Anda di halaman 1dari 11

4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aktiva Tetap Perusahaan bisnis ingin mengelolah aset yang dimilikinya dengan baik, karena semua jenis aset perusahaan sangat menunjang operasi bisnis. Disamping itu pengelolahan aset tetap sangat penting dilakukan agar bisa digunakan secara optimal selama umur ekonominya. Menurut Sutoyo1 aktiva tetap adalah aktiva (kekayaan) yang dimiliki oleh perusahaan, yang sifatnya permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka panjang serta mempunyai nilai yang cukup material. Muawanah2 mengungkapkan bahwa pertimbangan dalam menetapkan nilai aset yang diperoleh berdasarkan biaya historis, adalah berikut ini. 1) Pada tanggal akuisisi biaya mencerminkan nilai pasar yang wajar. 2) Biaya historis melibatkan transaksi yang sebenarnya. 3) Keuntungan dan kerugian tidak boleh diantisipasi tetapi harus diakui ketika harta itu dijual. Perusahaan-perusahaan pada umumnya meminjam uang dengan mengeluarkan suatu promes atau obligasi dengan menghipotekkan sebagian tertentu dari aktiva tetapnya. Akan tetapi perusahaan perlu menginterpretaskan rasio dengan hati-hati, karena rasio ini menunjukkan hubungan antara nilai buku aktiva tetap yang dijaminkan dan utang-utang jangka panjang, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Soemita3 dalam karyanya.

Drs. Sutoyo, Akuntansi Keuangan jilid, (Bandung: Titian Ilmu, 1999), hlm. 114.
2

Umi Muawanah, dkk, Konsep Dasar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008), hlm. 504.
3

Drs. R. Soemita A.K., Akuntan, Azas-azas Akunting, (Bandung: Tarsito, 1980), hlm.97.

Dalam suatu perusahaan terdapat banyak aktiva, tapi tidak semua aktiva dikatakan aktiva tetap. Untuk itu, agar lebih mengetahui perbedaannya maka aktiva tetap mempunyai ciri atau karakteristik. Seperti yang diuangkapkan oleh Soemantri4 bahwa ciri aktiva tetap adalah berikut ini. 1) Mempunyi bentuk fisik (tangible), artinya dapat dilihat atau diraba. 2) Dimiliki untuk digunkan dalam aktivitas usaha perusahaan. Artinya dalam kegiatan usaha normal tidak akan dijual. 3) Mempunyai masa penggunaan lebih dari 1 tahun atau 1 periode akuntansi. Berdasarkan sifatnya, aktiva terbagi atas aktiva tetap berwujud (Tangible Fixed Aset) dan aktiva tetap tidak tidak berwujud (intangible fixed aset). Namun aktiva tetap berwujud sering kali disebut aktiva tetap saja, yaitu aktiva tetap yang mempunyai bentuk fisik. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud yaitu aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik, serta dimiliki untuk digunakan daam menunjang operasional normal perusahaan. Aktiva tetap tidak berwujud meliputi hak paten, hak cipta, hak merk, franchise, dan goodwill.

2.2 Penyusutan Aktiva Tetap Pada umumnya aktiva tetap mempunyai umur ekonomi yang terbatas. Sebagai contoh, gedung lama-kelamaan akan rusak sehingga akhirnya tidak dapat dipakai lagi. Karena itu harga perolehan aktiva harus dialokasikan sebagai beban periodeperiode yang mencakup dalam umur ekonomi aktiva tetap bersangkutan. Jumlah itu disebut penyusutan, untuk lebih jelasnya Suharli5 mengartikan penyusutan sebagai alokasi harga (cost) dari aktiva tetap menjadi beban (expenses) sepanjang umur ekonomisnya, dengan cara yang sistematis dan rasional. Dalam penyusutan dikenal 3 macam penyusutan, yaitu sebagai berikut.

Drs. Hendi Soemantri, Memahami Akuntansi, (Bandung: ARMICO, 2004), hlm. 216.
5

Michell Suharli, Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Dagang, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),

hlm. 262.

1) Depresiasi Depresi menurut Jusup6 adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa mamfaatnya dengan cara yang rasional. 2) Deplesi Menurut Baridwan7, deplesi adalah berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam seperti tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan (pengolahan) sumber-sumber alam tersebut. 3) Amortisasi Suharli8 mengungkapkan bahwa secara umum akuntansi aktiva tetap tidak berwujud mencatat nilai pada saat aktiva tersebut diperoleh oleh sebuah entitas. Selanjutnya nilai tersebut dibebankan secara sistematis dan rasional seperti halnya beban penyusutan dan penyusutan. Pada aktiva tetap tidak berwujud, alokasi tersebut disebut beban amortisasi. Dalam menentukan besarnya penyusutan dari suatu aktiva tetap maka ada beberapa faktor, lebih jelasnya diuraikan berikut ini. 1) Harga perolehan (Cost) Harga perolehan adalah biaya yang terjadi atau dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap sehingga siap dipakai dalam kegiatan normal perusahaan. 2) Nilai sisa Nilai sisa adalah jumlah yang diperkirakan akan dapat diterima bila aktiva yang bersangkutan dijual atau ditukarkan ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi secara ekonomis.

Drs. Al. Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2001), hlm. 162.
7

Dr. Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000), hlm. 324. Suharli, Op.Cit., hlm. 275.

3) Taksiran umur kegunaan Taksiran umur kegiatan adalah suatu perkiraan lamanya aktiva tersebut dapat digunakan.

2.3 Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dalam penyusutan dikenal 3 macam penyusutan yaitu depresiasi, deplesi dan amortisasi. Tetapi yang mempunyai metode perhitugan penyusutan hanya depresiasi dan deplesi. Untuk lebih jelasnya kedua macam penyusutan itu beserta metodenya, berikut adalah uraiannya. 1) Depresiasi Depresiasi atau penyusutan aktiva tetap berwujud dapat ditentukan dan dilaporkan dengan metode-metode berikut. (1) Metode garis lurus Menurut Jusup9 dalam metode garis lurus, beban depresiasi periodic sepajang masa pemakaian aktiva adalah sama besar. Rumus untuk menentukan biaya depresiasi dengan metode garis lurus adalah berikut ini. Penyusutan= (harga perolehan - nilai residu) Umur ekonomis (2) Metode Saldo menurun atau menurun ganda Sutoyo10 mengungkapkan bahwa dalam metode saldo menurun ganda, penyusutan setiap periode semakin menurun, dengan anggapan bahwa semakin tua aktiva tetap yang bersangkutan maka kapasitasnya semakin menurun. Rumus untuk menentukan besarnya depresiasi adalah sebagai berikut.

Jusup, Op.Cit., hlm. 164. Sutoyo, Op.Cit., hlm. 120.

10

Penyusutan

= (harga perolehan - nilai residu) Umur ekonomis

Presentase penyusutan = penyusutan/(harga perolehan-nilai residu) Total presentase = 2 x presentase penyusutan

(3) Metode jumlah angka tahun Tarif penyusutan dalam metode ini merupakan suatu bilangan pecahan yang makin lama makin kecil sebagaimana yang diungkapkan oleh Sutoyo11. Rumus dari metode ini adalah berikut. Tarif penyusutan = n (1+n) 2 (4) Metode hasil produksi Dalam metode ini umur ekonomis suatu aktiva ditaksir dlam jumlah unit produksi, dan beban penyusutannya dihitung dengan dasar satuan hasil produksi. Rumus per unit produksi berikut ini. Penyusutan per unit = harga perolehan nilai sisa Taksiran produksi selama umur ekonomis (5) Metode jam kerja Dalam metode ini umur ekonomis suatu aktiva ditaksir dalam jumlah jam kerja.rumus yang digunakan adalah berikut ini. Penyusutan per unit = harga perolehan nilai sisa Taksiran jam kerja selama umur ekonomis 2) Deplesi Seperti yang dikemukakan oleh Baridwan12 bahwa untuk menghitung deplesi ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut ini.

11

Ibid. Baridwan, Op.Cit.

12

(1) Harga perolehan aktiva Adalah pengeluaran sejak memperoeh izin sampai sumber daya alam itu dapat diambil hasilnya. Jika kempulan pengeluaran itu terlalu kecil maka dilakukan penilaian terhadap sumber daya alam tersebut. (2) Taksiran nilai sisa apabila sumber daya daya alam tersebut selesai digunakan. (3) Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi. Deplesi dihitung untuk tiap unit hasil sumber alam (ton, barel dan lainlain). Untuk memberikan gambaran yang jelas, berikut rumus yang dapat digunakan untuk menghitung deplesi. Deplesi = harga perolehan aktiva taksiran nilai sisa Taksiran hasil aktiva Jika pembangunan tambang/sumber alam itu juga terjadi dalam masa eksploitasi, sedangkan biayanya ditaksir dimuka pada waktu akan menghitung beban deplesi., jika kenyataannya biaya pembangunan berbeda dengan yang sudah ditaksir maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Begitu juga jika taksiran isi tambang berbeda dengan taksiran isi tambang yang dipakai dalam menghitung deplesi maka perlu dilakukan revisi. Koreksi terhadap deplesi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu berikut ini. (1) Deplesi tahun-tahun yang lalu yang sudah dicatat koreksi, begitu juga untuk deplesi yang akan datang. (2) Deplesi tahun-tahun yang lalu yang sudah dicatat tidak dikoreksi, tetapi deplesi tahun-tahun yang akan datang dilakukan dengan data yang terakhir.

2.4 Jurnal-Jurnal Dalam Akuntansi Aktiva Tetap Dalam akuntansi aktiva tetap terdapat beberapa jurnal ketika terjadi suatu transaksi atau kejadian akuntansi, diantaranya sebagai berikut. 1) Jurnal saat melakukan pembelian aktiva Aktiva tetap Kas/hutang Rp. 1.000 Rp. 1.000

10

2) Jurnal saat melakukan pembelian aktiva dengan menerbitkan saham Aktiva tetap Disagio saham Saham biasa 3) Penerimaan aktiva melalui hadiah pemerintah Aktiva Modal donasi 4) Saat pertukaran aktiva situasi untung Aktiva baru Akm. Peny. Aktiva lama Aktiva lama Kas Keuntungan 5) Saat pertukaran aktiva situasi rugi Aktiva baru Akm. Peny. Aktiva lama Rugi Aktiva lama Kas Rp. 2.000 Rp. Rp. 800 200 Rp. 1.500 Rp. 1.500 Rp. 2.000 Rp. 800 Rp. 1.500 Rp. 1.000 Rp. 300 Rp. 1.000 Rp. 1.000 Rp. 1.000 Rp. 100 Rp. 1.100

6) Untuk mencatat penyusutan aktiva (deperesiasi dan deplesi) Beban penyusutan aktiva Akm. Penyusutan aktiva Rp. 2.500 Rp. 2.500

7) Untuk mencatat penyusutan aktiva (amortisasi yang dimisalkan hak paten) Beban amortisasi paten Paten Rp. 3.000 Rp. 3.000

Jurnal-jurnal dalam akuntansi aktiva tetp sangat berguna untuk mengetahui alokasi-alokasi dari nilai aktiva dan juga berguna untuk mengetahui posisi keuangan ataupun harta dari suatu perusahaaan sehingga akan memudahkan pihak-pihak

11

tertentu untuk melakukan atau mengambil suatu keputusan yang berhubungan dengan aktiva tetap tersebut. Menentukan jumlah penyusutan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena beban penyusutan berpengaruh pada penentuan pajak. Sehingga memilih metode merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk menjaga likuiditas dan kredibilitas perusahaan.

12

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Dari uraian dan penjelasan dari bab sebelumnya, maka penulis menarik simpulan sebagai berikut ini. 1) Aktiva tetap adalah aktiva (asset) yang dimiliki oleh perusahaan, yang sifatnya permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka panjang serta mempunyai nilai yang cukup material. Sedangkan penyusutan sebagai alokasi harga (cost) dari aktiva tetap menjadi beban (expenses) sepanjang umur ekonomisnya, dengan cara yang sistematis dan rasional. 2) Mempunyai bentuk fisik, dalam kegiatan normal tidak akan dijual, dan mempunyai nilai guna lebih dari 1 periode akuntansi. Hal itu merupakan karakteristik dari aktiva dikatakan aktiva tetap. 3) Jenis penyusutan aktiva tetap terdiri atas depresiasi, deplesi, dan amortisasi 4) Dalam menentukan jumlah dari penyusutan aktiva tetap maka faktor yang diperhatikan adalah harga perolehan, nilai residu, dan umur ekonomis. 5) Dalam penyusutan aktiva tetap khususnya depresiasi metode yang digunakan adalah metode garis lurus, metode menurun ganda, metode jumlah angka tahun, metode hasil produksi dan metode jam jasa.

3.2 Saran Sebelum mengakhiri uraian dari makalah ini, adapun saran dari penulisan makalah adalah sebagai berikut. 1) Kepada para manager perusahaan agar lebih baik dalam memilih metode penyusutan yang terbaik karena itu sangat berpengaruh pada pajak penghasilan. Hal itu disebabkan bahwa penyusutan akan menambah suatu beban. 2) Kepada para mahasiswa ataupun pembaca yang sempat membaca untuk mempelajari akuntansi aktiva tetap karna penyusutan adalah suatu pengalokasian bukan suatu penilaian.
12

13

3) Aktiva tetap merupakan suatu aktiva yang sangat berguna bagi perusahaan untuk jangka waktu yang lama, jadi perusahaan harus lebih memperhatikan perawatan aktiva tersebut. 4) Dalam menentukan nilai residu suatu aktiva tetap sebaiknya memperhatikan nilai harga dari aktiva itu kedepannya, misalnya aktiva yang lama-kelamaan makin turun harganya contohnya computer atau aktiva yang lama-kelamaan makin naik seperti mobil. 5) Amortisasi adalah penyusutan untuk surat-surat berharga, jadi bagi para pendiri entitas maupun pengelolahnya yang mempunyai surat-surat berharga maka harus lebih mengetahui informasi terkini mengenai amortisasi agar dapat mengetahui kapan surat-surat berharga dijual atau dialihkan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Sadeli, Lili M. 2010. Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta: BumiAksara. Suharli, Michell. 2006. Akuntansi Untuk Bisnis Jasa dan Dagang. Yogyakarta: Graha Ilmu. Muawanah, Umi, dkk. 2008. Konsep Dasar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan. Jusup Al Haryono. 2001. Dasar-Dasar Akuntansi.Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Sutoyo, dkk. 1999. Akuntansi Keuangan Jilid 1. Bandung: Angkasa Soemitha, R. 1980. Azas-Azas Akuntansi. Bandung: TARSITO Soemantri, Hendi. 2005. Memahami Akuntansi. Bandung: ARMICO Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate accounting. Yogyakarta: BPFE

Anda mungkin juga menyukai