Anda di halaman 1dari 11

Tugas akhir semester

Ilmu Lingkungan

Nama : Deni Purnama Sudarmo


Nim : E1B120065
KELAS GANJIL

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
DAYA DUKUNG KOTA KENDARI untuk mencapai kota yang berkelanjutan

Pembangunan kota yang berkelanjutan adalah suatu proses dinamis yang


berlangsung secara terus-menerus, merupakan respon terhadap tekanan perubahan
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Proses dan kebijakannya tidak sama pada setiap kota,
tergantung pada kota-kotanya. Salah satu tantangan terbesar konsep tersebut saat ini
adalah menciptakan keberlanjutan, termasuk didalamnya keberlanjutan sistem politik dan
kelembagaan sampai pada strategi, program, dan kebijakan sehingga pembangunan kota
yang berkelanjutan dapat terwujud (Salim, 1997).Pertumbuhan kota dengan diiringi
penduduk yang besar bagaimanapun akan membutuhkan area yang lebih besar, sehingga
akan menimbulkan permasalahan dengan alam. Pembangunan kota harus memperhatikan
alam dan lingkungan sebagaimana konsep E. Howard dengan Garden City-nya. Kota besar
bukanlah tempat yang cocok untuk tempat tinggal jika persoalan lingkungan diabaikan.
Demikian juga yang disampaikan Geddes, bahwa alam merupakan unit terpenting bagi
kelangsungan aktivitas kota (Salim, 1997). Perwujudan kota berkelanjutan ( The World
Commision on Environment and Development, 1987) antara lain:

1. Kota berkelanjutan dibangun dengan kepedulian dan memperhatikan aset-aset


lingkungan alam, memperhatikan penggunaan sumber daya, meminimalisasi
dampak kegiatan terhadap alam.
2. Kota berkelanjutan berada pada tatanan regional dan global, tidak peduli apakah
besar atau kecil, tanggung jawabnya melewati batas-batas kota.
3. Kota berkelanjutan meliputi areal yang lebih luas, dimana individu bertangguang
jawab terhadap kota.
4. Kota berkelanjutan memerlukan aset-aset lingkungan dan dampaknya terdistribusi
secara lebih merata.
5. Kota berkelanjutan adalah kota pengetahuan, kota bersama, kota dengan jaringan
internasional.
6. Kota berkelanjutan akan memperhatikan konservasi, memperkuat dan
mengedepankan hal-hal yang berkaitan dengan alam dan lingkungan
7. Kota berkelanjutan saat ini lebih banyak kesempatan untuk memperkuat kualitas
lingkungan skala lokal, regional, dan global.
Kendari adalah nama kotamadya dan juga sebagai ibukota dari provinsi Sulawesi
Tenggara, Indonesia. Kendari diresmikan sebagai kotamadya (kini kota) dengan UU RI No. 6
Tahun 1995 tanggal 27 September 1995. Kota ini memiliki luas 296,00 km² (29.600 Ha) dan
berpenduduk 392.830 jiwa (2019). Saat ini pertumbuhan pembangunan yang ada di Kota
Kendari sedang tumbuh pesat, baik di bidang ekonomi dan sosial, pendidikan, sarana
prasarana dll. Menurut fakta yang ada Kota Kendari memiliki peluang yang besar untuk
menjadi Kota Metropolitan. Metropolitan sendiri ialah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu kota yang relatif besar, baik luas wilayahnya, aktivitas ekonomi dan
sosial, maupun jumlah penduduknya.
Perkiraan kota kendari menjadi sebuah kota metropolitan, akan dihitung dengan proyeksi
kependudukan, yang merupakan perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisi umum
dan jenis kelamin) di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan
fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Seperti yang sudah dibahas diatas, syarat sebuah kota untuk menjadi kota metropolitan
harus memiliki jumlah penduduk sebanyak satu juta. Sedangkan Kota Kendari saat ini hanya
memiliki 359.571 tercatat pada dokumen BPS 2017. Pertumbuhan cukup mengesankan
dibanding tahun 2012 lalu, jumlah penduduk kota kendari hanya berjumlah 295.737.
Dengan kedua angka tersebut dapat dihitung laju pertumbuhan penduduk dengan cara
eksponensial, dan dapat diperkirakan kapankan kota kendari dapat dipenuhi oleh penduduk
berjumlah 1 juta jiwa.

 Modal Alam

Modal alam adalah modal sumber daya alam dunia, yang meliputi geology, tanah, udara, air,
dans emua organisme hidup. Modal alam yang dimilik kota kendari yaitu Potensi dan
Pemanfaatan Teluk Kendari sebagai Wilayah Estuaria Bengen (2000), mengemukakan
bahwa dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan
pembangunan di pesisir, bagi berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan
dll), maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut
semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya dapat mengancam
keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau
kecil baik secara langsung (misalnya kegiatan konversi lahan) maupun tidak langsung
(misalnya pencemaran oleh limbah berbagai kegiatan pembangunan). Wilayah estuaria
Teluk Kendari memiliki vegetasi khas berupa mangrove memiliki potensi fauna seperti yang
ada pada hutan mangrove lainnya. Bengen (2000) menyatakan bahwa komunitas hutan
mangrove membentuk percampuran antara 2 (dua) kelompok : (1) Kelompok fauna
daratan/terrestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas
insekta, ular, primata dan burung. Kelompok ini tidak mempunyai sifat adaptasi khusus
untuk hidup di dalam hutan mangrove, karena melewatkan sebagian besar hidupnya
di luar jangkauan air laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka
dapatmengumpulkan makanannya berupa hewan laut pada saat air surut; (2) Kelompok
fauna perairan/aquatik, terdiri atas dua tipe yaitu yang hidup di kolom air, terutama
berbagai jenis ikan dan udang, serta yang menempati substrat, baik keras (akar dan batang
pohon mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang, dan berbagai jenis
invertebrata lainnya. Selanjutnya Bengen (2000) juga menyatakan bahwa mangrove
memiliki beberapa fungsi yang terkait dengan organisme yaitu sebagai daerah asuhan
(nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground) dan daerah pemijahan
(spawning ground) bermacam biota perairan (ikan, udang dan kerang-kerangan) baik yang
hidup di perairan pantai maupun lepas pantai.

Konsep Valuasi Ekonomi Sumberdaya Selama ini, umat manusia menghargai (menilai)
manfaat ekosistem alamiah hanya dari segi manfaat langsungnya. Dalam hal ini yang
dimaksud manfaat langsung suatu ekosistem alamiah adalah output
(barang)/sumberdaya alam dan jasa lingkungan ekosistem tersebut yang dapat secara
langsung dikonsumsi, dimanfaatkan, atau diperdagangkan oleh umat manusia. Misalnya,
manfaat langsung ekosistem mangrove adalah kayu; berbagai jenis udang, kepiting dan
ikan; flora dan fauna lainnya; serta fungsi mangrove sebagai lokasi pariwisata (Dahuri,
2003). Nilai ekonomi dari sumberdaya alam didefinisikan oleh Fauzi (2000) yaitu sebagai
pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk
memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara umum, konsep ini disebut sebagai keinginan
membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari
ekosistem dapat diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter
barang dan jasa. Barbier et al. (1997) mendefinisikan valuasi ekonomi sebagai upaya
untuk memasukkan nilai kuantitatif barang-barang dan penyediaan jasa sumberdaya
lingkungan (sumberdaya biologis atau keanekaragaman), termasuk atau tidak ke dalam
harga pasar namun tersedia untuk membantu kita. Menurut Salm et al. (2000) dalam
Bengen (2000), manfaat ekonomi pesisir dan laut dapat ditilik dari beberapa kriteria
yaitu : (1) Spesies penting: didasarkan pada tingkat dimana spesies penting komersial
tergantung pada lokasi; (2) Kepentingan perikanan: didasarkan pada jumlah nelayan
yang tergantung lokasi dan ukuran hasil perikanan; (3) Bentuk ancaman: didasarkan pada
luasnya perubahan pola pemanfaatan yang mengancam keseluruhan nilai lokasi bagi
manusia; (4) Manfaat ekonomi: didasarkan pada tingkah dimana perlindungan lokasi
akan berpengaruh pada ekonomi lokal dalam jangka panjang; (5) Pariwisata:
didasarkan pada nilai keberadaan atau potensi lokasi untuk pengembangan pariwisata.
Selanjutnya Fauzi dan Anna (2002), mengemukakan bahwa salah satu tolok ukur yang
relatif mudah dan bisa dijadikan basis untuk menilai suatu sumberdaya alam adalah
dengan memberikan “price tag” (harga) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari
sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut
sebagai nilai ekonomi dari sumberdaya alam dan lingkungan. Sebagai aset, sumberdaya
alam menyediakan jenis jasa yang dapat dijadikan sebagai basis dalam menghitung nilai
ekonomi. Pertama, menyangkut bagaimana pilihan terhadap konsumsi atau pemanfaatan
sumberdaya alam tersebut dilakukan. Sebagai contoh, sumberdaya ikan bisa
dimanfaatkan oleh nelayan untuk menghasilkan produk yang bisa dijual ke pasar
(marketable output), sementara sumberdaya yang sama bisa menghasilkan output yang
berbeda, bukan sebatas ikan yang diperoleh tapi kepuasan rekreasi yang tidak terukur
di pasar. Jadi, meski sumberdaya ikan menyediakan jasa input untuk kegiatan tersebut,
jenis output dan pendekatan untuk melakukan valuasi ekonominya pun berbeda. Aspek
kedua adalah menyangkut seberapa besar derajat 4 sifat barang publik yang melekat pada
jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam tersebut dan bagaimana kendali terhadap
akses sumberdaya tersebut dilakukan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Nilai
ekonomi sumberdaya yang menyeluruh adalah nilai ekonomi total yang merupakan
penjumlahan dari use values dan non-use values beserta komponen-komponennya.
Secara diagramatis, konsep nilai ekonomi sumberdaya alam dapat dijelaskan sebagai berikut
: adanya perbedaan jenis nilai ekonomi sumberdaya alam yaitu use value (dapat
diperdagangkan) dan non use value (tidak dapat diperdagangkan), menyebabkan
adanya perbedaan untuk menganalisis atau menghitung nilai ekonomi sumberdaya
alam tersebut. Fauzi (2000) menyatakan bahwa untuk barang yang dapat
diperdagangkan, pengukurannya dilakukan melalui pendekatan surplus konsumen, surplus
produsen, dan pendekatan produktivitas. Untuk sumberdaya alam yang tidak diikutkan ke
dalam mekanisme pasar, pengukuran nilai ekonominya menggunakan teknik pengukuran
tidak langsung dan teknik pengukuran langsung Lebih lanjut dinyatakan bahwa teknik
pengukuran tidak langsung untuk barang dan jasa yang tidak diperdagangkan menggunakan
pendekatan Travel Cost method dan Hedonic Pricing method. Sedangkan untuk pengukuran
langsungnya menggunakan pendekatan Contingen Valuation Method.
 Modal lingkungan buatan

Konsep dan Strategi Pengembangan Kota hijau (Green city) Kota Hijau merupakan salah satu
konsep pendekatan perencanaan kota yang berkelanjutan. Kota Hijau juga dikenal sebagai
Kota Ekologis atau kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan antara pembangunan dan
perkembangan kotadengan kelestarian lingkungan. Dengan kota yang sehat dapat
mewujudkan suatu kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni
penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui
pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan
perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu
anggota masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders). Dapat dikatakan pula bahwa
Kota hijau (Green City) merupakan kota yang sehat secara ekologis. Kota hijau harus
dipahami sebagai kota yang memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan
energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan
lingkungan, dan menyinergikan lingkungan alami dan buatan. Kota hijau(Green City)adalah
konsep perkotaan, dimana masalah lingkungan hidup, ekonomi, dan sosial budaya (kearifan
lokal) harus seimbang demi generasi mendatang yang lebih baik.Ruang terbuka hijau (RTH)
di Kota Kendari sebagian besar sudah dilakukan pengelolaan. Walaupun dalam proses
pengelolaannya belum sepenuhnya berjalan sesuai pencapaian target. Berdasarkan hasil
analisis ketersediaan RTH perkotaan Kota Kendari bahwa setiap kecamatan di Kota Kendari
telah memiliki ruang untuk ruang hijau. Ruang terbuka hijau kota adalah bagian ruang-ruang
terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang disi oleh tumbuhan, tanaman vegetasi
guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam
kota tersebut yaitu keamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan. Dari hasil
survey data tentang potensi ketersediaan pembangunan RTH Kota Kendari yakni masih
tersedianya lahan kosong untuk melakukan pembangunan ruang terbuka hijau guna
tercapainya terget pembangunan RTH kota.
Pembahasan
Bedasarkan pada hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Pengelolaan limbah
di Kota Kendari sebagai berikut :

a. Air limbah dosmetik


b. Persampahan
c. Ruang terbuka hijau
Kendala yang dihadapi adalah masyarakata kurang paham dengan pola hidup sehat dengan
tidak membuang limbah disembarangan tempat dan membantu pemerintah dalam
mengembangkan Ruang Terbuka Hijau dengan tidak membuka lahan baru dengan cara
menebang hutan kota. Untuk solusi kendala diatas sebagaio berikut :

a. Diperlukan kebijakan penanganan secara tepat dan menyeluruh untuk Air Limbah
Domestik dan Sampah yang dihasilkan oleh warga Kota Kendari.
b. Perlu adanya program mengenai kesadaran masyarakat mengenai hidup sehat
dengan membuang limbah pada tempatnya.
c. Perlu menambah angkutan truck sampah agar dapat menjangkau secara keseluruhan
sampah yang dihasilkan oleh warga Kota Kendari.
d. Untuk pengembangan ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Kendari perlu ada
kebijakan yang tegas. Agar pengembangan ketersediaan RTH tersebut dapat
difungsikan dan dikembangkan sesuai dengan rencananya.

 Modal Manusia
Modal manusia dianggap sebagai salah satu faktor penentu produktivitas. Modal manusia
merupakan dimensi kualitatif dari sumberdaya manusia, seperti keahlian dan keterampilan,
yang akan memengaruhi kemampuan produktif manusia tersebut. Dimensi kualitatif
tersebut diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganaliss efek dari modal manusia terhadap tingkat produktivitas di provinsi-
provinsi di Indonesia.

Dengan masuknya SDM yang unggul ke kota kendari terutama pada bidang industri dan jasa
akan lebih mendorong kota ini untuk terus berkembang pesat. Saat ini sudah masuk LIPPO
di kota kendari dan ini akan menjadi titik awal untuk pemegang saham lainnya
mengembangkan dan mengirim SDM yang berkualitas untuk mengembangkan sahamnya di
kota Kendari. Selain itu pendatang dari Jawa atau sekitar Kendari yang datang dan memiliki
skill sebagai pedagang dapat mengembangkan industri olahan dari hasil laut kota Kendari.

Dengan adanya berbagai potensi tersebut pastinya pemerintah tidak akan tinggal diam
dalam keikutsertaannya dalam pengembangan kendari, jika sejumlah dana daerah dialirkan
untuk mendatangkan staff ahli dari daerah lain yang lebih mumpuni dalam berbagai bidang,
hal ini dapat lebih mempercepat perkembangan kendari. Bukan hanya penduduk pendatang
saja yang memiliki kualitas SDM yang mumpuni, penduduk lokal terbangun dengan cerdas
karena sistem pendidikan yang maju di kota ini. Jika dilihat dari sektor pariwisata, penduduk
lokal dapat memanfaatkan untuk membuat sebuah komunitas dimana komunitas itu
bertugas dalam pengembangan wisata dan pengenalan wisata itu sendiri. Pembangunan
wisata yang dimaksudkan adalah wisata alam seperti pantai yang dimiki kota Kendari dan
penduduk sekitarnya dapat menjadi tour guidedan berdagang oleh-oleh atau makanan khas
Kendari.

Di kepemimpinan Kota kendari saat ini yang dipimpim oleh , Ir. Asrun bersama pemerintah
Kota Kendari terus mengembangkan isu strategis dalam mendukung pembangunan Kota
Kendari, yang dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
2018 mendatang. Isu strategis yang menjadi pijakan pembangunan adalah pertama
pembangunan infrastruktur di Kota Kendari dalam hal mendukung pemerataan
pembangunan antar wilayah secara bertahap sehingga semua masyarakat dapat merasakan
manfaatnya.kedua pembangunan kota berbasis IT karena harus mengikuti perkembangan
teknologi yang semakin canggih dan mengaplikasikan dalam sistem pemerintahan menjadi
e-government sehingga semuanya menjadi transparan, dapat diakses oleh masyarakat,
ketiga, pembangunan SDM , keempat pengentasan kemiskinan yang selalu tolak ukur dalam
indeks pembangunan manusia, dan isu kelima penataan lingkungan dan pengolahan sampah
harus terus ditingkatkan dan dipelihara.

Perkiraan kota kendari menjadi sebuah kota metropolitan, akan dihitung dengan proyeksi
kependudukan, yang merupakan perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisi umum
dan jenis kelamin) di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan
fertilitas, mortalitas dan migrasi. Seperti yang sudah dibahas diatas, syarat sebuah kota
untuk menjadi kota metropolitan harus memiliki jumlah penduduk sebanyak satu juta.
Sedangkan Kota Kendari saat ini hanya memiliki 359.571 tercatat pada dokumen BPS 2017.
Pertumbuhan cukup mengesankan dibanding tahun 2012 lalu, jumlah penduduk kota
kendari hanya berjumlah 295.737. Dengan kedua angka tersebut dapat dihitung laju
pertumbuhan penduduk dengan cara eksponensial, dan dapat diperkirakan kapankan kota
kendari dapat dipenuhi oleh penduduk berjumlah 1 juta jiwa.

Berdasarkan hitungan, kota kendari dapat menjadi kota metropolitan sekitar tahun 2044
atau membutuhkan waktu lebih dari 26 tahun dengan kelajuan pertumbuhan penduduk
3,9%. Hal tersebut dapat terjadi jika keadaan kota kendari statis ( tidak ada peningkatan ).
Namun, keadaan kota dan masyarakat tidak akan sama, laju perkembangan pembangunan
kota akan terus meningkat dan laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat juga, dengan
adanya peningkatan perkembangan kota dan pertumbuhan ekonomi seperti apa yang telah
dijelaskan sebelumnya bukan tidak memungkingkan laju pertumbuhan penduduk akan
meningkat dan target penduduk kota Kendari untuk menjadi kota metropolitan akan lebih
cepat dari perkiraan angka yang telah dihitung. Jadi dalam hal ini, dengan perkembangan
pertumbuhan di lapangan yang semakin gencar dilakukan, dan terdapat banyak perbaikan
kualitas bagi masyarakat. Tidak menutup kemungkinan kekurangan yang ada di jumlah
penduduk Kota Kendari yang dipenuhi hingga kurang lebih 26 tahun untuk menjadi
Metropolitan, akan dipatahkan dengan hanya perkiraan menjadi Kota Metropolitan kurang
lebih membuthkan waktu hanya 10 tahun. Dengan banyak pertimbangan yang ada
berkaitan pembangunan yang telah terealisasi saat ini dan perkembangan pertumbuhan
ekonomi serta perkiraan yang akan terjadi di kota kendari bukan hal yang tidak mungkin hal
itu dapat terjadi.

 Modal Sosial
Bagian Administrasi Pemeberdayaan Masyarakat Sekretariat Daerah Kota Kendari
menggelar kegiatan Forum Komunikasi Lembaga Adat (FORKOMLA) Kota Kendari, Sabtu
(24/8). Adat istiadat dan nilai-nilai budaya menjadi bagian dari modal sosial Pemkot Kendari
dalam pelaksanaan pembangunan. Forum Komunikasi Lembaga Adat yang dibentuk
berdasarkan amanat Perda Kota Kendari Nomor 7 tahun 2011 tentang Lembaga
Kemasyarakatan tersebut merupakan wadah komunikasi, konsultasi, dan musyawarah
tokoh adat pimpinan dan pemangku adat, serta paguyuban-paguyuban dari seluruh
suku/etnis yang ada di Kota Kendari. “Adat istiadat dan nilai-nilai budaya yang ada sebagai
modal sosial dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan sosial
kemasyarakat, dan yang paling penting dalah untuk menjaga keharmonisan antar suku yang
ada di Kota Kendari,” kata Asisten III Pemkot Kendari, Agus Salim, saat membuka kegiatan
tersebut. Selain untuk memahami perbedaan budaya, forum ini juga bertujuan untuk dapat
membuka diri dan memperluas pergaulan antar suku/etnis. Termasuk upaya meningkatkan
kesadaran diri, etika sosial, mendorong perdamaian, dan meredam konflik dalam
menghadapi era globalisasi dan teknologi komunikasi di Kota Kendari.Salah satu instansi
yang digunakan pedagang asongan sebagai sarana untuk menjajajakan dagangnya adalah
Pelabuhan Nusantara Kota Kendari. Karena di Pelabuhan ini memberikan peluang besar bagi
pedagang asongan untuk menjajakan dagangan mereka. Dengan melihat peluang inilah
sehingga sebagian pedagang asongan di Kota Kendari memilih berjualan di lingkungan
Pelabuhan Nusantara Kota Kendari. Salah satu faktor yang berkaitan dalam kehidupan sosial
yakni jenjang pendidikan yang di tempuh oleh masyarakat. Pedagang asongan adalah
individu-individu yang tidak lagi tertampung dalam pasar kerja yang mengisyaratkan jenjang
pendidikan sebagai syarat utama dalam mendapatkan pekerjaan di sebuah instansi.
Sehingga dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka menjadi pelaku sektor
informal, khususnya menjadi pedagang asongan. Berdasarkan jenjang pendidikan yang
rendah ini sehingga membuat para pedagang asongan ini sulit untuk mencari pekerjaan
dalam sektor formal, selain itu juga kurangnya keahlian sehingga mereka menjadikan sektor
informal sebagai sarana mencari penghidupan.

Anda mungkin juga menyukai