Abstract
Dieng Plateau is a plateau where located in Banjarnegara and Wonosobo, Central Java. Dieng is
the highest potato producer in Southeast Asia though the prestige has down. Due to excessive
planting potatoes, Dieng Plateau Experiencing severe environmental damage. Land of Dieng
became barren and it did not has a hard-trunked trees so Dieng prones to has natural disasters.
In addition, the incomes of the Dieng is getting lower and the poverty rate had risen. To
overcome this problem there were to many ways that has been done either on the part of
society, government, or other institutions. However, the ways that have been done is not yet
able to handle the issue properly. So there should be cooperation between all parties to
preserve and restore the beauty of Dieng Plateau. Especially raise public awareness of the
adverse effects caused by the exploitation of the potatoes in a very high scale.
Kata kunci : Dieng Plateau, environmental damage, potatos exploitation, land degradation
Pendahuluan
Dieng merupakan salah satu kawasan dataran
tinggi di provinsi Jawa Tengah yang masuk
dan
dalam
pembangunan
wilayah.
Berdasarkan data TKPD, saat ini sudah
terdapat kurang lebih 3.000 hektare lahan
tanaman kentang di Wonosobo dan 4.758
hektare di wilayah Banjarnegara yang
menjadi tandus dan gersang. Jadi ada sekitar
7.758 hektare lebih lahan di Dieng yang telah
berubah menjadi tanah kritis.
Dari penjabaran tersebut dapat diketahui
bahwa kerusakan alam di Kawasan Dataran
Tinggi Dieng sudah terbilang sangat parah.
Oleh karena itu diperlukan tindakan
penyelamatan Kawasan Dataran Tinggi Dieng
secepatnya untuk mengatasi dan mencegah
kerusakan yang lebih parah. Penduduk Dieng
tidak bisa terus-menerus merusak lingkungan
tempat tinggal mereka tanpa memikirkan
kemungkinan di masa depan. Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo juga
tidak boleh tinggal diam melihat potensi
kekayaan
alam
daerahnya
hancur.
Dibutuhkan tindakan yang cerdas dari
Pemerintah Daerah Banjarnegara dan
Wonosobo serta kesadaran dari penduduk
Dieng. Dengan disusunnya jurnal ini maka
penulis berusaha menganalisa sebab dan
akibat dari kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh produksi tanaman kentang
serta cara menanggulanginya.
Metode Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian exploratory research . Menurut
Sukmadinata
(2005)
dasar
penelitian
kualitatif adalah konstruktivisme yang
berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi
jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinterpretasikan
oleh
setiap
individu. Peneliti
kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah
dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui
penelaahan terhadap orang-orang melalui
interaksinya dengan situasi sosial mereka.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif
partisipan dengan strategi-strategi yang
bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian
Jurnal Kerusakan Lingkungan Dieng No.1 | 2
statistik
menunjukkan,
telah
terjadi
peningkatan keluarga miskin di Kecamatan
Kejajar dalam 10 tahun terakhir. Masyarakat
Kecamatan Kejajar yang kini populasinya
mencapai 41.000 jiwa dengan PDRB per
kapita mencapai Rp6.087.507,78. Jauh di
bawah PDRB rata-rata penduduk Kecamatan
Kejajar pada 1980-an yang terhitung menjadi
tiga besar tingkat kecamatan se-Jawa Tengah.
kepentingan
sektornya
sendiri
untuk
menangani
permasalahan
kerusakan
lingkungan Dieng, tetapi harus selalu
ditangani
secara
bersama
untuk
mendapatkan solusi yang tepat dan cermat
sehingga menguntungkan seluruh pihak.
Dibutuhkan langkah yang konkrit untuk
menyelesaikan
masalah
kerusakan
lingkungan Dataran Tinggi Dieng yakni
meliputi program yang pertama yaitu
pengendalian dalam pemanfaatan ruang.
Perlu strategi terpadu komprehensif pada
berbagai sektor agar bisa dilakukan
pemulihan
sekaligus
menjaga
serta
mempertahankan lingkungan Dieng yang ada.
Kedua, perlu ditumbuhkan kembali kesadaran
dan modal sosial masyarakat agar dapat
melakukan kegiatan yang ramah lingkungan
dalam pemanfaatan sumberdaya lahan serta
berbasis kearifan lokal dengan mejadikan
masyarakat Dataran Tinggi Dieng sebagai
mitra pemerintah dalam upaya mewujudkan
suatu sistem usaha yang berkelanjutan.
Pada sisi kelembagaan masyarakat, perlu
dilakukan pemberdayaan kelembagaan lokal
secara lebih aktif lagi dan partisipatif karena
terdapat modalitas basis massa pada
lembaga-lembaga lokal atau tradisional.
Untuk mendukung internalisasi perilaku
ramah lingkungan melalui pendidikan budaya
dan agama, maka perlu dilakukan strategi
seperti diberlakukannya kurikulum muatan
lokal pendidikan lingkungan pada masyarakat
Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo
khususnya pada masyarakat Dataran Tinggi
Dieng. Selain itu perlu dihidupkan kembali
penggalian kembali inisiatif kearifan lokal
seperti bersih desa, bersih mata air yang
sebenarnya sudah hidup di masyarakat.
Ketiga, pengembangan sumber ekonomi yang
tidak berbasis lahan. Hal ini penting untuk
dijadikan
pertimbangan
mengingat
sumberdaya alam yang mulai terbatas,
sedangkan jumlah manusia cenderung
bertambah. Di daerah pedalaman dengan
struktur masyarakat yang dominan pada
sektor pertanian telah menjadi pemicu
terjadinya intensifikasi yang bila tidak
Kesimpulan
Dartar Pustaka
Arif, H.A. Kholiq. 2013. Melupakan Dieng,
Selamat Datang Kehancuran. Koran Sindo,
13 November 2013.
Ariswanto. 2012. Dieng Jadi Gunung Batu?.
Kedaulatan Rakyat, 21 Juli 2012.
Barus, Carlos R.F. 2014. Petani di Dataran
Tinggi Dieng Mulai Diversifikasi Varietas
Tanaman. Suara Pembaruan, 3 Oktober
2014.
Rawan Mbun Upas, Petani Kentang Dieng
Diimbau tak Tanam. Pikiran Rakyat, 30
Agustus 2014.
Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian
Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.
Sigit, Agus. 2012. Akibat Erosi, Telaga
Balekambang
Terancam
Hilang.
Kedaulatan Rakyat, 11 Juli 2012.