PENGENALAN MATERI
Dalam ilmu akuntansi, tentunya kita mengenal adanya penyusutan atau penurunan nilai
dari aktiva yang memiliki umur lebih lama. Aktiva yang memiliki umur manfaat adalah
aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud. Contoh aktiva tetap adalah peralatan, tanah, mesin,
bangunan ataupun kendaraan. Sedangkan aktiva tidak berwujud meliputi hak paten, hak cipta,
serta merek dagang. Aktiva yang mengalami penyusutan tersebut dibedakan lagi menurut
bentuk dan jenisnya kedalam tiga bagian penyusutan. Lalu, apa sajakah tiga bagian tersebut?
Berikut kita simak masing-masing penjelasannya.
1. DEPRESIASI
2. AMORTISASI
3. DEPLESI
Deplesi merupakan kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang
bersifat alami dan tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu istilah
ekonomi geografi yang digunakan dalam dunia pertambangan untuk
menyatakan penyusutan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
seperti misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dan sebagainya.
Dalam ilmu akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling banyak
menggunakan istilah deplesi, deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang
diperolehan sumber-sumber alam ke periode-periode yang menerima manfaat
dari sumber itu. Biaya deplesi dihitung dengan metode satuan produksi yang
berarti bahwa biaya deplesi merupakan fungsi jumlah satuan yang dieksploitasi
selama satu periode. Dalam ini hal yang di eksploitasi adala sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui. Karena pengelolaan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui berhubungan erat dengan sektor pertambangan, maka
bisa dikatakan bahwa kata deplesi selalunya pasti merujuk pada perhitungan
akuntansi pertambangan yang beerkaitan dengan hasil residu, tafsiran
perolehan, dan sebagainya.
Jadi, dari ketiga definisi bagian dari penyusutan tersebut dapat kita simpulkan bahwa
depresiasi merujuk kepada penyusutan aktiva tetap seperti tanah, kendaraan, mesin dan
bangunan. Sedangkan amortisasi merupakan penyusutan aktiva tidak berwujud seperti hak
paten, hak cipta, goodwill dan merk dagang. Deplesi adalah istilah penyusutan untuk sumber
daya alam seperti barang hasil tambang, kayu hutan dan lain sebagainya.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Ada beberapa faktor yang memengaruhi adanya penyusutan, yaitu sebagai berikut :
1. FAKTOR FISIK
Beberapa faktor yang mengurangi fungsi aktiva adalah aus karena digunakan
(wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan kerusakan-
kerusakan seperti aktiva tetap yang digunakan terus-menerus.
2. FAKTOR FUNGSIONAL
Ada beberapa faktor yang membatasi umur aktiva yaitu sebagai berikut :
Selain kedua faktor di atas, taksiran umur aktiva juga dipengaruhi oleh rencana reparasi
dan pemeliharaan. Bila rencana reparasi dan pemeliharaan disusun dengan biaya yang
minimum, maka diharapkan aktiva akan mempunyai umur yang lebih pendek dibandingkan
jika rencana reparasi dan pemeliharaannya tidak minimum. Biaya penyusutan dibebankan di
setiap periode akuntansi.
Ada empat faktor yang harus dipertimbangkan ketika menentukan biaya depresiasi.
Biaya depresiasi ini merupakan taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketelitian
penentuan ketiga faktor itu dan ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya
rugi laba perusahaan di setiap periode. Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti maka
jumlah rugi laba perusahaan juga menjadi tidak teliti. Empat faktor tersebut dapat juga
disebut sebagai istilah penting dalam memulai perhitungan penyusutan, yaitu sebagai berikut.
1. BIAYA PEROLEHAN
Biaya Perolehan aktiva meliputi harga faktur bersih (setelah dikurangi potongan
tunai bila ada) ditambah seluruh biaya lainnya yang dikorbankan sehubungan
dengan perolehan aset sampai aset tersebut berada kondisi siap pakai sesuai
dengan maksud manajemen.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
2. UMUR MANFAAT
b. jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari
aktiva oleh perusahaan (PSAK 16 par. 06).
3. NILAI RESIDU
Nilai Residu adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh perusahaan dari
pelepasan aset tersebut , setelah dikurangi dengan taksiran biaya pelepasan, jika
aset tersenut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur
manfaatnya (PSAK 16 par. 06). Selisih antara biaya perolehan dan nilai residu
merupakan jumlah yang dapat disusutkan (Depreciable Cost).
4. POLA PENGGUNAAN
Untuk menjaga kontinuitas kegiatan usaha dari proyek yang direncanakan perlu
dihitung besarnya biaya penyusutan pada setiap tahun. Setiap perusahaan yang sehat pada
umunya mempunyai cadangan penyusutan/depresiasi untuk menjaga kontinuitas dari kegiatan
usaha disamping menjaga kualitas produk dan memudahkan dalam mengikuti perubahan aset
dengan adanya perubahan teknologi.
Dana penyusutan adalah biaya yang dibebankan pada konsumen melalui perhitungan
harga pokok produksi. Dengan demikian, layaknya dari sebuah studi kelayakan bisnis,
sebenarnya telah diperhitungkan dana penyusutan sebagai dana pengganti dari asset yang
tidak ekonomis lagi. Besar kecilnya biaya penyusutan yang dilakukan pada setiap asset
tergantung pada harga asset, umur ekonomis, serta metode yang digunakan dalam
penyusutan. Metode penyusutan pada umumnya dapat dikelompokkan atas 4 bagian, yaitu:
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
1. METODE RATA-RATA
Metode rata-rata adalah salah satu cara yang dilakukan dalam pennyusuta asset
dengan cara rata-rata. Metode ini dikelompokkan atas tiga bagian, yaitu metode
garis lurus, metode jam kerja mesin, metode yang didasarkan pada jumlah
produksi. Penjelasannya mari kita simak berikut ini :
Metode garis lurus ini tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang
diharapkan dari aktiva tetap tersebut setiap periode sama. Sehingga,
apabila metode garis lurus ini menghasilkan beban penyusutan yang
jumlahnya sama setiap periode, maka akan terjadi pembandingan yang
tepat antara pendapatan dengan biaya. Karena manfaat ekonomis yang
diharapkan dari aktiva tetap setiap periode sama ini akan menghasilkan
pendapatan yang sama setiap periode. Alasan tambahan yang
mendukung metode garis lurus ini adalah apabila biaya pemeliharaan
setiap periode sama. Sehingga pembandingan yang tepat dapat dilakukan
dengan membandingkan biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan yang
tetap periode dengan pendapatan yang juga sama setiap Penyusutan
dengan menggunakan metode garis lurus dapat dirumuskan sebagai
berikut :
P = (B – S)/N
Keterangan :
= Rp. 10.000.000,00
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
b. Metode Jam Kerja Mesin (Service Hours Method)
Penyusutan per jam = (harga beli aset– nilai sisa) / jumlah jam kerja
ekonomis
J = (B – S)/j
Keterangan :
S = nilai sisa
= Rp. 10.000,-
= Rp. 15.000.000
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
P = (B – S)/U
Keterangan :
P = Penyusutan
B = Harga beli
S = nilai sisa
= Rp. 900
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Jadwal Penyusutan Selama 5 Tahun adalah:
a. Metode Anuitas
Harga beli sebuah mesin Rp. 50 juta rupiah dengan nilai sisa
diperkirakan sebesar Rp. 10 juta rupiah dan umur ekonomis set selama 5
tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar 18% per tahun.
Berapa besar penyusutan tahunan yang harus dilakukan dengan
menggunakan metode anuitas?
Jawab :
B = Rp.50.000.000
n = 5 tahun
S = Rp.10.000.000
i =18%
untuk menentukan nilai asset yang disusut perlu dihitung present value
dari scrap value /nilai sisa dengan menggunakan formula sebgai berikut:
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
P = S (1 + i)n
P = 10.000.000 (1+0.18)-5
P = 10.000.000 (0,43710922)
P = 4.371.092
An =B-P
= 50.000.000 – 4.371.092
= Rp. 45.628.908
R = 45.628.908 (0.31977784)
R = Rp. 14.591.114
Jadi jumlah penyusutan dalam satu tahun adalah sebesar Rp. 14.591.114.
Diketahui :
n= 5 tahun
i = 18%
B = Rp. 50.000.000
S = Rp. 10.000.000
Sn =B–S
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
= Rp. 50.000.000 – 10.000.000
= Rp. 40.000.000
R = Sn ([i]/ (1+i) – 1 ))
R = Rp.40.000.000 (0.139777837)
R = 5.591.113
3. METODE PENURUNAN
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = 21
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Tahun VI = 1/21 x Rp. 12.000.000 = Rp. 571.428,57
Yaitu, apabila yang disusut lebih dari satu, mempunyai umur ekonomis yang
berbeda dan harga beli serta scarp value yang berbeda pula, biasanya dalam
perhitungan penyusutan dilakukan dengan metode penyusutan gabungan.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Mesin Harga beli (Rp) Scar value Jumlah Umur mesin Penyusutan
(Rp) penyusutan (Th) tahunan
(Rp)
A 10.000.000 2.000.000 8.000.000 5 1.600.000
B 7.000.000 1.000.000 6.000.000 4 1.500.000
C 5.000.000 400.000 4.600.000 10 460.000
Jumlah 22.000.000 3.400.0000 18.000.000 19 3.560.000
Jumlah penyusutan dalam satu tahun yang dihitung berdasarkan penyusuta tetap
adalah sebagai berikut :
P = 3.560.000 : 22.000.000
= 0,161818181
=16,18%
Jumlah penyusutan yang dilakukan pada setiap tahun adalah sebagai berikut :
Penurunan nilai aktiva tetap dapat terjadi ketika terjadi penurunan harga-harga, padahal
saat pembelian aktiva tersebut harganya tinggi sehingga harga perolehannya juga terlalu
besar. Bila penurunan harga ini jumlahnya besar dan diperkirakan akan berjalan dalam jangka
waktu yang relatif lama, maka dapat dilakukan penurunan nilai aktiva tetap. Penurunan nilai
ini dibebankan ke rekening Laba Tidak Dibagi tanpa membedakan perubahan umur dan
penurunan nilainya.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
tercatat, maka aset harus diturunkan.Pengukuran penurunan nilai dapat
dilakukan untuk satu unit aset tunggal maupun satu kelaompok aset. Ada aset
yang dapat menghasilkan arus kas independen dari aset atau kelompok aset lain.
Jika satu aset dapat menghasilkan arus kas independen maka pengukuran
penurunan nilai dilakukan berdasarkan unit aset tersebut. Namun ada beberapa
aset yang dapat menghasilkan arus kas jika berada dalam kelompok aset,
sehingga penurunan nilai dilakukan untuk satu unit penghasil kas. Contoh unit
penghasil kas adalah investasi asosiasi, investasi di anak perusahaan, suatu unit
pabrik.
Aset dapat diperoleh kembali melalui penjualan (value through sales) dan
penggunaan (value through sales). Jika aset dijual, entitas akan mendapatkan
nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan. Dalam penurunan nilai, yang
dipilih adalah nilai tertinggi antara nilai yang dapat diperoleh kembali dan nilai
yang digunakan.
aset yang timbul dari imbalan kerja (lihat PSAK 24: Imbalan
Kerja).
Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (lihat PSAK 13:
Properti Investasi).
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
entitas PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri.
c. PSAK 48 ini tidak berlaku untuk aset keuangan yang termasuk dalam
ruang lingkup PSAK 55 dan properti investasi yang diukur pada nilai
wajar sesuai PSAK 13. Namun demikian, PSAK 48 ini berlaku untuk
aset yang dicatat pada jumlah revaluasian (yaitu nilai wajar) sesuai
dengan Pernyataan lain, seperti model revaluasi dalam PSAK 16: Aset
Tetap.
b. Persediaan.
d. Aset keuangan.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
e. Perubahan suku bunga. Tingkat suku bunga pasar telah meningkat,
yang mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan entitas untuk
menghitung penilaian aktiva. Ini tidak berlaku untuk perubahan suku
bunga jangka pendek dimana tidak mempengaruhi tingkat diskonto
untuk aktiva yang memiliki sisa umur yang panjang.
g. Nilai pasar. Nilai pasar aktiva telah menurun secara signifikan lebih
dari yang diharapkan melalui penggunaan biasa atau perjalanan waktu.
i. Kinerja. Kinerja ekonomi suatu aktiva baik merupakan atau akan lebih
buruk dari yang diharapkan. Ini mungkin termasuk biaya penggunaan
meningkat.
Jika analisis sebelumnya menunjukkan nilai aktiva yang dapat dipulihkan tidak
sensitif terhadap beberapa item di atas, maka faktor-faktor tersebut perlu
dipertimbangkan lagi.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Dalam kondisi suatu investasi saham yang tidak memiliki kuota
di pasar aktif, entitas dapat menggunakan biaya perolehan
apabila nilai wajar investasi saham tersebut tidak dapat diukur
dengan handal.
Rugi penurunan nilai aset keuangan ini adalah selisih antara nilai
tercatat aset keuangan dengan jumlah terpulihkan.
Nilai tercatat dari suatu aktiva lebih tinggi dari nilai kapitalisasi
pasarnya.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Kinerja ekonomi aktiva tidak sesuai harapan
Indikasi Pemulihan Nilai Aktiva terdiri dari informasi internal dan eksternal,
penjelasannya kita simak sebagai berikut.
a. Informasi Eksternal
b. Informasi Internal
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
b. Penurunan Nilai Kolektif
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
b. Setelah ditemukan indikasi penurunan nilai, maka selanjutnya adalah
menentukan nilai terpulihkan. Entitas harus menghitung nilai wajar aset
dan biaya penjualan aset dan nilai pakai aset. Kedua nilai tersebut tidak
harus tersedia semuanya. Jika salah satu nilai tersebut lebih besar dari
nilai tercatat, maka tidak perlu dilakukan proses penurunan nilai
berikutnya. Artinya nilai terpulihkan akan menghasilkan nilai yang lebih
tinggi dari nilai tercatat sehingga tidak terjadi penurunan nilai. Dalam
kondisi lain, nilai pasar aset sulit dilakukan karena tidak ada dasar untuk
menentukan nilai pasar. Entitas dapat menggunakan pakai sebagai nilai
terpulihkan. Namun sebaliknya jika entitas tidak meyakini nilai pakai
aset, maka nilai wajar dikurangi biaya penjualan digunakan sebagai nilai
terpulihkan. Biaya penjualan adalah seluruh biaya untuk melepaskan
aset tersebut. Contoh biaya penjualan adalah biaya hukum, biaya pajak
transaksi, biaya pemindahan, biaya tambahan untuk menjadikan aset
dalam keadaan siap dijual. Namun biaya pemutusan hubungan kerja dan
biaya terkait regorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan bagian
dari biaya penjualan. Nilai pakai adalah nilai kini arus kas di masa
depan yang diharapkan akan diperoleh entitas dari pemakaian aset
tersebut. Untuk memperoleh nilai pakai langkah yang harus dilakukan
adalah mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan
dari pemakaian dan pelepasan aset serta menerapkan tingkat diskonto
yang tepat atas arus kas masa depan tersebut. Estimasi arus kas masa
depan harus memperhatikan faktor ketidakpastian, kondisi ekonomi,
tingkat dan suku bunga. Asumsi yang digunakan dalam proyeksi harus
mencerminkan estimasi terbaik manajemen mengenai kemungkinan
yang akan terjadi selama penggunaan aset tersebut. Estimasi arus dan
tingkat diskonto harus menggambarkan asumsi yang konsisten mengenai
kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum. Tarif diskonto yang
digunakan mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu uang dan
risiko spesifik. Diskonto yang digunakan mencerminkan tingkat
pengembalian yang disyaratkan investor jika mereka memilih suatu
investasi yang menghasilkan arus kas dengan jumlah, waktu, profil
risiko yang sama dengan aset tersebut.
Contoh :
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
PT CDA membeli gedung 5 tahun yang lalu dengan harga
Rp600.000.000. Umur ekonomis gedung tersebut adalah 20 tahun.
Metode penyusutan garis lurus. Dengan nilai Buku sebesar
Rp450.000.000. Value in Use asset untuk 15 tahun mendatang adalah
Rp237.950.000 dan Net Realizable Value Aset ini adalah
Rp220.000.000. Nilai yang dapat Terpulihkan ( recoverable amount )
yang digunakan adalah lebih tinggi antara value in use dan NRV. Maka
Nilai Tercatat lebih > Nilai terpulihkan = Rp450.000.000 -
Rp237.950.000.000
Sehingga jurnalnya :
Kesimpulan :
a. Recoverable Value
Recoverable value adalah nilai tertinggi antara value in use dan nilai
wajar suatu aktiva. Yangdimaksud dengan nilai wajar disini adalah nilai
wajar yang berdasarkan harga pasar yang aktif dikurangi biaya jual.
Sedangkan value in use adalah nilai kini taksiran arus kas yang
diharapkan dari penggunaan ataupun pelepasan suatu aktiva.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Goodwill.
a. Mentransfer hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari
aset keuangan.
b. Tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal
dari aset keuangan namun juga menanggung liabilitas kontraktual untuk
membayar arus kas yang diterima tersebut kepada satu atau lebih pihak
penerima melalui suatu kesepakatan yang memenuhi persyaratan.
Apabila entitas tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas yang
berasal dari aset keuangan, namun juga menanggung liabilitas kontraktual untuk
membayarkan arus kas yang diterima tersebut kepada satu atau lebih entitas,
maka entitas memperlakukan transaksi tersebut sebagai transfer keuangan, jika
dan hanya jika seluruh persyaratan berikut terpenuhi :
Saling hapus mengacu pada penyajian asset keuangan dan liabilitas keuangan
secara bersih di dalam laporan posisi keuangan. Saling hapus asset dan liabilitas
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
keuangan berbeda dengan penghentian pengakuan. Saling hapus merupakan isu
penyajian dan tidak menimbulkan pengakuan keuntungan atau kerugian,
sedangkan penghentian pengakuan melibatkan penghapusan aset keuangan atau
liabilitas keuangan dari laporan posisi keuangan dan menimbulkan pengakuan
keuntungan dan kerugian. Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus
dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika dan hanya jika
entitas :
a. Saat ini memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk
melakukan saling hapus atas jumlah yang diakui tersebut.
Dalam akuntansi untuk transfer atas aset keuangan yang tidak memenuhi
kualifikasi penghentian pengakuan, entitas tidak boleh melakukan saling hapus
aset keuangan yang ditransfer dan liabilitas terkait.
Kedua kondisi, yaitu keberadaan hak yang dapat dipaksakan secara hukum
untuk melakukan saling hapus dan berniat untuk menyelesaikan secara bersih
atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas keuangan secara
simultan, harus terpenuhi.
PSAK 50 (revisi 2010) juga menjelaskan bahwa kedua syarat penyajian saling
hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan umumnya tidak dapat dipenuhi dan
saling hapus biasanya tidak tepat jika :
c. Aset keuangan atau asset lain dijaminkan sebagai agunan untuk liabilitas
keuangan yang bersifat non recourse.
d. Aset keuangan dan aset lain dijaminkan sebagai agunan untuk liabilitas
keuangan yang bersifat non recourse.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
12. PEMULIHAN PENURUNAN NILAI AKTIVA
Berdasarkan IAS 36, pemulihan penurunan nilai aktiva dikenal dengan istilah
‘reversal’. IAS 36 menetapkan ketentuan yang terpisah atas pemulihan nilai
aktiva secara individual, kelompok UPK (unit bisnis/ penghasil kas) dan
goodwill.
Pengakuan. Pemulihan nilai aktiva akan diakui sebagai bagian ekuitas atau
sebagai penambah surplus revaluasi apabila aktiva yang telah diturunkan
nilainya pernah direvaluasi karena menggunakan revaluation model, dan saldo
surplus revaluasi yang berasal dari revaluasi tahun-tahun sebelumnya belum
habis. Apabila suatu aktiva pernah diturunkan nilainya dimana saldo surplus
revaluasi telah habis, maka suatu pemulihan aktiva akan diakui sebagai laba
hingga niali aktiva dipulihkan sebesar nilai tercatat yang tidak
memperhitungkan revaluasi.
Apabila aktiva dikelompokkan ke dalam UPK (unit bisnis/ penghasil kas), maka
pemulihan aktiva harus dialokasikan dengan cara pro rata berdasarkan nilai
tercatat aktiva-aktiva tersebut kecuali goodwill. IAS 36 paragraf 124
menyebutkan bahwa kerugian yang timbul sebagai akibat penurunan nilai
goodwill tidak dapat dipulihkan nilainya atau tidak dapat mengalami reversal
pada periode-periode berikutnya.
Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam menghitung nilai deplesi yaitu :
c. Deplesi dihitung untuk tiap unit hasil sumber alam (ton, barrel). Untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas, berikut ini diilustrasikan contoh
sebagai berikut :
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Deplesi = (Rp. 50.000.000 – Rp. 10.000.000) / 200.000 = Rp. 200 per
ton.
Bila pada tahun pertama bisa dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka
deplesi untuk tahun tersebut adalah :
Jurnal yang dibuat untuk mencatat nilai deplesi di atas adalah sebagai
berikut :
Jika pembangunan tambang/sumber daya alam itu juga terjadi dalam masa
eksploitasi sedangkan biayanya ditaksir di muka pada waktu akan menghitung
beban deplesi. Bila kenyataannya biaya pembangunan berbeda dengan yang
sudah ditaksir maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Begitu pula bila taksiran
isi tambangnya berbeda dengan taksiran isi tambang yang dipakai dalam
menghitung deplesi maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Koreksi terhadap
deplesi dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut :
a. Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat dikoreksi, begitu juga untuk
deplesi yang akan datang.
Bila menggunakan cara pertama maka koreksi dilakukan seperti halnya dalam
aktiva tetap. Pada saat diketahui adanya perubahan, dihitung lagi deplesi per
unit kemudian dilakukan koreksi. Misalnya deplesi yang lalu terlalu besar,
jurnal koreksinya sebagai berikut :
Sedangkan bila menggunakan cara yang kedua, maka deplesi tahun-tahun lalu
tidak dikoreksi tapi deplesi untuk tahun berjalan dan tahun-tahun yang akan
datang direvisi.
Misalnya : dari contoh di atas, biaya biaya pembangunan bertambah sebesar Rp.
1.800.000.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Sesudah dieksploitasi dalam tahun kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir
masih mengandung 90.000 ton.
Rp. 32.000.000
Rp. 33.800.000
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
perusahaan akan menghentikan usahanya bila sumber-sumber alam itu sudah
habis dieksploitasi. Bila keadaannya seperti itu maka para pemegang saham
harus diberitahu bahwa sebagian dari dividen yang telah diterimanya itu adalah
pengembalian modal. Dividen seperti itu disebut sebagai Dividen Likuidasi.
Deplesi Rp4.800.000,00
Akumulasi deplesi Rp4.800.000,00
Apabila perusahaan telah menaksir di muka biaya deplesi dan kenyataannya
perhitungan taksiran berbeda degan kenyataannya, maka perlu diadakan revisi.
Koreksi deplesi ini bisa dilakukan dengan cara berikut ini:
Deplesi pada tahun lalu dan masa yang akan datang sudah dicatat
dikoreksi. Pada saat adanya perubahaan. Dihitung lagi deplesi perunit
kemudian dilakukan koreksi.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
Deplesi tahun lalu sudah dicatat tidak di koreksi, tetapi deplesi tahun
yang akan datang dilakukan dengan data yang terakhir. Deplesi pada
tahun lalu tidak dikoreksi, tetapi deplesi untuk tahun berjalan dan tahun
yang akan datang dilakukan revisi.
Pada aktiva tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam, kegunaan
aktiva terbatas sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka depresiasi
aktiva tetap dapat dihitung dengan taksiran hasil sumber alam.
3. Tingkat pengembalian atas aktiva (laba bersih : rata – rata total aktiva)
F. CONTOH KASUS
Kasus Laporan Keuangan dan Perdagangan Saham PT Bank Lippo Tbk. Untuk
periode pelaporan per tanggal 30 September 2002. Fakta-fakta yang ditemukan oleh
Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) :
1. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk. per tanggal 30 September 2002 yang
diiklankan di surat kabar tanggal 28 November 2002. Adapun iklan di surat
kabar merupakan kewajiban PT Bank Lippo Tbk. atas ketentuan Bank
Indonesia.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
a. Adanya pernyataan dari Manajemen PT Bank Lippo Tbk. bahwa
laporan keuangan tsb. disusun berdasarkan Laporan keuangan
Konsolidasi yang telah diaudit KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja
dengan pendapat wajar tanpa pengendalian.
2. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk. per tanggal 30 September 2002 yang
disampaikan di BEJ pada tanggal 27 Desember 2002.
3. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk. per tanggal 30 September 2002 yang
disampaikan oleh KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja pada tanggal 6 Januari
2003.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
c. Nilai AYDA per 30 September 2002 adalah Rp 1,42 triliun 4.
5. Kesimpulan
6. Sanksi
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
b. KAP Prasetio, Warjoko, & Sandjaja dikenai sanksi administrasi sebesar
Rp 3.500.000 yang disetorkan ke Kantor Kas Negara, akibat dari
keterlambatan penyampaian informasi mengenai penurunan AYDA
kepada PT Bank Lippo Tbk. selama 35 hari.
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30
DAFTAR PUSTAKA
http://anitaayud.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-depresiasiamortisasi-dan.html (diakses
pada Hari Minggu, 1 Oktober 2017)
https://mara04sweet.wordpress.com/2010/12/11/macam-macam-metode-penyusutan/ (diakses
pada Hari Minggu, 1 Oktober 2017)
http://memebali.blogspot.co.id/2013/08/aset-7-psak-48-penurunan-nilai-aset.html (diakses
pada Hari Minggu, 1 Oktober 2017)
A K U N TA N S I K E U A N G A N I I ( P E N Y U S U TA N ) 30