Anda di halaman 1dari 7

TUGAS DAYA DUKUNG

ANALISIS DAN PERENCANAAN LANSKAP

OLEH:
Isna Qurrotu Aini
20180210135

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
A. Pengertian Lanskap
Lanskap dapat diartikan sebagai taman atau pertamanan. Menurut
KBBI lankap memiliki arti sebagai tata ruang di luar gedung (untuk mengatur
pemandangan alam). Menurut Simonds (1983) lanskap merupakan suatu
bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh
indera manusia dengan karakter menyatu secara alami dan harmonis untuk
memperkuat lanskap tersebut. Lanskap adalah wajah dan karakter lahan atau
tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kehidupan dan apa saja yang
ada didalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan manusia beserta
makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera kita
dapat menjangkau dan membayangkan.
B. Perencanaan lanskap
Perencanaan suatu lanskap adalah saling berkaitan antara struktur dan
fungsi lingkungan terbentuk serta bagaimana perubahan dapat menyebabkan
pembentukan lanskap. Perencanaan lanskap mengkhususkan diri pada studi
pengkajian secara sistematik area lahan bagi berbagai kebutuhan dimasa yang
akan datang melalui pengamatan masalah ekologi dan kerjasama lintas
disiplin merupakan syarat mutlak untuk bisa sampai kepada produk kebijakan
atau tata guna tanah (Hakim dan Utomo, 2003).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu kawasan
diantaranya yaitu mempelajari hubungan antara kawasan tersebut dengan
lingkungan sekitar, memperhatikan keharmonisan antara daerah sekitar
dengan Kawasan yang akan direncanakan, menjadikan sebagai objek wisata
yang menarik, merencanakan kawasan tersebut sehingga dapat menghasilkan
suatu Kawasan yang dapat menampilkan masa lalunya. Perencanaan lanskap
menurut merupakan penyesuaian program dengan suatu lanskap untuk
menjaga kelestariannya. Proses perencanaan lanskap terdiri atas enam tahap
yaitu meliputi persiapan, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan.
Dalam perencanaan lanskap suatu daerah dimana didalamnya terdapat ativitas
rekreasi, membutuhkan informasi yang mengintegrasikan manusia dengan
waktu luang dimana pengalokasian sumber daya dilakukan untuk
menghubungkan watu luang dengan kebutuhan masyarakat dan areal
perencanaan.
C. Daya Dukung
Pengertian daya dukung lingkungan (carrying capacity) dalam konteks
ekologis adalah jumlah populasi atau komunitas yang dapat didukung oleh
sumberdaya dan jasa yang tersedia dalam ekosistem tersebut (Rees, 1990).
Faktor yang mempengaruhi keterbatasan ekosistem untuk mendukung
perikehidupan adalah faktor jumlah sumberdaya yang tersedia, jumlah
populasi dan pola konsumsinya. Konsep daya dung lingkungan dalam konteks
ekologis tersebut terkait erat dengan modal alam. Akan tetapi, dalam konteks
pembangunan yang berlanjut (sustainable development), suatu komunitas
tidak hanya memiliki modal alam, melainkan juga modal manusia, modal
sosial dan modal lingkungan buatan.
Pengertian daya dukung lingkungan menurut Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu kemampuan
lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Daya dukung lingkungan adalah jumlah maksimum manusia yang
dapat didukung oleh bumi dengan sumberdaya alam yang tersedia. Jumlah
maksimum tersebut adalah jumlah yang tidak menyebabkan kerusakan pada
lingkungan dan kehidupan di bumi dapat berlangsung secara “sustainable”.
Greymore juga menyatakan bahwa daya dukung lingkungan sangat ditentukan
oleh pola konsumsi, jumlah limbah yang dihasilkan, dampak bagi lingkungan,
kualitas hidup dan tingkat teknologi.
Dalam perkembangannya kemudian, konsep daya dukung lingkungan
diaplikasikan sebagai suatu metode perhitungan untuk menetapkan jumlah
organisme hidup yang dapat didukung oleh suatu ekosistem secara berlanjut,
tanpa merusa keseimbangan di dalam ekosiste tersebut. Penurunan kualitas
dan kerusakan pada ekosistem kemudian didefinisikan sebagai indikasi telah
terlampauinya daya dukung lingkungan.
Batas daya dukung ekosistem tergantung pada tiga faktor yaitu:
a. Jumlah sumberdaya alam yang tersedia dalam ekosistem tersebut
b. Jumlah / ukuran populasi atau komunitas
c. Jumlah sumberdaya alam yang dikonsumsi oleh setiap individu
dalam komunitas tersebut

Secara umum, kerusakan daya dukung alam dipengaruhi oleh dua faktor:

a. Faktor internal
Kerusakan karena faktor internal adalah kerusakan yang berasal dari alam
itu sendiri. Kerusakan karena faktor internal pada daya dukung alam sulit
untuk dicegah karena proses alami yang terjadi pada alam yang sedang
mencari keseimbangan dirinya, misalnya letusan gunung berapi, gempa
bumi, dan badai.
b. Faktor eksternal
Kerusakan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh
ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan
hidupnya, misalnya kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan industri
berupa pencemaran darat, air, laut, dan udara.
D. Daya Dukung Kawasan Pesisir
Kawasan pesisir umumnya mempunyai potensi sumberdaya alam
pesisir yang beragam dan melimpah, sehingga bermanfaat dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat seperti tempat mencari ikan, pemukiman, dan tempat
wisata. Pemanfaatan kawasan pantai memberikan dampak yang berbeda
terhadap sumberdaya yang ada maupun sosial masyarakat (Bibin dkk, 2017).
Wisata pesisir merupakan wisata yang memanfaatkan daerah
pertemuan antara darat dan laut, kearah darat kawasan pesisir meliputi bagian
daratan, baik kering maupun terendam air, atau yang masih dipengaruhi oleh
pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin (Supriharyono, 2000).
Istilah daya dukung lingkungan mengacu kepada kemampuan suatu
ekosistem alamiah untuk menampung jumlah wisatawan. Daya dukung
lingkungan telah menjadi suatu tolak ukur dalam pengelolaan wisata bahari.
Ledakan jumlah wisatawan yang hadir adalah permasalahan utama dalam
kegiatan ekowisata, sehingga pembatasan terhadap jumlah wisatawan harus
didasarkan pada jumlah yang dapat ditoleransi oleh suatu kawasan (Das,
2015).
Daya dukung sebuah kawasan wisata didefinisikan sebagai level
kehadiran wisatawan yang menimbulkan dampak pada masyarakat setempat,
lingkungan, dan ekonomi yang masih dapat ditoleransi baik oleh masyarakat
maupun wistawan itu sendiri dan memberikan jaminan sustainability pada
masa mendatang (Akliyah dan Muhammad, 2013). Konsep daya dukung
obyek wisata juga dikemukakan oleh Mathieson & Wall (1982), bahwa daya
dukung obyek wisata adalah kemampuan areal (kawasan) obyek wisata yang
dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara maksimum tanpa merubah
kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh
wisatawan selama melakukan aktivitas wisata. Pengelompokan wisatawan
untuk menikmati suatu produk wisata pada tempat dan waktu tertentu dapat
dijadikan informasi mengenai daya dukung obyek wisata. Oleh karena itu,
daya dukung obyek wisata selain ditentukan oleh tujuan wisatawan juga
dipengaruhi oleh komponen lingkungan biofisik obyek wisata. Pada sisi lain
komponen lingkungan sosial budaya juga berperan pada pelestarian daya
dukung
E. Daya Dukung Kawasan Pantai Kartini (Fama dkk, 2017)
Pantai Kartini, jepara sebagai salah satu destinasi wisata pantai
mempunyai potensi yang besar bagi pengembangan wisata bahari. Pantai
Kartini yang berada dekat dengan pusat kota memiliki potensi alam berupa
pemandangan pantai yang indah, omba relative kecil serta pasir putih dan
topografi yang landai, namun kesesuaiannya bagi peruntukan wisata pantai
belum teridentifikasi dengan baik. Berdasarkan data BPS tahun 2012, jumlah
wisatawan Pantai Kartini mencapai 168.058 pengunjung dan mengalami
peningkatan mencapai 232.951 pengunjung pada tahun 2015. Peningkatan
jumlah wisatawan ini akan memberikan dampak terhadap penurunan fungsi
ekosistem. Kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan menghasilkan limbah dan
buangan yang berpengaruh terhadap daya dukung lingkungan.
Kelayakan pantai kartini sebagai kawasan wisata dianalisis kesesuaian
lahannya. Analisis daya dukung kawasan ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan lahan dalam menampung jumlah maksimal wisatawan. Analisis
data menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dengan matriks
kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk
mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Rumus yang dipakai untuk
kesesuaian wisata pantai adalah (Yulianda, 2007 ; Juliana, 2013):
IKW = ∑ [ Ni N maks] x 100%

Berdasarkan rumus diatas aan diperoleh suatu nilai dimana nilai


tersebut menyebutkan kelas / kesesuaian lahan wisata pantai; S1 = sangat
sesuai dengan nilai 83-100%; S2= sesuai dengan nilai 50-<83%; S3= sesuai
bersyarat dengan nilai 17-<50%; dan TS= tidak sesuai dengan nilai <17%.

Analisis daya dukung kawasan bertujuan untuk mengetahui jumlah


maksimum pengunjung yang dapat ditampung di Kawasan tertentu tanpa
menimbulkan pengaruh negative pada lingkungan dan manusia. Analisis daya
dukung mengacu kepada Yulianda (2007) dan Juliana (2013) dengan
persamaan berikut:

DDK = K x Lp / Lt x Wt/Wp

Daya dukung kawasan disesuaikan dengan kondisi sumberdaya dan


pemanfaatannya. Potensi ekologis pengunjung disesuaikan dengan
pemanfaatan area pantai dan pengembangannya. Populasi manusia yang
tinggal di wilayah pesisir, dan peningkatan jumlah wisatawan memberikan
tekanan terhadap daya dukung fisik, social ekonomi dan kebudayaan.
Berdasarkan hasil analisis, kawasan pantai kartini secara umum cukup layak
untuk rekreasi pantai dengan kisaran 48-60%, sedangkan hasil pengukuran
daya dukung menunjukkan bahwa kunjungan tertinggi telah melampaui daya
dukung pantai kartini, sedangkan pada kunjungan terendah masih dapat
diakomodasikan oleh daya dukung pantai kartini.

DAFTAR PUSTAKA

Akliyah. Lely Syiddatul., Muhammad. Zulkarnain Umar. 2013. Analisis Daya


Dukung Kawasan Wisata Pantai Sebanjar Kabupaten Alor Dalam Mendukung
Pariwisata Yang Berkelanjutan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13
No.2
Bibin. Muhammad., Yon. Vitner, Zulhamsyah Imra. 2017. Analisis Kesesuaian dan
Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo Jurnal
pariwisata, Vol. IV No. 2
Das, M. and B. Chatterjee. 2015. Ecotourism: a panacea or a predicament. J. Tourism
Management Perspectives, 14:3-16.
Fama. Ahmad., Haeruddin., Frida, Purwanti. 2017. Kesesuaian Dan Daya Dukung
Pemanfaatan Pantai Kartini Jepara Sebagai Destinasi Wisata Pantai. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 9 No. 2, Hlm. 805-813
Hakim dan Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Penerbit
Bumi Aksara. Jakarta.
Juliana. 2013. Kesesuaian dan daya dukung wisata bahari perairan Bandengan
Kabupaten Jepara Jawa Tengah. J. Perikanan dan Kelautan Tropis, 9(1): 1-7.
Mathieson, Alister., Wall, Geoffrey. 1982. Tourism: Economic, Physical and Social
Impact. New York. Longman Scientific and Technical.Simonds, J. O. 1983.
Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York.
Rees, J. 1990, Natural Resources: Allocation, Economics and Policy, London:
Routledge Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di
Kawasan Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yulianda, F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya
pesisir berbasis konservasi. Standar Sains Departemen Manejemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 35hlm.

Anda mungkin juga menyukai