Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya
penyusunandirektori laporan hasil penelitian Puslitbang Geologi Kelautan sebagai salah satu
kegiatanBidang Afiliasi Tahun 2012 .
Kegiatan penyusunan direktori laporan penelitian ini dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan system penyebarluasan data dan informasi, dan merupakan kegiatan
pengelolaan lebih lanjut terhadap data dan informasi yang telah terkumpul dan
dicantumkan di Media Internet sehingga dapat diakses oleh pengguna jasa perpustakaan.
Direktori ini memuat abstrak atau sari dari laporan penelitian yang telah
dilaksanakan oleh Puslitbang Geologi Kelautan dan merupakan koleksi perpustakaan
Puslitbang GeologiKelautan.
Harapan kami , mudah-mudahan direktori ini bermanfaat dan dapat membuat
pengguna jasa perpustakaan lebih mudah dalam memperoleh informasi yang diinginkan .
Akhir kata ,penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telahmembantu terselenggaranya penyusunan direktori ini.
Bandung, 2012
Tim Penyusun
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------------------------------------------------- 0
DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
BAB I. PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 2
BAB II. DAFTAR UTAMA (MAIN LIST) ---------------------------------------------------------------------------------- 4
DAERAH SUMATERA, LAMPUNG, RIAU, DAN PERAIRANNYA ------------------------------------------------- 4
DAERAH BATAM, BANGKA DAN PERAIRANNYA --------------------------------------------------------------- 256
DAERAH JAWA DAN PERAIRANNYA ------------------------------------------------------------------------------ 289
DAERAH KALIMANTAN DAN PERAIRANNYA -------------------------------------------------------------------- 96
DAERAH BALI, NUSA TENGGARA BARAT, BUSUR BANDA DAN PERAIRANNYA ------------------------ 101
DAERAH MALUKU, NUSA TENGGARA TIMUR DAN PERAIRANNYA ------------------------------------ 12627
INDONESIA--------------------------------------------------------------------------------------------------------------139
DAERAH SULAWESI DAN PERAIRANNYA --------------------------------------------------------------------- 14142
BAB III. INDEKS SUBYEK------------------------------------------------------------------------------------------------148
DAFTAR PERSONIL--------------------------------------------------------------------------------------------------------
14950
DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------------------------------------------
15051
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 2
BAB I. PENDAHULUAN
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang berdiri sejak tahun 1984
mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan penelitian /pemetaan geologi dan geofisika
kelautan di wilayah perairan Indonesia. Dari Hasil penelitian tersebut dihasilkan laporan
hasil penelitian tersebut dihasilkan laporan hasil penelitian dan pengembangan yang setiap
tahunnya dengan berbagai lokasi penelitian di Perairan Indonesia baik tematik maupun
sistematik. Dari tahun 1984 hingga tahun 2010 sudah menghasilkan kurang lebih 325
laporan dalam bentuk hard copy dimana setiap laporan hasil penelitian tersebut dibiayai
oleh APBN dengan nilai nominal yang cukup besar, sehingga sangat disayangkan apabila
laporan hasil litbang sebanyak itu tidak terkelola atau terdaftar dengan baik.
Laporan hasil litbang merupakan sumber informasi yang akurat , mengingat bahwa
laporan tersebut marupakan hasil penelitian atau survey langsung di lapangan terhadap
daerah lokasi penelitian.
Bidang Afiliasi yang manangani informasi di Puslitbang Geologi Kelautan perlu untuk
mengelola informasi hasil penelitian tersebut untuk didokumentasikan sebaik-baiknya.
Salah satu bentuk pendokumentasiannya adalah dengan menyusun direktori laporan hasil
penelitian sejak tahun 1984 s/d 2010.Pembuatan direktori koleksi lapoaran penelitian
merupakan lingkup kegiatan dokumentasi data dan informasi PPPGL sebagai rujukan dan
kemudahan akses akan informasi hasil laporan litbang.
Direktori menurut Sutarno, NS, dalam Buku Kamus Perpustakaan dan Informasi, Th.
2008, adalah buku panduan tentang sesuatu subyek yang biasanya berisi informasi yang
berkenaan dengan orang, lembaga , organisasi, daftar alamat dan informasi lain yang
dianggap penting. Berkaitan dengan pengertian direktori tersebut, direktori yang kami
susun berisi informasi mengenai laporan penelitian, seperti Judul penelitian, lokasi
penelitian, tahun terbit , executive summary atau abstrak, subyek dll.
Direktori laporan hasil litbang ini dikelompokan menurut pembagian wilayah daerah
penelitian yang ditandai dengan kode laporan yaitu, A, LA, untuk Daerah Sumatera dan
Perairannya , B, LB untuk Daerah Batam dan Bangka dan perairan sekitarnya, E, LE, Daerah
Jawa & Madura dan perairannya, F, LF, Kalimantan dan perairannya, G, LG, Nusa Tenggara
Barat (Bali, Lombok) & Busur Banda dan perairannya, H, LH, Nusa Tenggara Timur (Timor),
Ambon dan perairannya, I, LI, Indonesia dan perairannya, S, LS , Sulawesi dan perairannya.
Selain Laporan, ada atlas yang juga merupakan hasil kegiatan Puslitbang Geologi
Kelautan.
Pengelolaan informasi hasil litbang dalam bentuk penyusunan direktori ini
dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Sedangkan tahapan kegiatannya adalah sebagai
berikut :
1. Uraian Kegiatan :
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 3
a. Pengumpulan data dan informasi hasil litbang PPPGL
b. Pemilahan Informasi yang sudah terkumpul
c. Penyusunan berdasarkan klasifikasi, katalogisasi, lokasi penelitian, isi dan
executive summary , indeks.
d. Konfirmasi ke katim di lingkungan PPPGL,
e. Draft direktori hasil litbang
2. Pelaksanaan
a. Persiapan pelaksanaan lapangan : persiapan sarana dan prasarana pengolah
data dan informasi
b. Kegiatan pelaksanaan : prosesing secara keseluruhan data dan informasi yang
ada sampai bentuk siap cetak
3. Pengolahan data
a. Processing Analog
b. Penyusunan slot masing-masing bagian informasi
c. inputing data dan informasi
4. Penulisan Laporan
Laporan Keseluruhan kegiatan penyusunan direktori laporan hasil litbang
PPGL (Th.1984- 1995 ) yang memuat sebanyak 100 judul laporan penelitian.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 4
BAB II. DAFTAR UTAMA (MAIN LIST)
DAERAH SUMATERA, LAMPUNG, RIAU, DAN
PERAIRANNYA
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 5
1. Call No : LA 94 1 NDL.001
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Perairan Lampung Timur
(Lembar Peta 1111/1112. PPGL.PGK.048.1994)
Pengarang : Tim Lembar Peta 1111/1112
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Berdasarkan pemetaan batimetri, kedalaman laut daerah penelitian berkisar dari 5
hingga 30 meter, dengan morfologi dasar laut landai, serta bentuk alur mengarah ke
tenggara; yang bersesuaian dengan arah aliran aliran sungai-sungai di Pulau
Sumatera dan arah arus Selat Bangka.
Sedimen dasar laut berdasarkan pengamatan megaskopis terindikasi teroksidasi dan
tereduksi, dengan dijumpainya gambut.Sedimen diduga berasal dari Sumatera.
Sedimen dasar laut berdasarkan klasifikasi Folk (1980) terdiri : Lanau pasiran, Lanau,
Lumpur pasiran sedikit kerikilan, Pasir lumpuran sedikit kerikilan, dan Pasir lanauan.
Pola sebaran di bagian selatan dikontrol oleh arah aliran sungai daratan Sumatera,
sedangkan di bagian utara dikontrol arah arus Selat Bangka.
Hasil analisis mineral berat terdapat 5 kelompok : Oksida dan hidroksida, Silikat,
Sulfida, Fosfat dan Karbonat. Kelompok Oksida dan Hidroksida dominan, baik jenis
mineral beratnya maupun konsentrasinya. Total konsentrasi mineral berat daerah
penyelidikan 0,67%.
Hasil penafsiran rekaman seismic, alur purba di daerah pemetaan berpola
menganyam atau braided, serta mengarah ke timur dan tenggara. Alur purba ini
termasuk dalam system alur purba regional Paparan Sunda Kuarter Bawah atau
Pleistosen.
Ketebalan sedimen Kuarter berkisar antara 10 milidetik atau (asumsi kecepatan
rambat sinyal akustik dalam sedimen Holosen 1600 m/detik) 16 meter, hingga 170
milidetik atau 270 meter.Pola kontur menebal kea rah selatan yang memperlihatkan
kesamaan dengan pola ketebalan sedimen Tersier hasil penafsiran data sonic-
log.Indikasi struktur graben dan separuh graben berarah utara-selatan dan timur
laut-tenggara merupakan konsekuensi perkembangan Cekungan Belakang Busur.
Anomaly magnet total di bagian utara yang positif diduga akibat munculnya batuan
dasar Pra-Tersier yang membentuk Pulau Bangka dan Belitung; sedangkan anomaly
negative di bagian selatan diduga menunjukkan adanya sedimen pengisi cekungan di
tepian bagian utara Cekungan Sunda.
On the Bathymetric map, the sea depth of investigation area is ranged from 5 m to
30 m, with flatty morphology and some lanes trending southeast that due to the
rivers drainages of on land Sumatera and current trend of Bangka Strait.
Due to the megascopic observation, seafloor surface sediments are indicated
oxidized and reduced with peat associated. The Sediment is interpreted coming
from Sumatera. Based on the Folk (1980) classification, the sediments consist of
sandy silt,silt, slighty gravelly sandy mud, slightly gravelly muddy sand, and silty
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 6
sand . Distribution pattern on the south is controlled by the drainages of
Sumateras rivers while on the north controlled by current trend of Bangka Strait
drainage. There are 5 minerals groups : oxide and hydroxide, silicates, sulfide,
phosphates, and carbonates. Oxides and hydroxides are dominants in their heavy
minerals and concentration. The total percentage of heavy minerals here is 0,67%.
The results of seismic rexcords interpretation show a paleochannels with braided
streams pattern and trending towards eastern and southeastern. This paleo-
channels are including regional paleochannel system of Lower Quaternary Sunda
Shelf or Pleistosen. Quaternary sediment thickness is 10 milliesconds or (with the
assumption of signal velocity for Holocene sediment is 1600m/second) 16 m to 170
millisecond or 270 m. Contour pattern is thicker toward south showing a similarity
with Tertiary sediment resulted by sonic-log data interpretation. Graben Structure
and the half-graben trending north-south and northwest-southeast are
developing consequence of back-arc basin.
The positive total magnetic anomaly at the north is interpreted as the result of
Pre- Tertiarty basement rock of Bangka and Belitung Islands, while the negative at
the south is sediment filling at northern Sunda Basin.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - LAMPUNG SEA.
2. MARINE GEOPHYSICS - LAMPUNG SEA.
2. Call No : LA 95 1 NDL.002
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan GeofisikaKelautan Daerah Perairan Bangka
Utara, Sumatera Selatan. (Lembar Peta 1114. PPGL.PGK.044.1994)
Pengarang : Prihandono, Y.A., D.M. Barmawidjaya, L. Arifin, D. Ilahude, R. Raharjo,
U. Kamiludin, N.A. Kristanto, Hartono & Y. Muliawan
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak :Daerah penyelidikan merupakan perairan dangkal dengan kedalaman maksimum 51
m, dengan pola kontur batimetri berarah baratdaya timurlaut yang merupakan
alur selat; serta morfologi terbagi menjadi landai, bergelombang landai dan
bergelombang terjal.
Contoh inti sedimen dasar laut secara umum berwarna abu-abu kehijauan,
homogeny serta tersusun dari fraksi pasir hingga lanau, bentuk butir membundar
tanggung hingga menyudut tanggung, pemilahan sedang; butiran tersusun dari
kuarsa,feldspar, mineral hitam, fragmen cangkang dan sedimen teroksidasi. Jenis
sedimen berdasarkan klasifikasi Folk (1980) terdiri pasir kerikilan, pasir lanauan,
pasir lumpuran sedikit kerikilan, lanau pasiran dan lanau. Analisis mikrofauna
mengindikasikan terjadinya perubahan muka laut satu kali, yaitu kenaikan muka laut
10-12 m. Mineral berat dikelompokkan dalam oksida dan hidroksida, silikat, sulfide,
fosfat dan karbonat; dengan prosentase terbesar kelompok oksida dan hidroksida.
Penafsiran seismic membagi sekuen menjadi dua yaitu A dan B. Sekuen A menebal
kea rah timur daerah penyelidikan mencapai sekitar 65 m, sedangkan sekuen B
merupakan runtunan sedimen lebih tua. Berdasarkan data intensitas magnet total
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 7
dengan pola kontur menunjukkan kelurusan searah dengan ketebalan sekuen;
ditafsirkan memiliki pola struktur yang berkembang berarah baratlaut tenggara.
The investigation area is a shallow sea of maximum depth 51 m, with bathymetry
contour pattern oriented southwest northeast as part of a strait and morphology is
devided into plain, wavy plain and wavy steep.
In general sea bottom sediments of greenish gray color, homogeny and composed of
silt to sand fractions, grain shapes subrounded to subangular, moderately sorted,
consisted of quartz, feldspar, mafic, shell fragment and oxidized sediment. Sediment
types based on Folk (1980) nomenclature consisted of gravelly sand, silty sand,
slightly gravelly muddy sand, sandy silt and silt. Microfauna analyses indicate at
least one sea level change, sea rise 10-12 m. Heavy minerals are grouped into oxide
and hydroxide, silicate, sulphide, phosphate and carbonate; with the highest
percentage oxide and hydroxide.
Seismic interpretation recognizes two sequences A and B. The A sequence thickens to
east direction of the investigation area until 65 m; while B sequence is the older
sequence. Based on intensity of total magnet with contour pattern parallel with
sequence thickness, is interpreted as structural pattern of northwest southeast
orientation.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - BANGKA SEA.
2. MARINE GEOPHYSICS - BANGKA SEA.
3. Call No : LA 95 2 NDL.003
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Kep. Riau.
(Lembar Peta 1016. PPGL.PGK.053.1995)
Pengarang : Masduki, A., A. Setiyabudhi, R. Rahardiawan, K. Budiono, Kuntoro, N. Sukmana,
Wahyudi, M. Salahuddin, A. Wahib, M. Hanafi & Kresna T. Dewi
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan di perairan Riau Kepulauan merupakan
kegiatan penyelidikan yang dibiayai PPPGL APBN Tahun Anggara 1994/1995. Riau
Kepulauan berkembang pesat setelah daerah ini dijadikan zona industri.Maksud dan
tujuan penyelidikan ini adalah untuk menginventarisasi, mengkompilasi dan
mengevaluasi serta menyajikan data geologi Kuarter.Metoda penyelidikan yang
digunakan posisioning, pemeruman, seismic pantul dangkal, geomagnet, dan
pengambilan contoh sedimen. Kedalaman perairan Riau Kepulauan berkisar antara
30 m dan 70 m. Rekaman seismik menunjukkan lapisan sedimen penutup, kipas
delta, tanggul sungai putba, dan batuan granit dan metasedimen yang diduga
berumur Pra-Kuarter. Struktur sesar berarah barat-timur dan baratlaut-tenggara.
Data anomali magnet mencirikan batuan granit. Sedimen permukaan dasar laut
berupa lumpur hingga pasir dengan dominan lumpur. Periran Riau Kepulauan
berpotensi akan sumberdaya bahan galian pasir dan endapan timah plaser.
The marine geological and geophysical investigation of Riau archipelago waters is
PPPGLs project funded by fiscal year 1994/1995. Riau archipelago is rapid
developed as is included industrial zone. The objectives of the investigation are
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 8
inventory, compilation, evaluation and to perform the Quaternary geological data.
The methods used were positioning, sounding, reflection seismic survey, geomagnet
and sediment sampling.
The depth of the Riau waters are ranged from 30 m to 70 m. Seismic records
illustrate some top sediments layers, deltaic fan, granite and metasediment rocks
that interpreted as a Pre-quaternary rock. Fault structures are trending west-east
and northwest-southeast. Magnetic anomaly data are characterizing granite rock.
Seafloor surface sediment distribution consists of mud to sand with mud dominated.
Riau waters is potential in sand quarry and tin placer sediment.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - RIAU.
2. MARINE GEOPHYSICS - RIAU.
4. Call No : LA 95 3 NDL.004
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Sekitar Selat Gaspar,
Perairan Bangka Belitung. (Lembar Peta 1213. PPGL.PGK.054.1995)
Pengarang : Situmorang, M., Koesnadi H.S., M. Karmini, J. Widodo, Hartono, A. Sianipar & E.
Usman
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan di sekitar Selat Gaspar dimaksudkan
untuk mengetahui data geologi dan geofisika di daerah tersebut untuk prospek
mineral lepas pantai yang berupa endapan mineral plaser yang mengandung timah
serta mineral lainnya yang berharga seperti mineral radioaktif dan bahan konstruksi
seperti pasir dan kerikil.
Dari hasil penyelidikan batimetri diketahui kedalaman maksimum adalah 50 m di
sebelah barat P Mendanau. Di bagian barat darah penyelidikan antara P. Lepar dan
P. Liat terdapat pola contour sejajar pantai yang ditafsirkan sebagai alur sungai
purba .
Berdasarkan data seismic diketahui batuan basement yang berupa granit yang
berupa batuan terobosan dan terumbu karang. Konfigurasi reflector sesmik yang
dijumpai adalah: facies fill/channel cut and fill, fasies progradasi, erosional
truncation, down-on lap. Keseluruhannya dapat dibedakan menjadi 4 sekuen
stratigrafi yaitu A, B, C, D.Sekuen D ditafsirkan sebagai endapan delta atau disebut
sebagai delta front.Sekuen C, ditafsirkan berupa sedimen delta yang mana fraksi
kasar lebih dominan kea rah pantai. Sekuen B dibagi menjadi 2 yaitu: B1 yang terdiri
dari reflector channel fill, migrating wave, complex sigmoid dan cross layered.
Sedangkan sekuen B2 terdiri dari reflector chaotic dan convergent, yang merupakan
cirri dari sedimen halus. Sekuen A, merupakan endapan termuda dengan ketebalan
8-10 meter. Sekuen ini dicirikan oleh pola sejajar sampai sigmoid, channel fill, dan
reflector free.
Berdasarkan survei geomagnet diketahui anomaly magnet tinggi (>-120 nT) terdapat
di baratlaut dan tengah daerah selidikan. Diantara anomaly tinggi terdapat anomaly
rendah yaitu (, 150 nT) yaitu di bagian utara di perairan P. Belitung.
Berdasarkan analisis sedimen dapat didikelompokan menjadi 3 lingkungan
pengendapat yaitu: endapan darat, endapat, rawa dan endapan laut. Endapan Darat
didominasi oleh pasir dan kerikil, pasir kuarsa dan dijumpai kaolin sebagai pelapukan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 9
batuan granit. Endapan rawa berupa lempung organik gambutan, gambut yang
berwarna hitam dan coklat yang tersebar secara tidak merata. Di atas endapan ini
diendapkan endapan laut yang berupa lempung lanauan, lempung pasiran, lumpur
dan pasir krikilan .
Mineral berat yang dijumpai adalah: ilmenit, leikosen, hematite, andalusit, kasiterit,
zircon, epidote, monazite, siderite, hipersten, rutil, turmalin, zoisit dan xenotime.
Foraminifera yang dijumpai di daerah penelitian berupa foraminifera plangton dan
Bentos. Foraminifera plangton terdiri dari Globigerinoides ruber, G. sacculiferus dan
G. trilobus. Sedangkan foraminifera bentos dijumpai sangat berlimpah diantaranya
Operculina ammonoides yang termasuk dalam umur Plistosen hingga Holosen.
The goal of marine geological and geophysical survey at Gaspar Strait are to know
geological dan geophysical data for offshore mineral prospecting such as placer
deposits contain tin and other value minerals such radioactive and construction
minerals (sand and gravel).
Based on the batimetric data known that the maximum depth of sea water is 50 m
which are located in the west of P. Mendanau. In the west of study area between P.
Lepar dan P. Liat there is batimetric with parallel pattern to the coastline which are
interpreted as paleochannel.
Base on the seismic data known that basement acoustic is granit intrusion and coral
reef. Reflector configuration which are found are: facies fill/channel cut and fill,
fasies progradation, erosional truncation, down-on lap. From the whole of
interpretation can be devided inti 4 sequence strathigraphic such as: A, B, C, D.
Sequence D is interpreted as deltaic sediments called as delta front sediments.
Sequence C, is interpreted as deltaic sediment with coarse fraction which are more
dominated to the coast. Sequence B can be divided into 2 part such as : B1 which are
contain of channel fill, migrating wave, complex sigmoid dan cross layered reflectors.
Sequence B2 contains reflector chaotic and convergent reflectors which are
interpreted as fine sediments. Sequence A, is younger sediment with 8 to 10 meters
thick. This sequence is characterizes by parallel to sigmoid, channel fill and free
reflectors.
Base on geomagnet survey know that the highest anomaly is >-12 nT located in
northwest and middle of the study area. Between the high of intensity there is a
lowest intensity with < 150 nT which are located in the north of Belitung.
Based on grain size analysis the sediment of the study area can be divided into 3
depositional environmental such as: land deposits, swamp deposits and marine
deposits.
Land deposits dominated by sand and gravel, Quartz sand and kaolin as weathered
from granitic rock. Swamp deposits such as peaty organic clay, peat with black and
brown colors which are not well distributed. On the top of land deposit there is
marine deposit such as silty clay, sandy clay, mud and gravelly sand.
Heavy mineral which are found are : ilmenite, leikosene, hematite, andalusite,
casiterite, zircon, epidote, monazite, siderite, hiperstene, rutile, turmalin, zoisite dan
xenotime.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 10
Foraminifera which are found in the study area are bentonic and plangtonic
foraminiferas. Plangtonic foraminifera consists of Globigerinoides ruber, G.
sacculiferus dan G. trilobus. While bentonic foraminifera found in abundant such as
Operculina ammonoides with Plistosen to Holosen age.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - GASPAR STRAIT.
2. MARINE GEOPHYSICS - GASPAR STRAIT.
5. Call No : LA 95 4 NDL.005
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Perairan Teluk Semangko,
Lampung. (Lembar Peta 1010).
Pengarang : Hardjawidjaksana, K., H. Kurnio, N.A. Kristanto, E. Usman, M. Hanafi, M.K.
Adisaputra, J.P. Hutagaol & S. Lubis.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Morfologi dasar laut hasil pemetaan batimetri mendapatkan pola kontur di bagian
barat laut daerah penyelidikan membentuk lembah-lembah tidak beraturan dan
tinggian setempat-setempat, dengan kedalaman laut berkisar antara 500 hingga 900
meter. Ke arah tenggara morfologi dasar laut berupa lereng yang terjal, sedangkan
sekitar Pulau Tabuan di tengah Teluk Semangko membentuk cekungan berarah
barat laut-tenggara.Ke arah barat laut dari P. Tabuhan morfologi dasar laut melandai
pada kedalaman 0 hingga 200 meter.
Percontohan sedimen dasar laut pada 39 lokasi, pada kedalaman laut 26 hingga 439
meter; mendapatkan 10 jenis sedimen : lumpur pasiran, lumpur krikilan, lumpur
pasiran sedikit krikilan, lanau, lanau pasiran, pasir, pasir lanauan, pasir lumpuran
sedikit krikilan, pasir lumpuran krikilan dan pasir sedikit krikilan.
Analisis meral berat mendapatkan 12 mineral : magnetit, hematite, limonit,
tourmaline, biotit, hornblende, kasiterit, dolomite, topas, pirit, zircon, dan muskovit.
Mineral-mineral dengan jumlah signifikan adalah magnetit, tourmaline, dan
hematite. Berdasarkan pendekatan kondisi geologi setempat; kasiterit, zircon dan
tourmaline berasal dari batuan terobosan granit, pirit merupakan mineral autogenic
yang mengisi rongga-rongga fosil, magnetit berasal dari batuan berkomposisi granit
hingga basal.
Hasil analisis sayatan oles medapatkan kelompok biogenic gampingan, sedangkan
yang berkomposisi karbonan dan silikan tidak dijumpai.Kelompok non-biogenic
terdiri kuarsa, feldspar, mika dan mineral berat, serta oksida Fe/Mn, gelas
volkanik.Kelompok autigenik dijumpai zeolit, dolomite, gypsum dan glaukonit.
Analisis emas sekunder pada contoh-contoh dasar laut mendapatkan kandungan
tertinggi 1,5 gr/ton atau ppm (part per million); dan terendah 0,3 ppm. Keberadaan
emas atau Au dalam contoh sedimen dasar laut ini dikarenakan lokasi contoh dekat
dengan sumber primer di darat sekitar Teluk Semangko.
Survey geomagnit mendapatkan anomaly rendah menempati sebagian besar lokasi
daerah penyelidikan baik di mulut Teluk Semangko serta bagian barat Pulau
Sumatera.Sedangkan anomaly tinggi berhubungan dengan batuan dasar yang
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 11
terpengaruh oleh struktur geologi di bagian selatan dan tenggara daerah
penyelidikan.
Pola struktur yang menonjol adalah graben yang melalui Pulau Tabuhan di tengah
Teluk Semangko.Struktur diperoleh dari hasil analisis rekaman seismic.Graben P.
Tabuhan tersebut berarah barat laut tenggara.Selain itu, dari rekaman seismic,
terdapat juga intrusi batuan beku yang muncul hingga di dasar laut, lapisan-lapisan
batuan yang diterobos masih dapat diamati. Sedangkan di perairan sebelah barat
Sumatera berkembang struktur patahan normal menangga berarah barat laut
tenggara atau step faulting yang dipotong oleh sesar-sesar timur laut barat daya,
utara selatan dan timur barat.
Di perairan Teluk Semangko, jumlah individu foraminifera plangton pada kedalaman
laut lebih dari 80 meter lebih banyak dari perairan dangkal. Di Samudera Hindia,
jumlah individu foraminifera bentos melimpah pada kedalaman laut antara 40
hingga 200 meter.
Daerah penelitian termasuk dalam jalur tektonik aktif, tampak dari seismisitas yang
tinggi.Daerah ini juga dilalui oleh dua sesar besar Sumatera dan Mentawai yang
mengakomodasi pergerakan lempeng Samudera Hindia ke utara. Data gempa
menunjukan sebaran pusat gempa pada kedalaman antara 33 hingga 539 km,
dengan magnitude 4 hingga 5,7 skala Richter. Gempa ditimbulkan oleh sesar-sesar
normal, karena berada pada area ekstensi atau tensional antara penunjaman frontal
di selatan jawa dengan penunjaman tangensial di barat Sumatera.
Sea bottom morphology resulted from bathymetric mapping found out contour
pattern at western of investigation area forming irregular valleys and local heights
with sea depth ranged between 500 up to 900 meters. To the southeast, sea bottom
morphology shaping steep slopes, while surround Tabuan Island in the middle of
Semangko Bay forming basins of northwest-southeast orientation. To the northwest
ofTabuan Island the sea bottom morphology flat with depths between 0 until 200
meters.
Sea bottom sediment sampling at 39 locations, at sea depths between 26 until 439
meters; found 10 sediment types : sandy mud, gravelly mud, slightly gravelly sandy
mud, silt, sandy silt, sand, silty sand, slightly gravelly muddy sand, gravelly muddy
sand and slightly gravelly sand.
Heavy mineral analyses discover 12 minerals : magnetite, limonite, tourmaline,
biotite, hornblende, cassiterite, dolomite, topaz, pyrite, zircon and muscovite.
Significant amount of minerals are : magnetite, tourmaline and hematite. Based on
local geological approach, cassiterite, zircon and tourmaline are derived from
granitic igneous rocks, pyrite is an autogenic mineral filling fossil space, magnetite
originated from granitic to basaltic composition rocks.
Smear slide analyses observed group of calcareous biogenic, none of carbonaceous
and silicates were found. Non-biogenic group consisted of quartz, feldspar, mica and
heavy minerals; and Fe/Mn oxides, volcanic glass. From autogenic group are zeolite,
dolomite, gypsum and glauconite.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 12
Analyses of secondary gold content at sea bottom samples were discovered the
highest content 1.5 gr/ton or ppm (part per million), and the lowest 0.3 ppm. The
existence of gold or Au in sea bottom samples due to its location closed to its primary
source on land surround Semangko Bay.
Geo-magnetic survey invent low anomaly occupied almost the whole investigation
area, either at the mouth of Semangko Bay or west side of Sumatra Island. On the
other hand, high anomaly relates to basement rock influenced by geological
structures at the south and southeast of survey area.
The most distinct structure developed at the survey area is a graben passing through
Tabuan Island in the middle of Semangko Bay. The features were obtained from
analyses of seismic records. The graben of Tabuan Island is oriented northwest-
southeast. On the other hand, from seismic records were also discovered igneous
rock intrusions observed emerged at sea bottom, and the sedimentary layers
intruded were still could be observed. Offshore west of Sumatra Island is developed
stepping normal faults oriented northwest-southeast which are cut off by faults of
northeast-southwest, north-south and east-west.
In Semangko Bay, individual amounts of plankton foraminifera at sea depth more
than 80 meters are more obvious than at shallow waters. At Indian Ocean, benthic
foraminifera individual amounts were abundance at sea depth between 40 until 200
meters.
The investigation area belongs to active tectonic belt, as shown by high seismicity.
The area is also passed through by two great faults of Sumatra and Mentawai that
accommodated the movement of Indian Oceanic plate to the north. Seismicity data
shows distribution of epicenters between 33 until 539 kilometers, of magnitudes 4 up
to 5.7 Richter Scale. The earthquakes were and are generated by normal faults, due
to location in extension or tensional area between frontal subduction south of Java
Island and tangential subduction west of Sumatera.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - SEMANGKO BAY.
2. MARINE GEOPHYSICS - SEMANGKO BAY.
6. Call No : LA 95 5 NDL.006
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Singkep dan
Sekitarnya. (Lembar Peta 1015. PPGL.PGK.057/1996).
Pengarang : Astjario, P., A.H. Sianipar, C. Purwanto, Supriyadi, Koesnadi, A. Yuningsih & K.T.
Dewi
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Batimetri daerah Singkep dipengaruhi oleh proses sedimentasi dari sebelah barat
yaitu material sedimen dari sungai Indragiri Hilir. Perairan Singkep didominasi oleh
pasir kuarsa berukuran sedang hingga kasar, cangkang mikro fauna, fragmen batuan
beku dan mineral hitam.Mikro fauna pada daerah timur Pulau Singkep lebih
beraneka ragam dari pada bagian barat.
Berdasarkan hasil interpretasi seismic pantul dangkal stratigrafi daerah Singkep
dibedakan atas 2 jenis batuan, yaitu batuan sedimen Kuarter dan batuan
dasar.Sedimen Kuarter semakin menipis kearah selatan-timur.Hasil interpretasi
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 13
seismic dapat diketahui perairan Singkep telah mengalami 5 kali transgresidan 4 kali
regresi.
The bathymetry of Singkep waters is controlled by sedimentation process from
western side that is alluvium of Indragiri Hilir river. Singkep waters is dominated by
quartz sand with the grain size ranged from moderate to coarse, there are shells of
microfauna, fragment of ignous rock and mafic minerals. Microfauna at eastern
Singkep island is more divers than at the western.
Based on the seismic records interpretation, the stratigraphy of the Singkep consist
of two different rock units, those are Quaternary sediment rock and basement
rocks. Quaternary sediment bed is thinning towards southeast. From the seismic
interpretation results there can be illustrated they had been experienced by 5
transgressions and 4 regressions.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - SINGKEP WATERS.
2. MARINE GEOPHYSICS - SINGKEP WATERS.
7. Call No : LA 96 1 NDL.007
Judul : Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Selat Bangka (Lembar
Peta 1014, 1113 dan 1013).
Pengarang : Silalahi, I.R., I.N. Astawa, Koesnadi H.S., A. Wahib, Sukardjono, Susilohadi, Noor
Cahyo, R. Zuraida &Kresna T. Dewi.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan di perairan Selat Bangka dimaksudkan
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data dinamika wilayah pantai. Morfologi
perairan Selat Bangka dibedakan menjadi 3 satuan morfologi dasar laut yaitu: satuan
morfologi bergelombang curan, satuan morfologi bergelombang landai dan satuan
morfologi landai.
Berdasarkan data seismic pantul dangkal daerah perairan Selat Bangka dapat
dibedakan menjadi 4 sekuen yaitu: Sekuen D yang dicirikan oleh pola reflector yang
terputus putus dan ditafsirkan sebagai sebagai batuan meta sedimen. Sekuen C
dicirikan oleh reflektor subparalel di bagian atas dan hummocky di bagian bawah,
yang ditafsirkan merupakan endapan regresi laut dangkal dan dibeberapa tempat
dijumpai gas charged. Sekuen B dicirikan pola reflector chaotic yangmenerobos
sekuen D dan C. ditafsirkan sebagai intrusi batuan granit. Sekuen A dicirikan oleh
reflector parallel, tranparan dan shingled, merupakan sedimen termuda
yangdiendapkan pada energy yang kuat.
Intensitas medan magnit total diketahui harga anomaly magnetnya adalah harga
anomaly maksimum -70 gamma berada di perairan Jambi dan harga anomaly
minimum -230 gamma di timur Muntok, yang mencerminkan berupa batuan beku
granit.
Berdasarkan hasil analisis besar butir diketahui sedimen permukaan dasaar laut di
perairan Selat Bangka dapat dibagi menjadi 10 satuan sedimen yaitu: Lanau, Lanau
pasiran, lumpur krikilan, lumpur pasiran sedikit krikilan, pasir, pasir lanauan, pasir
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 14
lumpuran sedikit krikilan, pasir sedikit krikilan, pasir krikilan, pasir lumpuran krikilan.
Mineral berat di daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 4 yaitu: 1.
Kelompok oksida dan hidroksida yaitu limonit, hematite, ilmenite, kasiterit, rutil,
leukoksen dan wolframit. 2. Kelompok silikat yaitu : zircon, tourmaline, amphibol
boitit dan piroksen. 3. Kelompok sulfide yaitu: pirit.dan 4. Kelompok karbonat yaitu:
dolomit dan cangkang.
Mikrofauna yang dijumpai di Selat Bangka adalah Ostracoda dengan jumlahnya
sangat rendah dibandiingkan di bagian timur dan barat daya P. Bangka hal ini
disebabkan oleh aktifitas arus yang sdangat kuat.
The aim of marine geological and geophysical research in Anyer is to get the data of
coastal development, topographic and morphology, coastal dynamic in around the
coastal.
Based on the coastal characteristic study that the coast between Anyer and Carita
have a cliff and coral coasts, between Carita and Kalibama is characterized by sand
and gravel coasts, while the area in the north of Anyer are characterized by swamp
and mud which are involved by tide and mangrove where found in abundant.
Based on the result of coastal topographic measurement and curves of energy flux
along the coast shows that the coastline has been slightly eroded. The cause of
erosions in Labuan-Tanjung Bangkuang sector is due to the wave action from
northwest direction, west and southwest directions, which is occur in November-
February. While in Tanjung Bangkuang-Tanjung Leneng sector, generally wave
action not so much influence except in Cibaru (where the wave action from
Northwest and Southwest direction).
Generally sand drive movement direction which are occur in this area is move to the
north, except in Labuan, Tanjung Ketapang and to the north of Mataram is moving
to the south.
Because of Carita coast is a stabil area, so it ideal enough for the tourism area,
except in the north and south coast such as Tanjung Ketapang and Tanjung Gelebeg
which have been eroded.
Result of sounding shows that the bathymetric picture and morphology is clear in the
study area for sea floor geological understanding and development. Based on the
seismic reflection profile known that 6 seismic sequence unit: sequence I to sequence
V which are proved as volcanic rock and sequence VI is Recent marine sediment. The
geometry with big slope in the middle area is proved that the area is a part as
continous of Neogen West Jawa Basin. The Fault system in the south and/the middle
area of study is interpreted as a part of fault zone which is crossed along the coast or
near the Labuan-Anyer.
The surficial sediment in the study area can be divided into 5 unit such as: sandy
gravel, gravelly sand, sand with slightlu gravelly, silty sand and sandy silt, which are
the distribution become finer to the south. The sedimentation processes in the north
is involved by marine activities such current flow. To the south beside current and
wave influences, the sedimentation is more involved by sediment influx from the
coast and mouth river.
Microfauna distribution in Anyer and its surroundings is dominated by bentonic and
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 15
ostracod. Several gen of bentonic foraminifera is associated with coral such as
Operculina, Amphistegina, Planorbulina and Calcarina in not much abundant.
Several gen of benthonic which are have a self characterin the study area is
Ammonia, Asterorotalia, Cibicides, Elphidium, Gavelinopsis, Operculina,
Pseudorotalia, Quiqueloculina, Spiroloculina, Textularia, and Triloculina.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - BANGKA STRAIT.
2. MARINE GEOPHYSICS - BANGKA STRAIT.
8. Call No : LA 96 2 NDL.008
Judul : Penyelidikan Geologi dan Geofisika Dalam Pengelolaan, Pengembangan dan
Pemanfaatan Kawasan P. Baai dan Sekitarnya, Bengkulu.(PPGL.06/Proy. PGWP/96)
Pengarang : Nasrun, S. Lubis, H. Kurnio, M. Situmorang, Y. Noviadi, Supriyadi, Budiman &
Hartono.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Morfologi daerah penyelidikan terdiri pedataran, perbukitan bergelombang lemah
hingga sedang; dengan pola aliran anastomatik, dendritik dan subparalel; serta
karakteristik pantai bertebing curam berciri pocket beach dan landai berciri
pelamparan pasir yang luas.
Arah pergerakan sedimen di Perairan Bengkulu mengarah ke utara akibat monsoon
timur lebih besar daripada monsoon barat, serta adanya beberapa lidah pasir atau
spit yang mengarah ke utara. Proses abrasi kuat terjadi di sekitar pantai Kota
Bengkulu serta di bagian utara alur masuk keluar pelabuhan. Pengambilan pantai
tanpa pengaturan juga dapat semakin menambah tingkat abrasi.
Penafsiran data seismic sedimen daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua
sekuen A dan B, dimana kedua runtunan sedimen ini dipisahkan oleh kontak
ketidakselarasan menyudut.
Bahaya geologi yang mungkin muncul di daerah Bengkulu adalah gempabumi,
tsunami, longsor dan banjir.Di samping itu abrasi dan akrasi perlu diwaspadai pula,
terutama untuk kawasan pemukiman dan daerah-daerah dekat badan jalan.
Potensi sumber daya mineral yang potensial adalah pasir besi dengan prosentase
mencapai 42.21%, serta emas sekunder.
Pendangkalan alur masuk Pelabuhan P. Baai diakibatkan oleh tidak adanya lapisan
geotextile pada konstruksi groin sehingga terjadi efek penggerusan pada bagian
bawah groin yang mengakibatkan terangkutnya sedimen pasir. Gelombang difraski
dari ujung barat groin mengakibatkan pendangkalan secara transgresi bagian
selatan alur masuk pelabuhan.
Morphology of the investigation area is consisted of plain, weak to moderate wavy
hills; with drainage patterns of anastomic, dendritic and subparallel; and steep slope
coastal area characterized by pocket beach and coastal plain characterized by vast
sand distribution.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 16
Sediment transport direction in Bengkulu Waters is to the north, due to greater
eastern monsoon compared to western monsoon, and discovery of some sand spits
facing northward. The strongest abrasion process occurred surround Bengkulu City
and at the north in harbour navigation channel. Unregulated sand extraction at the
coast was also increased abrasion rate.
Seismic data interpretation sediment at investigation area could be differentiated
into two sequences A and B, where the two sequences are separated by an angular
unconformity contact.
Potency of geological hazards at Bengkulu areas are earthquake, tsunami, landslide
and flood. On the other hand, abrasion and accretion were also intense, especially at
areas of settlements and closed to road bodies.
Mineral resources potencies are iron sand of 42.21% content and gold placer.
Sedimentation at P. Baai Harbour navigation channel due to no geo-textile layers at
groin construction, thus, is causing scouring effect at the groin bottom which further
generated sand sediment transport. Diffraction waves at west end of groins was
brought about transgression sedimentation at south part of the navigation channel.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - P. BAAI.
2. MARINE GEOPHYSICS - P. BAAI.
9. Call No : A 87 1 NDL.009
Judul : Report on Offshore Survey Between Sumatera &Kalimantan (PPGL.GF.013.87).
Pengarang : Dwiyanto, B., S. Hakim, Tjoek A. Soeprapto & L. Hakim
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Sejumlah 400 km profil geofisika telah dibuat selama bulan Juni sampai bulan Juli
1986 pada daerah offshore antara Sumatera dan Kalimantan. Struktur cut and fill
dimana sediment mengisi lembah dan daerah depresi secara ekstensif diduga bahwa
sediment diendapkan dalam lingkungan energy tinggi selama perioda fluktuasi muka
air laut.Hal ini dididuga merupakan system pola alira sungai Pleistosen yang telah
sangat diketahui.
A total of 400 line-km of geophysical profiling were mode during June to July 1986
on the offshore areas between Sumatera and Kalimantan. Cut and fill structure
where the sediment fill an extensive network of valley and depression suggested that
the sediment were deposited in an environment of high energy during a period of
fluctuating sea level. It is probably the Pleistocene river drainage system which was
quite well defined.
Subyek : 1. Marine Survey - Selat Karimata
10. Call No : A 90 1 NDL.010
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika di Perairan Teluk Lampung, Lampung
(PPGL.GF.023.89).
Pengarang : M. Widjajanegara, K. Budiono, D. Kusnida, T. Kuntoro, Wahyudi, Surijadi, I. N.
Astawa & Nasrun.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 17
Abstrak : Karakteristik pantai di perairan Teluk Lampung dapat dibagi menjadi 4 jenis utama
karakteristik pantai yang secara umum kondisi geologinya terdiri dari
endapanalluvium dan batuan beku, topografinya dicirikan oleh relief rendah sampai
tinggidan karakteristik garis pantainyaditempati oleh dataran lumpur, pasir
pantai,tumbuhan bakau dan singkapan batuan. Beberapa kawasan pantai
memperlihatkan adanya proses erosi dan pendangkalan yang relatif kecil
danbersifat lokal, yaitu pantai sebelah timur dimana kondisi geologinya terdiri
dariendapan alluvium dengan ketahanan rendah.
Peta batimetri menunjukan bahwa daerah Perairan Teluk Lampung merupakanp
uritan yang memanjang dengan arah hampir utara-selatan dan dicirikan olehadanya
bentuk topograf adanya bentuk topografi dasar laut bergelombang dibagian barat
serta punggungan yang relatif lebar dengan kemiringan lerengyang relatif landai di
bagian tengah.
Berdasarkan analisis seismik stratigrafi geologi daerah penelitian dapat
dibagimenjadi sekwen A, B, C. Lapisan teratas sekwen A, merupakan lapisan
termuda yang pada beberapa lintasan dipengaruhi oleh intrusi-intrusi kecil, pada
Sekwen B dicirikan oleh adanya konfigurasi refleksi yang mencerminkan batuan
sedimen yang relatif kompak serta kemungkinan tediri dari berbagai ragam jenis
batuan sedimen.
Pada hasil rekaman boomer beberapa lapisan dicirikan oleh adanyaperkembangan
struktur sedimen berupa silang siur, gelembur gelombang, lensa-lensa dan
pembajian , lapisan ini dikontrol oleh struktur geologi berupa patahan danperlipatan
serta pada dikontrol pula oleh hadirnyya intrusi. Sekwen C merupakan lapisan
terbawah (seismic basement) yang secara keseluruhan ciri konfigurasi refleksinya
mencirikan suatu batuan sedimen atau metamorf yang kompak, dandipengaruhi
pula oleh struktur perlipatan, patahan dan intrus.
Dari data hasil rekaman seismic pantul dangkal memperlihatkan bahwa pola
Struktur didominasi oleh struktur sesar. Berdasarkan ciri tektonik yang
berkembang, perkembangannya dikontrol ole keberadaan struktur SesarSemangko.
Sedimen permukaan dasr laut di perairan Teluk Lampung terdiri dari sedimen
lanau,lumpur kerikilan, lumpur sedikit kerikilan dan pasir.
Dari hasil analisis mikrofauna, perairan Teluk Lampung merupakan lingkungan yang
baik bagi genus foraminifera kecil jenis bentos terutama Genus Ammonia,Elphidium,
Quinqueloqulina dan Florius.
Coastal characteristic of Teluk Lampung (Lampung Bay) waters consists of 4 coastal
main units that commonly their geologic condition contains alluvium and ignous
rocks, low to high relief topography and with the coastline zone morphology of
muddy plain, sandy beach, mangrove forest and outcrops. Some areas show an
erosional faces with little and local shallowing, that is at eastern side with the
geological condition of alluvial sediment and low resistant. Bathymetry map
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 18
illustrates that Teluk Lampung is a long trough trending north-south and
characterized by wavy seafloor topography at western part and a wide enough ridge
with relative flatty slope at the middle part.
According to seismic stratigraphy analysis, the geology of investigation area can be
divided into sequences A, B and C. Top bed A is the youngest sequence that on some
lines influenced by small intrusions. Sequence B is characterized by reflector
configuration that represent compacted sedimentary rocks and most possible
contain some variable kind of sedimentary rocks. On boomer seismic record some
layers are characterized by sediment structure development such as cross-bedding,
ripple marks, lenses and wedging. This bed is controlled by geological structure such
as fault and folding and by intrusion as well. Sequence C is the lowest bed (seismic
basement) that generally its reflection configuration is characterizing sedimentary
rock or compacted metamorph and influenced by folding structure, fault and
intrusion. The results of shallow reflection seismic interpretation show fault
dominated structure pattern. Based on developed tectonic signatures the structure
is controled by Semangko Fault system.
Seafloor surface sediment distribution of the area consists of silt, gravelly mud,
slightly gravelly mud and sand. From microfauna analysis, the area is a favorable
habitat for benthic foraminifera mainly genus Ammonia, Elphidium, Quinqueloculina
and Florius.
Subyek : 1. Marine Geology - Teluk Lampung.
2. Marine Geophysics - Teluk Lampung.
11. Call No : A 90 - 2 NDL.011
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika di Kawasan Komplek Teluk Semangko,
Lampung Selatan (PPGL.GF.024.89).
Pengarang : Hadikusumo, S.H. Kurnio, K. Hardjawidjaksana, I Wayan Lugra, F. Silitonga &
Budiman.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Morfologi dasar laut hasil pemetaan batimetri mendapatkan pola kontur di bagian
barat laut daerah penyelidikan membentuk lembah-lembah tidak beraturan dan
tinggian setempat-setempat, dengan kedalaman laut berkisar antara 500 hingga 900
meter. Ke arah tenggara morfologi dasar laut berupa lereng yang terjal, sedangkan
sekitar Pulau Tabuan di tengah Teluk Semangko membentuk cekungan berarah
baratlaut tenggara.Ke arah barat laut dari P. Tabuhan morfologi dasar laut
melandai pada kedalaman 0 hingga 200 meter.
Percontohan sedimen dasar laut pada 39 lokasi, pada kedalaman laut 26 hingga 439
meter; mendapatkan 10 jenis sedimen : lumpur pasiran, lumpur krikilan, lumpur
pasiran sedikit krikilan, lanau, lanau pasiran, pasir, pasir lanauan, pasir lumpuran
sedikit krikilan, pasir lumpuran krikilan dan pasir sedikit krikilan.
Analisis mineal berat mendapatkan 12 mineral : magnetit, hematite, limonit,
tourmaline, biotit, hornblende, kasiterit, dolomite, topas, pirit, zircon dan muskovit.
Mineral-mineral dengan jumlah signifikan adalah magnetit, tourmaline dan
hematite. Berdasarkan pendekatan kondisi geologi setempat; kasiterit, zircon dan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 19
tourmalin berasal dari batuan terobosan granit, pirit merupakan mineral autogenic
yang mengisi rongga-rongga fosil, magnetit berasal dari batuan berkomposisi granit
hingga basal.
Hasil analisis sayatan oles mendapatkan kelompok biogenic gampingan, sedangkan
yang berkomposisi karbonan dan silikaan tidak dijumpai.Kelompok non-biogenic
terdiri kuarsa, feldspar, mika dan mineral berat, serta oksida Fe/Mn, gelas
volkanik.Kelompok autigenik dijumpai zeolit, dolomite, gypsum dan glaukonit.
Analisis emas sekunder pada contoh-contoh dasar laut mendapatkan kandungan
tertinggi 1,5 gr/ton atau ppm (part per million); dan terendah 0,3 ppm. Keberadaan
emas atau Au dalam contoh sedimen dasar laut ini dikarenakan lokasi contoh dekat
dengan sumber primer di darat sekitar Teluk Semangko.
Survey geomagnit mendapatkan anomaly rendah menempati sebagian besar lokasi
daerah penyelidikan baik di mulut Teluk Semangko serta bagian barat Pulau
Sumatera.Sedangkan anomaly tinggi berhubungan dengan batuan dasar yang
terpengaruh oleh struktur geologi di bagian selatan dan tenggara daerah
penyelidikan.
Pola struktur yang menonjol adalah graben yang melalui Pulau Tabuhan di tengah
Teluk Semangko.Struktur diperoleh dari hasil analisis rekaman seismic.Graben P.
Tabuhan tersebut berarah baratlaut tenggara.Selain itu, dari rekaman seismic,
terdapat juga intrusi batuan beku yang muncul hingga di dasar laut; lapisan-lapisan
batuan yang diterobos masih dapat diamati. Sedangkan di perairan sebelah barat
Sumatera berkembang struktur patahan normal menangga berarah baratlaut
tenggara atau step faulting yang dipotong oleh sesar-sesar timurlaut baratdaya,
utara selatan dan timur barat.
Di perairan Teluk Semangko, jumlah individu foraminifera plangton pada kedalaman
laut lebih dari 80 meter lebih banyak dari perairan dangkal. Di Samudera Hindia,
jumlah individu foraminifera bentos melimpah pada kedalaman laut antara 40
hingga 200 meter.
Daerah penelitian termasuk dalam jalur tektonik aktif, tampak dari seismisitas yang
tinggi.Daerah ini juga dilalui oleh dua sesar besar Sumatera dan Mentawai yang
mengakomodasi pergerekan lempeng Samudera Hindia ke utara. Data gempa
menunjukkan sebaran pusat gempa pada kedalaman antara 33 hingga 539 km,
dengan magnitude 4 hingga 5,7 Sekala Richter. Gempa ditimbulkan oleh sesar-sesar
normal, karena berada pada area ekstensi atau tensional antara penunjaman frontal
di selatan Jawa dengan penunjaman tangensial di barat Sumatera.
Sea bottom morphology resulted from bathymetric mapping found out contour
pattern at western of investigation area forming irregular valleys and local heights
with sea depth ranged between 500 up to 900 meters. To the southeast, sea bottom
morphology shaping steep slopes, while surround Tabuan Island in the middle of
Semangko Bay forming basins of northwest-southeast orientation. To the northwest
ofTabuan Island the sea bottom morphology flat with depths between 0 until 200
meters.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 20
Sea bottom sediment sampling at 39 locations, at sea depths between 26 until 439
meters; found 10 sediment types : sandy mud, gravelly mud, slightly gravelly sandy
mud, silt, sandy silt, sand, silty sand, slightly gravelly muddy sand, gravelly muddy
sand and slightly gravelly sand.
Heavy mineral analyses discover 12 minerals : magnetite, limonite, tourmaline,
biotite, hornblende, cassiterite, dolomite, topaz, pyrite, zircon and muscovite.
Significant amount of minerals are : magnetite, tourmaline and hematite. Based on
local geological approach, cassiterite, zircon and tourmaline are derived from
granitic igneous rocks, pyrite is an autogenic mineral filling fossil space, magnetite
originated from granitic to basaltic composition rocks.
Smear slide analyses observed group of calcareous biogenic, none of carbonaceous
and silicates were found. Non-biogenic group consisted of quartz, feldspar, mica and
heavy minerals; and Fe/Mn oxides, volcanic glass. From autogenic group are zeolite,
dolomite, gypsum and glauconite.
Analyses of secondary gold content at sea bottom samples were discovered the
highest content 1.5 gr/ton or ppm (part per million), and the lowest 0.3 ppm. The
existence of gold or Au in sea bottom samples due to its location closed to its primary
source on land surround Semangko Bay.
Geo-magnetic survey invent low anomaly occupied almost the whole investigation
area, either at the mouth of Semangko Bay or west side of Sumatra Island. On the
other hand, high anomaly relates to basement rock influenced by geological
structures at the south and southeast of survey area.
The most distinct structure developed at the survey area is a graben passing through
Tabuan Island in the middle of Semangko Bay. The features were obtained from
analyses of seismic records. The graben of Tabuan Island is oriented northwest-
southeast. On the other hand, from seismic records were also discovered igneous
rock intrusions observed emerged at sea bottom, and the sedimentary layers
intruded were still could be observed. Offshore west of Sumatra Island is developed
stepping normal faults oriented northwest-southeast which are cut off by faults of
northeast-southwest, north-south and east-west.
In Semangko Bay, individual amounts of plankton foraminifera at sea depth more
than 80 meters are more obvious than at shallow waters. At Indian Ocean, benthic
foraminifera individual amounts were abundance at sea depth between 40 until 200
meters.
The investigation area belongs to active tectonic belt, as shown by high seismicity.
The area is also passed through by two great faults of Sumatra and Mentawai that
accommodated the movement of Indian Oceanic plate to the north. Seismicity data
shows distribution of epicenters between 33 until 539 kilometers, of magnitudes 4 up
to 5.7 Richter Scale. The earthquakes were and are generated by normal faults, due
to location in extension or tensional area between frontal subduction south of Java
Island and tangential subduction west of Sumatera.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 21
Subyek : 1. Marine Geology - Teluk Semangko.
2. Marine Geophysics - Teluk Semangko.
12. Call No : A 94 1 NDL.012
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Perairan Selat Sunda dan
Sekitarnya. (Lembar Peta 1110. PPGL.PGK.050.1994)
Pengarang : Kuntoro, D., D. Kusnida, M. Surachman, Imelda R. Silalahi, A. Yuningsih, D. Setiady,
R. Rahardiawan, Budiman & Hartono
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Daerah penelitian yaitu PerairanLaut Jawa bagian utara dan sebagian Teluk
Lampung memperlihatkan morfologi landai sampairata,sedangkan di sekitar
perairan Selat Sunda sedang kasar dengan lerengnya yang terjal. Kedalaman laut
minimum sekitar 5,3 meter dijumpai di sekitar perairan Selat Sunda (Merak), dan
kedalaman laut maksimum ada di bagian selatan Tanjung Cina Mencapai 1000
meter. Pada peta anomaly magnet total terlihat adanya closur positif di bagian
tenggara dan barat laut, serta closur negative di bagian timur laut dan baratdaya.
Harga anomaly intensitas magnet total terendah -484 gamma dan tertinggi + 120
gamma. Pola ini mencerminkan adanya control magnetik basement yang
berhubungan dengan tatanan geologi batuan dasar.
Hasil rekaman seismic secara umum menunjukkan adanya 3(tiga) sekuen, Sekuen A
dibagi menjadi 2 (dua)subsekuen, yaitu A1 diduga tersusun atas material berbutir
halus dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal . Subsekuen A2 tersusun atas
material berbutir kasar.Sekuen A di sekitar periran Selat Sunda dikontrol oleh
struktur sesar, sedangkan di bagian timur perairan Teluk Lampung terlihat adanya
gas charge sediment. Sekuen B dibagi menjadi 4 (empat) subsekuen, yaitu B1,
B2, B3, B4, dimana masing-masing merupakan pencerminan dari beberapa jenis
batuan sedimen yang membentuk bidangh perlapisan. Di beberapa tempat sekuen
B mengalami deformasi cukup kuat dan ditemukan adanya gas vent . Sekuen C
sebagi seismik basement merupakan batas bidang ketidakselarasan terhadap
sekuen di atasnya.
Pola struktur yang berkembang dibagi dalam 3(tiga) mandala struktur yaitu
Mandala struktur Teluk Lampung, Selat sunda dan Laut Jawa bagian barat. Mandala
Struktur Teluk Lampung mempunyai arah umum maksimum rata-rata struktur ses
N30 derajat W-N40derajatW, dengan sesar besarnya yaitu sesar Tarahan, sesar naik
antara Teluk Ratai dan P.Tegal, serta sesar di sekitar Perairan Teluk Ratai . Mandala
struktur Selat Sunda dengan arah umum N 10 derajat W-N20 derajat W. Zona
struktur dengan kerapatan tinggi struktur dengen kerapatan tinggi terdapat di
sekitar P. Sangiang dan pantai Timur Lampung. Sesar besar di kawasan ini adalah
sesar normal yang melalui P. Sebesi dan P. Sebuku.Sedangkan Mandala struktur
Laut Jawa bagian barat mempunyai arah rata-rata N 30 derajatE, di bagian
kawasan Selat Sunda.
Hasil analisis laboratorium terhadap contoh sedimen permukaan dasar laut
menunjukan bahwa terdapat 8 (delapan) satuan sedimen yaitu satuan sedimen pasir
lumpuran sedikit kerikilan, lanau pasiran, lumpur pasiran sedikit kerikilan, lumpur
kerikilan, pasir lumpuran kerikil, lanau, kerikil pasiran lumpuran dan sedimen
biogenik.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 22
Hasil analisis laboratorium dari 7 (tujuh) contoh sedimen dasar laut, terdapat
foraminifera bentos sebanyak 59 spesies, dengan sub-ordo Rotaliina sangat umum
ditemukan. Untuk spesies Leticulina sp hanya dijumpai di sekitar P.Legundi dan
Dendritina sp hanya dijumpai di sekitar perairan Lampung bagian timur.
Foraminifera plangton sebanyak 4 spesies, satu diantaranya mempunyai
perkembangan paling baik adalah Globigerina Bulloides. Foraminifera besar
sebanyak 3 spesies dengan penyebaran tidak merata, kecualui spesies Operculina
complanata populasinya sedang sampai melimpah.
Hasil analisa mineral berat, mineral ilmenit, dolomite, hematite, rutil, amfibol,
limonit, kasiterit dan magnetit, mempunyai peneyebaran lebih dari 40% , dari
jumlah pengambilan contoh keseluruhan. Prosentase kandungan mineral berat yang
paling banyak (sampai 40%) adalah mineral magnetit, kemungkinan batuan induknya
berasal dari formasi endapan gunung api muda yang terdiri dari lava dan breksi.
otensi bencana alam geologi di daerah penelitian cukup tinggi, berbagai
kemungkinan dapat terjadi, baik diakibatkan oleh gempa maupun tsunami.Hal ini
akibat banyak dijumpai nya struktur patahan, morfologi yang terjal dan gas, baik
berupa gas charge sediment maupun gas vent.Selain itu secara geografis berada
pada kawasan vulkanik aktif Gunung Krakatau dan dekatnya dengan sesar besar
Sumatera.
The investigation area, North Jawa Sea and a part of Teluk Lampung shows flatty to
flat morphology, while in Sunda Strait is moderate to rough with steeply slope. The
minimum sea depth is about 5.3 m found at around Sunda Strait (Merak) and the
maximum depth found at the south of China Cape rises 1000 m depth. On magnetic
anomaly map seen a positive closure at southeastern side and at northwestern, and
negative closure at northeastern side and at southwestern. The lowest of total
magnetic anomaly intensity value is -484 gamma and the highest is +120 gamma.
This pattern illustrates there is basement magnetic control related to the geological
condition of basement rock.
Seismic record illustrates in general there are 3 sequences; sequence A divided into 2
subsequences, A1 which is interpreted formed by fine grain material and deposited in
shallow environment; while subsequence A2 filled by coarse grain. Sequence A in
Sunda Strait is controlled by fault and in eastern waters of Teluk Lampung observed
there is gas charge sediment. Sequence B consists of 4 subsequences, B1, B2, B3 &
B4, which illustrate each kind of rock that forms stratification. At some places
sequence B is experienced with strong deformation and there found a gas vent.
Sequence C is as basement seismic that unconformity underlying upper sequence.
Structure pattern develops into 3 structure complexes as followed, structure complex
Teluk Lampung, the Sunda Strait and the western Jawa Sea.Structure complex Teluk
Lampung generally trends ranging N30
0
W to N40
0
Wwith a large fault, Tarahan
Fault, reverse fault between TelukRatai and P.Tegal, other faults surrounding
TelukRatai waters. Structure complex Sunda Strait has general trends N10
0
W to
N20
0
W. Structure zone with high dense is surrounding P.Sangiang and eastern
Lampung coast. Large fault at this area is normal fault through P.Sebesi and
P.Sebuku. Structure complex western Jawa Sea trends to N30
0
E at Sunda Strait area.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 23
The results of sediment laboratory analysis show 8 sediment units as followed,
slightly gravelly muddy sand, sandy silt, slightly gravelly sandy mud, gravelly mud,
gravelly muddy sand, silt, muddy sandy gravel and biogenic sediment. From
microfauna analysis of 7 seabed surface sediments there are 59 benthic
foraminiferas with sub-ordoRotaliina that very common found. Leticulina sp. only
found at surrounding P.Legundi and Dendritina sp. only found at surrounding eastern
Lampung waters. Planktonic foraminiferas were found as many as 4 species, one of
them has very good development is Globigerina Bulloides. Larger foraminiferas were
found 3 species with random distribution but species Operculinacomplanata with
moderate to high abundance population. Heavy minerals were found consisting of
ilmenite, dolomite, hematite, rutil, amphibol, limonite, casiterite and magnetite. All
this has 40 % distribution of all samples. The high percentage heavy mineral (rises
40%) is magnetite, which its source rock come from the young volcano sediment
formation that contains lava and breccia.
Geological natural hazard potential is high enough with several possibilities can be
occurred caused by earthquake or tsunami. This because there is many found fault
structures, steeply morphology and gas which is as gas charge sediment or gas vent.
Beside that, geographically the area is located at the zone of active volcano Krakatau
and adjacent to large fault Sumatera zone.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - SUNDA STRAIT.
2. MARINE GEOPHYSICS - SUNDA STRAIT.
13. Call No : 912:55 PUS a NDL.013
Judul : Atlas Digital Database Geologi dan Geofisika Laut Natuna (Laut Cina Selatan) dan
Sekitarnya. (PPGL.PGK.046.1994)
Pengarang : Dikompilasi oleh Prasetyo, H., B. Dwiyanto, M. Salahuddin, Sutisna & I Wayan
Lugra
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Kompilasi Atlas Digital Database geologi dan Geofisika Kelautan Laut Natuna
dimaksudkan untuk mendapatkan parameter-parameter yang berhubungandengan
aspek kerangka geologi dan perkembangan tektonik di wilayah Laut CinaSelatan
(LCS). Database termasuk juga hasil Ekspedisi Natuna-94, kerjasamaPuslitbang
Geologi Kelautan dengan BPPT menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya IIImilik BPPT.
Data set ini menyediakan suatu informasi terpadu sebagai dasar untukpemahaman
pembentukan cekungan sedimentasi laut dalam yang berkembang pada bagian
tenggara Paparan Sunda; serta dapat pula dimanfaatkan untukberbagai kepentingan
seperti pengkajian prospek sumberdaya non-hayati sepertimigas dan mineral, dan
kerawanan bencana alam akibat proses-proses geologi.
Secara umum kawasan LCS telah terbukti berpotensi migas dengan lapangan-
lapangan minyak dan gas bumi terkonsentrasi pada Paparan Vietnam, Cina,
Sundadan Sabah. Di Cekungan Natuna Barat telah ditemukan lapangan migas
potensitatanan morfo-tektonik tepian atau borderland serta parit tidak aktif
PalungPalawan memberikan dugaan awal potensi migas rendah sampai sedang.
Namun praduga awal ini harus dibuktikan dengan kegiatan riset atau eksplorasi lebih
lanjut
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 24
The compilation work of marine geological and geophysical digital database Atlas of
Natuna Sea is to get parameters related to geological frameworkaspect and tectonic
development of South China Sea (SCS). The database is including the results of
Natuna-94 Expedition, a research cooperation between MGI and BPPT using RV
Baruna Jaya III, the BPPTs ship.
The data set provides integrated information as a reference forcomprehension of
deep sea sediment basin formation that develops in southeastern Sunda Shelf; and
as well can be benefited for several interests such as non-life resources analysis like
petroleum & gas and minerals, and natural hazard potential caused by geological
processes. In general SCS area is proven with petroleum & gas where many
petroleum & gas fields concentrated in Vietnam Shelf, China, Sunda and Sabah. In
West Natuna Basin there was discovery of petroleum & gas fields potential with
marginal morpho-tectonic lanes or borderland and non-active Trench. Palawan
islands arc gave an initial consideration of low to moderate grade in petroleum and
gas potential, but this interpretation should be proven by next research and
exploration.
Subyek : 1. GEOLOGICAL DIGITAL MAPPING - LAUT NATUNA.
2. GEOPHYSICAL DIGITAL MAPPING - LAUT NATUNA.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 25
DAERAH BATAM, BANGKA DAN PERAIRANNYA
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 26
14. Call No : LB 92 1 NDL.014
Judul : Penelitian Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai Pulau Batam Utara dan
Sekitarnya
Pengarang : Budiono, K., U. Kamiludin, D. Ilahude, Kuntoro, Masduki, M. Hanafi & J.P. Hutagaol
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Pola Arus Permukaan di Selat Singapur-Batam didominasi oleh fluktuasi aruspasang
surut. Kondisi pada saat air pasang maksimum arah arus rata-rata 990 (NW) dengan
kecepatan 0,2 m/det, sedangkan pada saat surt maksimum arah arus 270 (SW)
dengan kecepatan 0, 2 knot. Dasar Laut dibagian barat Selat Singapur-Batam
dicirikan oleh topografi relative datar , sedangkan di bagian timur ditandai
olehtopografi berundulsi.
Geologi di kawasan lepas pantai dari atas ke bawah adalah, lapisan paling atasterdiri
dari sedimen kuarter yang terdiri dari sedimen berfraksi kasar (pasir, kerakal-kerikil]
dan sedimen berfraksi halus yang terdiri dari sedimen lumpur.
Dibawah sedimen kuarter ditempati oleh batuan yang dikontrol oleh struktur
Geologi berupa perlipatan dan patahan. Kemungkinan batuan dengan ciri
tersebut.merupakan formasi batam. Pada beberapa lintasan terlihat jelas batuan
iniditerobos oleh intrusi granit.Karakteristik Pantai umumnya dicirikan oleh pantai
berpasir, berbatuan dan pantaidataran lumpur dengan tumbuhan bakau.
The pattern of sea surface current in the strait Singapore-Batam is tidal current
fluctuation dominated. In maximum high tide, average current direction is 990
(NW ) with velocity 0.2 m/second, while in minimum tide the average is 270 (SW)
with velocity 0.2 knot. The seafloor of western the strait is characterised by
relatively flatty topography while at eastern part characterised by undulation.
Geology of offshore zone vertically is quaternary sediment on top containing coarse
fraction (sand, gravel, pebble) and fine fraction which consist of mud, Underlying
the quaternary bed is structure-controlled bed-rock such as folding and fault. This
rock with that type perhaps is Batam Formation. In some parts seen that this rock is
intruded by granite.
Coastal characteristic is commonly characterised by sand beach, rocky beach and
mud-plain coast with mangroves.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - COASTAL AREA - PANTAI BATAM UTARA.
15. Call No : B 86 1 NDL.015
Judul : Laporan Penyelidikan Seismik dan Percontohan Gaya Berat di Perairan
Mentok/Ranggam, Bangka (PPGL.GF.011.85).
Pengarang : Hadikusumo, S., Susilohadi, Wahyudi, D.M Barmawidjaja, N. Darwis, I Nyoman
Astawa, A. Setiyabudhi, L. Arifin.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penyelidikan seismik dan percontohan gaya berat di perairan Mentok/Ranggam,
Bangka ini dilaksanakan oleh Puslitbang Geologi Kelautan pada tahun 1985. Maksud
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 27
penyelidikan adalah salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan
program Pelita IV. Tujuan penyelidikan adalah menyajikan data dasar tentang
kadalaman dasar laut, geologi bawah permukaan, sebaran sedimen dasar laut dan
kandungan mineral dasar laut.Metoda yang diterapkan adalah batimetri, seismic
pantul dangkal, pemetaan pantai dan pengambilan cotoh sedimen dasar laut.
Kedalaman dasar laut maksimum sektar 37,5 m dibagian tengah daerah
penyelidikan, dibagian selatan terbentuk punggungan dengan arah Timur-Barat
dengan kedalaman minimum 7,5 m kearah utara membentuk alur (channel) besar
dengan kedalaman 15 m 38 m searah garis pantai. Hasil rekaman seismik
memperlihatkan geologi bawah permukaan dasar laut dapat dibagi menjadi 4
sekuen.Seismik basement merupakan batuan metasedimen atau batuan beku
selanjutnya pengendapan terjadi pada pertengahan akhir Tersier menghasilkan
endapan alluvial tua dan endapan Ranggam, kemudian endapan Ladang dan secara
tidak selaras menutupi endapan Ranggam. Endapan alluvial Resen (Ranggam) kaya
akan kandungan kasiterit. Pola struktur yang berkembang adalah sesaar mendatar
berarah timur laut- barat daya memotong sedimen Tersier di daerah ini. Hasil
analisa kimia sedimen dasar laut diketahui bahwa daerah penyelidikan kaya akan
mineral-mineral berat seperti kasiterit, turmalin, rutil, ilmenit, monasit dan apatit
berasal dari batuan granit.
The investigationof seismicandgravityin Mentok/Ranggam waters, Bangkawas
conductedby theMarine Geological Institutein 1985. The purpose ofthe
investigationisone of a seriesof activitiesin order to realizePelitaIVprogram.Purpose
ofthe investigationis to presentbasic data onbathymetry, subsurfacegeology, the
distribution ofseafloor sedimentsandseabedmineral content.The methodis applied
such asbathymetry, shallow seismicreflection, coastalmappingand seafloor
sediments sampling. The maximumdepth ofthe sea floor is 37.5min the middlearea
ofinvestigation, the southern ridgeformedbythe East-Westdirectionwitha minimum
depth of7.5 mtowards the north is forming a great channel with a depth of 15m-38
min the direction ofthe coast line. The results ofthe seismicrecordsshowthe
seabedsubsurfacegeologycan be divided intofoursequences. Seismicbasementis
anmetamorphic sediment origneousrockfurthersedimentationoccursin midle-late
Tertiaryyield old alluvialsedimentandRanggam sediment, thenLadang sedimentand
unconformity cover theRanggamsediment.Resenalluvial deposits(Ranggam) isrich
inkasiterit. The structure developingisnormal faulttrendingnortheast-southwest cut
of theTertiarysedimentsin this area. The results ofchemical analysis
ofseabedsedimentsknown thatthe investigationareais rich inheavy mineralssuch
askasiterit, tourmaline, rutile, ilmenite, monaziteandapatitefromgranitic rocks.
Subyek : 1. Seismic Methods - Tin Deposits - Mentok.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 28
DAERAH JAWA DAN PERAIRANNYA
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 29
16. Call No : LE 91 2 NDL.016
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Rembang, Laut
Jawa (Lembar Peta 1509 PPGL.GF.037.91)
Pengarang : Tjoek A. Soeprapto, S. Hakim, M. Widjajanegara, A. Masduki, Wahyudi & A. Wahib
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Daerah yang tercakup dalam penyelidikan ini terletak sekitar 15 km di lepas pantai
Tuban dan Rembang pada 111 00 ` - 112 30` BT dn 05 45` - 06 45`LSCekungan pull
apart yang terbentuk di daerah peneylidikan aadalah manifestasidari pengaktifan
struktur lama yang berkaitan dengan tektonik subduksi Muria- Pegunungan Meratus
pada waktu Kapur Atas. Terbentuknya cekungan tersebutJuga berkaitan dengan
sesar geser yang memotyong daearh penyeelidikan, dan rembesan gas yang
berorientasi timur-barat. Rembesan gas yang terdapat di daerah penyelidikan
sebagian besar membentuk erosi permukaan, dimana erosi permukaan ini akan
berbentuk channel-channel yang pada saat ini teleh ditutupi oleh sedimen resen.
Dengan memperhatikan pola tektonik diperkirakan bahwa sedimentasi dan tektonik
di daerah penyelidikan masih aktif hingga terbentuknya sedimen resen (paling atas).
Hal ini dibuktikan oleh pola rembesan gas dan pola cekungan full apart.Hasil
analisa contoh sedimen permukaan dasar laut memperlihatkan bahwasecara
menyeluruh daerah penyelidikan diwakili oleh lumpur krikilan, SebaranLanau
bervariasi, tidak mengikuti bentuk garis pantai.
Dari hasil analisa fauna didaerah penyelidikan diduga bahwa daerah penyelidikanini
adalah rawa atau sangat dangkal beberapa waktu yang lalu. Foram kecilbenthos
dijumpai di daerah penyelidikan jenisnya mirip dengan yang dijumpai didaerah
dangkal lainnya, Eponides pracintus adalah spesies yang paling banyak.
Foram besar yang dijumpai hanya satu genus yaitu Operculina.
The investigation area is situed 15 km on Tuban and Rembang offshore,
geographically in the position of Eastern long. 111
0
00- 112
0
30 and Southern lat.
05
0
45 06
0
45.
Pull-apart basin formed in the investigation area is the manifestation of old
structure reactivation related to Muria Meratus Mountain subduction tectonic in
Upper Cretaceous. This basin formation is as well related to strike-slip fault incising
the area and gas seepage with east-west orientation. The seepage on the study are
commonly formed surface erosion as channelized forms which are now covered by
recent sediment. Considering tectonic pattern, it is interpreted that sedimentation
and tectonic of the area are still active until recent sedimentation on top. This is
proven by gas seepage and basin patterns of full-apart.
The results of seafloor surface sediment analysis show in general that the area is
represented by gravelly mud while silt distribution is variable not follows coastline
pattern. By fauna analysis it is interpreted that the area was swampy or very shallow
a few times ago. Small benthic foram found in the area is similar with the one found
in the other shallow area. Eponidespracintus is the most species found. Larger
foram only one genus found, Operculina.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - REMBANG.
2. MARINE GEOPHYSICS - REMBANG.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 30
17. Call No : LE 91 3 NDL.017
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Laut Jawa
(Lembar Peta 1210)
Pengarang : Kurnio, H., D. Ilahude, R. Prawirasasra, Suprijadi, Kuntoro dan L. Arifin
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan terdiri dari : Lumpur, Lumpur
pasiran, Lumpur kerikilan, Lanau, Pasir lumpuran dan Pasir kerikilan; dengan pola
sebaran menjauhi daratan Pulau Jawa fraksi sedimen semakin halus; yaitu dari
kerikil-pasir menjadi lanau-lumpur.
Hasil analisis mineral berat didapatkan : hematite, magnetit, limonit, piroksen,
hornblende, biotit, pirit, dan dolomite; dengan pola sebaran mendekati Pulau Jawa
sebagai sumber mineral.
Sebanyak 22 contoh terpilih dilakukan analisis kimia unsure utama SiO2, Al2O3,
Fe2O3, CaO, MgO, K2O, Na2O, MnO dan TiO2; dengan pendekatan asal-usul
sedimen menggunakan diagram SiO2 dan K2O mendapatkan asal sedimen berasal
dari rombakan batuan volkanis andesitic-dasitis dan basaltis-andesitis..
Berdasarkan analisis foraminifera kecil bentos, lingkungan pengendapan daerah
penyelidikan adalah laut paparan dan paparan karbonat (shelf seas and carbonate
platform).
Morfologi dasar laut secara umum merupakan paparan, kecuali bagian barat laut
Teluk Jakarta, morfologi bergelombang sedang hingga kasar yang mencirikan adanya
efek fluktuasi arus pasang surut dan arus global.
Berdasarkan penafsiran rekaman seismic, runtunan atau sekuen sedimen dapat
dibedakan menjadi 3 : A, B dan C. Runtunan C merupakan dasar akustik atau
acoustic basement yang dapat dikorelasikan dengan Formasi Cisubuh Bagian Atas
yang berumur Neogen Akhir atau Miosen Atas - Pliosen.
Rekonstruksi struktur bawah permukaan dasar laut dari penafsiran rekaman seismic
dapat dibedakan struktur dangkal patahan dan lipatan.Struktur yang berkembang
pada Formasi Cisubuh tersebut dan berarah umum timur laut barat daya,
kemungkinan dipengaruhi perioda tektonik Plio-Plistosen.
Seafloor surface sediment of the area consists of: mud, sandy mud, gravelly mud,
silt, muddy sand and gravelly sand; with the pattern that as far as from the
coastline is finer which is from sand to silty mud. Heavy mineral analysis contains
hematite, magnetite, limonite, pyroxene, hornblende, biotite, pyrite and dolomite
with the distribution pattern is closing to Jawa island as the source rock.
There are 22 analysed selected samples for major elements: SiO2, Al2O3, Fe2O3,
CaO, MgO, K2O, Na2O, MnO and TiO2, by using SiO2 and K2O diagram to know the
minerals provenance then it shows that the sediments origin is volcanic andesitic-
dacitic and basaltic-andesitic. Benthic foraminifera analysis of sediment shows that
the area is shelf seas and carbonate platform.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 31
Seafloor morphology generally is platform but at northwestern part of Jakarta
Bay is wavy to roughly characterising the effect of tidal fluctuation and regional
current.
Seismic records interpretation illustrate 3 sequences are A, B and C. Sequence C is
acoustic basement that can be correlated with Upper Cisubuh Formation with the
age Late Neogen or Upper Miocene - Pliocene.
Subsurface structure reconstruction by seismic interpretation can be distinguished
in shallow structure of fault and fold. The developed structure in Cisubuh
Formation with trending Northeast-Southwest is possibly controlled by Plio-
pleistocene tectonic event.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - JAVA SEA.
2. MARINE GEOPHYSICS - JAVA SEA.
18. Call No : LE 92 1 NDL.018
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Perairan Madura-Kangean-
Masalembo (Lembar Peta 1709)
Pengarang : S. Lubis, D. Indriastomo, J. Hutagaol, A. Masduki, S. Tahrir, N. Sobarna & Hartono
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan daerah lembar peta 1709,
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi bawah laut, sebaran sedimen
permukaan, kandungan mineral dasar laut, sebaran mikrofauna dan intensitas
magnet.
Berdasarkan data batimetri diketahui kedalaman dasar laut pada lembar 1709 ini
berkisar antara 20 s/d 90 meter, umumnya makin ke timur dasar laut makin
mendalam, kecuali di bagian utara Laut Bali, memperlihatkan kenaikan sampai 80
meter membentuk alur melebar yang mengarah ke selatan.
Intensitas magnet total umumnya makin mengecil makin ke utara berkisar antara
44.000 s/d 44.600 gamma.
Dari data side scan sonar dapat dikenali adanya terumbu koral. Umumnya terumbu
koral ini tumbuh membentuk komunitas yang tersebar secara setempat-
setempat.Diduga terumbu koral ini tumbuh pada batuan gamping yang berumur
Miosen Tengah.
Rekaman seismik memperlihatkan bahwa paling sedikit dapat dipisahkan menjadi 4
Sekuen sedimen Kuarter.Namun secara keseluruhan hanya dua sekuen Kuarter yang
secara kontras dapat dipisahkan. Hasil interpretasi menyimpulkan bahwa masing-
masing sekuen ini mempunyai sedimen yang sama hanya berbeda dalam ukuran
butir dan fraksi dari fragmen pembentuknya yang diduga berasal dari sumber yang
sama. Ketebalan sedimen Kuarter total berkisar antara 30 s/d 260 meter.
Sedimen dasar laut di daerah penelitian umumnya terdiri dari lanau dan lanau
pasiran.Pasir kerikilan yang ditemukan di daerah pantai terdiri dari fragmen
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 32
cangkang dan koral. Berdasarkan sebaran mineral berat hornblende dan piroksen
memperlihatkan kecenderungan makin menurun makin ke utara, maka diduga
bahwa sumber endapan yang berasal dari material vulkanik ini berasal dari hasil
erupsi vulkanik dari selatan (Pulau Bali dan sekitarnya).
The seafloor sediment in the study area is generally consist of silt and sandy silt.
Gravelly sand is found in the coastal area which comes from fragment of coral.
Based on distribution of heavy mineral of hornblende and pyroxene percentage
shows that trend to become decline to the north, and supposed the source of
deposits is from the volcanic material as the eruption from the south (Bali Island and
its surroundings).
Marine geological survey in Madura-Kangean-Masalembo (Quadrangle 1709) is to
know the submarine geological condition, sediment distribution, microfauna
distribution and magnetic intensity.
Based on the bathymetric data is known that the depth of 1709 quadrangle area is
abetween 20 m to 90 m, generally to the east the depth is become deepest, except in
the north of Bali Sea, where is showing to depth 0f 80 meter formed channel which
wider to the south. The total magnetic intensity, generally become smallest to the
north and between 44.000 to 44.600 gamma.
Based on the side scan sonar data the coral reefs can be known that in the study
area. Generally the coral reef formed communities which are distributed locally. The
coral reef is supposed to growth at limestone which is in Middle Miocene Age.
Seismic reflection profile shows is at least can be divided into 4 sequence of
Quaternary sediment. While the whole only 2 sequences of Quaternary sediment
which are contrast can be divided. The interpretation concluded that each sequence
is have same of sediment only difference in grain size and fraction forming which are
supposed to be from the same sources. The thick of total Quaternary sediment is
inbetween 30 to 260 meters.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - MADURA - KANGAEAN - MASALEMBO SEA.
2. MARINE GEOPHYSICS - MADURA - KANGAEAN MASALEBMBO SEA.
19. Call No : LE 92 2 NDL.019
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Daerah Perairan Bawean
(Lembar Peta 1610)
Pengarang : Tim Lembar Peta 1610
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Berdasarkan data hasil penyelidikan pada Lembar 1610 di Laut Jawa dapat
diketahui kedalaman laut di daerah penyelidikan adalah 40 meter hingga 80 meter.
Daerah yang dalam terdapat di sebelah timur P. Bawean, membentuk alur
memanjang dengan arah baratlaut - tenggara. Wilayah perairan yang relatif dangkal
dijumpai di sebelah timur lembar peta, dan di sekitar P. Bawean. Disekitar pulau
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 33
tersebut perubahan dari angka kedalaman laut secara bertahap membentuk
morfologi yang curam.
Pengukuran intensitas total medan magnet memperlihatkan adanya anomali positif
dan negatif, yang diduga dikontrol oleh struktur geologi baik pensesaran maupun
perlipatan.
Dari hasil interpretasi rekaman seismik pantul dangkal, diperoleh peta isopach yang
menunjukan ketebalan sedimen kuarter dengan angka bervariasi dari nol sampai
dengan ratusan meter.Umumnya angka ketebalan terbesar mendominasi bagian
timur terutama ke arah tenggara, dan ternyata merupakan cekungan-cekungan yang
relatif dalam.
Berdasarkan konfigurasi reflektor dari rekaman secara umum dapat dibedakan
adanya dua sekuen, diduga memiliki litologi serta siklus pengendapan berbeda.Batas
antara kedua sekuen merupakan bidang ketidak selarasan, sedangkan masing-
masing sekuen mewakili periode yang berbeda yaitu Kuarter dan Tersier.Intensitas
struktur yang terdapat di daerah ini cukup tinggi dan dapat dibagi menjadi dua
kawasan struktur, yaitu Kawasan Struktur Bawean dan Lepas Pantai Bawean.
Hasil analisa contoh sedimen permukaan dasar laut dapat diketahui adanya sedimen
lanau, lanau pasiran lumpur pasiran sedikit kerikilan dan pasir lanauan.Secara
megaskopis ditemukan adanya peat pada ketebalan antara 10 cm hingga 90cm.
Dari sifat fisik keteknikan berdasarkan uji " undrained shear strength", diambil dari
masing -masing contoh pada interval 0 cm, 50 cm dan 100cm menunjukan harga
kuat geser pada sedimen tersebut bervariasi, baik secara lateral maupun vertikal.
Kandungan mineral berat dari 20 contoh yang dapat diidentifikasi, menunjukan
adanya kelompok mineral opak berupa magnetit, pirit, hematit dan
limonit.Kelompok mineral ultra stabil terdiri dari rutil, zirkon, serta kelompok
mineral stabil yaitu piroxen dan ampibol.
Base on the data result from the study area of 1610 Quadrangle in Jawa Sea can be
recognize that the depth of the sea between 40 meters and 80 meters. The deepest
area is located in eastern part of P. Bawean, and formed channel prolonged with
northwest to southeast direction.
The relatively shallowest area found in eastern part of map and in around P.
Bawean. In its surroundings island the changging the deep is gradually form cliff
morphology.
The intensity of total magnetic field measurements showing positive and negative
anomalies which are controlled by structural geology like faulting or folding.
From the seismic reflection interpretation, the isopach map shows that the thickness
of Quaternary sedimens are vary from zero to hundred meter. Generally the highest
point of thickness dominated in eastern part to the southeastern part, and as basins
with relatively deep.
Based on reflector configuration from seismic profile generally can be divided into 2
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 34
sequence, supposed have lithological difference with difference of depositional cycle.
The boundary between those sequences is unconformity, with difference of age such
as: Quarter and Tertiary.
The intensity of structure in the study area is very high and can be divided into 2
region of structure, such as Bawean Structure and Offshore Bawean.
Result of seafloor sediment analysis known that: silt, sandy silt, sandy with slightly
gravely mud, and silty sand. Megascophic description found peat at the depth
between 10 cm to 90 cm.
From the atterberg test such undrained shear strength", from each sample interval
0 cm, 50 cm and 100 cm show that undrained shear strength" sediment are vary in
lateral or vertical.
Heavy mineral contents from 20 samples can be identified and show that opaque
mineral such as magnetite, pyrite, hematite and limonite. Ultra stable minerals
group consist of rutile, zircon, while stable mineral group are pyroxene and
amphibole.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - BAWEAN.
2. MARINE GEOPHYSICS - BAWEAN.
20. Call No : LE 92 3 NDL.020
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Daerah Perairan Sebelah
Utara Kep. Seribu
Pengarang : Koesnadi, H.S., A. Setiyabudhi, L. Arifin, B. Dharmawan, Tjoek A. Soeprapto, J.
Widodo dan Wahyudi
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak :Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan pada lembar peta 1211, dimaksudkan
untuk mengetahui gambaran geologi bawah laut, intensitas kemagnetan dan
kandungan mineral berat.
Berdasarkan data batimetri diketahui morfologi dasar laut daerah penyelidikan
relatif datar dengan bagian yang terdalam adalah 35 meter di bagian timur dan
tenggara dan yang terdangkal adalah 20 meter di bagian barat daerah
penyelidikan.Pola kontur batimetri yang lurus dengan arah baratdaya timurlaut
dikontrol oleh arus Selat Sunda, di baratdaya daerah penyelidikan.
Hasil interpretasi seismik pantul dangkal dapat dibagi menjadi 2 sekuen yaitu yang
berumur Kwarter ( sekuen A ) dan Tersier ( sekuen B ). Sekuen A dicirikan oleh
reflektor lemah/transparan, paralel dan menerus.Berdasarkan sifat dan konfigurasi
refleksi tersebut, dapat ditafsirkan material berbutir halus dan ditemukan pada
lingkungan laut dangkal berenergi rendah. Selain itu pada sekuen A dicirikan pula
oleh adanya chanel-chanel purba. Ciri sedimen pada sekuen A ini dapat
disebandingkan dengan ciri sedimen Formasi Cisubuh yang berumur Pliosen sampai
Holosen. Sekuen B dicirikan oleh pola reflektor yang kuat dan menerus, dengan
difraksi pada perlapisan yang tersesarkan. Perlapisan sedimen pada sekuen B yang
juga memperlihatkan onlap atau ketidak selarasan, ciri sedimen pada sekuen B ini
dapat disebandingkan dengan sedimen Formasi Air Benakat yang berumur Miosen (
Tersier ). Disamping itu dijumpai pula struktur geologi berupa blok patahan yang
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 35
mungkin merupakan sesar kelanjutan dari batuan dasar ( Pra Tersier), yang pada
umumnya berarah utara-selatan yang mungkin merupakan kelanjutan dari Patahan
Kepulauan Seribu pada bagian utara ( North Seribu Fault). Adanya reef pada bagian
tengah menunjukan sedimentasi menipis ke arah timur, daerah pemunculan reef ini
ditafsirkan adanya bagian utara dari Kepulauan Seribu ( Seribu Platform ).
Anomali magnet total mencerminkan kondisi dari batuan dasar, dimana dijumpai
adanya beberapa anomali negatif yang berasosiasi dengan adanya cekungan. Dari
penampang atau blok diagram morfologi batuan dasar daerah penyelidikan
berdasarkan anomali intensitas magnet total, membuktikan adanya cekungan-
cekungan di Laut Jawa bagian barat yang terdiri dari; sebagian Cekungan Sunda,
Cekungan Asiri dan detemukannya dua cekungan yang belum ada namamya.
Sebaran sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan secara keseluruhan
merupakan sedimen lanau.
Hasil analisa Mikrofauna pada kedalaman laut 20 meter ditandai oleh adanya
Ammonia Gainadi, Ammonia Becarii yang relatip rendah dalam persentasi dari
spesies Cibicides spp. Spesies - spesies ini mempunyai habitat dengan salinitas
rendah ( lingkungan payau ). Sedang pada kedalaman 35 meter ditandai oleh adanya
Asterorotalia trispinosa, Triloculina affinis yang besar dalam persentasi dari spesies
Cibicides spp yang habitat dengan salinitas normal ( lingkungan laut atau lepas
pantai ). Jadi dari bagian barat ke timur pada daerah penyelidikan telah terjadi
perubahan lingkungan pengendapan yaitu dari pengendapan lingkungan payau ke
lingkungan laut.Ditafsirkan hal ini terjadi akibat adanya perubahan muka airlaut.
Marine geological and geophysical survey in 1211 Quadrangle, is to know submarine
geological condition, intensity of geomagnet and heavy mineral content.
Based on the bathymetric data known that the seafloor morphology of the study
area are relatively flat, with the deepest part is 35 m in the eastern and southeastern
part and the shallowest is 20 meter in the western part of the study area. The
straight bathymetric contour with southwest and northeast direction is controlled by
Sunda Strait current in the western part of the study area.
Based on the result of seismic reflection profile can be divided into 2 sequences such
as sequence A (Quaternary) and Sequence B (Tertiary). Sequence A characterized by
transparent, parallel, and continous reflectors. Based on character and configuration
those reflectors interpreted that as fine grain material and found in shallow water
environment with low energy. Besides that in sequence A characterized by paleo-
channel. The character of in sequence A can be correlated with the character of
Cisubuh Formation which are Pliosen and Holocene ages.
Sequence B is characterized by strong reflector and continous, with diffraction on the
layer which are faulted. Sediment layers on the sequence B can be correlated with
sediment of Air Benakat Formation which are Miocene age. Beside that the
structural geology are founds as block faulting which may be continous from
basement rock (Pre tertiary age) which are generally north-south direction as
prolongation of north Seribu Archipelago fault.
Reef in the middle area shows that the sedimentation become thin to the east, this is
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 36
interpreted as the northern part of Seribu platform.
The magnetic anomaly field showing as basement rock where found the negative
anomaly which are associated with basin. From the section or block diagram of
basement rock morphology which are based on total magnetic field anomaly proved
that the basins in the western part of Jawa Sea consist of part of Sunda Basin, Ashiri
Basin and two of unknown basins.Seafloor sediment distribution in the study area
generally is silt.
The result of microfauna analyses known that in 20 meter depth found Ammonia
Gainadi, Ammonia Becarii which are relatively lower than Cibicides spp., with low
salinity condition. While on the 35 meter deep there are Asterorotalia trispinosa,
Triloculina affinis which are highest presentation from Cibicides spp. With normal
salinity. So from the west to the east, there are changing depositional environment
such as from swamp depositional environment to marine environment. This is caused
by thechanging of sea level.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - KEP. SERIBU - UTARA.
2. MARINE GEOPHYSICS - KEP. SERIBU - UTARA.
21. Call No : LE 92 4 NDL.021
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan Perairan Antara Bali dan Kep.
Madura Bagian Timur. (Lembar Peta 1708. PPGL.PGK.038.1992)
Pengarang : Astawa, I.N., D. Kusnida, A. Wahib, M. Surachman, Wahyudi, A. Setiyabudhi, L.
Arifin.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan perairan antara Bali dan Kepulauan
Madura bagian timur (lembar peta 1708) merupakan realisasi kegiatan Proyek
Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan tahun anggaran 1992/1993. Proyek
tersebut merupakan bagian dari program kegiatan pemetaan geologi dan geofisika
kelautan bersistem berskala 1 : 250.000 yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan menggunakan kapal riset Geomarin I yang telah
berlangsung sejak tahun 1990. Daerah penyelidikan terletak antara 114
o
00 115
o
30 Bujur Timur dan antara 07
o
00 08
o
00 Lintang Selatan.Tujuan penyelidikan
adalah menyediakan data dasar geologi dan geofisika kelautan di daerah
penyelidikan.Kegiatan penyelidikan menggunakan Kapal Riset Geomarin I milik
Puslitbang Geologi Kelautan. Metode penyelidikan antara lain adalah : seismik
refleksi, geomagnet, pemeruman, dan pengambilan sampel sedimen dasar laut.
Penentuan posisi seluruh kegiatan survei dilakukan dengan Global Positining System
(GPS).
Survei geofisika yang mencakup kegiatan sesimik, pemeruman dan geomagnet
dilakukan secara bersamaan pada lintasan yang sama. Lintasan survei geofisika
sebagian besar relatif berarah utara -selatan, lintasan lainnya relatif berarah barat-
timur sebagai lintasan yang menyilang lintasan utama.Total panjang lintasan survei
geofisika yang diperoleh adalah 2500 km.Pengambilan samplel sedimen permukaan
dasar laut dilakukan di 30 lokasi.Hasil pemetaan batimetri menunjukkan bahwa pola
kontur batimetri makin dalam ke arah tenggara. Secara morfologis dapat dibedakan
menjadi daerah berlaut dangkal yang menempati bagian baratlaut dengan
kedalaman antara 50 150 m dengan morfologi dasar laut yang relatif datar serta
daerah berlaut dalam di bagian tenggara dengan kedalaman antara 150 1200 m
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 37
dengan morfologi dasar laut relatif terjal. Bagian yang dangkal merupakan bagian
dari Paparan Sunda sedangkan yang dalam bagian dari Cekungan Busur Belakang
Flores bagian barat. Berdasarkan interpretasi rekaman seismik , stratigrafi di daerah
penyelidikan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sekuen, yaitu : Sekuen A , Sekuen B, dan
Sekuen C. Sekuen A yang merupakan sekuen paling atas, dicirikan oleh konfigurasi
reflektornya parallel dan relatif tidak terganggu kegiatan tektonik sehingga sekuen
ini diduga berumur Kuarter. Sekuen B berada di bawah sekuen A dan batas
pemisahnya adalah suatu kontak ketidakselarasan menyudut (onlap) dan di
beberapa tempat berupa erosional truncation. Sekuen C merupakan sekuen paling
bawah. Pada beberapa tempat, batas antara sekuen B dan C berupa
ketidakselarasan menyudut (onlap). Sekuen B dan C telah mengalami perlipatan dan
pensesaran dan diduga berumur berumur Tersier.
Struktur geologi antara lain antikklin, diapir, sesar normal dan sesar mendatar.
Antiklin dan sesar normal berarah hampir barat timur.Sesar-sesar mendatar hanya
terdapat di bagian perairan laut dangkal dengan arah timurlaut baratdaya dan
baratlaut tenggara. Peta anomali magnet total menunjukkan harga anomali
berkisar antara 447 gamma hingga 30 gamma. Anomali rendah terdapat di
bagain tengah dengan pola memanjang berarah barat timur dan utara
selatan.Anomali tinggi tersebar di bagian barat, timur laut, tenggara dan
baratdaya.Kelurusan anomali rendah berarah barat timur di bagian tengah daerah
penelitian diduga merupakan bagaian dari cekungan busur belakang Flores bagain
barat, sedangkan kelurusan anomali rendah berarah hampir utara selatan diduga
sebagai adanya sesar mendatar. Secara tekstural, sedimen permukaan dasar laut di
daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi tujuh sedimen, yaitu : lanau, lanau
pasiran, lumpur sedikit pasiran, lumpur kerikilan, lumpur pasiran sedikit kerikilan,
pasir lumpuran sedikit kerikilan, dan kerikil lumpuran. Secara umum di bagian barat
pada kedalaman kurang dari 80 m lebih didominasi oleh sedimen lanau. Di bagian
tengah dan timur pada kedalaman lebih dari 90 m lebih didominasi oleh sedimen
lanau pasiran. Mineral berat dalam sedimen permukaan adalah : piroksen,
hornblende, magnetit, hematit, biotit, pirit, limonit, rutil dan dolomit. Secara lateral
piroksen , hornblende dan rutil diduga lebih banyak berasal dari daratan Jawa Timur.
Magnetit diduga lebih banyak berasal dari P. Raas dan P. Tonduk dan limonit
cenderung berasal dari pulau-pulau di bagian utara daerah
penyelidikan.Foraminifera dalam sedimen permukaan terdiri atas foraminifera
plankton, foraminifera benthos, dan foraminifera besar. Secara lateral, sebaran tiga
jenis foraminifera tersebut hampir merata dijumpai dalam sedimen permukaan.
Populasi foraminifera benthos dijumpai lebih dominan dibanding foraminifera
plankton dan foraminifera besar baik dari segi jumlah individu maupun spesiesnya.
Marine geological and geophysical investigation in the waters between Bali island
and eastern Madura island (map sheet 1708) is the realization of Marine
Geological and Geophysical Project for fiscal year of 1992/1993. The project is a
part of marine geological and geophysical systematic mapping scaled 1:250.000
conducted by the Marine Geological Institute (MGI) using Geomarin I research
vessel which has been being done since 1990. The investigation area is located
between East Longitude 114
0
00-115
0
30 and South Latitude 07
0
00-08
0
00.
Investigation objective is to provide geologic and geophysic basic data of the
area. The field work was using the research vessel Geomarin I of MGI. The main
investigation methods are reflection seismic survey, marine geomagnet, sounding
and seafloor surface sediment sampling, while geographic position was plotted by
Global Positioning System (GPS).
Geophysical survey covering seismic survey, sounding and geomagnet was done on
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 38
the same survey lines. The lines are mostly trending north-south and the others
with west-east directions as perpendicular lines to the main lines. Total length of
the survey lines is 2500 km. Seafloor surface sediment sampling was taken for 30
locations. Bathymetry mapping results illustrate the bathymetric contour pattern
that is deepening towards southeast. Morphologically, there can be distinguished
between the shallow region on north-western part with the depth 50-150 m and
relatively flat bathymetry and the deeper region on southeast part with the depth
150-1200 m and relatively steeply bathymetry. The shallow area is a part of Sunda
shelf while the deeper is a part of the back arc basin of west Flores. Based on the
seismic record the stratigraphy can be divided in to 3 sequences: Sequence
A, B and C. Sequence A is the top one, characterised by parallel reflector
configuration and not influenced by tectonic activity then interpreted as
Quaternary. Sequence B underlies the A with angle unconformity contact (onlap)
and on some elsewhere found erosional truncations. Sequence C is the base
layers. In some places, B-C border is onlap unconformity. Sequence B and C had
been commonly folded and faulted, therefore interpreted as Tertiary.
The geological structures are anticline, diaper, normal fault and strike-slip fault.
Anticline and normal fault trend almost west-east. Strike-slip fault only exists on
shallow waters with trend northeast-southwest and northwest-southeast. Total
magnetic anomaly map shows ranged values from -447 gamma to -30 gamma.
Low anomaly exists on the middle with west-east and north-south elongated
pattern. High anomaly spread-out on west, northeast, southeast and southwest
The west-eaststrike of low anomaly on the middle area is interpreted as a part of
western Flores back arc basin while the north-south is as transform fault.
Texturally, seabed surface sediment can be divided into seven grain-size classes :
silt, sandy silt, slightly sandy mud, gravelly mud, slightly gravelly sandy mud,
slightly gravelly muddy sand and muddy gravel. Commonly, on the western part
with the depth of < 80 m is more dominated by silty sediment.
On the middle and eastern with the depth of > 90 m is more dominated by
sandy silt. Heavy minerals here are pyroxene, hornblende, magnetite, hematite,
biotite, pyrite, limonite, rutile and dolomite. Laterally, pyroxene, hornblende and
and rutile are interpreted origin East Jawa land. Magnetite is more origin P.Raas
and P.Tonduk, and limonite is more origin the islands on northern area.
Foraminiferas here are planktonic, benthic and larger foram. Laterally, the
distribution of those three forams is uniform in seabed surface sediment. Benthic
foram is found more dominant than planktonic and larger foram in its individual
abundance or species.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - BALI - MADURA TIMUR.
2. MARINE GEOPHYSICS - BALI MADURA TIMUR.
22. Call No : LE 93 1 NDL.022
Judul : Penyelidikan Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai Daerah Pamekasan,
Madura (PPGL.GL.034.93).
Pengarang : Asjtario, P., L. Arifin, Dj. Widodo, D.M Barmawidjaja, B. Dharmawan, I Wayan Lugra,
Y. Ermadi & Hartono
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penelitian seismik pantul dangkal saluran tunggal (seismic profilling) dilakukan di
lepas pantai Kabupaten Sampang dan Pamekasan, pesisir selatan Madura dengan
hasil rekaman sepanjang 300 km. Interpretasi data seismik dilakukan dengan cara
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 39
memisahkan runtunan runtunan yang diduga mempunyai karakter yang berbeda
serta mencirikan urut urutan pengendapan batuan sedimen.
Ciri dari runtunan Kuarter ditandai dengan sedimen yang mempunyai runtunan yang
tidak terganggu oleh aktivitas struktur geologi seperti perlipatan maupun
pensesaran.Runtunan Tersier dicirikan dengan adanya aktivitas struktur lipatan
sangat ketat seperti antiklin, dibarengi dengan sesar sesar, serta intrusi intrusi
diapir.
Data interpretasi seismik pantul dangkal saluran tunggal memberikan gambaran
tentang struktur geologi bawah dasar laut walaupun dengan penetrasi yang sangat
terbatas (dangkal).Data tersebut juga memberikan gambaran serta indikasi adanya
jebakan-jebakan gas bumi dan diapir di kawasan pantai Kabupaten Pamekasan dan
Sampang.
Single channel seismic profiling activity carried out in the southern coast of
Pamekasan and Sampang District, southern coast of Madura, has recorded data of
more or less 300 kilometres. The interpretation of seismic profiling records have been
done by separating the sequence of sediments which have chronologically different
character and depositional environments.
The characteristic of Quarternary sediment sequence is indicated by the sediment
that did not disturbed by geological structures, such as folding and faulting. The
Tertiary sediment sequences in the south coast of Pamekasan area have been tightly
folded which consists of anticline, sincline shale diapir and faulting phenomena.
The interpretation of seismic profiling data showed the indication of the geological
structures under the sea floor although by means of the shallow penetration energy.
It still can be helpful to indicate diapire and gas closures in the southern coast of
Sampang and Pamekasan areas.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - COASTAL AREA - PANTAI PAMEKASAN, MADURA.
23. Call No : LE 93 2 NDL.023
Judul : Penyelidikan Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai Perairan Teluk Pelabuhan
Ratu dan Sekitarnya, Jawa Barat. (PPGL.GL.33.1993)
Pengarang : Hardjawidjaksana, K., M. Surachman, A. Wahib, D.A.S. Ranawidjaja, Nasrun, I
Nyoman Astawa, R. Supriyadi, Budiman & Hartono
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penelitian geologi lingkungan pantai dan lepas pantai di perairan Teluk pelabuhan
Ratu dimaksudkan untuk menginventarisasi , mengevaluasi, dan menafsirkan data
yang diperoleh serta mengetahui kondisi geologi wilayah pantai terhadap lingkungan
disekitarnya.
Topografi daerah penyelidikan umumnya dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: 1.
Daerah perbukitan terjal. 2. Daerah perbukitan bergelombang dan 3. Daerah dataran
rendah.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 40
Tataguna lahan daerah penelitian sebagian besar ditempati oleh hutan dan semak
belukar serta perkebunan.
Pasang surut di daerah penyelidikan adalah tipe pasang surut setengah harian
ganda.
Berdasarkan hasil pengamatan gelombang diketahui tinggi gelombang rata-rata
adalah 1-2 meter, dengan perioda 7.00-15.00 detik dan pecah gelombangnya antara
50 meter sampai 100 dari pantai.
Arus permukaan dekat pantai umumnya memperlihatkan pola pergerakan yang
relatif hampir baratdaya-timurlaut, dengan kecepatan mencapai antara 0.1 m/detik
hingga 0.5 m /detik.
Karakteristik pantai daerah penyelidikan dapat dibedakan menjadi 4 tipe pantai;
1.Pantai berpasir. 2. Pantai berkerikil dan berbongkah. 3. Pantai berbatuan dasar. 4.
Pantai berbatuan dasar dan terumbu koral.
Analisa rekaman seismik pantul dangkal menunjukkan adanya 2 sekuen seismik:
sekuen A dicirikan oleh reflector laminasi yang diduga sebagai endapan sedimen
permukaan yang berupa sedimen halus dan sedimen kasar dengan ketebalan 6-40
meter. Sekuen B dicirikan oleh reflektor laminasi dan juga reflektor chaotic.Sinklin
dan bidang ketidakselarasan ditemukan di daerah ini demikian juga struktur sesar
normal dan sesar mendatar ditemukan di bagian barat daerah penelitian.
Pola kontur batimetri diperairan Teluk Pelabuhan Ratu, memperlihatkan pola yang
sangat rapat yang mencirikan morfologi dasar laut dengan lereng yang terjal serta
bentuk alur yang sempit dan lurus.
Sedimen permukaan dasar laut di perairan Teluk Pelabuhan Ratu dapat dibedakan
menjadi 3 satuan sedimen yaitu; satuan pasir lanauan, satuan lanau pasiran dan
lanau.Satuan pasir lanauan terdapat di perairan Karang Hawu dan disekitar pantai
Pelabuhan Ratu hingga muara sungai Cimandiri.Satuan lanau pasiran terdapat di
bagian utara dan timur Teluk Pelabuhan Ratu dan Teluk Ciletuh.Satuan lanau
menempati perairan yang dalam dari selatan Ujung Karangbeureum hingga Tg.
Pemipiran.
Berdasarkan analisis foraminifera dijumpai 3 jenis yaitu foraminifera kecil bentos
dan plangton serta foraminifera besar.
Hasil analisis kimia sedimen terhadap 18 contoh diketahui unsure yang terbesar
adalah SiO2yang umumnya lebih dari 50%.
Berdasarkan hasil analisis mineral berat diketahui mineral berat sebagai berikut :
titanium, magnetit, hematite, limonit, ilmenite, pirit, piroksen hornblende, rutil dan
biotit.
Potensi emas di daerah pelabuhan ratu diketahui antara 0,10 gram/ton dan 15
gram/ton di pantai dekat muara sungai Cimadur dan 0,15 gram/ton s/d 0,40
gram/ton di Teluk Ciletuh, Sedangkan kandungan emas dalam sedimen permukaan
dasar laut di perairan Muara sungai Cimadur adalah antar 0,10 s/d 9,8 gram/ton.
Environmental coastal and offshore environmental geology in Pelabuhan Ratu Bay is
to inventarized, evaluated, and interpreted the data which have been collected and
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 41
also to know the geological condition in coastal area to environment and its
surroundings.
Topographic of the study area generally can be divided into 3 part such as: 1. Cliff hill
area. 2. Wave hill area. 3. Low land area.
Landuse in the study area is almost occupied by forest, brush and plantation. Tide in
the study area in semi-diurnal type.
Base on the result of wave identification is known that the wave high average is 1-2
meter, with 7-15 period and wave breaking between 50 meters to 100 meters from
the coastline.
Surface current close to the coast is generally show that moving pattern relatively
northwest and northeast direction, with speed between 0.1m/second to 0.5
m/second.
Coastal characteristic of the study area can be divided into 4 types such as: 1. Sandy
coast. 2. Boulder gravel coast. 3. Basement rock coast. 4. Basement rock and coral
reef coast.
Seismic reflection analysis show that 2 sequence seismic such as: sequence A with
parallel lamination character which are interpreted as fine and coarse surface
sediment with 6 to 40 meter thick. Sequence B is characterized by lamination and
chaotic reflector. Sincline and unconformity are found in this area while the normal
fault and strike slip fault is found in the western part of the study area.
Bathymetric contour in the study area shows that very close pattern which are
characterized by high slope and form a narrow channel.
Surface sediment in the Pelabuhan Ratu Bay can be divided into 3 unit sediment such
as: silty sand unit, sandy silt unit, and silt. Silty sand unit located in the Karang Hawu
water and around the Pelabuhan Ratu coast to the river mouth of Cimandiri and
Ciletuh Bay. Sandy silt unit is located in the northern and eastern part of Pelabuhan
Ratu dan Ciletuh Bays. Silt unit is located in the deepest part from south of Ujung
Karangbeureum to Tanjung Pemipiran.
Base on foraminifera analysis are found 3 kind of micro-foraminifera benthos and
plangton and also macro-foraminifera.
Base on geochemistry analysis to 18 samples known that the higher SIO2 element
generally more than 50 %.
Base on heavy mineral analysis known that as follows: titanium, magnetite hematite,
limonite, ilmenite, pyrite, pyroxene, hornblende, rutile, and biotite.
Gold prospect in the Pelabuhan Ratu is known that between 0.10 gram/ton and 15
gram/ton in the coast close to Cimadur mouth river dan 0,15 gram/ton s/d 0,40
gram/ton in Ciletuh Bay, while gold content in the surface sediment in mouth river
Cimadur water is 0.10 to 9.8 gram/ton.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY COASTAL AREA - TELUK PELABUHAN RATU.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 42
24. Call No : LE 93 3 NDL.024
Judul : Penelitian Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai Perairan Gresik Barat,
Madura dan Sekitarnya (PPGL.GL.33.92)
Pengarang : Masduki, A., A. Setiyabudhi, U. Kamiludin, Y. Darlan, Kusnadi, R. Prawirasasra,
Hartono & Budiman.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Adanya perubahan delta Bengawan Solo dan keterbatasan data dasar geologi
maka Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang mempunyai tugas
dan fungsi melakukan kegiatan penelitian di wilayah perairan Indonesia memilih
perairan Gresik-Barat Madura sebagai objek penelitian dalam Proyek Penelitian dan
Pengembangan Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai.
Metode penyelidikkan antara lain: pengamatan hidro-oseanografi, geologi dan
geofisika; termasuk penentuan posisi dengan menggunakan perangkat
transponder. Hidro-oseanografi meliputi pengamatan pasang surut, arus dan
prediksi energi gelombang. Geofisika meliputi pemeruman dengan menggunakan
perangkat Echosounder Furuno FE 6300; dan seismik pantul dangkal saluran tunggal
dengan menggunakan perangkat Sparkarray 3 electroda EG&G262. Geologinya yaitu
deskripsi kualitatif karakteristik pantai, pemercontohan sedimen dan pemboran
tangan, termasuk di dalamnya analisa laboratorium. Hasil lapangan diperoleh
panjang lintasan/jumlah percontoh total, antara lain: sounding dan seismik sama
yaitu 315 km; 53 percontoh sedimen comot, dan pasang surut selama 15 piantan.
Tipologi pantai Gresik-Barat Madura termasuk ke dalam pantai berpasir, berhutan
bakau dan berlumpur. Hasil prediksi gelombang laut berdasarkan analisa data angin
permukaan menunjukkan energi yang terjadi pada musim barat lebih besar
dibandingkan dengan musim timur. Perubahan muara Bengawan Solo menunjukkan
kecenderungan membelok ke arah barat dan dilihat dari bentuk muaranya, semakin
ramping dan mendekati stabil. Pengolahan data granulometri berdasarkan
nomenklatur sedimen menunjukkan dasar lautnya ditutupi oleh lanau dan lanau
pasiran. Satuan-satuan ini menempati morfologi dasar laut berbentuk kipas, alur dan
sejajar garis pantai dengan kedalaman terukur berkisar antara - 2 m dan - 42 m.
Pengolahan pasang surut menunjukkan kedudukan air terendah 43,20 cm,
tertinggi 215,80 cm dengan tipe tunggal (F = 6,31) artinya pasang dan surut hanya
sekali dalam satu hari. Hasil analisis mikrofauna didominasi oleh foraminifera kecil
benthos, sebaliknya foraminifera besar dan plangton jarang. Mineral beratnya
didominasi oleh kelompok mineral opak, sebagian mika dengan persentase sangat
kecil dari yang tertinggi Hornbleda. Hasil oles tipis sedimen, baik biogenik maupun
non biogenik menunjukkan persentase sangat jarang (1 %) sampai jarang (1 - 5 %),
kecuali mikrit melimpah (30 - 50 %) dan lempung sangat melimpah (50 - 75 %).
Sedangkan hasil analisis kimia, persentase terbanyak adalah SiO
2
, kemudian diikuti
oleh Al
2
O
3
, CaO dan Fe
2
O
3
. Interpretasi geologi dikelompokan ke dalam Sekuen A,
Sekuen B dan Sekuen C, yang masing-masing dapat disebandingkan sebagai
Aluvium-Endapan Pamekasan, Formasi Madura-Formasi Watukoceng, dan bagian
atas Formasi Tuban.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 43
The change of the Bengawan Solo delta and basic geological data limitations the
Marine Geology Research and Development Center who has the duties and functions
of survey activities in the territorial waters of Indonesia chose Gresik-West Madura
Waters as an object survey in Coastal and Offshore Environment Geology Research
and Development Project.
Methods of survey covering hydro-oceanographic observations, geology and
geophysics; including positioning using the transponder equipment.Hydro-
oceanographic methods covering observation of tides, currents and wave energy
predictions. Geophysics covering sea depth measurement using the Echosounder
Furuno FE 6300, and single channel shallow seismic reflection using the three
electrode Sparkarray EG & G262. Geologicalmethodsthatinclude:description of thea
description of the qualitative coastal characteristics;sedimentsamplingandhand
Auger, including laboratory analysis. Field resultsobtainedpath length/totalsamples,
among others: soundingandseismic data alikeis315 km; 53grab samplersediments,
and tidesfor 15piantan. Typology of Gresik-West Madura coast belong to the sand
beaches, mangrove and mud. The results of wave prediction based on analysis of
surface wind data indicate that energy occurs in the westlarger than the
eastmonsoon. Changes in the mouth of Bengawan Solo show trends veer to the west
and seen from the mouth, the sleek and stable approach.
Data processing of grain size analysis based on classification nomenclature of
sediments indicates the seafloor covered by silt and sandy silt. These units occupy the
fan-shaped morphology, channel and parallel to the shoreline with depths ranging
from - 2 m and - 42 m. Processing tidal water showed the lowest position of 43.20
cm, highest 215.80 cm with the tides a single type (F = 6.31) means the tides only
once a day. Microfaunaanalysis results showed dominated by small benthos
foraminifera, otherwise large foraminifera and plankton is trace. Heavy mineral
content of the sediment was dominated by opaque minerals, mostly micas with a
very small percentage of the highest, Hornblende. The results of smear slides
analysis, both biogenic and non-biogenic showed trace (1%) to rare (1-5%)
percentage, except micrite is abundant (30-50%) and clay is very abundant (50-75%).
While the results of major elements analysis, the highest percentage is SiO
2
, followed
by Al
2
O
3
, CaO and Fe
2
O
3
. Geological interpretation based on the identification of
reflectors properties, configuration and impedance contrast grouped into Sequence
A, Sequence B and Sequence C, each of which can be correlated as Alluvium-
Sediment Pamekasan, Madura-Watukoceng Formation, and the top Tuban
Formation.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - COASTAL AREA - GRESIK, BARAT MADURA.
25. Call No : LE 93 4 NDL.025
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Marin Perairan Masalembo Laut Jawa
(Lembar Peta 1710. PPGL.PGK.041.93)
Pengarang : Ilahude, D., M. Situmorang, S. Hakim, D. Arifin, M. Hanafi, S. Lubis, Sukardjono & N.
Sobarna
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 44
Abstrak : Bentuk morfologi dasar laut Perairan Masalembo adalah relative datar, kecuali
sekitar Kepulauan Masalembo yang berelief sedang sampai kasar. Pola kontur
kedalaman yang memperlihatkan kedalaman membesar kea rah selatan dan timur
bersesuaian dengan pola arus yang bermuara di tepian Laut Banda bagian barat.
Hasil penafsiran rekaman seismic dapat dibedakan dua runtunan atau sekuen
sedimen A (Kuarter) dan B (Pra-Kuarter), dimana sekuen tertua menunjukkan gejala
deformasi akibat proses tektonik berupa sesar dan lipatan yang diperkirakan terjadi
pada Plio-Plistosen. Anomaly magnet dikontrol oleh batuan dasar dengan
suseptibilitas tinggi serta membentuk tinggian dan cekungan.
Sedimen dasar laut dibedakan, berdasarkan genesanya, menjadi endapan laut,
endapan darat dan endapan campuran.Gambut yang tersebar luas dijumpai di
selatan P.Masalembo dengan ketebalan sekitar 25 cm berdasarkan data contoh inti
dan batimetri, yang memperlihatkan perbukitan kecil.
Dengan ditemukannya endapan darat, mengindikasikan bahwa daerah penelitian
atau perairan Laut Jawa sebelah timur pernah menjadi darat yang menghubungkan
Kalimantan dan Jawa.Peristiwa ini terjadi sekitar Kuarter (Bawah).
Sea bottom morphology of Masalembo Waters is relatively flat, except surround
Masalembo Island of moderate to rugged relief. Sea depth contour pattern which
shows deepening to the south and east directions conformed to current pattern
mouthed at margin of western Banda Sea.
Seismic record interpretation differentiates two sediment sequences A (Quaternary)
and B (Pre-Quaternary); where the older sequence was showing deformation
phenomenon due to tectonic process taken place as faults and folds estimated of
Plio-Pleistocene age. Magnetic anomaly is controlled by basement rocks of high
susceptibility which form ridges and troughs.
Genetically, sea bottom sediments are differentiated into marine sediment,
terrestrial sediment and mix sediment. Peats are widely spread at small mounds
south of Masalembo Island of thickness about 25 cm based on core data and
bathymetric data.
Through discovery of terrestrial sediments, it indicates that the investigation area of
eastern java Sea had become a land bridge between Java Island and Kalimantan
Island. This event was occurred around Lower Quaternary.
Subyek : 1. MARINE GEOLOGY - MASALEMBO.
2. MARINE GEOPHYSICS - MASALEMBO.
26. Call No : LE 93 5 NDL.026
Judul : Penelitian Geologi Lingkungan Pantai dan LepasPantai Perairan Ambunten dan
Sekitarnya, Madura Utara.
Pengarang : Arifin. L., M. Surachman, Y. Darlan, Nasrun, N. Sukmana, D. Ilahude &D. Setyadi
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penelitian Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai Perairan Ambunten dan
Sekitarnya, Madura, merupakan salah satu kegiatan Proyek Penyelidikan dan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 45
Pengembangan Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan tahun anggaran 1993/1994. Daerah penyelidikan
terletak antara
Lintang Selatan.Tujuan penyelidikan adalah untuk mengetahui gambaran mengenai
geologi dan geofisika wilayah pantai dan lepas pantai di daerah penelitian.Metode
kegiatan di lapangan meliputi pemeruman, seismic pantul dangkal, pengambilan
sampel sedimen dasar laut, pemetaan tipe pantai, dan pengukuran parameter
oseanografi.
Secara morfologis, wilayah daratan daerah penelitian dibedakan menjadi tiga satuan
: morfologi relatif datar, morfologi landau, dan morfologi terjal. Morfologi relatif
datar disusun oleh endapan alluvial yang tersusun oleh lempung, pasir, kerikil, dan
kerakal.Morfologi landau merupakan daerah berbatu gamping yang sebagian besar
telah mengalami pelapukan.Morfologi terjal disusun oleh perselingan batu pasir
kuarsa dan batu gamping terumbu.Tipe pantai di daerah penelitian dikelompokkan
menjadi pantai berpasir (sandy beaches), pantai berpasir kerikilan (mix sandy
gravelly beaches), dan ujung pesisir berbatu/bertebing (rocky headland/cliff).Tipe
pantai berpasir menempati sebagian besar pantai daerah penelitian terutama di
bagian barat.Pantai berpasir kerikilan terdapat di bagian timur, sedangkan ujung
pesisir berbatu/bertebing tersebar setempat setempat mulai dari bagian barat
hingga timur daerah penelitian.Yang lebih spesifik dari pesisir pantai daerah
penelitian adalah terdapatnya gumuk-gumuk pasir (sand dunes) yang memanjang
sejajar garis pantai dengan ketinggian 2 m hingga 10 m dari dasar gumuk.Gumuk
pasir tersebut dibentuk oleh pasir halus berwarna putih dan ditumbuhi oleh pohon-
pohon siwalan serta membentuk bentang alam mirip gurun pasir yang menarik
untuk wisata. Kandungan kuarsanya yang mencapai 90% serta hasil perkiraan
perhitungan cadangan mencapai
Lintang
Selatan dan
Bujur Timur.Tujuan penyelidikan adalah untuk
mengetahui gambaran mengenai geologi dan geofisika wilayah pantai dan lepas
pantai di daerah penelitian.Metode kegiatan di lapangan meliputi pemeruman,
seismik pantul dangkal, pengambilan sampel sedimen dasar laut dan pantai,
pemetaan karakteristik pantai, dan pengukuran parameter oseanografi.
Secara morfologis, sebagian besar wilayah daratan daerah penelitian merupakan
daerah perbukitan dengan kemiringan lereng antara 8% hingga lebih dari
45%.Daerah yang relatif landai hingga datar dengan kemiringan lereng antara 0% -
8% umumnya menempati kawasan sepanjang pantai.Karakteristik pantai didominasi
oleh pantai berpasir dan pantai berkerikil, setempat pantai bertebing. Lebar pantai
(beach) umumnya lebih dari 10 meter dengan sudut lereng (beach slope) umumnya
lebih dari
. Tipe pasang surut air laut adalah dua kali pasang dalam satu hari
(Mixed Predominantly Semidiurnal). Arus laut bergerak ke arah barat laut pada saat
pasang dan ke timur laut pada saat surut dengan kecepatan rata-rata 0,15
meter/detik. Pergerakan sedimen sejajar pantai di bagian barat cenderung ke arah
timur, di bagian timur bergerak ke arah barat, dan di sektor tengah sebagian ke arah
timur dan sebagian ke arah barat.Perpindahan sedimen (Sanddrift Netto) maupun
gejalan abrasi di sepanjang pantai cenderung didominasi oleh komponen angin dari
barat laut dan timur laut.Abrasi pantai yang terjadi umumnya akibat faktor resistensi
batuan yang rendah (endapan aluvium dan batuan volkanik muda yang belum begitu
kompak), kondisi morfologi dasar laut pinggiran pantai yang curan dan jarangnya
terumbu koral sebagai barier/peredam gelombang ke arah pantai.
Pola kontur kedalaman laut umumnya sejajar garis pantai.Kedalaman laut terdalam
yang terukur mencapai 550 meter.Dasar laut berlereng landai hingga curam
umumnya bergelombang curam hingga landai. Berdasarkan interpretasi rekaman
seismik, stratigrafi bawah laut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
sekuen yaitu sekuen A yang dicirikan oleh pola reflektor parallel subparallel da
sekuen B yang dicirikan oleh pola chaotic setempat berpola free-reflector. Sekuen A
dijumpai berupa sekuen yang tipis dan menempati bagian permukaan, dan diduga
merupakan endapan permukaan yang relatif muda tersusun oleh sedimen berbutir
sedang kasar yang belum begitu kompak.Sekuen B dijumpai sebagai sekuen yang
tebal dan diduga tersusun oleh litologi bersifat kompak dan apabila dikorelasikan
dengan geologi dara sekuen B ini diduga tersusun oleh batuan volkanik.Struktur
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 109
geologi yang dijumpai umumnya adalah sesar-sesar normal, slumping dan
diapir.Sedimen permukaan dasar laut terdiri dari pasir dan pasir kerikilan.Endapan
pasir merupakan endapan yang paling luas sebarannya, mencakup bagian barat dan
tengah daerah selidikan, sedangkan endapan pasir kerikilan menempati bagian
timur dan sedikit di bagian tengah. Mineral berat yang dijumpai dalam sedimen
permukaan dasar laut maupun pantai, adalah : magnetit, hematit, ilmenit, rutil,
limonit, piroksen, amfibol, olivin, dan biotit. Kandungan mineral magnetit dalam
sedimen dasar laut dan pantai umumnya jauh lebih tinggi dibanding mineral berat
lainnya.Foraminifera dalam sedimen permukaan dasar laut terdiri dari foraminifera
plangton, foraminifera kecil bentos dan foraminifera besar. Potensi bahan galian
golongan C yang terdapat adalah endapan pasir dan kerikil dasar laut dan
pantai.Endapan lahar dan piroklastik produk Gunung Agung di bagian timur daerah
penelitian merupakan daerah galian pasir campur batu (sirtu) yang cukup
luas.Bongkah-bongkah/lapisan batuan (lava) sebagai bahan galian C bisa diperoleh
dari endapan volkanik tua Gunung Agung dan Gunung Batur. Berdasarkan kondisi
geologinya serta sejaran bencana geologi yang telah terjadi, maka potensi bahaya
geologi di daerah penelitian antara lain andalah erupsi gunung api yang masih aktif
(Gunung Agung dan Gunung Batur), gerakan tanah baik di darat maupun di bawah
laut, dan gempa bumi yang berpotensi tsunami.
Geological investigation of Yehsanih waters onshore and offshore and the
surroundings, Bali Province is one of the Coastal Geological Investigation Project,
Marine Geological Institute, for fiscal year 1995/1996. The investigation area is
located on SouthLat.08
0
00-08
0
15, EastLong.115
0
05-115
0
35. The objective is to
understand about geological and geophysical aspects of onshore and offshore
of the area. Field work methods were sounding, shallow reflection seismic,
sediment sampling of seabed surface and beach zones, coastal characteristic
mapping and oceanographic parameters measurement.
Morphologically, most of the onshore is hills area with slopes from 8 % up to more
than 45 %. The sloping and flat zones with slope 0 % to 8 % occupy along coastline
zone. Coastal characteristics are dominated with beach and gravelly beach,
localised found rugged coast. Beach width is generally more than 10 m with beach
slope commonly is more than 8
0
. Tidal type is mixed predominantly semi diurnal.
Sea current moves towards northwest during high tide and towards northeast
during low tide with average velocity 0.15 m/sec. Sand drift netto and abrasion
indication along the coast tend to be dominated by wind component from
northwest and northeast. Coastal abrasions are occurred caused of low resistant
of the materials (alluvial sediment and non compacted young volcanic rock),
steeply coastline zone seafloor morphology and rarely coral reef as a barrier to
break waves to the beach.
Depth contours are parallel with coastline. Deepest sites are measured up to 550 m
Gently sloping to steep seafloor commonly are wavy steep to low sloping. Based on
seismic records interpretation, sub-seabed stratigraphy can be divided as two
sequences: sequence A is characterised with parallel - sub-parallel reflectors
pattern and sequence B is characterised by chaotic pattern, localised with
free-reflector. Sequence A is found as thin bed positioned on surface part
and interpreted as relative young surface sediment, composed with yet
compacted moderate coarse grain. Sequence B is found as thick bed,
interpreted composed by compacted lithology and when it is correlated to
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 110
onshore geology, it is composed by volcanic rocks. Geological structures found
commonly are normal faults, slumping and diapir. Seafloor surface sediments
consist of sand and gravelly sand. Sand sediment is the most wide
distribution, occupied western and middle parts while gravelly sand is
occupies eastern part and few on the middle. Heavy minerals found in seabed
surface and beach sediments are magnetite, hematite, ilmenite, rutile,
limonite, pyroxene, amphibol, olivine and biotite. Magnetite mineral content
inseabed surface and beach sediments are commonly higher than the others.
Foraminifera in the sediments are consist of planktonic, benthic and larger
forams. The potency of mining minerals C is sand and gravel deposits of
beach and seafloor. Laharic deposit and pyroclastic product of
Gunung Agung at eastern part are wide spread-out mixed sand-stones.
Boulders / bedded lava rocks as mining minerals C can be found from older
volcanic deposit of Gunung Agung and Gunung Batur. Based on geological
condition and its geological hazard history, geological hazard potency of the area
is still active volcanic eruption (GunungAgung and GunungBatur), landslide on
land and in subsea, and earthquake based tsunami.
Subyek : 1. Coastal Geology - Yehsanih
71. Call No : G 85 4 NDL.071
Judul : Laporan Penyelidikan Geofisika Marin di Perairan Bali Utara (PPGL.GF.008.85).
Pengarang : Lubis, S., M. Widjajanegara, I Nyoman Astawa & A. Setiyabudhi.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Hasil analisis energy flux gelombang, di daerah timur laju pengangkutan sedimen
lebih tinggi daripada bagian barat. Data batimetri memperlihatkan pola punggungan
yang menyempit kea rah utara, diikuti oleh lembah-lembah yang sejajar punggungan
dan melebar kea rah yang sama.
Dari hasil rekaman seismic dapat dibedakan empat sekuen : terumbu karang (A),
endapan laut dangkal parallel (B), endapan laut dangkal subparalel dengan puncak
erosional (B1) dan basement seismic yang diduga volkanik kelanjutan Formasi Asah
(C). Terumbu koral tumbuh di atas batuan dasar atau bongkah lahar pada daerah
pasang surut, serta membentuk kelompok sejajar dengan garis pantai.
Pada kedalaman laut antara 100 hingga 400 m dijumpai struktur slumping pada
sekuen B yang berumur Kuarter, pada tepian sebelah selatan Cekungan Bali (back
arc basin), pada jarak sekitar 1.7 km dari pantai utara Bali.
Penafsiran rekaman seismic telah memberikan gambaran bawah dasar laut yang
mendekati keadaan sebenarnya, walaupun penggunaan asumsi kecepatan rambat
sinyal akan memberikan kedalaman yang tidak absolute.
Laju pendangkalan alur pelabuhan (Buleleng) dapat ditekan dengan pembuatan
beberapa krib yang tegak lurus garis pantai, dengan harapan dapat memerangkap
laju sedimen dari arah barat.Life time krib dapat dipertahankan dengan terus
memonitor perubahan laju akrasi ini.
Proteksi pantai pada daerah abrasi kurang tepat menggunakan groin sejajar pantai
pada daerah gelombang pecah, karena sifat gelombang yang monsoonal dan arah
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 111
datang yang tidak tegak lurus garis pantai, sehingga laju pengangkutan sedimen
tegak lurus pantai lebih kecil dibandingkan arah memanjang pantai.
Wilayah pantai yang menjadi daerah wisata (Pemaron, Kalibukbuk dan Lovina)
disarankan dilakukan pemeliharaan dan penghentian pengambilan terumbu oleh
penduduk, agar pantai tidak mundur.Pelindung pantai disarankan dibuat dekat
badan jalan raya di kawasan tersebut.
Disarankan dilakukan pemboran pada beberapa titik, untuk lebih dapat mengetahui
kondisi bawah dasar laut secara lebih nyata.
Analyses of wave flux energy of Northern Bali Waters, its eastern area rate of
sediment transportation was higher compared to its western area. Bathymetric data
shows a narrowing ridge pattern to the north direction, followed by parallel valleys
which also widen to the same direction.
Four sequences were identified from seismic records :coral reef (A), parallel shallow
marine deposits (B), sub-parallel shallow marine deposits with erosion boundary (B1)
and seismic basement assumed as volcanic rocks as a continuation of Asah
Formation (C). Coral reef is growth upon basement rock or laharic boulders at tidal
zone, forming groups parallel to the coastline.
At sea depths between 100 and 400 m, a slump structure was found at Quaternary B
sequence approximately located at southern part of Bali Basin as a back arc basin,
which is situated about 1.7 km from northern Bali coast.
Seismic record interpretation has given features of under sea bottom closed to its
real appearance, although application of assumed signal propagation velocity would
not gave absolute sea depth values.
Rate of sedimentation at Buleleng Harbour could be lowered by perpendicular to
coastline crib construction, which expect to trap west derivative sediments. Crib life
time could be kept longer by continuous monitoring of this sedimentation rate.
Coastal protection at abrasion areas is not suggested using parallel to coastline
groins erected above breaker wave zone, due to monsoonal wave behavior and un-
perpendicular coming waves to the coastline; which causing a smaller compared to a
higher sediment transportation along the shore.
Coastal zones at recreational areas (Pameron, Kalibukbuk and Lovina) are suggested
to be maintained and termination of coral reef exploitation by local residences, to
prevent coastal retreat. Coastal protection closed to roads are strongly
recommended.
It is recommended that drillings at some locations be carried out, in order to know
subsurface geological condition.
Subyek : 1. Marine Geophysical Survey - P. Bali.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 112
72. Call No. : G 86-5 NDL. 072
Judul : Laporan hasil penelitian geologi kelautan laut Sawu dan sekitarnya dalam rangka
program Snellius II .
Pengarang : Mimin Karmini, Subardjio Tjokrosapoetro, Djoko Indriastomo, Asep Faturachman
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitan dan Pengembangan Geologi Kelautan.
Abstrak : Penelitian geologi kelautan laut Sawu mempunyai tujuan untuk mempelajari
contoh-contoh sedimen sehingga mendapatkan suatu model transport dari
sedimen Resend an proses pengendapannya.Dalam pelaksanaannya penelitian ini
dikaitkan dengan program kerja pemerintah Indonesia dalam hal ini Pusat
Pengembangan Geologi Kelautan sebagai pelaksana dan Kerajaan Belanda dalam
bidang Geologi Kelautan yatu Ekspedisi Snellius II dengan Kapal Tyro.
Cekungan Sawu merupakan cekungan yang kurang mengalami proses tektonik,
kemungkinan adanya potensi hydrocarbon perlu penelitian yang mendalam .
Sedangkan thrus Sawu merupakan back arc thrusting yang bidang sesarnya
condong ke selatan.
Punggungan Sumba tidak merupakan kelanjutan dari punggungan Sawu. Alas
kedua punggungan tersebut diduga batuan berumur Mesozoikum. Sedangkan
Cekungan Sumba merupakan tensional basin yang sempit, terbentuk pada
upper trench dari system subduksi di Parit Jawa. Parit Jawa merupakan parit
yang sangat sempit, batas utara merupakan zona prisma akresi dengan zona sesar
naik (thrus) condong ke utara dan batas selatan adalah kerak samudera Hindia
yang tersesarkan normal cukup intensif.
Di dataran Abisal Argo alasnya merupakan kerak samudra berumur Jura,
Volkanisma abisal mungkin masih menerus sampai Akhir Kapur Paleosen.
Cekungan Lombok merupakan cekungan yang terbentuk karena tensional basin
yang dibentuk di zona prisma akresi system zona subdaksi di Parit Jawa.
Marine geological research of Sawu sea is aimed to learn sediment cores for
which obtaining sediment transport model of recent sediment and its
sedimentation processes. In realisation of this research is linked with
Indonesian work program, in this case, Marine Geological Institute and the
Netherlands Kingdom as realisation executives in Expedition Snellius II with
R/V Tyro.
Sawu basin is a less tectonic event and need a further advanced research
for its hydrocarbon potential, while thrust Sawu is back-arc thrusting
which its faulting plane tilted to the south.
Sumba ridge is not the continuation of Sawu ridge. Underlying both ridges is
interpreted as Mesozoic rocks. While Sumba basin is a narrow tensional basin,
formed on upper trench of Jawa trench subduction system. Jawa trench is a
very narrow trench, its north border is accretional prism zone with thrust
faults tilted to the north and the south border is Indian oceanic crust with
intensive normal faulted.
On Abisal Argo plain, the basement is Jurassic oceanic crust. Abisal volcanism
could be continued until Late Cretaceous Paleocene. Lombok basin is a
basin formed because of tensional basin which is occurred on accretional prism
zone of Jawa trench subduction system.
Subyek : 1. Marine Geology - Laut Sawu
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 113
73. Call No : G 86 7 NDL.073
Judul : Laporan Pendahuluan Penyelidikan Geologi Kelautandi Laut Banda, Laut Seram
dan Laut Maluku (PPGL.GL.015.86).
Pengarang : Tahrir, S.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Penyelidikan Geologi Kelautan di Lut Banda, Seram dan Laut Maluku merupakan
bagian dari Ekspedisi Snellius II pada pelayaran G3, G4 dan G5. Kegiatan ini adalah
penelitian kerjasama antara Pusat Pengembangan Geologi Kelautan dengan
Pemerintah Belanda.Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk mengevaluasi dan
mempelajari proses pembentukan endapan oksida mangan dan sumberdaya mineral
lainnya di lepas pantai bagian barat Pulau Misool.
Metoda yang digunakan dalam expedisi pelayaran tersebut dalah geologi dan
geofisika kelautan, oseanografi fisika, analisis geologi teknik. Analisis geologi dan
geofisika kelautan menunjukkan Parit Seram adalah lokasi benturan Lempeng Benua
Australia Papua ditekan dan dipatahkan ke bawah, Cekungan Weber berkembang
akibat penurunan dan sesar normal, blok yang terangkat dan graben yang diisi oleh
sedimen menunjukkan daerah tektonik aktif, pematang bawah air merupakan
daeran non deposit yang tidak prospek, sedimen di alur dan perangkap berbutir
kasar dan pelagic yang sebagian dilapisi oksida mangan.
Analisis oseanografi fisika menunjukkan adanya 12 lapisan air di Teluk Kau yang
beragam kadar garam, temperature, dan kadar oksigennya. Analisis geoteknik
menunjukkan makin dalam letak sedimen makin tinggi berat jenis dan daya tahan
gesernya.
Marine geological investigation in the seas of Banda, Seram and Maluku is a part of
the Expedition Snellius II on the sailing G3, G4 and G5. This project is cooperation
research between Marine Geological Institute and Netherland Government. The
objective is to evaluate and studying manganese oxide deposit formation and
other resources in offshore of western part Misool.
Methods used in the expedition is marine geology and geophysics, physical
oceanography and technic geology analysis. Analysis of geology and geophysics
shows that Seram trench is collision location of Australian-Papua oceanic crust,
depressed and cracked down, Weber basin developed caused of subsidence and
normal fault, uplifted block and graben filled with sediment showing active
tectonic, subsea ridge is non-deposit area that not prospective, sediment in
lane and trap is coarse and pelagic that a part of it is foliated by manganese oxide.
Subyek : 1. Marine Geological Research - Laut Banda, Seram, dan Maluku.
74. Call No : G 88 4 NDL.074
Judul : Penelitian Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai Perairan Kuta dan
Sekitarnya, Bali.
Pengarang : Dwiyanto. B., Tj. A. Soeprapto, F. Silitonga, M. Karmini, Susilohadi, Suharno, L.
Arifin, M. Hanafi, GM. Hermansyah & A. Masduki.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 114
Abstrak : Berdasarkan pengambilan contoh dasar laut di 42 lokasi serta analisis besar butir
dengan nomenklatur berdasarkan Folk (1980); sedimen Perairan Kuta dan sekitarnya
terdiri dari pasir lanauan, kerikil pasiran dan pasir. Dominannya sedimen pasir ini
mengindikasikan bahwa arus bawah laut Bali barat daya ini cukup kuat, sehingga
tidak memungkinkan terendpakannya suspense.Dijumpainya mineral mineral
berat yang lazim membentuk batuan beku mengengah hingga basa, menimbulkan
dugaah hasil transportasi dari sumber di luar daerah pnelitian.Terdapatnya olivine,
piroksen dan hornblende pada hampir semua contoh sedimen mengindikasikan
transportasi sedimen dari jarak dekat.
Dari hasil penfasiran rekaman seismic didapatkan sekuen atau runtunan dengan
konfigurasi refleksi kaotik/divergen yang ditafsirkan sebagai satuan sedimen pasir
berenergi tinggi, konfigurasi refleksi sub-paralel ditafsirkan sebagai sedimen
berenergi tinggi sekitar pantai yang membentuk kantong-kantong pasir; serta
konfigurasi refleksi basement.
Permukaan dasar laut didominasi oleh endapan pasir kasar di antara terumbu
karang.Permukaan berundulasi pada rekaman pemeruman ditafsirkan sebagai
terumbu karang.
Pemetaan karakteristik pantai dengan memperhatikan parameter-parameter
geologi, relief dan karakter garis pantai; dapat membedakan pantai dengan relief
datar, pantai dengan relief lemah hingga sedang yang tersusun dari batuan berdaya
tahan menengah hingga tinggi, dan pantai dengan relief sedang hingga kuat.
Pergerakan sedimen sepanjang pantai kuta diamati berdasarkan sebaran sedimen
pasir yang menerus, morfologi pantai, komposisi material dan faktor non-alami
lainnya.Pengamatan di tiga tempat berbeda mendapatkan pergerakan sedimen ke
barat, selatan dan timur.
Dinamika gari pantai diperoleh dari penafsiran foto udara, citra landsat dan
pengukuran garis pantai; pantai maju atau akrasi rata rata 2,745 m/tahun,
sedangkan pantai mundur atau abrasi 2,124 m/tahun.
Pelestarian koral penting karena di Kuta berasosiasi dengan foram
Baculoqypsinoides yang melimpah. Matinya foram ini, cangkangnya akan
membentuk pasir pantai yang bersih dan indah untuk menunjang pariwisata.
Untuk pencegahan terhadap erosi pantai disarankan pembuatan pemecah
gelombang bawah laut atau under water breaker yang ditempatkan pada komplek
terumbu bagian depan sejajar garis pantai. Studi dye tracer dianjurkan untuk
menghitung sedimen terangkut dan terendapkan, serta prediksi terbentuknya pasir
pantai kembali.
Based on sea bottom sediment sampling at 42 locations which was grained size
analysed using Folk (1980) nomenclature; sediments of Kuta Waters and the
surroundings consisted of silty sand, sandy gravel and sand. The dominance of sandy
sediments were indications of strong sea bottom current, which further constrained
deposition of suspension sediments. The discovery of heavy minerals of intermediate
to basic igneous rocks derived from source rocks beyond investigation area. On the
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 115
other hand, olivine, pyroxene and hornblende occurred at almost all sediment
samples indicate proximal sediment transport.
Interpretation of seismic records found out sediment sequence of chaotic/divergence
reflection configuration deduced as a high energy sandy sediment, sub-paralell
configuration as a high energy sediment closed to coastline which form sand pockets,
and basement reflection configuration.
Sea bottom was dominated by coarsed sand deposits amongst coral reefs. The
undulated surface at sounding records interpret as coral reef.
Coastal characteristic mapping through considering parameters of geology, relief
and shoreline characters classify plain relief coast, low to moderate relief coast
composed of medium to high resistance rocks, and moderate to high relief coast.
Sediment movements along the coast were observed based on the continuity of
sandy sediment distribution, coastal morphology, material composition and other
factors. Observation on three different locations found out sediment movements to
the west and the south.
Coastline dynamics were obtained from aerial photos and landsat imageries
interpretation as well as coastline measurements : mean advance coast or accresion
2.745 m/year, mean retreat coast or abrasion 2.124 m/year.
Coral reef preservation is important in Kuta due to its association with abundances of
Baculoqypsinoides foram. The tests will form beautiful coastal sand for tourism.
For coastal protection against abrasion, it was suggested construction of under-
water breaker in front of coral reef parallel to coastline. Dye tracer study was also
suggested to measure the transported and deposited sediments, and prediction of
sandy coast reformation.
Subyek : 1. Coastal Geology - Perairan Kuta
75. Call No : G 90 1 NDL.075
Judul : Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Selat Bali dan Sekitarnya
(PPGL.GF.026.89).
Pengarang : Dwiyanto B., U. Kamiludin, D. Ilahude, M. Karmini & Hartono
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak :Indonesia merupakan suatu negara maritim atau kepulauan yang berwawasan
nusantara. Sebagai konsekwensi logis dari keadaan alam Indonesia ini, maka Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan mempunyai peran dan tanggung
jawab untuk meneliti dan mengembangkan daerah lingkungan pantai dan lepas
pantai, dan berikutnya memilih Selat Bali sebagai objek penyelidikkan geologi dan
geofisika ini. Metode penelitian mencakup, antara lain: penentuan posisi dengan
menggunakan perangkat Motorola Mini Ranger III, pengamatan parameter
oseanografi, pemeruman dengan perangkat Echosounder JMC 8001, seismik pantul
dangkal saluran tunggal dengan perangkat Sparker 3 elektroda EG & G 267A,
deskripsi kualitatif pemetaan karaktersitik pantai, pengambilan sedimen dengan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 116
pemercontoh comot dan analisa laboratorium. Dari data lapangan diperoleh
panjang lintasan/jumlah percontoh total, antara lain: sounding dan seismik sama
yaitu 480 km; 58 percontoh sedimen permukaan dasar laut dan 168 percontoh
sedimen pantai.
Hasil pengukuran garis pantai tahun 1984 dan tahun 1989 menunjukkan pola garis
pantai yang cenderung mengalami perubahan. Demikian pula berdasarkan prediksi
energi fluks gelombang menunjukkan adanya perubahan garis pantai yang terjadi di
setiap titik peninjauan, baik itu abrasi, akrasi maupun kesetimbangan pantai. Dasar
lautnya ditutupi oleh kerikil pasiran dan pasir kerikilan. Satuan-satuan ini menempati
kedalaman laut berkisar antara - 0 m dan - 50 m. Hasil analisis mikrofauna
umumnya didapat foraminifera benthos, sebagian foram plankton dan moluska.
Foram planktonnya menunjukkan bahwa sedimennya berumur Pleistosen hingga
yang masih berlangsung sampai sekarang (Resen). Oles tipis sedimen, baik biogenik,
non biogenik maupun autigenik umumnya menunjukkan persentase sangat jarang (1
%) sampai umum (5 - 15 %); kecuali fragmen gampingan biogenik dan mineral berat
(HM) ukuran pasir-lanau non biogenik bisa mencapai sangat melimpah (50 - 75 %).
Hal sama yaitu hasil analisis mineral berat memperlihatkan persentase sangat
jarang (1 %); kecuali titanomagnetit, hornblenda dan hematit antara umum (5 - 15
%) hingga sangat melimpah (50 - 75 %). Juga hasil analisis kimia, persentase
terbanyak adalah SiO
2
, kemudian diikuti oleh CaO, Al
2
O
3
, Fe
2
O
3
, dan MgO.
Unsur-unsur utama oksida ini menunjukkan kecenderungan semakin membesar dan
terkonsentrasi di sekitar perairan Banyuwangi utara dan perairan Bali Selatan,
dimana dipengaruhi oleh dominasi rombakan batuan asal volkanik. Rekaman seismik
menunjukkan adanya struktur sesar-sesar dangkal aktif yang muncul ke permukaan,
sehingga mengakibatkan ketidakstabilan lereng yang membahayakan bagi
kontruksi/bangunan lepas pantai. Interpretasi seismik dikelompokan ke dalam
Sekuen A, Sekuen B dan Sekuen C. Sekuen A dan Sekuen B merupakan sedimen
Kuarter, sedangkan Sekuen C ditafsirkan sebagai alas akustik berupa metasedimen
atau batuan sedimen tua dari Formasi Palasari yang berumur Pliosen. Alas sedimen
Kuarter ini dibatasi oleh bidang ketidakselarasan berupa erosional surface.
Indonesiais amaritime countryorislandarchipelagothat insightful nationwide.As
alogical consequence ofIndonesia's naturalstatetheMarine GeologyResearch and
Development Center has a roleand responsibilityto survey and developthecoastaland
offshore areas, and the nextselectedBaliStraitas the object ofthisgeological and
geophysical studies. Survey methods include, among others: positioning using
Motorola Mini Ranger III, observations of oceanographic parameters, measurements
of sea depth with the Echosounder JMC 8001, single channel shallow seismic
reflection to the three electrode Sparker EG & G 267A, a qualitative description of the
coastal characteristic mapping, sediment sampling by using grab sampler and
laboratory analysis. From the field data obtained path length/total samples, among
others: soundingandseismic data alikeis 480 km; 58 seafloor surface sediment
sampling and 168 beach sampling.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 117
The results of measurements of the shoreline in 1984 and 1989 showed a pattern of
coastline prone to change. Similarly, based on predictions of wave energy flux
indicate shoreline changes that occur at each point of observation, both abrasion,
accretion and equilibrium beach. Bali Strait seabed is covered by sandy gravel and
gravelly sand. These units occupy depths ranging from - 0 m and - 50 m. The results
of microfauna analysis generally obtained benthos foraminifera, some plankton and
mollusca. Planktonic forams its indicate that the sediment from the Pleistocene to
the still ongoing until now (Resen). Smear slidesanalysis, bothbiogenicandnon-
biogenic authigenicgenerallyindicates the percentage oftrace(1%) to common (5-
15%),except forbiogeniccalcareousfragmentsandheavy minerals(HM) sand-silt-sized
non-biogenic couldachieve veryabundant(50-75%). The
same,heavymineralanalysisshowedthe percentageis trace(1%),
excepttitanmagnetite, hornblendeandhematitebetweencommon (5-15%) to very
abundant (50-75%). Alsothe results ofchemical analysis, the highestpercentageisSiO
2
,
followed byCaO, Al
2
O
3
, Fe
2
O
3
, andMgO.
The main elements of this oxide shows growing trend and are concentrated in
northern Banyuwangi Waters and South Bali Waters, where it is influenced by the
dominance of volcanic rocks weathering origin. Seismic recordings indicate the
presence of an active fault structures that appear superficially to the surface,
resulting in slope instability can be harmful for allotment of offshore
construction/building. Seismic interpretation grouped into Sequence A, Sequence B
and Sequence C. Sequence A and Sequence B is a Quaternary Sediments, whereas
Sequence C is interpreted as the base of an acoustic form metasediment or old
sedimentary rocks from Palasari Formations Pliocene. Base of Quaternary Sediments
limited by unconformity boundary as erosional surface.
Subyek : 1. Marine Geology - Selat Bali.
2. Marine Geophysics - Selat Bali.
76. Call No : G 91 1 NDL.076
Judul : Penelitian Geologi Lingkungan Pantai dan Lepas Pantai Perairan Benoa-Sanur dan
Sekitarnya, Bali.
Pengarang : Hermansyah, GM., K. Budiono, A. Setiyabudhi, I Nyoman Astawa &A. Faturachman.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Pantai Benoa-Sanur dicirikan oleh topografi relief rendah, karakteristik garis
pantaipasir putih yang berasal dari rombakan koral dan batuan pada latar depan
jajaran terumbu koral, yang sekaligus sebagai pemecah gelombang alami.Pantai
relative stabil terdapat di sekitar Teluk Benoa bagian barat. Sedangkanpantai
sekitar Nusadua memiliki topografi relief rendah-sedang, geologibatugamping dan
alluvium, resistensi rendah-menengah, serta pantai berpasir berukuran sedang
hingga menengah.
Di sebelah utara Pantai Sanur, sekitar Pantai Lebih-Gumicik, terdapat indikasi
abrasidengan dijumpainya penghalang gelombang yang hancur akibat
penambanganpasir pantai secara berlebihan.Dinamika pantai Benoa dan sekitarnya
dipengaruhi oleh aksi gelombang musiman yang mempengaruhi arus permukaan di
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 118
daerah lepas pantai. Pengamatanlapangan pada struktur sedimen ripple mark
serta penggunaan perangkap sedimen di pantai Nusadua mendapatkan srus sejajar
pantai kea rah utara danbarat.Sedimen dasar laut di perairan Benoa-Sanur terdiri
dari terumbu koral, pasir, pasir kerikilan dan kerikil pasiran. Pasir kerikilan memiliki
sebaran terluas dan hampir menempati seluruh daerah penelitian.
Mikrofosil yang banyak dijumpai adalah foraminifera bentos yang tersebar diwilayah
pantai, dan foraminifera kecil bentos pada perairan lepas pantai. Pendekatan asal
sedimen melalui analisis geokimia contoh-contoh menunjukkan hasil dari rombakan
batuan andesit.
Hasil analisis rekaman seismic membagi litologi bawah dasar laut menjadi
5Runtunan atau sekuen sedimen . Hasil penafsiran juga mendapatkan longsoran
local dari tepi teluk bagian selatan.
Benoa-Sanur coast is characterised by low relief topography, coastline zone
characteristic of white sand beach is origin coral cracking and fore reef coral rocks
that also as natural wave cracker. Relative stable coast occupies around western
part of Benoa bay. While the coast around Nusadua is with topographic relief
low-moderate, geology of limestone and alluvium, low-moderate resistant, and
beach with grain-size moderate to intermediate. At northern Sanur beach,
around Lebih-Gumicik beach, there is abrasion indication by being found
destructive jetties caused of beach sand over-mining.
Coastal dynamic of Benoa and surroundings is influenced by monsoonal wave that
controls surface current on offshore. Field observation on sediment structure ripple
mark and sediment trap use at Nusadua beach show longshore current trending
toward north and west. Seafloor surface sediment of Benoa-Sanur waters consists
of coral reef, sand, gravelly sand and sandy gravel. Gravelly sand is the most
spread-out and almost occupies whole area. Many microfossils found are larger
benthic foram distributed on beach, and smallbenthic foram is found on
offshore. Sediment provenance geochemical analysis shows that the source rock
is andesitic rock.
Seismic records analysis divides the lithology into 5 sediment sequences.
Interpretation result obtains as well local slumping from southern bay edge.
Subyek : 1. Coastal Geology Benoa, Sanur
77. Call No : G 91 4 NDL.077
Judul : Penyelidikan Geologi dan Tektonik Laut Banda Utara dan Sekitarnya.
Pengarang : Sarmili, L., Kusnadi H.S. & M. Karmini.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Dari penafsiran seismic pantul di daerah penyelidikan telah dibagi menjadi 4
(empat) sekuen yaitu sekuen termuda Unit A ditafsirkan sebagai endapan turbidit
berumur Resen. Unit A menutupi unit B, unit C dan unit D sedangkan batas antar
unit B dan C ditandai dengan batas ketidakselarasan begitu juga antar unit C dan
unit D. Ketidak selarasan antar unit C dan unit D adalah terjadi pada waktu Paleogen
sedangkan ketidakselarasan antar unit C dan B terjadi pada waktu Miosen Tengah.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 119
Terdapatnya 4 (empat) zona fraktur menandakan adanya struktur geologi yang
berkembang dan berpengaruh pada cekungan Banda Utara ini.Pertama, Zona
Fraktur Hamilton berarah baratlaut tenggara terletak di barat daya cekungan.Ke
dua, Zona Fraktur Buru Barat berarah barat laut tenggara terdapat di timur laut
cekungan. Ke tiga dank ke empat, Zona Fraktur Matano dan Prisma Akresi Tolo
terletak disebelah barat cekungan.
Zona Fraktur Hamilton dapat ditafsirkan dari kehadiran sedimentasi yang tidak
terobah terutama pada palung Tukangbesi dan dapat dianggap sebagai zona yang
tidak aktif lagi. Zona Farktur Buru Barat dengan lebar sekitar 12 km dengan
menunjukkan adanya struktur bunga negative membuktikan adanya gaya tarikan di
antara sedimen pengisinya maka diperkirakan zona ini masih aktif atau teraktifkan
kembali. Zona Fraktur Matano dan Prisma Akresi terbentuk pada kala Resen dimana
lapisa paling atas terlihat sangat terubah, sehingga dapat dikatakan zona ini masih
aktif.
The study area can be divided by four different sequences from interpretation of
seismic reflection, those are A, B, C and D sequences. Sequence A overlie sequence B,
C and D. Sequence A is interpreted as a Recent turbiditic sediment, while between
sequence B and C is indicated by unconmity and it is also between sequence C and D.
The unconformity between C and D was interpreted occur at Paleogene and between
B and C occurred at middle Miocene.
There are four fracture zones those indicate geological structures developed in the
North Banda basin. Firstly, Hamilton Fracture Zone is northwest southeast lineation
on southwest of the basin. Secondly, West Buru Fracture Zone is northwest
southeast lineation lies on northeast the basin. Thirdly and fourthly are Matano
Fracture Zone and Tolo Accretional Prism in westside of the basin.
The Hamilton Fracture Zone is interpreted by the existence of undeformed sediment
mainly in the Tukangbesi trough and it is considered non active zone. West Buru
Fracture Zone has a 12 km width and shows a negative flower structure that indicate
an extension was occur and filled by sediment, so, this zone is still active recently.
Matano Fracture Zone and Tolo Accretionally Prism formed Recently where the top
sediment are really deformed, so, they are active Zones.
Subyek : 1. Marine Geology Banda Utara
2. Marine Tectonic Banda Utara
78. Call No : G 92 1 NDL.078
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi Laut Banda Utara
Pengarang : Sarmili, L.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak :Hasil percontohan batuan dengan metoda pengerukan (dredging) telah
mendapatkan 4 (empat) lokasi batuan dasar di cekungan Banda Utara. Salah
satunya adalah Basalt yang ditemukan di punggungan Tampomas yang ditafsirkan
sebagai batuan asal samudera.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 120
Asal dari cekungan Banda utara ini masih diperdebatkan apakah terbentuk akibat
pemekaran busur belakang yang berumur Miosen (Miocene Backarc Spreading),
Jebakan Samudera Tua (Trapped Old Oceanic Crust) atau Jebakan Samudera Tua dan
adanya Dislokasi dari Fragmen Tepian Benua (Trapped Old Oceanic Crust and
Displaced Continental Margin Fragments). Semua hipothesa ini harus didukung
dengan data yang akurat terutama analisa geokimia serta mengetahui umur dari
Basalt yang telah berhasil ditemukan di Cekungan Banda Utara ini.
Adanya 2 (dua) lokasi contoh batuan yang terdapat kandungan mangan yang
mengidikasikan adanya kegiatan hydrothermal atau sebagai proses dekomposisi dari
batuan volkanik bawahlaut atau juga sebagai hasil presipitasi langsung dari air laut.
4 (four) rocks samples have been successful dredged on north Banda Basin. One of
them is basaltic rock which was found on Tampomas Ridge and it is interpreted as
Oceanic Crust origin.
The existence of the North Banda Basin is still in debate whether it is from Miocene
Backarc Spreading or Trapped Old Oceanic Crust or Trapped Old Oceanic Crust and
Displaced Continental Margin Fragments. All these hypotheses must be supported by
accurate data especially geochemical analyses and dating of the basaltic rock found
in this basin.
There are 2 (two) speciments contains of manganese minerals indicate the activities
of hydrothermalism or decomposition process of submarine volcanic rocks or direct
precipitation of sea water.
Subyek : 1. Marine Geology Banda Utara
79. Call No : G 92 4 NDL.079
Judul : Penelitian Longsoran dan Nendatan Miosen di Pulau sumba
Pengarang : Astjario, P., A.R. Fortuin, Th. B. Roep Tj.O.E. Van Weering
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Indonesia memiliki beribu - ribu pulau dengan kondisi tektonik yang berbeda.
Konsekuensinya adalah adanya beragam bentuk bentang alam dasar laut, khususnya
lereng - lereng yang curam. Proses orogenesa yang masih terus berlanjut
mengakibatkan cekungan - cekungan Kenozoikum mengalami pengangkatan di
beberapa lokasi. Hal ini sangat menarik untuk dipelajari secara rinci.Fenomena
rombakan berskala besar terjadi dalam lintasan penelitian di kawasan Kananggar
yang terdiri dari balok - balok, lipatan serta urut - urutan batuan sedimen yang
sangat rancu.Suatu singkapan rombakan batuan sedimen yang amat baik dapat
ditemukan di timur laut Desa Kananggar. Singkapan ini diawali dengan perlapisan
batuan sedimen secara lateral setebal 100 m yang menutupi aliran rombakan dan
turbidit, kemudian dibawahnya adalah runtuhan batuan sedimen mencapai luas
kurang lebih 10 km
2
dengan ketebalan kira - kira 120 m. Masa rombakan batuan
sedimen tersebut menutupi perlapisan sedimen turbidit dibawahnya
Indonesia has thousands of islands with different tectonic condition.Its
consequent is many shapes of seabed morphology, especially some steeply
slopes. On-going orogenic processes result up-lifting Cenozoic basins in some
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 121
locations. This is very interesting to detail study. Large scale destruction
phenomena occurred in investigation line at Kananggar area consisting of blocks,
folds and very confusing sediment rock sequences. A very good debris sediment
rock outcrop can be found at northeasternKananggar village. This outcrop is
laterally started by sediment rock stratifications with 100 m thick overlaying debris
flow and turbidit, then underlies sediment rock debris spread-outs up to 10 km
2
with thickness of around 120 m. Such sediment rock debris is overlying turbidity
sediment stratified rock at underneath.
Subyek : 1. Lanslide - Miosen - P. Sumba
2. Slump - Miosen - P. Sumba
80. Call No : 912:55 PUS a NDL.080
Judul : Atlas Digital Database Geologi dan Geofisika Laut Banda Selatan dan Sekitarnya
Pengarang : Prasetyo, H., B. Dwiyanto, Sutisna, I Wayan Lugra &M. Salahuddin
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Atlas database geologi dan geofisika Laut Banda dan sekitarnya ini merupakan
kumpulan peta-peta dijital yang dikemas dalam format Sistem Informasi Geografi
yang dikerjakan menggunakan computer pribadi. Kumpulan peta-peta ditampilkan
dengan diiringi narasi untuk lebih memahami kondisi geologi dan tektonik, terutama
kaitannya dengan potensi migas dan potensi non-hayati lainnya.
Laut Banda merupakan cekungan tepian benua atau marginal basin yang secara
morfo-tektonik terdiri dari Laut Banda Selatan, Punggungan Lucipara dan Laut Banda
Utara atau Cekungan Sula.Laut Banda ini juga merupakan kelanjutan dari rangkaian
busur gunungapi aktif Sunda (Sunda volcanic arc).
Secara tektonik, Laut Banda merupakan suatu cekungan laut dalam yang
berkembang pada tatanan busur belakang atau back arc basin.System busur Banda
ini terbentuk oleh hasil tumbukan tektonik antara tepian Benua Australia dengan
Busur Indonesia Timur, yang dimulaisekitar 7 juta tahun lalu.Sesungguhnya Busur
Banda merupakan mekanisme pemerangkapan kerak samudera yang berasal dari
Samudera Hindia.
Potensi hidrokarbon di Cekungan Banda hingga saat diterbitkannya Atlas ini (1993)
belum diketahui.Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh belum dilakukannya
pemboran laut dalam, rendahnya harga alir panas atau heat flow, serta terlalu
dalamnya laut; sehingga usaha-usaha eksplorasi migas belum diarahkan ke
Cekungan Banda ini.
Atlas of geological and geophysics database of Banda Sea and the surroundings is a
set of digital maps wrapped in Geographical Information System formats using
personal computer. The map set is performed using narration to understand geology
and tectonics condition, especially in its relation with HC and other non-living
potency.
Banda Sea is a marginal basin morpho-tectonically consisted of South Banda Sea,
Lucipara Ridge and North Banda Sea or Sula Basin. The Banda Sea is also a
continuation of active Sunda volcanic arc.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 122
Tectonically, Banda Sea is a deep basin developed at back arc basin. This Banda Arc
system was formed by collision between Australian Continental margin and eastern
Indonesian arc, started about 7 million years ago. Apparently, Banda Arc was formed
by entrapment mechanism of oceanic crust derived from Indian Ocean.
Hydrocarbon potency at Banda Basin until publication of this atlas (1993) was
unknown. This was possibly due to lack of deep sea drillings, low heat flow values,
and the sea is too deep; thus, exploration efforts were not directed to this basin.
Subyek : 1. Geological Mapping - Laut Banda Selatan.
2. Geophysical Digital Mapping Laut Banda Selatan.
81. Call No : 912:55 PUS a NDL.98
Judul : Atlas Digital Database Geologi dan Geofisika Indonesia Bagian Timur (IBT) Bagian I :
Laut Banda dan Sekitarnya (PPGL.GF.034.92)
Pengarang : Dikompilasi oleh H. Prasetyo, B. Dwiyanto, I Wayan Lugra & Sutisna
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Atlas digital geologi dan geofisika Indonesia bagian Timur disusun dengan
menggunakan teknologi GIS atau Geographic Information System serta CAD atau
Computer Aided Drafting pada perangkat computer pribadi atau PC. Bagian I ini
terdiri dari serangkaian Atlas Digital atau AD Laut Banda dan Sekitarnya; dengan
penekanan kepada pengenalan aspek-aspek geologi, tektonik, geodinamika dan
geofisika bersekala regional. Beberapa data dan informasi yang berhasil dihimpun
terdiri dari : (1) database peta dasar, garis pantai, batimetri, lintas penyelidikan,
lokasi percontohan; (2) database peta regional, peta geologi, peta morfo-struktur,
peta tektonik; (3) scenario atau evaluasi perkembangan tektonik; (4) penampang
geologi dan geofisika (seismic, gravity); (5) pemodelan 2-D dan 3-D.
Atlas digital database geologi dan geofisika Bagian I ini difokuskan pada kawasan
sebelah utara dari Laut Banda yang terdiri dari Laut Maluku, Laut Sulawesi, Laut
Halmahera, Cekungan Gorontalo, dan Laut Sula atau Laut Banda Utara. Ciri-ciri
geotektonik bagian utara ini adalah : Laut Maluku yang memanjang utara-selatan
merupakan zona tumbukan antara system busur Sangihe-Halmahera; Laut Sulawesi,
sebagai ZEE di utara Pulau Sulawesi, merupakan cekungan tepian atau marginal
basin yang dialasi oleh kerak samudera berumur Eosen; Cekungan Gorontalo
merupakan cekungan busur muka yang sempit berarah barat-timur; serta Laut Sula,
yang merupakan cekungan tepian hasil pemerangkapan kerak samudera tua.
Geologic and geophysics digital atlas of Eastern Indonesia was arranged with using
GIS technology or Geographic Information System and CAD or Computer Aided
Drafting in personal computer hardware or PC. This Part I consists of Digital Atlas
thread or DA about Banda Sea and surroundings; with emphasizing on
introducing aspects of geology, tectonic, geodynamic and geophysics with regional
scale. Several collected data and information contain: (1) basic map data base,
coastline, bathymetry, investigation line, sampling location; (2) regional map data
base, geology map, morpho-structure map, tectonic map; (3) scenario or
tectonic development evaluation; (4) geologic and geophysic cross-section
(seismic, gravity); (5) 2-D and 3-D modelling.
This digital atlas of geologic and geophysics data base Part I is focused on northern
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 123
Banda Sea area consisting of the seas Maluku, Sulawesi, Halmahera, Gorontalo
Basin and Sula sea or North Banda Sea. Geotectonic features of this northern
part are: Maluku sea north-south elongate is convergence zone between
Sangihe-Halmahera arc system, Sulawesi Sea as EEZ on northern Sulawesi island is
marginal basin underlain by Eocene oceanic crust, Gorontalo Basin is narrow fore-
arc basin trending west-east, and Sula Sea is marginal basin produced by older
oceanic crust trapping.
Subyek : 1. Geological Digital Mapping Banda Sea.
2. Geophysical Digital Mapping Banda Sea.
82. Call No : 912:55 PUS a NDL.082
Judul : Atlas Digital Database Geologi dan Geofisika Laut Flores, IBT (PPGL.GF.035.92)
Pengarang : Dikompilasi oleh H. Prasetyo, B. Dwiyanto, I Wayan Lugra & Sutisna
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Teknologi Sistem Informasi Geografis, Penggambaran Bantuan Komputer
(Computer Aided Drafting - CAD) dan Presentasi Komputer Meja (Desktop
Presentation DTPRES) yang dioperasikan pada Komputer Pribadi (PC) digunakan
untuk menghimpun dan mengelola data dasar geologi dan geofisika di Kawasan
Timur Indonesia, khususnya Laut Flores dan Sekitarnya. Atlas Digital (AD) ini terdiri
dari : (1) Data Dasar Peta Dasar, garis pantai, batimetri, lintasan kapal, lokasi
eksperimen (penentuan kecepatan rambat sinyal akustik metode seismic refraksi)
dan percontohan sedimen dan batuan; (2) Data Dasar Peta Regional, Peta Geologi,
Peta Morfo-struktur, Peta Tektonik; (3) Tektonik; (4) Penampang Geologi dan
Geofisika (seismic dan gravity); (5) Pemodelan 2-D dan 3-D.
Laut Flores merupakan salah satu laut dalam di Kawasan Timur Indonesia yang
relative masih frontier dalam hal aspek sumber daya non-hayati.Laut ini
memanjang barat timur menempati posisi busur belakang (back arc) dari system
Busur Kepulauan Sunda-Banda.Bagian selatan dari system Cekungan ini ditempati
oleh zona sesar naik Flores Thrust zone.Ke arah barat zona sesar naik ini menjadi
zona perlipatan Bali Fold; akibat melemahnya tektonik kompresi kea rah barat dari
zona tumbukan antara Tepian Benua Australia dan Sistem Busur Banda.Bagian utara
dari zona deformasi Laut Flores ini ditempati oleh system tepian tenggara Paparan
Sunda yang memperlihatkan awal perkembangan tektonik rezim ekstensi, akibat
perkembangan tepian pasif busur belakang (back arc passive margin).Kegiatan
eksplorasi migas di kawasan ini terpusat di bagian tenggara Kepulauan Kangean dan
Sepajang sebelah timur Pulau Madura atau bagian barat Laut Flores yang
berbatasan dengan Laut Bali.Hadirnya aktivitas deformasi kompresi, memberikan
konsekuensi kawasan Laut Flores dan sekitarnya rawan bencana gempabumi dan
tsunami, seperti tercatat di Bali (1986), Alor (1982) dan Flores (1992).
Geographic Information System technology, Computer Aided Drafting (CAD) and
Desktop Presentation (DTPRES) that operated by Personal Computer (PC) are used
for collecting and processing geological and geophysical data base of eastern
Indonesia, mainly Flores Sea and surroundings. The Digital Atlas (DA) contains:
(1) Base map data base, coastline, bathymetry, ship line, experiment location
(acoustic signal propagation velocity determination of refraction seismic method)
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 124
and sediment and rock sampling; (2) Regional map data base, Geology map,
Morpho-structure map, Tectonic map; (3) Tectonic; (4) Geological cross-
section and geophysics (seismic and gravity); (5) 2-D and 3-D modelling.
Flores sea is one of several deep seas in eastern Indonesia region that still frontier
in non-life natural resources aspect. This sea elongates west-east occupying the
back-arc of Sunda-Banda island arc system. Southern part of the basin system is
occupied by Flores thrust zone. Towards west the thrust becomes Bali fold zone,
caused of weakening tectonic compression toward west from collision zone
between Australia continental margin and Banda arc system. Northern part of
Flores sea deformation zone is occupied by southeasternSunda shelf margin
system which shows tectonic development initiation of extension regime,
resulted from back-arc passive margin development. Petroleum exploration on
this area is centralized at southeastern part of Kangen archipelago and
Sepajang eastern Madura island or at northwestern Flores sea that is
bordered with Bali sea. Existing compression deformation activity, gives
consequents to Flores sea and surroundings risked in earthquake and
tsunami, like noted in Bali (1986), Alor (1982) and Flores (1992).
Subyek : 1. Geological Digital Mapping - Laut Flores.
2. Geophysical Digital Mapping Laut Flores.
83. Call No : 912:55 PUS a2 NDL.083
Judul : Atlas Digital Database Geologi dan Geofisika Cekungan Lombok dan Sekitarnya.
Pengarang : Prasetyo, H., Noor Cahyo, Sutisna, M. Salahuddin, I Wayan Lugra & D. Setyadi.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Program kompilasi peta digital Cekungan Lombok dimaksudkan untuk pemetaan
Landas Kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif yang berhubungan dengan Hukum Laut
Internasional dan Inventarisasi serta Evaluasi Sumber Daya Alam. Kompilasi peta
digital Cekungan Lombok ini dilakukan dengan menggunakan teknologi Sistem
Informasi Geografi atau SIG.
Cekungan busur muka Lombok terletak pada bagian timur Busur Sunda.Di sebelah
timur cekungan ini berkembang masa kontinen Sumba yang tersusun dari batuan
berumur Kapur Atas hingga Tersier atau Formasi Lasipu.Berbeda dengan yang umum
berlaku, Cekungan busur muka Lombok yang berada pada tepian benua aktif, dialasi
oleh kerak benua, bukan kerak samudera.
Stratigrafi berdasarkan rekaman seismic dapat dibedakan menjadi lima sekuen yaitu
(1) Paleogen yang mencerminkan sekuen syn-rift dari perkembangan tepian
konvergen; (2) dan (3) Oligosen Miosen Tengah yang merupakan fase utama
evolusi prisma akresi; (4) dan (5) Miosen Tengah Resen yang merupakan endapan
lereng yang mencerminkan aktivitas gunungapi dan pengangkatan busur magma.
Kelima sekuen stratigrafi tersebut mencerminkan perkembangan tektonik yang
berhubungan dengan pembentukan cekungan sedimen di selatan jalur gunungapi
atau volcanic arc pada zaman Kenozoikum.
Neo-tektonik atau tektonik modern Cekungan Lombok dikendalikan oleh tumbukan
prisma akresi di selatan system Parit Jawa sejak Pliosen.Kegiatan ini menghasilkan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 125
pengangkatan baik pada sector punggungan busur luar maupun bagian selatan
cekungan busur muka.
Kaitan dengan ZEE dan Landas Kontinen, Cekungan Lombok menempati zona transisi
dari system penunjaman Parit Jawa dengan system tumbukan tepian Benua
Australia dengan Busur Banda.Kemudian berdasarkan Peta Cekungan Sedimentasi
Tersier Indonesia, status Cekungan Lombok sebagai frontier karena belum
dilakukan pemboran. Dengan ditemukannya indikasi tektonik rift Paleogen,
sebagaimana halnya daerah-daerah penghasil migas di Wilayah NKRI, diharapkan
Cekungan Lombok menarik minat industri migas untuk melakukan eksplorasi dan
eksploitasi.
Compilation program of Lombok Basin Digital Atlas was meant to map Sea Bed and
Exclusive Economic Zone related to International Sea Law and to invent and to
evaluate Natural Resources. The compilation was carried out through utilization of
Geographical Information System technology.
Outer arc Lombok Basin is located at eastern part of Sunda Arc. East side of this
basin is developed Sumba continental mass composed of Upper Cretaceous to
Tertiary rocks of Lasipu Formation. The Outer Arc Lombok Basin located at active
continental margin is build by continental crust instead of oceanic crust.
Seismic stratigraphy recognizes five sequence : (1) Paleogen which reflects syn-rift
sequence developed from convergen margin; (2) and (3) Oligocene Middle Miocene
as the main phase of accretion prism evolution; (4) and (5) Middle Miocene Recent
as slope deposits characteristics of volcanic activities and magmatic arc uplift. The
five stratigraphical sequences characterize tectonic development related to the
formation of sedimentary basin at south of volcanic arc at Cenozoic era.
Neo-tectonic of Lombok Basin is controlled by collision of accretion prism at south of
Java Trench system since Pliocene. This activity was causing uplifting either at outer
arc ridge or at south of outer arc basin.
In relation with ZEE and Sea Bed Territory aspects, Lombok Basin is situated at
transition zone between Java Trench subduction system and Australia continental
margin collided with Banda Arc system. Status of Lombok Basin, based on Indonesian
Tertiary Sedimentary Basin Map, is frontier due to lack of drillings. The discovery of
rift Paleogen tectonic indication, as at other basins on Indonesian Territory, is
hopefully gave interest to oil and gas industry to explore and exploit this basin.
Subyek : 1. Geological Digital Mapping- Lombok Basin
2. Geological Digital Mapping Lombok Basin.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 126
DAERAH MALUKU, NUSA TENGGARA TIMUR DAN
PERAIRANNYA
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 127
84. Call No : LH 95 1 NDL.084
Judul : Kompilasi Peta Geologi Dasar Laut Regional Kep. Aru dan Sekitarnya, Maluku.
(Lembar Peta SB 53)
Pengarang : Hardjawidjaksana, K. & N.A. Kristanto
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Perairan Kepulauan Aru merupakan daearah potensi hidrokarbon dan gas serta
strategis. Kegiatan kompilasi ini dimaksudkan untuk inventarisasi, evaluasi, tentang
keadaan geologi berdasarkan data-data yang tersedia. Kegiatan kompilasi ini telah
dilaksanakan Puslitbang Geologi Kelautan pada tahun 1994. Kondisi geologi
kepulauan Aru dibedakan berdasarkan sumber batuannya yaitu batuan yang berasal
dari lempeng Benua Australia dan batuan yang berasal dari lempeng Samudera
Pasifik.
Batuan tertua dari lempeng Australia adalah batuan Paleozoikum merupakan batuan
malihan berderajat rendah hingga tinggi, dan batuan Mesozoikum merupakan
batuan sedimen, batuan Tersier berupa batugamping, batuan malihan dan batuan
volkanik, batuan Kuarter berupa batuan rombakan laut dan danau. Batuan dari
lempeng Pasifik berumur Tersier yaitu batuan rombakan, ofiolit dan batugamping
terumbu, batuan Kuarter berupa diapir serpih dan sedimen rombakan laut dan
danau.
Tumbukan antara lempeng Benua Australia ke arah utara, lempeng Samudera Pasifik
ke arah barat dan Busur Banda ke arah tenggara dimulai sejak Eosen Tengah dan
masih berlangsung hingga sekarang. Kompilasi peta geologi dasar laut regional
menghasilkan peta batimetri memperlihatkan kedalaman laut antara 200 m hingga
3600 m berada diantara Pulau Kai Besar dan Kepulauan Aru. Peta kontur anomali
Bouguer memperlihatkan nilai tertinggi berkisar antara +175 - +200 mGal
menempati wilayah baratlaut, nilai +150 - +50 mGal menempati wilayah tengah dan
nilai kurang dari +50 mGal menempati wilayah timur dan selatan. Peta anomali Free
Air negatif menempati perairan Laut Aru memanjang timurlaut-baratdaya dengan
nilai antara 0-200 mGal hal ini disebabkan oleh adanya sesar Tarera Aiduna yang
berarah timur-barat.
Peta anomali magnetik positif lebih dari 20 nT terletak dibagian lereng baratlaut dari
tinggian anomali Bouguer, sedangkan nilai anomali magnetik 10 nT terletak sebelah
timurlaut Pulau Kai Besar dan selatan Pulau Adi diduga akibat struktur yang
memotong lempeng subdaksi di Seram Trench. Peta elemen tektonik dikenal dengan
Eastern Indonesia Triple Junction (EITJ) yang dipengaruhi tiga lempeng tersebut.
Peta pusat gempabumi dan solusi mekanisme bidang sesar memperlihatkan secara
umum kegempaan yang terjadi di Kepulauan Aru merupakan gempabumi dangkal
pada kedalaman antara 0-90 km dengan besaran gempa 5 Skala Richter, dan
terkonsentrasi disekitar cekungan Aru dan Irian Jaya.
AruIslands watersarepotential with gas andhydrocarbon and its a strategic area.This
compilation activityis intendedforthe inventory, evaluation, ofgeologicalstate
basedon the data available. Thiscompilationof activitieshave been carried by Marine
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 128
Geological Institutein 1994.Geological conditionsAruislands is differentiatedby
sourcerocksarerocks fromthe Australian continentalplateandrocks fromthe Pacific
Ocean plate.
The oldest rocksofthe Australian plateisPaleozoic rocksarelow
grademetamorphicrocksto high, andMesozoicrocksaresedimentary rocks,
Tertiaryrocks arelimestone, metamorphicrocksandvolcanic rocks, Quaternaryrock are
marinedebrisrocksand lakes. Tertiary rocksofPacific plateare debris rock,
ofiolitandcoral reef, andQuaternaryrocks are shalediapir and marine
sedimentsdebrisand lakes.
The collisionbetweenthe Australianplateto the north, the PacificOceanplateto the
westand theBandaarcto the southeastbegan inthe MiddleEoceneand has continued
untilnow. Compilation ofregional seafloor geological map is produce a
bathymetrymapshowing the water depths is between200 mto 3600m, it is between
the GreatKaiisland andAruIslands.Bougueranomalycontour map is shows thehighest
valuerangingbetween+175-+200mGaloccupiesthe northwest, the value+150-
+50mGaloccupiesthe central regionand the valueis lessthan+50mGaloccupythe
eastandsouth.
MapoccupiesnegativeanomalyFree AirAruSea watersextendingnortheast-southwest
with a value between0-200mGalthiscausedby theTareraAidunafault which is theeast-
west trending.Positivemagnetic anomalymapsof more than 20nTlocated on
thenorthwesternslopeofaltitudeBouguer anomaly, while the value of10nTmagnetic
anomalyis locatednext to thenorth-easternofGreatKai island and south of
theAdiIslandmay be due tothe structure cut of the subduction plateinSeramTrench.
Tectonicelementsmap is knownwithEasternIndonesiaTripleJunction(EITJ) which are
affectedof these three plates. The center ofearthquake mapandfocal mechanism the
fault plane show themechanismseismicityin general occurringin
theAruIslandsareshallowearthquakesat depths between0-90kmwith earthquake
magnitude5Richter scale, and are concentratedaround theArubasinandIrianJaya.
Subyek : 1. Regional Geological Mapping - Kep. Aru
85. Call No : LH 96 1 NDL 085
Judul : Laporan Studi Pendahuluan Proses Sedimentasi Perairan Serwatu dan Sekitarnya,
Kep. Aru, Maluku Tenggara
Pengarang : Darlan, Y. & Y. Noviadi.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Studi proses sedimentasi di perairan Serwatu dan sekitarnya, Kepulauan Aru,
Maluku Tenggara dibiayai oleh Proyek Penyelidikan Geologi Kelautan, Pusat
Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL), tahun anggaran 1995/1996.Maksud dan
tujuan studi ini adalah untuk mengetahui proses sedimentasidan sebaran tekstur
sedimen permukaan dasar laut.Studi ini meliputi analisis data geologi dan
oseanografi fisika, analisis sedimen, serta kompilasi data yang berkaitan dengan
daerah studi.Sedimen permukaan dasar laut yang terdapat di daerah studi sebagian
besar terdiri atas rombakan batuan sedimen, napal dan terumbu koral serta
bertekstur kasar.Analisis besar butir dan oseanografi fisika menunjukkan, arah arus
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 129
permukaan air laut nisbi ke arah utara.Tekstur dan komposisi sedimen permukaan
dasar laut sebagian besar berupa pasir kasar sedang banyak mengandung
kepingan moluska yang berpengaruh terhadap kondisi perairannya yang cukup
bersih. Pendangkalan air laut yang diakibatkan oleh endapan sungai di daerah studi
nisbi kecil.
The study of sedimentation processes of Serwatu waters and its surroundings, Aru
islands, Southeast Maluku, was financed by the Project of Marine Geological
Investigation. Marine Geological Institute, for fiscal year 1995/1996. The objective
is to understand sedimentation processes and seabed surface sediment texture
distribution. This study embraces geological data analysis, physical
oceanography, sediment analysis and data compilation related to the study area.
Seabed surface sediment consists of sediment rock debris, marl, coral reef, with
coarse texture. Grain-size analysis and physical oceanography show sea current
relative trends to the north. Texture and seabed surface sediment composition
most contain sand with grain-size coarse moderate, with a lot of cracked
molluscs that influencing clean waters condition. Sea water shallowing caused
of river discharge deposits of study area is relatively small.
Subyek : 1. Sedimentation Process - Perairan Serwatu.
86. Call No : H 85 2 NDL.086
Judul : Laporan Penyelidikan Undak Laut dan Tektonik Kuarter di Daerah Pulau
Timor danPulau Semau Nusa Tenggara Timur.
Pengarang : Priyantono, A. & A. Masduki.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak :Batu gamping terumbu terangkat membentuk undak laut, berkembang dari pantai
barat dan selatan P. Timor sampai dataran tertinggi dan P. Semau. Singkapan
sepanjang pantai daerah Kupang dan sekitarnya serta P. Semau menunjukan
pergerakan vertikal pada perioda 7.000 hingga 125.000 tahun lalu, yaitu perioda
interglasial muda. Sedangkan pada undak laut yang berkembang di dataran tinggi
terbentuk pada perioda-perioda interglasial tua, yaitu perioda-perioda antara
125.000 hingga 240.000 tahun, 240.000 hingga 340.000 tahun dan 340.000 hingga
440.000 tahun yang lalu.
Dari data Radiometri dan pengukuran ketinggian dari setiap undak laut dapat
disimpulkan bahwa kecepatan rata-rata pergerakan vertikal P. Timor bagian barat
yaitu 1,5 mm/tahun pada perioda interglasial 7.000 hingga 125.000 tahun yang lalu
di daerah Kupang, 2 mm/tahun pada perioda interglasial 125.000 hingga 240.000
tahun yang lalu di camplong, 2,3 mm/tahun untuk perioda interglasial 240.000
hingga 340.000 tahun yang lalu di daerah SoE dan 2,7 mm/tahun untuk perioda
interglasial 340.000 hingga 440.000 tahun lalu do daerah Kapan. Pergerakan vertikal
P. Timor bagian barat pada zaman Kuarter menunjukan kecepatan yang cukup tinggi
jika dibandingkan dengan P. Timor bagian utara.
Uplifting reefal limestone forming terraces is developed along western coast and
southern P.Timor until highest plain and P.Semau. Outcrops along Kupang coast
and surroundings and P.Semau show vertical movement in period 7000 until
125,000 years ago, that is period young interglacial. While on terraces of
highest plain there forms older interglacial periods, such as period
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 130
between 125,000 to 240,000; 240,000 to 340,000 and 340,000 until 440,000
years ago.
By radiometry data and height measurements of each terrace can be concluded
that average rate of vertical moves of western P.Timor is 1.5 mm/year in period
7000 to 125,000 years ago, in Kupang area; 2 mm/year in period 125,000 to
240,000 years ago, in Camplong; 2.3 mm/year for period 240,000 to 340,000
years ago at Soe, 2.7 mm/year for interglacial period 340,000 to 440,000 years
ago at Kapan area. Vertical movement on western P.Timor in Quaternary period
shows high enough rate comparing to the one on Northern P.Timor.
Subyek : 1. Tectonics - P. Timor & P. Semau.
2. Coastal Terrace - P. Timor & P. Semau.
87. Call No : H 85 4 NDL.087
Judul : Laporan Penyelidikan Batuan Malihan Timor, NTT.
Pengarang : Suryanila, E.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Batuan malihan yang terdapat di daerah Mutis dan Miomaffo disebut sebagai
Kompleks Mutis. Secara regional Kompleks Mutis menutupi secara tektonik Formasi
Aitutu, dan ditutupi secara tektonik oleh Formasi Maubisse.Kompleks Mutis teridiri
dari batuan malihan berderajat rendah sampai tinggi, meliputi batubasak, filit, sekis,
amfibolit, sekis amfibol, kuarsit, genes amfibol dan granulit.Umur komplek Mutis
diperkirakan berkisar dari Perem (Molengraaff, 1915), sampai Karbon (Tappenbeck,
1940).Van West (1941) dan Audley-Charles (1968) menduganya berumur Pra Perem.
The metamorphic rock lied on Mutis and Miomaffo areas is known as the Mutis
Complex. Regionally Mutis Complex is tectonically overlaying Aitutu Formation and
overlaid tectonically by Maubisse Formation. Mutis Complex consist of low to high
degree metamorphic rock such as slate, philite, schist, amphibolite, amphibolic
schist, quartzite, amphibolic gneiss and granulite. The age of Mutis Complex is
considered in the range of Perm (Molengraaff, 1915) until Carbon (Tappenbeck,
1940). While Van West (1941) and Audley-Charles (1968) were considering the age
of Pre-Perm.
Subyek : 1. Methamorphic Rocks - P. Timor.
88. Call No : H 85 6 NDL.088
Judul : Penelitian Stratigrafi dan Paleontologi Pulau Timor.
Pengarang : Karmini, M., D. Kadarisman & A. Yasin.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak :Formasi Noele yang tersebar di daerah Sebau, Fekufatu dan jalan menuju kota Soe
dan desa Nikiniki berumur Plio-Plistosen atau zona N. 21-N.22. Formasi batu putih
yang dijumpai di Noil Mina, terutama pada penampang terukur Noil Mina II ,
Gabian alasnya agak sulit dipisah-pisahkan ke dalam zona-zona plangton yang lebih
terperinci. Diduga berumur antara Miosen Tengah Plistosen. Sedangkan dari
penempang terukur Noil Mina IV, formasi ini diperkiran berumur Pliosen.
Lingkungan pengendapan formasi batuputih adalah neritik bagian bawah dalam
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 131
sampai bagian luar. Hubungan Formasi Noekle dan Formasi Batuputih, terutama
pada bagian atas dari Formasi Batuputih dan bagian bawah Formasi Noele adalah
saling menjari. Formasi Haulasi umurnya berkisar dari Paleosen atas samapai Eosen
Atas, dengan lingkungan pengedapan litoral sampai neritik bagian dalam.
Noele Formation distributed on Sebau area, Fekufatu and the road to Soe city and
village Nikiniki is Plio-Pleistocene or zone N21-N22. Batuputih Formation found at
Noil Mina, mainly on measured cross-section Noil Mina II, Gabian, its basement is
difficult to be separated into more detail planktonic zones. Its considered in age
Middle Miocene Pleistocene. While by measured cross-section Noil Mina IV,
this formation is interpreted as Pliocene. Depositional environment of Batuputih
formation is inner deep neritic to the outer. Noele Fm. and Batuputih Fm.
relationship, main on upper Batuputih Fm. and lower Noele Fm. is inter-fingering.
Haulasi Formation is in ranged age Upper Paleocene to Upper Eocene, with
depositional environment is litoral to deeper neritic.
Subyek : 1. Stratigraphy - P. Timor.
2. Paleontology - P. Timor.
89. Call No : H 86 1a NDL.089
Judul : Laporan Penyelidikan Batuan Malihan Derah P.Buru dan P. Seram D.T.I Maluku.
Pengarang : SURYANILA, Enom
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Batuan malihan yang terdapat di Pulau Buru merupakan alas dari batuan sedimen
Mesozoikum. Batuan malihan tersebut terdiri dari berbagai macam sekis dan
amfibolit, bila ditinjau dari mineral penyusun, tekstur dan struktur batuan maka
malihan berasal dari batuan sedimen klastika halus dan klastika kasar yang terjadi
dari tingkat sekis hijau sampai amfibolit. Berdasar kepada kandungan mineral indeks
malihan, terutama dengan dijumpainya kianit, andalusitdan staurolit , maka keadaan
proses malihan fasies amfibolit di daerah penyelidikan terjadi pad suhui 510 derajat
C<T< 600 derajat dan tekanan P>>4 kb. Keadaan proses malihan ini menunjukkan
bertekanan rendah sehingga digolongkan ke dalam tipe Buchan. Batuan malihan
yang terdapat di daerah Seram bagian barat terdiri dari berbagai jenis sekis dari
fasies rendah sampai menengah dan amfibolit, berasal dari sedimen pelitik dan
batuan gunung api. Batuan malihan fasies menengah beraosiasi dengan batuan
lewat basa (ultrabasa) , bersentuhan tektonik. Kehadiran staurolit dalam sekis di
daerah ini tidak disertai dengan hadirnya garnet ( almandin), keadaan tersebut
menunjukkan bahwa batuan malihan fasies menengah terjadi pada suhu antara 520
derajat C 565 derajat C tekanan antara 2.000-8000 bar tekanan H2O.
Metamorphic rock situated in Buru Island is the basement of Mesozoic sedimentary
rocks. The metamorphic rock consists of divers schist and amphibolite, when
observed by composing minerals, texture and rock structure then the
metamorphic was origin fine clastic sedimentary rock and coarse clastic which was
occurred from green schist degree to amphibolite. Based on metamorphic index
mineral content, mainly when found kainite, andalucite and staurolite,
amphibolite facies metamorphic process condition in investigation area was
occurred at temperature 510
0
C<T<600
0
C and pressure P = 4 kb. This
metamorphic process condition shows low pressure therefore categorised
into type Buchan. Metamorphic rock found at western Seram contains
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 132
various schist types from low facies to intermediate and amphibolite,
formed from pelitic sediment and volcanic rock. Intermediate facies
metamorphic rock is associated with ultrabase rock with tectonic contact.
Staurolite existing in schist in this area is not with existing garnet
(almandine), the condition shows that intermediate facies metamorphic rock
had been occurred in temperature between 520
0
C 565
0
C with pressure
between 2000 8000 bar H
2
O pressure.
Subyek : 1. Metamorphic Rocks P. Buru & P.Seram
90. Call No : H 86 2 NDL.090
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi Neogen-Kuarter Pulau Buru, Pulau Seram,dan
Kepulauan Kai Dalam Rangka Program Snellius II.
Pengarang : P. Astjario & A. Masduki.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Analisa sejarah geologi dari penelitian batuan sedimen berumur Neogen-Kuarter di
daerah P. Buru, P. Seram dan Kepulauan Kei dilakukan dengan penelitian terinci
urutan stratigrafi batuan sedimen tersebut serta pengamatan fosil dan lingkungan
pengendapannya. Perhitungan secara terinci kecepatan dan pengukuran batuan
sedimen berumur Neogen-Kuarter sedang dianalisa di Laboratorium oleh team
geologi Belanda.
Batuan sedimen berumur Kuarter yang tersingkap hampir diseluruh Kep. Kei Kecil
terangkat diatas permukaan laut dengan kecepatan 0,20 mm/tahun tanpa ditunjang
data tertinggi di Kep. Kei kecil ini terbentuk pada 125.000 tahun yang lalu.Hasil
kajian lebih terperinci dalam analisa sejarah geologi batuan sedimen berumur
Neogen-Kuarter di daerah P. Buru, P. Seram dan Kep. Kei akan disajikan dalam
laporan Snellius II.
Geological history analysis of Neogen-Quaternary sedimentary rock investigation
in the islands Buru, Seram and Kei was done with detail research on sedimentary
rock stratigraphic sequence, fossils observation and depositional
environment.Detailly calculation of sedimentation rate and measuring
sedimentary rock of Neogen-Quaternary are on-going analysed at the Laboratory
by Netherlands geology team.
Quaternary sedimentary rock outcropped at almost whole Kei Kecil islands had
been uplifted on sea surface with the rate of 0.20 mm/year without supporting
highest data of Kei Kecil island is formed in 125,000 years ago. The result of more
detail research in analysis of geological history of sedimentary rock of Neogen-
Quaternary of the islands Buru, Seram and Kei islands will provide in Snellius II
report.
Subyek : 1. Geology - P. Buru & P. Seram, Kai.
91. Call No : H 90 2 NDL.091
Judul : Penyelidikan Undak Laut dan Pengangkatan Vertikal Kuarter di Daerah Pulau
Sumba, NTT.
Pengarang : Astjario, P., I Nyoman Astawa & N. Sutisna.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 133
Abstrak : Indonesia memiliki beribu-ribu pulau dengan kondisi tektonik yang
berbeda.Konsekuensinya adalah adanya beragam bentuk bentang alam dasar
laut,khususnya lereng-lereng yang curam. Proses orogenesa yang masih terus
berlanjut mengakibatkan cekungan-cekungan Kenozoikum mengalami pengangkatan
dibeberapa lokasi. Hal ini sangat menarik untuk dipelajari secara rinci.
Fenomena rombakan berskala besar terjadi dalam lintasan penelitian di
kawasanKananggar yang terdiri dari balok-balok, lipatan serta urut-urutan batuan
sedimenyang sangat rancu. Suatu singkapan rombakran batuan sedimen yang amat
baikdapat ditemukan di timurlaut Desa Kanaggar. Singkapan ini diawali
denganperlapisan batuan sedimen secara lateral setebal 100 m yang menutupi
aliranrombakan dan turbidit, kemudian dibawahnya adalah runtuhan batuan
sedimenmencapai luas kurang lebih 10 km
2
dengan ketebalan kira-kira 120 m.Masa
rombakan batuan sedimen tersebut menutupi perlapisan sedimen
turbiditdibawahnya.
Indonesia has thousands of islands in various tectonic settings and, inconsequence,
has an immense variety of submarine slopes. Due to the ongoingorogenic processes,
Cenozoic basins have locally emerged, and their evolution can be studied in more
detail.Giant slide masses entirely made up of an incoherent association of
broken,folded, and crumpled strata occur along the transect to Kananggar. The
bestexposed example is located ENE of Kananggar. It follows on top and laterally
froma succcession of about 100 meter of very thick-bedded, stacked debris flow-
turbidite channels. The slide could be observed in an area of some 10 km
2
.
Theobserved thickness is in order of 120 m and the mass is directly overlain by
anormal stratifiedpelite-turbidite succession.
Subyek : 1. Coastal Terrace P. Sumba.
2. Quaternary P. Sumba
92. Call No : 912:55 PUS a NDL.092
Judul : Atlas Digital Database Geologi dan Geofisika Celah Timor dan Sekitarnya.
(PPGL.PGK.044.1994)
Pengarang : Dikompilasi oleh Prasetyo, H., B. Dwiyanto, K. Hardjawidjaksana, M. Salahuddin,
Sutisna & I Wayan Lugra
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Atlas digital database geologi dan geofisika Celah Timor dan sekitarnya ini dibuat
sebelum Provinsi Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Setelah terbentuknya Negara Timor Leste masalah Celah Timor ini sudah tidak
dibahas lagi oleh Pemerintah RI dengan Australia.Mungkin perlu redefinisi lagi
masalah sumberdaya migas di Laut Timor ini, antara Pemerintah RI Timor Leste
dan Australia.
Prospek hidrokarbon di Celah Timor ini, dari panfsiran data seismic yang dipadukan
dengan data pemboran, umumnya terjebak dalam struktur horst pada reservoir
batuan berumur Jura dan Kapur. Prospek ini diperkuat denganditemukannya
rembesan migas di pantai selatan Timor Timur.Rembesan migas ini berasal sekuen
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 134
sedimen berumur Jura, melalui sesar-sesar naik yang tidak tertutup oleh sedimen
lereng samudera.
Sedangkan hidrokarbon play nya adalah prospek pada system lereng benua
Australia. Perangkap struktur yang dibatasi oleh dua sesar inverse merupakan
perangkap struktur yang baik.Struktur tersebut berupa sesar-sesar dan punggungan
antiklin berumur Pra-Miosen. Cap atau lapisan penutup berupa sedimen berumur
Miosen Atas hingga Pliosen yang berasal dari endapan pelagic lereng benua.
Terdapatnya sekuen progradasi karbonat di tepian paparan merupakan alternative
lain hidrokarbon play di wilayah ini.
The geological and geophysics database digital atlas of Timor Gap and the
surroundings was made before independence of East Timor from Republic of
Indonesia. After the independence of Timor Leste the Timor Gap was not discussed
anymore between Indonesian government and Australia. It seems required
redefinition of hydrocarbon potency among Indonesian Government Timor Leste
Australia.
HC prospect in Timor Gap, from seismic data interpretation combined with drilling
log, generally was trapped in horst structure at reservoir rocks of Jura to Cretaceous
ages. This prospect was enforced with oil seepages at southern coast of East Timor.
These seepages were derived from Jurassic age sedimentary sequences, through
reverse faults uncovered by oceanic slope sediments.
The HC play was prospect at Australian Continental slope. Structural trap bounded
by two inverse faults was the best structural trap. The structures apparently were
faults and anticline ridges of Pre-Miocene age. The cap was Upper Miocene until
Pliocene sedimentary rocks derived from continental slope pelagic. The occurrences
of carbonate progradation sequences at shelf margin was another alternative for
hydrocarbon play in this area.
Subyek : 1. Geological Digital Maping.
2. Geophysical Digital Maping
93. Call No : 912:55 PUS a1 NDL.093
Judul : Atlas Digital Database Geologi dan Geofisika Cekungan Sawu dan Sekitarnya.
(PPGL.PGK.055.1995)
Pengarang : Prasetyo, H., B. Dwiyanto, M. Salahuddin, Sutisna, I Wayan Lugra, E. Usman & D.
Setyadi
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Cekungan Sawu atau Sawu Basin adalah merupakan cekungan sedimen Tersier
pada tatanan atau setting busur muka atau lebih dikenal sebagai fore-arc basin.
Cekungan ini berkembang pada zona transisi dari sebelah barat system penunjaman
konvensional kerak samudera Hindia berumur Kapur menunjam kea rah utara di
bawah kerak benua Eurasia sepanjang Parit Sunda atau dikenal sebagai system intra-
oceanic; kea rah timur kerak transisi scott plateau yang terlibat dalam system parit
luar atau outer trench system sepanjang Cekungan Roti di selatan Pulau Sawu;
menjadi system Laut Banda sepanjang Palung Timor di sebelah timur lagi. System
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 135
paling timur ini melibatkan tepian benua Australia bagian barat laut menunjam ke
bawah Laut Banda.
Secara morfo-tektonik, Cekungan Sawu terbentuk oleh pulau terangkat bagian barat
Sumba dan bagian timur Sawu-Rote-Timor.Sumba terbentuk oleh system tepian
Perisai Sunda atau Sunda Shield System dan Sawu terbentuk oleh system akrasi
Sawu-Timor sebagai hasil konvergensi dari tepian Benua Australia terhadap Busur
Sunda-Banda.
Sama seperti atlas-atlas digital lainnya, system database ini mengandalkan
perangkat lunak dalam format Sistem Informasi Geografi berbasis operasional dalam
computer pribadi atau PC; serta mengantisipasi kebijakan pemerintah dalam hal
pengembangan Kawasan Timur Indonesia dalam sector energy.
Hasil kajian kondisi tektonik dan geologi baik regional maupun local, tidak terdapat
indikasi berkembangnya hidrokarbon di Cekungan Sawu dan sekitarnya; hal ini
kemungkinan disebabkan kuatnya deformasi batuan di samping jauhnya sumber
panas, yaitu busur volkanik di bagian utara pada kepulauan Nusa Tenggara, untuk
proses pematangan migas. Faktor lain yang tidak dijumpai dalam system Cekungan
Sawu ini adalah tidak terdapatnya rembesan-rembesan migas; baik di daratan
Sumba, maupun Sawu. Potensi non-hayati lainnya seperti mineral juga belum
terungkap.
Sawu Basin is a Tertiary sedimentary basin at fore arc setting. This basin was
developed at transition zone of western part belongs to conventional subduction
system of Cretaceous Indian Oceanic crust moving northward subducted below
Eurasia Continental Crust along Sunda Trench or known as intra-oceanic system; to
the east of Scott Plateau transition crust belongs to outer trench system along Rote
Basin south of Sawu Island; to become further east Banda Sea system along Timor
Trench. This most eastern system is associated with northwestern Australian
continental margin subducted beneath Banda Sea.
Morpho-tectonically, Sawu Basin was formed by uplifted islands of western Sumba
and eastern Sawu-Rote-Timor. Sumba was formed by Sunda Shield margin system
and Sawu by Sawu-Timor accretion system resulted from convergent of Australian
Continental margin to Sunda-Banda Arc.
This database system was applied software of Geographical Information System
operated at Personal Computer, and meant to anticipate government policy for
development of Eastern Indonesia especially energy sector.
Results of regional and local geological condition found out that there was no
indications hydrocarbon at Sawu Basin and the surroundings; these were possibly
due to rock strong deformation, lack of heat source for HC maturity. Another factor
unsupportive of hydrocarbon existence of Sawu Basin was lack of oil and gas
seepages. Other non-living potency such as mineral was also unexposed.
Subyek : 1. Geological Digital Mapping - Sawu Basin.
2. Geophysical Digital Mapping - Sawu Basin.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 136
94. Call No : 912:55 PUS a NDL.094
Judul : Atlas Digital Database Geologi dan Geofisika Cekungan Halmahera dan Sekitarnya
Pengarang : Prasetyo, H., B. Dwiyanto, M. Salahuddin, I Wayan Lugra & Sutisna
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Atlas digital database geologi dan geofisika Cekungan Halmahera dan sekitarnya ini
disusun menggunakan piranti lunak berbasis Sistem Informasi Geografis; dengan
tujuan memahami geologi dan tektonik regional kawasan ini yang berkaitan dengan
potensi migas dan potensi-potensi non-hayati lainnya seperti mineral.
Kawasan P. Halmahera dan perairan sekitarnya terletak pada bagian tenggara Sistem
Laut Sulawesi, dan sebelah baratlaut dari gugusan pulau-pulau Waigeo, Gebe dan
Gag.Sebelah timur Halmahera termasuk dalam Sistem Samudera Pasifik.Secara
fisiografi pulau ini mirip dengan Sulawesi yaitu berbentuk K.
Secara tektonik, kawasan Halmahera merupakan bagian dari system Tumbukan Laut
Maluku atau Sistem Busur Banda Utara.System ini dikendalikan oleh konvergensi
antara lempeng utama Australia yang bergerak ke utara dan Lempeng Pasifik yang
bergerak ke barat terhadap system Busur Sunda bagian timur. Proses tumbukan ini
analogi dengan proses tumbukan modern mandala akresi (accretion terranes). Hasil
dari proses tumbukan yang dimulai semenjak Awal Miosen di Papua New Guinea,
berpropagasi ke barat sekitar Papua pada Akhir Miosen; diikuti oleh rotasi Busur
Banda. Implikasi dari rotasi Busur Banda ini adalah : berpindahnya (emplaced)
keratan tepian Papua ke barat, terperangkapnya keratan benua Australia (Lucipara,
Rama, Sinta, Pisang dan Banda Api) di Laut Banda dan merapatnya (docked)
beberapa keratan lainnya dari benua Australia (Platform Sula dan Tukangbesi)
dengan busur Sulawesi.
Cekungan Halmahera secara tektonik terleak pada busur belakang, walaupun tidak
menunjukkan gejala atau ciri-ciri foreland basin; dan terbentuk pada zaman
Neogen.Dasar cekungan ini tersusun dari batuan-batuan ofiolit, gunungapi dan
sedimen yang merupakan kerak tebal, yang berhubungan dengan penunjaman di
kawasan tersebut.
Aspek potensi migas di wilayah ini telah diteliti menggunakan teknologi
penginderaan jauh dan Airborne Laser Fluorocensor (ALF). Dari hasil penelitian
kerjasama British Petroleum dengan Pertamina ini adalah didapatkannya fenomena
rembesan flours yang dipakai untuk konsep play migas. Play migas di daerah ini
terjadi pada kala Miosen dan berhubungan dengan batugamping berumur Eosen.
Sedangkan konsep play lainnya adalah pada sedimenklastik.
Geological and geophysics digital atlas database of Halmahera Basin and the
surroundings is made based on Geographical Information System software meant to
understand regional geology and geophysics of this area which is related to
hydrocarbon potency as well as other non-living potency such as minerals.
Halmahera Island and the surroundings is belong to southeastern part of Sulawesi
Sea system and northwestern part of islands of Waigeo, Gebe and Gag. Eastern area
of Halmahera Island belongs to Pacific Ocean System. Phisiographically this island
resembles Sulawesi Island forming K letter.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 137
Tectonically, Halmahera area is a part of Maluku Sea collision system or North Banda
Arc System. This system is controlled by convergention between Australian plate
moving northward and Pacific Plate moving westward to Eastern Sunda Arc system.
This collision process is analogue to modern collision process of accretion terranes.
Results of this collision process started at Early Miocene in Papua New Guinea, was
propagated to the west surround West Papua at Late Miocene; are followed by
Banda Arc rotation. Implications of Banda Arc rotation were: emplacement of
Papuan margin sliver to the west; entrapment of Australian continental slivers
(Lucipara, Rama, Sinta, Pisang and Banda Api) in Banda Sea and docked of other
Australian continental slivers (Sula Platform and Tukangbesi) to Sulawesi Arc.
Halmahera Basin is tectonically located at back arc setting, even though not showing
characteristics of foreland basin; and formed at Neogene Age. Basin basement was
composed of ophiolite, volcanic and sedimentary rocks which formed thick plate
related to subduction at the area.
Hydrocarbon potency aspect had been investigated through application of remote
sensing and Airborne Laser Fluorocensor (ALF) technologies. From the investigation
of joint cooperation between Pertamina and British Petroleum was found flours
seepage phenomenon used as play concept. The play concept in this area is related
to Miocene hydrocarbon formation at Eocene limestone. While another play concept
is related to clastic sedimentary rocks.
Subyek : 1. Geological Digital Mapping - Halmahera Basin.
2. Geophysical Digital Mapiing Halmahera Basin.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 138
I N D O N E S I A
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 139
95. Call No : I 89 - 1 NDL.95
Judul : Kompilasi Data Aeromagnetik di Beberapa Daerah Indonesia Bagian Barat.
Pengarang : I.W. Lugra & D. Indriastomo.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Kompilasi data aeromagnetic ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari
trainingtentang aeromagnetic dan kompilasi awal yang diprakarsai oleh Committee
for Co-Ordination of Join Prospecting for Mineral Resources in Asean Offshore
Areas(CCOP) pada tahun 1988-1989. Di Puslitbang Geologi Kelautan kompilasi
tersebut dilanjutkan dengan cakupan daerah Indonesia bagian Barat dan dibiayai
olehProyek Penelitian Geologi Kelautan. Data yang telah terhimpun untuk kompilasi
ini meliputi daerah Bangka, Jawa, Bali, Kalimantan Tengah-Selatan, Sulawesi
Tengah-Selatan, perairan selatan Jawa, Selat Sunda dan Laut Jawa bagian
timur.Perangkat lunak pada kompilasi ini dirangkum oleh Dr.T.Ishihara (CCOP). Pada
waktu pekerjaan ini dilaksanakan perangkat lunak yang digunakan tersebut belum
sepenuhnya bias diaplikasikan, mengingat belum tersedianya digitizer
yangdilengkapi dengan 16 tombolfungsi, dan perangkat lunaknya belum bias dipakai
pengkisian (grading) dan pengeplotan (ploting).
Hasil yang didapat dari kompilasi data aeromagnetic ini nantinya diharapkan bisa
dipakai sebagai data pembanding untuk kompilasi data laut di sekitarnya. Pola
kontur kemagnitan yang dapat diamati di daerah cakupan kompilasi mempunyai
artiyang cukup penting bagi tatanan geologi regional.Contohnya daerah Jawa-Barat
bagian barat masih memperlihatkan pola kontur yang serupa dengan Selat
Sundadan bagian selatan Sumatera. Di lain pihak geologi permukaan daerah
tersebut. Kenampakan ini dapat ditafsirkan bahwa struktur dalam yang mendasari
Jawa-Barat bagian barat mempunyai kaitan yang cukup erat dengan geologi yang
berkembangdi Selat Sunda dan selatan Sumatera. Hasil perhitungan koreksi
InternationalGeomagnetic Reference Field (IGRF) yang dilakukan di sepanjang Jawa-
Balimenunjukkan bahwa besarnya inclinasi tubuh kemagnitan daerah tersebut
semakin kecil kea rah timur.
The compilation of indonesian aeromagnetic data was conducted as an continuance
of the aeromagnetic course and as an initial compilation initiated by the Committee
for Co-Ordination of Joint Prospecting for Mineral Resources in Asean Offshore Areas
(CCOP) in 1988-1989. At MGI by funding from the Marine Geological Investigation
Project, the compilation was being followed up covering Western Indonesian areas.
The data are including some areas such as Bangka, Jawa, Bali, Central South
Kalimantan, Central South Sulawesi, South Jawa waters, Sunda Strait and Eastern
Jawa Sea.
Software processes for this compilation was summarized by Dr. T. Ishihara (CCOP),
but it was not able yet to be applied to the compilation because there was no
digitizer with 16 function buttons therefore the software cant be used for grading
and map-plotting.
The result of the compilation is next to be used as a comparative data for following
marine data compilations of surrounding areas. Observed magnetic contour pattern
of compiled areas really makes sense for regional geology. For example, the contour
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 140
pattern of western West Jawais still performing a similar pattern with theone of
Sunda Strait and South Sumatera. On the other side, surface geology of the area
shows identic pattern with general geology of West Jawa. This phenomena can be
interpreted that deep structure under lying western West Jawa is strong related to
the developed geology of Sunda Strait and South Sumatera. Correction calculation
result of the International Geomagnetic Reference Field (IGRF) applied on along
Jawa-Bali shows magnetic body inclination value decreasing toward eastern.
Subyek : 1. Aerial Magnetic Surveys - Indonesia Barat.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 141
DAERAH SULAWESI DAN PERAIRANNYA
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 142
96. Call No : LS 96 1 NDL.096
Judul : Kompilasi Peta Geologi Dasar Laut Regional Perairan Kep. Banggai Sula dan
Sekitarnya, Sulawesi. (Lembar Peta SA - 51)
Pengarang : Sarmili, L. & R. Rahardiawan.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Kegiatan kompilasi peta geologi dasar laut Perairan Kepulauan Banggai-Sula dan
sekitarnya Sulawesi ini merupakan rangkuman hasil beberapa penelitianterdahulu,
publikasi ilmiah dan pelaksanaan lapangan dari tahun 1991 hingga 1993.Kompilasi
ini meliputi ;: 1. Peta Lintasan Geofisika; 2. Peta Batimetri; 3. Peta Anomali Bouguer;
4.Peta Anomali Free-Air, 5. Peta Elemen Tektonik; 6. Peta Geologi Dasar laut; dan 7.
Peta Pusat gempabumi dan Solusi Mekanisme patahan. Penelitian di Banggai Sula
didasarkan pada fenomena menarik tatanan geologi yang rumit akibat interaksi tiga
lempeng litosfer : Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik; melalui proses tumbukan .
Penelitian di Banggai-Sula didasarkan pada terdapatnyapotensi hidrokarbon dan gas
bumi di area lepas pantainya. Potensi migas ini teramati dari ketebalan sedimen
yang diendapkan dalam cekungan dari dataseismic dalam saluran tunggal.
Activity of seabed geology map compilation of Banggai-Sula islands waters and
surroundings, Sulawesi is summary of previous research results, scientific
publication and field works from 1991 to 1993. The compilation consists of: 1.
Geophysical line map, 2. Bathymetry map, 3. Bouguer anomaly map, 4. Free-Air
Anomaly map, 5. Tectonic Elements map, 6. Seabed geology map, and 7.
Earthquake centre map and Fault Mechanism Solution.
Research in Banggai-Sula is based on interesting phenomena of complicated
geologic condition caused of three lithospheres interaction: Indo-Australia, Eurasia
and Pacific; through collision process. Research in Banggai-Sula is as well based
onexisting hydrocarbon and gas potential in offshore area. The petroleum potential
is indicated from sediment thickness deposited in the basin by single channel
deep seismic.
Subyek : 1. Regional Geological Mapping Perairan Kep. Banggai -Sula
97. Call No : S 84 2 NDL.097
Judul : Laporan Penyelidikan Seismik Pantul Dangkal di Daerah Perairan Kepulauan Muna,
Kabaena, dan Buton, Sulawesi Tenggara.
Pengarang : Hadikusumo, S., S. Lubis, N. Darwis, I Nyoman Astawa& S. Hartosukorahardjo.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Daerah penyelidikan di Sulawesi Tenggara terletak pada posisi geografis 4
0
1606LS
5
0
2612LS dan 121
0
5514BT 123
0
0645BT; yaitu pada ujung selatan lengan
Sulawesi Tenggara, yang secara geologi termasuk kedalam Mandala Sulawesi Timur,
Kecuali pulau Buton yang diduga termasuk kedalam kepulauan busur
Banda.Litologinya dicirikan oleh ofiolit dan metamorfik yang pada umumnya
ditindih oleh Batuan sedimen Mesozoikum. dan korelasinya dengan geologi darat.
Pengambilan data dilakukan menggunakan kapal hidrografi KRI Jalanidhi yang
dilengkapi dengan navigasi radar Decca, satnav Decca dan optis
baringan.Sedangkanmetoda seismic pantul yang digunakan adalah system peralatan
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 143
Uniboom dengan energy catu-daya 300 Joule untuk perairan dangkal (<60m)
SelatMuna, Tiworo Barat dan Poleang, dan Sparker dengan energy catu-day600-
1000 Joule untuk perairan dalam di atas 60m yaitu Sela tButon dan Wowoni jumlah
lintasan yang dihasilkan dengan Uniboom di daerah dangkal sebanyak 13 Lintasan
dengan jumlah panjang 351 Km, sedangkan di daerah dalam dengan Sparker
sebanyak 14 lintasans epanjang 337 Km.
Hasil interpretasi dan korelasi rekaman-rekaman analog seismik dengan geologi
darat daerah penyelidikan adalah seperti berikut; di Selat Tiworo terdapat 3 unit
batuan dari yang termuda yaitu : alluvium, sekis danofiolit.
Diselat Wowoni diduga terdapat bagian daris sekuen tepian pasi berimbrikasi yang
berumur Mesozoikum sampai Paleogen. Di Selat Buton diduga terdapat unit batuan
molase yang ditindih oleh sedimen atau alluvial denga struktu silang-siur. Patahan
Kioko terrekam di bagian utara Selat Buton. Di bagian tengah selat ditafsirkan
terdapat satua gamping yang ditutupi lapisan pasir tipis. Di selatan selat terdapat
kontak erosional antara satuan gamping dengan ofiolit.Di selat Muna, Tiworo dan
Poleang terdapat unit-unit aluvium, gamping, sekis dan ofiolit. Kesimpulan yang
dapat ditarik dari penafsiran tersebut adalah terdapat sebaran batuan dan struktur
dangkal bawah laut. Kehadiran ofiolit di selatan Selat Buton memperkuat dugaan
adanya ofiolit di pulau Muna yang tertutup gamping dan alluvium. Di daerah Selat
Poleang, Tiworo Barat dan Muna, pengendapan alluvium ditafsirkan terjadi pada
lingkungan tenang, sedangkan di selat Buton Wowoni sedimentasi banyak dikontrol
oleh struktur, morfologi dan situasi laut.
Investigation area in Southeast Sulawesi lies in the geographical position 4016'06 "L -
5026'12" LS and 121055'14 "BT - 123006'45" BT, lied at the southern tip of
Sulawesiarm, which geologically belongs to the Mandala East Sulawesi , except the
island ofButon allegedly belonging to the Banda islands arc. The lithology
characterized byophiolite and metamorphic rocks those are generally overlain by
Mesozoicsediments.The purpose of this investigation is the interpretation of
geological dataand their correlation with land.
Data is collected using a hydrographic vessel KRI Jalanidhi equipped wit navigation
radar Decca, satnav Decca and laying optical. While the seismicreflection method
used is the energy system equipment Uniboompowered with 300Joule for shallow
waters (<60m):Muna Strait, West Tiworo and Poleang, and Sparkerenergy powered
with 600-1000 Joule for >60m water depth such asButon Strait andWowoni. The
number of lines generated by Uniboom in shallow areas as many as 13lines with
total lengthof 351 Km, whereas in areas with Sparker as much as 14 linesalong
the337 km.
The results of analog seismic recordsinterpretation and its correlation with
onshoregeology investigation area is as follows: in the TiworoStrait there are 3
youngestrock units such as: alluvium, schist and ophiolite. In WowoniStrait
allegedlycontained parts of imbricated passive edge sequence of the Mesozoic to
Paleogene.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 144
AtButon Strait there is suspected rock units overlain by molasses or alluvialsediments
with cross-bedding structure.Kioko fault is recorded in the northern ofButon Strait. In
the middle of the strait are interpreted as limestone unit that covered by thin layer of
sand. In the south of the strait are erosional contactbetween limestone units with
ophiolite. In MunaStrait, Tiworo and Poleangthere areunits alluvium, limestone,
schist andophiolite.
The conclusion drawn from the interpretation is the distribution of rocks and there
isa shallow structure of sub-seabed. The presence of ophiolite in the southern
ofButon Strait strengthen alleged ophioliteon Muna island covered by limestone
andalluvium.In the area of the Poleang, West Tiworo and Muna, alluvium is
interpreteddeposited in a quiet environment, while atButonStrait and
Wowonithesedimentationmuch controlled by the structure, morphology and ocean
situation.
Subyek : 1. Seismic and Accoustic Methods Perairan Kep.Muna, Kabaena & Buton, Sulteng
98. Call No. : S 85 1 NDL. 098
Judul : Laporan penelitian geologi daerah pantai pulau Buton,dan pulau Muna, Sulawesi
Tenggara .
Pengarang : BARMAWIDJAJA, Deddy Mulyadi dkk. PPGL
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Pembentukan undak laut di pulau Buton dan pulau Muna tidak terlepas
kaitannyadengan tektonik di pulau Sulawesi bagian timur.Batuan kuarter di daerah
ini terdiri dari satuan endapan sungai, satuan endapanrawa, satuan endapan
terarosa, dan satuan batugamping terumbu.Satuan batugamping terumbu ini
membentuk bentang alam undak laut. Undak lautdi pulau Buton ada 13 undak,
sedangkan di pulau Muna ada 7 undak.Kecepatan pengangkatan tegak secara umum
di pulau Buton, relatif lebih tinggiDibandingkan dengan di pulau Muna. Kecepatan
pengangkatan tegak tertinggi dipulau Buton yang diduga terbentuk pada periode
Glacial Putikian Bawah (Plistosen Akhir) adalah 1,2 mm/tahun, sedangkan kecepatan
pengangkatan tegak tertinggidi pulau Muna yang terbentuk pada periode Glacial
Putikian Atas adalah 0,5 mm/tahun.Diduga di antara pulau Muna dan pulau Buton
dibatasi oleh batas pemisah tektonik.
Marine terraces formation in the islands Buton and Muna is unreleased relation
with eastern Sulawesi island tectonic. Quaternary rock in this area consists of
fluvial deposit unit, swampy deposit unit, terrarosa deposit unit and reefal
limestone unit. Reefal limestone unit forms marine terraces landscape. There are
13 marine terraces on Buton island and 7 terraces on Muna island. Vertical
uplifting rate on Buton is generally relatively higher than on Muna. Highest vertical
uplifting rate on Buton considered occurred at stage Lower Putikian Glacial (Late
Pleistocene) is 1.2 mm/year, while highest vertical uplifting rate on Muna formed at
stage Upper Putikian Glacial is 0.5 mm/year. It is considered that there is tectonic
contact between both islands Muna and Buton.
Subyek : 1. Sedimentation Processes P.Buton & P.Muna
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 145
99. Call No : S 85 3 NDL.099
Judul : Laporan Penyelidikan Batuan Malihan Daerah Pulau Kabeana & Peg. Rumbia,
Sulawesi Tenggara.
Pengarang : E. Surya Nila & K. Budiono.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Geologi Pulau Kabaena dan pegunungan Rumbia termasuk kedalam Mendala
Geologi Sulawesi Timur, berumur Pra Tersier. Pulau Kabaena dibangun oleh
komplek Ultramafik yang berasosiasi dengan batuan mafik dan batuan malihan
tingkat tinggi. Di bagian tengah pulau, komplek Ultra Mafik tersebut tersesar
sungkupan ke atas satuan batuan malihan yang terdiri dari Batuan Malihan Fasies
Sekis Hijau sampai Fasies Amfibolit yang terdiri atas berbagai jenis Sekis.
The geology of Kabaena Island and Rumbia mountain are included to Geology
complex of Pre-Tertiary Eastern Sulawesi. Kabaena Island is built by ultramafic
complex associated with mafic rocks and high degree metamorphic rock. In the
central part of the island, the ultra-mafic complex is thrusted upwarding
metamorphic rocks consisting of green schist facies metamorphic rocks to
amphibolites facies consisting of various types of schist.
Subyek : 1. Methamorphic Rocks - P. Kabeana, Peg. Rumbia.
100. Call No : S 86 1 NDL.100
Judul : Laporan Penyelidikan Geologi Neogen - Kuarter Banggai Darat Kepulauan Banggai
Laut dan Kepulauan Sula Dalam Rangka Program Snellius II (PPGL.GF.009.85).
Pengarang : Astjario, P, A. Masduki, Y. Darlan & GM.Hermansyah.
Lokasi Pustaka : Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Abstrak : Kegiatan penelitian geologi wilayah pantai di Kabupaten Banggai Darat dan
Kepulauan Banggai Laut hingga kepulauan Sula dikembangkan menjadi penelitian
Neogen-Kuarter dengan maksud untuk memberikan gambaran perkembangan
tektonik dan geologi pada zaman Neogen-Kuarter. Analisa sejarah geologi dari
penelitian batuan sedimen berumur Neogen-Kuarter di daerah Banggai Darat,
Kepulauan Banggai Laut dan Kepulauan Sula dilakukan dengan penelitian terinci
urutan stratigrafi batuan sedimen tersebut serta pengamatan fosil dan lingkungan
pengendapannya. Perhitungan secara terinci kecepatan proses sedimentasi serta
sejarah pergerakan vertikal dan penurunan batuan batuan sedimen berumur
neogen akan dianalisa di laboratorium oleh Tim Geologi Belanda.
Batuan sedimen berumur Kuarter yang tersingkap hampir di seluruh wilayah pantai
kota Luwuk (Banggai Darat) terangkat di atas permukaan laut dengan kecepatan
rata-rata 12,9 mm per tahun ditunjang dengan data Radiometri. Kecepatan
pengangkatan pantai yang terjadi di Zaman Kuarter dan aktivitas sesar normal yang
sejajar diukur dengan gawir undak laut di wilayah pantai kota Luwuk.
Geological research on the coastal area of Banggai Land and Banggai Sea regtencies
until Sula islands was developed to Neogene-Quaternary research in order to provide
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 146
an overview of the geology and tectonic development of the Neogene-Quaternary
age. Analysis of the geological history and the study of of Neogene- Quaternary
sedimentary rock on Banggai land, Banggai Sea and Sula Islands was done by
detailed research of sedimentary rock sequence stratigraphy, fossils observations and
depositional environment. Detailed calculation of sedimentation rate and vertical
movement history of Neogene sedimentary will be analized in a laboratory by
Dutch Geological Team.
Quaternary sedimentary rocks outcroped in almost all coastal areas of Luwuk city
(Banggai land regency) were uplifted above sea level with an average reta of 12.9
mm per year supported by radiometric data. Lifting rate of coastline zone occurred
in Quaternary Period and parallel normal faults activity were observed by marine
terraces measurement at Luwuk town coastline zone.
Subyek 1. Quarternary Geology - Banggai, Sula.
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 147
BAB III. INDEKS SUBYEK
Arial Magnetic Survey, NDL. 95
Coast, NDL. 073.
Coastal Geology, NDL. 032, 047, 049, 057, 058,059, 061, 062, 063, 067, 069, 070, 071, 074, 076 .
Coastal Terrace, NDL. 085, 091
Geology, NDL. 090.
Geological Digital Mapping , NDL. 013, 080, 081, 082, 092, 093, 094,
Geophysical Digital Mapping, NDL. 013, 080, 081, 082,092, 093, 094, 6
Geotourism, NDL.034.
Lanslides Miosen; NDL. 079
Marine Geology, NDL. 001, 002, 003, 004, 005 , 006, 007, 008, 010, 011, 012, 016, 017, 018, 019,
020, 021, 025, 027, 031, 033, 035, 038, 039, 040, 041, 042, 043,044,045,
046,051, 052,053, 054, 055,056, 060, 064, 066, 068, , 072, 075, 077, 078
Marine Geology Coastal Area, NDL. 014, 022, 023, 024, 026, 028, 029, 048, 050
Marine Geological Research, NDL. 073.
Marine Gravity, NDL.030.
Marine Line Mapping , 036.
Marine Survey, NDL. 009.
Marine Tectonic, NDL. 079.
Marine geophysics, NDL. 001, 002, 003, 004, 005, 006, 007, 008, 010, 011, 012, 016 017, 018, 019,
020, 021, 025, 027, 031, 039, 040, 041, 042, 043, 044, 045 , 046, 051, 052,
053,054, 055, 056, 060, 064, 066, 068, 075,
Marine Geophysical Survey, NDL. 071
Metamorphic Rocks, NDL.087, 089, 099.
Palaeontology, NDL. 088
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 148
Quaternary, NDL. 091
Quaternary Geology, NDL. 100
Regional Geological Mapping, NDL. 084, 096.
Seismic and Acoustic Methods, NDL. 097 .
Seismic Methods Tin Deposits, NDL. 015
Sedimentation Process, NDL. 085, 098
Shore Line Mapping; NDL.037
Slump Miosen , NDL. 079
Stratigraphy, NDL. 088.
Tectonics, NDL. 086
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 149
DAFTAR PERSONIL
Personil yang tercakup dalam kegiatan penyusunan Direktori Laporan Penelitian Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan adalah sebagai berikut :
1. Lilis Liswaraningsih
2. Hendro Dwi Bayu
3. Dida Kusnida
4. Kris Budiono
5. Prijantono Astjario
6. Kumala Hardjawidkasana
7. Yudi Darlan
8. Hananto Kurnio
9. UdayaKamiludin
10. Maman Surachman
11. Purnomo Raharjo
12. Duddy Arifin
13. Dery Rochiman
DIREKTORI LAPORAN PENYELIDIKAN/PENELITIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGi KELAUTAN S E R I I
| 150
DAFTAR PUSTAKA
SUTARNO, N.S. Kamus Perpustakaan dan Informasi, Jakarta, Jala Permata, 2008
CENTRE FOR SCIENTIFIC DOCUMENTATION AND INFORMATION (LIPI), Directory of Indonesian
Learned Periodicals with Additional in Indonesia, Jakarta, Pusat Dokumentasi dan
Informasi Ilmiah, 2004