Anda di halaman 1dari 92

RENCANA PENGELOLAAN

TAMAN NASIONAL
KAYAN MENTARANG
2001 - 2025

BUKU I
RENCANA PENGELOLAAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN
DAN KONSERVASI ALAM
TAMAN NASIONAL KAYAN MENTARANG

MENGETAHUI : MENGETAHUI :
DI : Malinau DI : Nunukan
TANGGAL : April 2002 TANGGAL : April 2002

BUPATI MALINAU, BUPATI NUNUKAN,

DRS. MARTHIN BILLA, MM H. ABDUL HAFID ACHMAD

MENILAI : MENGESAHKAN :
DI : Jakarta DI : Jakarta
TANGGAL : April 2002 TANGGAL : April 2002

DIREKTUR JENDERAL MENTERI KEHUTANAN,


PERLINDUNGAN HUTAN
DAN KONSERVASI ALAM,

SUHARIYANTO MUHAMMAD PRAKOSA


PETA LOKASI
TAMAN NASIONAL KAYAN MENTARANG
KATA PENGANTAR

Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang (RPTNKM) ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu ketentuan mengenai pengelolaan Taman Nasional sebagaimana
diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, beserta peraturan pelaksanaannya.

Tujuan penyusunan RPTNKM adalah untuk memberikan arahan umum kebijaksanaan


pengelolaan TNKM jangka panjang bagi pengelola dan para pihak terkait lainnya
(stakeholders) dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan baik dalam jangka menengah
(lima tahun) maupun dalam jangka pendek (tahunan).

RPTNKM ini disusun berdasarkan hasil analisa studi yang dilakukan selama lebih
dari empat tahun yang dilakukan oleh Tim WWF Indonesia berdasarkan Nota
Kesepahaman (MOU) antara Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kehutanan
Republik Indonesia cq. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
(PHKA) dengan WWF Indonesia yang pendanaannya didukung sebagian besar oleh
DANIDA melalui WWF Denmark. Dukungan lainnya diperoleh juga dari WWF Jerman
dan TOTAL Foundation Perancis.

Naskah RPTNKM ini dihimpun kedalam tiga Buku, terdiri dari:


1. Buku I berisi Rencana Pengelolaan;
2. Buku II berisi Data, Proyeksi dan Analisa;
3. Buku III berisi Rencana Tapak;
4. Buku IV berisi Ringkasan Eksekutif;

Dengan adanya perubahan paradigma di bidang pemerintahan dari sentralisasi menjadi


desentralisasi, serta sejalan dengan semangat Otonomi Daerah sebagaimana diatur
berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, maka model pengelolaan Taman Nasional yang dimuat
dalam RPTNKM ini juga mengalami penyempurnaan menjadi Pengelolaan yang bersifat
Kolaboratif (Pengelolaan bersama) dan berbasiskan masyarakat.

Proses penyusunan RPTNKM mulai dari permulaan hingga naskah ini selesai disusun
melibatkan multipihak terkait (multistakeholder), mulai dari tingkat Kampung/Desa,
Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, hingga tingkat pusat. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
kepada:

1. Pemerintah Denmark (DANIDA), WWF Denmark, WWF Germany, dan TOTAL


Foundation atas dukungan pendanaan yang diberikan sehingga seluruh kegiatan
dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan;
2. Masyarakat Adat di 10 Wilayah Adat Besar yang terdapat di dalam dan di sekitar
kawasan TNKM dan Forum Musyawarah Masyarakat Adat (FoMMA) atas
dukungan yang diberikan sejak dimulainya studi lapangan, pemetaan wilayah adat

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) iv


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
secara partisipatif serta pembahasan draft Rencana Pengelolaan TNKM di masing- RINGKASAN EKSEKUTIF
masing Wilayah Adat dan lain-lain;
3. Bupati Malinau dan Bupati Nunukan beserta jajarannya mulai dari tingkat Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) ditetapkan pada tahun 1996 dengan luas
Kabupaten hingga tingkat Desa yang telah memberikan arahan kebijakan, saran sekitar 1,35 juta hektar. Terletak di sepanjang perbatasan antara Kalimantan Timur
dan masukan yang sangat berharga serta komitmen yang tinggi terhadap pelestarian dengan wilayah Negara Bagian Sabah dan Serawak. Kawasan TNKM sebelumnya
TNKM; berstatus sebagai Cagar Alam, ditetapkan pada tahun 1980. Ketinggian TNKM berkisar
4. Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Timur atas dukungan kebijakan, informasi antara 300 sampai 2000 meter dari atas permukaan laut. Kurang dari 5% wilayah
dan masukan yang diberikan; TNKM berada di bawah ketinggian 500 meter dan lebih dari 45% berada di atas
5. Menteri Kehutanan cq. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ketinggian 1000 meter. Sebagian besar wilayahnya berbukit terjal. Kawasan TNKM
atas dukungan kebijakan, saran, masukan dan kritik yang diberikan hingga model membentuk sebagian besar hulu-hulu sungai utama yang berada di wilayah Kalimantan
pengelolaan kolaboratif yang berbasiskan masyarakat dapat diterima; Timur, seperti Sungai Kayan, Sesayap dan Sembakung. Formasi batuan kawasan
6. Mission Aviation Fellowship (MAF) di Tarakan atas dukungan transportasi udara TNKM pada dasarnya terdiri dari batuan pasir dan sisanya sekitar 25% terdiri dari
yang disediakan; batuan gunung api (vulkanis). Keadaan tanah pada umumnya miskin hara. Sebagian
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan besar kawasan TNKM memiliki iklim basah tanpa musim kering yang nyata. Letak
dukungan mulai dari awal hingga berakhirnya kegiatan penyusunan RPTNKM ini kawasan TNKM sangat terpencil. Jalan masuk ke kawasan TNKM yang ada saat ini
disampaikan terima kasih dan penghargaan. baru terbatas pada beberapa angkutan udara dengan landasan yang berukuran kecil,
angkutan perahu motor di beberapa sungai dan jalan setapak yang sederhana.
Disadari bahwa RPTNKM ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat terbuka
bagi kritik, masukan dan saran guna penyempurnaannya. Kawasan TNKM adalah salah satu pusat utama keanekaragaman hayati penting dunia.
Vegetasi yang terdapat dalam kawasan ini terdiri dari hutan dataran rendah, pegunungan
Akhirnya diharapkan semoga RPTNKM ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang rendah, pegunungan, kapur, kerangas dan padang rumput, dalam suatu habitat yang
berkepentingan. majemuk menurut ketinggian, substrat, kemiringan, faktor geomorfologik lainnya,
serta menurut tahapan suksesi vegetasi. Beberapa jenis-jenis baru tumbuhan telah
ditemukan. Lebih banyak lagi jenis-jenis yang belum pernah dilaporkan sebelumnya
terdapat di Kalimantan. Sedikitnya 150 jenis mamalia diperkirakan terdapat dalam
Tarakan, April 2002 kawasan TNKM segera setelah survai yang memadai diselenggarakan. Saat ini lebih
dari 300 jenis burung sudah diamati atau dilaporkan keberadaannya. Beberapa jenis-
Tim Penyusun jenis baru ikan sudah diidentifikasi, walaupun upaya melakukan kegiatan survey lingkungan
perairan baru pada tahap permulaan. Survey pendahuluan juga baru dilakukan untuk jenis-
jenis reptil, amfibia dan serangga. Banyak jenis-jenis tumbuhan dan satwa endemik, beberapa
diantaranya dilindungi, langka dan benar-benar terancam punah.

Keadaan habitat dan keanekaragaman hayati TNKM pada sebagian besar kawasan masih
dalam keadaan yang sangat baik. Walaupun menurut laporan para penduduk setempat
menyebutkan bahwa populasi beberapa jenis-jenis satwa dan tumbuhan yang sering diburu
dan dikumpulkan sudah menurun di beberapa tempat dalam jangka waktu 20 tahun terakhir,
namun mereka berpendapat bahwa jenis-jenis tersebut masih agak banyak. Kecuali jenis
Badak Sumatra yang hampir pasti dinyatakan punah secara lokal. Masih belum jelas
mengenai jarangnya Orang Utan disebabkan karena jeleknya habitat dan atau karena tekanan
perburuan di masa yang lalu. Dua jenis satwa yang memprihatinkan adalah Cucak Rawa
dan Banteng. Cucak Rawa sudah sangat langka dalam kawasan TNKM yang sebelumnya
menjadi daerah jelajahnya. Sedangkan Banteng yang digolongkan sebagai satwa yang
terancam punah, populasinya dalam kawasan TNKM tidak begitu besar dan ada beberapa
bukti menunjukkan bahwa populasinya mengalami penurunan.

v Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) vi
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kawasan TNKM memiliki potensi pariwisata berupa pengamatan hidupan liar, wisata Dukungan terhadap TNKM oleh masyarakat setempat sangat beragam. Masyarakat
belajar, mengenal kehidupan masyarakat Dayak, arung jeram dan penjelajahan. Wisatawan setempat sudah mengelola hutan yang terdapat dalam kawasan TNKM selama berabad-
yang berkunjung ke kawasan TNKM sekitar 25 orang per tahun. Faktor-faktor yang abad dan mempunyai niat kuat memelihara hutan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan
menghambat pengembangan pariwisata adalah letak kawasan TNKM yang sangat terpencil, dan keperluan pariwisata. Beberapa lembaga adat telah melakukan penghentian
waktu perjalanan yang lama dan biaya yang tinggi, hidupan liar pada umumnya sulit dilihat, sementara terhadap perburuan burung Cucak Rawa dan Banteng karena
kurangnya obyek-obyek alam yang khas dan kurangnya sarana pariwisata selain rumah- kekhawatirannya terhadap pemanfaatan yang berlebihan. Akan tetapi ada juga yang
rumah milik penduduk kampung. Sebagian besar potensi hidupan liar, pemandangan dan mempunyai keinginan besar untuk mempertahankan lahannya untuk mencukupi
atraksi pariwisata yang dimiliki oleh TNKM juga ditemukan di daerah lain yang lebih kebutuhan akan lahan pertanian bagi keturunan /anak cucu mereka serta untuk
maju di Kalimantan, Sabah atau Serawak. Oleh karena itu, untuk mengembangan pembangunan ekonomi seperti hak pengusahaan hutan masyarakat dan perkebunan
kepariwisataan di TNKM perlu memadukan kegiatan atraksi wisata regional yang telah rakyat. Penduduk juga khawatir bahwa Taman Nasional akan berarti bahwa penguasaan
ada seperti penjelajahan sungai Mahakam, penyelaman pada karang atol Derawan dekat atas tanah adat mereka dirampas oleh pemerintah sehingga akses menuju sumberdaya
Berau (Tanjung Redeb), daerah tujuan wisata alam (lingkungan) di Sabah, Serawak dan alam tempat mereka bergantung selama ini ditutup. Oleh karena itu, beberapa kelompok
daerah lainnya di Kalimantan. masyarakat meminta agar sebagian besar atau seluruh tanah adat mereka dikeluarkan
dari kawasan TNKM, terutama di wilayah kecamatan Krayan dan lembah sungai Tubu.
Di seluruh kawasan TNKM terdapat 10 wilayah adat, dihuni oleh sekitar 16.000 orang
penduduk yang mendiami 50 desa, beberapa diantaranya sudah berbaur menjadi “lokasi” Jika mengikuti batas yang direkomendasikan oleh masyarakat, maka akan terdapat
pemukiman yang lebih luas. Lebih dari 50% wilayah adat mereka berada dalam kawasan dua kawasan Taman Nasional. Pertama, dibagian selatan dengan luas sekitar 800.000
TNKM dan bahkan ada beberapa diantaranya yang lebih dari 80% wilayah adatnya terletak hektar berada terutama di wilayah Kecamatan Kayan Hilir dan Long Pujungan. Kedua,
dalam kawasan TNKM. Masyarakat tersebut memiliki satu kelompok etnik bahasa yang dibagian utara dengan luas sekitar 85.000 hektar terletak terutama di wilayah
beranekaragam, yang sangat dikenal dengan sebutan bahasa dayak(etnolinguistik) yang Kecamatan Lumbis, Mentarang dan sedikit di wilayah adat Krayan Hilir.
secara keseluruhan dikenal sebagai masyarakat Dayak.
Keadaan TNKM sangat unik, oleh karena itu memerlukan pengelolaan yang beberapa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Dayak telah menghuni kawasan ini sekitar aspeknya bersifat baru (inovatif). Sasaran pengelolaan yang direkomendasikan adalah
350 tahun yang silam. Mata pencaharian masyarakat setempat adalah berladang dan atau “Melestarikan tumbuhan, satwa dan habitatnya dalam kawasan TNKM untuk
bercocoktanam padi sawah yang diselingi dengan berburu satwa dan mengumpulkan kepentingan masyarakat, melalui pemanfaatan suberdaya alam oleh masyarakat
tumbuhan dari hutan untuk kebutuhan sehari-hari dan hasilnya dijual untuk mendapatkan setempat secara berkelanjutan, pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi,
uang. Keadaan perekonomian penduduk pada umumnya miskin, namun demikian, tingkat berbasiskan pada suatu pendekatan pengelolaan bersama”.
perekonomian mereka secara umum melampaui rata-rata propinsi. Pelayanan kesehatan
dan pendidikan untuk penduduk setempat secara keseluruhan masih berada pada tingkat Untuk mencapai sasaran ini, maka tujuan pengelolaan TNKM adalah sebagai berikut:
yang rendah. Masyarakat setempat masih menganut hukum adat dan praktik pengaturannya A. Menjamin bahwa pemanfaatan tumbuhan dan satwa yang dilakukan oleh masyarakat
tampak secara jelas pada berbagai aspek kehidupan sehari-hari, serta kepala adat atau setempat secara berkelanjutan;
pemimpin adat masih dihormati. Walaupun demikian, terlihat bahwa perhatian terhadap B. Membangun dan mempertahankan sistem pengelolaan bersama dengan masyarakat
aspek-aspek tradisional kehidupan masyarakat adat ini semakin berkurang dibandingkan dan pemerintah setempat;
pada masa yang silam. Perpindahan penduduk keluar daerah untuk meningkatkan taraf C. Mengoptimalkan kesempatan pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi yang
perekonomian, pendidikan serta memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik, telah cocok dengan pelestarian (konservasi) dan pemanfaatan sumberdaya alam secara
menyebabkan berkurangnya populasi penduduk di wilayah ini secara nyata hingga tradisional.
permulaan tahun 1980-an dan banyak desa-desa yang berada dalam kawasan TNKM
ditinggalkan oleh penghuninya. TNKM lebih condong untuk dijadikan sebagai sebuah kawasan lindung yang
sumberdayanya terurus (terkelola) dengan baik mengikuti kriteria VI IUCN. Kawasan
Kecenderungan ini nampaknya sekarang sudah stabil dan bahkan di beberapa tempat ini dikelola untuk menjamin perlindungan dan pemeliharaan jangka panjang terhadap
malah sebaliknya. Ada kecenderungan bahwa, minat untuk bermukim kembali pada keanekaragaman hayati, sementara pada saat yang bersamaan dapat menyediakan
beberapa kampung-kampung yang telah ditinggalkan semakin meningkat karena di hasil alam (hutan) dan pelayanan secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan
tempat mereka tinggal sekarang menghadapi berbagai masalah ekonomi dan masalah- masyarakat.
masalah lainnya dan adanya daya tarik dari kegiatan eksploitasi sumberdaya alam di
wilayah kampung mereka.

vii Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) viii
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Rekomendasi yang paling penting dalam Rencana Pengelolaan TNKM ini meliputi: lebih sulit untuk melindungi keanekaragaman hayati dalam jangka panjang, demikian
pula dengan pemberian pelayanan dasar oleh Pemerintah Daerah akan menjadi
A. Perencanaan Kawasan, Batas dan Zonasi lebih mahal. Idealnya, cara-cara lainnya mesti ditemukan untuk membantu mengatasi
masalah ekonomi, sosial dan masalah-masalah lain yang menyebabkan besarnya
a. Masyarakat setempat hendaknya diikutsertakan dalam pemberian nama baru untuk minat untuk bermukim kembali pada desa-desa yang telah ditinggalkan.
TNKM agar lebih mencerminkan kisaran geografis lahan yang termasuk di dalamnya
dan pengelolaan lahan yang begitu lama oleh masyarakat setempat; B. Pengelolaan Tumbuhan, Satwa dan Ekosistemnya
b. Pengelola Kawasan (Departemen Kehutanan cq. Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam/PHKA) hendaknya melakukan perundingan dengan Kegiatan inventarisasi keberadaan dan penyebaran jenis perlu dikerjakan lebih banyak
masyarakat setempat, Pemerintah Daerah, dan pemegang Hak Pengusahaan Hutan lagi:
(HPH) guna mencoba untuk melakukan penambahan luas kawasan TNKM agar a. Kegiatan relokasi, rehabilitasi dan pengkayaan jenis belum merupakan prioritas
dapat dilakukan perlindungan jangka panjang yang lebih baik terhadap lingkungan yang mendesak, kecuali kemungkinan untuk melakukan studi kelayakan mengenai
dan keanekaragaman hayati; peliaran kembali Badak dan Orang Utan;
c. Beberapa Wilayah Adat telah mengajukan permintaan bahwa lahan yang b. Prioritas tertinggi dalam kegiatan pengelolaan habitat adalah melanjutkan
dimanfaatkan secara intensif untuk perkampungan, pertanian dan kehutanan pembakaran padang rumput secara teratur guna meningkatkan daya dukung
dikeluarkan dari kawasan TNKM. Permintaan ini seyogyanya mendapatkan terhadap habitat Banteng dan satwa pemakan rumput (herbivora) lainnya;
persetujuan oleh Pengelola Kawasan; c. Prioritas yang paling tinggi adalah pengelolaan hasil sumberdaya alam secara
d. Beberapa Wilayah Adat lainnya telah mengajukan permintaan agar semua atau hampir berkelanjutan, yang mana masyarakat setempat dapat memanfaatkannya untuk
semua tanah adat mereka dikeluarkan dari kawasan TNKM. Untuk itu disarankan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memperoleh penghasilan;
agar Pengelola Kawasan membuat batas sementara, mengeluarkan tanah adat yang d. Ketentuan mengenai pemanenan dan pengelolaan sumberdaya alam yang
dimanfaatkan secara intensif dari dalam kawasan TNKM. Untuk lahan sisanya, Pengelola dimanfaatkan oleh masyarakat setempat akan didasarkan pada kesepakatan
Kawasan dapat melakukan perencanaan tata guna lahan yang lebih rinci bersama-sama konservasi yang memadukan peraturan adat dan metode pengelolaan sumberdaya
masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah. Sasarannya adalah agar semua pihak alam/hidupan liar, terutama mengenai pemantauan dan pengelolaan populasi;
melakukan identifikasi untuk menentukan lahan yang masuk dalam kawasan TNKM, e. Direkomendasikan agar pengelola kawasan menggunakan daftar jenis yang
sehingga kawasan TNKM benar-benar merupakan hutan yang masih utuh karena dilindungi di Indonesia dan daftar jenis yang terancam punah dari IUCN sebagai
memiliki nilai konservasi yang tinggi atau karena tidak cocok untuk pembangunan. dasar untuk melakukan pemantauan kecenderungan populasi dan selanjutnya
Dengan demikian, kawasan hutan tersebut akan tetap berada dalam kawasan TNKM mengambil langkah-langkah untuk membatasi pemanenan jenis yang sedang
dan dikelola secara bersama-sama; mengalami pemanenan berlebihan atau sebaliknya terhadap jenis yang terancam.
e. Langkah awalnya TNKM memerlukan sebuah sistem zonasi yang sederhana. Sebagian Kegiatan perburuan yang dikelola secara berkelanjutan disertai dengan pemantauan
besar kawasan TNKM hendaknya dijadikan sebagai Zona Pemanfaatan Tradisional yang ketat terhadap beberapa jenis yang dilindungi yang masih sering dijumpai dan
(ZPT) sehingga pemanfaatan secara berkelanjutan oleh masyarakat setempat menjadi hama pertanian secara lokal hendaknya diperbolehkan;
diperbolehkan. Bagian lain dari kawasan TNKM perlu dijadikan sebagai Zona Inti f. Perdagangan secara terbatas terhadap tumbuhan dan satwa liar agar diijinkan,
yang telah mendapatkan persetujuan sementara oleh masyarakat dan Zona Pemanfaatan sebagaimana halnya terjadi pada Taman Nasional lainnya di Indonesia, kecuali suatu
untuk areal yang dipakai sebagai Stasiun Penelitian Hutan di Lalut Birai. Memaksakan jenis yang telah terancam oleh pemanenan yang berlebihan;
pembuatan Zona Rimba atau lebih banyak Zona Inti pada saat ini akan membingungkan g. Penduduk setempat hendaknya diijinkan untuk menebang pohon Aquilaria guna
dan bertentangan dengan masyarakat serta belum diperlukan untuk perlindungan memperoleh gaharu, demikian juga pohon kayu untuk keperluan pembangunan
keanekaragaman hayati pada saat sekarang. Zonasi dapat ditinjau kembali setelah rumah-rumah penduduk dan bangunan-bangunan masyarakat di Zona Pemanfaatan
diperoleh pengetahuan yang lebih banyak mengenai habitat yang terdapat dalam TNKM, Tradisional;
diperoleh kepercayaan masyarakat setempat dengan Pengelola Kawasan, masyarakat h. Kegiatan penghijauan dan konservasi tanah belum diperlukan saat ini.
setempat dan instansi setempat lebih menyadari peran dan kebutuhan zonasi lainnya;
f. Pengelola Kawasan perlu bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat C. Pemanfaatan TNKM
setempat guna mencoba untuk mengembangkan alternatif yang dapat diterima terhadap
rencana beberapa kelompok masyarakat untuk bermukim kembali pada kampung- a. Pemanfaatan TNKM sejauh ini akan paling besar dilakukan oleh masyarakat
kampung yang telah ditinggalkan. Rencana pemukiman kembali bisa memecah setempat untuk keperluan perburuan satwa, pengumpulan tumbuhan untuk
kawasan TNKM dan menimbulkan permasalahan lain yang akan membuat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan mendapatkan uang;

ix Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) x
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
b. Pemanfaatan TNKM untuk kepentingan pariwisata, pendidikan dan tujuan-tujuan c. Sebagai langkah awal, lebih baik melakukan pendekatan yang bersifat kerjasama
lainnya akan tumbuh secara lambat. Wisatawan yang diharapkan datang berkunjung dengan perusahaan-perusahaan HPH daripada bersifat konfrontasi;
ditargetkan mencapai 3.000 orang pada tahun 2025; d. Harga emas yang murah saat ini memberikan peluang untuk membatalkan ijin
c. Ekowisata hendaknya berbasiskan masyarakat, dikembangkan secara perlahan- eksplorasi dalam kawasan TNKM;
lahan dan dikelola oleh masyarakat setempat bekerjasama dengan pengelola TNKM e. Satu-satunya jenis satwa yang menunjukkan tanda-tanda tekanan perburuan
dan perusahaan pariwisata dari luar; berlebihan dalam kawasan TNKM adalah Cucak Rawa. Upaya perlindungan
d. Upaya peningkatkan kepedulian dan pendidikan tentang TNKM adalah sangat terhadap jenis ini hendaknya mengikutsertakan lembaga-lembaga adat setempat
mendesak untuk dilakukan guna meningkatkan dukungan seluruh pihak terkait dan mempergunakan berbagai macam pendekatan, seperti misalnya pendidikan,
(stakeholder). Sasaran kunci peserta adalah masyarakat setempat, lembaga pembatasan perburuan, dsb.;
pemerintah, sekolah-sekolah, sektor swasta, pegawai pemerintah dan pengunjung f. Tanggung jawab penegakan hukum diantara para pihak terkait (PHKA, lembaga
TNKM; adat setempat dan Pemeritah Daerah) perlu untuk dirundingkan;
e. Masyarakat setempat, lembaga masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah akan g. Pendekatan awal yang seyogyanya dilakukan dengan masyarakat setempat adalah
memperoleh manfaat yang besar dari program pelatihan dan wisata belajar karena dimulai dari peningkatan kepedulian dan pendidikan mengenai peraturan perundang-
meningkatkan kemampuan mereka guna berperanserta secara efektif dalam undangan dan alasan untuk melakukan konservasi, ditujukan untuk meningkatkan
pengelolaan TNKM; kepedulian secara sukarela dan atau penegakan hukum pendahuluan oleh lembaga
f. Potensi besar TNKM untuk pendidikan tingkat SMU dan wisata belajar harus adat berdasarkan Kesepakatan Konservasi dan Nota Kesepakatan, sebelum
dikembangkan. dilanjutkan dengan bentuk-bentuk penegakan hukum lainnya, jika diperlukan;
h. PHKA, KSDA dan Pemerintah Daerah perlu memberikan dukungan kepada
D. Penelitian dan Pengembangan masyarakat setempat yang saat ini dengan inisiatif sendiri menghentikan pengambilan
sumberdaya alam secara tidak sah dari TNKM oleh pihak–pihak luar. Hal ini
a. Untuk memperlancar para ilmuwan dan pengelola kawasan, masyarakat hendaknya merupakan suatu cara yang penting untuk membangun kepercayaan antara
diikutsertakan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan mengiterpretasikan masyarakat dan Pemerintah.
penelitian. Penggabungan pengetahuan ekologi lokal akan meningkatkan efektifitas
waktu dan biaya penelitian; F. Pengembangan Kelembagaan
b. Penelitian jenis dan populasi hendaknya dipusatkan pada jenis-jenis yang umumnya
dipanen dan atau jenis-jenis indikator kesehatan habitat/ekosistem secara umum; a. Pengelolaan TNKM secara bersama dengan mengikutsertakan PHKA, masyarakat
c. Penangkaran dan pembudidayaan belum waktunya mendapatkan prioritas tinggi adat setempat dan Pemerintah Daerah sangat diperlukan. PHKA adalah instansi
dari pengelola TNKM pada tahap permulaan, walaupun ilmuwan luar dan pemerintah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan peraturan perundang-
mahasiswa dengan biayanya sendiri bisa saja diterima; undangan nasional dan kesepakatan-kesepakatan internasional untuk melindungi
d. Penelitian berskala bioregional, terutama untuk mengidentifikasi kawasan di luar dan pengelola keanekaragaman hayati Indonesia dan menyediakan keahlian
TNKM yang penting untuk jenis-jenis yang memiliki wilayah jelajah luas atau jenis- pengelolaan kawasan dan konservasi keanekaragaman hayati. Masyarakat setempat
jenis migrasi seperti Babi Hutan, Burung, Ikan, dsb, sangat penting untuk sudah hidup dan mengelola lahan kawasan TNKM lebih dari 300 tahun,
perlindungan keanekaragaman hayati jangka panjang. mengandalkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan
kebutuhan uang dan tahu banyak tentang keanekaragaman hayati kawasan dan
E. Perlindungan & Pengelolaan Sumber Daya TNKM lingkungannya. Pemerintah daerah harus diikutsertakan karena peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam kawasan TNKM mempunyai konsekuensi lingkungan, sosial
a. Pengelola kawasan hendaknya mengambil langkah-langkah pendekatan secara dan ekonomi bagi Kabupaten dan Propinsi, serta rencana dan kegiatan Pemerintah
proaktif dan kekeluargaan (kolaboratif) terhadap potensi ancaman, sehingga Daerah bisa menimbulkan dampak yang luas terhadap TNKM;
memudahkan dalam pencegahan terjadinya masalah atau memecahkan masalah b. Masyarakat setempat mengusulkan agar keikutsertaan mereka dalam pengelolaan
yang sudah terjadi; TNKM secara bersama-sama dapat disalurkan melalui Forum Musyawarah
b. Pengelola kawasan hendaknya membantu pemerintah melakukan analisis alternatif Masyarakat Adat (FoMMA). Susunan anggota FoMMA akan berasal dari
pembangunan jalan dan jika seandainya pembangunan jalan adalah pilihan terbaik perwakilan 10 wilayah adat yang lahannya masuk atau disekitar kawasan TNKM.
untuk membuka keterpencilan, maka pilihlah jalur yang dampak kerusakan FoMMA akan bekerja melalui lembaga adat di tiap-tiap wilayah adat;
lingkungannya paling kecil; c. FoMMA, PHKA/KSDA dan Pemerintah Kabupaten akan mengelola TNKM secara
bersama-sama melalui Dewan Penentu Kebijakan (DPK) TNKM, yang
direkomendasikan memiliki lima (5) anggota mewakili FoMMA, empat (4)

xi Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xii
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
dari Pemerintah Kabupaten Malinau dan Nunukan, dua (2) dari PHKA dan dua (2) H. Pengembangan Sarana dan Infrastruktur
dari Pemerintah Propinsi. Dengan mempertahankan jumlah anggota sebanyak 13
(tiga belas) orang akan menghemat biaya operasional yang cukup berarti dan lebih a. Keterpencilan TNKM, pertumbuhan pariwisata yang lambat, ketidakpastian
mudah untuk memfasilitasi pertemuan serta lebih efektif; perkembangan sistem transportasi dan penyaluran pengunjung, ketergantungan
d. Prioritas tertinggi pada awal pengelolaan TNKM adalah bagi anggota DPK untuk pada pengelola lokal dan faktor-faktor lain berarti bahwa pembangunan infrastruktur
merundingkan sebuah Nota Kesepakatan (MoU) yang mengatur tentang organisasi pada umumnya belum merupakan prioritas utama yang mendesak. Perencanaan
dan tata kerja DPK TNKM dan mengatur tanggung jawab pengelola kawasan dari sebaiknya dikembangkan sejalan dengan berjalannya waktu dan meningkatnya
berbagai pihak-pihak terkait; pengetahuan mengenai hal-hal tersebut;
e. Pengelolaan TNKM sehari-hari akan menjadi tanggung jawab Badan Pelaksana b. Infrastruktur dengan prioritas paling tinggi pada saat ini dan mendesak adalah
(BP) TNKM, yang akan melapor dan diarahkan oleh DPK TNKM. Staf BP TNKM perpaduan antara perkantoran yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pengunjung
untuk pertama kalinya bisa berasal dari PHKA, KSDA, FoMMA atau WWF serta perumahan pada kantor pusat, kantor cabang dan atau pos-pos lapangan,
Indonesia, tergantung dari keputusan yang dibuat oleh DPK TNKM, ketersediaan beberapa sarana pariwisata seperti jalan setapak untuk penjelajahan dan sarana
staf yang berpengalaman dan pendanaan dari berbagai organisasi, dsb.; untuk pengamatan hidupan liar yang sederhana.
f. Dukungan awal dan jangka panjang serta keberhasilan TNKM akan meningkat
pesat bila FoMMA secara bertahap mengambil peran utama bersama-sama BP I. Pengembangan Peran Serta Masyarakat
TNKM. Kemajuan terhadap pencapaian tujuan ini akan tergantung pada keluaran
(outcome) dari program pelatihan pengelolaan kawasan dan perlindungan a. Program pembangunan masyarakat akan sulit dikembangkan karena jaraknya yang
keanekaragaman hayati yang diberikan oleh PHKA, KSDA, WWFI dan lainnya jauh dari pasar, sulitnya perhubungan, ketidaksuburan tanah pada umumnya,
untuk melengkapi pengetahuan lokal (kearifan lokal) yang telah dimiliki FoMMA terbatasnya pendanaan dan faktor-faktor lainnya;
dan masyarakat setempat tentang tumbuhan, satwa dan ekosistem, ketersediaan b. Standard kehidupan masyarakat setempat sebaiknya didukung dengan cara
pendanaan untuk FoMMA dan seberapa baik FoMMA menunjukkan tanggung membantu mereka mengelola pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam dan
jawabnya melindungi lingkungan TNKM dan mematuhi kesepakatan pengelolaan; dengan cara mengupayakan pengakuan pemerintah terhadap hak-hak masyarakat
g. Cara yang paling praktis untuk merencanakan staf Badan Pelaksana adalah dengan terhadap lahan dan sumberdaya alam yang terdapat dalam zona penyangga;
membentuk tim kecil, yang intinya terdiri dari semua bidang utama yang diperlukan c. Ada beberapa potensi jangka panjang untuk proyek pengembangan ekonomi
dan menambah beberapa staf dengan bidang keahlian yang berbeda apabila ekowisata berbasiskan masyarakat, seperti pertanian, wanatani dan kerajinan, tetapi
ketersediaan dana memadai. Mengingat terbatasnya kemampuan pendanaan PHKA proyek-proyek ini memerlukan pengembangan secara perlahan-lahan dan berhati-
dan FoMMA serta staf pada beberapa tahun mendatang, WWFI pada awalnya bisa hati guna menghindari permasalahan sosial dan lingkungan hidup, seperti misalnya
mengisi sebagian besar posisi staf utama atau staf inti ini setidaknya dalam empat menarik lebih banyak imigran;
tahun pertama masa pelaksanaan Rencana Pengelolaan TNKM dan melapor serta d. Pemerintah Daerah Kabupaten hendaknya mengkoordinasikan proyek proyek
diarahkan DPK TNKM. Walaupun demikian, direkomendasikan agar PHKA dan pembangunan di dalam zona penyangga TNKM, terutama pembangunan
KSDA segera menugaskan staf seniornya sebagai petugas penghubung penuh untuk infrastruktur, dibantu oleh staf TNKM dan LSM.
TNKM sehingga pelatihan untuk FoMMA dan masyarakat setempat segera dapat
dimulai agar mereka secepatnya menjadi bagian dari Badan Pelaksana. J. Monitoring dan Evaluasi
h. Mempekerjakan masyarakat setempat sebagai staf Badan Pelaksana apabila
memungkinkan, akan sangat berguna untuk membangun dan memelihara dukungan Memperhatikan bahwa pemanfaatan secara berkelanjutan tumbuhan dan satwa liar
masyarakat setempat terhadap TNKM. oleh masyarakat setempat merupakan bagian utama dari pengelolaan TNKM, perhatian
yang lebih besar harus diberikan pada perancangan (disain), pelaksanaan dan
G. Koordinasi pemahaman sistem pemantauan lingkungan partisipatip dan mandiri tentang pengujian
kecenderungan populasi yang umumnya dimanfaatkan dan atau jenis-jenis indikator,
Koordinasi dengan lembaga pemerintah lainnya, LSM, sektor swasta dan pihak-pihak perubahan habitat, perambahan ke dalam kawasan TNKM dan indikator-indikator
terkait lainnya dapat dicapai dengan baik melalui kunjungan teratur ke kantor-kantor, lainnya.
berpartisipasi pada rapat-rapat perencanaan di tingkat Kabupaten dan Propinsi dan
forum komunikasi dan koordinasi tahunan daripada melalui badan koordinasi yang K. Pendanaan
besar, resmi dan mahal.
a. Ada kemungkinan bahwa permerintah pusat dan pemerintah daerah akan
menghadapi kesulitan dalam menyediakan dana yang cukup untuk pengelolaan

xiii Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xiv
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
TNKM yang ideal. Mekanisme pendanaan alternatif dan inovatif perlu TIM PENYUSUN
dikembangkan. Kewajiban untuk penggantian atas biaya sumberdaya alam (Debt
for nature swaps), hibah pampasan karbon (Carbon sequestration grants),
kemitraan dengan LSM yang mempunyai hubungan luas dengan donor internasional WWF Indonesia telah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dan melimpahkan lebih banyak tugas pengelolaan kepada FoMMA dan lembaga dan Konservasi Alam (PHKA) untuk membangun Taman Nasional Kayan Mentarang
masyarakat setempat lainnya, yang bisa melaksanakan berbagai tugas dengan biaya (TNKM) sejak tahun 1990. Perhatian utama yang tercurah pada akhir kurun waktu
rendah patut dipertimbangkan; ini (dari tahun 1996 sampai dengan November 2000) adalah menyelesaikan penyusunan
b. Pendanaan dalam jumlah besar dari PHKA tidak diperlukan dalam waktu dekat Rencana Pengelolaan TNKM berdasarkan masukkan dari masyarakat yang tinggal di
karena keberhasilan WWFI dalam memperoleh hibah selama empat tahun dari dalam dan di kawasan TNKM, PHKA, dan Pemerintah Daerah.
Pemerintah Denmark (DANIDA) untuk membiayai kegiatan TNKM. Tetapi
pendanaan PHKA untuk beberapa infrastruktur, upaya-upaya pemantauan dan Staf senior yang terlibat dalam kurun waktu ini adalah :
evaluasi dan kegiatan lainnya sangat diperlukan;
c. Jika seandainya PHKA mampu mendapatkan dana di waktu yang akan datang, Jabatan / Bidang di Proyek Nama
sebaiknya digunakan untuk memberi hibah kepada FoMMA untuk kegiatan TNKM
yang bersifat khusus; Pimpinan Proyek : Dale Withington
d. Penerimaan dari sektor pariwisata, denda atas pelanggaran peraturan TNKM, bea Pendidikan dan Penyadaran : Monica Kusneti
masuk dan sewa dari penggunaan fasilitas dan penerimaan lainnya yang berhubungan Konservasi Biologi : Stephan Wulffraat, Agustinus Taufik, Carey
dengan TNKM hendaknya diterima oleh FoMMA dan Lembaga Adat guna Yeager, James Sowerby
mendukung kegiatan-kegiatan pengelolaan dan memberikan pendapatan Koordinator Kebijakan : Dolvina Damus
masyarakat. Mengalokasikan dana ini kepada masyarakat akan meningkatkan jumlah GIS / Pemetaan : Ketut Deddy, Mulyadi, Kusworo
orang dan anggota masyarakat yang merasa bahwa memberikan dukungan kepada Pengembangan Masyarakat : Cristina Eghenter
TNKM adalah untuk kepentingan mereka sendiri; Administrasi & Logistik : Agustono Dwi Rachadi
e. Jika seandainya diperoleh pendanaan yang lebih besar dari Debt for nature swaps,
Carbon sequestration grants atau sumber-sumber lainnya, sebagian dana hendaknya Semua staf lainnya juga turut berperan dan memberikan pemikiran yang sangat berarti
dialokasikan untuk masyarakat guna penggantian atas bantuan mereka dalam dalam penyelesaian Rencana Pengelolaan TNKM. Staf WWF Indonesia di Balikpapan
pengelolaan kawasan dan untuk membantu mengembangkan kegiatan-kegiatan dan Jakarta juga memberikan dukungan, demikian juga halnya dengan mitra-mitra
dalam rangka menggali pendapatan sampingan yang akan membantu mencegah proyek seperti WWF Denmark dan WWF Jerman.
pengambilan sumberdaya alam yang tidak berkelanjutan.
Tanpa dukungan dan kerja keras dari staf WWF Indonesia pada periode sebelumnya
yang tergabung dalam pembangunan TNKM, penyususnan Rencana Pengelolaan ini
tak mungkin dapat diwujudkan. Pemimpin-pemimpin Proyek WWFI Kayan Mentarang
sejak tahun 1990 adalah Tim Jessup, Godwin Limberg, dan Cristina Eghenter.

Sebagai tambahan, bahwa Rencana Pengelolaan ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa
bantuan yang tak ternilai dari para konsultan berikut ini :

Nama : Bidang Tugas

Jim Schweithelm Memfasilitasi Lokakarya Staf mengenai Penyusunan


Rencana Pengelolaan, dan ikut menulis serta melakukan
penyuntingan terhadap Rencana Pengelolaan.
Robert Stuebing Konservasi Biologi
Godwin Limberg Pengembangan Tanaman Hutan
Janet Cochrane Pengembangan Pariwisata
Michael Terzich Infrastruktur Taman Nasional

xv Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xvi
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Agus Sriyadi Infrastruktur Taman Nasional DAFTAR ISI
Padmo Wiyoso (KSDA) Infrastruktur Taman Nasional
Elizabeth Fox Penyadaran dan Pendidikan Halaman Judul ......................................................................................... i
Lembar Pengesahan ................................................................................. ii
Peta Lokasi .............................................................................................. iii
Selain itu, para Kepala Adat dan Masyarakat Adat di 10 Wilayah Adat yang tanah Kata Pengantar ........................................................................................ iv
adatnya menurut Keputusan Menteri tentang Penetapan kawasan Taman Nasional Ringkasan Eksekutif ................................................................................ vi
Kayan Mentarang masuk dalam kawasan telah memberikan banyak sekali informasi Tim Penyusun .......................................................................................... xvi
yang dicantumkan dalam Rencana Pengelolaan ini. Daftar Isi ................................................................................................. xviii
Daftar Tabel ............................................................................................. xx
Staf senior BKSDA Kalimantan Timur, seperti Budiman Amin, Ade M. Rachmat dan Daftar Gambar ......................................................................................... xx
Padmo Wiyoso, juga banyak memberikan buah pikiran dalam penyusunan Rencana Daftar Lampiran ...................................................................................... xxi
Pengelolaan ini.
Bab I. Pendahuluan I-1
Dukungan pendanaan untuk penulisan Rencana Pengelolaan TNKM ini sebagian besar A. Latar Belakang dan Pertimbangan Status Taman Nasional
bersumber dari Danida, sebuah lembaga bantuan Internasional dibawah Kementerian Kayan Mentarang ................................................................ I-1
Luar Negeri Denmark. Dana hibah tambahan diperoleh dari WWF Jerman, WWF B. Karakteristik dan Ruang Lingkup Rencana Pengelolaan ...... I-2
Belanda, Ford Foundation, dan TOTAL Foundation Perancis. C. Perumusan Rencana Pengelolaan ........................................ I-2
D. Dasar Pemikiran, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Rencana
Akhirnya, pengesahan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang ini Pengelolaan ........................................................................ I-3
hanya dapat dimungkinkan berkat jerih payah, masukan, bantuan, usaha, dan dukungan
dari pihak-pihak sebagai berikut : Bab II. Keadaan Umum II-5
1. Marthin Billa (Bupati Malinau) A. Keadaan Fisik ..................................................................... II-5
2. H. Abdul Hafid Acmad (Bupati Nunukan) B. Keadaan Biologi ................................................................. II-6
3. Wahyudi Wardoyo (Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan) C. Potensi Wisata .................................................................... II-11
4. Suhariyanto (Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Kebudayaan ........................... II-14
5. Yunus Poddalah (Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten E. Pengelolaan Kawasan ......................................................... II-17
Malinau)
6. Tomy Harun (Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bab III. Tujuan, Sasaran dan Target Pengelolaan III-21
Nunukan)
7. Ramon Janis (Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur) Bab IV. Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional IV-24
8. Tonny Soehartono (Direktur WWF Sundaland Bioregion Kalimantan)
9. IGNN Sutedja (Project Executant WWF-Kayan Mentarang) Bab V. Upaya Pokok dan Rencana Kegiatan V-26
10. Marten Labo (Ketua Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional A. Aspek Pengelolaan dan Kebijakan ....................................... V-26
Kayan Mentarang). 1. Perencanaan ................................................................... V-26
2. Perbatasan Luar .............................................................. V-26
3. Zona Internal .................................................................. V-35
B. Mengelola Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem ............. V-36
1. Flora, Fauna dan Ekosistem ............................................ V-36
2. Hidrologi ........................................................................ V-45
3. Rehabilitasi Taman ......................................................... V-45
C. Pemanfaatan Kawasan ........................................................ V-46
D. Penelitian dan Pengembangan ............................................. V-49
E. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan ........ V-54
F. Pengembangan Kelembagaan .............................................. V-61

xvii Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xviii
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
G. Koordinasi dengan DepHutBun, Lembaga Terkait dan LSM . V-69 DAFTAR TABEL
H. Pengembangan Pengelolaan dan Penggunaan Infrastruktur .. V-70
I. Pengembangan Partisipasi Masyarakat ................................ V-75 No. Judul Hal.
J. Pemantauan dan Evaluasi .................................................... V-81
1. Kelompok Sasaran, Tujuan, Materi, Kegiatan dan Media Program V-48
Bab VI. Anggaran VI-83 Pendidikan Konservasi ......................................................................
2. Anggaran 5 dan 25 tahun untuk TNKM dalam Dollar Amerika ............ VI-87
BabVII. Penjadwalan dan Pentahapan VII-91
A. Batas Taman dan Masalah Zonasi ........................................ VII-91
B. Mengelola Flora, Fauna dan Ekosistem ............................... VII-93
C. Pemanfaatan Kawasan ........................................................ VII-96
D. Penelitian dan Pengembangan ............................................. VII-100
E. Penegakan Hukum dan Perlindungan Kawasan ................... VII-103
F. Pengembangan Kelembagaan .............................................. VII-103
G. Koordinasi .......................................................................... VII-105
H. Mengembangkan Prasarana Pengelolaan dan Pemanfaatan .. VII-106
I. Peran serta Masyarakat dan Pembangunan ......................... VII-108
J. Pemantauan dan Evaluasi .................................................... VII-110
DAFTAR GAMBAR
BabVIII. Kesimpulan VIII-112
No. Judul Hal.
Daftar Pustaka P-117
1. Peta Lokasi Taman Nasional Kayan Mentarang .................................. II-7
Lampiran L-132
2a. Peta Tipe Habitat dan Lokasi Transek Biologi di TNKM .................... II-12
2b. Peta Tipe Habitat dan Lokasi Transek Biologi di TNKM .................... II-13
3. Peta Batas Wilayah Adat di Taman Nasional Kayan Mentarang .......... II-16
4. Peta Usulan Batas TNKM oleh Masyarakat & Batas Luar Sementara
Wilayah Adat Tubu ............................................................................ V-29
5. Daerah dengan Potensi sebagai Zona Inti ........................................... V-38
6. Kawasan Hutan Penting sebagai Koridor ke TNKM .......................... V-53
7. Peta HPH di Sekitar TNKM .............................................................. V-56
8. Peta Potensi Mineral dan Hak Explorasi di Sekitar TNKM ................ V-57
9. Peta Rencana Jalan di dalam dan Sekitar TNKM ............................... V-62
10. Usulan Struktur Pengelolaan Bersama untuk TNKM ........................ V-66
11. Pola Kepegawaian Utama yang direkomendasikan untuk TNKM
Berdasarkan Keperluan Teknis dan Dana yang akan Tersedia Secara
Realistis ............................................................................................. V-68
12. Peta Rencana Prasarana Pengelolaan di TNKM .................................. V-77
13. Peta Rencana Prasarana Wisata di TNKM ......................................... V-78

xix Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) xx
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
DAFTAR LAMPIRAN BAB I

No. Judul Hal. PENDAHULUAN

1. Rencana Kerja ................................................................................... L-132


A. Latar Belakang dan Pertimbangan Status TNKM

Taman Nasional Kayan Mentarang adalah salah satu kawasan lindung terpenting di Asia
Tropis dan merupakan salah satu kunci dari sistem kawasan lindung Indonesia. Luasnya
kawasan, lokasinya yang terletak di titik penting keanekaragaman hayati, tingginya nilai
budaya dan peranannya dalam perlindungan daerah aliran sungai, merupakan faktor utama
yang membuat TNKM menjadi sangat bernilai. Kawasan hutan ini merupakan kawasan
lindung terbesar di Pulau Kalimantan dan merupakan kawasan lindung terbesar di antara
kawasan sejenis di Indonesia dan Asia Tenggara. Kawasan ini sebagian besar merupakan
daerah pegunungan dan terdiri atas tipe-tipe vegetasi yang beragam, termasuk hutan hujan
dataran rendah, bukit, pegunungan rendah, pegunungan tinggi, hutan kerangas, hutan
batu gamping dan juga padang rumput. Taman nasional ini juga merupakan sumber mata
air dari tiga sungai penting di Kalimantan (Sungai Kayan, Sungai Sesayap dan Sungai
Sembakung) dan merupakan kunci utama dalam pemeliharaan tata air dan transportasi
sungai. Kelompok-kelompok masyarakat asli suku Dayak yang tinggal di dalam dan di
sekitar Kayan Mentarang dan wilayah adatnya masuk dalam taman nasional, menambah
dimensi daya tarik khusus bagi para pengunjung taman nasional untuk menyaksikan
perburuan tradisional, pengumpulan sumber daya alam dan praktek-praktek pertanian
serta budaya tradisional suku Dayak. Dalam taman nasional ini terdapat kuburan-kuburan
megalitik yang memberikan pengetahuan prasejarah penting mengenai lokasi tersebut.

Berbagai kombinasi dari substrat geologi, tipe hutan dan ketinggian menghasilkan berbagai
tipe-tipe habitat dan variasi jenis flora dan fauna. Kayan Mentarang merupakan pusat
terbesar dari keanekaragaman hayati dan endemisme tumbuhan untuk Pulau Kalimantan
(WWF-IUCN, 1994). Dari 228 jenis mamalia yang telah diketahui terdapat di Kalimantan,
lebih dari 150 jenis diduga terdapat di dalam taman nasional. Banyak jenis diantaranya
merupakan jenis endemik Kalimantan dan beberapa sudah terancam punah. Kawasan ini
juga menarik dari segi jenis burungnya. Birdlife International mencalonkan pegunungan
Kayan Mentarang dan daerah ketinggian lainnya di Kalimantan Timur menjadi salah satu
daerah konservasi burung-burung endemik paling penting dunia. Sejauh ini telah tercatat
337 jenis burung di dalam taman nasional, termasuk jenis terancam punah atau dilindungi.
Para ilmuwan juga yakin bahwa kawasan ini kaya akan jenis-jenis amfibi, reptil dan ikan,
meskipun kelompok-kelompok satwa ini belum disurvei secara teliti.

Menyadari akan tingginya nilai kekayaan alam dan budaya dari Kayan Mentarang,
Pemerintah Indonesia menetapkan kawasan ini sebagai cagar alam pada tahun 1980.
Manfaat sistem kawasan lindung Indonesia telah ditegaskan dalam Rencana
Konservasi Nasional (FAO 1982/83) dan nilai pentingnya diantara kawasan lindung
di Asia telah didokumentasikan oleh IUCN (Mac Kinnon and Mac Kinnon, 1986)

xxi Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) I-1
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
dan kemudian dipertegas pada laporan terbaru (Mac Kinnon, 1997). Kayan Mentarang yang mendasari Rencana Pengelolaan ini dikumpulkan sejak tahun 1990, pada saat
ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1996. Alasan utama dari perubahan dimulainya kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). WWF
status kawasan ini adalah karena taman nasional memberikan kemungkinan menerima hibah pendanaan dari beberapa sumber untuk kegiatan ini, meliputi The
diteruskannya kegiatan pemungutan hasil hutan pada zona tertentu oleh masyarakat Ford Foundation, The European Union, USAID, The Mac Arthur Foundation dan
setempat secara tradisional yang telah bergantung pada hutan yang ada di kawasan Alton Jones Foundation. Sejumlah kalangan akademik nusantara dan mancanegara
tersebut selama berabad-abad, sementara dalam cagar alam hal ini tidak dimungkinkan. serta lembaga ilmiah lainnya telah menyumbangkan ilmuwan-ilmuwan guna membantu
pengumpulan data di lapangan dan beberapa peneliti mandiri menyumbangkan
WWF telah bekerja bersama-sama dengan Departemen Kehutanan sejak tahun 1990 informasi-informasi yang berharga.
untuk mengadakan penelitian dan perencanaan untuk kepentingan pengelolaan taman
nasional. Rencana Pengelolaan ini disusun selama periode pertengahan 1997 sampai akhir 2000
dengan hibah dana yang disediakan oleh Danida (Danish International Aid Agency).
B. Karakteristik dan Ruang Lingkup Rencana Pengelolaan Pemetaan partisipatif dengan masyarakat dan survei-survei biologi telah dilaksanakan
selama periode waktu ini, dan secara luar biasa sangat meningkatkan pengetahuan
Rencana Pengelolaan Taman Nasional ini dimaksudkan untuk memberikan arahan tentang taman nasional dan bagaimana masyarakat memanfaatkan sumber daya
dan panduan untuk pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang selama periode alamnya. WWF Jerman dan Total Foundation menyediakan bantuan hibah untuk
25 tahun dimulai sejak dari disetujuinya secara resmi Rencana Pengelolaan. melanjutkan pengumpulan data di Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai.
Rekomendasi yang diberikan dalam Rencana Pengelolaan ini bersifat indikatif, sehingga
akan memberi kesempatan kepada para pengelola untuk fleksibel terhadap perubahan- D. Dasar Pemikiran, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Rencana
perubahan. Perencanaan yang dimuat mencakup semua aspek pengelolaan termasuk Pengelolaan
di antaranya penataan batas, pembagian zonasi, penelitian, pengelolaan sumber daya
alam, pengelolaan bersama dengan masyarakat tempatan, pengembangan wisata alam, Rencana pengelolaan telah disusun sejak akhir 1990-an dengan sejumlah alasan. Alasan
pengembangan sarana prasarana, penegakan hukum, pengelolaan data, pengawasan, pertama adalah bahwa sebuah rencana pengelolaan harus disahkan sebelum batas-
kepegawaian dan pendanaan. Sebagai tambahan, dalam rencana pengelolaan ini batas kawasan diselesaikan serta unit dan dana pengelolaan sebuah taman nasional
dicantumkan tinjauan ulang penting dari semua yang telah dipelajari, hal ini mencakup dapat diabsahkan. Kedua, informasi yang memadai tentang Taman Nasional Kayan
karakteristik phisik kawasan, tumbuhan, satwa dan penduduk serta interaksinya dengan Mentarang telah dikumpulkan, dengan demikian rekomendasi Rencana Pengelolaan
lahan. Referensi untuk laporan-laporan dan publikasi yang berkaitan, dicantumkan secara umum secepatnya dirumuskan. Ketiga, sebuah rencana pengelolaan yang telah
dalam daftar pustaka. disetujui, memberi beberapa tatanan terhadap perlindungan hukum bagi akses
masyarakat setempat terhadap lahan dan penggunaan sumber daya alam secara
Rencana Pengelolaan ini difokuskan pada kawasan taman nasional dan daerah tradisional di dalam taman nasional. Terakhir, untuk sementara ini taman nasional
penyangganya dalam hubungannya dengan bioregion di sekitarnya. Pendekatan ini belum terancam, namun ada kecenderungan bahwa tingkat ancaman akan meningkat
didasarkan pada pengetahuan bahwa taman nasional ini bukan sebuah pulau, tetapi pada waktu mendatang. Rencana Pengelolaan Taman Nasional akan menjamin
lebih merupakan bagian dari suatu jaringan yang kompleks dari aliran energi, air, pengelolaan yang aktif dan memperkuat perlindungan hukum terhadap Taman Nasional.
satwa dan manusia yang meliputi bagian utara Kalimantan Timur dan bagian lain yang
berbatasan dengan Sabah dan Sarawak. Perspektif bioregional akan membantu Rencana Pengelolaan TNKM disusun untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
pengelola untuk mengidentifikasi ancaman terhadap Kayan Mentarang yang berasal • Menyajikan segala sesuatu, tentang faktor fisik, biologi dan karakteristik
jauh dari batas-batasnya, dan memahami bagaimana sumber daya alam taman nasional kependudukan yang saat ini sudah diketahui.
berhubungan dengan faktor-faktor biologi dan fisik dari luar. • Merancang tujuan dan kebijakan pengelolaan taman nasional.
• Memberi panduan dan rekomendasi khusus tentang bagaimana kawasan ini
C. Perumusan Rencana Pengelolaan seyogyanya dikelola, dipersiapkan stafnya dan dikembangkan.
• Merumuskan terhadap peranan masyarakat lokal pada pengelolaan kawasan dan
Rencana Pengelolaan ini disusun melalui usaha bersama Balai Konservasi Sumber pelaksanaannya.
Daya Alam Propinsi Kalimantan Timur dan WWF Indonesia-Proyek Kayan Mentarang. • Merekomendasikan pendekatan mengenai penelitian dan pemantauan biologi.
Rancangan Rencana Pengelolaan dipresentasikan kepada instansi-instansi pemerintah
setempat dan tokoh-tokoh masyarakat di dalam dan sekitar taman nasional serta Sasaran secara keseluruhan rencana pengelolaan adalah penyediaan arahan dan
instansi/lembaga terkait lainnya. Masukan yang berharga dari pihak-pihak ini membantu informasi bagi pengelola Taman Nasional Kayan Mentarang mendatang, sebagai
mempertajam rekomendasi akhir Rencana Pengelolaan. Data dan informasi

I-2 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) I-3
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
pedoman pengelolaan taman nasional selama 25 tahun ke depan. Untuk mencapai BAB II
target ini para penulis telah berusaha membuat rekomendasi-rekomendasi khusus.
Rencana Pengelolaan diharapkan akan menjadi sebuah dokumen hidup yang akan KEADAAN UMUM
membentuk inti dari tubuh pengetahuan dan pengalaman yang akan berkembang seiring
dengan waktu.
A. Keadaan Fisik

TNKM terletak di daerah pegunungan pedalaman propinsi Kalimantan Timur sepanjang


perbatasan internasional dengan negara bagian Malaysia, Sabah dan Sarawak (Gambar
1). Taman nasional ini terhampar antara 20 dan 40 Lintang Utara khatulistiwa, meliputi
kira-kira 1,35 juta ha pada konfigurasi batas yang ada saat ini, tetapi kemungkinan luas
kawasan akan berubah jika lokasi ditambah atau dikurangi. Sampai akhir 1999 taman
nasional ini berada dalam kabupaten Bulungan, di kecamatan Kayan Hilir, Pujungan, Krayan,
Mentarang dan Lumbis. Saat ini sebagian besar kawasan taman nasional masuk dalam
wilayah kabupaten yang baru dibentuk, yaitu Kabupaten Malinau dan sebagian lagi masuk
dalam wilayah Kabupaten Nunukan.

Lokasi TNKM sangat terpencil dari pusat pemukiman dan jalan besar. Saat ini akses
menuju kawasan taman nasional adalah dengan menggunakan perahu melalui sungai, dengan
pesawat kecil atau helikopter atau dengan berjalan kaki melalui beberapa jaringan jalan
setapak. Akses melalui sungai sering terputus, tergantung pada tinggi rendahnya permukaan
air, jadwal penerbangan terbatas pada beberapa desa saja, biaya mencarter pesawat terbang
sangat mahal dan selalu sulit diatur, sementara perjalanan dengan berjalan kaki sangat
lambat karena jarak dan topografi bergunung-gunung di dalam dan sekitar kawasan.
Pemerintah daerah telah merencanakan pembangunan jalan yang akan menghubungkan
taman nasional dengan dataran rendah di sebelah timur dan secara bersamaan akan
menambah ke arah barat yaitu menuju Malaysia. Jalan-jalan HPH telah dibangun di sekitar
taman nasional, tetapi hingga akhir 1999 belum ada yang mencapai batas taman nasional.

Kawasan TNKM mengarah dari Timur Laut ke Barat Laut pada pegunungan Belayan-
Kaba yang terhampar sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia dan bagian selatan propinsi
Kalimantan Tengah. Ketinggian di taman nasional berkisar antara 300 meter hingga lebih
dari 2000 meter. Sejarah tektonik yang kompleks pada daerah ini tergambar dari bentuk
topografi dan drainase yang mencerminkan substrat-substrat geologi yang berbeda, sebuah
jajaran garis palsu, gunung berapi di jaman yang lalu, dan bekas danau. Kira-kira 86%
kawasan didasari oleh timbunan karang atau batuan metamorfis, sebagian besar sisanya
merupakan materi gunung berapi, dengan beberapa timbunan batuan gamping yang terpisah.

Kawasan taman nasional terdiri dari 16 sistem tanah, tempat-tempat dengan substrat geologi
yang relatif seragam, tanah, topography dan vegetasi (RePPProT, 1987). Jenis tanah
yang paling umum adalah Utisol, yaitu tanah-tanah yang tidak subur di atas batu sedimen
dan metamorfis. Tropudults telah terbentuk di atas batu-batuan vulkanik secara lebih
terstruktur tetapi tidak subur. Dataran tinggi Krayan mengandung tanah alluvial yang
relatif subur sisa dari danau prasejarah yang telah mengering.

I-4 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-5
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Areal kecil dari tanah yang terbentuk di atas batuan gamping dan pasir silika memiliki
vegetasi yang berbeda. Tanah-tanah pada daerah lereng sangat tipis dan tanah gambut
sering terbentuk di dataran puncak-puncak bukit. Beberapa kelompok masyarakat
suku Dayak yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan telah mengembangkan sistem
pengelompokan tanah berdasarkan ciri-ciri atau bentuk permukaan topografi.

Daerah-daerah yang lebih rendah di kawasan TNKM memiliki iklim tropis hujan tanpa
musim kering dengan temperatur tinggi sepanjang tahun. Tempat-tempat dengan
ketinggian lebih tinggi memiliki kisaran suhu lebih lembab diklasifikasikan sebagai
kawasan beriklim sedang. Distribusi curah hujan di dalam kawasan cukup kompleks.
Daerah-daerah terkering adalah lembah-lembah pedalaman dan daerah aliran sungai
sepanjang Sungai Kayan bagian hulu dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
Hampir seluruh kawasan memiliki curah hujan antara 3000 sampai 4000 mm/tahun.
Curah hujan tahunan maksimum pada dataran rendah berada di sekitar desa Data
Dian yaitu daerah barat laut kawasan taman nasional. Meskipun belum dilakukan
pengukuran, bagian atas lereng-lereng pegunungan diyakini mendapat curah hujan
tertinggi. Curah hujan pada bulan terkering rata-rata 100 mm/bulan di semua kawasan
dalam taman nasional, dengan bulan-bulan basah rata-rata 300 mm/bulan atau lebih.
Rata-rata penurunan temperatur dari setiap kenaikan ketinggian 1000 m, adalah sebesar
5°C, setara dengan 10°C dari garis khatulistiwa pada ketinggian air laut.

Kayan Mentarang membentuk daerah aliran sungai bagian hulu dari sungai-sungai utama
di Kalimantan Timur. Sumber air Sungai Kayan terletak di sebelah selatan batas kawasan
dan salah satu anak sungai, yaitu Sungai Bahau mengalir melalui taman nasional. Di bagian
Tengah dan Utara terdapat anak-anak sungai, seperti Sungai Tubu dan Sungai Mentarang,
keduanya merupakan anak sungai dari Sungai Sesayap. Lebih jauh bagian Utara kawasan
terdapat daerah aliran sungai Sembakung. Permukaan aliran sungai mencapai puncak
tertinggi pada bulan Nopember/Desember dan Mei/Juni. Permukaan aliran sungai yang
berkisar rendah yang terjadi dari Juni ke September. Keadaan ini sangat berubah selama
berlangsungnya musim El Nino/La Nina (musim banjir/kekeringan) seperti yang terjadi di
tahun 1997/1998, 1992 dan 1982.

B. Keadaan Biologi

Kayan Mentarang memiliki paling sedikit 18 tipe habitat darat utama berdasarkan
kombinasi substrat dan ketinggian, Hal ini tampak pada struktur dan komposisi jenis
vegetasi (Gambar 2). Habitat padang rumput dan hutan sekunder merupakan akibat
gangguan kegiatan manusia. Vegetasi bervariasi pada tiap habitat tergantung dari
posisi topografi (misalnya puncak, sekitar sungai dan lain-lain). Penyebaran satwa
tidak tergantung pada tipe habitat. Banyak jenis tersebar luas di beberapa habitat
sementara jenis-jenis lainnya hanya ditemukan pada bagian-bagian tertentu dari suatu
habitat. Kawasan ini memiliki sejumlah tipe habitat aquatik yang menggenang maupun
yang mengalir, yang didominasi oleh aliran sungai bagian paling hulu dan sedikit aliran
sungai pada gunung di atas ketinggian 1000 meter. Meskipun sangat jarang, terdapat
juga beberapa danau kecil dan danau air payau, termasuk rawa-rawa gambut di
beberapa tempat yang tinggi.

II-6 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-7


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kalimantan merupakan pulau terkaya di paparan Sunda dalam hal keanekaragaman
jenis tumbuhannya. TNKM merupakan pusat keanekaragaman hayati dan jenis endemik
tumbuhan terbesar di Borneo (WWF-IUCN, 1994). Berbagai survei botani telah
dilakukan di kawasan selama 20 tahun terakhir tetapi sebagian besar kawasan masih
belum disurvei. Dari jenis yang diperoleh melalui survei-survei ini ditemukan hanya
sedikit jenis yang umum, hal ini menandakan bahwa kawasan ini sangat beragam,
seperti yang diperkirakan dari berbagai tipe habitat. Dua jenis tumbuhan yang
sebelumnya tak dikenal telah ditemukan di dalam TNKM (Mc Donald, 1995).

Hutan-hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan rendah sangat kaya akan
jenis-jenis Dipterocarpaceae, famili pohon yang dominan di Kalimantan. Pohon-pohon
Ara (Moraceae) merupakan jenis penunjang yang penting karena sifatnya yang tersebar
luas, dan perannya sebagai penyedia makanan bagi berbagai jenis satwa, serangga
dan burung, terutama ketika sumber makanan yang lain sangat langka. Seiring dengan
naiknya ketinggian tempat, jenis-jenis tumbuhan di hutan dataran rendah semakin
menyerupai jenis-jenis pada ketinggian sedang. Jenis-jenis tumbuhan di hutan
pegunungan lebih kecil ukurannya dan kurang beragam bila dibanding jenis-jenis di
hutan dataran rendah. Hutan kerangas dan hutan batu gamping memiliki kesamaan
karakteristik dengan hutan-hutan pegunungan, hal ini dihubungkan dengan defisiensi
nutrisi dan keterbatasan kapasitas serapan air dari tanah tempat tumbuhnya (pasir
silika pada kasus hutan kerangas). Hutan-hutan sekunder dalam berbagai tahap suksesi
muncul dimana perladangan pernah atau sedang dilakukan di sekitar desa yang sudah
ditinggalkan. Setelah beberapa dekade pertumbuhan tanpa gangguan, hutan-hutan
ini secara struktural menyerupai hutan primer, tetapi berbeda dalam komposisi jenis,
yang biasanya terjadi berabad-abad.

Hutan Kayan Mentarang memiliki sejumlah tumbuhan khas termasuk berbagai varietas
anggrek epifit dan berbagai jenis rotan. Tumbuhan Kantung Semar (Nepenthes)
ditemukan di hutan kerangas, daerah rawa pada elevasi tinggi. Hutan pegunungan
juga merupakan tempat bagi Rhododendron, sebuah famili tumbuhan berbunga yang
biasanya ditemukan di bagian utara dataran Asia.

Masyarakat suku Dayak yang tinggal di dalam dan di sekitar TNKM secara tradisional
memanfaatkan pohon dan tumbuhan hutan untuk kepentingan konstruksi rumah, peralatan,
sumber makanan, obat-obatan dan produk komersial. Gaharu, kayu yang harum yang
berasal dari pohon-pohon beberapa jenis Aquilaria yang terinfeksi jamur, telah secara
besar-besaran dipanen pada tahun-tahun terakhir oleh masyarakat lokal dan pendatang,
karena mencapai harga tinggi di pasaran internasional. Sebelumnya, jenis rotan yang lebih
bernilai mendapat tekanan yang sama tapi saat ini kurang dicari sehubungan dengan jatuhnya
harga di pasaran. Survei terhadap masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar taman
nasional menunjukkan bahwa diantara hasil hutan non kayu yang biasa diambil, hanya
jenis Aquilaria yang mengandung gaharu yang telah mengalami penurunan (Eghenter,
1999). Hutan juga memainkan peran penting pada pertanian gilir balik. Pohon-pohon
ditebang, dikeringkan dibawah panas matahari dan dibakar untuk persiapan penanaman,
guna meningkatkan sinar matahari yang sampai ke tanah, meningkatkan kesuburan tanah
dan membunuh hama serangga dan tumbuhan pengganggu.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-8


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kekayaan fauna Kalimantan berasal dari Asia, tetapi beberapa jenis mempunyai kesamaan dengan pemburu-pemburu suku Dayak dan dari inventarisasi dan observasi ilmuwan.
dengan fauna dari Sulawesi dan pulau-pulau lain di Kawasan Bioregion Wallacea. Lebih Babi Hutan (Sus barbatus) adalah jenis yang paling sering diburu dan merupakan
dari 150 jenis mamalia (dari 228 yang telah diketahui di Borneo) termasuk yang telah persediaan daging terbesar untuk masyarakat Dayak. Kijang (Muntiacus spp)
terdokumentasi di Kayan Mentarang dalam survei-survei yang dilakukan pada akhir-akhir merupakan jenis-jenis satwa buruan terpenting kedua, diikuti oleh jenis-jenis rusa
ini, dan yang diperkirakan ditemukan bila daerah ini disurvei secara menyeluruh. yang lebih kecil. Secara umum pemburu melaporkan bahwa populasi jenis yang
Kebanyakan survei telah dilakukan pada elevasi-elevasi rendah dan di sekitar batas taman diburu meningkat pada daerah-daerah yang pernah mengalami penurunan penduduk
nasional. Survei-survei telah dikonsentrasikan pada mamalia besar dan diharapkan akan di masa lalu dan menurun dimana jumlah penduduk meningkat, hal ini menunjukkan
ditemukan lebih banyak jenis lagi bila survei-survei mendatang dikonsentrasikan pada efek dari tekanan perburuan. Survei-survei singkat terhadap keanekaragaman hayati
jenis-jenis kecil, nokturnal (aktif pada malam hari) dan yang hidup di dalam tanah. yang dilakukan oleh WWF selama tahun 1997-1999 memberi petunjuk kwalitatif secara
kasar tentang bagaimana penyebaran dan frekwensi beberapa jenis besar dan diurnal
Banyak jenis mamalia endemik Kalimantan (44 jenis) telah terdokumentasi. Beberapa (aktif di siang hari). Hasil-hasil survei ini disajikan pada buku II.
diantara jenis-jenis ini bersama dengan jenis non endemik lain berstatus terancam
punah menurut daftar merah IUCN. Mamalia yang paling mendapat perhatian secara TNKM merupakan tempat penting bagi burung-burung endemik dan burung lainnya.
ilmiah adalah primata dan jenis yang besar dan karismatik. Sebanyak 337 jenis burung telah dikoleksi, terlihat atau terdengar di dalam kawasan.
Banyak dari burung-burung endemik diklassifikasikan terancam oleh IUCN dan/atau
TNKM merupakan rumah bagi berbagai jenis primata. Lutung Abu-Abu dan Kelasi, dilindungi oleh hukum Indonesia. Hanya Kuau Kerdil Kalimantan (Polyplectron
diburu secara besar-besaran untuk mendapatkan batu guliga yang ditemukan pada schleirmacheri) yang dinyatakan ‘sangat terancam punah’. Beberapa jenis burung
beberapa individu yang lebih tua. Lutung Dahi Putih juga dilaporkan dari beberapa lainnya dinyatakan ‘rawan’.
tempat. Kalaupun pernah terlihat, Orang Utan (Pongo pygmaeus) sangat jarang
ditemukan. Salah satu faktor penyebab kelangkaannya dihubungkan dengan kurangnya Yang paling spektakuler dari burung-burung di TNKM adalah jenis-jenis enggang
habitat yang sesuai, dan perburuan pada masa lalu. Beruk (Macaca nemestrina) dan ayam hutan, dengan tingginya keanekaragaman enggang (tujuh jenis telah
ditemukan di beberapa bagian dari kawasan. Beruk dan Orang Utan diklasifikasikan terdokumentasi). Julang Jambul Hitam (Aceros corrugatus) ‘rawan’ dan Enggang
‘rawan’ oleh IUCN. Kera Ekor Panjang dan Klampiau juga terdapat di kawasan. Jambul Hitam (Anthrococeros malayanus) dan Enggang Gading (Buceros vigil) adalah
Singapuar (Tarsius bancanus borneanus) primata yang kecil dan primitif dinyatakan jenis-jenis yang hampir terancam. Beberapa kelompok suku Dayak menganggap
terancam punah oleh beberapa ilmuwan. Enggang sebagai utusan para dewa dan mereka memburu burung tersebut untuk
mendapatkan bulu dan tanduknya. Enggang memainkan peranan penting dalam ekologi
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang dahulu ditemukan di dalam taman hutan melalui fungsinya sebagai penyebar biji. Beberapa jenis burung ditangkap untuk
nasional, diyakini telah diburu hingga mengalami kepunahan lokal pada tahun 1950- diperdagangkan, sehingga beberapa diantaranya terancam punah karena penangkapan
an. Masyarakat Dayak kadang-kadang melaporkan telah melihat badak atau bekas yang berlebihan, terutama burung Cucak Rawa (Pycnonotus zeylanicus).
kakinya disekitar hulu sungai di bagian utara taman nasional. Ini mungkin bagian dari
populasi kecil badak di Sabah. Gajah kadang-kadang terlihat di Kecamatan Lumbis, Burung-burung berperan penting dalam ekologi vegetasi taman nasional dalam hal
di bagian sebelah timur taman nasional. Gajah-gajah ini juga mungkin individu-individu penyerbukan, penyebaran biji dan pengendali serangga. Baru sedikit yang diketahui
dari Sabah. Banteng (Bos javanicus) jenis sapi liar, terdaftar sebagai binatang terancam mengenai status populasi masing-masing jenis, meskipun kebutuhan habitat mereka
punah oleh IUCN dan merupakan mamalia terbesar yang diketahui tinggal di kawasan, telah diketahui. Masyarakat lokal sadar akan kecenderungan populasi beberapa jenis,
terpusat di padang rumput hulu Sungai Bahau dekat kampung Apau Ping. terutama jenis-jenis enggang dan burung-burung lainnya karena nilai dalam
perdagangan binatang peliharaan. Burung-burung di TNKM diperkaya oleh burung-
Kawasan Kayan Mentarang juga merupakan salah satu pengungsian terakhir Macan Dahan burung migran selama musim dingin di belahan utara.
(Neofelis nebulosa). Kucing Dampak (Prionailurus planiceps) dan Luwak (Felis
marmorata) yang mulai jarang ditemukan di Kalimantan diyakini hidup di dalam taman Pulau Borneo mempunyai 440 jenis ikan air tawar di mana 140 jenis diantaranya
nasional ini. Jenis yang lebih misterius dan jarang dilaporkan, Kucing Merah (Felis badia), adalah endemik. Aliran-aliran sungai di perbukitan sangat kaya akan jenis-jenis endemik.
juga diyakini terdapat di kawasan. Beruang Madu (Helarctus malayanus) diburu karena Jika pola dari daerah Borneo lainnya diterapkan, komposisi jenis komunitas ikan sangat
bagian tubuh mereka memiliki nilai tinggi untuk obat dan perhiasan. bervariasi antar sistem sungai kawasan. Survei ikan baru saja dimulai di kawasan dan
sedang berlangsung, tetapi sudah ada beberapa jenis baru yang diperkirakan terkoleksi.
Sejauh ini, sebagian besar informasi yang sudah terkumpul tentang status populasi mamalia Ikan adalah sumber protein penting bagi masyarakat Dayak. Dari beberapa wawancara
dan hubungannya dengan habitat jenis-jenis satwa yang diburu, diperoleh melalui wawancara

II-9 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-10
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
menunjukkan, penduduk desa merasa bahwa populasi ikan telah menurun pada dua
dasawarsa terakhir karena pemanenan yang berlebihan meskipun terdapat peningkatan
pada daerah-daerah dimana terdapat migrasi yang sangat tinggi.

TNKM sangat kaya akan amphibi dan binatang melata, tetapi kedua kelompok ini
belum diteliti secara seksama. Sejauh ini 30 jenis amphibi telah tercatat di dalam dan
di sekitar taman nasional. Survei yang dilakukan di daerah-daerah lain di Borneo
menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis amphibi sangat tinggi di dataran rendah
dan jenis endemik sangat umum di pegunungan.

Serangga telah terkoleksi selama survei biologi WWF, tetapi identifikasi jenisnya masih
dalam proses. Masih diperlukan lagi penelitian-penelitian mengenai serangga yang
hidup di kanopi, serasah dan serangga-serangga tanah.

C. Potensi Wisata

Dalam setahun jumlah wisatawan yang mengunjungi taman nasional Kayan Mentarang
kira-kira sebanyak 25 orang. Untuk meningkatkan kunjungan ke TNKM sangat sulit
karena lokasinya yang terpencil dari pusat kota dan jalan, serta sangat mahal untuk
dikunjungi, selain kurangnya prasarana dan faktor pisik serta hidupan liar yang
kharismatik yang bisa digunakan untuk menarik perhatian pengunjung internasional.
Untuk menyaksikan keanekaragaman satwa di kawasan, merupakan tantangan karena
pada umumnya satwa-satwa di dalam hutan sangat susah terlihat dan banyak jenis
yang sangat suka menyendiri, aktif pada malam hari atau hidup di daerah terpencil.
Hutan-hutan di kawasan, sungai dan budaya masyarakat Dayak adalah aset pariwisata
penting dari TNKM, tetapi kemungkinan tidak akan menarik wisatawan dalam jumlah
besar pada waktu dekat.

Dua tipe pengunjung yang ditargetkan dapat dikembangkan, terutama adalah mereka
yang mencari petualangan melalui kegiatan eksplorasi daerah terpencil dan mereka yang
ingin memiliki pengalaman dan pengetahuan melalui penelitian dari aspek ekologi dan
kebudayaan serta cara hidup masyarakat suku Dayak. Usaha untuk menarik pengunjung
yang menyukai petualangan dan eksplorasi pemandangan, harus berkonsentrasi pada
pengembangan perjalanan berperahu atau rakit di sungai-sungai dan lintasan perjalanan
kaki yang singkat atau yang lebih panjang, sekaligus dalam satu atau lebih tujuan wisata.
Ada banyak kemungkinan untuk mengkombinasikan perjalanan sungai dan berjalan kaki
untuk melihat berbagai pemandangan alam di kawasan. Perjalanan dengan menggunakan
pesawat kecil menyajikan pandangan sepintas mengenai topografi kawasan, hutan dan
sungai tetapi perlu biaya yang relatif mahal. Potensi wisata yang bersifat pendidikan
sangat beragam, yaitu dengan beragamnya flora, fauna dan penduduk penghuni kawasan.
Program-program pariwisata yang bersifat pendidikan sangat mahal untuk dikembangkan
dan dipromosikan, tetapi stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai menyediakan sebuah base
camp untuk kelompok-kelompok seperti itu.

Kegiatan pariwisata yang bersifat petualangan dan pendidikan tidak memerlukan


pengembangan prasarana yang terlalu lengkap. Pada umumnya fasilitas-fasilitas penunjang

II-11 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-12


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
II-13
wisata harus dibangun di desa-desa di daerah penyangga, untuk mengurangi dampak
terhadap keamanan taman nasional, memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
mendapatkan penghasilan dari kegiatan pariwisata dan menunjukkan kebudayaan
Dayak kepada wisatawan. Biro perjalanan dan organisasi penelitian harus dipacu untuk
mengumpulkan proposal pengembangan aktivitas-aktivitas pariwisata dan pendidikan
di dalam taman nasional bersama dengan prasarana penunjang. Petunjuk-petunjuk
pengembangan seperti ini diuraikan dalam buku III. Pendekatan-pendekatan seperti
ini memungkinkan para pengelola untuk mendapat keuntungan dari pengetahuan dan
sumber-daya sektor swasta sementara menghindari resiko penanaman modal dari
anggaran pembangunan dan pemeliharaan pengembangan pariwisata yang terbatas.
Kegiatan-kegiatan pariwisata dan prasarana harus dievaluasi secara hati-hati dan
direncanakan untuk menghindari hal-hal negatif terhadap sumber daya alam taman
nasional, kebudayaan setempat dan tata hidup masyarakat.

Beberapa prasarana seperti pusat pengunjung dan jalan-jalan setapak akan dibangun
dan harus dipelihara oleh pengelola kawasan sebagai salah satu faktor usaha untuk
menarik pengunjung. Pengelola kawasan bekerjasama dengan Dinas pariwisata
propinsi, Departemen pariwisata dan mitra kerja internasional seperti WWF harus
menginvestasikan bantuan-bantuan dan usaha untuk mempromosikan TNKM pada
pasaran domestik dan internasional.

D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Kebudayaan.

Seluruh kawasan TNKM telah dihuni sejak sekitar tiga abad yang lalu oleh kelompok
masyarakat suku Dayak termasuk Kenyah, Lundayeh, Tagel, Saben, Punan dan Kayan.
Kira-kira 16.000 jiwa penduduk suku Dayak yang terdiri dari 12 kelompok bahasa yang
berbeda saat ini menghuni 50 desa di dalam dan di sekitar taman nasional. Kepadatan
penduduk rata-rata 0,74 orang/km dalam 10 wilayah adat yang meliputi taman nasional
dan daerah penyangga (Gambar 3). Mayoritas dari penduduk ini beragama Kristen
Protestan dan sebagian kecil Katolik. Populasi penduduk di dalam kawasan telah
berfluktuasi pada dekade terakhir ini, dengan perpindahan keluar yang signifikan pada
tahun-tahun 60-an, 70-an dan 1980-an dari beberapa daerah dengan alasan untuk mencari
peluang ekonomi dan fasilitas yang lebih baik di daerah pesisir. Ledakan perdagangan
hasil hutan bermula pada awal tahun 1990-an menghentikan arus keluar penduduk dari
taman nasional, dan sebagian dari penduduk yang telah keluar kembali lagi ke tanahnya
semula. Tampaknya perpindahan kembali ini akan berlanjut.

Dalam kegiatan sehari-hari dan pengelolaan sumber daya alam, masyarakat di dalam dan
di sekitar taman nasional masih taat pada peraturan adat. Lembaga-lembaga adat beserta
kepala adatnya adalah lembaga tradisional di mana masalah-masalah masyarakat
disampaikan dan diselesaikan. Terdapat 10 wilayah adat di dalam dan di sekitar kawasan
yang masing-masing dipimpin oleh lembaga adat di bawah kepemimpinan kepala adat.

Pada suku Kenyah dan Kayan yang terbagi beberapa tingkatan, kepala adat dipilih berdasarkan
keturunan. Pada kelompok lain, kepala adat dipilih berdasarkan kemampuan, kharisma
dan dukungan setempat. Teknologi yang semakin canggih, dan permintaan yang

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-14


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
semakin besar terhadap barang dan pelayanan-pelayanan yang harus dibayar dengan
uang, serta pengaruh budaya dari luar merupakan gangguan terhadap penerapan hukum
adat. Peraturan adat yang dibuat untuk mengelola hasil hutan dengan kampak dan
sumpit tidak begitu efektif ketika gergaji mesin dan senjata api digunakan.

Masalah kesehatan masyarakat di dalam kawasan dan di zona penyangga sangat serupa
dengan masalah di daerah pedesaan lain di Indonesia. Tersebarnya desa dan kesulitan
perjalanan menghambat pemeliharaan kesehatan. Memang terdapat Puskesmas di
setiap ibukota kecamatan tetapi tingkat pelayanan yang tersedia selalu memprihatinkan
karena kemampuan petugas yang terbatas dan obat-obatan yang tidak memadai.
Penduduk yang menderita penyakit parah atau terluka biasanya dibawa dengan pesawat
ke Tarakan. Penggunaan obat tradisional yang diramu dari tumbuhan dan satwa masih
umum dilakukan.

Tersebar dan terpencilnya desa-desa juga mengurangi kesempatan mendapatkan


pendidikan. Di setiap kampung terdapat satu SD dan SMP di ibukota kecamatan.
Tingkat pendidikan penduduk di kawasan umumnya rendah dan mayoritas penduduk
berpendidikan sampai tingkat SD saja. Kesulitan menyewa dan mempertahankan guru-
guru di sekolah-sekolah terpencil memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas
pendidikan singkat yang diterima oleh kebanyakan penduduk.

Kehidupan masyarakat Dayak sangat erat dengan tanah dan sumber daya alam di
kawasan. Matapencaharian penduduk umumnya adalah kombinasi antara pertanian
skala kecil, berburu dan memancing, serta mengumpulkan bahan makanan, bahan
bangunan, kayu bakar dan obat-obatan dari hutan. Meskipun pekerjaan di Malaysia
memberikan sebagian besar uang tunai, penduduk biasa mendapat uang tunai melalui
kegiatan mengumpulkan dan kemudian menjual hasil-hasil hutan non-kayu. Padi yang
merupakan hasil pertanian utama di sebagian kawasan, dibudidayakan dengan sistem
budidaya sawah dan ladang.

Tanaman padi sawah lebih menonjol di daerah utara, sementara penduduk bagian
tengah dan selatan lebih tergantung pada ladang. Padi dan tanaman tahunan lainnya
ditanam di ladang dengan sistem gilir balik, biasanya ditanam selama setahun dan
kadang-kadang selama dua tahun setelah lahan dibuka, kemudian diistirahatkan selama
beberapa tahun sampai dua dekade. Hutan sekunder dekat sungai biasanya lebih disukai
untuk perladangan karena kemudahan transportasi. Pada masyarakat Lumbis, ubikayu
merupakan hasil pertanian utama dan bagi masyarakat Punan tepung yang terbuat
dari ubikayu dan sagu (Eugeissona utilis) merupakan makanan utama.

Pohon-pohon buah dan tanaman lainnya ditanam di pekarangan rumah dan jenis-
jenis yang berguna biasanya ditanam di hutan. Sayur-sayuran, buah dan kopi ditanam
untuk keperluan rumah tangga. Madu dipanen secara musiman dari pohon-pohon
yang biasanya dimiliki secara individu dan sebagian dijual ke daerah pesisir. Ternak
babi dan ayam, yang biasanya dipelihara secara kecil-kecilan merupakan sumber uang
yang penting di beberapa tempat. Di Kecamatan Krayan, kerbau dan ternak lainnya,
dipelihara untuk konsumsi lokal, selain juga untuk dijual.

II-15 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-16


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Hasil-hasil hutan secara tradisional telah menjamin penghidupan dan memberi
kesempatan menambah pendapatan bagi masyarakat di kawasan. Nilai perdagangan
hasil-hasil hutan sangat tergantung pada permintaan internasional, yang mengalami
siklus memuncak dan menurun selama satu abad terakhir, bila nilai pemasaran suatu
hasil telah menurun maka produk lain akan ganti mendominasi pasar. Pendapatan dari
hasil hutan bisa mencapai 80% dari total pendapatan di beberapa desa, dan gaharu
merupakan hasil terpenting pada tahun 1990-an. Selama periode dimana harga gaharu
memuncak yaitu dari tahun 1991 sampai tahun 1995, beberapa jenis Aquilaria yang
menghasilkan kayu yang wangi ini mulai dipanen secara besar-besaran dan terus
berlangsung sampai sekarang.

Proyek WWF Kayan Mentarang membantu masyarakat memetakan penggunaan lahan


dalam wilayah adatnya. Pada umumnya masyarakat mengalokasikan lahan untuk
perladangan, pengumpulan hasil hutan, berburu dan mengumpulkan bahan bangunan.
Beberapa kelompok masyarakat lebih mengawasi akses terhadap lahan dan sumber
daya alamnya, meskipun umumnya hukum adat dimaksudkan untuk menghindari
ekploitasi berlebihan atas sumber daya alam yang penting yang ada dalam wilayah
adat masyarakat. Peraturan dikhususkan pada cara dan waktu/musim pemungutan
hasil hutan yang penting. Beberapa kampung mempunyai hutan lindung adat yang
memiliki aturan lebih keras dari lahan lainnya. Keluarga-keluarga mengklaim suatu
lahan dengan cara menebang pohon-pohon atau membersihkan suatu areal hutan
tertentu. Hak untuk menggunakan lahan yang diklaim biasanya diteruskan pada generasi
berikutnya. Keluarga-keluarga bisa mengklaim pohon-pohon yang penting nilainya
yang ada dihutan, seperti pohon buah-buahan dan pohon madu. Bila seseorang pindah,
mereka bisa mengalihkan hak penggunaan lahan dan pohon kepada orang lain, atau
menjual hak kepada orang lain seperti yang terjadi pada akhir-akhir ini

Tingkat pendapatan masyarakat didalam dan disekitar taman nasional diatas rata-rata
pendapatan di Kalimantan Timur, yang merupakan salah satu propinsi terkaya di
Indonesia dalam pendapatan perkapita. Berlawanan dengan tampilan kemakmuran
ini, daya beli masyarakat di kawasan sangat rendah karena biaya transportasi
menentukan harga komoditi pokok seperti gula, garam dan minyak goreng sebesar
dua kali sampai empat kali lipat harga di daerah pesisir. Akses yang sulit untuk pelayanan
pendidikan dan kesehatan lebih jauh mengurangi nilai pendapatan yang relatif tinggi.

E. Pengelolaan Kawasan

Taman Nasional Kayan Mentarang pertama kali direncanakan pada tahun 1977
berdasarkan survei bersama antara PHPA dan FAO di bagian hulu DAS Kayan/Bahau
yang menyatakan sebuah kawasan dilindungi seluas 800.000 ha. Areal perlindungan
yang intensif seluas 1,6 juta ha ditetapkan tahun 1980, lebih ke arah utara dibanding
yang diusulkan dan melepas sebagian besar hutan-hutan dataran rendah.

Pada tahun 1989, PHPA, LIPI dan WWF Program Indonesia menandatangani kerjasama
untuk melakukan penelitian bersama dan proyek pengembangan Taman Nasional Kayan
Mentarang dengan tujuan merumuskan pendekatan pengelolaan taman nasional yang

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-17


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
memadukan konservasi dengan pola pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat. • Sebuah pertemuan penting antara wakil-wakil masyarakat dan instansi-instansi
Pada tahun 1992 WWF mengusulkan perubahan status Kayan Mentarang menjadi pemerintah setempat untuk mendapatkan pengakuan atas hak tradisional atas lahan
taman nasional karena pemanfaatan sumber daya alam secara tradisional di dalam di luar kawasan.
cagar alam dilarang. Menteri kehutanan mengevaluasikan dan menyetujui proposal • Studi kebutuhan prasarana di dalam taman nasional.
ini, yang kemudian menghasilkan keputusan menteri tahun 1996 yaitu ditunjuknya • Lokakarya untuk mengembangkan rencana pemantauan dan evaluasi taman nasional
Taman Nasional Kayan Mentarang seluas 1.35 juta ha. Keputusan ini merupakan pada awal tahun 2000.
yang pertama di Indonesia yang secara khusus memberikan hak kepada penduduk • Lokakarya yang menyajikan draft Rencana Pengelolaan kepada pemerintah setempat
asli untuk terus memanfaatkan sumber daya alam secara tradisional di zona -zona dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mendapatkan saran dan masukan yang akan
taman nasional yang ditunjuk. dilaksanakan pada awal tahun 2000.

Taman Nasional Kayan Mentarang berada di bawah wewenang Sub Balai KSDA Selain perkembangan yang memadai yang telah dilakukan untuk menyusun rencana
Kalimantan Timur sejak disahkan, namun sub balai ini belum mampu mengelola pengelolaaan terdapat berbagai hal penting dan tantangan-tantangan yang akan
kawasan secara aktif karena kekurangan staf dan biaya. mempengaruhi pengelolaan taman nasional dimasa mendatang. Beberapa hal terpenting
sehubungan dengan ini adalah :
Proyek WWF KM telah menggunakan dana dari beberapa donor untuk :
• Melakukan penelitian bidang biologi dan kebudayaan. • Ketidakpastian mengenai kapan sebuah UPT untuk TNKM akan dibentuk dan
• Membuat peta dan perencanaan secara partisipatif dengan masyarakat di kawasan. apakah hal itu akan memiliki sumber dana yang cukup untuk mengelola taman
• Berkonsultasi dengan pihak-pihak lain yang terkait dengan TNKM nasional secara efektif.
• Menghimpun data spasial ke dalam bentuk GIS. • Ketidakpastian akan dana WWF dan perannya dalam pengelolaan kawasan pada
• Mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan taman nasional seperti beberapa tahun mendatang.
tata batas, zonasi dan lembaga pengelolaan-bersama untuk TNKM. • Kebutuhan akan kelanjutan proses yang cukup mahal untuk mengumpulkan
• Menyampaikan program penyadaran dan pendidikan lingkungan dengan target informasi tentang sumber daya biologi untuk tujuan pengelolaan kawasan dan
masyarakat di dalam dan sekitar kawasan, pegawai pemerintah dan masyarakat umum pemantauan.
• Bekerja sama dengan para pengambil kebijakan di pemerintahan dan para perencana • Kebutuhan untuk mengatasi ancaman dari perencanaan jalan dan aktifitas
daerah untuk menghindari dampak-dampak negatif dari pembangunan prasarana pembangunan.
dan pembangunan lainnya terhadap taman nasional. • Kebutuhan untuk mengembangkan strategi-strategi pengelolaan yang adaptif yang
sepenuhnya menyertakan masyarakat dalam pengelolaan kawasan dan
Pada tahun 1992 WWF membangun sebuah stasiun penelitian hutan di Lalut Birai untuk mengakomodasi pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat.
mengumpulkan data dasar biologi dan mendukung survei-survei keanekaragaman hayati • Kebutuhan untuk meyakinkan instansi-instansi pemerintah dan masyarakat luas
di areal-areal tertentu di taman nasional. Pelatihan pemetaan partisipatif bersama masyarakat akan nilai penting taman nasional guna mendapatkan dukungan bagi pengelolaan
yang intensif dilakukan didalam dan sekitar taman nasional dan 4 pos multiguna didirikan dan perlindungan kawasan.
di beberapa desa yang strategis mulai tahun 1997.
Sejumlah faktor akan menghambat pengembangan pendidikan, rekreasi, pariwisata
Selama periode 1997-1999 tim WWF bekerja secara intensif, menganalisa informasi dan dan penelitian di Kayan Mentarang. Faktor-faktor yang akan mempengaruhi ke empat
melaksanakan konsultasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk merumuskan hal tersebut adalah akses yang sulit ke kawasan, tingginya biaya untuk mengunjunginya,
rencana pengelolaan taman nasional dan menyiapkan pengelolaan yang aktif. minimnya program dan pelayanan pengunjung dan minimnya pengenalan akan taman
nasional baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pengembangan pariwisata terhambat
Kegiatan-kegiatan utama meliputi : oleh minimnya daya tarik di Kayan Mentarang bagi pengunjung, pemerintah agaknya
• Pembentukan sebuah Tim Formatur yang terdiri dari instansi pemerintah dan pihak tidak memiliki dana untuk mengiklankan taman nasional dan membangun prasarana,
terkait lainnya yang bertugas membuat kerangka acuan untuk pembentukan Panitia dan masyarakat setempat mungkin anti pada kegiatan-kegiatan wisata yang bersifat
Pengarah Pengelolaan taman nasional yang terpadu. merusak kebudayaan dan gaya hidup mereka. TNKM mungkin bisa jadi tempat
• Berbagai diskusi dengan masyarakat tentang batas, zonasi dan mekanisme penelitian dan pendidikan kelas dunia dalam bidang ekologi hutan tropis dan
pengelolaan bersama taman nasional. kebudayaan Dayak, tetapi pengembangan potensi ini akan terhambat oleh kurangnya
• Studi tentang potensi wisata alam didalam taman nasional. organisasi penelitian sebagai mitra untuk stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai dan
• Studi tentang potensi kesempatan pengembangan ekonomi untuk masyarakat di kesulitan mendapatkan ijin dan visa bagi peneliti-peneliti dan siswa asing.
dalam dan di sekitar taman nasional.

II-18 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) II-19
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Prasarana yang diperlukan di dalam kawasan akan menjadi minimal, hanya sebatas BAB III
bangunan kecil, dermaga, jalan setapak dan tanda-tanda untuk mendukung kegiatan
pengunjung. Struktur-struktur pengelolaan kawasan yang utama adalah kantor Seksi TUJUAN, SASARAN DAN TARGET PENGELOLAAN
Wilayah Konservasi di Long Pujungan dan desa lain yang akan ditentukan setelah
keputusan tentang batas luar disepakati. Kantor pusat yang relatif kecil akan didirikan
di Tarakan untuk mendapatkan ketersediaan fasilitas komunikasi dan airport. Semua Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang akan diarahkan pada satu tujuan dan
prasarana harus dibangun sesuai dengan panduan yang diuraikan di buku III dan sesuai empat sasaran penunjang selama 25 tahun ke depan. Pengelola kawasan dan stafnya
dengan tema desain Dayak. Pengembang swasta bidang wisata dan lembaga penelitian akan merangkai kegiatan-kegiatan untuk menjangkau target guna mencapai masing-
akan dipacu untuk membangun prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatannya. masing sasaran. Rencana pemantauan dan evaluasi disusun untuk mengukur
perkembangan ke arah pencapaian target dan sasaran. Rencana Pengelolaan
menyediakan fleksibilitas kepada para pengelola dalam hal bagaimana mencapai target,
tetapi semua rangka kerja, tujuan dan empat sasaran harus konstan untuk menjamin
konsistensi pengelolaan . Target-target khusus terdapat dalam daftar dibawah ini disertai
dengan sasaran-sasaran yang didukungnya. Keadaan di masa depan mungkin menuntut
agar target-target ditinjau kembali, direvisi, dihilangkan atau ditambah, tetapi tindakan
ini sebaiknya hanya akan diambil setelah dimusyawarahkan secara hati-hati,
dikonsultasikan dengan para ahli dan pihak terkait yang relevan.

Tujuan pengelolaan secara menyeluruh adalah :

Melestarikan flora, fauna dan habitatnya di dalam Taman Nasional Kayan


Mentarang untuk kesejahteraan masyarakat, yaitu melalui pemanfaatan
sumberdaya alam berkelanjutan oleh masyarakat setempat, dan pemanfaatan
dengan tujuan untuk pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi,
berdasarkan pendekatan dan pengelolaan bersama.

Sebenarnya TNKM paling sesuai untuk menjadi sebuah Kawasan Lindung (IUCN
Kategori IV) yang melestarikan ekosistem atau jenis fauna dan flora agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan. Mengingat lokasi TNKM yang terpencil,
transportasi yang sulit dan mahal dan kompetisi dari taman nasional lainnya dengan
habitat yang mirip dan lebih mudah dijangkau, akan tidak praktis untuk
mengembangkan TNKM ke arah pemanfaatan taman nasional yang lebih bersifat
tradisional, seperti pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi.

Juga akan tidak praktis atau etis untuk memberikan harapan besar yang tidak semestinya
bahwa mata pencarian alternatif akan dikembangkan segera dan mengurangi
ketergantungan masyarakat setempat pada sumberdaya alam di TNKM. Tanah yang
miskin, jarak yang jauh ke pasar, transportasi yang mahal dan tidak dapat diandalkan,
serta kurangnya dana untuk program skala besar dan pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan akan memperlambat pengembangan mata pencarian alternatif tersebut.

Pengelolaan bersama dengan lembaga lokal juga diperlukan. Lembaga lokal dan
masyarakat setempat sudah mengelola tanah ini selama beberapa abad dan mereka
adalah pihak yang berkepentingan (stakeholder) utama TNKM dan paling berpengaruh
secara langsung. Pengetahuan ekologi masyarakat dan keberadaan mereka didalam
kawasan memungkinkan pengelolaan jauh lebih efisien dan menghemat biaya.

II-20 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) III-21
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Ketiga tujuan pengelolaan dan target yang berhubungan adalah: c. Melatih lembaga lokal mengenai seluruh aspek pengelolaan taman nasional agar
mereka mampu menjaga hak dan tanggungjawab yang dipercayakan kepada mereka
1. Memastikan Bahwa Pengambilan Flora dan Fauna Oleh Masyarakat didalam kesepakatan pengelolaan bersama.
Setempat dari TNKM Akan Berkelanjutan. d. Memberi lembaga pengelolaan lokal dana operasional dari sumber-sumber
pemerintah pusat dan daerah, atau membantu mereka untuk memperoleh dana
a. Menghentikan pengambilan sumberdaya alam oleh pendatang dari luar TNKM. tersebut dari donor nasional dan internasional.
b. Pengakuan hak atas sumber daya bagi masyarakat setempat pada zona yang ditunjuk e. Merancang sistem pembagian pendapatan taman dengan lembaga masyarakat
dalam TNKM dan dalam daerah penyangga untuk memberikan dorongan yang lebih setempat misalnya dari tiket masuk, denda pelanggaran aturan taman, untuk
besar untuk melindungi sumberdaya ini dan menggunakannya secara berkelanjutan menyediakan dana operasional dan meningkatkan keuntungan ekonomi TNKM
c. Melindungi habitat TNKM dan menegosiasikan taman yang seluas mungkin dengan kepada lembaga lokal dan masyarakat.
masyarakat setempat, pemerintah daerah dan pihak-pihak lainnya. Kalau habitat yang f. Menyewa atau membangun struktur pengelolaan yang sesuai.
meliputi kawasan yang luas berhasil dipelihara, sebagian besar jenis akan mampu untuk g. Menyediakan tenaga dan dana yang cukup untuk mencapai target pengelolaan
mengelola diri sendiri walaupun tanpa zona inti dengan wilayah yang luas, atau jika h. Mentargetkan pihak-pihak lain terutama pemerintah daerah, dengan materi program
intervensi pengelolaan diperlukan, hal ini akan lebih mudah untuk dilaksanakan. kepedulian dan pendidikan guna meningkatkan kepahaman mereka tentang manfaat
d. Mengembangkan kesepakatan konservasi dengan lembaga lokal yang menentukan TNKM serta pentingnya dukungan mereka.
jenis mana yang boleh diambil, dari mana, metode pengambilan yang diperbolehkan,
dan berapa banyak yang dapat diambil. Mekanisme untuk menentukan bagaimana 3. Mengoptimalkan Kesempatan Pendidikan, Penelitian, Pariwisata dan
mengelola jenis yang diidentifikasi “terancam”, dan pengambilan berlebihan harus Rekreasi yang Sesuai Dengan Pelestarian dan Pemanfaatan
dimasukkan dalam kesepakatan-kesepakatan. Tradisional Sumberdaya Alam.
e. Memantau kepatuhan pada kesepakatan.
f. Mengembangkan sistem pemantauan bertingkat dan partisipatif atau jenis yang a. Memasarkan taman nasional dan atraksinya yang telah diketahui kepada pengunjung
umum diambil dan jenis indikator untuk memberikan peringatan awal yang memadai domestik dan internasional serta peneliti/pengajar.
atas ancaman pengambilan berlebihan. Untuk memastikan objektivitas dalam b. mengembangkan prasarana dasar sirkulasi dan interpretasi.
pemantauan, tidak semua kegiatan pemantauan akan ditugaskan kepada c. Menyusun sistem perizinan untuk memperbolehkan pengusaha dan lembaga
perseorangan masyarakat atau lembaga yang terlibat dalam pengambilan. penelitian mengembangkan kegiatan dan prasarana didalam taman nasional.
g. Mencurahkan usaha penelitian biologi pada jenis yang umum diambil atau jenis d. Mengembangkan wisata alam berbasiskan masyarakat, sehingga masyarakat
indikator kesehatan keseluruhan habitat, termasuk penelitian skala bioregional setempat dan lembaga yang mengelola wisata tersebut meraih keuntungan dari
tentang pentingnya wilayah luar TNKM untuk keberlanjutan jangka panjang pariwisata.
beberapa jenis ikan, burung dan mamalia. e. Menyusun program untuk menafsirkan dan melindungi sumberdaya biologi dan
h. Bekerjasama dengan pemerintah daerah dan pemegang hak pengusahaan, untuk budaya dengan pola kemitraan dengan masyarakat setempat.
melindungi habitat diluar TNKM serta meminimalkan ancaman dan kerusakan akibat f. Membentuk mekanisme untuk pengelolaan, pendanaan dan pengoperasian jangka
pembangunan jalan atau bentuk pembangunan lain yang dapat merusak TNKM. panjang Stasiun Penelitian Lalut Birai yang berada diluar struktur pengelolaan
i. Melaksanakan kampanye kepedulian dan pendidikan pada topik-topik seperti taman, tetapi di bawah pengawasannya.
kepunahan, jenis terancam dan dilindungi, dan metode pengelolaan hidupan liar.
j. Bekerjasama dengan badan-badan pemerintah daerah dan LSM untuk
mengembangkan kegiatan penciptaan sumber pendapatan alternatif secara perlahan,
untuk mencegah pengambilan sumberdaya alam agar tidak mencapai tingkat yang
tidak berkelanjutan.

2. Membangun dan Memelihara Sistem Pengelolaan Bersama Dengan


Masyarakat Setempat dan Pemerintah Daerah

a. Menyelesaikan negosiasi sistem pengelolaan bersama yang melibatkan semua pihak,


terutama FoMMA dan lembaga adat, dalam pengelolaan beberapa atau seluruh
aspek TNKM.
b. Memantau kepatuhan pada kesepakatan ini.

III-22 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) III-23
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
BAB IV h. Jenis yang musnah sama sekali yang dahulunya terdapat di dalam atau di sekitar
taman boleh diintroduksi kembali setelah dilakukan penelitian menyeluruh tentang
KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL dampak ekologi yang mungkin bisa terjadi.

2. Membangun dan Memelihara Sistem Pengelolaan Bersama.


Kebijakan pengelolaan taman dimaksudkan untuk membantu para pengelola mencapai
tujuan seperti diuraikan pada bab sebelumnya. Kebijakan yang jelas adalah sangat a. Lembaga adat dan masyarakat setempat akan dipercayakan untuk melindungi taman
penting karena hal tersebut akan mengatur irama pengelolaan dan dapat mempermudah dari perambahan dan pengambilan sumber daya secara tidak sah, diperkuat dengan
karyawan dalam melaksanakan tugasnya kalau dirancang dan dipadukan dengan sebaik- pengawasan udara dan dukungan dari PHKA dan pemerintah daerah.
baiknya. Kebijakan yang dirumuskan secara tidak baik, misalnya tidak secara langsung b. Kantor cabang taman dan struktur pengelolaan lainnya akan ditempatkan di tengah
mendukung tujuan pengelolaan atau tidak dapat dilaksanakan karena alasan-alasan masyarakat di luar batas taman, tetapi mudah dicapai dari kawasan taman yang
praktis atau legalitas, akan tidak ada gunanya atau justru merugikan. Kebijakan yang dikelola.
dikemukakan di bawah ini mungkin masih memerlukan modifikasi sesuai dengan c. Penduduk setempat lebih mempunyai pilihan untuk dipekerjakan dan dilatih pada
perubahan-perubahan kondisi politik dan sosial-ekonomi dan seiring dengan tingkat lapangan, sedangkan pada tingkat menengah sebaiknya campuran antara
meningkatnya pengalaman dan informasi mengenai sumberdaya taman nasional yang penduduk setempat dan tenaga dari luar.
didapatkan oleh para pengelola. d. Biaya masuk taman sebaiknya dikenakan apabila peraturan membenarkannya.
Pemasukan ini akan dibagi untuk pengelolaan taman, masyarakat setempat dan
Kebijakan pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang disajikan di bawah ini, pemerintah daerah.
disusun menurut tujuan yang didukungnya: e. Mekanisme pendanaan inovatif, misalnya “debt-for-nature swaps” dan “carbon
offset credits” akan dicari untuk menambah anggaran rutin.
1. Menjamin Bahwa Pengambilan Flora dan Fauna Oleh Masyarakat f. Kemitraan dengan LSM, donor internasional dan sektor swasta perlu dikembangkan
Setempat dari TNKM Dilakukan Secara Berkelanjutan untuk memperoleh dukungan dana, teknis dan hubungan masyarakat.

a. Anggota Wilayah Adat yang lahannya berada di dalam taman nasional boleh 3. Mengoptimalkan Kesempatan Pendidikan, Penelitian, Pariwisata dan
mengambil tumbuhan dan satwa dari Zona Pemanfaatan Tradisional menurut asas Rekreasi yang Sesuai Dengan Pelestarian dan Pemanfaatan
pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan, di bawah pengawasan lembaga adat Tradisional Sumber Daya Alam.
dan dengan konsultasi dengan pengelola taman dan staf peneliti.
b. Tumbuhan dan satwa yang diambil oleh masyarakat setempat dari Zona Pemanfaatan a. Pengelola taman bertanggungjawab untuk mendorong dan membantu masyarakat
Tradisional boleh dijual sampai batas pengambilan tertentu yang diatur oleh lembaga setempat menjadi penterjemah alam dan budaya, pemandu dan pendidik konservasi.
adat dengan konsultasi dengan staf peneliti. b. Wisata alam, rekreasi dan infrastruktur pendukung perlu digiatkan sepanjang tidak
c. Hak dan tanggung jawab masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya di dalam mengganggu sumberdaya taman atau budaya/kesejahteraan masyarakat di dalam
taman nasional akan diakui secara resmi dalam Kesepakatan Konservasi Masyarakat dan sekitar taman.
yang akan ditandatangani oleh pemimpin masyarakat dan wakil dari PKA. c. Pemanfaatan taman untuk tujuan pendidikan oleh kelompok lokal, nasional dan
d. Perencanaan bersama dengan pemerintah daerah dan sektor swasta akan menjadi internasional perlu didukung dan dibantu.
sarana utama untuk menjamin bahwa pembangunan dan kegiatan komersial tidak d. Pariwisata sebaiknya dikembangkan secara perlahan untuk menghindari dampak
akan berdampak buruk terhadap taman. negatif yang berlebihan terhadap ekosistem dan kemampuan masyarakat lokal untuk
e. Unsur-unsur ekologis seperti penyakit, hama dan kebakaran tidak perlu dikendalikan menanganinya.
apabila terjadi secara alamiah, kecuali nilai-nilai penting manusia dan alam mulai
terancam.
f. Proses habitat dan ekologis tidak akan dimanipulasi kecuali dalam kasus adanya
penyebab bersejarah (sebagai contoh pembakaran padang rumput di Apau Ping)
atau bila diperlukan untuk pencapaian tujuan pengelolaan. Pada kasus-kasus dimana
rehabilitasi vegetasi diperlukan, hanya jenis-jenis asli yang akan dipakai.
g. Jenis satwa dan tumbuhan yang bukan asli dari taman tidak akan diintroduksi dengan
sengaja. Jenis dari luar yang menggulma atau merugikan harus dihilangkan atau
dikendalikan.

IV-24 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) IV-25
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
BAB V (Gambar 4) dapat ditambahkan kedalam taman nasional untuk meningkatkan peluang
atas pelestarian keanekaragaman hayati dan perlindungan lingkungan dalam jangka
UPAYA POKOK DAN RENCANA KEGIATAN panjang. Langkah-langkah khusus yang dianjurkan untuk masing-masing perluasan
adalah:
• Perluasan Kayan - Menganalisis ulang apakah perluasan ini cocok untuk usaha
A. Aspek Pengelolaan dan Kebijakan penebangan berdasarkan peraturan yang berlaku, di samping menentukan apakah
daerah ini memang mengandung kayu dalam jumlah komersial. Jika analisis tersebut
1. Perencanaan menemukan bahwa daerah tersebut tidak cocok untuk usaha penebangan, akan
lebih mudah untuk membatalkan daerah ini dari pemegang hak pengusahaan. Jika
Nama Taman Nasional: daerah tersebut memang cocok untuk usaha penebangan, Departemen Kehutanan
dan Perkebunan mungkin tetap memutuskan memasukan daerah tersebut ke dalam
Pengelola taman sebaiknya melibatkan masyarakat setempat dalam memilih nama baru wilayah taman nasional dengan mempertimbangkan nilai keanekaragaman hayatinya
untuk taman nasional tersebut. Nama yang dikehendaki harus lebih menunjukkan yang tinggi. Sebagai contoh, hutan produktif di bawah usaha penebangan aktif
secara tepat secara geografis, sosial dan lingkup pengelolaan kawasan. Hal ini dapat telah ditambahkan ke dalam wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh di Sumatra.
ditentukan oleh Pengelola taman bekerjasama dengan Lembaga Adat dari masing- Debt-for-Nature Swaps atau Carbon Sequestration, dua program yang baru dimulai
masing 10 Wilayah Adat yang mempunyai lahan di dalam kawasan taman nasional. di Indonesia, khususnya melalui USAID NRMII, CIFOR dan The Nature
Conservacy, merupakan cara yang mungkin dilakukan untuk “membeli” hak usaha
Masalah perencanaan lainnya: penebangan dari para pengusaha setempat. Jika penebangan diizinkan pada daerah
tersebut, hanya berlaku untuk penebangan pertama, dan selanjutnya menjadi wilayah
Sebagaimana taman nasional lainnya, bagian-bagian dari Rencana Pengelolaan ini akan taman nasional. Program Debt-for-Nature Swaps dan Carbon Sequestration dapat
perlu ditinjau kembali dan ditambah melalui rencana kerja tahunan dan 5 tahunan di digunakan untuk memberi ganti rugi kepada masyarakat setempat atas pembebasan
masa yang akan datang. Mengingat cepatnya perubahan politik dan ekonomi saat ini, lahan yang dimasukkan ke dalam wilayah taman nasional. Jika masyarakat setempat
hal ini akan diperlukan selama 5 tahun pertama masa Rencana Pengelolaan ini. Apalagi, tertarik pada usaha bersama penggunaan hutan setempat, Dephutbun dapat mencari
beberapa aspek mengenai perbatasan final taman nasional, kesepakatan atau kontrak lokasi alternatif untuk usaha tersebut, kemungkinan di tepi bagian selatan sungai
pengelolaan dengan FoMMA, dan aturan akhir tentang bagaimana masyarakat setempat Kayan. Alternatif lain adalah sebagian dari perluasan menjadi hutan masyarakat
akan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam di dalam Zona Pemanfaatan setempat, dan bagian lain termasuk ke dalam wilayah TNKM, berdasarkan
Tradisional yang harus diselesaikan dalam beberapa tahun mendatang. Kesepakatan- perencanaan tata-guna lahan yang terperinci.
kesepakatan ini juga harus disesuaikan dengan perubahan keadaan selama masa • Perluasan Tubu: Perlu pembahasan lebih lanjut dengan INHUTANI II, CIFOR dan
Rencana Pengelolaan ini. khususnya masyarakat setempat dimana sebagian daerahnya cocok untuk masuk
ke dalam wilayah taman nasional. Perencanaan tata-guna lahan yang lebih terperinci
2. Perbatasan Luar dapat digunakan untuk melihat berbagai faktor seperti lereng, komposisi tanah,
kekayaan biodiversitas, apakah terdapat jumlah pohon dengan skala komersial di
Perbatasan taman nasional yang ada perlu dipertimbangkan kembali untuk menentukan semua daerah, rencana dan kebutuhan masyarakat setempat dan faktor-faktor lainnya
apakah telah dapat memberikan perlindungan jangka panjang yang cukup kepada untuk menentukan bagian lahan yang lebih baik tertutup hutan dan menjadi bagian
keanekaragaman hayati dan lingkungan serta didukung oleh masyarakat setempat dari TNKM. Kemungkinan penggunaan dana dari Debt-for-Nature Swaps dan
dan pemerintah daerah. Ada beberapa daerah yang mendapatkan perlindungan yang Carbon Sequestration dapat dilakukan untuk menggantikan biaya operasi
bernilai tinggi atas keanekaragaman hayati dan lingkungannya yang mungkin dapat penebangan atau kesempatan berusaha masyarakat setempat.
ditambahkan kedalam TNKM. Terdapat pula daerah di dalam TNKM yang telah • Koridor Kayan-Mentarang: Patut diusahakan bernegosiasi dengan masyarakat
dimanfaatkan masyarakat secara intensif dan mereka meminta untuk dikeluarkannya Wilayah Adat Kayan Tengah dan Wilayah Adat Kayan Hilir untuk memasukkan
dari TNKM. lahannya ke dalam Zona Pemanfaatan Tradisional dalam taman nasional. Untuk
Kayan Tengah dimungkinkan menambah wilayah taman nasional dengan lahan di
Potensi Penambahan ke TNKM : antara garis perbukitan utara-selatan dan batas Hutan Lindung bagian timur.
Penggunaan lahan ini oleh masyarakat setempat sudah resmi dibatasi akibat statusnya
Petugas taman seharusnya merundingkan dengan pihak-pihak lain yang terkait sebagai Hutan Lindung, yang memiliki persamaan dengan pembatasan pada Zona
(masyarakat setempat, pemerintah daerah, pemegang hak pengusahaan hutan, dsb.) Pemanfaatan Tradisional dan paling tidak berjarak setengah sampai satu hari
untuk melihat apakah bagian dari perluasan Kayan, Tubu dan Krayan-Mentarang perjalanan kaki dari desa dan pada bagian barat pegunungan yang curam.

V-26 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-27
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Untuk Krayan Hilir, penambahan lahan harus cukup untuk mempertahankan
hubungan antara bekas hutan lindung dengan lahan didalam Wilayah Adat Mentarang
dan Lumbis yang diinginkan masyarakat untuk tetap masuk ke dalam wilayah taman
nasional. Baik Krayan Hilir atau Krayan Tengah tidak akan menyetujui untuk
menambahkan lahan tersebut ke dalam taman nasional kecuali jika mereka yakin
bahwa Pemerintah mengakui bahwa masyarakat setempat mempunyai hak untuk
mengelola lahan dan sumber dayanya. Kalaupun masyarakat setempat setuju bahwa
memasukkan lahan tersebut kedalam taman nasional adalah lebih baik daripada
rencana pengembangan alternatif yang mereka pertimbangkan, Pengelola taman
masih harus menegosiasikan perubahan tersebut dengan Pemerintah Daerah
Malinau. Desentralisasi akan menyebabkan pengelolaan dan perlindungan hutan
berada di bawah wewenang pemerintahan setempat.

Masyarakat Meminta untuk Melepaskan Lahan dari TNKM:

Masyarakat telah mengajukan permintaan agar berbagai luasan wilayah adat mereka
dilepas dari TNKM (Gambar 4).

Dianjurkan agar Pengelola taman menyetujui untuk melepas lahan yang dimanfaatkan
secara intensif (lahan pertanian dan beberapa hutan yang dimanfaatkan sehari-hari
dan terdekat dengan desa) untuk menyediakan kebutuhan masyarakat baik saat ini
maupun dimasa mendatang. Untuk Wilayah-wilayah Adat Apo Kayan, Long Pujungan,
Lumbis Hulu, Krayan Darat, Mentarang dan Hulu Bahau, hal ini berarti menerima
anjuran yang diperoleh dari masyarakat mengenai perbatasan taman.

Keadaannya lebih rumit bagi Wilayah Adat Krayan Hulu, Krayan Hilir, Krayan Tengah
dan Punan Tubu. Wilayah-wilayah Adat tersebut telah meminta agar semua atau hampir
semua lahan mereka dikeluarkan dari TNKM, untuk dimanfaatkan baik secara
tradisional maupun non-tradisional oleh masyarakat dan keturunan mereka. Untuk
daerah tersebut direkomendasikan Pengelola taman mengambil tindakan berikut:

a. Membuat batas sementara dengan mengeluarkan lahan pemanfaatan intensif serupa


yang direkomendasikan untuk wilayah-wilayah adat lain (Gambar 4).
b. Untuk lahan dalam batas sementara TNKM, bekerja sama dengan masyarakat dan
pemerintah daerah untuk mengembangkan perencanaan jangka panjang tata-guna
lahan yang terperinci untuk menentukan bagian lahan yang dapat dikembangkan
dan bagian yang tetap sebagai hutan. Faktor-faktor utama untuk dianalisis termasuk
lereng lahan, komposisi tanah, kekayaan biodiversitas, perlindungan daerah aliran
sungai, pemeliharaan koridor biodiversitas dan rancangan pembangunan daerah.
Daerah-daerah yang dinilai lebih baik dipertahankan sebagai hutan dan tidak dibuka
untuk pembangunan, dapat dimasukan ke dalam wilayah TNKM. Selama periode
perencanaan tataguna lahan, masyarakat lokal akan dapat mengamati dan mendapat
pengalaman bagaimana taman akan dikelola bersama dengan PHKA dan pemerintah
daerah, yang akan membantu mengurangi kekhawatiran mengenai pengaruh taman
terhadap wilayah adat mereka.

V-28 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-29


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Beberapa daerah yang perlu diusahakan bertahan dalam TNKM adalah:

• Pada daerah sungai Tubu, sebagian atau sebagian besar daerah sungai Kulun dan
Menabur bagian hulu dapat dimasukan ke dalam wilayah taman nasional. Daerah-
daerah tersebut terletak bersebelahan dengan lahan TNKM yang merupakan bagian
dari Wilayah Adat Hulu Bahau.
• Pada Wilayah Adat Krayan Hilir, sebagian besar lembah sungai Kemaluh dapat
dinegosiasikan dengan masyarakat untuk dipertahankan sebagai hutan dan dimasukkan
kedalam wilayah TNKM sementara pembangunan dipusatkan pada lembah sungai Pa’
Raye. Lahan tersebut terletak di sebelah lahan TNKM yang merupakan bagian dari
Wilayah Adat Lumbis Hulu. Daerah ini masih terpencil, belantara dan dilaporkan menjadi
rumah bagi beberapa badak yang masih bertahan dan jenis flora dan fauna lainnya yang
tidak umum ditemukan pada bagian TNKM lainnya.
• Pada Krayan Hulu, Pengelola taman dapat bernegosiasi dengan masyarakat untuk
membiarkan lebih banyak bagian hulu sungai Bula, Ibang dan Rungan sebaiknya tetap
tertutup oleh hutan dan idealnya masuk wilayah TNKM. Daerah-daerah tersebut
berbatasan dengan lahan TNKM dalam Wilayah Adat Hulu Bahau. Bagian hulu sungai
Rungan terdapat daerah tertutup dan hutan vegetasi rendah yang unik. Sungai Bula
(atau Ibang?) adalah jalan tradisional ke selatan menuju hulu sungai Bahau, oleh karena
itu berpotensi untuk perjalanan kaki sebaiknya dilestarikan di dalam TNKM.

Mungkin kendala terberat dalam perencanaan tata-guna lahan semacam ini, begitu pula
halnya dengan Wilayah Adat, adalah mencoloknya otonomi dan identitas pada tiap desa
dan hal-hal yang berkaitan dengan lahan mereka. Masyarakat atau keturunannya yang
pernah bermukim pada daerah paling hulu sebuah lembah sungai tidak menyukai lahannya
terpilih untuk dijadikan hutan permanen, sementara masyarakat yang meninggalkan desanya
di bagian hilir sungai dapat menggunakan lahan mereka dengan lebih mudah. Pengelola
taman dan pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan pemimpin dan masyarakat sebuah
Wilayah Adat untuk mendapatkan izin dari desa-desa yang lebih hilir dari sungai untuk
memukimkan kembali masyarakat yang pernah tinggal, atau nenek moyangnya yang pernah
tinggal di bagian hulu. Keuntungan untuk masyarakat bagian hilir adalah sumber air yang
lebih aman, hak memanen hasil hutan pada daerah hulu secara berkelanjutan dan mungkin
pelayanan pemerintah daerah yang lebih baik karena penduduknya lebih padat.

Pemukiman kembali desa-desa yang telah ditinggalkan dalam TNKM:

Beberapa masyarakat lokal bermaksud untuk bermukim kembali ke desa-desa yang telah
ditinggalkan di dalam TNKM. Desa-desa tersebut ditinggalkan sebelumnya karena alasan
masyarakat untuk mendapatkan peluang ekonomi dan pelayanan pemerintah yang lebih
baik di sebagian daerah di pulau Kalimantan, Sarawak dan Sabah. Masalah ekonomi,
sosial dan politik menyebabkan masyarakat berfikir untuk kembali ke beberapa desa yang
ditinggalkna tersebut.

Mengenai pemukiman kembali, sebaiknya Pengelola taman bekerja sama dengan pemerintah
daerah untuk membentuk kesatuan posisi yang mempertimbangkan kepentingan taman
nasional, sumber daya pemerintah yang terbatas untuk menyediakan pelayanan pada

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-30


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
pedesaan baru yang kecil dan terisolasi, perlindungan daerah aliran sungai dan rencana Di dalam TNKM, kemungkinan terbentuknya desa tertutup (enklav) adalah pada desa
pembangunan ekonomi pemerintah dan masyarakat. Setelah pemerintah yakin akan Masyarakat Punan di daerah hulu Sungai Tubu. Jika hulu Sungai Tubu dimasukkan ke
posisinya dalam masalah ini, kemudian dapat dirundingkan dengan masyarakat. dalam taman nasional maka diperlukan sebuah enklav disekitar desa Long Pada.

Beberapa unsur utama pendekatan yang dipakai dengan masyarakat adalah: Jika negosiasi pengembangan wilayah TNKM dengan masyarakat tidak berhasil dan TNKM
tetap terpisah, maka Pengelola taman harus mempertimbangkan beberapa masalah lain
• Mengakui hak-hak masyarakat atas lahan dan menyetujui masyarakat mengelola sebagai berikut:
sumber daya alam pada wilayah adatnya di dalam taman nasional. Jika masyarakat
telah yakin bahwa pemerintahan dengan jujur tidak akan mengambil alih wilayah • Mempertahankan satu taman nasional, membuat taman sekunder yang lebih kecil di
adatnya, mereka berkata akan mempertimbangkan untuk membiarkan lebih banyak bagian utara, atau satu taman nasional dengan alternatif memberi status dilindungi
lahannya berada di dalam taman nasional. Pada daerah sungai Tubu, beberapa untuk taman bagian utara yang lebih kecil. Walaupun taman di bagian utara berukuran
masyarakat mengatakan bahwa bermukim kembali pada desa lamanya adalah satu- sangat kecil dibandingkan dengan taman bagian selatan, namun luasnya yang mencapai
satunya jalan yang aman sehingga klaim mereka atas lahan tersebut semakin mantap. 85.000 hektar membuatnya lebih besar dari beberapa taman nasional lainnya. Pengajuan
• Mencari lokasi pemukiman alternatif, meskipun ini akan sulit dicapai. status perlindungan beberapa hutan di daerah Ulu Padas diseberang perbatasan dengan
• Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan hak-hak masyarakat atas lahannya, yang Malaysia perlu dikonfirmasi dan dapat membuat hutan lindung lintas-batas yang lebih
telah meninggalkan desanya secara sukarela dari dalam wilayah taman nasional besar.
atas permintaan pemerintah. Salah satu alasan mengapa suku Punan Tubu berencana • Keputusan membuat satu atau dua taman nasional sangat berpengaruh terhadap lokasi
kembali ke desanya adalah karena tertekan oleh masyarakat di pemukiman barunya infrastruktur taman, khususnya kantor pusat. Sebuah pertanyaan yang muncul adalah
untuk berpindah. Karena mereka merasa bahwa pemerintah tidak memperhatikan dapatkah dua taman nasional mempunyai satu kantor pusat untuk mengurangi biaya
hak untuk tinggal di lokasi yang baru, mereka khawatir suatu saat akan diusir. dan meningkatkan efisiensi. Masalah ini akan dibahas pada sub-bab Infrastruktur Taman.
• Pemerintah dapat meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan dan lainnya pada
tempat seperti Respen, yang banyak ditempati masyarakat Punan Tubu dari sungai Terdapat kemungkinan bahwa sebagian besar Kecamatan Krayan akan dipertahankan
Tubu bagian hulu yang telah berpindah atas permintaan pemerintah. Jika kesehatan, diluar TNKM, karena populasinya padat, pemakaian lahan yang lebih intensif dan kurang
pendidikan dan program serta pelayanan pemerintah ditingkatkan dan mengandalkan hasil hutan. Karena daerah ini tetap berada di daerah penyangga TNKM,
dikembangkan, maka tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk berpindah dan Pengelola taman harus bekerjasama dengan masyarakat setempat dan pemerintah daerah
bermukim kembali di pedalaman. Sehubungan dengan ini adalah pentingnya dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan perlindungan lingkungan. Daerah
pembangunan daerah penyangga taman nasional, sesuai usulan dan rencana dalam hutan pegunungan dan bukit yang luas diantara lembah sungai dimana populasi berada
Bab III C dokumen ini. merupakan cadangan keanekaragaman hayati dan mungkin membantu memelihara koridor
habitat untuk persebaran hidupan liar. Daerah ini sangat indah, dengan petak-petak padi
Terdapat peluang bahwa salah satu keluaran dari negosiasi mengenai pelepasan, di bawah lereng gunung yang berhutan. Iklim yang dingin, pemandangan alam dan potensi
penambahan lahan atau pengembalian ke dalam wilayah TNKM akan mengakibatkan pendakian merupakan potensi besar bagi pengembangan rekreasi untuk lokal dan wisatawan
desa-desa menjadi enklav (terpencil), yang seharusnya dihindari jika dilihat dari lainnya.
kepentingan taman nasional. Jika hal tersebut tidak dapat dihindari, para ahli
menganjurkan beberapa aturan untuk meminimalkan dampaknya: Dianjurkan agar Pengelola taman membahas bersama masyarakat setempat dan pemerintah
daerah guna mencari kemungkinan untuk dijadikannya kawasan ini menjadi Kawasan
• Untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka harus ada tindakan Lindung Kategori VI IUCN, yang akan dikelola terutama untuk tujuan konservasi dan
pelarangan terhadap imigran dari luar masuk ke dalam desa tersebut. Harus ada rekreasi. Kawasan seperti ini merupakan tempat dimana interaksi manusia dan alam dalam
pula tindakan pelarangan terhadap imigran dari luar untuk melakukan pembelian kurun waktu yang lama menghasilkan sebuah kawasan dengan “karakter yang khas”.
atau pembukaan lahan serta pendirian rumah kecuali yang terikat perkawinan dengan Beberapa kegiatan dibatasi di kawasan tersebut, namun keberlangsungan pengelolaan
masyarakat setempat. oleh manusia tetap diperlukan untuk melestarikan sifat-sifat khusus yang menjadi alasan
• Batasan pengembangan pertanian yang dapat ditolerir harus ditentukan dengan penentuan kawasan tersebut.
jelas di lapangan. Mengembangkan pertanian melebihi batas tersebut tidak
diperbolehkan. Lama Keterikatan Masyarakat Setempat pada Taman Nasional:
• Jalan masuk maupun keluar dari desa-desa terbatas pada jalur tradisional yang
sudah ada (dilarang membuat jalan yang baru) dan dilarang membuka lahan di Banyak diantara masyarakat setempat yang tetap berkeinginan agar wilayah adatnya dapat
pinggir jalan tersebut. dikeluarkan dari TNKM, jika dimasa mendatang lahan tersebut memiliki nilai ekonomi.

V-31 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-32
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Tanpa jaminan tersebut, mungkin mereka tidak akan setuju lahan mereka dimasukkan tiang beton atau pagar tumbuhan bukan prioritas tinggi. Alternatif sementara adalah
kedalam TNKM, atau memberikan hanya sedikit sekali sehingga keanekaragaman hayatinya menempatkan peta tahan cuaca yang menggambarkan perbatasan taman nasional pada
tidak dapat dilindungi. tempat yang sederhana dan mudah terlihat pada semua desa, serta mengadakan pertemuan
dengan masyarakat untuk menjelaskan perbatasan.
Untuk mengatasi masalah ini, PHKA dianjurkan untuk merundingkan kesepakatan
pengelolaan bersama yang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Hal ini akan meredakan Perusahaan penebangan kayu di sekitar wilayah harus didatangi dan diberi penjelasan
kekhawatiran masyarakat setempat yang lebih besar mengenai kemungkinan kehilangan perubahan perbatasan dan dicocokkan lagi dengan peta perusahaan. Perbatasan antara
keuntungan ekonomi dari lahan didalam TNKM. Jika masyarakat setempat menuntut hak hak usaha penebangan dengan taman nasional harus ditandai oleh sebuah tim terdiri dari
penarikan lahannya dimasa mendatang atau mereka tidak mau menandatangani apapun staf taman nasional dan perusahaan. Jika terdapat perbedaan peta perusahaan dengan
tentang TNKM, maka sebaiknya pengelola taman melakukan perundingan untuk membuat peta taman nasional, masalah tersebut diselesaikan dengan mengacu pada ketentuan Menteri
kesepakatan mengenai pelaksanaan taman nasional tahap awal dengan untuk jangka waktu Kehutanan.
tertentu selama 50 sampai 100 tahun.
Terdapat beberapa perbatasan buatan yang tidak mengikuti tanda-tanda alami, terutama
Kesepakatan seperti ini telah diterapkan oleh negara lain dan lebih baik dari pada taman perbatasan yang diajukan oleh masyarakat di Krayan Hulu dan Krayan Hilir. Perbatasan
permanen yang jauh lebih kecil atau taman besar yang ditentang oleh masyarakat setempat. seperti ini memerlukan tanda-tanda yang lebih jelas. Namun, hal ini bukanlah prioritas
Kesepakatan demikian itu harus menjamin sistem pengelolaan bersama yang kuat dan pada lima tahun pertama, karena terdapat berbagai masalah lain yang lebih penting dan
mempunyai rincian tentang tanggungjawab masyarakat dalam melindungi keanekaragaman dana dari donor luar sangat terbatas. Juga tidak terdapat ancaman yang berarti dari luar.
hayati. Memastikan bahwa kesepakatan lain akan dicapai dimasa depan akan menjadi Lagi pula, pembatasan wilayah harus menunggu sampai sebagian dari rencana pemanfaatan
tujuan jangka panjang utama dari Pengelola taman. Hal ini akan memerlukan pembuktian lahan dan aktivitas yang berhubungan dengan perundingan bersama masyarakat dapat
komitmen pada pengelolaan bersama, memberikan keuntungan dari taman kepada diselesaikan.
masyarakat dan pemerintah daerah, mengembangkan daerah penyangga TNKM dan
meningkatkan kepedulian dan pendidikan tentang keuntungan melindungi keanekaragaman Satu hal yang dapat dilakukan pada lima tahun pertama adalah membuat daftar prioritas
hayati dan TNKM baik secara langsung maupun tidak langsung. perbatasan buatan yang ditandai serta memilih jenis tanda yang cocok. Pada perbatasan
buatan yang berdekatan dengan areal penebangan, diperlukan kunjungan ke kantor dan
Masalah Perbatasan Luar Lainnya: penjelasan mengenai perbatasan. Staf taman nasional dan staf dari perusahaan pengusahaan
hutan dapat berjalan di sepanjang perbatasan, membuat pembatasan sementara dengan
Sehubungan dengan proposal perubahan terhadap perbatasan dan ukuran taman nasional, memberi tanda menggunakan pita berwarna cerah pada batang pohon atau tumbuhan.
dianjurkan untuk menggambarkan kembali perbatasan taman nasional dan membuat draft
untuk Keputusan Menteri baru yang akan menghapus ketentuan yang lama. Ketentuan Ketika perbatasan ditandai, masyarakat setempat diperlukan partisipasinya semaksimal
yang baru sebaiknya melingkup seluruh luas taman nasional. Penggantian ketentuan yang mungkin. Proyek GTZ Social Forestry di Kalimantan Timur dan lembaga lainnya tengah
lama, umumnya gambaran tentang perbatasan yang tidak jelas dan tidak lengkap, dengan mengembangkan metode-metode penandaan perbatasan untuk digunakan oleh perusahaan
satu ketentuan yang jelas dan tidak diragukan mengenai perbatasan yang baru berdasarkan penebangan dan masyarakat setempat. Metode seperti ini dapat diterapkan pada taman
ciri-ciri geografis utama seperti sungai, lembah drainasi dan pegunungan, dilengkapi dengan nasional. Jika tumbuhan yang digunakan, sebagai contoh, masyarakat lokal dapat dikontrak
sebuah peta yang jelas, akan sangat menguntungkan bagi pelestarian kawasan lebih lanjut. untuk menanam benih dan tumbuhannya. Tumbuhan yang digunakan sebagai tanda
perbatasan vegetatif sebaiknya jenis lokal dan, jika memungkinkan, yang umum digunakan
Penandaan batas TNKM akan sangat mahal dan makan waktu lama. Batas berdasarkan oleh masyarakat untuk menandai perbatasan.
SK Penunjukan, panjang taman nasional kira-kira 1.157 km. Sepanjang 483 km perbatasan
taman nasional dengan Sabah dan Serawak dilaporkan telah ditandai dengan tiang-tiang Terdapat beberapa masalah mengenai perbatasan yang perlu segera diselesaikan. Menurut
beton pada interval 100 meter. Perbatasan taman nasional dalam wilayah Indonesia belum peta resmi tahun 1996 yang merupakan lampiran dari SK Taman Nasional Kayan
ditandai. Mentarang, seluruh bagian sungai Tubu ke arah hulu dari mulut sungai Menabur sampai
bagian hulu sungai Kalun, terletak di dalam wilayah taman nasional. Menurut peta Tata
Jika memungkinkan, perbatasan sebaiknya mengikuti pinggiran sungai atau bukit dan puncak Ruang, daerah tersebut terletak di luar TNKM. Di samping itu, peta SK Taman Nasional
yang memisahkan daerah aliran sungai. Karena sifat alami tersebut sudah umum dan mudah Kayan Mentarang menunjukkan lebih banyak bagian sungai Menabur yang terletak dalam
dikenal masyarakat lokal dan karena terdapat berbagai masalah lainnya yang lebih penting untuk wilayah TNKM jika dibandingkan dengan peta Tata Ruang dan peta INTAG tahun 1992,
beberapa tahun mendatang, penandaan perbatasan dengan tanda, tumpukan batu, yang telah digunakan untuk menentukan perbatasan usaha HPH pada daerah tersebut.
Perbedaan seperti ini harus segera diselesaikan.

V-33 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-34
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
3. Zona Internal seperti kawasan yang diidentifikasi pada (Gambar 5). Potensi-potensi untuk zona inti
tersebut memiliki luas total sekitar 238.000 ha, atau 18% luas taman nasional asli.
Hanya tiga zona yang diusulkan pada tahap awal untuk TNKM - Zona Pemanfaatan Langkah-langkah berikut ini dianjurkan untuk mempelajari kemungkinan
Tradisional, Zona Inti dan Zona Pemanfaatan yang mencakup daerah yang sangat menambahkan lebih banyak daerah Zona Inti di masa datang:
kecil di mana di situ terdapat bangunan berupa Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai.
Tidak perlu menambahkan zona-zona lain secara langsung, dan dengan adanya tiga • Meningkatkan penelitian mengenai habitat yang cocok untuk jenis terancam dan
zona saja, pengelolaannya akan lebih sederhana. langka serta habitat yang unik dan rawan untuk memaksimalkan manfaat dari Zona
Inti.
Zona Rimba sering dibentuk di taman-taman nasional untuk difungsikan sebagai • Melaksanakan program kepedulian dan pendidikan mengenai manfaat Zona Inti
daerah penyangga di antara Zona Pemanfaatan dan Zona Inti. Bagaimanapun, TNKM untuk masyarakat setempat yang berkelanjutan.
sangatlah luas dan sebagian besar masih liar. Luasnya kawasan taman, medan yang • Menunjukkan komitmen pada pengelolaan bersama dan pembagian pendapatan
sulit dan keterpencilan akan berfungsi sebagai penyangga selama bertahun-tahun, paling serta manfaat lainnya dari taman nasional bersama masyarakat setempat.
tidak kalau perundingan dengan masyarakat setempat untuk mengembalikan beberapa • Mendiskusikan dan merundingkan bersama masyarakat setempat bahwa
bagian lahan ke taman nasional berhasil. Sebagian besar lahan taman dimanfaatkan penambahan Zona Inti menjadi daerah yang penting dan tidak perlu ditakuti akan
masyarakat untuk berburu dan mengumpulkan hasil hutan dan oleh karenanya dampaknya terhadap kehidupan.
ditentukan sebagai zona pemanfaatan tradisional yang dapat digunakan pula untuk • Mempertimbangkan untuk membentuk zona inti tambahan sementara selama
tujuan-tujuan pariwisata, penelitian dan pendidikan. beberapa tahun dengan pola rotasi, yang lebih dapat diterima oleh masyarakat
setempat daripada Zona Inti permanen.
Pengelola taman dapat memperbaiki sistem pembagian zona pada masa yang akan
datang dengan mempelajari habitat yang beragam jenisnya dalam taman dan B. Mengelola Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem
meyakinkan masyarakat agar lebih mengerti tentang kebutuhan dan manfaat
penambahan zona-zona baru di dalam TNKM. Penambahan zona-zona di masa 1. Flora, Fauna dan Ekosistem
mendatang menjadi masalah yang harus dibicarakan dan dirundingkan dalam sistem
pengelolaan bersama. a. Inventarisasi dan Distribusi Jenis

Sementara Zona Pemanfaatan Tradisional adalah kategori dasar, dimungkinkan Dianjurkan agar pengelola taman melanjutkan pelaksanaan survei singkat terhadap
mengembangkan sub-tipe zona berdasarkan sistem klasifikasi lahan masyarakat lokal. keanekaragaman hayati dengan menggunakan dana yang ada, walaupun kemajuannya
Salah satu contoh adalah Tana’ Ulen di dalam Wilayah Adat Long Pujungan dan Hulu akan lambat mengingat kurangnya dana. Pada saat yang bersamaan, PHKA dan WWFI
Bahau. Masyarakat lokal mengatur lahan tersebut berbeda dengan lahan lain dan cara harus mencoba mencari dana untuk ekspedisi lintas batas berskala besar seperti yang
ini dapat dilanjutkan di dalam TNKM. Masyarakat lokal juga ingin melindungi lokasi telah dilakukan untuk Taman Nasional Betung Kerihun dan Suaka Margasatwa Lanjak
pemakaman. Daripada menggunakan istilah Zona Pemanfaatan Khusus dari PHKA, Entimau. Sumber dana yang memungkinkan untuk kegiatan ini adalah ITTO dan
hal ini akan lebih mudah untuk masyarakat setempat menganggap daerah tersebut ASEAN Regional Centre for Biodiversity Conservation.
sebagai sub-tipe dari Zona Pemanfaatan Tradisional. Keputusan mengenai hal semacam
ini lebih baik diserahkan kepada Lambaga Adat. Bagaimanapun cara pendanaan inventarisasi jenis dan aktivitas distribusi dilakukan,
aspek-aspek utama dari usaha tersebut adalah sebagai berikut:
Sehubungan dengan Zona Inti, rencana kegiatan yang terbaik adalah menerima anjuran
masyarakat setempat agar TNKM membentuk zona inti yang kecil pada awalnya (Gambar 1. Mengkonsentrasikan tugas pengambilan contoh dalam suatu habitat untuk
5). Persetujuan inipun bersifat sementara dan masih harus dipastikan dalam tahun pertama mendapatkan pola pengelompokan distribusi flora dan fauna akibat geomorfologi
Rencana Pengelolaan. Pembentukan Zona Inti yang ditentang oleh masyarakat setempat dan faktor lainnya.
dan hanya akan menambah ketidak sukaan mereka terhadap taman nasional, dan 2. Inventarisasi dengan cara penangkapan mamalia kecil, penandaan dan penangkapan
perlindungan atas Zona Inti tidak dapat dijamin. Lagipula, luasnya taman dan sulitnya ulang, pegambilan contoh DNA fauna, serta koleksi spesimen dan identifikasi yang
medan sudah merupakan Zona Inti alami. Selama habitat di daerah ini dilestarikan, tidak pasti.
akan ada dampak besar yang permanen pada keanekaragaman hayatinya. Jenis-jenis yang 3. Inventarisasi jenis reptil dan amphibi dengan menggunakan cara semacam transek
diambil oleh masyarakat setempat dapat dilindungi melalui rencana pengelolaan jenis. hutan dan sungai pada malam hari, pekerjaan kuadrat dasar hutan dan untuk
Masih terdapat potensi untuk pengembangan kawasan inti lainnya pada masa mendatang, kondisi tertentu, membuat kolam pembiakan buatan, pemagaran serta mendirikan
koleksi spesimen sinoptik sebagai bahan referensi.

V-35 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-36
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
4. Melengkapkan inventarisasi jenis burung dengan cara penjaringan pagi, memberi cincin
pada kaki burung serta survei perhitungan di tempat.
5. Inventarisasi invertebrata pemakan daunan.
6. Survei insekta kanopi hutan dengan jalan pengasapan.
7. Penggunaan umpan dan metode perangkap kamera untuk mengetahui populasi
karnivora setempat.
8. Pengembangan pengamatan ikan dan invertebrata perairan ke daerah yang lebih luas.
Hal ini dilakukan untuk melengkapi pengetahuan sementara berdasarkan survei awal
yang dilakukan di beberapa lokasi dekat Long Pujungan, Data Dian, Lalut Birai,
Long Layu, Wa’Yagung dan Tau Lumbis. Survei-survei tersebut sebaiknya meliputi
kolam hujan dan kolam lumpur untuk mendapatkan data tentang larva amfibi dan
spesimen luar sungai.
9. Jika terdapat sisa dana dan waktu, survei fauna dan flora sebaiknya dilakukan pada
daerah dengan habitat yang umumnya mirip tetapi mengalami perbedaan curah hujan,
karena beberapa bagian taman mendapatkan curah hujan dua kali lebih banyak
dibandingkan bagian yang lain.
10. Walaupun sebagian besar daerah taman nasional tidak mengalami musim kering yang
lama, pengulangan beberapa survei di musim yang berbeda akan berguna jika dana
dan tenaga kerja tersedia.
11. Pengamatan telemetri kisaran tempat tinggal dan penggunaan habitat oleh mamalia
besar, jenis prioritas.
12. Penambahan transek permanen di Pusat Penelitian Lalut Birai agar dapat melingkup
habitat yang lebih luas, terutama:
• Daerah batupasir pada lereng dengan ketinggian 800-1000 meter.
• Daerah batupasir di atas perbukitan.
• Daerah batupasir pada lereng dengan ketinggian 1000-1400 meter, jika
dimungkinkan.
• Daerah basalt pada lereng dengan ketinggian 1000-1400 meter.
• Daerah basalt pada lereng dengan ketinggian di atas 1500 meter.
• Daerah basalt di atas bukit atau lereng dengan ketinggian di atas 1500 meter.

Daerah-daerah yang penting sebagai sasaran survei di atas adalah daerah taman nasional
yang terpencil dan tidak terganggu, terutama pada ketinggian lebih dari 1000 meter diatas
permukaan laut. Daerah tersebut termasuk daerah hulu lembah Sungai Iwan, Lurah dan
Pujungan, Gunung Harun bagian pemisah daerah aliran sungai Bahau dan Krayan. Beberapa
daerah tersebut mungkin lebih mudah dimasuki melalui Serawak dan Sabah, karena jalan
kendaraan bermotor terletak di dekat perbatasan yang menunjukkan betapa pentingnya
upaya pengembangan kerja sama proyek penelitian bersama ilmuwan, lembaga konservasi
dan penelitian Malaysia. Kalau tidak, penggunaan helikopter atau perjalanan panjang melalui
sungai dan berjalan kaki harus ditempuh. Biaya helikopter dapat ditekan dengan cara
kerja sama dengan pihak militer atau memohon sumbangan dan/atau pelayanan helikopter
dengan biaya dari perusahaan helikopter dan pertambangan sebagai sumbangan terhadap
masyarakat. Pengelola taman dapat mengambil informasi awal dari berbagai museum lokal,
ASEAN dan internasional. Data vertebrata, termasuk keterangan habitat dari daerah
perlindungan lainnya di dekat gugusan pegunungan Kalimantan dapat dilihat sebagai
petunjuk mengenai jenis hewan dalam TNKM terutama pada dataran tinggi.

V-37 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-38


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
b. Pemindahan, Rehabilitasi dan Pengayaan Jenis

Calon yang mungkin untuk dilakukannya pengenalan kembali ke TNKM hanyalah Badak
dan Orang Utan. Namun demikian, studi kelayakan untuk memperkenalkan kembali jenis-
jenis tersebut sebaiknya dijadikan prioritas yang rendah oleh Pengelola taman. Banyak
yang harus diupayakan untuk melindungi dan mengelola, dengan dana dan tenaga yang
terbatas, jenis lain yang langka dan terancam sehingga peluang untuk perlindungan jangka-
panjangnya dapat ditingkatkan. Namun, manajemen taman dapat mengikutsertakan ahli
dengan biaya sendiri untuk melakukan studi kelayakan. Kelompok Ahli Badak dan Primata
IUCN dapat membantu mengarahkan penelitian didalam TNKM. Karena populasi jenis
tersebut menurun dalam 25 tahun mendatang, akan semakin menarik untuk meneliti apakah
TNKM dapat menjadi tempat perlindungan terakhir.

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk membuat keputusan mengenai memperkenalkan


kembali suatu jenis ke dalam TNKM adalah sebagai berikut:

• Mensurvei masyarakat setempat untuk menentukan bagian taman yang biasa ditempati
Orang Utan di masa lalu.
• Menentukan kapan populasi tersebut menghilang.
• Kemungkinan dapat bertahannya habitat setempat.
• Dampak dari pengenalan kembali jenis asli setempat yang membutuhkan sumber
makanan yang sama.
• Pendapat masyarakat mengenai kemungkinan memperkenalkan kembali Orang Utan.

Pengayaan jenis belum diperlukan saat ini. Jika penelitian menunjukkan bahwa kepunahan
lokal telah terjadi atau akan segera terjadi di sebagian TNKM, terutama pada habitat yang
terpisah dan kecil, pengayaan jenis dapat dipertimbangkan. Hal ini benar-benar perlu jika
jenis betul-betul terancam punah pada suatu daerah dan adanya penghalang habitat yang
menghambat perpindahan jenis kedalam daerah tersebut. Burung Cucak Rawa mungkin
perlu kegiatan pengayaan, mungkin pula Banteng, untuk itu perlu juga didahului oleh
survei kelayakan.

c. Pengelolaan Habitat

Habitat TNKM relatif masih belum terganggu dan tidak memerlukan pengelolaan aktif
saat ini, kecuali sesekali perlu membakar padang rumput Apau Ping untuk memelihara
habitat yang dipelihara manusia ini untuk kepentingan Banteng dan herbivora lain.
Masyarakat setempat boleh meneruskan pembakaran padang rumput ini dengan
pengawasan dan bantuan dari Pengelola taman, seperti menyewa konsultan pengelolaan
padang untuk bekerja bersama masyarakat setempat untuk mengembangkan rencana
pengelolaan padang rumput.

Pengelola taman juga harus memantau habitat yang lebih kecil didalam taman, seperti
kantong batu kapur dan hutan semak. Daerah-daerah tersebut lebih rawan terhadap masalah
pemisahan, yang mungkin memerlukan pengelolaan aktif, seperti pemindahan dan
pengayaan jenis langka.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-39


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Berbagai gangguan oleh manusia mempengaruhi keanekaragaman hayati TNKM, seperti Penggunaan senjata api dilarang sesuai dengan undang-undang negara yang berlaku.
desa yang ditinggalkan, peladangan tua, perkemahan buah sementara dll, akan sangat Semua alat-alat tradisional untuk berburu masih digunakan oleh masyarakat lokal,
sulit, atau tidak mungkin, untuk ditiru. Penelitian lebih lanjut mengenai suksesi tumbuhan begitu juga penggunaan senjata api.
dan bagaimana tumbuhan menggunakan tahap-tahap suksesi yang berbeda dari ladang, • Penangkapan ikan di dalam Zona Pemanfaatan Tradisional dapat dilakukan dengan
kebun buah sementara dan gangguan oleh manusia lainnya, akan membantu pengelola menggunakan peralatan tradisional seperti pukat, jala dan alat pancing. Penangkapan
taman lebih memahami bagaimana gangguan-gangguan tersebut mempengaruhi ikan dilarang menggunakan listrik atau bahan kimia.
keanekaragaman hayati. Penelitian tersebut juga akan memberi para pengelola pemahaman • Melarang kegiatan yang dapat merusak lingkungan, seperti membuang sampah
apakah gangguan oleh manusia perlu ditiru untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yang tidak dapat terurai seperti plastik, karet, kaca dan lain-lain, pembakaran atau
serta bagaimana melakukannya. yang dapat menimbulkan erosi.
• Pemanenan sumber daya alam dari dalam Zona Pemanfaatan Tradisional
Taman nasional juga harus siap untuk mengurus unsur-unsur permukaan yang diubah, diperbolehkan untuk kebutuhan rumah tangga, industri rumah tangga dan bahan-
seperti jalan dan jenis pembangunan pada daerah hulu sungai Tubu, yang saat ini berada di bahan untuk obat tradisional. Pengambilan sumber daya hayati hanya terbatas pada
luar kawasan taman, yang tidak dapat dilepas sepenuhnya. Dampak yang timbul dari jenis yang tidak terancam punah atau langka.
unsur-unsur tersebut harus ditekan semaksimal mungkin. Untuk masalah jalan, • Lahan di dalam TNKM bukan milik masyarakat dan tidak dapat diperjual-belikan.
penyeberangan di bawah jalan untuk satwa adalah salah satu contoh intervensi pengelolaan,
seperti tindakan untuk menggantikan habitat yang berkurang atau hilang sebagai akibat Peraturan di atas yang diajukan masyarakat lokal sesuai dengan peraturan PHKA
dari kegiatan tersebut. untuk Zona Pemanfaatan Tradisional dan menunjukan sebuah komitmen yang tinggi
untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Beberapa masalah lain yang
Pengelola juga harus mempersiapkan diri untuk masalah permukaan yang tidak mudah perlu dibahas dan dirundingkan adalah jenis yang boleh/tidak boleh diburu/diambil,
terlihat seperti serangan gulma dan hewan pada daerah alami. Pengelola perlu memantau penebangan pohon didalam beberapa zona TNKM, dan apakah sumber daya alam
aktivitas pembangunan pertanian karena berpotensi menyebabkan masalah seperti ini, dan yang dikumpulkan oleh masyarakat setempat dari beberapa zona TNKM boleh dijual.
bertindak jika diperlukan.
Jenis yang boleh diburu atau dikumpulkan dari zona TNKM yang sesuai:
d. Pengelolaan Penggunaan Sumber Daya Alam secara Berkelanjutan oleh
Masyarakat Setempat Pada tahun pertama Rencana Pengelolaan, Pengelola taman dan masyarakat setempat
harus mengembangkan kesepakatan mengenai jenis yang boleh diburu atau
Pengelolaan taman sebaiknya mengandalkan sistem gabungan dari pengelolaan sumber dikumpulkan oleh masyarakat setempat. Jenis-jenis yang dilindungi oleh undang-
daya alam secara adat tradisional yang dibantu dan dipantau oleh pakar PHKA/LSM ahli undang Indonesia, dianggap terancam oleh IUCN dan/atau tercantum dalam Appendix
dalam bidang seperti pengelolaan taman, biologi konservasi, pengelolaan hidupan liar dan 1 CITES dapat dijadikan bahan awal dari pembahasan tersebut. Namun demikian,
sebagainya. Sistem yang diusulkan dalam pengelolaan adat ini diuraikan dalam Lampiran dianjurkan bahwa daftar akhir jenis yang boleh diburu atau dikumpulkan didasarkan
12 Buku II. Beberapa hal penting dalam sistem ini adalah sebagai berikut: atas fakta/bukti bahwa jenis tersebut terancam secara lokal di dalam dan sekitar TNKM.
Daftar ini harus ditinjau setiap tahun dalam pertemuan antara masyarakat setempat
• Masyarakat setempat diperbolehkan memanfaatkan sumber daya alam secara dan Pengelola taman.
berkelanjutan dari Zona Pemanfaatan Tradisional didalam taman nasional. Masyarakat
luar dilarang memanen sumber daya alam di dalam taman. Hal ini akan membantu Pada awalnya, daftar jenis yang tidak boleh diburu mungkin termasuk jenis yang
membatasi eksploitasi oleh pihak luar, khususnya eksploitasi gaharu dan meningkatkan termasuk dalam kategori sangat terancam dan terancam dalam IUCN seperti Banteng,
semangat masyarakat setempat untuk melindungi sumber daya taman dan Kuau dan Bangau Storm, serta Berang-berang, Badak dan Gajah; kalau jenis-jenis
memanfaatkannya secara berkelanjutan. tersebut terdapat di TNKM. Kalau informasi yang cukup tidak tersedia untuk membuat
• Dilarang membuka ladang baru, padi sawah atau kebun, atau jalan (di samping jalan keputusan yang berdasar, pembatasan pengambilan sementara dapat dilakukan sampai
setapak yang digunakan untuk penelitian, pariwisata dan kegiatan tradisional masyarakat informasi yang cukup diperoleh.
lokal), infrastruktur sosial atau bangunan permanen untuk pemukiman di dalam Zona
Pemanfaatan Tradisional. Peraturan ini sesuai dengan peraturan PHKA mengenai Zona Sebuah sistem pemantauan akan dikelola dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal dan
Pemanfaatan Tradisional. Pengelola taman untuk terus memeriksa jumlah populasi jenis yang umumnya diambil
• Kegiatan berburu di dalam Zona Pemanfaatan Tradisional dapat menggunakan alat- dan jenis indikator. Perhatian khusus akan ditujukan pada jenis dilindungi atau terancam
alat tradisional seperti tombak, anjing, parang, sumpit, jerat, perangkap dan lain-lain. termasuk jenis yang dianggap rawan oleh IUCN. Gejala bahwa tingkat pemanenan
terlalu tinggi dan perlu melakukan pembatasan pengambilan adalah sebagai berikut:

V-40 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-41
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Hilangnya atau pengurangan jumlah populasi yang terlihat jelas. Mereka telah bergantung pada pemanenan sumber daya hayati untuk memenuhi kebutuhan
• Jarak yang bertambah untuk menemukan sumber daya hayati. pokok dan keuangan atau sarana pertukaran selama berabad-abad. Jika mereka tidak
• Peningkatan (satuan) usaha untuk mendapatkan sumber daya hayati. diperbolehkan menjual sumber daya hayati dari Zona Pemanfaatan Tradisional,
• Hasil panen yang menurun. kemungkinan besar mereka akan menolak taman nasional, didukung oleh banyak LSM
• Kondisi, ukuran atau umur individu yang menurun dalam populasi yang dipanen. serta sektor swasta dan pejabat pemerintahan yang tertarik untuk mendapatkan proyek
• Densitas yang menurun terlihat melalui transek atau cara lain seperti pengamatan komersial yang besar di daerah tersebut. Dampaknya akan menimbulkan lebih banyak
penangkapan dll. pengambilan yang berlebihan dan kepunahan lokal daripada kalau pengambilan ini dikelola
secara bersama oleh Pengelola taman nasional dan masyarakat setempat. Lagipula, kegiatan
Beberapa jenis satwa yang mungkin membutuhkan perlindungan dari perburuan dalam untuk menghasilkan nafkah alternatif sulit dikembangkan, mahal dan memakan waktu.
periode rencana pengelolaan 25 tahun mendatang adalah Cucak Rawa, burung Kuau Program pengembangan ekonomi seperti ini juga sering menarik pendatang masuk ke
Besar, jenis rangkong lainnya, Beruang Madu, tiga jenis Monyet Daun, Macan Dahan dan daerah yang baru sehingga meningkatkan ancaman terhadap taman nasional.
Kucing Pantai. Semua jenis satwa tersebut telah diburu untuk alasan pangan dan juga
sebagai produk komersial atau adat. Untuk melindungi keanekaragaman hayati secara lebih baik dalam sistem tersebut, Pengelola
taman bersama masyarakat setempat harus mengupayakan program pemantauan ekologi
Begitu sebuah jenis diidentifikasi sebagai jenis terancam, Pengelola taman akan bekerja yang efektif untuk mengidentifikasi secepat mungkin jenis yang diambil secara berlebihan
untuk menentukan metode perlindungan terbaik. Metoda yang mungkin adalah: sehingga upaya pengelolaan dapat melindungi populasi tersebut. Kampanye kesadaran
dan pendidikan yang efektif mengenai dampak dan kerugian dari kepunahan, makna dari
• Membatasi daerah yang diperbolehkan untuk berburu, seperti melalui Zona Inti klasifikasi “Rawan, Terancam, dan Sangat Terancam” (“Vulnerable, Endangered and
permanen atau jangka-pendek bergiliran, penutupan musiman pada daerah-daerah yang Critically Endangered”) serta bagaimana cara mengelola sumber daya hayati akan
berbeda. membantu meredakan masalah-masalah tersebut. Juga diperlukan upaya yang lebih untuk
• Membatasi masa berburu. memberi wawasan kepada masyarakat mengenai Convention on International Trade in
• Membuat aturan yang konservatif, kuota rendah dan pembatasan jumlah yang boleh dibawa Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) khususnya Lampiran 1, yang
untuk mengatasi kesulitan memperkirakan jumlah populasi dan dampak perburuan/ mencantumkan daftar jenis tumbuhan dan hewan yang dilarang diperdagangkan secara
pengumpulan terhadap suatu jenis. internasional karena dikhawatirkan akan punah. Hal ini termasuk Klampiau, Orang Utan,
• Mengendalikan usia/jenis kelamin hewan yang diburu: misalkan dilarang memburu betina. Beruang Madu, Kucing Dampak, Macan Dahan, Gajah Asia, Badak dan Rangkong Gading.
• Melarang segala bentuk perburuan untuk sementara sampai jumlah populasinya pulih kembali.
• Larangan permanen pemburuan jenis secara kritis terancam punah. Seiring dengan berjalannya waktu, proyek pembangunan ekonomi terpilih akan membantu
mencegah pengambilan beberapa sumber daya hayati agar tidak mencapai tingkat eksploitasi
PHKA juga harus mempertimbangkan untuk mengembangkan daftar jenis dilindungi berlebihan.
berdasarkan “bioregion” atau skala lain yang lebih rendah dari skala nasional, misalnya
seluruh Pulau Kalimantan. Daftar tersebut harus berdasarkan standar nasional untuk Penebangan pohon Aquilaria (untuk pengambilan gaharu) dan pohon kayu untuk
menjamin perlindungan yang efektif melewati perbatasan politik untuk seluruh kisaran membangun rumah perseorangan dan bangunan masyarakat, dari zona yang sesuai di TNKM.
jenis dan tetap sesuai dengan kesepakatan konservasi biodiversitas internasional. Namun
demikian, beberapa jenis yang terdaftar di daftar nasional mungkin tidak memerlukan Walaupun peraturan PHKA pada umumnya melarang penebangan pohon, dianjurkan agar
perlindungan di seluruh kawasan Indonesia. Rusa, yang sangat umum dan merupakan masyarakat setempat diperbolehkan menebang pohon Aquilaria yang terinfeksi gaharu,
hama pertanian di TNKM, adalah salah satu contoh. serta pohon kayu untuk membangun rumah perseorangan dan bangunan masyarakat.

Penjualan terbatas dan berkelanjutan oleh masyarakat setempat atas sumber daya alam Sumber pendapatan alternatif untuk menggantikan gaharu, serta sumber dari kayu bangunan
dari zona yang sesuai di TNKM: lokal tidak akan dikembangkan sedemikian rupa sehingga tidak etis untuk melarang kegiatan
tersebut. Lagipula, Gubernur Kalimantan Timur telah memperkecualikan gaharu dari
Banyak taman nasional di Indonesia dan negara lain memperbolehkan penjualan terbatas peraturan mengenai Hutan Lindung yang melarang penebangan pohon. Keputusan tersebut
dan berkelanjutan sumber daya alam yang dikumpulkan oleh masyarakat setempat dari dapat dijadikan dasar hukum untuk diterapkan pada Zona Pemanfaatan Tradisional dalam
zona yang sesuai. Penjualan seperti itu sebaiknya juga diijinkan di TNKM. Tidaklah praktis sebuah Taman Nasional.
maupun etis bagi Pengelola taman untuk melarang semua bentuk penjualan sumber daya
hayati. Secara historis masyarakat lokal mempunyai hak yang kuat atas hal ini. Pengambilan langkah-langkah khusus untuk membatasi kerusakan terhadap taman
nasional, untuk tiap kasus adalah sebagai berikut:

V-42 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-43
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Gaharu: bersebelahan dengan taman nasional, terdapat masyarakat dalam jumlah besar yang berasal
dari wilayah taman nasional tetapi sudah pindah tempat tinggal, baik mengikuti program
• Memastikan penghentian pemanenan gaharu oleh masyarakat luar. pemukiman kembali pemerintah maupun atas inisiatif sendiri. Masyarakat tersebut masih
• Menegakkan peraturan Adat bahwa hanya pohon Aquilaria yang telah terinfeksi dengan mengklaim hak atas lahan asal mereka, dan sering pulang kembali, walaupun hanya sesaat
kapang yang menghasilkan gaharu yang boleh ditebang untuk tinggal dan bekerja yang pada dasarnya untuk mengumpulkan sumber daya alam.
• Mengupayakan agar peneliti dengan biaya sendiri mau meneliti bagaimana pohon
tersebut terifeksi secara alami dan bagaimana proses tersebut dapat diperbanyak sehingga 2. Hidrologi
gaharu dapat dibudidayakan.
• Mencari mahasiswa atau peneliti dengan biaya sendiri untuk mengembangkan teknik a. Tangkapan. Perlindungan terhadap daerah tangkapan harus dipertimbangkan sewaktu
mengambil sampel dari pohon-pohon untuk melihat apakah terinfeksi dengan cara mengembangkan pengelolaan taman atau membangun infrastruktur. Akan sangat
yang kurang merusak pada pohon (pohon tidak harus ditebang). berguna untuk membangun tempat pengukur aliran pada ketiga daerah aliran sungai,
khususnya di sungai Iwan, Bahau, Pujungan Lurah, Sulon, Krayan, Kemelu, Kinayeh,
Kayu Bangunan Lokal: Menabur dan Kalun jika dananya tersedia.
b. Mata air tawar ataupun bergaram adalah hal yang penting bagi satwa dan masyarakat
Dalam jangka panjang, masyarakat setempat perlu dibantu untuk membuka semacam setempat. Mata air bergaram mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi tempat
program tebang pilih secara berkelanjutan pada daerah di luar taman nasional. Hak mengamati satwa yang seringkali datang, seperti Langur. Pembangunan infrastruktur
penebangan hutan kemasyarakatan merupakan salah satu kemungkinan selain hak atau pemanfaatan apapun di sekitar mata air tersebut harus dikerjakan secara hati-hati
melakukan penanaman intensif di daerah yang telah ditebang oleh perusahaan komersial. untuk menjamin agar mata air tersebut tidak terganggu. Termasuk di dalamnya
Dengan memperbolehkan penggunaan gergaji mesin dalam Zona Pemanfaatan Tradisional pembuatan sumur-sumur yang nantinya dapat digunakan untuk kepentingan staf taman
untuk bangunan lokal dapat membantu menyelamatkan pohon-pohon karena jumlah kayu atau staf lapangan, para pengunjung, toilet dan lain-lain.
yang berguna meningkat untuk tiap pohon yang ditebang dan mengurangi sisa yang
terbuang. Gergaji mesin adalah alat yang praktis dan sangat penting digunakan oleh 3. Rehabilitasi Taman
masyarakat setempat. Mereka tidak akan setuju melepaskan penggunaan gergaji mesin di
wilayah adat yang menjadi bagian dari taman nasional. Larangan tersebut akan menimbulkan a. Penghutanan Kembali. Sementara ini penghutanan kembali untuk TNKM tidak
tuntutan untuk mengeluarkan lebih banyak lahannya dari wilayah taman nasional. diperlukan. Hutan di kawasan TNKM cukup tidak terganggu sehingga penghutanan
kembali dapat berjalan secara alami.
Dalam semua masalah di atas, pengawasan diperlukan untuk menjamin bahwa peraturan b. Konservasi Tanah. Tindakan untuk konservasi tanah belum diperlukan di TNKM saat
yang berlaku dipatuhi. ini. Sudah tentu tindakan pencegahan erosi harus diikutsertakan dalam rencana untuk
pembangunan infrastruktur di dalam taman nasional, seperti jalan setapak untuk kegiatan
Sistem Perizinan: petualangan, pembuatan bangunan dan sebagainya.

Dianjurkan bahwa sistem perizinan masuk dikelola oleh FoMMA dan/atau Lembaga Adat C. Pemanfaatan Kawasan
tiap Wilayah Adat. Lembaga tersebut dapat mengeluarkan Kartu Tanda Penduduk Daerah
Taman Nasional Kayan Mentarang dan menyediakan daftar nama kepada Pengelola taman. 1. Wisata Alam
Menerima KTP tersebut dari lembaga tradisional akan menjadi lebih mudah dan kurang
arogan jika dibandingkan mendapatkan izin pemanfaatan dari badan luar untuk kegiatan Ekowisata di TNKM seharusnya berbasiskan masyarakat, melibatkan masyarakat setempat
yang telah dilakukan tanpa izin tersebut selama berabad-abad. dan perusahaan di dalam peranan yang nyata dan masyarakatnya harus benar-benar siap
untuk menangani dampak negatif dari pariwisata.
Lembaga lokal akan memerlukan bantuan dana untuk tugas ini. Sumber dana berpotensi
untuk kegiatan tersebut adalah bantuan pengawasan masyarakat, mengambil persentase Hak pengusahaan pariwisata di TNKM diutamakan diberikan kepada lembaga pengelola
kecil dari hasil “panen” semacam pajak, atau bantuan langsung pada FOMMA seperti apa lokal seperti FoMMA, lembaga adat dan/atau organisasi desa. Dukungan masyarakat
yang diterima Yayasan Leuser International dari pemerintah. setempat kepada taman nasional akan sangat meningkat kalau mereka menerima keuntungan
ekonomi seperti itu. Dengan perkiraan pertumbuhan pariwisata yang lambat, kemampuan
Masalah sulit yang harus diputuskan oleh Pengelola taman dan masyarakat setempat pada dapat berkembang sejalan dengan meningkatnya jumlah pengunjung. Pendekatan ini pada
awal fase pelaksanaan, adalah pihak mana yang berhak atas izin mengambil sumber daya awalnya akan memerlukan dukungan dana dari suatu LSM atau PHKA untuk memberikan
hayati dari Zona Pemanfaatan Tradisional. Di samping masyarakat yang bermukim

V-44 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-45
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
bantuan teknis dan pelatihan. Kalau kelembagaan lokal memerlukan bantuan teknis • Pengelolaan secara umum kawasan lindung dan pembangunan yang berkelanjutan pada
dan dana lebih lanjut, mereka dapat pula menegosiasikan dengan perusahaan swasta daerah penyangga.
untuk jasa tersebut. • Inventarisasi dan pemantauan sumber daya alam secara partisipatif.
• Teknik pengelolaan hidupan liar, termasuk dinamika populasi, penentuan jumlah populasi
Salah satu alasan mengapa tim pengkajian infrastruktur merekomendasikan bahwa dan metoda-metoda pengelolaan berdasarkan kuota, musim tertentu, penutupan wilayah,
hanya tiga hak pengusahaan pariwisata yang boleh dibuka untuk setiap dua sub region jumlah, umur, seleksi pengambilan satwa (jantan bukannya betina) dan sebagainya.
taman nasional adalah agar pengembangan pariwisata dapat dilakukan secara bertahap • Eko-wisata berbasiskan masyarakat, dan,
(Terzich et al., 1999). Tim tersebut juga merekomendasikan agar hak pengusahaan • Pengelolaan keuangan.
tersebut diberikan setelah tahap 5 tahun pertama dari 25 tahun Rencana Pengelolaan.
Sebagai tambahan, pengelola taman perlu mencari dana untuk mendaftarkan para pemuda
Pemasaran dan Promosi : dari desa-desa sekitar taman nasional untuk program sertifikat, diploma atau bergelar di
dalam bidang pengelolaan sumber daya, biologi konservasi, eko-wisata berbasis masyarakat,
Selama 25 tahun mendatang, kegiatan promosi dan pemasaran yang sebaiknya dsb.
dilakukan meliputi:
Peserta sasaran penting lainnya adalah karyawan pemerintah di tingkat kecamatan,
• Pembuatan situs web kabupaten dan propinsi. Adalah penting untuk terus-menerus mengingatkan mereka akan
• Pembuatan dan penyebaran brosur yang mengemukakan objek wisata TNKM, pentingnya mempertimbangkan konservasi keanekaragaman hayati dan tidak hanya
jadwal transportasi dan rute-rute kegiatan petualangan di hotel-hotel yang digunakan ekonomi, politik dan faktor lain pada saat memutuskan bagaimana lahan yang berbatasan/
oleh wisatawan lepas di Kalimantan Timur dan daerah-daerah lain di Indonesia. berdekatan dengan taman nasional dikembangkan dan dikelola. Peserta sasaran ini dapat
• Memproduksi leaflet berisikan atraksi untuk wisata minat khusus, terutama juga dicapai melalui program pelatihan jangka pendek, forum komunikasi dan kerjasama
pengamatan burung dan dikirim dengan surat pengantar ke biro wisata yang tahunan, pewarta pemerintah, siaran pers yang dipublikasi lewat surat kabar dan bahan
mengkhususkan pada pengamatan burung. kepedulian dan pendidikan secara umum.
• Mengkoordinir kunjungan ke TNKM khusus untuk perusahaan pariwisata dan
Departemen / Dinas pariwisata di Kalimantan Timur. Pemanfaatan taman untuk Tujuan-tujuan Pendidikan
• Ikut serta dalam pameran dagang untuk mempromosikan TNKM.
WWF Indonesia sedang mengusahakan hibah kecil dari TOTAL Foundation untuk memberi
• Memberi penerbit buku panduan informasi mengenai taman nasional. dana kepada beberapa fakultas dan mahasiswa dari Universitas Mulawarman di Samarinda
• Menyediakan artikel tentang TNKM di pesawat terbang, majalah perjalanan dan untuk datang ke taman nasional melakukan penelitian dan latihan lapangan, terutama di
majalah lainnya, surat kabar, dsb. dalam bahasa Indonesia dan bahasa nasional Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai. Kalau rencana untuk membentuk suatu konsorsium
dimana terdapat pasar pariwisata. antara universitas-universitas nasional dan internasional dan/atau museum yang secara
• Melihat kemungkinan pasar untuk diadakannya kegiatan lintas alam sebagai salah bertahap untuk ikut berperan aktif dalam pengelolaan Stasiun Lalut Birai di masa mendatang
satu bentuk wisata petualangan di alam bebas. dapat benar-benar terwujud, akan ada lebih banyak kesempatan untuk pendidikan
• Mengembangkan buku panduan TNKM sederhana yang mencakup sejarah alam, mahasiswa yang berkaitan dengan lembaga-lembaga tersebut.
kebudayaan manusia, atraksi wisata dan perlengkapan logistik.
Taman nasional juga sebaiknya mengusahakan cara-cara lain untuk mengajak mahasiswa
2. Penyuluhan dan Pendidikan Lingkungan untuk mengerjakan program S2 dan S3 mereka dengan topik penelitian yang penting
untuk taman nasional. Bantuan ini sebaiknya termasuk membantu mereka mendapatkan
Kelompok sasaran utama untuk kegiatan kepedulian dan pendidikan adalah masyarakat dana dari donor yang tertarik untuk mendukung penelitian semacam ini dan pengembangan
setempat, instansi pemerintah, sektor swasta dan wisatawan. Adapun tujuan, isi/bahan, sumber daya manusia.
kegiatan yang mungkin dan media yang mungkin untuk masing-masing sasaran terdapat
di Tabel 1. Memanfaatkan taman nasional untuk membantu pendidikan murid SD dan SLTP masih
sulit dilakukan di dalam beberapa tahun lagi. Alasan utama adalah kesulitan membawa
Masyarakat setempat adalah peserta sasaran kunci mengingat perannya yang besar dan membiayai kelompok siswa dari luar daerah ke taman nasional. Terdapat potensi
dalam pengelolaan TNKM. Oleh karena itu, pemberian pelatihan dalam topik-topik untuk mengembangkan program pendidikan untuk siswa SLTA di Long Pujungan, Long
berikut sangat penting untuk dilakukan: Bawan dan Long Nawang.

V-46 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-47
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Tabel 1. Kelompok Sasaran, Tujuan, Materi, Kegiatan dan Media Program Pendidikan Konservasi

Kelompok sasaran Tujuan Materi Kemungkinan Kegiatan Kemungkinan Media

1. Masyarakat setempat 1. Memberikan pengertian bahwa keuntungan 1. Keunikan dan Kepentingan Taman 1. Kampanye ke desa-desa dengan topik 1. Pemutaran Film dan/atau
(Individu, Lembaga Taman Nasional lebih besar daripada nasional, termasuk penghargaan dunia terpilih slide
Lokal, Sekolah, kerugiannya untuk keanekaragaman hayati yang tinggi 2. Program pelatihan singkat dalam 2. Flyer
Guru, dan 2. Menambah pengetahuan mengenai ekologi dan hanya dimiliki Kayan Mentarang berbagai topik pembicaraan 3. Poster
sebagainya) dengan beberapa informasi dasar dari 2. Keuntungan Taman Nasional bagi 3. Satuan pembelajaran dan buku pegangan 4. Warta berkala
konservasi biologi masyarakat lokal. bagi guru untuk sekolah setempat. 5. Teater
3. Meningkatkan kemampuan untuk mengelola 3. Hasil penelitian tentang Taman Nasional 4. Program pelatihan guru. 6. Diskusi dan Pertemuan
sumber daya alam dan kegiatan di bidang 4. Bagaimana cara menginventarisasi, 5. Siaran radio dengan Masyarakat
kepariwisataan memantau, mengelola tumbuhan dan 6. Perlombaan untuk anak muda. 7. Media Massa
4. Meningkatkan kebanggaan akan kekayaan satwa yang penting bagi mereka. 7. Gerakan pramuka
dan keunikan keanekaragaman hayati Taman 5. Wisata alam berbasisi masyarakat 8. Kursus jangka panjang atau kuliah bidang
Nasional pengelolaan sumber daya alam.

2. Instansi Pemerintah 1. Meningkatkan pemahaman pada tingkat 1. Pengaruh Positif dalam bidang 1. Keterlibatan dalam panitia pengarah atau 1. Pemutaran Film dan Slide
Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan nasional Ekonomi. suatu kominikasi terbuka dan forum 2. Penyajian Power Point
bahwa manfaat taman nasional lebih besar 2. Manfaat Hidrologi. koordinasi. 3. Permainan Simulasi
dari pada kerugian. 3. Pengakuan Dunia Terhadap Nilai-nilai 2. Presentasi secara individu kepada 4. Fasilitasi Pertemuan
2. Meningkatkan kebanggaan terhadap taman Perlindungan Taman Nasional. kementerian dan instansi lainnya. Komunikasi
nasional dan keanekaragaman hayatinya. 4. Bagaimana cara menghitung nilai 3. Program pelatihan singkat. dan Koordinasi
3. Meningkatkan koordinasi kegiatan berbagai keragaman hayati secara ekonomi. 4. Permainan simulasi 5. Artikel dalam bulletin
pihak untuk efisiensi yang lebih baik. Pemerintah.
6. Media Masa
7. Bahan cetakan
(poster, flayer, brosur,dsb)

3. Sektor-Sektor Swasta 1. Meningkatkan pengetahuan tentang keberadaan 1. Koordinat SPG batas-batas TNKM 1. Keterlibatan salam panitia pengarah atau 1. Peta
dan membuat batas Taman Nasional yang 2. Usulan bagaimana cara mengurangi mungkin forum sektor swasta. 2. Penyajian Power point
sebenarnya. dampak kegiatan perusahaan-perusahaan 2. Berkunjung ke kantor-kantor 3. Film dan slide
2. Meningkatkan upaya agar merancang kegiatan terhadap Taman Nasional. lapangan, Kalimantan dan nasional. 4. Berbagai bahan cetakan
pekerjaan mereka untuk meminimkan dampak 3. Manfaat hubungan masyarakat untuk 3. Presentasi pada rapat koordinasi
terhadap Taman Nasional mengurangi dampak perusahaan terhadap tahunan mereka.
3. Meningkatkan kebanggaan terhadap Taman Taman Nasional dan sumbangan dana
Nasional dan pengakuan manfaatnya. atau sumbangan lainnya.
4. Pengumpulan dana atau berbagai macam
sumbangan.

4. Wisatawan 1. Menarik Wisatawan. 1. Obyek Wisata Jaringan internet, poster, Artikel dll. 1. Brosur, Peta, Buku
2. Membantu rencana kunjungan para turis 2. Tumbuhan dan Hewan Majalah Pariwisata, Informasi pada Buku Panduan, Poster
3. Meningkatkan pengetahuan mereka selama 3. Kebudayaan Panduan, wisata-mandiri dan wisata 2. Interpretasi alam, Pusat
kunjungan. 4. Kegiatan dan Program TNKM terpandu. Pengunjung

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-48


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

diselenggarakan.

2. Pengelolaan Populasi

(Stuebing, komunikasi pribadi),


Penelitian dan Pengelolaan Jenis:
D. Penelitian dan Pengembangan

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)


Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)
yang terdapat di ekosistem kawasan akan dibatasi kepada:
dilindungi dan/atau umumnya diambil oleh masyarakat setempat.

organisasi konservasi nasional dan internasional dan universitas asing.

• Perkiraan kepadatan, terutama di sepanjang transek yang sudah ada;


Penelitian harus meliputi pekerjaan pada tingkat jenis, habitat dan bioregional.
1. Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Ekosistem.

Rusa, Kuau, Rangkong, jenis-jenis Testudinae, Varanus, Meristogenys dan Cyprinidae.

V-49
Karena terbatasnya dana dan tenaga, upaya permulaan untuk mengetahui jumlah satwa
anggaran yang diupayakan dapat diperoleh dari PHKA dan WWF. Upaya besar diperlukan

• Pemahaman masyarakat setempat yang diperoleh dari Metoda Penilaian Pedesaan


untuk menulis analisis keadaan jenis-jenis tersebut, seperti yang sudah dimulai oleh WWF

diekstrapolasi dari apa yang diketahui sampai ke keadaan khusus di dalam dan di luar
untuk menarik minat peneliti lain dan mahasiswa dari universitas di Indonesia, LIPI,
Kucing Merah, Cucak Rawa, Banteng dan Beruang Madu. Jenis-jenis lain yang memerlukan
kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan atau lingkungan yang berlainan atau

Cara yang efisien untuk melakukan pekerjaan ini adalah dengan mengundang spesialis

Partisipatif (Participatory Rural Appraisal Methods). Pendekatan ini diakui semakin


perhatian dalam 5 tahun pertama adalah Macan Dahan, Lutung, Landak, Babi Hutan,

dan Banteng. Analisis akan menyimpulkan apa yang diketahui tentang jenis pada umumnya,
Indonesia - Proyek Kayan Mentarang untuk Cucak Rawa, Rangkong, Kuau, Babi Hutan
Bagian B pada bab ini sudah menggambarkan beberapa inventarisasi dasar jenis dan
perusahaan seperti Earthwatch International, yang menyelenggarakan wisata semacam ini.
lingkungan. Pengelola taman sebaiknya menjalin hubungan dengan organisasi dan

Taman Nasional Kayan Mentarang, dan merekomendasi program penelitian pada jenis
Jenis yang memerlukan perhatian mendesak untuk diteliti adalah Badak, Orang Utan,
Banyak wisatawan Indonesia dan mancanegara yang berminat dalam wisata belajar dan

tersebut. Kalau dana tambahan tersedia, sebuah lokakarya perencanaan penelitian dapat
Penelitian terhadap beberapa jenis tersebut akan melibatkan tingkat keahlian dan sarana
penjabaran penelitian yang perlu diselesaikan, terutama pada jenis yang langka, terancam,

akurat dan hemat biaya baik di Pulau Kalimantan maupun di kawasan tropis lainnya
• Point sampling dari jenis indikator, dan kalau waktu dan anggaran masih tersedia, hari, setiap musim, atau sebagai reaksi kepada fenomena alam seperti El Nino Southern
• Penelaahan “mark-recapture”. Oscillation (ENSO). Tahap awal yang dianjurkan adalah, melakukan studi pustaka
mengenai potensi perpindahan atau perpindahan aktual satwa untuk masuk atau keluar
Karena informasi mengenai habitat menjadi semakin tepat dan rinci, sarana pengelolaan dari taman nasional.
populasi yang lebih menyeluruh mungkin akan bisa dipakai menjelang akhir masa Rencana
Pengelolaan 25 Tahun. Salah satu metoda yang berpotensi adalah Analisis Viabilitas Populasi Topik penelitian lapangan permulaan yang dianjurkan adalah Babi Hutan, yang mengikuti
(Population Viability Analysis, PVA), merupakan kajian kuantitatif, dalam data-base, atas daur pembuahan ke kawasan di luar taman nasional. Masyarakat melaporkan bahwa
hubungan antara kemungkinan kepunahan dan jumlah habitat yang tersedia bagi suatu kawasan yang penting bagi migrasi Babi Hutan adalah di antara mata air Sungai Tubu dan
jenis di daerah tertentu atau di seluruh kisarannya (Boyce, 1992). Model populasi yang drainasi Sungai Malinau dan hilir Sungai Bahau (Puri, 1997). Kalau daerah ini rusak,
bertata-ruang jelas yang menggabungkan lokasi aktual satwa dan bercak habitat yang dampak pertama yang mungkin terjadi adalah akan adanya kerusakan di sebagian taman
sesuai dan secara jelas mempertimbangkan pergerakan organisme di antara bercak tersebut, oleh babi-babi tersebut sebagai usahanya mencari makanan, atau juga merusak ladang dan
juga akhirnya akan dimungkinkan. Model Populasi Hewan Bergerak (Mobile Animal kebun. Akhirnya, populasi babi mungkin akan menurun dan menyebabkan pemburu mencari
Population, MAP) merupakan model simulasi populasi bertata-ruang jelas yang satwa lain termasuk jenis yang terancam atau dilindungi. Predator babipun akan terkena
mensimulasikan penempatan di habitat-khusus dan tingkah laku penyebaran organisme di dampaknya. Penelitian yang rumit dan lama seperti ini akan melibatkan sejumlah orang
layar komputer (Pulian et al., 1992; Liu. 1992). Kerja lapangan yang padat dan bertahun- dengan spesialisasi yang berbeda dan paling baik dikerjakan bersama dengan lembaga
tahun diperlukan untuk mengumpulkan sejumlah besar data yang diperlukan untuk riset yang lain. CIFOR yang mengelola Hutan Penelitian Bulungan, yang meliputi kawasan
mengembangkan parameter untuk model tersebut. Pada awalnya, kegiatan ini mungkin yang mungkin akan teridentifikasi sebagai daerah makanan yang penting bagi babi hutan
harus dilakukan oleh ilmuwan perguruan tinggi atau mahasiswa S3. yang juga akan menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di dalam taman nasional,
merupakan calon mitra dalam penelitian ini.
Topik penelitian yang penting lainnya untuk mempertahankan hasil buruan masyarakat
setempat adalah mempelajari efektifitas metoda pengelolaan hidupan liar berpotensi seperti Sebuah topik penelitian yang menyertainya adalah bagaimana satwa menyebar melewati
pembatasan musim berburu, pembatasan ukuran/umur atau jenis kelamin, penutupan halangan dan aliran gen antar populasi. Hasil penelitian ini akan membantu perencanaan
kawasan, kuota, dsb. dan pemeliharaan koridor habitat. Pekerjaan ini akan penting bagi taman nasional kalau
keinginan dari beberapa kelompok masyarakat untuk menghuni kembali beberapa desa
Penelitian Habitat : yang sudah ditinggalkan bisa tercapai dan kantung penghunian bisa diciptakan, yang akan
menambah pemisahan habitat.
Bagian B dari bab ini telah menunjukkan perlunya membuat plot vegetasi dan transek
permanen di habitat tambahan yang dimasukkan ke dalam kawasan di sekitar Stasiun Pengelola taman harus bekerja sama dengan BAPPEDA kabupaten dan propinsi untuk
Penelitian Hutan Lalut Birai. Penelitian dapat diperluas secara bertahap ke daerah lain di memelihara koridor habitat antara TNKM dan habitat di luar perbatasannya. Daerah kunci
dalam taman nasional, terutama ketika lebih banyak ilmuwan diajak untuk melakukan adalah Hutan Lindung, daerah Sebuku-Sembakung (terutama daerah apapun yang pada
penelitian di bidang biologi. Pos-pos lapangan di dalam kawasan perlu dilengkapi untuk akhirnya dijadikan hutan lindung, cagar alam, atau taman nasional), dan bagian-bagian
melaksanakan beberapa macam penelitian dasar, termasuk tenda semi-portabel dan lain dari Kalimantan Timur dan propinsi lain yang sudah direkomendasikan di masa lalu
perlengkapan ekspedisi penelitian. Bila contoh habitat yang baik yang tidak termasuk di sebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati berprioritas tinggi, seperti Ulu Kayan,
dalam plot permanen Lalut Birai dapat ditentukan cukup dekat dengan pos lapangan, Ulan Kayan dan Apo Kayan (Gambar 6).
karyawan pos lapangan dapat melakukan pengamatan pembungaan, gugur daun dan
fenologi pembuahan secara teratur. Penelitian mengenai mekanisme persebaran dan 3. Sumbangan Masyarakat Setempat di dalam Penelitian
kemampuan tumbuhan hutan, melalui pengumpulan biji dan identifikasi kotoran (pada
lembaran plastik di tempat terbuka) oleh pemakan buah seperti burung dan kelelawar juga Pengelola taman perlu melibatkan masyarakat setempat didalam merencanakan, pelaksanaan
dianjurkan. dan interpretasi penelitian. Program penelitian semacam ini akan lebih efektif dan hemat-
biaya karena menggunakan pengetahuan ekologi masyarakat setempat.
Penelitian dan Pengelolaan skala bioregional :
Sebuah aspek dimana mereka dapat memberikan sumbangan yang besar adalah mempelajari
Juga penting penelitian yang mempelajari bagaimana fauna taman nasional merupakan sistem tradisional mereka untuk mengelompokkan vegetasi hutan untuk menentukan jenis
bagian yang tidak terpisahkan dari bentang alam yang lebih besar. Beberapa mamalia, dan lokasi tipe-tipe sub-vegetasi di dalam kategori utama vegetasi yaitu hutan dataran
seperti kelelawar dan babi, burung dan ikan diketahui melakukan perjalanan jarak jauh setiap rendah, bukit, bawah-pegunungan dan pegunungan. Sebagai contoh adalah Eugeissona
utilis, atau palem sagu, yang tumbuh di daerah aliran sungai (DAS) Sungai Lurah. Prosedur

V-50 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-51
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
yang paling sederhana adalah mengidentifikasi kategori vegetasi lokal dengan masyarakat,
mengidentifikasi lokasi dari kategori ini pada peta dasar, dan mengambil contoh struktur
vegetasi dan keanekaragaman flora pada kategori berbeda yang teridentifikasi. Pengambilan
titik GPS di daerah yang berbeda juga akan memungkinkan untuk menentukan bagaimana
kategori yang berbeda timbul pada citra penginderaan jarak jauh yang akan dapat digunakan
untuk pengembangan lebih jauh dan memastikan lokasi kategori lokal vegetasi yang berbeda
di seluruh kawasan.

Demikian juga, apabila inventarisasi keanekaragaman hayati lebih lanjut dilaksanakan,


informan lokal yang menemani harus ditanya mengenai klasifikasi lokal atas habitat yang
dijumpai.

Topik yang berkaitan adalah menindak-lanjuti informasi pendahuluan yang sudah diberikan
oleh masyarakat setempat tentang distribusi jenis langka, terancam, dan/atau umumnya
diambil. Masyarakat setempat sudah menyusun peta yang menunjukkan konsentrasi jenis
tertentu atau tipe flora dan fauna. Mereka juga sudah mengidentifikasi lokasi dimana
banyak jenis yang dilindungi dan terancam dapat dijumpai dengan mudah di wilayah desa
mereka. Pembahasan lebih lanjut dengan masyarakat setempat tentang mengapa jenis-
jenis tersebut terdapat dan terkonsentrasi disitu, juga survei di daerah tersebut, akan
membantu menjawab pertanyaan tentang mikro-habitat dan memberikan informasi yang
lebih spesifik mengenai kebutuhan habitat dan kesukaan dari banyak jenis.

Masyarakat dan kelembagaan setempat perlu selalu diberi informasi tentang hasil-hasil
penelitian biologi sebagai bagian dari proses pengelolaan bersama. Hal ini akan
memungkinkan mereka untuk ikut serta secara lebih efektif dalam pembuatan keputusan
mengenai pengelolaan fauna dan flora, dan juga meningkatkan penerimaan mereka atas
keputusan-keputusan pengelolaan. Keuntungan lain adalah berkurangnya kecurigaan
bahwa orang-orang atau lembaga yang melakukan penelitian menjadi kaya dari “pencurian”
tumbuhan dan hewan yang bernilai ekonomi tinggi.

Sebelum memulai penelitian di suatu daerah, peneliti harus menjelaskan tujuan kegiatan
kepada masyarakat di daerah tersebut. Pemberian hasil pendahuluan sesudah penelitian
selesai juga harus dilakukan, demikian pula dengan penyerahan duplikat laporan akhir
kepada Kepala Adat dan Kepala Desa.

Anggota karyawan bidang peningkatan kesadaran dan pendidikan dari taman nasional
perlu menterjemahkan hasil penelitian ke dalam bentuk yang sesuai untuk masyarakat
setempat.

4. Penangkaran dan Pembudidayaan

Dianjurkan agar Pengelola taman tidak terlalu menekankan kegiatan ini pada awalnya,
dan lebih berkonsentrasi pada penelitian dan pengelolaan yang berbasis lapangan. Pada
umumnya, ada taman nasional dan kawasan lindung lain dimana kegiatan penelitian dan
pengembangan tentang penangkaran dan penanaman dilakukan dengan mudah dan murah,

V-52 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-53


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
dan kegiatan ini memang lebih diperlukan. Namun demikian, pengelola kawasan dapat
mencoba mencari peneliti yang mendanai diri sendiri untuk bekerja di bidang tersebut.
Sektor swasta juga mempunyai potensi untuk kegiatan semacam ini, terutama dalam upaya
penangkaran Cucak Rawa dalam kandang untuk mengurangi tekanan pengambilan jenis
tersebut dari dalam taman.

E. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan

1. Pencegahan dan Pengelolaan Ancaman

Pengelola taman sebaiknya menerapkan pendekatan pro-aktif untuk mencegah adanya


masalah sebelum muncul atau menjadi terlalu besar. Namun demikian, pengelola taman
juga harus siap bereaksi terhadap masalah kalau upaya pencegahan mengalami kegagalan.

Kegiatan khusus yang dianjurkan untuk menangani potensi ancaman yang berbeda adalah:

Penebangan :

Perusahaan penebangan yang beroperasi di sekitar TNKM (Gambar 7) seharusnya di


jadikan sasaran utama dalam pemberian pelatihan lanjutan dalam melaksanakan metode
tebang pilih, seperti program Reduced Impact Logging yang sedang diorganisir oleh CIFOR
di daerah Malinau. Kehadiran perusahaan penebangan dalam program ini dan penerapan
penuh metode tersebut harus diwajibkan. Hak pengusahaan ini juga harus menjadi prioritas
utama dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk memastikan pelaksanaan secara
penuh. Telapak dan PLASMA adalah dua LSM yang telah memulai suatu program untuk
memantau perusahaan penebangan di Kalimantan Timur, dan mereka dapat bekerjasama
dengan masyarakat setempat untuk mendukung evaluasi yang dilakukan oleh petugas
Departemen Kehutanan.

Koperasi Pengusahaan Hutan milik masyarakat yang bekerja di daerah penyangga TNKM
harus dibekali dengan pelatihan dan perencanaan tata-guna lahan untuk meminimalkan
dampak negatif dan memperbesar pemasukan ekonomi. Kegiatan penebangan dari koperasi
masyarakat ini harus pula di pantau.

Potensi Ancaman dari Malaysia :

Karena perbatasan bagian utara dan barat taman bersebelahan dengan batas negara bagian
Malaysia yaitu Sabah dan Serawak, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kerjasama dan memperkecil masalah dan konflik seperti:

• Memunculkan masalah-masalah pengelolaan taman untuk didiskusikan dalam pertemuan


yang diadakan oleh badan perencanaan pemerintah daerah Sabah, Serawak dan
Kalimantan. Tujuannya adalah agar para perencana Malaysia mempertimbangkan
TNKM saat mereka merancang pembangunan ekonomi, konservasi alam serta rencana
tata ruang mereka.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-54


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Mengembangkan pengaturan “Sister Park” antara TNKM dengan Taman Nasional
Pulung Tau di Serawak dan Ulu Padas di Sabah jika hal ini dapat dinyatakan sebagai
wilayah dilindungi.
• Kontak secara teratur, kunjungan dan kerjasama antara Pengelola taman dengan lembaga
mitra di Serawak dan Sabah.
• Memantau perusahaan penebangan Malaysia yang beroperasi di kawasan perbatasan.

Belum diperlukan atau dianjurkan bagi Pemerintah Indonesia untuk membangun jalan
antara TNKM dan Sabah dan Serawak untuk mencegah perusahaan penebangan Malaysia
agar tidak memasuki TNKM, apalagi survei udara sudah menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan tersebut tidak melakukannya. Panjangnya perbatasan dan medan yang tidak
rata menyebabkan tidak ekonomis dan tidak praktis dari segi lingkungan untuk membangun
jalan, yang malahan memudahkan orang luar untuk masuk ke taman nasional untuk
mengambil hasil hutan. Membangun pos patroli dan membuka landasan helikopter juga
akan merupakan upaya besar dan mahal, demikian juga upaya untuk mensuplai pos-pos
tersebut. Berdasarkan pengalaman dari beberapa taman nasional, penempatan petugas
yang dibayar murah dan merasa bosan akan menimbulkan kegiatan perusakan seperti
perburuan liar atau menjadi perantara perdagangan hasil hutan.

Sebagai gantinya, Pengelola taman dan/atau anggota penegak hukum lebih baik melakukan
survei udara secara teratur (sekurang-kurangnya dua kali setahun) di perbatasan
menggunakan pesawat terbang pemerintah, tim ini terdiri dari petugas Pengelola taman,
penegak hukum dan/atau anggota militer. Kalau pesawat terbang pemerintah tidak tersedia,
menyewa pesawat Missionary Aviation Fellowship (MAF) yang relatif murah juga bisa
dilakukan. Kalau terlihat adanya penebangan liar, penegak hukum dan/atau tentara dapat
dikirim ke daerah tersebut dengan helikopter atau melalui sungai dan jalan kaki sementara
Pemerintah Indonesia memberitahu ke Pemerintah Malaysia.

Penambangan :

Harga emas yang rendah saat ini membuka peluang yang baik untuk membatalkan ijin
eksplorasi mineral dengan biaya yang relatif rendah setidaknya pada lahan di dalam taman
nasional (Gambar 8), dan mungkin pula di daerah penyangga. Bila upaya ini tidak berhasil,
pengelola taman, LSM konservasi dan masyarakat setempat harus berjuang untuk
menghentikan setiap pengembangan pertambangan di dalam taman nasional, sedangkan
untuk penambangan di daerah penyangga, bekerjasama dengan perusahaan penambang
untuk mengurangi kerusakan lingkungan.

Kebakaran hutan :

Walaupun kebakaran belum merupakan masalah bagi TNKM, ada potensi bahwa masalah
ini mungkin terjadi di masa depan. Rekomendasi untuk menghadapi ancaman ini adalah:

• Menegakkan peraturan dan praktek lembaga adat yang biasanya menjaga api dalam
menyiapkan lahan agar tetap terkendali.

V-55 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-56


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
V-57
• Karyawan taman nasional dan masyarakat setempat memantau api yang digunakan
oleh perusahaan dan pendatang untuk membersihkan lahan di luar taman nasional.
• Melakukan survei udara selama musim kering untuk mendeteksi kebakaran secepatnya.
Penerbangan ini dapat dilakukan bersama dengan pemeriksaan perambahan atau masalah
lain di dalam taman, seperti perambahan dari perusahaan penebangan.
• Meminta Proyek IFFM untuk melatih dan membekali masyarakat sekitar taman nasional
untuk memadamkan kebakaran, serta melaksanakan peningkatan kesadaran dan
pendidikan pencegahan kebakaran.
• Meminta pusat koordinasi keadaan darurat propinsi untuk memprioritaskan Kayan
Mentarang dalam upaya pemadaman kebakaran.
• Mengajak pemerintah daerah propinsi dan kabupaten untuk melarang pembukaan hutan
dalam jarak kurang dari lima kilometer dari taman nasional sebagai bagian dari Rencana
Umum Tata Ruang (RUTR) mereka.

Hama dan Penyakit :

Ada potensi penularan penyakit dari satwa ternak ke satwa liar, seperti dari lembu ke
banteng, babi ke babi hutan dan ayam ke ayam hutan. Pengelola kawasan harus bekerja
sama dengan erat dengan petugas pertanian untuk menyaring usulan pengenalan terhadap
varitas baru dari jenis-jenis tersebut. Topik ini bisa dimasukkan ke dalam promosi pendidikan
dengan sasaran orang-orang yang membawa masuk jenis-jenis satwa tersebut. Juga penting
untuk mengembangkan layanan kedokteran hewan di daerah sekitar TNKM.

Polusi :

Tidak seperti beberapa taman nasional di Indonesia, Taman Nasional Kayan Mentarang
tidak terletak di hilir industri, penambangan, perkebunan atau daerah perkotaan yang
besar, sehingga selamat dari sumber pencemaran air. Satu-satunya polutan yang ada di
perairan sekitar Kayan Mentarang adalah kontaminasi kotoran manusia. Sejalan dengan
pertumbuhan populasi, penting bagi perorangan, masyarakat dan pemerintah untuk
mengembangkan sistem sanitasi yang memadai. Apalagi mengingat administrasi taman
dan fasilitas pariwisata akan tumbuh berkembang dalam 25 tahun mendatang. Pos lapangan
mungkin dapat membantu dengan mengadakan “pengujian lapangan” terhadap beberapa
rancangan kompos atau tipe toilet sederhana yang aman lingkungan.

Salah satu alasan untuk meniadakan perkebunan di daerah penyangga taman nasional
adalah mereka akan menggunakan sejumlah besar herbisida, pestisida dan bahan kimia
pertanian lainnya. Ini merupakan kekhawatiran taman nasional, karena beberapa daerah
aliran sungai meliputi lahan-lahan taman nasional dan daerah penyangga. Perencanaan
pengembangan yang buruk untuk daerah penyangga disertai dengan pelaksanaan dan
kepatuhan pada hukum pencemaran yang buruk, akan menimbulkan masalah pencemaran
bagi taman nasional.

Tingkat sedimentasi juga akan bertambah sebagai akibat dari pengembangan yang buruk
pada daerah penyangga dan konstruksi serta pemeliharaan bangunan dan jalan setapak
yang buruk di dalam taman.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-58


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Pendidikan mengenai cara yang benar untuk membuang oli motor bekas, limbah rumah Pemerintah dapat memperbaiki transportasi dengan membuat jeram-jeram yang
tangga dan bahan kimia pertanian dan produk industri lainnya akan diperlukan, demikian berbahaya menjadi lebih aman. Serangkaian jeram terutama di antara Long Alango
pula dengan bantuan untuk membangun sarananya. dan Long Kemuat tidak bisa dilalui oleh perahu lokal. Pemerintah juga bisa
memperbaiki lapangan udara di Long Alango yang sudah diidentifikasi sebagai
Jalan yang Diusulkan di Kawasan TNKM : alternatif, menjadi cukup panjang untuk pesawat yang lebih besar.

Pengelola taman perlu bekerja bersama instansi pemerintah untuk menganalisis Di daerah Apo Kayan, lapangan udara Long Ampung cukup besar dan mempunyai
kemungkinan alternatif untuk jalan yang dapat mengurangi masalah yang timbul karena penerbangan komersial rutin ke Samarinda. Dari Long Ampung ada transportasi perahu
keterpencilan kawasan TNKM dan seminimal mungkin akibatnya pada kerusakan yang teratur di Sungai Kayan ke Long Nawang dan Data Dian, yang bisa disubsidi.
lingkungan. Kalau hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa jalan adalah pilihan
yang terbaik, pengelola taman perlu bekerja bersama instansi pemerintah untuk memilih Kalau jalan yang menghubungkan daerah Apo Kayan ke pantai bisa disetujui
jalur yang terbaik. berdasarkan pertimbangan ekonomi dan memang sangat diperlukan, sebaiknya
mengikuti jalan penebangan dari Long Bangun di DAS Sungai Mahakam menyusuri
Alternatif khusus untuk daerah yang berbeda adalah : Sungai Boh ke Long Sungai Barang dan terus ke Long Nawang. Karena adanya
transportasi yang lebih besar di sepanjang lembah Sungai Mahakam dan pasar yang
Pemerintah sedang merencanakan untuk membangun jalan dari Malinau ke Long Bawan lebih besar di Samarinda dan Balikpapan, akan lebih ekonomis untuk menghubungkan
(Gambar 9). Alternatif untuk pembangunan jalan ini termasuk meningkatkan pelabuhan wilayah Apo Kayan dengan kawasan ini daripada ke Malinau atau Tanjung Selor.
udara yang ada di Long Bawan, meningkatkan subsidi untuk transportasi udara,
menyambungkan kawasan dengan jaringan jalan yang ada di Serawak. Kalau jalan yang Untuk hulu Sungai Tubu, pilihan terbaik adalah memperbaiki transportasi sungai dan
menghubungkan Krayan dengan Malinau memang dapat diterima secara ekonomi dan membangun landasan pesawat kecil yang dapat digunakan oleh pesawat MAF dan
benar-benar diperlukan, maka jalur yang direkomendasikan oleh WWFI dan Pekerjaan mensubsidi biaya transportasi udara. Populasi penduduk di daerah ini cukup kecil,
Umum harus digunakan. Ini adalah jalur yang terpendek, menghindari lebih banyak wilayah sehingga pembangunan jalan tidak bisa diterima karena alasan ekonomi. Karena tidak
taman nasional (atau kalau Koridor Hutan Lindung ditambahkan, memotong bagian terlalu jauh dari Malinau, sebuah jalan akan memudahkan orang luar untuk masuk ke
terpendek taman nasional) dan sebagaimana dianjurkan oleh WWFI, menggunakan jalan taman nasional dan tinggal secara permanen atau sementara untuk mengumpulkan
penebangan yang ada yang dibangun oleh P.T. Susukan Agung (Momberg et al., 1998). hasil hutan. Karena daerah sekitar Malinau akan menjadi lebih berkembang dengan
perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri dan pemukiman transmigrasi, hal-
Jalan yang diusulkan dari Long Bawan ke Pa’ Raye dan kemudian ke utara melewati lembah hal ini menjadi ancaman yang serius.
Sungai Pa’ Raye ke Sabah tidak akan menjadi prioritas yang tinggi dalam 25 tahun mendatang.
Tidak ada desa di antara Pa’Raye dan perbatasan. Jalan ini akan memasuki bagian yang jauh dari Penangkapan burung Cucak Rawa secara berlebihan :
taman nasional di bagian utara, termasuk daerah yang kemungkinan besar dihuni oleh Badak.
Pengelola taman nasional perlu mengambil langkah-langkah berikut untuk
Ada jalan yang diusulkan yang melintas dari Malinau ke Sungai Malinau, menyeberang ke meningkatkan perlindungan jenis ini:
hulu Sungai Tubu dan kemudian menyeberang ke lembah hulu Sungai Bahau dan turun ke
Long Pujungan. Dari sana jalur yang diusulkan melewati taman nasional ke Data Dian, • Menggunakan lembaga adat untuk membatasi penangkapan, memperkuat inisiatif
Long Nawang dan akhirnya sampai ke lembah hulu Sungai Mahakam. Pemekaran yang telah dilakukan di beberapa Wilayah Adat.
Kabupaten Bulungan menjadi tiga kabupaten yang menempatkan Kecamatan Pujungan • Mempelajari dinamika populasi dan ekologis jenis tersebut untuk mengembangkan
dan Kayan di dalam Kabupaten Malinau yang baru mungkin akan menambah tekanan rencana pengelolaannya.
untuk membangun jalan ini. Pihak yang mendukung pembangunan jalan ini akan beralasan • Mendidik masyarakat tentang perlunya melestarikan jenis ini serta lainnya, dan
bahwa tidak ada jalan lain disamping mahalnya transportasi udara ke daerah yang secara tentang statusnya yang terancam.
politik dan ekonomi berhubungan yaitu Malinau dengan Long Pujungan dan daerah Apo • Memulai program percobaan bagi masyarakat untuk menangkarkan dan menjual
Kayan, karena kabupaten terbagi dalam jaringan sungai yang berbeda. burung hasil penangkaran kalau dana khusus dapat diperoleh.
• Merundingkan dengan pemerintah agar menempatkan jenis ini ke dalam daftar
Namun demikian, daerah ini bukan merupakan prioritas tinggi unuk pembangunan jalan yang dilindungi dan memantau pasar burung untuk memastikan bahwa hanya burung
karena populasinya lebih rendah dari pada daerah Krayan dan ada transportasi sungai hasil penangkaran yang dijual.
melalui Sungai Bahau dan Kayan sampai ke pantai. Jalan ini akan sangat mahal untuk • Menjadikan jenis ini sebagai prioritas dalam program pemantauan yang dilaksanakan
dibangun dan dipelihara dan mempunyai potensi yang tinggi untuk merusak taman nasional. oleh Pengelola taman, masyarakat dan mitra lainnya.

V-59 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-60
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Langkah-langkah serupa dapat diambil untuk melindungi jenis lain yang mungkin
akan menghadapi tekanan pengambilan berlebihan di masa depan.

2. Koordinasi Perlindungan Taman Nasional dan Program Konservasi

Prosedur PHKA biasanya memberikan pedoman dalam mengkoordinasikan program


perlindungan taman. Namun demikian, desentralisasi kekuasaan politik dan ekonomi
kepada propinsi dan/atau kabupaten, serta perubahan dalam struktur dan sistem militer
dan kepolisian, akan menuntut agar prosedur tersebut dimodifikasi.

Juga direkomendasikan agar tanggung jawab penegakan hukum dibagi antara PHKA
dan lembaga masyarakat setempat, seperti FoMMA dan Wilayah Adat. Sistem seperti
itu akan lebih efektif, diterima oleh masyarakat dan lebih murah. Rincian mengenai
aspek penegakan hukum mana yang akan ditangani oleh PHKA dan mana yang akan
menjadi tanggung jawab lembaga masyarakat setempat akan ditentukan pada saat
Nota Kesepahaman (MoU) pengelolaan bersama antara PHKA dan lembaga-lembaga
lokal diselesaikan. Aspek-aspek yang mungkin adalah:

• Penegakan peraturan taman nasional sebaiknya segera dimulai terhadap para


pendatang. Ini sebaiknya merupakan tanggung jawab utama FoMMA/Lembaga
Adat dan KSDA dan/atau karyawan PHKA yang ditugaskan di TNKM.
• Penegakan peraturan terhadap masyarakat setempat pertama kali akan dilakukan
oleh Lembaga Adat. Lembaga Adat dapat bekerja dengan pengelola taman untuk
mengembangkan sistem denda untuk berbagai bentuk pelanggaran terhadap taman
nasional dan keanekaragaman hayatinya, dengan denda yang lebih besar untuk
pelanggaran yang serius, misalnya pembunuhan satwa yang sangat terancam
(Critically Endangered). Segala bentuk pelanggaran peraturan, nama-nama
pelanggar dan jumlah denda yang dikenakan sebaiknya dilaporkan ke PHKA.
Seluruh uang denda dapat disimpan sepenuhnya oleh Lembaga Adat untuk
membayar pemantauan atau kegiatan lain yang menyangkut taman nasional, atau
untuk proyek pembangunan desa untuk itu perlu juga disusun mekanisme
pertanggung jawaban keuangan transparan. Orang-orang yang melanggar peraturan
taman (dan Wilayah Adat) secara terus-menerus, akan diserahkan ke pihak yang
berwenang, mungkin setelah tiga kali pelanggaran dalam dua tahun. Kehadiran
petugas taman secara rutin dan pengamatan pada perdagangan hasil hutan dan
kegiatan masyarakat akan menunjukkan apakah peraturan taman nasional
ditegakkan.

F. Pengembangan Kelembagaan

1. Struktur Organisasi, Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang

Pengelolaan Bersama (Collaborative Management) TNKM dengan Masyarakat


Setempat dan Pemerintah Daerah:

V-61 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-62


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Pengelolaan bersama Taman Nasional dengan melibatkan PHKA, masyarakat setempat
dan pemerintah daerah diperlukan. PHKA adalah instansi pemerintah yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan undang-undang nasional dan kesepakatan
internasional untuk melindungi dan mengelola keragaman hayati Indonesia dan
menyediakan keahlian
pengelolaan taman dan konservasi keragaman hayati. Masyarakat setempat sudah
hidup dan mengelola lahan di taman nasional selama lebih dari 300 tahun, mengandalkan
sumber daya alam untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan uang tunai, dan tahu
banyak tentang keragaman hayati taman dan lingkungannya. Pemerintah daerah harus
dilibatkan karena apa yang terjadi di taman mempunyai konsekuensi lingkungan,
ekonomi dan sosial bagi seluruh Kabupaten dan Propinsi, dan rencana serta kegiatan
Pemerintah daerah dapat mengakibatkan dampak terhadap taman.

Masyarakat setempat mengusulkan agar keterlibatan mereka dalam Pengelolaan


bersama taman nasional disalurkan melalui Forum Musyawarah Masyarakat Adat
(FoMMA). FoMMA akan tersusun atas wakil-wakil dari 10 Wilayah Adat yang
lahannya masuk dalam TNKM. FoMMA akan bekerja melalui lembaga adat masing-
masing wilayah adat.

FoMMA, PHKA/KSDA dan Pemerintah daerah akan mengelola TNKM secara


bersama melalui Dewan Penentu Kebijakan (DPK) TNKM, yang direkomendasikan
memiliki lima (5) anggota wakil FoMMA, empat (4) dari Pemerintah Kabupaten
Malinau dan Nunukan, dua (2) dari PHKA dan dua (2) dari Pemerintah propinsi.
Dengan mempertahankan jumlah anggota sebanyak 13, akan menghemat biaya
operasional yang cukup berarti dan lebih mudah untuk memfasilitasi pertemuan serta
lebih efektif.

Prioritas tertinggi pada awal pengelolaan TNKM adalah bagi DPK merundingkan
sebuah Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) yang menetapkan
bagaimana DPK TNKM akan diorganisir dan dikelola, dan untuk menetapkan tanggung
jawab pengelolaan taman nasional dari berbagai pihak yang berkepentingan.

Pengelolaan TNKM sehari-hari akan menjadi tanggung jawab Badan Pelaksana


(BP)TNKM, yang akan melapor kepada dan diarahkan oleh DPK TNKM. Karyawan
BP TNKM pada awalnya dapat berasal dari PHKA, KSDA, FoMMA, atau WWF
Indonesia, tergantung pada keputusan yang dibuat oleh DPK TNKM, tersedianya
karyawan yang memenuhi kualifikasi dan dana pada masing-masing lembaga, dll.

Penerimaan dan keberhasilan taman nasional pada tahap awal maupun jangka panjang
akan meningkat dengan pesat bila FoMMA secara bertahap mengambil peran yang
terbesar dalam perkembangan Badan Pelaksana, ini akan bisa dicapai tergantung pada
program pelatihan pelestarian keragaman hayati yang diberikan oleh PHKA, KSDA,
WWFI dan yang lain untuk melengkapi pengetahuan lokal tentang flora, fauna dan
ekosistem yang telah dipertimbangkan oleh FoMMA dan masyarakat setempat,
ketersediaan dana untuk FoMMA, dan bagaimana FoMMA menunjukkan komitmen
untuk melindungi lingkungan taman nasional dan pemenuhan kesepakatan pengelolaan.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-63


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
3. Personil Taman Nasional Pengembangan Masyarakat:

a. Kualifikasi dan Jumlah Karyawan Yang Diperlukan Ahli dalam pengembangan wisata alam berbasis masyarakat, agroforestri, penyuluhan,
pertanian, participatory rural appraisal, pemasaran, pengembangan usaha kecil,
Mungkin staf Badan Pelaksana akan merupakan perpaduan dari PHKA/KSDA, FoMMA pengembangan kelembagaan dan perkreditan.
dan WWF Indonesia. Dalam periode 5 tahun pertama, kemungkinan juga WWF Indonesia
akan mengisi banyak posisi dalam Badan Pelaksana, karena berhasil mendapatkan dana Pengelolaan dan Administrasi Proyek :
yang cukup. WWF Indonesia telah merencanakan personalia untuk proyek TNKM,
kelompok kecil karyawan senior yang terkonsentrasi di kantor pusat dan kelompok lebih Seorang wakil pemimpin proyek, petugas personalia dan pembantu administrasi/
besar karyawan junior di pos-pos lapangan dan Stasiun Penelitian Lalut Birai (Gambar perlengkapan di pos-pos lapangan dan Lalut Birai kalau stasiun ini tumbuh cukup
10). Rencana ini dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan karyawan Badan Pelaksana, besar.
tanpa menghiraukan apakah posisi karyawan dipegang FoMMA, PHKA/KSDA atau
WWFI. PHKA didorong untuk menugaskan paling tidak satu karyawan penghubung di Sistem Informasi Geografis :
Badan Pelaksana sesegera mungkin.
Spesialis database untuk mendukung semua unit kegiatan.
Tim kecil di kantor pusat harus memiliki seorang Pemimpin Tim dan koordinator untuk
bidang konservasi biologi, pemberdayaan masyarakat, kepedulian dan pendidikan, kebijakan Pendidikan dan Penyadaran :
dan hubungan keluar, Sistem Informasi Geografis, dan bagian administrasi. Semua
karyawan senior akan memiliki tingkat pendidikan yang sesuai, idealnya tingkat sarjana Spesialis pelatihan/pendidikan masyarakat, pendidikan formal lewat sekolah,
dan juga pengalaman bebebarapa tahun atau pengetahuan budaya, bahasa, flora, fauna pengembangan kurikulum dan media seperti film, web sites, dsb.
serta habitat TNKM. Karyawan kantor pusat diharapkan menggunakan sepertiga bagian
waktunya untuk mendukung kegiatan staf di pos lapangan. Pilihan lain dari pengelolan taman nasional adalah mendapatkan keahlian tambahan
dengan mengkontrak konsultan, perusahaan atau LSM jangka pendek.
Petugas pos lapangan semestinya memiliki pendidikan dan/atau pengalaman yang relevan
dengan pengelolaan dan atau penelitian flora, fauna dan habitat, pemanfaatan sumber Dari tinjauan geografis, tambahan tenaga akan diperlukan nantinya untuk:
daya alam secara berkelanjutan dan/atau penguatan masyarakat. Ada lebih banyak
keuntungan dari pada kerugiannya dengan merekrut masyarakat lokal untuk mengisi posisi • Tambahan pos lapangan di tempat-tempat seperti Tau Lumbis, hulu Sungai Tubu
pos lapangan. Merekrut masyarakat lokal sebanyak mungkin akan meningkatkan dukungan dan lokasi baru di Kecamatan Krayan.
terhadap taman nasional. Staf pos lapangan juga diharapkan menghabiskan sepertiga • Pos jaga di 10 sampai 15 lokasi di sekitar taman nasional.
waktunya untuk bekerja di desa-desa lain yang bukan tempat pos lapangan didirikan.
Sangat mungkin bahwa kesulitan dana akan membatasi jumlah karyawan taman nasional
Pola personalia yang mendasar, minimum, atau pola personalia inti ini meliputi seluas hingga kurang dari jumlah idealnya. Oleh karena itu, Pengelola taman harus
mungkin kunci spesialisasi teknis dan wilayah geografis. Kenyataannya, taman nasional mempertimbangkan cara untuk mengatasi keterbatasan ini, misalnya dengan:
memerlukan lebih banyak lagi tenaga untuk pengelolaan yang ideal. Orang-orang ini akan
bekerja melampaui batas dan harus menangani banyak tugas di luar keahlian utamanya. • Membuat posisi paruh waktu untuk ‘staf penghubung’ di desa-desa yang dengan
Kalau lebih banyak dana bisa tersedia, tenaga tambahan bisa ditambahkan pada sektor gaji bulanan kecil akan melaksanakan kegiatan dasar pengelolaan taman, seperti
teknis yang sudah didaftar untuk meliputi wilayah yang lebih luas di TNKM. pemantauan, kegiatan kepedulian dan pendidikan, dll. Tugas lain juga dapat
dikontrakkan kepada orang-orang tersebut pada saat karyawan pos melaksanakan
Tambahan tenaga dibagian berikut akan dipertimbangkan kalau dananya tersedia : kegiatan proyek di areal mereka.
• Kemitraan dengan LSM yang dapat menugaskan karyawannya untuk bekerja pada
Konservasi Biologi : berbagai hal dalam pengembangan dan pengelolaan taman.
• Mengembangkan rencana dan anggaran taman nasional yang realistik dan efisien.
Ahli dalam berbagai lapangan seperti pemantauan keanekaragaman hayati, mamalogi, • Mengembangkan pengaturan pengelolaan bersama dengan FoMMA, yang dapat
ornithologi, botani, herpetologi, primatologi, entomologi, pengelolaan wilayah, pengelolaan menyediakan jasa pengelolaan dengan biaya yang rendah dan lebih efisien.
hidupan liar, dan penangkaran.

V-64 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-65
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Gambar 10. Usulan Struktur Pengelolaan Bersama Untuk TNKM • Mengembangkan cara yang inovatif untuk mengambil keuntungan dari seringnya
masyarakat setempat untuk pergi ke berbagai pelosok taman untuk tujuan patroli dan
pemantauan. Walaupun perjalanan tersebut tidak dapat menggantikan sepenuhnya tugas
PHKA patroli dan pemantauan dari staf taman nasional, tetapi mereka dapat memberikan
Tingkat Nasional banyak informasi dengan biaya yang murah, mengingat menyewa, memperlengkapi
dan membekali kelompok besar jagawana sangat mahal dan mungkin diluar kemampuan
Pengelola taman.
Dewan Penentu Kebijakan
b. Pendidikan dan Pelatihan

Wakil Wakil Wakil Pengelola senior taman nasional dan staf yang ditugaskan dalam komponen konservasi
PHKA FoMMA Pemda biologi, pemberdayaan masyarakat, GIS, pendidikan dan penyadaran, kebijakan/hubungan
luar, serta Direktur Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai, idealnya mempunyai tingkat
pendidikan S2 dan S3 di bidang yang sesuai dan beberapa tahun pengalaman. Calon-calon
MoU dengan tingkat pendidikan S1 ditambah dengan beberapa tahun pengalaman juga bisa
diterima. Kepala bagian administrasi dan keuangan proyek sekurang-kurangnya harus
mempunyai tingkat pendidikan S1. Karyawan pos lapangan juga diharapkan mempunyai
tingkat pendidikan S1. Calon lokal dengan ijasah SLTA dan beberapa tahun pengalaman
di LSM juga bisa dipilih. Pembantu peneliti di Lalut Birai hanya perlu mempunyai tingkat
pendidikan dasar ditambah dengan pengetahuan ekologi setempat.

Badan Pelaksana Sebagai tambahan, karyawan taman nasional memerlukan pelatihan dasar dibidang :

Kepala Badan Pelaksana • Identifikasi flora dan fauna dengan menggunakan sarana kunci determinasi yang asli
atau yang sudah diterjemahkan.
Seksi Konservasi • Pembiasaan dengan penamaan biologi.
• Penyiapan dan pemeliharaan spesimen.
Sub. Bag. TU • Ketrampilan komputer tingkat dasar dan lanjutan.
• Teknik telemetri dan radio tracking.
Ten. Fung • DAT atau Mini-Disk sound recording.
Teknis • Camera Trapping.
Sub Seksi • Metoda participatory rural appraisal.
Wilayah • Penyelesaian konflik.
Konservasi • Keikutsertaan dalam inventarisasi sumber daya alam.
• Metoda pengelolaan hidupan liar.
• Metoda kepedulian dan pendidikan.
• Pengembangan wisata alam berbasis masyarakat.
Keterangan : Kegiatan Pengelolaan oleh Badan Pelaksana sesungguhnya dapat • Pengembangan usaha kecil.
dilakukan oleh tiga mitra dalam Dewan Penentu Kebijakan TNKM • Peraturan dan perundangan taman nasional.
melalui kontrak dan prosedur tender untuk mendapatkan kemampuan
teknis lebih baik bagi pengelolaan yang diperlukan. Mengangkat tenaga lokal untuk posisi di taman :

Tenaga setempat tanpa tingkat pendidikan atau pelatihan yang diperlukan dapat diberi
latihan tambahan dan dianjurkan untuk mengerahkan kemampuan untuk mencapai tingkat
lebih tinggi melalui tugasnya. Karyawan senior sebaiknya dicari dari tingkat nasional, namun

V-66 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-67
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Gambar 11. Pola Kepegawaian Utama Yang Direkomendasikan Untuk TNKM Berdasarkan Keperluan Teknis dan Dana Yang Akan masyarakat setempat juga dapat diterima untuk mengisi posisi tersebut. Pada tingkat pos

V-68
Biologi Konservasi
lapangan sebaiknya diisi oleh campuran antara karyawan lokal dan non-lokal untuk
membantu menekankan keuntungan dari masing-masing kelompok dan mengatasi

Tarakan

Asisten Direktur
kelemahannya.

G. Koordinasi dengan Dephutbun, Lembaga Terkait dan LSM


Penghubung TNKM

Pembentukan Pemegang Wewenang Pengelolaan Taman (PMA, Park Management

Direktur Stasiun
Penelitian LB
Staf PHKA

Authority) sebagaimana diuraikan di bagian F dalam bab ini akan sangat membantu dalam
Pendidikan Konservasi
peningkatan koordinasi dengan pemerintah daerah dan kelembagaan masyarakat lokal.
Prosedur koordinasi PHKA seperti biasanya dengan pihak-pihak lain juga perlu diterapkan.
Tarakan

Kegiatan tambahan berikut ini dianjurkan untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasama

& 2 Tukang Masak


6 Asisten Peneliti
di antara stakeholder yang lain:

• Permasalahan TNKM harus dikemukakan dan dibahas oleh Pengelola taman nasional
pada pertemuan rutin RaKorBang.
• Kunjungan yang teratur oleh karyawan taman nasional ke kantor-kantor pemerintah
dan perusahaan pada semua tingkat dari kecamatan, kabupaten, propinsi sampai nasional.
Koordinator SIG

• Mengirimkan pewarta (newsletter) taman nasional dan konsep-konsep penyadaran serta


informasi lainnya ke kantor-kantor dan pegawai pemerintah maupun swasta dan
Tarakan
Pimpinan Proyek

mencetak artikel mengenai taman nasional di dalam siaran pemerintah.

Malinau / Tau Lumbis


• Pembentukan tim khusus dari berbagai instansi untuk menangani masalah khusus
Tarakan

bilamana perlu. Sebagai contoh, pada saat WWF Indonesia mengumpulkan BAPPEDA,
Pos Lapangan

Dua Asisten
Direktur &
PU, DepHutBun dan lain-lain bekerja bersama mencari jalur alternatif untuk jalan dari
Malinau ke Kecamatan Krayan yang sudah direncanakan.
• Kalau dana dan waktu tersedia, diselenggarakan “open house” tahunan atau forum
Administrasi

komunikasi dan koordinasi di masing-masing Kabupaten yang mempunyai wilayah di


Tarakan

dalam taman nasional dan pada tingkat propinsi. Wakil-wakil dari instansi pemerintah,
sektor swasta, LSM, dan yang lainnya dapat diundang untuk mengemukakan rencana
& Dua Asisten
Pos Lapangan

dan gagasan mereka untuk kegiatan dan proyek di dalam kawasan taman nasional,
Penjaga Malam
Kebersihan
Asisten Administrasi
& Logistik, Tarakan

Tarakan

Data Dian
Direktur

serta untuk membahas masalah dan memberikan umpan balik kepada pengelola taman.
Tarakan

Pengelola taman dapat menggunakan pertemuan ini sebagai kesempatan untuk


meningkatkan kepedulian dan pendidikan. Mengingat hanya sedikit karyawan pengelola
Tersedia Secara Realistis

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kebijakan
Tarakan

taman senior yang bisa keluar ke berbagai tempat untuk setiap pertemuan.
• Staf pendidikan dan penyadaran taman nasional harus menulis siaran pers secara teratur
& Dua Asisten
Pos Lapangan
Long Bawan

mengenai taman nasional di surat kabar atau media elektronik propinsi dan nasional,
Direktur

juga mengajak wartawan untuk menulis mengenai keistimewaan taman ini di majalah,
surat kabar dan media elektronik.

Sektor swasta akan dilibatkan melalui forum komunikasi dan koordinasi tahunan, dan
melalui kunjungan karyawan taman nasional ke lapangan, kebupaten dan kantor pusat
Pengembangan

Long Pujungan

& Dua Asisten


Pos Lapangan
Masyarakat

perusahaan pengelolaan hutan, penambangan dan lain-lain yang mempunyai kegiatan di


Direktur

Tarakan

Direkstur

kawasan yang berbatasan dengan TNKM dan/atau Kalimantan Timur. Wakil dari sektor
swasta mungkin akan dijadikan anggota dewan penasihat FoMMA. Akhirnya, sebuah

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-69


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
organisasi yang merupakan wadah bagi perusahaan swasta yang merupakan “Mitra Andaikata Pengelola taman dapat bernegosiasi dengan masyarakat untuk menambah cukup
Taman Nasional” mungkin akan dibentuk untuk meningkatkan koordinasi dan lahan di Kecamatan Krayan ke taman nasional untuk menyambung bagian utara dan selatan
kerjasama, dan mungkin sebagai sumber pendanaan khusus untuk taman nasional taman, rekomendasi dari Tim Pengkajian Kebutuhan Infrastruktur perlu di pikirkan kembali.
atau pengembangan ekonomi dan infrastruktur desa di daerah penyangga. Dianjurkan Jika wilayah terpisah ini tetap merupakan satu Taman Nasional, Malinau tetap dapat menjadi
agar keputusan tentang bagaimana dan kapan pembentukan kelompok ini dibuat tempat kantor pusat, tetapi Long Bawan tidak lagi merupakan lokasi yang praktis sebagai
oleh pengelola taman pada tahap-tahap akhir Periode Pelaksanaan Rencana tempat kantor wilayah konservasi. Lokasi yang lebih bagus adalah desa Tau Lumbis. Jika
Pengelolaan. memang tidak praktis untuk segera membangun kantor wilayah konservasi taman yang
kedua di Tau Lumbis, sekurang-kurangnya harus mendapatkan prioritas yang lebih tinggi
H. Pengembangan Pengelolaan dan Penggunaan Infrastruktur sebagai pos lapangan. Jika Kantor wilayah konservasi Long Bawan tidak dibangun, maka
penting untuk menempatkan prioritas yang lebih tinggi untuk membangun pos lapangan
1. Sarana Pengelolaan di Long Layu.

Pada umumnya, direkomendasikan untuk membangun secara pelan-pelan infrastruktur Jika Pengelola taman memutuskan untuk membuat Taman Nasional baru yang terpisah di
pengelolaan taman yang sederhana dan murah. Penggunaan dana untuk kerja lapangan bagian utara, Ibukota Kabupaten Nunukan adalah pilihan yang paling bagus untuk
dan pengelolaan lebih diperlukan daripada untuk infrastruktur. Infrastruktur yang menempatkan kantor pusat taman dari perspektif politik. Namun demikian, akses praktis
diperlukan untuk mendukung kerja lapangan dapat dibangun secara sederhana dan ke taman yang kedua dan untuk mencapai kerjasama yang lebih erat dan mendapatkan
sebagian besar terbuat dari bahan-bahan lokal. dukungan antara taman nasional di bagian utara dan selatan akan lebih mudah dari Malinau.

Kantor Pusat Taman : Stasiun Penelitian :

Malinau direkomendasikan sebagai lokasi kantor pusat taman. Para staf senior taman Direkomendasikan bahwa Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai dilanjutkan sebagai satu-
nasional harus berkunjung secara rutin ke Nunukan untuk memastikan terjalinnya satunya stasiun penelitian pusat dan permanen untuk seluruh taman nasional. Penelitian di
kerjasama yang cukup dengan Pemerintah Daerah Kabupaten disana. Kantor pusat habitat dan bagian lain taman dapat didukung melalui pos lapangan dan pengembangan
sebaiknya kecil saja agar lebih banyak dana dapat digunakan di tingkat kantor wilayah perangkat penelitian yang dapat dibawa (portable research kits).
konservasi. Mengingat transportasi dan komunikasi diwilayah taman nasional akan
meningkat selama 25 tahun yang akan datang, sehingga akan mungkin untuk Kebutuhan penyempurnaan di Lalut Birai termasuk perluasan kapasitas fisik stasiun untuk
memindahkan kantor pusat ke salah satu kecamatannya. Long Pujungan atau Long memungkinkan penelitian yang lebih mendalam (1 sampai 2 tahun) oleh peneliti dan
Bawan adalah pilihan yang paling memungkinkan. Dengan adanya kemungkinan bahwa mahasiswa lokal atau regional dengan jumlah minimal enam sampai delapan peneliti atau
kantor pusat taman akan pindah dalam masa 25-tahun Rencana Pengelolaan, dianjurkan mahasiswa yang menetap. Akomodasi, laboratorium, dan fasilitas perpustakaan perlu
agar bangunan kantor pusat di Tarakan disewa saja atau dipinjam sebagai sumbangan diperluas dan/atau diperbaiki. Perbaikan lain yang diperlukan meliputi:
dari Pemerintah Daerah Kabupaten daripada dibangun sendiri oleh PHKA.
• Merancang ulang dan membangun rumah masak/dapur agar penanganan makanan dan
Lokasi Kantor Wilayah Konservasi dan Pos Lapangan : pencucian piring tidak lagi di jalan tembus utama.
• Menyediakan sekurangnya satu toilet tambahan.
Kantor wilayah konservasi taman sebaiknya didirikan di dua kawasan utama taman • Memperbarui dan memelihara jalan setapak sepanjang sungai dari Sungai Bahau ke
nasional, Long Pujungan dan Long Bawan. Sesuai laporan mereka, Kantor wilayah stasiun. Jalur ini lebih indah daripada jalur atas. Jembatan gantung perlu dibangun
konservasi Long Pujungan akan mengelola semua kawasan taman di Kecamatan paling tidak di dua tempat.
Pujungan dan Krayan. Kantor wilayah konservasi Long Bawan akan mengelola semua • Mengembangkan program kegiatan pendidikan untuk siswa dan kelompok wisata yang
kawasan taman di Kecamatan Krayan. Untuk Kabupaten Mentarang dan Lumbis akan berkeliling untuk mempelajari keanekaragaman hayati ekosistem dengan konsentrasi
diurus oleh Kantor Pusat Taman di Malinau. pada tanaman tertentu dan kehidupan serangga di wilayah tersebut.
• Mengembangkan dua jalur melingkar, satu untuk masing-masing sisi sungai, untuk
Pos lapangan akhirnya perlu didirikan di Tau Lumbis, Long Layu, Long Titi, dan memberikan akses ke hutan di dekatnya dan untuk mengamati hidupan liar. Jalur-jalur
Data Dian. Data Dian mungkin diperlukan sebagai Kantor wilayah konservasi di ini dibangun sedemikian rupa agar mereka mengikuti garis ketinggian tanah dan
masa yang akan datang. mendapatkan ketinggian dan menyeberang ke hutan pada ketinggian tertentu untuk
memberikan akses yang lebih mudah dan aman serta menyenangkan.

V-70 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-71
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Merancang dan membangun panggung pengamatan khusus sekurang-kurangnya Universitas Mulawarman perlu lebih dilibatkan dalam kegiatan stasiun penelitian, lalu
20 meter diatas lantai hutan dan mempunyai bagian pemandangan diatas lembah mulai menarik universitas lainnya. Hal ini akan sulit, namun demikian, karena sudah
dan tajuk pepohonan. ada lembaga penelitian di beberapa tempat misalnya Damun Valley dan Taman Nasional
• Membina penanganan sampah/ limbah. G. Kinabalu yang menawarkan penelitian di beberapa habitat yang serupa. Lembaga
penelitian ini mempunyai infrastruktur yang lebih bagus dan lebih mudah dimasuki
Mengembangkan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) formal atau dibandingkan dengan TNKM. Ada juga stasiun penelitian yang sudah dibangun atau
Kesepakatan antara Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai dan masyarakat setempat direncanakan di taman nasional atau kawasan lindung lain di Kalimantan.
direkomendasikan sebagai cara untuk mencegah kesalah-pahaman dan masalah, dan
membantu memecahkan apa yang terjadi. Melanjutkan pembelian kebutuhan hidup Rencana penelitian tahunan dan jangka panjang perlu untuk disiapkan melalui kerjasama
dan tenaga kerja dari masyarakat didekatnya juga akan membantu untuk menjalin dengan semua mitra pengelolaan bersama. Hasil dari kegiatan penelitian dan laporan
hubungan yang baik. Manajemen stasiun juga harus memastikan bahwa limbah tahunan dari program stasiun penelitian juga perlu disajikan.
ditangani dengan benar dan bahwa perubahan dalam infrastruktur atau kebijaksanaan
didiskusikan dengan masyarakat secara formal maupun informal. Prioritas untuk Membangun Pos Penjaga :

Sehubungan dengan penelitian oleh ilmuwan dari luar, semua peneliti lokal, nasional Karena terbatasnya dana dan waktu yang lebih baik digunakan untuk kegiatan dan
dan internasional harus mempunyai pengertian yang jelas atas peraturan, persyaratan, program pengelolaan, direkomendasikan untuk memberikan prioritas yang rendah
dan tanggung jawab mereka. pada pembangunan dan penanganan pos jaga. Jika diperlukan, pos sementara bergaya
pondok dapat didirikan di beberapa tempat untuk menghentikan orang-orang luar
Jika dana bisa disediakan untuk mendirikan stasiun penelitian yang lain menjelang yang akan masuk ke taman nasional untuk mencari gaharu.
berakhirnya 25 tahun Rencana Pengelolaan, lokasi yang dianjurkan dalam susunan
prioritas adalah: Terdapat banyak lokasi yang fasilitas penjagaannya atau keberadaannya pada akhirnya
akan diperlukan, seperti wilayah-wilayah berikut:
1. Sungai Kat : Banyak habitat hutan dataran rendah, perbukitan dan bawah
pegunungan yang tidak terdapat di tempat lain dalam taman, termasuk Lalut Birai. • Desa Long Bena
Tersedia akses penerbangan ke Data Dian dan perahu-perahu kecil kehilir Sungai • Desa Long Jelet
Kat. Namun demikian, daerah ini berada diluar perbatasan taman yang resmi • Desa Apau Ping
sekarang ini. • Dekat padang rumput lebih ke hulu Sungai Bahau
2. Tau Lumbis : Akan lebih baik bagi bagian Utara TNKM untuk memiliki sebuah • Desa Pa’Raye di sungai Pa’Raye
stasiun penelitian, khususnya jika terpisah secara fisik dari bagian bawah TNKM, • Desa Wa’Yagung
dan jika menjadi taman lain dengan nama lain. Wilayah ini juga menyediakan • Desa Long Pada jika wilayah sekitarnya ditambahkan ke dalam taman nasional.
kesempatan untuk meneliti flora dan fauna yang unik di wilayah ini dan • Desa Long Pala di Sungai Kenayeh
membandingkan efek tingkat curah hujan dari utara ke selatan pada habitat tertentu. • Desa Long Rungan
3. Long Rungan : Daerah ini menawarkan akses ke hutan semak yang paling • Di Sungai Semamu jika Hutan Koridor Lindung antara bagian utara dan selatan
berkembang dan paling unik di wilayah TNKM. Juga menyediakan kesempatan taman ditambahkan ke dalam taman nasional.
untuk membandingkan efek tingkat curah hujan dari utara ke selatan pada habitat • Di muara Sungai Iwan
tersebut. Pada saat ini, sayangnya, lahan yang telah disetujui masyarakat untuk • Ke arah hulu dari Desa Long Ketaman di Sungai Kaleng.
berada di dalam Taman Nasional agak kecil dan jauh dari desa. • Di muara Sungai Kat jika wilayah ini ditambahkan ke dalam taman nasional.

Kepemilikan dan Pengelolaan Jangka Panjang Stasiun Penelitian Hutan Lalut Sistem patroli rutin di seluruh bagian taman harus dikembangkan untuk setiap pos.
Birai : Juga dianjurkan untuk memutar (rolling) penjaga diantara pos yang berbeda setiap
dua sampai tiga tahun untuk memperluas pengalaman mereka dan untuk menghindari
Direkomendasikan agar kepemilikan dan/atau pengelolaan stasiun penelitian situasi dimana hubungan pribadi akan mencampuri pekerjaan.
dilimpahkan kepada sebuah konsorsium dari universitas dan lembaga penelitian, dengan
masukan yang berlanjut dari DPK dan stakeholder lain. Hal ini merupakan pilihan
yang paling hemat biaya, dan juga jalan terbaik untuk meningkatkan kemampuan
TNKM dalam menyediakan kegiatan dan manfaat pendidikan.

V-72 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-73
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Gerbang Masuk Resmi : I. Pengembangan Partisipasi Masyarakat

Karena tidak ada kepastian tentang bagaimana sistem transportasi yang 1. Intensifikasi Program Kesejahteraan Masyarakat
menghubungkan kawasan taman nasional ke seluruh Kalimantan akan berkembang
dalam 25 tahun yang akan datang, maka dianjurkan bahwa keputusan mengenai lokasi Pengelola taman harus mengetahui bahwa masyarakat setempat akan terus mengandalkan
gerbang masuk resmi ditunda sampai tersedianya lebih banyak informasi. Gerbang pengambilan sumber daya alam dari wilayah adat mereka didalam TNKM untuk sementara
yang dimaksud harus ada di dalam wilayah di mana mayoritas pengunjung disalurkan waktu. Oleh karenanya, penting untuk membantu mereka mengusahakan pengambilan
oleh sistem transportasi. Wilayah ini mungkin terdapat di Krayan, kawasan Long yang berkelanjutan, dan bekerjasama dengan instansi pemerintah dan LSM secara perlahan-
Pujungan atau Apo Kayan. lahan mengembangkan sumber pendapatan lain yang akan membantu membatasi
pengambilan pada tingkat yang berkelanjutan.
Sedangkan untuk pusat pengunjung, dianjurkan adanya beberapa gerbang masuk kecil
bukannya hanya satu. Pendekatan ini membuat TNKM lebih mirip dengan Kategori VI IUCN, Wilayah Dilindungi.
Kategori ini mengandung sistem alami yang sebagian besar belum diubah, dikelola untuk
Sarana Pemanfaatan: memastikan perlindungan jangka panjang dan pemeliharaan keanekaragaman hayati,
sementara pada waktu yang sama menyediakan aliran hasil alam dan jasa secara
Direkomendasikan agar pengelola taman mencurahkan lebih banyak perhatian pada berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
upaya untuk menarik wisatawan yang tidak memerlukan infrastruktur yang berlebihan,
dan membangun infrastruktur yang sederhana, murah seiring dengan berkembangnya Pengelola taman nasional dapat bekerja dengan hati-hati dalam permasalahan pengelolaan
kebutuhan. Kebutuhan/tugas pokok adalah: kawasan lindung yang rumit dan menantang ini dengan cara sebagai berikut:

• Memindahkan landasan udara dari Long Alango ke lokasi dimana landasan yang A. Memperluas upaya melobi pihak pemerintah demi pengakuan atas hak pengelolaan
lebih panjang dapat dibangun untuk didarati pesawat yang lebih besar yang dan tata-guna lahan masyarakat di dalam 10 Wilayah Adat di Taman Nasional. Ini
membawa kelompok wisatawan untuk berarung jeram dan mengamati hidupan termasuk lahan-lahan di dalam dan di luar taman nasional. Ini akan membantu
liar. memastikan berlangsungnya kemampuan untuk memanfaatkan hutan untuk kebutuhan
• Membangun landasan kecil di daerah hulu Sungai Tubu untuk sarana wisata arung sehari-hari serta tujuan-tujuan untuk menghasilkan pendapatan, dan melindunginya
jeram, hidupan liar dan budaya. dari kerusakan yang diakibatkan oleh penebangan atau kegiatan lainnya. Kalau hutan
• Membantu masyarakat untuk mengembangkan rumah-tinggal untuk wisatawan, pemanfaatan-tradisional diluar taman nasional dikorbankan untuk pengembangan lain,
secara bertahap membangun koperasi rumah tamu desa misalnya di Apau Ping, tekanan pada sumber daya alam didalam taman akan meningkat.
Data Dian, Tau Lumbis dan/atau Wa’ Yagung, atau dimana dibutuhkan.
• Menggalakkan pengamatan hidupan liar dengan membangun menara pengamatan B. Meningkatkan kapasitas lembaga lokal dan perorangan untuk mengelola wilayah adat
yang sederhana dan murah di wilayah hidupan liar seperti padang rumput Apau mereka untuk pembangunan yang berkelanjutan serta pembangunan masyarakat mereka
Ping, kebun buah yang ditinggalkan di daerah hulu Sungai Lurah, Lalut Birai, dan sendiri. Ini termasuk lembaga adat dan pemimpin tradisional, juga kepala desa terpilih
sumber air asin di berbagai daerah TNKM. dan lembaga desa yang merupakan bagian dari struktur administrasi pemerintah dan
• Mengembangkan jalur setapak yang sederhana dan murah untuk dibangun dan politik.
dipelihara di beberapa lokasi seperti padang rumput Apau Ping, Lalut Birai,
sepanjang Sungai Pujungan, sepanjang Sungai Bahau, dari Long Layu ke Apau C. Bekerjasama dengan LSM dan instansi lain untuk memulai mempelajari secara lebih
Ping, dari Lembah Sungai Bahau ke Lembah Sungai Tubu, sekitar jeram Gamung rinci dan melaksanakan dengan cara hati-hati dan terkendali kegiatan pengembangan
dan Ambun di Sungai Kayan, dari DAS Sungai Bahau ke Sungai Iwan, dan dari ekonomi yang memungkinkan, seperti wisata alam berbasis masyarakat, agroforestri,
daerah Krayan ke daerah Lumbis dan/atau Mentarang. hasil hutan, dan kerajinan tangan. Tidak mungkin bahwa salah satu dari kegiatan-
• Membangun pondok-inap sederhana disepanjang jalur tersebut. kegiatan tersebut akan berdampak besar kalau dilakukan sendiri. Tetapi, kombinasi
• Menempatkan perlengkapan komunikasi, medis dan helipad di lokasi-lokasi dari kegiatan yang berbeda mungkin akan mampu memberikan kontribusi yang tidak
terpencil untuk keadaan darurat. kecil pada lokasi yang berbeda.

D. Membantu mengarahkan pemerintahan desa yang sesuai dan berkelanjutan dan program
bantuan pengembangan pedesaan, termasuk sarana infrastruktur, menuju desa-desa
daerah penyangga.

V-74 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-75
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
E. Memastikan agar masyarakat setempat dan lembaga lokal mendapatkan keuntungan
dari pendapatan taman, termasuk mendapatkan dana sebagai bagian dari sub-kontrak
pengelolaan taman yang diberikan oleh Pengelola taman.

F. Mengikuti petunjuk dalam bagian lain bab ini, terutama Masalah 10-13 pada bagian
B, Mengelola Keanekaragaman hayati dan Ekosistem, Masalah 19 dan 20 pada
Bagian E, Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan, Masalah 21 pada
Bagian F, Pengembangan Kelembagaan dan Masalah 33 dalam Bagian J,
Pemantauan dan Evaluasi, untuk melindungi keanekaragaman hayati taman dari
pengambilan berlebihan dan terancam kepunahan secara lokal.

Aksi yang dapat dilakukan oleh Pengelolaan Taman pada masa 25 tahun yang akan
datang untuk pengembangan sumber pendapatan alternatif secara perlahan-lahan
adalah:

a. Pengembangan Program Agroforestri

Pengelola taman harus memberi dorongan dan bekerja dengan instansi pertanian
pemerintah dan non-pemerintah pada proyek pembangunan pertanian. Kerjasama ini
harus bertahap dan maju. Tujuannya adalah untuk menjadi lebih siap dengan alternatif
intensifikasi pertanian pada saat dan kalau diperlukan, dan juga pada saat masyarakat
setempat menyadari pentingnya dan diperlukannya upaya semacam ini jika tekanan
populasi mengalahkan sistem pertanian yang ada, yang produktif, efisien dan stabil
pada kondisi populasi saat ini.

Pengembangan agroforestri yang mungkin untuk 25 tahun mendatang adalah:

• Perluasan penanaman padi sawah.


• Mengembangkan sistem pembudidayaan dataran tinggi yang lebih intensif kalau
sistem ekstensifikasi lahan saat ini menjadi tidak berkelanjutan.
• Penanaman komoditas buah-buahan, sayuran, bumbu (terutama bumbu organik)
kopi, kakao atau komoditas lain.
• Pengayaan jenis tanaman oleh masyarakat seperti jenis rotan, jenis-jenis kayu, kayu
bakar, buah-buahan, gaharu, obat-obatan, atau tanaman berguna lain di lahan bekas
penebangan yang tidak mempunyai prospek komersial bagi pemegang HPH.
Penanaman dan pengelolaan pengayaan lebih disukai daripada untuk perkebunan
“pulp” atau proyek transmigrasi yang sering direncanakan untuk lahan semacam
ini.
• Pengelola taman seharusnya melanjutkan upaya untuk mengajak etno-botanis dan
pakar tanaman obat ke kawasan untuk memilih tanaman dengan kemungkinan
penerapan komersial.
• Hak pengusahaan hutan masyarakat di daerah-daerah yang sesuai di daerah
penyangga TNKM, dioperasikan berdasarkan asas keberlanjutan dan sertifikasi.

Rincian mengenai proyek dan program agroforestri yang mungkin dikerjakan


terkandung dalam Bab III, IV dan V Buku II Rencana Pengelolaan ini.

V-76 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-77


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
V-78
b. Pengembangan Pertanian Terpadu

Program peternakan sering digiatkan di daerah penyangga taman untuk menggantikan


sumber daging yang diperoleh dari satwa buruan. Program semacam ini untuk TNKM
akan terbatas karena lebih disukainya daging satwa buruan, kepentingan tradisi dan
kesenangan berburu, kurangnya pakan ternak, kurangnya layanan kesehatan hewan,
kurangnya pelatihan peternakan intensif, kurangnya pengetahuan tentang jenis yang
sesuai dengan daerah tersebut, dan faktor-faktor lain.

Dalam 25 tahun mendatang, terdapat beberapa proyek peternakan yang berpotensi,


seperti kerbau, ayam, ikan dan babi. Kerbau sudah biasa dipelihara di daerah Krayan
dan dijual ke Malaysia. Pengembangan peternakan akan memerlukan penelitian dan
pengembangan yang besar untuk mengatasi masalah-masalah yang dikemukakan di
paragraf sebelumnya. Tambahan lagi, pengelola taman harus waspada dalam
melindungi keanekaragaman hayati dan lingkungan dari masalah kontaminasi genetis
(sapi ke banteng, misalnya), datangnya penyakit, dan introduksi jenis dari luar yang
agresif yang mungkin akan membatasi atau merusak populasi beberapa jenis lokal.

c. Pengembangan Industri Terpadu

Potensi pengembangan industri terpadu di kawasan TNKM cukup kecil karena


masalah-masalah keterpencilan dan transportasi yang mahal dan tidak dapat diandalkan.
Pengembangan industri juga harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati
sehubungan dengan dampaknya misalnya pada polusi atau menarik banyak orang
untuk datang ke daerah penyangga. Ada beberapa potensi untuk sarana dan jasa
wisata alam (lihat Bagian C dari bab ini), serta produk makanan, baik untuk wisatawan
ataupun produk ringan dan bernilai tinggi yang tahan disimpan dan dikirim dalam
jangka waktu yang cukup lama seperti teh, bumbu, dsb.

Kerajinan tangan merupakan kemungkinan lain. Pengelola taman dapat meningkatkan


pendapatan dari produksi kerajinan tangan melalui sejumlah kegiatan, seperti:

• Menjual kerajinan tangan di kantor pusat taman, kantor wilayah konservasi dan
pusat pengunjung.
• Bekerjasama dengan KANWIL Pariwisata atau dengan perusahaan pariwisata
swasta untuk membantu pengrajin untuk mendapatkan akses ke pasar yang besar
untuk memasarkan hasil kerja seni mereka, misalnya perusahaan asing yang menjual
produk-produk semacam itu kepada masyarakat di negara-negara industri.
• Mengikutkan para pengrajin di dalam program pengembangan usaha kecil.
• Mempertimbangkan untuk membantu pengembangan koperasi pengrajin.

Program Pengembangan Usaha Kecil juga mempunyai potensi tersendiri. Tahap-tahap


program semacam ini adalah ( RCRRD/UGM 1999 ):

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-79


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Mengidentifikasi masyarakat setempat yang mempunyai kemauan dan kemampuan • Lomba untuk pemuda
untuk meningkatkan usaha yang ada atau memulai usaha yang baru. • Bekerja dengan pramuka dan kelompok pemuda lainnya
• Menyelenggarakan latihan dengan topik usaha seperti pembukuan, kelayakan • Kursus/pendidikan bergelar jangka panjang dalam bidang pengelolaan sumberdaya
pemasaran dan pengembangan rencana usaha untuk perorangan yang terpilih. Dua dan pariwisata bagi masyarakat setempat
lembaga dengan pengalaman praktek dalam pelatihan seperti ini adalah Yayasan • Media seperti film, slide show, poster, buku komik, pewarta, sandiwara, pertemuan
Indonesia Sejahtera di Solo, dan Universitas Merdeka di Malang. masyarakat dan surat kabar.
• Mendirikan agen perkreditan untuk menyediakan modal yang lebih murah untuk • Wisata belajar ke taman nasional dan kawasan lindung lain di Indonesia dan negara
memulai bisnis atau meningkatkannya. lain untuk mempelajari bagaimana mereka memberikan sumbangan kepada
• Menyediakan bantuan selama pelaksanaan rencana usaha, termasuk analisis dampak pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
lingkungan dan sosial dari wirausaha.
b. Pengembangan Lembaga Swadaya Masyarakat
Semua kegiatan tersebut harus diuji menurut wacana konservasi sejak sebelum di
mulai dan dipantau dengan ketat atas dampaknya kepada sumber daya alam yang Bagian F dari bab ini memperhatikan pentingnya dan perlunya lembaga masyarakat
dimanfaatkan dan lingkungan pada umumnya. memikul tanggung jawab pengelolaan TNKM yang utama. Ini termasuk Lembaga
Adat dari setiap Wilayah Adat, serta FoMMA, lembaga lokal yang baru dibentuk
d. Pengembangan Aksesibilitas untuk membahas masalah-masalah yang berpengaruh pada semua lahan taman nasional
yang berada di dalam 10 Wilayah Adat.
Masalah keuntungan dan kerugian dari peningkatan aksesibilitas ke TNKM dan daerah
penyangganya dibahas dalam bagian E bab ini, bagian E bab IV, dan bagian 5 bab III. c. Pengembangan Pramuka

2. Intensifikasi Program Penyuluhan Masyarakat Pramuka merupakan mitra yang menjanjikan dalam pelestarian alam. Kegiatan
pendidikan dan penyadaran dapat ditargetkan khusus untuk mereka, dari brosur, buku
a. Program Penyuluhan Masyarakat Terpadu komik, presentasi pada pertemuan mereka, perlombaan, sandiwara, dsb. Seiring
dengan membaiknya transportasi ke taman nasional ini dalam 25 tahun mendatang,
Masyarakat setempat merupakan kelompok target yang paling penting untuk program akan memungkinkan untuk mulai mencari sponsor untuk mengirimkan kelompok
pendidikan dan penyadaran, bersama dengan lembaga pemerintah, sektor swasta, dan pramuka dari berbagai bagian Kalimantan Timur, khususnya kota-kota disana. Wisata
wisatawan pengunjung TNKM. Tujuan dari program kepedulian dan pendidikan untuk ke taman dapat merupakan hadiah utama untuk pemenang berbagai lomba lingkungan
masyarakat adalah: dan konservasi, seperti merancang poster, tanya-jawab, dsb.

• Memahami bahwa manfaat TNKM lebih besar daripada kerugiannya. d. Pengembangan Karang Taruna
• Meningkatkan pengetahuan ekologi lokal dengan beberapa informasi dasar dari
biologi konservasi dan pengelolaan hidupan liar. Karang taruna merupakan calon mitra konservasi yang potensial bagi taman nasional.
• Meningkatnya kemampuan mengelola sumberdaya dan kegiatan taman, misalnya Anggota-anggotanya dapat diberi kesempatan bekerja di taman nasional, terutama
mengelola populasi hidupan liar, pariwisata, dsb. sebagai pemandu wisata.
• Meningkatkan kebanggaan atas TNKM dan keanekaragaman hayatinya yang kaya,
unik dan penting bagi dunia.
J. Pemantauan dan Evaluasi
Materi yang diperlukan untuk memenuhi masing-masing tujuan tersebut perlu
dirancang dan disalurkan melalui berbagai kegiatan dan media, seperti: Mengingat pemanfaatan utama TNKM adalah untuk pengambilan sumber daya alam secara
berkelanjutan oleh masyarakat setempat, maka sistem pemantauan yang melibatkan
• Kampanye penyadaran tentang topik pilihan di desa-desa masyarakat setempat sangat penting untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Sistem ini
• Program pelatihan jangka pendek dapat dibangun pada informasi dasar dan cara pemantauan yang telah digunakan dalam
• Rencana pelajaran dan buku kerja guru untuk sekolah-sekolah di sekitar TNKM proyek TNKM-WWFI. Direkomendasikan agar Pengelola taman mengadakan sebual
• Program pelatihan guru dan seminar lokakarya Pemantauan dan evaluasi pada awal tahun 2001 untuk mengembangkan program
• Siaran radio

V-80 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) V-81
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
pemantauan dan evaluasi akhir dan komprehensif yang mempertimbangkan dampak BAB VI
pada skala bio-regional/bentang alam, ekosistem/habitat, dan tingkat populasi jenis,
juga dampak pemanfaatan lingkungan TNKM oleh manusia. ANGGARAN

Walaupun semua metode pemantauan dan penilaian berikut tidak akan mungkin
dilakukan seluruhnya karena keterbatasan dana dan tenaga, kegiatan berikut ini patut Masalah 32. Apakah jalan yang terbaik untuk memastikan pendanaan yang cukup
dipertimbangkan: bagi TNKM?

• Inventarisasi dengan mengikut-sertakan masyarakat setempat pada flora yang umum Taman seluas TNKM membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak mungkin disediakan
diambil seperti gaharu, rotan, pohon kayu dan daun sang. oleh satu sumber misalnya PHKA saja. Dana PHKA untuk TNKM dapat ditambah
• Status populasi mamalia penting dan burung komersial dan jenis indikator dengan:
sebagaimana difahami oleh masyarakat setempat, mirip dengan jenis yang
terkandung di dalam Tabel 12 dan 15, beserta pemahaman kecenderungan sejarah • Bermitra dengan Lembaga Swadaya Masyarakat seperti WWFI dan FoMMA, yang
dari jenis ini (Tabel 20 dan 22), menggunakan metode yang dikembangkan oleh sering mendapatkan bantuan internasional dari sumber yang tidak tersedia untuk
anggota proyek WWF. Karyawan taman tidak harus mengunjungi masing-masing PHKA.
desa setiap tahun untuk kegiatan seperti ini jika dananya terbatas. • Menjajagi alternatif dana hibah “Debt-for-Nature Swaps” “Clean Development
• Memeriksa transek yang dibuat pada tahap sekarang dan transek-transek yang Mechanism” dan “Carbon Sequestration”.
baru; juga mengembangkan sistem untuk memantaunya untuk hal-hal seperti • Menegosiasikan dengan pemerintah daerah propinsi atau kabupaten untuk
perkiraan kepadatan satwa dan burung, terutama jenis komersial dan indikator, menyediakan dana untuk TNKM sebagai hasil dari desentralisasi kekuasaan politik,
dan perubahan vegetasi, tingkat gangguan, dll. Akan lebih baik apabila transek anggaran dan administrasi. Pemerintah daerah dapat mendukung pendanaan
dipantau setiap tahun. Namun demikian, mengingat akan adanya hambatan dalam konservasi melalui pengumpulan dan pembagian penghasilan pajak dan non-pajak
hal tenaga dan dana, juga lokasi beberapa transek yang jauh, adalah mungkin bahwa dan juga melalui mekanisme pendanaan lain yang memungkinkan.
beberapa transek hanya akan dapat dikunjungi setiap dua sampai tiga tahun. • Mempelajari potensi sumber pendapatan inovatif, seperti pajak pada perusahaan
• Pemantauan tingkat pengambilan pada komunitas tertentu disetiap Wilayah Adat, lokal, pengambilan yang berkelanjutan dari beberapa hasil hutan non-kayu dari
dengan menggunakan metode misalnya wawancara dengan para pemburu yang zona TNKM yang sesuai.
dipilih secara sampel (Foead 1996), pembelian tengkorak buruan dengan harga • Mengembangkan cara yang inovatif untuk mengambil keuntungan dari seringnya
rendah (Puri 1997), buku catatan pemburu perorangan (Townsend 2000), atau masyarakat setempat untuk pergi ke berbagai pelosok taman nasional untuk
buku catatan desa tentang terlihatnya dan ditangkapnya beberapa jenis yang umum mengambil sumber daya alam. Perjalanan ini mempunyai potensi sebagai sumber
di ambil dan jenis indikator (Steinmetz 2000). informasi yang seharusnya dikumpulkan melalui kegiatan patroli dan pemantauan
• Survei udara sedikitnya sekali dalam setahun meliputi seluruh bagian taman untuk yang mahal oleh jagawana dan pakar biologi. Cara yang mungkin dilakukan
memeriksa perambahan kedalam taman nasional oleh perusahaan penebangan kayu termasuk perseorangan membuat catatan perburuan/pengambilan dalam buku
atau pembukaan lahan untuk pertanian. catatan pribadi, atau musyawarah masyarakat sebulan sekali yang akan memberikan
• Penelitian jangka panjang di Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai, dan barangkali informasi yang sejenis. Walaupun perjalanan tersebut tidak dapat menggantikan
pada stasiun penelitian lain jika dananya tersedia untuk membangunnya. sepenuhnya tugas patroli dan pemantauan dari staf taman, mereka dapat memberikan
• Memperoleh dan menganalisis citra satelit sedikitnya setiap lima tahun sekali untuk banyak informasi dengan biaya yang murah. Masyarakat setempat dapat dilibatkan
memeriksa indikator-indikator seperti wilayah total tipe vegetasi yang berbeda, dalam memutuskan cara yang mana yang paling sesuai.
perubahan atas wilayah blok terbesar tipe vegetasi khusus, atau perubahan pada
ukuran rata-rata tipe habitat tertentu. Namun demikian, tanggung jawab terakhir untuk pembiayaan TNKM mungkin
• Perubahan dalam sistem peladangan untuk melihat apakah tekanan populasi akan tetap pada tingkat pusat, sementara sumber dana lain akan memakan
melampaui batas sistem lokal, seperti lamanya masa bera, penurunan hasil per hektar, waktu untuk mendapatkannya. Anggaran Pengelola taman harus realistik
masalah lebih besar dengan gulma dan hama, dll. dan efisien pengelolaannya untuk memanfaatkan dana yang susah didapat. Penting
• Mendapatkan statistik sosial ekonomi yang biasanya disusun oleh pemerintah juga untuk mengembangkan sistem pengelolaan bersama dengan institusi masyarakat
tentang jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan, dan indikator ekonomi. setempat, yang dapat memberikan beberapa jasa pengelolaan dengan biaya
yang rendah dan lebih efisien. Kesepakatan pengelolaan bersama seperti itu juga
memudahkan bagi LSM seperti WWFI untuk mendapatkan bantuan hibah untuk

V-82 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VI-83
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
pengelolaan taman dari donor, yang tidak mau mendanai proyek-proyek taman nasional Bantuan dari Total Foundation disediakan secara tahunan melalui keputusan dewan pada
yang mereka pikir tidak sepenuhnya mengakui hak-hak masyarakat setempat untuk setiap bulan Juni. Dana tambahan dari DANIDA setelah 4 tahun tampaknya tidak mungkin
ikut serta dalam pengelolaan taman pada tingkat yang tinggi. lagi.

Pendanaan pertama untuk pengelolaan bersama mungkin harus datang dari donor Ada waktu bagi mitra dalam DPK TNKM untuk mengumpulkan tambahan dana dari
lain, karena permasalahan anggaran PHKA. Namun, saat situasi anggaran PHKA berbagai sumber yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
membaik, akhirnya harus dipikirkan untuk mengsub-kontrakkan beberapa tugas kepada
mitra-mitra pengelola lokal kalau mereka sudah dilatih. Pekerjaan akan terselesaikan, Sangat sulit, atau tidak mungkin untuk memperkirakan secara akurat kebutuhan anggaran
dan mungkin dengan biaya yang rendah. Sub-kontrak seperti ini akan meningkatkan taman untuk jauh pada masa depan, terutama pada tingkat anggaran yang sangat spesifik
keuntungan lokal yang diterima oleh masyarakat dari TNKM, membantu mereka untuk dan rinci. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Komodo yang baru diterbitkan mengakui
menyadari bahwa adalah demi kepentingan merekalah maka taman nasional dilindungi hal ini dengan tidak menyertakan anggaran. Banyak hal masih belum diketahui tentang
dan didukung. Jadwal pembayaran melebihi masa kerja akan ditentukan oleh penilaian masa depan taman dan kebutuhan pengelolaan, juga situasi ekonomi umum, sosial politik
kinerja independen. Penilaian terhadap Integrated Conservation and Development di Kalimantan, Indonesia dan dunia yang mempengaruhi konservasi perlindungan taman.
Projects di Indonesia baru-baru ini, mendesak Pemerintah untuk memikirkan insentif
konservasi yang baru tersebut (World Bank 1997). Memanfaatkan bagian dari hibah Anggaran dalam Tabel 2 mengatasi masalah ini dengan beberapa cara sebagai berikut:
“Carbon Sequestration” dan/atau “Debt-for-Nature Swaps” untuk tujuan tersebut
akan sangat meningkatkan dukungan lokal kepada TNKM. • Anggaran disusun berdasarkan pada dana bantuan sesungguhnya untuk kegiatan yang
dipertimbangkan sebagai prioritas tertinggi untuk tahun-tahun pertama periode 25 tahun
Juga penting untuk mendukung FoMMA dan Lembaga Adat dengan sumber Rencana Pengelolaan, terutama gaji karyawan, peralatan yang diperlukan dan
pemasukan lain yang berpotensi, misalnya pendapatan dari pariwisata, denda atas infrastruktur dasar, pelatihan untuk FoMMA, perjalanan lapangan untuk penelitian,
pelanggaran peraturan taman, dan biaya masuk dan menggunakan taman. Masalah pemantauan, pendidikan dan penyadaran, pemberdayaan masyarakat dan maksud lain.
ini masih harus dibahas dan dirundingkan sebagai bagian dari seluruh kesepakatan • Ada fleksibilitas dalam hal bagaimana dana dapat digunakan. Contohnya, perjalanan
pengelolaan dan pendanaan di antara para anggota Dewan Penentu Kebijakan. dan biaya lapangan dianggarkan dengan asumsi karyawan WWFI menghabiskan sekitar
1/3 waktunya di lapangan. Tujuan dan kegiatan spesifik untuk masing-masing anggota,
Anggaran untuk Lima Tahun Pertama pada Tahap Pelaksanaan Rencana juga semua keputusan anggaran lain yang lebih spesifik, akan ditentukan sebagai bagian
Pengelolaan: dari rencana tahunan dan proses penyusunan anggaran. Sistem ini mensyaratkan agar
prioritas untuk perjalanan dan biaya lapangan di susun berdasarkan situasi yang
Situasi anggaran untuk beberapa tahun pertama dari periode 5 tahun pelaksanaan sebenarnya pada waktu yang sebenarnya oleh staf Badan Pelaksana yang terlibat dan
rencana pengelolaan pertama sangat baik. DANIDA telah menganggarkan US $2 bertanggung jawab.
juta untuk 4 tahun pertama WWFI Proyek Kayan Mentarang. WWFI juga telah • Klarifikasi anggaran terutama penting bagi DPK yang belum terbentuk tetapi akan
mendapatkan dana sedikit untuk periode waktu yang lebih pendek dari WWF Jerman bertanggung jawab untuk mengarahkan pengelolaan Badan Pelaksana.
dan Total Foundation. Dewan Pimpinan ITTO akan mengadakan pertemuan pada • Masing-masing sumber dana menyediakan dana cadangan untuk mengatasi paling tidak
bulan November 2000 untuk mempertimbangkan bantuan selama 2 tahun untuk beberapa kegiatan yang oleh staf Badan Pelaksana akan dianggap perlu pada masa
kegiatan TNKM. ITTO telah menyatakan bahwa bantuan ini hampir pasti disetujui, mendatang dan belum secara khusus diantisipasi dalam Rencana Pengelolaan. Jika
dan dilanjutkan dengan bantuan 2 tahun lagi jika perkembangan dari bantuan 2 tahun dana cadangan ini tidak cukup, dana tambahan harus didapatkan oleh staf Badan
pertama memuaskan. Pelaksana, untuk mengatasi kebutuhan biaya tambahan atas kegiatan yang belum
termasuk dalam anggaran. Dengan luas TNKM dan tantangan pengelolaan yang
Jumlah total dana yang sudah dipastikan dan bantuan dua-tahun ITTO awal sekitar dihadapi, jelas bahwa meskipun uang dengan jumlah yang sangat besar yang telah
US$ 2.551.720. (Tabel 30). Sekitar US$ 751.875 lagi harus didapatkan jika tingkat tersedia tidak cukup untuk pengelolaan yang optimum.
kegiatan yang didanai pada satu dan dua tahun pertama dari periode 5 tahun pertama • Diasumsikan bahwa anggaran untuk periode 5 tahun kedua, demikian juga untuk ketiga,
dilanjutkan sampai 5 tahun seluruhnya. Satu kemungkinan sumber dana tambahan keempat dan kelima, kira-kira akan sama dengan periode lima tahun pertama (Tabel
yang diperlukan adalah ITTO, melalui bantuan dua-tahun kedua. WWF Jerman juga 2). Dana akan digunakan dengan cara yang berbeda, seperti yang ditentukan oleh tim
telah mengindikasikan bahwa ada kesempatan bagus untuk melanjutkan dukungan Badan Pelaksana dan Dewan Penentu Kebijakan TNKM yang bertanggung jawab
WWFI terhadap TNKM setelah selesainya bantuan yang sedang berjalan pada 30
Juni 2002.

VI-84 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VI-85
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
VI-86
lima tahun kedua.
telah termasuk dalam anggaran 25 tahun. Dewan Penentu Kebijakan akan harus

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)


mempertimbangkan masalah ini dalam pengembangan anggaran akhir untuk periode
Pembangunan Asia untuk Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional
penyangga yang besar seperti yang disediakan oleh Bank Dunia dan Bank

Lore Lindu berturut-turut. Sejumlah dan macam ini dalam bentuk dana bergulir
mempersiapkan dan menyetujui Rencana Kerja dan anggaran lima tahun. Item

untuk membuat aplikasi dan dapat memperoleh suatu hibah pengembangan daerah
anggaran yang paling sulit diantisipasi adalah apakah TNKM akan memutuskan

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)


Tabel 2. Anggaran 5 dan 25 tahun untuk TNKM dalam Dollar Amerika.
Bagian I. Anggaran untuk 5 Tahun Pertama Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan (periode 2001-2005)
(Catatan: Angka dalam bold adalah dana berjalan)

Kategori Anggaran Utama 2001 2002 2003 2004 2005 Total Total Jumlah Komentar/Asumsi
Diperlukan dana yang harus
Berjalan didapatkan

BIAYA KEPEGAWAIAN:
Gaji Pegawai dan Keuntungan:
WWF (Danida) 153.000 156.000 187.000 192.000 192.000 880.000 689.000 191.000 Diasumsikan kebutuhan proyek WWF lanjutan & karyawan dengan dana baru
WWF (WWFG) 27.300 14.000 0 0 0 41.300 41.300 0 Pada pert. 2002, bantuan Danida meliputi kary. ini; bantuan
WWFG ke 2 memungkinkan
WWF Lalut Birai (Total) 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 100.000 20.000 80.000 Keputusan dana Total dibuat tahunan; mungkin diperpanjang.
PKA 17.000 17.000 17.000 17.000 17.000 85.000 34.000 51.000 sekali dimulai, dana PKA harus terus dicari
WWF Technical Adviser (ITTO) 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 120.000 48.000 72.000 Menurut Laporan 2 tahun fase ke dua sangat memungkinkan
Buruh Harian (Danida) 1.600 1.600 1.600 1.600 1.600 8.000 6.400 1.600
Konsultant:
Dari ITTO: 0 15.000 0 0 0 15.000 15.000 0 Memeriksa alternativ jalan atau rute jalan
a. Rencana Pengelolaan Jenis (ITT0) 30.000 60.000 0 0 0 90.000 90.000 0
b. 4 Ekspedisi Keragamanhayati (ITTO) 32.000 32.000 0 0 0 64.000 64.000 0 Jumlah termasuk biaya perjalanan/lapangan. Mungkin bantuan ITTO ke dua.
c. Binational Ekspedisi Keragamanhayati (ITT0) 0 144.000 0 0 0 144.000 144.000 0 Jumlah termasuk biaya perjalanan/lapangan. Mungkin bantuan ITTO ke dua.
Dari WWF Germany (WWFG)
a. Range Management 3.000 0 0 0 0 3.000 3.000 0
Dari Danida: Daftar konsultan dari bantuan Danida ini permulaan.
a. Wisata alam 3.000 5.000 6.000 6.000 7.000 27.000 20.000 7.000 Tipe konsultan sebenarnya yang dipelukan dan tahun mereka diperlukan
b. Pengembangan usaha kecil 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 15.000 12.000 3.000 akan ditentukan pada saat rencana kerja tahunan disiapkan.
c. Wanatani/pertanian 2.000 3.000 3.000 4.000 4.000 16.000 12.000 4.000 spesialist lain mungkin ditambahkan selama
d. Pengembangan Institusi (FoMMA) 4.000 3.000 3.000 3.000 3.000 16.000 13.000 3.000 pertemuan rencana tahunan tersebut.
e. Penyadaran/pendidikan 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 15.000 12.000 3.000
f. Pemantauan Keragamanhayati Partisipatif 7.000 3.000 2.000 1.000 0 13.000 13.000 0
Total Biaya Kepegawaian: 329.900 503.600 269.600 274.600 0 1.652.300 1.236.700 415.600

LAPANGAN & BIAYA PERJALANAN LAIN


Perjalanan Tugas karyawan PKA (PKA) 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 5.625 2.250 3.375
Perjalanan Lapangan Karyawan WWF (Danida) 31.000 32.000 42.000 50.000 50.000 205.000 155.000 50.000 Terutama untuk kegiatan pemantauan, penyadaran, pemberdayaan
Perjalanan Lapangan Karyawan WWF (WWFG) 11.900 7.000 0 0 0 18.900 18.900 masyarakat, karena bantuan ITTO mendukung perjalanan keragaman hayati
Perjalanan Tugas, Penasihat tehnis (ITTO) 1.125 1.125 0 0 0 2.250 2.250 0 Kemungkinan bantuan ITTO ke dua untuk 2 tahun lagi.
Pesawat & perjalanan darat untuk Kemungkinan bantuan ITTO ke dua untuk 2 tahun lagi.
ekspedisi keragamanhayati (PKA) 0 30.000 0 0 0 30.000 30.000 0
Perjalanan Internasional karyawan WWF (Danida) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 20.000 16.000 4.000 Terutama untuk pulang expatriate atau konferensi
Perjalanan Nasional lain karyawan WWF (Dan.) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 12.500 10.000 2.500 Ke Balikpapan dan Jakarta untuk Pimpinan proyek & karyawan Senior
Total Perjalanan: 51.650 77.750 49.625 57.625 57.625 294.275 215.500 78.775

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VI-87


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kategori Anggaran Utama 2001 2002 2003 2004 2005 Total Total Jumlah Komentar/Asumsi
Diperlukan dana yang harus
Berjalan didapatkan

RAPAT, LOKAKARYA & PELATIHAN


Lokakarya untuk konsultasi Rencana Pengelo- 1.000 0 0 0 0 1.000 1.000 0 Terutama untuk membayar perjalanankaryawan PKA dan/atau KSDA saja
laan dengan pihak berkepentingan (ITTO)
Rapat untuk mengusulkan Kerjasama ‘TBC’ 1.000 0 0 0 0 1.000 1.000 0
Struktur dan peran (ITTO)
Rapat tingkat tinggi untuk konsultasi 9.960 9.960 10.000 10.000 10.000 49.920 19.920 30.000 Dengan asumsi pertemuan ini akan berlanjut takterbatas, atau hanya
be-nasional (ITTO) menggantungkan rapat perencanaan regular pemerintah Kal., Sar., & Sabah.
Rapat Komisi Tingkat Propinsi (ITT0) 9.960 9.960 10.000 10.000 10.000 49.920 19.920 30.000 Dengan asumsi pertemuan ini akan berlanjut takterbatas, atau hanya
menggantungkan RaKorBang reguler dan rapat tahunan Prop. & Kabupaten
Rapat Komisi Tehnis 9.960 9.960 0 0 0 19.920 19.920 0
Binational task force work 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 60.000 24.000 36.000 Dengan asumsi rapat-rapat ini akan berlanjut tak terbatas
Lokakarya perencanaan binational expd. Kehati. 0 16.960 0 0 0 16.960 16.960 0
Lokakarya Bi-national ttg. pengalaman TBC (ITTO) 0 30.000 0 0 0 30.000 30.000 0
Panitia Pengarah Proyek (ITTO) 1.000 1.000 0 0 0 2.000 2.000 0 Akan dilanjutkan jika bantuan ITTO kedua tersedia.
Rapat FoMMA/Lembaga Adat (Danida) 10.000 18.000 18.000 19.000 19.000 84.000 65.000 19.000
Rapat Badan Penasihat FoMMA (Dan.) 8.000 8.000 8.000 9.000 9.000 42.000 33.000 9.000
Pelatihan karyawan WWF dan FoMMA (Dan.) 6.000 9.000 11.000 11.000 11.000 48.000 37.000 11.000
Lokakarya pertukaran Internasional ttg. 12.000 0 0 0 0 12.000 12.000 0
Taman & Masyarakat Lokal (Danida)
Pelatihan Masyarakat dalam Pengelolaan Taman 10.000 10.000 0 0 0 20.000 20.000 0 Dapat mencari tambahan dana, melalui bantuan ITTO ke dua atau sumber lain.
Total: 90.880 134.840 69.000 71.000 71.000 436.720 301.720 135.000

BIAYA OPERASIONAL
Kantor Pusat WWF di Tarakan (Danida) 16.500 16.500 16.500 16.500 16.500 82.500 66.000 16.500 Termasuk sewa, telp., listrik, suplai, pemeliharaan dll.
Empat Pos Lapangan WWF (Danida & WWFG) 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 40.000 32.000 8.000 Termasuk sewa dan suplai.
WWF Lalut Birai (Total) 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000 70.000 14.000 56.000 Termasuk makanan, suplai, perjalanan ke Pujungan & dari Trkn
Kantor Pusat sewaan PKA, bahan habis pakai, dll. 48.300 48.300 48.300 48.300 48.300 241.500 96.600 144.900 Bika k.p. cepat dibangun, lebih banyak uang tersedia untuk kegiatan lain?
Total: 86.800 86.800 86.800 86.800 86.800 434.000 208.600

PENDIDIKAN & PENYADARAN


Dua Publikasi Keragamanhayati (ITTO) 0 30.000 0 0 0 30.000 30.000 0 Publikasi hasil survey; idealnya jika salah satu target adalah masyarakat lokal
Kunjungan Belajar Pimpinan Kabupaten (ITTO) 15.000 15.000 0 0 0 30.000 30.000 0 Mungkin ke Wasur dan/atau Taman Nasional Kakadu di Australia
Seminar untuk Pimpinan Prop. & Kab. (ITTO) 1.000 0 0 0 0 1.000 1.000 0
Sosialisasi Rencana Pengelolaan (ITTO) 1.000 1.000 0 0 0 2.000 2.000 0 Untuk partisipasi karyawan PKA dan KSDA (meliputi biaya perjalanan,dll.)
Sosialisasi Rencana Pengelolaan (WWFG) 19.250 0 0 0 0 19.250 19.250 0

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VI-88


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

Kategori Anggaran Utama 2001 2002 2003 2004 2005 Total Total Jumlah Komentar/Asumsi
Diperlukan dana yang harus
Berjalan didapatkan

Materi Pendidikan & Penyadaran (Danida) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 20.000 16.000 4.000
Studi kunjungan ke luar negri untuk TBC expd.
lanjut (ITTO) 12.500 12.500 0 0 0 25.000 25.000 0 Indochina? India/Nepal? RI/PNG?
Batuan studi/Penelitian UnMul (Total) 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 50.000 10.000 40.000 Harus coba melanjutkan ini dengan bantuan baru Total Foundation
Total: 64.751 74.502 16.003 16.004 16.005 177.250 133.250 44.000

PRASARANA
Kantor Pusat (ITT0) 50.000 50.000 0 0 0 100.000 100.000 0 Pemeliharaan dari anggaran operasional
4 Pos Lapangan/Pusat Informasi 15.000 15.000 0 0 0 30.000 30.000 0 Pemeliharaan dari anggaran operasional
& Peralatan (ITTO)
4 Pos Jaga 0 0 0 5.000 15.000 20.000 0 20.000 Mungkin bisa menggunakan bantuan ITTO ke dua
Jalan setapak sekitar padang rumput
Hulu Apau Ping 0 0 0 300 0 300 0 300
Jalan setapak dari Long Layu ke A. Ping melalui 0 0 0 0 2.200 2.200 0 2.200
padang rumput (Rp 200,000/km)
mendirikan 8 pondok pada jalur L. Layu ke A. Ping 0 0 0 0 10.000 10.000 0 10.000

Total: 65.000 65.000 0 5.300 27.200 162.500 130.000 32.500

PEMBELIAN PERALATAN DAN KAPITAL


Satu Kendaraan Roda Empat (ITT0) 30.000 0 0 0 0 30.000 30.000 0
4 komputers & perlengkapannya untuk
k.p. PKA (ITTO) 0 12.000 0 0 0 12.000 12.000 0
1 mesin fotokopi k.p. PKA (ITT0) 0 3.000 0 0 0 3.000 3.000 0
10 Desktop komputers untuk k.p. WWF (Dan.) 1000 1.000 1200 1500 0 4.700 4.700 0 Beberapa komputer yang ada mungkin hanya perlu upgrade dan/atau
diperbaiki
Mesin Fax untuk k.p. WWF (Dan.) 0 0 500 0 0 500 500 0 Untuk mengganti mesin fax lama
Plotter untuk k.p. WWF (Danida) 0 0 6.000 0 0 6.000 6.000 0 Untuk mengganti plotter lama
Mesin fotocopy untuk k.p. WWF (Danida) 0 0 6.000 0 0 6.000 6.000 0 Untuk mengganti mesin fotocopi lama
4 Citra Satelit untuk pemantauan 10.000 0 0 0 0 10.000 0 10.000 Mungkin menggunakan dana cadangan Danida
Peralatan kantor pusat WWF (Danida) 2.500 2.500 2.500 2.500 1.000 11.000 10.000 1.000
Bodi perahu untuk pos WWF (Dan.) 0 150 150 200 0 500 500 0
Laptop komputer untuk Pos Lapangan (WWFG) 1.750 0 0 0 0 1.750 1750 0 Untuk L. Pujungan. Mungkin menggunakan dana cadangan Danida untuk
pos lain.
Solar panel untuk Pos Lapangan (WWFG) 500 0 0 0 0 500 500 0 Untuk L. Pujungan. Mungkin menggunakan dana cadangan Danida untuk
pos lain.
Total: 45.750 18.650 16.350 4.200 1.000 85.950 74.950 11.000

PEMANTAUAN MASYARAKAT DAN/ 5.000 12.500 22.500 32.500 35.000 107.500 72.500 35.000 Dibanding bantuan untuk masyarakat Kerinci Seblat yang didanai oleh
ATAU PENGEMBANGAN BANTUAN World Bank (Rp 250 juta/desa untuk dana bergulir ) jumlah ini
cukup kecil; perlu dicari dana tambahan.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VI-89


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
VI-90
BAB VII

Dana cadangan tersedia hanya jika bantuan baru didapatkan.


PENJADWALAN DAN PENTAHAPAN
Komentar/Asumsi

Proyek-proyek kawasan lindung di Indonesia dan negara lain telah dikritik karena
terlalu mengandalkan pendekatan “cetak biru” yang secara intensif direncanakan pada
pengelolaan dan pengembangan (World Bank 1997). Suatu pendekatan “cetak biru”
akan sesuai kalau keluarannya jelas dan nyata, sebagian besar variabel kuncinya dapat
dipelajari dan dipahami sebelumnya, kegiatan yang diperlukan dapat dikurangi menjadi
serangkaian langkah yang sederhana dan mekanis, dan sedikit berpikir strategis,
kreativitas atau penilaian yang canggih diperlukan selama pelaksanaannya. Seperti
halnya kritik yang dilontarkan, karakteristik ini adalah khas untuk pembangunan
jembatan atau gedung, bukan untuk proyek-proyek konservasi dan pembangunan
terpadu.
yang harus
Berjalan didapatkan

0
0
0
0

751.875
Jumlah

Kritik menganjurkan bahwa pendekatan rancangan cetak biru yang baku perlu diganti
dengan alternatif lain yang lebih disesuaikan menuju penyusunan identifikasi masalah
7.500
0

575,878 598,029 294,630 3,528,995 2,551,720


171.000

178.500

dan kemampuan memecahkan diantara orang-orang yang terlibat, atau seluruh pihak
Total
dana

yang berkepentingan dengan kawasan lindung . Perencanaan dikembangkan awalnya


dalam skala yang luas, dan kemudian bisa menjadi lebih rinci pada saat pihak-pihak
Diperlukan

0
7.500

178.500
171.000

yang berkepentingan memperoleh pengalaman, pengetahuan dan keyakinan. Rencana


Total

seperti itu juga fleksibel dan dapat diubah berdasarkan pada pengalaman. Pendekatan
ini disebut sebagai manajemen adaptif.
0
0
0
0
2005

Oleh karenanya, penjadwalan yang dikemukakan dalam bab ini hendaknya


dipertimbangkan lagi sebagai arahan umum dan bukan instruksi langkah demi langkah.
0
0
50.000
50.000

Mengingat pendanaan masih belum jelas, sebagian besar pekerjaan memerlukan bantuan
2004

dari instansi pemerintah yang lain atau LSM, dan karena banyak keputusan kunci
masih belum dibuat yang akan mempengaruhi taman nasional baik secara langsung
0
0
46.000
46.000

maupun tidak langsung, tidaklah mungkin untuk mengembangkan perencanaan yang


2003

sangat tepat. Rencana yang lebih rinci disajikan untuk masa 5 tahun pertama. Rencana
yang lebih rinci untuk masa 5 tahun berikutnya akan dikembangkan berdasarkan
0
40.500
38.000
2.500

781,731 1,014,142

pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh, serta perkembangan baru yang akan
2002

mempengaruhi keadaan TNKM di masa depan.


0
5.000

42.000
37.000

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

Dalam jadwal kerja ini, kegiatan yang direncanakan untuk tahap berikutnya dapat
2001

dilaksanakan lebih awal kalau karyawannya mampu menyelesaikan tugas-tugas prioritas


yang lebih tinggi yang dijadwalkan untuk tahap sebelumnya dan jika seandainya dana
yang ada cukup tersedia.

A. Batas Taman dan Masalah Zonasi


Dari Bantuan Total Foundation
Kategori Anggaran Utama

Periode 5 Tahun Pertama


Dari Bantuan WWFG

GRAND TOTAL:
Dari bantuan Danida
DANA CADANGAN

Kegiatan yang paling penting di kawasan ini adalah menyelesaikan batas taman

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-91


Total:

Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)


nasional. Kegiatan awal yang penting adalah pemecahan masalah batas TNKM yang mempelajari kembali apakah tambahan Zona Inti memang diperlukan dan dimana
timbul di beberapa tempat dengan peta-peta yang berbeda, seperti peta SK penunjukan harus diletakkan dan apakah zona lain seperti Zona Rimba, perlu dikembangkan.
taman nasional dan peta Tata Ruang Propinsi. Peta-peta tersebut tidak cocok apakah
daerah bagian Sungai Tubu, Sungai Menabur dan Sungai Kat berada di dalam atau di Kegiatan lainnya adalah menentukan apakah lebih banyak diperlukan pemancangan
luar TNKM. pal, penandaan batas secara fisik dan letaknya. Daerah prioritas adalah tempat-tempat
dimana tidak terdapat batas alam yang mudah dilihat seperti sungai, pembagi daerah
Tugas prioritas lain adalah bekerja dengan masyarakat setempat di daerah Krayan aliran sungai, puncak gunung, dsb.
dan Tubu untuk mempertegas batas sementara dan menentukan batas akhir taman
nasional. Batas akhir akan tergantung pada hasil pelaksanaan perencanaan tata-guna Periode 5 Tahun Ketiga, Keempat dan Kelima
lahan yang lebih rinci. Komponen kunci dari rencana ini adalah mengidentifikasi
daerah yang sesuai untuk pengembangan ekonomi jangka panjang, serta daerah yang Melanjutkan pengujian ulang masalah-masalah seperti apakah perlu untuk mengubah
karena keragaman hayatinya yang tinggi, tanahnya yang miskin, lerengnya yang curam batas-batas zona yang ada atau menambahkan Zona Rimba, Zona Inti atau zona baru
atau alasan yang lain paling baik dipertahankan untuk hutan tetap. Idealnya, daerah lainnya serta apakah diperlukan lebih banyak pemancangan pal perbatasan .
tersebut dipertahankan di dalam taman nasional. Daerah yang sangat penting adalah
Sungai Kemeluh di Krayan Hilir, hulu S. Kalun, S. Menabur, dan S. Menabur Icit di B. Mengelola Flora, Fauna dan Ekosistem
Wilayah Adat Punan Tubu, S. Bulu’ dan sungai lain yang mengalir dari Selatan di
Krayan Hulu dan punggung bukit Hutan Lindung di tepi bagian barat Wilayah Adat Periode 5 Tahun Pertama
Krayan Tengah.
Inventarisasi dan Penyebaran Jenis:
Untuk daerah-daerah yang batas-batas taman nasionalnya sudah disetujui, peta-peta
rinci yang menunjukkan lokasi batas hendaknya dibagikan kepada masyarakat. Dua a. Melaksanakan survei keanekaragaman hayati untuk mengisi celah-celah pemahaman
macam peta yang perlu diberikan kepada masyarakat, satu pada skala Wilayah Adat pengetahuan dan/atau pengkajian kawasan tertentu. Target utama adalah tipe habitat
dan satu lagi pada tingkat wilayah desa. Peta-peta ini hendaknya menunjukkan lokasi yang belum disurvei, dan daerah yang berpotensi memiliki populasi jenis yang
zona inti yang sudah disetujui oleh masyarakat. terancam punah. Banyak survei semacam ini yang akan membutuhkan dana
tambahan di luar yang sudah diperoleh WWFI pada periode ini.
Peta yang menunjukkan batas taman nasional juga perlu dibagikan kepada perusahaan b. Melaksanakan inventarisasi yang lebih rinci atas taksa khusus flora dan fauna yang
penebangan kayu (HPH) yang berbatasan dengan taman nasional, perusahaan belum disurvei secara memadai hingga saat ini dengan menggunakan sarana survei
pertambangan yang memiliki ijin eksplorasi dan instansi pemerintah terkait di tingkat yang lebih teliti, seperti penggunaan jaring kabut dan pemakaian gelang pada burung,
kecamatan, kabupaten dan propinsi. Hal ini akan membantu menyelesaikan masalah perangkap mamalia kecil dan berbagai metoda untuk herpetofauna.
batas taman nasional yang terletak di lokasi yang berbeda pada beberapa jenis peta c. Mencari dana untuk survei ekspedisi bersama terhadap keanekaragaman hayati
yang memiliki dan digunakan oleh instansi pemerintah yang berbeda pula. Perbedaan- dengan partisipasi oleh tim terkoordinir tediri dari pakar lokal, regional dan
perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan baik. internasional di bidang keanekaragaman hayati flora dan fauna tropis.
d. Menganalisis status sisa-sisa populasi Badak dan Orang Utan di TNKM.
Mengingat bahwa batas-batas alam yang mudah dilihat telah ditetapkan di sebagian
besar lokasi, penandaan tapal batas tidak merupakan prioritas tinggi dan mungkin Pembinaan Habitat:
hanya akan memperingatkan masyarakat yang masih khawatir tentang pengambilan
lahan mereka oleh pemerintah. Batas-batas areal HPH yang berbatasan dengan taman a. Merekrut pakar pembinaan padang gembala untuk membantu memperbaiki
nasional hendaknya mendapatkan prioritas yang lebih tinggi untuk ditandai. Masyarakat pengelolaan padang rumput di lembah hulu Sungai Bahau.
mungkin akan lebih menerima penandaan batas HPH, kalau hal ini dilakukan dengan b. Bekerjasama dengan masyarakat Apau Ping untuk memelihara padang rumput
cara partisipatif, maka keinginan masyarakat untuk mengetahui luas sebenarnya dari secara teratur dengan pembakaran.
HPH tersebut dapat terpenuhi.
Pemanenan berkelanjutan oleh masyarakat setempat atas tumbuhan dan satwa dari
Periode 5 Tahun Kedua TNKM :

Tugas pertama adalah menyelesaikan kegiatan yang dijadwalkan pada Periode I yang a. Menyelesaikan kesepakatan dengan FoMMA dan masyarakat setempat mengenai
belum diselesaikan. Tugas baru yang penting adalah bekerja dengan masyarakat untuk pengelolaan pemanenan flora dan fauna dari TNKM, termasuk jenis mana yang

VII-92 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-93
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
boleh diambil, jenis mana yang boleh dijual dalam jumlah terbatas, keterlibatan Malaya juga akan menjadi sasaran yang semakin penting bagi upaya penelitian dan
masyarakat dalam pemantauan populasi jenis yang diambil, dan tanggapan pengelolaan.
pengelolaan ketika suatu jenis kelihatan terancam oleh pemanenan yang berlebihan.
b. Memantau populasi jenis yang umumnya dipanen. Hidrologi dan Iklim:
c. Peninjauan tahunan pada jenis yang boleh diambil dan menetapkan keputusan
tentang campur tangan pengelolaan untuk jenis yang sedang dipanen secara Memantau mata air untuk mencegah perusakan dan merehabilitasinya kalau perlu.
berlebihan (kuota, penutupan kawasan, dsb.)
Rehabilitasi Taman:
Periode 5 Tahun Kedua
Memantau masalah penghutanan kembali dan konservasi tanah, ikut campur-tangan
Inventarisasi dan Distribusi Jenis: bila diperlukan.

Melanjutkan survei ke bagian-bagian lain dari taman nasional. Periode 5 Tahun Ketiga, Keempat dan Kelima

Reintroduksi, Rehabilitasi dan Pengayaan Jenis: Kegiatan-kegiatan dalam periode ini akan sangat mirip dengan kegiatan yang diuraikan
untuk Periode 5 Tahun Kedua. Dua tambahan kegiatan yang dianjurkan untuk periode
a. Mencoba merekrut ilmuwan dengan dana sendiri untuk mengkaji potensi peliaran ini adalah mendirikan stasiun pengukuran arus dan stasiun pemantau cuaca utama
kembali atau pengayaan Badak dan/atau Orangutan di TNKM. Kelompok pakar pada beberapa lokasi yang berbeda di sekitar TNKM. Stasiun-stasiun tersebut dapat
IUCN mengenai Badak dan primata merupakan sumber yang memungkinkan untuk dibangun di tahap yang lebih awal kalau dana dan waktu stafnya tersedia
bantuan semacam ini.
b. Memantau lenyapnya atau ancaman untuk lenyapnya jenis dari kawasan taman C. Pemanfaatan Kawasan
nasional, terutama habitat yang lebih kecil, lebih terpecah seperti hutan batukapur
dan hutan kerangas serta padang rumput, dan melakukan pengayaan jenis di daerah- Wisata Alam Berbasiskan Masyarakat
daerah ini jika seandainya peliaran ulang secara alamiah tidak memungkinkan dan
pengayaan dapat dilakukan secara teknis dan ekonomis. Rencana ini memperkirakan bahwa jumlah wisatawan tidak akan meningkat paling
tidak selama dua tahun pertama periode pelaksanaan, tetapi akan ada pertumbuhan
Pembinaan Habitat: sedikit demi sedikit setelah itu. Sebagian besar kegiatan penelitian dan pengembangan
dapat dilakukan secara bertahap selama periode 5 tahun sejalan dengan tersedianya
a. Memantau habitat yang lebih kecil, mudah terganggu, seperti hutan batukapur dan dana dan tenaga.
kerangas mengenai masalah yang dihadapi dan melakukan campur tangan
pengelolaan bila diperlukan. Periode 5 Tahun Pertama
b. Melanjutkan pengelolaan padang rumput.
Penelitian dan Pemantauan :
Pemanenan berkelanjutan oleh masyrakat setempat atas tumbuhan dan satwa dari
TNKM: a. Melakukan inventarisasi tempat-tempat yang memungkinkan, untuk pengkajian
potensi pariwisata dan untuk tujuan pemantauan dimasa yang akan datang.
a. Memantau populasi jenis yang umumnya dipanen. b. Penelitian tempat-tempat berpotensi untuk wisma tamu masyarakat, terutama di
b. Peninjauan tahunan jenis yang boleh diambil dan menetapkan keputusan tentang Apau Ping dan Long Layu, yang berada di ujung jalur pendakian prioritas utama.
campur tangan pengelolaan untuk jenis yang sedang dipanen secara berlebihan c. Penelitian metode untuk mengatur wisma tamu dan warung-warung yang dimiliki
(kuota, penutupan kawasan, dsb.). Mungkin perlu diantisipasi bahwa jenis yang bersama oleh masyarakat.
terlihat umum atau cukup umum saat ini tetapi karena seringnya pemanenan akan d. Mencari cara yang sesuai untuk mengatur dan menjalankan dana masyarakat di
membuatnya semakin terancam. Lutung Abu-abu dan Lutung Merah serta Landak, desa-desa yang berlainan.
yang diburu untuk mendapatkan batu empedu, sangat mungkin akan menjadi e. Mengupayakan dari toko-toko dan pedagang kerajinan tangan di bagian lain
perhatian utama dalam upaya penelitian dan pengelolaan yang lebih mendalam. Kalimantan jenis kerajinan mana yang paling digemari oleh wisatawan dan
Kalau transportasi menjadi lebih baik dan kawasan TNKM menjadi terkait dengan mengetahui apakah masyarakat setempat mau menghasilkan lebih banyak barang
perdagangan gelap internasional empedu dan bagian lain beruang, Beruang Madu kalau dibuatkan tempat-tempat penjualan.

VII-94 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-95
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
f. Mengidentifikasi operator pariwisata di Kalimantan Timur untuk menyebarkan f. Melaksanakan program pengembangan kerajinan tangan, meningkatkan mutu
informasi mengenai TNKM. produk bila diperlukan dan membuatnya lebih menarik bagi wisatawan.
g. Menjamin bahwa buah dan sayur yang dihasilkan dari program pengembangan
Pengembangan Sumber Daya Manusia : produk makanan akan dibeli, mungkin oleh WWF, tetapi hanya bagi produk yang
segar dan bermutu tinggi.
a. Memperoleh keahlian dalam pengembangan wisata-alam, baik melalui pelibatan
LSM yang mengkhususkan diri dalam pengembangan wisata-alam, pakar wisata- Pemasaran dan Promosi :
alam PHKA, mendapatkan relawan dari VSO atau CUSO, atau cara-cara lain.
b. Menyelenggarakan program pelatihan keterampilan pemanduan, keramah-tamahan a. Membahas citra promosi dengan masyarakat setempat untuk menjamin bahwa
tata boga dan pengelolaan usaha kecil, khususnya dalam peningkatan mutu mereka senang dengan citra gambar dan kata-kata yang dipakai oleh WWF.
akomodasi di rumah-rumah untuk wisatawan, mengajar memasak serta cara b. Membuat situs web yang memuat atraksi TNKM secara rinci saat daerah
pembukuan yang sederhana. pengembangan pariwisata dan jalur utama telah ditentukan. Memastikan bahwa
c. Mencari informasi apakah hotel-hotel di Long Bia, Tanjung Selor, Tarakan, atau situs tersebut mempunyai alamat kontak bagi siapapun yang menginginkan informasi
kota-kota besar lainnya bersedia untuk melatih orang-orang dari desa dalam lebih lanjut, memelihara dan menyempurnakan secara teratur. Pembuatan situs
keterampilan keramah-tamahan. Peserta latihan akan menerima kesempatan bertemu web profesional dapat menelan biaya sekitar $5.000 - $7.000, namun biaya
wisatawan beserta kebutuhannya dan belajar unsur-unsur kesehatan dan sanitasi pemeliharaannya sangat rendah. Biaya situs web dapat ditanggung bersama dengan
yang akan penting untuk pengembangan pariwisata di TNKM. situs-situs tentang kegiatan ekowisata di proyek-proyek WWF lainnya atau dengan
d. Mencari informasi apakah ada Sekolah Lanjutan Pariwisata (SLP) di kota-kota lembaga konservasi lainnya yang mengerjakan masalah ekowisata, seperti The
besar Kalimantan Timur, dan seperti apa kurikulumnya, apakah hal ini akan berguna Nature Conservancy dan Conservation International.
bagi pengembangan wisata-alam di TNKM. c. Memproduksi leaflet yang menggambarkan atraksi TNKM, jadwal transportasi
e. Menempatkan orang-orang yang sesuai untuk pelatihan atau pendidikan di hotel dan rute perjalanan yang potensial dan didistribusikan ke hotel-hotel yang digunakan
dan SLP dengan beasiswa (Tahun 4,5). oleh wisatawan bebas, di Kalimantan Timur dan diluar Kalimantan Timur: misalnya
f. Melaksanakan program kepedulian masyarakat yang dititikberatkan pada hubungan di Sulawesi dan Sumatra.
antara konservasi dan pariwisata serta menekankan peran WWF, agar masyarakat d. Memproduksi leaflet yang berisi rincian atraksi di TNKM untuk para pakar
setempat mengetahui bahwa setiap bantuan dari WWF dan instansi yang lain untuk (khususnya pengamatan burung) dan dikirim disertai dengan surat pengantar ke
membantu mengembangkan pariwisata mempunyai tujuan akhir yaitu meningkatkan perusahaan pariwisata yang khusus untuk pengamatan burung.
konservasi kawasan lindung. e. Mengundang operator wisata di Kalimantan Timur dan petugas pariwisata yang
g. Menyelenggarakan kunjungan kekeluargaan bagi penduduk desa tertentu yang sangat membantu dalam kunjungan kekeluargaan TNKM bila sarana dasarnya sudah
terlibat dalam pariwisata ke tempat lain dimana wisata alam sedang dilaksanakan, ditempatkan, kalau dana untuk kegiatan yang mahal ini tersedia.
terutama di daerah Dayak di dekat Sabah dan Serawak. Kalau dananya tersedia, f. Berpartisipasi dalam pameran perdagangan untuk mempromosikan TNKM.
kunjungan lain dapat direncanakan ke tempat-tempat seperti Gunung Halimun (Jawa g. Menghubungi para penerbit dan penulis buku petunjuk untuk mengundang mereka
Barat) dan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Seloliman (Jawa Timur). ke kawasan atau menerima informasi tentang kawasan untuk edisi berikutnya.
h. Mencoba untuk memastikan bahwa artikel perjalanan mengenai Kayan Mentarang
Pengembangan Produk : ditempatkan pada publikasi yang sesuai, misalnya di dalam majalah penerbangan,
koran dan majalah di negara yang mengirim wisatawan. Ini dapat menjadi bagian
a. Memilih daerah yang paling sesuai untuk pengembangan pariwisata. dari spesifikasi pekerjaan bagi VSO (Voluntary Services Overseas) atau CUSO
b. Memperbaiki jalan setapak yang kemungkinan besar akan digunakan oleh yang bekerja di proyek.
wisatawan, dengan prioritas tertinggi diberikan pada jalur dari Long Layu ke Apau
Ping. Periode 5 Tahun Kedua
c. Membangun menara pengamatan hidupan liar atau persembunyian didekat Lalut
Birai dan di padang rumput Apau Ping. Penelitian dan Pemantauan :
d. Membawa kerajinan dari daerah diluar zona pengembangan pariwisata ke daerah
dimana wisatawan berada. a. Memantau dampak pariwisata di tempat-tempat yang digunakan oleh wisatawan
e. Merancang dan mencetak panduan bagi wisatawan untuk dibagikan di kantor dan untuk mengkaji dampak lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
akomodasi PHKA. b. Melanjutkan pertemuan dengan masyarakat setempat di daerah yang ditetapkan
untuk pengembangan pariwisata dan mengkaji daerah yang bersangkutan dan

VII-96 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-97
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
antusias. Memecahkan setiap masalah. Melanjutkan mendorong masyarakat Periode 5 Tahun Ketiga, Keempat dan Kelima
setempat untuk ikut terlibat dalam pariwisata.
c. Survei wisatawan untuk mengkaji tingkat kepuasan mereka. Penelitian dan Pemantauan :
d. Melanjutkan meneliti daerah-daerah lain dengan potensi pariwisata.
e. Mencari kemungkinan untuk mengadakan semacam kegiatan petualangan bagi a. Melanjutkan pemantauan dampak terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial budaya
warga asing dan usahawan Indonesia dari Kalimantan Timur atau dari mana saja. di daerah pengembangan pariwisata.
b. Melanjutkan memastikan bahwa masyarakat setempat mempunyai saluran untuk
Pengembangan Sumber Daya Manusia : mengemukakan kekhawatiran dan pendapat mereka. Memecahkan setiap masalah.
Melanjutkan mendorong penduduk untuk lebih terlibat dalam pariwisata.
a. Melanjutkan program pelatihan dalam pemanduan, produksi dan pemrosesan c. Melanjutkan survei wisatawan untuk mengkaji tingkat kepuasan dan kemungkinan
makanan, keramah-tamahan, ketrampilan tata boga dan pengelolaan usaha kecil. profil pengunjung: misalnya apakah terdapat lebih banyak wisatawan dengan minat
umum dan lebih sedikit dengan minat petualangan ?
Pengembangan Produk : d. Menyelidiki kemungkinaan penggunaan perlengkapan arung jeram di dalam
kawasan.
a. Mengirim masyarakat setempat yang berbakat ke daerah yang memiliki pemanduan
pengamatan burung lokal yang baik untuk dilatih, misalnya Tangkoko Dua Saudara Pengembangan Produk :
di Sulawesi Utara.
b. Dalam tahap ini mungkin jumlah pengunjung di beberapa daerah sudah cukup a. Melanjutkan program pelatihan dalam pemanduan alam, keramah-tamahan,
meningkat sehingga akan lebih diperlukan untuk membangun wisma tamu di desa ketrampilan tata boga dan pengelolaan usaha kecil.
daripada wisatawan terus menginap di rumah-rumah penduduk, khususnya di Long b. Memelihara wisma tamu yang ada dan membangun yang baru kalau terdapat cukup
Layu dan Apau Ping. wisatawan untuk mengisinya. (Kalau memang begitu masalahnya, pengusaha
c. Memperbaiki lebih banyak jalur yang digunakan oleh wisatawan dan memastikan setempat pasti sudah memulai menyediakan lebih banyak akomodasi secara
bahwa yang sudah ada tetap dipelihara. spontan).
d. Menjamin bahwa menara pengamatan hidupan liar atau tempat persembunyian c. Menjamin bahwa jalan setapak, menara pengamatan dan tempat persembunyian
tetap dipelihara. tetap dipelihara.
d. Melanjutkan pengembangan produk kerajinan tangan kalau masih diperlukan.
Pemasaran dan Promosi : e. Menyesuaikan struktur dana masyarakat dan pembayaran biaya pemeliharaan jalan
setapak kalau perlu.
a. Memastikan bahwa situs web TNKM (atau situs web bersama) dipelihara dan f. Kalau pengusahaan arung jeram kelihatan memungkinkan, mengirim orang setempat
diperbarui. untuk dilatih mengendalikan perahu karet untuk arung jeram di daerah lain di
b. Memproduksi lebih banyak leaflet yang menggambarkan atraksi TNKM, dan Indonesia (jika perlu).
didistribusikan ke hotel-hotel yang digunakan oleh wisatawan bebas, baik di g. Membantu mendirikan perusahaan arung jeram berbasiskan koperasi.
Kalimantan Timur maupun diluar Kalimantan Timur.
c. Memproduksi leaflet untuk memperbarui atraksi di TNKM untuk para pakar Pemasaran dan Promosi :
(khususnya pengamatan burung) dan dikirim ke perusahaan pariwisata yang khusus
untuk pengamatan burung. a. Memelihara dan memperbarui situs web TNKM.
d. Memastikan bahwa para penerbit dan penulis buku panduan mengetahui TNKM b. Melanjutkan memproduksi bahan promosi atraksi TNKM dan mendistribusikannya.
dan meminta agar memasukkan informasi tentang kawasan dalam edisi mereka c. Melanjutkan pengiriman bahan-bahan mengenai TNKM ke perusahaan pariwisata
yang berikutnya, kalau mereka belum melakukannya. khusus - saat ini perusahaan khusus wisata alam seharusnya sudah tertarik.
e. Mencoba untuk memastikan bahwa artikel perjalanan mengenai Kayan Mentarang d. Memastikan bahwa penerbit dan penulis buku panduan tetap peduli dengan TNKM.
ditempatkan pada publikasi yang sesuai, misalnya didalam majalah penerbangan, e. Melanjutkan mendorong penerbitan artikel perjalanan mengenai Kayan Mentarang
surat kabar dan majalah di negara yang mengirim wisatawan dalam publikasi yang sesuai.
f. Kemungkinan pemasaran untuk kursus keluar kawasan kalau potensinya telah
dipastikan.

VII-98 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-99
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Kegiatan Peningkatan Pendidikan dan Penyadaran Juga penting untuk memulai mengangkat dan melibatkan ilmuwan dari lembaga
penelitian dan mahasiswa. Karyawan PHKA dan/atau WWFI tidak dapat melaksanakan
Periode 5 Tahun Pertama seluruh penelitian yang dibutuhkan. Sangatlah penting untuk melibatkan fakultas dan
mahasiswanya dari Universitas Mulawarman di Samarinda dan dari tempat lain di
Tahun pertama akan dicurahkan untuk mengembangkan rencana program pendidikan Indonesia, Asia Tenggara, Eropa dan Amerika. Untuk mendukung para ilmuwan
dan penyadaran yang lebih rinci untuk masing-masing kelompok peserta sasaran yang dan mahasiswa, perlu dilakukan pembaharuan dan perbaikan prosedur untuk lamaran
diidentifikasi dalam Rencana Pengelolaan; misalnya masyarakat setempat, lembaga dan administrasi penelitian, beserta peraturannya, kebutuhan dan tanggungjawab para
pemerintah, sektor swasta dan wisatawan. Dua prioritas tertinggi peserta sasaran peneliti.
adalah instansi pemerintah dan karyawannya serta masyarakat setempat. Rencana ini
hendaknya menyertakan informasi untuk setiap kelompok sasaran, misalnya tujuan Penelitian Habitat :
dan kandungan informasi yang disajikan, juga kegiatan dan media yang dapat
digunakan. Mitra berpotensi yang perlu dilibatkan dalam mengembangkan rencana a. Mengidentifikasi tipe-tipe habitat yang dikenal oleh masyarakat setempat dan di
ini adalah Departemen Pendidikan Nasional dan bagian informasi dari instansi periksa silang dengan sampling lapangan dan hasil survei cepat keragaman hayati
pemerintah kabupaten dan propinsi yang aktif di kawasan TNKM serta wakil-wakil dan memetakan habitat tersebut.
masyarakat. b. Melanjutkan program penelitian pada plot vegetasi yang sudah dibuat di Stasiun
Penelitian Hutan Lalut Birai.
Sebagai tindak lanjut upaya ini, berbagai media dan kegiatan perlu dipersiapkan, diuji c. Membuat plot vegetasi baru di habitat sekitar Stasiun Lalut Birai yang belum
dengan kelompok-kelompok yang mewakili peserta sasaran, dimodifikasi berdasarkan mempunyai plot semacam itu.
masukan yang didapatkan dari kelompok uji, disampaikan dan dampaknya dievaluasi.
Penelitian Skala Bioregional :
Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
a. Menyelenggarakan lokakarya untuk mengembangkan studi jangka panjang bersama
Dalam periode berikutnya sebagian besar kegiatan akan masih tetap sama. Kalau mengenai kebutuhan Babi Hutan atas lahan diluar TNKM untuk mencari makan,
dananya tersedia, dianjurkan adanya penyelenggaraan lokakarya untuk perencanaan berkembang biak dan tujuan lain.
dan pengembangan tambahan. Sektor pariwisata dan swasta perlu menjadi perhatian b. Bekerjasama dengan CIFOR dan mitra lain untuk melaksanakan rencana penelitian
utama upaya program pendidikan dan penyadaran di periode kedepan ini. Babi Hutan jangka panjang.
Pengembangan program untuk pramuka dan kelompok pemuda akan menjadi semakin c. Menyelenggarakan studi kepustakaan tentang perpindahan potensial dan aktual
penting karena transportasi akan membuka taman nasional untuk dikunjungi kelompok- fauna lain kedalam dan keluar TNKM dan mengembangkan rencana jangka panjang
kelompok tersebut dari daerah luar di dekat TNKM. Kalau dana yang lebih besar penelitian bioregional.
dapat diperoleh, juga penting untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada d. Merekrut ilmuwan dan mahasiswa untuk melaksanakan rencana penelitian
masyarakat setempat, terutama untuk kursus jangka pendek, program bergelar dan bioregional jangka panjang.
sebagainya. e. Mengidentifikasi koridor habitat yang berpotensi antara TNKM dan habitat penting
di luar TNKM.
D. Penelitian dan Pengembangan f. Bekerjasama dengan instansi Pemerintah Daerah Kabupaten untuk mencoba
melestarikan habitat tersebut beserta koridor habitat.
Periode 5 Tahun Pertama g. Memulai kerjasama lintas-batas dengan Sabah dan Serawak dalam pertukaran
informasi ilmiah dan lain-lain dengan tujuan untuk meningkatkan pengelolaan
Masalah Umum: kawasan lindung dan sisa-sisa habitat alami di dalam daerah perbatasan. Organisasi
kontaknya adalah Kementerian Pengembangan Pariwisata dan Lingkungan Sabah,
Tujuan umum yang penting adalah mendapatkan dana untuk menyelenggarakan Departemen Kehutanan Sabah, Sabah Museum, University Malaysia Sabah, WWF
lokakarya internasional multi-disiplin untuk meninjau kembali apa yang sudah diketahui Malaysia - Sabah, GTZ/WCS Project, DANCED dan lain-lain.
tentang keragaman hayati taman, mengidentifikasi kekosongan dalam pengetahuan
ini dan merancang program penelitian untuk mengisi kekosongan ini. Rencana dan Penelitian Jenis :
jadwal penelitian yang dikemukakan disini dapat berfungsi sebagai titik awal untuk
pembahasan pada lokakarya tersebut dan keluaran utama dari lokakarya ini diharapkan a. Bekerjasama dengan masyarakat setempat untuk mengidentifikasi lokasi lahan
berupa rencana dan jadwal penelitian yang sudah diperbaiki. mereka dan tipe habitat vegetasi yang penting untuk jenis prioritas dan mengapa;

VII-100 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-101
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
mencocokkan pengetahuan mereka dan menguji-silang dengan hasil dari survei E. Penegakan Hukum dan Perlindungan Kawasan
dan ekspedisi keragaman hayati.
b. Merekrut pakar untuk menulis rencana pengelolaan jenis dan membantu Periode 5 Tahun Pertama
melaksanakan rencana tersebut.
c. Melaksanakan penelitian tentang ekologi jenis yang biasa dipanen, terancam dan Kegiatan kunci dalam periode ini adalah:
jenis indikator, khususnya Banteng dan Burung Cucak Rawa.
d. Melaksanakan penelitian pada populasi jenis indikator dan yang biasa dipanen, a. Menghentikan segala pengambilan sumber daya alam oleh orang dan perusahaan
melalui perkiraan densitas pada jalur, pemahaman masyarakat setempat terhadap dari luar, terutama untuk gaharu.
populasi jenis-jenis tersebut dan titik sampel. b. Memantau populasi satwa dan tumbuhan yang diburu/dipungut untuk mencegah
pemanfaatan yang berlebihan.
Pengaruh Dampak Manusia pada Lingkungan c. Penegakan hukum pada jenis apa yang boleh diburu atau dipungut oleh masyarakat
setempat dan menggunakan cara apa.
Pengelola taman sebaiknya merekrut ilmuwan dan mahasiswa untuk meneliti pengaruh d. Upaya program pendidikan dan penyadaran yang bukan hanya akan membina
positif dan negatif dari kegiatan manusia pada lingkungan dan keanekaragaman hayati pengetahuan mengenai manfaat taman nasional, aspek pengelolaan berkelanjutan,
TNKM, termasuk: kepunahan dan topik konservasi yang lain, tetapi juga membantu mengubah sikap
dan kebiasaan.
a. Pengaruh peladangan berpindah terhadap suksesi hutan dan keanekaragaman satwa, e. Merundingkan peran penegakkan hukum dan tanggung jawab PHKA, FoMMA
b. Pengaruh kemah hutan sementara oleh pencari gaharu, buah dan kemah hutan dan Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai bagian dari Nota Kesepakatan (MoU)
lainnya terhadap suksesi vegetasi dan keanekaragaman satwa, yang diuraikan dalam Bagian F dari bab ini.
c. Keberlanjutan pemanenan tumbuhan dan satwa, f. Memulai kerja proaktif untuk mencegah masalah-masalah yang berhubungan dengan
d. Efektifitas dan dampak dari berbagai cara untuk mengelola pemanenan flora dan kebakaran hutan, penebangan, penambangan, jalan, berbagai ancaman dari daerah
fauna, seperti kuota, zona inti, pembatasan ukuran atau jenis kelamin dan sebagainya. penyangga di Malaysia, pengambilan berlebihan terhadap jenis (terutama burung
Cucak Rawa dan Banteng), hama, parasit dan penyakit.
Sistem Informasi Geografis : g. Bereaksi terhadap ancaman kalau upaya proaktif gagal.

Adalah sangat penting untuk memelihara dan meningkatkan sistem GIS yang dibangun Periode 5 Tahunan Yang Tersisa
oleh Proyek Kayan Mentarang WWF Indonesia.
Pekerjaan di periode-periode berikutnya kemungkinan besar akan sama seperti pada
Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima tahap 5 tahun pertama. Namun demikian, intensitas dan bahaya dari ancaman akan
berubah dengan berjalannya waktu. Sebagai contoh, jenis baru mungkin akan terancam
Sebagian besar pekerjaan dalam periode akhir Tahap Pelaksanaan Rencana Pengelolaan dengan pemanenan berlebihan. Hama, parasit, penyakit dan introduksi jenis dari luar
akan sama. Idealnya, pekerjaan penelitian akan lebih canggih, kompleks dan rinci yang agresif mungkin akan menjadi ancaman yang lebih besar dimasa depan mengingat
karena lebih banyak hal tentang TNKM telah dipelajari. Beberapa contoh bagaimana daerah penyangga TNKM akan mengalami pengembangan dan intensifikasi pertanian.
program penelitian akan berubah seiring berjalannya waktu adalah: Ancaman polusi juga akan meningkat sejalan dengan berkembangnya kawasan.

a. Perubahan pusat perhatian ke jenis dan/atau habitat yang berbeda karena ancaman F. Pengembangan Kelembagaan
yang berubah atau karena penelitian mengungkapkan informasi baru.
b. Pelaksanaan rencana pengelolaan jenis karena rencana tersebut sudah diselesaikan. Periode 5 Tahun Pertama
c. Metoda penelitian populasi yang lebih kompleks akan dapat diterapkan karena
lebih banyak informasi dasar mengenai preferensi habitat dan jumlah jenis sudah Mengembangkan Sistem dan Struktur Pengelolaan Bersama:
diperoleh, dan karena jumlah karyawan dan anggaran bertambah. Hal ini termasuk
metoda-metoda seperti studi “tangkap - tandai - lepas”, Analisis kelangsungan Tugas yang paling penting dalam lima tahun pertama Fase Pelaksanaan Rencana
hidup populasi atau Population Viability Analyses (PVA), Populasi Satwa Bergerak Pengelolaan adalah membentuk Dewan Penentu Kebijakan.
atau Mobile Animal Population (MAP) atau model populasi dipadu dengan tata
ruang menggunakan sistem informasi geografis. Sebuah Nota Kesepahaman (MoU) yang rinci harus disusun oleh ketiga pihak yang
diwakili dalam DPK, FoMMA, PHKA/KSDA dan Pemerintah Daerah. Beberapa aspek

VII-102 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-103
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
kunci dari Nota Kesepahaman ini adalah rincian peran pengelolaan, tanggung jawab Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
dan tugas masing-masing pihak, apa yang terjadi apabila tanggung jawab tidak dipenuhi,
metode penyelesaian konflik dan struktur dan prosedur kerja Badan Pelaksana. Sebuah Mengembangkan Sistem dan Struktur Pengelolaan Bersama:
kelompok kecil dari dua atau tiga orang dari masing-masing pihak yang paling
berkepentingan (FoMMA, PHKA/KSDA dan Pemerintah daerah) atau 6 sampai 9 MoU akan terus dilaksanakan dan ditinjau kembali secara berkala. Dalam jangka
orang, dapat menulis konsep SK Dewan Penentu Kebijakan, meminta masukan dan panjang, setelah FoMMA mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dalam
saran-saran dari kelompok stakeholders yang lebih besar, merevisi konsep SK pengelolaan taman melalui pelatihan tambahan dan pengalaman, mampu menghimpun
berdasarkan masukan dan saran-saran dan mengirim SK ke Menteri Kehutanan untuk lebih banyak dana, menunjukkan kepada PHKA komitmennya untuk melindungi
ditanda tangani dan diterbitkan. TNKM, Dewan Penentu Kebijakan dapat mempertimbangkan untuk memberikan lebih
banyak tanggung jawab pengelolaan kepada FoMMA. PHKA juga dapat
Mengembangkan FoMMA sebagai Bagian Kunci dari Sistem Pengelolaan Bersama mempertahankan karyawannya sendiri untuk tujuan-tujuan seperti pelatihan, penegakan
TNKM: hukum, dukungan teknis, penelitian dan pemantauan. Ini dapat meliputi penyediaan
hibah pengelolaan kepada FoMMA kalau masalah pendanaan PHKA saat ini dapat
• Menyelesaikan struktur, keanggotaan, Anggaran Dasar dan Rumah Tangga, dipermudah.
prosedur dan permasalahan pengelolaan lain yang berhubungan dengan FoMMA
dan PHKA. G. Koordinasi
• Merancang dan melaksanakan program pelatihan dalam pengelolaan taman nasional
dan sumber daya alam yang meningkatkan pengetahuan lokal ekologi yang telah Periode 5 Tahun Pertama
ada di masyarakat untuk meningkatkan kapasitas FoMMA dalam Dewan Penentu
Kebijakan dan Badan Pelaksana. a. Menjadwalkan sedikitnya kunjungan tahunan ke instansi pemerintah yang terkait
• Membentuk dan mengelola sebuah dewan penasihat untuk FoMMA. pada tingkat Kabupaten dan Propinsi.
• Mengatur dan memfasilitasi pertemuan FoMMA dan Dewan Penasihat FoMMA. b. Menjadwalkan kunjungan tahunan ke kantor perusahaan pengusahaan hutan (HPH)
• Mengembangkan kemampuan FoMMA dalam menghimpun dana dan penyiapan di lapangan, serta kantor pada tingkat yang lebih tinggi di ibukota Kabupaten dan
dan penyerahan rencana pengembangan taman dan daerah penyangga kepada donor Propinsi.
misalnya Pemerintah Indonesia dan badan donor Internasional. c. Berpartisipasi dalam Pertemuan Rakorbang yang sudah dijadwalkan.
d. Berpartisipasi dalam pertemuan Koordinasi Lintas-Batas Kalimantan, Sabah dan
Peran PHKA dan WWFI: Serawak serta Pertemuan Perencanaan.
e. Memfasilitasi forum khusus satu hari komunikasi dan koordinasi taman atau rapat
Dalam tahap ini WWFI harus merekrut, mengenalkan dan melatih karyawan baru, terbuka di kedua ibukota Kabupaten dan Propinsi, dengan mengundang instansi
juga memindahkan kantor proyeknya dari Samarinda ke Tarakan, serta melaksanakan pemerintah, LSM, perusahaan swasta dan masyarakat.
hibah baru dari Danida.
Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
Peran minimum untuk PHKA/KSDA adalah menugasi petugas perantara (liaison
officer) di Badan Pelaksana dan diwakili di Dewan Penasihat FoMMA. Kalau tersedia Program untuk periode-periode ini akan banyak persamaannya dengan periode 5 tahun
cukup dana, mungkin akan tersedia kalau bantuan ITTO untuk TNKM diterima pada pertama. Dua pengembangan baru yang mungkin dapat dipertimbangkan adalah:
awal 2001, PHKA/KSDA mungkin juga menugasi karyawan lain untuk bekerja sebagai
Badan Pelaksana TNKM. Jika hal ini terlaksana, PHKA/KSDA dan Proyek Kayan a. Pengembangan Forum Sektor Swasta yang lingkupnya menyerupai hubungan
Metarang WWFI perlu bertemu dan membahas bagaimana bekerjasama dan kemitraan yang ada di Taman Nasional Kutai.
menghilangkan kemungkinan terjadinya duplikasi atau upaya yang simpang-siur. b. Pengembangan Forum Koordinasi yang lebih formal sebagaimana yang pernah
diinginkan oleh komite yang dibentuk oleh WWFI Proyek Kayan Mentarang untuk
Pelatihan karyawan juga akan menjadi kegiatan yang penting bagi karyawan PHKA membuat rekomendasi pada topik ini.
dan/atau WWFI.
Keputusan tentang masalahan-masalah ini harus dibuat berdasarkan pengalaman
yang diperoleh dari 5 tahun pertama, keadaan yang berhubungan dengan TNKM
di masa depan, dan pada pembahasan dan negosiasi yang melibatkan PHKA, FoMMA,

VII-104 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-105
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Propinsi, sektor swasta, dan pihak-pihak Prioritas tertinggi adalah memindahkan landasan di Long Alango ke lokasi dimana
berkepentingan lainnya. dapat dibangun landasan yang lebih panjang. Hal ini akan memungkinkan digunakannya
pesawat yang lebih besar dan dapat mengangkut lebih banyak penumpang, terutama
H. Mengembangkan Prasarana Pengelolaan dan Pemanfaatan wisatawan.

Periode 5 Tahun Pertama Lokasi prioritas untuk pos-pos jaga adalah di mulut Sungai Iwan, di bagian hulu
Sungai Ketaman didekat Ketaman, di bagian hulu Sungai Jelet, dan di dua kompleks
Prioritas tertinggi dalam periode ini adalah mendirikan bangunan yang dapat berfungsi padang rumput disebelah barat desa Apau Ping di hulu Sungai Bahau.
sebagai kantor dan pusat pengunjung di Long Pujungan, Data Dian, dan Long Bawan,
juga di Malinau kalau layak untuk membangun sebuah kantor pusat taman nasional. Rencana 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
Jika dananya tersedia, perumahan staf juga harus dibangun.
Mengingat pendanaan yang belum pasti untuk mendukung berbagai prasarana yang
Karena WWFI merencanakan untuk mengoperasikan kantor pusat proyeknya dari direncanakan, mungkin sebagian besar akan dijadwalkan pada periode 5 tahun pertama,
Tarakan selama empat tahun pertama, bangunan kantor pusat di Malinau akan baru dapat dimulai atau diselesaikan pada periode sesudahnya. Hal ini terutama akan
diperlukan hanya pada saat dibutuhkan oleh FoMMA dan/atau PHKA dan apabila terjadi pada kantor pusat taman dan pusat pengunjung untuk FoMMA, dan/atau staf
dananya tersedia. PHKA yang ditugasi untuk membantu FoMMA. Prasarana lain yang mungkin akan
mulai dibangun pada tahap berikutnya, tergantung pada tersedianya dana adalah:
Perumahan staf tidak secara khusus diperlukan pada awalnya, karena karyawan WWFI
akan menerima tunjangan perumahan yang dapat mereka gunakan untuk mendapatkan Pos Lapangan:
perumahan kalau mereka tidak berasal dari daerah di mana mereka ditugaskan.
Sebuah pos lapangan diperlukan di desa Tau Lumbis. Tergantung pada hasil
Prioritas tertinggi untuk jalan setapak adalah yang menghubungkan antara Long Layu perencanaan tata-guna lahan yang akan menentukan apakah lahannya didalam Wilayah
dan Apau Ping, yang juga akan melewati padang rumput diantara kedua desa tersebut. Adat Punan Tubu, sebuah pos lapangan juga dianjurkan di desa Long Titi atau Rian
Jalur ini memerlukan tempat menginap yang sederhana dan fasilitas toilet pada beberapa Tubu. Hasil dari perencanaan tata-guna lahan yang serupa didalam Wilayah Adat di
tempat di sepanjang jalan. Pengunjung akan terus menyusur Sungai Bahau ke Long Kecamatan Krayan juga akan menentukan apakah pos lapangan akan diperlukan di
Alango, dimana mereka dapat terbang keluar atau melanjutkan menyusur sungai dengan Long Layu. Kalau sebagian besar lahan didalam Kecamatan Krayan tetap berada
perahu ke Tanjung Selor jika mereka mempunyai banyak waktu. diluar taman nasional, maka kemungkinan pos lapangan Long Layu akan menggantikan
kantor di Long Bawan.
Prasarana pariwisata lain yang berhubungan dengan jalan setapak ini adalah tempat
pengintaian atau menara pengamatan di padang rumput dan jalan tajuk (canopy walk) Perumahan Karyawan :
atau menara di Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai didekat Long Alango. Memperbaiki
jalur masuk dari Sungai Bahau ke Lalut Birai juga diperlukan, serta perbaikan bangunan Perumahan staf mungkin akan diperlukan pada periode 5 tahun kedua, baik untuk
stasiun penelitian, sarana memasak, penelitian dan toilet. Wisatawan pada awalnya karyawan dari FoMMA ataupun PHKA.
dapat tinggal dengan penduduk di rumah mereka atau wisma tamu masyarakat dapat
dibangun kalau dananya tersedia. Transportasi Udara (tergantung pada tersedianya dana Kabupaten dan Propinsi):

Mengembangkan Prasarana Lalut Birai untuk penelitian yang lebih lama (1 sampai 2 • Membangun landasan udara di hulu Sungai Tubu.
tahun) oleh ilmuwan dan mahasiswa lokal atau regional, termasuk sarananya • Meningkatkan landasan udara Data Dian atau mencari tempat yang baru.
(perumahan, laboratorium dan perpustakaan) untuk paling kurang 6 sampai 8 peneliti • Meningkatkan landasan udara Long Pujungan,atau mencari lokasi baru di mana
atau mahasiswa. Sebagian besar pekerjaan ini akan memerlukan dana diluar yang dapat dibangun landasan yang lebih panjang.
sudah diterima oleh WWFI untuk periode sekarang.
Transportasi Sungai (tergantung pada tersedianya dana Propinsi atau Kabupaten):
Dana Propinsi dan Kabupaten akan diperlukan untuk mengadakan Prasarana lain
yang dibutuhkan untuk membantu pengembangan taman dan daerah penyangganya. • Membuat sebuah jeram, yang saat ini tidak dapat dilalui, tepat di atas Long Alango
pada Sungai Bahau menjadi aman untuk perahu.

VII-106 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-107
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
• Membuat satu atau dua jeram yang saat ini paling berbahaya pada Sungai Bahau di • Mengembangkan suatu sistem untuk memantau populasi satwa dan tumbuhan yang
hilir Long Pujungan menjadi lebih aman. umumnya diburu/dipungut untuk menjamin kelestarian sumber daya tersebut.

Pengembangan Jalan Setapak untuk Wisata Penjelajahan: WWFI dan/atau PHKA juga dapat mengarahkan bantuan pembangunan dari pemerintah
daerah propinsi dan kabupaten kepada masyarakat setempat. Perencanaan tata-guna lahan
• Memperbaiki jalan setapak yang menghubungkan desa-desa di sepanjang Sungai sebagaimana disebutkan dalam pembahasan penjadwalan batas dan zonasi akan membantu
Bahau. Sarana penginapan sederhana diperlukan kalau jalur antara dua desa mengidentifikasi kemungkinan pengembangan untuk kawasan ini. Ini akan meliputi
memerlukan waktu tempuh lebih dari satu hari. pembahasan dan analisis pendahuluan sistem transportasi yang sesuai untuk kawasan
• Memperbaiki jalan setapak yang menghubungkan desa-desa di sepanjang Sungai TNKM.
Pujungan.
• Memperbaiki jalan tua yang dibangun semasa jaman penjajahan Belanda di sekitar Beberapa kegiatan wisata alam, yang diuraikan di bagian lain dari bab ini, juga akan menjadi
jeram Gamung dan Ambun pada Sungai Kayan untuk memungkinkan perjalanan prioritas yang tinggi sejak dari tahun pertama dan seterusnya dalam seluruh periode.
“perahu - jalan kaki - perahu” dari Apo Kayan ke Long Bia/Tanjung Selor.
• Pengembangan jalur jalan setapak lain yang memungkinkan adalah dari Sungai Dalam tahun kedua atau ketiga, tergantung pada kemajuan dari kegiatan sebelumnya,
Bahau ke hulu Sungai Tubu, dari Long Pujungan ke Apo Kayan, dari Sungai Lurah kegiatan pengembangan pertanian dapat mulai mendapat lebih banyak perhatian dan
ke hulu Sungai Iwan, dan dari Wilayah Adat Krayan Hilir ke desa Tau Lumbis. berlanjut ke tahun ke 5. Sebuah pendekatan alternatif adalah mengembangkan berdasarkan
Pembangunan jalur-jalur tersebut akan tergantung kepada besarnya permintaan pengalaman “Kalimantan Upland Farming System Development Project (KUF)” yang
dari pejalan kaki dan tersedianya dana. disponsori oleh GTZ, yang dimulai pada bulan Mei 1991 dan berakhir pada bulan April
2000. Karyawan dari berbagai instansi pemerintah dan LSM di Kalimantan Timur sudah
Pos Jaga: dilatih untuk menerapkan metode yang dipelajari dari proyek ini. Beberapa komponen
penting dari pendekatan ini adalah:
Terdapat sejumlah lokasi lain dimana pos-pos jaga mungkin bisa ditempatkan kalau
dipandang perlu, termasuk Long Bena, Long Rungan, Wa Yagung, (atau di suatu • Perencanaan pengembangan pertanian partisipatif jangka menengah pada tingkat
tempat di Sungai Kemelu, tergantung pada penempatan terakhir batas taman), Long Kabupaten. Ini akan menjadi kegiatan yang berguna bagi kedua kabupaten baru Malinau
Pala, dan Sungai Kat (kalau kawasan ini ditambahkan ke taman nasional). dan Nunukan.
• Pelatihan wakil-wakil dari masyarakat pedesaan sebagai perantara untuk perencanaan
Bumi Perkemahan: desa dan pertanian melalui organisasi berbasis masyarakat yang berfungsi sebagai
penghubung antara masyarakat dan pemerintah.
Sarana ini mungkin tidak akan menjadi prioritas tinggi hingga tahap-tahap akhir dari • Pengembangan berbagai informasi khusus mengenai lokasi pertanian yang berguna
periode 25 tahun, pada saat pengunjung sudah banyak, terutama dari kota. untuk meningkatkan teknologi pertanian, yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai
sarana latihan untuk para penyuluh pertanian, dan juga praktek di lahan pertanian.
I. Peranserta Masyarakat dan Pembangunan
Semua kegiatan ini akan membantu mengedepankan prioritas pengembangan pertanian
Periode 5 Tahun Pertama: yang sudah diidentifikasi, seperti pertanian padi sawah, kopi, kayumanis/cengkeh,
memelihara kerbau, buah-buahan dan sebagainya.
Kegiatan dengan prioritas tertinggi pada periode ini adalah melindungi basis ekonomi
masyarakat setempat yang ada. Hal ini bukan hanya lebih mudah dari pada Kegiatan pengembangan lain yang mungkin akan dimulai adalah menangkarkan burung
mengembangkan poyek penciptaan pendapatan alternatif, tetapi juga akan membantu Cucak Rawa di kandang untuk mengurangi tekanan pada populasi di alam.
melindungi keanekaragaman hayati. Kegiatan penting yang perlu diselesaikan
secepatnya dalam tahap ini adalah: Masalah-masalah pembangunan dapat juga dibahas dan dikedepankan melalui kunjungan
rutin karyawan taman ke kantor-kantor pemerintah, partisipasi dalam pertemuan-pertemuan
• Mendapatkan pengakuan dari DPR atas hak-hak masyarakat setempat atas tanah Rakorbang dan forum komunikasi dan koordinasi tahunan.
adat di luar TNKM. Memberikan kepemilikan yang aman atas tanah tersebut kepada
masyarakat akan meningkatkan semangat mereka untuk melindungi tanah tersebut Masih belum jelas, kapan dan bilamana HPH yang dikelola oleh masyarakat akan dijajaki
dari upaya eksploitasi oleh pihak luar dan mempertimbangkan dengan benar kemungkinan pengembangannya. Saat ini masyarakat tertarik pada pilihan ini.
pemanfaatan jangka panjangnya serta kesuburan tanahnya.

VII-108 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-109
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Namun demikian, lahan terbaik untuk HPH yang ada di sekitar taman sudah diberikan lokakarya pemantauan dan evaluasi pada tahun pertama. Bagian kunci dari sistem
ijinnya ke perusahaan HPH. Sebagian besar dari sisa lahan juga curam dan/atau tidak pemantauan dan evaluasi yang diinginkan adalah:
mempunyai transportasi menuju pasar.
• Mengidentifikasi tempat-tempat untuk pemantauan jangka panjang jenis indikator
Periode-periode 5 Tahun yang Tersisa: terpilih melalui plot dan transek permanen, dan mengambil sampel dari tempat-
tempat tersebut pada tenggang waktu/frekuensi tertentu (berdasarkan konsultasi
Pengembangan wisata alam akan tetap menjadi kegiatan dengan prioritas tinggi. dengan pakar).
• Membuat transek dan/atau plot di habitat yang belum diliput dalam sistem transek/
Kelompok perencanaan pertanian masyarakat dapat terus mengembangkan rencana plot.
dan kegiatan baru berdasarkan pada perubahan situasi di sekitar taman, terutama • Mengunjungi ulang setiap transek setiap tahun untuk memeriksa keberadaan/
yang berkaitan dengan perubahan ketersediaan transportasi dan akses ke pasar. Sejalan kehilangan dan kerapatan jenis burung dan jenis-jenis satwa, vegetasi, jumlah
dengan membaiknya transportasi; buah-buahan, sayuran, HPH masyarakat dan kegiatan gangguan dan faktor-faktor lain yang termasuk rancangan survei singkat terhadap
lain akan lebih hidup secara ekonomi. keragaman hayati.
• Melanjutkan program “baseline” dan pemantauan di Lalut Birai, memperluas
Karena penebangan memperluas kegiatannya, penghijauan dengan jenis-jenis kayu kegiatan pada habitat baru dan inventarisasi keragaman hayati yang lebih maju.
akan menjadi lebih diperlukan dan menarik bagi masyarakat dan pengusaha setempat. • Survei udara di perbatasan taman paling kurang setahun sekali untuk memeriksa
perambahan ke dalam taman oleh perusahaan penebangan dan penambangan atau
Kalau penelitian yang sedang berjalan tentang bagaimana menginfeksi pohon Aquilaria petani.
dengan jamur yang kemudian menghasilkan gaharu bisa berhasil, produksi gaharu • Analisis citra satelit setiap 5 tahun untuk memeriksa gejala pembukaan lahan atau
mungkin akan menjadi sebuah kemungkinan usaha. Namun demikian, keberhasilan perubahan vegetasi.
seperti ini mungkin akan membanjiri pasar dan menurunkan harga. • Pengembangan lebih jauh metoda pemantauan masyarakat, seperti analisis
kecenderungan sejarah populasi jenis sasaran dan indikator serta metoda-metoda
Sejalan dengan terbukanya transportasi dan kesempatan ekonomi di daerah sekitar lain yang dipilih dalam lokakarya untuk mengembangkan sistem pemantauan dan
TNKM, pelatihan usaha juga akan lebih diperlukan dan membuahkan hasil. evaluasi untuk TNKM. Pelatihan masyarakat dalam metoda inventarisasi dan
pemantauan akan menjadi bagian penting dari program ini.
Tergantung pada besarnya pertumbuhan populasi di sekitar TNKM di masa 25 tahun
mendatang dan dampaknya pada ketersediaan lahan untuk perladangan, pada akhirnya Donor yang mendukung kegiatan WWFI di TNKM akan mengirim tim atau tim-tim
mungkin akan diperlukan untuk memperkenalkan cara pertanian yang baru. Di daerah- evaluasi untuk menilai proyek. Staf senior PHKA/KSDA akan dilibatkan dalam
daerah lain di Indonesia dimana penanaman intensif pada lereng-lereng perlu dilakukan, pemantauan ini. Staf senior dari WWF Indonesia juga akan menyediakan bantuan
terdapat hasil yang menjanjikan dari pemakaian pupuk tertentu, struktur konservasi pemantauan kepada staf proyek WWFI yang ada di lapangan. PHKA juga dapat
tanah seperti penanaman pada garis kontur tanah di dataran tinggi dengan rumput mengirimkan tim evaluasi mereka sendiri kalau dananya tersedia.
pakan/kacang-kacangan dan penanaman pohon besar seperti mangga dan melinjo.
Teknik dan jenis tanaman baru, akan dikembangkan di masa depan di bagian lain Periode 5 Tahun Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima:
Indonesia dan Asia Tenggara dimana hal ini telah terjadi dan semakin baik, dapat pula
diterapkan di kawasan TNKM. Metoda pengembangan pertanian yang baku seperti Sebagian besar pekerjaan ini pada dasarnya tetap sama. Beberapa perubahan akan
percobaan setempat atas tanaman berpotensi dan peningkatan cara bercocok tanam, diperlukan berdasarkan faktor-faktor seperti pelajaran yang didapat dari setiap periode
termasuk demonstrasi di lahan petani, harus diikuti di lingkungan pertanian yang 5 tahun dan kemajuan metoda dan teknologi sehubungan dengan pemantauan dan
berbeda di sekitar TNKM. evaluasi.

J. Pemantauan dan Evaluasi

Periode 5 Tahun Pertama

Tugas kunci adalah menyelesaikan pengembangan sistem pemantauan dan evaluasi.


Ini bisa meliputi pengembangan dan mengikuti suatu sistem prosedur, metoda dan
pelaporan. Cara yang ideal untuk menyelesaikan sistem ini adalah mengadakan sebuah

VII-110 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VII-111
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
BAB VIII • Mengakui hak mereka untuk mengembangkan diri; menentukan sendiri prioritas
pengembangan mereka.
KESIMPULAN • Didirikan hanya atas inisiatif mereka dan/atau dengan persetujuan mereka secara
bebas dan penuh pertimbangan.
• Memadukan tata-guna lahan tradisional dan pola konservasi.
Bentang alam ekologis dimana TNKM terletak sudah diakui sejak dulu oleh pakar nasional
dan internasional sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia yang penting, dan PHKA sudah mengambil langkah-langkah nyata untuk mengakui hak masyarakat
salah satu yang berada dibawah ancaman yang kian meningkat. PHKA memberikan setempat di dalam Taman Nasional, khususnya untuk TNKM. Status kawasan ini
sumbangan yang sangat penting kepada upaya dunia untuk melestarikan keanekaragaman diubah dari Cagar Alam menjadi Taman Nasional karena masyarakat setempat tidak
hayati saat didirikannya Cagar Alam Kayan Mentarang pada tahun 1980, yang kemudian dapat memperoleh sumber daya alam secara legal dari sebuah cagar alam, sedangkan
ditingkatkan menjadi Taman Nasional Kayan Mentarang pada tahun 1996. mereka dapat memperolehnya dari Zona Pemanfaatan Tradisional dalam sebuah Taman
Nasional. PHKA juga sudah mengakui bahwa batas-batas taman sebagaimana
Namun demikian, PHKA juga menciptakan tantangan yang sangat besar bagi dirinya sendiri, digambarkan dalam SK pendirian taman seharusnya diubah berdasarkan informasi
bahwa kenyataannya kawasan taman nasional telah dimanfaatkan dan dihuni oleh yang diberikan oleh masyarakat setempat.
masyarakat Dayak setempat selama tidak kurang dari 350 tahun. Sumber daya alam di
kawasan menyediakan bahan kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan uang bagi sebagian Meneruskan dan memperluas pendekatan ini dan membina kemitraan yang efektif
besar dari sekitar 16.000 orang yang hidup di dalam dan sekitar TNKM. Menyeimbangkan dengan masyarakat setempat dan pemerintah daerah adalah jalan yang terbaik untuk
konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan lingkungan dengan tanah, sumber menjamin keberhasilan TNKM. Pendekatan ini juga sesuai dengan adanya reformasi
daya, kebutuhan dasar manusia dan hak-hak masyarakat setempat merupakan tugas yang menuju desentralisasi politik dan ekonomi. Walaupun masih ada perbedaan dan
sangat rumit. ketidak-pastian mengenai peran pengelolaan dan tanggung jawab pemerintah pusat
dan pemerintah daerah sehubungan dengan sumber daya alam, khususnya konservasi
Dalam dekade yang lalu organisasi konservasi sudah mencoba mengubah kebijakan mereka dan perlindungan lingkungan, jelas bahwa pemerintah pusat harus meningkatkan upaya
dari memindahkan dan/atau mengeluarkan masyarakat setempat dari kawasan lindung pengelolaan bersama dengan pemerintah daerah.
dengan mengakomodasi kebutuhan mereka dan memanfaatkan keahlian dan bantuan
mereka. Harapannya adalah bahwa dimana kawasan lindung mengakui dan mendukung Kalau masyarakat setempat dan pemerintah daerah merasa tidak puas dengan sistem
hak atas tanah dan sumber daya, serta hak asasi manusia lainnya dari masyarakat setempat, dan struktur pengelolaan bersama Taman Nasional, taman tersebut akan mengalami
tidak akan ada konflik yang timbul antara hak dan kepentingan mereka dengan tujuan kegagalan, karena dua alasan utama:
kawasan lindung.
• Masyarakat setempat dan pemerintah daerah akan menentang taman karena mereka
Pedoman untuk masalah ini yang dikembangkan oleh WWF dan IUCN (1999) menyatakan merasa hak atas kebutuhan dan kemampuan mereka tidak akan diwakili secukupnya,
bahwa masyarakat setempat telah mengklaim hak mereka atas kawasan lindung “jangan kalau keikutsertakan mereka hanya melalui suatu badan penasihat yang mereka
mempersengketakan tujuan dan pentingnya kawasan lindung. Bagaimanapun juga, mereka yakin hanya mempunyai wewenang pengelolaan yang kecil.
berharap bahwa pemerintah yang belum memiliki kesiapan untuk ini, dapat mengadopsi • PHKA, demikian juga organisasi konservasi pemerintah atau non-pemerintah
kebijakan dan strategi yang baru, berdasarkan pada kemitraan antara lembaga konservasi lainnya, tidak mempunyai dana dan pengetahuan yang cukup untuk mengelola dan
dan masyarakat asli yang efektif dan berkelanjutan”. melindungi TNKM tanpa dukungan dan bantuan masyarakat setempat. Masyarakat
dan lembaga setempat dapat memberikan pengetahuan, informasi dan kehadiran di
Pedoman ini menganjurkan agar kawasan lindung yang didirikan pada lahan tradisional dalam taman secara lebih efektif dan dengan biaya yang lebih rendah.
masyarakat setempat seharusnya:
Oleh karenanya, beberapa rekomendasi penting Rencana Pengelolaan adalah:
• Melindungi lahan, daerah, sumber daya, manusia dan budaya secara efektif dari ancaman
luar. • Pengelolaan bersama melalui sebuah Dewan Penentu Kebijakan (DPK), untuk
• Mengakui hak atas tanah dan sumber daya dan hak mereka untuk mengendalikan dan menentukan arah dan kebijakan pengelolaan, dan Badan Pelaksana (BP), untuk
mengelolanya di dalam kawasan lindung. melakukan pengelolaan harian. DPK akan dibentuk dari wakil-wakil yang berasal
• Memperkuat lembaga tradisional dan mengalihkan kekuasaan kepada mereka didalam dari masyarakat lokal, PHKA dan Pemerintah daerah. Wakil masyarakat lokal akan
lahan dan daerah mereka. dipilih oleh Forum Musyawarah Masyarakat Adat (FoMMA), yang terbentuk dari
wakil-wakil dari ke sepuluh wilayah adat di TNKM. Posisi dalam BP juga dapat

VIII-112 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VIII-113
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
diisi oleh beberapa wakil-wakil pihak berkepentingan dalam DPK, atau oleh organisasi • Pemantauan sejauh mana lembaga lokal mengikuti Rencana Pengelolaan dan
mitra seperti WWF Indonesia. kesepakatan misalnya peraturan pengambilan sumber daya alam dari zona pemanfaatan
• Dalam jangka panjang, akan ada banyak kondisi yang menguntungkan baik dalam tradisional.
bidang pengelolaan, anggaran maupun kondisi politik, dibandingkan kerugiannya dalam • Pemantauan populasi tumbuhan dan hewan secara independen, juga indikator lingkungan
melakukan proses pemindahtanganan ke BP secara terjadwal. Bilamana hal ini tidak lainnya, untuk membantu menentukan kepatuhan kepada peraturan taman nasional.
memungkinkan, kegiatan pengelolaan harian dapat diserahkan dari BP kepada FoMMA. Mengingat penekanan pengelolaan pada pengambilan sumber daya alam yang
Proses tersebut dapat dilakukan secara bertahap. Beberapa aspek dapat segera berkelanjutan, program pemantauan dan evaluasi yang direncanakan dan dilaksanakan
dilimpahkan kepada FoMMA. Tanggungjawab yang lainnya akan dilimpahkan setelah sebaik-baiknya, sangat penting untuk keberhasilan Taman Nasional.
lembaga adat memperoleh pengalaman dan pelatihan yang cukup banyak dalam berbagai • Peningkatan dan pembinaan upaya pendidikan dan kepedulian yang akan memperkuat
topik pengelolaan taman nasional, dan lembaga tersebut dapat menunjukkan kemampuan dan lebih mengembangkan sikap dan kebiasaan yang mendukung konservasi dan
dan komitmen mereka terhadap pengelolaan TNKM secara berkelanjutan. Penerapan pengembangan secara berkelanjutan.
ide tersebut mungkin juga masih bergantung pada perubahan peraturan dan kebijakan • Membantu mengembangkan kemampuan lembaga lokal untuk mengelola taman melalui
pemerintah terhadap taman nasional dan cagar alam. pelatihan, pengarahan, dan dukungan lainnya.
• Saat FoMMA berkemampuan untuk memegang wewenang pengelolaan yang lebih • Bekerja dengan hati-hati dengan instansi pemerintah lain dan LSM untuk
besar, peran PHKA selanjutnya adalah memberikan arahan, pelatihan, penelitian, mengembangkan dan melaksanakan proyek-proyek pembangunan ekonomi jangka-
perlindungan terhadap ancaman dari luar, menghimpun dana dan pemantauan panjang secara perlahan di daerah penyangga yang secara ekonomi dapat diharapkan,
independen terhadap keanekaragaman hayati, integritas taman dan kepatuhan dengan atau lebih menguntungkan masyarakat setempat dibanding dengan pihak luar, dan tidak
MoU yang telah disetujui oleh ketiga pihak yang terkait. merusak lingkungan taman.
• Pengambilan yang berkelanjutan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh masyarakat • Menyediakan dana untuk lembaga pengelolaan dan kegiatan lokal, serta pendapatan
untuk kehidupan mereka akan menjadi fokus pengelolaan utama dari kawasan lindung, dari taman, seperti tiket masuk, hasil dari pariwisata, dsb, yang akan meyakinkan
karena masyarakat bergantung kepada sumber daya ini sementara sumber pendapatan masyarakat bahwa untuk kepentingan merekalah perlu dukungan kepada taman nasional.
alternatif lain dan manfaat taman lainnya, akan dikembangkan dengan perlahan-lahan. Pendanaan langsung FoMMA oleh PHKA akan tergantung kepada kemampuan PHKA
Di dalam IUCN International System of Protected Area Categories, TNKM dapat dalam menghimpun pendapatan tambahan, mungkin melalui Debt-for-Nature Swaps,
dipandang lebih sebagai Type 6, Managed Resource Protected Area (Kawasan Lindung Carbon-Sequestration Grants, atau pendekatan-pendekatan lain. Yang dikehendaki
dengan Sumberdaya Terkelola), yang dikelola terutama untuk keberlanjutan pemanfaatan bukanlah untuk mengecilkan PHKA sebagai instansi nasional, tetapi untuk memperluas
ekosistem alam. Kategori ini adalah untuk kawasan yang umumnya mengandung sistem pengaruh dan dampaknya bersama dengan mitra organisasinya. Untuk melakukan hal
alami, dikelola untuk menjamin perlindungan dan pemeliharaan jangka panjang tersebut secara efektif tidak hanya membutuhkan pengancaman dengan sangsi-sangsi,
keragaman biologis, sekaligus memberikan aliran hasil alam dan jasa secara berkelanjutan seperti yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah yang berwenang dalam perijinan,
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. tetapi juga penyediaan keuangan dan insentif lainnya.

Pendekatan ini mempunyai beberapa resiko. Beberapa upaya yang dilakukan di tempat- PHKA dan mitranya seperti WWFI juga dapat memilih untuk tidak mendukung, dan
tempat lain di dunia untuk melimpahkan wewenang lebih luas kepada masyarakat setempat secara aktif melakukan penolakan terhadap kegiatan yang mengancam keanekaragaman
untuk mengelola sumber daya alam dan kawasan lindung telah mengalami kegagalan. hayati dan lingkungan taman nasional. Jika PHKA terikat secara konstruktif dan
Menariknya ekonomi pasar dapat menyebabkan masyarakat setempat menjual sumber memberikan dukungan teknis dan keuangan kepada lembaga mitra lokalnya, PHKA akan
daya mereka kepada penawar yang tertinggi dan menghancurkan lingkungan mereka dengan berada pada posisi yang lebih baik untuk melakukan perubahan terhadap kegiatan yang
cara yang sama dengan kelompok-kelompok kepentingan politik dan ekonomi. Pemerintah tidak layak yang mengancam taman daripada kalau dipandang hanya sebagai pihak yang
daerah terpaksa mengandalkan pendapatan yang dihimpun secara lokal dan mungkin akan mencoba menguasai lahan tradisional dan menutup semua jalan ke sumber daya alam.
cenderung menyokong industri pemanfatan sumber daya alam daripada perlindungan
lingkungan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Untunglah bahwa sebagian besar lingkungan dan keanekaragaman hayati taman berada
dalam kondisi yang baik. Ancaman terbesar terhadap berbagai jenis bukannya dari
Namun demikian resiko dari sistem ini lebih kecil dibandingkan dengan alternatif lainnya. pemburuan atau pengambilan, tetapi dari penyusutan habitat. Pelestarian taman nasional
PHKA dan WWFI juga dapat mencegah timbulnya masalah-masalah tersebut dengan yang besar dengan memperbolehkan masyarakat setempat untuk masuk dan memburu
berbagai cara seperti: atau mengambil sumber daya alam dengan asas keberlanjutan adalah lebih baik daripada
taman nasional kecil yang melarang semua kegiatan tersebut. Hal ini karena taman yang

VIII-114 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) VIII-115
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I) Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
lebih besar pada umumnya mendukung lebih banyak tipe habitat dan keanekaragaman DAFTAR PUSTAKA
hayati, sementara peraturan yang kaku mungkin tidak dapat diterapkan.

Juga perlu diperhatikan bahwa ancaman terbesar kepada kawasan lindung di Indonesia Ajang Kahang, 1998. Tana Ulen: Sistem pengelolaan dan penguasaan hutan dalam
pada umumnya bukan berasal dari masyarakat setempat tetapi dari proyek tradisi Dayak Kenyah. Unpublished report. WWF-Kayan Mentarang.
pembangunan skala besar yang dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau sektor swasta
(World Bank 1997) yang membuka dan memecah-belah sisa-sisa hutan. Pencegahan Appanah, S., 1985. General flowering in the climax rainforests of Southeast Asia.
ancaman dari luar ini serta pengakuan kepada hak dan tanggung jawab masyarakat Journal of Tropical Ecology 1: 225-240.
setempat untuk bersama-sama mengelola dan memanfaatkan TNKM secara
berkelanjutan akan memberi masyarakat setempat tambahan dorongan untuk Arnold, G. 1959. Longhouse and Jungle. London: Chatto and Windus.
melindungi kawasan. Mereka mempunyai sedikit dorongan untuk memberikan waktu
dan usahanya untuk melindungi sesuatu yang mungkin akan diambil dari mereka setiap Awit Suwito. 1992. Keanekaragaman parasit mamalia kecil di kawasan konservasi
saat. Kayan Mentarang, Kalimantan Timur. Paper presented at the Second International
Conference of the Borneo Research Council, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.

Balen, B. van. 1995. The birds of the Kayan Mentarang proposed national park,
Kalimantan, Indonesia. Distributional Records and conservation. Report for
Project Kayan Mentarang. WWF Indonesia Programme, Jakarta.

Bappeda Tk II Bulungan. 1993. Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten Dati
II Bulungan Tahun 1992/1993 – 2002/2003. Pemerintah Kabupaten Daerah
Tinkat II Bulungan.

Bemmel, A.C. van. 1949. AA note on Lutrogale perpspicillata. Treubia 20: 375-
377.

Blajan Konradus, 1999. “Jaringan Pemasaran Gaharu, Pengelolaan Hutan, dan Dampak
Sosiologis, Ekonomis, dan Ekologisnya di Kawasan Sungai Bahau.” In, Eghenter,
C., and B. Sellato, eds., 1999. Kebudayaan dan Pelestarian Alam. Penelitian
Interdisipliner di Pedalaman Kalimantan. Jakarta: The Ford Foundation and WWF:
181-200.

Blouch, R. 1994.Densities and distributions of Primates in the Lanjak-Entimau Wildlife


Sanctuary and recommendations for management. Consultants report, Project
PD 106/90, Rev (1)F, ITTO Unit, Sarawak Forest Department.

Blower, Wirawan and Watling. 1981. Survey of Flora and Fauna in the Cagar Alam
Kayan Mentarang. Report for WWF-Indonesia Programme, Jakarta. 24 pp.

Borrini-Feyerabend, G. 1999. Collaborative Management of Protected Areas. In


“Partnerships for Protection – New Strategies for Planning and Management for
Protected Areas. Edited by Sue Stolton and Nigel Dudley. WWF International
and International Union for Conservation of Nature, Earthscan Publications,
United Kingdom.

VIII-116 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-117
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
Boyce, M.S. 1992. Population Viability Analysis. Annu. Rev. Ecol. System. 23:481- Eghenter, C., 1999. “Sejarah dan Pola Perpindahan di Kalangan Orang Kayan dan
506. Kenyah dari Apo Kayan.” In Eghenter, C., and B. Sellato, eds., 1999. Kebudayaan
dan Pelestarian Alam. Penelitian Interdisipliner di Pedalaman Kalimantan. Jakarta:
Brookfield, H., L. Potter, Y. Byron. 1995. In Place of the Forest: Environmental and The Ford Foundation and WWF: 357-375.
Socio-economic Transformation in Borneo and the Eastern Malay Peninsula.
United Nations University Press, Tokyo. 310 pp. Eghenter, C., 1999. Migrants’ Practical Reasonings: The Social, Political, and
Environmental Determinants of Long-Distance Migrations among the Kayan and
Chan, L., Kavanagh, M., Cranbrook, Earl of, Langub, J. and Wells, D.R. 1985. Kenyah of the Interior of Borneo. SOJOURN Journal of Social Issues in Southeast
Proposals for a conservation strategy for Sarawak. WWF Malaysia/State Planning Asia, Vol. 14, No 1: 1-33.
Unit of Sarawak, Kuching.
Eghenter, C., In press. Mapping peoples’ forests: The role of community mapping in
CIFOR. 1998. Field Assessment Malinau and Genwood Concessions. Report of a planning community-based management of conservation areas. A review of three
Review Team to CIFOR’s Bulungan Research Forest Project, Bogor, Indonesia. projects of WWF Indonesia. PeFoR Discussion Paper n 2. Washington DC:
Biodiversity Support Program and WWF-US.
CIFOR. 1999. Research Challenges Common Ideas on Agricultural Progress and
Forest Loss. CIFOR News, April/May Number 22. Eghenter, C. In press. Planning for community-based management of conservation
areas: Indigenous forest management and conservation of biodiversity in the
Cochrane, Janet. 1999. Development and Management of Eco-Tourism in Kayan Kayan Mentarang National Park, East Kalimantan, Indonesia. Proceedings of
Mentarang National Park, East Kalimantan. Report prepared for the WWF the Conference, “Displacement, Forced Settlement and Conservation,” Refugee
Indonesia Kayan Mentarang National Park Project, Samarinda, East Kalimantan, Studies Programme, University of Oxford, 9-11 September 1999. London:
Indonesia. Berghahn Publishers.

Clay, J.W. Generating Income and Conserving Resources: 20 Lessons from the Field. Eghenter, C., and B. Sellato, eds., 1999. Kebudayaan dan Pelestarian Alam. Penelitian
WWF Publications, Baltimore, Maryland. Interdisipliner di Pedalaman Kalimantan. Jakarta: The Ford Foundation and WWF.

Colfer, Carol, 1993. Shifting Cultivators of Indonesia: Marauders or Managers of the Eghenter, C. and B. Sellato, editors. 1999. Kebudayaan dan Pelestarian Alam;
Forest? Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations. Penelitian Interdisipliner di Pedalaman Kalimantan. WWF Indonesia Programme,
Jakarta, Indonesia.
Conklin, H. C. 1957. Hanunoo agriculture: A report on an integral system of shifting
cultivation in the Philippines. FAO Forestry Development Papers No 12. Rome: Engstrom, M.D. 1993. The development of biodiversity survey methods in zoology.
Food and Agriculture Organization of the United Nations. Report to the Department of Mammalogy, Royal Ontaria Museum and the
Museum Zoologicum Bogoriense, Bogor, Indonesia.
Davis, D.D. 1958. AMammals of the Kelabit Plateau, northern Sarawak.@ Fieldiana:
Zoology 39: 119 - 147. Everett, A.H. 1893. AA nominal list of the mammals inhabiting the Bornean group of
islands. Proceedings of the Zoological Society of London 1893: 492-496.
Dove, M., 1988. Sistem Perladangan di Indonesia: Suatu Studi Kasus dari Kalimantan
Barat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Foead, Nazir. 1996. People and Animal in Swidden Cultivation of East Kalimantan:
A Study of the Effects of Swidden Cultivation on Large Mammals and Hunting
Dove, M., and D. Kammen, 1997. The Epistemology of Sustainable Resource Use: Practices. MS Dissertation, University of Kent at Canterbury, Durrell Institute
Managing Forest Products, Swiddens, and High-Yielding Variety Crops. Human of Conservation and Ecology.
Organization, vol 56, n 1 (Spring): 91-101.
Foead, Nazir. 1997. Ecology of the Upper Bahau Grasslands in East Kalimantan: A
Dove, M. and T. Nugroho, 1994. Review of “Culture and Conservation” 1991-1994: Traditional Ecosystem Management for Pest Control? In, People and Plants of
A Sub-project Funded by the Ford Foundation, World Wide Fund for Nature, Kayan Mentarang, edited by K.W. Sorenson and B. Morris. World Wide for
Kayan Mentarang Nature Reserve Project in Kalimantan, Indonesia. Report. WWF Nature Indonesia Programme.
Indonesia.

P-118 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-119
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Gray, Andrew & M. Colchester. 1998. Foreward, in AFrom Principles to Practice: Inger, R.F. and R.B. Stuebing, 1992. The montane amphibian fauna of northwestern
Indigenous Peoples and Biodiversity Conservation in Latin America.@ Borneo. Malayan Nature Journal, 46: 41-51;
Proceedings of the Pucallpa Conference, Pucallapa, Peru, 17-20 March 1997.
International Work Group for Indigenous Affairs Document No. 87, Copenhagen. Inger, R.F. and R.B.Stuebing, 1992. The montane amphibian fauna of northwestern
Borneo. Malayan Nat.46: 41-51;
Gollin, L.X. 1997. Taban Kenyah: a preliminary look at the healing plants and
paradigms of the Kenyah Dayak people of Kayan Mentarang in PPKM. Inger, Robert F. and Robert B. Stuebing, 1996. Two new species of frogs from
southeastern Sarawak. Raffles Bulletin of Ecology, 44(2) : 543-549.
Grubh, R.B., 1994. Draft management plan for birds for the development of the
Lanjak Entimau Wildlife Sanctuary. Consultants report, Project PD 106/90, Inger, R.F., 1966. The systematics and zoogeography of the Amphibia of Borneo.
Rev (1)F, ITTO Unit, Sarawak Forest Department. Fieldiana: Zoologi, 52: 1-402.

Gyldenstope, N. 1920. On a collection of mammals made in Eastern and Central Inger, Robert F. and Robert B. Stuebing (1997). Frogs of Borneo. Natural History
Borneo by Mr. Carl Lumholts. K. Svenska VetensAkad. Handl. 60(6): 1-62. Publications, Kota Kinabalu, Sabah 205 pp.

Hall, R. & Blundell, D. (eds.), 1996. Tectonic evolution of Southeast Asia. Geological IUCN. 1999. IUCN Red List of Threatened Animals Database. Web Site: http://
Society Special Publication No. 106, pp. 153-184. London. www.wcmc.org.uk.

Hamiltom, W. 1979. Tectonics of the Indonesian Region. US Geological Survey Iwatsuki, K., M. Kato, M. Okamoto, K. Ueda, and D. Darnaedi. 1983. Botanical
Paper 1078. US Government Printing Office, Washington, D.C. 345 pp plus Expedition to East Kalimantan during 15th June and 15th September 1981. In:
map. Taxonomical and Evolutionary Studies on the Biota in Humid Tropical Malaysia
with Reference to Diversity of Species. Edited by T. Hidaka.
Han, K.H. 1998. A species inventory of small mammals for the development of
Lanjak-Entimau Wildlife Sanctuary as a totally protected area, Phase II, and Jager, K.H., 1938. Memorie van Overgave. (Resident, Afdeeling Bulungan and Berau).
recommendations for management. Technical report submitted to the ITTO
Unit, Sarawak Forest Department, Kuching, Sarawak. 83 pp. Jarvie, J. 1999. Threatened Plants of Kayan Mentarang National Park. A Report to
the WWF Indonesia Kayan Mentarang National Park Project. Samarinda, East
Harris, L.D. 1984. The Fragmented Forest: Island Biogeography Theory and the Kalimantan.
Preservation of Biotic Diversity. University of Chicago Press, Chicago.
Jentink, F.A. 1897. AZoological results of the Dutch Scientific Expedition to Central
Haryono. 1992. Perikanan dan aspek budidayamasyarakat Dayak di sekitar kawasan Borneo. II. Mammals.@ Notes of the Leiden Museum 19: 26 - 66.
konservasi Kayan Mentarang. Paper presented at the Second International
Conference of the Borneo Research Councill, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Jentink, F.A. 1898. AZoological results of the Dutch scientific expedition to Central
Borneo. XX: Mammals.@ Notes of the Leiden Museum 20: 113-125.
Hedges, S. & E. Meijaard. 1999. Reconnaissance Survey for Banteng (Bos javanicus)
and Banteng Survey Methods Training Project, Kayan Mentarang National Park, Jepson, P., F. Momberg and H. van Noord. 1998. Trade in the Hill Myna Gracula
East Kalimantan, Indonesia. Report to the WWF Indonesia KMNP Project, religiosa from the Mahakam Lakes Region, East Kalimantan. WWF Indonesia
Samarinda, East Kalimantan. Technical Memorandum 4.

Hose, C. 1893. A descriptive account of the mammals of Borneo. London Jessup, T.C., 1981.Why do Apo Kayan Shifting Cultivators Move? Borneo Research
Bulletin 13(1): 16-32.
Inger, R.F, and F.L. Tan,, 1996. Checklist of the the frogs of Borneo. Raffles Bulletin
of Zoology, 44(2) : 551-574.

P-120 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-121
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Jessup, T.C., and Peluso, N.L., 1986. “Minor Forest Products as Common Property Limberg, G., Dolvina Damus, and Samuel S.T. Padan, 1995. Beberapa Analisis
Resources in East Kalimantan, Indonesia.” Proceedings of the Conference on Alternatif Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Kawasan Konservasi Kayan
Common Property Resource Management. Washington: National Academy Press: Mentarang. Unpublished manuscript, WWF.
505-524.
Limberg, Godwin. 1999. Agroforestry development for Kayan Mentarang National
Jessup, T. and H. Soedjito. 1992. East Kalimantan: Kenyah (and Penan) Dayak Park. Report written for the WWF Indonesia Kayan Mentarang National Park
Forest Medicines. Project Progress Report. World Wide Fund for Nature Project, Samarinda, East Kalimantan.
Indonesia Programme. Jakarta.
Linares, O.F. 1976. “Garden hunting” in the American Tropics. Human Ecology
Kartawinata, K. and P. Vayda. 1984. AForest conversion in East Kalimantan, 4(4): 331-349.
Indonesia.@ in Ecology in Practice: 1. Ecosystem management, eds., F. di Castri
et al. Paris: Tycooly, Dublin and UNESCO. Liu, J. 1992. ECOLECON: A spatially explicit mode for ecological economics of
species conservation in complex forest landscapes. Ph.D Dissertation, University
King, V.T., 1987. The people of Borneo. Kuala Lumpur: Oxford University Press. of Georgia, Athens.

Kottelat, M., T. Whitten, Kartikasari, S. N. and Wirjoatmodjo. 1996. The freshwater Lonnberg, E. and E. Mjoberg. 1925a. AMammalia from Mount Murud and the
fishes of western Indonesia and Sulawesi. Periplus, Singapore, in collaboration Kelabit country.@ Annals of the Magazine of Natural History 9(16): 508-512.
with the Environmental Management Development in Indonesia (EMDI) Project.
219 pp. Lonnberg, E and E. Mjoberg. 1925b. AMammalia from Mount Dulit and the Baram
District.@ Annals of the Magazine of Natural History 9(16): 513 - 516.
Kottelat, M & T. Whitten. 1996. Freshwater Biodiversity in Asia, with Special
Reference to Fish. World Bank Technical Paper No. 343. The World Bank, Low, H. 1848. Sarawak: Its inhabitants and productions. London: R. Bentley.
Washington, D.C.
Lukas Lahang, 2000. Analisa usaha perekonomian tradisional masyarakat Dayak di
Kremen, C., A.M. Merenlender and D.D. Murphy. 1994. Ecological Monitoring: A dalam dan di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang Project berdasarkan data
Vital Need for Integrated Conservation and Development Programs in the Tropics. Cifor dan WWF. Unpublished report. WWF Kayan Mentarang project.
Conservation Biology. Volume 8, No. 2, Pages 388-397.
Lukas Lahang and Bilung Njau, 1999. “Sejarah Perpindahan Suku Kenyah Bakung
KPSL-UNLAM. 1989. Longitudinal variation of the ecological condition of the dan Leppo Ma’ut dan Perubahan Hak atas Tanah dan Hasil Hutan.” In Eghenter,
Kala’an River in Pleihari-Martapura forest reserve. Report to the Biodiversity C., and B. Sellato, eds., 1999. Kebudayaan dan Pelestarian Alam. Penelitian
Support Program. KPSL-UNLAM, Banjarbaru. Interdisipliner di Pedalaman Kalimantan. Jakarta: The Ford Foundation and WWF:
253-280.
Kusneti, M.M. 1997. Timber species used for houses and rice storage buildings by
Dayak people in the village of Long Alongo. In PPKM. Pp151-164. Lyon, M.W. 1911. Mammals collected by Dr. W.L. Abbot on Borneo and some of the
small, adjacent islands. Proceedings of the U.S. National Museum 40: 53 - 146.
Lawrence, D., Leighton, M., and D. Peart, 1995. Availability and Extraction of Forest
Products in Managed and Primary Forest around a Dayak Village in West Mackie, C, T.C. Jessup, A.P. Vayda and K. Kartawinata.1986. AShifting cultivation
Kalimantan, Indonesia. Conservation Biology, vol 9(1): 76-88. and patch dynamics in an upland forest in East Kalimantan, Indonesia.@ Pp.
465 - 518 in Proceedings, Regional Workshop on Impact of Man=s Activities
.Leaman, D.J., Razali Yusuf, & H. Sangat-Roemantyo. 1991. Kenyah Dayak Forest on Tropical Upland Forest Ecosystems, eds., Y. Hadi et al. Faculty of Forestry,
Medicines. A Report for the World Wide Fund for Nature Indonesia Programme. Universiti Peranian Malaysia, Serdang, Selangor, Malaysia.
Jakarta.
McDonald, J.A. 1993. Floristic reconnaissance of Ujung Kulon Reserve, West Java
Liman Lawai, 2000. Peranan lembaga masyarakat dalam pengelolaan taman nasional: and the Kayan Mentarang Reserve, East Kalimantan. Technical Report to the
Analisa hasil inventarisasi partisipatif lembaga lokal di kawasan Kayan Mentarang. World Wide Fund for Nature Indonesia Programme.
Unpublished report. WWF Kayan Mentarang project.

P-122 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-123
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 Kayan Mentarang Periode 2001-2025
McDonald, J. Andrew. 1995. Two new species from Borneo: Anisophllea ismailii Momberg, F., P. Jepson and H.v. Noord. 1998. Kalimantan Biodiversity Assessment.
(Rhizophoraceae) and Sonerila verticillata (Melastomataceae). Harvard Papers WWF Indonesia Project for Integrated Park Management and Bioregional
in Botany. No. 6. February 1995. Planning, Final Report.

MacKinnon, J. and K Phillipps. 1993. A Field Guide to the Birds of Borneo, Sumatra, Myers, N. 1988. Threatened biotas: “Hot spots” in tropical forests. The
Java and Bali. Oxford University Press. Environmentalist 8:187-208.

MacKinnon J. and K. MacKinnon. 1986. Review of the Protected Area System in Myers, N. 1990. The biodiversity challenge: Expanded hot-spots analysis. The
the Indo-Malayan Realm. Cambridge and Gland, IUCN, CNPPA, UNEP> Environmentalist 10(4):243-256.

MacKinnon, J.K. et al. Managing Protected Areas in the Tropics. 1986. International Nowell, K. and Peter Jackson, edited by. 1996. Wild Cats: Status Survey and
Union for Conservation of Nature and Natural Resources/United Nations Conservation Action Plan. IUCN/SSC Cat Specialist Group. IUCN, Gland,
Environment Programme. Cambridge, United Kingdom. Switzerland.

Mackinnon K, G. Hatta, Hakimah Halim & Arthur Mangalik. 1996. The Ecology of O’Brien, Timothy. 1997. Bulungan Biodiversity Survey. Report prepared for Wildlife
Kalimantan. Periplus Editions. Conservation Society - Indonesian Program and Center for International Forestry
Research.
MacKinnon, J. 1997. Protected Area Systems Review in the Indo-Malayan Realm.
Asian Bureau for Conservation Ltd. Canterbury. UK. Oldemann, L.R., I. Las, and Muladi. 1980. The Agroclimatic Maps of Kalimantan,
Maluku, Irian Jaya, Bali, and West and East Nusa Tenggara. Contribution to the
Marsh, C.W. 1995. Danum Valley Conservation Area, Sabah Malaysia, Management Central Agricultural Institute, Bogor No. 60.
Plan.
Padoch, C., and A.P. Vayda, 1983. “Patterns of resource use and human settlement in
Medway, Lord. 1977. Mammals of Borneo. Mammals of Borneo. Field keys and tropical forests.” In F.B. Golley, ed., Tropical Rain Forest Ecosystems. Structure
annotated checklist. Monographs of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic and Function, pp. 301-313. Amsterdam: Elsevier.
Society, No. 7. Kuala Lumpur, M.B.R.A.S.
Payne, J, C.M. Francis & K. Phillipps. 1985. A Field Guide to the Mammals of
Meffe, G.K. and C.R. Carroll. 1994. Principles of Conservation Biology. Sinauer Borneo. The Sabah Society and World Wide Fund for Nature, Malaysia, Kota
Associates, Inc. Sunderland, Massachusetss. Kinabalu, 332 pp.

Meijaard, E., 1995. On the horns of a dilemma: Is long-term conservation of the Pfeffer, P. 1959a. ABiolgie et migrations du sanglier de Borneo (Sus barbatus Muller
Sumatran rhinoceros (Dicerorhinus sumatrensis) in Kalimantan, Indonesia still 1869. Mammalia 23: 277-303.
feasible? Technical report submitted to the International MOF Tropenbos
Kalimantan Project, Balikpapan, KalTim, Indonesia. 11 pp. Pfeffer, P. 1959b. AUn curieux cas d=association entre Perdrix roulroul et sanglier de
Borneo. L. Oiseau et La Revue Francaise D’ Ornithologie. 29(3): XX.
Miller, G.S. 1915-18. Expedition to Borneo and Celebes. Smithsonian Miscellaneous
Collections 65(6): 20-25; 66(3):41-44; 66(17);29-35; 70(2); 35-40. Pfeffer, P. 1960a. Oiseaux de l’Est de Borneo. L’Oiseau et La Revue Francaise
D’Ornithologie 30(2): 154-168.
Momberg F., R. Puri & T. Jessup. 1997. Extractivism and Extractive Reserves in the
Kayan Mentarang Nature Reserve: Is Gaharu a Sustainably Managed Resource?. Pfeffer, P. 1960b. Etude d’une collection d’oiseaux de Borneo. L’Oiseau et La Revue
In: People and Plants of Kayan Mentarang. Edited by Sorenssen, K.W. and B. Francaise D’Ornithologie 30(3-4): 191-218.
Morris. UNESCO and WWF.

P-124 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-125
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Pfeffer, P. 1961. Etude d’une collection d’oiseaux de Borneo: suite et fin. L’Oiseau et Raharjaningtrah, W. & H. Prayogo. 1999. Keanekaragaman, Distribusi, Ekologi, Serta
La Revue Francaise D’ Ornithologie 31(1): 9-29. Aspek Konservasi Burung di Taman Nasional Bentuang Karimun Kalimantan Barat.
In: Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bentuang Karimun: Usaha
Pfeffer, P. 1963. Bivouacs A Borneo. Paris: Flammarion. Mengintegrasikan Konservasi Keanekaragaman Hayati Dengan Pembangunan
Propinsi Kalimantan Barat, Prosiding Lokakarya. Penyunting Herwasono Soedjito.
Piazinni, G. 1965. Children of the lilith. Translated by P. Green. London. WWF Indonesia, PHPA and ITTO, Jakarta.

Plessen, Baron Viktor von. 1936a. Bei den kopfjajer von Borneo. Ein Reisentagebuch. Riswan, S. 1982. Ecological studies on primary, secondary, and experimentally cleared
Berlin: Schutzenverlag. mixed dipterocarp and kerangas forests in East Kalimantan, Indonesia. PhD Diss.,
University of Aberdeen, Scotland.
Plessen, Baron Viktor von. 1936b. AThe Dayaks of Central Borneo. Geographical
Magazine 4: 17 - 34. Rousseau, J., 1990. Central Borneo. Ethnic Identity and Social Life in a Stratified Society.
Oxford: Clarendon Press.
Prayogo, H., R. Stuebing, L.K. Sim, S. Sreedharan, S. Antang and M. Taufik, 1998.
Birds. In: Stuebing and Bennett, eds., Scientific report of the ITTO Borneo Sayer, J. 1991. Buffer Zone Management in Rain Forest Protected Areas. Tiger Paper
Biodiversity Expedition 1997. International Tropical Timber Organization (ITTO), October – December 1991.
Yokohama, Japan.
Sayer, J. 1999. Globalization, localization and protected areas. In “Partnerships for
Priaksukmana, S. 1989. Rattan for Economic Development in East Kalimantan. Pp. Protection – New Strategies for Planning and Management for Protected Areas.
248-257 in: Edited by Sue Stolton and Nigel Dudley. WWF International and International Union
for Conservation of Nature, Earthscan Publications, United Kingdom
Rao, A.N. & Isara Vonkaluang (eds.), Recent research on rattan. Proceedings
international rattan seminar November 12-14, 1987 Chiangmai, Thailand. Faculty Sellato, B., 1994. Nomads of the Borneo Rainforest: The Economics, Politics, and Ideology
of Forestry, Kasetsart University, Thailand and IDRC, Canada. of Settling Down, translated from the French by Stephanie H. Morgan. Honolulu:
University of Hawaii Press.
Pulliam, H.R., J.B. Dunning, Jr., and J. Liu. 1992. Population dynamics in a complex
landscape: A case study. Ecol. Applic. 2:165-177. Sellato, B. 1997. Agricultural practices, social organization, settlement patterns, and
ethnogenetic processes in East Kalimantan. In PPKM, pp 27- 58.
Puri, R.K. 1992. Mammals and Hunting on the Lurah River: Recommendations for
Management of Faunal Resources in the Cagar Alam Kayan Mentarang. Borneo Sellato, B., In press. “Social organization, residence patterns, and ethnolinguistic processes
Research Council, Second Biennial International Conference, 13 - 17 July 1992, of group formation: The Kenyah and Putuk of East Kalimantan.” In P.W. Martin,
Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. ed., Language Issues in Borneo. Proceedings of the Borneo Research Council.

Puri, Rajindra K. 1997. Hunting Knowledge of the Penan Benalui of East Kalimantan, Sidiyasa, K and Z. Arifin. 1999. Result on the rapid biodiversity survey surrounding the
Indonesia. University of Hawaii PhD dissertation. Pua’ River, Mount Lunjut and Mount Mencah of the Kayan Mentarang National
Park. Report to the WWF Indonesia Kayan Mentarang National Park Project.
RCRRD/UGM. 1999. Evaluation of Economic Potentials for Income Generating
Activities Among People in the Kayan Mentarang National Park. Analysis Simon Devung, G. and Rudy A.K., 1998. Sistem Pemilikan Tanah Tradisional Pada
prepared for the WWF Indonesia Kayan Mentarang Project, Samarinda, East Masyarakat Adat. Di kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang. Samarinda: Pusat
Kalimantan, Indonesia by the Research Center for Rural and Regional Kebudayaan dan Alam Kalimantan, Kayan Mentarang WWFI.
Development, Gadjah Mada University.
Sindhu, H. J. 1995. Penyiapan dan pemanfaatan lahan dalam praktek perladangan tradisional
RePPProT. 1987. Review of Phase I Results, East and South Kalimantan, Regional masyarakat Kenyah Leppo’Ke di Apau Ping. Dari Hutan ke Periuk: Kumpulan Studi
Physical Planning Programme for Transmigration. Land Resources Development Menganai Pertanian, the Culture and Conservation in East Kalimantan Project, PHPA
Centre, UK and Ministry of Transmigration, Government of Indonesia. and WWF Indonesia Programme.

P-126 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-127
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Sirait, M. et al., 1994. Mapping Customary Land in East Kalimantan, Indonesia: A Snel, M. 1994. The use of GIS as a tool in the management of Kayan Mentarang:
Tool for Forest Management. Ambio vol 23 (7): 411-417. creating the Kayan Mentarang GIS database. Technical Report to the WWF
Indonesia Programme.
Sirait, Martua. 1997. The Diversity of Rattan and Its Uses: An Example of Natural
Resource Management in Long Uli. In: People and Plants of Kayan Mentarang, Steenis, C.G.G.J. van. 1962. The mountain flora of the Malaysian tropics. Endeavour
edited by K.W. Sorensen and B. Morris. WWF Indonesia Programme, Jakarta, 21:183-193.
Indonesia.
Stresemann, E. 1938. AVogel vom fluss Kajan (Nordost-Borneo). Temminckia 3:
Smythies, B.E. 1981. The Birds of North Borneo, Third Edition. The Sabah Society 109-136.
and the Malayan Nature Society. Stuebing, Robert B., 1995. A management plan for the herpetofauna of the Lanjak-
Entimau Wildlife Sanctuary as a Totally Protected Area. Consultants report, ITTO
Sody, H.J.V. 1949a. ASciuridae from the Indo-Malayan and Indo-Australian regions. Unit, Sarawak Forest Department, Kuching, Sarawak, Malaysia.
Treubia 20: 57 - 120.
Stuebing, Robert B. 1994. A checklist of the snakes of Borneo. Addenda and
Sody, H.J.V. 1949b. ANotes on some Primates, Carnivora and the Babirusa from the corrigenda. Raffles Bulletin of Zoology, 39(2) : 323-362;
Indo-Malayan and the Indo-Australian regions. Treubia 20: 121 - 190.
Stuebing, R. B. and R. F. Inger (1999). Snakes of Borneo. Natural History
Soedjito, H. 1985. Laporan penelitian, AInteractions between forests and people in Publications, Kota Kinabalu, Sabah, 245 pp.
East Kalimantan, 3: Vegetasi dan etnobotany di Long Sei Barang dan Long Segar.
Unpublished paper. Bogor, Indonesia: Herbarium Bogoriense, LBN-LIPI. Sudana, M. 1999. Mamals Kayan Mentarang. Report to WWF Indonesia=s KMNP
Project.
Soedjito, H. 1988. Succession and nutrient dynamics following shifting cultivation
in Long Sungai Barang, East Kalimantan, Indonesia. Masters thesis, Cook Suhudi. 2000. Fish of Kayan Mentarang National Park. WWF Indonesia Kayan
College, Rutgers University, New Brunswick. Mentarang Project Report, Samarinda, East Kalimantan.

Soedjito, H. 1988. ASpatial patterns, biomass, and nutrient concentrations of root Sujatnika, Jepson, P., Soehartono, T.R., Crosby, M.J., and Mardiastuti A. 1995.
systems in primary and secondary forest trees of a tropical rainforest in Kalimantan, Conserving Indonesian Biodiversity: the Endemic Bird Area Approach.
Indonesia. In Some ecological aspects of tropical forest in East Kalimantan,
ed. S. Soemodihardjo. MAB-Indonesia Contribution No. 48. Jakarta. Susiarti, S. 1992. Pengetahuan Tumuhan Obat dan Racun Pada Beberapa Sub
Kelompok Masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Paper presented at
Soedjito, H., 1999. Rencana pengelolaan Taman Nasional Betung Kerihun, Kalimantan Borneo Research Council, Second Biennial International Conference, 13-17 July
Barat, 2000-2024, Buku II, Data, Proyeksi dan Analysis.. WWF Indonesia and 1992, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
the International,
Syahirsyah. 1997. Local Knowledge in Relationto Secondary Forest Land and the
Tropical Timber Organization (ITTO), Cooperative project of the Departemen Utilization of Forest Resources. In: People and Plants of Kayan Mentarang.
Kehutanan dan Perkebunan dan ITTO. Pontianak, Kalimantan Barat. Edited by K.W. Sorensen and B. Morris. WWF Indonesia Programme, Jakarta,
Indonesia.
Soetikno Wiryoatmodjo. 1999. Laporan Pelaksanaan Pelatihan Pengenalan Jenis
Dan Survai Ikan di Taman Nasional Kayan-Mentarang. Report to the WWF TAD. 1981. Forest for Food, Phase 1. TAD-Materielen 11. Transmigration Area
Indonesia Kayan Mentarang Project, Samarinda, East Kalimantan. Development (TAD), Samarinda, Indonesia.

Sorensen, Kim W. and B. Morris, editors. 1997. People and Plants of Kayan TAD. 1983. East Kalimantan Atlas. East Kalimantan Transmigration Area
Mentarang. WWF Indonesia Programme, Jakarta, Indonesia. Development (TAD) Project, German Agency for Technical Cooperation.

P-128 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-129
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Tate, G.H.H. 1941. ANotes of vespertilionid bats.@ Bull. Am. Museum. Nat. Hist. Wulffraat, S. and Samsu. 2000. An overview of the biodiversity of Kayan Mentarang
78:567 - 597. National Park. For WWF Indonesia=s Kayan Mentarang Project, Samarinda,
East Kalimantan.
Terzich, M., A. Sriyadi, and Padmowiyosa. 1999. Infrastructure Needs Assessment
for Kayan Mentarang National Park. Report written for the WWF Indonesia WWF. 1996. Indigenous Peoples and Conservation: WWF Statement of Principles.
KMNP Project. Gland, Switzerland.

Tillema, H., 1989. A Journey among the Peoples of Central Borneo in Word and WWF Indonesia. 1997. Jenis Mamalia dan Burung yang ada di Kayan Mentarang,
Picture, edited and with an introduction by V.T. King, Singapore: Oxford termasuk yang dilindungi oleh Indonesia dan Internasional. Sumber Informasi
University Press. Resource Centre WWF Indonesia, Jakarta.

Townsend, W. 2000. Holding on to the Land: The Long Journey of the Siriono
Indians of Eastern Lowland Bolivia. In: Indigenous Populations and Conservation
Organizations: Experiences in Collaboration. Edited by R. Weber, J. Butler and
P. Larson. WWF.

UNDP/FAO. 1982. National Conservation Plan for Indonesia, Vols. I-VII Bogor,
Indonesia: Food and Agricultural Organization of the United Nations (Field
Reports 17,18,35,36,39,44).

USDA. 1975. Soil Taxonomy.

Van Valkenburg, J.L.C.H. 1997. Non-timber forest products of East Kalimantan:


Potentials for Sustainable Forest Use. Tropenbos Series 16. The Tropenbos
Foundation, Wageninen, The Netherlands.

Whitmore, T.C. 1984. The Tropical Rain Forests of the Far East, 2nd ed. Clarendon
Press, Oxford.

Wollenberg, E., A.S. Nawir, A. Uluk and H. Pramona. 1998 (Draft). Income is not
Enough: The Effect of Economic Incentives on Conservation. CIFOR, Bogor,
Indonesia.

Wollenberg, L., dan Asung Uluk, 1998. Pemanfaatan Hutan dan Ekonomi Rumah
Tangga di Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang. WWF/CIFOR Report.

World Bank. 1997 (Draft). Investing in Biodiversity: A Review of Indonesia’s


Integrated Conservation and Development Projects. The World Bank, Indonesia
and Pacific Islands Country Department.

WWF & IUCN. 1994. Centres of Plant Diversity: A Guide and Strategy for Their
Conservation. Godalming and Gland Switzerland World Wide Fund for Nature/
UK World Conservation Union (IUCN).

WWF & IUCN. 1998 (Draft). Guidelines on Indigenous Peoples and Protected
Areas.

P-130 Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) P-131
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 Kayan Mentarang Periode 2001-2025
Lampiran : Rencana Kerja

No. Kegiatan 2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
A. PENATAAN KAWASAN
1 Perencanaan
1.1 Evaluasi Rencana Pengelolaan 25-tahun dan persiapan Rencana Pengelolaan 25-tahun X X X X X
berikutnya
1.2 Persiapan dan Evaluasi Rencana Kerja 5-tahunan X X X X X X
1.3 Persiapan dan Evaluasi Rencana Kerja tahunan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
1.4 Bersama masyarakat dan lembaga setempat memberikan nama baru untuk taman nasional X X
2 Penataan Batas Kawasan
2.1 Membuat keputusan akhir mengenai penambahan lahan baru ke dalam taman nasional X X X X X
(Perluasan Krayan, Perluasan Tubu, dan Koridor Krayan - Mentarang)
2.2 Menyelesaikan persetujuan batas untuk Wilayah Adat Apo Kayan, Long Pujungan, X X
Mentarang, Hulu Bahau, dan Lumbis, & batas sementara untuk area Krayan dan Tubu
2.3 Perencanaan tata guna lahan di Krayan dan Wilayah Adat Tubu, untuk menentukan lahan X X X X X
di area ini yang ada di dalam batas sementara taman nasional yang semestinya
dipertahankan di dalam batas akhir dan yang akan dikeluarkan dari taman dan
dikembangkan.
3 Penataan Zonasi
3.1 Membuat taman nasional di Wilayah Adat Lumbis, Mentarang, Hulu Bahau, Long X X
Pujungan, dan Apo Kayan terutama dengan Zona Pemanfaatan Tradisional dan Zona Inti
Hulu Sungai Iwan, dengan satu zona pemanfaatan kecil untuk Pusat Penelitian Hutan
Lalut Birai
3.2 Jika lahan di Kayan, Tubu dan perluasan Koridor Krayan-Mentarang ditambahkan, X
ke dalam taman nasional, terutama diklasifikasikan sebagai Zona Pemanfaatan Tradisional.
3.3 Jika lahan di Wilayah Adat Krayan dan Tubu dikembalikan ke dalam taman nasional, X
terutama diklasifikasikan menjadi Zona Pemanfaatan tradisional
3.4. Melanjutkan penelitian biologi untuk mengidentifikasi apakah diperlukan Zona Inti lagi X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dan di mana lokasi semestinya
3.5. Negosiasi pembuatan Zona Inti lebih lanjut, atau tipe zona lain, dengan masyarakat X X X X X
sebagai bagian proses perencanaan 5-tahunan.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-132


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

4 Tata Batas
4.1. Memasang peta dengan diskripsi batas yang jelas di setiap desa. X X X X X
4.2. Menentukan prioritas area tata batas X
4.2.1. Tanda batas bersama HPH pada tempat yang berbatasan dengan taman nasional. X X X X X
4.2.2. Tanda batas pada bentukan geografi yang tidak mudah terlihat (sungai, puncak dll.) X X X X X
4.2.3. Semua tanda batas yang lain X X X X X X X X X X
4.3. Memperbaiki dan mengganti semua tanda batas bila diperlukan X X X X X X X X X X X X X X X
B. PENGELOLAAN FLORA, FAUNA DAN EKOSISTEM
1 Inventarisasi dan Distribusi Jenis
1,1 Secara perlahan memperluas inventarisasi dan distribusi jenis dilakukan oleh PKA/WWF/ X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
FoMMA
1,2 Mendapatkan dana dan melaksanakan ekspedisi keragama hayati skala besar, lintas X X X
batas.
1,3 Mengecek status populasi badak dan orangutan yang tersisa X X X X X
2 Re-introduksi, Rehabilitasi, pengayaan Jenis.
2.1. Coba merekrut peneliti dengan dana sendiri untuk memeriksa potensi re-introduksi X X X X X
orangutan dan badak dalam taman nasional
2.2. Pemantauan untuk hilangnya atau terancam hilangnya jenis dari bagian kawasan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dan pengayaan area tersebut jika re-stocking alam tidak memungkinkan, dan jika
pengayaan layak secara teknis maupun ekonomis.
3 Pengelolaan Habitat
3.1. Padang rumput Banteng di hulu Sungai Bahau (sebelah barat desa Apau Ping)
3.1.1. Merekrut specialis range-management untuk meningkatkan pengelolaan padang rumput X
3.1.2. Kerja sama dgn. Mas. lokal untuk mengembangkan & mempertahankan pembakaran
berkala & pengelolaan lain X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
3.2. Memantau habitat yang lebih kecil & mudah terganggu seperti hutan batu gamping dan
kerangas untuk intervensi masalah dan melaksanakan pengelolaan bila diperlukan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
4 Pemanenan tumbuhan dan satwa sec. berkelanjutan oleh masyarakat lokal
di Zona Pemanfaatan Tradisional
4.1. Menyelesaikan kesepakatan mengenai bagaimana pemanenan ini akan dikelola,
termasuk jenis mana yang dapat dipanen. X X
4.2. Memantau populasi jenis yang biasa dipanen
4.3. Pengkajian tahunan mengenai jenis yang boleh dipanen dan keputusan mengenai X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
intervensi pengelolaan untuk jenis yang dipanen berlebihan (kuota, penutupan area, X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dsb.)

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-133


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

4 Tata Batas
4.1. Memasang peta dengan diskripsi batas yang jelas di setiap desa. X X X X X
4.2. Menentukan prioritas area tata batas X
4.2.1. Tanda batas bersama HPH pada tempat yang berbatasan dengan taman nasional. X X X X X
4.2.2. Tanda batas pada bentukan geografi yang tidak mudah terlihat (sungai, puncak dll.) X X X X X
4.2.3. Semua tanda batas yang lain X X X X X X X X X X
4.3. Memperbaiki dan mengganti semua tanda batas bila diperlukan X X X X X X X X X X X X X X X
B. PENGELOLAAN FLORA, FAUNA DAN EKOSISTEM
1 Inventarisasi dan Distribusi Jenis
1,1 Secara perlahan memperluas inventarisasi dan distribusi jenis dilakukan oleh PKA/WWF/ X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
FoMMA
1,2 Mendapatkan dana dan melaksanakan ekspedisi keragama hayati skala besar, lintas X X X
batas.
1,3 Mengecek status populasi badak dan orangutan yang tersisa X X X X X
2 Re-introduksi, Rehabilitasi, pengayaan Jenis.
2.1. Coba merekrut peneliti dengan dana sendiri untuk memeriksa potensi re-introduksi X X X X X
orangutan dan badak dalam taman nasional
2.2. Pemantauan untuk hilangnya atau terancam hilangnya jenis dari bagian kawasan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dan pengayaan area tersebut jika re-stocking alam tidak memungkinkan, dan jika
pengayaan layak secara teknis maupun ekonomis.
3 Pengelolaan Habitat
3.1. Padang rumput Banteng di hulu Sungai Bahau (sebelah barat desa Apau Ping)
3.1.1. Merekrut specialis range-management untuk meningkatkan pengelolaan padang rumput X
3.1.2. Kerja sama dgn. Mas. lokal untuk mengembangkan & mempertahankan pembakaran
berkala & pengelolaan lain X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
3.2. Memantau habitat yang lebih kecil & mudah terganggu seperti hutan batu gamping dan
kerangas untuk intervensi masalah dan melaksanakan pengelolaan bila diperlukan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
4 Pemanenan tumbuhan dan satwa sec. berkelanjutan oleh masyarakat lokal
di Zona Pemanfaatan Tradisional
4.1. Menyelesaikan kesepakatan mengenai bagaimana pemanenan ini akan dikelola,
termasuk jenis mana yang dapat dipanen. X X
4.2. Memantau populasi jenis yang biasa dipanen
4.3. Pengkajian tahunan mengenai jenis yang boleh dipanen dan keputusan mengenai X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
intervensi pengelolaan untuk jenis yang dipanen berlebihan (kuota, penutupan area, X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dsb.)

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-134


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

2 Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan Lingkungan


2.1. Mengembangkan dan melaksanakan program untuk mendekati mas. lokal dan mas.
umum
2.1.1. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai keputusan pengelolaan kawasan, X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
terutama jenis mana yang tidak dapat dipanen sama sekali dan bagaimana memanen
jenis yang terbatas
2.1.2. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai topik konservasi biologi dasar yg X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
berkaitan dengan pemanenan tumbuhan dan satwa sec.berkelanjutan dari ZPT
menggunakan poster, flip chart, dll.
2.1.3. Mengembangkan rencana pembelajaran mengenai TNKM untuk SD dan DMP setempat X X X X X
juga program pelatihan untuk guru di kawasan
2.1.4 Mengembangkan program untuk pramuka X X X X X X X X X X X X X X X
2.1.5 Bila dana memungkinkan mengatur study tours ke taman nasional di Indonesia & Malaysia X X X X X
2.2. Mengembangkan dan melaksanakan program untuk menjangkau pemerintah daerah
2.2.1. Menyiapkan dan menyampaikan presentasi dasar 40-menite mengenai pekentingan TNKM X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
menggunakan Powerpoint dan/atau slide, flip charts, dll.
2.2.2. Mengatur lokakarya instansi pemerintah untuk merancang program pendidikan untuk X X X X X
instansi mereka dan pemerintah secara umum melalui kalawarta dan media lain
2.2.3. Menggunakan video, presentasi, permainan simulasi dan media lain untuk mendidik X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
peserta pada forum komunikasi & koordinasi tahunan tingkat kabupaten dan provinsi.
2.2.4 Bila dana memungkinkan mengatur study tours ke taman nasional di Indonesia & Malaysia X X X X X
2.3. Mengembangkan dan melaksanakan program untuk menjangkau sektor swasta
2.3.1. Sama seperti 2.2.1. Dan menambah informasi mengenai lokasi batas taman nasional X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2.3.2 Sama seperti 2.2.3. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2.4. Mengembangkan dan melaksanakan program untuk menjangkau wisatawan yg datang
ke TNKM
2.4.1. Mengembangkan dan memperbaiki buku panduan untuk wisatawan X X X X
2.4.2. Jika pariwisata berkembang dan mencapai jumlah yang cukup, mengembangkan X X
interpretasi semi-permanen dan menampilkan di pusat pengunjung dan jalur interpretasi
alam di Lalut Birai
2.5. Memanfaatkan TNKM sebagai pusat pendidikan perguruan tinggi
2.5.1. Memberikan peluang kepada mahasiswa dan pengajar UNMUL X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
di Samarinda untuk melakukan pelatihan dan penelitian di Stasiun Penelitian Hutan LB
2.5.2. Merekrut mahasiswa S2/S3 dari Perguruan Tinggi lain di Indonesia dan luar negri untuk X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
melakukan penelitian di dalam dan di sekitar TNKM.

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-135


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

D. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


0 Masalah umum
0,1 Mengatur lokakarya internasional, multidisipliner untuk mengembangkan rencana penelitian X X X X X X
keragaman hayati, dan melaksanakan tindak lanjut pertemuan dalam tahun-tahun
berikutnya
0,2 Merekrut dan menarik ilmuwan dan mahasiswa untuk meningkatkan hasil penelitian X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
0,3 Memperbarui & mengembangkan prosedur applikasi penelitian; demikian juga peraturan, X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
persyaratan dan tanggung jawab peneliti

1 Penelitian Habitat
1.1. Identifikasi habitat melalui klasifikasi sistem vegetasi dari masyarakat lokal dan X X X X X
melakukan cross-check dengan contoh lapangan
1.2. Stasiun Penelitian Hutan Lalut Birai
1.2.1 Mengatur lokakarya untuk mengkaji dan memperbaiki program penelitian X X X X
1.2.2 Melanjutkan penelitian di plot vegetasi (yang lama dan yang baru). X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
1.2.3. membuat plot vegetasi permanen di habitat baru X X X
1.3. Membuat plot penelitian jangka panjang di habitat lain di area-area taman nasional yang X X X X X
berbeda yang terjangkau oleh pos lapangan terdekat atau penelitian portable

2 Penelitian skala Bioregional


2,1 Mengatur lokakarya untuk mengembangkan penelitian jangka panjang mengenai X
kebutuhan babi hutan di luar lahan TNKM
2.1.1. Kerja sama dg CIFOR dan institusi lain untuk melaksanakan penelitian babi hutan jangka X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
panjang
2.2. Melaksanakan studi pustaka mengenai potensi perpindahan babai hutan dan fauna lain
ke dalam dan ke luar TNKM dan mengembangkan program penelitian jangka panjang
2.2.1. Merekrut ilmuwan dan mahasiswa untuk melaksanakan program penelitian X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2.3. Merekrut ilmuwan untuk mempelajari bagaimana fauna TNKM tersebar melintasi barier X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2.4. Identifikasi potensi koridor habitat antara TNKM dan habitat penting di luar TNKM dan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
bekerja sama dengan perencana kabupaten dan regional untuk melestarikan habitat
tersebut.

3 Penelitian Jenis
3.1. Bekerja sama dengan mas. Lokal untuk mengidentifikasi lahan dan tipe habitat vegetasi X X X X X
mana yang prioritas penting untuk jenis dan mengapa
3.2. Merekrut spesialis untuk menulis rencana pengelolaan jenis prioritas X X X X X
3.3. Merekrut spesialis untuk melaksanakan komponen penelitian rencana pengelolaan jenis X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-136


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

3.4. Melaksanakan penelitian populasi dan pengelolan jenis prioritas


3.4.1. Mendapatkan perkiraan kepadatan dari transek di Lalut Birai dan dari survei keragaman X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
hayati
3.4.2. mendapatkan perkiraan masyarakat lokal terhadap populasi melalui PRA X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
3.4.3 Pengambilan sampel jenis indikator X X
3.4.4. Penelitian mark-recapture, jika waktu dan dana memungkinkan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
3.4.5. Analisa viabiliti populasi jenis prioritas X X X X X X X X X X X X X X X
3.4.6. Populasi satwa yang bergerak dan model spasial populasi yang jelas X X X X X X X X X X
3.5. Mengkaji dampak dan keefektivan metode pengelolaan populasi hidupan liar sasaran X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
yang mungkin

4 Pembiakan dan Penanaman


4.1. Merekrut peneliti dengan dana sendiri untuk melakukan penelitian pembiakan dan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
penanaman

5 Merekrut peneliti dan mahasiswa S2/S3 untuk melaksanakan topik penelitian


pengaruh kegiatan manusia thd. Lingkungan TNKM:
5.1. Pengaruh perladangan gilir balik terhadap suksesi hutan dan keragaman satwa X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
5.2. Pengaruh pondok terhadap suksesi vegetation hutan keragaman satwa X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
5.3. Dampak kegiatan penembangan ekonomi terhadap TNKM dan keragaman hayati X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
5.4. keberlanjutan pemanenan tumbuhan dan satwa X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

6 Memelihara dan meningkatkan sistem GIS yang dimulai oleh proyek X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X


WWFI Kayan Mentarang
E. PENGAMANAN DAN PERLINDUNGAN KAWASAN
1 Kebakaran hutan
1.1. Penegakan peraturan adat yang mengendalikan api ladang gilir balik X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
1.2. Memantau api yang digunakan oleh prusahaan dan pemukim pendatang dari luar TNKM X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
1.3. Melakukan survei udara selama musim kebakaran untuk mengetahui kebakaran secara X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dini
1.4. Mendapatkan alat pemadam kebakaran dari proyek IFFM dan diganti bila perlu X X X X
1.5. IFFM melakukan pencegahan kebakaran dan kampanye penyadaran sekitar TNKM X X X X X

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-137


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1.6. Meminta pusat pengendalian kebakaran provinsi untuk memprioritaskan TNKM dalam X
upaya pemadaman kebakaran
1.7. Lobi pemerintan kabupaten dan provinsi untuk melarang pembukaan hutan dalam jarak X X X X X X X X
5 km dari taman nasional sebagai bagian dari rencana tata ruang wilayah (RTRW).
2 Penebangan hutan
2.1. mengunjungi kem dan kantor HPH tahunan untuk menjelaskan batas dengan HPH, X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
untuk mencegah timbulnya masalah dan mengatasi masalah yang ada
2.2. Memprioritaskan penandaan bersama batas TNKM & HPH. X X X X X
2.3. Survei udara pada batas-batas tsb. (bersamaan dengan 1.3) X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2.4. Meminta HPH dekat TNKM untuk ikut dalam pelatihan mengurangi dampak X X X X X
penebangan kayu yang dilakukan CIFOR
2.5. Lobi Dephutbun untuk memberikan sertifikat kepada HPH tersebut. X X X X X
2.6. Lobi Dephutbun untuk memprioritaskan pemantauan terhadap HPH tersebut untuk X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
mengurangi dampak penebangan dan pemberian sertifikat, dan kemudian memantau
pelaksanaannya
2.7. Bekerja sama dengan LSM untuk pemantauan independen pelaksanaan peraturan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
penebangan kayu
3 Pertambangan
3.1. Mengunjungi lokasi penambangan dan kantor pusat tiap tahun untuk menjelaskan batas X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
TNKM dengan area ekplorasi, mencegah masalah, dan mengatasi masalah yang ada.
3.2. Melobi pemerintah untuk membatalkan bagian eksplorasi hak penambangan di dalam X X X
TNKM
3.3. Survei udara dan darat terhadap batas pertambangna yang beroperasi di batas TNKM. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
4 Potensi ancaman dari Malaysia
4.1. membahas masalah-masalah pengelolaan pada pertemuan tahunan instansi perencana X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dari Sabah, Serawak, dan propinsi Kalimantan
4.2. Membuat dan mengembangkan “sister park” antara TNKM, Taman Pulau Tau NP di X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Serawak dan Ulu Padas (bila ditunjuk sebagai kawasan dilindungi) di Sabah
4.3. Survei udara dua kali setahun untuk memantau HPH Malaysia yang bekerja X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
di dekat batas TNKM
5 Jalan
5.1. Bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan propinsi untuk menganalisa alternativ X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
jalan dan/atau rute jalan yang menyebabkan dampak paling kecil terhadap TNKM dan
keragaman hayatinya.
6 Ancaman terhadap burung cucak rawa (dan potensi ancaman terhadap jenis lain)
6.1. Menggunakan Lembaga Adat untuk membatasi atau melarang pemanenan, menguatkan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
prakarsa yang ada

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-138


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

6.2. Meneliti dinamika ekologi dan populasi jenis; mengembangkan rencana pengelolaan jenis X X X X X
6.3. Mendidik masyarakat lokal mengenai ancaman terhadap jenis dan kebutuhan untuk X X X X X
emngkonservasi.
6.4. Memperoleh dana untuk memulai program percontohan penangkaran dan menjual burung X X X X X
hasilnya
6.5. Melobi pemerintah untuk membuat daftar jenis dilindungi. X X X X X
6.6. Memprioritaskan jenis ini dalam program pemantauan kawasan, juga memantau pasar X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
burung untuk memastikan hanya burung hasil penangkaran yang dijual
7 Hama dan Penyakit
7.1. Bekerja sama dengan pertanian untuk skrining satwa domestik terhadap penyakit yang X X X X X X X X X X X X X X X
dapat menular ke satwa liar
7.2. Bekerja sama dengan pertanian untuk mengembangkan jasa dokter hewan di TNKM. X X X X X X X X X X X X X X X
7.3. membuat dan mendistribusikan materi penuadaran dan pendidikan untuk topik ini. X X X X X X X X X X X X X X X
8 Polusi
8.1 Bekerja sama dengan pemerintah kabupaten untuk membantu masyarakat X X X X X X X X X X
mengembangkan sistem sanitasi
8.2. Mengenbangkaan prasarana sedemikian rupa untuk mencegah polusi air. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
8.3. Tidak memasukan perkebunan yang menggunakan pestisida atau herbisida dari zona X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
penyangga
8.4. Mengembangakan materi penyadaran dan pendididkan mengenai pembuangan sampah X X
yang potensi menimbulkan kontaminasi seperti oli, baterei, bahan kimia rumah tangga
pertanian, dll.
9 koordinasi program perlindungan dan konservasi TNKM
9.1. Menyelesaikan kesepakatan dengan lembaga lokal mengenai bagaimana lembaga ini X X
akan mulai menegakkan peraturan TNKM dengan masyarakat lokal.
9.1.1. Melaksanakan kesepakatan, memperbaiki bila perlu X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
9.2. Membuat kesepakatan antara PKA dan Polisi untuk prosedur menangani penegakan X X
terhadap orang luar; termasuk militer untuk tindakan penegakan berkaitan dengan
perbatasan Sabah dan Serawak.
9.2.1. Melaksanakan kesepakatan penegakan, memperbaiki bila perlu X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
F. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
1 Mengembangkan sistem dan struktur pengelolaan bersama
1.1. Membuat tim untuk mengembangakan draft SK untuk Dewan Penentu Kebijakan dan X X
Badan Pelaksana, termasuk struktur, keanggotaan, prosedur kerja, pemecahan masalah
dan nota kesepahaman.
1.2. Mendapatkan tanda tangan persetujuan SK untuk Dewan Penentu Kebijakan dan Badan X X
Pelaksana dari Menteri Kehutanan.
1.3. Melaksanakan sistem pengelolaan kolaborasi, mengkaji dan memperbaiki bila perlu X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-139
Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

2 Pengembangan FoMMA
2.1. Menyelesaikan struktur dan secara hukum dan mengoperasikan prosedur FoMMA X
2.2. Merancang dan melaksanakan program pelatihan pengelolaan untuk FoMMA X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2.3. Membentuk dan mengelola suatu Badan Penasihat FoMMA. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2.4. Membentuk dan melaksanakansebuah program untu FoMMA X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
3 Peran PKA dan WWFI
3.1. WWFI merekrut dan mengatur karyawan yang ditugaskan di Proyek TNKM/Badan X X X X X
Pelaksana
3.2. PKA/KSDA menugaskan karyawan penuh sebagai penghubung ke Badan Pelaksana X X X
3.3. PKA/KSDA menambah karyawan untuk Badan Pelaksana jika diperlukan dan anggaran X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
memungkinkan, perencanaan meningkat dengan mitra proyek seperti FoMMA dan
WWFI untuk menghindari duplikasi kegiatan dan meningkatkan efisiensi penggunaan
karyawan dan sumber daya lainnya
3.4. Badan Pelaksana meminta bantuan tambahan dari LSM, seperti WWFI, bila diperlukan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dan sesuai

G. KOORDINASI DAN KOOPERASI


1 Empat pertemuan Dewan Penentu Kebijakan per tahun (2 kali jika dana terbatas) X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2 Forum tahunan Komunikasi dan koordinasi di kecamatan Malinau dan Nunukan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dan tingkat propinsi.
3 Partisipasi oleh karyawan TNKM atau anggota DPK pada RaKorBang X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
4 Partisipasi pada proses pengembangan Tata ruang kabupaten dan propinsi X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
5 Partisipasi pada pertemuan pengembangan perbatasan antara Kalimantan, X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Sabah, & Pemerintah Serawak (Sosekmalindo)
6 Membentuk timkhusus yang terdiri dari instansi pemerintah yang berbeda untuk X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
menangani masalah khusus, seperti rute untuk usulan jalan, jika perlu
7 Keterlibatan Sektor swasta
7.1. Perwakilan di Dewan Penentu Kebijakan (lihat nomer 1) X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
7.2. Partisipasi di Forum komunikasi dan koordinasi tahunan (lihat nomor 2) X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
7.3. Kunjungan tahunan oleh karyawan taman nasional ke perbatasan kawasan dengan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
HPH dan pertambangan untuk mencegah masalah dan mengatasi masalah yang ada
(lihat rencana kerja bagian E)
7.4. Membentuk “Kerabat TNKM” jika ada kepentingan dan kebutuhan yang kuat X X X X X X X X X X
8 Keterlibatan LSM
8.1. Perwakilan dalam Dewan Penentu Kebijakan (lihat nomor 1) X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
8.2. Partisipasi dalam farum Komunikasi dan koordinasi (lihat nomor 2) X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-140


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

8.3. Kemitraan dalam merancang dan melaksanakan pengelolaan kawasan atau X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X


pengembangan kegiatan zona penyangga (lihat rencana kerja bagian I)
H. PENGEMBANGAN PRASARANA
1 Pengelolaan fasilitas
1.1. Membangun dan melengkapi Kantor Pusat (bila dana ITTO tersedia) X
1,2 Membangun dan melengkapi Kantor Wilayah Konservasi/Pos lapangan (bila dana ITTO
tersedia)
1.2.1. Long Pujungan X
1.2.2. Data Dian X
1.2.3. Long Bawan (tergantung seberapa luas lahan Krayan tetap di dalam TNKM) X
1.2.4. Tau Lumbis X
1.2.5. Long Layu X
1.2.6. Long Titi (tergantung seberapa luas lahan Wilayah adat ini tetap di dalam TNKM) X
1.3. Pengembangan Lalut Birai
1.3.1. Meningkatkan jalan setapak untuk akses dari sungai Bahau,termasuk dua jembatan X X
gantung
1.3.2. Memperluas tempat tinggal dan tempat kerja untuk mendukung 6 sampai 8 peneliti yang X X X
datang
1.3.3. Memasang toilet baru X
1.3.4. Merancang ulang dapur dan tempat mencuci agar tidak terletak di jalan masuk utama X
1.3.5. Meningkatkan jalan setapak transek agar lebih mudah aksese bagi peneliti dan pengunjung X
1.4. Membangun dan melengkapi pos jaga
1.4.1. Sungai Iwan X
1.4.2. Sungai Ketaman X
1.4.3. Long Jelet (hulu Sungai Pujungan) X
1.4.4. Dua padang rumput Apau Ping X
1.4.5. Long Bena (hulu Sungai Lurah ) X
1.4.6. Long Rungan X
1.4.7. Wa’ Yagung X
1.4.8. Long Pala X
1.4.9. Sungai Kat (bila area ini ditambahkan ke dalam TNKM) X
1,5 Mengembangkan kemah penelitian portebel/ kit untuk memperluas penelitian di bagian X X
lain TNKM
1.6. Pemeliharaan semua fasilitas Pengelolaan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-141


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

2 Fasilitas Pemanfaatan
2.1. Membangun dan menata pusat pengunjung kecil di Kantor Pusat dan pos Data Dian, X X X X
Long Pujungan, Long Bawan, dan Tau Lumbis
2.1.1. Membangun dan menata pusat pengunjung kecil di pos Long Layu & Long Titi X X
2.2. Fasilitas pengamatan hidupan liar
2.2.1. Pengamatan tersembunyi di padang rumput Apau Ping dan hulu sungai Lurah X
2.2.2. Menara pengamatan di padang rumput Apau Ping (jika jumlah wisatawan memadai) X
2.2.3. Menara pengamat atau jembatan kanopi di Lalut Birai (jika jumlah wisatawan memadai) X
2.3. Mengembangkan jalan setapak untuk trekking
2.3.1. Sekitar padang rumput hulu Bahau (sekitar 10 km) X
2.3.2. Long Layu ke Apau Ping via padang rumput hulu Sungai Bahau (sekitar 80 km) X
2.3.3. Long Pujungan ke Long Jelet (sekitar 24 km) X
2.3.4. Long Pujungan ke Apau Ping (sekitar 80 km) X
2.3.5. Sekitar giram Sungai Kayan (sekitar 30 km) X
2.3.6. Long Bawan ke Binuang ke jalan yang diusulkan antara Malinau dan Long Bawan (70 X
km)
2.3.7. Wa’ Yagung ke Tau Lumbis (sekitar 80 km) X
2.3.8. Long Berini ke Long Pada (sekitar 36 km) X
2.3.9. Long Bena ke Data Dian (sekitar 127 km) X
2.4. Penginapan wisatawan
2.4.1. Wisma tamu masyarakat
2.4.1.1. Apau Ping X
2.4.1.2. Tau Lumbis X
2.4.1.3. Data Dian X
2.4.1.4. Wa’ Yagung X
2.4.2. Pondok di sepanjang jalan setapak (1 tiap 10 km)
2.4.2.1. Sekitar padang rumput hulu Sungai Bahau X
2.4.2.2. 8 pondok sepanjang Long Layu ke Apau Ping X
2.4.3.3. 3 pondok sepanjang jalan setapak sekitar giram Sungai Kayan X
2.4.3.4. 4 pondok sepanjang jalan setapak dari Binuang ke jalan Malinau - Long Bawan X
2.4.3.5. 8 pondok sepanjang jalan setapak dari Wa’ Yagung ke Tau Lumbis X
2.4.3.6. 4 pondok sepanjang jalan setapak dari Long Berini ke Long Pada X
2.4.3.7. 13 pondok sepanjang jalan setapak Long Bena ke Data Dian X
2.5 Dua bumiperkemahan (lokasi tergantung pada perkembangan transportasi ke TNKM) X X
2.6. Pemeliharaan semua fasilitas pemanfaatan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-142


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

3 Prasarana yang diminta dari pemerintah Kabupaten dan Propinsi


3.1. Memindahkan lapangan perintis Long Alango ke tempat yang bisa dibangun landasan X
pacu lebih panjang
3.2. Membangun lapangan perintis di daerah hulu Sungai Tubu X
3.3. Memperpanjang dan meningkatkan lapangan perintis di Data Dian X
3.4 Membuat giram “Krabang” lebih dapat dilalui X
3.5. Membuat giram “Tlasau Dado’” di hilir Long Pujungan lebih aman X
I PARTISIPASI MASYARAKAT
1 Melobi pemerintah untuk mengakui hak masyarakat adat untuk mengelola (bukan X X X X X
memiliki) tanah adat mereka.
2 Bekerja sama dengan pemerintah kabupaten untuk mengarahkan bantuan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
pemerintah untuk masyarakat sekitar kawasan, termasuk sekolah, klinik, pra-sarana
lain, penyuluhan pertanian, dan bantuan pengembangan masyarakat lain.
3 Membuat dan memeliharan sistem untuk membantu masyarakat setempat dalam X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
memanen tumbuhan dan satwa secara, berkelanjutan dari tanah adat di dalam dan
diluar tn.
4 Mengembangkan dan memelihara program wisata alam berbasis masyarakat X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
5 Merundingkan suatu sistem yang memastikan bahwa masyarakat lokal dan lembaga X X X
lokal akan berbagi keuntungan dari taman nasional, dari wisata, sub-kontrak
pengelolaan, dll.
6 Bekerja sama dengan masyarakat lokal dan pemerintah dan lembaga non-pem.
untuk mengembangkan & melaksanakan proyek pengembangan pertanian
6.1. Extensifikasi dan intensifikasi budidaya padi sawah
6.1.1. Survei area di mana budidaya padi dapat dikembangkan. X
6.1.2. Merancang, membangun dan memelihara sistem irigasi di daerah baru X
6.1.3. Melakukan penelitian tentang metoda dan potensi peningkatan budidaya padi sawah X X X
6.1.4. Merancang dan melaksanakan program penyuluhan, termasuk pelatihan mengenai padi X X X X X X X X X X X X X X X
sawah.
6.2. Ekstensifikasi dan intensifikasi peternakan
6.2.1. Melakukan penelitian mengenai cara memelihara kerbau untuk dijual, kemungkinan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
peningkatan, dan program penyuluhan untuk menyebarkan pengembangan kepada petani
6.2.2. Survei kegiatan peternakan yang ada untuk satwa lain (babi, ayam, ikan, dll. & potensi
untuk intensifikasi dan ekstensifikasi X X X X X
6.2.3. Mengembangkan dan melaksanakan program intensifikasi dan ekstensifikasi peternakan
satwa lain termasuk produksi pangan, jasa dokter hewan, dll. X X X X X X X X X X X X X X X

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-143


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)
2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

6.3. Tanaman perdagangan


6.3.1. Melaksanakan penelitian thd. Potensi untuk tanaman perdagangan yagn ada, seperti kopi X X
6.3.2. Melaksanakan penelitian thd. potensi untuk jenis tanaman perdagangna baru, termasuk pasar X X
organik
6.3.3. Merancang dan melaksanakan program penyuluhan, termasuk pelatihan ttg. Tanaman X X X X X X X X X X X X X X X X X X
perdagangan
6.4. Tumbuhan obat
6.4.1. Menarik peneliti untuk skrining tumbuhan lokal untuk kemungkinan penggunaan secara komersil X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
6.4.2. jika jenis tumbuhan memiliki kegunaan sec. komersil, melakukan penelitian bagaimana budidaya X X X X X X X X X X X X X X X
secara komersil kemudian menyebarkan metodenya melalui program penyuluhan.
6.5. Ladang gilir balik
6.5.1. Memantau sistem ladang gilir balik untuk gejala adanya tekanan, seperti masa bera lebih pendek, X X X X X
hasil menuru, dll.
6.5.2. Melaksanakan penelitian bagaimana mengatasi masalah dan menyebarkan melalui program X X X X X X X X X X
penyuluhan
6.6. Pengembangan produksi buah dan pemasaran
6.6.1. Memperkirakan jumlah jenis buah dan tipe yang ada di area, dan teknik budidaya yang ada. X X X
6.6.2. Melaksanakan penelitian mengenai potensi jenis buah baru untuk budidaya di kawasan X X X
6.6.3. Merancang dan melaksanakan program penyuluhan untuk meningkatkan budidaya dan X X X X X X X X X X
pemasaran buah
7 Pengembangan Kehutanan Masyarakat
7.1. Identifikasi potensi area untuk konsesi kehutanan masyarakat, termasuk area baru dan hutan X X X
bekas tebangan dari HPH yang ada.
7.2. Pemberian hadiah kepada konsesi hutan masyarakat X
7.3. Program penyuluhan untuk membantu pengembangan konsesi hutan masyarakat, termasuk X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
penebangan area baru, penanaman pengayaan jenis kayu, jenis Aquilaria (untuk gaharu), pohon
buah dan rotan, tumbuhan obat dll.
7.4. Memantau konsesi hutan masyarakat untuk memastikan bahwa konsesi dikelola secara X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
berkelanjutan
8 Produksi Kerajinan tangan
8.1. Menjual kerajinan tangan di kantor pusat dan pusat pengunjung. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
8.2. Membantu pengrajin setempat memperoleh akses ke lebih banyak pasar di Indonesia dan luar X X X X X
negeri
8.3. menyertakan produsen kerajinan tangan dalam program pengembangan pengusaha kecil
8.4. Mengkaji potensi untuk mengembangkan koperasi produsen kerajinan tangan, dan X X X X X
mendirikannya bila sesuai

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-144


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

2001 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2015 2016 - 2020 2021 - 2025
No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

9 Pengembangan Perusahaan kecil


9.1. Identifikasi masyarakat lokal yang berminat dan mampu untuk mengembangkan bisnis X
atau memulai yang baru
9.2. Bekerja sama dengan LSM untuk merancang dan melaksanakan program pelatihan X X X X X
terhadap analisa kelayakan pasar, rencana pengembangan, akuntansi, dll.
9.3. Mendirikan lembaga kredit untuk menyediakan modal bunga rendah untuk memulai X X X X X X X X X X X X X X X X X
atau meningkatkan businis.
9.4. Menyediakan bantuan selama pelaksanaan rencana bisnis X X X X X X X X X X X X X X X X X X
10 Program peningkatan Kesadaran Masyarakat
10.1. Program Penyuluhan Masyarakat terpadu (Lihat bagian C, rencana kerja pemanfaatan
kawasan)
10.2. Pengembangan LSM (Lihat bagian F, Pengembangan kelembagaan)
10.3. Pengembangan kepramukaan dan karang taruna (Lihat bagian C rencana kerja)
J. Pemantauan dan Evaluasi
1 Mengatur & melaksanakan lokakarya untuk menyelesaikan sistem pemantauan
dan evaluasi, menggunakan sebagian atau semua elemen sebagai berikut:
2 Mendapatkan dan menganalisa citra satelit X X X X X
3 Survei udara tahunan di batas tn X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
4 membuat transek/plot di habitat selebihnya X X X X X
5 memantau transek X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
6 Melaksanakan rencana penelitian jangka panjang di Lalut Birai X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
7 Inventarisasi partisipatif tumbuhan yang dipanen masyarakat, gaharu, rotan, kayu X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
dan daun sang (palem)
8 Populasi satwa dan jenis burung yang penting menurut perkiraan masyarakat X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
9 Buku Log untuk temuan jenis yang terancam di 10 desa X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
10 Mendapatkan statistik sosial & ekonomi dari pemerintah mengenai populasi, X X X X X
Kesehatan, pendidikan dan ekonomi
11 Evaluasi Eksternal X X X X X X X X
12 Dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial-kebudayaan thd. Pengembangan area X X X X
Pariwisata
13 Evaluasi program pelatihan dan pertemuan secara berkala
14 Laporan triwulan dari pos lapangan dan bidang-bidang proyek
15 Laporan tahunan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) L-145


Kayan Mentarang Periode 2001-2025 (Buku I)

Anda mungkin juga menyukai