Anda di halaman 1dari 5

Arti dari amortisasi ini dalam ilmu akuntansi berkaitan dengan alokasi biaya aktiva

tak berwujud yang mengacu pada pengurangan kewajiban dengan pembayaran


pokok beserta bunga secara teratur. Besar pembayaran ini sudah ditentukan
dalam jumlah tertentu hingga akhirnya terbayarkan lunas di waktu jatuh temponya.
Jadi bisa juga diartikan, amortisasi ini merupakan penurunan atau pengurangan
nilai aktiva tak berwujud dalam setiap periode akuntansi yang terlewati. Lalu
mengapa harus dilakukan amortisasi? Apa yang menjadi fungsi dari amortisasi ini
dalam suatu perusahaan?
Amortisasi dilakukan guna mencerminkan nilai penjualan kembali. Jadi misalkan
sudah dilakukan pinjaman sebesar tertentu dengan besar cicilan pembayaran
tertentu, maka bisa dianggap nilai amortisasi adalah sejumlah cicilan yang
dibayarkan tersebut.
Kapan amortisasi dilakukan? Amortisasi dilakukan di bulan dilakukannya
pengeluaran oleh perusahaan. Namun ada beberapa perusahaan tertentu yang
dikecualikan dalam Peraturan Menteri Keuangan dalam hal waktu dilakukannya
amortisasi ini.
Jika Anda ingin tahu lebih lanjut mengenai cara menghitung amortisasi ini, maka
Anda bisa menyimak terus penjelasan hingga ke bagian akhir. Selanjutnya, Anda
akan mempelajari mengenai kaitan dari amortisasi ini dengan penyusutan nilai
suatu aset. Silahkan simak terus penjelasannya pada bagian di bawah ini dan
semoga Anda bisa menemukan kaitan antara keduanya dengan jelas.

Identifikasi Kaitan Amortisasi dengan Penyusutan Nilai


Aset
Secara sederhana, amortisasi dan penyusutan nilai aset tentu bisa dilihat memiliki
keterkaitan. Misalnya dalam hal pengertian keduanya saja sudah cukup
menyiratkan keterkaitan itu. Namun lebih dari itu, amortisasi dan penyusutan juga
terkait dalam hal-hal lain.

Anda akan mempelajari hasil identifikasi mengenai keterkaitan amortisasi dan


penyusutan nilai aset ini. Hasil identifikasinya akan dipaparkan pada tabel di
bawah ini. Cobalah Anda pahami apakah benar amortisasi dan penyusutan terkait
seperti penjelasan-penjelasan di bawah ini.
Jika sudah memahami keterkaitannya, selanjutnya Anda akan lebih memahami
dalam pengaplikasiannya. Jadi tidak perlu menunggu lama lagi, berikut ini
beberapa kaitan antara amortisasi dan penyusutan nilai aset.
 Kaitan dalam Hal Pengertian
Sesuai dengan pengertiannya, amortisasi adalah nilai pengurangan atau
penurunan nilai dari aktiva tak berwujud. Sedangkan penyusutan berarti
pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, dan perubahan
harta berwujud. Keduanya berkaitan dalam hal perubahan nilai aset yang dimiliki
oleh perusahaan. Oleh sebab itu, amortisasi dan penyusutan memiliki kaitan yang
cukup kuat.
 Kaitan dalam Hal Fungsi
Anda juga perlu mengetahui bahwa amortisasi dan penyusutan juga berkaitan
dalam hal fungsi. Jika amortisasi berfungsi untuk mencerminkan nilai penjualan
kembali, maka penyusutan berfungsi untuk mendapatkan dan memelihara
penghasilan pada bulan harta yang bersangkutan. Jadi dalam hal fungsi
perubahan nilai pada aset tersebut keduanya berfungsi untuk jangka kedepannya.
 Kaitan dalam Hal Pelaksanaan
Terakhir, Anda juga bisa melihat keterkaitan antara keduanya melalui tahapan
pelaksanaan. Amortisasi dilakukan di bulan dilakukannya pengeluaran oleh
perusahaan. Lalu penyusutan pun sama dilakukan di bulan dilakukannya
pengeluaran. Jadi keduanya memang saling berkaitan dan terhubung satu sama
lain.

Cara Menghitung Amortisasi dengan Tepat


Bagian kali ini setelah memahami mengenai amortisasi serta kaitannya dengan
penyusutan, Anda akan memahami bagaimana cara menghitung amortisasi dapat
dilakukan. Penjelasan lengkap mengenai cara menghitung amortisasi ini akan
dilengkapi dengan sebuah kasus terlebih dahulu.
Jadi berikut ini kasus masalahnya:
PT. Suka Maju mengeluarkan uang sebanyak Rp100.000.000,00 di tanggal 4
Oktober 2019. Pengeluaran tersebut digunakan untuk memperoleh hak lisensi dari
Phoenix Ltd untuk dapat memproduksi sepeda Phoenix selama 4 tahun. Amortisasi
hak lisensi yang sudah dibayarkan tersebut adalah?
Sesuai dengan informasi yang diberikan pada kasus, amortisasi berlaku dalam 4
tahun. Jadi perhitungan bisa dilakukan seperti berikut ini.
Cara 1:
Amortisasi tahun 2019: 50% x Rp100.000.000,00 = Rp50.000.000,00
Amortisasi tahun 2020: 50% x Rp100.000.000,00 = Rp50.000.000,00
                                       50% x Rp50.000.000,00 = Rp25.000.000,00
Amortisasi tahun 2021: 50% x (Rp50.000.000,00 – Rp25.000.000,00) =
Rp12.500.000,00
Amortisasi tahun 2022: Rp25.000.000,00 – Rp12.500.000,00 = Rp12.500.000,00.
Jenis penyelesaian dengan cara menghitung seperti ini dinamakan sebagai
metode saldo menurun. Ada juga metode garis lurus untuk menghitungnya.
Silahkan Anda simak penjelasan di bawah ini untuk mengetahui metode garis
lurus.
Cara 2:
Amortisasi tahun 2019: 25% x Rp100.000.000,00 = Rp25.000.000,00
Amortisasi tahun 2020: 25% x Rp100.000.000,00 = Rp25.000.000,00
Amortisasi tahun 2021: 25% x Rp100.000.000,00 = Rp25.000.000,00
Amortisasi tahun 2022: 25% x Rp100.000.000,00 = Rp25.000.000,00

Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai berkurangnya


sumber daya alam seperti tambang dan hutan kayu. Penurunan harga beli itu
disebabkan oleh perubahan (pengolahan) sumber daya alam, sehingga itu
merupakan penawaran.

Dalam ilmu akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling umum digunakan
dalam sains untuk kelelahan, kelelahan dapat diartikan sebagai alokasi biaya yang
dikeluarkan oleh sumber daya alam untuk periode yang mendapat manfaat dari
sumber ini. Biaya kelelahan dihitung dengan menggunakan metode unit produksi,
yaitu biaya kelelahan tergantung pada jumlah unit yang digunakan selama suatu
periode.

Macam-Macam Aktiva Yang Terkena Deplesi


Berikut adalah macam-macam aktiva yang terkena deplesi yaitu:

1. Tambang emas
2. Tambang batubara
3. Tambang besi
4. Tambang minyak
5. dan lain sebagianya.

Tujuan Perhitungan Deplesi


Tujuan dari perhitungan deplesi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui stok sisa sumber daya setelah habis atau disebabkan oleh
kerusakan.
2. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
3. Sebagai bahan untuk perencanaan pembangunan masa depan.
4. Mencegah dan kurangi kelangkaan sumber daya.

Metode Deplesi
berikut adalah beberapa metode untuk menghitung Deplesi:

1. Harga Perolehan Aktiva


Biaya pembelian sumber daya alam (juga disebut limbah aktivitas) adalah biaya
untuk memperoleh izin sampai sumber daya alam dapat diekstraksi. Dalam hal
sumber daya alam, harga pembelian adalah upaya dari penerimaan persetujuan
untuk ekstraksi sumber daya alam. Jika usahanya terlalu rendah, maka dilakukan
penilaian atas sumber daya alam tersebut.

2. Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi

3. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi

Hal Pang Perlu Diperhatikan Saat Menghitung Deplesi

1. Biaya kegiatan. Dalam hal sumber daya alam, harga pembelian adalah upaya dari
penerimaan persetujuan untuk ekstraksi sumber daya alam. Jika usahanya terlalu
rendah, maka dilakukan penilaian atas sumber daya alam tersebut.
2. Diperkirakan nilai sisa jika sumber daya alam digunakan atau digunakan.
3. Diperkirakan hasil yang dapat digunakan atau digunakan secara ekonomis.
4. Kelelahan dihitung menurut unit hasil sumber daya alam (barel dan tonase).

Cara Melakukan Koreksi Terhadap Deplesi

1. Deplesi pada tahun lalu dan masa depan telah dicatat dan diperbaiki. Pada saat
perubahan, Deplesi per unit kemudian dihitung ulang dan kemudian diperbaiki.
2. Deplesi tahun lalu tercatat salah, tetapi keletihan tahun depan dilakukan dengan data
terbaru. Deplesi tahun lalu belum diperbaiki, tetapi Deplesi untuk tahun ini dan tahun
mendatang telah direvisi lagi.

Penurunan dan Penyusutan Deplesi


Deplesi diartikan sebagai pengurangan biaya (cost) yang disebabkan oleh
pengelolaan sumber daya dalam inventaris seperti devaluasi tambang dan hutan
kayu. Ini berarti bahwa Deplesi adalah kontraksi alami yang tidak dapat diperbarui.
Deplesi dapat dihitung dari pendapatan yang dihasilkan dari total kekayaan yang
diambil dari sumber daya alam.

Ada kesamaan antara depresiasi dan Deplesi yang juga mengurangi manfaat
ekonomi dari aset tetap, hanya saja situasi dan kondisi aset yang disusutkan tidak
sama. Jika aset yang disusutkan adalah properti, pabrik, dan peralatan seperti
bangunan atau mesin, kelelahan juga dapat mencakup aset tidak berwujud.

Aset yang habis termasuk kayu, mineral, dan lainnya. Perbedaan antara Deplesi dan
depresiasi juga dapat dilihat sebagai berikut:

1. Deplesi dipakai untuk properti, pabrik, dan peralatan yang tidak dapat segera diganti
saat habis. Depresiasi dapat digunakan untuk properti, pabrik, dan peralatan yang
dapat diperbarui saat habis
2. Depresiasi mengalokasikan harga perolehan aset tetap dalam pembelian aset tetap
secara proporsional dialokasikan ke pendapatan periode yang relevan, misalnya
biaya penyusutan untuk periode mesin 2017. Namun, kelelahan survei didasarkan
langsung pada sumber daya alam yang dapat dijual
3. Deplesi melakukan pengurangan kuantitatif dalam sumber daya alam sambil
mengurangi manfaat ekonomi dari aset tetap
Contoh Soal Deplesi

Untuk lebih memahami tentang deplesi Anda bisa menyimak contoh


berikut ini :

Terdapat sebuah lahan yang digunakan untuk tambang yang memiliki


kisaran harga sebesar Rp.100.000.000. lahan tersebut ditaksir memiliki
kandungan tambang sebesar  100.000 ton dan setelah dieksploitasi
ternyata nilai taksirnya mencapai Rp.10.000.000. perhitungan deplesi
per ton adalah sebagai berikut :

Deplesi : Rp.100.000.000 – Rp.10.000.000 / 100.000 = Rp. 900 per


tonnya.

Pada tahun pertama lahan tersebut dieksploitasi dan menghasilkan


20.000 ton sehingga total deplesi pada tahun tersebut Rp.900 x 20.000
= Rp.18.000.000

Anda akan menjurnal transaksi ini sebagai berikut :

Deplesi Rp. 18.000.000

Akumulasi Deplesi Rp. 18.000.000

Deplesi ini akan muncul pada neraca di sisi aset dan mengurangi nilai
aktiva Anda. Tak sedikit pula perusahaan yang membagi dividen
sejumlah laba bersih ditambah deplesi. Hal ini dilakukan untuk
mencegah kerugian apabila sumber daya alam tersebut habis
dieksploitasi. Pembagian dividen tersebut nantinya bisa pula dianggap
sebagai pengembalian modal. Koreksi terhadap deplesi juga bisa terjadi
apabila deplesi bertahun-tahun sudah dicatat sebagai koreksi maka
deplesi yang akan datang juga demikian. Apabila deplesi tahun lalu tidak
dicatat sebagai koreksi maka tahun yang akan datang akan dilakukan
koreksi memakai data terakhir.

Anda mungkin juga menyukai