OLEH :
KELOMPOK 9
UNIVERSIAS UDAYANA
2019
A. Pengertian Penyusutan dan Deplesi
B. Metode-Metode Penyusutan
Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat keausan aktiva, yang mana
untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang paling
sesuai. Berikut adalah beberapa metode penyusutan aktiva tetap.
1. Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus adalah suatu metode penyusutan aktiva tetap di mana beban penyusutan
aktiva tetap per tahunnya sama hingga akhir umum ekonomis aktiva tetap
tersebut. Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan
“Matching Cost Principle”, metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan
aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume
produk atau jasa yang dihasilkan seperti bangunan dan peralatan kantor.
2. Metode Penyusutan Saldo Menurun (Double Declining Balance Method)
Metode saldo menurun adalah metode penyusutan aktiva tetap yang ditentukan berdasarkan
persentase tertentu dihitung dari harga buku pada tahun yang bersangkutan.
Persentase penyusutan besarnya dua kali persentase atau tarif penyusutan metode
garis lurus.
3. Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit Method)
Berdasarkan metode jumlah angka tahun, besarnya penyusutan aktiva tetap tiap tahun
jumlahnya semakin menurun.
4. Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja (Service Hours Method)
Menurut metode ini, beban penyusutan aktiva tetap ditetapkan berdasarkan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
5. Metode Penyusutan Satuan Hasil Produksi (Productive Output Method)
Menurut metode ini, beban penyusutan aktiva tetap ditetapkan berdasarkan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan. Beban depresiasi
dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan
berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi.
C.
D.
Aktiva tak berwujud yang dibeli dari pihak lain dicatat pada biaya. Biaya ini
termasuk semua biaya akuisisi dan pengeluaran yang diperlukan untuk membuat
aktiva tak berwujud tersebut siap digunakan sebagaimana dimaksudkan sebagaj
contoh, harga beli, biaya hukum, dan beban, insidental lainnya.
Jika aktiva tak berwujud diperoleh dengan saham atau ditukarkan dengan aktiva
lain, maka biaya aktiva tak berwujud itu adalah nilai pasar wajar dari pertimbangan
yang diberikan atau nilai pasar wajar aktiva tak berwujud yang diterima, mana
yang meiliki bukti jelas. Apabila beberapa aktiva tak berwujud, atau gabungan dari
aktiva tak berwujud dan aktiva berwujud, dibeli dalam suatu "pembeli sekeranjang
(basket purcase), maka biayanya harus dialokasikan berdasarkan nilai pasar wajar
atau jual relatif. Pada dasarnya perlakuan akuntasi untuk aktiva tak berwujud yang
dibeli berkaitan erat dengan pembelian aktiva berwujud.
Biaya yang terjadi secara internal untuk menciptakan aktiva tak berwujud biasanya
dibebankan pada saat biaya itu dikeliarkan. Jadi, walaupun sebuah perusahaan
mungkin mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan yang substansial
untuk menciptakan aktiva tak berwujud, namun biaya ini dibebankan. Beberapa
pihak berpendapat bahwa biaya yang dikeluarkan secara internal untuk
menciptakan aktiva tak berwujud tidak memiliki hubungan dengan nilai rillnya.
Oleh karena itu, membebankan biaya ini adalah tidak tepat. Pihak lain berpendapat
bahwa sulit untuk menghubungkan biaya ini dengan aktiva tak berwujud tertentu.
Pihak yang lainnya lagi berpendapat bahwa karena subjektivitas yang mendasari
berhubungan dengan aktiva tak berwujud, maka pendekatan konservatif harus
digunakan yaitu, dibebankan ketika terjadi. Akibatnya, hanya biaya internal yang
dikapitalisasi yang merupakan biaya langsung yang dikeluarkan dalam
memperoleh aktiva tak beewujud, seperti biaya hukum.
Aktiva tak berwujud dapat mempunyai umur manfaat yang terbatas (limited (finite)
useful life) atau umur manfaat yang tidak terbatas (indetifinite useful life). Misalnya
sebuah seperti Walt Disney mempunyai aktiva tak berwujud dari kedua jenis. Walf
Disney mengamortisasi aktiva tak berwujudnya yang mempunyai umur manfaat yang
tidak terbatas.
Aktiva biaya aktiva tak berwujud dengan cara yang sistematis disebut sebagai
amortisasi (amortization). Walf Disney mengamostisasi aktiva tak berwujud yang
mempunyai unsur manfaat terbatas dengan pembebanan sistematis selama umur
manfaatnya. Umur manfaat ini harus mencerminkan periode-periode dimana
aktiva-aktiva ini berkontribusi pada arus kas.
Jika tidak ada faktor hukum, perundangan, kontrak, persaingan, atau faktor-faktor
yang membatasi umur manfaat dari sebuah aktiva tak berwujud, maka umur
manfaatnya tidak terbatas. Tidak terbatas berarti bahwa tidak ada batas yang dapat
diperkirakan dalam periode waktu di mana aktiva tersebut dapat memberikan arus
kas. Aktiva dengan umur manfaat yang tak terbatas tidak diamortisasi.
Sebagai ilustrasi, anggaplah bahwa Double Clik, Inc. memperoleh sebuah merek
dagang yang membuatnya dapat menjadi sebuah produk konsumen nomor satu.
Perusahaan memperbarui merek dagang ini sekali setiap 10 tahun dengan biaya
kecil. Semua bukti mengindikasikan bahwa produk merek dagang ini akan
menghasilkan arus kas dengan jangka waktu tidak terbatas. Dalam hal ini, merek
dagang tersebut mempunyai umur manfaat yang tidak terbatas; Double Clik tidak
mencatat amortisasi apa pun. Perusahaan harus menguji apakah aktiva tak
berwujud dengan umur tak terbatas itu mengalami penurunan atau tidak paling
tidak setahun sekali. Pengujian Penurunan untuk aktiva tak berwujud dengan umur
tak terbatas ini berbeda dengan yang dipakai untuk aktiva tak berwujud dengan
umur terbatas, dalam hal bahwa hanya pengujian nilai wajar saja yang dilakukan.
Tidak ada pengujian pemulihan yang terkait dengan aktiva tak berwujud dengan
umur tak terbatas. Alasannya: aktiva tak berwujud dengan umur tak terbatas tidak
akan pernah gagal dalam pengujian pemulihan arus kas tak berdiskonto karena
arus kas dapat diperpanjang ke masa depan secara tidak terbatas.
Definisi aktiva tak berwujud mensyaratkan bahwa aktiva tak berwujud harus memenuhi
kriteria dapat diidentifikasi, dikendalikan oleh entitas, dan mempunyai potensi manfaat
ekonomi masa depan. Yang dimaksud dengan kriteria dapat identifikasi adalah :
1. Dapat dipisahkan, artinya aset ini memungkinkan untuk dipisahkan atau dibedakan
secara jelas dari aset-aset yang lain pada suatu entitas. Oleh karena aset ini dapat
dipisahkan atau dibedakan dengan aset yang lain, maka ATB ini dapat dijual,
dipindahtangankan, diberikan lisensi, disewakan, ditukarkan, baik secara individual
maupun secara bersama-sama. Namun demikian tidak berarti bahwa ATB baru diakui
dan disajikan di neraca jika entitas bermaksud memindahtangankan, menyewakan,
atau memberikan lisensi kepada pihak lain. Identifikasi serta pengakuan ini harus
dilakukan tanpa memperhatikan apakah entitas tersebut bermaksud melakukannya
atau tidak.
2. Timbul dari kesepakatan yang mengikat, seperti hak kontraktual atau hak hukum
lainnya, tanpa memperhatikan apakah hak tersebut dapat dipindahtangankan atau
dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lainnya.
Sebagai ilustrasi, suatu entitas membeli hardware, software, dan modul untuk
kegiatan tertentu. Sepanjang software tersebut dapat dipisahkan dari hardware terkait
dan memberikan manfaat masa depan maka software tersebut diidentifikasi sebagai
ATB. Sebaliknya dalam hal software komputer ternyata tidak dapat dipisahkan dari
hardware yang tertentu, tanpa adanya software tersebut hardware tidak dapat
beroperasi, maka software tersebut tidak dapat dipisahkan dengan hardware tersebut
dan tidak dapat diperlakukan sebagai ATB tetapi sebagai bagian tak terpisahkan dari
hardware dan diakui sebagai bagian dari peralatan dan mesin.
3. Pengendalian
Manfaat ekonomi masa depan yang dihasilkan oleh ATB juga dapat berupa
pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya atau
efisiensi, dan hasil lainnya seperti pendapatan dari penyewaan, pemberian lisensi, atau
manfaat lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan ATB. Manfaat lain ini bisa berupa
peningkatan kualitas layanan atau keluaran, proses pelayanan yang lebih cepat, atau
penurunan jumlah tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas dan
fungsi. Sebagai contoh, penerapan sistem on-line untuk perpanjangan Surat Ijin
Mengemudi (SIM Keliling) mempercepat pemrosesan yang selanjutnya meningkatkan
pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Pengertian dari goodwill yaitu aset dalam neraca keuangan perusahaan, hal ini
diklasifikasikan dalam aset yang tidak ada wujudnya. Hal ini muncul pada saat terjadi
akuisisi didalam suatu perusahaan pada suatu perusahaan yang lainnya.
Goodwill ini timbul terjadi saat pembayaran (pembelian) atas perusahaan lain, dengan
harga pasar aset bersih (nilai buku). Selisih inilah yang dinamakan dengan goodwill.
Goodwill ini merupakan presentasi angka yang lebih besar daripada nilai buku yang
dibayarkan pada suatu perusahaan agar bisa mendapatkan perusahaan lainnya.
contoh :
misalnya pada perusahaan A ingin membeli sebuah perusahaan B untuk ekspansi
usahanya. Pada perusahaan B memiliki total aset hingga Rp 1.000, lalu memiliki
Liabilitas sebesar Rp 350 dan total Equity Rp 650. Perusahaan B jual mahal pada
perusahaan A, karena perusahaan B tahu bahwa perusahaannya sangat strategis untuk
perusahaan A. Setelah bernegosiasi dengan lama dan sudah melelahkan, akhirnya
perusahaan B mau dibeli oleh perusahaan A dengan harga Rp 850.
Harga Beli : 850
Total Aset: 1000
Net Aset : 650
Total Aset Bersih pada Perusahaan B sebesar Rp 650, tetapi perusahaan dibeli oleh
perusahaan A dengan harga Rp 850. Dengan begitu masih ada selisih sebesar Rp 200.
Selisih itulah yang disebut dengan goodwill.
Hal ini jika dilihat dari angka memang lebih mahal, tetapi dengan membeli perusahaan
B ini, maka perusahaan A akan mendapatkan manfaat jauh lebih besar. Pada waktu
yang akan datang, karena ini akan mengalir hingga beberapa tahun kedepan. Jika
dilihat secara sederhana perusahaan A melakukan penjurnalan seperti berikut ini :
Aset Rp 1000
Goodwill Rp 200
Kas Rp 850
Liabilitas Rp 350
1. Perolehan Goodwill
Goodwill ini akan timbul, karena ada aktivitas sebuah perusahaan yang dibeli oleh
perusahaan lainnya. Dimana harga perusahaan ini lebih besar dari harga kekayaan
bersih sebuah perusahaan. Tetapi jika sebuah perusahaan dibeli dengan harga
dibawah dari kekayaan bersih sebuah perusahaan ini disebut dengan goodwill
negatif.
2. Amortisasi Goodwill
Amortisasi istilah lain dari penyusutan, jika pada aktiva tetap ada istilah
penyusutan. Pada aset yang tidak berwujud seperti halnya goodwill, penyusutan
ini disebut juga dengan amortisasi. PSAK menyebutkan bahwa amortisasi ini
merupakan alokasi jumlah tersusutkan secara sistematis.
Atas sebuah aktiva yang tidak berwujud selama masa manfaat ekonomisnya.
Harga perolehan dari aktiva yang tidak berwujud ini dibebankan secara periodik
ke dalam rugi atau laba sebuah perusahaan.
Metode amortisasi yang sering kali digunakan yakni metode garis lurus, dan
dilakukan pada setiap tutup buku 31 desember. Dilakukan pembebanan amortisasi
goodwill ke dalam laporan laba rugi, sekaligus nilai buku goodwill pada neraca
dikurangi.
Dec 31:
Amortisasi Goodwill Rp xxx
Akumulasi Amortisasi Goodwill Rp xxx
Rp xxx ini sebuah jumlah goodwill dibagi sebanyak beberapa tahun, manajemen
mengamortisasikan dengan berdasarkan pikiran terbaik atas manfaat dari
goodwillnya.
3. Penurunan Goodwill
Penurunan ini juga diperlukan jika manfaat yang diberikan dari goodwill diakui
telah menurun. Jurnal penurunan ini sama dengan jurnal pencatatan write-off, ini
hanya berbeda nominalnya saja. Nilai penurunan sebuah goodwill ini hanya
sebesar nilai yang turun saja, dan bukan nilai goodwill seluruhnya.
4. Polemik Goodwill
Sebenarnya amortisasi goodwill ini sudah menjadi polemik tersendiri. Bahkan ini
menjadi kontroversi, antara dihapuskan atau tidak dihapuskan. Bahkan FASB pada
tahun 2005 yang lalu sudah memutuskan amortisasi goodwill ini sudah tidak
diperkenankan untuk dilakukan kembali. Dan amortisasi goodwill ini sudah tidak
boleh lagi diterapkan oleh IAS (International Accounting Standard).
I.
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, Donald E., Weygandt, J.J. dan Warfield, T.D. Intermediate Accounting. Edisi IFRS.
Erlangga: Jakarta
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-metode-penyusutan-aktiva-tetap-dalam-akuntansi/
https://ukirama.com/en/blogs/pengertian-cara-dan-contoh-menghitung-nilai-goodwill-aset-
tidak-berwujud-pada-perusahaan