Anda di halaman 1dari 13

MENGHITUNG / MENGETAHUI PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DAN

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA


Definisi Produktivitas
Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata
maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya (ILO, 1979). Greenberg yang dikutip
oleh Sinungan (1985) mengartikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas
pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.
Pengertian lain produktivitas adalah sebagai tingkatan efisiensi dalam
memproduksi barang-barang atau jasa-jasa: Produktivitas mengutarakan cara
pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang.
Produktivitas juga diartikan sebagai :
a.Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.
b.Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam
satu- satuan (unit) umum.
Produktivitas Total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total
masukan (input) persatuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total semua faktor
masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) tehadap total keluaran harus
diperhitungkan.
Produktivitas Total =



Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan
atau input persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban
kerja, dll.
Produktivitas Parsial =





Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Secara garis besar ada 12 faktor yang mempengaruhi naik turunnya
produktivitas (Sumanth, 1985 : 25), yaitu :
1. Investasi, besar kecilnya akan menentukan modal usaha dan akan berpengaruh
terhadap usaha untuk mempromosikan produk, market share atau penggunaan
kapasitas.
2. Rasio kapital Buruh, bila rasio tinggi dapat juga diartikan bahwa perusahaan
memakai teknologi tinggi, sehingga jumlah produksi per unit waktu meningkat.
3. Penelitian dan Pengembangan, dengan menghasilkan inovasi-inovasi yang dapat
memperbaiki keadaan produksi di pabrik.
4. Pemakaian Kapasitas, besar kecilnya keluaran per jam ditentukan oleh persentase
pemakaian kapasitas.
5. Peraturan pemerintah, berguna untuk mengatur keseimbangan pencapaian sasaran
industri dan sasaran sosial yang umumnya selalu bertentangan.
6. Umur pabrik dan peralatan, tingkat rata-rata umur pabrik dan peralatan yang
semakin tinggi menandakan adanya usaha modernisasi peralatan masih tetap
dilakukan.
7. Ongkos energi.
8. Kerja kelompok, dengan adanya pergeseran struktur pekerja dari pekerja pabrik
menjadi pekerja yang mengandalkan pengetahuan maka semakin dibutuhkan adanya
kerjasama, keterampilan, dan keahlian.
9. Etika kerja, penghargaan terhadap waktu semakin tinggi, sehingga pemanfaatan
waktu harus se-produktif mungkin.
10. Ketakutan pekerja akan kehilangan pekerjaannya.
11. Pengaruh serikat buruh, pengaruh serikat sangat kuat sehingga memerlukan adanya
pengertian terutama dalam tuntutan kenaikan gaji.
12. Manajemen, merupakan faktor dominan, terutama dalam proses perencanaan dan
penjadwalan, kejelasan instruksi pada tenaga kerja dan pengaturan beban kerja yang
tepat.


Model - Model Pengukuran Produktivitas
Model Pengukuran Finansial
Merupakan model pengukuran dengan dasar finansial di mana indikator
produktivitas ditrasformasikan secara finansial. Model model dibawah ini sebagian
telah diterapkan untuk mengukur produktivitas perusahaan di Indonesia, model model
tersebut adalah :

1. Model Marvin E.Mundel
Marvin E.Mundel (1976) mengemukakan dua bentuk pengukuran indeks
produktivitas, yaitu :
100
AOBP/RIBP
AOMP/RIMP
tas produktivi Indek x
100 x
RIMP/RIBP
AOMP/AOBP
(IP) tas Produktivi Indeks
dimana :
AOMP = Output untuk periode yang diukur
AOBP = Output untuk periode dasar
RIMP = Input-input untuk periode yang diukur
RIBP = Input-input untuk periode dasar.
Dari dua bentuk pengukuran Indeks Produktivitas (IP) yang dikemukakan oleh Marvin
E. Mundel tampak bahwa pada dasarnya kedua bentuk pengukuran itu adalah serupa,
kita dapat menggunakan salah satu formula dalam penerapan pengukuran produktivitas
pada tingkat perusahaan. Formula kesatu pada dasarnya merupakan rasio antara indeks
performansi untuk periode pengukuran dan indeks performansi periode dasar,
sedangkan formula kedua pada dasarnya merupakan rasio antara indeks output dan
indeks input. Dengan demikian model di atas (Sumanth, 1985 : 110) dapat dinyatakan
sebagai berikut :
100 x
Input Indeks
Output Indeks
100 x
dasar periode i performans Indeks
pengukuran priode performnsi Indeks
(IP) tas Produktivi Indek


Pada dasarnya model Mundel merupakan suatu model pengukuran produktivitas
yang berdasarkan pada konsep-konsep dalam bentuk teknik industri bersama definisi-
definisi ongkos dalam akutansi biaya. Model ini mensyaratkan bahwa perusahaan yang
akan diukur produktivitasnya itu mempunyai waktu-waktu standar untuk bekerja
(operation time standard), suatu syarat yang masih sulit dipenuhi oleh kebanyakan
perusahaan di Indonesia.

2. Model Craig-Harris
Craig-Harris mendefinisikan pengukuran produktivitas total adalah sebagai berikut :
Q R C L
OT
(Pt) Total tas Produktivi


dimana :
L = Faktor masukan tenaga kerja
C = Faktor masukan Modal
R = Faktor masukan alat
Q = Faktor masukan lain pada barang dan jasa
OT = Output Total

3. Model David J. Sumanth (MPT)
MPT ini dikembangkan oleh David J. Sumanth untuk lingkup perusahaan dengan
mempertimbangkan seluruh faktor masukan dalam menghasilkan keluaran. Model ini
disamping dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur juga dapat diterapkan pada
perusahaan jasa.
Model produktivitas total (Sumanth, 1985:153) dinyatakan sebagai berikut :
Masukan Total
Keluaran Total
) (PT Total tas Produktivi
Dimana Total keluaran meliputi : nilai unit produk jadi, nilai unit produk setengah
jadi, bunga, dan pendapatan lainnya. Sedangkan Total masukan meliputi : nilai tenaga
kerja, nilai bahan, nilai energi, biaya lainnya, dan nilai kapital.
Arti tangible berarti dapat diukur. Sebagai contoh: Mobil yang dirakit, jumlah cek
yang diproses, ton baja yang dihasilkan. Perlu dicatat bahwa keluaran disini berarti
semua keluaran yang diproduksi, dan masukan berarti semua sumber daya yang
dikonsumsi atau dikeluarkan untuk menghasilkan keluaran ini. Baik keluaran maupun
masukan dinyatakan dalam nilai uang konstan dari periode dasar (referensi), misalnya
masukan manusia dan energi dapat dinyatakan dalam jam orang dan kilowatt jam. Lebih
jauh lagi jika perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk, misalnya : Baja
(dalam ton), dan sepatu (dalam jumlah pasang), keluaran tidak dapat dinyatakan sebagai
ton baja + pasang sepatu. Namun, nilai produk-produk tadi dapat dinyatakan dalam
rupiah periode dasar, yang dapat saling dijumlahkan.

4. Model APC
Pusat Produktivitas Amerika (The American Productivity Center, APC) telah
mengemukakan ukuran produktivitas (Sumanth, 1985:105) yang didefinisikan sebagai
berikut :


harga perbaikan faktor x tas Produktivi
per Unit Biaya Input x Banyaknya
per Unit Harga Output x Banyaknya
Biaya Biaya
Penjualan Hasil
itas Profitabil


Dari ukuran produktivitas yang dikemukakan APC tampak adanya hubungan
profitabilitas dengan produktivitas dan faktor perbaikan harga. Rasio produktivitas
memberikan suatu indikasi penggunaan sumber-sumber dalam menghasilkan output
perusahaan.
Dalam model APC kuantitas Output dan Input setiap tahun digandakan dengan
harga-harga tahun dasar untuk menghasilkan indeks produktivitas. Harga-harga dan
biaya per unit setiap tahun digandakan dengan kuantitas output dan input pada tahun
tertentu akan menghasilkan indeks perbaikan harga pada tahun itu. Dengan diketahui
indeks produktivitas dan indeks perbaikan harga, maka indeks profitabilitas adalah :
Indeks Profitabilitas = Indeks Produktivitas x Indeks perbaikan harga
Atau :
Harga Perbaikan Indeks
itas Profitabil Indeks
tas Produktivi Indeks
Indeks perbaikan harga menunjukkan perubahan dalam biaya input terhadap harga
output perusahaan.
Dalam model ini, biaya perunit tenaga kerja, material dan energi dihitung atau
ditentukan secara langsung. Sedangkan perhitungan input modal ditentukan berdasarkan
depresiasi total ditambah keuntungan relatif terhadap harga total (harta tetap + harta
lancar) yang digunakan, dengan demikian input modal untuk periode tertentu (Sumanth,
1985:107) adalah :
Input modal periode tertentu = depresiasi periode itu + ROA x Harta
digunakan
dasar periode lancar) harta tetap (harta
dasar periode dalam Keuntungan
(ROA) Assets on Return



5.Model Hendrick-Creamer
J.W. Kendrick dan D. Creamer pada tahun 1965 memperkenalkan penggunaan
angka indeks produktivitas pada tingkat perusahaan. Indeks Produktivitas total untuk
periode tertentu (Sumanth, 1985 : 99) diukur sebagai berikut :

dasar periode harga - harga dalam u tertent periode Input
dasar periode harga - harga dalam u tertent periode Output
Total IP
Selisih antara output periode tertentu dalam harga periode dasar dan input dalam
harga dasar menunjukkan peningkatan atau penurunan produktivitas pada periode itu.
Peningkatan atau penurunan produktivitas dapat dilihat berdasarkan selisih antara
output dan input total.

6.Model Habberstad dan Pospac
Model ini merupakan gabungan dari beberapa ukuran produktivitas parsial yang
masing-masing akan menggambarkan produktivitas sebagai kelompok aktivitas didalam
perusahaan. Model ini berisi beberapa tindakan perbaikan produktivitas yang
diklasifikasikan kedalam enam kelompok yang masing-masing kelompok menunjang
kepada perbaikan suatu jenis produktivitas didalam perusahaan. Dengan demikian
terdapat enam jenis produktivitas yang harus dinaikkan oleh perusahaan yaitu :
Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja
Wages Total
Margin Gross
Kerja Tenaga tas Produktivi
Gross Margin = Penjualan bersih Harga pokok penjualan (HPP)
Total Wages = Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
Produktivitas Modal
Employed Capital Total
Over Turn
Modal tas Produktivi
Turn Over = Penjualan bersih
Total Capital Employed = Total aktiva perusahaan
Produktivitas Produksi
Produktivitas Produksi = Capital Utilization
Penjualan Pokok Harga
Bersih Penjualan
on Utilizati Capital
Produktivitas Organisasi
tion Administra of Cost
Value Added
Organisasi tas Produktivi
Added Value = Penjualan bersih biaya eksternal
Cost of Administration = Biaya Administrasi
Produktivitas Penjualan
Cost Sales Total
Margin Gross
Penjualan tas Produktivi
Gross Margin = Laba bersih setelah pajak
Total sales cost = Total biaya penjualan
Produktivitas Produk
Cost Product Direct
Margin Gross
Produk tas Produktivi
Gross Margin = laba kotor (sebelum pajak)
Direct Product Cost = Biaya langsung yang digunakan dalam proses produksi
produk tersebut.
Model Pengukuran Fisik
Adalah model pengembangan pengukuran produktivitas dengan tetap
menggunakan ukuran ukuran fisiknya tanpa ditransformasikan ke ukuran finansial,
walaupun demikian tetap ditransformasikan sedemikian rupa sehingga ukuran ukuran
yang berbeda dapat diproses dengan baik. Model model pengukuran fisik diantaranya
adalah :

Model Physical Productivity (Labour Productivity)
Model ini di kembangkan oleh pusat produktivitas nasional. Model ini
mengkhususkan pada pengukuran tenaga kerja dengan menggunakan parameter ukuran
produktivitas jam orang per unit per periode waktu (dalam hal ini periodenya adalah
turun). Model ini juga menghitung pertumbuhan produktivitas dengan menghitung
indeks produktivitas terlebih dahulu. Rumus yang digunakan adalah :
orang) (jam input Indeks
(unit) output indeks
tas Produktivi Indeks
Model Objective Matrix
Model ini juga sering disebut dengan metode matrix sasaran adalah metode
pengukuran fisik yang menggunakan tabel matrix yang berisi angka angka terdefinisi
yaitu nilai bobot, nilai skala peringkat atau ranking dari masing masing indikator.

Pembentukan Matriks Pengukur Unjuk Kerja Kelompok Kerja
Tidak ada alat ukur yang dapat mencapai sasaran bila diterapkan secara paksa
kepada kelompok kerja. Anggota kelompok harus berpartisipasi dalam merancang
bentuk matriks sehingga mereka ikut menyatu dalam penerapan pengukuran. Mereka
harus mengerti dan menerima tujuan dari pengukuran serta mempunyai keinginan untuk
menyesuaikan aktivitas kerja mereka dalam usaha untuk mencapai tujuan yang nantinya
akan menguntungkan mereka juga
Pengukuran kelompok kerja adalah suatu latihan terhadap rasa saling percaya
dan mempercayai. Bila pengukuran manajemen bertujuan untuk menggerakkan pekerja
atau mendisiplinkan unjuk kerja yang buruk, latihan ini bukanlah jawabannya.
Manajemen dengan ancaman akan menuju pada kegagalan. Bila anggota kelompok
mengecam sistem pengukuran atau tidak mencapainya, tidak ada hasil nyata yang
diperoleh dan kondisi mungkin malah menjadi buruk. Oleh karena itu tahap pertama
dari konstruksi matrik adalah usaha membangun landasan kepercayaan yang kuat
(Riggs, 1976:648).
Kedua belah pihak telah saling percaya dan saling mengerti mengenai
kepentingan satu sama lain, ada 4 tahap dalam mengembangkan matrik sasaran, yaitu :
1. Pemilihan Kriteria
Kelompok kerja yang terlibat dalam segala jenis pekerjaan manufaktur, pelayanan
jasa atau mempunyai fungsi sebagai penopang keluaran organisasi mempunyai
karakteristik tertentu yang membedakan baik buruknya unjuk kerja. Kriteria biasanya
ditetapkan dalam bentuk rasio produktivitas konvensional yang berbentuk keluaran
dibagi pemasukan. Banyak jenis kriteria bagi kelompok pekerja ilmu yang tidak bisa
diukur secara kuantitatif. Tetapi pengukuran keluaran diwakilkan kepada bentuk
perilaku yang berpengaruh terhadap keluaran dari unit serta dapat diukur
Beberapa contoh dari unjuk kerja (Riggs, 1976:649) antara lain :
a. Kriteria pada perusahaan manufaktur

dihasilkan yang produk Total
cacat yang produk Jumlah


kerja Jam
diproduksi yang unit Jumlah


akai mesin terp jam Total
akai mesin terp jam


dihasilkan yang unit
perbaikan Waktu


tersedia kerja jam
diproses yang pesanan Banyaknya


kerja tu Jumlah wak
an diselesaik dapat yang gangguan Jumlah


proses pon Total
sisa Pon


mentah material Berat
jadi produk Berat


b. Kriteria pada perusahaan jasa

terkirim yang Pesanan
pelanggan keluhan Jumlah


karyawan jumlah
pelanggan Jumlah


data baris Jumlah
entry data kesalahan Jumlah


baru yang kebijakan seluruh Jumlah
salah yang kebijakan Jumalah


permohonan Total
diproses terlambat yang permohonan Jumlah


aktual Biaya
biaya n Perencanaa


karyawan hari
selesai yang bagian jumlah


penelitian Jam
selesai yang Penelitian


kerja jam Total
biaya Bagian

c. Kriteria hasil kerja kelompok

kerja jam seluruh Jumlah
absen jam Jumlah


perjanjian Total
gagal yang perjanjian Jumlah


kerja rata - rata Ukuran
keluar yang pekerja Jumlah


kerja waktu Total
dibutuhkan yang lembur Waktu


dibayar yang l Waktu tota
menganggur Waktu


panggilan Total
berhasil yang panggilan Jumlah


dibayar yang jam Total
diproses yang pesanan Jumlah


karyawan Hari
sakit yang Jumlah



2. Menetapkan Nilai Skala
Skala unjuk kerja pada matriks sasaran dimulai dari 0 sampai dengan 10 sehingga
terdapat 11 tingkatan untuk setiap kriteria. Penetapan sasaran tiap kriteria adalah bagian
paling penting dalam pembuatan skala, sebab sasaran memperlihatkan hasil
produktivitas yang dicapai oleh kelompok (Riggs, 1976:651).

a. Tingkat 0
Tingkatan paling rendah dalam unjuk kerja selama periode belakangan ini, yaitu
ketika sistem operasi telah ditetapkan sesuai dengan yang berlaku saat ini misalkan
setengah tahun yang lalu.
b. Tingkat 3
Hasil yang menunjukan tingkat unjuk kerja pada kelompok kerja disaat
pengukuran pertama kali dilakukan.
c Tingkat 10
Target yang dicapai oleh perusahaan dengan sumber dan sistem yang telah ada dan
untuk perkiraan yang akan datang.
Tingkat 0 dan 3 mudah didefinisikan dengan jelas. Tingkat 10 adalah tantangan.
Target yang terlalu optimis akan mengendorkan semangat kelompok kerja dan sasaran
yang tertalu rendah akan menghalangi motivasi. Pengadaan seorang fasilitator yang
terlatih untuk membantu kelompok dalam menetapkan tujuan akan berharga sekali
untuk proses pembentukan matriks selanjutnya.














MENGHITUNG / MENGETAHUI PRODUKTIVITAS
PERUSAHAAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA







OLEH :
SAFRI RAMADHAN SIMANUNGKALIT
138150010






PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2014

Anda mungkin juga menyukai