Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PAPER

MANAJEMEN SUMBER DAYA ALAM


KOMPONEN IKLIM DALAM MANAJEMEN SUMBER DAYA ALAM
DI BIDANG PERTANIAN

OLEH:
Isna Qurrotu Aini
20180210135

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara pertanian di mana pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau
bekerja pada sektor pertanian dan produk nasional yang berasal dari pertanian
(Mubyarto, 1989). Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim
karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas
hasil (Nurdin, 2011). Iklim erat hubungannya dengan perubahan cuaca dan
pemanasan global dapat menurunkan produksi pertanian antara 5-20 persen
(Suberjo, 2009). Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai
dengan berubahnya pola iklim dunia yang mengakibatkan feno2mena cuaca
yang tidak menentu. Perubahan iklim terjadi karena adanya perubahan
variabel iklim, seperti suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus
menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2004). Perubahan iklim juga dipengaruhi
oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai contoh curah hujan yang tidak
menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta arah angin yang
berubah drastis
Penurunan intensitas hujan merupakan salah satu dampak dari
perubahan iklim. Menurut studi yang dilakukan oleh Angles, dkk., (2011)
menyebutkan bahwa berkurangnya intensitas hujan adalah alasan terbesar dari
penurunan hasil panen petani di lahan kering di Dharmaputri, India.
Penurunan hasil panen tersebut menyebabkan penurunan pendapatan para
petani. Penurunan pendapatan petani tersebut merupakan dampak jangka
pendek, sedangkan dampak jangka panjangnya adalah berakhirnya profesi
petani lahan kering (offfarm employment). Berkurangnya intensitas hujan
merupakan faktor penyebab utama penurunan hasil panen (Angles, dkk.,
2011). Variasi iklim seperti kejadian masa kemarau panjang memiliki dampak
yang tinggi pada hasil tanaman lahan kering. Perubahan iklim memiliki
pengaruh negatif terhadap produksi pertanian (Utami, dkk., 2011). Penurunan
produksi pertanian ini dikarenakan terjadinya penurunan luas lahan panen
akibat dari dampak perubahan iklim. Hasil dari studi tersebut, kejadian La
Nina berpengaruh negatif terhadap produksi padi di Jawa. Variabel luas
panen, dan upah buruh berpengaruh positif terhadap produksi padi di Jawa.

B. Komponen iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang


untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Iklim juga disebut sebagai
keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya
dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah
yang luas.

1. Unsur-unsur iklim
a. Suhu atau temperatur udara Suhu atau temperatur udara adalah
derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Alat untuk
mengukur suhu atau temperatur udara atau derajat panas disebut
Thermometer. Biasanya pengukuran suhu atau temperatur udara
dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F).
Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima
bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:

1) Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh


permukaan bumi dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil
sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima
oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus

2) Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar,


semakin banyak panas yang diterima bumi.
3) Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima
panas dan cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan
kebalikan dari sifat daratan.

4) Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas


yang diterima bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin
sedikit panas yang diterima bumi.

b. Tekanan udara Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan
iklim yang lain adalah tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu
gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya
tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah. Makin
tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan
udaranya. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang
menekan. Besarnya tekanan udara diukur dengan barometer dan
dinyatakan dengan milibar (mb).
c. Kelembapan udara Kelembaban Udara Unsur keempat yang dapat
berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu tempat adalah
kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang
terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu. Alat
untuk mengukur kelembaban udara disebut psychrometer atau
hygrometer. Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi:

1) Kelembaban mutlak atau kelembaban absolut, yaitu kelembaban


yang menunjukkan berapa gram berat uap air yang terkandung dalam
satu meter kubik (1 m3) udara.

2) Kelembaban nisbi atau kelembaban relatif, yaitu bilangan yang


menunjukkan berapa persen perbandingan antara jumlah uap air yang
terkandung dalam udara dan jumlah uap air maksimum yang dapat
ditampung oleh udara tersebut.
d. Curah Hujan Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada
suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya
curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan diukur dalam harian,
bulanan, dan tahunan.
e. Angin Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim. Angin
adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke
daerah bertekanan udara rendah.
2. Klasifikasi iklim

Klasifikasi iklim Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik


yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk
pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang
spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya,
tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan
secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam
bidangbidang tersebut

a. Klasifikasi iklim Oldeman Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh


Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman,
terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya
berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara
berturut-turut. Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub
zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya
jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun,
sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan
kering berturut-turut dalam setahun. Oldeman membuat system
baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian
menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan
menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan kriteria
bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-turut.
Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan
bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK)
dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan
kebutuhan air tanaman

b. Klasifikasi Schmidth-Fergusson Sistem iklim ini sangat terkenal


di Indonesia. Penyusunan peta iklim menurut klasifikasi
Schmidth-Fergusson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan.
Pengklasifikasian iklim menurut SchmidthFergusson ini
didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering . Schmidth-
Fergusson menggunakan nilai perbandingan (Q) antara rata-rata
banyaknya bulan kering (Xd) dan bulan basah (Xw).
c. Klasifikasi iklim secara genetic klasifikasi iklim yang
mendasarkan kriterianya pada faktor-faktor iklim peyebab seperti
aliran masa udara, zona-zona angin, benua dan lautan atau
perbedaan penerimaan radiasi surya. Umumnya menghasilkan
klasifikasi daerah yang luas tetapi kurang teliti.
d. Klasifikasi iklim secara empiric klasifikasi iklim yang
kriterianya didasarkan pada hasil pengamatan yang teratur
terhadap unsur-unsur iklim.menghasilkan daerah klasifikasi yang
sempit dan lebih teliti
e. Iklim fisis Iklim fisis adalah iklim yang dipengaruhi alam
sekitar. Misalnya, daratan, lautan, pegunungan , dataran rendah,
dataran tinggi, angin, laut, maupun letak geografis.
f. Klasifikasi iklim Koppen Klasifikasi ini adalah klasifikasi yang
utama berdasarkan pada hubungan antara iklim dan pertumbuhan
vegetasi. Sistem klasifikasi ini adalah sistem yang paling dikenal
dan digunakan secara international sejak publikasi pertamanya
pada tahun 1901 sampai perbaikanperbaikan yang tertulis dalam
buku Gruudis Der Klimakunde 1931. Dasar klasifikasi ini
adalah suhu dan hujan rata-rata bulanan maupun tahunan yang
dihubungkan dengan keadaan vegetasi alami berdasarkan peta
vegetasi De Candolle (1874) Klasifikasi ini disusun berdasarkan
lambang atau symbol.
C. Pengendali iklim
Iklim akan berbeda dari suatu lokasi/ daerah ke lokasi/daerah lainnya.
Perubahan dan perbedaan cuaca/iklim disebabkan oleh pengendali cuaca/iklim
yaitu:
1. Altitude (ketinggian tempat)
2. Latitude (lintang)
3. Penyebaran daratan dan perairan
4. Daerah-daerah tekanan tinggi dan rendah
5. Arus-arus laut
6. Gangguan-gangguan atmosfer
7. Satu atau lebih unsur cuaca dan iklim (terutama pancaran surya)
D. Atmosfer
Atmosfer tersusun atas tiga lapisan yaitu hidrosfer (ekosistem air),
litosfer (ekosistem padatan kulit bumi) dan atmosfer (ekosistem udara).
Atmosfer didefinisikan sebagai campuran gas-gas yang mengelilingi bumi
pada segala sisinya. Atmosfer bersifat aktif (bergerak), dapat dimampatkan,
dan dapat mengembang. Proses pendinginan dan pemanasan permukaan bumi
yang selalu berubah menurut waktu dan tempat menyebabkan suhu,
kerapatan, dan tekanan atmosfer akan berubah. Pada kondisi panas atau suhu
tinggi, kerapatan atmosfer menurun sehingga di siang hari udara di permukaan
bumi cenderung bergerak naik yang menyebabkan tekanan atmosfer menurun.
Di malam hari terjadi pendinginan permukaan bumi yang akan diikuti oleh
penurunan suhu udara yang menyebabkan peningkatan kerapatan sehingga
tekanan atmosfer naik. Atmosfer tersusun atas tiga kelompok bahan. Pertama
partikel udara kering, kedua bahan air (air, uap dan es dalam bentuk awan),
dan ketiga aerosols atau bahan padatan contohnya debu. Bahan-bahan tersebut
memiliki massa berbeda dan tersebar di berbagai ketinggian membentuk
susunan mirip pengendapan bahan di atmosfer. Bahan dengan massa ringan
berada di atas bahan yang lebih berat. Akibatnya, semakin berkurang
ketinggian di atmosfer menyebabkan peningkatan partikel udara.
E. Kegunaan atmosfer dalam kehidupan dan pertanian
1. Atmosfer merupakan sumber gas dan air presipitasi untuk permukaan
bumi. Dalam memenuhi keperluan metabolisme makhluk hidup, atmosfer
merupakan sumber gas nitrogen (N2), oksigen (O2), dan karbondioksida
(CO2) yang berlimpah. Nitrogen merupakan unsur esensial bagi
pertumbuhan tanaman. Proses fotosintesis tumbuhan di seluruh
permukaan bumi akan mengurangi konsentrasi CO2 dan menambah
konsentrasi O2 secara alami. Sebaliknya proses respirasi tumbuhan akan
mengakibatkan hal yang sebaliknya yaitu menambah konsentrasi CO2 dan
mengurangi konsentrasi O2.
2. Atmosfer adalah penyaring (filter) radiasi surya. Melalui sifat-sifat kimia
dan fisika tertentu, atmosfer mengatur jumlah dan jenis energi radiasi
surya yang mencapai permukaan bumi. Ozon (O3) sebagai contoh, yang
terkonsentrasi di lapisan atmosfer pada ketinggian antara 20-35 km tetapi
masih ada dalam jumlah besar sampai ketinggian 50 km, berperan untuk
melindungi kehidupan terestrial dari radiasi surya yang merusak organ
tubuh makhluk hidup (mematikan).
3. Pada sistem neraca energi radiasi, atmosfer merupakan penyangga
(buffer). Tanpa ada proses penyanggaan (penyerapan, penerusan, dan
pemantulan) radiasi oleh atmosfer, suhu bumi pada siang hari akan
mencapai lebih dari 93C dan malam hari akan mencapai - 184C. Secara
alami karbondioksida sangat efektif dalam memilah penyerapan sejumlah
radiasi terestrial yang terpancar keluar, yang apabila tidak, radiasi tersebut
akan hilang begitu saja ke angkasa. Begitu juga dengan uap air, di
samping dapat menyerap sebagian radiasi surya, juga merupakan bahan
penyerap yang sangat bagus untuk radiasi yang dikeluarkan permukaan
bumi (radiasi terestrial). Lebih lanjut, jumlah panas yang besar yang
digunakan untuk evaporasi air permukaan akan dilepaskan kembali ke
atmosfer ketika uap air berkondensasi membentuk awan dan hujan.
Dengan demikian permukaan bumi akan terhindar dari pemanasan dan
pendinginan berlebihan.
4. Pada proses fisika di permukaan bumi, atmosfer merupakan pengatur
kelestarian mekanisme proses cuaca dan iklim. Dalam mekanisme proses
pembentukan awan dan hujan, keberadaan kotoran-kotoran di atmosfer
(aerosol) memegang peranan yang penting dengan bertindak sebagai inti
sehingga kondensasi terjadi di sekitarnya.
F. Sumberdaya

sumberdaya merupakan sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai


dalam kondisi dimana kita menemukannya. Hal tersebut dapat berupa bahan
mentah atau sesuatu yang belum diubah, yang digunakan dalam proses
produksi yang menghasilkan sesuatu yang bernilai, ataupun sesuatu yang
langsung dapat dikonsumsi (Randal, 1981).

Howe (1979) membedakan antara sumberdaya alam (natural


resources) dan barang sumber daya (resource commodity). Sumberdaya alam
adalah segala sesuatu yang masih terdapat di dalam maupun di luar yang
sifatnya masih potensial dan belum dilibatkan dalam proses produksi untuk
meningkatkan tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian. Barang
sumberdaya adalah sumberdaya alam yang sudah diambil dari dalam atau atas
bumi dan siap digunakan bersama faktor produksi lainnya sehingga dapat
menghasilkan keluaran berupa barang dan jasa yang dapat digunakan oleh
konsumen maupun produsen.

Sumberdaya pertanian terdiri dari :

1. Sumberdaya alam dan lingkungan (tanah/lahan, air, flora & fauna, sinar
matahari, iklim, dsb)
2. Modal
3. Manusia
4. Teknologi
5. Manajemen

Sumberdaya pertanian bisa merupakan input atau faktor-faktor


produksi dalam proses produksi pertanian. Proses produksi pertanian adalah
proses yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi pertanian (input) untuk
menghasilkan produksi prtanian (output). Fungsi produksi dalam teori
produksi menggambarkan hubungan teknis yang merubah input (sumberdaya)
menjadi output (komoditi) (Debertin, 1986).

G. Hubungan antara cuaca/iklim dengan pertanian


Ruang lingkup klimatologi pertanian terbentang antara lapisan tanah
sedalam perkaran tanaman hingga lapisan udara tertinggi yang berhubungan
dengan penyebaran biji, spora, tepung sari dan serangga. Selain iklim yang
alami, juga diperhatikan keadaan lingkungan buatan seperti penghalang angin,
naungan, irigasi, rumah kaca, gudang tempat penyimpanan produksi pertanian
dan kendang ternak. Hubungan antara iklim dengan pertanian dapat
diperhatikan sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah adalah hasil pelapukan batuan selama periode waktu lama yang
diakibatkan oleh perubahan cuaca. Cuaca/iklim dapat mempengaruhi sifat-
sifat kimia dan fisika tanah serta organisme yang ada didalamnya.
2. Tanaman
Dimulai dari fase perkecambahan, fase vegetative dan fase generative dan
panen dipengaruhi oleh lingkungan, demikian juga pasca panen. Kualitas
produksi tanaman yanag dipanen pada musim hujan sangat berbeda jika
dipanen pada musim kemarau. Faktor-faktor iklim dapat mencegah
terjadinya kebakaran hutan. Contoh musim kemarau yang pendek, sering
ada hujan dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan atau padang
rumput.
3. Peternakan
Iklim dapat berperangaruh langsung terhadap ternak, contohnya ternak
sapi perah agar hasil susunya berkualitas dan berkuantitas maka sebaiknya
dipelihara di pegunungan. Pengaruh secara langsung melalui makanannya
yang berasal dari hijauan maupun biji-bijian.
4. Hama dan penyakit
Pada musim hujan kondisi iklim menjadi lembab sehingga banyak
tanaman diserang penyakit, pada musim kemarau diserang hama. Tinggi
rendahnya populasi hama dan penyakit tergantung pada keadaan
lingkungan. Keadaan yang lembab menyebabkan jumlah penyakit akan
optimum dan keadaan suhu yang tinggi serta serta kering jumlah hama
optimum. Cuaca/iklim dapat mempengaruhi organisme hama atau
penyakit dan tanaman yang terserang.
5. Bangunan bangunan pertanian
Merencanakan bangunan-bangunan pertanian seperti tingginya
bendungan, dalamnya saluran drainase harus memperhitungkan keadaan
cuaca/iklim setempat. Kendang ternak agar kuat mendapat terpaan angin
maka sebaiknya ditanami pohon-pohon pelindung angin.
6. Modifikasi cuaca/iklim
Secara makro manusia belum dapat mengendalikan cuaca/iklim, tapi
secara mikro sudah banyak yang dilakukan seperti irigasi, air tidak
didapatkan dari hujan melainkan melalui saluran irigasi yang dating dari
waduk. Waduk merupakan hasil modifikasi hujan.
7. Pegukuran ilim pada percobaan Agronomi
Masalah-masalah seperti banyaknya air irigasi yang diperlukan untuk padi
sawah, waktu pemupukan, seleksi tanaman tertentu. Iklim berpengaruh
nyata pada setiap fase kegiatan pertanian, demikian pula pada perencanaan
kegiatan pertanian sehari-hari sampai jangka panjang tidak luput dari
pengaruh cuaca/iklim.
Dengan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui cara memilih tempat
yang sesuai untuk tanaman tertentu atau memilih tanaman yang sesuai
untuk suatu tempat tertentu. Selanjutnya dapat diketahui dimana daerah-
daerah yangs sesuai dengan dukungan data cuaca/iklim secara kuantitatif,
untuk mengembangkan suatu usaha pertanian agar mendapat nilai tambah.

Dalam Meteorological Glossary (McIntosh, 1972), Klimatologi Pertanian


diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan membahas berbagai aspek
iklim yang berhubungan dengan permasalahan pertanian. Di dalam arti
sempit, pertanian hanya meliputi tanaman, dan dalam arti luas juga
meliputi peternakan dan perikanan. Pengetahuan yang luas tentang
berbagai hubungan antara iklim dan subjek-subjek pertanian dan
peternakan, memungkinkan penggalian potensi iklim di tiap tempat untuk
perencanaan intensifikasi dan ekstensifikasinya. Manfaat utama
Klimatologi Pertanian adalah sebagai dasar strategi dalam penyusunan
rencana dan kebijakan pengelolaan usahatani pertanian dan peternakan.
Lingkup kebijakan dapat meliputi sebidang lahan, suatu wilayah atau
teritorial pertanian maupun untuk kebijakan pada lingkup nasional yang
meliputi berbagai hal sebagai berikut (Nasir A.A, 1999):
1. Seleksi terhadap kultivar tanaman, spesies, dan ras ternak yang
beradaptasi baik dengan kondisi iklim setempat sehingga potensial untuk
dibudidayakan secara luas.
2. Memiliki wilayah-wilayah yang kondisi iklimnya sesuai untuk
pengembangan suatu kultivar tanaman dan ras ternak tertentu yang baru
diintroduksi dari daerah lain atau dari luar negeri.
3. Berbagai hasil penelitian dan percobaan memungkinkan untuk memilih
teknologi yang terbaik untuk perbaikan iklim mikro sehingga dapat
mendorong pertumbuhan, perkembangan, serta produksi tanaman dan
ternak baik jumlah maupun mutunya. Contohnya penggunaan berbagai
jenis mulsa, rumah kaca, rumah plastik, rumah jaring, irigasi, dan drainase
dalam budidaya tanaman. Dibidang peternakan dilakukan perbaikan
desain kandang, sistem ventilasi, drainase, sanitasi, dan pengaturan
kepadatan populasi ternak di dalam kandang.
4. Pengaturan pola tanam meliputi jadwal pergiliran tanaman dan
pemilihan kultivar untuk penanaman tumpangsari.
5. Pewilayahan komoditas pertanian dan pemetaannya.
Klimatologi pertanian melibatkan interaksi setiap hari secara
berkelanjutan dalam kurun waktu lama antara cuaca dan hidrologi
sebagai komponen fisika lingkungan atau iklim di satu sisi, dengan
komponenkomponen pertanian dalam arti luas di sisi lainnya. Secara
luas pertanian meliputi budidaya: tanaman pangan, tanaman
perkebunan, tanaman hortikultura, kehutanan, dan usaha peternakan.
Sebenarnya dapat ditambahkan budidaya perikanan darat (rawa,
danau, tambak, kolam, dan sebagainya), tetapi tidak seluas
penangkapan ikan di laut sehingga jarang dikaitkan dalam pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Angles, Chinnadurai, and Sundar. (2011). Awareness on impact of climate change on
dryland agriculture and coping mechanisms of dryland farmers. Indian Journal
of Agricultural Economics. Vol.66, hlm. 365- 372.
Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing
Company New York. Coller Macmillan Publishers London.
Howe, Charles W. Natural Resource Economics. Issues, Analysis, and Policy. John
Wiley & Son, New York.
Ida Nurul Hidayati, dan Suryanto .2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap
Produksi
Pertanian dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm.42-
52
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Perubahan iklim global.dari:
http:/climatechange.menlh.go.id.
McIntosh, D.H. 1972. Meteorological Glossary. 5th ed., London: Her Majesty's
Stationery Office.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Nasir A.A. 1999. Klimatologi Pertanian. Kapita Selekta Agroklimatologi. Jurusan
Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
IPB dengan Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.
Nurdin. 2011. Antisipasi perubahan iklim untuk keberlanjutan ketahanan pangan.
Sulawesi Utara: Universitas Negeri Gorontalo. Suberjo, (2009). adaptasi
pertanian dalam pemanasan global. Dosen Fakultas Pertanian UGM
Yogyakarta dan Mahasiswa Doktoral The University of Tokyo. Diakses pada
12 Agustus 2014, dari: http://subejo.staff.ugm.ac.id/?p=108.
Randall, Alen. 1981. Resource Economics. An Economic Approarch to Natural
Resource and Environmental Policy. Grid ppPublishing, Inc, Colombus, Ohio.
Suberjo. 2009. adaptasi pertanian dalam pemanasan global. Dosen Fakultas Pertanian
UGM Yogyakarta dan Mahasiswa Doktoral The University of Tokyo.
Utami, Jamhari, dan Suhatmini Hardyastuti. 2011. El Nino, La Nina dan Penawaran
Pangan di Jawa, Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 12: 2, hlm.
257-271.

Anda mungkin juga menyukai