1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum penirisan tambang ini adalah :
A. Menghitung curah hujan
B. Merencanakan suatu sistem penyaliran tambang dan mendesain saluran
drainage dan sump
II TINJAUAN UMUM
1
Penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang
masuk kedalam lokasi penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah
terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam tambang yang
berlebihan terutama pada musim hujan. Selain itu sistem penyaliran tambang ini
juga dimaksudkan untuk mencegah kerusakan alat, serta mempertahankan kondisi
kerja yang aman (Mia,2011).
2
ke dalam tambang dikeluarkan dengan cara mengalirkan air dari
dasar tambang melalui terowongan keluar tambang.
3
Gambar 2.4 Penyaliran dengan sumuran
4
Gambar 2.6 Metode Pemompaan Dalam
c. Metode Elektro Osmosis
Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana
elemen-elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada
katoda (disumur besar) dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada
sumur lalu dihisap dengan pompa.
5
Gambar 2.8 Metode Small Pipe With Vacuum Pump
2.1.2 Sistem Penyaliran Pada Tambang Bawah Tanah
Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Dengan Tunnel (Terowongan)
Penyaliran dengan cara ini adalah dengan membuat “tunnel” atau “adit”
bila topografi daerahnya memungkinkan, dimana terowongan atau “adit”
ini dibuat sebagai level pengeringan tersendiri untuk mengeluarkan air
tambang bawah tanah. Cara ini relatif murah dan ekonomis bila
dibandingkan dengan sistem penyaliran menggunakan cara pemompaan
air ke luar tambang.
2. Dengan Pemompaan
Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem pemompaan adalah untuk
mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar “shaf” atau sumuran bawah
tanah yang sengaja dibuat untuk menampung air dari permukaan maupun
air rembesan air bawah tanah.
6
c. Hitung intensitas curah hujan rencana dengan menggunakan metode Log
Normal
d. Tentukan koefisien material yang sesuai dengan kondisi lapangan
e. Hitung debit rencana dengan menggunakan rumus Rasional.
f. Dimensi saluran menggunakan persamaan Manning
2.2.1 Curah Hujan
Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh kebumi persatu satuan
luas permukaan pada suatu jangka waktu tertentu. Intensitas curah hujan adalah
jumlah hujan yang jatuh dalam areal tertentu dalam jangka waktu yang relatif
singkat dinyatakan dalam mm/s.
7
Tabel 2.3 Hubungan Intensitas Hujan Dengan Derajat Curah Hujan
(Suwandi,2004)
Derajat Intensitas Hujan
Kondisi
Hujan (mm/menit)
Hujan
0.02 - 0.05 Tanah Basah Semua
Lemah
Hujan
0.05 - 0.25 Bunyi Hujan Terdengar
Normal
Air Tergenang Diseluruh Permukaan Dan
Hujan Deras 0.25 - 1.00
Terdengar Bunyi Dari Genangan
Hujan Sangat Hujan Seperti Ditumpahkan, Saluran
>1.00
Deras Pengairan Menguap
Y= …………………………………………………………............(2.1)
Dimana :
8
Y : Curah hujan rata-rata (mm/hari)
n : Jumlah tahun
Y1 : Curah hujan (mm)
S= …………………………………………………………....(2.2)
Dimana :
S : Standar Deviasi
Y : Curah hujan rata-rata (mm/hari)
Y1 : Curah hujan (mm)
Xr = Y + (Yt-Yn)………………………………………………………….(2.3)
Dimana :
Xr : Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm/hari)
Y : Curah hujan rata-rata (mm/hari)
Sx : Standar deviasi nilai curah hujan dari data
Sn : Standar deviasi dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data
Yt : Nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn : Nilai rata-rata dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data
n
Rh = 1 – (1- ………………………………………………………………(2.4)
Dimana :
Rh = Resiko Hidrologi
9
Tr = Periode Ulang Hujan
n = Umur Tambang
Dimana :
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
t = Lama Waktu Hujan Konstan (jam)
R24 = Curah Hujan Maksimum
Dimana :
Q = Debit Limpasan (m3/s)
C = Koefisien Limpasan
A = Luas Area (Km2)
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
10
Sumber utama air limpasan permukaan pada suatu tambang terbuka adalah
air hujan, jika curah hujan yang relatif tinggi pada daerah tambang maka perlu
penanganan air hujan yang baik (sistem drainase) yang tujuannya agar
produktivitas tidak menurun.
2.2.3 Saluran Drainage
Saluran pada tambang untuk menampung limpasan permukaan pada suatu
daerah dan mengalirkannya ke tempat penampungan air seperti : dump, settling
pond, sedimen pon dan lain – lain.
Dalam merancang dimensi saluran perlu di lakukan analisis pada daerah
lokasi penambangan sehingga saluran air tersebut dapat memenuhi hal – hal
sebagai berikut
1. Dapat mengalirkan debit air yang di rencanakan
2. Kecepatan air yang tidak merusak saluran.
3. Kecepatan air yang tidak menyebabkan terjadinya pengendapan.
4. Kemudahan dalam penggalian atau pembuatan.
5. Kemudian dalam hal pemeliharaan
Untuk membuat dimensi saluran, lakukanlah perhitungan seperti berikut :
Tinggi Air (h)
h = 0.775 x Q0.248 …………………………………………………………….(2.7)
Dimana :
h = Tinggi Air (m)
Q = Debit Limpasan (m3/s)
Dimana :
n = Konstanta Perbandingan antara lebar dasar saluran dan kedalaman air
h = Tinggi Air (m)
A = (b+z x h) x h ………………………………………………………(2.9)
Dimana :
z = tan 45° = 1
b = Lebar Dasar Saluran (m)
h = Tinggi Air (m)
11
Lebar Permukaan Saluran (B)
2A = ( B + b ) h …………………………………………………………..….(2.10)
Dimana :
B = Lebar Permukaan Saluran (m)
b = Lebar Dasar Saluran (m)
h = Tinggi Air (m)
Dimana :
W = Daerah Jagaan Air/Keliling Basah (m)
B = Lebar Permukaan Saluran (m)
b = Lebar Dasar Saluran (m)
h = Tinggi Air (m)
Dimana :
H = Kedalaman Saluran (m)
h = Tinggi Air (m)
W = daerah Jagaan Air/Keliling Basah (m)
12
Dimana :
B = Lebar permukaan saluran (m)
b = Lebar Dasar Saluran (m)
H = Kedalaman Saluran (m)
Menurut konstruksi, saluran terbagi 2 :
1. Saluran tertutup yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk
aliran air yang kotor (air yang menganggu kesehatan / lingkungan).
2. Saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak didaerah yang mempunyai luasan yang cukup ataupun untuk
drainase air non hujan yang tidak membahayakan kesehatahan atau yang
mengganggu lingkungan. Efektifitas penggunaan dari berbagai bentuk
penampang saluran drainase yang dikaitkan dengan fungsi saluran
Bentuk-bentuk penampang saluran terbuka :
a. Bentuk Penampang Segitiga
Bentuk ini biasanya dipergunakan untuk saluran dangkal. Saluran
bentuk ini tidak mudah digerus oleh air. Kelemahannya adalah
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pembuatannya
Sudut tengah = 90° → z = 1
A = h2
P = 2h
13
dibangun pada bahan yang stabil misalnya kayu, batu dan lain-lain.
Kelemahannya adalah mudah terjadi pengikisan sehingga terjadi
pengendapan pada dasar saluran.
B=2h
A = 2 h2
P=4h
R = ½.h
B = 2(
A = ( B + zh ) h
14
R=h/2
2.2.4 Sump
15
Sump dibuat dengan fungsi sebagai penampung air sebelum dipompa
keluar tambang, untuk mengendapakan partikel-partikel atau lumpur yang ikut
bersama air hasil dari saluran tambang sebelum air lumpur di buang. Ukuran
sump dibuat dengan mempertimbangkan volume air yang akan ditampung atau
masuk ke Sump.
Untuk pembuatan sump diharapkan dapat menampung air lebih dari 1,5 debit air
yang akan masuk kedalam sump. Sehingga digunakan perhitungan sebagai
berikut:
V = 1,5 x Q x t ……………………………………………………………….(2.16)
Dimana :
Q = debit air (m3/jam)
t = waktu hujan (jam)
Untuk dimensi sump yang dibuat persegi untuk volume sump digunakan rumus :
V = p x l x t …………………………………………………………………..(2.17)
Dimana :
p = Panjang (m)
l = Lebar (m)
t = Kedalaman (m)
3.1 HASIL
3.1.1 Daerah Tangkapan Hujan
Dari hasil penggambaran peta dan penentuannya maka daerah tangkapan
hujan di bagi menjadi dua daerah yaitu:
Daerah Tangkapan Hujan 1 Seluas 41000 m2
Daerah Tangkapan Hujan 2 Seluas 30000 m2
3.1.2 Perhitungan Data Curah Hujan
Standar Deviasi
Tabel 3.1 Perhitungan Standar Deviasi
Data Curah Rata-rata Curah STANDAR
Tahun Yi-Y (Yi-Y)^2
Hujan Hujan DEVIASI
SQRT((1/N-
(Yi) (Y)
1)*(Yi-Y)^2)
1 3.316808752 3.356198092 -0.03938934 0.00155152
16
4 3.364550995 3.356198092 0.008352904 6.9771E-05
I =
= 156.353 mm/jam
= 0.001002 m/s
Debit Limpasan, menggunakan persamaan 2.6 dengan koefisien limpasan (c)
dapat dilihat pada tabel 2.1 dengan besar koefisien 0,9, sehingga di dapat hasil :
Perhitungan debit limpasan untuk DTH 1 :
Q = 0.278 x KOEFISIEN LIMPASAN x DTH1 x intensitas air hujan
= 0,278 x 0,9 x 41000 m2 x 0.001002 m/s
= 10.281 m3/s
= 37011.585 m3/jam
Debit Limpasan untuk DTH 2 :
Q = 0.278 x KOEFISIEN LIMPASAN x DTH2 x intensitas air hujan
= 0,278 x 0,9 x 30000 m2 x 0.001002 m/s
= 7.522 m3/s
17
= 27081.648 m3/jam
3.1.3 Dimensi Saluran dan Dimensi Sump
Perencanaan saluran untuk DTH 1
Tinggi Air
h = 0,775 x
= 0,775 x
= 1.381 m
Lebar dasar saluran (b) Untuk lebar dasar saluran b = n.h dimana n adalah
konstanta perbandingan antara lebar dasar saluran dengan kedalaman air
b = 2 x 1.381 m
= 2.762 m
A = (b+z x h) x h dimana z = tan 45° = 1
A = (2.762 m+ 1 X 1.381 m) X 1.381 m
= 5.723 m2
Lebar permukaan saluran (B)
2A =(B+b)h
2 x 5.723 = (B +2.762) x 1.381
B = 8.287 – 2.762
B = 5.525 m
dan
18
Dimana :
Q = Debit (m3/jam)
A = Luas Penampang Basah (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/s)
R = Radius Hidrolik (A/W)
= 3.127/3.063
= 1.021
S =
= 0.32
V =
= 22.943 m x 24 jam
= 550.632 m/jam
= 0.153 m/s
Q =AxV
= 71.765 m3/s
19
= 375355.176 m3
h = 0,775 x
= 0,775 x
= 1.278 m
Lebar dasar saluran (b) Untuk lebar dasar saluran b = n.h dimana n adalah
konstanta perbandingan antara lebar dasar saluran dengan kedalaman air
b = 2 x 1.278 m
= 2.556 m
A = (b+z x h) x h dimana z = tan 45° = 1
A = (2.556 + 1 X 1.278) X 1.278
= 4.902 m2
Lebar permukaan saluran (B)
2A =(B+b)h
2 x 4.902 = (B +2.556 m) x 1.278 m
B = 7.669 m – 2.556 m
B = 5.113 m
Daerah Jagaan air / keliling basah (w)
W =B–b+h
= 5.113 m – 2.556 m + 1.278 m
= 3.834 m
dan
20
Dimana :
Q = Debit (m3/jam)
A = Luas Penampang Basah (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/s)
R = Radius Hidrolik (A/W)
= 3.072/3.035
= 1.011
S =
= 0.315
V =
= 22.614 m x 24 jam
= 542.736 m/jam
= 0.151 m/s
Q =AxV
= 69.471 m3/s
= 245763.393 m3
21
3.1.4 Volume dan Dimensi Sump
Daerah Tangkapan Hujan 1
V = 1,5 x Q x t
Dimana :
Q = debit air (m3/jam)
t = waktu hujan (jam)
V = 1,5 x Q x t
= 1.5 m x 10945.585 m3/jam x 1 jam
= 16418.378 m3
Sehingga volume sump DTH 1 adalah
V=pxlxt
= 77.460 m x 77.460 m x 3 m
= 18000 m3
Daerah Tangkapan Hujan 2
V = 1,5 x Q x t
Dimana :
Q = debit air (m3/jam)
t = waktu hujan (jam)
V = 1,5 x Q x t
= 1.5 x 10554.671 m3/jam x 1 jam
= 15832.007 m3
Sehingga volume sump DTH 2 adalah
V=pxlxt
=81.240 m x 81.240 m x 3 m
= 19800 m3
3.2 PEMBAHASAN
3.2.1 Daerah Tangkapan Hujan
Daerah tangkapan hujan ditentukan dengan membuat poligon tertutup dan
menyambungkan titik-titik pada peta topografi dengan mengikuti ketinggian dan
arah aliran air. Sehingga dengan pembuatan DTH diperkirakan setiap debit hujan
yang tertangkap dan terkonsentrasi pada elevasi terendah. Dari peta topografi
daerah tenggarong, Kalimantan timur dapat ditentukan daerah tangkapan hujan
yang terbagi menjadi dua, yaitu DTH 1 seluas 41000 m2 dan DTH 2 seluas 30000
m2.
22
3.2.2 Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang jatuh pada suatu satuan luas
yang dinyatakan dalam mm. Data curah hujan yang dianalisis adalah data curah
hujan maksimum selama 10 tahun, meliputi :
A. Curah Hujan Rencana
Perhitungan Curah hujan rencana dihitung dengan menggunakan metode
log normal dan diperoleh hasil 3.440 mm/hari.
B. Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan dihitung dengan menggunakan rumus monnonobe
dan didapatkan nilai intensitas curah hujan sebesar 0.001002 m/s.
C. Debit Limpasan
Debit limpasan dihitung menggunakan persamaan rasional. Digunakan
nilai koefisien 0.9 karena merupakan lahan terbuka daerah tambang
dengan kemiringan >15%. Debit limpasan juga dipengaruhi oleh intensitas
curah hujan sehingga diperoleh debit limpasan air DTH 1 sebesar 10.281
m3/s dan debit limpasan air DTH 2 sebesar 7.522 m3/s
3.2.3 Saluran Penyaliran
Saluran Penyaliran digunakan untuk penanggulangan limpasan air.
Kapasitas saluran adalah daya tampung suatu saluran untuk menampung
air yang mengalir pada suatu daerah. Kapasitas saluran mnentukan
keberhasilan dari suatu rencana penyaliran. Bentuk penampang saluran air
yang digunakan adalah bentuk penampang trapesium karena bentuk
penampang trapesium lebih tahan terhadap pengikisan serta cocok untuk
debit air tang besar. Dari perhitunganyang telah dilakukan, diperoleh hasil
dan kapasitas saluran sebagai berikut :
3.2.4 Sump
23
antisipasi agar debit air yang masuk ke daerah sump dapat melebihi perhitungan,
maka debit air dibuat dengan volume kali dari debit air awal dengan estimasi
lamanya hujan 1 jam selama satu hari. Sump yang direncanakan berbentuk persegi
agar sesuai dengan batas WIUP yang berupa persegi sehingga penggunaan lahan
efesien. Dimensi saluran yang direncanakan untuk DTH1 yakni panjang 77.460
m, lebar 77.460 m, dan kedalaman 3 m sehingga diperoleh volume sumuran
sebesar 18000 m3 dan untuk DTH2 memiliki panjang 81.240 m, lebar 81.240 m,
dan kedalaman 3 m sehingga diperoleh volume sumuran sebesar 19800 m3. Kedua
volume sumuran telah melebihi volume debit air limpasan yang ada dan
diharapkan dapat menampung air agar tidak meluber.
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
24
A. DTH 1 dengan tinggi air 1.381 m, daerah jagaan air/penampang basah
4.143 m, radius hidrolis 1.021 m, kedalama saluran 5.524 m, lebar
dasar saluran 2.762 m, lebar permukaan saluran 5.525 m
B. DTH 2 dengan tinggi air 1.278 m, daerah jagaan air/penampang basah
3.834 m, radius hidrolis 1.011m, kedalama saluran 5.113 m, lebar
dasar saluran 2.556 m, lebar permukaan saluran 5.113 m
4. Dimensi Sump dibuat persegi dengan ukuran :
A. DTH 1, panjang 77.460 m, lebar 77.460 m, dan kedalaman 3 m,
maka volume sumuran sebesar 18000 m3
B. DTH B, panjang 81.240 m, lebar 81.240 m, dan kedalaman 3 m,
maka volume sumuran sebesar 19800 m3
4.2 Saran
Dari kegiatan praktikum kali ini, ada beberapa saran yang hendak kami
sampaikan, diantaranya adalah :
1. Diharapkan pada praktikum berikutnya agar para praktikan lebih
memanfaatkan waktu sebaik mungkin
2. Memperbanyak referensi-referensi yang dibutuhkan dalam penyusunan
laporan
3. Mengkoordinir anggota kelompok dengan baik agar tidak terjadi
miskomunikasi antar anggota
25