Memenuhi kontrak kerja antara PPK Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai
Bangka Belitung dengan PT Hegar Daya nomor 10/PKK/PBPS/BB/2009 tertanggal
23 Juni 2009, tentang pelaksanaan pekerjaan Survey Investigasi dan Desain
Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di Kabupaten Belitung, Propinsi
Bangka Belitung, berikut ini kami sampaikan Laporan Draft Final.
Laporan Interim ini akan disajkan dalam 5 Bab yang terdiri dari :
Pendahuluan
Gambaran Umum Lokasi
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Alternatif Penanganan
Rencana Anggaran Biaya
Kesimpulan
Demikian Laporan Draft Final ini kami buat dan laporkan, semoga dapat memenuhi
tujuan dan kebutuhan yang diharapkan.
Ketua Tim
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
Daftar Isi
Halaman:
Bab 1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
1-1
1.2
1-2
1.3
Lokasi Pekerjaan
1-2
1.4
1-3
1.4.1
Tahap Persiapan
1-3
1.4.2
1-4
1.4.3
1-9
1.4.4
Pelaksanaan
Penyusunan
Perencanaan
Teknis
Bab 2
Bab 3
Dan
1-10
1.5
1-10
1.6
Biaya Pelaksanaan
1-10
1.7
Sistematika Pembahasan
1-10
Kondisi Geografis
2-1
2.2
Keadaan Iklim
2-2
2.3
Kondisi Topografi
2-3
2.4
2-4
2.5
2-4
2.6
Kondisi Geologi
2-5
2.7
2-7
2.8
Kependudukan
2-10
2.9
Pendidikan
2-11
2-12
2.11 Perekonomian
2-16
Apresiasi Inovasi
3.1
3-1
3.2
3-3
3.3
Survei Topografi
3-3
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
ii
3.4
3.5
Bab 4
3-8
3.4.1
Pengukuran Batimetri
3-8
3.4.2
3-13
3.4.3
Pengukuran Arus
3-20
3.4.4
3-21
Analisis Permasalahan
3-22
3.5.1
Umum
3-22
3.5.2
3-24
4.2
4.3
4.2
Bab 5
Survei Hidrometri
4-1
4.1.1
4-1
4.1.2
4-7
Analisis Hidro-oseanografi
4-11
4.2.1
4-11
4.2.2
Analisis Gelombang
4-13
4.2.3
4-14
Analisis Hidrolika
4-18
4.1.1
Klasifikasi Aliran
4-21
4.1.2
Bilangan Reynold
4-23
4.1.3
Kecepatan Aliran
4-24
4-25
4.2.1
Umum
4-25
4.2.2
Teori Dasar
4-25
4.2.3
Input Data
4-27
4.2.4
Kesimpulan
4-37
Alternatif Penanganan
5.1
5-1
5.1.1
Penyebab Banjir
5-1
5.1.2
5-2
5.1.3
Penanganan
Pengendalian
Banjir
Non-struktur
dan
Struktur
5.1.4
5-3
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-4
iii
5.1.5
5-5
5.1.6
Pemilihan Alternatif
5-6
5.1.7
Pemilihan Alternatif
5-6
5.2
5-7
5.3
Pemilihan Alternatif
5-8
Bab 6
Bab 7
Kesimpulan
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
iv
Daftar Gambar
Gambar 2.1
Pulau Belitung.
2-2
Gambar 2.2
2-5
Gambar 2.3
2-8
Gambar 3.1
3-2
Gambar 3.2
3-5
Gambar 3.3
3-6
Gambar 3.4
Pengukuran waterpass.
3-7
Gambar 3.5
3-9
Gambar 3.6
3-10
Gambar 3.7
3-10
Gambar 3.8
Gambar 3.9
3-11
3-15
Gambar 3.10
3-16
Gambar 3.11
3-19
Gambar 3.12
3-21
Gambar 4.1
4-2
Gambar 4.2
4-3
Gambar 4.3
4-3
Gambar 4.4
4-4
Gambar 4.5
4-4
Gambar 4.6
4-5
Gambar 4.7
4-6
Gambar 4.8
4-10
Gambar 4.9
Hasil analisa debit banjir Sungai Air Saga dengan Metoda SCS.
4-10
Gambar 4.10
4-12
Gambar 4.11
4-13
Gambar 4.12
4-14
Gambar 4.13
4-15
Gambar 4.14
4-15
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
Gambar 4.15
4-16
Gambar 4.16
4-16
Gambar 4.17
4-17
Gambar 4.18
4-19
Gambar 4.19
4-20
Gambar 4.20
4-22
Gambar 4.21
4-22
Gambar 4.22
4-22
Gambar 4.23
4-24
Gambar 4.24
4-26
Gambar 4.25
4-28
Gambar 4.26
4-28
Gambar 4.27
4-32
Gambar 4.28
4-32
Gambar 4.29
33
Gambar 4.30
4-33
Gambar 4.31
4-34
Gambar 4.32
4-34
Gambar 4.33
4-35
Gambar 4.34
4-35
Gambar 4.35
4-35
Gambar 4.36
4-36
Gambar 4.37
4-36
Gambar 4.38
4-37
Gambar 4.39
4-37
Gambar 4.40
4-37
Gambar 5.1
5-11
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
vi
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Curah Hujan Maksimum
3-3
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Tinggi Muka Air Muara Air Saga dalam cm
(26 Agustus 9 September 2009)
3-14
3-16
3-17
3-17
3-20
3-21
3-21
3-22
Tabel 4.1 Curah Hujan Maksimum Stasiun Tanjung Pandan Tahun 19982007
4-2
4-5
4-5
4-11
4-12
4-14
4-18
4-20
4-24
4-30
4-38
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-9
5-10
vii
Bab
Pendahuluan
Bab 1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
studi
dan
perencanaan
yang
berkenaan
dengan
drainase
dan
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
1-1
Bab 1
Pendahuluan
Untuk itulah maka Pemerintah memandang sangat mendesak untuk dikaji lebih
jauh
mengenai
penyebab
banjir,
paramater-parameter
alam
yang
menjadi
penyebab banjir melalui Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai
Air Saga di Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung.
Berdasarkan kondisi topografi daerah aliran sungai di bagian tengah (Kabupaten
Belitung) umumnya relatif datar. Pada perkembangannya Sungai Air Saga saat ini
lahan lahan di sepanjang bantaran sungai dan beberapa tempat tergenang cukup
luas saat musim penghujan dimana terjadi genangan yang cukup luas. Kondisi ini
terjadi mengingat proses sedimentasi yang sangat aktif di sepanjang Sungai Air
Saga khususnya pada segmen aliran Sungai Air Saga.
Mengingat banjir dan longsoran tebing Sungai dan pengendapan yang sangat aktif
dari Sungai Air Saga menyebabkan terjadinya banjir, keadaan ini sudah rutin
terjadi maka perlu diadakan penanganan banjir secara khusus dengan cara
melakukan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di
kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung sehingga genangan terhadap lahan
lahan disekitarnya dapat dihilangkan/diminimalkan.
1.2
Pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di
Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung bertujuan untuk mendapatkan hasil
studi dan perencanaan yang optimum, yaitu setelah dilaksanakan pekerjaan ini
maka dapatlah diantisipasi solusi yang efektif untuk penanganan pengendalian
banjir dan longsoran tebing sungai yang selama ini terjadi dan penanganan daerah
genangan banjir sehingga lahan akan menjadi produktif yang akhirnya kegiatan
masyarakat
dapat
lancar
kembali
sehingga
memberikan
pelayanan
secara
1.3
Lokasi Pekerjaan
Daerah kajian meliputi aliran Sungai Air yang terletak di Desa Air Saga, Kecamatan
Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Desa Air
Saga sendiri cukup dekat dengan Kota Tanjung Pandan sebagai ibukota kabupaten
dan dapat dicapai kurang lebih selama 15 menit melalui darat.
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
1-2
Bab 1
1.4
Pendahuluan
Pada dasarnya lingkup kegiatan dan urutan tahapan pekerjaan Survey Investigasi
dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di kabupaten Belitung, Provinsi
Bangka Belitung, secara umum terbagi (empat) tahapan, yaitu :
Tahap Persiapan
Tahap Penggambaran
1.4.1
Tahap Persiapan
Pengumpulan Data
Setelah mengkaji data dan melakukan diskusi, maka konsultan membuat rencana
kerja, baik untuk lapangan maupun untuk pekerjaan di kantor. Rencana kerja ini
terdiri dari :
Metoda penanganan proyek.
Struktur organisasi serta personalia untuk penanganan proyek
Rencana tata kala penugasan personalia serta peralatan yang nyata digunakan.
Pembuatan laporan persiapan ke lapangan dan rencana kerja survey lapangan.
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
1-3
Bab 1
C.
Pendahuluan
Setelah rencana kerja lapangan tersebut disepakati bersama dengan Direksi dan
Tim supervisi, maka disusun rencana keberangkatan, termasuk pengajuan biaya
lapangan dari tim kerja konsultan ke Direksi Konsultan, pengumpulan tenaga kerja
lapangan dan pemberian penjelasan tentang metoda kerja lapangan dengan syaratsyaratnya, serta melakukan pengecekan peralatan, baik di kantor maupun di
lapangan.
1.4.2
A.
Orientasi Lapangan
Pada garis besarnya lingkup pekerjaan survey topografi adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan.
2. Pekerjaan Lapangan.
3. Inventarisasi dan Pemasangan Benchmark (BM) baru.
4. Pengukuran
kerangka
dasar
horizontal
dan
vertikal,
situasi,
penampang
1-4
Bab 1
Pendahuluan
11.
Pemetaan
pada
proyek
ini
akan
dilakukan
dengan
menggunakan
metoda
pelaksanaan
konstruksi
pada
periode
lanjutan.
Oleh
karena
itu
Pemasangan pada tempat yang aman dari gangguan dan mudah dicari
kembali bila diperlukan. Direncanakan dipasang 2 buah BM.
b.
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
1-5
Bab 1
c.
Pendahuluan
Untuk
mendapatkan
titik-titik
kerangka
dasar
vertikal
digunakan
metoda
Pekerjaan Persiapan.
Pengumpulan data iklim dari station terdekat yang meliputi data curah
hujan,
suhu
udara,
kelembaban
nisbi
udara,
penyinaran
matahari,
Pengukuran Debit Aliran pada titik titik yang akan ditentukan kemudian
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dengan menggunakan Currenmeter
untuk mengukuran kecepatan arus .
II Pekerjaan Lapangan.
Pra Survey yang terdiri dari team inti yang bertujuan untuk :
; Mengenal kondisi serta situasi daerah survey dan sekelilingnya.
; Pengamatan Pendahuluan kondisi hidrologi dan faktor sekelilingnya bagi
team survey.
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
1-6
Bab 1
c.
Pendahuluan
Sifat-sifat pemadatan.
II Pekerjaan Lapangan
a.
Orientasi Lapangan
Mengadakan diskusi dengan Direksi Lapangan mengenai rencana pelaksanaan
survey dan penyebaran titik-titik pengamat serta persiapan tenaga lokal dan
peralatan penunjang.
b.
Pekerjaan Lapangan
Untuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja
dilapangan secara simultan.
Jumlah titik dan penyebaran lapangan disesuaikan dengan kondisi tanah
setempat berdasarkan hasil diskusi dengan Direksi pada Orientasi Lapangan
dan pengamatan visual tanah dilokasi
c.
Penyelidikan di Laboratorium
Semua penyelidikan dilaboratorium dilakukanb menurut prosedur ASTM dengan
berbagaimodipikasiyang disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
c.1 Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) :
Penyelidikan terhadap contoh tanah tidak tidak terganggu yang diambil dari
pemboran meliputi :
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
1-7
Bab 1
Pendahuluan
d.
: D.698-70.
: D.3080-79.
C.
1.4.3
Analisa
dari
lapangan
tersebut
dilaksanakan
dikantor
pusat
dengan
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
1-8
Bab 1
Pendahuluan
1.4.4
Laporan Bulanan
Gambar-gambar desain
Diskusi
Diskusi I
1.5
1.6
Biaya Pelaksanaan
Biaya Pelaksanaan Pekerjaan ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN).
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
1-9
Bab 1
1.7
Pendahuluan
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dari Usulan Teknik dari pekerjaan Studi Investigasi dan
Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di Tanjung Pandan, Kabupaten
Belitung ini terdiri dari:
Bab 1
Pendahuluan
Menyajikan
latar
belakang,
tujuan
dan
maksud
pekerjaan,
lokasi
Bab 3
Pengumpulan Data
Menyajikan uraian mengenai metode pengumpulan data sekunder dan
primer (survei lapangan).
Bab 4
Bab 5
Alternatif Penanganan.
Menyajikan
alternatif
yang
dapat
diterapkan
sebagai
solusi
biaya
yang
yang
harus
merupakan
disiapkan
alternatif
untuk
terpilih
membangun
dalam
suatu
menanggulangi
Penutup
Menyajikan
konstruksi
biaya
yang
yang
harus
merupakan
disiapkan
alternatif
untuk
terpilih
membangun
dalam
suatu
menanggulangi
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
1-10
Bab
2.1
Bab 2
Gambaran Umum
Lokasi Pekerjaan
Kondisi Geografis
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-1
Bab 2
Gambar 2.1
2.2
Pulau Belitung.
Keadaan Iklim
Kabupaten Belitung mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan
bulanan pada tahun 2007 antara 70,00 mm sampai 401,30 mm dengan jumlah hari
hujan antara 9 hari sampai 26 hari setiap bulannya. Curah Hujan tertinggi pada
tahun 2007 terjadi pada bulan April yang mencapai 401,30 mm.
Rata-rata temperatur udara pada tahun 2007 bervariasi antara 25,8C sampai
26,7C, dimana kelembaban udaranya bervariasi antara 85% sampai 93%, dan
tekanan udara antara 1008,3 mb sampai dengan 1010,6 mb.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-2
Bab 2
Tabel 2.1
2.3
Kondisi Topografi
Mempunyai ketinggian kurang lebih 500 m dari atas permukaan laut dengan
puncak tertinggi ada di daerah Gunung Tajam. Sedangkan daerah hilir (pantai)
terdiri atas beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yakni:
- Sebelah Utara oleh DAS Buding
- Sebelah Selatan oleh DAS Pala & Kembiri, dan
- Sebelah Barat oleh DAS Brang dan Cerucuk.
Keadaan tanah di Kabupaten Belitung pada umumnya didominasi oleh kwarsa dan
pasir, batuan aluvial dan batuan granit.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-3
Bab 2
2.4
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kecamatan
Luas (KM2)
Membalong
Tanjungpandan
Badau
Sijuk
Selat Nasik
909,550
378,448
458,200
413,992
133,500
39,65
16,50
19,95
18,05
5,82
TOTAL
2.293,69
100,00
2.5
Peta Citra Landsat tahun 2001 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Pulau
Belitung relatif masih didominasi oleh hutan alam seluas 165.995 Ha atau sekitar
33,79% dari luas total pulau. Apabila dibandingkan dengan penggunaan lahan
tahun 1989, terlihat bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan selama
interval waktu tersebut (12 tahun). Perubahan penggunaan lahan yang signifikan
adalah berkurangnya areal luas hutan alam sebesar 41.665 Ha (20%) dengan laju
pengurangan 1,67% per tahun. Perubahan yang lain adalah bertambahnya areal
perkebunan kelapa sawit seluas 23.859 Ha (169%) dengan laju pertambahan
14,1% per tahun serta bertambahnya badan air sebesar 15.638 Ha (136%) dengan
laju pertambahan sebesar 11,29% per tahun.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-4
Bab 2
Gambar 2.2
Tabel 2.3
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2.6
Penggunaan Lahan
Hutan Alam
Hutan Mangrove
Kebun Campuran
Kebun Sawit
Alang-alang
Area Terbangun
Area Pertambangan
Badan Air
Perairan Dangkal
Tidak ada data
TOTAL
Luas (Ha)
165,995
22,159
55,748
37,988
73,614
20,740
13,025
27,178
7,022
67,777
491,146
Persentase (%)
33,79
4,51
11,35
7,73
14,98
4,22
2,65
5,53
1,43
13,80
100,00
Kondisi Geologi
Keadaan tanah di Kabupaten Belitung umumnya didominasi oleh kwarsa dan pasir,
batuan aluvial dan batuan granit. Menurut letaknya, batuan kwarsa dan pasir
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-5
Bab 2
tersebar merata di seluruh wilayah kecamatan dengan luas total mencapai 266.865
Ha atau 56.98% dari luas Kabupaten Belitung. Untuk batuan aluvial dijumpai di
hampir seluruh wilayah kecamatan, kecuali Kecamatan Selat Nasik dengan luas
total seluruhnya mencapai 94.714 Ha atau 20,22% dari luas Kabupaten Belitung.
Batuan dasar yang membentuk Pulau Belitung adalah batuan beku terobosan atau
plutonik terutama granit serta batuan sedimen yang terlipat.
Batuan sedimen terdiri dari selingan monoton antara batu pasir dan batu lempung
serta konglomerat, rijang, batu gamping, dan tufa dalam jumlah sangat sedikit.
Adanya beberapa fosil yang pernah ditemukan di Pulau Belitung antara lain:
Gigantropis
flora,
Agathiceras
sundaicum
han,
Fusulina,
dan
Schwagerina
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-6
Bab 2
2.7
Jumlah sungai di Pulau Belitung sebanyak 13 sungai dengan total panjang sungai
172,70 km. Sebagian besar sungai sungai Pulau Belitung merupakan sungai
sungai kecil. Beberapa sungai yang relatif panjang antara lain Sungai Cerucuk,
Sungain Membalong, dan Sungai Sapai (mengalir ke arah Barat dan bermuara ke
Selat Gaspar), Sungai Buding dan Sungai Selumar (mengalir ke arah Utara dan
bermuara ke Laut Cina Selatan), Sungai Lenggang dan Sungai Manggar (mengalir
ke arah Timur dan bermuara ke Selat Karimata) dan Sungai Pala yang mengalir ke
arah Selatan dan bermuara ke Laut Jawa.
Sungaisungai di Pulau Belitung dikelompokkan kedalam 8 Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang pembagiannya berdasarkan pada kondisi topografi dan arah aliran
sungai (Gambar 2.3). Daerah Aliran Sungai terluas adalah DAS Buding seluas
91.941 Ha dan yang terkecil adalah DAS Selumar seluas 24.772 Ha.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-7
Bab 2
Gambar 2.3
Luas DAS dan kondisi penutupan lahan tahun 2001 disajikan dalam Tabel 2.5.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-8
Bab 2
Tabel 2.4
DAS
Luas
(Ha)
Hutan
Kebun
Kebun
Alang2/Semak
Alam
Campuran
Sawit
Belukar
Cerucuk
67.049
50,5
18,8
2,3
14,3
Selumar
24.772
58,4
12,3
2,0
10,6
Buding
91.941
31,9
7,8
12,8
18,6
Lenggang
80.082
22,2
11,6
4,6
22,0
Pala
81.912
38,0
11,2
11,5
15,9
Membalong
50.931
33,0
13,4
11,7
10,2
Sapai
34.471
46,3
12,8
2,5
12,1
Manggar
14.222
4,3
7,3
5,7
7,9
491.492
33,8
11,3
7,7
15,0
TOTAL
Catatan: Perhitungan luas didasarkan pada hasil klasifikasi penutupan lahan data citra satelit Landsat tahun 2001.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-9
Bab 2
2.8
Kependudukan
Jumlah penduduk dan perbandingan laki-laki dan perempuan per kecamatan tahun
2007 adalah sebagai berikut.
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-10
Bab 2
2.9
Pendidikan
Tabel 2.7
Kecamatan
Perkembangan SLTP
Diterima di
Lulus
Sekolah
Menengah
Lulus
2005/2006
Diterima di
SLTP
Lulus
2005/2006
352
243
77
67
1.367
1.357
673
1.291
984
3. Sijuk
396
365
113
83
47
4. Badau
205
154
95
52
97
82
40
20
JUMLAH
2.417
2.201
998
1.513
1.040
2005
2.444
1.952
1.452
1.410
1.079
2004
2.455
1.757
1.284
1.557
1.117
2.200
1.756
1514
1.141
1. Membalong
2. Tanjungpandan
5. Selat Nasik
2003
2.394
Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2006
Sekolah
Menengah
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-11
Bab 2
2.10
Potensi Daerah
A. Industri
Industri di Kabupaten Belitung secara kuantitas masih di dominasi oleh industri
kecil dengan skala industri rumah tangga yang dikelola secara tradisional. Jenis
industri kerajinan rumah tangga yang berkembang antara lain adalah industri
pengolahan hasil pertanian, perkebunan, serta perikanan dan kelautan. Komoditas
yang dihasilkan adalah cukup beragam, seperti ikan asin, gula aren, kerupuk, kue
basah, dan terasi udang. Di Belitung juga telah tumbuh beberapa industri
menengah, antara lain industri kelapa sawit (CPO), industri pengolahan pasir
kwarsa, dan industri es batu untuk mendukung kegiatan perikanan. Sementara
industri besar yang ada adalah industri pemurnian kaolin.
Tabel 2.8
Kinds Of Industry
Available Production
Potensial Capacity
Area
(Ha)
Sijuk
Tanjungpandan and
Badau
5 units
33.3 tons
Tanjungpandan
30 units
36 tons
Sijuk
115 Units
8,8 tons
Badau
26 units
36,4 tons
Tanjungpandan
51
5 units
5 tons
10
195 units
253 tons
Membalong
315
105 units
187 tons
Membalong
159
179
60
423
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-12
Bab 2
industri ikan asin 255 tenaga kerja, cold storage 138 tenaga kerja, dan industri
gula aren 130 tenaga kerja. Melihat potensi bahan baku yang tersedia dari hasil
kekayaan sumber daya alam, Kabupaten Belitung masih memiliki peluang yang
cukup terbuka bagi tumbuhnya industri baru. Peluang pengembangan industri juga
telah didukung oleh ketersediaan prasarana jalan darat dan pelabuhan laut yang
cukup representatif.
B. Perdagangan
Kegiatan
perdagangan
sebagai
salah
satu
motor
penggerak
perekonomian
Kabupaten Belitung telah berkembnag sukup pesat. Hingga taun 2006, jumlah
perusahaan yang masih aktif dan mempunyai Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
sebanyak
318
perusahaan.
Sedangkan
jumlah
berdasarkan
Tanda
Daftar
Volume (ton)
Value (US $)
41,038,339.00
5,827,678.20
77,714.00
411,950.00
455,881.31
4,951,687.22
4,038,488.00
15,583,675.00
7,600.00
15,198.00
47,868,399.56
64,577,125.08
535,683.88 799,595,540.60
Destinaton Country
Japan, Vietnam, Thailand
China, Taiwan
China
Japan, Taiwan, Hongkong
Australia
Malaysia, India, Pakistan,
Hongkong,Vietnam,China,
Australia
Singapore
95,022,105.75 890,962,854.10
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-13
Bab 2
C. Pariwisata
Dengan keindahan alam yang dimiliki seperti pantai dan pemandangan bawah
lautnya,
Kabupaten
Belitung
merupakan
daerah
yang
potensial
untuk
Tourism Object
Tanjung Pendan Beach
Museum of Belitung
Jerry Natural Bathing Place
Bukit Berahu Beach and Cottage
Sijuk
Tanjung
Binga
Fishermen
Sijuk
Village
Lengkuas Island
Sijuk
Burung Island
Sijuk
Babi Island
Sijuk
Tanjung Kelayang Beach
Sijuk
Mabai Beach
Sijuk
Tanjung Tinggi Beach
Sijuk
Pendaunan Indah Beach
Sijuk
Penyaeran Beach
Sijuk
Tajam Mountain / Waterfall
Badau
Badau Museum
Badau
Cerucuk Sacred Tomb
Badau
Tanjung Kiras Beach
Membalong
Teluk Gembira Beach
Membalong
Batu Lobang Beach
Membalong
Batu Baginde Hill
Membalong
Pulau Lima Underwater Park
Selat Nasik
Tanjung Lancur Light House
Selat Nasik
Light house
Camping ground, shelter
Restaurant, shelter, cottage
Restaurant, shelter
Restaurant, shelter
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-14
Bab 2
(1.605,99 ton), ikan olahan/asin (640,00 ton), dan ikan beku (279,15 ton).
Sedangkan volume ikan yang diekspor tercatat sebesar 409,49 ton.
Tabel 2.11
Produksi Perikanan
Kinds of commodity
Production (ton)
Marine Fish
34,442.44
Freshwater fish
3.00
Shrimp
1,331.23
Crabs
2,740.30
Sea cucumber
180.64
Squid
1,836.53
E. Perkebunan
Kabupaten Belitung mempunyai potensi yang cukup besar di bidang pertambangan.
Selain timah, pada wilayah seluas lebih dari 3.443 Ha terdapat potensi bahan
tambang kaolin yang diperkirakan memiliki cadangan sekitar 85 juta ton. Selain itu,
sumber daya alam bahan tambang yang juga potensial untuk dikembangkan adalah
pasir kwarsa, tanah liat, pasir bangunan, biji besi, zircon dan granit. Peluang
pengembangan usaha pertambangan telah didukung oleh fasilitas pelabuhan
khusus, jalan tambang, dan lahan pabrik.
Tabel 2.12
Kinds of mineral
Quartz Sand
Tanjungpandan, Badau
146.54
Clay
Membalong, Badau
631.24
Construction Sand
Iron Ore
Tin Ore/Sand
Tanjungpandan,
Membalong
Kaolin
Zircon
Tanjungpandan, Badau
85.20
Granite
58.50
Sijuk,
1,191.39
221.82
Badau,
525.51
3,443.578
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-15
Bab 2
F. Perhubungan
Sebagai wilayah yang berdekatan dengan kawasan segitiga Sijori (Singapura,
Johor, dan Riau) serta jalur transportasi laut yang penting yaitu dengan alur laut
Kepulauan Indonesia, Kabupaten Belitung memiliki posisi strategis dan potensial
bagi pengembangan dan pemeliharaan sarana transportasi laut. Untuk mendukung
peluang ini, Pemerintah Kabupaten Belitung telah berkoordinasi dengan instansi
terkait guna merencanakan pengembangan Bandar Udara H. AS. Hanandjoedin.
Selain itu, saat ini juga sedang dibangun Pelabuhan Laut Tanjung Batu yang akan
mampu dilabuhi oleh kapal-kapal berbobot besar.
2.11
Perekonomian
ekonomi
Kabupaten
Belitung
tahun
2007
berdasarkan
PDRB
mencapai 5,51 persen, dan bila dibandingkan dengan tahun 2004 sebesar 4,57
persen.
Bagi daerah (Belitung) yang konstribusi ditopang oleh sektor primer (pertanian dan
pertambangan) hal ini akan berdampak pada penurunan output yang dihasilkan di
sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa).
Pemerintah pusat memahami gejolak ekonomi seperti tersebut, beberpa harga
komoditas strategis dikendalikan oleh pemerintah. Pemerintah juga mempersiapkan
instrumen-instrumen antisipatif antara lain dengan BLT (ikan), Kredit usaha Rakyat
(ikan dan kail) dan berbagai kebijakan pemberdayaan ekonomi masyarakat
(pancing) agar masyarakat mampu menghadapi gejolak perekonomian (fithrorozi).
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
2-16
Bab
Pengumpulan Data
Bab 3
Pengumpulan Data
dan Analisis
Permasalahan
3.1
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-1
Bab 3
MULAI
PERSIAPAN
INSTANSI TERKAIT
STUDI PENDAHULUAN
- Survai Pendahuluan
- Pengumpulan Data & Laporan Terdahulu
Diskusi
Tidak
Ya
FINAL LAPORAN PENDAHULUAN
SURVEY LAPANGAN
SOSIAL EKONOMI
- Tanggul
- Saluran Pengelak
- Pintu Air
- Bendungan
- Dll
Revisi
Diskusi
Tidak
Ya
REKOMENDASI STUDI
SELESAI
Gambar 3.1
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-2
Bab 3
Tabel 3.1
3.2
Harian maks.
(mm/hari)
No
Data Tahun
1993
107,70
1994
100,00
1995
102,50
1996
113,90
1997
88,10
1998
107,70
1999
135,90
2000
86,20
2001
109,30
10
2002
115,80
Dalam pekerjaan ini, semua data dikumpulkan di lapangan melalui suatu survei
pekerjaan yang berlangsung beberapa lama. Dalam kegiatan ini dibagi menjadi tiga
jenis pekerjaan yaitu: survei topografi, survei hidrometri, dan survei mekanika
tanah. Survei mekanika tabah belum dilaksanakan, karena menunggu hasil diskusi
dengan pemilik pekerjaan untuk menentukan titik penyelidikan. Di bawah ini akan
diuraikan mengenai survei topografi dan survei hidrometri yang telah dilaksanakan,
berikut hasilnya.
3.3
Survei Topografi
Survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan tanah yang
berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada di areal lokasi
pekerjaan beserta areal sekitarnya. Areal survei seluas 1,5 hektar, kurang dari
ketentuan KAK karena pemilik tanah belum mengijinkan dilakukan pengukuran
sebelum adanya kepastian pembelian lahan. Hasilnya kemudian akan dipetakan
dengan skala dan interval kontur tertentu.
A.
Peralatan Survei
Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain meliputi:
i.
ii.
iii.
iv.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-3
Bab 3
B.
v.
vi.
Calculator (3 unit)
Penentuan sudut jurusan awal (azimuth awal) dengan menggunakan GPS (global
positioning system).
C.
Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM)
dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili
kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama,
yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).
Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam
pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi
nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan.
Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat
sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan nilai koordinat maupun
elevasinya.
D. Penentuan Kerangka Dasar Horizontal
Pengukuran titik kontrol horizontal (titik polygon) dilaksanakan dengan cara
mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran polygon ini,
titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran.
Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut
yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal
akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut
magnetis.
i.
Pengukuran Jarak
hasil
pengukuran
jarak
dengan
menggunakan
pita
ukur,
sangat
tergantung pada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.1.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-4
Bab 3
d1
d2
1
d3
2
Jarak AB = d1 + d2 + d3
Gambar 3.2
Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak maka sebagai koreksi dilakukan juga
pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur dengan theodolit.
ii.
Sudut jurusan sisi-sisi polygon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik polygon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan diilustrasikan pada Gambar 3.2.
= Sudut mendatar
AB
AC
Pembacaan sudut jurusan polygon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
KI =
fx + fy
1 : 5.000
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-5
Bab 3
AB
AC
A
C
Gambar 3.3
E.
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik
jalur
polygon.
Jalur
pengukuran
dilakukan
tertutup
(loop),
yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titiktitik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti
diilustrasikan pada Gambar 3.3.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-6
Bab 3
Slag 2
m21
b2
Slag 1
b1
m1
Bidang Referensi
D
Gambar 3.4
Pengukuran waterpass.
ii.
iii. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
iv. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap
Benang Atas, Benang Tengah, dan Benang Bawah.
v.
Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.
T = 8 D mm
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km
Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan
menggunakan
pengolahan
spreadsheet
sebagaimana
kerangka
horisontalnya.
Dari
hasil
akan dikoreksi dengan pengikatan terhadap elevasi muka air laut paling surut
(Lowest Low Water Level - LLWL) yang dihitung sebagai titik ketinggian nol
(+0.00).
F.
Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam
maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-7
Bab 3
Azimuth magnetis
ii.
ii.
3.4
Survei Hidrometri
dilakukan
menggunakan
GPS
MAP.
Berdasarkan
KAK
panjang
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-8
Bab 3
A.
Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik
awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalur sounding yang
digunakan adalah 100 m. Pada bagian kelokan sungai dan lokasi-lokasi kajian
tertentu, jalur sounding dibuat dengan jarak 50m. Untuk tiap jalur sounding
dilakukan pengambilan data kedalaman perairan setiap jarak 25 m. Titik awal dan
akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam alat
pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS, untuk dijadikan acuan lintasan
perahu sepanjang jalur sounding. Contoh jalur sounding pada kawasan pengukuran
dapat dilihat pada Gambar 3.4.
R am bu
W a te r p a s
BM
P e n g u k u ra n
P e n g ik a ta n K e B M
G P S (B a s e )
R am bu
Pasut
25 m
Ja
lu r
Pe
ng
50 m
D G P S (D iffe r e n tia l G P S )
uk
ur
an
So
un
d in
P o s is i F ix
75 m
100 m
G P S (R o v e r )
S o u n d in g
Gambar 3.5
B.
Peralatan Survei
Echo Sounder GPSMap dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai fasilitas GPS
(Global Positioning System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka
horisontal dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas ini, kontrol posisi dalam
kerangka horisontal dari suatu titik tetap di darat tidak lagi diperlukan. Selain
fasilitas GPS, alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman
perairan dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar
perairan. Gambar alat ini disajikan pada Gambar 3.5, sedangkan penempatan
alat ini dan perlengkapannya pada perahu dapat dilihat di Gambar 3.6.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-9
Bab 3
ii.
Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data yang
di-download dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan data.
iii. Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran
menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Dalam operasinya,
perahu tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain:
iv. Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam melakukan
kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke komputer, dan lebih
baik tertutup dan bebas dari getaran mesin.
v.
vi. Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
vii. Papan duga. Papanduga digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka
air di laut.
viii. Peralatan
keselamatan.
Peralatan
keselamatan
yang
diperlukan
selama
Gambar 3.6
SATELIT
TAMPAK SAMPIN G
T AMPAK BELAKANG
READER
ANT ENA
ANTENA
TRANDUSER
TRANDUSER
DASAR LAUT
Gambar 3.7
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-10
Bab 3
C.
Data yang tercatat pada alat GPSMap adalah jarak antara tranducer alat ke dasar
perairan. Tranducer tersebut diletakkan di bagian belakang kapal, di bawah
permukaan air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh sebab itu diperlukan
suatu koreksi kedalaman terhadap jarak tranducer ke permukaan air dan koreksi
kedalaman terhadap pasang surut.
Gambar 3.7 menampilkan sketsa definisi besaran-besaran panjang yang terlibat
dalam proses koreksi tersebut.
PAPAN DUGA
TAMPAK SAMPING
READER
ANTENA
0.00
DASAR LAUT
Gambar 3.8
Keterangan gambar:
EMA
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-11
Bab 3
Dari definisi-definisi di atas maka elevasi dasar saluran dihitung dari nol
papan duga adalah (ED):
ED = Z + A EMA
B.
EDLWS = ED ELWS
Ket:
EDLWS
ED
ELWS
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-12
Bab 3
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-13
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
Jam
26-Aug-09
200
210
200
190
180
160
140
120
90
80
70
70
70
80
90
100
120
130
140
150
160
170
180
200
27-Aug-09
210
220
220
210
200
180
160
140
110
90
70
70
70
70
80
90
90
100
120
130
150
160
180
190
29-Aug-09
200
220
240
240
230
210
200
170
150
130
110
90
80
80
70
70
70
70
80
90
100
120
140
170
30-Aug-09
190
210
230
230
230
220
210
190
170
150
130
110
100
90
90
80
70
70
70
80
90
100
120
150
31-Aug-09
170
190
210
220
230
220
210
190
180
160
150
140
120
110
100
100
90
80
70
70
80
90
110
130
1-Sep-09
150
170
190
210
210
210
200
190
180
170
160
150
140
130
130
120
100
90
80
80
80
90
100
110
Elevasi (cm)
2-Sep-09
3-Sep-09
130
120
150
140
170
150
180
160
190
170
190
170
190
170
180
170
180
160
170
160
170
160
160
160
160
160
150
160
140
160
140
150
130
150
110
130
100
120
90
110
90
110
90
110
100
110
110
110
4-Sep-09
120
130
140
150
150
150
150
140
140
150
150
150
160
160
170
160
160
150
140
140
130
130
130
130
5-Sep-09
130
130
140
140
140
130
120
120
120
120
130
140
150
150
160
170
170
160
160
150
150
150
150
150
6-Sep-09
150
150
140
140
130
120
110
100
100
100
110
120
130
140
150
160
170
170
170
170
170
170
170
180
7-Sep-09
170
170
160
150
140
120
100
90
80
80
90
100
110
120
130
140
160
160
170
170
170
180
190
200
8-Sep-09
200
190
180
170
150
130
110
90
70
70
70
80
90
100
110
130
140
150
160
170
170
190
200
210
Hasil Pengukuran Tinggi Muka Air Muara Air Saga dalam cm (26 Agustus 9 September 2009)
28-Aug-09
210
230
230
230
220
200
180
160
130
110
90
70
70
70
70
70
80
80
100
110
130
140
160
180
Tabel 3.2
9-Sep-09
220
220
210
190
170
150
120
100
80
60
60
60
70
80
90
110
120
130
140
150
170
180
200
220
Bab 3
Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-14
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
30-Aug-09 12:00
Waktu
01-Sep-09 18:00
04-Sep-09 00:00
MSL = 136.50 cm
Data Pengamatan
06-Sep-09 06:00
08-Sep-09 12:00
Hasil Pengukuran Tinggi Muka Air Muara Air Saga dalam cm (26 Agustus 9 September 2009)
28-Aug-09 06:00
Gambar 3.9
26-Aug-09 00:00
50
100
150
200
250
300
Bab 3
Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan
3-15
Bab 3
Tabel 3.3
Periode
(jam)
Keterangan
Utama bulan
Utama matahari
Bulan akibat variasi bulanan jarak bumi-bulan
Matahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi matahari-bulan
M2
S2
N2
K2
12.4106
12.0000
12.6592
11.9673
Matahari-bulan
Utama bulan
Utama matahari
K1
O1
P1
23.9346
25.8194
24.0658
Utama bulan
Matahari-bulan
M4
MS4
6.2103
6.1033
Perairan Dangkal
Komponen
Dari pengukuran pasang surut di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut
untuk menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah
tersebut. Dari elevasi acuan pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai LWS
sebagai elevasi nol acuan. Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan alur
sebagaimana disajikan pada Gambar 3.10. Perhitungan konstanta pasang surut
dilakukan dengan menggunakan metode Admiralty. Hasil pencataan diambil dengan
interval 1 jam sebagai input untuk Admiralty dan konstanta pasang surut.
Data Pasut
Admiralty
Komponen Pasang
Surut
Peramalan Pasang
Surut 29 Hari
Perbandingan Hasil
Ramalan dengan
Pengukuran Lapangan
Gambar 3.10
Peramalan Pasang
Surut 20 Tahun
Elevasi Penting
Pasang Surut
Probabilitas Kejadian
Tiap Elevasi Penting
Pasang Surut
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-16
Bab 3
Tabel 3.4
A(cm)
g (o)
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
136.5
0
8.14
10.30
2.82
2.78
72.72
49.72
26.44
2.12
2.44
dimana:
A
: amplitudo,
: beda fase,
Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan
penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:
NF =
K 1 + O1
M2 + S 2
Dimana tipe pasut untuk setiap nilai F seperti pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Bilangan Formzall
(F)
Keterangan
F < 0.25
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
ketinggian dan periode yang berbeda.
1.5<F<3.0
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan
ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang
dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.
F < 3.0
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode
pasang surut adalah 24 jam 50 menit
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-17
Bab 3
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-18
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
26-Aug-09 00:00
50
100
150
200
250
300
Waktu
01-Sep-09 18:00
04-Sep-09 00:00
06-Sep-09 06:00
30-Aug-09 12:00
Gambar 3.11
28-Aug-09 06:00
MSL = 136.50 cm
Hasil Penaksiran
Data Pengamatan
08-Sep-09 12:00
Bab 3
Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan
3-19
Bab 3
Dengan konstanta yang didapatkan dilakukan pula peramalan pasang surut untuk
masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk
menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.4. Dari elevasi penting pasang surut yang ada
maka ditetapkan nilai LWS sebagai elevasi nol acuan. Disamping itu dari peramalan
untuk masa 20 tahun ke depan akan didapatkan nilai probabilitas setiap elevasi
acuan di atas.
Tabel 3.6
Elevasi-elevasi acuan
Peilschaal (cm)
MSL (cm)
LLWL (cm)
(HHWL)
306.58
170.08
321.94
(MHWS)
273.27
136.77
288.63
(MHWL)
216.90
80.40
232.26
(MSL )
136.50
0.00
151.86
(MLWL)
63.14
-73.36
78.50
(MLWS)
16.87
-119.63
32.23
(LLWL )
-15.36
-151.86
0.00
321.94
Untuk selanjutnya referensi 0 (nol) LLWL akan digunakan dalam desain dan analisa
lebih lanjut.
V=
(V0.2 + V0.8 )
V0.6 x 0.5
2
dimana:
V
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-20
Bab 3
handset
perahu
currentmeter
pemberat
dasar sungai/saluran
Gambar 3.12
Hasil pengukuran kecepatan aliran disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7
Lokasi
AR1
AR2
AR3
AR4
Spring
Neap
ArahDominan Vmaximum ArahDominan Vmaximum
55
0.25
55
0.25
105
0.15
105
0.16
65
0.16
85
0.16
85
0.33
85
0.33
Lokasi
Salinitas (%o)
SL.1
93
15,5
SL.2
118
11,3
SL.3
280
0,8
SL.4
90
0,0
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-21
Bab 3
Gs
(t/m3)
# 200
(%)
Gravel
(%)
Sand
(%)
Silt
(%)
Clay
(%)
SD.1
2.555
76
16
SD.2
2.562
18
71
11
SD.3
2.538
82
13
SD.4
2.506
79
13
3.5
Analisis Permasalahan
3.5.1 Umum
Secara umum masalah banjir merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia.
Sebab-sebab terjadinya masalah banjir ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu terjadi
secara alami dan terjadi akibat tindakan manusia.
Masalah banjir yang terjadi secara alami dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
Iklim.
Iklim tropis Indonesia ditandai oleh 2 musim, yaitu musim hujan dari Oktober
sampai dengan Maret dan musim kemarau dari April sampai September. Hujan
lebat di musim hujan menyebabkan masalah-masalah yang cukup berarti di
Indonesia. Kondisi ini diperburuk dengan tingginya kepadatan penduduk di
daerah genangan banjir.
Pengaruh morfologi.
Kondisi morfologi setiap sungai umumnya berbeda-beda. Di pulau Belitung pada
umumnya kemiringan dasar sungai lebih landai, dengan sungai yang relative
pendek.
Sedimendasi di sungai.
Pengendapan sedimen di muara sungai akan memperpanjang delta sungai,
mengurangi kemiringan memanjang sungai, mengurangi kapasitas angkut
sungai, dan memperbesar resiko banjir.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-22
Bab 3
Pengurangan kapasitas aliran pada sungai dapat disebabkan oleh erosi. Erosi
yang berlebihan terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya
pengolahan tanah. Erosi ini menyebabkan sedimentasi di sungai-sungai, dimana
hasil erosi diendapkan pada bagian hilir sungai. Sedimentasi di sungai ini
menyebabkan peninggian (agradasi) dasar sungai dan meningkatkan resiko
banjir. Kapasitas daerah pengaliran sungai untuk menahan air dengan infiltrasi
tergantung pada kondisi fisik daerah pengaliran sungai, khususnya tanaman
penutup. Penebangan hutan mengurangi infiltrasi yang dapat meningkatkan
aliran permukaan.
daerah
pengaliran
sungai
seperti
penggundulan
hutan,
daerah
perkotaan
dan
pedesaan
telah
melampui
batas
banjir
karena
mengurangi
tampungan
banjir,
yang
juga
Kawasan kumuh.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-23
Bab 3
Sampah.
Pembuangan sampah, kotoran dan reruntuhan yang dihasilkan dari penimbunan
sembarangan dari material ke dalam alur-alur drainase akan meninggikan
elevasi banjir, karena menghalangi aliran dan drainase.
Drainase lahan.
Drainase lahan untuk pengembangan daerah pertanian di daerah dataran banjir
dakan
mengurangi
sebagian
besar
daerah
tersebut
sehingga
dapat
Bangunan di sungai.
Jembatan dan bangunan pada sungai dapat meningkatkan elevasi banjir karena
efek pembendungan pada penyempitan dan halangan.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
3-24
Bab
Bab 4
Pengolahan dan
Analisis Data
Bab ini menguraikan metode pengolahan dan analisis data atas data yang telah
dikumpulkan. Uraian mengenai kegiatan pengumpulan data telah diberikan pada
bab sebelumnya.
Pengolahan dan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan meliputi:
Pengolahan data curah hujan harian selama 10 tahun (1998-2007) yang berasal
dari Badan Meteorologi dan Geofisika Pangkalan Udara Tanjung Pandan.
Pengolahan data hidrometri yang diperoleh dari survai lapangan yaitu data
tinggi muka air (pasang surut).
4.1
4-1
Bab 4
Tabel 4.1
No
Data Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Harian maks.
(mm/hari)
107,70
100,00
102,50
113,90
88,10
107,70
135,90
86,20
109,30
115,80
140
120
100
80
60
40
20
0
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun Pengamatan
Gambar 4.1 Grafik batang curah hujan maksimum tahunan Stasiun Tanjung
Pandan.
4-2
Bab 4
Value
130
110
90
Actual Data
70
Distribution
50
0%
25%
50%
75%
100%
Weibull Probability
140
Value
130
120
110
100
Actual Data
90
Distribution
80
0%
25%
50%
75%
100%
Weibull Probability
Gambar 4.3 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Normal.
4-3
Bab 4
Value
130
120
110
100
Actual Data
90
Distribution
80
0%
25%
50%
75%
100%
Weibull Probability
Value
130
120
110
100
Actual Data
90
Distribution
80
0%
25%
50%
75%
100%
Weibull Probability
Gambar 4.5 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Pearson.
4-4
Bab 4
Value
130
120
110
100
Actual Data
90
Distribution
80
0%
25%
50%
75%
100%
Weibull Probability
Tabel 4.2
STASIUN
PERIODE
ULANG
LOG NORMAL
PEARSON
LOG PEARSON
GUMBEL
Tr 200
Tr 100
Tr 50
Tr 25
Tr 10
Tr 5
Tr 2
143.39
139.84
135.96
131.64
124.96
118.69
112.85
148.43
143.70
138.70
133.32
125.38
118.33
105.86
155.88
149.31
142.56
135.56
125.72
117.54
104.53
147.15
142.44
137.48
132.20
124.45
117.65
105.77
182.51
171.53
160.50
149.40
134.42
122.57
104.68
Maximum
Rerata
Minimum
Standar Deviasi
143.39
129.62
112.85
11.26
148.43
130.53
105.86
15.01
155.88
133.01
104.53
18.21
147.15
129.59
105.77
14.60
182.51
146.52
104.68
27.67
Tabel 4.3
No
Stasiun
Do
0.32
4-5
Bab 4
160
140
Tr 200
Tr 100
120
Tr 50
100
Tr 25
Tr 10
80
Tr 5
Tr 2
60
40
20
0
NORMAL
LOG NORMAL
PEARSON
LOG PEARSON
GUMBEL
Metode Distribusi
4-6
Bab 4
Hidrograf Satuan Sintetis SCS adalah hidrograf satuan tak berdimensi. Hidrograf
satuan ini dikembangkan berdasarkan hasil analisis hidrograf satuan banyak
Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan rentang variasi area dan geografi lokasi yang
sangat luas. Metode ini kemudian dikenal dengan nama hidrograf satuan sintetis
SCS dan telah diaplikasikan di DAS yang luasnya sedang di seluruh dunia.
Untuk menghitung waktu kelambatan (T2 lag) DAS-nya, SCS menggunakan dua
metode:
i.
ii.
Metode nomor kurva berlaku untuk DAS yang lebih kecil dari 8 km2, meskipun pada
saat akhir-akhir ini dimungkinkan dipakai untuk DAS dengan luas sampai 16 km2.
Dalam metode nomor kurva, waktu kelambatan dihitung dengan rumus:
tl =
dimana:
tl
: kemiringan DAS-nya.
Metode kecepatan aliran dipakai untuk DAS yang luasnya lebih besar dari 8 km2.
Kecepatan aliran rata-rata dan waktu konsentrasi dihitung menggunakan panjang
garis lurus sub-DAS-nya. Jumlah waktu konsentrasi masing-masing sub-DAS
merupakan waktu konsentrasi DAS-nya. Waktu kelambatan DAS-nya diestimasi
dengan rumus:
tl
6
10
=
; tc =
tl
6
t c 10
dimana:
tl
waktu kelambatan,
tc
waktu konsentrasi.
Dalam metode SCS perbandingan [rasio] antara waktu debit puncak dengan durasi
waktu hidrograf satuannya adalah:
tp
tc
=5
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-7
Bab 4
tp =
tr
+ tl
2
tp
10
10
tl
;tp =
9
9
dan
tl
sehingga:
tr 2
2
= ; t r = tl
tl 9
9
dan
tr
2
=
t c 15
Formula debit puncak adalah:
Qp =
dimana
Qp
2.08 * A
tp
:
debit puncak hidrograf satuan akibat hujan efektif 1 cm dalam meter kubik
per detik,
tp
4.1.2.2
Metode hidrograf satuan sintetis yang yang umum dan sering dipakai di Indonesia
adalah metode Nakayasu. Rumus empirisnya adalah:
=
Qp
C * A * R0
3 ,6 0 ,3T p + T0 ,3
dimana:
Qp
Ro
hujan satuan, mm
Tp
tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir,
jam
T0,3
waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak.
Qa
t
Qp
Tp
2,4
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-8
Bab 4
dimana:
Qn
waktu, jam
1-Tp
T0,3
1-T + 0,5T0,3
2T0,3
1-Tp + 1,5T0,3
2T0,3
Tenggang waktu:
T = tg + 0,8 tr
Untuk:
tg = 0,21 * L0,7
L<
15 km;
L>
15 km;
tg
tr
: 0,5 * tg sampai tg
tg = 0,4 + 0,058 * L
T0,3 = * tg
Untuk:
daerah pengaliran biasa = 2
bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat = 1,5
bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat = 3
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-9
Bab 4
Data masukan untuk mencari hidrograp banjir Sungai Air Saga adalah sebagai
berikut :
Panjang Sungai
3.30 km
Luas DPS
15 km2
1 m3/det
= 0.500 m3/det
50
40
30
20
10
0
0
10
15
20
Waktu (jam)
Gambar 4.8 Debit banjir Sungai Air Saga dengan Metoda Nakayasu
60
50
Debit (m/dt)
40
30
20
10
0
0
10
15
20
Waktu (jam)
Gambar 4.9 Debit banjir Sungai Air Saga dengan Metoda SCS.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-10
Bab 4
4.2
Analisis Hidro-oseanografi
4.2.1
Data
surut
merupakan
salah
satu
parameter
yang
penting
bagi
Tabel 4.4
Konstituen
M2
Amp (cm)
Fasa (derajat)
8.14
152.83
S2
10.30
412.66
N2
2.82
203.11
K2
2.78
412.66
K1
72.72
214.43
O1
49.72
237.89
P1
M4
26.44
214.43
2.12
156.29
MS4
2.44
58.68
S0
136.50
dimana
M2
S2
N2
K2
: komponen bulan,
K1
: komponen bulan,
O1
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-11
Bab 4
P1
M4
MS4
Titik
+170.08
+136.77
+80.40
0.00
-73.36
-119.63
-151.86
Data Pengamatan
250
MSL = 136.50 cm
200
150
100
50
0
26-Aug-09 00:00
28-Aug-09 06:00
30-Aug-09 12:00
01-Sep-09 18:00
04-Sep-09 00:00
06-Sep-09 06:00
08-Sep-09 12:00
Waktu
Gambar 4.10
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-12
Bab 4
4.2.2
Analisis Gelombang
Dari hasil pengolahan data angin diperoleh windrose, waverose dan periode ulang
gelombang sebagai berikut.
Hourly Distribution of Wind Speed and Direction in 1991-2006
Wind Station: Buluh Tumbang
NW
NE
20%
15%
10%
5%
0%
SW
SE
S
Windless = 56.29%
Unrecorded = 4.71%
Gambar 4.11
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-13
Bab 4
NW
NE
20%
15%
10%
5%
0%
SW
SE
S
Calm = 65.38%
Unrecorded = 4.71%
Gambar 4.12
Tabel 4.6
Return Period
(years)
1
2
3
5
10
25
50
100
200
4.2.3
Extreme Value
Wave Height (meters)
1.43
1.63
1.83
2.04
2.27
2.52
2.69
2.84
2.97
Extreme Value
Wave Period (seconds)
6.20
6.63
7.02
7.42
7.83
8.25
8.52
8.76
8.96
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-14
Bab 4
Jl.Ray
a Batu
Itam
KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
Jl.Raya
Air
Saga
KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m
Gambar 4.13
:
:
:
2.84 m
8.76 dt
Utara
Jl.Ra
ya
Batu
Itam
KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
J .l Raya
Air
Saga
KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m
Gambar 4.14
:
:
:
2.84 m
8.76 dt
Barat Laut
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-15
Bab 4
Jl.Raya
Bat
u Itam
KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
Jl.Ra
ya
Air
Sa ga
KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m
Gambar 4.15
:
:
:
2.84 m
8.76 dt
Barat
Jl.Raya
Bat
u Itam
KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
Jl.Ra
ya
Air
Sag
a
KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m
Gambar 4.16
:
:
:
2.84 m
8.76 dt
Barat Daya
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-16
Bab 4
Jl.Raya
Ba
tu
Ita m
KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
Jl.Ra
ya
Air
Sag
a
KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m
Gambar 4.17
:
:
:
2.84 m
8.76 dt
Selatan
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-17
Bab 4
4.3
Analisis Hidrolika
V=
1 2 3 12
R S
n
Dimana:
V = Kecepatan rata-rata aliran (m/detik)
R = Radius Hidrolik (m)
S = Kemiringan Saluran.
n = Koefisien Manning
Tabel 4.7
No.
1
Normal
Maximum
0,010
0,011
0,011
0,013
0,013
0,014
0,011
0,013
0,012
0,015
0,014
0,017
0,016
0,018
0,022
0,022
0,018
0,022
0,025
0,027
0,020
0,025
0,030
0,033
Saluran alam
Bersih Iurus
Bersih, berkelok-kelok
Banyak tanaman pengganggu
Dataran banjir berumput pendek - tinggi
Saluran di belukar
0,025
0,033
0,050
0,025
0,035
0,030
0,040
0,070
0,030
0,050
0,033
0,045
0,080
0,035
0,070
Beton
Gorong-gorong Iurus dan bebas dari kotoran
Gorong-gorong dengan lengkungan dan sedikit
kotoran/gangguan
Beton dipoles
Saluran pembuang dengan bak kontrol
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-18
Bab 4
Aw = (B 2my '+ my ) y
Dimana :
Aw
Suatu sistem pembawa bisa terdiri saluran tertutup saluran tertutup (closed
conduits) atau terbuka bagian (open channels). Sungai, saluran irigasi, selokan,
Gambar 4.18
aliran permukaan bebas pada saluran tertutup (c). dan aliran tertekan atau dalam
pipa.
Untuk saluran drainase pada lokasi pekerjaan ini dipilih saluran terbuka dengan
bentuk penampang trapesium dan persegi.
Zat cair yang mengalir pada saluran terbuka mempunyai bidang kontak hanya pada
dinding dan dasar saluran. Saluran terbuka dapat berupa:
Saluran alamiah atau buatan, yang terdiri dari:
Galian tanah dengan atau tanpa lapisan penahan
Terbuat dari pipa, beton, batu, bata, atau material lain,
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-19
Bab 4
Dapat berbentuk persegi, segitiga, trapesium, lingkaran, tapal kuda, atau tidak
beraturan.
Bentuk-bentuk saluran terbuka, baik saluran buatan maupun alamiah, yang dapat
kita jumpai diperlihatkan pada Gambar 7.18 berikut.
Freeboard (Tinggi Jagaan).
Besarnya tinggi bisa diambil dari berbagai kriteria. Sebagian teknisi menghitung
dari persentase tinggi muka air. Untuk mencari besarnya tinggi jagaan pada
saluran drainase diambil acuan pada besarnya debit yang terjadi disaluran. Hargaharga tinggi jagaan berdasarkan debit saluran bisa dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4.8 Besarnya Tinggi Jagaan Berdasarkan Besarnya Debit Aliran.
Q (m3/det)
< 0,5
0,40
0,5 1,5
0,50
1,5 5,0
0,60
5,0 10,0
0,75
10,0 15,0
0,85
> 15,0
1,00
Gambar 4.19
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-20
Bab 4
4.1.1
Klasifikasi Aliran
Bilangan Froude
Keadaan aliran pada saluran terbuka bisa dipengaruhi kecepatan aliran dan gaya
gravitasi. Gravitasi dapat dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan
aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis,
sedangkan jika kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, maka
alirannya disebut superkritis.
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah perbandingan
antara kecepatan dan gaya gravitasi, yang dinyatakan dengan bilangan Froude
(Fr). Bilangan Froude untuk saluran berbentuk persegi didefinisikan sebagai :
Fr =
V
g. y
Dimana:
V
= Kecepatan Aliran
= Percepatan Grafitasi
= Kedalaman aliran
Berdasarkan bilangan Froude, aliran dapat dibagi kedalam 3 jenis aliran, yaitu:
Aliran subkritis
Aliran Kritis
Bilangan Froude = 1.
Superkritis
Dan berikut ini adalah profil aliran subkritis dan juga aliran kritis pada saluran.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-21
Bab 4
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-22
Bab 4
4.1.2
Bilangan Reynold
Keadaan suatu aliran bisa juga dipengaruhi kekentalan. Jenis aliran yang
dipengaruhi keadaan ini dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
Aliran Laminar, terjadi apabila gaya kekentalan lebih besar daripada gaya
gravitasinya. Aliran laminar biasanya hanya terjadi pada saluran-saluran di
laboratorium.
Aliran Turbulen, terjadi apabila gaya gravitasi sangat dominant bila dibandingkan
dengan gaya kekentalannya.
Angka yang menentukan jenis aliran ini dikenal dengan Bilangan Reynold.
Re =
VL
Re = Bilangan Reynold
V
Jika dipadukan dengan keadaan jenis aliran berdasarkan pengaruh kecepatan dan
gravitasinya, maka akan dikenal 4 jenis keadaan aliran:
1. Aliran Laminar -Subkritis
2. Aliran Laminar -Superkritis
3. Aliran Turbulen-Subkritis
4. Aliran Turbulen -Superkritis
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-23
Bab 4
Gambar 4.23
Untuk saluran terbuka jenis aliran yang biasa terjadi adalah aliran turbulen. Aliran
laminer sangat jarang terjadi di saluran terbuka, walaupun ada hanya terjadi pada
saluran yang sangat dangkal dengan kecepatan yang sangat rendah.
Aliran yang perpaduan antara jenis subkritis dengan turbulen (Turbulen-Subkritis).
4.1.3
Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran pada suatu saluran harus dibatasi dan itu tergantung kepada
struktur bangunan saluran itu sendiri. Pada Tabel di bawah ini dikemukakan
besarnya kecepatan yang diizinkan untuk beberapa jenis saluran.
Tabel 4.9 Kecepatan aliran yang diizinkan berdasarkan jenis bahan saluran.
Jenis Bahan
Pasir Halus
Lempung Kepasiran
Lanau Alluvial
Kerikil Halus
Lempung Keras
Lempung Padat
Kerikil Kasar
Batu-batu Besar
Beton-beton Bertulang
Kecepatan (m/dtk)
0,45
0,50
0,60
0,75
0,75
1,10
1,20
1,50
1,50
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-24
Bab 4
4.2
4.2.1
Umum
Untuk mendapatkan penyelesaian yang baik dari suatu masalah rekayasa air, baik
berupa masalah mekanika fluida, hidrolika ataupun hidrologi diperlukan suatu
model pendekatan yang dapat mewakili permasalahan yang sedang dihadapi
semirip mungkin. Model pendekatan ini dapat berupa model numerik/matematik
atau model fisik.
Pada pekerjaan ini digunakan model numerik untuk menyelesaikan permasalahan
hidrolik. Model matematik yang digunakan adalah model yang dikenal dengan HECRAS. Meski hasil outputnya tidak seakurat jika dibandingkan dengan menggunakan
model fisik tetapi model matematik memiliki keunggulan dalam hal penghematan
waktu, biaya dan tenaga.
4.2.2
Teori Dasar
Q
H (Qv ) g Q Q
+ gA
+
+ 2
= bw 2 cos( )
t
x
x
C AR
Persamaan kontinuitas untuk aliran tak-langgeng:
Q
H
+B
=0
x
t
Hubungan Q, v, dan A adalah sebagai berikut:
Q = vA
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-25
Bab 4
2
B
x
datum
Gambar 4.24
dimana :
t
= waktu
= percepatan grafitasi
= kecepatan angin
(t)
(t)
(x)
A
2
v y , z ) dydz
2 (
Q
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-26
Bab 4
4.2.3
Input Data
Data-data yang di dapat dari kondisi fisik di Sungai Air Saga, Desa Air Saga,
Kabupaten Belitung:
Sistem aliran berupa sungai yang melewati areal bakau
Sungai terpengaruh oleh pasang surut.
Panjang
3.300 m.
20 m.
15,0 km2
Kemiringan talud
0,125 1,5
Kemiringan sungai
0,0001
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-27
Bab 4
JEMBATAN
29 30
32
28
31
27
HILIR
26
HULU
12 13
11
14
23
10
15
25
24
16
9
17
8
18
20
DAERAH
RAWAN
BANJIR
19
7
6.5
6
4
3
1
30 ofGeo-R
theGeo-R
33
efN
XS's
on
user
efNGeo-Ref
on
interpolated
are
entered
Geo-Ref
not Geo-Referenced
user
XSinterpolated
XS
entered XS XS)
(
Gambar 4.25
2. Kondisi Batas
Kondisi batas bagian hulu berupa Debit banjir yang digunakan adalah Hidrograf
debit banjir Sungai Air Saga Metode Nakayasu dan Metoda SCS-1 dengan
periode ulang 10 tahnun (Q10).
50
30
Debit (m/dt)
40
20
10
0
0
10
15
20
Waktu (jam)
Gambar 4.26
Kondisi batas bagian hilir berupa pasang surut dengan grafik seperti yang
terlihat pada Gambar 4.27.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-28
Bab 4
penampang melintang tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.10. Gambar 7.11
menunjukan suatu skema jaringan sungai/saluran yang didalamnya tercakup
semua penampang melintang yang datanya sudah dimasukan.
Tabel 4.10
Potongan
1
2
3
4
5
6
6.5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Keterangan
Muara/Hilir
Jembatan
792645
792627
792616
792645
792660
792634
792555
792461
792364
792331
792400
792365
792259
792193
792141
792088
792014
791927
791829
791774
791762
791728
791711
791701
791674
791594
9701284
9701232
9701132
9701041
9700971
9700944
9700947
9700922
9700895
9700821
9700738
9700628
9700654
9700722
9700814
9700902
9700965
9701014
9701018
9700991
9700956
9700861
9700762
9700661
9700572
9700523
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Hulu
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-29
Bab 4
AirSaga
Plan: Plan 04
RS = 1 1
.01
.02
2.0
Legend
Ground
Bank Sta
1.5
Elevation (m)
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
100
200
300
400
500
Station (m)
Gambar 4.27
.09
.08
.09
Legend
Ground
Bank Sta
E lev at ion (m )
-1
-2
50
100
150
200
250
300
Station (m)
Gambar 4.28
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-30
Bab 4
.09
.08
.09
Legend
Ground
Ineff
Bank Sta
Elevation (m)
-1
-2
50
100
150
200
250
300
Station (m)
Gambar 4.29
Jembatan.
AirSaga
Plan: Plan 04
RS = 33
33
.01
.02
Legend
Ground
Bank Sta
Elevation (m)
-1
-2
50
100
150
200
250
300
Station (m)
Gambar 4.30
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-31
Bab 4
AirSaga
Plan: Plan 04
Legend
JEMBATAN
WS PF 1
Ground
LOB
ROB
Elevation (m)
DAERAH
PEMUKIMAN
RAWAN
BANJIR
-1
-2
-3
-4
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Gambar 4.31
AirSaga
Plan: Plan 04
Legend
JEMBATAN
WS PF 2
Ground
LOB
ROB
Elevation (m)
DAERAH
PEMUKIMAN
RAWAN
BANJIR
-1
-2
-3
-4
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Gambar 4.32
AirSaga
Plan: Plan 04
Legend
WS PF 3
JEMBATAN
Ground
LOB
ROB
Elevation (m)
DAERAH
PEMUKIMAN
RAWAN
BANJIR
-1
-2
-3
-4
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Gambar 4.33
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-32
Bab 4
AirSaga
Plan: Plan 04
.01
RS = 1
.02
1.5
Legend
WS PF 5
WS PF 4
WS PF 3
1.0
WS PF 2
WS PF 1
Ground
Elevation (m)
0.5
Bank Sta
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
100
200
300
400
500
600
Station (m)
Gambar 4.34
.09
.08
.09
Legend
WS Q50
WS Q25
WS Q10
WS Q5
WS Q2
Ground
Bank Sta
-1
-2
50
100
150
200
250
300
Station (m)
Gambar 4.35
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-33
Bab 4
.09
.08
.09
Legend
WS Q50
WS Q25
WS Q10
WS Q5
WS Q2
Ground
Ineff
Bank Sta
-1
-2
50
100
150
200
250
300
Station (m)
Gambar 4.36
Ulang.
AirSaga
Plan: Plan 04
RS = 33
33
.01
.02
Legend
WS PF 5
WS PF 4
WS PF 3
WS PF 2
WS PF 1
Ground
Elevation (m)
Bank Sta
-1
-2
50
100
150
200
250
300
Station (m)
Gambar 4.37
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-34
Bab 4
AirSaga
Plan: Plan 04
JEMBATAN
HULU
HILIR
DAERAH
PEMUKIMAN
RAWAN BANJIR
Gambar 4.38
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-35
Bab 4
Tabel 4.11
No. Potongan
33
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6.5
6
5
4
3
2
1
0.28
0.29
0.29
0.29
0.29
0.28
0.31
0.30
0.29
0.29
0.29
0.29
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
0.000051
0.000027
0.000032
0.000011
0.000010
0.000010
Kecepatan Air
(m/s)
0.76
0.80
1.06
0.74
1.04
0.96
0.69
0.69
0.88
0.94
0.85
0.70
1.13
0.88
0.77
0.67
0.54
0.68
0.61
0.72
0.77
0.64
0.32
0.46
0.50
0.45
0.48
Flow Area
(m2)
72.35
71.60
53.67
71.23
48.84
52.12
77.25
73.41
58.38
54.91
58.61
71.47
44.08
57.89
67.14
79.42
97.52
78.29
85.54
102.07
79.59
97.70
172.57
143.63
139.32
151.36
144.98
Lebar Saluran
(m)
137.19
129.80
130.09
116.96
101.74
127.89
118.78
77.36
91.77
107.48
64.48
72.43
42.74
90.01
45.61
150.67
175.51
150.31
167.44
139.53
89.65
114.81
142.81
141.93
170.91
178.59
177.38
Bilangan Froude
0.73
0.48
0.45
0.31
0.28
0.33
71.68
153.67
197.83
271.27
300.35
297.43
78.82
336.97
443.67
488.25
513.15
497.70
0.23
0.16
0.17
0.11
0.10
0.10
0.25
0.24
0.41
0.24
0.39
0.48
0.21
0.21
0.20
0.33
0.29
0.22
0.36
0.30
0.18
0.23
0.17
0.24
0.20
0.19
0.19
0.16
0.08
0.11
0.12
0.12
0.12
4-36
Bab 4
4.2.4
Kesimpulan
Dari uraian, analisis dan pemodelan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1.
Wilayah Pesisir Air Saga memiliki tipe pasang surut diurnal artinya dalam sehari
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan tinggi dan perioda yang
berbeda, dengan tunggang pasang 321,94 cm.
2.
3.
4.
Kecepatan arus terbesar yang terjadi selama pengukuran adalah 0,37 m/dt.
5.
arah angin dari Selatan sebesar 7.03%. Prosentase angin dengan kecepatan
15-20 knots berasal dari semua arah terutama dari arah Tenggara.
6.
Tinggi gelombang di Muara Air Saga relatif kecil, yaitu kurang dari 0,5m untuk
periode ulang gelombang 25 tahunan.
7.
8.
Distribusi arus Sungai Air Saga relatif kecil, sedangkan sedimentasi dari arah
hilir relatif kecil juga.
9.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-37
Bab 4
20. Pada saat Elevasi Muka Air tertinggi tercapai, jembatan masih tetap aman.
21. Kemiringan rata-rata saluran = 0,00001.
22. Kecepatan aliran di Sungai Air Saga berkisar antara 0,10 sampai 0,7 m/det.
23. Kedalaman sungai di sebelah hulu jembatan pada saat banjir berkisar antara
1,0 sampai 1,8 m
24. Kedalaman sungai di sebelah hilir jembatan pada saat banjir berkisar antara
0,2 sampai 1,2 m.
25. Bilangan Froude berkisar antara 0,1 sampai 0,5 m/det berarti aliran bersifat
subkritis.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
4-38
Bab
Alternatif Penanganan
Bab 5
Alternatif Penanganan
Studi Investigasi dan Desain
Pengendalian Banjir
Sungai Air Saga, KabupatenBelitung
5.1
Geografi
Topografi
b.
c.
Pengendalian banjir termasuk bagian dari daya rusak air dalam pasal 51 UU No.7
tahun 2004, tentang SDA. Kegiatan - kegiatan pengendalian mencakup kegiatan
pencegahan, penanggulangan dan pemulihan. UU lebih mengutamakan kegiatan
pencegahan melalui perencanaan pengendalian banjir yang disusun terpadu dan
menyeluruh dalam pola pengelolaan Sumber Daya Air. Maka dalam studi ini
konsultan akan menjabarkan bentuk-bentuk kegiatan pengendalian banjir yang
mencakup keperluan pencegahan, penanggulan dan pemulihan banjir.
Sejalan dengan tujuan studi adalah Conference 12th of Rhine Ministers, Januari 22,
1998 di Rotterdam, Belanda. Perinsip Pencegahan Banjir secara umum adalah:
1. Air adalah bagian dari natural ecology atau ecologycal circle yang harus
diperhitungkan
dalam
penyusunan
tata
ruang,
land
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
use
dll.
5-1
Bab 5
Alternatif Penanganan
Upayakan
daerah-daerah
sebagai
parkir
air
atau
retention areas baik dihulu, ditengah maupun dihilir dan perlambat turunya air
(run-off). Artinya selain menampung di waduk - waduk juga mempertahankan
situ - situ yang ada dan juga memperlambat run-off dilakukan dengan vegetasi
yaitu dengan menghutankan kembali serta mengatur tata ruang.
3. Biarkan sungai melebar secara alamiah sehingga run-off bisa diperlambat dan
tidak akan membahayakan. Ini artinya jangan mengganggu bantaran sungai
agar run-offnya dapat diperhitungkan sesuai dengan debit banjir yang memang
sudah diperhitungkan.
4. Sadar akan bahaya. Karena banjir itu bisa datang sewaktu-waktu. Peningkatan
kesadaran dan informasi dapat mengurangi bahaya akibat banjir dan resiko
yang akan ditimbulkan.
5. Integrasi kegiatan dalam catchment area, yaitu dengan mengikut sertakan
semua sektor terkait dalam pengelolaan daerah tangkapan air, karena ini
adalah kunci sukses dalam mengatasi atau penanganan terhadap masalah
banjir.
Kegiatan
pencegahan
adalah
kegiatan
sebelum
terjadi
banjir,
kegiatan
pengaturan pengembangan
2.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-2
Bab 5
e. Mempersiapkan
material
atau
bahan-bahan
yang
Alternatif Penanganan
dapat
meringankan
2.
Secara Nonstruktur
b.
Secara Struktur
Upper atau bagian hulu biasanya kemiringan sungai lebih terjal, agak lurus,
tampang melintang berbetuk V, dengan palung dalam, kecepatan aliran tinggi,
tebing dan atau dasar sungai tergerus/tererosi
Middle atau daerah bagian tengah kemiringan agak landai, mulai berkelokkelok, gerusan tebing dan atau dasar sungai berkurang, mulai ada tumpukan /
endapan sedimen, kecepatan arus sedang
Lower atau bagian hilir sampai muara kelandaian relatif datar, banyak
berkelok-kelok, terbentuk meadering, sedimentasi tinggi, sering terbentuk
pulau-pulau pasir dari tumpukan / endapan sedimen.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-3
Bab 5
Alternatif Penanganan
Nonstruktur / Nonfisik
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
Flood way menghidarkan lokasi dari aliran sungai atau membagi volume air
ketempat lain, sehingga muka air dapat diturunkan
c.
d.
e.
Pembuatan tanggul
f.
Pembuatan tanggul, polder dan pompa biasanya di daerah muara sungai yang
relatif rendah seperti kota Jakarta.
g.
2.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-4
Bab 5
Alternatif Penanganan
i. Pertumbuhan penduduk
j. Faktor-fakror dominan penyebab banjir
k. Geologi dan pemanfaatan lahan
l. Kondisi hidrologi dan klimatogi
m. Kondisi Oceonografi muara sungai
n. Catatan kejadian, intensitas dan kecendrungan terjadi banjir
o. Macam / jenis lahan yang tergenang banjir
p. Kencendrungan perluasan pemukiman dan faktor penggerak / pemicu yang
dominan perluasan
q. Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan kepedulian dalam
hal antisipasi bahaya banjir
r. Tingkat keberhasilan usaha yang dilakukan Pemerintah
s. Tingkat kecendrungan besarnya kerugian akibat bahaya banjir
t. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya banjir
u. dan lain-lain
Pengumpulan data diatas menjadi dasar-dasar masukan untuk membuat Analisis
permasalahan dan membuat solusi pola pengendalian banjir yang terdiri dari 3 hal
yaitu pencegahan, penanggulangan, pengendalian.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-5
Bab 5
Alternatif Penanganan
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-6
Bab 5
Alternatif Penanganan
5.2
mengalami
banjir
kurang
dari
10
kepala
keluarga.
Sehingga
untuk
B. Alternatif-2: Tanggul
Salah satu upaya paling sederhana untuk menghindari terjadinya banjir akibat
luapan air sungai pada suatu daerah adalah dengan menaikkan tinggi tebing sungai
alami/eksisting yang akan memperbesar kapasitas pengaliran. Hal ini dapat
dilakukan dengan membangun tanggul di sepanjang kedua sisi sungai.
Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah, karena tanggul
merupakan bangunan menerus yang sangat penting serta membutuhkan bahan
urugan yang volumenya sangat besar. Bahan tanah biasanya diperoleh dari hasil
galian di kanan kiri trase rencana tanggul atau dapat diperoleh dari hasil pekerjaan
normalisasi
dilaksanakan
sungai,
berupa
bersamaan
galian
dengan
pelebaran
pembangunan
alur
sungai,
tanggul.
yang
Selain
biasanya
itu
tanah
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-7
Bab 5
Alternatif Penanganan
dikerjakan. Selanjutnya tanah merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan
tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Apabila di beberapa
tempat
terjadi
kerusakan
tanggul,
perbaikannya
sangat
mudah
dan
cepat
5.3
Pemilihan Alternatif
Dari ketiga alternative di atas maka akan dibuat criteria pemilihan alternative untuk
memperoleh yang paling efektif. Kriteria pemilihannya adalah sebagai berikut.
Untuk hasil penilaian berdasarkan criteria di atas adalah sebagai berikut.
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-8
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
*) Skala Bobot:
3 : Sangat Penting
2 : Penting
1 : Cukup Penting
Aspek Sosial
JUMLAH
Kemudahan Pelaksanaan
Biaya Pelaksanaan
No.
100
10
20
20
20
30
Bobot
Alternatif 3
Sedimentasi dan banjir akan terus terjadi di lokasi Sedimentasi dan banjir akan terus terjadi di lokasi Kegiatan pengerukan dan konstruksi jetty bisa
karena tidak ada penanganan secara fisik
karena bangunan yang dikonstruksi bukan
menahan sedimentasi dan banjir karena jalan air
bertujuan untuk menahan sedimentasi dan banjir dibuat lebih lancar dan sedimen tidak akan
berkumpul lagi di mulut muara
Pelaksanaan akan lebih sulit karena harus terlebih Secara konstruksi akan lebih mudah
dahulu menemukan lokasi pemindahan yang
dilaksanakan
sesuai dengan keinginan penduduk yang
dipindahkan
Relokasi Penduduk 30 KK
Total luas tanah yang harus diganti 3000 m2
sehingga harus ada penggantian senilai 450 juta,
sedangkan untuk bangunan harus ada
penggantian sebesar 900 juta, sehingga total
biaya adalah 1.35 Milliyar
Jenis Alternatif
Alternatif 2
Alternatif 1
Tabel 5.1
Bab 5
Alternatif Penanganan
5-9
100
JUMLAH
*) Skala Nilai:
3 : Sangat Baik
2 : Baik
1 : Kurang
10
Aspek Sosial
3
20
20
20
Kemudahan Pelaksanaan
30
Bobot
Biaya Pelaksanaan
Alternatif 2
180
30
20
20
20
90
240
20
40
60
60
60
220
10
60
60
60
30
Alternatif 3
Pengerukan 45000 m3 +
Relokasi Penduduk 30 Tanggul Pasangan Batu
Jetty Pengarah Arus 400
KK
240 KM
m
Nilai x
Nilai x
Nilai x
Nilai
Nilai
Nilai
bobot
bobot
bobot
Alternatif 1
No.
Tabel 5.2
Bab 5
Alternatif Penanganan
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-10
Bab 5
Alternatif Penanganan
+ 2,50 m
0.40
Lining Beton 10 cm
1.00
0.50
0.85
el = +1,90 m
2.50
0.50
Gambar 5.1
Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
5-11
Bab
Bab 6
Rencana Anggaran Biaya
Studi Investigasi dan Desain
Pengendalian Banjir
Sungai Air Saga, KabupatenBelitung
NO.
URAIAN PEKERJAAN
I.
1
2
3
4
5
PEKERJAAN PERSIAPAN
2
Direksi keet ukuran 4 x 6 = 24 m
Los Kerja / Gudang
Papan Nama Proyek
Dokumentasi Proyek
Biaya Koordinasi
VOLUME
24.00
20.00
1.00
3.00
8.00
m
2
m
buah
set
kali
HRG SATUAN
(Rp.)
296,425.00
181,113.00
209,398.00
143,100.00
452,500.00
SUB TOTAL I
II.
1
2
3
4
5
6
7
8
PEKERJAAN TANGGUL
2
Pengukuran Ulang
3500.00 m
Pemasangan bouwplang
2.00 m'
Cerucuk dolken D10 4 m per 50 cm3500.00 btg
3
Pasangan Batu 1 : 3
3,073.00 m
2
Plesteran
910.00 m
Galian tanah
700.00 m3
Saluran Drainase
45.50 m3
Pintu Air
3.00 ls
7,114,200.00
3,622,260.00
209,398.00
429,300.00
3,620,000.00
Rp
14,995,158.00
1,056.00
11,020.00
20,112.00
219,990.00
17,908.00
17,007.00
197,991.00
20,000,000.00
3,696,000.00
22,040.00
70,392,000.00
676,029,270.00
16,296,280.00
11,904,900.00
9,008,590.50
60,000,000.00
SUB TOTAL II
Rp 847,349,080.50
TOTAL I + II
Rp 862,344,238.50
PPN 10 %
TOTAL
Terbilang:
HARGA
(Rp.)
Rp
86,234,423.85
Rp 948,578,662.00
Sembilan Ratus Empat Puluh Delapan Juta Lima Ratus Tujuh Puluh
Delapan Ribu Enam Ratus Enam Puluh Dua Rupiah.
Bab
Kesimpulan
Bab 7
Kesimpulan
Kesimpulan Akhir yang dapat diambil dari pekerjaan Survey Investigasi dan Desain
Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka
Belitung adalaha sebagai berikut :
1.
Wilayah Pesisir Air Saga memiliki tipe pasang surut diurnal artinya dalam sehari
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan tinggi dan perioda yang
berbeda, dengan tunggang pasang 321,94 cm.
2.
3.
4.
Kecepatan arus terbesar yang terjadi selama pengukuran adalah 0,37 m/dt.
5.
arah angin dari Selatan sebesar 7.03%. Prosentase angin dengan kecepatan
15-20 knots berasal dari semua arah terutama dari arah Tenggara.
6.
Tinggi gelombang di Muara Air Saga relatif kecil, yaitu kurang dari 0,5 m untuk
periode ulang gelombang 25 tahunan.
7.
8.
Distribusi arus Sungai Air Saga relatif kecil, sedangkan sedimentasi dari arah
hilir relatif kecil juga.
9.
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
7-1
Bab 7
Kesimpulan
15. Dengan melihat profil memanjang Sungai Air Saga terjadi pendangkalan di
bagian hilir tepatnya sekitar 200 m ke arah laut dari jembatan.
16. Pada saat Elevasi Muka Air tertinggi tercapai, jembatan masih tetap aman.
17. Kemiringan rata-rata saluran = 0,00001.
18. Kecepatan aliran di Sungai Air Saga berkisar antara 0,10 sampai 0,7 m/det.
19. Kedalaman sungai di sebelah hulu jembatan pada saat banjir berkisar antara
1,0 sampai 1,8 m
20. Kedalaman sungai di sebelah hilir jembatan pada saat banjir berkisar antara
0,2 sampai 1,2 m.
21. Bilangan Froude berkisar antara 0,1 sampai 0,5 m/det berarti aliran bersifat
subkritis.
22. Terdapat sekitar 30 KK yang mengalamai banjir di sekitar Sungai Air Saga.
23. Banjir di Desa Air Saga dapat diatasi dengan memasang tanggul.
24. Tanggul di pasang mulai dari Pot-6 sampai Pot-7 dgn panjang total kurang
lebih 240 m.
25. Elevasi Muka Air Banjir adalah + 1,9 m MSL.
26. Tanggul dipasang dengen elevasi puncak + 2,5 m MSL.
27. Biaya untuk pembangunan tanggul adalah Sembilan Ratus Empat Puluh
Delapan Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Delapan Ribu Enam Ratus Enam Puluh
Dua Rupiah.
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung
7-2