Anda di halaman 1dari 2

Bagi Sigmund Freud (Gerald Corey, 1989), yang telah menjelaskan melalui teori

Psikoanalisisnya, antara nilai, moral, dan sikap adalah satu kesatuan dan tidak dibeda-
bedakan. Dalam konsep Sigmund Freud, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari
tiga, yaitu:
1)      Id atau Das Es, Id berisi dorongan naluriah, tidak rasional, tidak logis, tak
sadar, amoral, dan bersifat memenuhi dorongan kesenangan yang diarahkan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan dan menghindari kesakitan.
2)      Ego atau Das Ich, Ego merupakan eksekutif dari kepribadian yang
memerintah, mengendalikan dan mengatur kepribadian individu. Tugs utama
Ego adalah mengantar dorongan-dorongan naluriah dengan kenyataan yang ada
di dunia sekitar.
3)      Super Ego atau Da Uber Ich, Superego adalah kode moral individu yang
tugas utamanya adalah mempertimbangkan apakah suatu tindakan baik atau
buruk, benar atau salah. Superego memprestasikan hal-hal yang ideal bukan hal-
hal yang riil, serta mendorong ke arah kesempurnaan bukan ke arah kesenangan.

 
Dalam konteksnya hubungan antara nilai, moral, dan sikap jika ketiganya sudah
menyatu dalam superego dan seseorang yang telah mampu mengembangkan
superegonya dengan baik, sikapnya akan cenderung didasarkan atas nilai-nilai luhur
dan aturan moral tertentu sehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral. Ini
dapat terjadi karena superego yang sudah berkembang dengan baik dapat mengontrol
dorongan-dorongan naluriah dari id yang bertujuan untuk memenuhi kesenangan dan
kepuasan. Berkembangnya superego dengan baik, juga akan mendorong berkembang
kekuatan ego untuk mengatur dinamika kepribadian antara id dan superego, sehingga
perbuatannya selaras dengan kenyataannya di dunia sekelilingnya.
Derajat kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya.
Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan
tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

http://bambang1988.wordpress.com/2009/04/13/manusia-nilai-moral-dan-hukum/

Juanda, dkk. 2010. Bahan Ajar Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: UNJ.
Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong
tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan
norma moral dan perundang-undangan yang immoral harus diganti.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan
moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang
bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang
berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral.
K. Bertens menyatakan ada setidaknya empat perbedaan antara hukum
dan moral, pertama, hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas (hukum
lebih dibukukan daripada moral), kedua, meski hukum dan moral mengatur
tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri pada tingkah laku
lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap bathin seseorang,
ketiga, sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang
berkaitan dengan moralitas, keempat, hukum didasarkan atas kehendak
masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara sedangkan moralitas
didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai