Anda di halaman 1dari 7

Dampak eksploitasi kentang terhadap lingkungan kawasan Dieng

Dampak Eksploitasi Kentang


Terhadap Lingkungan Kawasan Dataran Tinggi Dieng
The Influence of Potato Exploitation to Dieng Plateau
Fadhila Isniana
135030107111009
Program Sarjana Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Universitas Brawijaya, Indonesia, Jln. Mayjen Haryono, 169, Malang 65145.
email: fadhila.niana@gmail.com
Abstrak
Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan dataran tinggi yang terletak di Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dieng merupakan penghasil kentang
tertinggi di Asia Tenggara meskipun belakangan pamornya sudah turun. Akibat penanaman
kentang secara berlebihan Dataran Tinggi Dieng Mengalami kerusakan lingkungan yang cukup
parah. Tanah Dieng menjadi tandus dan tidak memiliki pohon berbatang keras sehingga rawan
terjadi bencana alam. Selain itu penghasilan masyarakat Dieng semakin menurun dan angka
kemiskinan semakin meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan berbagai cara
entah dari pihak masyarakat, pemerintah, atau instansi lain. Namun langkah-langkah yang
sudah dilakukan ternyata belum mampu menangani masalah tersebut secara baik. Untuk itu
diperlukan kerjasama antara seluruh pihak untuk menjaga dan mengembalikan keasrian
kawasan Dataran Tinggi Dieng. Terutama meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
dampak buruk yang diakibatkan oleh eksploitasi kentang dalam skala yang sangat tinggi.
Kata kunci : Dieng, kerusakan lingkungan, eksploitasi kentang, degradasi lahan

Abstract
Dieng Plateau is a plateau where located in Banjarnegara and Wonosobo, Central Java. Dieng is
the highest potato producer in Southeast Asia though the prestige has down. Due to excessive
planting potatoes, Dieng Plateau Experiencing severe environmental damage. Land of Dieng
became barren and it did not has a hard-trunked trees so Dieng prones to has natural disasters.
In addition, the incomes of the Dieng is getting lower and the poverty rate had risen. To
overcome this problem there were to many ways that has been done either on the part of
society, government, or other institutions. However, the ways that have been done is not yet
able to handle the issue properly. So there should be cooperation between all parties to
preserve and restore the beauty of Dieng Plateau. Especially raise public awareness of the
adverse effects caused by the exploitation of the potatoes in a very high scale.
Kata kunci : Dieng Plateau, environmental damage, potatos exploitation, land degradation

Pendahuluan
Dieng merupakan salah satu kawasan dataran
tinggi di provinsi Jawa Tengah yang masuk

dalam wilayah kabupaten Banjarnegara dan


kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di
sebelah barat Gununung Sindoro dan
Sumbing. Dataran tinggi Dieng adalah
Jurnal Kerusakan Lingkungan Dieng No.1 | 1

Dampak eksploitasi kentang terhadap lingkungan kawasan Dieng

kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan


merupakan gunung
api raksasa
karena
merupakan pegunungan terbesar kedua di
dunia dengan beberapa kepundan kawah.
Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000 m di
atas permukaan laut. Suhu Dieng berkisar
1220C di siang hari dan 6-10C di malam
hari. Pada musim kemarau atau sekitar bulan
Juli dan Agustus, suhu udara di Kawasan
Dataran Tinggi Dieng dapat mencapai 0C di
pagi hari dan memunculkan embun beku.
Penduduk setempat menyebut embun
tersebut bun upas ("embun racun") karena
menyebabkan kerusakan pada tanaman
pertanian.
Dataran Tinggi Dieng dikenal sebagai
penghasil sayuran dengan kualitas yang baik.
Namun Kawasan Dataran Tinggi Dieng
memiliki ancaman degradasi lingkungan yang
mengkhawatirkan. Kepadatan penduduk di
Kawasan Dataran Tinggi Dieng yang cukup
tinggi, mencapai rata-rata 100 jiwa/km
dengan pemilikan lahan yaitu rata-rata
sebesar 0,1 ha yang telah menyebabkan
besarnya pemanfaatan terhadap sumberdaya
alam yang ada dengan pengalihan fungsi
lahan kawasan lindung menjadi lahan
pertanian intensif.
Saat ini sekitar 7.758 hektare lebih lahan di
Dieng telah menjadi lahan kritis dengan
tingkat erosi yang cukup tinggi yakni
mencapai angka 10,7 mm/tahun atau ratarata sebesar 161,ton/hektare/tahun. Pada
tahun 2002, tingkat erosi di hulu Daerah
Aliran Sungai (DAS) Serayu mencapai 4,21
mm per tahun.
Akar dari permasalahan degradasi lahan dan
lingkungan di lingkungan Kawasan Dataran
Tinggi Dieng diduga berasal dari kecilnya
kepemilikan lahan, intensifikasi tanaman
semusim (kentang) tanpa mengindahkan
kaidah konservasi, rendahnya tingkat
kesadaran dan kepedulian penduduk sekitar
Kawasan Dataran Tinggi Dieng terhadap
kerusakan SDH, degradasi lahan, dan
lingkungan, lemahnya koordinasi antar sektor

dan
dalam
pembangunan
wilayah.
Berdasarkan data TKPD, saat ini sudah
terdapat kurang lebih 3.000 hektare lahan
tanaman kentang di Wonosobo dan 4.758
hektare di wilayah Banjarnegara yang
menjadi tandus dan gersang. Jadi ada sekitar
7.758 hektare lebih lahan di Dieng yang telah
berubah menjadi tanah kritis.
Dari penjabaran tersebut dapat diketahui
bahwa kerusakan alam di Kawasan Dataran
Tinggi Dieng sudah terbilang sangat parah.
Oleh karena itu diperlukan tindakan
penyelamatan Kawasan Dataran Tinggi Dieng
secepatnya untuk mengatasi dan mencegah
kerusakan yang lebih parah. Penduduk Dieng
tidak bisa terus-menerus merusak lingkungan
tempat tinggal mereka tanpa memikirkan
kemungkinan di masa depan. Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo juga
tidak boleh tinggal diam melihat potensi
kekayaan
alam
daerahnya
hancur.
Dibutuhkan tindakan yang cerdas dari
Pemerintah Daerah Banjarnegara dan
Wonosobo serta kesadaran dari penduduk
Dieng. Dengan disusunnya jurnal ini maka
penulis berusaha menganalisa sebab dan
akibat dari kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh produksi tanaman kentang
serta cara menanggulanginya.
Metode Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian exploratory research . Menurut
Sukmadinata
(2005)
dasar
penelitian
kualitatif adalah konstruktivisme yang
berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi
jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinterpretasikan
oleh
setiap
individu. Peneliti
kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah
dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui
penelaahan terhadap orang-orang melalui
interaksinya dengan situasi sosial mereka.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif
partisipan dengan strategi-strategi yang
bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian
Jurnal Kerusakan Lingkungan Dieng No.1 | 2

Dampak eksploitasi kentang terhadap lingkungan kawasan Dieng

kualitatif ditujukan untuk memahami


fenomena-fenomena sosial dari sudut
pandang partisipan. Dengan demikian arti
atau pengertian penelitian kualitatif tersebut
adalah penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah dimana
peneliti merupakan instrumen kunci.
Sedangkan penelitian kualitatif exploratory
research sendiri adalah salah satu jenis
penelitian sosial yang tujuannya untuk
memberikan sedikit definisi atau penjelasan
mengenai konsep atau pola yang digunakan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti belum memiliki gambaran akan
definisi atau konsep penelitian. Peneliti akan
mengajukan what untuk menggali informasi
lebih jauh. Sifat dari penelitian ini adalah
kreatif, fleksibel, terbuka, dan semua sumber
dianggap penting sebagai sumber informasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran mengenai tingkat
kerusakan lingkungan di Dataran Tinggi Dieng
serta solusi pemecahannya.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan dipilih
dalam penelitian ini adalah pengumpulan
data sekunder dan primer.
1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah
diolah oleh pihak lain baik dalam bentuik
publikasi maupun dokumentasi. Proses
pengumpulan data sekunder dipilih
karena dapat melakukan dengan cepat
dan mudah serta tidak memerlukan biaya
yang tinggi
2. Data Primer
Data primer dapat dilakukan dengan cara
observasi dan wawancara. Teknik
observasi digunakan untuk menggali data
dari sumber data yang berupa peristiwa,
tempat atau lokasi dan benda serta

rekaman gambar. Wawancara dilakukan


kepada informan yang memahami
permasalahan yang diteliti yaitu pihak
Dinas
Pariwisata.
Wawancara
dilaksanakan secara terbuka.
Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian
dan pengurutan data ke dalam pola, kategori
dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dirumuskan hipotesa
kerja seperti yang disarankan oleh data.
Tahapan- tahapandalam model analisis data
terdiri dari Noticing Things, Collecting Things
dan Thinking about things yang dijelaskan
sebagai berikut.
1. Noticing Things (and Coding Them)
Notiching berarti melakukan pengamatan,
menulis catatan lapangan merekam
wawancara, pengumpulan dokumen dan
sebagainya.
2. Collecting
adn sorthing instances of
things
Dalam proses ini yang dimaksud dengan
pengumpulan bukan pengumpulan data
lapangan namun pengelompokan data
yang sudah dikelompokkan kdalam
karakteristik
yang
seragam
untuk
kemudian disusun menjadi sebuah
gambaran yang utuh
3. Talking about things
Dalam proses thinking diperlukan data
yang telah dikumpulkan. Tujuan proses ini
adalah untuk membuat beberapa jenis
pengertian dari setiap koleksi data,
mencari pola dan hubungan di dalam
koleksi data, dan untuk membuat
penemuan umum tentang fenomena yang
diteliti.
Collect things atau koleksi pemilihan data
serta think about things atau memakai data
melihat
pola-pola
hubunganya
dan
menemukan fenomena yang sedang diteliti
masing-masing tahap dapat dilakukan dengan
berurutan atau tidak berurutan karena model
ini sejalan dengan jenis penelitian

Jurnal Kerusakan Lingkungan Dieng No.1 | 3

Dampak eksploitasi kentang terhadap lingkungan kawasan Dieng

eksploratori yang juga bersifat fleksibel


tahapan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Masalah utama di kawasan Dataran Tinggi
Dieng adalah terjadi degradasi lahan yang
disebabkan oleh eksploitasi tanaman kentang
secara besar-besaran yang merupakan
komoditas utama masyarakat petani Dieng.
Selain degradasi lahan Dieng yang cukup
parah, Dieng juga mengalami masalah lain
yaitu hilang dan rusaknya cagar budaya Dieng
yang merupakan peninggalan sejarah. Hal ini
tentu sangat disayangkan mengingat
peninggalan sejarah merupakan salah satu
kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Selain
itu hanya tersisa satu danau di dataran tinggi
tersebut, yaitu Telaga Warna yang masih
berair. Namun air dari Telaga Warna sudah
tidak lagi menampilkan warna yang
mempesona seperti pada kondisi 15-20 tahun
silam.
Apalagi
secara
fisiografis,
kawasan
pegunungan Dieng memiliki rata-rata
kemiringan 30%. Sehingga sebagian besar
kawasan ini merupakan kawasan lindung
sekaligus ketel atau kawasan tangkapan air.
Akibat curah hujan tahunan yang relatif tinggi
yakni mencapai rata-rata 3.800 mm/tahun,
sehingga wilayah ini menjadi kawasan hulu
dimana banyak sungai yang mengalir ke arah
kota dan kabupaten Batang, Pekalongan,
Tegal, Pemalang, Banjarnegara, serta
Temanggung dan Wonosobo. Hulu Sungai
terbesar merupakan hulu Sungai Serayu yang
mempunyai peran penting bagi sektor
pertanian dan energi. Kawasan ini terdapat
bendungan PLTA Panglima Besar Sudirman
yang memberi kontribusi besar bagi irigasi
persawahan di Kabupaten Banjarnegara dan
sekitarnya yakni seluas +6.400 ha, selain
menghasilkan listrik sebesar 184,5 MW.

Sehingga dapat diketahui bahwa betapa


besar pengaruh kerusakan lingkungan di
Dataran Tinggi Dieng. Tidak hanya merugikan
warga Dieng namun juga merugikan wilayah
atau kabupaten lain di sekitarnya yang dialiri
oleh Sungai Serayu dan bergantung terhadap
sungai tersebut.
Hal ini terbukti dengan adanya penggundulan
hutan di Dataran Tinggi Dieng yang telah
berimbas pada Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) Mrica di Kabupaten Banjarnegara.
Setiap kali hujan, air yang mengalir melalui
Sungai Tulis yang kemudian masuk ke
Bendungan Mrica sudah bercampur dengan
lumpur. Bahkan, terdapat empat desa yang
letaknya tidak jauh dari PLTA Mrica kini hilang
karena sering mengalami banjir. Pada musim
penghujan sedikitnya terdapat sekitar 4,5 juta
ton lumpur yang terbawa dari Dataran Tinggi
Dieng menuju ke Waduk Mrica. Waduk yang
airnya dimanfaatkan untuk pasokan listrik
Jawa-Bali ini meluap karena dipenuhi oleh
lumpur bawaan dari Dieng. Hal ini tentu
dapat menghambat pengoperasian PLTA
Mrica karena waduk dipenuhi endapan
lumpur. Untuk mengeruk lumpur juga tidak
mudah karena diperlukan biaya yang cukup
tinggi.
Eksploitasi Kentang di Dataran Tinggi Dieng
sudah terjadi sejak tahun 1980-an. Hampir
seluruh lahan di daerah tersebut ditanami
oleh kentang. Agar kentang dapat tumbuh
dengan baik, petani Dieng terpaksa
menebang tanaman keras yang ada.
Akibatnya Dieng tidak lagi memiliki daerah
resapan air karena seluruh lapisan wilayah
Dieng sudah telah dimanfaatkan sebagai
lahan produksi kentang. Keadaan ini semakin
diperparah dengan adanya kemungkinan
Dataran Tinggi Dieng berubah menjadi
gunung batu akibat kurangnya pohon keras di
daerah Dataran Tinggi Dieng sebagai daerah
resapan air serta kondisi tanah yang tandus.

Jurnal Kerusakan Lingkungan Dieng No.1 | 4

Dampak eksploitasi kentang terhadap lingkungan kawasan Dieng

statistik
menunjukkan,
telah
terjadi
peningkatan keluarga miskin di Kecamatan
Kejajar dalam 10 tahun terakhir. Masyarakat
Kecamatan Kejajar yang kini populasinya
mencapai 41.000 jiwa dengan PDRB per
kapita mencapai Rp6.087.507,78. Jauh di
bawah PDRB rata-rata penduduk Kecamatan
Kejajar pada 1980-an yang terhitung menjadi
tiga besar tingkat kecamatan se-Jawa Tengah.

Gambar 1. Gambar tersebut merupakan


contoh gambaran kondisi dataran tinggi
Dieng yang ditanami kentang.
Pada tahun 1985 sampai 1995 merupakan
masa kejayaan petani kentang di Dataran
Tinggi Dieng. Meski belakangan pamor
Kentang Dieng sudah mulai menurun. Bahkan
Dieng sempat dinobatkan menjadi kawasan
penghasil kentang terbesar di Asia Tenggara,
namun kini dikalahkan oleh produksi kentang
Bandung dan Bogor. Gaya hidup petani Dieng
mulai berubah seiring dengan meningkatnya
kesejahteraan. Di tahun 1990-an mobil-mobil
keluaran terbaru dengan merek terkenal
sudah menjadi simbol status dari sebagian
besar petani Dieng.
Secara ekonomis, produktifitas pertanian
kentang oleh petani Dieng telah menurun
drastis dari waktu ke waktu. Hal ini
disebabkan oleh kesuburan tanah kawasan
Dieng yang menurun akibat penggunaan
pupuk kimia yang berlebihan dan tata kelola
lahan yang salah. Penggunaan obat kimia
yang tidak terkontrol membuat kesuburan
tanah di Dataran Tinggi Dieng mulai
terdegradasi. Kondisi ini dapat diamati dari
penurunan produktivitas lahan tanah Dieng.
Jika dibandingkan dengan produksi tanam
pada tahun 1980-an yang bisa mencapai hasil
panen hingga 30 kali lipat, kini petani Dieng
hanya mampu menghasilkan maksimal 810
kali dari bibit kentang yang ditanam. Dinilai
dari hasil musim tanam-panen, rata-rata
petani mengalami kerugian dalam 3-4 kali
tanam dan hanya sekali musim tanam petani
Dieng dapat meraup keuntungan. Data

Sebenarnya masyarakat petani Dieng


menghadapi tiga kerugian yaitu rugi secara
ekonomi, sosial, dan rugi secara lingkungan.
Masyarakat petani di sana paham kondisi
tersebut, namun mereka belum ada pilihan
strategis untuk bisa menyelesaikan persoalan
ini. Usaha penyelamatan lingkungan kawasan
Dataran Tinggi Dieng sebenarnya sudah
dilakukan TKPD (tim kerja pemulihan Dieng)
yang dibentuk oleh Pemkab Wonosobo pada
tahun 2007. Namun kerja tim yang terdiri
atas masyarakat, akademisi, jurnalis dan LSM
tersebut belum berhasil secara maksimal.
Mereka hanya baru mampu memadu konsep
dan pola top down dari program pemerintah
dengan model bottom up dari masyarakat,
termasuk dalam melakukan kerangka
identifikasi masalah hingga penyelarasan
menu program penyelamatan Dataran Tinggi
Dieng, khususnya penentuan jenis tanaman
keras dan tanaman pengganti kentang. Selain
itu diperlukan roadmap pola baku kerja yang
harus menjadi skema kesepakatan bersama
antara pemerintah dan masyarakat bagi
penyelamatan Dieng itu sendiri. Bahkan
persamaan persepsi dalam penyelamatan
kawasan Dieng mejadi syarat utama yang
harus disepakati bersama oleh para
pemangku kepentingan atas Dataran Tinggi
Dieng. Contohnya seperti pada sektor
kehutanan kawasan yang menempatkan
BKSDA dan Perhutani, sektor kebudayaan
yang dengan BP3 (Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala), maupun sektor
pariwisata, dan sektor energi yang ditangani
PT Geo Dipa Energi, serta sektor pertanian
yang harus ditangani dan dihadapi bersama
oleh petani bersama Dispertan. Masingmasing pihak tidak bisa lagi menomorsatukan
Jurnal Kerusakan Lingkungan Dieng No.1 | 5

Dampak eksploitasi kentang terhadap lingkungan kawasan Dieng

kepentingan
sektornya
sendiri
untuk
menangani
permasalahan
kerusakan
lingkungan Dieng, tetapi harus selalu
ditangani
secara
bersama
untuk
mendapatkan solusi yang tepat dan cermat
sehingga menguntungkan seluruh pihak.
Dibutuhkan langkah yang konkrit untuk
menyelesaikan
masalah
kerusakan
lingkungan Dataran Tinggi Dieng yakni
meliputi program yang pertama yaitu
pengendalian dalam pemanfaatan ruang.
Perlu strategi terpadu komprehensif pada
berbagai sektor agar bisa dilakukan
pemulihan
sekaligus
menjaga
serta
mempertahankan lingkungan Dieng yang ada.
Kedua, perlu ditumbuhkan kembali kesadaran
dan modal sosial masyarakat agar dapat
melakukan kegiatan yang ramah lingkungan
dalam pemanfaatan sumberdaya lahan serta
berbasis kearifan lokal dengan mejadikan
masyarakat Dataran Tinggi Dieng sebagai
mitra pemerintah dalam upaya mewujudkan
suatu sistem usaha yang berkelanjutan.
Pada sisi kelembagaan masyarakat, perlu
dilakukan pemberdayaan kelembagaan lokal
secara lebih aktif lagi dan partisipatif karena
terdapat modalitas basis massa pada
lembaga-lembaga lokal atau tradisional.
Untuk mendukung internalisasi perilaku
ramah lingkungan melalui pendidikan budaya
dan agama, maka perlu dilakukan strategi
seperti diberlakukannya kurikulum muatan
lokal pendidikan lingkungan pada masyarakat
Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo
khususnya pada masyarakat Dataran Tinggi
Dieng. Selain itu perlu dihidupkan kembali
penggalian kembali inisiatif kearifan lokal
seperti bersih desa, bersih mata air yang
sebenarnya sudah hidup di masyarakat.
Ketiga, pengembangan sumber ekonomi yang
tidak berbasis lahan. Hal ini penting untuk
dijadikan
pertimbangan
mengingat
sumberdaya alam yang mulai terbatas,
sedangkan jumlah manusia cenderung
bertambah. Di daerah pedalaman dengan
struktur masyarakat yang dominan pada
sektor pertanian telah menjadi pemicu
terjadinya intensifikasi yang bila tidak

bijaksana dan cenderung bersifat eksploitatif


dan tidak optimal. Sehingga perlu peralihan
mata pencaharian petani kearah lain.
Contohnya seperti pengembangan potensi
pariwisata Dieng mengingat kawasan Dataran
Tinggi Dieng memiliki kebudayaan yang khas
serta peninggalan yang sangat bersejarah.
Keindahan panorama alam Dieng seperti
Gunung, Kawah dan Danau juga dapat
menjadi daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan.
Keempat, perlu dilakukan pengurangan resiko
bencana melalui adaptasi dan mitigasi
berbasis masyarakat, baik yang meliputi
ancaman bencana tanah longsor, gempa
serta gas beracun. Mengingat kawasan
Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan
pegunungan vulkanik yang masih relatif subur
sehingga masyarakat petani seringkali tidak
menyadari bahwa mereka hidup di tengah
ancaman
bencana-bencana
tersebut.
Meskipun masyarakat sudah menyadari akan
ancaman bahaya yang mengancam nyawa,
mereka tetap tidak ingin meninggalkan Dieng
karena tanah Dataran Tinggi Dieng yang
subur dapat menunjang perekonomian
mereka. Untuk mengatasi hal tersebut maka
perlu
dilakukan
transformasi
sistem
peringatan dini kebencanaan yang berbasis
masyarakat, sekaligus pemetaan daerah
rawan bencana oleh pemerintah daerah yang
dibantu oleh ahli.
Kelima yaitu perlu dilakukan peningkatan
kualitas keanekaragaman hayati serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan
iklim. Terakhir, yaitu melakukan peningkatan
peran aktif dari berbagai pihak untuk
mendukung program pemulihan lingkungan
yang sudah dibuat untuk mengembalikan
lingkungan Dataran Tinggi Dieng menjadi
kawasan
yang
asri
seperti
dulu.
Dalam berbagai upaya pemulihan dan
rehabilitasi lingkungan Dataran Tinggi Dieng,
koordinasi merupakan kata kunci utama
sehingga perlu dilakukan pembentukan dan
penguatan kelembagaan tim kerja pada
Jurnal Kerusakan Lingkungan Dieng No.1 | 6

Dampak eksploitasi kentang terhadap lingkungan kawasan Dieng

tingkat kabupaten maupun provinsi sebagai


langkah penanganan pemulihan Kawasan
Dieng.

Jurnal ini disusun untuk memenuhi


persyaratan Ujian Tengah Semester mata
kuliah Kebijakan Lingkungan.

Kesimpulan

Dalam penyusunan jurnal ini penulis


menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan paper ini, khususnya kepada
Bapak Imam Hanafi, selaku Dosen Kebijakan
Lingkungan Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya. Serta teman-teman
semua Kelas D Kebijakan Lingkungan Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi dalam penyusunan jurnalr ini.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat
penulis
harapkan
demi
penyempurnaan pembuatan jurnal ini.

Kerusakan lingkungan pada kawasan Dataran


Tinggi Dieng yang diakibatkan oleh eksploitasi
kentang
secara
besar-besaran
telah
merugikan berbagai pihak. Tidak hanya
masyarakat sekitar Dieng, namun juga
seluruh masyarakat kabupaten Banjarnegara
dan kabupaten Wonosobo serta Kota dan
Kabupaten yang dialiri Sungai Serayu seperti
Batang, Pekalongan, Tegal, Pemalang, serta
Temanggung. Kerugian yang dialami meliputi
aspek ekonomi, soasial, dan lingkungan.
Untuk menangani hal tersebut maka
diperlukan
langkah
sebagai
seperti
pengendalian dalam pemanfaatan ruang,
penumbuhan kembali kesadaran dan modal
sosial masyarakat agar dapat melakukan
kegiatan yang ramah lingkungan dalam
pemanfaatan sumberdaya lahan serta
berbasis kearifan local, pengembangan
sumber ekonomi yang tidak berbasis lahan,
melakukan pengurangan resiko bencana
melalui adaptasi dan mitigasi berbasis
masyarakat, baik yang meliputi ancaman
bencana tanah longsor, gempa serta gas
beracun, melakukan peningkatan kualitas
keanekaragaman hayati serta mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim, dan
terakhir yaitu melakukan peningkatan peran
aktif dari berbagai pihak untuk mendukung
program pemulihan lingkungan yang sudah
dibuat. Dengan melakukan keenam langkah
tersebut serta kerjasama dari berbagai pihak entah
dari masyarakat, swasta, maupun pemerintah
daerah maka kerusakan lingkungan di Dataran
Tinggi Dieng dapat dicegah dan diatasi.

Dartar Pustaka
Arif, H.A. Kholiq. 2013. Melupakan Dieng,
Selamat Datang Kehancuran. Koran Sindo,
13 November 2013.
Ariswanto. 2012. Dieng Jadi Gunung Batu?.
Kedaulatan Rakyat, 21 Juli 2012.
Barus, Carlos R.F. 2014. Petani di Dataran
Tinggi Dieng Mulai Diversifikasi Varietas
Tanaman. Suara Pembaruan, 3 Oktober
2014.
Rawan Mbun Upas, Petani Kentang Dieng
Diimbau tak Tanam. Pikiran Rakyat, 30
Agustus 2014.
Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian
Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.
Sigit, Agus. 2012. Akibat Erosi, Telaga
Balekambang
Terancam
Hilang.
Kedaulatan Rakyat, 11 Juli 2012.

Ucapan Terima Kasih


Puji syukur terhadap kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan Rahmat serta
Karunianya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan Jurnal ini yang berjudul
Dampak Eksploitasi Kentang Terhadap
Lingkungan Kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Jurnal Kerusakan Lingkungan Dieng No.1 | 7

Anda mungkin juga menyukai