Anda di halaman 1dari 117

Kata Pengantar

Memenuhi kontrak kerja antara PPK Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai
Bangka Belitung dengan PT Hegar Daya nomor 10/PKK/PBPS/BB/2009 tertanggal
23 Juni 2009, tentang pelaksanaan pekerjaan Survey Investigasi dan Desain
Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di Kabupaten Belitung, Propinsi
Bangka Belitung, berikut ini kami sampaikan Laporan Draft Final.
Laporan Interim ini akan disajkan dalam 5 Bab yang terdiri dari :
Pendahuluan
Gambaran Umum Lokasi
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Alternatif Penanganan
Rencana Anggaran Biaya
Kesimpulan
Demikian Laporan Draft Final ini kami buat dan laporkan, semoga dapat memenuhi
tujuan dan kebutuhan yang diharapkan.

Bandung, Nopember 2009

Ketua Tim

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

Daftar Isi
Halaman:
Bab 1

Pendahuluan
1.1

Latar Belakang

1-1

1.2

Maksud dan Tujuan

1-2

1.3

Lokasi Pekerjaan

1-2

1.4

Ruang Lingkup Pekerjaan

1-3

1.4.1

Tahap Persiapan

1-3

1.4.2

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan

1-4

1.4.3

Tahap Pekerjaan Analisa

1-9

1.4.4

Pelaksanaan

Penyusunan

Perencanaan

Teknis

Laporan (Pekerjaan Studio/Kantor)

Bab 2

Bab 3

Dan
1-10

1.5

Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

1-10

1.6

Biaya Pelaksanaan

1-10

1.7

Sistematika Pembahasan

1-10

Gambaran Umum Lokasi


2.1

Kondisi Geografis

2-1

2.2

Keadaan Iklim

2-2

2.3

Kondisi Topografi

2-3

2.4

Kondisi Aliran Sungai

2-4

2.5

Tata Guna Lahan

2-4

2.6

Kondisi Geologi

2-5

2.7

Sumber Daya Air

2-7

2.8

Kependudukan

2-10

2.9

Pendidikan

2-11

2.10 Potensi Daerah

2-12

2.11 Perekonomian

2-16

Apresiasi Inovasi
3.1

Pengumpulan Data Sekunder

3-1

3.2

Pengumpulan Data Primer

3-3

3.3

Survei Topografi

3-3

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

ii

3.4

3.5

Bab 4

3-8

3.4.1

Pengukuran Batimetri

3-8

3.4.2

Pengukuran Pasang Surut

3-13

3.4.3

Pengukuran Arus

3-20

3.4.4

Pengambilan Contoh Sedimen

3-21

Analisis Permasalahan

3-22

3.5.1

Umum

3-22

3.5.2

Permasalahan di Sungai Air Saga

3-24

Pengolahan dan Analisis Data


4.1

4.2

4.3

4.2

Bab 5

Survei Hidrometri

Pengolahan Data Hidrologi

4-1

4.1.1

Pengolahan Data Hidrologi

4-1

4.1.2

Analisis Debit Rencana

4-7

Analisis Hidro-oseanografi

4-11

4.2.1

Analisis Pasang Surut

4-11

4.2.2

Analisis Gelombang

4-13

4.2.3

Analisis Transformasi Gelombang

4-14

Analisis Hidrolika

4-18

4.1.1

Klasifikasi Aliran

4-21

4.1.2

Bilangan Reynold

4-23

4.1.3

Kecepatan Aliran

4-24

Pemodelan Matematik dengan Perangkat Lunak HEC-RAS

4-25

4.2.1

Umum

4-25

4.2.2

Teori Dasar

4-25

4.2.3

Input Data

4-27

4.2.4

Kesimpulan

4-37

Alternatif Penanganan
5.1

Metodologi dan Pendekatan

5-1

5.1.1

Penyebab Banjir

5-1

5.1.2

Strategi Umum Mengurangi Kerugian Akibat Banjir

5-2

5.1.3

Penanganan

Pengendalian

Banjir

Non-struktur

dan

Struktur
5.1.4

5-3

Langkah Penyusunan Pola Pengendalian Banjir Sungai


Prioritas

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-4

iii

5.1.5

Analisa dan Evaluasi

5-5

5.1.6

Pemilihan Alternatif

5-6

5.1.7

Pemilihan Alternatif

5-6

5.2

Jenis-jenis Alternatif Penanganan

5-7

5.3

Pemilihan Alternatif

5-8

Bab 6

Rencana Anggaran Biaya

Bab 7

Kesimpulan

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

iv

Daftar Gambar
Gambar 2.1

Pulau Belitung.

2-2

Gambar 2.2

Hasil Citra Satelit Pulau Belitung.

2-5

Gambar 2.3

Pembagian DAS di Pulau Belitung.

2-8

Gambar 3.1

Bagan alir rencana kerja.

3-2

Gambar 3.2

Pengukuran jarak pada permukaan miring.

3-5

Gambar 3.3

Pengukuran sudut antar dua patok.

3-6

Gambar 3.4

Pengukuran waterpass.

3-7

Gambar 3.5

Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding.

3-9

Gambar 3.6

Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri.

3-10

Gambar 3.7

Penempatan GPSMap (tranduser, antena, reader) di perahu.

3-10

Gambar 3.8

Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi


kedalaman.

Gambar 3.9

3-11

Hasil Pengukuran Tinggi Muka Air Muara Air Saga dalam cm


(26 Agustus 9 September 2009)

3-15

Gambar 3.10

Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut.

3-16

Gambar 3.11

Hasil perbandingan pengukuran dan peramalan pasang surut.

3-19

Gambar 3.12

Survei kecepatan aliran atau pengukuran arus.

3-21

Gambar 4.1

Grafik batang curah hujan maksimum tahunan Stasiun


Tanjung Pandan.

4-2

Gambar 4.2

Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Normal.

4-3

Gambar 4.3

Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Normal.

4-3

Gambar 4.4

Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Pearson.

4-4

Gambar 4.5

Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Pearson.

4-4

Gambar 4.6

Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Gumbel.

4-5

Gambar 4.7

Curah hujan harian maksimum dengan berbagai distribusi.

4-6

Gambar 4.8

Hasil analisa debit banjir Sungai Air Saga dengan Metoda


Nakayasu

4-10

Gambar 4.9

Hasil analisa debit banjir Sungai Air Saga dengan Metoda SCS.

4-10

Gambar 4.10

Hasil Pengukuran Pasang Surut.

4-12

Gambar 4.11

Windrose lokasi Air Saga.

4-13

Gambar 4.12

Waverose lokasi Air Saga.

4-14

Gambar 4.13

Kontur dan vector gelombang dari arah Utara.

4-15

Gambar 4.14

Kontur dan vector gelombang dari arah Barat Laut.

4-15

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

Gambar 4.15

Kontur dan vector gelombang dari arah Barat.

4-16

Gambar 4.16

Kontur dan vector gelombang dari arah Barat Daya.

4-16

Gambar 4.17

Kontur dan vector gelombang dari arah Selatan.

4-17

Gambar 4.18

Jenis Aliran Permukaan (a), bebas pada saluran terbuka (b).


aliran permukaan bebas pada saluran tertutup (c). dan aliran
tertekan atau dalam pipa.

4-19

Gambar 4.19

Bentuk-bentuk potongan melintang saluran terbuka

4-20

Gambar 4.20

Profil Aliran Subkritis

4-22

Gambar 4.21

Profil Aliran Kritis

4-22

Gambar 4.22

Profil Aliran Kritis

4-22

Gambar 4.23

Empat jenis keadaan aliran pada saluran terbuka

4-24

Gambar 4.24

Persamaan momentum dan kontinuitas.

4-26

Gambar 4.25

Skema Sistem Jaringan Sungai Air Saga.

4-28

Gambar 4.26

Hidrograf banjir Sungai Air Saga Q10 dengan Metoda SCS.

4-28

Gambar 4.27

Penampang melintang Sungai Air Saga di Muara.

4-32

Gambar 4.28

Penampang melintang Sungai Air Saga tepat di hilir Jembatan.

4-32

Gambar 4.29

Penampang melintang Sungai Air Saga tepat di hulu


Jembatan.

33

Gambar 4.30

Penampang melintang Sungai Air Saga di bagian hulu Sungai.

4-33

Gambar 4.31

Profil Muka Air Untuk Debit Banjir erioda Ulang 2 tahunan.

4-34

Gambar 4.32

Profil Muka Air Untuk Debit Banjir erioda Ulang 5 tahunan.

4-34

Gambar 4.33

Profil Muka Air Untuk Debit Banjir Perioda Ulang 10 tahunan.

4-35

Gambar 4.34

Profil Muka Air Untuk Debit Banjir Perioda Ulang 25 tahunan.

4-35

Gambar 4.35

Profil Muka Air Untuk Debit Banjir Perioda Ulang 50 tahunan.

4-35

Gambar 4.36

Profil Muka Air di Muara Untuk Berbagai Perioda Ulang.

4-36

Gambar 4.37

Profil Muka Air di hilir jembatan Untuk Berbagai Perioda Ulang.

4-36

Gambar 4.38

Profil Muka Air di hulu jembatan untuk berbagai Perioda Ulang.

4-37

Gambar 4.39

Profil Muka Air di hulu sungai untuk berbagai Perioda Ulang.

4-37

Gambar 4.40

Gambar Perspektif Sungai Air Saga.

4-37

Gambar 5.1

Tipikal tanggul yang direncanakan untuk menanggulangi banjir

5-11

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

vi

Daftar Tabel
Tabel 3.1 Curah Hujan Maksimum

3-3

Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Tinggi Muka Air Muara Air Saga dalam cm
(26 Agustus 9 September 2009)

3-14

Tabel 3.3 Deskripsi Komponen Harmonik Pasang Surut

3-16

Tabel 3.4 Komponen Pasang Surut Pesisir Pantai Air Saga

3-17

Tabel 3.5 Tipe Pasang Surut

3-17

Tabel 3.6 Elevasi Muka Air Penting (satuan cm)

3-20

Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran di 4 Lokasi

3-21

Tabel 3.8 Hasil Analisa Sedimen Layang di 4 Lokasi

3-21

Tabel 3.9 Hasil Rekapitulasi Analisa Sedimen Dasar di 4 Lokasi

3-22

Tabel 4.1 Curah Hujan Maksimum Stasiun Tanjung Pandan Tahun 19982007

4-2

Tabel 4.2 Resume Analisis Curah Hujan Maksimum

4-5

Tabel 4.3 Resume Uji Kecocokan Distribusi

4-5

Tabel 4.4 Komponen Pasang Surut di Muara Air Saga

4-11

Tabel 4.5 Elevasi-Elevasi Acuan Hasil Peramalan Pasang Surut

4-12

Tabel 4.6 Periode Ulang Gelombang

4-14

Tabel 4.7 Harga koefisien kekasaran Manning, n

4-18

Tabel 4.8 Besarnya Tinggi Jagaan Berdasarkan Besarnya Debit Aliran.

4-20

Tabel 4.9 Kecepatan aliran yang diizinkan berdasarkan jenis bahan


saluran.

4-24

Tabel 4.10 Daftar Potongan Melintang.

4-30

Tabel 4.11 Tabulasi Output Simulasi dengan Hec-Ras.

4-38

Tabel 5.1 Kriteria Pemilihan Alternatif


Tabel 5.2 Hasil Penilaian Pemilihan Alternatif

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-9
5-10

vii

Laporan Draft Final


Pekerjaan:

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Air Saga, Kabupaten Belitung

Bab

Pendahuluan

Bab 1
Pendahuluan

Studi Investigasi dan Desain


Pengendalian Banjir
Sungai Air Saga, KabupatenBelitung

1.1

Latar Belakang

Dalam usaha pembangunan dan pengembangan kota secara menyeluruh dan


terpadu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah ini, Pemerintah Kabupaten
Belitung, Provinsi Bangka Belitung akan mereview kebijakan pembangunan
prasarana dasar Pemerintah Kabupaten Belitung dan terkait dengan program Dinas
Pekerjaan Umum Belitung, dan termasuk di dalam program tersebut adalah sektor
Drainase dan Pengendalian Banjir.
Permasalahan drainase di Kabupaten Belitung yang disebabkan oleh aspek
hidrologi, aspek morfologi sungai Air Saga dan erosi tebing sungai yang membawa
material sedimen sehingga kecepatan aliran pada ruas pertemuan Sungai Air Saga
menjadi sangat kecil. Kondisi ini berakibat pada proses pengendapan yang berjalan
sangat intensif.
Beberapa

studi

dan

perencanaan

yang

berkenaan

dengan

drainase

dan

pengendadlian banjir di Sungai Air Saga di Kabupaten Belitung telah dilaksanakan,


namun semua perencanaan diatas masih bersifat parsial, sehingga belum dapat
menuntaskan permasalahan drainase dan pengendalian banjir Kabupaten Belitung
secara menyeluruh dan terpadu.
Perencanaan yang bersifat menyeluruh dan terpadu tersebut sedang direncanakan
untuk dilaksanakan pada tahun Anggaran 2009.
Permasalahan saat ini adalah adanya genangan banjir yang terjadi sepanjang
Sungai Air Saga di kabupaten Belitung sehingga berakibat pada produktivitas lahan,
panen mengalami kegagalan dan rusaknya infrastruktur sehingga menghambat laju
pembangunan. Kejadian banjir ini hampir terjadi setiap tahun dan genangan yang
terjadi umumnya berkisar antara 0,5-1,10 meter tersebar di sepanjang aliran
Sungai Air Saga.

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-1

Bab 1

Pendahuluan

Untuk itulah maka Pemerintah memandang sangat mendesak untuk dikaji lebih
jauh

mengenai

penyebab

banjir,

paramater-parameter

alam

yang

menjadi

penyebab banjir melalui Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai
Air Saga di Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung.
Berdasarkan kondisi topografi daerah aliran sungai di bagian tengah (Kabupaten
Belitung) umumnya relatif datar. Pada perkembangannya Sungai Air Saga saat ini
lahan lahan di sepanjang bantaran sungai dan beberapa tempat tergenang cukup
luas saat musim penghujan dimana terjadi genangan yang cukup luas. Kondisi ini
terjadi mengingat proses sedimentasi yang sangat aktif di sepanjang Sungai Air
Saga khususnya pada segmen aliran Sungai Air Saga.
Mengingat banjir dan longsoran tebing Sungai dan pengendapan yang sangat aktif
dari Sungai Air Saga menyebabkan terjadinya banjir, keadaan ini sudah rutin
terjadi maka perlu diadakan penanganan banjir secara khusus dengan cara
melakukan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di
kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung sehingga genangan terhadap lahan
lahan disekitarnya dapat dihilangkan/diminimalkan.

1.2

Maksud dan Tujuan

Pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di
Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung bertujuan untuk mendapatkan hasil
studi dan perencanaan yang optimum, yaitu setelah dilaksanakan pekerjaan ini
maka dapatlah diantisipasi solusi yang efektif untuk penanganan pengendalian
banjir dan longsoran tebing sungai yang selama ini terjadi dan penanganan daerah
genangan banjir sehingga lahan akan menjadi produktif yang akhirnya kegiatan
masyarakat

dapat

lancar

kembali

sehingga

memberikan

pelayanan

secara

maksimal, dengan biaya relatif murah serta memenuhi persyaratan teknis.


Hasil selengkapnya dari pekerjaan ini ditujukan untuk memberikan gambaran yang
jelas dan dapat dijadikan pedoman untuk mempersiapkan dan melaksanakan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

1.3

Lokasi Pekerjaan

Daerah kajian meliputi aliran Sungai Air yang terletak di Desa Air Saga, Kecamatan
Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Desa Air
Saga sendiri cukup dekat dengan Kota Tanjung Pandan sebagai ibukota kabupaten
dan dapat dicapai kurang lebih selama 15 menit melalui darat.

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-2

Bab 1

1.4

Pendahuluan

Ruang Lingkup Pekerjaan

Pada dasarnya lingkup kegiatan dan urutan tahapan pekerjaan Survey Investigasi
dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di kabupaten Belitung, Provinsi
Bangka Belitung, secara umum terbagi (empat) tahapan, yaitu :

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan (Survey)

Tahap Pengolahan dan Analisa

Tahap Penyusunan Disain Rinci (Detail Design)

Tahap Penggambaran

1.4.1

Tahap Persiapan

Sebelum team survey lapangan diberangkatkan maka perlu ada pekerjaan


persiapan yang meliputi :
A.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data terdiri dari pekerjaan pengumpulan data sekunder untuk


mempelajari kondisi awal daerah proyek guna tindak lanjut tahap berikutnya.
Data yang dikumpulkan meliputi :
Data laporan hasil studi yang dihasilkan pada tahap sebelumnya baik berupa
studi identifikasi, feasibility studi maupun kegiatan lainnya jika ada.
Data peta topografi atau hasil pengukuran yang telah ada.
Data informasi lapangan dari instansi yang terkait antara lain : dari Bagian
Proyek Pembinaan dan Perencanaan, Proyek Pengendalian Banjir dan Perbiakan
Sungai Bangka Belitung, serta Bappeda kabupaten Belitung.
Hasil pengumpulan data sekunder tersebut dipelajari dan kemudian didiskusikan
dengan pihak Bappeda kabupaten Belitung, Dinas Pengairan Kabupaten Belitung,
Direksi dan Supervisi Dengan demikian sebelum survey lapangan telah dapat
disusun rencana kerja yang lebih baik.
B.

Pembuatan Rencana Kerja

Setelah mengkaji data dan melakukan diskusi, maka konsultan membuat rencana
kerja, baik untuk lapangan maupun untuk pekerjaan di kantor. Rencana kerja ini
terdiri dari :
Metoda penanganan proyek.
Struktur organisasi serta personalia untuk penanganan proyek
Rencana tata kala penugasan personalia serta peralatan yang nyata digunakan.
Pembuatan laporan persiapan ke lapangan dan rencana kerja survey lapangan.
LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-3

Bab 1

C.

Pendahuluan

Mobilisasi Personil dan Peralatan

Setelah rencana kerja lapangan tersebut disepakati bersama dengan Direksi dan
Tim supervisi, maka disusun rencana keberangkatan, termasuk pengajuan biaya
lapangan dari tim kerja konsultan ke Direksi Konsultan, pengumpulan tenaga kerja
lapangan dan pemberian penjelasan tentang metoda kerja lapangan dengan syaratsyaratnya, serta melakukan pengecekan peralatan, baik di kantor maupun di
lapangan.

1.4.2
A.

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan

Orientasi Lapangan

Tujuan dari orientasi lapangan adalah untuk mengenal kondisi/situasi lapangan,


yang meliputi :
Metoda pencapaian lokasi yang paling efisien.
Sarana transportasi di lapangan.
Ketersediaan tenaga lokal untuk survey.
Penentuan lokasi-lokasi untuk :
; Pemasangan BM dan jalur pengukuran.
; Pengumpulan data hidrologi dan Pengamatan hidrometri.
; Pengeboran tanah.
Informasi tentang keadaan iklim, kondisi banjir dan genangan yang terjadi dan
sebagainya dari penduduk yang terlanda bahaya banjir sebagai informasi
tambahan.
Laporan kepada pejabat pemerintah setempat tentang akan adanya rencana
survey, serta menjelaskan maksud dan tujuan pekerjaan tersebut.
B.

Pelaksanaan Survey Lapangan

Survey lapangan dilaksanakan setelah orientasi lapangan dan masukan-masukan


yang diperoleh dimanfaatkan agar pelaksanaan survey besar dapat berjalan dengan
lancar.
Survey utama tersebut berupa :
a.

Pengukuran dan Pemetaan Topografi

Pada garis besarnya lingkup pekerjaan survey topografi adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan.
2. Pekerjaan Lapangan.
3. Inventarisasi dan Pemasangan Benchmark (BM) baru.
4. Pengukuran

kerangka

dasar

horizontal

dan

vertikal,

situasi,

penampang

memanjang dan melintang.


LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-4

Bab 1

Pendahuluan

5. Pekerjaan perhitungan dan penggambaran


6. Perhitungan draft di lapangan perhitungan definitif
7. Penggambaran situasi detail skala 1 : 5.000 dengan interval kontur 0,25 m
8. Penggambaran penampang memanjang skala panjang 1 : 2.000 dan skala tinggi
1 : 100 dilengkapi gambar situasi skala 1 : 5.000
9. Penggambaran penampang melintang skala panjang 1 : 100 dan skala tinggi 1 :
100
10.

Penggambaran situasi tapak lokasi kritis digambar pada skala 1 : 2.000

11.

Pekerjaan pembuatan Laporan.

Metoda dan Standar Pelaksanaan

Pemetaan

pada

proyek

ini

akan

dilakukan

dengan

menggunakan

metoda

Pemetaan cara Tachimetry yang mana pekerjaannya meliputi :


a.

Pemasangan Bench Mark

Bench mark merupakan tanda-tanda di lapangan yang berguna kelak dalam


kegiatan

pelaksanaan

konstruksi

pada

periode

lanjutan.

Oleh

karena

itu

pemasangan benchmark harus dilakukan memenuhi kriteria sebagai berikut :

Konstruksi cukup 1 tahun untuk jangka waktu yang lama.

Pemasangan pada tempat yang aman dari gangguan dan mudah dicari
kembali bila diperlukan. Direncanakan dipasang 2 buah BM.

b.

Pemasangan pada tanah yang stabil

Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

Kerangka dasar merupakan titik dasar untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya seperti


pengukuran situasi detail dan pengukuran penampang melintang dan memanjang.
Oleh karena itu pengukuran kerangka dasar harus memiliki ketelitian yang lebih
baik sesuai dengan kebutuhan dikehendaki.
Metoda yang dipilih untuk penetapan kerangka daasar horizontal ini dipilih metoda
pengukuran poligon (loop/kring tertutup, mencakup tidak lebih dari 25 Ha masingmasing), dibuat beberapa loop oleh konsultan. Secara umum teknis pengukuran
poligon adalah sebagai berikut :

Sasaran pengukuran adalah sudut dan jarak horizontal

Alat ukur sudut yang digunakan adalah theodolit

Sistem pembacaan sudut satu seri.

Pengukuran jarak jika memungkinkan menggunakan alat ukur jarak


meetband baja dan diukur 2 kali . Sebagai arah dan kontrol ukuran sudut
dilakukan dengan pengamatan astronomi atau Gyro Compas.

Jumlah titik poligon antara dua kontrol azimut maksimum 50 titik.

Jaringan poligon adalah loop (kring) tertutup

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-5

Bab 1
c.

Pendahuluan

Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Untuk

mendapatkan

titik-titik

kerangka

dasar

vertikal

digunakan

metoda

pengukuran sifat datar dengan teknis pengukuran adalah sebagai berikut :


Sasaran adalah beda tinggi (selisih tinggi antara dua titik ketinggian yang
diteliti)
Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur sifat datar optis, seperti Zeiss Ni.2
Peengukuran profil melintang dilakukan dengan interval penampang jarak 500
meter.
b.

Pengumpulan Data Hidrologi dan Survey Hidrometri.

Uraian Kegiatan (D) Pekerjaan Hidrologi/Hidrometri mencakup kegiatan pekerjaan :

Pekerjaan Persiapan.

Pengumpulan data iklim dari station terdekat yang meliputi data curah
hujan,

suhu

udara,

kelembaban

nisbi

udara,

penyinaran

matahari,

kecepatan dan arah angin, radiasi, Eto-Penman, dengan waktu pengambilan


data lebih dari 10 tahun untuk curah hujan dan 5 tahun untuk data iklim.

Pengukuran Muka air saat pasang besar dan pasang kecil .

Pengukuran Debit Aliran pada titik titik yang akan ditentukan kemudian
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dengan menggunakan Currenmeter
untuk mengukuran kecepatan arus .

Menyiapkan peta-peta lokasi daerah survey, untuk menentukan lokasi


pengukuran dan macam pengukuran.

Menyiapkan alat-alat yang akan dipakai untuk survey yang meliputi :


; Current meter untuk mengukur kecepatan arus.
; Botol sample, untuk mengambil sample air
; Waterpas (Wp) untuk leveling
; Range finder untuk penentuan jarak

II Pekerjaan Lapangan.

Pra Survey yang terdiri dari team inti yang bertujuan untuk :
; Mengenal kondisi serta situasi daerah survey dan sekelilingnya.
; Pengamatan Pendahuluan kondisi hidrologi dan faktor sekelilingnya bagi
team survey.

Pekerjaan yang dilakukan dilapangan :


;

Pengukuran ketinggian muka air berdasarkan fluktuasi (musim Hujan


dan Kemarau) .

Pengukuran debit rata-rata

Pengukuran kecepatan aliran selama 30 jam tiap 3 jam sekali.

Pengukuran profil sungai/saluran

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-6

Bab 1

c.

Levelling antara papan ukur dan Bench Marks.

Pengambilan contoh air (bottle sample)

Pendahuluan

Survey dan Penyelidikan Mekanika Tanah.

Maksud Survey Mekanika Tanah


Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanika tanah
sebagai bahan masukan perencanaan bangunan-bangunan dan saluran yang
efisien, berupa :

Analisa kestabilan lereng.

Besaran konsolidasi dan settlement.

Sifat-sifat pemadatan.

Daya dukung tanah.

II Pekerjaan Lapangan
a.

Orientasi Lapangan
Mengadakan diskusi dengan Direksi Lapangan mengenai rencana pelaksanaan
survey dan penyebaran titik-titik pengamat serta persiapan tenaga lokal dan
peralatan penunjang.

b.

Pekerjaan Lapangan
Untuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja
dilapangan secara simultan.
Jumlah titik dan penyebaran lapangan disesuaikan dengan kondisi tanah
setempat berdasarkan hasil diskusi dengan Direksi pada Orientasi Lapangan
dan pengamatan visual tanah dilokasi

c.

Penyelidikan di Laboratorium
Semua penyelidikan dilaboratorium dilakukanb menurut prosedur ASTM dengan
berbagaimodipikasiyang disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
c.1 Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) :
Penyelidikan terhadap contoh tanah tidak tidak terganggu yang diambil dari
pemboran meliputi :

Penyelidikan sifat fisik tanah :


Kadar tanah : D.2216-71.
Berat jenis tanah (specifik gravity) :D.854-72.
Berat polume tanah (volume unit weight) : D.2937.
Atterberg limits : D.423-66 : D.424-74 ; D.427-74.
Gradasibutiran (grain size analisys) : D.421-72 : d.422 72.

Penyelidikan sifat mekanis tanah :

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-7

Bab 1

Pendahuluan

Pengujian komprensitigasumbu(triaxial compression test) dengan jenis


CU Test : D.2850-70.
Kuat tekan bebas (Uncofined compresion test ) : D.2166-72.
c.2 Contoh tanah terganggu (disturbed sample) :
Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lubang uji
meliputi:
Penyelidikan sifat fisik tanah :

Berat jenis tanah . D.854-72.


Atterberg limits : D.423-66 : D.424-74 : D.427-74.
Penyelidikan sifat tanah dal;am hubungannya dengan perencanaan tanggul :

d.

Percobaan pemadatan (compection test)

: D.698-70.

Uji gaya geser langsung (direct shesr test)

: D.3080-79.

Survey Inventarisasi Permasalahan Sepanjang sungai Sungai Air Saga .


Survey ini dimaksudkan untuk mengetahui permaslahan segmen demi segmen
sepanjang sungai Air Saga, kerusakan tanggul, longsoran tebing dan kejadian
banjir pada setiap station sungai Air Saga.

C.

Pengolahan Data dan Pembuatan Pra-Rencana (Pembuatan Sistem Pengendalian


Banjir )

Pengolahan data lapangan di lokasi adalah sangat penting terutama untuk


pekerjaan topografi. Pengolahan data tersebut sangat penting agar dapat langsung
diketahui apabila terjadi kesalahan atau ketelitiannya tidak terpenuhi. Apabila hal
ini terjadi maka akan dapat segera diadakan pengukuran ulang. Hal lain yang
mungkin terjadi adalah perubahan tata guana lahan sepanjang segmen sungai Air
Saga sehubungan dengan permasalahan genangan yang terjadi, kebutuhan untuk
jalur hijau dan kebutuhan untuk short cut, pelebaran ataupun pendalaman sungai
Air itu sendiri.

1.4.3
Analisa

Tahap Pekerjaan Analisa


data

dari

lapangan

tersebut

dilaksanakan

dikantor

pusat

dengan

menggunakan perangkat keras peralatan perhitungan dan perangkat lunak. Analisa


tersebut antara lain adalah :
Perhitungan dan penggambaran peta situasi.
Analisa kemiringan lahan dan peta genangan banjir .
Analisa hidrologi dan potensi sumber daya air.
Analisa data hidrometri dan data laboratorium (kualitas air/sedimen)

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-8

Bab 1

Pendahuluan

Analisa sifat karakteristik sungai alam yang ada.


Analisa laboratorium data pengeboran tanah (mekanika tanah, tanah pertanian).
Analisa daya dukung tanah, kestabilan lereng rencana saluran, tanggul dan
perhitungan-perhitungan lain yang diperlukan seperti perhitungan struktur,
pondasi dan bangunan hidraulis (pintu air).
Semua pekerjaan analisa tersebut dilakukan di kantor pusat dan didiskusikan
dengan pihak Direksi. Hasil dari analisa ini berupa nilai atau besaran perencanaan
(design value) yang dapat digunakan masukan utama guna menentukan langkah
perhitungan perencanaan dan penggambaran serta penyusunan laporan dan
dokumen untuk perencanaan teknis.

1.4.4

Pelaksanaan Penyusunan Perencanaan Teknis Dan Laporan


(Pekerjaan Studio/Kantor)

Laporan Persiapan Lapangan (Laporan Pendahuluan)

Laporan Bulanan

Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM

Laporan Perencanaan Teknis

Laporan Desain Kriteria/Pemodelan Matematik Sungai

Gambar-gambar desain

Diskusi

Diskusi yang diadakan untuk pekerjaan ini meliputi :

Diskusi I

Diskusi II : Membicarakan hasil lapangan dan Laporan Interim

Diskusi II : Membicarakan konsep laporan akhir (draft final) di Proyek

1.5

: Membicarakan persiapan pekerjaan lapangan.

Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Didalam melaksanakan kegiatan ini diperlukan tahapan kegiatan-kegiatan Studi


Perencanaan Pengendalian Banjir Sungai Air Saga sekitar 150 hari atau 5 (Lima)
bulan.

1.6

Biaya Pelaksanaan

Biaya Pelaksanaan Pekerjaan ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN).

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-9

Bab 1

1.7

Pendahuluan

Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dari Usulan Teknik dari pekerjaan Studi Investigasi dan
Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di Tanjung Pandan, Kabupaten
Belitung ini terdiri dari:
Bab 1

Pendahuluan
Menyajikan

latar

belakang,

tujuan

dan

maksud

pekerjaan,

lokasi

pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan


dan sistematika pembahasan
Bab 2

Gambaran Umum Lokasi


Menyajikan gambaran umum lokasi pekerjaan.

Bab 3

Pengumpulan Data
Menyajikan uraian mengenai metode pengumpulan data sekunder dan
primer (survei lapangan).

Bab 4

Pengolahan Dan Analisis Data


Menyajikan pengolahan terhadap data yang telah berhasil dikumpulkan
baik pengolahan data sekunder maupun primer.

Bab 5

Alternatif Penanganan.
Menyajikan

alternatif

yang

dapat

diterapkan

sebagai

solusi

penanggulangan banjir di lapangan dan memutuskan salah satu alternatif


yang terbaik dengan menggunakan matrikulasi penilaian yang mencakup
berbagai aspek.
Bab 6

Rencana Anggaran Biaya


Menyajikan
konstruksi

biaya
yang

yang

harus

merupakan

disiapkan

alternatif

untuk

terpilih

membangun

dalam

suatu

menanggulangi

masalah banjir yang terjadi di lapangan.


Bab 7

Penutup
Menyajikan
konstruksi

biaya
yang

yang

harus

merupakan

disiapkan

alternatif

untuk

terpilih

membangun

dalam

suatu

menanggulangi

masalah banjir yang terjadi di lapangan.

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

1-10

Laporan Draft Final


Pekerjaan:

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Air Saga, Kabupaten Belitung

Bab

Gambaran Umum Lokasi

Studi Investigasi dan Desain


Pengendalian Banjir
Sungai Air Saga, KabupatenBelitung

2.1

Bab 2
Gambaran Umum
Lokasi Pekerjaan

Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Belitung terletak antara 10708' BT sampai 10758' BT


dan 0230' LS sampai 0315' LS dengan luas seluruhnya 229.369 ha atau kurang
lebih 2.293,69 km2.
Batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan laut Cina Selatan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar
Kabupaten Belitung merupakan bagian dari Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 buah pulau besar dan kecil.
Pulau yang terbesar adalah Pulau Belitung, selain itu ada pula pulau besar lainnya
seperti: Pulau Seliu, Pulau Mendanau, Pulau Nadu, dan Pulau Batu Dinding.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-1

Bab 2

Gambar 2.1

2.2

Gambaran Umum Lokasi

Pulau Belitung.

Keadaan Iklim

Kabupaten Belitung mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan
bulanan pada tahun 2007 antara 70,00 mm sampai 401,30 mm dengan jumlah hari
hujan antara 9 hari sampai 26 hari setiap bulannya. Curah Hujan tertinggi pada
tahun 2007 terjadi pada bulan April yang mencapai 401,30 mm.
Rata-rata temperatur udara pada tahun 2007 bervariasi antara 25,8C sampai
26,7C, dimana kelembaban udaranya bervariasi antara 85% sampai 93%, dan
tekanan udara antara 1008,3 mb sampai dengan 1010,6 mb.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-2

Bab 2

Tabel 2.1

2.3

Gambaran Umum Lokasi

Data Klimatologi Kabupaten Belitung Tahun 2007

Kondisi Topografi

Mempunyai ketinggian kurang lebih 500 m dari atas permukaan laut dengan
puncak tertinggi ada di daerah Gunung Tajam. Sedangkan daerah hilir (pantai)
terdiri atas beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yakni:
- Sebelah Utara oleh DAS Buding
- Sebelah Selatan oleh DAS Pala & Kembiri, dan
- Sebelah Barat oleh DAS Brang dan Cerucuk.
Keadaan tanah di Kabupaten Belitung pada umumnya didominasi oleh kwarsa dan
pasir, batuan aluvial dan batuan granit.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-3

Bab 2

2.4

Gambaran Umum Lokasi

Kondisi Aliran Sungai

Kondisi topografi Pulau Belitung pada umumnya bergelombang dan berbukit-bukit


telah membentuk pola aliran sungai di daerah ini menjadi pola sentrifugal, dimana
sungai-sungai yang ada berhulu di daerah pegunungan dan mengalir ke daerah
pantai. Sedangkan daerah aliran sungai mempunyai pola aliran sungainya
berbentuk seperti pohon.
Tabel 2.2

Luas Kabupaten Belitung dirinci menurut Kecamatan

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kecamatan

Luas (KM2)

Membalong
Tanjungpandan
Badau
Sijuk
Selat Nasik

909,550
378,448
458,200
413,992
133,500

39,65
16,50
19,95
18,05
5,82

TOTAL

2.293,69

100,00

Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2007

2.5

Tata Guna Lahan

Peta Citra Landsat tahun 2001 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Pulau
Belitung relatif masih didominasi oleh hutan alam seluas 165.995 Ha atau sekitar
33,79% dari luas total pulau. Apabila dibandingkan dengan penggunaan lahan
tahun 1989, terlihat bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan selama
interval waktu tersebut (12 tahun). Perubahan penggunaan lahan yang signifikan
adalah berkurangnya areal luas hutan alam sebesar 41.665 Ha (20%) dengan laju
pengurangan 1,67% per tahun. Perubahan yang lain adalah bertambahnya areal
perkebunan kelapa sawit seluas 23.859 Ha (169%) dengan laju pertambahan
14,1% per tahun serta bertambahnya badan air sebesar 15.638 Ha (136%) dengan
laju pertambahan sebesar 11,29% per tahun.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-4

Bab 2

Gambar 2.2

Tabel 2.3
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2.6

Gambaran Umum Lokasi

Hasil Citra Satelit Pulau Belitung.

Tata Guna Lahan di Pulau Belitung Tahun 2001

Penggunaan Lahan
Hutan Alam
Hutan Mangrove
Kebun Campuran
Kebun Sawit
Alang-alang
Area Terbangun
Area Pertambangan
Badan Air
Perairan Dangkal
Tidak ada data
TOTAL

Luas (Ha)
165,995
22,159
55,748
37,988
73,614
20,740
13,025
27,178
7,022
67,777
491,146

Persentase (%)
33,79
4,51
11,35
7,73
14,98
4,22
2,65
5,53
1,43
13,80
100,00

Kondisi Geologi

Keadaan tanah di Kabupaten Belitung umumnya didominasi oleh kwarsa dan pasir,
batuan aluvial dan batuan granit. Menurut letaknya, batuan kwarsa dan pasir

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-5

Bab 2

Gambaran Umum Lokasi

tersebar merata di seluruh wilayah kecamatan dengan luas total mencapai 266.865
Ha atau 56.98% dari luas Kabupaten Belitung. Untuk batuan aluvial dijumpai di
hampir seluruh wilayah kecamatan, kecuali Kecamatan Selat Nasik dengan luas
total seluruhnya mencapai 94.714 Ha atau 20,22% dari luas Kabupaten Belitung.
Batuan dasar yang membentuk Pulau Belitung adalah batuan beku terobosan atau
plutonik terutama granit serta batuan sedimen yang terlipat.
Batuan sedimen terdiri dari selingan monoton antara batu pasir dan batu lempung
serta konglomerat, rijang, batu gamping, dan tufa dalam jumlah sangat sedikit.
Adanya beberapa fosil yang pernah ditemukan di Pulau Belitung antara lain:
Gigantropis

flora,

Agathiceras

sundaicum

han,

Fusulina,

dan

Schwagerina

menunjukkan umur Permokarbon. Batuan tertua menempati bagian tengah pulau


(berumur karbon tengah), sedangkan batuan yang lebih muda (berumur Perm)
menempati bagian Utara dan Selatan pulau. Jurus umum bidang bidang pelapisan
mendekati arah Barat Timur dengan ketebalan tiap tiap lapisan antara beberapa
sentimeter sampai beberapa puluh meter.
Batuan beku plutonik berturut turut terdiri dari berbagai variasi dari batuan
gabro, granodiorit, amadelit, dan granit. Berdasarkan carbon dating, umur intrusi
granit adalah Jura. Batuan granit, khususnya granit biotit mempunyai arti penting
karena berasosiasi dengan proses mineralisasi kasiterit (bijih timah).
Bentang alam Pulau Belitung didominasi oleh daerah dataran dengan amplitudo
ketinggian antara 0-25 m di atas permukaan laut (dpl) dan secara terpencar berupa
perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian 50-500 m dpl yang tersusun antara
batuan batuan keras yang tahan terhadap pelapukan, seperti lapisan lapisan
kuarsitik, urat urat kuarsa, dan batuan beku. Sebagian besar batuan dasarnya
sudah sangat lapuk dengan kedalaman sekitar 50 m dari permukaan.
Sungai sungai berstadium dewasa sampai tua mengalir pada lembah lebar dan
dangkal sebagai meander, kecuali di bagian hulu dimana sungainya masih
berstadium muda. Sungai sungai di daerah dengan batuan dasar sedimen
mempunyai pola aliran trellis mengikuti retakan retakan atau patahan patahan
tertentu. Di atas batuan dasar batuan beku maupun batuan sedimen Pra Tersier
diendapkan sedimen yang lebih muda atau berumur kwarter yang terdiri atas pasir
dengan selingan lempung. Ketebalannya berkisar antara nol sampai beberapa puluh
meter. Pada bidang ketidakselarasan terdapat lapisan lapisan alas yang
berasosiasi dengan endapan kasiterit sekunder bernilai ekonomis. Sedimen lebih
muda di atasnya disebut sebagai lapisan penutup (overburden). Berdasarkan hasil
carbon dating, sedimen muda ini berumur Pleistosen.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-6

Bab 2

2.7

Gambaran Umum Lokasi

Sumber Daya Air

Jumlah sungai di Pulau Belitung sebanyak 13 sungai dengan total panjang sungai
172,70 km. Sebagian besar sungai sungai Pulau Belitung merupakan sungai
sungai kecil. Beberapa sungai yang relatif panjang antara lain Sungai Cerucuk,
Sungain Membalong, dan Sungai Sapai (mengalir ke arah Barat dan bermuara ke
Selat Gaspar), Sungai Buding dan Sungai Selumar (mengalir ke arah Utara dan
bermuara ke Laut Cina Selatan), Sungai Lenggang dan Sungai Manggar (mengalir
ke arah Timur dan bermuara ke Selat Karimata) dan Sungai Pala yang mengalir ke
arah Selatan dan bermuara ke Laut Jawa.
Sungaisungai di Pulau Belitung dikelompokkan kedalam 8 Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang pembagiannya berdasarkan pada kondisi topografi dan arah aliran
sungai (Gambar 2.3). Daerah Aliran Sungai terluas adalah DAS Buding seluas
91.941 Ha dan yang terkecil adalah DAS Selumar seluas 24.772 Ha.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-7

Bab 2

Gambar 2.3

Gambaran Umum Lokasi

Pembagian DAS di Pulau Belitung.

Luas DAS dan kondisi penutupan lahan tahun 2001 disajikan dalam Tabel 2.5.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-8

Bab 2

Tabel 2.4

Gambaran Umum Lokasi

Luas DAS dan Kondisi Penutupan Lahan


Dominasi Penutupan Lahan (%)

DAS

Luas
(Ha)

Hutan

Kebun

Kebun

Alang2/Semak

Alam

Campuran

Sawit

Belukar

Cerucuk

67.049

50,5

18,8

2,3

14,3

Selumar

24.772

58,4

12,3

2,0

10,6

Buding

91.941

31,9

7,8

12,8

18,6

Lenggang

80.082

22,2

11,6

4,6

22,0

Pala

81.912

38,0

11,2

11,5

15,9

Membalong

50.931

33,0

13,4

11,7

10,2

Sapai

34.471

46,3

12,8

2,5

12,1

Manggar

14.222

4,3

7,3

5,7

7,9

491.492

33,8

11,3

7,7

15,0

TOTAL

Catatan: Perhitungan luas didasarkan pada hasil klasifikasi penutupan lahan data citra satelit Landsat tahun 2001.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-9

Bab 2

2.8

Gambaran Umum Lokasi

Kependudukan

Jumlah penduduk dan perbandingan laki-laki dan perempuan per kecamatan tahun
2007 adalah sebagai berikut.

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Kabupaten Belitung per Kecamatan

Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2007

Tabel 2.6

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Belitung per Kecamatan

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-10

Bab 2

Gambaran Umum Lokasi

Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2007

2.9

Pendidikan
Tabel 2.7

Jumlah Perkembangan Murid Tahun 2006


Perkembangan SD

Kecamatan

Perkembangan SLTP
Diterima di

Lulus
Sekolah
Menengah

Lulus
2005/2006

Diterima di
SLTP

Lulus
2005/2006

352

243

77

67

1.367

1.357

673

1.291

984

3. Sijuk

396

365

113

83

47

4. Badau

205

154

95

52

97

82

40

20

JUMLAH

2.417

2.201

998

1.513

1.040

2005

2.444

1.952

1.452

1.410

1.079

2004

2.455

1.757

1.284

1.557

1.117

2.200

1.756

1514

1.141

1. Membalong
2. Tanjungpandan

5. Selat Nasik

2003
2.394
Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2006

LAPORAN DRAFT FINAL

Sekolah
Menengah

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-11

Bab 2

2.10

Gambaran Umum Lokasi

Potensi Daerah

A. Industri
Industri di Kabupaten Belitung secara kuantitas masih di dominasi oleh industri
kecil dengan skala industri rumah tangga yang dikelola secara tradisional. Jenis
industri kerajinan rumah tangga yang berkembang antara lain adalah industri
pengolahan hasil pertanian, perkebunan, serta perikanan dan kelautan. Komoditas
yang dihasilkan adalah cukup beragam, seperti ikan asin, gula aren, kerupuk, kue
basah, dan terasi udang. Di Belitung juga telah tumbuh beberapa industri
menengah, antara lain industri kelapa sawit (CPO), industri pengolahan pasir
kwarsa, dan industri es batu untuk mendukung kegiatan perikanan. Sementara
industri besar yang ada adalah industri pemurnian kaolin.
Tabel 2.8

Kinds Of Industry

Potensi Industri Tahun 2006


Development

Available Production
Potensial Capacity

Quartz sand Processing


Industry

Location (sub district)

Area
(Ha)

1 units 58,000 tons

Sijuk

11 units 77,000 tons

Tanjungpandan and
Badau

5 units

33.3 tons

Tanjungpandan

30 units

36 tons

Sijuk

115 Units

8,8 tons

Badau

26 units

36,4 tons

Tanjungpandan

51

5 units

5 tons

10

Sugar Palm Processing

195 units

253 tons

Membalong

315

Emping snack processing

105 units

187 tons

Membalong

159

Kaolin Processing Industry


Cold storage and Ice
Factory
Jelltfish Processing
Industry
Fish/Shrimp Snack
Processing Industry
Salted Fish Processing
Industry
Fish Condiment Processing
Industry
Shredded meat powder
processing

179
60
423

Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2006


Pada tahun 2005, industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah
industri tepung kaolin, yang menyerap 1.373 tenaga kerja, disusul kemudian

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-12

Bab 2

Gambaran Umum Lokasi

industri ikan asin 255 tenaga kerja, cold storage 138 tenaga kerja, dan industri
gula aren 130 tenaga kerja. Melihat potensi bahan baku yang tersedia dari hasil
kekayaan sumber daya alam, Kabupaten Belitung masih memiliki peluang yang
cukup terbuka bagi tumbuhnya industri baru. Peluang pengembangan industri juga
telah didukung oleh ketersediaan prasarana jalan darat dan pelabuhan laut yang
cukup representatif.

B. Perdagangan
Kegiatan

perdagangan

sebagai

salah

satu

motor

penggerak

perekonomian

Kabupaten Belitung telah berkembnag sukup pesat. Hingga taun 2006, jumlah
perusahaan yang masih aktif dan mempunyai Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
sebanyak

318

perusahaan.

Sedangkan

jumlah

berdasarkan

Tanda

Daftar

Perusahaan (TDP) di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman


Modal, hingga akhir tahun 2006 tercatat sebanyak 439 perusahaan. Kabupaten
Belitung juga telah memiliki beragam produk unggulan yang mampu menembus
pasar ekspor. Produk-produk yang diekspor melalui Pelabuhan Tanjungpandan
antara lain meliputi kaolin, tanah liat, batu besi, timah, pasir pembangunan, CPO
dan daging ikan beku/segar. Negara tujuan utama ekspor adalah Jepang, Malaysia,
Thailand, Taiwan, Singapura, Vietnam, Cina, Hongkong, Australia, India, Pakistan
dan Srilangka.
Tabel 2.9
Commodity
Kaolin
Clay
Iron Stone
Tin
Construction Sand
CPO
Fish meat
TOTAL

Realisasi Perdagangan Ekspor Tahun 2006

Volume (ton)

Value (US $)

41,038,339.00

5,827,678.20

77,714.00

411,950.00

455,881.31

4,951,687.22

4,038,488.00

15,583,675.00

7,600.00

15,198.00

47,868,399.56

64,577,125.08

535,683.88 799,595,540.60

Destinaton Country
Japan, Vietnam, Thailand
China, Taiwan
China
Japan, Taiwan, Hongkong
Australia
Malaysia, India, Pakistan,
Hongkong,Vietnam,China,
Australia
Singapore

95,022,105.75 890,962,854.10

Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2006

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-13

Bab 2

Gambaran Umum Lokasi

C. Pariwisata
Dengan keindahan alam yang dimiliki seperti pantai dan pemandangan bawah
lautnya,

Kabupaten

Belitung

merupakan

daerah

yang

potensial

untuk

pengembangan wisata pantai dan bahari. Pantai-pantai iwilayah ini dikenal


berpanorama indah dengan hamparan pasir putih dan berbagai formasi batuan
beraneka ragam, disepanjang pesisir pantainya. Objek wisata lain yang tidak kalah
menariknya adalah gedung bersejarah, museum geologi, serta beragam atraksi
seni dan budaya yang mencerminkan ciri khas daerah.
Tabel 2.10
Location
(sub district)
Tanjungpandan
Tanjungpandan
Tanjungpandan

Tourism Object
Tanjung Pendan Beach
Museum of Belitung
Jerry Natural Bathing Place
Bukit Berahu Beach and Cottage

Sijuk

Tanjung
Binga
Fishermen
Sijuk
Village
Lengkuas Island
Sijuk
Burung Island
Sijuk
Babi Island
Sijuk
Tanjung Kelayang Beach
Sijuk
Mabai Beach
Sijuk
Tanjung Tinggi Beach
Sijuk
Pendaunan Indah Beach
Sijuk
Penyaeran Beach
Sijuk
Tajam Mountain / Waterfall
Badau
Badau Museum
Badau
Cerucuk Sacred Tomb
Badau
Tanjung Kiras Beach
Membalong
Teluk Gembira Beach
Membalong
Batu Lobang Beach
Membalong
Batu Baginde Hill
Membalong
Pulau Lima Underwater Park
Selat Nasik
Tanjung Lancur Light House
Selat Nasik

Potensi Obyek Wisata


Distance from
Facilities
Tanjungpandan City
0 km
Shelter, food stall, playing ground
0 km
Playing ground
11 km
Restaurant, shelter
Restaurant,
swimming
pool,
18 km
cottage
18 km
3 miles (Tg.Binga)
2 miles (Tg.Binga)
2 miles (Tg.Binga)
25 km
29 km
27 km
30 km
37 km
32 km
20 km
10 km
70 km
65 km
75 km
61 km
6 miles
6 km

Light house
Camping ground, shelter
Restaurant, shelter, cottage
Restaurant, shelter
Restaurant, shelter

Rock climbing track

Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2006


D. Perikanan dan Kelautan
Di Kabupaten Belitung, sektor perikanan merupakan salah satu kegiatan ekonomi
yang mempunyai nilai strategis dan sangat prospektif. Jenis ikan yang ditangkap di
perairan Belitung sangat beragam seperti ikan-ikan pelagis kecil yaitu lemuru,
selar, tongkol, teri, ikan karang (kerapu, kakap merah), ikan dasar (mayong, cucut,
bulat, bawal), dan jenis non ikan (cumi-cumi, kepiting, teripang). Perikanan
tangkap masih merupakan usaha andalan dari sektor ini. Pada tahun 2005, hasil
perikanannya tidak saja diperdagangkan secara domestik namun telah mampu
menembus pasar ekspor. Jenis komoditi yang diantarpulaukan adalah ikan segar

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-14

Bab 2

Gambaran Umum Lokasi

(1.605,99 ton), ikan olahan/asin (640,00 ton), dan ikan beku (279,15 ton).
Sedangkan volume ikan yang diekspor tercatat sebesar 409,49 ton.
Tabel 2.11

Produksi Perikanan

Kinds of commodity

Production (ton)

Marine Fish

34,442.44

Freshwater fish

3.00

Shrimp

1,331.23

Crabs

2,740.30

Sea cucumber

180.64

Squid

1,836.53

Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2006

E. Perkebunan
Kabupaten Belitung mempunyai potensi yang cukup besar di bidang pertambangan.
Selain timah, pada wilayah seluas lebih dari 3.443 Ha terdapat potensi bahan
tambang kaolin yang diperkirakan memiliki cadangan sekitar 85 juta ton. Selain itu,
sumber daya alam bahan tambang yang juga potensial untuk dikembangkan adalah
pasir kwarsa, tanah liat, pasir bangunan, biji besi, zircon dan granit. Peluang
pengembangan usaha pertambangan telah didukung oleh fasilitas pelabuhan
khusus, jalan tambang, dan lahan pabrik.
Tabel 2.12
Kinds of mineral

Potensi Pertambangan dan Mineral


Location (sub district)

Total area (Ha)

Quartz Sand

Tanjungpandan, Badau

146.54

Clay

Membalong, Badau

631.24

Construction Sand

Tanjungpandan, Sijuk, Membalong

Iron Ore

Membalong, Sijuk, Badau

Tin Ore/Sand

Tanjungpandan,
Membalong

Kaolin

Sijuk, Badau, Tanjungpandan

Zircon

Tanjungpandan, Badau

85.20

Granite

Badau, Sijuk, Membalong

58.50

Sijuk,

1,191.39
221.82

Badau,

525.51
3,443.578

Sumber: Belitung dalam Angka Tahun 2006

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-15

Bab 2

Gambaran Umum Lokasi

F. Perhubungan
Sebagai wilayah yang berdekatan dengan kawasan segitiga Sijori (Singapura,
Johor, dan Riau) serta jalur transportasi laut yang penting yaitu dengan alur laut
Kepulauan Indonesia, Kabupaten Belitung memiliki posisi strategis dan potensial
bagi pengembangan dan pemeliharaan sarana transportasi laut. Untuk mendukung
peluang ini, Pemerintah Kabupaten Belitung telah berkoordinasi dengan instansi
terkait guna merencanakan pengembangan Bandar Udara H. AS. Hanandjoedin.
Selain itu, saat ini juga sedang dibangun Pelabuhan Laut Tanjung Batu yang akan
mampu dilabuhi oleh kapal-kapal berbobot besar.

2.11

Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi tahun 2004-2008 cenderung mengalami peningkatan. Pada


tahun 2007 terjadi peningkatan pada sektor telekomunikasi sebesar 12,80% diikuti
sektor bangunan (8,85%) dan sektor pertanian (6,75%). Sedangkan sektor yang
paling rendah pertumbuhannya yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan (2,63%) dan sektor perdagangan hotel dan restoran (3,67 %) dan
sektor listrik, gas dan air bersi (3,75%). Selain karena keterbatasan pasokan listrik
oleh PLN kinerja BUMD PDAM belum menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan.
Pertumbuhan

ekonomi

Kabupaten

Belitung

tahun

2007

berdasarkan

PDRB

mencapai 5,51 persen, dan bila dibandingkan dengan tahun 2004 sebesar 4,57
persen.
Bagi daerah (Belitung) yang konstribusi ditopang oleh sektor primer (pertanian dan
pertambangan) hal ini akan berdampak pada penurunan output yang dihasilkan di
sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa).
Pemerintah pusat memahami gejolak ekonomi seperti tersebut, beberpa harga
komoditas strategis dikendalikan oleh pemerintah. Pemerintah juga mempersiapkan
instrumen-instrumen antisipatif antara lain dengan BLT (ikan), Kredit usaha Rakyat
(ikan dan kail) dan berbagai kebijakan pemberdayaan ekonomi masyarakat
(pancing) agar masyarakat mampu menghadapi gejolak perekonomian (fithrorozi).

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

2-16

Laporan Draft Final


Pekerjaan:

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Air Saga, Kabupaten Belitung

Bab

Pengumpulan Data

Studi Investigasi dan Desain


Pengendalian Banjir
Sungai Air Saga, KabupatenBelitung

Bab 3
Pengumpulan Data
dan Analisis
Permasalahan

Rencana tahapan pekerjaan Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Air Saga Kabupaten Belitung ditampilkan pada bagan alir seperti pada
Gambar 3.1. Untuk tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua bagian yaitu
pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer. Semua jenis data
tersebut sangat penting bagi kelancaran pekerjaan karena metodologi pekerjaan
bisa dilaksanakan jika data telah tersedia secara baik dan lengkap.

3.1

Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilaksanakan untuk melengkapi data-data primer yang


telah dikumpulkan di lapangan pada saat yang bersamaan. Pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan mengumpulkan semua jenis data yang dibutuhkan
berdasarkan dari hasil studi atau pekerjaan terdahulu atau hasil dari pekerjaan lain
yang membutuhkan data yang sejenis. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan
dapat diuraikan sebagai berikut:
Data hidrologi: Data hidrologi yang berhasil dikumpulkan adalah data hujan
harian selama 10 tahun (1998-2007) yang berasal dari Badan Meteorologi dan
Geofisika Pangkalan Udara Tanjung Pandan.
Data atau peta topografi untuk seluruh wilayah pekerjaan dengan skala 1 :
50.000 atau yang lebih rinci.
Data administrasi pemerintahan, data kependudukan & lingkungan hidup, dan
data sosial budaya.
Data sarana dan prasarana pengendalian banjir yang dimiliki saat ini dan data
bangunan air yang sudah ada dan bangunan air yang masih direncanakan.
Data atau peta genangan banjir, terutama untuk daerah perkotaan yang
mempunyai kegiatan dengan nilai ekonomi tinggi.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-1

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

MULAI

PERSIAPAN

INSTANSI TERKAIT

- Pengurusan Administrasi Proyek


- Penyusunan Metodologi Pelaksanaan
Pekerjaan
- Persiapan Alat & Personil
- Pembuatan Rencana Kerja

- Direktorat Jenderal SDA, Kimpaswil


- Biro Pusat Statistik
- Badan Pertanahan Nasional
- Puslitbang Pengairan, Bandung
- Bappeda
- Pemda

STUDI PENDAHULUAN
- Survai Pendahuluan
- Pengumpulan Data & Laporan Terdahulu

Konsep Laporan Pendahuluan


Revisi

Diskusi
Tidak
Ya
FINAL LAPORAN PENDAHULUAN

SURVEY LAPANGAN

LAND COVER, TATA RUANG


&
SUMBER DAYA AIR

SOSIAL EKONOMI

- Budidaya Pertanian / Perikanan


- Hutan Sekunder
- Hutan Primer
- Dll

- Sektor Formal & Informal


- Pegawai
- Petani
- Dll

BANGUNAN PRASARANA &


SARANA PENGENDALI BANJIR

DAERAH RAWAN BANJIR


- Usaha / Perekonomian
- Instansi / Institusi
- Permukiman
- Budidaya Pertanian / Perikanan
- Cekungan / Rawa / Kosong
- Dll

- Tanggul
- Saluran Pengelak
- Pintu Air
- Bendungan
- Dll

ANALISA & EVALUASI

Konsep Laporan Kemajuan

Revisi
Diskusi

Tidak
Ya

FINAL LAPORAN KEMAJUAN

PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN


- Program Pembangunan
Prasarana & Sarana Pengendali Banjir
- Strategi Pembangunan
Prasarana & Sarana Pengendali Banjir
- Prioritas Pembangunan
Prasarana & Sarana Pengendali Banjir

REKOMENDASI STUDI

Laporan Akhir Sementara


Revisi
Diskusi
Tidak
Ya
FINAL LAPORAN AKHIR
- Laporan Utama
- Laporan Prioritas Pembangunan
Prasarana & Sarana Pengendali Banjir

SELESAI

Gambar 3.1

LAPORAN DRAFT FINAL

Bagan alir rencana kerja.

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-2

Bab 3
Tabel 3.1

3.2

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Curah Hujan Maksimum

Harian maks.
(mm/hari)

No

Data Tahun

1993

107,70

1994

100,00

1995

102,50

1996

113,90

1997

88,10

1998

107,70

1999

135,90

2000

86,20

2001

109,30

10

2002

115,80

Pengumpulan Data Primer

Dalam pekerjaan ini, semua data dikumpulkan di lapangan melalui suatu survei
pekerjaan yang berlangsung beberapa lama. Dalam kegiatan ini dibagi menjadi tiga
jenis pekerjaan yaitu: survei topografi, survei hidrometri, dan survei mekanika
tanah. Survei mekanika tabah belum dilaksanakan, karena menunggu hasil diskusi
dengan pemilik pekerjaan untuk menentukan titik penyelidikan. Di bawah ini akan
diuraikan mengenai survei topografi dan survei hidrometri yang telah dilaksanakan,
berikut hasilnya.

3.3

Survei Topografi

Survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan tanah yang
berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada di areal lokasi
pekerjaan beserta areal sekitarnya. Areal survei seluas 1,5 hektar, kurang dari
ketentuan KAK karena pemilik tanah belum mengijinkan dilakukan pengukuran
sebelum adanya kepastian pembelian lahan. Hasilnya kemudian akan dipetakan
dengan skala dan interval kontur tertentu.
A.

Peralatan Survei
Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain meliputi:
i.

Wild T-0 Theodolit (2 buah)

ii.

Wild Nak.1 Waterpass (1 buah)

iii.

Rambu ukur (4 set)

iv.

Pita ukur 50 m (2 buah)

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-3

Bab 3

B.

v.

Rol meter 3 m (3 buah)

vi.

Calculator (3 unit)

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Pengamatan Azimuth Astronomis

Penentuan sudut jurusan awal (azimuth awal) dengan menggunakan GPS (global
positioning system).
C.

Pembuatan Titik Tetap (Bench Mark)

Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM)
dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili
kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama,
yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z).
Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam
pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi
nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan.
Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat
sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan nilai koordinat maupun
elevasinya.
D. Penentuan Kerangka Dasar Horizontal
Pengukuran titik kontrol horizontal (titik polygon) dilaksanakan dengan cara
mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran polygon ini,
titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran.
Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut
yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal
akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut
magnetis.
i.

Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 50 meter. Tingkat


ketelitian

hasil

pengukuran

jarak

dengan

menggunakan

pita

ukur,

sangat

tergantung pada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.1.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-4

Bab 3

d1

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

d2

1
d3
2

Jarak AB = d1 + d2 + d3
Gambar 3.2

Pengukuran jarak pada permukaan miring.

Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak maka sebagai koreksi dilakukan juga
pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur dengan theodolit.
ii.

Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi polygon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik polygon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan diilustrasikan pada Gambar 3.2.

= Sudut mendatar

AB

= Bacaan skala horisontal ke target patok B

AC

= Bacaan skala horisontal ke target patok C

Pembacaan sudut jurusan polygon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :

Jarak antara titik-titik polygon adalah 100 m.

Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.

Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 50 meter.

Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).

Selisih sudut antara dua pembacaan 5 (lima detik).

Ketelitian jarak linier (Kl) ditentukan dengan rumus berikut.


2

KI =

fx + fy

1 : 5.000

dimana: fx = jumlah X dan fy = jumlah Y

Bentuk geometris polygon adalah loop.

Perhitungan terhadap data pengukuran kerangka dasar horisontal dilakukan dalam


bentuk spreadsheet sehingga koreksi perhitungan dapat dilakukan dengan tepat
dan merata. Hasil perhitungan tersebut diplot dalam bentuk gambar grafik polygon
pengukuran.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-5

Bab 3

AB

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

AC

A
C

Gambar 3.3

E.

Pengukuran sudut antar dua patok.

Penentuan Kerangka Dasar Vertikal

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik

jalur

polygon.

Jalur

pengukuran

dilakukan

tertutup

(loop),

yaitu

pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titiktitik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti
diilustrasikan pada Gambar 3.3.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-6

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Slag 2
m21

b2

Slag 1
b1

m1

Bidang Referensi
D

Gambar 3.4

Pengukuran waterpass.

Spesifikasi Teknis pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :


i.

Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

ii.

Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

iii. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
iv. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap
Benang Atas, Benang Tengah, dan Benang Bawah.
v.

Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.

vi. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.


vii. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
viii. Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut:

T = 8 D mm
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km
Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan
menggunakan
pengolahan

spreadsheet

sebagaimana

kerangka

horisontalnya.

Dari

hasil

tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok

terhadap Benchmark acuan. Ketinggian relatif tersebut

pada proses selanjutnya

akan dikoreksi dengan pengikatan terhadap elevasi muka air laut paling surut
(Lowest Low Water Level - LLWL) yang dihitung sebagai titik ketinggian nol
(+0.00).
F.

Pengukuran Situasi Rinci

Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam
maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-7

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis


kontur untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.
Pengukuran rinci/situasi dilaksanakan memakai metoda tachymetri dengan cara
mengukur besar sudut dari polygon (titik pengamatan situasi) kearah titik rinci
yang diperlukan terhadap arah titik polygon terdekat lainnya, dan juga mengukur
jarak optis dari titik pengamatan situasi. Pada metoda tachymetri ini didapatkan
hasil ukuran jarak dan beda tinggi antara stasiun alat dan target yang diamati.
Dengan cara ini diperoleh data-data sebagai berikut :
i.

Azimuth magnetis

ii.

Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)

iii. Sudut zenith atau sudut miring


iv. Tinggi alat ukur
Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut :
i.

Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur


ray, dimana setiap ray terikat pada titik-titik polygon sehingga membentuk
jalur polygon dan waterpass terikat sempurna.

ii.

Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan


kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang akan dibuat. Gundukan tanah,
batu-batu besar yang mencolok serta garis pantai akan diukur dengan baik.
Juga bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain
akan diambil posisinya.

3.4

Survei Hidrometri

Survey hidrometri meliputi pengukuran batimetri, pengukuran pasang surut,


pengukuran arus dan pengambilan contoh sedimen.

3.4.1 Pengukuran Batimetri


Pengukuran batimetri atau seringkali disebut dengan pemeruman (sounding)
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan topografi laut. Cara yang dipakai dalam
pengukuran ini adalah dengan menentukan posisi-posisi kedalaman laut pada jalur
memanjang dan jalur melintang untuk cross check. Penentuan posisi-posisi
kedalaman

dilakukan

menggunakan

GPS

MAP.

Berdasarkan

KAK

panjang

pengukuran batimetri adalah 35 km dengan jarak lintasan sounding 100 m, untuk


daerah kelokan sungai dan lokasi-lokasi kajian tertentu jarak lintasannya 50 m.
Metodologi pelaksanaan survei batimetri ini adalah sebagai berikut:

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-8

Bab 3
A.

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Penentuan Jalur Sounding

Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik
awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalur sounding yang
digunakan adalah 100 m. Pada bagian kelokan sungai dan lokasi-lokasi kajian
tertentu, jalur sounding dibuat dengan jarak 50m. Untuk tiap jalur sounding
dilakukan pengambilan data kedalaman perairan setiap jarak 25 m. Titik awal dan
akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam alat
pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS, untuk dijadikan acuan lintasan
perahu sepanjang jalur sounding. Contoh jalur sounding pada kawasan pengukuran
dapat dilihat pada Gambar 3.4.

R am bu
W a te r p a s

BM

P e n g u k u ra n
P e n g ik a ta n K e B M
G P S (B a s e )
R am bu
Pasut

25 m

Ja

lu r

Pe

ng

50 m

D G P S (D iffe r e n tia l G P S )
uk

ur

an

So

un

d in

P o s is i F ix

75 m

100 m

G P S (R o v e r )

S o u n d in g

Gambar 3.5

B.

Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding.

Peralatan Survei

Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran batimetri adalah:


i.

Echo Sounder GPSMap dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai fasilitas GPS
(Global Positioning System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka
horisontal dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas ini, kontrol posisi dalam
kerangka horisontal dari suatu titik tetap di darat tidak lagi diperlukan. Selain
fasilitas GPS, alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman
perairan dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar
perairan. Gambar alat ini disajikan pada Gambar 3.5, sedangkan penempatan
alat ini dan perlengkapannya pada perahu dapat dilihat di Gambar 3.6.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-9

Bab 3
ii.

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data yang
di-download dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan data.

iii. Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran
menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Dalam operasinya,
perahu tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain:
iv. Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam melakukan
kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke komputer, dan lebih
baik tertutup dan bebas dari getaran mesin.
v.

Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah.

vi. Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
vii. Papan duga. Papanduga digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka
air di laut.
viii. Peralatan

keselamatan.

Peralatan

keselamatan

yang

diperlukan

selama

kegiatan survei dilakukan antara lain life jacket.

Gambar 3.6

Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri.

SATELIT

TAMPAK SAMPIN G

T AMPAK BELAKANG
READER

ANT ENA

ANTENA

Permukaan Air Laut

TRANDUSER

TRANDUSER

DASAR LAUT

Gambar 3.7

Penempatan GPSMap (tranduser, antena, reader) di perahu.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-10

Bab 3
C.

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Pengolahan Data Batimetri

Data yang tercatat pada alat GPSMap adalah jarak antara tranducer alat ke dasar
perairan. Tranducer tersebut diletakkan di bagian belakang kapal, di bawah
permukaan air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh sebab itu diperlukan
suatu koreksi kedalaman terhadap jarak tranducer ke permukaan air dan koreksi
kedalaman terhadap pasang surut.
Gambar 3.7 menampilkan sketsa definisi besaran-besaran panjang yang terlibat
dalam proses koreksi tersebut.

PAPAN DUGA

TAMPAK SAMPING
READER
ANTENA

Permukaan Air Laut


A
EMA
TRANDUSER

0.00

DASAR LAUT

Gambar 3.8

Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi


kedalaman.

Keterangan gambar:
EMA

= Elevasi muka air diukur dari nol papan duga.

= Kedalaman air hasil sounding (jarak dasar perairan ke


tranducer)

= Jarak tranducer ke muka air

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-11

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Dari definisi-definisi di atas maka elevasi dasar saluran dihitung dari nol
papan duga adalah (ED):

ED = Z + A EMA
B.

Pengikatan Terhadap Elevasi Referensi


Hasil dari koreksi pertama (koreksi terhadap jarak tranducer ke muka air
dan terhadap pasang surut) menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap
nol papan duga. Elevasi ini kemudian diikatkan kepada elevasi LLWL yang
dihitung pada pengolahan data pasang surut.
Pengikatan terhadap LLWL dapat dicari dengan menggunakan persamaan
berikut ini:

EDLWS = ED ELWS
Ket:

EDLWS

= Elevasi dasar perairan relatif terhadap LLWL

ED

= Elevasi dasar perairan relatif terhadap nol papan duga

ELWS

= Elevasi LWS relatif terhadap nol papan duga

Dengan demikian LLWL berada pada elevasi + 0.00m.

Hasil pengukuran topografi dan batimetri dapat dilihat di bawah ini.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-12

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

3.4.2 Pengukuran Pasang Surut


Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari berturut-turut dengan
interval pembacaan setiap jam. Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang
secara teknis memenuhi syarat.
Langkah pengolahan data pasang surut adalah dengan mencari harga elevasielevasi acuan dari karakteristik perairan di wilayah pekerjaan. Untuk mencari harga
elevasi-elevasi tersebut, digunakan hasil pengukuran pasang surut lapangan yang
telah dilaksanakan di Muara Sungai.
Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana dan
mengetahui tipe pasang surut yang terjadi serta meramalkan fluktuasi muka air
laut. Urutan analisa pasang surut adalah sebagai berikut :
Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan fluktuasi
muka air akibat pasang surut menjadi 9 (sembilan) komponen-komponen harmonik
penyusunnya. Besaran yang diperoleh adalah amplitudo dan fasa setiap komponen.
Metode yang biasa digunakan untuk menguraikan komponen-komponen pasang
surut adalah metode Admiralty. Sebelum dilakukan perhitungan, data hasil
pengamatan terlebih dahulu diikatkan pada referensi topografi yang ada, adapun
deskripsi komponen harmonik pasang surut adalah seperti pada tabel berikut:

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-13

LAPORAN DRAFT FINAL

0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00

Jam

26-Aug-09
200
210
200
190
180
160
140
120
90
80
70
70
70
80
90
100
120
130
140
150
160
170
180
200

27-Aug-09
210
220
220
210
200
180
160
140
110
90
70
70
70
70
80
90
90
100
120
130
150
160
180
190

29-Aug-09
200
220
240
240
230
210
200
170
150
130
110
90
80
80
70
70
70
70
80
90
100
120
140
170

30-Aug-09
190
210
230
230
230
220
210
190
170
150
130
110
100
90
90
80
70
70
70
80
90
100
120
150

31-Aug-09
170
190
210
220
230
220
210
190
180
160
150
140
120
110
100
100
90
80
70
70
80
90
110
130

1-Sep-09
150
170
190
210
210
210
200
190
180
170
160
150
140
130
130
120
100
90
80
80
80
90
100
110

Elevasi (cm)
2-Sep-09
3-Sep-09
130
120
150
140
170
150
180
160
190
170
190
170
190
170
180
170
180
160
170
160
170
160
160
160
160
160
150
160
140
160
140
150
130
150
110
130
100
120
90
110
90
110
90
110
100
110
110
110
4-Sep-09
120
130
140
150
150
150
150
140
140
150
150
150
160
160
170
160
160
150
140
140
130
130
130
130

5-Sep-09
130
130
140
140
140
130
120
120
120
120
130
140
150
150
160
170
170
160
160
150
150
150
150
150

6-Sep-09
150
150
140
140
130
120
110
100
100
100
110
120
130
140
150
160
170
170
170
170
170
170
170
180

7-Sep-09
170
170
160
150
140
120
100
90
80
80
90
100
110
120
130
140
160
160
170
170
170
180
190
200

8-Sep-09
200
190
180
170
150
130
110
90
70
70
70
80
90
100
110
130
140
150
160
170
170
190
200
210

Hasil Pengukuran Tinggi Muka Air Muara Air Saga dalam cm (26 Agustus 9 September 2009)

28-Aug-09
210
230
230
230
220
200
180
160
130
110
90
70
70
70
70
70
80
80
100
110
130
140
160
180

Tabel 3.2

9-Sep-09
220
220
210
190
170
150
120
100
80
60
60
60
70
80
90
110
120
130
140
150
170
180
200
220

Bab 3
Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-14

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

30-Aug-09 12:00

Waktu

01-Sep-09 18:00

04-Sep-09 00:00

MSL = 136.50 cm

Data Pengamatan

06-Sep-09 06:00

08-Sep-09 12:00

Hasil Pengukuran Tinggi Muka Air Muara Air Saga dalam cm (26 Agustus 9 September 2009)

28-Aug-09 06:00

Gambar 3.9

26-Aug-09 00:00

50

100

150

200

250

300

Bab 3
Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

3-15

Elevasi Muka Air (cm)

Bab 3

Tabel 3.3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Deskripsi Komponen Harmonik Pasang Surut


Simbol

Periode
(jam)

Keterangan

Utama bulan
Utama matahari
Bulan akibat variasi bulanan jarak bumi-bulan
Matahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi matahari-bulan

M2
S2
N2
K2

12.4106
12.0000
12.6592
11.9673

Pasang Surut Semi Diurnal

Matahari-bulan
Utama bulan
Utama matahari

K1
O1
P1

23.9346
25.8194
24.0658

Pasang Surut Diurnal

Utama bulan
Matahari-bulan

M4
MS4

6.2103
6.1033

Perairan Dangkal

Komponen

Dari pengukuran pasang surut di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut
untuk menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah
tersebut. Dari elevasi acuan pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai LWS
sebagai elevasi nol acuan. Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan alur
sebagaimana disajikan pada Gambar 3.10. Perhitungan konstanta pasang surut
dilakukan dengan menggunakan metode Admiralty. Hasil pencataan diambil dengan
interval 1 jam sebagai input untuk Admiralty dan konstanta pasang surut.

Data Pasut

Admiralty

Komponen Pasang
Surut

Peramalan Pasang
Surut 29 Hari

Perbandingan Hasil
Ramalan dengan
Pengukuran Lapangan

Gambar 3.10

Jenis Pasang Surut

Peramalan Pasang
Surut 20 Tahun

Elevasi Penting
Pasang Surut

Probabilitas Kejadian
Tiap Elevasi Penting
Pasang Surut

Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-16

Bab 3
Tabel 3.4

A(cm)
g (o)

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Komponen Pasang Surut Pesisir Pantai Air Saga

S0

M2

S2

N2

K1

O1

M4

MS4

K2

P1

136.5
0

8.14

10.30

2.82

2.78

72.72

49.72

26.44

2.12

2.44

152.8 412.6 203.11 412.6 214.4 237.89 214.43 156.2 58.68

dimana:
A

: amplitudo,

: beda fase,

M2 : komponen utama bulan (semi diurnal),


S2

: komponen utama matahari (semi diurnal),

N2 : komponen eliptis bulan,


K2 : komponen bulan,
K1 : komponen bulan,
O1 : komponen utama bulan (diurnal),
P1

: komponen utama matahari (semi diurnal),

M4 : komponen utama bulan (kuarter diurnal), dan


MS4:komponen utama matahari-bulan.

Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan
penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:

NF =

K 1 + O1
M2 + S 2

Dimana tipe pasut untuk setiap nilai F seperti pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Bilangan Formzall
(F)

Tipe Pasang Surut

Tipe Pasang Surut

Keterangan

F < 0.25

Pasang harian ganda (semidiurnal)

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

0.25 < F < 1.5

Campuran, condong ke semi diurnal

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
ketinggian dan periode yang berbeda.

1.5<F<3.0

Campuran, condong ke diurnal

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan
ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang
dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.

F < 3.0

Pasang harian tunggal (diurnal)

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode
pasang surut adalah 24 jam 50 menit

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-17

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Berdasarkan konstanta-konstanta utama pasang surut di atas diketahui bahwa tipe


pasang surut di Pesisir Pantai Air Saga adalah Tipe diurnal dengan harga F sama
dengan 6,64.
Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut untuk 15 hari yang dipilih
bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan. Hasil peramalan tersebut
dibandingkan dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-18

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

26-Aug-09 00:00

50

100

150

200

250

300

Waktu

01-Sep-09 18:00

04-Sep-09 00:00

06-Sep-09 06:00

Hasil perbandingan pengukuran dan peramalan pasang surut.

30-Aug-09 12:00

Gambar 3.11

28-Aug-09 06:00

MSL = 136.50 cm

Hasil Penaksiran

Data Pengamatan

08-Sep-09 12:00

Bab 3
Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

3-19

Elevasi Muka Air (cm)

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Dengan konstanta yang didapatkan dilakukan pula peramalan pasang surut untuk
masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk
menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.4. Dari elevasi penting pasang surut yang ada
maka ditetapkan nilai LWS sebagai elevasi nol acuan. Disamping itu dari peramalan
untuk masa 20 tahun ke depan akan didapatkan nilai probabilitas setiap elevasi
acuan di atas.
Tabel 3.6

Elevasi Muka Air Penting (satuan cm)

Elevasi-elevasi acuan

Peilschaal (cm)

MSL (cm)

LLWL (cm)

Highest High Water Level

(HHWL)

306.58

170.08

321.94

Mean High Water Spring

(MHWS)

273.27

136.77

288.63

Mean High Water Level

(MHWL)

216.90

80.40

232.26

Mean Sea Level

(MSL )

136.50

0.00

151.86

Mean Low Water Level

(MLWL)

63.14

-73.36

78.50

Mean Low Water Spring

(MLWS)

16.87

-119.63

32.23

Lowest Low Water Level

(LLWL )

-15.36

-151.86

0.00

Tunggang pasang (cm)

321.94

Untuk selanjutnya referensi 0 (nol) LLWL akan digunakan dalam desain dan analisa
lebih lanjut.

3.4.3 Pengukuran Arus


Pengukuran kecepatan aliran dilakukan di 3 titik lokasi. Pengukuran kecepatan
aliran tiga kedalaman, dilaksanakan pada kedalaman 0.2 d, 0.6 d, dan 0.8 d (lihat
Gambar 3.12) dari permukaan air dan kecepatan aliran rata-ratanya dinyatakan
dengan rumus :

V=

(V0.2 + V0.8 )
V0.6 x 0.5
2

dimana:
V

: kecepatan aliran rata-rata pada suatu vertikal (m/detik)

V0.2 : kecepatan pada titik 0.2 d (m/detik)


V0.6 : kecepatan pada titik 0.6 d (m/detik)
V0.8 : kecepatan pada titik 0.8 d (m/detik)

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-20

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

handset
perahu

muka air sungai/saluran

0,2d; 0,6d; dan 0,8d


d

currentmeter

pemberat
dasar sungai/saluran

Gambar 3.12

Survei kecepatan aliran atau pengukuran arus.

Hasil pengukuran kecepatan aliran disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Lokasi
AR1
AR2
AR3
AR4

Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran di 4 Lokasi

Spring
Neap
ArahDominan Vmaximum ArahDominan Vmaximum
55
0.25
55
0.25
105
0.15
105
0.16
65
0.16
85
0.16
85
0.33
85
0.33

3.4.4 Pengambilan Contoh Sedimen


Hasil survei sedimen layang telah diteliti dalam laboratorium, untuk mendapatkan
konsentrasi sedimen pada tiap-tiap lokasi. Hasil analisa sedimen layang dapat
dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.8

Hasil Analisa Sedimen Layang di 4 Lokasi

Lokasi

Sedimen Layang (mg/l)

Salinitas (%o)

SL.1

93

15,5

SL.2

118

11,3

SL.3

280

0,8

SL.4

90

0,0

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-21

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Sedimen dasar juga diteliti dalam laboratorium untuk mendapatkan distribusi


ukuran sedimen dari tiap-tiap lokasi. Hasil rekapitulasi analisa sedimen dasar dapat
dilihat pada Tabel 3.9, dari tabel dibawah diketahui bahwa sedimen dasar
didominasi oleh pasir (sand).
Tabel 3.9
Lokasi

Hasil Rekapitulasi Analisa Sedimen Dasar di 4 Lokasi


Grain Size Analysis

Gs
(t/m3)

# 200
(%)

Gravel
(%)

Sand
(%)

Silt
(%)

Clay
(%)

SD.1

2.555

76

16

SD.2

2.562

18

71

11

SD.3

2.538

82

13

SD.4

2.506

79

13

3.5

Analisis Permasalahan

3.5.1 Umum
Secara umum masalah banjir merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia.
Sebab-sebab terjadinya masalah banjir ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu terjadi
secara alami dan terjadi akibat tindakan manusia.
Masalah banjir yang terjadi secara alami dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:

Iklim.
Iklim tropis Indonesia ditandai oleh 2 musim, yaitu musim hujan dari Oktober
sampai dengan Maret dan musim kemarau dari April sampai September. Hujan
lebat di musim hujan menyebabkan masalah-masalah yang cukup berarti di
Indonesia. Kondisi ini diperburuk dengan tingginya kepadatan penduduk di
daerah genangan banjir.

Pengaruh morfologi.
Kondisi morfologi setiap sungai umumnya berbeda-beda. Di pulau Belitung pada
umumnya kemiringan dasar sungai lebih landai, dengan sungai yang relative
pendek.

Sedimendasi di sungai.
Pengendapan sedimen di muara sungai akan memperpanjang delta sungai,
mengurangi kemiringan memanjang sungai, mengurangi kapasitas angkut
sungai, dan memperbesar resiko banjir.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-22

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Pengurangan kapasitas aliran pada sungai dapat disebabkan oleh erosi. Erosi
yang berlebihan terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya
pengolahan tanah. Erosi ini menyebabkan sedimentasi di sungai-sungai, dimana
hasil erosi diendapkan pada bagian hilir sungai. Sedimentasi di sungai ini
menyebabkan peninggian (agradasi) dasar sungai dan meningkatkan resiko
banjir. Kapasitas daerah pengaliran sungai untuk menahan air dengan infiltrasi
tergantung pada kondisi fisik daerah pengaliran sungai, khususnya tanaman
penutup. Penebangan hutan mengurangi infiltrasi yang dapat meningkatkan
aliran permukaan.

Drainase daerah dataran banjir yang tidak memadai.


Modifikasi daerah dataran banjir secara teratur dapat merintangi aliran sungai
pada dataran dan pada akhirnya akan mempertinggi elevasi banjir. Apabila
suatu daerah mempunyai drainase dataran banjir yang kurang memadai, maka
daerah tersebut akan menjadi langganan banjir di musim hujan.

Pengaruh air pasang.


Air pasang laut juga mempunyai efek yang berarti pada masalah banjir,
khususnya jika puncak banjir bersamaan dengan air pasang tinggi.

Masalah banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia, yaitu:

Perubahan daerah pengaliran sungai.


Perubahan

daerah

pengaliran

sungai

seperti

penggundulan

hutan,

pengembangan pertanian, dan perkotaan dapat memperburuk masalah banjir


yang ditandai dengan meningkatnya aliran debit banjir. Perubahan dari hutan
menjadi lahan pertanian dapat menimbulkan masalah. Penebangan hutan juga
menyebabkan perubahan daerah pengaliran sungai yang merugikan. Sungaisungai di Kalimantan dipengaruhi oleh perubahan daerah pengaliran sungai
karena penggundulan hutan, pengolahan hutan, dan penebangan yang tidak
terkontrol.

Pengembangan daerah dataran banjir dan tataguna lahan.


Pengembangan

daerah

perkotaan

dan

pedesaan

telah

melampui

batas

genangan alam di sepanjang sungai, yang dahulu merupakan tampungan alam


dari air banjir. Pengembangan pemukiman, perniagaan, dan industri dapat
meningkatkan

banjir

karena

mengurangi

tampungan

banjir,

yang

juga

meningkatkan kerusakan akibat banjir.

Kawasan kumuh.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-23

Bab 3

Pengumpulan Data dan Analisis Permasalahan

Perumahan kumuh sepanjang alur sungai dapat menjadi penghambat aliran.


Masalah kawasan kumuh ini dikenal sebagai penyebab penting terhadap
masalah banjir daerah perkotaan.

Sampah.
Pembuangan sampah, kotoran dan reruntuhan yang dihasilkan dari penimbunan
sembarangan dari material ke dalam alur-alur drainase akan meninggikan
elevasi banjir, karena menghalangi aliran dan drainase.

Drainase lahan.
Drainase lahan untuk pengembangan daerah pertanian di daerah dataran banjir
dakan

mengurangi

sebagian

besar

daerah

tersebut

sehingga

dapat

menyebabkan banjir dengan kapasitas besar di dalam sistem sungai tersebut.

Bangunan di sungai.
Jembatan dan bangunan pada sungai dapat meningkatkan elevasi banjir karena
efek pembendungan pada penyempitan dan halangan.

3.5.2 Permasalahan di Sungai Air Saga


Dari keterangan penduduk yang berhasil dihimpun Konsultan diperoleh informasi
bahwa banjir terjadi di sebelah Selatan sungai di Desa Air Saga Kecamatan Tanjung
Pandan, sedangkan di Utara sungai yaitu di Desa Batu Hitam Kecamatan Sijuk tidak
terjadi banjir. Banjir terjadi terutama pada saat musim Barat, dimana tertinggi
pada bulan Desember.
Di hulu Sungai Air Saga banyak ditumbuhi vegetasi bakau yang relatif lebat, akan
tetapi di daerah muaranya tidak terdapat vegetasi, terutama di sebelah selatan
sungai. Di selatan sungai ini cenderung terjadi penumpukan sedimentasi yang dari
tahun ke tahun semakin bertambah, menurut pengamatan konsultan, hal ini
diakibatkan adanya transport sedimen sejajar pantai. Kalau dilihat dari morfologi
pantainya, lokasi Desa Air Saga ini menjadi daerah tangkapan sedimen dimana
gelombang dominan yang terjadi dari arah Selatan ke Utara dan sebaliknya,
sehingga aliran di Muara Sungai Air Saga terutama sebelah selatan sungai tertahan
adanya sedimen yang berakibat air melimpas ke rumah-rumah penduduk.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

3-24

Laporan Draft Final


Pekerjaan:

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Air Saga, Kabupaten Belitung

Bab

Pengolahan dan Analasis Data

Studi Investigasi dan Desain


Pengendalian Banjir
Sungai Air Saga, KabupatenBelitung

Bab 4
Pengolahan dan
Analisis Data

Bab ini menguraikan metode pengolahan dan analisis data atas data yang telah
dikumpulkan. Uraian mengenai kegiatan pengumpulan data telah diberikan pada
bab sebelumnya.
Pengolahan dan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan meliputi:

Pengolahan data curah hujan harian selama 10 tahun (1998-2007) yang berasal
dari Badan Meteorologi dan Geofisika Pangkalan Udara Tanjung Pandan.

Pengolahan data hidrometri yang diperoleh dari survai lapangan yaitu data
tinggi muka air (pasang surut).

Pemodelan hidrolika sungai ditinjau ke dalam bentuk model numerik untuk


mendapatkan alternatif yang paling optimum dari segi hidrolisnya. Pemodelan
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak HEC-RAS.

4.1

Pengolahan Data Hidrologi

4.1.1 Pengolahan Data Hidrologi


Data hidrologi berupa data curah hujan harian diperoleh dari Badan Meteorologi
dan Geofisika Pangkalan Udara Tanjung Pandan dari tahun 1998 sampai dengan
2007. Data berupa curah hujan maksimum bulanan untuk stasiun tersebut
disajikan dalam lampiran.
Berikut ini disajikan data curah hujan harian maksimum untuk stasiun tersebut.

LAPORAN DRAFT FINAL

Survei Investigasi Dan Desain Pompa Air Tanpa Mesin (PATM)

4-1

Bab 4

Tabel 4.1

Pengolahan dan Analisis Data

Curah Hujan Maksimum Stasiun Tanjung Pandan Tahun 1998-2007

No

Data Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007

Harian maks.
(mm/hari)
107,70
100,00
102,50
113,90
88,10
107,70
135,90
86,20
109,30
115,80

Sumber: Stasiun Meteorologi Tanjung Pandan, Belitung

Curah Hujan Harian Maksimum


160

140

Curah Hujan (mm

120

100

80

60

40

20

0
1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Tahun Pengamatan

Gambar 4.1 Grafik batang curah hujan maksimum tahunan Stasiun Tanjung
Pandan.

LAPORAN DRAFT FINAL

Survei Investigasi Dan Desain Pompa Air Tanpa Mesin (PATM)

4-2

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Normal Distribution Stasiun Tanjung Pandan


150

Value

130

110

90

Actual Data

70

Distribution

50
0%

25%

50%

75%

100%

Weibull Probability

Gambar 4.2 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Normal.

Log Normal Distribution Stasiun Tanjung Pandan

140

Value

130

120

110

100

Actual Data

90

Distribution
80
0%

25%

50%

75%

100%

Weibull Probability

Gambar 4.3 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Normal.

LAPORAN DRAFT FINAL

Survei Investigasi Dan Desain Pompa Air Tanpa Mesin (PATM)

4-3

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Pearson Distribution Stasiun Tanjung Pandan


140

Value

130

120

110

100

Actual Data

90

Distribution
80
0%

25%

50%

75%

100%

Weibull Probability

Gambar 4.4 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Pearson.

Log Pearson Distribution Stasiun Tanjung Pandan


140

Value

130

120

110

100

Actual Data

90

Distribution
80
0%

25%

50%

75%

100%

Weibull Probability

Gambar 4.5 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Log Pearson.

LAPORAN DRAFT FINAL

Survei Investigasi Dan Desain Pompa Air Tanpa Mesin (PATM)

4-4

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Gumbel Distribution Stasiun Tanjung Pandan


140

Value

130

120

110

100

Actual Data

90

Distribution
80
0%

25%

50%

75%

100%

Weibull Probability

Gambar 4.6 Grafik analisis frekuensi hujan untuk distribusi Gumbel.

Tabel 4.2

Resume Analisis Curah Hujan Maksimum

STASIUN
PERIODE
ULANG

FREKUENSI CURAH HUJAN (mm)


NORMAL

LOG NORMAL

PEARSON

LOG PEARSON

GUMBEL

Tr 200
Tr 100
Tr 50
Tr 25
Tr 10
Tr 5
Tr 2

143.39
139.84
135.96
131.64
124.96
118.69
112.85

148.43
143.70
138.70
133.32
125.38
118.33
105.86

155.88
149.31
142.56
135.56
125.72
117.54
104.53

147.15
142.44
137.48
132.20
124.45
117.65
105.77

182.51
171.53
160.50
149.40
134.42
122.57
104.68

Maximum
Rerata
Minimum
Standar Deviasi

143.39
129.62
112.85
11.26

148.43
130.53
105.86
15.01

155.88
133.01
104.53
18.21

147.15
129.59
105.77
14.60

182.51
146.52
104.68
27.67

Tabel 4.3
No

Stasiun

1 Stasiun Tanjung Pandan

LAPORAN DRAFT FINAL

Resume Uji Kecocokan Distribusi

D Hasil Uji Distribusi


Normal Log Normal Pearson Log Pearson Gumbel
10.17
9.63
9.12
10.59
8.45

Survei Investigasi Dan Desain Pompa Air Tanpa Mesin (PATM)

Do
0.32

4-5

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Dari hasil-hasil tersebut bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:


Curah hujan masimum metoda Gumbel memberikan nilai hasil uji kecocokan distribusi
terkecil diantara metoda lainnya, hal ini berarti bahwa metoda gumbel ini memberikan
pola distribusi yang paling cocok antara data asli dan data perkiraan.
Curah hujan masimum yang akan dipakai pada proses selanjutnya adalah curah hujan
masimum terpilih dari metoda Gumbel.

Grafik Batang Tinggi Curah Hujan Vs Metode Distribusi


200
180

Tinggi Curah Hujan (m

160
140

Tr 200
Tr 100

120

Tr 50
100

Tr 25
Tr 10

80

Tr 5
Tr 2

60
40
20
0
NORMAL

LOG NORMAL

PEARSON

LOG PEARSON

GUMBEL

Metode Distribusi

Gambar 4.7 Curah hujan harian maksimum dengan berbagai distribusi.

LAPORAN DRAFT FINAL

Survei Investigasi Dan Desain Pompa Air Tanpa Mesin (PATM)

4-6

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

4.1.2 Analisis Debit Rencana


4.1.2.1

Metode Hidrograf Satuan Sintetis SCS (Soil Conservation Service)

Hidrograf Satuan Sintetis SCS adalah hidrograf satuan tak berdimensi. Hidrograf
satuan ini dikembangkan berdasarkan hasil analisis hidrograf satuan banyak
Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan rentang variasi area dan geografi lokasi yang
sangat luas. Metode ini kemudian dikenal dengan nama hidrograf satuan sintetis
SCS dan telah diaplikasikan di DAS yang luasnya sedang di seluruh dunia.
Untuk menghitung waktu kelambatan (T2 lag) DAS-nya, SCS menggunakan dua
metode:
i.

Metode nomor curva dan

ii.

Metode kecepatan aliran.

Metode nomor kurva berlaku untuk DAS yang lebih kecil dari 8 km2, meskipun pada
saat akhir-akhir ini dimungkinkan dipakai untuk DAS dengan luas sampai 16 km2.
Dalam metode nomor kurva, waktu kelambatan dihitung dengan rumus:

tl =

L0.8 * [ 2 ,540 22.86 * CN ] 0.7


14 ,104 * CN 0.7 * Y 0.5

dimana:

tl

: waktu kelambatan dalam jam;

: panjang hidrolis DAS [diukur sepanjang sungai utama] dalam meter;

CN : nomor kurva limpasan;


Y

: kemiringan DAS-nya.

Metode kecepatan aliran dipakai untuk DAS yang luasnya lebih besar dari 8 km2.
Kecepatan aliran rata-rata dan waktu konsentrasi dihitung menggunakan panjang
garis lurus sub-DAS-nya. Jumlah waktu konsentrasi masing-masing sub-DAS
merupakan waktu konsentrasi DAS-nya. Waktu kelambatan DAS-nya diestimasi
dengan rumus:

tl
6
10
=
; tc =
tl
6
t c 10
dimana:

tl

waktu kelambatan,

tc

waktu konsentrasi.

Dalam metode SCS perbandingan [rasio] antara waktu debit puncak dengan durasi
waktu hidrograf satuannya adalah:

tp
tc

=5

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-7

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Dengan anggapan [asumsi] distribusi jam-jaman curah hujan efektifnya adalah


seragam, waktu debit puncak didefinisikan dengan:

tp =

tr
+ tl
2

tp

10
10
tl
;tp =
9
9

dan

tl

sehingga:

tr 2
2
= ; t r = tl
tl 9
9
dan

tr
2
=
t c 15
Formula debit puncak adalah:

Qp =
dimana

Qp

2.08 * A
tp
:

debit puncak hidrograf satuan akibat hujan efektif 1 cm dalam meter kubik
per detik,

luas DAS dalam kilometer persegi,

tp

waktu debit puncak hidrograf satuan dalam jam.

4.1.2.2

Metode Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu

Metode hidrograf satuan sintetis yang yang umum dan sering dipakai di Indonesia
adalah metode Nakayasu. Rumus empirisnya adalah:
=

Qp

C * A * R0
3 ,6 0 ,3T p + T0 ,3

dimana:

Qp

debit puncak banjir, m3/detik

Ro

hujan satuan, mm

Tp

tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir,
jam

T0,3

waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak.

Bagian lengkung naik (decreasing limb)

Qa

t
Qp
Tp

LAPORAN DRAFT FINAL

2,4

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-8

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

dimana:

Qn

limpasan sebelum mencapai debit puncak, m3/detik

waktu, jam

Bagian lengkung turun (decreasing limb)

1-Tp

Qd > 0,3 Q p : Qd 1 = Q p . 0,3

T0,3

0,3 Q p > Qd > 0,3 Q p : Qd2 = Q p . 0,3


2

1-T + 0,5T0,3
2T0,3

1-Tp + 1,5T0,3

0,3 Q p > Qd : Qd3 = Q p . 0,3


2

2T0,3

Tenggang waktu:
T = tg + 0,8 tr
Untuk:
tg = 0,21 * L0,7

L<

15 km;

L>

15 km;

: panjang alur sungai, km

tg

: waktu konsentrasi, jam

tr

: 0,5 * tg sampai tg

tg = 0,4 + 0,058 * L

T0,3 = * tg
Untuk:
daerah pengaliran biasa = 2
bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat = 1,5
bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat = 3

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-9

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Data masukan untuk mencari hidrograp banjir Sungai Air Saga adalah sebagai
berikut :
Panjang Sungai

3.30 km

Luas DPS

15 km2

Faktor Reduksi Luas


Koefisien Run off

1 m3/det

= 0.500 m3/det

50

Periode ulang 2 tahun


Periode ulang 5 tahun

40

Periode ulang 10 tahun


Periode ulang 25 tahun
Periode ulang 50 tahun
Debit (m3/d

30

20

10

0
0

10

15

20

Waktu (jam)

Gambar 4.8 Debit banjir Sungai Air Saga dengan Metoda Nakayasu
60

Periode ulang 2 tahun

50

Periode ulang 5 tahun


Periode ulang 10 tahun
Periode ulang 25 tahun
Periode ulang 50 tahun

Debit (m/dt)

40

30

20

10

0
0

10

15

20

Waktu (jam)

Gambar 4.9 Debit banjir Sungai Air Saga dengan Metoda SCS.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-10

Bab 4

4.2

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Hidro-oseanografi

Analisis ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:


1. Analisis pasang surut.
2. Analisis gelombang.
3. Analisis transformasi gelombang.

4.2.1
Data

Analisis Pasang Surut


pasang

surut

merupakan

salah

satu

parameter

yang

penting

bagi

perencanaan rinci penanggulangan banjir, terutama penanggulangan banjir di


sungai-sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut di daerah muaranya. Data
pasang surut ini dijadikan kondisi batas dalam simulasi perilaku hidrolik.
Pengukuran pasang surut dilakukan dengan menggunakan peilschaal dan diamati
setiap jam. Pelaksanaan pengukuran pasang surut ini dilakukan dari tanggal 26
Agustus sampai dengan 9 September 2009. Pengukuran ini memberikan pandangan
selisih kedalaman pada saat-saat pasang dan surut. Adapun perhitungan konstanta
pasang surut dilakukan dengan menggunakan admiralty method.
Komponen-komponen pasang surut yang dominan untuk Muara Air Saga Kapubaten
Belitung adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Komponen Pasang Surut di Muara Air Saga

Konstituen
M2

Amp (cm)

Fasa (derajat)

8.14

152.83

S2

10.30

412.66

N2

2.82

203.11

K2

2.78

412.66

K1

72.72

214.43

O1

49.72

237.89

P1
M4

26.44

214.43

2.12

156.29

MS4

2.44

58.68

S0

136.50

dimana
M2

: komponen utama bulan (semi diurnal),

S2

: komponen utama matahari (semi diurnal),

N2

: komponen eliptis bulan,

K2

: komponen bulan,

K1

: komponen bulan,

O1

: komponen utama bulan (diurnal),

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-11

Bab 4
P1

: komponen utama matahari (diurnal),

M4

: komponen utama bulan (kuarter diurnal),

MS4

: komponen utama matahari bulan.

Pengolahan dan Analisis Data

Dari komponen-komponen tersebut di atas, dilakukan peramalan pasang surut dan


hasilnya dilakukan analisis statistik sehingga menghasilkan elevasi-elevasi acuan
sebagai berikut:
Tabel 4.5

Elevasi Acuan Hasil Peramalan Pasang Surut

Titik

Elevasi (diikatkan pada MSL)

Highest High Water Level (HHWL)

+170.08

Mean High Water Spring (MHWS)

+136.77

Mean High Water Level (MHWL)

+80.40

Mean Sea Level (MSL)

0.00

Mean Low Water Level (MLWL)

-73.36

Mean Low Water Spring (MLWS)

-119.63

Lowest Low Water Level (LLWL)

-151.86

Perbandingan Hasil Pengamatan dan Penaksiran


300

Data Pengamatan

250

MSL = 136.50 cm

Elevasi Muka Air (cm)

200

150

100

50

0
26-Aug-09 00:00

28-Aug-09 06:00

30-Aug-09 12:00

01-Sep-09 18:00

04-Sep-09 00:00

06-Sep-09 06:00

08-Sep-09 12:00

Waktu

Gambar 4.10

LAPORAN DRAFT FINAL

Hasil Pengukuran Pasang Surut.

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-12

Bab 4

4.2.2

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Gelombang

Dari hasil pengolahan data angin diperoleh windrose, waverose dan periode ulang
gelombang sebagai berikut.
Hourly Distribution of Wind Speed and Direction in 1991-2006
Wind Station: Buluh Tumbang

NW

NE
20%
15%
10%
5%
0%

SW

SE

S
Windless = 56.29%

Unrecorded = 4.71%

Number of stripes in a bar indicates wind speed in knots.


Length of a bar represents percentage of occurrence.

Gambar 4.11

LAPORAN DRAFT FINAL

Windrose lokasi Air Saga.

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-13

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Hourly Distribution of Wave Height and Direction in 1991-2006


at Pegantungan Based on Wind Data of Buluh Tumbang

NW

NE
20%
15%
10%
5%
0%

SW

SE

S
Calm = 65.38%

Unrecorded = 4.71%

Number of stripes in a bar indicates wave height in meters.


Length of a bar represents percentage of occurrence.

Gambar 4.12

Tabel 4.6
Return Period
(years)
1
2
3
5
10
25
50
100
200

4.2.3

Waverose lokasi Air Saga.

Periode Ulang Gelombang

Extreme Value
Wave Height (meters)
1.43
1.63
1.83
2.04
2.27
2.52
2.69
2.84
2.97

Extreme Value
Wave Period (seconds)
6.20
6.63
7.02
7.42
7.83
8.25
8.52
8.76
8.96

Analisis Transformasi Gelombang

Selanjutnya dianalisis transformasi gelombang, yaitu perambatan gelombang dari


laut dalam sampai ke pantai dan hasilnya adalah sebagai berikut.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-14

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Desa Batu Itam

Jl.Ray
a Batu
Itam

KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
Jl.Raya
Air
Saga

KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m

KONTUR DAN VEKTOR GELOMBANG


Tinggi Gelombang
Periode Gelombang
:
Arah Gelombang

Gambar 4.13

:
:
:

2.84 m
8.76 dt
Utara

Kontur dan vector gelombang dari arah Utara.

Desa Batu Itam

Jl.Ra
ya

Batu
Itam

KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
J .l Raya
Air
Saga

KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m

KONTUR DAN VEKTOR GELOMBANG


Tinggi Gelombang
:
Periode Gelombang
Arah Gelombang

Gambar 4.14

LAPORAN DRAFT FINAL

:
:
:

2.84 m
8.76 dt
Barat Laut

Kontur dan vector gelombang dari arah Barat Laut.

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-15

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Desa Batu Itam

Jl.Raya
Bat

u Itam

KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
Jl.Ra
ya
Air
Sa ga

KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m

KONTUR DAN VEKTOR GELOMBANG


Tinggi Gelombang
:
Periode Gelombang
Arah Gelombang

Gambar 4.15

:
:
:

2.84 m
8.76 dt
Barat

Kontur dan vector gelombang dari arah Barat.

Desa Batu Itam

Jl.Raya
Bat

u Itam

KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
Jl.Ra
ya
Air
Sag
a

KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m

KONTUR DAN VEKTOR GELOMBANG


Tinggi Gelombang
:
Periode Gelombang
Arah Gelombang

Gambar 4.16

LAPORAN DRAFT FINAL

:
:
:

2.84 m
8.76 dt
Barat Daya

Kontur dan vector gelombang dari arah Barat Daya.

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-16

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Desa Batu Itam

Jl.Raya
Ba

tu

Ita m

KOORDINAT
BM 02
X = 791567.250
Y = 9700567.650
Z = + 2.408 m
Jl.Ra
ya
Air
Sag
a

KOORDINAT
BM 01
X = 791618.000
Y = 9700491.000
Z = + 2.334 m

KONTUR DAN VEKTOR GELOMBANG


Tinggi Gelombang
Periode Gelombang
:
Arah Gelombang

Gambar 4.17

LAPORAN DRAFT FINAL

:
:
:

2.84 m
8.76 dt
Selatan

Kontur dan vector gelombang dari arah Selatan.

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-17

Bab 4

4.3

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Hidrolika

Perhitungan hidrolika menggunakan Formula Manning (1889) sebagai berikut:

V=

1 2 3 12
R S
n

Dimana:
V = Kecepatan rata-rata aliran (m/detik)
R = Radius Hidrolik (m)
S = Kemiringan Saluran.
n = Koefisien Manning
Tabel 4.7

Harga koefisien kekasaran Manning, n


Harga n

No.
1

Tipe Saluran dan Jenis Bahan


Minimum

Normal

Maximum

0,010
0,011

0,011
0,013

0,013
0,014

0,011
0,013

0,012
0,015

0,014
0,017

Tanah, lurus dan seragam


Bersih baru
Bersih telah melapuk
Berkerikil
Berumput pendek, sedikit tanaman pengganggu

0,016
0,018
0,022
0,022

0,018
0,022
0,025
0,027

0,020
0,025
0,030
0,033

Saluran alam
Bersih Iurus
Bersih, berkelok-kelok
Banyak tanaman pengganggu
Dataran banjir berumput pendek - tinggi
Saluran di belukar

0,025
0,033
0,050
0,025
0,035

0,030
0,040
0,070
0,030
0,050

0,033
0,045
0,080
0,035
0,070

Beton
Gorong-gorong Iurus dan bebas dari kotoran
Gorong-gorong dengan lengkungan dan sedikit
kotoran/gangguan
Beton dipoles
Saluran pembuang dengan bak kontrol

Sumber : Open Channel Hydraulics oleh Ven Te Chow

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-18

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Bentuk Peampang saluran rencana biasanya diambil 2 tipe:


1. Penampang Persegi
2. Penampang Trapesium dengan kemiringan, m = 1 atau 1,5.
Luas Penampang :

Aw = (B 2my '+ my ) y
Dimana :
Aw

= Luas Penampang Basah

= Lebar Saluran Bagian Atas.

= Kemiringan lereng saluran

= Elevasi muka air

= Elevasi muka air setelah ditambah freeboard.

Suatu sistem pembawa bisa terdiri saluran tertutup saluran tertutup (closed
conduits) atau terbuka bagian (open channels). Sungai, saluran irigasi, selokan,

estuari merupakan saluran terbuka, sedangkan terowongan, pipa, aquaduct,


gorong-gorong, dan siphon merupakan saluran tertutup.

Gambar 4.18

Jenis Aliran Permukaan (a), bebas pada saluran terbuka (b).

aliran permukaan bebas pada saluran tertutup (c). dan aliran tertekan atau dalam
pipa.
Untuk saluran drainase pada lokasi pekerjaan ini dipilih saluran terbuka dengan
bentuk penampang trapesium dan persegi.
Zat cair yang mengalir pada saluran terbuka mempunyai bidang kontak hanya pada
dinding dan dasar saluran. Saluran terbuka dapat berupa:
Saluran alamiah atau buatan, yang terdiri dari:
Galian tanah dengan atau tanpa lapisan penahan
Terbuat dari pipa, beton, batu, bata, atau material lain,

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-19

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

Dapat berbentuk persegi, segitiga, trapesium, lingkaran, tapal kuda, atau tidak
beraturan.
Bentuk-bentuk saluran terbuka, baik saluran buatan maupun alamiah, yang dapat
kita jumpai diperlihatkan pada Gambar 7.18 berikut.
Freeboard (Tinggi Jagaan).
Besarnya tinggi bisa diambil dari berbagai kriteria. Sebagian teknisi menghitung
dari persentase tinggi muka air. Untuk mencari besarnya tinggi jagaan pada
saluran drainase diambil acuan pada besarnya debit yang terjadi disaluran. Hargaharga tinggi jagaan berdasarkan debit saluran bisa dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4.8 Besarnya Tinggi Jagaan Berdasarkan Besarnya Debit Aliran.
Q (m3/det)

Tinggi Jagaan (m)

< 0,5

0,40

0,5 1,5

0,50

1,5 5,0

0,60

5,0 10,0

0,75

10,0 15,0

0,85

> 15,0

1,00

Gambar 4.19

LAPORAN DRAFT FINAL

Bentuk-bentuk potongan melintang saluran terbuka

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-20

Bab 4

4.1.1

Pengolahan dan Analisis Data

Klasifikasi Aliran

Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe tergantung


kriteria yang digunakan. Berdasarkan perubahan kedalaman dan kecepatan
mengikuti fungsi waktu, maka aliran dibedakan menjadi aliran permanen (steady)
dan tidak permanen (unsteady), sedangkan berdasarkan fungsi ruang, maka aliran
dibedakan menjadi aliran seragam (uniform) dan tidak seragam (non-uniform).
4.3.1.1

Bilangan Froude

Keadaan aliran pada saluran terbuka bisa dipengaruhi kecepatan aliran dan gaya
gravitasi. Gravitasi dapat dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan
aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis,
sedangkan jika kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, maka
alirannya disebut superkritis.
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah perbandingan
antara kecepatan dan gaya gravitasi, yang dinyatakan dengan bilangan Froude
(Fr). Bilangan Froude untuk saluran berbentuk persegi didefinisikan sebagai :

Fr =

V
g. y

Dimana:
V

= Kecepatan Aliran

= Percepatan Grafitasi

= Kedalaman aliran

Berdasarkan bilangan Froude, aliran dapat dibagi kedalam 3 jenis aliran, yaitu:
Aliran subkritis

Bilangan Froude < 1.

Aliran Kritis

Bilangan Froude = 1.

Superkritis

Bilangan Froude > 1.

Dan berikut ini adalah profil aliran subkritis dan juga aliran kritis pada saluran.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-21

Bab 4

Gambar 4.20

Pengolahan dan Analisis Data

Profil Aliran Subkritis

Gambar 4.21

Profil Aliran Kritis

Gambar 4.22

Profil Aliran Kritis

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-22

Bab 4

4.1.2

Pengolahan dan Analisis Data

Bilangan Reynold

Keadaan suatu aliran bisa juga dipengaruhi kekentalan. Jenis aliran yang
dipengaruhi keadaan ini dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
Aliran Laminar, terjadi apabila gaya kekentalan lebih besar daripada gaya
gravitasinya. Aliran laminar biasanya hanya terjadi pada saluran-saluran di
laboratorium.
Aliran Turbulen, terjadi apabila gaya gravitasi sangat dominant bila dibandingkan
dengan gaya kekentalannya.
Angka yang menentukan jenis aliran ini dikenal dengan Bilangan Reynold.

Re =

VL

Re = Bilangan Reynold
V

= Kecepatan aliran (meter/detik)

= Panjang karakteristik (m)

= Kekentalan kinematik (m2/det)

Jenis aliran menurut Angka Reynold :


Aliran laminar memiliki angka Reynold antara 0 sampai dengan 500.
Aliran peralihan memiliki antara 500 dengan 2000.
Aliran turbulen memiliki angka Reynold lebih besar dari 2000.

Jika dipadukan dengan keadaan jenis aliran berdasarkan pengaruh kecepatan dan
gravitasinya, maka akan dikenal 4 jenis keadaan aliran:
1. Aliran Laminar -Subkritis
2. Aliran Laminar -Superkritis
3. Aliran Turbulen-Subkritis
4. Aliran Turbulen -Superkritis

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-23

Bab 4

Gambar 4.23

Pengolahan dan Analisis Data

Empat jenis keadaan aliran pada saluran terbuka

Untuk saluran terbuka jenis aliran yang biasa terjadi adalah aliran turbulen. Aliran
laminer sangat jarang terjadi di saluran terbuka, walaupun ada hanya terjadi pada
saluran yang sangat dangkal dengan kecepatan yang sangat rendah.
Aliran yang perpaduan antara jenis subkritis dengan turbulen (Turbulen-Subkritis).

4.1.3

Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran pada suatu saluran harus dibatasi dan itu tergantung kepada
struktur bangunan saluran itu sendiri. Pada Tabel di bawah ini dikemukakan
besarnya kecepatan yang diizinkan untuk beberapa jenis saluran.
Tabel 4.9 Kecepatan aliran yang diizinkan berdasarkan jenis bahan saluran.
Jenis Bahan

Pasir Halus
Lempung Kepasiran
Lanau Alluvial
Kerikil Halus
Lempung Keras
Lempung Padat
Kerikil Kasar
Batu-batu Besar
Beton-beton Bertulang

LAPORAN DRAFT FINAL

Kecepatan (m/dtk)

0,45
0,50
0,60
0,75
0,75
1,10
1,20
1,50
1,50

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-24

Bab 4

4.2

Pengolahan dan Analisis Data

Pemodelan Matematik dengan Perangkat Lunak HEC-RAS

4.2.1

Umum

Untuk mendapatkan penyelesaian yang baik dari suatu masalah rekayasa air, baik
berupa masalah mekanika fluida, hidrolika ataupun hidrologi diperlukan suatu
model pendekatan yang dapat mewakili permasalahan yang sedang dihadapi
semirip mungkin. Model pendekatan ini dapat berupa model numerik/matematik
atau model fisik.
Pada pekerjaan ini digunakan model numerik untuk menyelesaikan permasalahan
hidrolik. Model matematik yang digunakan adalah model yang dikenal dengan HECRAS. Meski hasil outputnya tidak seakurat jika dibandingkan dengan menggunakan
model fisik tetapi model matematik memiliki keunggulan dalam hal penghematan
waktu, biaya dan tenaga.

4.2.2

Teori Dasar

Program HEC-RAS merupakan solusi numerik dari persamaan aliran tak-langgeng


satu dimensi untuk saluran terbuka baik alami ataupun buatan. Yang diturunkan
dari prinsip kekekalan energi dan kekekalan massa. Secara singkat berikut ini akan
diuraikan mengenai dasar teori yang digunakan dalam program HEC-RAS.
Persamaan momentum untuk aliran tak-langgeng:

Q
H (Qv ) g Q Q
+ gA
+
+ 2
= bw 2 cos( )
t
x
x
C AR
Persamaan kontinuitas untuk aliran tak-langgeng:

Q
H
+B
=0
x
t
Hubungan Q, v, dan A adalah sebagai berikut:

Q = vA

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-25

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

2
B

x
datum

Gambar 4.24

Persamaan momentum dan kontinuitas.

dimana :
t

= waktu

= jarak yang diukur pada as saluran

H(x,t) = elevasi permukaan air


v(x,t) = kecepatan rata-rata aliran air
Q(x,t) = debit
R(x,H) = jari-jari hidraulik
A(x,H) = luas aliran
b(x,H) = lebar aliran
B(x,H) = lebar tampungan aliran
g

= percepatan grafitasi

C(x,H) = koefisien De Chezy


w(t)

= kecepatan angin

(t)

= sudut arah angin terhadap utara

(t)

= sudut arah aliran terhadap utara

(x)

= koefisien konfersi angin

= faktor koreksi kecepatan untuk aliran tidak seragam

A
2
v y , z ) dydz
2 (
Q

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-26

Bab 4

4.2.3

Pengolahan dan Analisis Data

Input Data

Data-data yang di dapat dari kondisi fisik di Sungai Air Saga, Desa Air Saga,
Kabupaten Belitung:
Sistem aliran berupa sungai yang melewati areal bakau
Sungai terpengaruh oleh pasang surut.
Panjang

3.300 m.

Rata-rata lebar saluran

20 m.

Daerah Tangkapan Hujan

15,0 km2

Kemiringan talud

0,125 1,5

Kemiringan sungai

0,0001

Di Sebelah muara terdapat jembatan yang membentang dengan panjang

kurang lebih 80,0 m.


Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk menjalankan program HecRas diperlukan data-data input sebagai berikut ini:
Skema Jaringan Saluran.
Penampang Melintang Saluran.
Debit Aliran dan Kondisi Batas.
Data-data Bangunan Air.

Program HEC-RAS digunakan untuk mendapatkan perilaku hidrolis aliran tak


langgeng. Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi dengan program
HEC-RAS akan diuraikan berikut ini.
1. Skema Jaringan Saluran
Pada HEC-RAS, data untuk skema jaringan sungai atau saluran dimasukan
melalui modul Geometric Data. Pada modul ini kita memasukan sistem jaringan
dari saluran dimana kita bisa memasukan anak sungai atau saluran lain yang
masuk.
Skema Jaringan dapat dilihat pada Gambar 4.17 di bawah ini.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-27

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

JEMBATAN
29 30
32

28
31

27

HILIR

26

HULU

12 13
11

14
23

10

15

25
24

16
9
17
8

18

20
DAERAH
RAWAN
BANJIR
19

7
6.5
6
4
3
1

30 ofGeo-R
theGeo-R
33
efN
XS's
on
user
efNGeo-Ref
on
interpolated
are
entered
Geo-Ref
not Geo-Referenced
user
XSinterpolated
XS
entered XS XS)
(

Skema Sistem Jaringan Sungai Air Saga.

Gambar 4.25

2. Kondisi Batas
Kondisi batas bagian hulu berupa Debit banjir yang digunakan adalah Hidrograf
debit banjir Sungai Air Saga Metode Nakayasu dan Metoda SCS-1 dengan
periode ulang 10 tahnun (Q10).
50

Periode ulang 10 tahun

Periode ulang 10 tahun

30

Debit (m/dt)

40

20

10

0
0

10

15

20

Waktu (jam)

Gambar 4.26

Hidrograf banjir Sungai Air Saga Q10 dengan Metoda SCS.

Kondisi batas bagian hilir berupa pasang surut dengan grafik seperti yang
terlihat pada Gambar 4.27.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-28

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

3. Penampang Melintang Saluran


Setelah Geometri Data dimasukan kemudian kita memasukan data penampangpenampang melintang dari saluran yang sedang ditinjau melalui Modul Cross
Section Data seperti yang dapat dilihat pada Gambar 7.9 dan plot dari

penampang melintang tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.10. Gambar 7.11
menunjukan suatu skema jaringan sungai/saluran yang didalamnya tercakup
semua penampang melintang yang datanya sudah dimasukan.
Tabel 4.10
Potongan
1
2
3
4
5
6
6.5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Daftar Potongan Melintang.

Posisi Titik Tengah


Longitude
latitude
793020
9701365
792948
9701324
792892
9701284
792827
9701274
792775
9701287
792692
9701306

Panjang ke Arah Hilir


(m)
100
100
100
100
100
100

Keterangan
Muara/Hilir

Jembatan
792645
792627
792616
792645
792660
792634
792555
792461
792364
792331
792400
792365
792259
792193
792141
792088
792014
791927
791829
791774
791762
791728
791711
791701
791674
791594

LAPORAN DRAFT FINAL

9701284
9701232
9701132
9701041
9700971
9700944
9700947
9700922
9700895
9700821
9700738
9700628
9700654
9700722
9700814
9700902
9700965
9701014
9701018
9700991
9700956
9700861
9700762
9700661
9700572
9700523

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Hulu

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-29

Bab 4

AirSaga

Plan: Plan 04

River = Air Saga Reach = Muara


.02

Pengolahan dan Analisis Data

RS = 1 1

.01

.02

2.0

Legend
Ground
Bank Sta

1.5

Elevation (m)

1.0

0.5

0.0

-0.5

-1.0

-1.5

100

200

300

400

500

Station (m)

Penampang melintang Sungai Air Saga di Muara.

Gambar 4.27

.09

.08

.09

Legend
Ground
Bank Sta

E lev at ion (m )

-1

-2

50

100

150

200

250

300

Station (m)

Gambar 4.28

Penampang melintang Sungai Air Saga tepat di hilir Jembatan.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-30

Bab 4

.09

.08

Pengolahan dan Analisis Data

.09

Legend
Ground
Ineff

Bank Sta

Elevation (m)

-1

-2

50

100

150

200

250

300

Station (m)

Penampang melintang Sungai Air Saga tepat di hulu

Gambar 4.29

Jembatan.

AirSaga

Plan: Plan 04

River = Air Saga Reach = Muara


.02

RS = 33

33

.01

.02

Legend
Ground
Bank Sta

Elevation (m)

-1

-2

50

100

150

200

250

300

Station (m)

Gambar 4.30

Penampang melintang Sungai Air Saga di bagian hulu Sungai.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-31

Bab 4

AirSaga

Pengolahan dan Analisis Data

Plan: Plan 04

Air Saga Muara


2

Legend

JEMBATAN

WS PF 1
Ground
LOB
ROB

Elevation (m)

DAERAH
PEMUKIMAN
RAWAN
BANJIR

-1

-2

-3

-4

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Main Channel Distance (m)

Profil Muka Air Untuk Debit Banjir erioda Ulang 2 tahunan.

Gambar 4.31

AirSaga

Plan: Plan 04

Air Saga Muara


2

Legend

JEMBATAN

WS PF 2
Ground
LOB
ROB

Elevation (m)

DAERAH
PEMUKIMAN
RAWAN
BANJIR

-1

-2

-3

-4

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Main Channel Distance (m)

Profil Muka Air Untuk Debit Banjir erioda Ulang 5 tahunan.

Gambar 4.32

AirSaga

Plan: Plan 04

Air Saga Muara


2

Legend
WS PF 3

JEMBATAN

Ground
LOB
ROB

Elevation (m)

DAERAH
PEMUKIMAN
RAWAN
BANJIR

-1

-2

-3

-4

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Main Channel Distance (m)

Gambar 4.33

Profil Muka Air Untuk Debit Banjir Perioda Ulang 10 tahunan.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-32

Bab 4

AirSaga

Plan: Plan 04

River = Air Saga Reach = Muara


.02

Pengolahan dan Analisis Data

.01

RS = 1

.02

1.5

Legend
WS PF 5
WS PF 4
WS PF 3

1.0

WS PF 2
WS PF 1
Ground

Elevation (m)

0.5

Bank Sta

0.0

-0.5

-1.0

-1.5

100

200

300

400

500

600

Station (m)

Profil Muka Air di Muara Untuk Berbagai Perioda Ulang.

Gambar 4.34
.09

.08

.09

Legend
WS Q50
WS Q25

WS Q10
WS Q5
WS Q2

Ground

E levat ion (m)

Bank Sta

-1

-2

50

100

150

200

250

300

Station (m)

Gambar 4.35

Profil Muka Air di hilir jembatan Untuk Berbagai Perioda Ulang.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-33

Bab 4

.09

.08

Pengolahan dan Analisis Data

.09

Legend
WS Q50
WS Q25

WS Q10
WS Q5
WS Q2

Ground
Ineff

E levat ion (m)

Bank Sta

-1

-2

50

100

150

200

250

300

Station (m)

Profil Muka Air di hulu jembatan untuk berbagai Perioda

Gambar 4.36

Ulang.

AirSaga

Plan: Plan 04

River = Air Saga Reach = Muara


.02

RS = 33

33

.01

.02

Legend
WS PF 5
WS PF 4
WS PF 3

WS PF 2
WS PF 1
Ground

Elevation (m)

Bank Sta

-1

-2

50

100

150

200

250

300

Station (m)

Gambar 4.37

Profil Muka Air di hulu sungai untuk berbagai Perioda Ulang.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-34

Bab 4

AirSaga

Pengolahan dan Analisis Data

Plan: Plan 04

JEMBATAN

HULU

HILIR

DAERAH
PEMUKIMAN
RAWAN BANJIR

Gambar 4.38

LAPORAN DRAFT FINAL

Gambar Perspektif Sungai Air Saga.

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-35

Bab 4

Tabel 4.11
No. Potongan
33
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6.5
6
5
4
3
2
1

Elevasi Minimum Saluran


(m)
-1.83
-2.14
-1.84
-2.14
-1.94
-1.59
-2.04
-2.14
-3.34
-1.34
-1.97
-1.84
-1.37
-1.14
-2.84
-1.94
-1.64
-1.24
-1.34
-1.54
-1.74
-1.94
-2.44
-1.84
-1.87
-1.64
-2.24
Jembatan
-1.54
-1.13
-0.8
-1.16
-1.13
-1.18

LAPORAN DRAFT FINAL

Pengolahan dan Analisis Data

Tabulasi Output Simulasi dengan Hec-Ras.

Elevasi Muka Air


(m)
0.49
0.48
0.45
0.46
0.42
0.40
0.41
0.40
0.38
0.37
0.37
0.37
0.32
0.32
0.33
0.33
0.33
0.32
0.31
0.31
0.30
0.30
0.31
0.30
0.30
0.30
0.30

Elevasi Garis Energi


(m)
0.52
0.51
0.50
0.48
0.47
0.45
0.43
0.43
0.42
0.42
0.40
0.39
0.38
0.36
0.36
0.35
0.34
0.34
0.33
0.33
0.33
0.32
0.32
0.31
0.31
0.31
0.31

0.28
0.29
0.29
0.29
0.29
0.28

0.31
0.30
0.29
0.29
0.29
0.29

Kemiringan Garis Energi


(m/m)
0.000060
0.000055
0.000190
0.000056
0.000172
0.000305
0.000040
0.000040
0.000032
0.000114
0.000083
0.000050
0.000124
0.000091
0.000025
0.000055
0.000027
0.000060
0.000041
0.000033
0.000030
0.000022
0.000005
0.000009
0.000011
0.000013
0.000011

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

0.000051
0.000027
0.000032
0.000011
0.000010
0.000010

Kecepatan Air
(m/s)
0.76
0.80
1.06
0.74
1.04
0.96
0.69
0.69
0.88
0.94
0.85
0.70
1.13
0.88
0.77
0.67
0.54
0.68
0.61
0.72
0.77
0.64
0.32
0.46
0.50
0.45
0.48

Flow Area
(m2)
72.35
71.60
53.67
71.23
48.84
52.12
77.25
73.41
58.38
54.91
58.61
71.47
44.08
57.89
67.14
79.42
97.52
78.29
85.54
102.07
79.59
97.70
172.57
143.63
139.32
151.36
144.98

Lebar Saluran
(m)
137.19
129.80
130.09
116.96
101.74
127.89
118.78
77.36
91.77
107.48
64.48
72.43
42.74
90.01
45.61
150.67
175.51
150.31
167.44
139.53
89.65
114.81
142.81
141.93
170.91
178.59
177.38

Bilangan Froude

0.73
0.48
0.45
0.31
0.28
0.33

71.68
153.67
197.83
271.27
300.35
297.43

78.82
336.97
443.67
488.25
513.15
497.70

0.23
0.16
0.17
0.11
0.10
0.10

0.25
0.24
0.41
0.24
0.39
0.48
0.21
0.21
0.20
0.33
0.29
0.22
0.36
0.30
0.18
0.23
0.17
0.24
0.20
0.19
0.19
0.16
0.08
0.11
0.12
0.12
0.12

4-36

Bab 4

4.2.4

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

Dari uraian, analisis dan pemodelan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1.

Wilayah Pesisir Air Saga memiliki tipe pasang surut diurnal artinya dalam sehari
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan tinggi dan perioda yang
berbeda, dengan tunggang pasang 321,94 cm.

2.

Konsentrasi sedimen layang hasil pengambilan contoh sedimen di lokasi, yaitu


antara 0,090 0,280 gr/l.

3.

Sedimen dasar alur pelayaran, rata-rata adalah pasir.

4.

Kecepatan arus terbesar yang terjadi selama pengukuran adalah 0,37 m/dt.

5.

Arah angin dominan

berasal dari arah Tenggara sebesar 9,44% yang diikuti

arah angin dari Selatan sebesar 7.03%. Prosentase angin dengan kecepatan
15-20 knots berasal dari semua arah terutama dari arah Tenggara.
6.

Tinggi gelombang di Muara Air Saga relatif kecil, yaitu kurang dari 0,5m untuk
periode ulang gelombang 25 tahunan.

7.

Garis pantai eksisting menunjukkan adanya sedimentasi di Selatan Sungai Air


Saga (Desa Air Saga).

8.

Distribusi arus Sungai Air Saga relatif kecil, sedangkan sedimentasi dari arah
hilir relatif kecil juga.

9.

Konsultan mengajukan 4 alternatif yaitu Relokasi Penduduk, Talud, Normalisasi


Sungai, Parapet dan Revetment, dari ke-4 alternatif tersebut Konsultan
menyarankan Alternatif Talud berdasarkan hasil penilaian dan matrikulasi
alternatif ini mempunyai nilai tertinggi.

10. Panjang Sungai Air Saga = 3,00 km


11. Luas Daerah Tangkapan Hujan Sungai Air Saga = 15,0 km2
12. Kenaikan elevasi muka air membuat seluruh areal hutan bakau tergenang.
13. Elevasi Muka Air tertinggi dicapai pada saat Banjir, Pasang dan Gelombang
Barat.
14. Banjir yang terjadi pada pemukiman hanya terjadi di Desa Air Saga tepatnya di
daerah sekitar jembatan (sebelah selatan Sungai Air Saga).
15. Banjir di Desa Air Saga dapat diatasi dengan memasang tanggul.
16. Tanggul di pasang mulai dari Pot-6 sampai Pot-7 dgn panjang total kurang
lebih 240 m.
17. Elevasi Muka Air Banjir adalah + 1,9 m MSL.
18. Tanggul dipasang dengen elevasi puncak + 2,5 m MSL.
19. Dengan melihat profil memanjang Sungai Air Saga terjadi pendangkalan di
bagian hilir tepatnya sekitar 200 m ke arah laut dari jembatan.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-37

Bab 4

Pengolahan dan Analisis Data

20. Pada saat Elevasi Muka Air tertinggi tercapai, jembatan masih tetap aman.
21. Kemiringan rata-rata saluran = 0,00001.
22. Kecepatan aliran di Sungai Air Saga berkisar antara 0,10 sampai 0,7 m/det.
23. Kedalaman sungai di sebelah hulu jembatan pada saat banjir berkisar antara
1,0 sampai 1,8 m
24. Kedalaman sungai di sebelah hilir jembatan pada saat banjir berkisar antara
0,2 sampai 1,2 m.
25. Bilangan Froude berkisar antara 0,1 sampai 0,5 m/det berarti aliran bersifat
subkritis.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

4-38

Laporan Draft Final


Pekerjaan:

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Air Saga, Kabupaten Belitung

Bab

Alternatif Penanganan

Bab 5
Alternatif Penanganan
Studi Investigasi dan Desain
Pengendalian Banjir
Sungai Air Saga, KabupatenBelitung
5.1

Metodologi dan Pendekatan

5.1.1 Penyebab Banjir


Ada 3 faktor penting penyebab banjir di sungai:
a.

Kondisi alam yang bersifat natural

Geografi

Topografi

Geomorfologi alur sungai seperti ; kemiringan, meandering, penyempitan,


ambal alam dan sedimentasi

b.

Kegiatan manusia bersifat dinamis seperti ;


Pemanfaatan dataran banjir, tata ruang peruntukan lahan, pembabatan hutan

c.

Peristiwa alam bersifat dinamis seperti ;


Curah hujan, pasang surut, erosi tanah, amblas tanah, gempa bumi, gunung
meletus, pasang surut, tsunami dan pendangkalan

Pengendalian banjir termasuk bagian dari daya rusak air dalam pasal 51 UU No.7
tahun 2004, tentang SDA. Kegiatan - kegiatan pengendalian mencakup kegiatan
pencegahan, penanggulangan dan pemulihan. UU lebih mengutamakan kegiatan
pencegahan melalui perencanaan pengendalian banjir yang disusun terpadu dan
menyeluruh dalam pola pengelolaan Sumber Daya Air. Maka dalam studi ini
konsultan akan menjabarkan bentuk-bentuk kegiatan pengendalian banjir yang
mencakup keperluan pencegahan, penanggulan dan pemulihan banjir.
Sejalan dengan tujuan studi adalah Conference 12th of Rhine Ministers, Januari 22,
1998 di Rotterdam, Belanda. Perinsip Pencegahan Banjir secara umum adalah:
1. Air adalah bagian dari natural ecology atau ecologycal circle yang harus
diperhitungkan

dalam

LAPORAN DRAFT FINAL

penyusunan

tata

ruang,

land

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

use

dll.

5-1

Bab 5

Alternatif Penanganan

2. Air sedapat mungkin disimpan di catchment area dan disepanjang sungai


sebanyak-banyaknya.

Upayakan

daerah-daerah

sebagai

parkir

air

atau

retention areas baik dihulu, ditengah maupun dihilir dan perlambat turunya air
(run-off). Artinya selain menampung di waduk - waduk juga mempertahankan
situ - situ yang ada dan juga memperlambat run-off dilakukan dengan vegetasi
yaitu dengan menghutankan kembali serta mengatur tata ruang.
3. Biarkan sungai melebar secara alamiah sehingga run-off bisa diperlambat dan
tidak akan membahayakan. Ini artinya jangan mengganggu bantaran sungai
agar run-offnya dapat diperhitungkan sesuai dengan debit banjir yang memang
sudah diperhitungkan.
4. Sadar akan bahaya. Karena banjir itu bisa datang sewaktu-waktu. Peningkatan
kesadaran dan informasi dapat mengurangi bahaya akibat banjir dan resiko
yang akan ditimbulkan.
5. Integrasi kegiatan dalam catchment area, yaitu dengan mengikut sertakan
semua sektor terkait dalam pengelolaan daerah tangkapan air, karena ini
adalah kunci sukses dalam mengatasi atau penanganan terhadap masalah
banjir.
Kegiatan

pencegahan

adalah

kegiatan

sebelum

terjadi

banjir,

kegiatan

penanggulangan adalah melakukan mitigasi atau mengurangi daya rusak ketika


sedang terjadi banjir, sedangkan pemulihan adalah cara mengembalikan fungsi
sesuatu yang rusak akibat terjadi banjir (sesudah terjadi banjir).

5.1.2 Strategi Umum Mengurangi Kerugian Akibat Banjir


Strategi umum mencegah kerugian akibat banjir dapat dikelompokan menjadi 4
kategori yang harus dilakukan.

Pengaturan pada dataran banjir


a. Pengaturan pemanfaatan lahan
1.

pengaturan pengembangan

2.

pengaturan reklamasi lahan

b. Pengaturan elevasi lantai bangunan


c. Mengasuransikan setiap yang dibangun

Aktifitas bersifat tanggap darurat


a. Desiminasi atau penyuluhan tentang informasi banjir
b. Melawan banjir dengan persiapan bahan-bahan banjiran
c. Menangani tanda-tanda tentang evakuasi
d. Mempersiapkan satuan pengaman khusus banjir

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-2

Bab 5
e. Mempersiapkan

material

atau

bahan-bahan

yang

Alternatif Penanganan

dapat

meringankan

kerugian akibat banjir

Memperlambat jalannya aliran permukaan air


a. Konsevasi daerah hulu (upper)
1.

pengaturan pengembangan daerah hulu

2.

penghutanan kembali daerah gundul (daerah tanpa vegetasi)

b. Pembangunan resevoar / waduk


c. Menyimpan air pada cekungan rendah
d. Membuat fasilitas penampung air hujan

Merawat dan memperbaiki palun / badan sungai


a. Membuat tanggul dan dinding penangkis banjir
b. Menormalisasi profil aliran
c. Menbuat flood way atau membagi aliran
d. Membuat krib, bronjong, retaining wall
e. Pelurusan sungai / sodetan

Kegiatan strategi umum pengurangan kerusakan akibat banjir dapat dikelompokan


menjadi 2 cara yaitu :
a.

Secara Nonstruktur

b.

Secara Struktur

Sedangkan kapan dan dimana pengaturan tersebut diterapkan sesuai dengan


kondisi topografi ruas sungai dan pertimbangan teknik persungaian. Kondisi
topografi ruas sungai dapat diklasifikasikan 3 (tiga) bagian pokok sbb:

Upper atau bagian hulu biasanya kemiringan sungai lebih terjal, agak lurus,
tampang melintang berbetuk V, dengan palung dalam, kecepatan aliran tinggi,
tebing dan atau dasar sungai tergerus/tererosi

Middle atau daerah bagian tengah kemiringan agak landai, mulai berkelokkelok, gerusan tebing dan atau dasar sungai berkurang, mulai ada tumpukan /
endapan sedimen, kecepatan arus sedang

Lower atau bagian hilir sampai muara kelandaian relatif datar, banyak
berkelok-kelok, terbentuk meadering, sedimentasi tinggi, sering terbentuk
pulau-pulau pasir dari tumpukan / endapan sedimen.

5.1.3 Penanganan Pengendalian Banjir Non-struktur dan Struktur


Strategi umum pengurangan kerugian akibat banjir dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua) sistem penanganan yaitu secara :

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-3

Bab 5

Alternatif Penanganan

Nonstruktur / Nonfisik

Diantaranya kegiatan seperti :


a.

Mengatur daerah hulu (Upper Watershed Management)

b.

Peramalan banjir (Flood Forecasting System)

c.

Pengaturan Dataran Banjir (Floodplain Management)

d.

Pengaturan zone-zone tertentu (Flood Zoning System)

e.

Aktifitas yang bersifat tanggap darurat dll.

f.

Pembinaan dan penyuluhan

g.

Pengamanan, pengawasan antara lain tentang bantaran sungai

h. Pemasangan papan-papan pengumuman / larangan / peringatan

Struktur / dengan fisik

Diantaranya kegiatan seperti :


a.

Menyimpan air di daerah hulu (Bendungan/dam dan Reservoar)

b.

Flood way menghidarkan lokasi dari aliran sungai atau membagi volume air
ketempat lain, sehingga muka air dapat diturunkan

c.

Retention Basin, bagian daerah rendah / cekungan atau rawa-rawa di dalam


catchment area dijadikan tempat-tempat penyimpanan air.

d.

Pembuatan tanggul, berguna untuk menghalangi genangan banjir tidak meluas


di bantaran sungai

e.

Pembuatan tanggul

f.

Pembuatan tanggul, polder dan pompa biasanya di daerah muara sungai yang
relatif rendah seperti kota Jakarta.

g.

Pelurusan sungai / sodetan

h. Pembuatan krib, bronjong, retaining wall

5.1.4 Langkah Penyusunan Pola Pengendalian Banjir Sungai Prioritas


1.

Pengumpulan data teknis dan non teknis, peta dan informasi

2.

Identifikasi permasalahan banjir


a. Topografi, Morfologi sungai dan bentuk DAS sungai
b. Tutupan lahan (land cover) catchment area (data hutan, perkebunan dan
lain-lain)
c. Historis Penyebab banjir
d. Data peil muka air dan debit sungai
e. Data hujan
f. Data banjir
g. Kinerja masyarakat dalam antisipasi bahaya banjir
h. Latar belakang kehidupan sosial, ekonomi dan budaya msyarakat

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-4

Bab 5

Alternatif Penanganan

i. Pertumbuhan penduduk
j. Faktor-fakror dominan penyebab banjir
k. Geologi dan pemanfaatan lahan
l. Kondisi hidrologi dan klimatogi
m. Kondisi Oceonografi muara sungai
n. Catatan kejadian, intensitas dan kecendrungan terjadi banjir
o. Macam / jenis lahan yang tergenang banjir
p. Kencendrungan perluasan pemukiman dan faktor penggerak / pemicu yang
dominan perluasan
q. Kebijakan-kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan kepedulian dalam
hal antisipasi bahaya banjir
r. Tingkat keberhasilan usaha yang dilakukan Pemerintah
s. Tingkat kecendrungan besarnya kerugian akibat bahaya banjir
t. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya banjir
u. dan lain-lain
Pengumpulan data diatas menjadi dasar-dasar masukan untuk membuat Analisis
permasalahan dan membuat solusi pola pengendalian banjir yang terdiri dari 3 hal
yaitu pencegahan, penanggulangan, pengendalian.

5.1.5 Analisa dan Evaluasi


a.

Perhitungan debit banjir

b.

Analisis angkutan sedimen dan erosi lahan

c.

Analisis pengaruh pasang surut

d.

Analisis topografi daerah genangan

e.

Evaluasi daerah genanangan

f.

Evaluasi kondisi badan sungai

g.

Evaluasi kondisi lahan DAS

Alternatif bentuk penanganan pengendalian banjir ditinjau dari:


a.

Kondisi topografi, morfologi, hidrologi, klimatogi, geologi, sedimentasi, erosi,


pemanfaatan lahan dan kondisi hutan

b.

Sosial, Ekonomi dan budaya

c.

Teknis pengendalian banjir

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-5

Bab 5

Alternatif Penanganan

5.1.6 Pemilihan Alternatif


Pemilihan alternatif penanganan mengacu pada UU No.7 tahun 2004, tentang SDA
yaitu berupaya membuat keseimbangan hulu dan hilir sungai, serta pertimbangan
non teknis seperti budaya masyarakat yang selama ini telah harmonis dengan alam
tempat tinggalnya. Hanya kemungkinan ada hal-hal yang menyimpang dari tingkah
laku masyarakat memanfaakan alam yang perlu dibetulkan seperti membakar
hutan untuk peladangan, berkebun dilereng yang terjal, perlu disosialisasikan
tentang dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh kebiasaanya selama ini.
Alternatif penanganan pengendalian banjir dikelompokan sebagai berikut :

Secara Nonstruktur / Non-fisik

Secara Struktur / Fisik

Bentuk-bentuk kegiatan yang tergolong non-fisik/non-struktur dan sebaliknya yang


tergolong fisik/struktur telah diuraikan diatas. Pengalaman yang panjang haruslah
menjadi pelajaran bagi pengambil keputusan, terutama pengalaman di Pulau Jawa.
Biaya untuk membenahi alam telah menjadi sangat besar terutama akibat
perencanaan pemenfaatan lahan yang tidak memperhatikan daya dukung alam
serta lingkungan lainya, amanat UU No. 7 tahun 2004 tentang SDA, yang baru
disyahkan cukup memadai memperhatikan atau peduli terhadap kondisi alam,
maka harus segera disosialisaikan, agar tidak terlambat berpacu dengan bencana
terutama pengaturan tentang tata ruang yang mengacu pada natural sistem.

5.1.7 Pemilihan Alternatif


Pemilihan alternatif penanganan mengacu pada UU No.7 tahun 2004, tentang SDA
yaitu berupaya membuat keseimbangan hulu dan hilir sungai, serta pertimbangan
non teknis seperti budaya masyarakat yang selama ini telah hormonis dengan alam
tempat tinggalnya. Hanya kemungkinan ada hal-hal yang menyimpang dari tingkah
laku masyarakat memanfaakan alam yang perlu dibetulkan seperti membakar
hutan untuk peladangan, berkebun dilereng yang terjal, perlu disosialisasikan
tentang dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh kebiasaanya selama ini.
Alternatif penanganan pengendalian banjir dikelompokan sebagai berikut :
Secara Nonstruktur / Non-fisik.
Secara Struktur / fisik.
Bentuk-bentuk kegiatan yang tergolong non-fisik/non-struktur dan sebaliknya yang
tergolong fisik/struktur telah diuraikan diatas. Pengalaman yang panjang haruslah
menjadi pelajaran bagi pengambil keputusan, terutama pengalaman di Pulau Jawa.
Biaya untuk membenahi alam telah menjadi sangat besar terutama akibat

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-6

Bab 5

Alternatif Penanganan

perencanaan pemenfaatan lahan yang tidak memperhatikan daya dukung alam


serta lingkungan lainya, amanat UU No. 7 tahun 2004 tentang SDA, yang baru
disyahkan cukup memadai memperhatikan atau peduli terhadap kondisi alam,
maka harus segera disosialisaikan, agar tidak terlambat berpacu dengan bencana
terutama pengaturan tentang tata ruang yang mengacu pada natural sistem.

5.2

Jenis-jenis Alternatif Penanganan

Konsultan mengusulkan beberapa alternative pananganan yang akan dibahas pada


bab ini, yaitu:

A. Alternatif-1: Relokasi Penduduk


Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan warga setempat, jumlah penduduk
yang

mengalami

banjir

kurang

dari

10

kepala

keluarga.

Sehingga

untuk

memudahkan penanganan dilakukan relokasi penduduk ke tempat yang lebih


tinggi.
Keuntungan dari alternative ini adalah lebih praktis tanpa harus ada konstruksi,
biaya relative murah dan penduduk dijamin terhindar dari banjir.
Kekurangan dari alternative ini adalah belum tentu semua penduduk mau untuk
dipindahkan, warga harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan terkesan tidak
ada pembangunan di lokasi.

B. Alternatif-2: Tanggul
Salah satu upaya paling sederhana untuk menghindari terjadinya banjir akibat
luapan air sungai pada suatu daerah adalah dengan menaikkan tinggi tebing sungai
alami/eksisting yang akan memperbesar kapasitas pengaliran. Hal ini dapat
dilakukan dengan membangun tanggul di sepanjang kedua sisi sungai.
Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah, karena tanggul
merupakan bangunan menerus yang sangat penting serta membutuhkan bahan
urugan yang volumenya sangat besar. Bahan tanah biasanya diperoleh dari hasil
galian di kanan kiri trase rencana tanggul atau dapat diperoleh dari hasil pekerjaan
normalisasi
dilaksanakan

sungai,

berupa

bersamaan

galian

dengan

pelebaran
pembangunan

alur

sungai,

tanggul.

yang

Selain

biasanya
itu

tanah

merupakan bahan yang sangat mudah penggarapannya dan setelah menjadi


tanggul sangat mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang
tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-7

Bab 5

Alternatif Penanganan

dikerjakan. Selanjutnya tanah merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan
tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Apabila di beberapa
tempat

terjadi

kerusakan

tanggul,

perbaikannya

sangat

mudah

dan

cepat

menggunakan tanah yang tersedia di sekitar lokasi kerusakan.

C. Pengerukan dan Pemasangan Jetty


Pengerukan ini dilakukan terhadap sedimen yang menumpuk di muara Sungai Air
Saga hanya untuk memperdalam sungai tanpa adanya pekerjaan normalisasi sungai.
Sedimen terkumpul di muara sungai karena adanya arus sejajar pantai.
Jetty adalah bangunan pengarah aliran (training jetty), terutama pada mulut sungai
yang bermuara di pantai, fungsinya selain mengurangi laju angkutan sedimen sejajar
pantai, juga untuk menormalisasi muara sungai. Struktur yang panjang ini ditempatkan
menjorok dari pantai ke arah laut lepas. Material pokok dari konstruksi jetty adalah
batuan, beton, baja dan kayu. Aspal kadang-kadang digunakan sebagai bahan
pengikat.

5.3

Pemilihan Alternatif

Dari ketiga alternative di atas maka akan dibuat criteria pemilihan alternative untuk
memperoleh yang paling efektif. Kriteria pemilihannya adalah sebagai berikut.
Untuk hasil penilaian berdasarkan criteria di atas adalah sebagai berikut.

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-8

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

Kemampuan menahan sedimentasi dan banjir

Operasi dan Pemeliharaan

*) Skala Bobot:
3 : Sangat Penting
2 : Penting
1 : Cukup Penting

Aspek Sosial

JUMLAH

Kemudahan Pelaksanaan

Biaya Pelaksanaan

Aspek yang Ditinjau

No.

100

10

20

20

20

30

Bobot

Alternatif 3

Tidak akan menimbulkan efek terhadap aspek


sosial

Tidak akan menimbulkan efek terhadap aspek


Dilihat dari aspek sosial akan sangat berat
konsekuensinya karena pemindahan bukan hanya sosial
memindahkan tanah dan rumah saja tetapi harus
diperhatikan aspek keberlanjutannya

Tidak ada unsur kegiatan pemeliharaan dan


perbaikan

Pemeliharaan meliputi perbaikan tanggul yang


rusak sedangkan operasional meliputi kegiatan
mengoperasikan pompa

Hanya akan ada kegiatan pemeliharaan terhadap


jetty yang rusak

Sedimentasi dan banjir akan terus terjadi di lokasi Sedimentasi dan banjir akan terus terjadi di lokasi Kegiatan pengerukan dan konstruksi jetty bisa
karena tidak ada penanganan secara fisik
karena bangunan yang dikonstruksi bukan
menahan sedimentasi dan banjir karena jalan air
bertujuan untuk menahan sedimentasi dan banjir dibuat lebih lancar dan sedimen tidak akan
berkumpul lagi di mulut muara

Secara konstruksi akan lebih mudah


dilaksanakan

Biaya pengerukan berkisar antara 30 ribu per m3


sehingga biaya pengerukan saja 1.35 Milliyar,
sedangkan biaya jetty dari urugan batu 200 ribu
per m3, sehingga biaya konstruksi jetty adalah 1.0
Milliyar, sehingga total biaya 2.35 milliyar

Pengerukan 45000 m3 + Jetty Pengarah Arus


400 m

Pelaksanaan akan lebih sulit karena harus terlebih Secara konstruksi akan lebih mudah
dahulu menemukan lokasi pemindahan yang
dilaksanakan
sesuai dengan keinginan penduduk yang
dipindahkan

Biaya konstruksi tanggul pasangan batu berkisar


antara 300 ribu - 400 ribu per m3, sehingga total
konstruksi tanggul adalah 720 juta, sedangkan
biaya pengadaan 1 set pompa adalah 300 juta,
total biaya adalah 1.02 milliyar

Tanggul Pasangan Batu 240 m

Relokasi Penduduk 30 KK
Total luas tanah yang harus diganti 3000 m2
sehingga harus ada penggantian senilai 450 juta,
sedangkan untuk bangunan harus ada
penggantian sebesar 900 juta, sehingga total
biaya adalah 1.35 Milliyar

Jenis Alternatif
Alternatif 2

Kriteria Pemilihan Alternatif

Alternatif 1

Tabel 5.1

Bab 5
Alternatif Penanganan

5-9

LAPORAN DRAFT FINAL

100

Kemampuan menahan sedimentasi dan banjir

Operasi dan Pemeliharaan

JUMLAH

*) Skala Nilai:
3 : Sangat Baik
2 : Baik
1 : Kurang

10

Aspek Sosial

3
20

20

20

Kemudahan Pelaksanaan

30

Bobot

Biaya Pelaksanaan

Aspek yang ditinjau

Alternatif 2

180

30

20

20

20

90

240

20

40

60

60

60

220

10

60

60

60

30

Alternatif 3
Pengerukan 45000 m3 +
Relokasi Penduduk 30 Tanggul Pasangan Batu
Jetty Pengarah Arus 400
KK
240 KM
m
Nilai x
Nilai x
Nilai x
Nilai
Nilai
Nilai
bobot
bobot
bobot

Alternatif 1

Hasil Penilaian Pemilihan Alternatif

No.

Tabel 5.2

Bab 5
Alternatif Penanganan

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-10

Bab 5

Alternatif Penanganan

Dari hasil matrikulasi pemilihan alternative di atas, alternative-2 mempunyai nilai


lebih besar daripada 2 alternatif lainnya, sehingga konsultan menyarankan adanya
bangunan Pembangunan Tanggul di lokasi Desa Air Saga dekat jembatan.
Tanggul terbuat dari pasangan batu kali dengan di lining beton setebal 10 cm.
untuk menghindari terjadinya genangan akibat munculnya air dari arah darat/
pemukiman penduduk maka tanggul ini akan dipasang saluran drainase dengan
dilengkapi pintu air di bagian pengeluarannya.

+ 2,50 m

0.40
Lining Beton 10 cm

Pasangan Batu Kali 1:3

Muka Air Banjir

1.00

0.50

0.85

el = +1,90 m

2.50

Kayu Dolken 15cm

0.50

Gambar 5.1

Tipikal tanggul yang direncanakan untuk menanggulangi banjir

LAPORAN DRAFT FINAL

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

5-11

Laporan Draft Final


Pekerjaan:

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Air Saga, Kabupaten Belitung

Bab

Rencana Anggaran Biaya

Bab 6
Rencana Anggaran Biaya
Studi Investigasi dan Desain
Pengendalian Banjir
Sungai Air Saga, KabupatenBelitung

RENCANA ANGGARAN BIAYA


PEMBUATAN TANGGUL SUNGAI AIR SAGA

NO.

URAIAN PEKERJAAN

I.
1
2
3
4
5

PEKERJAAN PERSIAPAN
2
Direksi keet ukuran 4 x 6 = 24 m
Los Kerja / Gudang
Papan Nama Proyek
Dokumentasi Proyek
Biaya Koordinasi

VOLUME
24.00
20.00
1.00
3.00
8.00

m
2
m
buah
set
kali

HRG SATUAN
(Rp.)
296,425.00
181,113.00
209,398.00
143,100.00
452,500.00
SUB TOTAL I

II.
1
2
3
4
5
6
7
8

PEKERJAAN TANGGUL
2
Pengukuran Ulang
3500.00 m
Pemasangan bouwplang
2.00 m'
Cerucuk dolken D10 4 m per 50 cm3500.00 btg
3
Pasangan Batu 1 : 3
3,073.00 m
2
Plesteran
910.00 m
Galian tanah
700.00 m3
Saluran Drainase
45.50 m3
Pintu Air
3.00 ls

7,114,200.00
3,622,260.00
209,398.00
429,300.00
3,620,000.00
Rp

14,995,158.00

1,056.00
11,020.00
20,112.00
219,990.00
17,908.00
17,007.00
197,991.00
20,000,000.00

3,696,000.00
22,040.00
70,392,000.00
676,029,270.00
16,296,280.00
11,904,900.00
9,008,590.50
60,000,000.00

SUB TOTAL II

Rp 847,349,080.50

TOTAL I + II

Rp 862,344,238.50

PPN 10 %
TOTAL

Terbilang:

HARGA
(Rp.)

Rp

86,234,423.85

Rp 948,578,662.00

Sembilan Ratus Empat Puluh Delapan Juta Lima Ratus Tujuh Puluh
Delapan Ribu Enam Ratus Enam Puluh Dua Rupiah.

Laporan Draft Final


Pekerjaan:

Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir


Sungai Air Saga, Kabupaten Belitung

Bab

Kesimpulan

Studi Investigasi dan Desain


Pengendalian Banjir
Sungai Air Saga, KabupatenBelitung

Bab 7
Kesimpulan

Kesimpulan Akhir yang dapat diambil dari pekerjaan Survey Investigasi dan Desain
Pengendalian Banjir Sungai Air Saga di Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka
Belitung adalaha sebagai berikut :
1.

Wilayah Pesisir Air Saga memiliki tipe pasang surut diurnal artinya dalam sehari
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan tinggi dan perioda yang
berbeda, dengan tunggang pasang 321,94 cm.

2.

Konsentrasi sedimen layang hasil pengambilan contoh sedimen di lokasi, yaitu


antara 0,090 0,280 gr/l.

3.

Sedimen dasar alur pelayaran, rata-rata adalah pasir.

4.

Kecepatan arus terbesar yang terjadi selama pengukuran adalah 0,37 m/dt.

5.

Arah angin dominan

berasal dari arah Tenggara sebesar 9,44% yang diikuti

arah angin dari Selatan sebesar 7.03%. Prosentase angin dengan kecepatan
15-20 knots berasal dari semua arah terutama dari arah Tenggara.
6.

Tinggi gelombang di Muara Air Saga relatif kecil, yaitu kurang dari 0,5 m untuk
periode ulang gelombang 25 tahunan.

7.

Garis pantai eksisting menunjukkan adanya sedimentasi di Selatan Sungai Air


Saga (Desa Air Saga).

8.

Distribusi arus Sungai Air Saga relatif kecil, sedangkan sedimentasi dari arah
hilir relatif kecil juga.

9.

Konsultan mengajukan 4 alternatif yaitu Relokasi Penduduk, Talud, Normalisasi


Sungai, Parapet dan Revetment, dari ke-4 alternatif tersebut Konsultan
menyarankan Alternatif Talud berdasarkan hasil penilaian dan matrikulasi
alternatif ini mempunyai nilai tertinggi.

10. Panjang Sungai Air Saga = 3,30 km


11. Luas Daerah Tangkapan Hujan Sungai Air Saga = 15,0 km2
12. Kenaikan elevasi muka air membuat seluruh areal hutan bakau tergenang.
13. Elevasi Muka Air tertinggi dicapai pada saat Banjir, Pasang dan Gelombang
Barat.
14. Banjir yang terjadi pada pemukiman hanya terjadi di Desa Air Saga tepatnya di
daerah sekitar jembatan (sebelah selatan Sungai Air Saga).

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

7-1

Bab 7

Kesimpulan

15. Dengan melihat profil memanjang Sungai Air Saga terjadi pendangkalan di
bagian hilir tepatnya sekitar 200 m ke arah laut dari jembatan.
16. Pada saat Elevasi Muka Air tertinggi tercapai, jembatan masih tetap aman.
17. Kemiringan rata-rata saluran = 0,00001.
18. Kecepatan aliran di Sungai Air Saga berkisar antara 0,10 sampai 0,7 m/det.
19. Kedalaman sungai di sebelah hulu jembatan pada saat banjir berkisar antara
1,0 sampai 1,8 m
20. Kedalaman sungai di sebelah hilir jembatan pada saat banjir berkisar antara
0,2 sampai 1,2 m.
21. Bilangan Froude berkisar antara 0,1 sampai 0,5 m/det berarti aliran bersifat
subkritis.
22. Terdapat sekitar 30 KK yang mengalamai banjir di sekitar Sungai Air Saga.
23. Banjir di Desa Air Saga dapat diatasi dengan memasang tanggul.
24. Tanggul di pasang mulai dari Pot-6 sampai Pot-7 dgn panjang total kurang
lebih 240 m.
25. Elevasi Muka Air Banjir adalah + 1,9 m MSL.
26. Tanggul dipasang dengen elevasi puncak + 2,5 m MSL.
27. Biaya untuk pembangunan tanggul adalah Sembilan Ratus Empat Puluh
Delapan Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Delapan Ribu Enam Ratus Enam Puluh
Dua Rupiah.

LAPORAN DRAFT FINAL Studi Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Air Saga Kabupaten Belitung

7-2

Anda mungkin juga menyukai