Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK IKLIM MENURUT METODE DRYING POWER DAN METODE SCHMIDT FERGUSSON DI KALIMANTAN BARAT

YOSEF LUKY D. PRASETYA Stasiun Meteorologi Paloh

ABSTRAK Setiap daerah memiliki karakteristik cuaca dan iklim yang berbeda beda. Perbedaan iklim pada berbagai tempat di muka bumi sangat dipengaruhi beberapa faktor antara lain : posisi matahari terhadap bumi dan geografis daerah tersebut. Karakteristik iklim suatu daerah juga dapat diklasifikasikan dengan menggunakan beberapa metode antara lain metode Drying Power dan Schmidt Fergusson. Telah dilakukan penentuan karakteristik iklim dengan menggunakan kedua metode tersebut di Stasiun Meteorologi Paloh, Stasiun Klimatologi Siantan, dan Stasiun Meteorologi Ketapang menggunakan data bulanan selama 10 tahun periode tahun 2001-2010. Dari hasil perhitungan Drying power dan Schmidt Fergusson diperoleh bahwa Paloh memiliki karakter luar biasa lembab dan sangat basah, Siantan dengan karakter luar biasa lembab dan sangat basah, sedangkan Ketapang dengan karakter lembab dan sangat basah. I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Kepulauan Indonesia yang terbentang di sekitar khatulistiwa terbentuk dari daratan dan lautan, sehingga ramage (1971) menyebutnya sebagai Benua Maritim Indonesia yang secara geografis terletak diantara benua Asia dan benua Australia, serta diapit oleh samudra Hindia dan samudra Pasifik sehingga wilayahnya memiliki sistem peredaran atmosfer yang spesifik. Iklim di Indonesia merupakan hasil perpaduan antara beberapa macam sirkulasi antara lain sirkulasi Walker dan sirkulasi Hedley. Setiap daerah memiliki karakteristik cuaca dan iklim yang berbeda beda. Perbedaan iklim pada berbagai tempat di muka bumi sangat dipengaruhi beberapa faktor antara lain : posisi matahari terhadap bumi dan geografis daerah tersebut sehingga mempengaruhi perbedaan penerimaan radiasi matahari, letak astronomis, selain itu juga ditentukan oleh beberapa gabungan proses atmosfer yang berbeda, ketinggian tempat, topografi lingkungan, jenis tanah, luas daratan dan lautan, vegetasi (hutan, padang rumput, gurun pasir) dan lain lain. Faktor faktor tersebut mempengaruhi unsur - unsur meteorologi, membentuk cuaca dan menghasilkan suatu tipe karakteristik atau jenis iklim di suatu daerah. Dalam penentuan karakteristik iklim suatu daerah diperlukan data unsur-unsur cuaca yang bervariasi serta meliputi periode waktu yang panjang. Semakin banyak unsur cuaca yang ditinjau dan makin panjang periode waktu data yang digunakan diharapkan akan semakin nampak jelas karakteristik iklim di wilayah tersebut. Unsurunsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan. Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang - bidang tersebut (Lakitan, 2002). Berdasarkan uraian di atas maka penulis berusaha untuk mengumpulkan dan melakukan pengolahan data untuk mengetahui karakteristik iklim di Kalimantan Barat 0 0 meliputi Stasiun Meteorologi Paloh yang berada pada posisi 01 42' LU - 109 19' BT, 0 0 15 meter DPL, stasiun Klimatologi Siantan yang berada pada posisi 00 4' LU - 109 11' 0 BT, 2 meter DPL, dan stasiun Meteorologi Ketapang yang berada pada posisi 01 49' LS 0 - 109 57'BT, 9 meter DPL selama 10 tahun periode tahun 2001 2010.

1.2 TUJUAN Tujuan penulisan ini antara lain : Mengetahui karakteristik iklim di Stasiun Meteorologi Paloh, Stasiun Klimatologi Siantan, dan Stasiun Meteorologi Ketapang Membandingkan kesetaraan hasil antara metode Drying Power dan metode Schmidt Fergusson Mengetahui perbedaan karakteristik iklim berdasarkan ketinggian tempat 1.3 BATASAN MASALAH Dalam tulisan ini dilakukan pembahasan tentang perbandingan karakteristik iklim di Stasiun Meteorologi Paloh, Stasiun Klimatologi Siantan, dan Stasiun Meteorologi Ketapang dengan menggunakan metode Drying Power (yang menggunakan unsur suhu udara, kelembaban udara, tekanan dan kecepatan angin) dengan metode Schmidt Fergussson (yang menggunakan unsur curah hujan bulanan). Periode data yang digunakan adalah selama 10 tahun periode tahun 2001 2010.

1.4 METODOLOGI PENELITIAN Menyiapkan data yang diperoleh dari data F-KLIM 71 stasiun Meteorologi Paloh, stasiun Klimatologi Siantan, dan stasiun Meteorologi ketapang. Menyiapkan persamaan yang digunakan dalam metode Drying Power dan metode Schmidt Fergussson Melakukan uji karakteristik iklim dengan memasukkan nilai ke dalam persamaan yang digunakan dalam metode Drying Power dan metode Schmidt Fergussson Membandingkan hasil antara metode Drying Power dan metode Schmidt Fergusson

II.

LANDASAN TEORI

2.1 IKLIM Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan iklim adalah merupakan rata-rata cuaca. Iklim dari suatu tempat disusun oleh unsur-unsur yang variasinya besar, maka hampir tidak mungkin untuk dua tempat mempunyai iklim yang identik. Sebenarnya hampir tidak terbatas jumlah iklim di permukaan bumi ini yang memerlukan penggolongan dalam suatu kelas atau tipe (Wirohamidjojo dkk, 2010). Diantara parameter cuaca yang dapat mempengaruhi klasifikasi iklim adalah suhu dan curah hujan tetapi karena wilayah Indonesia berada di daerah tropis maka suhu udara di setiap wilayahnya tidak jauh berbeda atau relatif sama (homogen). Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam, baik menurut waktu maupun tempat. Hujan juga merupakan faktor penentu dan faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum. Oleh karena itu, klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kinerja utama. Diungkapkan bahwa adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam di dunia yang melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim. Beberapa diantara klasifikasi iklim adalah dengan menggunakan metode Drying Power dan Schmidt Ferguson. Klasifikasi iklim berhubungan dengan unsur iklim yang digunakan untuk penyusunan sistem pengelompokkan iklim tersebut. Beberapa ahli klimatologi mengklasifikasikan iklim dengan dasar unsur yang berbeda beda, sehingga masing masing mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu berusaha untuk menganalisis iklim dengan parameter cuaca sebagai pendekatannya. Pada umumnya unsur iklim yang sering digunakan adalah suhu dan curah hujan.

Sistem iklim terdiri dari lima komponen, yaitu : 1. Atmosfer. Atmosfer merupakan komponen utama. 2. Litosfer. Komponen ini adalah massa daratan dari permukaan bumi yang terdiri atas pegunungan, batuan, sedimen, serta tanah permukaaan dan termasuk pula cekungan lautan. 3. Hidrosfer. Hidrosfer adalah air (cair) yang didistribusikan pada permukaan bumi. 4. Kriosfer. Kriosfer adalah massa es dan endapan salju. 5. Biosfer. Biosfer tumbuhan dan makhluk hidup di darat, di laut dan di udara. (Prawirowardoyo, 1996)

2.2 KLASIFIKASI IKLIM MENURUT METODE DRYING POWER Drying Power adalah kemampuan menguapkan air dalam satuan waktu (mm/hari), yang dikemukakan oleh W.Knoche (Conrad, 1946). Metode Drying Power ada 2 jenis, yaitu; Geoclimatic Drying Power dan Anthropoclimatic Drying Power. Kedua metode tersebut sama-sama menggunakan data temperatur, kelembaban, kecepatan angin dan tekanan udara dalam menentukan karakteristik iklim, tetapi berbeda pada temperatur yang digunakan. Untuk Geoclimatic Drying Power menggunakan suhu udara permukaan. Sedangkan Anthropoclimatic Drying Power menggunakan suhu kulit manusia. Tujuan dari klasifikasi menurut metode ini dapat diaplikasikan pada pabrik garam, yaitu untuk mengetahui tingkat penguapan suatu daerah. Konsep Drying Power ini dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik iklim suatu tempat dengan melihat derajat kekeringannya, yaitu dengan mengkombinasikan tekanan uap air jenuh dalam bentuk persamaan empris antara tekanan uap air jenuh, suhu udara, dan kecepatan angin, persamaan tersebut adalah sebagai berikut :

Sv = 0.023 F(v)
Dimana : Sv F(v) Et E E t V bo b

(1 + 0.084 v)

....................(2.1)

= Drying Power = Faktor yang bergantung pada (v) = Tekanan uap air jenuh pada t(C) dalam mmHg = Tekanan uap air dalam mmHg = Selisih tekanan uap air jenuh dalam mmHg = Selisih suhu dalam C = Kecepatan angin dalam km/jam = Tekanan udara standar 1015 mb = Tekanan udara di stasiun

Adapun rumus lain yang digunakan adalah :

E = 6.11 e=

...............................................................(2.2)

E .........................................................................................(2.3)

RH = kelembaban udara (relative humudiy) dalam % Dari persamaan diatas maka dapat disubtitusikan menjadi :

........................................................................................(2.4)

Dari hasil perhitungan nilai Sv, maka dapat ditentukan karakter Drying Power dari table berikut : Tabel 2.1 Karakteristik Berdasarkan Interval Sv Karakteristik Luar Biasa lembab Lembab Agak lembab Normal Agak Kering Kering Sangat kering Luar Biasa Kering Intensitas I II III IV V VI VII VIII Interval Sv 0,00 - 0,10 0,11 - 0,13 0,14 - 0,20 0,21 - 0,35 0,36 - 0,50 0,51 - 1,00 1,00 - 2,00 2,00

2.3 KLASIFIKASI IKLIM MENURUT METODE SCHMIDT FERGUSSON Sisitem ini sangat terkenal di Indonesia. Penyusunan peta iklim menurut Schmidt Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Klasifikasi ini secara khusus dibuat untuk tujuan-tujuan spesifik yaitu bertujuan untuk tanaman hutan. Schmidt dan Ferguson menggunakan dasar adanya bulan basah dan bulan kering seperti yang dikemukakan oleh Mohr. Hanya terdapat perbedaan dalam cara mencari bulan-bulan basah dan bulan kering tersebut. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah dalam klasifikasi iklim Schmidt Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekuensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan (Prawirowardoyo, 1996). Klasifikasi iklim menurut Schmidt freguson didasarkan kepada perbandingan Bulan Kering (BK) dan Bulan Basah (BB). Ketentuan penetapan bulan basah dan bulan kering mengikuti aturan sebagai berikut: Bulan Kering : Bulan dengan Curah Hujan lebih kecil dari 60 mm Bulan Basah : Bulan dengan Curah Hujan lebih besar dari 100 mm Jumlah bulan kering dan basah ini dimasukkan dalam rumus penentuan tipe curah hujan yang dinyatakan dengan nilai Q, yang dihitung dengan persamaan berikut :

Q=
Rata-rata bulan kering adalah banyaknya bulan kering dari seluruh data pengamatan dibagi jumlah tahun data pengamatan, demikian pula dengan rata-rata bulan basah yaitu banyaknya bulan basah dari seluruh data pengamatan dibagi dengan jumlah tahun pengamatan data. Berdasarkan nilai Q ini selanjutnya ditentukan tipe curah hujan suatu tempat atau daerah dengan menggunakan table Q, seperti terlihat pada table di bawah. Semakin kecil harga Q maka akan semakin basah suatu tempat dan sebaliknya semakin besar harga Q maka akan semakin kering suatu tempat.

Tabel 2.2. Kriteria Pembagian Tipe Iklim Schmidt Ferguson Tipe Iklim A ( Sangat Basah) B ( Basah ) C ( Agak Basah) D ( Sedang ) E ( Agak Kering ) F (Kering ) G ( Sangat kering ) H ( Luar Biasa Kering) kriteria 0 Q < 0.143 0.143 Q < 0.333 0.333 Q < 0.600 0.600 Q < 1.000 1.000 Q < 1.670 1.670 Q < 3.000 3.000 Q < 7.000 7.000 Q

Selain dengan menggunakan tabel di atas, klasifikasi iklim Schmidt Ferguson juga dapat dilihat dari gambar diagram segitiga berikut :

Gambar 2.1 Diagram Segitiga Schmidt Ferguson

III.

DATA DAN METODE

3.1 DATA Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data iklim yang diperoleh dari FKLIM 71 Stasiun Meteorologi Paloh, stasiun Klimatologi Siantan, dan stasiun meteorologi Ketapang yang terdiri atas : Data total curah hujan bulanan Data rata-rata suhu udara bulanan Data rata-rata kelembaban udara bulanan Data rata-rata tekanan udara bulanan Data rata-rata kecepatan angin bulanan Data di atas merupakan rata-rata bulanan hasil dari jumlah data rata-rata harian selama satu bulan kemudian dibagi dengan banyaknya data pada bulan yang bersangkutan. Panjang data yang digunakan adalah 10 tahun dari tahun 2001 - 2010.

3.2 METODE 3.2.1 Metode Drying Power Drying Power adalah jumlah penguapan, dengan satuan sentimeter dalam waktu empat jam, yang dapat dihitung dengan rumus empiris dan menghasilkan nilai derajat kekeringan sehingga dapat digunakan untuk penentuan klasifikasi iklim di suatu daerah (Conrad, 1946). Dari persamaan persamaan pada uraian sebelumnya ( lihat uraian 2.1) dengan mempergunakan data data suhu, kelembaban dan kecepatan angin dapat diperoleh nilai Drying Power (Sv), yang selanjutnya digunakan untuk menentukan karakteristik iklim di Mataram dengan melihat kriteria kriteria yang terdapat pada tabel Interval Sv (derajat kekeringan). Langkah - langkah yang dilakukan dalam menentukan nilai Sv adalah sebagai berikut : Mengkonversi satuan Kecepatan angin (v) dari satuan knots diubah menjadi km/jam, kemudian diubah lagi menjadi m/s. 1 knots = 1.852 km/jam Tekanan uap air jenuh (E) dari satuan mb diubah menjadi mmHg. 1 mb = 0.75019 mmHg. Menghitung nilai dengan menggunakan rumus (2.4).

Menetukan harga F(v), dengan melihat tabel F(v) berikut :

Tabel 3.1 Harga F(v) berdasarkan V (km/jam) V (km/jam) 0 1 2 3 4 5 6 7 Menghitung nilai F (v) 1,000 1,148 1,274 1,392 1,493 1,592 1,667 1,712 dengan menggunakan rumus (2.2) V (km/jam) 8 9 10 15 20 25 30 F (v) 1,746 1,762 1,777 1,782 1,782 1,782 1,782

Et = (E t+1) (E t-1) t = (t+1) (t-1) Menghitung nilai Sv dengan menggunakan rumus (2.1) Menentukan karakteristik iklim berdasarkan tabel interval Sv

3.2.2 Metode Schimdt Fergusson Metode Schmidt Fergusson mengklasifikasikan iklim dengan menggunakan jumlah data curah hujan bulanan untuk menentukan basah atau keringnya suatu bulan. Kemudian jumlah bulan kering dibandingkan dengan bulan basah, sehingga diperoleh nilai Q. Dari nilai Q tersebut dapat ditentukan karakteristik iklim daerah tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL 4.1.1 Stasiun Meteorologi Paloh Tabel 4.1 Data Klimatologi RataRata Bulanan Paloh Periode 2001 2010 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Suhu (C) 26.6 26.4 26.7 26.7 26.7 26.4 26.2 26.5 27.0 27.3 26.9 26.7 Tekanan (mb) 1009.3 1009.5 1009.7 1009.3 1008.8 1009.1 1009.7 1009.4 1009.5 1009.1 1009.0 1009.1 Angin (km/jam) 5.830813 5.697865 5.358852 4.712595 5.211864 4.905884 4.979889 5.476742 5.099173 4.785329 4.944840 5.148192 F (v) 1.667 1.667 1.592 1.592 1.592 1.592 1.592 1.592 1.592 1.592 1.592 1.592 Kelembapan (%) 90.0 89.3 87.7 86.4 86.3 85.3 85.1 84.5 86.3 87.3 88.4 89.1 Hujan (mm) 514.0 282.0 148.5 147.5 183.2 130.1 149.3 122.1 218.1 314.5 287.9 513.7

27.4 27.2 27.0 26.8 26.6 26.4 26.2 26.0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1009.8 1009.6 1009.4 1009.2 1009.0 1008.8 1008.6

Bulan
Gambar 4.1 Data suhu udara dan tekanan Paloh (20012010)

600.0 500.0 400.0 300.0 200.0 100.0 0.0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

91.0 90.0 89.0 88.0 87.0 86.0 85.0 84.0

Bulan

Gambar 4.2 Data Hujan dan Kelembapan Paloh (20012010)

Kelembapan (%)

Hujan (mm)

Tekanan (mb)

Suhu (C)

7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Angin (km/jam)

1.70 1.60 1.55 1.50 1.45

Bulan

Gambar 4.3 Data Angin dan F (v) Paloh (20012010)

Metode Drying Power Data-data klimatologi bulanan yang telah diperoleh kemudian hasilnya dikonversikan untuk mencari nilai tekanan uap air jenuh selanjutnya diperoleh nilai Sv dengan menggunakan rumus (2.1) Harga Sv kemudian disesuaikan dengan harga indeks drying power pada tabel. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Drying Power Paloh


Bulan Januari Februari Maret April mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember ET 28.0345798 27.4902759 28.0273165 27.7088371 27.5334519 26.9906261 26.7387261 27.2019272 28.1965093 28.9991581 28.3114465 27.871375 Et 24.9264239 24.435149 24.9198673 24.6324002 24.4741136 23.9843002 23.7570485 24.174949 25.0726037 25.7973605 25.1763691 24.7791049 Delta E 3.10815595 3.0551269 3.10744923 3.07643686 3.05933838 3.00632594 2.98167764 3.02697824 3.12390558 3.20179758 3.13507737 3.09227007 SV 0.093597527 0.091887696 0.089329225 0.086460672 0.088190501 0.086064123 0.086066352 0.090755089 0.089522492 0.089293006 0.087065355 0.086303798 Karakteristik Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab

F (v)

1.65

Metode Schmidt Fergusson

Tabel 4.3 Tingkat kebasahan menurut Schmidt Fergusson di Paloh


Bulan Januari Februari Maret April mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Hujan (mm) 514.0 282.0 148.5 147.5 183.2 130.1 149.3 122.1 218.1 314.5 287.9 513.7 Karakteristik Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah

Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh nilai Q dengan persamaan

Q=
Dari persamaan diatas maka dapat diketahui nilai Q sebesar 0

4.1.2 Stasiun Klimatologi Siantan Tabel 4.4 Data Klimatologi RataRata Bulanan Siantan Periode 2001 2010 Bulan Januari Februari Maret April mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Suhu (C) 26.4 26.5 26.8 27.1 27.6 27.1 26.8 27.0 26.8 26.8 26.7 26.6 Tekanan (mb) 1011.3 1011.4 1011.1 1010.7 1010.4 1010.7 1011.0 1011.1 1011.5 1011.4 1010.8 1010.6 Angin (km/jam) 5.72507 6.034555 5.899994 5.58718 5.636054 5.539193 5.934764 6.341606 5.988158 5.585274 5.76587 5.643701 F (v) 1.667 1.667 1.667 1.592 1.592 1.592 1.667 1.667 1.667 1.592 1.667 1.592 Kelembapan (%) 86.0 85.8 84.4 84.4 83.5 83.8 84.0 82.7 84.8 85.2 85.7 86.1 Hujan (mm) 230.7 142.8 139.6 252.0 231.7 255.4 244.8 150.1 279.6 320.9 347.6 322.8

27.8 27.6 27.4 27.2 27.0 26.8 26.6 26.4 26.2 0 1 2 3 4 5

1011.6 1011.4 1011.2 1011.0 1010.8 1010.6 1010.4 1010.2

Bulan

9 10 11 12 13

Gambar 4.4 Data suhu udara dan tekanan Siantan (20012010)

Hujan (mm)

300.0 200.0 100.0 0.0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

86.0 85.0 84.0 83.0 82.0

Bulan

Gambar 4.5 Data Hujan dan Kelembapan Siantan (20012010)

8.0

1.68

Angin (km/jam)

4.0 2.0 0.0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1.62 1.59 1.56

Bulan

Gambar 4.6 Data Angin dan F (v) Siantan (20012010)

F (v)

6.0

1.65

Kelembapan (%)

400.0

87.0

Tekanan (mb)

Suhu (C)

Metode Drying Power Data-data klimatologi bulanan yang telah diperoleh kemudian hasilnya dikonversikan untuk mencari nilai tekanan uap air jenuh selanjutnya diperoleh nilai Sv dengan menggunakan rumus (2.1) Harga Sv kemudian disesuaikan dengan harga indeks drying power pada tabel. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Drying Power Siantan Bulan Januari Februari Maret April mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember ET 27.4450655 27.5659425 28.078761 28.5357931 29.2966834 28.5919824 28.0426095 28.4327744 28.0799320 28.0121625 27.9137915 27.6559807 Et 24.394344 24.5034355 24.9663071 25.3789267 26.0660859 25.4296624 24.9336723 25.2859106 24.9673638 24.906187 24.8173913 24.5846936 Delta E 3.05071604 3.0625070 3.11245435 3.15686635 3.23059747 3.16232000 3.10893722 3.14686381 3.11256822 3.10597464 3.09639996 3.07128535 SV 0.09522221 0.09757721 0.10008034 0.09982044 0.10352184 0.1003774 0.1005715 0.10583241 0.10001729 0.09717787 0.09730917 0.09545633 Karakteristik Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab

Metode Schmidt Fergusson

Tabel 4.6 Tingkat kebasahan menurut Schmidt Fergusson di Siantan


Bulan Januari Februari Maret April mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Hujan (mm) 230.7 142.8 139.6 252.0 231.7 255.4 244.8 150.1 279.6 320.9 347.6 322.8 Karakteristik Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah

Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh nilai Q dengan persamaan

Q=
Dari persamaan diatas maka dapat diketahui nilai Q sebesar 0

4.1.3 Stasiun Meteorologi Ketapang Tabel 4.7 Data Klimatologi RataRata Bulanan Ketapang Periode 2001 2010 Bulan Januari Februari Maret April mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Suhu (C) 27.2 27.3 27.4 27.3 27.7 27.6 27.0 26.9 27.0 27.0 27.0 26.8 Tekanan (mb) 1011.2 1011.1 1010.9 1010.7 1010.5 1010.9 1011.4 1011.6 1011.7 1011.9 1010.8 1010.5 Angin (km/jam) 7.483872258 7.447868177 5.893438932 6.263559793 7.108633161 7.67242536 9.189633614 11.23279819 9.74152 6.903817892 5.844973733 6.648759656 F (v) 1.712 1.712 1.667 1.667 1.712 1.746 1.762 1.777 1.777 1.712 1.667 1.712 Kelembapan (%) 85.9 84.8 85.6 86.7 84.4 84.3 83.7 82.0 83.5 85.5 86.9 87.2 Hujan (mm) 359.9 209.0 226.0 319.6 201.1 219.4 150.1 79.9 162.0 342.8 499.0 475.8

28.0 27.8 27.6 27.4 27.2 27.0 26.8 26.6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1011.5 1011.0 1010.5 1010.0

Suhu (C)

Bulan

Gambar 4.7 Data suhu udara dan tekanan Ketapang (20012010)

600.0 500.0 400.0 300.0 200.0 100.0 0.0 0 1 2 3 4 5 6

88.0 87.0 86.0 85.0 84.0 83.0 82.0 81.0

Hujan (mm)

Bulan

9 10 11 12 13

Gambar 4.8 Data Hujan dan Kelembapan Ketapang (20012010)

Kelembapan (%)

Tekanan (mb)

1012.0

Angin (km/jam)

12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 0 1 2 3 4 5

1.80 1.78 1.76 1.74 1.72 1.70 1.68 1.66 1.64

Bulan

9 10 11 12 13

Gambar 4.9 Data Angin dan F (v) Ketapang (20012010) Metode Drying Power Data-data klimatologi bulanan yang telah diperoleh kemudian hasilnya dikonversikan untuk mencari nilai tekanan uap air jenuh selanjutnya diperoleh nilai Sv dengan menggunakan rumus (2.1) Harga Sv kemudian disesuaikan dengan harga indeks drying power pada tabel. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Drying Power Ketapang Bulan Januari Februari Maret April mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember ET 28.642044 28.935889 29.017695 28.946874 29.623922 29.354710 28.293212 28.262467 28.43237 28.326432 28.28617 28.063442 Et 25.474867 25.740220 25.814102 25.750141 26.361694 26.118500 25.159907 25.132149 25.285551 25.189899 25.15355 24.952478 Delta E 3.16717779 3.19566821 3.20359315 3.19673253 3.26222879 3.23620985 3.13330548 3.13031737 3.14682514 3.13653359 3.13262150 3.11096408 SV 0.11190903 0.11414272 0.10154740 0.10213615 0.11507394 0.12006225 0.12723106 0.14349299 0.13237747 0.10793934 0.09469942 0.10365258 Karakteristik Lembab Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Lembab Lembab Lembab Lembab Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab Luar Biasa Lembab

F (v)

Metode Schmidt Fergusson

Tabel 4.9 Tingkat kebasahan menurut Schmidt Fergusson di Ketapang


Bulan Januari Februari Maret April mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Hujan (mm) 359.9 209.0 226.0 319.6 201.1 219.4 150.1 79.9 162.0 342.8 499.0 475.8 Karakteristik Basah Basah Basah Basah Basah Basah Basah Lembab Basah Basah Basah Basah

Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh nilai Q dengan persamaan

Q=
Dari persamaan diatas maka dapat diketahui nilai Q sebesar 0

4.2 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Drying Power dan Schmit Fergusson dapat diperoleh hasil analisa sebagai berikut : 4.2.1 Stasiun Meteorologi Paloh Karakteristik iklim di Stasiun Meteorologi Paloh menurut metode Drying Power, mempunyai tipe iklim luar biasa lembab, ditunjukkan dengan nilai interval Sv 0.093597527, yang merupakan golongan I. Menurut Metode Metode Schmidt Fergusson Stasiun Meteorologi Paloh memiliki nilai Q sebesar 0 yang termasuk kedalam golongan E yaitu agak sangat basah. 4.2.2 Stasiun Klimatologi Siantan Karakteristik iklim di Stasiun Klimatologi Siantan menurut metode Drying Power, mempunyai tipe iklim luar biasa lembab, ditunjukkan dengan nilai interval Sv 0.10583241, yang merupakan golongan I. Menurut Metode Metode Schmidt Fergusson Stasiun Klimatologi Siantan memiliki nilai Q sebesar 0 yang termasuk kedalam golongan E yaitu agak sangat basah. 4.2.3 Stasiun Meteorologi Ketapang Karakteristik iklim di Stasiun Meteorologi Ketapang menurut metode Drying Power, mempunyai tipe iklim lembab, ditunjukkan dengan nilai interval Sv 0.14349299, yang merupakan golongan II. Menurut Metode Metode Schmidt Fergusson Stasiun Meterologi Ketapang memiliki nilai Q sebesar 0 yang termasuk kedalam golongan E yaitu agak sangat basah.

V.

PENUTUP Dari hasil pembahasan karakteristik iklim di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Perbedaan hasil penentuan karakteristik iklim antara Metode Drying Power dan Metode Schmidt Fergusson disebabkan karena perbedaan unsur yang digunakan serta batasan nilai indeks sebagai indikator penentuannya. 2. Berdasarkan Nilai Sv Stasiun Meteorologi Paloh memiliki karakteristik iklim yang lebih lembab dibanding 2 stasiun yang lain 3. Stasiun Meteorologi yang elevasinya lebih tinggi, maka keadaannya akan semakin basah, demikian juga dengan nilai Drying Power dan Schmidt Fergusson nya. Hal ini disebabkan oleh nilai dari parameter cuaca yang dipengaruhi oleh ketinggian. 4. Berdasarkan hasil perhitungan Drying Power dan Schmidt Fergusson dari 3 stasiun tersebut dapat diperoleh kesetaraan antara Drying Power golongan I dan golongan A pada Schmidt Fergusson. Sedangkan golongan II pada Drying Power setara dengan golongan B pada Schmidt Fergusson.

VI. DAFTAR PUSTAKA Soepangkat. Pengantar Meteorologi. Badan Diklat Perhubungan. Balai Diklat Meteorologi dan Geofisika. Jakarta Musrawati. 2012. Analisis Klasifikasi Iklim di Kabupaten Majene. AMG: Jakarta Tjasyono, B. (1999). Klimatologi Umum. Bandung: ITB. Referensi Internet: 1. www.wikipedia.com 2. www.google.com

Anda mungkin juga menyukai