1. Technical Efficiency
Technical efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
mencapai tingkat output yang maksimal pada tingkat input tertentu.
2. Allocative Efficiency
Allocative efficiency menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memilih kombinasi input yang optimal pada tingkat harga dan teknologi tertentu.
AKUNTANSI MANAJEMEN 9
muncul konsep allocative efficiency. Kombinasi dari kedua pengukuran ini menghasilkan cost
efficiency atau X-efficiency. Bahkan beberapa peneliti, seperti Barr et al. dan Berger & Mester
sudah memasukkan kombinasi ini kedalam kategori economic efficiency meskipun ruang
lingkup pengertian economic efficiency ternyata berkembang lebih luas lagi. Tahap terakhir
adalah pengembangan konsep economic efficiency dengan mempertimbangkan aspek-aspek
lainnya seperti profit, ruang lingkup usaha (scope), dan skala usaha (scale).
Karena hanya produksitivitas dari satu input yang sedang diukur, maka
ukuran itu disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur
dalam kuantitas fisik, maka kita memperoleh ukuran produksitivitas operasional
(operational productivity measure). Jika output dan input dinyatakan dalam dolar,
maka kita memperoleh ukuran produktivitas keuangan (financial productivity
measure). Sebagai contoh, misalkan pada tahun 2005, Kankul Company
memproduksi 120.000 mesin untuk AC window kecil dan menggunakan 40.000
jam tenaga kerja. Rasio produktivitas tenaga kerja adalah 3 mesin per jam
(120.000/40.000). ini adalah ukuran operasional karena unit-unit dinyatakan
dalam bentuk fisik. Jika harga jual untuk setiap mesin adalah $50 dan biaya
tenaga kerja adalah $12 per jam, maka output dan input apat dinyatakan dalam
dolar. Rasio produktivitas tenaga kerja, yang dinyatakan dalam bentuk keuangan,
AKUNTANSI MANAJEMEN 9
adalah $12,50 dari pendapatan per dolar biaya tenaga kerja
($6.000.000/$480.000).
AKUNTANSI MANAJEMEN 9
ukuran-ukuran yang berkaitan dengan input-input tertentu yang berada dalam
kendali mereka. Ini meningkatkan kemungkinan bahwa ukuran operasional
parsial ini bias diterima oleh personil operasional. Bahkan, untuk pengendalian
operasional, standar kinerja seringkali berjangka sangat pendek. Misalnya, standar
kinerja dapat berupa rasio produktivitas dari batch barang sebelumnya. Dengan
menggunakan standar ini, tren produktivitas untuk tahun berjalan dapat ditelusuri.
AKUNTANSI MANAJEMEN 9
sebelumnya, Ladd Lighting menerapkan proses produksi dan perakitan baru pada
tahun 2008. Anggap proses baru tersebut memengaruhi produktivitas tenaga kerja
dan bahan. Pada awalnya, kita lihat kasus dimana produktivitas dari kedua input
bergerak dalam arah yang sama. Berikut data tahun 2007 dan 2008.
2007 2008
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000 150.000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000 37.500
Bahan yang digunakan (dalam satuan pon) 1.200.000 1.428.571
Profil tahun 2007 adalah (3, 0,100) dan profil tahun 2008 adalah (4,
0,105). Dengan membandingakan profil kedua tahun tersebut, dapat dilihat bahwa
produktivitas tenaga kerja dan bahan meningkat (dari 3 menjadi 4 untuk tenaga
kerja dan dari 0,100 menjadi 0,105 untuk bahan). Perbandingan profil ini
menyediakan cukup informasi sehingga manajer dapat menyimpulkan proses
perakitan baru secara nyata telah memperbaiki produktivitas secara keseluruhan.
Namun nilai peningkatan produktivitas ini tidak diungkapkan oleh rasio-rasio.
Pada beberapa kasus, analisis profil tidak mampu memberikan indikasi
yang jelas mengenai apakah perubahan produktivitas membawa hasil yang baik
atau buruk. Data Ladd Lighting diubah untuk memungkinkan terjadinya trade-off
diantara dua input. Seluruh data sama, kecuali untuk bahan yang digunakan pada
tahun 2008. Misalkan, bahan yang digunakan pada tahun 2008 adalah 1.700.000
pon.
2007 2008
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000 150.000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000 37.500
Bahan yang digunakan (dalam satuan pon) 1.200.000 1.700.000
Profil produktivitas pada tahun 2007 masih tetap (3, 0,100), tetapi berubah
menjadi (4, 0,088) pada tahun 2008. Produktivitas tenaga kerja meningkat dari 3
menjadi 4, tetapi produktivitas bahan menurun dari 0,100 menjadi 0,088.
Produktivtas dari kedua ukuran telah menciptakan trade-off. Meskipun analisis
profil mampu menunjukkan adanya trade-off, analisis profil tidak mampu
mengungkapkan apakah trade-off tersebut baik atau buruk. Jika pengaruh
ekonomis dari perubahan produktiviras adalah positif, maka trade-off adalah baik.
Jika tidak, maka perubahan produktivitas harus dipandang buruk. Penilaian trade-
off akan memungkinkan untuk menilai pengaruh ekonomis dari keputusan
mengubah proses perakitan.
AKUNTANSI MANAJEMEN 9
Profil 2007a Profil 2008b
Rasio produktivitas tenaga kerja 3,000 4,000
Rasio produktivitas bahan baku 0,100 0,105
AKUNTANSI MANAJEMEN 9
Output periode berjalan (tahun 2008) adalah 150.000 mesin. Dari tampilan
diatas, rasio produktivitas periode dasar untuk tenaga kerja dan bahan masing-
masing adalah 3 dan 0,100. Dengan informasi tersebut, jumlah setiap input untuk
keadaan tanpa perubahan produktivitas dapat dihitung sebagai berikut :
PQ (tenaga kerja) = 150.000/3 = 50.000 jam
PQ (bahan baku) = 150.000/0,100 = 1.500.000 pon
Pengaruh terkait dengan laba = Total biaya PQ – Total biaya periode berjalan
= $5.100.000 - $5.550.000
= $450.000 penurunan laba
AKUNTANSI MANAJEMEN 9
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat
meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber daya itu.
2. Perencanaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui
pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangaka pendek maupun
jangka panjang.
3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan
kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut
produktivitas.
4. Perencanaan target produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali
berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktifitas sekarang.
5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan
berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang ada di
antara tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang
diukur, dalam hal ini pengukuran produktivitas akan memberikan informasi dalam
mengidentifikasi masalah-masalah atau perubahan-perubahan yang terjadi,
sehingga korektif dapat diambil.
6. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat
dalam membandingkat tingkat produktivitas di antara organisasi perusahaan
industry sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada
skala nasionalmaupun global.
7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi
informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan
tersebut.
8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa
upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus.
9. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang
bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan
produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.
10. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam
mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus-menerus yang
dilakukan perusahaan.
11. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk
secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan
kerja. Orang-orang akan lebih memberikan perhatian kepada pengukuran
produktivitas apabila dampak dari perbaikan produktivitas itu terlihat jelas dan
dirasakn oleh mereka.
12. Aktivitas perundingan bisnis secara kolektif dapat diselesaikan secara raisonal,
apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.
AKUNTANSI MANAJEMEN 9
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi - 8. Buku - 1. Jakarta : Salemba Empat.
AKUNTANSI MANAJEMEN 9