Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan Laporan Akhir Studi
Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor
Ekonomi Sulawesi.
Ringkasan Eksekutif ini disusun berdasarkan hasil resume dari seluruh laporan yang
berisi analisis dan rencana pengembangan. Ringkasan Eksekutif ini terdiri dari
paparan kondisi wilayah dan jaringan transportasi, perkiraan kondisi mendatang dan
arah pengembangan.
Pada buku Ringkasan Eksekutif ini masing-masing Kabupaten/Kota wilayah studi
disajikan dalam buku yang terpisah, dan yang disampaikan berikut adalah kajian
khusus untuk RINGKASAN EKSEKUTIF TATRALOK KOTA KENDARI PROVINSI
SULAWESI TENGGARA.
Ringkasan Eksekutif ini diharapkan pula sebagai sarana penggalian masukkan
terhadap rencana pengembangan sistem transportasi lokal dalam kegiatan Studi
Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor
Ekonomi Sulawesi.
Demikian Ringkasan Eksekutif ini disusun dengan harapan hasil kegiatan ini dapat
memberikan manfaat bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan,
Kementerian Perhubungan sebagai arahan dan acuan dalam rangka pengembangan
sistem transportasi nasional dimasa mendatang.
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................... ii
Daftar Tabel............................................................................................................... iv
Daftar Gambar .......................................................................................................... vi
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
DAFTAR PUSTAKA
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
2.1. Jenis Kegiatan Sesuai Dengan Penetapan Koridor Ekonomi MP3EI,
2011 ................................................................................................................ II-3
2.2. Matriks Rencana Pembangunan MP3EI Koridor Ekonomi Pulau
Sulawesi......................................................................................................... II-21
2.3. Produksi Hasil Pertanian Unggulan BerdasarkanKota/Kabupaten Di
Provinsi Sulawesi Tenggara.......................................................................... II-25
2.4. Produksi Perkebunan Unggulan Berdasarkan Kabupaten Dan
Kecamatan Di Provinsi Sulawesi Tenggara ................................................. II-27
2.5. Potensi Perikanan Berdasarkan Kota/Kabupaten Di Sultra ....................... II-30
2.6. Uraian Produksi Ternak Unggulan Berdasarkan Kabupaten Yang
Terdapat Di Provinsi Sulawesi Tenggara ..................................................... II-30
2.7. Produksi Hasil Laut Unggulan Di Luar Perikanan ........................................ II-31
2.8. Potensi Hasil Kehutanan Di Provinsi Sulawesi Tenggara............................ II-32
2.9. Objek Wisata Yang Terdapat Di Kota / Kabupaten Provinsi Sulawesi
Tenggara ....................................................................................................... II-33
2.10. Jumlah Kelompok Industri Berdasarkan Kabupatendi Sulawesi
Tenggara ....................................................................................................... II-35
2.11. Volume dan Nilai Ekspor Menurut Pelabuhan Asal 2008-2010 .................. II-36
2.12. Jumlah Produksi Kakao ................................................................................ II-39
2.13. Produksi Dan Nilai Harga Hasil Perikanan Laut Dan Darat Tahun 2011 ...... II-40
2.14. Jumlah Produksi Pertambangan Nikel ........................................................ II-41
2.15. Kunjungan Kapal Menurut Jenis Pelayaran di Kota Kendari ...................... II-64
2.16. Pembagian Zona Lalu Lintas Kota Kendari.................................................. II-65
2.17. Analisis Prediksi Bangkitan Pergerakan Penumpang Kondisi BAU
Kota Kendari ................................................................................................. II-66
2.18. Analisis Prediksi Bangkitan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota
Kendari .......................................................................................................... II-66
2.19. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Eksisting Kota Kendari
2014 ................................................................................................................ II-67
2.20. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Eksisting Kota Kendari 2014 ........ II-68
2.21. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari Tahun 2019 (Perjalanan/hari).......................................................... II-70
2.22. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari Tahun 2024 (Perjalanan/hari) ......................................................... II-71
2.23. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari Tahun 2029 (Perjalanan/hari) ......................................................... II-73
2.24. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari Tahun 2034 (Perjalanan/hari) ......................................................... II-74
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
2.25. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2019 (Ton /hari) .................................................................................. II-76
2.26. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2024 (Ton /hari) ................................................................................. II-77
2.27. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2029 (Ton /hari) ................................................................................. II-79
2.28. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2034 (Ton /hari) ................................................................................. II-80
2.29. Analisis Prediksi Bangkitan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan
MP3EI di Kota Kendari (Pergerakan/hari) .................................................. II-87
2.30. Analisis Prediksi Bangkitan Pergerakan Barang Kondisi Dengan
MP3EI di Kota Kendari (Ton/hari) ............................................................... II-87
2.31. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan
MP3EI Kota Kendari Tahun 2014 (Perjalanan/hari) ..................................... II-88
2.32. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan
MP3EI Kota Kendari Tahun 2019 (Perjalanan/hari) ..................................... II-89
2.33. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan
MP3EI Kota Kendari Tahun 2024 (Perjalanan/hari) ..................................... II-91
2.34. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan
MP3EI Kota Kendari Tahun 2029 (Perjalanan/hari)..................................... II-92
2.35. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan
MP3EI Kota Kendari Tahun 2034 (Perjalanan/hari)..................................... II-94
2.36. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2014 (Ton/hari) ............................................................ II-95
2.37. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2019 (Ton/hari) ............................................................ II-97
2.38. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2024 (Ton/hari)............................................................ II-98
2.39. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2029 (Ton/hari)............................................................ II-100
2.40. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2034 (Ton/hari) ........................................................... II-101
3.1. Indikasi Program Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi Darat
Kota Kendari ................................................................................................. III-36
3.2. Indikasi Program Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi Laut di
Kota Kendari ................................................................................................. III-38
3.3. Indikasi Program Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi Udara di
Kota Kendari ................................................................................................. III-39
3.4. Indikasi Program Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Kota
Kendari .......................................................................................................... III-40
v
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
2.1. Pembagian Koridor Ekonomi (KE) Indonesia .............................................. II-1
2.2. Peta Alur Laut Kepulauan Indonesia (MP3EI,2011) ..................................... II-4
2.3. Koridor Ekonomi Sulawesi ........................................................................... II-5
2.4. Pusat Ekonomi Pulau Sulawesi Dan Potensi Produksi Unggulan
(MP3EI 2011) .................................................................................................. II-6
2.5. Potensi Geografis Wilayah Sulawesi Tenggara Terhadap Konektivitas
Jaringan Transportasi Laut Dalam Wilayah Indonesia ............................... II-24
2.6. Kondisi Pelabuhan-Pelabuhan Khusus Pertambangan di Konawe
Utara .............................................................................................................. II-32
2.7. Peta Jalur Ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara Terhadap Overview
Arahan MP3EI Terhadap Pasar Asia Timur .................................................. II-37
2.8. Kegiatan Ekonomi Utama Indonesia ........................................................... II-38
2.9. Situasi Lahan Olahan Nikel Sulawesi Tenggara........................................... II-41
2.10. Kondisi Bandar Udara di Wilayah Sulawesi Tenggara ................................ II-59
2.11. Terminal Penyeberangan Ferry di Wilayah Sulawesi Tenggara ................. II-60
2.12. Angkutan Barang Melalui Jaringan Transportasi Laut ............................... II-60
2.13. Kondisi Kebersihan Terminal Penumpang Tipe B Latambaga
Kolaka dan Bandara Tangketada Kolaka ..................................................... II-61
2.14. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Eksisting Kota Kendari
Tahun 2014 (Perjalanan/hari)........................................................................ II-67
2.15. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Eksisting Kota Kendari
Tahun 2014 (Perjalanan/hari)........................................................................ II-68
2.16. Desire Line Pergerakan Asal Barang Eksisting Kota Kendari
Tahun 2014 (Ton/hari) ................................................................................... II-69
2.17. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Eksisting Kota Kendari
Tahun 2014 (Ton/hari) ................................................................................... II-69
2.18. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2019 (Perjananan/hari) ...................................................................... II-70
2.19. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari Tahun 2019 (Perjananan/hari) ........................................................ II-71
2.20. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari Tahun 2024 (Perjananan/hari) ........................................................ II-72
2.21. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari Tahun 2024 (Perjananan/hari) ........................................................ II-72
2.22. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari Tahun 2029 (Perjananan/hari) ........................................................ II-73
2.23. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari Tahun 2029 (Perjananan/hari) ........................................................ II-74
vi
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
vii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
PENDAHULUAN
BAB 1
1.1. LATAR BELAKANG
Pendahuluan I - 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
Pendahuluan I - 2
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
Pendahuluan I - 3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam kaitan hal tersebut
Sistranas diwujudkan dalam Tataran Transportasi Nasional
(TATRANAS) ditetapkan oleh pemerintah, Tataran Transportasi
Wilayah (TATRAWIL) ditetapkan oleh pemerintah provinsi, dan Tataran
Transportasi Lokal (TATRALOK) ditetapkan oleh pemerintah
kabupaten/kota. Keterkaitan ke tiga tataran tersebut tidak dapat
dipisahkan yang pada akhirnya akan menjadi acuan bagi semua pihak
terkait dalam penyelenggaraan transportasi untuk perwujudan
pelayanan transportasi yang efektif dan efisien baik pada tataran lokal,
wilayah maupun nasional.
Tema pembangunan untuk Koridor Ekonomi Sulawesi adalah Pusat
Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan,
Migas, dan Pertambangan Nasional.
Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-
kegiatan ekonomi utama Pertanian Pangan, Kakao, Perikanan, Nikel,
serta Minyak dan Gas. Selain itu, kegiatan ekonomi utama Minyak dan
Gas Bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin
pertumbuhan ekonomi di koridor ini.
Selain kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus Koridor Ekonomi
Sulawesi di atas, juga terdapat beberapa kegiatan yang dinilai
mempunyai potensi pengembangan, seperti Tembaga, Besi Baja,
Makanan-Minuman, Kelapa Sawit, Karet, Tekstil, Perkayuan dan
Pariwisata. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat berkontribusi
di dalam pengembangan Koridor Ekonomi Sulawesi secara
menyeluruh.
1.2.1. KEBIJAKAN
Kebijakan sektor kegiatan ekonomi utama, secara umum dijelaskan di
bawah ini diantaranya:
1) Perluasan area tanam melalui optimalisasi pemanfaatan lahan,
pencetakan sawah baru, rehabilitasi dan konservasi lahan
pertanian;
2) Mengamankan ketersediaan dan produksi pangan melalui
pengembangan keberlanjutan lumbung pangan, pemberdayaan
dan peningkatan kapasitas kelembagaan petani (Gapoktan,
Koperasi);
3) Mengurangi potensi kehilangan jumlah dan nilai pasca panen
melalui peningkatan kualitas penyimpanan, pengembangan
mekanisme pembelian yang efektif;
4) Menyediakan dukungan aktif saat rehabilitasi dan peremajaan
tanaman, penyediaan bibit kakao klon unggul, serta pengendalian
organisme pengganggu tanaman kakao;
Pendahuluan I - 4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
Pendahuluan I - 5
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
Pendahuluan I - 6
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
Pendahuluan I - 7
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
Pendahuluan I - 8
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
Pendahuluan I - 9
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
Gambar 2.4. Pusat Ekonomi Pulau Sulawesi Dan Potensi Produksi Unggulan (MP3EI 2011)
2. Kakao
Indonesia merupakan produsen kakao kedua terbesar dunia, dengan
menyumbang 18 persen dari pasar global.Secara nasional, komoditas
kakao menghasilkan devisa terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan
karet. Devisa darikakao pada tahun 2009 mencapai USD 1,38 miliar
(berasal dari biji dan kakao olahan). Biji kakao olahan
menghasilkancocoa butter (lemak kakao) dan cocoa powder (bubuk
kakao) yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia terutamadi
Amerika dan Eropa, dimana permintaan kakao mencapai 2,5 juta ton
per tahun. Indonesia mentargetkan padatahun 2025 mampu
memproduksi 2,5 juta ton biji kakao dengan nilai ekspor USD 6,25
miliar.
Menurut data ICCO (International Coffee and Cocoa Organization)
permintaan kakao dunia terus tumbuh sekitar 2– 4 persen per tahun
bahkan dalam 5 tahun terakhir tumbuh 5 persen per tahun (3,5 juta
ton/tahun). Negara Cinadan India dengan penduduk yang besar
menjadi potensi pasar kakao dari Indonesia.Kegiatan pengembangan
perkebunan dan industri kakao bertujuan untuk meningkatkan
produksi kakao (biji dan produk olahan kakao) yang berdaya
sainginternasional; dan mengembangkan industri kakaoyang mampu
memberi peningkatan pendapatan bagipara petani dan pelaku usaha
kakao.
Koridor Ekonomi Sulawesi mempunyai potensi besar bagi
pengembangan kegiatan kakao, baik perkebunan maupun industri
pengolahan kakao. Total luas lahankakao di Sulawesi mencapai
838.037 ha atau 58 persendari total luas lahan di indonesia.
Sebagian besarlahan tersebut dimiliki oleh petani (96 persen).
Namundemikian, pengembangan kakao di Pulau Sulawesimenghadapi
tantangan berupa kendala produksi,teknologi, kebijakan, dan
infrastruktur. Kurangtersedianya infrastruktur jalan, pelabuhan, listrik,
dan gas di provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, danSulawesi
Barat menyebabkan pula kehilangan peluang pasar sebesar 600 ribu
ton yang setara dengan USD 360 juta.
Sulawesi menyumbang 63 persen produksi kakao nasional. Produksi
kakao di Sulawesi cenderung menurun,walaupun luas areal tanam
meningkat. Penyebab utamanya adalah penurunan produktivitas
petani kakaoyang saat ini hanya 0,4 - 0,6 Juta Ton/Ha, dibandingkan
dengan potensi produktivitasnya sebesar 1 - 1,5 JutaTon/Ha. Penurunan
produktivitas kakao berhubungan erat dengan kondisi tanaman
pangan yang sudah tua,terkena serangan hama dan penyakit tanaman,
rendahnya teknik budidaya pemeliharaan tanaman kakao,serta
keterbatasan infrastruktur pendukung bagi kegiatan perkebunan dan
industri pengolahan kakao.
b. Konektivitas (infrastruktur)
Pengembangan kegiatan ekonomi utama kakao memerlukan
dukunganpeningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa:
- Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar, Mamuju dan
Manado;
- Penambahan dan peningkatan kapasitas fasilitas penyimpanan
di pusat-pusat perdagangan danpelabuhan;
- Peningkatan akses jalan yang lebih baik dari lokasi perkebunan
menuju industri pengolahan, pelabuhandan pusat perdagangan
regional maupun ekspor;
3. Perikanan
Indonesia memiliki kedudukan penting di kegiatan ekonomi utama
perikanan. Dengan kekayaan lautyang berlimpah, saat ini
pertumbuhan produksi makanan laut mencapai 7 persen per tahun,
sehinggamenempatkan Indonesia sebagai produsen terbesar di Asia
Tenggara. Dilihat dari produksi perikanan di Indonesia berdasarkan
sebaran wilayahnya, Koridor Ekonomi Sulawesimerupakan wilayah
yang memiliki produksi perikanan laut terbesar di Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwasektor perikanan merupakan salah satu kegiatan
ekonomi utama di Koridor Ekonomi Sulawesi.
Saat ini perikanan berkontribusi sekitar 22 persen dari total PDRB sub
sektor pertanian pangan (70 persentangkapan dan 30 persen
budidaya) dimana sekitar 20 persen dari aktivitas perikanan tersebut
merupakanperikanan tangkap dan sisanya adalah perikanan budidaya.
Potensi pengembangan perikanan terusberkembang secara signifikan
karena sebagian besar hasil perikanan di Sulawesi adalah untuk
pemenuhankebutuhan ekspor seiring dengan permintaan global yang
terus meningkat.Meskipun sumber daya perikanan cukup melimpah,
terdapat persoalan terkait dengan ekploitasi penangkapan ikanyang
berlebihan di beberapa areal laut sehingga mengancam keberlanjutan
kegiatan ini. Sebagai contoh, eksploitasipenangkapan ikan demersal
dan udang di Sulawesi Selatan dan ikan pelagis besar di Sulawesi
Utara.
b. Konektivitas (infrastruktur)
Pengembangan kegiatan ekonomi utama perikanan
memerlukandukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur)
berupa:
1. Pembangunan balai benih ikan/hatchery untuk menghasilkan bibit
unggul;
2. Pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan;
3. Pengembangan Unit Pengolahan Ikan (UPI);
4. Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar dan Manado;
5. Akses jalan yang lebih baik dari lokasi perikanan menuju pelabuhan
dan pusat perdagangan regional;
6. Pembangunan fasilitas penyimpanan hasil laut, di tempat-tempat
pelelangan maupun di pusat-pusatperdagangan;
7. Peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi).
4. Nikel
Indonesia adalah produsen nikel terbesar ke-4 dari 5 besar negara
produsen nikel dunia yang bersama-sama menyumbang lebih dari 60
persen produksi nikel dunia. Produksi nikel Indonesia mencapai 190
ribu tonper tahun. Indonesia memiliki 8 persen cadangan nikel dunia,
oleh karena itu industri pertambangan danpengolahan nikel sangat
layak untuk dipercepat dan diperluas pengembangannya. Sulawesi
merupakan daerahdengan produksi nikel paling maju di Indonesia.
Pertambangan nikel di Sulawesi menyumbang sekitar 7
persenterhadap PDRB Sulawesi. Oleh karenanya, kegiatan
pertambangan di Koridor Ekonomi Sulawesi terfokus pada
pertambangan nikel yang merupakan potensi pertambangan terbesar
di koridor ini. Sulawesi memiliki 50 persencadangan nikel di Indonesia
dengan sebagian besar untuk tujuan ekspor, diikuti oleh Maluku dan
Papua.
Akibat resesi global, permintaan nikel sempat menurun dalam kurun
waktu tahun 2006 - 2008. Namundemikian, permintaan nikel kembali
meningkat mulai tahun 2010 untuk memenuhi kebutuhan Cina
danTaiwan yang semakin besar. Diperkirakan harga jual nikel pun akan
mencapai USD 8 per pon pada tahun 2012,setelah mencapai mencapai
titik terendah pada tahun 2009, yakni USD 6,7 per pon.
Di koridor ini juga terdapat penambangan komoditas pertambangan
lainnya yaitu emas, tembaga dan aspalnamun tidak terlalu signifikan
dibandingkan potensi bijih nikel. Emas dan aspal lebih bersifat
pengoptimalanproduksi, sedangkan komoditas tembaga berupa
kegiatan pembangunan smelter dan bukan penambangannya.Untuk
pengembangan smelter tembaga di Kabupaten Maros, Sulawesi
Selatan, pasokan bahan baku bijihtembaga dari luar Koridor Ekonomi
Sulawesi direncanakan berasal dari Papua dan dari Nusa Tenggara.
Empat lokasi penting di Sulawesi yang memiliki cadangan nikel
berlimpah adalah:
1. Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan;
2. Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah;
3. Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara;
4. Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Tantangan terbesar dalam percepatan dan perluasan kegiatan
pertambangan nikel adalah menciptakan industrihilir dari
pertambangan nikel khususnya dalam pemurnian (refining) hasil
produksi nikel. Indonesia belummemilki fasilitas pemurnian nikel
padahal kegiatan pemurnian memberikan nilai tambah yang sangat
tinggi. Saat ini, lebih dari 50 persen nikel yang diekspor adalah dalam
bentuk bijih nikel. Dari 190 ribu ton bijih nikelyang diproduksi Indonesia
per tahunnya, hanya sekitar 80 ribu ton nikel yang diekspor dalam
b. Konektivitas (infrastruktur)
Pengembangan kegiatan ekonomi utama nikel memerlukan
dukunganpeningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa:
1. Pembangkit listrik (ketersediaan energi) untuk memenuhi
kebutuhan pemrosesan;
2. Akses jalan antara areal tambang dan fasilitas pemrosesan;
3. Infrastruktur pelabuhan laut yang dapat melayani pengiriman
peralatan dan bahan baku dari daerah lain,misalnya dari Papua
– Kepulauan Maluku.
b. Konektivitas (infrastruktur)
Pengembangan kegiatan ekonomi utama Migas memerlukan
dukunganpeningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa:
1. Peningkatan dan pengembangan infrastruktur minyak dan gas
bumi untuk meningkatkan aksesmasyarakat terhadap bahan
bakar gas
7. Investasi
Terkait dengan pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi telah
diidentifikasi rencana investasi baru untukkegiatan ekonomi utama
Pertanian Pangan, Kakao, Perikanan, Pertambangan Nikel dan Migas
sertainfrastruktur pendukung sekitar IDR 309 Triliun. Mayoritas
rencana investasi tersebut terkait dengan kegiatanekonomi utama
pertambangan nikel.
Lanjutan pembangunan
RKP
Pelabuhan fasilitas Pelabuhan Laut APBN/APBD Sulawesi Utara 2013 10
2013
Bitung Sulawesi Utara
RKP
UPP Tahuna APBN/APBD Sulawesi Utara 2013 10
2013
RKP
UPP Lirung APBN/APBD Sulawesi Utara 2013 5
2013
Pembangunan PLTU
Tahuna, PLTP
Ketenagalistri RKP
Lahendong, PLTM Swasta Sulawesi Utara 2013 n.a
kan 2013
Milangodaa, PLTA
Sawangan
Penanganan jalan
RKP
Jalan Atinggola-Maelang- APBN/APBD Sulawesi Utara 2013 94
2013
Katya (121.5 Km)
Pembangunan Jalan Tol
RKP
Manado-Minut-Bitung KPS Sulawesi Utara 2013 n.a
2013
(31,8Km)
RKP
Air Minum SPAM Kota Bitung KPS Sulawesi Utara 2013 n.a
2013
Penanganan jalan Parigi-
Sulawesi RKP
Poso-Tentena-Tidantana APBN/APBD 2013 70
Tengah 2013
(293.2Km)
Ketenagalis- Pembangunan PLTA Sulawesi RKP
Swasta 2013 n.a
trikan 2x20MW Tengah 2013
PLTM Mampueno,PLTA
Sulawesi RKP
Poso Energy, PLTU Swasta 2013 n.a
Tengah 2013
Muotong
Pembangunan utilitas Air Sulawesi RKP
Air Minum Swasta 2013 n.a
Bersih Tengah 2013
Pembangunan jalan Kab.Morowali/ RKP
Jalan KPS 2013 n.a
poros Soroako-Bahodopi Sulteng 2013
Sulawesi RKP
Pelabuhan Pelabuhan Raha APBN/APBD 2013 5
Tenggara 2013
Penanganan jalan dari
Siwa-Pare-pare-Barru- Sulawesi RKP
Jalan APBN/APBD 2013 157,747
Maros-makassar Selatan 2013
(312.Km)
Penanganan jalan Maros-
Maros/Sulawesi RKP
Watampone-Pelabuhan APBN/APBD 2013 26,39
Selatan 2013
Bajo E (158.6 Km)
Penanganan jalan dari
batas Sultra-Malili- Sulawesi RKP
APBN/APBD 2013 66,771
Masamba-Palopo-Siwa Selatan 2013
(317.9 Km)
Perluasan Pelabuhan Sulawesi RKP
APBN/APBD 2013 5
Makassar Selatan 2013
Pembangunan jaringan
transmisi untuk Sulawesi RKP
APBN/APBD 2013 300,033
beberapa ruas dan gardu Selatan 2013
induk
Ketenagalistri Pembangunan PLTA Kab.Luwu/ RKP
Swasta 2013 n.a
kan Kareba Sulsel 2013
Pembangunan PLTM
Rantabella, PLTGU Sulawesi RKP
Swasta 2013 n.a
Sengkang, PLTU Sulsel Selatan 2013
Baru
PLTA Buttu Batu Sulawesi RKP
KPS 2013 n.a
Enrekang (2x100MW) Selatan 2013
Pembangunan Utilitas Sulawesi RKP
Air Minum Swasta 2013 n.a
Air Bersih Selatan 2013
Pembangunan SPAM Sulawesi RKP
Swasta 2013 n.a
Kota Makssar Selatan 2013
Penanganan jalan sp-
Sulawesi RKP
Jalan Torobulu-Lainea-Kendari APBN/APBD 2013 62,26
Tenggara 2013
(127 Km)
Penanganan jalan Sulawesi RKP
APBN/APBD 2013 99,93
Kendari-Asera (125,4 Km) Tenggara 2013
Penanganan jalan Kolaka Sulawesi RKP
APBN/APBD 2013 141,79
Utara-Lasusua-Bts Sulsel Tenggara 2013
Sulawesi RKP
Pelabuhan Pelabuhan Bau-Bau APBN/APBD 2013 20
Tenggara 2013
Pengembangan
Sulawesi RKP
pelabuhan Kendari APBN/APBD 2013 10
Tenggara 2013
Lanjutan pembangunan
fasilitas Pelabuhan laut Sulawesi RKP
APBN/APBD 2013 5
Bungkutoko, Sulawesi Tenggara 2013
Tenggara
Pembangunan Jaringan
Ketenagalistri transmisi untuk Sulawesi RKP
APBN/APBD 2013 420,360
kan beberapa ruas dan gardu Tenggara 2013
induk
Pembangunan PLTU
Sulawesi RKP
Kolaka, PLTP Mangolo, Swasta 2013 420,360
Tenggara 2013
PLTU Konawe Utara
Lanjutan pembangunan
RKP
Pelabuhan fasilitas pelabuhan laut APBN/APBD Gorontalo 2013 3,2
2013
anggrek Gorontalo
Lanjutan Pembangunan
RKP
fasilitas pelabuhan APBN/APBD Gorontalo 2013 10
2013
Gorontalo
Penanganan ruas jalan
RKP
Jalan Majene-Tapalang- APBN/APBD Sulawesi Barat 2013 97,02
2013
Mamuju (143,1 Km)
Pembangunan jalan
RKP
akses Bandara Tampa APBN/APBD Sulawesi Barat 2013 19,1
2013
Padang
Lanjutan pembangunan
fasilitas Pelabuhan laut RKP
Pelabuhan APBN/APBD Sulawesi barat 2013 55,9
Belang-belang Sulawesi 2013
Barat
1. Sektor Komoditas
Berdasarkan data MP3EI (2011-2025), Sulawesi Tenggara adalah pusat
produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan
pertambangan nikel Indonesia. Hasil perkebunan yang cukup besar di
Sulawesi adalah kakao, yaitu sebesar 63% dari produksi kakao seluruh
Indonesia, 28,5% berasal dari Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, komoditas yang pertumbuhannya saat ini
(2012) berkembang cepat adalah komoditas hasil tambang.
Berdasarkan data dari Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara, terdapat 4 pusat kawasan tambang yaitu di
Kabupaten Buton, Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka dan Kolaka
Utara. Selain itu, wilayah Kabupaten Konawe Utara merupakan
wilayah yang baru dikembangkan untuk kegiatan tambang (Sejak
2008).
Industri pertambangan yang berkembang saat ini, sebagian
mengekspor hasil tambang dalam bentuk bahan mentah (ore) yang di
angkut melalui pelabuhan khusus tambang pada masing-masing lokasi.
b. Perkebunan
Kota kabupaten yang kaya akan produksi perkebunan terdapat di
Kabupaten Konawe (8 Komoditi), Kota Kendari (7 Komoditi), dan
Kolaka (6 Komoditi). Produksi tertinggi terdapat pada kopra, jambu
mete dan enau.
Selain Kabupaten Muna yang tidak mempunyai komoditi unggulan
pada sektor perkebunan, kota/kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tenggara, memiliki produk unggulan masing-masing, yaitu Kota
Kendari dengan komoditi unggulan jambu mete dan kelapa dalam
(kopra); Konawe dengan komoditi unggulan Kelapa dalam dan pala;
Konawe Utara dengan komoditi unggulan sagu dan lada; Kabupaten
Konawe Selatan dengan komoditi unggulan kelapa dalam; Kabupaten
Kolaka dengan komoditi unggulan sagu, dan kemiri; Kabupaten Kolaka
Utara dengan komoditi unggulan kakao, kelapa dalam, dan jambu
mete; Kabupaten Buton dengan komoditi unggulan asam jawa,
Kabupaten Bombana dengan komoditi unggulan enau; Kabupaten
Buton Utara dengan komoditi unggulan kelapa dalam dan pala;
Kabupaten Wakatobi dengan komoditi unggulan asam jawa dan
pinang; Kota Baubau dengan komoditi unggulan asam jawa, enau dan
kakao.
Berdasarkan RTRW dan RTR Pulau Sulawesi, pusat kegiatan
perkebunan terdapat pada PKW Unaaha dan Lasolo. Kondisi ini
mengalami perubahan, hal tersebut terlihat dari produksi komoditi
unggulan tertinggi terdapat pada wilayah Kolaka dan Kolaka Utara.
Berbeda halnya dengan Lasolo, yang merupakan bagian dari Konawe
Utara, produksi perkebunannya rendah (sagu, lada dan enau) dan
bukan merupakan komoditi yang diunggulkan dari Pulau Sulawesi.
STANDAR Total
KAB/ HASIL PRODUKSI
No KECAMATAN PRODUKTIFITAS Luas (Ha) Produksi
KOTA KOMODITI Kg/Ha
(Kg/Ha/Tahun) (Ton)
STANDAR Total
KAB/ HASIL PRODUKSI
No KECAMATAN PRODUKTIFITAS Luas (Ha) Produksi
KOTA KOMODITI Kg/Ha
(Kg/Ha/Tahun) (Ton)
c. Peternakan
Keunggulan dalam produksi ternak hanya terdapat pada 10
Kota/Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Kolaka
Utara dan Buton Utara tidak memiliki produksi ternak unggulan.
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 6 kota/kabupaten yang
unggul dalam produksi ternak sapi, yaitu, Kolaka (terdapat di 5
Kecamatan), Konawe Selatan (terdapat di 5 Kecamatan), Muna
(terdapat di 4 Kecamatan), Bombana (terdapat di 4 Kecamatan) dan
Konawe Utara (terdapat di 3 Kecamatan). Produksi ternak sapi
terunggul terdapat pada Kecamatan Watubangga (Kolaka) sebesar
17.645 ekor dan yang terendah terdapat di Kecamatan Asera (Konawe
Utara) sebesar 1.867 ekor.
Selain itu Kolaka (Watubangga) dan Konawe (Lasolo), unggul dalam
jumlah produksi ternak kambing. Kota/kabupaten yang unggul dalam
produksi ayam kampung dan ayam buras adalah Kabupaten Muna
(Tongkuno, Duruka, Katobu dan Kontunaga). Untuk produksi itik,
kabupaten yang unggul adalah Kolaka, yaitu terdapat pada 3
Kecamatan (Mowewe, Kolaka dan Baula) dengan jumlah produksi
rata-rata 23.527 ekor/Tahun.
Tabel 2.6. Uraian Produksi Ternak Unggulan Berdasarkan Kabupaten Yang Terdapat Di Provinsi
Sulawesi Tenggara
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Ternak Jumlah
Kabupaten/ Ternak Ternak Ternak
No Kecamatan Ternak Sapi Ayam Ternak Itik
Kota Kambing Babi Ayam Buras
(ekor) Kampung (ekor)
(ekor) (ekor) (ekor)
(ekor)
Wonggekudu 4,099 16,142
Amonggedo 3,005
1 KONAWE
Abuki 3,390 16,142
Tongauna 3,683 1165
Sawa 1,904 1642
KONAWE
2 Lasolo 2,746 2242
UTARA
Asera 1,867
Tinanggea 5,791 1147 117,917
Andoolo 4,618 1107 122,815
KONAWE Buke 4,409 119,209
3
SELATAN Ranomeeto
4,181 121,524
barat
Mowila 4,488
Watubangga 17,645 7487
Ladongi 4,180
Tinindo 2,707
Toari 2,786
4 KOLAKA Polinggona 2,031
Kolaka 170,000
Baula 23,342
Lambadia 11,940
Mowewe 35,300
Parigi 5,350
Kusambi 4,702
Watuputi 4,500
Napano kusambi 5,187
Tongkuno 123,116 123,116
5 MUNA
Kontugana 182,084
Katobu 126,454 126,454
Duruka 124,328 124,328
Lasalepa 123,203 109,521
Maligano
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Ternak Jumlah
Kabupaten/ Ternak Ternak Ternak
No Kecamatan Ternak Sapi Ayam Ternak Itik
Kota Kambing Babi Ayam Buras
(ekor) Kampung (ekor)
(ekor) (ekor) (ekor)
(ekor)
Siompu 2,632
6 BUTON Siompu barat 2,156
Mawasangka 14,585
Rarowatu 2,241
Rarowatu utara 3,061
Lantari jaya 3,066
Poleang selatan 3,398
7 BOMBANA Poleang Barat
Kabaena
selatan
Rumbia
Poleang utara
Bungi 1690 180,193
8 BAUBAU
Kambowa
Sumber: BPS Sultra, 2011
Jumlah produksi
No. Kabupaten/Kota Tahun Hasil laut
(Ton)
e. Kehutanan
Potensi pada sektor kehutanan cukup tinggi, namun hanya terdapat
pada beberapa Kota/Kabupaten. Hasil hutan umumnya berupa kayu
gelondongan baik jati maupun non jati. Produksi kayu jati terbesar
terdapat di Kabupaten Muna, dan produksi kayu non jati terbesar
terdapat di Kabupaten Buton.
Tabel 2.8. Potensi Hasil Kehutanan Di Provinsi Sulawesi Tenggara
Kota/Kab Jenis Kayu Gelondongan Produksi (m3)
Muna 7.791,76
Konawe Selatan Jati 4.312,94
Kendari 2.070,17
Kolaka 20.049.42
Buton 10.419,09
Non Jati
Buton Utara 9.8266,37
Konawe Utara 8.282,01
Sumber: BPS, 2011
g. Pariwisata
Sektor parwisata merupakan salah satu sektor yang dapat memicu
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Saat ini wilayah yang
berkembang pada sektor pariwisatan dan terkenal hingga
mancanegara adalah di Kabupaten Wakatobi. Di Pulau Tomia beberapa
resort dikelola oleh pengusaha asing. Pencapaian menuju Wilayah
wakatobi menggunakan jalur udara dan laut. Pulau Hoga, menjadi
lokasi pembuatan film nasional, hal ini menunjukkan potensi
pariwisata Kabupaten Wakatobi yang sudah mencapai skala
internasional.
Di Kabupaten Muna, juga terdapat festival layang-layang internasional
yang dilakukan setiap tahun. Layang-layang yang digunakan
masyarakat lokal terbuat dari daun khas dari Kabupaten Muna. Selain
itu terdapat layang-layang dari bahan modern yang digunakan oleh
peserta yang datang dari luar Kabupaten Muna baik nasional maupun
internasional.
Di Kota Baubau juga terdapat objek peninggalan sejarah, yaitu
Benteng Keraton Buton dan merupakan benteng terluas di seluruh
dunia.
Selain itu, terdapat juga tempat-tempat wisata alam maupun wisata
budaya yang tersebar pada tiap Kota/Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tenggara, namun masih dalam skala lokal.
Jenis Wisata
Kota/Kabupaten Kecamatan
Wisata Budaya Wisata Alam
Lasalimu
Buton Hutan Lambusango
(Desa Kakenauwe)
Jenis Wisata
Kota/Kabupaten Kecamatan
Wisata Budaya Wisata Alam
Wolo Sungai Tamborasi
Watu-bangga Pantai Pitura
Samaturu Tanjung Kayu Angin
Kolaka Pomalaa P. Padamarang (Snorkeling)
Pomalaa Pantai Slank
Ulunggo-laka Permandian Air Panas
Kolaka Rumah Adat Mekongga
Konawe Selatan
Wakatobi Taman Laut
Bombana
Kecamatan Wawo Danau Biru
Kecamatan Rante
Wisata Gua
Anging
Kolaka Utara Kecamatan Ngapa Wisata Gua
Kecamatan Katoi Permandian Tanjung
Tobaku
Kecamatan Batu Putih Tanjung Sapiri
Buton Utara
Konawe Utara
Pantai Nambo, Pantai Taipa
Kota Kendari
Pantai Mayaira
Pantai Nirwana
Pantai Lakeba
Betoamba-ri
Permandian Topa
Gua Lakasa
Keraton Sultan Buton Gua Arung Palakka
Mesjid Agung Keraton Kali Baubau
Festival Batu Poaro Pantai Kamali
Murhum
Pesta adat
Kandekandea
Bukit Palagimata
Festival Pulau Makassar Pantai Kokalukuna
Kota Baubau Bukit Wantiro
Kokalu-kuna Bukit Kolema
Air Jatuh
Pulau Makasar
Air Terjun Samparona
Sorowolio Air Terjun Lagawuna
Pesta Adat Mataa
Benteng Sorowolio
Wolio
Rumah Adat Malige
Permandian Alam Bungi
Bungi Budidaya Mutiara
(Palabusa)
h. Industri
Pertumbuhan sektor industri pada kelompok industri besar dan
menengah di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam 3 tahun terakhir
mengalami penurunan yang cukup signifikan (mencapai 40%). Berbeda
dengan sektor industri kecil, walaupun mengalami penurunan di tahun
2009, namun kembali mengalami peningkatan di tahun 2010.
Nilai produksi yang dari kelompok industri yang tergolong industri
kecil (Industri Logam dan Mesin, Industri Hasil Pertanian dan
kehutanan, serta industri aneka/industri rumah tangga), mecapai ±3
Trilyun rupiah. Berikut ini diuraikan kelompok industri pada masing-
masing kota/kabupaten.
Penetapan undang-undang pertambangan yang mengharuskan
perusahaan tambang memiliki industri pengolahan dalam negeri,
diharapkan dapat meningkatkan perkembangan sektor industri,
menyerap tenaga kerja, sehingga mampu memacu pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara.
i. Perdagangan
Sektor perdagangan di Sulawesi Tenggara terdiri dari perdagangan
ekspor (meliputi hasil pertambangan, perikanan, perkebunan dan
kehutanan) dan impor (barang modal) serta perdagangan antar pulau.
Barang-barang yang diperdagangkan antar pulau terdiri dari
Berdasarkan data BPS 2011, nilai ekspor tertinggi berasal dari sektor
pertambangan yang mencapai nilai USD 301.192.000, namun nilai ini
menurun cukup jauh jika dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2007
yaitu USD ±600.000.000.
Kondisi yang berbeda terlihat pada sektor perikanan. Volume ekspor
mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2010, yaitu
sebesar 23.051,62 ton, dengan nilai ekspor sebesar USD 88.244.750.
Kemajuan ini sangat tinggi, mengingat tahun 2009 tidak ada ekspor
pada sektor perikanan.
Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor antara lain Jepang, Cina,
USA, Belanda, Malaysia, Korea Selatan, Swiss, dengan nilai ekspor rata-
rata diatas 3000 USD.
Berdasarkan MP3EI, secara global kedudukan Provinsi Sulawesi
Tenggara merupakan bagian dari pengembangan ekonomi nasional
dalam skala regional Pulau Sulawesi, dengan potensi pusat produksi
dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan
pertambangan nikel Nasional dan menjadi garis depan terhadap pasar
Asia Timur, Australia dan Amerika. Berdasarkan kondisi tersebut,
konektivitas lokal, regional, nasional dan global, memegang peranan
yang sangat penting.
Gambar 2.7. Peta Jalur Ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara Terhadap Overview
Arahan MP3EI Terhadap Pasar Asia Timur
a. Perkebunan Kakao
Sesuai MP3EI (2011-2025), sampai tahun 2010 Indonesia masih menjadi
salah satu Negara yang mempunyai unggulan produksi hasil
perkebunan seperti kakao (770.000 ton/ tahun, produsen kedua
terbesar dunia), dan Sulawesi menyumbang 63% produksi kakao
nasional.
Tahun 2010, Wilayah Sulawesi Tenggara mencapai produksi kakao
sebesar 147.917 ton/tahun (sesuai BPS Sultra 2011), atau sebesar 19,2%
dari produksi dunia, dengan pertumbuhan produksi sebesar 9% per
tahun (data 2006-2010). Produksi kakao terbanyak dalam wilayah
Sulawesi Tenggara terdapat di Kabupaten Kolaka Utara dan
Kabupaten Kolaka.
Pengembangan kegiatan ekonomi utama kakao tersebut memerlukan
dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa
peningkatan akses jalan yang lebih baik dari lokasi perkebunan menuju
industri pengolahan, pelabuhan dan pusat perdagangan regional
maupun eksport (MP3EI). Kabupaten Konawe (Unaaha) yang
termasuk dalam Kapet Bank Sejahtera Sultra tahun 2010 (Kawasan
Ekonomi Terpadu Kendari Konawe Kolaka) diarahkan menjadi
gudang pengumpul coklat. Namun demikian perlu dipertimbangkan
sumber produksi Kakao unggulan berada di Kabupaten Kolaka dan
Kolaka Utara yang mempunyai akses langsung ke Provinsi Sulawesi
Selatan (melalui Ferry dengan angkutan truk ke Bajoe dan Siwa).
b. Perikanan
Indonesia adalah negara yang memiliki produksi perikanan tangkap
terbesar ke-4 dunia setelah China, Peru, Amerika Serikat, dan Chile.
Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar di Asia Tenggara,
mencapai pertumbuhan sebesar 7% per tahun. Namun demikian hasil
produksi Indonesia masih tergolong kecil, karena hanya 5,05% dari
total perikanan tangkap dunia (95 juta ton, sesuai
www.kapanlagi.com, 9 November 2009). Pada tahun 1999 produksi
ikan tangkap Indonesia mencapai 3,5 juta ton, tahun 2010 mencapai
10,5 juta ton.
Kementerian kelautan dan perikanan (KKP) telah menargetkan
produksi perikanan pada tahun 2011 adalah 12,26 juta ton atau
meningkat 27% dari tahun 2010 (sebelumnya hanya 5-6%, sesuai
Menteri kelautan dan perikanan 2010). Produksi perikanan tersebut
terdiri dari perikanan tangkap 5,41 juta ton dan budidaya 6,85 juta ton.
Sesuai KKP (2010), tahun 2009 kontribusi perikanan tangkap masih
lebih besar dibandingkan budi daya, tetapi sejak tahun 2010 sudah
berubah.
Kecilnya jumlah produksi perikanan tangkap, selain dipengaruhi oleh
ketidakseimbangan pemanfaatan sumber daya Indonesia (SDI) dan
armada perikanan tangkap nasional yang masih didominasi armada
skala kecil, juga belum didukung dengan infrastruktur pelabuhan
perikanan, baik dari sisi jumlah maupun kelengkapan fasilitasnya.
Koridor ekonomi Sulawesi merupakan wilayah produksi perikanan laut
terbesar di Indonesia. Namun demikian MP3EI mengarahkan agar
mengurangi eksploitasi penangkapan ikan laut dan menganjurkan
pengembangan perikanan budidaya.
Tabel 2.13. Produksi Dan Nilai Harga Hasil Perikanan Laut Dan DaratTahun 2011
c. Nikel
Indonesia mempunyai nikel sebanyak ±2.633.500.434 milyar, dan
cadangannya sebesar 576.914.000 yang tersebar di Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Maluku, Kalimantan dan Sumatra (data Badan
Geologi Kementerian ESDM, 2010). Indonesia termasuk cadangan
terbesar keempat dunia. Sesuai BPS 2011, Sulawesi Tenggara terdapat
3 perusahaan besar dalam sektor pertambangan nikel, yaitu di
Kabupaten Kolaka, Buton dan Konawe Selatan. Produksi terbanyak
telah dilakukan pada tahun 2007 yaitu 2,499.935 ton biji nikel dan
1.712.147 ton ferro nikel dengan nilai masing-masing 1.204.647 juta
rupiah dan 245.511 juta rupiah.
Satu ton bijih nikel harganya US$ 50, sementara harga fero nikel
mencapai US$ 19 ribu per ton (http://www.steelindonesia.com, akses
30 April 2012).
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mendesak pemerintah pusat
untuk membentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pertambangan,
guna mengoptimalkan kontribusi sektor tersebut bagi kesejahteraan
masyarakat setempat.
2.2.1. UMUM
Analisis tata ruang atau ruang kegiatan diperlukan untuk
mengidentifikasi lokasi-lokasi yang diprioritaskan untuk mendapatkan
pelayanan transportasi. Identifikasi ruang kegiatan ini juga
menentukan hirarki, fungsi dan kelas jalan yang akan diusulkan atau
kemudian akan ditetapkan.
Berdasarkan peraturan penetapan status dan hirarki jalan serta
perumusan jaringan transportasi, maka pengembangan jaringan
transportasi ataupun penentuan simpul transportasi sangat
ditentukan oleh hirarki kota.
3) Ekonomi
Dalam struktur perekonomian Kota Kendari, sektor pengangkutan dan
komunikasi masih merupakan sektor yang mempunyai peran terbesar
terhadap PDRB atas dasar harga berlaku. Selain sektor pengangkutan
dan komunikasi, sektor yang berkontribusi cukup besar dalam PDRB
adalah perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang paling kecil
kontribusinya terhadap PDRB adalah sektor pertambangan dan
penggalian. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian selalu
konstan pada nilai 0,2 dan 0,19. Berdasarkan potensinya, kegiatan
sektor ekonomi yang akan mendominasi adalah sektor perdagangan
dan jasa, sektor industri, sektor perikanan/kelautan dan sektor
pariwisata.
3) kawasan perkantoran;
Rencana kawasan perkantoran meliputi:
a. perkantoran Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, terdapat
di Kecamatan Poasia dengan rencana pengembangan di
Kecamatan Kambu;
b. perkantoran Pemerintah Kota Kendari berada di Kecamatan
Mandonga; dan
c. perkantoran swasta berada di kawasan perdagangan
Mandonga dan kawasan pusat kota, kawasan Teluk Kendari
yang meliputi Kecamatan Kadia, Kecamatan Poasia, dan
Kecamatan Wua-Wua.
4) kawasan industri;
Rencana kawasan industri meliputi:
a. kawasan industri terbatas meliputi industri manufaktur seluas
kurang lebih 100 Ha yang terletak di Kecamatan Baruga;
b. kawasan industri terpadu yang dikembangkan untuk kegiatan
industri skala besar, terdapat di Kecamatan Abeli; dan
c. kawasan agroindustri di Kecamatan Puuwatu dan Wua-wua.
5) kawasan pariwisata;
Rencana kawasan pariwisata meliputi:
a. pariwisata budaya, berupa pusat kawasan promosi dan
informasi daerah, serta rumah-rumah adat Sulawesi Tenggara
di Kecamatan Kadia; wisata perdagangan dan sejarah Kota
Lama di Kecamatan Kendari;
b. pariwisata alam, berupa Taman Wisata Alam di Kecamatan
Wua-Wua, Kecamatan Baruga, Kecamatan Puuwatu dan
Kecamatan Kambu dan pariwisata agro, di Kecamatan
Kambu, Puuwatu dan Mandonga; dan
c. pariwisata buatan, berupa objek wisata pantai, wisata religius,
dan perdagangan di Kecamatan Kadia Kadia, Kecamatan
Kambu dan Kecamatan Poasia; serta Pusat Kota dan Kawasan
Teluk Kendari meliputi Kecamatan Kambu dan Kecamatan
Kadia.
6) kawasan ruang terbuka non hijau;
Rencana kawasan ruang terbuka non hijau meliputi :
a. kawasan ruang terbuka biru meliputi seluruh Sungai di Kota
Kendari,dan Perairan Teluk Kendari;
J. Keterjangkauan Tarif
Tarif angkutan yang berlaku (darat, laut, penyeberangan) di
Wilayah Sulawesi Tenggara adalah sesuai dengan tarif yang
N. Efisiensi
Penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi adalah load factor. Utilisasi atau tingkat penggunaan
kapasitas sistem transportasi dapat mempergunakan indikator
seperti faktor muat penumpang, faktor muat barang dan tingkat
penggunaan sarana dan prasarana. Apabila load factor rendah
maka dikatakan operasional angkutan tersebut sudah tidak
efisien.
Dalam segi pelayanan transportasi udara, selama tahun 2007 lalu lintas
pesawat yang datang/berangkat melalui Bandara Haluoleo tercatat
2790 kali, naik 11,07% dari tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah
penumpang yang datang sebanyak 164.363 orang dan berangkat
sebanyak 167.338 orang, masing-masing naik 3,59% dan 6,05% dari
tahun sebelumnya.
B. Jaringan Prasarana
Jaringan jalan raya merupakan salah satu prasarana yang sangat
dominan dalam pergerakan orang maupun barang di Kota Kendari.
Data statistik tahun 2007 menunjukkan bahwa dari sisi kewenangan
pembinaan jalan, sebesar 46,72 km panjang jalan merupakan jalan
nasional, 52,48 km panjang jalan provinsi, dan 373,07 km panjang jalan
kota. Jalan nasional umumnya dalam kondisi baik, sementara jalan
provinsi dan jalan kota pada umumnya mengalami permukaan yang
tidak rata serta rusak ringan. Berdasarkan data tersebut, dapat
Tabel 2.17. Analisis Prediksi Bangkitan Pergerakan Penumpang Kondisi BAU Kota
Kendari
Tabel 2.18. Analisis Prediksi Bangkitan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota Kendari
Gambar 2.14. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Eksisting Kota Kendari Tahun
2014 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.15. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Eksisting Kota Kendari
Tahun 2014 (Perjalanan/hari)
Tabel 2.20. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Eksisting Kota Kendari 2014
Gambar 2.16. Desire Line Pergerakan Asal Barang Eksisting Kota Kendari Tahun 2014
(Ton/hari)
Gambar 2.17. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Eksisting Kota Kendari Tahun
2014 (Ton/hari)
Gambar 2.18. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2019 (Perjananan/hari)
Gambar 2.19. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2019 (Perjananan/hari)
Tabel 2.22. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2024 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.20. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2024 (Perjananan/hari)
Gambar 2.21. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2024 (Perjananan/hari)
Tabel 2.23. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2029 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.22. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2029 (Perjananan/hari)
Gambar 2.23. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2029 (Perjananan/hari)
Tabel 2.24. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2034 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.24. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2034 (Perjananan/hari)
Gambar 2.25. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2034 (Perjananan/hari)
2) PERGERAKAN BARANG
Prediksi Matrik Asal Tujuan (MAT) untuk angkutan barang pada kondisi
BAU (Business as Usual) di Kota Kendari dilakukan dengan
menggunakan Metode Analogi Furness, dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.25. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota Kendari Tahun
2019 (Ton /hari)
Gambar 2.26. Desire Line Pergerakan Asal Barang Kondisi BAU Kota Kendari Tahun
2019 (Ton/hari)
Gambar 2.27. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2019 (Ton/hari)
Tabel 2.26. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota Kendari Tahun
2024 (Ton /hari)
Gambar 2.28. Desire Line Pergerakan Asal Barang Kondisi BAU Kota Kendari Tahun
2024 (Ton/hari)
Gambar 2.29. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2024 (Ton/hari)
Tabel 2.27. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota Kendari Tahun
2029 (Ton /hari)
Gambar 2.30. Desire Line Pergerakan Asal Barang Kondisi BAU Kota Kendari Tahun
2029 (Ton/hari)
Gambar 2.31. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Kondisi BAU Kota Kendari Tahun
2019 (Ton/hari)
Tabel 2.28. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi BAU Kota Kendari Tahun
2034 (Ton /hari)
Gambar 2.32. Desire Line Pergerakan Asal Barang Kondisi BAU Kota Kendari Tahun
2034 (Ton/hari)
Gambar 2.33. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Kondisi BAU Kota Kendari
Tahun 2034 (Ton/hari)
Gambar 2.35. KPI Kota Kendari Dengan Sektor Utama Bidang Perikanan
Saat ini perikanan berkontribusi sekitar 22 persen dari total PDRB sub
sektor pertanian pangan (70 persentangkapan dan 30 persen
budidaya) dimana sekitar 20 persen dari aktivitas perikanan tersebut
merupakanperikanan tangkap dan sisanya adalah perikanan budidaya.
Potensi pengembangan perikanan terusberkembang secara signifikan
karena sebagian besar hasil perikanan di Sulawesi adalah untuk
pemenuhankebutuhan ekspor seiring dengan permintaan global yang
terus meningkat. Meskipun sumber daya perikanan cukup melimpah,
terdapat persoalan terkait dengan ekploitasi penangkapan ikanyang
berlebihan di beberapa areal laut sehingga mengancam keberlanjutan
kegiatan ini. Sebagai contoh, eksploitasipenangkapan ikan demersal
dan udang di Sulawesi Selatan dan ikan pelagis besar di Sulawesi
Utara.
Untuk mengurangi eksploitasi penangkapan ikan yang berlebih dan
meningkatkan produksi perikanan yanglebih berkelanjutan, maka
dikembangkan juga perikanan budidaya (akuakultur).
Dalam kaitannya denganpengembangan perikanan budidaya, area
tambak di koridor ini ideal untuk budidaya udang yang bernilai tinggi
dimana nilai jualnya jauh lebih tinggi daripada nilai jual rumput laut
yang mendominasi hasil produksi akuakultur.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Sulawesi Selatan telah
mengutarakan keinginan untuk menjadisentra perikanan budidaya di
Indonesia.Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka
pengembangan kegiatan perikanan akan diprioritaskan padaperikanan
budidaya (akuakultur). Hal ini sejalan dengan rencana pengembangan
perikanan dan kelautanyang dicanangkan oleh pemerintah. Namun
demikian, secara khusus, dalam pengembangan kegiatan ekonomi
utama perikanan ini ada beberapatantangan yang harus dihadapi,
antara lain:
1. Persaingan di pasar global, dimana beberapa produk perikanan
dari negara lain seperti Thailand danVietnam memiliki daya saing
yang sangat tinggi yang dikarenakan proses produksi yang jauh
lebih efisiendibandingkan dengan Indonesia.
2. Persaingan di pasar dalam negeri, yaitu daerah-daerah lainnya di
Indonesia yang memproduksi produkperikanan sejenis.
3. Persyaratan kualitas/mutu produk perikanan seperti persyaratan
label, kemasan, keamanan produk,traceability, green/eco label dan
syarat kandungan BTP akan semakin ketat. Ini merupakan
suatutantangan ke depan agar industri perikanan dapat lebih
meningkatkan mutu dan memperketat kontrol kualitasproduk
perikanan yang dihasilkan.
• Konektivitas (infrastruktur)
Pengembangan kegiatan ekonomi utama perikanan
memerlukandukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur)
berupa:
1. Pembangunan balai benih ikan/hatchery untuk menghasilkan bibit
unggul;
2. Pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan;
3. Pengembangan Unit Pengolahan Ikan (UPI);
4. Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar dan Manado;
5. Akses jalan yang lebih baik dari lokasi perikanan menuju pelabuhan
dan pusat perdagangan regional;
6. Pembangunan fasilitas penyimpanan hasil laut, di tempat-tempat
pelelangan maupun di pusat-pusatperdagangan;
7. Peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi).
Industri Pengolahan
Perikanan dan
Produk Kelautan di
Konawe Selatan
Gambar 2.36. Rencana Pengembangan Kawasan Minapolitan Perikanan di KPI Kota Kendari
Tabel 2.30. Analisis Prediksi Bangkitan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI di
Kota Kendari (Ton/hari)
Tabel 2.31. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2014 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.37. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2014 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.38. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2014 (Perjalanan/hari)
Tabel 2.32. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2019 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.39. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2019 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.40. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2019 (Perjalanan/hari)
Tabel 2.33. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2024 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.41. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2024 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.42. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2024 (Perjalanan/hari)
Tabel 2.34. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2029 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.43. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2029 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.44. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2029 (Perjalanan/hari)
Tabel 2.35. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2034 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.45. Desire Line Pergerakan Asal Penumpang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2034 (Perjalanan/hari)
Gambar 2.46. Desire Line Pergerakan Tujuan Penumpang Kondisi Dengan MP3EI
Kota Kendari Tahun 2034 (Perjalanan/hari)
Tabel 2.36. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2014 (Ton/hari)
Gambar 2.47. Desire Line Pergerakan Asal Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2014 (Ton/hari)
Gambar 2.48. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2014 (Ton/hari)
Tabel 2.37. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2019 (Ton/hari)
Gambar 2.49. Desire Line Pergerakan Asal Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2019 (Ton/hari)
Gambar 2.50. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2019 (Ton/hari)
Tabel 2.38. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2024 (Ton/hari)
Gambar 2.51. Desire Line Pergerakan Asal Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2024 (Ton/hari)
Gambar 2.52. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2024 (Ton/hari)
Tabel 2.39. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2029 (Ton/hari)
Gambar 2.53. Desire Line Pergerakan Asal Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2029 (Ton/hari)
Gambar 2.54. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2029 (Ton/hari)
Tabel 2.40. Matrik Asal Tujuan Pergerakan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2034 (Ton/hari)
Gambar 2.55. Desire Line Pergerakan Asal Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2034 (Ton/hari)
Gambar 2.56. Desire Line Pergerakan Tujuan Barang Kondisi Dengan MP3EI Kota
Kendari Tahun 2034 (Ton/hari)
ARAH PENGEMBANGAN
BAB 3
3.1. LATAR BELAKANG
SISTRANAS SISLOGNAS
Sistranas Pada Tataran Transportasi Wilayah Propinsi (Tatrawil) Cetak Biru Sistem
Logistik Nasional
Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
UU
17/2007 UU
ttg 26/2006 UU 1/2009 ttg
UU 38/ UU 22/2009 UU 23/2007 ttg UU 17/2008 ttg
RPJPN ttg Penerbangan
2004 ttg ttg LLAJ KA Pelayaran
2005 - Penataan
Jalan
2025 Ruang
MP3EI
(Perpres
32/2011) Cetak Biru
Tatanan Kebandar
Tatanan KA Tatanan Kepelabuhanan
udaraan Nasional
Transportasi
Nasional Nasional
(KM 11/2010) Multimoda
RTRWN
(KM 15/2010)
Rencana
PP5/2010 (PP Umum Rencana Rencana Induk Rencana Induk Rencana
ttg 26/2008) Jaringan Induk Perkeretaapian Jaringan Induk Rencana Induk
RPJMN RTRWP, Jalan LLAJ Nasional Penyeberangan Pelabuhan Nasional Bandar
2010 – RTRWK Nasional Nasional Nasional Nasional Udara
2014
A. VISI
Visi dari sistem transportasi Kota Kendari adalah “Mewujudkan Sistem
Transportasi Kota Kendari Yang Merata Dan Berkelanjutan Serta
Mendukung Terwujudnya Kota Kendari Sebagai Kota Dalam Taman
Yang Maju, Demokratis Dan Sejahtera Dalam Kerangka Kesinergian
Dengan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan”
B. MISI
Dalam mewujudkan visi transportasi Kota Kendari, maka misi yang
diemban untuk mewujudkan visi tersebut adalah :
(1) Misi Lingkungan ; Yaitu sistem transportasi Kota Kendari
diarahkan mampu mendukung kualitas dan kapasitas lingkungan
yang lebih baik dan semakin baik
(2) Misi Sosial Kemasyarakatan ; Yaitu sistem transportasi Kota
Kendari diarahkan untuk mencapai dan mendukung peningkatan
kualitas kehiduapan sosial kemasyarakatan yaitu mengurangi
kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan serta kemakmuran
masyarakat.
(3) Misi Pelayanan ; Yaitu sistem transportasi Kota Kendari harus
mampu memberikan kualitas pelayanan yang optimal yaitu
terwujudnya sistem transportasi yang efisien dan efektif
sebagaimana diarahkan dalam Sistem Transportasi Nasional.
(4) Misi Perekonomian ; Yaitu sistem transportasi Kota Kendari harus
mampu mendukung peningkatan perekonomian daerah dan
masyarakat secara signifikan
(5) Misi Profesionalisme Aparat ; Yaitu sistem transportasi Kota
Kendari harus mampu mendukung peningkatan kualitas
profesionalisme aparat dibidang transportasi khususnya maupun
dibidang lainnya dalam rangka percepatan pembangunan yang
berkualitas
(6) Misi Kepemerintahan yang Baik (Good Governance); Yaitu secara
keseluruhan diharapkan sistem transportasi Kota Kendari mampu
mendukung dan menjadi stimulant perwujudan sistem
kepemerintahan yang baik terutama dalam bidang pelayanan
masyarakat.
Gambar 3.7. Indikasi Program Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi Darat Kota Kendari
Gambar 3.8. Indikasi Program Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi Laut Kota Kendari
Gambar 3.9. Indikasi Program Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi Udara Kota Kendari
Gambar 3.10. Indikasi Program Sistem Jaringan Prasarana Dan Pelayanan Transportasi Kereta Api Kota Kendari
Gambar 3.11. Indikasi Program Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Darat Kota Kendari
Gambar 3.12. Indikasi Program Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Laut Kota Kendari
Gambar 3.13. Indikasi Program Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Udara Kota Kendari
Tabel 3.1. Indikasi Program Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi Darat Kota Kendari
TAHAP PELAKSANAAN
PENANGGUNG INSTANSI
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2019- 2025- 2030- PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 JAWAB TERKAIT
2024 2029 2034
A. JALAN
PEMBANGUNAN TRAYEK BARU ANGKUTAN
1.
UMUM:
BAPPEDA,
1. Pasar PKL – BTN KendariPermai – Kampus DLLAJ,
Trayek 1 Dishub Kota APBD KOTA
via RS. Abunaawas (Trayek No. 18) POLDA,
BINAMARGA
BAPPEDA,
2. Pasar PKL – Terminal Baruga via DLLAJ,
Trayek 1 Dishub Kota APBD KOTA
Waterboom (Trayek No. 19) POLDA,
BINAMARGA
BAPPEDA,
3. Pasar PKL – Labibia via RS. Jiwa/ Rusunawa DLLAJ,
Trayek 1 Dishub Kota APBD KOTA
(Trayek No. 17) POLDA,
BINAMARGA
2. PENERAPAN SISTEM BRT:
TAHAP PELAKSANAAN
PENANGGUNG INSTANSI
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2019- 2025- 2030- PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 JAWAB TERKAIT
2024 2029 2034
PENATAAN LALU LINTAS DENGAN BAPPEDA,
PEMBENTUKAN SISTEM PENATAAN DAN DLLAJ,
3. Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
PENGENDALIAN KAWASAN LALU LINTAS POLDA,
(Area Traffic Control System) BINAMARGA
B. PENYEBERANGAN
Tabel 3.2. Indikasi Program Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi Laut Kota Kendari
Tabel 3.3. Indikasi Program Sistem Jaringan Pelayanan Transportasi Udara Kota Kendari
Tabel 3.4. Indikasi Program Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Kota Kendari
TAHAP PELAKSANAAN
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2020- 2025- PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2025 2034
A. ANTARMODA
Penambahan anggaran biaya
pemeliharaan sarana BAPPEDA, DLLAJ,
1 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
dermaga penyeberangan POLDA, BINAMARGA
Kendari
Peningkatan fasilitas terminal
penyeberangan (kebersihan
kamar mandi, air bersih, dan BAPPEDA, DLLAJ,
2 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
belum terdapat fasiliitas POLDA, BINAMARGA
parkir kendaraan yang
memadai)
Peningkatan pelayanan
sarana dan prasarana
angkutan kota di pelabuhan BAPPEDA, DLLAJ,
3 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
pengumpul Kota Kendari POLDA, BINAMARGA
(Terminal/halte angkutan
kota dan regional, parkir taxi)
B. JALAN
RENCANA SISTEM JARINGAN
1.
JALAN:
BAPPEDA, DLLAJ,
a. Jalan Arteri Primer Dinas PU Kota APBD KOTA
POLDA, BINAMARGA
1) Jl. Piere Tendean – Jl.
Christina M. Tiahahu - Jl. DI.
Ruas 1 Dinas PU Kota APBD KOTA
Panjaitan - Jl. Ahmad Yani -
Jl. Abd. Silondae
2) Jl. R. Suprapto – Jl.
Patimura – Jl. M. Yamin - Jl. BAPPEDA, DLLAJ,
Ruas 1 Dinas PU Kota APBD KOTA
Dr. Sam Ratulangi – Jl. S. POLDA, BINAMARGA
Parman – Jl. Sutoyo – Jl.
TAHAP PELAKSANAAN
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2020- 2025- PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2025 2034
Sultan Hasanuddin – Jl. Dr. M.
Hatta – Jl. Ir. Soekarno
TAHAP PELAKSANAAN
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2020- 2025- PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2025 2034
c. Jalan Kolektor Primer
1) Jl. Kol. Sugiono; Jl. BAPPEDA, DLLAJ,
Ruas 1 Dinas PU Kota
Madusila POLDA, BINAMARGA
BAPPEDA, DLLAJ,
2) Jl. By Pass; Ruas 1 Dinas PU Kota
POLDA, BINAMARGA
3) Jl. A.H. Nasution – Jl.
BAPPEDA, DLLAJ,
Bunggasi – Jl. Banawula Ruas 1 Dinas PU Kota
POLDA, BINAMARGA
Sinapoy;
4) Jalan Lingkar (Ring Road),
untuk mengurangi beban
pusat – pusat kegiatan
perkotaan (terutama di
wilayah Kecamatan Poasia),
maka dipertimbangkan perlu
adanya jalan lingkar sebagai
jalan regional. Jalan lingkar
yang dimaksud adalah
jaringan jalan yang
menghubungkan antara sub
terminal Labibia – sub
terminal Puwatu – terminal
induk – sub terminal Baruga –
BAPPEDA, DLLAJ,
sub terminal Tondonggeu. Ruas 1 Dinas PU Kota
POLDA, BINAMARGA
Sementara jalan poros Lepo
Lepo hanya difungsikan
sebagai jalan untuk melayani
kegiatan perkotaan saja.
Jalan lingkar ini mempunyai
nilai strategis dalam
mendukung Kota Kendari
sebagai pusat koleksi
distribusi, mengingat seluruh
pusat yang dihubungkannya
mempunyai fungsi sebagai
pintu gerbang bagi pusat –
pusat di wilayah Sulawesi
Tenggara, terutama yang
TAHAP PELAKSANAAN
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2020- 2025- PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2025 2034
berada di wilayah Kabupaten
Konawe. Selain itu, jalan
lingkar tersebut merupakan
faktor pendukung bagi
tumbuh dan berkembangnya
permukiman ke bagian
sebelah Selatan Kota
Kendari.
5) Jalan Imam Bonjol – sub BAPPEDA, DLLAJ,
terminal Labibia – batas kota Ruas 1 Dinas PU Kota POLDA, APBD KOTA
(arah Batu Gong) BINAMARGA
6) Jalan R.E. Martadinata, BAPPEDA, DLLAJ,
yaitu dari Pelabuhan Kendari Ruas 1 Dinas PU Kota POLDA, APBD KOTA
– sub terminal Purirano. BINAMARGA
BAPPEDA, DLLAJ,
d. Jalan Kolektor Sekunder Dinas PU Kota POLDA, APBD KOTA
BINAMARGA
BAPPEDA, DLLAJ,
1) Jl. Boulevard – Jl. Haluoleo Ruas 1 Dinas PU Kota POLDA, APBD KOTA
BINAMARGA
BAPPEDA, DLLAJ,
2) Jl. Malaka – Jl. Martandu Ruas 1 Dinas PU Kota POLDA, APBD KOTA
BINAMARGA
BAPPEDA, DLLAJ,
3) Jl. Kh Ahmad Dahlan – Jl.
Ruas 1 Dinas PU Kota POLDA, APBD KOTA
Laode Hibali
BINAMARGA
BAPPEDA, DLLAJ,
4) Rencana Jalan Lingkar
Ruas 1 Dinas PU Kota POLDA, APBD KOTA
Dalam Barat;
BINAMARGA
5) Rencana jalan ruas BAPPEDA, DLLAJ,
boulevard –perumahan PNS Ruas 1 Dinas PU Kota POLDA, APBD KOTA
Teporombua BINAMARGA
6) Rencana jalan ruas jalan BAPPEDA, DLLAJ,
Tambo Tepuliano Oleo – Jl. Ruas 1 Dinas PU Kota POLDA, APBD KOTA
Khairil Anwar BINAMARGA
BAPPEDA, DLLAJ,
e. Jaringan Jalan Lokal Dinas PU Kota APBD KOTA
POLDA,
TAHAP PELAKSANAAN
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2020- 2025- PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2025 2034
BINAMARGA
TAHAP PELAKSANAAN
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2020- 2025- PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2025 2034
JALAN:
TAHAP PELAKSANAAN
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2020- 2025- PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2025 2034
12) Peningkatan kualitas jalan
kota, provinsi dan jalan
nasional untuk mendukung BAPPEDA, DLLAJ,
program pengembangan POLDA, Dinas PU
Paket 1 Dinas PU Kota APBN
Smelter di Sultra. Provinsi, Kemen PU
Binamarga Pusat
TAHAP PELAKSANAAN
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2020- 2025- PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2025 2034
19) Pengkajian untuk
mengaktualisasi kembali BAPPEDA, DLLAJ,
Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
penggunaan transportasi non POLDA, Dishub Kota
motorisasi (sepeda).
C. LAUT
Pengembangan pelabuhan
BAPPEDA,
1 penumpang kontainer Pulau Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
DITPELPENG
Bungkutoko
Pengembangan armada kapal
laut lokal kelas kecil dan
BAPPEDA,
2 menengah lokal, meliputi Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
DITPELPENG
Kota Kendari dan wilayah
sekitarnya
Pengembangan armada kapal
laut kapasitas besar angkutan BAPPEDA,
3 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
penumpang antar melayani DITPELPENG
rute regional antar provinsi
Kajian usulan pembangunan
pelabuhan di seluruh
Kecamatan/ desa dalam BAPPEDA,
4 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
wilayah pesisir Sulawesi DITPELPENG
Tenggara (terutama desa
tertinggal)
Kajian untuk menata kembali
lokasi dan sarana pelabuhan BAPPEDA,
5 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
utama, pengumpul, dan DITPELPENG
pengumpan di Kota Kendari
Penyediaan fasilitas dermaga
bongkar muat dan tambatan
BAPPEDA, PT.
6 kapal kayu dan kapal motor Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
PELINDO
di kawasan Pelabuhan Kota
Kendari
Kajian Penertiban kegiatan
bongkar muat kapal kayu di BAPPEDA,
7 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
sepanjang jalur jalan tepian DITPELPENG
air Kota Kendari
TAHAP PELAKSANAAN
NO MODA/SUB BIDANG SATUAN JUMLAH 2020- 2025- PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT PEMBIAYAAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
2025 2034
Peningkatan fasilitas
BAPPEDA, PT.
8 dermaga, khusus untuk Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
PELINDO
kapal-kapal motor
D. UDARA
Peningkatan/melengkapi
sarana dan prasarana Bandar
udara (fasilitas komunikasi,
penerbangan, navigasi
BAPPEDA,
1 penerbangan, peralatan Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
PT. Angkasa Pura I
bantu pendaratan, fasilitas
operasional Bandar Udara,
dan fasilitas lingkungan
penunjang/taman)
Penambahan jumlah rute
penerbangan angkutan udara PT. Angkasa Pura I,
2 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
domestic, regional, nasional BAPPEDA
dan internasional
Peningkatan standard
bandara sebagai bandara
internasional (kebutuhan BAPPEDA, PT.
3 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
panjang runway dan luas PELINDO
apron, terminal penumpang
dan kargo)
Pengembangan Bandara
Haluoleo sebagai kawasan BAPPEDA, PT.
4 Paket 1 Dishub Kota APBD KOTA
“aerocity” yang bernilai PELINDO
ekonomi tinggi
4.2. REKOMENDASI
Kota Kendari adalah salah satu KPI dari Koridor Ekonomi Sulawesi
dengan sector utama perikan. Berdasarkan potensi dan tantangan
pengembangan kegiatan perikanan tersebut di atas, diperlukan
dukungan terkait regulasi dan kebijakan berikut:
1. Meningkatkan nilai tambah produk dengan pengadaan subsidi
konversi lahan untuk pembuatan tambak/budidaya udang;
2. Meningkatkan aktivitas pengolahan rumput laut;
3. Mengembangkan minapolitan berbasiskan perikanan tangkap
untuk percepatan pembangunan kawasanyang berbasis perikanan
tangkap dan minapolitan berbasis perikanan budidaya;
4. Mengembangkan sistem pengaturan dan pengawasan yang lebih
ketat mengenai aktivitas penangkapanikan;
5. Melakukan konversi areal bakau menjadi tambak udang sesuai
persyaratan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Sulawesi
KOTA KENDARI
Daftar Pustaka v