Anda di halaman 1dari 87

EPTHERMAL MINERAL DEPOSIT

STUDI KASUS : MODEL ENDAPAN


EMAS-PERAK EPITERMAL PONGKOR,
JAWA BARAT
BAHRUL HIDAYAH
P300216006

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK GEOLOGI

LANDASAN
TEORI
TIPE ENDAPAN EPITHERMAL :

- Kedalaman
km

relatif dangkal , hingga 1-2

- Terbentuk pada suhu <150 oC - 300 oC

TIPE SULFIDASI RENDAH


(LOW SULPHIDATION)
TIPE SULFIDASI TINGGI
(HIGH SULPHIDATION)

SISTEM HIDROTHERMAL

TIPE SULFIDASI RENDAH


(LOW SULPHIDATION)
Terjadi reaksi keseimbangan antara fluida yang naik ke
permukaan dengan batuan, kemudian fluida tereduksi menjadi
berpH mendekati Netral. ------ terbentuk mineral sulfida.
Reaksi keseimbangan tersebut kemudian menghasilkan CO 2, H2S
and NaCl dalam fluida.
Pendidihan (boiling) pada kedalaman dangkal menghasilkan gas
yang kaya CO2- dan H2S yang selanjutnya terkondensasikan
didekat permukaan, kemudian terbentuk air asam sulfat yang
terpanaskan oleh uap (steam heated-acid sulfate water) dari
oksidasi atmosfir H2S.

TIPE SULFIDASI RENDAH


(LOW SULPHIDATION)
Komposisi fluida termineralisasi sama dengan fluida yang didapat
pada pemboran panasbumi.
Studi isotop menunjukkan bahwa fluida hydrothermal didominasi
oleh air meteorik, tetapi di beberapa sistem juga mengandung air
dan gas yang berasal dari magmatik (CO2, SO2 and HCl)

PENYEBARAN ALTERASI
SULFIDA RENDAH (LS)

LOW SULPHIDATION
Buchanan/Morrison/Corbett & Leach

TIPE HIGH SULPHIDATION


(SULFIDASI TINGGI )
Sistem ini dan batuan asal yang tercuci (leached) akibat fluida
asam terbentuk di lingkungan hidrotermal yang berdekatan
dengan volkanik aktif.
Kehadiran mineral-mineralnya mengindikasikan kondisi oksidasi
yang terjadi pada sistem magmatik-hydrothermal aktif.

TIPE HIGH SULPHIDATION


(SULFIDASI TINGGI )
Komponen reaktif dari sumber magmatik yang teroksidasi naik ke
dekat permukaan dengan sedikit interaksi batuan yang dilewati.
Gas yang kaya SO2 and HCl-rich terserap oleh air tanah
menyebabkan SO2 menjadi H2SO4 dan H2S, kemudian diikuti
dengan peruraian H2SO4 and HCl.
Fluida panas (200-3000C), asam tinggi (pH 0-2) dan air yang
teroksidasi kemudian bereakasi menyebabkan pencucian
terhadap batuan di kedalaman yang dangkal.

PENYEBARAN ALTERASI
SULFIDA TINGGI (HS)

PENYEBARAN ALTERASI
SULFIDA TINGGI (HS)
Kaolinite

Cristobalite-alunite

Kaolinite
Paleosurface

0 m

Acid - leached zone


Paleo-water table
Vuggy quartz
+silicification
Au-Ag ore

Chlorite
Illite-smectite

Quartz-kaolinite
Quartz-alunite
200

BENTUK ENDAPAN

_______________________________________________________
SULFIDA RENDAH
SULFIDA TINGGI
_______________________________________________________
(Adularia-Serisite)

Acid Sulfat)

Vein
Dominan open-space
Massive bodies
Sedikit
Disseminated Ore
Sedikit
Replacement Ore
Sedikit
Stockwork Ore
Umum

Sedikit, lokal
Dominan
Dominan
Umum
Sedikit

INDIKASI GEOKIMIA

_______________________________________________________
SULFIDA RENDAH

SULFIDA TINGGI

_______________________________________________________________________
___

ANOMALI
TINGGI
ANOMALI
RENDAH

Au, Ag, As, Sb, Hg


Au, Ag, As, Cu, Sb,
Zn, Pb, Se, K, Ag/Au Bi, Hg, Te, Sn, Pb,
Mo, Te/Se,
Cu, Te/Se

K, Zn, Ag/Au

GEYSER
ENDAPAN GEYSERIT

CHAMPAGNE POOL
ENDAPAN
SINTER

TEKSTUR-TEKSTUR
SULFIDA TINGGI

VUGGY SILICA
Kaolinite

Cristobalite-alunite

Kaolinite
Paleosurface

Acid - leached zone

0m

Paleo-water table
Vuggy quartz

Vuggy Silica

+silicification
Au-Ag ore
Chlorite
Illite-smectite

Quartz-kaolinite
Quartz-alunite
200

Massive Silica

ADVANCED
ARGILLIC
Kaolinite

Cristobalite-alunite

Kaolinite
Paleosurface

Acid - leached zone

0m

Paleo-water table
Vuggy quartz
+silicification
Au-Ag ore
Chlorite
Illite-smectite

Quartz-kaolinite
Quartz-alunite
200

TEKSTUR-TEKSTUR
SULFIDA RENDAH

TEKSTUR-TEKSTUR KUARSA
Petunjuk posisi dan proses dalam
Sistem Sulfida Rendah (LS)
Tekstur Primer (selama pertumbuhan)
chalcedonic, saccharoidal,comb,zoned crystals, colloform, crustiform

Tekstur Rekristalisasi/ Recrystallisation Textures


Lumut (Moss), microplumose

Tekstur Penggantian/Replacement Textures


Cetakan (Mold), Bilah (Bladed)

TEKSTUR-TEKSTUR KUARSA
Petunjuk posisi dan proses dalam
Sistem Sulfida Rendah (LS)
Silika Amorf/Amorphous Silica
Kekurangan struktur kristal

Kristal Silika berukuran kecil/ Cryptocrystalline Silica


Hanya bisa dilihat dibawah mikroskop
Contoh: chalcedony - agate (banded chalcedony)-opal

Kristal Crystalline
Menjarum/Needle
Prismatic
Equant
Slide 1

CHAMPAGNE POOL ENDAPAN SINTER

Champagne Pool dan sinter

Champagne Pool
Amorphous silica /mineralised ooze
80 ppm Au
175 ppm Ag
2%As
2%Sb
320 ppm Tl
170 ppm Hg

Broadlands Geothermal

broad_geotherm.ppt

White Sinter Terraces Waimangu

Sinter - Waiotapu NZ

COLUMNAR GROWTH STRUCTURES


TEGAK LURUS TERHADAP LAMINASI SINTER

Rekahan lumpur/Mud di sinter near


Ivanhoe

Chalcedonic silica
Gwenivere Hg Mine (Ivanhoe)

Chalcedonic silica

Coarse carbonate-mold replacement


-amorphous silica (Calcatreu)

Lattice Bladed Carbonate


Tekstur penggantian - Ovacik

Indicative of boiling

Lattice Bladed Texture


Red Bluff Midas

Indikasi pendidihan (boiling)

GEOTHERMAL PIPE SCALE

Colloform chalcedonic silica, gold,


sulphide, adularia (Hishikari)

82405g/t Au 34400 g/t Ag

Midas colloform high grade dengan


lattice bladed bands

Indicative of boiling

Hishikari Colloform = Ginguro


fine silica-adularia-sulphide

Indikasi pendidihan ( boiling)

Vein Textural Relationships

Faure et al 2002

Banding and Sedimentary textures in Veins

Simpson et al 1995 describe apparent sedimentary textures such as grading of


sulphides/quartz plus ripple marks in banded vertical veins at Golden Cross NZ.
Banding within the quartz veins is primarily a result of variation in quartz grain size.
Sulphide minerals and kaolinite are most abundant in fine grained quartz bands that
may have been deposited in an amorphous silica state.
These NZ workers interpret observed textures in the following way.
System pressure is breached by fault dilation or hydrothermal eruption resulting in
amorphous silica saturation of a rapidly moving fluid. This event is accompanied by
upward surge of sulphide rich fluid from deeper in the system. As system pressure
resumes via mineral deposition in veins, temperature increases and silica saturation
levels return toward quartz. Eventually the higher T/P system deposits sulphide barren
quartz from more slowly moving fluid.
Repeated system rupturing leads to formation of banded veins.

Schematic Relationship Quartz Grain Size


and Sulphide/Kaolinite Abundance

Grain sizes <2 to ~ 60 microns

From Simpson et al 1995

Tekstur aliram Fluida


di vein (Waihi)

Pajingo Scott Lode - Tekstur Moss

Recrystallisation of silica gel globules

Crustiform banding-Adularia stained

(Sodium Cobaltinitrite Solution)

Cetakan Adularia Menjarum

Bonanza Ore Karangahake dengan


crustiform comb quartz

Victoria Lepanto
Comb Quartz - crustiform banded

Calcatreu Terminal breccia


single phase crystalline quartz

Amethyst - Vera Nancy Pajingo

Indikasi fasa uap air panas (vapour phase?)

Sacharroidal drusy quartz

Umumnya berasosiasi dengan aktifitas hydrothermal akhir

Temperature Overlap
Quartz and Chalcedony

Multiphase Breccia (Wirralie Qld)

Cockade texture (Calcatreu V49)

TEKSTUR PENTING di URAT KUARSA


Endapan Sinter- Petunjuk paleo-surface dan paleo-watertable.
Jelas berbeda dengan tuf tersilikakan atau endapan sedimen danau.
Tak ada sinter di lingkungan HS.
Chalcedony - silica temperature rendah (120o-200oC) biasanya ditemukan
pada kedalaman dangkal, diatas zona upflow dan biasanya menutupi zona mineralisasi.
.
Colloform banding Bagian dari chalcedony, bentuk seperti batu ginjal atau
permukaan bundar. Berasal dari gel silika. Dekat dengan tubuh bijih (ore)
Apabila tekstur ini tidak mengandung mineral bijih kemungkinan daerah tersebut kecil
kemungkinan adanya potensi mineral bijih.
Crystalline quartz terdapat di bagian dalam/bagian panas sistem hidrothermal di
> 180oC, terdapa kemungkinan overlap antara kuarsa dan chalcedony
Crystalline Quartz sendiri mengindikasikan kondisi lingkunngan panas/dalam > 250 oC.
Drusy cavities rongga yang terisi oleh kristal (calcite atau quartz) yang menunjukkan
adanya bekas kegiatan hidrotermal
Tekstur Bladed atau Lattices mengindikasikan kondisi pendidihan (boiling)
Tekstur Cockade and comb textures Indikasi pengisian rekahan (open space)

Studi Kasus
MODEL ENDAPAN EMASPERAK EPITERMAL PONGKOR,
JAWA BARAT

PENDAHULUAN
Emas diperkirakan mempunyai mobilitas yang rendah dan tidak
mudah larut dibanding dengan perak; dan dianggap lebih
stationary dibanding dengan tembaga dan seng (Lindgren, 1933,
Webster dan Mann, 1984, Samama, 1986, Guilbert dan Park,
1986, Zeagers, 1993, Krauskopf dan Bird, 1995).
Menurut peneliti-peneliti tersebut emas terdapat dalam pirit,
kalkopirit, arsenopirit, dan sulfida lainnya dan tidak mudah larut,
meski secara teori dan eksperimen yang telah dilakukan, emas
terbukti dapat larut dan mobile dalam bentuk kompleks klorida
(AuCl-), kompleks thiosulfat Au(S2O3)2-3, kompleks sianida (AuCN-)
dll.
Pengayaan supergen yang terjadi pada endapan emas-perak
Pongkor, Indonesia, Wau, Papua New Guinea (Webster dan Mann,
1984), dan Cripple Creek, Colorado, USA (Lindgren, 1933),
menunjukkan bahwa emas dan perak dapat larut oleh air
meteorik yang bereaksi dengan sulfida yang mengandung emas
dan perak.

GEOLOGI
Endapan epitermal Pongkor terdiri atas sistem urat yang
sejajar dengan struktur penyertanya dalam batuan volkanik
Miosen-Pliosen. Batuan tersebut diperkirakan terkait erat
dengan pembentukan fluida hidrotermal. Fluida hidrotermal ini
telah mengisi rekahan-rekahan dan membentuk urat-urat
yang mengandung emas dan perak.
Urat-urat utama di Pongkor mempunyai jurus baratlauttenggara dan utara-selatan dengan kemiringan rata-rata 750
ke arah timur-laut yang meliputi urat Kubang Cicau, Ciurug,
Cadas Copong, dan Pamoyanan dan ke arah barat meliputi
Ciguha, Pasir Jawa, Gn. Goong, dan Gudang Handak.
Ketebalan urat bervariasi dari 1 m sampai 24 m (Ciurug).
Urat-urat ini menerobos semua batuan kecuali batuan volkanik
Kuarter yaitu batuan lava dasit.

MINERALOGI HIPOGEN
Mineral bijih hipogen yang ditemukan pada sistem urat Pongkor
antara lain adalah elektrum, emas, perak sulfida, pirit, kalkopirit,
sfalerit, dan galena. Elektrum ditemukan sebagai butiran yang
terpisah dengan ukuran 20 sampai 50 m sebagai inklusi dalam
kuarsa. Elektrum juga ditemukan sebagai inklusi dalam pirit dengan
bentuk memanjang dan bulat.

Au

el
Au

pr
pr

50 m

50 m

50 m

Fotomikroskopi sayatan poles conto Kubang Cicau-level


600 menunjukkan emas (Au) sebagai inklusi dalam
kuarsa (kiri), emas (Au) sebagai inklusi dalam pirit (pr)
(tengah), dan elektrum (el) sebagai inklusi dalam pirit
(pr) (kanan).

Mineralogi
hipogen
Perak sulfida ditemukan adalah akantit (Ag S) dan pearsit
2

((Ag,Cu)16(Sb,As)2S11) yang dalam proses supergen, ditemukan sebagai


potongan (patches) dalam kuarsa. Milesi dkk 1999, menemukan
akantit-aguilarit (Ag4SSe), polybasit-pearsit, dan Warmada dkk, 2003,
menambahkan adanya proustit (Ag3AsS3), uytenbogaardite (Ag3AuS2),
dan stromeyerit (AgCuS).
Pirit merupakan mineral yang paling banyak ditemukan, terdapat di
hampir semua tahap pengisian dan berasosiasi dengan semua
mineral, yang berasosiasi dengan kuarsa membentuk lapisan ginguro
menggantikan karbonat. Pirit ditemukan secara acak pada batuan
samping yang mengalami alterasi hidrotermal.
Sulfida lain yang ditemukan adalah kalkopirit yang sering digantikan
oleh kovelit dan kalkosit pada proses supergen. Galena dan sfalerit
susah ditemukan di sayatan poles, akan tetapi telah teramati
beberapa butir yang tumbuh bersama pirit. Pirit merupakan satusatunya sulfida yang mengandung elektrum atau emas dalam
penelitian ini.

MODEL MINERALISASI
Model mineralisasi Pongkor tergolong dalam endapan epitermal
sulfidasi rendah/kuarsa-adularia, dengan komposisi urat kuarsa,
karbonat, serta adularia kaya dengan Au dan Ag.
Pengayaan hipogen emas dan perak pada urat diperkirakan terjadi
akibat pendidihan (boiling) dan percampuran fluida saat terjadi
sirkulasi air panas. Indikator pendidihan di Pongkor adalah kalsit
bertekstur bladed diganti oleh silika, adanya kalsit lattice dengan
pseudomorf kuarsa dalam urat, ditemukannya adularia, serta adanya
lapisan kuarsa bertekstur krustiform-koloform dan kalsit masif pada
urat.
Konsekuensi pendidihan tersebut adalah hilangnya H2S dan senyawa
volatile lainnya, penambahan pH, oksidasi, dan pendinginan.
Penambahan pH akibat pendidihan menghasilkan pengendapan kalsit
dan adularia yang berlapis dengan kuarsa dan mineral lainnya. Akibat
kehilangan bisulfida dan terjadinya oksidasi akan mengakibatkan
pengendapan elektrum pada pirit. Percampuran fluida terjadi saat air
klorida dari dalam bercampur dengan air meteorik yang bereaksi
dengan batuan subvolkanik andesit dan batuan piroklastik.
Saat effek pendinginan dari pendidihan atau percampuran fluida,
silika dapat mengental dan gel silika ini dapat mengikat emas saat
mengkristal dalam urat, demikian hingga emas hipogen didapat
sebagai butir dalam kuarsa (Corbet 1993). Silika koloida ini

PENGAYAAN SUPERGEN
PROSES PELARUTAN DAN PELINDIAN
EMAS-PERAK
Pengayaan emas dan perak supergen di Pongkor berawal dari
oksidasi pirit, mineral sulfida yang mengandung elektrum dan/atau
emas. Perkolasi air meteorik dalam badan bijih berlangsung melalui
rekahan (pada kuarsa) yang terjadi akibat pelindian alkali tanah
menghasilkan butir-butir halus lempung dan silika dari adularia dan
kuarsa. Sehingga kuarsa yang kaya sulfida (pirit) menghasilkan
sulfat akibat reaksi pirit dengan air meteorik.

goe
goe
50m

Rongga dalam goetit


yang menunjukkan
terjadinya pelindian
ferrik sulfat

50m

goetit menggantikan
pirit secara bertahap
membentuk ekstur
rimming

Proses pelarutan dan pelindian


emas-perak
Dengan adanya karbonat sebagai buffer pada urat bijih, ferik sulfat
mampu melarutkan emas dan perak. Pelarutan dan pelindian emas
dan perak dapat dilihat pada conto batuan dari level 650 dan 690 di
tambang Kubang Cicau, yang menunjukkan rongga (cavity) pada
goetit dan di sebagian residual, butir emas sebagai inklusi pada
goetit yang menggantikan pirit.

goe

goe
60m

Au

60m

Penggantian pirit oleh goetit dan pelindian


emas-perak, rongga-rongga di goetit (goe)
merupakan sisa butir-butir inklusi elekturm
dan/atau emas dalam pirit yang terlindi total,
terlihat butir emas (Au) residual dalam goetit.

PROSES TRANSPORTASI EMASPERAK


Selama proses kimia ini, zone oksidasi belum berubah
dan belum terbentuk banyak mangan karbonat
rhodokrosit dan kutnahorit, pH larutan akan tetap stabil
dan larutan kompleks thiosulfat dapat berperkolasi pada
rekahan mikro dalam urat sampai ke bawah muka air
tanah.
Proses supergen paleo di Pongkor terjadi dalam kondisi
kimia tersebut dan kompleks thiosulfat yang
mengandung emas dan perak akan mencapai bawah
muka air tanah dan menghasilkan pengayaan emasperak supergen paleo.

PROSES PENGENDAPAN KEMBALI


EMAS
Pada proses supergen awal di Pongkor belum terbentuk konsentrasi
MnO2, dan larutan kompleks Au-Ag thiosulfat tidak mendapat
hambatan kimia untuk mengalir sampai di bawah muka air tanah
paleo. Pengedapan emas-perak terjadi akibat reduksi oleh reaksi
sulfat dengan sulfida primer lain pada zone reduksi, tetapi karena
sifat mobilitas dan mineral bijih hipogennya berbeda, proses
pengendapan emas dan perak juga berbeda. Emas mengendap pada
rekahan mikro urat kuarsa, kaya sulfida, di bawah muka air tanah
paleo.
Au
Au

Au

50 m

50 m

Pengendapan emas (Au) supergen pada


rongga rekahan mikro kuarsa, tekstur
koloform menunjukkan pengendapan
kembali larutan thiosulfat

Proses pengendapan kembali emas


Emas supergen berbentuk cacing yang bertekstur koloform ini
merupakan bukti pengisian rongga rekahan dalam urat dan juga
selalu berasosiasi dengan kovelit dan kalkosit yang mengganti
kalkopirit dan pirit.
Pengendapan kembali Au dan Ag terjadi akibat reduksi di bawah
muka air tanah yang terjadi oleh reaksi sulfat dengan sulfida
hipogen lainnya. Ferrik sulfat dan Au-Ag thiosulfat kompleks
bereaksi dengan sulfida lain tanpa O2 sehingga mengakibatkan
terlepasnya emas dari larutan kompleks dan mengisi ronggarongga.
Larutan yang dihasilkan oleh reaksi ini masih akan ikut dalam
reaksi yang sama dengan mineral kalkopirit atau juga sulfida
lainnya; pada saat yang sama kompleks thiosulfat emas secara
spontan akan tereduksi sebagai berikut :
8Au+ + [(S2O3)2-3] + 5H2O = 8Au0 + 2SO42- + 10H+

PROSES PENGENDAPAN KEMBALI


PERAK
Reaksi sulfat dengan sulfida primer ini selain menghasilkan
penggantian mineral kalkopirit dan pirit oleh kovelit dan kalkosit,
juga terlihat pearsit dan akantit diganti oleh perak.

Ag

Ag
ac

100m

100m

Perak murni (kiri) mengendap dalam rekahan mikro


kuarsa, perak (Ag) terlihat mengganti akantit (ac)
(kanan), akantit terlihat sebagai sisa bintik-bintik hijau
diganti total oleh perak murni.

Akibat mobilitas perak yang sangat tinggi, larutan kompleks


thiosulfat diperkirakan mengandung muatan perak yang tinggi
dibanding emas.
8Ag+ + [(S2O3)2-3] + 5H2O = 8Ag0 + 2SO42- + 10H+

ZONA PENGAYAAN SUPERGEN


PONGKOR
PENGAYAAN SUPERGEN PALEO
Proses supergen paleo menghasilkan pengayaan paleo yang pada saat
ini berada pada zona oksidasi dekat permukaan sekarang akibat erosi
dan pengangkatan lokal. Zona ini diperkaya oleh emas-perak sebagai
residual dalam goetit dan lapisan MnO2 (wad).
Zona bonanza endapan Pongkor, terbentuk melalui pengayaan
supergen paleo dengan kadar rata-rata 49,43 g/t Au dan 487,05 g/t Ag
bahkan di beberapa tempat tercatat kadar 706,08 g/t Au dan 10.189,9
g/t Ag. Pengayaan supergen paleo selalu terdapat di dalam urat
berkomposisi kuarsa, sehingga distribusi pengayaannyapun akan
mengikuti komposisi kuarsa pada urat.
Zona bonanza paleo ini terdapat dekat permukaan sampai kedalaman
80 m di bawah permukaan urat Kubang Cicau, diperkirakan sampai
120 m di urat Ciurug, dan sampai 100 m di urat Ciguha.
Pada saat ini zone ini telah didominasi oleh konsentrasi mangan
oksida, limonit, dan juga kaolinit sebagai mineral gangue.

Zona pengayaan supergen pongkor


PENGAYAAN SUPERGEN SEKARANG
Mangan oksida seperti diketahui dapat membantu dalam pelarutan
emas dan perak pada kondisi asam, akan tetapi adanya karbonat di
setiap urat mengakibatkan larutan menjadi lebih netral, dan dalam
kondisi netral larutan kompleks thiosulfat yang mengandung Au dan
Ag dikondisikan mengendap kembali di zone residual.
Lapisan MnO2 menghambat
pelindian Au-Ag

Lapisan lempung
mengganti adularia

Kuarsa abu-abu
terbreksiasi

Urat yang berkomposisi mangan karbonat (rhodokrosit, kutnahorit, dan


atau rhodonit) di zone residual sekarang telah diganti total oleh mangan
oksida membentuk lapisan wad dan pirolusit dengan kuarsa. Mineral
sulfida lainnya menunjukkan limonitisasi yang kuat. Proses supergen
sekarang tidak menghasilkan banyak perubahan kadar Au-Ag pada bijih.

DISTRIBUSI KADAR

Zona pengayaan
supergen pongkor

Distribusi kadar di Pongkor merupakan petunjuk utama untuk


mengetahui terjadinya perubahan pengayaan emas dan perak dari
kadar hipogen atau primer. Dari data assay conto batuan (channel
sampling) di setiap stope, terlihat pengayaan Au-Ag dengan kadar
tinggi (bonanza) pada zone oksidasi sekarang dan semakin menurun
searah dip urat bijih.
Pengayaan emas-perak di dekat permukaan tujuh kali lebih tinggi dari
kadar primer di level 500. Perubahan kadar yang sangat besar ini
memperlihatkan terjadinya pengayaan Au-Ag supergen.
Pengayaan Au-Ag
supergen paleo
Pengayaan Au-Ag
residual sekarang
Pengayaan Au-Ag
supergen sekarang
Pengayaan Au-Ag
primer

lempung (Kaolin)
MnO2

oksidasi sulfida
Fe(SO4)3
pelarutan Au & Ag

pelindian Au & Ag
oleh thiosulfat
pengendapan kembali
Au & Ag

muka air tanah

lempung
(montmorilonit)

kovelit &
kalkosit
menganti
kalkopirit
&pirit

700

Zone primer
(epitermal)

Sulfida,
elektrum
emas, perak
sulfida

600

Stockwork
(pengisian veinlet
dalam cavity di
breksi andesit)

500

kadar tidak
diketahui

pelindian Au & Ag
ole thiosulfat

permukaan sekarang

700

muka air tanah

487,05 ppm Ag

58,1 ppm Ag

Sketsa model pengayaan


supergen pada endapan
epitermal Pongkor
berdasarkan data di
Kubang Cicau,

49,43 ppm Au

pengayaan supergen
terbatas pada urat bijih
(proses supergen paleo atas dan proses supergen
sekarang - bawah),

4,8 ppm Au

sulfida,
elektrum,
emas, perak,
perak sulfida

500

Keterangan
pengayaan supergen
Au & Ag
Lapisan MnO2

limonitisasi

487,05 ppm Ag

Zone Pengayaan
Supergen Sekarang

pengendapan kembali
Au & Ag

600

Zone pengayaan
supergen paleo

lempung
(montmorilonit
kaolin)

12,73 ppm Au & 146,9 ppm Ag

Stockwork
(pengisian veinlet
dalam cavity di
breksi andesit)

Lempung (kaolin
supergen)

karbonat (kalsit, Mn)


kuarsa, adularia

kuarsa sulfida
karbonat
Masif kuarsa
karbonat

adularia, kuarsa
kalsit

Zona pengayaan
supergen
pongkor

49,43 ppm Au

Erosi

800

Zone primer
(epitermal)

800

Zone pengayaan
supergen paleo

goethit

Zone Oksidasi
paleo

permukaan paleo

900

4,8 ppm Au
58,1 ppm Ag

Stockwork di breksi andesit

batuan
piroklastik

pengayaan paleo pada


saat ini berada pada
posisi zona oksidasi
dekat permukaan, akibat
erosi dan pengangkatan
lokal.

Mobile Metal
Ionmendeteksi
(MMI)
MMI
unsur mobile
x

x
x

ion pada tanah insitu yang


diperkirakan berasal dari bijih
utama.

x
x

Survey MMI, yang dilakukan di


Urat Ciurug Utara dengan tujuan
utama untuk memprediksi
keberadaan bijih berkadar tinggi
di bawah permukaan,
memperlihatkan pola anomali
yang mengikuti kadar tinggi
badan bijih.
Dari pola anomali beberapa
profil dapat disimpulkan bahwa
adanya dua tipe pengayaan di
Ciurug, pengayaan supergen
dan pengayaan primer.
Anomali menunjukkan
terjadinya mobilitas ion Au
melalui rekahan, porositas

Mobile Metal Ion (MMI)


Dari pengolahan data mentah Au dan Ag dan diagram histogram
response ratio, dapat dilihat pattern anomali MMI yang
menunjukkan adanya bijih dengan pengayaan kadar bervariasi
dan menunjukkan jurus urat bijih di permukaan yang jelas.
Conto dari bagian hangingwall menunjukkan anomali response
ratio Au relatif tinggi, akan tetapi di beberapa conto masih
rendah. Di beberapa profil letak morfologi conto hangingwall yang
terjal dan dekat pinggiran sungai menunjukkan bahwa anomali Au
dihasilkan oleh ion yang berasal dari bijih bawah dan juga ada
tambahan ion dari lereng atas. Perak (Ag) memperlihatkan pola
yang acak, hal ini kemungkinan besar diakibatkan oleh mobilitas
Ag yang lebih tinggi dibandingkan Au, sehingga terbawa dan
berakumulasi di daerah rendah seperti dekat sungai.
Dilihat dari korelasi MMI dan distribusi kadar Au dan Ag Ciurug,
dan letak morfologi yang datar di hanging-wall analisis MMI
memperlihatkan anomali primer yang tinggi yang dapat
diinterpretasikan adanya bijih di bawah, dengan kadar pengayaan
primer.

Mobile Metal
Ion (MMI)
Conto dari bagian footwall, yang hampir semua berada pada
morfologi yang datar, menunjukkan anomali response ratio Au
dan Ag yang teratur dan mempunyai pola yang jelas. Anomali di
bagian footwall terjadi akibat pergerakan mobile metal ion ke arah
atas kemiringan urat Ciurug. Karena morfologi yang datar, ion Au
dan Ag lebih stabil di bagian footwall dan tahan lama pada tanah
penutup, maka analisa MMI menunjukkan anomali yang tinggi di
bagian ini.
Anomali response ratio MMI Au dan Ag pada conto-conto bagian
footwall ini dapat dipakai untuk mengetahui panjang jurus urat
Ciurug, yang dilakukan dengan mengikuti jejak anomali, sehingga
didapat letak singkapan urat di permukaan yang akurat dan
dengan metode ini urat Ciurug masih menerus sampai 984,84 m.
Anomali MMI ini berasal dari urat bijih Ciurug yang memanjang ke
arah baratlaut-tenggara, dan menunjukkan urat Ciurug masih
berkadar tinggi di bagian utara jurus.

Mobile Metal Ion (MMI)


DI904E

Ekstensi
permukaan
urat Ciurug
dibuat dengan
mengikuti
jejak anomali
response ratio
MMI Au dan
Ag di bagian
footwall,

DI903E
DI902E
DI901E

DI804E

DI900
DI901W

DI803E
DI802E

DI902W

Profile 9

8500

DI704E

DI801E
DI800
DI801W

DI703E
DI702E
DI701E

DI802W

Profile 8

DI604E

DI700
DI701W

DI603E

DI702W

DI602E

DI601E

Profile 7
DI504E

DI600

DI601W

DI503E

DI602W

DI502E
DI501E

Profile 6

DI404E

DI500

DI403E

DI501W
DI402E

DI502W
DI400
DI401W

DI303E
DI302E

DI402W

Profile 4
DI300
DI302W

CAMP

DI301E
DI204E

DI301W

DI203E

Profile 3

8000

DI202E

DI201W
DI202W

Profile 2

DI101W
DI102W

DI200

DI201E

725

Profile 5

DI401E

DI104E
DI103E
DI102E

CURB I

DI101E

DI100

Profile 1

9000

9500

10000

dilihat dari
hasil anomali
profil 9, urat
Ciurug
mempunyai
potensi untuk
menerus ke
arah utara

KESIMPULAN
1. Pengkayaan emas-perak di urat-urat Pongkor, dikontrol oleh morfologi,
kedalaman muka air tanah, distribusi mineral sulfida primer, komposisi urat,
silisifikasi, dan tingkat konsentrasi MnO2.
2. Akibat pengkayaan supergen paleo, kadar primer Pongkor telah diperkaya
menjadi zone bonanza, sampai kadar maksimum 706,08 g/t Au dan 10.189,9
g/t Ag. Pengkayaan emas-perak supergen paleo mempunyai kadar rata-rata
47 g/t Au dengan distribusi kadar >30 g/t Au terletak dekat permukaan
(Kubang Cicau).
3. Akibat erosi yang tinggi dan pengangkatan lokal di daerah Pongkor,
pengkayaan supergen paleo menempati zone oksidasi dekat permukkan
sekarang.
4. Proses supergen masih berlangsung pada badan bijih Pongkor, akan tetapi
akibat terbentuknya lapisan-lapisan mangan oksida dan limonitisasi yang
kuat, kondisi kimia zone oksidasi tidak memungkinkan terjadinya pelindian
emas dan perak sampai bawah muka air tanah, maka pada zone supergen
sekarang tidak banyak ditemukan pengkayaan emas-perak supergen.
5. Hasil survey MMI di Ciurug memperlihatkan bahwa urat bijih Ciurug masih
menerus ke arah utara jurus urat dengan kandungan kadar yang sama
dengan bagian selatan Ciurug, maka disarankan dilakukan eksplorasi lanjut.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai