah tangga
nelayan yang bersumber dari usaha nelayan (kapal 15 DWT) sebanyak Rp.
58.128.872,85/bulan, usaha nelayan (kapal 7,5 DWT) sebanyak Rp.
42.609.484,58/bulan, usaha nelayan (kapal 4,5 DWT) sebanyak Rp.
9.247.311,56/bulan dan buruh nelayan sebanyak Rp. 3.480.000/bulan. Kontribusi
usaha nelayan (kapal 15 DWT) terhadap pendapatan rumah tangga adalah sebesar
95,53% sedangkan sisanya bersumber dari usaha off farm dan non farm; kontribusi
usaha nelayan (kapal 7,5 DWT) terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 94,72%
dan sisanya bersumber dari usaha off farm; kontribusi usaha nelayan (kapal 4,5 DWT)
sebesar 18,62% dan sisanya bersumber dari usaha off farm dan non farm; dan
kontribusi usaha buruh nelayan sebesar 48,28% dan sisanya bersumber dari usaha off
farm lainnya. (3) Kendala utama yang dihadapi oleh rumah tangga nelayan di
Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima adalah cuaca, diikuti sedikitnya peluang kerja,
penyuluhan, permodalan, persaingan usaha, terbatasnya kawasan laut, pemasaran dan
agroindustri.

Kata Kunci : Sumber Nafkah, Kontribusi Pendapatan, Rumah Tangga Nelayan


2

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar ketiga di dunia


dengan jumlah 17.504 pulau dan memiliki garis pantai ± 99.093 km serta memiliki luas
wilayah perairan (termasuk Zona Ekonomi Eksklusif) adalah 9,29 juta km 2. Indonesia
kaya akan potensi sektor Perikanan dan Kelautan, bahkan selama 7 tahun terakhir
(2011-2017) mengalami peningkatan dari Rp. 154,5 triliun menjadi Rp. 227,3 triliun,
di mana yang menjadi komponen utama dari struktur PDB sektor perikanan dan
kelautan adalah produk primer yaitu perikanan tangkap dan budidaya. Sektor kelautan
dan perikanan merupakan salah satu sektor yang mempu menampung berbagai macam
kegiatan dalam perolehan pendapatan rumah tangga, salah satunya adalah nelayan.
Nelayan yang ada di Indonesia yaitu sebanyak 3.91 juta KK menempati sebanyak 8.090
wilayah desa pesisir.
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki potensi dalam sumber daya perikanan dan kelautan yang cukup besar.
Kabupaten Bima merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dalam sektor
perikanan dan kelautan dengan luas perairan laut ± 3.572,31 km2 dan panjang pantai ±
446 km. Salah satu kecamatan di Kabupaten Bima yang memiliki potensi yang cukup
besar dalam sektor perikanan terutama perikanan tangkap adalah Kecamatan
Langgudu. Hasil produksi perikanan tangkap di Kecamatan Langgudu hingga tahun
2018 mencapai 76.515,01 ton.
Beberapa permasalahan yang sering terjadi di rumah tangga nelayan yaitu
berkaitan dengan sumber nafkah atau mata pencaharian yang berujung pada tingkat
pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Selain sebagai nelayan, masyarakat desa pesisir
memiliki sumber nafkah lain. Dengan alternatif jenis sumber nafkah tersebut, belum
mampu membantu masyarakat dalam peningkatan taraf hidup sehingga sebagian
masyarakat di Kecamatan Langgudu masih berada dalam golongan ekonomi rendah.
Beragam jenis sumber nafkah atau pekerjaan lain dari nelayan antara lain seperti
pedagang, buruh nelayan, petani lahan kering, dan lain lain. Namun, hingga saat ini
belum ada penelitian yang mengungkapkan terkait jenis sumber nafkah atau beragam
alternative pekerjaan dari rumah tangga nelayan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Berbagai Sumber Nafkah dan Kontribusinya terhadap Pendapatan
Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima”.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi jenis-jenis sumber nafkah
rumah tangga nelayan di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima, (2) Menganalisis
pendapatan dari setiap sumber nafkah dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah
tangga nelayan di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima, dan (3) Mengidentifikasi
kendala yang dihadapi rumahtangga dalam memperoleh sumber nafkah yang ada.
3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sedangkan pengumpulan data


dilakukan dengan teknik survei Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga
nelayan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima dengan
menggunakan data tahun 2019. Lokasi sampel adalah Desa Rompo, Desa Karampi dan
Desa Karumbu dilakukan secara purposive sampling atas pertimbangan bahwa ketiga
desa tersebut merupakan desa yang memiliki rumah tangga nelayan terbanyak. Jumlah
responden ditentukan secara sengaja, sebanyak 36 responden (20% dari total populasi
sebanyak 182 rumah tangga). Penentuan responden di masing-masing desa sampel
dilakukan dengan teknik proporsional sampling. Kemudian penentuan responden
masyarakat desa sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data
dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan cara survei yaitu wawancara langsung dengan responden dan
dengan alat bantu kuesioner.

1. Berbagai Sumber Nafkah

Untuk mengetahui ragam sumber nafkah dalam rumah tangga nelayan,


dilakukan dengan menginventarisasi ragam sumber nafkah yang dilakukan oleh
anggota rumah tangga nelayan (ayah, ibu, anak, dan anggota rumah tangga lainnya).
Kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif.

2. Pendapatan rumah tangga nelayan

Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan


(on farm) dihitung dengan menggunakan rumus:

Ia = TRa – TCa
di mana:
Ia = Pendapatan hasil nelayan (on farm) (Rp)
TRa = Total penerimaan hasil perikanan (on farm) (Rp)
TCa = Total biaya usaha perikanan (on farm) (Rp)

Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh dari usaha yang masih
berhubungan dengan nelayan adalah dengan menggunakan rumus:

Ib = TRb – TCb
4

di mana:
Ib = Pendapatan dari usaha yang masih berhubungan dengan nelayan
(off farm) (Rp)
TRb = Total penerimaan dari usaha yang masih berhubungan dengan
nelayan (off farm) (Rp)
TCb = Total biaya usaha-usaha yang masih berhubungan dengan
nelayan (off farm) (Rp)

Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh dari usaha bukan


perikanan (off farm) adalah dengan menggunakan rumus:

Ic = TRc – TCc
di mana:
Ic = Pendapatan dari usaha di luar nelayan (non farm) (Rp)
TRc = Total penerimaan dari usaha di luar nelayan (non farm) (Rp)
TCc = Total biaya dari usaha di luar nelayan (non farm) (Rp)

Sehingga untuk menghitung besarnya total pendapatan rumahtangga dapat


dihitung menggunakan rumus:

I = Ia+Ib+Ic
di mana:
I = Total pendapatan rumahtangga (Rp)
Ia = Pendapatan dari hasil usaha perikanan (on farm) (Rp)
Ib = Pendapatan dari usaha yang masih berhubungan dengan nelayan
(off farm) (Rp)
Ic = Pendapatan dari usaha di luar nelayan (non farm) (Rp)

3. Kontribusi Usaha Nelayan

K = Ia/I ×100% atau K = Ia/(Ia+Ib+Ic) ×100%


di mana:
K = Besarnya kontribusi pendapatan (%)
I = Total pendapatan rumahtangga (Rp)
Ia = Pendapatan hasil nelayan (on farm) (Rp)
Ib = Pendapatan dari usaha yang masih berhubungan dengan nelayan
(off farm) (Rp)
Ic = Pendapatan dari usaha di luar nelayan (non farm) (Rp)
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: jumlah responden, umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman usaha. Secara rinci,
karakteristik responden dapat disajikan pada Tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Langgudu
Kabupaten Bima, Tahun 2020

No. Karakteristik Responden Keterangan


1 Jumlah Responden (n) 36
2 Umur Responden (tahun)
Rata-rata 43
Kisaran 30-59
3 Tingkat Pendidikan
a. Tidak Sekolah 2 (5,56%)
b. Tidak Tamat SD 0 (0,00%)
c. Tamat SD 8 (22,22%)
d. Tidak Tamat SMP 5 (13,89%)
e. Tamat SMP 12 (33,33%)
f. Tidak Tamat SMA 2 (5,56%)
g. Tamat SMA 7 (19,44%)
4 Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)
Rata-rata 5
Kisaran 2-7
5 Pengalaman Usaha (tahun)
Rata-rata 18
Kisaran 5-36
Sumber: Data Primer diolah, 2020

Sumber Nafkah (Sumber Mata Pencaharian) Nelayan di Kecamatan Langgudu


Kabupaten Bima
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beragam jenis sumber nafkah
(sumber mata pencaharian) nelayan di Kecamatan Langgudu, diantaranya nelayan
mikro dengan ukuran kapal 15 DWT, nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT,
nelayan mikro dengan ukuran kapal 4,5 DWT dan buruh nelayan. Rincian sumber
nafkah nelayan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima disajikan pada Tabel 2.
berikut:
6

Tabel 2. Berbagai Sumber Nafkah Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Langgudu,


Kabupaten Bima Tahun 2020

No. Pekerjaan Utama Jumlah Persentase (%)


1 Nelayan mikro dengan ukuran kapal 15 DWT 5 13,89
2 Nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT 11 30,56
3 Nelayan mikro dengan ukuran kapal 4,5 DWT 14 38,89
4 Buruh Nelayan 6 16,67
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Keterangan: DWT (Deadweigth Tonnage/Tonnase Bobot Mati)

Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) sumber nafkah utama pada


rumah tangga nelayan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima. Sumber nafkah/mata
pencaharian nelayan terbanyak adalah nelayan mikro dengan ukuran kapal 4,5 DWT
yaitu sebanyak 14 orang (38,89%), diikuti oleh nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5
DWT, sebanyak 11 orang (30,56%), dan buruh nelayan sebanyak 6 orang (16,67%),
selain itu sumber nafkah atau mata pencaharian nelayan yang terakhir adalah nelayan
mikro dengan ukuran kapal 15 DWT sebanyak 5 orang (13,89%).

Pendapatan Rumah Tangga Nelayan

Pendapatan dari Usaha Nelayan

a. Nelayan Mikro (Ukuran Kapal 15 DWT)


1. Biaya Produksi

Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan nelayan mikro dengan ukuran kapal
15 DWT sebesar Rp. 6.357.781,79/trip atau Rp. 25.431.127,15/bulan. Rata-rata jumlah
trip dalam sebulan yang dilakukan nelayan mikro dengan ukuran kapal 15 DWT
sebanyak 8 kali atau lebih kurang 48 kali/tahun. Biaya produksi terbesar yang
dikeluarkan oleh nelayan mikro dengan ukuran kapal 15 DWT bersumber dari biaya
operasional (96,98%) dan diikuti biaya tetap/investasi (penyusutan alat) sebesar 3,02%.
Rinciannya disajikan pada Tabel 3. berikut:
7

Tabel 3. Rata-rata Biaya Produksi Nelayan Mikro dengan Ukuran Kapal 15 DWT di
Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima Tahun 2020

Jumlah per Trip (Rp)


No. Uraian per Bulan (Rp)
Fisik (5 hari)
Biaya Produksi
1 Biaya Tetap / Investasi (Penyusutan Alat)
Perahu/kapal (15 DWT) 100.372,47 401.489,90
Mesin 12.475,78 49.903,13
Dinamo 6.892,36 27.569,44
Sanyo 2.723,61 10.894,44
Jaring 11.604,17 46.416,67
Jangkar 13.773,81 55.095,24
Alat Penerangan 20.887,50 83.550,00
Tali 19.837,50 79.350,00
Box 1.058,33 4.233,33
Ember 1.822,92 7.291,67
Parang 345,83 1.383,33
Tot. Biaya Tetap/Invest. 191.794,29 (3,02%) 767.177,15 (3,02%)
2 Biaya Operasional
BBM (Liter) 124,50 641.175,00 2.564.700,00
Oli (Liter) 2,25 74.812,50 299.250,00
Konsumsi 590.000,00 2.360.000,00
Es Batu (Balok) 150,00 225.000,00 900.000,00
Biaya Tenaga Kerja 7,00 4.635.00000 18.540.000,00
Tot. Biaya Operasional 6.165.987,50 (96,98%) 24.663.950,00 (96,98%)
Total Biaya Produksi 6.357.781,79 (100,00%) 25.431.127,15 (100,00%)
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Keterangan: DWT (Deadwight Tonnage/Tonase Bobot Mati)
BBM (Bahan Bakar Minyak)

Berdasarkan Tabel 3. dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut:


Rata-rata biaya produksi terbesar yang dikeluarkan oleh nelayan mikro dengan ukuran
kapal 15 DWT adalah biaya operasional yaitu sebesar Rp. 6.165.987,50/trip atau Rp.
24.663.950,00/bulan (96,98% dari total biaya produksi). Sementara itu, 3,02% sisanya
yaitu sebesar Rp. 191.794,29/trip atau Rp. 767.177,15/bulan merupakan biaya
tetap/investasi (penyusutan alat). Besarnya biaya operasional tersebut disebabkan
karena banyaknya input yang diperlukan berupa bahan bakar minyak (BBM) yaitu
±124,50 liter/trip, oli ±2,25 liter/trip, konsumsi ± Rp. 590.000/trip, es batu ±150
balok/trip, dan biaya tenaga kerja sebanyak 7 orang yaitu ± Rp. 4.635.000/trip dimana
rata-rata biaya tenaga kerja per orang adalah Rp. 705.000,00/trip. Sementara biaya
tetap/investasi hanya berupa biaya penyusutan alat (seperti: perahu, mesin, dinamo,
sanyo, jaring, jangkar, alat penerangan, tali, box, ember, dan parang).
8

2. Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan

Produksi, nilai produksi dan pendapatan nelayan mikro dengan ukuran kapal
15 DWT disajikan pada Tabel 4. berikut ini:
Tabel 4. Produksi, Nilai Produksi, dan Pendapatan Nelayan Mikro dengan Ukuran
Kapal 15 DWT di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima Tahun 2020

per Trip
No. Uraian per Bulan
(5 hari)
1 Produksi (Kg) 1.012,00 4.048.00
2 Harga (Rp/Kg) 20.000,00 20.000,00
3 Nilai Produksi (Rp) 20.240.000,00 80.960.000,00
4 Biaya Produksi (Rp) 6.357.781,79 25.431.127,15
5 Pendapatan (Rp) 13.882.218,21 55.528.872,85
6 R/C 3,18 3,18
Sumber: Data Primer diolah, 2020

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata produksi ikan yang


dihasilkan nelayan mikro dengan ukuran kapal/perahu 15 DWT adalah sebanyak
1.012,00 kg/trip atau 4.048,00 kg/bulan, dengan rata-rata harga ikan sebesar Rp.
20.000/kg, maka diperoleh nilai produksi sebesar Rp. 20.240.000,00/trip atau Rp.
80.960.000,00/bulan. Nilai produksi tersebut setelah dikurangi dengan biaya produksi
sebesar Rp. 6.357.781,79/trip atau Rp. 25.431.127,15/bulan, maka diperoleh
pendapatan sebesar Rp. 13.882.218,21/trip atau Rp. 57.528.827,85/bulan. Besarnya
pendapatan yang diperoleh nelayan mikro dengan ukuran kapal/perahu 15 DWT
tersebut disebabkan karena besarnya kapal yang menyebabkan jumlah produksi yang
dihasilkan cukup besar yaitu rata-rata 978-1.050 kg/trip dimana setiap tripnya
membutuhkan waktu melaut ±5 hari. Jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan yang
memiliki kapal berukuran besar (15 DWT) cukup beragam seperti ikan tongkol,
kerapu, tuna, cakalang, lemuru, dan lain-lain. Nilai R/C yang diperoleh dari usaha
nelayan mikro dengan ukuran kapal 15 DWT tersebut per trip sebesar 3,18. Artinya,
setiap penggunaan input sebesar Rp. 1.000 maka akan mengakibatkan kenaikan
penerimaan sebesar Rp. 3.180 dengan demikian maka usaha nelayan mikro dengan
ukuran kapal 15 DWT tersebut dapat dikatakan layak untuk diusahakan.

b. Nelayan Mikro (Ukuran Kapal 7,5 DWT)


1. Biaya Produksi

Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan mikro dengan ukuran
kapal 7,5 DWT sebesar Rp. 3.574.928,06/trip atau Rp. 28.591.424,51/bulan. Rata-rata
jumlah trip penangkapan ikan dalam sebulan oleh nelayan mikro dengan ukuran kapal
7,5 DWT sebanyak 8 kali atau 96 kali/tahun. Biaya produksi terbesar yang dikeluarkan
oleh nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT bersumber dari biaya operasional
9

(98,50%), diikuti oleh biaya tetap/investasi (penyusutan alat) sebesar 1,50%.


Rinciannya disajikan pada Tabel 5. berikut ini:
Tabel 5. Rata-rata Biaya Produksi Nelayan Mikro dengan Ukuran Kapal 7,5 DWT di
Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima Tahun 2020

Jumlah per Trip (Rp) per Bulan (Rp)


No. Uraian
Fisik (3 hari)
Biaya Produksi
1 Biaya Tetap / Investasi (Penyusutan Alat)
Perahu/kapal (7,5 DWT) 37.277,79 298.222,30
Mesin 5.991,71 47.933,71
Jaring 768,03 6.144,21
Jangkar 4.689,26 37.514,07
Alat Penerangan 499,05 3.992,42
Tali 3.219,46 25.755,68
Box 412,50 3.300,00
Ember 701,70 5.613,64
Parang 186,28 1.490,26
Tot. Biaya Tetap/ Invest. 53.745,79 (1,50%) 429.966,30 (1,50%)
2 Biaya Operasional
BBM (Liter) 77,32 398.188,64 3.185.509,12
Oli (Liter) 1,44 47.880,00 383.040,00
Konsumsi 340.090,91 2.720.727,27
Es Batu (Balok) 86,00 129.477,27 1.035.818,18
Biaya Tenaga Kerja 7,00 2.604.545,45 20.836.363,64
Tot. Biaya Operasional 3.520.182,28 (98,50%) 28.161.458,21 (98,50%)
Tot. Biaya Produksi 3.574.928,06 (100,00%) 28.591.424,51 (100,00%)
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Keterangan: DWT (Deadwight Tonnage)
BBM (Bahan Bakar Minyak)

Tabel 5. di atas, menunjukkan bahwa: Rata-rata biaya produksi terbesar yang


dikeluarkan oleh nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT adalah biaya
operasional yaitu sebesar Rp. 3.520.182,28/trip atau Rp. 28.161.458,21/bulan (98,50%
dari total biaya produksi). Sementara itu, 3,50% sisanya yaitu sebesar Rp.
53.745,79/trip atau Rp. 429.966,30/bulan merupakan biaya tetap/investasi (penyusutan
alat). Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan tersebut karena banyaknya input
yang diperlukan berupa bahan bakar minyak (BBM) ±77,32 liter/trip, oli ±1,44
liter/trip, konsumsi ±Rp. 340.090,91/trip, es batu ±86 balok/trip, dan biaya tenaga kerja
sebanyak 7 orang yaitu ±2.604.545,45/trip dimana rata-rata biaya tenaga kerja per
orang adalah Rp. 395.454,55/trip. Sementara biaya tetap/investasi hanya berupa biaya
penyusutan alat-alat yang digunakan (seperti: perahu, mesin, jaring, jangkar, alat
penerangan, tali, box, ember dan parang).
10

2. Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan

Produksi, nilai produksi, dan pendapatan nelayan mikro dengan ukuran kapan
7,5 DWT disajikan pada Tabel 6. berikut:
Tabel 6. Produksi, Nilai Produksi, dan Pendapatan Nelayan Mikro dengan Ukuran
Kapal 7,5 DWT di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima Tahun 2020

per Trip
No. Uraian per Bulan
(3 hari)
1 Produksi (Kg)) 574.59 4.596,73
2 Harga (Rp/Kg) 15.000,00 15.000,00
3 Nilai Produksi (Rp) 8.618.863,64 68.950.909,09
4 Biaya Produksi (Rp) 3.573.928,06 28.591.424,51
5 Pendapatan (Rp) 5.044.935,57 40.359.484,58
6 R/C 2,41 2,41
Sumber: Data Primer diolah, 2020

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rata-rata produksi tangkapan ikan
oleh nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT sebanyak 574,59 kg/trip atau
4.596,73 kg/bulan, dengan rata-rata harga ikan sebesar Rp. 15.000/kg, maka diperoleh
nilai produksi sebesar Rp. 8.618.863,64/trip atau Rp. 68.950.909,09/bulan. Nilai
produksi tersebut setelah dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp.
3.573.928,06/trip atau Rp. 28.591.424,51/bulan, maka diperoleh pendapatan sebesar
Rp. 5.044.935,57/trip atau Rp. 40.359.484,58/bulan. Besarnya pendapatan yang
diperoleh nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT tersebut disebabkan karena
besarnya kapal yang menyebabkan jumlah produksi yang yang dihasilkan cukup besar
yaitu rata-rata 496-598 kg/trip dimana setiap tripnya membutuhkan waktu melaut ±3
hari. Jika ditinjau dari pendapatan, maka usaha yang dilakukan oleh nelayan mikro
dengan ukuran kapal 7,5 DWT cukup memberikan keuntungan yang besar. Sementara
itu, jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan, maka diperoleh nilai R/C sebesar 2,41.
Artinya, setiap penggunaan input sebesar Rp. 1.000 akan mengakibatkan kenaikan
penerimaan sebesar Rp. 2.410 dengan demikian maka usaha nelayan mikro dengan
ukuran kapal 7,5 DWT tersebut layak untuk diusahakan.

c. Nelayan Mikro (Ukuran Kapal 4,5 DWT)


1. Biaya Produksi

Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan mikro dengan ukuran
kapal/perahu 4,5 DWT sebesar Rp. 117.927,28/trip atau Rp. 2.358.545,59/bulan. Rata-
rata jumlah trip penangkapan ikan dalam sebulan yang dilakukan oleh nelayan mikro
dengan ukuran kapal/perahu sebanyak lebih kurang 20 kali atau 240 kali/tahun. Biaya
produksi terbesar yang dikeluarkan oleh nelayan dengan kapal/perahu berukuran 4,5
DWT tersebut bersumber dari biaya operasional (95,37%), kemudian sisanya (4,63%)
11

adalah biaya tetap/investasi (penyusutan alat). Rinciannya disajikan pada Tabel 7.


berikut ini:
Tabel 7. Rata-rata Biaya Produksi Nelayan Mikro dengan Ukuran Kapal 4,5 DWT di
Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima Tahun 2020

Jumlah per Trip per Bulan


No. Uraian
Fisik (Rp) (Rp)
Biaya Produksi
1 Biaya Tetap / Investasi (Penyusutan Alat)
Perahu/kapal (4,5 DWT) 2.226,65 44.532,95
Mesin 1.336,99 26.739,84
Jangkar 1.066,06 21.321,18
Alat Penerangan 140,53 2.810,52
Tali 63,06 1.261,27
Box 90,18 1.803,57
Ember 64,38 1.287,70
Parang 19,12 382,45
Senar 336,46 6.729,17
Kail 119,64 2.392,86
Total Biaya Tetap / Invest. 5.463,07 (4,63%) 109.261,50 (4,63%)
2 Biaya Operasional
BBM (Liter) 7,50 38.625,00 772.500,00
Oli (Liter) 0,13 4.399,92 87.998,38
Konsumsi 50.928,57 1.018.571,43
Umpan 2,04 12.214,29 244.285,71
Es Batu (Balok) 4,72 6.296,43 125.928,57
Total Biaya Operasional 112.464,20 (95,37%) 2.249.284,09 (95,37%)
Total Biaya Produksi 117.927,28 (100,00%) 2.358.545,59 (100,00%)
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Keterangan: DWT (Deadwight Tonnage)
BBM (Bahan Bakar Minyak)

Tabel 7. menunjukkan bahwa: Rata-rata biaya produksi terbesar yang


dikeluarkan oleh nelayan mikro dengan ukuran kapal/perahu 4,5 DWT adalah biaya
operasioanl yaitu sebesar Rp. 112.464,20/trip atau Rp. 2.249.284,09/bulan (95,37%
dari total biaya produksi). Sementara itu, 4,63% sisanya merupakan biaya
tetap/investasi (penyusutan alat) yaitu sebesar Rp. 5.463,07%/trip atau Rp.
109.261,50/bulan. Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan karena banyaknya
input yang digunakan dalam usaha nelayan dengan kapal kecil berupa bahan bakar
minyak (BBM) ±7,50 liter/trip, oli ±0,13 liter/trip, konsumsi ±Rp. 50.928,57/trip,
umpan ±2,04 kg/trip dan es batu ±4,72 balok/trip. Sementara biaya tetap/investasi yang
digunakan hanya berupa biaya penyusutan alat (seperti: perahu 4,5 DWT, mesin,
jangkar, alat penerangan, tali, box, ember, parang, senar dan kail).
12

2. Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan

Produksi, nilai produksi, dan pendapatan nelayan mikro dengan kapal


berukuran 4,5 DWT disajikan pada Tabel 8. berikut:
Tabel 8. Produksi, Nilai Produksi, dan Pendapatan Nelayan dengan Ukuran 4,5 DWT
di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima Tahun 2020

No. Uraian per Trip per Bulan


1 Produksi (Kg)) 8,16 163,21
2 Harga (Rp/Kg) 25.000,00 25.000,00
3 Nilai Produksi (Rp) 204.017,86 4.080.357,14
4 Biaya Produksi (Rp) 117.927,28 2.358.545,59
5 Pendapatan (Rp) 86.090,58 1.721.811,56
6 R/C 1,73 1,73
Sumber: Data Primer diolah, 2020

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi tangkapan ikan oleh


nelayan mikro dengan ukuran perahu 4,5 DWT sebanyak 8,16 kg/trip atau 163,21
kg/bulan, dengan rata-rata harga ikan Rp. 25.000/kg, maka diperoleh nilai produksi
sebesar Rp. 204.017.86/trip atau Rp. 4.080.357,14/bulan. Nilai produksi tersebut
setelah dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp. 117.927,28/trip atau Rp.
2.358.545,59/bulan, maka diperoleh pendapatan sebesar Rp. 86.090,58/trip atau Rp.
1.721.811,56/trip. Besarnya pendapatan yang diperoleh nelayan mikro dengan ukuran
perahu 4,5 DWT tersebut disebabkan karena jumlah produksi berupa ikan basah yaitu
rata-rata 7,00-9,50 kg/trip saat setiap melaut selama 12 jam/hari. Jenis ikan yang
ditangkap nelayan mikro dengan ukuran kapal 4,5 DWT diantaranya adalah kakap,
gerisi/kurisi, tangiri, ketambak, ja’jal, dan lain-lain. Nilai R/C yang diperoleh dari
usaha nelayan mikro dengan ukuran kapal/perahu 4,5 DWT adalah sebesar 1,73.
Artinya, setiap penggunaan input Rp. 1.000, maka akan mengakibatkan kenaikan
penerimaan sebesar Rp. 1.730, dengan demikian maka usaha nelayan mikro dengan
kapal berukuran 4,5 DWT tersebut dapat dikatakan layak untuk diusahakan.

d. Buruh Nelayan

Rata-rata pendapatan sekali sehari untuk buruh nelayan sebesar Rp. 70.000.
Dalam 1 (satu) minggu, buruh nelayan bekerja selama 6 hari, maka pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp. 420.000/minggu atau Rp. 1.680.000/bulan. Buruh nelayan
bekerja membantu para nelayan dalam hal pengangkutan dan pendistribusian ikan
mulai dari kapal/perahu hingga ke pelabuhan atau pusat pemasaran ikan.
13

Pendapatan off farm

Sumber nafkah rumah tangga nelayan yang diperoleh dari usaha off farm (yaitu
usaha yang masih ada hubungannya dengan usaha nelayan atau usaha perikanan)
diantaranya istri nelayan yang bekerja sebagai pedagang ikan dan anggota rumah
tangga lain yang bekerja sebagai ABK (Anak Buah Kapal), yang disajikan pada Tabel
9. berikut:
Tabel 9. Rata-rata Pendapatan off farm pada Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan
Jenis Nelayan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima Tahun 2020

Per Bulan
Nelayan Mikro Nelayan Mikro Nelayan Mikro
No Uraian dengan Ukuran dengan Ukuran dengan Ukuran Buruh Nelayan
Kapal 15 DWT Kapal 7,5 DWT Kapal 4,5 DWT
Rp % Rp % Rp % Rp %
1 Pedagang Ikan 0 0 0 0 1,812,500 47 1,800,000 100.00
2 ABK 2.000.000 100 2.250.000 100 2.033.000 53 0 0.00
Jumlah 0 0.00 0 0.00 3.845.500 100.00 1,800,000 100.00
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Keterangan: ABK (Anak Buah Kapal)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga


nelayan mikro dengan ukuran kapal 15 DWT yang diperoleh dari usaha off farm adalah
sebesar Rp. 2.000.000/bulan dari pekerjaan sebagai buruh nelayan, nelayan mikro
dengan ukuran kapal 7,5 DWT sebesar Rp. 2.250.000/bulan dari pekerjaan sebagai
buruh nelayan, sedangkan rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran kapal 4,5 DWT
memperoleh pendapatan rumah tangga dari usaha off farm sebagai pedagang ikan
sebesar Rp. 1.812.000/bulan (47%) dan sebagai buruh nelayan sebesar Rp.
2.033.000/bulan (53%), serta rumah tangga buruh nelayan hanya memperoleh
pendapatan dari usaha pedagang ikan sebesar Rp. 1.800.000/bulan.

Pendapatan non farm

Sumber pendapatan rumah tangga nelayan yang cukup penting diluar usaha
sebagai nelayan meliputi pekerjaan sebagai buruh bangunan, tukang kayu, dan guru.
Berikut disajikan rata-rata pendapatan dari usaha non farm.
14

Tabel 10. Rata-rata Pendapatan non farm pada Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan
Jenis Nelayan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima Tahun 2020

Per Bulan
Nelayan Mikro Nelayan Mikro
Nelayan Mikro dengan Buruh
No Uraian dengan Ukuran dengan Ukuran
Ukuran Kapal 4,5 DWT Nelayan
Kapal 15 DWT Kapal 7,5 DWT
Rp % Rp % Rp % Rp %
Buruh
1 0 0.00 0 0.00 600.000.00 16.30 0 0.00
Bangunan
2 Tukang Kayu 0 0.00 0 0.00 3.080.000.00 83.70 0 0.00
3 Guru 600.000 100.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00
Jumlah 600.000 0.00 0 0.00 3.680.000.00 100.00 0 0.00
Sumber: Data Primer diolah, 2020

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga


nelayan dari usaha non farm (usaha diluar usaha perikanan/nelayan) oleh anggota
rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran kapal 15 DWT yaitu sebagai guru sebesar
Rp. 600.000/bulan. Sementara dalam rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran
kapal 4,5 DWT, usaha non farm yang dikerjakan adalah sebagai buruh bangunan
dengan pendapatan sebesar Rp. 600.000/bulan, dan sebagai tukang kayu sebesar Rp.
3.080.000/bulan. Sedangkan dalam rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran kapal
7,5 DWT dan buruh nelayan tidak memperoleh pendapatan dari usaha non farm.

Total Pendapatan Rumah Tangga Nelayan dari Usaha on farm, off farm, dan non
farm

Rincian total pendapatan per bulan rumah tangga nelayan yang bersumber dari
usaha on farm, off farm, dan non farm disajikan pada Tabel 11. berikut:
Tabel 11. Rata-rata Total Pendapatan Rumah Tangga Nelayan dari Usaha on farm, off
farm, dan non farm per Bulan, Tahun 2020

No. Uraian on farm off farm non farm Total Pendapatan


1 Nelayan Mikro dengan Ukuran Kapal 55.528.872,85 2.000.000 600.000 58.128.872,85
15 DWT
2 Nelayan Mikro dengan Ukuran Kapal 40.359.484,58 2.250.000 0 42.609.484,58
7,5 DWT
3 Nelayan Mikro dengan Ukuran 1.721.811,56 3.845.500 3.680.000 9.247.311,56
Kapal/Perahu 4,5 DWT
4 Buruh Nelayan 0 3.480.000 0 3.480.000
Sumber: Data Primer diolah, 2020
15

Berdasarkan Tabel 11. dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut:


Rata-rata total pendapatan rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran kapal 15 DWT
yang bersumber dari (on farm, off farm, dan non farm) sebanyak Rp.
58.128.872,85/bulan, atau Rp. 697.546.474,20/tahun. Pendapatan yang bersumber dari
usaha on farm sebesar Rp. 55.528.872,85/bulan, off farm sebesar Rp. 2.000.000/bulan
dan non farm sebesar Rp. 600.000/bulan.
Rata-rata total pendapatan rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5
DWT yang bersumber dari (on farm dan off farm) sebanyak Rp. 42.609.484,58/bulan
atau Rp. 511.313.814,96/tahun. Pendapatan yang bersumber dari usaha on farm sebesar
Rp. 40.359.484,58/bulan, dan off farm sebesar Rp. 2.250.000/bulan.
Rata-rata total pendapatan rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran kapal 4,5
DWT yang bersumber dari (on farm, off kegi, dan non farm) sebanyak Rp.
9.247.311,56/bulan atau Rp. 110.967.738,72/tahun. Pendapatan yang bersumber dari
usaha on farm sebesar Rp. 1.721.811,56/bulan, off farm sebesar Rp. 3.845.000/bulan
dan non farm sebesar Rp. 3.680.000/bulan.
Sedangkan rata-rata total pendapatan rumah tangga buruh nelayan sebesar Rp.
3.480.000/bulan atau Rp. 41.760.000/tahun. Pendapatan rumah tangga buruh nelayan
tersebut hanya bersumber dari usaha off farm.

Kontribusi Pendapatan Masing-masing Sumber Nafkah terhadap Pendapatan


Rumah Tangga

Kontribusi pendapatan masing-masing sumber nafkah terhadap pendapatan


rumah tangga nelayan di sajikan pada Tabel 12. berikut:
16

Tabel 12. Kontribusi Pendapatan masing-masing Sumber Nafkah terhadap Pendapatan


Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Langgudu per Bulan Tahun 2020

No. Sumber Nafkah Nilai (Rp) Kontribusi (%)


1 Nelayan Mikro (Ukuran Kapal 15 DWT)
Pendapatan Usaha on farm 55.528.872,85 95,53
Pendapatan Usaha off farm 2.000.000,00 3,44
Pendapatan Usaha non farm 600.000,00 1,03
Total 58.128.872,85 100,00
2 Nelayan Mikro (Ukuran Kapal 7,5 DWT)
Pendapatan Usaha on farm 40.359.484,58 94,72
Pendapatan Usaha off farm 2.250.000,00 5,28
Pendapatan Usaha non farm 0,00 0,00
Total 42.609.484,58 100,00
3 Nelayan Mikro (Ukuran Kapal 4,5 DWT)
Pendapatan Usaha on farm 1.721.811,56 18,62
Pendapatan Usaha off farm 3.845.500,00 41,59
Pendapatan Usaha non farm 3.680.000,00 39,80
Total 9.247.311,56 100,00
4 Buruh Nelayan
Pendapatan Usaha on farm 1.680.000,00 48,28
Pendapatan Usaha off farm 1.800.000,00 51,72
Pendapatan Usaha non farm 0,00 0,00
Total 3.480.000,00 100,00
Sumber: Data Primer diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 12. dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut:


Kontribusi terbesar dari pendapatan rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran kapal
15 DWT bersumber dari usaha on farm sebesar 95,53% dan sisanya bersumber dari
usaha off farm (usaha yang masih berhubungan dengan nelayan) yaitu 3,44% dan dari
usaha non farm (diluar usaha nelayan) yaitu 1,03%. Besarnya kontribusi pendapatan
dari usaha on farm pada nelayan mikro dengan ukuran kapal 15 DWT disebabkan
karena banyaknya ikan yang diperoleh dengan harga yang cukup tinggi.
Pada rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT, kontribusi
pendapatan terbesar juga berasal dari usaha on farm (94,72%) dan sisanya bersumber
dari usaha off farm yaitu 5,28%. Besarnya kontribusi pendapatan dari usaha on farm
pada nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT juga disebabkan karena banyaknya
ikan yang diperoleh dengan harga yang cukup tinggi.
Sedangkan pada rumah tangga nelayan mikro dengan ukuran kapal 4,5 DWT,
kontribusi pendapatan terbesar bersumber dari usaha off farm sebesar 41,59%, diikuti
oleh usaha non farm 39,80% dan usaha on farm 18,82%. Besarnya kontribusi
pendapatan dari usaha off farm disebabkan karena anggota rumah tangga nelayan
tersebut bekerja pada beberapa jenis pekerjaan yaitu sebagai pedagang ikan dan ABK,
17

dimana jumlah pendapatan yang diperoleh dari kedua pekerjaan tersebut lebih besar
dibandingkan dengan pekerjaan pada usaha on farm dan non farm.
Sementara itu, pada rumah tangga buruh nelayan, kontribusi pendapatan
terbesar bersumber dari usaha off farm yaitu 51,72% dan sisanya 48,28% bersumber
dari usaha on farm. Besarnya kontribusi pendapatan rumah tangga dari usaha off farm
disebabkan karena pendapatan yang diperoleh dari usaha off farm yaitu sebagai
pedagang ikan lebih besar dibandingkan pendapatan yang diperoleh dari usaha on farm
(yaitu sebagai buruh nelayan).

Kendala-kendala

Kendala yang dihadapi rumah tangga nelayan dalam melakukan pekerjan dan
mencari alternatif pekerjaan sangat beraneka ragam. Kendala-kendala tersebut
merupakan rintangan yang dihadapi oleh seluruh anggota rumah tangga nelayan yang
melakukan usaha dalam memperoleh pendapatan rumah tangga. Kendala-kendala
tersebut dapat menghambat dalam berusaha on farm, off farm, dan non farm maupun
dalam usaha mencari alternatif sumber nafkah lain. Hal tersebut akan berpengaruh
terhadap total pendapatan rumah tangga nelayan Kecamatan Langgudu Kabupaten
Bima. Kendala yang dihadapi rumah tangga nelayan dapat dilihat pada Tabel 13.
berikut:
Tabel 13. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Nelayan di Kecamatan Langgudu,
Kabupaten Bima

Nelayan mikro Nelayan mikro Nelayan mikro


Buruh
dengan ukuran dengan ukuran dengan ukuran
No. Kendala Nelayan Total
kapal 15 DWT kapal 7,5 DWT kapal 4,5 DWT
(Orang)
(Orang) (Orang) (Orang)
1 Cuaca 5 (100) 11 (100) 14 (100) 0 (0) 30 (83,33)
2 Permodalan 0 (0) 0 (0) 14 (100) 6 (100) 20 (55,55)
3 Terbatasnya 0 (0) 5 (45,45) 14 (100) 0 (0) 19 (52,78)
kawasan Laut yang
dimanfaatkan
4 Pemasaran 3 (60) 0 (0) 14 (100) 0 (0) 17 (47,22)
5 Agroindustri 0 (0) 0 (0) 10 (71,43) 0 (0) 10 (27,78)
6 Penyuluhan 5 (100) 8 (72,72) 14 (100) 6 (100) 33 (91,67)
7 Persaingan usaha 0 (0) 0 (0) 14 (100) 6 (100) 20 (55,55)
Sedikitnya peluang 5 (100) 11 (100) 14 (100) 6 (100)
8 36 (100)
kerja
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Keterangan: Angka dalam kurung ( ) : menunjukkan persentase (%)
18

Tabel 13. menunjukkan bahwa kendala terbesar para nelayan dalam melakukan
usaha sebagai nelayan adalah kendala cuaca. Kemudian diikuti kendala sedikitnya
peluang kerja yang dihadapi oleh seluruh responden yaitu 36 orang (100%). Diikuti
kendala penyuluhan (33 orang atau 91,67%), permodalan dan persaingan usaha (20
orang atau 55,55%), terbatasnya kawasan laut (19 orang atau 52,78%), pemasaran (17
orang atau 47,22%) dan agroindustri (10 orang atau 27,78%).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut:
1. Terdapat 4 (empat) sumber nafkah (mata pencaharian) rumah tangga nelayan
di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima yaitu nelayan mikro dengan ukuran
kapal 15 DWT, nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT, nelayan mikro
dengan ukuran kapal 4,5 DWT dan buruh nelayan.
2. Rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan yang bersumber dari usaha nelayan
mikro dengan ukuran kapal 15 DWT sebanyak Rp. 49.866.869/bulan, usaha
nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT sebanyak Rp. 27.309.214/bulan,
usaha nelayan mikro dengan ukuran kapal 4,5 DWT sebanyak Rp.
9.181.000/bulan dan buruh nelayan sebanyak Rp. 3. 480.000/bulan. Kontribusi
usaha nelayan mikro dengan ukuran kapal 15 DWT terhadap pendapatan rumah
tangga adalah sebesar Rp. 47.266.869/bulan atau 94,78% dari total pendapatan
rumah tangga sedangkan sisanya bersumber dari usaha off farm dan non farm;
kontribusi usaha nelayan mikro dengan ukuran kapal 7,5 DWT terhadap
pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 24.426.861/bulan atau 89,44% dan
sisanya bersumber dari usaha off farm; kontribusi usaha nelayan mikro dengan
ukuran kapal 4,5 DWT terhadap pendapatan rumah tangga sebesar Rp.
1.655.255/bulan atau 18,03% dan sisanya bersumber dari usaha off farm dan
non farm; dan kontribusi usaha buruh nelayan terhadap pendapatan rumah
tangga sebesar Rp. 1.680.000/bulan atau 48,27% dan sisanya bersumber dari
usaha off farm lainnya.
3. Kendala utama yang dihadapi oleh rumah tangga nelayan di Kecamatan
Langgudu Kabupaten Bima adalah cuaca, diikuti sedikitnya peluang kerja,
penyuluhan, permodalan, persaingan usaha, terbatasnya kawasan laut,
pemasaran dan agroindustri.
19

Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diberikan beberapa saran


berikut ini:
1. Diharapkan kepada para nelayan, untuk membentuk asosiasi nelayan atau
dalam bentuk koperasi, sehingga nelayan mempunyai bargaining position
(daya tawar). Selain itu, diharapksan para nelayan untuk lebih meningkatkan
dalam hal manajemen usaha agar memperoleh keuntungan yang wajar.
2. Diharapkan kepada pemerintah atau instansi yang terkait agar mampu
menghadirkan kebijakan yang bertujuan untuk membantu masyarakat
khususnya masyarakat nelayan dalam berusaha dibidang perikanan maupun
dalam memperoleh sumber nafkah lain, seperti diadakannya pelatihan tentang
manajemen usaha dan sebagainya dalam bentuk program pemberdayaan usaha
secara terpadu dan terintegrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika, 2019. Kabupaten Bima dalam Angka. Badan Pusat Statistika
Kabupaten Bima : Kabupaten Bima.
Badan Pusat Statistika, 2019. Kecamatan Langgudu dalam Angka. Badan Pusat
Statistika Kabupaten Bima : Kabupaten Bima.
Dinas Kelautan dan Perikanan. Buku Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
Tahun 2018. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB : Mataram.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2018. Buku Pintar Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan
Perikanan : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai