Anda di halaman 1dari 129

KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA


Yogyakarta, 5-6 September 2019

SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12

EDITOR

Fahmi Hakim, S.T., M.Sc.RWTH


Tim Seminar Nasional Kebumian ke-12

REVIEWER
Nugroho Imam Setiawan, S.T., M.T., D.Sc. Ir. Anastasia Dewi Titisari, M.T., Ph.D.

Dr. Akmaluddin, S.T. M.T. Dr. Agung Setianto, S.T., M.Si.

Fahmi Hakim, S.T., M.Sc.RWTH Dr. Didit Hadi Barianto, S.T., M.Si.

Dr. Wahyu Wilopo, S.T., M.Eng. Salahuddin Husein, S.T., M.Sc., Ph.D.

Dr. Sugeng Sapto Surjono, S.T., M.T. Dr. Ferian Anggara, S.T., M.Eng.

Gayatri Indah Marliyani, S.T., M.Sc., Ph.D. Dr. Haryo Edi Wibowo, S.T., M.Sc.

Indra Arifianto, S.T., M.Eng. Moch. Indra Novian, S.T., M.Eng.

I Gde Budi Indrawan, S.T., M.Eng., Ph.D. Dr. Ir. I Wayan Warmada

Dr. Agung Harijoko, S.T., M.Eng. Dr. Wawan Budianta, S.T., M.Sc.

Saptono Budi Samodra, S.T., M.Sc. Dr. Donatus Hendra Amijaya, S.T., M.T.

Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D. Agus Hendratno, S.T., M.T.

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
YOGYAKARTA, SEPTEMBER 2019
Jl. Grafika 2, UGM, Yogyakarta 55281
ISSN : 2477-0248

ii
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

SAMBUTAN KETUA DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

Seminar Nasional Kebumian ke-12 merupakan salah satu rangkaian acara Geoweek 2019
yang dilaksanakan di Hotel Alana pada tanggal 5-6 September 2019. Pada tahun ini
Seminar Nasional Kebumian mengangkat tema Peran Ilmu Kebumian dalam
Pengembangan Geowisata, Geokonservasi, dan Geoheritage & Memperingati 35 Tahun
Stasiun Lapangan Geologi “Prof. R. Soeroso Notohadiprawiro”, Bayat, Klaten.

Kegiatan ini kami harapkan dapat menjadi wadah bagi para ahli kebumian, pemerintah
khususnya dalam bidang ilmu kebumian dan penanganan bencana geologi serta pihak
industri dan masyarakat untuk saling berinteraksi dan membangun kerjasama dalam hal
mitigasi maupun penanganan bencana geologi di Indonesia.

Seminar Nasional Kebumian pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008 yang
mempunyai tujuan utama adalah untuk :

a. Menghimpun hasil penelitian bidang kebumian terbaru dari berbagai institusi, baik
institusi Pendidikan maupun lembaga penelitian kebumian nasional.

b. Diseminasi tahunan hasil penelitian di lingkup Departemen Teknik Geologi FT UGM,


baik hasil penelitian dosen maupun mahasiswa.

Dalam seminar kebumian nasional kali ini terdapat 102 abstrak yang terpilih untuk
dipresentasikan baik oral maupun poster dari total 429 abstrak yang telah diterima oleh
panitia. Makalah ilmiah yang akan dipresentasikan terbagi menjadi 11 kategori topik
bidang kebumian, yaitu (1) Engineering Geology and Hydrogeology; (2) Environmental Geology
and Geohazard Mitigation; (3) Geology of Bayat and Surrounding Area; (4) Geology of Oil & Gas
and Coal Geology; (5) Geophysics and Seismology; (6) Geotourism and Education Geology; (7)
Mineralogy, Petrology, and Economic Mineral Resources; (8) Sedimentology, Stratigraphy, and
Paleontology; (9) Structural Geology, Geomorphology and Tectonic; (10) Unconventional Energy,
Resources, and Technology; and (11) Vulcanology and Geothermal.

Atas nama Departemen Teknik Geologi FT-UGM, kami menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan kepada seluruh peneliti yang telah menyumbang makalahnya, para
eksibitor, sponsor yang telah memberikan bantuan, serta peserta dan tamu undangan yang
telah berkenan hadir dalam acara ini. Demikian juga ucapan terima kasih kepada rekan-
rekan panitia, baik staf dosen dan tendik maupun mahasiswa Departemen Teknik Geologi
FT-UGM atas kerja kerasnya, sehingga seluruh rangkaian acara ini dapat terlaksana dengan
lancar. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Yogyakarta, September 2019

Ketua Departemen Teknik Geologi FT-UGM

Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana

iii
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

SAMBUTAN KETUA GEOWEEK 2019

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga kami dapat menyelenggarakan
Seminar Nasional Kebumian ke-12 yang dilaksanakan pada tanggal 5-6 September 2019 di
Hotel Alana, Yogyakarta.

Kegiatan Seminar Nasional Kebumian (Semnas) merupakan salah satu pertemuan ilmiah
rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada yang dimulai pertama kali pada tahun 2008. Seminar Nasional
Kebumian ke-12 kali ini mengangkat tema Peran Ilmu Kebumian dalam Pengembangan
Geowisata, Geokonservasi, dan Geoheritage & Memperingati 35 Tahun Stasiun
Lapangan Geologi “Prof. R. Soeroso Notohadiprawiro”, Bayat, Klaten.

Pada tahun ini, kegiatan Seminar Nasional Kebumian ke-12 juga merupakan salah satu
acara yang termasuk dalam rangkaian acara besarbernama Geoweek 2019 yang
dilaksanakan pada tanggal 1-7 September 2019. Geoweek 2019 ini merupakan acara rutin
tahunan yang dimulai sejak tahun 2015, kerjasama antara Departemen Teknik Geologi dan
Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG). Rangkaian kegiatan Geoweek 2019 yang
bertemakan Connecting Geoscience for the Future ini dimulai dengan kegiatan
“Entrepreneur Talk” pada yang dilaksanakan di Jogja Expo Center (JEC) pada tanggal 1
September 2019, kegiatan “Lomba Cerdas Cermat Kebumian 2019” untuk siswa
SMA/Sederajat yang dilaksanakan di UGM pada tanggal 2-3 September 2019, kegiatan
Seminar Nasional Kebumian ke-12 pada tanggal 5-6 September 2019, dan ditutup oleh
kegiatan Professional Fieldtrip di Bayat, Klaten pada tanggal 7 September 2019.

Atas nama panitia Geoweek 2019 dan juga koordinator Seminar Nasional Kebumian ke-12,
kami menyampaikan terimakasih kepada Departemen Teknik Geologi FT-UGM yang telah
mendukung acara ini, dan juga kepada rekan-rekan panitia baik dari staf Departemen
Teknik Geologi maupun dari mahasiswa Teknik Geologi UGM yang tergabung dalam
HMTG FT-UGM. Ucapan terimakasih tak lupa kami haturkan kepada pihak-pihak
sponsorship dari berbagai institusi dan perusahaan yang telah mendukung seluruh
rangkaian kegiatan Geoweek 2019 sehingga dapat berjalan dengan lancar.

Akhir kata, semoga kegiatan Seminar Nasional Kebumian ke-12 dan juga seluruh kegiatan
Geoweek 2019 ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Yogyakarta, September 2019

Ketua Pelaksana

Nugroho Imam Setiawan, S.T.,M.T., D.Sc.


Fahmi Hakim, S.T., M.Sc.RWTH

iv
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12

Hari Pertama (Kamis, 5 September 2019)

07.30 – 08.30 : Registrasi


08.30 – 08.45 : Pembukaan
08.45– 09.00 : Hiburan
09.00– 09.30 : Sambutan
09.30 – 09.45 : Coffe Break dan Pameran Poster
09.45 – 10.00 : Keynote speech
10.00– 11.45 : Panel discussion
11.45 – 12.00 : Sesi Foto
12.00 – 13.00 : Ishoma
13.00 – 13.30 : Presentasi Poster
13.30 – 15.00 : Sesi Paralel 1 Presentasi Oral
15.00 – 15.30 : Coffee Break
15.30 – 17.00 : Sesi Paralel 2 Presentasi Oral

Hari Kedua (Jum’at, 6 September 2019)

Jadwal Utama (Ruang 1 – 4)

07.30 – 08.30 : Registrasi


08.30 – 10.00 : Sesi Paralel 3 Presentasi Oral
10.00 – 10.15 : Coffe Break
10.15 – 11.45 : Sesi Paralel 4 Presentasi Oral
11.45 – 13.00 : Ishoma
13.00 – 13.30 : Sesi presentasi Poster
13.30 – 15.00 : Sesi Paralel 5 Presentasi Oral
15.00 – 15.30 : Coffee Break, Istirahat, Solat
15.30 – 15.45 : Hiburan
15.45 – 16.00 : Pengumuman dan Pembagian Hadiah
16.00 – 16.30 : Penutupan

Jadwal Hall Utama

07.30 – 08.30 : Registrasi


08.30 – 09.20 : Sesi Paralel 3 Presentasi Oral
09.45 – 11.45 : Workshop:"E‐Coaching Jam Real‐life Experience di Dunia
Pertambangan oleh Agincourt Resources MartabeGold Mine"
11.45 – dst : Kembali ke Jadwal Umum

v
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

DAFTAR PANITIA SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12

Penasihat : Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana


Ketua Panitia : Nugroho Imam Setiawan, S.T., M.T., D.Sc.
Wakil Ketua Panitia : Fahmi Hakim, S.T., M.Sc.RWTH
Panitia Departemen : Antonius Chandra Widihermawan, A.Md.
Muslikhah Kurniawati, S.E.
Suci Dandi Pertiwi, S.Fil.
Wita Dyaswati, A.Md.
Monika Anggraeni Pamungkassari, A.Md.
Koord. Panitia Mahasiswa : Fauzi Setyadi
Sekretaris 1 : Laila Dzaikra H.
Sekretaris 2 : Kamila Nuril Izza
Bendahara 1 : Alya Safitri
Bendahara 2 : Fenta Dhia Ayu P.
Tim Seminar Nasional : Satriya Maulana
Afra Ghaida F.
Aprilia Damayanti
Berliana Nur Indah
Fatima Azzahra A.
Febiolla Aulia M. Y.
Habil Abdillah
Hariro Zahra
Kuni Sholikah
Luthfi Aryani
Melchior Raka D.
M. Rifqi Naufal
M. Satria Danuningrat
Meiliawati Nurbaiti
Rachmat Adi Susilo
Rafi Hidayat
Sherinna Mega Cahyani
Shola Aulia W.
Taufik Adi Raharjo
T. Amrul Mahdi
Tsabita Hanun M.
Divisi Humas Perizinan : Jafar Muhammad Arief
Rizka Dwi Desiana
Presidita Putri
Bryan Gray Edghard B.
Divisi Sponsorship : Aulia Agus Patria
Arsha Maulana
Iqbal
Risky Tri Nurani
Krisna Indra
Aldi Hendra H.
Divisi Media Partner : Ayu Dwi Hardiyanti
M. Feby Eka N.
Baiquni Rachmansyah
vi
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

Divisi Publikasi : Afghan Bagas I.


Rocky Tirajean S.
Bunga Fitri Sartika
Dina Mustika S.
Divisi Dokumentasi : Irvan F. Lubis
Pieter Chandra A. W.
Divisi Desain : Bagus W.
M. Iqbal Syah N.
Ghiffary Riza R.
Vania Dhianisya P.
Iqbal Haikal M.
Divisi Perlengkapan : Vika Risqi R.
Transportasi Lorian Aldi F.
Manggala Aji K.
Kevin Arya B.
M. Rafi Dwigana
Divisi Konsumsi : Lia Nazmi
Hatfan Aufar K.

vii
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................... i


Lembar Editorial ........................................................................................................................ ii
Sambutan Kepala Departemen Teknik Geologi ..................................................................... iii
Sambutan Ketua Geoweek 2019 ............................................................................................... iv
Susunan Acara Seminar Nasional Kebumian Ke-12 .............................................................. v
Daftar Panitia Seminar Nasional Kebumian Ke-12 ................................................................ vi
Daftar Isi ...................................................................................................................................... viii

GEOLOGY OF OIL & GAS, AND COAL GEOLOGY

[A010UNO] The Coal Characteristics of the Muara Enim Formation: Preliminary


Assessment of Gas Content for CBM Exploration in Mangunjaya Region, South Sumatra
Basin

Aprilia ,Y., Maulana, A.Y., Alvera, C. ........................................................................................ 1

[A015UNO] Identifikasi Fasies Karbonat Formasi Baturaja, Cekungan Sumatera Selatan,


berdasarkan data Core, Wireline Log, dan Petrografi

Bajry, F.F., Shidqi, M.F. ............................................................................................................... 2

[A022UNO] Mikrofasies dan Rekonstruksi Paleomire Batubara Sawahlunto, Cekungan


Ombilin

Anggara, F., Patria, A.A. ............................................................................................................. 3

[A024UNP] Pengaruh Intrusi Terhadap Kandungan Grafit di Batubara Tambang Air Laya
Wilayah Pertambangan PTBA Tanjung Enim, Sumatra Selatan

Patria, A.A., Maulana, A., Anggara, F. ...................................................................................... 4

[A025UNE] Penentuan Zona Potensi Hidrokarbon pada Formasi Sembakung, Tabalar,


dan Birang Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur

Fadhila, R., Setyowiyoto, J., Fattah, A.A., Atmoko, W. ............................................................... 5

[A026UNO] Geochemical Method for Source Rock Analysis in JT-1 Well, Central Sumatra
Basin

Datu, C.J.P., Adventino ............................................................................................................... 6

viii
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[A027UNE] How Far The Rock Type and Limestone Facies are Interrelated: A Case Study
in Oilfield, Banggai Basin, Central Sulawesi

Benyamin, Muhammad, F., Herdiansyah, F.,Widyasari, A. ........................................................ 7

[A030UNO] Mineralogi Batubara Formasi Tanjung di Daerah Sekako, Kalimantan Tengah


Berdasarkan X-Ray Diffraction

Isnadiyati, O.F., Perdana, A.R., Amijaya, D.H., Wiranata, B., Tanggara, D.N.S.P. .................. 8

[A032UNO] Pore Pressure Prediction Using Eaton Method with Sonic Log on Field "X",
Jambi Sub Basin, South Sumatra Basin

Mustadh’afin, R., Fattah, A.A., Ardana, B.N............................................................................... 9

SEDIMENTOLOGY, STRATIGRAPHY, AND PALEONTOLOGY

[B001UNP] Pemodelan Braided River Formasi Sawahtambang Daerah Lubuk Tarok,


Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat

Putri, R.A.S., Susilo, B.K. ........................................................................................................... 10

[B007UNP] Sedimentologi dan Provenance Konglomerat Formasi Brani Daerah Tanjung


Gadang, Sijunjung, Sumatera Barat

Perdana, O.A., Susilo, B.K. ......................................................................................................... 11

[B009UNP] Prospecting Miocene Carbonate Hardground as Caprock, Case Study in Oyo


Formation, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Ramadhan, I., Fillah, A.A., Mandiri, A.R.P., Barianto, D.H. ..................................................... 12

[B011UNO] Interpretation of Depositional Environment and Age Determination of Tapak


and Kalibiuk Formations Based on Fossils Evidence in Bentarsari Area, Brebes, Central
Java Province

Pratama, M.F., Milliyanti, A., Husna, D.A.S., Asupyani, H. .................................................... 13

[B016UNO] Analisis Fasies dan Elemen Arsitektur Batupasir Formasi Sawahtambang


Daerah Kampung Dalam, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat

Wellyan, E.P., Susilo, B.K. .......................................................................................................... 14

ix
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[B018UNP] Biostratigrafi Foraminifera Plangtonikpada Cekungan Kutai, Kalimantan


Timur

Carangritti, C., Akmaluddin......................................................................................................... 15

[B032POO] Dinamika Sedimentasi Formasi Wonosari, Jalur Sambiroto, Kecamatan


Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
Novian, M.I., Patria, A.A., Maulana, A. ...................................................................................... 16

[B034UNE] Studi Paleogeografi pada Formasi Talang Akar, Blok X, Cekungan Jawa Barat
Utara

Arismara, M.F., Setyowiyoto, J., Saputra, A.B. ............................................................................ 17

[B035UNE] Microfacies and Model of Deposition Environment of Pliocene Carbonate


Rocks on Klitik Member of Kalibeng Formation, Ngawi District, East Java Province

Afifah, D.M.N., Lazuardi, H., Lazuardi, O., Sasongko, W. .......................................................... 18

[B036UNO] Variasi Litotipe pada Batubara Mengokas Formasi Tanjung di Daerah


Murung Raya, Kalimantan Tengah

Farhan, M.L.,Amijaya, D.H. ....................................................................................................... 19

[B041UNP] Study and Surface Mapping of Volcanic Rocks Eastern Kendeng Area :
Mechanism, Depositional Environment and Diagenesis as an Analogue Study to
Understand Subsurface Condition
Novian, M.I., Patria, A.A. ........................................................................................................... 20

[B046UNO] Analisa Arus Purba Formasi Pucangan – Kabuh di Trinil, Kabupaten Ngawi,
Provinsi Jawa Timur

Barianto, D.H., Saputra, I.S., ...................................................................................................... 21

VOLCANOLOGY AND GEOTHERMAL

[C012UNO] Analisis Transverse Electric dan Transverse Magnetic pada Data


Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Arjuno-Welirang

Luckytasari, N.P., Cancerio, C.R., Fitri, W.N. ............................................................................. 22

[C030UNO] Parent Fluid and Fluid Flow Study of Songa-Wayaua, South Halmahera
Geothermal Reservoir Based on Water Geochemistry

Kencana, A.Y., Herdianita, N.R. ................................................................................................. 23

x
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[C031UNP] Karakteristik dan Evolusi Magma Syn-Kaldera dan Post-Kaldera Batur,


Kabupaten Bangli, Bali

Nadirah, Z., Warmada, I.W. ........................................................................................................ 24

[C032UNO] Evolusi Magma Gunung Lasem dan Gunung Senjong, Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah

Moktikanana, M.L.A., Harijoko, A., Wibowo, H.E. ..................................................................... 25

[C033PRE] Volcanic Front Geochemistry of Java, Sunda Arc


Handini, E., Hasenaka, T., Shibata, T., Mori, Y., Harijoko, A. ................................................... 26

[C034UNO] Karakteristik Endapan Aliran Piroklastik Gunung Lasem, Kabupaten


Rembang, Provinsi Jawa Tengah

Abdillah, M.Y., Harijoko, A., Wibowo, H.E. ............................................................................... 27

[C036UNO] Distribusi Ukuran Kristal Lava Slamet Muda Berkaitan dengan Waktu
Pergerakan Magma di dalam Pipa Gunungapi

Nababan, A.S., Hamzah, W.N., Prasetya, Y.A., Nabil, M.I., Aeni, D.N., Putri, M.U. .............. 28

[C037UNO] Bonjol Geothermal Tentative Model by Using 3G (Geology, Geochemistry


and Geophysics) Analysis

Helen, A.S., Joni, W., Wibowo, P.F.P., Pratama, A.W. ............................................................... 29

[C041UNP] Reinterpretasi Geokimia Manifestasi Airpanas Gunung Pandan

Lekatompessy, K., Arhananta, S.D.S. Rengganis, S., Marbun, A. .............................................. 30

ENVIRONMENTAL GEOLOGY AND GEOHAZARD MITIGATION

[D004POO] Kontaminasi Merkuri pada Air Tanah Di Dusun Sangon II, Kalirejo, Kokap,
Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta

Sumarjono, E., Aryanto, R. ......................................................................................................... 31

[D005POO] Erupsi Gunung Namasalah : Proses Geologi Pemutus Siklus Budaya Di


Dataran Tinggi Gayo – Aceh Tengah

Lismawaty, Wiradnyana, K., Setiawan, T. ................................................................................... 32

xi
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[D006UNP] Tinjauan Daerah Terdampak Banjir Lahar Dingin; Implikasi Pembuatan Sabo
Dam Terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi Pasca Erupsi Merapi 2010 di Kali Putih,
Kabupaten Magelang

Saputra, A.F., Widodo, A.T., Geoxactana, T.A............................................................................. 33

[D008UNO] Kajian Kerusakan Lahan pada Kawasan Penambangan Kaolin dengan


Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) di Desa Karangsari dan
Sekitarnya, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Wicaksono, R.A.A., Budianta, W. ................................................................................................ 34

[D010UNP] Kajian Hidrokimia Bukit Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa


Yogyakarta

Rohman, K.H.N., Putra, D.P.E. .................................................................................................. 35

[D024UNE] Mikrozonasi Bahaya Gempabumi Menggunakan Analisis Mikrotremor


Metode HVSR di Kawasan Wisata Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa
Tenggara Barat

Buana, L.A.T.A., Samodra, S.B., Arifianto, I. ............................................................................. 36

[D025POO] Pengaruh Perubahan Sifat Keteknikan Breksi Lapuk terhadap Terbentuknya


Bidang Gelincir Longsoran dengan Metode Klaster (Studi Kasus di Longsoran Gunung
Pawinihan, Banjarnegara, Jawa Tengah)

Zakaria, Z., Permanajati, I., Hadian, S.D., Iswahyudi, S. ............................................................ 37

[D026UNO] Analisis Faktor Penyebab Banjir Rob dan Strategi Penanggulangannya


dengan Pembangunan Breakwater di Wilayah Semarang Utara, Jawa Tengah, Indonesia

Shidik, A.N., Utari, D., Atmika, M. ............................................................................................ 38

[D027POP] Impact Analysis of Slope Failure at Perbukitan Batugamping Bukit Kaliwadas


Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah

Aryanto, R., Sumarjono, E. ......................................................................................................... 39

[D030UNP] Penentuan Zonasi Wilayah Risiko Air Tanah terhadap Pemompaan Berlebih
di Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman, DIY

Hendrayana, H., Wicaksono, Y.R.A.S. ........................................................................................ 40

xii
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[D042UNE] Bio Engineering Technique as Landslide Mitigation Measures at Cibeusi


Village and Its Surroundings, Ciater, Subang District West Java province

Isanjarini, V., Aulia, F. ................................................................................................................ 41

[D051UNP] Penerapan Metode Regresi Logistik untuk Zonasi Kerentanan Gerakan


Massa, Studi Kasus di Daerah Bugelan dan Sekitarnya, Kismantoro, Wonogiri, Jawa
Tengah

Putra, D.P.E., Putri, R.R.D.N. ................................................................................................... 42

[D053UNP] Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Menggunakan Metode Gaya Berat


Analisis First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD), Guna
Upaya Mitigasi Bencana Gempabumi di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Fitriastuti, A., Aristo, Putri, F.F. ................................................................................................ 43

[D054POP] The Role of Geomorphology for Analysis of Landscape Ecology in the Loning
Watershed, Karangsambung-Karangbolong National Geopark

Raharjo, P.D., Widiyanto, K., Winduhutomo, S., Yudaputra, A. ................................................ 44

[D057UNP] Pengaruh Alterasi Hidrotermal Terhadap Kejadian Longsor di Daerah


Pasirpanjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Barat

Alfaiz, M.N., Wilopo, W. ............................................................................................................. 45

[D059UNE] Pemodelan Persebaran Material PAF dan NAF pada Pit Tidal, East Block,
Wilayah Pertambangan Batubara PT. Indominco Mandiri di Wilayah Teluk Pandan, Kutai
Timur, Kalimantan Timur

Widyatmaji, B.N., Pradana, M.I.F., Athian, J. ............................................................................ 46

[D078UNO] Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah dengan Metode Weights of


Evidence (WoE) di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulom Progo

Wilopo, W., Faris, N., .................................................................................................................. 47

[D079UNO] Remediasi Cd dengan Menggunakan Tufa Zeolitik Nengahan, Desa


Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

Ardiana, A., Budianta, W. ........................................................................................................... 48

xiii
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ENGINEERING GEOLOGY AND HYDROGEOLOGY

[E003PRO] Penentuan Daerah Resapan Mata Air di Pulau Yamdena dengan Metode
Isotop Stabil

Seizarwati, W. .............................................................................................................................. 49

[E008UNO] Kajian Hidrologi pada Lubang Bukaan Bekas Penambangan Bijih Mangan di
Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo

Diah, H.T., Suyono, Cahyadi, T.A. .............................................................................................. 50

[E010UNP] Prioritas Pengelolaan Zona Konservasi Air Tanah di Mata Air Bismo,
Kabupaten Batang, Jawa Tengah

Umami, A., Zain, A., Fadhil ........................................................................................................ 51

[E014UNO] Penentuan Model Atenuasi Percepatan Tanah untuk Wilayah Sumatra Barat
berdasarkan Sumber Gempa Bumi Subduksi Interface

Pandadaran, S.H., Wibawa, A.S.W., Kurniawan, S.E., Fauzi, A.A., Widiarso, A. ...................... 52

[E022POO] Tingkat Kestabilan Lereng pada Peristiwa Gerakan Tanah di Sepanjang Jalan
Wilayah Konservasi Karangsambung

Widiyanto, K., Winduhutomo, S., Raharjo, P.D. ......................................................................... 53

[E024UNO] Pengaruh Litologi dan Geomorfologi Terhadap Kualitas Airtanah untuk


Kesehatan Masyarakat, Kelurahan Gonoharjo, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal,
Provinsi Jawa Tengah

Gau, M.R., Qonita, H.N., Hanifah, N. ........................................................................................ 54

[E026UNO] Karakteristik Geologi Teknik Massa Batuan di Lokasi Konstruksi Bendungan


Tukul, Pacitan, Provinsi Jawa Timur

Primanta, R., Indrawan, I.G.B., Kuncoro, D.A. .......................................................................... 55

[E028UNP] Pengurangan Kesadahan Ca dan Mg dengan Karbon Aktif dan Pengaruhnya


Terhadap Kelayakan Konsumsi pada Airtanah di Dusun Sambirejo, Kelurahan
Talakbroto, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali

Qonita, H.N., Izah, M., Harahap, N.A.H., Pakpahan, I.S. .......................................................... 56

[E033UNO] Penentuan Zona Perlindungan Air Tanah Dangkal: Studi Kasus Sumber Air
Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Toya Gama

Putra, D.P.E., Haq, F. ................................................................................................................. 57


xiv
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[E037UNO] Analisis Stabilitas dan Probabilitas Keruntuhan Lereng Saluran Pengarah


Bendungan Ladongi, Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara

Prasetyo, B.H.E., Nuraga, P.B., Permana, A. .............................................................................. 58

[E038UNE] Karakteristik Geologi Teknik Massa Batuan Trase Jalan Lingkar Timur
Jatigede KM 08+150 - 17+500, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

Indrawan, I.G.B.,Azizi, R.R. ....................................................................................................... 59

[E041UNO] Penentuan Titik Bor Eksplorasi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik di
Daerah Karst

Putranto, I.W., Arti, C., Utami, L.T., Purwanta, Kurniawati, R., Pangestu, W.A. ................... 60

MINERALOGY, PETROLOGY AND ECONOMIC MINERAL RESOURCES

[F005POO] Application of Principle Component Analysis in the Mapping of


Hydrothermal Alteration using Landsat 8 Image in Kokap, Kulon Progo

Raharja, B., Setianto, A., Titisari, A.D. ....................................................................................... 61

[F007UNO] Integrasi Metode Pemetaan Geologi Permukaan dan Data Geomagnetik pada
Studi Analisa Zona Alterasi dan Struktur Pengontrol Mineralisasi Endapan Emas Primer
Tipe Sulfida Rendah di Daerah Plampang,Kalirejo, Kokap, Kabupaten Kulonprogo,
Yogyakarta

Sulistyo, F., Assidhiqie, A.I., Maulana, A.D. .............................................................................. 62

[F012UNP] Characteristics and Environment of Formation of Au-Ag High-Sulfidation


Epithermal Deposit in Bakan Area, North Sulawesi

Widodo, I.J., Wicaksono, C.W., Cahya, A.D. ................................................................................ 63

[F017POO] Studi Pendahuluan Penaksiran Sumberdaya Endapan Bijih Skarn Besi-Logam


Dasar Menggunakan Metode Ordinary Kriging di Blok A Kabupaten Lamandau Provinsi
Kalimantan Tengah

Riyadi, H., Idrus, A., Warmada, I.W. .......................................................................................... 64

[F018UNP] Studi Pendahuluan Karakteristik Lempung Gunung Gedang, Kecamatan


Seyegan, Kabupaten Sleman, DIY

Prabawa, A., Titisari, A.D. .......................................................................................................... 65

xv
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[F019UNO] Studi Pendahuluan Karakteristik Lempung Terhadap Kerusakan Jalan Raya


Kemusu-Juwangi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah

Sutikno, A., Titisari, A.D. ........................................................................................................... 66

[F020UNP] Petrologi Batuan Vulkanik Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur

Hendratno,A., Khoir,F.D. ............................................................................................................ 67

[F023UNP] Studi Pendahuluan Batuan Mafik dan Ultramafik Sekuen Ofiolit Jalur Sungai
Medana dan Jalur Sungai Lokidang-Parakansubah, Karangsambung, Kebumen, Jawa
Tengah

Setiawan, N.I., Adiyatma, F., Ansori, C., Silitonga, K.P.R., ........................................................ 68

[F029UNP] Studi Karakteristik, Petrogenesis dan Tingkat Pelapukan Intrusi serta Kontrol
Struktur pada Gunung Gajah Daerah Jatirejo, Kecamatan Grimulyo, Kabupaten
Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta

Padjeko, M.A., Yanto, G.T., Siswomiharjo, Y.R., Muslim, Wicaksana, N.A.,Setiawan, A., Galena,
T. .................................................................................................................................................. 69

[F032UNO] Pongkor Reveals : Characterization of Late Tertiary Au – Ag Ephitermal Low


Sulphidation Deposits

Hady, M.H.M., Aulia, F., Pratama, A.W. ................................................................................... 70

[F038UNP] Karakteristik Mineral Lempung di Dusun Biting, Desa Pelem, Kecamatan


Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur

Warmada, I.W., Sirait, H.R. ........................................................................................................ 71

[F040POO] Mineralogi dan Kimia Mineral Alterasi Prograde dan Retrograde Endapan
Skarn Pb-Zn-Cu-(Ag) Ruwai, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah,
Indonesia

Idrus, A., Wardhani, R. ................................................................................................................ 72

[F041UNE] Geologi, Alterasi dan Mineralisasi Endapan Epitermal Sulfidasi Tinggi di


Daerah Wonotirto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, Indonesia

Masti, S.D., Idrus, A. ................................................................................................................... 73

[F044POO] Karakteristik Petrologidan Geokimia Batuan Granitoid Mamasa di Daerah


Hahangan dan Sekitarnya, Sulawesi Barat, Indonesia

Kurniady, A.B., Hakim, F., Idrus, A., Warmada, I.W., Raharjanti, N.A. ................................... 74

xvi
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[F045PRP] Alterasi Hidrotermal di Daerah Tinggian Karangbolong, Kebumen, Jawa


Tengah

Wardhani, F.A., Isyqi, Puswanto,E., Ansori,C. ........................................................................... 75

[F050UNE] Fenomena Kehadiran Urat Biotit Hijau pada Banded Skarn Fe-Sn di Daerah
Batubesi, Belitung Timura

Burhanudin, M., Hakim, F., Setijadji, L.D., Nabawi, N.R. ......................................................... 76

[F051UNP] Konsep Litostruktural untuk Penentuan Trend Mineralisasi Epithermal


dengan Aplikasi Analisa Lineament Density di Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa
Timur

Nugraha, A., Taftazani, M.A., Azhim, M.F., Pratama, Y. .......................................................... 77

[F054UNO] Geologi, Alterasi Hidrotermal dan Minerlaisasi Bijih Endapam Emas


Epitermal Sulfidasi Tinggi Pit Ramba Joring, Desa Aek Pining, Kecamatan Batangtoru,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatra Utara

Idrus, A., Manurung, S.Y., Pulungan, B.A.A. ........................................................................... 78

[F056UNE] Studi Petrogenesa Batuan Vulkanik Gunung Batur, Daerah Pantai Wediombo,
Gunungkidul, Yogyakarta

Hakim, F., Nugroho, Y.S., Dana, C.D.P., Titisari, A.D. .............................................................. 79

GEOPHYSICS AND SEISMOLOGY

[G007UNO] Identifikasi Cekungan dan Struktur Geologi Berdasarkan Data Passive


Seismic Tomography pada Lapangan “X” Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah

Jatmiko, G.S., Setyawan, J., Suprobo, A., Ramadhan, A., Aldama, G., Retno, I., Marjiyono ....... 80

[G013UNO] Identifikasi Zona Mineralisasi dan Struktur Pengontrol yang Berkembang


Menggunakan Data Magnetik pada Area Prospek Emas Tipe Endapan Epitermal Sulfidasi
Tinggi Daerah Gunung Gupit, Magelang, Jawa Tengah

Pujiyati, M.R., Naibaho, B.C., Farrah, F., de Fayyadh, M.E., Prasetyo, F.P.K. ........................... 81

[G018UNE] Identifikasi Bawah Permukaan di Area Sekitar Episenter Gempabumi Solok


Selatan 28 Februari 2019 Menggunakan Data Anomali Gravitasi

Kurniawan, S.E., Sania, I.R.......................................................................................................... 82

xvii
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[G023UNO] Analisis Indeks Kerentanan Seismik dan Percepatan Tanah Maksimum


Berdasarkan Model Vs30 USGS di Kabupaten Kulonprogo

Kiswanti, S., Maulana, A.R., Arwa, F.Y., Purwanta, Wibowo, N.B. ........................................... 83

[G024UNP] Analisis Gempa Bumi Susulan (Aftershock) dan Kaitannya Terhadap Sesar
Aktif pada Kota Mataram Studi Kasus Gempa Lombok Agustus 2018

Wiyuda, M.A., Manurung, L., Samodra, S.B. .............................................................................. 84

[G026UNO] Aplikasi Metode Geomagnetik untuk Mengidentifikasi Struktur Geologi


Bawah Permukaan Sebagai Pengontrol Adanya Mineralisasi pada Desa Kaligono,
Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Muhammad, A., Rumahorbo, G., Setiaji, T.W.............................................................................. 85

GEOTOURISM AND EDUCATION GEOLOGY

[H024POP] Kolaborasi Pengembangan Geotourism dan Potensi Lokal: Studi Kasus Desa
Sadang Sebagai Bagian Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong

Al 'Afif, M., Puswanto, E., Wardhani, F.A. ................................................................................ 86

[H027UNO] Wisata Gunung Sangeang Api: Upaya Pengintegrasian Aspek Geowisata dan
Geokultur Gunung Sangeang Api, Pulau Sangeang, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara
Barat, Indonesia

Wisda, D.G., Adiwinata, G.A., Firmansyah, D.N., Paripurno, E.T. ........................................... 87

[H039POO] Roles of Cave Maps as Geoinformation in Supporting Geotourism: Practice in


Gunung Sewu UNESCO Global Geopark

Reinhart, H., Ristiawan, A.W. ..................................................................................................... 88

[H043PRO] Role of Earth Science in Developing Ijen Volcano Complex Towards UGG

Wirakusumah, A.D. ..................................................................................................................... 89

[H047UNE] Kajian Geowisata Pantai Botorubuh dalam Aspek Geosite dan Geomorphosite
pada Kawasan Subzona Gunung Sewu

Fillah, A.A., Widyatmaji, B.N., Sutikno, A., Hendratno, A. ....................................................... 90

xviii
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[H051PRO] Potensi Pegunungan Meratus dan Cempaka, Kalimantan Selatan Sebagai


Kompleks Geowisata dan Lapangan Edukasi Kebumian

Ramadhan, T., Sucipto, E.F.N. .................................................................................................... 91

[H058POO] Indonesia Geotourism Development

Rachmat, H., Novianti, E. ............................................................................................................ 92

STRUCTURAL GEOLOGY, GEOMORPHOLOGY AND TECTONICS

[I003UNO] Aplikasi Metode Structure from Motion dalam Penentuan Kedudukan Bidang
Gelincir di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta

Hafiz, A., Setianto, A. .................................................................................................................. 93

[I005POP] Tatanan Tektonik Batuan Vulkanik Formasi Lonsio Daerah Ampana Sulawesi
Tengah Berdasarkan Pola Geokimia

Sunan, H.L., Saragih, Y.N., Iskandar, D., Sidik, A.R.F., Brilliantona, F.A. ............................... 94

[I006UNP] Analisis Perkembangan Fault Related Fold di Daerah Batuajung, Kabupaten


Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat

Briliantoro, T.A., Kuswansusilo, B. .............................................................................................. 95

[I008UNO] Structural-induced Speleogenesis at Karakal-Japyryk Natural Reserve,


Kyrgyzstan

Haryono, E., Barianto, D.H., Reinhart, H., Ristiawan, A.W., Putra, R.D., Rabbani, D.I.,
Sufi’atun, D.M., Saputra, A., Lutviah, H., Kulsum, F.A.I........................................................... 96

[I009POO] The Structural Geology Constellation of Western Boundary of Yogyakarta


Basin

Widagdo,A., Pramumijoyo,S., Harijoko,A. .................................................................................. 97

[I017POP] Hubungan Sesar Turun-Sesar Geser dan Struktur Deformasi Sedimen Halus
Formasi Penosogan, Kebumen, Jawa Tengah

Al Afif, M., Puswanto, E., Hidayat, E. ......................................................................................... 98

xix
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[I020UNP] Pemetaan Geomorfologi Detail dengan Data Topografi dari Fotogrametri


untuk Memahami Dinamika Teras Sungai Progo di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon
Progo,D.I. Yogyakarta

Marliyani, G.I.,Adani, A.N. ........................................................................................................ 99

[I023UNO] Penentuan Sempadan Sungai Cimanuk, Desa Sukakarya, Kecamatan Garut,


Kabupaten Garut, Jawa Barat Menggunakan Pemodelan Geomorfologi Berdasarkan Data
dari Metode Structure from Motion

Syahraini, N.,Setianto, A. ............................................................................................................. 100

UNCONVENTIONAL ENERGY, RESOURCES, AND TECHNOLOGY

[J003UNP] Analisis Potensi Batuan Daerah Tembalang dan Sekitarnya, Semarang : Studi
Awal Pemanfaatan Batuan Sebagai Pembangkit Listrik Berbasis TEG (Thermoelectric
Generator)

Iqbal, D.M., Barala, I., Wicaksono, K.C. ....................................................................................... 101

[J004UNP] Potensi Sumberdaya Energi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro (PLTMH)


Sungai Kedung Pedut Guna Memenuhi Kebutuhan Listrik dan Pengembangan Wisata Air
Terjun Kedung Pedut, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

Erwandi, Pangestu, A.A., Husein, M.O.H., Galena, T., Arung, B.T. .......................................... 102

[J005UNO] Identifikasi Kaolin Berdasarkan Analisis Citra Aster di Daerah Kelabat,


Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setianto, A., Abdan, A., Titisari, A.D. ......................................................................................... 103

GEOLOGY OF BAYAT AND SURROUNDING AREA

[K004PRO] Middle Miocene Paleogeography of Bayat, evidence of basement highs and


local basins

Husein, S., Novian, M.I. .............................................................................................................. 104

[K005UNP] Studi Provenan, Iklim Purba, dan Lingkungan Pengendapan Formasi Kebo
Butak Daerah Tegalrejo, Gedang Sari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta

Cintya, R.,A., Rukya, M., Disastra, D.A., Surya, P., Nugroho, M.O.B. .................................... 105

xx
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 5-6 September 2019

[K006POO] Identifikasi Singkapan Batuan Metamorf Segar di Lereng Utara Gunung


Konang, Sebagai Analog Jenis dan Tipe Batuan Metamorf di Bayat, Klaten, Jawa Tengah

Setiawan, N.I., Husein, S., Nukman, M., Novian, M.I. ............................................................... 106

[K007UNP] Paleogeografi dan Mekanisme Sedimentasi pada Paleo-kaldera di Prambanan

Nugraha, A., Setyoputro, M.B., Patanduk, A .............................................................................. 107

xxi
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA A010UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

THE COAL CHARACTERISTICS OF THE MUARA ENIM FORMATION:


PRELIMINARY ASSESSMENT OF GAS CONTENT FOR CBM
EXPLORATION IN MANGUNJAYA REGION, SOUTH SUMATRA
BASIN
Yoga Aprilian1*, Achmad Yusqi Maulana1, Corinna Alvera1
1
Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University, Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21,
Jatinangor,Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363

*Corresponding Author: yogaaprilian1998@gmail.com

ABSTRAK. Coal Bed Methane (CBM) is one of unconventional resource that shows great
promise for future energy needs, especially in Indonesia, which has a quite large potential.
However, one of the most important things from CBM research is the gas content. Gas
content used to determine the potential and reserves of CBM. In addition, the
characteristics of coal are an important factor in understanding the quality and quantity of
gas content. According to these explanations, the research area that located in Mangunjaya,
Musi Banyuasin Regency, South Sumatra was conducted to prove the relationship between
gas content and coal characteristics. In this study, log data, proximate analysis data,
ultimate analysis data,petrographic analysis data, and gas content analysis data were used.
The method in this research used a statistical approach to find the relationship between gas
content and coal characteristics. The sample used in the study consists of 43 core samples
from 2 wells thathad been analyzed in the laboratory. Statistically, the research area
obtained trends fromseveral factors of coal characteristics that influence the high of gas
content, such as low moisture content, high volatile matter, high caloric value, high carbon,
and hydrogen content, low oxygen content, and high liptinite content. All these things
affected the quality and quantity of gas content in Mangunjaya area which has good gas
potential to be developed for CBM.

Kata kunci: Mangunjaya, South Sumatra Basin, Characteristics of Coal, Gas Content, Coal
Bed Methane

1
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA A015UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

IDENTIFIKASI FASIES KARBONAT FORMASI BATURAJA,


CEKUNGAN SUMATERA SELATAN, BERDASARKAN SUMUR
Muhammad Farhan Shidqi F1*, Fahmi Bajry2
1Geological Engineering Department of UPN”Veteran” Yogyakarta/SWK Street 104, Depok,
Sleman, DIY
2PT. Pertamina EP,Gedung Standart Chartered lt 23, Kuningan, Jakarta Selatan

*Corresponding Author: shidqi.farhan@yahoo.com

ABSTRAK. Daerah Telitian secara geografis terletak di Desa Ramba, Babat Jaya,
Kecamatan Babat Supat, Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatra Selatan yang termasuk
kedalam Sub Cekungan Palembang Utara, Cekungan Sumatra Selatan yang merupakan
salah satu cekungan yang ekonomis di Indonesia. Salah satu lapangan yang masih
produksi yaitu Lapangan Halim yang memiliki reservoir berupa batugamping dan terdiri
atas lima sumur berupa satu sumur injeksi dan empat sumur produksi dengan ketebalan
rata-rata 52 m. Batugamping tersebut merupakan batugamping Formasi Baturaja yang
memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui jenis litofasies, asosiasi fasies, lingkungan diagenesa, dan lingkungan
pengendapan batugamping Formasi Baturaja. Untuk mengidentifikasinya dapat
mengintegrasikan data sumur berupa data core, mud log, wirelinelog, dan sayatan
petrografi. Berdasarkan hasil analisis, terdapat empat asosias fasies yaitu Asosiasi Fasies
Mixed Coral Skeletal Packestone-Rudstone yang terdiri atas litofasies Neomorphosed Bioclastic
Packestone, Dolomotised Bioclastic Wackestone-Packestone, Dolomitised Coral Floatstone-Rudstone,
Dolomitised Intraclast Floatstone. Asosiasi Fasies Platy Coral Floatstone-Rudstone yang terdiri
atas litofasies Argillaceous Platy Coral Floatstone, Argillaceous Platy Coral Rudstone,
Neomorphosed intraclast Rudstone, Neomorphosed intraclast Floatstone-Rudstone, Algal Bindstone,
dan Dolomitised Coral Framestone. Asosiasi Fasies Massive Coral Rudstone yang terdiri atas
litofasies Neomorphosed Coralline Rudstone, Bioclastic Coralline Rudstone, dan Bioclastic Coralline
Inraclast Rudstone. Asosiasi Fasies Mudstone yang terdiri atas litofasies Mudstone. Dari
keempat asosiasi fasies tersebut dapat dinterpretasikan lingkungan pengendapan Formasi
Baturaja yaitu Back Reef dengan terdapatnya Asosiasi Fasies Mixed Coral-Skeletal Packestone-
Rudstone dan Fasies Mudstone yang diendapkan dengan energi sedang - rendah. Endapan
Reef Front memiliki ciri endapan yaitu Asosiasi Fasies Platy Coral Floatstone-Rudstone yang
diendapkan dengan energi tinggi dan terendapkan pada bidang miring (slope) hingga
15˚dan sistem pengendapan berupa gravitasional. Endapan Fore Reef memiliki ciri endapan
yaitu Asosiasi Fasies Massive Coral Rudstone. Lingkungan diagenesis diinterpretasikan
berdasarkan porositas terbentuk dan terubah yaitu Meteoric Zone, Marine Zone, dan
Subsurface Zone (Burial Diagenesis).

Kata kunci: Litofasies, Asosiasi Fasies, Formasi Baturaja, Lingkungan Pengendapan,


Lingkungan Diagenesis

2
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA A022UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

MIKROFASIES DAN REKONSTRUKSI PALEOMIRE BATUBARA


SAWAHLUNTO, CEKUNGAN OMBILIN
Aulia Agus Patria1*, Ferian Anggara1
1Jalan Grafika No.2, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

*Corresponding Author: aulia.agus.patria@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Cekungan Ombilin merupakan salah satu cekungan yang berada di Pulau
Sumatera, tepatnyadi Provinsi Sumatera Barat. Cekungan Ombilin merupakan graben yang
terletak di antara Pegunungan Bukit Barisan bagian barat dan timur. Cekungan Ombilin
dikenal sebagai salahsatu cekungan penghasil batubara di Sumatera, dengan formasi
pembawa batubara di Cekungan Ombilin adalah Formasi Sawahlunto yang berumur
Eosen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mikrofasies dan merekonstruksi paleomire
batubara menggunakan pendekatan karakteristik maseral batubara. Daerah penelitian
berada di dua titik yaitu Sawahluwung dan Tahiti, Sawahlunto, Sumatera Barat.
Pengambilan data menggunakan pengukuran stratigrafi terukur (measured section)
dengan pengambilan sampel batubara menggunakan sistem ply-by-ply, sejumlah 14 ply dari
dua seam batubara, yang digunakan untuk analisis petrografi organik dan kandungan abu.
Litotipe batubara pada daerah penelitian terdiri atas bright banded coal dan bright coal. Dari
analisis petrografi organik didapatkan kelimpahan maseral vitrinit (45,02%-62,18%),
maseral liptinite (20,91%-42,54%), maseral inertinit (11,62%-25,81%) dan mineral (0,8%-1%).
Dengan kadar abu (% wt dry basis) berkisar dari rentang 0,36%-11%. Berdasarkan hasil
analisis data, didapatkan bahwa batubara daerah penelitian tersusun atas tiga mikrofasies
yaitu liptinite-rich group pada bagian bawah, telovitrinite-rich group dan inertinite-rich group
pada bagian atas. Tipe mire yang berkembang ialah wet forest swamp pada lingkungan
limnic dengan kondisi lingkungan yang basah dan lembab dengan tingkat gelifikasi yang
sedang hingga tinggi. Perkembangan mire diawali dengan topogeneous mire, kemudian
berubah menjadi ombrogeneous mire dan kembali menjadi topogeneous mire.

Kata kunci: Batubara, Mikrofasies, Paleomire, Formasi Sawahlunto

3
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA A024UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENGARUH INTRUSI TERHADAP KANDUNGAN GRAFIT DI


BATUBARA TAMBANG AIR LAYA WILAYAH PERTAMBANGAN PTBA
TANJUNG ENIM, SUMATRA SELATAN
Arsha Maulana1*, Aulia Agus Patria1, Ferian Anggara1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

*Corresponding Author: arsha.maulana@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Grafit dapat diaplikasikan dalam berbagai macam kegunaan misal sebagai
material tahan panas, baterai, elektroda dan pelumas sehingga pemenuhan material grafit
sangat penting. Grafit dapat berbentuk (1) microcrystalline; (2) vein graphite; maupun (3)
crystalline flake graphite. Grafit alami dapat terbentuk melalui dua proses, yaitu: (1)
metamorfisme insitu dari suatu material organik melalui proses grafitisasi (syngenetic
graphite) dan (2) Presipitasi dari fluida C-O-H (epigenetic graphite). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kandungan grafit di batubara Tambang Air Laya wilayah
pertambangan PTBA Tanjung Enim. Sampel batubara yang diambil pada penelitian ini
mengalami peningkatan peringkat batubara sampai dengan semiantrasit – antrasit yang
disebabkan oleh adanya intrusi. Empat sampel batubara dari empat seam dengan jarak
berbeda-beda terhadap intrusi dianalisis dengan menggunakan X-Ray Diffractometry
(XRD) dan Total Organic Content (TOC), Residual Oxidizable Carbon (ROC) serta Total
Inorganic Carbon (TIC) dengan menggunakan Elementar Soli TOC cube. Hasil penelitian
berupa pengaruh intrusi terhadap kandungan grafit pada batubara Tambang Air Laya akan
disampaikan lebih lanjut dalam makalah lengkap yang akan dimasukkan selanjutnya.

Kata kunci: batubara, intrusi, kandungan grafit, Tambang Air Laya, PTBA

4
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA A025UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENENTUAN ZONA POTENSI HIDROKARBON PADA FORMASI


SEMBAKUNG, TABALAR, DAN BIRANG CEKUNGAN TARAKAN,
KALIMANTAN TIMUR
Jarot Setyowiyoto1*, Rizkia Fadhila1, Afif Abdul F1, Widi Atmoko1
Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No. 2, Kampus UGM,
1

Yogyakarta

*Corresponding Author: jsetyowiyoto@gmail.com

ABSTRAK. Cekungan Tarakan merupakan salah satu cekungan di Indonesia yang telah
terbukti menghasilkan hidrokarbon baik berupa minyak bumi ataupun gas bumi. Pada
daerah penelitian, terdapat interval yang diperkirakan berpotensi sebagai zona potensi
hidrokarbon yang terletak pada litologi batupasir Formasi Birang dan Sembakung dan
litologi batugamping Formasi Tabalar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
fasies dan lingkungan pengendapan, menghitung nilai petrofisika, dan menentukan zona
potensi hidrokarbon pada interval-interval tersebut. Perbedaan fasies batuan dan
lingkungan pengendapan yang ada pada daerah penelitian menyebabkan karakteristik fisik
batuan (volume serpih, porositas, saturasi air, dan permeabilitas) juga berbeda pada tiap
batuan reservoarnya. Pendekatan petrofisik digunakan sebagai cara untuk menentukan
zona potensi hidrokarbon di daerah penelitian. Selain itu, dilakukan juga analisis terhadap
fasies batuan, lingkungan pengendapan, dan stratigrafi sekuen pada interval yang diteliti.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data utama berupa wireline log
dari kelima sumur (D-1, D-2, D-3, D-4, dan D-5), data Special Core Analysis (SCAL), data
Drill Stem Test (DST), dan data biostratigrafi. Berdasarkan hasil analisis fasies batuan,
interval penelitian tersusun atas fasies batupasir gampingan, fasies batupasir gampingan
perselingan batulanau, fasies grainstone perselingan batulanau, fasies wackestone
perselingan packstone dan batulanau, fasies grainstone, dan fasies batugamping terumbu.
Sedangkan hasil dari analisis lingkungan pengendapan adalah lower middle bathyal, inner
sublittoral, middle sublittoral, outer sublittoral, dan organic build-up carbonates. Adapun
batuan reservoar pada interval penelitian yang dapat menjadi zona potensi hidrokarbon
memiliki karakteristik fisik batuan berupa volume serpih < 50%, porositas > 5%, saturasi air
< 80%, dan permeabilitas > 1 mD.

Kata kunci: formasi tabalar, formasi birang, formasi sembakung, cekungan tarakan, zona
potensi hidrokarbon

5
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA A026UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

GEOCHEMICAL METHOD FOR SOURCE ROCK ANALYSIS IN JT-1


WELL, CENTRAL SUMATRA BASIN
Cecilia Jatu Praba Datu1*, Adventino2
1
Jl. Grafika No. 2, Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada,Yogyakarta,
2Jalan Kyai Tapa, Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta

Corresponding Author: ceciliajatupd@gmail.com


*

ABSTRAK. The research is located in JT-1 well, Central Sumatra Basin. There are 4
formations at JT-1 well, Sihapas Formation, Telisa Formation, Petani Formation, and Minas
Formation. The study is aimed to determine the potential hydrocarbon sources of quality,
quantity, maturity, and hydrocarbon potential depth through geochemical method analysis.
Rock-eval pyrolysis used to identify the type and maturity of organic matter and petroleum
potential in sediments. The depth of the potential hydrocarbon source can be determined
afterwards.The results of the analysis on geochemical data show that the value of Total
Organic Carbon (TOC) in the JT-1 well has poor to good quality with kerogen II type (oil &
gas prone), and kerogen III type (gas-prone). The Sihapas Formation has high TOC value
(0.5 - 50.68%) which is categorized as mature (436 – 443˚ C). The value of Hydrogen Index
(HI) could show the kerogen type. Sihapas Formation has HI value of 117 - 724 mgHC/g
TOC (gas to oil-prone). While some data of Telisa Formation and all of Petani Formation &
Minas Formation categorized to be immature. The TOC value of the Telisa Formation
ranges from 0.48 - 1.49%, Petani Formation 0.57 - 0.7%, while the Minas Formation has a
high value of TOC (0.5-34.82%).Sihapas Formation (4150-4939 feet depth) in JT-1 well has
potential as a hydrocarbon source rock with poor to fair organic richness and mature
maturity. It is suitable with the lithology data that consists of organic-rich sandstone with a
thin layer of coal.

Kata kunci: geochemical method, source rock, Sihapas Fm., Central Sumatra Basin

6
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA A027UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

HOW FAR THE ROCK TYPE AND LIMESTONE FACIES ARE


INTERRELATED: A CASE STUDY IN OILFIELD, BANGGAI BASIN,
CENTRAL SULAWESI
Fachry Muhammad1*, Benyamin1, Firman Herdiansyah1, Andika Widyasari2
1Department of Geological Engineering, Trisakti University,
2PT. Medco E&P Indonesia

*Corresponding Author: fachrymuhammad17@gmail.com

ABSTRAK. Located in the Central Sulawesi, this study about relation between rock type
and limestone facies can be known using qualitative and quantitative analysis. Qualitative
analysis consist of facies analysis and quantitative analysis consist of quantify petrophysical
property to performing rock grouping based on Flow Zone Indicator. Qualitative analysis
shows that the lithology dominantly consists of limestone. Then based on facies analysis
shows there are three reef system that are back reef lagoon, core reef and fore reef. Reef
system that arranged by lithofacies consists of wackstone with very good vuggy, packstone,
grainstone and mudstone. In the quantitative analysis based on petrophysical value there
are consist four rock type, wackstone with very good vuggy is dominated with rock type 1
which has value of FZI > 1.32 micrometers, permeability 11.05 - 2233.98 md and porosity
16% - 42%. The packstone is dominated with rock type 2 which has value of FZI 1.31 - 0.66
micrometer, permeability 2.08 - 38.17 md, porosity 13% - 29%. The grainstone is dominated
with rock type 3 which has value of FZI 0.65 - 0.38 micrometers, permeability 0.1 - 8.89 md,
porosity 8%-24% and the mudstone is dominated with rock type 4 has a value of FZI < 0.37
micrometer, permeability 0.01 - 0.16 md, porosity 6% - 12%. The relation between rock type
and reef system facies is unrelated, but the rock type with lithofacies has a bit related which
consists of wackstone with very good vuggy has an excellent rock type, packstone has a
good rock type, grainstone has a fair rock type and mudstone has a poor rock type, there
are due to the presence of diagenetic control in carbonate rocks.

Kata kunci: Central Sulawesi, Flow Zone Indicator, Lithofacies, Related, Rock type

7
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA A030UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

MINERALOGI BATUBARA FORMASI TANJUNG DI DAERAH


SEKAKO, KALIMANTAN TENGAH BERDASARKAN X-RAY
DIFFRACTION
Oyinta Fatma Isnadiyati1*, Agung Rizki Perdana1, Donatus Hendra Amijaya1, Beny
Wiranata1, Deddy Nan Setya Putra Tanggara1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM

*Corresponding Author: oyintaf@gmail.com

ABSTRAK. Batubara secara umum tersusun oleh material organik dan inorganik. Batubara
Formasi Tanjung di daerah Sekako, Kalimantan Tengah yang berumur Eosen terbentuk
dari setting tektonik berupa rezim ektensional, dan awal post-rift di Cekungan Barito.
Batubara Formasi Tanjung ini berperingkat bituminus. Tujuan dari penelitian ini ialah
untuk mengetahui komposisi mineral penyusun batubara di daerah penelitian dengan
menggunakan metode X-Ray Diffraction (XRD). Komponen organik (maseral) dan inorganik
(mineral) dapat dipisahkan dengan metode low temperature ashing selama satu jam dengan
suhu 370°C, sehingga komponen organik akan teroksidasi dan menghasilkan residu berupa
mineral. Hasil menunjukkan pada batubara daerah penelitian tersusun oleh mineral pirit,
kuarsa, kaolinit, illit, dickit, halloysit, kalsit, dolomit, korondum, magnetit, goethit, hematit,
alunit, klorit, kamosit, paragonit, dan grafit. Keterdapatan mineral- mineral tersebut dapat
menjadi kunci untuk mengetahui proses yang terjadi saat pembentukan mineral pada
batubara. Mineral-mineral tersebut umumnya terbentuk pada batubara secara syngenetik
(baik authigenik maupun detrital), serta secara epigenetik akibat ubahan dan pengisian.
Teridentifikasinya native elements berupa grafit disebabkan oleh peringkat batubara yang
telah memiliki kandungan C yang relatif tinggi.

Kata kunci: Batubara, mineralogi, X-Ray Diffraction (XRD), Formasi Tanjung

8
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA A032UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PORE PRESSURE PREDICTION USING EATON METHOD WITH SONIC


LOG ON FIELD “X”, JAMBI SUB BASIN, SOUTH SUMATRA BASIN
Afif Abdul F1*, Rois Mustadh'afin1, Bella Novia A1
1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Jl.Grafika No. 2 Bulaksumur Yogyakarta 55281

*Corresponding Author: afifabdul89@yahoo.com

ABSTRAK. Jambi Sub Basin is located on southern of Sumatra, Indonesia. Pore pressure
prediction is important in drilling processes to optimize drilling of exploration, such as
casing shoe design, mud weight window, and knowing earlier the pore pressure. Pore can
be estimated using Eaton’s method with log sonic. Pore pressure greater than hydrostatic
pressure is referred to as overpressure. Overpressure conditions can be known by observe
the pore pressure value.Available data to predict pore pressure are wireline log suites,
wireline formation tester (RFT/MDT), and drilling parameters. Top overpressure is marked
by reversals in sonic and density log. Geochemistry data, temperature data, and core
analysis (Petrography, Scanning Electron Microscope (SEM), and X-Ray Diffraction (XRD))
used to determine the type of overpressure mechanism. Furthermore, crossplot density and
sonic logs can be used for analysis clay minerals transformation.The result of research is
pore pressure prediction in Talang Akar Formation showed overpressure indication and
predicted the overpressure mechanism in Talang Akar Formation is caused by loading and
unloading mechanism. Loading mechanism caused by overburden. Unloading mechanism
be in the form of clay minerals transformation and hydrocarbon generation.

Kata kunci: pore pressure, Jambi Sub Basin, Eaton method, wireline log

9
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B001UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PEMODELAN BRAIDED RIVER FORMASI SAWAHTAMBANG


DAERAH LUBUK TAROK, KABUPATEN SIJUNJUNG, SUMATERA
BARAT
Rizki Amelia Sasqia Putri1*, Budhi Kuswan Susilo1
1Universitas Sriwijaya Jl. Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
30139

*Corresponding Author: rsasqia@gmail.com

ABSTRAK. Lokasi penelitian terletak di Daerah Lubuk Tarok, Kabupaten Sijunjung,


Sumatera Barat dan secara geologi merupakan bagian dari Cekungan Ombilin. Peneliti
terdahulu mengkaji Formasi Sawahtambang sebagai bagian dari stratigrafi Cekungan
Ombilin secara regional, namun yang khusus mempelajari Formasi Sawahtambang dari
aspek litofasies dan elemen arsitektur masih sangat terbatas. Adapun yang khusus
melakukan kajian tentang lingkungan pengandapan yaitu Fernando, dkk (2017) di Daerah
Kayugadang, serta Gusti dan Susilo (2018) di Daerah Muaro Kalaban. Keserupaan metode
yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi pengendapan
sedimen, menginterpretasi lingkungan pengendapan, dan memodelkannya. Metode yang
dilakukan dalam studi ini yaitu pembuatan profil stratigrafi singkapan dengan
pengamatan detail litofasies dan elemen arsitektur pada delapan lokasi pengamatan di dua
segmen berorientasi utara-selatan. Lokasi pengamatan diposisikan dalam penampang
geologi untuk mengetahui posisi stratigrafi terhadap ketidakselarasan dengan Formasi
Sangkarewang di bawahnya. Selanjutnya dilakukan interpretasi karakteristik litofasies dan
elemen arsitekturnya sehingga diketahui proses dan lingkungan pengendapannya. Tahap
akhir yaitu pemodelan komparatif merujuk pada Nichols (2009) untuk menunjukkan
hubungan vertikal dan lateral litofasies. Penelitian yang dilakukan pada dua segmen yakni
segmen Silalakkulik-Batuajung di sisi barat dan Segmen Sungai Jodi di sebelah timur
daerah penelitian menunjukkan adanya keserupaan jenis litofasies, yakni Scourfills (Ss),
Sandy through crossbeds (St), Sandy planar crossbeds (Sp) dan Sandy horizontal (Sh). Ss
menunjukkan sandstone dengan karakteristik pengisian pada permukaan gerusan. St
terdapat pada bagian migrasi channel. Sp ditemukan di atas migrasi channel, dan Sh
merupakan endapan halus bagian atas dari hasil aliran limpasan. Elemen arsitektur
menggambarkan geometri endapan berupa perulangan dan kombinasi antara channel dan
sandy bedform. Perubahan litofasies menunjukkan perubahan proses pengendapan oleh
pengaruh channel yang saling memotong. Hasil endapan dari aktifitas channel ini disebut
dengan multistorey channels yang diinterpretasikan sebagai hasil endapan lingkungan
braided river dengan arah aliran ke barat. Karakteristik Formasi Sawahtambang dengan
batupasir yang sangat tebal bernilai signifikan untuk studi reservoir di Cekungan Ombilin.

Kata kunci: litofasies, elemen arsitektur, multistorey, amalgamated sandstones, braided


river

10
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B007UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

SEDIMENTOLOGI DAN PROVENANCE KONGLOMERAT FORMASI


BRANI DAERAH TANJUNG GADANG, SIJUNJUNG, SUMATERA
BARAT
Oza Artha Perdana1*, Budhi Kuswan Susilo1
1Universitas Sriwijaya Jl. Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
30139

*Corresponding Author: oza.artha@gmail.com

ABSTRAK. Penelitian terdahulu yang membahas mengenai sedimentologi dan provenance


konglomerat Formasi Brani sangatlah terbatas, Yeni (2011) melakukan penelitian terhadap
konglomerat Formasi Brani, dan menyatakan bahwa Provenance nya berasal dari batuan
karbonat dan metamorf, sedangkan Nasution dan Susilo (2018) menyatakan bahwa
provenance Formasi Brani berasal dari batuan beku dan meta sedimen, perbedaan tersebut
membuat penelitian tentang provenance selalu menarik untuk dibahas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi sedimentologi dan provenance konglomerat Formasi
Brani Daerah Tanjung Gadang, terkait keberadaan satuan andesit di sebelah timur daerah
penelitian. Studi sedimentologi dilakukan dengan membuat profil singkapan batuan dan
deskripsi fasies, serta melakukan analisis paleocurrent, sedangkan studi provenance
menggunakan metode analisis clast counts, dan analisis petrografi pada 25 sayatan tipis.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konglomerat Formasi Brani terendapkan dengan proses
debris flow, dengan arah paleocurrent menuju barat daya, sedangkan analisis clast counts
dan petrografi menunjukkan konglomerat Formasi Brani terdiri dari 3 jenis material
dengan dominasi fragmen andesit (90%), sehingga dapat diinterpretasi bahwa provenance
konglomerat Formasi Brani adalah satuan andesit yang tersebar di sisi timur daerah
penelitian. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2011)
dan Nasution dan Susilo (2018), perbedaan tersebut menunjukkan begitu beragamnya
fragmen konglomerat Formasi Brani, yang sangat dikontrol oleh jenis batuan sumbernya.

Kata kunci: Formasi Brani, konglomerat, arus purba, Sedimentologi, batuan asal

11
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B009UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PROSPECTING MIOCENE CARBONATE HARDGROUND AS


CAPROCK, CASE STUDY IN OYO FORMATION, GUNUNGKIDUL,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ichsan Ramadhan1*, Abi Asykari Fillah1, Asri Rachmawati Putri Mandiri1, Didit Hadi
Barianto1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

*Corresponding Author: ichsan.ramadhan@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Oyo Formation is located in Gading, Playen, Gunungkidul Regency, Province


of Daerah Istimewa Yogyakarta. It has stratigraphic record that representative for study
about carbonate hardground as caprocks in petroleum system because the hardground is
well expose. This research is focused on study of carbonate hardground role as caprocks in
petroleum system based on the characteristic of pore type, cement type and strength. The
objective of the research is to identify Miocene carbonate hardground ability to be a
caprock. The methods used in this research are measuring section to integrate stratigraphic
record to reconstruct the sedimentation and diagenetic model in the depositional
environment, petrography to reconstruct diagenesis model, and point load compressive
strength test to assesses the maximum force of hardground can take as a caprock before it
breaks. Result shows there are many hardground beds formed intercalated with limestones.
Hardground is recrystallized and the pore and permeability are reduced due to aragonitic
cementation in low energy environment. Result shows the maximum pressure hardground
can hold is 2,737 MPa (UCS) and if situated as hydraulic seal, it will break in the depth
greater than 279,514 meters. In conclusion, Miocene carbonate hardground with case study
in Oyo Formation is not capable to be a good caprock in petroleum system.

Kata kunci: hardground, permeability, caprock, UCS, carbonate

12
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B011UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

INTERPRETATION OF DEPOSITIONAL ENVIRONMENT AND AGE


DETERMINATION OF TAPAK AND KALIBIUK FORMATIONS BASED
ON FOSSILS EVIDENCE IN BENTARSARI AREA, BREBES, CENTRAL
JAVA PROVINCE
Muhammad Firman Pratama1*, Anis Millayanti1, Dzaka Ali Syaiful Husna1, Hilyan
Asupyani1
1Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran

*Corresponding Author: muhammad15060@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK. The research is located in Bentarsari Village, Salem, Brebes District, Central
Java Province. The regional stratigraphy in this region has devided into four part those are
from old to young Kumbang, Tapak, Kalibiuk and Linggopodo Formations. The aim of this
research is to reinterpret of Tapak and Kalibiuk Formations age, with the condition of
depostional environment both of it, from fossils evidence. Methodology of this research it
can be divided into two, first field orientation geological mapping with 1:12500 scale. Each
points of location which has been found of outcrop should be plotted on base map, and
describe all of features must be recorded. After that, it was reconstructed to be geological
map. Then it was conducted in laboratory of paleontology to describe microfossils. The
results were found several macrofossils that could be well or not described. In Claystone
Unit (SBl) has been found molluscs which are Turitella djadjariensis as a gastropod and
Pecten sp as a pelecypod, they found at different points of location. During observation it
was found in Sandstone Carbonate Brownish Unit (SBkk) pelecypod fossil namely Paphia
sp. The microfossils were found in SBkk Unit are planktonic foraminifera such as
Globigerinoides ruber, Globigerinoides immaturus, Hastigerina aequilateralis, Globorotalia
multicamerata, and Globigerinoides trilobus. Also, has been found bentonic foraminifera
such as Valvulineria minuta and Pannellaina earlandi. Meanwhile, in Claystone Unit
bentonic foraminfera both are same before,unless there was a different one namely
Aphelophragmina pygmaea. According to the fossils data it can be interpreted the age of
SBkk Unit Late Miocene – Middle Pliocene and the condition of depositional environment
was Intertidal – Middle Neritic. While, the age of SBl unit was Middle Pliocene – Late
Pliocene and the depositional environment was Middle Neritic – Transition through to be
terrestrial.

Kata kunci: Bentarsari, Depositional Environment, Kalibiuk Formation, Tapak Formation

13
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B016UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ANALISIS FASIES DAN ELEMEN ARSITEKTUR BATUPASIR FORMASI


SAWAHTAMBANG DAERAH KAMPUNG DALAM, KABUPATEN
SIJUNJUNG, SUMATERA BARAT
Eghar Prima Wellyan 1*, Budhi Kuswan Susilo1
1Universitas Sriwijaya Jl. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

*Corresponding Author: egharprimawellyan@gmail.com

ABSTRAK. Lokasi penelitian terletak pada daerah Kampung Dalam, Kabupaten Sijunjung,
Provinsi Sumatera Barat. Keberadaan Formasi Sawahtambang dengan litologi batupasir
yang tebal sangat menarik karena memiliki potensi sebagai reservoir minyak dan gas pada
cekungan Ombilin. Penelitian lebih mendalam mengenai asosiasi litofasies dan elemen
arsitektur memberi karakteristik dari formasi ini. Metode penelitian berbasis pada
observasi empirik di lapangan untuk menghasilkan profil stratigrafi singkapan;
menghubungkannya 3 (tiga) segmen penelitian melalui penampang geologi untuk
mengetahui posisi top dan bottom terhadap ketidakselarasan; hingga pembuatan model
lingkungan pengendapan yang berdasarkan pada interpretasi atas data litofasies dan
paleocurrent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga segmen, yakni segmen
Kampung Dalam, Latang dan Jambulipo memiliki karakteristik fasies dan elemen
arsitektur yang sama dimana menunjukkan pola pengendapan yang menghalus ke atas
(finning-up succession) dan kehadiran gerusan-gerusan dengan dijumpainya scour fills
yang menunjukkan kehadiran amalgamated channel sandstones yang khas pada
lingkungan pengendapan braided river. Namun, penumpukan batupasir yang tebal tidak
selalu karena adanya gerusan yang tegas, walau tetap dapat diinterpretasi sebagai proses
lateral shifting dari channel. Hal ini dapat dijelaskan dari perubahan energi yang teramati
pada fasiesnya, seperti kehadiran litofasies through cross-bedded sandstone di atas planar
cross-bedded sandstone pada segmen Latang dan kehadiran litofasies through cross-
bedded sandstone di atas horizontal laminated sandstone pada segmen Jambulipo. Dari
keterdapatan fasiesnya, maka segmen Kampung Dalam dan Jambulipo menunjukkan
kehadiran 4 (empat) litofasies yang sama, yaitu sandstone with scour fills, through cross-
bedded sandstone, planar cross-bedded sandstone dan horizontal laminated sandstone
yang terbangun di dalam elemen arsitektur berupa channel dan sandy bedform. Adapun
pada segmen Latang tidak muncul litofasies horizontal laminated sandstone, walau elemen
arsitekturnya adalah identik. Model perkembangan braided river membentuk
amalgamated channel sandstones menunjukkan arah aliran pengendapan purba yang
secara relatif menuju barat – barat daya.

Kata kunci: Litofasies, elemen arsitektur, amalgamated channel, braided river

14
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B018UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

BIOSTRATIGRAFI FORAMINIFERA PLANGTONIK PADA CEKUNGAN


KUTAI, KALIMANTAN TIMUR
Akmaluddin1*, Canting Carangritti1
Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika no. 2 Sinduadi,
1

Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta

*Corresponding Author: akmaluddin@ugm.ac.id

ABSTRAK. Analisis biostratigrafi foraminifera plangtonik dilakukan pada 54 sampel


cutting dan 4 sampel side wall core dari sumur pemboran “CC” pada Cekungan Kutai, di
bagian on shore daerah Kalimantan Timur. Stratigrafi litologi pada sumur tersebut
menunjukkan bagian dari formasi Batu Ayau dan Ujoh Bilang yang memiliki kelimpahan
fosil foraminifera yang melimpah. Biozonasi yang ditentukan berdasarkan batas-batas
kemunculan awal dan akhir dari suatu spesies penciri. Hasil pengamatan menunjukkan
keragaman spesies foraminfera plangtonik sebanyak 27 spesies, serta kelimpahan
foraminifera yang ditemukan berjumlah 8.656 fosil. Biozonasi sumur ini dapat dibagi
menjadi 5 zona selang dan 3 zona kisaran. Zonasi umur yang ditunjukkan pada formasi
Batu.

Kata kunci: biostratigrafi, foraminifera, cekungan kutai, kalimantan timur

15
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B032POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

DINAMIKA SEDIMENTASI FORMASI WONOSARI, JALUR


SAMBIROTO, KECAMATAN PRACIMANTORO, KABUPATEN
WONOGIRI, JAWA TENGAH
Moch. Indra Novian1*, Aulia Agus PatriaAulia Agus Patria1, Arsha Maulana1
Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika no. 2 Sinduadi,
1

Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta

*Corresponding Author: indra_novian@ugm.ac.id

ABSTRAK. Jalan baru lintas selatan Jawa di daerah Gunung Kidul - Pacitan banyak
menghasilkan singkapan-singkapan baru terutama singkapan batuan penyusun Formasi
Wonosari yang secara stratigrafi singkapan pada jalur ini merupakan bagian atas Formasi
Wonosari. Berdasarkan pengukuran stratigrafi 1:100 pada jalur ini didapatkan batuan
penyusun singkapan setebal 15 m yang terbagi atas lima paket pengendapan. Paket
tersebut diawali oleh struktur sedimen berupa scouring – channel. Dalam satu paket
pengendapan dijumpai pola stratigrafi menghalus dan mengkasar ke atas, namun secara
keseluruhan singkapan menunjukkan pola yang menghalus ke atas. Pada paket pertama -
kedua batuan tersusun oleh foraminiferal grainstone-packestone dengan sisipan
wackestone. Pada paket pertama urutan stratigrafinya menunjukkan pola menghalus
disusul mengkasar ke atas, sementara paket kedua tersusun oleh pola stratigrafi menghalus
ke atas. Selanjutnya paket ketiga-kelima tersusun oleh perulangan foraminiferal grainstone-
packestone dengan wackestone dan pola stratigrafi menghalus ke atas. Foraminiferal
grainstone-packestone secara dominan tersusun oleh foraminifera bentik besar
(lepidocyclina sp.), foraminifera planktik berupa globigerinid dan cangkang moluska.
Orientasi butir tidak dijumpai pada cangkang fosil yang dijumpai pada batuan paket satu,
dua, tiga dan empat. Pada paket ketiga orientasi butir dari cangkanglepidocyclina dapat
teramati dengan baik. Wackestone didominasi oleh foraminifera planktik berupa
globigerinid, sedikit foraminifera bentik dan cangkang-cangkang moluska. Semakin ke atas
kandungan material nonkarbonat semakin bertambah. Hasil analisis fosil ayakan
menunjukkan kumpulan fosil foraminifera planktik tersebut mengindikasikan umur N17-
N18 (Miosen Atas). Adapun foraminifera bentik yang teramati mengindikasikan
paleobatimetri neritik dalam (inner neritic) dan semakin ke atas mengindikasikan
perubahan menjadi neritik tengah (middle neritic). Berdasarkan stratigrafi yang
berkembang pada jalur ini maka Formasi Wonosari di daerah penelitian awalnya
terendapkan pada paleobatimetri neritik dalam kemudian semakin mendalam menuju
neritik tengah. Awalnya lingkungan pengendapan berupa channel pada suatu kipas laut
yang saling berpotongan dengan mekanisme pengendapan berupa fluid flow. Berikutnya
semakin ke atas lingkungan berubah menjadi semakin menuju basin plain dengan
mekanisme pengendapan berupa suspensi.

Kata kunci: Stratigrafi, Formasi Wonosari, Dinamika Sedimentasi

16
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B034UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STUDI PALEOGEOGRAFI PADA FORMASI TALANG AKAR, BLOK X,


CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA
Jarot Setyowiyoto1*, Marcelinus Febbi Arismara1, Alvian Bonar Saputra1
Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika no. 2 Sinduadi,
1

Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta

*Corresponding Author: jsetyowiyoto@gmail.com

ABSTRAK. Daerah penelitian termasuk ke dalam Blok X, Cekungan Jawa Barat Utara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan litofasies dan stratigrafi sikuen pada
Formasi Talang Akar dan untuk menentukan kondisi paleogeografi dari daerah penelitian
menggunakan metode ABC. Metode ABC merupakan metode penentuan paleogeografi
menggunakan data seismik berdasarkan atas 3 komponen, yaitu A (batas atas seismik), B
(batas bawah seismik), dan C (pola internal refleksi). Data yang digunakan dalam
penelitian adalah data wireline log,mud log, conventional core, sidewall core, dan seismik 2D.
Data wireline log, mudlog,conventional core, dan sidewall core digunakan dalam analisis
litofasies dan stratigrafi sikuen daerah penelitian, sedangkan data seismik 2D digunakan
dalam analisis kondisi paleo geografidaerah penelitian. Berdasarkan analisis data,
didapatkan sebanyak 16 litofasies dan 4 fasies pengendapan yang berkembang pada daerah
penelitian dan dihasilkan peta paleogeografi daerah penelitian pada tiap sequence boundary
yang merepresentasikan sikuen pengendapan dibawahnya. Formasi Talang Akar pada
daerah penelitian terdiri atas fasies tidal platform, lagoon – mud mounds, sand shoal – foreslope,
dan toe of slope – open shelf. Fasies – fasies tersebut menunjukkan bahwa Formasi Talang
Akar terendapkan pada lingkungan laut dangkal (shoal – rimmed platform).

Kata kunci: kondisi paleogeografi, Metode ABC, Stratigrafi Sikuen, Cekungan Jawa Barat
Utara, Formasi Talang Akar

17
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B035UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

MICROFACIES AND MODEL OF DEPOSITION ENVIRONMENT OF


PLIOCENE CARBONATE ROCKS ON KLITIK MEMBER OF KALIBENG
FORMATION, NGAWI DISTRICT, EAST JAVA PROVINCE
Diah Morestika Nur Afifah1,Handika Lazuardi1*, Octavian Lazuardi1, Wahyu Sasongko1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

*Corresponding Author: master.hakali@gmail.com

ABSTRAK. Anggota Klitik Formasi Kalibeng memiliki litologi penyusun yaitu


batugamping. Anggota Klitik Formasi Kalibeng tersingkap di antiklinorium zona Kendeng.
Anggota Klitik memiliki hubungan menjari dengan Formasi Kalibeng dan memiliki umur
Pliosen. Penelitian dilakukan pada Anggota Klitik Formasi Kalibeng untuk menentukan
mikrofasies, zona fasies dan model lingkungan pengendapan dari batuan karbonat
Anggota Klitik Formasi Kalibeng. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga jalur singkapan
permukaan. Sebanyak 15 sampel dilakukan pengamatan petrografi untuk menentukan
mikrofasies, analisis facies zone dan lingkungan pengendapan mengacu pada Flugel (2010).
Berdasarkan analisis microfasies dijumpai enam standar microfacies (SMF), yaitu SMF-3:
Pelagic lime mudstone and wackestones with abundant pelagic microfossils, SMF-8: Wackestones
and floatstones with whole fossils and well-preserved endo- and epibiota, SMF-10: Bioclastic
packstones and grainstones with coated and abraded skeletal grains, SMF-11: Coated bioclastic
grainstone, SMF-16: Non-laminated peloidal grainstone and packstone and laminated peloidal
bindstone dan SMF-18: Bioclastic grainstones and packstones with abundant benthic foraminifera
or calcareous green algae. Berdasarkan analisis standar mikrofacies tersebut diinterpretasikan
zona fasies yang mengacu pada Flugel (2010) perubahan dari bawah ke atas yaitu facies zone
3 – toe of slope. Facieszone 7 – open marine dan facies zone 6 – platform margin sand shoals.
Perubahan lingkungan pengendapan dari bawah ke atas pada Anggota Klitik Formasi
Kalibeng yaitu lingkungan toe of-slope and slope berubah menjadi lingkungan open-marine
platform dan berubah menjadi lingkungan platform-edge and platform sand shoals.

Kata kunci: Anggota Klitik formasi Kalibeng, batugamping, standard microfasies, zona
facies, model lingkungan pengendapan

18
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B036UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

VARIASI LITOTIPE PADA BATUBARA MENGOKAS FORMASI BATU


AYAU DI DAERAH MURUNG RAYA, KALIMANTAN TENGAH
Hendra Amijaya1*, M. Lutfi Farhan1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika 2
1

Yogyakarta

*Corresponding Author: hamijaya@gadjahmada.edu

ABSTRAK. Potensi batubara mengokas (coking coal) di Indonesia pada saat ini cukup
terbatas. Salah satu formasi pembawa batubara mengokas adalah batubara Formasi Batu
Ayau yang berumur Eosen di Kalimantan Tengah. Formasi Batu Ayau yang merupakan
bagian dari Cekungan Kutai tersusun atas sedimen batupasir, batulanau, serpih,
batugamping dan serta batubara. Studi ini bertujuan untuk melihat variasi litotipe pada
seam batubara mengokas di Daerah Murung Raya, Kalimantan Tengah serta kemungkinan
penyebabnya. Pengamatan singkapan untuk melakukan analisis karakteristik litotipe pada
batubara Formasi Batu Ayau dilakukan pada beberapa seam di daerah penelitian. Suksesi
vertikal litotipe batubara didominasi batubara bright coal dan banded bright coal. Litotipe
bright coal dan banded bright coal merupakan hasil pembentukan gambut pada paleomire
telmatic wet forest swamp. Terdapat kehadiran beberapa kehadiran lapisan tipis pengotor.
Hal ini menunjukkan bahwa seam-seam tersebut terbentuk oleh multiple mire atau tubuh
gambut yang berbeda yang kemudian membentuk suatu stacked mire sequence.

Kata kunci: batubara mengokas, litbatubara mengokas, litotipe, Formasi Batu Ayau

19
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B041UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STUDY AND SURFACE MAPPING OF VOLCANIC ROCK EASTERN


KENDENG AREA : MECHANISM, DEPOSITIONAL ENVIRONMENT
and DIAGENENSIS AS AN ANALOGUE STUDY TO UNDERSTAND
SUBSURFACE CONDITION
Aulia Agus Patria1*, Moch. Indra novian1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika 2
1

Yogyakarta

*Corresponding Author: aulia.agus.patria@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Volcanism activity in Java subduction system has been started since Eocene.
This activity produces primary volcanic rocks and thick-volcaniclastic sequences which not
only has a potential as a reservoir rock, but is also proven to have a good accumulation of
hydrocarbon. Outcrop analogue studies within volcanic rocks and its sequence are enable
to identify the architectural elements and geometric features of different rock units. Good
sequences of volcanic rocks has been measured and mapped in Ngambon District,
Bojonegoro, East Java and it has an ideal dimension to identify the change of facies and rock
units, both vertically and laterally. Geologically, the study area is in Kerek-Kalibeng
Formation, Kendeng Zone. This paper uses geological mapping and detailed stratigraphic
measurement with 1:10 scale which determines the facies distribution, dynamic
sedimentation and its mechanism, and also analytical petrography to determine the
reservoir characteristics based on mineralogy and texture. The result shows that the study
area consists of 4 volcanic rocks facies. Another result shows that the study area was in
medial environment which was influenced by effusive and explosive eruption, which type
of its eruption is a plinian eruption that indicates silisic magma chamber. This eruption
produces lava flow, primary pyroclastic flow and pyroclastic fall deposits within
volcaniclastic turbidite mechanism. Cooling and solidifation diagenesis stage also identify
as a secondary stage of diagenesis. The surface study can be use to help interpretation and
understanding the volcanic rocks in Kendeng Area, when the subsurface data is not clearly
helpful to identify.

Kata kunci: Volcanic rocks, Kendeng Zone, Surface Mapping

20
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA B046UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ANALISA ARUS PURBA FORMASI PUCANGAN - KABUH DI TRINIL,


KABUPATEN NGAWI, PROPINSI JAWA TIMUR
Didit Hadi Barianto1*, Iqval Surya Saputra1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika 2
1

Yogyakarta

*Corresponding Author: didithadibarianto@gmail.com

ABSTRAK. Sejak penemuan Pithecantropus Erectus (sekarang Homo Erectus) oleh Dubois
(1891), Formasi Pucangan- Kabuh di Trinil menjadi obyek yang wamai dibicarakan.
Sebaran Formasi Kabuh ini cukup luas meliputi sisi selatan dari Pegunungan Kendeng
yang menyebar dari barat ke timur. Formasi ini tersusun oleh konglomerat andesit,
batupasir vulkanik, breksi – konglomerat vulkanik (lahaar) dan setempat mengandung
batujahe (caliche) dan calcrete. Banyaknya penemuan arkeologis pada formasi ini
ditafsirkan sebagai rumah dari Homo Erectus. Namun melihat litologi dan banyaknya
struktur silang siur, tampaknya fosil dan artefak yang ditemukan merupakan
thanatocoenosis reworked. Metode penelitian adalah melakukan pengukuran stratigrafi
(MS) dalam sekala 1:50 dan mengukur arah arus purba di lapangan sepanjang Sungai
Bengawan Solo di 4 lokasi. Keempat lokasi ini terletak di selatan Museum Trinil, timur
Museum Trinil, lokasi eskavasi Dubois dan di desa Gadjah. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa Sungai Bengawan Solo Purba umumnya mengalir dari barat ke timur
dan anak sungai yang mengalir dari tenggara ke barat daya.

Kata kunci: arus purba, bengawan solo, pithecanthropus erectus, Pucangan Kabuh, Homo
Erectus, Trinil.

21
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA C012UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ANALISIS TRANSVERSE ELECTRIC DAN TRANSVERSE MAGNETIC


PADA DATA MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI ARJUNO-
WELIRANG
Nadia Putri Luckytasari1*, Catur Rizkillah Cancerio1, Waindini Nur Fitri1
1Departement of Geophysics, Sepuluh Nopember Institute of Technology of Surabaya (ITS)

*Corresponding Author: nadiaputriluc@gmail.com

ABSTRAK. Metode Magnetotelurik adalah metode geofisika yang dapat digunakan untuk
mengetahui distribusi nilai resistivitas batuan di bawah permukaan bumi dengan
menggunakan prinsip dari persamaan Maxwell. Penelitian ini menggunakan data sekunder
metode magnetotelurik sebanyak 1 lintasan dengan 16 titik pengukuran yang membentang
dari arah barat – timur dan berada di daerah panas bumi Arjuno Welirang dengan tipe
sistem panas bumi vulkanik. Di daerah manifestasi panas bumi Arjuno Welirang dengan
tipe sistem panas bumi vulkanik. Hasil pengolahan dan analisis data magnetotelurik
kemudian diinversi untuk mengetahui pemodelan distribusi resistivitas bawah permukaan.
Pada penelitian ini membahas sensitivitas dari mode transverse electric (mode TE) dan mode
transverse magnetic (mode TM) serta identifikasi sistem panas bumi daerah penelitian. Hasil
pengolahan data dengan menggunakan mode TE memiliki sensitivitas yang baik dalam
memetakan resistivitas rendah (konduktif) secara lateral sedangkan pada mode TM
memiliki sensitivitas yang baik dalam memetakan resistivitas tinggi secara vertikal. Hasil
inversi dengan mode TE tidak menunjukkan adanya struktur pada daerah penelitian,
sedangkan hasil inversi dengan mode TM menunjukkan adanya struktur yang
diperkirakan berupa sesar. Sistem panas bumi yang teridentifikasi berada pada Formasi
Gunung Api Arjuno – Welirang (Qvaw). Lapisan batuan penudung (cap rock) dengan nilai
resistivitas 7 – 12 Ωm setebal 2000 m yang diperkirakan berasal dari Lava Muda Produk
Welirang (Qlw) dan Lava Arjuno (Qlar). Lapisan reservoir dengan nilai resistivitas 13 – 65
Ωm setebal 500 m yang diperkirakan sebagai Aliran Piroklastik Arjuno Welirang (Qapaw).
Lapisan heat source dengan nilai resistivitas 70 – 300 Ωm setebal3000 m yang diperkirakan
berasal dari Lava Pra Arjuno Welirang (Qlaw). Kontras resistivitaspada resistivitas rendah
yang diduga sebagai Sesar Padusan.

Kata kunci: inversi 1-D, inversi 2-D, magnetotelurik, mode TE, mode TM

22
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA C030UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PARENT FLUID AND FLUID FLOW STUDY OF SONGA-WAYAUA,


SOUTH HALMAHERA GEOTHERMAL RESERVOIR BASED ON WATER
GEOCHEMISTRY
Aditya Yuda Kencana1*, Niniek Rina Herdianita2
1Geological Engineering Program, Faculty of Earth Science and Technology, Institute of Technology
Bandung, Bandung 40132, Indonesia,
2Volcanology, Geochemistry, and Geothermal Research Group, Faculty of Earth Science and

Technology,Institute of Technology Bandung, Bandung 40132, Indonesia

*Corresponding Author: Adityayudakencana@gmail.com

ABSTRAK. Geologically, Songa-Wayaua located on the Halmahera volcanic arc. The are
several volcanoes such as Lansa and Bibinoi, and geological structures such as Wayaua,
Lapan, Pele and Tawa faults. The presence of the geothermal system in the Songa-Wayaua
field is characterized by hot springs, fumaroles, and altered rocks. The manifestations of hot
springs that present are Songa hot springs (MAPS 1, MAPS 2, and MAPS 3) and Wayaua
(MAPW). Fumarole was discharged at the MAPS 1 and MAPS 2. This study aimed to
determine the parent fluid chemistry, temperature, and pH in the reservoir and
hydrothermal fluid flow. The analysis was used anions and cations of hotsprings. Based on
the analysis results, the fluid that appears as a manifestation has boiled in subsurface at
131˚C and 103.5˚C, then mixed with sea water. The mixed seawater fraction and the
fractions of water and steam when boiling were calculated using the heat balance and mass
balance. From the calculation, the results show that there are two Cl/B ratio clusters. The
first cluster consists of MAPS 1, MAPS 2, and MAPS 3. While the second cluster is MAPW.
These are interpreted that there are two different reservoirs. This is supported by the
geological conditions of the two spring zones separated by a normal fault located in Songa-
Wayaua bay. Based on the Giggenbach Na-K geothermometer, Songa reservoir temperature
was 250 ± 10˚C and Wayaua reservoir was 175 ± 10˚C. The results of H2CO3 and CaCO3
equilibrium analysis show the pH of the two reservoirs included in the neutral to slightly
basic fluid valued at 5.45 – 8.44. So that it is interpreted that the MAPS 1 and MAPS 2
springs discharge in the upflow zone, which are also indicated by fumarole discharge and
Na/K ratio 15.

Kata kunci: geochemistry, Hg, Songa-Wayaua

23
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA C031UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KARAKTERISTIK DAN EVOLUSI MAGMA SYN-KALDERA DAN POST-


KALDERA BATUR, KABUPATEN BANGLI, BALI
I Wayan Warmada1*, Zahratun Nadirah1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM. Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281

*Corresponding Author: warmada@gmail.com

ABSTRAK. Gunung Batur merupkan gunung api aktif yang terletak di Pulau Bali. Gunung
ini telah mengalami fase erupsi kompleks yang secara umum dibagi menjadi 3 tahapan
yaitu tahapan pre-kaldera, post-kaldera, dan syn-kaldera. Tahapan erupsi tersebut
menghasilkan 2 kaldera dan 9 kerucut gunung api dalam. Kompleksitas aktifitas vulkanik
yang membentuk Gunung Batur merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih
lanjut. Namun, penelitian mengenai karakteristik dan evolusi magma pembentuk kerucut
intrakaldera sejak tahun 1849 hingga 1974 belum dikaji secara menyeluruh. Oleh karena itu
penelitian ini difokuskan pada studi mengenai karakteristik lava dan evolusi magma dari
fase pembentukan kaldera (synkaldera) hingga post-kaldera (lava hasil erupsi tahun 1849
hingga tahun 1974). Metode penelitian yang dilakukan meliputi penelitian lapangan dan
analisis laboratorium. Analisis laboratorium terdiri atas analisis petrografi untuk
karakteristik tekstur dan mineralogi, analisis geokimia XRF, dan analisis SEM/EDX untuk
penentuan kimia mineral. Berdasarkan analisis petrografi, fenokris batuan yang tersusun
atas plagioklas, orthopiroksen, dan klinopiroksen untuk batuan syn-kaldera dengan tekstur
porfiroafanitik dan microlithic flow. Sementara batuan post-kaldera tersusun atas fenokris
plagioklas, klinopiroksen, oilivin ± orthopiroksen dengan tekstur porfiroafanitik dan
tekstur mikrolitik. Tekstur plagioklas secara umum didominasi oleh tekstur sieve,
glomerocryst, dan tekstur zoning. Kehadiran tekstur sieve dan zoning dapat dihasilkan oleh
proses pencampuran dengan lelehan yang kaya Ca. Hasil perhitungan suhu dengan
thermometer palgioklas menunjukkan suhu pembentukan magma berkisar antara 600-
700˚C. Analisis geokimia batuan menunjukkan bahwa kandungan SiO 2 pada batuan syn-
kaldera memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan batuan postkaldera yang
menunjukkan bahwa magma syn-kaldera telah terdiferensiasi lebih lanjut menghasilkan
magma yang lebih felsik daripada magma parentalnya yang bersifat basaltik.

Kata kunci: Gunung Batur, petrografi, kimia mineral, Evolusi magma, geokimia

24
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA C032UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

EVOLUSI MAGMA GUNUNG LASEM DAN GUNUNG SENJONG,


KABUPATEN REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH
Mradipta Lintang Alifcanta Moktikanana1*, Agung Harijoko1, Haryo Edi Wibowo1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika 2, Kampus
1

UGM,Yogyakarta 55281

*Corresponding Author: mradipta.lintang.a@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. G. Lasem dan G. Senjong merupakan salah satu dari empat kompleks gunung
api Kuarter dengan magma potasium tinggi, yang terdapat di pantai utara Jawa bagian
timur. Keterdapatan gunung api tersebut menunjukkan tatanan geologi Jawa yang unik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evolusi magma pembentuk G. Lasem dan G.
Senjong. Analisis data Digital Elevation Model (DEM) dan pengamatan lapangan
menunjukkan bahwa singkapan lava G. Lasem terdistribusi di lereng barat daya – selatan –
tenggara, melampar hingga 6 km dari puncak. G. Lasem memiliki satu kubah lava dan satu
sumbat lava di zona proksimal sebelah utara, serta dua kubah lava di zona medial sebelah
barat daya. G. Senjong tersusun atas satu aliran lava yang mengalir ke barat, serta empat
kubah lava di bagian utara, barat, selatan, dan tenggara.Komposisi modal mineralogi
dilakukan dengan menggunakan metode point counting sebanyak 1000 titik untuk masing-
masing sampel. Analisis geokimia dilakukan menggunakan metode ICP-MS-AES Secara
umum, komposisi mineralogi lava G. Lasem dan G. Senjong tersusun atas fenokris
plagioklas, K-feldspar, hornblenda, klinopiroksen, nefelin, dan mineral opak, yang
tertanam dalam massa dasar mikrolit plagioklas dan gelas vulkanik. Kubah lava
mempunyai fenokris yang lebih melimpah (~70 vol.%) dibandingkan aliran lava (~50
vol.%), berhubungan dengan viskositas kubah lava yang relatif lebih tinggi daripada aliran
lava. Secara mineralogi, semua sampel mempunyai kandungan hornblenda mencapai ~19
vol.%. Pada umumnya, bagian tepi hornblenda telah terubah menjadi mineral opak.
Nefelin umumnya hadir dengan kelimpahan 1-4 vol.%. Berdasarkan komposisi mineralogi,
dapat dikatakan bahwa magma G. Lasem dan G. Senjong telah mengalami proses
diferensiasi lanjut, namun tidak terdapat perubahan komposisi mineralogi yang signifikan
secara temporal. Data geokimia menunjukkan lava G. Lasem dan G. Senjong memiliki
komposisi basaltik traki andesit hingga trakit, dalam seri magma subalkalin. Evolusi
magma G. Lasem dan G. Senjong dipengaruhi oleh kristalisasi fraksinasi, asimilasi, serta
injeksi magma basaltik secara berulang.

Kata kunci: Lasem, Senjong, lava, vulkanisme, evolusi magma

25
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA C033PRE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

VOLCANIC FRONT GEOCHEMISTRY OF JAVA, SUNDA ARC


Esti Handini1*, Toshiaki Hasenaka2, Tomoyuki Shibata3, Yasushi Mori4, Agung Harijoko1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika 2, Kampus
UGM,Yogyakarta 55281
2Center for Water Cycle, Marine Environment, and Disaster Management, Kumamoto University,

Kumamoto University, 2-39-1 Kurokami, Chuo-ku, Kumamoto-shi, 860-8555, Japan


3Hiroshima University, 1-3-2 Kagamiyama, Higashihiroshima city, Hiroshima 739-8511, Japan

4Kitakyushu Museum of Natural History and Human History, 2-4-1 Higashida, Yahatahigashi-ku,

Kitakyushu, 805-0071, Japan

*Corresponding Author: estihandini@gmail.com

ABSTRAK. Along the Java arc, the volcanic front correlates to a wide range of depth. It is
shallow in the west and is getting deeper eastward. In accordance with this, the slab angle
widely varies along the arc. It is gentle in the west and slightly steeper toward the east.
Merapi, the volcanic front in the central section of Java corresponds to slab depth and angle
of 136 km and 41.5°, respectively. The number decreases down to 80 km and 35°,
respectively, in Papandayan, the volcanic front of western section of Java and is relatively
similar for the volcanic front in the eastern sections of Java Island. We present geochemical
analysis of major and trace elements from some volcanic fronts from Java arc, including
Merapi, Raung, and Iyang-Argopuro. For comparison we also use published geochemical
data of volcanic front from Papandayan, Semeru, and Lawu. The K 2O content in volcanic
front magmas positively correlates with slab depth and angle. This suggests that K-h
relationship applies not only across, but also along the subductionrelated magmatic arc.
Geochemically, the volcanic front from central and eastern section of Java which
corresponds to greater slab depth and angle are relatively more enriched in LILE and HFSE.
Along the arc, slab component is high in the volcanic front from central and eastern section
which corresponds to greater slab depth and dip. These findings indicate that transfer of
subduction component from subducting slab to the mantle wedge is highly dependent of
slab-depth and angle of subduction.

Kata kunci: volcanic front geochemistry, K-h relationship, Sunda arc, Java

26
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA C034UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KARAKTERISTIK ENDAPAN ALIRAN PIROKLASTIK GUNUNG


LASEM, KABUPATEN REMBANG, PROVINSI JAWA TENGAH
Mohammad Yazid Abdillah1*, Agung Harijoko1, Haryo Edi Wibowo1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

*Corresponding Author: mohammad.yazid.a@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Gunung Lasem termasuk gunung api dengan magmatisme kaya potasik di
Jawa. Gunung Lasem memiliki fase erupsi eksplosif yang terekam pada sekuen endapan
piroklastiknya. Pemahaman mengenai karakteristik endapan aliran piroklastik Gunung
Lasem diperlukan untuk mitigasi bencana gunung api pada tatanan identik. Analisis
Digital Elevation Model (DEM) dan pengamatan lapangan didapatkan 12 unit aliran
piroklastik di Gunung Lasem yang terdistribusi di lereng utara dan timur, sedikit di lereng
selatan dan barat, melampar 0,7 – 6,7 km dari puncak. Secara umum endapan aliran
piroklastik di Gunung Lasem didominasi oleh endapan aliran blok dan abu/ block and ash
flow (BAF 1-9), sedikit ignimbrit/ pumice flow (PF 1-2) dan aliran abu/ ash flow (AF). Kontak
tiapunit aliran berupa endapan material rombakan, lava, dan bidang erosi unit yang lain.
Pengukuran stratigrafi pada 27 stasiun pengamatan. Analisis petrografi dan geokimia ICP
MS/AES pada masing-masing 19 dan 11 sampel representatif. Endapan BAF berwarna abu–
abu, masif, ketebalan 1–25 m, disusun fragmen andesit berukuran ~90 cm, matriks material
vulkanik berukuran abu hingga lapilli. Ignimbrit berwarna putih kemerah-merahan, masif,
ketebalan 4,2-15 m, tersusun oleh litik andesit berukuran ~25 cm, pumis berukuran ~5 cm,
matriks yaitu material abu vulkanik. Fragmen andesit pada BAF dan ignimbrit tersusun
olehfenokris plagioklas, hornblenda, klinopiroksen, nefelin, mineral opak dan k-feldspar,
massa dasar mikrolit dan gelas vulkanik. Fenokris pada fragmen pumis berupa plagioklas,
hornblenda, nefelin dan klinopiroksen, massa dasar gelas vulkanik. Aliran abu berwarna
abu –abu, berstruktur masif, ketebalan ~8m, tersusun oleh kristal plagioklas, hornblenda,
nefelin, klinopiroksen, mineral opak dan gelas vulkanik. Data geokimia total alkali silica
menunjukkan kisaran nilai SiO2 55–65 % termasuk traki-andesit basal, traki-andesit, dan
traki-dasit. Tekstur khusus dan penurunan SiO2 menunjukkan adanya pengaruh magma
mixing. Secara umum endapan aliran piroklastik terbentuk akibat runtuhnya kubah lava
dan aliran lava. Endapan aliran abu dan ignimbrit menunjukkan vulkanisme yang lebih
eksplosif di Gunung Lasem.

Kata kunci: endapan aliran piroklastik, Gunung Lasem, stratigrafi, petrografi, geokimia
ICP MS/ AES

27
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA C036UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

DISTRIBUSI UKURAN KRISTAL LAVA SLAMET MUDA BERKAITAN


DENGAN WAKTU PERGERAKAN MAGMA DI DALAM PIPA
GUNUNGAPI
Agustini Suryati Nababan1*, Wildan Nur Hamzah2, Yogi Adi Prasetya3, Muhammad
Ilham Nabil4, Deventi Nur Aeni5, Mentari Utami Putri6
1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman, Jln. Mayjen Sungkono,
Km 5, Blater, Purbalingga, Jawa Tengah
2 Teknik Geologi Program Magister Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat

3
Magister Universitas Kyushu, Jepang

*Corresponding Author: nababanagustini@gmail.com

ABSTRAK. Gunung Slamet merupakan gunung api Strato yang terletak di Jawa Tengah.
Gunung ini melingkupi daerah Purwokerto, Purbalingga, Pemalang, Bumiayu, dan Tegal.
Secara stratigrafi terbagi menjadi Slamet Tua dan Slamet Muda, tersusun atas lava dan
piroklastik. Produk Slamet Tua memiliki komposisi basaltik andesitik hingga andesitik,
sedangkan Slamet Muda basaltik hingga basaltik andesitik. Berdasarkan catatan sejarah,
periode erupsi Gunung Slamet terbagi menjadi 1 tahunan, 3 – 5 tahunan, 10 – 15 tahunan
dan terpanjang adalah 53 tahunan. Karakter erupsi menghasilkan jatuhan skoria, lava pijar,
dan kubah lava. Perbedaan periode dan karakter erupsi mencerminkan dinamika magma.
Penelitian bertujuan mempelajari dinamika magma erupsi efusif Gunung Slamet dengan
pendekatan distribusi ukuran kristal dan analisis tekstur mineral plagioklas dari lava
Slamet Muda. Studi distribusi ukuran kristal dan tekstur mineral terbatas hanya pada
pengamatan petrografi dan digitasi manual menggunakan software ImageJ, CSDslice dan
CSDcorrection. Produk lava slamet muda berwarna abu-abu kehitaman, struktur kekar
kolom, tekstur porfiritik, tersusun atas fenokris plagioklas, olivin, dan piroksen. Sebaran
lava slamet muda sejauh 9 – 16 km dari kawah dengan tebal 4 – 5 m. Secara petrografi
menunjukan tekstur seriate, glomerocrysts, zoning dan sieve pada mineral plagioklas.
Tekstur seriate mencerminkan perubahan ukuran kristal dari fenokris hingga mikrolit.
Distribusi ukuran kristal plagioklas terbagi menjadi fenokris, (>0,5 mm), mikro-fenokris
(0,05 - 0,05 mm), dan mikrolit (<0,05mm). Kurva distribusi ukuran kristal terbagi menjadi
dua segmen yaitu mikrofenokris dengan slope terjal -12,38 dan fenokris memiliki slope
landai -3,35. Perubahan slope mencerminkan perubahan kondisi lingkungan pembentukan
kristal. Nilai slope untuk menghitung magma residence time (T=(-1/G*slope)/3536000)),
dengan asumsi G adalah 10-8 dan 10 – 9. Hasil perhitungan menunjukan magma residence
time pada fenokris memiliki waktu 9,4 tahun dan mikrofenokris memiliki waktu 3 bulan.
Hal ini sesuai dengan periode erupsi 10 tahunan sedangkan 3 bulan adalah waktu magma
tersimpan dan bergerak di dalam pipa gunung api sebelum erupsi. Hal ini mirip dengan
peningkatan status dari waspada (Mei 2014) menjadi siaga (Agustus 2014).

Kata kunci: Gunung Slamet, Erupsi efusif Gunung Slamet, Lava Slamet Muda, Distribusi
Ukuran Kristal, Magma Residence Time

28
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA C037UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

BONJOL GEOTHERMAL TENTATIVE MODEL BY USING 3G


(GEOLOGY, GEOCHEMISTRY AND GEOPHYSICS) ANALYSIS
Aghi Savero Helen1*, Wiwid Joni2, Paulus Febrianto Pandu Wibowo1, Arisa Wahyu
Pratama1
1Geological Engineering Department of UPN “Veteran”Yogyakarta/ SWK Street 104,
Depok,Sleman, DIY
2Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi, Jl. Soekarno-Hatta No.444, Bandung,

Jawa Barat

*Corresponding Author: aghisavero@gmail.com

ABSTRAK. Geothermal exploration is rapidly done in Indonesia. One of Indonesia


prospect is Bonjol Geothermal area, West Sumatera. In order to develop geothermal indirect
use (power plant energy source) in this area, we need to understand its geothermal system
by built a tentative model from integrated 3G data. Geological analysis use Landsat 8 band
thermal, alteration map and geological map. Landsat 8 band thermal used to determine
vegetation density (normalized difference vegetation index transformation) and also
surface temperature structure. Geological map used to locate major structure and lithology
distribution as boundary of geothermal system. Fault and fracture density (FFD) map from
DEM SRTM analysed using lineament pattern related with fault and fracture. Alteration
map using spectral value of mineral used to understand geothermal system indication.
Geochemical analysis use hot spring manifestation (neutral pH hot springs with
temperature ranging from 49.7˚C to 87.9˚C.) to characterize geothermal system type and
determine reservoir temperature. Chloride type of hot spring manifestation indicate a hot
water dominated system. Geophysics analysis use 13 sites of magnetotelluric (MT) time
series data. Processed by Fourier transform, robust processing, and crosspower selection.
The MT data is not rotated referring to its geoelectrical strike (0˚). Then the data inversed to
become 2D MT resistivity model. Subsurface condition imaged by magnetotelluric 2D
resistivity model, it shows Bonjol’s cap rock and reservoir distribution and geometry also
indication of structure. The subsurface alteration and structure distribution generated using
surface structure and alteration map. Subsurface isothermal model generated by using
geochemistry model. We integrate geology, geochemistry and geophysics data to build
Bonjol tentative model.

Kata kunci: Geothermal, Landsat 8, Magnetotelluric, Tentative Model, Bonjol

29
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA C041UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

REINTERPRETASI GEOKIMIA MANIFESTASI AIRPANAS GUNUNG


PANDAN
Kenny Lekatompessy1*, Arhananta2, Shandika Rengganis S.D.S3, Ardiansyah Marbun4
1Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta

*Corresponding Author: kennyleka72@gmail.com

ABSTRAK. Pada tahun 2014 dan 2018 beberapa penelitian yang membahas mengenai
manifestasi air panas Gunung Pandan memiliki perbedaan dalam interpretasinya. Dalam
paper kali ini dilakukan reinterpretasi dengan penambahan titik baru pengambilan sampel
air panas. Metode geokimia dalam eksplorasi panas bumi, dimaksudkan untuk mengetahui
jenis manifestasi, dan karakteristik senyawa kimia dalam manifestasi dan distribusi
anomali senyawa kimia tertentu secara lateral yang diperkirakan berhubungan dengan
temperatur, pH, dan debit. Berdasarkan hasil pengeplotan pertama dihasilkan data kimia
air ke dalam diagram terniary Cl-SO4-HCO3 tipe fluida panas bumi pada pada daerah
penelitian adalah immature waters dan peripheral waters. Pada sampel Jari (SG), Selogajah
(SG2), Banyukuning (PNC) masuk ke dalam zona immature waters yang menandakan
bahwa fluida pada daerah ini telah dipengaruhi dan didominasi oleh air meteorik tetapi
untuk sampel Jari (SG) jenis fluida berasal dari chloride water karena tingginya presentase
unsur Cl daripada presentase unsur HCO3, serta pada sampel Selogajah (SG2),
Banyukuning (PNC) jenis fluida adalah bicarbonate water karena presentase unsur HCO3
lebih tinggi dari pada presentase unsur Cl. Pada sampel Banyukuning (SNG1),
Banyukuning (SNG2), Jarikasinan (JRK), Jarikasinan (JRK2), Banyukuning (BKN2), Lumpur
Jari (LJ) masuk kedalam zona peripheral waters yang diasumsikan sampel telah mengalami
reaksi dengan CO2 dibawah permukaan. Pada sampel yang masuk pada zona ini jenis
fluida dikategorikan sebagai bicarbonate water. Kemudian berdasarkan analisa data kimia
dalam Terniary Diagram Na – K – Mg masuk kedalam zona immature waters sehingga
dapat diinterpretasikan fluida pada daerah penelitian bukan berasal langsung dari
reservoir melainkan fluida yang berinteraksi dengan air meteorik dan diinterpretasikan
sebagai zona outflow pada suatu sistem panas bumi daerah penelitian. Kemudian,
berdasarkan Terniary Diagram Cl-100/Li-25/B (Giggenbach, 1988 daerah penelitian
diinterpretasikan bahwa lingkungan pembentukan fluida daerah peneltian berasal dari
lingkungan vulkanik dengan jenis litologi seperti riolit atau andesit dan berasal dari area
basaltik yang ditandai oleh komposisi unsur Li < 0,1 mg/kg.

Kata kunci: Manifestasi, Gunung Pandan, Geokimia, Reinterpretasi

30
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D004POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KONTAMINASI MERKURI PADA AIR TANAH DI DUSUN SANGON II,


KALIREJO, KOKAP, KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Erry Sumarjono1*, Reza Aryanto2
1Mining Engineering Department of Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, Jl. Babarsari, Catur
Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
2Mining Engineering Department of Trisakti University, Universitas Trisakti Kampus A, Gedung

D, Lantai 3, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta Barat

*Corresponding Author: erry.sumarjono@itny.ac.id

ABSTRAK. Mercury (Hg) is one of very dangerous heavy metal among the others that
cause serious negative effect to human’s healthy. The contamination of Mercury is founded
in the groundwater in Sangon II village. Mercury in Sangon II could be comes from two
sources : 1. Gold ore mined by artisanal and small scale gold miner (ASGM) that contained
natural Mercury, 2. Ore processing using amalgamation that result the waste had contained
Mercury.The research is based on the analysis from data that samples of groundwater, the
gold ore and the waste of gold processing are analyzed by Mercury Analyzer Lab 254,
Laboratorium Penelitian Dan Pengujian Terpadu (LPPT), Gadjah Mada University. The
analysis method is compared with the result of the same field research before and the
geology research before in Sangon II to make analysis the source of Mercury in the
groundwater. The results of Mercury in the groundwater are 3 samples of the groundwater
had contained Mercury ( S1 = 0,00030 mg/L at 550 m distance from the ore processing, S2 =
0,00087 mg/L at 200 m distance dan S3 = 0,00039 mg/L at 510 m distance) and according to
the result of the research before, the groundwater in this area had contained Mercury. Two
samples of the gold ore had contained Mercury (SBj = 0,28 mg/L dan SBj 2 = 0,14181 mg/Kg).
The sample of waste had contained Mercury (SLi = 0,99994 mg/L).The source of Mercury in
groundwater is greater dominated by Mercury in gold ore than one that resulted by
amalgamation waste, because the chemical reaction between Mercury in the ore and the
sulfide mineral that cause Mercury have been change from Mercury elemen (Hg(0)) become
another forms such as Hg(I) or Hg(II)) and the ore processing is fluctuating.The form of
Mercury in groundwater is in the ions formed.

Kata kunci: ASGM, Contamination, Groundwater, Mercury, Sangon

31
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D005POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ERUPSI GUNUNG NAMASALAH : PROSES GEOLOGI PEMUTUS


SIKLUS BUDAYA DI DATARAN TINGGI GAYO – ACEH TENGAH
Lismawaty1*, Ketut Wiradnyana2, Taufiqurrahman Setiawan2
1
Teknik Geologi Institut Teknologi Medan Jalan Gedung Arca No. 52 Medan (20217)
2Balai Arkeologi Symatera Utara

*Corresponding Author: lismawaty@itm.ac.id

ABSTRAK. Proses geologi yang mengakibatkan terbentuknya gua pada batugamping telah
dimanfaatkan sebagai tempat tumbuhnya budaya, baik sebagai tempat hunian maupun
tempat penguburan sejak zaman prasejarah, disisi lain proses-proses geologi juga dapat
mengakibatkan hilang atau berhentinya suatu kebudayaan. Salah satunya seperti yang
dijumpai Loyang (Gua) Mendale dan Loyang Ujung Karang di Dataran Tinggi Gayo Aceh
Tengah. Penelitian arkeologi oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara menunjukkan adanya
hunian (lapisan budaya) disitus tersebut dengan kronostratigrafi dari lapisan muda sampai
lapisan tua secara berurutan: lapisan budaya sejarah/present (umur 1.2900 - sekarang bp) –
lapisana lamiah – lapisanbudaya paleometalik (umur 2.245 – 1.740 bp) – lapisan alamiah –
lapisan budaya neolitik (umur 5.040 - 3.115 bp)- lapisan alamiah – lapisan budaya mesolitik
(umur 8.430 – 7.400 bp) –lapisan alamiah. Penelitian ini dimaksudkan menganalisa lapisan
alamiah (lapisan batuan) diantara lapisan budaya dengan tujuan mengetetahi proses alam
atau proses geologi penyebab berhentinya atau terputusnya kebudayaan tersebut. Metode
penelitian dilakukan dengan pemetaan geologi (pemetaan di dalam dan diluar areal situs)
dan metode analisa laboratorium (analisa petrografi dan analisa granulometri). Hasil
analisis menunjukkan bahwa lapisan alamiah diantara lapisan budaya neolitik dan
paleometalik adalah endapan piroklastik berupa tufa andesitik yang berasal dari erupsi
Gunung Nama Salah. Dalam kurun waktu 3.115 bp – 1.290 bp Gunung Nama Salah
mengalami erupsi tiga kali, erupsi pertama memutus budaya neolitik, erupsi kedua dan
ketiga mengakibatkan berhentinya budaya paleometalik di Loyang Mendale dan Loyang
Ujung Karang.

Kata kunci: Erupsi G. Nama Salah, Geologi, Arkeologi, Budaya gayo

32
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D006UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

TINJAUAN DAERAH TERDAMPAK BANJIR LAHAR DINGIN;


IMPLIKASI PEMBUATAN SABODAM TERHADAP ASPEK SOSIAL
DAN EKONOMI PASCA ERUPSI MERAPI 2010 DI KALI PUTIH,
KABUPATEN MAGELANG
Arif Tri Widodo1*, Aldino Fadlie Saputra1, Taubi Arham Geoxactana1
1
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

*Corresponding Author: ariftriwidodo7@gmail.com

ABSTRAK. Suatu rangkaian peristiwa erupsi gunung berapi terdiri dari terbentuknya
kubah, guguran lava, hujan abu, keluarnya awan panas, lava pijar, lahar panas dan banjir
lahar dingin. Erupsi Gunung Merapi 2010 menimbulkan dampak aliran lahar dingin yang
besar dan memiliki daya rusak tinggi. Aliran lahar dingin tersebut mengalir hampir ke
seluruh sungai yang berada di lereng Gunung Merapi, salah satunya yaitu Kali Putih. Kali
Putih merupakan sungai yang memiliki potensi bahaya cukup besar karena lokasinya
terletak cukup dekat dengan permukiman penduduk. Untuk mengurangi potensi bahaya
tersebut, dilakukan upaya pencegahan berupa pembuatan bangunan pengendali sedimen
(Sabo DAM). Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daerah terdampak,
persepsi masyarakat dan melakukan penilaian ekonomi terkait dengan banjir lahar dingin,
terutama material-materialnya. Metode yang digunakan adalah metode geografis yang
terkait dengan penentuan daerah terdampak banjir lahar dingin menggunakan
penginderaan jarak jauh dan sistem informasi geografis (SIG). Banjir lahar dingin pasca
erupsi Merapi 2010 membawa dampak baik maupun buruk terhadap lingkungan maupun
kehidupan sosial-ekonomi pada daerah yang dilewatinya. Endapan lahar dingin yang
terakumulasi pada Sabo DAM dapat menjadi nilai ekonomi bagi penduduk sekitar.
Berdasarkan analisa, hasilnya menunjukkan bahwa daerah terdampak banjir lahar dingin
meliputi enam desa, lima desa di Kecamatan Salam (Gulon, Jumoyo, Sucen, Seloboro dan
Sirahan) juga salah satu desa di Kecamatan Ngluwar, yaitu desa Blongkeng. Jumoyo adalah
desa paling terdampak akibat banjir lahar dingin Merapi 2010, dengan data 54 rumah
roboh/hanyut, 36 rumah rusak berat, 5 rumah rusak sedang dan pengungsi sejumlah 1005
orang. Jika material pasir dari banjir lahar dingin dikonversi ke Rupiah setara dengan Rp
462.434.733.686,- sementara jumlah total untuk membangun rumah permanen baru dengan
90 m2 sekitar Rp 90.000.000. Ini berarti bahwa lahar dari letusan Gunung Merapi 2010 dapat
untuk membangun rumah sebanyak 5.138. Pada kasus ini, banjir lahar dingin tidak hanya
menjadi bahaya tetapi juga dapat menjadi sumber daya, tergantung pada manajemennya.

Kata kunci: Lahar Dingin, Merapi, Geografis, Sumber Daya, Nilai Ekonomi

33
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D008UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KAJIAN KERUSAKAN LAHAN PADA KAWASAN PENAMBANGAN


KAOLIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS (AHP) DI DESA KARANGSARI DAN
SEKITARNYA, KECAMATAN SEMIN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Raden Aditya Aryo Wicaksono1*,Wawan Budianta1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

*Corresponding Author: radenaditya1997@gmail.com

ABSTRAK. Penambangan kaolin di Desa Karangsari, Kecamatan Semin, Kabupaten


Gunungkidul telah berlangsung sejak tahun 1988 dan dikelola oleh masyarakat sekitar
secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kerusakan lahan akibat
kegiatan penambangan tradisional dengan menggunakan metode AHP. Parameter yang
dipergunakan sebagai dasar pengukuran tingkat kerusakan lahan adalah Keputusan
Gubernur DIY Nomor 63 Tahun 2003 tentang Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha dan Kegiatan Penambangan Batuan ditentukan empat kriteria utama, yaitu kriteria
geologi, lingkungan, teknis tambang, dan tebing galian dimana tiap kriteria memiliki
subkriteria hingga tingkatan kelas. Hasil pengamatan geologi menunjukkan bahwa daerah
penelitian dapat dibagi menjadi dua satuan batuan yaitu satuan tuf feldspar dan satuan
breksi pumis dengan dijumpai struktur geologi yang intensif berupa kekar gerus dan kekar
tiang serta kehadiran intrusi mikrodiorit hornblenda yang menjadi faktor pengontrol
terjadinya alterasi hidrotermal. Hasil kajian tingkat kerusakan lahan menunjukkan rentang
nilai tingkat kerusakan lahan ringan 1,00-1,66, tingkat kerusakan lahan sedang 1,67-2,33,
dan tingkat kerusakan lahan tinggi 2,34-3,00. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tingkat kerusakan lahan akibat kegiatan penambangan kaolin di daerah penelitian
tergolong dalam tingkat kerusakan lahan sedang sejumlah 9 tambang dan tingkat
kerusakan lahan tinggi sejumlah 7 tambang.

Kata kunci: Karangsari, Kaolin, Semin, Tingkat kerusakan lahan, Pertambangan

34
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D010UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KAJIAN HIDROKIMIA BUKIT PAJANGAN, KABUPATEN BANTUL,


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Khoirul Haq Nurul Rohman1*, Doni Prakasa Eka Putra1
1Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

*Corresponding Author: khoirul.haq.n@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Bukit Pajangan, Bantul, Yogyakarta, secara geologi dikenal tersusun atas
perlapisan batuan karbonat dan tersusun oleh batuan volkanik produk Merapi tua. Di
wilayah ini, air tanah cukup mudah dijumpai dan umumnya dangkal. Secara teori,
perbedaan litologi penyusun akuifer akan memberikan karakteristik kimia airtanah yang
berbeda. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik hidrokimia pada
air tanah Bukit Pajangan dalam kaitannya dengan litologi akuifer yang berbeda.Metode
penelitian dilakukan dengan memetakan satuan litologi dan kondisi hidrogeologi di
lapangan. Kemudian dilakukan pengambilan sampel air tanah sebanyak 24 sampel pada
satuan litologi yang berbeda untuk diuji kandungan kimia ion utama-nya airtanah. Hasil
penelitian menemukan bahwa litologi di daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 satuan
batuan yaitu napal, batugamping fosil-batugamping tufan, tufkarbonatan-batugamping
tufan dan satuan breksi-lapili tuf. Sedangkan tipe kimia air tanah secara umum adalah
kalsium bikarbonat pada akuifer batuan karbonat-karbonatan dan kalsium alkali
bikarbonat pada batuan breksi-lapili tuf. Dapat dibuktikan bahwa kandungan mineral yang
lebih kaya akan unsur Na dan K pada breksi-lapili tuf memberikan implikasi karakteristik
kimia air tanah yang berbeda, dan terbukti litologi akuifer mempengaruhi karakteristik
kimia air tanah.

Kata kunci: Bukit Pajangan,Batuan Karbonat,Batuan Volkanik, Hidrokimia, Airtanah

35
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D024UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

MIKROZONASI BAHAYA GEMPABUMI MENGGUNAKAN ANALISIS


MIKROTREMOR METODE HVSR DI KAWASAN WISATA SEMBALUN,
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Lalu Aliyya Tirangga Aji Buana1*, Saptono Budi Samodra1, Indra Arifianto1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

*Corresponding Author: aliyyatirangga03@gmail.com

ABSTRAK. Gempa Lombok tahun 2018 menjadi bencana alam yang tidak dilupakan oleh
masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Lombok. Salah satu kawasan strategis daerah
hingga berskala internasional yang mengalami kerusakan cukup parah adalah Kawasan
Wisata Sembalun, dimana kawasan ini ditargetkan sebagai kawasan strategis periode 2017-
2023 oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mengingat pentingnya kawasan ini
bagi provinsi NTB maupun Indonesia, maka perlu dilakukannya penelitian mikrozonasi
bahaya gempabumi di kawasan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan
mikrozonasi bahaya gempabumi berdasarkan nilai kerentanan indeks seismik (Ks) dari
hasil kombinasi parameter amplifikasi (Ao) dan frekuensi resonansi (fo). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio
(HVSR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Ks yang cenderung tinggi
terkonsentrasi pada area dengan tingkat aktivitas manusia yang tinggi, mencakup kawasan
pemukiman Desa Sembalun Bumbung, zona perkantoran, dan zona pelayanan umum
untuk wisata. Peta hasil penelitian juga divalidasi dengan data kerusakan bangunan
berdasarkan wilayah pemukiman dan menunjukkan korelasi yang positif.

Kata kunci: Lombok, Gempa, Mikrozonasi, HVSR, Indeks Kerentanan Seismik

36
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D025POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENGARUH PERUBAHAN SIFAT KETEKNIKAN BREKSI LAPUK


TERHADAP TERBENTUKNYA BIDANG GELINCIR LONGSORAN
DENGAN METODE KLASTER (STUDI KASUS DI LONGSORAN
GUNUNG PAWINIHAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH)
Indra Permanajati1*, Zufialdi Zakaria2, Sapari Dwi Hadian2, Sachrul Iswahyudi1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman, Jln. Mayjen Sungkono,
Km 5, Blater, Purbalingga, Jawa Tengah,
2Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung

*Corresponding Author: indrapermanajatimt@yahoo.co.id

ABSTRAK. Longsoran adalah peristiwa turunnya material tanah, regolith, dan batuan ke
bawah lereng karena gravitasi. Peristiwa ini dapat memakan korban jika berinteraksi
dengan kehidupan manusia. Sehingga fenomena ini harus terus diwaspadai dan diteliti
untuk dicarikan solusi pencegahannya. Salah satu longsoran yang seringkali menimbulkan
banyak korban adalah terjadi pada litologi breksi, sehingga penelitian mengenai longsoran
pada breksi terus untuk ditingkatkan. Salah satu fokus yang terus dikaji adalah posisi
bidang gelincir. Pada beberapa lokasi longsoran yang terjadi pada breksi, bidang gelincir
hampir mempunyai pola yang sama terkait komposisi materialnya, sehingga diperlukan
pengujian keteknikan pada bidang ini. Komposisi material yang dimaksudkan adalah
berdasarkan derajat pelapukannya. Hal tersebut yang melatarbelakangi penelitian ini.
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pelapukan adalah dengan metode
British Standard BS EN ISO 14689-1 untuk material tidak seragam. Kemudian setelah
identifikasi tingkat pelapukan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian sifat fisik
dan mekanik secara sistematik berdasarkan tingkat pelapukannya. Pengolahan data
digunakan metode klaster. Hasil yang didapatkan kadar air mempunyai kedekatan nilai
antara 4,5,6 dan berbeda nilai dengan zona 3. Berat isi didapatkan kedekatan nilai antara
zona 4,5,6 dengan perbedaan nilai pada zona 3. Batas cair didapatkan kedekatan nilai
antara 3,4,5 dengan 5 dan 6. Partikel lempung didapatkan kedekatan nilai antara 3,4,5,6 ada
perbedaan beberapa nilai dari zona 5. Batas plastis didapatkan kedekatan nilai antara zone
3,4,5 dan berbeda dengan zona 5,6. Nilai kohesi didapatkan kedekatan nilai antara 4,5,6
dengan perbedaan nilai dengan zona 3. Nilai sudut geser dalam didapatkan kedekatan nilai
antara 4,5,6 dengan perbedaan nilai dengan zona 3. Sehingga keterdapatan bidang gelincir
pada batas zona 3 dan 4 sangat memungkinkan dari penilaian sifat fisik dan mekanik.

Kata kunci: Bidang gelincir, British standard, Metode klaster, Sifat keteknikan, Zona
pelapukan

37
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D026UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB BANJIR ROB DAN STRATEGI


PENANGGULANGANNYA DENGAN PEMBANGUNAN BREAKWATER
DI WILAYAH SEMARANG UTARA, JAWA TENGAH, INDONESIA
Agus Nur Shidik1*, Dwi Utari1, Meliana Atmika1
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia Jl. Prof.H.Soedarto S.H, Tembalang,
1

Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah

*Corresponding Author: agusnurshidik@gmail.com

ABSTRAK. Wilayah Semarang Utara merupakan wilayah yang sering terkena dampak
dari banjir pasang surut atau lebih dikenal dengan istilah banjir rob. Banjir rob merupakan
peristiwa naiknya air laut sampai menggenangi daratan di sekitarnya, sehingga
menimbulkan permasalahan lingkungan. Permasalahan banjir rob di wilayah Semarang
Utara merupakan masalah yang belum teratasi dan menimbulkan berbagai kerugian.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis berbagai faktor penyebab banjir rob dan
upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan tersebut. Dalam penelitian
ini digunakan metode analisis deskriptif dengan melakukan observasi langsung dan
mengkaji penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada tahun 2010, luas genangan
banjir rob di wilayah Semarang Utara sekitar 3.821 Ha, luas wilayah yang terdampak akan
terus bertambah dan diprediksi pada tahun 2030 meluas hingga 5.099 Ha (Bakti, 2010). Hal
tersebut dipicu oleh beberapa faktor seperti penurunan muka tanah (land subsidence),
pemanasan global, gelombang laut yang tinggi, tingkat abrasi yang intensif, dan kerusakan
drainase. Salah satu upaya yang dapat diterapkan untuk mengurangi permasalahan banjir
rob di wilayah tersebut adalah dengan membangun konstruksi Breakwater. Pasang tertinggi
di wilayah perairan Semarang dapat mencapai sekitar 1.93 m (Saputro dkk, 2015).
Berdasarkan perhitungan, permodelan Breakwater yang dibangun untuk kondisi pantai
tersebut sebaiknya memiliki tinggi dari dasar sebesar 4.33 mdengan panjang 200 m dan
lebar 3.25 m. Peletakkan Breakwater dibuat 180-400 m dari garis pantai dengan jarak antar
Breakwater sejauh 75 m. Breakwater dibangun sepanjang 2.75 km mengikuti kontur batimetri
dengan jumlah sekitar 10 buah. Model perlindungan pantai dengan bangunan Breakwater
dinilai efektif berdasarkan kondisi pantai terkait, karena mampu menahan laju sedimen
dari pantai ke arah laut, sehingga dapat mengendapkan sedimen di bibir pantai dan
menambah luas daratan.

Kata kunci:Semarang Utara, Banjir rob, Breakwater

38
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D027POP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

IMPACT ANALYSIS OF SLOPE FAILURE AT PERBUKITAN


BATUGAMPING BUKIT KALIWADAS KARANGSAMBUNG,
KEBUMEN, JAWA TENGAH
Reza Aryanto1*, Erry Sumarjono2
1Universitas Trisakti Kampus A Jl. Kyai Tapa no 1 Grogol Jakarta Barat Gedung D lantai 3 Prodi
Teknik Pertambangan Trisakti,
2Prodi Teknik Pertambangan STTNAS Jl. Babarsari, Tambak Bayan, Caturtunggal, Kec. Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 Prodi Teknik Pertambangan STTNAS

*Corresponding Author: reza.aryanto@trisakti.ac.id

ABSTRAK. Longsoran Bukit Kaliwadas terjadi pada tanggal 28 Oktober 2017 dimana
longsoran ini membuat rekahan yang telah ada semakin lebar dan dalam. Selama seminggu
sebelum terjadinya longsoran, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur daerah
Karangsambung dan sekitarnya. Hujan terjadi setelah musim kemarau yang panjang pada
daerah Karangsambung. Longsoran ini berdampak pada kerugian yang diterima oleh
penduduk setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
atau dampak yang ditimbulkan dari longsoran lereng tersebut baik dampak yang telah
terjadi seperti rusaknya infrastruktur umum maupun potensi dampak yang mungkin
terjadi seperti rusaknya lingkungan serta hilangnya mata pencaharian terhadap masyarakat
sekitar daearah longsoran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan data
kuantitatif. Longsoran mengakibatkan terlepasnya massa batuan dari lereng dengan arah
longsoran ke arah Barat Daya. Dari penelitian yang telah dilakukan kerugian dari rusaknya
infrastruktur sekitar 60 juta rupiah dan potensi kerugian bila terjadi kembali longsoran
adalah hilangnya mata pencaharian yang ditaksir sebesar 21 juta rupiah. Nilai pH yang
didapat dalam rentang 7.5 – 8 untuk menggunakan pH digital, 8 – 8.4 untuk hasil
laboratorium, nilai TDS dalam rentang 202 – 362mg/l dan nilai TSS dalam rentang 3 – 42
mg/l. Semua hasil kualitas air ini masih sesuai dengan baku mutu PP No 82 tahun 2000.

Kata kunci: Longsoran, Dampak, Rusaknya Infrastruktur, Potensi Dampak, Rusaknya


Lingkungan, Hilangnya Mata Pencaharian

39
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D030UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENENTUAN ZONASI WILAYAH RISIKO AIR TANAH TERHADAP


PEMOMPAAN BERLEBIH DI CEKUNGAN AIR TANAH
YOGYAKARTA-SLEMAN, DIY
Heru Hendrayana1*, Yohanes Rasul Amrih Setyo Wicaksono1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

*Corresponding Author: heruha@ugm.ac.id

ABSTRAK. Pemanfaatan air tanah di wilayah CAT Yogyakarta-Sleman semakin meningkat


akibat perkembangan pesat pada sektor industri, sektor rumah tangga dan kebutuhan air
sektor lainnya. Peningkatan pemanfaatan air tanah yang tidak terkendali akan
menimbulkan dampak terjadinya degradasi air tanah, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan pemanfaatan air tanah, serta untuk
mengurangi dampak negatif khususnya terhadap pemompaan air tanah, maka perlu
dilakukan langkah sistematis dalam pengelolaan air tanah. Salah satu program strategis
kegiatan pengelolaan air tanah dengan melakukan zonasi wilayah risiko air tanah terhadap
pemompaan berlebih. Tujuan dari penelitian ini adalah analisis dan evaluasi parameter
penentu tingkat risiko air tanah terhadap pemompaan dan memetakan tingkat risiko
wilayah akibat pemompaan air tanah. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan
secara deskriptif kualitatif dan semi kuantitatif, dengan menggunakan metode tumpang
susun dan penyelesaian evaluasi matriks. Metode tumpang susun akan diaplikasikan pada
parameter penentu zona kerentanan air tanah, sedangkan metode evaluasi matriks akan
digunakan pada parameter penentu tingkat bahaya dan tingkat risiko air tanah terhadap
pemompaan berlebih. Hasil pengolahan data ini ditampilkan secara spasial dalam peta-
peta tematik. Tingkat risiko air tanah terhadap pemompaan berlebih di CAT Yogyakarta-
Sleman mempunyai kisaran dari zona risiko rendah sampai dengan zona risiko tinggi.
Tingkat risiko wilayah air tanah terhadap pemompaan berlebih berkorelasi erat dengan
karakteristik hidrogeologi setempat, tingkat pemanfaatan air tanah dan nilai strategis air
tanah. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan langkah
kebijakan yang bersifat regulatif dan teknis agar tercipta efektivitas dan efisiensi pada
pengawasan dan perlindungan air tanah secara berkelanjutan.

Kata kunci: cekungan air tanah, pemompaan air tanah, kerentanan air tanah, bahaya air
tanah, risiko air tanah

40
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D042UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

BIO ENGINEERING TECHNIQUE AS LANDSLIDE MITIGATION


MEASURES AT CIBEUSI VILLAGE AND ITS SURROUNDINGS,
CIATER, SUBANG DISTRICT WEST JAVA PROVINCE
Vismaia Isanjarini1*, Fadhila Aulia1
1Geological Engineering Padjadjaran University Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21, Hegarmanah,
Jatinangor, Sumedang Regency, West Java Province, 45363

*Corresponding Author: visanjarini@gmail.com

ABSTRAK. Landslides is one of the most common natural disasters in the world causing
large economic losses and casualties. Cibeusi is one of the areas that has a large risk of
landslides because it has slope ± 87°. This research area is an area that has many
settlements, plantations and rice fields. So, it will have a huge impact on the local
population. There are many ways that can be done as a landslide mitigation, but bio
engineering technique is the best method that can be applied because it will increase of
slope stability by root reinforcement, and it can be agricultural and recreational use. This
method uses the combination of bush-mattress construction with wood pegs, log brush
barrier, and fascines (bush wattles). Bush-mattress construction with wood pegs are built
rectangular to the slope and in contour lines direction consistent of 15 – 20 or and 25 – 30
living branches of Salix, Eleagnus, Platanus e.t.c. Long brush barrier applied depends on
pitch of a slope. (Pitch 20% - 50% the distance between them is 8 m. And fascines (bush
wattles) use chestnut peggs (length 1.5-2,0 m diameter 4 – 5 cm) are driven into the soil
(depth 0.7 – 1.2 m) every 30 cm between them and 60 living brunches/m of Salix Vitex.
Based on the previous study, using this combination method it can filter barrier to prevent
landslide and scouring of the bank, immediate protective cover for the bank, and reduces
toe erosion. So, the potential of landslides can be reduced.

Kata kunci: Slope, Landslide, Mitigation, Bio Engineering, Cibeusi

41
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D051UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENERAPAN METODE REGRESI LOGISTIK UNTUK ZONASI


KERENTANAN GERAKAN MASSA, STUDI KASUS DI DAERAH
BUGELAN DAN SEKITARNYA, KISMANTORO, WONOGIRI, JAWA
TENGAH
Raden Roro Diny Novia Putri 1*, Doni Prakasa Eka Putra1
1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

*Corresponding Author:dinynoviaputri96@gmail.com

ABSTRAK. Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Wonogiri yang
dibuat oleh DESDM (2009), Desa Bugelan dan sekitarnya, Kecamatan Kismantoro berada
dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi. Pemetaan kerentanan
gerakan massa perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor pengontrol terhadap
zonasi kerentanan gerakan massa. Faktor yang digunakan meliputi nilai Geological
Strenght Index (GSI), kemiringan lereng, jarak dari sungai, dan jarak dari jalan. Data nilai
GSI diperoleh dari identifikasi intensitas diskontinuitas dan kondisi permukaan
diskontinuitas pada massa batuan. Data kemiringan lereng diperoleh dari pengolahan peta
digital elevation model (DEM), dan data jarak dari sungai serta jarak dari jalan diperoleh
dari pengolahan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI). Kemudian seluruh faktor tersebut
dianalisis dengan menggunakan metode statistik regresi logistik untuk mengetahui
pengaruh faktor tersebut terhadap kejadian gerakan massa dan menghitung nilai
probabilitas gerakan massa. Setelah dilakukan analisis, dapat diketahui bahwa parameter
jarak terhadap jalan dinyatakan tidak signifikan terhadap kejadian gerakan massa di
daerah penelitian. Nilai probabilitas gerakan massa kemudian dibagi menjadi 5 tingkat
kerentanan gerakan massa. Maka, Desa Bugelan dan sekitarnya seluas 43% berupa daerah
dengan tingkat kerentanan gerakan massa yang sangat rendah, sedangkan daerah dengan
tingkat kerentanan gerakan massa sangat tinggi hanya seluas 1%. Persentase prediksi
kerentanan gerakan massa ini sebesar 75% yang berarti peta kerentanan gerakan massa
tersebut layak digunakan.

Kata kunci: faktor pengontrol gerakan massa, metode regresi logistik, Geological Strength
Index, Kismantoro

42
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D053UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN


METODE GAYA BERAT ANALISIS FIRST HORIZONTAL DERIVATIVE
(FHD) DAN SECOND VERTICAL DERIVATIVE (SVD), GUNA UPAYA
MITIGASI BENCANA GEMPABUMI DI KABUPATEN WONOSOBO,
PROVINSI JAWA TENGAH
Andini Fitriastuti1*, Aristo1, Fadhila Friany Putri1
1Program Studi Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia. Jalan Prof. Dr. Sudjono D Pusponegoro, Kampus UI Depok, 16424

*Corresponding Author: fitriastutiandini@gmail.com

ABSTRAK. Gempa berdampak besar di Wonosobo tercatat pernah terjadi pada 1877 dan
1924. Aktivitas tektonik Wonosobo menunjukkan adanya sesar aktif yang masih
tersembunyi dan punya potensi mengancam wilayah Kabupaten Wonosobo dan sekitarnya
berkaca dari adanya sejarah gempa kuno yang cukup besar. Berdasarkan data BMKG,
terjadi gempabumi berkekuatan 2,6 SR yang mengguncang dataran tinggi Dieng,
Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah dengan episenter terletak di darat dengan
jarak 25 kilometer arah timur laut (7.35 ˚LS dan 109.92 ˚BT) Kabupaten Wonosobo pada 25
Desember 2018 silam. Gempa berkedalaman 10 km tersebut disebabkan oleh aktivitas sesar
minor yang belum teridentifikasi pergerakannya dan titik episenter gempanya terletak
berdekatan dengan dua gunung api aktif yaitu Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Rangkaian gempa di tempat yang sama pernah tercatat yaitu 4.8 SR pada 19 April 2013 dan
3.1 SR pada 2 Januari 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
struktur bawah permukaan yang terdapat di kabupaten Wonosobo khususnya di sekitar
Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro dengan melakukan pengolahan data gravitasi
Airborne Survey dari Topex. Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan kontras nilai
medan gravitasi wilayah Kabupaten Wonosobo dengan dugaan awal adanya patahan.
Untuk mengindentifikasi jenis patahan tersebut telah dilakukan pengolahan dengan
menggunakan metode First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative
(SVD) dari Anomali Bouger. Hasil yang didapatkan dari penelitian menunjukan sebaran
Anomali Bouger sebesar 5 mGal – 120 mGal. Dari hasil analisis SVD dan FHD, sesar yang
berada di daerah penelitian merupakan patahan naik.

Kata kunci: gaya berat, First Horizontal Derivative, Second Vertical Dervative, patahan

43
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D054POP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

THE ROLE OF GEOMORPHOLOGY FOR ANALYSIS OF LANDSCAPE


ECOLOGY IN THE LONING WATERSHED, KARANGSAMBUNG-
KARANGBOLONG NATIONAL GEOPARK
Puguh Dwi Raharjo1*, Kristiawan Widiyanto1, Sueno Winduhutomo1, Angga Yudaputra1
1Research & Development Division for Earth Conservation and Information, Indonesian Institute of
Sciences (LIPI), JL. Karangsambung KM 19 Kebumen, Jawa Tengah, 54353

*Corresponding Author: puguh.draharjo@karangsambung.lipi.go.id

ABSTRAK. This location is geologically located in the melange zone due to the subduction
of the Australian plate with the Eurasian plate, so that rocks have high diversity. Loning
watershed is one of the watersheds located in Karangsambung-Karangbolong National
Geopark area. Geopark is an integrated regional concept in protecting geological heritage in
a sustainable manner for human welfare. Geodiversity, biodiversity, and culturdiversity are
regional elements that aim at conservation, education and tourism. The complex geological
process of loning watershed affects geomorphological variation. Every last unit of
geomorphological landforms has different characteristics and functions. The purpose of this
study was to analyze the geomorphological aspects related to ecology, so that sensitivity to
landscape ecology can be obtained for the carrying capacity of the environment in the
Geopark Region. The target to be achieved is the creation of geodiversity and biodiversity
conservation area management. The research method used uses a laboratory and field
approach. Study of laboratory approaches with digital image processing for analysis of
vegetation cover with NDVI formula, geomorphological interpretation, river morphometry
and other spatial data analysis. Field approach by identifying each altitude segment on
biodiversity and geodiversity parameters. The geomorphology in the Loning Watershed is
used as a unit of land for landscape ecology. The river order reaches 4 segments, with a
level 1 river order amounting to 150. Surface runoff based on the rate of flow density has a
value of 4.71 with a bifurcation ratio of 5.73. In the watershed Loning has the characteristics
of the river flow through the rock with soft resistance so that the sediment transported by
the flow will be greater. The shape of the longitudinal watershed with the peak discharge is
long and the decline is also long. Geomorphology is divided into 5 units from upstream to
downstream which all have different.

Kata kunci: ecology, Karangsambung, Geomorphology, Geopark, Watershed

44
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D057UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENGARUH ALTERASI HIDROTERMAL TERHADAP KEJADIAN


LONGSOR DI DAERAH PASIRPANJANG, KECAMATAN SALEM,
KABUPATEN BREBES, PROVINSI JAWA TENGAH
M Naufal Alfaiz1*, Wahyu Wilopo1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

*Corresponding Author: nanaufal68@gmail.com

ABSTRAK. Bencana Longsor di daerah Pasir Panjang, Kabupaten Brebes merupakan salah
satu longsor debris terbesar di Jawa Tengah di tahun 2018 dengan jangkauan debris hingga
2,5 km. Kejadian ini memakan banyak korban jiwa dan kerugian material lainnya. Longsor
ini dipicu oleh terjadinya hujan yang terjadi tiga hari berurutan kemudian faktor sktuktur
geologi, pelapukan dan proses alterasi batuan menjadi salah satu kunci utama terjadinya
longsor ini. Pada Zona longsor tersebut memiliki litologi batupasir tuffan, sisipan
batulanau tuffan dan Breksi Andesit dimana mengalami tingkat pelapukan yang relatif
tinggi. Kemudian secara struktur geologi pada daeah ini hanya ditemukan banyak kekar-
kekar gerus dengan orientasi barat laut-tenggara yang memicu terjadinya proses alterasi
hidrotermal pada daerah ini. Oleh karena itu proses pelapukan batuan juga menjadi lebih
intensif sehingga daerah ini memiliki lapisan tanah yang tebal. Metode penelitian meliputi
analisis petrografi, X-ray diffraction dan X-ray fluorescence untuk mengidentifikasi jenis
alterasi hidrotermal yang berpengaruh terhadap terjadinya longsor debris ini, adalah
Alterasi Argillik dengan mineral penciri montmorilonite, kaolinite dan illite yang memiliki
karakteristik tingkat swelling yang tinggi. Jadi dengan adanya zona struktur geologi
dengan pelapukan intensif dan mineral lempung tersebut secara signifikan dapat
mengurangi kekuatan batuan dan menyebabkan longsor debris di daerah penelitian.

Kata kunci: longsor, Brebes, Alterasi hidrotermal, Debris

45
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D059UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PEMODELAN PERSEBARAN MATERIAL PAF DAN NAF PADA PIT


TIDAL, EAST BLOCK, WILAYAH PERTAMBANGAN BATUBARA PT.
INDOMINCO MANDIRI DI WILAYAH TELUK PANDAN, KUTAI
TIMUR, KALIMANTAN TIMUR
Bima Nugraha Widyatmaji1*, Mohamad Irza Fandi Pradana2, Jihan Athian2
1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah MadaJl. Grafika No. 2, Kampus
UGM, Yogyakarta, 55281,
2Office Mine Geology 30 PT. Indominco Mandiri Site Bontang, Jl. Poros Samarinda-Bontang Km.

10, Teluk Pandan, Kutai Timur, Kalimantan Timur, 75311

*Corresponding Author: bima.nugraha.w@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Salah satu dampak adanya aktivitas penambangan batubara tambang terbuka
adalah munculnya Air Asam Tambang (AAT) di sekitar lingkungan penambangan yang
dapat mempengaruhi kualitas air, makhluk hidup, serta kualitas tanah. Oleh karena itu,
diperlukan informasi awal sebagai suatu prediksi terhadap potensi pembentukan AAT
untuk mengantisipasi adanya dampak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuat
suatu prediksi terhadap kemungkinan terbentuknya AAT melalui karakterisasi interburden
dengan cara mengidentifikasi keberadaan material yang berpotensi membentuk keasaman
(PAF) dan yang tidak berpotensi membentuk keasaman (NAF) serta bagaimana model
persebarannya. Hasil karakterisasi batuan dan model geologi akan menghasilkan model
geokimia batuan yang menggambarkan sebaran tipe geokimia batuan baik pada arah
lateral maupun arah vertikal. Lokasi penelitian berada pada wilayah pertambangan
batubara PT. Indominco Mandiri calon Pit Tidal, East Block yang terletak di Kecamatan
Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Data yang digunakan
pada penelitian ini berupa data sumur pemboran (batuan inti) yang terdiri dari data litologi
dan data kualitas kimia batuan (pH NAG). Pada penelitian ini dilakukan pemodelan
persebaran material PAF dan NAF dari data sumur pemboran pada lokasi penelitian
menggunakan software Minescape 5.7. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa lokasi
penelitian secara keseluruhan memiliki perbandingan volume material PAF yang lebih
dominan (54,31%) dibandingkan dengan volume material NAF (44,69%) dengan
persebaran material PAF yang dominan berada pada batuan interburden C11-C12, C14-
C15, C15-L15, L15-C16, C16-C17, C17-C18, C18-U19 serta material NAF yang menyebar
menempati daerah selain pada batuan yang dominan ditemukan material PAF didalamnya.

Kata kunci: Air asam tambang, model kualitas, Potential Acid Forming (PAF), pencemaran
lingkungan, tambang batubara

46
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D078UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH DENGAN


METODE WEIGHTS OF EVIDENCE (WoE) DI KECAMATAN
SAMIGALUH, KABUPATEN KULON PROGO
Wahyu Wilopo1*, Naufal Faris2
1Department of Geological Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta 55281, Indonesia Center for Disaster Mitigation and Technological Innovation (GAMA-
InaTEK), Universitas Gadjah Mada, Indonesia,
2Department of Geological Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta 55281, Indonesia

*Corresponding Author: wwilopo@gadjahmada.edu

ABSTRAK. Kecamatan Samigaluh merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kulon


Progo yang paling sering terjadi gerakan tanah. Tercatat sejak tahun 2015 ada 10 titik
kejadian gerakan tanah, tahun 2016 ada 20 titik, tahun 2017 ada 175 titik, tahun 2018 ada 14
titik dan tahun 2019 hingga bulan April ada 18 titik gerakan tanah. Namun demikian
sampai saat ini belum tersedia peta detail mengenai zona kerentanan gerakan tanah di
daerah tersebut yang mendasarkan pada sejarah kejadian gerakan tanah. Sehingga
penelitian ini bertujuan untuk membuat peta zonasi kerentanan gerakan tanah pada daerah
tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode Weights of Evidence (WoE), dengan
menggunakan enam paremeter yaitu kelerengan, kondisi tanah dan batuan, tata guna
lahan, tata air lereng dan jarak dari kelurusan struktur. Dari enam parameter yang
digunakan, dihasilkan zona kerentanan gerakan tanah yang dibagi menjadi tiga zona, yaitu
zona kerentanan rendah, zona kerentanan menengah dan zona kerentanan tinggi. Zona
kerentanan rendah dijumpai di Desa Purwoharjo, Desa Purwoharjo dan Desa Gerbosari,
zona kerentanan menengah sebagian besar berada di Desa Kebonharjo dan Ngargosari,
sedangkan zona kerentanan tinggi berada di Desa Kebonharjo dan Ngargosari.

Kata kunci: Pemetaan zona gerakan tanah, metode Weights of Evidence

47
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA D079UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

REMEDIASI Cd DENGAN MENGGUNAKAN TUFA ZEOLITIK


NENGAHAN, DESA TEGALREJO, KECAMATAN GEDANGSARI,
KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA
Adinda Ardiana1*, Wawan Budianta1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika 2 Kampus
1

UGM, Yogyakarta

*Corresponding Author: adindaardiana1@gmail.com

ABSTRAK. Permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan limbah air menghasilkan


logam berat, salah satunya adalah logam berat kadmium. Konsentrasi logam berat
kadmium yang tinggi dapat menyebabkan kualitas lingkungan perairan menjadi menurun.
Tindakan remediasi dengan memanfaatkan material zeolit sebagai adsorben dapat menjadi
penjerap yang efektif dalam mengurangi konsentrasi larutan logam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan tufa zeolitik dari sampel yang diambil di
daerah Tegalrejo, Gunungkidul, Yogyakarta dalam meremediasi larutan logam kadmium.
Penelitian ini meliputidua studi, yaitu karakterisasi fisik, mineralogi dan kimia serta
percobaan laboratorium tufa zeolitik dengan menggunakan metode uji batch. Parameter
percobaan laboratorium meliputi ukuran butir tufa zeolitik, berat tufa zeolitik, pH larutan,
dan konsentrasi awal. Hasil penelitian menunjukkan karakter fisik, mineralogi dan kimia
tufa zeolitik memiliki komponen penyusun yang bervariasi dan kapasitas pertukaran
kation yang cukup tinggi. Hasil uji batch menunjukkan perilaku adsorpsi tergantung pada
berat tufa zeolitik, makin banyak berat sampel yang digunakan akan meningkatkan
kapasitas adsorpsi karena semakin memperluas permukaan luar adsorben sehingga situs
aktif pertukaran kationnya makin banyak. Hasil juga menunjukkan pengurangan ukuran
butir tidak meningkatkan kapasitas adsorpsi. Pengaruh pH larutan menjadi parameter
yang paling penting. Ketergantungan adsorpsi pada nilai pH <4 meningkatan kompetisi
awal logam Cd dengan H+. Hasil lain mengungkapkan peningkatan konsentrasi awal Cd
dalam sistem menyebabkan peningkatan kapasitas adsorpsi menjadi sedikit dan menjadi
konstan pada konsentrasi tinggi. Adsorpsi optimum yang didapatkan darikeempat
parameter yang digunakan selama waktu kontak 240 menit adalah sebesar antara 20 – 50%.
Dengan demikian tufa zeolitik di daerah penelitian mempunyai potensi yang cukupbaik
sebagai material adsorben untuk logam berat.

Kata kunci: tufa zeolitik, logam kadmium, uji batch, parameter adsorpsi, adsorpsi

48
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E003PRO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENENTUAN DAERAH RESAPAN MATA AIR DI PULAU YAMDENA


DENGAN METODE ISOTOP STABIL
Wulan Seizarwati1*
1
Pusat Litbang Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. Ir. H.
Juanda No. 193 Bandung

*Corresponding Author: wulanseizarwati@gmail.com

ABSTRAK. Dalam rangka penyediaan air baku di wilayah Pulau Yamdena, Kabupaten
Maluku Tenggara Barat terdapat mata air yang potensial untuk dimanfaatkan, yaitu Mata
Air Wemomolin dan Mata Air Watemar. Debit kedua mata air tersebut masing – masing 40
L/det dan 19,5 L/det. Kontinuitas sumber mata air tersebut perlu dijaga agar dapat terus
memberikan pasokan airbaku bagi penduduk setempat, sehingga pemetaan daerah resapan
mata air menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Penentuan daerah resapan dalam
penelitian ini menerapkan metode pengujian isotop stabil deuterium (δ2H) dan oksigen-18
(δ18O). Metode ini didasarkan atas hubungan antara kandungan isotop dalam mata air
dengan distribusi konsentrasi isotop air hujan yang turun pada elevasi tertentu yang
kemudian mengalami infiltrasi dan masuk ke dalam sistem air tanah. Kandungan isotop
berat dalam air hujan berkurang dengan bertambahnya elevasi. Konsep ini diterapkan
untuk menentukan kisaran elevasi dari suatu sumber air yang muncul di daerah luahan,
seperti mata air. Berdasarkan uji isotop stabil, diketahui kisaran elevasi daerah resapan
Mata Air Wemomolin antara 82 – 152m di atas permukaan laut (m dpl), sedangkan Mata
Air Watemar berkisar antara 76 – 117 mdpl. Dengan memetakan daerah resapan, maka
selanjutnya dapat dilakukan upaya perlindungan maupun konservasi untuk menjaga
keberlanjutan mata air tersebut.

Kata kunci: mata air, daerah resapan, isotop stabil, deuterium, oksigen-18

49
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E008UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KAJIAN HIDROLOGI PADA LUBANG BUKAAN BEKAS


PENAMBANGAN BIJIH MANGAN DI DUSUN KLIRIPAN DESA
HARGOREJO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
Halimah Tusak Diah1*, Suyono2, Tedy Agung Cahyadi2
1Sarjana Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta,
2Dosen Jurusan Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta
*Corresponding Author: Halimahtusakdiah3@gmail.com

ABSTRAK. Kegiatan penambangan bijih Mangan di Dusun Kliripan Kabupaten


Kulonprogo sudah berhenti sekitar tahun 1983. Sistem penambangan menggunakan
Tambang Bawah Tanah (underground mining system), sedangkan metode tambang bawah
tanahnya menggunakan metode Gophering atau Coyoting. Pada tambang Kliripan
terdapat dua lubang bukaan utama, yaitu Vertikal Shaft (PPTM) dengan sudut kemiringan
90° dan Inclined Shaft (Sunoto) dengan sudut kemiringan ± 23° . Saat ini kedua lubang
bukaan tersebut dalam kondisi terendam air. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
sumber air dan besarnya debit air yang masuk ke dalam lubang bukaan bekas
penambangan bijih mangan tersebut serta metode penirisannya (drain hole methode).
Sumber air tambang pada dua terowongan tersebut hanya berasal dari infiltrasi dan
rembesan air tanah. Hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan double ring
infiltrometer didapatkan kapasitas infiltrasi daerah penelitian sebesar 0,16 cm/min atau
2439.44 mm/hari. Dan curah hujan maksimum dari tahun 2007-2018 adalah sebesar 716
mm/hari. Debit air tanah dari infiltrasi yaitu sebesar 1600 m 3/min. Sumber Air yang masuk
kedalam lubang bukaan berasal dari rembesan air tanah.

Kata kunci: Vertikal Shaft, Inclined Shaft, Curah Hujan, Infiltrasi, rembesan Air Tanah

50
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E010UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PRIORITAS PENGELOLAAN ZONA KONSERVASI AIR TANAH DI


MATAAIR BISMO, KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH
Alfath Zain1*, Aulia Umami1, Fadhil2
1
Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl.
Kalisahak No. 28, Kompleks Balapan, Yogyakarta, D.I.Y. 55222,
2Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”

Yogyakarta Jl. SWK 104 (Ringroad Utara), Condong Catur, Depok, Sleman, D.I.Y. 55283 3

*Corresponding Author: alfathzain@gmail.com

ABSTRAK. Konservasi air tanah merupakan salah satu komponen penting dalam
pengelolaan air tanah sebagai upaya mencegah degradasi kuantitas dan kualitas air tanah.
Mata air Bismo adalah mata air dengan debit terbesar di Kabupaten Batang dan
dimanfaatkan sebagai sumber mata air bagi PDAM. Maksud dari penelitian ini adalah
untuk menentukan langkah perlindungan air tanah melalui tindakan konservasi air tanah,
sehingga dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan program
pengelolaan air tanah di mata air Bismo. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan
kondisi hidrogeologi mata air Bismo, menentukan nilai dari parameter yang digunakan
dalam penentuan zona konservasi, dan menentukan zona konservasi air tanah. Metode
yang digunakan untuk penentuan zona konservasi air tanah yaitu dengan menentukan
nilai parameter zona konservasi antara lain: tata guna lahan, kemiringan lereng dan
kerapatan vegetasi. Dengan teknik pembobotan dan penampalan dari setiap parameter
dapat ditentukan zona konservasi air tanah pada daerah penelitian. Kondisi hidrogeologi
pada daerah penelitian yaitu termasuk dalam tipe sistem akuifer endapan gunung api yang
tersusun oleh perselingan breksi dan lava andesit. Mata air Bismo mengeluarkan air tanah
secara menerus, baik pada musim penghujan maupun pada musim kemarau. Berdasarkan
jenis akuifernya mata air Bismo masuk kedalam mata air artesis yaitu mata air yang air
tanahnya berasal dari akuifer tertekan. Kemunculan mata air Bismo disebabkan oleh
adanya Sesar Turun yang menyebabkan jalan bagi air tanah untuk keluar kepermukaan,
mata air seperti ini disebut dengan mata air fracture. Zona konservasi air tanah didaerah
penelitian terbagi menjadi 4 zona, yaitu Zona I (Rawan), Zona II (Kurang Aman), Zona III
(Cukup Aman) dan Zona IV (Aman).

Kata kunci: Bismo, Sistem Akuifer, Zona Konservasi

51
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E014UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENENTUAN MODEL ATENUASI PERCEPATAN TANAH UNTUK


WILAYAH SUMATRA BARAT BERDASARKAN SUMBER GEMPA BUMI
SUBDUKSI INTERFACE
Sidiq Hargo Pandadaran1*, Aziz Widiarso1, Arif Alhazmi Fauzi1, Sigit Eko Kurniawan1,
Adi Surya Widya Wibawa2
1Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika / Jl. Angkasa I No.2 Kemayoran Jakarta Pusat, DKI
Jakarta 10720,
2Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika / Jalan Perhubungan I No.5 Pondok

Betung,Bintaro, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15221

*Corresponding Author: sidiqargo@gmail.com

ABSTRAK. Dalam pengembangan peta percepatan tanah tentunya diperlukan model


atenuasi percepatan tanah yang baik guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan keadaan
di lapangan. Hasil yang baik tersebut ditunjukkan dengan kedekatan antara hasil prediksi
dari model atenuasi dengan hasil observasi sensor akselerograf di lapangan. Pada
penelitian ini akan dibahas mengenai pemilihan model atenuasi percepatan tanah yang
cocok untuk wilayah Sumatra Barat berdasarkan 9 model atenuasi. Data percepatan tanah
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari rekaman 7 sensor akselerograf BMKG
yang terletak di provinsi Sumatra Barat dari tahun 2012 hingga tahun 2017 dengan jumlah
182 rekaman yang berasal dari 57 kejadian gempa bumi, data parameter gempa bumi
bersumber dari katalog gempa bumi BMKG dengan rentang magnitudo 4.1 – 6.4 dan data
mekanisme fokal bersumber dari Global Centroid Moment Tensor (GCMT). Dari hasil yang
didapat menunjukkan model atenuasi percepatan tanah dari C. B. Crouse (1991) memiliki
hasil paling baik dengan nilai RMSE sebesar 0.40.

Kata kunci: Model atenuasi percepatan tanah, sumatra barat, subduksi interface

52
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E022POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

TINGKAT KESTABILAN LERENG PADA PERISTIWA GERAKAN


TANAH DI SEPANJANG JALAN WILAYAH KONSERVASI
KARANGSAMBUNG
Puguh D Raharjo1, Kristiawan Widiyanto1, Sueno Winduhutomo1*
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jl.
1

Karangsambung KM.19, Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah 54353

*Corresponding Author: seno.win84@gmail.com

ABSTRAK. Karangsambung is a sub district located in Kebumen Regency, it is a hill area


with many used for Perhutani plantation and pine land. Many landform changes begin to
be carried out along with the increasing human population.It is started from the plantation
area conversion into the settlement, and many slopes-cutting to widen the road as access
links between the villages. The land use changes are the landslides cause in this region. By
geotechnical test expected to find out the erosion cause and find out the prevention process.
From the laboratory test results is known that in the several disaster points soil types are
high plasticity clay (CH), high plasticity silt (MH) and passive silt (ML) with the water
content ranging from 30% - 70%. From the clay activity level is classified as inactive -
normal level and low – medium development level. Based on the value safety factor (Fs)
results calculation < 1 is mean that includes the labile or landslide slope. By the flow pattern
regulation system and change steep slopes into the terraces, it is expect able to reduce the
land movement disaster in this region.

Kata kunci: Geotechnical, land movement, stability slope, conversion area

53
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E024UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENGARUH LITOLOGI DAN GEOMORFOLOGI TERHADAP


KUALITAS AIRTANAH UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT,
KELURAHAN GONOHARJO, KECAMATAN LIMBANGAN,
KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH
Muhammad Rizqy Gau1*, Hulaima Nur Qonita1, Nur Hanifah1
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia Jl. Prof.H.SoedartoS.H, Tembalang,
1

Kec.Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah

*Corresponding Author: Muhammadrizqygau@gmail.com

ABSTRAK. Kualitas airtanah adalah suatu ukuran kondisi airtanah dilihat dari
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas airtanah dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor berupa litologi, geomorfologi, iklim, waktu, dan aktivitas makhluk hidup,
termasuk manusia seperti pembuangan limbah industri atau limbah pertanian. Penentuan
kualitas airtanah dapat dilakukan dengan analisis beberapa faktor yang mempengaruhi.
Pada Kelurahan Gonoharjo, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal masyarakat
menggunakan airtanah sebagai sumber air untuk konsumsi sehari-hari, baik untuk
keperluan rumahtangga, makan, minum, dan untuk kegiatan industri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh litologi dan geomorfologi terhadap kualitas
airtanah yang ada pada lokasi penelitian, sehingga diketahui kelayakan airtanah tersebut.
Metode yang dilakukan mencakup pemetaan geologi berupa pengambilan data litologi,
geomorfologi dan hidrogeologi. Kemudian analisis tipe hidrokimia airtanah, dan analisis
deskriptif. Penentuan kualitas airtanah berdasarkan baku mutu yang ditetapkan oleh WHO
2011, dan PERMENKES No 492/IV/2010. Bentuklahan pada daerah penelitian yaitu
bentuklahan vulkanik berbukit bergelombang (Van Zuidam, 1985) dan vulkanik berbukit
terjal (Van Zuidam, 1985). Litologi yang ditemukan berupa breksi vulkanik dengan
fragmen andesit dan matriks tuff. Hasil analisis hidrokimia menunjukkan pada daerah
penelitian memiliki unsur Cl yang cukup rendah, tetapi memiliki curah hujan sangat tinggi
dimana diindikasikan dengan adanya kandungan ion HCO 3 yang melimpah. Berdasarkan
hasil tersebut maka diinterpretasikan kondisi air tanah berada pada fasies air tanah
Alkaline Earth Water with Higher Alkaline Content Predominantly hydrogencarbonate.
Hasil perhitungan kualitas airtanah yaitu memiliki nilai WQI 11,72 menurut PERMENKES
No 492/IV/2010 dan WQI 9.47 menurut WHO 2011 yanga dimana keduanya
diklasifikasikan ke dalam kualitas airyang sangat baik (Kualitas Air Berdasarkan WQI).

Kata kunci: Breksi, Kualitas airtanah, Gonoharjo, Limbangan, Vulkanik

54
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E026UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KARAKTERISTIK GEOLOGI TEKNIK MASSA BATUAN PADA LOKASI


KONSTRUKSI BENDUNGAN TUKUL, KABUPATEN PACITAN,
PROVINSI JAWA TIMUR
I Gde Budi Indrawan1*, Rizzy Primanta1, Dwi Agus Kuncoro2
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
2BBWS Bengawan Solo
*Corresponding Author: igbindrawan@ugm.ac.id

ABSTRAK. Makalah ini menampilkan hasil penyelidikan geologi teknik yang dilakukan
untuk mengkarakterisasi massa batuan di lokasi pembangunan Bendungan Tukul.
Penyelidikan dilakukan melalui pemetaan geologi dan pemetaan geologi teknik kualitas
massa batuan permukaan berdasarkan klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating (RMR)
dan Geological Strength Index (GSI) pada singkapan batuan hasil penggalian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa daerah penelitian terdiri dari litologi berupa batupasir tufan, intrusi
porfiri andesit, andbreksi vulkanik. Massa batuan memiliki tingkat pelapukan rendah
hingga sangat tinggi. Batuan utuh memiliki nilai uniaxial compressive strength (UCS) berkisar
antara 1 hingga 250 MPa dan termasuk dalam kategori kekuatan ekstrem lemah hingga
sangat kuat. Massa batuan memiliki kualitas sangat buruk (nilai GSI <12 dan RMR <21),
kualitas buruk (nilai GSI 12 – 30 dan RMR21 – 40), kualitas sedang (nilai GSI 31 – 49 dan
RMR 41 – 60), dan kualitas baik (nilai GSI 50 –68 dan RMR 61 – 80). Tubuh bendungan
bertumpu pada batupasir tufan kualitas sedang serta breksi vulkanik dan intrusi porfiri
andesit kualitas sedang dan baik. Beberapa lokasi keruntuhan lereng batuan berasosiasi
dengan kemiringan lereng relatif curam dan massa batuan dengan kualitas buruk akibat
pengaruh pelapukan tinggi hingga sangat tinggi.

Kata kunci: Bendungan Tukul, karakterisasi massa batuan, klasifikasi massa batuan,
pemetaan geologi, penyelidikan geologi teknik.

55
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E028UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENGURANGAN KESADAHAN Ca, DAN Mg DENGAN KARBON


AKTIF DAN PENGARUHNYA TERHADAP KELAYAKAN KONSUMSI
PADA AIRTANAH DI DUSUN SAMBIREJO, KELURAHAN
TALAKBROTO, KECAMATAN SIMO, KABUPATEN BOYOLALI
Hulaima Nur Qonita1*, Miratul Izah2, Nabilah Afifah Habni Harahap3, Irvan Sumantri
Pakpahan4
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia Jl. Prof.H.SoedartoS.H, Tembalang,
1

Kec.Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah

*Corresponding Author: hulaimanurqonita@gmail.com

ABSTRAK. Kesadahan adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air dimana definisi
kesadahan air yaitu sifat kimia air yang mengandung mineral tertentu yang umumnya
terdiri dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Menurut WHO dampak penggunaan yang
timbul akibat penggunaan air sadah terhadap kesehatan adalah penyumbatan pembuluh
darah jantung dan batu ginjal. Airtanah yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
masyarakat Dusun Sambirejo, Kelurahan Talakbroto, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali
diketahui mengandung unsur Ca, dan Mg yang cukup tinggi, atau dapat termasuk ke
dalam kategori air sadah. Menurut PERMENKES No 492/IV/2010, toleransi kesahadan pada
air yaitu 500 mg/l, sedangkan tingkat kesadahan pada airtanah di Desa Sambirejo sebesar
224,68 mg/l. Walaupun masih tergolong tingkat menengah, apabila airtanah ini dikonsumsi
setiap hari dapat menimbulkan berbagai efek yang membahayakan bagi kesehatan. Salah
satu cara untuk menurunkan kesadahan adalah filtrasi dengan karbon aktif. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengurangan kesadahan air
menggunakan karbon aktif dan bagaimana pengaruhnya terhadap kelayakan kosumsi.
Metode yang digunakan yaitu dengan filtrasi air sadah sebanyak 1,5 liter menggunakan
pasir kuarsa dan karbon aktif dengan ketebalan 6 cm pasir kuarsa dan 30 cm karbon aktif,
dengan kecepatan aliran 1 ml/s. Hasil dari pengujian laboratorium, didapatkan bahwa
tingkat kesadahan akhir 179,74 mg/l atau pengurangan sebesar 20%. Sehingga
pengurangan tingkat kesadahan air dengan menggunakan metode filter karbon aktif efektif
mengurangi 20% tingkat kesadahan air dan lebih layak digunakan sebagai konsumsi
masyarakat.

Kata kunci:Kesadahan, Karbon Aktif, Pasir Kuarsa, Sambirejo, Boyolali

56
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E033UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENENTUAN ZONA PERLINDUNGAN AIR TANAH DANGKAL: STUDI


KASUS SUMBER AIR SISTEM PENGELOLAAN AIR MINUM (SPAM)
TOYA GAMA
Fathidliyaul Haq1*, Doni Prakasa Eka Putra1
1Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika No.2 Bulaksumur Yogyakarta

*Corresponding Author: fathidliyaul.haq@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Toya Gama merupakan lembaga Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) di
bawah pengelolaan UGM Residence. SPAM Toya Gama dibentuk sebagai upaya
penyediaan air minum mandiri bagi civitas akademika di UGM dari aspek air baku dan
pengelolaannya. Sumber air SPAM Toya Gama yang berasal dari sumur dangkal rawan
mengalami pencemaran. Kemungkinan pencemaran tersebut karena adanya aktifitas
penduduk yang berada di utara sumber airtanah SPAM Toya Gama. Untuk menjaga
kualitas air tanah dari pencemaran tersebut, perlu dilakukan penentuan zona perlindungan
air tanah yang mempengaruhi sumber air tanah SPAM Toya Gama.Metode penelitian
dilakukan dengan meninjau tata guna lahan, geologi, dan hidrogeologi lokasi peneltian,
kemudian menentukan zona perlindungan air tanah sumber air Toya Gama dengan
metode hidrogeologi, manual sederhana, dan analitis. Zona perlindungan yang dihasilkan
dari ketiga metode tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan zona perlindungan
sumber air tanah SPAM Toya Gama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Zona
perlindungan air tanah SPAM Toya Gama berada disekitar sumur Toya Gama yang terbagi
menjadi zona perlindungan dalam, luar dan wilayah tangkapan. Geometri dari zona
perlindungan air tanah pada zona perlindugan dalam berbentuk elipsoidal yang
memanjang ke arah barat laut yang memiliki luas 20.713 m2. Zona perlindungan luar
berbentuk elipsoidal yang memanjang dari utara ke selatan dengan luas 429.298 m2. Zona
perlindungan tangkapan berbentuk elipsoidal yang memanjang dari utarake selatan
memiliki dengan luas 677.714 m2.

Kata kunci: Hidrogeologi, SPAM, Toya Gama, Zona Perlindungan Air Tanah

57
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E037UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ANALISIS STABILITAS DAN PROBABILITAS KERUNTUHAN LERENG


SALURAN PENGARAH BENDUNGAN LADONGI, KOLAKA TIMUR,
SULAWESI TENGGARA
Bambang Hambar Eko Prasetyo1*, Panggah Bagaskara Nuraga1, Agung Permana2
1Program Studi Teknik Geologi UNSOED, Purwokerto
2Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kementerian PUPR, Sulawesi Tenggara

*Corresponding Author: bamshep24@gmail.com

ABSTRAK. Analisis kinematika dan stabilitas lereng merupakan salah satu studi untuk
mengetahui kestabilan suatu lereng melalui pendekatan geologi dan geoteknik. Fokus
penelitian pada Lereng Saluran Pengarah Bendungan Ladongi yang berada di Kelurahan
Atula, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara. Daerah
penelitian masuk kedalam peta geologi lembar Kolaka dengan Formasi Mekongga (Pzm)
penyusun utama batuan pada lokasi tersebut adalah sekis mika. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui stabilitas, probabilitas keruntuhan lereng (slope failure) serta jenis
perkuatan lereng Saluran Pengarah Bendungan Ladongi. Metode penelitian pada studi ini
terdiri dari Rock Mass Rating (RMR), Slope Mass Rating (SMR), dan analisis jenis keruntuhan
lereng secara stereografis menggunakan program dips 6. Hasil studi menunjukkan bahwa
nilai RMR Basic 41 (fair), probabilitas jenis keruntuhan terbesar adalah keruntuhan baji
(wedges failure) dan nilai SMR 39,65 (bad). Berdasarkan bobot nilai RMR dan SMR diperoleh
karakteristik massa batuan, karakteristik lereng serta jenis perkuatan yang diperlukan
untuk meningkatkan stabilitas lereng. Karakteristik massa batuan menengah, kohesi batuan
0,2 – 0,3 MPa, sudut geser dalam 25 – 35˚, waktu bertahan 1 minggu untuk rentang 5 m dan
sudut aman 55˚. Karakteristik lereng buruk (kelas IV), lereng relatif kurang stabil, jenis
keruntuhan planar atau baji skala besar. Arah muka lereng paling aman adalah N 200E dan
paling rawan N 120˚E. Perkuatan lereng yang diperlukan antara lain adalah rock bolts (L=4
m, S=1,5 – 2 m, D=20 mm), shotcrete (T=30 – 100 mm). Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa lereng dalam keadaan buruk atau sebagain besar kurang stabil, potensi
keruntuhan baji cukup besar sehingga perlu diberikan perkuatan untuk meningkatkan
stabilitas lereng. Namun secara kinematik, arah muka lereng terhadap arah bidang
diskontinuitas menguntungkan.

Kata kunci: Stabilitas, Kinematika, RMR, SMR, Stereografis, Saluran Pengarah

58
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E038UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KARAKTERISTIK GEOLOGI TEKNIK MASSA BATUAN TRASE JALAN


LINGKAR TIMUR JATIGEDE KM 08+150 – 17+500, KECAMATAN
JATIGEDE, KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT
I Gde Budi Indrawan1*, Rois Rohmanul Azizi1
1Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika No.2 Bulaksumur Yogyakarta

*Corresponding Author: igbindrawan@ugm.ac.id

ABSTRAK. Jalan Lingkar Timur Jatigede merupakan jalan yang diproyeksikan sebagai
jalan baru penghubung Wado-Tolengas yang terputus akibat penenggelaman oleh
genangan waduk akibat pembangunan Bendungan Jatigede. Proyek pembangunan Jalan
Lingkar Timur Jatigede khususnya di KM 08+150 hingga KM 17+500 belum dilakukan
penelitian karakteristik geologi teknik dan kestabilan lereng. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan karakteristik geologi teknik dan kestabilan lereng Jalan Lingkar Timur
Jatigede KM 08+150 hingga KM 17+500. Data yang digunakan dalam penentuan
karakteristik geologi teknik terdiri dari beberapa aspek, meliputi morfologi, batuan, tanah
dan struktur geologi. Metode penelitian yang digunakan yaitu pemetaan geologi teknik
dengan skala 1:25.000 serta pengujian sifat keteknikan pada sampel tanah dan batuan
untuk mengetahui karakteristik geologi teknik Jalan Lingkar Timur Jatigede KM 08+150
hingga KM 17+500. Metode klasifikasi massa batuan Geological StrengthIndex (GSI)
digunakan untuk menentukan kualitas massa batuan permukaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 4 satuan morfologi yaitu lembah homoklin Sarimekar,
punggungan homoklin Mekarasih, lembah homoklin Ciranggem dan punggungan antiklin
Ciranggem. Daerah penelitian tersusun oleh satuan geologi berupa batuserpih, breksi
andesit, tuff, batupasir-batulempung dan andesit porfiri. Berdasarkan klasifikasi massa
batuan Geological Strength Index (GSI), daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 satuan
yaitu batuan kualitas baik, batuan kualitas sedang, batuan kualitas buruk dan batuan
kualitas sangat buruk. Berdasarkan derajat pelapukan batuan, daerah penelitian dapat
dibagi menjadi 10 satuan yaitu batuserpih lapuk sedang, batuserpih lapuk sempurna,
breksi andesit lapuk rendah, breksi andesit lapuk tinggi, breksi andesit lapuk sempurna,
tuff lapuk sedang, tuff lapuk sempurna, batupasir-batulempung lapuk sedang, batupasir-
batulempung lapuk tinggi dan andesit porfiri lapuk tinggi

Kata kunci: Jalan Lingkar Timur Jatigede, karakteristik geologi teknik, Geological Strength
Index, kestabilan lereng, faktor keamanan

59
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA E041UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENENTUAN TITIK BOR EKSPLORASI AIR TANAH BERDASARKAN


DATA GEOLISTRIK DI DAERAH KARST
Cici Arti1*, Ilham Widi Putranto1, Lisna Tri Utami1, Purwanta1, Rani Kurniawati1, Wimbo
Agung Pangestu1
Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
1

Yogyakarta, Jalan SWK 104, Condongcatur, Yogyakarta

*Corresponding Author: ciciarti32@gmail.com

ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan di Desa Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten


Gunung Kidul. Daerah tersebut berupa bentuk lahan karst, dimana cukup sulit untuk
mendapatkan air di permukaan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian di daerah tersebut
dengan tujuan untuk mengetahui potensi keberadaan akuifer bawah permukaan. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Dipole-dipole.
Akuisisi data dilakukan sebanyak 7 lintasan dengan panjang lintasan 200 – 260 meter
dengan jarak tiap lintasan 20 meter. Berdasarkan data akuisisi, kemudian akan didapatkan
penampang bawah permukaan dari hasil pengolahan. Pada penampang 2D resistivitas,
akuifer memiliki nilai resistvitas rendah, bernilai antara 2,77 Ωm sampai 26,1 Ωm. Akuifer
tersebut berada di batugamping yang mengalamai pelarutan oleh air sehingga memiliki
porositas tinggi. Berdasarkan model 3D resistivitas, akuifer terdapat di semua lintasan
dengan kedalaman 10 – 15 meter. Sedangkan pada kedalaman sekitar 1 meter terdapat
wanrna biru tetapi bukan merupakan akuifer melainkan air hujan atau air meteorit yang
hanya bersifat sementara. Akuifer pada lintasan 4, 5, 6 dan 7 memiliki pola menerus
(conduit) sedangkan lintasan 1, 2 dan 3 berpola spot-spot. Berdasarkan letak dan
kedalamannya, maka perkiraan dilakukannya pemboran berada pada titik di lintasan 4
dikarenakan memiliki keterdapatan akuifer cukup banyak dan memiliki kedalaman kurang
lebih 10 meter.

Kata kunci: Akuifer, Geolistrik, Karst, Resistivitas

60
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F005POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

APPLICATION OF PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS IN THE


MAPPING OF HYDROTHERMAL ALTERATION USING LANDSAT 8
IMAGE IN KOKAP, KULON PROGO
Bayu Raharja1*, Agung Setianto2, Anastasia Dewi Titisari2
1Directorate General of Mineral and Coal, Ministry of Energy and Mineral Resources,
2Department of Geological Engineering, Gadjah Mada University

*Corresponding Author: bayu.raharja@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. The presence of gold mineralization in Kokap, Kulon Progo as a result from
hydrothermal alteration has been proven by several researchers through geochemical
analysis. Alteration mapping with optical remote sensing images in the tropical areas is
very difficult, due to atmospheric conditions, dense vegetation cover, and rapid
weathering. This study aims to assess the ability of Landsat 8 images in mapping of
hydrothermal alteration in Kokap, Kulon Progo with the Principles Component Analysis
(PCA) method. Multispectral classification with the maximum likelihood algorithm is then
performed to map the alteration types based on PC images and observation data in the
field. Two alteration zones were succeeded be mapped; argillic zone and propylitic zone.
The success of hydrothermal alteration mapping is then evaluated statistically using
confusion matrix. The acceptable level of accuracy is 85% with a kappa coefficient greater
than 0.8. The results showed that the best PCA were given by a combination of band ratio
images of 5:2 and 6:7 with an accuracy of 56.4% and kappa coefficient of 0.36 which is
below acceptance standard. The combination of Landsat 8 with ALOS Palsar DEM
succeeded in increasing accuracy to 59.5% with kappa coefficient of 0.4.

Kata kunci: hydrothermal alteration, Landsat 8, ALOS Palsar, principle component


analysis, multispectral classification

61
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F007UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

INTEGRASI METODE PEMETAAN GEOLOGI PERMUKAAN DAN


DATA GEOMAGNETIK PADA STUDI ANALISA ZONA ALTERASI
DAN STRUKTUR PENGONTROL MINERALISASI ENDAPAN EMAS
PRIMER TIPE SULFIDA RENDAH DI DAERAH PLAMPANG,KALIREJO,
KOKAP, KABUPATEN KULONPROGO,YOGYAKARTA
Fajar Sulistyo1*, Angger Imas Assidhiqie2, Aji Darma Maulana1
1Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta, Jalan SWK 104, Condongcatur, Yogyakarta
2Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta

*Corresponding Author: fajar.tobbong@gmail.com

ABSTRAK. Potensi endapan mineralisasi bijih primer emas (Au) di daerah Plampang dan
sekitarnya, Kabupaten Kulonprogo merupakan hasil aktifitas magmatisme pada daerah
post-vulkanik Kulonprogo kala Oligosen-Misoen. Beberapa titik pengamatan di permukaan
menunjukan adanya alterasi dan potensi mineralisasi tipe endapan epitermal. Studi
geofisika metode geomagnetik bermaksud untuk mendeliniasi zona prospek mineralisasi
bijih primer Au serta menyelidiki pola persebaran dan model endapan pada daerah
penelitian dengan mengacu pada data geologi permukaan yang ada. Pengukuran metode
geomagnetik dilakukan dengan 8 lintasan sepanjang 1,7 km, memotong arah umum
struktur pengontrol mineralisasi, dengan jarak antar titik 50 m dan jarak antar lintasan 143
m. Analisa terhadap peta Tilt-Derivative memperlihatkan daerah telitian berkembang tiga
arah umum struktur yaitu berorientasi tenggara-baratlaut, barat-timur dan baratdaya-
timurlaut. Sementara dari data geologi permukaan, pola mineralisasi di daerah penelitian
cenderung mengikuti 2 pola struktur utama yang berkembang yaitu sesar geser mengiri
regional Kali Plampang (timurlaut-baratdaya) dan sesar yang memotongnya (tenggara-
baratlaut), dengan persebaran urat termineralisasi kuat diperkirakan mengikuti pola
struktur regional Sesar Kali Plampang dengan arah umum berkisar N 51°E - N 76°E
(timurlaut-baratdaya) yang ditandai dengan kehadiran mineral-mineral asosiasi emas
(kalkopirit, kovelit, sphalerit, Galena) yang melimpah. Sementara dari hasil anomali reduce
to pole didapatkan bahwa semakin ke utara relatif mendekati zona inti dari sistem
epitermal yang ada dengan ditandai nilai anomali kemagnetan rendah (130 – (-500)nT)
relatif dominan sebagai respon dari frekuensi kehadiran jenis ubahan kuat yang lebih
intensif. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya singkapan alterasi silisik bertekstur
masif-vuggy, serta hadirnya mineral barit di sekitar LP 6 sebagai penciri pembentukan
suhu tinggi. Dengan demikian diduga kuat potensi kandungan logam berharga emas di
daerah utara lebih tinggi seiring dengan meluasnya persebaran jenis alterasi kuat dengan
ditandai hadirnya zona demagnetisasi (mengikuti zona inti cebakan mineralisasi)
dibandingkan pada daerah selatan.

Kata kunci: epitermal sulfida rendah, emas, tilt-derivative, struktur, demagnetisasi

62
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F012UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

CHARACTERISTICS AND ENVIRONMENT OF FORMATION OF AU-


AG HIGH-SULFIDATION EPITHERMAL DEPOSIT IN BAKAN AREA,
NORTH SULAWESI
Irsyad Jamaludin Widodo1*, Cahya Wimar Wicaksono1, Apit Dwi Cahya1
1Geological Engineering Department of UPN "Veteran" Yogyakarta/SWK Street 104, Depok,
Sleman, D.I.

*Corresponding Author: irsyadjamaludinw@gmail.com

ABSTRAK. Sebagian besar karakteristik endapan hidrotermal yang terbentuk melalui


proses hidrotermal dipengaruhi oleh fluida asal. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui karakteristik dan lingkungan pembentukan endapan Epitermal Sulfidasi
Tinggi Au-Ag melalui mineralogi dan pendekatan karakteristik fluida asal. Beberapa
parameter seperti batuan sumber, karakteristik mineralisasi, kehadiran alterasi dan mineral
sulfida, kedalaman, suhu dan salinitas fluida asal. Metode yang dipakai adalah petrografi,
mineragrafi, Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), Analytical Spectral Devices (ASD)
dan analisis inklusi fluida yang menghasilkan informasi tentang karakteristik dan
lingkungan formasi. Daerah penelitian terletak di Bakan, Kabupaten Bolaang Mongondow,
Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Pemetaan geologis menghasilkan empat satuan batuan
dari yang tertua yaitu lava andesit, tufa, breksi tufa, breksi diatrem dan breksi hidrotermal,
yang berevolusi dari fasies vulkanik medial ke pusat. Dua orientasi arah dominan yang
ditemukan adalah barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya yang ditafsirkan sebagai
jalur pra-mineralisasi dan cairan hidrotermal. Terdapat empat zona alterasi hidrotermal
yaitu zona silisik (kuarsa, tridimit dan kristobalit), zona alunit-kaolin (halloisite, alunite,
kaolinit, pirofilit, kuarsa dan dickit), zona kaolin (kaolinit, illit, monmorillonite, halloisite,
chlorite, dan dickite), dan zona chlorite (chlorite), dengan mineralisasi bijih ekonomi Au &
Ag. Karakteristik endapan adalah tipe sulfidasi tinggi kontrol litologi dengan mineralisasi
Au dalam matriks breksi hidrotermal, disseminasi pada breksi dan tuf diatrem. Proses
alterasi dan mineralisasi terdiri dari dua tahap: tahap volatile-rich dan liquid-rich. Analisis
inklusi fluida menunjukkan pembentukan mineralisasi pada kondisi salinitas fluida 0,36 -
1,08 Wt. % NaCl, berada pada kedalaman 305,5 – 1430,7 meter di bawah permukaan pada
suhu mulai dari 2300C - 3200C dengan tekanan 27,7 – 111,5 bar.

Kata kunci: characteristic, environment of formation, high sulfidation, fluid inclusion

63
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F017POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STUDI PENDAHULUAN PENAKSIRAN SUMBERDAYA ENDAPAN


BIJIH SKARN BESI-LOGAM DASAR MENGGUNAKAN METODE
ORDINARY KRINGING DI BLOK A KABUPATEN LAMANDAU
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Hasan Riyadi1*, Arifudin Idrus1, I Wayan Warmada1
1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika No. 2 Bulaksumur Yogyakarta

*Corresponding Author: hasan.riyadi@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Model endapan dalam penelitian ini adalah endapan skarn besi-logam dasar.
Geostatistikmerupakan suatu jembatan antara statistika dan Geographic Information
System (GIS). Analisis geostatistik merupakan teknik geostatistik yang terfokus pada
variabel spasial, yaitu hubungan antara variabel yang diukur pada titik tertentu dengan
variabel yang sama diukur pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama. Namun
seringkali masalah muncul pada saat solusi dari permasalahan estimasi telah diketahui,
untuk itu hadirlah suatu metode yang akan mempermudah pengerjaan dalam
menyelesaikan prediksi itu, yaitu metode kriging. Dalam perkembangannya banyak
metode kriging yang digunakan untu menyelesaikan berbagai kasus yang ada dalam data
geostatistik, misalnya terdapat kandungan mineral tersampel yang tidak memiliki
kecenderungan (trend) tertentu. Metode kriging yang sesuai untuk menyelesaikan kasus ini
adalah ordinary kriging karena metode ini dapat digunakan ketika rata-rata populasi tidak
diketahui.

Kata kunci: Studi Pendahuluan Penaksiran Sumberdaya Endapan Bijih Skarn Besi-Logam
Dasar Menggunakan Metode Ordinary Kriging di Blok A Kabupaten Lamandau Provinsi
Kalimantan Tengah

64
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F018UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STUDI PENDAHULUAN KARAKTERISTIK LEMPUNG GUNUNG


GEDANG, KECAMATAN SEYEGAN, KABUPATEN SLEMAN, DIY
Agung Prabawa1, Anastasia Dewi Titisari1*,

Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2
1

Bulaksumur, Yogyakarta 55281

*Corresponding Author: adewititisari@ugm.ac.id

ABSTRAK. Lempung merupakan salah satu bahan galian industri yang sangat penting
karena dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Rekomendasi pemanfaatan lempung
seharusnya mendasarkan pada jenis lempung dan sifat fisik serta sifat kimiawinya. Selama
ini lempung Gunung Gedang yang terletak di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, DIY
hanya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan baku pembuatan batu-bata dan
genteng, padahal jika dapat diketahui karakteristik lempung dengan lebih detil maka
lempung dapat direkomendasikan pemanfaatannya dengan lebih bervariasi pada berbagai
bidang yang tentunya akan dapat menambah nilai jualnya. Oleh karena itu, kajian ilmiah
karakteristik lempung tersebut perlu dilakukan. Penelitian ini merupakan studi
pendahuluan karakteristik lempung yang berada di Gunung Gedang untuk mengetahui
jenis mineral lempung dan sifat fisiknya. Metode pengambilan data dilakukan dengan
pengamatan kondisi geologi di lapangan dan pengambilan sampel batuan yang kemudian
dianalisis menggunakan metode petrografi dan XRD (X-Ray Diffraction). Pengamatan
megaskopis batuan dan pengamatan petrografi digunakan untuk mengetahui karakteristik
batuan induk dari lempung, sedangkan analisis XRD digunakan untuk mengetahui jenis
mineral lempung penyusun batuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gunung Gedang
tersusun oleh litologi diorit. Singkapan di lapangan memperlihatkan adanya urat-urat
kuarsa dan horison-horison tanah. Dengan adanya data tersebut, lempung di Gunung
Gedang diinterpretasi sebagai hasil dari proses alterasi hidrotermal dan hasil proses
pelapukan. Lempung Gunung Gedang tersusun oleh mineral-mineral kaolinit, smektit, dan
ilit. Lempung tersebut berwarna kuning kecokelatan, memiliki ukuran butir halus yang
dominan, dan mempunyai plastisitas rendah sampai menengah.

Kata kunci: lempung,Gunung Gedang, kaolinit, smektit, ilit

65
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F019UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STUDI PENDAHULUAN KARAKTERISTIK LEMPUNG TERHADAP


KERUSAKAN JALAN RAYA KEMUSU-JUWANGI, KABUPATEN
BOYOLALI, JAWA TENGAH
Aris Sutikno1, Anastasia Dewi Titisari1*
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2,
1

Bulaksumur, Yogyakarta 55281

*Corresponding Author: adewititisari@ugm.ac.id

ABSTRAK. Penggunaan transportasi darat memiliki peranan yang sangat vital bagi
kehidupan bermasyarakat, akibatnya jumlah kendaraan bermotor pun meningkat.
Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor itu tidak diimbangi oleh fasilitas jalan yang
memadai. Banyak jalan-jalan penghubung desa maupun kota yang mengalami kerusakan.
Kerusakan jalan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor kontruksi jalan maupun
faktor alas penopang kontruksi jalan. Faktor alas penopang kontruksi jalan berhubungan
dengan batuan sebagai pondasi atau alas jalan yang mengandung lempung yang
mempunyai sifat ekspansif (swelling). Sifat yang dimiliki lempung tersebut menyebabkan
lempung mengembang jika terkena fluida dan menyusut jika kehilangan fluida, dicirikan
dengan munculnya retakan-retakan saat lempung dalam kondisi kering. Hal tersebut
memicu kerusakan kontruksi jalan diatasnya. Salah satu jalan yang merupakan jalan utama
penghubung Kemusu-Juwangi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memiliki ciri mudah
rusak walau sudah sering diperbaiki. Secara geologi, daerah tersebut disusun oleh Formasi
Kerek dan Formasi Kalibeng yang didominasi oleh material bersifat lempungan. Oleh
karena itu, studi karakteristik lempung daerah penelitian menjadi penting agar dapat
diketahui faktor yang mempengaruhi kerusakan jalan ditinjau dari aspek mineraloginya.
Metode pengambilan data dilakukan secara langsung berupa pengambilan sampel batuan
yang kemudian dianalisis secara petrografi dan XRD (X-Ray Diffraction). Pengamatan
megaskopis batuan dan pengamatan petrografi digunakan untuk mengetahui karakteristik
batuannya, sedangkan analisis XRD digunakan untuk mengetahui jenis mineral lempung
penyusun batuan yang menjadi alas penopang konstruksi jalan. Berdasarkan pengamatan
megaskopis dan petrografi, diketahui bahwa litologi penyusun daerah penelitian adalah
sandy micrite dan allochemic sandstone. Hasil analisis XRD menunjukan kehadiran
mineral montmorilonit, kaolinit, haloisit, kuarsa, dan plagioklas. Kehadiran mineral
lempung tersebut, khususnya mineral montmorilonit yang merupakan mineral lempung
dengan sifat swelling tinggi, berpotensi merusak kontruksi jalan jalur Kemusu-Juwangi,
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Kata kunci: lempung, swelling, petrografi, XRD, Boyolali

66
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F020UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PETROLOGI BATUAN VULKANIK PULAU BAWEAN, KABUPATEN


GRESIK, JAWA TIMUR
Agus Hendratno, Farah Diba Khoir1*
1Jl. Grafika No.2 Bulaksumur, Yogyakarta Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM

*Corresponding Author: frhdibakhr@gmail.com

ABSTRAK. Pulau Bawean atau Gunung Bawean merupakan salah satu satu gunungapi
belakang busuryang ada di bagian utara Pulau Jawa (Laut Jawa) yang termasuk sebagai
gunungapi Kuarter. Gunung Bawean terletak pada posisi geografis 5°43' sampai 5°52' LS
dan 112°34' sampai 112°44' BT. Secara administraif, Gunung Bawean merupakan bagian
dari Kabupaten Gresik, Jawa Timur dengan luas daerah sekitar 200 kilometer persegi.
Lokasi penelitian berada di sekitar Pulau Bawean, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten
Gresik, Jawa Timur. Batuan vulkanik tersebut masuk ke dalam Formasi Batuan Gunungapi
Balibak. Penelitian dilakukan dengan pengamatan lapangan dan pengambilan data
dilakukan secara setempat-setempat (spot sampling). Data yang diperoleh kemudian
dianalisis menggunakan petrografi dan ICPAES-MS. Secara pengamatan megaskopis di
lapangan terdapat dua jenis yang dihasilkan berwarna abu-abu gelap dan abu-abu
kehijauan dengan tekstur afanitik dan porfiroafanitik. Secara petrografi, batuan memiliki
tekstur porfiritik, glomeroporfiritik, trakitik, dan pilotasitik. Batuan memiliki kandungan
mineral nefelin dan leusit yang mengindikasikan adanya nilai potasium yang tinggi. Pada
batuan tidak dijumpai adanya kuarsa sehingga dapat dikatakan bahwa batuan bersifat
silica undersaturated. Data analisis geokimia batuan menunjukkan nilai SiO2 yaitu 47,5-
54,5% yang menunjukkan batuan bersifat basa. Nama batuan yang ada yaitu trachy basalt,
basaltic trachy andesite, phonolite, phono-tephrite,dan tephri-phonolite. Secarageokimia,
afinitas magma yaitu calc-alkaline dan seri magma pada batuan yaitu high-K seriesdan
shosonitic series.

Kata kunci: petrologi, pulau bawean, vulkanik, potasium tinggi

67
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F023UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STUDI PENDAHULUAN BATUAN MAFIK DAN ULTRAMAFIK


SEKUEN OFIOLIT JALUR SUNGAI MEDANA DAN JALUR SUNGAI
LOKIDANG-PARAKANSUBAH, KARANGSAMBUNG, KEBUMEN,
JAWA TENGAH
Nugroho Imam Setiawan1, Fahmi Adiyatma M1*, Chusni Ansori2, Kardo Polarman R.
Silitonga1
1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika No.2
Bulaksumur, Yogyakarta
2Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Karangsambung Jln. Karangsambung Km.19, Kebumen

*Corresponding Author: adiyatmafahmi@ugm.ac.id

ABSTRAK. Sungai Medana, Lokidang dan Parakansubah di daerah Kebumen dan


Banjarnegara, Jawa Tengah merupakan sungai yang menyingkap batuan-batuan sekuen
ofiolit sebagai bagian dari Kompleks Melange Karangsambung. Penelitian ini bertujuan
untuk mengklasifikasikan sekuen ofiolit berdasarkan himpunan dan karakteristik
singkapan batuan mafik dan ultramafik di daerah penelitian. Pengamatan geologi
dilakukan secara sistematis dengan mengikuti kemenerusan singkapan sekuen ofiolit pada
masing-masing sungai di daerah penelitian serta pengambilan data lapangan dilakukan
dengan metode spot sampling. Pada bagian selatan ditemukan batuan sedimen pelagis dan
semakin ke utara ditemukan batuan beku yang semakin mafik mulai dari basalt, diabas,
gabbro hingga klinopiroksenit. Sampel batuan ofiolit dilakukan analisis petrografi
sebanyak 12 sampel. Basalt berwarna abu-abu kehitaman dengan struktur lava bantal pada
bagian atas dan jointing pada bagian bawah, tekstur batuan yaitu ukuran kristal <1–2 mm,
hipokristalin, porfiroafanitik, hipidiomorfik. Komposisi mineral berupa plagioklas dan
mineral mafik. Gabbro berwarna abu-abu cerah, ukuran kristal 4 – 12 mm, struktur masif
dan berlapis, tekstur holokristalin, faneritik, hipidiomorfik. Komposisi mineral utama
berupa piroksen, plagioklas, olivin, dan hornblende sebagai mineral aksesori. Diabas
memiliki komposisi mineral mirip dengan gabbro. Kedua batuan dibedakan berdasarkan
ukuran kristal yaitu diabas memiliki ukuran butir lebih halus yaitu 1 – 3 mm.
Klinopiroksenit berwarna hitam kehijauan, ukuran kristal 2 – 3 mm, tesktur holokristalin,
faneritik, hipidiomorfik granular. Mineral utama terdiri dari olivin, piroksen dan
hornblende. Serpentinit berwarna kehijauan dengan komposisi mineral utama yaitu
serpentin dan klorit sebagai mineral aksesori. Dari hasil pengamatan lapangan, sekuen
ofiolit daerah penelitian merupakan sekuen ofiolit yang tidak lengkap dan telah mengalami
metamorfisme. Sekuen ofiolit daerah penelitian termasuk kedalam sekuen ofiolit tipe
lherzolit yang dicirikan oleh kehadiran gabbro berlapis dengan geometri yang relatif tipis
(15 m) dan kehadiran diabas yang umum dijumpai pada bagian atas sekuen ofiolit.

Kata kunci: ofiolit, petrografi, Karangsambung, Medana, Lokidang, Parakansubah

68
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F029UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STUDI KARAKTERISTIK, PETROGANESIS DAN TINGKAT


PELAPUKAN INTRUSI SERTA KONTROL STRUKTUR PADA GUNUNG
GAJAH DAERAH JATIREJO, KECAMATAN GRIMULYO, KABUPATEN
KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Muhammad Aprischal Padjeko1*, Galuh Timur Yanto2, Yoyok Ragowo Siswomiharjo.S3,
Muslim4, Nicolaus Ario Wicaksana5, Agus Setiawan6, Trias Galena7
1
Teknik Geologi, institut sains & teknologi AKPRIND Yogyakarta. jl. Kalisahakno28, kompleks
Balapan Tromol pos 45 Yogyakarta - 55222

Corresponding Author: isalpadjeko85@gmail.com

ABSTRAK. Daerah penelitian merupakan hasil dari adanya aktifitas tektonik yang terjadi
sebanyak dua kali periode yaitu Oligosen awal - Miosen Awal dan Miosen Akhir - Kuarter
yang menghasilkan busur magmatik. Salah satu produk dari adanya aktifitas tektonik ini
yaitu munculnya intrusi di Gunung Gajah. Banyaknya batuan yang tersingkap pada daerah
penelitian sehingga memicu peneliti untuk melakukan penilitian dengan tujuan tahap yang
lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik, petrogenesis dan proses pelapukan pada
intrusi batuan basalt Gunung Gajah serta struktur pengontrolnya. Peneliti menggunakan
metode geological mapping dengan luasan daerah 4 km² serta metode analisis petrografi.
Berdasarkan hasil geological mapping daerah penilitian terusun atas lava, intrusi andesit,
batugamping kristalin Jongrangan dan endapan vulkanik Gunung Gajah. Kehadiran intrusi
membentuk karakteristik columnar joint rebah dengan bentuk prisma dengan tingkat
pelapukan sedang-kuat. Proses pelapukan dikontrol oleh struktur geologi berarah Utara –
Selatan berdasarkan data DEM-SRTM, sehingga memicu air permukaan menyusup
kedalam batuan melalui bidang-bidang lemah, keadaan topografi yang sangat curam dan
keadaaan batuan yang banyak terkekarkan menjadi faktor utama pelapukan. Sehingga
tingkat pelapukan pada daerah penilitian secara keseluruhan adalah lemah – sedang.
Analisis petrografi menunjukan karakteristik batuan intrusi memiliki struktur skoria,
tekstur holokristalin, subhedral, inequigranural, forfiritik dengan masa dasar plagioklas,
komposisi terdiri dari plagioklas 40%, piroksen 45%, olivin 7%, opak 3% dan sisanya adalah
rongga hasil pelepasan gas sebesar 5% dengan penamaan batuan andesit-basaltis. Maka
karakteristik intrusi yang hadir merupakan bagian dari gunungapi purba Gajah yang
berkomposisi basal-intermediet dan keluar melalui rekahan pada leher vulkanik dengan
membentuk struktur columnar joint rebah dan mengintrusi lava di atasnya yang telah
keluar lebih dahulu. Tingkat pelapukan yang lemah sampai sedang, namun dibeberapa
lokasi memiliki tingkat pelapukan yang kuat serta kontrol struktur yang dominan sehingga
dapat menjadi kajian dan pertimbangan jika dilakukannya pembangunan pada daerah
penilitian.

Kata kunci: Intrusi, Geological mapping, petrogafi, Gunung-Gajah

69
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F032UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PONGKOR REVEALS : CHARACTERIZATION OF LATE TERTIARY AU-


AG EPHITERMAL LOW SULPHIDATION DEPOSITS
Muhammad Husein Mubarak Hady1*, Fahmi Aulia1, Arisa Wahyu Pratama1
1Geological Engineering Department of UPN "Veteran" Yogyakarta/SWK Street 104, Depok,
Sleman, D.I.Yogyakarta

*Corresponding Author: muhammadhussenn@ymail.com

ABSTRAK. Pongkor Ancient Volcano is one of tertiary volcano in Java which has been
proven producing commodity of 98 tons Au and 1026 tons Ag (Milesi, 1999). The Au-Ag
deposit in Pongkor is an interesting object for explorationist that needs to be studied and
published in order to developing knowledge. The research was in one of the active mining
area in Bantar Karet Village, Nanggung, Bogor, West Java in the UTM 48S zone with
coordinates X: 672972mE-673373mE and 9263348mN-9262533mN. The purpose of this study
was to determine the characteristics of Au-Ag deposits including geological settings,
alteration distribution, and vein infilling. The research methods included surface mapping,
face mapping in underground mining, and laboratory analysis such as petrography and
geochemistry (XRD and Fire Assay). Based on surface mapping, there were 3 units of rock
from old to young in the form of lapilli-tuff Pongkor unit, andesite volcanic Pongkor unit,
and tuff Pongkor unit. All of them have miocene age. The structure that controls
mineralization is right slip fault with NW-SE orientation. Based on XRD analysis, alteration
that is present in the study area are phylic type (silica-chlorite-pyrite), propylitic type
(chlorite-calcite-silica), and argillic type (kaolinit-ilit-smectite-chlorite-silica). Mineralization
at Mount Pongkor has four stages infilling veins (Milesi, 1999), but in the study area only
two stages of infilling are found, namely CQ facies and MOQ facies. CQ facies has content
of 1.96 ppm for Au and 13.5 ppm for Ag, while the MOQ facies has 15.41 ppm for Au and
73.96 ppm for Ag. The vein texture are found in the form of primary growth texture
(Colloform Band, Comb, Crustiform Band, Vuggy Quartz, and Massive Chalcedonic) and
replacement texture (lattice bladed, parallel bladed, and saccharoidal). Based on these
characteristics, it can be concluded that the type of deposit is low sulfidation epithermal
deposit.

Kata kunci: Epithermal Low Sulphidation, Gold, Mineralization, Pongkor, Silver

70
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F038UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KARAKTERISTIK MINERAL LEMPUNG DI DUSUN BITING, DESA


PELEM, KECAMATAN PRINGKUKU, KABUPATEN PACITAN, JAWA
TIMUR
I Wayan Warmada1, Hasma Rodiah Sirait1*,
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2,
1

Bulaksumur, Yogyakarta 55281

*Corresponding Author: hasma.rodiah.s@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Persebaran bentonit di Dusun Biting, Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku,


Kabupaten Pacitan, Jawa Timur cukup luas dan mudah dijangkau. Sebagian besar bentonit
ditambang oleh warga dan dijual kepada kontraktor dengan nilai jual yang rendah.
Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik dan pemanfaatan bentonit untuk
meningkatkan nilai jual. Terdapat 21 titik pengambilan sampel di lokasi penelitian dan 6
dari 21 titik pengambilan sampel dipilih berdasarkan variasi litologi dan ketebalan
singkapan. Lokasi pengambilan sampel termasuk ke dalam Formasi Jaten dan Formasi
Wuni. Batuan yang tersingkap di lokasi penelitian adalah batulempung, batulempung
lanauan, batulanau tufan, dan batulempung tufan dalam satuan batulempung. Analisis
petrografi menunjukkan bahwa batuan-batuan tersebut mengandung mineral lempung,
feldspar, kuarsa, oksida besi, dan gelas vulkanik. Mineral lempung diinterpretasikan
sebagai hasil ubahan gelas vulkanik. Analisis XRD menunjukkan bahwa batulempung
mengandung smektit, kaolinit, klorit, kristobalit, kuarsa, pirit, plagioklas, kfeldspar, dan
hematit dengan kandungan smektit yang dominan. Smektit memiliki kapasitas pertukaran
ion yang rendah sebesar ±22,33 meq/100gr dan standar deviasi sebesar 1,84. Komposisi
kimia smektit yaitu Na2O <0,01 – 0,53%, MgO 1,02 – 7,16%, Al2O3 9,52-34,77%, SiO218,47 –
64,17%, P2O5 0,08 – 0,25%, K2O 0,15 – 2,99%, CaO 0,15 – 2,97%, TiO2 0,02 – 1,39%, Fe2O34,32 –
63,43%, dan MnO 0,01 – 0,2%. Komposisi kimia bentonit yang paling tinggi adalah silika
(SiO2) dan aluminium (Al2O3). Berdasarkan analisis XRF dan EDX, Bentonit Biting termasuk
ke dalam kelompok Ca-bentonit seri beidelit. Bentonit Biting menunjukkan tekstur
cornflake berupa lembaran-lembaran pada analisis SEM. Berdasarkan mineralogi,
karakteristik kimia, dan karakteristik fisik, montmorilonit berasal dari devitrifikasi dan
alterasi hidrotermal. Montmorilonit dapat dimanfaatkan dalam industri pembuatan
anggur, minyak kelapa sawit, dan keramik dengan pengujian sifat fisik yang lebih lanjut.

Kata kunci: bentonit, Biting, montmorilonit, devitrifikasi, dan alterasi hidrotermal

71
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F040POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

MINERALOGI DAN KIMIA MINERAL ALTERASI PROGRADE DAN


RETROGRADE ENDAPAN SKARN FE-PB-ZN-CU-(AG) RUWAI,
KABUPATEN LAMANDA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH,
INDONESIA
Arifudin Idrus1, Rima Wardhani1*
1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika No.2 Bulaksumur Yogyakarta

*Corresponding Author: Rimawardhani11@gmail.com

ABSTRAK. Studi ini bertujuan untuk mengkaji mineralogi dan kimia mineral alterasi
prograde danretrograde endapan skarn Pb-Zn-Cu-(Ag) Ruwai di Kabupaten Lamandau,
Kalimantan Tengah. Intrusi granodiorit dan batuan dinding berupa batuan sedimen
(batulanau dan batupasir) dan batuan vulkanik (batuan vulkanik aliran dan tufa)
mengalami alterasi skarnisasi pada tahap prograde dan retrograde. Studi mineralogi skarn
dilakukan dengan analisis petrografi, sedangkan analisis EPMA (electron probe micro
analyser) untuk mengetahui kimia mineral dan variasi komposisinya. Hasil studi
menunjukan bahwa mineral skarn prograde terdiri dari garnet, klinopiroksen dan mungkin
anortit, sedangkan mineral skarn retrograde meliputi klorit, epidot, kalsit dan zeolit. Garnet
memperlihatkan tekstur zoning. Garnet memiliki kadar Fe2O3 15,30 sampai 31,57wt.%
(rerata 27,37wt.%; N = 10), sedangkan CaO 31,72 -34,47 wt.% (rerata 33,37wt.%; N = 10),
diklasifikasi sebagai andradit. Elemental mapping garnet menunjukan peningkatan
komposisi Al dan pengurangan komposisi Fe dari center, proximal ke distal. Klinopiroksen
memperlihatkan tekstur kristal halus dan shreddy dan kadang-kadang zoning. Komposisi
CaO dan XFe (Fe/(Fe+Mg) klinoproksen rerata berturut-turut 23,24 wt.% dan 0,08, yang
menunjukan klinopiroksen sebagai diopsid (CaMgSi2O6). Mineral retrograde berupa epidot
dikategori sebagai klinozoisit, klorit diklasifikasi sebagai klinoklor dan kamosit, serta zeolit
merupakan chabazite (calcium-rich zeolite). Secara umum, baik mineral prograde maupun
retrograde secara konsisten termasuk calc-silicate minerals yang merupakan mineral silikat
yang kaya kalsium yang terbentuk melalui proses reaksi kimia antara
silicioushydrothermal fluid dengan calcium-enriched wallrocks. Mineralisasi bijih
terbentuk saat retrograde pada temperatur 210-250 °C, log sulphur fugacities -11,78 sampai
-14,68 dan log oxygen fugacities -37,56 sampai -41,25.

Kata kunci: Mineralogi, kimia mineral, skarn, prograde, retrograde, Ruwai Selatan,
Indonesia

72
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F041UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

GEOLOGI, ALTERASI DAN MINERALISASI BIJIH ENDAPAN


EPITERMAL SULFIDASI TINGGI DI DAERAH WONOTIRTO DAN
SEKITARNYA, KABUPATEN BLITAR, PROVINSI JAWA TIMUR,
INDONESIA
Salma Difa Masti1, Arifudin Idrus1*,
1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jln. Grafika No.2 Bulaksumur Yogyakarta

*Corresponding Author: arifidrus@ugm.ac.id

ABSTRAK. Secara fisiografi daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Pegunungan


Selatan Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk memahami aspek geologi dan
karakteristik endapan mineral di daerah penelitian yang difokuskan pada aspek tipe
alterasi dan mineralisasi bijih. Metode penelitian yang digunakan adalah pemetaan geologi
yang meliputi data litologi dan struktur geologi, serta pemetaan alterasi dan mineralisasi
bijih. Analisis petrografi dan mikroskopi bijih dilakukan untuk mengkarakterisasi
mineralogi alterasi dan bijih. Daerah penelitian disusun oleh litologi (dari tua ke muda)
berupa andesit porfiri, tuf dan batugamping (floatstone). Andesit porfiri dan tuf
merupakan satuan batuan bagian dari Formasi Mandalika (Oligosen akhir - Miosen Awal).
Intrusi yang berumur Miosen Awal menyebabkan batuan samping (Formasi Mandalika)
mengalami alterasi hidrotermal. Tipe alterasi hidrotermal yang berkembang meliputi
alterasi kuarsa masif/vuggy (silicic), alterasi kuarsa-alunit-kaolinit (advanced argillic),
alterasi kaolinit±kuarsa (argilik) dan alterasi klorit±epidot-smektit (propilitik). Alterasi
kuarsa bertekstur masif terbentuk pada satuan tuf, sedangkan alterasi kuarsa vuggy
terbentuk pada satuan andesit porfiri. Alterasi kuarsa-alunit-kaolinit, alterasi
kaolinit±kuarsa dan alterasi klorit±epidot-smektit terbentuk pada satuan andesit porfiri dan
satuan tuf. Struktur geologi yang mengontrol mineralisasi kemungkinan sesar geser
sinistral (diperkirakan) berarah barat barat laut - timur tenggara. Mineralisasi dominan
terjadi secara diseminasi pada tipe alterasi kuarsa masif/vuggy, pada breksi hidrotermal,
dan pada urat dengan ketebalan 1 – 2 cm. Mineralisasi bijih yang dijumpai adalah pirit
(FeS2) dan enargit (Cu3AsS4). Umumnya mineral logam yang hadir telah mengalami
oksidasi sangat kuat. Adapun mineral oksida yang hadir meliputi hematit (Fe2O3), goetit
(FeO(OH) dan jarosit (KFe3+3(OH)6(SO4)2). Berdasarkan tipe alterasi dan mineral bijih yang
hadir, disimpulkan bahwa tipe endapan daerah penelitian merupakan endapan epitermal
sulfidasi tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam eksplorasi
endapan mineral di Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur.

Kata kunci: Geologi, Alterasi, Mineralisasi, Epitermal Sulfidasi Tinggi, Zona Pegunungan
SelatanJawa Timur

73
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F044POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KARAKTERISTIK PETROLOGI DAN GEOKIMIA GRANITOID


MAMASA DI DAERAH HAHANGAN DAN SEKITARNYA, SULAWESI
BARAT, INDONESIA
Arik Bagus Kurniady1, Fahmi Hakim1*, Arifudin Idrus1, I Wayan Warmada1, Ni'matul
Azizah Raharjanti1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2,
1

Bulaksumur, Yogyakarta 55281

*Corresponding Author: fahmihakim@ugm.ac.id

ABSTRAK. Daerah penelitian berada di Desa Hahangan dan sekitarnya, Kecamatan Aralle,
KabupatenMamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Secara regional daerah tersebut tersusun oleh
Batuan Terobosan Neogen (Granitoid Mamasa) yang pembentukannya berkaitan erat
dengan peristiwa subduksi-kolisi pada kala Miosen hingga Pliosen. Untuk mengetahui
karakteristik petrologi dan geokimia dari batuan granitoid di daerah tersebut, maka
dilakukan pemetaan geologi yang mendetail dan pengambilan sampel batuan yang
representatif yang disertai dengan analisis laboratorium seperti analisis petrografi, X-Ray
Diffraction (XRD) dan geokimia (ICP-AES). Berdasarkan hasil analisis, jenis granitoid di
daerah penelitian merupakan granodiorit porfiri dengan komposisi mineral plagioklas
(andesin dan oligoklas), kuarsa, K-feldspar, biotit, hornblenda dan mineral opak.
Granodiorit di daerah penelitian memiliki sifat asam dengan kandungan SiO2 berkisar 63 –
68% dengan saturasi alumina berjenis peralumina, sehingga dapat digolongkan sebagai
granitoid tipe – I. Granodiorit di lokasi penelitian memiliki afinitas magma berjenis
shosonitik, yang dicirikan oleh perbandingan K2O/Na2O yang tinggi. Berdasarkan hasil
analisis unsur jejak (trace elements) yaitu dengan menggunakan perbandingan Sr/(Rb+Ba+Sr)
dan Rb/(Rb+Ba+Sr) pada granitoid di daerah penelitian, terlihat bahwa batuan mengalami
proses fraksinasi yang rendah (weakly fractionated) dan juga diferensiasi yang rendah.
Ditemukannya xenolit (mafic microgranular enclaves) berupa piroksenit pada batuan
granitoid membuktikan bahwa granitoid dan xenolit secara umum terkristalisasi dari
sumber magma yang berbeda. Berdasarkan data geokimia, tatanan tektonik granitoid di
daerah penelitian merupakan Volcanic Arc Granitoids (VAG) yang dihasilkan olehproses
subduksi. Sementara itu, berdasarkan data-data hasil analisis petrologi, mineralogi dan
geokimia, granitoid di daerah penelitian merupakan tipe K-rich Calc-alkaline Granitoids
(KCG) yang terbentuk pada rezim transisi subduksi-kolisi yang terjadi pada Kala Miosen
Akhir-Pliosen.

Kata kunci: Granitoid Mamasa, Hahangan, Mafic Microgranular Enclaves, Volcanic Arc
Granitoids, K-rich Calc-alkaline Granitoids

74
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F045PRP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ALTERASI HIDROTERMAL DI DAERAH TINGGIAN


KARANGBOLONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH
Fitriany Amalia Wardhani1*, Isyqi1, Eko Puswanto1, Chusni Ansori1

Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jln.
1

Karangsambung KM.19, Kec. Karangsambung, Kab. Kebumen, 54353

*Corresponding Author:f.amaliawardhani@gmail.com

ABSTRAK. Daerah penelitian merupakan Kawasan Tinggian Karangbolong yang berada


di Kabupaten Kebumen. Morfologi yang terdapat di daerah penelitian berupa morfologi
perbukitan karst, perbukitan struktural, dan morfologi pantai. Stratigrafi daerah penelitian
terdiri dari Endapan Aluvial, Formasi Halang, Formasi Kalipucang, Formasi Gabon, dan
Intrusi Andesit. Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian berupa sesar dengan
arah barat laut – tenggara, timur laut – barat daya, dan barat – timur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proses alterasi hidrotermal di daerah penelitian pada Formasi
Gabon serta kaitannya dengan aktivitas vulkanisme dan struktur geologi yang
berpengaruh di sekitar intrusi dan Formasi Gabon. Penelitian ini dilakukan dengan
metode observasi lapangan dan analisis laboratorium. Observasi lapangan meliputi
pengamatan geomorfologi, deskripsi singkapan batuan dan petrologi, pengukuran struktur
geologi, dan pengambilan sampel batuan. Analisis laboratorium berupa analisis petrografi
dan analisis XRD dari sampel batuan yang telah diambil. Berdasarkan mineral alterasi yang
muncul pada batuan dari analisis data lapangan dan laboratorium, diketahui bahwa daerah
penelitian dapat dibagi menjadi delapan zona alterasi yaitu zona serisit±klorit±kuarsa dan
zona smektit+klorit±kuarsa, zona smektit+kuarsa, zona smektit+klorit±kuarsa, zona
klorit+kuarsa+albit+kalsit, zona serisit±kuarsa+klorit±kalsit, zona serisit±kuarsa dan zona
kaolinit+smektit+kuarsa. Delapan zona alterasi tersebut berada di tiga desa, yaitu Desa
Argopeni, Desa Srati, dan Desa Jladri. Secara umum, berdasarkan karakteristik mineral
alterasi, tipe alterasi hidrotermal di daerah dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu zona
alterasi filik, zona alterasi subpropilitik, dan zona alterasi argilik. Zona alterasi di Desa Srati
berada dekat dengan sesar berarah barat laut – tenggara dan zona alterasi yang berada di
Desa Jladri berada dekat dengan sesar dengan arah barat – timur. Hal ini menunjukkan
kemungkinan keterkaitan antara struktur geologi dengan proses alterasi yang terjadi di
daerah penelitian.

Kata kunci: alterasi, alterasi hidrotermal, Karangbolong, Formasi Gabon, Intrusi Andesit

75
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F050UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

FENOMENA KEHADIRAN URAT BIOTIT HIJAU PADA BANDED


SKARN Fe-Sn DI DAERAH BATUBESI, BELITUNG TIMUR
Muhammad Burhanudin1*, Fahmi Hakim1, Lucas Donny Setijadji1, Nur Rochman
Nabawi2
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Jalan Grafika 2, 55281, Kampus UGM,
Yogyakarta,Indonesia,
2PT.Timah.Tbk Jl. Jenderal Sudirman 51 , Pangkal Pinang 33121, Bangka, Indonesia

*Corresponding Author: crazhwater@gmail.com

ABSTRAK. Mineral biotit merupakan mineral filosilikat (mika) yang umumnya memiliki
warna coklat hingga hitam. Akan tetapi di daerah penelitian dijumpai fenomena kehadiran
biotit berwarna hijau sebagai pengisi urat yang memotong yang memotong batuan skarn
Fe-Sn bertekstur banded. Fenomena kehadiran biotit hijau ini dapat dijelaskan dengan
mengetahui karakteristik mineralogi dan geokimia batuan serta pengaruh interaksi antara
fluida hidrotermal dengan batuan samping. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
berupa pengamatan lapangan dari singkapan batuan, pengambilan sampel setangan serta
pengamatan petrologi, petrografi, mineragrafi dan geokimia pada batuan dan urat biotit
hijau yang memotong batuan tersebut. Urat biotit hijau yang memotong batuan banded
skarn Fe-Sn memiliki dimensi lebar 2 – 5 cm. Pada pengamatan dibawah mikroskop
polarisasi, biotit hijau memiliki sifat optik yang khas seperti pleokroisme kuat yang
berwarna hijau tua, sehingga warna hijau tersebut sering menutupi warna intereferensi
biotit yang sesungguhnya (orde 3 hingga 4). Mineral biotit hijau pada urat ini hadir
bersama dengan mineral kaolin, dan mineral logam yang kaya akan besi (Fe) seperti pirit,
kalkopirit, dan arsenopirit. Sedangkan batuan samping memiliki tekstur banded yang
tersusun atas mineral-mineral penciri endapan skarn seperti zoisit, klinopiroksen dan
epidot, serta mineral logam kaya besi (Fe) seperti magnetit dan goetit. Mineral logam lain
yang dijumpai adalah burtite dengan formula Ca(Sn(OH 6)). Urat biotit hijau ini termasuk
kedalam urat direct-infilling karena adanya rekahan yang terisi fluida hidrotermal kaya
alumunium (Al). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan samping berupa
batuan skarn yang kaya besi (Fe) merupakan proses utama pengkayaan unsur Fe pada urat.
Data kimia mineral pada biotit juga menunjukkan kelimpahan konten Fe2O3 dan
(FeO+MgO) serta sedikitnya konten Al2O3 yang mana merupakan penyebab utama warna
hijau dari mineral biotit.

Kata kunci: Biotit hijau, Batubesi, Banded skarn Fe-Sn, Pengkayaan Fe, Belitung timur

76
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F051UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KONSEP LITOSTRUKTURAL UNTUK PENENTUAN TREND


MINERALISASI EPITHERMAL DENGAN APLIKASI ANALISA
LINEAMENT DENSITY DI KABUPATEN TRENGGALEK, PROVINSI
JAWA TIMUR
Andhika Nugraha1*, Maulana Abror Taftazani1, Muhammad Fauzil Azhim1, Yogy
Pratama1
1Undergraduated Student, Geological Engineering, UPN "Veteran" Yogyakarta

*Corresponding Author: andhika.nugraha97@gmail.com

ABSTRAK. Eksplorasi adalah kegiatan yang membutuhkan waktu lama, dana besar dan
juga dilakukan di wilayah yang luas, sehingga dibutuhkan metode yang lebih cepat dan
lebih tepat. Penerapan Lineament Density Analysis (LDA) dengan menggunakan perangkat
lunak pada komputer, dapat digunakan untuk mempercepat pencarian mineralisasi pada
tahap regional bahkan ke semi-detail. Konsep penerapan LDA adalah pendekatan terhadap
konsep mineralisasi litokstruktural, sebagai faktor keberadaan mineralisasi di area tertentu.
Peneliti menerapkan metode ini untuk daerah Trenggalek, Jawa Timur yang merupakan
bagian dari segmen pegunungan selatan yang didominasi oleh gunung berapi Oligo-
Miosen. Dalam studi ini metode yang penulis gunakan adalah studi literatur, membuat
garis kelurusan dan peta kerapatan kelurusan dalam 12 grid berukuran 5x5 km dengan
membagi tingkat kerapatan kelurusan menjadi lima kelas menggunakan perangkat lunak
GIS, serta menentukan arah umum dengan perangkat lunak RockWork. Kemudian, hasil
analisis adalah arah urat dan jenis sedimen yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan antara kelurusan yang ada dan mineralisasi yang terkait dengan intrusi dan
dipengaruhi oleh struktur regional, terutama untuk jenis epitermal. Kepadatan tertinggi
relatif terhadap persimpangan struktur, yaitu kelas 4-5. Arah umum dalam penyelarasan
setiap grid menunjukkan arah relatif utara-selatan, timur laut-barat daya, barat laut-
tenggara, dan barat-timur. Arah umum menunjukkan kesamaan dengan sesar yang ada di
wilayah tersebut, seperti Sesar Puger, Sesar Kambengan, Sesar Ngajaran dan Sesar Normal.
Karakteristik yang berbeda dari masing-masing kotak dapat berupa dua kategori yang
ditunjukkan di blok utara dan selatan. Karakteristik ini didasarkan pada hasil pencocokan,
ada korelasi positif antara arah dan kerapatan kelurusan dengan geologi, data urat,
ekspresi permukaan seperti flat tops;bukit kerucut;silica caps;breksi silika;dimensi luas atau
sempit, dan jenis endapan seperti Epithermal IS; HSE; PCD; Jasperoid/Skarn. Blok Utara
diwakili oleh prospek Jombok; Dalangturu; Suruh; Gregah; Kojan; Sumber Bening;
Timahan; Bogoran; sedangkan Blok Selatan diwakili oleh wilayah prospek Bulutoro; Setul;
Singgahan; Jerambah. Beberapa daerah juga diharapkan memiliki karakteristik yang sama
dengan salah satu blok yang ada, seperti Munjungan dan Sambit.

Kata kunci: Aplikasi Lineament Density, epitermal, Trenggalek, urat

77
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F054UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

GEOLOGI, ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI BIJIH


ENDAPAN EMAS EPITERMAL SULFIDASI TINGGI PIT RAMBA
JORING, DESA AEK PINING, KECAMATAN BATANGTORU,
KABUPATEN TAPANULI SELATAN, PROVINSI SUMATRA UTARA

Syilvia Y. Manurung1*, Arifudin Idrus1, Benny A. A. Pulungan2


1Undergraduated Student, Geological Engineering, UPN "Veteran" Yogyakarta
2PT Agincourt Resources, Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

*Corresponding Author: syilviamanurung@gmail.com

ABSTRAK. Pit Ramba Joring di Desa Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara memiliki zonasi kadar Au yangberasosiasi
dengan urat dan batuan samping yang mengalami alterasi dan oksidasi tinggi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi yang mengontrol alterasi dan mineralisasi,
karakteristik alterasi dan mineralisasi bijih, asosiasi unsur Au terhadap Cu dan genesa
endapan emas epitermal sulfidasi tinggi di daerah penelitian. Pengambilan sampel
dilakukan secara sistematis menggunakan metode grid soilsampling dan anaconda mapping.
Identifikasi batuan dilakukan dengan mengintegrasikan hasil analisis laboratorium yang
terdiri dari petrografi, mineralogi bijih, ASD, dan FA-AAS. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa geologi daerah penelitian berupa kubah intrusi yang tersusun oleh litologi berupa
satuan andesit hornblenda, breksi matriks pasiran dan breksi multi fase lempung dengan
struktur geologi terdiri dari kekar (pre-mineralisasi), sesar geser sinistral (syn-mineralisasi)
dan sesar normal diperkirakan (post-mineralisasi) berarah timur laut-barat daya. Tipe
alterasi yang berkembang terdiri dari zona argilik (ilit-smektit+kaolinit+ilit), argilik lanjut
(silika+dikit+alunit+kaolinit) dan silika vuggy-masif. Mineral bijih yang dijumpai berupa
emas, enagrit, kovelit, pirit, goetit, hematit dan jarosit sementara mineral gangue yang
dijumpai berupa kuarsa, kaolinit, ilit dan smektit. Kadar Au diperoleh 4 golongan, yaitu
waste rock (<0,8 ppm), low grade (0,8 – 1,5 ppm), medium grade(1,6 – 2,5 ppm), dan high grade
(>2,5 ppm). Keterdapatan emas umumnya berasosiasi dengan mineral enargit sebab
dijumpai kadar unsur Au dengan kadar high grade (61,05 ppm) dan unsur Cu dengan kadar
0,675 % pada bagian timur daerah penelitian. Berdasarkan karakteristik tersebut dapat
diketahui bahwa daerah penelitian termasuk endapan epitermal sulfidasi tinggi dengan
proses pbentuemkan kedalaman paleosurface dangkal-intermediet.

Kata kunci: Pit Ramba Joring, anaconda mapping, epitermal sulfidasi tinggi

78
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA F056UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STUDI PETROGENESA BATUAN VULKANIK GUNUNG BATUR,


DAERAH PANTAI WEDIOMBO, GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA
Fahmi Hakim1*, Yanuardi Satrio Nugroho1, Cendi Diar Permata Dana1, Anastasia Dewi
Titisari1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2,
1

Bulaksumur, Yogyakarta 55281

*Corresponding Author: fahmihakim@ugm.ac.id

ABSTRAK. Gunung Batur yang berada di daerah Pantai Wediombo, Gunungkidul,


merupakan kompleks gunung api purba yang tersusun oleh batuan vulkanik yang
termasuk kedalam Formasi Wuni. Batuan vulkanik yang ditemukan berupa batuan beku
lava yang berasosiasi dengan batuan terobosan berkomposisi andesitik. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui petrogenesa batuan vulkanik di Gunung Batur berdasarkan
data petrologi, mineralogi dan geokimia oksida mayor. Pekerjaan yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa pemetaan geologi mendetail dengan skala 1:12.500 serta pengambilan
beberapa sampel batuan untuk dilakukan analisis laboratorium. Analisis laboratorium
yang dilakukan antara lain analisis petrografi sebanyak 8 sampel serta analisis geokimia
dengan metode ICP – AES (Inductively Coupled Plasma Atomic Emission Spectrometry)
sebanyak 5 sampel untuk mengetahui unsur oksida utama/mayor. Analisis petrografi
menunjukkan batuan-batuan vulkanik pada daerah penelitian dapat digolongkan menjadi
2, yaitu lava andesit dan intrusi diorit dengan tekstur pofiritik bagi keduanya. Berdasar
hasil analisis geokimia (oksida utama), batuan memiliki kandungan silika menengah
dengan kandungan alkali yang rendah. Batuan tersebut berasal dari magma seri kalk-alkali
dan beberapa sampel berasal dari magma seri toleitik. Berdasarkan komposisi mineralogi,
tekstur, dan variasi kandungan oksida utama, maka batuan vulkanik di daerah penelitian
menunjukkan adanya proses diferensiasi magma yaitu dengan mekanisme fraksinasi
kristalisasi. Pada fase awal, terbentuk lava andesit pada tatanan tektonik Island Arc Tholeiitic
(IAT), sedangkan intrusi diorit terbentuk pada fase berikutnya dengan tatanan tektonik
yang berubah menjadi Calc-Alkaline Basalt (CAB).

Kata kunci: Batuan vulkanik, Gunung Batur, Wediombo, Petrogenesa, Calc-Alkaline Basalt.

79
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA G007UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

IDENTIFIKASI CEKUNGAN DAN STRUKTUR GEOLOGI


BERDASARKAN DATA PASSIV SEISMIC TOMOGRAPHY PADA
LAPANGAN “X” KABUPATEN CILACAP, PROVINSI JAWA TENGAH
Jatmiko Setyawan1*, Gunadi Suryo Jatmiko1, Agung Suprobo1, Atqiya Ramadhan1,
Goldison Aldama1, Indriati Retno1, Marjiyono2
1Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta
2Pusat Survey Geologi Bandung 7

*Corresponding Author: gunadisuryojatmiko08@gmail.com

ABSTRAK. Munculnya beberapa rembesan minyak dan gas di permukaan menjadikan


Sub-Cekungan Banyumas merupakan cekungan yang sangat menarik untuk dilakukan
penelitian guna mengetahui potensi keberadaan hidrokarbon yang ekonomis. Berbagai
penelitian sudah dilakukan untuk mengkaji cadangan hidrokarbon yang ekonomis dan
sistem petroleum yang berkembang di Sub-Cekungan Banyumas. Salah satu penelitian
yang digunakan adalah dengan metode Passive Seismic Tomography. Penelitian
dimaksudkan untuk mengetahui batas cekungan dan struktur geologi yang ada pada
lapangan “X”. Penelitian dilakukan di lapangan “X” yang terletak pada Kabupaten Cilacap.
Luas lapangan “X” adalah 625 km2. Waktu akuisisi berlangsung selama ± 6 bulan terhitung
dari tanggal 15 Maret 2018 – 10 September 2018. Instrumen yang digunakan berupa
seismometer sebanyak 70 stasiun dengan sensor C-100 wide band dan jarak antar stasiun ±
5 km. Penentuan relokasi hiposenter menggunakan software GAD. Inversi tomografi
menggunakan software SIMULPS14. Berdasarkan hasil interpretasi dari peta dan
penampang 2-D analisa Vp, Sub-Cekungan Banyumas memiliki orientasi Barat laut –
Tenggara dengan nilai Vp 4,25 km/s – 5,55 km/s. Kedalaman cekungan adalah 5 km – 6 km.
Sisi Utara dan Selatan cekungan dibatasi oleh sesar normal dengan arah Barat laut -
Tenggara. Terdapat sebuah antiklin yang berpotensi sebagai jebakan hidrokarbon yang
berada pada tengah cekungan dengan arah kemenerusan Barat laut – Tenggara dengan sisi
Utara dari antiklin terpotong oleh sesar naik yang berpotensi sebagai jalur migrasi
hidrokarbon.

Kata kunci: Banyumas Sub-Basin, Vp Analysis, Passive Seismic Tomography, Relocation


Hypocenter, Tomographic Inversion.

80
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA G013UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

IDENTIFIKASI ZONA MINERALISASI DAN STRUKTUR


PENGONTROL YANG BERKEMBANG MENGGUNAKAN DATA
MAGNETIK PADA AREA PROSPEK EMAS TIPE ENDAPAN
EPITERMAL SULFIDASI TINGGI DAERAH GUNUNG GUPIT,
MAGELANG, JAWA TENGAH
Meida Riski Pujiyati1*, Benni Carli Naibaho1, Fazriah Farrah1, Muhammad Eldwin de
Fayyadh1, Fergi Putri Krismi Prasetyo1

Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”


1

Yogyakarta, Jalan SWK 104, Condongcatur, Yogyakarta

*Corresponding Author: meida.riski@gmail.com

ABSTRAK. Studi geofisika merupakan ilmu yang mempelajari ranah geologi di bawah
permukaan bumi, salah satu cabang dari studi ini adalah metode geomagnetik. Penelitian
ini didasarkan sebagai tindak lanjut analisis zona dan deliniasi persebaran di bawah
permukaan pada penelitian geologi sebelumnya yang menemukan penemuan baru
mineralisasi emas endapan epitermal sulfidasi tinggi di daerah Gunung Gupit, Magelang,
Jawa Tengah. Area penelitian berada di Rangkaian Pegunungan Kulon Progo-Menoreh.
Untuk itu, dilakukan pengukuran magnetik menggunakan alat PPM (Proton Precession
Magnetometer) untuk mendapatkan nilai anomali magnetik area pengukuran. Dari hasil
pengolahan data tersebut didapatkan bahwa zona mineralisasi tersebar di area utara dan
selatan daerah penelitian dengan ditunjukkan oleh respon anomali magnet yang rendah
mengikuti kontrol struktur berupa sesar. Nilai anomali rendah tersebut memiliki intensitas
magnetik antara -134.3 nT sampai dengan -566.3 nT dengan dasar peta Reduce to Pole.
Kontrol struktur diperkuat dengan pengolahan data menggunakan filter Analytic Signal
yang menunjukkan adanya struktur berarah barat daya – timur laut. Adanya zona
mineralisasi ditunjukkan dengan bukti lapangan saat pengukuran yaitu ditemukannya
alterasi silisifikasi, argilik lanjut, argilik dan propilitik. Kemudian berdasarkan data dan
bukti lapangan tersebut dilakukan perkiraan pemodelan bawah permukaan dan
pembagian zona alterasi yang ditinjau dari nilai respon magnetiknya, dimana nilai anomali
magnetik paling rendah menunjukkan adanya alterasi silisifikasi dan argilik lanjut.

Kata kunci: Geomagnetik, Mineralisasi Emas, Struktur, Alterasi

81
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA G018UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

IDENTIFIKASI BAWAH PERMUKAAN DI AREA SEKITAR EPISENTER


GEMPABUMI SOLOK SELATAN 28 FEBRUARI 2019 MENGGUNAKAN
DATA ANOMALI GRAVITASI
Sigit Eko Kurniawan1*, Ismi Rohmatus Sania1
1Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaJl. Angkasa No. 5, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kode
Pos 15221

*Corresponding Author: sigit.kurniawan@bmkg.go.id

ABSTRAK. Solok Selatan diguncang gempabumi merusak pada 28 Februari 2019.


Gempabumi terkuat terjadi dengan magnitudo Mw5,3 dengan episenter pada koordinat 1,4
LS dan 101,53 BT dan kedalaman 10 km. Gempabumi diakibatkan sesar mendatar
menganan (dextral-strike slip fault) dan dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum
terpetakan serta belum diketahui namanya. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi
bawah permukaan pada lokasi 101,475 BT ‒ 101,875 BT dan 1,675 LS ‒ 1,300 LS
menggunakan data medan gravitasi bumi. Data medan gravitasi bumi diperoleh dari satelit
Global Gravity Model plus (GGMplus) dari Western Australian Geodesy Group di Curtin
University dan diolah menggunakan metode First Horizontal Derivative (FHD) dan Second
Vertical Derivative (SVD). Kedua metode tersebut digunakan untuk menunjukkan batas
struktur geologi penyebab anomali dan memunculkan efek dangkal anomali dari pengaruh
regionalnya. Setelah itu dilakukan interpretasi terhadap pemodelan inversi 3-D bawah
permukaan di sekitar episenter gempabumi. Hasil pemodelan dibandingkan menggunakan
data ditribusi episenter gempabumi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) dan peta geologi. Hasil pemodelan gravitasi menunjukan adanya kelurusan sesar
di sekitar episenter gempabumi Solok Selatan dengan jurus sesar Barat laut-Tenggara yang
bersesuaian dengan sebaran epicenter gempabumi dan data geologi Solok Selatan.

Kata kunci: gempabumi, anomali gravitasi, sebaran episenter, pemodelan bawah


permukaan

82
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA G023UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ANALISIS INDEKS KERENTANAN SEISMIK DAN PERCEPATAN


TANAH MAKSIMUM BERDASARKAN MODEL Vs30 USGS DI
KABUPATEN KULON PROGO
Arief Rachman Maulana1*, Sri Kiswanti1, Faricha Yuna Arwa1, Purwanta1, Nugroho Budi
Wibowo2
1Teknik Geofisika UPN “Veteran” Yogyakarta
2Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Geofisika Kelas 1 DIY
*Corresponding Author: rachmanarief97@gmail.com

ABSTRAK. Kulonprogo merupakan wilayah di kawasan perbukitan Menoreh yang


memiliki potensi bencana yang cukup kompleks. Efek sekunder dari gempabumi tektonik
yang terjadi di selatan Yogyakarta merupakan salah satu potensi bencana tersebut. Faktor
geologi Kulonprogo yang tersusun atas Dataran Alluvium di wilayah selatan berpotensi
memperbesar efek gelombang seismik yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pemodelan Indeks Kerentanan Seismik (Kg) dan Percepatan Tanah Maksimum
(PGA) di Kulonprogo berdasarkan data Vs30 USGS dan persamaan empiris Amplitudo.
Pemodelan tersebut menggunakan sampel grid data Vs30 USGS sebanyak 5.490 grid dan
input parameter Gempabumi Yogyakarta 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
Indeks Kerentanan Seismik di Kulonprogo bervariasi antara 3,06 – 7,29 dan Percepatan
Tanah Maksimum antara 25,63 – 49,31 gal. Potensi risiko tertinggi berdasarkan Indeks
Kerentanan Seismik dan Percepatan Tanah Maksimum meliputi wilayah Kecamatan
Temon, Wates, Panjatan, Galur, dengan Formasi yang mendominasi adalah Dataran
Alluvium. Sedangkan wilayah dengan potensi terendah berada di wilayah Kecamatan
Kokap, Girimulyo, Samigaluh, dan Kalibawang dengan Formasi Kebo Butak, dan Andesit.

Kata kunci: Kerentanan Tanah, Kulonprogo, PGA, Vs30

83
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA G024UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ANALISIS GEMPA BUMI SUSULAN (AFTERSHOCK) DAN


KAITANNYA TERHADAP SESAR AKTIF PADA KOTA MATARAM
STUDI KASUS GEMPA LOMBOK AGUSTUS 2018
Muhammad Aji Wiyuda1*, Leonardo Manurung1, Saptono Budi Samodra1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika Nomor 2
1

Bulaksumur Yogyakarta 55281 INDONESIA

*Corresponding Author: muhammad.aji.wiyuda@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Gempa bumi merupakan kejadian geologi yang dihasilkan dari pergerakan
lempeng tektonik. Dalam peristiwanya setelah gempa bumi utama (mainshock) akan
diikuti oleh peristiwa gempa bumi susulan (aftershock) dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian ini akan membahas analisis gempa bumi susulan (aftershock) yang terjadi pada
Gempa Lombok 2018 dengan menggunakan data gempa-micro (microsesimicity).
Penelitian ini menjadi menarik karena perlu adanya peta yang menujukkan sesar yang aktif
pada daerah sekitar Kota Mataram, dengan menggunakan data gempa-micro
(microsesimicity) maka dapat membantu memeberikan informasi struktur bawah
permukaan yang mengindikasi struktur aktif. Metode penelitian memggunakam data 919
gempa bumi susulan (aftershock) dari tanggal 5 Agustus hingga 5 September 2018 dengan
magnitudo 1 sampai 4 Skala Richter, kemudian menggunakan Digital Elevation Model
(DEM) dan peta geologi regional lembar Lombok. Analisis keruangan dilakukan pada
daerah morfologi yang strukturnya terlihat jelas dan menerapkan pada daerah tutupan
endapan pada Kota Mataram. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa terdapat
konsentrasi titik gempa yang intensif, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat struktur
aktif yang mengontrolnya, yaitu terjadi pada bagian utara Gunung Rinjani dan bagian Kota
Mataram. Hasil pola kelurusan (lineament) yang dibuat menunjukkan bahwa sesar aktif
naik berarah NNW-SSE dan sesar geser dekstral berarah E-W

Kata kunci: Aftershock, Lombok, Sesar,microseismicity

84
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA G026UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI


STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN SEBAGAI
PENGONTROL ADANYA MINERALISASI PADA DESA KALIGONO,
KECAMATAN KALIGESING, KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH
Gilvandro Rumahorbo1*, Amrupranadi Muhammad1, Tedy Wiku Setiaji 1

Teknik Geofisika Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jl. SWK 104
1

Condongcatur, Yogyakarta

*Corresponding Author: rumahorbo72@gmail.com

ABSTRAK. Telah dilakukan penelitian geofisika menggunakan metode geomagnetik di


Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Daerah ini
berada pada bagian tengah pegunungan Kulon Progo yang tersusun atas Formasi
Kebobutak yang ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Jonggrangan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi struktur sesar sebagai pengontrol adanya mineralisasi
logam dengan tipe epithermal sulfidasi rendah. Model akuisisi yang digunakan pada
penelitian ini yaitu base-rover pada kavling 1500 meter x 1200 meter, dengan waktu
pengukuran selama 2 hari. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan software
Microsoft Excel dan Geosoft Oasis Montaj menggunakan filter Reduce to Pole, Upward
Continuation, serta Tilt Derivative. Berdasarkan hasil interpretasi didapatkan pola
persebaran nilai intensitas magnetik dengan anomali tinggi memiliki interval 204,7 nT
sampai dengan 516, 6 nT tersebar disebelah utara dan beberapa bagian membentuk pola
memanjang arah barat laut – tenggara, diinterpretasikan sebagai daerah yang tidak
mengalami alterasi. Sedangkan nilai yang lebih rendah pada interval -306, 2nT sampai
dengan 204, 7 nT tersebar disekitar anomali tinggi dan mendominasi sisi tenggara daerah
telitian diinterpretasikan sebagai daerah mineralisasi dengan alterasi yang bersifatmagnetik
destruktif. Berdasarkan pola struktur pada peta Tilt Derivative dan pengukuran
veindilapangan maka didapatkan persebaran dari kekar dengan arah relative barat laut-
tenggarasebagai pembawa mineralisasi ini berada disebelah barat laut dan timur laut
daerah telitian.

Kata kunci: Kaligono, Mineralisasi, Geomagnetik, Tilt Derivative

85
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA H024POP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KOLABORASI PENGEMBANGAN GEOTOURISM DAN POTENSI


LOKAL: STUDI KASUS DESA SADANG SEBAGAI BAGIAN GEOPARK
NASIONAL KARANGSAMBUNG-KARANGBOLONG
Mohammad Al 'Afif1*, Eko Puswanto1, Fitriany Amalia Wardhani1
1Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI)Karangsambung Jln. Karangsambung Km.19, Kebumen

*Corresponding Author: muhammadalafif@gmail.com

ABSTRAK. Sadang dengan keistimewaan kompleks mélangenya, menyuguhkan beberapa


pontesi geosite yang bisa dikembangkan sebagai geotourism. Penelitian ini bertujuan untuk
mensinergikan geosite yang telah ada, dengan memaksimalkan pemberdayaan masyarakat
lokal melalui adventure tourism, view-point, cultural tourism dan produk lokal. Metode
penilaian geosite dan geomorphosite digunakan sebagai dasar penilaian kelayakan
pengembangan geotourism dan potensi lokal. Penilaian ini meliputi nilai kelayakan
konservasi, ekonomi, pendidikan, pendekatan ilmiah dan instrisik. Daerah Sadang
mempunyai potensi geotourism yang dapat digabungkan menjadi satu kesatuan berupa
geosite watukelir, geo-tubing Dasar Samudera sebagai bagian adventure tourism, pesona
Embung Cangkring dengan produk buah lokal sebagai view point dan ecotourism dan
Maqom Sunan Gesang sebagai bagian cultural tourism. Secara keseluruhan nilai geosite
dan geomorphosite geotourism Sadang hasil penggambungan menujukkan nilai kelayakan
konservasi, pendekatan ilmiah instrisik dan pendidikan paling tinggi. Penataan geotourism
yang menggambungkan geosite dan potensi lokal ini diharapkan menjadi acuan
pengelolaan wisata inovatif yang menumbuhkan tanggung jawab lingkungan dan sosial.

Kata kunci: geotourism, geosite geomorphosite, Sadang

86
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA H027UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

WISATA GUNUNG SANGEANG API: UPAYA PENGINTEGRASIAN


ASPEK GEOWISATA DAN GEOKULTUR GUNUNG SANGEANG API,
PULAU SANGEANG, KABUPATEN BIMA, NUSA TENGGARA BARAT,
INDONESIA
Danendra Garuda Wisda1*, Gian Adrhyana Adiwinata1, Dendy Nur Firmansyah1, Eko
Teguh Paripurno1
1Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

*Corresponding Author: rafaelgaru@my.smccd.edu

ABSTRAK. Gunung Sangeang Api secara administratif terletak di Pulau Sangeang,


Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Daerah studi terletak
di pulau vulkanik yang belum terjamah setelah letusan terbesar pada tahun 1985. Stratigrafi
Gunung Sangeang Api terdiri oleh 9 unit batuan vulkanik berumur Holosen dan endapan
aluvial pantai. Morfologi yang dikembangkan di daerah tersebut terutama dikendalikan
oleh aktivitas gunung berapi seperti baranko, lereng gunung api bagian bawah, lereng
gunung berapi tengah, lembah vulkanik, sungai laharik, dan dataran pantai. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengintegrasikan potensi geowisata dan geokultural di daerah
tersebut. Potensi baru yang ditemukan sebagai situs geowisata adalah Aliran Lava, Teluk
Toro Amandaha, Barranco, Lembah Sori Solah, Air Terjun Sori Solah, Pantai Kerakal,
Terumbu Melibe Mountains, Mata Air Tawar, dan Sunset Point. Daerah ini juga didukung
oleh potensi geokultural lokal yang unik seperti tenun tangan Tembe Nggoli dan Tembe
Me'e, tarian kipas tradisional, pakaian Rimpu Mpida, dan pembuatan perahu tradisional.
Penelitian ini menggunakan deskripsi kualitatif dan kuantitatif yang meliputi data geologi,
data geomorfologi, geowisata dan pendataan geokultural, juga didukung oleh analisis
petrografi, analisis struktur geologi, analisis SWOT, visualisasi, dan publikasi media. Hasil
menunjukkan bahwa kedua aspek, geowisata dan geokultur tidak dapat berdiri sendiri dan
berfungsi melengkapi satu dengan yang lainnya. Dengan pengemasan dan integrasi yang
baik, wisata gunung api Sangeang Api sangat mungkin menjadi wisata unggulan Nusa
Tenggara Barat.

Kata kunci: Sangeang Api, Volcano, Geotourism, Geocultural, SWOT Analysis

87
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA H039POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ROLES OF CAVE MAPS AS GEOINFORMATION IN SUPPORTING


GEOTOURISM: PRACTICE IN GUNUNG SEWU UNESCO GLOBAL
GEOPARK
Angga Wahyu Ristiawan1*, Hilary Reinhart2
1Department of Geological Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada, Jl.
Grafika II
2Mapala SATU BUMI, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2

*Corresponding Author: anggawahyuristiawan@gmail.com

ABSTRAK. Cave map is a projection of a cavity or speleological phenomena in a certain


media. It is categorized as one of the geoinformation because it represents and is related
with caves as the geological features. Projection of caves has a considerably important role
in comprehending several characteristics of the caves themselves. Through the visualization
and modeling, scientists are able to reconstruct the process of speleogenesis, ecology of the
cave, or hydrological aspects in order to develop a firm management strategy e.g.
engineering, conservation, or the emerging tourism.This paper aims to describe how cave
maps hold crucial roles in providing geoinformation which can be used to explain various
features and information on scientific and tourism activity aspects. Using qualitative
method, it uses perspective from tourist and study of cave cartography to enact the
understandingof cave maps and its roles in geoinformation, geotourism, and
geoconservation. Cave tourism as the part of the geotourism, currently is having significant
role in increasing income, strengthening people’s economy, and raising awareness to the
tourist about how a geological process craving and shaping such as aesthetically and
breath-taking features like the ornament and cave’s passage. Aside from the scientific
information, cave maps are openly used to show about the risk and danger inside the cave
and how to mitigate the hazard. Furthermore, it also has role to develop a zoning to
regulate the tourist behavior and attraction inside the cave which is crucial to preserve and
maintain the cave.

Kata kunci: Cave Maps, Geoinformation, Geotourism, Speleology

88
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA H043PRO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ROLE OF EARTH SCIENCE IN DEVELOPING IJEN VOLCANO


COMPLEX TOWARDS UGG
Achmad Djumarma Wirakusumah1*
1
Geological Engineering Padjajaran University Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21, Hegarmanah,
Jatinagor, Sumedang Regency, West Java Province, 45363

*Corresponding Author: ade.wirakusumah@gmail.com

ABSTRAK. Ijen volcanic complex is located at the most eastern part of East Java, Indonesia,
which is including into three regencies namely Banyuwangi, Situbondo, and Bondowoso
regencies, Province of East Java. The complex has been declared as one of the currently 15
existing National Geoparks in Indonesia. Their outstanding views, morphology, and
geological processes were strong asset to classify that Ijen complex as a National Geopark in
Indonesia. This can be developed to be an International Geopark such as Unesco Global
Geopark (UGG). One thing that should be concerned, which is the active its volcano child
so-called Ijen Crater produced an extremely acid volcanic gasses so that the lake water in
the crater shows pH between 0.5 and 1. The acid water effects a worse environment along
the Catchment Area of the Banyu-putih especially Asembagus Subdistrict, Situbondo
District at the north flank of Ijen volcano. This condition is included into a medical geology,
can be well explained scientifically through geology especially volcanology. While talking
about geopark, it should be supported by “zero-risky”. An effort to make the Catchment
Area free from the acid water can be conducted through separating normal water and acid
water that should be concerned by Indonesian government. Treatment to the fresh and the
acid water will be significantly changing the environment of the subdistrict from the worse
environ condition to be a well fare environment through developing the fresh water such as
for micro-hydro electric power, drinking water, tourism area etc. This condition will
support Indonesia in completely developing Ijen volcano complex to be the UGG, as
Unesco will appreciate the rarely such effort in the world.

Kata kunci: Ijen volcano, National Geopark, zero-risky, separating water, UGG

89
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA H047UNE
Yogyakarta, 5-6 September 2019

KAJIAN GEOWISATA PANTAI BOTORUBUH DALAM ASPEK


GEOSITE DAN GEOMORPHOSITE PADA KAWASAN SUBZONA
GUNUNG SEWU
Abi Asykari Fillah1*, Bima Nugraha Widyatmaji1, Aris Sutikno1, Agus Hendratno1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2, Kampus UGM,
1

Yogyakarta

*Corresponding Author: asykari.asykari.abi@gmail.com

ABSTRAK. Indonesia memiliki potensi warisan geologi yang sangat besar. Potensi ini
dapat berperan dalam pengembangan sektor pariwisata melalui konsep geowisata. Salah
satunya adalah Kawasan Geowisata Subzona Gunung Sewu. Subzona ini memiliki batuan
penyusun utama berupa Formasi Wonosari yaitu batugamping dengan ketebalan lebih dari
200 m, namun khusus di daerah Pantai Botorubuh dan sekitarnya terdapat batuan
gunungapi yang termasuk dalam Formasi Wuni. Batuan Gunungapi ini terdiri dari breksi
andesit dan lava autoklastik dengan struktur kekar tiang. Keunikan dari struktur ini
memiliki potensi menjadi warisan geologi yang perlu dikonservasi dan dikembangkan
dalam sektor pariwisata. Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap studi
pustaka, tahap pengambilan data, tahap analisis laboratorium dan tahap analisis geosite.
Tahap analisis laboratorium dilakukan secara petrografi untuk mengetahui petrogenesa
dari Pantai Botorubuh, sedangkan analisis geosite menggunakan klasifikasi geosite dan
geomorphosite menurut Kubalikova (2013). Berdasarkan hasil analisis petrografi, satuan
litologi penyusun Pantai Botorubuh dan sekitarnya berupa lava andesit autoklastik dengan
tekstur khusus trachytic dan breksi andesit dengan tekstur fragmen berupa porfiroafanitik.
Kedua satuan litologi tersebut terbentuk akibat pengaruh dari letusan magmatik dari
Gunung Api Purba Batur dan menempati fasies proksimal. Dalam penilaian geosite dan
geomorphosite, Pantai Botorubuh mempunyai nilai kelayakan 49,5% yang tediri dari nilai
scientific and intrinsic 50%, edukasi 62,5%, ekonomi 50%, konservasi 25% dan nilai
tambahan (budaya, ekologi, dan estetik) 60%. Oleh karena itu, Pantai Botorubuh dapat
menjadi objek geosite yang layak untuk dikembangkan dalam sektor pariwisata dengan
beberapa peningkatan di sektor infrastruktur dan edukasi kepada masyarakat.

Kata kunci: geosite, geowisata, Pantai Botorubuh, kekar tiang, gunungapi purba

90
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA H051PRO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

POTENSI PEGUNUNGAN MERATUS DAN CEMPAKA, KALIMANTAN


SELATAN SEBAGAI KOMPLEKS GEOWISATA DAN LAPANGAN
EDUKASI KEBUMIAN
Topan Ramadhan1*, Eka Fajar Nugraha Sucipto2
1Forum Geosaintis Muda Indonesia,
2Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yogyakarta

*Corresponding Author: topanramadhanms@gmail.com

ABSTRAK. Pegunungan Meratus membentang sepanjang kurang lebih 250 km berarah


baratdaya-timur laut di Kalimantan Selatan. Pegunungan ini memisahkan Provinsi
Kalimantan Selatan menjadi dua bagian. Pegunungan Meratus juga menyimpan
sumberdaya alam yang melimpah yang menghasilkan bahan galian batubara yang saat ini
menjadi komoditi andalan di daerah tersebut. Perlu adanya kawasan yang di jaga
kelestariannya sebagai upaya konservasi dan edukasi untuk kepentingan ilmu kebumian.
Kawasan Meratus dan sekitarnya khususnya daerah Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar
dan Tanah Laut, Kalimantan Selatan cukup memiliki beberapa titik representatif untuk
kegiatan geowisata baik keberagaman jenis batuan mewakili satuan resmi penyusun
geologi regional Meratus serta keunikan alamnya. Selain itu akses yang cukup mudah di
jangkau hanya 20 km dari Bandara Internasional Syamsudin Noor serta tersedia beberapa
akomodasi penginapan di Kota Banjarbaru maupun Kota Banjarmasin sehingga daerah ini
cukup mudah dan nyaman untuk di jelajahi. Kawasan pertambangan tradisional intan
Cempaka menjadi salah satu titik yang menjadi representatif edukasi teknik penambangan
tradisional serta proses keberedaan intan tersebut yang berada pada endapan Kwarter.
Kemudian, melanjutkan perjalanan ke timur menuju Pegunungan Meratus untuk meninjau
perubahan morfologi dan geologi berupa batuan penyusun yang banyak mengendapkan
batubara yang di kenal sebagai komoditi andalan Kalsel, hingga ke kawasan Taman Hutan
Raya (TAHURA) Sultan Adam yang tersusun oleh batuan tertua di Pegunungan Meratus
sebagai representatif variasi kondisi bebatuan dan morfologi yang dihasilkan. Sebagai
pengetahuan dasar kepada masyarakat, kawasan ini menjadi cukup representatif
menjelaskan beberapa jenis batuan yang di kenal mulai dari batuan beku, sedimen, batuan
sedimen hingga batuan metamorf. Selain dalam kepentingan geologi wisata, aspek edukatif
daerah ini cukup baik, terbukti sering di jadikan laboratoium lapangan untuk kegiatan
praktik lapangan beberapa Sekolah/Perguruan Tinggi yang memiliki program studi
kebumian sehingga perlu adanya pemetaan titik upaya konservasi dan pengelolaan
kawasan taman alam Pegunungan Meratus hingga adanya pusat penelitian ilmu
pengetahuan kebumian di kawasan ini.

Kata kunci: Geowisata Meratus, Tambang Intan Cempaka, Kalimantan Selatan, Konservasi
Meratus

91
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA H058POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

INDONESIAN GEOTOURISM DEVELOPMENT


Heryadi Rachmat1*, Evi Novianti1
1Sustainable Tourism Magister Program, Postgraduate School Universitas Padjadjaran,
Jalan Dipati Ukur No.35, Bandung-4013, Indonesia

*Corresponding Author: heryadirachmat220@gmail.com

ABSTRAK. Indonesia, as a country, is rich on its geodiversity, various landscape


characteristics, and abundance of geological resources, despite its anumerous hazard
potential. Some of the geodiversities are in forms of landscapes, minerals, rocks, structures,
fossils, and their processes have large potentials if packed with suitable geological
information. This has been widely carried out before, but not specially packed with
geology. We have realized that geodiversity is a geological element that cannot be renewed,
thus it needs geological conservation efforts. Indonesian Association of geologist and The
Geological Agency as a special organization and institution that handles geological matter
and in accordance with the vision and mission of the association and institution, before
around 1997, we have carried out various efforts in geological conservation such as
geodiversity inventory, identification, deliniation, and helps communities development,
communication and promotion of geological heritage while also engages a wide range of
different people in several areas of Indonesia. Geodiversity determination is suitable for
supporting geoheritages in manifestation of geoparks in Indonesia and up until now, we
have 15 National Geoparks (Kaldera Toba, Belitong, Raja Ampat, Tambora, Maros-
Pangkep, Bojonegoro, Merangin Jambi, Pongkor, Karang Sambung, Pegunungan Meratus,
Sianok Maninjau, Silokek, Sawahlunto, Natuna, Banyuwangi) and also 4 UNESCO Global
Geoparks (Gunung Batur, Gunung Sewu, Rinjani, Ciletuh). In the field operation, support
and coordination among related institutions and university, both national and regional, are
very important to develop a geodiversity leading to geoheritages, geotourisms, or geoparks
in national and international levels.

Kata kunci: geodiversity, geoheritage, geoconservation, geotourism, geopark.

92
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA I003UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

APLIKASI METODE STRUCTURE FROM MOTION DALAM


PENENTUAN KEDUDUKAN BIDANG GELINCIR DI DESA NGORO-
ORO, KECAMATAN PATUK, KABUPATEN GUNUNGKIDUL,
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Abdel Hafiz1*, Agung Setianto1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,Jl. Grafika No.2, Kampus
1

UGM, Yogyakarta

*Corresponding Author: abdel.hafiz@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Bidang diskontinuitas seperti batas perlapisan, bidang sesar, ataupun kekar
merupakan parameter penting yang dapat digunakan untuk mengetahui kestabilan lereng
dari suatu singkapan. Umumnya, pengukuran kedudukan bidang diskontinuitas ini
dilakukan menggunakan kompas geologi. Namun, pengukuran menggunakan kompas
geologi membutuhan waktu yang lama dan seringkali tidak memungkinkan pada bidang
diskontinuitas dengan kedudukan menggantung. Visualisasi singkapan geologi dalam
bentuk model 3D dapat menjadi solusi bagi permasalahan tersebut. Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk memodelkan suatu singkapan adalah metode Structure from
Motion (SfM). Dengan menggunakan metode SfM, suatu singkapan geologi dapat
ditransformasi menjadi model 3D hanya dengan menggunakan kamera saku biasa. Hal ini
dicapai dengan melakukan pemotretan singkapan dari berbagai sudut yang berbeda,
kemudian diproses menggunakan Agisoft Photoscan untuk membentuk dense point cloud,
yang nantinya dianalisis lebih lanjutmenggunakan CloudCompare untuk memperoleh
kedudukan bidang diskontinuitas. Pada penelitian ini, metode SfM digunakan untuk
membuat model 3D dari satu ruas tebing di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten
Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogayakarta, yang nantinya digunakan untuk
menentukan kedudukan bidang gelincir pada tebing tersebut melalui analisis kinematika
lereng. Lokasi ini dipilih karena tingginya potensi longsor di Desa Ngoro-oro. Berdasarkan
hasil penelitian, terlihat adanya perbedaankedudukan bidang diskontinuitas antara model
3D dengan singkapan geologi di lapangan. Walaupun demikian, perbedaan ini masih
berada dalam kisaran yang cukup rendah, yakni <15 o dari kedudukan aslinya, sehingga
secara umum, orientasi keruntuhan yang terjadi masih relatif sama yakni berada pada arah
timur laut dengan tipe keruntuhan membaji.

Kata kunci: penginderaan jauh, fotogrametri, sfm, analisis kinematika, geologi teknik

93
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
I005POP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

TATANAN TEKTONIK BATUAN VULKANIK FORMASI LONSIO


DAERAH AMPANA SULAWESI TENGAH BERDASARKAN POLA
GEOKIMIA
Huzaely Latief Sunan1*, Rahmat Yantono Saragih2, Dadang Iskandar1, Ade Rofik Fajar
Sidik2, Fikri Adry Brilliantona1
1Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Jl. Mayjend
Sungkono KM 05, Blater, Kalimanah, Purbalingga Jawa Tengah, Indonesia, 53371,
2Pusat Survey Geologi (PSG), Jl. Diponegoro No.57, Citarum, Bandung Wetan, Kota Bandung,

Jawa Barat 40115,

*Corresponding Author: huzaely@gmail.com

ABSTRAK. Daerah Ampana meliputi Kepulauan Togean terletak di Sulawesi Tengah


merupakan wilayah dengan litologi yang tersusun oleh batuan vulkanik, secara tatanan
tektonik berada di Lengan Timur Sulawesi. Secara geologi formasi Lonsio didominasi oleh
batuan vulkaniklastik dan lava yang bersifat andesitik - basaltik yang berumur miosen.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tatanan tektonik batuan vulkanik daerah Ampana
dan sekitarnya serta pola geokimia unsur batuan vulkanik daerah penelitian. Metode yang
digunakan berupa analisis petrografi dan geokimia unsur menggunakan XRF (X - Ray
Fluoroscence) dan ICP - MS (Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry) dari 8 sampel
batuan vulkanik Formasi Lonsio. Litologi yang teramati pada batuan vulkanik melalui
analisis petrografi yaitu berupa andesit dan tuf. Hasil pemrosesan data geokimia batuan
dari data XRF terdiri dari unsur utama, unsur jejak, dan unsur tanah jarang. Berdasarkan
hasil ploting unsur utama pada diagram AFM (FeO, K2O + Na2O, MgO) batuan vulkanik
berafinitas toleit diinterpretasikan ketika magma mendingin, terjadi presipitasi yang kuat
pada alumunium dan magnesium dibanding besi, sehingga menyebabkan magma bergerak
kearah toleit. Diagram K2O + Na2O terhadap SiO2 pada batuan vulkanik memperlihatkan
evolusi magma berkomposisi dari andesit hingga dasit. Data unsur tanah jarang batuan
vulkanik disajikan dalam diagram normalisasi terhadap kondrit menunjukkan pola
fraksinasi REE yang semakin menurun dari unsur tanah jarang ringan (LREE) sampai
unsur tanah jarang berat (HREE). Batuan vulkanik Formasi Lonsio terbentuk pada
lingkungan tektonik busur kepulauan diusulkan terdapat kontaminasi dari kerak benua
bagian atas yang terkait dengan proses subduksi.

Kata kunci: tektonik, geokimia, busur kepulauan, lonsio

94
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA I006UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ANALISIS PERKEMBANGAN FAULT RELATED FOLD DI DAERAH


BATUAJANG, KABUPATEN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA
BARAT
Tito Adha Briliantoro1*, Budhi Kuswansusilo1
1Universitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-unsri KM 32 Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan,
Indonesia

*Corresponding Author: titoadha130496@gmail.com

SARI. Berbagai penelitian mengenai struktur geologi Cekungan Ombilin telah banyak
dilakukan guna mengetahui konfigurasi tektonik cekungan ini. Akan tetapi belum ada
yang membahas tentang struktur geologi secara detail terkhusus pada skala kecil.
Penelitian ini menjelaskan hubungan sesar naik terhadap lipatan yang merupakan
implikasi dari sesar-sesar mendatar regional pembentuk Cekungan Ombilin dalam konsep
fault related fold. Lokasi penelitian berada di daerah Batuajung, Kabupaten Sijunjung,
Provinsi Sumatera Barat. Metode yang digunakan bermula dari pemetaan geologi
permukaan yang selanjutnya dilakukan analisis studio dengan membuat peta simplifikasi
sesar naik dan lipatan. Kemudian melakukan balanced cross section guna merestorasi
batuan terdeformasi disertai kalkulasi trigonometri untuk menentukan kedalaman bidang
detachment. Output-nya berupa pemodelan atas interpretasi mekanisme pembentukan
serta perkembangan fault related fold yang ada. Hasilnya menjelaskan bahwa struktur
geologi daerah penelitian bermula dari adanya pembentukan Antiklin Lubuktarok dengan
mekanisme fault bend fold. Perkembangan slip sepanjang upper flat menyebabkan lapisan
batuan membentuk lipatan baru yang selanjutnya mengalami pensesaran (breakthrough)
dengan mekanisme fault propagation fold.

Kata kunci: Geologi Struktur, Fold Retaled Fold, Fault Propagation Fold, Fault Bend Fold

95
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA I008UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STRUCTURAL-INDUCED SPELEOGENESIS AT KARAKAL-JAPYRYK


NATURAL RESERVE, KYRGYZSTAN
Eko Haryono1, Didit Hadi Barianto2, Hillary Reinhart1*, Angga Wahyu Ristiawan2,
Rakhmat Dwi Putra3, Dimas Irham Rabbani4, Dita Marfuah Sufi'atun5, Aan Saputra2,
Hajar Lutviah6, Farah Aida Ilmiatul Kulsum7
1 Department of Environmental Geography, Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada
2 Department of Geological Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada
3Department of Geographic Information Science, Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

4Department of Regional Development, Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

5Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada,

6
Faculty of Forestry, Universitas Gadjah Mada,
7
Department of Tourism Science, Faculty of Cultural Science, Universitas Gadjah Mada

*Corresponding Author: reinharthilary@gmail.com

ABSTRAK. Speleogenesis is one of the most essential studies at speleological science. it


examines how caves are formed and developed as the fundamental knowledge to
comprehend cavity phenomena. These phenomena occasionally occur in karstic landscape
where Karakal-Japyryk Natural Reserve, as part of carboniferous limestone in Tien-Shan
Mountain is located. Several factors such as climatic, geologic, and biologic factors hold a
certain role in speleogenetic process. One of the key roles from geological factor is the
presence of geological structures e.g. bedding plane and joint which initiates cavity
development.This paper tends to examine the speleogenetic process happens at Karakal-
Japyryk Reserve. The speleogenetic process can be described using speleomorphological
approach combined with measured stratigraphy and structural study to reconstruct the
process happening. Measurement and drawing of cave dimension was also conducted to
obtain a visualization of the cave. This study was particularly done at KG-4 and KG-5 cave
in Karakal-Japyryk Reserve.From the measurement and analysis, it is known how the
geological structures had a strong role in the speleogenetic process. It opened and triggered
initial dissolution in limestone which developed into cave. The evidence can be seen
through the direction and form of the cave passage which indicates structural influences by
its linearity and its correlation with the structure like bedding plane and vertical joints
presence at the surface.

Kata kunci: geological structure, Karakal-Japyryk Reserve, cave, speleogenetic

96
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA I009POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

THE STRUCTURAL GEOLOGY CONSTELLATION OF WESTERN


BOUNDARY OF YOGYAKARTA BASIN
Asmoro Widagdo1*, Subagyo Pramumijoyo1, Agung Harijoko1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2, Kampus UGM,
1

Yogyakarta

*Corresponding Author: asmoro.geologi@gmail.com

ABSTRAK. The Yogyakarta Basin is located on the south-side of the central part of Java
Island which is located on the active tectonic boundary from the Tertiary to Quaternary
periods. Kulonprogo volcanic mountains and South Serayu folds are in the west of the
Yogyakarta basin. To the east of the Yogyakarta basin is found the Southern Mountains of
eastern Java. The western boundary of the Yogyakarta Basin has typical types of geological
structures. This research was conducted to study the type of geological structure that is the
western boundary of the Yogyakarta Basin. The study was conducted through a series of
field work to collect geological structure data such as bedding-plane of sedimentary rocks,
joint planes, fault planes, fault types, folds, and then field data analysis was performed
using stereographic methods. The main geological structure, which is the western
boundary of the Yogyakarta Basin, is the synistral fault with the type of left-stepping left
lateral fault associated with subduction in the south of Java. This structure of the major
synistral fault produces companion faults in the form of dextral faults, synistral faults,
normal faults, shear joints and extension joints. The other geological structures, originating
from different sources, are related to the influence of forces from the east of the Yogyakarta
Basin. This structure forms thrust fault, fold, dextral fault, synistral fault, shear joints and
extension joints.

Kata kunci: structure, folds, fault, joint, stereographic

97
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA I017POP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

HUBUNGAN SESAR TURUN-SESAR GESER DAN STRUKTUR


DEFORMASI SEDIMEN HALUS FORMASI PENOSOGAN, KEBUMEN,
JAWA TENGAH
Eko Puswanto1*, Muhammad Al Afif1, Edi Hidayat1
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian - LIPI Karangsambung, Jl Karangsambung, Km 19,
1

Karangsambung, Kebumen

*Corresponding Author: epuswanto@gmail.com

ABSTRAK. Indikasi struktur deformasi sedimen halus atau dikenal sebagai soft-sediment
deformation structures (SSDS) tersingkap dengan baik pada batupasir tufan Formasi
Penosogan di daerah Kaligending. Struktur deformasi sedimen halus ini berhubungan
dengan struktur longsoran (slump structure) pada bagian bawah, dan struktur lidah api
(flame structure), serta ball and pillow structure pada bagian atas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui mekanisme pembentukan struktur deformasi sedimen halus Formasi
Penosogan. Mekanisme deformasi pada Formasi Penosogan bagian bawah diperkirakan
berhubungan dengan aktivitas tektonik Miosen Tengah yang merupakan deformasi simple
shear melibatkan tegasan gaya tarik (extension) berarah timurlaut – baratdaya
menghasilkan sesar turun dan tegasan gaya kompresi menghasilkan sesar geser sinistral
sebagai sesar sintetik dengan gaya tegasan utama berarah utara – selatan. Aktivitas
tektonik Miosen Tengah diperkirakan mempengaruhi mekanisme pengendapan Formasi
Penosogan yang dinamis. Aktivitas tektonik ini mengkontrol pembentukan morfologi,
aktivitas vulkanisme, dan perubahan lingkungan pengendapan. Aktivitas tektonik Miosen
Tengah diperkirakan berkaitan dengan peristiwa gempa bumi, gejala likuifaksi dan
tektonik gravitasi (gravity sliding).

Kata kunci: struktur, deformasi, sesar, tektonik, Penosogan

98
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
I020UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PEMANFAATAN METODE FOTOGRAMETRI DALAM PEMETAAN


GEOMORFOLOGI DETAIL UNTUK MEMAHAMI DINAMIKA TERAS
SUNGAI PROGO DI KECAMATAN SENTOLO, KABUPATEN KULON
PROGO, D.I. YOGYAKARTA
Annisa' Nurina Adani1*, Gayatri Indah Marliyani1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2, Senolowo, Sinduadi,
1

Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284

*Corresponding Author: a.nurina.adani@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK. Bukti adanya aktifitas tektonik aktif seringkali bisa kita amati dengan adanya
morfologi yang khas. Untuk daerah beriklim tropis seperti Indonesia, bentukan morfologi
umumnya didominasi oleh proses fluviatil sehingga sungai umum dijumpai. Berbagai
peristiwa tektonik dapat tercermin dalam morfologi sungai yang khas. Salah satu keunikan
morfologi sungai dapat dijumpai pada sepanjang aliran Sungai Progo di wilayah Sentolo,
DIY. Pada lokasi ini dijumpai teras – teras sungai berundak yang terpisah dari sungai
Progo yang aktif. Undakan teras ini hanya terbentuk pada sisi bagian barat sungai,dan
tidak dijumpai di sisi timurnya, membentuk non-paired terraces. Kenampakan morfologi
ini terlihat pada citra dan foto udara daerah tersebut. Sungai Progo pada lokasi ini
merupakan bedrock channel dengan arah aliran sungai tidak mengikuti bidang perlapisan.
Hal ini menandakan Sungai Progo memiliki stream power yang cukup besar sehingga
diperlukan gangguan yang cukup besar untuk bisa merubah aliran sungai. Dalam
penelitian ini, kami melakukan pemetaan geomorfologi detil yang membutuhkan data
topografi beresolusi tinggi untuk mengetahui geometri teras-teras sungai di daerah ini.
Untuk pengambilan data tersebut,kami menggunakan metode fotogrametri dengan
prosedur Structure from motion. Prosedur ini diterapkan pada data foto udara yang
diambil dengan menggunakan unmanned aerial vehicle (UAV) berupa drone. Dengan
menggunakan metode ini, kami berhasil membuat data Digital Elevation Model (DEM)
beresolusi ~0.5 m yang digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan geomorfologi detail.
Kami mengidentifikasi setidaknya terdapat 3 teras Sungai Progo. Kami
menginterpretasikan bahwa terbentuknya teras-teras sungai ini kemungkinan besar
dikontrol oleh proses tektonik berupa pengangkatan. Aktifitas tektonik pengangkatan
dapat mengubah base level sungai sehingga proses erosi vertikal menjadi dominan. Lebih
lanjut lagi, keberadaan teras-teras sungai ini hanya dijumpai pada lokasi ini dan tidak di
bagian Sungai Progo yang lain, sehingga kemungkinan besar pembentukan teras-teras ini
akibat pensesaran lokal di daerah ini. Untuk mengetahui keberadaan sesar yang
mengontrol dinamika sungai Progo di daerah ini diperlukan penyelidikan lebih lanjut.

Kata kunci: teras sungai, Structure from Motion, morfologi, Sungai Progo

99
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA I023UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PENENTUAN SEMPADAN SUNGAI CIMANUK, DESA SUKAKARYA,


KECAMATAN GARUT, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT
MENGGUNAKAN PEMODELAN GEOMORFOLOGI BERDASARKAN
DATA DARI METODE STRUCTURE FROM MOTION
Agung Setianto1*, Nur Syahraini1

Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2, Senolowo, Sinduadi,
1

Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284

*Corresponding Author: agung.setianto@gmail.com

ABSTRAK. Banjir bandang yang terjadi di Garut disebabkan oleh kerusakan daerah aliran
sungai (DAS), salah satunya karena kesalahan penggunaan lahan sempadan sungai yang
digunakan untuk pembangunan rumah sehingga menyebabkan penyempitan badan
sungai. Hal ini perlu adanya penetapan garis sempadan sungai yang baru sebagai upaya
perlindungan permukiman masyarakat di sekitar sungai. Ada beberapa pendekatan yang
digunakan, salah satunya adalah pendekatan morfologi. Morfologi berfungsi untuk
mengetahui topografi daerah penelitian, kemiringan dan kelandaian lereng serta
mengetahui arah aliran dan kecepatan banjir berdasaran geometri sungai. Hal tersebut
penting untuk mengetahui jarak penarikan sempadan sungai. Oleh karena itu, perlu
membuat peta geomorfologi yang dibuat berdasarkan pemetaan di lapangan dan Digital
Elevation Model (DEM). DEM dibuat dengan metode Structure from Motion (SfM), dimana
metode ini memiliki akuisisi data topografi dengan resolusi tinggi, penggunaan lebih
mudah dan murah. Analisis yang dilakukan, yaitu penyusunan peta geomorfologi.
Sempadan sungai berdasarkan geomorfologi ditarik dari tebing tertinggi sungai. Sempadan
sungai yang berada di dalam perkotaan dan bertalud ditarik 15 meter, sedangkan sungai
yang berada diluar perkotaan dan tidak bertanggul ditarik 100 meter.

Kata kunci: sempadan sungai, geomorfologi, Structure from Motion

100
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA J003UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

ANALISIS POTENSI BATUAN DAERAH TEMBALANG DAN


SEKITARNYA, SEMARANG : STUDI AWAL PEMANFAATAN BATUAN
SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK BERBASIS TEG (THERMOELECTRIC
GENERATOR)
Kodrat Cahyo Wicaksono1*, Dani Muhamad Iqbal1, Ivandilardo Barala1, Kodrat Cahyo
Wicaksono1
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia Jl.Prof.H.Soedarto S.H, Tembalang,
1

Kec.Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah

*Corresponding Author: kodratcahyo@gmail.com

ABSTRAK. Indonesia diapit oleh 2 benua dan juga 2 samudera dimana hal tersebut
menyebabkan Indonesia memiliki keberagaman jenis batuan yang tersebar diseluruh
kepulauan yang ada di Indonesia. Keberagaman jenis batuan yang terdapat di Indonesia
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan yang dapat menyediakan energi
listrik yang berguna untuk pembangkit listrik pada suatu daerah. Cepatnya pertumbuhan
ekonomi membuat kebutuhan listrik menjadi meningkat, sehingga meningkatnya
penggunaan akan listrik tersebut membuat pemerintah Indonesia untuk mengembangkan
energi terbarukan. Lokasi yang dapat dimanfaatakan sebagai daerah penelitian studi ini
dilakukan di Tembalang, Semarang, Jawa Tengah. Maksud dan tujuan disusunnya paper
ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan potensi batuan yang terdapat pada daerah
Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, yang dapat dimanfaatkan sebagai suatu potensi untuk
pengembangan sumber energi terbarukan (renewable energy). Analisis suhu relatif batuan
yang terdapat pada daerah penelitian tersebut menjadi hal penting yang dilakukan untuk
mengetahui pengoptimalan alat TEC (Thermoeletric Cooler) yang digunakan sebagai alat
konverter energi panas menjadi energi listrik yang terdapat pada daerah penelitian. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu pertama dengan
melakukan tinjauan pustaka dan jurnal untuk mengetahui tentang daerah penelitian dan
nilai konduktivitas dari setiap jenis batuan yang akan dilakukan pengukuran energi,
kemudian yang kedua yaitu melakukan pembuatan model alat TEG (Thermoeletric
Generator) sebagai alat yang dapat digunakan untuk mengonversikan energi panas yang
terdapat pada jenis batuan menjadi energi listrik yang dapat digunakan oleh masyarakat
sekitar. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengukuran lapangan didapatkan nilai
kuat arus dari batuan beku berupa andesit yaitu berkisaran 0.23 v dan untuk batuan
sedimen berupa batugamping yaitu berkisaran 0.13 v. Alat tersebut dapat mengonversikan
suhu berkisaran 30 - 49 oC sebagai energi listrik.

Kata kunci: TEG (Thermoelectric Generator), Batuan Andesit, Semarang

101
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA
J004UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

POTENSI SUMBERDAYA ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


MIKRO-HIDRO (PLTMH) SUNGAI KEDUNG PEDUT GUNA
MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DAN PENGEMBANGAN WISATA
AIR TERJUN KEDUNG PEDUT, KABUPATEN KULON PROGO,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Erwandi1*, Aaf Aji Pagestu1, M. Ofal H, Husein1, Trias Galena1, Baso Tandi Arung1
1Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. jl. Kalisahakno28, kompleks
Balapan Tromol pos 45 Yogyakarta - 55222, telp. (0274) 563029, Fax (0274) 563847

*Corresponding Author: erwandiari@gmail.com

ABSTRAK. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro (PLTMH) merupakan salah satu


potensi energiterbarukan yang belum banyak dimanfaatkan di Indonesia. Sungai Kedung
Pedut memiliki potensi pada bentuk tubuh sungai yang berbuku – buku atau air terjun
skala kecil maupun skala besar yang merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan
dalam kontruksi PLTMH. namun perlu adanya penelitian mengenai sumber air dan debit
aliran sungai Kedung Pedut untuk dapat mengetahui potensi daya listrik yang dihasilkan
dengan sistem PLTMH. Daerahpenelitian terletak pada desa Jatiomulyo, Kabupaten Kulon
Progo, Daerah IstimewaYogyakarta. Luas daerah penelitian 4km² secara geografis terletak
pada koordinat 07° 45’ 30” - 07° 46’ 30” LS dan 110° 06’ 53” - 110° 07’ 53” BT. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah dengan pengamatan langsung di lapangan yaitu
dengan melakukanpemetaan geomorfologi, geologi, hidrogeologi. Kemudian dilakukan
analisis struktur geologi, geomorfologi, debit aliran sungai, sifat batuan terhadap air dan
analisis daya listrik yang dihasilkan. Hasil analisis pada penelitian ini didapatkan 5 sumber
mata air pada bagian hulu sungai Kedung Pedut yaitu mata air Sigembor, Kucung Mas,
Mudal, Bangki, dan Sepunggal. Didapatkan debit aliran sungai Kedung Pedut 1,43 m³/d
dengan luas penampang sungai 3,575 m² dan kecepatan arus sungai 0,4 m/d pada musim
hujan dan 0,07 m³/d dengan luas penampang sungai 2,315 m² dan kecepatan arus sungai
0,03 m/d pada musim kemarau. Berdasarkan tata letak komponen pembangkit listrik, daya
pembangkit listrik yang dihasilkan pada musim penghujan sebesar 168,18 kW dan pada
musim kemarau sebesar 8,24 kW. Pada wisata air terjun Kedung Pedut penggunaan daya
listrik dalam sebulan mencapai 146 – 366 kWh, bila menggunakan PLTMH dengan daya
pembangkit listrik sebesar 8,24 kW maka listrik yang dihasilkan dalam satu bulan sebesar
5904 kWh. dengan demikian pembangunan PLTMH sudah dapat memenuhi kebutuhan
listrik pada wisata air terjun Kedung Pedut dan dapat digunakan dalam pengembangan
wisata kedepannya.

Kata kunci: PLTMH, hidrogeologi, wisata alam, Sungai Kedung Pedut, Kulon Progo

102
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA J005UNO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

IDENTIFIKASI KAOLINIT BERDASARKAN ANALISIS CITRA ASTER


DI DAERAH KELABAT, KABUPATEN BANGKA BARAT, PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Agung Setianto1, Abyan Abdan1*, Anastasia Dewi Titisari1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2, Senolowo, Sinduadi,
1

Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284

*Corresponding Author: abyan_ab@yahoo.co.id

ABSTRAK. Daerah Kelabat, Kabupaten Bangka Barat di Pulau Bangka memiliki potensi
sumber daya mineral kaolin yang cukup besar. Material kaolin tersebut merupakan hasil
alterasi dari batuan granit sebagai penyusun Daerah Kelabat. Oleh karena itu, Daerah
Kelabat dipilih sebagai daerah penelitian untuk menerapkan metode analisis citra
Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER). Analisis
ASTER dipercaya dapat mengidentifikasi kaolin dengan baik. Tujuan dari studi ini adalah
untuk mengetahui luas persebaran kaolin melalui citra ASTER. Citra ASTER digunakan
untuk meneliti pola spektral mineral. Kehadiran kaolin pada piksel citra ASTER
ditunjukkan dengan adanya absorpsi di panjang gelombang 2,205 μm (band 6) dan
reflektansi di panjang gelombang 0,56 μm (band 1), 1,65 μm (band 4), dan 2,26 μm (band 7).
Setelah melalui tahap pra-pemrosesan, dilakukan tahap spectral resampling untuk
mengetahui titik-titik yang memiliki kecenderungan pola spektral yang sesuai dengan
Spectral Library. Kemudian, citra ASTER dianalisis menggunakan metode Principal
Component Analysis (PCA) band 1467. PC3 dipilih sebagai acuan karena dapat
merepresentasikan kehadiran kaolin berdasarkan pola spektralnya untuk kemudian
diseleksi dengan threshold maksimal sebesar 1% dan 5% dan dipetakan menggunakan
Supervised Classification. Anomali yang ditunjukkan dari hasil pemrosesan tersebut
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan sampel di lapangan, yaitu
sebanyak tujuh stasiun titik amat. Hasil analisis citra ASTER menunjukkan bahwa lempung
kaolin di Daerah Kelabat tersebar di wilayah tertentu sesuai dengan hasil klasifikasi
Minimum Distance dengantingkat keakuratan sebesar 71,4%.

Kata kunci: Kaolinit, Reflektansi spektral, Citra ASTER, Kelabat

103
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA K004PRO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

MIDDLE MIOCENE PALEOGEOGRAPHY OF BAYAT, EVIDENCE OF


BASEMENT HIGHS AND LOCAL BASINS
Salahuddin Husein1*, Moch. Indra Novian1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2, Senolowo, Sinduadi,
1

Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284

*Corresponding Author: shddin@ugm.ac.id

ABSTRAK. Stratigraphy of Bayat was characterized by a significant hiatus in the late Early
Miocene, where the absence of enormous volume of Semilir and Nglanggran volcaniclastics
was in contrast to their extensive deposition in the adjacent Southern Mountains Basin. It
has been assumed that during the peak volcanism of Semilir and Nglanggran, Bayat was
considered as non-depositional or erosional areas, which can be regarded as non-basinal
system. In the light of new tectonic conception, Bayat was considered as a topographic high
of an uplifted accretionary prisms since Paleogene which were followed by copious
marginal intrusions and thus located outside the major depocenters of Southern Mountains.
These unique tectonic setting of block faulting and marginal volcanic fields allows Bayat to
have limited deposition, either thickness or lateral extents, of the overlying Oligo-Miocene
volcaniclastics. This condition apparently controls the subsequent carbonate formations in
Middle Miocene. Oyo formations were deposited in discrete depocenters, bounded by
basement highs and eroded volcanoes. This paper attempts to support the above-
mentioned deduction and to elaborate the geological evolution of Bayat during their last
periods as a Cenozoic sedimentary subbasin. Slump structures observed in Oyo carbonates
were chosen as a proxy to establish local paleogeography, as their visible sedimentary
structures and noticeable dimensions were straightforward for correlating with the
responsible structures and submarine slopes. Two main areas in Bayat were mapped
separately, those are Jiwo Timur and Jiwo Barat, as they each have different basement
types, structural configuration and type of volcanisms. It occursinduced basement high in
the west and underwent a sedimentary mass-transport toward eastern depocenters, whilst
in Jiwo Barat they were presided by a dispersed magmaticinduced basement high in the
east and happened to mass-transporting to western depocenters.

Kata kunci: Bayat, Paleogeography, Oyo Carbonates, Slump

104
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA K005UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

STUDI PROVENAN, IKLIM PURBA, DAN LINGKUNGAN


PENGENDAPAN FORMASI KEBO BUTAK DAERAH TEGALREJO,
GEDANG SARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA
Amanda Cintya R1*, Maulani Rukya1, Dwi Aji Disastra1, Panji Surya1, Muchamad Ocky
Bayu Nugroho1
1Teknik Geologi, UPN “Veteran” Yogyakarta

*Corresponding Author: amandacintyar@gmail.com

ABSTRAK. Daerah Penelitian terletak di Tegalrejo, Gedang Sari, Kabupaten Gunung


Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada Formasi Kebo Butak yang
berumur Oligosen Akhir. Litologi penyusun yang ditemukan berupa batupasir, batupasir
krikilan, breksi polimik, perselingan batulempung-batulanau, tuff, dan serpih. Penelitian
ini bertujuan untuk megetahui provenan, iklim purba, dan lingkungan pengendapan
Formasi Kebo Butak. Metodologi yang dilakukan berupa survey lapangan, analisis
stratigrafi terukur, pengamatan litologi secara megaskopis dan mikroskopis, penentuan
fasies berdasarkan model Walker dan Mutti (1973) dan Bouma (1962), serta pengamatan
petrografis batupasir. Dari hasil penelitiandidapatkan fasies C.T (Clasical Turbidite), M.S
(Massive Sandstone), S.L (Slump), C.G.L (Conglomerate) dan P.S (Pebbly Sandstone). Struktur
sedimen yang berkembang pada daerah penelitian berupa graded bedding, reverse graded
bedding, lamination,dan convolute. Jika dilihat dari fasiesnya daerah telitian berada di Alluvial
fanchanneled - smooth (Walker, 1973). Dari hasil Plot diagram QFL dan QmFLt, batupasir
Formasi Kebo Butak termasuk dalam tatanan tektonik continental block, subzona transitional
continental & magmatic arc, subzona dissected arc, dan diendapkan pada iklim purba humid
(diagram QFL, Nelson 2007).

Kata kunci: Kebo-Butak , provenan, fasies, iklim purba, lingkungan pengendapan.

105
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA K006POO
Yogyakarta, 5-6 September 2019

IDENTIFIKASI SINGKAPAN BATUAN METAMORF SEGAR DI


LERENG UTARA GUNUNG KONANG, SEBAGAI ANALOG JENIS DAN
TIPE BATUAN METAMORF DI BAYAT, KLATEN, JAWA TENGAH
Nugroho Imam Setiawan1*, Salahuddin Husein1, Mochammad Nukman2, Moch Indra
Novian1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, UGM,
DIYogyakarta,
2Program Studi Geofisika, Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada Sekip

Utara Bls 21 Bulaksumur, UGM, DI Yogyakarta,

*Corresponding Author: nugroho.setiawan@ugm.ac.id

ABSTRAK. Batuan metamorf derajat rendah mendominasi dan tersingkap di Perbukitan


Jiwo, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Sebagian besar dari singkapan tersebut dalam kondisi
lapuk sehingga sulit untuk diidentifikasi secara jelas komposisi mineralnya. Di Desa Kebon,
lereng utara Gunung Konang, Perbukitan Jiwo Timur, tersingkap batuan metamorf yang
terdiri dari marmer, kuarsit dan filit klorit dalam kondisi segar. Setempat juga dijumpai
sisipan grafit diantaranya. Kehadiran batuan metamorf marmer, kuarsit dan filit klorit yang
segar di daerah tersebut dapat digunakan sebagai analog pada singkapan batuan metamorf
lainnya yang tersebar di Perbukitan Jiwo, Bayat. Perbedaan kompetensi antara marmer,
kuarsit, dan filit klorit memperlihatkan struktur boudin pada saat mengalami gaya ekstensi
selama proses metamorfisme. Marmer dan kuarsit memiliki sifat brittle sehingga terbagi
menjadi beberapa segmen sedangkan filit klorit cenderung memiliki sifat ductile sehingga
terdeformasi dan mengisi ruang diantara boudin marmer dan kuarsit. Marmer memiliki
warna abu-abu gelap, granoblastik dengan komposisi kalsit dengan sedikit kuarsa dan
sangat sedikit klorit. Kuarsit berwarna putih keruh, granoblastik dengan komposisi kuarsa
yang memiliki kontak antar butir suture dan umumnya diisi oleh kalsit sekunder. Filit
klorit berwarna abu-abu kehijauan, berfoliasi filitik dari lepidoblastik klorit. Mineral lain
yang dijumpai adalah porfiroblastik kuarsa dan kalsit, minor epidot, dan kadangkala
dijumpai muskovit dan grafit. Kehadiran batuan metamorf berupa marmer, kuarsit, filit
klorit dan filit grafit dominan dijumpai di Perbukitan Jiwo Barat maupun Timur. Pada
beberapa lokasi porsi dari masing-masing tipe batuan bervariasi dan seringpula dijumpai
produk metasomatisme diantara ketiga batuan tersebut yaitu filit klorit karbonatan.
Kehadiran tipe batuan metamorf tersebut mengindikasikan bahwa batuan metamorf
tersebut terbentuk karena proses metamorfisme regional dengan protolith berupa batuan
sedimen. Tipe batuan sedimen yang mungkin menjadi protolith adalah batulempung,
batupasir kuarsa, batugamping, dan batuan sedimen organik yang kaya dengan karbon.
Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan Perbukitan Jiwo pra-
metamorfisme pada umur Kapur kemungkinan adalah zona transisi antara darat dan laut.

Kata kunci: Perbukitan Jiwo, batuan metamorf, protolith, Bayat, boudin

106
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 KODE PAPER
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA K007UNP
Yogyakarta, 5-6 September 2019

PALEOGEOGRAFI DAN MEKANISME SEDIMENTASI PADA PALEO-


KALDERA DI DAERAH PRAMBANAN
Andika Nugraha1*, Muhammad Budi Setyoputro1, Ardani Patanduk1
1Undergraduated Student, Geological Engineering, UPN "Veteran" Yogyakarta

*Corresponding Author: andhika.nugraha97@gmail.com

ABSTRAK. Daerah Prambanan dan sekitarnya yang merupakan bagian dari Formasi
Semilir tersusun oleh batuan gunungapi yang melimpah sebagai produk vulkanisme yang
secara intensif telah terjadi di masa lampau. Keberadaan batuan gunungapi tersebut perlu
dikaji dengan pendekatan vulkanostratigrafi. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
mengkaji sejarah vulkanisme purba di daerah ini. Metode penelitian bersifat kualitatif
dengan tahapan studi literatur, interpretasi morfologi dengan citra Google Earth dan
DEMNAS, observasi lapangan serta analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat indikasi kaldera di daerah Prambanan dan sekitarnya yang diperlihatkan dari
kenampakan morfologi semi radial yang terpotong oleh sesar turun dan tertimbun aluvial
di bagian utara dengan kedudukan lapisan batuan yang semi radial dengan dip yang
berubah secara berangsur ke arah selatan. Litologi yang ditemukan tersusun oleh
kelompok piroklastik (flow, surge, fall) seperti pumiceous breccia, co-ignimbrite breccia,
lapillistone, tuff dan kelompok resedimented syn-eruptive seperti volcanic sandstone, claystone
dan volcanic breccia. Pada beberapa tempat ditemukan tekstur welded, jigsaw fit, acretionary
lapilli dan fragmen arang. Struktur sedimen yang ditemukan adalah masive, normal graded
bedding, reverse graded bedding, cross bedding, cross lamination, parallel lamination, slump, load
cast dan flame structure dengan arah arus purba berasal dari bagian timurlaut. Pada
beberapa tempat ditemukan indikasi aktifitas hidrotermal yang diperlihatkan dari ubahan
chloritic, clay-oxide dan bongkah silisic. Susunan litologi tersebut diendapkan dengan
mekanisme mass flow, traction dan suspension. Fasies proksimal yang terletak relatif di
daerah utara dan umumnya tersusun oleh kelompok piroklastik terendapkan di
lingkungan darat, sedangkan fasies distal yang terletak relatif di daerah selatan dan
umumnya tersusun oleh resedimented syn-eruptive terendapkan di lingkungan laut. Hal ini
mengimplikasikan paleogeografi berupa pulau gunungapi aktif dengan fasies sentral yang
diduga berada di bagian timurlaut dan tertimbun oleh alluvial.

Kata kunci: Prambanan, vulkanostratigrafi, paleo-kaldera, paleogeografi, sedimentasi

107
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi &Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Stasiun Lapangan Geologi “Prof.R. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten

Anda mungkin juga menyukai